Lap. OH

18
Laporan Praktikum Hari/tanggal: Jumat/20 Maret 2015 Teknik Bedah Veteriner Waktu : 07.00-11.00 WIB Dosen : Dr.drh. Hj Gunanti, MS drh. Henny Endah A, M.Sc drh. Heryudianto Vibowo drh. Tetty Barunawati drh. Surya Kusuma Wijaya Asisten : Dhiyang Sahputra, A.Md Praktikum 1 BEDAH OVARIOHISTERECTOMY Kelompok 4 M. Febrian Hasholtine J3P113030 1 Sherlly Samosir J3P113016 2 Siti Setia Hidiyah W J3P113020 3 Tio Mulayawarman J3P113023 4 Yusda Faulin Uviana J3P113046 5

description

laporan ovariohisterecttomy

Transcript of Lap. OH

Laporan PraktikumHari/tanggal: Jumat/20 Maret 2015Teknik Bedah VeterinerWaktu : 07.00-11.00 WIBDosen : Dr.drh. Hj Gunanti, MS drh. Henny Endah A, M.Sc drh. Heryudianto Vibowo drh. Tetty Barunawati drh. Surya Kusuma WijayaAsisten : Dhiyang Sahputra, A.Md

Praktikum 1BEDAH OVARIOHISTERECTOMY

Kelompok 4

M. Febrian HasholtineJ3P1130301Sherlly SamosirJ3P1130162Siti Setia Hidiyah WJ3P1130203Tio MulayawarmanJ3P1130234Yusda Faulin UvianaJ3P1130465

PROGRAM KEAHLIAN PARAMEDIK VETERINERDIPLOMAINSTITUT PERTANIAN BOGORBOGOR2015PENDAHULUANOvariohysterectomy merupakan istilah kedokteran yang terdiri dari ovariectomy dan histerectomy. Ovariectomy adalah tindakan mengamputasi, mengeluarkan dan menghilangkan ovarium dari rongga abdomen. Sedangkan histerectomy adalah tindakan mengamputasi, mengeluarkan dan menghilangkan uterus dari rongga abdomen. Pengertian ovariohysterectomy merupakan gabungan dari pengetian diatas yaitu tindakan pengambilan ovarium, corpus uteri dan cornua uteri. Ovariohysterectomy dilakukan pada kasus-kasus pyometra, metritis, dan salphingitis ataupun keduanya (Meyer K 1959). Ovariohysterectomy memiliki banyak nama lain, diantaranya yaitu: spay, femal neutering, sterilization, fixing, desexing, ovary and uterine ablation, dan pengangkatan uterus. Ovariohysterectomy merupakan tindakan bedah yang sering dilakukan pada hewan kecil di praktek-praktek hewan. Ovariohysterectomy merupakan tindakan pembedahan untuk pengangkatan atau pembuangan ovarium dan uterus sekaligus. Operasi ini dilakukan untuk mensterilkan hewan betina dengan maksud menghilangkan fase estrus atau untuk terapi penyakit yang terdapat pada uterus, seperti resiko tumor ovarium, serivks, dan uterus. Selain itu, operasi juga dilakukan untuk memperkecil terjadinya pyometra pada betina yang tidak steril. Sterilisasi biasanya dilakukan saat hewan berumur masih muda. Pada kasus pyometra sterilisasi dilakukan sebagai terapi karena ketidakseimbangan cairan sehingga melalui tindakan bedah ini dapat menyembuhkan penyakit tersebut. Ovariohysterectomy dapat dilakukan pada hampir semua fase siklus reproduksi, tetapi paling baik dilakukan sebelum pubertas dan selama fase anestrus (Rice 1996).Praktikum ini bertujuan agar mahasiswa mampu mempersiapkan bahan dan peralatan yang digunakan untuk bedah ovariohisterektomi. Mampu membantu dokter hewan untuk operasi bedah ovariohisterektomi. Serta mampu melakukan perawatan pasca bedah ovariohisterektomi.

METODE PRAKTIKUMWaktu dan Tempat PraktikumPraktikum ini dilakukan di Poliklinik Hewan Diploma IPB. Waktu praktikum yaitu hari Jumat, tanggal 20 Maret 2015 pukul 07.00 11.00 WIB.

Alat dan BahanAlat yang digunakan dalam praktikum ini adalah syringe , jarum, cat gut, silk, stetoskop, thermometer, lampu operasi, towl clamp, needle holder, tang arteri, pinset anatomis, pinset sirurgis, scalpel, tampon bulat, tampon segi empat, plaster, silet, kapas, kain penutup, needle holder, gurita dan peralatan lain yang mendukung operasi. Bahan-bahan yang digunakan adalah, alkohol 70%, iodine tincture 3%, atropin sulfat , xylazine 2%, ketamin 10%, oxytetraxyclin, aamoxicillin dan rivanol. Hewan coba yang digunakan kucing betina. Prosedur Percobaana. Pra OperasiRuang operasi harus dibersihkan sebelum digunakan. Sterilisasi pada peralatan bedah yang bertujuan untuk menghilangkan seluruh mikroba yang terdapat pada alat-alat bedah, agar jaringan yang steril atau pembuluh darah pada pasien yang akan dibedah tidak terkontaminasi oleh mikroba patogen. Selain sterilisasi peralatan bedah, sterilisasi perlengkapan operator, asisten 1 dan asisten 2. Perlengkapan yang dibutuhkan operator dan asisten 1 maupun 2, yaitu tutup kepala, masker, sikat tangan (2 buah per orang), handuk kecil, baju operasi, dan sarung tangan. Perlengkapan-perlengkapan tersebut disterilisasi dengan urutan tertentu. Sterilisasi tersebut dengan metode sterilisasi kering, yaitu oven. Suhu sterilisasi 121oC selam 15 manit. Pemakaian perlengkapan diawali dengan mencuci tangan terlebih dahulu. Kemudian kain pembungkus perlengkapan dibuka dan perlengkapan dipakai dimulai dari tutup kepala, masker. Operator dan asisten mencuci tangan dengan prosedur yang tepat. Tangan operator dan asisten dikeringkan dengan handuk. Masing-masing sisi handuk untuk satu tangan. Operator dan asisten memakai baju operasi, tangan operator dan asisten dimasukkan ke dalam baju yang masih terlipat. Kemudian dengan dibantu asisten yang steril baju operasi dikancingkan. Operator dan asisten memakai sarung tangan. Kucing yang akan dioperasi terlebih dahulu diperiksa kondisi kesehatannya. Kucing diukur suhu (suhu normal kucing 38-39,2C). Kucing dihitung frekuensi nafas dan frekuensi jantungnya (frekuensi denyut jantung normal kucing 120-130/menit, frekuensi nafas normal kucing 20-30/menit). Kucing ditimbang berat badannya dan diperhatikan mukosanya.b. OperasiSebelum operasi, dilakukan pemeriksaan fisik terlebih dahulu untuk mengetahui kondisi hewan yang akan dioperasi. Setelah itu hewan diberi premedikasi berupa atropin dengan rute subkutan 15 menit sebelum diberikan anastesi umum. Selanjutnya anastetikum campuran xylazine dan ketamine diberikan dengan cara injeksi intramuscular. Operasi dilakukan ketika hewan sudah teranastesi. Hewan dicukur di daerah ventral abdomen, setelah hewan diletakkan pada posisi ventrodorsal (terlentang) kemudian daerah sayatan dibersihkan dan didesinfeksi. Sayatan dilakukan pada garis median abdomen (linea alba). Cornua uterus dikeluarkan, kemudian setelah diangkat akan ditemukan ovarium yang tertahan oleh ligamentum dan selaput penggantungnya (mesovarium) dan dijepit menggunakan tang arteri. Benang silk digunakan sebagai pengikat. Hal yang sama dilakukan pada ovarium yang satunya. Pemotongan dilakukan diatas ikatan tersebut secara bersamaan antara ovarium kanan dan kiri. Kornua uteri yang sudah ditali dan lemak dimasukkan ke ruang abdomen kembali. Lemak dalam kondisi kering sehingga ditetesi oleh NaCl fisiologis sebelum lemak tersebut dimasukkan kembali ke ruang abdomen. Setelah semua lemak dimasukkan kembali ditetesi oleh antibiotik penicillin sebanyak 1 mL. Muskulus dijahit menggunakan chromic cet gut dengan jahitan sederhana. Selanjutnya, dilakukan penjahitan pada lemak dengan jahitan continuous menggunakan chromic cet gut. Setelah penjahitan lemak selesai dilakukan pemberian antibiotik oxytetracyclin secara intra muskular dibagian Musculus membranosus. Penjahitan kulit dilakukan menggunakan silk dengan metode jahitan sederhana. Bekas jahitan dibersihkan menggunakan NaCl fisiologis. Kemudian lokasi sekitar jahitan disemprot dengan rivanol, yang selanjutnya disemprot dengan povidone iodine. Luka jahitan ditutup dengan kain kasa yang direkatkan dengan plester. Gurita yang telah disiapkan dipasangkan pada badan hewan dengan posisi kain gurita yang disuir-suir berada pada bagian dorsal (tulang belakang). Hewan dimasukkan ke dalam kandang dan ditidurkan dengan posisi lateral recumbency. Infus diberikan apabila hewan dalam keadaan belum sadar. Pemeberian infus disesuaikan dengan kebutuhan hewan, dan diberikan pada daerah subcutan. Hewan dipantau hingga sadar. c. Post OperasiSelama postoperasi dilakukan pemantauan kondisi hewan seperti temperatur, frekuensi denyut jantung, frekuensi nafas serta kondisi luka. Antibiotik amoxicillin diberikan dua kali sehari, setiap pagi dan sore.HASIL DAN PEMBAHASANSignalement HewanHasil pengamatan pre-operasi yang dilakukan diperoleh signalement sebagai berikut :Hewan: KucingRas/breed: Domestic House Cat (DHS)Nama hewan: CillaJenis kelamin: BetinaBerat badan: 2,7 kgWarna : Hitam, Putih dan Orange Tanda khusus: Tidak ada.Serta diperoleh status present sebagai berikut : Keadaan gizi: BaikFrekuensi nafas: 30 kali/menitFrekuensi jantung: 134 kali/menitSuhu tubuh : 38 Ca. Atropin c. Xylazine= = = = = 0.216 mL= 0.27 mL

b. Ketamin d. Oxytetraxyclin= = = = = 0.27 mL= 0.756 mLe. Amoxicillin = = = 2.16 mLOvariohisterectomy (OH) merupakan tindakan bedah/operasi pengangkatan organ reproduksi betinda dari ovarium sampai dengan uterus. Hal yang harus diperhatikan sebelum operasi dilakukan yaitu pemeriksaan fisik, preparasi hewan, pembiusan, pencukuran daerah sayatan. Pemeriksaan fisik meliputi umur hewan, suhu, frekuensi nafas, frekuensi jantung, dan berat badan untuk menentukan dosis obat bius. Pembiusan dilakukan dengan menggunakan anestesi umum yaitu kombinasi ketamin dan xylazine dengan premedikasi atropin sulfat.Berikut adalah anatomi dari ovariohysterectomy (Hosgood, 1998) : Kedua ovarium berada di caudal ginjal, dengan ovarium kanan berada lebih cranial dan lebih sulit dijangkau. Ligamentum suspensorium yang arahnya craniodorsal dari ovarium menautkan ovarium dengan dinding tubuh. Ligamentum utama dari ovarium menautkan ovarium dengan uterus. Ligamentum yang cukup kuat ini, nantinya akan di jepit dengan tang arteri. Arteri dan vena pada ovarium sangat rapuh dan mudah pecah. Tertetak pada bagian dorsal dari ovarium. Pada hewan tua, arteri dan vena tersebut kadang ditutupi oleh lemak. Ligamentum sekitar menautkan ovarium dengan dorsolateral tubuh.

Operasi ini dilakukan untuk mensterilkan hewan betina dengan maksud menghilangkan fase estrus atau untuk terapi penyakit yang terdapat pada uterus, seperti resiko tumor ovarium, serivks, dan uterus. Selain itu, operasi juga dilakukan untuk memperkecil terjadinya pyometra pada betina yang tidak steril. Sterilisasi biasanya dilakukan saat hewan berumur masih muda. Pada kasus pyometra sterilisasi dilakukan sebagai terapi karena ketidakseimbangan cairan sehingga melalui tindakan bedah ini dapat menyembuhkan penyakit tersebut. Ovariohysterectomy dapat dilakukan pada hampir semua fase siklus reproduksi, tetapi paling baik dilakukan sebelum pubertas dan selama fase anestrus (Rice 1996).Anestesi umum dilakukan untuk menghilangkan kesadaran hewan, menghilangkan rasa sakit, memudahkan pelaksanaan operasi dan menjaga keselamatan operator maupun hewan itu sendiri. Pembiusan anestetikum harus berat badan hewan dan kondisi fisik hewan. . Xylazine mempunyai daya kerja sebagai hipnotikum, anoksia, analgesia, muscle relaxan berpengaruh terhadap sistem kardiovascular. Sedangkan ketamin merupakan golongan anestetikum disosiatif, mempunyai margin of safety yang cukup luas, mendepres fungsi respirasi, menyebabkan adanya reflek menelan. Pemberian obat anestesi diberikan secara intra muscular (IM).Mengurangi efek dari anestetikum ini sebaiknya diberikan premedikasi dengan menggunakan atrophin sulfas. Tujuan premedikasi adalah untuk mengurangi jumlah anestetikum umum yang diperlukan dan meningkatkan batas keamanan, mengurangi rasa takut, menenangkan pasien, mengurangi sekresi kelenjar saliva dan kelenjar selaput lendir saluran pernafasan, mengurangi pergerakan lambung dan usus serta mencegah muntah ketika pasien dalam keadaan tidak sadar, menghambat refleks vaso-vagal sehingga mencegah perlambatan dan henti denyut jantung, mengurangi rasa sakit, rontaan dan rintihan selama masa pemulihan. Sedangkan menurut Ganiswara (1995) premedikasi bertujuan untuk mengurangi efek negatif dari anestesi seperti mengurangi timbulnya hipersalivasi, bradycardia, muntah sebelum dan sesudah operasi, kecemasan, memperlancar induksi, dan mengurangi keadaan gawat anestesi.

No

Paremeter FisiologisMenit ke-

01530456075Ket

1Temperatur C3838,537,836,835,435

2Frekuensi nafas/menit302814121429

3Frekuensi jantung/menit13414586795595

4Reflek klopak mata++---+

5Diameter pupilKecilKecilBesarBesarBesarKecil

Masa OperasiOperasi dilakukan setelah hewan teranastesi dengan kombinasi xylazin dengan ketamin. Sayatan dilakukan pada garis median abdomen (linea alba) berdasarkan pada ukuran dan besar hewan, jika uterus membesar atau memanjang maka sayatan lebih diperpanjang. Pada hewan praktikum, terdapat banyak lemak sehingga penyatan dilakukan dengan sayatan lebih diperpanjang. Selama masa operasi frekuensi jantung fluktuatif dan tidak berada pada batas normal. Hal ini kemungkinan terjadi karena kerja obat anastetikum yang mempunyai kerja menurunkan frekuensi jantung. Pada menit ke-15, frekuensi jantung 145 kali/menit, dilanjutkan pada menit ke-30 frekuensi jantung 86 kali/ menit. Keadaan ini dimungkinkan karena efek ketamin. Efek samping xylazin meliputi bradikardia dan penurunan cardiac output. Menurut Slatter (2003), efek samping yang tidak diinginkan dari ketamin menyebabkan pendepresan kardiovaskuler dan respirasi minimal, dapat menyebabkan hipotermia, recovery yang lamaFrekuensi nafas relatif konstan yaitu berada pada kisaran normal 12-29 kali/ menit. Frekuensi nafas paling rendah terjadi pada menit 45 dengan frekuensi nafas 12 kali/menit dan kembali naik pada menit 60 dengan frekuensi nafas 14 kali/menit. Hal ini tidak berkorelasi positif dengan keadaan pemberian dosis anastetikum yang dilakukan. Seharusnya dengan pemberian dua kali dosis anastetikum, frekuensi nafas pasien mengalami penurunan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Slatter (2003) bahwa efek ketamin adalah menurunkan frekuensi nafas. Suhu tubuh mengalami penurunan selama proses operasi. Pada menit ke-0 suhu tubuh berada pada kisaran normal. Hal ini dimungkinkan kerja obat anstetikum yang belum maksimal. Pada menit berikutnya penurunan suhu tubuh terjadi. Hal ini dapat disebabkan karena efek obat anastetikum. Menurut Sessler (2010), semua jenis anestetikum menyebabkan kemampuan tubuh untuk homeostasis menurun. Ini merupakan faktor yang menyebabkan selama pembiusan suhu pasien akan menurun. Selama operasi OH, besarnya sayatan di abdomen ternyata mempengaruhi besarnya penurunan suhu. Menurut Ardelean et al (2008), kucing yang di OH dengan sayatan kecil mengurangi penurunan suhu 0,5C daripada dengan sayatan besar. Selain itu, bila suhu ruang operasi dingin maka suhu tubuh kucing bisa turun hingga sebesar 3C. Jadi wajar jika suhu yang diperoleh selama operasi menurun. Pupil selama operasi membesar karena saat pembiusan otot-otot termasuk otot mata mengalami relaksasi. Akibat relaksasi ini diameter pupil ini membesar. Diameter pupil selama operasi masih mungkin diukur karena setelah pemberian ketamin, refleks mulut dan menelan tetap ada dan mata masih terbuka (Anonim 2008). Preoperasi dilaku

Post OperasiBerikut adalah tabel hasil pemeriksaan hewan setelah bedah ovariohisterectomyNoparmeter123456

pspspsPSpsps

1.Tmptr39,137,83838,137,738,538,838,338,738,338,337,9

2.Frek nafas483739563954324147413744

3.Frek jntng1151051149712196112931129913792

4.Makan++++++++++++

5.Minum++++

6.Feces--+----+--+-

7. Urinasi+----++---+-

8.Luka Bedah

9.Antibiotik--

10.Waktu06.3017.0007.0017.006.3017.507.5017.0006.3017.006.3017.35

11TTDDHTOSHYSFBTOSHDHYSFBDHSH

Kucing mulai memberikan refleks pada pukul 14.00 WIB dan mulai berdiri dan telungkup pada jam 20.15 WIB. Saat operasi berlangsung dosis anatesi yang digunakan adalah satu kali dosis penuh ditambah dengan induksi maintenance sebanyak dua kali. Hal ini merupakan faktor yang penyebabkan proses recovery yang lama. Kucing juga mengalami urinasi. Selama post operasi frekuensi jantung, nafas dan temperatur dalam kisaran normal. Nafsu makan dan minum kucing normal. Namun defekasi hanya terjadi pada hari ke-2 dengan konsistensi yang cukup padat (konsistensi feses normal kucing) dan urinasi terjadi sehari sekali. Kemungkinan siklus defekasi kucing 2 hari sekali. Perban diganti selama 2 hari sekali dengan pertimbangan bekas luka mulai mengering, namun perban sering terlepas karena aktivitas dari kucing yang suka menjilat-jilati bekas jahitan operasi. Benang jahitan sudah ada yang lepas dihari ke-5 sebelum jahitan dilepas. Kemudian jahitan dilepas pada hari ke-6, bekas jahitan ditemukan bengkak pada salah satu ujuang bagian jahitan.