LAP. DL P'DIANA

download LAP. DL P'DIANA

of 51

description

DL DIANA

Transcript of LAP. DL P'DIANA

MERINTAH KABUPATEN MESUJI BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN PERIKANAN DAN KEHUTANAN (BP4K)Jalan ZA. Pagar Alam No. 03 Simpang Pematang Kabupaten Mesuji Telp. (0726) 7571051

LAPORANPERJALANAN DINASHari/ Tanggal : Rabu, 6 Juli 2011Tempat: Balai Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan (BP3K) Way SerdangMateri: Musrenbang Kecamatan Way Serdang 2013I. PENDAHULUANDalam rangka menyusun Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Mesuji 2013 sesuai dengan tahapan yang telah diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pedoman Pelaksanaan PP Nomor 08 Tahun 2008 Tahapan Tata Cara Penyusuanan dan Evaluasi Pelaksanaan rencana Pembangunan Daerah. Maka akan diselenggarakan Musrenbang Kecamatan tahun 2013, mulai Hari Kamis 28 Februari 2012.II. ISIDalam Rangka Musrenbang Kecamatan ini BP4K menyampaikan sebagai berikut:1. Program peningkatan penerapan teknologi pertanian/perkebunan dengan kegiatan Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pertanian/Perkebunan Tepat Gun.III. KESIMPULAN DAN SARANTanaman palawija adalah merupakan sumber pangan kedua pengganti beras, jadi agribisnis tanaman palawija merupakan potensi bisnis yang baik untuk dikembangkan.IV. PENUTUP

Demikianlah laporan perjalanan ini di buat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya,

Simpang Pematang, 12 Juli 2011Yang Melaporkan

drh. SRI PURWANTINIP.19581107 199303 2 001

MERINTAH KABUPATEN MESUJI BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN PERIKANAN DAN KEHUTANAN (BP4K)Jalan ZA. Pagar Alam No. 03 Simpang Pematang Kabupaten Mesuji Telp. (0726) 7571051

LAPORANPERJALANAN DINASHari/ Tanggal : Senin, 11 Juli 2011Tempat : Kampung Tanjung Mas Makmur Kecamatan Mesji TimurMateri : Musrembang Kecamatan Mesuji timur 2013I. PENDAHULUAN

Kebutuhan jagung di Indonesia saat ini (2004) cukup besar, yaitu lebih dari 10 juta tonpipilan kering per tahun. Adapun konsumsi jagung terbesar untuk pangan dan industry pakan ternak. Hal ini dikarenakan sebanyak 51 % bahan baku pakan ternak adalah jagung. Dari sisi pasar, potensi pemasaran jagung terus mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari semakin berkembangnya industri peternakan yang pada akhirnya akan meningkatkan permintaan jagung sebagai campuran bahan ternak. Selain bahan pakan ternak, saat ini juga berkembang produk pangan dari jagung dalam bentuk tepung jagung di kalanganmasyarakat. Produk tersebut banyak dijadikan bahan baku untuk pembuatan produk pangan. Dengan gambaran potensi pasar jagung tersebut, tentu membuka peluang bagi petani untuk menanam jagung atau meningkatkan produksi jagungnya.

II. ISIBerbeda dengan beberapa jenis tanaman lain, jagung varietas unggul mempunyai batang lebih tinggi dibanding dengan jagung varietas lokal, sehingga diduga boros asimilat. Suatu penelitian simulasi secara mekanik telah dilakukan dengan tujuan memperhitungkan kemungkinan peningkatan hasil biji jagung varietas unggul dengan memperpendek batang tanaman. Penelitian dilakukan menggunakan jagung hibrida Bisi 2 yang telah berbunga di daerah Kulonprogo, dengan perlakuan persentase panjang batang tiap ruas yang dipotong terdiri dari 0 % (tidak dipotong sebagai kontrol), tiap ruas dipotong sepanjang 10, 20, 30, 40, dan 50 %. Perlakuan diatur dengan tata letak acak kelompok, tiap perlakuan diulang tiga kali. Pengamatan dilakukan terhadap tinggi tanaman sebelum dan sesudah pemberian perlakuan, indeks luas daun kumulatif tiap strata daun, distribusi cahaya dalam tajuk, bobot kering hasil potongan, dan distribusi bahan kering pada tongkol. Dari data yang diperoleh diperhitungkan kemungkinan peningkatan hasil biji pada tiap perlakuan. Perkembangan jagung hibrida agak berbeda dibanding tanaman lain. Jagung hibrida mulai dikenalkan di Indonesia pada tahun 1983 yaitu dengan pelepasan jagung hibrida C-1. Pada umumnya jagung hibrida terbaik memberikan hasil lebih tinggi daripada jagung varietas bersari bebas (Sudjana et al., 1991). Penelitian menunjukkan adanya korelasi positif antara jagung yang berbatang tinggi dan hasil. Budiman dan Sujiprihati (2000) dalam penelitiannya mendapatkan bahwa jagung hibrida H-10, H-4, dan H-1 dengan tinggi tanaman berturut-turut 155,03 cm, 185,2 cm, 192,45 cm menghasilkan biji jagung yang lebih banyak dari Arjuna dengan tinggi 174,62 cm, namun lebih rendah dari BISI-2 dengan tinggi 184,18 cm.

III. KESIMPULAN DAN SARANKeuntungan bertanam jagung ternyata sangat besar. Selain biji sebagai hasil utama, batang jagung merupakan bahan pakan ternak yang sangat potensial. Dengan demikian, dalam pengusahaan jagung selain mendapat biji atau tongkol jagung, masih ditambah lagi dengan brangkasannya yang juga memiliki nilai ekonomi tinggi. Dari segi pengelolaan, keuntungan bertanam jagung adalah kemudahan dalam budidaya. Tanaman jagung merupakan tanaman yang tidak membutuhkan perawatan intensif (tidak manja) dan dapat ditanam di hampir semua jenis tanah. Resiko kegagalan bertanam jagung umumnya sangat kecil dibandingkan tanaman palawija lainnya.

IV. PENUTUP

Demikianlah laporan perjalanan ini di buat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya,Simpang Pematang, 15 Juli 2011Yang Melaporkan

IBNU EKO SARJUNI, SPNIP. 19631106 198710 1 001

MERINTAH KABUPATEN MESUJI BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN PERIKANAN DAN KEHUTANAN (BP4K)Jalan ZA. Pagar Alam No. 03 Simpang Pematang Kabupaten Mesuji Telp. (0726) 7571051

LAPORANPERJALANAN DINASHari/ Tanggal : Kamis, 14 Juli 2011Tempat: Balai Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan (BP3K) Mesuji Materi: Pemanfaatan Lahan PekaranganI. PENDAHULUANHidup sehat merupakan dambaan bagi setiap individu, sebab hanya dalam kondisi sehat orang bisa berfikir cemerlang dan tentu saja akan lebih produktif. Jika dikelola dengan baik pekarangan rumah dapat memberikan manfaat bagi kehidupan keluarga seperti : tempat bermain, tempat rekreasi, sumber pangan dan juga sebagai sumber pendapatan. Pemanfaatan lahan pekarangan baik di daerah pedesaan maupun perkotaan bisa mendukung ketahanan pangan nasional dengan memberdayakan potensi pangan lokal yang dimiliki masing-masing daerah.Kementrian Pertanian RI melalui Direktorat Jenderal Hortikultura merencanakan Gerakan Perempuan Untuk Optimalisasi Pekarangan (GPOP). Yang menjadi dasar pelaksanaan adalah Peraturan Presiden No. 22 Tahun 2009 tentang Kebijakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumber daya Lokal yang implementasinya adalah pemberdayaan kelompok wanita melalui Optimalisasi Pemanfaatan Lahan Pekarangan. Tujuan penggagasan GPOP ini adalah untuk memberdayakan perempuan melalui optimalisasi pemanfaatan lahan pekarangan. Sedangkan komoditas utama yang akan dioptimalkan adalah cabai keriting, cabai rawit, sayuran, tanaman obat dan tanaman hias.Selain untuk memperindah lingkungan, lahan pekarangan perlu dimanfaatkan karena pekarangan memiliki potensi besar untuk memproduksi sayuran segar terutama dalam pot, kemampuan perempuan terutama kelas menengah dalam menangani produksi sayur serta perbenihannya guna ketahanan pangan/ekonomi keluarga, dan bisa juga mengurangi biaya transport dan terpeliharanya tingkat kesegaran dengan mendekatkan sentra produksi sayuran segar ke konsumen. Kegiatan pemeliharaan tanaman relatif lebih tertangani adalah manfaat yang kita peroleh dari pekarangan dan tentunya secara ekonomi merupakan salah satu sumber pendapatan keluarga.II. ISIBagi Masyarakat Pedesaan, Pekarangan dapat dipandang sebagai "lumbung hidup" yang tiap tahun diperlukanuntuk mengatasi paceklik dan sekaligus juga merupakan pangkalan induk yang sewaktu-waktu dapat diambil manfaatnya apabila usaha tani di sawah atau tegalan mengalami bencana atau kegagalan akibat serangan hama/penyakit, banjir, kekeringan dan bencana alam lainnya. Usaha pemanfaatan pekarangan sebagai penyuplai gizi keluarga saat ini sudah tersentuh oleh pemerintah melalui Badan Litbang Pertanian yang mulai gencar merintis model Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) yang difokuskan diwilayah pedesaan yang memiliki luas pekarangan berkisar antara 1-4 are. Pemanfaatan lahan pekarangan rumah merupakan salah satu alternatif untuk mewujudkan kemandirian pangan dalam rumah tangga. Tujuan penting yang ingin di capai dalam pengembangan program KRPL ini antara lain : meningkatkan keterampilan keluarga dan masyarakat dalam pemanfaatan lahan, memenuhi kebutuhan pangan dan gizi keluarga dan masyarakat secara lestari, mengembangkan kegiatan ekonomi produktif keluarga serta menciptakan lingkungan hijau yang bersih dan sehat secara mandiri. Bila kita memiliki pekarangan yang luas tentu saja program tersebut dapat dilaksanakan, tapi kemudian akan timbul pertanyaan, bagaimana dengan masyarakat perkotaan yang umumnya tidak memiliki pekarangan, begitu juga dengan perumahan-perumahan yang terbilang cukup sederhana dan sempit, mungkinkah pekarangan masih bisa dimanfaatkan?

Jawabannya mungkin dan bisa asal kita tahu cara atau metode yang digunakan. Sebagai salah satu contoh yaitu dengan menerapkan sistim TABULAPOT (tanaman Buah/bumbu dalam pot). Bila hal ini dapat kita lakukan dan mengaturnya sesuai dengan penataan eksterior tentunya pekarangan rumah akan tampak asri dan juga bermanfaat untuk upaya diversifikasi pangan dan gizi yang secara langsung dapat berkontribusi mewujudkan ketahanan pangan dan meningkatkan kualitas kesehatan. Pemilihan komoditi yang akan di kembangkan tentunya harus mempertimbangkan pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi keluarga serta pengembangannya secara komersial berbasis kawasan. Untuk lebih jelasnya, perhatikanlah beberapa fungsi dan manfaat pekarangan dibawah ini. Pemanfataan pekarangan rumah perlu inovasi. Hal itu dalam upaya menuju ketahanan pangan rumah tangga. Perwujudan dari program tersebut, yaitu dengan inovasi memanfaatkan pekarangan dengan prinsip memenuhi kebutuhan pangan dan gizi keluarga dan masyarakat melalui optimalisasi pemanfaatan pekarangan secara lestari; meningkatkan kemampuan keluarga dan masyarakat dalam pemanfaatan lahan pekarangan di perkotaan maupun perdesaan untuk budidaya tanaman pangan, buah, sayuran dan tanaman obat keluarga (toga) serta pemeliharaan ternak dan ikan.

Fungsi pekarangan secara umum: Sumber pangan keluarga, seperti sayur-sayuran, umbi-umbian, buah-buahan serta ternak dan ikan. Sumber obat-obatan atau apotik hidup. Sumber bumbu, rempah masakan. Sumber pupuk organik. Sumber keindahan/Estetika.Manfaat pekarangan rumah untuk keluarga: Pemenuhan gizi keluarga : ada beberapa tanaman, ternak dan ikan yang dapat dipelihara di pekarangan dan menghasilkan makanan yang dibutuhkan keluarga. Seperti umbi-umbian sebagai sumber vitamin, sedangkan ternak dan ikan sebagai sumber protein dan lemak. Sebagai lumbung ternak : hasil dari usaha pekarangan dapat diambil sewaktu-waktu dan tidak ada musim pacekliknya. Apotik hidup : pekarangan dapat ditanami berbagai tanaman obat yang berkhasiat, jika anggota keluarga sewaktu-waktu sakit dapat ditanggulangi sementara dengan obat yang ada di pekarangan. Menambah penghasilan : pekarangan yang dikelola dengan baik, hasilnya dapat dijual sebagai sumber pendapatan keluarga karena banyak komoditas yang tidak membutuhkan lahan yang luas untuk membsudidayakannya. Menghasilkan bahan bangunan : jenis tanaman pohon seperti bambu, kelapa, nangka dan tanaman lainnya yang ditanam di pekarangan dapat dijadikan bahan bangunan dan kerajinan rumah tangga. Sebagai tempat rekreasi keluarga : pekarangan yang ditata dan dirawat secara teratur akan memberikan keindahan dan rasa tentram bagi orang yang melihatnya. Untuk menunjang keberhasilan masyarakat dalam memanfaatkan pekarangan sebagai penyuplai gizi keluarga perlu dilakukan upaya-upaya sehingga makna lestari seperti yang dicanangkan pada program KRPL tercapai antara lain: Secara aktif harus melibatkan para petugas lapangan daerah setempat. Ketersediaan bibit. Perlu memperhatikan pola dan rotasi tanaman, termasuk sistem integrasi tanaman dan ternak serta penerapan model diversifikasi yang tepat sehingga dapat memenuhi pola pangan harapan dan memberikan kontribusi pendapatan keluarga. (Sumber: disari dari berbagai sumber).III. KESIMPULAN DAN SARANPemanfaatan pekarangan secara optimal akan banyak memberikan keuntungan bagi keluarga itu sendiri khusunya dan masyarakat sekitar umumnya.IV. PENUTUPDemikianlah laporan perjalanan ini di buat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya,Simpang Pematang, 15 Juli 2011Yang Melaporkan

drh. SRI PURWANTINIP.19581107 199303 2 001

MERINTAH KABUPATEN MESUJI BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN PERIKANAN DAN KEHUTANAN (BP4K)Jalan ZA. Pagar Alam No. 03 Simpang Pematang Kabupaten Mesuji Telp. (0726) 7571051

LAPORANPERJALANAN DINASHari/ Tanggal : Kamis, 28 Juli 2011Tempat: Balai Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan (BP3K) Mesuji TimurMateri: Teknis Penyusunan Dupak

I. PENDAHULUANPenyuluhan pertanian adalah sistem pendidikan di luar sekolah (non formal), bagi petani dan keluarganya agar berubah perilakunya untuk bertani lebih baik (better farming), berusahatani lebih menguntungkan (better bussines), hidup lebih sejahtera (better living), dan bermasyarakat lebih baik (better community) serta menjaga kelestarian lingkungannya (better environment). Sebagai fasilitator, penyuluh diharapkan mampu menghubungkan petani dengan sumber teknologi atau dengan pihak-pihak terkait. Sebagai motivator, penyuluh diharapkan mampu memotivasi petani agar berperan aktif mengakses informasi teknologi demi kemajuan usaha tani mereka. Tentu tugas penyuluh di sini tak bisa dibebani dengan tugas diluar kemampuan dan tupoksi mereka. Penyuluh harus fokus dan difokuskan pada upaya perubahan pengetahuan, keterampilan dan sikap petani dalam rangka peningkatan pendapatan dan kesejahteraan mereka. Kreatifitas metode, teknik dan alat bantu penyuluhan mutlak diperlukan dalam mewujudkan hal ini, disamping dukungan bakor/Bapelluhsebagai rumah para penyuluh. Hal hal yang dilakukan tersebut di atas akan sangat bermanfaat bagi peningkatan kinerja dan peningkatan pangkat di dalam jabatan fungsionalnya.II. ISI

Tugas pokok Penyuluh Pertanian adalah melakukan kegiatan persiapan penyuluhan pertanian, pelaksanaan penyuluhan pertanian, evaluasi dan pelaporan, serta pengembangan penyuluhan pertanian.Bidang Kegiatan Penyuluh Pertanian terdiri atas unsur:1. Pendidikan, meliputi sub unsur :a. Pendidikan sekolah dan memperoleh ijazah/gelar;b. Pendidikan dan pelatihan kedinasan dan memperoleh Surat Tanda Tamat Pendidikan dan Pelatihan (STTPP) atau sertifikat;c. Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan.2. Persiapan penyuluhan pertanian, meliputi sub unsur:a. Identifikasi potensi wilayah;b. Memandu penyusunan rencana usaha tani (RUK,RKK, RKD, RKPD/PPP);c. Penyusunan programa penyuluhan pertanian (tim);d. Penyusunan rencana kerja tahunan Penyuluh Pertanian.3. Pelaksanaan penyuluhan pertanian, meliputi sub unsur :a. Penyusunan materi;b. Perencanaan dan penerapan metode penyuluhan pertanian;c. Menumbuhkan/mengembangkan kelembagaan petani.4. Evaluasi dan pelaporan, meliputi sub unsur :a. Evaluasi pelaksanaan penyuluhan pertanian;b. Evaluasi dampak pelaksanaan penyuluhan pertanian.5. Pengembangan profesi, meliputi sub unsur :a. Kegiatan karya tulis/karya ilmiah di bidang pertanian;b. Menerjemahkan/menyadur buku dan bahan-bahan di bidang pertanian;c. Memberikan konsultasi dibidang pertanian yang bersifat konsep.6. Penunjang kegiatan penyuluhan pertanian, meliputi sub unsur :a. Mengikuti Seminar/lokakarya di bidang pertanian;b. Menjadi anggota Tim Penilai;c. Menjadi anggota dewan redaksi dalam media massa bidang pertanian;d. Memperoleh penghargaan/tanda jasa;e. Mengajar/melatih pada Diklat;f. Menjadi anggota organisasi profesi;g. Memperoleh gelar kesarjanaan lainnya.

Sistematika Penyusunan Daftar Penilaian Angka Kredit bagi Penyuluh Pertanian merujuk pada Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 35/Permentan/OT.140/7/2009 Tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan Fungsional Penyuluh Pertanian dan Angka Kreditnya.

III. KESIMPULANPenyuluh pertanian harus bekerja sesuai dengan tupoksinya yang sudah ditetapkan sehingga dalam penyusunan daftar penilaian angka kreditnya dapat berjalan dengan baik.IV. PENUTUPDemikian laporan ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Simpang Pematang, 29 Juli 2011Yang Melaporkan

DIYANA,A.MdNIP.19630115 198703 1 004

MERINTAH KABUPATEN MESUJI BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN PERIKANAN DAN KEHUTANAN (BP4K)Jalan ZA. Pagar Alam No. 03 Simpang Pematang Kabupaten Mesuji Telp. (0726) 7571051

LAPORANPERJALANAN DINASHari/ Tanggal : Rabu, 3 Agustus 2011Tempat: Balai Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan (BP3K) Way Serdang Materi: Teknik Pengendalian Gulma pada Tanaman Perkebunan

I. PENDAHULUAN

Gulma merupakan salah satu faktor pembatas produksi tanaman. Gulma menyerap hara dan air lebih cepatdibanding tanaman pokok (Gupta 1984). .Komunitas gulma dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berkaitan dengan kultur teknis. Spesies gulma yang tumbuh bergantung pada pengairan, pemupukan, pengolahan tanah, dan cara pengendalian gulma (Noor dan Pane 2002). Gulma berinteraksi dengan tanaman melalui persaingan untuk mendapatkan satu atau lebih faktor tumbuh yang terbatas, seperti cahaya, hara, dan air. Tingkat persaingan bergantung pada curah hujan, varietas, kondisi tanah, kerapatan gulma, lamanya tanaman, pertumbuhan gulma, serta umur tanaman saat gulma mulai bersaing (Jatmiko et al. 2002).

II. ISIPengendalian Gulma pada tanaman perkebunan- sebelum kita membahas tentang caraPengendalian Gulma pada tanaman perkebunan sebaiknya kita membahas dahulu apakah itu gulma. Gulma oleh beberapa ahli diartikan sebagai :1. Tanaman penganggu2. Tumbuhan yang harus di kendalikan hingga batas ambang ekonomi yang tidak merugikan3. Tumbuhan yang tumbuh pada tempat4. Tumbuhan yang tumbuh pada tempat yang salah atau tidak di kehendaki5. Tanaman yang tumbuh pada tanaman utama

Pengendalian Gulma pada tanaman perkebunan dapat dilakukan dengan berbagai cara baik yang manual, mekanis dan kimiawi atau kombinasinyaPengendalian gulma secara manual :1. Di cabut2. Di Cangkol3. Di babat4. Ditutup dengan mulsa

Pengendalian Gulma secara mekanis :1. Mengunakan mesin babat2. Menggunakan traktor tangan3. Menggunakan traktorPengendalian Gulma secara kimiawi :1. dengan menggunakan bahan kimia berupa herbisida yang saat ini banyak beredar2. Menggunakan minyak

Pengendalian Gulma pada tanaman perkebunan dapat juga dilakukan dengan kombinasi dari cara diatas.Karena terbatasnya tenaga kerja untuk menyiang, dalam mengendalikan gulma petani mulai beralih dari penyiangan secara manual ke pemakaian herbisida (Pane et al. 1999). Selain itu, penggunaan herbisida lebih ekonomis dan efektif mengendalikan gulma dibanding cara lain, terutama pada hamparan yang luas. (Caseley 1994; Moody 1994; Heong dan Escalada 1995). Pengendalian gulma dimaksudkan untuk menekan atau mengurangi populasi gulma sehingga penurunan hasil secara ekonomis menjadi tidak berarti (Mulyono et al. 2003). Clomazon, kalium MCPA, dan 2,4 D dimetil amina merupakan herbisida dengan persistensi rendah. Menurut Jatmiko et al. (2002), persistensi adalah lamanya aktivitas biologi herbisida dalam tanah yang merupakan akibat dari penyerapan, volatilisasi, pencucian, dan degradasi biologi ataupun nonbiologi. Pada umumnya persistensi herbisida di dalam tanah lebih pendek daripada insektisida dan bervariasi dari beberapa minggu hingga beberapa tahun, bergantung pada struktur dan sifat tanah serta kandungan air di dalam tanah. Herbisida persistensi rendah menandakan lamanya aktivitas biologi herbisida dalam tanah termasuk rendah. Dengan demikian, herbisida yang terserap tanaman padi juga rendah sehingga hasil padi aman dikonsumsi.

III. KESIMPULAN DAN SARAN

Pengendalian gulma pada tanaman perkebunan harus perhatian utama, gulma merupakan pesaing tanaman budidaya.

IV. PENUTUPDemikianlah laporan perjalanan ini di buat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Simpang Pematang, 5 Agustus 2011Yang Melaporkan

JUNAIDI, A.MdNIP. 19620629 198801 1 001

MERINTAH KABUPATEN MESUJI BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN PERIKANAN DAN KEHUTANAN (BP4K)Jalan ZA. Pagar Alam No. 03 Simpang Pematang Kabupaten Mesuji Telp. (0726) 7571051

LAPORANPERJALANAN DINASHari/ Tanggal : Rabu, 10 Agustus 2011Tempat: Balai Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan (BP3K) Mesuji Materi: Dampak pemakaian alat tangkap ikan dengan setrum dan pestisida di perairan umumI. PENDAHULUANPunahnya beberapa jenis ikan diakibatkan oleh beberapa hal; Pertama, akibat prilaku manusia yang menangkap ikan dengan cara penggunaan pukat damper, atau bahkan menggunakan setrum. Tak tanggung, sterum yang digunakan pun memnggunakan genset. Kedua, penggunaan pestisida dan herbisida dan atau pupuk kimia, dalam system pertanian, telah melebihi ambang batas, yang kemudian memusnahkan habitat asli. Ketiga, didatangkannya ikan-ikan dari luar yang cenderung menjadi predator bagi ikan-ikan asli. Sehingga harus menjadi perhatian kita semua, untuk mengantisipasi rusaknya ekosistem, sehingga ancaman bencana ekologi dapat kita antisipasi.II. ISITerjadinya perubahan ekosistem, disebabkan oleh prilaku manusia, yang menjalankan aktivitas dengan tak lagi memperhatikan keseimbangan alam. Selain panoramanya yang indah, daerah perairan kaya akan keanekaragaman hayati, yang menjadi sumber protein masyarakat yang tinggal di sekitar perairan. Namun sayang, kini Ikan-ikan di perairan semakin sulit didapatkan. Bahkan ironisnya, beberapa jenis ikan habitat asli, kini telah punah. Sehingga Peraturan Daerah Tentang Daerah Aliran Sungai Dan Danau harus secara tegas melarang kegiatan beberapa hal seperti; Membuang sampah domestik, baik yang bersifat organic maupun anorganik; Membuang sampah industri, limbah padat dan limbah cair; Membuang tinja; d)Melakukan pengemboman, pembiusan dan/atau penyetruman; Membuka dan/atau menggunakan lahan untuk perkebunan; Menggunakan alat tangkap pukat damper; Menggunakan alat tangkap jaring yang berdiameter kurang dari 2 (dua) inci; Menginteduksi jenis ikan dan tanaman tertentu yang membahayakan habitat lain; Melakukan kegiatan peternakan; Mengembangkan suatu tanaman tertentu yang dapat membahayakan okosistem di daerah aliran sungai dan danau; Menggunakan pestisida secara berlebihan; dan Melakukan kegiatan pertambangan galian C tanpa ijin.Ikan terancam punah, kenyataan menyedihkan ini akibat terjadinya penangkapan dengan cara jahat oleh segelintir penangkap yang menggunakan jala 0,5 inchi, penyentruman, meracuni dan bahkan menggunakan bom. Ironisnya lagi, limbah rumahtangga dan industri pariwisata juga menyebabkan benih ikan makin habis. Ancaman kepunahan ikan yang ada memang mendekati titik memprihatinkan. Hasil tangkapan kian hari semakin sedikit . Realita ini membuat masyarakat nelayan semakin resah karena menurunnya perkonomian. Menurut nelayan tidak berapa lama lagi, ikan tidak akan ada di danau/perairan umum. Masyarakat nelayan sangat mengharapkan pemerintah sesegara mungkin mencegah penyentruman, meracuni, penggunaan bom atau jalan 0,5 inchi dalam penangkapan ikan.Jumlah bilih memang makin habis, akibat usaha penangkapan yang intensif dan kurang ramah lingkungan. Juga akibat perubahan pola pengaturan tata air di danau diduga sebagai penyebab menurunnya populasi ikan. Untuk mencegah kepunahan, masyarakat minta penebaran ikan yang dihasilkan dari pembenihan, dilakukan secara terus menerus. Penyediaan suaka buatan juga dibutuhkan, karena menjadi alternatif untuk menyelamatkan populasinya dari kepunahan. sehingga suaka sejenis perlu dibangun di beberapa lokasi penangkapan. Suaka sebagai sarana untuk memproduksi benih ikan secara alami. Karena berfungsi dengan baik, Perda Tentang Daerah Aliran Sungai Dan Danau yang diterbitkan oleh Pemerintah, sesungguhnya merupakan salah satu upaya pemerintah untuk melindungi ekosistem danau. Namun sayangnya, penerapan Perda ini terkesan tak pernah serius diterapkan. Dan bahkan, Perda ini tak pernah tersosialisasikan dengan baik kepada masyarakat. Peraturan tentang larangan menangkap ikan dengan menggunakan bahan peledak, setrum ( listrik ), ulang ali dan bahan kimia beracun di daerah perairan umum. Dalam Peraturan ditegaskan, jika larangan ( tata tertib ) dilanggar, maka diberikan sanksi hukum dan tindakan, seperti alat yang digunakan untuk menangkap ikan disita dan dimusnahkan dan dikenakan denda semen. Pelaku juga dilarang menangkap ikan selama tiga bulan berturut-turut. Bukan itu saja, pelaku juga diberikan sanksi dan kasusnya diserahkan kepada kepolisian untuk diproses secara hukum. Konservasi sumber daya ikan adalah upaya perlindungan, pelestarian, dan pemanfaatan sumber daya ikan, termasuk ekosistem, jenis, dan genetik untuk menjamin keberadaan, ketersediaan, dan kesinambungannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai dan keanekaragaman sumber daya ikan. Kerusakan lingkungan sumber daya ikan adalah suatu keadaan lingkungan sumber daya ikan di suatu lokasi perairan tertentu yang telah mengalami perubahan fisik, kimiawi dan hayati, sehingga tidak atau kurang berfungsi sebagai tempat hidup,mencari makan, berkembang biak atau berlindung ikan, karena telah mengalami gangguan sedemikian rupa sebagai akibat perbuatan seseorang atau badan hukum. Kita tentunya sangat berharap daerah perairan akan dapat memberikan manfaat bagi kelangsungan hidup masyarakat yang tinggal disekitar perairan. Dan tentu saja kita sebagai generasi yang ada saat ini, harus benar-benar bertanggungjawab menjaga dan melestarikan keberadaan Daerah Perairan, agar kita tak akan disalahkan generasi yang akan datang. Karena bumi tempat kita berpijak, merupakan titipan generasi kita yang akan datang. Sehingga kita harus bertanggungjawab, bumi ini tak akan mendatangkan bencana pada anak cucu kita.III. KESIMPULAN DAN SARANBangkit dan bergeraklah, menuju habitus baru, dimana bumi tak harus musnah oleh prilaku kita manusia, yang tak lagi menjadikan etika sebagai cermin dalam meperlakukan alam dan sesama.IV. PENUTUPDemikianlah laporan perjalanan ini di buat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Simpang Pematang, 12 Agustus 2011Yang Melaporkan

IBNU EKO SARJUNI, SPNIP. 19631106 198710 1 001

MERINTAH KABUPATEN MESUJI BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN PERIKANAN DAN KEHUTANAN (BP4K)Jalan ZA. Pagar Alam No. 03 Simpang Pematang Kabupaten Mesuji Telp. (0726) 7571051

LAPORANPERJALANAN DINASHari/ Tanggal : Kamis, 11 Agustus 2011Tempat: Balai Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan (BP3K) Rawa Jitu Utara Materi: Budidaya Tanaman Jagung

I. PENDAHULUANJagung sampai saat ini masih merupakan komoditi strategis kedu ung masih merupakan bahan makanan pokok kedua setelah beras. Jagung juga mempunyai arti penting dalam pengembangan industri di Indonesia karena merupakan bahan baku untuk industri pangan maupun industri pakan ternak khusus pakan ayam. Dengan semakin berkembangnya industri pengolahan pangan di Indonesia maka kebutuhan akan jagung akan semakin meningkat pula. Usaha peningkatan produksi jagung di Indonesia telah digalakan melalui dua program utama yakni: (1) Ekstensifikasi (perluasan areal) dan (2) intensifikasi (peningkatan produktivitas). Program peluasan areal tanaman jagung selain memanfaatkan lahan kering juga lahan sawah, baik sawah irigasi maupun lahan sawah tadah hujan melalui pengaturan pola tanam. Usaha peningkatan produksi jagung melalui program intensifikasi adalah dengan melakukan perbaikan teknologi dan manajemen pengelolaan. Usaha-usaha tersebut nyata meningkatkan produktivitas jagung terutama dengan penerapan teknologi inovatif yang lebih berdaya saing (produktif, efisien dan berkualitas) telah dapat menghasilkan jagung sebesar 7 9 ton/ha seperti ditem ukannya varietas ungul baru dengan tingkat produktvitas tinggi dan metode manajemen pengelolaan tanaman dan sumberdaya secara terpadu.

II. ISIJagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting, selain gandum dan padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah dan Selatan, jagung juga menjadi alternatif sumber pangan di Amerika Serikat. Penduduk beberapa daerah di Indonesia (misalnya di Madura dan Nusa Tenggara) juga menggunakan jagung sebagai pangan pokok. Selain sebagai sumber karbohidrat, jagung juga ditanam sebagai pakan ternak (hijauan maupun tongkolnya), diambil minyaknya (dari bulir), dibuat tepung (dari bulir, dikenal dengan istilah tepung jagung atau maizena), dan bahan baku industri (dari tepung bulir dan tepung tongkolnya). Tongkol jagung kaya akan pentosa, yang dipakai sebagai bahan baku pembuatan furfural. Jagung yang telah direkayasa genetika juga sekarang ditanam sebagai penghasil bahan farmasi.

SYARAT PERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG Curah hujan ideal sekitar 85-200 mm/bulan dan harus merata. Pada fase pembungaan dan pengisian biji perlu mendapatkan cukup air. Sebaiknya ditanam awal musim hujan atau menjelang musim kemarau. Membutuhkan sinar matahari, tanaman yang ternaungi, pertumbuhannya akan terhambat dan memberikan hasil biji yang tidak optimal.

Suhu optimum antara 230 C 300 C. Jagung tidak memerlukan persyaratan tanah khusus, namun tanah yang gembur, subur dan kaya humus akan berproduksi optimal. pH tanah antara 5,6-7,5. Aerasi dan ketersediaan air baik, kemiringan tanah kurang dari 8 %. Daerah dengan tingkat kemiringan lebih dari 8 %, sebaiknya dilakukan pembentukan teras dahulu. Ketinggian antara 1000-1800 m dpl dengan ketinggian optimum antara 50-600 m dpl.

PANDUAN BUDIDAYA TANAMAN JAGUNG

A. Syarat Benih JagungBenih sebaiknya bermutu tinggi baik genetik, fisik dan fisiologi (benih hibryda). Daya tumbuh benih lebih dari 90%. Kebutuhan benih + 20-30 kg/ha. Sebelum benih ditanam, sebaiknya direndam dalam POC NASA (dosis 2-4 cc/lt air semalam).

B. Pengolahan TanahLahan dibersihkan dari sisa tanaman sebelumnya, sisa tanaman yang cukup banyak dibakar, abunya dikembalikan ke dalam tanah, kemudian dicangkul dan diolah dengan bajak. Tanah yang akan ditanami dicangkul sedalam 15-20 cm, kemudian diratakan. Setiap 3 m dibuat saluran drainase sepanjang barisan tanaman. Lebar saluran 25-30 cm, kedalaman 20 cm.Saluran ini dibuat terutama pada tanah yang drainasenya jelek. Di daerah dengan pH kurang dari 5, tanah dikapur (dosis 300 kg/ha) dengan cara menyebar kapur merata/pada barisan tanaman, + 1 bulan sebelum tanam. Sebelum tanam sebaiknya lahan disebari GLIO yang sudah dicampur dengan pupuk kandang matang untuk mencegah penyakit layu pada tanaman jagung.

C. PemupukanTakaran per hektar pupuk kandang 2 ton, urea 300 kg, SP36 150 kg, KCl 75 kg. Pupuk urea diberikan 2 kali, masing-masing 1/2 bagian pada saat tanaman berumur 18 hari dan 35 hari. Sedangkan pupuk kandang, SP36 dan KCl diberikan seluruhnya pada saat tanam.

D. Penanaman JagungWaktu tanam Sebaiknya musim penghujan.

1. Penentuan Pola Tanaman JagungBeberapa pola tanam yang biasa diterapkan : Tumpang gilir ( Multiple Cropping ),dilakukan secara beruntun sepanjang tahun dengan mempertimbangkan faktor-faktor lain untuk mendapat keuntungan maksimum. Contoh: jagung muda, padi gogo, kedelai, kacang tanah, dll. Tumpang sari ( intercropping ),melakukan penanaman lebih dari 1 tanaman (umur sama atau berbeda). Contoh: tumpang sari sama umur seperti jagung dan kedelai; tumpang sari beda umur seperti jagung, ketela pohon, padi gogo. Tanaman Campuran ( Mixed Cropping ), penanaman terdiri beberapa tanaman dan tumbuh tanpa diatur jarak tanam maupun larikannya, semua tercampur jadi satu. Lahan efisien, tetapi riskan terhadap ancaman hama dan penyakit. Contoh: tanaman campuran seperti jagung, kedelai, ubi kayu. Tanaman Bersisipan ( Relay Cropping ),pola tanam dengan menyisipkan satu atau beberapa jenis tanaman selain tanaman pokok (dalam waktu tanam yang bersamaan atau waktu yang berbeda). Contoh: jagung disisipkan kacang tanah, waktu jagung menjelang panen disisipkan kacang panjang.

2. Lubang Tanam dan Cara Tanam Tanaman JagungLubang tanam ditugal, kedalaman 3-5 cm, dan tiap lubang hanya diisi 1 butir benih. Jarak tanam jagung disesuaikan dengan umur panennya, semakin panjang umurnya jarak tanam semakin lebar. Jagung berumur panen lebih 100 hari sejak penanaman, jarak tanamnya 40100 cm (2 tanaman /lubang). Jagung berumur panen 80-100 hari, jarak tanamnya 2575 cm (1 tanaman/lubang).PenyianganPenyiangan dilakukan 2 minggu sekali. Penyiangan pada tanaman jagung yang masih muda dapat dengan tangan atau cangkul kecil, garpu dll. Penyiangan jangan sampai mengganggu perakaran tanaman yang pada umur tersebut masih belum cukup kuat mencengkeram tanah maka dilakukan setelah tanaman berumur 15 hari.Penjarangan dan PenyulamanTanaman yang tumbuhnya paling tidak baik, dipotong dengan pisau atau gunting tajam tepat di atas permukaan tanah. Pencabutan tanaman secara langsung tidak boleh dilakukan, karena akan melukai akar tanaman lain yang akan dibiarkan tumbuh. Penyulaman bertujuan untuk mengganti benih yang tidak tumbuh/mati, dilakukan 7-10 hari sesudah tanam (hst). Jumlah dan jenis benih serta perlakuan dalam penyulaman sama dengan sewaktu penanaman.Pengairan dan PenyiramanSetelah benih ditanam, dilakukan penyiraman secukupnya, kecuali bila tanah telah lembab, tujuannya menjaga agar tanaman tidak layu. Namun menjelang tanaman berbunga, air yang diperlukan lebih besar sehingga perlu dialirkan air pada parit-parit di antara bumbunan tanaman jagung.PembumbunanPembumbunan dilakukan bersamaan dengan penyiangan untuk memperkokoh posisi batang agar tanaman tidak mudah rebah dan menutup akar yang bermunculan di atas permukaan tanah karena adanya aerasi. Dilakukan saat tanaman berumur 6 minggu, bersamaan dengan waktu pemupukan. Tanah di sebelah kanan dan kiri barisan tanaman diuruk dengan cangkul, kemudian ditimbun di barisan tanaman. Dengan cara ini akan terbentuk guludan yang memanjang

III. KESIMPULAN DAN SARANJagung merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting, selain gandum dan padi. IV. PENUTUPDemikianlah laporan perjalanan ini di buat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Simpang Pematang, 15 Agustus 2011Yang Melaporkan

DIYANA,A.MdNIP.19630115 198703 1 004

MERINTAH KABUPATEN MESUJI BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN PERIKANAN DAN KEHUTANAN (BP4K)Jalan ZA. Pagar Alam No. 03 Simpang Pematang Kabupaten Mesuji Telp. (0726) 7571051

LAPORANPERJALANAN DINASHari/ Tanggal : Senin, 15 Agustus 2011Tempat: Balai Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan (BP3K) Mesuji TimurMateri: Pemeliharaan Tanaman Karet (TM)I. PENDAHULUANKaret merupakan salah satu komoditi perkebunan penting, baik sebagai sumber pendapatan, kesempatan kerja dan devisa, pendorong pertumbuhan ekonomi sentra-sentra baru di wilayah sekitar perkebunan karet maupun pelestarian lingkungan dan sumberdaya hayati. Namun sebagai negara dengan luas areal terbesar dan produksi kedua terbesar dunia, Indonesia masih menghadapi beberapa kendala, yaitu rendahnya produktivitas, terutama karet rakyat yang merupakan mayoritas (91%) areal karet nasional dan ragam produk olahan yang masih terbatas, yang didominasi oleh karet remah (crumb rubber). Rendahnya produktivitas kebun karet rakyat disebabkan oleh banyaknya areal tua, rusak dan tidak produktif, penggunaan bibit bukan klon unggul serta kondisi kebun yang menyerupai hutan. Oleh karena itu perlu upaya percepatan peremajaan karet rakyat dan pengembangan industri hilir.Kondisi agribisnis karet saat ini menunjukkan bahwa karet dikelola oleh rakyat, perkebunan negara dan perkebunan swasta. Pertumbuhan karet rakyat masih positif walaupun lambat yaitu 1,58%/tahun, sedangkan areal perkebunan negara dan swasta sama-sama menurun 0,15%/th. Oleh karena itu, tumpuan pengembangan karet akan lebih banyak pada perkebunan rakyat. Namun luas areal kebun rakyat yang tua, rusak dan tidak produktif mencapai sekitar 400 ribu hektar yang memerlukan peremajaan. Persoalannya adalah bahwa belum ada sumber dana yang tersedia untuk peremajaan. Di tingkat hilir, jumlah pabrik pengolahan karet sudah cukup, namun selama lima tahun mendatang diperkirakan akan diperlukan investasi baru dalam industri pengolahan, baik untuk menghasilkan crumb rubber maupun produk-produk karet lainnya karena produksi bahan baku karet akan meningkat. Kayu karet sebenarnya mempunyai potensi untuk dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan furniture tetapi belum optimal, sehingga diperlukan upaya pemanfaatan lebih lanjut. Tujuan pengembangan karet ke depan adalah mempercepat peremajaan karet rakyat dengan menggunakan klon unggul, mengembangkan industri hilir untuk meningkatkan nilai tambah, dan meningkatkan pendapatan petani. Sasaran jangka panjang (2025) adalah: (a) Produksi karet mencapai 3,5-4 juta ton yang 25% di antaranya untuk industri dalam negeri; (b) Produktivitas meningkat menjadi 1.200-1.500 kg/ha/th dan hasil kayu minimal 300 3 m /ha/siklus; (c) Penggunaan klon unggul (85%); (d) Pendapatan petani menjadi US$ 2.000/KK/th dengan tingkat harga 80% dari harga FOB; dan (e) Berkembangnya industri hilir berbasis karet.

Sasaran jangka menengah (2005-2009) adalah: (a) Produksi karet mencapai 2,3 juta ton yang 10% di antaranya untuk industri dalam negeri; (b) Produktivitas meningkat menjadi 800 kg/ha/th dan hasil kayu minimal 3 300 m /ha/siklus; (c) Penggunaan klon unggul (55%); (d) Pendapatan petani menjadi US$ 1.500/KK/th dengan tingkat harga 75% dari harga FOB; dan (e) Berkembangnya industri hilir berbasis karet di sentrasentra produksi karet.

II. ISIPemeliharaan Tanaman yang umum dilakukan pada perkebunan tanaman karet meliputi pengendalian gulma, pemupukan dan pemberantasan penyakit tanaman. 1. Pengendalian gulma. Areal pertanaman karet, baik tanaman belum menghasilkan (TBM) maupun tanaman sudah menghasilkan (TM) harus bebas dari gulma seperti alang-alang, Mekania, Eupatorium, dll sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik.2. Program pemupukanSelain pupuk dasar yang telah diberikan pada saat penanaman, program pemupukan secara berkelanjutan pada tanaman karet harus dilakukan dengan dosis yang seimbang dua kali pemberian dalam setahun. Jadwal pemupukan pada semeseter I yakni pada Januari/Februari dan pada semester II yaitu Juli/Agustus. Seminggu sebelum pemupukan, gawangan lebih dahulu digaru dan piringan tanaman dibersihkan. Pemberian SP-36 biasanya dilakukan dua minggu lebih dahulu dari Urea dan KCl.3. Pemberantasan Penyakit TanamanPenyakit karet sering menimbulkan kerugian ekonomis di perkebunan karet. Kerugian yang ditimbulkannya tidak hanya berupa kehilangan hasil akibat kerusakan tanaman, tetapi juga biaya yang dikeluarkan dalam upaya pengendaliannya. Oleh karena itu langkah-langkah pengendalian secara terpadu dan efisien guna memperkecil kerugian akibat penyakit tersebut perlu dilakukan. Lebih 25 jenis penyakit menimbulkan kerusakan di perkebunan karet. Penyakit tersebut dapat digolongkan berdasarkan nilai kerugian ekonomis yang ditimbulkannya.

III. KESIMPULAN DAN SARANDalam kegiatan budidaya tanaman, pemeliharaan tanaman harus dilakukan sesuai anjuran, agar supaya diperoleh hasil yang optimal.IV. PENUTUPDemikianlah laporan perjalanan ini di buat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Simpang Pematang, 18 Agustus 2011Yang Melaporkan

drh. SRI PURWANTINIP.19581107 199303 2 001

MERINTAH KABUPATEN MESUJI BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN PERIKANAN DAN KEHUTANAN (BP4K)Jalan ZA. Pagar Alam No. 03 Simpang Pematang Kabupaten Mesuji Telp. (0726) 7571051

LAPORANPERJALANAN DINASHari/ Tanggal : Kamis, 25 Agustus 2011Tempat: Balai Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan (BP3K) Panca Jaya Materi: Bibit Unggul Inseminasi Buatan

I. PENDAHULUANRekayasa reproduksi adalah suatu usaha manusia untuk mengembangbiakan makhluk hidup dengan cara rekayasa tahapan-tahapan proses reproduksi yang berlangung secara alami. Rekayasa reproduksi tidak hanya dilakukan pada tumbuhan dan hewan, tetapi manusia juga bisa dijadikan objek dalam teknologi. Ada beberapa teknik rekayasa reproduksi yang kita kenal, antara lain dengan cara kultur jaringan, kloning, hibridisasi, inseminasi buatan, dan bayi tabungII. ISIInseminasi buatan adalah pembuahan atau fertilisasi yang terjadi pada sel telur dengan sperma yang disuntikkan pada kelamin betina. Jadi, fertilisasi ini tidak membutuhkan hewan jantan, tetapi hanya membutuhkan spermanya saja. Inseminasi buatan dilakukan karena bibit pejantan unggul yang hendak dikawinkan dengan bibit betina lokal tidak memiliki waktu masa subur yang bersamaan. Bibit pejantan unggul dikawinkan dengan bibit betina lokal supaya dapat menghasilkan keturunan yang lebih baik. Teknologi ini menggunakan metode penyimpanan sperma pada suhu rendah (-80 sampai -20). Jadi, untuk mendapatkan bibit pejantan unggul untuk mengawini bibit betina lokal tidak perlu dengan membawa individunya tetapi cukup dengan membawa spermanya. Hal ini juga memudahkan proses pengiriman dari suatu negara ke negara lain.Pelaksanaan kegiatan Inseminasi Buatan (IB) merupakan salah satu upaya penerapan teknologi tepat guna yang merupakan pilihan utama untuk peningkatan populasi dan mutu genetik ternak. Melalui kegiatan IB,penyebaran bibit unggul ternak sapi dapat dilakukan dengan murah, mudah dan cepat, serta diharapkan dapat meningkatkan pendapatan para peternak. Berdasarkan hasil evaluasi kegiatan IB s/d tahun 2009, pencapaian sasaran IB belum sesuai dengan harapan. Oleh karena itu, perlu upaya guna memperbaiki kinerja pelayanan IB yang diatur dalam Pedoman IB pada Ternak Sapi. Upaya-upaya yang perlu dilakukan untuk percepatan peningkatan populasi melalui penyerentakan birahi dan pemanfaatkan bioteknologi reproduksi lain selain IB, yaitu dengan optimalisasi reproduksi ternak betina untuk kelahiran ganda menggunakan kombinasi IB dan Transfer Embrio (TE) dalam satu masa kebuntingan. Pedoman ini disusun dengan maksud untuk dapat dipedomani serta dijabarkan lebih lanjut oleh semua petugas teknis IB, agar dapat menunjang kelancaran pelaksanaan kegiatan. Dan pedoman ini memuat tentang Tata Cara dan Syarat-syarat Pelatihan serta Penyelenggaraan Penyerentakan Birahi, IB dan kelahiran ganda kombinasi IB dan TE.

Dampak positif rekayasa reproduksi sebagai berikut: Menciptakan bibit unggul. Meningkatkan gizi masyarakat. Melestarikan plasma nutfah. Meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi sesuai dengan keinginan manusia. Membantu pasangan yang kesulitan mendapatkan anak dengan jalan pintas yaitu bayi tabung.

Dampak negatif rekayasa reproduksi sebagai berikut: Pada perbanyakan keturunan dengan kultur jaringan yang memiliki materi genetis yang sama akan mudah terkena penyakit.

III. KESIMPULAN DAN SARANPelaksanaan kegiatan Inseminasi Buatan (IB) pada ternak merupakan salah satu upaya penerapan teknologi tepat guna yang merupakan pilihan utama untuk peningkatan populasi dan mutu genetiki. Melalui kegiatan IB, penyebaran bibit unggul ternak dapat dilakukan dengan murah, mudah dan cepat, serta diharapkan dapat meningkatkan pendapatan para peternak.

IV. PAENUTUPDemikianlah laporan perjalanan ini di buat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Simpang Pematang, 29 Agustus 2011Yang Melaporkan

DIYANA,A.MdNIP.19630115 198703 1 004

MERINTAH KABUPATEN MESUJI BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN PERIKANAN DAN KEHUTANAN (BP4K)Jalan ZA. Pagar Alam No. 03 Simpang Pematang Kabupaten Mesuji Telp. (0726) 7571051

LAPORANPERJALANAN DINASHari/ Tanggal : Senin, 12 September 2011Tempat: Balai Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan (BP3K) Mesuji TimurMateri: Budidaya Padi Sawah dengan Sistem Jajar Legowo I. PENDAHULUAN

Cara tanam jajar legowo adalah cara tanam berselang-seling dua baris. Kata Legowo diambil dari bahasa Jawa yaitu Lego dan Dowo. Lego artinya luas, dan dowo artinya memanjang. Teknologi Legowo merupakan rekayasa teknik tanam dengan mengatur jarak tanam antar rumpun dan antar barisan sehingga terjadi pemadatan rumpun padi dalam barisan dan melebar jarak antar barisan sehingga seolah-olah rumpun padi berada dibarisan pinggir dari pertanaman yang memperoleh manfaat sebagai tanaman pinggir.

II. ISI

Cara tanam jajar legowo telah banyak diterapkan petani karena memberikan beberapa keuntungan, antara lain: semua barisan rumpun tanaman berada pada bagian pinggir yang biasanya memberi hasil lebihtinggi (efek tanaman pinggir); pengendalian hama, penyakit, dan gulma lebih mudah; terdapat ruang kosong untuk pengaturan air, pengumpulan keong emas atau untuk mina padi; penggunaan pupuk lebih efisien.

Cara tanam jajar legowo untuk padi sawah secara umum bisa dilakukan dengan berbagai tipe yaitu: legowo (2:1), (3:1), (4:1), (5:1), (6:1) atau tipe lainnya. Namun dari hasil penelitian, tipe terbaik untuk mendapatkan produksi gabah tertinggi dicapai oleh legowo 4:1, dan untuk mendapat bulir gabah berkualitas benih dicapai oleh legowo 2:1. Pengertian jajar legowo 4 : 1 adalah cara tanam yang memiliki 4 barisan kemudian diselingi oleh 1 barisan kosong dimana pada setiap baris pinggir mempunyai jarak tanam >2 kali jarak tanam pada barisan tengah. Dengan demikian, jarak tanam pada tipe legowo 4 : 1 adalah 20 cm (antar barisan dan pada barisan tengah) x 10 cm (barisan pinggir) x 40 cm (barisan kosong).Pengertian jajar legowo 2 : 1 adalah cara tanam yang memiliki 2 barisan kemudian diselingi oleh 1 barisan kosong dimana pada setiap baris pinggir mempunyai jarak tanam 1/2 kali jarak tanam antar barisan. Dengan demikian, jarak tanam pada tipe legowo 2 : 1 adalah 20 cm (antar barisan) x 10 cm (barisan pinggir) x 40 cm (barisan kosong). Modifikasi jarak tanam pada cara tanam legowo bisa dilakukan dengan berbagai pertimbangan. Secara umum, jarak tanam yang dipakai adalah 20 cm dan bisa dimodifikasi menjadi 22,5 cm atau 25 cm sesuai pertimbangan varietas padi yang akan ditanam atau tingkat kesuburan tanahnya. Jarak tanam untuk padi yang sejenis dengan varietas IR-64, seperti varietas Ciherang cukup dengan jarak 20 cm, sedangkan untuk varietas padi yang punya penampilan lebih lebat dan tinggi perlu diberi jarak tanam yang lebih lebar misalnya antara 22,5 - 25 cm. Demikian juga pada tanah yang kurang subur cukup digunakan jarak tanam 20 cm, sedangkan pada tanah yang lebih subur perlu diberi jarak tanam yang lebih lebar misalnya 22,5 cm atau pada tanah yang sangat subur jarak tanamnya 25 cm. Pemilihan ukuran jarak tanam bertujuan agar mendapat hasil optimal.

Tujuan Jejer Legowo adalah sebagai berikut : Memanfaatkan sinar matahari bagi tanaman yang berada pada bagian pinggir barisan. Semakin banyak sinar matahari yang mengenai tanaman, maka proses fotosintesis oleh daun tanaman akan semakin tinggi sehingga akan mendapatkan bobot buah yang lebih berat. Mengurangi kemungkinan serangan hama, terutama tikus. Pada lahan yang relatif terbuka, hama tikus kurang suka tinggal di dalamnya. Menekan serangan penyakit. Pada lahan yang relatif terbuka, kelembaban akan semakin berkurang, sehingga serangan penyakit juga akan berkurang. Mempermudah pelaksanaan pemupukan dan pengendalian hama / penyakit. Posisi orang yang melaksakan pemupukan dan pengendalian hama / penyakit bisa leluasa pada barisan kosong di antara 2 barisan legowo. Menambah populasi tanaman. Misal pada legowo 2 : 1, populasi tanaman akan bertambah sekitar 30 %. Bertambahnya populasi tanaman akan memberikan harapan peningkatan produktivitas hasil.

TEKNIK PENANAMAN PADI SAWAH DENGAN JAJAR LEGOWOPembuatan Baris Tanam Tahap awal adalah membuat baris tanam, sesuai dengan jarak yang dikehendaki. Lahan sawah yang telah siap ditanami, 1-2 hari sebelumnya dilakukan pembuangan air sehingga lahan dalam keadaan macak-macak. Ratakan dan datarkan sebaik mungkin. Selanjutnya dilakukan pembentukan garis tanam yang lurus dan jelas dengan cara menarik alat garis tanam yang sudah dipersiapkan sebelumnya serta dibantu dengan tali yang dibentang dari ujung ke ujung lahan.

Tanam Bibit padi yang digunakan sebaiknya berumur kurang dari 21 hari. Gunakan 1-3 bibit per lubang tanam pada perpotongan garis yang sudah terbentuk. Cara laju tanam dapat maju atau mundur, tergantung dari kebiasaan penanam.

Pemupukan Teknik pemupukan yang digunakan dilakukan dengan cara tabur. Posisi orang yang melakukan pemupukan berada pada barisan kosong di antara 2 barisan legowo. Pupuk ditabur ke kiri dan ke kanan dengan merata, sehingga 1 kali jalan dapat melalukan pemupukan 2 barisan legowo. Khusus cara pemupukan pada legowo 2 : 1 boleh dengan cara ditabur di tengah alur dalam barisan legowonya.

Penyiangan Penanggulangan gulma/Penyiangan bisa dilakukan dengan tangan atau dengan menggunakan alat siang seperti landak/gasrok.

Pengendalian Hama dan Penyakit Pengendalian hama dan penyakit dengan menggunakan alat semprot atau handsprayer, posisi orang berada pada barisan kosong di antara 2 barisan legowo.

III. KESIMPULAN DAN SARANSistem jajar legowo adalah penerapan teknologi untuk meningkatkan produksi padi.

IV. PENUTUPDemikian laporan ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Simpang Pematang, 15 September 2011Yang Melaporkan

DIYANA,A.MdNIP.19630115 198703 1 004

MERINTAH KABUPATEN MESUJI BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN PERIKANAN DAN KEHUTANAN (BP4K)Jalan ZA. Pagar Alam No. 03 Simpang Pematang Kabupaten Mesuji Telp. (0726) 7571051

LAPORANPERJALANAN DINASHari/ Tanggal : Kamis, 14 September 2011Tempat: Balai Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan (BP3K) Rawa Jitu Utara Materi: Mina PadiI. PENDAHULUANTujuan Pembangunan Nasional diantaranya adalah meningkatkan pendapatan petani. Salah satu caranya ialah dengan meningkatkan efisiensi penggunaan lahan, seperti dengan menerapkan teknologi mina padi pada lahan persawahan. Sistem pemeliharaan mina padi adalah ikan dipelihara bersama 30 hari dan benih ikan mencapai ukuran 30-40 ekor/kg dari waktu tanamn hingga penyiangan pertama atau kedua.Tujuan sistim mina padi adalah untuk:1) Mendukung peningkatan produksivitas lahan.2) Meningkatan pendapatan petani.3) Meningkatan kualitas makanan bagi penduduk pedesaan.

II. ISI

Minapadi merupakan salah satu tipe budidaya ikan di sawah yang mengintegrasikan tanaman padi dan ikan secara bersamaan. Keuntungan yang didapatkan dengan menggunakan teknik budidaya minapadi ini, lahan sawah menjadi subur dengan adanya kotoran ikan yang mengandung berbagai unsur hara, meningkatkan efisiensi penggunaan lahan, dan meningkatkan pendapatan petani. Melalui minapadi, gizi keluarga juga dapat terpenuhi dan resiko kegagalan panen dapat dikurang. Selain itu, minapadi dapat menjadi solusi paling baik dalam menghadapi perubahan iklim yang ekstrim seperti saat ini. Sebab, teknik budidaya minapadi terdiri dari dua metode yang bisa dilakukan sekaligus dalam satu musim tanam, yaitu metode penyelang dan metode tumpang sari. Metode penyelang berarti pemeliharaan ikan di sawah menjelang penanaman padi seraya menunggu hasil semaian padi untuk dapat ditanam. Sedangkan metode tanam tumpang sari adalah pemeliharaan ikan atau udang bersama padi pada satu hamparan.Budidaya minapadi mudah selain itu murah sehingga petani tidak terlalu mengeluarkan banyak modal baik untuk tenaga dan biaya. Dengan Mina Padi, petani tidak hanya dapat mendapatkan keuntungan dari hasil tanaman padi saja, tapi juga dari pemasaran ikan atau hewan air yang dibudidayakan. Memang agak sulit mengajak petani untuk mengikuti program Mina Padi. Banyak yang membayangkan mina padi ini akan menganggu produktivitas tanaman padi karena ikan dapat menghambat perkembangannya. Padahal, dengan adanya pengembangan ikan dilahan yang sama dengan tanaman padi, malah membuat semakin subur tanaman dan membantu membasmi hama yang datang. . Ternyata hidup saling bersama antara tanaman padi dan ikan tidak menganggu dan sebaliknya menambah nilai pendapatan petani yang mengembangkannya. Tanaman padi yang selama ini menggunakan bahan organik baik pupuk dan bahan pestisidanya tidak akan menggangu ikan atau mematikannya. Bahan-bahan pestisida nabati ini malah membuat ikan tumbuh dengan ukuran besar. Persyaratan Minapadi1) Petakan sawah mempunyai pematang keliling yang kuat, dapat menahan air dan tidak bocor. Lebar pematang 30-50 cm dan tingginya 40-50 cm.2) Saluran pemasukan dan pengeluaran dilengkapidengan saringan (kawat, bambu dan lainnya).3) Bentuk parit atau kemalir dan lebarnya disesuaikan dengan luas petakansawah, yaitu 2-3 %. Dalam kemalir adalah 20-30 cm. Berbagai bentuk4) Penanaman padi aturannya disesuaikan dengan ketentuan 10 (sepuluh) unsur paket teknologi, yaitu:a. Pengelolaan tanah meliputi: penggenangan, perbaikan pematang, pembabadan jerami, pembajakan dan pencangkulan serta pemerataan permukaan tanah.b. Tataguna air yang sesuai dengan jumlah dan waktu kebutuhan tanaman dan diatur secara bergiliran.c. Menggunakan benih berlabel biru dan memilih yang tahan terhadap genangan.d. Pemupukan berimbang, dimana dosis per hektar adalah UREA (200 kg), TSP (100 kg), KCL (75 kg), dan ZA(100 kg)e. Pengendalian hama secara terpadu tanpa membahayakan bagi kehidupan ikan.f. Pengaturan jarak tanam, pada musim hujan adalah 30 x 15 cm dan 22 x 22 cm untuk musim kemarau. Tiap rumpun padi terdiri dari 3 batang.g. Pengaturan pola tanam bertujuan untuk memotong siklus hidup hama.h. Pergiliran varietas padi yang ditanam. i. Penen dan pascapanen yang meliputi waktu panen, cara panen, perontokan, pembersihan, pengeringan dan penyimpanan.j. Penggunaan pupuk pelengkap cair atau zat pengatur tumbuh.

Penanaman ikan.a. Jenis ikan yang paling umum dipelihara adalah ikan mas.b. Penebaran ikan dilakukan lebih kurang 4 hari setelah penanaman padi.c. Padat penebaran ikan adalah :- ukuran (2-3) cm sebanyak 2-3 ekor/m2,- ukuran (3-5) cm sebanyak 1-2 ekor/m2.d. Pemberian makanan tambahan dapat berupa dedak sebanyak 2-4 kg/ha/hari.

ProduksiProduksi ikan yang dapat dicapai setelah 30-40 hari pada masa pemeliharaan adalah:1) Benih (2-3) cm dengan derajat kelangsungan hidup (RS) 50-65 % ukuran yang dicapai (3-5) cm.2) Benih (3-5) cm, SR nya 60-70 % dan ukuran yang dicapai (5-8) cm.

Hasil Penanaman IkanKeuntungan yang diperoleh berasal dari penanaman padi dan juga daripenanaman ikan. Keuntungan yang dilakukansatu kali musim tanam padi per ha adalah sebagai berikut:1) Biaya pengeluarana. Benih ikan 6 pinggan @ Rp. 4000,- Rp. 24.000,-b. Pakan dedak 100 kg @ Rp. 125,- Rp. 12.500,-Jumlah Rp. 36.500,-2) Pendapatana. Produksi ikan 70 kg @ Rp. Rp. 2000,- Rp. 140.000,-3) Keuntungan bersih Rp. 103.500,-Keterangan:1 pinggan = 3000 ekor1 kg = 166 ekor (ukuran (3-5) cm dengan SR 65 %.

III. KESIMPULAN DAN SARANSistem budidaya Mina Padi lebih menguntungkanngkan budidaya secara monokultur, karena dalam satu area kita dapat menghasilkan dua roduk sekaiigus.IV. PENUTUPDemikianlah laporan perjalanan ini di buat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya,

Simpang Pematang, 21 September 2011Yang Melaporkan

DIYANA,A.MdNIP.19630115 198703 1 004

MERINTAH KABUPATEN MESUJI BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN PERIKANAN DAN KEHUTANAN (BP4K)Jalan ZA. Pagar Alam No. 03 Simpang Pematang Kabupaten Mesuji Telp. (0726) 7571051

LAPORANPERJALANAN DINASHari/ Tanggal : Rabu, 5 Oktober 2011Tempat: Balai Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan (BP3K) Tanjung RayaMateri: Pemanfaatan PekaranganI. PENDAHULUANHidup sehat merupakan dambaan bagi setiap individu, sebab hanya dalam kondisi sehat orang bisa berfikir cemerlang dan tentu saja akan lebih produktif. Pada sebagian kalangan masyarakat berkembang opini yang sudah cukup mendalam bahwa, untuk bisa hidup sehat pasti diperlukan biaya yang tidak sedikit karena tubuh memerlukan berbagai macam asupan gizi, baik yang diperoleh dari produk/makanan impor maupun makanan-makanan yang telah siap saji.Namun tidak demikian halnya bagi orang yang mau berbuat, tahu bagaimana cara berbuat dan bagaimana berusaha memanfaatkan apa yang dimiliki, tentunya opini tersebut dapat dipatahkan. Kunci murah dan mudah untuk dapat hidup sehat sangatlah sederhana jika setiap orang mau meluangkan waktu untuk melakukan pengelolaan dalam pekarangan rumah. Jika dikelola dengan baik pekarangan rumah dapat memberikan manfaat bagi kehidupan keluarga seperti : tempat bermain, tempat rekreasi, sumber pangan dan juga sebagai sumber pendapatan. Pemanfaatan lahan pekarangan baik di daerah pedesaan maupun perkotaan bisa mendukung ketahanan pangan nasional dengan memberdayakan potensi pangan lokal yang dimiliki masing-masing daerah.Kementrian Pertanian RI melalui Direktorat Jenderal Hortikultura merencanakan Gerakan Perempuan Untuk Optimalisasi Pekarangan (GPOP). Yang menjadi dasar pelaksanaan adalah Peraturan Presiden No. 22 Tahun 2009 tentang Kebijakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumber daya Lokal yang implementasinya adalah pemberdayaan kelompok wanita melalui Optimalisasi Pemanfaatan Lahan Pekarangan. Tujuan penggagasan GPOP ini adalah untuk memberdayakan perempuan melalui optimalisasi pemanfaatan lahan pekarangan. Sedangkan komoditas utama yang akan dioptimalkan adalah cabai keriting, cabai rawit, sayuran, tanaman obat dan tanaman hias.Selain untuk memperindah lingkungan, lahan pekarangan perlu dimanfaatkan karena pekarangan memiliki potensi besar untuk memproduksi sayuran segar terutama dalam pot, kemampuan perempuan terutama kelas menengah dalam menangani produksi sayur serta perbenihannya guna ketahanan pangan/ekonomi keluarga, dan bisa juga mengurangi biaya transport dan terpeliharanya tingkat kesegaran dengan mendekatkan sentra produksi sayuran segar ke konsumen. Kegiatan pemeliharaan tanaman relatif lebih tertangani adalah manfaat yang kita peroleh dari pekarangan dan tentunya secara ekonomi merupakan salah satu sumber pendapatan keluarga.

II. ISIBagi Masyarakat Pedesaan, Pekarangan dapat dipandang sebagai "lumbung hidup" yang tiap tahun diperlukanuntuk mengatasi paceklik dan sekaligus juga merupakan pangkalan induk yang sewaktu-waktu dapat diambil manfaatnya apabila usaha tani di sawah atau tegalan mengalami bencana atau kegagalan akibat serangan hama/penyakit, banjir, kekeringan dan bencana alam lainnya. Usaha pemanfaatan pekarangan sebagai penyuplai gizi keluarga saat ini sudah tersentuh oleh pemerintah melalui Badan Litbang Pertanian yang mulai gencar merintis model Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) yang difokuskan diwilayah pedesaan yang memiliki luas pekarangan berkisar antara 1-4 are. Pemanfaatan lahan pekarangan rumah merupakan salah satu alternatif untuk mewujudkan kemandirian pangan dalam rumah tangga. Tujuan penting yang ingin di capai dalam pengembangan program KRPL ini antara lain : meningkatkan keterampilan keluarga dan masyarakat dalam pemanfaatan lahan, memenuhi kebutuhan pangan dan gizi keluarga dan masyarakat secara lestari, mengembangkan kegiatan ekonomi produktif keluarga serta menciptakan lingkungan hijau yang bersih dan sehat secara mandiri. Bila kita memiliki pekarangan yang luas tentu saja program tersebut dapat dilaksanakan, tapi kemudian akan timbul pertanyaan, bagaimana dengan masyarakat perkotaan yang umumnya tidak memiliki pekarangan, begitu juga dengan perumahan-perumahan yang terbilang cukup sederhana dan sempit, mungkinkah pekarangan masih bisa dimanfaatkan? Jawabannya mungkin dan bisa asal kita tahu cara atau metode yang digunakan. Sebagai salah satu contoh yaitu dengan menerapkan sistim TABULAPOT (tanaman Buah/bumbu dalam pot). Bila hal ini dapat kita lakukan dan mengaturnya sesuai dengan penataan eksterior tentunya pekarangan rumah akan tampak asri dan juga bermanfaat untuk upaya diversifikasi pangan dan gizi yang secara langsung dapat berkontribusi mewujudkan ketahanan pangan dan meningkatkan kualitas kesehatan. Pemilihan komoditi yang akan di kembangkan tentunya harus mempertimbangkan pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi keluarga serta pengembangannya secara komersial berbasis kawasan. Untuk lebih jelasnya, perhatikanlah beberapa fungsi dan manfaat pekarangan dibawah ini. Pemanfataan pekarangan rumah perlu inovasi. Hal itu dalam upaya menuju ketahanan pangan rumah tangga. Perwujudan dari program tersebut, yaitu dengan inovasi memanfaatkan pekarangan dengan prinsip memenuhi kebutuhan pangan dan gizi keluarga dan masyarakat melalui optimalisasi pemanfaatan pekarangan secara lestari; meningkatkan kemampuan keluarga dan masyarakat dalam pemanfaatan lahan pekarangan di perkotaan maupun perdesaan untuk budidaya tanaman pangan, buah, sayuran dan tanaman obat keluarga (toga) serta pemeliharaan ternak dan ikan.Fungsi pekarangan secara umum: Sumber pangan keluarga, seperti sayur-sayuran, umbi-umbian, buah-buahan serta ternak dan ikan. Sumber obat-obatan atau apotik hidup. Sumber bumbu, rempah masakan. Sumber pupuk organik. Sumber keindahan/Estetika.

Manfaat pekarangan rumah untuk keluarga: Pemenuhan gizi keluarga : ada beberapa tanaman, ternak dan ikan yang dapat dipelihara di pekarangan dan menghasilkan makanan yang dibutuhkan keluarga. Seperti umbi-umbian sebagai sumber vitamin, sedangkan ternak dan ikan sebagai sumber protein dan lemak. Sebagai lumbung ternak : hasil dari usaha pekarangan dapat diambil sewaktu-waktu dan tidak ada musim pacekliknya. Apotik hidup : pekarangan dapat ditanami berbagai tanaman obat yang berkhasiat, jika anggota keluarga sewaktu-waktu sakit dapat ditanggulangi sementara dengan obat yang ada di pekarangan. Menambah penghasilan : pekarangan yang dikelola dengan baik, hasilnya dapat dijual sebagai sumber pendapatan keluarga karena banyak komoditas yang tidak membutuhkan lahan yang luas untuk membsudidayakannya. Menghasilkan bahan bangunan : jenis tanaman pohon seperti bambu, kelapa, nangka dan tanaman lainnya yang ditanam di pekarangan dapat dijadikan bahan bangunan dan kerajinan rumah tangga. Sebagai tempat rekreasi keluarga : pekarangan yang ditata dan dirawat secara teratur akan memberikan keindahan dan rasa tentram bagi orang yang melihatnya. Untuk menunjang keberhasilan masyarakat dalam memanfaatkan pekarangan sebagai penyuplai gizi keluarga perlu dilakukan upaya-upaya sehingga makna lestari seperti yang dicanangkan pada program KRPL tercapai antara lain: Secara aktif harus melibatkan para petugas lapangan daerah setempat. Ketersediaan bibit. Perlu memperhatikan pola dan rotasi tanaman, termasuk sistem integrasi tanaman dan ternak serta penerapan model diversifikasi yang tepat sehingga dapat memenuhi pola pangan harapan dan memberikan kontribusi pendapatan keluarga. (Sumber: disari dari berbagai sumber).

III. KESIMPULAN DAN SARANPemanfaatan pekarangan secara optimal akan banyak memberikan keuntungan bagi keluarga itu sendiri khusunya dan masyarakat sekitar umumnya.

IV. PENUTUPDemikianlah laporan perjalanan ini di buat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya,

Simpang Pematang, 7 Oktober 2011Yang Melaporkan

SUTOMO,SP,MMNIP.19570415 198003 1 006

MERINTAH KABUPATEN MESUJI BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN PERIKANAN DAN KEHUTANAN (BP4K)Jalan ZA. Pagar Alam No. 03 Simpang Pematang Kabupaten Mesuji Telp. (0726) 7571051

LAPORANPERJALANAN DINASHari/ Tanggal : Rabu, 12 Oktober 2011Tempat: Balai Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan (BP3K) MesujiMateri: Pemupukan berimbang pada tanaman padi sawahI. PENDAHULUANDalam bertanam padi, pupuk yang digunakan sebagai sumber hara berasal dari pupuk organik maupun non organik. Pupuk organik seperti : kompos, pupuk kandang, atau sisa tanaman (jerami) yang dibenamkan ke tanah. Kelebihan pupuk organik adalah berperan dalam mengembalikan sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Sedangkan pupuk non organik adalah pupuk kimia seperti: Urea, SP36, ZA, dan sebagainya.

II. ISIPenerapan pemupukan berimbang N, P, K dan S untuk tanaman padi, palawija dan sayuran sudah berkembang sejak tahun 1978, namun belum semua petani melakukan sesuai teknologi yang dianjurkan. Pada umumnya penggunaan pupuk oleh petani masih cenderung kepada penggunaan pupuk N, sedangkan pupuk P, K dan pupuk Organik masih kurang mendapat perhatian. Anjuran teknologi pemupukan untuk tanaman padi dan palawija didasarkan atas Wilayah Kerja Penyuluhan Pertanian (WKPP) dan anjuran di daerah sudah mencakup penggunaan N, P, K dan S. Khususnya pada tanaman padi , dosis anjuran pemupukan N pada musim hujan lebih rendah daripada musim kemarau pada tingkat dosis P, K dan S yang sama. Pupuk anroganik utama yang digunakan untuk keperluan tanaman pangan dan hortikultura adalah pupuk Urea, SP 36, KCL dan ZA. Manfaat dari masing-masing jenis pupuk tersebut berbeda satu sama lainnya dan sifatnya saling melengkapi terhadap pertumbuhan tanaman. Adapun manfaat dari setiap jenis pupuk tersebut adalah sebagai berikut :UreaPupuk Urea diperlukan tanaman untuk memenuhi kebutuhan akan unsur hara Nitrogen (N). Adapun manfaat dari unsur N adalah : Menjadikan bagian daun menjadi hijau segar sehingga banyak mengandung butir hijau daun yang diperlukan dalam proses fotosintesa. Mempercepat pertumbuhan vegetatif tanaman (tinggi, jumlah anakan, tunas dan lain-lain) sehingga memperbanyak produksi serta menambah kandungan protein dari hasil tanaman.ZA Pupuk ZA diperlukan tanaman untuk memenuhi kebutuhan unsur hara Nitrogen (N) dan Belerang (S). Adapun manfaat dari unsur hara Belerang (S) adalah : Membantu pembentukan butir hijau sehingga daun lebih hijau. Menambah kandungan protein dan vitamin tanaman. Berperan dalam sintesa minyak yang berguna pada proses pembuatan gula. Memacu pertumbuhan anakan produktif. Pemberian belerang mempunyai pengaruh yang positif terhadap hasil produksi padi sawah. SP36Pupuk Sp-36 diperlukan tanaman untuk memenuhi kebutuhan akan unsur hara Fosfat (P) Adapun manfaat dari unsur hara Fosfat (P) adalah : Memacu pertumbuhan akan dan pembentukan sistim perakaran yang baik sehingga dapat mengambil unsur hara lebih banyak dan pertumbuhan tanaman menjadi lebih sehat dan kuat. Menambah daya tahan tanaman terhadap serangan hama dan penyakit. Mempercepat pertumbuhan jaringan tanaman yang membentuk titik tumbuh tanaman. Memacu pertumbuhan generatif tanaman yaitu mempercepat pembentukan bunga dan masaknya buah/bji sehingga mempercepat masa panen. Memperbesar prosentase pembentukan bunga menjadi buah dan biji. KCLPupuk KCL diperlukan oleh tanaman untuk memenuhi kebutuhan unsur hara Kalium (K). Adapun manfaat unsur hara Kalium (K) adalah : Memperlancar proses fotosintesa. Memacu pertumbuhan tanaman pada tingkat permulaan Memperkuat ketegaran batang sehingga mengurangi resiko mudah rebah. Mengurangi kecepatan pembusukan hasil selama pengangkutan dan penyimpanan. Menambah daya tahan tanaman terhadap serangan hama, penyakit dan kekeringan. Memperbaiki mutu hasil yang berupa bunga dan buah (rasa dan warna).

III. KESIMPULAN DAN SARANPemakaian pupuk pada tanaman padi harus berimbang sesuai anjuran yang telah direkomendasikan, agar supaya diperoleh hasil yang optimem.IV. PENUTUPDemikianlah laporan perjalanan ini di buat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya,

Simpang Pematang, 14 Oktober 2011Yang Melaporkan

SUTOMO,SP,MMNIP.19570415 198003 1 006

MERINTAH KABUPATEN MESUJI BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN PERIKANAN DAN KEHUTANAN (BP4K)Jalan ZA. Pagar Alam No. 03 Simpang Pematang Kabupaten Mesuji Telp. (0726) 7571051

LAPORANPERJALANAN DINASHari/ Tanggal : Senin, 28 November 2011Tempat: Balai Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan (BP3K) Mesuji TimurMateri: Penyakit Bidang sadap pada Tanaman Karet

I. PENDAHULUAN Pengembangan perkebunan karet memberikan peranan penting bagi perekonomian nasional, yaitu sebagai sumber devisa, sumber bahan baku industri, sumber pendapatan dan kesejahteraan masyarakat serta sebagai pengembangan pusat-pusat pertumbuhan perekonomian di daerah dan sekaligus berperan dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup. Guna mendukung keberhasilan pengembangan karet, perlu diperhatikan hal-hal yang dapat menganggu pertumbuhan tanaman karet, sehingga dapat penurunan produksi karet, salah satunya adalah mencegah serangan penyakit pada tanaman karet.

II. ISIPenyakit-penyakit yang sering menyerang tanaman karet adalah penyakit bidang sadap. Penyakit Bidang Sadap (Mouldy Rot) Penyebab Jamur Ceratocystis fimbriata. Penyakit pada bidang sadap sering di sebut dengan kanker bercak atau kanker garis. Terjadi penggumpalan getah karet pada bidang sadap.

Gejala Serangan: Mula-mula tampak selaput tipis berwarna putih pada bidang sadap didekat alur sadap. Selaput ini berkembang membentuk lapisan seperti beludru berwarna kelabu sejajar dengan alur sadap. Apabila lapisan dikerok, tampak bintik-bintik berwarna coklat kehitaman. Serangan bisa meluas sampai ke kambium dan bagian kayu. Pada serangan berat bagian yang sakit membusuk berwarna hitam kecokelatan sehingga sangat mengganggu pemulihan kulit. Bekas serangan membentuk cekungan berwarna hitam seperti melilit sejajar alur sadap. Bekas bidang sadap bergelombang sehingga menyulitkan penyadapan berikutnya atau tidak bisa lagi di sadap. Pengendalian Di daerah yang beriklim basah atau rawan penyakit ini dinajurkan menanam klon resisten yang telah direkomendasikan. Pisau sadap diberi desinfektan sebelum digunakan. Menurunkan intensitas penyadapan atau menghentikan penyadapan pada serangan berat. Hindari torehan yang terlalu dalam pada saat penyadapan agar kulit cepat pulih. Tanaman yang sudah terserang dioles fungisida 5 cm di atas irisan sadap sehari setelah penyadapan dan getah belum dilepas. Interval pengolesan 1-2 minggu sekali sampai tanaman kembali sehatKering Alur Sadap (KAS) adalah tidak adanya getah yang maksimal pada bidang sadap saat di lakukan penyadapan pada batang karet. hanya gumpalan kecil di sertai air dari bidang sadap batang karet. Penyebab Ketidakseimbangan fisiologis dan penyadapan yang berlebihan.

Gejala Serangan : Tanaman tampak sehat dan pertumbuhan tajuk lebih baik dibandingkan tanaman normal. Tidak keluar latek di sebagian alur sadap. Beberapa minggu kemudian keseluruhan alur sadap ini kering dan tidak me-ngeluarkan lateks. Lateks menjadi encer dan Kadar Karet Kering (K3) berkurang. Kekeringan menjalar sampai ke kaki gajah baru ke panel sebelahnya. Bagian yang kering akan berubah warnanya menjadi cokelat dan kadang-kadang terbentuk gum (blendok). Pada gejala lanjut seluruh panel / kulit bidang sadap kering dan pecah-pecah hingga mengelupas. Deteksi penyakit, dilakukan sadap tusuk di bawah bidang sadap sampai ke bawah, apabila tidak keluar cairan latek berari sudah terserang KAS. Mati kulit atau kering alur sadap pada tanaman karet di sebabkan beberapa faktor : Klon Bibit yang tidak bagus Kurang pemeliharaan dari saat tanam sampai tahap panen Lahan yang kurang subur Dan lain sebagainya

Gejala serangan Segera dilakukan pengendalian bila sebagian alur sadap mengalami kekeringan Segera dilakukan pengendalian bila sebagian alur sadap mengalami kekeringan oleokimia (Antico Pemberian oleokimia dengan cara mengerok kulit bidang sadap yang sakit kemudian dioles segera setelah pengerokan selesai. Satu tahun kemudian kulit yang baru bisa disadap kembali. Perlu waspada apabila lateks mulai encer.

Pengendalian Menurunkan intensitas penyadapan pada pohon/kebun yang telah mulai menunjuk-kan kekeringan alur sadap. Menghindari atau menurunkan intensitas penyadapan pada musim gugur daun. Bidang sadap yang mati dan kulit kering dipulihkan kembali dengan pemberian formulasi

III. KESIMPULAN DAN SARANPenyakit-penyakit pada bidang sadap akan mempengaruhi produksi tanaman karet, sehingga proses penyadapan hendaknya sesuai dengan aturan yang telah d anjurkan.

IV. PENUTUPDemikianlah laporan perjalanan ini di buat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya,

Simpang Pematang, 30 November 2011Yang Melaporkan

JUNAIDI, A.MdNIP. 19620629 198801 1 001

MERINTAH KABUPATEN MESUJI BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN PERIKANAN DAN KEHUTANAN (BP4K)Jalan ZA. Pagar Alam No. 03 Simpang Pematang Kabupaten Mesuji Telp. (0726) 7571051

LAPORANPERJALANAN DINASHari/ Tanggal : Kamis, 12 Desember 2011Tempat: Balai Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan (BP3K) Panca JayaMateri: Penyusunan Impact pointI. PENDAHULUANMenurut Undang Undang nomor 16 tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan, Programa Penyuluhan Pertanian adalah adalah rencana tertulis yang disusun secara sistematis untuk memberikan arah dan pedoman sebagai alat pengendali pencapaian tujuan penyuluhan. Selanjutnya dalam Bab VII dari undang undang tersebut mulai pasal 23 dijelaskan bahwa programa penyuluhan dimaksudkan untuk memberikan arah, pedoman, dan alat pengendali pencapaian tujuan penyelenggaraan penyuluhan.II. ISIPrograma penyuluhan terdiri atas programa penyuluhan desa/kelurahan atau unit kerja lapangan, programa penyuluhan kecamatan, programa penyuluhan kabupaten/kota, programa penyuluhan provinsi, dan programa penyuluhan nasional. Programa penyuluhan disusun dengan memperhatikan keterpaduan dan kesinergian programa penyuluhan pada setiap tingkatan.Programa penyuluhan disahkan oleh Kepala Balai Penyuluhan, Kepala Badan Pelaksana Penyuluhan Kabupaten/Kota, Ketua Badan Koordinasi Penyuluhan Provinsi, atau Kepala Badan Penyuluhan sesuai dengan tingkat administrasi pemerintahan.Programa penyuluhan desa/kelurahan diketahui oleh kepala desa/kelurahan. Programa penyuluhan disusun setiap tahun yang memuat rencana penyuluhan tahun berikutnya dengan memperhatikan siklus anggaran masing-masing tingkatan mencakup pengorganisasian dan pengelolaan sumber daya sebagai dasar pelaksanaan penyuluhan. Programa penyuluhan harus terukur, realistis, bermanfaat, dan dapat dilaksanakan serta dilakukan secara partisipatif, terpadu, transparan, demokratis, dan bertanggung gugat.Ketentuan mengenai pedoman penyusunan programa penyuluhan diatur dengan peraturan menteri. Penyuluh menyusun dan melaksanakan rencana kerja tahunan berdasarkan programa penyuluhan. Penyuluhan dilaksanakan dengan berpedoman pada programa penyuluhan. Penyuluhan dilakukan dengan menggunakan pendekatan partisipatif melalui mekanisme kerja dan metode yang disesuaikan dengan kebutuhan serta kondisi pelaku utama dan pelaku usaha. Ketentuan lebih lanjut mengenai mekanisme kerja dan metode penyuluhan ditetapkan dengan peraturan menteri, gubernur, atau bupati/walikota.Ada 3 hal yang mendasari penyusunan programa penyuluhan pertanian, yaitu :1. Perencanaan program pembangunan pertanian2. Potensi wilayah terhadap bidang pertanian3. Aspirasi PetaniPenyusunan Programa Penyuluhan Pertanian menuntut terjadinya dinamika proses untuk memadukan ketiga unsur tersebut diatas.

Perencanaan program pembangunan pertanian pada dasarnya merupakan perencanaan pembangunan pertanian yang dilakukan secara resmi oleh pemerintah. Untuk tingkat daerah, dokumen perencanaan tersebut dibuat oleh Bappeda Kabupaten/Kota, begitu juga dengan Provinsi yakni oleh Bappeda Provinsi, serta Bappenas untuk penyusunan doumen perencanaan pada tingkat nasional. Disamping aspek teknis, ada aspek-aspek non teknis yang mendasari perencanaan pembangunan pemerintah. Penyuluhan pertanian dalam hal ini harus mendukung suksesnya program pembangunan pertanian mengingat penyuluh pertanian pada dasarnya adalah aparatur pemerintah yang berkewajiban mensukseskan setiap program pemerintah. Adanya program ini didasarkan adanya suatu masalah yang dijumpai di wilayah tersebut. Program tersbeut akan mencoba menjawab masalah wilayah tersebut. Disamping itu, program pembangunan yang dicanangkan pemerintah pasti disertai berbagai dukungan fasilitas, mulai dari sumber dana, metode terstandar, material, yang kesemuanya akan memudahkan kerja penyuluhan pertanian. Potensi wilayah merupakan kondisi agroklimat yang meliputi, iklim, ketersediaan air dan kesuburan tanah, yang mendukung dalam usaha pertanian. Potensi wilayah perlu dikembangkan sebagai salah satu sasaran programa penyuluhan pertanian karena berisi data-data kecocokan agroklimat dengan potensi pertanian di suatu wilayah. Potensi lahan diharapkan dapat menampung program-program penyuluhan pertanian tentang komoditas-komoditas yang cocok dibudidayakan di wilayah tersebut. Penyusunan programa pertanian dengan berpedoman pada potensi wilayah tentu saja diprioritaskan pada komoditas pertanian yang sudah dibudidayakan oleh masyarakat tani. Walaupun demikian, dari metode ini diharapkan dapat ditemukan komoditas potensial suatu wilayah yang belum diupayakan oleh petani tetapi memiliki prospek yang bagus untuk dikembangkan, utamanya dari aspek teknis, aspek ekonomi dan aspek sosial. Disamping itu, analisis potensi wilayah ini juga dapat dipergunakan untuk mengetahui komoditas pertanian yang sudah terlanjur dibudidayakan oleh masyarakat tetapi tidak memiliki kecocokan agroklimat dengan wilayah tersebut. Aspirasi petani menjadi hal baru yang terus dikembangkan pada programa penyuluhan pertanian partisipatif. Aspirasi petani dikembangkan guna mendapatkan masalah-masalah nyata petani dalam mengusahakan usaha taninya. Metode pengembangan aspirasi petani yang sedang dikembangkan adalah kajian participatory rural appraisal (PRA) guna mendapatkangambaran nyata tentang keadaan wilayah, kehidupan, kebiasaan, kecenderungan, kebutuhan, aspirasi, potensi dan masalah-masalah nyata petani di suatu desa.III. KESIMPULAN DAN SARANAda 3 hal yang mendasari penyusunan programa penyuluhan pertanian, yaitu :1. Perencanaan program pembangunan pertanian2. Potensi wilayah terhadap bidang pertanian3. Aspirasi PetaniIV. PENUTUPDemikianlah laporan perjalanan ini di buat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya,

Simpang Pematang, 19 Desember 2011Yang Melaporkan

SUTOMO, SP., MM.NIP.19570415 198003 1 006

MERINTAH KABUPATEN MESUJI BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN PERIKANAN DAN KEHUTANAN (BP4K)Jalan ZA. Pagar Alam No. 03 Simpang Pematang Kabupaten Mesuji Telp. (0726) 7571051

LAPORANPERJALANAN DINASHari/ Tanggal : Jumat, 29 Juli 2011Tempat : Gapoktan Bangun Makmur Kampung Wira Bangun Kecamatan Simpang PematangMateri : Sosialisasi Penggunaan Pupuk Organik pada Padi Sawah

I. PENDAHULUANIntensifikasi padi dengan asupan pupuk kimia dalam jumlah besar dan dalam jangka waktu lama, serta kurangnya memperhatikan penggunaan bahan organik dalam sistem produksi padi sawah telah mengakibatkan terganggunya keseimbangan hara tanah yang berakibat terhadap penurunan kualitas sumberdaya lahan itu sendiri. Gejala ini terlihat dibeberapa wilayah sentra produksi padi, dimana terjadi pelandaian produktivitas, bahkan secara nasional pada beberapa tahun terakhir ini produksi padi cenderung melandai. Pelandaian produksi dapat disebabkan oleh berbagai faktor, terutama penggunaan pupuk yang sudah melampaui batas efisiensi teknis dan ekonomis (Adiningsih dan Soepartini, 1995). Upaya untuk menanggulangi pelandaian produksi melalui pemupukan berimbang belum mampu mengatasi masalah tersebut, bahkan terjadi penurunan efisiensi pemupukan (Adiningsih, 1992 dalam Suhartatik dan Sismiyati, 2000). Bahkan adanya peningkatan penggunaan pupuk kimia telah menyebabkan terjadinya pencemaran lingkungan (Suhartatik dan Sismiyati, 2000). Salah satu indikator menurunnya kualitas sumberdaya lahan, khususnya sawah adalah menurunnya kandungan C organik tanah. Dilaporkan oleh Karama et al. (1990) bahwa dari 30 lokasi tanah sawah di Indonesia yang diambil secara acak, 68 % diantaranya mempunyai kandungan C tanah kurang dari 1,5 % dan hanya 9 % yang lebih dari 2 %. Hasil analisis sampel tanah dari berbagai daerah sentra produksi padi di Jawa Tengah seperti di Kab. Grobogan, Kab. Sragen, Kab. Batang dan Kab. Sukoharjo menunjukkan hal yang sama, bahwa rata-rata kandungan C organik tanah berada dibawah 2 % (Pramono et al. 2001; Pramono et al. 2002). Data tersebut mengambarkan bahwa kondisi lahan sawah yang sudah sekian lama diusahakan secara intensif dengan asupan agrokimia tinggi, telah mengalami semacam gejala sakit soil sickness Agar tidak terjadi keadaan yang lebih buruk lagi, yang dapat mengganggu keberlanjutan sistem produksi padi sawah, maka perlu ditempuh upaya-upaya guna mengkonservasi dan merehabilitasi sumberdaya lahan yang ada. Model intensifikasi padi sawah dimasa mendatang sudah selayaknya untuk tidak bertumpu kepada penggunaan pupuk kimia guna mencapai target produksi, namun perlu difikirkan dan dikembangkan upaya-upaya untuk mengembalikan kesuburan lahan. Untuk memperbaiki kondisi tersebut masyarakatan kembali menggunaan bahan organik pada usahatani padi sawah. Menurut Karama et al. (1990) dalam Suhartatik dan Sismiyati, 2000) mengemukakan bahwa bahan organik memiliki fungsi-fungsi penting dalam tanah yaitu; fungsi fisika yang dapat memperbaiki sifat fisika tanah seperti memperbaiki agregasi dan permeabilitas tanah; fungsi kimia dapat meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK) tanah, meningkatkan daya sangga tanah dan meningkatkan ketersediaan beberapa unsur hara serta meningkatkan efisiensi penyerapan P; dan fungsi biologi sebagai sumber energi utama bagi aktivitas jasad renik tanah. Mengingat begitu penting peranan bahan organik, maka penggunaannya pada lahan-lahan yang kesuburannya mulai menurun menjadi amat penting untuk menjaga kelestarian sumberdaya lahan tersebut.II. ISI

Bertanam padi organik pada dasarnya sama saja dengan bertanam padi secara konvensional atau non organik. Jenis padi yang ditanam pun boleh apa saja, misal kelas aromatik (pandan wangi, mentik, gilirang, dll). Bisa juga menggunakan varietas unggul seperti IR64, Cisadane, Memberamo, dll. Bahkan padi dalam (umur panen rata-rata 6 bulab) dan padi hibrida pun dapat diusahakan menjadi padi organik. Perbedanya adalah pada pertanian organik memakai pupuk organik dan tidak memakai pupuk kimia dan tidak memakai pestisida kimiaDalam bertanam padi secara organik, pupuk yang digunakan sebagai sumber hara berasal dari pupuk organik seperti : kompos, pupuk kandang, atau sisa tanaman (jerami) yang dibenamkan ke tanah. Kelebihan pupuk organik adalah berperan dalam mengembalikan sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Sementara untuk mengendalikan hama, penyakit, gulma (tanaman pengganggu /rumut) dilakukan secara manual atau dengan menggunakan pestisida alami (biopestisida).Komponen utama pertanian organik adalah memanfaatkan limbah pertanian untuk proses daur ulang digunakan sebagai pupuk tanaman. Termasuk juga sistem pengolahan tanah yang berasakan konservasi, pergiliran tanaman, memanfaatkan tanaman penutup tanah, pemeliharaan ternak, dan analisis tanaman, maupun uji tanah. Selain itu juga menghindarkan sebanyak mungkin penggunaan pestisida/insektisida maupun pupuk kimia serta bahan agrokimia lainnya.Pada umumnya dalam melakukan budidaya padi organik, para petani tidak langsung mengubah sistem, tetapi secara bertahap. Pada musim pertama, para petani masih mengaplikasikan pupuk kimia (Urea, TSP, KCl) sesuai anjuran. Namun sudah mulai ditambah kompos 1.5 ton per hektar. Kombinsi ini dipertahankan sampai pada musim tanam kedua. Memasuki musim tanam ketiga dan keempat, pemakaian pupuk kimia diturunkan hingga 50%. Sedangkan penggunaan kompos dinaikkan menjadi 2 ton per hektar. Dan pada musim tanam ke lima dan kekenam aplikasi Urea tinggal 25%, TSP diturunkan hingga 50% dari penanaman sebelumnya, dan tanpa KCl. Pemakaian kompos ditambah menjadi 2.5 ton/ha.Untuk pengelolaan dan pengendalian gulma (tanaman pengganggu / rumput) dengan cara manual misalnya dengan cara dicabuti dan dikembalikan di antara barisan tanaman. Gulma ini menjadi bagian dari bahan pupuk organik. Sementara itu untuk mengendalikan hama penyakit dengan mengembangkan keragaman ekosistem melalui pergiliran tanaman, atau mengaplikasikan biopestisida.Bertanam padi secara organik tetap menguntungkan. Saat ini harga gabah kering panen untuk padi organik Rp. 10.000 per kg, sedangkan untuk padi konvensional paling banter Rp. 7.000 per kg. Selain itu kesuburan lahan dan kelestarian ekosistem dapat terjaga, poin ini yang tiada ternilai.

III. KESIMPULAN DAN SARANPadi organik selain aman untuk dikonsumsi, dalam teknik budidaya juga tidak sulit.

IV. PENUTUPDemikianlah laporan perjalanan ini di buat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya,

Simpang Pematang, 2 Agustus 2011Yang Melaporkan

drh. SRI PURWANTINIP.19581107 199303 2 001

MERINTAH KABUPATEN MESUJI BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN PERIKANAN DAN KEHUTANAN (BP4K)Jalan ZA. Pagar Alam No. 03 Simpang Pematang Kabupaten Mesuji Telp. (0726) 7571051

LAPORANPERJALANAN DINASHari/ Tanggal : Selasa, 6 September 2011Tempat: Kampung Adi Luhur Kecamatan Panca JayaMateri: Sosialisasi Demfarm Penggunaan Pupuk NPK Karet

MERINTAH KABUPATEN MESUJI BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN PERIKANAN DAN KEHUTANAN (BP4K)Jalan ZA. Pagar Alam No. 03 Simpang Pematang Kabupaten Mesuji Telp. (0726) 7571051

LAPORANPERJALANAN DINASHari/ Tanggal : Jumat, 2 Desember 2011Tempat: Gapoktan Makarti Jaya Abadi Kampung Tanjung Mas Makmur Kecamatan Mesuji TimurMateri: Melakukan Evaluasi Demfarm Penggunaan Benih Unggul Jagung Bisi 2

LAPORAN HASILTanggal 2 desember 2011 Staf BP4K Kabupaten Mesuji melakukan Evaluasi ke Gapoktan Makarti Jaya, Kampung Tanjung Mas Makmur, Kecamatan Mesuji Timur, sehubungan dengan kegiatan yang di laksanakan d Kampung tersebut yaitu, Demfarm Penggunaan Benih Unggul Jagung Bisi 2. Hasil Evaluasi di lapangan adalah bahwa pertumbuhan tanaman jagung tidak seragam, sulitnya mendapatkan sarana produksi pupuk Urea.Demikianlah laporan ini disampaikan, atas perhatiannya diucapkan terimakasih.

Simpang Pematang, 6 Desember 2011Yang Melaporkan

SUTOMO, SP., MM.NIP.19570415 198003 1 006

MERINTAH KABUPATEN MESUJI BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN PERIKANAN DAN KEHUTANAN (BP4K)Jalan ZA. Pagar Alam No. 03 Simpang Pematang Kabupaten Mesuji Telp. (0726) 7571051

LAPORANPERJALANAN DINASHari/ Tanggal : Senin, 4 Juli 2011Tempat: Kampung Tanjung Mas Makmur Kecamatan Mesuji TimurMateri: Melakukan Koordinasi Kegiatan Demfarm Penggunaan Benih Unggul Jagung Bisi 2

LAPORAN HASILTanggal 4 juli staf BP4K Kabupaten Mesuji melakukan koordinasi sehubungan akan dilaksanakan kegiatan Demfarm Penggunaan Benih Unggul Jagung Bisi 2. Koordinasi dilakukan dengan Aparat Kampung Tanjung Mas Makmur.Demikianlah laporan ini disampaikan, atas perhatiannya diucapkan terimakasih.

Simpang Pematang, 7 Juli 2011Yang Melaporkan

IBNU EKO SARJUNI, SPNIP. 19631106 198710 1 001

MERINTAH KABUPATEN MESUJI BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN PERIKANAN DAN KEHUTANAN (BP4K)Jalan ZA. Pagar Alam No. 03 Simpang Pematang Kabupaten Mesuji Telp. (0726) 7571051

LAPORANPERJALANAN DINASHari/ Tanggal :, 25 Novvember 2011Tempat: Materi: lakuI. PENDAHULUAN

MERINTAH KABUPATEN MESUJI BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN PERIKANAN DAN KEHUTANAN (BP4K)Jalan ZA. Pagar Alam No. 03 Simpang Pematang Kabupaten Mesuji Telp. (0726) 7571051

LAPORANPERJALANAN DINASHari/ Tanggal : Senin, 10 Oktober 2011Tempat: Gapoktan Adil MakmurMateri: Monitoring Kegiatan Penggunaan Pupuk NPKLAPORAN HASILTanggal 10 Oktober 2011 Staf BP4K Kabupaten Mesuji melakukan Monitoring ke Gapoktan Adil Makmur, Kampung Adi Luhur, Kecamatan Panca Jaya, sehubungan dengan kegiatan yang di laksanakan d Kampung tersebut. Kegiatan tersebut adalah Demfarm Penggunaan Pupuk NPK Karet pada tanaman karet. Hasil monitoring di lapangan adalah bahwa tanaman karet tumbuh dengan kondisi yang baik, dan tidak ada permasalahan yang sangat merugikan petani.Demikianlah laporan ini disampaikan, atas perhatiannya diucapkan terimakasih.

Simpang Pematang, 13 Oktober 2011Yang Melaporkan

SUTOMO,SP,MMNIP.19570415 198003 1 006

MERINTAH KABUPATEN MESUJI BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN PERIKANAN DAN KEHUTANAN (BP4K)Jalan ZA. Pagar Alam No. 03 Simpang Pematang Kabupaten Mesuji Telp. (0726) 7571051

LAPORANPERJALANAN DINASHari/ Tanggal : Selasa, 13 Desember 2011Tempat: Gapoktan Adi Makmur Kampung Adi Luhur Kecamatan Panca JayaMateri: Melakukan Evalusi Demfarm Penggunaan Pupuk NPK Karet

LAPORAN HASILTanggal 13 Desember 2011 Staf BP4K Kabupaten Mesuji melakukan Evaluasi ke Gapoktan Adi Makmur, Kampung Adi Luhur, Kecamatan Panca Jaya, sehubungan dengan kegiatan yang di laksanakan di Kampung tersebut, yaitu Kegiatan Demfarm Penggunaan Pupuk NPK Karet pada tanaman karet. Hasil Evaluasi di lapangan adalah bahwa produksi getah karet meningkat dengan menggunakan NPK Karet.Demikianlah laporan ini disampaikan, atas perhatiannya diucapkan terimakasih.

Simpang Pematang, 13 Oktober 2011Yang Melaporkan

IKA RAHMAWATINIP. 19820319 201001 2 013

MERINTAH KABUPATEN MESUJI BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN PERIKANAN DAN KEHUTANAN (BP4K)Jalan ZA. Pagar Alam No. 03 Simpang Pematang Kabupaten Mesuji Telp. (0726) 7571051

LAPORANPERJALANAN DINASHari/ Tanggal : Kamis, 15 Desember 2011Tempat: Gapoktan Bangun Makmur Kampung Wira Bangun Kecamatan Simpang PematangMateri: Melakukan Evaluasi Demfarm Penggunaan Pupuk Organik pada Padi Sawah

LAPORAN HASILTanggal 15 Desember 2011 Staf BP4K Kabupaten Mesuji melakukan Evaluasi ke Gapoktan Bangun Makmur, Kampung Wira Bangun, Kecamatan Simpang Pematang, sehubungan dengan kegiatan yang di laksanakan di Kampung tersebut, yaitu Kegiatan Demfarm Penggunaan Pupuk Organik pada tanaman Padi Sawah. Hasil Evaluasi di lapangan adalah bahwa penggunaan kombinasi pupuk organik dan pupuk kimia meningkatkan produksi produksi padi sawah dan memperbaiki strukur tanah. Permasalahan yang dihadapi menjelang panen adalah curah hujan yang rendah, sehingga tanaman padi kekurangan air, karena budidaya padi dengan sistem pengairan tadah h