LAMPIRAN : KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN

72
97 KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 466/Kpts/TN.260/V/99 TENTANG PEDOMAN CARA PEMBUATAN OBAT HEWAN YANG BAIK MENTERI PERTANIAN, Menimbang : a. bahwa untuk menjamin mutu obat hewan, perlu adanya upaya penerapan cara pembuatan obat hewan yang baik dalam seluruh aspek dan rangkaian kegiatan operasi; b. bahwa agar penerapan cara pembuatan obat hewan yang baik secara lebih tepat, sekaligus sebagai peraturan pelaksanaan Pasal 8 Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 1992 tentang Obat Hewan, perlu ditetapkan Pedoman Cara Pembuatan Obat Hewan Yang Baik (CPOHB); Mengingat : 1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 1967; 2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 78 Tahun 1992; 3. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 1974; 4. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 61 Tahun 1998; 5. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 122/M Tahun 1998; 6. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 1016/Kpts/OT.210/ 12/1998; M E M U T U S K A N : Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN TENTANG PEDOMAN CARA PEMBUATAN OBAT HEWAN YANG BAIK (CPOHB). Pasal 1 Memberlakukan Pedoman Cara Pembuatan Obat Hewan Yang Baik (CPOHB) sebagaimana tercantum pada Lampiran Keputusan ini sebagai pedoman bagi semua pihak yang terlibat dalam pembuatan obat hewan. Pasal 2 Produsen obat hewan yang telah memenuhi persyaratan Cara Pembuatan Obat Hewan Yang Baik (CPOHB), sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 diberikan sertifikat CPOHB oleh Direktur Jenderal Peternakan yang berlaku selama 5 (lima) tahun.

Transcript of LAMPIRAN : KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN

Page 1: LAMPIRAN : KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN

97

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 466/Kpts/TN.260/V/99

TENTANG

PEDOMAN CARA PEMBUATAN OBAT HEWAN YANG BAIK

MENTERI PERTANIAN,

Menimbang : a. bahwa untuk menjamin mutu obat hewan, perlu adanya upaya penerapan cara pembuatan obat hewan yang baik dalam seluruh aspek dan rangkaian kegiatan operasi;

b. bahwa agar penerapan cara pembuatan obat hewan yang baik secara lebih tepat, sekaligus sebagai peraturan pelaksanaan Pasal 8 Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 1992 tentang Obat Hewan, perlu ditetapkan Pedoman Cara Pembuatan Obat Hewan Yang Baik (CPOHB);

Mengingat : 1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 1967;

2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 78 Tahun 1992;

3. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 1974;

4. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 61 Tahun 1998;

5. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 122/M Tahun 1998;

6. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 1016/Kpts/OT.210/ 12/1998;

M E M U T U S K A N :

Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN TENTANG PEDOMAN

CARA PEMBUATAN OBAT HEWAN YANG BAIK (CPOHB).

Pasal 1 Memberlakukan Pedoman Cara Pembuatan Obat Hewan Yang Baik (CPOHB) sebagaimana tercantum pada Lampiran Keputusan ini sebagai pedoman bagi semua pihak yang terlibat dalam pembuatan obat hewan.

Pasal 2

Produsen obat hewan yang telah memenuhi persyaratan Cara Pembuatan Obat Hewan Yang Baik (CPOHB), sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 diberikan sertifikat CPOHB oleh Direktur Jenderal Peternakan yang berlaku selama 5 (lima) tahun.

Page 2: LAMPIRAN : KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN

98

Pasal 3 Produsen yang telah mendapat sertifikat, diberikan hak untuk membubuhkan penandaan Cara Pembuatan Obat Hewan Yang Baik (CPOHB) pada etiket obat hewan produksinya.

Pasal 4

Untuk memperoleh sertifikat Cara Pembuatan Obat Hewan Yang Baik (CPOHB) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, Produsen Obat Hewan wajib mengajukan permohonan kepada Direktur Jenderal Peternakan.

Pasal 5

Semua produsen obat hewan harus mengacu pada Cara Pembuatan Obat Hewan Yang Baik (CPOHB) sebagaimana dimaksud pada Pasal 1 dalam proses kegiatan mengolah bahan baku, produk ruahan (bulk) dan atau produk jadi, selambat-lambatnya 5 (lima) tahun sejak ditetapkan keputusan ini.

Pasal 6

Untuk melaksanakan pedoman Cara Pembuatan Obat Hewan Yang Baik (CPOHB) tersebut, Direktur Jenderal Peternakan mengatur lebih lanjut petunjuk pelaksanaannya.

Pasal 7

Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 7 Mei 1999 MENTERI PERTANIAN, ttd PROF. DR. IR. SOLEH SOLAHUDDIN, MSc

SALINAN Keputusan ini disampaikan kepada Yth.: 1. Menteri Kesehatan; 2. Menteri Dalam Negeri; 3. Menteri Negara Urusan Pangan; 4. Para Gubernur Kepala Daerah Tingkat I seluruh Indonesia; 5. Para Kepala Unit Eselon I Lingkup Departemen Pertanian; 6. Para Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II seluruh Indonesia; 7. Ketua Umum ASOHI di Jakarta.

Page 3: LAMPIRAN : KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN

99

LAMPIRAN : KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN Nomor : 466/Kpts/TN.260/V/99 Tanggal : 7 Mei 99

Pedoman Cara Pembuatan Obat Hewan Yang Baik 1. Ketentuan Umum

Cara Pembuatan Obat Hewan Yang Baik (CPOHB) menyangkut seluruh aspek produksi dan pengendalian mutu serta bertujuan untuk menjamin agar produk obat hewan yang dibuat senantiasa memenuhi persyaratan mutu yang telah ditentukan sesuai dengan tujuan penggunaannya. 1.1. Landasan Umum

1.1.1. Pada pembuatan obat hewan, pengawasan menyeluruh adalah sangat esensial untuk menjamin bahwa konsumen hanya mempergunakan obat hewan yang bermutu tinggi. Pembuatan secara sembarangan tidak dapat dibenarkan bagi obat hewan yang digunakan untuk menyelamatkan atau memulihkan atau memelihara kesehatan hewan.

1.1.2. Obat hewan tidak cukup hanya sekedar lulus dari serangkaian pengujian, tetapi yang sangat penting adalah mutu obat hewan harus dibentuk kedalam produk tersebut. Mutu obat hewan tergantung pada bahan awal, proses pembuatan dan pengawasan mutu, bangunan, peralatan yang dipakai dan personalia yang terlibat dalam pembuatan obat hewan.

1.1.3. Untuk menjamin mutu suatu obat hewan tidak boleh mengandalkan hanya pada suatu pengujian tertentu saja. Semua obat hewan yang dibuat hendaklah dibuat dalam kondisi yang dikendalikan dan dipantau dengan cermat.

1.1.4. CPOHB ini merupakan pedoman yang bertujuan untuk memastikan agar sifat dan mutu obat hewan yang dihasilkan sesuai dengan yang dikehendaki, bila perlu dapat dilakukan penyesuaian syarat bahwa standar mutu obat hewan yang telah ditentukan tetap dicapai.

1.2. Definisi

Dalam pedoman ini digunakan definisi berikut: 1.2.1. Bahan Awal Semua bahan baku dan bahan pengemas yang digunakan

dalam produksi obat hewan. 1.2.2. Bahan Baku Semua bahan, baik yang berkhasiat maupun tidak berkhasiat,

yang berubah maupun tidak berubah, yang digunakan dalam pengolahan obat hewan walaupun tidak semua bahan tersebut masih terdapat didalam produk ruahan.

1.2.3. Bahan Pengemas Semua bahan yang dipakai dalam proses pengemasan produk

ruahan untuk menghasilkan produk jadi. 1.2.4. Batch

Page 4: LAMPIRAN : KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN

100

Sejumlah obat hewan yang berasal dari suatu proses produksi dalam waktu yang sama.

1.2.5. Brosur Lembaran yang terbuat dari kertas atau bahan lainnya yang

memuat penandaan secara lengkap dari suatu obat hewan yang disertakan pada wadah atau bungkus luar atau diedarkan tersendiri.

1.2.6. Sampel Representatif Sampel yang menggambarkan secara tepat suatu lot atau batch

atau sejumlah bahan yang diambil sampelnya. 1.2.7. Diluluskan/Memenuhi Syarat Status bahan atau produk yang dizinkan untuk digunakan pada

pengolahan, pengemasan atau distribusi. 1.2.8. Ditolak/Tidak memenuhi Syarat Status bahan atau produk yang tidak dizinkan untuk digunakan

pada pengolahan, pengemasan atau distribusi. 1.2.9. Dokumentasi Seluruh prosedur, instruksi dan catatan tertulis yang

berhubungan dengan pembuatan obat hewan. 1.2.10. Etiket Tulisan langsung pada wadah atau bungkus yang memuat

penandaan obat hewan dan ditempelkan langsung pada wadah atau bungkus luar obat hewan.

1.2.11. Hasil Nyata Produksi Jumlah yang sebenarnya dihasilkan pada setiap tahap produksi

suatu produk obat hewan tertentu dari sejumlah bahan awal yang dipakai.

1.2.12. Hasil Standar Produksi Jumlah yang telah dibakukan oleh produsen yang hendaknya

dicapai pada tiap tahap produksi suatu produk obat hewan tertentu.

1.2.13. Hasil Teoritis produksi Jumlah yang dihasilkan pada tiap tahap pembuatan produk

tertentu, dihitung berdasarkan jumlah komponen yang digunakan, apabila tidak terjadi kehilangan atau kesalahan selama pembuatan.

1.2.14. Karantina Pabrik Status bahan atau produk yang dipisahkan secara fisik atau

dengan sistem tertentu menunggu keputusan hasil pemeriksaan apakah suatu bahan atau produk dapat atau tidak dapat digunakan untuk pengolahan, pengemasan atau distribusi.

1.2.15. Lot Bagian tertentu dari suatu batch yang memiliki sifat dan mutu

yang seragam dalam batas yang telah ditetapkan. Apabila suatu produk obat hewan diproduksi degan proses terus menerus, lot berarti suatu bagian tertentu yang dihasilkan dalam suatu satuan waktu atau satuan jumlah sedemikian rupa sehingga menjamin bagian ini memiliki sifat dan mutu yang seragam dalam batas yang telah ditetapkan.

Page 5: LAMPIRAN : KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN

101

1.2.16. Nomor batch Penandaan yang terdiri dari angka atau huruf atau gabungan

keduanya, yang merupakan tanda pengenal sejumlah obat hewan yang berasal dari produksi dalam waktu yang sama, yang memungkinkan penelusuran kembali riwayat lengkap pembuatan obat hewan tersebut, termasuk tahap-tahap produksi, pengawasan dan distribusi.

1.2.17. Nomor Lot Penandaan yang terdiri dari huruf atau angka tertentu atau

gabungan keduanya yang merupakan tanda pengenal suatu lot, yang memungkinkan penelusuran kembali riwayat lengkap pembuatan lot tersebut termasuk tahap-tahap produksi, pengawasan dan distribusi.

1.2.18. Obat Hewan Obat hewan yang khusus dipakai untuk hewan. 1.2.19. Obat Hewan Jadi Suatu produk obat hewan yang telah melalui seluruh tahap

proses pembuatan obat hewan. 1.2.20. Pembuatan Proses kegiatan pengolahan, pencampuran dan pengubahan

untuk bahan baku obat hewan. 1.2.21. Pengawasan Dalam Proses Pemeriksaan danpengujian yang dilembagakan dan

dilaksanakan selama proses pembuatan obat hewan, termasuk pemeriksaan dan pengujian terhadap lingkungan dan peralatan.

1.2.22. Pengawasan Mutu Semua upaya pengawasan yang dilakukan selama pembuatan

dan dirancang untuk menjamin agar produk obat hewan senantiasa memenuhi spesifikasi, identitas, kemurnian, keamanan dan potensi serta karakteristik lain yang telah ditetapkan.

1.2.23. Pengemasan Bagian siklus produksi yang dilakukan terhadap produk ruahan

untuk menghasilkan obat hewan jadi. 1.2.24. Pengolahan Bahian dari siklus produksi mulai dari penerimaan bahan baku

sampai dengan untuk menghasilkan produk ruahan. 1.2.25. Produksi Semua kegiatan pembuatan mulai dari penerimaan bahan awal,

pengolahan sampai dengan pengemasan untuk menghasilkan obat hewan jadi.

1.2.26. Produk Antara Tiap bahan atau campuran bahan yang masih memerlukan satu

atau lebih tahap pengolahan lebih lanjut untuk menjadi produk ruahan.

1.2.27. Produk Ruahan (Bulk) Tiap bahan yang telah selesai diolah dan tinggal memerlukan

pengemasan untuk menjadi obat hewan jadi. 1.2.28. Ruang Steril atau Ruangan Steril

Page 6: LAMPIRAN : KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN

102

Ruang atau ruangan yang memiliki kondisi lingkungan tertentu, yang pencemaran debu dan mikrobanya terkendalikan. Ruang atau ruangan tersebut dibangun, diperlengkapi dan digunakan sedemikian rupa untuk mengurangi masuknya, tumbuhnya atau tertahannya cemaran mikroba.

1.2.29. Sanitasi Segala upaya yang dilakukan untuk menjamin terwujudnya

kondisi yang memenuhi syarat kesehatan. 1.2.30. Spesifikasi Bahan Pemberian suatu bahan awal, produk antara, produk ruahan

atau obat hewan jadi mengenai sifat-sifat kimia, fisik dan biologi. Spesifikasi tersebut menyatakan standar dan toleransi yang diperbolehkan yang biasanya dinyatakan secara deskriptif dan numerik.

1.2.31. Sterilisasi Inaktifasi atau penguranganjasad renik hidup sampai batas yang

dapat diterima, yang dilakukan dengan cara yang sesuai. 1.2.32. Tanggal Kadaluwarsa Tanggal yang menyatakan bahwa sebelum tanggal tersebut

suatu batch atau lot tertentu masih memenuhi spesifikasi standar mutu yang disyaratkan.

1.2.33. Tanggal Pembuatan Tanggal yang menunjukkan selesainya proses pembuatan suatu

batch tertentu. 1.2.34. Validasi Suatu tindakan pembuktian dengan cara sesuai bahwa tiap

bahan, proses, prosedur, kegiatan, sistem, perlengkapan atau mekanisme yang digunakan dalam produksi dan pengawasan akan senantiasa mencapai hasil yang diinginkan.

2. Bahan Awal

2.1. Semua pemasukan, pengeluaran dan sisa bahan hendaklah dicatat. Catatan tersebut hendaklah meliputi keterangan mengenai persediaan, nomor batch atau lot, tanggal penerimaan atau pengeluaran, tanggal pemeriksaan dan tanggal kadaluwarsa.

2.2. Setiap bahan awal, sebelum dinyatakan memenuhi syarat untuk digunakan, hendaklah memenuhi spesifikasi bahan awal yang sudah ditetapkan dan diberi label dengan nama yang dinyatakan dalam spesifikasi. Singkatan, kode atau nama yang tidak resmi tidak boleh digunakan.

2.3. Untuk setiap kiriman atau batch bahan awal hendaklah diberi nomor rujukan yang akan menunjukkan identitas kiriman bahan atau batch yang bersangkutan selama penyimpanan atau pengolahan. Nomor ini hendaklah jelas tercantum pada etiket wadah untuk memungkinkan segera diperolehnya catatan yang hendak diperiksa, termasuk laporan analisa. Untuk tujuan pengambilan sampel, pengujian dan pernyataan memenuhi syarat dari pelulusan batch yang berbeda yang berasal dari satu kiriman hendaklah dianggap sebagai batch yang terpisah.

Page 7: LAMPIRAN : KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN

103

2.4. Pada saat penerimaan terhadap setiap kiriman hendaklah dilakukan pemeriksaan secara visual tentang kondisi umum, keutuhan kemasan, kebocoran dan kerusakan, dan sampel untuk pengujian diambil oleh petugas dengan menggunakan metode yang telah disetujui oleh manajer pengawasan mutu. Sampel tersebut hendaklah diuji terhadap spesifikasi yang dapat diakui dengan adanya sertifikat analisa bahan awal yang bersangkutan yang dikuatkan dengan pemastian identitas yang dilakukan sendiri.

2.5. Hendaklah diambil langkah-langkah yang menjamin bahwa semua kemasan pada suatu kiriman mengandung bahan awal yang benar, dan melakukan pengamanan terhadap kemungkinan kesalahan penandaan wadah oleh pemasok.

2.6. Kiriman bahan awal hendaklah ditahan di karantina pabrik, sampai disetujui dan dinyatakan memenuhi syarat untuk dipakai oleh manajer pengawasan mutu.

2.7. Etiket yang menunjukkan status bahan awal hanya boleh dipasang oleh petugas yang ditunjuk oleh penaggung jawab bagian pengawasan mutu untuk mencegah kekeliruan, etiket tersebut hendaklah berbeda dengan label yang digunakan oleh pemasok misalnya dengan mencantumkan nama atau logo perusahaan. Bila status bahan mengalami perubahan, maka etiket penunjuk status juga harus diubah.

2.8. Persediaan bahan awal hendaklah diperiksa dalam selang waktu tertentu untuk meyakinkan bahwa wadahnya tertutup rapat, bertanda yang benar dan dalam kondisi yang baik. Terhadap bahan tersebut hendaklah dilakukan pengambilan sampel dan uji ulang setiap selang waktu tertentu sebagaimana disebut dalam spesifikasi bahan awal. Pelaksanaan pengambilan sampel ulang hendaklah diawali dengan pemasangan label pengujian ulang dan/atau menggunakan sistem lain yang sama efektifnya.

2.9. Bahan awal yang dapat mengalami kerusakan oleh pengaruh suhu, hendaklah disimpan dalam ruangan yang suhu udaranya diatur.

2.10. Bahan awal yang cenderung menjadi rusak atau turun potensinya atau aktifitasnya selama dalam penyimpanan waktu tertentu, terutama antibiotika, antelmentik, preparat sulfa, beberapa vitamin, enzim, hormon dan bahan biologik hendaklah dinyatakan batas umurnya.

2.11. Pengeluaran bahan awal untuk pemakaian hendaklah dilakukan oleh petugas yang berwenang sesuai dengan tata cara yang sudah disetujui. Catatan mengenai persediaan barang hendaklah dijaga agar perujukan persediaan dapat dilakukan.

2.12. Hendaklah tersedia ruangan penyerahan yang terpisah yang dilengkapi dengan baik untuk mencegah pencemaran silang. Mungkin diperlukan tempat dengan perlengkapan khusus, untuk menimbang bahan yang dapat menimbulkan sensitisasi atau yang bertoksisitas tinggi atau bahan seperti hormon sitotoksin dan antibiotika tertentu.

2.13. Alat timbang dan alat takar hendaklah ditera dan diperiksa secara teratur untuk membuktikan bahwa kapasitas, ketelitian dan ketepatannya memenuhi persyaratan sesuai dengan jumlah zat yang akan ditimbang atau ditakar.

Page 8: LAMPIRAN : KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN

104

2.14. Semua bahan awal yang tidak memenuhi syarat hendaklah ditandai secara jelas dan tidak boleh digunakan dalam produksi.

3. Lokasi dan Bangunan

Lokasi dan bangunan hendaklah memadai, sehingga setiap risiko terjadinya kekeliruan, pencemaran silang dan pelbagai kesalahan lain yang dapat menurunkan mutu obat hewan, dapat dihindarkan. Bangunan untuk pembuatan obat hewan hendaklah memiliki ukuran, rancangan, konstruksi serta letak yang memadai agar memudahkan dalam pelaksanaan kerja, pembersihan dan pemeliharaan yang baik. 3.1. Lokasi bangunan hendaklah sedemikian rupa untuk mencegah

terjadinya pencemaran dari lingkungan sekelilingnya, seperti pencemaran dari udara, tanah dan air maupun dari kegiatan didekatnya. Apabila bangunan itu terletak pada tempat yang tidak sesuai, tindakan yang efektif hendaklah diambil untuk mencegah pencemaran.

3.2. Gedung hendaklah dibangun dan dipelihara agar terlindung dari pengaruh cuaca, banjir, rembesan melalui tanah serta masuk dan bersarangnya binatang pengganggu.

3.3. Dalam menentukan rancang bangun dan penataan gedung hendaklah dipertimbangkan hal-hal berikut:

(a) Kesesuaian dengan kegiatan-kegiatan lain, yang mungkin dilakukan dalam sarana yang sama atau dalam sarana yang berdampingan;

(b) Luasnya ruang kerja, yang memungkinkan penempatan peralatan dan bahan-bahan secara teratur dan logis serta memungkinkan terlaksananya kegiatan, kelancaran arus kerja, komunikasi dan pengawasan yang efektif maupun untuk mencegah kesesakan dan ketidakteraturan;

(c) Pencegahan terjadinya penggunaan kawasan produksi sebagai lalu lintas umum bagi karyawan atau bahan-bahan ataupun sebagai tempat penyimpanan kecuali untuk bahan-bahan yang sedang dalam proses.

3.4. Permukaan bagian dalam ruangan (dinding, lantai dan langit-langit) hendaklah licin, bebas dari keretakan dan sambungan terbuka serta mudah dibersihkan, dan bila perlu mudah didesinfeksi. Lantai di ruangan pengolahan hendaklah dibuat dari bahan kedap air, permukaannya rata dan memungkinkan pembersihan secara cepat dan efisien. Dinding hendaklah juga kedap air dan memiliki permukaan yang mudah dicuci. Sudut-sudut antara dinding, lantai dan langit-langit dalam ruangan-ruangan khusus hendaklah berbentuk lengkungan.

3.5. Saluran air limbah hendaklah cukup besar dan mempunyai bak kontrol serta ventilasi yang baik. Saluran terbuka hendaklah sedapat mungkin dicegah tetapi bila diperlukan hendaklah cukup dangkal untuk memudahkan pembersihan dan desinfeksi.

3.6. Lubang pemasukan dan pengeluaran udara serta pipa-pipa dan salurannya hendaklah dipasang sedemikian rupa untuk mencegah timbulnya pencemaran terhadap produk.

Page 9: LAMPIRAN : KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN

105

3.7. Bangunan hendaklah mendapat penerangan yang efektif dan mempunyai ventilasi dengan fasilitas pengendali udara (termasuk suhu, kelembaban dan penyaring) yang sesuai untuk kegiatan dalam bangunan maupun dengan lingkungan sekitarnya.

3.8. Pipa dan instalasi lain di ruangan pembuatan hendaklah dipasang sedemikian rupa untuk menghindarkan terbentuknya lekuk yang tidak dapat dibersihkan. Instalasi seperti ini sedapat mungkin dipasang di luar ruangan pengolahan.

3.9. Tenaga listrik hendaklah memadai untuk menjamin kelancaran fungsi peralatan produksi dan laboratorium.

3.10. Seluruh bangunan termasuk ruangan produksi, laboratorium, gudang gang dan ruangan sekeliling gedung, hendaklah dirawat agar senantiasa dalam keadaan bersih dan rapi. Kondisi bangunan hendaklah diperiksa secara teratur dan dilakukan perbaikan dimana perlu. Perhatian khusus perlu diberikan untuk menjamin agar perbaikan gedung atau kegiatan perawatannya tidak akan mengakibatkan pengaruh negatif terhadap produk.

3.11. Ruangan penyimpanan bahan hendaklah cukup luas, terang serta ditata dan dilengkapi sedemikian rupa untuk memungkinkan penyimpanan bahan dan produk dalam keadaan kering, bersih dan teratur. 3.11.1. Ruangan penyimpanan hendaklah cocok untuk melaksanakan

pemisahan bahan dan produk yang dikarantina di pabrik secara efektif. Ruangan khusus dan terpisah hendaklah tersedia untuk penyimpanan bahan mudah terbakar, bahan mudah meledak dan bahan yang sangat beracun, dan obat hewan berbahaya lain serta untuk produk dan bahan yang ditolak;

3.11.2. Bila diperlukan hendaklah disediakan sarana penyimpanan dengan kondisi khusus, misalnya suhu, kelembaban dan keamanan tertentu;

3.11.3. Ruangan penyimpananhendaklah ditata sedemikian rupa untuk memungkinkan pemisahan yang efektif dan teratur terhadap berbagai kelompok bahan yang disimpan serta untuk memudahkan perputaran persediaan;

3.11.4. Hendaklah disediakan tempat penyimpanan terpisah bagi barang-barang yang ditolak, atau ditarik kembali;

3.11.5. Penyimpanan hendaklah ditata sedemikian rupa sehingga pemisahan masing-masing label, demikian pula barang cetakan lain, tersimpan terpisah untuk mencegah terjadinya pencampuran.

4. Pengaturan Ruangan

4.1. Rancang bangun dan penataan gedung hendaklah memenuhi

peryaratan-persyaratan. 4.1.1. Dicegah risiko terjadinya campur-baur obat hewan atau

komponen yang berbeda, kemungkinan terjadinya percemaran silang oleh obat hewan atau bahan-bahan lain serta risiko

Page 10: LAMPIRAN : KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN

106

terlewatnya salah satu langkah dalam proses produksi. Untuk mencapai tujuan ini sekat ruangan yang sesuai, tirai udara dan cara lain dapat digunakan. Hendaklah diberi perhatian khusus bagi pengolahan bahan yang sangat beracun atau bahan yang dapat menimbulkan sensitisasi seperti hormon, bahan sitotoksik, antibiotika tertentu dan bibit kuman dan virus. Perlu diadakan pemisahan kegiatan produksi obat hewan bentuk biologik (vaksin, antigen ataupun antisera) dari kegiatan produksi obat hewan lain. Persyaratan ini dapat dipenuhi dengan menyediakan gudang terpisah untuk kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan produk biologik atau dengan mengadakan isolasi yang efektif terhadap kegiatan yang menyangkut bakteri atau virus dalam satu gedung. Untuk kedua alternatif ini hendaklah disediakan sistem pengelolaan udara terpisah.

4.1.2. Kegiatan pengolahan bahan bagi produk bukan obat hewan dipisahkan dari ruang produksi obat hewan.

4.1.3. Disediakan ruang terpisah untuk membersihkan alat yang dapat dipindah-pindahkan dan ruangan untuk penyimpanan bahan pembersih.

4.1.4. Kamar ganti dan penyimpanan pakaian berhubungan langsung dengan ruangan pengolahan tetapi letaknya terpisah.

4.1.5. Toilet tidak terbuka langsung ke ruangan produksi dan dilengkapi dengan ventilasi yang baik.

4.1.6. Hewan ditempatkan dalam gedung terpisah, atau setidak-tidaknya dalam ruang yang terisolasi dengan baik.

4.2. Untuk kegiatan-kegiatan berikut diperlukan ruangan tertentu.

4.2.1. Penerimaan bahan 4.2.2. Karantina barang masuk 4.2.3. Penyimpanan bahan awal 4.2.4. Penimbangan dan penyerahan 4.2.5. Pengolahan 4.2.6. Penyimpanan produk ruahan 4.2.7. Pengemasan 4.2.8. Karantina obat hewan jadi selama menunggu hasil pemeriksaan

akhir 4.2.9. Penyimpanan obat hewan jadi 4.2.10. Pengiriman barang 4.2.11. Laboratorium 4.2.12. Pencucian peralatan

4.3. Ruangan pengolahan produk steril hendaklah dipisahkan dari ruangan

produksi lain serta dirancang dan dibangun secara khusus. Ruang-ruang terpisah diperlukan bagi kegiatan-kegiatan berikut: 4.3.1. Pembukaan kemasan komponen 4.3.2. Pencucian peralatan serta wadah 4.3.3. Pengolahan 4.3.4. Pengisian dan penutupan wadah langsung

Page 11: LAMPIRAN : KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN

107

4.3.5. Ruang penyangga udara yang menghubungkan ruang ganti pakaian dengan ruang pengisian

4.3.6. Penggantian pakaian steril sebelum memasuki ruangan steril. 5. Peralatan Peralatan yang digunakan dalam pembuatan obat hewan hendaklah memiliki

rancang bangun dan konstruksi yang tepat, ukuran yang memadai serta ditempatkan dengan tepat, sehingga mutu yang dirancang bagi tiap produk obat hewan terjamin secara seragam dari batch ke batch, serta untuk memudahkan pembersihan dan perawatannya.

5.1. Rancang bangun dan konstruksi

5.1.1. Permukaan peralatanyang bersentuhan dengan bahan, produk antara, produk ruahan atau obat hewan jadi tidak boleh bereaksi, mengadisi atau mengabsorpsi, yang dapat mengubah identitas, mutu atau kemurniannya, diluar batas yang telah ditentukan.

5.1.2. Peralatan tidak boleh menimbulkan akibat yang merugikanterhadap produk, misalnya karena bocornya katup, menetesnya zat pelumas dan karena hal lain yang sejenis, atau karena perbaikan, pemeliharaan modifikasi atau adaptasi yang salah.

5.1.3. bahan-bahan yang diperlukan untuk suatu tujuan khusus, seperti pelumas atau pendingin, tidak boleh bersentuhan langsung dengan bahan yang diolah kaena hal ini dapat merubah identitas, mutu atau kemurnian bahan baku, bahan antara, produk ruahan atau obat hewan jadi.

5.1.4. Peralatan hendaklah dapat dibersihkan dengan mudah, baik bagian dalam maupun bagian luar.

5.1.5. Semua peralatan yang dipakai dalam pengolahan bahan kimia yang mudah terbakar, ditempatkan di ruangan dimana digunakan bahan yang mudah terbakar, ruangan tersebut hendaklah dilengkapi dengan perlengkapan elektris yang kedap eksplosi serta musnah dengan sempurna.

5.1.6. Peralatan yang digunakan untuk menimbang, mengukur, menguji dan mencatat hendaklah diperiksa ketelitiannya secara teratur serta ditera menurut suatu program dan prosedur yang tepat. Hasil pemeriksaan dan peneraan hendaklah dicatat dan catatan tersebut disimpan dengan baik.

5.1.7. Penyaring untuk cairan tidak boleh melepaskan serat ke dalam produk. Penyaring yang mengandung asbes tidak boleh digunakan walaupun penyaring khusus yang tidak melepas serat digunakan sesudahnya.

5.2. Pemasangan dan Penempatan

5.2.1 Peralatan hendaklah ditempatkan sedemikian rupa untuk memperkecil kemungkinan pencemaran silang antar bahan di ruangan yang sama.

Page 12: LAMPIRAN : KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN

108

5.2.2 Peralatan hendaklah ditempatkan dengan jarak yang cukup renggang dari peralatan lain untuk memberikan keleluasaan kerja dan memastikan tidak terjadinya tercampur-baur atau kekeliruan.

5.2.3 Semua ban mekanis terbuka dan kerekan hendaklah dilengkapi

dengan pengaman. 5.2.4 Saluran air, uap, udara bertekanan atau hampa udara

hendaklah dipasang sedemikian rupa sehingga mudah dicapai selama kegiatan berlangsung. Saluran ini hendaklah diberi label atau tanda yang jelas agar mudah dikenal.

5.2.5 Tiap peralatan utama hendaklah diberi nomor pengenal yang jelas. Nomor pengenal ini akan dipakai pada semua perintah dan catatan pembuatan batch untuk menunjukkan unit atau alat tertentu yang dipakai pada proses pembuatan tertentu untuk bacth yang bersangkutan, kecuali bila alat tersebut hanya digunakan untuk satu jenis produk saja.

5.2.6 Semua pipa, tangki, selubung pipa uap atau pipa pendingin hendaklah diberi isolasi yang baik untuk mencegah kemungkinan terjadinya cacat dan memperkecil kehilangan energi.

5.2.7 Saluran pipa ke alat yang menggunakan uap bertekanan hendaklah dilengkapi dengan perangkap uap dan saluran pembuangan yang berfungsi dengan baik.

5.2.8 Sistem-sistem penunjang seperti sistem pemanas, ventilasi, pengatur suhu udara, air minum, pemurnian air, penyulingan air, uap, udara bertekanan dan gas hendaklah divalidasi untuk memastikan bahwa sistem-sistem tersebut senantiasa berfungsi sesuai tujuannya.

5.3. Pemeliharaan

5.3.1 Peralatan hendaklah dirawat menurut jadwal yang tepat agar tetap berfungsi dengan baik dan mencegah terjadinya pencemaran yang dapat merubah identitas, mutu dan kemurnian produk.

5.3.2 Prosedur-prosedur tertulis untuk perawatan peralatan hendaklah dibuat dan dipatuhi.

5.3.3 Catatan mengenai pelaksanaan pemeliharaan dan pemakaian suatu peralatan utama hendaklah dicakup dalam buku catatan harian yang menunjukan tanggal, waktu, produk, kekuatan dan nomor setiap batch atau lot yang diolah dengan peralatan yang bersangkutan. Catatan untuk peralatan yang digunakan khusus untuk satu produk saja dapat dimasukkan kedalam catatan produksi batch produk tertentu.

6. Personalia Jumlah Tenaga Ahli dan Karyawan di semua tingkatan hendaklah cukup

serta memiliki pengetahuan, keterampilan dan kemampuan sesuai dengan tugasnya. Mereka hendaklah juga memiliki kesehatan mental dan fisik yang

Page 13: LAMPIRAN : KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN

109

baik sehingga mampu melaksanakan tugasnya secara profesional dan sebagaimana mestinya. Mereka hendaklah mempunyai sikap dan kesadaran tinggi untuk mewujudkan tujuan CPOHB.

6.1. Organisasi, Kualifikasi dan Tanggung jawab

6.1.1. Struktur organisasi perusahaan hendaklah sedemikian rupa sehingga bagian produksi bagian pengawasan mutu dipimpin oleh Tenaga Ahli yang berlainan, yang tidak saling bertanggung jawab satu terhadap yang lain. Masing-masing hendaklah diberi wewenang penuh dan sarana yang cukup, yang diperlukan untuk dapat melaksanakan tugasnya secara efektif. Keduanya tidak boleh mempunyai kepentingan lain diluar organisasi pabrik, yang dapat menghambat atau membatasi tanggung jawabnya atau yang dapat menimbulkan pertentangan kepentingan pribadi atau finansial.

6.1.2. Manajer produksi hendaklah seorang Tenaga Ahli Dokter Hewan atau Apoteker yang cakap, terlatih dan memiliki pengalaman praktis yang memadai di bidang industri obat hewan dan keterampilan dalam kepemimpinan sehingga memungkinkan melaksanakan tugas secara profesional. Manajer produksi hendaklah memiliki wewenang serta tanggung jawab penuh untuk mengelola produksi obat hewan. Manajer produksi hendaklah memiliki tanggung jawab bersama dalam mutu obat hewan baik dengan manajer pengawasan mutu maupun manajer teknik.

6.1.3. Manajer pengawasan mutu hendaklah seorang Tenaga Ahli Dokter Hewan atau Apoteker yang cakap, terlatih dan memiliki pengalaman praktis yang memadai untuk memungkinkan melaksanakan tugasnya secara profesional. Manajer pengawasan mutu hendaklah diberi wewenang dan tanggung jawab penuh dalam seluruh tugas pengawasan mutu yaitu dalam penyusunan, verifikasi dan pelaksanaan seluruh prosedur pengawasan mutu. Manajer pengawasan mutu adalah satu-satunya yang memiliki wewenang memutuskan untuk meluluskan atau menolak bahan awal, produk antara, produk ruahan dan obat hewan jadi bila produk tersebut sesuai dengan spesifikasinya, atau bila tidak dibuat sesuai dengan prosedur yang disetujui dan kondisi yang ditentukan.

6.1.4. Manajer produksi dan manajer pengawasan mutu bersama-sama bertanggung jawab atau ikut bertanggung jawab dalam penyusunan dan pengesahan prosedur-prosedur tertulis, pemantauan dan pengawasan lingkungan pembuatan obat hewan, kebersihan pabrik dan validasi proses produksi; kalibrasi alat-alat pengukur, latihan personalia, pemberian persetujuan terhadap pemasok bahan dan kontraktor; pengamanan produk dan bahan terhadap kerusakan dan kemunduran mutu dalam penyimpanan catatan-catatan.

6.1.5. Untuk menunjang dan membantu tenaga inti tersebut diatas, dapat ditunjuk tenaga yang terampil dalam jumlah yang sesuai

Page 14: LAMPIRAN : KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN

110

untuk melaksanakan pengawasan langsung di bagian produksi dan pengawasan mutu. Tiap penyelia hendaklah cukup terlatih dan memiliki keterampilan teknis yang memadai serta pengalaman praktis dalam bidang yang berkaitan dengan tugasnya. Mereka bertanggung jawab kepada manajer produksi atau manajer pengawasan mutu.

6.1.6. Disamping staf tersebut diatas hendaklah tersedia tenaga yang terlatih secara teknis dalam jumlah yang memadai untuk melaksanakan kegiatan produksi atau pengawasan mutu sesuai dengan prosedur dan spesifikasi yang telah ditentukan. Mereka hendaklah memahami petunjuk kerja tertulis. Pada saat pengangkatan, kepada mereka hendaklah diberi latihan yang cukup.

6.1.7. Tanggung jawab yang diberikan kepada setiap karyawan hendaklah tidak terlalu berlebihan sehingga dapat menimbulkan resiko terhadap mutu obat hewan.

6.1.8. Tugas dan tanggung jawab hendaklah diberikan dengan jelas dan dapat dipahami dengan baik oleh setiap karyawan.

6.2. Latihan

6.2.1. Seluruh karyawan yang langsung ikut serta dalam kegiatan pembuatan obat hewan dan yang karena tugasnya mengharuskan mereka masuk ke ruangan pembuatan obat hewan, hendaklah dilatih mengenai kegiatan tertentu yang sesuai dengan tugasnya maupun mengenai prinsip CPOHB.

6.2.2. Latihan hendaklah diberikan oleh orang yang cakap. Perhatian khusus hendaklah diberikan dalam latihan bagi mereka yang bekerja di ruangan steril dan ruangan bersih atau bagi mereka yang bekerja menggunakan bahan yang mempunyai resiko tinggi, toksisi atau yang menimbulkan sensitisasi.

6.2.3. Latihan mengenai CPOHB hendaklah dilakukan secara berkesinambungan dan dengan frekuensi yang memadai untuk menjamin agar para karyawan terbiasa dengan persyaratan CPOHB yang berkaitan dengan tugasnya.

6.2.4. Latihan mengenai CPOHB hendaklah dilaksanakan menurut program tertulis yang telah disetujui oleh manajer produksi dan manajer pengawasan mutu.

6.2.5. Catatan latihan karyawan mengenai CPOHB hendaklah disimpan dan efektivitas program latihan hendaklah dinilai secara berkala.

6.2.6. Setelah mengadakan latihan, prestasi karyawan hendaklah dinilai. Untuk menentukan apakah mereka telah memiliki kualifikasi yang memadai untuk melaksanakan tugas yang telah diberikan kepadanya.

7. Sanitasi dan Higiena Tingkat sanitasi dan higiena yang tinggi hendaklah ditetapkan pada setiap

aspek pembuatan obat hewan. Ruang lingkup sanitasi dan higiena meliputi personalia, bangunan, peralatan dan perlengkapan, bahan produksi serta

Page 15: LAMPIRAN : KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN

111

wadahnya, dan setiap hal yang dapat merupakan sumber pencemaran produk. Sumber pencemaran hendaklah dihilangkan melalui program sanitasi dan higiene yang menyeluruh dan terpadu.

7.1. Personalia

7.1.1. Semua karyawan hendaklah menjalani pemeriksaan kesehatan, baik sebelum diterima menjadi karyawan maupun selama menjadi karyawan. Karyawan yang bertugas sebagai pemeriksa visual hendaklah menjalani pemeriksaan mata secara berkala.

7.1.2. Semua karyawan hendaklah menerapkan higiena perorangan yang baik hendaklah mereka dilatih mengenai penerapan higiena perorangan. Semua karyawan yang berhubungan dengan proses pembuatan hendaklah memperhatikan tingkat higiena perorangan yang tinggi.

7.1.3. Tiap karyawan yang pada suatu ketika mengidap suatu penyakit atau menderita suatu luka terbuka, yang dapat merugikan kualitas produk, hendaklah dilarang menangani bahan baku, bahan pengemas, bahan yang sedang dalam proses dan obat hewan jadi sampai dia sembuh kembali.

7.1.4. Semua karyawan hendaklah diperintahkan dan didorong untuk melaporkan kepada atasannya langsung tiap keadaan (pabrik, peralatan atau personalia) yang menurut penilaian mereka dapat merugikan produk.

7.1.5. Hendaklah dihindarkan persentuhan langsung antara tangan dengan bahan baku, produk antara dan produk ruahan.

7.1.6. Untuk keamanan sendiri dan untuk menjamin perlindungan produk dari pencemaran, karyawan hendaklah mengenakan pakaian pelindung badan yang bersih termasuk penutup rambut yang bersih, seragam yang kotor hendaklah disimpan dalam wadah tertutup sampai saat pencucian. Kain lap pembersih yang kotor, yang dapat dipakai kembali, hendaklah disimpan dalam wadah tertutup sampai saat pencucian.

7.1.7. Hanya petugas yang berwenang sajalah yang diperbolehkan memasuki bangunan dan fasilitas yang dinyatakan sebagai ruangan terbatas.

7.1.8. Karyawan hendaklah diinstruksikan supaya mencuci tangan sebelum memasuki ruangan produksi. Untuk tujuan itu perlu dipasang poster yang sesuai.

7.1.9. Merokok, makan, minum, mengunyah, meletakan tanaman atau menyimpan makanan, minuman, bahan untuk merokok dan obat pribadi hanya diperbolehkan di ruangan tertentu dan dilarang dalam ruangan produksi, laboratorium, ruangan penyimpanan dan ruangan lain yang mungkin merugikan mutu.

7.1.10. Prosedur higiena perorangan termasuk persyaratan untuk mengenakan pakaian pelindung, hendaklah diberlakukan bagi semua orang yang memasuki ruangan produksi, baik bagi mereka yang bekerja tetap ataupun sementara maupun bagi non karyawan yang berada di ruangan perusahaan, misalnya

Page 16: LAMPIRAN : KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN

112

karyawan kontraktor, pengunjung, staf pimpinan perusahaan dan inspektur.

7.1.11. Persyaratan khusus untuk pembuatan obat hewan steril dicakup dalam butir 8.7.8 dan 8.7.9.

7.2. Bangunan

7.2.1. Gedung yang digunakan untuk pembuatan obat hewan dirancang dan dibangun dengan tepat untuk memudahkan pelaksanaan sanitasi yang baik.

7.2.2. Toilet hendaklah tersedia dalam jumlah yang cukup dengan ventilasi yang baik dan tempat cuci tangan bagi karyawan yang letaknya mudah dicapai dari ruangan kerja.

7.2.3. Hendaklah disediakan fasilitas yang memadai untuk penyimpanan pakaian kerja dan pakaian milik pribadinya ditempat yang tepat.

7.2.4. Bak pencuci hendaklah ditempatkan di luar ruangan steril. Bila dipasang didalam ruangan steril, hendaklah mutunya layak dan dilengkapi dengan suatu sistem yang mencagah terjadinya luapan air dan air yang dialirkan ke bak pencuci sekurang-kurangnya memenuhi baku mutu air minum.

7.2.5. Penyiapan, penyimpanan dan konsumsi makanan serta minuman hendaklah dibatasi diruangan khusus, misalnya ruang makan. Fasilitas ini hendaklah memenuhi standar kebersihan.

7.2.6. Sampah tidak boleh dibiarkan menumpuk. Sampah hendaklah dikumpulkan didalam wadah yang sesuai untuk dipindahkan ke tempat penampungan di luar bangunan dan sering dibuang secara aman dan mengindahkan persyaratan kebersihan.

7.2.7. Rodentisida, insektisida, bahan fumigasi dan bahan pembersih tidak boleh mencemari peralatan, bahan baku, bahan pengemas, bahan dalam proses ataupun obat hewan jadi.

7.2.8. Hendaklah ada prosedur tertulis yang menunjukan penanggung jawab sanitasi serta menguraikan dengan rinci mengenai jadwal, metoda, peralatan dan bahan pembersih yang harus digunakan maupun fasilitas-fasilitas yang harus dibersihkan. Prosedur tertulis ini hendaklah dipatuhi.

7.2.9. Persyaratan khusus untuk pembuatan obat hewan steril dicakup dalam butir 8.7.1.1.

7.3. Peralatan

7.3.1. Setelah digunakan peralatan hendaklah dibersihkan baik bagian luar maupun bagian dalam sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan, serta dijaga dan disimpan dalam kondisi yang bersih. Sebelum dipakai kebersihannya diperiksa lagi untuk memastikan bahwa seluruh produk atau bahan dari batch sebelumnya telah dihilangkan.

7.3.2. Pembersihan dengan cara vakum atau cara basah lebih dianjurkan. Udara bertekanan dan sikat hendaklah digunakan dengan hati-hati dan sedapat mungkin dihindari karena menambah risiko pencemaran produk.

Page 17: LAMPIRAN : KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN

113

7.3.3. Pembersihan dan penyimpanan peralatan yang dapat dipindah-pindahkan dan penyimpanan bahan pembersih hendaklah dilakukan dalam ruangan yang yang terpisah dari ruangan pengolahan.

7.3.4. Prosedur tertulis yang cukup rinci untuk pembersihan dan sanitasi peralatan dan wadah yang digunakan dalam pembuatan obat hewan hendaklah dibuat serta ditaati. Prosedur ini hendaklah dirancang dengan tepat agar pencemaran peralatan oleh bahan pembersih dan sanitasi dapat dicegah. Prosedur ini sekurang-kurangnya meliputi penanggungjawab pembersihan, jadwal, metoda, peralatan dan bahan yang dipakai dalam pembersihan serta metoda pembongkaran dan perakitan kembali peralatan yang mungkin diperlukan memastikan terlaksananya pembersihan yang cermat. Jika perlu prosedur juga meliputi sterilisasi peralatan, penghilang identifikasi batch sebelumnya serta perlindungan peralatan yang telah bersih terhadap pencemaran sebelum digunakan.

7.3.5. Catatan mengenai pelaksanaan pembersihan, sanitasi, sterilisasi dan inspeksi sebelum penggunaan peralatan hendaklah disimpan.

7.4. Validasi dan Keandalan Prosedur Prosedur Sanitasi dan higiena hendaklah divalidasi dan dievaluasi

secara berkala untuk memastikan bahwa hasil penerapan prosedur yang bersangkutan cukup efektif dan selalu memenuhi persyaratan.

8. Produksi Produksi hendaklah dilaksanakan dengan mengikuti prosedur yang telah

ditetapkan yang dapat menjamin senantiasa menghasilkan obat hewan yang memenuhi spesifikasi yang ditentukan.

8.1. Validasi Proses

8.1.1. Semua prosedur hendaklah divalidasi dengan tepat. Validasi hendaklah dilaksanakan menurut prosedur yang telah ditentukan dan catatan hasilnya hendaklah disimpan. Luas serta tingkat validasi yang dilakukan tergantung dari sifat dan kerumitan produk dan proses yang bersangkutan. Program dan dokumentasi validasi hendaklah membuktikan kecocokan bahan yang dipakai, keandalan peralatan dan sistem serta kemampuan petugas pelaksana.

8.1.2. Sebelum suatu Prosedur Pengolahan Induk ditetapkan, hendaklah dilakukan langkah-langkah untuk membuktikan bahwa prosedur bersangkutan cocok untuk pelaksanaan produksi rutin, dan bahwa proses yang telah ditetapkan dengan menggunakan bahan dan peralatan yang telah ditentukan, akan senantiasa menghasilkan produk yang memenuhi spesifikasi yang telah ditentukan.

8.1.3. Perubahan penting dalam proses, peralatan atau bahan hendaklah disertai dengan tindakan validasi ulang, untuk

Page 18: LAMPIRAN : KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN

114

menjamin bahwa perubahan tersebut akan tetap menghasilkan produk yang memenuhi spesifikasi yang telah ditentukan.

8.1.4. Proses dan Prosedur hendaklah secara rutin dievaluasi kembali dengan kritis untuk memastikan bahwa proses dan prosedur ini tetap mampu memberikan hasil yang diinginkan.

8.2. Pencemaran

Pencemaran kimiawi atau mikroba terhadap suatu obat hewan yang dapat merugikan kesehatan hewan atau mengurangi daya terapetik atau mempengaruhi kualitas suatu produk, tidak dapat diterima. Perhatian khusus hendaklah diberikan pada masalah pencemaran silang, karena sekalipun sifat dan tingkatannya tidak terpengaruh langsung kepada kesehatan hewan, hal ini menunjukkan pelaksanaan pelaksanaan pembuatan obat hewan yang tidak sesuai dengan CPOHB.

8.3. Sistem Penomoran Batch dan Lot

8.3.1. Suatu sistem yang menjabarkan cara penomoran batch dan lot secara rinci diperlukan untuk memastikan bahwa produk antara, produk ruahan atau obat hewan jadi suatu batch atau lot dapat dikenali dengan nomor batch atau lot tertentu.

8.3.2. Sistem penomoran batch dan lot yang digunakan pada tingkat pengolahan dan tingkat pengemasan selanjutnya hendaklah saling berkaitan.

8.3.3. Sistem penomoran batch dan lot hendaklah dapat menjamin bahwa nomor batch atau lot yang sama tidak digunakan secara berulang.

8.3.4. Pemberian nomor batch atau lot yang dialokasikan hendaklah segera di catat dalam suatu buku catatan harian. Catatan hendaklah mencakup tanggal pemberian nomor, identitas produk dan besarnya batch atau lot yang bersangkutan.

8.4. Penimbangan dan Penyerahan

8.4.1. Penimbangan, atau penghitungan dan penyerahan bahan baku, bahan pengemas, produk antara dan produk ruahan dianggap suatu bagian dari siklus produksi dan memerlukan dokumentasi dan rekonsiliasi yang lengkap. Pengawasan terhadap pengeluaran bahan dan produk tersebut di atas untuk diproduksi adalah sangat penting.

8.4.2. Metode penanganan, penimbangan, penghitungan dan penyerahan bahan baku, bahan pengemas, produk antara dan produk ruahan hendaklah tercakup dalam prosedur tertulis.

8.4.3. Semua pengeluaran bahan baku, bahan pengemas, produk antara dan produk ruahan termasuk tambahan bahan di luar yang telah diserahkan semula, hendaklah didokumentasikan.

8.4.4. Bahan baku, bahan pengemas, produk antara dan produk ruahan yang boleh diserahkan hanyalah yang telah diluluskan oleh bagian pengawasan mutu.

Page 19: LAMPIRAN : KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN

115

8.4.5. Untuk menghindari pencampur-bauran pencemaran silang dan kehilangan identitas, bahan baku, produk antara dan produk ruahan yang diperlukan untuk suatu batch tertentu saja, Setelah penimbangan, penyerahan dan penandaan, bahan baku, produk ruahan dan produk antara hendaklah diangkut dan disimpan secara tepat sehingga keutuhannya tetap terjaga sampai saat pengolahan berikutnya.

8.4.6. Untuk menghindari pencampur-bauran hanya satu jenis barang cetakan tertentu saja yang diperbolehkan diletakkan di tempat penandaan pada saat yang sama Antara tempat-tempat penandaan hendaklah ada sekat pemisah yang memadai.

8.4.7. Sebelum dilakukan penimbangan hendaklah dilakukan pemeriksaan terhadap kebenaran penandaan bahan baku termasuk label pelulusan dari bagian pengawasan muutu.

8.4.8. Kapasitas, ketepatan dan ketelitian alat timbang dan alat ukur yang digunakan hendaklah sesuai dengan jumlah bahan yang ditimbang dan diukur.

8.4.9. Untuk setiap penimbangan atau pengukuran hendaklah dilakukan pembuktian kebenaran, ketepatan identitas dan jumlah bahan yang ditimbang dan diukur oleh dua petugas secara terpisah.

8.4.10. Keberhasilan tempat penimbangan dan penyerahan hendaklah dijaga. Bahan baku steril hendaklah ditimbang dan diserahkan dalam ruangan steril.

8.4.11. Penimbangan dan penyerahan hendaklah menggunakan peralatan yang cocok dan bersih.

8.4.12. Bahan baku, produk antara dan produk ruahan yang diserahkan hendaklah diperiksa ulang kebenarannya dan dan ditandatangani oleh penyelia produksi sebelum diserahkan ke bagian produksi.

8.5. Pengembalian

8.5.1. Semua bahan baku, bahan pengemas, produk antara dan produk ruahan yang dikembalikan ketempat penyimpanan hendaklah didokumentasikan dan dirujuksesuaikan dengan baik.

8.5.2 Bahan baku, bahan pengemas, produk antara dan produk ruahan tidak boleh dikemblikan ke gudang, kecuali bila memenuhi spesifikasi yang ditetapkan.

8.6. Pengolahan

8.6.1. Semua bahan yang daipakai dalam pengolahan hendaklah diperiksa lebih dahulu sebelum digunakan.

8.6.2. Kondisi ruangan pengolahan hendaklah dipantau dan dikembalikansampai tingkat yang disyaratkan untuk kegiatan yang akan dilakukan. Sebelum pengolahan dimulai hendaklah ditempuh langkah-langkah yang menjamin bahwa ruangan pengolahan dan peralatan bebas dari bahan, produk atau dokumen yang tidak diperlukan untuk pengolahan yang bersangkutan.

Page 20: LAMPIRAN : KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN

116

8.6.3. Semua peralatan yang digunakan dalam pengolahan hendaklah diperiksa sebelum digunakan. Peralatan hendaklah dinyatakan bersih secara tertulis sebelum digunakan.

8.6.4. Semua kegiatan pengolahan hendaklah dilaksanakan mengikuti prosedur tertulis yang telah ditentukan. Tiap penyimpanan hendaklah dilaporkan dengan menyertakan alasan dan penjelasan.

8.6.5. Wadah dan penutup yang dipakai untuk bahan yang akan diolah, untuk produk antara dan produk ruahan, hendaklah bersih, dengan sifat dan jenis yang tepat untuk melindungi produk dan bahan terhadap pencemaran atau kerusakan.

8.6.6. Semua wadah dan peralatan yang berisi produk antara, hendaklah diberi label yang tepat yang menyatakan tahap pengolahannya. Sebelum label ini dipasang, yang tepat yang menyatakan tahap pengolahannya. Sebelum label ini dipasang, seluruh label atau tanda-tanda sebelumnya yang tidak sesuai hendaklah disingkirkan atau dihapus dengan sempurna.

8.6.7. Semua produk antara atau produk ruahan harus diberi label yang tepat dan dikarantina dalam pabrik, sampai diluluskan oleh bagian pengawasan mutu.

8.6.8. Seluruh pengawasan dalam proses seperti yang disyaratkan, harus dicatat dengan teliti pada saat pengolahan dilakukan.

8.6.9. Hasil nyata dan hasil standar dari setiap batch yang dibuat hendaklah dicatat dan dicocokkan terhadap hasil teoritisnya. Bila ada penyimpangan yang berarti, hendaklah diambil tindakan untuk mencegah pelulusan atau pengolahan lanjutan dari batch tersebut sampai diperoleh penjelasan yang pasti, yang dapat mengijinkan pelulusan untuk pengolahan selanjutnya.

8.6.10. Dalam seluruh tahap pengolahan, perhatian utama hendaklah ditujukan pada masalah pencemaran silang.

8.6.11. Bahan dan produk kering. 8.6.11.1. Penanganan bahan dan produk kering menimbulkan

masalah pengendalian debu dan pencemaran silang, Untuk mengatasinya diperlukan perhatian khusus dalam rancang bangun, pemeliharaan serta penggunaan sarana dan peralatan. Untuk menangani bahan berdebu sedapat mungkin diterapkan suatu sistem pembuatan tertutup yang mencegah penyebaran debu atau metoda lainnya yang sesuai.

8.6.11.2. Sistem penghisap udara yang efektif hendaklah dipasang dengan letak lubang pembuangan yang tepat untuk mencegah pencemaran terhadap produk atau proses lain. Sistem penyaringan atau sistem lain yang sesuai hendaklah dipasang untuk menahan debu. Pemakaian alat penghilang debu pada tablet dan kapsul sangat dianjurkan.

Page 21: LAMPIRAN : KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN

117

8.6.11.3. Perhatian khusus hendaklah diberikan untuk melindungi produk terhadap pencemaran oleh serpihan logam, gelas atau kayu. Pemakaian peralatan gelas sedapat mungkin dihindarkan. Ayakan, saringan, alu tablet dan lesung tablet hendaklah selalu diperiksa terhadap adanya keausan atau kerusakan sebelum dan setelah pemakaian.

8.6.11.4. Hendaklah diperhatikan jangan sampai ada tablet atau kapsul tertinggal di dalam peralatan, alat penghitung atau wadah produk ruahan.

8.6.12 Pembuatan Serbuk dan Granul. 8.6.12.1. Mesin pencampur, pengayak dan pengaduk

hendaklah dilengkapi dengan sistem pengendali debu, kecuali bila bekerja dengan sistem tertutup.

8.6.12.2. Parameter operasional yang kritis (misalnya waktu, kecepatan, suhu) bagi setiap proses pencampuran, pengadukan dan pengeringan hendaklah tercantum dalam Dokumen Produksi Induk, dan dipantau selama proses berlangsung, dan dicatat dalam catatan batch.

8.6.12.3. Kantung penyaring yang dipasang pada mesin pengering pusar-beliunt tidak boleh dipakai untuk produk yang berlainan tanpa pencucian lebih dahulu. Pada beberapa produk yang berisiko tinggi atau yang dapat menimbulkan kepekaan, hendaklah digunakan kantong penyaring khusus bagi masing-masing produk Udara yang masuk kedalam alat pengering ini hendaklah disaring. Tindakan pengamanan diperlukan untuk mencegah pencemaran silang oleh debu yang keluar dari pengering tersebut.

8.6.12.4. Pembuatan dan penggunaan larutan dan supensi hendaklah dilaksanakan sedemikian rupa sehingga resiko pencemaran atau pertumbuhan jasad renik dapat dicegah.

8.6.13. Pencetakan Tablet. 8.6.13.1. Mesin pencetak tablet hendaklah dilengkapi dengan

fasilitas pengendali debu yang efektif dan ditempatkan sedemikian rupa untuk menghindari campur aduk antar produk. Tiap mesin hendaklah ditempatkan dalam ruangan terpisah, kecuali apabila mesin-mesin tersebut membuat produk yang sama. Mesin yang dilengkapi dengan sistem pengendali udara yang tertutup boleh ditempatkan dalam ruangan tanpa pemisah.

8.6.13.2. Untuk mencegah terjadinya campur aduk antar granul maupun tablet, perlu dilakukan pengendalian baik secara fisik, prosedural maupun penandaan.

Page 22: LAMPIRAN : KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN

118

8.6.13.3. Hendaklah selalu tersedia alat timbang yang teliti dan telah ditera untuk untuk dipakai dalam pemantauan berat tablet yang sedang dalam proses.

8.6.13.4. Tablet yang diambil dari ruang percetakan tablet untuk keperluan pengujian atau keperluan lain tidak boleh dikembalikan lagi kedalam bacth yang bersangkutan.

8.6.13.5. Tablet yang ditolak atau disingkirkan hendaklah ditempatkan dalam wadah yang ditandai dengan jelas mengenai statusnya dan jumlahnya dicatat pada Catatan Pengolahan Batch.

8.6.13.6. Setiap kali sebelum dipakai, semua alu tablet dan lesung tablet tersebut harus diperiksa terhadap adanya keausan dan kesesuaiannya terhadap spesifikasi. Catatan mengenai pemakaiannya hendaklah disimpan.

8.6.14. Penyalutan. 8.6.14.1 Udara yang dialirkan kedalam wadah penyalut untuk

pengeringan hendaklah disaring dan memiliki mutu yang tepat.

8.6.14.2 Larutan penyalut dibuat dan digunakan dengan cara yang dapat menekan seminimal mungkin resiko pertumbuhan jasad renik. Pembuatan dan pemakaian harus dibuat dokumentasi.

8.6.15. Pengisian Kapsul Keras. 8.6.15.1 Kapsul kosong hendaklah dianggap dan

diperlakukan sebagai bahan awal. Kapsul kosong ini hendaklah disimpan dalam kondisi yang dapat mencegah menjadi kering, regas atau terkena pengaruh kelembaban.

8.6.15.2 Persyaratan pada butir 8.6.13.1. sampai 8.6.13.6. berlaku juga untuk pengisian kapsul keras.

8.6.16. Pemberian Tanda Tablet Bersalut dan Kapsul. 8.6.16.1 Tindakan Khusus hendaklah diberikan untuk

menghindari campur-baur produk selama proses pemberian tanda pada tablet bersalut dan kapsul. Apabila pada saat yang sama dilakukan pemberian tanda pada produk yang berbeda, atau pada batch yang berbeda, atau pada batch yang berbeda pengerjaannya hendaklah dipisahkan.

8.6.16.2 Apabila tinta digunakan dalam penandaan hendaklah bahan pewarna memenuhi persyaratan untuk bahan pembantu pakan.

8.6.16.3 Perhatian khusus hendaklah diberikan untuk menghindarkan terjadinya campur-baur selama proses pemeriksaan, pemilahan dan proses pengkilapan kapsul dan tablet bersalut.

8.6.17. Cairan, Kri m dan Salep.

Page 23: LAMPIRAN : KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN

119

8.6.17.1. Produk berupa cairan, krim dan salep hendaklah dibuat sedemikian rupa agar produk terlindung dari pencemaran jasad renik dan pencemaran lain. Sistem pembuatan dan pemindahan tertutup sangat dianjurkan.

8.6.17.2. Kualitas kimiawi dan mikrobiologi air yang dipakai hendaklah selalu dipantau. Air yang digunakan harus memenuhi baku mutu air minum.

8.6.17.3. Apabila jaringan pipa digunakan untuk mengalirkan bahan baku atau produk ruahan, hendaklah diusahakan agar sistem tersebut mudah dibersihkan. Jaringan pipa hendaklah dirancang dan dipasang dengan tepat sehingga mudah dibongkar dan dibersihkan.

8.6.17.4. Ketelitian suatu sistem pengukur hendaklah diverifikasi. Tongkat pengukur hanya boleh digunakan untuk wadah tertentu dan telah ditera untuk wadah bersangkutan. Tongkat ini hendaklah dibuat dari bahan yang tidak bereaksi dan tidak menyerap.

8.7. Produk Steril 8.7.1. Produk steril hendaklah dibuat dengan pengawasan khusus dan

memperhatikan hal-hal terinci dengan tujuan untuk menghilangkan pencemaran jasad renik dan partikel asing. Pengawasan dalam proses pembuatan produk steril merupakan hal yang sangat penting.

8.7.2. Menurut cara produksi produk steril dapat digolongkan dalam dua kategori utama yaitu yang harus diproses dengan cara aseptik pada semua tahap, dan yang disterilkan dalam wadah akhir yang disebut juga sterilisasi akhir.

8.7.3. Semua produk steril hendaklah dibuat pada kondiisi yang terkendali dan dipantau dengan teliti.

8.7.4. Untuk mendapatkan keyakinan terhadap sterilitas produk steril yang dibuat secara aseptik tampa sterilisasi akhir diperlukan tindakan khusus, antara lain uji sterility.

8.7.5. Untuk membuat produk steril diperlukan suatu ruangan terpisah yang dirancang khusus. Memasuki ruangan ini hendaklah melalui suatu ruang penyangga udaraatau jalan terusan lain yang sesuai. Ruangan hendaklah selalu bebas debu dan dialiri udara yang melewati saringan bakteri. Tekanan udara dalam ruangan hendaklah lebih tinggi dari ruangan disebelah. Saringan yang digunakan ini hendaklah diperiksa pada waktu pemasangan dan secara berkala. Semua permukaan dalam ruangan pengolahan hendaklah dirancang dengan tepat sehingga memudahkan pembersihan dan pensuci-hamaan. Penghitungan rutin jasad renik dalam ruangan hendaklah dilakukan sebelum dan selama proses pengolahan. Hasil perhitungan hendaklah dibandingkan dengan standar yang telah

Page 24: LAMPIRAN : KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN

120

ditetapkan. Data perhitungan jasad renik hendaklah didokumentasikan.

8.7.6. Pembuatan produk steril memerlukan tiga kualitas ruangan yang berbeda: 8.7.6.1 Ruangan ganti pakaian yaitu ruangan untuk

menanggalkan pakaian kerja pabrik dan di ruangan sebelahnya terdapat ruangan untuk memakai pakaian pelindung steril.

8.7.6.2 Ruangan bersih untuk pelaksanaan kegiatan bersih tidak harus steril, ruangan ini digunakan juga untuk persiapan komponen dan pembuatan larutan. Produk yang akan disterilisasi akhir dapat dikerjakan di ruangan ini. Ruangan tidak boleh mengandung lebih dari 3.500.000 partikel berukuran o,5 mikron atau lebih besar dan tidak lebih dari 500 jasad renik per meter kubik udara.

8.7.6.3 Ruangan steril dipergunakan untuk kegiatan steril. Karyawan masuk ke ruangan ini melalui suatu ruangan penyengga udara atau cara lain yang sesuai. Ruangan steril tidak boleh mengandung lebih dari 350.000 partikel berukuran o,5 mikron atau lebih besar dan tidak lebih dari 100 jasad renik per meter kubik udara. Ruangan di bawah aliran udara laminaer dalam ruangan steril tidak boleh mengandung lebih dari 3.500 partikel berukuran 0,5 million atau lebih besar dan tidak lebih 5 jasad renik per meter kubik udara.

8.7.7. Penting diperhatikan bahwa kontaminasi jasad renik di ruangan bersih dan ruangan steril tidak melebihi nilai batas yang ditentukan. Ruangan ini hendaklah dipantau terhadap kontaminasi jasad renik.

8.7.8. Personalia. 8.7.8.1 Karyawan yang bekerja khusus di ruangan bersih dan

ruangan steril hendaklah dipilih dengan seksama untuk memastikan bahwa mereka dapat diandalkan untuk bekerja dengan penuh disiplin serta tidak menderita suatu penyakit atau memiliki kondisi kesehatan yang dapat menimbulkan pencemaran mikrobiologi terhadap produk.

8.7.8.2 Standar Higiena dan kebersihan perorangan yang tinggi adalah suatu hal yang esensial. Karyawan hendaklah diinstruksikan untuk melaporkan setiap kondisi kesehatan (misalnya diare, batuk, influensa, infeksi kulit atau rambut, luka dan lain-lain) yang dapat menyebabkan pencemaran jasad renik yang tidak normal jumlah dan jenisnya. Disamping itu perlu dilakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala.

8.7.8.3 Bila sedang ada kegiatan hanya karyawan dalam jumlah terbatas dan yang diperlukan yang boleh berada di ruangan bersih dan ruangan streril.

Page 25: LAMPIRAN : KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN

121

Pemeriksaan dan pengawasan yang dilakukan sedapat mungkin dilaksanakan dari luar.

8.7.8.4 Semua karyawan, termasuk dari bagian pemeliharaan, yang bekerja di ruangan bersih atau ruangan steril, hendaklah mendapat latihan dalam bidang yang berkaitan dengan pembuatan produk steril, hendaklah mendapat latihan dalam bidang yang berkaitan dengan pembuatan produk steril, termasuk higiena dan dasar-dasar mikrobiologi.

8.7.9. Pakaian. 8.7.9.1 Karyawan yang memasuki ruangan bersih atau

ruangan steril hendaklah mengganti pakaiannya dengan pakaian khusus termasuk penutup kepala dan penutup kaki. Pakaian ini tidak boleh melepaskan serat atau partikel dan hendaklah enak dipakai dan agak longgar untuk mencegah gesekan. Pakaian ini hanya boleh dipakai di ruangan bersih atau di ruangan steril sesuai dengan peruntukannya.

8.7.9.2 Diruangan steril karyawan hendaklah memakai pakaian steril model terusan maupun model celana baju yang dapat disatukan dengan bagian leher, yang diikat di pergelangan tangan dan pergelangan kaki. Penutup kepala hendaklah menutup seluruh rambut dan dagu serta diselipkan kedalam leher baju. Penutup kaki hendaklah menyelubungi seluruh penutup kaki. Pakaian steril hendaklah selalu dipakai tiap kali memasuki ruangan steril. Sarung tangan plastik atau karet yang dipakai hendakmemakai pakaian steril model terusan maupun model celana baju yang dapat disatukan dengan bagian leher, yang diikat di pergelangan tangan dan pergelangan kaki. Penutup kepala hendaklah menutup seluruh rambut dan dagu serta diselipkan kedalam leher baju. Penutup kaki hendaklah menyelubungi seluruh penutup kaki. Pakaian steril hendaklah selalu dipakai tiap kali memasuki ruangan steril. Sarung tangan plastik atau karet yang dipakai hendaklah berbentuk. Ujung lengan baju diselipkan kedalam sarung tangan. Penutup muka yang digunakan mencegah pencemaran yang berasal dari wajah dan enak dipakai. Setiap kali meninggalkan ruangan steril penutup muka ditanggalkan.

8.7.9.3 Pakaian biasa dari luar tidak boleh dibawa masuk ke dalam kamar ganti pakaian yang berhubungan dengan ruang bersih atau ruang steril. Karyawan yang masuk ke ruang ganti pakaian hendaklah sudah memakai pakaian kerja standar. Cara berpakaian dan cara pencucian hendaklah mengikuti prosedur tertulis.

Page 26: LAMPIRAN : KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN

122

8.7.9.4 Arloji, perhiasan dan kosmetika tidak boleh dipakai dalam ruang bersih dan ruang steril.

8.7.9.5 Pakaian untuk ruang steril dan ruang steril hendaklah dicuci, disetrika, disterilkan dan ditangani dengan tepat sehingga tidak terkena cemaran, fasilitas pencucian hendaklah terpisah.

8.7.10. Bangunan. 8.7.10.1. Produk steril diolah di ruang produksi yang dirancang

dan dibangun secara khusus, terpisah dari ruang produksi lain. Ruang untuk masing-masing jenis pekerjaan yang berbeda seperti penyiapan bahan awal dan komponen lain, penyiapan larutan, pengisian larutan dan sterilisasi hendaklah terpisah.

8.7.10.2. Ruangan-ruangan pengolahan hendaklah dialiri udara bertekanan positif secara efektif melalui saringan yang memiliki efisiensi yang diinginkan. Aliran udara ini hendaklah mewujudkan perbedaan tekanan positif relatif terhadap sekitarnya dan juga diantara ruangan atau ruang kegiatan yang berbeda. Saringan udara terakhir hendaklah dipasang langsung atau sedekat mungkin pada lubang masuk udara kedalam ruangan. Diperlukan sistem peringatan terhadap ruangan dengan resiko tinggi yaitu ruang yang udaranya berhubungan langsung dengan produk. Perhatian khusus perlu diberikan untuk memastikan bahwa aliran udara tidak meyebarkan partikel dari tubuh karyawan, mesin (pemotong ampul, penutup vial dan lain-lain) dan kegiatan yang dapat menyebarkan partikel ke suatu ruang yang tinggi resikonya terhadap produk.

8.7.10.3. Produk tak-steril tidak boleh bersama produk steril di ruang yang sama dan pada saat yang sama. Jika ruang steril digunakan untuk pengolahan produk tak steril, maka sebelum digunakan untuk pembuatan produk steril ruangan tersebut hendaklah difumigasi dengan cara yang tepat dan dialiri udara tersaring serta diverifikasi terhadap persyaratan ruang steril.

8.7.10.4. Permukaan dinding, lantai dan langit-langit hendaklah licin, kedap air dan tidak retak untuk mengurangi penyebaran atau penumpukan partikel dan untuk memungkinkan penggunaan bahan pembersih dan bahan pembasmi-hama berulang kali. Kayu tanpa pelapis sebaiknya tidak dipakai.

8.7.10.5. Untuk mengurangi pemupukan debu serta memudahkan pembersihan, tidak boleh ada bagian tersembunyi dan sukar dibersihkan. Sudut yang menonjol, rak, lemari, peralatan, barang inventaris dan tampuk lampu listrik hendaklah sedikit mungkin. Sudut antara dinding, lantai dan langit-langit di ruang

Page 27: LAMPIRAN : KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN

123

steril dan ruang bersih hendaklah dibuat melengkung.

8.7.10.6. Langit-langit hendaklah ditutup rapat dengan selayaknya untuk mencegah pencemaran dari ruangan diatasnya.

8.7.10.7. Pipa dan saluran hendaklah dipasang dengan tepat sehingga tidak ada bagian tersembunyi yang sukar dibersihkan. Pipa dan saluran tersebut sedapat mungkin ditanam kedalam dinding yang dilaluinya.

8.7.10.8. Saluran pembuangan hendaklah dihindarkan diruangan steril kecuali bila sangat diperlukan. Jika dipasang hendaklah dilengkapi dengan jebakan yang efektif dan mudah dibersihkan, berisi udara penyangga untuk mencegah aliran balik. Semua saluran lantai hendaklah terbuka, cukup dangkal dan mudah dibersihkan serta dihubungkan dengan saluran pembuangan luar dengan tepat untuk mencegah kemungkinan pencemaran jasad renik.

8.7.10.9. Bak cuci di ruang steril sedapat mungkin ditiadakan. Semua bak cuci yang dipasang di ruang bersih hendaklah terbuat dari baja tahan karat, airnya tidak meluap dan memenuhi baku mutu air minum.

8.7.10.10. Suhu ruangan dan kelembaban hendaklah dijaga pada tingkat yang tidak menyebabkan karyawan berkeringat secara berlebihan dan tidak membasahi pakaian kerjanya.

8.7.10.11. Jalan masuk untuk petugas ke ruangan steril dan runagan bersih hanya dapat melalui kamar ganti pakaian. Kamar ganti pakaian sebaiknya dilengkapi dengan ruang penyangga udara, dialiri secara efektif dengan udara tersaring dengan tekanan positif yang lebih rendah daripada tekanan diruang bersih dan di ruang steril. Ruang ganti pakaian hendaklah dirancang dan digunakan dengan tepat untuk menghindari pencemaran jasad renik dan partikel terhadap pakaian pelindung dan memungkinkan pemisahan berbagai tahap penggantian pakaian serta pencucian anggota badan.

8.7.10.12. Ruang ganti pakaian hanya digunakan untuk petugas dan tidak boleh dipakai untuk lalu lintas bahan, wadah dan peralatan.

8.7.10.13. Ruang antara atau ruang penyangga udara untuk lalu lintas bahan, peralatan dan barang lain ke dalam ruang bersih dan ruang steril diatur dengan tepat sehingga hanya satu pintu pada satu sisi saja yang dapat dibuka satu saat. Pintu sorong dihindarkan karena gigi sorong sulit dibersihkan. Bila mekanisme membuka pintu seperti tersebut tidak mungkin, hendaklah ada prosedur atau sistem yang tepat yang

Page 28: LAMPIRAN : KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN

124

dapat mencegah pintu luar dan pintu dalam dibuka serentak. Ban berjalan tidak boleh menembus dinding pembetas ruangan steril. Ban ini berakhir pada dinding tersebut dan transportasi produk selanjutnya hanya lewat melalui permukaan statis. Perhatian khusus diperlukan untuk menghindarkan pencemaran ruangan steril bilamana barang dilewatkan melalui ruang penyangga udara atau suatu ruang antara.

8.7.10.14. Sistem mekanik atau elekrolik untuk komunikasi lisan dari ke ruang steril hendaklah dirancang dan dipasang dengan tepat sehingga mudah dibersihkan dan dibasmi hamakan secara efektif.

8.7.10.15. Ruangan bersih dan ruangan steril tidak boleh digunakan untuk melaksanakan pengujian sterilitas atau pengujian mikrobiologis lainnya.

8.7.11. Kebersihan dan higiena. 8.7.11.1. Ruangan bersih, ruangan steril dan ruangan lain

yang berkaitan hendaklah sering dibersihkan dengan cermat sesuai program tertulis. Bila pembersihan dilakukan dengan menggunakan desinfektan hendaklah jenisnya ditukar secara bergilir untuk mencegah resistensi jasad renik.

8.7.11.2. Desinfektan dan bahan deterjen yang digunakan hendaknya dipantau terhadap pencemaran jasad renik. Hasil pengenceran hendaknya ditempatkan pada wadah yang telah dicuci bersih dan tidak boleh disimpan kecuali telah disterilkan. Wadah yang sudah sebagian kosong tidak boleh diisi kembali.

8.7.11.3. Ruangan bersih dan ruangan steril hendaklah sering dipantau secara mikrobiologis dengan cara meletakan cawan petri, pengambilan sample dari permukaan, sampel dari udara atau cara lain yang sesuia pemantauan hendaklah dilaksanakan ketika proses produksi sedang berlangsung. Catatan tentang hasil pemantauan hendaklah didokumentasikan dan tindakan perbaikan dilakukan segera setelah terdapat penyimpangan.

8.7.12. Peralatan. 8.7.12.1. Peralatan hendaklah dirancang dan dipasang

dengan tepat sehingga mudah dibersihkan, dibasmihamakan atau disterilkan.

8.7.12.2. Colokan listrik (Stop Kontak) dan perlengkapan lain hendaklah dirancang dan ditempatkan dengan tepat sehingga petugas yang melakukan perawatan dan perbaikan sejauh mungkin tidak perlu masuk ke ruangan bersih atau ruangan steril.

Page 29: LAMPIRAN : KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN

125

8.7.12.3. Alat pencatat hendaklah ditera dengan seksama pada saat pemasangan kemungkinan diperiksa selang waktu tertentu.

8.7.12.4. Validasi terhadap hasil pemasangan, pemeliharaan berkala serta pemeriksaan terhadap kemampuan peralatan yang kritis seperti sterilisator, sistem saringan udara dan alat penyuling adalah sangat penting. Hasil validasi hendaklah didokumentasikan.

8.7.13. Pengolahan. 8.7.13.1. Bahan awal tidak boleh mengandung jasad renik

atau pirogen dalam kadar yang berarti. Perhatian khusus hendaklah diberikan pada bahan awal yang digunakan untuk sediaan parenteral yang bervolume besar. Spesifikasi bahan awal hendaklah meliputi persyaratan pemantauan kandungan jasad renik, jika perlu disertai dengan batas-batas tertentu.

8.7.13.2. Hendaklah dilakukan tindakan untuk mencegah pencemaran produk oleh jasad renik pada semua tahap pengolahan baik sebelum maupun sesudah sterilisasi.

8.7.13.3. Untuk mencegah penyebaran partikel dan jasad renik, kegiatan diruangan bersih dan ruangan steril dibatasi sesedikit mungkin, demikian pula dengan gerakan petugasnya.

8.7.13.4. Wadah dan bahan yang dapat melepaskan partikel atau serat jangan dibawa ke ruang bersih atau ruang steril.

8.7.13.5. Setelah pembersihan terakhir terhadap wadah dan komponen lainnya hendaklah ditangani dengan tepat untuk mencegah pencemaran kembali. Pembilasan terakhir hendaklah dilakukan dengan air suling atau air dengan kualitas yang sesuai.

8.7.13.6. Jarak waktu antara pencucian dan sterilisasi peralatan, wadah dan komponen lain hendaklah sesingkat mungkin.

8.7.13.7. Jarak waktu antara sterilisasi peralatan, wadah dan komponen lain dengan waktu penggunaannya dalam proses aseptik hendaklah sesingkat mungkin.

8.7.13.8. Jarak waktu antara mulainya pembuatan larutan dan sterilisasi hendaklah sesingkat mungkin dengan batas waktu tertentu yang ditemukan Volume larutan ruahan sebaiknya di buat tidak lebih besar dari kapasitas pengisian sehari dan hendaklah diisikan kedalam wadah akhir serta disterilkan pada hari yang sama. Larutan ruahan sisa yang pengisian dan sterilisasinya tidak dapat diselesaikan pada hari yang sama hendaklah disimpan secara khusus.

8.7.13.9. Sumber air, peralatan pengolahan air dan air pengolahan hendaklah dipantau secara teratur

Page 30: LAMPIRAN : KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN

126

terhadap pencemaran kimiawi dan jasad renik dan jika perlu terhadap pirogen. Hasil pemantauan dan tindakan penanggulangan yang dilakukan hendaklah didokumentasikan.

8.7.13.10. Instalasi pengolahan air hendaklah dirancang, dibangun dan dipelihara dengan tepat untuk menjamin agar air yang dihasilkan memenuhi persyaratan baku mutu air minum yang ditentukan. Pengolahan, penyimpanan dan distribusi air hendaklah tepat sehingga pertumbuhan jasad renik dapat dicegah.

8.7.13.11. Untuk mencegah pertumbuhan bakteri dan timbulnya pirogen, air suling yang akan dipakai untuk pengolahan atau sterilisasi jangan dibiarkan lebih dari 24 jam kecuali dengan kondisi khusus misalnya dengan menyimpan pada suhu diatas 650c.

8.7.13.12. Bilamana air dan larutan disimpan dalam wadah yang tertutup rapat, semua katup pengaman hendaknya dilindungi dengan saringan bakteri yang hidrofobik.

8.7.13.13. Barang-barang yang digunakan pada ruang steril dan memerlukan sterilisasi hendaklah disterilkan dan dimasukan melalui unit sterilisator dua pintu atau cara lain yang dapat memberikan hasil yang sama.

8.7.13.14. Efektifitas prosedur aseptik hendaklah divalidasi bila suatu proses aseptik baru diperkenalkan dan dilanjutkan secara berkala. Validasi juga dilakukan bila ada perubahan yang berarti dalam proses atau peralatan, atau bilamana para petugas sedang dilatih.

8.7.14. Sterilisasi. 8.7.14.1. sterilisasi dapat dilakukan dengan sterilisasi cara

panas (dengan cara pemanasan basah dan pemanasan kering), dengan gas ethilene oxida, dengan penyaringan yang dianjurkan dengan pengisian secara aseptik kedalam wadah akhir yang steril, atau dengan cara radiasi pengionan. Tiap cara sterilisasi mempunyai keterbatasan dan digunakan untuk penerapan tertentu. Sterilisasi cara panas merupakan pilihan utama.

8.7.14.2. Bilamana indikator biologis digunakan, perlu dilakukan pengamanan yang ketat untuk mencegah pencemaran mikroba dari indikator tersebut.

8.7.14.3. Diperlukan cara yang jelas untuk membedakan produk yang telah dan belum disterilkan. Semua wadah untuk produk atau komponen yang lain hendaklah diberi label yang jelas yang mencantumkan nama, nomor bacth dan tanda apakah sudah disterilkan atau belum.

Page 31: LAMPIRAN : KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN

127

8.7.15. Sterilisasi Cara Panas. 8.7.15.1. Semua siklus sterilisasi cara panas hendaklah dicatat

pada suatu grafik suhu- waktu atau dengan cara lain yang sesuai. Catatan suhu- waktu hendaklah merupakan bagian dari catatan batch. Indikator kimia dan biologi dapat digunakan sebagai tambahan tetapi tidak menggantikan peran pengawasan fiisik.

8.7.15.2. Pada periode pendinginan setelah mencapai fase suhu tertinggi hendaklah dicegah kemungkinan kontaminasi pleh udara tidak steril yang masuk ke autoclave atau alat sterilisasi pada saat pendinginan tersebut berlangsung.

8.7.16. Sterilisasi Panas Basah. 8.7.16.1. Cara ini coocok untuk larutan air dan bahan yang

dapat dibasahi air. Bahan jenis lain hendaklah disterilkan dengan cara lain.

8.7.16.2. Sterilisasi panas basah dicapai dengan menggunakan uap air jenuh yang bertekanan dalam wadah yang sesuai. Pada keadaan ini terdapat hubungan yang pasti antara suhu dan tekanan uap air, tetapi tekena digunakan hanya untuk mencapai suhu yang dikehendaki dan tidak berperan dalam sterilisasi, waktu, suhu dan tekanan dfigunakan untuk mengawasi dan memantau proses sterilisasi.

8.7.16.3. Barang yang disterilkan, selain dari produk berair dalam wadah tertutup rapat, hendaklah dibungkus dalam suatu bahan yang memungkinkan penetrasi uap air, yang dalam keadaan normal tidak akan mengakibatkan pencemaran balik oleh jasad renik setelah disterilisasi.

8.7.16.4. Hendaklah diperhatikan agar uap air yang digunakan pada sterilisasi mempunyai mutu yang tepat dan tidak mengandung bahan tambahan dalam kadar yang dapat mencemari produk atau peralatan.

8.7.17. Sterilisasi Panas Kering. 8.7.17.1. Pemanasan kering cocok untuk sterilisasi peralatan,

larutan bukan air dan bahan lain yang tahan terhadap suhu sterilisasi yang dikehendaki.

8.7.17.2. Pemanasan hendaklah dilakukan didalam suatu lemari sterilisasi atau peralatan lain yang dapat mencapai kondisi sterilisasi pada seluruh muatan. Sistem penyalur udara dan penghisap udara pada lemari sterilisasi hendaklah dilengkapi saringan yang tepat.

8.7.18. Sterilisasi Cara Saring. 8.7.18.1. Cara sterilisasi dengan penyaringan sebaiknya tidak

dipakai bila sterilisasi cara panas masih memungkinkan.

Page 32: LAMPIRAN : KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN

128

8.7.18.2. Larutan atau cairan dapat disterilkan dengan penyaringan dengan ukuran nominal pori-pori 0,22 mikron atau yang sama kemampuannya menahan jasad renik. Hasil saringan ditampung didalam wadah yang sudah disterilkan.

8.7.18.3. Keutuhan perangkat saringan hendaklah diperiksa dengan metoda yang tepat misalnya uji tekanan titik – gelembung atau uji tekanan aliran – maju yang dilakukan segera sebelum dan sesudah pemakian saringan. Hasil pemeriksaan dicatat pada catatan batch.

8.7.18.4. Saringan tidak boleh menimbulkan akibat yang merugikan pada larutan, misalnya menyerap bahan berkhasiat dari larutan atau melepas zat kedalam larutan.

8.7.18.5. Karena sterilisasi cara saring mengandung resiko yang lebih besar dibandingkan cara sterilisasi lain dianjurkan melakukan penyaringan ulang melalui saringan bakteri steril segera sebelum pengisian.

8.7.18.6. Masa pakai saringan steril hendaklah dibatasi untuk memastikan tidak terjadinya pertumbuhan jasad renik didalam saringan tersebut.

8.7.19. Sterilisasi Dengan Gas Ethilene Oxida. 8.7.19.1 Efektifitas gas ethilene oxida sebagai bahan

sterilisasi tergantung pada konsentrasi, suhu, kelembaban, lamanya persentuhan dengan bahan dan tingkat kontaminasi jasad renik, Bila mana dimungkinkan hendaklah digunakan cara sterilisasi lain sebagai pilihan dari sterilisasi dengan gas ethilene oxida.

8.7.19.2 Seluruh siklus sterilisasi hendaklah dipantau dengan indikator biologis yang tepat yang ditempatkan pada seluuruh muatan. Hasil pemantauan dicatat pada catatan batch.

8.7.19.3 Setelah sterilisasi selesai bahan hendaklah diletakkan diruangan yang berventilasi baik untuk menghilangkan sisa ethilene oxida serta hasil reaksinya. Hendaklah diambil langkah untuk mencegah pencemaran balik bahan yang sudah steril. Hendaklah dibuat catatan pemeriksaan bahwa semua indikator biologis telah disingkirkan dari produk.

8.7.19.4 Selama siklus sterilisasi hendaklah dilakukan pencatatan mengenai lamanya waktu penyelesaian satu siklus, tekanan, suhu, konsentrasi gas dan kelembaban dalam rongga sterilisasi. Tekanan, suhu dan kelembaban nisbi selama siklus tersebut hendaklah diawasi dan dicatat dalam suatu grafik

Page 33: LAMPIRAN : KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN

129

atau dengan cara lain yang sesuai. Catatan ini merupakan bagian dari catatan batch.

8.7.20. Sterilisasi Cara Radiasi. 8.7.20.1. Sterilisasi dengan cara radiasi dipakai terutama

untuk mensterilkan bahan dan produk yang peka terhadap panas. Cara ini hanya dipakai bila telah terbukti bahwa tidak ada efek yang merugikan produk.

8.7.20.2. Radiasi yang digunakan dapat berupa sinar gama dari radio isotop (misalnya cobalt–60) atau elektron berenergi tinggi yang berasal dari suatu akselerator elektron.

8.7.20.3. Dosis minimum sterilisasi yang biasa adalah 2,5 mega rad.

8.7.20.4. Selama sterilisasi dosis radiasi hendaklah dipantau. Untuk tujuan ini hendaklah ada prosedur pengukuran dosis yang menentukan jumlah atau ukuran dosis yang diterima produk Indikator biologis hendaklah dipakai hanya sebagai tambahan. Hasil pemantauan dicatat pada catatan batch.

8.7.20.5. Hendaklah diberikan penandaan yang jelas untuk membedakan bahan yang sudah dan yang belum diradiasi. Rancang bangun sarana radiasi dan penggunaan pelat peka radiasi dapat membantu memberikan kepasitian hal ini.

8.7.21. Air. 8.7.21.1. Air yang digunakan untuk membuat produk steril

termasuk sistem penyimpanan dan penyalurannya hendaklah diawasi sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan untuk setiap kegiatan.

8.7.21.2. Air untuk injeksi dibuat dengan cara destilasi atau cara lain yang sesuai.

8.7.21.3. Air untuk injeksi disimpan dan disirkulasi terus menerus pada suhu sekurang-kurangnya 650C. Air yang disimpan tidak dengan disirkulasi hanya boleh digunakan dalam waktu tidak lebih dari 24 jam.

8.7.21.4. Air untuk injeksi yang dipakai dalam formulasi dianggap dan diberlakukan sebagai bahan awal.

8.7.21.5. Alat pencatat hendaklah digunakan untuk memantau suhu penyimpanan.

8.7.21.6. Air untuk injeksi disimpan dalam wadah yang bersih, steril, tidak reaktif, non-absorptip, non-aditif dan dilindungi dari kontaminasi.

8.7.22. Penyelesaian Produk Steril. 8.7.22.1.1. Bila digunakan detergen atau bahan sejenis dalam

rangkaian pembilasan wadah akhir, hendaklah ada prosedur yang memastikan tidak adanya sisa yang tertinggal dalam wadah. Pembilasan akhir

Page 34: LAMPIRAN : KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN

130

hendaklah digunakan air suling atau air yang memenuhi standar baku mutu air.

8.7.22.1.2. Petugas tidak dibenarkan memegang wadah dengan tangan telanjang. Wadah akhir yang telah dicuci, dikeringkan dandisterilkan hendaklah dipakai dalam batas waktu yang telah ditentukan.

8.7.22.1.3. Wadah akhir produk steril harus ditutup kedap dengan cara yang tepat. Kemampuan penutupan diperiksa dengan prosedur yang sesuai.

8.7.22.1.4. Wadah yang telah diisi larutan injeksi hendaklah diperiksa satu persatu terhadap partikel yang terlihat. Bila pemeriksaan ini dilakukan dengan mata, hendaklah dilaksanakan dengan penerangan dan latar belakang yang tepat. Petugas pemeriksa hendaklah diberi selang waktu istirahat yang cukup selama kegiatan pemeriksaan dan mendapat pemeriksaan mata secara teratur.

8.7.22.1.5. Bila pemeriksaan dilakukan secara elektronik atau foto elektrik, maka efektifitas alat tersebut hendaklah divalidasi dan kepekaannya dipantau.

8.7.23. Indikator Biologis dan Kimia. 8.7.23.1. Indikator biologis dan kimia tidak dapat dijadikan

sebagai bukti bahwa sterilisasi telah berlangsung efektif.

8.7.23.2. Pemantauan menggunakan indikator biologis kurang dapat diandalkan dibandingkan dengan pemantauan secara fisik kecuali pada sterilisasi dengan gas etelin oksida.

8.7.23.3. Tindakan pengamanan yang ketat hendaklah dilakukan dalam menangani indikator biologis, untuk mencegah pencemaran kedalam ruangan yang tadinya telah bersih secara mikro biologis. Indikator biologis harus disimpan menurut spesifikasi produsennya.

8.7.23.4. Indikator kimia untuk sterilisasi panas, gas etelin oksida dan sterilisasi cara radiasi biasanya tersedia dalam bentuk pita, lembar perekat, kartu titik warna, tabung kecil, kantong kecil atau dosimeter plastik. Indikator ini akan berubah warna sebagai akibat dari reaksi kimia yang terjadi karena proses sterilisasi. Perubahan warna ini mungkin terjadi sebelum waktu sterilisasi diselesaikan. Oleh karena itu indikator tersebut tidak cukup memadai sebagai bukti sterilisasi, kecuali dosimeter plastik yang digunakan proses sterilisasi radiasi.

8.8. Pengemasan 8.8.1. Kegiatan pengemasan berfungsi membagi-bagi dan mengemas

produk ruahan menjadi obat hewan jadi. Proses pengemasan

Page 35: LAMPIRAN : KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN

131

hendaklah dilaksanakan dibawah pengawasan ketat untuk menjaga identitas, keutuhan dan kualitas barang yang sudah dikemas.

8.8.2. Untuk kegiatan pengemasan hendaknya ada prosedur tertulis yang menguraikan penerimaan serta identifikasi produk ruahan dan bahan pengemas, pengawasan untuk menjamin bahwa produk ruahan dan bahan pengemas (tercetak ataupun tidak tercetak) yang akan dipakai adalah benar, pengawasan dalam proses selama pengemasan, rekonsiliasi terhadap produk ruahan dan bahan pengemas tercetak, dan pemeriksaan akhir terhadap hasil pengemasan. Semua kegiatan pengemasan hendaklah dilaksanakan sesuai dengan intruksi yang diberikan dan menggunakan bahan pengemas yang tercantum dalam Prosedur Pengemasan Induk. Rincian pelaksanaan pengemasan hendaklah dicatat dalam catatan pengemasan batch.

8.8.3. Sebelum kegiatan pengemasan dimulai hendaklah dilakukan pemeriksaan untuk memastikan bahwa peralatan dan ruang kerja dalam keadaan bersih serta bebas dari produk dan sisa produk lain atau dokumen yang tidak diperlukan untuk kegiatan yang dilakukan.

8.8.4. Setiap penyerahan produk ruahan dan bahan pengemas hendaklah diperiksa dan diteliiti terhadap kesesuaian dengan Prosedur Pengemasan Induk atau perintah pengemasan.

8.8.5. Pra penandaan pada Bahan Pengemas. 8.8.5.1. Label, karton dan komponen lain yang memerlukan pra

penandaan dengan nomor batch atau lot, tanggal kadaluarsa dan informasi yang sesuai dengan perintah pengemasan hendaklah diawasi secara ketat pada pada setiap proses, sejak diterima dari gudang sampai menjadi bagian dari obat hewan jadi atau yang dimusnahkan.

8.8.5.2. Bahan pengemas yang sudah ditentukan untuk pra penandaan hendaklah disimpan dalam wadah tertutup rapat dan ditempatkan di ruang terpisah yang keamanannya terjamin.

8.8.5.3. Pra penandaan pada bahan pengemas hendaklah dilaksanakan di suatu ruang yang terpisah dari kegiatan pengemasan lainnya.

8.8.5.4. Seluruh bahan pengemas yang telah diberi pra penandaan hendaklah diperiksa sebelum dipindahkan ke dalam ruangan pengemasan.

8.8.6. Kesiapan Jalur Pengemasan. Segera sebelum menempatkan bahan pengemas pada pengemasan hendaklah diadakan pemeriksaan kesiapan jalur pengemasan yang bersangkutan oleh petugas yang ditunjuk, sesuai dengan prosedur tertulis yang ditentukan untuk:

(a) Memastikan bahwa semua bahan dan produk terkemas yang berasal dari kegiatan pengemasan sebelumnya telah

Page 36: LAMPIRAN : KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN

132

benar-benar disingkirkan dari jalur pengemasan itu dan ruang sekitarnya.

(b) Meneliti kebersihan jalur dan ruangan sekitarnya. (c) Memastikan kebersihan peralatan yang akan dipakai.

8.8.7. Pengemasan Dalam Proses. 8.8.7.1. Prosedur tertulis untuk pengawasan dalam proses

hendaklah dipatuhi. Prosedur ini hendaklah menjelaskan cara mengambilan sampel, frekuensi pengambilan sampel, jumlah sampel yang diambil untuk pemeriksaan, spesifikasi yang harus diperiksa dan batas yang masih dapat diterima untuk setiap spesifikasi.

8.8.7.2. Pengawasan dalam proses hendaklah meliputi juga prosedur umum sebagai berikut:

(a) Produk yang akan dikemas hendaklah diperiksa pada saat pengemasan dimulai;

(b) Produk yang telah dikemas hendaklah diperiksa selama proses pengemasan berlangsung dengan selang waktu yang teratur untuk memastikan kesesuaiannya dengan spesifikasi yang tertulis dalam Prosedur pengemasan Induk.

8.8.7.3. Hasil pengujian dan pemeriksaan dalam proses tersebut hendaklah dicatat pada catatan pengemasan bacth.

8.8.8. Pelaksanaan Pengemasan. 8.8.8.1 Terjadinya kesalahan dalam pengemasan dapat

diperkecil dengan cara sebagai berikut: (a) pemakaian label; (b) pemberian kode bacth langsung pada jalur

pemasangan label; (c) penggunaan alat pembaca kode dan

penghitung label elektronik; (d) label dan barang cetak lain dirancang sedemikian

rupa sehingga memiliki tanda yang berbeda jelas terhadap produk yang berlainan;

(e) disamping pemeriksaan secara visual selama pengemasan berlangsung, hendaklah dilakukan pula pemeriksaan secara terpisah oleh bagian pengawasan mutu selama dan setelah selesai pengemasan.

8.8.8.2. Produk yang bentuk dan rupanya sama atau hampir sama, tidak boleh dikemas pada jalur yang berdampingan, kecuali ada pemisahan secara fisik.

8.8.8.3. Pada setiap jalur pengemasan, nama dan nomor batch produk yang sedang dikemas hendaklah dapat terlihat dengan jelas.

8.8.8.4. Wadah dipakai untuk menyimpan produk ruahan atau obat hewan yang baru dikemas sebagian atau subbatch hendaklah diberi label atau ditandai untuk

Page 37: LAMPIRAN : KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN

133

menunjukkan identitas, jumlah, nomor batch dan status produk tersebut.

8.8.8.5. Wadah yang akan diisi hendaklah diserahkan ke bagian pengemasan dalam keadaan bersih.

8.8.8.6. Semua petugas bagian pengemasan hendaklah dilatih supaya menghayati pentingnya pengawasan dalam proses dan melaporkan terjadinya tiap penyimpangan yang mungkin terlihat sewaktu mereka menjalankan tugas masing-masing.

8.8.8.7. Dalam waktu tertentu selama hari kerja dan setiap saat terjadinya pengotoran ruangan pengemasan hendaklah dibersihkan. Petugas kebersihan hendaklah dilatih untuk menghindari perbuatan yang dapat menyebabkan terjadinya campur baur atau pencemaran silang.

8.8.8.8. Setiap bahan pengemas – cetak yang ditemukan pada waktu pembersihan hendaklah diberikan kepada penyelia, yang selanjutnya menempatkan bahan itu dalam tempat tertentu untuk keperluan rekonsiliasi dan memusnahkan setelah proses pengemasan berakhir.

8.8.8.9. Produk yang sudah selesai dan hampir selesai dikemas yang ditemukan berada diluar jalur pengemasan, hendaklah diserahkan ke penyelia dan tidak boleh langsung dikembalikan ke dalam proses pengemasan. Bila Produk tersebut sudah diperiksa oleh penyelia ternyata identitasnya sama dengan batch yang sedang dikemas dan keadaannya baik, maka penyelia tersebut dapat mengembalikan ke dalam proses pengemasan yang sedang berjalan. Kalau identitasnya berlaianan maka barang tersebut hendaknya dimusnahkan dan jumlahnya dicatat.

8.8.8.10. Produk yang telah diisikan ke dalam wadah akhir tetapi belum diberi label hendaklah dipisahkan dan diberi tanda untuk menghindari tercampur dengan produk lain.

8.8.8.11. Peralatan untuk pengemasan yang bagian – bagiannya tidak bersentuhan langsung dengan produk ruahan hendaklah dibersihkan karena dapat menjadi tempat menumpuknya debu, serpihan bahan pengemas ataupun produk yang kemudian dapat mengotori produk yang sedang dikemas atau menjadi sumber pencemaran.

8.8.8.12. Hendaklah dilakukan untuk menghindarkan penyebaran debu selama proses pengemasan produk kering. Ruangan pengemasan terpisah diperlukan untuk beberapa produk tertentu. Misalnya obat hewan berdosis rendah yang mempunyai resiko tinggi. Produk yang beracun dan bahan yang dapat menimbulkan kepekaan. Udara bertekanan tidak digunakan untuk

Page 38: LAMPIRAN : KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN

134

membersihkan peralatan diruang pengemasan karen dapat menimbulkan pencemaran silang.

8.8.8.13. Penggunaan sikat sebagai alat pembersih hendaklah dibatasi karena dapat menimbulkan pencemaran dari bulu sikat.

8.8.8.14. Petugas yang memerlukan obat untuk penyakitnya yang tidak membahayakan produk atau oranglain sekitarnya hendaknya diijinkan untuk meninggalkan ruang pengemasan unruk memakan obatnya. Dalam keadaan bagaimanapun juga obat tidak boleh dibawa ke ruangan pengemasan.

8.8.8.15. Petugas hendaknya diingatkan untuk tidak menaruh bahan pengemas atau produk kedalam saku mereka. Bahan tersebut hendaklah dibawa dengan tangan atau dengan wadah tertutup yang diberi tanda dengan jelas.

8.8.8.16. Bahan yang diperlukan dalam pengemasan seperti pelincir, perekat, tinta, cairan pembersih hendaklah ditempatkan dalam wadah yang berbeda dalam wadah produk yang diberi tanda yang menyebutkan isinya dengan jelas.

8.8.9. Penyelesaian Produk Pengemasan. 8.8.9.1. Pada penyelesaian pengemasan produk yang sudah

dikemas hendaknya diperiksa dengan teliti untuk memastikan bahwa obat hewan tersebut sesuai dengan persyaratan dalam Proses Pengemasan Induk.

8.8.9.2. Hanya obat hewan jadi yang berasal dari satu batch pengemasan saja yang boleh ditempatkan pada satu palet. Bila ada karton yang tidak penuh maka jumlah yang ada didalamnya hendaklah dituliskan pada karton tersebut.

8.8.9.3. Setelah proses penyesuaian diselesaikan. Kelebihan bahan pengemas dan produk ruahan yang akan disingkirkan hendaklah diawasi dengan baik agar hanya bahan yang dinyatakan memenuhi syarat saja, yang dapat dikembalikan ke gudang untuk memanfaatkan lagi. Bahan tersebut hendaknya diberi tanda yang jelas.

8.8.9.4. Penyelia hendaknya mengawasi perhitungan dan pemusnahan bahan pengemas dan produk ruahan yang tidak dapat dikembalikan lagi ke gudang. Semua sisa bahan pengemas yang tidak terpakai dan sudah diberi tanda hendaklah dimusnahkan. Jumlah yang dimusnahkan dicatat pada catatan pengemasan batch.

8.8.9.5. Penyelia hendaklah menghitung dan mencatat pemakaian bersih untuk semua bahan pengemas dan produk ruahan.

8.8.9.6. Setiap penyimpangan hasil pengemasan yang tidak dapat dijelaskan atau tidak memenuhi spesifikasi hendaklah diselidiki secara teliti dengan

Page 39: LAMPIRAN : KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN

135

mempertimbangkan batch atau produk lain yang mungkin dapat terpengaruh.

8.8.9.7. Setelah rekonsiliasinya cocok, obat hewan jadi tersebut hendaklah disimpan dalam karantina pabrik sambil menunggu pelulusan dari bagian pengawasan mutu.

8.9. Produk pilihan, Sisa Produk dan Obat Hewan Jadi yang dikembalikan dari Gudang Pabrik 8.9.1. Produk antara atau produk ruahan dapat diolah ulang dan

dipulihkan asalkan bahan tersebut layak untuk diolah ulang dengan prosedur tertentu yang disyahkan, serta hasilnya masih memenuhi persyaratan spesifikasi yang ditentukan.

8.9.2. Prosedur pengolahan ulang hendaknya secara khusus disyahkan dan didokumentasikan, setelah dilakukan penilaian yang memberi kesimpulan bahwa resikonya dapat diabaikan.

8.9.3. Sisa produk dan produk pulihan hanya dapat ditambahkan ke dalam batch berikutnya jika memenuhi spesifikasi yang ditentukan.

8.9.4. Prosedur penanganan sisa produk atau produk pulihan dan cara penambahannya kedalam batch berikutnya hendaklah disyahkan secara khusus dan didokumentasikan.

8.9.5. Hendaklah ada pembatasan yang disetujui oleh sebagian pengawasan mutu terhadap jumlah sisa produk pulihan yang dapat ditambahkan kedalam batch berikutnya.

8.9.6. Batch yang mengandung sisa produk atau produk pulihan hanya dianggap memenuhi syarat setelah semua batch asal produk sisa atau produk pulihan yang bersangkutan telah dinilai dan dinyatakan memenuhi spesifikasi yang ditentukan. Hendaklah juga dipertimbangkan perlunya pengujian tambahan terhadap semua obat hewan jadi yang mengandung produk pulihan.

8.9.7. Obat hewan jadi yang dikembalikan dari gudang pabrik, misalnya karena label atau kemasan luarnya kotor atau rusak, dapat diberi label kembali asalkan tidak ada resiko terhadap produk dan yang pengerjaannya disyahkan serta didokumentasikan secara khusus. Bila obat hewan jadi tersebut jadi label kembali, perlu lebih berhati-hati untuk menghindarkan terjadinya campur baur dengan produk lain atau salah label.

8.10. Karantina Pabrik Obat Hewan Jadi dan Penyerahan ke Gudang Obat

Hewan Jadi 8.10.1. Karantina pabrik hewan jadi merupakan titik akhir pengawasan

sebelum obat hewan jadi diserahkan ke gudang dan siap untuk didistribusikan. Sebelum obat hewan jadi dipindahkan ke gudang, pengawasan ketat hendaklah dilaksanakan untuk memastikan bahwa catatan menyeluruh tentang batch yang bersangkutan memenuhi persyaratan yang ditetapkan.

8.10.2. Prosedur tertulis hendaklah mencantumkan cara penyerahan obat hewan jadi ke ruangan karantina, cara penyimpanan sambil

Page 40: LAMPIRAN : KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN

136

menunggu pelulusan, persyaratan yang dipenuhi untuk mendapatkan pelulusan dan cara pemindahan selanjutnya ke gudang obat hewan jadi.

8.10.3. Sambil menunggu pelulusan oleh bagian pengawasan mutu, seluruh batch atau lot yang sudah dikemas hendaklah ditahan dalam status karantina pabrik.

8.10.4. Tidak boleh ada obat hewan yang diambil dari suatu batch, selama obat hewan jadi itu masih ada diruangan karantina, kecuali untuk sample untuk bagian pengawasan mutu.

8.10.5. Ruangan karantina pabrik merupakan ruangan terbatas hanya bagi petugas yang benar-benar dibutuhkan atau diberi wewenang.

8.10.6. Setiap obat hewan yang membutuhkan syarat penyimpanan khusus hendaklah diberi label yang jelas yang menyatakan syarat penyimpanan yang diharuskan, dan obat hewan tersebut hendaknya disimpan ditempat penyimpanan yang cocok di dalam ruang karantina pabrik dengan kondisi tertentu.

8.10.7. pelulusan obat hewan jadi oleh bagian pengawasan mutu harus didahului dengan penyelesaian yang memuaskan dari hal berikut: a. Produk jadi memenuhi persyaratan mutu dalam suatu

spesifikasi pengolahan dan pengemasan. b. Bagian pengawasan mutu menyisihkan dan menyimpan

obat hewan jadi tersebut dalam jumlah yang cukup sebagai sample tertinggal.

c. Kemasan akhir atau penandaan memenuhi persyaratan, harus sesuai dengan hasil pemeriksaan bagian pengawasan mutu.

d. Rekonsiliasi bahan pengemas cetak yang cocok. e. Obat hewan jadi yang diterima di ruangan karantina pabrik

sesuai dengan jumlah yang tertera pada dokumen pemindahan barang.

8.10.8. Setelah bagian pengawasan mutu meluluskan suatu batch atau lot, obat hewan jadi tersebut hendaklah dipindahkan dari ruangan karantina pabrik ke gudang obat hewan jadi.

8.10.9. Sewaktu menerima obat hewan jadi tersebut petugas gudang hendaklah mencatat pemasukan batch yang bersangkutan ke dalam kartu persediaan obat hewan jadi.

8.11. Pengawasan Distribusi Obat Hewan Jadi.

8.11.1. Sistem distribusi hendaklah dirancang dengan tepat sehingga menjamin bahwa obat hewan jadi yang masuk lebih awal hendaklah didistribusikan terlebih dahulu.

8.11.2. Sistem tersebut mencakup pula cara pencatatan sehingga distribusi setiap batch dapat segera diketahui untuk mempermudah penyelidikan dan penarikan kembali jika diperlukan.

8.11.3. Prosedur tertulis mengenai distribusi obat hewan jadi hendaklah dibuat dan dilaksanakan.

Page 41: LAMPIRAN : KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN

137

8.11.4. Penyimpangan terhadap prinsip pertama keluar hanya diperbolehkan untuk jangka waktu pendek atas persetujuan pimpinan yang bertanggung jawab.

8.12. Penyimpanan Bahan Awal, Produk Antara. Produk Ruahan dan Obat Hewan Jadi. 8.12.1. Semua bahan hendaklah disimpan secara rapih dan teratur

untuk mencegah resiko terjadinya campur baur atau pencemaran serta memudahkan pemeriksaan dan pengelolaan. 8.12.1.1. Semua bahan hendaklah disimpan dengan jarak

yang cukup terhadap bahan lainnya maupun tehadap dinding dan tidak diletakan di lantai.

8.12.1.2. Bahan hendaklah disimpan dalam kondisi lingkungan yang sesuai, setiap kondisi penyimpanan khusus yang dibutuhkan hendaklah disediakan dalam ruangan karantina pabrik dan gudang.

8.12.1.3. Penyimpanan diluar gedung diperbolehkan bagi bahan yang dikemas dalam wadah kedap (misalnya drum logam) yang mutunya tidak terpengaruh oleh suhu, kelembaban dan faktor lainnya.

8.12.1.4. Kegiatan penyimpanan hendaklah terpisah dengan jelas dari kegiatan lainnya.

8.12.1.5. Semua penyerahan ke tempat penyimpanan termasuk barang kembalian hendaknya dicatat dengan baik.

8.12.1.6. Setiap bahan awal, produk antara, produk ruahan dan obat hewan jadi yang disimpan hendaknya mempunyai kartu persediaan. Kartu tersebut hendaklah senantiasa direkonsiliasi dan jika terdapat penyimpangan hendaknya dicatat disertai penjelasan.

8.12.2. Penyimpanan bahan baku dan bahan pengemas. 8.12.2.1. Semua bahan baku dan bahan pengemas yang

diserahkan ke ruangan penyimpanan hendaknya diperiksan identitasnya, kondisi wadah dan tanda pelulusan dari bagian pengawasan mutu.

8.12.2.2. Bila identitas atau kondisi wadah suatu bahan baku atau bahan pengemas diragukan atau tidak sesuai dengan identitas atau persyaratan kondisi hendaknya wadah tersebut dikirim ke ruangan karantina pabrik. Untuk selanjutnya diperiksa oleh bagian pengawasan mutu.

8.12.2.3. Bahan baku dan bahan pengemas yang ditolak tidak boleh disimpan bersama-sama dengan bahan yang disetujui tetapi disimpan diruangan khusus yang diperuntukan bagi bahan yang ditolak.

Page 42: LAMPIRAN : KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN

138

8.12.2.4. Bahan pengemas-cetak hendaklah disimpan diruangan penyimpanan tertentu dan dikeluarkan dengan pengawasan yang ketat.

8.12.2.5. Persediaan tertentu dan mendekati tanggal kadaluarsa dari bahan baku dan bahan pengemas yang telah disetujui yang telah dipergunakan terlebih dahulu.

8.12.2.6. Bahan baku dan bahan pengemas hendaklah diuji ulang mengenai identitas kekuatan mutu dan kemurniannya bila perlu, misalnya setelah disimpan lama atau setelah kena udara panas atau pengaruh lain yang mengurangi mutunya.

8.12.3. Penyimpanan produk antara, produk ruahan dan obat hewan jadi. 8.12.3.1. Produk antara, produk ruahan dan obat hewan jadi

hendaknya disimpan dalam ruangan karantina pabrik sambil menunggu hasil pemeriksaan dan keputusan dari bagian pengawasan mutu.

8.12.3.2. Setiap penyerahan hendaklah diperiksa untuk memastikan bahwa bahan yang diserahkan sesuai dengan dokumen penyerahan.

8.12.3.3. Setiap wadah produk antara, produk ruahan dan obat hewan jadi yang diserahkan ke ruangan penyimpanan hendaknya diperiksa mengenai identitasnya serta kondisi wadahnya.

8.12.3.4. Bila identitas atau kondisi wadah suatu produk antara, produk ruahan dan obat hewan jadi diragukan atau tidak sesuai identitasnya atau persyaratan kondisi hendaklah wadah tersebut dikarantina untuk selanjutnya diperiksa oleh bagian pengawasan mutu.

9. Pengawasan Mutu Pengawasan mutu adalah bagian yang esensial dari cara pembuatan obat hewan yang baik agar tiap obat hewan yang dibuat memenuhi persyaratan mutu yang sesuai dengan tujuan penggunaannya. Rasa keterikatan dan tanggung jawab semua unsur dalam semua rangkaian pembuatan adalah mutlak untuk menghasilkan obat hewan yang bermutu mulai dari saat obat hewan dibuat sampai pada distribusi obat hewan jadi. Untuk keperluan tersebut harus ada bagian pengawasan mutu yang berdiri sendiri.

9.1. Ketentuan Umum

9.1.1. Sistem pengawan mutu hendaklah dirancang dengan tepat untuk menjamin bahwa tiap obat hewan mengandung bahan dengan mutu yang benar dan jumlah yang telah ditetapkan dan dibuat pada kondisi yang tepat atau mengikuti prosedur standar. Sehingga obat hewan tersebut memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan mengenai fisik identitas, kadar, kemurnian, potensi dan keamanannya.

Page 43: LAMPIRAN : KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN

139

9.1.2. Pengawasan mutu meliputi semua fungsi analisa yang dilakukan di laboratorium termasuk pengambilan sample pemeriksaan dan pengujian bahan awal, produk antara, produk ruahan dan obat hewan jadi. Pengawasan mutu, meliputi juga program uji stabilitas pemantauan lingkungan kerja, validasi, dokumentasi suatu batch, program penyimpanan sample dan penyusunan serta penyimpanan sesuai dengan spesifikasi yang berlaku dari tiap bahan dan produk termasuk metoda pengujiannya.

9.1.3. Sistem dokumentasi dan prosedur serta pelulusan oleh bagian pengawasan mutu hendaknya menjamin bahwa pemeriksaan dan pengujian yang diperlukan telah dilaksanakan dengan tepat dan bahwa bahan awal, produk antara dan produk ruahan tidak digunakan dan obat hewan jadi tidak didistribusikan atau dijual sebelum hasil pemeriksaan dan pengujian mutu dinilai telah memenuhi spesifikasi yang ditetapkan. Sistem ini hendaklah juga menjamin pelaksanaan hal-hal lain yang memerlukan persetujuan dari bagian pengawasan mutu.

9.1.4. Bagian pengawasan mutu melaksanakan tugas pokok sebagai berikut : a. Menyusun dan menyempurnakan prosedur pengawasan. b. Menyimpan instruksi tertulis yang rinci untuk tiap

pemeriksaan dan pengujian. c. Menyusun rencana dan prosedur tertulis mengenai

pengambilan sampel untuk pemeriksaan. d. Menyimpan sampel pertinggal untuk rujukan dimasa

mendatang. e. Meluluskan atau menolak tiap batch bahan awal, produk

antara, produk ruahan dan obat hewan jadi serta hal-hal lain yang telah ditentukan.

f. Meneliti catatan yang berhubungan dengan pengolahan, pengemasan dan pengujian obat hewan jadi dari batch yang bersangkutan sebelum meluluskan untuk didistribusikan.

g. Mengevaluasi stabilitas semua obat hewan jadi secara berkelanjutan, bahan awal jika diperlukan, dan menyiapkan instruksi mengenai cara penyimpanan bahan awal dan obat hewan jadi di pabrik berdasarkan data stabilitas yang ada.

h. Menetapkan tanggal kadaluarsa dan batas waktu penggunaan bahan awal dan obat hewan jadi berdasarkan data stabilitas dan kondisi penyimpanannya.

i. Mengevaluasi dan menyetujui prosedur pengolahan ulang suatu produk.

j. Menyetujui pemasokan bahan baku dan bahan pengemas yang diketahui dapat dipercayai mampu atau dapat diandalkan untuk memasok bahan awal yang memenuhi bahan spesifikasi mutu yang telah ditetapkan.

k. Mengambil bagian atau memberikan bantuan dalam pelaksanaan program validasi.

l. Mengevaluasi semua keluhan yang diterima atau kekurangan yang ditemukan suatu batch, dan bila perlu

Page 44: LAMPIRAN : KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN

140

bekerja sama dengan bagian lain untuk mengambil tindakan perbaikan yang diperlukan.

m. Menyediakan buku pembanding sekunder sesuai spesifikasi yang terdapat pada prosedur pengujian.

n. Menyimpan catatan pemeriksaan dan pengujian semua sampel yang di ambil.

o. Mengevaluasi obat hewan yang dikembalikan dan menetapkan apakah obat hewan tersebut dapat digunakan langsung atau diproses ulang atau dimusnahkan.

p. Ikut serta dalam program Inspeksi Internal bersama bagian lain dalam perusahan.

q. Memberikan rekomendasi untuk pembuatan obat hewan oleh pihak lain atas dasar kontrak setelah diadakan evaluasi terhadap kontraktor yang bersangkutan dinilai mampu membuat obat hewan yang memenuhi standar mutu yang ditetapkan.

9.2. Laboratorium pengujian 9.2.1. Bangunan

9.2.1.1 Laboratorium pengujian hendaklah dirancang, dibangun dan dilengkapi dengan tepat sehingga dapat menampung dan melaksanakan kegiatan yang diperlukan.

9.2.1.2 Hendaklah disediakan sarana yang sesuai dan aman untuk sampah dan bahan sisa yang akan dibuang. Bahan beracun dan mudah terbakar hendaklah disimpan di tempat khusus dan terpisah.

9.2.1.3 Ruangan laboratorium hendaklah terpisah dari ruangan produksi.

9.2.1.4 Ruangan laboratorium biologi, mikrobiologi dan kimia hendaklah dipisahkan satu dengan yang lain.

9.2.1.5 Ruangan terpisah bagi instrumen mungkin diperlukan untuk melindungi terhadap gangguan listrik, getaran, kelembaban yang berlebihan dan gangguan luar lainnya atau bilamana instrumen tersebut perlu diisolasikan dari peralatan lainnya.

9.2.1.6 Rancangan laboratorium hendaklah memperhatikan kecocokan bahan bangunan yang dipakai, penyaluran keluar untuk gas serta asap yang berbahaya dan ventilasi. Unit pengendali udara yang terpisah harus dipasang untuk masing-masing laboratorium biologi, mikrobiologi dan rodioisotop.

9.2.1.7 Semua pipa serta peralatan penyaluran air, gas, udara, uap dan sebagainya hendaklah diberi penandaan yang jelas. Dalam hal ini perlu diperhatikan tersedianya sambungan pipa atau adaptor yang tidak dapat saling dipetukarkan untuk gas atau cairan berbahaya.

9.2.2. Personalia

Page 45: LAMPIRAN : KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN

141

9.2.2.1. Setiap karyawan yang diberi tugas mengawasi atau yang langsung melakukan pekerjaan laboratorium hendaklah mempunyai pendidikan, latihan atau pengalaman yang sesuai untuk memungkinkan melaksanakan tugasnya dengan baik. Tugas dan tanggung jawab masing-masing karyawan hendaklah jelas, baik secara tertulis dalam uraian jabatannya maupun dalam bentuk lain yang sesuai.

9.2.2.2. Tiap karyawan hendaklah memakai pakaian pelindung dan alat pengaman seperti respirator atau masker, kacamata pelindung dan sarung tangan yang sesuai dengan keperluan untuk melaksanakan tugasnya.

9.2.3. Peralatan 9.2.3.1. Peralatan serta instrumen laboratorium pengujian

hendaklah cocok untuk prosedur pengujian yang dilakukan.

9.2.3.2. Prosedur kerja standar untuk semua instrumen dan peralatan hendaklah tersedia dan diletakkan didekat instrumen atau peralatan yang bersangkutan.

9.2.3.3. Peralatan dan instrumen hendaklah diservis dan ditera dalam selang waktu yang telah ditetapkan dan didokumentasikan. Pemeriksaan untuk memastikan bahwa intrumen berfungsi baik, hendaklah dilakukan tiap hari atau sebelum instrumen tersebut digunakan.

9.2.3.4. Tanggal peneraan dan servis peralatan yang telah dilakukan serta tanggal peneraan dan servis berikunya harus tertera pada masing-masing intrumen atau cara lain yang sesuai.

9.2.3.5. Hendaklah diberikan penandaan yang jelas untuk menunjukkan bahwa bahwa peralatan tidak berfungsi baik atau sedang di servis agar tidak digunakan.

9.2.3.6. Pancuran air pengaman dan pembasuh mata harus tersedia dekat tempat kerja.

9.2.4. Pereaksi dan Media Pembiakan 9.2.4.1. Penerimaan dan pembuatan pereaksi dan media

pembiakan hendaklah dicatat. 9.2.4.2. Pereaksi yang dibuat di laboratorium hendaklah

mengikuti prosedur pembuatan tertulis dan diberi label yang sesuai. Pada label dicantumkan konsentrasi, faktor standarisasi, batas waktu penggunaan, tanggal standarisasi ulang harus dilaksanakan, kondisi penyimpanan, berikut tanggal pembuatan dan tanda tangan petugas yang membuat pereaksi tersebut.

9.2.4.3. Kontrol positip maupun kontrol negatip hendaklah digunakan untuk memastikan kecocokan media pembiakan yang dipakai. Besarnya inokulum dalam kontrol positip harus disesuaikan dengan kepekaan pertumbuhan yang diinginkan.

9.2.5. Baku Pembanding

Page 46: LAMPIRAN : KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN

142

9.2.5.1. Baku pembanding hendaklah berada dalam tanggung jawab seorang yang ditunjuk.

9.2.5.2. Baku pembanding resmi hanya digunakan untuk tujuan seperti diuraikan dalam monografi yang bersangkutan.

9.2.5.3. Baku pembanding sekunder atau baku pembanding kerja dapat dibuat dan dipakai setelah dilakukan pengujian yang sesuai dan pemeriksaan secara periodik dan teratur untuk mengoreksi penyimpangan yang terjadi serta untuk menjamin ketepatan hasilnya.

9.2.5.4. Semua baku pembanding hendaklah disimpan dan digunakan secara tepat agar mutunya tidak menurun.

9.2.5.5. Pada label baku pembanding hendaklah dicantumkan konsentrasi, tanggal pembuatan, tanggal kadaluarsa, tanggal pertama kali tutup wadahnya dibuka dan bila perlu kondisi penyimpanannya.

9.2.6. Spesifikasi dan Prosedur Pengujian 9.2.6.1. Prosedur pengujian hendaklah divalidasi dengan

memperhatikan fasilitas dan peralatan yang ada sebelum prosedur tersebut digunakan dalam pengujian rutin.

9.2.6.2. Spesifikasi dan prosedur pengujian untuk tiap bahan baku, produk antara, produk ruahan dan obat hewan jadi hendaklah memuat ketentuan dan cara pemeriksaan dan pengujian mengenai identitas, kemurnian, kadar, potensi, dan keamanannya.

9.2.6.3. Prosedur pengujian hendaklah memuat : a) banyaknya sampel yang diperlukan untuk

pengujian dan yang harus disimpan untuk rujukan masa mendatang.

b) Banyaknya masing-masing pereaksi, larutan dapar dan lain-lain yang diperlukan untuk pengujian.

c) Peralatan dan instrumen yang diperlukan untuk pengujian

d) Perhitungan dan rumus yang digunakan. e) Nilai sasaran dan toleransi dari tiap pengujian.

9.2.6.4. Prosedur pengujian hendaklah memuat frekuensi pemeriksaan ulang dari tiap bahan baku yang ditentukan dengan mempertimbangkan stabilitasnya.

9.2.6.5. Semua pengujian yang dilakukan hendaklah mengikuti instruksi yang tercantum dalam prosedur pengujian untuk masing-masing bahan atau produk. Hasil pengujian, terutama yang menyangkut perhitungan, harus diperiksa oleh penyelia sebelum bahan atau produk tersebut diterima atau ditolak.

9.2.7. Catatan Pengujian Catatan pengujian hendaklah mencakup: (a) nama dan nomor batch sampel.

Page 47: LAMPIRAN : KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN

143

(b) Nama petugas yang mengambil sampel. (c) metoda analisa yang digunakan. (d) Semua data hasil analisa seperti berat, pembacaan burret,

volume dan pengenceran. (e) perhitungan dan rumus yang digunakan. (f) persyaratan mengenai toleransi yang diperbolehkan. (g) persyaratan apakah memenuhi atau tidak memenuhi

persyaratan spesifikasi. (h) tanggal dan tanda tangan petugas yang melakukan

pengujian dan petugas yang memeriksa perhitungan. (i) Pernyataan apakah diluluskan atau ditolak serta saran

mengenai tindakan selanjutnya yang ditandatangani dan diberi tanggal oleh petugas yang berwenang.

(j) Nama pemasok, jumlah bahan awal yang diterima. (k) Jumlah keseluruhan dan jumlah wadah, produk antara,

produk ruahan dan obat hewan jadi dari batch atau lot asal yang dianalisa.

9.2.8. Sampel Pertinggal

9.2.8.1. Sampel pertinggal dengan identitas lain yang mewakili setiap batch bahan awal berkhasiat yang diterima hendaklah disimpan selama jangka waktu tertentu.

9.2.8.2. Sampel pertinggal dengan identitas jelas yang mewakili setiap batch obat hewan jadi dalam bentuk kemasan lengkap hendaklah disimpan dalam jangka waktu tertentu. Sampel obat hewan jadi ini disimpan dalam kondisi yang sama dengan kondisi tertera pada etiket.

9.2.8.3. Jumlah sampel pertinggal sekurang-kurangnya dua

kali dari jumlah sampel yang dibutuhkan untuk pengujian secara lengkap.

9.3 Validasi

9.3.1 Bagian pengawasan mutu melakukan validasi 9.3.1.1. Prosedur penetapan kadar

Dalam pelaksanaan validasi, prinsip penetapan kadar dianggap cocok untuk prosedur yang ditetapkan. Validasi dimaksudkan untuk mengetahui ketelitian dan ketetapan dan penetapan kadar dan bukan untuk mengetahui penyebab dari penyimpangan yang diamati. Apabila ketelitian dan ketepatan dari penetapan kadar tidak memuaskan maka prosedur tersebut perlu ditinjau, dirancang kembali, diperbaiki atau diganti.

9.3.1.2. Peralatan: Peneraan peralatan yang dipakai dalam pengujian hendaklah dilakukan secara berkala untuk menjamin

Page 48: LAMPIRAN : KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN

144

bahwa peralatan tersebut senantiasa memberikan hasil pengukuran dan penimbangan yang tepat.

9.3.2 Bagian pengawasan mutu hendaklah memberi bantuan yang diperlukan atau mengambil bagian dalam pelaksanaan validasi berkala oleh bagian lain, khususnya bagian produksi untuk menjamin bahwa setiap produk obat hewan yang dihasilkan selalu memenuhi persyaratan minimal yang telah ditetapkan.

9.4. Pengawasan terhadap Bahan Awal, Produk Antara, Produk Ruahan

dan Obat Hewan Jadi 9.4.1. Spesifikasi Tiap spesifikasi hendaklah disetujui terlebih dahulu dan

disimpan oleh bagian pengawasan mutu. Hal-hal yang dicakup dalam spesifikasi bahan awal, produk antara, produk ruahan dan obat hewan jadi akan diterangkan tersendiri. Perubahan berkala dari setiap spesifikasi perlu dilakukan dengan memperhatikan edisi terakhir dari Farmakop Obat Hewan Indonesia atauketentuan resmi lainnya.

9.4.2. Pengambilan Sampel 9.4.2.1. Sampel hendaklah mewakili batch dari bahan yang

diambil. Pengambilan sampel hendaklah dilakukan sesuai dengan cara dan metode tertulis yang telah disetujui.

9.4.2.2. Pengambilan sampel hendaklah dilakukan denganbenar sehingga tidak terjadi kontaminasi terhadap atau oleh bahan produk lainnya.

9.4.2.3. Peralatan yang digunakan untuk mengambil sampel hendaklah dibersihkan dan jika perlu disterilkan, sebelum dan sesudah pemakaian dan disimpan secara terpisah dari alat-alat laboratorium lainnya.

9.4.2.4. Wadah dan peralatan yang digunakan untuk pengambilan sampel hendaklah tidak mempengaruhi kualitas bahan atau produk obat hewan yang sampelnya diambil.

9.4.2.5. Setiap wadah sampel hendaklah diberi label yang menunjukkan:

(a) nama produk dari sampel yang diambil; (b) nomor batch atau lot; (c) jumlah kemasan produk yang sampelnya

diambil; (d) tanda tangan petugas yang mengambil; (e) tanggal pengambilan sampel.

9.4.2.6. Pengambilan sampel hendaklah dilakukan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan, prosedur pengambilan sampel akan dijelaskan kemudian.

9.4.3. Pengujian 9.4.3.1. Bahan Baku

Page 49: LAMPIRAN : KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN

145

Setiap bahan baku hendaklah diuji terhadap spesifikasi fisik, identitas, kemurnian, kualitas, kekuatan dan persyaratan lain yang telah ditetapkan.

9.4.3.2. Bahan Pengemas Bahan pengemas hendaklah memenuhi spesifikasi

yang ditetapkan khususnya dalam hal kesesuaian jenis bahan terhadap produk yang diisikan ke dalam bahan tersebut. Cacat fisik yang kritis dan ketepatan tanda-tanda identitas bahan yang dapat memberi kesan meragukan kebenaran dan kualitas produk hendaklah diperiksa.

9.4.3.3. Produk Antara, Produk Ruahan dan Obat Hewan Jadi. (a) Untuk menjamin keseragaman dan keutuhan

batch, pengawasan dalam proses hendaklah dilakukan dengan mengambil sampel yang mewakili setiap batch produk antara, produk ruahan dan obat hewan jadi untuk pengujian terhadap identitas, kekuatan, kemurnian dan kadar/potensinya. Persetujuan dari bagian pengawasan mutu mutlak diperlukan sesudah selesainya tahap-tahap produksi yang kritis atau apabila produk telah lama tersimpan sebelum tahap produksi selanjutnya dilaksanakan.

(b) Produk antara, produk ruahan dan obat hewan jadi yang ditolak hendaklah ditandai dan diawasi dengan sistem karantina pabrik yang dirancang untuk mencegah penggunaannya dalam proses produksi lebih lanjut atau untuk didistribusikan kecuali apabila produk tersebut dianggap dapat diolah kembali.

(c) Uji Sterilitas Uji sterilitas yang dilakukan terhadap obat hewan

jadi hendaklah dianggap sebagai langkah terakhir dari serangkaian tindakan pengawasan untuk menjamin sterilitas. Hasil pengujian yang memenuhi syarat tidak menjamin sterilitas dari keseluruhan batch tersebut karena adanya kemungkinan wadah yang tidak steril tidak terpilih pada pengambilan sampel.

Disamping itu metode pembiakan yang digunakan memiliki kepekaan yang terbatas. Sehingga tidak selalu memungkinkan tumbuhnya semua jasad renik. Sekalipun demikian dengan cara pengambilan sampel yang tepat dan pemakaian media yang sesuai, hasil uji sterilitas dapat digunakan sebagai pedoman untuk kelulusan atau penolakan suatu batch dalam melaksanakan uji sterilitas hendaklah diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

Page 50: LAMPIRAN : KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN

146

1) Pedoman untuk jumlah minimal kemasan sampel yang harus diuji serta metode baku yang dipakai untuk pengujian berbagai jenis sediaan terhadap bakteri aerob, bakteri anaerob dan jamur, hendaklah tertera dalam prosedur pengujian.

(2) Sampel satu batch hendaklah diambil secara acak, termasuk dari tempat yang diperkirakan paling dingin pada muatan yang disterilkan secara panas dan berasal dari pengisian awal dan akhir batch secara aseptik.

(3) Bila hasil pengujian terhadap suatu batch ternyata tidak memenuhi syarat, maka penyebab kegagalan ini hendaklah ditelusuri dan kemudian dilakukan perbaikan yang sesuai.

(4) Semua hasil pengujian sterilitas hendaklah didokumentasikan.

(d) Uji Pirogen 1) Pada pembuatan obat hewan steril hendaklah

dipertimbangkan perlunya pengujian bahan baku, produk antara, produk ruahan dan obat hewan jadi terhadap pirogen.

2) Air untuk injeksi diperiksa pirogenitasnya, jika diberi etiket “bebas pirogen” atau jika volumenya lebih dari 10 ml dalam kemasan akhir.

9.4.4. Pengawasan Lingkungan Pengawasan lingkungan kerja yang dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Pemantauan secara teratur terhadap mutu kimiawi dan mikrobiologis dari air yang digunakan dalam pengolahan obat hewan, terutama yang keluar dari tempat dimana air itu akan langsung digunakan. Jumlah sampel dan metoda pengujian hendaklah mampu mendeteksi adanya organisme penunjuk dalam konsentrasi kecil (misalnya Pseudomonas).

b. Pemantauan berkala secara mikrobiologis terhadap lingkungan produksi.

c. Pengujian berkala terhadap lingkungan sekitar ruang produksi untuk mendeteksi adanya obat hewan lain yang akan mencemari produk yang sedang diolah.

d. Pengawasan terhadap pencemaran yang ada diudara sekitarnya.

9.4.5. Pengawasan Dalam Proses 9.4.5.1. Untuk menjamin keseragaman batch dan keutuhan

obat hewan jadi, prosedur tertulis mengenai pengawasan dan pengujian atau pemeriksaan terhadap produk dalam proses dari tiap batch

Page 51: LAMPIRAN : KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN

147

hendaklah ditetapkan dan diikuti. Prosedur pengawasan tersebut ditetapkan untuk memantau hasil produksi dan melakukan validasi terhadap kemampuan proses produksi yang mungkin menjadi penyebab dari ketidak-seragaman sifat produk dalam proses.

9.4.5.2. Spesifikasi dalam proses hendaklah konsisten dengan spesifikasi obat hewan jadi. Spesifikasi ini hendaklah dijabarkan dari rata-rata proses yang diterima sebelumnya serta bila mungkin berdasarkan perkiraan variabilitas proses dan bila perlu ditetapkan dengan menggunakan metoda statistik.

9.4.5.3. Produk dalam proses hendaklah diuji identitas, kemurnian dan kadar/potensi pada tahap yang tepat dan dinyatakan memenuhi syarat atau tidak memenuhi syarat oleh bagian pengawasan mutu selama proses produksi.

9.4.6. Pengawasan Pengemasan 9.4.6.1. Jalur pengemasan hendaklah diperiksa oleh bagian

pengawasan mutu sebelum kegiatan pengemasan berjalan.

9.4.6.2. Selama pengemasan berlangsung hendaklah diambil sampel yang dikemas permulaan, pertengahan dan pada akhir pengemasan.

9.4.6.3. Produk akhir yang sudah dikemas hendaklah disimpan dalam karantina pabrik sampai dikeluarkannya pernyataan hasil memenuhi syarat minimal oleh bagian pengawasan mutu.

9.4.7. Pengujian Ulang Bahan atau Obat Hewan Jadi Yang Telah Disetujui 9.4.7.1. Hendaklah ditetapkan batas waktu penyimpanan yang

sesuai untuk setiap bahan awal, produk antara, produk ruahan dan produk obat hewan jadi. Setelah batas waktu ini bahan atau produk tersebut harus diuji ulang oleh bagian pengawasan mutu terhadap identitas, kemurnian dan kadar/potensi. Berdasarkan hasil uji ulang tersebut bahan atau produk itu dinyatakan lulus kembali untuk dipakai atau ditolak.

9.4.7.2. Bila suatu bahan disimpan pada kondisi yang tidak tepat, bahan tersebut hendaklah diuji ulang dan disetujui oleh bagian pengawasan mutu sebelum digunakan.

9.5. Prosedur produksi dan Perubahannya

9.5.1. Bagian pengawasan mutu hendaklah ikut serta dalam penyusunan Prosedur Pengolahan Induk dan Prosedur Pengemasan Induk untuk setiap ukuran batch suatu produk untuk menjaminkeseragaman dari batch ke batch yang diproduksi. Tiap perubahan dan penyesuaian pada Prosedur

Page 52: LAMPIRAN : KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN

148

Pengemasan Induk harus disetujui oleh bagian pengawasan mutu sebelum dipakai.

9.5.2. Bagian pengawasan mutu hendaklah memberikan persetujuan untuk prosedur pembersihan peralatan produksi dan sanitasi.

9.6. Peninjauan Catatan Batch Produksi

9.6.1. Semua catatan produksi dan pengawasan tiap batch obat hewan jadi hendaklah diteliti oleh bagian pengawasan mutu untuk menentukan apakah batch bersangkutan memenuhi semua prosedur yang telah ditetapkan sebelum diluluskan untuk didistribusi.

9.6.2. Tiap batch yang menyimpang atau gagal; dalam memenuhi spesifikasinya hendaklah diselidiki oleh bagian pengawasan mutu secara tuntas. Penyelidikan hendaklah dilanjutkan terhadap batch lain dari produk yang sama dan produk lainnya yang mungkin ada hubungannya dengan penyimpangan atau kegagalan tertentu. Laporan tertulis mengenai penyelidikan tersebut hendaklah dibuat disertai kesimpulan dan tindak lanjutnya.

9.7. Pemeriksaan Stabilitas

9.7.1. Hendaklah dirancang program pengujian stabilitas untuk mengetahui sifat stabilitas dari produk jadi untuk menentukan kondisi penyimpananyang cocok serta tanggal kadaluarsa.

9.7.2. Program pengujian stabilitas hendaklah dipatuhi dan mencakup : a. Jumlah sampel dan jadwal pengujian berdasarkan kriteria

statistik untuk tiap sifat yang diuji, untuk menjamin kebenaran perkiraan stabilitas.

b. Kondisi penyimpanan. c. Metode pengujian yang spesifik dan dapat diandalkan. d. Pengujian dalam kemasan yang sama dengan kemasan

obat hewan yang dipasarkan. e. Pada obat hewan jadi untuk rekonstruksi, pengujian

stabilitas dilakukan sebelum maupun sesudah rekonstruksi.

9.7.3. Pemeriksaan stabilitas hendaklah dilakukan dalam hal berikut : a. Produk baru (umumnya dilakukan pada batch percobaan). b. Kemasan baru yang berbeda dengan standar yang telah

ditetapkan. c. Perubahan formula, cara pengolahan atau sumber bahan

baku. d. Batch yang telah memenuhi syarat dengan pengecualian

atau batch yang diolah kembali. 9.7.4. Terhadap sampel pertinggal obat hewan jadi hendaklah

pengamatan tindak lanjut.

9.8. Laboratorium Luar 9.8.1. Sebagian atau seluruh aspek pengujian mutu dapat dilakukan

oleh suatu laboratorium lain di luar pabrik sebagai pembanding.

Page 53: LAMPIRAN : KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN

149

Pabrik hendaklah menilai bahwa laboratorium tersebut mampu melakukan pengujian yang telah ditetapkan oleh pabrik itu sendiri.

9.8.2. Meskipun analisa dan pengujian mutu dapat dilakukan oleh laboratorium luar, tanggung jawab atas pengawasan mutu tetap berada di tangan pihak pabrik.

9.8.3. Sifat dan luas analisa yang dilakukan hendaklah disepakati dan ditetapkan dengan jelas dalam suatu kontrak.

9.8.4. Metoda pengujian rinci yang relevan hendaklah diberikan kepada laboratorium luar tersebut.

9.8.5. Hendaklah diatur penyimpanan sampel pertinggal serta pembuatan catatan hasil pengujian.

9.8.6. Laporan pengujian laboratorium luar mencakup nama laboratorium luar yang bersangkutan nama produk, tanggal analisa, nomor batch atau nomor lot, Metoda analisa, hasil pengujian, tanda tangan petugas yang bertanggung jawab atas analisa tersebut.

9.8.7. Persetujuan untuk meluluskan merupakan wewenang pabrik yang bersangkutan.

9.9. Penilaian Terhadap Pemasok

9.9.1. Bagian pengawasan mutu hendaklah bertanggung jawab dalam penentuan pemasok yang mampu dan dapat dipercaya dalam penyediaan bahan awal yang memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan.

9.9.2. Semua calon hendaklah dievaluasi sebelum diberi pesanan. Inspeksi terhadap pemasok perlu dilakukan, bila pemasok itu mempunyai riwayat, reputasi atau jaminan yang dianggap cukup sehingga inspeksi tidak diperlukan.

9.9.3. Inspeksi sebaiknya dilakukan bersama-sama oleh wakil-wakil dari bagian pengawasan mutu, bagian produksi dan bagian pembelian untuk menetapkan pemasok yang dapat dipercaya.

9.9.4. Sebagai calon pembeli, wakil-wakil dari bagian pengawasan mutu, bagian produksi dan bagian pembelian hendaklah menilai kualifikasi teknis dari pemasok dan berusaha mengetahui sikapnya terhadap mutu.

9.9.5. Semua pemasok hendaklah dievaluasi secara berkala.

10. Inspeksi Internal Tujuan inspeksi internal adalah untuk melakukan penilaian apakah seluruh aspek produksi dan pengendalian mutu selalu memenuhi CPOHB. Program inspeksi internal hendaklah dirancang untuk mencari kelemahan dalam pelaksanaan CPOHB dan untuk menetapkan tindakan perbaikannya. Inspeksi internal hendaklah dilakukan secara teratur. Tindakan perbaikan yang disarankan hendaklah dilaksanakan. Untuk pelaksanaan inspeksi internal ditunjuk tim inspeksi yang mampu menilai secara obyektif pelaksanaan CPOHB. Prosedur dab catatan mengenai inspeksi internal hendaklah dibuat. 10.1. Hal-hal yang Diinspeksi

Page 54: LAMPIRAN : KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN

150

Untuk mendapatkan standar inspeksi internal yang minimal dan seragam, maka disusun daftar pemeriksaan selengkap mungkin. Daftar pemeriksaan hendaklah meliputi pertanyaan mengenai hal-hal sebagai berikut antara lain : a. Karyawan b. Bangunan termasuk fasilitas untuk karyawan c. Penyimpanan bahan dan obat hewan jadi d. Peralatan e. Produksi f. Pengawasan mutu g. Dokumentasi h. Pemeliharaan gedung dan peralatan

10.2. Tim Inspeksi Internal Tim inspeksi internal ditunjuk oleh perusahaan terdiri dari sekurang-kurangnya 3 orang tenaga ahli dibidang yang berlainan dan paham mengenai CPOHB. Anggota dapat berasal dari lingkungan perusahaan atau dari luar perusahaan. Tiap anggota tim hendaklah bebas memberikan penilaian atas hasil inspeksi.

10.3. Pelaksanaan dan Selang Waktu Inspeksi-Internal Inspeksi-internal dapat dilakukan bagian demi bagian sesuai dengan kebutuhan pabrik yang bersangkutan.Inspeksi internal yang menyeluruh hendaknya dilakukan sekurang-kurangnya sekali setahun.

10.4. Laporan Inspeksi-Internal Setelah menyelesaikan inspeksi-internal hendaklah dibuat laporan yang mencakup : a. Hasil Inspeksi-internal b. Penilaian dan kesimpulan c. Usul tindakan perbaikan

10.5. Tindak lanjut Inspeksi-internal Berdasarkan laporan inspeksi-internal, pimpinan perusahaan melakukan tindakan perbaikan yang diperlukan

11. Penanganan Terhadap Hasil Pengamatan, Keluhan Dan Penarikan Kembali

Obat Hewan yang beredar 11.1. Penarikan Kembali Obat Hewan Jadi

Penarikan kembali obat hewan jadi dapat berupa penarikan kembali atau beberapa batch atau seluruh obat hewan jadi tertentu dari semua mata rantai distribusi. Penarikan kembali dilakukan apabila ditemukan adanya produk yang tidak memenuhi persyaratan kualitas atau atas dasar pertimbangan adanya efek samping yang tidak diperhitungkan yang merugikan kesehatan. Penarikan kembali seluruh obat hewan jadi tertentu merupakan tindak lanjut penghentian pembuatan satu jenis obat hewan jadi yang bersangkutan. 11.1.1. Keputusan Penarikan Kembali Obat Hewan Jadi

11.1.1.1. Penarikan kembali dapat dilakukan atas prakarsa produsen sendiri atau instruksi pemerintah yang berwenang.

Page 55: LAMPIRAN : KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN

151

11.1.1.2. Keputusan untuk melakukan penarikan kembali suatu obat hewan jadi adalah tanggung jawab penanggung jawab pabrik dan pimpinan perusahaan.

11.1.1.3. Keputusan penarikan kembali obat hewan jadi berupa penarikan kembali satu atau beberapa batch atau seluruh obat hewan jadi yang bersangkutan.

11.1.1.4. Keputusan penarikan kembali obat hewan jadi dapat pula sekaligus merupakan penghentian pembuatan obat hewan jadi yang bersangkutan.

11.1.2. Pelaksanaan Penarikan Kembali 11.1.2.1. Tindakan penarikan kembali hendaklah dilakukan

segera setelah diketahui adanya obat hewan jadi yang tidak memenuhi persyaratan atau yang mempunyai efek samping yang tidak diperhitungkan sebelumnya yang membahayakan kesehatan, baik kesehatan hewan maupun kesehatan manusia.

11.1.2.2. Bagi obat hewan jadi yang mengandung resiko besar terhadap kesehatan hewan maupun manusia selain tindakan penarikan kembali hendaklah segera diambil tindakan khusus agar obat hewan yang bersangkutan dikenakan embargo untuk tidak digunakan. Dalam hal ini penarikan kembali hendaklah dilakukan pula sampai tingkat pengguna obat hewan.

11.1.3. Sistim dokumentasi pabrik hendaklah dapat mendukung pelaksanaan penarikan kembali dan embargo secara efektif, cepat dan tuntas.

11.1.4. Hendaklah dibuat pedoman dan prosedur penarikan kembali obat hewan jadi yang tepat sehingga penarikan kembali dan embargo dapat dilakukan dengan cepat dan efektif dari seluruh mata rantai distribusi.

11.1.5. Hendaklah dibuat catatan dan laporan pelaksanaan, hasil penarikan kembali dan embargo obat hewan jadi.

11.2. Keluhan dan Laporan Keluhan dan laporan dapat menyangkut mutu, residu, efek samping yang merugikan atau masalah medis veteriner lainnya. Semua keluhan dan laporan hendaklah diselidiki dan dievaluasi serta diambil tindak lanjut yang sesuai. 11.2.1. Jenis keluhan dan laporan dapat berupa :

a. Keluhan mengenai mutu menyangkut keadaan fisik, kimia dan biologi dari produk atau kemasannya.

b. Keluhan atau laporan tentang efek samping yang merugikan seperti reaksi alergi, reaksi toksis, reaksi fatal atau hampir fatal dan lain sebagainya.

c. Keluhan laporan medis lain seperti kurang manjur atau kurang memberikan respon klinis.

11.2.2. Penanganan Keluhan dan Laporan.

11.2.2.1. Hendaklah dibuat catatan tertulis mengenai semua keluhan dan laporan yang diterima.

Page 56: LAMPIRAN : KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN

152

11.2.2.2. Keluhan dan laporan hendaklah ditangani oleh bagian

yang terkait sesuai dengan jenis keluhan atau laporan yang diterima.

11.2.2.3. Terhadap tiap keluhan hendaklah dilakukan penelitian dan evaluasi secara seksama termasuk : (a) Meninjau seluruh informasi yang masuk tentang

keluhan atau laporan tersebut. (b) melakukan pemeriksaan atau pengujian terhadap

sampel yang diterima dan bila perlu memeriksa juga sampel pertinggal batch yang bersangkutan.

(c) meneliti kembali semua data dan dokumentasi yang berkaitan, termasuk catatan batch, catatan distribusi, catatan hasil pengujian dan sebagainya.

11.2.3. Tindak Lanjut 11.2.3.1. Atas dasar hasil evaluasi dan penyelidikan dilakukan

tindak lanjut berupa antara lain : (a) tindakan perbaikan yang diperlukan (b) penarikan kembali batch obat hewan jadi atau

seluruh obat hewan jadi yang bersangkutan (c) tindak lanjut lainnya yang sesuai

11.2.3.2. Hasil pelaksanaan penanganan keluhan dan laporan termasuk hasil evaluasi penelitian dan tindak lanjut yang diambil hendaklah dicatat dan dilaporkan kepada bagian yang bersangkutan disampaikan kepada Menteri Pertanian yang dalam hal ini kepada Direktur Jenderal Peternakan.

12. Dokumentasi

Dokumentasi pembuatan obat hewan merupakan bagian dari sistem informasi manajemen yang meliputi spesifikasi;prosedur, metode dan instruksi;catatan dan laporan serta jenis dokumentasi lain yang diperlukan dalam perencanaan, pelaksanaan, pengendalian serta evaluasi seluruh rangkaian kegiatan pembuatan obat hewan. Dokumentasi sangat penting untuk memastikan bahwa setiap petugas mendapat instruksi secara rinci dan jelas mengenai bidang tugas yang harus dilaksanakannya sehingga memperkecil resiko terjadinya salah tafsir dan kekeliruan yang biasanya timbul karena hanya mengandalkan komunikasi lisan. Sistem dokumentasi hendaklah menggambarkan riwayat lengkap dari setiap batch atau lot suatu produk sehingga memungkinkan penyelidikan serta penulusuran terhadap batch atau lot produk bersangkutan. Sistem dokumentasi digunakan pula dalam pemantauan dan pengendalian, misalnya kondisi lingkungan, perlengkapan dan personalia. 12.1. Ketentuan Umum

12.1.1. Dokumen-dokumen hendaklah dirancang dan dibuat dengan teliti, agar dapat digunakan dengan mudah, benar dan efektif.

Page 57: LAMPIRAN : KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN

153

12.1.2. Dokumen hendaklah dapat mencatat kegiatan dibidang produksi, pengawasan mutu, pemeliharaaan peralatan, pergudangan, distribusi dan hal-hal spesifik lainnya yang berkaitan dengan CPOHB.

12.1.3. Dokumen hendaklah mencakup semua data penting, tetapi tidak perlu berlebihan, dan dijaga agar selalu aktual. Setiap perubahan hendaklah disahkan secara resmi. Hendaklah juga diberi kemungkinan bagi peninjauan berkala maupun perbaikan, bila diperlukan.

12.1.4. Hendaklah ada suatu sistem untuk menghindarkan terjadinya penggunaan suatu dokumen yang sudah tidak berlaku.

12.1.5. Apabila terjadi atau ditemukan suatu kekeliruan pada dokumen, hendaklah dikoreksi dengan suatu cara yang tepat sehingga tulisan atau catatan semula tidak hilang sama sekali dan koreksi itu ditulis atau dicantumkan disamping tulisan semula, kemudian diparaf dan dibubuhi tanda tangan.

12.1.6. Jika dokumen memuat instruksi hendaklah ditulis dalam nada perintah disusun dalam langkah-langkah yang diberi nomor urut. Instruksi tersebut hendaklah jelas, tepat, tidak berarti ganda dan dalam bahasa yang dapat dimengerti oleh pemakai.

12.1.7. Setiap dokumen hendaklah dibubuhi tandatangan dan disahkan oleh manajer produksi maupun manajer pengawasan mutu. Bagian atau orang yang menerima turunan dokumen hendaklah tercantum setidak-tidaknya pada dukumen aslinya.

12.1.8. Dokumen hendaklah tersedia bagi semua pihak terkait. 12.1.9. Dokumen dan catatan yang berkaitan dengan suatu batch

sebagaimana sampel rujukan obat hewan jadi serta bahan awalnya hendaklah disimpan oleh perusahaaan untuk jangka waktu yang ditentukan Departemen Pertanian.

12.2. Spesifikasi Spesifikasi meliputi bahan baku, bahan pengemas, produk antara, produk ruahan dan obat hewan jadi. 12.2.1. Spesifikasi Bahan Baku

12.2.1.1. Spesifikasi bahan baku hendaklah memuat : a. nama dan kode produk yang ditentukan dan

digunakan oleh perusahaan. b. Nama dan kode yang diberikan oleh pemasok. c. Rujukan monograf atau metoda pengujian yang

digunakan untuk pemeriksaan dan pengujian spesifikasi atau farmakope yang digunakan.

d. Frekuensi pengujian ulang terhadap bahan yang disimpan, jika perlu.

e. Jenis pengujian spesifik yang diperlukan dalam rangka penilaian ulang terhadap bahan yang sudah kadaluarsa untuk menentukan

Page 58: LAMPIRAN : KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN

154

kemungkinan perpanjangan masa kadaluarsanya.

f. Kondisi penyimpanan dan tindakan pengamanan lain yang diperlukan.

g. Batas umur jika diperlukan. h. Nama pemasok yang disetujui. i. Tanggal ditertibkannya spesifikasi.

12.2.1.2. Spesisikasi bahan baku dapat terpisah atau termasuk dalam Dokumen Produksi Induk.

12.2.2. Spesifikasi bahan pengemas 12.2.2.1. Spesifikasi bahan pengemas hendaklah memuat :

a. nama dan kode produk yang ditentukan dan digunakan oleh perusahaan.

b. Nama dan kode yang diberikan oleh pemasok. c. Pemberian antara jenis bahan, ketebalan,

dimensi warna kekuatan, teks. d. Gambar teknis bila perlu. e. Rujukan monograf atau metoda pengujian yang

digunakan untuk pemeriksaan dan pengujian spesifikasi dan farmakofe yang digunakan.

f. Frekuensi pemeriksaan ulang terhadap bahan yang disimpan.

g. Kondisi penyimpanan dan tindakan pengamanan yang diperlukan.

h. Batas umur yang diperlukan. i. Nama pemasok yang disetujui. j. Tanggal diterbitkannya spesifikasi.

12.2.2.2. Spesifikasi bahan pengemas dapat terpisah atau termasuk dalam dokumen produksi induk.

12.2.3. Spesifikasi produk antara, produk ruahan dan obat hewan jadi 12.2.3.1. Spesifikasi produk antara, produk ruahan atau

produk obat hewan jadi, sesuai dengan bentuk sediaan dan tahap pembuatannya, hendaknya memuat : (a) nama dan produk yang dikeluarkan perusahaan. (b) Bentuk sediaan dan kekuatan (c) Pemberian, karakteristik kimia serta standar

mikrobiologi, jika ada. (d) Rujukan monograf atau metoda pengujian yang

digunakan untuk pemeriksaan dan pengujian spesifikasi atau farmakope yang digunakan.

(e) Sifat fisika, seperti bobot standar atau volume pengisian (termasuk nilai batas), pH, kekentalan, rapatan, kekerasan, keregasan, waktu hancur dan kemanfaatan hayati in-vitro, bila perlu.

(f) Spesifikasi obat hewan jadi hendaklah juga mencakup jenis dan spesifikasi bahan pengemas yang digunakan.

(g) Batas umur atau batas kedaluarsa.

Page 59: LAMPIRAN : KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN

155

(h) Kondisi penyimpanan dan tindakan pengaman. (i) Spesifikasi kemasan dan labelnya.

12.2.3.2. Spesifikasi produk antara, produk ruahan atau spesifikasi obat hewan jadi dapat terpisah atau termasuk dalam Dokumen Produksi Induk.

12.3. Dokumen Dalam Produksi Dokumen dalam produksi terdiri dari :

a. Dokumen Produksi Induk yang merupakan pedoman dasar produksi untuk tiap jenis obat hewan jadi dengan bentuk sediaan dan kekuatan tertentu tanpa memperhatikan besarnya batch.

b. Prosedur Produksi Induk terdiri atas Prosedur Pengemasan Induk yang merupakan pedoman pengolahan dan pengemasan yang lebih rinci untuk masing-masing obat hewan jadi dengan bentuk sediaan, kekuatan serta besarnya batch. Prosedur Produksi Induk pada dasarnya telah divalidasi.

c. Catatan Produksi Batch yang terdiri atas catatan pengolahan batch dan catatan pengemasan batch yang pada dasarnya merupakan terusan dari Prosedur Produksi Induk yang sudah berisi data dan informasi mengenai pelaksanaan produksi, pengolahan dan pengemasan. Adakalanya pada Prosedur Produksi Batch dicantumkan lagi secara rinci.

12.3.1. Dokumen Produksi Induk 12.3.1.1. Dokumen Produksi Induk hendaknya memuat nama

produk, bentuk sediaan, kekuatan, pemberian nama penyusun dan bagiannya, nama pemeriksa yang terlibat, daftar isi dan daftar distribusinya.

12.3.1.2. Isi Dokumen Produksi Induk hendaknya memuat : a. Bagian umum yang memuat jenis kemasan

atau alternatif kemasan, pernyataan tentang stabilitas produk, tindakan pengamanan selama penyimpanan serta tindakan pengamanan lain yang perlu dilaksanakan selama pengolahan dan pengemasan.

b. Komposisi/formula untuk tiap satuan takaran maupun sampel untuk ukuran satu batch yang digunakan.

c. daftar lengkap bahan baku, baik yang tetap, yang tidak akan berubah maupun yang akan mengalami perubahan dalam proses.

d. Spesifikasi bahan baku. e. daftar lengkap bahan pengemas. f. spesifikasi bahan pengemas. g. garis besar prosedur pengolahan dan

pengemasan. h. daftar peralatan yang dapat dipakai untuk

pengolahan dan pengemasan.

Page 60: LAMPIRAN : KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN

156

i. pengawasan dalam proses yang harus dilaksanakan selama pengolahan dan pengemasan.

j. batas umum produk/kadaluarsa. 12.3.2. Prosedur Pengolahan Induk

12.3.2.1. Prosedur Pengolahan Induk ini hendaklah memuat pula prosedur dan instruksi lengkap dan rinci mengenai pengolahan, termasuk pengawasan dalam proses yang harus dilakukan oleh bagian produksi dan bagian pengawasan mutu, tindakan pengamanan dan hal-hal khusus yang perlu diperhatikan selama pengolahan dan selama penyimpanan produk antara dan produk ruahan. Prosedur Pengolahan Induk hendaklah menyediakan ruangan untuk mencatat data. Dokumen ini hendaklah dibuat, dibubuhi tanggal dan tandatangan oleh manajer produksi serta diperiksa secara terpisah, diberi tanggal dan ditanda tangani oleh manajer pengawasan mutu.

12.3.1.2. Prosedur Pengolahan Induk hendaklah mencakup hal-hal berikut :

(a) nama dan kekuatan produk serta pemerian bentuk sediaan.

(b) Daftar lengkap bahan baku, dengan menyebutkan nama serta kode yang spesifik untuk menunjukan suatu karakteristik kualitas khusus dan/atau monograf rujukannya.

(c) Pernyataan mengenai pemakaian jumlah bahan baku yang dilebihkan yang telah diperhitungkan.

(d) Banyaknya sisa produk yang boleh ditambahkan dalam batch berikutnya, jika diperlukan.

(e) Banyaknya batch bahan baku aktif dan tidak aktif tertentu yang boleh digunakan untuk tiap satu batch produk.

(f) Pernyataan mengenai bobot atau ukuran teoritis yang diperoleh pada tahap pengolahan tertentu.

(g) Pernyataan mengenai hasil teoritis yang diperoleh termasuk prosentase maksimum dan minimum hasil nyata terhadap hasil teoritis yang diperkenankan.

(h) Lokasi pengolahan dan peralatan yang harus digunakan.

12.3.3. Prosedur Pengemasan Produk 12.3.3.1. Prosedur Pengemasan Induk hendaklah memuat

prosedur dan instruksi lengkap dan rinci mengenai pengemasan termasuk pengawasan dalam proses

Page 61: LAMPIRAN : KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN

157

yang harus dilakukan oleh bagian produksi dan bagian pengawasan mutu, tindakan pengamanan dan hal-hal khusus yang perlu diperhatikan selama pengemasan. Prosedur pengemasan induk hendaklah menyediakan ruangan untuk mencatat data. Dokumen ini hendaklah dibuat, dibubuhi tanggal dan tanda tangan oleh manajer produksi serta diperiksa terpisah, diberi tanggal dan ditandatangani oleh manajer pengawasan mutu.

12.3.3.2. Prosedur Pengemasan Induk hendaklah mencakup hal berikut :

(a) nama, bentuk sediaan dan kekuatan serta pemerian produk ruahan.

(b) Daftar lengkap wadah, tutup dan bahan pengemas lain termasuk satu sampel label dan penandaan lainnya yang ditandatangani serta dibubuhi tanggal oleh petugas berwenang untuk memberi persetujuan atas penandaan seperti itu.

(c) Pernyataan mengenai hasil teoritis yang diperoleh termasuk prosentase maksimum dan minimum hasil nyata terhadap hasil teoritis yang diperkenankan.

(d) Prosedur rekonsiliasi antara produk ruahan dan bahan pengemas yang dikeluarkan.

(e) Lokasi pengemasan dan peralatan yang harus digunakan.

12.3.4. Catatan Pengolahan Batch 12.3.4.1. Catatan Pengolahan Batch hendaklah diadakan bagi

setiap batch obat hewan dan hendaklah mencakup data lengkap tentang pelaksanaan pengolahan dan pengawasan terhadap batch yang bersangkutan. Formulir untuk Catatan Pengolahan Batch adalah reproduksi dari Prosedur Pengolahan Batch Induk yang kebenarannya diperiksa, dibubuhi tanggal dan tanda tangan oleh manajer produksi.

12.3.4.2. Catatan Pengolahan Batch hendaklah menunjukan bahwa setiap langkah pengolahan sebagaimana tercantum dalam Prosedur Pengolahan Induk telah diselesaikan dan mencakup :

(a) nomor batch. (b) Tanggal mulai dan tanggal selesai pengolahan. (c) Identitas setiap peralatan utama serta identitas

jalur atau lokasi yang digunakan. (d) Bobot atau volume sebenarnya dan nomor

batch dari masing-masing bahan baku yang digunakan selama pengolahan serta paraf petugas yang menimbang atau mengukur dan

Page 62: LAMPIRAN : KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN

158

paraf petugas yang melaksanakan pemeriksaan tandingan.

(e) Nomor batch dan atau nomor persetujuan rujukan serta banyaknya bahan pulihan yang digunakan, jika ada.

(f) Catatan tentang pelaksanaan pembersihan peralatan yang dipakai.

(g) Hasil pengawasan dalam proses dan hasil pengujian laboratorium.

(h) Hasil nyata maupun presentase terhadap hasil teoritis pada tahap pengolahan tertentu.

(i) Pengambilan contoh yang dilakukan dalam berbagai tahap pengolahan, termasuk jumlahnya.

(j) Paraf petugas yang melakukan dan mengawasi langsung atau memeriksa setiap langkah pengolahan.

(k) Rincian dari pengesahan tiap penyimpangan dari Prosedur Pengolahan Induk.

(l) Persetujuan yang dibubuhi tanggal dan tandatangan oleh petugas berwenang yang menyatakan bahwa seluruh kegiatan pengolahan telah dilaksanakan berdasarkan Prosedur Pengolahan Induk dan bahwa variasi proses maupun variasi hasilnya dijelaskan secukupnya.

(m) Penyelidikan terhadap kegagalan ataupun penyimpangan yang spesifik.

12.3.5. Catatan Pengemasan Batch 12.3.5.1. Catatan pengemasan batch hendaklah diadakan bagi

setiap batch obat hewan dan hendaklah meliputi data lengkap tentang pelaksanaan pengemasan dan pengawasan terhadap batch yang bersangkutan. Formulir untuk Catatan Pengemasan Batch adalah reproduksi dari Prosedur Pengemasan Induk yang kebenarannya diperiksa, dibubuhi tandatangan oleh manajer produksi.

12.3.5.2. Pada catatan Pengolahan Batch hendaklah ditujukan bahwa setiap langkah pengemasan sebagaimana tercantum dalam Prosedur Pengemasan Induk telah disediakan dan mencakup :

(a) Nomor batch. (b) Tanggal mulai dan tanggal selesai

pengemasan. (c) Identitas tiap peralatan utama serta jalur atau

lokasi yang digunakan. (d) Jumlah nyata dan nomor batch dari masing-

masing bahan pengemas dan produk ruahan yang digunakan serta paraf petugas yang

Page 63: LAMPIRAN : KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN

159

menimbang atau menghitung dan paraf petugas yang melaksanakan pemeriksaan tandingan.

(e) Hasil pengawasan dalam proses. (f) Catatan tentang pelaksanaan pembersihan

peralatan yang dipakai. (g) Pemeriksaan kesiapan jalur pengemasan

sebelum sudah pemakaian oleh petugas yang berwenang.

(h) Hasil nyata maupun presentase terhadap hasil teoritas bahwa waktu penyelesaian pengemasan.

(i) Sampel lengkap bahan pengemas-cetak dan catatan pemeriksaannya termasuk semua bahan pengemas –cetak yang telah diberi kode penandaan.

(j) Pengambilan contoh yang dilakukan selama dan sesudah pengemasan termasuk jumlah sampel.

(k) Paraf petugas yang melaksanakan dan mengawasi langsung atau memeriksa setiap langkah.

(l) Hasil rekonsiliasi dan pelaksanaan sisa bahan pengemas yang tidak terpakai.

(m) Hasil pemeriksaan produk dan sisa pengemas. (n) Penyelidikan terhadap kegagalan atau

penyimpangan yang spesifik.

12.4. Dokumen dalam pengawasan mutu. Dokumen dalam pengawasan mutu terdiri dari :

(a) prosedur dalam pengawasan mutu dan metoda pengujian, disamping itu, prosedur dalam pengawasan yang terpenting adalah prosedur pengambilan sampel untuk pengujian.

(b) Catatan dan laporan hasil pengujian, catatan tentang hasil uji stabilitas biasanya diadakan tersendiri. Laporan hasil pengujian dapat berupa hasil analisa.

12.4.1. Prosedur pengambilan sampel untuk pengujian Prosedur pengambilan sampel untuk pengujian terdiri dari pola dan metoda pengambilan sampel yang disahkan dengan membubuhi tanda tangan penyusun dan tanggal serta mencakup hal-hal sebagai berikut :

(a) Metoda pengambilan sampel untuk pengujian termasuk rumus atau standar yang digunakan.

(b) Alat dan wadah yang digunakan. (c) Tindakan pengemasan selama pengambilan, sampel

seperti penggunaan pakaian khusus oleh petugas yang mengambil sampel.

(d) Bagian yang diberi wewenang untuk mengambil sampel.

Page 64: LAMPIRAN : KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN

160

(e) Lokasi pengambilan sampel. (f) Jumlah sampel yang diambil. (g) Pola pembagian sampel bila diperlukan.

12.4.2. Metoda pengujian. Metoda pengujian adalah prosedur rinci untuk pemeriksaan dan pengujian terhadap spesifikasi bahan awal- produk antara, produk ruahan dan obat hewan jadi. Prosedur pengujian hendaklah mencakup reagensia yang dibutuhkan untuk pelaksanaan analisa, identifikasi dan penetapan kadar serta metoda perhitungan untuk memperoleh hasil analisa.

12.4.3. Catatan pengambilan sampel. Hendaklah diadakan catatan pengambilan sampel sampel untuk digunakan sampel untuk pengujian sesuai dengan prosedur pengambilan sampel yang ditentukan.

12.4.4. Catatan dan laporan hasil pengujian 12.4.4.1. Hendaklah dibuat catatan, mengenai hasil

pemeriksaan dan pengujian terhadap spesifikasi bahan awal, bahan antara, produk antara, produk ruahan dan obat hewan jadi, sesuai dengan metoda pengujian hendaklah mencantumkan pelulusan atau penolakan diserta pengujian dan penyelia.

12.4.4.2. Catatan hasil pengujian hendaklah memuat : (a) tanggal pelaksanaan pengujian. (b) identifikasi bahan, termasuk kode produk jika

ada. (c) nama pemasok untuk bahan awal. (d) tanggal penerimaan. (e) nomor batch bahan awal. (f) nomor batch yang diberikan oleh bagian

pengawasan mutu. (g) jumlah yang diterima. (h) tanggal pengambilan sampel dan jumlahnya. (i) rujukan metode pengujian yang dilakukan yang

dibubuhi tanggal dan tandatangan penguji dan supervisi.

(j) catatan hasil pengujian yang dilakukan yang dibubuhi tanggal dan tanda tangan penguji dan supervisi

(k) catatan hasil pengujian yang dilakukan yang dibubuhi tanggal dan tanda tangan petugas yang melaksanakan dan supervisor.

(l) Pelulusan atau penolakan dari bagian pengawasan mutu yang dibubuhi tanggal dan tanda tangan penanggung jawab.

(m) Nomor sertifikat yang diterbitkan untuk keputusan pelulusan atau penolakan.

(n) Rujukan silang atau perbandingan dengan sertifikat sebelumnya, jika perlu.

Page 65: LAMPIRAN : KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN

161

12.4.4.3. Sertifikat analisan merupakan salah satu bentuk catatan dan laporan hasil pengujian dan hendaklah memuat hal-hal berikut : (a) nama dan alamat pabrik atau lembaga yang

menerbitkan. (b) Nomor sertifikat. (c) Nama bahan dan nama bentuk sediaan dan

kekuatan obat hewan jadi. (d) Nomor batch dari pabrik. (e) Hasil pengujian dan nilai batas standar. (f) Keputusan tentang pelulusan atau penolakan

disertai penjelasan yang diperlukan. (g) Tanggal dan tanda tangan petugas yang

melakukan analisis dan manajer pengawasan mutu.

12.4.4.4. Catatan tentang uji stabilitas selain memuat hal-hal yang tersebut pada butir 1.2.4.4.2 hendaklah memuat pula hal-hal berikut : (a) pemerian yang lengkap mengenai bahan

pengemas yang digunakan. (b) Masa dilakukannya uji stabilitas. (c) Kondisi penyimpanan pada pelaksanaan uji

stabilitas seperti suhu dan kelembaban obat hewan jadi.

(d) Hasil pengujian setelah setiap masa penyimpanan tertentu.

(e) Hasil pengujian dibandingkan dengan spesifikasi obat hewan jadi dan hasil pengujian awal.

12.5. Dokumentasi Penyimpanan dan Distribusi.

Hendaklah diadakan catatan mengenai dokumen penyimpanan distribusi. Dokumen penyimpanan distribusi yang terpenting adalah kartu persediaan dan catatan distribusi. 12.5.1. kartu Persediaan

Hendaklah diadakan kartu persediaan yang terdiri dari catatan tentang jumlah yang diterima, dikeluarkan, dan tersedia untuk tiap bahan awal, bahan anatar, produk ruahan dan obat hewan jadi. 12.5.1.1. Kartu persediaan hendaklah memuat :

(a) nomor kode dan nama bahan atau produk. (b) tanggal penerimaan atau penyerahan dan

persediaan. (c) jumlah persediaan atau penyerahan dan

persediaan. (d) nomor batch. (e) lokasi penyimpanan. (f) tatus bahan, apakah dikarantina atau diluluskan

atau tidak.

Page 66: LAMPIRAN : KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN

162

12.5.1.2. Untuk tiap kelompok produk, misalnya bahan pengemas, bahan pembantu, bahan-bahan aktif; produk ruahan atau obat hewan jadi sebaiknya dibuat kartu persediaan dengan menggunakan warna yang berbeda.

12.5.1.3. Kartu persediaan hendaklah mendukung pelaksanaan prinsip pertama masuk pertama keluar. Penyimpangan dari prinsip ini hanya diijinkan untuk jangka waktu pendek atas persetujuan pimpinan yang berwenang.

12.5.2. Catatan Distribusi Obat Hewan Jadi. 12.5.2.1. Catatan distribusi adalah catatan yang berkaitan

dengan distribusi produk obat hewan jadi dari pabrik. Catatan distribusi obat hewan jadi hendaklah dibuat dengan tepat sehingga data tiap batch obat hewan jadi yang lengkap, aktual dan progresif dapat diperoleh dengan segera dan mudah diikuti dan ditelusuri serta memudahkan pelaksanaan tindakan penarikan kembali yang efektif dan cepat.

12.5.2.2. Catatan distribusi hendaklah memuat : (a) nama dan alamat penerima. (b) nomor dan tanggal surat perintah penyerahan. (c) tanggal penyerahan. (d) nama bentuk sediaan dan kekuatan obat hewan. (e) nomor batch. (f) tanggal kadaluarsa, jika ada. (g) syarat penyimpanan khusus atau cara

pengamanan mungkin diperlukan. 12.5.2.3. Persediaan obat hewan jadi hendaklah dicatat dalam

persediaan seperti yang disebutkan dalam butir.

12.6. Dokumen Dalam Pemeliharaan, Pembersihan dan Pengendalian Ruangan dan Peralatan. Dokumen pemeliharaan, pembersihan dan pengendalian ruangan dan peralatan terutama adalah prosedur dan catatan pemeliharaan dan pembersihan untuk peralatan, ruangan dan pembasmian hama serta pemantauan partikel dan jasad renik. 12.6.1. Prosedur dan Catatan Pemeliharaan Pembersihan Peralatan.

12.6.1.1. Hendaklah dibuat prosedur pemeliharaan dan pembersihan untuk tiap peralatan yang mencakup jenis pekerjaan yang harus dilakukan dan jadwal pemeliharaan. Pelaksanaan pemeliharaan dan pembersihan hendaklah dicatat, termasuk penggantian suku cadang atau perbaikan.

12.6.1.2. Hendaklah dibuat prosedur pembersihan peralatan yang digunakan dalam proses produksi yang menjelaskan cara pembersihan tiap pergantian produk atau pergantian batch. Prosedur pembersihan hendaklah mencakup metoda serta

Page 67: LAMPIRAN : KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN

163

peralatan dan bahan pembersih yang digunakan. Pelaksanaan pembersihan hendaklah dicatat dan dilampirkan ke dalam catatan batch yang bersangkutan.

12.6.2. Prosedur dan Catatan Pembersihan Ruangan dan Produksi Hendaklah dibuat prosedur pembersihan untuk tiap ruangan produksi yang mencakup ruangan harus dibersihkan, cara pembersihan perkakas dan bahan yang digunakan, waktu dan jadwal pembersihan. Pelaksanaan pembersihan hendaklah dicatat.

12.6.3. Prosedur dan Catatan Pembasmian Hama Hendaklah diadakan prosedur pembasmian hama yang mencakup jangkauan dan jadwal pembasmian, ruangan yang harus diliput, metoda, perkakas dan bahan yang digunakan, tindakan pengamanan, bagian atau orang yang terlibat dalam pelaksanaan pembasmian hama tersebut. Pelaksanaan pembasmian hama hendaklah dicatat.

12.6.4. Prosedur dan Catatan Pemantauan Partikel dan Jasad Renik Hendaklah dibuat prosedur pemantauan partikel udara dan jasad renik pada ruangan tertentu yang mencakup metoda dan ruangan yang dipantau, spesifikasi, termasuk tingkat siaga dan tingkat pengambilan tindakan. Hasil pemantauan hendaklah dicatat.

12.7. Dokumen Dalam Penanganan Keluhan, Laporan dan Pemusnahan Bahan dan Obat Hewan. 12.7.1. Prosedur dan catatan penanganan keluhan

12.7.1.1. Hendaklah dibuat prosedur penanganan keluhan dan laporan mengenai reaksi yang merugikan dari obat hewan jadi, yang mencakup definisi tentang keluhan dan reaksi merugikan, jenis keluhan dan laporan, cara penanganan dan evaluasi.

12.7.1.2. Hendaklah dibuat catatan untuk tiap keluhan dan laporan yang memuat : (a) nama produk dan nomor batch (b) jenis keluhan dan laporan (c) tempat asal keluhan atau laporan (d) sampel produk yang bersangkutan (e) ringkasan tentang keluhan atau laporan (f) hasil penyelidikan (g) evaluasi (h) tanggapan dan tindak lanjut terhadap keluhan

atau laporan 12.7.2. Prosedur dan penanganan obat hewan kembalian

Hendaklah dibuat prosedur penanganan obat hewan yang dikembalikan yang meliputi pedoman mengenai obat hewan jadi yang dapat diselamatkan, diolah kembali dan dimusnahkan. Hal penanganan obat hewan kembalian hendaklah dicatat.

Page 68: LAMPIRAN : KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN

164

12.7.3. Prosedur dan catatan kembali obat hewan jadi 12.7.3.1. Hendaklah dibuat prosedur penarikan kembali obat

hewan jadi suatu batch atau lot atau seluruh obat hewan jadi dari peredaran.

12.7.3.2. Hendaklah dibuat catatan tindakan penarikan kembali mencakup: (a) nama produk, nomor batch dan ukuran batch. (b) Tanggal dimulai dan selesainya penarikan

kembali (c) Alasan penarikan kembali. (d) Jumlah sisa dan jumlah yang telah

didistribusikan dari batch atau ke produk yang bersangkutan pada tanggal awal penarikan kembali.

(e) Jumlah produk yang dikembalikan. (f) Tempat asal produk yang dikembalikan (g) Evaluasi. (h) Tindak lanjut. (i) Laporan penanganan penarikan kembali

termasuk laporan kepada pemerintah, jika diperlukan.

12.7.4. Prosedur dan Catatan Pemusnahan Bahan dan Produk yang Ditolak. 12.7.4.1. Hendaklah dibuat prosedur pemusnahan bahan

atau produk yang ditolak yang mencakup tindakan pencegahan, pencemaran lingkungan dan kemungkinan jatuhnya produk yang bersangkutan ke tangan orang yang tidak berwenang.

12.7.4.2. Hendaklah dibuat catatan pemusnahan bahan atau produk yang ditolak memuat antara lain : (a) nama bahan, nomor batch dan jumlahnya

bahan atau produk. (b) asal bahan atau produk. (c) Cara pemusnahan (d) Nama petugas yang melaksanakan dan yang

menyaksikan pemusnahan (e) Tanggal pemusnahan

12.8. Dokumen untuk Peralatan Khusus Dokumen untuk peralatan khusus yang penting adalah prosedur kerja serta prosedur peneraan dan catatan untuk peralatan khusus. 12.8.1 Prosedur kerja untuk peralatan khusus

Hendaklah dibuat prosedur kerja untuk setiap peralatan tertentu untuk menghindarkan terjadinya kesalahan yang dapat mempengaruhi kualitas suatu batch atau yang dapat merusak peralatan. Prosedur kerja pada umumnya dibuat berdasarkan manual peralatan bersangkutan.

12.8.2. Prosedur dan Catatan Peneraan Peralatan Khusus.

Page 69: LAMPIRAN : KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN

165

Hendaklah dibuat prosedur peneraan untuk tiap peralatan khusus untuk memastikan bahwa peralatan yang bersangkutan memberi hasil penimbangan atau pengukuran yang tepat. Prosedur peneraan hendaklah mencakup jadwal, rujukan standar, pereaksi dan alat yang diperlukan, cara peneraan yang digunakan pelaksanaan dan hasil peneraan hendaklah dicatat.

12.9. Prosedur dan Catatan Tentang Inspeksi-Internal

12.9.1. Hendaklah dibuat prosedur untuk inspeksi internal yang mencakup daftar pemeriksaan dan formulir inspeksi internal, susunan tim, jadwal inspeksi internal.

12.9.2. Hendaklah dibuat catatan pelaksanaan dan hasil inspeksi diri yang mencakup evaluasi, kesimpulan dan tindak lanjut yang diperlukan.

12.10. Pedoman dan Catatan Tentang Latihan CPOHB Bagi Karyawan

12.10.1. Hendaklah dibuat pedoman latihan CPOHB bagi karyawan sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing.

12.10.2. Hendaklah dibuat catatan pelaksanaan dan hasil CPOHB yang mencakup : (a) tanggal latihan. (b) Nama karyawan yang mengikuti latihan. (c) Nama instruktur, bagian atau lembaga yang memberikan

latihan. (d) Materi latihan serta alat bantu yang digunakan. (e) Peragaan yang dilakukan, jika ada. (f) Evaluasi terhadap peserta latihan.

Page 70: LAMPIRAN : KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN

166

PADANAN KATA

air olahan : treated water air suling : destilled water air suling atau air dengan kualitas yang sesuai : purified water alu tablet : punch ayakan : sieves air layak minum : potable water bahan awal : starting material bahan : substance bahan baku : raw material bahan pengemas : packaging material batch : batch bahan pulihan : recovered material bahan kembali : returned good bangunan : premises bahan mudah terbakar : flamable substances basmi hama : desinfektan bahan sangat beracun : highly toxic baku pembanding : reference standard ban berjalan : conveyor belts bahan pengemas tidak tercetak : unprinted packaging components

(material) bahan pengemas cetak : printed packaging components (material) bak kontrol : trapped gullies bahan antara : intermidiate batas waktu penggunaan : shelf-life buku catatan harian : log-book cacat pada mesin : injury sampel representatif : representatif sample catatan : record campuran bahan : mixture of substance colokan (lampu listrik) : fitting cara aseptik : aseptic means campur baur : mix-up catatan pengolahan batch : batch processing record catatan pengemasan batch : batch packaging record colokan listrik : equipment fitting sampel untuk pengujian : sampel cara pembuatan obat hewan yang : good manufacturing practice baik sampel pertinggal : retained sample ceruk : recesses dipantau : monitored dikendalikan : controlled diluluskan : released or passed ditolak : rejected

Page 71: LAMPIRAN : KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN

167

dokumentasi : documentation dalam proses : in-process ruangan bersih : clean area ruangan steril : sterile area dibumikan : grounded ditera : calibrated desinfektan : desinfectan gigi sorong : sliding gear hasil nyata : actual yield hasil standar : standard yield hasil teoritis : theoritical yield hampa : vacuum higiene : hygiene inspeksi – diri : self – inspection jasad renik : microbial jarak waktu : interval kesiapan jalur pengemasan : line cleareance kelembaban nisbi : relative humidity keutuhan : intergrity kapsul keras : hard capsule kedap eksplosif : explosion – proof karyawan : personnel kantung penyaring : filter bag karantina : quarantine kayu tanpa pelapis : bare wood kartu titik warna : color spot card keluhan : complaint lesung tablet : dies lembar perekat : adhesive tape or patch lulus : released lot : lot masa pakai : time periode monograf : monograph nomor batch : batch number nomor lot : lot number obat hewan jadi : finished products olahulang : re-process pengering pusar beliung : fluid bed dryer produk ruahan : bulk product produk antara : intermediate product pemantauan dalam proses : in-process monitoring pengkilapan : polishing pengolahan : processing pintu sorong : sliding door personalia : personnel produk tak steril : non-sterile product pengemasan : packaging prosedur pengemasan induk : master packaging prosedure pengawasan dalam proses : in-process control

Page 72: LAMPIRAN : KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN

168

pencemaran silang : cross-contamination pelincir : lubricant palet : pallet pemakaian bersih : net-used pengemas cetak : printed packaging pertama masuk pertama keluar : first in first out (FIFO) prosedur pengolahan ulang : re-processing prosedure pemasok : supplier pancuran air penganan : safety shower pirogen : pyrogen pengendalian udara : air controll panci penyalur : coating pans penghisap debu : dust colector perintah pembuatan : manufacturing order pemerintah pembuatan batch : manufacturing order batch : perintah yang berisi petunjuk terinci

suatu batch obat hewan tertentu pembasuh mata : eye bath ruang pencetakan tablet : compressing cubicle ruang penyangga udara : air-locked ruang antara : hatchway ruang ganti pakaian : gowning room ruang bersih : clean room rancang bangun : design sistem penomoran batch dan lot : batch and lot numbering system saluran air limbah : drains sisa produk : product residue sterilisasi cara panas : heat sterilization sterilisasi panas basah : sterilization by moist sterilisasi cara saring : sterilization by radiation tongkat pengukur : dipstick tampuk lampu listrik : light fittings tanggal kadaluarsa : expiration date udara penyanggah : air breaks uji tekanan titik gelembung : buble-point pressure uji tekanan aliran maju : forward flow pressure test verifikasi : verification validasi : validation wadah akhir : final container MENTERI PERTANIAN ttd. PROF.DR.IR. SOLEH SOLAHUDDIN, MSc