Laksatife Dan Antidiare

45
1.Konsep Dasar 1.1 Pengertian Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh tetap sehat. Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah merupakan salah satu bagian dari fisiologi homeostatis. Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan komposisi dan perpindahan berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air ( pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan, minuman, dan cairan intravena (IV) dan didistribusi ke seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya; jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya. Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu : cairan intraseluler dan cairan ekstraseluler. Cairan intraseluler adalah cairan yang berda di dalam sel di seluruh tubuh, sedangkan cairan akstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel dan terdiri dari tiga kelompok yaitu : cairan intravaskuler (plasma), cairan interstitial dan cairan transeluler. Cairan intravaskuler (plasma) adalah cairan di dalam sistem vaskuler, cairan intersitial adalah cairan yang terletak diantara sel, sedangkan cairan traseluler adalah cairan sekresi khusus seperti cairan serebrospinal, cairan intraokuler, dan sekresi saluran cerna. Proportion Of Body Fluid Prosentase dari total cairan tubuh bervariasi sesuai dengan individu dan tergantung beberapa hal antara lain : a.Umur b.Kondisi lemak tubuh c.Sex Perhatikan Uraian berikut ini : No. Umur Prosentase

Transcript of Laksatife Dan Antidiare

1.Konsep Dasar1.1 PengertianCairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh tetap sehat. Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah merupakan salah satu bagian dari fisiologi homeostatis. Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan komposisi dan perpindahan berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air ( pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan, minuman, dan cairan intravena (IV) dan didistribusi ke seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya; jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya. 

Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu : cairan intraseluler dan cairan ekstraseluler. Cairan intraseluler adalah cairan yang berda di dalam sel di seluruh tubuh, sedangkan cairan akstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel dan terdiri dari tiga kelompok yaitu : cairan intravaskuler (plasma), cairan interstitial dan cairan transeluler. Cairan intravaskuler (plasma) adalah cairan di dalam sistem vaskuler, cairan intersitial adalah cairan yang terletak diantara sel, sedangkan cairan traseluler adalah cairan sekresi khusus seperti cairan serebrospinal, cairan intraokuler, dan sekresi saluran cerna.

Proportion Of Body FluidProsentase dari total cairan tubuh bervariasi sesuai dengan individu dan tergantung beberapa hal antara lain :a.Umurb.Kondisi lemak tubuhc.SexPerhatikan Uraian berikut ini :No. Umur Prosentase1. Bayi (baru lahir) 75 %2. Dewasa :a.Pria (20-40 tahun) 60 %b.Wanita (20-40 tahun) 50 %3. Usia Lanjut 45-50 %

Pada orang dewasa kira-kira 40 % baerat badannya atau 2/3 dari TBW-nya berada di dalam sel (cairan intraseluler/ICF), sisanya atau 1/3 dari TBW atau 20 % dari berat badannya berada di luar sel (ekstraseluler) yaig terbagi dalam 15 % cairan interstitial, 5 % cairan intavaskuler dan 1-2 % transeluler.

1.3 Elektrolit Utama Tubuh Manusia Zat terlarut yang ada dalam cairan tubuh terdiri dari elektrolit dan nonelektrolit. Non elektrolit adalah zat terlarut yang tidak terurai dalam larutan dan tidak bermuatan listrik, seperti : protein, urea, glukosa, oksigen, karbon dioksida dan asam-asam organik. Sedangkan elektrolit tubuh mencakup natrium (Na+), kalium (K+), Kalsium (Ca++), magnesium (Mg++), Klorida (Cl-), bikarbonat (HCO3-), fosfat (HPO42-), sulfat (SO42-).

Konsenterasi elektrolit dalam cairan tubuh bervariasi pada satu bagian dengan bagian yang lainnya, tetapi meskipun konsenterasi ion pada tiap-tiap bagian berbeda, hukum netralitas listrik menyatakan bahwa jumlah muatan-muatan negatif harus sama dengan jumlah muatan-muatan positif.

Komposisi dari elektrolit-elektrolit tubuh baik pada intarseluler maupun pada plasma terinci dalam tabel di bawah ini :

No. Elektrolit Ekstraseluler IntraselulerPlasma Interstitial 1. Kation :• Natrium (Na+) 144,0 mEq 137,0 mEq 10 mEq• Kalium (K+) 5,0 mEq 4,7 mEq 141 mEq• Kalsium (Ca++) 2,5 mEq 2,4 mEq 0• Magnesium (Mg ++) 1,5 mEq 1,4 mEq 31 mEq

2. Anion :• Klorida (Cl-) 107,0 mEq 112,7 mEq 4 mEq• Bikarbonat (HCO3-) 27,0 mEq 28,3 mEq 10 mEq• Fosfat (HPO42-) 2,0 mEq 2,0 mEq 11 mEq• Sulfat (SO42-) 0,5 mEq 0,5 mEq 1 mEq• Protein 1,2 mEq 0,2 mEq 4 mEq

a. Kation :• Sodium (Na+) :- Kation berlebih di ruang ekstraseluler- Sodium penyeimbang cairan di ruang eesktraseluler- Sodium adalah komunikasi antara nerves dan musculus - Membantu proses keseimbangan asam-basa dengan menukar ion hidrigen pada ion sodiumdi tubulus ginjal : ion hidrogen di ekresikan- Sumber : snack, kue, rempah-rempah, daging panggang.

• Potassium (K+) :- Kation berlebih di ruang intraseluler

- Menjaga keseimbangan kalium di ruang intrasel- Mengatur kontrasi (polarissasi dan repolarisasi) dari muscle dan nerves.- Sumber : Pisang, alpokad, jeruk, tomat, dan kismis.

• Calcium (Ca++) :- Membentuk garam bersama dengan fosfat, carbonat, flouride di dalam tulang dan gigi untuk membuatnya keras dan kuat- Meningkatkan fungsi syaraf dan muscle- Meningkatkan efektifitas proses pembekuan darah dengan proses pengaktifan protrombin dan trombin- Sumber : susu dengan kalsium tinggi, ikan dengan tulang, sayuran, dll.

b.Anion :• Chloride (Cl -) :- Kadar berlebih di ruang ekstrasel- Membantu proses keseimbangan natrium- Komponen utama dari sekresi kelenjar gaster- Sumber : garam dapur

• Bicarbonat (HCO3 -) :Bagian dari bicarbonat buffer sistem- Bereaksi dengan asam kuat untuk membentuk asam karbonat dan suasana garam untuk menurunkan PH.

• Fosfat ( H2PO4- dan HPO42-) :- Bagian dari fosfat buffer system- Berfungsi untuk menjadi energi pad metabolisme sel- Bersama dengan ion kalsium meningkatkan kekuatan dan kekerasan tulang- Masuk dalam struktur genetik yaitu : DNA dan RNA.

1.4 Perpindahan Cairan dan Elektrolit TubuhPerpindahan cairan dan elektrolit tubuh terjadi dalam tiga fase yaitu :a.Fase I :Plasma darah pindah dari seluruh tubuh ke dalam sistem sirkulasi, dan nutrisi dan oksigen diambil dari paru-paru dan tractus gastrointestinal. 

b.Fase II :Cairan interstitial dengan komponennya pindah dari darah kapiler dan sel

c.Fase III :Cairan dan substansi yang ada di dalamnya berpindah dari cairan interstitial

masuk ke dalam sel.Pembuluh darah kapiler dan membran sel yang merupakan membran semipermiabel mampu memfilter tidak semua substansi dan komponen dalam cairan tubuh ikut berpindah. Metode perpindahan dari cairan dan elektrolit tubuh dengan cara :• Diffusi• Filtrasi• Osmosis• Aktiv Transport

Diffusi dan osmosis adalah mekanisme transportasi pasif. Hampir semua zat berpindah dengan mekanisme transportasi pasif. Diffusi sederhana adalah perpindahan partikel-partikel dalam segala arah melalui larutan atau gas. Beberapa faktor yang mempengaruhi mudah tidaknya difusi zat terlarut menembus membran kapiler dan sel yaitu :• Permebelitas membran kapiler dan sel• Konsenterasi• Potensial listrik• Perbedaan tekanan.Osmosis adalah proses difusi dari air yang disebabkan oleh perbedaan konsentrasi. Difusi air terjadi pada daerah dengan konsenterasi zat terlarut yang rendah ke daerah dengan konsenterasi zat terlarut yang tinggi. 

Perpindahan zat terlarut melalui sebuah membrane sel yang melawan perbedaan konsentrasi dan atau muatan listrik disebut transportasi aktif. Transportasi aktif berbeda dengan transportasi pasif karena memerlukan energi dalam bentuk adenosin trifosfat (ATP). Salah satu contonya adalah transportasi pompa kalium dan natrium.

Natrium tidak berperan penting dalam perpindahan air di dalam bagian plasma dan bagian cairan interstisial karena konsentrasi natrium hampir sama pada kedua bagian itu. Distribusi air dalam kedua bagian itu diatur oleh tekanan hidrostatik yang dihasilkan oleh darah kapiler, terutama akibat oleh pemompaan oleh jantung dan tekanan osmotik koloid yang terutama disebabkan oleh albumin serum. Proses perpindahan cairan dari kapiler ke ruang interstisial disebut ultrafilterisasi. Contoh lain proses filterisasi adalah pada glomerolus ginjal.

Meskipun keadaan di atas merupakan proses pertukaran dan pergantian yang terus menerus namun komposisi dan volume cairan relatif stabil, suatu keadaan yang disebut keseimbangan dinamis atau homeostatis.

1.5 Regulating Body Fluid VolumesDi dalam tubuh seorang yang sehat volume cairan tubuh dan komponen kimia dari cairan tubuh selalu berada dalam kondisi dan batas yang nyaman. Dalam kondisi

normal intake cairan sesuai dengan kehilangan cairan tubuh yang terjadi. Kondisi sakit dapat menyebabkan gangguan pada keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh. Dalam rangka mempertahankan fungsi tubuh maka tubuh akan kehilanagn caiaran antara lain melalui proses penguapan ekspirasi, penguapan kulit, ginjal (urine), ekresi pada proses metabolisme.

a. Intake Cairan :Selama aktifitas dan temperatur yang sedang seorang dewasa minum kira-lira 1500 ml per hari, sedangkan kebutuhan cairan tubuh kira-kira 2500 ml per hari sehingga kekurangan sekitar 1000 ml per hari diperoleh dari makanan, dan oksidasi selama proses metabolisme.Berikut adalah kebutuhan intake cairan yang diperlukan berdasarkan umur dan berat badan, perhatikan tabel di bawah ini :

No. Umur Berat Badan (kg) Kebutuhan Cairan (mL/24 Jam).1. 3 hari 3,0 250-3002 1 tahun 9,5 1150-13003. 2 tahun 11,8 1350-15004. 6 tahun 20,0 1800-20005. 10 tahun 28,7 2000-2500 6. 14 tahun 45,0 2200-2700 7. 18 tahun(adult) 54,0 2200-2700 

Pengatur utama intake cairan adalah melalui mekanisme haus. Pusat haus dikendalikan berada di otak Sedangakan rangsangan haus berasal dari kondisi dehidrasi intraseluler, sekresi angiotensin II sebagai respon dari penurunan tekanan darah, perdarahan yang mengakibatkan penurunan volume darah. Perasaan kering di mulut biasanya terjadi bersama dengan sensasi haus walupun kadang terjadi secara sendiri. Sensasi haus akan segera hilang setelah minum sebelum proses absorbsi oleh tractus gastrointestinal.

b.Output Cairan :Kehilangan caiaran tubuh melalui empat rute (proses) yaitu :a.Urine :Proses pembentukan urine oleh ginjal dan ekresi melalui tractus urinarius merupakan proses output cairan tubuh yang utama. Dalam kondisi normal output urine sekitar 1400-1500 ml per 24 jam, atau sekitar 30-50 ml per jam. Pada orang dewasa. Pada orang yang sehat kemungkinan produksi urine bervariasi dalam setiap harinya, bila aktivitas kelenjar keringat meningkat maka produksi urine akan menurun sebagai upaya tetap mempertahankan keseimbangan dalam tubuh.

b.IWL (Insesible Water Loss) :IWL terjadi melalui paru-paru dan kulit, Melalui kulit dengan mekanisme difusi. Pada orang dewasa normal kehilangan cairan tubuh melalui proses ini adalah berkisar 300-400 mL per hari, tapi bila proses respirasi atau suhu tubuh meningkat

maka IWL dapat meningkat.

c.Keringat : Berkeringat terjadi sebagai respon terhadap kondisi tubuh yang panas, respon ini berasal dari anterior hypotalamus, sedangkan impulsnya ditransfer melalui sumsum tulang belakang yang dirangsang oleh susunan syaraf simpatis pada kulit.d.Feces :Pengeluaran air melalui feces berkisar antara 100-200 mL per hari, yang diatur melalui mekanisme reabsorbsi di dalam mukosa usus besar (kolon).

1.6 Faktor yang Berpengaruh pada Keseimbangan Cairan dan ElektrolitFaktor-faktor yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh antara lain :a.Umur :Kebutuhan intake cairan bervariasi tergantung dari usia, karena usia akan berpengaruh pada luas permukaan tubuh, metabolisme, dan berat badan. Infant dan anak-anak lebih mudah mengalami gangguan keseimbangan cairan dibanding usia dewasa. Pada usia lanjut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dikarenakan gangguan fungsi ginjal atau jantung.

b.Iklim :Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan kelembaban udaranya rendah memiliki peningkatan kehilangan cairan tubuh dan elektrolit melalui keringat. Sedangkan seseorang yang beraktifitas di lingkungan yang panas dapat kehilangan cairan sampai dengan 5 L per hari.c.Diet :Diet seseorag berpengaruh terhadap intake cairan dan elktrolit. Ketika intake nutrisi tidak adekuat maka tubuh akan membakar protein dan lemak sehingga akan serum albumin dan cadangan protein akan menurun padahal keduanya sangat diperlukan dalam proses keseimbangan cairan sehingga hal ini akan menyebabkan edema.

d.Stress :Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah, dan pemecahan glykogen otot. Mrekanisme ini dapat meningkatkan natrium dan retensi air sehingga bila berkepanjangan dapat meningkatkan volume darah.

e.Kondisi Sakit :Kondisi sakit sangat b3erpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh Misalnya : - Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air melalui IWL.- Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses regulator keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh- Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran akan mengalami gangguan

pemenuhan intake cairan karena kehilangan kemampuan untuk memenuhinya secara mandiri.

f.Tindakan Medis :Banyak tindakan medis yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh seperti : suction, nasogastric tube dan lain-lain.

g.Pengobatan :Pengobatan seperti pemberian deuretik, laksative dapat berpengaruh pada kondisi cairan dan elektrolit tubuh.h.Pembedahan :Pasien dengan tindakan pembedahan memiliki resiko tinggi mengalami gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh, dikarenakan kehilangan darah selama pembedahan.

1.7 Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit TubuhTiga kategori umum yang menjelaskan abnormalitas cairan tibuh adalah :• Volume• Osmolalitas• KomposisiKetidakseimbangan volume terutama mempengaruhi cairan ekstraseluler (ECF) dan menyangkut kehilangan atau bertambahnya natrium dan air dalam jumlah yang relatif sama, sehingga berakibat pada kekurangan atau kelebihan volume ekstraseluler (ECF).

Ketidakseimbangan osmotik terutama mempengaruhi cairan intraseluler (ICF) dan menyangkut bertambahnya atau kehilangan natrium dan air dalam jumlah yang relatif tidak seimbang. Gangguan osmotik umumnya berkaitan dengan hiponatremia dan hipernatremia sehingga nilai natrium serum penting untuk mengenali keadaan ini.

Kadar dari kebanyakan ion di dalam ruang ekstraseluler dapat berubah tanpa disertai perubahan yang jelas dari jumlah total dari partikel-partikel yang aktif secara osmotik sehingga mengakibatkan perubahan komposisional.

a. Ketidakseimbangan Volume • kurangan Volume Cairan Ekstraseluler (ECF)Kekurangan volume ECF atau hipovolemia didefinisikan sebagai kehilangan cairan tubuh isotonik, yang disertai kehilangan natrium dan air dalam jumlah yang relatif sama. Kekurangan volume isotonik sering kali diistilahkan dehidrasi yang seharusnya dipakai untuk kondisi kehilangan air murni yang relatif mengakibatkan hipernatremia. - airan Isotonis adalah cairan yang konsentrasi/kepekatannya sama dengan cairan tubuh, contohnya : larutan NaCl 0,9 %, Larutan Ringer Lactate (RL).

- Cairan hipertonis adalah cairan yang konsentrasi zat terlarut/kepekatannya melebihi cairan tubuh, contohnya Larutan dextrose 5 % dalam NaCl normal, Dextrose 5% dalam RL, Dextrose 5 % dalam NaCl 0,45%.- Cairan Hipotonis adalah cairan yang konsentrasi zat terlarut/kepekataannya kurang dari cairan tubuh, contohnya : larutan Glukosa 2,5 %., NaCl.0,45 %, NaCl 0,33 %.

• Kelebihan Volume ECF :Kelebihan cairan ekstraseluler dapat terjadi bila natrium dan air kedua-duanya tertahan dengan proporsi yang kira- kira sama.Dengan terkumpulnya cairan isotonik yang berlebihan pada ECF (hipervolumia) maka cairan akan berpindah ke kompartement cairan interstitial sehingga mnyebabkan edema. Edema adalah penunpukan cairan interstisial yang berlebihan. Edema dapat terlokalisir atau generalisata. 

b.Ketidakseimbangan Osmolalitas dan perubahan komposisional Ketidakseimbangan osmolalitas melibatkan kadar zat terlarut dalam cairan-cairan tubuh. Karena natrium merupakan zat terlarut utama yang aktif secara osmotik dalam ECF maka kebanyakan kasus hipoosmolalitas (overhidrasi) adalah hiponatremia yaitu rendahnya kadar natrium di dalam plasma dan hipernatremia yaitu tingginya kadar natrium di dalam plasma. Pahami juga perubahan komposisional di bawah ini :• Hipokalemia adalah keadaan dimana kadar kalium serum kurang dari 3,5 mEq/L.• Hiperkalemia adalah keadaan dimana kadar kalium serum lebih dari atau sama dengan 5,5 mEq/L.• Hiperkalemia akut adalah keadaan gawat medik yang perlu segera dikenali, dan ditangani untuk menghindari disritmia dan gagal jantung yang fatal.

2. Proses Keperawatan 2.1 Pengkajian Pengkajian keperawatan secara umum pada pasien dengan gangguan atau resiko gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit meliputi :• Kaji riwayat kesehatan dan kepearawatan untuk identifikasi penyebab gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit• Kaji manifestasi klinik melalui :- Timbang berat badan klien setiap hari- Monitor vital sign- Kaji intake output• Lakukan pemeriksaan fisik meliputi :- Kaji turgor kulit, hydration, temperatur tubuh dan neuromuskuler irritability.- Auskultasi bunyi /suara nafas

- Kaji prilaku, tingkat energi, dan tingkat kesadaran• Review nilai pemeriksaan laboratorium : Berat jenis urine, PH serum, Analisa Gas Darah, Elektrolit serum, Hematokrit, BUN, Kreatinin Urine.

2.2 Diagnosis KeperawatanDiagnosis keperawatan yang umum terjadi pada klien dengan resiko atau gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit adalah :• Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan ansietas, gangguan mekanisme pernafasan, abnormalitas nilai darah arteri• Penurunan kardiak output berhubungan dengan dysritmia kardio, ketidakseimbangan elektrolit• Gangguan keseimbangan volume cairan : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan diare, kehilangan cairan lambung, diaphoresis, polyuria.• Gangguan keseimbangan cairan tubuh : berlebih bwerhubungan dengan anuria, penurunan kardiak output, gangguan proses keseimbangan, Penumpukan cairan di ekstraseluler.• Kerusakan membran mukosa mulut berhubungan dengan kekurangan volume cairan• Gangguan integritas kulit berhubungan dengan dehidrasi dan atau edema• Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan edema

2.3 Intervensi Keperawatan Intervensi keperawatan yang umum dilakukan pada pasien gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit adalah :a. Atur intake cairan dan elektrolit b. Berikan therapi intravena (IVFD) sesuai kondisi pasien dan intruksi dokter dengan memperhatikan : jenis cairan, jumlah/dosis pemberian, komplikasi dari tindakan c. Kolaborasi pemberian obat-obatan seperti :deuretik, kayexalate.d. Provide care seperti : perawatan kulit, safe environment.

2.4 Evaluasi/Kreteria hasil :Kreteria hasil meliputi :• Intake dan output dalam batas keseimbangan• Elektrolit serum dalam batas normal• Vital sign dalam batas normal.http://sisroom.blogspot.com/2006/05/kebutuhan-cairan-dan-elektrolit.html

  Definisi Diare

Diare didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana frekuensi defekasi melebihi frekuensi normal (lebih dari tiga kali sehari) dengan konsistensi feses yang menurun (lembek atau cenderung cair). peningkatan frekuensi defekasi terjadi karena menurunnya waktu transit chymus dalam saluran cerna akibat meningkatnya pergerakan (motilitas) saluran cerna. Meningkatnya waktu transit chymus dalam saluran cerna juga menyebabkan tidak cukupnya waktu untuk absorpsi air. Hal ini menyebabkan feses yang dikeluarkan menjadi lebih lembek atau cair.

Diare sebenarnya adalah proses fisiologis tubuh untuk mempertahankan diri dari serangan mikroorganisme (virus, bakteri, parasit dan sebagainya) atau bahan-bahan makanan yang dapat merusak usus agar tidak menyebabkan kerusakan mukosa saluran cerna. Diare dikatakan meningkat ketika frekuensi meningkat dengan konsentrasi feses lebih lembek atau cair, bersifat mendadak dan berlangsung dalam waktu 7-14 hari.

1.2                   Mekanisme DiareDiare dapat terjadi melalui beberapa mekanisme, yaitu :

1)      Peningkatan osmolaritas intraluminer, disebut diare osmotik. Diare osmotik timbul pada pasien yang saluran ususnya terpapar dan tak mampu menahan beban hiperosmolar, yang biasanya terdiri dari karbohidrat atau ion divalen. Contohnya : intoleransi laktosa, malabsorpsi asam empedu.

2)      Adanya peningkatan sekresi cairan usus. Organisme yang menimbulkan diare sekresi melepaskan toksin atau senyawa lain yang menyebabkan usus halus aktif mensekresikan cairan dalam jumlah besar. Hal ini menyebabkan terjadinya diare sekretorik.

3)      Malabsorpsi asam empedu dan malabsorpsi lemak akibat gangguan pembentukan micelle empedu.

4)      Defek sistem pertukaran anion atau transport elektrolit aktif di enterosit menyebabkan gangguan absorpsi Na+ dan air.

5)         Motilitas dan waktu transit usus abdonimal. Terjadi motilitas yang lebih cepat dan tidak teratur sehingga isi usus tidak sempat diabsorpsi. Mekanismenya ditandai dengan disfungsi motilitas yang berbeda tetapi dengan kapasitas pencernaan yang normal. Diare hasilnya bersifat multifaktor dan lazim melibatkan unsur salah cerna dengan diikuti komponen osmotik dan sekresi.

6)      Gangguan permeabilitas usus. Terjadi kelainan morfologi usus pada membran epitel spesifik sehingga permeabilitas mukosa usus halus dan usus besar terhadap air dan garam atau elektrolit terganggu.

7)      Eksudasi cairan, elektrolit, dan mukus berlebihan. Sehingga terjadi peradangan dan kerusakan mukosa usus.

1.3                   Klasifikasi DiareBeberapa klasifikasi diare antara lain adalah:

1.         Klasifikasi berdasarkan pada jenis infeksi gastroenteritis (diare danmuntah), diklasifikasikan menurut dua golongan:

a.       Diare infeksi spesifik : titis abdomen dan poratitus, disentri bani (Shigella).b.      Diare non spesifik.

2.         Klasifikasi lain diadakan berdasarkan organ yang terkena infeksi :a.       Diare infeksi enternal atau diare karena infeksi di usus (bakteri, virus, parasit).b.      Diare infeksi parenteral atau diare karena infeksi di luar usus (otitis,media, infeksi saluran

pernafasan, infeksi saluran urin, dan lainnya).

3.         Klasifikasi diare berdasarkan lamanya diare :a.       Diare akut atau diare karena infeksi usus yang bersifat mendadak, dan bisa berlangsung terus

selama beberapa hari. Diare ini disebabkan oleh karena infeksi usus sehingga dapat terjadi pada setiap umur dan bila menyerang umumnya disebut gastroenteritis infantile.

b.      Diare kronik merupakan diare yang berlangsung lebih dari dua minggu, sedangkan diare yang sifatnya menahun diantara diare akutdan diare kronik disebut diare sub akut (Andrianto, 1995).

Patogenesis terjadinya proses diare kronik sangat kompleks dan multipel. Patogenesis utama pada diare kronik adalah kerusakan mukosa usus yang menyebabkan gangguan digesti dan transportasi nutrien melalui mukosa. Faktor penting lainnya adalah faktor intraluminal yang menyebabkan gangguan proses digesti saja misalnya akibatgangguan pankreas, hati, dan membranbrushbord er enterosit. Biasanya kedua faktor tersebut terjadi bersamaan sebagai penyebab diare kronik (Suraatmaja, 2005).

1.4                   LoperamidLoperamid merupakan derivat difenoksilat dengan khasiat obstipasi yang dua sampai tiga

kali lebih kuat tetapi tanpa khasiat terhadap susunan saraf pusat sehingga tidak menimbulkan ketergantungan. Zat ini mampu menormalkan keseimbangan resorpsi-sekresi dari sel-sel mukosa, yaitu memulihkan sel-sel yang berada dalam keadaan hipersekresi ke keadaan resorpsi normal kembali.

Loperamid tidak diserap dengan baik melalui pemberian oral dan penetrasinya ke dalam otak tidak baik, sifat-sifat ini menunjang selektifitas kerjanya. Kadar puncak dalam plasma dicapai dalam waktu 4 jam sesudah minum obat. Masa laten yang lama ini disebabkan oleh penghambatan motilitas saluran cerna dan karena obat mengalami sirkulasi enterohepatik. Loperamid memperlambat motilitas saluran cerna dengan mempengaruhi otot sirkuler dan longitudinalis usus. Obat ini berikatan dengan reseptor opioid sehingga diduga efek konstipasinya diakibatkan oleh ikatan loperamid dengan reseptor tersebut. Waktu paruh 7-14 jam. Kurang dari 2% dieliminasi renal tanpa diubah, 30% dieliminasi fekal tanpa diubah dan sisanya dieliminasi setelah mengalami metabolisme dalam hati sebagai glukoroid ke dalam empedu.

1.5        Oleum Ricini Oleumricini (minyakjarak) merupakantrigliserida yang berkhasiatsebagailaksansia.Di

dalamusushalus, minyakinimengalamihidrolisisdanmenghasilkanasamrisinoleat yang merangsangmukosausus, sehinggamempercepatgerakperistaltiknyadanmengakibatkanpengeluaranisiususdengancepat.Dosisoleumriciniadalah 2 sampai 3 sendokmakan (15 sampai 30 ml), diberikansewaktuperutkosong.Efeknyatimbul 1 sampai 6 jam setelahpemberian, berupapengeluaranbuang air besarberbentukencer.

Adapunmetodepengujianantidiaredenganpenggunaanparafincair.Parafincairobatadalah mineral putih yang sangathalusminyak yang sangatdigunakandalamkosmetikdanuntuktujuanmedis,  danistilahmungkinmemilikikegunaan yang berbeda di negara lain. Parafincair, dianggapmemilikikegunaan yang terbatassebagaipencaharsesekali, tetapitidakcocokuntukdigunakanrutinkarenabisamerembesdari anus danmenyebabkaniritasi, dapatmengganggupenyerapanvitamin yang larutdalamlemak,

bisadiserapkedalamdindingususdandapatmenyebabkantubuhgranulamatousreaksi-asing, jikamemasukiparu-parubisamenyebabkan lipoid, pneumonia.

2.      TUJUAN PERCOBAANSetelah menyelesaikan percobaan ini diharapkan mahasiswa :

a.       Mempunyaiketerampilandalammelakukanantidiare.b.      Mengetahuisejauhmana anti diaredapatmenghambatdiare yang ditimbulkanolehsuatupencahar.3.      BAHAN, ALAT, dan HEWAN PERCOBAANa.       Bahan -          Oleumricini / parafincair-          loperamid-          NaClfisiologis-          CMC-          Kertassaring yang telahditimbangb.      Alat-          Alat suntik 1 ml sonde oral-          Gelaskimiauntukpengamatan-          Timbangan mencit-          Timbanganelektrik-          stopwatchc.       Hewan uji-          Mencit putih sekelELAMIN

4.     

MENCIT DIBAGI 4 KELOMPOKPROSEDUR

KEL 1 : KONTROL (-) DIBERI CMCDIBERI AIR SETELAH 30 MENITMASING MASING KELOMPOK 3 MENCIT 

DIBERI OLEUM RICINI SETELAH 30 MENITKEL 3 : DIBERI LOPERAMID DOSIS 1KEL 4 : DIBERI LOPERAMID DOSIS 2FREKUENSI FESES : BERAPA KALI MENCIT MENGALAMI DEFEKASIPENGAMATAN FREKUENSI DEFEKASI, KONSISTENSI FESES, BERAT FESESMENCIT DIMASUKAN KE DALAM GELAS KIMIADIBERI KERTAS SARING YANG TELAH DITIMBANG SEBELUMNYASETIAP 15 MENIT SEKALI SELAMA 120 MENITDIBERI OLEUM RICINI SETELAH 30 MENITSEMUA MENCIT DIBERIKAN DENGAN RUTE ORALDIBERI OLEUM RICINI SETELAH 30 MENITKEL 2 : KONTROL (+) DIBERI CMC 

Konsistensifesesdinyatakandalamskor :simbol konsistensi skor

N Normal 0

LN Lembek normal 1

L Lembek 2

LC Lembekcair 3

C cair 4

DATA PENGAMATAN DALAM BENTUK TABELBERAT FESES : SELISIH BERAT KERTAS SARING TIAP 15 MENIT 

6.      PERHITUNGAN7.      PEMBAHASAN

Pada praktikum ini, diamati obat-obatan yang mempengaruhi saluran cerna. Pada percobaan ini digunakan mencit sebagai hewan percobaan, mencit tersebut di bagi menjadi 4 kelompok. Kelompok pertama merupakan mencit kontrol negatif dimana mencit diberikan CMC dan air, sedangkan kelompok kedua adalah kontrol positif dimana mencit diberikan CMC kemudian diberikan oleum ricini, pada kelompok ketiga mencit diberikan loperamid dosis 1 kemudian

diberi oleum ricini, dan kelompok ke empat mencit diberikan loperamid dosis 2 kemudian diberi oleum ricini. Adapun hasil percobaannya dapat dilihat pada grafik dibawah ini:

Gambar 1Grafik Pengaruh Pemberian Oleum Ricini (Minyak Jarak) dan Loperamid Terhadap

Frekuensi Defekasi Mencit

Gambar 1Grafik Pengaruh Pemberian Oleum Ricini (Minyak Jarak) dan Loperamid Terhadap

Konsistensi Feses MencitPada mencit kontrol negatif, mencit diberi CMC kemudian diberi air. Kontrol negatif ini

berfungsi untuk melihat proses defekasi pada mencit yang normal. Dilihat dari grafik diatas mencit kontrol negatif, mengalami defekasi normal dengan frekuensi defekasi yang jarang, dan konsistensinya juga normal.

Pada mencit kontrol negatif, mencit diberikan CMC kemudian diberi Oleum ricini. Kontrol negatif ini bertujuan untuk melihat proses defekasi pada mencit yang diinduksi dengan pencahar. Oleumricini (minyakjarak) merupakantrigliserida yang berkhasiatsebagailaksatif.Di dalamusushalus, minyakinimengalamihidrolisisdanmenghasilkanasamrisinoleat yang merangsangmukosausus, sehinggamempercepatgerakperistaltiknyadanmengakibatkanproses defekasiberlangsung dengan cepatsehinggafrekuensidefekasiakanmeningkat. Karena proses defekasi yang berlangsung cepat, maka waktu absorbsi air juga akan berkurang, sehingga air yang seharusnya diabsorbsi tubuh akan ikut terbuang dalam feses, yang mengakibatkan konsistensi feses yang lembek. Pada grafik diatas pada mencit dengan kontrol positif seharusnya mengalami peningkatan frekuensi defekasi dan konsistensi feses seiring dengan peningkatan waktu, tetapi pada hasil percobaan, mencit yang harusnya frekuensi defekasinya meningkat namun tidak mengalami proses defekasi, hal tersebut terjadi karena pengaruh beberapa faktor, misalnya oleum ricini berdasarkan teori onsetnya adalah sekitar 1 sampai 6 jam, sedangkan pengamatan dilakukan dari 0 menit sampai 60 menit, sehingga oleum ricini tidak menimbulkan efek. Selain itu juga, oleum ricini merupakan senyawa yang mudah teroksidasi, akibatnya ketika disimpan di ruang terbuka oleum ricini tersebut akan rusak karena oksidasi sehingga tidak berefek lagi.

Pada kelompok mencit ke tiga, mencit diberikan loperamid dosis 1 kemudian diberikan oleum ricini. Loperamid meruapakan obat antidiare yang cara kerjanya memperlambat motilitas saluran cerna dengan mempengaruhi otot sirkuler dan longitudinalis usus. Obat ini berikatan dengan reseptor opioid sehingga diduga efek konstipasinya diakibatkan oleh ikatan loperamid dengan reseptor tersebut. Pada mencit yang diberikan loperamid dosis 1 seharusnya pada awal pemberian oleum ricini frekuensi defekasi meningkat karena oleum ricini merupakan induktor diare (laksatif), kemudian seiring dengan peningkatan waktu frekuensi defekasi dan konsistensi defekasi akan menurun karena pengaruh dari loperamid yang akan menurunkan motilitas usus yang meningkat karena oleum ricini, akan tetapi pada grafik diatas grafik yang dihasilkan tidak beraturan karena mencit tidak mengalami defekasi, hal tersebut mungkin pengaruh dari oleum ricini yang belum mencapai onset dan sifatnya yang mudah teroksidasi.

Pada kelompok 4, mencit diberikan loperamid dosis 2 kemudian diberikan oleum ricini. Loperamid meruapakan obat antidiare yang cara kerjanya memperlambat motilitas saluran cerna dengan mempengaruhi otot sirkuler dan longitudinalis usus. Obat ini berikatan dengan reseptor opioid sehingga diduga efek konstipasinya diakibatkan oleh ikatan loperamid dengan reseptor tersebut. Pada mencit yang diberikan loperamid dosis 2 seharusnya pada awal pemberian oleum

ricini frekuensi defekasi meningkat karena oleum ricini merupakan induktor diare (laksatif), kemudian seiring dengan peningkatan waktu frekuensi defekasi dan konsistensi defekasi akan menurun karena pengaruh dari loperamid yang akan menurunkan motilitas usus yang meningkat karena oleum ricini, dan dibandingkan dengan loperamid dosis 1 seharusnya frekuensi dan konsistensi feses lebih rendah ketika mencit diberikan loperamid dosis 2, karena semakin tingginya dosis maka motilitas usus akan semakin memperlambat motilitas usus. Akan tetapi pada grafik diatas grafik yang dihasilkan tidak beraturan karena mencit tidak mengalami defekasi, hal tersebut mungkin pengaruh dari oleum ricini yang belum mencapai onset dan sifatnya yang mudah teroksidasi.

8.      KESIMPULAN

http://ogygoose.blogspot.com/2012/10/laporan-mukolitik.html

9.      DAFTAR PUSTAKA-                                  Suraatmaja, S. 2005.GastroenterologiAnak. Lab/SMF Ilmu Kesehatan Anak FK UNUD/RS

Sanglah : Denpasar.-                 Andrianto, P. 1995. Penataaksanaan dan  PencegahanDiare Akut. Penerbit Buku EGC :

Jakarta.-                

http://andiscientist.blogspot.com/pengujian-aktivitas-antidiare.html . Diaksestanggal 4 November 2011

Langsung ke: navigasi , cari

Obat pencahar (laksansi) adalah obat-obat untuk pengobatan sembelit.

Konstipasi ( sembelit , konstipasi ) adalah suatu kondisi di mana seseorang memiliki buang air besar tidak nyaman atau jarang. Orang seperti itu memiliki kursi yang keras yang melewati sulit, dan perasaan bahwa rektum tidak sepenuhnya dikosongkan. Ada sembelit akut dan kronis. Yang terakhir dapat mengambil bulan dan tahun. Sembelit bisa menyebabkan penyakit usus besar karena konsentrasi racun dari kotoran.

Alasan untuk sembelit terjadinya dapat:

perubahan dalam diet, nutrisi yang tidak memadai (industri makanan modern, makanan olahan tidak

mengandung serat yang sulit dicerna alam) aktivitas fisik, obat-obatan ( antasida , garam bismuth, besi, antihipertensi , narkotika , obat

penenang ...)

gangguan tiroid, hiperkalsemia , alasan lain.

Kadang-kadang pengobatan untuk kondisi seperti ini hanya perlu menyesuaikan diet. Dan sering sembelit merupakan gejala dari beberapa penyakit lain. Salah satu bentuk dari sembelit kronis disebut. "Lansia usus kelesuan" menderita sejumlah besar orang tua dan penyebab sifat degeneratif - usus mulai menjadi kurang responsif terhadap rangsangan. Mengambil obat pencahar dalam hal ini hanya dapat memperburuk kondisi. Untuk mengobati sembelit (akut) menggunakan obat pencahar. Kami juga menggunakan obat pencahar dan dalam mempersiapkan pasien untuk prosedur diagnostik atau bedah, dan dalam kasus keracunan ketika Anda perlu sesegera mungkin untuk mengosongkan saluran pencernaan. Membedakan kelompok tergantung pada mekanisme kerja.

Gliserol digunakan sebagai pencahar, dan efek osmotik, sehingga menarik air ke dalam lumen usus dari jaringan sekitarnya. Isi usus sehingga menjadi lebih lembut dan fungsi usus akan lebih mudah. Ini tersedia sebagai cairan atau supositoria, untuk pemberian rektal. Pencahar tersebut dapat membantu dalam banyak situasi: jika diperlukan untuk mengembangkan fungsi usus normal setelah periode gizi buruk dan kurangnya aktivitas fisik, maka dalam persiapan untuk pemeriksaan atau operasi sebelum kelahiran , masa beberapa hari setelah lahir dan dapat membantu dengan sembelit sering disebabkan oleh lainnya obat (narkoanalgetici, antidepresan, antikonvulsan, calcium channel blockers). Beberapa efek samping dari penggunaannya mungkin ketidaknyamanan perut, kram, angin. Satu harus mempertimbangkan kemungkinan reaksi alergi . Aplikasi lokal akan kontraindikasi untuk masalah medis seperti usus buntu dan rektum perdarahan tidak diketahui penyebabnya.

Bisakodil

Bisakodil secara kimiawi dan farmakologi terkait dengan fenolftalein, tapi tindakannya 10-20 kali lebih kuat. Usus kecil diserap kembali setelah biotransformasi disekresi ke dalam usus kecil melalui empedu. Tentu saja, diekskresikan sebagai glucuronides dan tidak dapat diserap kembali, dan dengan demikian masuk ke dalam usus besar di mana flora bakteri dipengaruhi oleh melepaskan bisakodil tersebut. Ini bekerja pada selaput lendir merangsang peristaltik usus. Dengan perjalanan panjang ke tempat aksi tindakan yang tidak dimulai selama 6-12 jam, namun bila digunakan dalam bentuk supositoria, maka tindakan dimulai jauh lebih cepat - selama setengah jam sampai satu jam. Selama aplikasi mungkin muncul gejala perut, termasuk kram dan nyeri perut. Telah dicatat, dan diare.

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI   Pengujian Efek Antidiare

I.     TUJUAN

Mengetahui sejauh mana aktivitas obat anti diare dapat menghambat diare dengan metode uji 

antidiare yaitu metode transit intestinal.

II.    PRINSIP

        Metode Transit Instestinal

Aktivitas obat yang dapat memperlambat peristaltik usus dengan mengukur rasio normal  jarak yang 

ditempuh marker terhadap panjang usus sepenuhnya. 

        Parameter – Parameter Obat Antidiare

Waktu muncul diare, jangka waktu berlangsung diare, bobot feses di evaluasi setelah pemberian obat 

dengan metode ANAVA dan Student’s t test.

III. TEORI

Diare  adalah   suatu   keadaan   meningkatnya   berat   dari   fases   (>200   mg/hari)   yang   dapat 

dihubungkan dengan meningkatnya cairan, frekuensi BAB, tidak enak  pada perinal, dan rasa terdesak 

untuk BAB dengan atau tanpa inkontinensia fekal (Daldiyono, 1990).

Diare atau diarrhea merupakan kondisi rangsangan buang air besar yang terus menerus disertai 

keluarnya   feses   atau  tinja   yang   kelebihan   cairan,   atau  memiliki   kandungan   air   yang   berlebih   dari 

keadaan normal. Umumnya diare menyerang balita dan anak-anak. Namun tidak jarang orang dewasa 

juga bisa terjangkit diare. Jenis penyakit diare bergantung pada jenis klinik penyakitnya (Anne, 2011). 

Klinis tersebut dapat diketahui saat pertama kali  mengalami sakit perut. Ada lima jenis klinis 

penyakit diare, antara lain:

1. Diare akut, bercampur dengan air. Diare memiliki gejala yang datang tiba-tiba dan berlangsung 

kurang   dari   14   hari.   Bila  mengalami   diare   akut,   penderita   akan  mengalami   dehidrasi   dan 

penurunan berat badan jika tidak diberika makan dam minum.

2. Diare kronik. Diare yang gejalanya berlangsung lebih dari 14 hari yang disebabkan oleh virus, 

Bakteri dan parasit, maupun non infeksi.

3. Diare   akut   bercampur   darah.   Selain   intensitas   buang   air   besar  meningkat,   diare   ini   dapat 

menyebabkan kerusakan usus halus,spesis  yaitu  infeksi  bakteri  dalam darah,  malnutrisi  atau 

kurang gizi dan dehidrasi.

4. Diare persisten   . Gejalanya berlangsung selama lebih dari 14 hari. Dengan bahaya utama adalah 

kekurangan gizi. Infeksi serius tidak hanya dalam usus tetapi menyebar hingga keluar usus.

5. Diare   dengan   kurang   gizi   berat.   Diare   ini   lebih   parah   dari   diare   yang   lainnya,   karena 

mengakibatkan   infeksi   yang   sifatnya   sistemik   atau   menyeluruh   yang   berat,   dehidrasi, 

kekurangan vitamin dan mineral. Bahkan bisa mengakibatkan gagal jantung.

Beberapa   hal   yang   dapat   menyebabkan   diare   antara   lain   (National   Digestive   Diseases 

Information Clearinghouse, 2007) :

 infeksi bakteri

beberapa jenis bakteri dikonsumsi bersama dengan makanan atau minuman, contohnya Campylobacter,

Salmonella, Shigella, dan Escherichia coli (E. coli).

 infeksi virus 

beberapa virus menyebabkan diare, termasuk rotavirus, Norwalk virus, cytomegalovirus, herpes simplex 

virus, and virus hepatitis.

 intoleransi makanan

beberapa orang tidak mampu mencerna semua bahan makanan, misalnya pemanis buatan dan laktosa. 

 parasit 

parasit   dapat   memasuki   tubuh   melalui   makanan   atau   minuman   dan   menetap   di   dalam   system 

pencernaan.  Parasit   yang  menyebabkan  diare  misalnya  Giardia lamblia, Entamoeba histolytica, and 

Cryptosporidium. 

 reaksi atau efek samping pengobatan 

antibiotik, penurun tekanan darah, obat kanker dan antasida mengandung magnesium yang mampu 

memicu diare. 

 gangguan intestinal

 kelainan fungsi usus besar

Pada   anak   anak   dan   orang   tua   diatas   65   tahun   diare   sangat   berbahaya.   Bila   penanganan 

terlambat dan mereka jatuh ke dalam dehidrasi berat maka bisa berakibat fatal.  Dehidrasi adalah suatu 

keadaan kekurangan cairan, kekurangan kalium (hipokalemia) dan adakalanya acidosis (darah menjadi 

asam), yang tidak jarang berakhir dengan shock dan kematian. Keadaan ini sangat berbahaya terutama 

bagi  bayi  dan  anak-anak  kecil,   karena  mereka  memiliki   cadangan   cairan   intrasel   yang   lebih   sedikit 

sedangkan cairan ekstra-selnya lebih mudah lepas daripada orang dewasa (Adnyana, 2008).

Mekanisme timbulnya diare.

Berbagai mikroba seperi bakteri, parasit, virus dan kapang bisa menyebabkan diare dan muntah. 

Keracunan   pangan   yang  menyebabkan   diare   dan  muntah,   disebabkan   oleh   pangan   dan   air   yang 

terkontaminasi   oleh  mikroba.   Pada   tulisan   ini   akan  dijelaskan  mekanisme  diare   dan  muntah   yang 

disebabkan oleh mikroba melalui  pangan terkontaminasi.  Secara klinis,   istilah diare digunakan untuk 

menjelaskan terjadinya peningkatan likuiditas tinja yang dihubungkan dengan peningkatan berat atau 

volume tinja dan frekuensinya. Seseorang dikatakan diare jika secara kuantitatif berat tinja per-24 jam 

lebih dari 200 gram atau lebih dari 200 ml dengan frekuensi lebih dari tiga kali sehari (Putri, 2010). 

Diare yang disebabkan oleh  patogen enterik  terjadi  dengan beberapa mekanisme.  Beberapa 

patogen menstimulasi sekresi dari fluida dan elektrolit, seringkali dengan melibatkan enterotoksin yang 

akan menurunkan absorpsi garam dan air dan/atau meningkatkan sekresi anion aktif. Pada kondisi diare 

ini  tidak   terjadi   gap  osmotic  dan  diarenya  tidak  berhubungan  dengan   isi   usus   sehingga  tidak  bisa 

dihentikan dengan puasa. Diare jenis ini  dikenal sebagai diare sekretory. Contoh dari diare sekretori 

adalah kolera dan diare yang disebabkan oleh enterotoxigenic E coli (Putri, 2010).

Beberapa patogen menyebabkan diare dengan meningkatkan daya dorong pada kontraksi otot, 

sehingga menurunkan waktu kontak antara permukaan absorpsi usus dan cairan luminal. Peningkatan 

daya dorong  ini  mungkin secara  langsung distimu-lasi  oleh proses patofisiologis  yang diaktivasi  oleh 

patogen,   atau  oleh  peningkatan   tekanan   luminal   karena   adanya   akumulasi   fluida.   Pada  umumnya, 

peningkatan  daya  dorong tidak dianggap sebagai  penyebab  utama diare   tetapi   lebih  kepada  faktor 

tambahan yang  kadang-kadang  menyertai  akibat-akibat  patofisiologis  dari  diare  yang  diinduksi  oleh 

patogen (Putri, 2010).

Pada beberapa diare karena infeksi, patogen menginduksi kerusakan mukosa dan menyebabkan 

peningkatan permeabilitas mukosa. Sebaran, karakteristik dan daerah yang terinfeksi akan bervariasi 

antar organisme. Kerusakan mukosa yang terjadi bisa berupa difusi nanah oleh pseudomembran sampai 

dengan luka halus yang hanya bisa dideteksi secara mikroskopik. Kerusakan mukosa atau peningkatan 

permeabilitas tidak hanya menyebabkan pengeluaran cairan seperti plasma, tetapi juga mengganggu 

kemampuan mukosa usus untuk melakukan proses absorbsi yang efisien karena terjadinya difusi balik 

dari  fluida  dan elektrolit  yang  diserap.  Diare   jenis   ini  dikenal   sebagai  diare  eksudatif.  Penyebabnya 

adalah bakteri patogen penyebab infeksi yang bersifat invasive (Shigella, Salmonella) (Putri, 2010).

Malabsorpsi   komponen   nutrisi   di   usus   halus   seringkali  menyertai   kerusakan  mucosal   yang 

diinduksi   oleh  patogen.   Kegagalan  pencernaan  dan  penyerapan   karbohidrat   (CHO)  akan  meningkat 

dengan   hilangnya   hidrolase   pada   permukaan   membrane   mikrovillus   (misalnya   lactase,   sukrase-

isomaltase)   atau   kerusakan  membran  microvillus  dari   enterosit.   Peningkatan   solut  didalam  luminal 

karena malabsorbsi CHO menyebabkan osmolalitas luminal meningkat dan terjadi difusi air ke luminal. 

Diare jenis ini dikenal sebagai diare osmotik dan bisa dihambat dengan berpuasa (Putri, 2010).

Pada dasarnya mekanisme terjadinya diare akibat kuman enteropatogen meliputi penempelan 

bakteri pada sel epitel dengan atau tanpa kerusakan mukosa, invasi mukosa, dan produksi enterotoksin 

atau  sitotoksin.  Satu  bakteri  dapat  menggunakan  satu  atau   lebih  mekanisme  tersebut  untuk  dapat 

mengatasi pertahanan mukosa usus (Putri, 2010).

Adhesi.

Mekanisme adhesi yang pertama terjadi dengan ikatan antara struktur polimer fimbria atau pili 

dengan reseptor atau ligan spesifik pada permukaan sel epitel. Fimbria terdiri atas lebih dari 7 jenis, 

disebut juga sebagai colonization factor antigen (CFA) yang lebih sering ditemukan pada enteropatogen 

seperti Enterotoxic E. Coli (ETEC).

Mekanisme   adhesi   yang   kedua   terlihat   pada   infeksi  Enteropatogenic E.coli (EPEC),   yang 

melibatkan gen EPEC adherence factor (EAF), menyebabkan perubahan konsentrasi kalsium intraselluler 

dan arsitektur sitoskleton di bawah membran mikrovilus. Invasi intraselluler yang ekstensif tidak terlihat 

pada infeksi EPEC ini dan diare terjadi akibat shiga like toksin. 

Mekanisme   adhesi   yang   ketiga   adalah   dengan   pola   agregasi   yang   terlihat   pada   jenis   kuman 

enteropatogenik yang berbeda dari ETEC atau EHEC (Putri, 2010).

Invasi.

Kuman  Shigella melakukan  invasi  melalui  membran basolateral  sel  epitel  usus.  Di  dalam sel 

terjadi  multiplikasi  di  dalam fagosom dan menyebar  ke sel  epitel   sekitarnya.  Invasi  dan multiplikasi 

intraselluler  menimbulkan   reaksi   inflamasi   serta   kematian   sel   epitel.  Reaksi   inflamasi   terjadi   akibat 

dilepaskannya mediator seperti leukotrien, interleukin, kinin, dan zat vasoaktif lain. Kuman Shigella juga 

memproduksi  toksin shiga yang menimbulkan kerusakan sel.  Proses patologis   ini  akan menimbulkan 

gejala sistemik seperti demam, nyeri perut, rasa lemah, dan gejala disentri. Bakteri lain bersifat invasif 

misalnya Salmonella. 

Prototipe kelompok toksin ini adalah toksin shiga yang dihasilkan oleh  Shigella dysentrie yang 

bersifat sitotoksik. Kuman lain yang menghasilkan sitotoksin adalah  Enterohemorrhagic E. Coli (EHEC)

serogroup 0157 yang dapat menyebabkan kolitis hemoragik  dan sindroma uremik hemolitik,  kuman 

EPEC serta V. Parahemolyticus (Putri, 2010). 

Enterotoksin.

Prototipe klasik enterotoksin adalah toksin kolera atau  Cholera toxin (CT) yang secara biologis 

sangat  aktif  meningkatkan sekresi  epitel  usus halus.  Toksin  kolera terdiri  dari  satu subunit  A  dan 5 

subunit   B.   Subunit   A1   akan  merangsang   aktivitas   adenil   siklase,  meningkatkan   konsentrasi   cAMP 

intraseluler sehingga terjadi  inhibisi  absorbsi Na dan klorida pada sel vilus serta peningkatan sekresi 

klorida dan HCO3 pada sel kripta mukosa usus. 

ETEC  menghasilkan  heat labile toxin (LT) yang  mekanisme  kerjanya   sama  dengan  CT   serta 

heatStabile toxin (ST).ST akan meningkatkan kadar cGMP selular, mengaktifkan protein kinase, fosforilasi 

protein membran mikrovili, membuka kanal dan mengaktifkan sekresi klorida (Putri, 2010).

Penggolongan obat diare :

A.     Kemoterapeutika

Walaupun pada umumnya obat tidak digunakan pada diare, ada beberapa pengecualian dimana 

obat antimikroba diperlukan pada diare yag disebabkan oleh infeksi  beberapa bakteri  dan protozoa. 

Pemberian   antimikroba   dapat   mengurangi   parah   dan   lamanya   diare   dan   mungkin   mempercepat 

pengeluaran toksin. Kemoterapi digunakan untuk terapi kausal, yaitu memberantas bakteri penyebab 

diare   dengan   antibiotika   (tetrasiklin,   kloramfenikol,   dan   amoksisilin,   sulfonamida,   furazolidin,   dan 

kuinolon) (Schanack, 1980).

B.     Zat penekan peristaltik usus

Obat golongan ini bekerja memperlambat motilitas saluran cerna dengan mempengaruhi otot 

sirkuler   dan   longitudinal   usus.   Contoh:   Candu   dan   alkaloidnya,   derivat   petidin   (definoksilat   dan 

loperamin), dan antikolinergik (atropin dan ekstrak beladona) (Departemen Farmakologi dan Terapi UI, 

2007).

C.     Adsorbensia

            Adsorben memiliki daya serap yang cukup baik. Khasiat obat ini adalah mengikat atau menyerap 

toksin bakteri dan hasil-hasil metabolisme serta melapisi permukaan mukosa usus sehingga toksin dan 

mikroorganisme tidak dapat merusak serta menembus mukosa usus. Obat-obat yang termasuk kedalam 

golongan   ini   adalah   karbon,   musilage,   kaolin,   pektin,   garam-garam   bismut,   dan   garam-garam 

alumunium ) (Departemen Farmakologi dan Terapi UI, 2007).

Obat  diare  yang  dapat  dibeli  bebas  mengandung  adsorben atau  gabungan antara  adsorben 

dengan penghilang  nyeri   (paregorik).  Adsorben  mengikat  bakteri  dan  toksin  sehingga  dapat  dibawa 

melalui usus dan dikeluarkan bersama tinja. Adsorben yang digunakan dalam sediaan diare antara lain 

attapulgit aktif, karbon aktif, garam bismuth, kaolin dan pektin (Harkness, 1984).

Loperamida

Pemerian:         serbuk putih sampai agak kuning, melebur pada suhu lebih kurang 225oC disertai peruraian.

Kelarutan:         sukar larut dalam air dan asam encer, mudah larut dalam metanol dan kloroform.

                                                                        (Farmakope Indonesia IV, 1995).

Obat   ini   memperlambat   motilitas   saluran   cerna   dengan  mempengaruhi   otot   sirkuler   dan 

longitudinal   usus.   Obat   ini   berikatan   dengan   reseptor   opioid   sehingga   diduga   efek   konstipasinya 

diakibatkan   oleh   ikatan  loperamid  dengan   reseptor   tersebut.   Obat   ini   sama   efektifnya   dengan 

difenoksilat untuk pengobatan diare kronik. Efek samping yang sering dijumpai adalah kolik abdomen, 

sedangkan toleransi terhadap efek konstipasi jarang sekali terjadi. Pada sukarelawan yang mendapatkan 

dosis besar loperamid, kadar puncak pada plasma dicapai dalam waktu empat jamsesudah makan obat. 

Masa   laten  yang   lama  ini  disebabkan  oleh  penghambatan  motilitas   saluran  cerna  dan karena  obat 

mengalami sirkulasi enterohepatik. Waktu paruhnya adalah 7-14jam. Loperamid tidak diserap dengan 

baik  melalui   pemberian   oral   dan   penetrasinya   ke   dalam  otak   tidak   baik;   sifat-sifat   ini  menunjang 

selektifitas   kerja   loperamid.   Sebagian   besar   obat   diekskresikan   bersama   tinja.   Kemungkinan 

disalahgunakannya  obat   ini   lebih  kecil  dari  difenoksilat  karena  tidak  menimbulkan  euphoria   seperti 

morfin dan kelarutannya rendah (Departemen Farmakologi dan Terapi UI, 2007).

Contoh Uraian obat Diare 

1. Racecordil    

Anti diare yang ideal harus bekerja cepat, tidak menyebabkan konstipasi, mempunyai indeks terapeutik 

yang tinggi, tidak mempunyai efek buruk terhadap sistem saraf pusat, dan yang tak kalah penting, tidak 

menyebabkan   ketergantungan.   Racecordil   yang   pertama   kali   dipasarkan   di   Perancis   pada   1993 

memenuhi   semua   syarat   ideal   tersebut.   Berdasarkan   uji   klinis   didapatkan   bahwa   anti   diare   ini 

memberikan hasil  klinis yang baik dan dapat ditoleransi oleh tubuh. Produk ini  juga merupakan anti 

diare   pertama   yang   cara   kerjanya   mengembalikan   keseimbangan   sistem   tubuh   dalam  mengatur 

penyebaran  air  dan elektrolit  ke  usus.  Selain   itu,  Hidrasec  pun mampu menghambat  enkephalinase 

dengan baik. Dengan demikian, efek samping yang ditimbulkannya sangat minimal.

2. Loperamide    

Loperamide  merupakan  golongan  opioid  yang  bekerja  dengan  cara  emeperlambat  motilitas   saluran 

cerna   dengan  mempengaruhi   otot   sirkuler   dan   longitudinal   usus.  Obat   diare   ini   berikatan   dengan 

reseptor opioid sehingga diduga efek konstipasinya diakibatkan oleh ikatan loperamid dengan reseptor 

tersebut. Efek samping yang sering dijumpai ialah kolik abdomen, sedangkan toleransi terhadap efek 

konstipasi jarang sekali terjadi.

3. Nifuroxazide    

Nifuroxazide adalah senyawa nitrofuran memiliki  efek bakterisidal  terhadap Escherichia coli,  Shigella 

dysenteriae,  Streptococcus,  Staphylococcus dan Pseudomonas aeruginosa. Nifuroxazide bekerja  lokal 

pada saluran pencernaan.

o Aktifitas   antimikroba  Nifuroxazide   lebih   besar   dari   obat   anti   infeksi   intestinal   biasa 

seperti kloroyodokuin.

o Pada konsentrasi encer (1 : 25.000) Nifuroxazide masih memiliki daya bakterisidal.

Obat  diare   ini   diindikasikan  untuk  dire  akut,  diare   yang  disebabkan  oleh  E. coli  &  Staphylococcus, 

kolopatis spesifik dan non spesifik, baik digunakan untuk anak-anak maupun dewasa.

4. Dioctahedral smectite    

Dioctahedral   smectite   (DS),   suatu  aluminosilikat  nonsistemik  berstruktur  filitik,   secara   in  vitro   telah 

terbukti dapat melindungi barrier mukosa usus dan menyerap toksin, bakteri, serta rotavirus. Smectite 

mengubah sifat fisik mukus lambung dan melawan mukolisis yang diakibatkan oleh bakteri. Zat ini juga 

dapat memulihkan integritas mukosa usus seperti yang terlihat dari normalisasi rasio laktulose-manitol 

urin pada anak dengan diare akut (Putri, 2010).        

            

IV. ALAT DAN BAHAN

1.      Alat

           Alas bedah

           Alat bedah

           Penggaris

           Sonde ral 

2.      Bahan

           Loperamide HCl 

 (0,24 dan 0,48 mg/ml)

           Suspensi PGA 2% 

(diwarnai hitam dengan tinta cina/norit 0,1/10 gram sebagai marker)

           Tinta cina

3.      Hewan

Mencit putih, dipuasakan 18 jam sebelum percobaan dan minum tetap di berikan.

V.  PROSEDUR

Pertama yang harus dilakukan adalah bobot mencit ditimbang kemudian dikelompokkan secara 

acak menjadi 3 kelompok, yaitu kelompok kontrol diberi PGA 2%, kelompok uji Loperamid dosis I dan 

dosis II di berikan secara per oral. Pada waktu ke- 45 menit, semua kelompok hewan diberikan tinta cina 

0,1 ml/10 g mencit secara per oral dan pada waktu ke- 65 menit semua hewan dikorbankan dengan cara 

dislokasi tulang leher.

Kemudian   setelah   semua  hewan  dikorbankan,   usus   dikeluarkan   secara  hati-hati   sampai   usus 

teregang. Setelah usus teregang, di ukur panjang usus yang dilalui norit mulai dari pilorus sampai ujung 

akhir (berwarna hitam) dan panjang seluruh usus dari pilorus sampai rektum.

Setelah itu, dihitung rasio normal jarak yang ditempuh marker terhadap panjang usus seluruhnya 

dan   hasil-hasil   pengamatan   disajikan   dalam   tabel   beserta   grafiknya.   Kemudian,   evaluasi   hasil 

pengamatan pada ketiga kelompok hewan untuk waktu muncul diare, jangka waktu berlangsung diare, 

bobot feses dievaluasi masing-masing secara statistik dengan metode ANAVA dan Student’s test.

VI. DATA PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN

1.      Dosis Pemberian Obat

a.       PGA 2% (mencit ke-1)

26/20 x 0,5 = 0,65 mL

b.      Loperamid Dosis I (0,24 mg/20g BB) (mencit ke-2)

26/20x 0,5 = 0,65 mL

c.       Loper2amid Dosis II (0,48 mg/20g BB) (mencit ke-3)

29,2/20x 0,5 = 0,73 mL

2.      Dosis Pemberian Tinta Cina

a.         Mencit ke-1

26/10 x 0,1 = 0,26 mL

b.         Mencit ke-2

26/10 x 0,1 = 0,26 mL

c.         Mencit ke-3

29,2/10 x 0,1 = 0,23 mL

HASIL PENGAMATAN

KEL.JARAK TINTA 

CINA (X-Z) cm

JARAK USUS 

SELURUHNYA (X-Y) 

cm

RASIO

(X-Z/X-Y)

KONTROL (PGA 

2%)

1 13,6 65,6 0,207

2 25 57 0,44

3 25 60 0,417

4 14 57,6 0,246

LOPERAMID 

DOSIS I (0,24 

mg/20g BB)

1 13,5 61 0,221

2 14 58 0,240

3 14,6 60 0,242

4 - - -

LOPERAMID 

DOSIS II (0,48 

mg/20g BB)

1 6,5 60 0,108

2 23 61 0,377

3 7,5 69 0,1

4 8 62 0,574

OBATRASIO

JUMLAH RATA-RATA1 2 3 4

KONTROL 

(PGA2%)0,207 0,44 0,417 0,246 1,31 0,3275

LOPERAMID 

DOSIS I 

(0,12mg/20g 

BB)

0,221 0,240 0,242 - 0,703 0,243

LOPERAMID 

DOSIS II 

(0,24mg/20g 

BB)

0,108 0,377 0,1 0,574 1,132 0,283

JUMLAH 0,536 1,057 0,759 0,82 3,145

Perhitungan dengan tabel ANAVA

Ho : 2P = 0 ; rata-rata setiap perlakuan memberikan efek anti diare yang relatif sama terhadap mencit

H1 :    rata-rata setiap perlakuan memberikan efek anti diare yang berbeda 

Statistik uji :  = 5 % = 0,05

Ry =  (1,31+0,703+1,132)    2      =  0,824

          4 x 3

Ay =  (1, 31)    2   + (0,703)    2   + 1,132)   2           -  0,824

                             4

=   0,8729 – 0,824

=   0,0489

 y2      = 0,2072 + 0,442 + ..... + 0,12 + 0,5742 

= 1,1283

Dy  =   y2 – Ry – Ay

=  1,1283 – 0,824– 0,0489

=  0,2554

Untuk tabel ANAVA :

k                      = 3

 ni                  = 12

 (ni – 1)          = 9

Tabel Anava

Sv dk JK KT Fhit

Rata-rata 1 0,824 0,824

0,857Antar 

kelompok

2 0,0489 0,024

Dalam kelompok 9 0,2554 0,028

Jumlah 12 1,1283

Untuk perlakuan: 

F0,05 (2,9) = 4,26

4,26 > 0,857

F tabel  F hitung, maka Ho diterima.   

Artinya, rata-rata setiap perlakuan (PGA, Loperamida dosis I, maupun Loperamida dosis II) memberikan 

efek anti diare yang relatif sama terhadap mencit.

VII .    PEMBAHASAN

Tujuan   percobaan   pada   praktikum   kali   ini   adalah  mengetahui   sejauh  mana   aktivitas   obat 

antidiare yaitu  loperamid HCl dapat menghambat diare dengan metode transit intestinal.

Diare merupakan  keadaan buang-buang air dengan banyak cairan   (mencret) dan merupakan 

gejala dari penyakit-penyakit tertentu. Diare disebabkan oleh adanya rangsangan pada saraf otonom di 

dinding usus sehingga dapat menimbulkan reflek yang mempercepat peristaltik sehingga timbul diare.

Diare ditandai dengan frekuensi defekasi yang jauh melebihi frekuensi normal, serta konsistensi 

feses yang encer. Penyebab diare pun bermacam-macam. Pada dasarnya diare merupakan mekanisme 

alamiah tubuh untuk mengeluarkan zat-zat racun yang tidak dikehendaki  dari  dalam usus.  Bila usus 

sudah bersih maka diare akan berhenti dengan sendirinya.

Diare   pada   dasarnya  tidak   perlu   pemberian   obat,   hanya   apabila   terjadi   diare   hebat   dapat 

digunakan   obat   untuk  menguranginya.   Obat   antidiare   yang   banyak   digunakan   diantaranya   adalah 

Loperamid yang daya kerjanya dapat menormalisasi keseimbangan resorpsi-sekresi dari sel-sel mukosa, 

yaitu  memulihkan   sel-sel   yang   berada   dalam   keadaan   hipersekresi   pada   keadaan   resorpsi   normal 

kembali.   Loperamid  merupakan  derivat  difenoksilat   (dan  haloperidol,   suatu  neuroleptikum)  dengan 

khasiat   obstipasi   yang   2-3   kali   lebih   kuat   tanpa   khasiat   pada   SSP,   jadi   tidak   mengakibatkan 

ketergantungan.

Hewan   percobaan   yang   digunakan   dalam   percobaan   kali   ini   adalah  mencit.   Selain   karena 

anatomi   fisiologinya   sama   dengan   anatomi   fisiologi  manusia,juga   karena  mencit  mudah   ditangani, 

ukuran tubuhnya kecil  sehingga waktu penelitian dapat berlangsung lebih cepat. Sebelum digunakan 

untuk percobaan, mencit dipuasakan selama 18 jam sebelum percobaan tetapi minum tetap diberikan. 

Hal tersebut dikarenaka makanan dalam usus akan berpengaruh terhadap kecepatan peristaltik. 

Tiap   kelompok  diberi   3   ekor  mencit.   Prosedur  pertama   yang  dilakukan   adalah  menimbang 

masing-masing mencit untuk menentukan banyaknya dosis sediaan uji   yang akan diberikan pada tiap 

mencit. Mencit pertama memiliki bobot 26 gram dan setelah dikonversi dengan 0,5 mL/20 gram maka 

banyaknya dosis untuk mencit pertama adalah 0,65 mL (kontrol negatif). Sedangkan untuk mencit kedua 

bobotnya adalah 26 gram maka dosisnya 0,65 mL (loperamid HCl 0,24 mg/mL) dan untuk mencit ketiga 

dengan bobot 29,2 gram dosisnya adalah 0,73 mL (loperamid HCl 0,48 mg/mL). 

Mencit  pertama merupakan mencit  kontrol  negatif  karena akan diberikan  PGA 2%  ,  mencit 

kedua akan diberikan loperamid HCl 0,24 mg/mL, dan mencit ketiga akan diberikan loperamid HCl 0,48 

mg/mL.   Pemberian   ketiga   zat   tersebut   dilakukan   secara   peroral   karena   yang   akan   diamati   adalah 

kecepatan peristaltik usus,  kemudian mencit-mencit  tersebut didiamkan selama 45 menit agar obat-

obat tersebut dapat terabsorpsi secara sempurna di dalam tubuh mencit, sehingga didapat efek yang 

diharapkan. 

Setelah   itu,  tiap-tiap  mencit  diberikan  tinta  cina  0,01mL per  gram dari  berat  mencit   secara 

peroral. Tinta cina ini berguna sebagai indikator untuk megetahui kecepatan motilitas usus. Karena obat 

antidiare yang digunakan adalah  loperamid HCl.  Loperamid HCl  merupakan obat  antidiare  golongan 

opioid  yang  mekanisme kerjanya  adalah menekan kecepatan  gerak  peristaltik.  Secara   in  vitro  pada 

binatang Loperamide menghambat motilitas /  perilstaltik usus dengan mempengaruhi   langsung otot 

sirkular dan longitudinal dinding usus serta mempengaruhi pergerakan air dan elektrolit di usus besar.  

Pada manusia, Loperamide memperpanjang waktu transit isi saluran cerna. Loperamide menurunkan 

volum feses, meningkatkan viskositas dan kepadatan feses dan menghentikan kehilangan cairan dan 

elektrolit.

Sehingga   pemberian   loperamid   HCl   berdasarkan   literatur   seharusnya   dapat   menurunkan 

kecepatan peristaltik usus. Untuk mengetahuinya dapat dilihat dari rasio panjang usus yang dilalui oleh 

tinta cina terhadap panjang usus keseluruhan. Setelah 20 menit pemberian tinta cina masing-masing 

mencit didislokasi  dan dibedah untuk melihat kecepatan peristaltik antara mencit kontrol dan mencit 

yang telah diberikan loperamid HCl dengan dosis yang berbeda. Karena panjang usus yang dilewati tinta 

cina dapat dijadikan sebagai indikator kecepatan peristaltik usus.

Berdasarkan teori rasio antara jarak usus yang dilalui tinta cina dan total panjang usus pada 

mencit  uji  kontrol  seharusnya lebih besar daripada   rasio  jarak usus yang dilalui  tinta cina dan total 

panjang usus pada mencit uji I dan uji II karena mencit uji kontrol tidak mendapatkan loperamid sebagai 

penghambat gerak peristaltik usus sehingga gerak peristaltik ususnya lebih cepat  dan jarak usus yang 

dilalui tinta cina lebih panjang. Rasio antara jarak usus yang dilalui tinta cina dan total panjang usus pada 

mencit uji I seharusnya lebih besar daripada rasio jarak usus yang dilalui tinta cina dan total panjang 

usus  pada  mencit  uji   II   karena  mencit  uji   I  mendapatkan   loperamid  dengan  dosis   yang   lebih  kecil 

dibandingkan mencit uji II sehingga penghambatan gerak peristaltik usus pada mencit uji I lebih kecil 

daripada penghambatan gerak peristaltik usus pada mencit uji II.

             Dari  hasil  percobaan,  urutan  nilai   rasio  antara   jarak  tinta  dan panjang  usus  mulai  dari   yang 

terbesar adalah: mencit uji kontrol (0,3275cm), mencit uji I (0,243cm), mencit uji II (0,283cm). Hal ini 

tidak sepenuhnya sesuai dengan teori karena adanya mencit yang mati saat percobaan sehingga tidak 

dapat memberikan data yang sesuai. 

            Loperamid dengan dosis yang lebih tinggi memberikan persen inhibisi atau keefektifan yang lebih 

baik daripada loperamid dengan dosis yang lebih kecil.

VIII. KESIMPULAN

Berdasarkan  data  hasil   percobaan,   pengamatan  dan  perhitungan  dapat   disimpulkan  bahwa 

aktivitas obat anti diare yaitu Loperamid HCl dapat menghambat diare dengan metode uji antidiare yaitu 

metode transit intestinal. Makin besar dosis Loperamid HCl yang diberikan, makin besar pengurangan 

gerak peristaltik usus mencit dan  makin pendek ukuran usus yang dilewati marker.

DAFTAR PUSTAKA

Adnyana,  Ketut.   2004.   Sekilas   Tentang  Diare.  http://www.blogdokter.net/2008/10/30/sekilas-tentang-diare/. 

[Diakses tanggal 10 April 2011]

Anne,  Ahira. 2011. Penyakit Diare Akut.  http://www.anneahira.com/diare-akut.htm. [Diakses tanggal 10 April 

2011]

Daldiyono. 1990. Diare, Gastroenterologi-Hepatologi. Jakarta : Infomedika. Hal : 14-4.

Departemen Farmakologi dan Terapi UI, 2007. Farmakologi dan Terapi ed 5. Jakarta : Penerbit UI Press.

Departemen Kesehatan RI. 1995. Farmakope Indonesia IV. Jakarta : Departemen Kesehatan RI.

Harkness, Richard. 1984. Interkasi Obat. Bandung : Penerbit ITB.

National   Digestive   Diseases   Information   Clearinghouse.   2007.  Diarrhea.   Available   online   at 

www.digestive.niddk.nih.gov  .   [Diakses   tanggal   10   April   2011]

Putri, Titian.2010.Diare. http://titianputri.blogspot.com/2010/02/diare-adalah.html . [Diakses tanggal 10 

April   2011]

Schanack, W., et al. 1980. Senyawa Obat, Edisi kedua. Yogyakarta : Gajah Mada University Press.