LAKNAT DALAM PANDANGAN...

84
LAKNAT DALAM PANDANGAN AL-QUR’AN (Analisis Ayat-Ayat Laknat Dalam Tafsîr al-Marâghî) SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ushuluddin (S.Ud) Oleh: ISMAIL AMIR NIM:107034001694 JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H/2011 M

Transcript of LAKNAT DALAM PANDANGAN...

Page 1: LAKNAT DALAM PANDANGAN AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4958/1/ISMAIL... · Huruf Arab Huruf Latin Keterangan ... tunggal atau monoftong dan vokal rangkap

LAKNAT DALAM PANDANGAN AL-QUR’AN

(Analisis Ayat-Ayat Laknat Dalam Tafsîr al-Marâghî)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Ushuluddin (S.Ud)

Oleh:

ISMAIL AMIR NIM:107034001694

JURUSAN TAFSIR HADIS

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1432 H/2011 M

Page 2: LAKNAT DALAM PANDANGAN AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4958/1/ISMAIL... · Huruf Arab Huruf Latin Keterangan ... tunggal atau monoftong dan vokal rangkap

ii

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli penulis yang diajukan untuk

memenuhi salah satu persyaratan gelar strata 1 (S1), di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah penulis

cantumkan sesuai ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli

penulis atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya

bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Jakarta, 08 Mei 2011

Penulis,

( Ismail Amir )

Page 3: LAKNAT DALAM PANDANGAN AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4958/1/ISMAIL... · Huruf Arab Huruf Latin Keterangan ... tunggal atau monoftong dan vokal rangkap

iii

LAKNAT DALAM PANDANGAN AL-QUR’AN

(Analisis Ayat-Ayat Laknat Dalam Tafsîr Al-Maragi).

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ushuluddin

( S.Ud )

Oleh :

ISMAIL AMIR

NIM. 107034001694

Di bawah Bimbingan :

Dr. MAFRI AMIR, MA

NIP. 1958030 1199 23 1 001

JURUSAN TAFSIR HADITS

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1432 H / 2011 M

Page 4: LAKNAT DALAM PANDANGAN AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4958/1/ISMAIL... · Huruf Arab Huruf Latin Keterangan ... tunggal atau monoftong dan vokal rangkap

iv

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi ini berjudul Laknat Dalam Pandangan Al-Qur’an: Analisis Terhadap Ayat-

Ayat Laknat Dalam Tafsir Al-Maraghi telah di ujikan dalam sidang munaqasah Fakultas

Ushuluddin dan Filsafat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 21 Juni 2011.

Skripsi ini telah diterima sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana Ushuluddin (S.Ud)

pada Jurusan Tafsir Hadits.

Jakarta, 21 Juni 2011

SIDANG MUNAQASAH

Ketua Sidang, Sekretaris Sidang,

Dr. Bustamin, M.Si Dr. Lilik Ummi Kaltsum, MA

NIP. 196307011998031003 NIP. 19710816 199703 2 002

Anggota,

Penguji I, Penguji II,

Dr. Yusuf Rahman, MA Zahruddin AR., MM.Si

NIP. 19670213 199203 1 002 NIP. 19520419 198103 1 005

Pembimbing,

Dr. Mafri Amir, MA

NIP. 1958030 1199 23 1 001

Page 5: LAKNAT DALAM PANDANGAN AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4958/1/ISMAIL... · Huruf Arab Huruf Latin Keterangan ... tunggal atau monoftong dan vokal rangkap

v

ABSTRAK

Ismail Amir, “Laknat Dalam Pandangan Al-Qur’an: Analisis Ayat-Ayat Laknat

Dalam Tafsir al-Maraghi”

Setiap nikmat yang kita terima dari Allah SWT akan menambah

kebahagiaan dan kesenangan dalam hidup. Namun, ada satu kondisi di mana

nikmat bisa berubah menjadi laknat dan karunia yang diberikan merupakan murka

Allah SWT. Inilah yang disebut dengan istidrâj. Istidrâj adalah pemberian Allah

kepada orang yang sering melakukan maksiat kepada-Nya. Semakin mereka

melupakan Allah, Allah tetap akan menambahkan kesenangan bagi mereka.

Akibatnya, mereka semakin terjerumus dan Allah akan menjatuhkan siksa yang

sangat pedih. Contoh dari istidrâj ialah seperti orang-orang yang diberi nikmat

kekuasaan, lalu ia menjadi sombong dan sewenang-wenang terhadap rakyatnya.

Allah terus mengucurkan nikmat duniawi kepada mereka, sesungguhnya di balik

itu semua adalah laknat dan murka Allah SWT. Na'udzubillah.

Dalam al-Quran ada beberapa terminologi; musibah, azab, dan laknat.

Dari terminologi yang terdapat dalam al-Quran tersebut, sengaja kami membahas

laknat karena masih banyak masyarakat yang belum mengerti tentang laknat itu.

Kata laknat sendiri dalam bahasan al-Quran secara garis besar hampir

sama dengan musibah dan adzab. Para mufasir pun berbeda-beda dalam

menafsirkannya. Namun jika dikaitkan dengan fenomena alam atau kejadian-

kejadian yang menimpa manusia secara umum, kepastian tentang laknat atau azab

atau musibah masih belum dapat dipastikan. Yakni, suatu musibah atau azab yang

dirasakan oleh seseorang atau suatu kaum apakah dapat dikategorikan sebagai

laknat atau bukan. Di sisi lain, apakah sebab laknat diturunkan. Lalu siapakah

orang-orang yang tergolong dalam laknat Tuhan dan kenapa laknat itu menimpa

mereka. Pertanyaan-pertanyaan inilah yang mendasari kami untuk membahas

laknat dalam perspektif tafsir al-Maraghi.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui laknat menurut pandangan

al-Qur’an dan khususnya terhadap tafsir al-Maraghi, sehingga bisa dijadikan

sebagai pelajaran oleh setiap muslim, khususnya dalam setiap perbuatan dan

tingkah laku manusia.

Penelitian ini berpijak dari nas bahwa setiap muslim harus berpedoman

kepada al-Qur’an dalam merambah kehidupan di dunia. Laknat merupakan suatu

hukuman yang diturunkan Allah sebab perbuatan manusia yang melanggar

perintah-Nya. Agar setiap orang mengetahui bahwa setiap perbuatan ada tanggung

jawabnya masing-masing, maka setiap orang harus mengetahui mana perbuatan

yang baik dan mana perbuatan yang tak terpuji menurut Allah maupun yang

digariskan dalam al-Qur’an.

Page 6: LAKNAT DALAM PANDANGAN AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4958/1/ISMAIL... · Huruf Arab Huruf Latin Keterangan ... tunggal atau monoftong dan vokal rangkap

vi

KATA PENGANTAR

Segala Puji dan syukur penulis sanjungkan hanya kepada Allah Swt, yang

dengan taufiq-Nya, penelitian berjudul “Laknat Dalam Pandangan Al Qur’an

(Analisis Ayat-Ayat Laknat Dalam Tafsir al-Maraghi)” ini dapat diselesaikan

dengan baik. Shalawat dan salam penulis haturkan kepada Nabi Muhammad Saw,

keluarga dan para sahabatnya, yang yang merupakan suri tauladan bagi seluruh

umat manusia.

Segala karya tulis yang da’if, tentunya didalam penelitian ini masih

terdapat banyak kekurangan dan kesalahan, yang kelak ditemukan oleh mereka

yang mau menelaahnya dengan teliti. Segala kesalahan tersebut tak lain adalah

bukti keterbatasan penulis di dalam melakukan penelitian ini. Untuk itu penulis

sangat menerima kritikan dan saran yang membangun sehingga dapat

memperbaiki kesalahan-kesalahan yang ada di masa datang.

Penelitian ini merupakan wujud kepedulian dan rasa keingintahuan penulis

terhadap beberapa masalah yang kelihatannya sepele namun memiliki pengaruh

yang sangat besar dalam bidang tafsir. Penulis juga menyadari bahwa, penelitian

ini tidak luput dari jasa lembaga dan orang-orang tertentu yang telah membantu

penulis, baik moril maupun materil. Maka pada kesempatan ini, izinkanlah

penulis mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya khusus kepada:

1. Segenap civitas akademika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta; Prof. Dr.

Komaruddin Hidayat (Rektor), Prof. Dr. Zainun Kamaluddin Fakih M.A

Page 7: LAKNAT DALAM PANDANGAN AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4958/1/ISMAIL... · Huruf Arab Huruf Latin Keterangan ... tunggal atau monoftong dan vokal rangkap

vii

(Dekan Fakultas Ushuluddin), Dr. Bustamin, M.Si (Ketua Jurusan Tafsir

Hadis), dan Dr. Lilik Ummi Kaltsum, MA (Sekjur Tafsir Hadits).

2. Bapak Dr. Mafri Amir M.A, selaku dosen pembimbing skripsi penulis yang

dengan keikhlasan dan kesabarannya membimbing, mengarahkan dan

memotivasi penulis hingga selesai skripsi ini.

3. Segenap dosen Fakultas Ushuluddin, khusunya dosen-dosen di jurusan Tafsir

Hadis yang telah banyak berbagi ilmu kepada penulis, sehingga berkat

merekalah penulis mendapatkan setetes air dari samudra ilmu pengetahuan.

4. Pimpinan perpustakaan utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Perpustakaan

Fakultas Ushuluddin dan Perpustakaan Imanjama’ beserta jajaran pengelola

perpustakaan tersebut yang telah memberikan kesempatan kepada penulis

untuk melakukan penelitian ini hingga selesai.

5. Yang tercinta Ayahanda H. Amiruddin dan Ibunda Hj. Bunga yang senantiasa

mencurahkan kasih sayang dan perhatian dengan segenap hati dan yang tidak

lelah untuk terus mendoakan ananda untuk mencapai kesuksesan dimasa

depan. Sungguh ananda belum bisa membalas semua kebaikan mama-papa,

hanya do’a yang dapat penulis sampaikan kepada mama-papa, semoga Allah

Swt. selalu melindungi mama-papa dan semoga ananda selalu dapat berbakti

kepadanya. Kakak-kakakku (H. Yudha, Hj.Hani, dan Hj. Fatmawati) serta

saudara-saudaraku tercinta yang memberikan motivasi dan membantu penulis

baik materil maupun inmaterial sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

6. Untuk teman-teman UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya teman-

teman Jurusan Tafsir Hadits angkatan 2007/2008, khususnya kelas TH-B:

yang tidak bisa disebutkan semuanya. Teman-teman senior TH (Ust. Hadir,

Page 8: LAKNAT DALAM PANDANGAN AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4958/1/ISMAIL... · Huruf Arab Huruf Latin Keterangan ... tunggal atau monoftong dan vokal rangkap

viii

S.Th.i, Ahmad Zarkazy, S. Th.i, Amir mukmin S.Th.i,) yang telah

memberikan masukan-masukan tentang skripsi ini. “gak ada lo gak rame”.

dan seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan

penelitian ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu dalam ungkapan yang

singkat ini.

7. Teman-teman penulis di manapun berada, khususnya sahabat-sahabatku

(Dika, Fathoni, Zamroni dan Handri) yang senantiasa memberikan banyolan-

banyolan yang menghibur penulis di saat penulis sedang “bad mood”.. Untuk

teman-teman Masyhar : Den Mas Kandir Aki Zarkasih, Idham, Robi,

Zulfikar, Endin, Jamil, Jreng, Amir, Andi dan semua rekan-rekan

seperjuangan yang selalu memberi Support dalam menyelesaikan penulisan

skripsi ini.

8. Terakhir, untuk teman-teman TH angkatan 2007-2008 semuanya, tidak ada

suatu yang dapat penulis sampaikan, kecuali ucapan terima kasih yang tidak

terhingga, serta doa; semoga amal kebaikan kita semua diterima dan dibalas

oleh Allah Swt. Jazâkumullâh ahsan al-jazâ, Âmîn…..!

Akhirnya hanya kepada Allah jualah, penulis mengharap ridha dan rasa

syukur penulis yang tak terhingga. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat,

khususnya bagi penulis. Amin

Jakarta, 21 Juni 2011

Ttd,

Ismail Amir

Penulis

Page 9: LAKNAT DALAM PANDANGAN AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4958/1/ISMAIL... · Huruf Arab Huruf Latin Keterangan ... tunggal atau monoftong dan vokal rangkap

ix

PEDOMAN TRANSLITERASI1

Konsonan

Huruf Arab Huruf Latin Keterangan

tidak dilambangkan

B Be

T Te

Ts te dan es

J Je

H h dengan garis bawah

Kh ka dan ha

D da

Dz De dan zet

R Er

Z Zet

S Es

Sy es dan ye

S es dengan garis bawah

D de dengan garis bawah

T te dengan garis bawah

Z zet dengan garis bawah

„ koma terbalik keatas, menghadap ke kanan

Gh ge dan ha

1 Pedoman ini disesuaikan dengan pedoman akademik fakultas Ushuluddin dan Filsafat

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2006/2007, hal. 101 - 105

Page 10: LAKNAT DALAM PANDANGAN AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4958/1/ISMAIL... · Huruf Arab Huruf Latin Keterangan ... tunggal atau monoftong dan vokal rangkap

x

F Ef

Q Ki

K Ka

L El

M Em

N En

W We

H Ha

„ Apostrof

Y Ye

Vokal

Vokal dalam bahasa Arab, seperti bahasa Indonesia, terdiri dari vokal

tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong. Untuk vokal tunggal alih

aksaranya adalah sebai beeriku:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

______ a fathah

______ i kasrah

______ u dammah

Adapun untuk vokal rangkap, ketentuan alih aksaranya sebagai berikut:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

ai a dan i ____ي

و__ __ au a dan u

Page 11: LAKNAT DALAM PANDANGAN AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4958/1/ISMAIL... · Huruf Arab Huruf Latin Keterangan ... tunggal atau monoftong dan vokal rangkap

xi

Vokal Panjang (Madd)

Ketentuan alih aksara vokal panjang (Madd), yang dalam bahasa Arab

dilambangkan dengan harakat dan huruf, adalah sebagai berikut:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

â a dengan topi di atas ــا

î i dengan topi di atas ــي

û u dengan topi di atas ـــو

Kata Sandang

Kata sandang, yang dalam sistem aksara Arab dilambangkan dengan

huruf, yaitu alif dan lam, dialih aksarakan menjadi huruf /l/ , baik diikuti oleh

huruf syamsyiah maupun qamariyah. Contoh: al-rijâl bukan ar-rijâl, al-dîwân

bukan ad-dîwân.

Syaddah (Tashdid)

Syaddah atau tasydid yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan

dengan sebuah tanda, dalam alih aksara ini dilambangkan dengan huruf, yaitu

dengan menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah itu. Akan tetapi, hal ini

tidak berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak setelah kaata

sandang yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyyah. Misalnya yang secaraa lisan

berbunyi ad-daruurah, tidak ditulis “ad-darûrah”, melainkan “al-darûrah”,

demikian seterusnya.

Ta Marbûtah

Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûtah terdapat pada kata

yang berdiri sendiri, maka huruf tersebut dialihaksarakan manjadi huruf /h/ (lihat

contoh 1 di bawah). Hal yang sama juga berlaku jika ta marbûtah tersebut diikuti

oleh kata sifat (na’t) (lihat contoh 2). Akan tetapi, jika huruf ta marbûtah tersebut

diikuti oleh kata benda (isim), maka huruf tersebutdialihaksarakan menjadi huruf

/t/ (lihat contoh 3).

Page 12: LAKNAT DALAM PANDANGAN AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4958/1/ISMAIL... · Huruf Arab Huruf Latin Keterangan ... tunggal atau monoftong dan vokal rangkap

xii

Contoh:

no Kata Arab Alih aksara

1 tarîqah

2 al-jâmî ah al-islâmiyyah

3 wahdat al-wujûd

Huruf Kapital

Meskipun dalam tulisan Arab huruf capital tidak dikenal, dalam alih

aksara ini huruf capital tersebut juga digunakan, dengan memiliki ketentuan yang

berlaku dalam Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) bahasa Indonesia, antara lain

yang menuliskan kalimat, huruf awal nama tempat nama bulan, nama diri, dan

lain-lain. Penting diperhatikan, jika nama didahului oleh kata sandang, maka yang

ditulis dengan huruf capital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal

atau kata sandangnya. Contoh: Abû Hâmid al-Ghazâli bukan Abû Hamid Al-

Ghazâli, al-Kindi bukan Al-Kindi.

Page 13: LAKNAT DALAM PANDANGAN AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4958/1/ISMAIL... · Huruf Arab Huruf Latin Keterangan ... tunggal atau monoftong dan vokal rangkap

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i

PERNYATAAN ................................................................................................. ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................... iii

PERSETUJUAN TIM PENGUJI .................................................................... iv

ABSTRAK ......................................................................................................... v

KATA PENGANTAR ....................................................................................... vi

PEDOMAN TRANSLITERASI ...................................................................... ix

DAFTAR ISI ...................................................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah.................................... 5

C. Tujuan Penelitian .................................................................. 5

D. Tinjauan Pustaka ................................................................... 6

E. Metode Penelitian.................................................................. 6

F. Sistematika Penulisan ........................................................... 8

BAB II SEKILAS TENTANG MUSTAFÂ AL-MARÂGHÎ ..............

A. Biografi dan Pendidikan Ahmad Mustafâ al-Marâghî .......... 9

B. Sejarah Penulisan Tafsîr al-Marâghî .................................... 12

C. Karya Tulis Ahmad Mustafa al-Marâghî .............................. 13

D. Metode dan Corak Penafsiran Ahmad Mustafa al-Marâghî . 14

Page 14: LAKNAT DALAM PANDANGAN AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4958/1/ISMAIL... · Huruf Arab Huruf Latin Keterangan ... tunggal atau monoftong dan vokal rangkap

xiv

BAB III PENGERTIAN LAKNAT ........................................................

A. Pengertian Laknat (Perbedaan Laknat, ‘Adzâb, Dan

Musibah) ............................................................................... 21

B. Sebab Diturunkannyaa Laknat .............................................. 25

C. Kepada Siapa Laknat Diturunkan ......................................... 26

D. Menjauhkan diri dari laknat Allah ........................................ 33

BAB IV PENAFSIRAN AHMAD MUSTAFA AL-MARÂGHÎ

TERHADAP AYAT-AYAT LAKNAT ...................................

A. Indentifikasi Ayat Tentang Laknat ....................................... 35

B. Penafsiran Ayat-Ayat Laknat Dalam Tafsîr Al-Marâghî ...... 39

C. Analisa Terhadap Penafsiran Mustafa al-Marâghî tentang

Laknat .................................................................................... 62

BAB V PENUTUP ..................................................................................

A. Kesimpulan ........................................................................... 66

B. Saran ...................................................................................... 67

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................

Page 15: LAKNAT DALAM PANDANGAN AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4958/1/ISMAIL... · Huruf Arab Huruf Latin Keterangan ... tunggal atau monoftong dan vokal rangkap

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Setiap nikmat yang diterima dari Allah SWT akan menambah

kebahagiaan dan kesenangan dalam hidup setiap manusia, Sehingga mereka dapat

mensyukurinya. Sebab, ketika Allah menggambarkan nikmat yang dilimpahkan

kepada hamba-Nya, Allah selalu menyebutnya sebagai kesenangan (QS. Ali

Imran; 14), berkah (QS. al-A'raf; 96), dan karunia (QS. at-Taubah; 76). Namun,

ada satu kondisi di mana nikmat bisa berubah menjadi laknat dan karunia yang

diberikan merupakan murka Allah SWT. Inilah yang disebut dengan istidrâj.

Istidrâj adalah pemberian Allah kepada orang yang sering melakukan maksiat

kepada-Nya. Semakin mereka melupakan Allah, Allah tetap akan menambahkan

kesenangan bagi mereka. Akibatnya, mereka semakin terjerumus dan Allah akan

menjatuhkan siksa yang sangat pedih.

Rasulullah SAW mengingatkan,

اذا رأيت اهلل تعالى يعطى العبد من الدنيا ما يحب وهو مقيم على معاصيه فانما

ذلك منه استدراج

"Jika kamu melihat Allah memberikan kemewahan dunia kepada

seseorang yang suka melanggar perintah-Nya, maka itu adalah istidraaj." (HR

Ahmad).1

Ada beberapa golongan yang berpotensial ditimpa istidrâj diantaranya

adalah orang-orang yang diberi nikmat kekuasaan, lalu ia menjadi sombong dan

1 Lihat Jalaluddin as-Suyuti, Jami’ Shaghir, (Kudus: Menara Kudus, ttp.), Jilid. I., h. 26.

Page 16: LAKNAT DALAM PANDANGAN AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4958/1/ISMAIL... · Huruf Arab Huruf Latin Keterangan ... tunggal atau monoftong dan vokal rangkap

2

sewenang-wenang terhadap rakyatnya. Maka, Allah memperpanjang masa

kekuasaannya sehingga ia semakin terjerumus dalam kesombongan dan

kesewenang-wenangan tersebut. Seperti sosok Firaun yang ketika Allah

memberinya kekuasaan, Firaun sering bertindak semena-mena. Lalu, Allah

tambahkan kekuasaannya, dan Firaun semakin takabur hingga mengaku dirinya

sebagai tuhan.2 Dan Allah akhirnya menjatuhkan ‘adzâb yang sangat pedih

dengan menenggelamkan Firaun di Laut Merah. Na'udzubillâh.

Sejak tahun 2010, nyaris berbagai ujian dan cobaan melanda negeri

Indonesia. Mulai dari meletusnya gunung merapi di Jogja, tsunami di Mentawai

pada tanggal 25 oktober dan banjir di mana-mana dan musibah lainnya. Semuanya

adalah musibah yang harus disikapi dengan sabar, tabah, dan lapang

dada. Apabila terjadi musibah, itu peringatan dari Allah untuk kita kembali

kepada Allah.

Dalam al-Quran ada beberapa terminologi seperti musibah, ‘adzâb, dan

laknat. Katagori ‘adzâb sebagian besar ditimpakan kepada orang kafir. Seperti

banjir Nabi Nuh, yang selamat hanya orang beriman yang mengikuti ajaran Nabi

Nuh. Kaum Nabi Luth hancur tapi orang yang shaleh selamat. Nabi Shaleh yang

ditimpa wabah penyakit yang mengerikan aneh sekali yang beriman walaupun

rumahnya bersebelahan tidak terkena penyakit sedangkan yang kafir dimusnahkan

oleh penyakit yang mengerikan.

Pasukan Abrahah hancur lebur karena di’adzâb Allah dengan batu yang

dilontarkan oleh burung Ababil tetapi di tempat di sekitarnya tidak apa-apa.

Adalagi wabah semua yang memakan daging unta Nabi Shaleh dan Nabi Syuaib

2 Al-Qur‟an dan Terjemahnya, Surah An-Nazi‟at: 24 (DEPAG RI., 1997)

Page 17: LAKNAT DALAM PANDANGAN AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4958/1/ISMAIL... · Huruf Arab Huruf Latin Keterangan ... tunggal atau monoftong dan vokal rangkap

3

semuanya kena virus, tapi yang tidak makan tidak kena virus. Jadi, memang

‘adzâb itu ditujukan kepada orang-orang yang memang durhaka. Kalau musibah,

itu lebih bersifat ujian untuk menguji ketebalan iman kita. Tapi, itu tingkatnya

lebih massif (tidak memilih agama, warna kulit, jenis kelamin apapun).3

Dari beberapa terminologi yang terdapat dalam al-Quran tersebut,

sengaja penulis membahas laknat karena masih banyak masyarakat yang belum

mengerti tentang laknat itu sendiri.

Secara bahasa arab la’ana bermakna “terhina karena dikutuk, kalimat ini

digunakan ketika pada zaman pemerintahan jâhiliyyah, seperti ucapan Raja; kamu

terhina karena dikutuk, yang bermakna kamu terkutuk karena terhina oleh raja.

Sedangkan kata al-la’nu yaitu jauh dan tersingkir dari kebaikan.”, atau “tersingkir

dan jauh dari Allah“. Sedangkan laknat dari manusia yaitu mendoakan.4

Kata laknat berasal dari kata al-la’n artinya “mengusir dan menjauhkan

sesuatu atau seorang akibat perbuatan yang menimbulkan kemarahan”. Orang

yang mendapat laknat Allah berarti ia di jauhkan dari rahmat-Nya disertai dengan

murka Allah di dunia dan hukuman neraka di akhirat kelak.5

Dalam al-Quran kata laknat diulang dalam berbagai bentuk sebanyak 40

kali yang tersebar di beberapa surat dalam berbagai kasus yang melangggar

perintah Allah dan Rasulnya.6 Kata laknat sendiri dalam bahasan al-Quran secara

garis besar hampir sama dengan musibah, ‘adzâb, nikmat atau bala‟. Para mufasir

pun berbeda-beda dalam menafsirkannya. Namun jika dikaitkan dengan fenomena

3http://www.republika.co.id/berita/ensiklopedia-islam/hikmah/10/07/10/124132-waspadai

laknat-tersamar-di-balik-nikmat 4 Ibnu Manzȗr, Lisân al-Arab, (Beirut: Dar Sâdir, tt), Juz 4, h. 504.

5 Departemen Agama RI, al-Quran dan Tafsirnya (edisi yang disempurnakan),(Jakarta:

Depeartemen Agama RI, 2004), h. 218 6 Mengenai jumlah dapat di buka Fathurrahman, (Surabaya: Maktabah Dahlan, ttp), h.

398-399.

Page 18: LAKNAT DALAM PANDANGAN AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4958/1/ISMAIL... · Huruf Arab Huruf Latin Keterangan ... tunggal atau monoftong dan vokal rangkap

4

alam atau kejadian-kejadian yang menimpa manusia secara umum, kepastian

tentang laknat atau nikmat masih belum dapat dipastikan. Yakni, suatu musibah,

atau kenikmatan yang dirasakan oleh seseorang atau suatu kaum apakah dapat

dikategorikan sebagai laknat atau bukan. Di sisi lain, apakah laknat dapat terjadi

di dunia ini atau hanya di akhirat. Lalu siapakah orang-orang yang tergolong

dalam laknat Tuhan dan kenapa laknat itu menimpa mereka. Pertanyaan-

pertanyaan inilah yang mendasari kami untuk membahas laknat dalam perspektif

tafsîr al-marâghî.

Pemilihan tafsîr al-marâghî karena dalam penguraian suatu ayat Ahmad

Mustafâ al-marâghî biasanya mula-mula menafsirkan secara lafdzi atau

memaknai kalimat-kalimat yang sulit dan asing yang kemudian dijelaskan secara

ijmali (global). Sebagai contoh, ketika ia menafsirkan ayat mengenai tuduhan zina

(suami pada istrinya).7

Dalam muqaddimah tafsîr-nya al-marâghî menuturkan, bahwa ia merasa

ikut bertanggung jawab untuk mencari solusi dalam berbagai masalah yang

mewabah di masyarakat berdasarkan al-Quran. Di tangan al-marâghî, al-Quran di

tafsîr-kan dengan gaya modern sesuai tuntunan masyarakat. Pada beberapa

bagian, penjelasannya cukup global. Tetapi di bagian lain, uraiannya cukup

mendetail. Tergantung kondisi. Setidaknya ada dua sumber utama yang ia jadikan

pijakan untuk menafsirkan ayat al-Quran, yaitu riwayat dan penalaran logis. Ia

mencoba menyeimbangkan keduanya.8 Dari metode penafsiran yang digunakan

7 Ahmad Mustafa al-marâghî, Tafsîr al-marâghî, Penerjemah Bachruddin AB. Lc., dan

Drs. Hery Nur Ali, (Semarang: CV. Toha Putra)jil. h. 130. 8 Sebagain ulama mengatakan bahwa tafsîr al-marâghî menjadi pelengkap atau

penyempurna tafsîr al-Manâr (Rasyîd Ridhâ). Saiful Amin Ghafur, Profil Para Mufasir al-Quran,

(Yogyakarta: Pustaka Insan Madani), Cet. I, h. 153-154.

Page 19: LAKNAT DALAM PANDANGAN AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4958/1/ISMAIL... · Huruf Arab Huruf Latin Keterangan ... tunggal atau monoftong dan vokal rangkap

5

inilah yang mendorong kami memilih tafsîr ini untuk membahas kata laknat

dalam al-Quran.

B. Batasan dan Rumusan Masalah

1. Batasan Masalah

Untuk memperjelas dan menghindari pembahasan yang tidak mengarah

pada maksud dan tujuan penulisan skripsi ini, maka penulis akan mambatasi

permasalah dengan menitik beratkan kepada penafsiran Ahmad Mustafâ al-

Marâghîterhadap ayat-ayat yang membahas masalah laknat.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka penulis merumuskan

permasalahannya pada: Bagaimana penafsiran al-Marâghî tentang ayat-

ayat laknat yang ada dalam al-Qur’an?

C. Tujuan Penelitian.

Setiap perbuatan yang dilakukan seseorang pasti ada maksud dan

tujuannya. Demikian pula dengan penulisan skripsi ini yang mempunyai tujuan-

tujuan tertentu, antara lain:

1. Untuk mendapatkan suatu ilmu yang belum didapatkan oleh penulis,

pelajaran yang belum penulis ketahui, semoga dengan ini penulis lebih

dapat memahaminya.

2. Sebagai kontribusi ilmiah dalam memperkaya khazanah kepustakaan

islam, khususnya dalam bidang tafsîr.

Page 20: LAKNAT DALAM PANDANGAN AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4958/1/ISMAIL... · Huruf Arab Huruf Latin Keterangan ... tunggal atau monoftong dan vokal rangkap

6

3. Sebagai tugas akhir, guna memperoleh gelar Sarjana (S1) dalam

bidang tafsîr hadis di Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negri

Syarif Hidayatullah Jakarta.

D. Tinjauan Pustaka

Untuk menghindari terjadinya kesamaan pembahasan pada skripsi ini

dengan skripsi yang lain, penulis menelusuri kajian-kajian yang pernah dilakukan

atau memiliki kesamaan. Selanjutnya hasil penelusuran ini akan menjadi acuan

penulis untuk tidak mengangkat metodologi yang sama, sehingga diharapkan

kajian ini tidak terkesan plagiat dari kajian yang telah ada.

Berdasarkan hasil penelusuran penulis, penulis menemukan ada satu karya

yang membahas permasalahan ini, yaitu Skripsi oleh Mahfuz yang berjudul

”Takhrij Hadis Tentang Laknat Allah Bagi Pelaku Suap-Menyuap” , tahun 2007,

no 2085. Skripsi ini membahas pada kajian Hadis-hadis yang berkenaan dengan

Laknat Allah bagi pelaku suap-menyuap.

Dari tinjauan di atas, dapat penulis katakan bahwa pembahasan skripsi ini

berbeda dengan karya di atas, karna penulis membahas laknat berdasarkan pada

pokok penafsiran bukan pada Hadis.

D. Metode Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini ada tiga aspek metode penelitian yaitu:

a. Metode Pengumpulan Data

Kajian skripsi ini dilakukan melalui penelitian kepustakaan (Library

Research). Data-data yang dicari dari sumber-sumber lepustakaan seperti buku-

Page 21: LAKNAT DALAM PANDANGAN AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4958/1/ISMAIL... · Huruf Arab Huruf Latin Keterangan ... tunggal atau monoftong dan vokal rangkap

7

buku, kitab-kitab tafsîr, hadits dan lain-lain, baik sumber primer maupun

sekunder. Untuk sumber primer itu sendiri penulis merujuk pada kitab tafsîr al-

Marâghîkarangan Ahmad Mustafâ al-Marâghî Dâr al-Kutȗb al-„Ilmiyyah.

b. Metode Pembahasan

Dalam metode ini penulis menggunakan metode tematik “(maudhu’i)”,

yakni dengan cara membahas bentuk-bentuk pengungkapannya dalam al-Qur‟an

yang berkaitan dengan laknat.

Menurut Al-Farmawi metode maudhu’i (tematik) adalah menghimpun atau

mengumpulkan ayat-ayat al-Qur‟an yang mempunyai tujuan satu dari surat al-

Qur‟an yang sama membahas topik atau judul tertentu dan menertibkannya

sedapat mungkin dengan masa turunnya, selaras dengan masa turunnya, kemudian

memperhatikan ayat-ayat tersebut dengan penjelasan-penjelasan dan

berhubungannya dengan ayat lain kemudian mengistimbatkan hukum-hukum.9

Kemudian menghubungkan beraneka ragam masalah yang terdapat dalam

ayat tersebut ke dalam suatu tema. Serta mengungkapkan kesimpulan dari seluruh

bahasan sebelumnya dan sekaligus menjawab pokok permasalahan yang

dikemukakan di atas.

c. Metode Penulisan

Secara teknis penulisan skripsi ini beradasarkan pada buku “pedoman

penulisan skripsi, tesisi, dan disertasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2010.”

9Abdul Hayy Al-Farmawi, Metode Tafsîr Maudhu’i: Sebuah Pengantar Terj. Surya A.

Samran,(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996), h.36, Lihat M.Quraish Shihab, Membumikan

Al-Qur’an,( Jakarta: Mizan, 1992), Cet. Ke-1, hal. 115.

Page 22: LAKNAT DALAM PANDANGAN AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4958/1/ISMAIL... · Huruf Arab Huruf Latin Keterangan ... tunggal atau monoftong dan vokal rangkap

8

E. Sistematika Penulisan

Skripsi ini terbagi menjadi lima bab, setiap bab terdiri dari beberapa sub-

sub bab yang dimaksudkan untuk mempermudah dalam penyusunan serta

mempelajarinya, dengan sistematika sebagai berikut :

Bab Pertama merupakan pendahuluan yang meliputi : latar belakang

masalah, batasan dan rumusan masalah, kajian pustaka dan tujuan penelitian,

metode penelitian dan diakhiri dengan sistematika penulisan. Bab ini berusaha

memberikan gambaran singkat tentang masalah yang akan dibahas pada bab-bab

selanjutnya.

Bab kedua membahas tentang penulis tafsîr al-marâghî yang meliputi :

Biografi dan Pendidikan Ahmad Mustafâ al-Marâghî, sejarah penulisan tafsîr al-

Maragi, karya-karya Ahmad Mustafâ al-Marâghî, metode dan corak penafsiran

Ahmad Mustafâ al-Marâghî.

Bab ketiga membahas tentang laknat menurut al-Quran yang meliputi :

pengertian laknat, sebab diturunkannya laknat, kepada siapa laknat di turunkan

dan menjauhkan diri dari laknat Allah.

Bab empat merupakan inti pembahasan mengenai laknat dalam tafsîr al-

Marâghî yang meliputi : indentifikasi ayat tentang laknat, penafsiran ayat-ayat

laknat dalam tafsîr al-marâghî, Kemudian dilanjutkan dengan analisa penafsiran.

Bab lima merupakan bab penutup yang terdiri dari kesimpulan yang

didasarkan pada keseluruhan uraian dan pembahasan yang telah dijelaskan pada

bab-bab sebelumnya, juga memuat saran-saran yang diperlukan.

Page 23: LAKNAT DALAM PANDANGAN AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4958/1/ISMAIL... · Huruf Arab Huruf Latin Keterangan ... tunggal atau monoftong dan vokal rangkap

9

BAB II

SEKILAS TENTANG MUSTAFÂ AL-MARÂGHÎ

A. Biografi dan Pendidikan Ahmad Mustafâ al-Marâghî

Nama lengkap Ahmad Mustafa al-Marâghî adalah Ahmad Mustafâ ibn

Mustafâ ibn Muhammad ‘Abd al-Mun’im al-Qadi al-Marâghî. Ia lahir pada tahun

1300H/1883M di kota al-Marâghah, propinsi Suhaj, kira-kira 700km. Arah selatan

kota Kairo.1 Menurut ‘Abd al-‘Azîz al-Marâghî, yang dikutip oleh Abdul Djalal,

kota al-Marâghah adalah ibu kota al-Marâghah yang terletak di tepi barat Sungai

Nil, yang berpenduduk sekitar 10.000 jiwa, dengan penghasilan utama gandum,

kapas dan padi.2

Ahmad Mustafâ al-Marâghî berasal dari kalangan ulama yang taat dan

menguasai berbagai bidang ilmu agama. Hal ini terbukti dengan adanya lima dari

delapan putra laki-laki syekh Mustafâ al-Marâghî (Ayah dari Ahmad Mustafâ al-

Marâghî) adalah ulama besar yang cukup terkenal, yaitu:

1. Syekh Muhammad Mustafâ al-Marâghî yang pernah menjadi Syekh al-

Azhâr selama dua periode, yaitu tahun 1928-1930 dan 1935-1945.

2. Syekh Ahmad Mustafâ al-Marâghî, yaitu pengarang Kitab Tafsîr al-

Marâghî.

3. Syekh Abd al-Azîz al-Marâghî, Dekan Fakultas Ushuluddin Universitas

al-Azhâr dan Imam Raja Farȗq.

1 Adil Nuwayhid, Mu’jam al-Mufassîrîn Sadr al-Islâm hatta al-‘Asr al-Hadir, (Beirut:

Muassasah al-Nuwayhid al-Saqafiyyah, 1409H/1988M), Cet. Ke-2, jilid. 1, h. 80. 2 Abdul Djalal, Tafsir al-Maraghi dan Tafsîr al-Nur Sebuah Studi Perbandingan,

(Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga, 1985), h. 110.

Page 24: LAKNAT DALAM PANDANGAN AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4958/1/ISMAIL... · Huruf Arab Huruf Latin Keterangan ... tunggal atau monoftong dan vokal rangkap

10

4. Syekh ‘Abdullah Mustafâ al-Marâghî, inspektur Umum pada Universitas

al-Azhar.

5. Syekh ‘Abd al-Wafa Mustafâ al-Marâghî, sekretaris Badan Penelitian dan

Pengembangan Universitas al-Azhar.3

Di samping itu juga ada empat orang putra Ahmad Mustafâ al-Marâghî

yang menjadi hakim, yaitu;

1. M. Azîz Ahmad al-Marâghî, Hakim di Kairo.

2. A. Hamid al-Marâghî, Hakim dan Penasehat Kehakiman di Kairo.

3. Ashim Ahmad al-Marâghî, Hakim di Kuwait dan Pengadilan Tinggi Kairo.

4. Ahmad Midhat al-Marâghî, Hakim di Pengadilan Tinggi Kairo dan Wakil

Menteri Kehakiman Kairo. 4

Sebutan al-Marâghî dari Syekh Ahmad Mustafâ al-Marâghî dan lain-

lainnya ini dihubungkan dengan nama atau kota tempat tinggal keluarga ayah al-

Marâghî yaitu kota al-Marâghah.5

Pada saat Ahmad Mustafâ al-Marâghî menginjak usia sekolah, ia

dimasukkan oleh orang tuanya ke madrasah di desanya untuk belajar al-Qur’an.

Karena otaknya yang cerdas, pada usia lima belas tahun ia telah hafal al-Qur’an.

Selain itu, ia juga mempelajari ilmu tajwid dan dasar-dasar ilmu syari’ah di

madrasah sampai dia menamatkan pendidikan tingkat menengah.

Pada tahun 1314 H/1897 M al-Marâghî berangkat ke Kairo untuk kuliah

di Universitas al-Azhâr. Di sini ia mempelajari berbagai cabang ilmu pengetahuan

agama seperti bahasa arab, balâghah, tafsîr, ilmu al-Qur’an, hadîs, ilmu hadis,

3 Abdul Djalal, Tafsir al-Maraghi dan Tafsir al-Nur Sebuah Studi Perbandingan, h. 110.

4 Abdul Djalal, Tafsir al-Maraghi dan Tafsir al-Nur Sebuah Studi Perbandingan, h. 110.

5 Hasan Zaini, Tafsir Tematik ayat-ayat kalam Tafsir al-Maraghi, (Jakarta : Pedoman

Ilmu jaya, 1997), cet. 1, h. 16

Page 25: LAKNAT DALAM PANDANGAN AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4958/1/ISMAIL... · Huruf Arab Huruf Latin Keterangan ... tunggal atau monoftong dan vokal rangkap

11

fiqih, usul fiqhi, akhlak, ilmu falaq dan sebagainya. Di samping kuliah di al-

Azhâr, ia juga kuliah di Fakultas Dâr al-‘Ulum, Kairo. Akhirnya pada tahun 1909

ia lulus dari kedua perguruan tinggi tersebut. Di antara dosen-dosen yang

mengajar al-Marâghi di Azhâr dan Dâr al-‘Ulum di antaranya ada;ah Syekh

Muhammad ‘Abduh, Syekh Muhammad Hasan al-Adrawî, Syekh Muhammad

Bahis al-Mut’i dan Syekh Muhammad Rifai al-Fayumî.

Setelah Ahmad Mustafâ al-Marâghî lulus dari al-Azhâr dan Dâr al-

‘Ulum, ia memulai karirnya dengan menjadi guru di beberapa sekolah menengah.

Kemudia ia diangkat menjadi direktur Madrasah Muallimin di Fayun, sebuah kota

setingkat kota madya, kira-kira 300 km sebelah barat daya kota Kairo. Pada 1916

M ia diangkat menjadi dosen utusan Universitas al-Azhâr untuk mengajar ilmu-

ilmu syari’ah islam pada Fakultas Ghirdun di Sudan. Di Sudan, selain sibuk

mengajar, Syekh Ahmad Mustafâ al-Marâghî juga giat mengarang buku-buku

ilmiah. Salah satu buku yang selesai dikarangnya di sana adalah al-Balâghah.6

Pada tahun 1920 M, ia kembali ke Kairo dan diangkat menjadi dosen

bahasa Arab dan ilmu-ilmu syari’ah di Dâr al-‘Ulum sampai tahun 1940. Di

samping itu, ia juga diangkat menjadi dosen ilmu balâghah dan sejarah

kebudayaan Islam di Fakultas Adab Universitas al-Azhâr. Selama mengajar di al-

Azhâr dan Dâr al-‘Ulum, al-Marâghî tinggal di daerah Hilwan, sebuah kota satelit

Kairo kira-kira 24 km sebelah selatan kota Kairo. Ia menetap di sana sampai akhir

hayatnya, sehingga di kota ini terdapat sebuah jalan yang dinamai jalan al-

Marâghî.

6 Hasan Zaini, Tafsir Tematik ayat-ayat kalam Tafsir al-Maraghi, , cet. 1, h. 16

Page 26: LAKNAT DALAM PANDANGAN AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4958/1/ISMAIL... · Huruf Arab Huruf Latin Keterangan ... tunggal atau monoftong dan vokal rangkap

12

Ahmad Mustafâ al-Marâghî juga mengajar pada perguruan Ma’had

Tarbiyah Mu’alimât beberapa tahun lamanya, sampai ia mendapat piagam tanda

penghargaan dari Raja Mesir, Faruq pada tahun 1361 H. atas jasa-jasanya

tersebut. Piagam tersebut tertanggal 11-1-1316 H. Pada tahun 1370H/1951 M,

yaitu setahun sebelum beliau meninggal dunia, beliau juga masih mengajar dan

bahkan dipercayakan menjadi direktur Madrasah Utsman Mahir Basya di Kairo

sampai menjelang akhir hayatnya.7 Beliau meninggal pada tahun 9 juli 1952

M/1371 H. di tempat kediamannya di jalan Zulfikar Basya nomor 37 Hilwan dan

dikuburkan di pemakaman keluarganya di Hilwan, kira-kira 25 km sebelah selatan

kota Kairo.8

B. Sejarah Penulisan Tafsîr al-Marâghî

Tafsîr al-Marâghî ditulis selama kurang lebih 1 tahun, sejak tahun 1940-

1950 M. Menurut sebuah sumber, ketika al-Marâghî menulis tafsirnya, ia hanya

beristirahat selama empat jam sehari. Dalam 20 jam yang tersisa, ia

menggunakannya untuk mengajar dan menulis.

Ketika malam telah bergeser pada paruh terakhir kira-kira pukul 3.00, al-

Marâghî memulai aktivitasnya shalat tahajud dan hajat. Dipanjatkannya doa untuk

memohon petunjuk dari Allah. Usai menjalankannya, ia kemudian menulis tafsir,

ayat demi ayat. Pekerjaan itu diistirahatkan ketika berangkat kerja. Pulang kerja,

ia tidak langsung melepas lelah sebagaimana orang lain. Aktivitas tulis

menulisnya yang sempat terhenti, dilanjutkan. Kadang-kadang, sampai jauh

malam.

7 Abdul Djalal, Tafsir al-Maraghi dan Tafsir al-Nur Sebuah Studi Perbandingan, h. 115.

8 Adil Nuwayhid, Mu’jam al-Mufassîrîn Sadr al-Islâm hatta al-Asr al-Hadîr, (Beirut:

Muassasah al-Nuwayhid al-Saqafiyah, 1409H/1988M), Cet. Ke-2, jilid. 1, h. 80.

Page 27: LAKNAT DALAM PANDANGAN AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4958/1/ISMAIL... · Huruf Arab Huruf Latin Keterangan ... tunggal atau monoftong dan vokal rangkap

13

Dalam muqaddimah tafsîrnya, al-Marâghî menuturkan alasan menulis

kitab tafsîr. Ia merasa ikut bertanggung jawab untuk mencari solusi terhadap

berbagai masalah yang mewabah di masyarakat berdasarkan al-Qur’an. Di tangan

al-Marâghî, al-Qur’an ditafsirkan dengan gaya modern sesuai dengan tuntutan

masyarakat. Pilihan bahasa yang disuguhkan kepada pembaca pun ringan dan

mengalir lancar. Pada beberapa bagian, penjelasannya cukup global. Tetapi

dibagian lain, uraiannya begitu mendetail. Tergantung kondisi. Ada dua sumber

utama yang menjadi pijakannya dalam menulis kitab tafsir al-Qur’an: riwayat dan

penalaran logis. Ia berusaha meyeimbangkan keduannya.9

C. Karya Tulis Ahmad Mustafâ al-Marâghî

Sebagaimana yang telah dijelaskan di atas, Ahmad Mustafâ al-Marâghî,

selain aktif mengajar, juga giat menulis dan mengarang. Karya tulisnya yang

terbesar adalah Tafsîr al-Marâghî yang terdiri atas 30 juz. Di samping itu banyak

karya-karya yang dihasilkan diantaranya:

1. Ulȗm al-Balâghah.

2. Hidâyah al-Thâlib.

3. Tahbîz al-Tandîh.

4. Buhuts wa Ara.

5. Târikh ‘Ulum al-Balâghah wa Ta’rif bi Rijaliha.

6. Mursyîd at-Tullab.

7. al-Muzasif al-Adab al-Arabî.

8. al-Muzasif ‘Ulum wa al-Usȗl.

9 Saiful Amin Ghofur, Profil Para Mufasir Al-Qur’an,(Yogyakarta : Pustaka Insan

Madani, 2008), h. 153

Page 28: LAKNAT DALAM PANDANGAN AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4958/1/ISMAIL... · Huruf Arab Huruf Latin Keterangan ... tunggal atau monoftong dan vokal rangkap

14

9. ad-Diyânat wa al-Akhlâk.

10. al-Hisab fi al-Islâm.

11. ar-Rifq bi-Hayawan fi al-Islâm.

12. Syarh Tsalatsin Hadisan.

13. Tafsîr Juz Innamâ al-Sabîl.

14. Risâlah fi Zaujat an-Nabi.

15. Risâlat ishat Ru’yah al-Hilâl fi Ramadân.

16. al-Khutbah wa al-Khutâba fi Daulat al-Umawiyah wa al-‘Abbasiyah.

17. al-Mutâla’ah al-‘Arâbiyyah li al-Madârîs as-Sudaniyyah.10

D. Metode dan Corak Penafsiran Ahmad Mustafâ al-Marâghî.

Pada bagian ini akan dijelaskan latar belakang penulisan Tafsîr al-

Marâghî, sebagaimana yang terdapat dan diungkapkan al-Marâghî pada

Muqaddimah tafsîrnya. Ia mengatakan bahwa di masa sekarang orang sering

menyaksikan banyak kalangan yang cenderung memperluas cakrawala

pengetahuan di bidang agama, terutama sekali dibidang tafsîr al-Qur’an dan

Sunnah Rasul. Kitab-kitab tafsîr tersebut banyak memberikan manfaat karena

menyingkap berbagai persoalan agama dan bermacam-macam kesulitan yang

tidak mudah dipahami, namun kebanyakan telah banyak dibumbui dengan istilah-

istilah ilmu lain, seperti ilmu balâghah, nahwu, sharaf, fiqhi, tauhid, dan ilmu-

ilmu lainnya, yang justru merupakan hambatan bagi pemahaman al-Qur’an secara

benar bagi para pembaca.11

Di samping itu kitab-kitab tafsîr juga sering diberi

10

Kafrawi Ridwan, et.al (ed), Ensiklopedi Islam, (Jakarta: PT. Ictiar Baru Van Hoeve

Jakarta. 1994), cet. Ke 3, h. 166 11

Ahmad Mustafâ al-Marâghî, Tafsir al-Maraghi, (Kairo: Dâr al-Kutub al-Ilmiyyah,

1992), jilid 1 h. 3

Page 29: LAKNAT DALAM PANDANGAN AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4958/1/ISMAIL... · Huruf Arab Huruf Latin Keterangan ... tunggal atau monoftong dan vokal rangkap

15

cerita-cerita yang bertentangan dengan akal dan fakta-fakta ilmu pengetahuan

yang bisa dipertanggungjawabkan.12

Bila kita membandingkan dengan kitab-kitab tafsîr yang lain yang

terdapat dikalangan umat islam, baik sebelum ataupun sesudah tafsîr al-Marâghi,

termasuk tafsîr al-Manâr, yang dipandang modern, ternyata tafsîr al-Marâghî

mempunyai metode penulisan tersendiri, yang membuatnya berbeda dengan kitab-

kitab tafsîr yang lain tersebut. Sedangkan bila dilihat dari coraknya, tafsîr al-

Marâghî sama dengan corak tafsîr al-Manâr karya Muhammad ‘Abduh dan

Rasyid Ridhâ, tafsîr al-Qur’an al-Karîm, karya Mahmud Syaltut, dan tafsîr

Wâdhih, karya Muhammad Hijazi.13

Adapun metode penulisan dan sistematika tafsîr al-Marâghî sebagaimana

yang dikemukakannya dalam muqaddimah tafsîrnya adalah sebagai berikut:

1. Mengemukakan Ayat-Ayat di Awal Pembahasan

Al-Marâghî memulai setiap pembahasan dengan mengemukakan

satu, dua atau lebih ayat-ayat al-Qur’an yang mengacu kepada suatu tujuan

yang menyatu.14

2. Menjelaskan Kosa Kata (Syarh Al-Mufradât).

Selanjutnya al-Marâghî menjelaskan pengertian kata-kata secara

bahasa, bila ternyata ada kata-kata yang sulit dipahami oleh para

pembaca.15

12

Ahmad Mustafâ al-Marâghî, Tafsîr al-Marâghî, (Kairo: Dâr al-Kutub al-Ilmiyyah,

1992), jilid 1 h. 3 13

Ahmad Akram, Târîkh ‘ilm al-Tafsîr wa Manâhîj al-Mufassîrîn, terj. Ali Hasan al-

‘Aridl (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 1992), Cet. Ke-2, h. 72. 14

Ahmad Mustafâ al-Marâghî, Tafsîr al-Marâghî, (Kairo: Dâr al-Kutub al-Ilmiyyah,

1992), jilid 1 h. 16 15

Ahmad Mustafâ al-Marâghî, Tafsîr al-Marâghî, (Kairo: Dâr al-Kutub al-Ilmiyyah,

1992), jilid 1 h. 16

Page 30: LAKNAT DALAM PANDANGAN AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4958/1/ISMAIL... · Huruf Arab Huruf Latin Keterangan ... tunggal atau monoftong dan vokal rangkap

16

3. Menjelaskan Pengertian Ayat-ayat Secara Global (al-Maknâ al-Jumâl

li al-Ayat).

Al-Marâghî menyebutkan makna ayat-ayat secara global, sehingga

sebelum memasuki penafsiran yang menjadi topik utama, para pembaca

sudah terlebih dahulu mengetahui makna ayat-ayat tersebut secara umum,

sehingga memudahkan pembaca dalam memahami maksud ayat-ayat

tersebut.16

4. Menjelaskan Sebab-sebab Turun Ayat (Asbâb al-Nuzȗl)

Jika ayat tersebut mempunyai asbâb al-nuzȗl (sebab-sebab turun

ayat) berdasarkan riwayat sahih yang menjadi pegangan para mufassir,

maka Ahmad Mustafâ al-Marâghî menjelaskannya terlebih dahulu.17

5. Meninggalkan Istilah-Istilah Yang Berhubungan Dengan Ilmu

Pengetahuan

Istilah-istilah yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan, sengaja

ditinggalkan oleh al-Marâghî, menurutnya hal ini bisa menghambat para

pembaca dalam memahami isi al-Qur’an. Misalnya ilmu nahwu, saraf, dan

‘ilmu balâghah.18

6. Gaya Bahasa Para Mufassir

Al-Marâghî sangat menyadari bahwa tafsir-tafsir yang terdahulu

disusun dengan gaya bahasa yang sesuai dengan para pembaca ketika itu.

Namun disebabkan oleh pergantian masa lalu diikuti dengan ciri-ciri

16

Ahmad Mustafâ al-Marâghî, Tafsîr al-Marâghî, (Kairo: Dâr al-Kutub al-Ilmiyyah,

1992), jilid 1 h. 16 17

Ahmad Mustafâ al-Marâghî, Tafsîr al-Marâghî, (Kairo: Dâr al-Kutub al-Ilmiyyah,

1992), jilid 1 h. 17 18

Ahmad Mustafâ al-Marâghî, Tafsîr al-Marâghî, (Kairo: Dâr al-Kutub al-Ilmiyyah,

1992), jilid 1 h. 17

Page 31: LAKNAT DALAM PANDANGAN AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4958/1/ISMAIL... · Huruf Arab Huruf Latin Keterangan ... tunggal atau monoftong dan vokal rangkap

17

khusus, baik tingkah laku dan kerangka berfikir masyarakat, maka

merupakan hal yang sewajarnyalah bahkan merupakan kewajiban bagi

mufassir masa sekarang ini untuk memperhatikan keadaan pembaca dan

menjauhi pertimbangan keadaan masa lalu yang tidak relevan lagi.19

Oleh

karena itu, al-Marâghî merasa terpanggil untuk memenuhi sebuah

kewajiban dalam memikirkan lahirnya sebuah kitab tafsîr yang

mempunyai warna tersendiri dengan menggunakan gaya bahasa yang

mudah dicerna oleh alam pikiran sekarang ini, karena setiap orang harus

diajak bicara sesuai dengan kemampuan akal mereka.20

Dalam Penyusunan kitab tafsîr ini, al-Marâghî tetap merujuk

kepada pendapat-pendapat para mufassir terdahulu sebagai penghargaan

atas upaya yang pernah mereka lakukan. al-Marâghî mencoba

menunjukkan kaitan ayat-ayat al-Qur’an dengan pendidikan dan ilmu

pengetahuan lainnya. Karena itulah, al-Marâghî sengaja berkonsultasi

dengan orang-orang ahli dibidangnya masing-masing, seperti dokter,

astronom, sejarawan dan orang-orang ahli lainnya untuk mengetahui

pendapat-pendapat mereka.21

7. Menyeleksi Riwayat-riwayat Dalam Kitab Tafsîr.

Menurut al-Marâghî, salah satu kekurangan mufassir al-Qur’an

terdahulu adalah mereka memuat di dalam kitab-kitab tafsîr mereka cerita-

cerita dari ahli kitab. Padahal, menurut al-Marâghî, belum tentu cerita-

19

Ahmad Mustafâ al-Marâghî, Tafsîr al-Marâghî, (Kairo: Dâr al-Kutub al-Ilmiyyah,

1992), jilid 1 h. 17 20

Ahmad Mustafâ al-Marâghî, Tafsîr al-Marâghî, (Kairo: Dâr al-Kutub al-Ilmiyyah,

1992), jilid 1 h. 17

21

Ahmad Mustafâ al-Marâghî, Tafsîr al-Marâghî, (Kairo: Dâr al-Kutub al-Ilmiyyah,

1992), jilid 1 h. 18

Page 32: LAKNAT DALAM PANDANGAN AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4958/1/ISMAIL... · Huruf Arab Huruf Latin Keterangan ... tunggal atau monoftong dan vokal rangkap

18

cerita mereka itu benar. Oleh karena itu, maka dalam tafsîrnya, al-Marâghî

tidak menyebutkan suatu riwayat dari orang terdahulu jika riwayat itu

tidak sesuai dengan pengetahuan dan dengan ketentuan-ketentuan agama

yang tidak diperselisihkan lagi. Hal ini ia lakukan karena lebih

menyelamatkan bagi kepentingan pengetahuan dan lebih terhormat untuk

lebih menarik lagi bagi kaum pelajar di mana mereka ini hanya mau

tunduk pada dalil-dalil, bukti-bukti dan pengetahuan yang benar.22

8. Jumlah Jilid Tafsîrnya.

Al-Marâghî menjadikan 30 jilid tafsîrnya dan menjadikan setiap

juz dari al-Qur’an satu jilid. Hal ini menurut al-Marâghî agar pembaca

mudah membacanya dan menjadikan teman dalam perjalanan, baik di

kereta api, terminal dan tempat mana saja ia berada. Akan tetapi pada saat

ini, Tafsîr al-Marâghî dicetak menjadi sepuluh jilid. Tafsîr al-Marâghî

pertama kali diterbitkan pada tahun 1365 H.23

Adapun kitab-kitab yang dijadikan referensi oleh al-Marâghî dalam

penulisan tafsîrnya adalah :

1. Tafsîr Abu Ja’far al-Tabary (W 310 H).

2. Tafsîr al-Kasyâf, Abu Qasim al-Zamakhsary (W 538 H).

3. Hasyiah al-Kasyâf, Syafaruddin al-Tiybi (W 713 H).

4. Anwar al-Tanjil, Qadhi Nasiruddin Idhamy (W 692 H).

5. Tafsîr Abi al-Qasim atau Raghib al-Isfahânî (W 500 H).

6. Tafsîr al-Bâsith T.H. Abu Hasan al-Naisabury (W 568 H).

22

Ahmad Mustafâ al-Marâghî, Tafsîr al-Marâghî, (Kairo : Mustafâ al-Bab halabi wa

Auladuhu, 1963), Cet, ke 3, jilid 1, juz 1, h. 19 23

Ahmad Mustafâ al-Marâghî, Tafsîr al-Marâghî, (Kairo : Mustafâ al-Bab halabi wa

Auladuhu, 1963), Cet, ke 3, jilid 1, juz 1, h. 20

Page 33: LAKNAT DALAM PANDANGAN AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4958/1/ISMAIL... · Huruf Arab Huruf Latin Keterangan ... tunggal atau monoftong dan vokal rangkap

19

7. Tafsîr Mafâtîh al-Ghaîb, Fakhruddin al-Razi (W 610 H).

8. Tafsîr Ibnu Katsîr, Isma’il bin Katsîr al-Quraysy (W 774 H).

9. Tafsîr al-Baghâwy, al-Husein bin Mas’ud (W 516 H).

10. Ghârib al-Qur’an, al-Hasan bin Muhammad al-Qurumy.

11. Bahrul Muhît, Atsiruddin Abi al-Hayan al-Andalusy (W 745 H).

12. Nadzmud Durrar, Burhanuddin Ibrahim al-Bigai (W 885).

13. Tafsîr Abu Muslîm al-Isfahanî (W 459 H).

14. Tafsîr Qadhi Abu Bakr al-Bâqilânî.

15. Tafsîr Sirajul Munîr, al-Khâtib Syarbini.

16. Tafsîr Ruh al-Ma’anî, al-Alusî.

17. Tafsîr al-Manâr, Muhammad Rasyid Ridhâ.

18. Tafsîr al-Jawahîr, Tanthowi Jauhary.

19. Sirah Ibnu Hisyâm.

20. Fath al-Bary, Ibnu Hajar, Syarah Hadis Bukhari.

21. Syarah Hadîs Bukharî, al-Aini.

22. Lisân al-‘Arab, Ibnu Mandzȗr al-Ifriqi (W 717 H).

23. Syahrar Kamus, Fairuz al-Abadi (W 816 H).

24. Asas al-Balâghah, Zamalih Syari (W 518 H).

25. Al-Hadîs Mukhtara, Dliya Muqaddasi.

26. Tâbâqât Syafi’iyyah, Ibnu Subki.

27. Jawâzîr, Ibnu Hajar.

28. A’lam al-Muwaqi’in, Ibnu Timiyah.

29. Al-Itqân, al-Suyuthi.dan Muqadimah Ibnu Khaldun.24

24

Ahmad Mustafâ al-Marâghî, Tafsîr al-Marâghî, (Kairo : Mustafa al-Bab halabi wa

Aulâduhu, 1963), Cet, ke 3, jilid 1, juz 1, h. 22

Page 34: LAKNAT DALAM PANDANGAN AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4958/1/ISMAIL... · Huruf Arab Huruf Latin Keterangan ... tunggal atau monoftong dan vokal rangkap

20

Pilihan penulis untuk membahas tafsir yang ditulis oleh Ahmad Mustafâ

al-Marâghî ini, selain karena tafsirnya lengkap 30 juz al-Qur’an, juga tafsir ini

banyak beredar di dunia islam termasuk di Indonesia, dan tafsir ini banyak

mengandung hal-hal baru yang relevan dengan kebutuhan umat islam masa

sekarang, yang ditandai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam

berbagai bidang. Hal ini dapat kita maklumi, karena tafsîr al-Marâghî ini

mengambil corak sastra budaya kemasyarakatan (Adabi ijtima’i) yang memang

berorientasi pada kebutuhan dan kemaslahatan masyarakat.

Page 35: LAKNAT DALAM PANDANGAN AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4958/1/ISMAIL... · Huruf Arab Huruf Latin Keterangan ... tunggal atau monoftong dan vokal rangkap

21

BAB III

PENGERTIAN LAKNAT

A. Pengertian Laknat (Perbedaan Laknat, ‘adzâb, Dan Musibah)

a. Pengertian Laknat

Secara bahasa arab la’ana bermakna “terhina karena dikutuk, kalimat ini

digunakan ketika pada zaman pemerintahan jâhiliyyah, seperti ucapan Raja; kamu

terhina karena dikutuk, yang bermakna kamu terkutuk karena terhina oleh raja.

Sedangkan kata al-la’nu yaitu jauh dan tersingkir dari kebaikan.”, atau “tersingkir

dan jauh dari Allah“. Sedangkan laknat dari manusia yaitu mendoakan.1

Sedangkan menurut Al-Marâghî, al-la’ana secara bahasa bermakna “jauh

dan tersingkir, dan laknat Allah yaitu jauh dari rahmat-Nya dan yang menjaga

semua mukmin di dunia maupun di akhirat..2 Sedangkan laknat manusia berarti

dimaki dan dido‟akan agar ditimpa kejahatan (keburukan). Orang yang

dilaksanakan disebut la’în atau mal’ȗn.

Firman Allah swt Q.S. al-Baqarah/2:88:

“Dan mereka berkata: "Hati Kami tertutup". tetapi sebenarnya Allah telah

mengutuk mereka karena keingkaran mereka; Maka sedikit sekali mereka yang

beriman.3

1 Ibnu Manzȗr, Lisân al-Arab, (Beirut: Dar Sâdir, tt), Juz 4, h. 504.

2 Ahmad Mustafâ al-Marâghî, Tafsîr al-Marâghî, (Kairo: Dâr al-Kutub al-Ilmiyyah,

1992), jilid 2 h. 29 3Al-Quran dan Terjemahannya, DEPAG RI.,1997.

Page 36: LAKNAT DALAM PANDANGAN AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4958/1/ISMAIL... · Huruf Arab Huruf Latin Keterangan ... tunggal atau monoftong dan vokal rangkap

22

Maksud dari mengutuk di sini adalah menjauhkan mereka dari-Nya. Li’ân

atau mulâ’anah berarti saling mengutuk antara dua orang atau lebih. Sedangkan

al-Lu‟anah berarti sekelompok orang (banyak orang) mengutuk orang lain. Al-

la‟iin berarti yang dilaknat, yaitu predikat yang diberikan kepada iblis [setan]

karena dia terusir dari langit dan dijauhkan dari rahmat Allah swt.4

b. Pengertian ‘Adzâb

Kata “adzâb” secara literal berarti al-nakâl wa al-‘uqȗbah (peringatan

dan hukuman).5 Kata al-‘adzâb biasanya digunakan dalam konteks hukuman atau

siksaaan kelak di hari akhir.6 Dan dalam bahasa Indonesia „adzâb adalah siksaan

yang di hadapi manusia atau makhluk Tuhan lainnya.7 Hal ini dapat dilihat pada

ayat-ayat di dalam al-Qur‟an yang berisi ancaman kepada orang-orang kafir,

diantaranya adalah seperti terdapat pada surat al-Baqarah/2: 7.

8

Secara terrminologi :

Menurut Quraish Shihab : ‘adzâb adalah suatu kemurkaan Allah akibat

pelanggaran yang dilakukan manusia yaitu pelanggaran sunnatullah di alam

4 Majid Assayid Ibrahim, wanita dan laki-laki yang dilaknat, (Jakarta: GEMA INSAN

PRESS 1995) cet. 17, h. 11 5 A. W Munawwir, Kamus Arab-Indonesia (Surabaya: Pustaka Progresif, 2002), cet. Ke-

25, h. 1463 6 Ibnu Manzȗr, Lisân al-Arab, (Beirut: Dar Sâdir, tt), Juz 1, h. 585.

7 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Indonesia. Kamus

Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1080.

Page 37: LAKNAT DALAM PANDANGAN AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4958/1/ISMAIL... · Huruf Arab Huruf Latin Keterangan ... tunggal atau monoftong dan vokal rangkap

23

semesta dan pelanggaran syariat Allah yang diturunkan kepada para Nabi dan

Rasul-Nya, termasuk Nabi Muhammad SAW.8

Dari definisi diatas menyimpulkan bahwa ‘adzâb adalah suatu peringatan

akan kemurkaan Allah pada makhluknya (manusia) yang telah melanggar perintah

Allah yaitu perbuatan yang dilarang baik berupa ibadah, amal, iman dan lain-lain,

dibalasnya dengan teguran berupa bencana alam.

c. Pengertian Musibah

Dalam bahasa Indonesia kata “Musibah” diartikan sebagai malapetaka

atau bencana, yaitu segala kejadian atau peristiwa menyedihkan yang menimpa

manusia, seperti gempa, banjir, kebakaran dan kematian. Peristiwa-peristiwa

tersebut pada umumnya menimbulkan kerugian berupa harta benda maupun jiwa

manusia.9 Sedangkan dalam bahasa Arab kata musibah (مصيبة) berasal dari kata

dasar yang terdiri dari huruf sad, wau, dan ba‟; صوب (sawaba) yang mempunyai

makna الرمية lemparan.10

Menurut Quraish Shihab: Musibah pada mulanya berarti “sesuatu yang

menimpa atau mengenai”. Sebenarnya sesuatu yang menimpa itu tidak selalu

buruk. Hujan bisa menimpa kita dan itu dapat merupakan sesuatu yang baik.

Memang, kata musibah konotasinya selalu buruk, tetapi boleh jadi apa yang kita

anggap buruk itu, sebenarnya baik, maka Al-Quran menggunakan kata ini untuk

sesuatu yang baik dan buruk (QS. Al-Baqarah : 216)

8 M. Quraish shihab, Wawasan Al-Quran “ Tafsir Maudhu‟i atas Pelbagai Persoalan

Umat ”, (Penerbit Mizan, Jakarta : 2004). h. 153 9 Pusat Bahasa Depdiknas RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, diakses tanggal 22 Mei

2009 dari http:/pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/index.php 10

Al-Râghib al-Asfahâni, Mu’jam Mufradât fî alfâdz al-Qur’an (Beirut: Dâr al-Kutub al-

„ilmiyah, 2004), h. 322

Page 38: LAKNAT DALAM PANDANGAN AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4958/1/ISMAIL... · Huruf Arab Huruf Latin Keterangan ... tunggal atau monoftong dan vokal rangkap

24

“Diwajibkan atas kamu berperang, Padahal berperang itu adalah sesuatu

yang kamu benci. boleh Jadi kamu membenci sesuatu, Padahal ia Amat baik

bagimu, dan boleh Jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, Padahal ia Amat buruk

bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.”11

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan, bahwa musibah adalah suatu

kejadian yang tidak dikehendaki dan terjadi diluar dugaan manusia dan kejadian

tersebut dapat berupa kesusahan atau kesenangan. Tetapi pada umumnya

masyarakat lebih memahami makna musibah sebagai hal yang buruk, pada hal

sesuatu yang kita anggap buruk itu sebenarnya ada nilai baik karena dibalik

keburukan terdapat hikmah atau pelajaran yang dapat kita ambil.

Jadi perbedaan laknat, ‘adzâb dan musibah ialah laknat berarti ia

dijauhkan dari rahmat-Nya disertai dengan murka Allah di dunia dan hukuman

neraka di akhirat kelak sedangkan ‘adzâb ialah suatu peringatan akan kemurkaan

Allah pada makhluknya (manusia) yang telah melanggar perintah Allah dan

musibah ialah suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan terjadi diluar dugaan

manusia dan kejadian tersebut dapat berupa kesusahan atau kesenangan.

11

Al-Quran dan Terjemahannya, DEPAG RI.,1997. (QS. Al-Baqarah : 216)

Page 39: LAKNAT DALAM PANDANGAN AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4958/1/ISMAIL... · Huruf Arab Huruf Latin Keterangan ... tunggal atau monoftong dan vokal rangkap

25

B. Sebab Diturunkannya Laknat

Banyak sebab turunnya laknat diantaranya:

a. Orang-orang yang menentang Allah dan rasulnya disebabkan mereka

menutup hati mereka dan mengingkari dan tidak menghiraukan seruan

Muhammad maka Allah menjauhkan rahmat dan mengusir mereka.12

b. Orang yang berdusta akan menyebabkan laknat Allah diturunkan.13

c. Orang yang membunuh seorang muslim dengan sengaja dengan kesan

pembunuh didorong oleh kebenciannya maka Allah melaknat, memurkai

dan tidak memberinya sediktpun rahmat serta menyediakan ‘adzâb yang

besar baginya.14

d. Orang-orang fasik yang ingkar dengan peringatan Allah dan menyembah

thaghut, maka Allah memurkai mereka dan dikutuknya mereka atas

perbuatan mereka.15

e. Orang yang menuduh wanita baik-baik dan mukminat, yang lalai dari

perbuatan dosa dan terbebas dari ikatan-ikatan nista. Oleh karena itu, para

pelakunya dihukum langsung dengan laknat Allah atas perbuatan mereka

dan pengusiran diri mereka dari rahmat Allah.16

Dan masih banyak lainnya

yang dapat menyebabkan turunya laknat Allah.

12

Abȗ Ja‟far Muhammad bin Jarir Ath-Tabari, Tafsîr ath-Tabarî; penerjemah, Ahsan

Askan; editor, Besus Hidayat Amin, , (Jakarta : pustaka Azzam,2007) jild 2. h. 194 13

“Laknat Allah ditimpakan kepada orang-orang yang dusta.” (Q.S. al-imran/ 3:61). 14

M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah pesan, kesan dan keserasian al-Qur’an. (Jakarta :

Lentera Hati) vol. 2, h. 529 15

Al-Quran dan Terjemahannya, DEPAG RI, 1997 (Qs. al-Maidah 60) 16

Sayyid Qutb, Tafsîr fi zhilâlil Qur’an, (Beirut: Darusy-Syuruq). Jld 10, h.226

Page 40: LAKNAT DALAM PANDANGAN AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4958/1/ISMAIL... · Huruf Arab Huruf Latin Keterangan ... tunggal atau monoftong dan vokal rangkap

26

C. Kepada siapa laknat diturunkan.

Dalam kitab suci-Nya, Allah melaknat orang yang melakukan kerusakan

dibumi, orang yang memutus hubungan kekeluargaan, orang yang menyakiti-Nya,

dan orang yang menyakiti Rasulullah saw.

Allah melaknat orang-orang yang menyembunyikan keterangan dan

petunjuk yang diturunkan-Nya, menuduh zina para wanita mukmin yang menjaga

kehormatan, orang yang menganggap jalan kaum kafir sebagai jalan yang lebih

tepat dari pada jalan kaum beriman. Rasulullah saw melaknat laki-laki yang

memakai baju wanita dan wanita yang memakai baju lelaki dan beliau juga

melaknat orang yang menyuap dan orang yang menerima suap termasuk

perantaranya serta dosa-dosa yang lain.

Seandainya pelaku dosa tidak senang dilaknat oleh Allah, Rasul-Nya dan

para Malaikatnya, tentu ia akan meninggalkan maksiat dan dosa.17

Diantara yang dilaknat Allah yaitu:

a. Iblis Yang Dilaknat Allah

Ada beberapa makhluk yang Allah laknat. Yang pertama kali mendapat

laknat Allah adalah Iblis. Dia patut diusir dari rahmat Allah swt karena dia telah

berjanji pada dirinya sendiri untuk menyesatkan anak Adam, dan selalu menipu

dan mempedayakan mereka, sebagaimana Allah berfirman Q.S. al-A‟raf 16-17;

17

Ibn Qayyim al-Jauzah, Kiat Membersihkan Hati Dari Kotoran Dan Maksiat,(Jakarta:

islam klasik) h. 46

Page 41: LAKNAT DALAM PANDANGAN AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4958/1/ISMAIL... · Huruf Arab Huruf Latin Keterangan ... tunggal atau monoftong dan vokal rangkap

27

“Iblis menjawab: "Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya

benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus.

Kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka,

dari kanan dan dari kiri mereka. dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan

mereka bersyukur (taat).18

Iblis patut dilaknat karena seluruh upaya yang dilakukan adalah bertujuan

untuk menjerumuskan manusia ke jurang syirik dengan melakukan penyembahan

selain Allah.

Firman Allah SWT Q.S. al-hasyr 16;

“(Bujukan orang-orang munafik itu adalah) seperti (bujukan) shaitan

ketika Dia berkata kepada manusia: "Kafirlah kamu", Maka tatkala manusia itu

telah kafir, Maka ia berkata: "Sesungguhnya aku berlepas diri dari kamu, karena

Sesungguhnya aku takut kepada Allah, Rabb semesta alam".19

Apabila setan tidak berhasil mencapai tujuannya yang pertama, yaitu

menjerumuskan manusia kelembah syirik, maka dia akan merayu serta membujuk

manusia agar berbuat kejahatan, kekejian, dan dusta terhadap Allah SWT.

18

Al-Quran dan Terjemahannya, DEPAG RI.,1997. 19

Al-Quran dan Terjemahannya, DEPAG RI.,1997.

Page 42: LAKNAT DALAM PANDANGAN AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4958/1/ISMAIL... · Huruf Arab Huruf Latin Keterangan ... tunggal atau monoftong dan vokal rangkap

28

b. Yang Menyembunyikan Ilmu (Yang Hak) Terkutuk Disisi Allah.

Allah mengutuk mereka yang mempunyai ilmu (yang hak) tetapi tidak

disebarkan malah disembunyikan. Hal ini diterangkan dalam firman-Nya Q.S. al-

Baqarah 159.:

“Sesungguhnya orang-orang yang Menyembunyikan apa yang telah Kami

turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami

menerangkannya kepada manusia dalam Al Kitab, mereka itu dila'nati Allah dan

dila'nati (pula) oleh semua (mahluk) yang dapat mela'nati, kecuali mereka yang

telah taubat dan Mengadakan perbaikan dan menerangkan (kebenaran), Maka

terhadap mereka Itulah aku menerima taubatnya dan Akulah yang Maha

menerima taubat lagi Maha Penyayang.20

Sebagian ilmuan/ulama berpendapat bahwa ayat-ayat ini ditunjukan

khusus kepada rahib-rahib Yahudi dan Nasrani yang telah menyembunyikan

masalah kenabian Muhammad saw.

Sebagian ulama berpendapat bahwa segala‟ibrah berlaku secara umum dan

bukan berlaku khusus terhadap asbâb al-nuzȗl saja. Sehingga dengan demikian

yang dimaksud dengan ayat-ayat tersebut adalah siapa saja yang

menyembunyikan hak dan kebenaran, serta yang mencampakkannya ke belakang

punggung mereka apa-apa yang diperlukan ummat dari ajaran-ajaran dienullah

yang benar.21

Para ulama berbeda pendapat tentang arti “semua makhluk yang

dapat melaknati” dalam ayat tersebut di atas. Ada yang berpendapat bahwa yang

melaknati adalah para malaikat dan orang-orang beriman. Dan ada pula yang

20

Al-Quran dan Terjemahannya, DEPAG RI, 1997 21

Departemen Agama RI, al-Quran dan Tafsirnya (edisi yang disempurnakan), (Jakarta:

Depeartemen Agama RI, 2004), h. 219

Page 43: LAKNAT DALAM PANDANGAN AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4958/1/ISMAIL... · Huruf Arab Huruf Latin Keterangan ... tunggal atau monoftong dan vokal rangkap

29

berpendapat bahwa tidak sebatas itu saja tetapi juga termasuk hama, serangga, dan

hewan-hewan yang dapat menimbulkan kerusakan. Hal ini sebagai pelajaran

terhadap dosa-dosa para ulama jahat [suu‟] yang telah menyembunyikan hak dan

kebenaran. Hama-hama tersebut lalu melaknati mereka.22

c. Pendusta Patut Mendapat Laknat.

Dusta adalah akhlak yang paling buruk. Hal ini sesuai dengan firman

Allah SWT:

“Laknat Allah ditimpakan kepada orang-orang yang dusta.” (Q.S. al-

imran/ 3:61).

“Terkutuklah orang-orang yang banyak berdusta.” (Q.S. adz-

Dzariyaat/51:10)

Rasulullah SAW selalu menyeru kepada kebaikan dan kebajikan yang

mendekatkan kita kepada Allah dan surga-Nya, serta memperingatkan kita agar

menghindari kejahatan dan kekejian karena hal ini akan mendekatkan kita kepada

neraka dan „adzâb Allah SWT.

“Jauhilah dusta, karena dusta itu membawa orang kepada perbuatan keji,

dan perbuatan keji membawa orang ke neraka. Selama orang berdusta dan

memilih segala yang dusta (ucapan maupun perbuatan), maka akhirnya Allah

menetapkannya sebagai pendusta” (HR. Bukhari dan Muslim).

Seorang pendusta tidak akan menemukan jalan hidayah karena Allah SWT

tidak akan mempermudah jalan itu baginya. Firman Allah Q.S. Ghafir 28:

22

Majid Assayid Ibrahim,, wanita dan laki-laki yang dilaknat, (Jakarta: GEMA INSAN

PRESS 1995) cet. 17, h. 18-19

Page 44: LAKNAT DALAM PANDANGAN AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4958/1/ISMAIL... · Huruf Arab Huruf Latin Keterangan ... tunggal atau monoftong dan vokal rangkap

30

“Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang melampaui batas

lagi pendusta.”23

Dusta menyebabkan manusia menjadi sial dan naas, serta memancing

murka dan laknat Allah SWT. Dan itu jelas merupakan bencana bagi manusia

meskipun bencana itu pada waktu kemudian.

Seorang yang berdusta sebenarmya karena terdorong oleh kerendahan

dirinya. Kalau dia bejiwa mulia maka dia tidak akan berdusta. Dusta adalah salah

satu sifat dari tiga sifat orang munafik, sebagaimana sabda Rasulullah SAW:

“Tanda-tanda orang munafik itu ada tiga: Bila berbicara dusta, bila berjanji

tidak ditepati, dan bila diamanati dia khianat”. (HR. Bukhari, Muslim, at-

Turmudzi, dan an-Nasa‟i).24

Namun dalam beberapa hal orang dibolehkan berdusta, seperti dalam

peperangan, waktu mengislah (mendamaikan) antara manusia yang sedang

berselisih, kepada istri untuk menghindari timbulnya pertengkaran, dan sebaliknya

istri terhadap suami demi kebaikan.

Para ulama memperbolehkan dusta terhadap orang zhalim dengan maksud

membunuh atau merampas hartanya, dan berdusta untuk menyelamatkan barang

titipan (amanah) yang ada di tangannya.25

23

Al-Quran dan Terjemahannya, DEPAG RI.,1997. 24

Abî „Abdillah Muhammad ibn Ismâ‟îl al-Bukhârî, Sahih al-Bukhârî bi Hâsyah al-

Sanadî, Kitâb al-Îmân, juz I (T.tp:Dâr Nahr al-Nayl, t.t.), h. 142. 25

Majid Assayid Ibrahim, wanita dan laki-laki yang dilaknat, (Jakartat: GEMA INSAN

PRESS 1995) cet. 17, h. 20-21

Page 45: LAKNAT DALAM PANDANGAN AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4958/1/ISMAIL... · Huruf Arab Huruf Latin Keterangan ... tunggal atau monoftong dan vokal rangkap

31

d. Membunuh Orang Mukmin Dengan Sengaja Akan Menerima Laknat Dari

Allah. Firman Allah SWT Q.S. an-Nisa 93:

“Dan Barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja

Maka balasannya ialah Jahannam, kekal ia di dalamnya dan Allah murka

kepadanya, dan mengutukinya serta menyediakan „adzâb yang besar baginya.”26

Allah SWT mengharamkan membunuh nyawa seorang mukmin kecuali

karena tiga alasan, yaitu laki-laki beristri dan wanita bersuami bila berzina,

sebagai qishash nyawa yang dibalas dengan nyawa, dan seorang muslim yang

meninggalkan agamanya (murtad).

Hanya tiga sebab di atas yang dihalalkan. Karena mengalirkan darah itu

merupakan hak, kehormatan, dan wewenang Allah, maka masalah pembunuhan

ini kelak pada hari kiamat menjadi perkara pertama yang dipersoalkan.

Berkata Abdullah Ibnu Mas‟ud bahwa Rasulullah SAW bersabda:

اول مايقض بين الناس يوم القيامة فى الدماء“Perkara pertama yang diselesaikan di antara manusia pada hari kiamat

adalah tentang darah (pembunuhan)”. (HR. Bukhari dan Muslim).27

Rasulullah SAW mengingatkan umatnya tentang besarnya nilai kejahatan

membunuh dan menjelaskan bahwa apabila terjadi saling membunuh diantara

manusia maka mereka itu tergolong kafir.28

26

Al-Quran dan Terjemahannya, DEPAG RI.,1997. 27

Abî „Abdillâh Muhammad ibn Ismâ‟îl al-Bukhârî, Sahih al-Bukhârî (T.tp:Dâr Nahr al-

Nayl, t.t.), h. 11. 28

Majid Assayid Ibrahim wanita dan laki-laki yang dilaknat, (Jakarta: GEMA INSAN

PRESS 1995) cet. 17, h. 22-23

Page 46: LAKNAT DALAM PANDANGAN AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4958/1/ISMAIL... · Huruf Arab Huruf Latin Keterangan ... tunggal atau monoftong dan vokal rangkap

32

e. Laknat Allah Terhadap Orang-Orang Kafir Bani Israil

Firman Allah SWT :

“Telah dila'nati orang-orang kafir dari Bani Israil dengan lisan Daud dan

Isa putera Maryam. yang demikian itu, disebabkan mereka durhaka dan selalu

melampaui batas. Mereka satu sama lain selalu tidak melarang tindakan Munkar

yang mereka perbuat. Sesungguhnya Amat buruklah apa yang selalu mereka

perbuat itu. Kamu melihat kebanyakan dari mereka tolong-menolong dengan

orang-orang yang kafir (musyrik). Sesungguhnya Amat buruklah apa yang mereka

sediakan untuk diri mereka, Yaitu kemurkaan Allah kepada mereka; dan mereka

akan kekal dalam siksaan.” (Q.S. al-Maidah 78-80)29

Sejarah Bani Israil yang berjalan di lembah kekufuran dan dalam kutukan

Allah sudah berjalan begitu lama. Perilaku mereka yang buruk terhadap nabi-nabi

mereka, mengakibatkan mereka dikutuk dan dijauhkan dari rahmat Allah SWT.

Mereka tidak saling melarang tindakan mungkar yang mereka perbuat.

Apabila seorang melihat kawannya berbuat keji kadang memang mereka

diperingatkan dan ditegur. Akan tetapi besoknya walaupun belum meninggalkan

kegiatannya, namun sudah kembali menjadi kawan akrab dalam makan dan

minum dan berkumpul bersama. Orang Bani Israil suka mengerjakan maksiat dan

melampaui batas. Hati mereka tidak sedikit pun tergerak untuk menegakkan amar

makruf dan nahi mungkar.

29

Al-Quran dan Terjemahannya, DEPAG RI.,1997.

Page 47: LAKNAT DALAM PANDANGAN AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4958/1/ISMAIL... · Huruf Arab Huruf Latin Keterangan ... tunggal atau monoftong dan vokal rangkap

33

Maka Allah sangat melaknat orang-orang kafir Bani Israil karena

perbuatan dan kekufurannya terhadap Allah dan Nabi-Nya.30

D. Menjauhkan diri dari laknat Allah

Untuk menjauhkan diri dari laknat Allah, manusia harus selalu patuh

kepada perintah-perintah Allah SWT dan melaksanakannya dalam bentuk amal

perbuatan. Barang siapa mengabaikan dan menyia-nyiakan hak Allah, maka

sesungguhnya dia itu lebih menyia-nyiakan hak dirinya sendiri dan hak manusia

lainnya. Maka kita harus mampu menemukkan penyakit-penyakit yang mendekam

dalam hati dan batin kita. Kita harus menjauhi segala larangan-Nya seperti

berbuat maksiat serta berbuat mungkar.

Di antara perbuatan yang harus dihindari agar terhindar dari laknat Allah

diantaranya:

1. Tinggalkan perbuatan syirik, dusta dan yang dilarang oleh Nabi seperti,

Nabi Muhammad saw melaknat pelaku kejahatan pada umumnya, Nabi

Muhammad saw juga melaknat wanita yang membuat tato pada wajah

wanita lain dan wanita yang meminta wajahnya ditato, terhadap wanita

yang memasang dan menyuruh dipasangkan rambut palsu (sanggul),

terhadap wanita yang mencukur dan yang menyuruh dicukur seluruh

alisnya.31

2. Hindari perbuatan riba, penulis, dan saksinya. Allah berfirman dalam Q.S.

al-Baqarah ayat 278-279:

30

Majid Assayid Ibrahim, wanita dan laki-laki yang dilaknat, (Jakarta: GEMA INSAN

PRESS 1995) cet. 17, h. 22-23 31

Majid Assayid Ibrahim, wanita dan laki-laki yang dilaknat, (Jakarta: GEMA INSAN

PRESS 1995) cet. 17, h. 14

Page 48: LAKNAT DALAM PANDANGAN AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4958/1/ISMAIL... · Huruf Arab Huruf Latin Keterangan ... tunggal atau monoftong dan vokal rangkap

34

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan

tinggalkan sisa Riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang

beriman. Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba),

Maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. dan

jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba), Maka bagimu pokok

hartamu; kamu tidak Menganiaya dan tidak (pula) dianiaya.”32

3. Jauhi minuman arak, penuangnya, pembuatnya, yang menyuruh

membuatnya, penjualnya, yang membeli, yang memakan uang laba, yang

membawanya, dan yang menerima pemberiannya.

4. Jauhi perbuatan mencaci maki kedua orang tua.

5. Jauhi perbuatan homoseks, suap menyuap dan perbuatan maksiat

lainnya.33

32

Al-Quran dan Terjemahannya, DEPAG RI.,1997. 33

Majid Assayid Ibrahim, wanita dan laki-laki yang dilaknat, (Jakarta: GEMA INSAN

PRESS 1995) cet. 17, h. 14

Page 49: LAKNAT DALAM PANDANGAN AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4958/1/ISMAIL... · Huruf Arab Huruf Latin Keterangan ... tunggal atau monoftong dan vokal rangkap

35

BAB IV

PENAFSIRAN AHMAD MUSTAFÂ AL-MARÂGHÎ

TERHADAP AYAT-AYAT LAKNAT

A. Identifikasi Ayat-Ayat Tentang Laknat

Lafadz-lafadz dalam al-Qur’an jika dilihat dari segi tartîb nuzȗ l

suratnya maka urutannya sebagai berikut: 1

no Nama Surat No

Ayat

Lafad Keterangan

1 Shaad [38]: 78

Kutukan-Nya

sampai hari

pembalasan (Iblis)

2

al-A‟raf

[7]: 38

Dia mengutuk

kawannya (Yang

menyesatkannya)

[7]: 44

Kutukan Allah

ditimpakan kepada

orang-orang yang

zalim, janji Allah

ketika di dunia.

3 al-Qashash [28]: 42

Pemimpin-

pemimpin yang

menyeru ke

neraka. mereka

dilaknat di dunia

ini.

4 al-Isra‟ [17]: 60

Ancaman Allah

yaitu Pohon kayu

yang terkutuk

dalam Al Quran

(Zaqqum adalah

jenis pohon yang

tumbuh di neraka.)

5 Hud [11]: 18

Ingatlah, kutukan

Allah

1 Tartîb Nuzȗl al-Sȗrat digital versi 3.21

Page 50: LAKNAT DALAM PANDANGAN AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4958/1/ISMAIL... · Huruf Arab Huruf Latin Keterangan ... tunggal atau monoftong dan vokal rangkap

36

(ditimpakan) atas

orang-orang yang

zalim,(dusta)

[11]: 60

Mereka selalu

diikuti dengan

kutukan di dunia

ini

[11]: 99

(Begitu pula)

mereka diikuti

dengan kutukan di

hari kiamat

6 Al-Hijr [15]: 35

Laknat atau

kutukan tetap

menimpa sampai

hari kiamat (iblis)

7 al-Mu‟min [40]: 52

Bagi merekalah

laknat dan bagi

merekalah tempat

tinggal yang

buruk.

8 al-Ankabut [29]: 25

Sebahagian kamu

mela'nati

sebahagian (yang

lain)

9 QS. Al-Baqarah [2]: 88

Sebenarnya Allah

telah mengutuk

mereka karena

keingkaran

mereka.

[2]: 89

Maka la'nat Allah-

lah atas orang-

orang yang ingkar

itu.

[2]: 159

Mereka itu

dilaknati Allah

dan dila'nati (pula)

oleh semua

(mahluk) yang

dapat melaknati,

Page 51: LAKNAT DALAM PANDANGAN AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4958/1/ISMAIL... · Huruf Arab Huruf Latin Keterangan ... tunggal atau monoftong dan vokal rangkap

37

[2]: 161

Mendapat laknat

Allah, Para

Malaikat dan

manusia

seluruhnya.

10 Ali-Imran [3]: 61

Laknat Allah atas

orang-orang yang

Dusta.

[3]: 87

laknat Allah

ditimpakan kepada

mereka, (demikian

pula) laknat Para

Malaikat dan

manusia

seluruhnya.

11 al-Ahzab [33]: 57

Laknat bagi

orang-orang yang

menyakiti Allah

dan Rasul-Nya

[33]: 61

Dalam Keadaan

terlaknat.(orang

munafik dan

dusta) akan

dibunuh..

[33]: 64

Allah mela'nati

orang-orang kafir

dan menyediakan

bagi mereka

neraka.

[33]: 68

Mereka dikutuk

dengan kutukan

yang besar.

12 an-Nisa [4]: 46

Allah mengutuk

mereka, karena

kekafiran mereka

[4]: 47

Kutuki mereka

sebagaimana

Kami telah

mengutuki orang-

orang (yang

berbuat maksiat)

pada hari Sabtu

Page 52: LAKNAT DALAM PANDANGAN AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4958/1/ISMAIL... · Huruf Arab Huruf Latin Keterangan ... tunggal atau monoftong dan vokal rangkap

38

[4]: 52

Barangsiapa yang

dikutuki Allah,

niscaya kamu

sekali-kali tidak

akan memperoleh

penolong baginya.

[4]: 93

Laknat Allah dan

‘adzâb bagi yang

membunuh

seorang mukmin.

[4]: 118

Laknat Allah bagi

penyembah

berhala.

13 Muhammad [47]: 23

Laknat Allah dan

menulikan telinga

mereka.

14 ar-Ra‟d [13]: 25

Orang yang ingkar

dan membuat

kerusakan akan

dilaknat Allah

dengan tempat

yang buruk.

15 an-Nuur [24]: 23

Laknat bagi

penuduh zina

wanita mukminat.

16 al-Fath [48]: 6

Laknat dan neraka

bagi orang

musyrik.

17 al-Maidah [5]: 13

Laknat Allah bagi

yang ingkar janji

atau khianat.

[5]: 60

Allah mengutuk

dan memurkai

mereka yang

menyembah

Thagut.

[5]: 64

Laknat bagi orang

yang berprasangka

buruk kepada

Allah

[5]: 78

Laknat Allah bagi

kafir Bani Israil.

Page 53: LAKNAT DALAM PANDANGAN AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4958/1/ISMAIL... · Huruf Arab Huruf Latin Keterangan ... tunggal atau monoftong dan vokal rangkap

39

18 al-Taȗbah [9]: 68

Allah mela'nati

mereka, dan bagi

mereka ‘adzâb

yang kekal.

Jika lafadz laknat di atas dilihat dari segi sebab nuzul suratnya, maka di sini

lafadz laknat dilihat dari urutan dalam kitab Majma’ al-Mufahras al-fâdz al-

Qur’an al-Karîm sebagai berikut: QS. Al-Baqarah [2]: 88, 89, 159, 161; Ali-

‘Imrân [3]: 61, 87; al-Nisâ[4]: 46, 47, 52, 93, 118; al-Mâidah[5]: 13, 60, 78, 64, ;

al-A’râf [7]: 38, 44; al-Taȗbah [9]: 68; Hȗd [11]: 18, 60, 99; ar-Ra’d [13]: 25; Al-

hijr [15]: 35; al-Isrâ’ [17]: 60; an-Nȗr [24]: 23; al-Qashash [28]: 42; al-Ankabȗt

[29]: 25; al-Ahzâb [33]: 64, 57, 68, 61; Shâd [38]: 78; al-Mu’min [40]: 52;

Muhammad [47]: 23; al-Fath [48]: 6.2

B. Penafsiran Ahmad Mustafâ al-Marâghî terhadap Ayat-Ayat Laknat

(tafsir ijmali)

Penafsiran Ahmad Mustafâ al-Marâghî terhadap orang yang mendapatkan

laknat dalam al-Qur‟an :

2 Muh. Fuad Abdul Baqi, Majma’ al-Mufahros al-Alfazh al-Qur’an al-Karim, (Libanon::

Maktabah Islâmiyyah 1984), h. 649-650.

Page 54: LAKNAT DALAM PANDANGAN AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4958/1/ISMAIL... · Huruf Arab Huruf Latin Keterangan ... tunggal atau monoftong dan vokal rangkap

40

1. Orang-Orang Yang Berdusta

Di dalam ayat-ayat ini Allah menjelaskan laknat bagi pelaku dusta

diantaranya terdapat dalam Q.S. Ali imran/3: 61, Q.S. al-Baqarah/2: 159, Q.S. an-

Nȗ r/24: 7, 23.

“Sesungguhnya orang-orang yang Menyembunyikan apa yang telah Kami

turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami

menerangkannya kepada manusia dalam Al Kitab, mereka itu dila'nati Allah dan

dila'nati (pula) oleh semua (mahluk) yang dapat mela'nati,”( Q.S. al-Baqarah/2:

159)

Penefsirsan kata-kata sulit

Al-Kitmân : menyembunyikan. Pengertiannya ialah – الكتمان

menyembunyikan atau menutup-nutupi sesuatu. Terkadang mempunyai

pengertian menghapus atau mengganti yang lain. Dalam hal ini, kaum yahudi

melakukan dua hal tersebut terhadap kitab mereka, Taurat. Mereka telah

menyembunyikan hukum rajam bagi pelaku zina, dan mengingkari berita gembira

yang tersebut di dalam Taurat berkenaan akan datangnya Nabi Muhammad SAW.

al-Bayyinât : adalah dalil-dalil yang jelas dan menunjukkan tentang – البينت

kenabian Muhammad saw, masalah hukum rajam bagi pelaku zina dan masalah

pemindahan kiblat.

.al-Hudâ : bimbingan dan tuntunan terdapat dalam taurat – الهدى

al-Kitâb : maksudnya adalah seluruh kitab Allah yang diturunkan – الكتب

dilangit.

Page 55: LAKNAT DALAM PANDANGAN AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4958/1/ISMAIL... · Huruf Arab Huruf Latin Keterangan ... tunggal atau monoftong dan vokal rangkap

41

al- La’nah : (laknat), artinya dijauhkan atau diusir. Laknat Allah – العنة

berarti dijauhkan dari rahmat Allah. Padahal rahmat inilah yang melindungi kaum

muslimin di dunia dan di akhirat.

al-Lâ’inȗ – االعنون n : orang yang melaknat. Mereka adalah para malaikat

dan manusia. Yang dimaksud dengan laknat mereka adalah doa‟ mereka agar

seseorang dijauhi dari rahmat Allah.

Tafsiran Ayat:

Sesungguhnya kaum ahli kitab yang menyembunyikan agama islam dan

kenabian Muhammad saw. – padahal mereka mengetahui dari kitab Taurat dan

Injil – maka mereka itu termasuk orang yang pantas dijauhkan dari rahmat Allah.

Mereka juga pantas mendapat laknat dari para malaikat dan umat manusisa karena

perbuatan mereka, yakni menyembunyikan kebenaran.

Pengertian ayat ini mencakup orang yang menyembunyikan ilmu yang

seharusnya disampaikan kepada orang lain, dan seluruh umat yang terkena laknat

Allah adalah akibat dari tidak adanya upaya amar ma’ruf nahi mungkar.

Karenanya, didalam suatu umat sudah seharusnya terdapat orang yang dapat

melakukan amar ma’ruf nahi mungkar.3

Asbabun nuzul: Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa Mu‟adz bin

Jabal, Sa‟d bin Mu‟adz dan Kharijah bin Zaid bertanya kepada segolongan Padri

Yahudi tentang beberapa hal yang terdapat di dalam Taurat. Para Padri

menyembunyikan hal tersebut dan nggan untuk memberitahukannya. Maka Allah

3 Ahmad Mustafâ al-Marâghî, Tafsîr al-Marâghî, (Kairo: Dâr al-Kutub al-Ilmiyyah,

1992), jilid 1 h. 54

Page 56: LAKNAT DALAM PANDANGAN AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4958/1/ISMAIL... · Huruf Arab Huruf Latin Keterangan ... tunggal atau monoftong dan vokal rangkap

42

menurunkan ayat tersebut diatas yang membeberkan keadaan mereka (Padri-

padri).4

Munasabah ayat : dalam ayat 146 telah diterangkan bahwa orang Yahudi

mengenal Nabi Muhammad dari kitab-kitab mereka seperti mengenal anak-anak

mereka sendiri, karena di sana disebutkan segala sifat-sifatnya dengan jelas dan

bahwa beliau akan diutus sebagai Rasul, tetapi mereka tetap mengingkarinya dan

selalu menyembunyikan apa yang mereka ketahui itu. Dalam ayat ini disebutkan

lagi sifat-sifat Ahli Kitab tersebut, dan bahwa mereka mendapat laknat dari Allah,

malaikat dan manusia seluruhnya.5

“Siapa yang membantahmu tentang kisah Isa sesudah datang ilmu (yang

meyakinkan kamu), Maka Katakanlah (kepadanya): "Marilah kita memanggil

anak-anak Kami dan anak-anak kamu, isteri-isteri Kami dan isteri-isteri kamu, diri

Kami dan diri kamu; kemudian Marilah kita bermubahalah kepada Allah dan kita

minta supaya la'nat Allah ditimpakan kepada orang-orang yang dusta.”6 (Q.S. Ali

imrân/3: 61)

Menurut al-marâghî :Yang dapat dipahami dari ayat di atas ialah, Nabi

saw, memerintahkan agar mendoakan orang-orang yang berhujjah dan

membantah masalah isa, yang terdiri dari kalangan Ahli Kitab, agar

berkumpul, lelaki, wanita, dan anak-anaknya. Nabi pun beserta kaum

Mu‟minin, laki-laki , wanita, atau anak-anak. Lalu, bersama-sama beribtihâl

4Qamaruddin Shaleh, Asbabun Nuzul, (Bandung: CV. DIPONEGORO 1995) h. 50

5 Departemen Agama RI, al-Quran dan Tafsirnya (edisi yang disempurnakan),(Jakarta:

Depeartemen Agama RI, 2004), h. 218-219 6 Mubahalah ialah masing-masing pihak diantara orang-orang yang berbeda Pendapat

mendoa kepada Allah dengan bersungguh-sungguh, agar Allah menjatuhkan la'nat kepada pihak

yang berdusta. Nabi mengajak utusan Nasrani Najran bermubahalah tetapi mereka tidak berani dan

ini menjadi bukti kebenaran Nabi Muhammad s.a.w. (al-Quran dan Terjemahan, DEPAG RI, h.

342)

Page 57: LAKNAT DALAM PANDANGAN AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4958/1/ISMAIL... · Huruf Arab Huruf Latin Keterangan ... tunggal atau monoftong dan vokal rangkap

43

kepada Allah SWT agar dia melaknat orang yang bohong dalam ucapannya

tentang Nabi Isa as.7

Asbabun Nuzul: Dalam riwayat dikemukakan bahwa sebelum turun ayat 31

surat 27, Rasullulah saw menulis surat kepada orang Najran seperti berikut:

“Dengan nama Tuhan Ibrahim dan Ishaq dan Ya‟qub, dari Muhammad Nabi

Allah” sampai akhir Hadis. Dan selanjutnya dalam hadis itu dikemukakan bahwa

kaum Najran mengutus Syarahbil bin Wada‟ah al-Hamdani dan Abdullah bin

Syarahbil al-Ashbahi dan Jabbar al-Hartsi untuk menghadap kepada Rasulullah

saw dan terjadilah dialog, akan tetapi masih tertunda satu masalah, yaitu

pertanyaan mereka: “Bagaimana pendapat tuan tentang Isa”. Nabi menjawab:

“Belum ada isyarat padaku tentang itu, tetapi cobalah kalian bermalam sampai

besok, agar aku dapat terangkan hal itu. Keesokan harinya turunlah ayat diatas (S.

3: 59, 60, 61, 62) yang menegaskan siapa Isa. (Diriwayatkan oleh al-Baihaqi di

dalam kitab ad-Dalail dari Salamah bin Abi Yasyu‟ dari bapaknya, yang

bersumber dari datuknya).8

Munasabah ayat: dalam ayat-ayat lalu diterangkan bahwa Nabi Isa yakin

akan keingkaran Bani Israil kepada agama yang dibawanya, serta yakin pula akan

pernyataan dari sahabat-sahabat setianya (Hawariyȗ n) bahwa mereka sanggup

untuk menjadi pembantu-pembantunya; beliau juga yakin terhadap sikap orang-

orang kafir yang selalu membuat tipu daya untuk menghalang-halangi tersiarnya

agama Allah. Kemudian dalam ayat-ayat ini diterangkan tentang sanggahan

terhadap tipu daya mereka, yaitu bahwa Allah akan melahirkan Isa dari tipu daya

7 Ahmad Mustafâ al-Marâghî, Tafsîr al-Marâghî, (Kairo: Dâr al-Kutub al-Ilmiyyah,

1992), jilid 1 h. 154-156 8 Qamaruddin Shaleh, Asbabun Nuzul, (Bandung: CV. DIPONEGORO 1995) h. 96

Page 58: LAKNAT DALAM PANDANGAN AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4958/1/ISMAIL... · Huruf Arab Huruf Latin Keterangan ... tunggal atau monoftong dan vokal rangkap

44

mereka dengan mengangkatnya kepada-Nya, guna menyelamatkan dirinya dari

siksaan dan hinaan orang-orang kafir.9

“Dan (sumpah) yang kelima: bahwa la'nat Allah atasnya, jika Dia Termasuk

orang-orang yang berdusta.” (Q.S. an-Nȗ r/24: 7)

Penafsiran kata-kata sulit

La’natu ‘l-Lah : pengusiran dari rahmat Allah.

“Menurut al-marâghî tentang ayat ini: para suami yang menuduh istrinya

berbuat zina tanpa mempunyai para saksi yang menguatkan

kebenarantuduhannya itu, maka masing-masing suami itu wajib bersumpah

empat kali bahwa dia telah berkata benar dalam tuduhannya itu, dan pada

sumpah yang kelima dia mengatakan bahwa laknat Allah ditimpakan

kepadanya jika dia termasuk orang-orang yang berkata dusta dalam

tuduhannya itu.”10

“Sesungguhnya orang-orang yang menuduh wanita yang baik-baik, yang

lengah11

lagi beriman (berbuat zina), mereka kena la'nat di dunia dan akhirat, dan

bagi mereka ‘adzâb yang besar”.(Q.S. an-Nȗ r /24: 23)

Tasiran kata-kata sulit:

Al-Muhsanât : para wanita yang memelihara kesuciannya.

Al-Gâfilât : para wanita yang lengah dari perbuatan keji, yakni hati mereka

suci dan tidak berfikir untuk melakukan perbuatan itu.

Lu’inȗ : mereka di akhirat diusir dari rahmat Allah dan di dunia diazab

dengan had.

9 Departemen Agama RI, al-Quran dan Tafsirnya (edisi yang disempurnakan),(Jakarta:

Depeartemen Agama RI, 2004), jilid 1, h. 484 10

Ahmad Mustafâ al-Marâghî, Tafsîr al-Marâghî, (Kairo: Dâr al-Kutub al-Ilmiyyah,

1992), jilid 6 h. 73 11

Yang dimaksud dengan wanita-wanita yang lengah ialah wanita-wanita yang tidak

pernah sekali juga teringat oleh mereka akan melakukan perbuatan yang keji itu.

Page 59: LAKNAT DALAM PANDANGAN AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4958/1/ISMAIL... · Huruf Arab Huruf Latin Keterangan ... tunggal atau monoftong dan vokal rangkap

45

“Menurut Al-Marâghî : Orang-orang yang menuduh berbuat keji terhadap

para wanita yang memelihara kesuciannya dan beriman kepada Allah serta

Rasul-Nya, tetapi lengah terhadap perbuatan keji itu, sesungguhnya akan

dijauhkan dari rahmat Allah di dunia dan di akhirat. Mereka mendapat azab

besar di akhirat, sebagai balasan atas kejahatan yang telah mereka lakukan,

karena mereka adalah sumber perkataan buruk tentang wanita-wanita

mu‟minat dan penyebaran kekejian di tengah-tengah kaum mu‟minin, serta

contoh teladan yang buruk bagi orang-orang yang berbicara tentang

kekejian itu, maka mereka berhak menerima dosa penyebaran kekejian itu

dan dosa orang yang membicarakannya. 12

Asbabun Nuzul : Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa ayat diatas

turun khusus berkenaan dengan istri-istri Nabi. (Diriwayatkan oleh at-Thabrani

yang bersumber dari adl-Dhahhak bin Muzahim).13

Pada ayat di atas dapat dipahami bahwa Nabi saw, memerintahkan agar

mendoakan orang-orang yang berhujjah dan membantah masalah isa, yang terdiri

dari kalangan Ahli Kitab, agar berkumpul, lelaki, wanita, dan anak-anaknya. Nabi

pun beserta kaum Mukminin, laki-laki , wanita, atau anak-anak. Lalu, bersama-

sama beribtihâl kepada Allah SWT agar dia melaknat orang yang bohong dalam

ucapannya tentang Nabi Isa as.14

Sedangkan ayat sesudahnya menerangkan

tentang kaum Ahli Kitab yang menyembunyikan agama islam dan kenabian

Muhammad saw. – padahal mereka mengetahui dari kitab Taurat dan Injil – maka

mereka itu termasuk orang yang pantas dijauhkan dari rahmat Allah. Mereka juga

pantas mendapat laknat dari para malaikat dan umat manusisa karena perbuatan

mereka, yakni menyembunyikan kebenaran. Setelah Allah melaknat Para Ahli

Kitab yang menyembunyikan kebenaran, 15

Allah menjelaskan para suami yang

12

Ahmad Mustafâ al-Marâghî, Tafsîr al-Marâghî, (Kairo: Dâr al-Kutub al-Ilmiyyah,

1992), jilid 6 h. 152 13

Qamaruddin Shaleh, Asbabun Nuzul, (Bandung: CV. DIPONEGORO 1995) h. 379 14

Ahmad Mustafâ al-Marâghî, Tafsîr al-Marâghî, (Kairo: Dâr al-Kutub al-Ilmiyyah,

1992), jilid 1 h. 154-156 15

Ahmad Mustafâ al-Marâghî, Tafsîr al-Marâghî, (Kairo: Dâr al-Kutub al-Ilmiyyah,

1992), jilid 1 h. 54

Page 60: LAKNAT DALAM PANDANGAN AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4958/1/ISMAIL... · Huruf Arab Huruf Latin Keterangan ... tunggal atau monoftong dan vokal rangkap

46

menuduh istrinya berbuat zina tanpa mempunyai para saksi yang menguatkan

kebenaran tuduhannya itu, maka masing-masing suami itu wajib bersumpah

empat kali bahwa dia telah berkata benar dalam tuduhannya itu, dan pada sumpah

yang kelima dia mengatakan bahwa laknat Allah ditimpakan kepadanya jika dia

termasuk orang-orang yang berkata dusta dalam tuduhannya itu.16

Dan kemudian

dilanjutkan dengan ancaman atau hukuman orang yang menuduh orang-orang

baik sebagai orang sering perbuatan yang keji dan penyebaran kekejian di tengah-

tengah kaum mu‟minin, serta contoh teladan yang buruk bagi orang-orang yang

berbicara tentang kekejian itu, maka mereka berhak menerima dosa penyebaran

kekejian itu dan dosa orang yang membicarakannya.17

2. Laknat Terhadap Orang Yang Zalim

Ada beberapa ayat al-Qur‟an yang mengecam orang-orang zalim dengan

laknat Allah. Diantaranya ialah terdapat pada Q.S. al-A’râf /7: 44, Q.S. Hȗ d/11:

18, Q.S. al-Mu’min/40: 52,

“Dan penghuni-penghuni surga berseru kepada penghuni-penghuni neraka

(dengan mengatakan): "Sesungguhnya Kami dengan sebenarnya telah

memperoleh apa yang Tuhan Kami menjanjikannya kepada kami. Maka Apakah

kamu telah memperoleh dengan sebenarnya apa (‘adzâb ) yang Tuhan kamu

menjanjikannya (kepadamu)?" mereka (penduduk neraka) menjawab: "Betul".

kemudian seorang penyeru (malaikat) mengumumkan di antara kedua golongan

16

Ahmad Mustafâ al-Marâghî, Tafsîr al-Marâghî, (Kairo: Dâr al-Kutub al-Ilmiyyah,

1992), jilid 6 h. 73 17

Ahmad Mustafâ al-Marâghî, Tafsîr al-Marâghî, (Kairo: Dâr al-Kutub al-Ilmiyyah,

1992), jilid 6 h. 152

Page 61: LAKNAT DALAM PANDANGAN AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4958/1/ISMAIL... · Huruf Arab Huruf Latin Keterangan ... tunggal atau monoftong dan vokal rangkap

47

itu: "Kutukan Allah ditimpakan kepada orang-orang yang zalim,” (Q.S. al-A’râf

/7: 44)

“Menurut Al-Marâghî: Sesungguhnya, penghuni surga ketika mereka

telah tinggal di dalamnya, dan penghuni neraka ketika telah tinggal di

dalamnya, maka apabila para penghuni surga itu menghadapkan

penglihatan mereka kepada penghuni neraka, maka bertanyalah penghuni

surga kepada penghuni neraka dengan pertanyaan yang mengungkapkan

kebanggaan atas keadaan mereka yang baik, dan dengan pertanyaan

ejekkan yang mengingatkan kejahatan penghuni neraka atas diri mereka

sendiri yang mendustakan para Rasul Allah, di samping pertanyaan yang

menetapkan kepada mereka oleh para Rasul bagi orang yang beriman dan

bertakwa, berupa surga-surga yang penuh kenikmatan. Lalu, kata mereka

kepada para penghuni neraka itu: sesungguhnya kami telah mendapati

kenikmatan dan kemuliaan yang telah dijanjikan oleh Tuhan kami lewat

para Rasul-Nya adalah benar-benar menjadi kenyataan, tanpa diragukan

lagi. Dan inilah kami tengah menikmati apa yang tak pernah dilihat oleh

mata, tak pernah didengar telinga, dan tak pernah terlintas dalam hati

seseorang pun. Maka, apakah kalian mendapati kehinaan dan siksaanyang

pernah diancamkan kepadamu oleh Tuhanmu telah menjadi kenyataan

pula? Penghuni neraka berkata : Ya, kami mendapati apa yang diancamkan

kepada kami oleh Tuhan kami benar-benar telah menjadi kenyataan,

sebagaimana pernah disampaikan kepada kami lewat para Rasul. Dan

buntut dari soal jawab dan kalahnya hujjah penghuni neraka itu adalah,

bahwa seorang penyeru mengumumkan dengan katanya: Laknat Allah-lah

atas orang-orang menganiaya diri sendiri, yang berbuat jahat terhadap diri

sendiri dengan melakukan hal-hal yang menyebabkan dirinya tidak

memperoleh nikmat yang abadi.18

“Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang membuat-buat Dusta

terhadap Allah?. mereka itu akan dihadapkan kepada Tuhan mereka, dan Para

saksi akan berkata: "Orang-orang Inilah yang telah berdusta terhadap Tuhan

mereka". Ingatlah, kutukan Allah (ditimpakan) atas orang-orang yang zalim”.

(Q.S. Hȗ d/11: 18)

Tafsiran kata-kata sulit:

Al-Asyhâd : Jamak dari Syahid (saksi)

18

Ahmad Mustafâ al-Marâghî, Tafsîr al-Marâghî, (Kairo: Dâr al-Kutub al-Ilmiyyah,

1992), jilid 5 h. 213-214

Page 62: LAKNAT DALAM PANDANGAN AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4958/1/ISMAIL... · Huruf Arab Huruf Latin Keterangan ... tunggal atau monoftong dan vokal rangkap

48

Al-La’natu : Terusir dari Rahmat.

“Menurut Al-Marâghî: Tidak ada seorang pun yang lebih aniaya

terhadap dirinya dan orang lain, dibanding orang yang mengada-adakan

kedustaan terhadap Allah mengenai firman-firman Allah atau pekerjaan-

pekerjaan-Nya, hukum-hukum-Nya, sifat-sifat-Nya atau dalam hal

menganggap adanya pemberi syafa‟at para wali tanpa izin-Nya atau dalam

menyangka bahwa Allah itu mempunyai anak dari kalangan para

Malaikat-malaikat iru anak-anak perempuan Allah. Juga orang-orang

Nasrani yang juga mengatakan bahwa al-Masih itu anak Allah, atau dalam

mendustakan ajaran yang dibawah oleh para Rasul, supaya orang-orang

berpaling dari jalan Allah. Dan pada hari kiamat, perbuatan dan perkataan

mereka diajukan di hadapan Tuhan supaya mereka diperhitungkan. Di

sanalah para saksi yang member kesaksian atas mereka. Yaitu, para

malaikat, para Nabi, dan orang-orang mu‟min yang saleh. Mereka berkata,

“orang-orang itulah yang dulu mendustakan Tuhan mereka dengan

mengada-adakan kedustaan terhadap Allah. Dengan kesaksian seperti

inilah orang-orang zalim ini dipermalukan dengan kepastian yang

dibarengi dengan kutukan yang menunjukkan bahwa mereka terusir dari

lingkaran rahmat. 19

“(yaitu) hari yang tidak berguna bagi orang-orang zalim permintaan

maafnya dan bagi merekalah la'nat dan bagi merekalah tempat tinggal yang

buruk”.(Q.S. al-Mu’min/40: 52)

“Menurut Al-Marâghî: Yaitu hari ketika alasan yang disampaikan oleh

orang-orang musyrik itu tidak berguna bagi mereka. Karena mereka

menyampaikan alasan yang tak lain berupa kebatilan pula, sebagaimana

Alla SWT menceritakan tentang perkataan mereka:

"Demi Allah, Tuhan Kami, Tiadalah Kami mempersekutukan Allah".(Qs.

al-An‟am, 6:23)

Dan pada hari itu mereka mendapatkan kutukan dan pengusiran dari

rahmat Allah, dan mereka mendapatkan pula sesuatu yang terburuk di

akhirat, yaitu azab yang pedih dan tinggaldalam neraka yang terburuk.20

Munasabah ayat: Pada ayat-ayat yang lalu diterangkan bahwa yang

mengingkari ayat-ayat Allah itu hanyalah orang-orang kafir saja. Juga terdapat

19

Ahmad Mustafâ al-Marâghî, Tafsîr al-Marâghî, (Kairo: Dâr al-Kutub al-Ilmiyyah,

1992), jilid 3 h. 20

Ahmad Mustafâ al-Marâghî, Tafsîr al-Marâghî, (Kairo: Dâr al-Kutub al-Ilmiyyah,

1992),), jilid 8 h. 82

Page 63: LAKNAT DALAM PANDANGAN AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4958/1/ISMAIL... · Huruf Arab Huruf Latin Keterangan ... tunggal atau monoftong dan vokal rangkap

49

bantahan Allah terhadap orang-orang kafir itu dengan mengemukakan bukti-bukti

kebenaran ayat-ayat-Nya, untuk menghibur hati Rasulullah saw dan orang-orang

beriman dalam menghadapi tantangan serta sikap permusuhan kaumnya. Pada

ayat-ayat berikut ini diterangkan bahwa Allah berjanji akan menolong para rasul-

Nya dan orang-orang yang beriman serta memberikan kebahagiaan di dunia dan di

akhirat.21

Pada ayat diatas menjelaskan Sesungguhnya, orang-orang yang zalim di

sini, yang dimaksud ialah orang-orang yang berpaling dari menempuh jalan Allah

yang dapat menyampaikan kepada keridhaan dan pahala-Nya, serta mencegah

orang lain dari menempuh jalan itu, di samping menginginkan agar jalan itu

bengkok, hingga tak bisa ditempuh oleh seorang pun.

Dan pada hari kiamat, perbuatan dan perkataan mereka diajukan di hadapan

Tuhan supaya mereka diperhitungkan. Di sanalah para saksi yang member

kesaksian atas mereka. Yaitu, para malaikat, para Nabi, dan orang-orang mu‟min

yang saleh. Mereka berkata, “orang-orang itulah yang dulu mendustakan Tuhan

mereka dengan mengada-adakan kedustaan terhadap Allah. Dengan kesaksian

seperti inilah orang-orang zalim ini dipermalukan dengan kepastian yang

dibarengi dengan kutukan yang menunjukkan bahwa mereka terusir dari lingkaran

rahmat.22

Dan ketika itu permintaan maafnya tidak berguna, dan pada hari itu

mereka mendapatkan kutukan dan pengusiran dari rahmat Allah, dan mereka

21

Departemen Agama RI, al-Quran dan Tafsirnya (edisi yang disempurnakan),(Jakarta:

Depeartemen Agama RI, 2004), jild. 8 h.554 22

Ahmad Mustafâ al-Marâghî, Tafsîr al-Marâghî, (Kairo: Dâr al-Kutub al-Ilmiyyah,

1992), jilid 3 h. 113-114

Page 64: LAKNAT DALAM PANDANGAN AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4958/1/ISMAIL... · Huruf Arab Huruf Latin Keterangan ... tunggal atau monoftong dan vokal rangkap

50

mendapatkan pula sesuatu yang terburuk di akhirat, yaitu ‘azâb yang pedih dan

tinggal dalam neraka yang terburuk.23

3. Orang-Orang Yang Ingkar (Kafir, Musyrik)

Seperti yang terdapat dalam al-Qur‟an tentang laknat bagi orang-orang

yang ingkar (kafir, musyrik) diantaranya Q.S. al-Qasas/28: 42, Q.S. Hud/11: 60,

Q.S. al-Baqarah/2: 88, 89, Q.S. Ali imran/3: 87, Q.S. Ar-ra’d /13: 25 dan Q.S. al-

Mâidah/5: 13, 60.

“Dan Kami ikutkanlah laknat kepada mereka di dunia ini; dan pada hari

kiamat mereka Termasuk orang-orang yang dijauhkan (dari rahmat Allah). (Q.S.

al-Qasas/28: 42)

Penafsiran kata-kata sulit.

- La’natun : pengusiran dari rahmat.

- Minal maqbȗ hîn : orang-orang yang dihinakan

“Menurut Al-Marâghî: Kami tetapkan bagi Fir‟aun dan kaumnya di

dunia ini harus mendapat kenistaan dan kemurkaan dari kami. Karena itu

Kami tetapkan mereka menerima kebinasaan dan menjadi buah tutur yang

buruk. Di samping itu Kami perikutkan kepada mereka kutukan yang lain

pada hari kiamat, maka Kami timpakan kepada mereka kenistaan dan

kehinaan yang terus-menerus, tidak bisa lari darinya.24

23

Ahmad Mustafâ al-Marâghî, Tafsîr al-Marâghî, (Kairo: Dâr al-Kutub al-Ilmiyyah,

1992), jilid 8 h. 82 24

Ahmad Mustafâ al-Marâghî, Tafsîr al-Marâghî, (Kairo: Dâr al-Kutub al-Ilmiyyah,

1992) jilid 7 h. 82

Page 65: LAKNAT DALAM PANDANGAN AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4958/1/ISMAIL... · Huruf Arab Huruf Latin Keterangan ... tunggal atau monoftong dan vokal rangkap

51

“Dan mereka selalu diikuti dengan kutukan di dunia ini dan (begitu pula) di

hari kiamat. Ingatlah, Sesungguhnya kaum 'Ad itu kafir kepada Tuhan mereka.

ingatlah kebinasaanlah bagi kaum 'Ad (yaitu) kaum Huud itu.”( Q.S. Hȗ d/11: 60)

“Menurut Al-Marâghî : Dan mereka itu telah menerima kutukan di

dunia. Artinya bahwa setiap orang yang tahu akan kelakuan mereka, siapa

pun yang mengetahui jejak-jejak mereka, dan siapa pun yang mendengar

Rasul-rasul sesudah mereka tentang berita mereka, maka semuanya akan

mengutuk dan mereka pun akan mendapat laknat pada hari kiamat. Yaitu

ketika para saksi mengutuk orang-orang zalim, seperti mereka. Qatadah

mengatakan, mereka akan mendapatkan dua laknat dari Allah. Yaitu,

kutukan di dunia dan di akhirat. Kemudian Allah menegaskan tentang

kekafiran mereka dengan kesaksian-Nya, seraya berfirman: “Ingatlah

sesungguhnya kaum „Ad telah kafir terhadap nikmat-nikmat Tuhan yang

diberikan kepada mereka dengan mengingkari ayat-ayat-Nya, disamping

pendustaan terhadap para Rasul-Nya dengan sikap sombong dan

menentang”. Ingatlah kebinasaan bagi kaum „Ad, yaitu kaum Hud itu.

Kata-kata ini merupakan do‟a atas kebinasaan dan dijauhkannya mereka

dari rahmat Allah. Yakni, kata-kata yang juga merupakan pencatatan atas

mereka, bahwa mereka patut dibinasakan, juga pernyataan bahwa

kebinasaan itu berlaku selama-lamanya.25

“Dan mereka berkata: "Hati Kami tertutup". tetapi sebenarnya Allah telah

mengutuk mereka karena keingkaran mereka; Maka sedikit sekali mereka yang

beriman. (Q.S. al-Baqarah/2: 88).

“Menurut Al-Marâghî : “Mereka berkata: "Hati Kami berada dalam

tutupan (yang menutupi) apa yang kamu seru Kami kepadanya dan telinga

Kami ada sumbatan dan antara Kami dan kamu ada dinding, Maka

Bekerjalah kamu; Sesungguhnya Kami bekerja (pula). Merekalah orang-

orang yang mengatakan demikian, termasuk kaum Bani Israil yang hidup

semasa dengan diturunkannya al-Qur‟an. Jadi, Allah-lah yang sebenarnya

menjauhkan mereka dari rahmat Allah karena ingkarnya mereka terhadap

para nabi sebelumnya dan karena mereka tidak mengamalkan kandungan al-

Kitab, bahkan mereka berani merubah untuk memuaskan nafsu belaka. Pada

akhir ayat Allah SWT menuturkan sebab turunya laknat yang ditimpakan

kepada mereka. Jadi, bukan karena Allah berbuat aniaya terhadap mereka.

Tetapi justru merekalah yang menganiaya diri sendiri karena kekafiran dan

kemaksiatan yang dilakukan secara berkepanjangan. 26

25

Ahmad Mustafâ al-Marâghî, Tafsîr al-Marâghî, (Kairo: Dâr al-Kutub al-Ilmiyyah,

1992), jilid 3 h. 134-135 26

Ahmad Mustafâ al-Marâghî, Tafsîr al-Marâghî, (Kairo: Dâr al-Kutub al-Ilmiyyah,

1992), jilid 1 h. 164-166

Page 66: LAKNAT DALAM PANDANGAN AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4958/1/ISMAIL... · Huruf Arab Huruf Latin Keterangan ... tunggal atau monoftong dan vokal rangkap

52

Munasabah ayat: didalam ayat yang lalu Allah memberikan penegasan

tentang akibat yang akan menimpa orang-orang Yahudi, bahwa mereka akan

mendapat siksa yang berat karena mereka telah mementingkan kebahagiaan dunia

dari pada kebahagiaan akhirat. Kemudian ayat-ayat berikut ini Allah menerangkan

kejahatan orang-orang Yahudi di luar batas perikemanusiaan. Karena meskipun

mereka telah diberi petunjuk melalui beberapa rasul yang datang secara berturut-

turut, namun tidak saja petunjuk-petunjuk itu mereka abaikan, bahkan di antara

rasul-rasul itu ada yang didustakan dan ada pula yang dibunuh.27

“Dan setelah datang kepada mereka Al Quran dari Allah yang membenarkan

apa yang ada pada mereka, Padahal sebelumnya mereka biasa memohon

(kedatangan Nabi) untuk mendapat kemenangan atas orang-orang kafir, Maka

setelah datang kepada mereka apa yang telah mereka ketahui, mereka lalu ingkar

kepadanya. Maka la'nat Allah-lah atas orang-orang yang ingkar itu.”( Q.S. al-

Baqarah/2: 89)

“Menurut Al-Marâghî : Artinya, mereka mendukung kaum musyrik Arab

dan kaum kafir Makkah, sekalipun mereka memegang al-Kitab (Taurat).

Tetapi mereka juga mengatakan bahwa Kitab mereka akan menegakkan

ajaran tauhid yang didatangkan oleh Musa dan menghancurkan ajaran

berhala yang kalian (kaum musyrik arab) ikuti. Sebab kekafiran mereka

terhadap Rasulullah adalah karena mereka merasa iri hati kenapa yang

diangkat sebagai rasul adalah Nabi Muhammad, tetapi bukan kelompok

Yahudi? Hal inilah yang meyebabkan mereka ingkar terhadap kenabian

Muhammad saw. Maka Allah memberikan balasan kepada mereka, yakni

terusirnya mereka dari tanah Arab, sekaligus dijauhkan dari rahmat Allah.

Itulah balasan kekafiran mereka karena mengerti kebenaran tetapi

mengingkarinya.28

27

Departemen Agama RI, al-Quran dan Tafsirnya (edisi yang disempurnakan),(Jakarta:

Depeartemen Agama RI, 2004), h. 132 28

Ahmad Mustafâ al-Marâghî, Tafsîr al-Marâghî, (Kairo: Dâr al-Kutub al-Ilmiyyah,

1992), jilid 1 h. 167-169

Page 67: LAKNAT DALAM PANDANGAN AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4958/1/ISMAIL... · Huruf Arab Huruf Latin Keterangan ... tunggal atau monoftong dan vokal rangkap

53

Asbabun Nuzul: Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa kaum Yahudi

Khaibar dahulu memerangi kaum Ghathafan (Bangsa Arab). Tiap kali bertempur,

kaum Yahudi kalah. Kemudian kaum Yahudi meminta pertolongan dengan do‟a

ini: “Ya Allah, sesungguhnya kami meminta kepada-Mu dengan hak Muhammad,

Nabi yang Ummi, yang telah engkau janjikan kepada kami, akan Engkau utus Dia

diakhir zaman. Tidaklah Engkau akan menolong kami untuk mengalahkan

mereka?”

Apabila bertempur, mereka tetap berdo‟a dengan do‟a ini, sehingga kalahlah

kaum Ghathafan. Tetapi ketika Rasulullah diutus, mereka kufur terhadap Nabi

saw. Maka Allah menurunkan ayat ini (S. 2: 89) sebagai laknat kepada orang-

orangyang memohon pertolongan Allah, yang setelah dikabulkan

mengingkarinya. (Diriwayatkan oleh al-Hakim dalam kitab Al-Mustadrak dan al-

Baihaqi dalam kitab ad-Dala‟il dengan sanad yang lemah yang bersumber dari

Ibnu Abbas).29

“Mereka itu, balasannya Ialah: bahwasanya la'nat Allah ditimpakan kepada

mereka, (demikian pula) la'nat Para Malaikat dan manusia seluruhnya,”( Q.S. Ali

imrân/3: 87)

“Menurut Al-Marâghî : Mereka benar-benar pantas mendapatkan murka

Allah, selain murka para Malaikat dan umat manusia. Sebab, tatkala

mereka mengetahui ulah orang-orang tersebut, mereka pasti melaknatnya.

Sebab, perbuatan mereka sudah sepantasnya mendapatkan kutukan.

Mereka telah mengetahui bukti tetapi mengingkarinya, sebagaimana

firman Allah swt30

:

29

Qamaruddin Shaleh, Asbabun Nuzul, (Bandung: CV. DIPONEGORO 1995) h. 28 30

Ahmad Mustafâ al-Marâghî, Tafsîr al-Marâghî, (Kairo: Dâr al-Kutub al-Ilmiyyah,

1992), jilid 1 h. 205-206

Page 68: LAKNAT DALAM PANDANGAN AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4958/1/ISMAIL... · Huruf Arab Huruf Latin Keterangan ... tunggal atau monoftong dan vokal rangkap

54

„Dan berkata Ibrahim: "Sesungguhnya berhala-berhala yang kamu sembah

selain Allah adalah untuk menciptakan perasaan kasih sayang di antara

kamu dalam kehidupan dunia ini kemudian di hari kiamat sebahagian

kamu mengingkari sebahagian (yang lain) dan sebahagian kamu mela'nati

sebahagian (yang lain); dan tempat kembalimu ialah neraka, dan sekali-

kali tak ada bagimu Para penolongpun.”31

Azbabun Nuzul: dalam suatu riwayat lain dikemukakan bahwa seorang

laki-laki dari kaum Ansar murtad setelah masuk islam. Ia menyesal atas

kemurtadannya. Ia meminta meminta kepada kaumnya agar mengutus seseorang

menghadap Rasulullah saw untuk menanyakan apakaah diterima taubatnya. Maka

turunlah ayat tersebut di atas (Q.S. 3 Ali Imran: 87), dan disampaikan oleh utusan

itu kepadanya, sehingga ia pun kembali memeluk islam. (Diriwayatkan oleh

Musaddad di dalam musnad-nya dan „Abdurrazzaq, yang bersumber dari

mujahid).32

Munasabah Ayat: Ayat yang lalu telah membantah orang Yahudi yang

tidak mengakui kedatangan seorang Nabi dari bangsa arab karenanya

kesombongan dan kedengkian mereka. Maka pada ayat ini Allah menetapkan

kenabian Muhammad dengan mengemukakan alasan-alasan.33

31

Al-Quran dan Terjemahannya, DEPAG RI.,1997 (Q.S. al-Ankabut, 29:25) 32

Qamaruddin Shaleh, Asbabun Nuzul, (Bandung: CV. DIPONEGORO 1995) h. 105 33

Departemen Agama RI, al-Quran dan Tafsirnya (edisi yang disempurnakan),(Jakarta:

Depeartemen Agama RI, 2004), h. 513

Page 69: LAKNAT DALAM PANDANGAN AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4958/1/ISMAIL... · Huruf Arab Huruf Latin Keterangan ... tunggal atau monoftong dan vokal rangkap

55

“Orang-orang yang merusak janji Allah setelah diikrarkan dengan teguh

dan memutuskan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan dan

Mengadakan kerusakan di bumi, orang-orang Itulah yang memperoleh kutukan

dan bagi mereka tempat kediaman yang buruk (Jahannam).”( Q.S. Ar-ra’d /13:

25)

“Menurut Al-Marâghî: Allah mensifati orang-orang durhaka dengan

sifat-sifat yang merupakan sebab kerugian mereka: Orang-orang yang

merusak janji Allah yang diwajibkan atas para hamba-Nya dengan

menegakkan dalil-dalil ‘aqli, seperti janji mentauhidkan-Nya, mengakui

kekuasaan dan kehendak-Nya, beriman kepada para nabi dan wahyu, dan

sebagainya. Perusak janji tersebut seperti dengan tidak memperhatikannya,

sehingga tidak memungkinkan mereka mengerjakan tuntunannya. Atau

dengan memperhatikannya dan mengetahui kebenarannya, kemudian

mereka menentangnya dan tidak mengerjakan apa yang mereka ketahui

dan yakini kebenarannya. Min ba’di misâqihî berarti setelah mereka

mengakuinya dan mengikrarkan kebenarannya. Orang-orang memutuskan

hal-hal yang diperintahkan Allah supaya menghubungkannya, seperti

beriman kepada Allah dan kepada para Nabi yang membawa kebenaran,

maka mereka beriman kepada sebagian Rasul dan kafir kepada sebagian

yang lain; serta memutuskan hubungan silaturrahim, sehingga mereka

memerangi kaum mu‟minin dan menolong kaum kafir, serta mencegah

pemberian bantuan yang melahirkan rasa saling mencintai di antara kaum

mu‟minin.Dan orang-orang yang mengadakan kerusakan di bumi dengan

cara berbuat zalim terhadap diri mereka sendiri dan terhadap orang lain

dengan merampas harta mereka secara tidak benar, mengobarkan fitnah di

antara kaum muslimin, memaklumkan perang dan memperhatikan

permusuhan terhadap mereka. Kemudian, Allah menetapkan hukum bagi

mereka yang berhak diterima, karena mereka melakukan perbuatan yang

mengotori diri sendiri: Orang-orang yang memiliki sifat-sifat buruk dan

hina itu tidak akan memperoleh rahmat dan keridhaan Allah, bahkan akan

dijauhkan dari kebaikan di dunia dan di akhirat. Dan mereka akan

memperoleh akibat yang buruk, yaitu azab Jahannam, sebagai balasan

yang setimpal bagi amal buruk, kejahatan, dan dosa yang telah mereka

lakukan di dunia.34

34

Ahmad Mustafâ al-Marâghî, Tafsîr al-Marâghî, (Kairo: Dâr al-Kutub al-Ilmiyyah,

1992)), jilid 4 h. 113-114

Page 70: LAKNAT DALAM PANDANGAN AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4958/1/ISMAIL... · Huruf Arab Huruf Latin Keterangan ... tunggal atau monoftong dan vokal rangkap

56

“(Tetapi) karena mereka melanggar janjinya, Kami kutuki mereka, dan

Kami jadikan hati mereka keras membatu. mereka suka merobah Perkataan

(Allah) dari tempat-tempatnya, dan mereka (sengaja) melupakan sebagian dari apa

yang mereka telah diperingatkan dengannya, dan kamu (Muhammad) Senantiasa

akan melihat kekhianatan dari mereka kecuali sedikit diantara mereka (yang tidak

berkhianat), Maka maafkanlah mereka dan biarkan mereka, Sesungguhnya Allah

menyukai orang-orang yang berbuat baik.”( Q.S. al-Mâidah/5: 13)

Penafsiran kata-kata sulit:

La’annahum : Kami kutuk mereka. Maksudnya, Kami usir dan jauhkan

mereka dari rahmat Kami.

Qâsiyah: kering, keras dan nggan menerima kebenaran.

At-Tahrîf : merubah sesuatu dari tempatnya ke salahsatu sisi.

Al-Khâ’inah : Khianat.

Menurut Al-Marâghî : Maka, dikarnakan mereka melanggar janji yang

telah mereka ikrarkan, yang di antaranya ialah beriman dengan Rasullulah

yang diutus kepada mereka, menolong dan menghormati mereka, maka

kemudian Bani Israil mendapat kurukan dan murka Kami, dan dijauhkan

dari belas kasih Kami. Karenanya, dengan pelanggaran janji itu, rusaklah

fitrah mereka. Jiwa mereka menjadi kotor, hati mereka menjadi keras

membatu. Sampai, mereka membunuh para nabi-nabi mereka tanpa alasan

yang hak, dan menuduh yang tidak-tidak terhadap Maryam, di samping

menghina putranya yang diutus kepada mereka. Dengan semua perbuatan

itu, maka mereka dijauhkan dari rahmat Allah. Merubah firman Allah dari

tempatnya bisa terjadi, terkadang merubah lafal-lafal, yang semestinya di

depan dibelakang, atau sebaliknya, menambah dan mengurangi.

Terkadang, dengan merubah makna-makna, yakni mengartikan lafal-lafal

secara tidak benar, yang masing-masing dari perubahan-perubahn tersebut

benar-benar dialami oleh kitab Taurat maupun kitab-kitab Bani Israil

lainnya. Bahwa kaum Yahudi telah kehilangan kitab mereka, yaitu ketika

bangsa Babilonia membakar kuil dan merobohkan kota mereka, kemudian

menangkap hidup-hidup orang yang masih tinggal. Dan ketika mereka

mendapatkan kemerdekaan kembali, maka mereka himpun kembali apa

yang masih sepat mereka hafal, dengar dan amalkan dari Taurat. Maksud

ayat, sesungguhnya engkau hai Nabi Muhammad, akan senantiasa melihat

penghianatan demi penghianatan yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi

itu. Oleh sebab itu, jangan sekali-kali kamu menyangka aman dari tipu

daya mereka, sekalipun kamu telah member jaminan atas keamanan jiwa

mereka. Karena, mereka memang kaum yang tidak setia dan tidak bisa

dipercaya. Kalau janji dan sumpah dari Allah saja sudah berani mereka

langgar, mana mungkin diharap kesetiaan mereka? Dan mana mungkin

diaharap amanatnya? Kecuali sedikit saja di antara mereka yang tidak

Page 71: LAKNAT DALAM PANDANGAN AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4958/1/ISMAIL... · Huruf Arab Huruf Latin Keterangan ... tunggal atau monoftong dan vokal rangkap

57

berkhianat, seperti Abdullah bin Salam dan kawan-kawan yang masuk

islam dan membenarkan Allah dan rasul-Nya. kepada kelompok ini jangan

sekali-kali kamu berburuk sangka, dan tak perlu khawatir mereka

melakukan penghianatan dan penipuan. Maka, maafkanlah mereka yang

hanya sedikit itu atas keteledorannya, dan ampunilah kekeliruannya,

perlakukanlah mereka kebaikan yang diridhoi Allah. Karena, kamulah

orang yang patut melakukan apa yang disukai dan diridhoi Allah.35

“Katakanlah: "Apakah akan aku beritakan kepadamu tentang orang-orang

yang lebih buruk pembalasannya dari (orang-orang fasik) itu disisi Allah, Yaitu

orang-orang yang dikutuki dan dimurkai Allah, di antara mereka (ada) yang

dijadikan kera dan babi dan (orang yang) menyembah thaghut?". mereka itu lebih

buruk tempatnya dan lebih tersesat dari jalan yang lurus.”( Q.S. al-Mâidah/5: 60)

Menurut al-Marâghî : Dipakainya kata al-Masȗ bah untuk arti balasan

yang baik, adalah lebih banyak dari pada untuk arti balasan yang buruk.

Maksud ayat, apakah akan aku beritakan kepadamu, hai orang yang

memperolok-olokkan agama kami dan serua azan kami, tentang sesuatu

yang lebih buruk balasan dan ganjaran di sisi Allah daripada perbuatanmu

ini? Pernyataan seperti ini mengundang pertanyaan pula dari mereka

tentang apa yang dikatakan lebih buruk. Maka, Allah Ta‟ala menjawab

pertanyaan mereka dengan firman-Nya:

“orang yang dikutuki Allah…….”, maksudnya ialah “balasan orang yang

dikutuki Allah….”

Adapun maksud dari ayat di atas ialah, bahwa yang lebih buruk

balasannya dan ganjarannya daripada perbuatannya itu adalah balasan

orang yang dikutuk dan dimurkai Allah, yang di antara mereka ada yang

dijadikan kera dan babi, juga balasan orang yang menyembah tagut.

Sesungguhnya, orang-orang yang bersifat huna dan keji seperti tersebut di

atas, itulah orang-orang terburuk tempatnya. Karenanya, tempat mereka di

akhirat tak lain adalah neraka, dan mereka itulah orang-orang yang paling

35

Ahmad Mustafâ al-Marâghî, Tafsîr al-Marâghî, (Kairo: Dâr al-Kutub al-Ilmiyyah,

1992)), jilid 2 h. 124-125

Page 72: LAKNAT DALAM PANDANGAN AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4958/1/ISMAIL... · Huruf Arab Huruf Latin Keterangan ... tunggal atau monoftong dan vokal rangkap

58

sesat dari jalan yang lurus dan pertengahan, yaitu jalan yang tidak terlalu

berlebih-lebihan dan tidak terlalu melengahkan.36

Pada ayat di atas menerangkan tentang orang yang mengetahui

kejelekannya maka mereka pun ikut mengutuknya, 37

seperti tentang kaum „Ad ,

Bani Israil dan Fir‟aun serta kaumnya yang kafir terhadap nikmat-nikmat Allah

dan mengingkari ayat-ayat-Nya serta mereka berbuat sombong terhadapnya

sehingga dampak perbuatan mereka itu membuat mereka melakukan perbuatan

maksiat secara berkepanjangan dan Allah menutup hati mereka karena mereka

sendiri yang menganiaya diri mereka sendiri dan keingkaran di dunia sehingga

Allah melaknat mereka dan mendapat kenistaan dan murka-Nya dan tidak bisa lari

darinya sampai hari kiamat nanti. 38

4. Laknat Bagi Orang-Orang Munafik

Di antara ayat yang dijelaskan oleh Allah tentang laknat bagi orang munafik

ialah yang terdapat dalam surat al-Fath [48]: 6: Q.S. al-Taȗ bah/9: 68.

“Dan supaya Dia meng’adzâb orang-orang munafik laki-laki dan

perempuan dan orang-orang musyrik laki-laki dan perempuan yang mereka itu

berprasangka buruk terhadap Allah. mereka akan mendapat giliran (kebinasaan)

yang amat buruk dan Allah memurkai dan mengutuk mereka serta menyediakan

bagi mereka neraka Jahannam. dan (neraka Jahannam) Itulah sejahat-jahat tempat

kembali.”( al-Fath [48]: 6)

36

Ahmad Mustafâ al-Marâghî, Tafsîr al-Marâghî, (Kairo: Dâr al-Kutub al-Ilmiyyah,

1992), jilid 2 h. 153-154 37

Ahmad Mustafâ al-Marâghî, Tafsîr al-Marâghî, (Kairo: Dâr al-Kutub al-Ilmiyyah,

1992), jilid 1 h. 205-206 38

Ahmad Mustafâ al-Marâghî, Tafsîr al-Marâghî, (Kairo: Dâr al-Kutub al-Ilmiyyah,

1992), jilid 3 h. 134-135

Page 73: LAKNAT DALAM PANDANGAN AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4958/1/ISMAIL... · Huruf Arab Huruf Latin Keterangan ... tunggal atau monoftong dan vokal rangkap

59

Menurut al-Marâghî : Dan supaya Allah mengazab orang-orang munafik

dan orang-orang musyrik, baik lelaki maupun perempuan yang

berprasangka buruk kepada Allah di dunia, dengan menurunkan kesedihan

dan kesusahan kepada mereka dikarenakan lebih unggulnya orang-orang

islam, dan karena kemenangan islam dan kalahnya orang-orang yang

melawannya, sebagaimana mereka saksikan, di samping karena Nabi saw

dapat menguasai mereka dengan kemampuannya untuk membunuh,

melawan dan memperbudak mereka dan supaya Allah mengazab mereka

di dunia dan azab Jahannam di akhirat. Kesimpulannya, bahwa kedua

golongan munafik dan musyrik itu menuduh bahwa Allah takkan

menolong rasul-Nya maupun orang-orang mukmin terhadap orang-orang

kafir. Namun Allah SWT mengutuk orang-orang munafik dan musyrik,

bahwa mereka akan ditimpa kerusakan-kerusakan dan bencana-bencana

yang mereka sangka akan menimpa orang-orang mukmin. Firman-Nya:

Justru merekalah yang akan diliputi oleh bencana-bencana dan mereka

akan ditimpa kerusakan-kerusakan yang mereka tunggu-tunggu agar

menimpa orang-orang mukmin, berupa pembunuhan, penangkapan

maupun penawanan. Selanjutnya Allah menerangkan tentang murka dan

laknat-Nya yang mereka terima.

Dan mereka mendapat murka dari Allah, dan Allah menjauhkan Mereka

sejauh-jauhnya dari rahmat-Nya, dan Dia menyediakan bagi mereka

neraka Jahannam yang bakal mereka masuki pada hari kiamat, dan

jahannam itu adalah seburuk-buruk tempat singgah yang akan disinggahi

oleh orang-orang munafik dan orang-orang musyrik laki-laki maupun

perempuan.39

“Allah mengancam orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan

orang-orang kafir dengan neraka Jahannam, mereka kekal di dalamnya. cukuplah

neraka itu bagi mereka, dan Allah mela'nati mereka, dan bagi mereka ‘adzâb

yang kekal”.( Q.S. al-Taȗ bah/9: 68)

39

Ahmad Mustafâ al-Marâghî, Tafsîr al-Marâghî, (Kairo: Dâr al-Kutub al-Ilmiyyah,

1992), jilid 9 h. 167-168

Page 74: LAKNAT DALAM PANDANGAN AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4958/1/ISMAIL... · Huruf Arab Huruf Latin Keterangan ... tunggal atau monoftong dan vokal rangkap

60

Menurut al-Marâghî : Allah menjanjikan bagi mereka semua neraka

jahannam yang akan mereka masuki, mereka kekal berada di dalamnya.

Allah mendahulukan orang-orang munafik atas orang-orang kafir dalam

ancaman ini, untuk menunjukkan bahwa meski orang-orang munafik itu

memperlihatkan keimanan dan mengerjakan perbuatan-perbuatan islam,

namun mereka lebih buruk dari pada orang-orang kafir, terutama orang-

orang di antara mereka yang memeluk agama yang telah disimpangkan

atau telah dihapuskan, seperti Ahli Kitab.

Sesungguhnya di dalam neraka Jahannam terdapat balasan atas amal

mereka yang cukup sebagai siksaan bagi mereka di akhirat. Di samping

itu, Allah mengutuk mereka di dunia dan di akhiratdengan tidak memberi

mereka rahmat yang hanya berhak dimiliki oleh kaum Mu‟minin yang

benar. Mereka juga akan mendapatkan azab yang kekal selain azab neraka

Jahannam, seperti angin panas yang membakar muka mereka, air mendidih

yang menghancurkan isi perut mereka, serta makanan berupa pohon

berduri yang tidak akan mengemukkan, tidak mengenyangkan, di samping

mereka tidak akan dapat bertemu dengan Allah dan tidak akan

mendapatkan kemurahan-Nya, serta ditutupi sehingga tidak dapat melihat-

Nya, sebagaimana firman Allah dalam surat al-Mutaffifin (83: 15-26).

“Sekali-kali tidak, Sesungguhnya mereka pada hari itu benar-benar

tertutup dari (rahmat) Tuhan mereka. Kemudian, Sesungguhnya mereka

benar-benar masuk neraka.”40

Dan pada ayat selanjutnya Allah meng’adzâb orang-orang munafik dan

orang-orang musyrik, baik lelaki maupun perempuan yang berprasangka buruk

kepada Allah di dunia, dengan mengingkari janji Allah dan menurunkan

kesedihan dan kesusahan kepada mereka dikarenakan lebih unggulnya orang-

orang islam. Kesimpulannya, bahwa kedua golongan munafik dan musyrik itu

menuduh bahwa Allah takkan menolong rasul-Nya maupun orang-orang mukmin

terhadap orang-orang kafir.

Dan mereka mendapat murka dari Allah, dan Allah menjauhkan Mereka

sejauh-jauhnya dari rahmat-Nya, dan Dia menyediakan bagi mereka neraka

40

Ahmad Mustafâ al-Marâghî, Tafsîr al-Marâghî, (Kairo: Dâr al-Kutub al-Ilmiyyah,

1992), jilid 2 h. 287-288

Page 75: LAKNAT DALAM PANDANGAN AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4958/1/ISMAIL... · Huruf Arab Huruf Latin Keterangan ... tunggal atau monoftong dan vokal rangkap

61

Jahannam yang bakal mereka masuki pada hari kiamat, dan jahannam itu adalah

seburuk-buruk tempat singgah yang akan disinggahi oleh orang-orang munafik

dan orang-orang musyrik laki-laki maupun perempuan.41

Allah mendahulukan orang-orang munafik atas orang-orang kafir dalam

ancaman ini, untuk menunjukkan bahwa meski orang-orang munafik itu

memperlihatkan keimanan dan mengerjakan perbuatan-perbuatan islam, namun

mereka lebih buruk dari pada orang-orang kafir, terutama orang-orang di antara

mereka yang memeluk agama yang telah disimpangkan atau telah dihapuskan,

seperti Ahli Kitab. 42

Sesungguhnya di dalam neraka Jahannam terdapat balasan atas amal mereka

yang cukup sebagai siksaan bagi mereka di akhirat. Di samping itu, Allah

mengutuk mereka di dunia dan di akhiratdengan tidak memberi mereka rahmat

yang hanya berhak dimiliki oleh kaum Mu‟minin yang benar. Mereka juga akan

mendapatkan ‘adzâb yang kekal selain ‘adzâb neraka Jahannam, seperti angin

panas yang membakar muka mereka, air mendidih yang menghancurkan isi perut

mereka, serta makanan berupa pohon berduri yang tidak akan mengemukkan,

tidak mengenyangkan, di samping mereka tidak akan dapat bertemu dengan Allah

dan tidak akan mendapatkan kemurahan-Nya.

41

Ahmad Mustafâ al-Marâghî, Tafsîr al-Marâghî, (Kairo: Dâr al-Kutub al-Ilmiyyah,

1992), jilid 9 h. 167-168 42

Ahmad Mustafâ al-Marâghî, Tafsîr al-Marâghî, (Kairo: Dâr al-Kutub al-Ilmiyyah,

1992), jilid 2 h. 124-125

Page 76: LAKNAT DALAM PANDANGAN AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4958/1/ISMAIL... · Huruf Arab Huruf Latin Keterangan ... tunggal atau monoftong dan vokal rangkap

62

C. Analisa Terhadap Penafsiran Mustafa Al-Marâghi Tentang Laknat.

Dalam melakukan analisa ini, penulis hanya mengambil dari sisi objek yang

terkena laknat dan sebab Allah menurunkan laknat kepada mereka. Ada beberapa

objek /pelaku yang terkena laknat dari Allah diantaranya: orang-orang zalim,

orang-orang berdusta, ingkar (kafir atau musyrik) dan orang-orang munafik.

1. Orang-Orang Zalim

Kezhaliman yang terbesar dari jenis ini adalah kufur (mengingkari Allah),

Syirik (Menyekutukan Allah), dan Musyrik. Mempersekutukan yang lain dengan

Allah adalah aniaya paling besar. Sebab tujuan hidup bisa jadi pecah berderai.

Menurut al-Marâghî bahwa orang-orang zalim yaitu orang-orang yang berpaling

dari menempuh jalan Allah yang dapat menyampaikan kepada keridhaan dan

pahala-Nya dan orang-orang mendustakan Tuhan mereka dengan mengada-

adakan kedustaan terhadap Allah. Menurut pandangan saya bahwa al-Marâghî

memandang orang-orang yang zalim kebanyakan sikapnya tertuju kepada

Rabbnya, seperti mengada-ngada atau mendustakan Allah. Sedangkan ketika saya

melihat tafsir Hamka bahwa bukan hanya kepada Rabbnya seseorang bisa terkena

laknat, tetapi kepada diri sendiri atau kepada orang lain. Seperti contoh menzalimi

diri sendiri, contohnya mabuk-mabukan, membuat keonaran dan lain-lain. 43

Jadi penulis berkesimpulan bahwa orang-orang yang zalim yang terkena

laknat bukan hanya kepada Rabbnya akan tetapi kepada dirinya sendiri atau orang

lain yang mereka zalimi.

43

Hamka, Tafsîr Al-Azhâr, (Pustaka Panjimas, Jakarta 1989).hal:179.

Page 77: LAKNAT DALAM PANDANGAN AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4958/1/ISMAIL... · Huruf Arab Huruf Latin Keterangan ... tunggal atau monoftong dan vokal rangkap

63

2. Orang-Orang Yang Ingkar (Kafir)

Menurut al-Marâghî bahwa orang-orang yang ingkar, kafir atau musyrik itu

adalah orang-orang yang mengingkari ayat-ayat Allah serta mereka berbuat

sombong terhadapnya sehingga dampak perbuatan mereka itu membuat mereka

melakukan perbuatan maksiat sehingga Allah melaknat mereka,44

seperti tentang

kaum „Ad , Bani Israil dan Fir‟aun serta kaumnya yang kafir terhadap nikmat-

nikmat Allah.

Sedangkan menurut Hamka Bahwa yang termasuk orang-orang kafir adalah

siapa saja menolak islam membencinya, memusuhinya, memeranginya, membuat

dan melaksanakan hukum selain hukum Allah. Kategori kafir juga dapat

dikenakan kepada mereka yang merendahkan serta menganggap bahwa hukum

ciptaan manusia lebih baik dan lebih tepat untuk dilaksanakan serta lebih mampu

menjawab problema masyarakat modern yang terdiri dari berbagai suku, agama,

ras, dari pada hukum Allah. Termasuk kafir juga orang yang mengangkat

pemimpin selain orang yang beriman (Yahudi, Nasrani dan sejenisnya), sebagai

pemimpin mereka dengan meninggalkan orang-orang yang beriman. Mereka

merasa aman dan mencari kemuliaan di sisi orang-orang kafir, mereka tidak

menyukai kejayaan dan kemajuan orang-orang Islam, sebaliknya merasa gembira

jika umat islam mendapat musibah dan kekalahan, merekalah orang-orang kafir

lagi zalim.45

Jadi penulis berkesimpulan bahwa orang yang ingkar, kafir atau

musyrik kebih banyak yang berhubungan dengan Tuhan, karena ingkar, kafir atau

44

Ahmad Mustafâ al-Marâghî, Tafsîr al-Marâghî, (Kairo: Dâr al-Kutub al-Ilmiyyah,

1992), jilid 1 h. 205-206 45

Hamka, Tafsîr Al-Azhâr, (Pustaka Panjimas, Jakarta 1984).hal:99.

Page 78: LAKNAT DALAM PANDANGAN AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4958/1/ISMAIL... · Huruf Arab Huruf Latin Keterangan ... tunggal atau monoftong dan vokal rangkap

64

musyrik berhubungan dengan keimanan atau dengan ketauhidan seseorang. Jika

seseorang yang melanggarnya, maka Allah akan menurunkan laknat baginya.

3. Orang-Orang Munafik

Ayat diatas menjelaskan sebagian sifat-sifat orang munafik, yang

bermaksud menipu Allah dengan shalat, karena ketika mereka berdiri untuk

shalat, mereka berdiri dengan malas dan bermaksud riya. Yaitu melakukan suatu

amal tidak semata-mata mencari keridhaan Allah, tetapi untuk mencari pujian atau

polaritas di masyarakat, sementara mereka melakukan hal ii hanyalah sekali-kali

saja pada saat berada dihadapan orang banyak.

Dalam kitab tafsirnya ibnu katsir berkata, yang dikutip Hamka “ inilah sifat

orang munafik terhadap suatu amalan semulia-mulianya dan seutama-utamanya

dan sebaik-baiknya yaitu sembahyang. Kalau mereka berdiri akan mengerjakanya

merapun merasa malas, karena tidak ada niat terhadap sembahnyang itu tidak ada

imannya, dan tidak ada rasa takutnya kepada Allah dalam perasaan malam. Tetapi

hendaklah ia berdiri dengan muka jernih berseri. Dengan sebesar-besar keinginan

an kegembiraan. Sebab dia akan menyampaikan permohonan kepda allah dan

akan berhadapan dengan dia, dan Allah akan memberinya ampun dan akakan

memperkenankan doanya “Mereka hendak menonjol-nonjolkan kepada manusia”,

artinya, meskipun mereka mengerjakan sembahyang juga, namun maksud mereka

hanya semata-mata riya. Yaitu hendak mempertontonkan kepda manusia bahwa

dia orang sembahnya yang akan mengganggukesenangan nafsunya masalah dia

mengerjakan “46

.

46

Hamka, Tafsîr Al-Azhâr, (Pustaka Panjimas, Jakarta 1983).hal:332.

Page 79: LAKNAT DALAM PANDANGAN AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4958/1/ISMAIL... · Huruf Arab Huruf Latin Keterangan ... tunggal atau monoftong dan vokal rangkap

65

adapun orang disebut “munafik”, secara ringkas munafik itu dapat

disimpulkan antara lain adalah orang yang berpura-pura menampakkan

keislamannya dengan mengucapkan dua kalimah syahadat, mengerjakan shalat,

dan sebagainya.

4. Orang-Orang Musyrik

Syirik menurut etimologi adalah persekutuan atau bagian, sedangkan

menurut terminology adalah menyekutukan Allah dengan selain-Nya baik dalam

segi keyakinan, ucapan, ataupun perbuatan. Orang yang melakukan syirik disebut

musyrik. Perbuatan syrrik adalah dosa yang sangat besar dari semua dosa yang

dapat diapuni Allah yaitu syirik, terkecuali dosa syirik itu apabila ia dapat

bertaubat sebelum mati. 47

Sedangkan menurut al-Marâghî bahwa orang musyrik

ialah orang yang berprasangka buruk kepada Allah di dunia, dengan mengingkari

janji Allah dan orang tersebut akan dijauhkan dari rahmat Allah dan akan

dimurkai di akhirat kelak. Jadi penulis bisa mengambil kesimpulan bahwa

seseorang yang dianggap musyrik yaitu mereka yang orang yang menyekutukan

Allah, berprasangka buruk kepada Allah mengingkari janji Allah. Merekalah

orang-orang yang musyrik yang terkena laknat.

47

Hamka, Tafsîr Al-Azhâr, (Pustaka Panjimas, Jakarta 1984).hal: 38.

Page 80: LAKNAT DALAM PANDANGAN AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4958/1/ISMAIL... · Huruf Arab Huruf Latin Keterangan ... tunggal atau monoftong dan vokal rangkap

66

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian-uraian yang telah dipaparkan pada bab-bab

sebelumnya, maka dapat disimpulkan dari tulisan ini dengan merujuk kepada

rumusan masalah sebagai berikut:

Laknat menurut al-Marâghî adalah bermakna “jauh dan tersingkir dari

kebaikan.”, atau “tersingkir dan jauh dari rahmat Allah ‘azza wa jalla “. Jadi

apabila seseorang yang dilaknat Allah, maka mereka akan diusir dan dijauhkan

dari rahmat-Nya. Berbeda dengan kata laknat yang dipakai buat manusia atau

mahluk lainnya yang berarti bahwa mereka mendoakan atau memohon agar Allah

menimpakan balasan atau azab terhadap mereka yang melakukan perbuatan yang

dilaknat oleh Allah.

al-Marâghî mengemukakan bahwa orang-orang yang terkena laknat Allah

tidak lain adalah orang-orang yang menyakiti Allah dan Rasul-Nya, berbuat

ingkar, dusta dan berbuat maksiat kepada Allah umumnya kepada manusia dan

khususnya kepada Bani Israil dan orang-orang kafir. Allah sangatlah memurkai

dan melaknat mereka atas perbuatannya dan mengazab mereka dengan azab yang

sangat pedih. Na'udzubillah.

Dengan demikian, untuk menjauhkan dari laknat Allah adalah tidak lain

hanyalah memohon perlindungan, melaksanakan perintah-Nya dan selalu berbuat

Page 81: LAKNAT DALAM PANDANGAN AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4958/1/ISMAIL... · Huruf Arab Huruf Latin Keterangan ... tunggal atau monoftong dan vokal rangkap

67

amar ma’ruf nahi mungkar dimanapun berada, sehingga Allah menjauhkan

murka dan laknat-Nya.

Akhirnya kita berharap kepada Allah SWT.agar dapat memahami apa

yang diungkapkan oleh al-Marâghî mengenai penafsiran ayat-ayat laknat, dan

mampu mengarahkannya, yang hanya tidak berkonotasi pada sebuah perjuangan

semata, namun lebih dari itu adalah pewaris sifat illahiyah dalam diri kita. Amien.

B. Saran-saran

Dalam skripsi ini penulis hanya memfokuskan pada ayat-ayat laknat dalam

al-Qur’an yang ditafsirkan al-Marâghî dalam tafsirnya. Maka dari itu penulis

berharap dikemudian hari ada penulis yang menyempurnakan penelitian ini

dengan bahasan dan penafsiran yang lebih luas lagi. Karena penulis sadar

kesimpulan akhir dari skripsi ini tidak menutup kemungkinan ada kesimpulan lain

dari analisis yang dilakukan penulis.

Penulis juga berharap ada penelitian lanjutan yang lebih komprehensif,

terhadap ayat-ayat laknat dalam al-Qur’an dan tidak hanya menggunakan tafsir al-

Marâghî saja.

Terakhir, semoga skripsi ini bermanfaat dan memberikan sedikit

pengetahuan untuk penulis khususnya, para pembaca sekalian dan orang lain pada

umumnya. Amien.

Page 82: LAKNAT DALAM PANDANGAN AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4958/1/ISMAIL... · Huruf Arab Huruf Latin Keterangan ... tunggal atau monoftong dan vokal rangkap

68

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an dan Terjemahnya. Jakarta: DEPAG RI, 1997.

Akram, Ahmad. Târîkh ‘ilm al-Tafsîr wa Manâhîj al-Mufassîrîn. Penerjemah Ali

Hasan al-‘Aridl. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 1992.

al-Asfahâni, Al-Râghib. Mu’jam al-Mufradât fî al-fâdz al-Qur’an. Beirut: Dâr al-

Kutub al-‘ilmiyah, 2004.

al-Baqi, Muhammad Fuad Abdul. Majma’ al-Mufahras al-fâdz al-Qur’an al-

Karîm. Turky: Maktabah al-Islamiyyah, 1984.

al-Bukhârî, ‘Abdullâh Muhammad ibn Ismâ’îl. Sahih al-Bukhârî bi Hâsyah al-

Sanadî. T.tp:Dâr Nahr al-Nayl, t.t.

Departemen Agama RI. al-Quran dan Tafsirnya (edisi yang disempurnakan), Jilid

1 Jakarta: Departemen Agama RI, 2004.

-----------------------------. al-Quran dan Tafsirnya (edisi yang disempurnakan).

Jilid 8. Jakarta: Depeartemen Agama RI, 2004.

--------------------------------.al-Quran dan Tafsirnya (edisi yang disempurnakan).

Jilid 9. Jakarta: Depeartemen Agama RI, 2004.

Djalal, Abdul. Tafsir al-Maraghi dan Tafsir al-Nur Sebuah Studi Perbandingan,

Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga, 1985.

al-Farmawi, Abdul Hayy. Metode Tafsir Maudhu’I; Sebuah Pengantar.

Terjemahan Surya A. Samran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,

1996.

Fathurrahman, Fathurrahman. Indonesia: Maktabah Dahlan, t.t.

Ghafur, Saiful Amin. Profil Para Mufasir al-Quran. Yogyakarta: Pustaka Insan

Madani, 2008.

Hamka, Tafsîr Al-Azhâr. Juz 18. Jakarta: PT. Pustaka Panjimas.

Ibrahim, Majid Assayid. Wanita dan Laki-laki yang dilaknat. Jakarta: Gema Insan

Press, 1995.

al-Jauziah, Ibn Qayyim. Kiat Membersihkan Hati Dari Kotoran Dan Maksiat.

Jakarta: Pustaka Islam Klasik, t.t.

68

Page 83: LAKNAT DALAM PANDANGAN AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4958/1/ISMAIL... · Huruf Arab Huruf Latin Keterangan ... tunggal atau monoftong dan vokal rangkap

69

Manzȗr, Ibnu. Lisân al-Arab. Juz 1. Beirut: Dâr Sâdir, t.t.

al-Marâghî, Ahmad Mustafâ. Tafsîr al-Marâghî. Jilid 1. Kairo: Dâr al-Kutub al-

Ilmiyyah, 1992.

------------------------------. Tafsîr al-Marâghî, jilid 2. Kairo: Dâr al-Kutub al-

Ilmiyyah, 1992.

------------------------------. Tafsîr al-Marâghî. Jilid 3. Kairo: Dâr al-Kutub al-

Ilmiyyah, 1992.

------------------------------. Tafsîr al-Marâghî. Jilid 4. Kairo: Dâr al-Kutub al-

Ilmiyyah, 1992.

------------------------------. Tafsîr al-Marâghî. Jilid 5. Kairo: Dâr al-Kutub al-

Ilmiyyah, 1992.

------------------------------. Tafsîr al-Marâghî. Jilid 6. Kairo: Dâr al-Kutub al-

Ilmiyyah, 1992.

------------------------------. Tafsîr al-Marâghî. Jilid 7. Kairo: Dâr al-Kutub al-

Ilmiyyah, 1992.

------------------------------. Tafsîr al-Marâghî. Jilid 8. Kairo: Dâr al-Kutub al-

Ilmiyyah, 1992.

------------------------------. Tafsîr al-Marâghî. Jilid 9. Mesir: Dâr al-Kutub al-

Ilmiyyah, 1992.

------------------------------. Tafsîr al-Marâghî. jilid 1. Kairo: Mustafa al-Bab halabi

wa Auladuhu, 1963.

------------------------------. Tafsir al-Maraghi. Penerjemah Bachruddin AB. Lc.,

dan Drs. Hery Nur Ali. Semarang: CV. Toha Putra, t.t.

Munawwir, A. W. Kamus Arab-Indonesia. Surabaya: Pustaka Progresif, 2002.

Nuwayhid, Adil. Mu’jam al-Mufassîrîn Sadr al-Islam hatta al-Asr al-Hadir.

Beirut: Muassasah al-Nuwayhid al-Saqafiyah, 1409H/1988M.

Pusat Bahasa Depdiknas RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, diakses tanggal 22

Mei 2009 dari http:/pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/index.php

al-Razi, Muhammad Abu Bakr ‘Abd al-Qadir. Al-Tard wa al-Ib’ad mina l-khair.

Kairo: Mukhtaral-Sihhah, 1950.

al-Quran digital versi 2.1

Page 84: LAKNAT DALAM PANDANGAN AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4958/1/ISMAIL... · Huruf Arab Huruf Latin Keterangan ... tunggal atau monoftong dan vokal rangkap

70

Ridwan, Kafrawi. ed. Ensiklopedi Islam. Jakarta: PT. Ictiar Baru Van Hoeve,

1994.

Shaleh, Qamaruddin. Asbabun Nuzul. Bandung: CV. DIPONEGORO, 1995.

Shihab, M.Quraish. Membumikan Al-Qur’an. Jakarta: Mizan, 1992.

----------------------. Wawasan Al-Quran; Tafsir Maudhu’i atas Pelbagai Persoalan

Umat. Jakarta: Mizan, 2004.

----------------------. Tafsir al-Misbah pesan, kesan dan keserasian al-Qur’an. vol.

2. Jakarta: Lentera Hati.

al-Suyûti, Jalâl al-din ‘Abdurrahman ibn Abu Bakar, Jami’ Saghîr. Jilid. I. Kudus:

Menara Kudus, t.t.

Ath-Thabari, Abu Ja’far Muhammad bin Jarir. Tafsir ath-Thabari. Penerjemah

Ahsan Askan. Jakarta: pustaka Azzam, 2007.

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa

Indonesia. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka,

1080.

Zaini, Hasan. Tafsir Tematik ayat-ayat kalam Tafsir al-Maraghi. Jakarta:

Pedoman Ilmu jaya, 1997.

http://www.republika.co.id/berita/ensiklopedia-islam/hikmah/10/07/10/124132-

waspadai laknat-tersamar-di-balik-nikmat