Kurikulum Dan Pembelajaran Yudha

82
BAB I Pengertian, Dimensi, Fungsi, dan Peranan Kurikulum 1.1. Pengertian Dan Dimensi Kurikulum Kurikulum (curriculum) berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata yaitu currir (pelari) dan curere (tempat berpacu. Jadi arti kata curriculum adalah jarak yang harus ditempuh palari mulai start sampai finish untuk memperoleh penghargaan. Dalam arti pendidikan kurikulum menjadi sejumlah mata pelajaran (subject) yang harus di tempuh oleh seorang siswa dari awal sampai akhir untuk memperoleh suatu penghargaan berupa ijazah. Dari hal diatas berrti terkandung dua makna dalam kurikulum yaitu 1)adanya mata peljaran yang harus ditempuh oleh siswa 2) dan bertujuan memperoleh ijazah. Namun Pengertian diatas terbilang sempit, dibandingkan dengan pngertian kurikulum di Negara maju, maka akan ditemukan arti kurikulum yang lebih luas. Kurikulum itu tidak melulu terpaku pada mata pelajaran tapi mencakup semua pengalaman belajar (learning experiences) yang dialami siswa dan mepengaruhi perkembangan pribadinya. Berikut adalah Pengertian Kurikulum menurut beberapa ahli : 1

Transcript of Kurikulum Dan Pembelajaran Yudha

Page 1: Kurikulum Dan Pembelajaran Yudha

BAB I

Pengertian, Dimensi, Fungsi, dan Peranan Kurikulum

1.1. Pengertian Dan Dimensi Kurikulum

Kurikulum (curriculum) berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua

kata yaitu currir (pelari) dan curere (tempat berpacu. Jadi arti kata curriculum

adalah jarak yang harus ditempuh palari mulai start sampai finish untuk

memperoleh penghargaan. Dalam arti pendidikan kurikulum menjadi sejumlah

mata pelajaran (subject) yang harus di tempuh oleh seorang siswa dari awal

sampai akhir untuk memperoleh suatu penghargaan berupa ijazah. Dari hal diatas

berrti terkandung dua makna dalam kurikulum yaitu 1)adanya mata peljaran yang

harus ditempuh oleh siswa 2) dan bertujuan memperoleh ijazah.

Namun Pengertian diatas terbilang sempit, dibandingkan dengan pngertian

kurikulum di Negara maju, maka akan ditemukan arti kurikulum yang lebih luas.

Kurikulum itu tidak melulu terpaku pada mata pelajaran tapi mencakup semua

pengalaman belajar (learning experiences) yang dialami siswa dan mepengaruhi

perkembangan pribadinya.

Berikut adalah Pengertian Kurikulum menurut beberapa ahli :

Nama Ahli Tahun Pengertian Kurikulum

John Dewey 1916 …education consist

primarily in transmission

through communication,

….As societies become

more complex in

structure and resources,

the need for formal or

intentional teaching and

learning increases

Harry S. Broudy , B. 1963 … modes of teaching or

1

Page 2: Kurikulum Dan Pembelajaran Yudha

Othanel Smith, and Joe

R. Burnet

not, strictly speaking, a

part of curriculum

[which] consist primarily

of certain kinds of

content organized into

categories of instructions.

Peter F. Oliva 1982 Curriculum [is] the plan

of program for all

experience which the

learner encounters under

the direction of the

school

Nana Syaodih S 2005 Melihat dari tiga dimensi

yaitu : sebagai system,

sebagai ilmu, sebagai

rencana

1.1.1. Pengertian kurikulum dihubungkan dengan dimensi ide

Bahwa kurikulum adlah sekumpulan ide yang akan dijadikan pedoman

dalam pengembangan kurikulum selanjutnya dan beberapa pendapat oleh para ahli

diantaraanya Henry C Marrison, 1940, Donald E.Orlosky dll.

1.1.2. Pengertian kurikulum dihubungkan dengan dimensi rencana

Kurikulum sebagai seperangkat rencana dan cara mengadministrasikan

tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman

penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan Pendidikan

tertentu dan beberapa pendapat oleh para ahli diantaraanya Hilda Taba, 1962,

Daniel Tanner dan Laurer Tanner.

1.1.3. Pengertian kurikulum dihubungkan dengan dimensi aktifitas

2

Page 3: Kurikulum Dan Pembelajaran Yudha

Kurikulum dipandang sebagai aktifitas dari guru dan siswa dalam proses

pembelajaran disekolah dan beberapa pendapat oleh para ahli diantarannya L.

Thomas Hopkins, 1941, Harold Alberty, 1953

1.1.4. Pengertian kurikulum dihubungkan dengan dimensi hasil

Memandang kuriklum sangat memeperhatikan hasil yang akan dicapai

oleh siswa agar sesuai dengan apa yang telah direncanakan dan menjadi tujuan

dari kurikulum tersebut dan berikut pendapat dari beberapa ahli Unruh dan Unruh,

1984 dan Hilda Taba dll.

1.2. Fungsi Kurikulum

Funsi kurikulum bagi guru adalah pedoman dalam melaksanakan proses

pembelajaran, bagi kepala sekolah sebagai pedoman melaksanakan supervesi,

bagi orang tua sebagai pedoman utuk membimbing anaknya belajar di rumah,

bagi masyarakat adlah sebagai pemberi bantuan proses pembelajaran di sekolah,

bagi siswa sebagai pedoman belajar.

Selain itu ada juga enam fungsi kurikulum. yaitu :

1.2.1. Fungsi Penyesuaian ( the adjustive or adaptive function )

Kurikulum harus mampu mengerahkan siswa agar memiliki sifat well

adjustive yaitu mampu menyesuaikan dirinya dengan lingkungan, baik lingkungan

fisik atau lingkungan social.

1.2.2. Funngsi Integrasi ( the integrating function

Kurikulum harus mampu menghasilkan pribadi – pribadi yang utuh.

1.2.3. Fungsi Diferensiasi ( the differentiating function )

Kurikulum harus mampu memberikan pelayanan terhadap perbedaan

individu siswa.

1.2.4. Fungsi Persiapan ( the propaeduetic function )

3

Page 4: Kurikulum Dan Pembelajaran Yudha

Kurikulum harus mampu mempersiapkan siswa untuk menerusskan ke

jenjang pendidkan berikutnya.

1.2.5. Fungsi Pemilihan ( the selection function )

Kurikulum harus mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk

mememilih program belajar yang sesuai dengan minat dan kemampuannya.

1.2.6. Fungsi Diagnostik ( the diagnostic fungtion )

Kurikulum mampu memebantu siswa mengarahkan dan memahami

kekuatan ( potensi ) dan kelemahan yang dimiikinya.

1.3. Peranan Kurikulum

1.3.1. Peranan Konservatif

Kurikulum dapat dijadikan sebagai sarana untuk mentransmisikan nilai-

nilai warisan budaya masa lalu yang dianggap masih relevan dengan masa kini

kepada gnerasi muda, dalam hai ini siswa.

1.3.2. Peranan Kreatif

Kurikulum harus mampu mengembangkan sesuatu yang baru sesuai

dengan pekembangan yang terjadi dan kebutuhan – kebutuhan masyarakat pada

masa sekarang dan mendatang.

1.3.3. Peranan Kritis dan Evaluatif

Kurikulum digunakan untuk mewarisi nilai dan budaya yang ada di

masyarakat dan harus sesuai dengan kondisi yang terjadi di masa sekarang.

4

Page 5: Kurikulum Dan Pembelajaran Yudha

BAB II

Landasan Pengembangan Kurikulum

2.1. Landasan Filosofis dalam Pengembangan Kurikulum

Landasan Filosofis dalam Pengembangan Kurikelum ialah pentingnya

rumusan yang didapatkan dari hasil berfikir secara mendalam, analisis, logis, dan

sistematis ( filosofis ) dalam merencanakan, melaksanakan, membina dan

mengembangkan kurilikulum baik dalam bentuk kurikulum sebagai rencana

(tertulis) terlebih kurikulum dalam bentuk pelaksanaan di sekolah.

2.1.1. Filsafat Pendidikan

Filsafat pendidikan adalah penerapan dan pemikiran filosof untuk memecahkan

masalah – masalah pendidikan.

2.1.2. Filsafat dan Tujuan Pendidikan

Tujuan Pendidikan Nasional di Indonesia tentu saja bersumber pada

pandangan dan cara hidup manusia Indonesia, yakni pancasila, Berari yujuan

pendidikan Indinesia adalah membawa peserta didik agar menjadi manusia yang

berpancasila.

Dari penjelasan diatas berarti tujuan pendidikan nasional adalah mencetak

manusia yang beriman, bertaqwa, berilmu, dan beramal dalm kondisi yang serasi,

selaras dan seimbang. Disininal pentingnya filsafat sebagai pandangan hidup

manusia dalam hubungan dengan pendidikan dan pembelajaran.

2.1.3. Manfaat Filsafat Pendidikan

- Menentukan arah anak – anak melalui pendidikan sekolah

- Mendapat gambaran yang jelas akan hasil yang akan dicapai

- Memeberi kesatuan yang bulat kepada segala usaha pendidikan.

5

Page 6: Kurikulum Dan Pembelajaran Yudha

- Dapat menjadikan pendidik dapat menilai sampai mana usahanya

- Memberikan motivasi / dorongan bagi kegiatan – kegiatan pendidkan

2.1.4. Kurikulum Dan Filsafat Pendidikan

Pengembangan kurikulum walaupun pada tahap awal sangat diwarnai oleh filsafat

dan ideology Negara, namun tidak berarti bahwa kurikulum bersifat statis,

melainkan senantiasa memerlukan pengembangan, pembaharuan, dan

penyempurnaan disesuaikan dengan kebutuhan dan tuntutan dan perkembangan

zaman yang senantiasa cepat berubah.

2.2. Landasan Psikologi dalam Perkembngan Kurikulum

Ada dua cabang psikologi, yaitu psikologi belajar yang memberikan sumbangan

terhadap perkembangan kurikulum terutama berkenanaan dengan bagaimana

kurikulum itu diberikan kepada siswa dan bagaimana siswa harus

mempelajarinya, berarti berkenanaan dengan strategi pelaksanaan kurikulum.

Psikologi perkembangan diperlukan untuk menentukan kurikulum yang diberikan

kepada siswa baik tingkat kedalaman dan perluasan materi.

2.2.1. Perkembangan Peserta Didik dan Kurikulum

Implikasi terhadap pengembangan kurikulum yaitu :

- Setiap anak diberi kesempatan untuk untuk berkembang sesuai bakat,

minat, dan kebutuhannya

- Disamping disediakan pelajaran umum, juga disediakan pelajaran yang

sesuai dengan minat

- Menyediakan kurikulum bersifat kejuruan juga bahan ajar yang bersifat

akademik

- Kurikulum memuat tujuan – tujuan yang mengandung pengetahuan,

nili/sikap, dan keterampilan yang menggambarkan keseluruhan pribadi

yang utuh lahir dan batinImplikasi lain dari pengetahuan tentang anak

6

Page 7: Kurikulum Dan Pembelajaran Yudha

terhadap proses pembelajaran ( actual curriculum ) dapat diuraikan sebagai

berikut :

a. Tujuan Pembelajaran yang dirumuskan secara operasional

slalu berpusat kepada perubahan tingkah laku peserta didik.

b. Bahan/materi yang diberikan harus sesuai dengan kebutuhan

minat dan perhatian anak bahan tersebut mudah diterima oleh

anak.

c. Strategi belajar mengajar yang digunakan harus sesuai dengan

taraf perkembngan anak

d. Media yang dipakai senantiasa menarik perhatian dan minat

anak.

e. System evaluasi berpadu dalam suatu kesatuan yang

menyeluruh dan berkeinambungan dari suatu tahp ke tahap

yang lainya dan dijalankan secara terus menerus.

2.3. Landasan Sosiologis dalam Pengembangan Kurikulum

Pendidikan adalah proses sosialisasi melalui interaksi insan menuju manusia yang

berbudaya.

2.3.1. Kebudayaan dan Kurikulum

- Individu lahir tidak berbudaya, baik dalam hal kebiasaan, cita – cita, sikap,

pengetahuan, keterampilan, dan lain sebagainya.

- Kurikulum dalam setiap masyarakat pada dasarnya merupakan refleksi

dari cara berfikir, berasa, bercita-cita atau kebiasaan-kebiasaan.

- Kebudayaan adalah hasil dari cipta, rasa, dan karsa manusia

2.3.2. Masyarakat dan Kurikulum

Masyarakat adalah suatu kelompok individu yang diorganisasikan mereka

sendiri kedalam kelompok-kelompak berbeda. Pendidikan harus mengantisipasi

7

Page 8: Kurikulum Dan Pembelajaran Yudha

tuntutan hidup ini sehingga dapat mempersiapkan anak didik untuk hidup wajar

sesuai dengan kondisi sosial budaya masyarakat.

2.4. Kurikulum dan Pengembangan IPTEK

Teknologi adalah aplikasi dari ilmu pengetahuan ilmiah dan ilmu-ilmu

lainnya untuk bisa memecahkan masalah-masalah praktis. Kegiatan pendidikan

membutuhkan dukungan dari penggunaan alat-alat hasil industri seperti: TV,

Radio, Video,Komputer, dan peralatan lainnya.

Perkembangan IPTEK, secara langsung akan menjadi isi pendidikan.

Sedangkan secara tidak langsung memberikan tugas kepada pendidikan untuk

membekali masyarakat dengan kemampuan pemecahan masalah yang dihadapi

sebagai pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

8

Page 9: Kurikulum Dan Pembelajaran Yudha

BAB III

KOMPONEN-KOMPONEN PENGEMBANGAN KURIKULUM

Kurikulum adalah suatu sistem yang mempunyai beberapa komponen

tertentu. Pada dasarnya sistem kurikulum terbentuk oleh empat komponen yang

setiap komponen mempunyai keterkaitan yang tidak bisa dipisahkan,

keterkaitannya yaitu: komponen tujuan, isi kurikulum, metode atau strategi

pencapaian tujuan, dan komponen evaluasi.

3.1. Komponen Tujuan

Mempunyai hubungan dengan hasil yang akan dicapai. Filsafat atau sitem

yang dianut masyarakat indonesia adalah panca sila maka tujuan yang di harapkan

tercapainya oleh suatu kurikulum adalah terbentuknya masyarakat yang

pancasilais.

Tujuan Pendidikan diklasifikasikan menjadi 4 yauitu :

3.1.1 Tujuan Pendidkan Nasional (TPN):

Tujuan pendidikan nasiaonal adalah tujuan yang bersifat paling umum dan

merupakan sasaran akhir yang harus dijaikan pedoman oleh setiap usaha

pendidikan. Tujuan pendidikan nasional indonesia sudah jelas bersumber dari

sistem nilai pancasila dirumuskan dalam undang-undang No. 20 tahun 2003, pasal

3, bahwa pendidikan pendidikan berungsi mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartbat dalam rangka

mencerdaskan khidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta

didik, agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada tuhan yang maha

esa, berahlak mulai, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

negara yang demokrasi serta bertanung jawab.

3.1.2 Tujuan Institusional (TI)

Tujuan institusional adalah tujuan yasng harus dicapai oleh setiap lembaga

pendidikan.

3.1.3 Tujuan Kurikuler (TK)

Tujuan kurikuler adalah tujuan yang harus dicapai oleh setiap bidang studi

tertentu dalam suatu lembaga pendidikan. Dan tujuan kurikuler harus dapat

9

Page 10: Kurikulum Dan Pembelajaran Yudha

mendukung dan diarahkan untuk mencapai ujuan institusional. Tujuan

pembelajaran yang merupakan bagian dari tujuan kurikuler, dapat di depinisikan

sebagai kemampuan yang harus dimiliki oleh setiap anak didik serelah mereka

mempelajari bahasan tertentu dalam bidang studi tertentu dalam satu kali

pertemuan.

3.1.4 Tujuan Instruksional atau Tujuan Pembelajaran (TP)

Menurut bloom dalam bukunya taxonomy of edibational

objectives (1965) tujuan yang harus dirumuskan dapat digolongkan

kedalam riga klasifikasi yaitu domai kognitif, afektif, dan fsikomotor.

3.1.4.1 Domain kognitif

Domain Kognitif adalah tujuan pendidikan yang berhubungan

dengan kemampuan intlektual atau kemampuan berpikir seperti

kemampuan mengingat dan kemampuan memecahakan masalah. Domain

kognitif terdiri dari 6 tingkatan yaitu

1. Pengetahuan (knowledge) adalah kemampuan mengingat dan

kemampuan

mengungkapkan kembali informasi yang sudah dipelajari (recall).

2. Pemahaman (conprehension) adalah kemampuan untuk memahami

suatu subjek

pembelajaran.

3. Penerapan ( aplication) adalah kemempuan untuk menggunakan

konsep, prinsip,

prosedur pada situasi tertentu.

4. Analisis dalah kemampuan menguaraikan atau memecah suatu bahan

pelajaran kedalam

bagian-bagian atau unsur-unsur serta antar bagian bahan itu.

5. Sintetis adalah kemampuan untuk menghimpun bagian-bagian

kedalam suatu keseluruhan yang bermakna, seperti merumuskan tema,

10

Page 11: Kurikulum Dan Pembelajaran Yudha

rencana atau melihat hubungan abstrak dari berbagai informasi yang

tersedia.

6. Evaluasi adalah kemampuan membuat penilaian terhadap sesuatu

dengan berdasarkan maksud atau kriteria tertentu.

3.1.4.1 Domain afektif

Domian Afektif adalah berkenaan dengan sikap, nilai-nilai, dan

apresiasi. Menurut kratwolh dan kawan-kawan (1964) pada bukunya

taxonomy of edibational objektif domain afektif memiliki tingkatan

yaitu:

3.2 Komponen isi/materi pembelajaran

Isi kurikurikulum merupakan komponen yang berhubungan dengan

pengalaman belajar yang harus dimiliki siswa. Isi kurikulum itu

menyangkut semua aspek baik yang berhubungan dengan pengetahuan

atau meteri pelajaran maupun aktivitas dan kegiatan siswa dan

seluruhnya diarahkan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.

3.3 Komponen metode/strategi

Isi Komponen strategi yaitu komponen yang memiliki peran yang

sangat penting sebab berhubungan dengan implementasi kurikulum. Dan

Pada dasarnya Strategi meliputi rencana, metode dan prangkat kegiatan

yang direncanakan untuk mencapai tujuan tertentu.

3.4 Komponen evaluasi

Evaluasi adalah komponen yang terakhir melalui evalusi dapat

ditentukan nilai dan arti kurikulum, sehinga dapat dijadikan bahan

pertimbngan apakah suatu kurikulum perlu dipertahankan atau tidak, dan

bagian-bagian mana yang harus disempurnakan. Evaluasi sebagai alai

untuk melihat keberhasilan pencapaian tujuan dapat dikelompokan

kedalam dua jenis, yaitu tes dan non tes.

11

Page 12: Kurikulum Dan Pembelajaran Yudha

3.4.1 Tes

Kreteria tes sebagai alat evaluasi sebagai alat ukur daslam proses svaluasi.

Tes harus memiliki dua kriteria yaitu kriteria validitas dan reliabilitas.

3.42. Non tes

Adalah alat evaluasi yang biasanya digunakan untuk menilai aspek

tingkahlaku termasuk sikap, minat, dan motivasi. Dan ada beberapa jenis non tes

sebagai alat evaluasi diantara:

-. Observasi adalah teknik penelitian dengan cara mengamati tingkahlaku pada

situasi tertentu

- Wawancara adalah komunikasi langsung antara yang diwawancara dengan

yang diwawancarai

- Study kasus yaitu mempelajari keadaan secara terus menerus, dan

memperhatikan masa lalu atau pengalaman.

-. Skala Penelitian yaitu salah satu alat penelitian dengan menggungakn skala

yang telah disusun dari ujung negatif sampai ujung fositif.

12

Page 13: Kurikulum Dan Pembelajaran Yudha

BAB IV

PRINSIP-PRINSIP PENGEMBANGAN LINGKUNGAN

1.1. Pengertian prinsip pengembangan kurikulum

Prinsip adalah suatu hal yang sifatnya sangat penting dan mendasar dan

menjadi suatu kepercayaan.Dalam bidang pendidikan, Prinsip pengembangan

kurikulum menunjukan pengertian tentang berbagai hak yang harus di jadikan

patokan dalam menentukan berbagai hak yang terkait dengan pengembangan

kurikulum, terutama dalam fase perencanaan kurikulum (curriculum planning).

4.2 Macam-Macam Sumber Prinsip Pengembangan Kurikulum.

Ada empat sumber perinsip pengembangan kurikulum , yaitu :

- data empiris (empirical data),

- data eksperimen (eksperimen data),

- cerita/legenda yang hidup di masyarakat (folklore of curriculum), dan

- akal sehat (commonsense).

Data empiris dan data eksperimen adalah data yang dianggap data paling

terpercaya dibandingkan legenda dan pertimbangan akal sehat. Namun demikian

akal sehat dan cerita yang hidup di masyarakat tetap merupakan bahan yang harus

diperhatikan dan berpengaruh.

4.3 Tipe-tipe Prinsip Pengembangan Kurikulum

Sesuai dengan sumber datanya, maka erinsip pengembangan kurikulum dapat

dikelasifikasikan menjadi tiga tipe prinsip, yaitu :

- anggapan kebenaran utuh atau menyeluruh ( whol truth),

- anggapan kebenaran parsial (partial truth), dan

- anggapan kebenaran yang masih memerlukan pembuktian (hypothesis).

Anggapan kebenaran utuh adalah fakta, konsep dan prinsip yang diperoleh

serta telah diuji dalam penelitian yang ketat dan berulang sehingga dapat di buat

generalisasi dan bisa diberlakukan di tempat yang berbeda. Anggapan kebenaran

parsial, yaitu suatu fakta, konsep dan prinsip yang sudah terbukti efektif dalam

13

Page 14: Kurikulum Dan Pembelajaran Yudha

berbagai banyak kasus tetapi sifatnya masih belum bisa di generalisasikan.

Selanjutnya, anggapan kebenran yang masih memerlukan pembuktian atau

hipotesis yaitu perinsif kerja yang sifatnya tentative. Prinsif ini muncul dari hasil

delibrasi, judgement dan pemikiran akal sehat.

4.4. Macam-macam Prinsip Pengembangan Kurikulum

Prinsip prinsip pengembangan kurikulum bisa di bedakan dalam dua katagori,

yaitu:

4.4.1. Prinsip umum

Biasanya digunakan hampir daslam setiap pengembangan kurikulum

dimanapun itu. Disamping itu prinsip ini merujuk kepada prinsif yang harus

diperhatikan untuk dimiliki oleh kurikulum sebagai totalitas dari komponen-

komponen yang membangaunnya. Sukmadinata (2000:150-151) menjelaskan

bahwa terdapat lima prinsip umum pengembangan kurikulum, yaitu :

- prinsip relevansi,

- fleksibilitas,

- kontinuitas, praktis atau efisiensi, dan

- sfektivitas.

4.4.2. Prinsip khusus,

Artinya prinsif yang hanya berlaku pada tempat tertentu dan situasi tertentu.

prinsip khusus iini juga merujuk pada prinsip yang digunakan dalam

pengembangan komponen-komponen kurikulum itu sendiri, misalnya prinsip

yang di gunakn untuk mengembangangkan komponen tujuan, prinsip untuk

mengembangkan komponen isis kurikulum, prinsip untuk mengembangkan media

dan alat bantu pembelajaran, serta prinsip yang berkaitan dengan komponen

evaluasi. Dimana satu komponen dengan komponen lainya akan berbeda.

1. Prinsip Relevansi

Prinsip relevansi artinya yaitu prinsip kesesuaian. Prinsip relevansi ini ada

dua jenis yaitu :

14

Page 15: Kurikulum Dan Pembelajaran Yudha

- relevansi eksternal dan

- relevansi internal.

2. Prinsip Fleksibilitas

Prinsip fleksibilitas artinya bahwa kurikulum itu harus lentur tidak kaku,

terutama dalam hal pelaksanaanya

3. Prinsip kontinuitas

Prinsip kontinuitas artinya kurikulum itu dikembangkan secara

berkesinambungan. Berkesinambungan ini meliputi sinambung antar kelas

maupun sinambung antar jenjang

pendidikan.

4. Prinsip praktis atau efesien

Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan aplikabilitasnya

dilapangan. Pengetahuan akan tempat ini akan membantu pengembang

kurikulum untuk mendisain kurikulum untuk memenuhi prinsip praktis,

memungkinkan untuk diterapkan. Salah satunya kriteria praktis itu adalah

efesien, artinya tidak mahal alias murah.

15

Page 16: Kurikulum Dan Pembelajaran Yudha

BAB V

MODEL PENGEMBANGAN DAN ORGANISASI KURIKULUM

5.1 Model-model Pengembangan Kurikulum

Model pengembangan kurikulum adalah langkah sistematis dalam proses

penyusunan kurikulum. Alternatif prosedur dalam rangka mendisain (designing),

menerapkan (implementasion), dan mengevaluasi (evaluation) suatu

kurikulum.model pengembangan kurikulum harus dapat menggambarkan suatu

proses sistem perencanaan program pembelajaran yang dapat memenuhi berbagai

kebutuhan dan standar keberhasilan dalam pendidikan, berdasarkan pada

perkembangan teori dan praktik kurikulum. Dewasa ini telah banyak di

kemukakan model-model pengembangan kurikulum, diantaranya :

- Model ralph tyler

Model pengembangan kurikulum yang di kemukakan tyler di ajukan berdasarkan

pada pertanyaan-pertanyaan dan menurut tyler ada empat tahap yang haris di

lakukan dalam pengmbangan kurikulum, yaitu :

a. Menentukan tujuan pendidikan

b. Menentukan proses pembelajaran

c. Menentukan organisasi pengalaman belajar

d. Menentukan evaluasi pembelajaran

- Model administratif

Pengembangan kurikulum ini disebut juga dengan istilah dari atas ke bawah (top

down0 tau staf lini (line-staf procedure), artinya pengembangan kurikulum ini ide

awal dan pelaksanaannya dimulai dari para pejabat tingkat atas pembuat

keputusan dan kebijakan berkaitan dengan pengembangan kurikulum.

- Model grass rooth

pengembangan kurikulum model ini kebalikan dari model administratif, yaitu

model grass roots merupakan model pengembangan kurikulum yang dimulai dari

arus bawah. Dalam prosesnya pengembangan kurikulum ini harus diawali atau

dimulai dari gagasan guru-guru sebagai pelaksana pendidikan disekolah.

16

Page 17: Kurikulum Dan Pembelajaran Yudha

- Model demontrasi

Model pengembangan kurikulum idenya datang dari bawah (grass rooth). Yang

semula merupakan suatu upaya inovasi kurikulum dalam skala kecil yang

selanjutnya igunakan dalam sekala yang lebih luas, tetapi dalam prosesnya sering

mendapat tantangan atau ketidak setujuan dari pihak-pihak tertentu.

- Model miller-seller

Model pengembangan miller seller merupakan pengembangan kurikulum

kombinasi dari model transmisi (gange) dan model transakasi (taba’s &robinson),

dengan tahapan pengembangan, yaitu : 1) klasifikasi orientasi kurikulum, 2)

pengembagan tujan 3) indentifikasi model pengajaran, dan 4) implementasi.

- Model taba (inverted model)

Model taba merupakan modifikasi dari model tyler. Modifikasi tersebur

penekanan terutama pada pemusatan perhatian guru. Menurut taba guru

merupakan paktor utama dlam usaha pengembangan kurikulum.

- Model beukhamp

Mennurut beaucham, peroses pengembangan kurikulum meliputi lima tahap,

yaitu:

1) menentukan arena atau wilayah

2) menetapkan personalia

3)organisasi dan prosedur pengembangan kurikulum,

4) implementasi kurikulum, dan

5) evaluasi.

5.2. Organisasi Kurikulum

Organisasi kurikulum merupakan pola susunan sajian isi kurikulum, yang

bertujuan untuk mempermudah siswa dalam mmpelajari bahan pelajaran serta

mempermudah siswa dalam melakukan melakukan kegiatan belajar, sehingga

tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif. Ada sejumlah perinsip yang

harus di perhatikan sehubungan dengan organisasi kurikulum, yaitu :

- ruang lingkup tau cakupan (scope),

17

Page 18: Kurikulum Dan Pembelajaran Yudha

- urutan bahan (squence),

- Prinsip kontinyuitas,

- Prinsip keseimbangan, dan

- Prinsip keterpaduan (integrated).

Secara umum terdapat dua bentuk organisasi kurikulum, yaitu :

5.2.1. Kurikulum berdasarkan mata pelajaran ( subject curriculum)

Dalam bentuk kurikulum ini meliputi :

- Mata pelajaran yang terpisah-pisah ( sparated subject curriculum)

- Mata pelajaran gabungan (correlated curriculum)

- Kurikulum terpadu (integrated curriculum)

- Kurikulum inti (core curriculum)

5.2.2. Social Fuinctions Dan Persisetent Situations

Secara umum ada tiga kelompok situasi yang akan dihadapi manusia.

- Situasi-situasi mengenai perkembangan individu manusia

- Situasi-situasi untuk perkembangan partisipasi sosial

- Situasi-situasi untuk perkembangan kemampuan terhadap faktor-faktor

ekonomi dan daya-daya lingkungan.

18

Page 19: Kurikulum Dan Pembelajaran Yudha

BAB VI

KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan)

KTSP adalah singkatan dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP

berarti kurikulum operasional yang disusun, dikembangkan, dan dilaksanakan

oleh setiap satuan pendidikan yang sudah siap dan mampu mengembangkannya

dengan memperhatikan Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional pasal 36

6.1. Tujuan KTSP

a. Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah

dalam mengembangkan kurikulum, mengelola dan memberdayakan sumberdaya

yang tersedia

b. Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam

pengembangan kurikulum melalui pengambilan keputusan bersama

c. Meningkatkan kompetensi yang sehat antar satuan pendidikan tentang

kualitas pendidikan yang akan dicapai

6.2. Landasan pengembangan KTSP

a. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas

b. Peraturan pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional

Pendidikan

c. Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi

d. Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi

Lulusan Permendiknas No. 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan

permendiknas no. 22 dan 23

19

Page 20: Kurikulum Dan Pembelajaran Yudha

6.3. Karakteristik KTSP

a. Pemberian Otonomi Luas Kepada Sekolah dan Satuan Pendidikan

b. Partisipasi Masyarakat dan Orang Tua yang Tinggi

c. Kepemimpinan yang Demokratis dan Profesional

d. Tim-kerja yang Kompak dan Transparan

6.4. Langkah-langkah penyusunan KTSP

a. Penulisan cover kurikulum

b. Merumuskan tujuan pendidikan menengah kejuruan

c. Merumuskan visi dan misi

d. Merumuskan tujuan

e. Merumuskan tujuan kompetensi keahlian

f. Menetapkan standar kompetensi

g. Menyusun diagram pencapaian kompetensi

h. Menyusun struktur kurikulum

i. Menetapkan beban belajar

j. Menetapkan kalender pendidikan

6.5 Ciri-ciri KTSP

1. KTSP memberi kebebasan kepada tiap-tiap sekolah untuk

menyelenggarakan program pendidikan sesuai dengan kondisi

lingkungan sekolah, kemampuan peserta didik, sumber daya yang

tersedia dan kekhasan daerah.

2. Orang tua dan masyarakat dapat terlibat secara aktif dalam proses

pembelajaran.

20

Page 21: Kurikulum Dan Pembelajaran Yudha

3. Guru harus mandiri dan kreatif dan guru diberi kebebasan untuk

memanfaatkan berbagai metode pembelajaran.

21

Page 22: Kurikulum Dan Pembelajaran Yudha

BAB VII

EVALUASI KURIKULUM

6.1. Tujuan Evaluasi Kurikulum

Dalam arti luas evaluasi kurikulum dimaksudkan, untuk memeriksa

kinerja kurikulum secara keseluruhan ditinjau dan berbagai kriteria.

Diadakannya evaluasi di dalam proses pengembangan kurikulum dimaksudkan

untuk keperluan:

6.1.1. Perbaikan Program

Peranan evaluasi lebih bersifar konstruktif, karena informasi hasil

evaluasi dijadikan input bagi perbaikan yang diperlukan di dalam program

kurikulum yang sedang dikembangkan.

6.1.2. Pertanggungjawaban kepada berbagai pihak

Selama dan terutama pada akhir fase pengembangan kurikulum, Perlu adanya

semacam pertanggungjawaban dari pihak pengembang kurikulum kepada

berbagai pihak yang berkepentingan. Pihak-pihak yang dimaksud mencakup balk

pihak yang mensponsori kegiatan pengembangan kurikulum tersebut maupun

pihak yang akan menjadi konsuumen dari kurikulum yang telah dikembangkan.

Dengan kata lain pihak tersebut mencakup pemerintah, masyarakat, orang tua,

petugas-petugas pendidikan, dan pihak-pihak lainnya yang ikut mensponsori

kegiatan pengembangan kurikulum yang bersangkutan.

6.2. Beberapa Konsep/Model Evaluasi

6.2.1. Measurement

Evaluasi pada dasarnya adalah pengukuran perilaku siswa untuk

mengungkapkan perbedaan individual maupun kelompok. Hasil evaluasi

digunakan terutama untuk keperluan seleksi siswa, bimbingan pehdidikan dan

perbandingan efektifitas antara dua atau lebih program/metode pendidikan.

Jenis data yang dikumpulkan dalam evaluasi adalah data obyektif khususnya

skor hasil tes. Dalam kegiatan evaluasi, cenderung ditempuh pendekatan/cara-

22

Page 23: Kurikulum Dan Pembelajaran Yudha

cara berikut:

- Menempatkan 'kedudukan' setiap siswa dalam kelompoknya melalui

pengembangan norma kelompok dalam evaluasi hasil belajar.

- Membandingkan hasil belajar antara dua atau lebih kelompok yang

menggunakan program/ metode pengajaran yang berbeda-beda, melalui

analisis secara kuantitatif.

- Teknik evaluasi yang digunakan terutama tes yang disusun dalam

bentuk obyektif, yang terus dikembangkan untuk menghasilkan alat

evaluasi yang reliabel dan valid.

6.2.2. Congruence

Evaluasi pada ,dasarnya merupakan pemeriksaan kesesuaian atau

congruence antara tujuan pendidikan dan hasil belajar yang dicapa i. Obyek

evaluasi. dititik beratkan pada hasil belajar dalam bentuk kognitif,

psikootorik maupun nilai dan sikap. Jenis data yang dikumpulkan adalah

data obyektif khususnya skor hasil tes. Dalam kegiatan evaluasi, cenderung

ditempuh pendekatan/cara-cara berikut:

- Menggunakan prosedur pre-and post-assessment dengan menempuh

langkah-langkah pokok sebagai berikut: penegasan tujuan,pengembangan alat

evaluasi, dan penggunaan hasil evaluasi.

- Analisis hasil evaluasi dilakukan secara bagian demi bagian.

- Teknik evaluasi mencakup tes dan teknik-teknik evaluasi lainnya yang cocok

untuk menilai berbagai jenis perilaku yang terkandung dalam tujuan.

- Kurang menyetujui diadakannya evaluasi perbandingan antara dua atau lebih

program.

6.2.3. Illumination

Evaluasi pada dasarnya merupakan studi mengenai: pelaksanaan program,

pengaruh faktor lingkungan, kebaikan-kebaikan dan kelemahan progam serta

pengaruh program terhadap perkembangan hasil belajar. Dalam kegiatan

evaluasi,cenderung ditempuh pendekatan/cara-cara berikut:

- menggunakan prosedur yang disebut progressive focussing dengan

langkah-langkah pokok: orientasi, pengamatan yang lebih terarah, analisis

23

Page 24: Kurikulum Dan Pembelajaran Yudha

sebab-akibat.

- Bersifat kualitatif-terbuka, dan flesksibel-eklektif.

- Teknik evaluasi mencakup observasi, wawancara, angket, analisis

dokumen dan bila perlu mencakup pula tes.

6.3. Educational System Evaluation

Evaluasi pada dasarnya adalah perbandingan antara performance setiap

dimensi program dan kriteria, yang akan berakhir dengan suatu deskripsi dan

judgment. Hasil evaluasi diperlukan untuk penyempurnaan program dan

penyimpulan hasil program secara keseluruhan. Obyek.

6.4. Model yang Disarankan

Ketepatan suatu model tak dapat dilepaskan dari tujuan yang ingin dicapai

dari kegiatan evaluasi yang kita adakan.berkenaan dengan model mana yang

akan disarankan, dikemukakan hal sebagai berikut:

- Untuk memperoleh gambaran yang menyeluruh tentang kurikulum yang

sedang dikembangkan, model educational system evaluation, tampaknya

merupakan model yang paling tepat. Kelemahan masingmasing model yang lain

dapat ditanggulangi oleh model yang keempat ini.

- Terlepas dari kenyataan tersebut, untuk mencapai tujuan evaluasi yang

bersifat khusus, ketiga model yang lain pun masih dapat memberikan

sumbangan:

a. Untuk keperluan seleksi dan klasifikasi siswa serta membandingkan

efektivitas kurikulum yang baru dengan kurikulum yang ada, model

measuretnent tepat untuk digunakan.

b. Untuk mengkaji efektivitas pembelajaran yang telah dilakukan dan

untuk menetapkan tingkat penguasaan siswa terhadap tujuantujuan

pembelajaran, model congruence tergolong ampuh untuk digunakan.

c. Akhirnya, bila kita ingin memperoleh gambaran yang lebih

mendalam tentang proses pelaksanaan kurikulum beserta faktor-

faktor yang mempengaruhinya, model illumination sangat membantu

24

Page 25: Kurikulum Dan Pembelajaran Yudha

BAB VIII

KONSEP DASAR PEMBELAJARAN

7.1. Hakikat Belajar

Pada hakekatnya belajar, adalah proses interaksi terhadap semua situasi

yang ada di sekitar individu. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang

diarahkan kepadatujuan dan proses berbuat melalui berbagai pengalaman. Belajar

juga merupakan proses melihat, mengamati dan memahami sesuatu.

7.2. Landasan Konsep Pembelajaran

7.2.1. Filsafat

Proses belajar pada dasarnya melibatkan upaya yang hakiki dalam

Tentuk dan menyempurnakan kepribadian manusia dengan berbagai tuntutan

dalam kehidupannya.Secara filosofis belajar berani mengingatkan kembali

pada manusia mengenai makna hidup yang bisa dilalui melalui proses

meniru, memahami, mengamati, marasakan, mengkaji, melakukan, dan

meyakini akan segala sesuatu kebenaran sehingga semuanya

memberikan kemudahan dalam mencapai segala yang dicita-citakan

manusia.

7.2.2. Psikologis

Perilaku manusia bisa berubah karena belajar, akan tetapi apakah

manusia itu memahami perilakunya sendiri, atau menyadari dia harus

berperilaku seperti apa jika berada, atau dihadapkan dalam situasi dan

kondisi yang berbeda. Maka perilaku yang masih dicari inilah dapat

dikaitkan dengan kajian dari ilmu psikologi. Psikologi sebagai ilmu

yang mempelajari gejala kejiwaan yang akhirnya mempelajari produk dari

gejala kejiwaaan ini dalam bentuk perilaku-perilaku yang nampak dan

sangat dibutuhkan dalam proses belajar.

7.2.3. Sosiologis

25

Page 26: Kurikulum Dan Pembelajaran Yudha

Manusia adalah mahluk individu dan sosial, maka melalui belajar

individu bisa mempelajari lawan bersosialisasi, teman hidup bersama dan

akhirnya melalui belajar manusia mampu membangun masayarakat

sampai dengan negara dan bangsa.

7.2.4. Komunikasi

Pendidikan dan komunikasi ibarat setali tiga uang, yang satu memberikan

pemaknaan terhadap yang lainnya. Dalam prakteknya proses belajar atau

pembelajaran akan menghasilkan suatu kondisi di mana individu dalam hal ini

siswa dan guru, siswa dengan siswa atau interaksi yang kompleks sekalipun pasti

akan ditemukan suatu proses komunikasi.

7.3. Proses Pembelajaran

Proses pembelajaran yang telah diencanakan dengan balk akan

mencapai tujuan yang telah ditetapkan.selain menerapkan proses pembelajar

telah ditata dengan balk, juga harus selalu meminta feed back dan melakukan

kajian untuk terus membenah proses pembelajaran. Proses pembelajaran dapat

melalui tatap muka didalam ruang kelas dan dapat melalui media elektronik

sesuai dengan pengaturan di dalam SAP. Proses pembelajaran melalui internet

mendorong mahasiswa lebih aktif dalam pembelajaran karena harus berkomunikas

lecara maya dengan para dosen, dan mahasiswa lain di samping,

Mengembara didalam dunia pengetahuan lain.

7.4. Perkembangan Konsep..pasar Pembelajaran

Pembelajaran (Instruction)) merupakan akumulasi dari konser engajar

(teaching) dan konsep belajar (learning). Penekanannya terletak pada perpaduan

antara keduanya subjek,didik. Konsep tersebut dapat dipandang sebagi

suatu sistem. sehingga dalam sistem belajar ini terdapat komponen-

komponen siswa atau peserta didik, tujuan, materi untuk mencapai

tujuan, fasilitas dan prosedur serta alat atau media yang harus

26

Page 27: Kurikulum Dan Pembelajaran Yudha

dipersiapkan.

7.4.1. Persiapan (Preparation)

Tahap persiapan berkaitan dengan mempersiapkan peserta belajar

untuk belajar. Tanpa itu, pembelajaran akan lambat dan bahkan dapat

berhenti sama sekali. Namun karena terlalu bersemangat untuk

mendapat materi, tahap ini sering diabaikan, sehingga mengganggu

pembelajaran yang baik. Persiapan pembelajaran itu seperti

mempersiapkan tanah untuk ditanami benih. Jika dilakukan dengan

benar, niscaya menciptakan kondisi yang balk untuk pertumbuhan

yang sehat

7.4.2. Penyampaian (Presentation)

Tahap penyampaian dalam siklus pembelajaran dimaksudkan untuk

memepertemukan peserta belajar dengan materi belajar yang mengawali

prises belajar secara positif dan menarik. Presentasi berartiberarti pertemuan,

dimana fasilitator dapat memimpin, tetapi peserta belajar yang menjalani

pertemuan itu. Pembelajaran berasal dari keterlibatan aktif dan penuh seorang

peserta belajar dengan pelajaran, dan bukan dari mendengarkan presentasi guru

atau dosen saja. Belajar adalah menciptakan pengetahuan, bukan menelan

informasi, maka presentasi dilakukan semata-mata untuk mengawali

proses belajar dan bukan untuk dijadikan fokus utama.

7.4.3. Latihan (Practice)

Tahap latihan ini dalam siklus pembelajaran berpengaruh terhadap 70%

atau lebih pengalaman belajar keseluruhan. Dalam tahap inilah

pembelajaran yang sebenarnya berlangsung. Bagaimanapun, apa yang

dipikirkan dan dikatakan serta dilakukan pembelajaran yang menciptakan

pembelajaran dan bukan apa yang dipikirkan, dikatakan, dan

dilakukan ,truktur atau pendidik.

7.4.4. Penampilan Hasil (Performance)

27

Page 28: Kurikulum Dan Pembelajaran Yudha

Bela jar ada lah proses mengubah pengalaman menjadi

pengetahuan, pengetahuan menjadi pemahaman, pemahaman menjadi

kearifan dan kearifan menjadi tindakan. Nilai setiap program

belajar terungkap hanya dalam tahap ini. Namun banyak yang

mengabaikan tahap ini. Padahal ini sangat penting disadari bahwa

tahap ini merupakan satu kesatuan dengan keseluruhan proses belajar.

Tujuan tahap penampilan hand ini adalah untuk memastikan bahwa

pembelajaran tetap melekat dan berhasil diterapkan.

7.5. Hasil Belajar dari Pembelajaran

Secara keseluruhan pemahaman terhadap konsep dasar pembelajaran

tidak akan sempurna jika berhenti pada definisi atau proses. Berikut uraian dari

kaitan antara hasil pembelajaran yang sangat diharapkan sekali oleh semua

masyarakat Delajar khususnya peserta didik,.

7.5.1. Hasil Belajar

Bloom (1956) mengemukakan tiga ranah hasil belajar yaitu kognitif,

afektif dan psikomotor. Untuk aspek kognitif, Blomm menyebutkan 6

tingkatan yaitu "1) Pengetahuan; 2) Pemahaman; 3) Pengertian; 4) Aplikasi: S)

Analisa; 6) Sintesa, dan 7) Evaluasi". Secara umum, hasil belajar siswa

dipengaruhi oleh faktor internal, yaitu faktor-faktor yang ada dalam diri

siswa dan faktor eksternal yaitu faktorfaktor yang berada diluar diri pelajar,

Yang tergolong faktor internal ialah:

a. Faktor fisiologis atau jasmani individu balk bersifat bawaan maupun

yang diperoleh dengan melihat, mendengar, struktur tubuh, cacat tubuh

dan sebagainya.

b. Faktor psikologis balk yang bersifat bawaan maupun keturunan, yang

rneliputi:

a) Faktor intelektual terdiri atas :

- Faktor potensial, yaitu intelegensi dan bakat.

28

Page 29: Kurikulum Dan Pembelajaran Yudha

- Faktor aktual yaitu kecakapan nyata dan prestasi

b) Faktor nonintelektual yaitu komponen-komponen kepribadian tertentu

seperti sikap, minat, kebisaaan, motivasi, kebutuhan, konsep diri,

penyesuaian diri,emosional, dan sebagainya.

c. Faktor kematangan baik fisik maupun psikis, yang tergolong faktor

eksternal ialah:

a) Faktor sosial yang terdiri atas:

- Faktor lingkungan keluarga

- Faktor lingkungan sekolah

- Faktor lingkungan masyarakat

- Faktor kelompok

b) Faktor budaya seperti: adat istiadat, ilmu pengetahuan teknologi,

kesenian dan sebagainya.

c) Faktor lingkungan fisik, seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar,

iklim dan sebagainya.

d) Faktor spiritual atau lingkungan keagamaan.

7.5.2. Motivasi Menuju Hasil Proses Pembelajaran

Pengaruh motivasi di sini adalah motivasi balk intern maupun

ekstern terhadap hasil belajar yang dimaksud, menurut Hilgard, motif

merupakan tenaga penggerak yang mempengaruhi kesiapan untuk

memulai melakukan rangkaian kegiatan dalam suatu prilaku. Menurut

jenisnya, motif dibedakan menjadi motif primer dan sekunder, yang dikutif

oleh Syamsudin (1990), yang dikutif oleh Subhana, membedakan motif

sebagai berikut:

1) Motif primer (primary motive) atau motif dasar (basic motive)

menunjukan kepada motif yang tidak dipelajari (unlearned motive)

yang sering juga digunakan istilah dorongan (drive).

29

Page 30: Kurikulum Dan Pembelajaran Yudha

2) Motif skunder (secondary motives) menunjukan kepada motif yang

berkembang dalam diri individu karena pengalaman, dan dipelajari

(conditioning and reinforcement). Kedalam golongan ini termasuk:

o Takut yang dipelajari (learning fears).

o Motif-motif sosial (ingin diterima, dihargai, conformitas, afiliasi,

persetujuan, status, merasa aman, dan sebagainya).

o Motif-motif objektif dan interest(eksplorasi, manipulasi, minat).

o Maksud (purposes) dan aspirasi.

o Motif berprestasi (achievement motive).

30

Page 31: Kurikulum Dan Pembelajaran Yudha

BAB IX

Komponen-Komponen Pembelajaran

Komponen-komponen dalam pembelajaran yaitu: tujuan, materi/bahan

ajar, metode dan media, evaluasi, anak didik/siswa dan pendidik/guru. Masing-

masing komponen saling berinteraksi yaitu saling berhubungan secara aktif dan

saling mempengaruhi. Misalnya dalam menentukan bahan pembelajaran merujuk

pada tujuan yang telah ditentukan.

8.1. Tujuan Pembelajaran

8.1.2. Hirarki Tujuan

Tujuan pembelajaran ini merupakan tujuan antara dalam upaya mencapai

tujuan-tujuan lain yang lebih tinggi tingkatannya, yakni tujuan pendidikan dan

pembangunan nasional agar membangun manusia (peserta didik) yang sesuai

dengan yang dicita-citakan. Secara rinci hirarki tujuan tersebut dapat digambarkan

sebagai berikut:

a. Tujuan Pendidikan Nasional

Berdasarkan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

tujuan pendidikan nasional (Indonesia) adalah mencerdaskan kehidupan bangsa

dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman

dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki

pengetahuan dan keterampilan, kesehtahan jasmani dan rohani, kepribadian yang

mantap dan mandiri, serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.

b. Tujuan Institusional

Tujuan institusional merupakan tujuan yang ingin dicapai oleh setiap

sekolah atau lembaga pendidikan. Setiap sekolah atau lembaga pendidikan

memiliki tujuannya masing-masing. Tujuan ini sifatnya lebih konkrit dan dapat

dilihat dalam kurikulum setiap lembaga pendidikan.

31

Page 32: Kurikulum Dan Pembelajaran Yudha

c. Tujuan Kurikuler

Tujuan kurikuler adalah tujuan yang ingin dicapai oleh setiap bidang studi.

Tujuan ini bisa dilihat dari GBPP ( Garis-garis Besar Program Pengajaran) setiap

bidang studi.

d. Tujuan Instruksional/Pembelajaran

Tujuan Instruksional adalah tujuan yang ingin dicapai dari setiap kegiatan

instruksional atau pembelajaran. Tujuan ini dibagi menjadi dua bagian yakni:

- Tujuan Pembelajaran Umum

- Tujuan Pembelajaran Khusus

8.2. Bahan Pembelajaran

Bahan atau materi pembelajaran pada dasarnya adalah “isi” dari

kurikulum, yakni berupa mata pelajaran atau bidang studi dengan topik/sub topik

dan rinciannya. Secara umum isi kurikulum dapat dipilah menjadi tiga unsur

utama yaitu logika(pengetahuan tentang benar-salah), etika(pengetahuan tentang

baik-buruk) berupa muatan nilai moral, dan estetika(pengetahuan tentang indah-

jelek) berupa muatan niali seni. Bila dirinci lebih lanjut, isi kurikulum atau bahan

pembelajaran dapat dikategorikan menjadi 6 jenis, yaitu: fakta, konsep/teori,

prinsip, proses dan nilai serta keterampilan.

8.3. Strategi dan Metode Pembelajaran

Strategi belajar mengajar yang digunakan dipengaruhi oleh tujuan

pengajaran itu sendiri. Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam

menentuka strategi pembelajaran, yakni:

8.3.1. Faktor Tujuan

32

Page 33: Kurikulum Dan Pembelajaran Yudha

Tujuan merupakan faktor yang paling pokok, sebab semua faktor yang ada

didalam situasi yang ada didalam situasi pembelajaran, termasuk strategi

pembelajaran, diarahkan dan diupayakan semata-mata untuk mencapai tujuan.

Tujuan pembelajaran menggambarkan tingkah laku yang harus dimiliki siswa

setelah proses belajar mengajar selesai dilaksanakan.

8.3.2. Faktor Materi

Karakteristik ilmu atau materi pelajaran membawa implikasi terhadap

penggunaan cara dan teknik di dalam proses belajar mengajar. Secara teoritis

didalam ilmu atau mata pelajaran terdapat beberapa sifat materi, yaitu fakta,

konsep, prinsip, masalah, prosedur(keterampilan), dan sikap(nilai).

8.3.3. Faktor Siswa

Siswa sebagai pihak yang berkepentingan didalam proses belajar

mengajar, sebab tujuan yang harus dicapai semata-mata untuk mengubah perilaku

siswa itu sendiri. Metode dan teknik yang digunakan dalam proses belajar

mengajar dengan jumlah siswa puluhan orang akan berbeda dengan jumlah siswa

beberapa orang saja. Dalam hal ini perlu dipertimbangkan bahwa:

- Siswa sebagai keseluruhan.

- Siswa sebagai pribadi tersendiri.

- Tingkat perkembangan siswa akan mempengaruhi proses pembelajaran.

- Faktor Waktu

Faktor waktu dapat dibagi dua, yaitu yang menyangkut jumlah waktu dan

kondisi waktu. Hal yang menyangkut jumlah waktu ialah berapa puluh menit atau

berapa jam pelajaran waktu yang tersedia untuk proses belajar mengajar itu.

Sedangkan yang menyangkut kondisi waktu ialah kapan pelajaran itu

dilaksanakan. Hal tersebut akan mempengaruhi terhadap proses belajar mengajar

yang terjadi.

33

Page 34: Kurikulum Dan Pembelajaran Yudha

8.3.4. Faktor Guru

Faktor guru adalah salah satu faktor penentu, pertimbangan semua faktor

diatas akan sangat bergantung kepada kreativitas guru. Dedikasi dan kemampuan

gurulah yang pada akhirnya mempengaruhi pelaksanaan proses pembelajaran.

8.4. Beberapa Strategi Pembelajaran dan Metode Mengajar

8.4.1. Strategi Ekspositoril Klasikal

Dalam strategi pembelajaran ekspositori, klasikal guru lebih banyak

menjelaskan pesan yang sebelumnya telah diolah sendiri, sementara siswa lebih

banyak menerima pesan yang telah jadi. Strategi ini biasanya:

a. Jumlah siswa cukup banyak.

b. Sumber pengajaran jumlahnya sangat terbatas

c. Media lain tidak ada kecuali buku sumber dan guru

d. Waktu yang tersedia sangat sedikit

8.4.2. Strategi Heuristik

Terdapat dua sub strategi belajar mengajar pada strategi heuristic yaitu

discovery dan inquiry. Proses diskoperi terjadi apabila siswa terlibat dalam

menggunakan proses mentalnya untuk menemukan beberapa konsep atau prinsip.

Inquiry mengandung proses-proses mental yang lebih tinggi tingkatannya

daripada discovery. Jadi inkuiri adalah perluasan proses diskoperi yang digunakan

dengan cara yang lebih terbuka.

8.4.3. Metode Tanya Jawab

Metode tanya jawab adalah salah satu metode mengajar yang mempunyai

peranan meningkatkan kadar berfikir siswa. Metode tanya jawab digunakan antara

lain untuk (1) mendiagnosa perkembangan siswa, (2) menentukan tingkat

kemampuan kognitif siswa, (3) menetapkan studi tambahan, dan (4) memperkaya

materi pelajaran.

8.5. Kriteria Penggunaan Strategi Pembelajaran dan Metode Mengajar

34

Page 35: Kurikulum Dan Pembelajaran Yudha

a. Memiliki tingkat relevansi epistimologis yang tinggi, artinya proses

belajar yang dilakukan peserta didik relevan dengan hakikat ilmu yang

sedang dipelajari peserta didik.

b. Memiliki tingkat relevansi sosiologis, dalam hal ini ilmu dipandang

sebagai alat berfikir.

c. Memiliki tingkat relevansi sosiologis, kriteria ini dilihat dari segi

kesempatan peserta didik menghayati nilai-nilai sosial.

8.6. Media Pembelajaran

8.6.1. Media Visual

Media visual adalah media yang hanya dapat dilihat dengan menggunakan

indera penglihatan. Media ini bisa berupa gambar atau bergerak (motion pictures).

8.6.2. Media Audio

Media audio adalah media yang mengandung pesan dalam bentuk

auditif(hanya dapat didegar) yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian

dan kemauan para siswa untuk mempelajari bahan ajar.

8.6.3. Media Audio-visual

Media ini merupakan kombinasi audio dan visual. Media ini adalah media

yang paling lengkap dan optimal penyajian bahan ajar kepada para siswa.

8.6.4. Kelompok Media Penyaji

Donald T. Tosti dan John R. Ball mengelompokkan media menjadi 7,

yaitu:

- kelompok 1: grafis, bahan cetak dan gambar diam,

- kelompok 2: media proyeksi diam,

- kelompok 3: media audio,

35

Page 36: Kurikulum Dan Pembelajaran Yudha

- kelompok 4: media audio,

- kelompok 5: media film, (60 kelompok 6: media televisi, dan (7)

- kelompok 7: multimedia.

8.6.5. Media Objek dan Media Interaktif

a. Media Objek

Media objek merupakan media tiga dimensi yang menyampaikan

informasi tidak dalam bentuk penyajian, melainkan melalui cirri fisiknya sendiri,

seperti ukurannya, bentukny, dan lain-lain.

b. Media Interaktif

Karakteristik terpenting kelompok media ini adalah bahwa siswa tidak

hanya memperhatikan media atau objek saja, tetapi dituntut untuk berinteraksi

selama mengikuti pembelajaran.

8.7. Evaluasi Pembelajaran

8.7.1. Pengertian Evaluasi dan Pengukuran

Ada 3 hal yang penting dalam evaluasi pembelajara yaitu: evaluasi,

pengukuran dan tes. Gronlund mengemukakan evaluasi adalah suatu proses yang

sistematis dari pengumpulan, analisis dan interpretasi informasi/data untuk

menentukan sejauh mana siswa telah mencapai tujuan pembelajaran. Pengukuran

adalah suatu proses yang menghasilkan gambaran berupa angka-angka mengenai

cirri-ciri khusus yang dimiliki oleh siswa. Sedangkan tes adalah suatu alat atau

prosedur yang sistematis untuk mengukur suatu sampel perilaku. Evaluasi lebih

bersifat komprehensif yang didalamnya meliputi pengukuran. Sedangkan tes

adalah bentuk dari pengukuran.

8.7.2. Jenis-jenis Evaluasi Pembelajaran

36

Page 37: Kurikulum Dan Pembelajaran Yudha

Unsur pokok dalam evaluasi pembelajaran adalah objek yang akan

dievaluasi, kriteria sebagai pembanding dan keputusan. Sedangkan persyaratan

umum yang harus dipenuhi dalam evaluasi pembelajaran ialah validitas,

reliabilitas, dan obyektivitas.

8.7.3. Tujuan dan Fungsi Evaluasi Pembelajaran

Tujuan evaluasi poembelajaran adalah meliputi : (a) untuk melihat

produktivitas dan efektivitas kegiatan belajar mengajar, (b) untuk memperbaiki,

menyempurnakan dan mengembangkan program belajar mengajar, (d) untuk

mengetahui kesulitan-kesulitan apa yang dihadapi oleh siswa, dan (e) untuk

menempatkan siswa dalam situasi belajar mengajar yang tepat sesuai dengan

kemampuannya. Adapun fungsi utama evaluasi dalam pembelajaran yaitu: (a)

fungsi formatif, (b) fungsi sumatif, (c) fungsi diagnostik, dan (d) fungsi seleksi

dan penempatan.

8.7.4. Prinsip-prinsip Umum Evaluasi dalam Pembelajaran

Prinsip-prinsip dalam pembelajaran sangat diperlukan sebagai panduan

dalam prosedur pengembangan evaluasi. Ada enam prinsip penilaian, yaitu tes

hasil belajar hendaknya: (1) Mengukur hasil-hasil belajar yang telah ditentukan

dengan jelas dan sesuai dengan tujuan pembelajaran, (2) Mengukur sampel yang

representatif dari hasi belajar dan bahan-bahan yang tercakup dalam pengajaran,

(3) Mencakup jenis-jenis pertanyaan/soal yang paling sesuai untuk mengukur

hasil belajar yang diinginkan, (4) Direncanakan sedemikian rupa agar hasilnya

sesuai dengan yang akan digunakan secara khusus, (5) Dibuat dengan realibilitas

yang sebesar-besarnya dan harus ditafsirkan secara hati-hati, dan (6) Dipakai

untuk memperbaiki hasil belajar. Dari segi lain, prinsip-prinsip evaluasi

pembelajaran meliputi prinsip keterpaduan, cara belajar siswa aktif, kontinuitas,

koherensi, keseluruhan, pedagogis, diskriminalitas dan akuntabilitas.

37

Page 38: Kurikulum Dan Pembelajaran Yudha

BAB X

PRINSIP-PRINSIP PEMBELAJARAN

Pengetahuan tentang teori dan prinsip-prinsip pembelajaran dapat

memberikan kemudahan bagi guru dalam memilih tindakan pada saat proses

pembelajaran berlangsung.

9.1. Prinsip Perhatian dan Motivasi

Perhatian berfungsi sebagai modal awal yang harus dikembangkan secara

optimal untuk memperoleh proses dan hasil yang maksimal. Perhatian adalah

memusatkan pikiran dan perasaan emosional secara fisik dan psikis terhadap

sesuatu yang menjadi pusat perhatian.

9.2. Prinsip Keaktifan

Belajar pada hakikatnya adalah proses aktif dimana seseorang melakukan

kegiatan secara sadar untuk mengubah suatu perilaku, terjadi kegiatan merespon

terhadap setiap pembelajaran. Seseorang yang belajar tidak bisa dipaksakan oleh

orang lain, belajar hanya akan mungkin terjadi apabila anak aktif mengalami

sendiri. Dalam proses pembelajaran siswa harus aktif belajar dan peran guru

hanyalah membimbing dan mengarahkan.

9.3. Prinsip Keterlibatan Langsung atau Berpengalaman

Prinsip ini berhubungan dengan prinsip aktivitas. Pendekatan pembelajaran

yang mampu melibatkan siswa secara langsung akan menghasilkan pembelajaran

lebih efektif sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran.

9.4. Prinsip Pengulangan

Teori yang dapat dijadikan sebagai petunjuk pentingnya prinsip pengulangan

dalam belajar, antara lain bisa dicermati dari dalil-dalil belajar yang dikemukakan

oleh Edward L. Thorndike (1974:1949). Kesimpulan penelitiannya telah

38

Page 39: Kurikulum Dan Pembelajaran Yudha

memunculkan tiga dalil belajar, yaitu “Law of Effect, Law of Exercise, and Law of

Readiness”.

9.5. Prinsip Tantangan

Dalam situasi belajar siswa menghadapi suatu tujuan yang harus dicapai.

Unuk mencapai tujuan tersebut siswa dihadapkan kepada sejumlah

hambatan/tantangan,yaitu mempelajari materi/bahan belajar. Bila dilihat dari segi

penggunaan metode pembelajaran, seperti metode eksperiman, inkuir, diskoveri,

pemecahan masalah, diskusi dan sejenisnya. Begitu pula penguatan yang

diberikan terhadap setiap hasil belajar siswa,apakah penguatan positif maupun

negative akan menantang siswa dan dapat menimbulkan motif belajar untuk

memperoleh ganjaran atau menghindari dari hukuman yang tidak diharapkan.

9.6. Prinsip Balikan dan Penguatan

Prinsip belajar yang berkaitan dengan balikan dan penguatan. Siswa akan

belajarlebih semangat apabila mengetahui dan mendapatkan hasil yang baik.

Balikan yang segera diperoleh siswa setelah belajar melalui pengamatan melalui

metode-metode pembelajaran yang menantang, seperti Tanya jawab,diskusi,

eksperimen, metode penemuan dan yang sejenisnya akan membuat siswa

terdorong untuk belajar lebih giat dan bersemangat.

9.7. Prinsip Perbedaan Individual

Proses belajar yang terjadi pada setiap individu berbeda satu dengan yang lain

baik secara fisik maupun psikis,untuk itu dalam proses pembelajaran mengandung

implikasi bahwa setiap siswa harus dibantu untuk memahami kekuatan dan

kelemahan dirinya dan selanjutnya mendapat perlakuan dan pelayanan sesuai

dengan kemampuan dan kebutuhan siswa itu sendiri.

39

Page 40: Kurikulum Dan Pembelajaran Yudha

BAB XI

PENDEKATAN DAN MODEL PEMBELAJARAN

10.1. Pola pembelajaran

Barry Moris (1963;11) mengklaifikasikan 4 pola pembelajaran yang

digambarkan dalam bentuk bagan sebagai berikut :

a. Pola pembelajaran tradisional 1

b. Pola pembelajaran tradisonal 2

c. Pola pembelajaran guru dan media

d. Pola pembelajaran bermedia

Pola- pola pembelajaran di atas memberikan gambaran bahwa seiring dengan

pesatnya perkembangan media pembelajaran, baik software, maupun hardware,

akan membawa perubahan bergesernya peranan guru sebagai penyampai pesan.

Guru tidak lagi berperan sebagai satu-satunya sumber belajar dalam kegiatan

pembelajaran. Siswa dapat memperoleh informasi dari berbagai media dan

sumber belajar, baik itu dari majalah, modul, siaran radio pembelajaran, televisi

pembelajaran, media komputer atau yang sering kita kenal dengan pembelajaran

berbasis komputer baik model drill, tutorial, simulasi maupun instructional

games. Peran guru tidak hanya sebagai pengajar.

10.2. Model model pembelajaran

40

Tujuan Penetapan isi

dan MetodeDan metode

Guru Siswa

Tujuan Penetap

an isi dan Metode

Guru dengan Media Siswa

Tujuan Penetap

an isi dan Metode

Guru

Siswa

MediameMedia

Tujuan Penetap

an isi dan Metode

Media Siswa

Page 41: Kurikulum Dan Pembelajaran Yudha

10.2.1. Pengertian model pembelajaran

Model-model pembelajaran biasanya disusun berdasarkan berbagai prinsip

atau teori pengetahuan. Joyce dan Weil berpendapat bahwa model pembelajaran

adalah suatu rencana atu pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum

(rencana pembelajaran jangka panjang),merancang bahan-bahan pembelajaran dan

membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain.

10.2.2. Ciri-ciri model pembelajaran

Model pembelajaran memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

1) Berdasarkan teori pendidikan dan teori belajar dari para ahli tertenu

2) Mempunyai misi atau tujuan pendidikan tertentu

3) Dapat ijadikan pedoman untuk perbaikan KBM dikelas

4) Memiliki bagian-bagian model yang dinamakan : (1) urutan langkah-

langkah

pembelajaran, (2) adanya prinsip-prinsip reaksi, (3) system social, (4)

system

pendukung.

5) Memiliki dampak sebagai akibat terapan model pembelajaran.

6) Membuat persiapan mengajar dengan pedoman model pembelajaran yang

dipilihnya.

10.2.3. Model pembelajaran

a. Model interaksi social

Model interaksi social menitikberatkan hubungan yang harmonis antara

individu dengan masyarakat. Pokok pandangan Gestalt adalah obyek atau pristiwa

tertentu akan dipandang sebagai suatu keseluuhan yangterorganisirkan. Makna

suatu objek/peristiwa adalah terletak pada keseluruhan bentuk dan bukan bagian-

bagiannya.

Aplikasi teori Gestalt dalam pembelajaran adalah :

- Pengalaman insight/tilikan

- Pembelajaran yang bermakna.Content yang dipelajari siswa hendaknya

memiliki

41

Page 42: Kurikulum Dan Pembelajaran Yudha

b. Model pemrosesan informasi

Model ini berdasarkan teori belajar kognitif dan berorientasi pada kmampuan

memproses informasi yang dapat memperbaiki kemampuannya. Asumsinya

adalah pembelajaran merupakan factor yang sangat pnting dalam perkembangan.

Dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi yang kmudian diolah

sehingga menghasilkan output dalam bentuk hasil belajar.

Pembelajaran merupakan keluaran dari pemrosesan informasi yang berupa

kecakapan manusia terdiri dari : (1) informasi verbal, (2) kecakapan intelektual,

(3) strategi kognitif, (4) sikap dan (5) kecakapan motorik.

Delapan fase proses pembelajaran menurut Robert M. Gagne :

- Motivasi,fase awal memulai pembeljaran dengan adanya dorongan untuk

melakukan suatu tindakan dalm mencapai tujuan tertentu.

- Pemahaman,individu menerima dan memahami informasi yang diperoleh

dari pembelajaran.

- Pemerolehan, individu memberikan makna/mempersepsi segala informasi

yang sampai pada dirinya sehingga terjadi proses penyimpan dalam

memori siswa.

- Penahanan, menahaan informasi/hasil belajar agar dapat digunakan untuk

jangka panjang .

- Ingatan kembali,mengeluarkan kembali informasi yang telah disimpan,bila

ada rangsangan.

- Gneralisasi,menggunakabn hasil pembelajaran untuk keperluan tertentu.

- Perlakuan,perwujudan perubahan perilaku individu sebagai hasil

pembelajaran.

- Umpan balik,individu memperoleh feedback dari perilaku yang telah

dilakukannya.

c. Model personal

Model ini bertitik tolak dari teoi humanistic,yaitu berorientasi terhadap

pengembangan diri individu. Pertahian utamanya pada emosional siswa untuk

mengembangkan hubungan yang produktif dengan lingkungannya. Model ini juga

42

Page 43: Kurikulum Dan Pembelajaran Yudha

berorientasi pada individu dan perkembangan keakuan. Tokoh humanistic adalah

Abraham Maslow, R.Rogers.C.Buhler dan Arthur Comb. Menurut teori ini,guru

harus berupaya menciptakan kondisi kelas kondusif,agar siswa merasa bebas

dalam belajar dan mengembangkan dirinya,baik emosional maupun intelektual.

d. Model modifiki tingkah laku

Model ini bertitik tolak dari teori belajar behavioristik,bertujuan

mengembangkan system yang efisien untuk mengurutkan tugas-tugas belajar dan

membentuk TL dengan cara memanipulasi penguatan.

d. Model desain pembelajaran

Model desain pembelajaran pada dasarnya merupakan pengelolaan dan

pengembangan yang dilakukan terhadap komponen-komponen pembelajaran.

Beberapa model pengembangan pembelajaran antaralain : Model PPSI (Prosedur

Pengembangan Sistem Instruksional), Model Jerold E.Kep, Gerlach dan Ely,

Glasser, Bella Banathy, Rogers dan model model pembelajaran yang lainnya.

1) Model PPSI

Model PPSI ini dilatarbelakangi oleh hal-hal di bawah ini :

Berkembngnya paradigm “pendidikan sebagai suatu system” maka

pembelajaran menggunakan system.

Pendidik/guru masih menggunakan paradigm “transfer of knowledge” belum

pada pembelajaran yang professional

Tuntutan kurikulum 1975 yang berorientasi pada

tujuan,relevansi,efisiensi,efektivitas,dan kontinuitas.

Konsep dari PPSI ini adalah bahwa system instruksional yang menggunakkan

pendekatan system,yaitu satu kesatuan yang terorganisasi,yang terdiri atas

sejuumlah komponen yang saling berhubungan satu sama lainnya dalam rangka

mencapai tujuan yang diinginkan. Sedangkan fungsi PPSI adalah untuk

mengefektifkan perencanaan dan pelaksanaan program pengajaran secara sistemik

43

Page 44: Kurikulum Dan Pembelajaran Yudha

dan sistemasis,untuk dijadikan sebagai pedoman bagi pendidik dalam

melaksanakan proses belajar mengajar.

Langkah-langkan daripengembangan model PPSI ini adalah sebagai berikut :

- Merumuskan tujuan

- Pengembangan alat evaluasi

- Kegiatan belajar mengajar

- Pengembangan program KBM

- Pelaksanaan

2) Model Glasser

Model glasser adalah model yang paling sederhana ia menggambarkan suatu

desain atau pengembangan pembelajaran ke dalam empat komponen yaitu :

3) Model Gerlach dan Elly

4) Model Jerold E. Kemp

5) Model pembelajaran kontekstual

Pembelajaran disekolah tidak hanya difokuskan pada pemberian pembekalan

kemampuan pengetahuan yang bersifat teoritis saja,akan tetapi bagaimana agar

pengalaman belajar yang dimiliki siswa senantiasa terkait dengan permasalahan-

permasalahan actual yang terjadi di lingkungannya. Dengan demikian inti dari

pendekatan CTL adalah keterkaitan setiap materi atau topic pembelajaran dengan

kehiupan nyata.

Contoh : sumber belajar,media dan lain sebagainya,yang memang baik secara

langsung maupun tidak diupayakan terkait atau ada hubungan dengan

pengalaman hidup nyata.

Pendekatan kontekstual merupakan konsep belajar yang dapat membantu guru

mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan

mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya

dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan

masyarakat.

Pendekatan kontekstual sebagai suatu pendekatan pembelajaran yang

memfasilitasi kegiatan belajar siswa untuk mencari,mengolah dan menemukan

44

Page 45: Kurikulum Dan Pembelajaran Yudha

pengalaman belajar yang lebih bersifat kongkrit melalui pelibatan aktivitas belajar

mencoba melakukan dan mengalami sendiri. CTL sebagai suatu pendekatan

dalam implementasinya tentu saja memerlukan desain/perencanaan pembelajaran

yang mencerminkan konsep pada prinsip CTL.

Pendekatan CTL sebagai suatu pndekatan pembelajaran yang memberikan

fasilitas kegiatan belajar siswa untuk mencari,mengolah dan menemukan

pengalaman belajar yang lebih bersifat kongkrit melalui keterlibatan aktivitas

siswa dalam mencoba,melakukan dan mengalami sendiri.Pembelajaran

kontekstual ini memiliki 7 tahapan pokok yang harus dikembangkan oleh

guru,yaitu :

a. Konstruktivisme

Konstruktivisme merupakan landasan berfikir dalam pendekatan CTL,yaitu

bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia,sedikit demi sedikit yang hasilnya

diperluas melalui konteks yang terbatas.

b. Menemukan

Menemukan merupakan kegiatan inti dari pendekatan CTL,melalui upaya

menemukan akan memberikan penegasan bahwa pengetahuan dan

keterlampilan serta kemampuan-kemampuan lain yang diperlukan bukan

merupakan hasil dari mengingat seperangkat fakta-fakta,tetapi merupakan hasil

menemukan sendiri.

c. Bertanya

Unsur lain yang menjadi karakteristik utama CTL adalah kemampuan dan

kebiasaan untuk bertanya.Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu

bermula dari bertanya.

Pengembangan bertanya produktivitas pembelajaran akan lebih tinggi,karena

dengan bertanya maka: 1) dapat menggali informasi,baik administrasi maupun

akademik, 2) mengecek pemahaman siswa, 3) membangkitkan respon siswa, 4)

mengetahui sejauh mana keingin tahuan siswa, 5) mengetahui hal-hal yang

diketahui siswa, 6) memfokuskan perhatian siswa, 7) membangkitkan lebih

45

Page 46: Kurikulum Dan Pembelajaran Yudha

banyak lagi pertanyaan dari siswa, 8)menyegarkan kembali pengetahuan yang

dimiliki siswa.

d. Masyarakat belajar

Maksud dari masyarakat belajar adalah membiasakan siswa untuk melakukan

kerja sama dan memanfaatkan sumber belajar dari teman-teman belajarnya.

e. Pemodelan

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, rumitnya permasalahan hidup

yang dihadapi,tuntutan siswa yang semakin berkembang dan beraneka ragam,

telah berdampak pada kemampuan guru yang memiliki kemampuan lengkap,

dan ini yang sulit dipenuhi.

f. Refleksi

Refleksi adalah cara berfikir tentang apa yang baru terjadi atau baru saja

dipelajari. Dengan kata lain refleksi adalah berfikir ke belakang tentang apa-

apa yang sudah dilakukan dimasa lalu,siswa mengendapkan apa yang baru

dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang baru yang merupakan

pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya. Pada saat refleksi,siswa

diberi kesempatan untuk mencerna,menimbang, membandingkan,menghayati

dan melakukan diskusi dengan dirinya sendiri.

g. Penilaian sebenarnya

Tahap terakhir dari pendekatan CTL adalah melakukan penilaian. Penilaian

sebagai bagian integral dari pembelajaran memiliki fungsi yang amat

menentukan untuk mendapatkan informasi kualitas proses dan hasil

pembelajaran melalui penerapan CTL. Penilaian adalah proses pengumpulan

berbagai data dan informasi yang bisa memberikan gambaran atu petunjuk

terhadap pengalaman belajar siswa.

Secara umum tidak ada perbedaan mendasar antara format program

pembelajaran konvensional seperti yang biasa dilakukan oleh guru-guu selama ini.

Adapu yang membedakannya,terletak pada penekanannya, dimana pada model

konvensional lebih menekankan pada deskripsi tujuan yang akan dicapai,

sementara program pembelajaran CTL lebih menekankan pada scenario

pembelajarannya,yaitu kegiatan tahap demi tahap yang dilakukan oleh guru dan

46

Page 47: Kurikulum Dan Pembelajaran Yudha

siswa dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Oleh karena

itu program pembelajaran kontekstual hendaknya :

1) Nyatakan kegitan utama pembelajarannya,yaitu ssebuah pernyataan kegiatan

siswa yang merupakan gabungan antara kompetensi dasar,materi pokok dan

indicator pencapaian hasil belajar.

2) Rumuskan dengan jelas tujuan umum pembelajarannya.

3) Uraikan secara terperinci media dansumber pembelajaran yang akan

dipergunakan untuk mendukung kegiatan pembelajaran yang diharapkan.

4) Rumuskan scenarialam melakukan tahap demi tahap kegiatan yang harus

dilakukan siswa dalam melakukan proses pemelajarannya.

5) Rumuskan dan lakukan system penilaian dengan memfokuskan pada

kemampuan sebenarnya yang dimiliki oleh siswa baik pada saat

berlangsungnya maupun setelah siswa tersebut selesai belajar.

47

Page 48: Kurikulum Dan Pembelajaran Yudha

BAB 12

INOVASI KURIKULUM DAN PEMBELAJARAN

12.1. Unsur dan ciri inovasi pembelajaran

12.1.1. Inovasi pendidikan

Inovasi pendidikan pada dasarnya merupakan suatu perubahan ataupun

pemikiran cemerlang di bidang pendidikan yang bercirikan hal baru ataupun

berupa praktik-praktik pendidikan tertentu ataupun berupa produk dari suatu hasil

olah piker dan olah teknologi yang diterapkan melalui tahapan tertentu yang

diyakini dan dimaksudkan untuk memecahkan persoalan pendidikan yang timbul

dan memperbaiki suatu keadaan pendidikan ataupun proses pendidikan tertentu

yang terjadi di masyarakat

12.1.2. Difusi inovasi pendidikan

Secara umum, difusi inovasi dimaknakan sebagai penyebarluasan dari

gagasan inovasi tersebut melalui proses komunikasi yang dilakukan dengan

menggunakan saluran tertentu dalam suatu rentang waktu tertentu diantara

anggota sistem sosial dalam masyarakat.

Dalam konteks difusi inovasi pendidikan, saluran komunikasi yang digunakan

merupakan alur suatu proses penyebarluasan gagasan pendidikan tersebut.

Komunikasi adalah suatu proses dimana partisipan melakukan tukar menukar

informasi satu sama lain,sehingga menghasilkan saling pengertian.

Suatu inovasi tak mungkin bisa disebarluaskan manakala tak ada saluran

komunikasi yang tepat untuk disampaikan kepaa masyarakat. Oleh sebab

itu,komponen saluran komunikasi merupakan medium untuk menyebarluaskan

gagasan ide agar bisa diadopsi oleh masyarakat sebagai adopter.

Dalam kadar tertentu, ada kesan seolah ada persamaan antara pembaharuan

dengan perubahan. Namun tak semua perubahan bisa dikatakan pembaharuan atau

inovasi. Perubahan itu diawali dengan adanya suatu ide, gagasan ataupun praktik

untuk memperbaiki suatu kadaan atau untuk memecahkan masalah yang ada,

48

Page 49: Kurikulum Dan Pembelajaran Yudha

kemudian melalui berbagai usaha dan penelitian, dihasilkanlah suatu produk atau

hasil baru yang berbeda dengan keadaan sebelumnya.

Inovasi dalam pendidikan bidang pendidikan dilakukan sebagai upaya sengaja

untuk memperbaiki suatu keadaan atau kondisi tertentu dalam bidang pendidikan,

baik dalm bentuk ide, praktik ataupun produk baru untuk meningkatkan

kemampuan guna mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien.

12.1.3. Ciri inovasi pendidikan

Difusi inovasi pendidikan sering diartikan sebagai penyebarluasan dari

gagasan inovasi pendidikan tersebut melalui proses komunikasi yang

dilakukan dengan menggunakkan saluran tertentu dalam suatu rentang waktu

tertentu diantara anggota system social masyarakat. Dalam kaitannya dengan

proses difusi inovasi itu, Rogers(1983) mengemukakan ada empat cirri penting

yang mempengaruhi difusi inovasi,termasuk inovasi pendidikan,yaitu :

- esensi inovasi itu sendiri,

- saluran komunikasi,

- waktu dan proses penerimaan,

- system sosial.

12.1.3.1. Esensi inovasi itu sendiri

Inovasi termasuk inovasi pendidikan adalah suatu ide, gagasan,praktik atau

obyek/benda yang disadari dan diterima sebagai suatu hal yang baru oleh

seseorang atau kelompok untuk diadopsi. Teknologi adalah suatu desai aksi

kgiatan yang ditempuh guna mengurangi ketidakpastian dalam hubungan

sebab akibat dari hasil yang ingin dicapai.

12.1.3.2. Saluran komunikasi

Komunikasi suatu proses dimana partisipan berbagi informasi untuk mencapai

pengertian satu sama lain. Komunikasi linier atau sering juga disebut sebagai

komunikasi satu arah atau “one way communication”. Salah satu cirri

komunikasi ini adalah adanya penyediaan yang dilakukan pengiriman pesan

dan interpretasi oleh penerima, serta antisipasi kemungkinan adanya gangguan

dalam proses komunikasi yang berlangsung.

49

Page 50: Kurikulum Dan Pembelajaran Yudha

a. Komunikasi homofil

Komuniksa homofil adalah proses komunikasi yang dilakukan oleh dua

individu atau kelompok yang dikategorikan memiliki kesamaan satu sama

lain.

b. Komunikasi hetrofil

Jenis komunikasi lainnya, disebut komuniksai heterofil,yaitu proses

komunikasi yang dilakukan oleh dua orang atau lebih,dimana pengirim pesan

dan penerima pesan, memiliki latar belakang yang berbeda, baik dilihat dari

social budaya,pendidikan agama,atau karakteristik social lainnya.

12.1.3.3. Faktor waktu dan proses pengambilan keputusan

Proses keputusan inovasi pada hakekatnya adalah suatu proses yang dilalui

individu atau kelompok,mulai dari pertama kali adanya inovasi, kemudian

dilanjutkan dengan keputusan sikap terhadap inovasi,penetapan keputusan

untuk menerima atau menolak,implementasi inovasi dan konfirmasi atau

keputusan inovasi yang dipilihya.

a. Tahap pengetahuan

Membuka diri terhadap adanya suatu inovasi serta ingin megetahui

bagaimananfungsi

dan peran inovasi tersebut member konstribusi perbaikan di masa

mendatang.

b. Tahap bujukan

Berlangsung manakala individu atau kelompok, mulai membentk sikap

menyenangi

atau bahkan tidak menyenangi terhadap inovasi.

c. Tahap pengambilan keputusan

Seseorang atau keompok melakukan aktifitas yang mengarahkan kepada

keptusan

untuk,menerima atau menolak inovasi tersebut.

d. Tahap implementasi

Berlangsung ketika seseorang atau kelompok menerapkan atau

menggunakan inovasi

50

Page 51: Kurikulum Dan Pembelajaran Yudha

itu dalam kegiatan rganisasinya.

e. Tahap konfirmasi

Seseorang atau kelompok mencari penguatan terhadap keputusan inovasi

yang

dilakukannya.

12.1.3.4. System social

Sistem sosial merupakan berbagai unit yang saling berhubungan satu sama

lain dalam tatanan masyarakat,dalam mencapai tujuan yang diharapkan.

a. Struktur social

Komponen yang saling berhubungan satu sama lain, sangat mempengaruhi

proses Struktur sosial pada dasarnya merupakan penyusunan yang terpola dari

berbagai unit dalam suatu sistem.

b. Norma sosial dan difusi

Norma merupakan hal penting dalam proses difusi inovasi. Lebih jauh dalam

kaitannya dengan sistem sosial, norma yang dianut oleh masyarakat dapat

dipandang sebagai pengikat dan pengukuh pola perilaku masyarakat yang

bersangkutan sesuai dengan kaidah sistem sosial yang berlaku.

12.2. Adopsi dan pelaksanaan inovasi pendidikan

Ciri-ciri inovasi,termasuk inovasi dalam pendidikan terdiri dari empat hal

utama,yaitu:

a. Memiliki kekhasan/khusus,artinya suatu inovasi akan memiliki ciri yang

khas dalam

arti ide,program,tatanan,system termasuk kemungkinan hasil yang

diharapkan.

b. Memiliki cirri atau unsure kebaruan,dalam arti suatu inoasi harus memiliki

karakteristik sebagai buah karya dan buah piker yang memiliki kadar

orisinalitas dan

kebaruan.

c. Program inovasi dilaksanakan melalui program yang terencana.

51

Page 52: Kurikulum Dan Pembelajaran Yudha

d. Inovasi yang digulirkan memiliki tujuan,yaitu bahwa program inovasi

yang dilakukan

harus memiliki apa yang ingin dicapai,termasuk arah dan strategi yang

bagaimana

untuk mencapai tujuan tersebut dicapai dari system inovasi yang

dilakukan.

Sedangkan dalam proses difusi inovasi ada komponen komunikasi,yang

lebih

merupakan ‘medium’ atau saluran bagaimana suatu proses difusi inovasi

dilaksanakan

dengan menggunakan saluran komunikasi tertentu.

12.2.1. Adopsi inovasi

Ada beberapa tahapan proses keputusan inovasi,yaitu:

- tahap pengetahuan,yaitu apabila individu/kelompok membuka diri

terhadap adanya suatu inovasi,

- tahap bujukan,yaitu manakala indiviu atau kelompok mulai membentuk

sikap menyenangi atau bahkan tidak menyenangi terhadap inovasi,

- tahap pengamnbilan keputusan,yaitu tahap dimana sesorang/kelompok

melakukan aktifitas yang mengarahpada keputusan untuk menerima atau

menolak inovasi,

- tahap implementasi, yaitu ketika seseorang atau kelompok menerapkan

atau menggunakkan inovasi itu,

- tahap konfirmasi, yaitu tahap dimana seseorang atau kelompok mencari

penguatan terhadap keputusan inovasi yang dilakukannya.

Organisasi atau tatanan kemasyarakatan yang baik dan stabil akan

mengadopsi suatu inovasi dengan mempertimbangkan memenuhi syarat-syarat

sebagai berikut:

- Memiliki tujuan yang jelas

- Memiliki pembagian tugas yang dideskripsikan secara jelas

- Memiliki kejelasan struktur otoritas atau kewenangan

52

Page 53: Kurikulum Dan Pembelajaran Yudha

- Memiliki peraturan dasar dan peraturan umum

- Memiliki pola hubungan informasi yang teruji

12.2.2. Peran agen perubahan

Dalam sistem sosial, salah satu komponen penting adalah Pemimpin

pendapat dan agen perubahan. Pemimpin pendapat adalah suatu tingkat

dimana seorang individu dapat mempengaruhi individu yang lainnya atau

mengatur perilaku individu lainnya secara tidak formal kearah kondisi yang

diharapkan, sesuai dengan norma yang berlaku. Sedangkan agen perubahan

merupakan individu yang bisa mempengaruhi pengambilan inovasi klien ke

arah yang diharapkan para agen peubahan.

12.2.3. Percepatan adopsi inovasi

Derajat adopsi tersebut sangat bergantung pada karakteristik atau ciri dari

inovasi itu sendiri. Karakteristik inovasi, yang sangat mempengaruhi derajat

adopsi tersebut akan sangat bergantung pada :

- Adanya keuntungan relatif, artinya sampai sejauhmana uatu inovasi yang

diperkenalkan memberi manfaat dan keuntungan bagi perorangan atau

masyarakat yang akan mengadopsinya.

- Memiliki kekompakan dan kesepahaman, artinya sampai sejauh mana

inovasi bisa sejalan dan kompak dengan sistem nilai yang ada,ataupun

sejalan dengan pengalaman masa lalu masyarakat yang akan

mengadopsinya

- Memiliki derajat kompleksitas, artinya sampai sejauh mana derajat

kompleksitas, kesukaran dan kerumitan suatu produk inovasi dirasakan

oleh masyarakat.

- Dapat dicobakan, artinya sampai sejauhmana suatu inovasi dapat

diujicobakan keandalan dana manfaatnya.

- Dapat diamati, yaitu sampai sejauh mana suatu hasil inovasi dapat diamati.

12.2.4. Penemuan kembali

53

Page 54: Kurikulum Dan Pembelajaran Yudha

Reinvention adalah penemuan kembali, setelah melalui proses modifikasi.

Dalam bidang pendidikan, proses penemuan kembali ini lazim dilakukan

dalam inovasi pendidikan yang dilaksanakan. Ragam inovasi dan perubahan

pendidikan telah dilakukan pada kurun waktu tersebut. Berbagai strategi dan

implementasi perubahan pendidikan telah dilakukan. Malah dalam kadar

tertentu jadi isu polemic,manifulasi, dan teknologis, serta menjadi isu prestige

based di balik kesuksesan dari perubahan pendidikan tersebut.

12.3. Kontribusi inovasi pendidikan

Proses adopsi inovasi akan dipengaruhi oleh sistem internal organisasi

kemasyarakatan yang bersangkutan. Dalam adopsi inovasi,paling tidak ada

lima kategori perbedaan individu atau kelompok yang harus

diperhatikan.kelima kelompok tersebut adalah sebagai berikut :

a) Para pembaharu atau pioneer/perintis

b) Para adopter awal

c) Para kelompok mayoritas awal

d) Kelompok mayoritas akhir

e) Adopter akhir

Dalam konteks pendidikan,ikhtiar pembaharuan dalam bidang pendidikan

terus menerus digulirkan, baik di Negara-negara maju maupun negara yang

masih berkembang. Pada umumnya pembaharuan pendidikan tersebut

mempunya kecenderungan mengemban misi untuk memecahkan

permasalahan dihadapi. khususnya dalam bidang pendidikan.

Saat ini ada suatu kecenderungan,bahwa inovasi yang berlangsung lebih

terfokus pada substansi isi dari perubahan di bidang pendidikan tersebut,

ketimbang proses perubahannya itu sendiri. Sedangkan pada tahapan yang

dilakukan dalam mengadopsi inovasi,termasuk dalam inovasi pendidikan, ada

empat tahapan yang bisa dipetimbangkan,yaitu :

- Design

- Awareness-interest

- Evaluation

54

Page 55: Kurikulum Dan Pembelajaran Yudha

- Trial

Sedangkan pada sisi yang lain, target sistem ataupun sistem lain dalam

penyebarluasan inovasi, dikenal dua ciri struktur sosial,yaitu :Existing structure

dan New structure

Terdapat suatu hal yang sangat universal,bahwa inovasi termasuk inovasi dan

perubahan pendidikan, terangsang karena ada persoalan atau karena ada keingina

untuk memperbaiki keadaan.

Ishak Abdullhak (2000) membagi sifat perubahan dalam inovasi ke dalam enam

kelompok

yaitu :

- Penggantian

- Perubahan

- Penambahan

- Penyusunan kembali

- Penghapusan

- Penguatan

Proses adopsi inovasi bisa juga terhambat oleh berbagai faktor. Ada tiga

hambatan utama,yang berpotensi timbul dalam setiap adopsi inovasi.

a. Mental block barriers ,yaitu hambatan yang lebih disebabkan oleh sikap

mental seperti:Salah persepsi atau asumsi,Cenderung berfikir negatif,Dihantui

oleh kecemasan dan kegagalan,Tidak mau mengambil resiko terlalu

dalam,Malas,Saat ini berada pada daerah “nyaman dan aman”,Cenderung

resisten/menolak terhadap setiap perubahan.

- Hambatan yang sifatnya culture block.hal ini lebih dilatar belakangi

oleh :Adat yang sudah mengakar dan mentradisi,Taat terhadap tradisi

setempat,Ada perasaan berdosa bila merubah “tatali karuhun” dan

sebagainya.

- Hambatan social block,yaitu hambatan inovasi sebagai akibat dari faktor

sosial dan pranata masyarakat sekitar. Hal ini antara lain :Perbedaan suku

dan agama atu ras,Perbedaan social ekonomi,Nasionalisme yang

sempit,Arogansi primordial,Fanatisme daerah yang kurang terkontrol.

55

Page 56: Kurikulum Dan Pembelajaran Yudha

DAFTAR PUSTAKA

- Susilana, Rudi (2006), Kurikulum dan Pembelajaran. Ed. 2 Cet 2.

Bandung: Jurusan Kutekpen FIP UPI

- Ruhimat Toto, (2009), Kurikulum dan Pembelajaran. Ed. 3 Cet 4.

Bandung: Jurusan Kutekpen FIP UPI

56