Kumpulan Yang Terbuang
-
Upload
ajang-dodi -
Category
Documents
-
view
53 -
download
2
description
Transcript of Kumpulan Yang Terbuang
KUMPULAN YANG TERBUANG
Minna Audy dkkKaifa Publishing, 2013
Kumpulan Yang TerbuangCopyright © Kaifa Publishing, 2013
Penulis: Minna Audy dkkPenyunting: Restu Shofa MaulanaPenata Letak: Ndaru Septian AdliDesain Sampul: Galang Setianto
PenerbitKaifa Publishing (Member of Kaifa
Organizing)[email protected]
FB : Kaifa OrganizingTwitter : @publishingkaifa
Promosi dan Kerja Sama: [email protected]
Katalog Dalam TerbitanHak cipta dilindungi undang-undangAll Right Reserved
Minna Audy dkk | 2
Minna AudyKumpulan Yang Terbuang/ Restu Shofa Maulana ; Kaifa Publishing
Kaifa Publishing, 201392hal ; 14 x 20,5 cm
Cetakan 1, 2013I. Kumpulan Yang Terbuang II. Kaifa
Publishing
Ucapan Terima Kasih
Alhamdulillah ..Segala Puji ke hadirat Allah SWT karena berkat
izinNya kita semua dapat menyelesaikan Antologi Cerpen ini.
Selanjutnya, ucapan terima kasih untuk kedua orangtua yang selalu mendukung setiap
langkah yang saya tempuh dalam mengarungi lembah kehidupan.Juga terima kasih banyak
untuk kontributor di event kali ini.Terima kasih banyak untuk semua yang telah membantu proses penerbitan buku ini di Kaifa
Publishing.Terima kasih untuk para pembaca..
Semoga kalian senang membaca buku ini ..
Minna Audy, dkk
3 | Kumpulan Yang Terbuang
_____________________Minna Audy
DAFTAR ISI:
1. Ucapan Terima Kasih
Kasih..........................3
2. Daftar
Isi.........................................................4
3. Yang Malang Yang
Hilang..............................7
4. Dinding
Keraguan............................................9
5. Bisikan Rasa Mengartikan
Rasa...................11
6. Aku Dan
Mereka.............................................13
7. Hamp
a...............................................................
15
8. Cita Dan
Cinta…..............................................16
9. Korupsi Ada Karena Dia
Ada.......................18
Minna Audy dkk | 4
10.Setapak
Kaki...................................................19
11.Panggung
Penghujatan..................................21
12.
Perg
i................................................................
23
13.Suatu
Rasa......................................................25
14.Mimp
i................................................................
26
15.Kesepia
n..........................................................27
16.Mungkin Kau Sudah Tak Mencintaiku
Lagi...29
17.Puisik
u................................................................
...31
18.Selamat
Tinggal..................................................33
5 | Kumpulan Yang Terbuang
19.Dosak
u................................................................
..35
20.Tongkat
Sihir......................................................37
21.Panggilan
Sakral.................................................38
22.Sesaa
t.................................................................
.40
23.Tak
Sampa
i.........................................................42
24.Sakur
a................................................................
.44
25.Apa Kau Tak
Mengenaliku?.............................45
26.Syair
Jele
k........................................................47
Minna Audy dkk | 6
27. Sedang
Sedih...................................................48
28. Sang
Narsi
s......................................................49
29. Jam
Mat
i...........................................................50
30.
Jik
a................................................................
....52
31. Penjahit
Langit................................................53
32. Labuhan
Terakhir...........................................55
33.Sajak
Lar
i.........................................................57
34. Elegi Satu
Cinta.............................................58
7 | Kumpulan Yang Terbuang
35. Si Gelas
Belimbing.........................................60
36. Layang-
an.........................................................61
37. Serenada Musim
Semi..................................62
38. Noktah
Luka....................................................64
39. Satu
Ketuka
n...................................................65
40.
Purnam
a.............................................................6
6
41.
45
˚................................................................
.....67
42.
Lela
Minna Audy dkk | 8
h................................................................
...69
43. Catatan Bulan
Juni..........................................71
44.
Kami
s................................................................
..75
45.
Gore
s................................................................
..77
46.
Da
n................................................................
......78
47.
Ka
u................................................................
.......79
48.
Kenanga
9 | Kumpulan Yang Terbuang
n.............................................................8
1
49. Tentang
Penulis.................................................82
YANG MALANG YANG
HILANG
(Oleh: Ambarwati)
Aku yang malang, Aku yang hilang.
Tertipu angin.
Terhanyut air.
Aku yang malang, Aku yang hilang.
Tertawa diam membatin seru.
Aku yang malang, Aku yang hilang.
Tak dapat bertahan.
Di kapal yang karam.
Minna Audy dkk | 10
Aku yang malang, Aku yang hilang.
Hatiku hilang, Cintaku melayang.
Aku yang malang, Aku yang hilang.
Kasihku sayang, Kasihku hilang.
Kasihku tersayang, Kasihku yang hilang.
Pulanglah, pergi.
Datanglah kembali.
11 | Kumpulan Yang Terbuang
DINDING KERAGUAN
(Oleh: Ambarwati)
Putih hitam abu-abu.
Terang gulita remang-remang.
Terpanggil aku satu pilihan.
Antara jalan dan jurang.
Aku bingung, aku gamang.
Dinding keraguan makin kuat menghantam.
Teringat aku satu pegangan.
Ia-lah Sang Tuan pemilik siang dan malam.
Namun aku lupa dimana gerangan Dia.
Sudah lama ku tak jumpa.
Dia menjauh?
Ah, bukan…
Aku yang lari penuh keraguan.
Biar kuingat-ingat dimana singgasana-Nya.
Biar kucari jalan bercerita dengan-Nya.Minna Audy dkk | 12
Tentang aku.
Tentang bimbang.
Biarlah hancur si dinding keraguan.
13 | Kumpulan Yang Terbuang
BISIKAN RASA
MENGARTIKAN RASA
(Oleh: Anggit Fajar N.)
Entah siapa yang menjatuhkanku.
Hanya lubang kesakitan yang mendengar
tangis.
Karena tak seorangpun tahu.
Sedalam rasaku untuknya.
Bahkan sinarnya tak mampu melukiskan.
Hanya kesedihan yang tergambar.
Mustahil suaraku terdengar olehnya.
Tak mungkin ia sadar atas rasaku.
Selirih apapun bisikan.
Pastilah terdengar saat hati bernyanyi.
Benar, aku salah mencintaimu.
Dan bagiku…
Cinta tak mungkin hilang.
Hanya saja sentuhnya bukan lagi untukmu.
Yang pernah menyakitiku.
Karena aku sadar.Minna Audy dkk | 14
Yang berarti untukku hanya kau seorang.
Yang mampu mengartikan rasaku.
Dalam setiap hela napas kehidupan.
15 | Kumpulan Yang Terbuang
AKU DAN MEREKA
(Oleh: Arumsari)
Hening bukan berarti sepi.
Bukan pula ku sendiri.
Tetapi kenapa tak ada satu suarapun yang
memanggilku.
Memanggil untuk mengajakku bermain
layaknya sebuah opera.
Aku hanya terpaku.
Menantikan sebuah adegan sandiwara.
Menipu banyak kepak dengan imajinasi.
Mereka sungguh cerdas.
Mereka sungguh menarik.
Tak ada satupun yang dapat aku bedakan.
Antara fakta dan sandiwara.
Mungkinkah mereka yang begitu pintar.
Ataukah aku yang terlalu bodoh.
Keadaan ini begitu sulit kupahami.Minna Audy dkk | 16
Aku masih menikmati heningnya duniaku.
Dunia yang begitu kecil.
Dunia yang mampu membuatku merasakan
segalanya.
Walaupun terasa menyedihkan.
Dengan semua ketidaktahuanku tentang
mereka.
17 | Kumpulan Yang Terbuang
HAMPA
(Oleh: Endang Setyowati)
Di malamku yang sunyi.
Di pagiku yang sendiri.
Terbayang akan kenangan kita.
Janji yang dulu setia.
Dan kini kau mengingkarinya.
Kini kau menjauh dariku.
Melupakan cerita cinta kita yang dulu.
Namun tak sedikitpun sesal dalam hatiku.
Karena telah mencinta.
Dan kini aku hanya bisa menangis.
Dalam kehampaan terbayang akan semua
tentangmu.
Minna Audy dkk | 18
CITA DAN CINTA
(Oleh: Faesal Imadudin)
Cita impian.
Cinta khayalan.
Tertampung dalam sebuah wadah diri kita.
Cita berakal tulus.
Cinta berakar nafsu.
Ketika mereka berada.
Tak ada lagi hal.
Cita berujung asa.
Cinta berujung putus.
Ketika mereka beradu.
Yang tercipta ialah putus asa.
Ironi?
Cita tak sampai karena cinta.
Cinta tak sampai karena cita.
19 | Kumpulan Yang Terbuang
KORUPSI ADA KARENA
DIA ADA
(Oleh: Galang Setianto)
Dia yang duduk.
Tak jarang mengantuk.
Sampai palu diketuk.
Bangun (pun) masih bercelatuk.
Memang terkutuk.
Dia yang kotor.
Dalam sidang diam dan molor.
Kadang buka situs kotor.
Tidak lain dan tidak bukan adalah koruptor.
Dia yang korupsi.
Ambil uang taruh laci.
Dimasuki ke slip gaji.
Tetap cari mati.
Minna Audy dkk | 20
SETAPAK KAKI
(Oleh: Galang Setianto)
Setapak kaki yang hendak mati
Tetap berdiri tanpa henti
Hanya untuk dikau termasih berseri
Diatas tangis dan luka
Kikisan kaki menapak jelas di raut wajah
Ribuan duri nyaris menusuk kaki
Jika bukan karena dikau, mungkin abu
Terbuang, debu
Tangisan demi tangisan
Air mata mengalir deras
Dan darah kali ini hanya tersenyum simpul
Menyambut pulangnya air mata ke muara
Pejamkanlah kelopak itu
Rasakan ketika air mata bisa menembusmu
Tangisan ini (pula)segumpal empedu dalam
gula kehidupan
Terteguknya empedu dalam muara
Termuntahkan akan jeritan jerit-menjerit21 | Kumpulan Yang Terbuang
Ingin tersudahi tali yang menjerat (ini)
Pun tertakut padam sendiri.
Minna Audy dkk | 22
PANGGUNG
PENGHUJATAN
(Oleh: Galang Setianto)
Ketika rasa ini dibatasi
Cinta tak berani tinggi
Sayang tak mau panjang
Rindu tak lagi lebar
Bahkan harus terelakan kebahagiaanku buat
mereka
Aku hanya meneguk air mata ini untuk
berpesta
Entah berapa banyak air mata yang terjatuh
Aku benci
Muak, berbenar muak!
Tak kunjungnya mereka bendungkan airnya
Apa maunya?
Jauh pun dari Jawa samampai Berlin sudah
terlaksana
Diam pun laksana percakapan semut dan lalat23 | Kumpulan Yang Terbuang
Tak juga mereka buat surutnya laut
Laut benci-berbenci
Bicaralah agar puas!
Apakah kau (mereka) terlalu lapar menjadi sok
khalifah?
Hanya ocehan yang menguburku dalam
kemuakan
Hingga ku kirimkan surat kepada tuhan
Agar karma-Nya kian datang
Bukan pembalasan dendam
Tetapi pertanggungjawaban
Minna Audy dkk | 24
PERGI
(Oleh: Galang Setianto)
Hati ini merenung akan semua yang terjadi
Merana sepi karena sendiri
Tak ayal sesal mendera hati
Terasa remuk menuai duka
Sebuah rasa yang terbanggakan
Hilang dalam sekejap mata
Lengah tertipu daya rayuan bibir
Menyerang dada yang tak berdaya
Mengukir duka dalam nestapa
Ingin terulang waktu yang telah berlari
Nantian rindu hipnotis hati
Sosok bayang-bayang meneror hati
Hajat ingin tak terputus tali ini
Tapi takdir bicara lain
Pergi semakin pergi, jauh semakin jauh
Kini diri tersendiri meratapi mimpi
Tinggal buaian janji yang temani hati
Harap tak ingin lagi membina sayang 25 | Kumpulan Yang Terbuang
Terhenti rasa ini, karena terlalu sakit tuk
diingat kembali.
Minna Audy dkk | 26
SUATU RASA
(Oleh: Gandeng Yustina)
Suatu rasa dengan berjuta makna.
Suatu rasa sejuta pesona.
Tiada rasa yang dapat menolak.
Satu rasa.
Beribu makna.
Tak ada daya menolaknya.
Namun kini hambar terasa.
Semua berkabung tiada arti.
Semua hanya ada dalam mimpi.
T’lah pergi dan takkan kembali.
Hingga layunya bunga abadi.
27 | Kumpulan Yang Terbuang
MIMPI
(Oleh: Helmi Adib)
Dalam hidup pasti ada mimpi.
Tanpa mimpi hidup takkan jadi pasti.
Sejak kecil aku selalu bermimpi.
Untuk meraih masa depan yang pasti.
Aku selalu berharap suatu saat nanti.
Aku bisa menjadi orang yang berarti.
Karena itulah aku selalu bermimpi.
Bermimpi…
Dan bermimpi…
Dengan bermimpi aku bisa.
Mempunyai sebuah tujuan.
Agar bisa berguna.
Bagi orangtua bangsa dan negara.
KESEPIAN
Minna Audy dkk | 28
(Oleh: Kiki Rauha Wasadad)
Aku berada di malam yang sepi.
Sendiri, dalam kekosongan.
Dengan tetes airmata.
Yang terus menetes tanpa henti.
Langit tampak begitu mendung.
Bulan dan bintang,
Yang sering muncul itu…
Kini tak terlihat sedikitpun.
Semuanya terasa gelap.
Hanya ada angin yang tertiup kencang.
Sehingga membuatku.
Kedinginan dan ketakutan.
Aku kesepian, kini aku sendirian.
Sungguh aku kesepian.
Tiada lagi tawa dan canda.
Yang ada hanyalah tangisan.
Dan airmata.
29 | Kumpulan Yang Terbuang
MUNGKIN KAU SUDAH
TAK MENCINTAIKU LAGI
(Oleh: Kiki Rauha Wasadad)
Masih saja aku mengingatmu.
Hingga aku terbangun dari tidurku.
Sepertinya ini akan sulit.
Meskipun setiap kali meyakinkan.
Hatiku untuk melepasmu.
Rasanya, aku masih merasakan.
Dengan jelas hangat tanganmu.
Saat menggandengku.
Rasanya, masih jelas terdengar suara.
Canda tawa-tawamu ditelingaku.
Sungguh aku tak ingin pergi darimu.
Namun kuharus melakukannya.
Aku tak ingin terus berada di sini.
Dengan rasa sakit dan ketakutan.
Karena mungkin kau tidak mencintaiku lagi.
Minna Audy dkk | 30
PUISIKU
(Oleh: Kiki Rauha Wasadad)
Aku menulis sebuah puisi.
Sebuah puisi yang tak satupun orang mampu
memahami.
Aku menulis dengan tanganku.
Dan hatiku tanpa otakku.
Puisi itu mengalunkan irama, menurutku.
Tapi kata orang puisi itu sepi.
Puisi itu penuh makna, setahuku.
Tapi kata orang puisi itu kosong.
Biar!
Biar orang lain tak mengerti.
Biarkan orang lain tak memahami.
Untuk apa?
Jangankan puisi, diriku saja mereka tak pernah
mengerti.
Biarlah hanya aku yang mengerti puisiku.
Karena memang hanya aku yang mengerti
diriku.31 | Kumpulan Yang Terbuang
Minna Audy dkk | 32
SELAMAT TINGGAL
(Oleh: Kiki Rauha Wasadad)
Mungkin memang aku yang telah berubah.
Mungkin memang aku yang lain kini.
Mungkin aku yang sudah tak bisa
menerimamu lagi.
Mungkin aku yang sudah tak sanggup
menahanmu lagi.
Aku yang selalu menjadi
penghalangmu.
Aku yang selalu menjadi benalu
bagimu.
Mungkin aku bisa merubahmu.
Tapi bukan hatimu.
Mungkin juga aku bisa menerimamu.
Tapi bukan kebohongan-
kebohonganmu.
33 | Kumpulan Yang Terbuang
Aku
melepaskanmu…
Bukan ingin menyakitimu.
Aku pergi darimu…
Bukan ingin melukaimu.
Tapi aku ingin
membebaskanmu.
Dari belengguku.
Yang kutahu itu sulit bagimu.
Selamat tinggal.
Minna Audy dkk | 34
DOSAKU
(Oleh: Kiki Rauha Wasadad)
Aku terletak di sebuah meja.
Seperti selembar kertas putih tapi ku tak
putih.
Bagai kertas dengan goresan-goresan tinta.
Namun aku sendiri.
Tuhan… aku ingin berkata pada-Mu.
Namun aku tak tahu apa yang harus
kukatakan.
Tuhan… kotorkan aku dengan
segala dosa yang telah kuperbuat.
Dengan nistaku ini.
Aku ingin kembali seperti selembar kertas.
Aku tak ingin sendiri lagi.
Namun apa dayaku?
Dosaku telah membekas di hati.
Di hati siapa?35 | Kumpulan Yang Terbuang
Di hati semua orang yang telah kusakiti.
Minna Audy dkk | 36
TONGKAT SIHIR
(Oleh: Kiki Rauha Wasadad)
Aku bermimpi memiliki tongkat sihir.
Kubuat sebuah rumah.
Tapi rumah itu tak berdinding.
Ku bangun semua harapanku di sana.
Tak ada dinding.
Namun selalu ada tempat untuk bersandar.
Tak ada selimut.
Namun selalu terasa hangat.
Tapi itu hanya ada dalam mimpiku.
37 | Kumpulan Yang Terbuang
PANGGILAN SAKRAL
(Oleh: Latifah Oktafiyani)
Ketika matahari kemabali ke peraduannya.
Ketika burung-burung kembali ke sarangnya.
Ketika gema adzan mulai bergetar.
Ketika Sang Penggoda tak dapat bergerak di
balik ketakutan.
Panggilan sakral yang
menyejukkan.
Menggetarkan hati yang beku.
Membuka mata yang buta.
Menyirami jiwa gersang.
Sayang, sering tak didengar.
Oleh telinga yang terlalu tuli.
Oleh hati yang terlalu angkuh.
Jiwa-jiwa munafik tersesat.
Enggan mendengar panggilan sakral.
Bahkan dengan volume terkeras.Minna Audy dkk | 38
Panggilan yang terdengar di seluruh penjuru
negeri.
39 | Kumpulan Yang Terbuang
SESAAT
(Oleh: Latifah Oktafiyani)
Kemolekan dunia yang fana.
Membutakan mata.
Desah suara yang mengundang menyumbat
telinga.
Gemerlap surga dunia yang menyilaukan.
Sesaat,
Dunia yang sesat,
Yang penuh tipu daya.
Permainan berulang dari nenek moyang.
Semakin terlelapkan dalam penuaan.
Sesaat,
Dunia yang sesaat.
Menyesatkan anak adam.
Hingga tak dapat kembali.
Berakhir di jurang kemaksiatan.
Minna Audy dkk | 40
Yang beriman, Yang Bertahan.
Yang Bertakwa, Yang Dapat Kembali.
Yang dekat dengan Tuhan.
Yang dapat menikmati indah dalam kebadian.
Bukan, Bukan indah sesaat.
41 | Kumpulan Yang Terbuang
TAK SAMPAI
(Oleh: Latifah Oktafiyani)
Lembar-lembar usang yang terbuang.
Goresan tinta yang tertuang.
Terukir cerita cinta masa remaja.
Cinta dalam diri yang tersembunyi.
Cinta tentang mata yang tak terlalu
lebar.
Garis wajahnya yang tegas.
Tubuh tinggi dan kulit cokelat.
Baunya yang khas wangi.
Terbayang selalu dalam angan.
Suaranya yang terngiang-ngiang.
Detak jantung mempercepat laju.
Saat bertemu di lorong sekolah.
Sedih tak dapat disangsikan.
Ketika cinta tak dapat terungkap.Minna Audy dkk | 42
Tersembunyi dalam kepolosan.
Tertuang dalam catatan tatapan mata tak
terbalas.
Kehangatan kasih yang tak tersampaikan.
Terkunci dalam doa tersembunyi.
Tubuh tinggi dan kulit cokelat yang
mengacuhkan.
Biar seperti ini,
Dalam perasaan yang tak pasti.
Mengurung diri yang tak berani.
Merasa hati paling tersakiti.
Padahal diri tak mau mengakhiri.
43 | Kumpulan Yang Terbuang
SAKURA
(Oleh: Marshelia Nindyastuti)
Seperti Sakura…
Semerbak di Musim Semi.
Dan kemerahannya yang tak abadi.
Kelopakmu ini hingga layu.
Seperti sakura…
Yang mengagungkan keindahan.
Tanpa tebersit kesombongan.
Dan kesenjaan yang membuatnya kuyu.
Seperti sakura…
Dan keabadiannya yang tak pernah ada.
Minna Audy dkk | 44
APA KAU TAK
MENGENALIKU?
(Oleh: Maulana A. M. A)
Apa kau tak mengenaliku?
Berbulan-bulan ku menunggumu.
Menunggu bersama sayang dan rindu.
Mengusap, berkata, harapan penting.
Menabur cinta melewati dinding.
Apa kau tak mengenaliku?
Dulu kutanam dengan cinta.
Hingga tunas dari taruhan nyawa.
Menumbuhkanmu dengan air gunung
putih segar.
Tiupan kehidupan mengujimu tegar.
Apa kau masih tak mengenaliku?
Tak apa buah hati harapan waktu.
Kau pohon kuat kekar.
Aku bahagia lega segar.
Aku dapat lapuk menuju ketenangan.
Jadi debu akhir hidup bahagia tertiup angin.45 | Kumpulan Yang Terbuang
Dan Tuhan Maha Tau.
Terima kasih anakku.
Minna Audy dkk | 46
SYAIR JELEK
(Oleh: Minna Audy Ameliann Nz)
Kusyairkan kata-kata yang kubikin sendiri.
Kubisikkan ke setiap kuping di balik pintu tak
mengerti.
Syairku diabaikan.
“Elegi monyet jelek, biarlah jelek.”
Syairku menjadi elegi.
Kucuri elegi tiap-tiap penyair mati.
Kusamarkan bau bangkainya.
Aku menyanyikan elegiorang lain.
Sampai- sampai aku lupa elegiku sendiri.
Elegiku marah.
Elegiku berontak.
Biar saja si penyair kehilangan otak!
47 | Kumpulan Yang Terbuang
SEDANG SEDIH
(Oleh: Minna Audy Ameliann Nz)
Ssshh…
Diam.
Bulan sedang merajuk malam ini.
Enggan aku mengasah kuping untuk
keluhannya.
Dia berkabung.
Untuk lintang-lintang kecil yang merajut Sang
Pembangkang di keningnya.
Minna Audy dkk | 48
SANG NARSIS
(Oleh: Minna Audy Ameliann Nz)
Aduhai…
Siapa gerangan berbayang bulan di sungai.
Elok berkecipak air kubelai.
Hendak kukecup namun tak jua sampai.
Sang Narsis…
Dicumbunya bayangnya sendiri.
Bukan kepalang sakit sukma meringis.
Tak tahu perih, mencinta imaji.
Payahlah…
Mengadu dadu tak sampai waktu.
Dia terkutuk.
Sampai kapan cintanya terantuk-antuk.
49 | Kumpulan Yang Terbuang
JAM MATI
(Oleh: Minna Audy Ameliann Nz)
Tik tok..tik tok…
Jam berdetik meringkik mengikik.
Mengejek nyawa-nyawa di antara jarumnya.
Tik tok… tik tok…
Jam berdetik pada angka dua.
Selalu angka yang sama.
Dan entah pada apa.
Tik tok… tik tok…
Tidak bisa diam.
Tik tok… tik tok…
Berisik.
Tik tok… tik tok…
Berhenti.
Mati.
Tik tok… tik tok…
Menyakiti.
Meski kuserahkan padanya sepi.
Minna Audy dkk | 50
JIKA
(Oleh: Minna Audy Ameliann Nz)
Jika elegiku mengembunkan tangis.
Maka biarkanlah aku berkidung.
Kaulah senandung.
Dan aku kesangsian.
Jika elegiku mengembunkan tangis.
Biarkanlah.
Namun, kalaupun jika…
Kau tahu.
51 | Kumpulan Yang Terbuang
PENJAHIT LANGIT
(Oleh: Minna Audy Ameliann Nz)
Akulah Sang Penjahit Langit.
Kuselipkan benang di sela lintang.
Berserakan.Tapi segera harus kurapikan.
Akulah Sang penjahit Langit.
Kuhampar saja mesin berisik.
Lindungi Gaia dari monster lumut bersisik.
Biar saja manusia tak berkutik.
Akulah Sang Penjahit Langit.
Langit kehilangan kancing.
Benang-benangku berjatuhan.
Sehelai,
Dua ratus helai…
Monster lumut bersisik menyeringai.
Aku bersembunyi di balik meja mesin jahit.
Dan bunyinya berderit menggigit.
Siapa aku?Minna Audy dkk | 52
Akulah Sang Penjahit Langit.
53 | Kumpulan Yang Terbuang
LABUHAN TERAKHIR
(Oleh: Ndaru Septian Adli)
Sampai,
Telah sampai kapal.
Di sebuah dermaga.
Mengikis garis ombak.
Datang ke tepian.
Agar tak hanyut.
Datang ia setelah badai.
Dengan secerca rindu pada simpai.
Sampai maut sampai.
Ya...
Telah sampai kapal.
Membawa angan.
Yang menyayat rindu berdebu.
Di alam penuh keluh.
Aku merindu.
Huh..
Kini bersama lagu.
Terhenti saat kapal ke tepi lagi.Minna Audy dkk | 54
55 | Kumpulan Yang Terbuang
SAJAK LARI
(Oleh: Ndaru Septian Adli)
Satu
Dua tiba
Tiga menyusul
Empat ia menyelip
Lima datanglah juga
Enam berlari terburu
Tujuh melampaui semua
Delapan seterusnya
Tak ada hingga
Minna Audy dkk | 56
ELEGI SATU CINTA
(Oleh: Ndaru Septian Adli)
Aku dan samudera…
Juga sang camar.
Bernyanyi sendu.
Sebuah elegi.
Yang terjuntai oleh tali cintaku.
Sungguh kumerindu.
Tak ingin berlalu.
Aku menyayat cinta.
Yang hanya kata.
Kau tanam benih duka.
Aku rela…
Aku terjaga…
Di palung duka.
Walau elegi terheti,
Namun gaungnya,
Samar menyayat duka.
Hingga purnama berhenti,
Pasangkan laut tangisku.
Hingga kau berlabuh,
57 | Kumpulan Yang Terbuang
Ke palung dukaku.
Minna Audy dkk | 58
SI GELAS BELIMBING
(Oleh: Ndaru Septian Adli)
Jika memang engkau kaca.
Dan memang engkau kaca.
Mereka mungkin diam.
Namun sampai sekarang.
Sampai gelembung mulutnya.
Mereka tak diam.
Kisruh tentang kaca.
Tentang beningmu itu.
Mereka kaku.
Mereka ragu.
Apakah kau benar si kaca belimbing?
Mungkin kau pecah saja dirimu.
Agar mereka diam.
Agar mereka percaya.
Bahwa memang kaubelimbing dari kaca.
LAYANG-AN
(Oleh: Ndaru Septian Adli)
59 | Kumpulan Yang Terbuang
Kutinggalkan utara melaju ke timur.
Rehat sesaat.
Kutinggalkan timur melaju ke selatan.
Rehat sesaat.
Kutinggalkan selatan melaju ke barat.
Rehat sesaat.
Kutinggalkan barat melaju ke utara.
Rehat sesaat.
Kutinggalkan utara melaju ke selatan.
Rehat sesaat.
Kutinggalkan selatan melaju ke barat.
Rehat sesaat.
Kutinggalkan barat melaju ke timur.
Tamat sesaat.
SERENADA MUSIM SEMI
(Oleh: Ndaru Septian Adli)
Jalanku menujumu,dibagiannya.
Ku jumpa dengan serpih titik,lara,luka.
Serba-serbi tentang suka.
Tentang gugur autumn.
Minna Audy dkk | 60
Di semi,
Tak kujumpai dibagiannya.
Tawa,tentang dara…
Tentang semi yang pertama.
Di jalan yang ke-lima,enam.
Akan menujumu.
Memeluk elegi.
Dari hembus sisa nafasmu.
‘Kan ku terka,walau itu adanya.
Kau layak muson,datang tak nampak.
Menerka,tak bisa aku elak.
Menghempas,wahai lara.
61 | Kumpulan Yang Terbuang
NOKTAH LUKA
(Oleh: Ndaru Septian Adli)
Bulan satu,bersinar merindu.
Kemari kemarau sukar meniru.
Terheran mega tentang rasa.
Tentang jiwa diantara pemegang raga.
Jiwa kala itu terpenuhi dahaga.
Sukarlah mengelak apapun cinta.
Meringkuk peringai berperi curiga.
Maka terbanglah logika kemananya suka.
Telah membekas noktah satu luka.
Meurngnya mengharap pada murka.
Guna menghapus noktah luka ke satu.
Murungnya gusar merindu dahulu.
Kepada pemuja untuk mengadu.
Sukar gusar mengakar jadi padu.
Pada ia satu,dua,tiga dan seterusnya…
SATU KETUKAN
Minna Audy dkk | 62
(Oleh: Ndaru Septian Adli)
Satu ketukan, kalut bertuan
Satu ketukan, beribu berlarian
Satu ketukan, darah menajdi bah
Satu ketukan, bumi terbelah
merekah
Satu ketukan, dunia samudera
Satu ketukan, tiang-tiang
melayang
Satu ketukan, langit melilit
Satu ketukan, bumi bulan
bertemuan
Satu ketukan, akhir peradaban
63 | Kumpulan Yang Terbuang
PURNAMA
(Oleh: Ndaru Septian Adli)
Bulan penuh.
Bulan peluh.
Namun riuh.
Hadirkan gemuruh.
Sekalian luruh.
Bentangan peluh.
Pelukan jauh.
Purnama kini.
Sampai terkini.
Mudahan hakiki.
Mudahan perhati.
Minna Audy dkk | 64
45˚
(Oleh: Ndaru Septian Adli)
Kami merapat,
hormat
kami sempurnakan
45˚
Wahai yang
terhormat,
Kami penat
melihat
menjilat
menjerat
mengerat
Kamu muncrat
Kami tegak
siap-gerak
sesaat
serentak65 | Kumpulan Yang Terbuang
LELAH
(Oleh: Nisa Erlinda)
Diam ku berbisik renungku berdoa.
Rinduku datang tangisku mengalir.
Lemah ku tak berdaya.
Marah ku melunjak.
Ah… apa itu?
Aku tak tahu.
Entah sampai kapan.
Aku lelah…
Tak tahu apa yang harus kulakukan.
Ingin ku rasanya berteriak.
Biar semua tahu apa yang kurasa.
Tuhan…
Apakah ini baying kata yang ingin ku ucap.
Tapi…Minna Audy dkk | 66
Tak sedikitpun terucap.
Aku hanya bisa diam.
Diam…
Diam…
67 | Kumpulan Yang Terbuang
CATATAN BULAN JUNI
(Oleh: Restu Shofa Maelana)
Kususuri pagi petang,
Perlahan remang remang.
Langkahku tak bersuara.
Tapi embun membasah sampai mata kakiku.
Hmm, melatinya tak mau kalah,
tebar pesona keharuman padaku.
-Siapa yang mati?-
Sadar, tak beralasanku disini.
Tapi entah apa...
Menarik diri dari sisi,
Aku masih menyusuri jalan beraspal namun
berembun ini.
Ringan saja langkah ini..
-Tanpa sesalkah?-Minna Audy dkk | 68
Lalu, aku belok di tikungan itu.
Benda berpendar jatuh tepat di atas
pundakku...
Ah....lampu jalan ini rusak, menciprat panas ke
pipiku.
-Apa maksudnya?-
Pagi petang, tak pernah sepetang ini.
Bulan sedang bermuka pucat pula…
Seperti ingin menjatuhkan diri,
ke pelukanku…
Akupun tak habis pikir,
Mengapa perlu ku sesalkan?
mengapa harus kecewa menghinggap?
Ini Juni..
Tak pernah sedingin ini sebelumnya..
Ini kemarau..
Menambah kering rerumputan..
Gersang pula rambutku ini..
Benar memang .
69 | Kumpulan Yang Terbuang
Dan memang benar, pemikiranku sudah usang
meski tak mau hatiku layu terendam...
-Insomnia?-
Dipagi petang, seperti ini?
Angin menubruk hebat dadaku,
Oh… Benarkah ini?
Mereka mati?
Berserakan kemana mana mayat,
Apa?
Ini bukan embun?
Ini darah?
Ini bukan bau melati?
Ini bau darah?
Aku lalu ingat...
Akulah pembunuh mereka...
Mereka kubunuh bukan tanpa alasan
Ku lanjutkan jalan ketimur...
Dengan masih menetes, lumuran darah di kiri
tanganku.....
Minna Audy dkk | 70
-25juni2011-
71 | Kumpulan Yang Terbuang
KAMIS
(Oleh: Ria F. Hidayati)
Kamis…
Kala datang gerimis.
Menyentuh hati nan tipis.
Jeritan dalam tangis.
Kamis…
Rasa penuh egois
Takkan habis
Takkan pernah digubris
Kamis…
Galau tengah berbaris.
Duka merajuk sadis.
Sungguh tak tertepis.
Kamis…
Kisah yang romantik.
Kisah nan dramatis.Minna Audy dkk | 72
73 | Kumpulan Yang Terbuang
GORES
(Oleh: Riskita Aksanti)
Goresan-goresan tinta.
Jadikan rangkaian kata-kata indah.
Indah jika terdapat kata-kata kiasan.
Yang mengubah kata menjadi makna.
Hidup ini memang indah.
Karena hidup dapat menjadi sejarah.
Namun hidupku tak seperti kata-kata kiasan.
Yang seperti, andaikan…
Semua terpampang nyata.
Semua terlihat di depan mata.
Semua orang mungkin bisa.
Tapi tak semuanya pasti bisa.
Minna Audy dkk | 74
DAN
(Oleh: Avril)
Dan bila suatu kapan.
Tembikar retak tiada bertuan.
Pecah cahaya seribu malam.
Gemuruh rasa penuh keluh.
Luruh lirih melagu peluh.
Dalam ketemaraman senja menuju gulana.
Menanggung resah….
Menyerbak putik bunga mati.
Dan bila suatu kapan.
Asa rapuh bergugur renta tua.
Padanya…
Ada musim abadi kelam.
75 | Kumpulan Yang Terbuang
KAU
(Oleh: Avril)
Seperti Sushi,
Mentah tak berarah.
Hanya bentuk Sushi,
Abstrak,
Terbalut gurihnya nori.
Mengapit sumpit.
Pedas wasabi.
Bulat dorayaki.
Bundar melingkar di atas piring.
Seperti Sushi,
Mentah tak berarah.
Hanya bentuk Sushi,
Abstrak,
Terbalut gurihnya nori.
Mengapit di antara sumpit.
Pedas bagai wasabi.
Bulat bagai dorayaki.Minna Audy dkk | 76
Bundar melingkar di atas piring.
77 | Kumpulan Yang Terbuang
KENANGAN
(Oleh: Chuchuen Lestari)
Kau hadir dalam keseharianku
Kau juga tawarkan tawa di kehidupanku
Meski hanya tersimpan di hati
Membuat semua lebih berarti
Khayalan tentangmu tersisa di memoriku
Kau pergi jauh tinggalkan diriku di masa lalu
Kini hati berusaha lupakan kenangan yang ada
Semakin kucoba, hati semakin tak bisa
Minna Audy dkk | 78
Tentang Penulis:
Ambarwati lahir pada 19 Maret 1996 di
Pekalongan.Gadis yang hobi mendengarkan
musik dan membolak-balik kamus ini
bertempat tinggal di Ds. Tanjungsari, Kajen,
Pekalongan.Bercita-cita sebagai Guru Bahasa
Jerman mengikuti jejak wali kelasnya Herr
Kisworo.Ia dapat dihubungi melalui
facebookAmbar-ssi PetalsChullpa atau
melalui email:
Anggit Fajar N. T dilahirkan secara normal di
Pekalongan, 13 November 1996.Dia tinggal
di Sidomulyo, Kec. Lebakbarang, Pekalongan.
Ia menyukai semua hal yang berhubungan
dengan teknologi perkomputeran. Hobinya
adalah berolahraga dan bermain game.
Cowok pemalas ini tidak begitu pintar dalam
79 | Kumpulan Yang Terbuang
pelajaran, tapi ia yakin akan menemui
kesuksesan di masa depan. Emailnya:
Arumsari lahir di Pekalongan, 21 November
1996.Ia tinggal di Desa Harjosari, Kec. Doro,
Kab. Pekalongan.Gadis yang masih aktif di
kelas XII ini bercita-cita untuk menjadi Guru
Bahasa Indonesia sejati. Dapat dihubungi
melalui:
Endang Setyowati lahir di Pekalongan pada 7
Januari 1995, tinggal di Kandangserang,
Pekalongan.Gadis yang bercita-cita sebagai
guru Bahasa Jawa ini sedang duduk di kelas
XII Jurusan Bahasa di SMA 1 Kajen.Ia dapat
dihubung melalui emailnya:
Faesal Imadudin lahir di Pekalongan, 4
desember 1996.Cowok dengan rambut tegak
Minna Audy dkk | 80
ini sangat menyukai hal-hal yang berbau seni
dan mengekspresikan diri sesukanya.Ia
tinggal di Desa Tambakroto, Kajen,
Pekalongan. Prestasi yang pernah ia raih saat
ini belum ada. Dapat dihubungi melalui
email:
Galang Setianto lahir di Pekalongan, 28 Juni
1996.Merupakan pribadi yang sederhana aje
tapi berwibawa.Sangat menyukai hal-hal yang
berhubungan dengan desain. Cowok yang hobi
browsing dan membaca koran ini tinggal di Ds.
Nyamok, Kajen, Pekalongan. Dapat dihubungi
melalui facebook Galang Setianto atau melalui
email:
Gandeng Yustina adalah gadis kelahiran 17
Oktober 1996 yang masih aktif di kelas XII.Ia
tinggal di Dk. Nambang, Gg. Mbang Asri
RT/RW 01/01 Ds. Nyamok, Kajen,
81 | Kumpulan Yang Terbuang
Pekalongan. Ia dapat dihubungi melalui
facebooknya Yustina Gayus atau melalui
email:
Helmi Adib lahir di Pekalongan, 4 September
1996.Ia menyukai hal-hal yang berbau
teknologi, olahraga dan musik.Ia terobsesi
untuk menjadi seseorang yang ahli dalam
teknologi dan membuat orangtuanya
tersenyum bahagia. Dapat dihubungi melalui
email:
Kiki Rauha Wasadad lahir di Pekalongan, 11
Februari 1996. Gadis dengan bintang
aquarius ini tinggal di Kesesi,
Pekalongan.Gadis yang gemar menyanyi ini
sangat ingin menjadi seorang koki.Ia dapat
dihubungi melalui email:
Minna Audy dkk | 82
Latifah Oktafiyani lahir di Pekalongan, 6
Oktober 1996.Memiliki cita-cita sebagai
penyiar berita yang handal.Gadis yang hobi
menulis puisi dan artikel ini sekarang
bertempat tinggal di Pekiringan Alit, Kec.
Kajen, Pekalongan. Emailnya:
Marshelia Nindyastuti merupakan gadis
berusia 17 tahun yang sangat gemar
membaca.Impiannya saat ini adalah menjadi
orang yang berpengaruh di dunia dengan
motonya kebahagiaan paling indah yaitu
saat mimpi menjadi nyata.Gadis ini dapat
dihubungi melalui email:
Maulana A. M. A
Minna Audy Ameliann Nz adalah gadis
kelahiran Pekalongan, 4 Maret 1997. Gadis
yang ingin mendapat Nobel Sastra ini
83 | Kumpulan Yang Terbuang
bertempat tinggal di Ds. Gejlig, Kajen,
Pekalongan. Hobinya menulis novel, cerpen,
puisi dan menyanyi. Dapat dihubungi melalui
email:
Ndaru Septian Adli lahir pada tanggal 13
September 1996 di Ds. Jatiroyom, Kec.
Bodeh, Kab. Pemalang. Sekarang tinggal di
tempat itu juga. Ia dapat dikunjungi melalui
twitternya @NdaruSeptian, atau melalui
email:
Nisa Erlinda lahir di Pekalongan, 14 Agustus
1996. Gadis yang hobi menonton tv ini
beralamat di Ds. Wangandowo, Bojong,
Pekalongan. Gadis berbintang leo ini dapat
dihubungi melalui email :
Minna Audy dkk | 84
Restu Shofa Maelana lahir di Semarang, 2
Desember 1995. Hobinya tidur dan tidak
suka dingin.Anak pertama dari dua
bersaudara ini sekarang tinggal di Perum
Griya Kajen Indah, Pekalongan.Ia dapat
dihubungi melalui email:
Ria Fika Hidayati adalah gadis kelahiran
Pekalongan, 27 Agustus 1995.Hobinya
mendengarkan musik, menonton film dan
membaca.Gadis berbintang virgo ini bercita-
cita menjaadi guru Bahasa Asing. Gadis ini
sekarang bertempat tinggal di Desa
Pedawang, Karanganyar, Pekalongan. Ia
dapat dihubungi melalui :
Riskita Aksanti dilahirkan di Pekalongan pada
26 Juli 1996.Gadis yang biasa dipanggil Santi
ini sangat menyukai olahraga, terutama
jogging dan bulutangkis.Gadis berbintang
85 | Kumpulan Yang Terbuang
Leo ini bercita-cita menjadi polisi.ia dapat
dihubungi melalui email:
Avril lahir di Pekalongan, 14 Juli 1995 dengan
nama Yulia Purnama Safari.Gadis berdarah
Jawa-Betawi ini tinggal di Kedungwuni,
Pekalongan. Gadis yang bercita-cita menjadi
orang sukses ini sekarang disibukkan dalam
kegiatan seperti dance community,
skateboard dan band. Gadis yang easy going
ini dapat dihubungi melalui email:
Chuchuen Lestari adalah gadis kelahiran 8
Juni 1996. Gadis yang akrab disapa
Chuchuen ini memiliki hobi mendengarkan
musik yang biasa ia lakukan di masa
senggang. Ia bercita-cita menjadi seorang
pengusaha, untuk mewujudkan cita-citanya
tersebut, dia berusaha untuk menjadi pribadi
Minna Audy dkk | 86