Kumpulan Materi Kuliah Semester III Pertemuan I - VII
-
Upload
haristiansahroni -
Category
Documents
-
view
139 -
download
14
description
Transcript of Kumpulan Materi Kuliah Semester III Pertemuan I - VII
-
KUMPULAN MATERI KULIAH SEMESTER III
PERTEMUAN I VII
1. Sejarah Pendidikan Islam
2. Bahasa Arab III (Nahwu)
3. Ilmu Pendidikan Islam
4. Ilmu Komputer
5. Fiqih Muamalah
6. Hadits Tarbawi
7. Materi PAI
8. Bahasa Inggris III
9. Dasar-Dasar Pendidikan
Disusun oleh: Para Mahasiswa
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AL-HIDAYAH
BOGOR INDONESIA
2014 M./1436 H.
-
[ii]
Penyusun : Para Mahasiswa
Penyunting dan Penata Letak : Haristian Sahroni Putra
Pewajah Sampul : Imam Maulana
Penanggung Jawab Pengumpulan Rangkuman
: Maulana Rofiul Fadhli
Sirkulasi Dana : Dede Rofiadin
Distributor : M. Hilmi Aslam
Cetakan : Pertama, November 2014
Penerbit : Koperasi Syariah (Maqshof Ma'had Huda Islami) Jl. Raya Cimangglid Gg. Purnama, Tamansari, Sukamantri, Bogor.
Diperbolehkan untuk memperbanyak buku ini tanpa izin penerbit!
-
[iii]
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah l, Rabb yang menurunkan risalah Islam
sebagai ad-din yang sesuai dengan fitrah manusia yang membawa kemaslahatan
sepanjang kehidupan. Shalawat dan salam semoga tetap tercurah kepada Rasulullah,
Muhammad `, pembawa risalah Islam, teladan yang baik bagi kehidupan, dan
pemimpin umat manusia menuju cahaya yang terang benderang.
Buku yang ada di hadapan para pembaca ini adalah salah satu dari upaya
Mahasiswa Semester III di Jurusan Tarbiyah Program Studi Pendidikan Agama Islam
STAI Al-Hidayah Bogor untuk ikut merancang bangunan pemikiran kependidikan
Islam, dengan menawarkan materi perkuliahan yang ringkas dan mudah dipahami
dalam bentuk rangkuman materi kuliah pertemuan I - VII. Beberapa materi dasar
disajikan untuk mempermudah pemahaman, di antaranya (1) Sejarah Pendidikan
Islam, (2) Bahasa Arab III (Nahwu), (3) Ilmu Pendidikan Islam, (4) Ilmu Komputer, (5)
Fiqih Muamalah, (6) Hadits Tarbawi, (7) Materi PAI, (8) Bahasa Inggris III, dan (9)
Dasar-Dasar Pendidikan.
Buku ini pada awalnya dijadikan sebagai pegangan bagi para mahasiswa
semester III untuk mengahadapi Ujian Tengah Semester (UTS). Penyusun berharap
semoga Allah l memberikan kemudahan dan kekuatan kepada para mahasiswa
untuk menghadapi ujian di kelas dan ujian kehidupan di dunia luas.
Penyusun mengucapkan terima kasih kepada seluruh komponen, personal
maupun komunal yang telah memberikan kontribusi yang positif, baik berupa materi,
tenaga, waktu, motivasi, dsb.
Bogor, November 2014
Penyusun
-
[iv]
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR iii DAFTAR ISI vi SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM 1
I. Definisi, Objek dan Metode Sejarah Pendidikan Islam 1 II. Kegunaan dan Periodisasi Sejarah Pendidikan Islam 1 III. Masa Pembinaan Islam di Awal Keislaman 2 IV. Masa Pertumbuhan dan Perkembangan Pendidikan Islam 3
BAHASA ARAB III (NAHWU) 7
I. Isim 7 II. Halatu Rafil Ismi 12 III. At-Tawaabi lismil Marfu 17 IV. Al-Ismul Manshub 19 V. At-Tawaabi lismil Manshub 24 VI. Al-Ismul Majrur 25
ILMU PENDIDIKAN ISLAM 27
I. Hakikat Pendidikan 27 II. Dasar-Dasar Pendidikan Islam 29 III. Tujuan Pendidikan Islam 31 IV. Pendidikan Islam Sebagai Sebuah Sistem 33 V. Karakter dan Tugas Pendidik 34 VI. Pendidik Dalam Pendidikan Islam 35 VII. Hakikat Peserta Didik 37
ILMU KOMPUTER 41 FIQIH MUAMALAH 44 HADITS TARBAWI 47 MATERI PAI 49
I. Tarikh Tasyri Pada Masa Zaman Nabi ` 49 II. Penyusunan Sunnah dan Pengaruhnya Terhadap Tasyri 52 III. Pebudakan di Dalam Islam 52 IV. Hukum Tadzir di Dalam Islam 55 V. Ijma 56
BAHASA INGGRIS III 58
I. Auxiliarly Verb 58 II. Conjunction 59
-
[v]
III. Passive Voice 60 DASAR-DASAR PENDIDIKAN 64
I. Pengertian Kependidikan 64 II. Komponen Pendidikan 65 III. Unsur-Unsur Pendidikan 70 IV. Kemungkinan Implikasi Pendidikan 73 V. Kemungkinan Pendidikan 74 VI. Pusat-Pusat Pendidikan 75
GORESAN TINTA MAHASISWA PENUH KARYA 78
-
[vi]
-
[1]
I. DEFINISI, OBJEK DAN METODE SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM
A. Definisi Sejarah Pendidikan Islam Sejarah Pendidikan Islam adalah keterangan mengenai pertumbuhan dan perkembangan
pendidikan Islam di dunia Islam dari waktu ke waktu, dari suatu negara ke negara lain
dari masa Rosululloh sampai masa sekarang.
B. Objek Sejarah Pendidikan Islam Objek sejarah pendidikan Islam mencakup fakta-fakta yang berhubungan dengan
pertumbuhan dan perkembangan pendidikan Islam, baik formal maupun non formal.
C. Metode Sejarah Pendidikan Islam Metode Sejarah Pendidikan Islam berisi kaidah-kaidah yang ada dalam penulisan
sejarah. Kebiasaan dari penelitian dan penulisan sejarah meliputi suatu perpaduan
khusus keterampilan intelektual, diantaranya :
1. Teknik Pengumpulan Data a. Dokumentasi
Teknik pengumpulan data dalam bentuk dokumentasi yaitu mencari data
mengenai hal-hal atau peristiwa yang berupa catatan, transkip, buku, natulen
arsip dan sebagainya.
b. Wawancara Wawancara, yaitu cara mengumpulkan data untuk memperoleh informasi
langsung disumbernya
2. Teknik Analisis Data a. Content Analysis
Teknik ini dikenal juga dengan istilah literature study yang lazim dilakukan
dalam penelitian kepustakaan.
b. Hermeneutic Analysis hermeneutic dipahami sebagai cara untuk menafsirkan teks masa silam dan
menerangkan perbuatan pelaku sejarah.
3. Metode Penulisan Sejarah a. Metode deskriptif
Metode ini menggambarkan apa adanya tentang Sejarah Pendidikan Islam,
contohnya : Penggambaran ajaran Islam yang berlandaskan Al-Quran dan Sunnah
b. Metode komparatif Metode ini merupakan metode yang berusaha membandingkan sebuah
pekembangan pendidikan Islam dengan lembaga-lembaga Islam lainnya.
II. KEGUNAAN DAN PERIODESASI SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM
A. Kegunaan Sejarah Pendidikan Islam Kegunaan sejarah pendidikan Islam meliputi dua aspek:
1. Kegunaan Bersifat Umum Maksud dari kegunaan secara umum ialah, sejarah pendidikan Islam mempunyai
kegunaan sebagai factor keteladanan. Hal ini sejalan dalam firman Allah SWT:
...
-
[2]
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagi kalian (Q.S. Al-Ahzab: 21) Ayat2 lain yg senada dianataranya : (Q.S. Ali-Imran: 31), (Q.S. Al-Araf: 158)
2. Kegunaan Bersifat Akademis Bersifat akademis maksudnya ialah kegunaan sejarah pendidikan Islam selain
memberikan perbendaharaan, perkembangan ilmu pengetahuan (teori dan praktek),
juga untuk menumbuhkan perspektif baru dalam rangka mencari relevansi
pendidikan Islam terhadap segala bentuk perubahan dan perkembangan ilmu
tekhnologi.
Dan kegunaan studi sejarah pendidikan Islam yaitu dapat:
a. Mengetahui dan memahami pertumbuhan dan perkembangan pendidikan Islam, sejak zaman lahirnya sampai masa sekarang.
b. Mengambil manfaat dari proses pendidikan Islam, guna memecahkan problematika pendidikan Islam pada masa kini.
c. Memiliki sikap positif terhadap perubahan-perubahan dan pembaharuan-pembaharuan system pendidikan Islam.
B. Periodesasi Sejarah Pendidikan Islam Sejarah pendidikan Islam pada hakikatnya tidak terlepas dari sejarah Islam oleh sebab
itu periodisasi sejarah pendidikan Islam dapat dikatakan berada dalam periode-periode
sejarah islam itu sendiri.
Dr. Harun Nasution membagi sejarah Islam ke dalam tiga periode, yaitu periode klasik,
pertengahan dan modern. Dan perinciniannya di bagi menjadi 5 periode, yaitu:
1. Periode pembinaan pendidikan Islam, yang berlangsung pada zaman Nabi Muhammad SAW (571-632 M).
2. Periode pertmbuhan pendidikan Islam, yang berlangsung sejak Nabi Muhammad SAW wafat sampai masa akhir bani Umaiyah, yang diwarnai dengan
berkembangnya ilmu-ilmu naqliyah (632-750 M).
3. Periode puncak kejayaan pendidikan Islam, yang berlangsung sejak berdirinya daulah Abbasiyah sampai dengan jatuhnya Baghdad, yang diwarnai dengan
berkembangnya ilmu akliyah dan timbulnya madrasah, serta memuncaknya
perkembangan kebudayaan Islam (750-1250 M).
4. Periode kemunduran pendidikan Islam, yaitu sejak jatuhnya Baghdad sampai jatuhnya Mesir ke tangan Napoleon, yang ditandai dengan runtuhnya sendi-sendi
kebudayaan Islam dan berpindahnya pusat-pusat pengembangan kebudayaan ke
dunia Barat (1250-1924 M).
5. Periode pembaharuan pendidikan Islam, yang berlangsung sejak pendudukan Mesir oleh Napoleon sampai masa kini, yang ditandai dengan gejala-gejala kebangkitan
kembali umat dan kebudayaan Islam (1924 M-sampai sekarang).
III. PEMBINAAN PENDIDIKAN ISLAM DI AWAL KEISLAMAN
A. Pembinaan Pendidikan Islam pada Fase Makkah Setelah Rasulullah mendapat wahyu pertama Beliau mendakwahkan Islam secara
rahasia dan perorangan. Setelah itu turun wahyu untuk berdakwah secara terang-
terangan untuk seruan dakwah yang lebih luas. Adapun materi pendidikan Islam pada
fase Makkah dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu:
1. materi pendidikan tauhid dan
-
[3]
2. materi pengajaran al-Quran. Lembaga pendidikan Islam pada fase Makkah ada dua tempat yaitu:
1. rumah Arqam bin Arqam dan 2. Kuttab. Faktor Penerimaan masyrakat Yatsrib terhadap ajaran Islam secara adalah:
1. adanya kabar dari kaum Yahudi akan lahirnya seorang Rasul 2. suku Aus dan Khazraj mendapat tekanan dan ancaman dari kelompok Yahudi 3. konflik antara Khazraj dan Aus yang berkelanjutan dalam rentang waktu yang
sudah lama, oleh karena itu mereka mengharapkan seorang pemimpin yang mampu
melindungi dan mendamaikan mereka .
Tahapan Pendidikan Islam pada Fase Makkah :
1. Tahap Pendidikan Islam Secara Rahasia dan perorangan 2. Tahap Pendidikan Islam Secara Terang- terangan 3. Tahap Pendidikan Islam Untuk Umum Metode Pendidikan Islam
1. Metode ceramah 2. metode diskusi 3. dialog 4. perumpamaan 5. kisah-kisah 6. pembiasaan 7. hafalan.
B. Pembinaan Pendidikan Islam pada Fase Madinah 1. lembaga pendidikan Islam pada fase Madinah adalah Masjid yang multifungsi. 2. materi pendidikan Islam di Madinah terfokus kepada pendidikan ukhuwah,
kesejahteraan sosial, kesejahteraan kaum kerabat, pertahanan dan keamanan
dakwah Islam atau biasa disebut dengan Hankam.
IV. MASA PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN PENDIDIKAN ISLAM
A. Perkembangan Pendidikan Islam pada Masa Khulafa al-Rasyidin 1. Perkembangan Pendidikan Islam pada Masa Abu Bakar Shiddiq
a. Lembaga Pendidikan Lembaga pendidikan pada masa Abu Bakar masih seperti lembaga
pendidikan pada masa Nabi SAW, namun dari segi kuantitas maupun kualitas
sudah banyak mengalami perkembangan, seperti:
1) Kutab 2) Masjid: (1) tingkat menengah, gurunya belum mencapai status ulama
besar, (2) tingkat tinggi, para pengajarnya adalah ulama yang memiliki
pengetahuan yang mendalam dan integritas kesalehan dan kealiman yang
diakui oleh masyarakat.
b. Materi Pendidikan 1) Kutab: (1) membaca dan menulis, (2) membaca al-Qur`an dan
mengahafalnya, (3) pokok-pokok agama Islam seperti keimanan, ibadah,
akhlak dan muamalah.
2) Masjid: (1) al-Qur`an dan tafsirnya, (2) Hadits dan syarahnya, (3) fiqih (tasyri).
-
[4]
2. Perkembangan Pendidikan Islam pada Masa Umar Ibn Khattab a. Lembaga Pendidikan
Lembaga pendidikan pada masa khalifah Umar ibn Khattab, sama dengan masa
Abu Bakar. Namun dari segi kemajuan lembaga pendidikan begitu pesat, sebab
selama Umar ibn Khattab memerintah negara berada dalam keadaan stabil dan
aman.
Pendidikan pada masa itu berada di bawah pengaturan gubernur.
Sumber gaji para pendidik pada waktu itu diambilkan dari hasil yang dikelola
daerah yang ditaklukkan dan dari baitul mal.
b. Materi Pendidikan Materi pendidikan pada masa Umar ibn Khattab adalah materi pada Kutab
masa Abu Bakar ditambah dengan beberapa mata pelajaran dan keterampilan.
Materi keterampilan: (1) berenang, (2) mengendarai onta, (3) memanah, (4)
membaca, menghafal syair-syair yang mudah dan peribahasa.
Materi pendidikan di Masjid: (1) al-Qur`an dan tafsirnya, (2) Hadits dan
mengumpulkannya dan (3) fiqih (tasyri). c. Pendidik
Umar merupakan seorang pendidik yang sering melakukan penyuluhan di kota
Madinah.
Menerapkan pendidikan di masjid-masjid dan pasar-pasar.
Mengangkat dan menunjuk guru-guru untuk tiap-tiap daerah yang ditaklukkan,
dengan tugas mengajarkan isi al-Qur`an dan ajaran Islam lainnya, seperti fiqih
kepada penduduk yang baru masuk Islam.
Abdurrahman ibn Maqal dan Imran ibn al-Hashim, ditempatkan di Basyrah. Abdurrahman ibn Ghannam dikirim ke Syiria dan Hasan ibn Abi Jabalah
dikirim ke Mesir.
3. Perkembangan Pendidikan Islam pada Masa Utsman Ibn Affan Pada masa khalifah Utsman ibn Affan pelaksanaan pendidikan Islam ditinjau dari aspek lembaga dan materi, tidak jauh berbeda dengan sebelumnya.
Para sahabat yang berpengaruh dan dekat dengan Rasulullah SAW yang tidak
diperbolehkan meninggalkan Madinah di masa khalifah Umar ibn Khattab, oleh
Utsman ibn Affan diberikan kelonggaran untuk keluar dan menetap di daerah-daerah yang mereka sukai.
Pola pendidikan pada masa Utsman ibn Affan ini lebih merakyat dan lebih mudah dijangkau oleh seluruh peserta didik yang ingin mempelajari ajaran Islam.
Pelaksanaan pendidikan diserahkan kepada masyarakat, dan masyarakatlah yang
lebih banyak inisiatif dalam melaksanakan pendidikan termasuk pengangkatan para
pendidik.
Terjadinya kodifikasi al-Qur`an yang sangat besar pengaruhnya terhadap
pendidikan Islam di masa yang akan datang
4. Perkembangan Pendidikan Islam pada Masa Ali Ibn Abi Thalib Pada masa Ali ibn Abi Thalib tidak terlihat perkembangan pendidikan yang berarti
karena pada masa ini telah terjadi kekacauan politik dan pemberontakan, sehingga
dimasa ia berkuasa pemerintahannya tidak stabil.
Dengan kericuhan politik pada masa Ali berkuasa, kegiatan pendidikan Islam
mendapat hambatan dan gangguan.
-
[5]
Ali ibn Abi Thalib tidak sempat memikirkan masalah pendidikan sebab
keseluruhan perhatiaannya ditumpahkan kepada masalah keamanan di dalam
pemerintahannya.
5. Pusat-Pusat Pendidikan dan Para Ulama yang Terkenal pada Masa Khulafa Al-Rasyidin
a. Madrasah Mekah Muadz ibn Jabal, guru pertama di madrasah ini yang mengajarkan al-Qur`an,
hukum-hukum halal dan haram dalam Islam.
Abdullah ibn Abbash, pembangun Madrasah Mekah. Murid-murid beliau:
1) Mujahid ibn Jabbar, ahli tafsir al-Qur`an yang meriwayatkan dari ibn Abbas.
2) Atha ibn Abi Rabbah, yang termasyhur keahliannya dalam ilmu fiqih. 3) Tawus ibn Kaisan, seorang fuqoha dan mufti di Mekah. Murid-murid berikutnya: Sufyan ibn Uyainah dan Muslim ibn Khalid al-Zanji.
b. Madrasah Madinah Sahabat yang mengajar di Madrasah Madinah ini adalah; (1) Umar ibn Khattab,
(2) Ali ibn Abi Thalib, (3) Zaid ibn Tsabit dan (4) Abdullah ibn Umar.
c. Madrasah Bashrah, dengan pengajar Abu Musa al-Asyari dan Anas ibn Malik
d. Madrasah Kufah, dengan pengajar Abdullah ibn Masud e. Madrasah Damsyik, dengan pengajar Muadz ibn Jabbal, Ubadah dan Abu
Darda`
f. Madrasah Fistat (Mesir), dengan pengajar Abdullah ibn Amr ibn al-Ash.
B. Pendidikan Islam Pada Masa Daulah Bani Umayyah Selama kurang lebih 90 tahun kekuasaan Daulah Bani Umayyah telah banyak
memberikan sumbangsih perubahan dan pembaruan yang mereka lakukan. Adapun
kholifah-kholifah dinasti Bani Umayyah adalah : 1. Dari keluarga Abi Sufyan
a. Muawiyah bin Abi Sufyan b. Yazid bin Muawiyah c. Muawiyah bin Yazid
2. Dari keluarga Bani Marwan a. Marwan bin Hakam b. Abdul Malik bin Marwan bin Hakam c. Walid bin Abdul Malik d. Sulaiman bin Abdul Malik e. Umar bin Abdul Aziz bin Marwan f. Yazid bin Abdul Malik\ g. Hisyam bin Abdul Malik h. Walid bin Yazid bin Abdul Malik i. Yazid bin Walid bin Abdul Malik j. Ibrohim bin Walid bin Abdul Malik k. Marwan bin Muhammad bin Marwan
Perkembangan Pendidikan Islam pada Masa Daulah Umayyah
Diantara para kholifah yang memberikan dorongan dalam bidang pendidikan adalah :
1. Muawiyah bin Abi Sufyan 2. Abdul Malik bin Marwan
-
[6]
3. Umar bin Abdul Aziz 4. Hisyam bin Abdul Malik
Lembaga Pendidikan pada Masa Daulah Umayyah
Diantara lembaga pendidikan yang berkembang pada masa Daulah Umayyah yaitu:
1. Kuttab 2. Istana 3. Badiah 4. Perpustakaan 5. Bamaristan (Rumah Sakit)
Pengembangan Ilmu Pengetahuan pada Masa Daulah Umayyah
Pada masa Daulah Umayyah ilmu pengetahuan juga berkembang, hal ini didukung oleh
para kholifah dan meningkatnya perekonomian negara.
Menurut George Zaidan beberapa kemajuan dalam bidang pengembangan ilmu
pengetahuan yang berkembang pada masa itu adalah :
1. Pengembangan Bahasa Arab. 2. Marbad Kota Pusat Kegiatan Ilmu 3. Ilmu Qiroat 4. Ilmu Tafsir 5. Ilmu Hadits 6. Ilmu Fiqh 7. Ilmu Nahwu 8. Ilmu Jughrafi dan Tarikh 9. Usaha Penerjemahan
-
[7]
I. ISIM
Definisi Isim
1. Isim Menurut etimologi ( bahasa ) yaitu : suatu yang menunjukan
kepada yang diberi nama . 2. Menurut terminologi ( istilah ) ahli nahwu Yaitu :
Identitas Isim
1. isim ( bentuk pemernahan )
Ketentuan banyaknya huruf isim adalah tidak kurang dari tiga, jika berbentuk mujarrod
maksimal lima huruf, jika berbentuk maazid maksimal tujuh huruf.
*
2. Hukum isim
Hukum asal dari isim adalah murob, .
_
Isim murab ialah lafadz yang terbebas dari keserupaan dengan huruf seperti lafadz ardhin dan suma. Tetapi ada isim isim yang mabni karena menyerpuai haraf, " ". .
3. Makna isim, yaitu: ( tidak butuh ).
4. Tabiat isim, yaitu: ( terpengaruhi oleh amil ).
Pembentukan Kata Isim Asal kata isim diambil dari sighat masdhar, tetapi ada ikhtilaf para ulama pada
penetapan asal kata isim ini :
1. Pendapat ulama bisriyyin, bahwa masdar kalimat isim diambil dari tsulatsi
mujarrod bab ke satu ( bab nashoro ) bina naqish wawu, ( ) yang
berarti bermakna ( tinggi )
Artinya tinggi.
2. Pendapat ulama kufiyyin, bahwa masdhar kalimat isim diambil dari tsulatsi
mujarrod bab ke dua ( bab dhoroba ) bina mitsal wawu, ( ) yang
berarti bermakna Artinya tanda.
Ciri-Ciri Khas Isim
1. Irab Jaar
Baik disebabkan oleh huruf, idhafah, dan tabaiyyah, contoh :
2. Nida, contoh:
3. Alif lam, contoh:
4. Musnad atau musnad ilaih, contoh
Pembagian Isim
Ada beberapa macam pembagian isim dilihat dari sudut pandang masing masing
pembagian, yaitu menurut sudut pandang dzohir, dhomir, dan mubham menurut sudut
pandang murab dan mabni, dan menurut sudut pandang marifat dan nakirahnya.
-
[8]
Isim dibagi menjadi tiga menurut sudut pandang dzohir, dhomir, dan mubham
1. Isim dzohir
Adapun definisi dari isim dzhohir ialah
isim
yang menunjukan kepada yang diberi nama oleh isim itu tanpa menggunakan
qayyid/qarinah ( indikasi )mutakalim ( pembicara ),ghoib ( yang dibicarakan ),
mukhataab ( lawan bicara ). Isim dzohir dibagi menjadi dua, yaitu :
a. Sharih ( ):
isim yang tidak membutuhkan
penakwilan dalam pembentukan keisimannnya . Contoh :
b. Muawwal bissharih ( ) :
isim yang
membutuhkan penakwilan dalam pembentukan keisimannnya .contoh :
muawal bisshorihnya adalah : .
2. Isim dhomir Adapun definisi dari isim dlhomir itu sendiri ialah
isim yang menunjukan kepada yang diberi nama oleh isim itu dengan menggunakan qayyid/qarinah ( indikasi ) mutakalim ( pembicara ), ghoib ( yang
dibicarakan ), mukhataab ( lawan bicara ). Maksudnya, isim yang menunjukan pada yang dimaksudkan dengan bantuan
qarinah (indikasi), ( pembicara ), / (orang yang diajak bicara laki
laki / perempuan), / ( yang dibicarakan laki-laki/ perempuan ).
Dan menurut pembagiannya isim dhomir itu terbagi menjadi dua macam, yaitu :
a. Dhomir muttasil
Definisi dhomir muttasil adalah : dhomir yang
tidak dijadikan permulaan dan tidak terletak setelah lafadz illa dalam keadaan
leluasa ( tidak dalam keadaan darurat). Dhomir muttasil dibagi menjadi dua, : baariz (Nampak), dan mustatir (
tersembunyi ).
1) Mutasil baarij nampak
Definisi baarij : dhomir yng memiliki gambaran pada
lafadznya
( pengucapannya ).
Dhomir muttasil baarij ada Sembilan: (
)
2) Mutasil mustatir ( sembunyi )
Definisi mustatir : dhomir yng tidak memiliki gambaran
pada lafadznya ( pengucapannya). melainkan
ditakdirkan didalam hati dan diniatkan. dhomir mustatir dibagi menjadi dua:
a) Mustatir wujub
Definisi mustatir wujub :
dhomir yang
tidak bisa digantikan tempatnya oleh isim dohir. b) Mustatir jawaz
Definisi mustatir jawaz :
dhomir yang
bisa digantikan tempatnya oleh isim dohir.
-
[9]
b. Dhomir munfasil
Definisi dhomir munfasil adalah : dhomir yang dijadikan
permulaan dan terletak setelah lafadz illa.
3. Isim mubham
Isim mubham adalah ( isim selain isim dohir dan dhomir). Isim
mubham dibagi menjadi dua :
a. Isim isyarah: ( isim yang ditempatkan untuk musyar ilaih)Isim
isyarah dibagi menjadi dua:
1) Syakhsiyyah semuanya ada sepuluh :
a) Mufrad mudzakar :
b) Mufrad muanas :
c) Tasniyyah mudzakar mahal rafa :
d) Tasniyyah mudzakar mahal nashab dan jaar :
e) Tasniyyah muanas mahal rafa :
f) Tasniyyah muanas mahal nashab dan jaar :
g) Jamak mudzakar dan muanas :
_
_
_
2) Makaniyyah , ada dua macam :
a) Qorib :
b) Baaid :
_
_
b. Isim maushul
Isim maushul adalah : ( isim yang
menunjukan kepada sesutau yang tentu dengan menggunakan perantara
jumlah atau sibhul jumlah, yang diceritakan setelahnya yang disebut dengan
silah maushul )
Isim maushul dibagi menjadi dua :
1) Maushul harfi: ( maushul yang membutuhkan silah saja ),
ada lima bentuk :
a) contoh :
b) contoh :
c) contoh :
d) contoh :
e) contoh :
2) Mausul ismi adalah: (maushul yang membutuhkan silah
dan aid ).
Silah maushul bisa dibentuk dari tiga, yaitu : jumlah ismiyyah, jumlah
filiyyah, dan syibhul jumlah.
*
-
[10]
Silah jumlah ismiyyah :
a) Musbat :
b) Manfi :
Silah jumlah filiyyah
a) Maadiyyah musbat :
b) Maadiyyah manfi :
c) Mudhoriiyyah musbat :
d) Mudhoriiyyah manfi :
Silah Syibhul jumlah
a) Dhorof :
b) Jaar majrur :
Isim maushul ismi dibagi menjadi dua :
a) (naash), maksudnya:
Isim maushul ismi yang naash semuanya ada dua belas :
Mufrad mudzakar mahal rafa, nashab, jaar :
Tasniyyah mudzakar mahal rafa :
Tasniyyah mahal nashob, jaar :
Jamak mudzakar mahal rafa nashab, jaar :
Jamak mudzakar mahal rafa, nashab, jaar :
Mufrad muannas mahal rafa, nashab, jaar :
Mufrad muannas mahal rafa, nashab, jaar :
Tasniyyah muannas mahal rafa :
Tasniyyah muannnas mahal nashab, jaar :
Jamak muannas mahal rafa, nashab, jaar :
Jamak muannas mahal rafa, nashab, jaar :
Jamak muannas mahal rafa, nashab, jaar :
Tetapi sebagian ulama berpendapat bahwa lafadz ketika dalam
keadaam marfu maka diganti dengan lafadz seperti didalam contoh :
*
Kami adalah orang-orang yang mengadakan serangan fajar, yaitu pada
perang nukhail dengan serangan sangat gencar.
b) musytarak : Isim maushul ismi yang musytarak
semuanya ada tujuh :
Lafadz man untuk yang berakal, Tetapi ada penggunaan lafadz man untuk yang tidak berakal, seperti
didalam contoh :
*
Lafadz maa untuk yang tidak berakal, Tetapi ada penggunaan lafadz maa untuk yang berakal, seperti
didalam contoh :
-
[11]
......
Alif laam untuk yang berakal maupun yang tidak berakal, contoh yang
berakal : yang tidak berakal :
: 5. 6. 7.
Syarat dan menjadi isim maushul :
*
*
Menurut sudut pandang marifat dan nakirahnya
1. Isim marifat, adalah: sesuatu yang menunjukankepada yang
ditentukan. Isim marifat dibagi menjadi dua golongan: a. Marifat biddzat, ada empat: isim dhomir, isim alam,isim isyarat, dan isim
maushul.
b. Marifat biladawat, ada tiga: isim yang ber alif lam, munada nakirah maksudah, isim yang idhafah kepada yang marifat. Jadi, keseluruhan isim marifat ada tujuh dan masing-masing telah dijelaskan dipenjelasan sebelumnya. Sebagai mana tercantum didalam syair berkenaan jumlah isim marifat sebagai berikut:
*
2. Isim nakirah, adalah: * intinya nakirah itu adalah isim
yang menerima al, lalu al memberi makna takrif. Atau isim yang menduduki tempat
isim yang menerima al. Contoh menjadi .
Menurut sudut pandang murab dan mabni
1. Isim murob adalah: .isim yang tidak menyerupai huruf. Contoh seperti:
berbentuk sohih berakhiran huruf illat.
_
Isim murab ialah lafadz yang terbebas dari keserupaan dengan huruf seperti lafadz ardhin dansuma.
2. Isim mabni adalah: " ". isim yang menyerupai huruf, contoh seperti ta
dalam lafad atau diletakan dalam bentuk dua huruf, seperti naa dalam lafadz
.
_
Sebagian isim ada yang murab dan ada pula yang mabni karena kemiripannya yang dekat dengan huruf.
maksudnya, karena isim tersebut mempunyai kemiripan yang dekat
dengan huruf.
Segi kemiripan isim dengan huruf terdapat pada empat tempat, yaitu :
1. Kemiripan denga huruf dalam bentuk dan letaknya, seumpama karena isim yang
bersangkutan diletakan dalam bentuk satu huruf yaitu seperti ta dalam lafad
atau diletakan dalam bentuk dua huruf, seperti naa dalam lafadz . inilah yang
diisyaratkan Ibnu Malik dalam perkataan . Karena bentuk isim ta dan na
mirif dengan huruf yaitu terbentuk dari satu dan dua huruf seperti layaknya huruf.
-
[12]
2. Kemiripan isim dengan huruf dalam hal makna; terbagi menjadi dua bagian. Salah satunya isim yang mirip dengan huruf yang ada, yang kedua ialah isim yang mirip
dengan huruf yang tidak ada. Contoh pertama seperti lafadz ( bila ). Lafadz ini
mabni karena kemiripannya dengan huruf dalam hal makna, sebab dapat dipakai
untuk makna istifham, seperti . Dapat juga dipakai untuk makna syarat.
Contoh : ( bila kamu berdiri , maka aku pun berdiri pula ). Kemiripannya,
dalam penggunaan kata tanya lafadz mirip dengan hamzah istifham, dan dalam
penggunaan syarat mirip dengan in syartiyyah. Termasuk juga kedalam golongan
ini adalah isim isyarah.
3. Keserupaan isim dengan huruf karena menggantikan kedudukan fiil dan tidak
terpengaruh oleh amil-nya, seperti isim-isim fiil yang terdapat pada lafadz
(susulah zaid). Lafad daraki mabni karena mirip dengan huruf, yaitu dipandang dari
segi bahwa lafadz ini beramal ( dapat mempengaruhi ), tetapi tidak dapat
dipengaruhi oleh yang lainnya. Sama perihalnya dengan huruf.
4. Kemiripan dengan huruf dalam hal membutuhkan yang lain; sebagaimana yang
telah diisyaratkanoleh ibnu malik dengan dengan perkataan: yang
termasuk golongan ini adalah isim maushul, karena isim maushul membutuhkan
shilah maka sama dengan isim dalam hal ketergantungannya kepada yang lain.
Isim mabni ada enam macam, yaitu; isim dhomir, isim isyarat, isim istifham, isim
fiil, isim syarath, dan isim maushul.
II. HALATU ROFIL ISMI
A. Definisi Atau Subjek
1. Fail adalah isim yang marfu yang didahului oleh fiil malum (kata kerja aktif) atau yang semakna dengannya. Dan isim ini menunjukan kepada subjek (pelaku
pekerjaan) atau yang mensifatinya.
Contoh-contoh Fail
Nabi telah bersabda
Wahai yang selamat hatinya
Airnya suci bangkainya halal
telah tampak kerusahan didarat dan dilaut
2. Ketentuan-Ketentuan Fail a. Fail harus selamanya marfu. Adapun tanda marfunya disesuaikan dengan
macam isimnya.
Contoh : (Guru telah datang).
b. Fail harus senantiasa didahului oleh fiil malum (kata kerja aktif), baik madhi (kata kerja lampau) atau mudhori (kata kerja waktu sekarang).
Contoh : (Seorang laki-laki telah berlari).
(Saudara laki-lakimu sedang tidur).
c. Fail tidak selamanya harus bersambung dengan fiilnya, terkadang diselingi oleh kalimat lain.
-
[13]
Contoh : (Telah bertanya kepadaku seorang laki-laki
kemarin di pasar).
d. Jika susah mencara fail, maka gunakanlah pertanyaan APA atau SIAPA. e. Jika failnya muannats, maka fiilnya harus diberi tanda muannats, yaitu:
1) Jika fiil madhi dengan ta ) ( diakhirnya.
Contoh : (Maryam telah pergi).
2) Jika fiil mudhari dengan ta ) ( diawal fiilnya.
Contoh : (Fatimah sedang pulang).
f. Jika failnya mustanna atau jama, maka fiil tetap dalam keadaan mufrod.
Contoh : (Telah pergi dua orang muslim ke masjid).
(Telah pergi orang-orang muslim ke masjid).
g. Fail boleh ditempatkan setelah maful bih (objek).
Contoh : (Telah bertanya seorang laki-laki kepada Nabi). )
3. Bentuk-Bentuk Perintah Yang Bisa Menjadikan Fail.
a. :
b. :
c. :
d. :
e. :
f. :
B. Naibul Fail (Pengganti Subjek) 1. Definisi
Naibul fail artinya pengganti fail (subjek), yaitu isim marfu yang terletak setelah fiil majhul (kata kerja pasif) dan menunjukan kepada orang yang dikenai suatu perbuatan (objek penderita).
Contoh:
2. Sebab-Sebab Dibuangnya Fail
a. Tidak diketahui siapa pelakunya, seperti ada barang yang dicuri dan tidak
diketahui siapa pencurinya. Maka di ungkapkan (baju itu dicuri).
b. Sudah sama-sama tahu dan tidak perlu disebutkan failnya supaya ringkas dan
singkat, contoh: (telah di wajibkan kepadamu shaum, tentu
saja yang mewajibkannya Allah SWT.
-
[14]
c. Karena takut kepada pelaku (subjek), contoh: . Jika engkau telah
mengetahui sang pemukulnya, tetapi engkau takut kepadanya maka engkau
tidak menyebutkan namanya.
d. Karena takut kepada pelaku, contoh: padahal engkau telah
mengetahui sang pencurinya, tetapi engkau tidak menyabutkan namanya
karena takut. 3. Hal-Hal yang Dapat Membentuk Naibl Fail.
a. Fiil majhul, contoh: (Telah diharamkan atas kalian bangkai).
b. Isim maful, contoh: (Dan yang dipuji akhlaknya,
dimuliakan).
c. Isim yang dinisbatkan, contoh: (Orang yang memiliki
sahabat laki-laki seperti nabi akhlaknya)
4. Ketentuan-Ketentuan Naibul Fail. a. Naibil fail harus senantiasa marfu. b. Naibul fail harus selamanya didahului oleh fiil yang majhul. c. Naibul fail itu berasal dari maful bih, tetapi karena failnya tidak ada, maka ia
menggantikan tempat fail. d. Jika naib failnya mustatsna atau jama, maka failnya tetap dalam keadaan
mufrod.
e. Jika naibul failnya muannats, maka failnya harus diberi tanda muannats pula. f. Setiap ada naib fail maka fail mesti tidak ada. Sementara dalam bahasa
Indonesia atau bahasa Inggris, fail masih bisa disebutkan. Seperti contoh berikut: Saya dipukul oleh Ali. Dalam bahasa Arab tidak bisa diungkapkan
dengan kalimat: .
g. Keberadaan Naibul fail tidak diharuskan berada setelah fiilnya secara langsung, tapi boleh terselingi oleh satu kalimat atau lebih.
Contoh: (Yang dimaksud dengan balasan adalah
setiap sesuatu yang diberikan kepada yang bekerja atas pekerjaannya).
C. Mubtada ()
Mubtada adalah setiap kalimat yang dimulai dengan isim yang marfu, maka isim tersebut menduduki jabatan sebagai Mubtada. 1. Pembagian Mutada.
Mubtada terbagi kepada empat bagian:
a. : Mubtada yang terdiri dari isim dzahir.
b. : Mubtada yang terdiri dari isim dhamir.
c. : Mubtada yang terdiri dari isim-isim yang mabni.
d. : Mubtada yang terdiri dari jumlah muawwal.
Contoh-contoh :
-
[15]
D. Khobar Mubtada ( )
1. Definisi Khobar adalah suatu kalimat yang menyempurnakan makna Mubtada.
Contoh: (Guru telah datang)
(Kedua mata itu melihat)
(Para petani itu rajin)
2. Ketentuan-Ketentuan Khobar a. Wajib rofa. b. Khobar pada asalnya terbentuk dari isim nakiroh yang diambil dari suatu akar kata.
Namun terkadang khobar dibentuk dari isim jamid (tidak ada sumber katanya).
Contoh: (ini adalah batu).
c. Wajib mengikuti mubtadanya, baik dalam keadaan mufrod , mutsanna, jama, dan pada bentu mudzakar atau muannatsnya.
Contoh:
Seorang santri itu bersungguh-
sungguh. Dua santri itu bersungguh-
sungguh. Santri-santri itu
bersungguh-sungguh.
yaitu khobar yang terdiri dari jumlah atau menyerupai jumlah.
Yang menyerupai jumlah adalah fiil dan fail yang bisa disebut jumlah filiyyah atau mubtada khobar yang biasa disebut Jumlah ismiyyahi.
Yang termasuk menyerupai jumlah adalah jar dan majrur atau dzorof
(keterangan tempat) seperti lafadz : (didepanmu), (dibelakangmu).
Ali ayahnya kaya. Yang sakit itu lemah badannya
Ayahmu ada
dimasjid Gurumu itu ada
di depanmu E. Kana dan saudara-saudaranya 1. Definisi
a. Fiil yang masuk kedalam jumlah ismiyyah (mubtada dan khobar), yang merofakan kalimat yang pertama dan dinamakan sebagai isim kana, kemudian manashobkan kalimat yang kedua dan dinamakan sebagai khobar kana.
Contoh: (Dan sesungguhnya Alloh Maha
Mendengar lagi Maha Melihat). 2. Kana dan saudara-saudaranya serta makna-maknanya.
MAKNA DAN CONTOH JENIS Mensifati musnad dan musnad ilaihnya pada waktu lampau
Mensifati dengannya pada waktu sore
-
[16]
MAKNA DAN CONTOH JENIS
Mensifati dengannya pada waktu dluha
Mensifati dengannya pada waktu siang
Mensifati dengannya pada waktu malam
Menunjukan perubahan
Peniadaan
Terus menerus
Penjesan waktu
Terus menerus
Terus menerus
3. Pembagian isim kana
a. Kana yang terdiri dari isim dzohir, contoh :
b. Kana yang terdiri dari isim dlomir, contoh:
4. Pembagian kana a. Kana naaqishoh adalah kana yang membutuhkan isim dan khobarnya, contoh:
(Muhammad ` adalah nabi).
b. Kana membutuhkan fail. Contoh: (bagaimana akibat
orang yang mendustakan).
F. Khobar Inna dan saudara-saudaranya 1. Definisi Inna
Inna adalah setiap khobar mubtada yang termasuki Inna atau salah satu
saudaranya. Khobar Inna selamanya dibaca marfu.
Contoh: (Zaid berdiri).
2. Saudara-Saudara Inna, makna-makna dan contoh-contohnya. MAKNA DAN CONTOH JENIS
Meyakinkan
Menyerupakan
-
[17]
MAKNA DAN CONTOH JENIS Merevisi
Harapan palsu
Mengharap sesuatu yang mungkin terjadi
Peniadaan
3. Bentuk-bentuk Khobar Inna
a. Isim dzohir, contoh:
b. Shibhul jumlah (dzhorof dan jar majrur), contoh:
(sesungguhnya istirahat itu setelah capek).
(tidak ada seseorang dirumah).
c. Jumlah ismiyyah, contoh:
(sesunguhnya lampu itu cahayanya sangat terang).
d. Jumlah filiyyah, contoh:
(seandainya masa muda itu terulang sehari lagi).
III. AT-TAWAABI LI ISMI AL-MARFUU
A. Definisi At-Tawaabi 1. Bahasa: bentuk plural dari At-taabi, yaitu isim faail dari tabaa-yatbau yang
berarti yang mengikuti.
2. Istilah: (lafadz yang mengikuti) adalah isim yang mengikuti irab lafadz sebelumnya secara mutlak.
B. Pembagian At-Tawabi 1. An-Natu
a. Definisi
Naat atau disebut juga shifat adalah isim yang mengikuti isim yang lain dengan fungsi untuk menjelaskan sifat dari isim sebelumnya.
b. Ketentuan Naat
1) Dalam irab:
2) Dalam mudzakkar dan muannats:
3) Dalam marifat dan nakirah:
4) Dalam mufrad, mutsanna dan jama:
c. Pembagiaan Naat 1) Naat haqiqi, yaitu naat yang menjelaskan salah satu sifat kata yang
diikutinya. Contoh:
-
[18]
2) Naat sababi, yaitu naat yang disebut setelahnya atau naat yang menjelaskan salah satu sifat dari kata yang mempunyai hubungan dan
pertalian dengan kata yang diikutinya (manutnya). Contoh:
. Kata
menjadi naat dan kata menjadi manut.
2. Al-Athfu a. Definisi
Athaf adalah isim yang mengikuti isim lainnya dengan perantara huruf athaf.
b. Huruf dan Contoh Athaf
- -
c. Ketentuan Apabila mengathafkan (menghubungkan) dengan huruf athaf pada mathuf alaih yang berirab rafa maka mathufnya dirafakan.
3. Al-Badhlu a. Definisi
Badal adalah isim yang mengikuti isim lain dan berfungsi untuk menggantikan
mubdal minhu (yang digantikannya).
b. Ketentuan Badal Irabnya badal itu mengikuti mubdal minhu. Apabila mubdal minhunya rafa maka badalnya ikutnya rafa,
c. Pembagian Badal 1) Badal kul minal kul, yaitu badal yang mencakup sesuatu yang lainnya.
Contoh:
2) Badal Badh minal kul, yaitu badal yang merupakan bagian dari mubdal
minhu. Contoh:
(Kacanya sudah pecah, yakni
setengahnya)
3) Badal Isytimal, yaitu badal yang termuat dalam mubdal minhu, dengan syarat badal tersebut bukan juz (bagian) dari mubdal minhunya. Contoh:
(Zaid bermanfaat bagiku, yakni ilmunya)
4) Badal ghalath, adalah badal yang digunakan untuk menggantikan mubdal
minhu yang keliru. Contoh: (Zaid telah datang, yakni kuda)
4. At-Taukiidu a. Definisi
Taukid adalah isim yang mengikuti isim lain yang berfungsi untuk menguatkan
arti (pengeras arti) dan menghilangkan keraguan si pendengar.
b. Ketentuan Taukiid Taukid itu mengikuti muakkad dalam lafazh, nashab, khafadh dan marifatnya.
-
[19]
c. Pembagian Taukiid 1) Taukid lafzhi, yaitu taukid yang lafazhnya diulangi sebanyak dua atau tiga
kali, baik isim atau fiil, atau taukid dengan mengulang lafazh muakkad
atau lafazh lain, contoh:
2) Taukid manawi, yaitu taukid dengan menggunakan lafazh tertentu,
diantaranya:
dan kata-kata yang mengikuti
,
yaitu . Contoh:
IV. AL-ISMUL MANSHUB
A. Maful Bih Maful Bih adalah ism yang menunjukkan kepada objek penderita, contoh:
Setiap maful bih harus senantiasa manshub. Maful bih terbagi menjadi dua bagian, yaitu;
1. ; maful bih yang terdiri dari isim dzohir, contoh;
2. maful bih yang terdiri dari isim dhomir, contoh:
B. Maful LiAjlihi Maful Li Ajlihi adalah isim yang berfungsi untuk menjelaskan sebab atau motif terjadinya perbuatan, contoh:
Ketentuan-ketentuan maful liajlihi Terdapat beberapa ketentuan maful Li Ajlihi, diantaranya; Maful Li Ajlihi harus senantiasa menggunakan masdar, mengapa, yang berhubungan
dengan hati.
C. Maful Fihi (dzorf zaman dan dzorof makan) Maful Fihi atau Dzorf adalah isim yang menunjukkan keterangan waktu atau tempat terjadinya suatu perbuatan, contoh:
Keterangan-keterangan waktu
Keterangan-keterangan tempat
Dzorf terbagi ke dalam dua bagian;
1. lafadz yang terkadang berfungsi sebagai dzaraf dan juga tidak. Contoh
sebagai dzaraf;
Contoh bukan sebagai dzaraf;
2. lafadz-lafadz yang hanya digunakan untuk dzaraf atau majrur dengan
seperti; ,,.
-
[20]
Keterangan;
Lafadz-lafadz tersebut selamanya pasti berfungsi sebagai dzaraf atau majrur dengan
, contoh;
D. Maful Muthlaq (Penguat Suatu Perbuatan) Maful Muthlaq adalah isim yang berfungsi sebagai; Penguat suatu perbuatan, atau menjelaskan bilanganya, atau menjelaskan
macamnya.
Contoh sebagai penguat;
Contoh sebagai penjelas bilangan;
Contoh sebagai penjelas macamnya;
Ketentuan-ketentuan Maful Muthlaq Terdapat beberapa ketentuan maful Muthlaq, di antaranya; 1. Maful Muthlaq harus selalu menggunakan mashdar. Tetapi tidak setiap masdar
menjadi maful muthlaq. 2. Maful muthlaq harus selalu manshub, sedangkan masdar tergantung pada
kedudukannya dalam kalimat.
3. Jika maful muthlaq yang berfungsi sebagai pengeras arti ditambah sifat atau diidhofahkan, maka statusnya akan berubah menjadi Li Nauihi (menjelaskan macamnya).
4. Untuk membuat maful muthlaq Li adadihi, disesuaikan dengan wazan .
Contoh;
adalah
adalah
adalah
Masdar terbagi kepada dua bagian;
1. ; masdar yang sama lafadz masdar dan lafadz fiilnya, contoh;
2. ; masdar yang lafadz masdar dan lafadz fiilnya tidak sama, tetapi bermakna
sama, contoh;
E. Maful Maah (yang menyertai)
Maful maah adalah isim yang terdapat setelah huruf () yang artinya bersama, untuk
menunjukkan sesuatu yang terjadi bersamaan dengannya, contoh;
Keterangan;
Maful maah selalu menggunakan ( ,) yang artinya bersama, bukan
) ( yang artinya dan.
Perbedaan waw athaf dan waw maful maah ialah; 1. Waw maiya selalu manshub sedangkan waw athaf tergantung kepada matufnya
(yang diikutinya).
2. Pelaku pada waw athaf terdiri dari dua belah pihak, sedangkan pelaku pada waw maiya hanya satu pihak.
-
[21]
3. Jika sekiranya tepat dijadikan waw athaf, maka jadikanlah waw athaf, contoh;
tetapi jika tidak dapat, jadikan waw maiya seperti; (ali berjalan
bersama [sepanjang] gunung).
4. Susunan waw maiya tidak ada padananya dalam bahasa Indonesia.
F. Haal (penjelas keadaan) Hal adalah isim manshub yang berfungsi untuk menjelaskan keadaan fail atau
maful ketika terjadinya suatu perbuatan. Contoh;
Untuk mengetahui hal penggunaan lafadz yang sekiranya tepat sebagai jawaban dari
pertanyaan bagaimana. hal terbagi kepada dua bagian;
1. hal yang terdiri dari kalimat tunggal, baik mutsanna atau jama, contoh;
2. hal yang terdiri dari jumlah, baik jumlah ismiah atau filiyah, contoh;
Rumusan;
Untuk membedakkan antara hal atau bukan, perhatikan kaidah berikut ini;
1.
(setiap jumlah yang terdapat setelah isim nakiroh adalah sifat)
(atau anak sholeh yang mendoakan orang tua)
2.
(setiap jumlah yang terdapat setelah isim marifat adalah hal)
Keterangan;
Lafadz (jumlah filiiyah) yang berada setelah lafadz (isim nakiroh) adalah
sifat.
Sedangkan lafadz (jumlah filiiyah) yang berada setelah (isim marifat) adalah
hall.
Ketentuan-ketentuan hal
Terdapat beberapa ketentuan tentang hal, yaitu;
1. Hal selamanya harus manshub 2. Pada umumnya hal dibentuk dari isim fail atau isim maful 3. Hal biasanya diterjemahkan sambil atau dalam keadaan. 4. Hal terdiri dari isim nakiroh, sedangkan shohibul halnya harus terdiri dari isim
marifat. 5. Jika keduanya nakiroh atau marifat, maka itu adalah sifat, contoh;
6. Hal mesti mengikuti shahibul hal-nya dalam; a. Mudzakkar atau Muannatsnya b. Mufrad, mutsanna, jamanya.
-
[22]
G. Tamyiz (penjelas atau kesamaran) Tamyiz adalah isim yang disebut setelah isim/keadaan yang mubham (samar) dan
berfungsi untuk menjelaskan kesamaran lafadz tersebut, contoh;
Kalau hanya sampai makna itu masih samar belum ada penguatan terhadap
makna tersebut, maka harus ada makna seterusnya.
Mumayyaz terbagi kepada dua;
1. ; tersurat, diantaranya;
a. ; isim-isim yang menunjukkan bentuk takaran, atau sukatan,
seperti;
b. ; isim-isim yang menunjukkan bentuk timbangan, seperti;
c. ; isim-isim yang menunjukkan bentuk ukuran, seperti;
d. ; isim-isim yang menunjukkan bentuk bilangan, seperti;
2. ; yang tersirat; contoh; H. Mustatsna (pengecualian) Mustastna adalah isim yang berada setelah adat/alat istitsna yang keadaan hukumnya
berbeda dengan hukum mustatsna minhu, yaitu lafadz yang disebut sebelum alat
istitsna, contoh;
Ketentuan-ketentuan mustatsna
1. Mustatsna dengan (), yaitu;
a. Jika keadaan kalimatnya (sempurna dan positif) maka mustastna
wajib manshub, contoh;
b. Jika keadaan kalimatnya (sempurna tapi negatif), maka mustatsna
boleh mansub. contoh;) (
c. Jika keadaan kalimatnya (kurang), yaitu tidak disebut mustatsna
minhunya,
2. Mustatsna dengan ( ,)
Adapun mustatsna dengan dan , maka selamanya harus majrur sebagai
mudhofun ilaih.
3. Mustatsna dengan ), ,(
Adapun mustatsna dengan menggunakan lafadz ,, , maka boleh manshub
dan boleh majrur. ) (
-
[23]
I. Kana dan Saudara-Saudaranya Kana dan saudara-saudaranya adalah isim yang masuk kepada mubatada dan khabar.
Berfungsi membuat marfu mubtada dan disebut serta membuat manshub
khabar dan disebut contoh;
Saudara-saudara kana
J. sim Inna Inna dan saudara-saudaranya adalah isim yang masuk kepada mubtada dan khabar berfungsi membuat manshub mubtada dan disebut isim inna serta membuat marfu
khabar dan disebut khabar inna , contoh;
Saudara-saudara inna yaitu lafadz-lafadz atau huruf-huruf yang berfungsi seperti inna, ialah;
K. Dzanna dan saudara-saudaranya Dzanna dan saudara-saudaranya adalah fiil yang biasa masuk kepada mubtada dan
khabar. Berfungsi menashabkan kedua-duanya contoh; Saudara-saudara dzanna
L. Isim Laa La adalah huruf nafi yang berfungsi untuk meniadakan/menyatakan sesuatu tidak ada.
contoh; tiada laki-laki di rumah
Hukum Isim Laa Ketentuan-ketentuan isim laa, yaitu;
Jika isim laa nya nakiroh, 1. Jika isim laa nya nakirah dan laa nya diulang (disebut dua kali), yaitu boleh mabni
dan boleh marfu, contoh;
2. Jika isim laanya marifat, maka harus marfu dan laanya harus diulang, contoh;
Isim laa terbagi kepada dua bagian, yaitu; murab dan mabni Isim laa dinyatakan muarab apabila;
1. Isim laanya diidhafahka, contoh;
2. Jika isim laanya menyerupai mudhaf, contoh;
3. Isim laa mabniy kepada tanda nashab semula diwaktu manshub, contoh;
M. Munada (yang dipanggil)
Munada adalah isim yang disebut setelah huruf nida (kata seru), contoh;
Yang termasuk ke dalam huruf munada, yaitu; , ,,, , ,:
-
[24]
Ketentuan Munada Irab munada hendaklah manshub, apabila;
1. ; disandarakan, seperti;
2. ; menyerupai Mudhaf, seperti;
3. ; nakirah yang tidak tentu (siapa yang dipanggilnya), contoh
Mabniy atas dhammah, jika;
1. ; nama tunggal, seperti;
2. ; nakiroh tetapi tertuju kepada orang tertentu, seperti;
N. Thawabii Tawabi adalah kalimat-kalimat yang ketentuan irabnya mengikuti irab kalimat sebelumnya baik itu marfu, manshub atau majrur.
1. An-Natu Naat yaitu tabi yang menyempurnkan makna lafazh yang diikutinya dengan menjelaskan salah satu diantara sifat-sifatnya, atau dengan menjelaskan sebagian dari
lafazh yang bertaalluq kepadanya, sedangkan ia menjadi penyebabnya.
Contoh; aku melihat murid yang sungguh-sungguh 2. Al-Athfu Athaf adalah isim yang mengikuti isim lainnya dengan perantara huruf athaf.
Contoh; 3. Al-Badlu Badal adalah isim yang mengikuti isim lain dan berfungsi untuk menggantikan mubdal
minhu (yang digantikannya).
Contoh;
4. At-Taukiidu Taukid adalah tabi yang menguatkan mathbunya
Contoh;
V. AT-TAWBI LI ISMI AL-MANSHB
1. Tawbi adalah kalimat-kalimat yang ketentuan irabnya mengikuti irab kalimat sebelumnya baik itu marfu, manshb atau majrur.
2. Macam-macam At-Tawbi li ismi al-Manshb ada 4, diantaranya : (1) Naat/pensifatan, (2)Athaf/pengikutan, (3) Taukd/penguatan dan (4) Badal/penggantil.
3. Contoh At-Tawbi- Naat, :
(Saya melihat murid yang sungguh-
sungguh)
4. Contoh At-Tawbi- Athaf :
((Saya mendengar pelajaran
dengan fokus dan faham)
5. Contoh At-Tawbi - Taukd :
(Aku melihat Muhammad,
Muhammad)
6. Contoh At-Tawbi- Badal :
(Ibrahim yang merupakan bapakmu
telah hadir)
-
[25]
V. AL-ISMUL MAJRUR
Pengertian huruf jar
Huruf Jar adalah huruf-huruf yang berfungsi untuk membuat isim sesudahnya menjadi
majrur. Sebagai contoh:
(Saya telah sampai ke masjid)
Tanda-tanda jar, diantaranya:
1. Denagan kasrah ketiaka dalam keadaan mufrod, jama taksir, dan jama muanat tsalim, seperti dalam contoh:
-
-
2. Dengan ya ketika dalam keadaan matsana, jama mudzakar salim, dan asmaul khamsah. Seperti dalam contoh:
-
-
3. Dengan fatha ketiaka dalam keadaan mufrod, jama taksir. Ciri ini khusus bertempat pada isim ghair munsharif.
-
Majrur Dengan Huruf Jar
Isim menjadi majrur apabia didahului oleh salah satu huruf dari huruf-huruf ilah yaitu:
- - - - - - - - - - - - - - - -
Huruf-huruf Qosam (sumpah)
Huruf qasam (sumpah) ialah huruf yang dipergunakan untuk bersumpah dan berfungsi
memajrurkan kata sesudahnya. Diantara huruf-hurufnya: - -
Majrur Dengan Idhafat
Idhafat adalah menyadarkan atau menisbatkan sesuatu kepada sesuatu, seperti:
-
-
Isim yang pertama () disebut (yang disandarkan), sedangkan isim yang kedua
disebut (yang disandarinya). Keadaan haruslah majrur, sedangkan
tergantung kedudukan dalam jumlah. Bisa jadi marfu, mansub, atau majrur.
Kandunngan makna idhafat
Isim yang majrur karena idhafat. Jenisnya ada 3 macam diantaranya: pertama,
pengidhafahan yang mengandung makna . Kedua, pengidhafahan yang mengandung
makna . Ketiga, pengidhafahan yang mengandung makna . Contoh;
- -
Syarat-syarat idhafat
1. Tidak boleh Tanwin. 2. Membuang Nun Mutsana atau Jama. 3. Membuang Alif lam dari mudhaf. Catatan:
Jika terdapat dua lafazh yang kedua-duanya memakai tanwin, Alif lam atau nun, maka
lafadz yang kedua bukan Mudhaf ilaihi tetapi sifat, contoh:
-
[26]
Majrurr dengan tawaabi Isim juga bisa menjadi majrur apabila di ikuti oleh isim yang majrur. 1. (kata sifat) contoh;
2. (kata sambung) contoh;
3. (kata penguat) contoh;
4. (kata pengganti) contoh;
-
[27]
I. HAKIKAT PENDIDIKAN
Definisi Dalam wacana pendidikan Islam, istilah pendidikan diambil dari beberapa kata,
diantaranya:
1.
----- >
-
2. ---- >
-
3.
---- >
4.
---- >
-
5. ---- >
6.
---- >
-
7.
---- >
Definisi Tarbiyah
Secara etimologis (bahasa), kata tarbiyah mengandung beberapa arti yang seluruhnya
menunjukkan kegiatan-kegiatan dalam proses tarbiyah itu sendiri, yaitu:
1.
(perbaikan), dari kata - .
berarti
(memperbaikinya).
Kata terkadang tidak harus berarti adanya penambahan ( ), tetapi ia
berarti (pelurusan) dan (perbaikan).
Menurut arti ini maka tarbiyah berarti usaha memelihara, mengasuh, merawat,
memperbaiki dan mengatur kehidupan peserta didik agar dapat survive lebih baik
dalam kehidupannya.1
2. (tumbuh) dan (bertambah), dari kata berarti (bertambah) dan
(tumbuh).
Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila Kami turunkan air diatasnya, hiduplah bumi itu, subur menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang
indah. (QS. al-Hajj [22]:5). Dari sini maka kata tarbiyah dapat berarti proses menumbuhkan dan
mengembangkan apa yang ada pada diri peserta didik, baik secara fisik, psikis,
sosial maupun spiritual.2
3.
(berkembang) dan
(tumbuh dewasa), dari kata - .
1 Lihat: Khlid Hmid al-Hzim, Ushl al-Tarbiyah al-Islmiyyah, 1420H/ 2000. al-Madnah al-
Munawwarah: Dr lim al-Kutub, hlm. 17-18. Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, 2000, Jakarta: Kencana, hlm. 8 2 Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, hlm. 8
-
[28]
Hal ini sebagaimana dalam sebuah syair Ibn al-Arab:
#
Barangsiapa bertanya tentangku # Mekkah adalah tempat tinggalku, disanalah aku
tumbuh dewasa.
Dengan mengacu pada arti ini maka tarbiyah berarti usaha menumbuhkan dan
mendewasakan peserta didik baik secara fisik, sosial, maupun spiritual.
4. (memimpin) dan
(mengatur suatu urusan). Jika dikatakan
berarti (aku memimpin mereka), berarti pula aku diatas mereka.
5. (pengajaran).
Ibn al-Arb mengatakan bahwa seorang rabbn
adalah:
seorang yang berilmu lagi pendidik yang mengajarkan kepada manusia ilmu-ilmu
dasar sebelum ilmu-ilmu yang lebih rumit.
Definisi Pendidikan
Secara Bahasa al-tarbiyah yaitu:
menyampaikan sesuatu menuju kesempurnaannya sedikit demi sedikit.
Atau:
mengembangkan sesuatu sedikit demi sedikit hingga batas kesempurnaan.
Hmid al-Hzimi menyimpulkan bahwa dari berbagai definisi etimologis tersebut maka kata tarbiyah memiliki arti seputar kegiatan memperbaiki, mengatur urusan
peserta didik (al-mutarabbi), memperhatikan dan menjaga perkembangannya.3
Abuddin Nata menegaskan bahwa jika kata-kata tersebut diintegrasikan maka akan
diperoleh pengertian bahwa al-tarbiyah berarti:
Proses menumbuhkan dan mengembangkan potensi; fisik, intelektual, sosial, estetika, dan spiritual, yang terdapat pada peserta didik sehingga dapat tumbuh dan
terbina dengan optimal, melalui cara memelihara, mengasuh, merawat, memperbaiki,
dan mengaturnya secara terencana, sistematis, dan berkelanjutan. Dengan demikian kata al-tarbiyah mengandung cakupan tujuan pendidikan, yaitu;
menumbuhkan dan mengembangkan potensi; dan proses pendidikan, yaitu
memelihara, mengasuh, merawat, memperbaiki, dan mengaturnya.4
Khlid Hmid al-Hzimi memberikan arti terminologis al-tarbiyah sebagai :
mengembangkan diri manusia setahap demi setahap dalam seluruh aspeknya dalam
rangka mencari kebahagiaan dunia dan akhirat sesuai dengan metode yang islami.
Beberapa hal mendasar dalam pengertian al-tarbiyah,
1. tarbiyah adalah sebuah pekerjaan yang terarah. Ia memiliki tujuan, target, dan sasaran;
3 Khlid Hmid al-Hzim, Ushl al-Tarbiyah al-Islmiyyah, hlm. 18. 4 Lihat: Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, hlm. 8
-
[29]
2. Murabbi (pendidik) yang hakiki secara mutlak adalah Allah Sang Pencipta, Dia Pencipta fitrah, pemberi berbagai anugerah, dan Dia yang telah menentukan
berbagai ketentuan dalam menumbuhkan dan mengembangkan fitrah dan anugerah
tersebut, sebagaimana Dia telah menentukan syariah untuk mewujudkan
kesempurnaan, kebaikan, dan kebahagiaannya;
3. tarbiyah mengharuskan adanya perencanaan yang bertahap yang dijalankan oleh pekerjaan-pekerjaan terkait pendidikan dan pengajaran, sesuai dengan aturan yang
tersusun dan meningkat, bergerak bersama peserta didik dari satu kondisi kepada
kondisi berikutnya, dari satu tingkat kepada tingkat berikutnya;
4. pekerjaan seorang pendidik mengikuti penciptaan Allah sebagaimana mengikuti syariah dan agama-Nya.
5
II. DASAR-DASAR PENDIDIKAN ISLAM
Makna Dasar
Dasar adalah landasan untuk berdirinya sesuatu.
Fungsi dasar adalah memberikan arah kepada tujuan yang akan dicapai.
Dengan fungsi yang sangat penting inilah pendidikan suatu bangsa disusun.
Dasar Ideal Pendidikan Islam
Dasar ideal pendidikan Islam identik dengan ajaran Islam, karena keduanya berasal
dari sumber yang sama yaitu al-Quran dan al-hadits, bahkan pendidikan Islam merupakan bagian dari ajaran Islam itu sendiri.
Pendidikan dan pengajaran umat Islam haruslah bersumber kepada aqidah Islamiyyah. Jika pendidikan umat Islam tidak didasarkan kepada aqidah yang
bersumber kepada al-Quran dan al-hadits maka pendidikan yang dilaksanakan bukanlah pendidikan Islam tetapi pendidikan asing6
Sumber Pendidikan Islam
1. Al-Quran 2. Al-Hadits 3. Perkataan, perbuatan dan sikap para Sahabat. 4. Ijtihad; dengan ijma, qiyas, dan istihsan.
Prinsip-Prinsip yang Menjadi Dasar Pandangan Islam terhadap Alam Semesta
1. Kepercayaan bahwa pendidikan adalah proses dan usaha mencari pengalaman dan perubahan yang diinginkan oleh tingkah laku.
Pendidikan hanya akan berhasil melalui interaksi seseorang dengan lingkungan.
2. Kepercayaan bahwa jagat raya (alam semesta) berarti selain Allah SWT. Alam semesta adalah seluruh makhluk yang Allah SWT ciptakan. Diantaranya;
langit, bumi, bintang, gunung, lautan, hewan, tumbuhan, termasuk makhluk-mahluk
ghaib (jin, malaikat).
5 Abd al-Rahmn al-Nahlw, Ushl al-Tarbiyah al-Islmiyyah wa Aslibuha fi al-Bayt wa al-
Madrasah wa al-Mujtama, 1426H/ 2005, Damaskus: Dar al-Fikr, hlm. 17. 6 (Abu al-Hasan al-Nadwi, Nahwa al-Tarbiyah al-Islamiyyah al-Hurrah)
-
[30]
Manusia adalah makhluk yang diberi kemampuan untuk memakmurkan alam
semesta.
3. Kepercayaan bahwa wujud yang mungkin adalah dengan benda dan ruh. Artinya, kehidupan tidak akan terlaksana kecuali dengan aspek jasadi dan ruhani.
Alam semesta terdiri dari alam yang syahadah (dapat diindera) dan alam ghaib
(yang tak dapat diindera).
Ajaran Islam mencakup kedua sisi alam tersebut.
4. Kepercayaan bahwa jagat raya ini berubah dan berada dalam gerakan terus menerus.
Alam berkembang dan bergerak terus sesuai dengan aturan yang telah ditentukan
oleh Allah SWT.
Contoh: Manusia melalui proses pertumbuhan; janin bayi anak kecil remaja dewasa tua.
5. Kepercayaan bahwa alam semesta ini berjalan menurut aturan yang pasti. 6. Kepercayaan bahwa ada hubungan antara sebab dan akibat.
Contoh: Proses bercocok tanam yang baik menghasilkan proses penuaian yang baik.
7. Kepercayaan bahwa alam ini adalah teman terbaik bagi manusia dan alat terbaik bagi kemajuannya.
8. Kepercayaan bahwa alam ini baru, ada karena diciptakan oleh Allah SWT. 9. Kepercayaan bahwa Allah SWT Dia-lah Pencipta alam semesta. 10. Kepercayaan bahwa Allah SWT bersifat dengan segala sifat yang sempurna.
Prinsip-Prinsip Dasar Pandangan Islam terhadap Manusia
1. Kepercayaan bahwa manusia adalah makhluk termulia di alam semesta. 2. Kepercayaan akan kemuliaan manusia. 3. Kepercayaan bahwa manusia adalah makhluk yang berfikir. 4. Kepercayaan bahwa manusia mempunyai tiga dimensi; badan, akal dan ruh. 5. Kepercayaan bahwa manusia dalam pertumbuhannya terpengaruh oleh faktor-faktor
warisan dan lingkungan.
6. Kepercayaan bahwa manusia mempunyai motivasi dan kebutuhan. 7. Kepercayaan bahwa ada perbedaan diantara masing-masing individu manusia. 8. Kepercayaan bahwa manusia mempunyai keluwesan sifat dan selalu (dapat)
berubah.
Prinsip yang Menjadi Dasar Pandangan Islam terhadap Masyarakat
1. Kepercayaan bahwa masyarakat adalah sekumpulan individu dan kelompok yang diikat oleh kesatuan tanah air (negara), kebudayaan dan agama.
2. Kepercayaan bahwa masyarakat Islam mempunyai identitas khas dan ciri (karakter) tersendiri.
3. Kepercayaan bahwa dasar pembinaan masyarakat Islam adalah akidah, keimanan dan pandangan yang benar tentang alam semesta, dan keimanan akan keesaan Allah
SWT.
4. Kepercayaan bahwa agama Islam mencakup akidah, ibadah dan muamalah. 5. Kepercayaan bahwa ilmu adalah dasar yang terbaik bagi kemajuan masyarakat
sesudah agama.
6. Kepercayaan bahwa masyarakat selalu berubah. 7. Kepercayaan pada pentingnya individu dalam masyarakat. 8. Kepercayaan pada pentingnya keluarga dalam masyarakat.
-
[31]
9. Kepercayaan bahwa segala yang menuju kesejahteraan bersama, keadilan dan kemaslahatan antar manusia termasuk diantara tujuan syariat Islam.
III. TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM
Pengantar
Setiap tindakan dan aktivitas harus berorientasi pada tujuan atau rencana yang telah
ditetapkan.
Tujuan berfungsi sebagai standar untuk mengarahkan usaha yang dilalui, juga
merupakan titik pangkal mencapai tujuan-tujuan lain dan pada akhirnya mengakhiri
suatu usaha.
Tujuan dapat membatasi ruang gerak usaha agar kegiatan dapat terfokus pada apa
yang dicita-citakan, dan yang terpenting dapat memberi penilaian pada usaha-usahanya.
Tujuan pendidikan merupakan masalah sentral dalam pendidikan. Tanpa perumusan
yang jelas tentang tujuan pendidikan maka usaha/ proses pendidikan menjadi tanpa arah,
bahkan bisa sesat dan salah langkah.
Deskripsi
Kata tujuan/ sasaran/ maksud
1. B.Arab: ghayah, hadf/ ahdaf [j], maqshud/ maqashid [j]. 2. B. Inggris: goal, purpose, objective atau aim.
Tujuan adalah sesuatu yang diharapkan tercapai setelah suatu usaha atau kegiatan
selesai. (Zakiah Daradjat)
Tujuan menunjukkan kepada masa depan (futuritas) dengan suatu jarak tertentu
yang tidak dapat dicapai kecuali dengan usaha melalui proses tertentu. (H.M. Arifin)
Tahap-Tahap Tujuan
Tujuan Pendidikan Islam meliputi:
1. Tujuan Tertinggi/ Akhir. Tujuan ini bersifat mutlak, tidak mengalami perubahan dan berlaku umum karena
sesuai dengan konsep dasar Islam yang mengandung kebenaran mutlak dan
universal.
Tujuan tertinggi Pendidikan Islam adalah sesuai dengan tujuan penciptaan manusia
dan perannya sebagai makhluk ciptaan Allah.
a. Mentauhidkan Allah (Menjadi hamba Allah dengan mentauhidkan-Nya). Pendidikan harus menjadikan manusia memahami dan menghayati bahwa
Allah adalah Rabb-nya, dimana manusia harus menunaikan hak-hak Allah
dengan mewujudkan peribadahan yang dilakukan dengan kekhusyuan kepada-
Nya, serta tunduk pada syariah-Nya.
b. Menjadi khalifah yang berperan menegakkan tauhid, memakmurkan bumi, mewujudkan rahmat bagi alam semesta sesuai dengan tujuan penciptaannya
dan sebagai konsekwensi setelah menerima Islam sebagai pedoman hidup.
c. Meraih kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. d. Lahirnya insan yang berkarakter Islami. Keempat tujuan tertinggi tersebut pada dasarnya merupakan satu kesatuan yang
tidak terpisahkan karena pencapaian tujuan yang satu memerlukan pencapaian
tujuan yang lain, bahkan secara ideal semuanya harus dicapai secara bersama
melalui proses pencapaian yang sama.
-
[32]
Tujuan tertinggi sebagai sesuatu yang ideal dan dapat memotivasi usaha
pendidikan, dan bahkan dapat menjadikan aktivitas pendidikan lebih bermakna.
2. Tujuan Umum Yaitu tujuan yang berlaku umum bagi siapa saja tanpa dibatasi ruang dan waktu,
dan menyangkut diri peserta didik secara total.
Tujuan umum berfungsi sebagai arah yang taraf pencapaiannya dapat diukur karena
menyangkut perubahan sikap, perilaku dan kepribadian peserta didik.
Tujuan umum lebih bersifat empirik dan realistik
Tujuan Umum Pendidikan Islam
Menurut al-Abrasyi:
a. Membentuk akhlak mulia. Pendidikan akhlak adalah inti pendidikan Islam, dan mencapai akhlak yang
sempurna adalah tujuan pendidikan yang sebenarnya.
b. Persiapan untuk kehidupan dunia dan kehidupan akhirat. Pendidikan Islam bukan hanya menitikberatkan pada keagamaan saja atau
keduniaan saja tetapi pada kedua-duanya.
c. Persiapan untuk mencari rizki dan pemeliharaan segi manfaat. Saat ini dikenal dengan tujuan vokasional dan profesional.
d. Menumbuhkan semangat ilmiah pada diri pelajar, memuaskan keingintahuan, dan memungkinkannya mengkaji ilmu demi ilmu itu sendiri.
Menurut an-Nahlawy:
a. Pendidikan akal dan persiapan pemikiran. Allah memerintahkan manusia merenungkan kejadian langit dan bumi agar
dapat beriman kepada-Nya.
b. Menumbuhkan potensi dan bakat asal pada anak-anak, yaitu sesuai fitrah penciptaannya.
c. Menaruh perhatian pada kekuatan dan potensi generasi muda dan mendidik mereka sebaik-baiknya.
d. Berusaha untuk menyumbangkan segala potensi dan bakatt-bakat manusia.
3. Tujuan Khusus Tujuan Khusus adalah pengkhususan atau operasional dari tujuan tertinggi/ terakhir
dan tujuan umum.
Tujuan Khusus bersifat relatif sehingga dimungkinkan untuk diadakan perubahan
dimana perlu sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan, selama tetap berpijak pada
kerangka tujuan tertinggi.
Pengkhususan tujuan tersebut dapat didasarkan pada:
a. Kultur dan cita-cita suatu bangsa. b. Minat, bakat dan kemampuan subyek/ peserta didik. c. Tuntutan situasi dan kondisi pada kurun waktu tertentu.
Hasan Langgulung: Tujuan khusus yang dapat dimasukkan dalam penumbuhan semangat agama dan
akhlak antara lain:
a. Memperkenalkan kepada generasi muda akan akidah Islam, dasar-dasarnya, prinsip dasar ibadah dan cara melaksanakannya dengan benar.
b. Menanamkan keimanan kepada Allah, para malaikat-Nya, para Rasul-Nya, kitab-kitab-Nya, dan takdir-Nya.
-
[33]
c. Menumbuhkan minat generasi muda untuk menambah pengetahuan dalam hal adab dan ilmu-ilmu Islam, dan untuk mentaati hukum-hukum syariah dengan
cinta dan kerelaan.
4. Tujuan Sementara Tujuan sementara pada umumnya merupakan tujuan-tujuan yang dikembangkan
dalam rangka menjawab segala tuntutan kehidupan, atau adanya perencanaan
tertentu.
Tujuan sementara merupakan tujuan yang akan dicapai setelah peserta didik diberi
sejumlah pengalaman tertentu yang direncanakan dalam suatu kurikulum
pendidikan formal. (Zakiah Daradjat)
Aspek-Aspek Tujuan
Aspek tujuan pendidikan Islam meliputi empat hal:
a. Tujuan Jasmaniah (al-Ahdaf al-Jismiyyah) b. Tujuan Rohaniyah (al-ahdaf al-Ruhiyyah) c. Tujuan Akal (al-Ahdaf al-Aqliyyah) d. Tujuan Sosial (al-Ahdaf al-Ijtimaiyyah)
VI. PENDIDIKAN ISLAM SEBAGAI SEBUAH SISTEM
Definisi Sistem
Sistem berasal dari bahasa Latin systma atau bahasa Yunani sustma yang berarti suatu kesatuan yang terdiri dari komponen atau elemen yang dihubungkan bersama untuk
memudahkan aliran informasi, materi, atau energi.
Beberapa definisi sistem yang dikemukakan oleh para ahli: 1. Sistem adalah sekelompok bagian atau komponen-komponen yang bekerja sama
sebagai suatu kesatuan fungsi.
2. Sistem merupakan suatu seri atau rangkaian beberapa bagian yang berhubungan dan bergantung sedemikian rupa, hingga menimbulkan interaksi dan saling pengaruh.
Sistem Pendidikan
Pendidikan pada hakikatnya merupakan interaksi komponen-komponen yang esensial
dalam upaya mencapai tujuan pendidikan.
Perpaduan antara keharmonisan dan keseimbangan serta interaksi unsur esensial
pendidikan, pada tahap operasional sangat menentukan keberhasilan pendidikan.
Pendidikan Islam
Pendidikan Islam merupakan bimbingan atau pimpinan secara sadar yang dilakukan
oleh si pendidik kepada si terdidik secara terus menerus terhadap perkembangan jasmani
dan rohaninya demi terciptanya kepribadian utama, yaitu kepribadian muslim. Marimba
(1982)
Dengan kata lain pendidikan Islam merupakan usaha sungguh-sungguh yang
dilakukan oleh pendidik dalam membina dan membentuk generasi muslim sesuai
dengan tujuan syariah Islam.
Pengertian Komponen Pendidikan
Komponen merupakan bagian dari suatu sistem yang memiliki peran dalam keseluruhan
berlangsungnya suatu proses untuk mencapai tujuan suatu sistem.
-
[34]
Komponen pendidikan berarti bagian-bagian dari sistem/ proses pendidikan yang
menentukan berhasil dan tidaknya atau ada dan tidaknya proses pendidikan.
Dapat dikatakan bahwa untuk berlangsungnya proses kerja pendidikan diperlukan
keberadaan komponen-komponen tersebut.
Komponen-Komponen Pendidikan Islam
1. Asas/ dasar pendidikan 2. Tujuan pendidikan 3. Program/ kurikulum pendidikan 4. Pendidik 5. Peserta didik 6. Sarana dan prasarana pendidikan 7. Strategi, metode, pendekatan pendidikan 8. Evaluasi pendidikan
V. KARAKTER DAN TUGAS PENDIDIK
Pengantar
Pendidik bukanlah semata-mata profesi untuk menghasilkan suatu materi, tetapi pada
hakikatnya ia melakukan hal-hal utama, antara lain:
1. melaksanakan seruan dan perintah di dalam Islam. 2. mendekatkan diri kepada Allah. 3. menghidupkan syiar Islam. 4. melanjutkan tugas/ peran Rasulullah dalam memperbaiki kondisi ummat.
Karakter Pendidik
Karakter pendidik menurut Ibn Jamaah: 1. Pendidik harus berkepribadian Islami, yaitu memelihara dan menegakkan syariah
Islam, termasuk dalam menjaga adab dan hal-hal yang disunnahkan baik ucapan
maupun perbuatan, spt: berdzikir, membaca al-Quran, dll. 2. Berinteraksi dengan akhlak yang terpuji, spt: mengendalikan amarah, berlemah
lembut, gemar berbuat kebaikan, amar maruf nahi munkar, dll. Karakter pendidik menurut Muhamad Athiyah al-Abrasyi:
1. Memiliki sifat zuhud, tidak mengutamakan materi, mengajar karena mengharap keridhaan Allah semata.
2. Pribadinya bersih dari dosa-dosa besar, riya, dengki, permusuhan, dan sifat tercela lainnya.
3. Ikhlas dan jujur dalam menunaikan pekerjaannya. 4. Bersikap pemaaf terhadap peserta didiknya, menahan amarah, lapang dada. 5. Mencintai peserta didik seperti mencintai anak-anaknya sendiri dengan memikirkan
keadaan mereka seperti terhadap anak-anaknya sendiri.
6. Mengetahui tabiat/ kebiasaan dan pemikiran peserta didiknya agar ia tidak keliru dalam mendidiknya.
7. Menguasai mata pelajaran yang akan diberikannya, serta terus memperdalam pengetahuannya sehingga penyampaian tidak bersifat dangkal.
Karakter pendidik menurut Abdurrahman an-Nahlawy:
1. Tingkah laku dan pola pikir pendidik harus bersikap rabbani. (Lihat: QS. Ali Imran: 79.
-
[35]
2. Pendidik seorang yang ikhlas. 3. Pendidik harus bersabar dalam mengajarkan berbagai pengetahuan kepada peserta
didik.
4. Pendidik harus jujur dalam menyampaikan apa yang diserukannya. 5. Pendidik senantiasa membekali diri dengan ilmu dan kesediaan membiasakan untuk
mengkajinya.
6. Pendidik mampu menggunakan metode mengajar secara bervariasi. 7. Pendidik mampu mengelola peserta didik, tegas dalam bertindak serta meletakkan
berbagai perkataan secara proporsional.
8. Pendidik mempelajari kehidupan psikis para pelajar selaras dengan masa perkembangannya.
9. Pendidik harus bersikap adil.
Tugas & Peran Pendidik
1. Tugas dalam Bidang Profesi Bertanggungjawab dalam membantu peserta didik mencapai kedewasaannya.
Hal tersebut terwujud dengan melakukan;
a. Mendidik dan mengajar mengembangkan ilmu pengetahuan. b. Melatih mengembangkan keterampilan
2. Tugas dalam Bidang Kemanusiaan membantu mengembangkan potensi peserta didik, dimana pendidik berperan
sebagai fasilitator, motivator, dsb.
3. Tugas dalam Bidang Kemasyarakatan Pendidik berkewajiban mencetak generasi yang sholih dan mencerdaskan bangsa
menuju manusia yang seutuhnya
VI. PENDIDIK DALAM PENDIDIKAN ISLAM
Definisi Pendidik
Secara bahasa, pendidik adalah orang yang mendidik, atau orang yang melakukan
kegiatan dalam hal mendidik.
Secara istilah, pendidik adalah;
1. Orang yang memikul tanggung jawab untuk mendidik. 2. Orang dewasa yang bertanggung jawab memberi pertolongan pada anak didik
dalam perkembangan jasmani dan ruhaninya agar mencapai tingkat kedewasaan,
mampu berdiri sendiri memenuhi tugasnya sebagai hamba Allah dan khalifah di
muka bumi.
Kedudukan Pendidik di dalam Islam
Islam sangat menghormati orang yang berilmu dan menjadi pendidik.
(...
11 )
Allah akan meninggikan derajat orang-orang yang beriman diantara kalian dan orang-orang yang diberi ilmu (QS. Al-Mujadilah [58]: 11) Rasulullah SAW bersabda:
Barangsiapa menunjukkan pada suatu kebaikan maka ia mendapatkan pahala seperti yang diraih oleh pelakunya (HR. Muslim).
-
[36]
Barangsiapa menyeru pada suatu petunjuk (ilmu/ hidayah) maka ia mendapatkan pahala seperti pahala-pahala orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi pahala
mereka sedikitpun (HR. Muslim, Abu Dawud).
Peranan Pendidik dalam Proses Belajar Mengajar
Peran pendidik yang paling dominan antara lain:
1. Peran pendidik sebagai demonstrator. Sebagai demonstrator/ lecturer/ pengajar, pendidik hendaknya menguasai bahan/ materi
pelajaran yang akan diajarkannya serta senantiasa mengembangkan kemampuan/ ilmu
yang dimilikinya.
Seorang pendidik harus menyadari bahwa dirinya sendiri adalah pelajar, artinya ia harus
terus-menerus belajar. Dengan demikian ia akan memperkaya dirinya dengan ilmu
pengetahuan sebagai bekal dalam melaksanakan tugasnya sebagai pengajar.
2. Peran pendidik sebagai pengelola kelas. Pendidik hendaknya mampu mengelola kelas sebagai lingkungan belajar yang perlu
diorganisasi.
Lingkungan belajar harus diatur dan diawasi agar kegiatan-kegiatan belajar terarah
kepada tujuan pendidikan.
Salah satu manajemen kelas yang baik adalah menyediakan kesempatan bagi peserta
didik untuk sedikit demi sedikit mengurangi ketergantungannya kepada pendidik
sehingga mampu melakukan kegiatannya sendiri.
Self control dan self activity secara bertahap.
3. Peran pendidik sebagai mediator dan fasilitator. Dalam peran ini, hendaknya pendidik memiliki dan melakukan hal-hal sbb:
a. Memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pendidikan. b. Memiliki keterampilan memilih, menggunakan dan mengusahakan media
pendidikan dengan baik.
c. Memiliki keterampilan dalam pola interaksi dan komunikasi. Tujuannya agar pendidik dapat menciptakan secara maksimal kualitas lingkungan yang
interaktif.
d. Membantu peserta didik agar mau dan mampu untuk mencari, mengolah dan memakai informasi. Juga meningkatkan mutu pemberian tugas, pekerjaan
rumah, ujian, dll yang mampu membiasakan peserta didik mencari dan
mengoptimalkan media-media pendidikan sesuai dengan tujuan pendidikan.
4. Peran pendidik sebagai evaluator. Kegiatan evaluasi/ penilaian dilakukan untuk mengukur apakah tujuan yang telah
dirumuskan tercapai atau belum.
Hal-hal yang dapat diketahui setalah proses evaluasi:
a. Keberhasilan pencapaian tujuan. b. Tingkat penguasaan peserta didik terhadap pelajaran. c. Ketepatan/ efektifitas metode mengajar. d. Kedudukan seorang peserta didik di dalam kelas atau kelompoknya.
Dalam peran ini, pendidik hendaknya terus-menerus mengikuti hasil evaluasi belajar
yang telah dicapai oleh peserta didik dari waktu ke waktu. Info tersebut sebagai
feedback terhadap proses BM, yang selanjutnya dijadikan tolak ukur untuk
memperbaiki dan meningkatkan proses BM.
5. Peran pendidik sebagai administrator.
-
[37]
Dalam peran ini, pendidik bertindak sebagai dan dituntut melakukan hal-hal sbb:
a. Sebagai pengambil inisiatif, pengarah dan penilai kegiatan-kegiatan pendidikan. Berarti pendidik turut serta memikirkan kegiatan-kegiatan
pendidikan yang terencana serta sistem penilaiannya.
b. Sebagai wakil masyarakat, yang berarti dalam lingkungan sekolah pendidik harus mencerminkan suasana dan kemauan masyarakat dalam arti yang baik.
c. Sebagai orang yang ahli dalam mata pelajaran, dimana pendidik bertanggung jawab mewarisi kebudayaan kepada generasi muda berupa pengetahuan.
d. Sebagai penegak disiplin. e. Sebagai pelaksana administrasi pendidikan.
6. Peran pendidik sebagai pribadi. Dalam hal ini, pendidik berperan sebagai:
a. Sebagai petugas sosial, yaitu orang yang membantu untuk kepentingan masyarakat.
b. Sebagai pelajar dan ilmuwan, yaitu senantiasa menuntut ilmu dengan berbagai cara dan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan.
c. Sebagai orangtua, yaitu mewakili orangtua murid di sekolah dalam pendidikan anaknya.
d. Sebagai sosok teladan/ panutan, sebab pendidik menjadi ukuran norma tingkah laku.
VII. HAKIKAT PESERTA DIDIK
Definisi Tarbiyah
Khlid Hmid al-Hzimi memberikan arti terminologis al-tarbiyah sebagai :
mengembangkan diri manusia setahap demi setahap dalam seluruh aspeknya dalam
rangka mencari kebahagiaan dunia dan akhirat sesuai dengan metode yang islami.
Definisi lain:
Proses menumbuhkan dan mengembangkan potensi; fisik, intelektual, sosial, estetika, dan spiritual, yang terdapat pada peserta didik sehingga dapat tumbuh dan terbina
dengan optimal, melalui cara memelihara, mengasuh, merawat, memperbaiki, dan
mengaturnya secara terencana, sistematis, dan berkelanjutan. Dengan demikian kata al-tarbiyah mengandung cakupan tujuan pendidikan, yaitu;
menumbuhkan dan mengembangkan potensi; dan proses pendidikan, yaitu
memelihara, mengasuh, merawat, memperbaiki, dan mengaturnya.
Peserta didik merupakan raw material (bahan mentah) dalam proses pendidikan.
Dalam diri peserta didik terdapat hal-hal (potensi) yang akan dikembangkan, diharapkan
kelak ia dapat menerapkan/ mengamalkan ilmu yang diperolehnya.
Istilah-Istilah Beberapa istilah yang digunakan untuk menyebut peserta didik;
1. Siswa, murid, pelajar: Umumnya digunakan untuk menyatakan peserta didik pada jenjang pendidikan dasar sampai menengah.
2. Mahasiswa: digunakan pada jenjang pendidikan tinggi. 3. Santri: digunakan bagi peserta didik di pondok pesantren.
-
[38]
Peserta didik disebut thalib (b.Arab): pencari, penuntut ilmu. Terkandung makna adanya
keinginan untuk mencari dan menemukan ilmu.
Dalam UU no. 20/ th 2003 ttg SISDIKNAS;
Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan dirinya
melalui proses pendidikan pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu.
Ingat Anak kandung adalah peserta didik dalam keluarga.
Murid/ siswa adalah peserta didik di sekolah.
Anak-anak warga/ penduduk/ masyarakat secara umum adalah peserta didik
dalam masyarakat.
Dimensi-Dimensi Peserta Didik Zakiah Daradjat membagi manusia kepada tujuh dimensi pokok;
1. Dimensi Jasmani Mendidik jasmani di dalam Islam mempunyai tujuan;
a. Membina tubuh sehingga mencapai pertumbuhan secara sempurna. b. Mengembangkan energi potensial yang dimiliki manusia yaitu fisik sesuai
dengan perkembangannya.
2. Dimensi Akal Fungsi akal antara lain:
a. Akal adalah penahan nafsu. Dengan akal, manusia dapat mengerti apa yang tidak dikehendaki/ tidak selaras dengan amanah yang dibebankan kepadanya
sebagai sebuah kewajiban.
b. Akal adalah pengertian dan pemikiran yang berubah-ubah dalam menghadapi sesuatu, baik yang tampak jelas maupun tidak jelas.
c. Akal adalah alat petunjuk yang dapat membedakan antara hidayah dan kesesatan.
d. Akal adalah daya ingat, mengambil dari yang telah lampau untuk masa yang sedang dihadapi. Ia menyimpan, mewadahi, memulai, dan mengulangi semua
pengertian yang pernah disimpan.
Mendidik akal tidak lain adalah mengaktualkan potensi dasarnya yang telah ada
sejak manusia lahir. Akan tetapi masih berada dalam pilihan; berkembang menjadi
akal yang baik, atau sebaliknya tidak berkembang sebagaimana mestinya.
Dengan pendidikan yang baik, akal yang masih berupa potensi akan menjadi siap
dipergunakan dan mampu berperan sebagaimana yang diharapkan, yaitu berfikir
(tafakkur/ tadabbur), berdzikir, untuk mengenal Allah SWT. QS. An-Nahl: 12 :
Dan Dia telah menundukkan malam dan siang, matahari dan bulan untuk kalian. Dan bintang-bintang itu juga ditundukkan dengan perintah-Nya. Sesungguhnya
pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi orang yang
berfikir.
3. Dimensi Agama Dalam perspektif Islam, manusia sejak lahir sudah memiliki fitrah Islam, mengakui
adanya Allah Yang Maha Pencipta.
-
[39]
Dan ingatlah ketika Rabb-mu mengeluarkan keturunan Adam dari sulbi mereka, dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka seraya berfirman: Bukankah Aku ini Rabb kalian? Mereka menjawab: Benar (Engkau Rabb kami), kami menjadi saksi. Yang demikian agar pada hari kiamat kalian tidak mengatakan Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang lalai. (QS. Al-Araf: 172).
(
)
:
) (.
Pandangan Islam terhadap fitrah inilah yang membedakan kerangka nilai dasar
pendidikan Islam dengan pendidikan umum.
Pendidikan Islam bertujuan membentuk insan bertakwa yang memiliki
keseimbangan dalam segala hal berdasarkan iman yang kokoh untuk meraih
kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
4. Dimensi Akhlak Pendidikan Islam sangat erat kaitannya dengan pendidikan akhlak. Seorang muslim
dikatakan sempurna agamanya bila mempunyai akhlak mulia.
Mumin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya (HR. Abu Dawud, Tirmidzi).
5. Dimensi Kejiwaan Pada dimensi kejiwaan (mental spiritual) manusia sering mendapati masalah karena
kesalahan dalam merespon berbagai problem kehidupan, sehingga mereka tidak
bahagia.
Pendidikan Islam menjadi kunci meraih kebahagiaan. Pendidikan Islam tidak hanya
sebagai upaya membekali peserta didik dengan pengetahuan Islam, tetapi sekaligus
upaya untuk menanamkan rasa keislaman dan membentuk sikap keislaman
sehingga menjadi bagian dari kepribadian mereka.
6. Dimensi Seni Seni merupakan bagian dari hidup manusia, karena Allah SWT telah
menganugerahkan manusia potensi ruhani dan berbagai potensi inderawi
(penglihatan, pendengaran, dll).
Seni bagi seorang muslim adalah sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah,
meningkatkan keimanan, dan bukan menjadi sesuatu yang dapat menimbulkan
kelalaian, kemungkaran, dan kesombongan. QS. An-Nahl: 5-6
(
5(
)6)
Dia telah menciptakan binatang ternak untuk kalian; padanya ada bulu yang menghangatkan, berbagai manfaat, dan sebagiannya kalian makan. Dan kalian
memperoleh pandangan yang indah padanya ketika kalian membawanya kembali ke
kandang dan ketika kalian melepasnya ke tempat penggembalaan
7. Dimensi Sosial Setiap individu adalah bagian dari kelompok sosialnya. Kelompok sosial terkecil
dalam masyarakat adalah keluarga.
Setiap orang tua harus menyadari bahwa setiap interaksinya dengan anak
merupakan kesempatan terbaik untuk menanamkan nilai-nilai Islam dalam aspek
sosial sehingga dapat menjadi kepribadiannya.
Contoh nilai-nilai Islami dalam aspek sosial:
-
]04[
.
).
(
.
-
[41]
Pengertian Komputer
1. Komputer berasal dari bahasa Latin yaitu Computare atau to Compute yang artinya menghitung. Merupakan suatu alat pengolah data secara elektronik yang
dikendalikan oleh sekumpulan intruksi (program) yang tersimpan di dalam memori.
2. Sekumpulan alat elektronik yang saling bekerja sama, dapat menerima data (input), mengolah data (proses) dan memberikan informasi (output) serta terkoordinasi di
bawah kontrol program yang tersimpan di memorinya.
Fungsi Komputer
1. Membantu manusia dalam melakukan pengolahan data yang besar dan rumit 2. Membantu pekerjaan rutin yang berulang ulang dan konsisten 3. Membantu pekerjaan yang tidak bisa langsung / tidak terjangkau oleh manusia. 4. Membantu pekerjaan yang memerlukan proses cepat dan detail.
Komponen-komponen Komputer
1. Input merupakan proses memasukkan data ke dalam proses komputer lewat alat input.
2. Processing merupakan proses pengolahan dari data yang sudah dimasukkan yang dilakukan oleh alat pemroses dapat berupa proses menghitung, mengklasifikasi,
membandingkan, mengurutkan, mengendalikan, atau mencari di strorage.
3. Strorage adalah proses perekaman hasil pengolahan ke simpanan luar. 4. Output adalah proses menghasilkan output dari hasil pengolahan data ke alat output
yang berupa informasi.
Tambahan:
1. Input Device: perangkat-perangkat keras komputer yang berfungsi untuk memasukkan data ke dalam memori komputer, seperti keyboard, mouse, joystick
dan lain-lain.
2. Prosesor, adalah perangkat utama komputer yang mengelola seluruh aktifitas komputer itu sendiri.
3. Memori adalah suatu tempat penyimpanan informasi yang sedang digunakan oleh sistem operasi, program perangkat lunak, alat perangkat keras, dan atau pemakai.
(RAM, ROM)
4. Output Device, adalah perangkat komputer yang berguna untuk menghasilkan keluaran, apakah itu ke kertas (hardcopy), ke layar monitor (softcopy) atau keluaran
berupa suara. Contohnya printer, speaker, plotter, monitor dan banyak yang
lainnya.
Perangkat Komputer
1. Hardware (Perangkat Keras) Hardware (perangkat keras), merupakan komponen elektronik dan mekanik yang
menyusun sebuah komputer atau peralatan komputer yang dapat dilihat dan diraba.
Hardware ini terdiri dari ;
a. Input Device 1) Peralatan Input merupakan alat-alat yang dapat digunakan untuk
memasukan data kedalam komputer.
2) Ada beberapa contoh peralatan input yang dapat digunakn untuk memasukkan data, seperti untuk memasukan data berbentuk teks atau
berbentuk image, suara, video, dan petunjuk (pointer).
-
[42]
3) Alat-alat ini bisa bekerja kalau ada driver (Hardware dan software) yang bentuknya terpisah atau built in dalam motherboard.
4) Input Langsung: Keyboard, Pointing Device, Scanner, Sensor, Voice/Speech Recognizer. Input Tidak Langsung: Floppy Disk, Removable
Disk, CD/DVD ROM.
b. Output Device 1) merupakan peralatan-peralatan yang digunakan untuk mengeluarkan
informasi hasil pengolahan data.
2) Bentuk Output : tulisan, image, suara dan bentuk lain yang dapat dibaca oleh mesin (machine readable form).
3) Bentu