Kualitas Perairan Berdasarkan Parameter Fisika Kimia di ...
Transcript of Kualitas Perairan Berdasarkan Parameter Fisika Kimia di ...
412
OPEN ACCES
Vol. 12 No. 1: 412-418 Oktober 2020
Peer-Reviewed
AGRIKAN
Jurnal Agribisnis Perikanan (E-ISSN 2598-8298/P-ISSN 1979-6072)
URL: https://ejournal.stipwunaraha.ac.id/index.php/AGRIKAN/
DOI: 10.29239/j.agrikan.13.2.412-418
Kualitas Perairan Berdasarkan Parameter Fisika Kimia di Perairan Daruba Kabupaten Pulau Morotai
( Water Quality Based on Chemical Physics Parameters in Daruba
Morotai Island Regency)
Vicky Rizky A. Katili1, Kismanto Koroy2, Mujais Lukman2
1 Politeknik Kelautan dan Perikanan Sorong, Sorong – Indonesia, Email : [email protected] 2 Universitas Pasifik Morotai Jl. Siswa Darame, Pulau Morotai - Indonesia, Email: [email protected];
Info Artikel:
Diterima : 19 Nov. 2020
Disetujui : 25 Nov. 2020
Dipublikasi : 28 Nov. 2020
Artikel Penelitian
Keyword:
Water quality, physics,
chemical, Daruba
Korespondensi:
Kismanto Koroy
Universitas Pasifik Morotai
Morotai, Indonesia
Email:
Copyright©
Oktober 2020 AGRIKAN
Abstrak. Kualitas air secara umum menunjukkan mutu atau kondisi air yang dikaitkan dengan suatu
kegiatan atau keperluan tertentu. Masuknya bahan pencemar organik dan anorganik ke perairan Daruba dapat
menyebabkan kualitas perairan mengalami degradasi fungsi secara biologi. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis kualitas perairan berdasarkan parameter fisika dan kimia air laut di perairan Daruba.
Pengambilan sampel kualitas air didilakukan pada bulan September sampai oktober 2020 di empat stasiun
penelitian, kemudian hasil analisis laboratorium parameter kualitas air dilakukan secara deskriptif. Hasil
pengukuran dan uji laboratorium parameter fisika kimia menunjukan kondisi perairan Daruba berdasarkan
baku mutu kualitas air menurut KEPMEN-LH nomor 51 Tahun 2004, Sebagian besar telah melebihi baku
mutu perairan untuk kehidupan biota laut. Abstract. Water quality generally indicates the quality or condition of water associated with a particular
activity or need. The influx of organic and inorganic pollution into Daruba waters can cause the water quality
meets degradation of biological of function. This reseach aimed to determine the quality analysis of the waters
of the Daruba. Sampling was carried out in September to oktober 2020 across five reseach stations,then the
result of laboratory of water quality parameters were carried out descriptive. The result measurements and
laboratory tests of chemical physics parameters show the condition of Daruba waters based on water
quality standards on KEPMEN-LH No. 51 Tahun 2004, most of which have exceeded the water
quality standards for marine biota.
.
I. PENDAHULUAN
Kualitas air secara umum menunjukkan
mutu atau kondisi air yang dikaitkan dengan
suatu kegiatan atau keperluan tertentu. Kualitas
air akan berbeda dari suatu kegiatan ke kegiatan
lain, sebagai contoh kualitas air untuk keperluan
irigasi berbeda dengan kualitas air untuk
keperluan air minum. Kualitas air dalam hal
analisis mencakup keadaan fisika, kimia, dan
biologi yang dapat mempengaruhi ketersediaan air
untuk kehidupan manusia, pertanian, industri,
rekreasi, dan pemanfaatan air lainnya (Asdak,
1995).
Keberadaan ekosistem yang kompleks dan
berbagai aktifitas yang tidak terkontrol di wilayah
perairan tersebut mempunyai pengaruh terhadap
kualitas lingkungan perairan laut seperti fosfat,
nitrat, amoniak maupun parameter lainnya. biota
perairan. Selanjutnya menurut Patricia, Astono
dan Hendrawan (2018), keberadaan fosfat di
lingkungan perairan bersumber dari limpasan
pupuk pertanian, kotoran hewan atau manusia,
sabun, pengolahan sayur, dan industri pulp dan
kertas. Besaran kandungan nitrat dan fosfat dalam
lingkungan perairan juga sering dijadikan
indikator kesuburan maupun pencemaran
lingkungan perairan pantai. Menurut Mustofa
(2015), klasifikasi tingkat kesuburan perairan
berdasarkan kandungan nitrat antara lain: perairan
oligotrofik (0-1 mg/l), mesotrofik (1-5 mg/l) dan
eutrofik (550 mg/l), sedangkan bila berdasarkan
kandungan orthofosfat, antara lain: perairan
oligotrofik (0,003-0,010 mg/l), mesotrofik (0,010-
0,030 mg/l) dan eutrofik (0,03-0,1 mg/l).
Perairan Daruba termasuk dalam wilayah
adiministrasi Kabupaten Pulau Morotai Provinsi
Maluku Utara, dalam perkembanganya, wilayah
Daruba Kecamatan Morotai Selatan mengalami
pengembangan berbagai macam kepentingan,
seperti kegiatan Pelabuhan, parawisata bahari, dan
pemukiman warga, aktivitas-aktivitas tersebut
tentunya akan mempengaruhi parameter fisika
Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan (Agrikan UMMU-Ternate) Volume 13 Nomor 2 (Oktober 2020)
413
kimia air laut. Masuknya pencemaran organik
berasal dari makhluk hidup, baik manusia, hewan
maupun tumbuhah yang mudah terurai seperti
kompos, daun dan sisa makanan sedangkan untuk
sampah anorganik adalah sampah yang tidak
mudah terurai, seperti plastiK, botol minuman,
dan kertas yang mana sampa ini akan berpengaru
besar terhadap kualitas perairan Daruba yang akan
mengalami degredasi fungsi secara biologi.
Potensi perairan Daruba sebagai sumber
pangan bagi masyarakat akan terganggu. aktivitas
manusia yang ada di wilayah Daruba Kecamatan
Morotai Selatan yang tergolong cukup tinggi
dikahwatirkan akan memberikan dampak
pencemaran terhadap kondisi kualitas perairan
Daruba, oleh karena itu, untuk melestarikan
fungsi perairan Daruba perlu dilakukan
pengolaan kualitas dan pengendalian pencemaran
air laut untuk kepentingan sekarang dan akan
datang. Untuk mewujudkan peningkatan
pengelolaan kualitas air laut salah satunya
diperlukan suatu kajian terhadap kualitas fisika
kimia air laut.
II. METODE PENELITIAN
2.1. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan
September sampai Oktober 2020, berlokasi
diperairan Daruba Kecamatan Morotai Selatan,
Kabupaten Pulau Morotai. Analisis sampel
parameter kimia dilakukan di Laboratorium
Oseanografi Kimia Fakultas Ilmu Kelautan dan
Perikanan, Universitas Hasanudin Makassar. Titik
pengukuran dan pengambilan sampel air laut
sebanyak 4 stasiun (Gambar 1).
Gambar 1. Lokasi Penelitian
2.2. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dilapangan
adalah, GPS (Global Positioning Sistem), alat tulis,
kamera, termometer, refraktometer, pH, DO meter,
secchi disc, Current meter, botol sampel air laut.
sepektofotometer, tabung reaksi, rak tabung, pipet
skala 1 ml, pipet skala 10 ml, labu ukur 1000 ml,
labu ukur 500 ml, corong, erlenmeyer 100 ml, karet
bulp, larutan fenol 5%, larutan natrium nitro
prusside, larutan bayclin, tri-natrium sitrat,
natrium hidroksida, kertas saring whatman no.42
dan akquades, indicator brucine, asam sulfat
pekat; H2NO4, natrium nitrat; NaNO3, kertas saring
whatman no 42, akuades, ammonium molybdate,
magnetic sitirrer, spatula, gelas piala 1000 ml,
larutan Conditioning reagent, Corong porselin
atau alat penyaring, oven, neraca analitik,
penjepit/pinset dan Whatman tipe 934 AH
Millpore tipe AP40.
2.3. Metode Pengumpulan Data
Pengambilan sampel air laut untuk analisis
laboratorium (fosfat, nitrat, ammonia, TSS dan
sulfida) dilakukan dengan memasukan sampel air
laut kedalam botol sampel dan disimpan dalam
coolbox untuk dianalisis di Laboratorium
Oseanografi Kimia Fakultas Ilmu Kelautan dan
Perikanan Universitas Hasanudin Makassar.
Sedangkan data parameter fisika perairan
dilakukan secara insitu meliputi suhu, kecepatan
arus, kedalaman perairan, salinitas, pH, kecerahan
perairan dan DO. Hasil pengumpulan data
Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan (Agrikan UMMU-Ternate) Volume 13 Nomor 2 (Oktober 2020)
414
dianalisis secara deskripsi kualitatif dan
kuantitatif dalam bentuk diagram/tabel atau
grafik.
Analisis data hasil pengukuran beberapa
parameter fisika perairan seperti kecepatan arus
dan kecerahan perairan. Sedangkan untuk
analisisis parameter kimia perairan meliputi
Ammonia, nitrat, fosfat, sulfida dan TSS. Adapun
rumus yang digunakan dalam perhitungan yaitu:
a. Analsis kecerahan perairan
Keterangan :
D : Kecerahan
D1 : Secchi disk masih terlihat jelas
D2 : Secchi disk tidak telihat
b. Analisis kecepatan arus
Keterangan :
V : Kecepatan arus (cm/detik)
S : Jarak yang ditempuh (cm)
T : Waktu tempuh (detik)
c. Analisis Nitrat
Keterangan :
No3-N : Konsentrasi nitrat (mg/l)
y : Absorbansi sampel
a : Intersep pada persamaan liner
b : Slope pada persamaan liner
d. Analisis TSS
Keterangan :
A : Berat kertas saring + residun (mg/)
B : Berat kertas saring (mg)
V : Volume contoh uji (L)
b. Anaisis Fosfat
Keterangan:
Y : Absorbansi (A)
X : Konsetrasi fosfat (mg/l)
A : Gradien persamaan Garis Liner
B : Konstanta
c. Analisis Sulfida
Mg/L S = (AXB) – (C X D) X 1600)/ml larutan
induk
Keterangan :
A : Volume total larutan iod yang
digunakan (mL)
B : Normalitas larutan iod
C : Volume larutan Na 2S2O3 yang
digunakan (mL)
D : Normaitas larutan Na2S2O3
d. Analisis Amonia
Keterangan:
Y : Absorbansi amonia
X : Konsentrasi amonia
Fp : Faktor pengencean
A : Konstanta
B : Koefisien
III HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Parameter Fisika
Pengukuran parameter fisika perairan
dilokasi penelitian meliputi suhu, salinitas, pH,
kecerahan, dan kecepatan arus. Data yang
diperoleh dari pengukuran parameter diatas
bermanfaat untuk memberikan informasi ilmiah
mengenai kondisi lingkungan diperairan Daruba.
Adapun hasil pengukuran parameter fisika dapat
dilihat pada (Tabel. 4). Berikut data hasil
pengukuran parameter fisika air laut diseluruh
stasiun penelitian.
Tabel 1. Data parameter fisika air laut di stasiun penelitian
Fisika
Satuan
Baku
Mutu
Hasil pengukuran lapangan
St I St II St III St IV
Suhu ˚C - 29,3 30,3 30,1 29
Salinitas ‰ 33-34 20 33 33 33
Kecerahan perairan cm ˂300 44,8 69 70 65,6
Kecepatan arus m/dtk - 0,06 0,08 0,07 0,08
Pengambilan sampel dilakukan di empat
stasiun penelitian yang terdiri atas Stasiun I
terletak di jembatan terapung Daruba, stasiun II
terletak di jembatan taman Kota Daruba, Stasiun
III berada di Pelabuahn Daruba, dan Stasun IV
Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan (Agrikan UMMU-Ternate) Volume 13 Nomor 2 (Oktober 2020)
415
berada pada Keramba Terapung di Perairan
Daruba.
3.1.1. Suhu
Hasil pengukuran suhu perairan berkisar
antara 20,0–30,3°C. Perbedaan nilai suhu perairan
lebih dipengaruhi oleh kondisi cuaca pada saat
pengambilan data dilapangan. Menurut Ramdhan
(2015), pentingnya pengamatan suhu karena suhu
merupakan salah satu faktor pembatas bai
ekosistem dan biota di laut, dimana perubahan
suhu sangat mempengaruhi proses fisika, kimia
dan biologi di badan air. Berdasarkan baku mutu
air laut untuk biota laut dalam Keputusan Menteri
Negara Lingkungan Hidup No. 51 tahun 2004,
maka suhu perairan laut Daruba masih berada
dalam batas normal dan sesuai dengan kebutuhan
untuk metabolisme biota laut dan ekosistem
pesisir laut seperti karang, lamun dan mangrove.
3.1.2. Salinitas
Salinitas memiliki peranan penting dalam
kehidupan biota perairan. Kadar salinitas
diperairan laut bervariasi terhadap geografi dan
waktu, dimana peningkatan salinitas disebabkan
oleh adanya evaporasi, penurunan salinitas
disebabkan oleh adanya presipitasi dan masukan
air tawar dari sungai (Talley, 2002). Perairan
Daruba berdasarkan hasil pengukuran diperoleh
nilai salinitas berkisar antara 20,3–33‰, dengan
nilai salinitas terendah berada pada stasiun I.
Konsentrasi seluruh larutan garam yang diperoleh
dalam air laut, dimana salinitas air berpengaruh
terhadap tekanan osmotik air, semakin tinggi
salinitas maka akan semakin besar pula tekanan
osmotiknya (Widiadmoko, 2013).Nilai salinitas
pada stasiun I (20 ‰) dikarenakn pada lokasi ini
berdekatan dengan aliran sungai sehingga
salinitas bisa menurun karena terjadi proses
penenceran (Siburian et al.,2017).
3.1.3. Kecerahan
Kecerahan perairan laut Daruba masih
tergolong tidak baik, dengan tingkat kecerahan air
laut berkisar antara 44,8 - 70 cm. Sebagian besar
hasil pengamatan mnunjukan kondisi perairan
berada pada ambang batas perairan berdasarkan
baku mutu air laut dalam Keputusan Menteri
Negara Lingkungan Hidup No. 51 tahun 2004.
Penyebab (perairan Daruba) dengan tingkat
kecerahan berada dibawah nilai baku mutu
kualitas air laut, dimana rendahnya tingkat
kecerahan disebabkan karena banyaknya suplai
sedimen dan partikel yang terlarut, bahan organik
dan anorganik melalui aliran air dari daratan dan
menyebabkan tingkat kekeruhan perairan yang
tinggi. Menurut Hamuna et al (2018), kemampuan
cahaya menembus ke perairan dipengaruhi oleh
faktor kekeruhan. Kecerahan sangat berpengaruh
terhadap kehidupan biota di laut, dimana tingkat
fotosintesis sangat bergantung pada cahaya.
3.1.4. Arus
Pengukuran arus ini dilakukan hanya pada
perairan yang memiliki kedalaman 5 meter,
perairan Daruba pada semua stasiun berkisar
antara 0,06-0,08 m/s. Adanya perbedaan densitas
air laut juga dapat menyebabkan adanya masa air
laut dalam perairan yang mampu membangkitkan
arus perairan. Dari hasil pengamatan ini pula
didapatkan bahwa rata-rata kecepatan arus air laut
berbanding lurus dengan kecepatan angina yang
bertiup saat itu. Arah arus juga dipengaruhi oleh
arah angina, dimana arah angina bertiup adalah
arah arus pula. Pada lokasi ini, angin bertiup
menjauhi pantai sehingga arah arus pun bergerak
menjauhi pantai.
3.2. Parameter Kimia
Kualitas air laut yang digunakan untuk
biota laut dan aktivitas lain secara ideal harus
memenuhi standar, baik secara fisik, kimia. Hasil
analisis kualitas air berdasarkan parameter kimia
perairan Daruba diseluruh stasiun penelitiaan
(Tabel 2).
Tabel 2. Data hasil uji laboraturium parameter kimia air laut
Kimia Satuan Baku mutu Stasiun
I II III IV
Amonia mg/l 0,5 0,977 1,243 1,059 0,708
Nitrat mg/l 0,008 0,197 0,175 0,165 0,149
Fosfat mg/l 0,015 0,030 0,029 0,034 0,033
Sulfida mg/l 0,05 0,0047 0,0111 0,0075 0,0059
TSS mg/l ˃5-30 70,400 56,250 77,686 68,254
pH - 7-8,5 6,16 7,4 8,6 7,05
DO mg/l ˃5 5,3 6,6 7,6 5,6
Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan (Agrikan UMMU-Ternate) Volume 13 Nomor 2 (Oktober 2020)
416
Hasil pengujian laboraturium rata-rata di
keempat stasiun penelitian pada Tabel 2.
memperlihatkan kisaran parameter kimia, NH3
(0,977-1,243), NO3 (0,149-0,197), PO4 (0,29-034), H2S-
Sulfida (0,0047-0,0111), TSS (56,250-77,686). Selain
uji sampel air laut untuk parameter kimia yang
dilakukan dilaboratorium, juga dilakukan
pengukuran DO secara langsung dilokasi
penelitian dengan hasil antara (5,3-7,3).
3.2.1. Ammonia
Ammonia merupakan salah satu dari bentuk
nitrogen, Salah satu bahan kimia yang umum
terkandung dalam limbah adalah ammonia (NH3)
(Bonnin et al., 2008). Kadar ammonia dalam air
laut sangat bervariasi dan dapat berubah secara
cepat dan dapat bersifat toksik bagi biota jika
kadarnya melebihi ambang batas maksimum.
Hasil analisis menunjukkan bahwa konsentrasi
amonia total di perairan laut Daruba dari stasiun
I–IV dianalisis berkisar 0,708–1,243 mg/l.
Berdasarkan standar baku mutu ammonia
diperairan Daruba sudah melebihi baku mutu air
laut yang dianjurkan sebesar 0,3 mg/l untuk biota
laut. Sebagaimana diketahui bahwa amonia
merupakan salah satu parameter pencemaran
organik di perairan, jika konsentrasi ammoniak di
perairan terdapat dalam jumlah yang terlalu tinggi
dapat diduga adanya pencemaran (Widiadmoko
2013). Tingginya konsentrasi ammonia total di
perairan Daruba sebagian besar diduga berasal
dari limbah pemukiman dan pembuangan
manusia dan hewan dalam bentuk urin, dimana
pemukiman penduduk sebagian besar berada di
wilayah pesisir dan laut. Selain itu, secara alami
senyawa ammonia di perairan juga dapat berasal
dari hasil metabolisme hewan dan hasil proses
dekomposisi bahan organik oleh bakteri.
Ammonia di perairan merupakan petunjuk adanya
penguraian bahan organik, terutama protein
terkandung dalam limbah (Marlian 2016).
3.2.2. Nitrat
Hasil analisis Laboraturium menunjukkan
bahwa konsentrasi nitrat di stasiun I - IV berkisar
0,149 – 0,197 mg/l. Berdasarkan baku mutu
kandungan nitrat di perairan dalam Keputusan
Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 51 tahun
2004, maka kandungan nitrat di perairan Daruba
telah melebihi baku mutu, dimana standar baku
mutu konsentrasi nitrat untuk biota laut adalah
0,008 mg/l. Kondisi ini sangat membahayakan
biota laut, karena menurut Hamuna et al., (2018)
menyatakan bahwa konsentrasi nitrat melebihi 0,2
mg/l dapat mengakibatkan terjadinya eutrofikasi
perairan dan menstimulir pertumbuhan algae dan
tumbuhan air lainnya secara cepat sehingga terjadi
blooming. Menurut Casali et al., (2010) bahwa
dampak dari kegiatan tersebut akan menghasilkan
limpasan, sedimen nitrat dan fosfat.
Tingginya konsentrasi nitrat di perairan
Daruba dapat disebabkan oleh masukan bahan
organik yang tinggi dari aktivitas daratan yang
dapat berupa erosi daratan, masukan limbah
rumah tangga, limbah pertanian berupa sisa
pemupukan dan lainnya yang terbawa langsung
ke perairan laut ataupun melalui aliran sungai.
Menurut Casali et al. (2010), dampak dari kegiatan
pertanian akan menghasilkan limpasan, sedimen
nitrat dan fosfat.
3.2.3. Fosfat
Kadim et al. (2017), fosfor menjadi faktor
pembatas yang sangat penting di perairan
produktif dan tidak produktif, fosfor memainkan
peranan penting dalam determinasi jumlah
organisme. Berdasarkan hasil analisis, konsentrasi
kandungan fosfat pada stasiun I – IV pengukuran
berkisar 0,030 – 0,034 mg/l. Nilai tersebut
menandakan bahwa kandungan fosfat di perairan
Daruba telah melebihi standar baku mutu air laut
sebagaimana dalam Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup No. 51 tahun 2004, yaitu 0,015
mg/l. Kondisi tersebut dapat berbahaya bagi biota
laut yang hidup dalam perairan Daruba dan bisa
menyebabkan eutrofikasi. Menurut Anhwange
(2012) bahwa tingkat maksimum fosfat yang
disarankan untuk perairan yang telah dilaporkan
adalah 0,1 mg/l. Perairan yang nilai fosfatnya lebih
dari 0.1 mg/l sebagai perairan eutrof, dimana
perairan ini sering terjadi. Menurut Hutagalung
dan Rozak (1997), pola sebaran yang menunjukkan
konsentrasi yang lebih tinggi ke arah pantai ini
disebabkan oleh dekatnya perairan dari sumber
masukan fosfat dari daratan. Pengaruh daratan
terhadap masukan fosfat ke perairan tersebut
terlihat sangat besar. sumber fosfat di perairan
Daruba diduga berasal dari bersumber dari
aktifitas manusia, seperti buangan limbah
domestik, dan kegiatan lainnya serta limpahan air
dari aktifitas pertanian masyarakat yang telah
berlangsung dalam waktu yang lama, mengingat
belum ada kawasan industri di sekitar lokasi
penelitian
3.2.4. Sulfida
Penyumbang terbentuknya hidrogen sulfida
terbesar yaitu kawasan pemukiman, pelabuhan
dan industri. Sulfida yang tidak terorganisasi
bersifat toksik terhadap kehidupan biota perairan.
Hasil analisis untuk konsentrasi sulfida pada
perairan Daruba menunjukkan kandungan sulfida
Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan (Agrikan UMMU-Ternate) Volume 13 Nomor 2 (Oktober 2020)
417
mempunyai nilai yang bervariasi antar stasiun I -
IV yaitu 0,0047-0,0111 mg/l belum melebihi baku
mutu air laut untuk biota laut sebagaimana dalam
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup
No. 51 tahun 2004, yaitu 0,01 mg/l. Rendahnya nilai
tersebut menunjukkan masih sedikitnya limbah
rumah tangga yang mengandung sulfida yang
terbuang ke perairan laut. Selain itu, diduga juga
karena rendahnya proses pembusukkan bahan-
bahan organik yang mengandung belerang oleh
bakteri anaerob dan juga sebagai hasil reduksi
dengan kondisi anaerob terhadap sulfat oleh
mikroorganisme (Apriliana et al., 2014).
3.2.5. TSS (Total Suspended Solid)
Berdasarkan hasil analisis TSS air laut di
laboratorium adalah 56,25-77,686 mg/l. Nilai
tersebut menunjjukkan bahwa nilai padatan
tersuspensi total sudah melebihi ambang batas
berdasarkan baku mutu kualitas air Kementerian
Lingkungan Hidup Indonesia yaitu berkisar ˃5-30
mg/l. Hal ini memungkinkan terjadinya masukan
bahan pencemar dan terjadi proses pengadukan
tinggi mengingat lokasi penelitian masih dilalui
oleh lalu lintas perkapalan. Hal ini sesuai dengan
hasil penelitian (Guntur et al.,2017) menyatakan
bahwa masuknya bahan pencemar diwilayah lalu
lintas perkapalan dan bahan pencemar dari
daratan menyebabkan proses pengadukan yang
tinggi.
3.2.5. pH
Nilai pH pada masing-masing stasiun yang
diperoleh dari hasil pengukuran dilapangan 7,87–
8,62. Jika dibandingkan dengan baku mutu air laut
berdasarkan Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup No. 51 tahun 2004, nilai pH
tersebut masih memenuhi baku mutu untuk
kehidupan biota yang ada di sekitar perairan
Daruba. pHsangat berpengaruh pada proses
nitrifikasi. Menurut Kurniawan (2011), pH sangat
berpengaruh pada proses pertumbuhan dan
fotosintesis fitoplankton. Tinggi rendahnya nilai
pHmempengaruhi tingkat produktivitas primer
suatu perairan karena ketersediaan nutrient di
suatu perairan (Megawati et al.,2014).
3.2.6. DO (Dissolved Oxygen)
Hasil pengukuran DO pada stasiun
pengamatan cukup bervariasi berkisar antara 5,5 -
7,6 mg/l. Pada setiap stasiun pengambilan data,
nilai DO rendah, dapat diketahui bahwa air
tersebut tercemar dapat berpengaruh terhadap
pertumbuhan biota perairan dalam kondisi tidak
baik sebaliknya nilai DO yang tinggi biasanya
diukur dalam bentuk konsentrasi menunjukan
jumlah oksigen (O2) yang tersedia dalam suatu
badan air, semakin besar nilai DO
mengindikasikan air tersebut memiliki kualitas
yang bagus untuk pertumbuhan biota yang ada
diperairan dan masih memenuhi standar baku
mutu air laut dalam Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup No. 51 tahun 2004 untuk
kehidupan biota laut dengan nilai DO >5 mg/l,
sehingga konsentrasi DO di perairan Daruba
termasuk dalam kategori melewati ambang batas
sesuai baku mutu air laut.
IV. PENUTUP
Kondisi perairan Daruba dari hasil
pengukuran dan analisis laboratorium untuk
parameter fisika kimia berdasarkan baku mutu
kualitas air Keputusan Menteri Lingkungan
Hidup nomor 51 Tahun 2004, secara umum telah
melebihi baku mutu perairan untuk kehidupan
biota perairan.
REFERENSI
Anhwange B.A, Agbaji E.B dan Gimba E.C. 2012. Impact Assessment of Human Activities and Seasonal
Variation on River Benue, Within Makurdi Metropolis. Journal of Science and
Technology,2:248-254.
Apriliana, R., Rudiyanti, S,. dan Purnomo, W.P. 2014. Keanekaragaman jenis bakteri perairan dasar
berdasarkan tepi tutupan permukaan perairan di Rawa Pening. Diponegoro Journal of
Maquares, 3(2) 119-128.
Asdak, C.1995. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Fakultas Pertanian PPSDAL. UGM
Press. Yogyakarta.
Bonnin, E. P. Biddinger, E. U., Botte, G.G.,2008, Effect of Catalyst on Electrolysis of Amonia Efflents,
Journal of Power Souces, 182, 284-290.
Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan (Agrikan UMMU-Ternate) Volume 13 Nomor 2 (Oktober 2020)
418
Casali, J.R., Gimenez., de Lersundi, D.V., Goni, M., Campo, M.A., chahor, Y., Gastesi, R., and Lopez,
J.2010. Sedimen Production and waterquality of watersheds with contrasting land use in
Naverre (Spain). Agricultural water Management, 97, 1683-1694.
Guntur G, Yanuar AT, Sari SHJ dan Kurniawan A. 2017. Analisis Kualitas Perairan Berdasarkan Metode
Indeks Pencemaran di Pesisir Timur Kota Surabaya. Depik Jurnal Ilmu Ilmu Pesisir dan
Perikanan. Volume 6, Nomor 1:81-89.
Hamuna B, Tanjung R.H.R, Suwito, Maury H.K, dan Alianto. 2018. Kajian Kualitas Air Laut dan Indeks
Pencemaran Berdasarkan Parameter Fisika-Kimia Di Perairan Distrik Depapre Jayapura.
Jurnal Ilmu Lingkungan. Volume 16 issue 1: 35 – 43.
Hutagalung H. P. dan A. Rozak. 1997. penentuan kadar Nitrat. Metode Analisis Air Laut, Sedimen dan
Biota. H. (Editor), Pusat Penelitian dan Oceanologi, LIPI, Jakarta.
Kadim, M.K., Pasingi, N., dan paramata, A.R. 2017. Kajian kualitas perairan teluk Gorontalo dengan
mengunakan metode STORET. Depik, 6 (3), 235-241.
Kementrian Kementerian Negara Lingkungan Hidup. 2004. Keputusan menteri Negara lingkungan hidup
no: 51 tahun 2004 tentang baku mutu air laut. Deputi Menteri Lingkungan Hidup:
BidangKebijakan dan Kelembagaan LH Jakarta.
Kurniawan A. 2011.Pendugaan Status Pencemaran Air Dengan Plankton sebagai Bioindikator di Pantai
Kabupaten Banyuwangi Jawa Timur. Jurnal Kelautan, 4(1):18-23.
Megawati C, Yusuf M, dan Maslukah L. 2014. Sebaran Kualitas Perairan ditinjau dari Zat Hara, Oksigen
terlarut, pH di Perairan Selatan Bali Bagian Selatan. Jurnal Oseanografi, 3(2):142-150.
Mustofa, A. 2015. Kandungan Nitrat dan Pospat Sebagai Faktor Tingkat Kesuburan Perairan Pantai.
Jurnal Disprotek, 6(1), 13–19.
Ramdhan M. 2015. Studi Kualitas Perairan Teluk Ekas Berdasarkan Komponen Fisika Kimia. SOSIO
DIDAKTIKA: Social Science Education Journal, 2 (1), 2015, 58-66.
Siburian R, Simatupang L dan Bukit M. 2017. Analisis Kualitas Perairan laut Terhadap Aktivitas Di
Lingkungan Pelabuhan Waingapu-Alor Sumba Timur. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
(JPKM). Volume 23 No. 1.
Talley, L.D. 2002. Salinity Patterns in The Ocean. Encyclopedia of Global Environmental Changen,
Volume 1, pp 629-640.
Widiadmoko, W. 2013. Pemantauan Kualitas Air Secara Fisika dan Kimia
di Perairan Teluk Hurun. Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut
(BBPBL) Lampung. Politeknik Negeri Lampung. Bandar Lampung.