KUALITAS HADIS NIKAH BEDA AGAMA PADA MASA NABI...
Transcript of KUALITAS HADIS NIKAH BEDA AGAMA PADA MASA NABI...
KUALITAS HADIS NIKAH BEDA AGAMA PADA MASA NABI
MUHAMMAD DALAM KITAB AL-MUṢANNAF 'ABD AL-RAZZᾹQ
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Agama (S.Ag.)
Oleh:
Fatichah Ihsanimoesa
NIM: 1111034000034
PROGRAM ILMU AL-QUR'AN DAN TAFSIR
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H/2017 M
PEDOMAN TRANSLITERASI
Transliterasi yang dipakai dalam penyusunan skripsi ini berpedoman pada
Romanisasi Standar Bahasa Arab (Romanization of Arabic)yang pertama kali
diterbitkan tahun 1991 dari American Library Association (ALA) dan Library
Congress (LC).
A. Konsonan Tunggal danVokal
Arab Indonesia Inggris Arab Indonesia Inggris
Ṭ Ṭ ط A A ا
Ẓ Ẓ ظ B B ب
ʻ ‘ ع T T ت
Gh Gh غ Ts Th ث
F F ف J J ج
Q Q ق Ḥ Ḥ ح
K K ك Kh Kh خ
L L ل D D د
M M م Dz Dh ذ
N N ن R R ر
W W و Z Z ز
H H ه S S س
’ ’ ء Sy Sh ش
Y Y ي Ṣ Ṣ ص
H H ة Ḍ Ḍ ض
Vokal Panjang
Ū Ū أو Ā Ā ا
Aw Aw أو Ī Ī إي
◌-ى Ay Ay أي Á Á
B. KonsonanRangkapKarenaSyaddah
Mu’assasah مؤسسة
Mutaʻaddidah متـعددة
C. Tā’ Marbūṭah (ة)
ṣalāh صالة Biladimatikan
Mir’āt al-zamān Bilaiḍafah مرآة الزمان
D. Singkatan
Swt : Subḥānahu wa-taʻālá
Saw :Ṣalla Allāhʻalayh wa-sallam
ra : Raḍiya Allāhʻanhu
M : Masehi
H : Hijriyah
QS : al-Qur’an: Surat
HR : Hadis Riwayat
h. : Halaman
ABSTRAK
Fatichah Ihsanimoesa
Kualitas Hadis Nikah Beda Agama pada Masa Nabi Muhammad dalam kitab al-muṣannaf ʻabd al-razzāq
Skripsi ini bersifat afirmasi terhadap penelitian terdahulu. Penelitian ini menyimpulkan bahwa pernikahan beda agama yang terjadi pada Zainab binti Rasulullah ini pelajaran yang sangat berharga, dimana kekuatan cinta antara dua insan yang begitu besar dapat dipatahkan dengan kekutan aqidah, yaitu rasa cinta yang sangat amat besar kepada Allah dan Rasulnya. Keteguhan iman dan kematangan aqidah serta kebaikan yang tulus seorang Zainab membuat suaminya, Abū al-‘Āṣ akhirnya menyatakan keislamannya dihadapan Rasulullah. Dalam kisah ini tampak jelas aqidah seorang Zainab, ia mengharamkan dirinya kepada suami yang dicintainya kerana perbedaan aqidah, baru setelah Abū al-‘Āṣ menerima Islam dan menyatakan keislamannya, Zainab bersedia berkumpul kembali.
Pembahasan yang menjadi pokok masalah dalam penelitian ini adalah membahas bagaimana kualitas hadis-hadis nikah beda agama yang terjadi pada Zainab binti Muhammad Saw dengan Abū al-‘Āṣ ibn al-Rabī‘, yang ada di dalam kitab al-Muṣannaf ‘Abd al-Razzāq karya Imam al-Ḥafīẓ ‘Abd al-Razzāq Hammām al-Ṣa’ānī. Pembahasan ini menunjukkan bahwa dalam memahami hadis harus bisa membedakan antara tujuan dan keinginan yang tidak dilandasi aqidah yang kuat. Pesan yang ada dalam hadis memiliki tujuan tertentu yang bersifat hakiki yang hendak dituju oleh syara‘ sedangkan perkembangan zaman sudah berubah.
peneletian ini termasuk dalam kategori penelitian pustaka (library research) dengan menggunakan panduan kitab al-kutub al-Sittah dan kitab-kitab lain tetap dijadikan rujukan untuk melihat hadis-hadis yang berada dalam satu tema pembahasan nikah beda agama Zainab dengan Abū al-‘Āṣ.
Sumber data dalam penelitian ini adalah kitab-kitab yang khusus membahas tentang pernikahan Zainab binti Nabi dengan Abū al-‘Āṣ ibn al-Rabī‘, kemudian dari hadis-hadis tersebut dibatasi hanya pada hadis-hadis tentang nikah beda agama Zainab binti Nabi Muhammad dengan Abū al-‘Āṣ ibn al-Rabī‘ yang terdapat dalam kitab al-Muṣannaf ‘Abd al-Razzāq. Pembahasan mengenai matan hadis ini berdasarkan pada Tuḥfatu al-Aḥwaẓi bi Sharḥ Jamī‘ al-Tirmidhī dan ‘Aun al-Ma‘bud Sharḥ Sunan Abī Dāwud. Sumber data ini sebagai bahan analisa atas pembahasan yang menjadi pokok masalah.
KATA PENGANTAR
الرحيم الرمحن اهلل بسم
Segala puji dan bersyukur tersanjung hanya kepada Allah Swt bahwa dengan
taufiq-Nya skripsi yang berjudul “Kualitas Hadis Nikah Beda Agama pada Masa
Nabi Muhammad dalam Kitab Muṣannaf ‘Abd al- Razzāq” ini dapat diselesaikan.
Ṣalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Baginda Rasulullah Saw yang
telah membimbing manusia menuju jalan Riḍā-Nya, dan keluarga, sahabat, serta
pengikutnya hingga akhir zaman.
Terselesainya penulisan skripsi ini, tentu masih banyak kekurangan dan
kesalahan. Segala kekurangan dan kesalahan itu bukti keterbatasan saya dalam
melakukan penelitian ini. Penulisan skripsi ini juga tidak luput dari keterlibatan
beberapa pihak yang memberikan kontribusi dalam penyelesaian penulisan skripsi
ini, baik itu berupa motivasi, bantuan pikiran, material dan moral serta spiritual, baik
secara langsung maupun tidak langsung. Karena itu terimakasih yang sebesar-
besarnya saya sampaikan kepada yang terhormat:
1. Segenap civitas akademika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta; Prof. Dr. Dede
Rosyada, MA. selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Prof. Dr. Masri Mansoer, MA. selaku Dekan Fakultas Ushuluddin dan Filsafat
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Dr. Lilik Ummi Kaltsum, MA. selaku ketua jurusan Program Studi Tafsir Hadis
dan Dra. Banun Binaningrum, M. Pd selaku sekretaris Progam Studi Tafsir
Hadis.
4. Dr. M. Isa HA. Salam, M.Ag selaku pembimbing skripsi, yang telah banyak
membantu, membimbing dan mengarahkan penulisan skripsi ini. Semoga Allah
selalu memberi kesehatan dan manfaat ilmunya di dunia dan akhirat.
5. Segenap Dosen Fakultas Ushuluddin, khususnya kepada dosen Pembimbing
Akademik Dr. M. Amin Nurdin, MA. dan seluruh dosen di jurusan Tafsir Hadis
yang telah banyak berbagi ilmu kepada saya dan meluangkan waktu untuk
berdiskusi selama di bangku kuliah serta dukungannya kepada saya dalam
batasan-batasan tertentu yang dapat saya terima, sehingga sedikit banyak saya
dapat mengetahui informasi tentang dinamika pengetahuan yang ada. Dan juga
Ibu Dr. Faizah Ali Sibromalisi MA. trimakasih atas segala nasehatnya, motivasi
serta kasih sayangnya, serta seluruh guru saya baik yang formal maupun non
formal tempat saya menggali ilmu dari tingkat dasar hingga sekarang. Semoga
Allah memberikan keberkahan usia dan ilmu yang manfaat.
6. Segenap civitas akademika Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yang telah banyak membantu kelancaran administrasi dan birokrasi. Dan segenap
staf Perpustakaan Umum(PU), Perpustakaan Fakultas Ushuluddin(PF), Pusat
Studi al-Qur’an(PSQ), dan Perpustakaan Iman Jama’ yang telah membantu
meminjamkan buku-buku dan beberapa literatur dalam penulisan skripsi ini.
7. Bapak (KH. Mustofa) dan Ibu (Dr. Lilik Ummi Kaltsum, MA). Pengasuh
Padepokan Ayatirrahman (Ngasah Roso) selaku orangtua kedua saya sekaligus
guru yang telah mendidik dengan penuh keikhlasan dan kesabaran serta
memberikan semangat yang sungguh luar biasa. Dengan beliau saya mengaji al-
Qur’an dari bi al-Naẓar sampai bi al-Ghayb, belajar amtsilati dari jilid dasar,
belajar akhlak, kedisiplinan, ketegasan, keterbukaan, kebersamaan, kebaikan
dan kebersihan. Semoga Allah selalu menjaganya dan serta kemanfaatan dunia
hingga akhirat. Dan Putra-putrinya, Arifah Liqo Rabbani (mba Liqo), Irfan
Ayatirrahman Mushaffa (mas Ivan) dan Ahmad Ubayd Fazlurrahman (de Ubed).
Semoga Allah Swt senantiasa memberikan kesehatan, semangat belajar, dan
ketaatan kepada-Nya.
8. Kedua orang tua saya, Ibunda Toifah (Almh) dan Ayahanda Dakram (Alm),
yang telah mengajarkan kejujuran, tanggungjawab, kelembutan, kesabaran,
keikhlasan dan kebahagiaan untuk mencapai cita-cita. Terimakasih yang tak
terhingga atas pengorbanan dan perjaungan kalian yang senantiasa mendo’akan
ananda, memberikan kasih-sayang, motivasi, bimbingan yang masih ananda
rasakan walau kalian sudah tidak ada disamping ananda lagi. Semoga Allah
menempatkan kalian bersama para kekasih-Nya dan kelak kita bisa berkumpul
bersama. Dan kakak-kakak saya Abdul Haris (Kakang Karis (alm)), Taufiq
Himawan (mas Topik), Masykuri Ramdhan (mas Makung), dan adik-adik saya
Nurul Hidayah, Samsul Arifin dan Alyatul Marzuqoh. Semoga Allah selalu
memberikan kelancaran, kebahagian dan ridlo dalam setiap langkah kalian. Juga
Uwa saya wakaji Fathi dan emak Eni, saudara dan sahabat saya Fathurrozi
(Palung) dan Azizah Yulianti (Yungli) serta saudara-saudara yang lain yang
saya tidak sebutkan semua namanya semoga Allah membalasnya disetiap
kebaikan yang kalian lakukan.
9. Teman-teman Tafsir Hadis seperjuangan angkatan 2011 khususnya kelas B
seperti Rivia Awalia, Hanan Putri Nasution, Wilda Kamelia, Intan Tri Aisyah,
Annisa Maqbullah, Annisa Amalia, Eka Syarifah, Adam Haikal Hutabarat,
Ridhan Fauzi, Ahmad Jaelani, Refa Hudan Lisalam, Seman Anshori, dan yang
lainya maaf tidak saya sebutkan semua, juga kepada Kak Khairul Huda dan
Mujiburrahman serta Ulfiana trimakasih telah meluangkan waktunya untuk
berdiskusi dan mengoreksi skripsi ini, dan teman-teman satu kosan, Hilmi
Zuraida, Rizki Yuliani, Annisa Sabrina dan Habibah fitria semoga kita bisa terus
menjalin silaturahim.
10. Segenap keluarga besar Padepokan Ayatirrahman; mba Mimin, pak Tarom,
Oom Zam-zam dan Oom Choy. Para santriawan yang namanya tidak saya
sebutkan. Para senior sekaligus teman; mba Iswatin, mba Yati dan mba Epi.
Para Alumni; mba Fifth, mba Ila, mba Ferra dan mba Rahma. My Cum Suis;
Zeni, Rina, Nila, Nungky, Nikma, Anggi, Siska, Azza dan Nurhas. My English
Club; Imun, Diana, Fatim, Rizkya, Qonita, Hana, de Oling and for my Tutor:
Mom Asty & Miss. Asri. Tidak lupa juga teman yang lain Anita dan maaf yang
namanya tidak disebutkan, kalian tetap saya ingat, karena doa dan dukungan
kalian selalu saya harapkan. semoga Allah melancarkan hafalan kalian dan
memberkahi hidup kalian, selamat fi dunya wal akhirah.
Terakhir, saya berharap semoga skripsi ini sedikit banyak dapat
bermanfaat. Semoga amal baik kita semua dibalas dan diterima oleh Allah Swt.
Jazākumullāh aḥsan al jazā’, Āmīn...!
Parung, 16 Desember 2016
Fatichah Ihsanimoesa
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL ................................................................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ....................................................................ii
LEMBAR PERNYATAAN .................................................................................................iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN ....................................................................................iv
LEMBAR PEDOMAN PENULISAN ................................................................................v
ABSTRAK ............................................................................................................................vi
KATA PENGANTAR .........................................................................................................vii
DAFTAR ISI ........................................................................................................................ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ..........................................................................1
B. Permasalahan : Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan .......................2
1. Identifikasi Masalah ...........................................................................8
2. Pembatasan dan Perumusan Masalah ................................................8
C. Tujuan dan Manfaat .................................................................................9
D. Tinjauan Pustaka ......................................................................................10
E. Metodologi Penelitian............................................................................. 12
1. Metode Pengumpulan Data ................................................................12
2. Sumber Data.......................................................................................12
3. Metode Analisis .................................................................................13
F. Sistematika Penulisan ..............................................................................13
BAB II PENGARANG KITAB AL-MUṢANNAF ʻABD AL-RAZZᾹQ
A. Biografi ʻAbd al-Razzāq al-Ṣanʻani .........................................................15
B. Gambaran Kitab al-Muṣannaf ʻAbd al-Razzāq .......................................17
BAB III PENELETIAN SANAD TENTANG NIKAH BEDA AGAMA
A. Teks Hadis dan Terjemahan ............................................. .......................20
B. Kriteria Kesahihan Sanad Hadis ...................................... ……………... 22
C. Takhrij Hadis ................................................................... ……………... 23
D. I’tibar Sanad ..................................................................... ……………... 35
E. Skema Sanad Hadis Pertama ........................................... ……………... 43
F. Skema Sanad Hadis Kedua .............................................. ……………... 52
G. Skema Sanad Hadis Ketiga .............................................. ……………... 60
BAB IV PENELITIAN MATAN HADIS TENTANG NIKAH BEDA AGAMA
A. Meneliti Matan dengan Kualitas Sanad Hadis ................. ……………... 62
B. Meneliti Matan Hadis yang Semakna ............................. ……………... 63
C. Meneliti Kandunagn Matan Hadis ................................... ……………... 66
D. Pendapat Ulama Hadis terhadap Makna Hadis ................ ……………... 67
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................... ……………... 73
B. Saran ................................................................................ ……………... 74
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................................76
MOTTO HIDUP
IBADAH DAN ILMU, BERILMU DAN BERIBADAH
PESAN dari (ALM) KEDUA ORANGTUA dan GURUKU
ABAH: Jangan Pernah Tinggalkan Shalat dalam Keadaan apapun dan Jangan Pernah Takut Susah
EMAH: jujur dan bertanggungjawab
BAPAK: Terbuka,Memikirkan Orang Banyak dan
Shalat Jama’ah 5 waktu Tepat Waktu
:IBU
Semoga Ananda Bisa Melaksanakannya.
AMIN
HALAMAN PERSEMBAHAN
KARYA INI KUPERSEMBAHKAN
UNTUK
(ALM) KEDUA ORANGTUAKU
ABAH DAN EMAH TERKASIH DAN
KEDUA GURUKU BAPAK DAN IBU TERSAYANG,
YANG DENGAN PENUH KEIKHLASAN MEMBIMBING, MENASEHATI,
MENDOAKAN DAN MEMENUHI SEGALA KEBUTUHAN.
TERIMAKASIH YANG SEDALAM-DALAMNYA
KARENA KALIANLAH
ANANDA BISA MENYELESAIKAN SKRIPSI INI.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Nikah beda agama menjadi bahasan yang tidak habis untuk dikaji karena
manusia hidup dengan beragam agama. Manusia diberi kebebasan untuk memilih
agama sesuai dengan keyakinannya. Kelangsungan hidup manusia berbeda
dengan mahluk hidup lainnya, yaitu dengan tata cara menikah. Terlaksananya
pernikahan apabila tidak ada paksaan dan penghalang dari hukum yang berlaku
menurut agama nyang dianutnya.
Saya sering menjumpai banyak kasus di masyarakat, masih muncul
resistensi yang besar terhadap nikah beda agama, umumnya pada persoalan halal
dan haramnya nikah antar umat beragama. Akhir-akhir ini banyak pasangan non-
Muslim yang isterinya masuk Islam tanpa diikuti oleh suaminya, bagaimana status
isteri tersebut, apakah dia tetap tinggal bersama suaminya atau harus minta cerai
atau bahkan pernikahan keduanya secara otomatis bubar sendiri tanpa harus ada
perceraian?
Saya akan merujuk pada masa Rasulullah Saw tentang kisah seorang
perempuan yang mempunyai keteguhan iman dan ketulusan cinta serta kesetian
sebagai seorang isteri yang bisa menjadi teladan bagi para perempuan, khususnya
para muslimah. Perempuan mulia itu adalah Zainab binti Nabi Muhammad Saw.1
1‘Aisyah ‘Abd al-Rahman, Banāt al-Nabiy (Beirut: Dar al-Kutb, 2009), h. 109.
2
Zainab binti Muhammad Rasulullah Saw adalah putri pertama pasangan
Muhammad Saw dengan Khadijah binti Khuwailid. Pasangan ini menikah 15
tahun sebelum Muhammad Saw diutus oleh Allah Swt. Zainab sendiri lahir 10
tahun sebelum Islam dan dinikahkan oleh ayahnya dengan Abū al-ʻĀṣ ibn al-
Rabīʻ yang tidak lain masih saudara sepupu Zainab sendiri, putra dari adik
Khadijah yaitu Halah binti Khuwailid. Pernikahan ini terjadi sebelum Islam.
Meskipun sebelum Islam, pernikahan mereka merupakan bentuk pernikahan
sebagaimana yang kemudian dilegalkan oleh Islam.2
Muhammad Saw kemudian diutus oleh Allah, seluruh keluarga
Muhammad Saw memeluk Islam, tidak terkecuali Zainab binti Muhammad
Rasulullah Saw. Namun, Abū al-ʻĀṣ ibn al-Rabīʻ yang merupakan tokoh Makkah
yang dikenal kaya, amanah dan pebisnis itu tidak mau memeluk Islam, tetapi
mereka tetap menjadi suami-istri, hingga Rasulullah Saw hijrah ke Madinah.
Ketika Rasulullah Saw berangkat hijrah ke Madinah, Zainab binti Rasulullah pun
ikut, namun Abū al-‘Āṣ tidak ikut hijrah, ia tetap di Makkah dan tetap memeluk
agama kaumnya.3
Saya mengangkat penelitian ini berdasarkan hadis dari kitab al-muṣannaf
ʻAbd al-Razzāq yang diriwayatkan oleh Ibnu Juraij. Inilah penggalan hadisnya:
النبي صلى الل عليه وسلم ، وهاجرت ب عد النبي صلى الل عليه وسلم ف الجرة أسلمت زي نب بنت
ة مشرك ، ث شهد أبو العاص را مشركا ، بد األول ، وزوجها أبو العاص بن الربيع بن عبد العزى بك
ة ،، ث شهد أحدا أيضا مشركا سر ف فدى ، وكان موسرافأ ة ف رجع عن أحد إل مك ، ث مكث بك
2Ibn Hajar al-Asqalani, al-Isḥābah fī Tamyiz al-Ṣaḥābah (Beirut: Dar al-Kutub al-
‘Ilmiyyah, 1995), Cet. I, h. 151. 3Ibn Hajar al-Asqalani, al-Isḥābah fī Tamyiz al-Ṣaḥābah (Beirut: Dar al-Kutub al-
‘Ilmiyyah, 1995), Cet. I, h. 207.
3
ام ن فر من ام تجرا ، فأسره بطريق الش األنصار ، فدخلت زي نب على ما شاء الل ، ث خرج إل الش
ي عليهم أدنهم ؟ قال : وم ا ذاك ي زي نب ؟ النبي صلى الل عليه وسلم ، ف قالت : إن المسلمني ي
ز جوار امرأة ب عدها ، ث أسلم ، قالت : أجرت أب العاص ، ف قال : قد أجزت جوار ك ، ث ل ي
4فكان على نكاحهما ،
“Telah masuk Islam Zainab putri Nabi Saw, Zainab hijrah sesudah Nabi
Saw hijrah yang pertama, dan suaminya Abū al- ‘Āṣ ibn al- Rabīʻ ibn ‘Abd al-
‘Uzzā masih musyrik berada di Makkah, kemudian Abū al-‘Āṣ
menyaksikan(berada dalam barisan) perang badar namun dalam keadaan
musyrik, kemudian Abū al-‘Āṣ tertangkap, lalu di tawan, kemudian ditebus,
kemudian ia menyaksikan(berada juga dalam barisan)perang uhud masih dalam
keadaan masih musyrik, kemudian ia kembali dari perang uhud ke Makkah,
kemudian menetap di Makkah atas kehendak Allah, kemudian ia keluar ke Sham
untuk berniaga, kemudian dalam perjalanan menuju Sham ia ditangkap oleh
kaum Anshar, maka Zainab menemui Nabi Saw, lalu Zainab berkata:
“sesungguhnya semua kaum muslim (sampai yang terendah tingkatannya pun)
dapat memberikan perlindungan, Nabi menjawab dan apakah demikian wahai
Zainab?, Zainab berkata, saya melindungi Abū al-‘Āṣ, kemudian Nabi menjawab,
saya mengizinkan perlindunganmu, kemudian Nabi tidak memperkenankan
perlindungan perempuan setelahnya, kemudian masuk Islam, lalu diakuinya
pernikahan mereka”
Pernikahan Zainab binti Muhammad Saw tidak dilakukan berdasarkan
syariat Islam karena dilangsungkan sebelum Islam. Namun yang menarik, setelah
Muhammad Saw diangkat menjadi Nabi, Abū al-ʻĀṣ pun tidak segera masuk
Islam, ia tetap memilih menjadi orang musyrik, seperti umumnya penduduk
Makkah pada saat itu. Bahkan, ketika Rasulullah Saw dan umat Islam yang lain
hijrah ke Madinah, Abū al-ʻAṣ masih bertahan di Makkah. Alih-alih ikut hijrah,
4Al-Ḥāfiẓ al-Kabīr Abī Bakr ‘Abd al-Razzāq ibn Hammām al-Ṣan’ānī, al-Muṣannaf
(Bairut: Majlis Ilmi t.th.), jilid.7, h.171.
4
Abū al-ʻĀṣ justru bersekongkol dengan orang-orang kafir Musyrik Makkah
memerangi umat Islam.5 Seperti hadis yang diriwayatkan oleh Ummu Salamah:
بن ليعة قال حدثنا موسى بن جبي احدثنا عبد امللك بن حيىي بن بكي قال حدثين أيب قال حدثنا
عن عراك بن مالك عن ايب بكر بن عبد الرمحن بن احلارث بن هشام عن ام سلمة ان زينب بنت
ل هللا صلى هللا عليه و سلم حني خرج رسول هللا صلى هللا عليه و سلم مهاجرا استأذنت أب رسو
العاص بن ربيع زوجها أن تذهب إل رسول هللا صلى هللا عليه و سلم فأذن لا فقدمت عليه ث أن
ب اب العاص حلق بملدينة فارسل اليها ان خذي يل امان من أبيك فخرجت فاطلعت برأسها من ب
حجرهتا ورسول هللا صلى هللا عليه و سلم ف الصبح يصلي بلناس فقالت ي ايها الناس ان زينب
من عمبنت رسول هللا صلى هللا عليه و سلم واىن قد اجرت اب العاص فلما فرغ رسول هللا صل
.6دنهمالصالة قال ي أيها الناس إين ل اعلم هبذا حىت مسعتموه أال وإنه يي على املسلمني ا
“Bahwa Zainab binti Rasulullah Saw ketika Rasul berhijrah, Zaenab
meminta izin kepada Abū al-‘Āṣ ibn Rabī‘ suaminya, untuk pergi menemui
Rasulullah Saw, maka ia mengizinkannya, maka zainab datang kepada Nabi,
kemudian Abū al-‘Āṣ menemui di Madinah, lalu mengirim surat kepada Zainab,
berilah perlindungan kepadaku dari ayahmu, lalu Zainab menampakkan
kepalanya dari pintu kamarnya, Ketika Rasulullah Saw dan para sahabatnya
melaksanakan shalat Shubuh terdengarlah suara Zainab berseru, “Wahai kaum
muslimin, saya Zainab binti Rasulullah Saw, saya telah memberikan
perlindungan kepada Abū al-‘Āṣ, ketika Rasulullah Saw selesai shalat, beliau
berkata kepada para sahabat, aku tidak tahu sedikit pun tentang ini sampai aku
mendengar apa yang kalian dengar, sesungguhnya semua kaum muslim (sampai
yang terendah tingkatannya pun) dapat memberikan perlindungan.”
5Aisyah ‘Abd al-Rahman, Biografi Putri-putri Muhammad Saw, (Jakarta: Samara
Publishing, 2009), h. 140. 6Al-Ḥāfiẓ Abī Qāsim Sulaimān ibn Aḥmad al-Ṭabrānī, al-Mu’jām al-Awsaṭ, (Kairo:
Maktabah ibn al-Taimiyah, t.th), Juz 5, h. 205.
5
Abū al-ʻĀṣ pernah ditangkap di Madinah atas keterlibatannya dalam
perang Badar dan Uhud. Abū al-ʻĀṣ kemudian dimintai uang tebusan dan
Rasulullah meminta agar Zainab dihijrahkan ke Madinah.7 Pada tahun 6 H,
sebelum Perjanjian Damai Hudaibiyah, Abū al-ʻĀṣ melakukan perjalanan dari
Makkah ke Syam. Saat mendekati Madinah, sebagian kaum muslim ingin
menghadang Abū al-ʻĀṣ untuk mengambil hartanya dan membunuhnya. Rencana
itu sampai ke telinga Zainab isterinya. Zainab pun bertanya kepada ayahnya,
“Wahai Rasulullah, bukankah akad dan janji kaum muslim itu satu? ” Nabi
menjawab, “Benar” Zainab berkata, “Saksikanlah bahwa aku memberikan
perlindungan kepada Abū al-ʻĀṣ.” Ketika hal itu sampai ke telinga para sahabat
Rasulullah Saw, mereka keluar menemui Abū al-ʻĀṣ tanpa membawa senjata.
Para sahabat berkata, “Wahai Abū al-ʻĀṣ, kamu adalah termasuk orang
terpandang kaum Quraisy dan anak paman Rasulullah Saw, sekaligus
menantunya. Apakah kamu mau masuk Islam sehingga kamu bisa menjadikan
rampasan perang harta penduduk Makkah yang kamu bawa?” Abū al-ʻĀṣ
menjawab, “Betapa buruk apa yang kalian perintahkan kepadaku, aku akan
mengganti agamaku dengan pengkhianatan.”8
Abū al-‘Āṣ pun meninggalkan tempat itu dan kembali ke Makkah. Ia
mengembalikan harta dan amanah kepada yang berhak, lalu berkata kepada
mereka, “Wahai penduduk Makkah, apakah tanggunganku sudah ditunaikan?”
Mereka menjawab, “Benar”. Lalu ia berkata, “Aku bersaksi, bahwa tidak ada
Tuhan yang berhak disembah, kecuali Allah, dan Muhammad adalah utusan
7HR. Ibn Ishaq. Lihat: Ibn Hajar al-Asqalani, VII/208. 8Aisyah ‘Abd al-Rahman, Banāt al-Nabiy (Beirut: Dar al-Kutb, 2009), h. 143.
6
Allah”. Abū al-ʻĀṣ tiba di Madinah sebagai orang yang berhijrah. Rasulullah pun
mengembalikan Zainab kepada Abū al-ʻĀṣ dengan nikah yang pertama.9
Riwayat lain mengatakan bahwa Nabi Saw mengembalikan Zainab dengan
akad nikah yang baru. Inilah hadisnya:
لم ، ف ردها النب أسلمت زي نب اب نة النبي صلى الل عليه وسلم ق بل زوجها أيب العاص بسنة ، ث أس
عليه وسلم بنكاح جديد صل 10.ى الل
“Telah masuk Islam Zainab putri Nabi Saw sebelum berpisah dengan
suaminya ‘Abī al-‘Āṣ, kemudian ‘Abī al-‘Āṣ masuk Islam, maka Nabi Saw
mengembalikannya dengan pernikahan yang baru”.
Kisah lain dari putri Walid bin al-Mughirah yang masuk Islam, kemudian
setelah beberapa waktu suaminya al-Ṣafwan baru masuk Islam, dan Rasulullah
Saw tidak membatalkan pernikahan mereka berdua. Begitu juga kisah Ummi
Ḥakim binti al-Ḥarith yang masuk Islam, kemudian setelah beberapa waktu
lamanya, suaminya ʻIkrimah ibn Abū al-Jahl baru masuk Islam, dan Rasulullah
Saw tidak membatalkan pernikahan mereka berdua.
Hadis Nabi dijadikan pegangan dalam segala aspek kehidupan kaum
muslimin, sebagai penuntun jalan, baik untuk kepentingan duniawi ataupun
ukhrawi. Hadis Nabi selain sebagai sumber ajaran Islam yang kedua setelah al-
Qur’an, hadis juga mempunyai fungsi penjelas bagi al-Qur’an, menjelaskan yang
global, mengkhususkan yang umum, dan menafsirka ayat-ayat al-Qur’an. Hadis
Nabi mencakup segala aspek kehidupan manusia yang hidup di masa beliau, yang
terdiri dari akidah, ibadah, hukum akhlak, muamalah, kemasyarakatan,
9HR. Al-Hākim dengan sanad yang sahih. Riwayat ini didukung oleh Abū Dāwud, al-
Tirmidhī dan Ibn Mājah melalui jalur Dāwud ibn al-Ḥuṣain, dari ‘Ikrimah dari Ibn ‘Abbās. Lihat:
Ibn Hajar al-Asqalani, VII/207. 10Al-Ḥāfiẓ al-Kabīr Abī Bakr ‘Abd al-Razzāq ibn Hammām al-Ṣan’ānī, al-Muṣannaf
(Bairut: Majlis Ilmi t.th.), jilid.7, h. 171.
7
perekonomian, politik, pertahanan, perdagangan, manajemen, perang, dan
kehidupan rumah tangga.11
Islam telah datang membawa petunjunjuk kebenaran, namun kenyataannya
masih banyak muslimah yang menjadi korban tradisi kafir lantaran bingung
mencari figur yang bisa diteladani. Masih banyak pula muslimah yang hanyut
terbawa arus modernisasi sehingga dirinya tidak mau lagi dekat dengan budaya
Islami.12 Semoga dengan kisah kehidupan cinta Zainab binti Rasulullah ini bisa
menjadi pertimbangan bagi para perempuan masa sekarang untuk menjadikan
imam dalam keluarganya sehingga menjadi keluarga yang sakinah.
Berkaitan latar belakang masalah yang saya paparkan di atas, saya ingin
mengetahui bagaimana kualitas hadis yang menjelaskan tentan nikah beda agama?
Inilah yang mengilhami saya untuk menyusun sekripsi dengan judul: “Kualitas
Hadis Nikah Beda Agama pada Masa Nabi Muhammad dalam Kitab al-Muṣannaf
‘Abd al- Razzāq”.
Saya memilih judul tersebut, karena untuk menguatkan alasan saya yang
pernah menjalin asmara (berpacaran) dengan non muslim, sehingga tidak
berlanjut pada jenjang pernikahan, dan selain itu juga saya melihat langsung
problema yang terjadi di sekitar masyarakat, pada umumnya mereka mencintai
lawan jenis hanya berdasarkan naluri saja, sehingga tidak terfikirkan akibatnya.
Dengan penelitian ini, nantinya kita dapat mengetahui kehujahan hadis tersebut
dengan harapan apabila hadis ini ditemukan atau dibaca masyarakat awam bukan
saja dipahami secara tekstualnya saja, akan tetapi dapat dipahami secara
11Bustamin, “Menguak Hadis Palsu yang Masyhur; Upaya Otentivikasi Sabda Nabi”.
Jurnal Kajian Agama dan Filsafat, vol. VII, no. 3, (2005): 249. 12Muhammad Ibrahim Salim, Bunga-bunga di Taman Hati Rasulullah (Solo: Pustaka
Mantiq, 1993), h. 7.
8
kontekstual dan bisa mengetahui posisi hadis tersebut, sehingga kita bisa
mengukur sejauh mana keimanan kita untuk melakukan nikah beda agama.
Saya memillih tema dengan penelitian hadis ini, karena sejauh
pengetahuan dan beberapa bacaan yang pernah saya baca, sudah banyak penelitian
tentang nikah beda agama dalam perspektif al-Qur’an, dan kenapa saya meneliti
hadis yang terdapat di dalam kitab al-Muṣannaf ‘Abd al-Razzāq ini, karena kitab
tersebut adalah kitab tertua yang mewakili kitab-kitab hadis pada abad kedua
hijriah dan lebih tebal dibandingkan dengan kitab Muṣannaf-muṣannaf yang
lainnya. Oleh karena itu, dengan penelitian hadis ini saya dapat lebih meyakinkan
diri saya untuk lebih bisa mempertimbangkan kembali untuk nikah beda agama.
B. Permasalahan
1. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah di atas, maka masalah yang teridentifikasi
sebagai berikut:
a. Bagaimana kualitas hadis nikah beda agama yang terjadi pada Zainab
binti Nabi Muhammad?
b. Bagaimana aturan hukum tentang nikah beda agama pada masa Nabi
Muhammad dan sekarang?
c. Apa dampak positif dan negatifnya dalam keluarga pasangan beda
agama sehingga masih banyak pasangan yang melakukannya?
d. Bagaimana proses akad nikah bagi pasangan beda agama apakah
hanya dengan tatacara satu atau kedua agama pasangan?
9
2. Pembatasan Masalah
Berpijak dari masalah-masalah yang teridentifikasi di atas, pembahasan
dalam penelitian ini akan dipusatkan pada pembahasan yang pertama yaitu
tentang kualitas hadis nikah beda agama yang terjadi pada Zainab binti Nabi
Muhammad dalam kitab al-Muṣannaf ‘Abd al-Razzāq. Pembatasan ini didasarkan
pada asumsi bahwa nikah beda agama bukanlah cara efektif untuk membina
rumah tangga yang sakinah karena akan memberikan efek buruk pada keluarga.
Sedangkan pembatasan pada hadis nikah beda agama ini terjadi sebelum Islam
datang.
3. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka saya merumuskan satu
pertanyaan, yaitu Bagaimana Kualitas Hadis Nikah Beda Agama Zainab binti
Nabi Muhammad di dalam kitab al-Muṣannaf ‘Abd al-Razzāq?
Pertanyaan ini didasarkan penelusuran awal saya, bahwa nikah beda
agama Zainab binti Nabi Muhammad banyak kontroversi yang terdapat pada
hadis-hadis lain.
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini yaitu:
1. Mengetahui otentisitas, kualitas dan kandungan pokok tentang hadis
nikah beda agama pada kitab al-Muṣannaf ‘Abd al-Razzāq dengan cara
menggunakan kritik sanad dan matan. Sehingga ada kejelasan hadis
tentang nikah beda agama tersebut apakah dapat dijadikan hujjah atau
tidak?
10
2. Menjelaskan nikah beda agama yang terjadi karena kesetian seorang
isteri yang mempunyai ketulusan cinta karena cintanya kepada Sang
pemberi cinta yaitu Allah Swt dan keteguhan imannya sehingga
hidayah turun untuk suaminya.
Terkait dengan tujuan yang terealisasi, diharapkan penelitian ini
memberikan manfaat:
1. Mendapatkan makna yang sesuai untuk memahami hadis nikah beda
agama serta bagaimana implikasi yang harus diikuti dan diamalkan
dalam kehidupan bermasyarakat.
2. Menambah hasanah ilmu pengetahuan bagi saya khususnya dan bagi
pembaca umumnya.
D. Tinjauan Pustaka
Sepanjang penelusuran dan pengetahuan saya, cukup banyak karya ilmiah
yang membahas tentang Nikah Beda Agama pada kajian tafsir, ditinjau dari
berbagai ragam aspeknya. Namun, saya belum menemukan pada kajian hadis.
Diantara karya-karya ilmiah tersebut adalah:
1. Perkawinan Antar Agama Islam dengan Agama Budha di Indonesia, oleh
Aan Rusmana. Jurusan Ahwal al-Syahsyiyah program Studi Peradilan
Agama pada Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2004. Skripsi ini lebih menekankan kepada hukum pernikahan
menurut agama masing-masing.
2. Konsep Nikah Lintas Agama dalam al-Qur’an, oleh Dede Setiawan.
Jurusan Tafsir Hadis pada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Syarif
11
Hidayatullah Jakarta, 2005. Skripsi ini lebih menekankan kepada isi
tafsiran al-Qur’an dan argumen ulama tafsir.
3. Pernikahan Beda Agama Menurut Islam dan Katholik, oleh Abdi Pujiasih.
Jurusan Perbandingan Agama pada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008. Skripsi ini lebih kepada penafsiran yang
palig kontemporer yang menjelaskan bahwa pernikahan beda agama
adalah sesuatu yang tidak terlarang sebagai sikap toleransi antar umat
beragama.
4. Pernikahan Beda Keyakinan (Analisis Penafsiran al-Maraghi atas QS. al-
Baqarah: 221 dan QS. al-Maidah; 5), oleh Dedi Irawan. Jurusan Tafsir
Hadis pada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2011. Skripsi ini lebih menekankan kepada penafsiran al-Maraghi.
5. Pernikahan Lintas Agama dalam Perspektif Islam Sunni dan Kristen
Protestan, oleh Halimatus Sya’diah. Jurusan Perbandingan Agama pada
Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013.
Skripsi ini lebih cenderung menjelaskan argumen dari tokoh agama yang
berbeda.
6. Perkawinan BedaAgama Implikasinya terhadap Keberagaman Anak, oleh
Daliman. CAS. Jurusan Pendidikan Agama Islam pada Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013. Skripsi ini
lebih cenderung menjelaskan dampak dari berbagai aspek akibat
perkawinan beda agama.
7. Analisis Yuridis Perkawinan Beda Agama di Indonesia setelah Berlakunya
Undang-undang Administrasi Kependudukan Nomor 23 Tahun 26, oleh
12
Ainur Rahman. Jurusan Studi Peradilan Agama pada Fakultas Syariah dan
Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014. Skripsi ini lebih
menekankan kepada hukum undang-undang perkawinan di Indonesia.
8. Analisa Wacana Percintaan Beda Agama dalam Film Cinta tapi Beda, oleh
Zakiyah al-Wahdah. Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam pada
Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
2014. Isi skripsi ini lebih pada toleransi keberagamaan.
Berdasarkan tinjauan karya-karya ilmiah di atas, maka apa yang akan saya
teliti bukan merupakan pengulangan dengan tema yang sama. Karena saya secara
khusus membahas tentang Kualitas Hadis Nikah Beda Agama yang terjadi pada
Zainab binti Nabi Muhammad dalam kitab Muṣannaf ‘Abd al-Razzāq apakah bisa
dijadikan hujjah atau tidak dalam kehidupan masa kini.
E. Metodologi Penelitian
1. Pengumpulan Data
Metode penulisan skripsi ini merupakan penelitian kualitatif. Jenis
penelitian ini menggunakan studi pustaka (library research) yaitu menghimpun
buku atau tulisan yang ada hubungannya dengan tema skripsi.13 Maka saya
menggunakan metode kritik sanad dan matan hadis yaitu menentukan sumber asli
hadis yang diriwayatkan beserta sanadnya, kemudian menjelaskan nilai hadis
tersebut.
2. Sumber Data
Sumber-sumber yang digunakan adalah sumber primer dan sekunder.
Sumber data primer penelitian ini adalah hadis yang berkaitan dengan nikah beda
13Hadari Nawawi. Metode Penelitian Bidang Sosial.(Jakarta: Gajah Mada University Press.
1991). h. 24
13
agama yang terdapat dalam kitab al-Muṣannaf ʻAbd al-Razzāq karya Abu Bakar
ʻAbd al-Razzāq ibn Hammām al-Ṣanʻānī dan sumber data skundernya adalah dari
kitab lain yaitu Sunan Abū Dawūd, Sunan Ibn Mājah, al-Mu’jām al-Kabīr, dan
buku-buku serta tulian-tulisan yang ada hubungannya dengan skripsi ini.
3. Analisis Data
Menganalisis data tersebut saya menggunakan metode takhrij, untuk
menelusuri hadis di kitab lain yang menjadi sumber asli dari hadis yang
bersangkutan yang di dalamnya sumber itu ditemukan secara lengkap matan dan
sanad hadis yang bersangkutan.14
Teknik penulisan saya mengacu kepada Pedoman Akademik Program
Strata 1 2013/2014 UIN Syarif Hidayatullah.15 Dan menggunakan pedoman
translitrasi Romanisasi Standar Bahasa Arab (Romanization of Arabic) yang
pertama kali diterbitkan tahun 1991 dan Library Congress (LC).
F. Sistematika Penulisan
Keserasian pembahasan dan untuk mempermudah analisa materi dalam
penulisan skripsi ini, maka berikut ini saya gambarkan sistematika penulisannya.
Secara garis besar, skripsi ini terdiri dari lima bab, masing-masing bab memiliki
sub-sub bab. Sebuah bab pendahuluan, empat bab pembahasan materi dan sebuah
bab penutup.
Bab pertama, permasalahan pokok yang dirinci ke dalam sub bab masalah
didahulukan dengan menguraikan sebelumnya beberapa aspek yang menjadi latar
belakang. Aspek-aspek tersebut memuat beberapa pandangan yang menganggap
bahwa berdasarkan terjemahan riwayat hadis, tidak bisa disangkal bahwa pada
14Abduh al-Manar. Studi Ilmu Hadis. (Jakarta: Pustaka Setia. 2006). h. 26. 15Tim Penyusun, Pedoman Akademik Strata 1 2013/2014 UIN Syarif Hidayatullah (Jakarta:
UIN Syarif Hidayatullah, 2013).
14
masa Rasulullah nikah beda agama sudah terjadi. Dengan demikian perlu adanya
klarifikasi melalui takhrij, penelitian sanad dan matan hadis. Sebelum memasuki
pembahasan, terlebih dahulu diberikan identifikasi, rumusan dan batasan masalah.
Selanjutnya disebutkan pula hasil penelitian yang sudah ada dengan penelitian
dalam bentuk tinjauan pustaka. Sebagai penegasan terhadap titik tekan yang akan
dibangun dalam skripsi ini dipandang perlu untuk mengemukakan metodologi
penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab kedua, mengenai Pengarang Kitab al-Muṣannaf ʻAbd al-Razzāq berisi
tentang biografi dan gambaran seputar kitab al-Muṣannaf ʻAbd al-Razzāq.
Bab ketiga, mengenai Penelitian Sanad Hadis Nikah Beda Agama berisi
tentang teks hadis dan terjemah, kriteria keshahihan sanad hadis, kegiatan takhrij
hadis, i’tibar dan Skema sanad.
Bab keempat, mengenai Penelitian Matan Hadis tentang Nikah Beda
Agama yang terdiri dari meniliti matan dengan kualitas sanad hadis, meniliti
matan yang semakna, meneliti kandungan matan hadis, dan pendapat ulama hadis
terhadap makna hadis.
Bab kelima merupakan penutup berisi kesimpulan dari hasil kajian secara
keseluruhan skripsi ini sebagai jawaban dari pertanyaan mendasar yang
dikemukakan rumusan masalah pada bab satu. Setelah itu disusul saran-saran
yang berkaitan dari seluruh skripsi ini.
15
BAB II
PENGARANG KITAB AL-MUṢANNAF ʻABD AL-RAZZᾹQ
A. Biografi ʻAbd al-Razzāq
ʻAbd al-Razzāq yang memiliki nama lengkap al-Ḥāfiẓ al-Kabīr Abī Bakr
‘Abd al-Razzāq ibn Hammām al-Ṣanʻānī (W. 211 H). Ia dilahirkan di daerah Sanʻan
pada tahun 126 H/744 M. Ia dibesarkan di Yaman dan pernah mengenyam
pendidikan di Yaman, ia pernah berkelana dalam rangka mengumpulkan hadis sambil
berdagang di mulai dari kawasan Hijaz, Syam, hingga kawasan Baghdad dan Irak.1
Guru-guru ‘Abd al-Razzāq sebagaimana disebutkan Ibn Ḥajar al-Athqalani
yaitu: Ayahnya, Pamannya, Ma’mar, Wahb ʻUbaydillah ibn ʻUmar al-ʻAmrī,
saudaranya ʻAbdullah ibn ʻUmar al-ʻAmrī, Aiman ibn Nābil al-Makī, Ikrimah ibn
ʻImār, Ibn Juraij, al- Auzaʻī, Mālik, al-Sufyan, Zakariyā ibn ishaq al-Mākī, Ja’far ibn
Sulaimān, Yūnus ibn Salīm al-Ṣanʻānī, Ibnu Ruwad, Israīl, dan Ismaʻīl ibn ʻIyās.
Murid-murid dari ‘Abd al-Razzāq antara lain:
Sufyan ibn ʻUyainah, Ma’mar ibn Sulaiman, Abū Usāmah, Aḥmad ibn Ḥanbal, Ibnu
Rāhuwaih, Yaḥyā ibn Maʻīn, ʻAlī ibn al-Madyanī, Isḥāq al-Kūsaj, Muḥammad ibn
Yaḥyā, Muḥammad ibn Rāfi’, ʻAbd ibn Ḥamīd, Yaḥyā ibn Ja’far al-Baikindī dan
Yaḥyā ibn Mūsā.2
1Ibrahim Su’ud Ajjin, Manhaj al-Ḥafiẓ ‘Abd al-Razzāq fi Muṣannifihi, (Kairo: Maktabah
Islamiyah, t.th), Cet. I, h. 8. 2Jamal al-Dīn Abī al-Ḥajjaj Yūsuf al-Mizzī, Tahdhīb al-Kamāl fi Asmā‘i al-Rijāl, (Bairut; Dar
al-Fikr, t.th), jilid. 11, h. 447-454.
16
Ulama-ulama yang memberikan penilaian positif terhadap pribadi ‘Abd al-
Razzāq, antara lain:
a. Menurut Ibn Hājar ia adalah حافظ ثقة. الحفاظ األعالم األئمة
b. Menurut al-Daruquṭnī ia adalah ثقة
c. Menurut al-Bukhārī: أصح فهو كتابه من الرزاق عبد عنه حدث ما
d. Menurut Abū Zur’ah al-Dimsyaqy dari Aḥmad bin Ḥanbal bahwa ‘Abd al-Razzāq
adalah حديث يحفظ bahkan terkadang dikatakan ثقة
e. Menurut Siyar bin Hatim sebagai berikut:
فقد شيعي، أنه على بها يستدل التي رواها التي والروايات التشيع من فيه ذكر والذي به، بأس ال أنه وأرجو
عنه، الراوي من فيه البالء فلعل منكر، فيه كان وما بالمنكرة، ليست وأحاديثه الشيخين، فضل في أيضا روى
حديثه يقل أن يجب ممن عندي وهو
f. Menurut Abū Aḥmad, ‘Abd al-Razzāq banyak meriwayatkan hadis, Abū Aḥmad
mengatakan:
.بالمنكرة ليست وأحاديثه, به بأس ال, الرقائق جمع, بالتشيع معروف, الحديث حسن, صالح حديث
g. Menurut Ya’qūb bin Syaibah, ‘Ali bin al-Madiniy, Hisyam bin Yusuf:
.ثبت ثقة, وأحفظنا أعلمنا الرزاق عبد كان
Biografi dan komentar dari beberapa ulama di atas, maka dapat disimpulkan:
Pertama, ‘Abd al-Razzāq adalah seorang periwayat yang thiqah3 (adil dan ḍabit).
Adapun tingkatan ‘adilnya ‘Abd al-Razzāq berdasarkan kriteria yang dibangun Ḥajjāj
al-Khātib sangat bervariasi, yakni masuk dalam tingkatan ta‘dil ketiga, kelima, dan
3Thiqah adalah perawi Hadis yang berstatus ‘adil dan ḍabit. ‘Adil adalah orang yang lurus
agamanya, baik budi pekertinya dan bebas dari kefasikan dan hal-hal yang menjatuhkan
keperwiraannya. Adapun Ḍobit adalah orang yang benar-benar sadar ketika menerima hadis dan
paham ketika mendengar dan menghafal saat menerima hingga menyampaikannya. Lihat Muhammad
‘Ajjaj al- Khatib, Ushul al-Hadis Pokok-pokok Ilmu Hadis, Penerjemah Qadirun Nur dan Ahmad
Musyafiq (Jakarta: Gaya Media Pertama, 1998), cet. I, h. 276.
17
kee-nam. Ke’adilan ‘Abd al-Razzāq pada tingkatan ketiga tampak dari komentarnya
Ibnu Ḥājar, Abū Zur’ah al-Dimshaqy, Ya‘qūb ibn Shaibah, ‘Alī ibn al-Madiniy, dan
Hisham ibn Yūsuf. Komentar Abū Aḥmad masuk dalam kriteria tingkatan ta’dil
kelima. Sementara itu, tingkatan ta’dil keenam tampak dari komentar yang diberikan
oleh Siyar bin Hātim, dan Abū Aḥmad.
Kedua, ‘Abd al-Razzāq (126-211 H) adalah seorang ta-bi’in. Hal ini
berdasarkan pendapat mayoritas ulama yang menyatakan bahwa akhir masa tabi’in
adalah tahun 150 H dan akhir masa tabi’ al-tabi’in adalah tahun 220 H.4
B. Gambaran Kitab Muṣannaf ʻAbd al-Razzāq
Ditinjau dari segi jenis kitab-kitab hadis, kitab ini termasuk kitab hadis yang
disusun berdasarkan bab fiqh. Hal ini dapat dilihat dari tehnik penyusunannya yang
khas, yakni mengumpulkan hadis-hadis yang memiliki tema serupa. Metode
penyusunan kitab-kitab hadis sangat beragam. Para mukharij memiliki metode
sendiri-sendiri dalam penyusunan sistematika dan penempatan topik masalah,
kegiatan penulisan hadis yang dilakukan para ulama terdahulu lebih terkonsentrasikan
pada penghimpunan hadis dan tidak pada metode penyusunannya.5
Kitab al-Muṣannaf karya ‘Abd al-Razzāq ini jika dilihat dari namanya, maka
kitab ini menggunakan metode al-Musannaf. Kata al-Muṣannaf meskipun secara
bahasa bermakna sesuatu yang disusun, namun secara istilah kata al-Muṣannaf adalah
atau the same thing (sama) dengan istilah muwaṭa’ yakni sebuah metode نفس
4Jamal al-Dīn Abī al-Ḥajjaj Yūsuf al-Mizzī, Tahdhīb al-Kamāl fi Asmā‘i al-Rijāl, (Bairut; Dar al-Fikr,
t.th), jilid. 11. 5Ibrahim Su’ud Ajjin, Manhaj al-Ḥafiẓ ‘Abd al-Razzāq fi Muṣannifihi, (Kairo: Maktabah
Islamiyah, t.th), Cet. I.
18
pembukuan hadis berdasarkan klasifikasi hukum Islam atau bab-bab fiqh ( فقهية ابواب )
di mana di dalamnya mencakup hadis mauquf6, hadis maqtu’7 yang disatukan dengan
hadis marfu’8, yang oleh ulama mutaqaddimin disebut dengan al-Aṣnaf.9
Contoh salah satu hadis yang menggunakan metode ini yaitu kitab Muṣannaf
karya Imam ‘Abd al-Razzāq. Secara eksplisit tidak ada pernyataan yang tegas
tentang metode yang dipakai oleh beliau dalam menghimpun kitabnya, namun secara
implisit dengan melihat paparan beliau dalam kitabnya dapat diketahui bahwa metode
yang ia gunakan adalah metode muṣannaf. Disamping itu, Imam ‘Abd al-Razzāq juga
menggunakan tahapan-tahapan penyeleksian terhadap hadis-hadis yang disandarkan
kepada nabi, kepada sahabat atau fatwa sahabat, fatwa tabi’in, ijma’ ahli Madinah,
dan pendapat beliau sendiri.
Kitab hadis yang menggunakan metode Muṣannaf muncul pada pertengahan
abad pertama dan tersebar luas pada pertengahan abad ke-2 H. Kitab Muṣannaf ‘Abd
al-Razzāq sudah dipublikasikan sejak tahun 1972 sebanyak 11 volume, yang
disajikan oleh Ḥabīb al-Raḥmān al-A’ẓami, dan diterbitkan oleh Majelis al-Ilmi,
Bairut. Kitab al-Muṣannaf ‘Abd al-Razzāq ini memuat sebanyak 21033 hadis.
Kitab al-Muṣannaf ‘Abd al-Razzāq mempunyai kriteria sebagai berikut:
1) Al-Muṣannaf ‘Abd al-Razzāq ini merupakan salah satu kitab yang mewakili dari
banyak kitab-kitab hadis tertua pada abad kedua hijriah.
6Hadis Mauquf yaitu perkataan atau perbuatan yang hanya disandarkan sampai kepada
sahabat saja, baik sanadnya bersambung ataupun terputus. 7Hadis Maqṭu‘ yaitu perkataan atau perbuatan yang berasal dari seorang Ṭabi‘i serta
dimauqufkan kepadanya baik sanadnya bersambung ataupun terputus. 8Hadis Marfu‘ yaitu perkataan, perbuatan atau ikrar sahabat ataupun yang lainnya yang
disandarkan kepada Nabi Muhammad, baik sanadnya bersambung ataupun terputus. 9M. Hasbi al-Ṣiddiqiy, Sejarah Pengantar Ilmu Hadis (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2001),
h. 194.
19
2) Al-Muṣannaf ‘Abd al-Razzāq tidak terpengaruh oleh mazhab al-Syafi’i, karena di
dalamnya masih murni mengandung materi-materi dari qaul Nabi, qaul Sahabat
dan qaul Tabi’in.
3) Muṣannaf ‘Abd al-Razzāq adalah kitab yang memuat informasi yang cukup
mewakili perkembangan hukum Islam di Makkah.
4) Muṣannaf ‘Abd al-Razzāq adalah kitab yang lebih tua dan lebih tebal
dibandingkan dengan kitab muṣannaf-muṣannaf yang lain.10
Al-Muṣannaf ‘Abd al-Razzāq ini pernah diteliti oleh sarjana Barat, bernama
Motzki. Menurutnya, edisi karya ini memuat penggabungan riwayat, tetapi 90%
materinya kembali pada Isḥaq ibn Ibrāhīm al-Dabari. Dan menurutnya, Muṣannaf ini
menggunakan metode pendekatan hiostoris tradisi. Dengan menguatkan bahwa ‘Abd
al-Razzāq benar-benar menyampaikan atau tidak memalsukan hadisnya dari empat
informan utamanya, yaitu Ma’mar, Ibnu Juraij, al-Tsauri dan ‘Uyainah.11
10M. Hasbi al-Ṣiddiqiy, Sejarah Pengantar Ilmu Hadis (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2001) 11Phil. H. Kamarudin, Metode Kritik Hadis, (Yogjakarta: Mizan), h. 129.
20
BAB III
PENELITIAN SANAD HADIS TENTANG NIKAH BEDA AGAMA
A. Teks Hadis dan Terjemah
الن بيص،عنابنشهاب،قال:عنابنج ريج،عنرج ل زاقر العبد بنت ل ىالل أسلمتزي نب
وسل م أب والعاصبن عليه األ ول،وزوج ها فالجرة وسل م صل ىالل عليه الن بي ،وهاجرتب عد
ةم شرك،ث شهدأب والعاصبدرام شركا،فأ سرف فدى،وك وسرا،انم الر بيعبنعبدالع ز ىبك
ةماشاءالل ،ث خرجإلث شهدأ ح داأيضام شركا،ف رجععنأ ح دإلمك ة،ث مكثبك
علىالن بيص، الش امتجرا عليهوسل مفأسره بطريقالش امن فرمناألنصار،فدخلتزي نب ل ىالل
أب ؟قالت:أجرت ري عليهمأدنه م،قال:وماذاكيزي نب الم سلمنيي العاص،ف قالت:إن
زجوارامرأةب عدها،ث أسلمفكانعلىنكاحه جوارك،ث لي ما،وكان،ف قال:قدأجزت
عليهوسل مبنيظهرانذلك،فذكرذل خطب هاإلالن بيصل ىالل عليهوسل مكالن بصل ىالل ع مر
ف قالت:أب ، لا ،فإنرأيتأن،والعاصيرس ولالل كاننعمالصيهر قدعلمت،وقد حيث
صل ىالل عليهوسل مع الل تظره ،فسكترس ول الارثت ن ندذلك،قال:وأسلمأب وس فيانبن
صل ىالل عليهوسل مللفتح،ف قدمعل انةاب نةأببنعبدالم ط لببلر وحاءمقفلرس ولالل ىج
لساعلىنكاحهما،وأسلممرمة بن ن وفل،وأب وس فيانبن حربطالبم شركة،فأسلمت,فج
قدم وا ث ، الظ هران بري حزام بن وحكيم ، م شركات نسائهم ،على على،فأسلمن فجلس وا
أ ختعبدالر حنبنعوف،وامرأة حكيمزي نب،رمةشفااب نةعوفمنكاحهم،وكانتامرأة
شهاب:وكانعند بةبنربيعة،قالابن صفوانبنبنتالعو ام،وامرأة أبس فيانهنداب نةع ت
21
فأسلمتأيضامععاتكةب عدالفتح،ث أسلم،منة اب نة أبس فيانآ،عاتكةاب نةالوليدمعأ مي ة
1.صفوان ب عدماقامعليهما
‘Abd al-Razzāq, dari Ibnu Juraij, dari seorang laki-laki, dari Ibnu Shihāb,
berkata: “Telah masuk Islam Zainab putri Nabi Saw, Zainab hijrah sesudah Nabi
Saw hijrah yang pertama, dan suaminya Abū al- ‘Āṣ ibn al- Rabīʻ ibn ‘Abd al-
‘Uzzā masih musyrik berada di Makkah, kemudian Abū al-‘Āṣ yang masih dalam
keadaan musyrik berada di(dalam barisan) perang badar, kemudian Abū al-‘Āṣ
tertangkap, lalu di tawan, kemudian ditebus, kemudian ia juga berada di(dalam
barisan) perang uhud masih dalam keadaan musyrik, kemudian ia kembali dari
perang uhud ke Makkah, kemudian atas kehendak Allah menetap di Makkah, lalu
ia keluar ke Sham untuk berniaga, kemudian ia tertangkap di perjalanan menuju
Sham oleh kaum Anṣar, maka Zainab menemui Nabi Saw, lalu Zainab berkata:
“Sesungguhnya orang-orang Muslim menyelamatkan orang-orang yang lebih
lemah”, Nabi menjawab, dan apakah seperti itu wahai Zainab?, Zainab berkata:
“Saya melindungi Abū al-‘Āṣ, kemudian Nabi menjawab: “Saya mengizinkan
perlindunganmu, kemudian Nabi tidak memperkenankan perlindungan
perempuan setelahnya, kemudian ia masuk Islam, lalu diakuinya pernikahan
mereka yang dahulu, adapun ‘Umar melamarnya kepada Nabi Saw di hadapanku
saat itu, kemudian Nabi Saw menjelaskan kepada Zainab, Zainab berkata:
Sekiranya sungguh engkau mengetahui tentang Abū al-‘Āṣ wahai Rasulullah !
sesungguhnya ia sebaik-baik kerabat, maka apa yang engkau lihat bahwa itulah
ia yang sedang engkau lihat, kemudian Rasulullah Saw terdiam saat itu, Ibnu
Shihāb berkata: Abū Sufyān ibn Ḥārith ibn ‘Abd al-Muṭṭallib masuk Islam di
Rauḥā’ tempat penutupan saat Fatḥu al-Makkah, kemudian ia mendatangi
Jumānah putri Abī Ṭālib yang musyrik, kemudian ia masuk Islam, lalu keduanya
tetap dalam pernikahan mereka yang lalu, kemudian setelah Makhramah ibn
Naufal, Abū Sufyān ibn Ḥarb, Ḥakīm ibn Ḥizām masuk Islam di daerah Marra
Ẓahrāni, kemudian mereka mendatangi isteri mereka yang musyrik, kemudian
isteri mereka masuk Islam, maka mereka tetap atas pernikahan mereka, adapun
1Al-Ḥāfiẓ al-Kabīr Abī Bakr ‘Abd al-Razzāq ibn Hammām al-Ṣan’ānī, al-Muṣannaf,
(Bairut: Majlis Ilmi t.th.), jilid.7, h.171-172.
22
isteri Makhramah yaitu Shafā putri dari ‘Auf, saudara ‘Abd al-Raḥman ibn ‘Auf,
dan isteri Ḥakīm yaitu Zainab putri dari al-‘Awām, isteri Abī Sufyān yaitu Hindun
putri dari ‘Utbah ibn Rabī‘ah, Ibn Shihāb berkata: pada saat Ṣafwān ibn
Umayyah bersama ‘Ātikah putri dari al-Walīd, isteri lainnya Āminah yaitu putri
dari Abī Sufyān. Kemudian Āminah masuk Islam bersama ‘Ātikah sesudah Fatḥu
al- Makkah. Kemudian Ṣafwān masuk Islam sesudah keduanya melaksanakan
Islam.
B. Kriteria Keṣaḥiḥan Hadis
Sanad2 hadis dapat dikatan ṣaḥīḥ jika telah sepenuhnya memenuhi standar
kriteria keṣaḥīḥan sanad hadis yang telah ditetapkan. Dalam hal ini Ibnu Ṣalaḥ
telah menetapkan empat standar keṣaḥīḥan sanad hadis3, yaitu:
1. Sanad hadis bersambung, yaitu setiap periwayat dalam hadis menerima riwayat
hadis dari periwayat terdekat sebelumnya, berlangsung sampai akhir sanad dari
hadis tertentu. Sehingga seluruh rangkaian sanad mulai dari periwayat yang
disandari oleh mukharrij4 sampai pada Rasulullah Saw bersambung
periwayatannya.5
2. Diriwayatkan oleh para perawi yang thiqat6 (‘adil dan ḍabit).
3. Tidak mengandung syadz, yaitu penyimpangan oleh perawi thiqat terhadap orang
yang lebih kuat darinya.
2Sanad menurut bahasa adalah sesuatu yang dipegangi (al-Mu’tamad). Disebut demikian,
karena matan bersandar dan berpegang pada sanad. Sedangkan menurut istilah adalah rangkaian
para perawi yang menghubungkan pada matan. Lihat Maḥmud Ṭahan, Metode Takhrij dan
Penelitian Sanad Hadis, Penerjemah Ridwan Naṣir, (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1995), cet. I, h. 98. 3Muhammad ‘Ajjaj al- Khatib, Ushul al-Hadis Pokok-pokok Ilmu Hadis, Penerjemah
Qadirun Nur dan Ahmad Musyafiq (Jakarta: Gaya Media Pertama, 1998), cet. I, h. 276-277. 4Mukharij adalah orang yang menghimpun riwayat hadis dalam karya tulisnya. 5M. Syuhudi Ismail, Kaidah Kesahihan Sanad Hadis Telaah Kritis dan Tinjauan dengan
Pendekatan Ilmu Sejarah (Jakarta: Bulan Bintang, 2005), cet. 3, h. 131. 6Thiqah adalah perawi Hadis yang berstatus adil dan dabit. ‘Adil adalah orang yang lurus
agamanya, baik budi pekertinya dan bebas dari kefasikan dan hal-hal yang menjatuhkan
keperwiraannya. Adapun Ḍobit adalah orang yang benar-benar sadar ketika menerima hadis dan
paham ketika mendengar serta menghafal saat menerima hingga menyampaikannya. Lihat
Muhammad ‘Ajjaj al- Khatib, Ushul al-Hadis Pokok-pokok Ilmu Hadis, Penerjemah Qadirun Nur
dan Ahmad Musyafiq (Jakarta: Gaya Media Pertama, 1998), cet. I, h. 276.
23
4. Tidak mengandung ‘illat yaitu seperti memursalkan yang mauṣūl, memuttaṣilkan
yang munqaṭi’, ataupun memarfū’kan yang mauquf.
C. Takhrīj Hadis
Mengetahui tentang takhrīj7, kaidah dan metodenya adalah sesuatu yang
sangat penting bagi orang yang mempelajari ilmu-ilmu syar’i, agar mampu
melacak suatu hadis sampai pada sumber aslinya.8 Maka untuk mengetahui hal
tersebut, dalam kegiatan takhrīj hadis ini saya mencoba menelusuri dengan tiga
metode dengan menggunakan lima kitab kamus yaitu, metode takhrīj melalui
lafaẓ matan dengan menggunakan satu kitab kamus yaitu al-Muʻjam al-Mufahras
li Alfaẓ al-Ḥadīth. Metode takhrīj melalui awal matan dengan menggunakan tiga
kitab yaitu Mausūah Aṭrāf al-Ḥadīth, Tuḥfatu al-Ashrāf bi Maʻrifati al-Aṭrāf, dan
al-Mu’jam al-Kabīr. Metode takhrīj melalui tema hadis dengan menggunakan
satu kitab Kanzu al-‘Ummāl fi Sunan al-Aqwāl wa al-Afʻāl. Dilihat dari redaksi
matan di atas, maka penelusurannya sebagai berikut:
1. Metode takhrīj melalui lafaẓ yang ada pada matan, dalam metode ini saya
menggunakan kitab kamus al-Muʻjam al-Mufahras li Alfaẓ al-Ḥadīth. Setelah
ditelusuri lafaẓ-lafaẓ yang ada dalam matan hadis tersebut pada kitab kamus
Muʻjam al-Mufahras li Alfaẓ al-Ḥadīth, mulai dari lafaẓ:
شرك -زوج -هاجرت-زينب -أسلمت- دا-ففدى-بدرا-شهد–م -تاجرا–خرج–رجع-أ خ
saya tidak menemukan hadis yang sedang diteliti dalam skripsi ini.
7Kata takhrij menurut bahasa adalah kumpulan dua perkara yang saling berlawanan
dalam satu masalah. Sedangkan takhrij menurut istilah adalah menunjukkan tempat hadis pada
sumber-sumber aslinya, dimana hadis tersebut telah diriwayatkan lengkap dengan sanadnya,
kemudian menjelaskan derajatnya jika diperlukan. Menunjukkan tempat hadis, berarti
menunjukkan kitab-kitab tempat hadis tersebut, misalnya perkataan أخرج البخارى فى صحيحه maksudnya al-Bukhari telah mentakhrij dalam kitab ṣaḥīhnya. Lebih lanjut lihat: Mahmud al-
Thahhan, Metode Takhrij dan Penelitian Sanad Hadis, Penerjemah Ridlwan Nasir (Surabaya: PT.
Bina Ilmu, 1995), cet. I, h. 1-5. 8Mahmud al-Thahhan, Metode Takhrij dan Penelitian Sanad Hadis, Penerjemah Ridlwan
Nasir (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1995), cet. I, h. 7.
24
2. Metode takhrīj melalui awal matan yang saya telusuri dalam kitab kamus al-
Mu’jam al-Kabīr yaitu زينب أسلمت , hadis tersebut terdapat pada bab yaitu العاصابو
هللارسولصهر , data yang dipeoleh sebagai berikut:
)٤٥٤ (، م م د بن إب راهيم عن ، الر ز اق عبد عن ، إب راهيم بن إسحاق ث نا بنحد داو د عن
صل ىالل علي،ال صني الن بي بنت زي نب أسلمت : قال ، عب اس ابن عن ، عكرمة وسل معن ه
االن بصل ىالل الر بيعم شرك،ث أسلمب عدذلك،فأق ر ه عليهوسل معلىوزوج هاأب والعاصبن
9.نكاحهما
املصنف)-٤٥٤ أحد)۱۱٥٧٥ورواه ورواه وأبوداود)۲۳٦٦و۱٨٧٦( والرتمذي۲۲۲۳( )
(.۱۲٦٤٤(وعبدالرزاق)٧/۱٨٧(والبيهقي)۲۰۰۹(وابنماجه)۱۱٥۲)
إب راهيم) ٤٥٦( بن ث ناإسحاق عنالج اجبنأرطأةعنعمعبد عنحد روبنالر ز اقعنح يد
أبيه قال: عن ش عيبعن بنعمرو ق بلعبدالل وسل م صل ىالل عليه اب نةالن بي أسلمتزي نب
عليهوسل مبنكاحجديد أسلم،ف رد هاالن بصل ىالل .10زوجهاأبالعاصبسنة،ث
هذاوقال(۱۱٥۱)والرتمذي (۲۱۰۹(وسعيدبنمنصور)۱۲٦٤٨)الرزاقوعبدرواه-٤٥٦
ابوعبيدليسمعمن لق ضعيف (وحجاجبنارطأة۲۰۱۰)ماجهوابن.مقالاسنادهفحديث
ورواه العلم. أهل من جاعة ضعفه ولذا ضعيف وهو العرزمي عن حله وامنا شعيب، بن عمرو
(٧/۱٨٨)البيهقي
Petunjuk di atas dapat disimpulkan bahwa hadis yang sedang diteliti
dalam skripsi ini terdapat di dalam beberapa kitab yaitu: Di riwayatkan oleh al-
9Al-Ḥāfiẓ Abī Qāsim Sulaimān ibn Aḥmad al-Ṭabrānī, al-Mu’jām al-Kabīr, (Kairo:
Maktabah ibn al-Taimiyah, 260H-360H), Juz. 19, h.202. 10Al-Ḥāfiẓ Abī Qāsim Sulaimān ibn Aḥmad al-Ṭabrānī, al-Mu’jām al-Kabīr, (Kairo:
Maktabah ibn al-Taimiyah, t.th), Juz. 19, h.202-203.
25
Muṣannif (al-Mu’jām al-Kabīr) hadis ke 11575, Imam Aḥmad hadis ke 2366 dan
1876, Imam Abū Dāwud hadis ke 2223, Imam Tirmidzī hadis ke 1152, Imam Ibnu
Mājah hadis ke 2009, Imam Baihaqī hadis ke 187, juz 7, dan di kitab ‘Abd al-
Razzāq hadis 12644.
Diriwayatkan lagi dalam kitab ‘Abd al-Razzāq hadis ke 12648, Imam
Sa’id ibn Manṣūr hadis ke 2109, Imam Tirmidhī hadis ke 1151, Imam Ibnu Mājah
hadis ke 2010, dan di dalam kitab Imam Baihaqī hadis ke 188 juz 7.
Hadisi-hadis tersebut sebagai berikut:
a. Al-Muṣannif (al-Mu’jām al-Kabīr) hadis ke 11575:
أحدبنحنبلثناممدبنسلمةعنممدبنإسحاق11حدثناممدبنعبدهللاالضرميثنا
ردرسولهللاصلىهللاعليهوسلمزينبابنتهعنداودبنالصنيعنعكرمةعنابنعباسقال
12.علىزوجهابنكاحهااألولولحيدثشيئا
“Telah menceritakan kepada kami Muḥammad ibn ‘Abdullah al-Ḥuḍrimī,
telah menceritakan kepadaku Aḥmad ibn Hanbal, telah nenceritakan Muḥammad
ibn Salamah dari Muḥammad ibn Isḥāq dari Dāwud ibn Ḥuṣain dari ‘Ikrimah
dari Ibnu ‘Abbās berkata Rasulullah Saw mengembalikan Zainab putrinya
kepada suaminya dengan nikahnya yang pertama dan tidak ada sesuatu yang
diperbaharui”.
b. Imam Aḥmad hadis ke 1876 dan 2366:
سلمة- ١٨٧٦ بن م م د ث نا حد أىب، حدثين هللا، عبد حدثنا إسحاق، ابن بن،عن داو د عن
صل ىالل عليهوسل مزي نبرد :قالرضيهللاعنهعنابنعب اس،عكرمةعن،ح صني الل رس ول
ئا علىزوجهاأبالعاصبنالر بيعبلنيكاحاألو لولحي دثشي 13.اب ن ته
.حدثنا singkatan dari ثنا1112Al-Ḥāfiẓ Abī Qāsim Sulaimān ibn Aḥmad al-Ṭabrānī, al-Mu’jām al-Kabīr, (Kairo:
Maktabah ibn al-Taimiyah, t.th), Juz. 11, h.228.
26
“Telah menceritakan kepada kami Abdullah, telah menceritakan kepadaku
Ayahku, telah menceritakan kepada kami Muḥammad ibn Salamah dari Ibnu
Isḥāq dari Dāwud ibn Huṣain dari ‘Ikrimah dari Ibnu ‘Abbās berkata; Rasulullah
Saw mengembalikan Zainab, putrinya kepada Abū al-‘Āṣ ibn al-Rabī’ dengan
nikah yang pertama. Beliau tidak memintanya untuk melakukan nikah baru”.
ثينداو د - ۲۳٦٦ ث ناأبعنابنإسحاققالحد حد ث ناي عق وب حدثناعبدهللا،حدثينأىب،حد
ال صني صل ىالل عليهوسل مةعنابنعب اسعنعكرم بن رس ولالل رد اب ن ته زي نبعلىأبأن
سننيعلىالنيكاحاألو لولحي دث شهادةولالعاصبنالر بيعوكانإسلم هاق بلإسلمهبستي
14صداقا.
“Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah, telah menceritakan
kepadaku Ayahku, telah menceritakan kepada kami Ya’qūb telah menceritakan
kepada kami bapakku dari Ibnu Isḥāq berkata, telah menceritakan kepadaku
Dāwud ibn al-Ḥuṣain dari ‘Ikrimah dari Ibn ‘Abbās, bahwa Rasulullah Saw
mengembalikan putrinya, yakni Zainab, kepada Abū al-‘Aṣ ibn al-Rabī’.
Keislaman Zainab adalah enam tahun sebelum keislamannya (Abū al-‘Aṣ).
(Pengembalian ini) berdasarkan pernikahan pertama, dan Rasulullah tidak
memperbaharui persaksian dan tidak pula mahar.”
c. Imam Abū Dāwud hadis ke 2223:
سلمة,ح-۰٤۲۲ بن ث نام م د حد م م دالنفيلي بن الل ث ناعبد عمرو15حد بن ث نام م د وحد
ث ناسلمة ا ك له م-ابنالفضلي عين- لر ازي,حد المعن, ث نايزيد ,حد عليي بن ث ناالسن حوحد
صل ىالل عنابنإسحق,عنداو دبنال صني,عنعكرمة,عنابنعب اس,قال: الل رد رس ول
13Abū ‘Abdullah ibn Muḥammad ibn Ḥanbal ibn Hilāl al-Shaibānī, Musnad Imam
Aḥmad ibn Ḥanbal, (Bairut: Dar al-Fikr, 1991), juz. 1, h. 467. 14Abū ‘Abdullah ibn Muḥammad ibn Ḥanbal ibn Hilāl al-Shaibānī, Musnad Imam
Aḥmad ibn Ḥanbal, (Bairut: Dar al-Fikr, 1991), juz. 1, h. 562. adalah singkatan dari Taḥawwul (beralih), menurut Muhadisin, juga Imam Nawawy ح15
bahwa rumus ح untuk satu hadis yang mempunyai dua sanad atau lebih. Jika penulis hadis telah
selesai menulis sanad pertama ditulislah rumus ح ketika beralih menulis sanad selanjutnya.
27
اب ن ت وسل م ئا,عليه شي لحي دث األو ل, علىأبالعاصبلنيكاح فه زي نب عمرو بن م م د قال
:ب عدسن تني سنني,وقالالسن بن عليي 16.حديثه:ب عدستي
“Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah ibn Muhammad al-Nufailī,
telah menceritakan kepada kami Muhammad ibn Salamah, dan telah
diriwayatkan dari jalur yang lain: Telah menceritakan kepada kami Muhammad
ibn ‘Amr al-Rāzī, telah menceritakan kepada kami Salamah yaitu Ibn al-Faḍl,
dan telah diriwayatkan dari jalur yang lain: Telah menceritakan kepada kami al-
Ḥasan ibn ‘Alī, telah menceritakan kepada kami Yazīd secara makna, mereka
semua berasal dari Ibnu Isḥaq, dari Dāwud ibn al-Ḥuṣain, dari ‘Ikrimah dari Ibn
‘Abbās, ia berkata; Rasulullah Saw mengembalikan anak perempuannya yaitu
Zainab kepada Abū al-‘Āṣ dengan pernikahan yang pertama dan beliau tidak
memperbarui sesuatupun. Muhammad ibn ‘Amr berkata dalam hadisnya; setelah
enam tahun, sedangkan al-Ḥasan ibn ‘Alī berkata; setelah dua tahun.”
Setelah saya teliti di dalam kitab Sunan Abū Dāwud, ternyata hadis
tersebut hadis ke 2240 ada di kitab talak, bab: بعدهاأسلمإذاامرأتهعليهتردمتىإلى
(Sampai kapan seorang isteri dikembalikan kepada suami jika ia masuk Islam
setelah keislaman isterinya), Kemudian saya telusuri melalui kitab ‘Aun al-
Ma’bud (Sharḥ Abū Dāwud), hadis tersebut hadis ke 2223:
بن - ۲۲۲۳ الل عبد ث نا حد الن فيلي سلمة,حخبأم م د بن م م د م و.ن ث نا عمروحد بن م د
أخبنالسن بن علييأخبنو.حي عينابنالفضل-سلمة أخبنالر ازي ك له معنابنالمعنيزيد
عنعكرمةاإسح عليهوسل م))عنابنعب اس,قال:قعنداو دبنال صني صل ىالل الل رد رس ول
ئا حي دثشي زي نبعلىأبالعاصبلنيكاحاألو ل,ل ((.اب ن ته
سننيقالم م د بن عمروف :ب عدسن تني..حديثه:ب عدستي 17وقالالسن بن عليي
16Al-Imām al-Ḥāfiẓ al-Muṣannaf al-Muttaqīn Abī Dāwud Sulaimān ibn al-‘Ashath al-
Sajastānī al-Azdā, Sunan Abī Dāwud, (Indonesia: Maktabah Daḥlan, t.th), Juz. I, h. 272.
28
d. Imam Tirmidzi hadis ke 1152:
ثينداو د بن صحيح() - ۱۱٤۳ ب كريعنم م دبنإسحققالحد بن ث ناي ون س ث ناهن ادحد حد
عنعكرمة.عنابنعب اسقال رد الن بصل ىالل عليهوسل ماب ن ته زي نبعلىأبالعاصال صني
نكاحا حي دث ول األو ل بلنيكاح سنني ستي ب عد الر بيع ليسبن حديث هذا عيسى: أب و قال .
وجههذاالديثولعل ه قدجاءهذامنقبلداو دبن منقبلح صنيبسنادهبسولكنلن عرف
18.حفظه
“Telah menceritakan kepada kami Hannad, telah menceritakan kepada
kami Yunus ibn Bukair dari Muhammad bin Ishaq berkata; telah menceritakan
kepadaku Dāwud ibn al-Ḥuṣain dari ‘Ikrimah dari Ibn ‘Abbās berkata: Nabi Saw
mengembalikan putrinya Zainab kepada suaminya Abū al-‘Āṣ ibn al-Rabī’ setelah
berlalu enam tahun dengan nikah yang pertama tanpa memperbaruinya. Abū ‘Isa
berkata; Sanad hadis ini tidak masalah, tapi tidak kami ketahui sumbernya.
Sepertinya hadis ini dari hafalan Dāwud bin Huṣain.”
Setelah saya teliti di dalam kitab Jāmi’ Imam Tirmdhī, ternyata hadis
tersebut bukan hadis ke 1152, tetapi hadis ke 1143, terdapat di dalam kitab nikah,
bab: أحاادهمايساالمالمشاارني الااجوجي فاا جااا مااا (Suami isteri musyrik, lantas satunya
masuk Islam), kemudian saya telusuri melalui kitab Tuhfatu al-Aḥwaẓī Sharḥ
Jāmi’ al-Tirmidḥī, hadis terdebut hadis ke 1152:
ث ناهن اد- ۱۱٥۲ عنم م دبنإسحققالأخبنحد ب كري بن :ي ون س ال صني ثينداو د بن حد
اب ن ته زي نبعلىأبالعاصبن)):عنابنعب اسقال،عنعكرمة وسل م صل ىالل عليه الن ب رد
17Ibnu Qayim al-Jauziyah, ‘Aunu al-Ma’bud Sharh Sunan Abī Dāwud, (al-Maktabah al-
Salafiyah, t.th), Taba’ah ke II, 1388 H/1968, Taba’ah ke III, 1399/1979 H, Jilid VI, h. 322. 18Abī ‘Īsā Muḥammad ibn Īsā ibn Saurah al-Tirmidhī, Jāmi’ al-Tirmidhī, (Bait al-Afkār
al-Dauliyah, t.th), h.202.
29
سنني،الر بيع ستي األو ل،ب عد ن.بلنيكاح حي دث بس((.كاحاول بسناده ليس حديث ،هذا
وجههذاالديث 19منقبلحفظه.،ولعل ه قدجاءهذامنقبلداو دبنح صني،ولكنلن عرف
e. Imam Ibnu Mājah hadis ke 2009: د ث ناأب وبكربن خل ث نايزيد بن هار ون:قال.وحييبن حكيمحد ،قانم م د بن إسح20أن بأ:حد
صل ىالل عليهوسل م،عنعكرمة،عنداو دبنال صني رس ولالل رد اب ن ته علىعنابنعب اسأن
.21أبالعاصبنالر بيعب عدسن تنيبنكاحهااألو ل
“Telah menceritakan kepada kami Abū Bakr ibn Khallād dan Yaḥyā ibn
Ḥakīm keduanya berkata; telah menceritakan kepada kami Yazīd ibn Hārūn
berkata, telah memberitakan kepada kami Muhammad bin Isḥāq dari Dāwud ibn
al-Ḥuṣain dari ‘Ikrimah dari Ibn ‘Abbās berkata, Rasulullah Saw mengembalikan
putrinya kepada Abū al-‘Ā ibn al-Rabī’ setelah dua tahun dari pernikahannya
yang pertama.”
f. Imam al-Baihaqī hadis ke 187 juz 7:
ث ناالب غدادىسلمانبن أحد أنبأالم زكيىالمهرانإب راهيمبنم م دبن أحد سهلأب و )أخبن(
عكرمةعنال صنيبنداو دعنإسحاقبن م م د أنبأهار ونبن يزيد ث نا الب ز از م كرمبن السن
سن تنيب عدالعاصأىبعلىاب ن ته رد وسلمعليههللاصلى الل رس ولأن عنه الل رضىعب اسابنعن
22.- يزيدعنعلىيبنالسنعنداو دأب ورواه -األو لبنكاحها
“Telah mengabarkan kepada kami Abū Sahl Aḥmad ibn Muḥammad ibn
Ibrāhīm al-Mihrānī al-Muzakkī, telah mengabarkan kepadaku Aḥmad ibn
Sulaimān al-Baghdādī, telah menceritakan kepada kami al-Ḥasan ibn Makram al-
19Imām al-Ḥāfiẓ Abī al-‘Ulā Muḥammad ‘Abd al-Raḥmān ibn ‘Abd al-Raḥīm al-
Mubārakfūrī, Tuḥfatu al-Aḥwaẓī bi Sharḥ Jāmi’ al-Tirmidhī, (Bairut-Libanon: Dār al-Kutb al-
‘ilmiyyah, 1410 H/1990), cet. I, h.249. .أخبر singkatan dari أنبأ20
21Al-Ḥāfiẓ Abī ‘Abdullah Muḥammad ibn Yazīd al-‘Arābī ibn Mājah al-Quzaini, Sunan
Ibnu Mājah, (Riyad:Darusalam al-Nasyr wa al-Tauzi’, 1999),cet. I, h.287. 22Al-Ḥāfiẓ al-Jalīl Abī Bakr Aḥmad ibn Ḥusain ibn ‘Alī al-Baihaqī, al-Sunan al-Kubrā,
(Bairut: Dar al-Fikr, 1983), juz. 7, h. 187.
30
Bazāzi, telah menceritakan Yazīd ibn Hārūn, telah mengabarkan kepadaku
Muḥammad ibn Isḥāq dari Dāwud ibn al-Ḥuṣain dari ‘Ikrimah dari Ibn ‘Abbās
r.a: bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengembalikan putrinya
kepada Abū ‘Āṣ ibn al-Rabī’ setelah dua tahun dari pernikahannya yang pertama.
Hadis Riwayat Abū Dāwud dari al-Ḥasan ibn ‘Alī dari Yazīd.”
g. Dan di dalam kitab ‘Abd al-Razzāq hadis ke 12644:
ابنعب اسقال: عن عنعكرمة بنال صني عنداو د بنم م د إب راهيم عن الر ز اق أسلمتعبد
الر بيع صل ىالل عليهوسل موزوج هاأب والعاصبن الن بي بنت ث أسلمب عد-يعينم شرك-زي نب
عليهوسل معلىنكاحهما االن بصل ىالل .23ذلك،فأق ر ه
‘Abd al-Razzāq dari Ibrāhīm ibn Muḥammad dari Dāwud ibn Ḥuṣain dari
‘Ikrimah dari Ibnu ‘Abbās berkata: Telah masuk Islam Zainab putri Nabi Saw
dan suaminya Abū al-‘Aṣ ibn Rabīʻ – yakni musyrik – kemudian sesudah itu ia
masuk Islam, lalu Nabi mengakui atas pernikahan mereka.
h. Diriwayatkan juga dalam kitab ‘Abd al-Razzāq hadis ke 12648:
عنعبدالل أبيه عنعمروبنش عيبعن عنالج اجبنأرطأة يد الر ز اقعنح بنعمروعبد
اب نةالن بيقال: أسلم،ف رد هاأسلمتزي نب عليهوسل مق بلزوجهاأبالعاصبسنة،ث صل ىالل
عليهوسل مبنكاحجديد .الن بصل ىالل
‘Abd al-Razzaq dari Ḥumaid dari al-Ḥajjāj ibn Arṭa’ah dari ‘Amr ibn
Shuʻaib dari Ayahnya dari ‘Abdullah ibn ‘Amr berkata: Telah masuk Islam
Zainab putri Nabi Saw sebelum berpisah dengan suaminya ‘Abī al-‘Āṣ, kemudian
‘Abī al-‘Āṣ masuk Islam, maka Nabi Saw mengembalikannya dengan pernikahan
yang baru.24
i. Imam Sa’id ibn Manṣūr hadis ke 2109:
23Al-Ḥāfiẓ al-Kabīr Abī Bakr ‘Abd al-Razzāq ibn Hammām al-Ṣan’ānī, al-Muṣannaf,
(Beirut: Majlis Ilmi, t.th.), jilid.7, h. 168. 24Al-Ḥāfiẓ al-Kabīr Abī Bakr ‘Abd al-Razzāq ibn Hammām al-Ṣan’ānī, al-Muṣannaf,
(Beirut: Majlis Ilmi, t.th.), jilid.7, h. 171.
31
الل رس ولشعيبعنأبيهعنجدهانأبومعاويةنحجاجعنعمروبن25ندأخبنسعي – ۹۰١۲
26.زينبابنتهعلىأبالعاصبنالربيعبنكاحأحدثهرد وسل معليهالل صل ى
“Telah mengabarkan kepada kami Sa’īd, telah mengabarkan kepada kami
Abū Mu’āwiyah, telah mengabarkan kepada kami Ḥajāj dari ‘Amr ibn Shu’aib
dari Ayahnya dari Kakeknya bahwa Rasulullah Saw mengembalikan putrinya,
Zainab kepada suaminya Abū al-Āṣ ibn Rabī’ dengan pernikahan yang barunya.”
j. Imam Tirmidhī hadis ke 1151:
ث ناأب وم عاويةعنالج اجعنعمروبنش عيبع-۱۱٤۲ ث ناأحد بن منيعوهن ادقالحد نأبيه.حد
ه صل ىالل عليهوسل مرد اب ن ته زي نبعلىأبالعاصيبعنجدي رس ولالل نالر بيعبهرجديدأن
ونكاحجديد.
علىهذا والعمل مقال أيضا الخر وفالديث مقال فإسناده حديث هذا عيسى: أب و قال
إذاأسلمتق بل الديثعندأهل المرأة زوجهاالعلمأن ةأن زوجهاث أسلمزوج هاوهيفالعد
وأحدوإس والش افعيي مالكبنأنسواألوزاعيي ةوه وق ول كانتفالعد باما 27.حاقأحق
“Telah bercerita kepada kami Aḥmad ibn Manī’ dan Hannād berkata;
Telah menceritakan kepada kami Abū Mu’āwiyah dari al-Ḥajjāj dari ‘Amr ibn
Syua’ib dari Bapaknya dari kakeknya bahwa Rasulullah Saw mengembalikan
putrinya, Zainab kepada suaminya Abū al-‘Āṣ ibn Rabī’ dengan mahar dan nikah
yang baru. Abū ‘Isā berkata: Dalam sanad hadis ini terdapat cela, begitu juga
dalam hadis yang lain. Para ulama mengamalkan hadis ini. Bahwa jika seorang
wanita masuk Islam sebelum suaminya, lantas suaminya masuk Islam dan istrinya
masih dalam masa iddah, maka suaminya lebih berhak untuk rujuk dengannya.
.أخبر singkatan dari أنبأ sama dengan نا25
26Imam al-Ḥāfiẓ Sa’īd ibn Manṣūr ibn Shu’bah al-Khurāsānī al-Makī, Sunan Sa’īd ibn
Manṣūr, (Bairut- Libanon: Dār al-Kutb al-‘Ilmiyyah), cet.2, jilid III, h.73-74. 27Abī ‘Īsā Muḥammad ibn Īsā ibn Saurah al-Tirmidhī, Jāmi’ al-Tirmidhī, (Bait al-Afkār
al-Dauliyah, t.th), h.202.
32
Ini juga merupakan pendapat Mālik ibn Anas, al-Auza’ī, Syafi’ī, Aḥmad dan
Isḥāq.”
Setelah saya teliti di dalam kitab Imam Tirmdzī, ternyata hadis tersebut
bukan hadis ke 1151, tetapi hadis ke 1142, terdapat di kitab nikah, hadis tersebut
pada bab: أحدهمايسلمالمشرني الجوجي ف جا ما (Suami isteri musyrik, lantas satunya
masuk Islam). Kemudian saya telusuri melalui kitab Tuḥfat al-Aḥwaẓī Sharḥ
Jāmi’ al-Tirmidhī, hadis tersebut hadis ke 1151:
بن -۱۱٥۱ ث ناأحد عن،عنعمروبنش عيب،أب وم عاويةعنالج اج أخبن:منيعوهن ادقالحد
ه،أبيه صل ىالل عليهوسل مرد اب ن ته زي نبعلىأبالعاصبنالر بيع،عنجدي رس ولالل بهر،أن
أن ،العلمأهلعندالديثهذاعلىوالعمل .مقالإسنادهفحديثهذا .ديدونكاحجديدج
.العد ةفكانتماباأحقزوجهاأن ،العد ةفوهيزوج هاأسلمث زوجهاق بلأسلمتإذاالمرأة
28.وإسحاقوأحدوالش افعييواألوزاعييأنسبنمالكق ول وه و
k. Imam Ibn Mājah hadis ke 2010:
ه ث ناأب وم عاويةعنحج اجعنعمروبنش عيبعنأبيهعنجدي ث ناأب وك ريبقالحد أن رس ولحد
عليهوسل مرد اب ن ته زي نبعلىأبالعاصبنالر بيعبنكاحج صل ىالل 29.ديدالل
“Telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib berkata, telah menceritakan
kepada kami Abū Mu’āwiyah dari Ḥajjāj dari ‘Amr ibn Syu’aib dari Bapaknya
dari Kakeknya berkata, Rasulullah Saw mengembalikan putrinya, Zainab kepada
Abū al-‘Āṣ ibn al-Rabī’ dengan pernikahan yang baru.”
28Imām al-Ḥāfiẓ Abī al-‘Ulā Muḥammad ‘Abd al-Raḥmān ibn ‘Abd al-Raḥīm al-
Mubārakfūrī, Tuḥfatu al-Aḥwadhī bi Sharḥ Jāmi’ al-Tirmidhī, (Bairut-Libanon: Dār al-Kutb al-
‘ilmiyyah, 1410 H/1990), cet. I, h. 248-249. 29Al-Ḥāfiẓ Abī ‘Abdullah Muḥammad ibn Yazīd al-‘Arābī ibn Mājah al-Quzaini, Sunan
Ibnu Mājah, (Riyad:Darusalam al-Nasyr wa al-Tauzi’, 1999),cet. I, h.287.
33
l. Imam Baihaqī hadis ke 188 juz 7:
دبن حي أب وي على انأنبأ)أخبن(أب وبكرأحد بن م م دبنالارثاألصب هانالفقيه أنبأأب وم م
ثمةث نايزيد بن هنبأهار ونأث ناأب وخي أن الن ب صلىالج اج عنعمروبنش عيبعنأبيهعنجدي
30.)ونكاحجديد(رد اب ن ته إلأىبالعاصبهرجديدهللاعليهوسلم
“Telah mengabarkan kepada kami Abū Bakr Aḥmad ibn Muḥammad ibn
al-Ḥārith al-Aṣbahānī al-Faqīh, telah mengabarkan kepadaku Abū Muḥammad
ibn Ḥayān, telah mengabarkan kepadaku Abū Ya’lā al-Mauṣilī, telah
menceritakan kepada kami Khaitsamah, telah menceritakan kepadaku Yazīd ibn
Hārūn, telah mengabarkan kepadaku al-Ḥajāj dari ‘Amr ibn Shu’aib dari
Ayahnya dari Kakeknya: bahwa Rasulullullah Saw mengembalikan putrinya,
Zainab kepada suaminya Abī al- ‘Āṣ dengan mahar dan nikah yang baru.”
3. Metode takhrīj melalui awal matan, saya menggunakan kitab kamus Mausūah
Aṭrāf al-Ḥadīth. Kata yang ditelesuri adalah زينب أسلمت namun saya tidak
menemukan hadis yang sedang diteliti dalam skripsi ini.
4. Metode takhrīj melalui awal matan, selain menggunakan kitab kamus Mausūah
Aṭrāf al-Ḥadīth saya juga menggunakan kitab kamus Tuḥfatu al-Ashrāf bi
Maʻrifati al-Aṭrāf. Kata yang ditelesuri adalah زينب أسلمت saya tidak menemukan
juga hadis yang sedang diteliti dalam skripsi ini.
5. Metode takhrīj melalui tema hadis, saya menggunakan satu kitab kamus yaitu
Kanzu al-‘Ummāl fi Sunan al-Aqwāl wa al-Afwʻāl, tema yang ditelusuri dalam
kitab ini adalah النب بنتزينب hadis tersebut ada pada bab النكاحاحكام dan bab نكاح
:kemudian diperoleh data sebagai berikut الكافر
30Al-Ḥāfiẓ al-Jalīl Abī Bakr Aḥmad ibn Ḥusain ibn ‘Alī al-Baihaqī, al-Sunan al-Kubrā,
(Bairut: Dar al-Fikr, 1983), juz. 7, h. 188.
34
٤٥٦٥٣ - بنت عليهوسل موزوج هاالعاصبن عنابنعب اسقال:أسلمتزي نب الن بيصل ىالل
ن على وسل م عليه الل صل ى الن ب ا فأق ر ه ، ذلك ب عد أسلم ث م شرك يعين .كاحهماالر بيع
31).)عب
الن بيصل ىالل - ٤٥٨٥١ بنت عنابنج ريجعنرج لعنابنشهابقال:أسلمتزي نب
أ األ ول،وزوج ها فالجرة وسل م صل ىالل عليه الن بي ،وهاجرتب عد وسل م ن ب والعاصبعليه
ةم شرك،ث شهدأب والعاصبدرام شركا،فأ سرف فدى،وك انم وسرا،الر بيعبنعبدالع ز ىبك
ةماشاءالل ،ث خرجإلث شهدأ ح داأيضام شركا،ف رجععنأ ح دإلمك ة،ث مكثبك
علىالن بيصل ىالل عليهوسل مالش امتجرا،فأسره بطريقالش امن فرمناألنصار،فدخلتزي نب
ري عليهمأدنه م؟قال:وما الم سلمنيي أبالعاص،ف قالت:إن ؟قالت:أجرت ذاكيزي نب
ب عدها،ث أسلم،فكانعلىنكا امرأة زجوار جوارك،ث لي أجزت حهما،،ف قال:قد
عليه خطب هاإلالن بيصل ىالل عليهوكانع مر وسل مبنيظهرانذلك،فذكرذلكالن بصل ىالل
،فإ كاننعمالصيهر قدعلمت،وقد !حيث نرأيتوسل ملا،ف قالت:أب والعاصيرس ولالل
تظره ،فسكت عليهوسل معندذلك،قال:وأسلمأب وس فيانبن الارثأنت ن صل ىالل الل رس ول
صل ىالل عليهوسل مللفتح،ف قدمعل انةاب بنعبدالم ط لببلر وحاءمقفلرس ولالل نةأبىج
ب وأب وس فيان ، ن وفل بن مرمة وأسلم ، علىنكاحهما فجلسا , فأسلمت ، م شركة ن طالب
الظ هران،ث قدم واعلىنسائهمم شركات,فأسلمن, حزامبري فجلس واعلىحرب،وحكيم بن
مزي نبنكاحهم،وكانتامرأة مرمةشفااب نةعوف,أ ختعبدالر حنبنعوف،وامرأة حكي
بةبنربيعة،قالابن شهاب:وكانعندصفوانبنبنتالعو ام،وامرأة أبس فيانهنداب نةع ت
31Al-‘Alāmah ‘Alāu al-Dīn al-Muttaqī ibn Ḥisām al-Dīn al-Hindī, Kanz al-‘Ummāl fī
Sunan al-Aqwāl wa al-Af’āl, (Bairut: Muasasah al-Risālah, 1979), jilid. 16, h. 505.
35
فتح،ث أسلمأ مي ةمععاتكةاب نةالوليد,آمنة اب نة أبس فيان,فأسلمتأيضامععاتكةب عدال
.)32)عب.صفوان ب عدماقامعليهما
Hasil dari takhrij hadis di atas, saya hanya akan meneliti hadis yang
terdapat di dalam kitab al- Muṣannaf ‘Abd al-Razzāq, karena kitab ini adalah
kitab tertua pada abad kedua hijriah, dan al-Muṣannaf ‘Abd al-Razzāq ini pernah
diteliti oleh sarjana Barat, Motzki. Menurutnya, edisi karya ini memuat
penggabungan riwayat, tetapi 90% materinya kembali pada Ishaq bin Ibrahim al-
Dabari. Menurutnya, al-Muṣannaf ini menggunakan metode pendekatan hiostoris
tradisi, dengan menguatkan bahwa ‘Abd al-Razzāq benar-benar menyampaikan
atau tidak memalsukan hadisnya dari empat informan utamanya, yaitu Ma’mar,
Ibnu Juraij, al-Tsauri dan ‘Uyainah.33 Dan menurut saya menarik untuk diteliti.
Hadis-hadis tersebut hadis tentang pernikahan Zainab binti Rasulullah
yang telah menikah dengan Abū al-‘Aṣ yang belum masuk Islam, sehingga
banyak kontroversi hadis, yang mengatakan nikahnya diulang setelah suaminya
masuk Islam, tetapi ada hadis lain yang mengatakan nikahnya tidak diulang.
Kontroversi tersebutlah yang membuat saya ingin mengetahui bagaimana kualitas
hadis tentang pernikahan beda agama yang terjadi pada putri Nabi Saw yaitu
Zainab binti Rasulullah Saw.
D. I’tibar Sanad
Kegiatan i’tibar dilakukan untuk memperlihatkan dengan jelas seluruh
jalur sanad hadis yang diteliti, demikian juga nama-nama periwayatnya, dan
metode periwayatan yang digunakan oleh masing-masing periwayat yang
32Al-‘Alāmah ‘Alāu al-Dīn al-Muttaqī ibn Ḥisām al-Dīn al-Hindī, Kanz al-‘Ummāl fī
Sunan al-Aqwāl wa al-Af’āl, (Bairut: Muasasah al-Risālah, 1979), jilid. 16, h. 550-552. 33Phil. H. Kamarudin, Metode Kritik Hadits,(Yogjakarta: Mizan), h. 129.
36
bersangkutan.34 Melakukan i’tibar sanad ini, saya hanya akan mengemukakan
sanad hadis yang terdapat dalam kitab al-Muṣannaf ‘Abd al-Razzāq.
Hadis-hadis yang terdapat dalam kitab ‘Abd al-Razzāq yang telah ditakhrij
tersebut ada 3 hadis yaitu:
Hadis Pertama
بنت الر زاقعنابنج ريجعنرج لعنابنشهابقال:أسلمتزي نب صل ىالل عبد الن بي
أ األ ول،وزوج ها فالجرة وسل م صل ىالل عليه الن بي ،وهاجرتب عد وسل م ب والعاصبن عليه
ةم شرك،ث شهدأب والعاصبد رام شركا،فأ سرف فدى،وكانم وسرا،الر بيعبنعبدالع ز ىبك
ةماشاءالل ،ث خرجإل مك ة جععنأ ح دإلث شهدأ ح داأيضام شركا،ف ر ،ث مكثبك
عليهوسل مالش امتجرا،فأسره بطريقالش امن فرمن علىالن بيصل ىالل األنصار،فدخلتزي نب
أ ؟قالت:أجرت ري عليهمأدنه م؟قال:وماذاكيزي نب الم سلمنيي بالعاص،ف قالت:إن
جوار أجزت ب عدها،ث أسلم،فكانعلىنكاحهما،،ف قال:قد امرأة زجوار ك،ث لي
عليهوسل مبنيظهرانذلك،فذكرذلكالن ب خطب هاإلالن بيصل ىالل عليهوكانع مر صل ىالل
،فإ كاننعمالصيهر قدعلمت،وقد !حيث نرأيتوسل ملا،ف قالت:أب والعاصيرس ولالل
عليهوسل معندذلك،قال:وأسلمأب صل ىالل الل تظره ،فسكترس ول وس فيانبن الارثأنت ن
صل ىالل عليهوسل مللفتح،ف قدمعل انةاب نةأببنعبدالم ط لببلر وحاءمقفلرس ولالل ىج
وأسلم ، علىنكاحهما فجلسا , فأسلمت ، م شركة بن طالب وأب وس فيان ، ن وفل بن مرمة
الظ هران،ث قدم واعلىنسائهمم شركات,فأسلمن,فجلس حزامبري واعلىحرب،وحكيم بن
تعبدالر حنبنعوف،وامرأة حكيمزي نبنكاحهم،وكانتامرأة مرمةشفااب نةعوف,أ خ
34M. Syuhudi Isma’il, Metodologi Penelitian Hadis Nabi, (Jakarta: Bulan Bintang,
2007), cet. 2, h. 21
37
شهاب:وكانعند بةبنربيعة،قالابن صفوانبنبنتالعو ام،وامرأة أبس فيانهنداب نةع ت
نة اب نة أبس فيان,فأسلمتأيضامععاتكةب عدالفتح،ث أسلمأ مي ةمععاتكةاب نةالوليد,آم
.35صفوان ب عدماقامعليهما
‘Abd al-Razzāq dari Ibnu Juraij dari seorang laki-laki dari Ibnu Shihāb
berkata: Telah masuk Islam Zainab putri Nabi Saw, Zainab hijrah sesudah Nabi
Saw hijrah yang pertama, dan suaminya Abū al- ‘Āṣ ibn al- Rabīʻ ibn ‘Abd al-
‘Uzzā masih musyrik berada di Makkah, kemudian Abū al-‘Āṣ yang masih dalam
keadaan musyrik berada di(dalam barisan) perang badar, kemudian Abū al-‘Āṣ
tertangkap, lalu di tawan, kemudian ditebus, kemudian ia juga berada di(dalam
barisan) perang uhud dalam keadaan masih musyrik, kemudian ia kembali dari
perang uhud ke Makkah, kemudian atas kehendak Allah menetap di Makkah, lalu
ia keluar ke Sham untuk berniaga, kemudian ia tertangkap di perjalanan menuju
Sham oleh kaum Anṣar, maka Zainab menemui Nabi Saw, lalu Zainab berkata:
“Sesungguhnya orang-orang Muslim diselamatkan oleh orang-orang yang lebih
lemah, Nabi menjawab dan apakah seperti itu wahai Zainab?, Zainab berkata
saya melindungi Abū al-‘Āṣ, kemudian Nabi menjawab saya mengizinkan
perlindunganmu, kemudian Nabi tidak memperkenankan perlindungan
perempuan setelahnya, kemudian masuk Islam, lalu diakuinya pernikahan mereka
yang dahulu, adapun ‘Umar melamarnya kepada Nabi Saw di hadapanku saat
itu, kemudian Nabi Saw menjelaskan kepada Zainab, Zainab berkata: Sekiranya
sungguh engkau mengetahui tentang Abū al-‘Āṣ wahai Rasulullah ! sesungguhnya
ia sebaik-baik kerabat, maka apa yang engkau lihat bahwa itulah ia yang sedang
engkau lihat, kemudian Rasulullah Saw terdiam saat itu, Ibn Shihāb berkata: Abū
Sufyān ibn Ḥārith ibn ‘Abd al-Muṭṭallib masuk Islam di Rauḥā’ tempat penutupan
saat Fatḥu al-Makkah, kemudian ia mendatangi Jumānah putri Abī Ṭālib yang
musyrik, kemudian ia masuk Islam, lalu keduanya tetap dalam pernikahan mereka
yang lalu, kemudian setelah Makhramah ibn Naufal, Abū Sufyān ibn Ḥarb, Ḥakīm
ibn Ḥizām masuk Islam di daerah Marra Ẓahrāni, kemudian mereka mendatangi
35Al-Ḥāfiẓ al-Kabīr Abī Bakr ‘Abd al-Razzāq ibn Hammām al-Ṣan’ānī, al-Muṣannaf,
(Beirut: Majlis Ilmi, t.th.), jilid.7, h. 171-172
38
isteri mereka yang musyrik, kemudian isteri mereka masuk Islam, maka mereka
tetap atas pernikahan mereka, adapun isteri Makhramah yaitu Shafā putri dari
‘Auf, saudara ‘Abd al-Raḥman ibn ‘Auf, dan isteri Ḥakīm yaitu Zainab putri dari
al-‘Awām, isteri Abī Sufyān yaitu Hindun putri dari ‘Utbah ibn Rabī‘ah, Ibn
Shihāb berkata: pada saat Ṣafwān ibn Umayyah bersama ‘Ātikah putri dari al-
Walīd, isteri lainnya Āminah yaitu putri dari Abī Sufyān. Kemudian Āminah
masuk Islam bersama ‘Ātikah sesudah Fatḥu al- Makkah. Kemudian Ṣafwān
masuk Islam sesudah keduanya melaksanakan Islam.
Kegiatan kritik sanad ini dimulai pada periwayat terakhir lalu diikuti pada
periwayat sebelumnya dan seterusnya sampai pada periwayat pertama.
1. ‘Abd al-Razzāq (211 H)
a. Biografi
Nama lengkapnya ‘Abd al-Razzāq ibn Hammām ibn Nāfi‘ al-Ḥimyarī,
kunyahnya Abī Bakr al-Ṣanʻānī. Menurut Aḥmad ibn Hanbal dan Ya‘kūb ibn
Shaibah ia dilahirkan pada tahun 126 H/744 M, kemudian ia wafat pada tahun
211H. Tingkatan kesembilan dari shighar itabi’ al-Tabi’in.
Perawi yang meriwayatkan hadis dari ‘Abd al-Razzāq yaitu Imām al-Bukhārī,
Imām Muslim, Abū Dāwud, al-Tirmidzī, al-Nasā’ī, dan Imām Ibnu Mājah.36
b. Guru dan Murid ‘Abd al-Razzāq
Guru-gurunya adalah Ibrāhīm ibn ‘Amr ibn Kaisān al- al-Ṣanʻānī, Ibrāhīm
ibn Muḥammad Abī Yaḥyā al-Aslamī, Aiman ibn Nābil al-Makī, Ja‘far ibn
Sulaimān al-Ḍab’ī, al- Ḥajāj ibn Arṭaah, Sufyān al-Tsaurī, Sufyān ibn ‘Uyainah,
‘Ikrimah ibn ‘Imār ‘Abd al-Mālik ibn ‘Abd al-‘Azīz ibn Juraij, Ḥammām ibn
Nafī’(ayahnya), Wahb ibn Nafī’(pamannya), dan lain-lain.37
36Al-Mizzī, Tahdhīb al-Kamāl, (Bairut; Dar al-Fikr, t.th), jilid. 11, h. 447-454. 37Ibrahim Su’ud Ajjin, Manhaj al-Ḥāfiẓ ’Abd al-Razzāq fi Muṣannifihi, (Kairo: Maktabah
Islamiyah), cet. I, h. 8.
39
Murid-muridnya adalah Ibrāhīm ibn Mūsā al-Rāzī, Aḥmad ibn ‘Alī al-Jurjānī,
Aḥmad ibn Hanbal, Muḥammad ibn Rafi‘ al-Naisabūri, Yaḥya ibn Mūsā dan
Salmah ibn Shabīb al- Naisabūri.38
c. Pernyataan para kritikus hadis tentang ‘Abd al-Razzāq:
1) Abū Zu’rah al- Damsyiqī berkata tentang Abī al-Ḥasan ibn Samī’ dan
Aḥmad ibn Ṣāliḥ al-Miṣrī, saya bertanya kepada Aḥmad ibn Ḥanbal:
apakah engkau pernah melihat seseorang yang lebih baik hadisnya dari
‘Abd al-Razzāq? Aḥmad ibn Ḥanbal menjawab: Tidak.
2) Abū Zu’rah berkata: ‘Abd al-Razzāq adalah salah seorang Thubut
Ḥadithah.
3) Menurut Ibnu Hājar ia adalah Thiqah Ḥāfiẓ.
Pernyataan para kritikus hadis tersebut telah memadai untuk menetapkan
kesimpulan bahwa ‘Abd al-Razzāq adalah seorang periwayat hadis yang thiqah.
Dengan demikian, pernyataan ‘Abd al-Razzāq bahwa ia menerima hadis dari Ibnu
Juraij dapat dipercaya kebenarannya. Sehingga dapat dinyatakan bahwa sanad
antara ‘Abd al-Razzāq dan Ibnu Juraij bersambung.
2. Ibnu Juraij (150 H)
a. Biografi
Nama lengkapnya yaitu ‘Abd al-Mālik ibn ‘Abd al-‘Azīz ibn Juraij al-
Qirshī. Kunyahnya Abū al-Walīd dan Abū Khālid al-Makī. Wafat pada tahun 150
H. Tingkatan keenam dari ashiru shighorut tabiin. Imām al-Bukhārī, Muslim,
Abū Dāwud, al-Tirmidhī, al-Nasāiy, Ibnu Mājah meriwayatkan hadis tersebut.39
38Jamal al-Dīn Abī al-Ḥajjaj Yūsuf al-Mizzī, Tahdhīb al-Kamāl fi Asmā‘i al-Rijāl,
(Bairut; Dar al-Fikr, t.th), jilid. 12, h. 457-464. 39Jamal al-Dīn Abī al-Ḥajjaj Yūsuf al-Mizzī, Tahdhīb al-Kamāl fi Asmā‘i al-Rijāl,
(Bairut; Dar al-Fikr, t.th), juz. 8, h. 230.
40
b. Guru dan Murid Ibnu Juraij
Guru-gurunya adalah Ibrāhīm ibn Muḥammad ibn Abī ‘Aṭāa dan ia adalah
Ibnu Abī Yaḥā al-Aslamī, Abī Hāsyim Ismā’il ibn Kathīr, Ismā’il ibn Muḥammad
Ibn Sa’ad ibn Abī Waqāṣ, al-Ḥusain ibn ‘Abdullah ibn ‘Ubaydillah ibn ‘Abbās,
Dāwud ibn Abī ‘Āṣim al-Thaqafī, Ṣafwān ibn Salīm, ‘Abd ‘Azīz ibn Juraij
(ayahnya), Muḥammad Muslim ibn Shihāb al-Zuhrī, dan masih banyak yang
lainnya.
Para muridnya adalah Sufyān al-Thaurī, Sufyān ibn ‘Uyainah, ‘Abdullah ibn
Wahb, ‘Abd al-Razzāq ibn Hammām, ‘Abd al-‘Azīz ibn ‘Abd al-Malik ibn
‘Abd al-‘Azīz ibn Juraij dan Muḥammad ibn ‘Abd al-‘Azīz ibn Juraij (dua
anaknya), Wakī’ al-Jarāḥ, Yaḥyā ibn Zakariyā, dan masaih banyak yang lainnya.40
c. Pernyataan para kritikus hadis tentang Ibnu Juraij:
1) Menurut Ibnu Ḥajar: Thiqah Faqīh
2)
3)
Pernyataan kritikus hadis tersebut menetapkan bahwa Ibnu Juraij
menerima hadis dari periwayat yang tidak disebutkan namanya, sehingga sanad
Ibnu Juraij tidak bersambung atau terputus.
3. Seorang laki-laki (No name)
No biografi dan tidak ada keterangan lain, karena tidak disebutkan
namanya dan sudah ditelusuri melalui para murid dan gurunya yang bisa
menunjukkan keterangan, namun tidak ditemukan identitas tersebut, sehingga
tidak dapat ditelusuri dan tidak dapat di ketahui kejelasan identitasnya.
40Jamal al-Dīn Abī al-Ḥajjaj Yūsuf al-Mizzī, Tahdhīb al-Kamāl fi Asmā‘i al-Rijāl,
(Bairut; Dar al-Fikr, t.th), juz. 8, h. 250.
41
4. Ibnu Shihāb (125 H)
a. biografi
Nama lengkapnya Ibnu Shihāb adalah Muḥammad ibn Muslim ibn
‘Ubaydillah ibn ‘Abdullah ibn Shihāb ibn ‘Abdullah ibn al-Ḥārith ibn
Zahrah al-Qirshī al-Zuhrī. Kunyahnya yaitu Abū Bakr al-Madinī. Tingkatan
keempat: Ṭabaqah Talā al-Wusṭā dari Tabi’in. Wafat pada tahun 125 H. perawi
yang meriwayatkan hadis dari Ibnu Shihāb yaitu Imām al-Bukhārī, Imām Muslim,
Abū Dāwud, al-Tirmidhī, al-Nasāiy, dan Imām Ibnu Mājah.41
b. Guru dan Murid Ibnu Shihāb
Guru-gurunya adalah Abān ibn ‘Uthmān ibn ‘Affān, Ibrāhīm ibn ‘abd al-
Raḥmān ibn ‘Auf, Isma’īl ibn Muḥammad ibn Sa’ad ibn Abī Waqāṣ, Anas ibn
Malik, Ḥamzah ibn ‘Abdullah ibn ‘Umar ibn Khaṭṭab, ‘Alī ibn ‘Abdullh ibn
‘Abbās, al-Qāsim ibn Muḥammad ibn Abī Bakr al-Ṣiddīq, al-Maḥrar ibn Abī
Hurairah, Muslim ibn ‘Abdullah ibn Shihāb al-Zuhrī (ayahnya), dan masih banyak
yang lainnya.
Para muridnya adalah ‘Abd al-Mālik ibn Juraij , ‘Abd al-Wahāb ibn Abī
Bakr, ‘Uthmān ibn Abī Rawād, Yazīd ibn Ziyād al-Damshiqī, Abū Ayyūb, Abū
Zubair al-Makī, dan masih banyak yang lainnya.42
c. Pernyataan para kritikus hadis tentang Ibnu Shihāb:
1) Menurut Ibnu Ḥajar: Al-Faqīh al-Ḥāfiẓ
Pernyataan kritikus hadis tersebut menetapkan bahwa Ibnu Shihab
meriwayatkan hadis kepada Ibnu Juraij tidak langsung bertemu atau tidak
bersambung karena melalui periwayat lain yang tidak disebutkan namanya.
41Al-Mizzi, Tahdhīb al-Kamāl fi Asma‘i al-Rijāl, juz. 11, h. 447-454. 42Al-Mizzi, Tahdhīb al-Kamāl fi Asma‘i al-Rijāl, juz. 11, h. 447-454.
42
Kesimpulannya: Hadis ‘Abd al-Razzāq yang diriwayatkan dari Ibnu Juraij ini
adalah hadis mubham43 karena ada perawi yang tidak jelas atau tidak diketahui
identitasnya.
43 Hadis Mubham yaitu hadis yang di dalam matan atau sanadnya terdapat seorang perawi
yang tidak dijelaskan apakah ia laki-laki atau perempuan. Ke-ibham-an rawi dalam hadis Mubham
tersebut, karena tidak disebutkan namanya atau disebutkan namanya tetapi tidak dijelaskan siapa
sebenarnya yang dimaksud dengan nama itu, karena tidak mustahil bahwa nama itu dimiliki orang
lain. Hadis Majhul yaitu haadis yang diriwayatkan oleh seorang perawi yang disebutkan
identitasnya, tetapi tidak dikenal keadilannya dan tidak ada seorang perawi thiqahpun yang
meriwayatkan hadis padanya.
43
SKEMA HADIS PERTAMA (Tidak Nikah Ulang)
Keterangan: T: Tingkatan
Warna Garis: عن
رجل
T. 9 عبد الرزاقW. 211
T. 4 ابن شهاب
W. 125
T. 6 ابن جريجW. 150
رسول هللا
44
Hadis kedua:
عن يد الر ز اقعنح بنعمروعبد عنعبدالل أبيه عنعمروبنش عيبعن الج اجبنأرطأة
عليهوسل مق بلزوجهاأبالعاصبسنة،ث اب نةالن بيصل ىالل أسلم،ف رد هاقال:أسلمتزي نب
عليهوسل مبنكاحجديدالن ب .44صل ىالل
‘Abd al-Razzāq dari Ḥumaid dari al-Ḥajjāj ibn Arṭa’ah dari ‘Amr ibn
Shuʻaib dari Ayahnya dari ‘Abdullah ibn ‘Amr berkata: Telah masuk Islam
Zainab putri Nabi Saw sebelum berpisah dengan suaminya ‘Abī al-‘Āṣ, kemudian
‘Abī al-‘Āṣ masuk Islam, maka Nabi Saw mengembalikannya dengan pernikahan
yang baru.
1. ‘Abd al-Razzāq (211 H)
a. Biografi
Nama lengkapnya ‘Abd al-Razzāq ibn Hammām ibn Nāfi‘ al-Ḥimyarī,
kunyahnya Abī Bakr al-Ṣanʻānī. Menurut Aḥmad ibn Hanbal dan Ya‘kūb ibn
Shaibah ia dilahirkan pada tahun 126 H/744 M, kemudian ia wafat pada tahun
211H. Perawi yang meriwayatkan hadis dari ‘Abd al-Razzāq yaitu Imām al-
Bukhārī, Imām Muslim, Abū Dāwud, al-Tirmidhī, al-Nasāiy, dan Imām Ibnu
Mājah.45
b. Guru dan Murid ‘Abd al-Razzāq
Guru-gurunya adalah Ibrāhīm ibn ‘Amr ibn Kaisān al- al-Ṣanʻānī, Ibrāhīm
ibn Muḥammad Abī Yaḥyā al-Aslamī, Aiman ibn Nābil al-Makī, Ja‘far ibn
Sulaimān al-Ḍab’ī, al- Ḥajāj ibn Arṭaah, Sufyān al-Tsaurī, Sufyān ibn ‘Uyainah,
‘Ikrimah ibn ‘Imār ‘Abd al-Malik ibn ‘Abd al-‘Azīz ibn Juraij, Ḥammām ibn
Nafī’(ayahnya), Wahb ibn Nafī’(pamannya), dan masih banyak yang lain.
44Al-Ḥāfiẓ al-Kabīr Abī Bakr ‘Abd al-Razzāq ibn Hammām al-Ṣan’ānī, al-Muṣannaf,
(Beirut: Majlis Ilmi, t.th.), jilid. 7, 168. 45Ibrahim Su’ud Ajjin, Manhaj al-Hāfiẓ ‘Abd al-Razzāq fi Muṣannifihi, (Kairo:
Maktabah Islamiyah, t.th), cet. I, h. 8.
45
Murid-muridnya adalah Ibrāhīm ibn Mūsā al-Rāzī, Aḥmad ibn ‘Alī al-
Jurjānī, Aḥmad ibn Hanbal, Muḥammad ibn Rafi‘ al-Naisabūri, Yaḥya ibn Mūsā
dan Salmah ibn Shabīb al- Naisabūri.46
c. Pernyataan para kritikus hadis tentang ‘Abd al-Razzāq:
1) Abū Zu’rah al- Damsyiqī berkata tentang Abī al-Ḥasan ibn Samī’ dan
Aḥmad ibn Ṣāliḥ al-Miṣrī, saya bertanya kepada Aḥmad ibn Ḥanbal:
apakah engkau pernah melihat seseorang yang lebih baik hadisnya dari
‘Abd al-Razzāq? Aḥmad ibn Ḥanbal menjawab: Tidak.
2) Abū Zu’rah berkata: ‘Abd al-Razzāq adalah salah seorang Thubut
Ḥadithah.
3) Menurut Ibnu Hājar ia adalah Thiqah Ḥāfiẓ.47
Pernyataan para kritikus hadis tersebut telah memadai untuk menetapkan
kesimpulan bahwa ‘Abd al-Razzāq adalah seorang periwayat hadis yang thiqah.
Namun hadis yang diterima dari Ḥumaid dengan samar-samar karena selisih usia
yang sangat jauh (hidupnya tidak sezaman).
2. Ḥumaid (130 H)
a. Biografi
Nama lengkapnya adalah Ḥumaid ibn Qais al-‘A’raji al-Makī.
Kunyahnya Abū Safwān al-Qārī’ al-Asdā, Maula Bani Asad ibn ‘Abd ‘Uzzā dan
dikatakan Maula Āli Manẓūr ibn Zāban al-Fazārī(saudara Sandal). Tingkatan
keenam dari ‘āshirū shighār al-Tabi’in. Wafat 130 H di Makkah. Perawi yang
46Ibrahim Su’ud Ajjin, Manhaj al-Hāfiẓ ‘Abd al-Razzāq fi Muṣannifihi, (Kairo:
Maktabah Islamiyah, t.th), cet. I, h. 15. 47Jamal al-Dīn Abī al-Ḥajjaj Yūsuf al-Mizzī, Tahdhīb al-Kamāl fi Asmā‘i al-Rijāl,
(Bairut; Dar al-Fikr, t.th), jilid. 7, 171.
46
meriwayatkan hadis dari Ḥumaid yaitu Imām al-Bukhārī, Imām Muslim, Abū
Dāwud, al-Tirmidhī, al-Nasāiy, dan Imām Ibnu Mājah.48
b. Guru dan Murid Ḥumaid
Guru-gurunya adalah Sulaimān ibn Atīq, ‘Umar ibn ‘Abd al-‘Azīz, ‘Amr
ibn Shu’aib, Muḥammad Ibrāhīm ibn al-Ḥārith al-Taimī, Muḥammad Shihāb
ibn Muslim al-Zuhrī dan Ṣafiyah ibnt Abī ‘Ubayd.
Murid-muridnya adalah Ja’far ibn Muḥammad al-Ṣādiq, Ḥabīb ibn Abī
Thābat, Khālid ibn ‘Abdullah, Sufyān al-Thaurī, Sufyān ibn ‘Uyainah, Mālik ibn
Anas, Ma’mar ibn Rāshid dan yang lainnya.49
c. Pernyataan para kritikus hadis tentang Ḥumaid.
1) Menurut Ibnu Ḥajar: Laisa bihi Ba’sa
2) Menurut al-Dhahbī: Thiqah, Imam Aḥmad berkata: Laisa bi Quwā
3) Menurut Abū Ṭālib: Thiqah
4) Menurut ‘Abbās al-Daurī dan Aḥmad ibn Sa’ad ibn Abī Maryam:
Thiqah
5) Menurut Ibrāhīm ibn ‘Abdullah ibn al-Junaid: Thiqah
6) ‘Abd al-Raḥman ibn Abī Ḥātim berkata: aku mendengar Abū Zar’ah
mengatakan Ḥumaid al-A’raji Thiqah dan aku mendengar ayahku
mengatakan Ḥumaid ibn Qais al-A’raji: Laisa bihi Ba’sa.
Pernyataan para kritikus hadis tersebut telah memadai untuk menetapkan
kesimpulan bahwa Ḥumaid ibn Qais al-‘A’raji adalah seorang periwayat hadis
yang thiqah. Namun Ḥumaid menerima hadis dari Ḥajjāj ibn Arṭa’ah secara
48Jamal al-Dīn Abī al-Ḥajjaj Yūsuf al-Mizzī, Tahdhīb al-Kamāl fi Asmā‘i al-Rijāl,
(Bairut: Dar al-Fikr, t.th), juz. 5, h. 111. 49 Jamal al-Dīn Abī al-Ḥajjaj Yūsuf al-Mizzī, Tahdhīb al-Kamāl fi Asmā‘i al-Rijāl,
(Bairut: Dar al-Fikr, t.th), juz. 5, h.120.
47
samar-samar karena Ḥumaid wafat pada tahun 130 H, sedangkan gurunya wafat
pada tahun 145 H.
3. Al-Ḥajjāj ibn Arṭaah (145 H)
a. Biografi
Nama lengkapnya adalah Ḥajjāj ibn Arṭaah Thauri ibn Habairah ibn
Sharāḥīl ibn Ka’ab ibn Salaman ibn ‘Āmir ibn Ḥārithah ibn Sa’ad ibn Mālik
al-Nakha’ī, kunnyahnya Abū Arṭaah al-Kaufī al-Qāḍī. Tingkatan ketujuh dari
kibaaru atba’ al-tabi’in. Wafat pada tahun 145 H di Kharāsān. Perawi yang
meriwayatkab hadis dari Ḥajjāj ibn Arṭaah yaitu Imām al-Bukhārī, Imām Muslim,
Abū Dāwud, al-Tirmidhī, al-Nasāiy, dan Imām Ibnu Mājah.50
b. Guru dan Murid Al-Ḥajjāj ibn Arṭaah
Guru-gurunya adalah ‘Abdullah ibn ‘Abdullah al-Rāzī, ‘Amr ibn Shu’aib,
Muḥammad ibn Muslim ibn Shihāb al-Zuhrī, al-Walīd ibn ‘Abd al-Raḥman ibn
Abī Mālik al-Damshiqī, Ya’la ibn ‘Aṭaa, Ya’la ibn al-Nu’mān al-Kaufī dan masih
banyak yang lainnya.
Murid-muridnya adalah Ism,ā’īl ibn ‘Iyās, Sufyān al-Thaurī, ‘Abd al-
Razzāq ibn Hammām al-Ṣan’ānī, Hashīm ibn Bashīr, Yazīd ibn Hārūn dan
masih banyak yang lainnya.51
c. Pernyataan para kritikus hadis tentang al- Ḥajjāj ibn Arṭaah
1) Menurut Ibnu Ḥajar: Ṣadūq Kathīr al-Khaṭaa wa al-Tadlīs
2) Menurut al-Dhahabī: Aḥadan al-A’lam
50Jamal al-Dīn Abī al-Ḥajjaj Yūsuf al-Mizzī, Tahdhīb al-Kamāl fi Asmā‘i al-Rijāl,
(Bairut: Dar al-Fikr, t.th), juz. 12, h. 288. 51Jamal al-Dīn Abī al-Ḥajjaj Yūsuf al-Mizzī, Tahdhīb al-Kamāl fi Asmā‘i al-Rijāl,
(Bairut: Dar al-Fikr, t.th), juz. 12, h. 300.
48
Ḥajjāj ibn Arṭaah menerima hadis dari ‘Amr ibn Shu’aib secara langsung.
Dengan demikian, pernyataan Ḥajjāj ibn Arṭaah bahwa ia menerima hadis dari
‘Amr ibn Shu’aib dapat dipercaya kebenarannya. Sehingga dapat dinyatakan
bahwa sanad antara Ḥajjāj ibn Arṭaah dan ‘Amr ibn Shu’aib bersambung.
4. ‘Amr ibn Shu’aib (118 H)
a. Biografi
Nama lengkap ‘Amr ibn Shu’aib adalah ‘Amr ibn Shu’aib ibn
Muḥammad ibn ‘Abdullah ibn ‘Amr ibn al-‘Āṣ al-Qirshī al-Sahmī, Abū
Ibrāhīm atau biasa dipanggil Abū ‘Abdullah al-Madinī. Tingkaktan kelima dari
Shigharut Tabi’in. Wafat pada tahun 118 H di Ṭāif. Perawi yang meriwayatkan
hadis dari ‘Amr ibn Shu’aib yaitu Imām al-Bukhārī, Imām Muslim, Abū Dāwud,
al-Tirmidhī, al-Nasāiy, dan Imām Ibnu Mājah.52
b. Guru dan Murid ‘Amr ibn Shu’aib
Guru-gurunya adalah ‘Abdullah ibn ‘Amr (kakeknya), Sulaimān ibn
Yasār, Shu’aib ibn Muḥammad (Ayahnya), Muḥammad Muslim ibn Shihāb al-
Zuhrī, al-Mughīrah ibn Ḥakīm al-Ṣan’anī, Zainab ibnt Muḥammad ibn ‘Abdullah
ibn ‘Amr ibn al-‘Āṣ al-Sahmiyyah (bibinya) dan masih banyak yang lainnya.
Murid-muridnya adalah al-Ḥajjāj ibn Arṭaah, Ḥamād ibn Abī Ḥumaid al-
Madinī, Ḥumaid ibn Qais al-A’raji, Ḥumaid al-Ṭawīl, ‘Abdullah ibn ‘Abd al-
Raḥman ibn Ya’la ibn Ka’ab al-Ṭāifī, ‘abd al-Mālik ibn Juraij, Muḥammad
Muslim ibn Shihāb al-Zuhrī dan masih banyak nama-nama lain yang tidak
disebutkan.53
52Jamal al-Dīn Abī al-Ḥajjaj Yūsuf al-Mizzī, Tahdhīb al-Kamāl fi Asmā‘i al-Rijāl,
(Bairut: Dar al-Fikr, t.th), juz. 9, h. 468 53Jamal al-Dīn Abī al-Ḥajjaj Yūsuf al-Mizzī, Tahdhīb al-Kamāl fi Asmā‘i al-Rijāl,
(Bairut: Dar al-Fikr, t.th), juz.14, h. 346.
49
c. Pernyataan Krtitikus Hadis tentang ‘Amr ibn Shu’aib
1) Menurut Ibnu Ḥajar: Ṣadūq
2) Menurut Aḥmad ibn Ḥanbal: Munkir
3) Menurut al-Nasāī: Thiqah di dalam Maudu’ yang lain: Laisa bihi
Ba’sa
4) Menurut Abū Ja’far Aḥmad ibn Sa’id al-Adārimi: Thiqah.54
Pernyataan para kritikus hadis tersebut tidak memadai untuk menetapkan
kesimpulan bahwa ‘Amr ibn Shu’aib adalah seorang periwayat hadis yang thiqah,
karena ada seorang kritikus yang mengatakan bahwa ‘Amr adalah seorang
pengingkar hadis (munkir). Walaupun hadis yang diterima langsung dari ayahnya
(Shu’aib ibn Muḥammad).
5. Ayahnya (Shu’aib ibn Muḥammad)
a. Biografi
Nama lengkap Ayahnya adalah Shu’aib ibn Muḥammad ibn ‘Abdullah
ibn ‘Amr ibn al-‘Āṣ al-Qirshī al-Sahmī al-Ḥajāzī. Tingkatan ketiga dari al-
Wusṭa min al-Tabi’in. Perawi yang meriwayatkan hadis dari Shu’aib ibn
Muḥammad yaitu Imām al-Bukhārī, Imām Muslim, Abū Dāwud, al-Tirmidhī, al-
Nasāiy, dan Imām Ibnu Mājah.55
b. Guru dan Murid Shu’aib ibn Muḥammad
Guru-guru nya adalah ‘Abdullah ibn ‘Abbās, ‘Abdullah ibn ‘Umar ibn
Khaṭṭāb, ‘Abdullah ibn ‘Amr (kakeknya), dan Mu’āwiyah ibn Abī Sufyān.
54Jamal al-Dīn Abī al-Ḥajjaj Yūsuf al-Mizzī, Tahdhīb al-Kamāl fi Asmā‘i al-Rijāl,
(Bairut: Dar al-Fikr, t.th), juz.14, h.366. 55Jamal al-Dīn Abī al-Ḥajjaj Yūsuf al-Mizzī, Tahdhīb al-Kamāl fi Asmā‘i al-Rijāl,
(Bairut; Dar al-Fikr, t.th), juz. 14, h. 360.
50
Murid-muridnya adalah ‘Uthmān ibn Ḥakīm al-Anṣārī, ‘Aṭāa al-
Kharāsānī, ‘Amr ibn Shu’aib dan yang lainya.
c. Pernyataan para Kritikus Hadis tentang Shu’aib ibn Muḥammad ibn
‘Abdullah:
1) Menurut Ibnu Ḥajar: Ṣadūq.
2) Menurut al-Dhahabī: Ṣadūq.56
Pernyataan para kritikus hadis tersebut menetapkan bahwa Shu’aib ibn
Muḥammad adalah seorang periwayat hadis yang Ṣadūq. Dan hadis yang diterima
secara langsung dari kakeknya (‘Abdullah ibn ‘Amr).
6. ‘Abdullah ibn ‘Amr
a. Biografi
Nama lengkapnya adalah ‘Abdullah ibn ‘Amr ibn al-Āṣ ibn Wāil ibn
Hāshim ibn Sa’id ibn Sa’ad al-Qirshī al-Sahmī, kunyahnya Abū Muḥammad,
Abū Abd al-Raḥman, Abū Naṣīr. Wafat pada malam al-Ḥarrah di Ṭāif. Perawi
yang meriwayatkan hadis dari ‘Abdullah ibn ‘Amr yaitu Imām al-Bukhārī, Imām
Muslim, Abū Dāwud, al-Tirmidhī, al-Nasāiy, dan Imām Ibnu Mājah.57
b. Guru dan Murid ‘Abdullah ibn ‘Amr
Guru-gurunya adalah Nabi Saw, Sarāqah ibn Mālik ibn Ja’shim, ‘Abd al-
Raḥman ibn ‘Auf, ‘Umar ibn al-Khaṭṭāb, ‘Amr ibn al-Āṣ, Mu’adh ibn Jabal, Abī
Bakr al-Ṣiddīq, dan Abī al-Dardā.
Para muridnya adalah Ibrāhīm ibn Muḥammad ibn Ṭalḥah ibn ‘Ubaydillah,
Anas ibn Mālik, Ḥumaid ibn ‘Abd al-Raḥman ibn ‘Auf, Shu’aib ibn
56Jamal al-Dīn Abī al-Ḥajjaj Yūsuf al-Mizzī, Tahdhīb al-Kamāl fi Asmā‘i al-Rijāl,
(Bairut; Dar al-Fikr, t.th), juz. 15, h. 428. 57Jamal al-Dīn Abī al-Ḥajjaj Yūsuf al-Mizzī. Tahdhīb al-Kamāl fi Asmā‘i al-Rijāl (Bairut:
Dar al-Fikr, t.th), juz. 16, h. 479.
51
Muḥammad ibn ‘Abdullah ibn ‘Amr ibn al-Āṣ (cucu), ‘Amr ibn Shu’aib
(anak) dan masih banyak yang lainnya.
c. Pernyataan para Kritikus Hadis tentang ‘Abdullah ibn ‘Amr
1) Menurut Ibnu Ḥajar: Ṣaḥābī.
2) Menurut al-Adhahabī: Ṣaḥābī.58
Pernyataan kritikus menetapkan bahwa ‘Abdullah ibn ‘Amr adalah
seorang sahabat yang langsung menerima hadis dari Nabi Saw.
Kesimpulannya: Hadis ini adalah hadis Munqaṭi’59 karena terdapat
seorang mukharrij yang tidak sezaman yaitu Ḥumaid meriwayatkan hadis kepada
‘Abd al-Razzāq dengan selisih usia yang sangat jauh, dan terdapat juga mukharrij
yang samar-samar yaitu Ḥumaid menerima hadis tidak langsung bertemu dengan
gurunya yaitu al-Ḥajjāj ibn Arṭaah.
58Jamal al-Dīn Abī al-Ḥajjaj Yūsuf al-Mizzī. Tahdhīb al-Kamāl fi Asmā‘i al-Rijāl (Bairut:
Dar al-Fikr, t.th), juz. 12, h. 411. 59Hadis munqaṭi’ yaitu hadis yang gugur seorang rawinya sebelum sahabat di satu tempat,
atau dua orang rawi pada dua tempat dalam keadaan tidak berturut-turut. Pengguguran (inqiṭa’)
adakalanya dengan jelas bahwa perawi yang meriwayatkan hadis dapat diketahui tidak sezaman
dengan gurunya yang memberikan hadis padanya atau hidup sezaman tetapi tidak mendapat izin
untuk meriwayatkan hadisnya. Dengan samar-samar, yang hanya dapat diketahui oleh orang yang
mempunyai keahlian.
52
SKEMA GABUNGAN HADIS KEDUA (Yang Nikah Ulang)
Keterangan : T: Tingkatan
Warna Garis :
عن
حدثنا
اخبرنا
T. 9 يزيد بن هارون
W. 206
T. 7 احلجاج بن أرطأه
W. 145
ابو يعلى املوصلى
مد بن ابوبكرأمحد بن حم األصبحاين
وهناد امحد بن منيع T. 10 W. 244
عبد هللا بن عمرو
T. 5 عمرو بن شعيب
W.118
T. 10 ابو خيثمه
W. 234
ابو حممد بن حيان
T. 12 الرتمذى
W. 279
T. 10 ابو كريب
W. 247 سعيد بن منصورT. 10. W. 227
T. 6 محيدW. 130
W. 458 البيهقى
ابن ماجهW. 273
T. 9 عبد الرزاق
W. 211 T. 9 ابو معاويه
W. 195
رسول هللا
T. 3 شعيب بن حممد
53
Hadis ketiga:
عن بنال صني عنداو د بنم م د إب راهيم عن الر ز اق عب اسقال:أسلمتعبد ابن عن عكرمة
الر بيع وسل موزوج هاأب والعاصبن صل ىالل عليه الن بي بنت ب عد-يعينم شرك-زي نب ث أسلم
عليهوس االن بصل ىالل 60ل معلىنكاحهماذلك،فأق ر ه
‘Abd al-Razzāq dari Ibrāhīm ibn Muḥammad dari Dāwud ibn Ḥuṣain dari
‘Ikrimah dari Ibnu ‘Abbās berkata: Telah masuk Islam Zainab putri Nabi Saw
dan suaminya Abū al-‘Aṣ ibn Rabīʻ – yakni musyrik – kemudian sesudah itu ia
masuk Islam, lalu Nabi mengakui atas pernikahan mereka.
1. ‘Abd al-Razzāq (211 H)
a. Biografi
Nama lengkapnya ‘Abd al-Razzāq ibn Hammām ibn Nafi‘ al-
Himriyyun atau al-Ḥāfiẓ al-Kabīr Abī Bakr ‘Abd al-Razzāq al-Ṣanʻānī. Menurut
Aḥmad ibn Hanbal dan Ya‘kūb ibn Shaibah ia dilahirkan pada tahun 126 H/744
M, kemudian ia wafat pada tahun 211H. Perawi yang meriwayatkan hadis dari
‘Abd al-Razzāq yaitu Imām al-Bukhārī, Imām Muslim, Abū Dāwud, al-Tirmidhī,
al-Nasāiy, dan Imām Ibnu Mājah.61
b. Guru dan Murid ‘Abd al-Razzāq
Guru-gurunya adalah Ibrāhīm ibn ‘Amr ibn Kaisān al- al-Ṣanʻānī,
Ibrāhīm ibn Muḥammad Abī Yaḥyā al-Aslamī, Aiman ibn Nābil al-Makī,
Ja‘far ibn Sulaimān al-Ḍab’ī, al- Ḥajāj ibn Arṭaah, Sufyān al-Tsaurī, Sufyān ibn
‘Uyainah, ‘Ikrimah ibn ‘Imār, Ḥammām ibn Nafī’(ayahnya), Wahb ibn
60Al-Ḥāfiẓ al-Kabīr Abī Bakr ‘Abd al-Razzāq ibn Hammām al-Ṣan’ānī, al-Muṣannaf,
(Beirut: Majlis Ilmi, t.th.), jilid.7, h. 168. 61Ibrahim Su’ud Ajjin, Manhaj al-Ḥafiẓ ‘Abd al-Razzāq fi Muṣannifihi, (Kairo: Maktabah
Islamiyah, t.th), Cet. I, h. 8.
54
Nafī’(pamannya). Ja‘far ibn Sulaiman, Mu‘ammar ibn Rashīd dan ‘Abd al-Malik
ibn ‘Abd al-‘Azīz ibn Juraij.
Sedangkan murid-muridnya Aḥmad ibn Hanbal, Muḥammad ibn Rafi‘,
Yaḥya ibn Mūsā dan Salmah ibn Shabīb al- Naisabūri, dan masih banyak yang
lain.62
Murid-muridnya adalah Ibrāhīm ibn Mūsā al-Rāzī, Aḥmad ibn ‘Alī al-Jurjānī,
Aḥmad ibn Hanbal, Muḥammad ibn Rafi‘ al-Naisabūri, Yaḥya ibn Mūsā dan
Salmah ibn Shabīb al- Naisabūri.
c. Pernyataan para kritikus hadis tentang ‘Abd al-Razzāq:
1) Abū Zu’rah al- Damsyiqī berkata tentang Abī al-Ḥasan ibn Samī’ dan
Aḥmad ibn Ṣāliḥ al-Miṣrī, saya bertanya kepada Aḥmad ibn Ḥanbal:
apakah īengkau pernah melihat seseorang yang lebih baik hadisnya dari
‘Abd al-Razzāq? Aḥmad ibn Ḥanbal menjawab: Tidak
2) Abū Zu’rah berkata: ‘Abd al-Razzāq adalah salah seorang Thubut
Ḥadithah
3) Menurut Ibnu Hājar ia adalah Thiqah Ḥāfiẓ
Pernyataan para kritikus hadis tersebut telah memadai untuk menetapkan
kesimpulan bahwa ‘Abd al-Razzāq adalah seorang periwayat hadis yang thiqah.
Dengan demikian, pernyataan ‘Abd al-Razzāq bahwa ia menerima hadis dari
Ibrāhīm ibn Muḥammad dapat dipercaya kebenarannya. Sehingga dapat
dinyatakan bahwa sanad antara ‘Abd al-Razzāq dan Ibrāhīm ibn Muḥammad
bersambung.
62Al-Mizzi, Tahdhīb al-Kamāl fi Asma‘i al-Rijāl, juz. 11, h. 447-454.
55
2. Ibrāhīm ibn Muḥammad (184 H)
a. Biografi
Nama lengkap Ibrāhīm ibn Muḥammad adalah Ibrāhīm ibn Muḥammad
ibn Abī Yaḥyā: Sam’ān al-Aslamī Maulahum, kunyahnya Abū Isḥāq al-Madinī,
waqila Ibrāhīm ibn Muḥammad ibn Abī ‘Aṭaa. Tingkatan ketujuh dari Kibari al-
Atba al-Tabi’in. Wafat pada tahun 184 dan ada yang mengatakan pada tahun 191
H. Perawi yang meriwayatkan hadis dari Ibrāhīm ibn Muḥammad yaitu Ibnu
Mājah.63
b. Guru dan Murid Ibrāhīm ibn Muḥammad
Guru-gurunya adalah Ḥusain ibn ‘Abdullah ibn ‘Ubaydillah ibn ‘Abbās,
Dāwud ibn al-Ḥuṣain, Sahīl ibn Ṣalih, Ṣafwān ibn Salīm, Laith ibn Abī Salīm,
Muḥammad ibn Muslim ibn Shihāb al- Zuhrī, Muḥammad ibn Abī Yaḥā al-
Aslamī (Ayahnya) dan masih banyak yang lainnya.
Murid-muridnya adalah Ṣālih ibn Muḥammad al-Tirmidzī, ‘Abd al-Razzāq
ibn Hammām, ‘Abd al-Malik ibn ‘Abd al-‘Azīz ibn Juraij, ‘Uthmān ibn ‘Abd al-
Raḥman, Yaḥā ibn Ādam dan masih banyak yang lainnya.64
c. Pernyataan para Kritikus Hadis tentang Ibrāhīm ibn Muḥammad
1) Menurut Ibnu Ḥajar: Matrūk
2) Menurut al-Dhahabī: Kadhdhāb
3) Menurut Abū Zur’ah: Laitha bi Shain
4) Menurut al-Ḥākim Abū Aḥmad: Dhāhab al-Ḥadīth
5) Menurut Ya’kūb ibn Sufyān: Matrūk al-Ḥadīth
63Jamal al-Dīn Abī al-Ḥajjaj Yūsuf al-Mizzī, Tahdhīb al-Kamāl fi Asmā‘i al-Rijāl,
(Bairut: Dar al-Fikr, t.th), juz. 5, h. 490. 64 Jamal al-Dīn Abī al-Ḥajjaj Yūsuf al-Mizzī, Tahdhīb al-Kamāl fi Asmā‘i al-Rijāl,
(Bairut: Dar al-Fikr, t.th), juz. 5, h.679.
56
6) Menurut al-Dāruquṭnī: Matrūk.65
Pernyataan kritikus hadis tersebut tidak ada seorangpun yang menetapkan
‘Amr ibn Shu’aib adalah seorang periwayat hadis yang thiqah, bahkan ada yang
menyatakan ‘Amr ibn Shu’aib itu seorang pendusta. Namun hadis yang di terima
dari Dāwud ibn al-Ḥuṣain bersambung sanadnya.
3. Dāwud ibn al-Ḥuṣain (135 H)
a. Biografi
Nama lengkapnya adalah Dāwud ibn al-Ḥuṣain al-Qirshī al-Amwā
Maulahum, kunyahnya Abū Sulaimān al-Madinī, Maula ‘amr ibn ‘Uthmān ibn
‘Affān. Tingkatan keenam dari ‘Aṣir al-Shighar al-Tabi’in. Wafat pada tahun 135
H. Perawi yang meriwayatkan hadis dari Dāwud ibn al-Ḥuṣain yaitu Imām al-
Bukhārī, Imām Muslim, Abū Dāwud, al-Tirmidhī, al-Nasāiy, dan Imām Ibnu
Mājah.
b. Guru dan Murid Dāwud ibn al-Ḥuṣain
Guru-gurunya adalah al- Ḥuṣain (Ayahnya), ‘Abd al-Raḥman ibn Abī
‘Uqbah al-Fārisī, ‘Ikrimah Maula ibn ‘Abbās, ‘Amr ibn Shu’aib, dan yang
lainnya.
Murid-muridnya adalah Ibrāhīm ibn Muḥammad ibn Abī Yaḥyā al-
Aslamī, Sulaimān ibn Dāwud ibn al-Ḥuṣain (Anaknya), Mālik ibn Annas, dan
yang lainnya.66
c. Pernyataan para Kritikus Hadis tentang Dāwud ibn al-Ḥuṣain
1) Menurut Ibnu Ḥajar: Thiqah
65Jamal al-Dīn Abī al-Ḥajjaj Yūsuf al-Mizzī, Tahdhīb al-Kamāl fi Asmā‘i al-Rijāl,
(Bairut: Dar al-Fikr, t.th), juz. 6, h. 102. 66Jamal al-Dīn Abī al-Ḥajjaj Yūsuf al-Mizzī, Tahdhīb al-Kamāl fi Asmā‘i al-Rijāl,
(Bairut: Dar al-Fikr, t.th), juz. 9, h. 490.
57
2) Menurut al-Dhahabī: Thiqah
3) Menurut Abū Zur’ah: Layyin
4) Menurut Abū Ḥātim: Laisa bi Quwwā
5) Menurut al-Nasāiy: Laisa bihi Ba’sa.67
Pernyataan kritikus hadis tersebut ada yang mengatakan thiqah dan
hadis yang diterima dari Ikrimah bersambung sanadnya.
4. Ikrimah (104 H)
a. Biografi
Nama lengkap Ikrimah adalah Ikrimah al-Qirshī al-Hāshimī, atau Abū
‘Abdullah al-Madinī, kunyahnya ‘Abdullah ibn ‘Abbās dari kota berasal dari al-
Barbar dari Ahli al-Maghribī. Tingkatan ketiga dari kalangan pertengahan tabi’in.
Wafat pada tahun 104 H di Madinah. Perawi yang meriwayatkan hadis dari
Ikrimah yaitu Imām al-Bukhārī, Imām Muslim, Abū Dāwud, al-Tirmidhī, al-
Nasāiy, dan Imām Ibnu Mājah.
b. Guru dan Murid Ikrimah
Guru-gurunya adalah Jābir ibn ‘Abdullah, al-Ḥasan ibn ‘Alī ibn Abī Ṭālib,
Ṣafwān ibn Umayyah, ‘Abdullah ibn ‘Abbās (Maulaahu), ‘Abdullah ibn ‘Umar
ibn Khaṭṭāb, ‘Abdullah ibn ‘Amr ibn al-Āṣ, Mu’awiyah ibn Abī Sufyān, Abī
Hurairah ‘Aishah Ummu al-Mu’minin, dan yang lainnya.
Murid-muridnya adalah al-Ḥakim ibn ‘Utaybah, Ḥumaid ibn Qais al-
A‘raji, Ḥumaid al-Ṭawīl, Dāwud ibn al-Ḥuṣain, Muḥammad ibn Muslim ibn
Shihāb al-Zuhrī, Muḥammad Abī Yaḥyā al-Aslamī, Wahb ibn Nāfi’.68
67Jamal al-Dīn Abī al-Ḥajjaj Yūsuf al-Mizzī, Tahdhīb al-Kamāl fi Asmā‘i al-Rijāl,
(Bairut: Dar al-Fikr, t.th), juz. 9. h. 87. 68Jamal al-Dīn Abī al-Ḥajjaj Yūsuf al-Mizzī, Tahdhīb al-Kamāl fi Asmā‘i al-Rijāl,
(Bairut: Dar al-Fikr, t.th), juz. 9, h. 130.
58
c. Pernyataan para Kritikus Hadis tentang ‘Ikrimah
1) Menurut Ibnu Ḥajar: Thiqah Thubut.
2) Menurut al-Dhahabī: Thubut.69
‘Ikrimah menerima hadis dari Ibnu ‘Abbās langsung dan sanadnya bersambung.
5. Ibnu ‘Abbās (68 H)
a. Biografi
Nama lengka Ibnu ‘Abbās adalah ‘Abdullah ibn ‘Abbās ibn ‘Abd al-
Muṭṭalib ibn Hishām ibn ‘Abdi Manaf al-Qirshī al-Hāshimī Abū al-‘Abbās
al-Madinī (Anaknya Paman Rasulullah Saw). Tingkatan pertama Ṣahābī, lahir di
al-Sha’b, wafat pada tahun 68 H di Ṭāif. Perawi yang meriwayatkan hadis dari
Ibnu ‘Abbās yaitu Imām al-Bukhārī, Imām Muslim, Abū Dāwud, al-Tirmidhī, al-
Nasāiy, dan Imām Ibnu Mājah.70
b. Guru dan Murid Ibnu ‘Abbās
Guru-gurunya adalah Nabi Saw, Abī ibn Ka’ab, Usāmah ibn Zaid, Khālid
ibn Wālīd, al-‘Abbās ibn ‘Abd al-Muṭalib (Ayahnya), ‘Abd al-Raḥman ibn ‘Auf,
‘Alī ibn Abī Ṭālib, ‘Uthmān ibn ‘Affān, ‘Umar ibn Khaṭṭāb, Abī Bakr al-Ṣiddīq,
Mu’ādh ibn Jabal, Mu’āwiyah ibn Abī Sufyān, Abī Hurairah, sebagian para istri
Nabi Saw dan masih banyak yang lainnya.
Murid-muridnya adalah Ḥumaid ibn ‘Abd al-Raḥman ibn’Auf, ‘Ikrimah
ibn Khālid al-Makhzūmī, Ikrimah Maulā Ibnu ‘Abbās, Kālīb ibn Shihāb al-
Jurmī, Fāṭimah ibnt al-Ḥusain ibn ‘Alī ibn Abī Ṭālib dan masih banyak yang
lainnya.
69Jamal al-Dīn Abī al-Ḥajjaj Yūsuf al-Mizzī, Tahdhīb al-Kamāl fi Asmā‘i al-Rijāl,
(Bairut: Dar al-Fikr, t.th), juz. 9, h. 384. 70Jamal al-Dīn Abī al-Ḥajjaj Yūsuf al-Mizzī, Tahdhīb al-Kamāl fi Asmā‘i al-Rijāl,
(Bairut: Dar al-Fikr, t.th), juz. 14, h. 123.
59
c. Pernyataan par Kritikus Hadis tentang Ibnu ‘Abbās
1) Menurut Ibnu Ḥajar: Ṣaḥābī.
2) Menurut al-Dhahabī: Ṣaḥābī.71
Pernyatakan kritikus hadis tersebut Ibnu ‘Abbās adalah seorang sahabat
dan hadis yang diterima langsung dari Nabi Saw.
Kesimpulanya: Hadis ketiga ini adalah hadis mauḍu’72 karena ada salah seorang
periwayatnya yang pendusta yaitu Ibrāhīm ibn Muḥammad.
71Jamal al-Dīn Abī al-Ḥajjaj Yūsuf al-Mizzī, Tahdhīb al-Kamāl fi Asmā‘i al-Rijāl,
(Bairut: Dar al-Fikr, t.th), juz. 14, h. 341. 72Hadis Mauḍu‘ yaitu hadis yang dicipta serta dibuat oleh seorang pendusta, yang ciptaan
itu dinisbahkan kepada Rasulullah secara palsu dan dusta baik desengaja ataupun tidak.
60
SKEMA GABUNGAN HADIS KETIGA (Tidak Nikah Ulang)
Keterangan Warna Garis : عن
حدثنا حدثين
اخربان
عبد الرزاق
W. 211
W.279 الرتمذى
الطرباىن W. 360
W. 275 ابو داود
W. 458 البيهقى
ابن ماجه W. 273
هناد
W. 243 بكر بن خالد ابو
ويحي بن حكيم
W. 256
محمد بن
عمرو
الرازي
محمد بن عبد هللا
ابو سهل
عبد هللا بن
محمد النفيلى
W. 234
الحسن
بن على
W. 237
ابراهيم بن محمدد
W. 184
يونس بن بكير
W. 199
احمد بن سلمان
الحسن
بن مكرم
يزيد بن هارون
W. 206 الفضل سلمه/ ابن
W.190
أحمد بن حنبل
W. 241
محمد بن سلمهW. 191
داود بن الحصين
W. 135
يعقوب بن ابراهيمW. 208
W. 68 ابن عباس
W.104 عكرمه
محمد بن اسحاقW.150
ابراهيم بن سعد
W. 185
رسول هللا
61
BAB IV
PENELITIAN MATAN HADIS TENTANG NIKAH BEDA AGAMA
Kegiatan penelitian Matan Hadis
Kata matan menurut bahasa berarti tanah yang meninggi, sedangkan menurut
istilah yaitu ujung atau tujuan sanad atau suatu kalimat tempat berakhirnya sanad.1
Dilihata dari objek penelitian, sanad dan matan hadis memiliki kedudukan yang sama-
sama penting untuk diteliti dalam hubungannya dengan status keḥujjahan hadis.
Karena menurut ulama hadis barulah dinyatakan ṣaḥīḥ apabila sanad dan matan hadis
itu sama-sama berkualitas ṣaḥīḥ.2
Ulama hadis berbeda-beda dalam memberikan kriteria kesahihan matan hadis.
Perbedaan tersebut biasanya disebabkan oleh latar belakang, keahlian alat bantu dan
persoalan serta masyarakat yang dihadapinya. Ibnu Jauzi misalnya, memberikan tolak
ukur kesahihan matan hadis secara singkat, yaitu setiap hadis yang bertentangan
dengan akal ataupun berlawanan dengan ketentuan pokok agama, hadis tersebut
tergolong Mauḍu’.3 Sedangkan metodologi penelitian matan hadis yang dikemukakan
oleh Muhammad Syuhudi adalah sebagai berikut:
1. Meneliti matan dengan melihat kualitas sanadnya.
2. Meneliti matan yang semakna.
3. Meneliti kandungan matan hadis.
Pendapat yang lain, seperti yang dikemukakan oleh al-Khātib al-Baghdādi dan
Ṣalah al-Din al-Aẓahabi yaitu suatu matan hadis dikatakan sahih apabila memiliki
kriteria sebagai berikut:
1Itang Ranuwijaya, Ilmu Hadis, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1991), h. 94. 2M. Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadis Nabi, (Jakarta: Bulan Bintang, 1992), h.
123. 3‘Abd al- Raḥmān Ibn Jauzi, Al-Mauḍū’āt ,(Bairut: Dar al-Afaq al-Jadidah, 1983), h.258.
62
1. Sanadnya sahih (penentuan kesahihan sanad hadis didahului dengan
kegiatan takhrij dan dilanjutkan dengan kegiatan penelitian sanad hadis).
2. Tidak bertentangan dengan hadis mutawatir atau hadis ahad yang sahih.
3. Tidak bertentangan dengan petunjuk al-Qur’an.
4. Tidak bertentangan dengan akal sehat.
5. Tidak bertentangan dengan sejarah (kesepakatan ulama terdahulu atau
ulama salaf).
6. Susunan pernyataannya menunjukkan ciri-ciri kenabian.4
Beberapa metodologi dari para ulama dalam mengkritik matan hadis yang
telah dipaparkan, adapun yang menjadi unsur-unsur acuan utama yang harus dipenuhi
oleh suatu matan yang berkualitas ṣaḥīḥ adalah yang terhindar dari
Ṣudūd(kejanggalan) dan ‘illat(kecacatan). Disini saya akan menggunakan langkah-
langkah metodologi penelitian matan hadis sebagai berikut:
1. Meneliti Matan dengan Melihat Kualitas Sanad Hadis
Matan hadis tidak dianggap sahih apabila sanadnya diragukan. penelitian
sanad yang telah dilakukan, bahwa saya mendapati hadis di atas yaitu hadis ‘Abd al-
Razzāq dari Ibn Juraij terdapat salah seorang mukharrijnya yang tidak disebutkan
identitasnya, sehingga tidak dapat diketahui kejelasan statusnya, meskipun terdapat
periwayat yang bersifat thiqah, maka hal ini dapat mempengaruhi kesahihan hadis
tersebut. Dan pada hadis ‘Abd al-Razzāq dari Ḥumaid ibn Qais sanadnya tidak
bersambung karena ‘Abd al-Razzāq tidak bertemu langsung dengan gurunya yaitu
Ḥumaid ibn Qais, begitupun Ḥumaid ibn Qais menerima hadis tidak bertemu
langsung dengan gurunya yaitu al-Ḥajjāj ibn Arṭa’ah. Dan pada hadis ‘Abd al-Razzāq
4Bustamin dan M. Isa H.A. Salam, metodologi Kritik Hadis, (Jakarta: PT Raja Grafinda
Persada, 2004), cet. I, h. 62-64.
63
dari Ibrāhīm ibn Muḥammad, terdapat mukharrijnya yang pendusta yaitu Ibrāhīm ibn
Muḥammad.
Hasil penelitian sanad hadis dari tiga hadis yang saya teliti ini berstatus ḍa’if.
Oleh karena itu dengan melihat kulitas sanad, menurut saya telah memenuhi untuk
penelitian matan selanjutnya. Karena sumber acuan utama yang harus dipenuhi oleh
suatu matan yang berkualitas ṣaḥīḥ adalah terhindar dari shaẓ dan ‘illat.5 Berarti,
bahwa kualitas sanad hadis ini telah memenuhi langkah pertama penelitian matan
hadis yang bersangkutan.
2. Meneliti Matan yang Semakna
Perbedaan dalam redaksi (matan) dengan matan hadis yang sejalur dengannya,
karena periwayatan secara makna menurut ulama hadis dapat ditoleransi, sepanjang
tidak menyalahi kandungan makna hadis dari Rasulullah Saw, baik itu pergantian
lafaẓ, perbedaan struktur maupun pengungkapan yang sempurna ataupun tidak,
semuanya masih dapat diterima sebagai sabda yang berasal dari Rasulullah Saw.
Untuk memperjelas adanya perbedaan lafaẓ yang dimaksud, saya telah menghimpun
dan menyandingkan hadis-hadis yang semakna untuk mengetahui bagaimana bentuk
periwayatan dari hadis tersebut, apakah bi al-Lafẓi atau bi al-Ma’na, inilah hadis-
hadis tersebut:
عليه وسلم ، وهاجرت ب عد النبي صلى الل عل . ١ يه وسلم ف الجرة أسلمت زي نب بنت النبي صلى الل
ة مشرك ، ث شهد أبو العاص بدرا مشركا ، األول ، وزوجها أبو العاص بن الربيع بن عبد العزى بك
ة فأسر ف فدى ، وكان موسرا ، ث شهد أحدا أيضا مشركا ، ة ، ث مكث بك ف رجع عن أحد إل مك
ام ن فر من األنصار ، فدخلت ام تجرا ، فأسره بطريق الش زي نب على ما شاء الل ، ث خرج إل الش
5M. Syuhudi Ismail, Kaidah Kesahihan Sanad Hadis: Telaah Kritik dan Tinjauan Pendekatan
Sanad (Jakarta: Bulan Bintang, 1995), h. 111
64
عليه وسلم ، ف قالت ي عليهم أدنهم ؟ قال : وما ذاك ي زي نب ؟ النبي صلى الل : إن المسلمني ي
ز جوار امرأة ب عدها ، ثم أسلم ، قالت : أجرت أب العاص ، ف قال : قد أجزت جوارك ، ث ل ي
6ما ،فكان على نكاحه
عليه وسلم ق بل زوجها أب العاص بسنة ، .۲ ثم أسلم ، ف ردها النب أسلمت زي نب اب نة النبي صلى الل
7صلى اللم عليه وسلم بنكاح جديد.
عليه وسلم وزوجها أبو العاص بن الربيع أسلمت زي نب بنت .۳ ثم -يعين مشرك -النبي صلى الل
8أسلم ب عد ذلك ، فأق رهما النب صلى اللم عليه وسلم على نكاحهما.
9.الربيع بنكاح أحدثهرد زينب ابنته على أب العاص بن ▪
10رد اب ن ته زي نب على أب العاصي بن الربيع بهر جديد ونكاح جديد. ▪
11.(ونكاح جديد )رد اب ن ته إل أب العاص بهر جديد ▪
بنكاحها األول ول حيدث رد رسول هللا صلى هللا عليه و سلم زينب ابنته على زوجها ▪
12شيئا.
6Al-Ḥāfiẓ al-Kabīr Abī Bakr ‘Abd al-Razzāq ibn Hammām al-Ṣan’ānī, al-Muṣannaf, (Bairut:
Majlis Ilmi t.th.), jilid.7, h.171-172. 7Al-Ḥāfiẓ al-Kabīr Abī Bakr ‘Abd al-Razzāq ibn Hammām al-Ṣan’ānī, al-Muṣannaf, (Bairut:
Majlis Ilmi t.th.), jilid.7, h. 168. 8Al-Ḥāfiẓ al-Kabīr Abī Bakr ‘Abd al-Razzāq ibn Hammām al-Ṣan’ānī, al-Muṣannaf, (Bairut:
Majlis Ilmi t.th.), jilid. h. 171. 9Imam al-Ḥāfiẓ Sa’īd ibn Manṣūr ibn Shu’bah al-Khurāsānī al-Makī, Sunan Sa’īd ibn Manṣūr,
(Bairut- Libanon: Dār al-Kutb al-‘Ilmiyyah), cet.2, jilid III, h.73-74. 10Imām al-Ḥāfiẓ Abī al-‘Ulā Muḥammad ‘Abd al-Raḥmān ibn ‘Abd al-Raḥīm al-
Mubārakfūrī, Tuḥfatu al-Aḥwaẓī bi Sharḥ Jāmi’ al-Tirmidhī, (Bairut-Libanon: Dār al-Kutb al-
‘ilmiyyah, 1410 H/1990), cet. I, h. 248-249. 11Al-Ḥāfiẓ al-Jalīl Abī Bakr Aḥmad ibn Ḥusain ibn ‘Alī al-Baihaqī, al-Sunan al-Kubrā, (Bairut: Dar al-
Fikr, 1983), juz. 7, h. 188. 12Abū ‘Abdullah ibn Muḥammad ibn Ḥanbal ibn Hilāl al-Shaibānī, Musnad Imam Aḥmad ibn
Ḥanbal, (Bairut: Dar al-Fikr, 1991), juz. 1, h. 467. Dan al-Ḥāfiẓ Abī Qāsim Sulaimān ibn Aḥmad al-
Ṭabrānī, al-Mu’jām al-Kabīr, (Kairo: Maktabah ibn al-Taimiyah, t.th), Juz. 11, h.228.
65
لنيكاح رد رسول الل صلى الل عليه وسلم زي نب اب ن ته على زوجها أب العاص بن الربيع ب ▪
ئا ل ول حيدث شي .13األو
بيع وكان إسلمها ق بل إسلمه بستي سنني على رد اب ن ته زي نب على أب العاص بن الر ▪
ل ول حيدث شهادة ول صداقا. 14النيكاح األو
ل, ▪ ل حيدث رد رسول الل صلى الل عليه وسلم اب ن ته زي نب على أب العاص بلنيكاح األو
ئا .15شي
بلنيكاح رد النب صلى الل عليه وسلم اب ن ته زي نب على أب العاص بن الربيع ب عد ستي سنني ▪
ل ول حيدث نكاحا .16األو
ل رد اب ن ته على أب العاص بن الربيع ▪ .17ب عد سن تني بنكاحها األو
Matan di atas tampak adanya perbedaan lafaz, بنكاح جديد dan بنكاحها األول.
Dengan demikian apabila ditempuh metode muqāranah terhadap perbedaan lafaẓ pada
berbagai matan yang semakna, maka tidak dapat di toleransi, di dasarkan pada alasan
bahwa masing-masing diantara sanad hadis di atas ada yang tidak ṣaḥīḥ.
3. Meneliti Kandungan Matan Hadis
Meneliti kandunga matan hadis yang perlu diperhatikan untuk penelitiannya
yaitu apakah hadis tersebut bertentangan atau tidak, baik dengan hadis-hadis lain
maupun dengan al-Qur’an sebgai sumber pertama dalam Islam. Namun setelah diteliti
saya berpendapat, bahwa hadis nikah beda agama yang terjadi pada Zainab binti
13Al-Imām al-Ḥāfiẓ al-Muṣannaf al-Muttaqīn Abī Dāwud Sulaimān ibn al-‘Ashath al-
Sajastānī al-Azdā, Sunan Abī Dāwud, (Indonesia: Maktabah Daḥlan, t.th), Juz. I, h. 272. 14Al-Ḥāfiẓ al-Jalīl Abī Bakr Aḥmad ibn Ḥusain ibn ‘Alī al-Baihaqī, al-Sunan al-Kubrā,
(Bairut: Dar al-Fikr, 1983), juz. 7, h. 187. 15Abū ‘Abdullah ibn Muḥammad ibn Ḥanbal ibn Hilāl al-Shaibānī, Musnad Imam Aḥmad ibn
Ḥanbal, (Bairut: Dar al-Fikr, 1991), juz. 1, h. 467. 16Abī ‘Īsā Muḥammad ibn Īsā ibn Saurah al-Tirmidhī, Jāmi’ al-Tirmidhī, (Bait al-Afkār al-
Dauliyah, t.th), h.202. 17Al-Ḥāfiẓ Abī ‘Abdullah Muḥammad ibn Yazīd al-‘Arābī ibn Mājah al-Quzaini, Sunan Ibnu
Mājah, (Riyad:Darusalam al-Nasyr wa al-Tauzi’, 1999),cet. I, h.287. dan al-Ḥāfiẓ al-Jalīl Abī Bakr
Aḥmad ibn Ḥusain ibn ‘Alī al-Baihaqī, al-Sunan al-Kubrā, (Bairut: Dar al-Fikr, 1983), juz. 7, h. 188.
66
Rasulullah tersebut tidak bisa di jadikan hujjah, karena tidak ada hadis ṣaḥīḥ yang
mendukung. Terkait dengan perbandinga antara hadis dengan al-Qur’an, hadis tentang
nikah beda agama Zainab binti Rasullah dengan Abū al- ‘Aṣ tersebut tidak sejalan
dengan al-Qur’an untuk zaman sekarang karena pernikahan tersebut terjadi sebelum
Islam datang.
4. Pendapat Ulama Terhadap Makna Hadis
Pendapat Imam Aḥmad dalam salah satu riwayat darinya, mengatakan bahwa
perempuan musyrik yang masuk Islam tanpa diikuti suaminya, maka pernikahan
antara keduanya bubar dengan sendirinya waktu itu juga. Pendapat ini dinisbatkan
kepada ʻUmar ibn Khaṭṭab, Jābir ibn ʻAbdullah, ʻAbdullah ibn ʻAbbās, Hamad ibn
Zaid, Saʻid ibn Jubair, ʻUmar ibn ʻAbd al-ʻAzīz, Ḥasan al-Baṣri, Ṭawus, Qatadah dan
Syaʻbi ibn al-Munẓir.18
Hal ini mereka berdasar pada QS. al-Baqarah [2]: 221 yang mengharamkan
orang Islam menikah dengan laki-laki dan perempuan musyrik.
وا المشركني حت ول ت نكحوا المشركات حت ي ؤمن وألمة مؤمنة خي من مشركة ولو أعجب تكم ول ت نكح
إل النة والمغفرة ي ؤمنوا ولعبد مؤمن خي من مشرك ولو أعجبكم أولئك يدعون إل النار والل يدعو
رون. آيته للناس لعلهم ي تذك بذنه وي بنيي
“Dan janganlah kamu menikahi perempuan-perempuan musyrik, sebelum
mereka beriman. Sesungguhnya perempuan budak yang mukmin lebih baik dari
perempuan musyrik walau-pun dia menarik hatimu. Dan janganlah kamu menikahkan
orang-orang (laki-laki) musyrik (dengan perempuan-perempuan mukmin) sebelum
mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik dari orang musyrik
walaupun dia menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka sedang Allah mengajak
ke surga dan ahmpunan dengan izin-Nya. Al-lah menerangkan ayat-ayat-Nya
18Ibn al-Qudamah, al-Mughni (Beirut: Dar al-Kutb , Juz.7, t.th), h. 535.
67
(perintah-perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran.” (QS.
al-Baqarah: 221).19
Ayat lain yang melarang orang Islam menikah dengan orang kafir, yang
diterangkan dalam QS. al-Mumtahanah [60]: 10.
مهاجرات فامتحنوهن الل أعلم بميانن فإن علمتموهن مؤمنات يأي ها الذين آمنوا إذا جاءكم المؤمنات
ا أنفقوا ول ج لون لن وآتوهم م م ول هم حي ار ل هن حل ل ناح عليكم أن فل ت رجعوهن إل الكف
تموهن أجورهن ول تسكوا بعصم الكوافر واسألوا ما أنفقتم وليسألوا ماتنكحوه أنفقوا ذلكم ن إذا آت ي
عليم حكيم. نكم والل حكم الل حيكم ب ي
“Hai orang-orang yang beriman, apabila datang berhijrah kepadamu
perempuan-perempuan yang beriman, Maka hendaklah kamu uji (keimanan) mereka.
Allah lebih mengetahui tentang keimanan mereka, maka jika kamu telah mengetahui
bahwa mereka (benar-benar) beriman. Maka janganlah kamu kembalikan mereka
kepada (suami-suami mereka) orang-orang kafir. Mereka tiada halal bagi orang-
orang kafir itu dan orang-orang kafir itu tiada halal pula bagi mereka. Dan
berikanlah kepada (suami suami) mereka, mahar yang telah mereka bayar. Dan tiada
dosa atasmu menikahi mereka apabila kamu bayar kepada mereka maharnya. Dan
janganlah kamu tetap berpegang pada tali (pernikahan) dengan perempuan-
perempuan kafir. Dan hendaklah kamu minta mahar yang telah kamu bayar, dan
hendaklah mereka meminta mahar yang telah mereka bayar. Demikianlah hukum
Allah yang ditetapkanNya di antara kamu. Dan Allah Maha mengetahui lagi Maha
Bijaksana.” (QS. al-Mumtahanah: 10).
Ayat di atas secara tegas mengharamkan seorang muslimah untuk menikah
dengan non-muslim, bahkan sebagian ulama telah menyatakan bahwa masalah ini
sudah menjadi kesepakatan para ulama.20
Ayat di atas juga menunjukkan bahwa, jika seorang isteri masuk Islam,
sedang suaminya masih non-muslim, maka pernikahan mereka berdua harus
dibatalkan, karena Allah Swt melarang untuk mengembalikan isteri yang sudah
19Al-Qur’ān al- Karīm dan Terjemahan Indonesia. Jakarta: Menara Kudus. 2006. 20Abu Hayyan, al-Baḥrul al-Muhīṭ (Beirut: Dar al-Kutb, Juz : 2, t.th) h. 164.
68
masuk Islam kepada suami yang belum masuk Islam. Dengan demikian pendapat
yang membolehkan seorang isteri yang masuk Islam untuk tetap tinggal bersama
suaminya yang masih non-muslim adalah pendapat yang salah dan bertentangan
dengan ayat di atas.21
Secara logika, bahwa seorang laki-laki mempunyai pengaruh yang sangat kuat
terhadap perempuan yang sudah masuk Islam (muslimah), sehingga sangat mungkin
dia akan mengajak, merayu bahkan memaksa istrinya yang sudah muslimah untuk
menjadi kafir kembali.22 Seperti firman Allah dalam QS. Al-Baqarah: 221 yang sudah
disebutkan di atas “Mereka itu akan mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke
surga dan ampunan dengan izin-Nya”.
يدعو إل النة والمغفرة بذنه .أولئك يدعون إل النار والل
Pendapat mayoritas ulama, mengatakan bahwa perempuan non muslim yang
masuk Islam tanpa diikuti suaminya, jika hal itu terjadi sebelum melakukan hubungan
suami isteri, maka pernikahan antar keduanya harus dibatalkan waktu itu juga. Jika
hal itu terjadi setelah mereka berdua melakukan hubungan suami isteri, maka
perempuan itu menunggu habis masa iddahnya, yaitu tiga kali haid, atau tiga bulan
bagi yang tidak haid atau sampai melahirkan jika waktu masuk Islam dalam keadaan
hamil, jika suaminya masuk Islam dalam masa iddah, maka mereka berdua tetap sah
menjadi suami istri, jika suami belum masuk Islam sampai habis masa iddahnya,
maka pernikahan antar keduanya dibatalkan. Pendapat ini termasuk di dalamnya tiga
imam madzhab: Imam Mālik, Syafiʻi dan Aḥmad. Pendapat ini dinisbatkan juga
kepada ʻAbdullah ibn ʻUmar, al-ʻAuzaʻi, Mujahid, al-Laith, al-Zuhri, Isḥāq,
21‘Abd al-ʻAdhīm al-Muṭ’ani, Mulahaẓat Mauḍu‘iyah ḥaula Fatwa al-Islam al-Marʻati Duna
Zaujiha t. th, h. 31 22Al-Kasani, Badai’ as-Shonai’, juz: 2, h. 271.
69
Muhammad ibn al-Ḥasan. Hanya saja Imam Mālik menyatakan bahwa jika yang
masuk Islam suaminya terlebih dahulu, maka nikahnya langsung batal.23
Pendapat ini secara umum sama dengan pendapat Imam Aḥmad. Adapun dalil
yang menunjukkan bahwa isteri yang masuk Islam boleh menunggu suaminya sampai
selesai masa iddahnya adalah mengqiyaskan dengan isteri yang dicerai suaminya
dengan cerai pertama dan kedua, jika suaminya rujuk kembali sebelum masa iddahnya
maka mereka berdua sah, tetapi jika tidak rujuk selama masa iddahnya maka
pernikahan antara keduanya batal dan harus menikah dengan akad baru lagi jika
keduanya ingin rujuk kembali. Pendapat ini merujuk pada hadis ʻAmr ibn al-Syuʻaib
dari bapaknya dari kakeknya bahwasanya ia berkata: “Bahwa Nabi Saw
mengembalikan puterinya Zainab kepada Abu al-‘Aṣ dengan akad nikah baru.”
مذي : حديأن ث ابن النب صلى هللا عليه وسلم رد اب ن ته زي نب على أب العاص بنكاح جديد قال التي
.24عباس أجود إسنادا , والعمل على حديث عمرو بن شعيب
Pendapat Hamad ibn al-Salamah, al-Qatadah, Muḥammad ibn Sirrin, Ibn al-
Taimiyah dan Ibn al-Qayyim. Mengatakan bahwa perempuan non-muslim yang
masuk Islam tanpa diikuti suaminya, maka pernikahan antara keduanya masih
berlangsung, hanya saja perempuan tersebut tidak boleh tinggal bersama suaminya
dalam satu rumah, tetapi harus pisah tempat sambil menunggu suaminya masuk
Islam, suaminya tidak wajib memberikan nafkah, dan tidak boleh melakukan
hubungan suami isteri, karena hubungan antara keduanya sudah terputus, hanya saja
23Al-Mawardi, al-Hawi al-Kabir, (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 1994), Cet. I, Juz. 9, h.
258. Al-Baghawi, Sharḥ al-Sunnah, (Beirut: Dar al-Kutb al-Ilmiyah, 1992), Cet. I, Juz. 5, h. 73. Ibnu
Qudamah, al-Mughni, Juz .7, h. 532-536. 24HR. Al-Tirmidhī, beliau berkata: Hadis Ibn ‘Abbās sanadnya lebih baik, namun yang
diamalkan adalah hadis ‘Amr Ibn Shu‘aib. Hadis ‘Amr ibn Shu‘aib dari bapaknya. Ulama hadis
berbeda pendapat tentangnya, apakah termasuk hadis mursal (terputus) atau muttaṣil (tersambung)
tetapi yang benar bahwa hadis tersebut adalah hadis muttaṣil (tersambung) dan para ulama “hadis dan
fiqih” telah menjadikan hadis tersebut sebagai hujjah sebagaimana yang dinukil oleh Imam Bukhari
bahkan sebagian ahli hadis mengatakan bahwa hadis ‘Amr ibn Shu‘aib dari bapaknya dari kakeknya
seperti hadis Mālik dari Nafi‘ dari Ibnu ‘Umar yaitu sanad yang paling ṣaḥīḥ walaupun sebenarnya
tidak demikian (lihat Ibnu Uthaimin, Sharḥ Bulugh al- Maram, 4/280).
70
jika suaminya masuk Islam, walaupun setelah satu tahun, maka mereka berdua adalah
suami istri yang sah, tanpa harus mengulangi aqad nikah yang baru lagi.
Hadis di atas sebagaimana yang disebutkan oleh Imam Tirmidzī diamalkan
oleh masyoritas ulama walaupun isnadnya lebih lemah dari hadis Ibn al-ʻAbbās, hal
itu karena Zainab binti Rasulullah telah habis masa iddahnya, apabila ingin menikah
dengan suaminya yang terlambat masuk Islam yaitu Abu al-ʻĀṣ ibn al-Rabī’ maka
harus melalui pernikahan baru karena pernikahan pertama telah terputus dengan
habisnya masa iddah.25
Hadis di atas menunjukkan bahwa boleh bagi perempuan yang masuk Islam
menunggu untuk tidak menikah sampai suaminya masuk Islam walaupun hal itu
memakan waktu bertahun-tahun lamanya, dengan catatan istri tersebut harus pisah
tempat tinggal dan putus hubungan dengan suaminya yang masih berstatus non
muslim tersebut.
Sementara QS. al-Māidah [5]: 5 yang membolehkan laki-laki Muslim menikah
dengan perempuan Ahli Kitab.
كم الطييبات وطعام الذين أوتوا الكتاب حل لكم وطعامكم حل لم والمحصنات من الي وم أحل ل
تموهن أجورهن مصنني غي مسافحني المؤمنات والمحصنات من الذين أوتوا الكتاب من ق بلكم إذاآت ي
ل متخذي أخدان ومن يكفر بلميان ف قد حبط عمله وهو ف الخرة من الاسرين.و
“Pada hari ini dihalalkan bagimu yang baik-baik. makanan (sembelihan)
orang-orang yang diberi al-Kitab itu halal bagimu, dan makanan kamu halal (pula)
bagi mereka. (dan dihalalkan menikahi) perempuan yang menjaga kehormatan
diantara permpuan-perempuan yang beriman dan permpuan-permpuan yang
menjaga kehormatan di antara orang-orang yang diberi al-Kitab sebelum kamu, bila
kamu telah membayar mahar mereka dengan maksud menikahinya, tidak dengan
maksud berzina dan tidak (pula) menjadikannya gundik-gundik. Barangsiapa yang
25Ibnu Utsaimin, Sharḥ Bulugh al- Maram, juz. 4, h. 278
71
kafir sesudah beriman (tidak menerima hukum-hukum Islam) maka sungguh sia-sia
amal mereka dan di hari kiamat termasuk orang-orang yang merugi.”( QS. al-
Maidah: 5).
Turunnya ayat ini, apa yang belum diatur sebelumnya, termasuk kasus
pernikahan Zainab dengan Abū al-ʻĀṣ ibn al-Rabī’ jelas tidak berlaku. Karena itu
riwayat yang menyatakan bahwa Zainab dikembalikan kepada Abū al-ʻĀṣ tanpa akad
baru, dapat dianggap bertentangan dengan ayat ini. Dengan begitu, kalaulah ṣaḥīḥ,
maka secara dirayah harus ditolak. Adapun QS. al-Maidah [5]: 5, yang menyatakan
kebolehan perempuan Ahli Kitab dinikahi oleh laki-laki Muslim, tetapi tidak
sebaliknya, tidak dapat digunakan untuk melegalkan kasus “pernikahan Abū al-ʻĀṣ
dengan Zainab” setelah turunnya QS. Al-Baqarah [2]: 221. Pasalnya, posisi QS. Al-
Maidah [5]: 5 ini mentakhṣiṣ QS. Al-Baqarah [2]: 221. Dengan demikian keharaman
menikah dengan orang musyrik hanya berlaku untuk orang musyrik, bukan untuk Ahli
Kitab, dengan ketentuan yang telah diatur dalam QS. Al-Maidah: 5, antara lain: harus
memenuhi kriteria muḥṣanat (menjaga kesucian), bukan diajak berzina (ghayra
musafiḥat) dan bukan menjadi simpanan (wa la muttakhidḥat akhdan).26
Mengenai diamnya Nabi saw. terhadap pernikahan Abū al-ʻĀṣ dan Zainab saat
di Makkah, juga tidak dapat dijadikan dalil, bahwa status pernikahan seperti itu sah
hingga sekarang. Diamnya Nabi Saw memang merupakan bagian dari sunnah.
Namun, peristiwa ini terjadi sebelum QS 2: 221 dan QS 5: 5 diturunkan. Setelah
kedua ayat ini diturunkan, hukum tersebut telah dihapus. Ini dikuatkan dengan
riwayat yang menyatakan, bahwa mereka dinikahkan ulang oleh Nabi dengan akad
dan mahar baru.27
26Nurcholis Madjid, dkk, Fiqih Lintas Agama: Membangun Masyarakat Inklusif-Pluralis,
(Jakarta: Paramadina, 2004), h. 162. 27Al-Baghawi, Sharḥ al-Sunnah, (Beirut: Dar al-Kutb al-Ilmiyah, 1992), cet. I, Juz. 5, h. 73.
72
73
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah melakukan penelitian sanad dan matan hadis tentang nikah beda pada
masa Rasulullah Saw, yaitu Zainab binti Rasullah yang terdapat di dalam kitab al-
muṣannaf ‘Abd-al-Razzāq, maka dapat saya simpulkan:
1. Hadis pertama yang diriwayatkan oleh ‘Abd al-Razzāq dari Ibn Juraij ini
adalah hadis mubham1 karena ada perawi atau orang yang memililki
hubungan dengan riwayat tersebut tidak jelas (tidak diketahui identitasnya),
sehingga keḍobitannya diragukan.
2. Hadis kedua yang diriwayatkan oleh ‘Abd al-Razzāq dari Ḥumaid adalah
hadis Munqaṭi’2 karena terdapat kesamaran mukharrijnya yaitu Ḥumaid
meriwayatkan hadis kepada ‘Abd al-Razzāq dengan selisih usia yang sangat
jauh, dan terdapat juga mukharrij yang hidupnya tidak sezaman, jadi perawi
tersebut ada yang gugur.
3. Hadis ketiga yang diriwayatkan oleh ‘Abd al-Razzāq dari Ibrāhīm ibn
Muḥammad ini adalah hadis mauḍu’3 karena ada seorang periwayat yang
pendusta yaitu Ibrāhīm ibn Muḥammad.
1Hadis yang nama perawinya atau orang yang memililki hubungan dengan riwayat tersebut
tidak jelas, baik pada matan maupun sanad. 2Hadis yang sanadnya tidak bersambung dari sisi manapun, baik terputusnya pada bagian
awal, akhir atau pertengahan sanad, terputusnya sanad bisa disatu tempat atau lebih dari satu atau dua
tempat. 3Hadis yang direkayasa atau dusta yang dibuat-buat, kemudian dinisbahkan kepada Nabi.
74
Dari penelitian tersebut disimpulkan bahwasannya hadis Nikah Beda Agama
dalam kitab al-Muṣannaf ‘Abd al-Razzāq ini tidak bisa dijadikan sebagai hujjah
karena ketiga hadis tersebut adalah dha’if bahkan maudhu’ selain itu keadaannya
juga terjadi sebelum adanya Islam.
A. Saran-saran
beberapa hal yang saya tulis dalam skripsi ini, saya mencoba menyampaikan
saran-saran sebagai berikut:
1. Melihat tujuan dari menikah adalah untuk membangun rumah tangga yang
kekal dan abadi dan berdasarkan kepada Ketuhann Yang Maha Esa sesuai UU
2. Pernikahan itu alangkah baiknya dilakukan dengan seagama dan satu
keyakinan supaya dikemudian hari tidak ada terjadi masalah seperti
melaksanakan ibadah dan harta warisan serta dapat menyebabkan
konsekwensi jangka panjang dari sissi psikologis,ada banyakt antangan yang
dihadapi oleh keluarga salah satu contohnya dalammengasuh anak akan
merasa tidak aman.
3. Sebagai warga negara Indonesia tentunya kita semua harus tunduk kepada
peraturan perundang-undangan Indonesia, dalam hal ini yang menyangkut dengan
pernikahan/perkawinan adalah UU No. 1 Tahun 1974 tentang pernikahan yang
berlaku bagi semua warga negara Indonesia. Di dalam undang-undang tersebut
belum secara tegas melarang pernikahan beda agama. Maka dari itu untuk
menghindari pernikahan beda agama dan akibat dari nikah beda agama tersebut
diharapkan pemerintah membentuk undang-undang baru untuk melarang secara
tegas pernikahan beda agama.
75
4. Berdasarkan kajian bahwa secara mufakat jumhur ulama melarang pernikahan
beda agama karena berdasarkan al-Qur’an dan Hadis. Oleh karena itu bagi
masyarakat Indonesia khususnya jangan sampai terjadi atau melakukan
pernikahan beda agama.
76
DAFTAR PUSTAKA
‘Abd al-Raḥmān, ‘Aisyah. Banāt al-Nabiy. Beirut: Dar al-Kutb. 2009.
‘Ajjaj, al- Khatib Muhammad. Ushul al-Hadis Pokok-pokok Ilmu Hadis. Terjemah
Qadirun Nur dan Ahmad Musyafiq. Jakarta: Gaya Media Pertama.1998.
‘Asqalānī, Aḥmad ibn ‘Alī ibn Ḥajar. Al-Isḥābah fī Tamyiz al-Ṣaḥābah. Beirut: Dar
al-Kutb al-‘Ilmiyyah. 1995.
‘Asy’āriy, Hasyim. Irsyād al-Sāriy. Jombang: Maktabah al-Islamiy. t.th.
Abū Zaḥwa, Muhammad. Al-Hadith wa al-Muḥaddithun. Mesir: Shirkah Misriyah.
t.th.
Ali Hasan, Muhammad. Mathail Fiqhiyyah al-Ḥadīthah. Pada Masalah-Masalah
Kontemporer Hukum Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 1997.
Amin, H. Phil Kamaruudin. Metode Kritik Hadits. Yogjakarta: Mizan. t.th.
Al-Baghawi, Syarḥ al-Sunnah. Beirut: Dar al-Kutb al-Ilmiyah. 1992.
Al-Baihaqī, ibn ‘Alī al-Jalīl Abī Bakr Aḥmad ibn Ḥusain. Al-Sunan al-Kubrā. Bairut:
Dar al-Fikr. 1983.
Bustamin. Menguak Hadis Palsu yang Masyhur; Upaya Otentivikasi Sabda Nabi.
Jurnal Kajian Agama dan Filsafat, vol. VII, no. 3, 2005.
--------------- dan M. Isa HA Salam. Metodologi Kritik Hadis. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada. 2004.
Fatkhi, Rifqi Muhammad. Hadis dan Hegemoni Paradigma Orientasi Fiqh. Jurnal
Kajian Agama dan Filsafat, vol. X, no. 3, 2008.
Hadari, Nawawi. Metode Penelitian Bidang Sosial. Jakarta: Gajah Mada University
Press. 1991.
77
Hayyan, Abū. Al-Baḥr al-Muhīṭ. Beirut: Dar al-Kutb. t.th.
Al-Hindī, ‘Alā’uddīn ‘Alī al-Muttaqī ibn Ḥisāmuddīn. Kanz al-‘Ummāl fī Sunan al-
Aqwāl wa al-Af’āl. Beirut: Muasasah al-Risālah. 1979.
Ismail, M. Syuhudi. Metodologi Penelitian Hadis Nabi. Jakarta: Bulan Bintang. 2007.
----------------, Metodologi Penenlitian Hadis Nabi. Jakarta: PT. Bulan Bintang. 1992.
Al-Jauziyah, Ibn Qayyim. ‘Awn al-Ma’būd Sharḥ Sunan Abī Dāwud. al-Maktabah al-
Salafiyah, t.th.
Kurdi dkk. Hermeneutika al-Qur’an dan Hadis.Yogyakarta: El-Saq Press. 2010.
Madjid, Nurcholis dkk. Fiqih Lintas Agama: Membangun Masyarakat Inklusif
Pluralis. Jakarta: Paramadina. 2004.
Al-Makī, Sa’īd ibn Manṣūr ibn Shu’bah al-Khurāsānī. Sunan Sa’īd ibn Manṣūr.
Bairut- Libanon: Dār al-Kutb al-‘Ilmiyyah. t.th.
Al-Manar, Abduh. Studi Ilmu Hadis. Jakarta: Pustaka Setia. 2006.
Al-Mawardi. al-Hawi al-Kabīr. Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah.1994.
Al-Mizzī, Yūsuf ibn ‘Abdirraḥmān ibn Yūsuf Jamāl al-Dīn. Tahdhīb al-Kamāl fi
Asmā‘i al-Rijāl.Beirut: Muasasah al-Risālah. 1980.
Al-Mubārakfūrī, Muḥammad ‘Abd al-Raḥmān ibn ‘Abd al-Raḥīm. Tuḥfatu al-
Aḥwadzī bi Sharḥ Jāmi’ al-Tirmidzī. Beirut-Libanon: Dar al-Kutb al-
‘ilmiyyah. 1990.
Munawwir, Ahmad Warson. Kamus al-Munawwir. Surabaya: Pustaka Progressif.
1997.
Al-Muṭ’ani, ‘Abd al-ʻAdhīm. Mulaḥaẓat Mauḍu’iyah Ḥaula Fatwa Islam al-Marʻati
Duna Zaujiha wa hal Yufarraq Bainahuma. t. th.
78
Nurcholis, Ahmad & Baso, Ahmad. Pernikahan Beda Agama; Kesaksian, Argumen
Keagamaan dan Analisis Kebijakan. Jakarta: Komnas HAM, 2005.
Qarḍāwī, Yusuf. Kayfa Nata’ammal ma’a al-Sunnah al-nabawiyyah. diterjemahkan
oleh Saifullah Kamalie. Metode Memahami al-Sunnah dengan Benar. Jakarta:
Media Da’wah. 1994.
--------------- Kayfa Nata’ammal ma’a al-Sunnah al-Nabawiyah. diterjemahkan oleh
Muhammad al-Baqir. Bagaimana Memahami Hadis Nabi Saw Bandung:
Kharisma.1994.
Al-Qazwainī, ibn Mājah Abī ‘Abdillāh Muḥammad ibn Yazīd al-‘Arābī. Sunan Ibnu
Mājah. Riyad: Dār al-Salām al-Nashr wa al-Tauzi’. 1999.
Al-Qudamah, Ibn. Al-Mughni. Beirut: Dar al-Kutb. t.th.
Raharusun, Agus Suyadi. Pengantar Studi Hadits. Bandung: Pustaka Setia. 2007.
Ranuwijaya, Itang. Ilmu Hadis. Jakarta: Gaya Media Pratama. 1991.
Ridha, Muhammad Rasyid dan Abduh, Muhammad. Tafsir al-Manar. Kairo: Dar al-
Ma’rifah. t.th.
Rosyada, Dede. Sukardja, Quraish Ahmad dan Yatim, Badri. Sejarah dan Ulum al-
Qur’ān. Jakarta: Pustaka Firdaus.
Salim, Muhammad Ibrāhīm. Bunga-bunga di Taman Hati Rasulullah. Solo: Pustaka
Mantiq. 1993
Al-Ṣan’ānī, Abī Bakr ‘Abd al-Razzāq ibn Hammām. Al-Muṣannaf. Bairut: Majlis
Ilmi t.th.
Al-Shaibānī, Abū ‘Abdullah ibn Muḥammad ibn Ḥanbal ibn Hilāl. Musnad Imam
Aḥmad ibn Ḥanbal. Bairut: Dar al-Fikr. 1999.
79
Al-Ṣiddiqiy, M. Hasbi. Sejarah Pengantar Ilmu Hadis. Semarang: Pustaka Rizki
Putra. 2001.
Su’ud Ajjin, Ibrāhīm. Manhaj al-Ḥafiẓ ‘Abd al-Razzāq fī Muṣannifihi. Kairo:
Maktabah Islamiyah, t.th.
Al-Ṭabrānī, Al-Ḥāfiẓ Abī Qāsim Sulaimān ibn Aḥmad. Al-Mu’jam al-Kabīr. Kairo:
Maktabah ibn al-Taimiyah. 260H-360H.
Al-Tahhan, Maḥmud. Metode Takhrij dan Penelitian Sanad Hadis. Penerjemah
Ridwan Naṣir. Surabaya: PT. Bina Ilmu. 1995.
Tim Penyusun. Pedoman Akademik Strata 1 2013/2014 UIN Syarif Hidayatullah.
Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah. 2013.
Tim Penyusun. Al-Qur’ān al- Karīm dan Terjemahan Indonesia. Jakarta: Menara
Kudus. 2006.
Al-Tirmidzī, Abī ‘Īsā Muḥammad ibn ‘Īsā ibn Saurah. Jāmi’ al-Tirmidzī. Bait al-
Afkār: al-Daguliyah. t.th.
Wensinck, A.J. Al-Mu’jam al-Mufahras li Alfaẓ al-Ḥadith al-Nabawī. Leiden: Brill.
1967.
Yusuf, Hery. Ensiklopedi Tokoh Islam: Dari Abu Bakar Hingga Nasr dan Qardhawi,
Jakarta: Mizan Republika. 2003.
80