Kti Pengetahuan Ibu Tentang Pemberian Asi Eksklusif Pada Bayi Umur 0
-
Upload
lia-etika-amelia -
Category
Documents
-
view
1.258 -
download
5
Transcript of Kti Pengetahuan Ibu Tentang Pemberian Asi Eksklusif Pada Bayi Umur 0
KTI PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI UMUR 0-6 BULAN
PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI UMUR 0-6 BULAN DI PUSKESMAS GRAJAGAN
KECAMATAN PURWOHARJO BANYUWANGI
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bila setiap orang tua mampu menyadari akan pentingnya ASI eksklusif bagi bayi
yang dilahirkan, maka masa depan generasi mendatang akan lebih baik dan berguna
bagi orang tua, bangsa dan negera. Salah satunya untuk mewujudkan hal itu adalah
dengan memberikan ASI eksklusif sejak dini. ASI eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI
saja tanpa tambahan cairan lain, dan tanpa tambahan makanan lain yang diberikan
pada bayi sampai umur 6 bulan (Dinkes, 2008). ASI mengandung semua zat gizi yang
diperlukan bayi dan di produksi khusus oleh tubuh ibu untuk bayinya. Agar ASI cepat
keluar maka dianjurkan bayi disusui dalam 30 menit pertama setelah dilahirkan.
Komposisi ASI yang sesuai untuk kebutuhan bayi dan mengandung Zat pelindung
dengan kandungan terbanyak ada pada kolustrum. Kolustrum adalah ASI yang
berwarna kekuningan yang dihasilkan tiga hari pertama setelah bayi lahir.
Banyak penelitian yang membuktikan bahwa Air Susu Ibu (ASI) merupakan
makanan terbaik dan utama bagi bayi, karena didalam ASI terkandung antibodi yang
diperlukan bayi untuk melawan penyakit-penyakit yang menyerangnya. Pada dasarnya
ASI adalah imunisasi pertama karena ASI mengandung berbagai zat kekebalan antara
lain imunoglobin. Bayi yang tidak mendapat ASI beresiko terhadap infeksi saluran
pernafasan (seperti batuk, pilek) diare dan alergi (Soekirman, 2006: 48-51). Namun
saat ini pemberian ASI eksklusif semakin menurun, penyebab menurunnya pemberian
ASI eksklusif adalah kurangnya pengetahuan ibu tentang pentingya pemberian ASI
eksklusif, pemasaran susu formula, faktor sosial, ekonomi. Selain itu juga masih banyak
masyarakat yang suka memberi MP-ASI terlalu dini (Agnes, 2007).
Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatana Indonesia (SDKI) tahun 2007-
2008 pemberian ASI eksklusif pada bayi berumur 2 bulan hanya 64%. Prosentase ini
menurun dengan jelas menjadi 45% pada bayi berumur 2-3 bulan dan 14% pada bayi
berumur 4-5 bulan. Hanya 40% bayi mendapatkan ASI dalam satu jam kelahiran
sedangkan pemberian ASI eksklusif di kota Surabaya dari 15.983 bayi berusia 6 bulan,
hanya 3.302 bayi diantaranya yang mendapat ASI. Baru sekitar 20,66% bayi mendapat
ASI secara eksklusif (Ririn Nur Febriani, 2009).
Dari data Dinas Kesehatan Banyuwangi bagian Kesehatan Keluarga didapatkan
data cakupan ASI eksklusif sebesar 61,93%, dan Puskesmas Grajagan terdapat 50
bayi yang berumur 0-6 bulan hingga saat ini ibu yang menerapkan ASI eksklusif hanya
40% dari target yang sudah ditentukan.
Pada dasarnya saat ini banyak ibu yang memberikan pengganti ASI sebelum
bayi berumur 6 bulan. Seharusnya pemberian ASI paling baik diberikan sampai umur 6
bulan tanpa tambahan makanan apapun. Jika dipaksa untuk mengonsumsi selain ASI
tidak menutup kemungkinan bayi bisa sakit. Hal ini dikarenakan dapat mengakibatkan
kekebalan bayi menurun. Padahal pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama
terbukti menurunkan angka kematian bayi (AKB) dan angka kematian ibu (AKI) yang
merupakan indikator kesehatan (Kompas, 2007).
Untuk mengatasi masalah tersebut, pemerintah membuat program-program yang
dapat mendukung penggunaan ASI eksklusif antara lain melalui pemberian pendidikan
kesehatan tentang pentingnya pemberian ASI eksklusif pada masyarakat. Penelitian-
penelitian yang dapat menunjang program pemberian ASI eksklusif seperti tentang
komposisi ASI juga terus dilakukan. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang ”Pengetahuan Ibu Tentang Pemberian ASI Eksklusif pada Bayi Umur
0-6 bulan di Puskesmas Grajagan Kecamatan Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi”.
B. Pembatasan Dan Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas banyak sekali faktor yang mempengaruhi
pengetahuan ibu, maka dari itu peneliti membatasi pada tingkat tahu.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Bagaimanakah pengetahuan ibu
tentang pemberian ASI eksklusif pada bayi umur 0-6 bulan di Puskesmas Grajagan
Kecamatan Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi?
C. Tujuan Penelitian
Dari uraian pembatasan dan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian adalah
untuk mengetahui pengetahuan ibu tentang pemberian ASI eksklusif pada bayi umur 0-
6 bulan di Puskesmas Grajagan Kecamatan Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi.
D. Manfaat Penelitian
1. Secara Teoritis
Penelitian ini sangat bermanfaat untuk mengetahui secara spesifik mengenai
pengetahuan ibu tentang pemberian ASI eksklusif.
2. Secara Praktis
Meningkatkan kualitas pengetahuan kesehatan khususnya tentang pemberian
ASI eksklusif.
3. Bagi Peneliti
Penelitian ini sebagai sarana untuk belajar menerapkan teori yang telah
diperoleh dalam bentuk nyata dan meningkatkan daya berpikir dalam
menganalisa suatu masalah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Konsep Dasar Pengetahuan
a. Arti Pengetahuan
1) Pengetahuan adalah hasil atau dan dini terjadi setelah orang melakukan
pengindraan terhadap satu obyek tertentu. Pengindraan terjadi melalui
panca indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba
sehingga sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata
dan telinga. Jadi pengetahuan merupakan hasil pengindraan kita.
(Notoadmojo, 2003 : 127-128)
2) Pengetahuan adalah hasil tahu dari manusia yang sekedar menjawab
pertanyaan “what” misalnya : apa air, apa manusia, apa alam, dan
sebagainya.(Notoadmojo, 2005 : 3).
Pengetahuan mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku
baru didalam diri orang tersebut terjadi proses sebagai berikut:
1) Awareness (Kesadaran) dimana orang tersebut menyadari dalam arti
mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulasi (Obyek)
2) Interest (Merasa tertarik) terhadap stimulasi atau obyek tersebut disini sikap
obyek mulai timbul
3) Evaluation (Menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulasi
tersebut bagi dirinya, hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
4) Trial, dimana subyek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan
apa yang di kehendaki.
5) Adaption, dimana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan
pengetahuan, kesadaran dan sikap terhadap stimulasi.
Namun demikian dari penelitian selanjutnya Rogers menyimpulkan bahwa
perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap diatas. (Notoadmojo,
2003:128)
b. Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan yang di cakup dalam demain kognitif menurut Soekijo
Notoadmojo (2003) mempunyai 6 tingkatan yaitu :
1) Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah di pelajari
sebelumnya, pada tingkatan ini reccal (mengingat kembali) terhadap
sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsang
yang diterima. Oleh sebab itu tingkatan ini adalah yang paling rendah.
2) Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang objek yang di ketahui dan dapat menginter
prestasikan materi tersebut secara benar tentang objek yang dilakukan
dengan menjelaskan, menyebutkan contoh dan lain-lain.
3) Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi riil (sebenarnya).
Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-
hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam kontak atau
situasi yang lain.
4) Analisis (Analysis)
Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan suatu materi atau
objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih didalam suatu struktur
organisasi tersebut dan masih ada kaitan satu sama lain, kemampuan
analisis ini dapa dilihat dari penggunaan kata kerja dapat
menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan
sebagainya.
5) Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan
atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru. Dengan kata lain sintesis ini suatu kemampuan untuk
menyusun, dapat merencanakan, meringkas, menyesuaikan terhadap
suatu teori atau rumusan yang telah ada.
6) Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
penilaian terhadap suatu materi atau objek penilaian-penilaian itu
berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan
kriteria-kriteria yang telah ada.
c. Cara Memperoleh Pengetahuan
Pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari pengalaman yang
berasal dari berbagai macam sumber, misalnya : media massa, media
elektrotik, buku petunjuk, petugas kesehatan, media poster, kerabat dekat
dan sebagainya
Menurut Notoadmojo (2002) dari berbagai macam cara yang telah di
gunakan untuk memperoleh kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah,
dapat dikelompokkan menjadi dua yakni : cara tradisional atau non ilmiah
dan cara modern atau yang disebut dengan cara ilmiah
1) Cara Tradisional Atau Non Ilmiah
Cara tradisional terdiri dari empat cara yaitu :
a) Trial and Error
Cara ini dipakai orang sebelum adanya kebudayaan, bahkan
mungkin sebelum adanya peradaban. Pada waktu itu bila seseorang
menghadapi persoalan atau masalah, upaya yang dilakukan hanya
dengan mencoba-coba saja. Cara coba-coba ini dilakukan dengan
menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah, dan
apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil maka di coba
kemungkinan yang lain sampai berhasil. Oleh karena itu cara ini
disebut dengan metode Trial (coba) dan Error (gagal atau salah atau
metode coba salah adalah coba-coba).
b) Kekuasaaan Atau Otoritas
Dalam kehidupan manusia sehari-hari, banyak sekali kebiasaan
dan tradisi yang dilakukan oleh orang, penalaran, dan tradisi-tradisi
yang dilakukan itu baik atau tidak. Kebiasaan ini tidak hanya terjadi
pada masyarakat tradisional saja, melainkan juga terjadi pada
masyakat modern. Kebiasaan-kebiasaan ini seolah-olah diterima dari
sumbernya berbagai kebenaran yang mutlak. Sumber pengetahuan
ini dapat berupa pemimpin-pemimpin masyarakat baik formal
maupun informal, ahli agama, pemegang pemerintahan dan
sebagainya.
c) Berdasarkan Pengalaman Pribadi
Adapun pepatah mengatakan “Pengalaman adalah guru
terbaik“. Pepatah ini mengandung maksud bahwa pengalaman itu
merupakan sumber pengetahuan atau pengalaman itu merupakan
suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan.
d) Jalan Pikiran
Sejalan perkembangan kebudayaan umat kebudayaan umat
manusia cara berpikir umat manuasiapun ikut berkembang. Dari sini
manusia telah mampu menggunakan penalarannya dalam
memperoleh pengetahuan. Dengan kata lain, dalam memperoleh
kebenaran pengetahuan manusia telah menjalankan jalan
pikirannya, baik melalui induksi maupun deduksi. Induksi dan
deduksi pada dasarnya adalah cara melahirkan pemikiran secara
tidak langsung melalui pertanyaan-pertanyaan yang dikemukakan.
2) Cara Modern Atau Cara Ilmiah
Cara baru memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih
sistematis, logis dan ilmiah yang disebut metode ilmiah. Kemudian
metode berfikir induktif bahwa dalam memperoleh kesimpulan dilakukan
dengan mengadakan observasi langsung, membuat catatan terhadap
semua fakta sehubungan dengan objek yang diamati.
(Notoatmodjo, 2002: 11-18).
d. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan
Pengetahuan ini dapat membentuk keyakinan sehingga seorang
berperilaku sesuai tertentu keyakinan tersebut.
Ada 3 faktor yang mempengaruhi kehidupan ibu :
1) Faktor predisposisi
a) Umur
Umur adalah usia individu yang terhitung mulai saaat dilahirkan
sampai berulang tahun, semakin cukup umur, tingkat kematangan
dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan
bekerja.
b) Pendidikan
Semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin mudah menerima
Informasi, sehingga semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki.
Sebaiknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan
sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang di perkenalkan.
c) Pengalaman
Pengalaman merupakan guru yang terbaik. Pepatah tersebut dapat
diartikan bahwa pengalaman merupakan sumber pengetahuan, atau
pengalaman itu merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran
pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman pribadipun dapat
digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan.
d) Pekerjaan
Menurut Markum (1991) bekerja umumnya merupakan kegiatan yang
menyita waktu, bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh
terhadap kehidupan keluarga.
2) Faktor Pendukung
a) Informasi
Informasi adalah penerangan, pemberitahuan, kabar atau berita
tentang suatu keseluruhan makna yang menunjang amanat. Informasi
memberikan pengaruh kepada seseorang meskipun orang tersebut
mempunyai tingkat pendidikan rendah tetapi jika ia mendapatkan
Informasi yang baik dari berbagai media, maka hal ini dapat
meningkatkan pengetahuan orang tersebut.
b) Lingkungan
Lingkungan adalah Seluruh kondisi yang ada di sekitar manusia dan
pengaruhnya dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang
atau kelompok. Menurut Ann Manner (1998) lingkungan memberikan
pengaruh sosial pertama bagi seseorang dimana seseorang dapat
mempelajari hal-hal yang baik dan juga hal-hal yang buruk tergantung
pada sifat kelompok dalam lingkungan alam.(Nursalam, 2001: 133)
3) Faktor Pendorong
a) Sikap Petugas
Tatalaksana yang menunjang keberhasilan menyusui harus di
laksanakan seperti :
(a) Bayi baru lahir segera di berikan pada ibu untuk segera disusui
(b) Merawat bayi bersama ibunya
(c) Mengajarkan teknik menyusui yang benar
(d) Mengajarkan cara pengeluaran ASI secara manual
(e) Jangan menjadualkan pemberian ASI
(f) Jangan memberikan kempeng atau dot pada bayi
b) Dari Keluarga
Keluarga (suami, nenek, bibik dan sebagainya) perlu di Informasikan
bahwa seorang ibu perlu dukungan dan bantuan keluarga agar ibu
berhasil menyusui misalnya dengan menggantikan sementaratugas
rumah tangga ibu (seperti memasak, mencuci, membersihkan rumah)
ibu dan bayi membutuhkan waktu berkenalan.
e. Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau
kuesioner yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek
penelitian atau responden. (Notoadmodjo, 2003 : 130)
Skala ini menggunakan data kuantitatif yang berbentuk angka-angka
yang menggunakan alternatif jawaban serta menggunakan peningkatan yaitu
kolom menunjukkan letak ini maka sebagai konsekuensinya setiap
centangan pada kolom jawaban menunjukkan nilai tertentu. Dengan
demikian analisa data dilakukan dengan mencermati banyaknya centangan
dalam setiap kolom yang berbeda nilainya lalu mengalihkan frekuensi pada
masing-masing kolom yang bersangkutan. Disini peneliti hanya
menggunakan 2 pilihan yaitu :
1) “Benar” (B)
2) “Salah” (S)
Prosedur berskala atau (scaling) yaitu penentu pemberian angka atau
skor yang harus diberikan pada setiap kategori respon perskalaan.
Untuk mengukur pengetahuan menggunakan rumus :
Keterangan :
P : Prosentase
f : Jumlah jawaban yang benar
h : Jumlah skor maksimal jika semua pertanyaan di jawab benar
Berdasarkan hasil perhitungan, kemudian hasilnya di interprestasikan
dalam beberapa kategori yaitu:
Baik : 76 - 100%
Cukup baik : 56 - 75%
Kurang baik : 40 - 55%
Tidak baik : <40%
(Arikunto, 2006:246)
2. Konsep Dasar Bayi
ASI merupakan makanan bayi yang paling sempurna karena di dalamnya
mengandung semua nutrien yang di perlukan bayi serta dalam komposisi
(Perbandingan) yang ideal. Bayi adalah seorang anak yang belum dapat
berjalan sehingga sangat perlu diberikan ASI eksklusif. Di harapkan bahwa
pertumbuhan maupun perkembangan bayi akan berlangsung lebih baik. Hal itu
meliputi pertumbuhan jasmani, perkembangan kecerdasan serta perkembangan
psikologis yakni kasih sayang timbal balik antara bayi dan ibu yang
mencerminkan akhlak yang luhur.
Manfaat Gizi bagi bayi
Pada umumnya bayi dilahirkan setelah dikandung selama kurang lebih 40
minggu, dengan berat badan sekitar 3 kg dan panjang badan 50 cm. Pada
minggu pertama berat badan akan menurun, kemudian naik terus-menerus
sesuai bertambahnya umur, kecepatan kenaikan berat badan pada setiap
triwulan tidak sama, demikian juga pertambahan panjang badan. Faktor utama
yang mempengaruhi tumbuh kembang bayi normal adalah masukan makanan
yang kualitas maupun kuantitasnya baik, manfaat masukan makanan atau gizi
yang berkualitas maupun kuantitasnya baik selain untuk tumbuh kembang bayi
adalah untuk menjaga kesehatan bayi atau mencegah timbulnya berbagai
penyakit.(Erna Francin Paath, 2005:102-104)
Apa yang dimakan bayi sejak usia dini merupakan pondasi penting bagi
kesehatan dan kesejahteraannya di masa depan. Keadaan gizi ibu pada
kehamilan merupakan penentu utama bagi kelangsungan hidup anaknya
menurunnya pertumbuhan pada bayi usia 4 bulan merupakan tanda terjadinya
keadaan gizi yang tidak baik. Kejadian ini bisa disebabkan oleh dua hal yaitu
karena asupan makanan yang salah atau tidak memenuhi gizi seimbang karena
penyakit infeksi dan yang kedua penyebab langsung kurang gizi. (Soekirman,
2006: 62)
3. Konsep Dasar ASI Eksklusif
a. ASI
ASI adalah satu-satunya makanan dan minuman yang dibutuhkan
bayi hingga enam bulan. ASI adalah makanan bernutrisi dan berenergi tinggi,
yang mudah untuk di cerna. (Bunda, 2008)
b. ASI Eksklusif
ASI eksklusif atau lebih tepat pemberian ASI secara eksklusif adalah
Bayi hanya diberikan air susu tanpa makanan tambahan lain dianjurkan
sampai enam bulan dan di susui sedini mungkin. (Siswono, 2005)
ASI eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja tanpa tambahan
cairan lain, dan tanpa tambahan makanan lain yang diberikan pada bayi
berumur 0 - 6 bulan (Dinkes, 2008)
Riset media mengatakan bahwa ASI eksklusif membuat bayi
berkembang dengan baik pada enam bulan pertama bahkan pada usia lebih
dari enam bulan.
c. Manfaat Pemberian ASI
1) Bagi Bayi
a) ASI sebagai nutrisi
Air susu seorang ibu juga secara khusus disesuaikan untuk
bayinya sendiri, misalnya ASI dari seorang ibu yang melahirkan bayi
prematur komposisinya akan berbeda dengan ibu yang melahirkan
bayi cukup bulan. ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal
dengan komposisi yang seimbang dan disesuaikan dengan
pertumbuhan kebutuhan bayi yang paling sempurna baik kualitas
maupun kuantitasnya.
b) ASI meningkatkan daya tahan tubuh bayi
Bayi yang baru lahir secara alamiah mendapat imunoglobulin
(zat kekebalan tubuh) dari ibunya melalui ari-ari. Namun kadar zat ini
akan cepat sekali menurun segera setelah bayi lahir. Badan bayi
sendiri baru membuat zat kekebalan cukup banyak sehingga
mencapai kadar propektif pada waktu berusia 9 sampai 12 bulan.
c) ASI eksklusif meningkatkan kecerdasan
Dengan memberikan ASI secara eksklusif sampai bayi berusia
enam bulan akan menjamin tercapainya perkembangan potensi
kecerdasan anak secara optimal. Hal ini karena selain sebagai nutren
yang lokal dengan komposisi yang tepat, serta disesuaikan dengan
kebutuhan bayi. ASI juga mengandung nutren-nutren khusus yang
diperlukan otak agar tumbuh optimal.
d) ASI eksklusif meningkatkan jalinan kasih sayang
Bayi yang sering berada dalam dekapan ibu karena menyusui
akan merasakan kasih sayang ibunya. Ia juga akan merasa aman
tentram terutama karena masih dapat mendengar detak jantung ibunya
yang sudah ia kenal sejak dalam kandungan.
2) Bagi Ibu
a) Menjarangkan kehamilan
Menyusui merupakan cara kontrasepsi yang aman murah dan cukup
berhasil
b) Lebih ekonomis / murah
Dengan memberikan ASI berarti menghemat untuk pengeluaran susu
formula perlengkapan menyusui dan persiapan pembuatan minum
susu formula.
c) Tidak merepotkan dan hemat waktu
ASI dapat segera diberikan pada bayi tanpa harus menyiapkan atau
memasak air, juga tanpa harus mencuci botol dan tanpa menunggu
d) Halal
e) Mudah di cerna dan lain-lain.
f) Mencegah Perdarahan Post Partum
Hisapan bayi menghasilkan hormon progesteron yang merangsang
kontraksi rahim untuk mencegah perdarahan
g) Mengecilkan rahim
Dengan meningkatnya hormon oksitosin, membantu rahim kembali
keukuran semula.
h) Mengurangi terjadinya anemia
Resiko anemia karena kekurangan zat besi dapat dihindari dengan
penundaan kembalinya masa haid dan pengurangan perdarahan.
i) Lebih cepat langsing kembali
Di perlukan energi untuk menyusui dan pembentukan ASI diambil dari
cadangan lemak yang tertimbun.
j) Menimbulkan ikatan batin yang kuat antara ibu dan anak
k) Mengurangi kemungkinan kanker payudara, rahim dan ovarium
l) Mengurangi kemungkinan oesteoporosis dan rematik
Resiko terkena oesteoporosis 4 kali lebih kecil dibandingkan dengan
wanita yang tidak menyusui.
m) Portabel dan praktis
Mudah dibawa, kapan dan dimana saja, siap minum dengan suhu yang
selalu tepat.
d. Tanda ASI cukup pada bayi
1) Bayi buang air kecil 5-6 x sehari
2) Bayi buang air besar 2x atau lebh sehari
3) Mengakhiri menyusu sendiri
4) Bayi rileks dan puas setelah minum
5) Bayi bertambah berat badan sekitra 750 gram – 1 kilogram setiap
bulannya. (March, 2007)
e. Komposisi yang terkandung dalam ASI
1) Protein
Protein dalam ASI mencapai kadar yang lebih dari cukup untuk
pertumbuhan optimal, sementara ASI juga mengandung muatan yang
mudah larut yang sesuai untuk ginjal bayi yang belum matang.
2) Lemak
Seperti halnya substansi protein dalam ASI dapat membantu absorsi
lemak. Fungsi kolesterol dengan kadar tinggi dalam ASI tidak sepenuhnya
dipahami tetapi di perkirakan bahwa kadar awal ini dapat mempengaruhi
tubuh dalam menangani suatu substansi di kemudian hari.
3) Karbohidrat – Laktosa
Perkembangan sistem saraf pusat merupakan bagian dari fungsi
laktosa dalam ASI; laktosa juga memberi sekitar 40% kebutuhan energi
bayi. Asupan laktosa yang berlebihan kadang-kadang dicurigai terjadi
pada bayi yang mendapat ASI, yang bersifat mudah marah, gelisah dan
konsistensi feces encer.
4) Vitamin
ASI memberi vitamin yang cukup bagi bayi, walaupun kadarnya
bervariasi sesuai dengan alat maternal. Penting bagi bayi untuk
mendapatkan kolustrum dan kemudian susu awal untuk memastikan
bahwa vitamin yang larut diperoleh bayi pemancaran sinar matahari
selama 30 menit setiap minggu ke kepala dan tangan menghasilkan
vitamin D yang cukup.
5) Mineral
Zat besi di dalam ASI berikatan dengan protein yang tidak terkait jika
terdapat kadar seng dan tembaga. Penting bagi bidan untuk
memperhatikan manfaat ASI dalam diet dan istilah anti infeksi.(Christine
Henderson, 2006 : 443-445)
f. Tiga bentuk ASI dengan karakteristik dan Komposisi berbeda diantaranya :
1) Kolustrum
a) Pengertian
Kolostrum adalah cairan yang dihasilkan oleh kelenjar payudara
setelah melahirkan (4-7 hari) yang berbeda karakteristik fisik dan
komposisinya dengan ASI matang dengan volume 150-300 ml/hari
- Berwarna kuning jernih dengan protein berkadar tinggi
- Mengandung : imunoglobin, laktoferin, ion-ion (Na, Ca, K, Zn, Fe),
vitamin (A,D,E,K) lemak dan rendah laktosa.
- Pengeluaran kolustrum berlansung sekitar dua tiga hari dan diikuti ASI
yang mulai berwarna putih.
b) Manfaat
- Kolustrum mengadung zat kekebalan terutama IGA untuk melindungi
bayi dari berbagai penyakit infeksi terutama diare.
- Jumlah kolustrum yang diproduksi bervariasi tergantung dari hisapan
bayi pada hari-hari pertama kelahiran. Walaupun sedikit namun
cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi. Oleh karena itu
kolustrum diberikan pada bayi.
- Kolustrum mengandung protein, vitamin A yang tinggi dan mengadung
karbohidrat dan lemak rendah, sehingga sesuai dengan kebutuhan
gizi bayi pada hari-hari pertama kelahiran.
- Membantu mengeluarkan mekonium yaitu kotoran bayi yang pertama
berwarna hitam kehijauan.
2) ASI Transisi (peralihan/antara)
a) Pengertian
ASI transisi adalah ASI yang dihasilkan setelah kolustrum (8-20
hari) dimana kadar lemak dan laktosa lebih tinggi dan kadar protein,
mineral lebih rendah. ASI antara, mulai berwarna bening dengan
susunan yang disesuaikan kebutuhan bayi dan kemampuan mencerna
usus bayi.
b) Komposisi
- Kadar protein rendah sedangkan kadar lemak dan karbohidrat tinggi
- Volume juga meningkat
3) ASI sempurna (ASI matang)
ASI sempurna adalah ASI yang dihasilkan 21 hari setelah
melahirkan dengan volume bervariasi yaitu 300-850 ml/hari tergantung
pada besarnya stimulasi saat laktasi.
Pengeluaran ASI penuh sesuai dengan perkembangan usus bayi,
sehingga dapat menerima susunan ASI sempurna
g. Faktor-Faktor yang mempengaruhih produksi ASI :
1) Frekuensi penyusuan
Pada studi 32 ibu dengan bayi prematur disimpulkan bawa produksi
ASI akan optimal dengan pemompaan ASI lebih dari 5 kali per hari selama
bulan pertama setelah melahirkan. Pemompaan dilakukan karena bayi
prematur belum dapat menyusu.
Studi lain yang dilakukan pada ibu dengan bayi cukup bulan
menunjukkan bahwa frekuensi penyusuan 10 ± 3 kali per hari selama 2
minggu pertama setelah melahirkan beruhubungan dengan produksi ASI
yang cukup. Berdasarkan hal ini direkomendasikan penyusuan paling
sedikit 8 kali perhari pada periode awal setelah melahirkan. Frekuensi
penyusuan ini berkaitan dengan kemampuan stimulasi hormon dalam
kelenjar payudara.
2) Berat lahir
Prentice (1984) mengamati hubungan berat lahir bayi dengan
volume ASI. Hal ini berkaitan dengan kekuatan untuk menghisap,
frekuensi, dan lama penyusuan dibanding bayi yang lebih besar. Berat
bayi pada hari ke dua dan usia satu bulan sangat erat berhubungan
dengan kekuatan menghisap yang mengakibatkan perbedaan yang besar
dibanding bayi yang mendapat formula. De Carvalho (1982) menemukan
hubungan positif berat lahir bayi dengan frekuensi dan lama menyusui
selama 14 hari pertama setelah melahirkan. Bayi berat lahir rendah
(BBLR) mempunyai kemampuan menghisap ASI yang lebih rendah
dibanding dengan bayi yang berat lahir normal ( > 2500 gr). Kemampuan
menghisap bayi lebih rendah ini meliputi frekuensi dan lama penyusuan
yang lebih rendah dibanding bayi berat lahir normal yang akan
mempengaruhi stimulasi hormon prolaktif dan oksitosin dalam
memproduksi ASI.
3) Umur kehamilan saat melahirkan
Umur kehamilan dan berat lahir mempengaruhi ASI. Hal ini
disebabkan bayi yang lahir prematur (umur kehamilan kurang dari 34
minggu) sangat lemah dan tidak mampu menghisap secara efektif
sehingga produksi ASI lebih rendah daripada bayi yang lahir tidak
prematur. Lemahnya kemampuan menghisap pada bayi prematur dapat
disebabkan berat badan yang rendah dan belum sempurnanya fungsi
organ.
4) Umur dan parintas
Umur parintas tidak berhubungan atau kecil hubungannya dengan
produksi ASI yang diukur sebagai intik bayi terhadap ASI. Lipsman et al
(1985) dalam ACC/SCN (1991) menemukan bahwa pada ibu menyusui
usia remaja dengan gizi baik, intik ASI mencukupi berdasarkan
pengukuran pertumbuhan 22 bayi dari 15 bayi. Pada ibu yang melahirkan
lebih dari satu kali, produksi ASI pada hari keempat setelah melahirkan
lebih tinggi dibanding ibu yang melahirkan pertama kali.
5) Stres dan penyakit akut
Ibu yang cemas dan stres dapat mengganggu laktasi sehingga
mengganggu produksi ASI karena menghambat pengeluaran ASI akan
berlangsung baik pada ibu yang merasa rileks dan nyaman. Studi lebih
lanjut diperlukan untuk mengkaji dampak dari berbagai tipe stres ibu
khususnya kecemasan dan tekanan darah terhadap produksi ASI.
6) Konsumsi rokok
Merokok dapat mengurangi volume ASI karena akan mengganggu
horman prolaktin dan oksitosin untuk produksi ASI. Merokok akan
mentsimulasi pelepasan adrenalin dimana adrenalin akan menghambat
pelepasan oksitosin. Studi Lyon (1983); Matheson, (1989) menunjukkan
adanya hubungan antara merokok dan penyapihan dini meskipun volume
ASI tidak diukur secara langsung. Meskipun demikian pada studi ini
dilaporkan bahwa prevalensi ibu perokok yang masih menyusui 0-6
minggu setelah melahirkan lebih sedikit daripada ibu yang tidak perokok
dari kelompok sosial ekonomi sama, dan bayi dari ibu perokok mempunyai
insiden sakit perut yang lebih tinggi. Anderson et at (1982)
mengemukakan bahwa ibu yang merokok lebih dari 15 batang rokok per
hari mempunyai prolaktin 30 – 50% lebih rendah pada hari pertama dan
hari ke 21 setelah melahirkan dibanding dengan yang tidak merokok.
7) Konsumsi alkohol
Meskipun minuman alkohol dosis rendah di satu sisi dapat membuat
ibu merasa lebih rileks sehingga membantu proses pengeluaran ASI
namun di sisi lain etanol dapat menghambat produksi oksitosin. Kontraksi
rahim saat penyusuan merupakan indikator produksi oksitosin.
8) Pil kontrasepsi
Penggunaan pil kontrasepsi kombinasi estrogen dan progestin
berkaitan dengan penurunan volume dan durasi ASI (Koetsawang, 1987
dan Lonerdal, 1986), sebaiknya bila pihal hanya mengandung progestin
maka tidak ada dampak terhadap volume ASI (WHO : 1988). Berdasarkan
hal ini WHO merekomendasikan pil progestin untuk ibu menyusui yang
menggunakan pil kontrasepsi. (Suhariyono, 2008)
h. Faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan ASI
1) Perubahan sosial budaya
a) Ibu-ibu bekerja atau kesibukan sosial lainnya
b) Meniru teman, tetangga atau orang terkemuka yang memberikan susu
botol.
c) Merasa ketinggalan jaman jika menyusui bayinya
2) Faktor psikologis
a) Takut kehilangan daya tarik sebagi seorang wanita
b) Tekanan batin
3) Faktor Fisik Ibu
4) Faktor kurangnya Informasi dari petugas kesehatan di masyarakat kurang
mendapat penerangan tentang manfaat pemberian ASI.
i. Tujuh Langkah Keberhasilan ASI Eksklusif
1) Mempersiapkan payudara ibu jika diperlukan
2) Mempelajari ASI dan tata laksana menyusui
3) Menciptakan dukungan keluarga, teman dan sebagainya
4) Memilih tempat melahirkan yang “sayang bayi” seperti “Rumah sakit sayang
bayi “ atau “ Rumah bersalin yang sayang bayi”.
5) Memilih tenaga kesehatan yang mendukung pemberian ASI secara
eksklusif
6) Mencari ahli persoalan menyusui seperti klinik laktasi atau konsultasi untuk
persiapan apabila kita menemui kesukaran
7) Menciptakan suatu sikap yang positif tentang ASI dan menyusui.
j. Faktor-faktor pendukukung keberhasilan pemberian ASI
1) Ibu harus yakin bahwa mampu menyusui bayinya.
2) Ibu cukup minum (8-12 gelas/hari)
3) Ibu dalam keadaan pikiran tenang dan damai
4) Perhatian cara meletakkan bayi dan cara meletakkan puting pada mulut
bayi dan benar
5) Makin sering payudara dihisap bayi, makin banyak produksi susu untuk
bayi.
6) Pengertian dan dukungan keluarga, terutama dari suami sangat penting.
(Siregar Arifin, 2004)
B. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Gambar 2.1 : Kerangka Konseptual, pengetahuan ibu tentang pemberian ASI eksklusif pada bayi umur 0-6 bulan di Puskesmas Grajagan.
Keterangan :
: diteliti
: tidak diteliti
(Sumber Arikunto, 2006)
Berdasarkan pengetahuan dari kerangka konsep di atas dapat dijelaskan
bahwa pengetahuan ibu dapat dipengaruhi oleh faktor dari umur pendidikan,
pengalaman, pekerjaan. Faktor-faktor tersebut semuanya tidak diteliti, sedangkan
pada tingkat pengetahuan yang diteliti sebatas tahu saja tentang pengertian ASI
eksklusif, manfaat pemberian ASI pada bayi, manfaat pemberian ASI pada ibu.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancang Bangun Penelitian
Desain yang digunakan penulis adalah deskriptif yaitu metode penelitian yang
dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang
suatu keadaan secara obyektif (Notoatmodjo, 2005:138). Sedangkan jenis penelitian
ini adalah kuantitatif yaitu berbentuk angka-angka hasil perhitungan atau
pengukuran (Arikunto, 2006 : 246)
B. Variabel
1. Jenis Variabel
Variabel dalam penelitian ini menggunakan variabel tunggal yaitu
pengetahuan ibu tentang pemberian ASI eksklusif pada bayi umur 0-6 bulan
2. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah pembatasan ruang lingkup atau pengertian
variabel – variabel yang diamati atau diteliti (Notoadmojo : 2002)
Tabel 3.1 Definisi operasional variabel pengetahuan ibu tentang pemberian ASI ekslusif pada
bayi umur 0-6 bulan di Puskesmas Grajagan.
VariabelDefinisi
OperasionalKriterian Skala
Pengetahuan ibu tentang pemberian ASI eksklusif pada bayi umur 0-6 bulan
Hasil tahu, atau pemahaman ibu tentang pemberian ASI eksklusif pada bayi umur 0-6 bulan meliputi:
- pengertian ASI eksklusif
- manfaat pemberian ASI pada bayi
- manfaat pemberian ASI bagi ibu
Jawaban
Benar : 1
Salah : 0
Pernyataan:
Baik :
76 - 100%
Cukup baik :
56 - 75%
Kurang baik :
Ordinal
40 - 55%
Tidak baik : <40%
Arikunto, 2006:246
C. Populasi
Populasi adalah kesuluruhan obyek penelitian atau obyek penelitian yang diteliti
(Notoadmojo, 2005:79). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang
mempunyai bayi 0-6 bulan yang berada di Puskesmas Grajagan yang berjumlah 30
responden.
D. Sampel
1. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.
(Arikunto,2006: 131)
Dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah semua ibu yang mempunyai bayi
umur 0-6 bulan yang memberikan ASI eksklusif di Puskesmas Grajagan. Cara
pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan total sampling yaitu cara
pegambilan sampel dengan mengambil seluruh anggota popuasi menjadi sampel
(Alimul Aziz, 2003)
Besar sampel yang diambil sebanyak 30 responden.
2. Kriteria Sampel
a. Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi adalah karakteriktis yang dapat di masukkan atau layak untuk diketahui
yaitu :
1) Ibu yang mempunyai bayi umur 0-6 bulan dan bersedia dilakukan
penelitian.
2) Ibu yang mempunyai bayi umur 0-6 bulan dapat membaca dan menulis.
b. Kriteria eksklusi
Kriteria eksklusi adalah ibu yang tidak layak untuk di teliti menjadi responden yaitu :
1) Ibu yang tidak bersedia menjadi responden.
2) Ibu yang buta huruf.
(Nursalam, 2003:96-97)
E . Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi yang digunakan untuk penelitian adalah Puskesmas Grajagan. Pemilihan
daerah tersebut didasarkan pada jumlah bayi yang diberi ASI eksklusif masih
rendah.
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan mulai bulan 21 Juli sampai 5 Agustus 2009.
F. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
1. Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data dengan menggunakan data primer yaitu setelah
lembar kuesioner dibagikan kepada responden lembar tersebut akan diambil
pada hari itu juga untuk kemudian diolah.
2. Instrumen pengumpulan data
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar kuesioner
dan lembar persetujuan (informed consent) sebelum membagikan kuesioner
terlebih dahulu peneliti memberikan/membagikan lembar persetujuan menjadi
responden yang diisi langsung oleh responden, setelah responden
bersedia/setuju kemudian lembar kuesioner dibagikan.
G. Teknik Analisa Data
1. Editing
Peneliti mengumpulkan dan memeriksa kembali pembenaran yang telah
diperoleh dari responden. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah
menjumlah dan melakukan korelasi.
2. Coding
Merupakan tahap kedua setelah editing dimana peneliti memberikan setiap
kuesioner yang disebarkan untuk memudahkan dalam pengolahan data.
3. Scoring
Peneliti memberikan skor untuk tiap-tiap pertanyaan nilai 1 untuk jawaban
benar dan nilai 0 untuk jawaban salah.
4. Tabulating
Tabulasi adalah pengorganisasian data sedemikain rupa agar dengan
mudah dapat dijumlahkan, disusun dan ditata untuk disajikan dan dianalisis.
Dimana peneliti memasukkan data yang telah terkumpul ke dalam tabel distribusi
frekuensi.
Untuk mengukur pengetahuan ibu tentang pemberian ASI
eksklusif, menggunakan rumus :
Keterangan :
P : Prosentase
f : Jumlah jawaban yang benar
h : Skor maksimal jika semua pertanyaan dijawab benar
Berdasarkan hasil perhitungan, kemudian hasilnya di interprestasikan dalam beberapa
kategori yaitu :
Baik : 76 - 100% (10-12 jawaban yang benar)
Cukup baik : 56 - 75% (7-9 jawaban yang benar)
Kurang baik : 40 - 55% (4-6 jawaban yang benar)
Tidak baik : <40% (1-13 jawaban yang benar)
(Arikunto, 2006:246)
H. Etika Penelitian
Penelitian yang menggunakan manusia sebagai subyek tidak boleh
bertentangan dengan etika. Tujuan penelitian ini harus etis dalam arti hak-hak
responden harus dilindungi. (Nursalam, 2003)
Sebelum mengadakan penelitian, peneliti mengadakan observasi dan
kemudian mengajukan ijin permohonan melalui surat ijin dari Politeknik Kesehatan
Majapahit Mojokerto mengadakan penelitian dengan etika :
1. Lembar persetujuan menjadi responden/Informed consent
Diberikan kepada responden dengan pemberian penjelasan mengenai tujuan
penelitian dan proses pengambilan data.
2. Anominity
Subyek tidak perlu mencantumkan nama dalam kuesioner untuk menjaga
privasi, untuk mengetahui keikutsertaan responden menulis nama (inisial) pada
masing-masing lembar pengumpulan data.
3. Confidentiality
Kerahasiaan Informasi yang telah dikumpulkan dijamin oleh peneliti
I. Keterbatasan Penelitian
Instrumen pengumpulan data menggunakan kuesioner yang peneliti buat
sendiri dan belum pernah diujicobakan sehingga reabilitas dan validitasnya perlu
disempurnakan.
BAB 4
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Gambaran lokasi tempat pnelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Grajagan Kecamatan
Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi pada tanggal 21 Juli – 5 Agustus 2009
dengan jumlah sampel 30 responden.
Luas wilayah Puskesmas Grajagan adalah 1.000 Ha yang berjarak 1 km
dari pasar Curahjati. Disebelah utara perbatasan dengan Desa Galagahagung,
sebelah timur berbatasan dengan Desa Sumberasri, sebelah barat berbatasan
dengan Desa Bangorejo. Di Puskesmas Grjaagan dipimpin oleh 1 orang Kepala
Desa yaitu Dokter, terdapat 11 bidan, 9 perawat, 1 dokter gigi dan 3 staff.
2. Data Umum
a. Karakteristik Umur Responden
Umur responden disajikan dalam bentuk tabel berikut:
Tabel 4.1 : Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur di Puskesmas Grajagan Kecamatan Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi tanggal 21 Juli – 5 Agustus 2009.
Umur Frekuensi Prosentase
<> 3 10%
> 30 Tahun 19 63,3%
> 30 tahun 8 26,7%
Jumlah 30 100%
Dari data di atas dapat dijelaskan bahwa dari 30 responden sebagian
besar 19 orang (63,3%) dalam umur 20 – 30 tahun dan sebagian kecil 3
orang (10%) memiliki umur <>
b. Karakteristik Pendidikan Responden
Pendidikan responden disajikan dalam bentuk tabel berikut:
Tabel 4.2 : Distribusi frekuensi responden berdasarkan pendidikan di Puskesmas Grajagan Kecamatan Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi tanggal 21 Juli – 5 Agustus 2009.
Pendidikan Frekuensi ProsentaseSD 12 40%
SMP 14 46,7%SMA 4 13,3%PT - -
Jumlah 30 100%
Dari data di atas dapat dijelaskan bahwa dari 30 responden sebagian
besar 14 orang (46,7%) berpendidikan SMP dan sebagian kecil 4 orang
(13,3%) berpendidikan SMA.
c. Karakteristik Pekerjaan Responden
Pekerjaan responden disajikan dalam bentuk tabel berikut:
Tabel 4.3 : Distribusi frekuensi responden menurut pekerjaan di Puskesmas Grajagan Kecamatan Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi tanggal 21 Juli – 5 Agustus 2009.
PendidikanFrekuensi
h Prosentase (%)IRT 16 53,3%Tani 14 46,7%PNS - -
Jumlah 30 100%
Dari data di atas dapat dijelaskan bahwa dari 30 responden sebagian
besar 16 orang (53,3%) IRT dan sebagian kecil 14 orang (46,7%) tani.
d. Karakteristik Jumlah Anak Responden/Paritas
Paritas responden disajikan dalam bentuk tabel berikut:
Tabel 4.4 : Distribusi frekuensi responden menurut paritas/jumlah anak di Puskesmas Grajagan Kecamatan Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi tanggal 21 Juli – 5 Agustus 2009.
Jumlah AnakFrekuensi
h Prosentase (%)1 orang 16 53,3%2 orang 11 36,7%3 orang 2 6,7%
> 3 orang 1 3,3%Jumlah 30 100%
Dari data di atas dapat dijelaskan bahwa dari 30 responden sebagian
besar 16 orang (53,3%) mempunyai 1 anak dan sebagian kecil 1 orang
(3,3%) mempunyai anak lebih dari 3 anak.
3. Data Khusus
a. Pengetahuan Ibu Tentang Pengertian ASI Eksklusif
Pengetahuan ibu tentang pengertian ASI eksklusif disajikan dalam
bentuk tabel berikut:
Tabel 4.5 : Distribusi frekuensi pengetahuan ibu tentang pengertian ASI di Puskesmas Grajagan Kecamatan Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi tanggal 21 Juli – 5 Agustus 2009.
Pengertian ASI Eksklusif
Frekuensih Prosentase (%)
Baik 6 20%Cukup baik 12 40%Kurang baik 10 33,3%Tidak baik 2 6,7%
Jumlah 30 100%
Berdasarkan tabel di atas dari 30 responden sebagian besar memiliki
pengetahuan cukup baik tentang pengertian ASI eksklusif yaitu sebanyak 12
orang (40%) dan sebagia kecil memiliki pengetahuan tidak baik tentang
pengertian ASI eksklusif yaitu sebanyak 2 orang (6,7%).
b. Pengetahuan Ibu Tentang Manfaat ASI pada Bayi
Pengetahuan ibu tentang manfaat ASI pada bayi ibu disajikan dalam
bentuk tabel berikut:
Tabel 4.6 : Distribusi frekuensi pengetahuan ibu tentang manfaat ASI eksklusif pada bayi di Puskesmas Grajagan Kecamatan Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi tanggal 21 Juli – 5 Agustus 2009.
Manfaat ASI Pada Bayi
Frekuensi
h Prosentase (%)
Baik 12 40%
Cukup baik 15 50%
Kurang baik 3 10%
Tidak baik - -
Jumlah 30 100%
Berdasarkan tabel di aas dari 30 responden sebagian besar memiliki
pengetahuan cukup baik tentang manfaat ASI pada bayi yaitu sebanyak 15
orang (50%) dan sebagian kecil memiliki pengetahuan kurang baik tentang
manfaat ASI pada bayi yaitu sebanyak 3 orang (10%).
c. Pengetahuan Ibu Tentang Manfaat ASI pada Ibu
Pengetahuan ibu tentang manfaat ASI pada bayi ibu disajikan dalam
bentuk tabel berikut:
Tabel 4.7 : Distribusi frekuensi pengetahuan ibu tentang manfaat ASI pada ibu di Puskesmas Grajagan Kecamatan Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi tanggal 21 Juli – 5 Agustus 2009.
Manfaat ASI Pada Ibu
Frekuensi
h Prosentase (%)
Baik 6 20%
Cukup baik 10 33,3%
Kurang baik 13 43,4%
Tidak baik 1 3,3%
Jumlah 30 100%
Berdasarkan tabel di aas dari 30 responden sebagian besar memiliki
pengetahuan kurang baik tentang manfaat ASI pada ibu yaitu sebanyak 13
orang (43,4%) dan sebagian kecil memiliki pengetahuan tidak baik tentang
manfaat ASI pada ibu yaitu sebanyak 1 orang (3,3%).
d. Pengetahuan Ibu Tentang Pemberian ASI eksklusif di Puskesmas Grajagan
Kecamatan Purwoharjo.
Tabel 4.8 : Distribusi frekuensi pengetahuan ibu tentang pemberian ASI eksklusif di Puskesmas Grajagan Kecamatan Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi tanggal 21 Juli – 5 Agustus 2009.
Pengetahuan Ibu Frekuensi Prosentase (%)
Baik 11 36,7%
Cukup baik 15 50%
Kurang baik 4 13,3%
Tidak baik - -
Jumlah 30 100%
Berdasarkan tabel di atas dijelaskan bahwa 30 responden sebagian
besar 15 orang (50%) mempunyai pengetahuan cukup baik, dan sebagian
kecil 4 orang (13,3%) mempunyai pengetahuan kurang baik.
B. Pembahasan
1. Pengetahuan Ibu Tentang Pemberian ASI Eksklusif di Puskesmas Grajagan
Kecamatan Purwoharjo.
Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa dari 30 responden yang ada
di Puskesmas Grajagan sebagian besar 19 orang (63,3%) dalam umur 20 – 30
tahun dan sebagian kecil 3 orang (10%) memiliki umur <>
Berdasarkan tabulasi silang antara umur dengan pengetahuan dapat
diketahui bahwa responden yang memiliki umur 20 – 30 tahun sebanyak 19
orang, dimana 47,4% berpengetahuan baik, 52,6% berpengetahuan cukup baik.
Sedangkan responden yang memiliki umur <>
Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa dari 30 responden yang ada
di Puskesmas Grajagan sebagian besar 14 orang (46,7%) memiliki tingkat
pendidikan SMP dan sebagian kecil 4 orang (13,3%) berpendidikan SMA).
Berdasarkan tabulasi silang antara pendidkan dengan pengetahuan dapat
diketahui bahwa responden yang memiliki tingkat pendidikan SMP sebanyak 14
orang, dimana 35,17% berpengetahuan baik, 57,1% berpengetahuan cukup
baik, 7,2% berpengetahuan kurang baik. Sedangkan responden yang memiliki
tingkat pendidikan SD sebanyak 12 orang dimana 41,7% berpengetahuan baik
dan 41,7% berpengetahuan cukup baik, 16,7% berpengetahuan kurang baik,
seperti yang telah dijelaskan oleh Koencoroningrat (1997) menyatakan bahwa
semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka maskin mudah menerima
informasi sehingga makin banyak pengetahuan yang dimiliki, sebaliknya
pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang
terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan (Nursalam dan Siti Pariani, 2001).
Hal ini juga diungkapkan oleh YB. Mantra yang dikutip oleh Notoatmodjo
(1997( bahwa pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga
perilaku seseorang dalam pola hidup terutama dalam memotivasi untuk sikap
berperan serta dalam pembangunan kesehatan. Makin tinggi tingkat pendidikan
seseorang makin mudah menerima informasi sehingga makin banyak pula
pengetahuan yang dimiliki. Agar seseorang dapat melakukan sesuatu prosedur
dengan baik maka seseorang harus sudah ada pada tingkat pengetahuan
aplikasi (Bloom dalam Notoatmodjo. 1996:129). Aplikasi diartikan sebagai
kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau
kondisi sebenarnya.
Berdasarkan uraian di atas, semakin banyatinggi tingkat pendidikan
seseorang maka semkain baik pula dalam mengaplikasikan materi, ibu yang
berpendidikan tinggi akan lebih baik dibandingkan dengan ibu yang
berpendidikan rendah dalam merawat bayinya terutama dalam pemberian ASI
eksklusif. Di Puskesmas Grajagan sudah memiliki pendidikan cukup baik yaitu
SMP.
Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa dari 20 responden yang ada
di Puskesmas Grajagan sebagian besar 16 orang (35,3%) bekerja sebagai IRT
dan sebagian kecil 14 orang (46,7%) bekerja sebagai tani.
Berdasarkan tabulasi silang antara pekerjaan dengan pengetahuan dapat
diketahui bahwa responden yang bekerja sebagai IRT sebanyak 16 orang
dimana 31,3% berpengetahuan baik, 56,2% berpengetahuan cukup baik, 12,5%
berpengetahuan kurang baik sedangkan responden yang bekerja sebagai tani
sebanyak 14 orang dimana 42,9% berpengetahuan baik, 42,9% berpengetahuan
cukup baik, 14,2% berpengetahuan kurang baik. Seperti yang telah dijelaskan
oleh Markum (1991) bahwa bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita
waktu, bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan
keluarga yang pada kenyataannya bahwa rutinitas dan aktivitas pekerjaan
secara umm memang lebih banyak menyita waktu, pikiran, dan tenaga
(Nursalam dan Siti Pariani, 2001:133) ibu-ibu yang ada di Puskesmas Grajagan
53,3% adalah ibu yang bekerja sebagai IRT sehingga sebagian besar waktunya
digunakan untuk mendapatkan informasi tentang gizi terutama dalam pemberian
ASI eksklusif bisa melalui media massa atau media elektronik. Meskipun
demikian ada sebagian dari responden yang memiliki pengetahuan kurang
tentang pemberian ASI eksklusif secara tepat.
Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa dari 30 responden yang ada
di Puskesmas Grajagan sebagian memiliki jumlah anak 1 orang yaitu sebanyak
16 orang (53,3%) dan sebagian kecil responden yang memiliki jumlah anak > 3
yaitu sebanyak 1 orang (3,3%).
Berdasarkan tabulasi silang antara jumlah anak dengan pengetahuan
dapat diketahui bahwa responden yang memiliki jumlah anak 1 orang sebanyak
16 orang, dimana 50% mempunyai pengetahuan baik, 43,7% mempunyai
pengetahuan cukup baik, 6,3% mempunyai pengetahuan kurang baik.
Sedangkan responden yang memiliki jumlah anak 2 orang sebanyak 11 orang,
dimana 18,2% mempunyai pengetahuan baik, 63,6% mempunyai pengetahua
cukup baik, 18,2% mempunyai pengetahuan kurang baik. Seperti yang telah
dijelaskan oleh Notoatmodjo (2003) bahwa pengalaman merupakan sumber
pengetahuan atau pengalaman ini merupakan suatu cara untuk memperoleh
kebenaran pengetahuan. Dimana pengetahuan ini akan mendasari perilaku
seseorang dari pengetahuan yang didapat oleh ibu tersebut tentang pemberian
ASI eksklusif maka akan mempengaruhi sikap dalam penerapan secara
langsung.
2. Pengetahuan ibu tentang pengertian ASI ekslusif
Berdasarkan analisa dan interprestasi data yang didapat bahwa kurang
dari 50% berpengetahuan cukup yaitu 30 responden (40%) berpengetahuan
kurang yaitu 10 responden (33,3%) berpengetahuan baik yaitu 6 responden
(20%). Hal ini dapat dilihat dari jawaban yang ebnar pada kuisioner tentang
pengertian ASI ekslusif. Hal ini dapat dilihat lagi dari latar belakang pendidikan
mereka yaitu SMP.
Meskipun latar belakang pendidikan mereka hanya SMP namun mereka
pernah mendapat informasi dari media atau penyuluhan dan mempunyai
pengalaman tentang pemberian ASI ekslusif. Hal ini disebabkan oleh informasi
yang didapat menurut Notoatmodjo (2005) mengatakan pengalaman merupakan
guru yang baik, yang bermakna bahwa pengalaman itu merupakan sumber
pengetahuan untuk memperoleh kebenaran pengetahuan, dan pengalaman
pribadipun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan.
Disamping itu juga mereka pernah mendapatkan infromasi dan pengalaman. Hal
ini dapat diperkuat oleh Notoatmodjo (2005) bahwa penalaman merupakan
sumber pengetahuan.
Kurang dari 50% responden memiliki pengetahuan kurang 3 responden
(5,5%). Hal ini dapat dilatarbelakangi pendidikan SD dan SMP disamping itu juga
tidak pernah mendapatkan informasi dan tidak memiliki pengalaman sama sekali
dalam pemberian ASI ekslusif. Hal ini dapat diperkuat oleh Notoatmodjo (2005)
bahwa pengalaman merupakan sumber pengetahuan.
Pendidikan berhubungan dengan transmisi pengetahuan, sikap,
kepercayaan, ketrampilan dan aspek kelakukan yang lain, dan merupakan
proses belajar dan mengajar. Pola kelakuan manusia menurut apa yang
diharapkan (Notoatmodjo, 2003).
3. Pengetahuan ibu tentang manfaat pemberian ASI ekslusif pada bayi
Berdasarkan analisa dan interpretasi data yang didapat diketahui bahwa
dari 30 responden kurang dari 50% berpengetahuan cukup yaitu 15 responden
(50%), kurang dari 50% berpengetahuan baik yaitu 12 responden (40%),
berpengetahuan kurang yaitu 3 responden (10%),
Sebagian besar responden menjawab pada item soal yang benar tentang
manfaat pemberian ASI ekslusif pada bayi yaitu bayi yang sering disusui oleh
ibunya akan lebih meningkatkan jalinan kasih sayang antar ibu dan bayi. Hal ini
dapat dilihat dari latar belajar pendidikan yang cukup yaitu SMP.
Pengetahuann cukup di atas mungkin disebabkan pendidikan responden
yang cukup dan pernah mendapat informasi tentang manfaat pemberian ASI
pada bayi dan adanya pengalaman dalam pemberian ASI ekslusif. Pendapat
Notoatmodjo (2003) bahwa pengetahuan dapat dipengaruhi oleh pengalaman,
fasilitas, dan sosial budaya. Disamping itu juga responden yang tidak bekerja
yaitu 16 responden (53,3%) sehingga mempunyai banyak waktu luang untuk
memperoleh informasi tentang pemberian ASI ekslusif. Hal ini dimungkinkan
karena bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu.
Kurang dari 50% berpengetahun baik yaitu 12 responden (40%). Hal ini
dapat dilihat dari jawaban yang benar tentang manfaat pemberian ASI pada
bayi. Pada item yaitu meningkatkan daya tahan tubuh bayi. Hal ini dapat dilatar
belakangi pendidikan yang cukup pernah mendapatkan informasi tentang
pemberian ASI. Hal ini diperkuat oleh Notoatmodjo (2005) bahwa pengalaman
merupakan sumber pengetahuan.
4. Pengetahuan ibu tentang manfaat pemberian ASI ekslusif pada ibu
Berdasarkan analisa dan interpretasi data dapat diketahui bahwa
sebagian besar berpengetahuan kurang yaitu 13 responden (43,4%), kurang
dari 50% berpengetahuan cukup yaitu 10 responden (33,3%), berpengetahuan
baik yaitu 6 respoden (20%) dan berpengetahuan tidak baik yaitu 1 responden
(3,3%).
Sebagian besar responden berpengetahuan kurang yaitu 13 responden
(43,4%). Hal ini dilihat dari jawaban yang salah pada item soal, ibu yang lebih
sering menyusui bayinya akan terkena kanker payudara. Hal dapat dilihat dari
latar belakang pendidikan yang cukup disamping mereka pernah mendapatkan
informasi tentang manfaat pemberian ASI pada ibu dan mempunyai
pengalaman.
Kurang dari 50% responden memiliki pengetahuan cukup yaitu 10
responden (33,3%). Hal ini dapat dilihat dari jawaban item soal yang benar dan
dapat diperkuat dengan jawaban responden tentang pemberian ASI pada bayi
dapat menimbulkan ikatan batin yang kuat antara ibu dan anak. Responden
pernah mendapatkan informasi dari media dan penyuluhan, dan sebagian besar
responden berpendidikan cukup yaitu SMP.
Kurang dari 50% berpengetahuan baik yaitu 6 responden (20%). Hal ini
dilihat dari item soal tentang menfaat pemberian ASI pada ibu. Pencapaian
pengetahuan baik hal ini disebabkan pendidikan yang cukup, mempunyai
pengalaman dan pernah mendapatkan informasi. Hal ini diperkuat oleh
Notoatmodjo (2003) bahwa pengalaman merupakan guru yang baik untuk
memperoleh pengetahuan.
BAB 5
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan di Puskesmas Grajagan
Kecamatan Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi pada tanggal 21 Juli – 5 Agustus
2009 yang telah ditabulasi dan dibahas maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Pengetahuan ibu tentang pemberian ASI eksklusif di Puskesmas Grajagan
Kecamatan Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi dalam kategori cukup yaitu
sebanyak 15 orang (50%).
B. Saran
1. Bagi Masyarakat
Dengan adanya penelitian ini diharapkan masyarakat khususnya ibu-ibu
yang mempunyai bayi dapat memberikan ASI ekslusif dan mengerti tentang
pentingnya ASI eksklusif.
2. Bagi peneliti
Bagi peneliti selanjutnya diharapkan hasil penelitian ini dapat
dikembangkan lagi.
3. Bagi Petugas Kesehatan
Dari data yang diperoleh di Puskesmas Grajagan, hendaknya tenaga kesehatan
pada khususnya bidan lebih sering memberikan penyuluhan tentang pemberian
ASI eksklusif dengan media dan bahasa yang mudah diterima masyarakat
melalui leaflet, poster, dan stiker.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian, Rineka Cipta: Jakarta.
Bunda. (2008). ”Pentingnya ASI Eksklsif”. ( http://www.kelymom.com/new man/risk of formula ) , di akses 25 Mei 2008.
Depkes-Bonbol. (2008). ”ASI Eksklsif Modal Pembangunan”.
(http://www.kelyman.com), diakses 3 Juni 2008.
Depkes RI. (2003). ”Buku Panduan Manajemen Laktasi”. Suara Merdeka (www.Mc spotlinght.org), diakses 23 Agustus 2003.
Henderson, Christine, (2001). Konsep Kebidanan, EGC: Jakarta.
March. (2007). ”Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia”. (www.aimi-asi.org), diakses 27 Oktober 2007.
Moedjianto, Sarmini, (2009). Pedoman Penyusunan Karya Tulis Ilmiah. Poltekes Majapahit: Mojokerto.
Notoadmojo, Soekidjo, (2005). Ilmu Kesehatan Masyarakat, Rineka Cipta: Jakarta.
Notoadmojo, Soekidjo, (2003). Metodologi Penelitan Kesehatan. Rineka Cipta: Jakarta.
Notoadmojo, Soekidjo, (2002). Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineke Cipta: Jakarta.
Nursalam, (2003). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Salemba Medika: Jakarta.
Paath, Erna Francin, (2004). Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi, EGC: Jakarta.
Siswono. (2005). ”hidup ASI Eksklusif” (On line).
( http:\\www.republika.co.id ), diakses 28 Maret 2005.
Suhariyono. (2008). ”Manajemen Laktasi”. Majalah Nirmala (http://www.dinkesjatim.go.id), diakses 8 Mei 2008.
Soekirman, (2006). Hidup Sehat. Primamedia Pustaka: Jakarta.