KTI Leonita 21121159

download KTI Leonita 21121159

of 11

Transcript of KTI Leonita 21121159

  • 7/26/2019 KTI Leonita 21121159

    1/11

    KARYA TULIS ILMIAH

    Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat mengikuti Sidang Sarjana Muda

    Program Studi Strata Satu

    Leonita Sabrina

    21121159

    SEKOLAH TINGGI FARMASI BANDUNG

    2015

  • 7/26/2019 KTI Leonita 21121159

    2/11

    KAJIAN PUSTAKA POLA MUTASI GENETIK PADA Mycobacter ium

    tuberculosis YANG MENJADI PENYEBAB RESISTENSI TERHADAP

    ISONIAZID

    Leonita Sabrina (21121159), Soni Muhsinin, M.Si.

    ABSTRAK

    Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan olehMycobacterium

    tuberculosis.Upaya pengobatan TB diantaranya dengan menggunakan obat anti tuberkulosis

    (OAT). Isoniazid (INH) merupakan salah satu OAT lini pertama yang bersifat bakterisidal

    dengan mekanisme kerja menghambat biosintesis asam mikolat sebagai komponen penyusun

    dinding selM. tuberculosis. Kegagalan pengobatan penyakit TB beresiko tinggi menyebabkan

    kasus resistensi terhadap OAT. Resistensi disebabkan karena adanya perubahan materi genetikatau yang biasa disebut mutasi. Kajian pustaka ini bertujuan untuk memetakan pola mutasi

    genetik pada M. tuberculosis yang resisten terhadap INH dan juga mengetahui pengaruh

    perbedaan negara terhadap perubahan pola mutasi genetik. Mutasi M. tuberculosis yang

    menyebabkan resistensi terhadap INH terjadi pada gen katG dan inhA promoter region.

    Perbedaan negara mempengaruhi perubahan pola mutasi genetik. Frekuensi mutasi katG315

    tertinggi di South East Asia(78.4%) dan frekuensi mutasi inhA-15 tertinggi di Portugal (94%).

    Pola mutasi katG315 terbanyak dengan adanya perubahan serin menjadi threonin

    (AGCACC)(55.30%-93.40%).

    Kata kunci :M. tuberculosis, INH, katG315, inhA-15

    ABSTRACT

    Tuberculosis (TB) is an infectious disease which caused by Mycobacterium

    tuberculosis. The most common medications to treat TB is used of anti-tuberculosis drug.

    Isoniazid (INH) is one of the bactericidal first-line anti-tuberculosis drug with mechanism of

    action inhibits acid mycolic biosynthesis as a component of the M. tuberculosiss cell wall.

    Failure treatment can caused resistance to anti-tuberculosis drug. Resistance due to changes

    in the genetic material or commonly called mutations. This literature review aims to map

    patterns of genetic mutations in M. tuberculosis that is resistant to INH and also determine the

    effect of different countries to changes in patterns of genetic mutations. M. tuberculosis

    mutations that cause resistance to INH occurs in the gene katGand InhApromoter region.

    Country differences affect changes in the pattern of genetic mutations. The highest frequency

    of mutations of katG315is in South East Asia (78.4%)and the highest frequency of mutations

    of InhA-15 is in Portugal (94%).The common changes in patterns of genetic mutations of

    katG315is the change serine to threonine (AGCACC)(55.30%-93.40%).

    Keywords:M. tuberculosis, INH, katG315, inhA-15

  • 7/26/2019 KTI Leonita 21121159

    3/11

    PENDAHULUAN

    Penyakit tuberkulosis (TB)

    merupakan masalah kesehatan dunia yang

    menempati peringkat kedua penyebab

    kematian terbanyak karena infeksi bakteri(WHO, 2012). WHO memperkirakan

    terdapat sembilan juta kasus yang

    diantaranya terdapat 1,5 juta kematian.

    (WHO, 2013). Tahun 2012 diperkirakan

    masih terdapat 130.000 kasus TB yang ada

    di Indonesia tetapi belum terlaporkan.

    (Dirjen PP dan PL, 2014)

    TB merupakan penyakit menular

    yang disebabkan oleh Mycrobacterium

    Tuberculosis. Mycrobacteriummerupakanbakteri tahan asam (BTA) dengan

    pertumbuhan sangat lambat. BTA ini dapat

    dibunuh dengan penggunaan obat golonganantibiotik yang termasuk kedalam obat anti

    tuberkulosis (OAT). (Departemen

    Farmakologi dan Terapeutik FK UI, 2007)

    Upaya pengobatan TB dengan cara

    pemberian OAT seperti isoniazid (INH),

    rifampisin (RIF), pirazinamid (PZA),

    streptomisin (STR), etambutol (EMB), danlain-lain. Pengkonsumsian OAT ini perlu

    dilakukan secara teratur setiap hari selama

    minimal 6 bulan agar pasien dapat sembuh

    dan mencegah terjadinya kekambuhan atau

    penularan. (Dirjen PP dan PL, 2014)

    Permasalahan yang sering terjadi

    adalah kegagalan pengobatan akibat

    kelalaian pasien yang mengkomsumsi OAT

    secara tidak teratur ataupun pasien yang

    putus berobat (lost to follow-up). Hal ini

    mengakibatkan terjadinya mutasi pada M.

    tuberculosis sehingga menimbulkan

    resistensi terhadap OAT dimana OAT

    sudah tidak lagi mampu membunuh M.

    tuberculosis. (Dirjen PP dan PL, 2014)

    Ada beberapa jenis resistensi yaitu,

    monoresistant (TB-MN), polyresistant,

    Multidrug Resistant (TB-MDR), dan

    Extensively Drug Resistant (TB-XDR).

    TB-MDR merupakan resistensi terhadap

    OAT lini pertama, yaitu RIF dan INH.

    Kasus TB-MDR menjadi permasalahan

    kesehatan yang serius karena meningkatkan

    resiko penularan dan terjadinya kematian.

    Pada tahun 2012 diperkirakan terdapat

    450.000 orang penderita TB-MDR dan

    170.000 orang diantaranya meninggaldunia. Tahun 2013, WHO memperkirakan

    terdapat 6800 kasus baru TB-MDR di

    Indonesia setiap tahunnya. Pada

    pengobatan TB-MDR, digunakan OAT lini

    kedua, seperti kanamisin (Km), Amikasin

    (Am), dan lain-lain. (Dirjen PP dan PL,

    2014)

    INH merpakan salah satu OAT lini

    pertama pada pengobatan TB. INH di

    dalam tubuh berperan sebagai prodrugyang diaktifkan oleh enzim katalase

    peroksidase yang dikode oleh gen katG

    pada M. Tuberculosis (Pane, E., 2007).

    Penelitian sebelumnya menyebutkan,

    mutasi M. Tuberculosis terjadi pada gen

    katG, inhA coding region, inhA promoter

    region, ahpC-oxyR, iniA, iniB, iniC, dan

    kasA, tapi tidak semua mutasi

    menyebabkan resistensi terhadap INH.

    (Seifert, M., et al., 2015)

    Metode pemeriksaan resistensi

    terhadap TB (Drug Susceptibility

    Testing/DST) sendiri terbagi menjadi

    metode konvensional dan molekuler.

    Pemeriksaan dengan metode konvensional

    yang berbasis kultur, seperti metode

    proporsi, cenderung rumit dan lambat

    (WHO, 2008). Selama kurun waktu

    tersebut, besar kemungkinan penderita

    mendapat obat yang tidak tepat dan memicu

    terjadinya resistensi (Chiang, et al., 2010).Metode molekuler memiliki keunggulan,

    waktu yang dibutuhkan relatif lebih

    singkat. Pada metode molekuler, seperti

    Polymerase Chain Reaction (PCR),

    dilakukan amplifikasi segmen DNA yang

    spesifik untuk kemudian dideteksi dengan

    cara sekuensing DNA (Kusdianingrum, et

    al., 2014) (Arisan, S., et al., 2003 dalam

    Deniariasih, et al.).

  • 7/26/2019 KTI Leonita 21121159

    4/11

    Berdasarkan latar belakang di atas,

    kajian pustaka ini bertujuan untuk

    memetakan pola mutasi genetik pada

    Mycrobacterium tuberculosisyang resisten

    terhadap INH dan mengetahui pengaruh

    perbedaan negara terhadap perubahan polamutasi genetik.

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Tuberkulosis (TB)

    TB merupakan penyakit menular

    langsung yang disebabkan oleh M.

    tuberculosis. M. Tuberculosis termasuk

    bakteri gram positif, berbentuk batang,dinding selnya mengandung komplek

    lipida-glikolipida serta lilin (wax) yang

    sulit ditembus zat kimia. (Direktorat Bina

    Farmasi Komunitas dan Klinik, 2005). M.

    tuberculosisakan cepat mati di bawah sinar

    matahari langsung, tetapi dapat bertahan

    hidup pada tempat yang gelap dan lembab.

    M. tuberculosisyang berada dalam jaringan

    tubuh dapat berubah menjadi bentuk

    inaktif/dormant. (Direktorat Bina Farmasi

    Komunitas dan Klinik, 2005)

    Sumber penularan berasal dari

    penderita TB aktif (BTA positif). Ketika

    batuk atau bersin, penderita menyebarkan

    kuman ke udara dalam bentuk droplet

    (percikan dahak). Droplet yang

    mengandung kuman dapat bertahan di

    udara pada suhu kamar selama beberapa

    jam. Manusia dapat terinfeksi bila droplet

    tersebut terhirup ke dalam saluran

    pernafasan. (Direktorat Bina FarmasiKomunitas dan Klinik, 2005)

    M. tuberculosisyang masuk melalui

    saluran pernapasan dapat menyebar dari

    paru ke bagian tubuh lainnya. Penyebaran

    ini melalui saluran peredaran darah,

    pembuluh limfe, saluran napas. Hal ini

    beresiko menimbulkan komplikasi lainnya,

    seperti hemoptysis berat, bronkietaksis,

    pneumotorak, dan insufisiensi kardio

    pulmoner. (Direktorat Bina FarmasiKomunitas dan Klinik, 2005)

    B. Obat Anti Tuberkulosis (OAT)

    Pengobatan TB bertujuan untuk

    menyembuhkan penderita, menurunkan

    resiko penularan TB mencegah terjadinya

    kekambuhan maupun komplikasi, sertamenurunkan resiko kematian. Pengobatan

    TB menggunakan OAT dengan kombinasi

    dan dosis yang tepat selama tahap awal

    serta tahap lanjutan untuk mencegah

    kekambuhan. (Dirjen PP dan PL, 2014)

    Pengobatan tahap awal

    dimaksudkan untuk secara efektif

    menurunkan jumlah kuman yang ada dalam

    tubuh pasien. Pengobatan pada pasien baru

    diberikan selama minimal 2 bulan. Bilapengobatan dilakukan secara teratur tanpa

    adanya faktor penyulit, daya penularan

    sudah sangat menurun setelah pengobatanselama 2 minggu. Pada pengobatan tahap

    lanjutan sisa bakteri yang masih ada di

    dalam tubuh akan mati sehingga terjadi

    penyembuhan dan pencegahan terjadinya

    kekambuhan. (Dirjen PP dan PL, 2014)

    Panduan OAT di Indonesia yang

    digunakan oleh Program NasionalPengendalian Tuberkulosis dibagi

    berdasarkan lini dan kategori. OAT lini

    pertama, seperti INH, RIF, PZA STR, dan

    EMB, diperuntukan bagi penderita dengan

    kasus baru. OAT lini kedua digunakan

    untuk penderita yang mengalami resistensi

    terhadap obat lini pertama. OAT lini kedua

    diantaranya, Kanamisin (Km),

    Capreomisin (Cm), Levofloksasin (Lfx),

    Moxifloksasin (Mfx), Etionamid (Eto),

    Sikloserin (Cs) dan Para Amino Salisilat(PAS). (Dirjen PP dan PL, 2014)

    Pembagian OAT berdasarkan

    kategori dibagi menjadi kategori pertama

    dan kedua. Kategori pertama diberikan bagi

    pasien TB baru terkonfimasi bakteriologis,

    TB paru terdiagnosis klinis, dan TB ekstra

    paru. Terdiri dari tahap intensif

    pengkonsumsian obat tiap hari selama 56

    hari dengan kombinasi obat 150 mg RIF, 75

    mg INH, 400 mg PZA, juga 275 mg EMBdan tahap lanjutan tiga kali seminggu

  • 7/26/2019 KTI Leonita 21121159

    5/11

    selama 16 minggu dengan kombinasi obat

    RIF dan INH masing-masing 150 mg

    (2HRZE/4H3R3). (Dirjen PP dan PL,

    2014)

    Kategori kedua diberikan untukpasien kambuhan, pasien yang gagal

    pengobatan menggunakan kombinasi OAT

    kategori pertama dan pasien yang putus

    berobat. Terdiri dari tahap intensif tiap hari

    pengkonsumsian obat selama 84 hari

    dengan kombinasi obat 150 mg RIF, 75 mg

    INH, 400 mg PZA, juga 275mg EMB

    ditambah injeksi Streptomisin dan tahap

    lanjutan tiga kali seminggu dengan

    kombinasi obat RIF dan INH masing-

    masing 150 mg ditambah 400 mg EMB(2HRZES/HRZE/5H3R3E3). (Dirjen PP

    dan PL, 2014)

    C. Isoniazid (INH)

    INH merupakan salah satu dari

    OAT lini pertama yang secara in vitro

    bersifat bakterisidal dengan Konsentrasi

    Hambat Minimum (KHM) sekitar 0,025-

    0,05 ppm. Mekanisme kerja INH dengan

    menghambat biosintesis asam mikolat.(Departemen Farmakologi dan Terapeutik

    FK UI, 2007)(Espinal, M., et al, 2005).

    Indikasi INH untuk terapi

    tuberkulosis dan untuk profilaksis orang

    yang berisiko tinggi terkena infeksi.

    Kontraindikasinya, yaitu reaksi

    hipersensistifitas, termasuk demam, artritis,

    cedera hati, kerusakan hati akut, dan

    kehamilan juga menyusui. (Direktorat Bina

    Farmasi Komunitas dan Klinik, 2005)

    Dosis pemakaian, untuk

    pencegahan, dewasa 300 mg satu kali

    sehari, anak-anak 10 mg per berat badan

    sampai 300 mg, satu kali sehari. Dosis

    pengobatan TB dewasa dalam kombinasi

    biasa dipakai 300 mg satu kali sehari atau

    sesuai petunjuk dokter. Dosis untuk anak

    10-20 mg per kg berat badan atau sesuai

    petunjuk dokter. (Direktorat Bina Farmasi

    Komunitas dan Klinik, 2005)

    INH mencapai kadar plasma puncak

    12 jam sesudah pemberian peroral dan

    lebih cepat dengan suntikan intra muskular.

    INH mudah berdifusi ke dalam jaringan

    tubuh, organ, atau cairan tubuh,.

    Metabolisme utama di hati dengan caraasetilasi dan dehidrazinasi. Waktu paruh

    plasma pada keseluruhan populasi 1-4 jam

    dan dapat memanjang bila terjadi insufisien

    hati. 75-95 % dosis diekskresikan di kemih

    dalam 24 jam sebagai metabolit, sebagian

    kecil diekskresikan di liur dan tinja. INH

    juga dapat melintasi plasenta dan masuk

    kedalam ASI sehingga tidak cocok

    diberikan untuk ibu hamil dan menyusui.

    (Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan

    Klinik, 2005)

    Penggunaan INH bersamaan

    dengan obat-obat tertentu, mengakibatkan

    meningkatnya konsentrasi obat tersebut dan

    dapat menimbulkan risiko toksisitas.

    Penggunaan bersamaan dengan Isofluran,

    parasetamol dan Antikonvulsan (fenitoin

    dan karbamazepin) dapat meningkatkan

    resiko hepatotoksisitas. Penggunaan

    bersamaan dengan antasida dan adsorben

    akan menurunkan absopsinya. Penggunaandengan sikloserin meningkatkan resiko

    toksisitas pada SSP. INH dapat

    menghambat metabolisme karbamazepin,

    etosuksimid, dan diazepam. INH dapat

    menaikkan kadar plasma teofilin.

    (Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan

    Klinik, 2005)

    Efek samping penggunaan INH

    diantaranya dalam hal neurologi, seperti

    neuritis perifer, gangguan penglihatan,neuritis optik, atropfi optik, tinitus, vertigo,

    ataksia, somnolensi, mimpi berlebihan,

    insomnia, amnesia, euforia, psikosis toksis,

    perubahan tingkah laku, depresi, ingatan

    tak sempurna, hiperrefleksia, otot melintir,

    dan konvulsi. Efek samping dalam hal

    hipersensitifitas, seperti demam,

    menggigil, eropsi kulit (bentuk

    morbili,mapulo papulo, purpura, urtikaria),

    limfadenitis, vaskulitis, dan keratitis. Efek

    hepatotoksik, yaitu SGOT dan SGPTmeningkat, bilirubinemia, sakit kuning, dan

  • 7/26/2019 KTI Leonita 21121159

    6/11

    hepatitis fatal. INH dapat menimbulkan

    gangguan metabolisme dan endrokrin,

    seperti defisiensi Vitamin B6, pelagra,

    kenekomastia, hiperglikemia, glukosuria,

    asetonuria, asidosis metabolik, dan

    proteinurea. INH juga menimbulkangangguan hematologi, seperti

    agranulositosis, anemia aplastik, atau

    hemolisis, anemia, trambositopenia. dan

    eusinofilia. Gangguan saluran cerna, seperti

    mual, muntah, sakit ulu hati, sembelit. Efek

    samping lainnya, yaitu : sakit kepala,

    takikardia, dispenia, mulut kering, retensi

    kemih (pria), hipotensi postura, sindrom

    seperti lupus, eritemamtosus, dan rematik.

    (Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan

    Klinik, 2005)

    Penggunaan INH perlu dilakukan

    pemantauan lebih lanjut bila digunakan

    bagi penderita gangguan penyakit hati

    kronik, disfungsi ginjal, dan gangguan

    konvulsi. Perlu dilakukan monitoring bagi

    peminum alkohol, penderita yang

    mengalami penyakit hati kronis aktif dan

    gagal ginjal, penderita berusia lebih dari 35

    tahun, kehamilan, pemakaian obat injeksi

    dan penderita dengan seropositif HIV.(Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan

    Klinik, 2005)

    D. Resistensi

    Resistensi merupakan keadaan

    dimana bakteri mampu mempertahankan

    diri terhadap efek obat yang ditujukan

    untuk menyembuhkan atau mencegah

    penyakit. Resistensi dapat terjadi akibat

    penggunaan antibiotik secara tidak rasionalyang membuat bakteri mampu membangun

    mekanisme pertahanan diri sehingga pada

    akhirnya antibiotik tidak lagi efektif

    membunuh maupun menghambat aktivitas

    bakteri. (Ebrahim, 2010)

    Mekanisme pertahanan diri bakteri

    untuk menurunkan aktivitas antibiotik

    terdiri dari berbagai cara. Penetralan

    antibiotik oleh enzim dalam bakteri,

    pembatasan kadar antibiotik dalam bakteridengan meningkatkan efflux, mengubah

    target antibiotik sehingga tidak lagi efektif

    untuk membunuh bakteri, dan

    menghilangkan target antibiotik dengan

    membentuk jalur metabolik baru.

    (Ebrahim, 2010). Resistensi terhadap OAT

    terjadi akibat adanya perubahan komposisigenetik pada bakteri. Perubahan komposisi

    genetik ini yang kemudian dikenal sebagai

    mutasi.

    Mutasi gen didefinisikan sebagai

    perubahan dalam urutan nukleotida dalam

    DNA. Perubahan basa nukleotida ini akan

    mempengaruhi proses transkripsi dan

    translasi protein. Mutasi gen secara umum

    dikategorikan menjadi mutasi titik (point)

    dan penyisipan atau penghapusan basa.Mutasi titik disebut juga substitusi

    pasangan basa yang dibagi menjadi mutasi

    diam (perubahan urutan DNA tidak

    merubah protein yang diproduksi), mutasi

    missense (merubah asam amino yang

    dihasilkan), dan mutasi nonsense (kodon

    berhenti dikodekan dan produksi protein

    terhenti). Mutasi penyisipan atau

    penghapusan basa dapat mengubah

    template dalam asam amino sehingga

    menyebabkan mutasi pergeseran kerangkadan kematian sebagian besar protein.

    (Ebrahim, 2010)

    E. Uji kerentanan obat (Drug Susceptibility

    Testing/DST)

    DST merupakan serangkaian uji

    yang dilakukan untuk mengetahui

    kepekaan bakteri terhadap obat. DST juga

    dapat dilakukan untuk mendeteksi

    resistensi M. tuberculosis terhadap OAT.DST terbagi menjadi metode konvensional

    dan molekuler. (Sirait, N., et al., 2013)

    Metode konvensional (kultur) yang

    merupakan gold standard menurut WHO

    adalah metode proporsi. Metode ini

    dilakukan dengan mengisolasi M.

    tuberculosis pada spesimen, lalu

    diidentifikasi, dan dilanjutkan dengan uji

    kepekaan OAT. Bakteri dikatakan resisten

    jika mengalami pertumbuhan di atas 1%dibandingkan terhadap kontrol positif

  • 7/26/2019 KTI Leonita 21121159

    7/11

    H37RV (wild type) (Sirait, N., et al., 2013).

    Pemeriksaan uji yang telah

    direkomendasikan oleh WHO adalah

    metode proporsi menggunakan media padat

    seperti Lowenstein Jensen. Namun, telah

    dikembangkan pemeriksaan menggunakanmedia cair, seperti metode BACTEC

    MGIT 960 TB yang memiliki

    keuntungan waktu yang diperlukan relatif

    lebih singkat (WHO, 2008).

    Metode molekuler membutuhkan

    waktu yang lebih singkat, tapi spesifisitas

    dan sensitifitasnya perlu divalidasi. (Global

    Health Education, 2015). Polymerase

    Chain Reaction (PCR) merupakan salah

    satu contoh dari metode molekuler. Pada

    PCR konvensional dilakukan proses

    amplifikasi sepasang primer, yang meliputi

    proses denaturasi, annealing, dan ekstensi.

    Setelah itu dilakukan deteksi amplikon

    (elektroforesis) dan divisualisasi di bawah

    UV translilluminator. Analisis homologi

    dilakukan dengan membandingkan sekuen

    isolat terhadap sekuen nukleotida M.

    tuberculosis H37Rv menggunakan NCBI

    Basic Local Allignment Search Tool

    (BLAST) (Accession number

    NC_000962.3). (Seifert, M., et al., 2015)

    (Kusdianingrum, et al., 2014)

    PEMBAHASAN

    INH dalam tubuh masih berbentuk

    prodrug yang harus diaktivasi sebelum

    dapat memberikan efek farmakologis. INHmasuk ke dalam sel M. tuberculosis lewat

    mekanisme difusi pasif. INH diaktivasi

    oleh enzim katalase peroksidase yang

    dikode oleh gen katG, menjadi bentuk

    aktifnya, yaitu isonicotynoylacyl radical

    (INR). INR bersama dengan nicotinamide

    group (NAD+) akan menghambat enoyl-

    ACPreductasedalamFAII systemsehingga

    menghambat pembentukan inhA yang

    merupakan komponen biosintesis asammikolat. Asam mikolat merupakan salah

    satu komponen penyusun dinding sel M.

    tuberculosis. Penghambatan pembentukan

    asam mikolat akan menghambat

    pembentukan dinding sel M. tuberculosis

    sehingga akan mengakibatkan sel pecah

    kemudian mati. (Gambar 1.) (Steward T.

    Cole, et al., 2005)

    Mutasi pada gen katG akan

    menghambat pembentukan INR sehingga

    INH tidak dapat bekerja karena masih

    dalam bentuk prodrug. Mutasi pada inhA

    promoter region akan menyebabkan over

    expression pembentukan inhA sehingga

    asam mikolat sebagai komponen penyusun

    dinding sel akan tetap terbentuk dan selM.tuberculosis tidak lisis (Kusdianingrum, et

    al., 2014). Selain mutasi pada gen katG dan

    inhApromoter region,beberapa jurnal juga

    menyebutkan terjadinya mutasi pada

    beberapa gen lain seperti ahpC-oxyR, iniA,

    iniB, iniC, dan kasA, tetapi sampai saat ini

    belum ditemukan penelitian lebih lanjut

    terkait dengan kasus resistensi terhadap

    INH (Seifert, M., et al., 2015).

    Gambar 1. Mekanisme Kerja INH

    sumber : (Steward T. Cole, et al., 2005)

  • 7/26/2019 KTI Leonita 21121159

    8/11

    Mutasi pada gen katG terjadi pada

    beberapa kodon, diantaranya kodon 306,

    315, dan 316 dengan mutasi terbanyak

    terjadi pada kodon 315 (64.2%; 66%; 55%;

    6%). Mutasi pada inhA promoter region

    terjadi pada daerah -15, -8, dan -47 dengan

    persentase terbanyak pada daerah -15

    (19.20%; 25%; 94%). (Tabel 1.)

    Berdasarkan data pada jurnal

    pertama (Seifert, M., et al., 2015), kedua

    (Unissa, A, et al., 2014), dan ketiga

    (Goncalves, M, et al., 2012), persentase

    mutasi pada gen katG315 lebih besar dari

    inhApromotor region -15. Namun, terjadi

    perbedaan pada data jurnal keempat(Machado, D, et al., 2013) dimana

    persentase spesimen yang resisten pada

    bagian inhA promotor region -15 (94%)

    lebih besar dibandingkan katG315 (6%).

    Berdasarkan hal ini, dapat diduga adanya

    pengaruh perbedaan negara terhadap

    perubahan pola mutasi genetik. (Tabel 1.)

    Tabel 1. Mutasi GenM. Tuberculosisyang resisten terhadap IN

    Jurnal Gen Kodon

    Persentase

    NegaraSpesimen

    Resisten (%)

    Seifert,2015

    315 64.20%

    America

    katG 309 0.50%

    316 0.40%

    inhA -15 19.20%

    promotor -8 1.30%

    region -47 0.40%

    Unisa,2014

    katG 315 66% India

    Goncalves,2012

    katG 315 55%

    BrazilinhA

    -15 25%promotor

    region

    Machado,

    2013

    katG 315 6%

    PortugalinhA

    -15 94%promotorregion

    Berdasarkan data mutasi di

    beberapa negara dapat dilihat adanya

    perbedaan frekuensi mutasi katG315 dan

    inhA-15. Frekuensi mutasi katG315

    tertinggi di negara South East Asia(78.4%)

    dan persentase terendah di Portugal (6%).

    Frekuensi mutasi inhA-15 tertinggi di

    Portugal (94%) dan terendah di South East

    Asia (13.5%). Hal ini menunjukan

    perbedaan negara cukup mempengaruhi

    perubahan pola mutasi genetik. (Tabel 2.)

    Beberapa jurnal telah membahas

    mengenai perubahan pola mutasi

    nukleotida pada gen katG315. Terdapat

    beberapa mutasi serin (AGC) pada kodon

    315 menjadi threonin (ACC, ACG, ACA),

    asparagin (AAC), arginin (AGA, CGC),

    isoleusin (ATC). Mutasi terbanyak

    terjadinya perubahan serin menjadi

    threonin (AGC

    ACC) yaitu 91%;93.40%; dan 55.30% (Tabel 3).

    Tabel 2. Mutasi katG315 dan inhA-15 di Beberapa Negara

    Negara

    Frekuensi

    mutasikatG315

    Frekuensi

    mutasiinhA-15

    (%) (%)

    Africa 73.5 17.1

    America 61.6 24.6

    Europe 69.4 18.7

    Portugal 6 94

    South East Asia 78.4 13.5

    Taiwan 78.1 2.44

    Western Pasific 55.5 19.8

    sumber : (Seifert, M., et al., 2015) (Tseng, t, et al., 2013)

  • 7/26/2019 KTI Leonita 21121159

    9/11

    Tabel 3. Pola Mutasi Nukleotida Pada Gen INH

    JurnalkatG315 (AGC/S)

    Nukleotida %

    Goncalves,

    2012

    ACC/T

    91.00%AAC/N 3.00%

    AGA/R 3.00%

    CGC/R 2%

    ACG/T 1.50%

    Seifert,2015

    ACC/T93.40%

    ACA/T 1.60%

    AAC/A 3.60%

    ATC/I0.50%

    Unisa,

    2014

    ACC/T 55.30%

    AAC/N 7.02%

    ATC/I2.34%

    CGC/R1.17%

    KESIMPULAN

    Berdasarkan hasil kajian pustaka,

    perbedaan negara mempengaruhi

    perubahan pola mutasi genetik. Frekuensi

    mutasi katG tertinggi terletak pada kodon

    315 di South East Asia (78.4%) dan

    frekuensi mutasi inhA promotor region

    tertinggi terletak pada daerah -15 di

    Portugal (94%). Mutasi katG315 terbanyak

    dengan adanya perubahan serin menjadithreonin (AGCACC) (55.30%-93.40%).

  • 7/26/2019 KTI Leonita 21121159

    10/11

    DAFTAR PUSTAKA

    Arisan, S., et al. (2003). Polymerase

    Chain Reaction is a Good Diagnostic

    Tool for Mycobacterium tuberculosis in

    Urine Samples. Journal of Cell andMolecular Biology 2, 99-103.

    Chiang, et al. (2010). Drug resistant

    tuberculosis: past, present, future.

    Respirology.

    Deniariasih, et al. (n.d.). Optimasi PCR

    (Polymerase Chain Reaction) Fragmen

    724 Pb Gen KatG Multi Drug Resistance

    Tuberculosis untuk Meningkatkan

    Produk Amplifikasi. Jurusan FarmasiFakultas Matematika Dan Ilmu

    Pengetahuan Alam Universitas Udayana.

    Departemen Farmakologi dan Terapeutik

    FK UI. (2007). Farmakologi dan Terapi

    Edisi 5.Jakarta: Bagian Farmakologi FK

    UI.

    Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan

    Klinik. (2005). Pharmaceutical Care

    untuk Penyakit Tuberkulosis. Indonesia:

    Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian

    dan Alat Keseharan Departemen

    Kesehatan RI.

    Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan

    Klinik. (2005). Pharmaceutical Care

    untuk Penyakit Tuberkulosis.

    Departemen Kesehatan Republik

    Indonesia.

    Dirjen PP dan PL. (2014). Pedoman

    Nasional Pengendalian Tuberkulosis.

    Indonesia: Kementrian Kesehatan

    Republik Indonesia.

    Ebrahim, G. J. (2010). Bacterial

    resistance to antimicrobials. J. Trop.

    Pediatr.

    Espinal, M., et al. (2005). Global Impact

    of Multidrug Resistance. Tuberculosis

    and The Tubercle Bacillus, Chapter 7.

    Global Health Education. (2015, July 5).

    Retrieved from TBFACTS.ORGInformation about tuberculosis:

    http://www.tbfacts.org/drug-

    susceptibility/

    Goncalves, M, et al. (2012). Fast Test for

    Assessing The Susceptibility of

    Mycrobacterium tuberculosis to Isoniazid

    and Rifampisin by Real-time PCR.

    Memorias Do Institutio Oswaldo Cruz.

    Kusdianingrum, dkk. (2014). Amplifikasidan Identifikasi Mutasi Regio Promoter

    inhA Pada Isolat Mycrobacterium

    tuberculosis Multidrug Resistance

    Dengan Teknik Polymerase Chain

    Reaction. Cakra Kimia (Indonesian E-

    Journal of Applied Chemistry).

    Kusdianingrum, et al. (2014).

    Amplifikasi dan Identifikasi Mutasi

    Regio Promoter inhA Pada IsolatMycrobacterium tuberculosis Multidrug

    Resistance Dengan Teknik Polymerase

    Chain Reaction. Cakra Kimia

    (Indonesian E-Journal of Applied

    Chemistry).

    Machado, D, et al. (2013). High-level

    Resistance to Isoniazid and Ethionamide

    in Multidrug-resistant Mycrobacterium

    tuberculosis of the Lisboa family is

    associated with inhA double mutations.

    Journal of Antimicrobial Chemotherapy

    Advance Access.

    Pane, E. (2007). Beberapa Mutasi Gen

    katG Isolat Klinis Mycobacterium

    tuberculosis Resisten Isoniazid. Institut

    Teknologi Bandung.

  • 7/26/2019 KTI Leonita 21121159

    11/11

    Seifert, M., et al. (2015). Genetic

    Mutations Associated with Isoniazid

    Resistande in Mycobacterium

    ruberculosis : A Systematic Review.Plos

    One.

    Sirait, N., et al. (2013). Validitas Metode

    Polymerase Chain Reaction GeneXpert

    MTB/RIF pada Bahan Pemeriksaan

    Sputum untuk Mendiagnosis Multidrug

    Resistant Tuberculosis. MKB Volume 45

    No 4.

    Steward T. Cole, et al. (2005).

    Tuberculosis and the Tubercle Bacillus

    Chapter 8 Mechanisms of DrugResistance in Mycrobacterium

    Tuberculosis. Washington, D.C.: ASM

    Press.

    Tseng, t, et al. (2013). The Mutations of

    katG and inhA genes of Isoniazid

    resistant Mycrobacterium tuberculosis

    isolates in Taiwan. Journal of

    Microbiology, Immunology, dnd

    Infection, 249-255.

    Unissa, A, et al. (2014). Investigation of

    Ser315 Substitutions Within katG Gene

    in Isoniazid-Resistane Clinical Isolates of

    Mycrobacterium tuberculosis from South

    India.BioMed Research International.

    WHO. (2008). Molecular line probe

    assay for rapid screening of patients at

    risk of multidrugresistant tuberculosis

    (MDR-TB).Geneva: WHO.

    WHO. (2012). Global Tuberculosis

    Report.World Health Organization.

    WHO. (2013). Global Tuberculosis

    Report.Geneva, Switzerland.