KTI BETI SETIAWATI TERBARU.docx

download KTI BETI SETIAWATI TERBARU.docx

of 40

Transcript of KTI BETI SETIAWATI TERBARU.docx

42

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang MasalahSejak seorang wanita memasuki kehidupan berkeluarga, harus sudah tertanam suatu keyakinan bahwa menyusui adalah realisasi dan tugas yang dimulai dari seorang ibu. Air Susu Ibu merupakan makanan yang paling cocok bagi bayi karena mempunyai nilai gizi yang paling tinggi. Pemberian ASI secara penuh sangat dianjurkan oleh para ahli gizi di seluruh dunia. Tidak satupun makanan pendamping ASI yang dapat mengganti perlindungan kekebalan tubuh seorang bayi, seperti yang diperoleh dari kolostrum, yaitu ASI yang dihasilkan selama beberapa hari pertama setelah kelahiran, kolostrum sangat besar manfaatnya sehingga pemberian ASI pada minggu-minggu pertama mempunyai arti yang sangat penting bagi perkembangan bayi (Krisnatuti, 2007:12).Bayi seharusnya diberikan ASI eksklusif sejak bayi lahir sampai bayi berumur 6 bulan, karena ASI mengandung zat kekebalan. Oleh karena itu pengetahuan ibu menyusui tentang ASI eksklusif sangat penting agar ibu tidak memberikan makanan pendamping ASI (Gizi.Oline, 2006:1).Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) diberikan kepada bayi setelah berusia 4-6 bulan sampai bayi berusia 24 bulan. Jadi, selain MP-ASI, ASI pun harus tetap diberikan kepada bayi, paling tidak sampai usia 24 bulan. Adapun hal-hal penting yang harus diperhatikan dalam pemberian makanan tambahan untuk bayi yaitu makanan bayi (termasuk ASI) harus mengandung semua zat gizi yang diperlukan oleh bayi, dan diberikan kepada bayi yang telah berumur 4-6 bulan sebanyak 4 6 kali/hari, sebelum berumur dua tahun, bayi belum dapat mengkonsumsi makanan orang dewasa, makanan campuran ganda (multi mix) yang terdiri dari makanan pokok, lauk pauk, dan sumber vitamin lebih cocok bagi bayi (Krisnatuti, 2007:15).Ada 2 resiko yang akan timbul bila bayi diberikan MP-ASI yaitu terjadinya resiko jangka panjang dan resiko jangka pendek. Pada resiko jangka panjang dapat terjadi obesitas, hipertensi raterosklerosis, alergi. Pada resiko jangka pendek dapat terjadi penurunan produksi ASI, anemia, gastroenteritis dan berbagai penyakit infeksi, seperti diare, batuk, pilek, radang tenggorokan dan gangguan pernafasan (Depkes RI, 2005: 23).Keadaan kekurangan gizi pada bayi dan anak di sebabkan kebiasaan pemberian MP-ASI yang tidak tepat (Media indo online, 2006:1). Akibat rendahnya sanitasi dan hygiene MP-ASI memungkinkan terjadinya kontaminasi oleh mikroba, hingga meningkatkan resiko dan infeksi lain pada bayi, hasil penelitian widodo (2006) bahwa masyarakat pedesaan di Indonesia jenis MP-ASI yang umum diberikan kepada bayi sebelum usia 4 bulan adalah pisang (57,3%) dan rata-rata berat badan bayi yang mendapat ASI eksklusif lebih besar dari pada kelompok bayi yang diberikan MP-ASI (Depkes RI, 2005: 18).Riset terbaru WHO pada tahun 2005 yang dikutip oleh Siswono (2006:1) menyebutkan bahwa 42% penyebab kematian balita di dunia adalah penyakit pneumonia sebanyak 58% terkait dengan malnutrisi, malnutrisi sering kali terkait dengan kurangnya asupan ASI (gizi online, 2006:1).Berdasarkan data Departemen Kesehatan RI menunjukkan penurunan jumlah bayi yang mendapatkan ASI eksklusif hingga 7,2%. Pada saat yang sama, jumlah bayi di bawah enam bulan yang diberi susu formula meningkat dari 16,7% pada 2009 menjadi 27,9% pada 2010. Menurut United Nations Childrens Fund (UNICEF) menyimpulkan, cakupan ASI eksklusif enam bulan di Indonesia masih jauh dari rata-rata dunia, yaitu 38% (http://www.depkes.go.id, 2010). Di Propinsi Jawa Barat pada tahun 2010 jumlah bayi yang ada sebanyak 168.893 bayi, yang diberikan ASI eksklusif hanya 79.752 bayi atau 47,22% (http://www.dinkes.jbr.go.id, 2010). Sementara data cakupan pemberian ASI eksklusif di Kabupaten Indramayu tahun 2010 jumlah bayi sebanyak 2.950 bayi, yang diberikan ASI Eksklusif sebanyak 690 bayi atau sebesar 23,4% (Laporan tahunan Dinkes Kabupaten Indramayu, 2010). Cakupan pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Balongan menempati urutan ke-20 dari 49 Puskesmas yang ada di wilayah Kabupaten Indramayu.Berdasarkan hasil pra survei di Desa Rawadalem wilayah kerja Puskesmas Balongan pada tanggal 5 Maret 2011, jumlah bayi berusia 6 12 bulan sebanyak 161 bayi, yang diberi ASI Eksklusif adalah sebanyak 53 bayi (32%) dan yang tidak diberikan ASI eksklusif adalah sebanyak 108 bayi (68%). Dari hasil wawancara dengan 8 responden didapatkan bahwa 5 responden sudah memberikan MP-ASI sebelum bayi berusia kurang dari 6 bulan dan 3 orang belum mengerti tentang MP-ASI. Penyebab ibu sudah memberikan MP-ASI pada bayi karena ibu sibuk bekerja dan kurangnya pengetahuan ibu tentang pemberian ASI eksklusif.Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Pengetahuan ibu menyusui tentang pemberian makanan pendamping ASI di Desa Rawadalem wilayah kerja Puskesmas Balongan Kabupaten Indramayu tahun 2011.

B. Rumusan MasalahBerdasarkan uraian latar belakang masalah di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimana pengetahuan ibu menyusui tentang pemberian makanan pendamping ASI di Desa Rawadalem wilayah kerja Puskesmas Balongan Kabupaten Indramayu tahun 2011?.

C. Tujuan PenelitianPenelitian ini memiliki tujuan:1. Tujuan UmumUntuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu menyusui tentang pemberian makanan pendamping ASI di Desa Rawadalem wilayah kerja Puskesmas Balongan Kabupaten Indramayu tahun 2011.2. Tujuan Khususa. Mengetahui gambaran pengetahuan ibu menyusui tentang pengertian pemberian makanan pendamping ASI.b. Mengetahui gambaran pengetahuan ibu menyusui tentang manfaat pemberian makanan pendamping ASI.c. Mengetahui gambaran pengetahuan ibu menyusui tentang syarat-syarat pemberian makanan pendamping ASI.d. Mengetahui gambaran pengetahuan ibu menyusui tentang jenis-jenis makanan pendamping ASI.

D. Manfaat Penelitian1. Bagi Institusi Pelayanan KesehatanSebagai bahan masukan bagi Puskesmas dan Dinas Kesehatan dalam peningkatan penyuluhan tentang pemberian makanan tambahan atau pendamping ASI. 2. Bagi RespondenHasil penelitian ini diharapkan meningkatkan pengetahuan ibu menyusui tentang makanan pendamping ASI pada bayi.3. Bagi Institusi PendidikanHasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan atau sumber referensi bagi proses penelitian selanjutnya terutama yang berhubungan dengan pemberian makanan pendamping ASI pada bayi.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. Pengetahuan 1. Pengertian Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Hal ini penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2005:83).2. Tingkatan Pengetahuan Tingkatan dalam pengetahuan menurut Notoatmodjo (2005) adalah sebagai berikut : a. Tahu (know) yang diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, atau termasuk dalam pengetahuan tingkat ini, adalah mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari. b. Memahami (comprehension) yaitu sebagai kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap sesuatu objek atau materi akan dapat menjelaskan, menyebutkan atau menyimpulkan objek yang telah dipelajari tersebut. c. Menerapkan (aplication) yaitu sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada suatu kondisi yang sebenarnya dengan menggunakan metode, prinsip, rumus dalam konteks atau situasi lain. d. Analisa (analysis) yaitu suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek yang telah dipelajari ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain, kemampuan analisa dapat dilihat dari kemampuan menjabarkan, membedakan, mengelompokkan dan memisahkan. e. Sintesa (synthesis) yaitu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Misalnya menyusun, menyesuaikan dan sebagai suatu teori atau rumusan-rumusan yang ada. f. Evaluasi (evaluation) yaitu kemampuan untuk melakukan penelitian terhadap suatu materi atau objek, penilaian-penilaian ini menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada, misalnya dapat membandingkan, menanggapi pendapat dan menafsirkan sebab-sebab suatu kejadian (Notoatmodjo, 2005 86 92).3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi PengetahuanMenurut Notoatmodjo (2005), beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang yaitu umur, pendidikan, dan sosial ekonomi yang diuraikan sebagai berikut:

a. UmurUmur berpengaruh dalam meningkatkan pengetahuan karena kemampuan mental yang diperlukan untuk mempelajari dan menyusun diri pada situasi-situasi baru, seperti mengingat hal-hal yang dulu yang pemah dipelajari, penalaran analogi, dan berpikir kreatif dan bisa mencapai puncaknya.b. PendidikanPendidikan merupakan faktor lain yang mempengaruhi pengetahuan seperti sumber informasi, dan pengalaman. Menurut Notoatmodjo (2005) bahwa pendidikan memberikan suatu nilai-nilai tertentu bagi manusia, terutama dalam membukakan pikirannya serta menerima hal-hal baru. Pengetahuan juga diperoleh melalui kenyataan (fakta) dengan melihat dan mendengar radio, melihat televisi. Selain itu pengetahuan diperoleh sebagai akibat pengaruh dari hubungan orang tua, kakak-adik, tetangga, kawan-kawan dan lain-lain.c. Sosial ekonomiSosial ekonomi mempengaruhi tingkat pengetahuan dan perilaku seseorang di bidang kesehatan, sehubungan dengan kesempatan memperoleh informasi karena adanya fasilitas atau media informasi. Banyak wanita menengah dan golongan atas yang walaupun menjadi ibu dan pengatur rumah tangga tetapi tidak mau pasif, tergantung, dan tidak berkorban diri secara tradisional (Notoatmodjo, 2005: 121 - 126).

4. Pengukuran Tingkat PengetahuanPengukuran tingkat pengetahuan dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung dapat ditanyakan dengan mengajukan beberapa pertanyaan terhadap suatu obyek kepada responden. Secara tidak langsung dengan cara menyebarkan beberapa pertanyaan atau kuesioner tentang materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau responden dengan pilihan benar dan salah (Notoatmodjo, 2005: 95).5. Proses Adopsi PengetahuanPengetahuan atau kognitif, merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang. Menurut Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi pengetahuan, di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni : Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus (obyek) terlebih dahulu; Interst, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus; Evaluation,(menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya); Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru; Adaptation, subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus (Notoatmodjo, 2005:97).

B. Pengertian Ibu MenyusuiIbu menyusui ialah wanita yang telah melahirkan seseorang (Depdiknas, 2005:289) Sedang Krisnatuti (2007:52) Ibu adalah wanita yang telah bersuami. Menyusui adalah memberikan air susu ibu kepada bayi untuk diminum yang berasal dari payudaranya (Depdiknas, 2005:290). Menyusui adalah bagian terpadu dari suatu proses reproduksi yang memberikan makanan bayi secara ideal dan alamiah serta merupakan dasar biologis dan psikologis yang dibutuhkan untuk pertumbuhan.Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa ibu menyusui adalah wanita yang telah melahirkan dan memberikan ASI kepada bayinya untuk diminum yang berasal dari payudaranya.

C. Makanan Pendamping ASI (MP-ASI)1. Pengertian Makanan Pendamping ASIMakanan pendamping ASI adalah makanan tambahan yang diberikan pada bayi setelah berusia 6 bulan sampai bayi berusia 24 bulan. Makanan pendamping ASI bukan untuk mengganti ASI, melainkan hanya untuk melengkapi ASI. Dalam hal ini makanan pendamping ASI berbeda dengan makanan sapihan karena makanan sapihan diberikan ketika bayi tidak lagi mengkonsumsi ASI (Krisnatuti, 2007:62).2. Manfaat Pemberian Makanan Pendamping ASIASI hanya mampu mencukupi kebutuhan bayi sampai usia 4-6 bulan. Tujuan pemberian makanan pendamping ASI adalah untuk menambah energi dan zat-zat gizi yang diperlukan bayi karena ASI tidak dapat memenuhi kebutuhan bayi secara terus-menerus. Pertumbuhan dan perkembangan anak yang normal dapat diketahui dengan cara melihat kondisi pertambahan berat badan anak.

Selain sebagai pelengkap ASI, pemberian makanan tambahan sangat membantu bayi dalam proses belajar makan yang baik (Krisnatuti, 2007:64).3. Syarat-Syarat Makanan Pendamping ASI Agar pemberian makanan pendamping ASI dapat terpenuhi dengan sempurna maka perlu diperhatikan sifat-sifat bahan makanan yang akan digunakan. Jumlah zat-zat gizi yang diperlukan bayi, seperti protein, energi, lemak, vitamin, mineral, dan zat-zat tambahan lainnya. Menurut Winarno (2005:28), hal-hal penting yang harus diperhatikan dalam pemberian makanan tambahan untuk bayi sebagai berikut : a. Makanan bayi (termasuk ASI) harus mengandung semua zat gizi yang diperlukan oleh bayi.b. Makanan tambahan harus diberikan kepada bayi yang telah berumur 4 6 bulan sebanyak 4 6 kali/hari.c. Sebelum berumur dua tahun, bayi belum dapat mengkonsumsi makanan orang dewasa. d. Makanan campuran ganda (multi mix) yang terdiri dari makanan pokok, lauk pauk, dan sumber vitamin lebih cocok bagi bayi, baik ditinjau dari segi nilai gizinya maupun sifat fisik makanan tersebut. Berdasarkan uraian di atas, makanan tambahan bayi sebaiknya memiliki beberapa kriteria berikut :a. Memiliki nilai energi dan kandungan protein yang tinggi.b. Memiliki nilai suplementasi yang baik serta mengandung vitamin dan mineral yang cocok. c. Dapat diterima oleh pencernaan bayi dengan baik.d. Harga relatif murah e. Sebaiknya dapat diproduksi dari bahan-bahan yang tersedia secara lokalf. Bersifat padat gizig. Kandungan serat kasar atau bahan lain yang sukar dicerna dalam jumlah yang sedikit. Kandungan serat kasar yang terlalu banyak justru akan mengganggu pencernaan bayi (Krisnatuti, 2007:68).4. Jenis-jenis Makanan Pendamping ASI a. Makanan komersial Secara komersial, makanan bayi tersedia dalam bentuk tepung campuran instan atau biskuit yang dapat di makan secara langsung atau dapat dijadikan bubur. Beberapa merk yang diproduksi dan beredar di pasaran, antara lain: produk SUN, Promina, Cerelac, Nestum Nutritia, Milna dan Farley. Menurut Deddy (2006:54), untuk membuat makanan bayi harus memenuhi petunjuk dan mempertimbangkan hal-hal berikut:1) FormulaFormula harus dibuat berdasarkan angka kecukupan gizi bayi dan balita. Bahan baku yang diizinkan, kriteria zat gizi protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral.

2) Teknologi proses Pemilihan teknologi proses berkaitan dengan spesifikasi produk yang diinginkan, tingkat sanitasi dan higienitas yang dikehendaki. Faktor keamanan pangan, serta mutu akhir produk.3) HigieneProduk jadi makanan pendamping ASI dikatakan memenuhi syarat apabila terpenuhi hal-hal berikut :a) Bebas dari mikroorganisme patogen.b) Bebas dari kontaminasi hasil pencemaran mikroba penghasil racun atau alergi.c) Bebas racund) Harus dikemas tertutup sehingga terjamin sanitasinya dan disimpan di tempat yang terlindungi. 4) Pengemasan Kemasan yang dipakai harus terbuat dari bahan yang kuat, tidak beracun, tidak mempengaruhi mutu inderawi produk (dari segi penampakan, aroma, rasa dan tekstur), serta mampu melindungi mutu produk selama jangka waktu tertentu).5) Label Persyaratan label makanan bayi harus mengikuti codex standar, dengan informal yang jelas, tidak menyesatkan konsumen, komposisi bahan-bahan tercantum pada kemasan, nilai gizi produk, dan petunjuk penyajian. b. Jenis Makanan Pendamping ASI dan Waktu Pemberiannya Tabel 2.1Jadwal Pemberian Makanan Pendamping ASI menurut Umur Bayi, Jenis Makanan dan Frekuensi Pemberian

Umur bayiJenis makananBeberapa kali sehari

0-4/6 bulan ASI 10-12 kali sehari

Kira-kira 6 bulan ASI Kapan diminta

Buah lunak / sari buah Bubur : bubur havermout / bubur tepung beras merah 1-2 kali sehari

Kira-kira 7 bulan ASIKapan diminta

Buah-buahan Hati ayam atau kacang -kacangan Beras merah atau ubi Sayuran (wortel, bayam) Santan/ minyak / advokad Air tajin4-6 kali sehari

Kira-kira 9 bulan ASI Kapan diminta

Buah-buahan Bubur atau roti Daging / kacang-kacangan / ayam / ikan Beras merah/kentang/ labu/ jagung Kacang tanah Minyak / santan / avokad Sari buah tanpa gula4 6 kali sehari

12 bulan atau lebih ASI Kapan diminta

Makanan padat umumnya termasuk telur dengan kuning telurnya dan jeruk.4-6 kali sehari

(Krisnatuti, 2007:72)

BAB IIIKERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep Kerangka konsep penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan antara satu terhadap yang lain dari masalah yang diteliti (Notoatmodjo, 2005:89). Dari uraian tinjauan di atas dibuat kerangka konsep sebagai berikut:Gambar 3.1Kerangka konsep penelitian

Ibu MenyusuiPengetahuan ibu menyusui tentang pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) berdasarkan :Pengertian MP-ASIManfaat MP-ASISyarat-Syarat Pemberian MP-ASIJenis MP-ASIKategori Pengetahuan:BaikCukupKurangINPUTPROSESOUTPUT

B. Definisi Operasional Definisi operasional merupakan variabel-variabel penelitian yang akan diamati dan bermanfaat pada pengukuran atau pengamatan terhadap variabel yang bersangkutan serta pengembangan instrumen alat pengukur (Notoatmodjo, 2005:74). Tabel 3.1Definisi Opersional

VariabelSub variabelDefinisi OperasionalAlat ukurCara UkurSkalaKategori

Pengetahuan ibu menyusui tentang pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI)Kemampuan ibu menyusui dalam menjawab pertanyaan dengan benar tentang pengertian, manfaat, syarat-syarat dan jenis-jenis makanan pendamping ASIKuesionerMelihat hasil jawaban respondenOrdinal1. Baik : 76-100%2. Cukup : 56 -75%3. Kurang : 55%

Pengetahuan tentang pengertian MP-ASIKemampuan ibu menyusui dalam menjawab pertanyaan dengan benar tentang pengertian MP- ASIKuesioner Melihat hasil jawaban respondenOrdinal1. Baik : 76-100%2. Cukup : 56 -75%3. Kurang : 55%

Pengetahuan tentang manfaat MP-ASIKemampuan ibu menyusui dalam menjawab pertanyaan dengan benar tentang manfaat MP- ASIKuesioner Melihat hasil jawaban respondenOrdinal1. Baik : 76-100%2. Cukup : 56 -75%3. Kurang : 55%

Pengetahuan tentang syarat-syarat pemberian MP-ASIKemampuan ibu menyusui dalam menjawab pertanyaan dengan benar tentang syarat-syarat pemberian MP- ASIKuesionerMelihat hasil jawaban respondenOrdinal1. Baik : 76-100%2. Cukup : 56 -75%3. Kurang : 55%

Pengetahuan tentang jenis-jenis MP-ASIKemampuan ibu menyusui dalam menjawab pertanyaan dengan benar tentang jenis-jenis MP- ASIKuesionerMelihat hasil jawaban respondenOrdinal1. Baik : 76-100%2. Cukup : 56 -75%3. Kurang : 55%

BAB IVMETODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian Desain penelitian atau rancangan penelitian dapat diartikan sebagai strategi, latar (setting) penelitian agar penelitian memperoleh data yang tepat sesuai dengan karakteristik variabel dan tujuan penelitian (Notoatmodjo, 2005). Jenis penelitian yang digunakan dalam karya tulis ini adalah jenis penelitian deskriptif. Menurut Notoatmodjo (2005:52), metode penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara obyektif. Dengan demikain penelitian ini menggambarkan pengetahuan ibu menyusui tentang pemberian makanan pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) di Desa Rawadalem wilayah kerja Puskesmas Balongan Kabupaten Indramayu.

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian atau obyek yang diteliti (Arikunto, 2006:78). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu menyusui yang mempunyai balita di Desa Rawadalem wilayah kerja Puskesmas Balongan berjumlah 370 orang.

2. Sampel Menurut Arikunto (2006:80), sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Tetapi jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10 - 15% atau 20-25% (Arikunto, 2006). Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah secara acak sederhana atau sample random sampling (Notoatmodjo, 2005:42). Populasi penelitian lebih dari 100, maka peneliti mengambil sampel 25% x 370 = 92,5. Dengan demikian jumlah sampel penelitian sebanyak 93 responden yang diambil secara random sampling.Pengambilan sampel dari 4 RW di Desa Rawadalem. Besarnya sampel dari tiap RW menggunakan rumus:

d : jumlah populasi per RWn: jumlah sampel N : jumlah seluruh populasi dari 4 RW

Tabel 4.1Distribusi Sampel Penelitian Tiap RW di Desa Rawadalem

RWPerhitungan Jumlah

RW I

23

RW II

31

RW III

19

RW IV

20

Jumah Total93

Dengan demikian jumlah sampel penelitian sebanyak 93 responden yang terdistribusi di RW I sebanyak 23 responden, di RW II sebanyak 31 responden, di RW III sebanyak 19 responden, dan di RW IV sebanyak 20 responden.

C. Variabel Penelitian Variabel penelitian adalah ukuran ciri yang dimiliki oleh anggota-anggota suatu kelompok yang berbeda atau yang dimiliki oleh kelompok lain. Variabel dalam penelitian ini adalah variabel tunggal yaitu pengetahuan ibu menyusui tentang pemberian MP-ASI dengan sub variabel yaitu pengetahuan tentang pengertian, manfaat, syarat-syarat dan jenis-jenis MP-ASI.

D. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan April Mei 2011.2. Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Rawadalem wilayah kerja Puskesmas Balongan. Alasan pemilihan lokasi penelitian adalah : a. Banyaknya bayi yang diberikan makanan pendamping ASIb. Di Desa Rawadalem belum pernah dilakukan penelitian tentang pemberian makanan pendamping ASI.

E. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan untuk pengumpulan data. Instrumen penelitian dapat berupa kuesioner (daftar pertanyaan), pedoman wawancara dan formulir observasi yang berkaitan dengan pencatatan data (Notoatmodjo, 2005:62). Instrument penelitian untuk mengukur pengetahuan Ibu menyusui tentang pemberian MP-ASI dengan menggunakan kuesioner yaitu berupa pertanyaan tertutup dengan jumlah 20 item pernyataan dengan dua alternatif pilihan jawaban Benar, Salah, dan responden hanya memberi jawaban yang sesuai dengan pilihannya.Setiap jawaban dihubungkan dengan bentuk pernyataan atau dukungan sikap yang diungkapkan dengan pernyataan positif dengan skor Benar = 1 dan Salah = 0, sedangkan untuk pernyataan negatif dengan skor Benar = 0 dan Salah = 1 (Riduwan, 2005:25).

Adapun kisi-kisi instumen penelitian ini dapat dilihat pada table berikut:Tabel 4.2Kisi-Kisi Instrumen Penelitian

Variabel

SubvariabelNomor PernyataanJumlah pertanyaan

Favourable Unfavourable

Pengetahuan tentang MP-ASI

1. Pengertian MP-ASI2. Manfaat MP-ASI3. Syarat-Syarat MP-ASI4. Jenis-Jenis MP-ASI dan waktu pemberiannya1 3

6 8

11 13

16 18

4 5

9 10

14 15

19 20

5

5

5

5

F. Tekni Pengumpulan Data1. Jenis Data Jenis data dalam penelitian ini terdiri dari:a. Data PrimerPengumpulan data untuk variabel pengetahuan ibu menyusui tentang MP-ASI diperoleh secara langsung dengan menyebarkan kuesioner kepada seluruh responden berupa jawaban responden terhadap pertanyaan-pertanyaan di dalam kuesioner. b. Data SekunderData yang diperoleh dari Puskesmas Balongan mengenai jumlah ibu menyusui saat penelitian dilakukan.

2. Langkah-langkah Pengumpulan DataAdapun langkah-langkah dalam pengumpulan data meliputi: a. Langkah Persiapan1) Mengurus perizinan kepada pemimpin wilayah setempat dan pimpinan institusi tempat penelitian.2) Melakukan survey pendahuluan untuk mengetahui jumlah ibu menyusui yang mempunyai bayi di Desa Rawadalem3) Menyusun kuesioner penelitian yang akan digunakan pada penelitian.b. Langkah Pelaksanaan1) Menyerahkan surat izin untuk mengadakan penelitian di Desa Rawadalem Wilayah Kerja Puskesmas Balongan Kabupaten Indramayu.2) Menetapkan sampel penelitian.3) Penyebaran Kuesioner.4) Memproses dan menganalisa data-data yang terkumpul.

G. Pengolahan dan Analisis Data1. Pengolahan DataSetelah data terkumpul melalui lembar kuesioner, kemudian data diolah dengan cara sebagai berikut:a. Editing, tahap pemeriksaan kelengkapan data dan kesinambungan data serta keseragaman data, Penulis melakukan pemeriksaan biodata karakteristik responden, kelengkapan hasil jawaban responden. jika terdapat kesalahan atau kekurangan maka penulis dapat segera melakukan perbaikan dengan mengembalikan instrumen penelitian untuk diisi dengan lengkap.b. Coding, tahap memberikan simbol-simbol tertentu (biasanya dalam bentuk angka) untuk setiap jawaban sesuai dengan simbol untuk masing-masing skor untuk selanjutnya data yang ditetapkan untuk diolah kemudian diberi skor untuk setiap jawaban sesuai dengan sistem yang telah ditetapkan.c. Scoring, pemberian skor dimana setiap jawaban yang benar skor 1 dan yang salah skor 0, hasil jawaban responden yang telah diberikan pembobotan dijumlahkan dan dibandingkan dengan jumlah skor kemudian diprosentasikan dengan jumlah dikali 100%. Kuesioner atau angket yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pernyataan tertutup dengan alternatif yang telah ditentukan.d. Entry data, tahap memasukkan data-data hasil penelitian dari masing-masing skor per item dengan dengan menggunakan Microsoft Excel dan disajikan dalam bentul tabel distribusi frekuensi.e. Tabulating Data, tahap mengelompokkan sesuai dengan variabel dan kategorinya guna memudahkan dalam menganalisisnya.2. Analisis DataPengolahan data akan dilakukan secara manual dengan menggunakan kalkulator, alat tulis, dan penyajiannya dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi yaitu dengan mengelompokkan masing-masing pertanyaan dalam kuesioner yang mencakup; pengetahuan ibu menyusui tentang MP-ASI yang mencakup; pengertian, manfaat, syarat-syarat dan jenis-jenis MP-ASI.Jawaban responden terhadap tiap-tiap kuesioner diberi skor, apabila jawabannya benar diberi skor satu (1) dan apabila jawabannya salah diberi skor nol (0). Jumlah skor dari masing-masing pertanyaan dijumlahkan dari setiap responden.Hasil angket untuk pengetahuan akan ditabulasi dan dianalisis menggunakan rumus persentase untuk setiap item pernyataan dengan menggunakan rumus :

Keterangan : P = PersentaseX = Jumlah jawaban yang benarN = Jumlah pertanyaanKriteria penilaian pengetahuan menurut Arikunto (2006:146) dikategorikan sebagai berikut:a. Jika diperoleh persentase 76 100 % = pengetahuan baik b. Jika diperoleh persentase 56 75 % = pengetahuan cukupc. Jika diperoleh persentase 55% = pengetahuan kurangSetelah data ditabulasi selanjutnya di interpretasikan dengan menggunakan skala:

Keterangan : P : Persentase : Jumlah kategori (baik, cukup, kurang).N : Jumlah seluruh responden.Di bawah ini adalah cara untuk melihat hasil penelitian (cara untuk membaca presentasi) sebagai berikut:a. 0% = Tidak seorangpunb. 1 5%= Hampir tidak adac. 6 24% = Sebagian kecil d. 25 49% = Kurang dari setengahe. 50% = Setengahnyaf. 51 74% = Lebih dari setengahg. 75 94 % = Sebagian besarh. 95 95%= Hampir seluruhnyai. 100% = SeluruhnyaData yang telah terkumpul kemudian ditabulasi dalam bentuk tabel sesuai variabel yang hendak diukur. Setelah proses tabulasi kemudian disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan narasi, setelah itu dilakukan pembahasan dan dibuat suatu kesimpulan dari penelitian tersebut (Arikunto, 2006:168).

BAB VHASIL PENELITIAN

A. Karakteristik Ibu MenyusuiBeberapa karakteristik responden yang didapat dari hasil pengumpulan data sebagai berikut:1. Umur Ibu MenyusuiHasil penelitian yang didapat dari data ibu menyusui berdasarkan karakteristik umur disajikan dalam bentuk tabel distribusi berikut ini:Tabel 5.1Distribusi Ibu Menyusui Menurut Umur

KategoriF%

< 20 tahun88,6

20 35 tahun7681,7

> 35 tahun99,7

Jumlah93100

Berdasarkan tabel 5.1, diketahui bahwa sebagian besar (81,7%) Ibu menyusui berumur 20 35 tahun dan sebagian kecil (8,6 %) berumur di bawah 20 tahun.

2. Pendidikan Ibu MenyusuiHasil penelitian yang didapat dari data ibu menyusui berdasarkan karakteristik pendidikan disajikan dalam bentuk tabel distribusi berikut ini:Tabel 5.2 Distribusi Ibu Menyusui Menurut Pendidikan

KategoriF%

SD1920,4

SMP3335,5

SMA4144,1

Jumlah93100

Berdasarkan tabel 5.2, diketahui bahwa kurang dari setengahnya (44,1%) pendidikan Ibu menyusui adalah SMA dan sebagian kecil (20,4%) berpendidikan SD. 3. Pekerjaan Ibu Menyusui Tabel 5.3 Distribusi Ibu Menyusui Menurut Pekerjaan

KategoriF%

Ibu Rumah Tangga6266,7

Petani2324,7

Pedagang88,6

Jumlah93100

Berdasarkan tabel 5.3, diketahui bahwa lebih dari setengah (66,7%) pekerjaan Ibu menyusui sebagai ibu rumah tangga dan sebagian kecil (8,6%) pekerjaan Ibu menyusui adalah pedagang.

B. Pengetahuan Ibu Menyusui Tentang MP-ASIHasil pengumpulan data mengenai pengetahuan MP-ASI pada ibu menyusui sebagai berikut:1. Pengetahuan Ibu Menyusui Tentang MP-ASIPengetahuan Ibu menyusui tentang MP-ASI secara keseluruhan didapat dari hasil jawaban responden terhadap kuesioner nomor 1 sampai dengan 20, maka diperoleh hasil seperti pada tabel berikut ini :Tabel 5.4 Distribusi Ibu Menyusui Menurut Pengetahuan MP-ASIDi Desa Rawadalem Wilayah Kerja Puskesmas Balongan Kabupaten Indramayu Tahun 2011

KategoriF%

Baik5559,1

Cukup baik3032,3

Kurang baik88,6

Jumlah93100

Berdasarkan tabel 5.4, diketahui bahwa pengetahuan Ibu menyusui tentang MP-ASI secara keseluruhan lebih dari setengahnya (59,1%) termasuk kategori baik dan sebagian kecil (8,6%) termasuk kategori kurang baik.2. Pengetahuan Ibu Menyusui Tentang Pengertian MP-ASIPengetahuan Ibu menyusui tentan pengertian MP-ASI didapat dari hasil jawaban responden terhadap kuesioner nomor 1 sampai dengan 5, maka diperoleh hasil seperti pada tabel berikut ini :

Tabel 5.5Distribusi Ibu Menyusui Menurut Pengetahuan Tentang Pengertian MP-ASI Di Desa Rawadalem Wilayah Kerja Puskesmas Balongan Kabupaten Indramayu Tahun 2011

KategoriF%

Baik7681,7

Cukup baik99,7

Kurang baik88,6

Jumlah93100

Berdasarkan tabel 5.5, diketahui bahwa pengetahuan Ibu menyusui tentang pengertian MP-ASI sebagian besar (81,7%) termasuk kategori baik dan sebagian kecil (8,6%) termasuk kategori kurang baik. 3. Pengetahuan Ibu Menyusui Tentang Manfaat MP-ASIPengetahuan Ibu menyusui tentang manfaat MP-ASI didapat dari hasil jawaban responden terhadap kuesioner nomor 6 sampai dengan 10, maka diperoleh hasil seperti pada tabel berikut ini :Tabel 5.6Distribusi Ibu Menyusui Menurut Pengetahuan Tentang Manfaat MP-ASI Di Desa Rawadalem Wilayah Kerja Puskesmas Balongan Kabupaten Indramayu Tahun 2011

KategoriF%

Baik6367,7

Cukup baik1920,4

Kurang baik1111,9

Jumlah93100

Berdasarkan tabel 5.6, diketahui bahwa pengetahuan Ibu menyusui tentang manfaat MP-ASI lebih dari setengahnya (67,7%) termasuk kategori baik dan sebagian kecil (11,9%) termasuk kategori kurang baik. 4. Pengetahuan Ibu Menyusui Tentang Syarat-Syarat Pemberian MP-ASIPengetahuan Ibu menyusui tentang syarat-syarat pemberian MP-ASI didapat dari hasil jawaban responden terhadap kuesioner nomor 11 sampai dengan 15, maka diperoleh hasil seperti pada tabel berikut ini :Tabel 5.7Distribusi Ibu Menyusui Menurut Pengetahuan Tentang Syarat-Syarat Pemberian MP-ASI Di Desa Rawadalem Wilayah Kerja Puskesmas Balongan Kabupaten Indramayu Tahun 2011

KategoriF%

Baik6772

Cukup baik2122,6

Kurang baik55,4

Jumlah93100

Berdasarkan tabel 5.7 didapatkan bahwa pengetahuan Ibu menyusui tentang syarat-syarat pemberian MP-ASI, lebih dari setengahnya (72%) termasuk kategori baik dan hampir tidak ada (5,4%) termasuk kategori kurang baik. 5. Pengetahuan Ibu Menyusui Tentang Jenis-Jenis MP-ASIPengetahuan Ibu menyusui tentang jenis-jenis MP-ASI didapat dari hasil jawaban responden terhadap kuesioner nomor 16 sampai dengan 20, maka diperoleh hasil seperti pada tabel berikut ini :

Tabel 5.8Distribusi Ibu Menyusui Menurut Pengetahuan Tentang Jenis-Jenis MP-ASI Di Desa Rawadalem Wilayah Kerja Puskesmas Balongan Kabupaten Indramayu Tahun 2011

KategoriF%

Baik6772

Cukup baik2122,6

Kurang baik55,4

Jumlah93100

Berdasarkan tabel 5.8 didapatkan bahwa pengetahuan Ibu menyusui tentang jenis-jenis MP-ASI, lebih dari setengahnya (72%) termasuk kategori baik dan hampir tidak ada (5,4%) termasuk kategori kurang baik.

BAB VIPEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian selanjutnya diuraikan pembahasan hasil penelitian sebagai berikut:A. Pengetahuan Ibu Menyusui Tentang MP-ASIHasil penelitian yang terlihat pada table 5.4, diketahui bahwa pengetahuan Ibu menyusui tentang MP-ASI secara keseluruhan lebih dari setengah (59,1%) termasuk kategori baik dan sebagian kecil (8,6%) termasuk kategori kurang baik. Ini menunjukkan bahwa lebih dari setengah ibu menyusui mengetahui dengan baik mengenai MP-ASI dan hanya sebagian kecil yang kurang mengetahui dengan baik. Hal ini sejalan dengan pernyataan Ahmad Djaeni (2006: 12-13), yang menyatakan bahwa semakin banyak pengetahuan seseorang maka akan lebih banyak mempergunakan rasio dalam pemberian makanan pada bayi dan pengetahuan yang baik untuk konsumsi sehingga bayi tidak akan menderita kurang gizi. Adanya hubungan ini juga sesuai dengan pernyataan bahwa pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang. Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2005:121). Perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi dari orang atau masyarakat yang bersangkutan (Notoatmodjo, 2005:165). Oleh sebab itu meningkatkan keterampilan setiap anggota masyarakat agar mampu memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri adalah sangat penting. Hal ini berarti bahwa masing-masing individu didalam msyarakat seyogyanya mempunyai pengetahuan dan kemampuan yang baik terhadap cara-cara pemeliharaan kesehatannya (Notoatmodjo, 2005:26).Hal ini sejalan dengan teori Green tentang perilaku manusia dari tingkat kesehatan yaitu perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama dimana salah satu faktor yaitu predisposisi yang didalamnya terdapat pengetahuan (Notoatmodjo, 2003:13). Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang lain (Notoatmodjo, 2005:167). Hal ini sejalan dengan hasil penelitian (Dwi Jata, 2006:10) bahwa ada hubungan antara pengetahuan tentang makanan pendamping ASI (MP-ASI) dengan status gizi pada bayi umur 4 24 bulan, tetapi tingkat keeratan hubungan yang didapatkan berbeda.Hal ini didukung oleh hasil penelitian yang sebelumnya (Carnoto SM, 2005:40), yang menyatakan bahwa ada hubungan antara pola pemberian MP-ASI dan tingkat konsumsi energi dan protein dengan status gizi pada balita usia 4-12 bulan tetapi tingkat dengan tingkat ketelitian berbeda.

B. Pengetahuan Ibu Menyusui Tentang Pengertian MP-ASIBerdasarkan hasil penelitian yang dapat dilihat pada tabel 5.5, diketahui bahwa pengetahuan Ibu menyusui tentang pengertian MP-ASI sebagian besar (81,7%) termasuk kategori baik dan sebagian kecil (8,6%) termasuk kategori kurang baik. Ini berarti sebagian besar Ibu menyusui mengetahui dengan baik bahwa MPI-ASI merupakan makanan tambahan yang diberikan pada bayi setelah berusia 6 bulan sampai bayi berusia 24 bulan, makanan tambahan yang diberikan pada bayi setelah baru lahir (0 bulan sampai bayi berusia 24 bulan), dan MP-ASI bukan untuk menggantikan ASI (Winarno, 2005:26). Hal ini ada kemungkinan karena adanya karakteristik yang mendukung.Melihat hasil penelitian pada tabel 5.2 diketahui bahwa kurang dari setengah (44,17%) pendidikan ibu menyusui adalah SMA. Hal ini menunjukkan bahwa ibu dengan latar belakang pendidikan menengah ke atas mempunyai pengetahuan yang lebih luas dibandingkan dengan ibu yang mempunyai latar belakang pendidikan lebih rendah (Maulana, 2009:23) sehingga pengetahuan Ibu menyusui tentang pengertian MP-ASI dari tingkat pendidikan menengah ke atas adalah baik. Meskipun pengetahuan Ibu menyusuui tentang pengertian MP-ASI dapat diperoleh dari berbagai macam sumber, misalnya media baik cetak maupun elektronik, dari petugas kesehatan, atau dari kerabat dekat, akan tetapi pengetahuan sangat berhubungan erat dengan pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang sangat diperlukan untuk pengembangan diri, semakin tinggi pendidikan maka semakin mudah menerima serta mengembangkan pengetahuan dan teknologi sehingga semakin meningkat produktivitas dan kesejahteraan keluarga. Hal penelitian ini sesuai dengan pendapat Notoatmodjo (2005:45) yaitu pendidikan sangat mendukung tingkat pengetahuan seseorang.

Hasil penelitian yang menggambarkan sebagian besar ibu menyusui mengetahui dengan baik mengenai pengertian MP-ASI. Hal ini terjadi karena ibu mendapatkan informasi dari berbagai sumber, baik dari petugas gizi atau bidan-bidan yang ada di Puskesmas, dan dari lingkungan, keluarga atau masyarakat di sekitarnya mengenai pemberian Makanan Pendamping ASI. Hal ini juga di dukung oleh peran aktif ibu dalam menerima dan merespon informasi yang di berikan atau yang di dapatnya, sehingga ibu mengetahui definisi dari Makanan Pendamping ASI atau makanan tambahan itu sendiri. Dimana pengetahuan yang diperoleh ibu merupakan hasil dari pengalamannya yang di dapatnya baik melalui pendidikan formal maupun pendidikan non formal. Artinya pengetahuan ibu tentang Makanan Pendamping Air Susu Ibu diperoleh dimana saja dan kapan saja. Definisi Makanan Pendamping ASI atau makanan tambahan sendiri adalah makanan yang diberikan kepada bayi di samping air susu ibu muali umur 6 bulan untuk melengkapi zat-zat gizi yang kurang terdapat dalam ASI dalam rangka pemenuhan kebutuhan gizi bayi.

C. Pengetahuan Ibu Menyusui Tentang Manfaat MP-ASIHasil penelitian yang terlihat pada tabel 5.6 menunjukkan bahwa pengetahuan Ibu menyusui tentang manfaat MP-ASI lebih dari setengah (67,7%) termasuk kategori baik dan sebagian kecil (11,9%) termasuk kategori kurang baik. Hal ini disebabkan karena karakteristik ibu menyusui sangat mendukung seperti yang terlihat pada tabel 5.1 diketahui bahwa sebagian besar (81,7%) Ibu menyusui berumur 20 35 tahun. Umur Ibu menyusui antara 20 hingga 35 tahun merupakan usia produktif yang dapat memacu seseorang untuk mencari informasi dan pengetahuan tentang manfaat MP-ASI yang didapat baik melalui media cetak ataupun elektronik atau bahkan secara aktif menanyakan secara langsung kepada bidan desa selama perawatan pasca persalinan (Notoatmodjo, 2005: 34).Berdasarkan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa lebih dari setengah ibu menyusui mengetahui dengan baik tentang manfaat MP-ASI jika dihubungkan dengan pendapat Notoatmodjo (2005:33) dalam tingkatan tahu yaitu kemampuan menjelaskan dan menyebutkan secara benar tentang objek secara benar mengenai manfaat MP-ASI maka dapat dikatakan bahwa lebih dari setengah Ibu menyusui dapat menyebutkan berbagai manfaat MP-ASI untuk menambah energi dan zat-zat gizi yang diperlukan bayi, sebagai pelengkap ASI, dan bermanfaat untuk membantu bayi dalam proses belajar makan yang baik (Depkes RI, 2004:28).Pengetahuan ibu tentang manfaat dari pemberian makanan pendamping air susu ibu dapat di katakan cukup baik, hal ini bisa di sebabkan karena pengetahuan ibu tentang pentingnya makanan pendaping ASI atau makanan tambahan sudah ada meskipun tidak terlalu banyak. Sehingga ibu mau memberikan makanan pendamping ASI kepada bayinya karena adanya pemikiran ibu bahwa kebutuhan gizi bayi sudah tidak dapat di penuhi oleh pemberian ASI saja.

Pemberian makanan tambahan merupakan masa di mana bayi mengalami perpindahan menu dari hanya minum susu beralih ke menu yang mengikut sertakan makanan padat. Ini adalah bagian yang menyenangkan dan sangat penting dalam perkembangan bayi. Susu akan terus menyuplai zat gizi yang dibutuhkan bayi sampai saat tertentu, namun saat bayi semakin aktif, makanan padat menjadi semakin berperan sebagai menu sehat, dan seimbang.Pemberian makanan tambahan bukan sekedar menambah zat gizi atau mengisi perut bayi. Pada tahap ini, bayi mudah beradaptasi dan belajar dengan cepat. Dengan mengenalkan rasa, dan tekstur baru serta pengalaman makan dengan sendok, makan menjadi cara yang menyenangkan untuk membantu perkembangannya. Proses pemberian makanan tambahan juga berarti membiasakan bayi terhadap rasa aneh saat makanan berada dalam mulutnya, Beberapa bulan berikutnya begitu Ibu mengenalkan rasa dan tekstur baru, bayi akan mengembangkan keterampilan menelan dan mengunyahnya. Ini membantunya mengembangkan otot yang akan digunakannya untuk bicara. (sumber: clubnutricia.co.id).

D. Pengetahuan Ibu Menyusui Tentang Syarat-Syarat Pemberian MP-ASI Berdasarkan hasil penelitian yang terlihat pada tabel 5.7 didapatkan bahwa pengetahuan Ibu menyusui tentang syarat-syarat pemberian MP-ASI, lebih dari setengah (72%) termasuk kategori baik dan hampir tidak ada (5,4%) termasuk kategori kurang baik. Ini disebabkan karena adanya karakteristik yang mendukung seperti yang terlihat pada tabel 5.3 bahwa lebih dari setengah (66,7%) pekerjaan Ibu menyusui adalah ibu rumah tangga, di mana ibu rumah tangga mempunyai kesempatan banyak untuk memperoleh informasi tentang bermacam-macam pengetahuan termasuk pengetahuan tentang syarat-syarat pemberian MP-ASI, misalnya dengan mengikuti pendidikan kesehatan non formal di sekitar tempat tinggalnya, melihat televisi, membaca buku-buku kesehatan, majalah dan lain-lain sedangkan ibu yang bekerja kesempatan ini sangatlah sulit didapatkan (Notoatmodjo, 2005: 42).Berdasarkan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa lebih dari setengah ibu menyusui mengetahui dengan baik tentang syarat-sayarat pemberian MP-ASI jika dihubungkan dengan pendapat Notoatmodjo (2005:44) dalam tingkatan mengetahui yaitu kemampuan untuk menyebutkan dan menjawab pertanyaan dengan benar mengenai syarat-syarat pemberian MP-ASI bahwa syarat pemberian MP-ASI harus mengandung semua zat gizi yang diperlukan oleh bayi, harus diberikan kepada bayi yang telah berumur 6 24 bulan sebanyak 4 6 kali/hari, dan sebelum berumur dua tahun, makanan pendamping ASI tidak boleh menggunakan makanan yang biasa dikonsumsi oleh orang dewasa (Depkes RI, 2004:12).

E. Pengetahuan Ibu Menyusui Tentang Jenis-Jenis MP-ASI Berdasarkan hasil penelitian yang terlihat pada tabel 5.8 didapatkan bahwa pengetahuan Ibu menyusui tentang jenis-jenis MP-ASI, lebih dari setengah (72%) termasuk kategori baik dan hampir tidak ada (5,4%) termasuk kategori kurang baik. Ini menunjukkan bahwa lebih dari setengah ibu menyusui mengetahui dengan baik mengenai jenis-jenis MP-ASI dan hampir tidak ada yang mengetahui kurang baik.Hal ini sesuai dengan pernyataan Notoatmodjo (2005:52) pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia yaitu indra penglihatan, penciuman, pendengaran, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Hasil penelitian ini jika dihubungkan dengan pendapat Notoatmodjo (2005:44) dalam tingkatan mengetahui yaitu kemampuan untuk menyebutkan dan menjawab pertanyaan dengan benar mengenai jenis-jenis MP-ASI bahwa jenis makanan pendamping ASI adalah makanan bayi tersedia dalam bentuk tepung campuran instan atau biskuit yang dapat di makan secara langsung, jenis makanan pendamping ASI berupa bubur lunak, dan jenis makanan pendamping ASI dapat berupaka makanan padat umumnya termasuk telur dengan kuning telurnya dan jeruk (Winarno, 2005: 46).Pengetahuan ibu tentang jenis makanan pendamping air susu dapat dikatakan cukup hal ini terjadi karena ibu mendapatkan pengetahuan dan pemahaman tentang jenis Makanan Pendamping Air Susu Ibu sebagai hasil belajarnya yang terjadi pada lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat, sebagai pengaruh lingkungannya. Pengetahuan ibu tentang jenis Makanan Pendamping Air Susu Ibu atau makanan tambahan ini sangat penting karena dengan mengetahui jenis makanan tambahan pada bayinya, ibu dapat memberikan makanan yang bervariasi kepada bayinya, baik macam, maupun bentuknya. Karena pemberian makanan tambahan atau makanan yang terdiri dari berbagai campuran bahan makanan dapat memberikan mutu yang lebih tinggi dari pada mutu masing-masing bahan makanan penyusunnya, maka bahan yang kurang dalam zat-zat gizi tertentu dapat ditutupi oleh bahan makanan yang mengandung lebih banyak zat-zat gizi yang tidak terdapat pada bahan makanan yang lainnya. Sehingga masing-masing bahan makanan memiliki efek komplementer yang berakibat meningkatkan mutu gizi makananMenurut Daryati (2008:5), faktor internal perilaku yang menjadi sasaran analisis meliputi pengetahuan, sikap, pengalaman, persepsi dan motivasi terkait perilaku pemberian MP-ASI. Komponen pengetahuan yang dinilai berperan terhadap pemberian MP-ASI adalah pengetahuan tentang ASI eksklusif. Ibu yang merasa menyusui itu penting, akan lebih mudah menerima saran bidan untuk memberikan MP-ASI.Masih banyaknya Ibu menyusui yang kurang mengetahui dengan baik tentang MP-ASI, maka bidan perlu memberikan informasi tentang MP-ASI pada saat menangani pemeriksaan kesehatan neonatus, meskipun ada juga diantara informan yang mendapatkannya dari media. Namun demikian yang paling dominan, adalah yang mendapatkan informasi saat pemeriksaan kesehatan neonatus. Seorang bidan puskesmas mengungkapkan bahwa pasien yang datang memeriksakan kesehatan bayinya umumya diberi informasi mengenai MP-ASI, meskipun terkadang informasi itu diberikan pada saat ibu berkunjung ke puskesmas. Keterlambatan penyampaian informasi menyebabkan masih adanya ibu yang belum mengetahui dengan baik tentang MP-ASI.

BAB VIIKESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai pengetahuan Ibu menyusui tentang Makanan Pendamping ASI di Desa Rawadalem wilayah kerja Puskesmas Balongan Kabupaten Indramayu dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:A. Kesimpulan 1. Pengetahuan Ibu menyusui tentang MP-ASI secara keseluruhan lebih dari setengah (59,1%) termasuk kategori baik dan sebagian kecil (8,6%) termasuk kategori kurang baik.2. Pengetahuan Ibu menyusui tentang pengertian MP-ASI sebagian besar (81,7%) termasuk kategori baik dan sebagian kecil (8,6%) termasuk kategori kurang baik. 3. Pengetahuan Ibu menyusui tentang manfaat MP-ASI lebih dari setengah (67,7%) termasuk kategori baik dan sebagian kecil (11,9%) termasuk kategori kurang baik. 4. Pengetahuan Ibu menyusui tentang syarat-syarat pemberian MP-ASI, lebih dari setengah (72%) termasuk kategori baik dan hampir tidak ada (5,4%) termasuk kategori kurang baik. 5. Pengetahuan Ibu menyusui tentang jenis-jenis MP-ASI, lebih dari setengahnya (72%) termasuk kategori baik dan hampir tidak ada (5,4%) termasuk kategori kurang baik. B. SaranBerdasarkan hasil penelitian, maka beberapa saran dapat dikemukakan sebagai berikut:1. Bagi PuskesmasKepada pihak puskesmas, agar dapat menambah media informasi sebagai media pendidikan kesehatan kepada Ibu menyusui khususnya mengenai pemberian MP-ASI sebagai upaya untuk meningkatkan pengetahuan tentang MP-ASI.2. Bagi Ibu MenyusuiDiharapkan kepada ibu menyusui agar selalu mempertahankan pengetahuan tentang pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu dengan cara selalu mengikuti penyuluhan yang diberikan oleh petugas kesehatan seperti di puskesmas, posyandu dan tempat-tempat seminar kesehatan lainnya.3. Bagi Peneliti lainPeneliti merekomendasikan perlunya perencanaan yang matang dalam mempromosikan praktek pemberian MP-ASI setelah bayi berumur 6 bulan,, diharapkan melakukan penelitian dengan skala yang lebih luas serta dengan metode yang lebih tinggi tingkatannya yaitu analisis dua variable sehingga tidak hanya berupa gambaran.