krim dipenhidramin
-
Upload
raras-puspa-wicitra -
Category
Documents
-
view
444 -
download
99
description
Transcript of krim dipenhidramin
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUID DAN SEMISOLID
KRIM DIFENHIDRAMIN HCL 2%
Dosen : Eka Deddy Irawan, S.Si., M.Sc., Apt
Oleh :
Kelompok C-4
Amirotu Sajidah 132210101066
Fathimatuzzahrah 132210101074
Nur Marlinah 132210101078
Mia Restu 132210101086
Nindi Dipamela 132210101092
Raras Puspita W 132210101094
Dini Syarifah 132210101096
BAGIAN FARMASETIKA FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS JEMBER
2015
I. Tujuan
a. Mahasiswa mampu memformulasi sediaan krim difenhidramin
b. Mahasiswa mengetahui tahapan-tahapan dalam pembuatan sediaan krim
difenhidramin
c. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi terhadap sediaan krim difenhidramin
II. Dasar Teori
Krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan obat
terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai (FI IV). Istilah ini secara tradisional telah
digunakan untuk sediaan setengah padat yang mempunyai konsistensi relatif cair diformulasi
sebagai emulsi air dalam minyak atau minyak dalam air. Krim merupakan bentuk emulsi dengan
konsistensi semisolida sehingga mempunyai viskositas yang lebih tinggi dibandingkan dengan
sediaan likuida. Sediaan krim terdiri atas dua fase yang saling tidak campur, yaitu fase internal
(fase terdispersi) dan fase eksternal (fase pendispersi) yang digabungkan dengan adanya
surfaktan . Umumnya sediaan krim dibagi menjadi dua tipe yaitu tipe minyak dalam air terdiri
dari tetes-tetes kecil minyak (fase internal) yang terdispersi dalam air (fase eksternal), dan
sebaliknya pada krim air dalam minyak.
Pemberian surfaktan sangat dibutuhkan untuk menjaga stabilitas krim secara
termodinamika. Surfaktan yang sering digunakan adalah surfaktan golongan ionik dan anionik,
sedangkan surfaktan kationik hanya digunakan dalam kombinasi dengan surfaktan tipe lainnya.
contoh-contoh surfaktan yang sering digunakan antara lain : sodium alkil sulfat, alkil ammonium
halida, polioksietilen alkil eter, sorbitan, dll. Dalam melakukan pemilihan surfaktan, formulator
harus memperhatikan sifat atau karakteristik bahan aktif dan bahan tambahan lain yang
digunakan dalam formula.
Penggunaan campuran dari beberapa surfaktan dalam satu formula semisolida, dapat
memberikan sediaan yang lebih stabil jika dibandingkan dengan penggunaan surfaktan tunggal.
Sedangkan komponen lain yang perlu ditambahkan dalam sediaan semisolida adalah kosolven,
peningkat viskositas, preservatif, dapar, antioksidan dan korigen. Penggunaan bahan tambahan
tersebut harus disesuaikan dengan sifat fisika kimia bahan aktif yang digunakan. Hasil campuran
bahan aktif dan bahan-bahan tambahan harus dapat menghasilkan sediaan semisolida yang
memenuhi persyaratan aman, efektif, stabil, dan dapat diterima oleh masyarakat. Aman berarti
sediaan tersebut memiliki bahan aktif dalam jumlah yang sesuai dengan monografi dan tidak
memberikan pelepasan bahan aktif yang sesuai dari sediaan pada tempat pengggunaannya. Stabil
berarti sediaan tidak mengalami perubahan sifat dan konsistensi baik secara fisika, kimia,
mikrobiologi, toksikologi, maupun farmakologi.
Kestabilan krim akan terganggu jika sistem campurannya terganggu, terutama disebabkan
oleh perubahan suhu dan perubahan komposisi yang disebabkan perubahan salah satu fase secara
berlebihan atau zat pengemulsinya tidak tercampurkan satu sama lain. Pengenceran krim hanya
dapat dilakukan jika diketahui pengencerannya yang cocok dan dilakukan dengan teknik aseptis.
Krim yang sudah diencerkan harus digunakan dalam jangka waktu 1 bulan. Sebagai pengawet
pada krim umumnya digunakan metil paraben( nipagin ) dengan kadar 0,12 hingga 0,18% atau
propil paraben (nipasol) dengan kadar 0,02% hingga 0,05%. Formulasi umum krim : zat aktif,
basis krim, dan bahan tambahan.
Kelebihan sediaan krim yaitu mudah menyebar rata, praktis, mudah dibersihkan atau
dicuci, cara kerja berlangsung secara setempat, tidak lengket (o/w), memberikan rasa dingin
(w/o) dan dapat digunakan sebagai kosmetik. Kekurangan sediaan krim yaitu susah dalam
pembuatannya karena harus dalam keadaan panas, gampang pecah disebabkan karena formulasi
tidak pas, dan mudah kering.
Bahan aktif yang digunakan adalah difenhidramin. Difenhidramin merupakan generasi
pertama obat antihistamin. Dalam proses terapi, difenhidramin termasuk kategori antidot, reaksi
hipersensitivitas, antihistamin dan relatif. Memiliki sinonim difenhidramin HCl dan digunakan
untuk mengatasi gejala alergi pernafasan dan alergi kulit. Difenhidramin HCl memiliki nama
struktur kimia yaitu difenhidramin hidroklorida. Difenhidramin berbentuk mikrokristalin
berwarna putih yang tidak berbau. Adanya cahaya akan mengubah warna menjadi kecoklatan,
mudah larut dalam air, dalam etanol dan dalam kloroform agak sukar larut dalam aseton, sangat
sukar larut dalam benzen dan dalam eter. Struktur difenhidramin sebagai berikut :
Difenhidramin HCl memiliki pemerian serbuk hablur putih, tidak berbau. Jika terkena
cahaya, perlahan warnanya menjadi gelap. Larut dengan mudah dalam air, dalam etanol, dan
dalam kloroform, agak sukar larut dalam aseton, sangat sukar larut dalam benzena dan dalam
eter. Wadah dan penyimpanan adalah dalam wadah tertutup rapat, dan tidak tembus cahaya.
Difenhidramin ini memblokir aksi histamin, yaitu suatu zat dalam tubuh yang
menyebabkan gejala alergi. Difenhidramin menghambat pelepasan histamine (H1) dan asetil
kolin, hal ini memberikan efek seperti peningkatan kontraksi otot polos vaskular, sehingga
mengurangi kemerahan, hipertermia difenhidramin edema yang terjadi selama peradangan.
Difenhidramin menghalangi reseptor H1 pada perifer nocireseptor sehingga mengurangi
sensitisasi dan akibatnya dapat mengurangi gatal yang berhubungan dengan reaksi alergi. pH
krim harus disesuaikan agar tidak mengiritasi kulit yaitu 4,5- 6,5.
Sediaan krim banyak digunakan untuk sediaan obat misal untuk obat anti inflamasi, anti
jamur, anastesik, antibiotik dan hormon sediaan krim juga sering digunakan untuk industri
kosmetik, misalnya untuk sediaan pembersih, emolien, tabir surya, dan antiaging.
III. Evaluasi Produk Referen
1. Nama produk : Banophen
Nama pabrik : Major Pharmaceuticals
Kandungan : Diphenhydramine hydrochloride 2% dan Zinc acetate 0,1 %
Indikasi : Untuk mengatasi nyeri
Untuk mengatasi gigitan serangga
Untuk kebakaran ringan
Untuk iritasi kulit ringan
Kulit terbakar dan luka ringan
Tujuan penggunaan : Topical analgesic dan pelindung kulit
Peringatan : Untuk penggunaan luar saja
Hindari kontak mata dan jauhkan dari anak-anak
Petunjuk penggunaan : Jangan digunakan melebihi peunjuk.
Dewasa dan anak lebih dari dua tahun : gunakan pada area tidak
lebih dari 3 sampai 4 kali sehari
Anak di bawah umur 2 tahun : hubungi dokter
Penyimpanan : Simpan di suhu 20-25
Kontraindikasi : Pada area yang luasdengan penggunaan difenhidramin secara oral
Kemasan : Anti-icth crea 28 gram/tube
2. Nama produk : Anti icth Cream (itch relief)
Nama prabik : Neopharm (O., Ltd 631101883)
Kandungan : Difenhidramin HCl 2% dan Zinc acetat 0,1%
Indikasi : Mengurangi gatal dan nyeri dikarenakan gigitan serangga, iritasi
ulit dan ruam
Tujuan penggunaan : Untuk topical analgesic dan pelindung kulit
Peringatan : Untuk penggunaan luar
Hindarkan dari anak-anak. Jika tertelan hubungi poison control
center.
Petunjuk penggunaan : Dewasa dan anak lebih dari dua tahun : gunakan pada area tidak
lebih dari 3 sampai 4 kali sehari
Anak di bawah umur 2 tahun : Hubungi dokter
Jangan gunakan lebih dari anjuran
Penyimpanan : 59-77 F
Kemasan : Krim 57 g/tube
Krim 28 g/tube
3. Nama produk : Benadryl
Nama Prabik : Johnson & Johnson Consumer Products Company
Kandungan : Difenhidramin HCl 2% dan Zinc acetat 0,1%
Tujuan penggunaan : Untuk topical analgesic dan pelindung kulit
Indikasi : Mengurangi gatal dan nyeri dikarenakan
a) Gigitan serangga
b) Luka bakar ringan
c) Sinar marahari
d) Iritasi kulit ringan
e) Luka ringan
f) Goresan
g) Ruam
Peringatan : Untuk penggunaan luar
Hindarkan dari anak-anak. Jika tertelan hubungi poison control
center
Petunjuk penggunaan : Jangan gunakan lebih dari anjuran
Dewasa dan anak lebih dari dua tahun : Gunakan pada area tidak
lebih dari 3 sampai 4 kali sehari
Anak di bawah umur 2 tahun : Hubungi dokter
Penyimpanan : 20-250C
Kontraindikasi : Penggunaan produk mengandung difenhidramin secara peroral
penggunaan untuk area yang luas.
IV. Susunan Formula dan Komposisi Bahan yang Digunakan
Formula 1
BAHAN FUNGSI PRESENTASE KEMASAN
(10g)
BATCH
(100g)
Difenhidramin HCl Bahan Aktif 2 % 0,2 g 2 g
Propilenglikol Kosolven,
Enhancer
penetrasi
10 % 1 g 10 g
Cetyl Alkohol Emolien 3 % 0,3 g 3 g
Asam stearat Emulgator 7 % 0,7 g 7 g
TEA Emulgator 3 % 0,3 g 3 g
Nipagin Pengawet 0,18 % 0,018 g 0,18 g
Nipasol Pengawet 0,02 % 0,002 g 0,02 g
Ol. Jasmine Corigen Odoris 0,1 % 0,01 g 0,1 g
Aquadest Pelarut 74,7 % 7,47 g 74,7 g
Jumlah 100 % 10 g 100 g
Perhitungan :
1. Difenhidramin HCl :
2. Propilenglikol :
3. Cetyl Alkohol :
4. Asam stearat :
5. TEA :
6. Nipagin :
7. Nipasol :
8. Ol. Jasmine :
9. Aquadest :
Formula 2
BAHAN FUNGSI PRESENTASE KEMASAN
(10g)
BATCH
(100g)
Difenhidramin HCl Bahan Aktif 2 % 0,2 g 2 g
Parafin Cair Emolien 15 % 1,5 g 15 g
Propilenglikol Kosolven 10 % 1 g 10 g
PEG 6000 Pengental 20 % 2 g 20 g
Cetyl Alkohol Emulgator 5 % 0,5 g 5 g
Nipagin Pengawet 0,18 % 0,018 g 0,18 g
Nipasol Pengawet 0,02 % 0,002 g 0,02 g
Ol. Jasmine Corigen Odoris 0,1 % 0,01 g 0,1 g
Aquadest Pelarut 47,7 % 4,77 g 47,7 g
Jumlah 100 % 10 g 100 g
Perhitungan :
1. Difenhidramin HCl :
2. Parafin Cair :
3. Propilenglikol :
4. PEG 6000 :
5. Cetyl Alkohol :
6. Nipagin :
7. Nipasol :
8. Ol. Jasmine :
9. Aquadest :
Formula 3
BAHAN FUNGSI PRESENTASE KEMASAN
(10g)
BATCH
(100g)
Difenhidramin HCl Bahan Aktif 2 % 0,2 g 0,2 g
Vaselin Alba Emolien 10 % 1 g 10 g
Propilenglikol Kosolven 10 % 1 g 10 g
TEA Emulgator 3 % 0,3 g 3 g
Cetyl Alkohol Emulgator 3 % 0,3 g 3 g
Nipagin Pengawet 0,18 % 0,018 g 0,18 g
Nipasol Pengawet 0,02 % 0,002 g 0,02 g
Ol. Jasmine Corigen Odoris 0,1 % 0,01 g 0,1 g
Aquadest Pelarut 71,7 % 7,17 g 71,7 g
Jumlah 100 % 10 g 100 g
Perhitungan :
1. Difenhidramin HCl :
2. Vaselin Alba :
3. Propilenglikol :
4. TEA :
5. Cetyl Alkohol :
6. Nipagin :
7. Nipasol :
8. Ol. Jasmine :
9. Aquadest :
V. Jenis dan Contoh Bahan Tambahan dalam Formula
1. Metil Paraben / Nipagin
Pemerian : Berbentuk Kristal atau serbuk dengan warna putih. Bau lemah.
Kegunaan : Antimikroba
Kelarutan : Larut dalam 2 bagian etanol, 3 bagian etanol 95%
6 bagian etanol 50%, 10 bagian eter, 60 bagian glycerin, 5 bagian
propilenglikol, 400 bagian air 250C, 50 bagian air 500C, 30 bagian
air 800C.
Penggunaan : 0,02 – 0,30% untuk sediaan topical.
PH : 4 – 8
Inkompatibilitas : Bentonit, Magnesium trisilicat, Talk, Tragakan, Sodium
alginate, Minyak essensial, Sorbitol, Atropin.
ADI : 10 mg/kgBB/hari
Alasan pemilihan :
Rentang Ph besar yaitu 4-8
Punya aktivitas antimikroba yang luas
Tidak toksik dan tidak menyebabkan iritasi Kelarutan pada
propilenglikol 1 : 4
Mekanisme kerja senyawafenolik adalah dengan
menghilangkan peremeabelitas membran sehingga isi
sitoplasmakeluar dan menghambat sistem transport elektrolit
yang lebih efektif untuyk bakteri gram positif
2. Propil Paraben / Nipasol
Pemerian : Berbentuk Kristal atau serbuk dengan warna putih. Bau
lemah. Serbuknya tidak berasa.
Kegunaan : Antimikroba
Kelarutan : Mudah larut dalam aseton dan ether, larut dalam 1,1 bagian
etanol,5,6 bagian etanol 50%, 3,9 bagian propilenglikol.
Penggunaan : 0,01 – 0,6% untuk sediaan topical.
PH : 4 – 8
ADI : 10 mg/kgBB/hari
Alasan pemilihan :
kedua pengawet ini dikombinasi karena akan memberi efek
yang lebih bagus.
Nipagin nipasol jg mudah larut dalam alkohol
Digunakan bersamaan dengan nipagin untuk meningkatkan
efektivitas nipagin
Tidak toksik dan tidak mengiritasi
3. Propilenglikol
Pemerian : Jernih, tidak bewarna, kental, praktis tidak berbau, rasanya
manis.
Kegunaan : Antimikroba. Disinfektant, Humectant, Platicizer, Solvent,
Penstabil Vitamin, Kosolven
Kelarutan : Dapat bercampur dengan aseton, kloroform, etanlo 95%,
gliserin dan air. Larut dalam 6 bagian ether.
Penggunaan : 5 – 80% untuk sediaan topical.
Inkompatibilitas : Pottasium Permanganat
ADI : 25 mg/kgBB/hari
Alasan pemilihan :
Jika digunakan dalam sediaan topikal, propilen glikol
dianggap sebagai iritan minimal
Propilenglikol juga merupakan pelarut yang baik juga untuk
nipagin dan nipasol
4. Cetyl Alkohol
Pemerian : Berlilin, bewarna putih, berbentuk kepingan, granul, kubus.
Karakteristik bau lemah dan rasa tawar.
Kegunaan : Coating agent, Emulsifying agent, Stiffening agent.
Kelarutan : Sangat larut dalam etanol 95% dan eter, kelarutan meningkat
saat suhu tinggi, praktis tidak larut dalam air.
Penggunaan : 2 – 5% untuk emulsifying agent dan emollient
2-10% untuk stiffening agent.
Inkompatibilitas : Agen oksidasi yang kuat.
Alasan pemilihan :
dapat meningkatkan viskositas sediaan krim
menjaga stabilitas krim secara termodinamika
Dalam lotion, krim, dan salep alkohol setil digunakan karena
sifat emolien, air-serap, dan pengemulsi nya. Hal ini
meningkatkan stabilitas, memperbaiki tekstur, dan
meningkatkan konsistensi. Sifat emolien adalah karena
penyerapan dan retensi setil alkohol di epidermis, di mana ia
melumasi dan melembutkan kulit
5. Aqua Destilata (Air Suling)
Rumus Bangun : H2O
Pemerian : Cairan jernih tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
OTT : Dalam formula air dapat bereaksi dengan bahan eksipient
lainnya yang mudah terhidrolisis.
Stabilitas : Air adalah salah satu bahan kimia yang stabil dalam
bentuk Fisik (es,air , dan uap). Air harus disimpan dalam wadah
yang sesuai. Pada saat penyimpanan dan penggunaannya harus
terlindungi dari kontaminasi partikel – pertikel ion dan bahan
organik yang dapat menaikan konduktivitas dan jumlah karbon
organik. Serta harus terlindungi dari partikel – partikel lain dan
mikroorganisme yang dapat tumbuh dan merusak fungsi air.
Alasan pemilihn : air merupakan pelarut universal yang hampir dapat
melarutkan segala macam bahan, tidak toksik, aman dan
cenderung compatible dengan pelarut-pelarut lain
6. TEA (Trietanol Amin)
Pemerian : Triethanolamine adalah cairan kental berwarna kuning jernih,
tidak berwarna pucat memiliki bau amonia sedikit.
Kegunaan : emulsifying agent, alkalizing agent, emulgator
Kelarutan : larut dalam air, methanol, aseton dan CCl4,
Larut dalam benzene (1:24) dan dalam etil eter (1:63)
Penggunaan : untuk emulsi-fikasi adalah 2-4% v / v trietanolamina dan 2-5
kali dari asam lemak.
Minyak mineral, dibutuhkan 5% v / v dari trietanol-amina.
Inkompabilitas :
Triethanolamine adalah amina tersier yang berisi kelompok
hidroksi; ia bereaksi khas tersier amina dan alkohol.
Triethanolamine akan bereaksi dengan mineral asam untuk
membentuk garam kristal dan ester. Dengan lemak tinggi asam,
trietanolamina membentuk garam yang larut dalam air dan
memiliki karakteristik sabun. Triethanolamine juga akan bereaksi
dengan tembaga untuk membentuk garam kompleks. perubahan
warna dan curah hujan dapat terjadi dengan adanya garam logam
berat.
Triethanolamine dapat bereaksi dengan reagen seperti tionil
klorida untuk menggantikan gugus hidroksi dengan halogen.
Produk dari reaksi ini sangat beracun
Alasan pemilihan :
dipilih kombinasi as. Stearat dan TEA karena asam stearat dapat
digunakan sebagai emulsifying agent dan solubilizing agent pada
formula krim kosmetika dan pada penggunaannya harus
digabungkan dengan TEA (HPE 5th P.737). perbandingan antara
TEA dan as. Starat adalah 1 : 4
7. Asam stearat
Pemerian : berbentuk bubuk putih putih atau kekuningan keras, putih atau
agak kuning berwarna, beberapa-apa mengkilap, kristal padat,
berbau
Kegunaan : Emulsifying agent; solubilizing agent; dan lubrikan pada
tablet & kapsul.
Kelarutan : bebas larut dalam benzena, karbon tetraklorida,
kloroform, dan eter; larut dalam etanol (95%), heksana, dan
propilen glikol; praktis tidak larut dalam air.
Penggunaan : sebagai salep dan krim 1–20%
lubrikan pada tablet 1–3%
Inkompabilitas : Asam stearat tidak kompatibel dengan sebagian hidroksida
logam dan mungkin tidak kompatibel dengan oksidator.
Alasan pemilihan :
dipilih kombinasi as. Stearat dan TEA karena asam stearat dapat
digunakan sebagai emulsifying agent dan solubilizing agent pada
formula krim kosmetika dan pada penggunaannya harus
digabungkan dengan TEA (HPE 5th P.737). perbandingan antara
TEA dan as. Starat adalah 1 : 4
8. Oleum Jasmine
Kegunaan : sebagai odoris
Penggunaan : secukupnya
Alasan pemilihn : berbau khas melati yang wangi, dan agar mudah diterima
Dipasaran
VI. Evaluasi Sediaan Krim
a. Organoleptis
Evaluasi organoleptis menggunakan pancaindra, mulai dari bau,warna, tekstur
sediaan, dan konsistensi.
b. Evaluasi PH
Evaluasi PH menggunakan kertas PH universal. Kertas PH dicelupkan ke dalam
sediaan , kemudian dilihat warna yang terbentuk dan dicocokkan dengan standart warna
yang ada. Syarat PH krim : 4.5-6,5.
c. Daya Sebar
Adalah kemampuan penyebaran krim pada kulit. Penentuannya dilakukan dengan
ekstensometer. Syarat krim daya sebar : 5-7 cm dalam rentang waktu 1-2menit.
d. Evaluasi penentuan ukuran Droplet
Evaluasi ini menggunakan mikroskop elektron. Ukuran droplet menunjukkan
kestabilan krim. Makin kecil ukuran makin stabil.
e. Daya Lekat
Daya lekat merupakan kemampuan krim untuk melapisi permukaan kulit secara
kedap dan tidak menyumbat pori-pori serta tidak menyumbatfunsi fisiologis kulit.
Syarat daya lekat sediaan krim adalah 195 detik.
f. Daya Pisah
Stabilitas sebuah emulsi adalah sifat emulsi untuk mempertahankan distribusi
halus dan teratur dari fase terdispersi yang terjadi dalam jangka waktu yang panjang.
Kehancuran sebuah emulsi ditunjukkan oleh penurunan stabilitasnya dan merupakan
proses bertahan banyak. Sedimentasi merupakan tahap awal kerusakan dimana
peristiwa ini terjadi bila berat jenis dari fase terdispersi lebih besar dari pada
pendispersi, sehingga akan menyebabkan kedua fase krim emulsi terpisah dan
membentuk dua lapisan. Syarat untuk sediaan krim adalah setelah didiamkan ±
seminggu tidak terbentuk pemisahan (breaking) atau ketidakstabilan emulsi atau krim
lainnya .
g. Viskositas
Syarat untuk sediaan krim adalah 5-150 dpAs.
h. Uji aseptabilitas sediaan krim
Dilakukan pada kulit dengan berbagai orang yang diberi kusioner dibuat suatu kriteria,
kemudahan dioleskan, sensasi yang timbul, dan kemudahan pencucian. Syaratnya
sediaan dapat diterima oleh responden.
i. Metode Pengenceran
j. Metode Dispersi Zat Warna
VII. Study Praformulasi Bahan Aktif
a. Hasil Studi Sifat Fisika Dan Kimia
BAHAN AKIF
Diphenhydramin
HCL
Dihenhydramin
citrat
Pemerian: Serbuk hablur,putih,tidak berbau. jika terkena cahaya
perlahan lahan warnanya menjadi gelap,Larutannya praktis netral
terhadap kertas lakmus P
Kelarutan : Mudah larut dalam air,dalam etanol 95 %, dalam
kloroform ,sangat larut dalam eter,agak sukar larut dalam aseton
PH: 5% larutan dalam air memiliki ph 4 sampai 6
Kelarutan: mudah larut dalam asam asetat glasial,asam perklorat dan
methanol
1. Diphenhidramin HCL
Efek utama : antihistamin golongan etanolamin
Kontra indikasi : asma akut karena aktivitas anti kolinergik antagonis H-1 dapat
mengentalkan sekresi bronkial pada saluran pencernaan sehingga memperberat serangan
asma akut pada bayi baru lahir karena potensial menyebabkan kejang atau menstimulasi
SSP paradoksikal.
Efek samping :
1) Kardiovaskuler : hipotensi, takikardi, palpitasi.
2) SSP : sedasi, mengantuk, pusing, sakit kepala, insomnia, euphoria.
3) GI : mual, muntah, sakit perut, peningkatan nafsu makan, anoreksia.
4) Genitourinari : retensi urin, susah buang air kecil.
5) Hematologi : anemia hemolitik, trombositopenia, agranulositosis.
6) Mata : penglihatan kabur.
7) pernafasan : secret bronkus mengental.
Mekanisme Aksi : Diphenhidramin berkompetisi dengan histamine bebas untuk mengikat
reseptor H-1
Peringatan : adanya efek sedasi. Hindari penggunaan bersama anti depresan dan alkohol.
Hati-hati penggunaan pada ibu hamil, karena dapat dieliminasi melalui ASI sehingga
penggunaannya perlu diadakan pengawasan. Obat ini tidak digunakan untuk anak
dibawah 2 tahun. Penggunaan pada anak-anak harus diperhatikan karena dapat
menstimulasi SSP paradoksikal.
2. Dihenhydramin citrat
Efek utama : Antihistamin
Efek samping : pusing,mengantuk,mulut kering
Indikasi : Gemetar, kekakuan otot
Kontraindikasi : Hipersensitif terhadap diphenhidramin citrat
Spesifikasi lain : digunakan secara oral
b. Alasan Pemilihan Bahan Aktif
Diphenhidramin merupakan antihistamin golongan pertama yang dapat mengurangi efek
histamine kimia alam dalam tubuh. Diphenhidramin digunakan untuk mengobati bersin, hidung
meler, mata berair, gatal-gatal, ruam kulit, dan gejala lain termasuk alergi.
Diphenhidramin merupakan amine stabil dan cepat diserap pada pemberian secara
peroral. Diphenhidramin memiliki onset maksimum 1 – 3 jam serta durasi 4 – 7 jam. Waktu
paruhnya 2 – 4 jam dan didalam tubuh terdistribusi meluas dan dapat dengan segera memasuki
system saraf pusat dan menimbulkan efek sedative. Bioavaibilitas pada pemakaian peroral
mencapai 40% - 60% dan sekitar 78% terikat protein plasma. Sebagian besar mengalami first past
metabolism, namun beberapa juga dimetabolisme diparu-paru dan ginjal kemudian di ekskresikan
melalui urin. Waktu paruh eliminasinya 2-8 jam dan 13.5 jam untuk pasien geriatri.
Diphenhidramin bekerja dengan mengeblok reseptor H-1 (inhibitor kompetitif) tanpa
mempengaruhi histamine yang ditimbulkan akibat kerja reseptor H-2. Reseptor H-1 ada disaluran
pencernaan, pembuluh darah dan saluran pernafasan. Selain itu, ada dikapiler dan pembuluh
darah. Diphenhidramin menghalangi reseptor H-1 pada perifer nosiseptor sehingga mengurangi
sensitisasi dan akibatnya dapat mengurangi gatal yang karena reaksi alergi. Hal tersebut juga
memberikan efek seperti peningkatan kontraksi otot polos vaskuler, sehingga mengurangi
hipertermia, kemerahan dan edema yang terjadi selama proses peradangan. Diphenhidramin juga
memberikan respon yang menyebabkan efek fisiologi primer atau sekunder atau bahkan
keduanya. Efek primer untuk mengatasi gejala alergi dan sekunder untuk penekanan susunan
saraf pusat.
Karena diphenhidramin bekerja hanya selektif pada reseptor H-1 tetapi sediaan ini
memiliki efek samping sedasi maka sediaan ini dibuat dalam sediaan cream. Jika dibuat sediaan
cream, efek sedasi dari bahan aktif dapat dikurangi tanpa mengurangi efek terapi yang
diharapkan. Tujuan terapi adalah pada kulit lapisan dermis pada bagian sel beta Langerhans. Sel
beta Langerhans merupakan tempat produksi histamine, sehingga jika reseptor dari histamine di
dalam sel tsb dihambat, maka reaksi alergi dapat dihindari.
c. Aturan dosis
Oleskan pada bagian yang sakit 2 – 4 kali sehari. Tidak boleh digunakan lebih dari 7 hari.
Dalam sekali pemakaian salep kurang lebih digunakan 200 mg-300 mg.
Dalam sehari digunakan 2-4 kali, jadi dalam sehari dibutuhkan :
200 mg-300 mg x 2 = 400 mg-600 mg
200 mg-300 mg x 4 = 800mg-1200 mg
Jika pemakaiannya dalam 1 minggu dibutuhkan salep sebanyak :
600 mg-1200 mg x 7 hari = 4200 mg-8400 mg
d. Alasan pemilihan kemasan
Bahan aktif yang dipilih adalah diphenhidramin HCL. Diphenhidramin HCL harus
disimpan dalam wadah tertutup rapat dan terlindung dari cahaya matahari. Selain itu total dosis
untuk sediaan hanya 10mg sehingga dipilih tube sebagai wadah karena tube wadahnya lebih kecil
dan dapat meminimalisir kontak bahan aktif dengan udara. Ketebalan tube sebagai kemasan
sekunder juga diharapkan dapat meminimalisir rusaknya bahan obat karena cahaya matahari.
VIII. Desain Etiket, Kemasan dan Brosur
Etiket
Kemasan
Brosur
IX. Hasil dan Pembahasan
Hasil Pengamatan
SIFORDIFENEDifenhidramine HCl Krim
Tiap gram mengandung:Difenhidramine HCl……………………………………………………….0,2%
INDIKASI Mengurangi rasa sakit dan gatal akibat gigitan serangga,luka bakar ringan, terbakar sinar matahari, iritasi kulit ringan dan luka kecil goresan.KONTRA-INDIKASIDengan produk lain yang mengandung diphenhydramine, bahkan satu diambil melalui mulut.PERINGATANUntuk penggunaan luarHindari kontak mataJauhkan dari anak-anak.Jika tertelan segera hubungi dokter. DOSIS DAN CARA PEMAKAIANOleskan sedikit krim pada bagian kulit yang sakit 2 sampai 4 kali sehari, atau menurut petunjuk dokter.
HARUS DENGAN RESEP DOKTER
KEMASANTube dengan berat bersih 10 gram.No. Reg.: DKL2811021
PENYIMPANAN Simpan di tempat sejuk (150-250C)
Dibuat oleh: PT BITU FARMA Jember - Indonesia
Organoleptis
- Bau : jasmine (melati)
- Warna : putih
- Tekstur : Lembut
- Konsistensi : Cukup kental
Evaluasi Ph
Syarat Ph krim = 4,5 – 6,5
pH didapatkan pH sebesar 7
Daya Sebar
Syarat : 5-7 cm dalam rentang waktu 1-2 menit
didapatkan diameter sebesar 6.5 cm
uji aseptabilitas
Pengujian sediaan dengan beberapa parameter :
Kemudahan dioles, sensasi yang timbul, dan kemudahan pencucian. Setelah diuji pada
kelompok kami, didapatkan hasil sediaan krim yang mudah dioles, lembut dan tidak
lengket di kulit, serta mudah dicuci.
evaluasi tipe krim
Metilen blue yang diteteskan pada sediaan krim kami menyebar secara merata, sehingga
dapat dikatakan bahwa sediaan krim kami termasuk dalam tipe krim o/w
uji viskositas
pengujian viskositas menggunakan spindle no. 1 dan di dapatkan hasil viskositas sebesar
6 dPas.
Pada praktikum kali ini, praktikan membuat sediaan krim Difenhidramin HCl dengan
penggantian formula sebanyak 2 kali. Pada setiap formulasi, pencampuran kedua fase dilakukan
dalam keadaan suhu hangat. Bila larutan berair tidak sama temperaturnya dengan leburan lemak,
maka beberapa lilin akan menjadi padat, sehingga terjadi pemisahan antara fase lemak dengan
fase cair (Munson, 1991).
Formula utama yang di buat adalah sebagai berikut :
BAHAN FUNGSI
Difenhidramin HCl Bahan Aktif
Parafin Cair Emolien
Propilenglikol Kosolven
PEG 6000 Pengental
Cetyl Alkohol Emulgator
Nipagin Pengawet
Nipasol Pengawet
Ol. Jasmine Corigen Odoris
Aquadest Pelarut
Hasil krim yang didapatkan menggunakan formula utama adalah krim terlalu encer. Emulsi
terbentuk secara baik, namun krim memiliki visikositas yang jelek yakni krim terlalu encer.
Kemudian, praktikan mengganti formula utama dengan formula yang kedua, dengan susunan
bahan sebagai berikut :
BAHAN FUNGSI
Difenhidramin HCl Bahan Aktif
Parafin Cair Emolien
Propilenglikol Kosolven
TEA Emulgator
Cetyl Alkohol Emulgator
Nipagin Pengawet
Nipasol Pengawet
Ol. Jasmine Corigen Odoris
Aquadest Pelarut
Hasil krim yang didapatkan setelah pengantian menggunakan formula tidak berbeda jauh dengan
hasil pada formula utama. Penambahan emulgator berupa TEA tidak memiliki pengaruh banyak
terhadap hasil sediaan. Emulsi terbentuk sempurna, namun krim yang terbentuk masih terlalu
encer.
Formula krim yang pertama dan formula krim yang kedua memiliki permasalahan yang
sama, yakni tidak terbentuknya konsistensi krim yang memiliki visikositas yang tinggi. Kedua
formula menghasilkan krim Difenhidramin HCl yang memiliki visikositas terlalu rendah.
Penyebab tidak terbentuknya krim yang sempurna adalah komposisi bahan – bahan yang
digunakan praktikan pada formulasi belum maksimal, sehingga krim tidak terbentuk dengan baik.
Kemudian praktikan mengganti formula dengan formula yang ketiga, dengan komposisi sebagai
berikut :
BAHAN FUNGSI
Difenhidramin HCl Bahan Aktif
Parafin Cair Emolien
Propilenglikol Kosolven
TEA Emulgator
Cetyl Alkohol Emolien
Stearat Emulgator
Nipagin Pengawet
Nipasol Pengawet
Ol. Jasmine Corigen Odoris
Aquadest Pelarut
Praktikan menambahkan Stearat sebagai emulgator pada formula yang ketiga. Dengan sedikit
perubahan, yakni mengganti Ol. Rosae menjadi Ol. Jasmine. Krim difenhidramin HCl terbentuk
dengan baik pada penggunaan formula yang ketiga ini. Emulsi yang terbentuk stabil, tidak
memisah. Namun, pada pembuatan skala kecil, praktikan membuat kesalahan yakni krim yang
terbentuk mengalami foaming dikarenakan pengadukan yang berlebihan. Hal tersebut dapat
diatasi pada pembuatan krim skala besar. Krim yang dihasilkan berwarna putih, beraroma
jasmine, dan memiliki konsistensi krim yang baik. Selanjutnya praktikan melakukan evaluasi
terhadap krim yang sudah dibuat.
Pada pemerikasaan organoleptis didapatkan bau seperti melati dan warna sediaan putih
dengan tekstur lembut dan konsistensinya cukup kental seperti sediaan semisolid. Selanjutnya
dilakukan uji evaluasi pH dengan menggunakan ph meter. Pada uji evaluasi pH didapatkan pH
sebesar 7. Hal tersebut sedikit melebihi syarat pH pada literatur karena pada literatur syarat dari
pH untuk sediaan krim yaitu 4,5- 6,5. Pada evaluasi pH apabila sediaan krim pH terlalu asam
maka akan mengiritasi kulit sedangkan apabila PH nya terlalu basa maka kulit akan terasa kering
ketika diolesi krim. Kemudian kami juga melakukan uji daya sebar. Daya sebar merupakan
kemampuan penyebaran krim pada kulit. Penentuannya dilakukan dengan ekstensometer dan
dilakukan pada rentang waktu 1-2 menit. Hasil yang kami dapatkan pada uji daya sebar yaitu
didapatkan diameter sebesar 6.5 cm. Hal tersebut sesuai dengan ketentuan pada literatur yaitu
memiliki diameter antara 5-7 cm. Selain itu kami melakukan uji aseptabilitas sediaan dengan
beberapa parameter, seperti mudah dioles, sensasi yang timbul, dan kemudahan pencucian.
Setelah diuji pada kelompok kami, didapatkan hasil sediaan krim yang mudah dioles, lembut dan
tidak lengket di kulit, serta mudah dicuci.
Pada uji evaluasi penentuan ukuran droplet yaitu menggunakan mikroskop. Kegunaannya
yaitu untuk mengetahui stabilitas sediaan. Semakin kecil ukuran partikel maka semakin stabil
sediaan tersebut. Namun kami tidak melakukan uji tersebut dikarenakan waktu praktikum yang
tidak mencukupi. Pada uji daya lekat berguna untuk mengetahui kemampuan krim untuk melapisi
permukaan kulit secara kedap dan tidak menyumbat pori pori serta tidak menyumbat fungsi
fisiologis kulit. Syaratnya yaitu waktu daya lekat sebesar 195 detik. Namun kami tidak
melakukan uji ini dikarenakan waktu praktikum yang tidak mencukupi. Pada uji daya pisah yaitu
persyaratannya dalam waktu satu minggu tidak terbentuk breaking/ ketidak stabilan krim. Pada
uji ini kami tidak melakukan karena waktu pengamatan tidak mencukupi. Pengujian lain yang
kami lakukan adalah evaluasi tipe krim. Pengujian ini dilakukan dengan cara meletakkan sedikit
krim pada objek glass, lalu ditetesi dengan metilen blue. Campur metilen blue dengan krim, Jika
warna menyebar secara merata pada sediaan krim, berarti tipe krim adalah minyak dalam air
(M/A), tetapi jika warna hanya berupa bintik-bintik, berarti tipe krim adalah air dalam minyak
(A/M)Metilen blue yang diteteskan pada sediaan krim kami menyebar secara merata, sehingga
dapat dikatakan bahwa sediaan krim kami termasuk dalam tipe krim o/w. Sedangkan pada uji
yang terakhir yaitu uji viskositas yang berfungsi untuk mengetahui kekentalan sediaan dengan
menggunakan viskometer. Kami melakukan pengujian viskositas menggunakan spindle no. 1 dan
di dapatkan hasil viskositas sebesar 6 dPas.
X. Kesimpulan
Difenhidramin merupakan sebuah antihistamin yang bekerjanya dengan menghambat
reseptor H1 pada nosiseptor perifer sehingga dapat mengurangi sensitisasi dan gatal yang
berhubungan dengan reaksi alergi
Difenhidramin dipilih sebagai sediaan krim karena difenhidramin dapat mengalami first
past metabolism di hati yang mempengaruhi keefektifan obat
Uji evaluasi sediaan krim kami meliputi organoleptis, evaluasi ph, daya sebar, evaluasi
penentuan droplet, daya lekat, daya pisah, viskositas, uji aseptabilitas sediaan, metode
pengenceran, dan metode dispersi zat warna
Pada pemeriksaan organoleptis krim berwarna putih,bau melati, tekstur lembut,
konsistensi cukup kental. Pada pemeriksaan pH sediaan krim kami memiliki pH 5 dan
masuk dalam rentang pHyang memenuhi persyaratan sediaan krim yaitu 4,5-6,5. Pada uji
daya sebar pada sediaan krim kami memiliki diameter sebesar 6.5 cm dan masuk dalam
persyaratan uji daya sebesar yaitu sebesar 5-7 cm pada rentang waktu 1-2 menit.
Dilakukan juga uji aseptabilitas sediaan Setelah diuji, didapatkan hasil sediaan krim yang
mudah dioles, lembut dan tidak lengket di kulit, serta mudah dicuci. Tipe krim adalah air
dalam minyak (A/M), Metilen blue yang diteteskan pada sediaan krim kami menyebar
secara merata, sehingga dapat dikatakan bahwa sediaan krim kami termasuk dalam tipe
krim o/w. Sedangkan pada uji yang terakhir yaitu uji dengan menggunakan viskometer,
kami melakukan pengujian viskositas menggunakan spindle no. 1 dan di dapatkan hasil
viskositas sebesar 6 dPas.
XI. Daftar Pustaka
Anief. 2006. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta: UGM Press
Ansel. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta: UI press
Anonim. 1979. Farmakope Indonesia edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan RI
Anonim. 1995. Farmakope Indonesia edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan RI
Lachman dkk. 1994. Teori Dan Praktek Farmasi Industri. Jakarta: UI Press
Voigt. 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Yogyakarta: UGM Press