KP Hampir Jadi

download KP Hampir Jadi

of 35

Transcript of KP Hampir Jadi

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan nikmat sehat-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan laporan Kerja Praktek ini. Laporan Kerja Praktek ini berjudul Uji Aktivitas Antibakteri Actinomycetes yang Bersimbiosis dengan Soft coral. Kerja praktek ini ditujukan untuk memenuhi salah satu Tugas Akhir dalam memperoleh gelar Sarjana Kelautan pada Jurusan Perikanan dan Kelautan Fakultas Sains dan Teknik Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antibakteri pada metabolir sekunder Actinomycetes yang bersimbion dengan soft coral. Penulis mengucapkan terima kasih kepada banyak pihak yang membantu menyelesaikan laporan ini. Penulis mengharapkan saran dan kritik yang bermanfaat dan bersifat membangun dari pembaca. Berdasarkan hal tersebut, penulis mengharapkan eksplorasi terhadap Actinomycetes simbion ini mampu dijadikan sumber alternatif baru dalam bidang bioteknologi kelautan.Purwokerto, Januari 2013

RINGKASAN

Penyakit infeksi merupakan salah satu permasalahan dalam bidang kesehatan yang dari waktu ke waktu terus berkembang disebabkan oleh mikroorganisme. Daerah tropis merupakan salah satu daerah yang sangat mendukung dalam pertumbuhan mikroba. Actinomycetes merupakan salah satu bakteri penghasil antibiotik yang berperan dalam bidang kesehatan. Tujuan dari kerja praktek ini yaitu untuk mengetahui aktivitas antibakteri actinomycetes yang bersmbiosis dengan soft coral.Metode yang digunakan pada kerja praktek ini adalah metode eksperimental yaitu dengan melakukan uji hambat kelima ekstrak actinomycetes terhadap tiga bakteri uji perlakuan seperti E.coli, Proteous sp., dan Enteromonas sp.. Kemudian diukur diameter zona hambat dengan menggunakan jangka sorong.

Berdasarkan hasil uji tabel F aktivitas antibakteri oleh kelima isolat actinomycetes terlihat beda sangat nyata pada bakteri uji E.coli dan tidak berbeda nyata pada bakteri uji Proteous sp. dan Enteromonas sp.. Kelima isolate actinomycetes memiliki potensi yang besar untuk menghambat ketiga bakteri uji tersebut.

Kata kunci : Penyakit infeksi, actinomycetes, E.coli, Proteous sp., Enteromonas sp., UJi tabel FSUMMARY

Infectious diseases is one of the problems in the health sector over time caused by microorganisms growing. The tropics is a region that strongly supports the growth of microbes. Actinomycetes is one of the antibiotic-producing bacteria that play a role in health. The aim of this practical work is to determine the antibacterial activity of actinomycetes were bersmbiosis with soft coral.

The method used in this practical work is the experimental method is to test the inhibitory fifth extracts of three actinomycetes bacteria such as E.coli treatment test, Proteous sp., And Enteromonas sp .. Then the inhibition zone diameter was measured using calipers.

Based on the test results table F antibacterial activity by the five isolates of actinomycetes looks very real difference in the bacteria E. coli testing and were not significantly different in the test bacteria Proteous sp. and Enteromonas sp .. Fifth isolate actinomycetes has great potential to inhibit all three of the test bacteria.

Keywords: Infectious diseases, actinomycetes, E.coli, Proteous sp., Enteromonas sp., Test table F

I. PENDAHULUAN1.1. Latar Belakang

Penyakit infeksi merupakan salah satu permasalahan dalam bidang kesehatan yang dari waktu ke waktu terus berkembang infeksi merupakan penyebab utama penyakit di dunia terutama di daerah tropis, seperti Indonesia karena keadaan yang berdebu dan temperatur yang hangat dan lembab sehingga mendukung mikroba untuk tumbuh subur (Sunaryanto et al., 2010).Ditemukannya jenis-jenis mikroorganisme baru, sifat yang baru dari mikroorganisme dan jenis infeksi merupakan bukti bahwa mikroorganisme mengadaptasikan diri terhadap lingkungannya. Resistensi bakteri terhadap obat-obatan merupakan salah satu proses alamiah yang dilakukan oleh organisme untuk mengembangkan toleransi terhadap keadaan lingkungan yang baru (Mohanapriya et al, 2010).Actinomycetes merupakan produsen produktif antibiotik yang sebagian besar antibiotiknya digunakan sebagai uji klinis dan kemudian diproduksi. Diantara berbagai jenis mikroorganisme, actinomycetes telah menghasilkan lebih dari dua pertiga antibiotik yang secara alami langsung didapat dari actinomycetes tanpa harus mengalami beberapa proses untuk menjadikan antibiotik (Gorajana et al., 2010). Actinomycetes juga memproduksi bioaktif metabolit sekunder lainnya sebagai anti kanker dan agen imunosupresif (Simmons et al., 2005). Masih banyak senyawa lainnya yang terdapat pada actinomycetes yang masih belum dieksplorasi kegunaannya.1.2. Perumusan Masalah

Pertahanan diri invertebrata laut non-mobile terhadap lingkungan yang ekstrim, predator dan kompetitor tidak dapat dilakukan dengan cara menghindar. Mereka mempertahankan diri terhadap lingkungan yang tidak diinginkan dengan cara menghasilkan senyawa metabolit sekunder. Soft coral merupakan salah satu invertebrata non-mobile yang aktif dalam menghasilkan senyawa metabolit sekunder sebagai pertahanan dirinya. Selain pada pertahanannya, soft coral banyak bersimbion dengan beberapa mikroorganisme yang salah satunya yaitu actinomycetes . Actinomycetes dapat berperan dalam menghasilkan antibiotik yang dapat digunakan dalam berbagai bidang seperti obat-obatan, pertanian, anti bakteri dan agen imunosupresif. Baltz (2008) menyatakan bahwa dari sekitar 32.500 produk alami, sekitar 1000 berasal dari mikroba laut yang banyak menghasilkan antibiotik yaitu berasal dari actinomycetes laut. Pengembangan dalam pemanfaatan actinomycetes masih sangat jarang, dilihat dari potensi yang ada masih sangat banyak dan belum teridentifikasi.1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antibakteri actinomycetes yang bersimbion dengan soft coral.1.4. Manfaat PenelitianHasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu alternatif sumber senyawa antibakteri alami yang ramah lingkungan dan sumber informasi ilmiah terbaru yang konservatif dalam eksplorasi terhadap soft coral.II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Soft Coral

Terumbu karang merupakan salah satu ekosistem pantai yang memiliki produktivitas tinggi dan memiliki keragaman biota laut yang tinggi. Selain jenis karang keras, terdapat juga soft coral atau karang lunak sebagai salah satu komponen utama yang menyusun terumbu karang (Haris et al., 2007). Soft coral merupakan salah satu anggota cnidaria yang mempunyai peranan dalam pembentukan terumbu karang yaitu sebagai pemasok senyawa karbonat dan meningkatkan keanekaragaman hayati. Hal ini terbukti sejak ditemukannya sejumlah besar spikula berkapur di dalam jaringan tubuhnya yang tidak ditemukan pada hewan lain (karang batu, anemon) yang hidup di terumbu karang yang sama (Manuputty, 2002).Soft coral membutuhkan karakteristik lingkungan perairan yang spesifik untuk dapat tumbuh dan hidup dengan baik. Parameter utama yang berpengaruh terhadap keberadaan terumbu karang antara lain suhu, salinitas, cahaya matahari, kekeruhan, dan nutrisi. Suhu optimum untuk pertumbuhan soft coral yaitu 25-29C dengan kisaran ketahanan hidup 15C hingga 40C. Cahaya memiliki korelasi penting dengan kedalaman karena seberapa kedalaman yang memungkinkan untuk pertumbuhan karang, tergantung jauh dari cahaya matahari mampu menembus kolam air. Ketersediaan cahaya merupakan faktor penting dengan kaitannya laju fotosintesis. Intensitas cahaya sekitar 15%-20% dari intensitas permukaan. Arus dan gelombang merupakan dinamika perairan yang tidak pernah lepas dari kehidupan soft coral, karena mengantarkan nutrisi makanan bagi hewan karang. Salinitas optimal pada soft coral yaitu antara 32-34 permil (Rachmawati, 2001). Penelitian soft coral telah banyak dilakukan terutama penelitian tentang kandungan bioaktif yang terdapat dalam karang lunak. Manuputty (2002) telah mengisolasi senyawa terpen dari beberapa jenis karang. Soft coral hasil fragmentasi buatan mampu menghasilkan senyawa bioaktif yang digunakan sebagai penyedia bahan obat-obatan (Soedharma dan Arafat, 2007). Soft coral menghasilkan beberapa dari golongan senyawa hasil metabolit sekunder, antara lain alkaloid, steroid, flavonoid, fenol, saponin, dan peptida. Soft coral jenis Sarcophyton sp. dilaporkan memiliki kandungan senyawa bioaktif alkaloid, steroid, dan flavonoid (Hardiningtyas, 2009).Salah satu senyawa yang paling banyak ditemukan pada soft coral adalah terpena. Senyawa terpena merupakan suatu kelompok senyawa kimia dari golongan hidrokarbon isometrik. Senyawa ini digunakan dalam industri farmasi terutama dalam pembuatan obat-obat antibiotik, antijamur, dan antitumor (Manuputty, 2002). Pada beberapa penelitian diketahui bahwa senyawa terpena yang dihasilkan soft coral berpotensi sebagai antimikroba. Misalnya ekstrak soft coral jenis Sinularia flexibillis setelah di fraksinasi dengan TLC menghasilkan 5 komponen terpenoid yaitu diterpena fleksibilida, dihidrofleksibilida, sinulanolida, episinulartolida, dan episinularilida asetat yang terbukti memiliki aktivitas antimikrobial (Aceret et al., 1997). Adapun soft coral jenis Sinularia erecta merupakan jenis soft coral yang menghasilkan senyawa sinularektin yang termasuk kedalam turunan terpenoid (Rudi et al., 2006). Dilaporkan bahwa marga cledella mampu menghasilkan 55 jenis metabolit sekunder yang dimanfaatkan sebagai antifungal, sitotoksik, dan anti bakteri (Radhika, 2006). Pada actinomycetes, senyawa bioaktif yang ditemukan dan ditemukan kegunaannya antara lain senyawa mitomycin dan daunomisin digunakan sebagai antikanker (Galm et al., 2005) dan senyawa rapamycin dan FK506 sebagai agen imunosupresif (Simmons et al., 2005).2.2. Actinomycetes Simbiosis pada Soft coral

Actinomycetes merupakan salah satu bakteri yang diketahui terdapat sangat melimpah dan aktif disekitar soft coral. Asosisasi antara actinomycetes dan soft coral ditenggarai memiliki peranan yang penting untuk mempertahankan hidup soft coral didalam menghadapi tekanan ekosistem, misalnya pencemaran logam berat (Sabdono, 2009). Actinomycetes diketahui dapat menghasilkan senyawa antibiotik yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai bidang seperti obat-obatan, bahan kosmetik. Menurut Paula, 1997 dalam Barneah et al., 2007 menjelaskan bahwa soft coral dapat berinteraksi dengan berbagai organisme simbiotik seperti invertebrata dan vertebrata, bakteri, dan ganggang, semua yang hidup dalam jarak dekat dan memanfaatkan sumber daya berbeda dari habitat mereka atau satu sama lain.

Interaksi antara soft coral dengan bakteri yang bersimbiosis dapat diklasifikasikan ada yang sebagai simbiosis mutualisme obligat, mutualisme fakultatif, atau simbiosis komensalisme. Mutualisme obligat yaitu bakteri yang memegang peranan penting dalam metabolisme inang. Mutualisme fakultatif yaitu bakteri yang menguntungkan inang, tapi inang dapat bertahan tanpa kehadiran bakteri. Simbisosis komensalisme yaitu bakteri ada tanpa memberikan keuntungan pada inang (Osinga et al., 2001). Selain itu bakteri yang bersimbiosis dengan soft coral menghasilkan banyak senyawa kimia, seperti terpenoid, steroid, steroid glykosida, racun lipoid, dan bahan bioaktif. Beberapa komponen bioaktif yang dihasilkan oleh bakteri bersimbiosis dengan soft coral dapat meliputi antibiotika, senyawa antitumor, antijamur, dan antikanker (Manuputty,2001).2.3.Metabolit Sekunder

Soft coral menghasilkan senyawa metabolit sekunder berfungsi untuk menghadapi serangan predator, media kompetisi, mencegah infeksi bakteri, membantu proses reproduksi, dan mencegah sengatan sinar ultra violet (Harper et al., 2001). Elyakov dan Stonik (2003), Hardiningtyas (2009) melaporkan bahwa soft coral menghasilkan beberapa dari golongan senyawa hasil metabolit sekunder, seperti alkaloid, terpenoid, steroid, flavonoid, fenol, saponin, dan peptida.

Metabolit sekunder dari actinomycetes laut berupa senyawa aktif citropeptin yang memiliki efek toksik terhadap sel kanker paru-paru A549. Isolasi actinomycetes laut dilakukan dengan menggunakan medium agar starch casein yang ditambah dengan cyloheximide dan nistatin sebagai antifungi serta rifampisin dan nadixic acid sebagai antibakteri (Sunaryanto et al., 2010).

Pemanfaatan senyawa metabolit sekunder yang dihasilkan soft coral digunakan dalam bidang farmakologi seperti antikanker, antibiotik, antibakteri, dan antifungi. Senyawa actinofuranon merupakan senyawa yang dihasilkan oleh actinomycetes dari jenis streptomyces yang merupakan senyawa antikanker kelompok polipeptida. Arenamida merupakan senyawa antikanker untuk kelompok non-ribosomal (Rofiq et al., 2010). antibiotik yang telah ditemukan dihasilkan oleh actinomycetes terutama Streptomyces, sehingga sasaran penapisan mikroba penghasil antibiotik ditujukan pada kelompok actinomycetes. Selain Streptomyces, penapisan juga diarahkan untuk mendapatkan anggota actinomycetes yang lain, terutama actinomycetes langka seperti actinoplanes, micromonospora, saccharopolyspora, actinomodura, dactylosporangium, dan sebagainya Mikroba tersebut telah menghasilkan metabolit yang berpotensi termasuk antibiotik dan antitumor (Berdy, 2005).

Antibakteri adalah salah satu antibiotik atau senyawa kimia yang dalam konsentrasi tertentu mampu menghambat bahkan membunuh proses kehidupan suatu mikroorganisme (Jawetz et al., 2001). Actinomycetes merupakan prokariot yang paling ekonomis dan mempunyai nilai bioteknologi karena banyak memproduksi senyawa bioaktif metabolit antara lain antibiotik, agen antitumor, agen imunosupresif, dan enzim (Lam, 2006; Vasvada, 2006).

Senyawa-senyawa yang bersifat antibakteri di antaranya adalah antibiotik dan bakteriosin. Antibiotik merupakan metabolit sekunder yang dihasilkan dalam alur metabolisme oleh enzim yang berasal dari bakteri yang telah dilemahkan. Bakteriosin adalah protein dengan bobot molekul kecil dan memiliki aktivitas bakterisida (Prasad et al., 2005), dihasilkan oleh bakteri melalui metabolisme primer, dan bersifat antibiotik (Hoover and Chen 2003).

Cara kerja antibakteri dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu bakteriostatik, bakterisidal, dan bakterilitik. Antibakteri bakteriostatik bekerja dengan cara menghambat perbanyakan populasi bakteri dan tidak mematikannya. Bakterisidal bekerja dengan cara membunuh makteri. Sedangkan bakterilitik bekerja dengan cara membuat lisis sel-sel bakteri (Volk and Wheeler, 1993). III.MATERI DAN METODA

3.1.Materi Penelitian

3.1.1 Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Daftar alat untuk penelitian

Nama AlatKegunaan

1. Biological Safety Cabinet (BSC)Tempat kerja aseptis

2. BunsenKerja aseptis

3. Petri dishKultur bakteri padat

4. ErlenmeyerKultur bakteri cair dan pembuatan media

5. Tip 200-100l dan 0,5 - 10lTempat pengambilan sampel terukur

6. Spidol markerPemberi tanda

7. TissuePenghapus kotoran

8. Hotplate dan magnetic stirrerPemanas dan pengaduk media

9. Spreader/ L-glassPenanaman bakteri

10. Timbangan analitikPenimbang bahan

11. MikropipetPengukur skala mikro

12. Paper discwhatman no.41Tempat sampel uji hambat

13. Jangka sorongPengukur zona hambat

14. Autoclave Sterilisasi alat dan bahan

3.1.2.Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian disajikan pada Tabel 2. di bawah ini.Tabel 2. Daftar bahan untuk penelitian

Nama BahanKegunaan

1. Air laut sterilPembuatan media

2. SpirtusBahan pembakar

3. Alkohol 70%Sterilisasi alat dan tempat kerja

4. Etil asetatPelarut ekstrak metabolit sekunder Actinomycetes

5. Media NA (Nutrien Agar) dan medium SNAMedia isolasi bakteri

6. Bakteri Patogen (Proteous,E.coli, dan Enteromonas)Bakteri Uji

7. Kertas Whatman No.41Menyaring air laut

3.2. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dimulai pada bulan Febuari 2012 di Laboratorium Pusat Riset dan Pengembangan Ilmu, Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto.

3.3. Metoda Penelitian

Metoda yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimental laboratoris. Metoda eksperimental adalah suatu metoda yang digunakan untuk mengetahui hubungan sebab akibat antara satu atau lebih faktor perlakuan (Arikunto, 2002). 3.3.1 Uji Hambat Antibakteri

Metode pengujian aktivitas antibakteri dilakukan untuk mengetahui kemampuan ekstrak metabolit sekunder dengan metode difusi agar (Bauer et al., 1996). Media NA dituang pada cawan petri steril dan dibiarkan sampai padat. Bakteri diambil menggunakan lidi kapas dan distreak pada media hingga merata. Kertas cakram diletakkan pada cawan petri yang telah terdapat bakteri uji. Ekstrak metabolit sekunder actinomycetes diresuspensi menggunakan etil asetat diatas kertas cakram dengan diameter 6 mm yang diletakkan diatas permukaan NA. Inkubasi dilakukan pada temperatur 30C selama 24 jam.

Pengamatan dilakukan dengan cara melihat adanya zona bening disekitar kertas cakram, diamati adanya aktivitas antibakteri yang ditandai oleh adanya zona hambat pertumbuhan bakteri disekitar kertas cakram. Zona hambat diukur menggunakan jangka sorong, ditandai dengan terbentuknya zona bening disekitar cakram uji. Kategori zona hambat : >2 cm (strong inhibition),0,5-1 cm (moderate inhibition) dan F tabel maka dilanjutkan dengan uji beda nyata.IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Uji Aktivitas Antibakteri E.coliHasil uji aktivitas ekstrak metabolit sekunder actinomycetes simbion terhadap bakteri E.coli disajikan pada tabel 3. KodeUlanganRata-rataSD

123

SC2 81.531.35 1.31.39330.121

SC3 301.551.451.251.4167 0.1528

SC2 71.431.481.851.5867 0.2294

SC3 741.451.18 1.21.2767 0.1504

SC3 251.68 1.51.35 1.51 0.16522

Keterangan : diameter paper dish 0,6 cm

Berdasarkan Tabel 3 aktivitas ekstrak metabolit sekunder pada kelima isolat actinomycetes yang bersimbion dengan soft coral terhadap bakteri uji E.coli menunjukkan terbentuknya zona bening pada pertumbuhan bakteri uji E.coli. Zona hambat terbesar menunjukkan pada SC2 7 dengan diameter rata-rata 1,5867 cm 0.2294 cm dan tergolong kedalam kategori sedang (moderate inhibition). Rofiq et al., (2010) menyatakan dalam penelitian mereka bahwa ekstrak metabolit sekunder dari actinomycetes merupakan antibiotik yang aktif terhadap E. coli, Pseudomonas aeruginosa, Bacillus subillis, Proteous sp. dan Streptomyces sp. Harpeni dan Hasani, (2005) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa bakteri potensial penghambat E.coli ditunjukkan berdasarkan karakterisasi morfologi dan biokimiawi yaitu Staphylococcus sp. , Plesimonas sp. , Actinobacillus sp., Actinomycetes sp. , dan Aerococcus sp.

Senyawa bioaktif laut atau produk alami laut merupakan senyawa organik yang diproduksi oleh mikroba, spons, seaweeds, dan organisme laut. Nurhayati et al., (2004) melaporkan bahwa bakteri yang diisolasi dari spons Plakortis nogra memiliki aktivitas penghambatan terhadap protease yang dihasilkan E.coli. Sunaryanto, (2011) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa isolat Streptomyces sp. mampu menghambat pertumbuhan dari E.coli. Isolat actinomycetes hasil seleksi memiliki kemampuan berbeda dalam menghambat setiap bakteri uji.

Berdasarkan uji statistik (Lampiran 2) menunjukkan bahwa diameter zona hambat pertumbuhan uji E.coli oleh semua isolat actinomycetes yang berasosiasi dengan soft coral berbeda sangat nyata (F hit > F tabel). Oleh karena itu disimpulkan bahwa actinomycetes sangat berpotensi untuk menghambat pertumbuhan E.coli terutama pada isolat SC2 7 yang memiliki potensi paling besar.

Gambar 2. Hasil Uji Statistik zona hambat terhadap E.coli

Kelas actinomycetes yang banyak dimanfaatkan sebagai penghasil antibakteri pada bakteri uji seperti E.coli adalah Streptomyces, Micromonospora dan Nocardia. Bedasarkan penelitian yang telah dilakukan beberapa senyawa metabolit sekunder dari actinomycetes yang bermanfaat sebagai antibakteri adalah Abyssomicins (Riedlinger et al., 2004), Frigocyclinone (Bruntner et al., 2005), Glaciapyrroles (Macherla et al., 2005), Gutingimycin (Maskey et al., 2004), dan Himalomycins (Maskey et al., 2003).

4.2 Uji Aktivitas Antibakteri Proteous sp.

Hasil uji aktivitas ekstrak etil asetat actinomycetes simbion terhadap bakteri Proteous sp. disajikan pada tabel 4.KodeUlangan ke- (cm)Rata-rataSD

123

SC2 81.481.38 1.7 1.520.1637

SC3 301.481.481.431.46330.0289

SC2 71.551.63 1.2 1.460.2287

SC5 74 0.71.851.751.43330.6371

SC3 251.23 11.151.12670.1168

Keterangan : diameter paper dish 0,6 cm

Berdasarkan Tabel 4 aktivitas ekstrak etil asetat pada kelima isolat actinomycetes yang bersimbion dengan soft coral pada bakteri uji Proteous sp. menunjukkan terbentuknya zona bening pada pertumbuhan bakteri uji Proteous sp. zona hambat terbesar menunjukkan pada SC2 8 dengan diameter rata-rata 1,52 cm 0.1637 dan dimasukkan kedalam kategori sedang (moderate inhibition). Hal ini menunjukkan bahwa kelima isolat memiliki potensi untuk menghambat pertumbuhan Proteous sp. Elizabeth et al., (2005) dalam penelitiannya melaporkan bahwa bakteri laut yang berasosiasi di permukaan karang gorgonian di Titicorin, selatan pantai timur India dapat menghambat pertumbuhan bakteri antagonis seperti Bacvillus cereus, E.coli, Klebsiella penumoniae, S. aureus, Aeromonas hydrphillam Proteus mirabilis. Pringgenies, (2010) juga melaporkan bahwa genus vibrio yang diisolasi dari sponge jenis Aaptos sp. mampu menghambat pertumbuhan bakteri MDR yaitu E.coli dan Proteous sp. . Berdasarkan uji statistik (Lampiran 3) menunjukkan bahwa diameter zona hambat pertumbuhan uji Proteous sp. oleh semua isolat actinomycetes yang berasosiasi dengan soft coral tidak berbeda nyata (F hit < F tabel). Hal ini menunjukkan perbandingan yang tipis dari kelima isolat tersebut, sehingga masing-masing memiliki potensi yang hampir sama.

Gambar 3. Hasil Uji Statistik zona hambat terhadap Proteous sp.

Sateesh et al., (2011) dalam penelitiannya melaporkan bahwa dari 54 jenis actinomycetes yang mengalami proses skrining utama, 14 jenis actinomycetes mampu menghambat pertumbuhan Proteous sp. .4.3 Uji Hambat Enteromonas sp.

Hasil uji aktivitas ekstrak etil asetat actinomycetes simbion terhadap bakteri Enteromonas sp disajikan pada tabel 5.KodeUlangan ke- (cm)JumlahRata-rataSD

123

SC2 81.431.581.434.441.480.0866

SC3 300.951.351.533.831.280.2969

SC2 71.05 1.41.584.031.340.2695

SC5 741.81.551.985.331.780.216

SC3 251.431.130.983.541.180.2291

Keterangan : diameter paper dish 0,6 cm

Berdasarkan Tabel 5 aktivitas ekstrak etil asetat pada kelima isolat actinomycetes yang bersimbion dengan soft coral pada bakteri uji Enteromonas sp. menunjukkan terbentuknya zona bening pada pertumbuhan bakteri uji Enteromonas sp. zona hambat terbesar menunjukkan pada SC5 74 dengan diameter rata-rata 1,78 cm 0.216 cm dan dimasukkan kedalam kategori sedang (moderate inhibition). Hal ini menunjukkan bahwa kelima isolat memiliki potensi untuk menghambat bakteri Enteromonas sp. . Enteromonas sp. merupakan jenis bakteri Gram-negatif. Dalam peneltiian Chelossi et al., (2004) menjelaskan bahwa bakteri actinomycetes dan streptomyces yang dihasilkan dari porifera dan demospongiae di Laut Petrosia mampu menghambat pertumbuhan dari Enteromonas sp. Kartthikadevi et al., (2009) juga melaporkan dalam penelitiannya bahwa actinomycetes yang bersimbiosis dengan rumput laut jenis Halimeda sp. dapat menghambat bakteri uji Enteromonas sp. .Berdasarkan uji statistik (Lampiran 4) menunjukkan bahwa diameter zona hambat pertumbuhan uji Enteromonas sp. oleh semua isolat actinomycetes yang berasosiasi dengan soft coral tidak berbeda nyata (F hit < F tabel), terlihat pada grafik dibawah perbandingan yang tipis dari kelima isolat. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kelima isolat memiliki potensi yang hampir sama.

Gambar 4. Hasil Uji Statistik zona hambat terhadap Enteromonas sp.Ekstrak metabolit sekunder actinomycetes dari kelima kode tersebut menunjukkan adanya potensi sebagai antibakteri terhadap bakteri uji E.coli, Proteus sp., Enteromonas sp. dengan perbandingan yang sedikit. Pandey et al (2004) menyatakan bahwa actinomycetes pada sedimen berasal dari Khumbu di Nepal memiliki aktivitas sebagai antibakteri E.coli, Proteous sp. , Enterobacter sp., Klebsiella sp., Pseudomonas sp., Shigella sp. , dan Salmonella sp. .Aktivitas mikrobial senyawa actinomycetes laut dan distribusi actinomycetes antagonis laut dalam sedimen laut mampu menghambat pertumbuhan berbagai mikroorganisme. Gulve dan Deshmuldh, 2012 dalam penelitian mereka telah menyimpulkan bahwa ekstrak etil asetat yang diperoleh dari isolat actinomycetes laut menunjukkan aktivitas antagonis yang menonjol terhadap bakteri uji Gram positif maupun bakteri Gram negatif tetapi tidak terhadap jamur. Senyawa antibakteri yang dihasilkan oleh isolat actinomycetes diekstraksi dalam asetat tetapi senyawa anti jamur tidak diekstraksi dalam etil asetat. Sateesh et al., 2011 menjelaskan bahwa produksi antibakteri terbesar pada actinomycetes yaitu pada specimen milik genus Streptomyces yang kemudian diikuti oleh Streptoverticillium.Kemampuan isolat actinomycetes dalam menghambat bakteri uji dapat digolongkan menjadi dua yaitu bakterisidal dan bakteriostatik. Bakterisidal yaitu bersifat membunuh bakteri dan bakteriostatik yaitu menghambat pertumbuhan bakteri tapi tidak sampai membunuhnya. Kemampuan antibakteri yang baik adalah bersifat bakterisidal dan sensitif karena dengan kedua sifat ini maka bakteri uji atau patogen yang digunakan akan mati dalam zona hambat yang luas meskipun dengan kuantitas antibakteri yang minim (Pramuditha, 2007).Berdasarkan hasil pengamatan dan kekeruhannya, kelima siolat actinomycetes pada bakteri uji E.coli, Proteous sp., dan Enteromonas sp. masuk kedalam katergori bakterisidal. Menurut Windhyka, 2008 mekanisme kerja senyawa yang bersifat antimikroba yang bersifat membunuh akan merusak dinding sel mikroorganisme dan mengubah permeabilitas membrane sitoplasma sehingga menyebabkan kebocoran nutrien dalam sel yang menyebabkan terjadinya denaturasi protein sel sehingga terlihat keruh pada zona bening.V. KESIMPULAN DAN SARAN

V. 1. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian uji aktivitas antibakteri actinomycetes yang bersimbiosis dengan soft coral dapat disimpulkan :

1. Ekstrak metabolit sekunder dari actinomycetes yang bersimbiosis dengan soft coral memiliki potensi yang tinggi sebagai antibakteri karena mampu menghambat bakteri uji yang digunakan yaitu E.coli , Enteromonas sp , dan Proteous sp.V.2. Saran

Penelitian actinomycetes perlu dikembangkan lagi melihat dari potensi yang cukup tinggi, dan masih banyak senyawa bioaktif lainnya yang dihasilkan actinomycetes yang belum teridentifikasikan yang bisa dieksplorasi dalam bidang purifikasi senyawa antibakteri.DAFTAR PUSTAKA Aceret, T.L., Coll, J.C., Uchio, Y, Sammarco ,P.W., 1997, Antimicrobial activity of the diterpenes flexibilide and sinulariolide derived from Sinularia flexibilis Quoy and Gaimard 1833 (Coelenterata: Alcyonacea, Octocorallia), CBF Part C 120 : 121126Arikunto, S. 2002, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Edisi Revisi. Rineka Cipta, Jakarta, 378 hal.Baltz, R.H., 2008, Renaissance in Antibacterial Discovery from Actinomycetes, Curr. Opin. Pharmacol, 8: 1-7.Barneah, O., I. Brickner, M. Hooge, V. M. Weis, T. C. LaJeunesse, Y. Benayahu. 2007, Three Party Symbiosis: Acoelomorph Worms, Corals and Unicellular Algal Symbionts In Eilat (Red Sea), Mar. Biol.,151:12151223.Berdy J. 2005. Bioactive microbial metabolites (review article). J Antibiot 58(1): 1-26.2005Bauer, A.W., W.M.M. Kirby, J.C. Sherris, & M. Turck. 1996, Antibiotic Susceptibility Testing by A Standardized Single Disk Method, Am. J. Clin. Pathol., 45: 493-498.Bruntner, C., T. Binder, W. Pathom-aree, M. Goodfellow, A. T. Bull, O. Pottert, C. Puder, S. Horer, A. Schimid, W. Bolek. 2005. Frigocyclione, A Novel Angucyclione Antibiotic Produced by A Streptomyces Griseus Strain from Antartica. J Antibiot, 58: 346-349.

Chelossi, E., Milanese, M., Milano, A., Prozanto,R., Riccardi, G. 2004. Characterisation and Antimicrobial activity of Epibiotic From Petrosia Ficiformis (Porifera, Demospongiae).Italy. Journal of experimental marine and biology, 309 : 21-33.Elizabeth, K.M.G., Chellaram, C., Patterson, J. 2005. Isolation of antagonistic marine Bacteria From The Surface Of The Gorgonian Coral at Tuticorin, South East Coast Of India. India. Indian Journal of Marine science., 34(3):316-319.

Galm, U., Hager, M.H., Lanen, S. G. V., Thorson, J.S., Shen, B. 2005. Antitumor antibiotics : Bleomycin, Enediynes, and Mitomycin. Chem, Rev. 105: 739-758.Gulve, R.M., Deshmuldh, A.M. 2012. Antimicrobial Activity of the Marine Actinomycetes. Departement of Microbiology India., 2(3):16:22.Choudhury, S., Sree, A., Mukherjee, S, C., Pattnaik, P. And Bapuji, M. 2005. In vitro Antibacterial Activity of Extracts of Selected Marine Alga ang Mangroves Againts Fish Pathogens. Asian. Fish. Sci., 18: 197-205.Gonzales, A., Plates, G.,Basilio. A., Suay, J.G.L., Vicente, F., Jimenes, E. P.M. and Peleaz, G.G.R.F.2001, Screening of Antimicrobial Activities in Red, Green and Brown Macroalgae From Green Canaria (Canary Islands, Spain). Int. Microbial, 4:35-40.Gorajana, A., Poluri, E., Zeeck, A. Cytotoxic compounds from a marine actinomycetes Streptomycetes albovinaceus var. Baredar AUBN10/2. Malaysia. 9(42) : pp. 7t197-7202Haris, A., Syafyudin, Y., Chair, R., dan Ranalse, P., 2007.Kajian tentang Pelepasan Polip (Backout) Karang Lunak Sinularia flexibillis secara Buatan, Universitas Hasanudin.Hardiningtyas, S. D. 2009, Aktivitas Antibakteri Ekstrak Karang Lunak Sarcophyton sp yang Difragmentasi dan Tidak difragmentasi di Perairan Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, Skripsi ( Tidak dipublikasikan ). Program Sarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Harpeni, E., Hasani, Q. 2005. Eksplorasi Bakteri Yang Berasosiasi Dengan Karang Lunak Sebagai Alternatif Sumber Senyawa Bioaktif (Uji Bioassay Antibakteri). Lampung. Universitas Lampung.Harper, M. K., T. S. Bugni, B. R. Copp, R. D. James, B. S. Lindsay, A.D. Richardson, P. C. Schnabel, D. Tasdemir, R. M. Van Wagoner, S.M. Verbitski dan C. M. Ireland. 2001. Introduction to the Chemical Ecology of Marine Natural Products. In : Marine Chemical Ecology ( James B.Mc Clintock & Bill J. Baker Eds), CRC Press, USA. pp. 3-29.

Hoover DG, Chen H. 2003, Bacteriocin and their food applications, Compherensive Reviews Food Science and Food Safety. 2: 82-100.Jawetz, E., J. L. Melnick, E. A. Adelgers .2001. Mikrobiologi Kedokteran. Edisi XX, Alih bahasa : Edi Nugroho,R.F., Maulany, EGC. Jakarta.Karthikaidevi G., K. Manivannan, G. Thirumaran, P. Anantharaman dan T. Balasubaramanian. 2009. Antibacterial Properties of Selected Green Seaweeds from Vedalai Coastal Waters; Gulf of Mannar Marine Biosphere Reserve. Journal of Pharmacology, 3 (2): 107-112

Lam. 2006. Chemical constituens and biological activities of the soft coral of genus Cladiella: A review. Biochemical Systematics and Ecological 34 : 781-789.

Lam KM. 2006. Discovery of novel metabolites from marine Actinomycetes. Curr Opin Microbiol 9:245251.

Macherla, V. A., J. Liu, C. Bellows, S. Telsan, K. S. Lam, dan B. C.Potts. 2005. Glaciapyrroles A, B and C, Pyrrolosesquiterpenes from A Streptomyces sp. Isolated from An Alaska Marine Sediment. J Nat Prod, 68: 780-783.

Maskey. R. P., M. Sevvana, I. Uson, E. Helmke, dan H. Laatsch. 2004. Gutingimycin: A Highly Complex Metabolite from A Marine Streptomices. Angew chem lnt ed engl, 43:1281-1283.

Maskey. R. P., E. Helmke, dan H. Laatsch. 2003. Himalomycin A and B: Isolation and Structure Elucidation of New Fridamycin Type Antibiotics from A Marine Streptomices Isolate. Journal Antibiot, 56:942-949.

Manuputty A. E. W. 2001, Senyawa terpen dalam Karang Lunak (Octocorallia : Alcyonacea). Oseana 15(2) : 77-84.

Manuputty A. E. W. 2002, Karang Lunak (Soft coral) Perairan Indonesia (Buku I, Laut Jawa & Selat Sunda), Pusat Penelitian Oseanografi-LIPI, Jakarta, ISBN:979-3378-02-6. Mohanapriya P, M Bavya, Pahzanimurugan R, & Balagurunathan R. 2010, Potential bioactive compound from marine actinomycetes againts biofouling bacteria, Department of Microbiology, Periyar University. 40(4): pp 578-582.Morales, G., P. Sierra, Mancilla, A. Paredes, L.A. Loyola, O. Gallardo & J. Borquez. 2003, Secondary Metabolites from Four Medicinal Plants from Northern Chile, antimicrobial activity and biotoxicity againts Artemia salina. J. Chile Chem., 48 (2):15-21.

Nurhayati, T., Suhartono,MT., Nuraida L., Poerwanto BS. 2006. Preliminary Characterization of Protease Inhibitor From Bacteria-associated With Sponge From Panggang Island, Seribu Islands. Hayati 13:58-64.

Osinga, R., E. Armstrong , J. G. Burgess, F. Hoffman, J. Reitner and G. Schumann-Kindel. 2001, Sponge-Microbe Associations and Their Importance for Sponge Bioprocess Engineering, Hydrobiologia. 461: 55-62.Pandey, H., Wahyono, Yosi B. Murti dan Gemini, A.2010. Purifikasi dan Karakterisasi Senyawa Antibakteri dari Actinomycetes Asosiasi Spons Terhadap Bakteri Patogen Resistensi. Majalah Farmasi Indonesia, 21(3), 158-165.Prasad, Nettles, C.G, and Hoover DG. 2005, A novel bacteriocin-like substance (BLIS) from a pathogenic strain of Vibrio harveyi. Microbiology, 151(9): 2815-3145.Pramuditha, V.G. 2007. Seleksi Actinomycetes Penghasil Bakteri Protein Antibakteri. Bogor. Institut Pertanian Bogor.

Pringgenies, D.2010. Karakteristik Senyawa Bioaktif Bakteri Simbion Moluska Dengan CC-MS. Semarang. Universitas Diponegoro.

Radhika P. 2006. Chemical constituens and biological activities of the soft coral of genus Cladiella: A review. Biochemical Systematics and Ecological 34 : 781-789.Rachmawati, R. 2001. Terumbu Karang. Pusat Riset Teknologi Kelautan dan Perikanan. 2 : 4-6.Rante H, Wahyono, Murti B Y, dan Alam G , 2010. Perifikasi dan Karakterisasi Senyawa antibakteri Actinomycetes Asosiasi Spons Terhadap Bakteri Patogen Resisten. Makassar. Majalah Farmasi Indonesia 21(3), 150-165.

Riedlinger, J., A. Reiceke, H. Zahner, B. Krismer, A. T. Bull, L. A. Maldonado.A.C. Ward , M. Goodfellow, B. Bister, dan Blschoff. 2004. Abyssomicins, Inhibitor of the Para Aminobenzoic Acid Pathway Producd by the Marine Verrucosispora strain AB-18-032. J Antibiot, 57:271-279.

Rofiq S, Bambang M, Yosihidae M. 2010. Isolasi Actinomycetes Laut Penghasil Metabolit Sekunder Yang Aktif Terhadap Sel Kanker A549. Tangerang. Balai Pengkajian Bioteknologi BPPT.

Rudi A, Shmul G, Benayahu Y, Kashman Y. 2006. Sinularectin, a new diterpenoid from the soft coral Sinularia erecta. Tetrahedron Letters 47 : 2937-2939.Sabdono, agus. 2009. Karakterisasi dan Identifikasi Bakteri Simbion Karang Goniastrea aspera Resisten terhadap Logam Berat Copper (Cu) dari P. Panjang, Jepara. Universitas Diponegoro.

Sateesh V, Naikpatil, and Rathod JL. 2011. Antimicrobial and Cytotoxic of Actinomycetes From Karwar Coast, West Coast Of India. Departement of Marine biology, Karnatak University. 1(1): 07-10.

Soedharma, D. dan D. Arafat. 2007. Perkembangan Transplantasi Karang di Indonesia, h. 1-7. Prosiding Seminar Transplantasi Karang. Bogor, 8 September 2005. Pusat Pengkajian Lingkungan Hidup Institut Pertanian Bogor, Bogor.Simmons TL, Andrianasolo E, McPhail K, Flatt P, Gerwick WH .2005. Marine natural products as anticancer drugs. Mol. Cancer Ther. 4:333-342

Sunaryanto, R., B. Marwoto. 2010. Marine Actinomycetes Screening of Banten West Coast and Their Antibiotics Purification. Biodiversitas,11(4):176-181.Sunaryanto, R., B Marwanto, & Y Matsuo. 2010. Isolasi Actinomycetes Laut Penghasil Metabolit Sekunder Yang Aktif Terhadap Sel Kanker A549. Jurnal pascapanen dan bioteknologi kelautan dan Perikanan. 5:2.Sunaryanto, R. 2011. Isolasi, Purifikasi, Identifikasi, Dan Optimasi Medium Fermentasi Antibiotik Yang Dihasilkan Oleh Actinomycetes Laut. Bogor. Institut Pertanian Bogor.Tuney, I., Cadrici, B.H., Onal, D. And Sukatar, A.2006. Antimicrobial Activities of the Sxtracts of Marine Alga from the Coast of Urla (Izmir, Turkey). Turk J. Biol, 30:171-175.Vasvada, 2006. Secondary metabolites from marine microorganisms. An. Acad. Bras. Cienc. 74(1): 151 170.Volk, W.A and Wheeler, M.F.1993. Basic Microbiologi,Third Edition. J.B. Lippincott Company, Philadelphia. 592 pp. Windhyka, P. 2008. Aktivitas Antibakteri Karang Lunak Hasil Transplantasi (Sinularia sp.) Pada Dua Kedalaman Berbeda Di Perairan Pulau Pramuka Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. Bogor. IPB

LAMPIRAN

Lampiran 1. Komposisi dan Cara Pembuatan Media Nutrien Agar (NA)

Komposisi dari media nutrient agar adalah :

1. 5 g/L peptone;

2. 3 g/L yeast extract;3. 0.01 g/L ferriphosphat;4. 15 g/L agar powder; dan

5. 1 akuades.

Cara pembuatannya adalah semua bahan dicampur di dalam labu erlenmayer dan dipanaskan pada temperatur 70C selama sampai mendidih. Diaduk menggunakan hot plate stirrer sampai tampak homogeny. Labu erlenmayer ditutup dengan alumunium foil lalu disterilisasi menggunakan autoclave pada temperatur 121C selama 15 menit.Lampiran 2. Analisis Variansi Diameter zona bening actinomycetes pada E.coliANALYSIS OF VARIANCE

VARIABLE: diameter zona bening actinomycetes terhadap E.coli

Means of diameter zona bening

UlanganTotal

11.528

21.392

31.39

Grand Total1.436666667

ANOVA TABLE

EFFECTSSDFMSFProbF

Ulangan0.0625733320.031270.973280.40576

Residual0.38576120.03217

Total0.448333333140.03204

C.V. (%): 12.4799245016026

S.E.M.: 8.01831237439238E-02

S.E.D.: 0.113396061072097

LSD (p