KORELASI GENETIK PERTUMBUHAN DAN HASIL 15 ...penelitian dan skripsi yang berjudul “ Korelasi...

33
KORELASI GENETIK PERTUMBUHAN DAN HASIL 15 JAGUNG HIBRIDA SKRIPSI Oleh : Nora Oktarina NPM. E1J012093 PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BENGKULU 2016 CORE Metadata, citation and similar papers at core.ac.uk Provided by UNIB Scholar Repository

Transcript of KORELASI GENETIK PERTUMBUHAN DAN HASIL 15 ...penelitian dan skripsi yang berjudul “ Korelasi...

Page 1: KORELASI GENETIK PERTUMBUHAN DAN HASIL 15 ...penelitian dan skripsi yang berjudul “ Korelasi Genetik Pertumbuhan Dan Hasil 15 Jagung Hibrida”. Tak lupa pula penulis ucapkan banyak

KORELASI GENETIK PERTUMBUHAN DAN HASIL

15 JAGUNG HIBRIDA

SKRIPSI

Oleh :

Nora Oktarina

NPM. E1J012093

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BENGKULU

2016

CORE Metadata, citation and similar papers at core.ac.uk

Provided by UNIB Scholar Repository

Page 2: KORELASI GENETIK PERTUMBUHAN DAN HASIL 15 ...penelitian dan skripsi yang berjudul “ Korelasi Genetik Pertumbuhan Dan Hasil 15 Jagung Hibrida”. Tak lupa pula penulis ucapkan banyak

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Korelasi Genetik Pertumbuhan dan

Hasil 15 Jagung Hibrida” ini merupakan karya saya sendiri (ASLI), dan isi dalam skripsi

ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar

akademis di suatu institusi pendidikan, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat

karya atau pendapat yang pernah ditulis dan/atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang

secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Bengkulu, 14 Oktober 2016

Nora Oktarina

NPM. E1J012093

Page 3: KORELASI GENETIK PERTUMBUHAN DAN HASIL 15 ...penelitian dan skripsi yang berjudul “ Korelasi Genetik Pertumbuhan Dan Hasil 15 Jagung Hibrida”. Tak lupa pula penulis ucapkan banyak

SUMMARY

GENETIC CORRELATION OF GROWTH AND YIELD CHARACTERISTIC IN 15 MAIZE

HYBRIDS (Nora Oktarina, supervised by Rustikawati and Mohammad Chozin, 2016, 21 pages)

High yielding varieties are the ultimate goal commonly addressed in maize hybrid breeding

program. However, yield of maize is quantitative character that sensitive to environmental

condition and direct selection on yield performance could be ineffective and misleading. Yield

improvement by indirect selection against other characters can be gained if such characters a highly

associated with the yield. Objective of this study was to estimate the phenotypic and genotypic

correlation coefficients among growth and yield characteristics in 15 maize hybrids for

determination of selection criteria for yield improvement in maize hybrid breeding program.

Study was conducted from September to December 2015 at Experimental Orchard of

University of Bengkulu at Muara Bangkahulu, City of Bengkulu. A randomized complete block

design with three replications was used to allocate 15 maize hybrids (CT1, CT2, CT3, CT4, CT5,

CT6, CT7, CT8, CT9, CT10, CT11, CT12, CT13, CT14, and CT15) on 3 m x 3.6 m experimental plots.

Observations were made on plant height, leaf number, stem diameter, plant biomass, husked ear

diameter, husked ear weight, husked ear length, kernel number per ear row, kernel number per ear,

kernel weight per ear, ear yield per plot. Both phenotypic and genotypic coefficients of correlation

were estimated to measure the degree of relationship among the characters.

Based on phenotypic correlation analysis, high yielding plants were associated with high

plant dry weight, high husked ear weight, high kernel number per ear row, high kernel number ear,

and high kernel weight per ear. With respect to breeding program, however, all characters (except

husked ear diameter) should be considered simultaneously for yield improvement in maize hybrid.

(Agroecotechnology Study Progam, Department of Agriculture Production, Faculty of Agriculture,

University of Bengkulu, 2016).

Page 4: KORELASI GENETIK PERTUMBUHAN DAN HASIL 15 ...penelitian dan skripsi yang berjudul “ Korelasi Genetik Pertumbuhan Dan Hasil 15 Jagung Hibrida”. Tak lupa pula penulis ucapkan banyak

RINGKASAN

KORELASI GENETIK PERTUMBUHAN DAN HASIL 15 JAGUNG HIBRIDA (Nora Oktarina,

dibawah bimbingan Rustikawati dan Mohammad Chozin, 2016, 24 halaman)

Varietas berdaya hasil tinggi umumnya merupakan tujuan akhir bagi program pemuliaan

jagung hibrida. Namun demikian, hasil jagung adalah sifat kuantitatif yang sangat mudah

dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dan seleksi secara langsung terhadap hasil menjadi tidak

efektif dan tidak tepat sasaran. Pengingkatan hasil melalui seleksi secara tak langsung melalui sifat-

sifat lain dapat dicapai sekiranya sifat-sifat tersebut berkaitan erat dengan hasil. Tujuan penelitiann

ini adalah untuk menaksir koefisien korelasi fenotipik dan genotipik antara sifat-sifat pertumbuhan

dan hasil 15 jagung hibrida untuk menentukan kriteria seleksi guna peningkatan hasil melalui

program pemuliaan jagung hibrida.

Penelitian dilaksanakan mulai bulan September sampai Desember 2015 di Kebun

Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu, Muara Bengkahulu, Kota Bengkulu.

Rancangan acak kelompok lengkap dengan tiga ulangan digunakan utnuk mengalokasik 15 hubrida

jagung (CT1, CT2, CT3, CT4, CT5, CT6, CT7, CT8, CT9, CT10, CT11, CT12, CT13, CT14, dan CT15)

pada petak percobaan berukuran 3 m x 3.6 m. Pengamatan dilakukan pada tinggi tanaman, jumlah

daun, diameter batang, biomasa tanaman, diameter tanpa kelobot, bobot tongkol tanpa kelobot,

panjang tongkol tanpa kelobot, jumlah biji per baris, jumlah biji per tongkol, dan hasil per petak.

Baik koefisien korelasi fenotipik maupun genotipik ditaksir untuk mengukur derajat keeratan antar

sifat-sifat yang diamati.

Berdasarkan analisis korelasi fenotipik, tanaman yang hasilnya tinggi dicirikan oleh postur

tanaman yang tinggi, bobot tongkol tanpa kelobot tinggi, jumlah biji per baris banyak, jumlah biji

per tongkol banyak, bobot biji per tongkol tinggi. Namun demikian, terkait dengan program

pemuliaan tanaman, seluruh sifat (kecuali diameter tongkol tanpa kelobot) harus dipertimbangkan

secara bersamaan untuk peningkatan hasil jagung hibrida.

(Program studi Agriekoteknologi, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas

Bengkulu, 2016).

Page 5: KORELASI GENETIK PERTUMBUHAN DAN HASIL 15 ...penelitian dan skripsi yang berjudul “ Korelasi Genetik Pertumbuhan Dan Hasil 15 Jagung Hibrida”. Tak lupa pula penulis ucapkan banyak

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tanjung Agung Kecamatan Sungai Serut Kota Bengkulu pada

tanggal 14 Oktober1993, anak dari pasangan Johan Syafri, Amd danYusmalinda. Penulis

merupakan anak ke-1 dari 2 bersaudara.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri 08 Bengkulu pada tahun

2006 dan melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 02 Bengkulu, tamat

pada tahun 2009. Selanjutnya penulis melanjutkan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri

6 Bengkulu dan tamat pada tahun 2012. Pada tahun 2012 penulis melanjutkan studi di

Universitas Bengkulu (UNIB) melalui jalur PPA dan penulis diterima sebagai mahasiswa

di Program Studi Agroekoteknologi Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian

Universitas Bengkulu. Selama kuliah penulis pernah menerima beasiswa PPA selama 1

semester.

Penulis juga aktif dalam organisasi Himpunan Mahasiswa Agroekoteknologi

(HIMAGROTEK) sebagai Anggota. Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di

Kelurahan Kandang Mas, Kecamatan Kampung Melayu, Kota Bengkulu pada tanggal 1

Agustus 2015 sampai 31 September 2015. Serta melaksanakan Praktek Kerja Lapangan

(PKL) di PT. Kusuma Agrowisata Kota Batu – Malang Jawa Timur pada tanggal 22 Maret

– 22 April 2016.

Page 6: KORELASI GENETIK PERTUMBUHAN DAN HASIL 15 ...penelitian dan skripsi yang berjudul “ Korelasi Genetik Pertumbuhan Dan Hasil 15 Jagung Hibrida”. Tak lupa pula penulis ucapkan banyak
Page 7: KORELASI GENETIK PERTUMBUHAN DAN HASIL 15 ...penelitian dan skripsi yang berjudul “ Korelasi Genetik Pertumbuhan Dan Hasil 15 Jagung Hibrida”. Tak lupa pula penulis ucapkan banyak

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

Sebuah tantangan akan menjadi beban, jika itu hanya dipikirkan. Sebuah cita-cita

juga adalah beban jika itu hanyalah angan-angan.

Musuh yang paling berbahaya di atas dunia ini adalah penakut dan bimbang.

Teman yang paling setia, hanyalah keberanian dan keyakinan yang teguh

(Andrew Jackson)

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan skripsi ini untuk :

Kedua orang tuaku ayah dan ibu yang selalu mendoakanku setiap waktu, mereka

yang selama ini berkorban dan berjuang bermandikan keringat mencari uang

untuk biaya pendidikanku.

Adekku tersayang Dwi Ekonanda yang juga mensupport semangat dan memberi

motivasi

Keluargaku Nenek Dang Lili, Kak Lalan, Ayuk Mory, Ayuk Yosi, Bucik, Ibu Wen,

Ceni, Keke. Trimakasih atas suport dan motivasi dari kalian

Agama, Bangsa dan Almamaterku.

Page 8: KORELASI GENETIK PERTUMBUHAN DAN HASIL 15 ...penelitian dan skripsi yang berjudul “ Korelasi Genetik Pertumbuhan Dan Hasil 15 Jagung Hibrida”. Tak lupa pula penulis ucapkan banyak

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dr. Ir. Rustikawati, M.Si. Selaku Dosen Pembimbing Akademik serta dosen

Pembimbing Utama yang telah banyak membantu baik moril maupun material,

masukan, petunjuk, arahan, nasehat, saran dan membagi ilmu pengetahuannya kepada

penulis dalam menyelesaikan penelitian dan skripsi ini.

2. Ir. Mohammad Chozin, M.Sc. Ph.D. Selaku Dosen Pembimbing Pendamping yang

juga memberikan banyak saran, motifasi dan masukkan dalam menyelesaian penelitian

dan skrpsi ini.

3. Ir. Hasanudin,M.P. Selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan, saran dan

motivasi.

4. Dr. Ir. Hendri Bustamam, M.S. Selaku dosen penguji yang telah memberikan

masukan, koreksi dan saran dalam penulisan skripsi ini.

5. Sahabat khusunya Agrotek C 2012 dan adik saya yang telah membantu selesainya

penelitian dan skripsi ini Denny, Niko, Eko, Reko, Sadam, Ringki, Meko, Senja, Vera,

Ervi, Farika, Dianing, Rayuli, Mbak Nurul, Stefanny dan Napsiah.

6. Teman KKN Kelurahan Kandang Mas terkhusus kelompok 1. Fenny Febrianti, Adityo

Pamungkas, Yura Pinata, Abelardo Pasaribu, Adelina Siburian, Deden Rahmat, Deni

Syafran, Meli Oktavia, Luciana Afritiwi.

Page 9: KORELASI GENETIK PERTUMBUHAN DAN HASIL 15 ...penelitian dan skripsi yang berjudul “ Korelasi Genetik Pertumbuhan Dan Hasil 15 Jagung Hibrida”. Tak lupa pula penulis ucapkan banyak

vi

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

nikmat dan karunianya serta pertolongan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

penelitian dan skripsi yang berjudul “ Korelasi Genetik Pertumbuhan Dan Hasil 15 Jagung

Hibrida”. Tak lupa pula penulis ucapkan banyak terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada semua pihak yang telah banyak membantu baik secara langsung maupun tidak

langsung dan tak lupa pula penulis ucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Ir. Rustikawati,

M.S. Selaku dosen Pembimbing Utama dan Bapak. Ir. Mohammad Chozin M.Sc. Ph.D.

Selaku dosen Pembimbing Pendamping yang telah banyak membantu serta meluangkan

waktu untuk memberikan saran dan masukan selama penelitian hingga selesai, sampai

tersusunnya skripsi ini.

Skripsi ini disusun berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan pada

bulan September sampai dengan bulan Desember 2015 di Zona Pertanian Universitas

Bengkulu, Kecamatan Muara Bangkahulu Kota bengkulu. Skripsi ini diajukan sebagai

salah satu syarat untuk meraih gelar sarjana pertanian di Fakultas Pertanian Universitas

Bengkulu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kata sempurna serta masih

banyak kekurangan, oleh karena itu diharapkan kritik dan saran serta masukan yang

bermanfaat untuk perbaikan di skripsi selanjutnya. Dan penulis berharap semoga skripsi ini

dapat bermanfaat bagi kita semua, amin.

Bengkulu, Juni 2016

Nora Oktarina

NPM. E1J012093

Page 10: KORELASI GENETIK PERTUMBUHAN DAN HASIL 15 ...penelitian dan skripsi yang berjudul “ Korelasi Genetik Pertumbuhan Dan Hasil 15 Jagung Hibrida”. Tak lupa pula penulis ucapkan banyak

vii

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ............................................................................................................. ix

DAFTAR ISI ............................................................................................................................ x

DAFTAR TABEL .................................................................................................................... xi

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................................... xii

I. PENDAHULUAN ................................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................................. 1

1.2 Tujuan .............................................................................................................. 2

II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................ 3

2.1 Botani Tanaman Jagung .................................................................................. 3

2.2 Syarat Tumbuh Tanaman Jagung.................................................................... 4

2.3 Jagung Hibrida ................................................................................................ 4

2.4 Korelasi ........................................................................................................... 5

III. METODE PENELITIAN ...................................................................................... 7

3.1 Pelaksanaan Penelitian .................................................................................... 7

3.2 Tahapan Penelitian .......................................................................................... 7

3.3 Penetapan Tanaman Sampel ........................................................................... 8

3.4 Variabel Pengamatan ...................................................................................... 8

3.5 Analisis Data ................................................................................................... 9

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................. 11

4.1 Gambaran Umum Penelitian ........................................................................... 11

4.2 Analisis Keragaman ........................................................................................ 13

4.3 Analisis Korelasi ............................................................................................. 13

4.4 Korelasi Genotipe Antar Sifat Tanaman Jagung ............................................ 15

V. KESIMPULAN ...................................................................................................... 17

5.1 Kesimpulan ...................................................................................................... 17

5.2 Saran ............................................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 18

LAMPIRAN ............................................................................................................................. 21

Page 11: KORELASI GENETIK PERTUMBUHAN DAN HASIL 15 ...penelitian dan skripsi yang berjudul “ Korelasi Genetik Pertumbuhan Dan Hasil 15 Jagung Hibrida”. Tak lupa pula penulis ucapkan banyak

viii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Analisis varian dan keragaman varian .................................................................. 10

2. Analisis kovarian dan keragaman kovarian .......................................................... 10

3. Penampilan Umum Populasi Tanaman Yang Diteliti ........................................... 12

4. Hasil Analisis Keragaman Beberapa Sifat Tanaman Jagung Hibrida .................. 13

5. Korelasi Fenotipik Antar Sifat Tanaman Jagung .................................................. 14

6. Korelasi genotipik antar sifat tanaman jagung...................................................... 16

Page 12: KORELASI GENETIK PERTUMBUHAN DAN HASIL 15 ...penelitian dan skripsi yang berjudul “ Korelasi Genetik Pertumbuhan Dan Hasil 15 Jagung Hibrida”. Tak lupa pula penulis ucapkan banyak

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Denah Penelitian ................................................................................................... 22

2. Karakteristik Tanah Penelitian .............................................................................. 23

3. Data curah hujan, suhu udara, penyinaran matahari, dan kelembaban ................. 23

4. Analisis varian variabel yang diamati .................................................................... 24

Page 13: KORELASI GENETIK PERTUMBUHAN DAN HASIL 15 ...penelitian dan skripsi yang berjudul “ Korelasi Genetik Pertumbuhan Dan Hasil 15 Jagung Hibrida”. Tak lupa pula penulis ucapkan banyak

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman pangan dunia yang penting, selain

gandum dan padi. Penduduk di Indonesia seperti Madura dan Nusa Tenggara

menggunakan jagung sebagai pangan pokok. Selain sebagai sumber karbohidrat, jagung

juga ditanam sebagai pakan ternak (hijauan maupun tongkolnya), diambil minyaknya (dari

biji), dibuat menjadi tepung (dari biji, dikenal dengan istilah tepung jagung atau maizena),

dan bahan baku industri (dari tepung biji dan tepung tongkolnya), dan pakan ternak

(Purwanto, 2008).

Permintaan atau kebutuhan jagung nasional yang terus meningkat dalan setiap

tahunnya, maka pemenuhannya harus diupayakan dari produksi jagung dalam negeri.

Produksi jagung tahun 2014 sebanyak 19,03 juta ton pipilan kering atau mengalami

kenaikan sebanyak 0,52 juta ton (2,81%) dibandingkan tahun 2013. Kenaikan produksi

jagung tersebut terjadi di pulau Jawa dan luar Jawa masing-masing sebanyak 0,06 juta ton

dan 0,46 juta ton. Kenaikan produksi jagung karena kenaikan luas areal panen seluas 16,51

kwintal/ha (2,37%) dan akan diperkirakan meningkat di tahun 2015 menjadi 20,66 juta ton

(BPS, 2014). Menurut data yang di himpun oleh bappebti (2014) kebutuhan jagung dalam

negeri pada tahun 2012 mencapai 22 juta ton.

Melihat kondisi demikian, produksi jagung nasional juga perlu di tingkatkan.

Upaya peningkatan produksi jagung akan berhasil jika didukung oleh pemanfaatan

varietas-varietas berdaya hasil tinggi. Untuk itu perakitan varietas hibrida merupakan

bagian yang tidak terpisahkan dalam peningkatan produksi.Pada umumnya jagung hibrida

terbaik memberikan hasil lebih tinggi daripada jagung varietas bersari bebas (Taufik et al.,

2010).

Keberhasilan pemuliaan jagung hibrida memerlukan pengetahuan tentang

hubungan antar sifat, terutama dengan hasil. Pengetahuan tersebut berguna di dalam

menentukan sifat-sifat yang harus diseleksi guna meningkatkan hasil tanaman. Korelasi

merupakan teknik statistik yang digunakan untuk meguji derajat keeratan hubungan antar

dua variabel atau lebih (Mustofa et al., 2013).

Hasil jagung merupakan produk dari proses pertumbuhan yang terjadi pada fase-

fase sebelumnya dan sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Karena itu, dalam

program pemuliaan jagung, seleksi terhadap hasil secara langsung selain tidak efisien juga

harus dilakukan hingga tanaman dipanen. Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan

bahwa sifat tanaman jagung saling memiliki keterkaitan ( Kashiani et al., 2010).

Page 14: KORELASI GENETIK PERTUMBUHAN DAN HASIL 15 ...penelitian dan skripsi yang berjudul “ Korelasi Genetik Pertumbuhan Dan Hasil 15 Jagung Hibrida”. Tak lupa pula penulis ucapkan banyak

2

Dengan adanya fenomena tersebut maka efisiensi seleksi akan dapat ditingkatkan

melalui penggunaan kriteria seleksi yang didasarkan pada sifat-sifat yang berkaitan erat

terhadap hasil. Dalam pemuliaan tanaman keterkaitan antar sifat diukur melalui analisis

korelasi, baik secara fenotipik maupun genotipik. (Indradewa et al., 2005).

Pada penelitian ini, korelasi antar sifat hibrida baru perlu diketahui untuk

meneruskan seleksi pada selanjutnya. Hibrida baru yang diteliti merupakan rakitan peneliti

Universitas Bengkulu. CT 1 sampai CT 15 adalah kode hibrida hasil persilangan setengah

dialel dari 6 galur murni jagung.

1.2 Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah untuk menaksir koefisien korelasi fenotipik dan

genotipik antara sifat-sifat pertumbuhan dan hasil 15 jagung hibrida untuk menentukan

kriteria seleksi guna peningkatan hasil melalui program pemuliaan jagung hibrida.

Page 15: KORELASI GENETIK PERTUMBUHAN DAN HASIL 15 ...penelitian dan skripsi yang berjudul “ Korelasi Genetik Pertumbuhan Dan Hasil 15 Jagung Hibrida”. Tak lupa pula penulis ucapkan banyak

3

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Botani tanaman jagung

Tanaman jagung merupakan tanaman semusim yang memiliki nama ilmiah Zea

mays L. Jagung termasuk salah satu jenis tanaman biji-bijian yang memiliki klasifikasi

sebagai berikut : kingdom plantae, divisio spermatophyta, sub divisio angiospermae, class

monocotyledone, ordo graminae, familia graminaceae, genus zea, species : zea mays L.

(Warisno, 1998).

Jagung termasuk tanaman berakar serabut yang terdiri dari tiga tipe akar. yakni

akar seminal, akar udara dan akar adventif. Akar seminal tumbuh dari radikula dan

embrio, akar udara adalah akar yang keluar dari dua atau lebih buku terbawah dekat

permukaan tanah sedangkan akar adventif disebut juga akar tunjang. Perkembangan akar

pada tanaman jagung tergantung pada varietas, kesuburan tanah, dan keadaan air tanah

(Riwandi et al., 2014).

Tanaman jagung tumbuh tegak dengan tinggi tanaman 60 - 300 cm. Batang jagung

berwarna hijau hingga kekuningan, tidak bercabang, beruas-ruas biasanya berjumlah 14

ruas, panjang ruas batang tidak sama, ruas yang paling bawah pendek dan tebal, semakin

ke atas ukurannya semakin panjang (Riwandi et al., 2014). Pada buku ruas terdapat tunas

yang berkembang menjadi tongkol, dua tunas berkembang menjadi tongkol yang produktif

(Subekti et al., 2007). Daun tanaman jagung berwarna hijau, berbentuk pita tanpa tangkai

daun, memiliki pelepah yang berfungsi untuk membungkus batang dan melindungi buah,

sertamemiliki lidah daun yang terletak di pangkal helai daun. Tanaman jagung di daerah

tropis mempunyai jumlah daun relatif lebih banyak dibandingkandengan tanaman jagung

yang tumbuh di daerah beriklim sedang (temperate) (Riwandi et al., 2014).

Bunga tanaman jagung termasuk monoecious, yaitu bunga jantan dan betina

terdapat pada satu tanaman. Bunga jantan terletak di ujung batang yang berbentuk malai

dan bunga betina terletak di pertengahan batang, berbentuk tongkol. Jumlah baris biji

dalam tongkol sebanyak 10 - 14, setiap tongkol terdiri dari 200 - 400 butir. Tanaman

jagung adalah protandri, dimana pada sebagian besar varietas, bunga jantannya muncul

(anthesis) 1 - 3 hari sebelum rambut bunga betina muncul (silking). Dalam keadaan

tercekam (stress) karena kekurangan air, keluarnya rambut tongkol kemungkinan tertunda

sedangkan keluarnya malai tidak terpengaruh. Semakin besar interval antara keluarnya

bunga jantan dan betina semakin kecil sinkronisasi pembungaan dan penyerbukan

terhambat sehingga hasil berkurang (Subekti et al., 2007).

Page 16: KORELASI GENETIK PERTUMBUHAN DAN HASIL 15 ...penelitian dan skripsi yang berjudul “ Korelasi Genetik Pertumbuhan Dan Hasil 15 Jagung Hibrida”. Tak lupa pula penulis ucapkan banyak

4

2.2 Syarat Tumbuh Tanaman Jagung

Tanaman jagung dapat tumbuh pada ketinggian tempat 0 - 1300 m di atas

permukaan laut. Suhu yang optimal untuk pertanaman jagung adalah 23 - 270 C. Riwandi

et al. (2014) menyatakan bahwa suhu yang terlalu panas dan kelembapan udara rendah

dapat menyebabkan rusaknya daun dan terganggunya persarian bunga. Curah hujan yang

dibutuhkan oleh tanaman jagung adalah 250 - 500 mm per bulan. Pada saat pertumbuhan

awal dan pada saat berbunga tanaman jagung memerlukan banyak air. Kekurangan air

yang terjadi pada saat pertumbuhan mengakibatkan hasil tanaman jagung berkurang.

Tanaman jagung dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, tetapi petumbuhan

tanaman jagung akan lebih baik jika ditanam pada tanah yang gembur dan subur, tidak

tergenangi air, drainase baik, keasaman tanah (pH) 5,5 - 7,5. Pada tanah yang pH nya

kurang dari 5,5 perlu dilakukan pengapuran untuk menaikkan pH tanah (Wijayanto et al.,

2012). Tanah yang ideal untuk pertumbuhan jagung adalah tanah yang mempunyai solum

yang dalam, beraerasi baik, serta mempunyai daya menahan air (water holding capacity)

yang tinggi (Wirosoedarmo et al., 2011). Tanaman jagung yang dibudidayakan pada tanah-

tanah yang terlalu masam akan memberikan hasil yang rendah (Riwandi et al., 2014).

2.3 Hibrida Jagung

Jagung hibrida merupakan hasil dari persilangan sepasang atau lebih tetua (galur

murni) yang mempunyai sifat unggul. Jagung hibrida merupakan keturunan pertama (F1)

dari hasil persilangan antara galur-galur, antara galur single cross dengan varietas bersari

bebas atau antar dua varietas bersari bebas. Langkah awal yang dilakukan dalam program

hibrida adalah mencari populasi-populasi superior yang merupakan pasangan heterotik

atau melakukan pembentukkan populasi baru. Dengan tujuan yaitu untuk memaksimalkan

karakter penting, selain mempertahankan karakter lain pada tingkat yang sama atau di atas

standar minimum untuk diterima sebagai varietas komersial (Takdir et al., 2007).

Menurut Yuwono et al. (2015) faktor terpenting dalam pembentukkan hibrida

adalah pemilihan plasma nutfah pembentukkan populasi dasar yang akan menentukan

tersedianya tetua unggul. Tetua yang berasal dari plasma nutfah superior dengan karakter

agronomi ideal akan menghasilkan galur yang memiliki daya gabung umum dan daya

gabung khusus yang tinggi. Dalam proses perakitan hibrida dibutuhkan sedikitnya dua

populasi yang memiliki latar belakang plasma nutfah dengan keragaman genetik yang luas,

penampilan persilangan yang menonjol, dan menunjukkan tingkat heterosis tinggi.

Page 17: KORELASI GENETIK PERTUMBUHAN DAN HASIL 15 ...penelitian dan skripsi yang berjudul “ Korelasi Genetik Pertumbuhan Dan Hasil 15 Jagung Hibrida”. Tak lupa pula penulis ucapkan banyak

5

Pembentukkan hibrida diutamakan persilangan-persilangan antara bahan genetik atau

populasi yang kontras atau berbeda sumber plasma nutfahnya.

Hibrida menunjukkan sifat yang lebih baik secara morfologi, sedangkan secara

fisiologi dinyatakan lebih tahan terhadap cekaman lingkungan. Penyebab keunggulan

hibrida adalah heterosis, akumulasi gen dominan yang diharapkan, interaksi antara alel

berbeda dan kelipatan antara komponen produksi (Pesireron, 2011). Sedangkan menurut

Iriany et al. (2007) jagung hibrida dikembangkan berdasarkan gejala hybrid vigor atau

heterosis dengan menggunakan populasi atau generasi F1 sebagai tanaman produksi. Oleh

karena itu varietas hibrida selalu dibuat dan diperbaharui untuk mendapatkan generasi F1.

2.4 Korelasi

Korelasi merupakan suatu ukuran keeratan hubungan antara antara kedua sifat.

Kedua sifat dikatakan berkorelasi apabila perubahan pada sifat yang satu akan diikuti

perubahan pada sifat yang lainnya secara teratur, dengan arah yang sama atau berlawanan.

Nilai koefisien korelasi berkisar antara -1 hingga +1. Jika diperoleh koefisien korelasi nol,

bermakna dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat korelasi antara kedua sifat tersebut. Jika

didapat nilai koefisien semakin mendekati +1 atau -1 hubungan yang ditunjukkan semakin

erat. Jika nilai korelasi semakin mendekati +1 berarti peningkatan suatu sifat akan diikuti

oleh peningkatan sifat yang lainnya dan semakin mendekati -1 berarti peningkatan suatu

sifat akan mengurangi sifat yang lain nya (Nugroho et al., 2008).

Korelasi antar sifat pada tanaman disebabkan oleh faktor genetik dan faktor

lingkungan. Faktor genetik yang menyebabkan korelasi adalah peristiwa pleiotropi dan

Rangkaian (linkage). Pleiotropi adalah peristiwa yang terjadi bila satu gen pada satu gen

lokus atau set gen pada beberapa lokus mengendalikan dua atau lebih sifat yang berbeda.

Jika dua sifat menunjukkan nilai korelasi yang tinggi, maka korelasi tersebut disebabkan

oleh pleiotropi. Jika dua sifat menunjukkan nilai korelasi yang rendah, maka kedua sifat

tersebut diwariskan secara bebas atau dikawal oleh gen yang berbeda. Rangkaian

merupakan dua sifat atau lebih yang diwariskan secara bersamaan, disebabkan oleh dua

gen atau lebih terdapat pada kromosom yang sama. Kekuatan rangkaian tergantung pada

kedudukan gen. Jarak rangkaian gen-gen yang berdekatan mempunyai kekuatan rangkaian

yang lebih tinggi dibandingkan dengan jarak rangkaian gen-gen yang lebih jauh (Falconer,

1981).

Korelasi antar sifat dapat memberikan petunjuk apakah dua sifat dapat diperbaiki

sekaligus atau tidak. Jika seleksi langsung terhadap hasil tidak mudah dilakukan, maka

Page 18: KORELASI GENETIK PERTUMBUHAN DAN HASIL 15 ...penelitian dan skripsi yang berjudul “ Korelasi Genetik Pertumbuhan Dan Hasil 15 Jagung Hibrida”. Tak lupa pula penulis ucapkan banyak

6

seleksi tidak langsung dapat dilakukan melalui sifat-sifat lain yang berkorelasi dengan

hasil. Pendugaan korelasi fenotipik dan genotipik antar sifat sangat berguna dalam

merencanakan dan mengevaluasi program pemuliaan tanaman. Pengetahuan tentang

korelasi sifat komponen hasil sangat penting sebagai dasar dalam pemuliaan tanaman, yang

sasaran pengembangannya adalah untuk menaikkan hasil tiap satuan luas dan satuan waktu

(Yakub et al., 2012). Disamping itu, dengan adanya korelasi yang erat antara sifat hasil

dengan sifat lainnya maka seleksi terhadap sifat hasil dapat dilakukan melalui sifat tersebut

sehingga usaha perbaikan genetik diharapkan dapat dicapai dalam kurun waktu yang relatif

singkat.

Hasil penelitian Kang et al. (1983), melaporkan bahwa korelasi positif antara hasil

jagung dengan tinggi tanaman (r = 0,67) dan berat tongkol (r = 0,78). Hasil penelitian yang

diperoleh susanto et al. (2001) menunjukkan bahwa sifat panjang tongkol berkorelasi

positif terhadap hasil (r = 0,76). Sedangkan hasil penelitian lainnya pada jagung , Saleemi

et al. (2007) mendapatkan tinggi tanaman yang menunjukkan korelasi positif dengan hasil

biji.

Page 19: KORELASI GENETIK PERTUMBUHAN DAN HASIL 15 ...penelitian dan skripsi yang berjudul “ Korelasi Genetik Pertumbuhan Dan Hasil 15 Jagung Hibrida”. Tak lupa pula penulis ucapkan banyak

7

III. METODE PENELITIAN

3.1. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan September – Desember 2015 di Zona

Pertanian Terpadu Medan Baru Universitas Bengkulu Kecamatan Muara Bangkahulu Kota

Bengkulu dengan ketinggian tempat ± 10 mdpl. Rancangan yang digunakan dalam

penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) dengan satu faktor dan

tiga ulangan, yang selanjutnya digunakan untuk mengalokasikan 15 varietas jagung

hibrida. Varietas jagung hibrida yang digunakan yaitu CT1, CT2, CT3, CT4, CT5, CT6, CT7,

CT8, CT9, CT10, CT11, CT12, CT13, CT14, dan CT15.

3.2. Tahapan Penelitian

Lahan yang digunakan untuk penelitian dibersihkan dari vegetasi secara manual

dan diolah satu kali dengan menggunakan cangkul hingga kedalaman 20 cm. Lahan

selanjutnya dibagi menjadi tiga blok yang berjarak 100 cm dan di dalam masing masing

blok dibuat petak-petak percobaan yang berukuran 3m x 3,6 m. Dengan jarak antar petak

50 cm dengan jarak tanam 60 cm x 30 cm. Di dalam satu petak percobaan terdapat 5 baris

dan dalam satu baris terdapat 12 tanaman sehingga total keseluruhan tanaman dalam satu

petak yaitu 60 tanaman. sebelum penanaman, ditaburkan pupuk kandang sebanyak 20

ton/ha digunakan sebagai pupuk dasar dan di sebar secara merata pada petak-petak

percobaan, tiga hari sebelum tanam. Denah percobaan dicantumkan pada (Lampiran 1).

Penanaman dilakukan dengan menempatkan 1 benih jagung pada lobang tugal yang

dibuat dalam bentuk barisan. Jarak antar baris adalah 60 cm dan jarak tanam dalam barisan

adalah 30 cm. Setelah itu, lobang tanam diberi insektisida berbahan aktif carbofuran 3G

kira-kira 5 sampai 10 butir yang diberikan pada setiap lobang tanam sebelum benih di

letakkan untuk menghindari benih dari gangguan semut. Penyulaman dilakukan 5 hari

setelah tanam untuk menggantikan benih yang tidak tumbuh dan tanaman yang tidak

normal.

Pemeliharaan meliputi pemupukan, pembubunan, pengairan, pengendalian gulma

dan hama penyakit. Pemupukan dilakukan sebanyak 2 kali, pemupukan dasar dengan

menggunakan pupuk urea, SP36, dan KCL masing-masing 100 kg/ha, 100 kg/ha, 100

kg/ha yang diberikan pada petak-petak percobaan bersamaan dengan waktu tanam dan

ditempatkan sekitar 5 cm dari lubang tanam. Sedangkan pemupukan kedua yaitu dilakukan

tiga minggu setelah tanam, menggunakan urea dengan dosis 100 kg/ha.

Page 20: KORELASI GENETIK PERTUMBUHAN DAN HASIL 15 ...penelitian dan skripsi yang berjudul “ Korelasi Genetik Pertumbuhan Dan Hasil 15 Jagung Hibrida”. Tak lupa pula penulis ucapkan banyak

8

Pembubunan dilakukan pada saat tanaman jagung berumur satu bulan setelah

tanam. Pembubunan dilakukan dengan cara tanah di bagian kanan dan kiri barisan tanaman

digemburkan dengan cangkul kecil, kemudian ditimbun pada barisan tanaman sehingga

terbentuk guludan yang memanjang. Tujuan pembubunan adalah untuk memperkokoh

posisi batang dan menutup akar yang muncul ke permukaan tanah.

Pengairan dilakukan setiap hari pada pagi dan sore hari dengan menggunakan

gembor yang berkapasitas 10 liter per petak percobaan. Karena pada saat penelitian

memasuki musim kemarau sehingga perlunya melakukan penyiraman setiap pagi dan sore

guna untuk memenuhi kebutuhan tanaman jagung.

Gulma yang tumbuh dikendalikan secara mekanik dengan menggunakan sabit pada

saat tanaman berumur 3 minggu setelah tanam. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan

saat muncul gejala serangan dengan menggunakan pestisida berbahan aktif propineb

70WP dengan dosis 3 g/l . Pengendalian hama dan penyakit dilakukan secara kimiawi.

Pemanenan dilakukan ketika tanaman berumur 120 hst atau telah memasuki fase

masak fisiologis dengan ciri-ciri tongkol jagung sudah berwarna kuning, jika tongkol

dikupas biji akan tampak keras, bernas dan mengkilap serta bila ditekan dengan

menggunakan kuku tidak menunjukkan bekas tekanan atau tidak pecah (Murcitro et al.,

2004).

3.3 Penetapan tanaman sampel

Ketika tanaman berumur 60 HST, sampel sebanyak 5 tanaman ditetapkan secara

acak pada tiap petak. Sampel yang digunakan tidak menyertakan tanaman pinggir.

3.4 Variabel pengamatan

1. Tinggi tanaman (cm)

Pengukuran tinggi tanaman diukur pada dua minggu setelah anthesis dari tanaman

sampel dengan menggunakan meteran mulai dari pangkal batang hingga ruas terakhir.

2. Diameter batang (mm)

Pengukuran diameter batang dilakukan pada bagian ruas kedua pada batang dengan

menggunakan jangka sorong digital pada saat memasuki fase generatif.

3. Jumlah daun (helai)

Penghitungan jumlah daun saat tanaman memasuki fase generatif.

4. Bobot kering berangkasan (g)

Pengamatan bobot kering berangkasan dilakukan dengan cara menimbang seluruh

bagian tanaman sampel yang telah dikeringkan dengan menggunakan oven (Linberg /

Page 21: KORELASI GENETIK PERTUMBUHAN DAN HASIL 15 ...penelitian dan skripsi yang berjudul “ Korelasi Genetik Pertumbuhan Dan Hasil 15 Jagung Hibrida”. Tak lupa pula penulis ucapkan banyak

9

Blue model 60135000) selama 48 jam pada suhu 750 C. Alat yang digunakan untuk

mengukur adalah timbangan analitik.

5. Bobot tongkol (g)

Pengamatan bobot tongkol dilakukan dengan cara menimbang tongkol yang telah

dipisahkan dari klobotnya dengan menggunakan timbangan digital Sortarius

AG.Gotitiungen B.P 3100 P.122406736

6. Panjang tongkol (cm)

Pengukuran panjang tongkol diukur dari tanaman sampel dengan menggunakan

penggaris dari pangkal hingga pucuk tongkol.

7. Bobot biji per tongkol (g)

Pengamatan bobot biji per tongkol diukur dari tanaman sampel dengan menimbang

pipilan kering jagung dari satu tongkol.Pengukuran dilakukan setelah panen dengan

menggunakan timbangan digital Sortarius AG.Gotitiungen B.P 3100 P.122406736

8. Diameter tongkol tanpa berkelobot (mm)

Pengukuran diameter tongkol tanpa berkelobot diukur dari tanaman sampel pada

bagian tengah tongkol dengan menggunakan jangka sorong digital

9. Jumlah biji per tongkol (biji)

Penghitungan jumlah biji per tongkol dihitung berdasarkan jumlah biji dalam satu

tongkol tanaman sampel.

10. Jumlah biji per baris (biji)

Pengamatan jumlah biji per baris dilakukan pada akhir penelitian dengan menghitung

banyaknya baris biji pada tongkol.

11. Hasil pipilan kering per petak (g)

Hasil pipilan kering per petak diukur pada kadar air 13-15%. Pengukuran dilakukan

dengan cara menimbang pipilan kering jagung satu petak menggunakan timbangan 15

kg.

3.5 Analisis Data

Data hasil pengamatan dianalisis untuk menaksir koofisien korelasi fenotipe dan

korelasi genotipe. Koofisien korelasi fenotipe ditaksir dengan analisis korelasi sederhana

(pearson correlation). Koofisien korelasi genotipe ditaksir melalui perbandingan

komponen varian dan karakter berdasarkan RAKL sebagai berikut :

Page 22: KORELASI GENETIK PERTUMBUHAN DAN HASIL 15 ...penelitian dan skripsi yang berjudul “ Korelasi Genetik Pertumbuhan Dan Hasil 15 Jagung Hibrida”. Tak lupa pula penulis ucapkan banyak

10

Tabel 1. Analisis varian dan keragaman varian Sumber

keragaman (SK)

Derajat bebas

(DB)

Jumlah kuadrat

(JK)

Kuadrat tengah

(KT)

Nilai harapan kuadrat

tengah (NHKT)

Blok db Blok JK Blok KT Blok σ2e+gσ2

B

Hibrida db Hibrida JK Hibrida KT Hibrida σ2e+rσ2

g

Galat db Galat JK Galat KT Galat σ2e

Total db Total JK Total

Tabel 2. Analisis kovarian dan keragaman kovarian Sumber

keragaman (SK)

Derajat bebas

(DB)

Jumlah Hasil kali

(JHK)

Hasil Kuadrat

tengah (HKT)

Nilai harapan kuadrat

tengah (NHKT)

Blok db Blok JHK Blok HKT Blok cove xy+gcovB xy

Hibrida db Hibrida JHK Hibrida HKT Hibrida cove xy+rσ2g xy

Galat db Galat JHK Galat HKT Galat cove xy

Total db Total JHK Total

Selanjutnya untuk mengetahui korelasi genetik antar karakter digunakan formula menurut

Zobel and Talbert (1984) :

rG= cov g

(xy)

√σ2g(x)

.σ2g(y)

σg2=

KT Hibrida-KT Galat

3

𝑐𝑜𝑣𝑔= HKT Hibrida-HKT Galat

3

Keterangan:

rG = koofesien korelasi genotype xy

cov g(xy) = kovarians genotype xy

σ2g(x) = varians genotype x

σ2g(y) = varians genotype y

Page 23: KORELASI GENETIK PERTUMBUHAN DAN HASIL 15 ...penelitian dan skripsi yang berjudul “ Korelasi Genetik Pertumbuhan Dan Hasil 15 Jagung Hibrida”. Tak lupa pula penulis ucapkan banyak

11

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Penelitian

Lahan penelitian yang digunakan adalah lahan bekas penelitian sebelumnya,

sehingga kondisi lahan bersih dari berbagai jenis rumput dan gulma. Tetapi masih terdapat

bekas akar jagung yang masih tersisa di tanah, sehingga tanah harus digemburkan terlebih

dahulu sebelum dibuat blok agar tanah benar-benar bersih dari seresah tanaman jagung.

Kondisi fisik lahan pada lokasi penelitian menunjukkan bahwa tekstur tanah adalah

lempung liat berpasir (sany clay loam) yang mana memiliki kandungan pH H2O (sangat

masam) dengan nilai pH 4,3. pH yang masam, unsur P tidak dapat diserap oleh tanaman

karena diikat oleh Al. Kandungan C-Organik sebesar 1,51% dimana tergolong rendah, dan

K-dd sebesar 0,77 me/100g yang tergolong tinggi serta memiliki kandungan Al-dd yang

sangat tinggi dengan nilai 1,03 me/100g (Lampiran 2).

Secara umum, pertumbuhan tanaman hingga berumur 2 minggu setelah tanam

(mst) berlangsung merata. Hal ini diduga karena pada fase tersebut (fase V1) tanaman

masih mendapatkan cadangan makanan dari endosperm yang menyertai embrio (Subekti et

al., 2007). Namun pada fase selanjutnya keragaman antar individu tanaman mulai terjadi,

terlebih karena kondisi kemarau yang berlangsung hingga akhir fase vegetatif. Berdasarkan

data cuaca yang di peroleh dari BMKG Bengkulu, pada saat penelitian rata-rata curah

hujan yaitu sebesar 352,58 mm/bulan dan dengan kelembapan rata-rata sebesar 83,79 %

sedangkan penyinaran matahari rata-rata sebesar 65,43 cal/cm2/hari (Lampiran 3).

Saat memasuki fase generatif dan fase pingisian biji (antara 6-7 MST), tanaman

terserang penyakit bulai (Peronosclerospora maydis), namun intensitas serangan masih

tergolong ringan pada tanaman. Tanaman yang terserang penyakit bulai di cabut dan

dijauhkan dari lahan percobaan. Untuk mencegah penyebaran penyakit bulai dikendalikan

dengan menggunakan fungisida Propineb 70WP dengan dosis 3 gram per 15 liter air, lalu

di aplikasikan ke bagian tanaman yang terkena penyakit bulai. Penyemprotan dilakukan

secara teratur 3-5 hari yang bertujuan untuk mengendalikan serta mencegah serangan

penyakit bulai.

Pada saat tanaman berumur 61 HST pada tanaman terdapat hama penggerek

tongkol (Helicoverpa armigera). Pengendalian hama penggerek tongkol ini dilakukan

secara kimiawi dengan menyemprotkan insektisida Deltamethrin 25 EC dengan dosis 1

mL/L.

Page 24: KORELASI GENETIK PERTUMBUHAN DAN HASIL 15 ...penelitian dan skripsi yang berjudul “ Korelasi Genetik Pertumbuhan Dan Hasil 15 Jagung Hibrida”. Tak lupa pula penulis ucapkan banyak

12

Tabel 3. Penampilan umum populasi tanaman yang diteliti

Sifat Tanaman Minimum Maksimum Rata-

Rata

Simpangan

Baku

KK

(%)

Tinggi tanaman (cm) 92.80 163.40 124.51 18.43 14.81

Diameter batang (mm) 13.67 22.27 18.56 2.01 10.84

Jumlah daun 9.20 15.40 11.40 1.41 12.32

Bobot tongkol tanpa kelobot (g) 38.00 118.80 77.52 17.81 22.98

Panjang tongkol (cm) 9.40 15.80 13.02 1.31 10.07

Diameter tongkol tanpa kelobot (mm) 31.51 53.25 38.89 3.46 8.89

Jumlah biji per baris 16.20 31.40 24.77 3.17 12.79

Bobot biji per tongkol (g) 28.40 88.40 59.76 14.11 23.61

Jumlah biji per tongkol 159.80 372.60 274.81 54.94 19.99

Biomasa (g) 21.62 72.28 46.93 12.23 26.06

Hasil (g) 200.00 3000.00 1741.14 603.97 34.69

Dari 11 sifat tanaman yang diamati, hasil menunjukkan keragaman paling tinggi

(KK= 34,69 %) yang diikuti oleh biomassa, bobot biji per tongkol,dan bobot tongkol tanpa

kelobot. Menurut Steel dan Torrie (1993), nilai KK menunjukkan tingkat ketepatan

penelitian atau dapat juga menyatakan suatu persentase standar deviasi terhadap rataan.

Gomez dan Gomez (1995) berpendapat bahwa semakin tinggi nilai KK maka semakin

rendah keandalan penelitian tersebut. Keempat sifat tersebut merupakan produk akhir dari

proses pertumbuhan tanaman yang secara fisiologis sangat tergantung pada faktor genetik

dan kondisi lingkungan sekitar baik lingkungan makro maupun mikro. Karena itu,

individu-individu yang secara genetik berbeda akan menghasilkan penampilan tanaman

berbeda. Demikian juga jika individu-individu dalam populasi memberi respon yang

berbeda maka penampilan akhir juga akan sangat berbeda. Hasil penelitian yang laporkan

oleh (Kumar et al., 2014) juga menunjukkan penampilan akhir lebih beragam dibanding

penampilan awal tanaman.

Berdasarkan tampilan pertumbuhannya terlihat bahwa populasi tanaman yang

diteliti menunjukkan gejala cekaman kekurangan air. Tinggi tanaman yang memiliki

kisaran nilai 92,80 sampai 163,40 cm, dapat menjadi indikator tingkat cekaman yang

berlangsung. Dalam kondisi tanpa cekaman, jagung hibrida akan mampu tumbuh hingga

100 cm – 300 cm (Warisno, 1998). Sebaliknya tinggi tanaman hanya mencapai di bawah

60 cm dalam kondisi cekaman air (Wijayanto et al., 2012).

Tanda-tanda kondisi cekaman dapat dilihat juga dari diameter batang yang

memiliki rata-rata 18,56 cm. Bahkan, Wijayanto et al., (2012) melaporkan bahwa dalam

kondisi cekaman diameter batang jagung hanya dapat mencapai 13,32 mm. Dalam kondisi

tanpa cekaman, diameter batang jagung berkisar 3 – 4 mm (Warisno, 1998). Gejala serupa

Page 25: KORELASI GENETIK PERTUMBUHAN DAN HASIL 15 ...penelitian dan skripsi yang berjudul “ Korelasi Genetik Pertumbuhan Dan Hasil 15 Jagung Hibrida”. Tak lupa pula penulis ucapkan banyak

13

juga terlihat pada biomasa tanaman. pada penelitian ini biomasa yang didapatkan memiliki

kisaran antara 21,62 g dan 72,28 g dengan rata-rata 46,93 g. Ukuran biomasa tersebut

termasuk sangat rendah jika dibanding biomassa pada kondisi tanaman tanpa cekaman

yang dapat mencapai 85,35 g (Ekowati dan Nasir, 2011).

Selain sifat-sifat pertumbuhan, komponen hasil dan hasil tanaman jagung juga

mengalami penurunan akibat cekaman kekurangan air. Dalam kondisi normal, tongkol

jagung dapat memiliki ukuran panjang tongkol 18,63 cm, diameter tongkol 4,80 mm,

bobot tongkol 79,30 g (Subekti dan Jafri, 2011). Namun dalam penelitian ini tongkol yang

diperoleh hanya memiliki ukuran panjang 13,02 cm, diameter 38,89 mm, bobot tongkol

77,52 g. Demikian juga dari segi hasil mengami penurunan.

4.2 Analisis Keragaman

Penguraian keragaman total menjadi beberapa komponen melalui analisis

keragaman disajikan pada (Tabel 4). Dari sebelas sifat yang diamati, delapan sifat

diantaranya tinggi tanaman, jumlah daun, bobot tongkol tanpa kelobot, diameter tongkol

tanpa kelobot, bobot biki pertongkol, jumlah biji per tongkol, biomassa dan hasil

menujukkan keragaman nyata antar genotipe. Sedangkan tiga sifat lainnya yaitu diameter

batang, panjang tongkol dan jumlah biji per baris tidak menunjukkan keragaman antar

genotipe.

Tabel 4. Hasil analisis keragaman beberapa sifat tanaman jagung hibrida

Variabel KT

genotipe KT Galat F hitung

P

Tinggi tanaman (cm) 2.32 165.93 3.88 * 0.028

Diameter batang (mm) 1.16 2.89 2.09 tn 0.365

Jumlah daun 3.36 0.65 6.64 * 0.003

Bobot tongkol tanpa kelobot (g) 3.32 169.14 3.41 * 0.028

Panjang tongkol (cm) 1.50 1.49 1.42 tn 0.173

Diameter tongkol tanpa kelobot (g) 3.51 6.54 3.27 * 0.002

Jumlah biji per baris 1.72 6.75 2.33 tn 0.107

Bobot biji per tongkol (g) 2.20 107.52 3.34 * 0.037

Jumlah biji per tongkol 2.26 1678.6 3.20 * 0.032

Biomassa 3.54 83.04 3.21 * 0.002

Hasil 2.50 214980.04 2.92 * 0.019

Keterangan : tn = tidak nyata pada taraf 1 % dan 5 %; * = nyata pada taraf 5 %.

Page 26: KORELASI GENETIK PERTUMBUHAN DAN HASIL 15 ...penelitian dan skripsi yang berjudul “ Korelasi Genetik Pertumbuhan Dan Hasil 15 Jagung Hibrida”. Tak lupa pula penulis ucapkan banyak

14

4.3 Analisis Korelasi

Koefisien korelasi memperlihatkan hubungan yang erat antar dua variabel. Nilai

koefisien korelasi berkisar antara -1 hingga +1. Jika diperoleh koefisien korelasi nol,

bermakna dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat korelasi antara kedua sifat tersebut. Jika

didapat nilai koefisien semakin mendekati +1 atau -1 hubungan yang ditunjukkan semakin

erat. Jika nilai korelasi semakin mendekati +1 berarti peningkatan suatu sifat akan diikuti

oleh peningkatan sifat yang lainnya dan semakin mendekati -1 berarti peningkatan suatu

sifat akan mengurangi sifat yang lain nya. Sedangkan kriteria derajat keeratan berdasarkan

koefisien korelasi nya yaitu 0 : Tidak ada korelasi antara dua variable, 0 – 0,25: Korelasi

sangat rendah, 0,25 – 0,5: Korelasi sedang, 0,5 – 0,75: Korelasi tinggi, 0,75 – 0,99:

Korelasi sangat tinggi, sedangkan 1: Korelasi sempurna (As’ari, 2014).

Tabel 5 di sajikan koefisien kolerasi fenotipik antar karakter yang diamati.

Sebagian besar sifat berkorelasi positif dengan hasil, kecuali jumlah daun. Berdasarkan

derajat keeratannya, bobot tongkol tanpa kelobot memiliki keeratan dengan hasil paling

tinggi (r=0,74), diikuti berturut-turut oleh bobot biji per tongkol (r=0,68), jumlah biji per

tongkol (r=0,73), dan jumlah biji per baris (r=0,63). Temuan serupa juga dilaporkan oleh

beberapa peneliti sebelumnya. Hasil berkorelasi erat dengan panjang tongkol (r= 0,72) dan

jumlah biji pertongkol (r= 0,87) (Inamullah et al., 2011). Hasil juga berkorelasi erat

dengan jumlah biji per baris (r=0,82) (Amini et al., 2013).

Tabel 5. Korelasi fenotipik antar sifat tanaman jagung

Variabel Diameter

batang

Jumlah

daun biomass

Bobot

tongkol

tanpa

kelobot

Panjang

tongkol

Diameter

tongkol

tanpa

kelobot

Jumlah

biji per

baris

Jumlah

biji per

tongkol

Bobot

biji per

tongkol

Hasil

Tinggi

tanaman 0.03ns 0.63** 0.41** 0.10ns 0.23* 0.23* 0.06ns 0.04ns 0.01ns 0.10ns

Diameter

batang -0.06ns 0.53** 0.65** 0.41** 0.26* 0.62** 0.66** 0.62** 0.46**

Jumlah daun 0.36** -0.13ns 0.07ns -0.24* -0.02ns -0.11ns -0.19ns -0.05ns

Biomass 0.61** 0.55** 0.35** 0.54** 0.56** 0.52** 0.51**

Bobot

tongkol

tanpa

kelobot

0.56** 0.54** 0.79** 0.89** 0.97** 0.74**

Panjang

tongkol 0.40** 0.70** 0.63** 0.57** 0.43**

Diameter

tongkol

tanpa

kelobot

0.28* 0.49** 0.55** 0.30*

Jumlah biji

per baris 0.83** 0.79** 0.63**

Jumlah biji

per tongkol 0.93** 0.73**

Bobot biji

per tongkol 0.68**

Keterangan: tn: tidak nyata pada taraf 1 % dan 5 %, *: nyata pada taraf 5 %

** : nyata pada taraf 1 %

Page 27: KORELASI GENETIK PERTUMBUHAN DAN HASIL 15 ...penelitian dan skripsi yang berjudul “ Korelasi Genetik Pertumbuhan Dan Hasil 15 Jagung Hibrida”. Tak lupa pula penulis ucapkan banyak

15

Biomasa (bobot kering tanaman) merupakan cerminan dari tingkat pertumbuhan

tanaman. Pertumbuhan adalah proses pertambahan dan pembesaran sel yang irevversible

dan terakumulasi sebagai bahan kering (Salisbury dan Ross, 1992). Dengan demikian,

semakin besar biomassa berarti semakin tinggi tingkat pertumbuhannya. Dalam penelitian

ini, biomassa diwujudkan dalam bentuk tinggi tanaman,diameter batang dan jumlah daun

dengan derajat keeratan yang sedang (r=0,36) hingga tinggi (r=0,53)

Hubungan antara sifat pertumbuhan dengan komponen hasil berkisar antara sangat

rendah hingga tinggi (0,02 < r < 0,66) dengan arah positif maupun negatif. Diameter

batang merupakan sifat pertumbuhan yang memiliki hubungan erat dengan sebagian besar

komponen hasil. Batang merupakan organ penyimpan cadangan makanan, selain akar dan

umbi, sehingga semakin besar ukuran batang semakin banyak cadangan makanan

(Tjitrosoepomo, 1988). Dengan demikian, pertumbuhan komponen hasil jagung juga

dipengaruhi oleh ukuran batang.

Secara umum, komponen-komponen hasil jagung saling keterkaitan dengan derajat

keeratan antara cukup erat hingga sangat erat. Hal ini ditunjukkan oleh besarnya koefisien

korelasi antar sifat-sifat yang merupakan komponen hasil, yaitu bobot tongkol tanpa

kelobot, panjang tongkol, diameter tongkol tanpa kelobot, jumlah biji per baris, dan bobot

biji per tongkol. Hubungan sangat erat ditunjukkan oleh bobot tongkol tanpa kelobot

dengan bobot biji per tongkol (r = 0,97), jumlah biji per tongkol dengan bobot biji per

tongkol (r = 0,93), bobot tongkol tanpa kelobot dengan jumlah biji per tongkol (r = 0,89),

jumlah biji per baris dengan jumlah biji per tongkol (r = 0,83), bobot tongkol tanpa kelobot

dengan jumlah biji per baris (r = 0,79) dan jumlah biji per baris dengan bobot biji per

tongkol (r = 0,79). Sebaliknya, diameter tongkol tanpa kelobot umumnya berkorelasi

sedang dengan komponen hasil lainnya. Dengan demikian diameter tongkol bukan sifat

yang dapat digunakan sebagai ukuran yang akurat untuk komponen hasil maupun hasil

jagung.

4.3 Korelasi Genotipe Antar Sifat Tanaman Jagung

Menurut Falconer (1981), korelasi fenotipik dapat diurai menjadi korelasi genotipik

dan korelasi lingkungan. Korelasi genotipik terjadi karena pleiotropi dan atau pautan antar

gen. Pleiotropi adalah gejala dua sifat atau lebih dikendalikan oleh gen yang sama.

Korelasi lingkungan terjadi karena faktor lingkungan mempengaruhi penampilan sifat-sifat

yang saling berkaitan. Dengan demikian, jika hubungan genotipik antar sifat lebih besar

atau berubah arah dari hubungan fenotipiknya berarti peran faktor lingkungan sangat kecil.

Dalam kondisi koefisien korelasi genotipik lebih besar dibanding koefisien korelasi

Page 28: KORELASI GENETIK PERTUMBUHAN DAN HASIL 15 ...penelitian dan skripsi yang berjudul “ Korelasi Genetik Pertumbuhan Dan Hasil 15 Jagung Hibrida”. Tak lupa pula penulis ucapkan banyak

16

fenotipik berarti peran faktor lingkungan relatif kecil. Penaksiran korelasi genotipik sangat

berguna dalam program pemuliaan tanaman sebagai sarana untuk menentukan kriteria

seleksi yang sesuai untuk meningkatkan hasil tanaman ( Falconer dan Mackay, 1996).

Dalam penelitian ini, hubungan genotipik antar sifat yang diamati memiliki arah

yang sama dengan hubungan fenotipik, kecuali jumlah daun dengan diameter batang dan

beberapa komponen hasil (Tabel 6). Demikian juga, nilai koefisien korelasi genotipe

cenderung lebih tinggi di banding koefisien korelasi fenotipik. Secara teoritis koefisien

korelasi maksimum bernilai 1, sehingga nilai koefisien korelasi yang nilainya lebih besar

dari satu diasumsikan sama dengan 1 (Hartawan, 2010). Beberapa pasangan sifat memiliki

koefisien lebih besar dari 1, pada sesama variabel pertumbuhan nilai korelasi yang lebih

besar dari satu terdapat pada diameter batang dengan jumlah daun (r= 1,82), diameter

batang dengan biomassa (r= 1,38). Korelasi genotipik yang tinggi antara variabel

pertumbuhan dengan komponen hasil terdapat pada diameter batang dengan jumlah biji per

baris (r= 1,57), diameter batang dengan bobot bij per tongkol (1,55), jumlah daun dengan

jumlah biji per baris (r= 1,09). Komponen hasil yang lain adalah bobot tongkol dengan

panjang tongkol (r= 1,51), biomassa dengan panjang tongkol (r= 1,49), panjang tongkol

dengan jumlah biji per tongkol (r= 1,46), panjang tongkol dengan jumlah biji per baris (r=

1,20), biomassa dengan jumlah biji per baris (r=1,06), biomassa dengan bobot tongkol (r=

1,01). Dan variabel komponen hasil dengan hasil jumlah biji per baris (r= 1,18), panjang

tongkol (r= 1,12). Temuan serupa juga dilaporkan oleh beberapa peneliti (Amare et al.,

2015). Oleh karena sebagian besar sifat, kecuali diameter tongkol tanpa kelobot, secara

genotipik berhubungan erat dengan hasil tanaman maka proses seleksi dalam program

pemuliaan yang diarahkan untuk meningkatkan hasil jagung perlu memperhatikan

penampilan tanaman secara umum. Dari hasil diatas, pemuliaan jagung untuk hasil tinggi

dapat dilakukan dengan seleksi terhadap jumlah daun, biomassa, panjang tongkol, dan

jumlah biji per baris.

Page 29: KORELASI GENETIK PERTUMBUHAN DAN HASIL 15 ...penelitian dan skripsi yang berjudul “ Korelasi Genetik Pertumbuhan Dan Hasil 15 Jagung Hibrida”. Tak lupa pula penulis ucapkan banyak

17

Tabel 6. Korelasi genotipik antar sifat tanaman jagung

Diameter

batang

Jumlah

daun Biomass

Bobot

tongkol

tanpa

kelobot

Panjang

tongkol

Diamete

r

tongkol

tanpa

kelobot

Jumlah

biji per

baris

Jumlah

biji per

tongkol

Bobot biji

per

tongkol

Hasil

Tinggi

tanaman 0.11 0.21 0.62 0.47 0.59 0.52 0.15 0.31 0.54 0.8

Diameter

batang 1.82 1.38 0.44 2.14 -1 1.57 0.31 1.55 0.7

Jumlah daun

0.74 0.67 1 -0.31 1.09 0.58 0.8 0.97

Biomass

1.01 1.49 0.19 1.06 0.97 1.13 0.95

Bobot

tongkol

tanpa

kelobot

1.51 0.55 0.86 0.99 0.92 0.83

Panjang

tongkol 0.08 1.2 1.46 1.24 1.12

Diameter

tongkol

tanpa

kelobot

-0.12 0.58 0.39 0.28

Jumlah biji

per baris 0.84 0.85 1.18

Jumlah biji

per tongkol 0.87 0.69

bobot biji

per tongkol 0.8

Page 30: KORELASI GENETIK PERTUMBUHAN DAN HASIL 15 ...penelitian dan skripsi yang berjudul “ Korelasi Genetik Pertumbuhan Dan Hasil 15 Jagung Hibrida”. Tak lupa pula penulis ucapkan banyak

18

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Berdasarkan hasil analisis fenotipik, hibrida jagung yang berproduksi tinggi

dicirikan dengan variabel bobot tongkol, jumlah biji per baris, bobot biji per

tongkol, jumlah biji pertongkol dan biomassa yang tinggi.

2. Secara genotipik sifat-sifat pertumbuhan dan komponen hasil ( tinggi tanaman,

diameter batang, jumlah daun, biomass, bobot tongkol tanpa kelobot, panjang

tongkol, jumlah biji per baris, jumlah biji per tongkol, bobot biji per tongkol)

berkorelasi dengan hasil kecuali diameter tongkol tanpa kelobot.

5.2 Saran

Untuk lebih memantapkan hasil penelitian ini maka perlu dilakukan

penelitian yang mendalam dengan melalukan penamanan pada berbagai lingkungan

dan musim.

Page 31: KORELASI GENETIK PERTUMBUHAN DAN HASIL 15 ...penelitian dan skripsi yang berjudul “ Korelasi Genetik Pertumbuhan Dan Hasil 15 Jagung Hibrida”. Tak lupa pula penulis ucapkan banyak

19

DAFTAR PUSTAKA

Amare, K., H. Zeleke., dan G. Bultosa. 2015. Variabilty for yield, yield related traits and

association among traits of sorgum (Sorghum bicolor (L) Moench) varieties in wollo.

Journal of Plant Breeding and Crop Science, 7(5): 125-133.

Amini, Z., Khodambashi, M., dan Houshmand, S. 2013. Correlation and path coefficient

analysis of seed yield related traits in maize. International Journal of Agriculture and

Crop Sciences, 5(19): 22-17.

As’ari, N. P. 2014. Proportion reduction in error (pre) dalam mengukur asosiasi

penggunaan kontrasepsi hormonal terhadap kejadian hipertensi. Skripsi Fakultas

Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Negeri Yogyakarta.

Badan Pusat Statistika. 2014 .Kualitas produksi pipilan kering. Statistik Pertanian,

Bengkulu.

Ekowati, D., dan M. Nasir. 2011. Pertumbuhan tanaman jagung (Zea mays L.) varietas

bisi-2 pada pasir reject dan pasir asli di pantai trisik kulonprogo. Jurnal Manusia dan

Lingkungan, 18(3): 220-231.

Falconer, D. S dan T. F.C. Mckay. 1996. Introduction to Quantitave. 4th Ed. Longmans

Green. Harlow Essex. UK.

Falconer, D. S. 1981. Introduction to Quantitative. 2th Ed. Longmans Green. Harlow Essex.

UK.

Gomez, K. A. dan A. A. Gomez. 1995. Statistical Procedures for Agriculture Research.

Diterjemahkan oleh E. Sjamsudin dan J. S. Baharsjah. Prosedur Statistika Untuk

Penelitian Pertanian. Penerbit UI Press. Jakarta.

Hartawan, Y.T. 2010. Heritabilitas dan korelasi genotipik antar sifat kuantitatif 10 genotip

kacang hijau. Skripsi Fakultas Pertanian UNEJ. Jember. (tidak dipublikasikan).

Inamullah., N. Rehman., N. H. Shah., M. Arif., dan M. Siddiq. 2011. Correlations among

grain yield and yield attributes in maize hybrids at various nitrogen levels. Sarhad

Journal Agric, 27(4): 532-538.

Indradewa, D., dan M. Nasir. Kemungkinan peningkatan hasil jagung dengan pemendekan

batang. Jurnal Ilmu Pertanian, 12(2): 117-124.

Iriany, R. N., M. Yasin. H. G., dan A. M. Takdir. 2007. Asal, Sejarah, Evolusi, dan

Taksonomi Tanaman Jagung. Direktorat Jendral Tanaman Pangan. Bogor.

Kang , M.S., Zuber, M.S. dan Krause, G.F. 1983. Path coefficient analysis of grain yield

and harvest grain moisture in maize. Tropics Agriculture (Trinidad), 60 (4) : 253-

256.

Kashiani, P., G. Saleh., N. A. P. Abdullah., S. N. Abdullah. Variation and genetic studies

in selected sweet corn inbred lines. Asian Journal of Crop Science, 2(2) : 78-84.

Kumar. G. P., V. N. Reddy., S. S. Kumar., dan P. V. Rao. 2014. Genetic variability,

heritability and genetic advance studies in newly developed maize genotypes (Zea

mays L.). International Journal of Pure and Applied Bioscience, 2(1): 272-275

Page 32: KORELASI GENETIK PERTUMBUHAN DAN HASIL 15 ...penelitian dan skripsi yang berjudul “ Korelasi Genetik Pertumbuhan Dan Hasil 15 Jagung Hibrida”. Tak lupa pula penulis ucapkan banyak

20

Murcitro, B. G., Purwanto., B. W. Simanihuruk., dan J. Arto. 2004. Pertumbuhan dan hasil

jagung pada lahan gambut dengan penerapan teknologi tampurin. Jurnal Ilmu-Ilmu

Pertanian Indonesia, 6(1): 14-21.

Mustofa, Z., I. M. Budiarsa., dan G. B. N. Samdas. 2013. Variasi genetik jagung (Zea mays

L) berdasarkan karakter fenotipik tongkol jagung yang dibudidyakan di desa jono

oge. Jurnal Ilmu Pengetahuan Biologi, 1 : 33-41.

Nugroho, S., S. Akbar., dan R. Vusvitasari. 2008. Kajian Hubungan Koefisien Korelasi

Pearson (r), Spearman-rho (ρ), Kendall – Tau (τ), Gamma (G), dan Somers (dyx).

Jurnal Gradien, 4(2): 372-381.

Pesireron, M., dan R. E. Senewe. 2011. Keragaan 10 varietas/galur jagung komposit dan

hibrida pada agroekosistem lahan kering di maluku. Jurnal Budidaya Pertanian, 7(2):

53-59.

Purwanto, S. 2008. Perkembangan Produksi dan Kebijakan dalam Peningkatan Produksi

Jagung. Direktorat Jendral Tanaman Pangan. Bogor.

Riwandi., M. Handajaningsih., dan Hasanudin. 2014. Teknik Budidaya Jagung dengan

Sistem Organik di Lahan Marjinal. UNIB Press. Bengkulu.

Salami, A. E., Adegoke, S. A. O., dan O. A. Adegbite. (2007). Genetic variability among

maize cultivars grown in Ekiti-State, Nigeria. Middle-East J. Sci. Res, 2(1), 09-13.

Salisbury, F. B., dan C. W. Ross. 1992. Plant Physiology. Diterjemahkan oleh Lukman, D.

R. Dan Sumaryono. 1995. Fisiologi Tumbuhan, Jilid 3. ITB. Bandung.

Steel, R. G. D. dan J. H. Torrie. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika (Pendekatan

Biometrik) Penerjemah B. Sumantri. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Subekti, A. dan Jafri. 2011. Penampilan Karakter Agronomis dan Hasil Beberapa Varietas

Jagung pada Lahan Ultisol Singkawang, Kalimantan Barat. Seminar Nasional

Serealia.

Subekti, N. A., Syafuddin., R. Efendi., dan S. Sunarti. 2007. Morfologi Tanaman dan Fase

Pertumbuhan Jagung. Direktorat Jendral Tanaman Pangan. Bogor.

Takdir, A.M., S. Sunarti., dan M. J. Mejaya. 2007. Pembentukkan Varietas Jagung

Hibrida. Direktorat Jendral Tanaman Pangan. Bogor.

Taufik, M., Suprapto., dan H. Widiyono. 2010. Uji daya hasil pendahuluan jagung hibrida

di lahan ultisol dengan input rendah. Jurnal Akta Agrosia, 13(1): 70-76.

Warisno, 1998. Budi Daya Jagung Hibrida. Kanisus. Yogyakarta.

Wijayanto, T., G. R. Sadimantara, dan M. Etikawati. 2012. Respon fase pertumbuhan

beberapa genotipe jagung lokal sulawesi tenggara terhadap kondisi kekurangan air.

Jurnal Agroteknos, 2(2): 86-91.

Wirosoedarmo, R., A. T. Sutanhaji., E. Kurniati., dan R. Wijayanti. 2011. Evaluasi

kesesuaian lahan untuk tanaman jagung menggunakan metode analisis spasial. Jurnal

Agritech, 31(1): 71-78.

Page 33: KORELASI GENETIK PERTUMBUHAN DAN HASIL 15 ...penelitian dan skripsi yang berjudul “ Korelasi Genetik Pertumbuhan Dan Hasil 15 Jagung Hibrida”. Tak lupa pula penulis ucapkan banyak

21

Yakub, S., Kartina AM., S. Isminingsih., dan S. M. Leksono. 2012. Pendugaan parameter

genetik hasil dan komponen hasil galur-galur padi lokal asal banten. Jurnal

Agrotropika, 17(1): 1-6.

Yuwono, P. D., R. H. Murti., dan P. Basunanda. 2015. Studi keragaman genetik dua puluh

galur inbred jagung manis generasi S7. Jurnal Ilmu Pertanian, 18(3): 127-134.