KONVERGENSI SIMBOLIK DALAM MEDIA (UJARAN KEBENCIAN...
Transcript of KONVERGENSI SIMBOLIK DALAM MEDIA (UJARAN KEBENCIAN...
KONVERGENSI SIMBOLIK DALAM MEDIA
(UJARAN KEBENCIAN DALAM KEBEBASAN BEREKSPRESI
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh
Intan Mawaddah
NIM : 1113051000200
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1441 H / 2020 M
DI FANPAGE JONRU GINTING PERIODE
2013-2017)
iv
ABSTRAK
Intan Mawaddah, Konvergensi Simbolik Dalam Media
(Ujaran Kebencian Dalam Kebebasan Berekspresi Di
Fanpage Jonru Ginting Periode 2013-2017)
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui konvergensi simbolik
ujaran kebencian dalam kebebasan berekspresi di fanpage Jonru
Ginting, serta mengetahui isu-isu apa saja yang memunculkan
delik ujaran kebencian sehingga terjadi konvergensi simbolik
didalam kebebasan berekspresi di fanpage Jonru Ginting.
Teori yang digunakan adalah konvergensi simbolik. Teori ini
mengupas tentang fenomena pertukaran pesan yang
memunculkan kesadaran kelompok yang berimplikasi pada
hadirnya makna, motif, dan juga perasaan bersama.
Sehingga hasil yang didapat dari penelitian ini adalah kebebasan
berekspresi tergantung pada makna dari kalimat tersebut yang
mengandung kebencian. Perbedaan ini terletak pada niat
(intention) dari suatu ujaran yang memang dimaksudkan untuk
menimbulkan dampak tertentu, jika ujaran yang disampaikan
dengan berkobar-kobar dan bersemangat itu ternyata
menginspirasi para audiennya untuk melakukan kekerasan atau
menyakiti orang atau kelompok lain, maka pada posisi itu pula
suatu hasutan kebencian itu berhasil dilakukan.
Kata kunci : Konvergensi Simbolik, Kebebasan Berekspresi,
Komunikasi, Ujaran Kebencian.
v
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamiin
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah
SWT karena dengan rahmat, dan hidayah-Nya penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam penulis
sanjungkan kepada baginda Nabi besar Muhammad SAW sebagai
suri tauladan dan panutan bagi kbn ita semua umat Islam.
Karya tulis ini patut penulis syukuri dan banggakan
karena penulis berusaha menyajikan dengan sebaik-baiknya
supaya karya tulis ini dapat berguna bagi dunia akademis.
Namun, penulis juga menyadari masih terdapat kesalahan dan
kekurangan yang perlu diperbaiki dalam karya tulis ini.
Penulis menyadari skripsi ini tidaklah mungkin dapat
terselesaikan tanpa dukungan dan dorongan berbagai pihak, oleh
karena itu penulis menghaturkan terimakasih yang sebesar-
besarnya kepada yang terhormat Ayahanda H. E. Wahdi, Ibunda
Hj. Nadrah tercinta yang selalu memberikan semangat dengan
cinta dan kasih sayang, rela mengorbankan tenaga, materi, waktu
dan doanya. Semoga Allah meridhoi keduanya juga kakak-kakak
dan adik-adikku serta seluruh keluarga yang selalu mendukung
dan mendoakan. Dalam proses penyusunan, penulis mendapatkan
banyak bantuan, petunjuk, bimbingan serta motivasi dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, sudah sepatutnya penulis mengucapkan
terima kasih kepada:
6
1. Prof. Dr. Hj. Amany BurhanuddinUmar Lubis, Lc, M.A,
selaku Rektor Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta
2. Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Suparto,
M.Ed, Ph.D. Wakil Dekan I Bidang Akademik Dr. Siti
Napsiyah, S.Ag, dan Wakil Dekan II Bidang Administrasi
Umum Dr. Sihabuddin Nour, M.Ag, serta Wakil Dekan
III Bidang Kemahasiswaan Dr. Cecep Castrawijaya, MA.
3. Drs. Masran, MA selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan
Penyiaran Islam dan Fita Fathurokhmah, M.Si selaku
Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam
tahun 2018.
4. Dra. Armawati Arbi, M.Si selaku Ketua Jurusan
Komunikasi dan Penyiaran Islam dan Dr. H. Edi Amin,
M.A, selaku Sekretaris Jurusan Komunikasi dan
Penyiaran Islam
5. Rulli Nasrullah, M.Si. beliau selaku pembimbing penulis
yang telah memberikan bimbingan khusus dan petunjuk
yang sangat berharga, dengan keramahannya selalu
memberikan kemudahan, dorongan, bagi penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini dari awal hingga akhir dengan
penuh kesabaran dan dedikasi yang tinggi. Semoga Allah
SWT memberikan keberkahan di setiap aktivitas.
6. Nasichah, M. Si, selaku Dosen Pembimbing Akademik.
7. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta, yang memberikan ilmu dengan harap ilmu yang
7
didapat menjadi bermanfaat kepada peneliti selama
menempuh pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
8. Seluruh staf dan karyawan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang
telah membantu peneliti dalam urusan administrasi
selama perkuliahan dan penelitian skripsi ini.
9. Jonru Ginting Selaku narasumber yang dituduh sebagai
hate speech yang telah berkenan memberikan waktunya
untuk di wawancarai.
10. Muhammad Khafidhul Abshor selaku suami tercinta yang
selalu mensuport.
11. Sahabat-sahabat Seperjuangan KPI Angkatan 2013-2014
yang selalu mensuport dan memberikan masukan kepada
penulis.
12. Anna, Elfira, Serli, Anis serta lainnya yang menghibur
dan memotivasi penulis ditengah rasa bosan dalam
penulisan skripsi ini. Terima kasih, kalian membuat
penulis merasa hebat dan teristimewa.
13. Teman-teman seperjuangan KKN. KKN Cerita yang
memberikan pelajaran berbagi di kehidupan sosial
semoga kita siap siaga membantu masyarakat luas dengan
bekal masa perjuangan kita selama sebulan.
14. Khairunnisa dan suami Amrullah Kamsari, selaku kaka
kandung yang selalu menasehati saya dalam penulisan
skripsi ini.
15. Dan berbagai pihak yang tidak mungkin disebutkan satu
8
persatu yang telah membantu kelancaran penulisan
skripsi ini.
Penulis sadar dan yakin, bahwasanya skripsi ini masih
jauh dari kesempurnaan. Akan tetapi meskipun demikian, penulis
tetap berharap semoga hasil dari skripsi ini dapat bermanfaat
bagi semua pihak yang berkepentingan.
Akhir kata penulis hanya dapat berharap dan memohon
kepada Allah SWT, semoga apa yang telah dilakukan menjadi
amal shaleh dan mendapat ganjaran pahala yang berlipat ganda.
Semoga penulis dapat menambah wawasan yang lebih banyak
lagi. Amin Yaa Robbal’Alamin.
Jakarta, 22 Oktober 2018
Intan Mawaddah
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN .................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN .................................................... 3
ABSTRAK ............................................................................................ 4
KATA PENGANTAR .......................................................................... 5
DAFTAR GAMBAR .......................................................................... 12
DAFTAR TABEL .............................................................................. 13
BAB I PENDAHULUAN ................................................................... 14
A. Latar Belakang ..................................................................... 14
B. Batasan Masalah .................................................................. 18
C. Rumusan Masalah ................................................................ 18
D. Tujuan Penelitian ................................................................. 19
E. Manfaat Penelitian ............................................................... 19
F. Tinjauan Pustaka .................................................................. 19
G. Metodologi Penelitan ........................................................... 21
1. Paradigma Penelitian ....................................................... 21
2. Metode Penelitian ............................................................ 21
3. Subjek dan Objek Penelitian ............................................ 22
4.Teknik Pengumpulan Data ............................................... 23
BAB II LANDASAN TEORI ............................................................ 25
A.Teori Konvergensi Simbolik ................................................ 25
1.Elemen-elemen Konvergensi Simbolik ............................ 29
2.Asumsi dasar ..................................................................... 36
3.Entry concept .................................................................... 38
B.Media Sosial ......................................................................... 40
10
1.Pengertian Media Sosial ................................................... 40
2.Jenis-Jenis Media Sosial ................................................... 46
C.Hate Speech .......................................................................... 49
1.Pengertian Hate Speech (Ujaran Kebencian) dalam Islam 53
2.Unsur-unsur Pencemaran nama baik ................................ 54
3.Qur’an Surat yang Mengandung Unsur Hate Speech ....... 57
BAB III GAMBARAN UMUM ....................................................... 63
A.Profil Jonru Ginting .............................................................. 63
B.Sejarah Singkat Fanpage Facebook ..................................... 68
C.Profil Fanpage Jonru Ginting ............................................... 70
BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN ............................. 74
A.Level Teks ............................................................................ 74
1.Konsep dasar ..................................................................... 74
B. Pemanfaatan Media Sosial yang dilakukan oleh Jonru Ginting
……………………………………………………………………………………………..75
C.Kasus-Kasus Jonru Ginting .................................................. 77
D.Kegiatan Komunikasi Pada Kolom Komentar ..................... 87
BAB V KONVERGENSI SIMBOLIK DALAM MEDIA (UJARAN
KEBENCIAN DALAM KEBEBASAN BEREKSPRESI DI
FANPAGE JONRU GINTING PERIODE 2013-2017) .................. 91
A.Hasil Konvergensi Simbolik ................................................. 91
1.Fantasy Theme (Tema Fantasi) ........................................ 91
2.Fantasy Chain (rantai fantasi) ........................................... 92
3.Fantasy Type (Tipe Fantasi) ............................................. 93
B.Kesadaran Kelompok dalam Sistem Komunikasi yang
Muncul, Berlanjut, Menurun, dan Akhirnya Menghilang ........ 93
BAB VI PENUTUP ............................................................................ 99
A.Kesimpulan ........................................................................... 99
11
B.Saran ................................................................................... 100
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................... 101
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3. 1 Unsur Komunikasi ................................................. 37
Gambar 3. 2 Proses Komunikasi ................................................. 38
Gambar 3. 3 Tampak depan Fanpage Jonru Ginting................... 70
Gambar 3. 4 Akun fanpage Jonru Ginting .................................. 72
Gambar 3. 5 Status Jonru Ginting bersifat publik/umum ........... 72
Gambar 4. 1 Status tentang Ahok ............................................... 78
Gambar 4. 2 Status tentang Jokowi ............................................. 80
Gambar 4. 3 Status yang mengandung penyebaran berita bohong
..................................................................................................... 81
Gambar 4. 4 Status yang mengandung penistaan........................ 82
Gambar 4. 5 Status mengandung nama RAS .............................. 84
Gambar 4. 6 Status yang mengandung pencemaran nama baik . 85
Gambar 4. 7 Status yang mengandung perbuatan tidak
menyenangkan............................................................................. 86
Gambar 5. 1 Proses laporan perkara ........................................... 97
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 4. 1 Hasil Analisis Temuan tentang Jenis Komentar pada Kolom
Komentar di Status Jonru Ginting ........................................................ 88
14
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Komunikasi pada saat ini bukanlah hanya sebagai alat
perantara dari satu orang ke orang lainnya, akan tetapi
komunikasi yang sekarang berkembang amat pesat sudah
menjadi hal terpenting bagi diri manusia. Perkembangan
komunikasi yang pesat berdasarkan faktor teknologi yang
semakin cepat berkembang pula. Dengan hadirnya teknologi
membuat komunikasi yang tadinya hanya melalui surat dan
memakan waktu yang lama menjadi serba instan. Saat ini
manusia bebas berkomunikasi tanpa terganggu oleh ruang
dan waktu dengan menggunakan internet.1
Melalui intenet saat ini masyarakat berkomunikasi
dengan menceritakan keluh kesah, gundah gulana dengan
teman dekatnya, teman jauhnya atau bahkan orang yang
tidak dikenal. Sehingga apa yang kita curahkan melalui
media sosial dapat terlihat jelas oleh siapa saja atau bahkan
melalui media sosial juga apa yang kita curahkan tidak jelas
untuk apa atau berdasarkan motif apa.
Semenjak hadirnya perkembangan teknologi
komunikasi digital apalagi setelah hadirnya media sosial
seperti yang telah dijelaskan di atas dimana kita dengan
mudah terhubung dengan orang yang jauh dengan kita,
1 A. W. Widjaja, Komunikasi:Komunikasi dan Hubungan
Masyarakat, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2008), h. 77.
15
bukan hanya dengan suara atau ketikan saja tetapi kita
dengan mudah tatap muka dari jarak yang begitu jauh dan
juga bukan hanya berkomunikasi saja, kita dapat
mengekspresikan pendapat dan kreatifitas kita di sosial
media. Itulah sisi positif yang kita dapatkan dari penggunaan
media sosial.
Perkembangan teknologi tidak hanya berupa
memberikan dampak positif saja, namun juga memberikan
dampak negatif yaitu munculnya berbagai jenis pelanggaran
dan bahkan suatu kejahatan. Kejahatan dalam kehidupan
manusia merupakan gejala sosial yang akan selalu dihadapi
oleh setiap manusia, masyarakat, bahkan Negara.
Kenyataannya telah membuktikan bahwa kejahatan hanya
dapat dicegah atau dikurangi tetapi sulit untuk diberantas
secara tuntas. Kejahatan perlu mendapat perhatian secara
serius mengingat kerugian yang dapat ditimbulkannya yang
dampaknya akan berakibat merugikan Negara, masyarakat
maupun individu. Oleh karena itu Negara memberikan reaksi
berupa larangan terhadap perbuatan melawan hukum serta
sanksi bagi pelanggarnya. Perbuatan atau kejahatan yang
perlu mendapatkan perhatian serius pada saat ini yaitu Ujaran
Kebencian (Hate Speech), Ujaran Kebencian (Hate Speech)
sendiri adalah “Tindakan komunikasi yang dilakukan oleh
suatu individu atau kelompok dalam bentuk provokasi,
hasutan, ataupun hinaan kepada individu atau kelompok yang
lain dalam hal berbagai aspek seperti ras, warna kulit,
16
gender, cacat, orientasi seksual kewarganegaraan, agama dan
lain-lain”.1
Ujaran Kebencian (Hate Speech) dapat dilakukan
melalui berbagai media antara lain yaitu melalui orasi
kegiatan kampanye,spanduk atau banner, jejaring media
sosial, penyampaian pendapat dimuka umum (demonstrasi),
ceramah keagamaan, media masa cetak maupun elektronik,
dan pamflet. Dalam arti hukum Ujaran Kebencian (Hate
Speech) adalah perkataan, perilaku, tulisan, ataupun
pertunjukan yang dilarang karena dapat memicu terjadinya
tindakan kekerasan dan sikap prasangka entah dari pihak
pelaku pernyataan tersebut ataupun korban dari tindakan
tersebut
Dalam hate speech memiliki tujuh komponen orang
tersebut dapat dikatakan melakukan hate speech antara lain:
pernyataan penghinaan, pencemaran nama baik, pembohong
publik, memprovokasi, penistaan, penghasut, dan kebencian.
Seperti yang dilakukan oleh Jonru di fanpage Jonru
Ginting yang melakukan kebebasan berekspresi yang
berbentuk tulisan yang didalamnya mengandung ujaran
kebencian dalam postingan di akun fanpage Jonru Ginting.
Riset ini diambil sebelum kejadian Jonru dilaporkan dan
dipenjara dengan tuduhan ujaran kebencian. Karna
dipostingan yang lalu Jonru masih aman dengan berbagai
1 Diakses dari
https://hatespeechgroup.wordpress.com/pengertianhatespeech/ pada 20 oktober 2017
17
postingannya walaupun ada yang melaporkan dengan
berbagai tuduhan. Karena setelah Jonru merasa bahwa
postingannya tersebut tidak benar, Jonru pun segera
menghapus dan meminta maaf kepada khalayak.
Jonru memang suka melakukan kebebasan
berekspresi dengan menyebar berita. Nsmun kurun wakru
bulan maret sampai agustus, akun fanpage Jonru mendapat
perhatian polisi karna mendapat laporan bahwa postingan
yang disebarkan oleh Jonru itu ada penyebaran berita
bohong. Laporan pertama dilakukan oleh pengacara bernama
Muannas Al Aidid. Ia melaporkan ke di Mapolda Metro
Jaya, Kamis, 31 Agustus 2017, dengan tuduhan penyebaran
ujaran kebencian. Kedua, seorang pengacara Muhamad Zakir
Rasyidin, melaporkan akun Facebook Jonru Ginting, di
Mapolda Metro Jaya, Kebayoranbaru, Jakarta Selatan, Senin,
4 September 2017, atas kasus pencemaran nama baik dan
atau fitnah yang bermuatan kebencian dan sara. Ketiga,
Muannas Al Aidid kembali melaporkan akun Facebook
Jonru Ginting, Nugra Za, dan akun Twitter Intelektual Jadul
Flato ke Polda Metro Jaya, Selasa, 19 September 2016.
Pelaporan dibuat karena akun tersebut diduga telah menyebar
fitnah dengan menyebutnya sebagai anak pimpinan PKI.
Berdasarkan fakta yang ada pada saat ini, penulis
menganggap bahwa banyak faktor-faktor yang menyebabkan
masyarakat Indonesia lebih senang mencurahkan segala
macam pikiran, pendapat dan kreasi mereka di dalam media
18
sosial daripada secara langsung, namun mereka sendiri tidak
sadar hal yang mereka lakukan itu benar atau tidak,
melanggar norma atau tidak, meresahkan atau tidak dan
melanggar hak asasi orang lain atau tidak sehingga
diperlukan analisis faktor penyebab terjadinya kejahatan
tersebut. Oleh sebab itu penulis tertarik melakukan penelitian
dengan judul skripsi tentang “KONVERGENSI
SIMBOLIK DALAM MEDIA (UJARAN KEBENCIAN
DALAM KEBEBASAN BEREKSPRESI DI FANPAGE
JONRU GINTING PERIODE 2013-2017)”
B. Batasan Masalah
Berdasarkan pembahasan di atas, penulis
memfokuskan kepada tulisan atau komentar yang dishare
atau disebarluaskan oleh Jonru melalui fanpage Jonru
Ginting yang mengandung ujaran kebencian dan membuat
orang lain tidak nyaman akan tulisan tersebut.
C. Rumusan Masalah
Mengacu pada latar belakang di atas, maka penulis
merumuskan masalah pada penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagaimana konvergensi simbolik ujaran kebencian dalam
kebebasan berekspresi di fanpage Jonru Ginting periode
2013-2017?
2. Isu-isu apa saja yang mengandung ujaran kebencian yang
di publikasikan oleh Jonru pada fanpage Jonru Ginting?
19
D. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui bagaimana konvergensi simbolik ujaran
kebencian dalam kebebasan berekspresi di fanpage Jonru
Ginting.
2. Mengetahui isu-isu apa saja yang mengandung ujaran
kebencian yang di publikasikan oleh Jonru pada fanpage
Jonru Ginting.
E. Manfaat Penelitian
Dalam penelitian ini, diharapkan adanya manfaat baik
dari segi teoritis maupun praktis. Dalam manfaat teoritis,
tulisan ini diharapkan memiliki konstribusi yang positif akan
pemahaman mengenai konvergensi simbolik ujaran
kebencian. Adapun dalam manfaat praktis, hasil dari
penelitian ini dapat menjadi acuan serta pendapat yang dapat
dipercaya kepada mahasiswa maupun masyarakat luas
mengenai dampak dari ujaran kebencian itu sendiri,
F. Tinjauan Pustaka
Dalam menentukan judul skripsi, penulis menjadikan
beberapa contoh skripsi sebagai acuan dan pembanding
dalam penulisan skripsi ini. Yaitu dengan objek yang
berbeda, diantaranya:
1. Skripsi karya A. Yudha Prawira tahun 2016 dengan judul:
Upaya Kepolisian Dalam Menanggulangi Kejahatan
20
Ujaran Kebencian (Hate Speech) Berdasarkan Surat
Edaran Kapolri No Se/06/X/2015. Dalam skripsi ini sama-
sama membahas tentang ujaran kebencian “hate speech”
namun perbedaannya hate speech disini termasuk dalam
pelanggaran hukum sehingga perlu adanya
penanggulangan dari pihak kepolisian, sebab kasus disini
jelas sekali bahwa ini yang disebut dengan hate speech.
Kasus tersebut awalnya adalah pelecehan, namun konflik
tersebut makin memanas akibat adanya tindakan
provokasi dan hasutan (Hate Speech) yang dilakukan oleh
masyarakat sehingga menyebabkan konflik yang lebih
meluas dan berkepanjangan hingga mengakibatkan
banyak korban meninggal dunia.
2. Skripsi karya Ahmad Kamal Abdul Jabbar tahun 2016
dengan judul: Tren Meme dan Ruang Kebebasan Dalam
Fanpage Meme Comic Indonesia. Penulis skripsi ini
menyatakan bahwa motif yang digunakan oleh anggota
komunitas meme comic indonesia terbagi atas tiga motif,
(1) motif pengalihan; (2) motif identitas personal; (3)
motif aktualisasi diri. Ketiganya timbul karena dorongan
kebutuhan yang berbeda-beda dan tidak bersifat hirarkis
dan tidak bersifat idealis. Sehingga, dalam satu proses
ekspresi melalui meme juga dapat didasari oleh beberapa
jenis motif sekaligus. Cara berekspresi yang dilakukan
oleh meme comic indonesia secara garis besar merupakan
representasi dari fungsi media pers pada umumnya
mengacu pada UU No. 40 Tahun 1999.
21
G. Metodologi Penelitan
1. Paradigma Penelitian
Paradigma yang di gunakan dalam
penelitian ini adalah paradigma post- positivisme.
Pengetahuan yang berkembang melalui kacamata
kaum post-positivis selalu di dasarkan pada
observasi dan penguji yang sangat cermat
terhadap realitas objektif yang muncul di dunia
“luar sana”.1
Paradigma positivistik menempatkan teori
sebagai titik tolak utama dalam kegiatan
penelitiannya. Teori dalam penelitian
berparadigma positivistik menjadi sumber
jawaban utama atas berbagai rasa ingin tahu dari
para peneliti.2
2. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
metode penelitian deskriptif kualitatif dimana metode ini
berusaha menggambarkan suatu gejala sosial yang
bertujuan untuk menggambarkan sifat sesuatu yang
tengah berlangsung. Metode deskriptif ini ialah metode
yang menuturkan dan menafsirkan data yang ada,
1 John W. Creswell, Research Design: Pendekatan Kualitatif,
Kuantitatif, dan Mixed, (Yogyakarta, PUSTAKA PELAJAR, 2010), h. 9. 2 Babbie, Earl, The Practice of social research, (california, wardsworth
Publishing company, 1992), h. 47.
22
misalnya tentang situasi yang dialami, satu hubungan,
kegiatan, pandangan, sikap yang menampak, atau tentang
satu proses yang sedang berlangsung, pengaruh yang
sedang bekerja, kelainan yang sedang muncul,
kecenderungan yang menampak, pertentangan yang
meruncing, dan sebagainya.
Metode penelitian deskriptif tertuju pada
pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang.
Metode ini menuturkan, menganalisa, dan
mengklasifikasi; menyelidiki dengan teknik survey,
interview, angket, observasi, atau dengan teknik test; studi
kasus, studi komperatif, studi waktu dan gerak. Tujuan
utama penelitian kualitatif adalah untuk memahami
fenomena atau gejala sosial dengan lebih menitik beratkan
pada gambaran yang lengkap tentang fenomena yang
dikaji dari pada memerincinya menjadi variabel-variabel
yang saling terkait. Harapannya ialah diperoleh
pemahaman yang mendalam tentang fenomena untuk
selanjutnya dihasilkan sebuah teori.
3. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah Jonru Ginting
yang sebagai pelaku dari ujaran kebencian di media
sosial. Sedangkan objek dalam penelitian ini adalah kasus
yang dilakukan oleh Jonru yang mengandung tentang
ujaran kebencian.
23
4. Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi
Observasi merupakan memperhatikan,
mengamati dengan secara detil dan sistematis pada
permasalahan yang menjadi tujuan penelitian”.1 Maka
dalam penelitian ini peneliti memusatkan dengan
memperhatikan tulisan-tulisan pada fanpage Jonru
Ginting yang memuat ujaran kebencian.
b. Wawancara mendalam
Untuk memperoleh data yang diperlukan,
peneliti menggunakan teknik pengumpulan data
dengan metode wawancara, suatu teknik yang dianggap
tepat dalam mendapatkan informasi. Karena itu,
peneliti melakukan wawancara bebas terpimpin (semi
structured interview), yaitu wawancara dengan
menggunakan interview guide atau pedoman
wawancara yang dibuat berupa daftar pertanyaan.2
Wawancara dilakukan secara bebas, tetapi
menggunakan pedoman wawancara yang baik dan
benar agar pertanyaan terstruktur dan terarah.
1 Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu-
Ilmu Sosial (Jakarta: Salemba Humanika, 2012), h. 131. 2 Denzin, Norman K, Lincoln, Yonna S, Handbook of Qualitative
Research, Dariyanto dkk (edisi terjemahan Indonesia), (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2009), h. 19.
24
Peneliti telah melakukan wawancara langsung
dengan Jonru Ginting selaku narasumber dan sebagai
pelaku ujaran kebencian.
c. Pengumpulan Data (Data Collection)
Pengumpulan data merupakan bagian intergral
dari kegiatan analisis data. Kegiatan pengumpulan data
pada penelitian ini adalah dengan menggunakan
wawancara dan observasi, kemudian semua data yang
ada dikumpulkan menjadi satu.
d. Reduksi Data (Data Reduction)
Reduksi data, diartikan sebagai proses
pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan
dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-
catatan tertulis di lapangan. Reduksi dilakukan sejak
pengumpulan data dimulai dengan memilih
memisahkan postingan yang memuat ujaran
kebencian.
e. Dokumentasi
Melakukan sesi dokumentasi dengan
mengambil foto gambar bersama narasumber yang
bersangkutan yaitu Jonru Ginting.
25
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Teori Konvergensi Simbolik
Teori konvergensi simbolik pertama kali muncul oleh
Bales kemudian teori tersebut dipopulerkan dan
dikembangkan oleh Ernest Bormann dengan kelompok
mahasiswa dari universitas Minnesota (1960-1970)
menemukan proses sharing fantasi. Konsep teori kovergensi
simbolik yaitu tentang proses pertukaran pesan yang
menimbulkan kesadaran kelompok yang menghasilkan
hadirnya makna, motif dan juga persamaan bersama.1
Gun Gun Heryanto juga menambahkan bahwa teori
konvergensi simbolik kekuatan komunikasi di balik
penciptaan kesadaraan umum (realitas simbolik) yang disebut
sebagai visi retoris. Visi retoris ini menyediakan sebuah
bentuk drama dalam bentuk cara pandang, ideologi dan
paradigma berpikir.2
Teori ini menjelaskan tentang proses pertukaran pesan
yang menimbulkan kesadaran kelompok yang menghasilkan
hadirnya makna, motif, dan juga persamaan bersama.
1 Jhon F Cragan, Understanding Communication Theory:
the Communicative Forces for Human Actions, (Needham Heights: a Viacom Company, 1998), h. 97
2 Gun Gun Heryanto, Dinamika Komunikasi Politik, (Jakarta: PT. Lasswell Visitama, 2011), h. 158
26
Kesadaran kelompok yang terbangun dalam suatu kelompok
dapat membangun semacam makna, motif untuk bertindak
bagi orang-orang dalam kelompok tersebut.
Konvergensi simbolik berproses dari sekumpulan
individu yang telah lama mengenal dan berinteraksi ataupun
bisa juga dari orang-orang yang baru kenal, lalu saling
berinteraksi dan bertukar pengalaman yang sama. Teori
konvergensi simbolik menjelaskan bahwa makna, emosi,
nilai, dan motif untuk tindakan retorika yang dibuat bersama
oleh orang yang mencoba untuk memahami dari pengalaman
yang umum, seperti keragaman kehidupan.
Teori ini mengupas tentang fenomena pertukaran
pesan yang memunculkan kesadaran kelompok yang
berimplikasi pada hadirnya makna, motif, dan perasaan
bersama. Artinya teori ini berusaha menerangkan bagaimana
orang-orang secara kolektif membangun kesadaran simbolik
bersama melalui suatu proses pertukaran pesan. Kesadaran
simbolik yang terbangun dalam proses tersebut kemudian
menyajikan semacam makna, emosi, dan motif untuk
bertindak bagi orang-orang atau kumpulan orang yang terlibat
di dalamnya.
Teori ini memiliki anggapan dasar bahwa setiap
anggota kelompok melakukan pertukaran fantasi dalam
rangka membentuk kelompok yang kohesif. Fantasi yang
27
dimaksud dalam hal ini adalah ide-ide, cerita, gurauan, dan lain-
lain yang mengungkapkan emosi atau mengandung emosi.
Dalam bukunya yang populer The Force of Fantasy
Restoring the American Dream, Ernest Bormann menyatakan
bahwa tujuan teori ini adalah menjelaskan bagaimana para
individu berbincang antar satu dengan yang lainnya sehingga
mereka berbagi kesadaran umum dan menciptakan rasa memiliki
identitas dan komunitas.
Menurut Ernest Bormann kata lain dari proses
konvergensi simbolik adalah tema fantasi. Tema fantasi
adalah pesan yang didramatisi seperti permainan kata- kata,
cerita, analogi, dan pidato yang menghidupkan interaksi
dalam kelompok. Artinya Dalam konvergensi simbolik
mengalir dari communicators (fantasizers), communicating
(fantasizing) melalui pengungkapan tema fantasi di sebuah
organisasi kelompok atau publik.
Oleh karena itu setiap individu akan saling berbagi
fantasi karena kesamaan pengalaman atau karena orang yang
mendramatisi pesan memiliki kemampuan retoris yang baik.
Sekumpulan individu ini dapat berasal dari orang- orang yang
sudah lama saling kenal, kemudian saling berinteraksi dan
bertukar dan bertukaran pengalaman yang sama sehingga
menimbulkan proses konvergensi simbolik.
Symbolic Convergence Theory (SCT), menjelaskan
bahwa makna, emosi, nilai dan motif untuk tindakan di
28
retorika yang dibuat bersama oleh orang yang mencoba untuk
memahami dari pengalaman yang umum seperti keragaman
kehidupan. Teori ni mengupas tentang fenomena pertukaran
pesan yang memunculkan kesadaran kelompok yang
berimplikasi pada hadirnya makna, motif dan perasaan
bersama. Artinya teori ini berusaha menerangkan bagaimana
orang-orang secara kolektif membangun kesadaran simbolik
bersama melalui suatu proses pertukaran pesan untuk
bertindak bagi orang-orang atau kumpulan orang yang terlibat
di dalamnya.
Selanjutnya konvergensi simbolik menjelaskan bagaimana
cara manusia berbagi realitas simbolik yang umum seperti “
Perang Dingin” atau “American Dream”. Para ilmuan telah
menggunakan kovergensi simbolik untuk menjelaskan komunikasi
dalam kampanye politik, pidato, retorika, advertising, small group
discussion, budaya organisasi, program kartun, marketing dan
aktivitas relations.1
Menurut Cragan ada 5 asumsi teori
konvergensi simbolik yaitu:
a. Isi pesan langsung untuk menghadirkan makna,
emosi dan motif : ini merupakan asumsi yang
1 Lihat Disertasi Gun Gun Heryanto, Doktor lulusan Universitas
Padjajaran (UNPAD) Bandung, Jurusan Ilmu Komunikasi Prodi Komunikasi
Politik, dengan judul Konvergensi Simbolik di Komunitas Virtual: Studi pada
Ruang Publik Baru dalam Komunikasi Politik di Situs Jejaring Sosial dan
Weblog Interaktif Era Pemerintahan SBY-Boediono dalam Kasus Century,
Disertasi ini disahkan tahun 2013. h. 45
29
menekankan bahwa pemaknaan merupakan
pesan yang di dramatisasikan.
b. Realitas diciptakan secara simbolik: asumsi ini
menekankan bahwa anggota komunitas retoris
berpartisipasi untuk memperoleh tema fantasi
c. Sharing fantasi menciptkan konvergensi: asumsi
ini mengidentifikasikan bahwa fakta simbolik,
ditandai oleh satu orang lantas dibentuk lagi oleh
yang lain sehingga menjadi kesadaran umum
d. Tema fantasi dapat muncul dalam seluruh bentuk
diskursus; asumsi ini mengidentikan tema fantasi
dapat muncul baik dalam pandangan rasional
maupun maupun pandangan imaginative
e. Dalam beberapa subyek, sekurang-kurangnya
terdapat tiga struktur yang mendalam yakni:
kepatutan, pandangan, dan analogi master
pragamatik1
1. Elemen-elemen Konvergensi Simbolik
Elemen-elemen dalam anatomi konvergensi
simbolik terdiri dari struktur dasar (basic structure),
struktur pesan (message structure), struktur dinamis
(dynamic structure), struktur komunikator (communicator
1 Jhon F Cragan, Understanding Communication Theory:
the Communicative Forces for Human Actions, h. 98
30
structure), struktur medium (medium structure) dan
struktur evaluatif (evaluative structure).1
Bormann menyebut metode untuk
mengoperasionalkan teorinya dengan istilah Fantasy
Theme Analysis (FTA), sebagaimana memahami teori
ini perlu kita pahami istilah-istilah kunci dalam ATF,
yaitu :
1. Fantasy Theme (Tema Fantasi)
Bormann mendefinisikan tema fantasi
sebagai isi pesan yang didramatisasi hingga
memicu rantai fantasi (the content of the
dramatizing message that sparks the fantasy chain).
Menurut Miller (2002), fantasy theme (tema
fantasi), yang diartikan sebagai dramatisasi pesan,
dapat berupa lelucon, analogi, permainan kata, cerita,
dan sebagainya, yang memompa semangat
berinteraksi.
Dramatisasi pesan tidak terjadi dalam konteks
tugas atau pekerjaan yang tengah dihadapi.
Dramatisasi pesan juga tidak terjadi pada peristiwa
1 Lihat Disertasi Gun Gun Heryanto, Doktor lulusan
Universitas Padjajaran (UNPAD) Bandung, Jurusan Ilmu Komunikasi
Prodi Komunikasi Politik, dengan judul Konvergensi Simbolik di
Komunitas Virtual: Studi pada Ruang Publik Baru dalam Komunikasi
Politik di Situs Jejaring Sosial dan Weblog Interaktif Era
Pemerintahan SBY-Boediono dalam Kasus Century, Disertasi ini
disahkan tahun 2013, h. 47
31
yang berorientasi pada saat ini. Segala tindakan
komunikasi yang membicarakan tindakan atau
kegiatan bersama yang terjadi pada saat peristiwa
berlangsung, tidak memiliki muatan imajinatif.
Pembicaraan tersebut bersifat nyata karena berkaitan
dengan aspek nyata karena berkaitan dengan aspek
dan semata-mata membicarakan tugas atau kegiatan
yang tengah dihadapi kelompok.
Akan lain halnya, bila anda
memperbincangkan peristiwa yang terjadi di luar
kelompok. Atau membicarakan peristiwa serupa
yang dialami anggota kelompok masa lalu. Atau
berbicara tentang sesuatu yang terkait dengan
masa depan. Hal-hal semacam itu dapat
dikategorikan sebagai fantasi. Konflik dalam
pertemuan kelompok, misalnya mungkin dilihat
sebagai peristiwa dramatis. Namun ini bukanlah
dramatisasi pesan atau tema fantasi, berhubung hal
itu terjadi dalam konteks.
2. Fantasy Chain (rantai fantasi)
Secara harfiah, fantasy chain diartikan
sebagi rantai fantasi. Maksudnya, ketika pesan
yang didramatisasi berhasil mendapat tanggapan
dari partisipan komunikasi , hingga
meningkatkan intensitas dan kegairahan partisipan
dalam berbagi fantasi. Ketika fantasi yang
berkembang, maka terjadilah rantai fantasi. Ketika
32
rantai fantasi tercipta, tempo percakapan jadi
meningkat, antusiasme partisipan muncul, dan
timbul peningkatan rasa empati dan umpanbalik
di antara partisipan komunikasi.
Bormann (1990) sendiri menggambarkan
rantai fantasi sebagai Rantai fantasi membawa
partisipan saling berbagi cerita ke dalam
konvergensi simbolik. Rantai fantasi menciptakan
landasan pengertian bersama sehingga membuat
kelompok mampu mencapai komunikasi yang
empatik.
3. Fantasy Type (Tipe Fantasi)
Bormann mengartikan konsepini sebagai
tema-tema fantasi yang berulang dan dibicarakan
pada situasi yang lain, dengan karakter yang
lain, dengan karakter yang lain, dan latar yang
lain, namun dalam alur cerita yang sama. Jika
kerangka narasi (the narrative frame) sama, tetapi
tokoh, karakter, atau settingnya berbeda, maka tema
tersebut dapat dikelompokkan dalam satu jenis
fantasi yang sama. Sementara, bila terdapat
beberapa tema fantasi, atau kerangka narasi yang
berbeda, itu berarti terdapat beberapa tipe fantasi.
Selanjutnya ada beberapa unsur penting
membangun struktur pesan yakni dramatis personae,
scene, plotline dan sanksi agen. Dalam pandangan
Bourmann yang dikutip dalam disertasi Gun Gun
33
Heryanto yaitu:
a. Visi retoris merupakan drama yang
menghadirkan sebuah realitas simbolik
umum.
b. Dramatis Personae adalah penggambaran
karakter dari visi retoris yang diceritakan.
c. Scene merupakan detail lokasi dari
tindakan.
d. Plotline menggambarkan tindakan atau
plot visi.
e. Sanctioning Agent membenarkan
penerimaan biasaanya melalui
powertertinggi.
Struktur dinamis bisa dipahami sebagai
struktur mendalam dari visi retoris dalam proses
konvergensi simbolik yang secara dominan terdiri
dari righteous master analogue, social master
analogue dan pragmatic master analogue.
a. Righteous Master Analogue, menggambarkan
cara yang benar melakukan sesuatu.
b. Social Master Analogue, menggambarkan
hubungan manusiawi atau interpersonal.
c. Pragmatic Master Analogue, menghadirkan
efisiensi atau cara yang dilakukan agar
34
memiliki ongkos efektif dalam melakukan
sesuatu apapun sebaliknya.
Struktur komunikator, ini menyangkut
siapa saja yang membagi tema fantasi untuk
menciptakan rasa memilki realitas (sense of
reality). Dalam konteks ini, ada beberapa konsep
fantasizers, retorical community dan
communication style.1
a. Fantasizer sejumlah individu yang
memosisikan diri lebih siap dibanding yang
lain.
b. Rhetorical Community, merupakan partisipan
dalam sebuah visi retoris yang membagi
kesadaran bersama.
c. Communication Style, menggambarkan
penggunaan bahasa yang luas dari komunitas
yang menciptakan diskursus.
1 Lihat Disertasi Gun Gun Heryanto, Doktor lulusan Universitas
Padjajaran (UNPAD) Bandung, Jurusan Ilmu Komunikasi Prodi Komunikasi
Politik, dengan judul Konvergensi Simbolik di Komunitas Virtual: Studi pada
Ruang Publik Baru dalam Komunikasi Politik di Situs Jejaring Sosial dan
Weblog Interaktif Era Pemerintahan SBY-Boediono dalam Kasus Century,
Disertasi ini disahkan tahun 2013, h. 49-50
35
Struktur medium, terdiri dari dua
kategori yakni kategori group-sharing dan public
sharing. Sifat public sharing melibatkan banyak
orang dalam jumlah besar sementara group
sharing melibatkan kelompok yang lebih
terbatas.
Struktur evaluatif, terdiri dari kesadaran
kelompok bersama (shared group consciousness),
reality link, fantasy theme artistry. Istilah shared
group conciousness ini merupakan sebuah
evaluasi yang mengingatkan kita memeriksa
ulang proses konvergensi simbolik. Biasanya
dalam konteks ini kita melihat kolektivitas
masyarakat yang telah berbagi tema fantasi atau
memberi semacam interpretasi terhadap realitas
yang berlangsung.
Evaluasi reality link sebenarnya
kontekstual atau keterhubungan pembicaraan
dengan realitas. Sementara theme artistry yakni
penilaian kita terhadap kreativitas retoris, kebaruan
nilai kompetitif dari tema fantasi, symbolic cue,
fantasy types,saga dan visi retoris.1
1 Richard West & Lynn H. Turner, Pengantar Teori
Komunikasi Analisis dan Aplikasi, (Jakarta: Salemba Humanika,
2008), Edisi ke-3, h. 51
36
2. Asumsi dasar
Menurut Sarah Trenholm dan Arthur Jensen
Komunikasi adalah suatu proses di mana sumber
mentransmisikan pesan kepada penerima melalui
beragam saluran. Menurut Richard West dan
Lynn H. Turner komunikasi adalah proses
sosial dimana individu-individu menggunakan
simbol-simbol untuk menciptakan dan
menginterpretasikan makna dalam lingkungan
mereka. Menurut penulis berdasarkan pengertian
komunikasi seperti yang dikemukakan para ahli
diatas komunikasi adalah suatu proses
penyampaian pesan dari seorang pemberi pesan
kepada seorang penerima pesan melewati sebuah
media yang memudahkan isi pesan sampai
kepada penerima pesan. Sehingga, pesan yang
dimaksud disini adalah isi pesan juga dapat
berubah simbol-simbol yang nantinya akan
disalurkan melewati sebuah media atau media
massa yang memudahkan pemberi pesan dalam
memberikanya kepada penerima pesan baik
secara individu maupun terhadap massa.
Komunikasi memiliki beberapa unsur
penting yang saling terkait di dalamnya menurut
model Lasswell antara lain:
a. Pemberi pesan, merupakan pihak yang
37
memberikan informasi kepada penerima pesan
baik melalui media maupun secara langsung.
b. Isi pesan, merupakan informasi yang akan
disampaikan kepada penerima pesan.
c. Media, merupakan wadah dimana dapat
menyalurkan informasi yang disampaikan dari
pemberi pesan kepada penerima pesan.
d. Penerima pesan, merupakan pihak yang
menerima informasi baik secara langsung
maupun melalui media.
e. Efek atau akibat, merupakan hasil dari
informasi yang diterima penerima pesan
berupa perubahan sikap atau tanggapan.1
Gambar 3. 1 Unsur Komunikasi
1 RichardWest, Lynn H.Turner, Pengantar Teori
Komunikasi : Teori dan Aplikasi, (Jakarta : Salemba Humanika,
2008), h. 54-55
With
What
Gambar: Model Lasswell
To
Whom
In
Says
What
Message
Who
i
cator
38
Dikaitkan dalam Konvergensi Simbolik model
komunikasi yang terjadi memiliki 3 komponen dasar yaitu:
a. Lingkungan fisik, sosial psikologis dan waktu.
Ketiga dimensi lingkungan ini saling
berinteraksi masing-masing mempengaruhi dan
dipengaruhi oleh yang lain.
b. Sumber dan Penerima
Merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan
untuk menegaskan bahwa setiap orang yang terlibat dalam
komunikasi adalah sumber sekaligus penerima.
c. Enkoding dan Dekoding.
Enkoding merupakan proses menyerap isyarat-isyarat
pada komunikasi non verbal yang menjalankan fungsi
penerima, sedangkan dekoding merupakan proses pemecahan
sandi atau proses membawa kemasan pesan.1
Gambar 3. 2 Proses Komunikasi
3. Entry concept
Merupakan Konsep masukan pada teori
ini, istilah ini sering dipergunakan untuk
1Stephen, Littlejohn, Theory of Human Communication,
(Salemba Humanika, Jakarta: 2009). hal. 236-238
39
menggambarkan suatu set-entitas yang
berinteraksi artinya sistem merupakan kesatuan
bagian-bagian yang saling berhubungan yang
berada dalam suatu wilayah serta memiliki item-
item penggerak. Konsep masukan memiliki arti
merupakan kesatuan yang terdiri komponen atau
elemen yang dihubungkan bersama untuk
memudahkan aliran informasi, materi atau energi
untuk mencapai tujuan.
Peneliti berpendapat bahwa konsep
masukan mengenai teori ini adalah keterbukaan
informasi dan adanya kebebasaan dalam
memahami suatu simbol dan makna. Seringkali
suatu informasi terdapat masalah yaitu asal muasal
dan faktualitas suatu informasi sehingga terjadi
ketidakselarasan antara simbol dan makna yang
terjadi dalam masayarakat. Proses komunikasi
sudah berlangsung dan pemahaman rasionalitas
akan suatu simbol sudah dipahami namun sering
terjadi kesalahan di akhir penafsiran yaitu
keterbukaan yang sering sekali ditutupi dengan
banyak kegagalan dalam suatu informasi. Lalu
kebebasan dalam memahami simbol, setiap
individu tentunya memiliki penafsiran berbeda
dalam memahami suatu pandangan dan makna itu
merupakan realitas namun banyak terjadi
40
ketidakbebasan dalam berpendapat.
B. Media Sosial
1. Pengertian Media Sosial
Media sosial adalah salah satu medium online yang
paling banyak digunakan saat ini dengan angka pengguna
yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Media sosial
dipercaya telah membawa bentuk baru dalam dunia
komunikasi, termasuk sosiologi komunikasi. Di Indonesia
dan beberapa negara lainnya, penggunaan media sosial
dalam sebuah aktivisme telah menjadi hal yang lumrah.
Aktivisme suatu gerakan sosial menggunakan fitur-fitur
yang terdapat dalam media sosial untuk mencari
anggota/relawan dan mendukung penyebaran awareness
dari gerakan agar menyebar luas (viral). Dengan tujuan
tersebut, aktivisme dalam suatu gerakan sosial rentan
berubah menjadi clicktivism, yaitu kemauan untuk
menunjukkan kepedulian dari suatu gerakan sosial melalui
aktivitas di dunia maya (click), tetapi tidak diimbangi
dengan pengorbanan yang berarti (action) dalam membuat
suatu perubahan sosial di dunia nyata.
Banyaknya clicktivism yang terjadi di media sosial
seakan memberi peluang bagi pelaku (clicktivist) untuk
memanfaatkan aktivitas tersebut sebagai upaya unjuk diri.1
1 Diakses dari Portal Garuda, Clicktivism Sebagai Dramaturgi Di
Media Sosial, diakses dari
41
Media sosial adalah sebuah media online, dengan
para penggunanya bisa dengan mudah berpartisipasi dan
berbagi informasi. Media sosial merupakan social
computing tools yang merupakan teknologi utama pada
sebuah sistem informasi sosial. Penggunaan media sosial
telah menjadi aktivitas favorit pada saat waktu kosong bagi
para pengguna internet karena dalam sosial media
pengguna dapat secara aktif berkontribusi dan memberikan
informasi kepada orang lain. Fitur-fitur yang harus terdapat
pada sebuah aplikasi media sosial adalah sebagai berikut:
a. Sociality
Media sosial dapat disebut sebuah komunitas
dan media ini fokus pada adanya pertukaran informasi.
Jadi, sebuah aplikasi media sosial harus mempunyai
fitur untuk para penggunanya agar dapat saling bertukar
informasi.
b. Openness
Media sosial biasanya tidak mempunyai jumlah
pengguna yang ditentukan sebelumnya. Media sosial
mempunyai jumlah yang besar dan tidak dapat
didefinisikan secara pasti jumlahnya. Semua orang
dapat berpatisipasi dan berkontribusi secara bebas
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=284505&val=4687&title=
CLICKTIVISM%20SEBAGAI%20DRAMATURGI%20DI%20MEDIA%20S
OSIAL tanggal 24 juli 2017
42
sesuai keinginan mereka tidak ada tuntutan atau perintah
pihak lain.
c. Contributors
Kontributor di media sosial adalah seorang
individu yang bebas dan tidak terikat dengan salah satu
pihak atau lebih. Jadi, berpartisipasinya seorang
individu untuk menjadi kotributor media sosial
tergantung dari individu itu sendiri.
d. Contents
Isi dari informasi yang dihasilkan dari sebuah
media sosial adalah user-generated. Jadi, informasi
pada sebuah aplikasi media sosial berasal dari pengguna
dan informasi tersebut digunakan untuk pengguna pula.
e. Technology
Sebuah aplikasi media sosial biasanya mudah
digunakan dan merupakan open source software.
f. Location
Sistem aplikasi media sosial adalah online. Jadi,
pengguna aplikasi media sosial dapat berasal dari banyak
lokasi asalkan terdapat koneksi internet.1
1 Diakses dari Portal Garuda, Memahami Fenomena Komunikasi
Hiperpersonal Menggunakan Anonymous Username Dalam Portal Berita
Online, artikel diakses pada dari
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=89216&val=4186&
title=Analisis%20dan%Perancangan%20Perangkat%20Lunak%20Media
43
SMedia sosial (Facebook, Twitter, Youtube dan
Flickr) adalah keniscayaan sejarah yang telah membawa
perubahan dalam proses komunikasi manusia. Proses
komunikasi yang selama ini dilakukan hanya melalui
komunikasi tatap muka, komunikasi kelompok,
komunikasi massa, berubah total dengan perkembangan
teknologi komunikasi dewasa ini, khususnya internet.
Perubahan tersebut akan membawa konsekuensi-
konsekuensi proses komunikasi proses komunikasi yang
membawa konsekuensi di tingkat individu, organisasi, dan
kelembagaan.1
Pada dasarnya media sosial merupakan hasil dari
perkembangan teknologi baru yang ada di internet, dimana
para penggunanya bisa dengan mudah untuk
berkomunikasi, berpartisipasi, berbagi, dan membentuk
sebuah jaringan di dunia virtual. Sehingga para pengguna
bisa menyebarluaskan konten mereka sendiri.2
Keberadaan media sosial pada dasarnya merupakan
bentuk yang tidak jauh berbeda dengan keberadaan dan
cara kerja komputer. Tiga bentuk bersosial, seperti
pengenalan, komunikasi, dan kerja sama bisa dianalogikan
%20Sosial%20Untuk%20Berbagi%20Informasi%20Diskon pada 24 juli
2017 1 Nuruddin, Media Sosial Baru dan Munculnya Revolusi Proses
Komunikasi, (Jurnal Komunikator, Vol.5, 2010), h. 83. 2 Dan Zarela, The Social Media Marketing Book (Canada: O’Reilly
Media, 2010), h. 2-3.
44
dengan cara kerja komputer yang juga membentuk sebuah
sistem sebagaimana adanya sistem diantara individu atau
masyarakat.
Definisi media sosial yang berasal dari berbagai
literatur penelitian:
a. Menurut Mandibergh (2012), media sosial adalah
media yang mewadahi kerja sama di antara pengguna
yang menghasilkan konten (user-generated content).
b. Menurut Shirky (2008), media sosial dan perangkat
lunak sosial merupakan alat untuk meningkatkan
kemampuan pengguna untuk berbagi (to share),
bekerja sama (to co-operate) di antara pengguna dan
melakukan tindakan secara kolektif yang semuanya
berada di luar kerangka institusional maupun
organisasi.
c. Boyd (2009) menjelaskan media sosial sebagai
kumpulan perangkat lunak yang memungkinkan
individu maupun komunitas untuk berkumpul,
berbagi, berkomunikasi, dan dalam kasus tertentu
saling berkolaborasi atau bermain. Media sosial
memiliki kekuatan pada user-generated content
(UGC) dimana konten dihasilkan oleh pengguna,
bukan oleh editor sebagaimana di institusi media
massa.
d. Menurut Van Dijk (2013), media sosial adalah
platform media yang memfokuskan pada eksistensi
45
pengguna yang memfasilitasi mereka dalam
beraktivitas maupun berkolaborasi. Karena itu, media
sosial dapat dilihat sebagai medium (fasilitor) online
yang menguatkan hubungan antar pengguna sekaligus
sebagai sebuah ikatan sosial.
e. Meike dan Young (2012) mengartikan kata media
sosial sebagai konvergensi antara komunikasi personal
dalam arti saling berbagi di antara individu (to be
share one-to-one) dan media publik untuk berbagi
kepada siapa saja tanpa ada kekhususan individu.
Dari berbagai definisi atau pernyataan tersebut,
mengambil kesimpulan bahwa definisi media sosial
adalah “medium di internet yang memungkinkan
pengguna mempresentasikan dirinya maupun berinteraksi,
bekerja sama, berbagi, komunikasi dengan pengguna lain,
dan membentuk ikatan sosial secara virtual”.
Beberapa fasilitas yang kini tengah dinikmati oleh
para pengguna internet saat ini adalah dengan
memanfaatkan media jejaring sosial yang ada. Media
jejaring sosial ini antara lain : facebook, twitter, friendster,
yahoo messenger dan masih banyak lagi. Dari sekian
banyak media ini, facebook dapat dikatakan sebagai
media yang paling banyak dimiliki oleh masyrakat.
Dengan adanya fasilitas media jejaring sosial facebook,
dengan mudahnya kita dapat saling berbagi dan mendapat
informasi bahkan bertemu dengan teman, saudara ataupun
46
kerabat lainnya didunia maya. Facebook sebagai media
jejaring sosial terlengkap, dan terlebih lagi kecepatan dan
fleksibilitasnya yang menjadi keunggulan untuk
memudahkan dalam hal berkomunikasi.1
2. Jenis-Jenis Media Sosial
a. Social Networking
Social networking atau jaringan sosial
merupakan medium yang paling populer dalam
kategori media sosial. Medium ini merupakan sarana
yang bisa digunakan pengguna untuk melakukan
hubungan sosial tersebut, di dunia virtual.
Kehadiran situs jejaring sosial seperti
facebook, merupakan media sosial yang digunakan
untuk memublikasikan konten, seperti profil,
aktivitas, atau bahkan pendapat pengguna; juga
sebagai media yang memberikan ruang bagi
komunikasi dan interaksi dalam jejaring sosial di
ruang siber.
Karakter utama dari situs jejaring sosial
adalah setiap pengguna membentuk jaringan
pertemanan, baik terhadap pengguna yang sudah
diketahuinya dan kemungkinan sering bertemu di
1 Diakses dari Portal Garuda, Peran Media Sosial Facebook Dalam
Komunitas Kaum Lesbi di Kota Tua, diakses dari
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=16846&val=1069&title=
PERAN MEDIA SOSIAL FACEBOOK DALAM KOMUNITAS KAUM
LESBI DI KOTA TUA pada 21 juli 2017
47
dunia nyata (offline) maupun membentuk jaringan
pertemanan baru.
b. Blog
Blog merupakan media sosial yang
memungkinkan penggunanya untuk mengunggah
aktivitas keseharian, saling mengomentari, dan
berbagi, baik tautan web lain, informasi, dan
sebagainya. Istilah blog berasal dari kata “weblog”,
yang pertama kali diperkenalkan oleh Jorn Berger
pada tahun 1997.
Pada awalnya, blog merupakan suatu bentuk situs
pribadi yang berisi kumpulan tautan ke situs lain
yang dianggap menarik yang diperbarui setiap
harinya, pada perkembangan selanjutnya blog
memuat banyak jurnal (tulisan keseharian pribadi)
pemilik media dan terdapat kolom komentar yang
bisa diisi oleh pengunjung. Tidak hanya itu, Rosen
menyebutkan bahwa kehadiran blog telah membawa
medium pemberitaan yang bersaing dengan media
massa pada umumnya.
c. Microblogging
Microblogging merupakan jenis media sosial yang
memfasilitasi pengguna untuk menulis dan
memublikasikan aktivitas serta atau pendapatnya.
Secara historis, kehadiran jenis media sosial ini
merujuk pada munculnya Twitter yang hanya
48
menyediakan ruang tertentu atau maksimal 140
karakter.
d. Media Sharing
Situs berbagi media (media sharing) merupakan
jenis media sosial yang memfasilitasi penggunanya
untuk berbagi media, mulai dari dokumen (file),
video, audio, gambar dan sebagainya.
e. Social Bookmarking
Penanda sosial atau social bookmarking
merupakan media sosial yang bekerja untuk
mengorganisasi, menyimpan, mengelola dan mencari
informasi atau berita tertentu secara online.
Informasi yang diberikan di media sosial ini
bukanlah informasi yang utuh. Artinya, pengguna
hanya disediakan informasi bisa teks, foto, atau video
singkat sebagai pengantar yang kemudian pengguna
akan diarahkan pada tautan sumber informasi itu
berada.
f. Wiki
Wiki atau media konten bersama, media sosial
ini merupakan situs yang kontennya hasil kolaborasi
dari para penggunanya. Kata wiki merujuk pada media
sosial Wikipedia yang populer sebagai media
kolaborasi konten bersama. Situs wiki hanya
menyediakan perangkat lunak yang bisa dimasuki oleh
49
siapa saja untuk mengisi, menyunting, bahkan
mengomentari sebuah tema yang dijelaskan.1
C. Hate Speech
Arti dari pada Ujaran Kebencian (Hate Speech)
sendiri adalah Tindakan komunikasi yang dilakukan oleh
suatu individu atau kelompok dalam bentuk provokasi,
hasutan, ataupun hinaan kepada individu atau kelompok yang
lain dalam hal berbagai aspek seperti ras, warna kulit,
gender, cacat, orientasi seksual, kewarganegaraan, agama
dan lain-lain.2 Hate speech atau ungkapan kebencian ini
berisi tentang ungkapan kebencian dari seseorang dengan
tujuan atau bisa berdampak pada tindak diskriminasi,
kekerasan, penghilangan nyawa, atau konflik sosial.
Pada kenyataannya di lapangan terbukti adanya
beberapa kasus yang telah menimbulkan pencemaran nama
baik, menghina atau memaki seseorang yang kita kenal
sebutannya sebagai “hate speech”. Menurut kutipan dari Dr.
Gun Gun Haryanto di dalam blognya, seseorang dapat di
katakan hate speech jika ia melakukan salah satu dari tujuh
ujaran kebencian yakni penghinaan, pencemaran nama baik,
1 Rulli Nasrullah, Media Sosial Perspektif Komunikasi, Budaya, dan
Sosioteknologi (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2015), h.39-46. 2 Diakses dari
https://hatespeechgroup.wordpress.com/pengertianhatespeech/ pada 15 juli
2017
50
penistaan, perbuatan tidak menyenangkan, memprovokasi,
menghasut, dan menyebarkan berita bohong.1
Ujaran kebencian dapat berupa tindak pidana yang
diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)
dan ketentuan pidana lainnya di luar KUHP. Dalam arti
hukum Ujaran Kebencian (Hate Speech) adalah perkataan,
perilaku, tulisan, ataupun pertunjukan yang dilarang karena
dapat memicu terjadinya tindakan kekerasan dan sikap
prasangka entah dari pihak pelaku pernyataan tersebut
ataupun korban dari tindakan tersebut. Website yang
menggunakan atau menerapkan Ujaran Kebencian (Hate
Speech) ini disebut (Hate Site). Kebanyakan dari situs ini
menggunakan Forum Internet dan Berita untuk mempertegas
suatu sudut pandang tertentu.2
Berbicara tentang pencemaran nama baik, berkaitan
dengan suatu kata penghinaan. Pada dasarnya penghinaan
adalah menyerang nama baik dan kehormatan seseorang,
dalam hal ini, bukan arti seksual, sehingga orang itu merasa
dirugikan.
ujaran kebencian dapat berupa tindak pidana yang
diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)
dan ketentuan pidana lainnya di luar KUHP, yang berbentuk
antara lain:
1 GungunHeryanto.com”ujarankebencian” (diakses pada 18 juli 2017)
2 Sutan Remy Syahdeini, Kejahatan dan Tindak Pidana Komputer
(Jakarta, Pustaka Utama Grafiti, 2009), h. 38.
51
a. Penghinaan
b. Pencemaran nama baik
c. Penistaan
d. Perbuatan tidak menyenangkan
e. Memprovokasi
f. Menghasut
g. Penyebaran berita bohong dan semua tindakan di atas
memiliki tujuan atau bisa berdampak pada tindak
diskriminasi, kekerasan, penghilangan nyawa dan/atau
konflik sosial.1
R. Soesilo menerangkan apa yang dimaksud dengan
menghina, yaitu menyerang kehormatan dan nama baik
seseorang. Kehormatan yang diserang kehormatan tentang
nama baik, bukan kehormatan dalam lapangan seksuil.
Menurut R. Soesilo, penghinaan dalam KUHP ada 6 macam
yaitu :
a. Menista secara lisan (smaad);
b. Manista dengan surat / tertulis (smaadschrift);
c. Memfitnah (laster);
d. Penghinaan ringan (eenvoudige belediging);
e. Mengadu secara memfitnah (lasterlijke aanklacht);
1 Portal Garuda, Ujaran Kebencian Dalam Surat Edaran Kapolri
Nomor: Se/6/X/2015 Tentang Penanganan Ucapan Kebencian (Hate Speech),
diakses dari
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=377847&val=1030&title=
UJARAN KEBENCIAN DALAM SURAT EDARAN KAPOLRI NOMOR:
SE/6/X/2015 TENTANG PENANGANAN UCAPAN KEBENCIAN (HATE
SPEECH) pada 21 juli 2017
52
f. Tuduhan secara memfitnah (lasterlijke verdachtmaking);
Semua penghinaan di atas hanya dapat dituntut
apabila ada pengaduan dari orang yang menderita / dinista /
dihina (delik aduan), kecuali bila penghinaan itu dilakukan
terhadap seorang pegawai negeri pada waktu sedang
menjalankan pekerjaannya secara sah.1
Obyek dari penghinaan tersebut harus manusia
perorangan, maksudnya bukan instansi pemerintah, pengurus
suatu perkumpulan, golongan penduduk dan lain-lain.
Berdasarkan Pasal 310 ayat (1) KUHP, penghinaan yang
dapat dipidana harus dilakukan dengan cara menuduh
seseorang telah melakukan perbuatan yang tertentu, dengan
maksud tuduhan itu akan tersiar (diketahui orang banyak).
Perbuatan yang dituduhkan tidak perlu suatu perbuatan yang
boleh dihukum seperti mencuri, menggelapkan, berzinah,
dan sebagainya. Perbuatan tersebut cukup perbuatan biasa,
yang sudah tentu merupakan perbuatan yang memalukan,
misalnya menuduh bahwa seseorang telah berselingkuh.
Dalam hal ini bukan perbuatan yang boleh dihukum, akan
tetapi cukup memalukan bagi yang berkepentingan bila
diumumkan. Tuduhan tersebut harus dilakukan dengan lisan,
apabila dilakukan dengan tulisan (surat) atau gambar, maka
penghinaan itu dinamakan menista / menghina dengan surat
1 Moeljatno, Azas-Azas Hukum Pidana (Bandung: Bina Aksara,
1987), h. 190-191.
53
(secara tertulis) dan dapat dikenakan Pasal 310 ayat (2)
KUHP).1
1. Pengertian Hate Speech (Ujaran Kebencian) dalam Islam
Dalam kitab Tafsir Jalalain, Imam Jalaluddin
membagi tiga model pencemaran nama baik yaitu:
a. Sukhriyyah: yaitu meremehkan atau menganggap remeh
orang lain karena sebab tertentu.2
b. Lamzu: yaitu menjelek-jelekkan dengan cacian atau hinaan
atau dengan kejelekan orang lain.
c. Tanabuz: yaitu model cacian atau penghinaan dengan
menyebut atau memanggil lawan bicara dengan sebutan
yang jelek, dan sebutan yang paling buruk adalah
memanggil wahai fasik atau wahai Yahudi pada orang
Islam.3
Sementara dalam pandangan al-Ghazali perbuatan
yang dilakukan oleh seseorang berupa pencemaran nama
baik adalah menghina (merendahkan) orang lain didepan
manusia atau didepan umum.4
Sedangkan Abdul Rahman al-Maliki membagi
penghinaan menjadi tiga:
1 Diakses dari www.hukumonline.com, Ancaman Pencernaan Nama
Baik Mengintai pada 12 juni 2017 2 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Surabaya:
Fajar Mulya, 2012), h. 516 3 Imam Jalaluddin, Tafsir Jalalain (Bandung: Sinar Baru Algensindo,
2010), h. 428. 4 Abdul Hamid Al-Ghazali, Ihyaul Ulumuddin (Ciputat: Lentera Hati,
2003), h. 379.
54
a. Al-Zammu: penisbahan sebuah perkara tertentu
kepada seseorang berbentuk sindiran halus yang
menyebabkan kemarahan dan pelecehan manusia.
b. Al-Qadhu: segala sesuatu yang berhubungan dengan
reputasi dan harga diri tanpa menisbahkan sesuatu hal
tertentu.
c. Al-Taḥqir: setiap kata yang bersifat celaan atau
mengindikasikan pencelaan atau pelecehan.1
2. Unsur-unsur Pencemaran nama baik
Pada zaman Nabi Muhammad SAW. Disebutkan
bahwa fitnah pernah menimpah istri Nabi Aisyah ra. Pada
saat dalam perjalanan kembali dari perang, rombongan kaum
muslimin berhenti disuatu tempat untuk beristirahat, pada saat
itu Aisyah keluar dari tandu untuk membuang hajat dan pada
saat kembali Aisyah merasa kalungnya hilang lalu pergi
kembali untuk mencari kalung. Pada saat tiba ditempat
istirahat rombongan Aisyah sudah ditinggal dengan
persangkaan rombongan Aisyah masih didalam tandu.
Akhirnya Aisyah menunggu beberapa jam untuk menunggu
rombongan yang lain.
Akhirnya Aisyah bertemu dengan Shafwan bin
Mu’aththal dan mempersilahkan Aisyah untuk menaiki
untanya sampai ke Madinah. Sesampai di Madinah fitnah keji
mulai bertebaran di kalangan masyarakat, terutama dilakukan
1 Abdurrahman al-Maliki, Sistem Sanksi Dalam Islam (Bogor:
Pustaka Thariqul Izzah, 2002), h. 12.
55
oleh tokoh munafik Abdullah bin Umay bin Salul, dan kaum
muslimpun juga melakukannya seperti Hasan bin Tsabit,
Hamnah binti Jahsy dan Misthah bin Utsatsah, sehingga Nabi
menjatuhi hukuman bagi kaum muslimin penyebar fitnah
tersebut dengan delapan puluh kali cambukan.1
Dari kisah diatas terdapat unsur pencemaran nama
baik namun, tidak dapat dipidana apabila seseorang dalam hal
perbuatan yang dilakukan tersebut, tidak tahu atau belum ada
suatu aturan yang mengatur sebelumnya. Oleh sebab itu
tidaklah dapat dipertanggung jawabkan orang yang
melakukan perbuatan meninggalkan perbuatan tadi. Tidak ada
hukuman dan tidak ada tindak pidana (jarimah) kecuali
dengan adanya nash.2
Abdul Qadir Audah melakukan kontekstualisasi
dengan membedakan ruang lingkup hukum pidana Islam yang
dalam hal ini mengenai unsur umum jarimah, untuk jarimah
itu ada tiga macam yaitu:3
a. Al-rukn al-syar’ī, atau unsur formil adalah unsur yang
menyatakan bahwa seseorang dapat dikatakan sebagai
pelaku jarimah apabila sebelumnya telah ada nas atau
1 M. Nurul Irfan, Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Amzah, 2016), h.
56-57. 2 Ahmad Hanafi, Asas-asas Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2008), h. 298. 3 M. Nurul Irfan. Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Amzah, 2016). h.
26-27.
56
undang-undang yang secara tegas melarang dan
menjatuhkan sanksi kepada pelaku.
b. Al-rukn al-mādī atau unsur materiil adalah unsur yang
menyatakan bahwa untuk bisa dipidananya seorang pelaku
jarimah, pelaku harus benar-benar telah melakukan
perbuatan baik yang bersifat positif (aktif melakukan
sesuatu) maupun yang negatif (pasif tidak melakukan
sesuatu).
c. Al-rukn al-adabī atau unsur moril adalah unsur yang
menyatakan bahwa seorang pelaku tindak pidana harus
sebagai subjek yang bisa dimintai pertanggungjawaban
atau harus bisa dipersalahkan.
Konsep penting adalam teori ini adalah presence
(kondisi psikologis dimana obyek virtual yang dibentuk oleh
computer diperlakukan seperti obyek nyata) dan social
presence (kondisi dimana actor sosial mendapatkan
pengalaman sesuai dengan isyarat atau lambing-lambang
social yang terdapat dalam berbagai media komunikasi).
Sementara itu, fasilitas komunikasi seperti e-mail yang
hanya mampu menampilkan teks dan grafis digolongkan
dalam social presence yang rendah. Walaupun demikian,
konsumsi masyarakat terhadap e-mail dapat dikatakan lebih
besar dibandingkan dengan video conference. E-mail
merupakan medium yang sudah menjadi bagian dari
kehidupan sehari-hari yang dapat dipakai secara efektif untuk
bertukar informasi antar individu atau kelompok.
57
3. Qur’an Surat yang Mengandung Unsur Hate Speech
a. Seperti yang terkandung dalam Q.S Munafiqun ayat 1-2
Artinya:
Apabila orang-orang munafik datang kepadamu
(Muhammad), mereka berkata, "Kami mengakui, bahwa
engkau adalah rasul Allah.” Dan Allah mengetahui bahwa
engkau benar-benar Rasul-Nya; dan Allah menyaksikan
bahwa orang-orang munafik itu benar-benar pendusta(1).
Mereka menjadikan sumpah-sumpah mereka sebagai
perisai, lalu mereka menghalang-halangi (manusia) dari
jalan Allah. Sungguh, betapa buruknya apa yang telah
mereka kerjakan (2).
Isi Kandungan “Imam Bukhari meriwayatkan
dengan sanadnya yang sampai kepada Zaid bin Arqam ia
berkata, “Aku berada dalam pasukan perang, lalu aku
mendengar Abdullah bin Ubay berkata, “Janganlah kamu
berinfak kepada orang-orang yang berada di dekat
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam sehingga mereka
bubar (meninggalkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
58
sallam). Sungguh, jika kita pulang dari sisi Beliau,
pastilah orang yang kuat akan mengusir orang yang lemah
dari sana." Maka aku ceritakan hal itu kepada pamanku
atau ke Umar, lalu dia menceritakannya kepada Nabi
shallallahu 'alaihi wa sallam, kemudian Beliau
memanggilku dan aku menceritakan kepadanya, maka
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengirimkan
orang kepada Abdullah bin Ubay dan kawan-kawannya,
lalu mereka bersumpah bahwa mereka tidak berkata
demikian, sehingga Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam menganggapku dusta dan membenarkannya,
sehingga aku merasakan kesedihan yang belum pernah
aku rasakan sebelumnya. Aku pun duduk di rumah, lalu
pamanku berkata kepadaku, “Engkau tidak ingin
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mendustakanmu
dan membencimu,” maka Allah Ta’ala menurunkan
ayat, “Apabila orang-orang munafik datang kepadamu
(Muhammad),…dst.” Lalu Nabi shallallahu 'alaihi wa
sallam mengirim orang kepadaku untuk membacakan ayat
dan berkata, “Sesungguhnya Allah telah membenarkan
kamu wahai Zaid.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Ketika Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam tiba di
Madinah, jumlah kaum muslimin di Madinah cukup
banyak dan Islam pun semakin kuat di sana, maka di
antara penduduknya yang belum memeluk Islam
menampakkan keimanan di luar dan menyembunyikan
59
kekafiran di batinnya agar kedudukannya tetap terjaga,
darahnya tetap terpelihara dan harta mereka dapat terjaga,
maka Allah Subhaanahu wa Ta'aala menyebutkan sifat
mereka agar diketahui sehingga kaum mukmin dapat
bersikap waspada terhadap mereka dan berada di atas
pengetahuan.
Dengan lisan mereka yang berbeda dengan
hatinya. Persaksian dari kaum munafik ini adalah dusta
dan nifak, padahal untuk memperkuat Rasul-Nya tidak
dibutuhkan persaksian mereka. Dalam ucapan dan
dakwaan mereka. (Ayat 1)
Mereka bersumpah bahwa mereka beriman adalah
untuk menjaga diri dan harta mereka agar jangan dibunuh
atau ditawan atau dirampas hartanya.
Karena menampakkan keimanan dan
menyembunyikan kekafiran, bersumpah berada di atas
keimanan dan memberikan kesan bahwa mereka benar
dalam sumpahnya. (Ayat 2)1
b. Al-Hujurat ayat 12
1 Diakses dari http://www.tafsir.web.id/2013/04/tafsir-al-
munafiqun-ayat-1-11.html pada 29 oktober 2017
60
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman,
jauhilah kebanyakan prasangka (kecurigaan), karena
sebagian dari prasangka itu dosa. dan janganlah
mencari-cari keburukan orang dan janganlah
menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang
diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya
yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik
kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha
Penyayang. (Surat Al-Hujurat:12).”
Isi Kandungan Al-Qur’an surah al-
Hujurat /49: 12 menjelaskan bahwa Allah swt.
melarang berprasangka buruk, yaitu menyangka
seseorang melakukan perbuatan buruk Umar bin Al
Khathab ra. pernah berkata, "Janganlah kalian
berprasangka terhadap ucapan yang keluar dari
saudara mukmin kecuali dengan prasangka
baik. Sedangkan engkau sendiri mendapati adanya
kemungkinan ucapan itu mengandung kebaikan."
Malik meriwayatkan dari Abu Hurairah RA,
bahwa Rasulllah saw bersabda, "Jauhilah prasangka,
karena prasangka itu adalah sedusta-dusta
perkataan. Janganlah kalian meneliti rahasia orang lain,
mencuri dengan, bersaing yang tidak baik, saling
dengki, saling membenci, dan saling membelakangi.
Jadilah kalian ini sebagai hamba-hamba Allah yang
61
bersaudara." (hadis ini juga diriwayatkan oleh Bukhari,
dan Muslim, juga Abu Dawud)
Pada surah al-Hujurat /49: 12 juga terdapat
pemberitahuan tentang larangan berghibah. Ghibah
masih diperbolehkan bila terdapat kemaslahatan yang
lebih kuat, seperti misalnya dalam Jarh (menilai cacat
dalam masalah hadits), Ta'dil (menilai baik/peninjauan
kembali dalam masalah hadits), dan nasihat. Adapun
bagi orang-orang yang berghibah/menggunjing orang
lain, diwajibkan bertaubat atas kesalahannya, dan
melepaskan diri darinya (bergunjing) serta berkemauan
keras untuk tidak mengulanginya lagi.1
1 Diakses dari
http://agussulisyanto.blogspot.co.id/2013/12/kandungan-qs-al-hujurat-12.html pada 29 oktober 2017
62
BAB III
GAMBARAN UMUM
A. Profil Jonru Ginting
Dikutip dari facebook pribadi Jonru, Jonru Ginting
adalah seorang penulis kelahiran 7 Desember 1970 mulai
menulis sejak masih SD. Ketika itu, beberapa puisi serta
cerpennya dimuat di harian Sinar Indonesia Baru (Medan) dan
Sinar Pagi (Jakarta).
Sejak 1990, ia mulai menekuni dunia penulisan secara
lebih serius. Tahun 1993 sebuah puisinya (berbahasa Inggris)
dimuat di majalah Hello (Semarang). Cerpen-cerpennya juga
dimuat di berbagai majalah remaja, seperti Anita Cemerlang,
Aneka Yess (d/h Aneka Ria), dan Ceria Remaja. Di tahun
1994 ia menjadi Juara Pertama Lomba Cipta Cerpen Remaja
yang diselenggarakan oleh majalah Anita Cemerlang.
Sejak tahun 1992, Jonru mulai menggeluti dunia
jurnalistik, terutama sejak aktif menjadi pengelola pers
kampus, khususnya di Edents (majalah mahasiswa Fakultas
Ekonomi Universitas Diponegoro) dan Manunggal (koran
kampus Universitas Diponegoro). Jabatan terakhirnya adalah
Redaktur Pelaksana Edents (1995) dan Redaktur Pelaksana
Manunggal (1998).
Di tahun 1995, Jonru diangkat menjadi koresponden
majalah Anita Cemerlang untuk wilayah Semarang dan
63
sekitarnya. Selain itu, tahun 1997 pernah terlibat sebagai
anggota tim edisi percobaan harian Berita Kita (Semarang).
Koran ini akhirnya tidak jadi terbit karena alasan krisis
moneter.
Pada bulan Maret 2000, Jonru mulai bekerja sebagai
Content Editor di PT UniNET Media Sakti, Jakarta. Sejak
April 2001 hingga 19 Maret 2007, ia menjadi Content Editor
pada PT Cyberindo Aditama (CBN), Jakarta. Sejak tahun
1996, boleh dikatakan Jonru vakum dari penulisan cerpen
remaja. Namun sejak awal tahun 2004, ia bangkit lagi di
bidang penulisan fiksi, ditandai dengan bergabungnya ia
bersama Forum Lingkar Pena (FLP), menjabat sebagai
anggota Divisi Humas di FLP Pusat hingga Agustus 2009.
Berikut ini buku-buku Jonru yang sudah terbit hingga
November 2013:
a. Novel Cinta Tak Terlerai (DAR! Mizan, 2005)
b. Kumpulan cerpen Cowok di Seberang Jendela (Lingkar
Pena Publishing House, 2005)
c. Menerbitkan Buku Itu Gampang! (Tiga Serangkai, 2008.
Segera terbit edisi revisi, terbitan Dapur Buku)
d. Cara Dahsyat Menjadi Penulis Hebat (cetakan ke-4 oleh
Dapur Buku, 2013)
e. Sekuler Loe Gue End (Dapur Buku, 2013), ditulis bersama
Akmal Sjafril dan Abdurrahman Abu Aisyah
64
f. Sembuh dan Sukses dengan Terapi Menulis (Cetakan ke-2
oleh Dapur Buku, 2013), ditulis bersama dr. Dito Anugoro,
Epri Tsaqib, dan lebih dari 90 penulis testimoni terapi
menulis
g. Pancasila, Apa Kabar? (Dapur Buku, 2013), ditulis
bersama Edi Santoso dan para pemenang Lomba Menulis
Blog Pusaka Indonesia 2013
h. Novel Cinta Tak Sempurna (Dapur Buku, 2014)
Karya-karya Jonru juga muncul dalam berbagai
antologi bersama, seperti Addicted 2U (Lingkar Pena
Publishing House, 2005), Kisah Kasih dari Negeri Pengantin
(Lingkar Pena Publishing House, Mei 2005), 17 Tahun (FBA
Press), Episode Kelam Feli (MU3 Books), dan beberapa buku
lainnya. Cerpen karya Jonru yang berjudul Sebuah Kota
Bernama Sepi dimuat di buku Antologi Sastra Senja Depok,
kerjasama antara Forum Lingkar Pena dengan Dewan
Kesenian Jakarta.
Setelah berhenti sebagai pekerja kantoran sejak 19
Maret 2007, Jonru kini fokus sebagai penulis, entrepreneur,
blogger, trainer kepenulisan di berbagai kota di Indonesia, dan
social media admin. Awal tahun 2012, Jonru mendirikan
Dapur Buku, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang
layanan penerbitan buku self publishing. Jonru juga aktif
mengelola tiga blog pribadinya di:
a. http://www.jonru.net
65
b. http://www.kompasiana.com/jonru
c. http://jonru.wordpress.com
Biografi di atas memperlihatkan sisi positif karir Jonru
sebagai seorang penulis. Sebagai seorang penulis beliau
banyak mengeluarkan karya-karya yang dapat menginspirasi
masyarakat. Di sisi lain, Jonru saat ini tengah hangat
diperbincangkan di masyarakat mengenai ujaran kebenciannya
melalui media sosial. Karena ujaran kebencian yang
diungkapkan oleh Jonru, ketenaran Jonru menaik sehingga
banyak muncul biografi Jonru lainnya. Berikut biografi Joonru
yang dikutip dari Wikipedia:
Jonru dikenal pula dengan nama Jonru Ginting,
bernama asli Jon Riah Ukur (lahir di Kabanjahe, 7 Desember
1970; umur 45 tahun) adalah seorang penulis, pelatih penulis,
narablog, dan pengusaha yang dikenal karena usaha self
publishing dapurbuku.com dan proyek Sekolah Menulis
Online. Selain itu ia juga pendiri Penulislepas.com,
Belajarmenulis.com, dan Ajangkita.com.
a. Pendidikan
Ia lulus dari Jurusan Akuntansi, Fakultas
Ekonomi, Universitas Diponegoro Semarang, tahun 1998.
66
b. Kehidupan pribadi
Gambar 3. 1 Foto Jonru Ginting
Jonru menikah dengan
Hendra Yulianti pada tahun
2003 dan dikaruniai 3
orang anak bernama Alifia
Rasyida Ginting,
Muhammad Syafiq Ibrahim
Ginting , dan Hanna Meutia
Hafizha Ginting. Saat Jonru
kecil, keluarganya
berpindah agama mengikuti
ayahnya.
c. Penghargaan
Atas kegiatannya menulis dan menjadi narablog, ia
mendapat dua penghargaan, yaitu:
1) Pemenang I Lomba Cipta Cerpen Anita Cemerlang
tahun 1994
2) Juara Tahunan (Super Blog) Internet Sehat Blog Award
2009
d. Aktivitas politik
Selama Pilpres 2014, Jonru aktif mengkritisi capres Joko
Widodo dan mendukung Prabowo Subianto. Ia
mendeskripsikan Prabowo sebagai sosok yang ramah, down
67
to earth, apa adanya, dan sangat santai. namun di sisi lain, ia
juga mengakui kelebihan Jokowi yang dianggapnya mau
bekerja. Ia juga menyatakan suatu saat ingin bertemu
Jokowi.
e. Kontroversi
Selama dan pasca pilpres 2014, Jonru menjadi sasaran
keisengan pengguna media sosial yang membuat seolah
nama Jonru menjadi lema (entry) dalam kamus besar bahasa
Indonesia yang berarti "memfitnah atau menjelekkan nama
orang lain" oleh Rivan Heriyadi. Diketahui bahwa Ahmad
Sahal juga berkicau hal serupa dengan menyatakan
menjonru berarti "menghalalkan fitnah kepada orang yang
tidak disukai." Atas perbuatan ini, Jonru melaporkan
keduanya ke Polda Metro Jaya atas perbuatan mencemarkan
nama baik.1
B. Sejarah Singkat Fanpage Facebook
Fanpage Facebook adalah sebuah halaman khusus
layaknya blog yang menyediakan informasi yang beragam
sesuai dengan keinginan pemiliknya, mulai dari perusahaan,
pendidikan, layanan, produk fisik, artis, komunitas dan masih
banyak lainnya.
Fanpage Facebook memiliki fungsi yang beragam,
seperti fungsi untuk berbisnis online adalah untuk
1 Diakses dari
http://biografiparatokohdunia.blogspot.com/2017/10/profil-dan-biografi-jonru-ginting.html pada 10 september 2017
68
mengumpulkan prospek (fans) sebanyak-banyaknya dan
kemudian kirimi pesan-pesan marketing untuk menghasilkan
penjualan. Dengan semakin banyaknya jumlah
fans/penggemar halaman/page facebook akan semakin besar
pula peluang mendapatkan uang.
Ada juga manfaat unntuk yang tidak berbisnis online.
Seperti apabila seorang aktivis kampus atau seorang yang
senang berjejaring sosial, maka fanpage facebook akan
menjadi solusi untuk berbagi, memberikan informasi dsb. Jika
seorang guru, dosen, motivator, jurnalis atau bahkan seorang
psikiater mungkin halaman fanpage facebook akan sangat
bermanfaat untuk menjalankan berbagai kegiatan
Gambar 3. 2 Tampak Depan Fanpage Facebook
69
C. Profil Fanpage Jonru Ginting
Nama Jonru Ginting sudah tidak asing lagi bagi
warganet yang aktif menggunakan media sosial Facebook.
Namanya menjadi populer tatkala Joko Widodo (Jokowi) dan
Jusuf Kalla terpilih menjadi Presiden dan Wakil Presiden
pada 2014 silam. Diketahui beliau sering mengkritik Presiden
Jokowi dengan cara memposting menyebarkan informasi,
berita-berita melalui akun fanpage Facebook-nya Jonru
Ginting, sehingga banyak orang yang berkomentar pada
postingannya itu. Ada yang berkomentar dengan bahasa yang
kasar, ada juga yang berkomentar dengan bahasa yang baik.
Jonru akan membalas komentar orang-orang yang
menggunakan bahasa yang baik, sedangkan yang
menggunakan bahasa yang kasar, beliau tidak akan
menghiraukannya.
Gambar 3. 3 Tampak depan Fanpage Jonru Ginting
70
Cara Jonru Ginting mengekspresikan kebebasan
berekspresi dengan meluangkan segala isi fikirannya yang
menurut Jonru itu adalah hak untuk melakukan kebebasan
berekspresi maupun informasi yang didapatkan dari
sumber terpercaya serta mempublikasikan informasi
tersebut kedalam fanpage yang dimiliki. Jonru memilih
fanpage (halaman dalam facebook) karena facebook
memiliki jumlah pengguna terbesar didunia dibanding
media sosial lainnya, selain jumlah penggunanya
terbesar, fanpage juga memiliki fitur yang lengkap dan
mudah digunakan, sehingga siapapun dapat
menggunakannya.
Ini juga yang menjadi alasan Jonru membuat akun
fanpage, selain untuk meluangkan kebebasan berekspresi,
Jonru juga ingin semua orang mengetahui informasi yang
dibagikan, karena fanpage memiliki jangkauan yang
sangat luas.
Fanpage yang bernamakan Jonru Ginting itu memang
benar keasliannya milik Jonru, ini bisa dilihat dari tanda
ceklis atau verified di akun fanpage nya, itu menandakan
bahwa segala informasi pribadi yang dicantumkan
memang benar milik Jonru.
71
Gambar 3. 4 Akun fanpage Jonru Ginting
Itulah
yang membuat
orang lain
percaya bahwa
akun itu milik
Jonru sehingga
banyak sekali
yang
mengikuti fanpage Jonru Ginting, hingga jumlahnya hampir
mencapai 1.5juta pengikut. Sehingga segala sesuatu yang di
posting oleh Jonru sangat berpengaruh besar bagi orang lain
Fanpage Jonru Ginting memiliki akun terbuka,
maksudnya siapapun dapat mengunjungi fanpage Jonru
Ginting sehingga mereka akan mengetahui informasi apa saja
yang disebarkan oleh Jonru Ginting.
Gambar 3. 5 Status Jonru Ginting bersifat publik/umum
72
Bahkan orang yang tidak mengikuti fanpage nya
pun dapat melihat postingan Jonru, karena Jonru
menggunakan pilihan (publik) untuk membagikan
postingan di fanpage yang berarti publik berhak melihat
postingan tersebut bahkan banyak pula yang
membagikannya.
Ini juga yang menjadikan postingan Jonru tersebar
luas, karena setiap potingan yang dibagikan oleh Jonru
banyak orang lain yang membagikan ulang untuk
diposting di akun miliknya sendiri.
73
BAB IV
DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Level Teks
Dalam penelitian ini, peneliti akan melakukan
pembahasan dari hasil temuan data dari level teks yang
didapatkan dari pesan dan kegiatan komentar dalam akun
fanpage Jonru Ginting periode 2014-2017 dengan jumlah
pesan 70 yang masing-masing pesan memiliki komentar 1000-
2000 lebih. Dalam level teks peneliti akan melihat pesan dan
kegiatan komentar yang diunggah pada akun Jonru Ginting
melalui konvergensi simbolik, perlu adanya pemahaman
mengenai bagian dari konvergensi simbolik itu sendiri. Salah
satunya adalah konsep dasar.
1. Konsep dasar
Konsep dasar merupakan bagian dari konvergensi
simbolik yang digunakan untuk menganalisis dan
memahami pandangan kelompok tentang sebuah fenomena
yang berhubungan dengan kelompok tersebut. Teori
konvergensi simbolik ini digunakan untuk mengetahui
pesan-pesan apa saja yang disepakati oleh anggota
kelompok mengenai pandangan suatu fenomena yang
berhubungan dengan kelompok tersebut. Kesepakatan
mengenai pandangan mereka mengenai fenomena tersebut.
Dalam konsep dasar yang akan peneliti gunakan dalam
pembahasan level teks adalah sebagai berikut:
74
a. Tema Fantasi, merupakan pandangan tentang segala
sesuatu yang telah terjadi, sedang terjadi, atau akan
terjadi yang akan membentuk anggapan-anggapan dan
pemahaman realitas mengenai fenomena. Dalam
penelitian ini, tema fantasi ditampilkan dalam bentuk
pesan yang diunggah di akun fanpage Jonru Ginting.
b. Tipe Fantasi, merupakan bentuk pesan bisa berupa
lelucon, cerita, analogi, permainan kata dan lainnya.1
Tipe fantasi dalam perkembangannya dapat juga
berupa foto atau gambar, video yang biasa digunakan
dalam new media, seperti yang akan ditunjukan oleh
peneliti dalam penelitian ini yakni berupa gambar,
caption gambar, serta kagiatan komunikasi di kolom
komentar.
B. Pemanfaatan Media Sosial yang dilakukan oleh Jonru
Ginting
Jonru memanfaatkan media sosial untuk menyebarkan
informasi yang didapatkan atau informasi yang Jonru sudah
ketahui sebelumnya dengan melihat beberapa situasi
sebelumnya atau kejadian yang sudah terjadi. Namun memang
ada beberapa informasi yang diunggah pada akun fanpage nya
itu tidak terbukti kebenarannya dan Jonru langsung
menghapusnya. Tidak hanya menghapus, Jonru juga
melakukan permintaan maaf atas kekeliruan yang sudah
1 Suryadi, Irawati, Konvergensi Simbolik (JURNAL ACADEMICA Fisip Untad vol.
2 no. 02, 2010), h. 423
75
dilakukan.
Pemanfaatan media sosial yang dilakukan oleh Jonru
Ginting pada akun fanpage Jonru Ginting diakui saat
dilakukan wawancara dengan media. Jonru mengatakan “Saya
hanya menyampaikan fakta dan bukan melecehkan. Mereka
(yang menilai melecehkan) berpandangan subjektif” ini
dikatakan Jonru saat di Rumah Tahanan Narkoba Polda Metro
Jaya, Jakarta, Selasa (3/10).2
Sebelum Pilpres 2014, Jonru memang sudah
memanfaatkan media sosial untuk kepentingan bersama seperti
menginformasikan untuk ikut wakaf, informasi tentang politik
yang sedang berkembang, atau informasi tentang islami karna
memang Jonru seorang aktivis islam dan juga berkecimpung
dalam dunia politik. Namun ketika Pilpres 2014 Jonru adalah
pendukung dari salah satu calon presiden waktu itu, Prabowo
Subianto. Dirinya pun aktif di fanpage miliknya dalam
mengritik capres saingannya yang akhirnya menang, Joko
Widodo. Dia memuja Prabowo dengan mendeskripsikan
dirinya sebagai sosok yang apa adanya, down to earth, ramah
dan santai. Meski begitu Jonru juga mengaku bahwa Jokowi
memiliki kelebihan, yaitu mau bekerja.
Setelah pemilihan presiden 2014 tersebut selesai, Jonru
jadi sasaran pengguna media sosial yang iseng. Mereka
membuat nama Jonru seorang sebuah entry dalam KBBI.
Artinya adalah “menjelekkan atau memfitnah orang lain”. Dua
2 https://www.cnnindonesia.com/nasional/20171003170620-12-
245882/jonru-buka-suara-soal-status-status-kontroversial-di-facebook
76
orang yang melakukan hal itu adalah Ahmad Sahal dan Rivan
Heriyadi. Akibatnya, mereka berdua dilaporkan ke polisi atas
tuduhan pencemaran nama baik.
Jonru memperkenalkan dirinya sendiri di blog milik
PKS sebagai seorang aktivis media sosial serta penulis.
Namun namanya malah terkenal karena postingannya tentang
Jokowi pada akun Fanpage facebook. Dalam setiap statusnya,
Jonru sering menyinggung dan mencibir Presiden Jokowi.
Contohnya presiden hanya pencitraan karena selalu melakukan
blusukan dan lain sebagainya.
Jonru menggunjing Jokowi, pengguna media sosial
menggunjing dirinya. Sampai-sampai mengidentikkan nama
miliknya “Jonru” sebagai kata lain dari “fitnah”.3
C. Kasus-Kasus Jonru Ginting
Banyak sekali kasus hate speech yang mengatas
namakan Jonru, kicauan beliau di facebook, twitter, atau
media sosial lainnya mengenai pemerintahan saat ini dianggap
netizen sebagai hate speech. Dengan begitu banyaknya
pemberitaann mengenai Jonru akan ucapannya yang dikatakan
hate speech. peneliti mengambil beberapa contoh kasus yang
ketika kami wawancara kasus tersebut tengah hangat-
hangatnya, dan kasus tersebut juga dibahas oleh Jonru. Berikut
kasusnya yang dikutip dari kompasiana.com sebagai berikut:
3 Diakses dari http://biodatalengkapartis.com/biodata-jonru-ginting/
pada 05 november 2017
77
a. Jonru menyatakan Ahok memfitnah Majelis Rasulullah
yang ingin mencari uang dengan cara Menggelar
Pengajian di Monas. Berbekal sumber berita dari situs
Islamedia.id, dengan yakin sekali Jonru melabel Ahok
sebagai Pemfitnah.
Sebenarnya kejadiannya pada 21 Oktober 2015
Ahok meminta Majelis Rasulullah yang biasa menggelar
Pengajian rutinnya di Monas agar memindahkan acara
Pengajian mereka ke Istiqlal tetapi Majelis tersebut tidak
bersedia. Ahok mendapat informasi bahwa penolakan itu
berkaitan dengan dagangan kaki lima anggota Majelis
Pengajian kurang laku kalau acara diadakan di Masjid
Istiqlal.
Tetapi oleh Jonru berbekal berita situs PKS
langsung mengaitkan dengan pernyataan Ahok
sebelumnya.
Gambar 4. 1 Status tentang Ahok
“EO-nya pengen
dapetin duit dari
nyewain
lapak,” ujar Ahok
di hadapan Warga
Negara Indonesia
(WNI) yang
menemuinya di
kantor Kedutaan
78
Besar Republik Indonesia (KBRI) untuk Singapura di
Chatsworth Road, Singapura.4
Padahal sebenarnya Ahok berbicara tentang hal
lain yaitu tentang PKL di Monas yang sering berhubungan
dengan EO penyelenggara kegiatan masyarakat di Monas
(bukan hanya dengan Majelis Rasulullah saja tetapi yang
lain juga). Dan ucapan Ahok itu sebenarnya diucapkan
pada Kampanye Pilgub DKI 2012. Bayangkan saja
Ucapan Ahok pada bulan Juli 2012 dikaitkan dengan
ucapan Ahok pada bulan Oktober 2015.
Begitulah cara Jonru memplintir ucapan seorang
tokoh. Ucapan yang entah kapan waktunya diucapkan dan
tidak berhubungan sama sekali dengan momen yang
sedang terjadi tetapi oleh Jonru dihubungkan dengan
peristiwa yang baru saja terjadi sehingga menimbulkan
dampak kontradiksi. Tokoh yang diplintir ucapannya akan
rugi secara moril dan akan dianggap publik tidak punya
integritas.
b. Pada tanggal 14 Oktober Jonru Ginting membaca Twit
dari akun Twitter resmi Jokowidodo. kemudian oleh Jonru
langsung dicapture twit tersebut dan langsung diupload ke
Fanpage nya dan diberi keterangan: “SAAT MASJID
4 Diakses dari http://www.kompasiana.com/fadlizontor/bisakah-
jonru-ginting ditangkap_563a7bb23a7b61740e6666da tanggal 20 oktober 2017
79
DIBAKAR JOKOWI DIAM, KETIKA GEREJA
ILEGAL DIBAKAR JOKOWI LANGSUNG
BERKICAU”.
Gambar 4. 2 Status tentang Jokowi
Pernyataan Jonru Ginting bahwa Jokowi diam
waktu Masjid (Tolikara) dibakar, tetapi langsung bersuara
keras ketika Gereja dibakar. Ini jelas Fitnah karena yang
terjadi sesaat peristiwa Pembakaran Masjid di Tolikara,
Jokowi langsung mengeluarkan pernyataan Mengutuk
Peristiwa itu.
"Saya mengutuk keras pembakaran dan tindak
kekerasan di Tolikara tersebut," kata Presiden
Jokowi melalui akun resminya di Facebook, hari
Minggu (19/07) malam.5
5 Diakses dari http://www.kompasiana.com/fadlizontor/bisakah-
jonru-ginting ditangkap_563a7bb23a7b61740e6666da tanggal 20 oktober 2017
80
Jelas-jelas Jonru menggunakan Hanya 1 Tweet
(kicauan di bulan Oktober 2015) untuk menghakimi
Jokowi. Jonru menyembunyikan Tweet-tweet sebelumnya
maupun status Facebook resmi Jokowi pada saat peristiwa
itu terjadi (Bulan Juli 2015). Dan ini adalah Isu Agama
(SARA) yang akhirnya digunakan oleh Jonru untuk
menanamkan kebencian para followernya kepada Jokowi.
Apalagi ditambah kata Gereja Ilegal. Betapa marahnya
umat Muslim dengan ketidak-adilan tersebut.
c. Tidak ada kementerian agama di Kabinet Jokowi-JK
Gambar 4. 3Status yang mengandung
penyebaran berita bohong
Pasca terpilihnya Jokowi-JK menjadi Presiden dan
Wakil Presiden, Jonru mengeluarkan pernyataan yang
kontroversial. Dalam postingannya di Facebook pada 16
September 2014, Jonru menyebut bahwa tidak ada
Kementerian Agama di Kabinet Jokowi-JK.
81
"Tidak Ada Kementrian Agama di Kabinet
Jokowi-JK. Baiklah! Makin Terbukalah Kedok Anti-
Islamnya! Padahal dulu ngakunya cinta Islam, padahal
foto lagi shalat disebarluaskan di mana-mana, padahal
berangkat umroh setelah kampanye, padahal... ya
sudahlah!" tulis Jonru6
Pernyataan ini tentu sajak tidak terbukti karena
pada susunan kabinet yang diumumkan oleh Jokowi pada
26 Oktober 2014, nama Lukman Hakim Saifuddin tercatat
sebagai Menteri Agama.
d. Menyebut Islam Nusantara sesat
Gambar 4. 4Status yang mengandung penistaan
6 Diakses dari http://www.kompasiana.com/fadlizontor/bisakah-
jonru-ginting ditangkap_563a7bb23a7b61740e6666da tanggal 20 oktober 2017
82
Islam Nusantara' adalah istilah yang didengungkan
oleh organisasi masyarakat Nahdlatul Ulama (NU). Istilah
ini menuai pro kontra dari sejumlah kalangan. Salah
satunya, Jonru yang menyuarakan ketidaksetujuannya
dengan 'Islam Nusantara'. Di postingannya tertanggal 13
Agustus 2015, Jonru menyebut bahwa hanya perlu tiga
logika sederhana untuk mengetahui kesesatan 'Islam
Nusantara'.
"Hanya butuh TIGA logika sederhana untuk
mengetahui KESESATAN Islam Nusantara (Ini
adalah posting ulang dari status sebelumnya, saya
buatkan gambar yang lebih pas, dengan harapan
untuk di-SHARE oleh teman-teman sekalian.
Semoga bermanfaat bagi syiar dakwah, dalam
rangka memerangi aliran sesat yang bisa merusak
aqidah dan iman Islam kita)." tulis Jonru.7
Jonru juga menyertai postingannya dengan gambar
Ulil Abshar Abdalla dan Zuhairi Misrawi yang disebut
sebagai aktivis Jaringan Islam Liberal (JIL).
Postingan ini menuai kontroversi mengingat NU
merupakan ormas Islam terbesar di Indonesia dengan
puluhan juta pengikut.
7 Diakses dari http://www.kompasiana.com/fadlizontor/bisakah-
jonru-ginting ditangkap_563a7bb23a7b61740e6666da tanggal 20 oktober 2017
83
e. Era Jokowi, Chinaisasi merajalela
Gambar 4. 5 Status mengandung nama RAS
Dengan caption "Pertanyaa kita: Kenapa kalender
dari supplier yang sama kini sistem penanggalannya jadi
China semua? Padahal untuk kalender tahun-tahun
sebelumnya, sistem penanggalannya masih Masehi, Jawa
dan Islam. Kenapa sejak era Jokowi, Chinaisasi makin
merajalela? Yang terbaru, desain uang rupiah pun mirip
yuan. Ada apa dengan Indonesia?" tulis Jonru8
Di postingan Facebooknya pada tanggal 26
Desember 2016, Jonru bercerita pengalamannya yang
mendapatkan kalender dari toko langganannya. Yang
membuat dirinya heran adalah sistem penanggalannya
yang berubah menjadi penanggalan China.
8 Fanpage Jonru Ginting, diakses pada 21 oktober 2017
84
Dia juga mengunggah foto kalender sebagai bukti
bahwa apa yang ia tulis bukanlah kabar bohong atau hoax.
Di ujung postingannya Jonru menyertakan pertanyaan
tentang Chinaisasi yang merajalela di era Jokowi.
f. Jokowi dan pesawat kelas ekonomi
Gambar 4. 6 Status yang mengandung pencemaran
nama baik
Jonru mengunggah postingan yang berjudul, "Naik
Pesawat Ekonomi Agar Terkesan Merakyat. Padahal..."
Dengan caption "Rombongan joki ke singapore itu terdiri
dari pasukan Paspampres, wartawan2 istana (Street
Times, Reuters, AP, Detik, Kompas dll), semua
rombongan di boyong dengan semua perlengkapannya
dari Jakarta, jadi isi pesawat Garuda itu hanya isi
Rombongan joki. Oleh sebab itu Jadwal Penerbangan
sempat Kacau dan banyak Penumpang Pesawat kecewa
karena Delay Schedule. Dan joki itu Presiden, Jadi Ga
ada masuk via pintu Rakyat, krn Presiden Tidak boleh
diperiksa2, Duta Besar saja tidak ada Pemeriksaan, mrk
85
semua itu masuk via pintu VVIP di setiap Airport
dimanapun..." tulis Jonru9
Pada November 2014 lalu, Presiden Joko Widodo
dan Istrinya Iriana Widodo bertolak ke Singapura untuk
menghadiri wisuda putra bungsunya Kaesang Pangarep.
Keberangkatan Jokowi dan istri kemudian menjadi
perbincangan karena menggunakan kelas ekonomi Garuda
Indonesia.
Jokowi menyebut, kepergiannya ke Singapura
merupakan urusan keluarga sehingga tidak perlu
menggunakan fasilitas negara.
Apa yang dilakukan oleh Jokowi ini mendapat
perhatian dari netizen. Tak mau ketinggalan, Jonru pun
menanggapi kepergian Jokowi dengan pesawat ekonomi
ini.
g. Jokowi belum jelas orang tuanya
Gambar 4. 7 Status yang mengandung
perbuatan tidak menyenangkan
9 Diakses dari akun fanpage Jonru Ginting, pada 21 oktober 2017
86
Salah satu postingan Jonru yang paling
kontroversial adalah terkait orang tua Presiden Joko
Widodo. Menjelang hari pemungutan suara di pemilu
2014 lalu, Jonru menulis di Facebook bahwa Jokowi
adalah satu-satunya calon presiden yang belum jelas siapa
orang tuanya. Banyak pihak menyebut bahwa Jonru
melakukan kebohongan dan fitnah.10
Jonru sendiri, baru-baru ini dalam salah satu acara
di televisi swasta membenarkan bahwa postingan tersebut
memang ditulis oleh dirinya. Berikut adalah tulisan
lengkap postingan Jonru di Facebook.
Dari semua kasus diatas, Jonru Ginting
mempostingnya dalam akun fanspage Jonru Ginting dan
disinilah Jonru Ginting dituduh sebagai “Hate Speech”
oleh orang-orang pengguna media sosial yang pro dengan
Presiden Jokowi.
D. Kegiatan Komunikasi Pada Kolom Komentar
Pada status yang dibagikan oleh Jonru di Fanpage
Jonru Ginting, banyak yang memberikan komentar. Ada yang
bersifat positif adapula yang bersifat negatif. Jika status itu
mengandung ujaran kebencian maka status tersebut langsung
tersebar luas sehinggga netizen banyak yang memberikan
komentar negatif. Namun sebaliknya, jika status tersebut
10
Diakses dari akun fanpage Jonru Ginting, pada 21 oktober 2017
87
sesuati fakta maka netizen banyak yang berkomentar positif
dan mendukung Jonnru.
Tabel 4. 1 Hasil Analisis Temuan tentang Jenis
Komentar pada Kolom Komentar di Status Jonru Ginting
Nama Akun Komentar Negatif Komentar Positif
Pan Ther Jonru Ginting
sakitnya kok ga
sembuh-sembuh
ya, dari dulu
postingannya
provokasi. Bikin
berita yang lebih
ayem lebih damai
kan enak dibaca.
Sandri Irwandi Jonru Ginting anda
jangan jadi
provokator, jangan
memecah belah
rakyat indonesia
jadi pro dan kontra.
Gigih
Prihandono
Kedua dua nya ulama
kita, mari kita Sami'na
wato'na bukankah ada
hal yg paling penting
yg kita fikirkan yaitu
amal ibadah masing2 ,
perbanyak ilmu agama
sering bergaul dengan
orang-orang sholeh.
Insyaa Allah tidak ada
kejadian seperti di
sidoarjo oleh saudara
kita banser. Mari kita
doakan umat muslim
ini makin menjaga
ukhuwah islamiyah ,
88
untuk banser semoga
cepat dibukakan mata
hati nya. Bertabayyun
lebih baik daripada
cara arogan
Syahiduddin
Almunawwaroh
Allahu akbar, teruslah
berjuang untuk
kebenaran dan
kebaikan bangsa,
persatuan mereka yg
memusuhi Islam
lemah, selemah rumah
laba laba. Mereka
bersatu karena
kepentingan duniawi
sementara kita
disatukan oleh
AQIDAH... Allahu
Akbar
Jumali
Ariadinata
Jangan terlalu
membenci sesuatu.
Apalagi yang kalian
benci adalah presiden
sendiri, yang
sewajarnya kalian
dukung demi kebaikan
negeri ini. Kalau
kalian merasa
presiden salah
bertindak, keluarkan
aspirasi dan masukan,
bukan malah dibully.
Kalau temen-temen
cerdas dan sudah
menonton video
cuplikan dari foto ini,
pasti kalian akan
paham, yang
dilakukan oleh Jokowi
bukan mengajak
89
selfie, tapi sedang
melakukan vlogging:
mewawancarai
Erdogan yang dengan
tulus menyambut
kesempatan dari
Jokowi untuk
memberikan pesan
bagi masyarakat
Indonesia. Jadi,
sebelum percaya
dengan "sesuatu" yang
ditebarkan, cek
kebenarannya dulu. :)
Erich
Firmansyah
sudah panik. blum
satu periode mau
ikut lagi jadi
kandidat di 2019.
aneh kan.. rupanya
mereka mau
ngumpul anggaran
embat sana sini.
pajak sana sini..
sikat sana sini..
naikkan sana sini.
mau ngumpulin
buat kampanye
2019. haduuh..
curiga saya.. karna
menkeu bilang gak
tau uang yg di
pinjam itu perginya
kemana.
90
BAB V
KONVERGENSI SIMBOLIK DALAM MEDIA (UJARAN
KEBENCIAN DALAM KEBEBASAN BEREKSPRESI DI
FANPAGE JONRU GINTING PERIODE 2013-2017)
A. Hasil Konvergensi Simbolik
1. Fantasy Theme (Tema Fantasi)
Tema fantasi sebagai isi pesan yang
didramatisasi hingga memicu rantai fantasi (the
content of the dramatizing message that sparks the
fantasy chain), yang diartikan sebagai dramatisasi pesan,
dapat berupa lelucon, analogi, permainan kata, cerita, dan
sebagainya, yang memompa semangat berinteraksi. 1
Dramatisasi pesan tidak terjadi dalam konteks tugas
atau pekerjaan yang tengah dihadapi. Dramatisasi pesan
juga tidak terjadi pada peristiwa yang berorientasi pada saat
ini. Segala tindakan komunikasi yang membicarakan
tindakan atau kegiatan bersama yang terjadi pada saat
peristiwa berlangsung, tidak memiliki muatan imajinatif.
Pembicaraan tersebut bersifat nyata karena berkaitan
dengan aspek nyata karena berkaitan dengan aspek dan
1 Lihat Disertasi Gun Gun Heryanto, Doktor lulusan Universitas
Padjajaran (UNPAD) Bandung, Jurusan Ilmu Komunikasi Prodi Komunikasi
Politik, dengan judul Konvergensi Simbolik di Komunitas Virtual: Studi pada
Ruang Publik Baru dalam Komunikasi Politik di Situs Jejaring Sosial dan
Weblog Interaktif Era Pemerintahan SBY-Boediono dalam Kasus Century,
Disertasi ini disahkan tahun 2013, h. 49-50
91
semata-mata membicarakan tugas atau kegiatan yang
tengah dihadapi kelompok.
Dalam hal ini Jonru melakukan ujaran kebencian
dalam postingannya di facebook dalam fanpage Jonru
Ginting yang sudah dibahas di bab sebelumnya, postingan
tersebut mengandung berbagai macam sara yang
mengandung ujaran kebencian sehingga itu menarik
perhatian para pengikutnya untuk membaca postingan
tersebut dan berakibat interaksi di kolom komentar.
2. Fantasy Chain (rantai fantasi)
Rantai fantasi diartikan sebagi pesan yang
didramatisasi berhasil mendapat tanggapan dari
partisipan komunikasi, hingga meningkatkan intensitas
dan kegairahan partisipan dalam berbagi fantasi. Ketika
fantasi yang berkembang, maka terjadilah rantai
fantasi. Ketika rantai fantasi tercipta, tempo percakapan
jadi meningkat, antusiasme partisipan muncul, dan
timbul peningkatan rasa empati dan umpan balik di
antara partisipan komunikasi.
Dalam postingan Jonru Ginting yang berhasil dan
memicu terjadinya interaksi komunikasi di kolom
komentar, sehingga orang-orang yang pro dengan
postingannya maka akan memposting ulang pada akun
miliknya masing-masing. Sehingga postingan tersebut akan
tersebar luas.
92
3. Fantasy Type (Tipe Fantasi)
Dalam teks ditunjukan bahwa tipe fantasi dalam
penelitian ini dilihat dari bentuk pesan yang digunakan
pada interaksi komunikasi di kolom komentar. Tidak
hanya di satu postingan terjadi interaksi komunikasi,
namun di setiap postingan pada fanpage Jonru Ginting
terjadi interaksi komunikasi pada kolom komentarnya.
B. Kesadaran Kelompok dalam Sistem Komunikasi yang
Muncul, Berlanjut, Menurun, dan Akhirnya Menghilang
Dari kebebasan berekspresi yang dilakukan oleh Jonru
yang mengandung ujaran kebencian muncullah konvergensi
simbolik dengan tema fantasi. Maksudnya pesan yang
didramatisasi seperti permainan kata-kata, cerita, analogi, dan
pidato yang menghidupkan interaksi dalam kelompok. Setiap
individu saling berbagi fantasi karena kesamaan pengalaman
atau orang mendramatisi pesan memiliki kemampuan retoris
yang baik. Seperti postingan Jonru yang mengandung ujaran
kebencian maka itu menghidupkan interaksi orang lain utuk
memunculkan motif dan emosi dengan cara melaporkannya
kepada pihak yang berwajib.
Jonru juga bercerita bahwa dahulu ketika ia memiliki
beberapa akun anonim facebook untuk mengkritik atau
mengomentari sesuatu dengan sinis dan pedas, maka akun
yang ia gunakan tiba-tiba tidak bisa digunakan atau diblokir
begitu saja. Ini menjelaskan media terutama media sosial itu
93
sebagai alat kontrol atau regulasi walaupun dalam
penggunaannya tidak menggunakan etika.
Seperti yang diberitakan oleh Solopos.com, SOLO —
Jonru bikin geger media sosial. Penyataannya yang
mempertanyakan keaslian foto Presiden Jokowi menikmati
fajar pertama di Dermaga Waiwo, Raja Ampat, Jumat
(1/1/2016), tak hanya bikin heboh. Sang fotografer, juga
bereaksi dan sempat menyebut akan menuntut pemilik akun
itu.
Dalam status di akun Facebooknya, Jonru
mempertanyakan foto matahari terbit (sunrise) di belakang
Jokowi yang seharusnya menjadi “backlight“. Dalam foto itu,
meskipun ada backlight, Jokowi yang membelakangi
sunrise terlihat jelas dan terang benderang. Dalam proses
pengambilan gambar dengan kondisi seperti itu, objek
biasanya terlihat gelap jika fotografer tidak menggunakan
lampu kilat (flash).
Dalam status tersebut banyak yang menggapi bahkan
mensharenya pada akun milik pribadi. Status yang kemudian
dihapus, seiring banyak penjelasan bahwa foto tersebut asli
dan bukan hasil edit di program pengolah foto. Namun,
muncul banyak respons yang mengecam status Jonru itu. Ada
pula yang mendukung sang fotografer segera mempolisikan
atau menuntut Jonru.
Jonru memang sudah menghapus postingan bernada
fitnah itu. Namun banyak di antara ratusan ribu penggemarnya
sudah telanjur menyebarkan postingan dan tak terhitung
94
berapa yang sudah dijangkau dan ikut tergiring opininya serta
menuduh foto itu hasil rekayasa. Dan siapa yang menjamin
mereka semua menghapus postingan seperti yang Jonru
lakukan.
Menanggapi hal itu, Jonru akhirnya menuliskan
permintaan maaf dan pernyataan bahwa dirinya berkesimpulan
foto Jokowi di Raja Ampat itu asli tanpa efek apapun.
“Sesuai janji saya, foto Jokowi tentang Sunrise di Raja
Ampat tadi telah saya hapus. Sebab dari hasil komentar
sejumlah teman, saya mengambil.2
Dari kejadian ini dan permintaan maaf dari Jonru
kejadian yang muncul dan berlanjut tersebut kemudian hilang
dan tidak ada permasalahkan lagi.
Jonru memang suka melakukan kebebasan berekspresi
dengan menyebar berita. Namun akun fanpage Jonru mendapat
perhatian polisi karna mendapat laporan bahwa postingan yang
disebarkan oleh Jonru itu ada penyebaran berita bohong.
Laporan pertama dilakukan oleh pengacara bernama Muannas
Al Aidid. Ia melaporkan ke di Mapolda Metro Jaya, Kamis, 31
Agustus 2017, dengan tuduhan penyebaran ujaran kebencian.
Kedua, seorang pengacara Muhamad Zakir Rasyidin,
melaporkan akun Facebook Jonru Ginting, di Mapolda Metro
Jaya, Kebayoranbaru, Jakarta Selatan, Senin, 4 September
2017, atas kasus pencemaran nama baik dan atau fitnah yang
bermuatan kebencian dan sara.
2 Sloops.com, diakses pada 25 oktober 2017
95
Ketiga, Muannas Al Aidid kembali melaporkan akun
Facebook Jonru Ginting, Nugra Za, dan akun Twitter
Intelektual Jadul Flato ke Polda Metro Jaya, Selasa, 19
September 2016. Pelaporan dibuat karena akun tersebut diduga
telah menyebar fitnah dengan menyebutnya sebagai anak
pimpinan PKI.
Namun, bukan Jonru namanya jika tidak pandai
berkelit dan lihai memainkan sentimen warganet. Sembari
menyematkan foto dirinya sedang berdakwah di depan jemaah
perempuan, dengan kopiah putih dan memegang mikropon,
Jonru menulis dalam satu postingan di Facebook bahwa ada
“banyak dukungan” dari individu maupun lembaga terhadap
dirinya.
“Kami merasa sangat terhormat jika bisa membantu Bang
Jonru.”
“Siapa yang berani mengganggu Bang Jonru, hadapi gue
dulu!!!”
“Itu ucapan-ucapan mereka yang membuat saya sungguh
terharu,” Tulis Jonru pada 4 September lalu.
Toh, sepandai-pandainya Jonru melompat akhirnya
terciduk juga. Pada Kamis (28/9) sore, ia akhirnya memenuhi
panggilan Direktorat Reserse Kriminal Khusus Polda Metro
Jaya
Djuju Purwanto, pengacara Jonru Ginting dari LBH
Kebangkitan Jawara dan Pengacara (Bang Japar),
mengungkapkan klienya diperiksa dari pukul 4 sore hingga
96
pukul 02.00 Jumat dini hari. “Jonru sempat dibawa pulang
terus kembali lagi,” kata Djuju.
Minggu, 30 September, pukul 14.45, akun Twitter
Divisi Humas Mabes Polri mencuit: Mulai hari ini Jonru
ditahan, terkait ujaran kebencian
#StopHoax. Cuitan @DivHumasPolri itu—dengan 793 ribu
pengikut mendapat lebih dari seribu retweet dan puluhan
komentar. Bahkan, sekalipun dalam tahanan, apa pun yang
menyangkut Jonru selalu mengundang respons
warganet. Dari Menjerat Aktivis Menjadi Mainan Sentimen
Politik.
Gambar 5. 1 Proses laporan perkara
97
Jonru diusut oleh bagian reserse kriminal Polda Metro
Jaya dengan pidana Undang-Undang Informasi dan Transaksi
Elektronik (UU ITE) karena dinilai “menimbulkan rasa
kebencian atau permusuhan” terhadap individu atau kelompok
tertentu berdasarkan suku, agama, ras, dan antargolongan
(SARA). Ia diancam pidana maksimal 6 tahun penjara dan
denda paling banyak Rp1 miliar.3
Jonru Ginting telah ditetapkan sebagai tersangka kasus
ujaran kebencian melalui media sosial. Dalam perkara ini,
pengguna aktif media sosial itu dijerat dengan pasal berlapis.
3 Diakses dari https://tirto.id/postingan-jonru-terciduk-uu-ite-cxDt
pada tnggal 20 maret 2018
98
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Kebebasan berekspresi yang dilakukan oleh Jonru dengan
meluangkan segala pemikiran atau informasi yang
dimiliki melalui media dengan menggunakan simbol atau
kata-kata yang berbentuk tulisan yang terdapat pada status
yang dipublikasikan pada fanpage Jonru Ginting.
Komunikasi yang dilakukan pada media akan terjadi
CMC, berbebda dengan komunikasi langsung. Dalam
CMC tidak hanya sekedar kata-kata, namun terdapat
simbol-simbol dan berbagai macam emoticon sebagai
sesuatu yang bisa menggambarkan apa yang sedang
dirasakan.
2. Isu-isu yang terdapat pada status yang dituliskan oleh
Jonru yang terdapat ujaran kebencian ada berbagai
macam, ada yang bersifat politik, agama, bahkan isu
pemerintahan. Isu-isu yang mengandung ujaran kebencian
yang didalamnya terdapat orang lain, dan orang itu tidak
membenarkan isu tersebut, maka itu menjadi kasus dalam
kategori perbuatan tidak menyenangkan atau penyebaran
berita bohong yang membuat orang yang terlibat tidak
merasa nyaman.
3. Praktik kesadaran simbolik dari kebebasan berekspresi
berupa emosi dan motif berupa tindakan dari status yang
mengandung ujaran kebencian. Kebebasan berekspresi
99
tergantung pada makna dari kalimat tersebut yang
mengandung kebencian, menyerang dan berkobar-kobar.
Perbedaan ini terletak pada niat (intention) dari suatu
ujaran yang memang dimaksudkan untuk menimbulkan
dampak tertentu, baik secara langsung (aktual) ataupun
tidak langsung (berhenti pada niat). Jika ujaran yang
disampaikan dengan berkobar-kobar dan bersemangat itu
ternyata menginspirasi para audiennya untuk melakukan
kekerasan atau menyakiti orang atau kelompok lain, maka
pada posisi itu pula suatu hasutan kebencian itu berhasil
dilakukan.
B. Saran
1. Dengan menggunakan Teori konvergensi simbolik
dalam penelitian ini penulis menemukan banyak
penafsiran dalam setiap pesan yang timbul dari
masing-masing postingan maupun informasi
tentang kebebasan berekspresi yang mengandung
ujaran kebencian.
2. Dalam melakukan kebebasan berekspresi tidak
boleh mengandung unsur-unsur dari ujaran
kebencian.
3. Untuk siapapun yang ingin melakukan kebebasan
berekspresi di media sosial. Diharapkan tidak
hanya menerima informasi dan langsung
mempostingnya kembali, melainkan mencari tahu
dulu kebenaran akan informasi tersebut.
100
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Abdul Hamid Al-Ghazali, Ihyaul Ulumuddin , Ciputat: Lentera
Hati, 2003.
Abdurrahman al-Maliki, Sistem Sanksi Dalam Islam Bogor:
Pustaka Thariqul Izzah, 2002.
Ahmad Hanafi. Asas-asas Hukum Pidana Islam, Jakarta: Bumi
Aksara, 2008.
Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, Jakarta: Grafindo Persada,
2007.
Babbie, Earl, The Practice of Social Research, California,
Wardsworth Publishing Company, 1992.
Denzin, Norman K, Lincoln, Yonna S, Handbook of Qualitative
Research, Dariyanto dkk (edisi terjemahan Indonesia),
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009.
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya,
Surabaya: Fajar Mulya, 2012.
Rulli Nasrullah, Media Sosial Perspektif Komunikasi, Budaya,
dan Sosioteknologi, Bandung: Simbiosa Rekatama Media,
2015.
101
Rulli Nasrullah. Teori dan Riset Media Siber (cybermedia),
(Jakarta: Kencana Prenadamedia Group.
Durkheim, Social Media a Critical Introduction Los Angeles:
SAGE Publication, 2014.
Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu-
Ilmu Sosial Jakarta: Salemba Humanika, 2012.
Imam Jalaluddin, Tafsir Jalalain Bandung: Sinar Baru
Algensindo, 2010.
John W. Creswell, Research Design: Pendekatan Kualitatif,
Kuantitatif, dan Mixed, Yogyakarta, PUSTAKA
PELAJAR, 2010.
Littlejohn, Stephen W., Theories of Human Communication (edisi
ketujuh). Belmont: Thomson Learning, terj. Jakarta:
Rajawali Press, 2004.
Moeljatno, Azas-Azas Hukum Pidana (Bandung: Bina Aksara,
1987.
M. Nurul Irfan. Hukum Pidana Islam, Jakarta: Amzah, 2016.
A. W. Widjaja, Komunikasi:Komunikasi dan Hubungan
Masyarakat, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2008.
Sutan Remy Syahdeini, Kejahatan dan Tindak Pidana Komputer,
Jakarta, Pustaka Utama Grafiti, 2009.
102
Weber, Social Media a Critical Introduction Los Angeles: SAGE
Publication, 2014.
Internet:
http://ejournal.uin-
suka.ac.id/isoshum/profetik/article/download/1113/1026
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=86941&val=
4687&title=MEMAHAMI%20FENOMENA%20KOMU
NIKASI%20HIPERPERSONAL%20MENGGUNAKAN
%20ANONYMOUS%20USERNAME%20DALAM%20
PORTAL%20BERITA%20ONLINE
https://hatespeechgroup.wordpress.com/pengertianhatespeech/
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=284505&val
=4687&title=CLICKTIVISM%20SEBAGAI%20DRAM
ATURGI%20DI%20MEDIA%20SOSIAL
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=89216&val=
4186&title=Analisis%20dan%Perancangan%20Perangkat
%20Lunak%20Media%20Sosial%20Untuk%20Berbagi%
20Informasi%20Diskon
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=16846&val=
1069&title=PERAN MEDIA SOSIAL FACEBOOK
DALAM KOMUNITAS KAUM LESBI DI KOTA TUA
103
http://jurnal.upnyk.ac.id/index.php/komunikasi/article/viewFile/8
8/92
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=450835&val
=4687&title=Penggunaan%20Path%20sebagai%20Media
%20Maintaining%20Intimacy%20in%20Friendship
https://hatespeechgroup.wordpress.com/pengertianhatespeech/
GungunHeryanto.com”ujarankebencian”
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=377847&val
=1030&title=UJARAN KEBENCIAN DALAM SURAT
EDARAN KAPOLRI NOMOR: SE/6/X/2015 TENTANG
PENANGANAN UCAPAN KEBENCIAN (HATE
SPEECH)
www.hukumonline.com, Ancaman Pencernaan Nama Baik
Mengintai
http://www.tafsir.web.id/2013/04/tafsir-al-munafiqun-ayat-1-
11.html
http://biodatalengkapartis.com/biodata-jonru-ginting/
http://www.kompasiana.com/fadlizontor/bisakah-jonru-ginting
ditangkap_563a7bb23a7b61740e6666da
http://m.kompasiana.com/nikensatyawati/ketika-fotografer-
presiden-bikin-jonru-kejang-kejang_5688a562109773e104ca1f82
104
https://kumparan.com/@kumparannews/7-pernyataan-
kontroversial-jonru-di-media-sosial
https://tirto.id/postingan-jonru-terciduk-uu-ite-cxDt
105
PEDOMAN WAWANCARA
1. Transkrip Wawancara
Wawancara dengan Jonru (Pelaku Hate Speech)
A : Seperti yang telah diketahui, anak zaman
sekarang lebih banyak menggunakan media
sosial ketika mengekspresikan dirinya. Dan
juga bapak sebagai penulis, banyak
menggunakan media sosial, bagaimana
pendapat bapak mengunai penggunaan media
sosial sebagai kebebasan berekspresi?
B : “Menurut saya, yang namanya kebebasan mutlak.
Jadi misalnya kita terkurung di ruangan seperti
penjara, tidak bebas kita mengingikan merdeka.
Kita bebas, juga luar tidak bebas seperti itu saja,
ada aturannya. Artinya kebebasan itu tidak ada.
Kebebasan berekspresi juga sama, tidak ada
kebebasan mutalk dalam berekspresi. Kita bebas
mengeluarkan pendapat kita, tapi kita juga tetap
memperhatikan kebebasan orang lain. Seperti tidak
mencai maki, menghina, dan sebagainya. Kita
bebas berekspresi tapi gunakan cara-cara yang
baik.”
A : Seperti yang telah diketahui juga, dalam
penggunaan media sosial, kita bebas
berpendapat atau berkomentar apa saja namun
106
harus ada batasan dan aturannya. Bagaimana
pendapat bapak?
B : “Sebetulnya, media sosial bagian dari kehidupan
kita. Di kehidupan kita ada sistem nilai, sistem
nilai yang selama ini kita pelajari dan kita anut
dalam kehidupan bermasyarakat, cukup kita anut
dan kita terapkan di media sosial.”
A : Jika di media sosial ketika menyempaikan
sesuatu tidak ada nadanya seperti berbicara,
terkadang dipahami berbeda. Bagaiman
pendapat bapak?
B : “Nah makanya di media sosial itu ada smile, itu
salah satu gunanya agar tidak terjadi
kesalahpahaman.”
A : Di medsos, kita mengeluarkan pendapat pasti
ada segilintir orang yang menganggap
pendapat kita buruk. Misalnya ada yang
menghina atau menjelekan nama orang lain.
Bagaimana kita menghindari hal tersebut?
B : “Sebetulnya itu bukan di medsos, sejak dari
zaman dahulu sudah ada. Waktu nabi Adam,
ketika nabi Adam ingin menikahkan anaknya,
mereka bertengkar dan saling bunuh-bunuhan. Jadi
tidak bisa dihindari, yang bisa kita lakukan adalah
kita mengendalikan diri. Maksudnya kita bersikap
saja, kita tidak mungkin menghabiskan semua
orang jahat atau lainnya karena kita tidak bisa
107
mengendalikan mereka. Karena kita tidak bisa
mengendalikan orang lain, kita harus
mengendalikan diri kita sendiri. Kita
mengendalikan semua orang agar tidak menghina
saya itu tidak bisa. Yang bisa kita lakukan ketika
orang lain menghina saya adalah apa yang saya
lakukan. Hal tersebut yang harus kita lakukan. Kita
berharap jangan sampai satu orang pun menghina
saya itu tidak mungkin. Sekali kita memikirnya
bisa stress itu.”
A : Jadi, bagaimana cara orang tersebut agar
tidak menghina kita di media sosial?
B : “Bukan jangan sampai orang menghina kita. Kita
sebagai pribadi harus berusaha sebaik mungkin,
dimana-mana seperti itu. Tapi kita tidak bisa
mengharapkan jangan sampai orang menghina
saya, tidak mungkin. Ketika orang menghina saya,
itu kenapa. Jadi kembali ke diri kita sendiri saja.
Bagaimana kita membentengi diri seperti itu.
Ketika orang menghina saya, bagaimana saya tidak
marah, supaya tidak melakukan hal yang sama
kepada dia. Intinya diri kita. Ibaratnya orang sakit,
kita misalnya terserang penyakit kan bukan
menyalahkan penyakit atau kumannya, tapi
membentengi diri kita sendiri agar tidak sakit.”
A : Jika kita menulis di medsos yang menurut
kita faktanya namun orang lain tidak
108
berpendapat seperti itu, bagaimana cara
mengoreksi tulisan tersebut jika ada kasus
seperti itu?
B : “Sebetulnya kita tidak mungkin mengharapkan
semua orang setuju dengan kita. Seperti cerita
keledai, bapak, dan anak. Seorang ayah dan anak
yang membawa keledai berjalan. Awalnya,
ayahnya berjalan kaki menggandeng keledai dan
anaknya naik keledai, orang melihat dan
berpendapat kurang ajar sekali anak tersebut. Dan
berganti ayahnya yang naik keledai dan anaknya
yang berjalan kaki menggandeng keledai, orang
yang melihat berpendapat tidak tau diri sekali ayah
itu, ayahnya enak-enakan sedangkan anaknya
kasihan. Kemudian mereka dua-duanya naik,
orang yang melihat berpendapat wah mereka tega
sekali, keledai kecil dinaiki dua orang. Akhirnya
mereka berdua jalan kaki, dan keledainya
dibiarkan jalan juga, dan orang yang melihatnya
berpendapat bodoh sekali, mereka tidak
memanfaatkan keledainya. Intinya seperti itu
maknanya. Jadi, kita yakin benar, cuekin saja yang
lainnya. Tidak perlu dipikirin, selama kita yakin
benar yasudah. Namun jika memang kita salah,
kita meminta maaf.”
109
A : Apakah bapak pernah mengalami hal
tersebut?
B : “Saya beberapa kali menulis, dan tulisan saya
salah kemudian saya meminta maaf. Dan ternyata
untuk haters kesalahan saya dimanfaatkan untuk
menyerang saya lagi. Kan jonru punya kebiasaan
menyebar fitnah, setelah itu meminta maaf. Bagi
mereka apa yang kita lakukan tetap salah. Seperti
itu. Jadi ya cuekkin saja. Jika kita tanggepin, bisa
mati berdiri kita.”
A : Apa yang saya lihat di facebook, artikel
tentang pemerintahan biasanya di media
seperti itu, dan bapak membuka dengan
sesuatu yang beda seperti pemerintah tidak
begini loh, banyak makna di balik
kebijakannya. Bagaimana pendapat bapak?
B : “Sebenarnya dalam pemberitaan media biasanya
pasti ada sesuatu di balik itu. Sekarang begini saja,
kita harus bisa. Saya berikan contoh ini bukan
masalah politik ya, sering kita main ke matahari
atau ramayana melihat barang diskon, nah barang
di diskon pasti karena ada sesuatu kan. Sesuatu
tersebut ya karena tidak laku. Makanya kemaren
kan Ahok tidak mengeluarkan yang namanya ibu
Ahok. Dan juga menjemput KTP dengan motor itu
apa maksudnya, ya karena tidak laku. Orang lain
110
berpendapat wah keren nih dijemput dengan
motor, logonya warna merah. Kalau seandainya
kita bayangkan semua masyarakat Jakarta
berduyung-duyung menyerahkan KTP-nya apa
mungkin mereka bikin seperti itu. Mereka tinggal
duduk-duduk saja dan datang itu KTP banyak,
seperti itu contohnya. Jadi kita harus memahami
hal seperti itu. Jadi saya sendiri bukan politikus,
tapi saya lebih banyak berbisnis, dalam berbisnis
saya berpikir seperti itu. Jika perusahaan
mengeluarkan diskon pasti ada sesuatu. Jadi
intinya dalam bisnis itu, semakin banyak
kemudahan pada pelanggan, bahwa produk mereka
tidak laku. Seperti di iklan tokopedia, dari 1 April
hingga 31 April gratis ongkos kirim, itu artunya
apa? Itu artinya tokopedia kalah saing dengan
bukalapak, seperti itu. Memang bukalapak juga
mengadakan gratis ongkirtapi Cuma sebentar dan
minimum belanja dua ratus ribu. Jadi sama
kampanyenya bukalapak lebih berat, tokopedia
dipermudah. Kenapa? Karena kalah saingan, gitu
loh. Kalau kita paham seperti itu, memahami
politik lebih gampang, berita di media tidak bisa
kita lihat begitu saja. Kita harus belajar yang
seperti itu.”
A : Contoh kasus lain adakah kebijakan dari pa
Ahok atau pa Jokowi yang bagus, menurut
111
bapak ada tidak dan bagaimana pendapat
bapak?
B : “Sebenarnya terus terang saya belum melihat
yang seperti itu, yang benar-benar bagus. Misalnya
seperti jokowi, kebijakan seperti itu. Selanjutnya
saya mendapat opini dari teman ternyata di balik
itu ada sesuatu. Contohnya, jokowi sekarang
sedang membangun jalan lintas Sumatera, nah itu
kan bagus pembangunan ya, tapi ternyata ada yang
bilang, proyek tersebut balas budi terhadap PTIK.
Misalnya proyek kereta cepat kemarin Jakarta-
Bandung, itu sebetulnya saya katakan contohnya
jika di depan ini dibangun jalan laying apa yang
terjadi harga tanah disini akan naik. Artinya apa,
ketika kereta cepat itu datang, para konglomerat itu
tanah di jalur itu dibeli semua, mereka berinvestasi
itu mungkin banyak orang yang tidak tahu. Kan
selama ini juga banyak kereta lain, apa manfaatnya
kereta cepat, dan juga ada jalan tol.”
A : Seperti yang telah dikatakan bapak ketika
bapak berpendapat ada haters. Yang bapak
lakukan dengan haters itu seperti apa? Apa
pendapat bapak tetap diteguhkan atau
bagaimana?
B : “Sebetulnya seperti saya bilang tadi, selama kita
yakin itu benar, ya cuekkin aja. Sebab saya punya
pengalaman dengan haters itu ya, apapun yang kita
112
omongkan pasti dianggap salah, kita mengikuti
saran mereka tetap disalahkan. Saya kasih contoh,
pernah dulu ya sebelum orang mengenal saya
sebagai penghina Jokowi, pernah bertahun-tahun
yang lalu, saya mengetweet yang bikin geger.
Pemicunya ada orang yang meminta follback “pak
tolong dong saya di follback”, saya lagi emosi saya
tulis minta follback itu tidak sopan tingkatkan
kualitas anda maka otomatis orang-orang akan
memfollback anda. Karena hal itu banyak orang
yang menyuruh saya untuk klarifikasi,
“klarifikasikan tweet kamu itu”. Saya bilang saya
klarifikasi apakah mereka langsung diam, tidak.
Haters seperti memerintah kita.”
A : Bagi bapak haters itu penambah semangat
atau bagaimana dan memberikan pengaruh?
B : “Apa ya namanya, intinya cuekkin aja sih.
Sebetulnya kita sebagai umat Islam diwajibkan
untuk selalu berpikir positif dan sebagainya. Kita
lihat saja apa manfaat positif dari haters, positif
haters adalah view marketing dan pembayaran.
Mereka bikin seller jadi ngetop dan popular.
Banyak orang yang awalnya tidak kenal saya, tapi
mereka baca fitnah-fitnah Jonru itu kurang ajar dan
lainnya dan mereka langsung mempercayainya,
bahkan Jonru seperti ini mereka cek ternyata tidak
seperti itu. Dan menjadi tertarik dengan saya
113
banyak yang seperti itu. Dan ini ada satu hal lagi,
jadi kita di Facebook setiap kita berkomentar, kan
di beranda muncul, si A mengomentari B, secara
tidak tulisan dipromosikan. Makanya teman-teman
di Facebook, fanpage yang anti Islam,merek
dengan bodohnya berkomentar disitu, isinya
memaki dan menghina Islam “kurang ajar lu” tapi
tetap saja tanpa sadar dipromosi. Bahkan di share,
ini harusnya dilaporkan saja, masa bodo, tidak
usah like, share, atau mengajak teman-teman lewat
inbox gituloh. Kalau kita komentar justru
mempromosikan mereka. Saya pernah tergoda
untuk berkomentar seperti itu, tapi menggunakan
akun samara yang tidak ada friendlist-nya. Dan
pengalaman saya, saya pernah membuat akun
samara beberapa saat kemudian, akun tersebut
langsung diblokir oleh Facebook karena
dilaporkan oleh mereka. Itu dahulu, sekarang
tidak. Yang sekarang saya lakukan membuat
fanpage berkomentar dengan akun tersebut, itu
juga dahulu, sekarang tidak. Saya berkomentar gitu
karena gemas saja, ini kometar kok lucu gitu.”
A : Adakah kepuasan tertentu atau motivasi
ketika berpendapat di media sosial?
B : “Sebetulnya, niat utama saya adalah sharing. Jika
banyak orang mengatakan saya mengkritik Jokowi,
itu bukan mengkritik. Kalau mengkritik
114
sebenarnya, kritikan saya berharap di dengar A dan
berubah gitu kan. Yang saya lakukan itu kan
belum tentu Jokowi baca, saya juga ga berharap di
baca. Dia baca atau engga saya tidak peduli. Yang
saya lakukan sebenarnya adalah sharing informasi,
mengungkapkan kepada publik Jokowi seperti ini
loh orangnya, yang saya lakukan seperti itu.
Makanya banyak orang yang mengritik saya juga.
Pa jokowi itu muslim, kalau mengritik seseorang
fate-to face, tidak boleh di depan umum. Saya
tidak mengritik yang saya lakukan adalah
mengshare informasi, banyak orang ghibah.
Padahal ada enam jenis ghibah yang
diperbolehkan. Ghibah yang diperbolehkan yaitu
kita membuka aib pemimpin dengan harapan
supaya masyarakat bebas dari hal-hal buruk yang
dilakukan pemimpin. Termasuk juga suami itri
melakukan kdrt, istrinya melaporkan di
pengadilan, membuka aib suaminya, bebas, suami
saya sering mukuli saya, ya bebas, padahal kan
aslinya seorang suami tidak boleh membuka aib
istri dan sebaliknya.”
A : Dari kritikan-kritikan yang dilontarkan
kepada bapak, bapak disebut hate speech
bagaimana pendapat bapak?
B : “Itulah sebabnya saat ini banyak istilah yang
rancu, hate speech itu pertama niatnya sendiri itu
115
sudah jelek dilakukan dengan cara yang jelek pula.
Kita menghina orang, mencaci maki orang.
Banyak kasus misalnya ada orang non muslim
yang menginjak-injak hate speech, itu namanya
hate speech. Tapi kalau mengkrtik, misalnya saya
mengatakan Jokowi tidak tepat janji dan ada
buktinya apakah itu hate speech? Tidak, itu
mengkritik namanya. Jadi kita mengkritik dibilang
hate speech. Saya sendiri juga punya teman
beberapa wartawan ya kerja di media besar, waktu
ituteman saya yang bekerja di beritasatu,
wawancara dengan kapolri, saat bicara dengan
kapolri, teman saya menunjukan Fanpage saya
“Ini pak, fanpage Jonru”, menurut kapolri biasa-
biasa saja, ini cuma kritikan biasa bukan hate
speech. Cuman yang bilang hate speech orang
yang gerah saja, yang terganggu hidupnya.”
A : Yang kita ketahui apabila ungkapan kita di
media menyinggung orang lain dan orang lain
itu melaporkan kepihak berwajib, itu bisa
dikatakan hate speech. Bagaimana pendapat
bapak?
B : “Kalau seperti itu kita punya hak jawab, kita bisa
membela diri, itu intinya. Dan kalau kita menuntut
orang ada satu hal kayak kemarin ada wartawan
presiden yang ingin mempolisikan saya, itu
tuntutannya sama sekali tidak berdasar. Dia bilang
116
Jonru telah menghina saya mengatakan foto saya
palsu. Nah padahal saya sama sekali tidak
menyebut nama fotografernya, saya bahkan tidak
tau siapa fotografernya. Namanya foto-foto di
internet, kita tidak tahu siapa yang memfotonya.
Kemudian dia memakai persepsi, yang namnya
persepsi tidak dapat dipidanakan. Menurut persepsi
saya, dia menghina saya, tidak bisa seperti itu.”
B : “Banyak orang takut untuk mengkritik karena
adanya UU ITE, faktanya yang kita lupa sejak
jaman Habibie sampai Jokowi belum pernah ada
satu orang pun yang ditangkap/dipidanakan oleh
pemerintah karena tuduhan melanggar UU ITE.
117
2. Dokumentasi
Foto bersama narasumber
118
119