Konsumsi Protein Masyarakat Indonesia Masih Rendah

6
 Konsumsi Protein Masyarakat Indonesia Masih Rendah Metrotvnews.com, Sukabumi: Ketua Asosiasi Rumah Potong Inggas Indonesia Achmad Damawi mengatakan konsumsi protein masyarakat Indonesia sampai saat ini masih rendah dibandingkan dengan negara-negara lain di Asia Tenggara. Konsumsi protein masyarakat Indonesia masih di bawah Singapura, Malaysia dan Vietnam," kata Damawi Kamis (28/10), saat konferensi pers pada acara kampanye konsumsi yang diselenggarakan oleh JAPFA Comfeed Indonesia TBK di SDN 1 Purwasari, Kecamatan Cicurug, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Damawi menyebutkan seperti makanan penghasil protein yakni ayam dan telur, konsumsi masyarakat Indonesia masih jauh di bawah Malaysia. Untuk Indonesia, konsumsi ayam per kapita setiap tahunnya hanya 7 kilogram, sedangkan Malaysia 36 kg. Untuk konsumsi telur, masyarakat Indonesia hanya 87 butir per kapita per tahun, jauh di bawah masyarakat Malaysia yang konsumsi telurnya 288 butir. "Sebenarnya target pemerintah untuk standar gizi nasional untuk konsumsi telur 720 butir per kapita per tahun dan daging ayam 40kg per kapita per tahun," tambahnya. Maka dari itu, Senior Vice Presiden JAPFA Comfeed Indonesia TBK ini berupaya meningkatkan konsumsi protein dengan cara memberikan pasokan makanan berprotein kepada masyarakat Indonesia, contohnya yang dilakukan kepada ribuan anak di Sukabumi. Namun, produk ayam dan telur yang dihasilkan oleh perusahaan ini hanya bisa melayani kebutuhan nasional sebesar 15 persen saja. Maka dari itu, pihaknya juga akan bekerja sama dengan pemerintah dan pengusaha makanan berprotein untuk bersama-sama meningkatkan konsumsi protein masyarakat Indonesia. "Kami ingin membiasakan masyarakat khususnya untuk para orang tua agar membiasakan memberi anaknya makanan berportein untuk masa depannya agar sehat cerdas dan perkembangan otaknya cepat," kata Damawi. Selama ini, menurutnya, orang tua lebih mementingkan penampilannya saja, namun tidak memperhatikan asupan gizinya. Seperti konsumsi rokok yang mencapai 1.180 batang rokok per kapita per tahun. Padahal, harga rokok lebih mahal dibandingkan harga daging ayam dan telur. "Kami ingin merubah kebiasaan masyarakat seperti ini karena dengan tingginya mengonsumsi protein bangsa ini akan menjadi bangsa yang maju dan unggul," ujarnya. Dari penelitian Universitas Indonesia, usia anak 0-10 tahun sangat membetuhkan asupan gizi yang tinggi untuk perkembangan otaknya," tambah Damawi.(Ant/BEY)

Transcript of Konsumsi Protein Masyarakat Indonesia Masih Rendah

5/17/2018 Konsumsi Protein Masyarakat Indonesia Masih Rendah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/konsumsi-protein-masyarakat-indonesia-masih-rendah

Konsumsi Protein Masyarakat Indonesia Masih

Rendah 

Metrotvnews.com, Sukabumi: Ketua Asosiasi Rumah Potong Inggas Indonesia Achmad

Damawi mengatakan konsumsi protein masyarakat Indonesia sampai saat ini masih rendahdibandingkan dengan negara-negara lain di Asia Tenggara.

Konsumsi protein masyarakat Indonesia masih di bawah Singapura, Malaysia dan Vietnam,"

kata Damawi Kamis (28/10), saat konferensi pers pada acara kampanye konsumsi yang

diselenggarakan oleh JAPFA Comfeed Indonesia TBK di SDN 1 Purwasari, Kecamatan

Cicurug, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.

Damawi menyebutkan seperti makanan penghasil protein yakni ayam dan telur, konsumsi

masyarakat Indonesia masih jauh di bawah Malaysia. Untuk Indonesia, konsumsi ayam per

kapita setiap tahunnya hanya 7 kilogram, sedangkan Malaysia 36 kg. Untuk konsumsi telur,masyarakat Indonesia hanya 87 butir per kapita per tahun, jauh di bawah masyarakat Malaysia

yang konsumsi telurnya 288 butir.

"Sebenarnya target pemerintah untuk standar gizi nasional untuk konsumsi telur 720 butir per

kapita per tahun dan daging ayam 40kg per kapita per tahun," tambahnya.

Maka dari itu, Senior Vice Presiden JAPFA Comfeed Indonesia TBK ini berupaya meningkatkan

konsumsi protein dengan cara memberikan pasokan makanan berprotein kepada masyarakat

Indonesia, contohnya yang dilakukan kepada ribuan anak di Sukabumi. Namun, produk ayam

dan telur yang dihasilkan oleh perusahaan ini hanya bisa melayani kebutuhan nasional sebesar

15 persen saja.

Maka dari itu, pihaknya juga akan bekerja sama dengan pemerintah dan pengusaha makanan

berprotein untuk bersama-sama meningkatkan konsumsi protein masyarakat Indonesia. "Kami

ingin membiasakan masyarakat khususnya untuk para orang tua agar membiasakan memberi

anaknya makanan berportein untuk masa depannya agar sehat cerdas dan perkembangan

otaknya cepat," kata Damawi.

Selama ini, menurutnya, orang tua lebih mementingkan penampilannya saja, namun tidak

memperhatikan asupan gizinya. Seperti konsumsi rokok yang mencapai 1.180 batang rokok per

kapita per tahun. Padahal, harga rokok lebih mahal dibandingkan harga daging ayam dan telur."Kami ingin merubah kebiasaan masyarakat seperti ini karena dengan tingginya mengonsumsi

protein bangsa ini akan menjadi bangsa yang maju dan unggul," ujarnya.

Dari penelitian Universitas Indonesia, usia anak 0-10 tahun sangat membetuhkan asupan gizi

yang tinggi untuk perkembangan otaknya," tambah Damawi.(Ant/BEY)

5/17/2018 Konsumsi Protein Masyarakat Indonesia Masih Rendah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/konsumsi-protein-masyarakat-indonesia-masih-rendah

Masyarakat Diharap Naikan

Konsumsi Telur dan Ayam 

NERACA

Jakarta – Masyarakat diharapkan meningkatkan konsumsi daging ayam dan telur hingga dua kalilipat dalam tiga tahun ke depan. Saat ini konsumsi per kapita dua komoditas peternakan tersebutmasih sangat rendah di Indonesia bahkan kalah dibanding negara-negara ASEAN lain.

Menurut Menteri Pertanian Suswono, masyarakat Malaysia rata-rata mengkonsumsi daging ayamsebanyak tiga ekor per bulan. Sedangkan di Indonesia hanya 7,6 kg/kapita/tahun atau sekitar satuekor per empat bulan.

“Begitu juga konsumsi telur, masyarakat Indonesia masih rendah yakni hanya sekitar satu

butir/kapita/minggu sedangkan di negara tetangga tersebut sudah tiga butir/kapita/hari,” jelasnya diJakarta, akhir pekan lalu.

Oleh karena itu, sambung Mentan, pada 2014 konsumsi daging ayam dan telur ditargetkanmeningkat 1,5 hingga dua kali lipat. Saat ini konsumsi telur hanya sekitar dua hingga tiga butir perminggu/orang.

Mentan menyatakan, dari segi produksi sebenarnya peternakan unggas dalam negeri saat ini sudahmencapai swasembada.

Bahkan, imbuhnya, sektor perunggasan memberikan sumbangan yang besar terhadap pemenuhankebutuhan daging nasional yakni mencapai 65% dari total konsumsi dalam negeri.

“Oleh karena itu tinggal ditingkatkan konsumsi daging ayam dan telur di masyarakat. Tak mestidaging (sapi) untuk memenuhi kebutuhan protein namun juga bisa dari ayam dan telur,” jelasMentan.

Suswono mengungkap, dengan peningkatan konsumsi ayam dan telur di masyarakat maka akanmenaikkan permintaan komoditas ternak tersebut yang akhirnya menggairahkan usaha peternakandi dalam negeri.

Sementara itu, Ketua Forum Masyarakat Perunggasan Indonesia (FMPI) Don Utoyo menuturkan,produksi daging ayam saat ini, sekitar 1,6 juta ekor setara 2,4 juta ton ayam hidup atau 1,7 juta tondaging ayam. Sedangkan produksi telur diperkirakan mencapai 1,4 juta ton per tahun.

Menurut dia, konsumsi daging ayam dan telur di dalam negeri masih lebih rendah dibandingkansejumlah negara Asean lainnya.

“Konsumsi daging ayam masyarakat Indonesia hanya tujuh kg/kapita/tahun dan telur sekitar 80butir/kapita/tahun. Sementara konsumsi daging ayam masyarakat di Thailand mencapai 16kg/tahun, Singapura 28 kg/tahun bahkan Malaysia sebanyak 36 kg/tahun,” urainya. 

5/17/2018 Konsumsi Protein Masyarakat Indonesia Masih Rendah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/konsumsi-protein-masyarakat-indonesia-masih-rendah

Don menyebut, konsumsi telur di negara-negara tersebut juga melebihi Indonesia, Thailandsebanyak 93 butir/kapita/tahun, Cina 304 butir/tahun dan Malaysia 311 butir/tahun.

Konsumsi Ikan Indonesia Masih RendahGIZI MASYARAKAT

Jakarta, Kompas - Walaupun dua per tiga wilayah Indonesia berupa lautan, konsumsi ikan penduduk Indonesia

termasuk rendah dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lain. Buruknya sistem distribusi membuat ikan

segar dengan kualitas baik hanya bisa dikonsumsi sebagian kecil masyarakat.

”Daya beli sebagian besar masyarakat sangat rendah. Mereka hanya mampu membeli ikan yang diawetkan,

terutama ikan asin, meski kualitas gizinya rendah,” kata Guru Besar Ilmu Pangan Universitas Gadjah Mada Sri

Raharjo yang dihubungi dari Jakarta, Selasa (23/8).

Konsumsi ikan di Indonesia pada 2010 baru 30,47 kilogram per kapita. Di Malaysia dan Singapura masing-

masing mencapai 55,4 kilogram per kapita per tahun dan 37,9 kilogram per kapita per tahun.

Konsumsi ikan di Indonesia mengalami ketimpangan. Di luar Jawa, konsumsi ikan mencapai lebih dari 30

kilogram per kapita per tahun. Yang tertinggi di Maluku, sebesar 52 kilogram per kapita per tahun.

Di Jawa, konsumsi ikan kurang dari 20 kilogram pe kapita per tahun. Konsumsi terendah di Daerah Istimewa

Yogyakarta sebanyak 16 kilogram per kapita per tahun.

Kemiskinan membuat masyarakat lebih fokus memenuhi kebutuhan karbohidrat sebagai sumber tenaga.

Kalaupun memiliki uang, mereka memilih mengonsumsi ayam.

Raharjo membantah mitos makan ikan menyebabkan cacingan. Cacingan terjadi akibat proses penyiapan

makanan dan lingkungan yang tak bersih, bukan dari ikan.

”Perlu keterlibatan pemerintah menyediakan infrastruktur distribusi ikan. Tidak bisa diserahkan semua kepada

swasta,” kata Raharjo. 

Secara terpisah, Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan, Kementerian Kelautan dan

Perikanan Victor PH Nikijuluw menyatakan, konsumsi ikan segar di Indonesia tetap lebih tinggi dibandingkan

ikan asin. Dari 5,6 juta ton produksi ikan laut pada 2010, hanya 1,9 juta ton merupakan ikan asin ataupun

pindang.

”Pemerintah menargetkan konsumsi ikan per kapita naik menjadi 32 kilogram pada 2011 dan 38 kilogram pada

2014,” ujar Victor menambahkan. 

Untuk memenuhi target, pemerintah mengembangkan sistem logistik ikan nasional. Dalam sistem ini, sejak 

ditangkap hingga sampai ke pedagang eceran, ikan selalu didinginkan dengan es.

5/17/2018 Konsumsi Protein Masyarakat Indonesia Masih Rendah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/konsumsi-protein-masyarakat-indonesia-masih-rendah

Dengan menggandeng swasta, pemerintah akan membangun sistem distribusi ikan dari wilayah penghasil ke

wilayah konsumsi ikan. Pemerintah merencanakan membangun gudang penyimpanan berkapasitas 10.000 ton

di Medan, Jakarta, Surabaya, Makassar, Manado, dan Ambon.

Sistem ini diharapkan menjamin pasokan dan distribusi ikan dalam jumlah stabil dan kualitas baik sepanjang

tahun. Pengiriman ikan segar ke Jawa bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan konsumsi individu, melainkan

 juga untuk industri pengolahan ikan. (MZW)

Sumber: http://cetak.kompas.com/read/2011/08/24/04214829/konsumsi.ikan.indonesia.masih.rendah 

Tingkat Konsumsi Ikan Naik 30,4 Kg Per Kapita 

Ekonomi - / Kamis, 15 September 2011 21:09 WIB  

Metrotvnews.com, Jakarta: Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) memperkirakan, tingkatkonsumsi ikan secara nasional pada tahun ini mencapai 32 kilogram per kapita atau mengalamikenaikan dibandingkan 2010 yang sebesar 30,4 kg per kapita per tahun. Dirjen Pengolahan danPemasaran Hasil Perikanan (P2HP) Kementerian Kelautan dan Perikanan Victor Nikijuluwmengakui, laju pertumbuhan konsumsi ikan yang belum signifikan.

"Dimensi budaya dan ketidakpahaman sebagian masyarakat untuk mengonsumsi ikan masihmenjadi kendala," katanya dalam seminar Gerakan Memasyarakatkan Makan Ikan di Jakarta, Kamis(15/9).

Menurut dia, dibandingkan 2009 tingkat konsumsi ikan nasional pada 2010 meningkat, namun jugasangat rendah, yakni 4,5 persen atau 1,5 kg dari 29,9 kg per kapita per tahun menjadi 30,4 kg perkapita per tahun. Kenyataan itu di bawah pola pangan harapan, yaitu 31.40 kg per kapita per tahun.

Berdasarkan wilayah, tingkat konsumsi ikan masyarakat Jawa sangat rendah dibandingkanmasyarakat di Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Papua. Victor menilai, rendahnya konsumsi ikansangat terkait dengan kurangnya informasi tentang manfaat konsumsi ikan bagi kesehatan. Selainitu, adanya budaya dan mitos negatif berkenaan makan ikan.

Hal lain yang turut berpengaruh adalah kurang optimalnya suplai ikan bermutu dan belumberkembangnya jaringan distribusi yang merata di seluruh wilayah Indonesia. Data Badan PusatStatistik (BPS) yang diolah KKP menyebutkan, total produksi perikanan nasional tahun ini sudahmencapai 10,65 juta ton. Sedangkan laju pertumbuhan produksi nasional sejak 2005-2009

mencapai 10,02 persen.

Mestinya, dengan potensi produksi perikanan yang sebesar itu masyarakat luas mampumengoptimalkan pemanfaatannya. Menurut Victor, diperlukan kebijakan pemerintah yang mencakupketersediaan pasokan dan terus mendorong konsumen untuk membeli ikan. "Orang akan makansangat bergantung banyaknya ikan. Di Jawa sulit, karena konsumsi sedikit. Jadi harus diperbanyakpasokan ikan ke Jawa. Itu kita lakukan dari Sulawesi dan Kalimantan," katanya.

Dikatakannya, selain unsur pendidik para tokoh agama, misalnya di pesantren juga memegang

5/17/2018 Konsumsi Protein Masyarakat Indonesia Masih Rendah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/konsumsi-protein-masyarakat-indonesia-masih-rendah

peran penting dalam sosialisasi pentingnya ikan terhadap tumbuh kembang sekaligus kesehatantubuh.(Ant/BEY)

Sumber : http://metrotvnews.com 

KONSUMSI IKAN DI INDONESIA

Indonesia merupakan negara maritim yang terdiri dari 2/3 bagian air dan laut,selebihnya

daratan terdiri dari 13.000 pulau besar dan kecil merupakan negara yang kaya dan sangat

melimpah, lautnya kaya raya akan sumber daya alam. Luas perairan laut Indonesia

diperkirakan sebesar 5,8 juta km2 dengan garis pantai terpanjang di dunia sebesar 81.000 km

dan gugusan pulau-pulau sebanyak 17.508, memiliki potensi ikan yang diperkirakan terdapat

sebanyak 6,26 juta ton per tahun yang dikelola secara lestari dan 4,4 juta ton dapat ditangkap di

perairan Indonesia dan 1,86 juta ton diperoleh dari perairan ZEEI (Departemen Kelautan dan

Perikanan).

Data Statistik Perikanan Tangkap Indonesia (2000) menunjukkan bahwa produksi perikanan

Indonesia meningkat rata-rata sebesar 3,39% dari tahun 1999- 2000, dengan peningkatan dari

3.682.444 pada tahun 1999 dan 3.807.191 ton pada tahun 2000. Pada tahun 2004, produksi

perikanan tangkap negara kita telah mencapai 4,8 ton atau 77,4% dan jumlah nelayan pun telah

naik menjadi 3,4 juta orang. Karena itu Indonesia dapat dikatakan kaya akan sumber-sumber

perikanan yang secara potensial dapat meningkatkan konsumsi protein hewani, khususnya

yang berasal dari ikan. Namun demikian, penduduk Indonesia sangat rendah konsumsi

ikannya, padahal negara Indonesia sangat luas perairannya, bahkan 3 kali lipat luas

daratannya.Tingkat konsumsi rata-rata penduduk Indonesia pada tahun 1998 sebesar 17

kg/orang/tahun, dan pada tahun 2003 mencapai 23 kg/orang/tahun, bandingkan dengan tingkat

konsumsi ikan rata-rata per kapita per tahun di Hongkong, Singapura, Taiwan, Korea Selatan,

Amerika Serikat dan Malaysia berturut-turut adalah 80, 70, 65, 60, 35, 30 kg dan Bangsa

Jepang rata-rata 110 kg/orang/tahun, sehingga Jepang merupakan bangsa dengan kualitas

kesehatan serta kecerdasan tertinggi di dunia, namun demikian, hingga saat ini mengonsumsi

ikan belum menjadi gaya hidup keluarga di tanah air. Hingga tahun 2006, tingkat konsumsi ikan

penduduk Indonesia baru mencapai 25,03 kg/tahun atau meningkat sebesar 4,51% dari tahun

2005 sebesar 23,95/kg/kapita/tahun (Hutagalung, 2007).

Ikan merupakan salah satu bahan makanan yang mengandung berbagai macam zat nutrisi.

Ikan menurut perairan tempat hidupnya terdiri dari ikan air tawar dan ikan laut. Keduanya

adalah makanan sumber protein yang sangat penting untuk pertumbuhan tubuh. Sebagai

bahan pangan, ikan merupakan sumber protein, lemak, vitamin dan mineral yang sangat baik

dan prospektif. Keunggulan utama protein ikan dibandingkan dengan produk lainnya adalah

kelengkapan komposisi asam amino dan kemudahannya untuk dicerna (Astawan, 2003). Ikan

 juga mengandung 18% protein, yang terdiri dari asam-asam amino esensial yang tidak rusak

pada waktu pemasakan. Kandungan lemaknya 1%-20% lemak yang mudah dicerna serta

langsung dapat digunakan oleh jaringan tubuh. Kandungan lemaknya sebagian besar adalah

5/17/2018 Konsumsi Protein Masyarakat Indonesia Masih Rendah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/konsumsi-protein-masyarakat-indonesia-masih-rendah

asam lemak tak jenuh yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan dapat menurunkan kolesterol

darah (Hutagalung, 2007).

Secara keseluruhan protein, vitamin, mineral dan asam lemak omega 3 yang dikandung dalam

ikan mempunyai peran dalam kesehatan tubuh manusia baik di bagian otak, mata, jantung,

paru-paru, otot, pencernaan, kulit maupun persendian. Untuk memperoleh efek omega 3,diperlukan asupan omega 3 dalam jumlah tertentu, sebagian orang harus makan ikan setara 2-

3 kali dengan 100 gram per sekali makan dalam sehari atau sekitar 6-9 gram minyak ikan per

hari (Astawan, 2003).