KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP IDENTITAS BUDAYA SUROBOYOAN DALAM PROGRAM NDORO BEI DI JAWA...

139
KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP IDENTITAS BUDAYA SUROBOYOAN DALAM PROGRAM NDORO BEI DI JAWA POS MEDIA TELEVISI (JTV) SURABAYA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos.) Oleh Umi Lailatul Baroroh 11150510000039 PROGRAM STUDI JURNALISTIK FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1441 H/ 2020 M

Transcript of KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP IDENTITAS BUDAYA SUROBOYOAN DALAM PROGRAM NDORO BEI DI JAWA...

Page 1: KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP IDENTITAS BUDAYA SUROBOYOAN DALAM PROGRAM NDORO BEI DI JAWA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51757... · 2020. 8. 11. · Jawa Pos Media

KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP IDENTITAS

BUDAYA SUROBOYOAN DALAM PROGRAM

NDORO BEI DI JAWA POS MEDIA TELEVISI

(JTV) SURABAYA

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

Sarjana Sosial (S.Sos.)

Oleh

Umi Lailatul Baroroh

11150510000039

PROGRAM STUDI JURNALISTIK

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU

KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1441 H/ 2020 M

Page 2: KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP IDENTITAS BUDAYA SUROBOYOAN DALAM PROGRAM NDORO BEI DI JAWA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51757... · 2020. 8. 11. · Jawa Pos Media

LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : Umi Lailatul Baroroh

NIM :11150510000039

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul

KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP IDENTITAS

BUDAYA SUROBOYOAN DALAM PROGRAM NDORO

BEI DI JAWA POS MEDIA TELEVISI (JTV) SURABAYA

adalah benar merupakan karya saya sendiri yang belum pernah

diajukan sebagai skripsi atau karya ilmiah pada perguruan tinggi

atau lembaga lain dan tidak melakukan tindakan plagiat dalam

penyusunannya. Adapun kutipan yang ada dalam penyusunan

karya ini telah saya cantumkan sumber kutipannya dalam skripsi.

Saya bersedia melakukan proses yang semestinya sesuai dengan

peraturan perudangan yang berlaku jika ternyata skripsi ini

sebagian atau keseluruhan merupakan plagiat dari karya orang

lain.

Demikian pernyataan ini dibuat untuk dipergunakan

seperlunya.

Jakarta, 7 April 2020

Umi Lailatul Baroroh

NIM 11150510000039

Page 3: KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP IDENTITAS BUDAYA SUROBOYOAN DALAM PROGRAM NDORO BEI DI JAWA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51757... · 2020. 8. 11. · Jawa Pos Media

KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP IDENTITAS

BUDAYA SUROBOYOAN DALAM PROGRAM

NDORO BEI DI JAWA POS MEDIA TELEVISI

(JTV) SURABAYA

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

Sarjana Sosial (S.Sos.)

Oleh

Umi Lailatul Baroroh

NIM 11150510000039

Pembimbing

Syamsul Rijal, MA, Ph.D

NIP 197810082006041002

PROGRAM STUDI JURNALISTIK

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU

KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1441 H/ 2020M

Page 4: KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP IDENTITAS BUDAYA SUROBOYOAN DALAM PROGRAM NDORO BEI DI JAWA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51757... · 2020. 8. 11. · Jawa Pos Media
Page 5: KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP IDENTITAS BUDAYA SUROBOYOAN DALAM PROGRAM NDORO BEI DI JAWA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51757... · 2020. 8. 11. · Jawa Pos Media

i

ABSTRAK

Umi Lailatul Baroroh, “Konstruksi Media Terhadap

Identitas Budaya Suroboyoan dalam Program Ndoro Bei di

Jawa Pos Media Televisi Surabaya”, 2020

Kuatnya arus modernisasi dan globalisasi dapat

menggeser identitas dan kearifan lokal suatu daerah. Nilai-nilai

yang dijunjung tinggi oleh masyarakat tengah mengalami erosi.

Keberadaan televisi lokal diharapkan mampu menampilkan

budaya daerah serta peristiwa lokal dengan menyentuh kehidupan

nyata masyarakat setempat. Jawa Pos Media Televisi merupakan

televisi swasta regional terbesar dan pertama di Indonesia. JTV

memiliki khas sebagai televisi yang mengangkat kearifan lokal.

Berdasarkan konteks di atas, maka tujuan penelitian

adalah untuk menjawab “Bagaimana Identitas Budaya

Suroboyoan dikonstruksi dalam program acara Ndoro Bei di Jawa

Pos Media televisi?” dan “Apa makna dari tanda yang

dimunculkan dalam tayangan Ndoro Bei di Jawa Pos Media

Televisi?”

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori

konstruksi sosial yang diperkenalkan oleh Peter L. Berger dan

Thomas Luckman. Teori tersebut menyebutkan bahwa

kostruktivisme dilihat sebagai sebuah kerja kognitif individu

untuk menafsirkan dunia realitas yang ada. Pada tataran aplikasi

Penelitian ini menggunakan analisis semiotika Charles Sanders

Pierce. Kunci analisis Pierce adalah untuk melihat sebuah tanda

dengan konsep triadik, yaitu representament, objek dan

interpretant.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan

pendekatan deskriptif. Teknik pengumpulan data yang dilakukan

adalah analisis dokumentasi dan wawancara.

Konstruksi Identitas Budaya Suroboyoan dalam program

acara Ndoro Bei termasuk dalam Konstruksi radikal, sehingga

pegetahuan dan pengalaman penulis cerita memiliki peran

penting. Identitas Budaya suroboyoan ditunjukkan dalam

berbagai tingkah laku dan ekspresi, seperti lugas, spontan dan

terbuka. Bahasa Suroboyoan yang khas juga tidak luput dari

dialog.

Kata Kunci: Konstruksi Sosial, Identitas Budaya, Semiotika,

Budaya Suroboyoan

Page 6: KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP IDENTITAS BUDAYA SUROBOYOAN DALAM PROGRAM NDORO BEI DI JAWA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51757... · 2020. 8. 11. · Jawa Pos Media

ii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulillahirabbil ‘alamiin, Puji syukur penulis

panjatkan kehadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah

memberikan kekuatan dan kesabaran kepada penulis selama

menjalani jenjang perkuliahan hingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam senantiasa

tercurahkan kepada nabi besar Muhammad shallahu’alaihi wa

sallam serta keluarga, sahabat dan para pengikutnya.

Penulis secara khusus ingin mengucapkan terima kasih

kepada kedua orangtua penulis, Ibunda Siti Waqiah dan

Ayahanda Imam Muslih yang telah memberikan semangat dan

doa tiada henti kepada penulis karena berkat doa mereka, penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini. Semoga mereka selalu diberkahi

Allah Subhanahu wa Ta’ala dan selalu dalam lindungan-Nya

Penulis hanyalah manusia biasa yang banyak kekurangan

dan sangat membutuhkan bantuan orang sekitar untuk mencapai

suatu tujuan, terlebih dalam menyelesaikan skripsi ini. Oleh

karenanya, dalam kata pengantar ini penulis mengucapkan rasa

terima kasih yang tak terhingga kepada beberapa pihak yang

secara langsung maupun tidak langsung membantu penulis

merampungkan karya akhir ini. Rasa terima kasih ini diberikan

kepada:

1. Prof. Dr. Hj. Amany Lubis, MA selaku Rektor Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Page 7: KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP IDENTITAS BUDAYA SUROBOYOAN DALAM PROGRAM NDORO BEI DI JAWA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51757... · 2020. 8. 11. · Jawa Pos Media

iii

2. Bapak Dr. Suparto,M.Ed. selaku Dekan Fakultas Ilmu

Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta, beserta Ibu Dr. Siti Napsiyah,

MSW, selaku Wakil Dekan Bidang Akademik, Dr.

Sihabudin Noor, M.Ag selaku Wakil Dekan Bidang

Administrasi Umum dan Drs. Cecep Sastrawijaya, MA,

selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan, Alumni dan

Kerjasama

3. Ketua Program Studi Jurnalistik, sekaligus Dosen

Penasihat Akademik Jurnalistik A angkatan 2015 Bapak

Kholis Ridho, M.Si dan Sekretaris Program Studi

Jurnalistik Ibu Musfiroh Nurlaily, MA yang telah banyak

membantu penulis dalam menyelesaikan birokrasi karya

ilmiah ini.

4. Bapak Syamsul Rijal MA, Ph.D sebagai pembimbing

yang telah meluangkan waktunya serta memberikan

arahan dan masukan untuk penulis hingga skripsi ini dapat

terselesaikan.

5. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi yang telah mengajar dan membimbing

penulis semasa kuliah.

6. Seluruh Staf dan pengurus perpustakaan, baik Staf

Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi maupun Staf Perpustakaan Utama

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yag

telah membantu hingga penulis dapat melihat referensi

dari penelitian terdahulu.

Page 8: KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP IDENTITAS BUDAYA SUROBOYOAN DALAM PROGRAM NDORO BEI DI JAWA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51757... · 2020. 8. 11. · Jawa Pos Media

iv

7. Pihak Jawa Pos Media Televisi, Bapak Nugroho

Widiyatmoko selaku Produser program acara Ndoro Bei,

dan Bapak Hendrik yang telah membantu penulis

memberikan data-data yang penulis butuhkan

8. Teman-teman Jurnalistik 2015. Terima kasih telah

menjadi teman yang menyenangkan. Khususnya Ineike

Pramestiya, Dewi Rahmayuni, Rizka Maulidina, Awanda

Noviani, Rissa Diah Dwi Djayanti dan Hilma Nur Alifah

semoga tali persaudaraan kita tetap terjaga.

9. Teman-teman Hikam Korda Jabodetabek. Terima kasih

telah menjadi sahabat, pembimbing sekaligus motivator

bagi penulis.

10. Teman-teman KKN Pena Rusa, terima kasih telah

menjadi saudara di saat jauh dari keluarga, keceriaan yang

kalian berikan tidak akan terlupakan.

Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dan

kekhilafan dalam menyusun skripsi ini, karena itu penulis

berharap adanya kritik dan saran dari semua pihak. Semoga

skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Jakarta, 10 April 2020

Umi Lailatul Baroroh

Page 9: KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP IDENTITAS BUDAYA SUROBOYOAN DALAM PROGRAM NDORO BEI DI JAWA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51757... · 2020. 8. 11. · Jawa Pos Media

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK ............................................................................ i

KATA PENGANTAR .......................................................... ii

DAFTAR ISI ......................................................................... v

BAB I PENDAHULUAN .................................................... 1

A. Latar Belakang ..................................................... 1

B. Batasan dan Rumusan Masalah ............................ 12

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................ 13

D. Metodologi Penelitian .......................................... 13

E. Tinjauan Pustaka .................................................. 16

F. Sistematika Penulisan .......................................... 20

BAB II LANDASAN TEORI ............................................. 22

A. Media dan Identitas .............................................. 22

B. Konstruksi Sosial ................................................. 26

C. Semiotika ............................................................. 29

1. Semiotika Charles Sanders Pierce .................. 31

D. Identitas Budaya ................................................... 36

E. Identitas Budaya Suroboyoan .............................. 40

BAB III GAMBARAN UMUM JAWA POS MEDIA

TELEVISI ............................................................................. 54

A. Perkembangan Bisnis Jawa Pos Group ................ 54

B. Sejarah dan Perkembangan jawa Pos Media

Televisi ................................................................. 60

C. Program Tayangan Ndoro Bei ............................. 66

D. Struktur Program tayangan Ndoro bei ................. 67

BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN .............. 70

A. Simbol Tradisi Jawa ............................................ 72

B. Simbol Kepercayaan dalam Beragama ................ 76

Page 10: KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP IDENTITAS BUDAYA SUROBOYOAN DALAM PROGRAM NDORO BEI DI JAWA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51757... · 2020. 8. 11. · Jawa Pos Media

vi

C. Sikap terbuka ........................................................ 78

D. Perilaku Lugas ...................................................... 81

E. Perilaku Spontan .................................................. 82

F. Kalimat Kiasan ..................................................... 83

G. Puisi Jawa Tradisional.......................................... 85

H. Data Hasil Keseluruhan Temuan ......................... 86

BAB V PEMBAHASAN ...................................................... 94

A. Analisis Semiotika Charles Sanders Pierce ......... 94

B. Konstruksi Identitas Budaya Suroboyoan ............ 108

BAB VI SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN............ 115

A. Kesimpulan .......................................................... 115

B. Implikasi ............................................................... 117

C. Saran ..................................................................... 117

DAFTAR PUSTAKA ........................................................... 118

LAMPIRAN .......................................................................... 124

Page 11: KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP IDENTITAS BUDAYA SUROBOYOAN DALAM PROGRAM NDORO BEI DI JAWA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51757... · 2020. 8. 11. · Jawa Pos Media

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi

berlangsung sangat pesat. Penemuan alat cetak oleh Johanes

Guttenberg pada tahun 1455 menjadi pemicu lahirnya

teknologi baru seperti mesin ketik, mesin print hingga mesin

cetak dengan kombinasi teknik foto. Mesin-mesin tersebut

akhirnya dapat memproduksi majalah, surat kabar dan buku

sebagai sarana informasi. pada tahun 1876 penemuan telepon

oleh Alexander Graham Bell juga mewarnai perkembangan

dunia teknologi komunikasi dan informasi. Perkembangan

selanjutnya dari telepon ini adalah penemuan telepon mobile

yang kemudian melahirkan pelayanan third generation (3G)

oleh sebuah industri komunikasi yang bernama the Holy Grail

yang memungkinkan mengirimkan pesan suara, video, dan

data melalui internet.1

Adanya perkembangan teknologi memudahkan

masyarakat dalam mengakses media, baik media cetak

ataupun media online. Kemudahan tersebut juga

menumbuhkan kesadaran masyarakat akan kebutuhannya

mendapatkan informasi. Beberapa media yang sekarang telah

familiar seperti surat kabar, majalah, film, radio, televisi dan

media sosial telah menjadi rujukan utama masyarakat untuk

1Amar Ahmad, Perkembangan Teknologi Komunikasi dan Informasi:

Akar Revolusi dan Berbagai Standarnya. Jurnal Dakwah Tabligh Vol 13 No 1

Tahun 2012, h. 139. diakses pada: 5 September 2019 dari: http://journal.uin-

alauddin.ac.id/index.php/tabligh/article/view/300

Page 12: KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP IDENTITAS BUDAYA SUROBOYOAN DALAM PROGRAM NDORO BEI DI JAWA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51757... · 2020. 8. 11. · Jawa Pos Media

2

mendapatkan informasi yang dibutuhkan. Suatu kajian dari

Indiana University membandingkan pemakaian media sosial

dalam partisipasi politik di lima negara yakni, Indonesia,

Taiwan, Cina, Thailand dan Jepang. Hasil kajian tersebut

menemukan bahwa Indonesia adalah negara dengan pangsa

pengguna media sosial tertinggi (71,6 persen) yang

menggunakan media sosial dengan maksud untuk

mengonsumsi berita.2

Sejak tahun 1960-an, masyarakat Indonesia sendiri sudah

akrab dengan salah satu media yang menggabungkan audio

sekaligus visual secara langsung yakni televisi. mereka dapat

menikmati acara televisi melalui televisi publik yakni TVRI

(Televisi Republik Indonesia). Perkembangan selanjutnya,

beberapa stasiun televisi swasta mulai bermunculan. Tercatat

munculnya RCTI, SCTV dan TPI pada awal 1990-an.

Kemudian dilanjutkan dengan kehadiran ANTV pada tahun

1992, Indosiar pada tahun 1995, Metro TV pada tahun 2000,

Lativi yang sudah berganti nama menjadi TV One, Trans TV

pada tahun 2001 dan TV 7 yang sekarang bernama Trans 7

pada tahun 2007. Dilanjutkan dengan kehadiran Global TV,

Net TV, dan INews TV. Di samping televisi swasta, dalam

dunia pertelevisian di Indonesia juga terdapat televisi regional

2 Ross Tapsell, Kuasa Media di Indonesia: Kaum Oligarki, Warga

dan Revolusi Digital (Tangerag Selatan; CV Marjin Kiri, 2019), h. 20

Page 13: KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP IDENTITAS BUDAYA SUROBOYOAN DALAM PROGRAM NDORO BEI DI JAWA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51757... · 2020. 8. 11. · Jawa Pos Media

3

atau daerah dan televisi berlangganan seperti Indovision,

Kabelvision atau Telkomvision.3

Televisi menjadi medium dengan jangkauan dan

popularitas terbesar di seluruh nusantara. Setidaknya

seminggu sekali sebagian besar penduduk dewasa menonton

berita di televisi. Pada tahun 1990an, survei menunjukkan

bahwa 60 persen orang Indonesia menonton televisi setiap

minggu. Angka tersebut naik hingga 90 persen pada tahun

2015 (hampir 150 juta penduduk dewasa). Selain murah dan

mudah untuk diakses, penggabungan antara unsur-unsur

audio dan visual sekaligus menjadi daya tarik tersendiri.

Selain itu, televisi juga bersifat langsung dan tidak mengenal

jarak. Sejalan dengan perkembangan teknologi komunikasi

dan informasi lainnya, kini televisi telah bertransformasi, baik

dari bentuknya, informasi yang diberikan kepada khalayak,

atau bahkan teknologi internal di dalam televisi itu sendiri.

Televisi saat ini telah berkembang ke dalam berbagai bentuk,

seperti televisi yang menggunakan sistem satelit, jaringan,

maupun sistem digital.4

Perusahaan televisi Indonesia menjadi sangat produktif di

era digital. Belanja iklan media naik dari Rp9 triliun pada

2001 menjadi Rp60 triliun pada 2010. Televisi swasta

memperoleh sekitar 80 persen dari belanja ini pada 2004,

3 Hermin Indah Wahuni, Kebijakan “Media Baru” di Indonesia

(Harapan, Dinamika dan Capaian Kebijakan “Media Baru” di

Indonesia)(Yogakarta; Gadjah Mada University Press, 2013), h. 114. 4 Ross Tapsell, Kuasa Media di Indonesia:Kaum Oligarki, Warga dan

Revolusi Digital, h. 69.

Page 14: KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP IDENTITAS BUDAYA SUROBOYOAN DALAM PROGRAM NDORO BEI DI JAWA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51757... · 2020. 8. 11. · Jawa Pos Media

4

menjadikannya media yang paling layak secara finansial.

Karena televisi termasuk dalam siaran gratis, maka dengan

mudah menjadikannya media yang paling banyak

dikonsumsi. Sekitar 70 persen dari semua iklan media di

Indonesia sekarang masuk ke televisi, dibandingkan dengan

sekitar 20 persen untuk media cetak.5

Semangat untuk menciptakan kondisi yang lebih terbuka,

bebas, dan transparan terhadap sistem media penyiaran di

tanah air dimulai dengan dihasilkannya UU penyiaran No. 32

tahun 2002. Undang-undang penyiaran tersebut dianggap

lebih demokratis jika dibandingkan pada masa rezim

Soeharto. Dalam undang-undang tersebut mengatur tetang

prinsip-prinsip penyelenggaraan peniaran yang berlaku di

Indonesia.6

Adanya UU Penyiaran membuka peluang bagi

berkembangnya televisi-televisi lokal dengan memberikan

pengakuan bagi eksistensi lembaga penyiaran lokal, baik

swasta, komunitas, maupun publik. Pasal 31 dalam UU

Penyiaran menyatakan bahwa stasiun penyiaran lokal dapat

didirikan di lokasi tertentu dalam wilayah Negara Republik

Indonesia dengan wilayah jagkauan siaran terbatas pada

lokasi tersebut, juga mayoritas kepemilikan modal awal dan

pengelolaan stasiun penyiaran lokal diutamakan kepada

5 Ross Tapsell, Kuasa Media di Indonesia:Kaum Oligarki, Warga dan

Revolusi Digital, h. 80. 6 Surokim, Muhtar Wahyudi, Televisi Lokal; Strategi Jitu

Memenangkan Persaingan dan Merebut Pemirsa TV (UTM Press; Madura,

2013), h. 7

Page 15: KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP IDENTITAS BUDAYA SUROBOYOAN DALAM PROGRAM NDORO BEI DI JAWA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51757... · 2020. 8. 11. · Jawa Pos Media

5

masyarakat di daerah tempat stasiun lokal itu berada.

Semangat otonomi daerah mendorong pertumbuhan televisi

lokal di Indonesia.7

Televisi lokal menurut Asosiasi Televisi Lokal Indonesia

adalah stasiun televisi yang berdaya jangkau siar lokal (daya

jangkau siaran maksimum dalam satu provinsi/kota). Dengan

arti lain, televisi lokal adalah stasiun penyiaran yang memiliki

studio siaran yang berada di lokasi tertentu dengan wilayah

jangkauan siaran tertentu. Kehadirannya memiliki makna

yang penting dan strategis dalam konteks daerah, sebagai

media massa yang akan merepresentasikan khasanah budaya

lokal, dengan tingkat keragaman, kekayaan dan keunikan

masing-masing daerah. Hal ini selain untuk memperteguh

budaya lokal, juga dimaksud dapat membendung arus

globalisasi yang telah masuk dalam ranah media8.

Asosiasi Televisi Lokal Idonesia (ATVLI) dibentuk pada

tahun 2002 oleh beberapa pemilik media lokal. ATVLI

didirikan sebagai wadah berkumpulnya stasiun-stasiun

televisi lokal di Indonesia guna memperjuangkan kepentingan

para anggotanya dan kepentingan masyarakat lokal untuk

mendapatkan informasi, serta kepentingan seluruh elemen

bangsa sebagai bagian yang utuh dalam kerangka Negara

Kesatuan Republik Indonesia. Selain itu tujuan dibentuknya

ATVLI juga untuk menentang dominasi lembaga penyiaran

7 UU No 32 tahun 2002 tentang Penyiaran diakses pada 22 Agustus

2019 dari: http://hukum.unsrat.ac.id/uu/uu_32_02.htm 8 ATVLI (Asosiasi Televisi Lokal Indonesia) diakses pada 20

Agustus 2019 dari: http://atvli.or.id/

Page 16: KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP IDENTITAS BUDAYA SUROBOYOAN DALAM PROGRAM NDORO BEI DI JAWA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51757... · 2020. 8. 11. · Jawa Pos Media

6

nasional yang berbasis di Jakarta. Dalam beberapa hal ATVLI

mampu menghambat ambisi konglomerat nasional, tetapi

pengaruh raja-raja daerah mengalami penurunan.9

Data keanggotaan ATVLI (Asosiasi Televisi Lokal

Indonesia) hingga tahun 2017 mencapai 67 stasiun televisi

yang telah bergabung. Angka tersebut masih terus bertambah

seiring dengan pembukaan loket perizinan di berbagai daerah.

Namun, di sisi lain banyaknya media lokal menumbuhkan

tingkat persaingan atau kompetisi di industri penyiaran.

Beratnya persaingan dalam industri televisi lokal dan nasional

pada dasarnya sudah dipahami oleh para pembuat kebijakan

penyiaran dan pemerintah. Karenanya dalam UU No.32

Tahun 2002 tentang penyiaran juga mengatur ketentuan

Sistem Stasiun Berjaringan (SSJ). Esensi dari SSJ adalah

pemenuhan hak masyarakat daerah untuk memperoleh

informasi yang diinginkan sekaligus hak menggunakan

frekuensi yang memang milik publik.10

Sistem Siaran Berjaringan mengakomodasi prinsip-prinsip

utama dalam demokratisasi penyiaran yaitu otonomi publik,

keberagaman isi (Diversity of Content), dan keberagaman

kepemilikan (Diversity of Ownership). Selain sebagai amanat

UU No. 32 Tahun 2002, dari aspek bisnis Sistem Siaran

Berjaringan juga dinilai lebih efiesien dan menguntungkan.

9 Ross Tapsell, Kuasa Media di Indonesia:Kaum Oligarki, Warga dan

Revolusi Digital, h. 120 10

Haryati,”Televisi Lokal dalam Representasi Identitas Budaya”

Eksistensi Media Lokal di Era Konvergensi Vol.11 No. 1 Tahun 2013 diakses

pada 24 April 2019

dari: https://jurnal.kominfo.go.id/index.php/observasi/article/view/87

Page 17: KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP IDENTITAS BUDAYA SUROBOYOAN DALAM PROGRAM NDORO BEI DI JAWA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51757... · 2020. 8. 11. · Jawa Pos Media

7

Dengan melakukan strategi promosi dan marketing bersama,

maka daerah juga akan menikmati iklan dari industri

penyiaran. Terlebih pada era globalisasi, persaingan semakin

bebas. Dengan demikian Televisi lokal juga dapat

mempertahankan eksistensinya dan berkembang secara

sehat.11

.

Pendapat dari Fernando Delgado terkait peran media lokal

dengan identitas lokal bahwa beberapa aspek identitas

kultural seseorang bisa dibangkitkan melalui reportase (apa

yang disajikan) media. Hal tersebut dapat dilakukan melalui

penggambaran artistik di mana di dalamnya terkandung tema-

tema budaya tertentu; pertunjukan-pertujukan musik yang

diidentifikasikan dengan suatu kelompok kebudayaan

tertentu; dan melalui berbagai pengalaman dengan orang

media-media yang lain.12

Media lokal tidak hanya mampu menyebarluaskan

informasi kepada khalayak namun juga dapat menjadi sarana

penumbuhan citra. Menurut definisi Bhattacharjee dan

Mendel secara umum konten lokal adalah sebagai program

yang diproduksi di bawah kontrol kreatif dari warga. Konten

lokal terdiri dari beberapa jenis program di antaranya adalah

fiksi, film seri, dokumenter, program seni dan dan acara

11

Haryati,”Televisi Lokal dalam Representasi Identitas Budaya”

Eksistensi Media Lokal di Era Konvergensi Vol.11 No. 1 Tahun 2013 diakses

pada 24 April 2019

dari: https://jurnal.kominfo.go.id/index.php/observasi/article/view/87 12

Christiana Juditha,”Televisi lokal dan Konten Kearifan lokal (Studi

Kasus di Sindo TV Kendari), penelitian Komunikasi da Pembangunan, Vol. 16

No. 1 Tahun 2015 diakses pada 8 Mei 2019 dari :

http://journal.ui.ac.id/index.php/jkmi/article/view/7825

Page 18: KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP IDENTITAS BUDAYA SUROBOYOAN DALAM PROGRAM NDORO BEI DI JAWA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51757... · 2020. 8. 11. · Jawa Pos Media

8

pendidikan, berita, olahraga, peristiwa, game, advertising,

teleshpping, atau teleteks jasa. Salah satu konten lokal pada

televisi adalah budaya lokal masyarakat setempat. Budaya

lokal identik dengan kearifan lokal atau local wisdom.

Kearifan lokal secara etimologi dapat dipahami sebagai usaha

manusia dengan menggunakan akal budinya (kognisi) untuk

bertindak dan bersikap terhadap suatu objek atau peristiwa

yang terjadi dalam ruang tertentu.13

Untuk mendirikan stasiun lokal, perusahaan televisi harus

mendapatkan izin dari Komisi Penyiaran Indonesia Daerah

(KPID). Sesuai data KPID (Komisi Penyiaran Indonesia)

Jawa Timur terdapat 85 stasiun televisi yang terdiri dari

Lembaga Penyiaran Televisi (LPS) lokal 35 stasiun televisi,

Lembaga Penyiaran Televisi Sistem Stasiun Jaringan (SSJ) 23

Stasiun televisi, Lembaga Penyiaran Berjejaring (LPB) 23

stasiun televisi, Lembaga Penyiaran Publik Lokal (LPPL) satu

stasiun televisi, satu stasiun televisi Lembaga Penyiaran

Publik (LPP) Televisi Republik Indonesia (TVRI) dan dua

stasiun televisi Lembaga Penyiaran Komunitas (LPK).14

Dari 60 stasiun televisi lokal di Jawa Timur, 20 di

antaranya berada di Surabaya. Salah satu televisi lokal yang

berada di Surabaya adalah Jawa Pos Media Televisi (JTV).

13

Christiana Juditha,”Televisi lokal dan Konten Kearifan lokal (Studi

Kasus di Sindo TV Kendari), penelitian Komunikasi da Pembangunan, Vol. 16

No. 1 Tahun 2015 diakses pada 8 Mei 2019 dari :

http://journal.ui.ac.id/index.php/jkmi/article/view/7825 14

Kominfo Jatim, Jawa Timur Cikal Bakal Lahirnya televisi Lokal

Indonesia diakses pada 9 September 2019 dari:

http://kominfo.jatimprov.go.id/read/umum/jawa-timur-cikal-bakal-lahirnya-

televisi-lokal-di-indonesia

Page 19: KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP IDENTITAS BUDAYA SUROBOYOAN DALAM PROGRAM NDORO BEI DI JAWA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51757... · 2020. 8. 11. · Jawa Pos Media

9

Menurut Santoso, ketua Asosiasi Televisi Lokal Indonesia,

Jawa Pos Media televisi (JTV) merupakan televisi lokal

pertama yang berdiri di Jawa Timur dan menjadi percontohan

bagi provinsi lain.15

Jawa Pos Media Televisi (JTV) merupakan stasiun

televisi lokal Jawa Timur yang bermarkas di Surabaya. JTV

adalah anak perusahaan koran ternama yaitu Jawa Pos.

Secara resmi perusahaan yang berbadan hukum dengan nama

PT. Jawa Pos Media Televisi ini, mulai mengudara sejak 8

November 2001. Dengan konsep lokal, massal, nakal, JTV

senantiasa bersama masyarakat dalam menghasilkan produk-

produk siaran berkualitas yang informatif, edukatif dan

inspiratif. Dengan demikian, sangatlah pantas jika JTV

menjadi jendela informasi bagi masyarakat Jawa Timur baik

yang ada di dalam provinsi maupun yang ada di luar provinsi.

Sementara slogan ”100 Persen Jatim” semakin menjadikan

JTV bertambah kuat sebagai televisi yang berkomitmen

mengeksplore dan mengembangkan potensi lokal Jawa

Timur.16

Dalam penyusunan acara, Jawa Pos Media Televisi

memfokuskan diri terhadap minat dan kebutuhan pemirsa di

Jawa Timur dengan mengangkat kearifan lokal dan

menyajikannya dalam informasi, hiburan dan sebagainya.

15

Kominfo Jatim, Jawa Timur Cikal Bakal Lahirnya televisi Lokal

Indonesia diakses pada 9 September 2019 dari:

http://kominfo.jatimprov.go.id/read/umum/jawa-timur-cikal-bakal-lahirnya-

televisi-lokal-di-indonesia 16

Company Profile JTV di akses pada: 10 Mei 2019 dari:

https://www.jtv.co.id/profile/index.php

Page 20: KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP IDENTITAS BUDAYA SUROBOYOAN DALAM PROGRAM NDORO BEI DI JAWA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51757... · 2020. 8. 11. · Jawa Pos Media

10

Acara-acara yang melibatkan komunitas Jawa Timur-an akan

mendapatkan perhatian besar, untuk membangun kedekatan

secara emosional dengan pemirsanya, oleh karena itu JTV

memilih program yang lebih menekankan pada konten

lokal.17

Stasiun televisi swasta yang berkantor pusat di Surabaya

ini memiliki banyak Program Acara, salah satunya adalah

Ndoro Bei. Tayangan Program Ndoro Bei dapat dikategorikan

sebagai tayangan infotainment. Kata infotainment merupakan

kata bentukan baru yang menggabungkan information

(informasi) dan entertainment (hiburan). Artinya infotainment

adalah informasi yang dikemas dengan cara yang menghibur.

Namun, menurut Syahputra yang dikutip oleh Ika Damayanti

menyatakan bahwa di Indonesia infotainment dimaknai

sebagai informasi tentang hiburan. Sehingga sisi hiburan

menjadi substansi untuk disampaikan kepada masyarakat.

Akibatnya informasi yang disampaikan kepada pemirsa

seringkali informasi yang dianggap dapat menghibur.18

Konsep infotainment berasal dari John Hopkins

University Baltimore, Amerika Serikat. Ide dasar konsep

infotainment berawal dari asumsi informasi disiarkan tidak

dapat diterima begitu saja oleh masyarakat, untuk itu dibuat

sebuah pancingan khusus dengan menyelipkan entertainment

17

Company Profile JTV di akses pada: 10 Mei 2019 dari:

https://www.jtv.co.id/profile/index.php 18

Ika Damayanti, Penerapan Unsur-unsur Produk Jurnalistik dalam

Infotainment, (Universitas Negeri Sebelas Maret, Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik, Program Studi Ilmu Komunikasi:2008), h. 7

Page 21: KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP IDENTITAS BUDAYA SUROBOYOAN DALAM PROGRAM NDORO BEI DI JAWA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51757... · 2020. 8. 11. · Jawa Pos Media

11

(hiburan) yang menarik perhatian masyarakat ditengah

information (informasi). Sejak para pegawai infotainment

diakui sebagai anggota Persatuan Wartawan Indonesia pada

tahun 2005, Infotainment pun mulai disebut sebagai salah

satu produk jurnalistik dengan istilah jurnalisme

infotainment.19

Dalam praktek lapangan, beberapa jurnalis infotainment

mengangkat permasalahan dan kehidupan selebritis sebagai

konsumsi publik. kehidupan selebritis diyakini tidak terkait

dengan kepentingan publik. sehingga sempat memicu

perdebatan mengenai tayangan infotainment sebagai produk

jurnalistik oleh Asosiasi Jurnalis Indonesia (AJI).20

Program acara Ndoro Bei telah mengudara sejak 2015

setiap Hari Jumat dan Sabtu pukul 18:00-19:00 WIB. Banyak

Variety Show seperti Ndoro Bei di televisi lain, namun

dengan berusaha mengomunikasikan budaya Jawa Timur

melalui penggunaan bahasa lokal Jawa Timur, banyak nilai

yang kedaerahan yang terkandung mulai dari kostum yang

selalu mengenakan pakaian adat Jawa Timur, latar tempat

khas rumah Jawa Timur dan lagu campur sari tayangan ini

menjadi berbeda. Selain itu, para tokoh juga mengekspresikan

bagaimana tingkah laku masyarakat suroboyoan dalam

bersosial.

19

Ika Damayanti, Penerapan Unsur-unsur Produk Jurnalistik dalam

Infotainment, h. 7 20

AJI Malang, Menyikapi Persoalan Infotainment diakses pada 24

April 2020 dari: https://malang.aji.or.id/2010/07/29/menyikapi-persoalan-

infotainment/

Page 22: KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP IDENTITAS BUDAYA SUROBOYOAN DALAM PROGRAM NDORO BEI DI JAWA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51757... · 2020. 8. 11. · Jawa Pos Media

12

Ndoro Bei memang ditujukan sebagai acara hiburan,

menghibur pemirsanya dengan lawakan khas Jawa Timur.

Selain untuk menghibur diharapkan juga mampu menarik

minat kaum muda untuk lebih mengenal budayanya yang

telah ada sehingga mampu meneguhkan kembali identitas

budaya yang mulai terkikis oleh globalisasi.

B. Batasan dan Rumusan Masalah

1. Batasan Masalah

Agar lebih terarah antara masalah yang dikemukakan

dengan pembahasanya, maka perlu diberikan

pembatasan masalah yang akan diteliti. Penulis

membatasi permasalahan pada tayangan Ndoro Bei

episode “Tonggo Anyar” yang tayang pada tanggal 13

juli 2019, Episode “Tolong Menolong” yang tayang

pada tanggal 10 Agustus 2019, dan Episode “Team

Work” yang tayang pada tanggal 27 September 2019.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan judul yang sudah dipaparkan, maka

rumusan masalah yang akan diteliti disusun dengan

pertanyaan:

a) Apa makna dari tanda yang dimunculkan

dalam tayangan Ndoro Bei di Jawa Pos Media

Televisi?

b) Bagaimana Identitas Budaya Suroboyoan

dikonstruksi dalam program acara Ndoro Bei

di Jawa Pos Media Televisi Surabaya?

Page 23: KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP IDENTITAS BUDAYA SUROBOYOAN DALAM PROGRAM NDORO BEI DI JAWA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51757... · 2020. 8. 11. · Jawa Pos Media

13

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Sesuai dengan rumusan pertanyaan masalah di atas,

secara khusus peelitian ini bertujuan untuk

mengetahui bagaimana program televisi Ndoro Bei

mengonstruksi identitas Budaya Suroboyoan.

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Akademis

Dengan penelitian ini diharapkan dapat menjadi

salah satu referensi dalam pengembangan ilmu

komunikasi bagi akademisi, baik dosen maupun

mahasiswa. Khususnya dalam kajian analisis

semiotika untuk mengetahui konstruksi media

televisi mengenai identitas Budaya Suroboyoan.

b. Signifikansi Manfaat Praktis

Hasil Penelitian ini diharapkan mempunyai

manfaat bagi para jurnalis, khususnya media Jawa

Pos Media Televisi sendiri. Memberi acuan kepada

pembaca yang ingin mengetahui bagaimana media

televisi khususnya program Ndoro Bei dalam

memaknai identitas Budaya Suroboyoan.

D. Metodologi Penelitian

1. Metodologi Penelitian

a. Paradigma Penelitian

Penelitian ini menggunakan paradigma

konstruktivistik yang memandang realitas

kehidupan sosial bukanlah realitas yang natural,

Page 24: KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP IDENTITAS BUDAYA SUROBOYOAN DALAM PROGRAM NDORO BEI DI JAWA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51757... · 2020. 8. 11. · Jawa Pos Media

14

tetapi terbentuk dari hasil konstruksi. Karenanya,

konsentrasi analisis pada paradigma konstruktivis

adalah menemukan bagaimana peristiwa atau

realitas tersebut dikonstruksi, dengan cara apa

konstruksi itu dibentuk.

b. Pendekatan Penelitian

Pendekatan digunakan dalam penelitian ini adalah

pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif dalam

komunikasi menekankan pada bagaimana sebuah

pendekatan dapat mengungkapkan makna-makna

dari konten komunikasi yang ada sehingga hasil-

hasil penelitian yang diperoleh berhubungan

pemaknaan dari sebuah proses komunikasi yang

terjadi.21

2. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah program Ndoro Bei,

sementara objek penelitiannya adalah produksi program

Ndoro Bei yang tayang setiap hari Jum’at dan Sabtu pukul

18:00-19:00 di Jawa Pos Media Televisi

3. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan

dalam penelitian adalah sebagai berikut:

21

Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi, Teori, Paradigma dan

Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat (Jakarta: Prenada Media,

2006), h. 306

Page 25: KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP IDENTITAS BUDAYA SUROBOYOAN DALAM PROGRAM NDORO BEI DI JAWA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51757... · 2020. 8. 11. · Jawa Pos Media

15

a. Analisis Dokumentasi, teknik pengumpulan

data yang dilakukan dalam penelitian ini

adalah analisis dokumen. Data yang di analisis

adalah data dari hasil dokumentasi yang

dikumpulkan dari data berupa teks tayangan

Ndoro Bei. Data tersebut merupakan data yang

berhubungan dengan penelitian ini.

b. Wawancara. Dalam hal ini peneliti melakukan

tanya jawab secara langsung dengan pihak

produksi tayangan Ndoro Bei di JTV. Teknik

yang digunakan adalah teknik wawancara

terstruktur dan tidak terstruktur. Hal tersebut

bertujuan untuk memberikan kebebasan

kepada peneliti untuk bertanya, namun tetap

terarah pada masalah penelitian yang diangkat.

4. Teknik Analisis Data

Untuk mengetahui konstruksi media dalam program

Ndoro Bei mengonstruksi identitas budaya Suroboyoan,

penulis menggunakan analisis Charles Sanders Peirce.

Dalam teori segitiga makna yang terdiri dari tiga elemen

utama, yakni tanda, obyek dan interpretan. Tanda

merupakan sesuatu yang digunakan agar tanda bisa

berfungsi. Dalam klasifikasinya tanda dibagi menjadi tiga

pertama Qualisign, kualitas yang ada pada tanda,

misalnya kata-kata kasar, keras, lemah, lembut, merdu,

kedua Sinsign, eksistensi aktual benda atau peristiwa yang

Page 26: KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP IDENTITAS BUDAYA SUROBOYOAN DALAM PROGRAM NDORO BEI DI JAWA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51757... · 2020. 8. 11. · Jawa Pos Media

16

ada pada tanda misal kata keruh yang ada pada urutan

kata air sungai keruh, menandakan bahwa ada hujan di

hulu sungai, ketiga Legisign, norma yang terkandung

dalam tanda, misalnya rambu-rambu lalu lintas yang

menandakan hal-hal yang boleh atau tidak boleh

dilakukan.

Elemen kedua adalah objek. Berdasarkan objek,

Peirce membagi tanda atas ikon, indeks, dan simbol. Ikon

adalah tanda yang menunjukkan adanya hubungan antara

penanda dan pertandanya bersifat bersamaan atau bentuk

ilmiah. Indeks adalah tanda yang menunjukkan adanya

hubungan alamiah antara penanda dan pertanda yang

bersifat hubungan sebab akibat. Sedangkan simbol adalah

tanda yang menunjukkan adanya hubungan alamiah antara

penanda dengan pertandanya.

Interpretant yang menjadi pokok ketiga juga memiliki

klasifikasi tersendiri. Klasifikasi tersebut adalah Rheme,

tanda yang memungkinkan orang menafsirkan

berdasarkan pilihan, Dicent Sign atau Dicisign adalah

tanda sesuai kenyataan dan Argument adalah tanda yang

langsung memberikan alasan tertentu.

E. Tinjauan Pustaka

Penelitian ini merujuk pada penelitian-penelitian

terdahulu mengenai konstruksi identitas pada media di

antaranya adalah:

Page 27: KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP IDENTITAS BUDAYA SUROBOYOAN DALAM PROGRAM NDORO BEI DI JAWA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51757... · 2020. 8. 11. · Jawa Pos Media

17

1. “The Construction of Cultural Identity in Local

Television Station’s Programs in Indonesia” karya Yuyun

W.I Surya Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Sosial dan

Ilmu Politik, Universitas Airlangga Surabaya.22

Penelitian ini

bertujuan untuk mengeksplorasi konstruksi identitas budaya

dalam program Jawa Timur Television (JTV). Peneliti

mengungkapkan bahwa Jawa Pos Media Televisi telah

membangun identitas budaya “baru” untuk Jawa Timur,

yakni identitas budaya Suroboyoan. Identitas tersebut telah

diterjemahkan ke dalam beberapa simbol seperti penggunaan

bahasa tertentu dan penggunaan ikon khusus dalam

pengaturan program. Kesamaan penelitian tersebut dengan

penelitian yang penulis lakukan yaitu sama-sama membahas

mengenai konstruksi identitas budaya dalam program Jawa

Pos Media Televisi, sedangkan yang membedakan, dalam

penelitian ini adalah fokus program acara yakni Cangkru’an

dan dubbing serial Asia dengan dialek talkshow.

2. “Konstruksi Perempuan dalam Film

Assalamualaikum Beijing Produksi Maxima Production”

ditulis oleh Siti Fadillah Jurusan Komunikasi Penyiaran

Islam, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi,

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.23

Peneliti dalam skripsi ini ingin mengetahui dan menganalisa

22

Yuyun W.I Surya, The Construction of Cultural Identity in Local

Television Station’s Programs in Indonesia. Jurnal Masyarakat, Kebudayaan

dan Politik Vol. 21 No. 3 tahun 2008 23

Siti fadillah, Konstruksi Perempuan dalam Film Assalamualaikum

Beijing Produksi Maxima Production. Skripsi. Universitas Islam Negeri

Jakarta, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Tahun 2016

Page 28: KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP IDENTITAS BUDAYA SUROBOYOAN DALAM PROGRAM NDORO BEI DI JAWA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51757... · 2020. 8. 11. · Jawa Pos Media

18

konstruksi perempuan dalam film Assalamualaikum Beijing.

Kesamaan penelitian tersebut dengan penelitian penulis

adalah sama-sama membahas tentang konstruksi dalam

sebuah tayangan. Sedangkan perbedaannya adalah konstruksi

yang dimaksud dalam penelitian ini adalah konstruksi

perempuan. Berbeda dengan penelitian penulis yang lebih

memfokuskan pada konstruksi identitas budaya.

3. “Analisis Kreatif Hiburan Televisi Lokal dalam

Konstruksi Identitas Daerah (Studi Komparatif pada

Riau Televisi dan Riau Channel Televisi Pekanbaru)”,

ditulis oleh Dhea Helyana Putri, Mahasiswa Program Studi

Ilmu Komunikasi, Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial

Budaya, Universitas Islam Indonesia.24

Tujuan penelitian ini

adalah Untuk mengetahui proses kreatif yang diterapkan

pada program hiburan televisi lokal Riau Televisi (RTV)

dan Riau Channel Televisi (RCTV) dalam mengonstruksi

identitas daerah serta mengetahui faktor yang mempengaruhi

proses kreatif program hiburan di Riau Televisi (RTV) dan

Riau Channel Televisi (RCTV). Kesamaan penelitian

tersebut dengan penelitian ang dilakukan penulis adalah

sama-sama memahas konstruksi identitas daerah dalam

media lokal. Sedangkan perbedaannya dalam penelitian ini

lebih fokus pada analisis kreatif dalam memproduksi sebuah

24

Dhea Helyana Putri, Analisis Kreatif Hiburan Televisi Lokal dalam

Konstruksi Identitas Daerah (Studi Komparatif pada Riau Televisi dan Riau

Channel Televisi Pekanbaru), Universitas Islam Indonesia, Fakultas Psikologi

dan Ilmu Sosial Budaya, Tahun 2018.

Page 29: KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP IDENTITAS BUDAYA SUROBOYOAN DALAM PROGRAM NDORO BEI DI JAWA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51757... · 2020. 8. 11. · Jawa Pos Media

19

tayangan hiburan. Berbeda dengan penelitian penulis yang

lebih mengarah pada konstruksi identitas budaya daerah.

4. Konstruksi Media Terhadap Identitas Muslimah

dalam Program Assalamu Alaikum Cantik Trans TV

(Analisis Framing) oleh Siti Atirah Mahasiswa Jurusan Ilmu

Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,

Universitas Hasanuddin Makassar.25

Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui program acara Assalamu Alaikum Cantik

Trans TV dalam mengkontruksi identitas muslimah dan

untuk Mengetahui kecenderungan program acara Assalamu

Alaikum Cantik Trans TV dalam memaknai identitas

muslimah. Kesamaan penelitian tersebut dengan penelitian

penulis adalah sama-sama membahas konstruksi identitas

pada tayangan media massa, dalam hal ini televisi. Perbedaan

penelitian ini dengan penelitian penulis adalah fokus

penelitiannya yakni konstruksi identitas muslimah dengan

konstruksi Identitas Budaya.

5. “Tingkat Kesukaan Penonton Surabaya Mengenai

Program Acara “Ndoro Bei” di Jawa Pos Media Televisi

(JTV)” oleh Alessandra Kusuma Heris Mahasiswi

Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya, tahun 2017.26

Dalam penelitian ini, peneliti menemukan bahwa adanya

kecenderungan tingkat kesukaan positif mengenai program

25

Siti Atirah, Konstruksi Media Terhadap Identitas Muslimah dalam

Program Assalamu Alaikum Cantik Trans TV (Analisis Framing), Universitas

Hasanuddin Makassar, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Tahun 2015 26

Alessandra Kusuma Heris, Tingkat Kesukaan Penonton Surabaya

Mengenai Program Acara “Ndoro Bei” di Jawa Pos Media Televisi (JTV),

Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya, Tahun 2017.

Page 30: KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP IDENTITAS BUDAYA SUROBOYOAN DALAM PROGRAM NDORO BEI DI JAWA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51757... · 2020. 8. 11. · Jawa Pos Media

20

acara Ndoro Bei. Sebagian besar responden menyatakan

tingkat kesukaan yang positif, yang artinya responden

menyukai program acara Ndoro Bei. Penelitian ini menjadi

landasan peneliti bahwa tayangan Program Ndoro Bei di Jawa

Pos Media Televisi termasuk tayangan yang masih diminati

oleh masyarakat Surabaya. Kesamaan dalam penelitian ini

adalah objek penelitiannya, yakni sama-sama Program acara

Ndoro Bei yang tayang di Jawa Pos Media Televisi.

Sedangkan perbedaanya adalah penelitian tersebut lebih fokus

pada respon penonton terhadap tayangan, sedangkan

penelitian penulis lebih fokus pada isi dan makna tayangan

Program Ndoro Bei.

F. Sistematika Penulisan

Agar pembahasan dalam penulisan skripsi ini sistematis,

untuk itu penulis membaginya mejadi lima bab, yaitu tiap-

tiap bab terdiri dari sub-sub sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN memuat tentang latar

belakang masalah, batasan dan rumusan

masalah, tujuan dan manfaat penelitian,

kajian pustaka, metodologi penelitian dan

sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI yang terdiri dari

Teori Media dan Identitas, Teori

Konstruksi Sosial, Teori Semiotika Charles

Sanders Peirce, Identitas Budaya, Identitas

Budaya Suroboyan.

Page 31: KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP IDENTITAS BUDAYA SUROBOYOAN DALAM PROGRAM NDORO BEI DI JAWA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51757... · 2020. 8. 11. · Jawa Pos Media

21

BAB III GAMBARAN UMUM JAWA POS

TELEVISI memuat tentang latar belakang

berdirinya, visi, misi dan tujuan berdirinya

Jawa Pos Televisi, Struktur Organisasi

dalam Program Ndoro Bei

BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

pada bab ini berisi tentang uraian penyajian

data dari temuan penelitian sesuai dengan

analisis semiotika dalam tayangan program

Ndoro Bei di Jawa Pos Media Televisi

Surabaya.

BAB V PEMBAHASAN pada bab ini berisi

tentang uraian dari temuan penelitian

sesuai dengan analisis semiotika dalam

tayangan program Ndoro Bei di Jawa Pos

Media Televisi Surabaya

BAB VI SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

terdiri dari kesimpulan dan saran yang

merupakan jawaban terhadap semua bab-

bab tersebut. Skripsi ini juga dilengkapi

dengan daftar pustaka dan lampiran.

Page 32: KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP IDENTITAS BUDAYA SUROBOYOAN DALAM PROGRAM NDORO BEI DI JAWA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51757... · 2020. 8. 11. · Jawa Pos Media

22

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Media dan Identitas

Para kritikus komunikasi kontemporer menaruh minat

lebih terhadap persoalan budaya. Mereka melihat adanya

transformasi luar biasa yang sedang berlangsung di tengah

masyarakat. Dalam satu dekade terakhir diyakini bahwa kita

tengah bergerak dari perang dingin (cold war) menuju perang

budaya (culture war) yang telah disebutkan oleh Danis K.

Davis dan James Jasinski dalam essainya yang berjudul

Beyond Culture Wars (1993). Asumsi yang mendasar saat itu

adalah adanya tantangan dalam dunia sosial. Nilai-nilai yang

dijunjung tinggi tengah mengalami erosi dan kepercayaan

kaum puritan tengah digerogoti dari berbagai penjuru.1

Media dalam hal ini menjadi entitas tersendiri yang

berperan sebagai medan pertarungan wacana dan kultur

antarberbagai kekuatan yang bermain di baliknya. Tangan

yang berperan penting di balik media (dalam hal ini pemilik

modal) tetap menjadi bagian penting yang menentukan

ideologi media juga menciptakan kerangka (frame)

pemberitaan. Budaya anak-anak yang sekarang berkembang

pun merupakan suatu konstruksi sosial dari kekuatan-

kekuatan global yang memiliki sumber daya dan modal yang

besar. Kita dapat bersentuhan seketika dengan kultur baru

1 Idy Subandy Ibrahim, Kritik Budaya dan Komunikasi; Budaya,

Media dan Gaya Hidup dalam Proses Demokratisasi di Indonesia

(Yogyakarta; Jalasutra, 2011), h. 278

Page 33: KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP IDENTITAS BUDAYA SUROBOYOAN DALAM PROGRAM NDORO BEI DI JAWA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51757... · 2020. 8. 11. · Jawa Pos Media

23

dari negara lain dengan mudah melalui media. Dari budaya

media yang sering kita serap tersebut muncullah kesadaran

tentang perbandingan antara budaya asing dan budaya kita

sendiri, baik persamaan atau perbedaannya. Di sinilah media

tampil sebagai institusi penting bagi pembentuk kesadaran

dan menentukan persepsi orang terhadap dunia dan

masyarakat.2

Kehadiran media massa dalam sebuah masyarakat

pluralis (etnis dan budaya) sesungguhnya memiliki peran

yang amat strategis. Media mendapatkan amanat untuk turut

serta membantu upaya apresiasi terhadap berbagai elemen

kultural yang ada dalam masyarakat sehingga tetap terjaga

keutuhan dan persatuan bangsa. Hal ini tentunya berangkat

dari asumsi yang diyakini bersama bahwa berbagai elemen

bangsa yang berbeda kultural tersebut memang memiliki hak

hidup bersama dalam konteks masyarakat demokratis

modern.3

Seperti dalam sejarah kita melihat fenomena yang marak

di akhir tahun 1990-an, betapa iklan sampo untuk remaja dan

anak-anak (pria) begitu gencar di televisi. Rupanya budaya

pemeliharaan tubuh dan penampilan diri secara istimewa

bukan lagi milik remaja putri, atau orang dewasa untuk

2 Idy Subandy Ibrahim, Kritik Budaya dan Komunikasi; Budaya,

Media dan Gaya Hidup dalam Proses Demokratisasi di Indonesia, h. 278-

279 3 Tri Nugraha Adi, Media dan Identitas Kultural dalam Masyarakat

Pluralis diakses pada 15 September 2019 di:

https://sinaukomunikasi.wordpress.com/2011/08/07/media-dan-identitas-

kultural-dalam-masyarakat-pluralis/

Page 34: KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP IDENTITAS BUDAYA SUROBOYOAN DALAM PROGRAM NDORO BEI DI JAWA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51757... · 2020. 8. 11. · Jawa Pos Media

24

tampil ke pesta atau acara resmi. Akan tetapi telah menjadi

gaya hidup untuk tampil menjadi bagian dari pemuja budaya

konsumsi.4

Media berperan penting dalam perkembangan suatu

identitas seseorang. Media menciptakan suatu gambaran

bagaimana seseorang tersebut berpenampilan, berpakaian,

dan bertindak sesuai dengan usia dan gender seseorang.

Selain itu, media juga digunakan untuk merekrut orang

sehingga tergabung dalam kelompok yang berbeda, layaknya

mendukung dan menentang tindakan tertentu seperti

pernikahan sesama jenis, aborsi atau perang di Irak.5

Budaya media merupakan budaya yang telah

menggantikan budaya tinggi dan saat ini sedang dominan,

menjadi pusat perhatian, dan memberikan dampak pada

khalayak. Dengan kehadiran budaya media, maka setiap

orang diarahkan pada arus citra dan suara yang beragam,

menghapus jarak antara realitas dan citra media, memberi

berbagai bentuk pengalaman, dan subjektivitas baru.

Menurut Katherine Hamley saat ini pembentukan identitas

anak muda didominasi oleh konstruksi media. Kondisi

tersebut disebutnya sebagai media saturated yaitu media

telah menguasai berbagai aspek dalam kehidupan termasuk

kehidupan kaum muda. Akses terhadap media seperti

televisi, film, majalah dan internet memudahkan mereka

4 Idy Subandy Ibrahim, Kritik Budaya dan Komunikasi; Budaya,

Media dan Gaya Hidup dalam Proses Demokratisasi di Indonesia, h. 230 5 Larry A. Samovar,dkk., Komuikasi Lintas Budaya (Jakarta: Salemba

Humanika, 2010) h. 195

Page 35: KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP IDENTITAS BUDAYA SUROBOYOAN DALAM PROGRAM NDORO BEI DI JAWA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51757... · 2020. 8. 11. · Jawa Pos Media

25

untuk memperoleh berbagai informasi yang dibutuhkan,

memutuskan apa yang menyenangkan bagi mereka, dan ingin

menjadi seperti apa. Makna yang diperoleh dari media

kemudian dibentuk kembali dan disesuaikan dengan

kebutuhan pribadi untuk membentuk identitas.6

Identitas budaya disuarakan media massa dengan proses

komunikasi massa. Definisi paling sederhana dari

komunikasi massa diungkapkan oleh Bittner Komunikasi

massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media

massa pada sejumlah besar orang. Media massa di sini

diartikan sebagai media yang dihasilkan oleh teknologi

modern. Sedangkan massa berarti menunjuk pada khalayak,

audience, penonton, pemirsa atau pembaca.7

Dalam praktik komunikasi, identitas tidak hanya

memberikan makna tentang pribadi seseorang, tetapi lebih

jauh dari itu menjadi ciri khas sebuah kebudayaan yang

melatarbelakanginya.8 Dari ciri khas tersebut seseorang dapat

menemukan dari mana orang yang dia kenal.

Komunikasi massa berproses pada level budaya massa,

sehingga sifat-sifat komunikasi massa sangat dipengaruhi

oleh budaya massa yang berkembang di masyarakat di mana

proses komunikasi berlangsung. Begitu pula identitas budaya

6 Ranny Rastati, “Media dan Identitas: Cultur Imperialism Jepang

melalui Cosplay (Study terhadap cosplayer yang melakukan crossdress)” Vol.

1 No. 2 tahun 2012 diakses pada 19 September 2019 di:

http://journal.ui.ac.id/index.php/jkmi/article/view/7818 7 Nurudin, Pengantar Kmunikasi Massa (Jakarta: Rajagrafindo

Persada, 2003) h. 2 8Alo Liliweri, Makna Budaya dalam Komunikasi Antarbudaya

(Yogyakarta: lkis Printing Cemerlang), 2009 h. 68

Page 36: KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP IDENTITAS BUDAYA SUROBOYOAN DALAM PROGRAM NDORO BEI DI JAWA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51757... · 2020. 8. 11. · Jawa Pos Media

26

dalam masyarakat, di mana identitas budaya yang

berkembang mempengaruhi sifat-sifat komunikasi massa

yang disampaikan melalui media massa.9

B. Konstruksi Sosial

Sebuah realitas sosial tidak berdiri sendiri tanpa kehadiran

individu, baik di dalam maupun di luar realitas tersebut.

realitas sosial memiliki makna ketika realitas sosial

dikonstruksi dan dimaknai secara objektif oleh individu lain,

sehingga memantapkan realitas itu secara subjektif. Individu

mengonstruksi realitas sosial dan mengonstruksinya dalam

dunia realitas, memantapkan realitas itu berdasarkan

sujektifitas individu lain dalam institusi sosialnya.10

Membahas teori konstruksi sosial (social cnstrustion),

tentu tidak bisa terlepaskan dari dua tokoh sosiolog yakni

Peter L. Berger dan Thomas Luckmann. Peter L. Berger

merupakan sosiolog dari New School for Social Research,

New York, sementara Thomas Luckman adalah sosiolog dari

University of Funkfurt. Istilah kostruksi atau realitas sosial

mejadi terkenal sejak diperkenalkan oleh Peter L. Berger dan

Thomas Luckman melalui bukunya yang berjudul The Social

Construction of Reality: A Treatise in the Sociological f

Knowledge (1966). Mereka menggambarkan proses sosial

melalui tindakan dan interaksinya, di mana individu secara

9 Ahmad Mulyana, Modul Sosiologi Komunikasi, (Universitas Mercu

Buana, Fakultas Ilmu Komunikasi: 2016), h. 7 10

Marselli Sumarno, Dasar-Dasar Apresiasi Film (Jakarta:Gramedia

Widiasarana Indonesia, 2005), h. 272

Page 37: KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP IDENTITAS BUDAYA SUROBOYOAN DALAM PROGRAM NDORO BEI DI JAWA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51757... · 2020. 8. 11. · Jawa Pos Media

27

terus menerus menciptakan suatu realitas yang dimiliki dan

dialami bersama secara sujektif.11

Berger dan Luckman memulai penjelasan realitas sosial

dengan memisahkan pemahaman antara “kenyataan” dan

“pengetahuan”. Mereka mengartikan kenyataan sebagai

kualitas yang terdapat di dalam realitas-realitas yang diakui

memiliki keberadaan yang tidak bergantung kepada kita

sendiri. Sementara pengetahuan didefinisikan sebagai

kepastian bahwa realitas-realitas yang diakui memiliki

keberadaan yang tidak bergantung kepada kita sediri.

Sementara pengetahuan didefinisikan sebagai kepastian

bahwa realitas-realitas itu nyata dan memiliki karakteristik

secara spesifik.12

Realitas sosial menurut padangan kaum konstruktivis,

setidaknya sebagian adalah produksi manusia, hasil proses

budaya, termasuk penggunaan bahasa.13

Sejauh ini ada tiga

macam konstruktivisme, yaitu:

1. Konstruktivisme Radikal

Konstruktivisme radikal hanya dapat mengakui apa

yang dibentuk oleh pikiran manusia. Kaum

konstruktivisme radikal mengesampingkan hubungan

antara pengetahuan dan kenyataan sebagai suatu kriteria

11

Burhan bungin, Konstruksi sosial media massa: kekuatan pengaruh

media massa iklan televisi dan kepuasan konsumen serta kritik terhadap Peter

L. Berger dan Thomas Luckman (Jakarta: Kencana, 2011), h. 13 12

Burhan bungin, Sosiologi Komunikasi: Teori Paradigma dan

Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat (Jakarta: Kencana, 2008), h.

195 13

Eriyanto, analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media

(Yogyakarta: LkiS Yogyakarta, 2007), h. xxi

Page 38: KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP IDENTITAS BUDAYA SUROBOYOAN DALAM PROGRAM NDORO BEI DI JAWA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51757... · 2020. 8. 11. · Jawa Pos Media

28

kebenaran. Pengetahuan bagi mereka tidak merefleksikan

suatu realitas ontologis objektif, namun sebagai sebuah

realitas yang dibentuk oleh pengalaman seseorang.

Pengetahuan selalu merupakan konstruksi dari individu

yang mengetahui dan tidak dapat ditransfer kepada

individu lain yang pasif. Oleh karena itu, konstruksi harus

dilakukan sendiri olehnya terhadap pegetahuan itu,

sedangkan lingkungan adalah sarana terjadinya konstruksi

itu.14

2. Konstruktivisme Realisme Hipotesis

Menurut realisme hipotesis, pengetahuan (ilmiah) kita

dipandang sebagai suatu hiptesis dari suatu struktur

kenyataan dan berkembang menuju suatu pengetahuan

yang sejati, yang dekat dengan realitas. Menurut Munevar

(1981) dalam Paul Suparno bahwa pengetahuan kita

mempunyai relasi dengan kenyataan tetapi tidak

sempurna.15

3. Konstruktivisme Biasa

Konstruktivisme Biasa tidak mengambil semua

konsekuensi konstruktivisme. Menurut aliran ini,

pengetahuan kita merupakan gambaran dari realitas itu.

Pengetahuan kita dipandang sebagai suatu gambaran ang

14

Burhan bungin, Sosiologi Komunikasi: Teori Paradigma dan

Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat h. 194 15

Paul Suparno, Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan

(Yogyakarta: Kaisius, 2001), h. 26-27

Page 39: KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP IDENTITAS BUDAYA SUROBOYOAN DALAM PROGRAM NDORO BEI DI JAWA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51757... · 2020. 8. 11. · Jawa Pos Media

29

dibentuk dari kenyataan suatu objek dalam dirinya

sendiri.16

Terdapat kesamaan dari ketiga macam konstruktivisme di

atas, di mana konstruktivisme dilihat sebagai sebuah kerja

kognitif individu untuk menafsirkan dunia realitas yang ada,

karena terjadi relasi sosial antara individu dengan lingkungan

atau orang di sekitarnya. Individu kemudian membangun

sendiri pengetahuan atas realitas yang dilihat berdasarkan

pada struktur pengetahuan yang telah ada sebelumnya. Inilah

yang oleh Berger dan Luckman disebut dengan konstruksi

sosial.17

C. Semiotika

Kata semiotika berasal dari bahasa Yunani “semeion”

yang berarti tanda, atau “seme” yang berarti penafsir tanda.

Semiotika berakar dari studi klasik dan skolastik atas seni

logika, retorika, dan poetika. Tanda ketika itu masih dimaknai

dengan sesuatu hal yang menunjuk pada adanya hal lain,

misalnya asap yang menandai adanya api. Pengertian

semiotika sendiri adalah suatu ilmu atau metode analisis

untuk mengkaji tanda. Tanda-tanda merupakan perangkat

yang digunakan dalam dalam upaya mencari jalan di tengah

manusia dan bersama manusia.18

16

Paul Suparno, Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan, h. 26-27 17

Laura Christina Luzar, Teori Konstruksi Realitas Sosial.diakses

pada 20 April 2020 dari: https://dkv.binus.ac.id/2015/05/18/teori-konstruksi-

realitas-sosial/ 18

Alex, Sobur, Semiotika Komunikasi (Bandung: Remaja Rosdakarya,

2006), h. 15-16

Page 40: KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP IDENTITAS BUDAYA SUROBOYOAN DALAM PROGRAM NDORO BEI DI JAWA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51757... · 2020. 8. 11. · Jawa Pos Media

30

Charles Sanders Peirce mendefinisikan semiotika sebagai

suatu hubungan di antara tanda, objek, dan makna. Dari

berbagai pengertian di atas, perlu digaris bawahi bahwa para

ahli melihat semiotika sebagai ilmu atau proses yang

berhuunga dengan tanda. Namun jika definisi yang diberikan

oleh Charles Morris yang menganggap semiotika sebagai

suatu proses tanda, yaitu proses ketika sesuatu merupakan

tanda bagi beberapa organisme, tampaknya terlampau luas

dan terkesa meliputi sejumlah besar proses.19

Jika diterapkan pada tanda-tanda bahasa, maka huruf,

kata, kalimat tidak mamiliki arti pada dirinya sendiri. Tanda-

tanda tersebut megemban arti (Significant ) dalam kaitannya

dengan pembaca. Pembaca tersebut yang akan

meghubungkan tanda dengan apa yang ditandakan (sigifie)

sesuai dengan konvensi dalam sistem bahasa yang

bersangkutan. Sebuah teks, baik itu surat, makalah, iklan,

cerpe, puisi, pidato presiden, poster politik, komik, kartun dan

semua hal yang mungkin menjadi tanda bisa dilihat dalam

aktivitas penanda yaitu suatu proses signifikasi yang

menggunakan tanda dan menghubungkan antara objek dan

interpretasi.20

Semiotika dapat dipandang sebagai suatu proses

hubungan antara lima istilah

19

Alex, Sobur, Semiotika Komunikasi, h. 16 20

Alex, Sobur, Semiotika Komunikasi, h. 17

S (s,i,e,r,c)

Page 41: KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP IDENTITAS BUDAYA SUROBOYOAN DALAM PROGRAM NDORO BEI DI JAWA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51757... · 2020. 8. 11. · Jawa Pos Media

31

S sebagai hubungan semiotik (semiotik relation), s untuk

tanda (sign), i untuk penafsir (interpreter), e pengaruh

(effect). Misalnya, suatu disposisi dalam penafsir (i) akan

bereaksi dengan cara tertentu terhadap rujukan (r: reference)

pada kondisi-kondisi tertentu konteks atau kondisi (c:

contexs/conditions) karena tanda (s:sign). Begitulah runtutan

cara semiotika dalam mejelaskan jalinan tanda atau ilmu

tentang tanda. Secara sistematik semiotika menjelaskan

esensi, ciri-ciri, dan bentuk suatu tanda serta proses

signifikasi yang menyertainya.21

a) Analisis Semiotika Charles Sanders Peirce

Dalam kajian Semiotika Ferdinand De Saussure dan

Charles Sanders Pierce merupakan tokoh penting yang

berpangaruh. Charles Sanders Pierce dikenal sebagai

seorang yang paling risinil dan multidimesional. Ia lahir

pada tahun 839 di Cambridge dalam sebuah keluarga

Intelektual.22

Pierce dikenal dengan teori tandanya. Meurut Pierce

tanda adalah sesuatu ang dapat ditangkap, represetatif dan

interpretatif. Representatif menurut Pierce adalah sesuatu

yang bagi seseorang mewakili sesuatu yang lain dalam

beberapa hal atau kapasitas. Sesuatu yang lain itu disebut

dengan interpretatif, dikatakan demikian karena

datangnya dari tanda pertama, di posisi interpretant akan

21

Alex, Sobur, Semiotika Komunikasi, h. 17 22

Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, h. 39

Page 42: KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP IDENTITAS BUDAYA SUROBOYOAN DALAM PROGRAM NDORO BEI DI JAWA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51757... · 2020. 8. 11. · Jawa Pos Media

32

mengacu pada objek tertentu. Tanda dapat dimaknai

sebagai tanda apabila ia menjalankan fungsinya sebagai

tanda, itulah mengapa ia menjuluki semiotika sama

dengan logika 23

Pierce menggolongkan tanda menjadi tiga titik dalam

segitiga yang disebut juga sebagai signifikasi. Dengan

demikian sebuah tanda atau representamen memiliki relasi

„triadik‟ langsung dengan interpretant dan objeknya. Di

dalam teori Pierce, berbagai tanda yang terhubung dengan

objeknya menjadi suatu bahasan yang umum. Tanda-

tanda yang diciptakan manusia untuk berkomunikasi

merupakan sebuah representasi atas bahasa atau tanda

yang berlaku secara umum. Seperti contoh pada

kehidupan manusia, tanda gerak atau isyarat bisa diartikan

sebagai memanggil atau anggukan kepada dapat diartikan

sebagai persetujuan.24

Relasi triadik atau proses kognitif semiosis Charles

Sanders Pierce terbagi menjadi tiga tahapan. Pertama

representasement yaitu penyerapan melalui panca indera.

Kedua, objek yaitu mengaitkan representasement pada

pengalaman memaknai melalui kognisi manusia. Ketiga,

interpretant yaitu menafsirkan objek sesuai dengan

keinginannya.25

23

Indiwan Seto Wahyu Wibowo, Semiotika Komunikasi

(Jakarta: Mitra Wacana Media, 2013), h. 186 24

Indiwan Seto Wahyu Wibowo, Semiotika Komunikasi h. 18 25

Yasraf Amir Piliang, Hipersemiotika: Tafsir Cultural Studies Atas

Matinya Makna (Yogyakarta: Jalasutra, 2010), h. 266-267

Page 43: KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP IDENTITAS BUDAYA SUROBOYOAN DALAM PROGRAM NDORO BEI DI JAWA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51757... · 2020. 8. 11. · Jawa Pos Media

33

Pierce menyebut representamen atau tanda ke dalam

Ground. Ground adalah tahapan pertama dalam triadik

Pierce. Agar memudahkan, Ground disimbolkan dengan

X. Berdasarkan fungsinya yakni menangkap melalui

panca indera, X menjadi tahapan pertama. Ground

menjadi landasan atau dasar dari sesuatu ang diguakan

agar tada bisa berfungsi. Di dalam tanda terdapat konsep

qualisign, sinsign,lesigns.26

Elemen pertama dari representamen atau ground

adalah qualisign. Qualisign adalah kualitas yang ada

pada tanda dan terdapat sifat pada tanda tersebut. Dalam

tayangan Ndoro Bei contohnya adalah ketika Probo dan

Hengki sedang membersihkan rumah yang kerap

dilakukan pada satu suro serta membacakan tembang

macapat yang diyakini dapat meredakan kemarahan si

penjaga rumah. Kedua adalah Sinsign. Sinsign dasar

tampilnya (eksistensi) dalam kenyataan benda atau

peristiwa pada tanda. Dalam tayangan Ndoro bei tanda

26

Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, h. 41

Gambar 2.3 : Triadic Pierce

Representamen

(X)

Objek (Y) Interpretan (X=Y)

Page 44: KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP IDENTITAS BUDAYA SUROBOYOAN DALAM PROGRAM NDORO BEI DI JAWA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51757... · 2020. 8. 11. · Jawa Pos Media

34

yang dimunculkan adalah visualisasi adanya asap

dianggap memberikan efek-efek ghoib karena pejaga

rumah yang dimaksud berbentuk ghoib. Ketiga legisign,

yakni norma atau aturan yang dikandung oleh tanda

contohnya di dalam tayangan ini, tembang macapat yang

dibacakan oleh Probo merupakan puisi jawa tradisional

yang memiliki aturan-aturan atau patokan-patokan sastra

jawa juga mengandung ajaran kehidupan.

Pada objek disimbolkan dengan huruf Y. Tahapan ini

disebut dengan tahapan kedua, yang mana setelah tanda

diterima lewat panca indera tanda tersebut akan masuk

kognisi pemikiran manusia. Pierce membagi tanda dalam

tiga kategori yakni ikon, indeks dan simbol. Ikon adalah

sesuatu yang melaksanakan fungsi sebagai penanda yang

serupa dengan bentuk objeknya (alamiah). Ikon di dalam

tayangan Ndoro Bei adalah Hengki dan Probo

membersihkan rumah dengan membacakan tembang

macapat. Kedua adalah indeks, tanda yang menunjukkan

sebab akibat dari penanda yang megisyaratkan

petandanya sebagai hubungan alamiah. Contoh dalam

tayangan Ndoro Bei adalah munculnya asap ketika

dibacakan tembang macapat. Ketiga adalah simbol,

sesuatu yang menjalankan fungsi penanda ke petanda

yang telah disepakati dan digunakan oleh masyarakat.

pada tayangan ini simbol yang sangat terlihat adanya asap

ketika dibacakan tembung macapat menunjukkan adanya

Page 45: KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP IDENTITAS BUDAYA SUROBOYOAN DALAM PROGRAM NDORO BEI DI JAWA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51757... · 2020. 8. 11. · Jawa Pos Media

35

makhluk lain atau makhluk ghoib.27

Tabel 2.1

Pembagian jenis tanda menurut Peirce

Jenis

Tanda

Hubungan antara Tanda

dan Sumber Acuannya

Contoh

Ikon Tanda yang hubungan antara

penanda dan petandanya

bersifat bersamaan bentuk

Alamiah

Potret/Peta

Indeks Tanda yang menunjukkan

adanya hubungan alamiah

antara tanda dan petanda yang

bersifat kausal/sebab akibat

Asap sebagai

tanda adanya api

Simbol Tanda yang menunjukkan

hubungan alamiah antara

penanda dengan petandanya

yang bersifat arbitrer/semena

Simbol dalam

perjanjian

masyarakat

Terakhir adalah interpretant. Interpretant merupaka

sebuah tanda yang ada dalam benak objek yang dirujuk

tanda atau tafsiran dari prses representasemen dengan

objek. Interpretant disimbolkan sebagai X=Y yang

merupakan gabungan atau tafsiran dari proses tanda

27

Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, h. 41-42

Page 46: KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP IDENTITAS BUDAYA SUROBOYOAN DALAM PROGRAM NDORO BEI DI JAWA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51757... · 2020. 8. 11. · Jawa Pos Media

36

dengan objek. Interpretant juga terdapat konsep berupa

rheme, decisign,dan argument. Rheme adalah pernyataan

yang masih berupa kemugkinan, misalnya membacakan

tembung macapat pada bulan Suro ditujukkan sebagai

salah satu cara untuk membersihkan rumah ataupun

barang-barang peninggalan masa lampau. Decisign adalah

pernyataan yang sudah terbukti kebenarannya atau

berdasarkan fakta. Contoh dalam tayangan ini adalah

tembang macapat yang dibacakan oleh Probo dan Hengki

pada bulan Suro dimaksudkan untuk membersihkan

rumah atau disebut dengan jemasan pusaka. Argument

adalah tanda yang memiliki sifat umum atau tanda yang

langsung memberikan alasan tertentu. Contoh dalam

tayangan Ndoro Bei adalah Jamasan Pusaka merupakan

tradisi yang banyak dianut oleh masyarakat Jawa yang

dilakukan untuk merawat atau melestarikan warisan dan

kenang-kenangan dari para leluhur. Tradisi ini dilakukan

pada bulan Suro atau yang bertepatan dengan 1 Muharram

dalam kalender Hijriyah.28

D. Identitas Budaya

Secara etimologis kata identitas berasal dari kata

identity. Identity atau dalam bahasa indonesia disebut juga

dengan identitas. Idetitas dapat berarti suatu kondisi atau

kenyataan tetang sesuatu yang sama atau suatu keadaan yang

28

Marcel Danesi, Pesan, Tanda, Makna: Buku Teks Dasar Mengenai

Semiotika dan Teori Komunikasi. (Yogyakarta: Jalasutra, 2010), h . 24

Page 47: KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP IDENTITAS BUDAYA SUROBOYOAN DALAM PROGRAM NDORO BEI DI JAWA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51757... · 2020. 8. 11. · Jawa Pos Media

37

mirip satu sama lain. Sedangkan dalam tataran hubungan

manusia, identity mengantarkan kita pada sebuah konsep

tentang bagaimana meletakkan seserang ke dalam tempat

orang lain (komunikasi empatik), atau sekurang-kurangnya

meletakkan atau berbagi (to share) pikiran, perasaan,

masalah atau simpatik (empati) dalam sebuah proses

komunikasi.29

Identitas merupakan sebuah konsep yang abstrak,

kompleks dan dinamis, oleh karenanya identitas tidak mudah

untuk diartikan. Identitas seseorang dapat berubah seiring

waktu menurut pengalaman hidup. Ketika seseorang di

sekolah dasar, sekolah menengah atas, atau bahkan setelah

masuk universitas, selama itu pula seseorang mendapat

identitas. Namun identitas yang baru akan mengesampingkan

identitas yang lama. Misal, ketika masuk universitas

identitasnya menjadi seorang mahasiswa, bukan lagi seorang

pelajar. Meski demikian, identitas regional akan tetap

dipertahankan, seperti identitas kampung halaman, negara

dan budaya. Pada dasarnya identitas merujuk pada

pandangan refleksi mengenai diri kita sendiri maupun

persepsi dari orang lain terhadap diri kita. Singkatnya seperti

yang diungkap oleh Martin dan Nakayama bahwa identitas

adalah konsep diri sendiri, siapa diri kita sendiri.30

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia budaya diartikan

sebagai pikiran, akal budi; adat istiadat; sesuatu mengenai

29

Alo Liliweri, Makna Budaya dalam Komuikasi Atarbudaya h. 69 30

Larry A. Samovar dkk., Komuikasi Lintas Budaya, h. 184

Page 48: KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP IDENTITAS BUDAYA SUROBOYOAN DALAM PROGRAM NDORO BEI DI JAWA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51757... · 2020. 8. 11. · Jawa Pos Media

38

kebudayaan yang sudah berkembang (beradab, maju); dan

sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan yang sudah sukar

diubah. Sedangkan dalam tradisi Antrpologi, Cliffort Geerzt

mengartikan budaya sebagai nilai yang secara historis

memiliki karakteristiknya sendiri dan bisa dilihat dari

simbol-simbol yang muncul.31

Identitas budaya secara sederhana dapat diartikan

sebagai rincian karakteristik atau ciri-ciri sebuah kebudayaan

yang dimiliki oleh sekelompok orang yang kita ketahui

batas-batasnya tatkala dibandingkan dengan karakteristik

atau ciri-ciri kebudayaan orang lain. Ini berarti jika kita ingin

mengetahui dan menetapkan identitas budaya, maka kita

tidak sekedar menentukkan karakteristik atau ciri-ciri fisik

atau bilogis semata, akan tetapi juga mengkaji identitas

kebudayaan seseorang melaui tatanan berpikir (cara dan

orientasi berpikir) perasaan (cara dan orientasi perasaan) dan

cara bertindak (motivasi dan orientasi tindakan).32

Faktor-faktor pembentuk identitas budaya adalah

kepercayaan, bahasa dan pola perilaku. Kepercayaan adalah

usaha untuk menerima sebuah kebenaran tetang sesuatu yang

dipelajari dalam kebudayaan. Sedangkan bahasa merupakan

alat untuk berinteraksi dengan orang lain dan juga sebagai

alat untuk berpikir. Dalam konteks ini, bahasa berfungsi

sebagai suatu mekanisme untuk berkomunikasi sekaligus

31

Rulli Nasrullah, Komunikasi Antarbudaya, di Era Budaya Siber

(jakarta: Prenadamedia Group, 2012) h. 15 32

Alo Liliweri, Makna Budaya dalam Komuikasi Atarbudaya h. 72

Page 49: KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP IDENTITAS BUDAYA SUROBOYOAN DALAM PROGRAM NDORO BEI DI JAWA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51757... · 2020. 8. 11. · Jawa Pos Media

39

sebagai pedoman untuk melihat realitas sosial. Bahasa

memengaruhi persepsi, menyalurkan dan membentuk

pikiran. Mintargo mengatakan bahwa tingkah laku manusia

lebih banyak merupakan hasil dari kegiatan-kegiatan yang

dipelajari daripada yang tidak dipelajari dan hal tersebut

merupakan tradisi. Perilaku manusia yang dipelajari

termasuk kebiasaan-kebiasaan, sikap-sikap emosi dan semua

bentuk aktivitas da tanggapan-tanggapan yang didapatkan

melalui pengalaman. 33

Menurut Kenneth Burke untuk menentukan identitas

budaya sangat tergantung pada bahasa (bahasa sebagai unsur

kebudayaan nonmaterial), bagaimana represesoedarsontasi

bahasa menjelaskan sebuah kenyataan atas semua identitas

yang dirinci kemudian dibandingkan. Kenneth Burke juga

berpandangan bahwa penamaan identitas seseorang atau

sesuatu selalu meliputi konsep penggunaan bahasa terutama

untuk mengerti suatu kata secara denotatif dan konotatif.34

Identitas dibangun melalui interaksi sosial dan

komunikasi. identitas juga dihasilkan oleh negosiasi melalui

media, yakni bahasa. Sekurang-kurangnya kita dapat

mengidentifikasi melalui aksen, logat, atau dialek saat

33

Esti Verulitasari, Agus Cahyono, Nilai Budaya dalam Pertunjukan

Rapai Geleng mencerminkan Identitas Budaya Aceh, Journal of Art

Education: Vol 1 No. 1 Tahun 2016, h. 42 diakses di:

http://jurnal.unnes.ac.id/siu/idex.php/chatarsis pada 23 Desember 2019 34

Alo Liliweri, Makna Budaya dalam Komuikasi Antarbudaya (h. 72

Page 50: KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP IDENTITAS BUDAYA SUROBOYOAN DALAM PROGRAM NDORO BEI DI JAWA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51757... · 2020. 8. 11. · Jawa Pos Media

40

mereka berbicara, baik dalam bahasa daerah mereka ataupun

bahasa indonesia.35

Identitas budaya dijelaskan oleh Fong sebagai

identifikasi komunikasi dari sistem perilaku simbolis verbal

maupun non-verbal yang memiliki arti dan yang dibagikan di

antara anggota kelompok yang memiliki rasa saling memiliki

dan yang membagi tradisi, warisan, bahasa, dan norma-

norma yang sama. Identitas budaya merupakan konstruksi

sosial.36

E. Identitas Budaya Suroboyoan

Wilayah keberadaan orang Jawa Suroboyoan jauh

melampaui wilayah administratif Kota Surabaya.

Sebagaimana wilayah guyuban bahasa jawa dialek Surabaya

yang tidak hanya di wilayah kota Surabaya, orang jawa

“Suroboyoan” di samping berada di kota Surabaya juga

berada di seluruh wilayah Surabaya, Mojokerto, dan

Sidoarjo, di sebagian besar wilayah Jombang, Gresik,

Pasuruan, Batu dan Malang, serta di sebagian kecil wilayah

Lamongan dan Kediri.37

Sehubungan wilayah-wilayah tersebut tidak ada isolasi

alam yang membatasi satu dengan yang lain atau dengan

wilayah subetnik jawa yang lain, maka batas wilayah itu sulit

35

Alo Liliweri, Dasar-dasar Komunikasi Antarbudaya (Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 2013), h. 86 36

Larry A. Samovar, dkk., Komuikasi Lintas Budaya h. 184 37

Warsiman, Penguatan Identitas Budaya Lokal Jawa Timur;

Mencari Jejak Kearifan Lokal (Malang:UB Press, 2015), h. 116

Page 51: KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP IDENTITAS BUDAYA SUROBOYOAN DALAM PROGRAM NDORO BEI DI JAWA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51757... · 2020. 8. 11. · Jawa Pos Media

41

diberi batas tegas. Luasnya tebaran wilayah orang jawa

“Suroboyoan” atau subetnik Surabaya, menyebabkan

terjadinya pengelompokan yang lebih kecil menjadi sub-sub-

etnik Surabaya. Pengelompokan sub-sub-etnik itu terjadi di

samping faktor wilayah, juga karena faktor interaksi sosial di

antara mereka. Atas dasar keduanya, subetnik Surabaya

sering mereka kelompokkan menjadi dua sub besar, yakni

orang “Suroboyoan” yang andhus (Jawa: Medhok,asli) dan

yang biasa. Sub-etnik surabaya andhus umumnya berada di

pedalaman berbagai wilayah tebaran subetnik tersebut,

sedangkan sub-suetnik Surabaya biasa berada di pusat-pusat

kota atau di daerah yang sudah maju pada wilayah-wilayah

keberadaan subetnik tersebut.38

Subetnik Surabaya kelompok andhus lebih banyak

memandang bahwa bekerja adalah untuk hidup. Mereka lebih

banyak melakukan pekerjaan baik itu bertani maupun

berdagang hanya untuk memenuhi kebutuhan pokok

hidupnya. Mereka berada pada wilayah ekonomi subsistensi,

bekerja untuk memperoleh penghasilan dan bisa untuk

makan atau bertahan hidup. Mereka bekerja tidak untuk

mengumpulkan kekayaan. Mereka sadar bahwa kaya dan

miskin itu “wis cinorek” dan “urip saderma nglakoni”. Oleh

sebab itu, mereka pahami kalau ditakdirkan kaya tentu akan

38

Warsiman, Penguatan Identitas Budaya Lokal Jawa Timur;

Mencari Jejak Kearifan Lokal, h. 116

Page 52: KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP IDENTITAS BUDAYA SUROBOYOAN DALAM PROGRAM NDORO BEI DI JAWA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51757... · 2020. 8. 11. · Jawa Pos Media

42

ada jalannya. Sebaliknya, bekerja siang malam sekalipun,

kalau “wis cinorek” menjadi miskin yang tetap tiada hasil.39

Pemahaman tentang bekerja seperti itu sudah banyak

disingkirkan oleh kelompok subetnik Surabaya yang biasa.

Mereka sangat tidak menyetujui kelompok andhus tadi.

Mereka memahami bahwa hidup adalah untuk kerja. “wong

urip ya kudu nyambut gawe”, ungkapan ini di samping

memberi indikasi bahwa orang surabaya kelompok biasa

suka bekerja, juga berimplikasi pada tujuan mereka bekerja.

Mereka bekerja agar memeperoleh kehidupan yang layak,

bukan sekadar untuk hidup apalagi hidup sekadar. Mereka

selalu mengatakan, “supaya bisa urip temen, ya kudu

nyambut gawe”. Berkait dengan semboyannya “kalah cacak,

menang cacak” mereka bekerja senantiasa aktif, reaktif, dan

kompetitif atau kontestatif. Mereka selalu berupaya untuk

bekerja yang le bih baik dan memperoleh penghasilan yang

lebih. Oleh karena itu, kerap kali ditemui orang Surabaya

kelompok ini bekerja berpindah-pindah dari satu pekerjaan

ke pekerjaan yang lain. Mereka mencari kerja yang sesuai

demi “urip sing temen” mereka tidak ingin dalam

kehidupannya menjadi “urip-uripan” atau “golek urip”.

Selain itu mereka sangat menghargai pekerjaan, demi

pekerjaan pula mereka rela bertengkar. Bahkan, megrbankan

dirinya. Mereka tidak ingin menjadi gelandangan, tidak ingin

“kalungan umplung lewat embong”, mereka suka

39

Warsiman, Penguatan Identitas Budaya Lokal Jawa Timur;

Mencari Jejak Kearifan Lokal, h. 117

Page 53: KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP IDENTITAS BUDAYA SUROBOYOAN DALAM PROGRAM NDORO BEI DI JAWA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51757... · 2020. 8. 11. · Jawa Pos Media

43

menumpahi orang-orang yang malas bekerja, atau menyia-

nyiakan pekerjaannya dengan kata-kata “kepengin kelakon

kalungan umplung turut embong”.40

Surabaya merupakan salah satu pusat penyebaran Agama

Islam di tanah jawa. Kota ini juga merupakan basis warga

Nahdatul Ulama. Agama Islam sudah mulai tersebar sejak

abad 15 di daerah Surabaya. Sunan Ampel, salah satu

anggota wali songo mendirikan masjid dan pesantren di

daerah Ampel pada tahun 1530. Agama Islam menjadi

agama mayoritas di Kota Pahlawan.41

Meski Islam menjadi agama mayoritas, namun banyak

agama lain yang juga diyakini oleh masyarakat pada

umumya. Agama lain yang dianut oleh masyarakat adalah

Kristen Protestan, Katolik, Hindu, Buddha dan Konghucu.

Kerukunan umat beragama terjalin dengan saling

menghormati, menghargai dan tolong-menolong,. Secara

fisik kerukunan tersebut terlihat dengan adanya bangunan

Masjid Agung Surabaya yang bersebelahan dengan salah

satu gereja besar di Surabaya.42

Asal kata Surabaya adalah “Sura ing Bhaya” yang berarti

keberanian menghadapi bahaya. Untuk memasuki ibu kota

kerajaan Majapahit dari arah lautan yaitu Muara Kali Mas,

Surabaya menjadi gerbang utama. Menurut sejarah, pada

40

Warsiman, Penguatan Identitas Budaya Lokal Jawa Timur;

Mencari Jejak Kearifan Lokal, h. 118 41

Soedarso, dkk. Dinamika Multikultural Masyarakat Kota Surabaya.

Jurnal Sosial Humaniora: Vol. 6 No. 1 Tahun 2013, h. 68 42

Soedarso, dkk. Dinamika Multikultural Masyarakat Kota Surabaya.

h. 69

Page 54: KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP IDENTITAS BUDAYA SUROBOYOAN DALAM PROGRAM NDORO BEI DI JAWA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51757... · 2020. 8. 11. · Jawa Pos Media

44

tanggal 31 Mei 1293, pasukan Mongol yang datang dari laut

digambarkan sebagai ikan suro (ikan hiu/ berani) dan

pasukan Raden Wijaya yang datang dari darat digambarkan

sebagai boyo (buaya/ bahaya), secara harfiah diartikan berani

menghadapi bahaya yang datang mengancam. Peperangan

tersebut dimenangkan oleh Raden Wijaya. Sesuai dengan

kesepakatan oleh sekelompok sejarawan tanggal 31 Mei

1293 diperingati sebagai hari jadi Surabaya.43

Terbunuhnya Arya Penangsang oleh Sutawijaya anak

angkat dari Joko Tingkir sebagai tanda berakhirnya kerajaan

Demak. Surabaya menyusul keruntuhan kerajaan Demak

karena merupakan bagian dari kerajaan tersebut. Sejak

keruntuhannya tersebut, Surabaya menjadi sasaran

penaklukan Kesultanan Mataram. Pemblokiran aliran sungai

brantas oleh Sultan Agung secara tidak langsung memaksa

Surabaya untuk menyerah. Tahun 1620 Surabaya

digambarkan di sebuah tulisan VOC sebagai negara yang

kaya dan berkuasa. Belanda menyerahkan 30.000 prajurit

untuk melawan kesultanan Mataram. Trunojoyo dari Madura

merebut Surabaya pada tahun 1675, namun akhirnya didepak

VOC pada tahun 1677. Dalam perjanjian antara Paku

Buwono II dan VOC Surabaya diserahkan penguasaanya

kepada VOC. Sesuai dengan perjanjian tersebut, tanggal 11

43

Soedarso, dkk, Dinamika Multikultural Masyarakat Kota Surabaya.

h. 64

Page 55: KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP IDENTITAS BUDAYA SUROBOYOAN DALAM PROGRAM NDORO BEI DI JAWA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51757... · 2020. 8. 11. · Jawa Pos Media

45

November 1743 Surabaya resmi berada di bawah kedaulatan

kolonial Belanda. 44

Dalam kekuasaan Belanda, Surabaya dibagi menjadi

kampung-kampung berdasarkan etnis. Pembagian tersebut

berdasarkan atas peraturan Wijkenstensel yang berisi setiap

etnis harus menempati kampung etnisnya masing-masing.

Kampung-kampung tersebut adalah Kampung Pecinan,

Kampung Arab, Kampung Bumiputra (inlander atau orang-

orang Jawa/ Melayu) dan Kampung Eropa. Dalam peraturan

Passentensel juga menyatakan bahwa seseorang yang hendak

keluar dari lingkungannya harus menunjukkan surat jalan.

Peraturan kedua inilah yang menyebabkan sulitnya keluar-

masuk di kawasan Kampung Arab, Pecinan, atau Pribumi.

Pembagian kampung berdasarkan etnis merupakan upaya

Belanda untuk mengontrol populasi dan kriminalitas serta

pengawasan di Surabaya. Dengan demikian jika ada

kerusuhan atau pemberontakan, maka intel Belanda mudah

mencari tersangka. Intel Belanda mengidentifikasi pelaku

berdasarkan identitas etnis misal, pakaian yang dikenakan

apakah gamis, cheong-sam atau sarung.45

Seiring berjalannya waktu kampung-kampung bentukan

Belanda mengalami perkembangan. Kampung Pecinan yang

terbentuk di Chinesche Voorstraat atau Pecinan Kulon (kini

Jalan Karet) juga muncul di Jalan tepekong (kini Jalan

44

Soedarso, dkk, Dinamika Multikultural Masyarakat Kota Surabaya.

h. 65 45

Soedarso, dkk, Dinamika Multikultural Masyarakat Kota Surabaya.

h. 65

Page 56: KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP IDENTITAS BUDAYA SUROBOYOAN DALAM PROGRAM NDORO BEI DI JAWA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51757... · 2020. 8. 11. · Jawa Pos Media

46

Coklat). Di kawasan Jalan Coklat terdapat klenteng tertua di

Surabaya bernama Hok An Kiong (klenteng Dewa Mazu)

sebagai penanda. Adanya Jalan Kemang Jepun merupakan

simbol bahwa orang Tionghoa berperan penting dalam

membangun perekonomian kota. Kawasan tersebut menjadi

penghubung antara kawasan pedagang Eropa (Heerenstraat)

dan kawasan lain yang berkembang di Selatan Surabaya.

Sebuah gapura tinggi dan besar, di atasnya terdapat ornamen

dua naga yang berhadap-hadapan kanan dan kiri merupakan

sebuah penanda Kembang Jepun. Tulisan Kya-Kya tertulis di

gapura yang sudah berdiri sejak 2003.46

Kampung etnis lain yang juga mengalami perkembangan

adalah Kampung Ampel atau Kampung Arab. Kampung

Arab ini telah ada sejak zaman Majapahit dan masih banyak

dihuni oleh orang Arab. Bhre Kertabumi (Prabu Brawijaya

V) memberikan sebidang lahan di Ampel Denta kepada

Sayyid Ali Rahmatullah sebagai rasa terima kasih atas

bantuannya dalam mengatasi kemerosotan di Kerajaan

Majapahit. Ampel Denta berkembang sebagai pusat ilmu

Agama Islam. Kawasan ini diramaikan sebagai kawasan

perdagangan oleh sebagian besar dari pendatang Arab. Kini

kawasan perdagangan di Ampel disebut dengan pasar Ampel.

Pasar Ampel merupakan pasar tertua di Surabaya. Kegiatan

jual beli di pasar Ampel sudah berlangsung sejak tahun 1420.

Kampung Arab terbentuk menjadi kampung yang islami.

46

Soedarso, dkk. Dinamika Multikultural Masyarakat Kota Surabaya.

h. 65

Page 57: KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP IDENTITAS BUDAYA SUROBOYOAN DALAM PROGRAM NDORO BEI DI JAWA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51757... · 2020. 8. 11. · Jawa Pos Media

47

Bangunan di Kampung Arab dihiasi oleh bangunan-

bangunan lama seperti rumah kampung, pasar dan masjid

berarsitektur Melayu.47

Kampung Eropa mengalami kondisi yang berbeda.

Kampung tersebut sudah tidak lengkap lagi dengan warga

keturunan Eropa, yang tersisa hanya bangunan-bangunan tua

bergaya Eropa di beberapa titik Surabaya. Sejak masa

nasionalisasi atau pasca kemerdekaan 1945, para pejuang

mengambil secara sepihak rumah-rumah orang Belanda.

Karena kekalahannya, maka orang Belanda pun kesulitan

mengklaim kembali rumah-rumah mereka. Saat itu mereka

hanya memiliki dua opsi yakni tinggal di Indonesia dan

mejadi Warga Negara Indonesia atau pulang ke negaranya,

Belanda. Banyak yang memutuskan untuk mudik ke

Belanda. Sehingga fisik bangunan masih ada tetapi

penghuninya sudah tidak ada.48

Menurut Dukut Imam

Widodo, penulis Hikajat Soerabaya Tempo Doeloe,

hilangnya bangsa eropa di Surabaya tidak semata-mata hanya

karena mereka pulang ke negara asalnya, ia mengatakan,

“Dulu, ada bunker di Balai Pemuda. Saat itu,

Balai Pemuda masih bernama Simpangsche

Societeit. Ketika masa nasionalisasi, orang-orang

Belanda yang ditahan di kampung interiran

dibebaskan. Oleh Pemuda Insonesia, orang-orang

47

Soedarso, dkk. Dinamika Multikultural Masyarakat Kota Surabaya.

h. 66 48

Soedarso, dkk. Dinamika Multikultural Masyarakat Kota Surabaya.

h. 67

Page 58: KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP IDENTITAS BUDAYA SUROBOYOAN DALAM PROGRAM NDORO BEI DI JAWA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51757... · 2020. 8. 11. · Jawa Pos Media

48

Belanda digiring ke Balai Pemuda. Semua

dibunuh dan mayatnya disimpan di buker itu”

Kampung Eropa kini hanya tersisa bangunan-bangunannya

saja. Etnis yang sampai kini masih ada dalam peta dinamika

kota Surabaya adalah Kampung Pecinan, Kampung Arab,

Kampung Bumiputra atau Pribumi.49

Di Kota Pahlawan ini juga berdiri Gereja Bethany yang

merupakan gereja terbesar di Asia Tenggara. Banyak

yayasan-yayasan sosial yang berasazkan agama, mereka

bekerja sama dalam kegiatan bakti sosial. Bahkan ada satu

wadah kerukunan umat beragama di Surabaya yang sering

menyikapi suatu problem sosial manusia agar tidak

terprovokasi oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab

yang akan merusak persatua dan kesatuan Bangsa Indonesia

pada umumnya dan masyarakat Jawa Timur khususnya.

Agama Yahudi memiliki sebuah synagoga (tempat ibadah

Yahudi) di jalan Kaayon, dekat stasiun Gubeng. Masyarakat

berkeyakinan Yahudi umuma adalah imigran dari Bagdad

dan Belanda. Buktinya semakin jelas dengan adanya makam

khusus orang Yahudi di daerah Kembang Kuning,

Surabaya.50

Suku mayoritas Surabaya adalah suku Jawa. Jika

dibandingkan dengan suku jawa pada umumnya, suku jawa

di Surabaya memiliki temperamen yang lebih keras dan

49

Soedarso, dkk. Dinamika Multikultural Masyarakat Kota Surabaya.

h. 67 50

Soedarso, dkk. Dinamika Multikultural Masyarakat Kota Surabaya.

h. 69

Page 59: KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP IDENTITAS BUDAYA SUROBOYOAN DALAM PROGRAM NDORO BEI DI JAWA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51757... · 2020. 8. 11. · Jawa Pos Media

49

egaliter. Salah satu penyebabnya adalah jauhnya Surabaya

dari kraton yang dipandang sebagai pusat budaya Jawa.

83,68% penduduk Surabaya adalah suku Jawa, 7,5% adalah

suku Madura, 7,25% Tionghoa, 2,04% Arab dan sisanya

merupakan suku lain seperti Bali, Batak, Bugis, Manado,

Minangkabau, Dayak, Ambon, Aceh dan warga asing51

Budaya Surabaya juga dikenal dengan budaya Arek.

Budaya Arek merupakan karakteristik masyarakat Surabaya

yang Solidaritas, Demokrasi dan Egaliter. Budaya tersebut

telah lama berkembang dalam kehidupan masyarakat.

Terbentuknya budaya Surabaya adalah hasil dari

percampuran dari varian budaya yang berbeda. Aspek-aspek

keberanian dan kenekatan dari masyarakat pendukung

budaya Arek merupakan kontribusi dari keberanian dan

kenekatan dari orang-orang Madura. Keterbukaan dan

Egaliterian masyarakat merupakan kontribusi dari budaya

pesisir. Sedangkan solidaritas yang kuat, guyub dan rukun

merupakan kontribusi dari dari budaya pedesaan dan agraris.

Sikap saling kritik juga mewarnai kehidupan masyarakat

Surabaya. Kritik-kritik tersebut didasari rasa cinta dan

semangat untuk membangun lingkungan bukan untuk

merusak tatanan. Sifat Egaliter juga tumbuh di dalam

masyarakat Surabaya, yakni menjunjung tinggi kesetaraan

dan kebersamaan. Egalitarianisme adalah kecenderungan

51

Soedarso, dkk. Dinamika Multikultural Masyarakat Kota Surabaya.

h. 68

Page 60: KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP IDENTITAS BUDAYA SUROBOYOAN DALAM PROGRAM NDORO BEI DI JAWA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51757... · 2020. 8. 11. · Jawa Pos Media

50

cara berpikir bahwa seseorang harus diperlakukan dan

mendapat perlakuan yang sama dalam berbagai dimensi, baik

agama, politik, ekonomi, sosial atau budaya. Hal tersebut

menujukkan bahwa masyarakat Surabaya tidak mau

terkukung dengan pejenjangan yang terlalu rumit yang

tercermin dalam keseharian mereka terutama dalam bertutur

kata.52

Selain solidaritas, demokrasi dan egaliter, masyarakat

Surabaya juga memiliki karakteristik yang terbuka, dan terus

terang. Karakteristik tersebut dapat memengaruhi bahasa

yang digunakan, sehingga basa Suroboyoan dianggap

sebagai bahasa yang lugas, spontan, berkarakter, dan

berkesan kasar apabila dibandingkan dengan bahasa jawa

standar yaitu bahasa jawa yang digunakan di Daerah

Istimewa Yogyakarta dan Karisedanan Surakarta. Yunani

Prawiranegara mengatakan Basa Suroboyoan sebagai daerah

pesisir mewarisi budaya dan bahasa pesisiran sebagai bahasa

transisi dari bahasa Jawa Majapahitan ke bahasa Jawa baru

Jawa Tengahan. Oleh karena itu ada kesan basa Suroboyoan

kasar dan kurang mengindahkan bahasa jawa standar.

Menurut Yunani Prawiranegara dalam Jawa Pos Edisi 25

Januari 2004 Basa Suroboyoan yang egaliter terkesan begitu

jenaka sehingga membuat suasana kemraket atau akrab,

52

Nita Anggraeni Goenawan dkk,” Perancangan Buku Ilustrasi

tentang Fenomena Budaya Arek Suroboyo” Jurnal Desain Komunikasi

Visual Adiwarna, Vol 1 No. 8 Tahun 2016

sumber:https://www.neliti.com/id/publications/87411/perancangan-buku-

ilustrasi-tentang-fenomena-budaya-arek-suroboyo diakses pada 16 Maret 2019

Page 61: KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP IDENTITAS BUDAYA SUROBOYOAN DALAM PROGRAM NDORO BEI DI JAWA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51757... · 2020. 8. 11. · Jawa Pos Media

51

Grapyak atau ramah dan semenak atau menyenangkan.

Sedangkan Kisyani menyatakan bahwa basa Suroboyoan

adalah bahasa yang lugas, spontan dan berkarakter.53

Surabaya juga memiliki dialek khas sendiri yang dikenal

dengan Boso Suroboyan. Dialek ini dituturkan di daerah

Surabaya dan sekitarnya hingga memiliki pengaruh di bagian

timur Provisi Jawa Timur. Boso Suroboyoan dikenal egaliter,

blak-blakan dan tidak mengenal ragam tingkatan bahasa

seperti Bahasa Jawa pada standar umumnya.54

Masyarakat

Surabaya dikenal fanatik dan bangga terhadap bahasanya,

akan tetapi oleh karena perkembangan budaya dan

banyaknya pendatang yang datang ke Surabaya yang telah

mencampuradukkan bahasa Suroboyo, Jawa Ngoko dan

Madura, maka bahasa asli Suroboyo sebagian perlahan mulai

punah misal kata-kata:

- Njegog (Belok)

- Nderok (Berhenti)

- gog (Paman)

- Maklik (Tante)

- Bangka, matek dan modhar (mati)

- Kaspo dan diplokotho, mbojuk (di tipu)

- Mbadok dan ngganyang (makan)

- Digasak, disikat, digibeng, diantem (dipukul)

- Jembuk (rugi)

53

Kisyani, Bahasa Jawa di Jawa Timur Bagian Utara dan

Blambangan (Jakarta: Pusat bahasa, Departemen Pendidikan Nasional, 2004) 54

Soedarso, dkk. Dinamika Multikultural Masyarakat Kota Surabaya.

h. 69

Page 62: KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP IDENTITAS BUDAYA SUROBOYOAN DALAM PROGRAM NDORO BEI DI JAWA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51757... · 2020. 8. 11. · Jawa Pos Media

52

- Jembret (jelek)

- Gablek, nduwe (punya)

- Kacrek, wedi (takut)

- Kaliren dan keluwen (kelaparan)

- Babune dan rewange (pembantunya)

- Mbideg, meneng (diam)

- Ndobolno dan njebolno ( menjebolkan)

- Saklemet dan mek thitik (sedikit)

- Saklumbruk dan akeh (banyak)

- Mblakrak, mlaku-mlaku dan dolin ( jalan-jalan atau

bermain)55

Komunitas Arek dikenal mempunyai semangat juang

tinggi, terbuka terhadap perubahan, dan mudah beradaptasi.

Komunitas Arek juga dikenal sebagai komunitas yang

berperilaku bandha nekat Perilaku bandha nekat ini di satu

sisi bisa mendorong munculnya perilaku patriotik, tetapi di

sisi lain juga menimbulkan sikap destruktif.56

Posisi Kota Surabaya sebagai kota metropolitan, pasar

dari kota sekitarnya di Jawa Timur, dan pintu gerbang bagi

arus informasi, pendidikan, perdagangan, industri dan

teknologi dari luar Surabaya menyebabkan masyarakat Kota

Surabaya relatif terbuka dan heterogen. Komunitas Arek ini

55

Tri Winiasih, pemertahanan kasar “Basa Suroboyoan” dalam

acara berita Pojok Kampung di Televisi Lkal JTV: Balai Bahasa Surabaya,

Seminar Nasional Pemertahanan Bahasa Nusantara, Magister Linguistik PPs

UINDIP Semarang, 2010 h. 80-82 56

Surokim, Muhtar Wahyudi, Televisi Lokal;Strategi Jitu

Memenangkan Persaingan dan Merebut Pemirsa TV (UTM Press; Madura,

2013), h. 46

Page 63: KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP IDENTITAS BUDAYA SUROBOYOAN DALAM PROGRAM NDORO BEI DI JAWA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51757... · 2020. 8. 11. · Jawa Pos Media

53

dengan sikap keterbukaaannya itu bisa menerima berbagai

model dan jenis kesenian apa pun yang masuk ke wilayah

ini.57

Kesenian tradisional (rakyat) yang banyak berkembang di

Surabaya adalah Ludruk, Srimulat, Wayang Purwa Jawa

Timuran (Wayang Jek Dong), Wayang Potehi (pengaruh

kesenian China), Tayub, Tari Jaranan, dan berbagai kesenian

bercoral Islam seperti Dibaan, Terbangan, dan sebagainya.

Sementara kesenian modern berbagai gaya, corak, dan

paradigma berkembang pesat di Kota Surabaya. Seni rupa

bergaya realisme, naturalisme, surialisme, ekspresionisme,

pointilisme, dadaisme, dan instalasi berkembang pesat di

kota ini. Begitu pula model teater, tari, musik, dan sastra

kontemporer sangat pesat perkembangannya. Sikap

keterbukaan, egalitarian, dan solidaritas tinggi itu mendorong

berbagai kesenian macam apa pun bisa berkembang di Kota

Surabaya sebagai wadah budaya Arek.58

57

Surokim, Muhtar Wahyudi, Televisi Lokal;Strategi Jitu

Memenangkan Persaingan dan Merebut Pemirsa TV , h. 46 58

Surokim, Muhtar Wahyudi, Televisi Lokal; Strategi Jitu

Memenangkan Persaingan dan Merebut Pemirsa TV, h. 46-47

Page 64: KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP IDENTITAS BUDAYA SUROBOYOAN DALAM PROGRAM NDORO BEI DI JAWA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51757... · 2020. 8. 11. · Jawa Pos Media

54

BAB III

GAMBARAN UMUM JAWA POS MEDIA TELEVISI

A. Perkembangan Bisnis Jawa Pos Group

Industri media berubah berkat keputusan-keputusan yang

diambil oleh Dahlan Iskan. Dahlan melihat peluang untuk

menjadi raja media tidak dengan memanfaatkan restrukturisasi

stasiun televisi di Jakarta, melainkan dengan membeli dan

memperluas harian lokal di seluruh nusantara. Dahlan berhasil

merevitalisasi surat kabar Jawa Pos yang berbasis di Surabaya

pada tahun 1980-an. Ia berhasil membuat Grup Jawa Pos

mencetak keuntungan sebesar AS$2,8 Juta pada tahun 1998.1

Model bisnis Dahlan Iskan adalah dengan membeli,

membangun, dan merawat surat kabar lokal dengan biaya rendah.

Perusahaan-perusahaan yang lebih besar mendapat peralatan baru

seperti mesin cetak, tinta, plat cetak setiap beberapa tahun,

sedangkan peralatan lama dikirim untuk membagun surat kabar di

provinsi lain. Semua perusahaan yang berada di bawah Grup

Jawa Pos biasanya dengan nama Pos atau Radar. Model bisnis

seperti inilah yang pada akhirnya membuat perusahaan Grup

Jawa Pos memiliki ratusan surat kabar di seluruh nusantara.2

Jawa Pos dengan jaringan bisnis multimedianya yang telah

tersebar di seluruh Indonesia mejadi best practice dalam

1 Ross Tapsell, Kuasa Media di Indonesia:Kaum Oligarki, Warga dan

Revolusi Digital (Tangerang Selatan; CV Marjin Kiri, 2019), h. 65 2 Ross Tapsell, Kuasa Media di Indonesia:Kaum Oligarki, Warga dan

Revolusi Digital, h. 65

Page 65: KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP IDENTITAS BUDAYA SUROBOYOAN DALAM PROGRAM NDORO BEI DI JAWA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51757... · 2020. 8. 11. · Jawa Pos Media

55

kompetisi industri media. Bermula dari koran yang memiliki

oplah kecil dan terbit di Surabaya, menjadi koran dengan jaringan

terbesar di Indonesia. Meski terlahir di luar Ibukota Jakarta,

Perusahaan ini mampu mengembangkan bisnisnya hingga

memiliki lebih dari 200 media cetak dan televisi lokal. Bisnis

Jawa Pos terbilang cukup sukses dalam media cetak lokalnya.3

Di balik kesuksesannya, Jawa Pos melewati pasang surut.

Secara historis, kepemilikan koran ini mengalami beberapa kali

pergantian. Pertama kali didirikan pada 1 Juli 1949 di Surabaya

Jawa Timur dengan nama Djava-Post oleh The Chung Shen.

Singkat cerita, pada tahun 1982, oplah koran mengalami

kemerosotan tajam hingga mejadi 6.800 eksemplar perhari. The

Chung Shen memutuskan menjual Jawa Pos ketika usianya

menginjak 80 tahun. Selanjutnya, Eric F.H Samola mengambil

alih Jawa Pos, ia juga menjabat sebagai Direktur Utama PT

Grafiti Pers (Penerbit Majalah Tempo). Eric megangkat Dahlan

Iskan yang sebelumnya kepala biro Tempo Surabaya untuk

memimpin Jawa Pos.4

Berkat tangan dingin Dahlan Iskan, Jawa Pos mengalami

perkembangan yang sangat pesat. Untuk mengantisipasi

perkembangan bisnis media, kelompok Jawa Pos mendirikan

Jawa Pos News Network (JPNN). Salah satu jaringan surat kabar

terbesar di Indonesia ini memiliki lebih dari 80 surat kabar,

3 Company Profile Jawa Pos Group diakses pada 17 September 2019

di:https://www.jawapos.com/about-us/ 4 Nyoman Frastyawan,LKP: Rancang Bangun Sistem Informasi Bursa

Kerja pada PT. Jawa Pos Koran Surabaya, (Undergraduate Thesis, STIKOM

Surabaya: 2014), H. 6

Page 66: KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP IDENTITAS BUDAYA SUROBOYOAN DALAM PROGRAM NDORO BEI DI JAWA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51757... · 2020. 8. 11. · Jawa Pos Media

56

tabloid dan majalah, serta 40 jaringan percetakan di Indonesia.

Spesialisasi bisnis Jawa Pos Group meluas dengan berdirinya

televisi lokal, media online, radio, taloid dan majalah.5

Sebagai usaha untuk mendukung pondasi bagi industri

media cetak, PT. Jawa Pos bekerja keras untuk menyampaikan

ilmu pengetahuan, berita aktual dan teknologi untuk masyarakat

luas dan dari berbagai kalangan dengan berpegang teguh pada

visi dan misinya yaitu:

Visi: “Menjadi perusahaan media cetak maupun online dunia

yang dihormati, disegani dan patut dicontoh.”

Misi:

a) Meningkatkan kesejahteraan bangsa melalui pemuasan

pelanggan dan mencerdaskan bangsa dengan adanya

informasi yang aktual

b) Menjadi bagian penting dalam mendukung perkembangan

nasional melalui media

Jawa Pos berkembang menjadi entitas konglomerasi media

dan multiusaha yang berskala nasional dengan slogan Surat

Kabar Nasional dari Timur. Kompleks Graha Pena Jl. Ahmad

Yani No 88 Surabaya, Jawa Timur merupakan markas terbesar

Kelompok Jawa Pos. Dalam kompleks Graha Pena terdapat

gedung dengan 21 lantai yang menjadi kantor utama surat kabar

Jawa Pos.6

5 Nyoman Frastyawan,LKP: Rancang Bangun Sistem Informasi Bursa

Kerja pada PT. Jawa Pos Koran Surabaya, h. 6 6 Company Profile Jawa Pos Group diakses pada 15 September 2019

di: https://www.jawapos.co.id/profile/index.php

Page 67: KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP IDENTITAS BUDAYA SUROBOYOAN DALAM PROGRAM NDORO BEI DI JAWA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51757... · 2020. 8. 11. · Jawa Pos Media

57

Gambar 3-1: kelompok Jawa Pos Media

Harian Jawa Pos mendominasi media cetak di Jawa

Timur. Jawa Pos bukan hanya menjadi media terlaris namun juga

media sangat kuat dan berpengaruh. Pada tahun 2005, Jawa Pos

mendukung mantan pemimpin redaksi Arief Afandi dalam

kampanyenya untuk menjadi wakil walikota Surabaya. Dukungan

tersebut termasuk membeli waktu siaran dalam Talk Show dan

iklannya di televisi. Afandi dan pasangannya memenangkan

pemilihan. Pada 2010, Jawa Pos kembali mendukung salah satu

kandidat walikota baru yakni Tri Rismaharini hingga

memenangkannya dalam pemilihan.7

7 Ross Tapsell, Kuasa Media di Indonesia:Kaum Oligarki, Warga dan

Revolusi Digital, h. 134

Sumber: Company Profile Jawa Pos Media Group

https://www.jawapos.co.id/profile/index.php

Page 68: KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP IDENTITAS BUDAYA SUROBOYOAN DALAM PROGRAM NDORO BEI DI JAWA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51757... · 2020. 8. 11. · Jawa Pos Media

58

Gambar 3-2: Kelompok Jawa Pos Media

Kelompok Jawa Pos bukan hanya menjadi pionir dalam

perkembangan industri media cetak, namun juga sebagai pelopor

berdirinya televisi lokal di Indonesia. Tahun 2002 menjadi

sejarah baru dalam wajah pertelevisian di Indonesia. Kelompok

Jawa Pos mendirikan Riau TV di pekanbaru. Riau TV inilah yang

menjadi televisi lokal pertama di Indonesia. Masih dalam tahun

yang sama, dilanjutkan dengan berdirinya Batam TV di Batam

dan JTV di Surabaya. Seiring berjalannya waktu semakin banyak

televisi lokal yang didirikan oleh kelompok Jawa Pos. Beberapa

di antaranya adalah Jawa Pos Media Televisi (JTV), Padjajaran

Sumber: Company Profile Jawa Pos Media Group

https://www.jawapos.co.id/profile/index.php

Page 69: KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP IDENTITAS BUDAYA SUROBOYOAN DALAM PROGRAM NDORO BEI DI JAWA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51757... · 2020. 8. 11. · Jawa Pos Media

59

TV (PJTV), SBO, Fajar TV (FTV), Malioboro TV, Batam TV,

dan Cirebon TV.8

Kebangkitan konglomerat digital di Jakarta menyebabkan

merosotnya raja-raja media daerah. Professor kajian media di

Universitas Airlangga, Rachma Ida, menyebut Dahlan Iskan dari

Grup Jawa Pos dan Satria Naradha dari Grup Bali Post sebagai

Raja Daerah.9

Kegagalan Grup Jawa Pos yang paling menonjol adalah

harian indo Pos di Jakarta yang tidak mampu bersaing dengan

Kompas dan harian-harian lain yang sudah lebih mapan di

ibukota. Perusahaan telah menjadi konglomerasi yang tangguh

karena berfokus kepada daerah.

“kami membangun modal kecil, stasiun-stasiun lokal. Itu

pelan tapi pasti”,ucap Dahlan Iskan.10

Sejak keberangkatan Dahlan Iskan ke Jakarta dipimpin oleh

anaknya, Azrul Ananda. Azrul Ananda menjadi pemimpin

redaksi pada tahun 2005 di usia 27 tahun, sebelum menjadi

presiden direktur pada 2009. Di tahun 2010, ia mengatakan

bahwa anak-anak muda adalah kunci perkembangan perusahaan,

walaupun masih ada beberapa orang tua yang membantu.

Pernyataannya didukung oleh Adi Sariaatmadja yang

8 Company Profile Jawa Pos Group diakses pada 15 September 2019

di: https://www.jawapos.co.id/profile/index.php 9 Ross Tapsell, Kuasa Media di Indonesia:Kaum Oligarki, Warga dan

Revolusi Digital, h. 118 10

Ross Tapsell, Kuasa Media di Indonesia:Kaum Oligarki, Warga

dan Revolusi Digital, h. 96

Page 70: KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP IDENTITAS BUDAYA SUROBOYOAN DALAM PROGRAM NDORO BEI DI JAWA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51757... · 2020. 8. 11. · Jawa Pos Media

60

menjelaskan bahwa revolusi digital memungkinkan orang-orang

seperti Azrul Ananda untuk menentukan masa depan industri

media dengan cara yang tidak bisa dilakukan oleh generasi

ayahnya. Dahlan Iskan pun menegaskan bahwa masa depan

organisasi ada di tangan Azrul.11

B. Sejarah dan perkembangan Jawa Pos Media Televisi

Rona Jawa Timur, Warna Indonesia begitulah slogan yang

biasanya terdengar dalam tayangan program-program di Jawa Pos

Media Televisi atau lebih akrab disebut dengan JTV. JTV

merupakan anggota jaringan Jawa Pos Televisi yang dimiliki oleh

grup Jawa Pos yang juga memiliki afiliasi surat kabar dan biro

JTV di beberapa daerah di Provisi jawa Timur. Televisi swasta

regional terbesar di Indonesia ini berbasis di gedung JTV,

Kompleks Graha Pena Jl. Ahmad Yani No 88 Surabaya, Jawa

Timur. 12

Afiliasi JTV yang tersebar di Jawa Timur adalah:

JTV Surabaya

JTV Malang

JTV Madiun

JTV Kediri

JTV Jember

JTV Trenggalek

11

Ross Tapsell, Kuasa Media di Indonesia:Kaum Oligarki, Warga

dan Revolusi Digital, h. 176 12

Company Profile JTV di akses pada: 10 Mei 2019 dari:

https://www.jtv.co.id/profile/index.php

Page 71: KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP IDENTITAS BUDAYA SUROBOYOAN DALAM PROGRAM NDORO BEI DI JAWA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51757... · 2020. 8. 11. · Jawa Pos Media

61

JTV Pacitan

JTV Pamekasan

JTV Bojonegoro

JTV Bondowoso

JTV Banyuwangi

JTV Tayang perdana dengan durasi tayang 10 jam sehari.

Meginjak tahun ke-6, JTV mampu megudara selama 22 jam

sehari dengan 95% produksi sendiri. Dengan konsep lokal,

massal, nakal, JTV senantiasa bersama masyarakat dalam

menghasilkan produk-produk siaran berkualitas yang informatif,

edukatif dan inspiratif. Mengangkat dinamika Jawa Timur dengan

tiga bahasa lokal yakni bahasa Suroboyan, Madura dan Kulonan

(Mataraman). Ikon bahasa tersebut dimaksud untuk menarik

perhatian pemirsa sekaligus membangun kedekatan emosional

penonton sehingga dapat memperkuat posisi JTV sebagai

lembaga penyiaran.

1. Visi dan Misi Jawa Pos Media Televisi13

Untuk mempertahakan citra di masarakat, JTV memiliki

visi dan misi yang akan terus mejadi landasan dalam

menyusun prgram-programnya. Selain sebagai media

penyiaran yang objektif dan indepeden, JTV juga sebagai

media penyiaran lokal yang hampir semua programnya

berbasis kedaerahan.

a. Visi

13

Company Profile JTV di akses pada: 10 Mei 2019 dari:

https://www.jtv.co.id/profile/index.php

Page 72: KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP IDENTITAS BUDAYA SUROBOYOAN DALAM PROGRAM NDORO BEI DI JAWA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51757... · 2020. 8. 11. · Jawa Pos Media

62

- Semangat bergairah dan atraktif mampu mewarnai

tahu-tahun ke depan JTV. Sehingga tetap

memberikan sajian televisi yang menarik, sensasional

dan memiliki kekhasan kedaerahan.

- JTV hadir sebagai televisi yang warnanya menjadi

pengaruh kuat pada keragaman Indonesia.

b. Misi

- Memberikan tayangan televisi berciri khas yang

mampu beradaptasi dengan perkembangan informasi

dan tantangan.

- Menjaga warna JTV sebagai media massa yang bisa

menjadi bagian dalam skala Indonesia.

- Bersinergi secara proposional dengan televisi

jaringan.

2. Motto JTV14

“Lokal, Nakal dan Massal”

Lokal

Jawa Pos Media Televisi percaya lokalitas

merupakan aset berharga yang perlu diapresiasikan,

disampaikan dan dikembangkan. Ke-lokal-an merupakan

identitas yang unik masyarakat Jawa Timur yang dapat

diekspresikan dalam program-program JTV.

Nakal

14

Company Profile JTV di akses pada: 10 Mei 2019 dari:

https://www.jtv.co.id/profile/index.php

Page 73: KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP IDENTITAS BUDAYA SUROBOYOAN DALAM PROGRAM NDORO BEI DI JAWA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51757... · 2020. 8. 11. · Jawa Pos Media

63

Nakal disini bukan dalam arti negatif. Nakal yang

positif mengandung pengertian kreatif, inovatif, semangat,

muda, tidak membosankan, mengandung kebaruan, dan

menyegarkan.

Massal

JTV merupakan stasiun televisi yang diperuntukan

bagi kemajuan masyarakat Jawa Timur pada khususnya

dan masyarakat Indonesia pada umumnya. JTV

memandang nilai kebersamaan dan kesetaraan masyarakat

harus tertuang dalam program-program yang dihadirkan.

Stasiun televisi ini merupakan anggota jaringan.

3. Logo Jawa Pos Media Televisi

Gambar 3-3: Logo Pertama JTV (2001-2012)

Page 74: KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP IDENTITAS BUDAYA SUROBOYOAN DALAM PROGRAM NDORO BEI DI JAWA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51757... · 2020. 8. 11. · Jawa Pos Media

64

Gambar 3-4: Logo JTV (2012-sekarang)

4. Program Acara15

Program acara dari JTV (Jawa Pos Media Televisi),

dikelompokkan dalam beberapa kategori, yakni:

a. News

1) Pojok 7

2) Pojok Kampung

3) Jatim Awan

4) Nusantara Kini

5) Berita Kini 3 Menit

6) Sorot

b. Entertaiment

1) Aneh-aneh E Jagad

2) Ngidam

3) Semangat Pagi

4) Warung VOA

15

Company Profile JTV di akses pada: 10 Mei 2019 dari:

https://www.jtv.co.id/profile/index.php

Page 75: KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP IDENTITAS BUDAYA SUROBOYOAN DALAM PROGRAM NDORO BEI DI JAWA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51757... · 2020. 8. 11. · Jawa Pos Media

65

5) Arena Spirit

6) Kartun Anak

7) Mbois

c. Musik

1) Stasiun Dangdut

2) Larasati

3) Badut (balada dangdut)

4) Muter Lagu

5) Adem Panas (Campursari)

d. Religi

1) Lentera Fajar

2) Islam itu Mudah

3) Ngaji Blusukan

4) Rindu Ka’bah Mina

5) Menek Blimbingan

6) Umrah Amanah Humayrah

e. Talk Show

1) Dialog khusus

2) Gak Cuma Cangkrukan

3) Jatim Inspirasi

4) Solusi Sehat

5) Solusi Jatim

6) Solusi Bisnis

7) One Enterpreneur

8) Rumpi Sehat

9) Bincang siang

10) Obrolan Malam

Page 76: KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP IDENTITAS BUDAYA SUROBOYOAN DALAM PROGRAM NDORO BEI DI JAWA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51757... · 2020. 8. 11. · Jawa Pos Media

66

f. Komedi

1) Ndoro Bei

2) Markeshow (Stand Up )

3) Goro-Goro Kartolo

4) Tawa Malam

5) Ngetoprak Kirun

g. Dokumenter

A. Destinasi

B. Napak Tilas

C. Vice Indonesia

D. Warna-Warni Nusantara

E. Blakraan

C. Program Tayangan Ndoro Bei

Ndoro Bei merupakan program acara jenis Variety Show

yang isinya perpaduan antara drama komedi, jogetan dan musik

serta Moment Today. Dalam setiap episodenya acara ini

mengusung tema sederhana sebagai pengantar utama dalam lagu-

Page 77: KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP IDENTITAS BUDAYA SUROBOYOAN DALAM PROGRAM NDORO BEI DI JAWA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51757... · 2020. 8. 11. · Jawa Pos Media

67

lagu campursari yang akan dimainkan. Tayangan komedi yang

dicampur dengan lagu campur sari ini menampilkan ciri khas

dinamika Jawa Timur dengan tiga bahasa lokal, yakni Bahasa

Suroboyoan, Bahasa Jawa Timuran dan bahasa Kulonan

(Mataraman).16

Ide dasar tayangan ini adalah memunculkan kembali seni

tradisioal yang ada di Nusantara khususnya Jawa Timur yang saat

ini kurang diminati kaum muda, namun pemainnya sendiri

menggunakan anak muda. Hal tersebut terlihat pada nama

program acaranya yakni Ndoro Bei yang berarti anak muda

bangsawan keraton. Program acara ini telah mengudara sejak

2015 setiap Hari Jumat dan Sabtu pukul 18:00-19:00 WIB.

Banyak Variety Show seperti Ndoro Bei di televisi lain, namun

dengan berusaha mengomunikasikan budaya Jawa Timur melalui

penggunaan bahasa lokal Jawa Timur, banyak nilai yang

kedaerahan yang terkandung mulai dari kostum yang selalu

mengenakan pakaian adat Jawa Timur, latar tempat khas rumah

Jawa Timur dan lagu campur sari tayangan ini menjadi berbeda.17

D. Struktur Pelaksana Program tayangan Ndoro Bei:18

Ketua Dewan Pengarah : Imawan Mashuri

Kepala Pengarah Produksi : Maesa Samole

Pengarah Produksi : Erman Siswiyanto

16

Wawancara Pribadi dengan Bapak Nugroho Widiyatmoko,

Produser Ndoro Bei pada 13 Agustus 2019 17

Wawancara Pribadi dengan Bapak Nugroho Widiyatmoko,

Produser Ndoro Bei pada 13 Agustus 2019 18

Tayangan Ndoro Bei Episode Tonggo Anyar, segmen 5 menit

06:13-08:10

Page 78: KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP IDENTITAS BUDAYA SUROBOYOAN DALAM PROGRAM NDORO BEI DI JAWA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51757... · 2020. 8. 11. · Jawa Pos Media

68

Kepala Produksi : Ari Cahyono

Kepala Program : Domas Wijanarko

Kepala Teknik : Kc. Sumirat

Wakil Kepala Produksi : Guntur Hendar Sumartono

Penanggung Jawab Operasional Produksi: Widhi

Purwonugroho

Eksekutif Produser : Halley Raditya

Produser : Nugroho Widiyatmoko

Asisten Produser : Rofi Pareno

Pengarah Acara : Doni Priambodo

Pengarah Lapangan : Ria

Koordinator Penata Gambar : Agus Bali

Penata Gambar : Endri Setyo Raharjo,

Agus Bejo Santoso, Abdul

Kholiq

Koordinatr Penata Cahaya : Agus Bali

Penata Cahaya : Mas Kunto Wibisono,

Wido Maryono

Koordinator Penata Suara : Yulianto

Penata Suara : Andik Pri, Yoyok

Setiabudi

Koordinator Ruang Kendali Siar : Lukman H

Ruang Kendali Siar : Indah, Che, Yohana, Didit,

Siswanto, Adji

Perawat Teknik : Sariyanto

Koordinator Penunting Gambar : Lukman

Penyunting Gambar : M. Yudha Isra Putra, Amd

Page 79: KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP IDENTITAS BUDAYA SUROBOYOAN DALAM PROGRAM NDORO BEI DI JAWA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51757... · 2020. 8. 11. · Jawa Pos Media

69

Promo : Endro, Andi, Harun

Grafis : Susilo, Dicky

Koordinator Pengantar Teknik : Subiyanto

Pengarah Teknik : Rudi

Pendukung Teknik : Wachid

I.T : Triman, Fajar, Rustyan

Transmisi : Nanang, Ucup, Anas,

Latief

Admin Teknik : Tedjo, Rico, Dwi

Artistik : Irfan, Suroso, Widodo,

Andre, Supono

Desain : Bayu

Koordinator Penata Busana : Heni Susanti

Penata Busana : Lina

Unit Manager : Darmanto

Marketing : Rina Prabawati, Heri

Siregar, Kiagus Firdaus

Quality Kontrol : Wawan

Page 80: KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP IDENTITAS BUDAYA SUROBOYOAN DALAM PROGRAM NDORO BEI DI JAWA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51757... · 2020. 8. 11. · Jawa Pos Media

70

BAB IV

DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

Program Acara Ndoro Bei bermaksud menjadi sebuah

wadah untuk mengangkat berbagai kearifan lokal. Kearifan lokal

yang mungkin pada saat ini sudah jarang ditemui tersebut

berusaha untuk dikemas secara menarik, dalam hal ini tetap

dalam unsur entertainment dan kebudayaan. Program acara

Ndoro Bei berusaha menampilkan budaya Jawa Timur yang mana

dalam memberikan tontonan yang berdasar pada tatanan juga

menggunakan tuntunan sehigga ada estetika di dalam tayangan

tersebut.1

Dengan jenis program sebagai tayangan komedi, Produser

Ndoro Bei mengaku tidak membatasi target penontonnya karena

tujuan akhir dari tayangan tersebut adalah sebagai hiburan yang

di dalamnya terkandung unsur-unsur budaya lokal seperti budaya

jawa yang memiliki nilai-nilai tata krama dan tuba sita. Nilai-nilai

tersebut disampaikann melalui alur cerita. Alur cerita tersebut

disampaikan dengan tindak tanduk melalui benda perantara hidup

(manusia).2

Rating dan share pada program acara Ndoro Bei bisa

dikatakan stabil, yang tidak pernah turun secara signifikan atau

naik secara drastis. Bila dibandingkan dengan program acara lain

seperti Pojok Kampung atau Stasiun Dangdut, Ndoro Bei masih

jauh tertiggal. Program Pojok Kampung atau Stasiun dangdut

1 Wawancara pribadi dengan Bapak Nugroho Widiyatmoko produser

Ndoro Bei pada 13 Agustus 2019 2 Wawancara pribadi dengan Bapak Nugroho Widiyatmoko produser

Ndoro Bei pada 13 Agustus 2019

Page 81: KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP IDENTITAS BUDAYA SUROBOYOAN DALAM PROGRAM NDORO BEI DI JAWA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51757... · 2020. 8. 11. · Jawa Pos Media

71

memiliki waktu tayang setiap hari sedangkan program Ndoro Bei

hanya memiliki waktu tayang dua kali dalam seminggu yakni hari

Jumat dan Sabtu pada pukul 18:00-19:00 WIB.3

Dalam menentukan tema di setiap episode pada tayangan

Ndoro Bei membutuhkan banyak peran. Semua tim termasuk tim

riset berdiskusi untuk menentukan tema. Hal yamg paling mudah

adalah mengikuti hari-hari besar seperti Hari Kebangkitan

Nasinal dan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia. terlepas dari

hari besar, terkadang tema juga mengikuti hal-hal yang sedang

ramai dibicarakan atau yang sedang viral saat itu.4

Berdasarkan faktor-faktor pembentuk identitas budaya,

yakni kepercayaan, bahasa dan pola perilaku, penulis memetakan

beberapa adegan dalam tayangan Ndoro Bei yang masuk dalam

beberapa kategori. Kategori tersebut adalah simbol tradisi Jawa,

simbol kepercayaan dalam beragama, sikap terbuka, sifat Lugas,

sifat spontan, kalimat kiasan atau tembung entar, puisi jawa

tradisional atau tembang macapat.

3 Wawancara pribadi dengan Bapak Nugroho Widiyatmoko produser

Ndoro Bei pada 13 Agustus 2019 4 Wawancara pribadi dengan Bapak Nugroho Widiyatmoko produser

Ndoro Bei pada 13 Agustus 2019

Page 82: KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP IDENTITAS BUDAYA SUROBOYOAN DALAM PROGRAM NDORO BEI DI JAWA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51757... · 2020. 8. 11. · Jawa Pos Media

72

Tabel 4.1 Simbol Tradisi Jawa5

Visual

Segmen 1

Episode tim

work

Audio-

dialog

Segmen 1 (episode team work)

Probo: iki wayahe anu lho heng, resik-resik omah,

mageri omah.

Hengki: yo bener to, ulane kan yo cocok to prob

iki prob. Bulan-bulan ngeneki sok-sok ki wong-

wong ki pada ngumbah pusaka, apa maneh omah

keneki tinggalane yo ra mung omah biasa ora

podo liyane. Barang-barang neng jero omah kene

kabeh ki tenan, awakmu upama ngerti sejarahe

ngunu wah wedi awakmu. Iki poto ki ngunu

peninggalan jaman disik, jaman penjajahan

belanda

Probo: ojo sampek iki dirusak karo wong

Hengki: wah tenan, iki nganti pindah saka nggone

kene ki, wah tenan kuabeh metu. Iki guci ki yo

ngunu, guci ki sejarahe tenan,

Probo: lak sampek pecah?

5 Tayangan Ndoro Bei episode team work, segmen 1 menit 00:55-

03:50

Page 83: KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP IDENTITAS BUDAYA SUROBOYOAN DALAM PROGRAM NDORO BEI DI JAWA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51757... · 2020. 8. 11. · Jawa Pos Media

73

Hengki: lak sampek pecah, ngijoli awakmu

awakmu iki wingit tenan, dadi barang-barange ki

kudu dijaga tenan lo Prob, iki aku wes welinge

mbah-mbah disek ojo nganti sembrono, karo

senengane ki ngerti pora?

Probo: opo?

Hengki: seng njaga-njaga ndek njero ki, kendi,

kendi iki ora sembarang kendi. Iki ndek njerone

enek isine

Probo: isine?ojok ngeden-gedeni lo Heng

Hengki: tenan lho iki tenan, aku ora ngapusi, iki

jaman ndisek iki dinyanyekne koyok tembang-

tembang macapat gunu loh, awakmu iso toh?, ben

ora nesu, ben ora ngamuk.

Probo: owalah iyo iyo

Probo: Ana kidung rumekso ing wengi,

Teguh ayu luputa ing lelara,

Luputa bilahi kabeh,

Jin setan datan purun,

Peneluhan tan ana wani,

Miwah panggawe ala,

Gunaning wong luput,

Geni atemahan tirta,

Maling adoh ana ngarah mring mami,

Guna duduk pan sirna

Hengki: iki aku pesen Prob, aja sampek enek sing

Page 84: KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP IDENTITAS BUDAYA SUROBOYOAN DALAM PROGRAM NDORO BEI DI JAWA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51757... · 2020. 8. 11. · Jawa Pos Media

74

mindah-mindah barang pusaka saka nggone

Probo: berarti iku lek nggone duduk kono, mesti

lak kedadean apa ngunu

Hengki: mesti bahaya

Probo: ojok ngunu heng, aku mrinding iki lo

Hengki: iki aku mung ngilekne awakmu mulane

dijaga tenanan barang-barang kaya ngeneki

Probo: awakmu yo iyo gak aku tok

Makna Denotasi

a. resik-resik omah: membersihkan rumah

(dengan menyapu atau mengepel)

b. ngumbah pusaka: mencuci pusaka seperti

keris dan guci menggunakan air serta

sabun

Makna Konotasi

a. resik-resik omah: memagari rumah dengan

hal ghaib dimaksudkan agar selamat dari

gangguan ghaib

b. ngumbah pusaka: mencuci pusaka dengan

tembang macapat

Terjemahan

Probo: ini sudah waktunya Heng, waktunya

bersihin rumah, memagari rumah

Hengki: ya bener, bulannya memang cocok Prob.

Bulan-Bulan seperti ini, biasanya orang-orang

akan mencuci pusaka, apalagi rumah seperti ini

yang isinya bukan hanya rumah biasa pada

umumnya. Barang-barang di dalamnya ini, misal

Page 85: KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP IDENTITAS BUDAYA SUROBOYOAN DALAM PROGRAM NDORO BEI DI JAWA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51757... · 2020. 8. 11. · Jawa Pos Media

75

kamu paham sejarahnya, kamu akan takut. Ini,

photo ini peninggalan zaman dahulu, zaman

penjajahan Belanda

Probo: jangan sampai ini dirusak orang

Hengki: iya bener, kalau sampai ini dipindah dari

tempat asal, wah beneran semua akan keluar.

Guci ini juga gitu, misal kamu tahu beneran

sejarahnya

Probo: kalau sampai pecah?

Hengki: kalau sampai pecah kamu harus ganti, ini

amanat, jadi barang-barang yang ada di sini

harus bener-bener dijaga Prob, ini aku sudah

mendapat wasiat dari mbah-mbah jangan sampai

sembarangan, dan kamu tahu nggak apa yang

disukai?

Probo: Apa?

Hengki: penjaga dari kendi ini? kendi ini bukan

sembarang kendi, di dalem kendi ini ada

penjaganya. Ada isinya di dalam

Probo: apa isinya?jangan nakut-nakuti Heng

Hengki: bener ini, aku tidak bohong, zaman

dahulu ini dinyanyikan dengan tembang-tembang

macapat gitu, kamu bisa kan? Biar tidak marah

Probo: oh iya iya

Probo: ini doa pejaga malam

Semoga semua aman, bebas dari penyakit,

Dijauhkan dari petaka,

Jin dan setan tidak akan mengganggu,

Teluh (santet) tak akan berani (beraksi),

Sekalian niat jahat,

(dan) tipu daya luput,

Api akan tertangkis air,

Pencuri menjauh tidak berani mengintai,

(dan) segala bentuk santet sirna

Hengki: ini pesanku Prob, jangan sampai ada

yang memindahkan barang pusaka dari tempatnya

Probo: berarti kalau itu tempatnya bukan di situ,

akan terjadi hal yang ditakutkan gitu?

Hengki: akan bahaya

Probo: jangan gitu Heng, aku merinding jadinya

Page 86: KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP IDENTITAS BUDAYA SUROBOYOAN DALAM PROGRAM NDORO BEI DI JAWA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51757... · 2020. 8. 11. · Jawa Pos Media

76

Hengki: aku cuma ngingetin kamu, makanya

harus dijaga bener barang-barang kayak gini

Probo: kamu juga, bukan hanya aku!

Tabel 4.2 Simbol Kepercayaan dalam Beragama6

Visual

Segmen 2

Episode Tonggo

Anyar

Segmen 2

Episode Tolong

Menolong

Audio-dialog Segmen 2 (episode Tonggo Anyar)

Hengki: urip ki kudu guyub lan rukun

Probo: lha lek misale enek tonggo seng njarak

ngunu kui yok opo? Opo awakdewe gak panas

gethem-gethem?

Hengki: Sabar, Inna Allaha Ma’a Shabiriin,

wong sabar iku kekasihe Gusti Allah

Segmen 2 (episode Tolong menolong)

6 Tayangan Ndoro Bei Episode Tonggo Anyar, segmen 2 menit

00:28-01:34, Episode Tolong Menolong, Segmen 2 menit 05:48-06:17

Page 87: KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP IDENTITAS BUDAYA SUROBOYOAN DALAM PROGRAM NDORO BEI DI JAWA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51757... · 2020. 8. 11. · Jawa Pos Media

77

Hengki: kulo dipeseni kalian ndoro, pokoke iso

ra iso, awakku iki ka gak nang omah, iki

awakmu tak peseni, keluarga kene kudu

Qurban

Joni: tetep apek kui

Hengki: niki rencanane qurban niku sapi 35

Makna Denotasi

panas gethem-gethem: suhu cuaca

terhitung tinggi

Makna Konotasi

panas gethem-gethem: puncak

kemarahan

Terjemahan

Segmen 2 (episode Tonggo Anyar)

Hengki: Hidup ini harus dijalani dengan

kebersamaan dan kerukunan

Probo: kalau misalnya ada tetangga yang

bikin rusuh gimana? Apa kita gak marah

banget?

Hengki: Sabar, Inna Allaha Ma’a

Shabiriin,orang sabar itu kekasihnya Allah

Segmen 2 (episode Tolong menolong)

Hengki: saya mendapat amanat dari Ndoro,

karena Ndoro tidak ada di rumah , bisa atau

tidak bisa, kamu saya amanati, keluarga kita

harus Qurba, katanya

Joni: iya, bener bagus itu

Hengki: rencananya Qurban sapi dengan

jumlah 35 ekor

Page 88: KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP IDENTITAS BUDAYA SUROBOYOAN DALAM PROGRAM NDORO BEI DI JAWA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51757... · 2020. 8. 11. · Jawa Pos Media

78

Tabel 4.3 Sikap Terbuka7

Visual

Segmen 5

Episode Tonggo

Anyar

Audio-dialog Segmen 5 (Episode Tonggo Anyar)

Hengki: tibake koyok ngunu kui toh tonggo

anyar ora rukun karo tonggone yo koyok

sampean ngunu kui!

Probo: isone mek ngrasani tok heh!

Gandhoel: sek sek sek, aku nggenahne iki

enek masalah opo? Kok sampek tonggo

teparo ae padu?

Hengki: omongmu jare wong loro iki ngeyek

keluarga kene?

Gandhoel: sopo seng ngenyek?

Hengki: awakmu jare ngomong mau!

Gandhoel: lohloh, samean iku yo gunu, ojo

sok ngenyek tonggo, ora apik. Dadi tonggo

apik ki yo kudune saling membantu

Silo: ki pie to iki?

Kampret: wo sue-sue lambene tak lekrek cah

7 Tayangan Ndoro Bei episode Tonggo Anyar, segmen 5 menit 02:10-

07:20

Page 89: KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP IDENTITAS BUDAYA SUROBOYOAN DALAM PROGRAM NDORO BEI DI JAWA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51757... · 2020. 8. 11. · Jawa Pos Media

79

iki ngko!

Silo: aku ora ngomong opo-opo, sumpah lo

ora gomong opo-opo!

Hengki: tenan lo ora ngomong opo-opo?

Silo: ora!

Hengki: wo jebule sumber masalah yo wes

ra enek wong liyo, yo wong loro iki!

Kampret: wong loro iki seng dadi tumbak

cucukan

Hengki: maju! We mitnah we? Ngakuo!

Coepliz: ora i, halah ngeneki yo cek akur,

cek kenal mas, samean po kenal ambek ki?

Hengki: durung kenal, neng awakmu kok

mindaanmu ki yo ora ngunu kui

Probo: caramu wi salah, kon lapo kok ngedu

omongan lak jarene keluargaku dinyek

kunu? Neng saiki lek geger ngeneki sopo seg

tanggung jawab?

Hengki: wes ngene ae, timbang wong ki

maleh gae anter-anteran hayo digowo nang

KUD ae hayo

Makna Denotasi

tumbak cucukan: tombak yang

runcing

Makna Konotasi

Page 90: KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP IDENTITAS BUDAYA SUROBOYOAN DALAM PROGRAM NDORO BEI DI JAWA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51757... · 2020. 8. 11. · Jawa Pos Media

80

tumbak cucukan: orang yang

suka mengadu domba;

menyampaikan keburukan orang

lain kepada orang lain;

provokator

Terjemahan

Hengki: ternyata seperti itu tetangga baru,

tidak rukun dengan tetangganya ya, seperti

kamu itu

Probo: bisanya cuma ngomong di belakang

Gandhoel: bentar-bentar, aku ingin

memperjelas, sebenarnya ini ada apa? Kok

tetangga bersebalahan aja tengkar

Hengki: katamu dua orang ini menghina

keluarga kita?

Gandhoel: siapa yang menghina?

Hengki: kamu, tadi bilang

Gandhoel: loh loh, kamu juga, jangan gitu,

jangan suka menghina tetangga. Jadi

tetangga yang baik itu harus saling

membantu (ucapnya kepada Silo)

Silo: loh ini gimana toh ini?

Kampret: wah lama-lama mulutnya aku

robek ini nanti!

Silo: aku gak bilang apa-apa, sumpah!

Hengki: beneran gak bilang apa-apa?

Silo: enggak

Hengki: oh ternyata sumber masalahnya

bukan orag lain lagi, ini, dua orang ini!

Kampret: dua orang ini yang mngadu

domba (nujuk Gandhoel dan Coepliz)

Hengki: maju, kamu memfitnah, kamu?

Coepliz: enggak kok, kayak gini ini biar

pada akur, biar pada kenal. Kamu apa kenal

sama dia?

Page 91: KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP IDENTITAS BUDAYA SUROBOYOAN DALAM PROGRAM NDORO BEI DI JAWA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51757... · 2020. 8. 11. · Jawa Pos Media

81

Hengki: belum kenal, tapi kelakuanmu kok

gitu?

Probo: caramu tu salah, kenapa kamu ngadu

domba, dengan bilang keluarga kita dihina

sama tetangga sebelah? Trus sekarang

siapa yang tanggug jawab?

Hengki: udah gini aja, daripada saling

menyalahkan, kita bawa ke KUD aja

Tabel 4.4 Perilaku Lugas8

Visual

Segmen 3 Episode

Tonggo Anyar

Audio-dialog Segmen 3 (Episode Tonggo Anyar)

Probo: seng temen, kon seng temen lak rene

ngomonge, kurang ajar kon dadi, hei!, seng

temen kon lak rene iku seng temen, ngomong

gawa informasi gak temen blas!

Gandhoel: he aku temen lo rek, iki rek

Hengki: ojo dadi tumbak dicucuki awakmu!

Probo: Tumbak Cucukan

8 Tayangan Ndoro Bei episode Tonggo Anyar, Segmen 3 menit

05:50-06:12

Page 92: KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP IDENTITAS BUDAYA SUROBOYOAN DALAM PROGRAM NDORO BEI DI JAWA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51757... · 2020. 8. 11. · Jawa Pos Media

82

Makna Denotasi

tumbak cucukan: tombak yang

runcing

Makna Konotasi

tumbak cucukan: orang yang

suka mengadu domba;

menyampaikan keburukan orang

lain kepada orang lain;

provokator

Terjemahan

Probo: yang bener kamu, yang bener

ngomongnya kalau ke sini, ngasih informasi

kok gak bener sama sekali

Gandhoel: heh, beneran loh aku

Hengki: jangan ngadu domba kamu

Tabel 4.5 Perilaku Spontan9

Visual

Segmen 2

Episode tolong

menolong

Audio-dialog Segmen 2 (Episode Tolong Menolong)

Probo: arek-arek iki mboke dobol

9 Tayangan Ndoro Bei Episode team work, segmen 2 menit 01:18-

01:24

Page 93: KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP IDENTITAS BUDAYA SUROBOYOAN DALAM PROGRAM NDORO BEI DI JAWA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51757... · 2020. 8. 11. · Jawa Pos Media

83

Makna Denotasi

Dobol: wasir

Makna Konotasi

Dobol: menyebalkan

Terjemahan

Probo: anak-anak ini ternyata ngeselin

Tabel 4.6 Kalimat Kiasan atau Tembung Entar10

Visual

Segmen 3

Episode

Tonggo

Anyar

Audio-

dialog

Segmen 3 (Episode Tonggo Anyar)

Probo: seng temen, kon seng temen lak rene

ngomong he, kurang ajar kon dadi, hei!, seng

temen kon lak rene iku seng temen, ngomong gawa

informasi gak temen blas!

Gandhoel: he aku temen lo rek, iki rek

Hengki: ojo dadi tumbak dicucuki awakmu!

10

Tayangan Ndoro Bei episode Tonggo Anyar, segmen 3 menit

05:50-06:12

Page 94: KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP IDENTITAS BUDAYA SUROBOYOAN DALAM PROGRAM NDORO BEI DI JAWA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51757... · 2020. 8. 11. · Jawa Pos Media

84

Probo: Tumbak Cucukan!11

Makna Denotasi

Temen: teman

tumbak cucukan: tombak yang runcing

Makna Konotasi

Temen: benar; sungguh-sungguh

tumbak cucukan: orang yang suka

mengadu domba; menyampaikan

keburukan orang lain kepada orang lain;

provokator

Terjemahan

Probo: yang bener kamu, yang bener ngomongnya

kalau ke sini, ngasih informasi kok gak bener

sama sekali

Gandhoel: heh, beneran loh aku

Hengki: jangan ngadu domba kamu

11

Tombak cucukan adalah orang yang suka mengadu domba, yang

suka membicarakan kejelekan orang lain kepada orang lain

Page 95: KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP IDENTITAS BUDAYA SUROBOYOAN DALAM PROGRAM NDORO BEI DI JAWA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51757... · 2020. 8. 11. · Jawa Pos Media

85

Tabel 4.7 Puisi Jawa Tradisional atau Tembung Macapat12

Visual

Segmen 2

Episode

Tolong

Menolong

Audio-

dialog

Segmen 2 (Episode Tolong Menolong)

Joni: anak sapi opo?

Hengki: pedet

Joni: mbok.e pedet?

Probo: Sapi

Joni: nak mbok.e sapi?

Hengki: opo enek?

Joni: enek

Hengki: lha opo?

Joni: semut ireng

Hengki: mbok.e sapi kok semut ireng ki loh

Joni: nembango-nembango

Probo: semut ireng, anak-anak sapi

Terjemahan

Joni: anak sapi sebutannya apa?

Hengki: pedet

Joni: induk pedet?

12

Tayangan Ndoro Bei episode Tolong Menolong, segmen 2 menit

06:16-06:45

Page 96: KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP IDENTITAS BUDAYA SUROBOYOAN DALAM PROGRAM NDORO BEI DI JAWA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51757... · 2020. 8. 11. · Jawa Pos Media

86

Probo: Sapi

Joni: kalau induk sapi?

Hengki: emang ada?

Joni: ada

Hengki: apa?

Joni: semut hitam

Hengki: induk sapi kok semut hitam?

Joni: coba bacain tembang macapat

Probo: semut ireng, anak-anak sapi

Berdasarkan dari hasil bedah adegan menggunakan teori

semiotika charles sanders pierce di atas, penulis simpulkan

beberapa penemuan dari identitas budaya Suroboyoan yang

kemudian penulis kategorikan sebagai berikut

Tabel 4.8 Data hasil keseluruhan temuan

No Konsep

Identitas

Budaya

Tanda yang

Dimunculkan

Segmen

yang

Diaanalisa

Keterangan

1 Kepercayaan

(penerimaan

sebuah

kebenaran

tentang

sesuatu yang

dipelajari

dalam

kebudayaan)

Simbol

Tradisi Jawa

Segmen 1

Episode

Team

Work

Pada segmen

ini diceritakan

bahwa orang

jawa yang

memiliki

peninggalan

atau barang

yang keramat

seperti keris

ataupun guci,

memiliki

Page 97: KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP IDENTITAS BUDAYA SUROBOYOAN DALAM PROGRAM NDORO BEI DI JAWA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51757... · 2020. 8. 11. · Jawa Pos Media

87

kebiasaan

untuk

membersihkan

barang

tersebut pada

bulan Suro

atau biasa

disebut

dengan Satu

Suro. Satu

Suro

merupakan

hari pertama

dalam

kalender jawa

di bulan Sura

di mana

bertepatan

dengan Satu

Muharram

dalam

kalender

hijriyah. Ini

menunjukkan

bahwa adanya

tradisi yag

Page 98: KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP IDENTITAS BUDAYA SUROBOYOAN DALAM PROGRAM NDORO BEI DI JAWA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51757... · 2020. 8. 11. · Jawa Pos Media

88

masih dijaga

dan dijadikan

pedoman

dalam hidup

karena bila

tradisi tersebut

tidak

dilaksanakan,

akan ada

petaka yang

menimpa.

Simbol

Kepercayaan

dalam

beragama

Segmen 2

Episode

Tolong

Menolong

dan

Segmen 2

Episode

Tonggo

Anyar

Kepercayaan

dalam

beragama

terlihat pada

segmen ini.

Pertama, saat

membicarakan

hari raya Idhul

Adha yang

dipercaya

dapat

menyucikan

harta. Kedua,

saat

membicarakan

Page 99: KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP IDENTITAS BUDAYA SUROBOYOAN DALAM PROGRAM NDORO BEI DI JAWA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51757... · 2020. 8. 11. · Jawa Pos Media

89

arti kesabaran.

Seperti dalam

hadist yang

berbunyi

“Inna Allaha

ma’a

Shaabiriina”

yang diartikan

bahwa rang

sabar adalah

kekasih Tuhan

2 Pola

Perilaku

(kebiasaan-

kebiasaan,

sikap-sikap

emosi dan

semua

bentuk

taggapan

yang

ditunjukkan)

Sikap

Terbuka

Segmen 5

Episode

Tonggo

Anyar

Dalam segmen

ini diceritakan

bahwa ada

rumor tentang

tetangga baru

yang

memfitnah

keluarga

Ndoro Bei.

Sebagai

penduduk

yang telah

lama tinggal,

keluarga

Ndoro Bei

Page 100: KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP IDENTITAS BUDAYA SUROBOYOAN DALAM PROGRAM NDORO BEI DI JAWA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51757... · 2020. 8. 11. · Jawa Pos Media

90

tidak terima,

terlebih belum

kenal dengan

tetangga baru

tersebut.

Keluarga

Ndoro Bei

mendatangi

tetangga baru

tersebut, guna

mecari akar

permasalahan

secara

langsung.

Lugas Segmen 3

Episode

Tonggo

Anyar

Respon Probo

dalam

menanggapi

Gandhoel

untuk

memberikan

informasi

secara benar

terlihat lugas

dan tebuka.

Hingga Probo

menasehati

Page 101: KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP IDENTITAS BUDAYA SUROBOYOAN DALAM PROGRAM NDORO BEI DI JAWA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51757... · 2020. 8. 11. · Jawa Pos Media

91

Gandhoel

untuk tidak

mengadu

domba antara

dirinya dengan

tetangga baru

tersebut.

Sifat Spontan Segmen 2

Episode

Tolong

Menolong

ucapan dobol

oleh probo

terlihat secara

spontan tanpa

dipikir atau

direcanakan

padahal dobol

berkonotasi

negatif.

Seperti kata

‘Jancuk’ yang

diucapkan

oleh

masyarakat

Surabaya,

meski

berkontasi

negatif tetapi

memiliki rasa

Page 102: KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP IDENTITAS BUDAYA SUROBOYOAN DALAM PROGRAM NDORO BEI DI JAWA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51757... · 2020. 8. 11. · Jawa Pos Media

92

yang berbeda.

Kedua kata

tersebut

dianggap

sebagai

ungkapan

keakraban.

3 Bahasa

(aksen,

logat, atau

dialek saat

mereka

berbicara,

baik dalam

bahasa

daerah

mereka

ataupun

bahasa

indonesia)

Kalimat

Kiasan atau

Tembung

Entar

Segmen 3

Episode

Tonggo

Anyar

Ada tembung

entar atau

kalimat kiasan

dalam bahasa

Jawa. Dalam

segmen ini

Probo

mengucapkan

‘Tumbak

Cucukan’

yang bisa

diartikan

sebagai orang

yang suka

mengadu

domba, yang

suka

membicarakan

kejelekan

Page 103: KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP IDENTITAS BUDAYA SUROBOYOAN DALAM PROGRAM NDORO BEI DI JAWA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51757... · 2020. 8. 11. · Jawa Pos Media

93

orang lain

kepada orang

lain

Puisi Jawa

Tembung

Macapat

Segmen 2

Episode

Tolong

Menolong

Ada tembang

macapat yang

dinyanyikan

oleh Probo

berbunyi

“Semut Ireng,

Anak-anak

Sapi”

Page 104: KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP IDENTITAS BUDAYA SUROBOYOAN DALAM PROGRAM NDORO BEI DI JAWA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51757... · 2020. 8. 11. · Jawa Pos Media

94

BAB V

PEMBAHASAN

A. Analisis Semiotika Charles Sanders Pierce

Data 1: Simbol Tradisi Jawa

Segmen 1 Episode Team Work

Representamen:

1. Qualisign: pada segmen ini memperlihatkan bahwa Probo

dan hengki sedang membersihkan rumah yang kerap

dilakukan pada satu suro dengan membacakan tembang

macapat yang diyakini dapat meredakan kemarahan si

penjaga rumah.

2. Sinsign: visualisasi adanya asap dianggap memberikan

efek-efek ghoib karena pejaga rumah yang dimaksud

berbentuk ghoib

3. Legisign: tembang macapat yang dibacakan oleh Probo

merupakan puisi jawa tradisional yang memiliki aturan-

aturan atau patokan-patokan sastra jawa juga mengandung

ajaran kehidupan

Objek:

1. Ikon: hengki dan Probo membersihkan rumah dengan

membacakan tembang macapat

2. Indeks: ketika tembang macapat dibacakan muncul asap-

asap

3. Simbol: munculnya asap ketika dibacakan tembung

macapat menjadi simbol adanya makhluk lain.

Page 105: KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP IDENTITAS BUDAYA SUROBOYOAN DALAM PROGRAM NDORO BEI DI JAWA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51757... · 2020. 8. 11. · Jawa Pos Media

95

Interpretant:

1. Rheme: membacakan tembung macapat pada bulan Suro

ditujukkan sebagai salah satu cara untuk membersihkan

rumah ataupun barang-barang peninggalan masa lampau

2. Dicent: Segmen ini menunjukkan bahwa tembang macapat

yang dibacakan oleh Probo dan Hengki pada bulan Suro

dimaksudkan untuk membersihkan rumah atau disebut

dengan jemasan pusaka

3. Argument: Jamasan Pusaka merupakan tradisi yang banyak

dianut oleh masyarakat Jawa yang dilakukan untuk

merawat atau melestarikan warisan dan kenang-kenangan

dari para leluhur. Tradisi ini dilakukan pada bulan Suro

atau yang bertepatan dengan 1 Muharram dalam kalender

Hijriyah

Analisis:

Bulan Suro atau biasa disebut dengan satu Suro dianggap

kramat bagi masyarakat Jawa, terlebih bila jatuh pada Jumat

Legi. Banyak tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Jawa,

salah satunya adalah Jamasan Pusaka. Tradisi Jamasan Pusaka

atau merawat pusaka adalah salah satu tradisi masyarakat jawa

pada bulan Suro. Jamasan Pusaka juga dapat dilakukan dengan

berbagai cara, di antaranya menyuci pusaka dengan air

kembang atau pun dengan dibacakan tembang-tembang

macapat.

Page 106: KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP IDENTITAS BUDAYA SUROBOYOAN DALAM PROGRAM NDORO BEI DI JAWA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51757... · 2020. 8. 11. · Jawa Pos Media

96

Data 2: Simbol Kepercayaan dalam beragama

Segmen 2 Episode Tonggo Anyar

Representamen:

1. Qualisign: hengki menasehati Probo dan Daok agar

senantiasa hidup guyub dan rukun dengan tetangga sebelah,

jika ada masalah dihadapi dengan sabar. Orang yang dapat

bersabar akan disukai Tuhan

2. Sinsign: Daok dan Probo mendengarkan dengan saksama

3. Legisign: selayaknya orang yang beriman akan meyakini

apa-apa yang telah dipelajari dalam agama yang dianutnya.

Seperti keyakinan Hengki bahwa orang yang bersabar

adalah kekasih Tuhan

Objek:

1. Ikon: Hengki menasehati Probo dan Daok

2. Indeks: nasehat yang diberikan oleh Hengki agar senantiasa

hidup dalam kebersamaan tanpa pertikaian dengan tetangga

sebelah

3. Simbol: untuk mencapai hidup harus disertai dengan

kesabaran

Interpretant:

1. Rheme: ajaran agama islam agar senantiasa bersabar

dianggap sebagai pedoman dalam menjalani kehidupan

2. Dicent: Inna Allaha Ma’a Shabiriin, bahwa sesungguhnya

Tuhan bersama orang-orang yang sabar.

3. Argument: kepercayaan yang telah dianut akan menjadi

pedoman dalam mejalani hidup seseorag

Page 107: KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP IDENTITAS BUDAYA SUROBOYOAN DALAM PROGRAM NDORO BEI DI JAWA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51757... · 2020. 8. 11. · Jawa Pos Media

97

Data 2: Simbol Kepercayaan dalam beragama

Segmen 2 Episode Tolong Menolong

Representamen:

1. Qualisign: Hengki, Probo dan cak Joni selaku lurah sedang

berkumpul membicarakan persiapan peringatan hari raya

Idhul Adha yaitu qurban.

2. Sinsign: hengki mengguakan blangkon serta sarung batik

sedangkan Cak Joni menggunakan baju koko beserta

kopyah

3. Legisign: penggunaan busana yang dipakai menunjukkan

identitas mereka sebagai orang jawa serta umat muslim

Objek:

1. Ikon: Hengki, Probo dan cak Joni selaku lurah sedang

berkumpul membicarakan peringatan Idhul Adha, hari raya

umat Islam

2. Indeks: mereka membicarakan tetag peringatan idhul adha

di mana Hengki dan Probo menyampaikan amanah dari

Ndoro Bei untuk ikut serta dalam berqurban. Dalam

pembicaraan tersebut mereka menunjukkan identitasnya

sebagai orang jawa juga muslim

3. Simbol: blangkon serta sarung batik yang digunakan

Hengki menunjukkan identitas budaya Jawa, sedangkan

baju koko yang digunakan oleh Cak Joni merupakan

identitas muslim

Interpretant:

1. Rheme: Perayaan hari raya idhul Adha biasa diperingati

dengan Qurban hewan

Page 108: KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP IDENTITAS BUDAYA SUROBOYOAN DALAM PROGRAM NDORO BEI DI JAWA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51757... · 2020. 8. 11. · Jawa Pos Media

98

2. Dicent: selain untuk perayaan hari raya, penyembelihan

hewan Qurban juga menunjukkan ketaatan terhadap

kepercayaan yang dianut

3. Argument: Seseorang dapat dikatakan taat apabila

melaksanakan kewajiban-kewajiban yang dianutnya

Analisis:

Faktor dalam pembentukan identitas budaya salah satunya

adalah kepercayaan. Kepercayaan diartikan sebagai usaha

untuk menerima sebuah kebenaran tetang sesuatu yang

dipelajari dalam kebudayaan. Dalam hal ini yang dilakukan

oleh Hengki, Probo dan Daok adalah menerima kebenaran

yang telah dipelajari dalam Agama. Hari Raya Idhul Adha

melekat dengan perayaan Qurban, hal ini berusaha dipenuhi

oleh Hengki dan Probo. Begitu pula pada segmen 2 Episode

Tolong Menolong kebenaran akan kesabaran juga berusaha

diyakini hingga dijadikan pedoman dalam kehidupan.1

Data 3: Sikap Terbuka

Segmen 5 Episode Tonggo Anyar

Representamen:

1. Qualisign: Keluarga Ndoro Bei yang diwakili oleh Probo

dan Hengki merasa tidak terima atas fitnah yang diterima

dari tetangga sebelah. Akhirnya mendatangi tetangga

sebelah yakni Silo dan Kampret bersama Gandhoel dan

1Esti Verulitasari, Agus Cahyono, 2016, Nilai Budaya dalam

Pertunjukan Rapai Geleng mencerminkan Identitas Budaya Aceh, Journal of

Art Education diakses di: http://jurnal.unnes.ac.id/siu/idex.php/chatarsis pada

23 Desember 2019

Page 109: KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP IDENTITAS BUDAYA SUROBOYOAN DALAM PROGRAM NDORO BEI DI JAWA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51757... · 2020. 8. 11. · Jawa Pos Media

99

Coepliz dengan maksud untuk menyelesaikan masalah

secara langsung

2. Sinsign: Tindakan yang dilakukan Ndoro Bei menunjukkan

ekspresi mereka dalam menghadapi masalah

3. Legisign: Sikap yang ditunjukkan keluarga Ndoro Bei

merupakan sikap terbuka dan terus terang. Secara terbuka

dan terus terang keluarga Ndoro menyatakan sikap tidak

terima atas ejekan dari tetangga barunya. Selain sikap

terbuka dan terus terang, sikap saling kritik juga mewarnai

kehidupan masyarakat Surabaya. Kritik-kritik tersebut

didasari rasa cinta dan semangat untuk membangun

lingkungan bukan untuk merusak tatanan.

Objek:

1. Ikon: Hengki dan Probo mendatangi tetangga sebelah

yakni Silo dan Kampret ditemani Gandhoel dan Coepliz

2. Indeks: Hengki dan Probo tak terima atas ejekan tetangga

sebelah hingga mendatanginya untuk menanyakan

langsung

3. Simbol: Tindakan tidak terima yang ditujukkan oleh Probo

dan Hengki menunjukkan sifat terbuka dan terus terang

dalam menyatakan perasaannya

Interpretant:

1. Rheme: Probo maupun Hengki langsung menunjukkan

kekesalannya di depan Silo dan Kampret. Karena merasa

tak bersalah Silo dan Kampret juga menunjukkan hal

serupa.

Page 110: KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP IDENTITAS BUDAYA SUROBOYOAN DALAM PROGRAM NDORO BEI DI JAWA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51757... · 2020. 8. 11. · Jawa Pos Media

100

2. Dicent: Masyarakat Surabaya akan terus terang menyatakan

sikap mereka terhadap sesuatu, baik yang disukai maupun

tidak.

3. Argument: Masyarakat Surabaya memiliki sikap terbuka

dan terus terang dalam menyatakan sikap dan perasaan. Hal

tersebut terlihat pada keluarga Ndoro Bei yang mendatangi

tetangga baru tersebut guna menyelesaikan masalah

tersebut secara langsung

Analisis:

Sikap terbuka dan terus terang masyarakat Surabaya terlihat di

segmen ini, di mana keluarga Ndoro Bei secara terus terang

mereka mengaku tidak terima atas fitnah yang dilakukan oleh

tetangga barunya dan secara langsung meminta yang

bersangkutan untuk bertanggung jawab. Selain sikap terbuka dan

terus terang, sikap saling kritik juga mewarnai kehidupan

masyarakat Surabaya, dalam segmen ini terlihat ketika Probo

mengkritik Gandoel dan Coepliz sebagai pelaku penyebar fitnah

bahwa apa yang mereka lakukan tetap salah meskipun niat

mereka baik yakni agar kedua tetangga tersebut bisa saling kenal.

Kritik-kritik tersebut didasari rasa cinta dan semangat untuk

membangun lingkungan bukan untuk merusak tatanan 2

2 Nita Anggraeni, Aristarchus Pranayama,Ryan Pratama,”

Perancangan Buku Ilustrasi tentang Fenomena Budaya Arek Suroboyo”

sumber:https://www.neliti.com/id/publications/87411/perancangan-buku-

ilustrasi-tentang-fenomena-budaya-arek-suroboyo diakses pada 16 Maret 2019

pukul 11:58 WIB

Page 111: KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP IDENTITAS BUDAYA SUROBOYOAN DALAM PROGRAM NDORO BEI DI JAWA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51757... · 2020. 8. 11. · Jawa Pos Media

101

Data 4: Perilaku Lugas

Segmen 3 Episode Tonggo Anyar

Representamen:

1. Qualisign: Probo menasehati Gandhoel untuk bericara

secara lugas, begitu pula dengan Hengki yang melarang

Gandheol menjadi orang yang suka mengadu domba dan

suka membicarakan kejelekan orang lain kepada orang lain

2. Sinsign: informasi yang dikatakan Gandhoel dan Coepliz

diragukan oleh Hengki dan Probo

3. Legisign: informasi bohong bisa menjadi propaganda

negatif yang dapat memengaruhi langsung perilaku

seseorang agar memberikan respon sesuai yang

dikehendaki oleh pelaku propaganda.3

Objek:

1. Ikon: informasi yang diberikan oleh Gandhoel dan Coeplis

bernada negatif dan cenderung menyudutkan keluarga

Ndoro Bei

2. Indeks: mendengar informasi yang menyudutkannya,

keluarga Ndoro Bei tidak terima

3. Simbol: sudah seharusnya hidup rukun dengan tetangga

sebelah. Hal tersebut dapat dilakukan dengan mengenal

mereka dengan baik sehingga tidak ada fitnah di ataranya

3Republika Diakses pada 27 Desember 2019 di:

http://www.replubika.co.id/berita/trendtek/internet/17/04/11/oo7uxj359-

begini-dampak-berita-hoax

Page 112: KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP IDENTITAS BUDAYA SUROBOYOAN DALAM PROGRAM NDORO BEI DI JAWA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51757... · 2020. 8. 11. · Jawa Pos Media

102

Interpretant:

1. Rheme: ucapan gandhoel dan Coeplis yang berbelit-belit,

sudah menimbulkan kecurigaan bagi Probo dan Hengki

2. Dicent: kecurigaan Probo dan Hengki hilang setelah

Gandhel dan Ceoplis dapat meyakinkan bahwa informasi

yang disampaikan benar adanya

3. Argument: terlihat dari ucapan Probo yang tidak suka

berbelit-belit. Basa Suroboyoan adalah bahasa yang lugas,

spontan dan berkarakter.4

Analisis:

Masyarakat Surabaya memiliki karakteristik bahasa yang

lugas. Dalam segmen ini terlihat di mana Probo tidak semerta-

merta percaya kepada Gandhoel dan Coepliz. Ia bahkan

terlihat meragukan informasi yang disampaikan. Begitu pula

dengan Hengki yang cenderung mengkritik Gandhoel dan

Coepliz agar tidak menjadi orang yang mengadu domba, atau

membicarakan keburukan orang lain kepada orang lain. Kritik-

kritik terse but didasari rasa cinta dan semangat untuk

membangun lingkungan bukan untuk merusak tatanan

Data 5: Perilaku Spontan

Segmen 2 Episode tolong menolong

Representamen:

1. Qualisign: Secara Spontan Probo mengucap bahwa para

pengiring musiknya ‘Dobol’

2. Sinsign: Kata dobol memiliki arti yang cenderung negatif

4Kisyani, Bahasa Jawa di Jawa Timur Bagian Utara dan

Blambangan (Jakarta: Pusat bahasa, Departemen Pendidikan Nasional, 2004)

Page 113: KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP IDENTITAS BUDAYA SUROBOYOAN DALAM PROGRAM NDORO BEI DI JAWA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51757... · 2020. 8. 11. · Jawa Pos Media

103

3. Legisign: meski cenderung negatif, kata dobol lebih

familiar di masyarakat Surabaya karena dianggap lebih

jenaka dan membuat suasana lebih akrab

Objek:

1. Ikon: Probo megucapkan ‘Dobol’ kepada para pengiring

musik dan disambut dengan gelak tawa dari para pemain

lainnya

2. Indeks: kata dobol adalah makian yang sering digunakan

sebagai bumbu percakapan marah

3. Simbol: meski Probo mengucapkan makian kepada para

pengiring musik, mimik muka yang ditujukkan malah

sebaliknya yakni dengan tertawa

Interpretant:

1. Rheme: ucapan Probo yang ditujukan kepada para

pengiring musik berbentuk makian dan menunjukkan

kekesalan

2. Dicent: penggunaan beberapa kata makian dalam bahasa

Suroboyoan lebih diartikan sebagai keakraban

3. Argument: ‘dobol’ jika diartikan dalam bahasa Indonesia

berarti wasir, seperti kata ‘jancuk’ yang memiliki konotasi

negatif. Namun pengucapan kata tersebut juga merupakan

tanda seberapa dekatnya Arek Suroboyo dengan temannya

dan obrolan akan terasa semakin hangat

Analisis:

Bahasa Surabaya dinilai kasar dan kurang mengindahkan

bahasa jawa pada umumnya. Beberapa kata yang sering

diucapkan dan menjadi khas Surabaya di antaranya ‘koen’

Page 114: KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP IDENTITAS BUDAYA SUROBOYOAN DALAM PROGRAM NDORO BEI DI JAWA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51757... · 2020. 8. 11. · Jawa Pos Media

104

(diucapkan ‘kon’), ‘jancuk’, ‘dobol’. Kata-kata tersebut

cenderung kasar bagi masyarakat jawa di Daerah Istimewa

Yogyakarta dan Karisedanan Surakarta. Namun bagi

masyarakat Surabaya sendiri dianggap sebagai simbol

keakraban. Budaya Suroboyoan yang terus berkembang juga

terus melahirkan kosa kata baru yang menjadi khas bagi

masyarakat Surabaya dalam berinteraksi sesamanya sebagai

wujud identitas ketegasan dan kepribadian seseorang saat

menunjukan status sosial lewat bahasa pada lingkungan

masyarakat.

Data 6: Tembung Entar

Segmen 3 Episode Tonggo Anyar

Representamen:

1. Qualisign: Hengki mengatakan kepada Gandhoel dan

Coepliz “ojo dadi tumbak dicucuki (tumbak cucukan)”

2. Sinsign: ‘Tumbak Cucukan’ merupakan salah satu dari

tembung Entar, atau dalam Bahasa Indonesia disebut

dengan kata kiasan5

3. Legisign: arti sebenarnya dari ‘tumbak cucukan’ adalah

orang yang mengadu domba atau orang yang suka

membicarakan kejelekan orang lain kepada orang lain

5Tembung Entar, diakses pada 19 Januari 2020 dari:

https://tanahmemerah.wordpress.com/kasastraa/kawruh-bahasa-jawa/tembung-

entar/

Page 115: KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP IDENTITAS BUDAYA SUROBOYOAN DALAM PROGRAM NDORO BEI DI JAWA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51757... · 2020. 8. 11. · Jawa Pos Media

105

Objek:

1. Ikon: penggunaan tembung macapat dalam dialog antara

Probo, Hengki, Gandhoel dan Coepliz

2. Indeks: dialog dalam tayangan Ndoro Bei menggunakan

bahasa Suroboyoan, namun dalam segmen ini, Hengki

menceletuk menggunakan Tembung Entar atau kata kiasan

3. Simbol: pada segmen ini menujukkan bahwa bukan hanya

bahasa Suroboyan saja ang digunakan dalam dialog, namun

juga terdapat kata-kata yang juga dapat dimengerti oleh

masyarakat jawa pada umumnya.

Interpretant:

1. Rheme: dalam komunikasi, bahasa merupakan salah satu

faktor penting agar maksud yang disampaikan diterima

dengan baik

2. Dicent: selain untuk menyampaikan sebuah pesan,

penggunaan kata kiasan dalam bahasa jawa yang digunakan

oleh Hengki juga untuk menghibur

3. Argument: Tembung Entar dalam bahasa jawa adalah

gabungan dua kata yang memiliki makna berbeda dari kata

asalnya. Tembung ini seperti kata kiasan yang memiliki arti

tidak sebenarnya. Hengki menyampaikan dalam dialog

tersebut selain untuk menasehati Gandhoel dan Coepliz

juga untuk hiburan karena penyampaiannya dengan bahasa

yang terbolak-balik juga tidak dengan mimik muka yang

serius.

Page 116: KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP IDENTITAS BUDAYA SUROBOYOAN DALAM PROGRAM NDORO BEI DI JAWA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51757... · 2020. 8. 11. · Jawa Pos Media

106

Analisis:

Bahasa merupakan alat untuk berinteraksi dengan orang

lain dan sebagai alat untuk berpikir. Dalam konteks ini, bahasa

berfungsi sebagai suatu mekanisme untuk berkomunikasi

sekaligus sebagai pedoman untuk melihat realitas sosial.6

Dalam segmen 3 Episode Tonggo Anyar, bahasa Suroboyoan

menjadi bahasa yang paling banyak digunakan meski juga ada

bahasa jawa standar. Tembung entar atau kata kiasan yang

digunakan dalam segmen ini menunjukkan bahwa kata kiasan

bukan hanya untuk menyampaikan sebuah pesan namun juga

untuk dialog komedi.

Data 7: Tembung Macapat

Segmen 2 Episode Tolong Menolong

Representamen:

1. Qualisign: Probo mendendangkan sebait tembang Macapat

2. Sinsign: Tembang macapat yang berbuyi “Semut Ireng,

Anak-anak Sapi”

3. Legisign: bait yang dibacakan oleh Probo mengisahkan

bentuk keluarbiasaan, walaupun hanya seekor semut hitam

yang mungkin tidak terlihat dalam kegelapan, memiliki

anak-anak yang besar dan bermanfaat, bahkan suci dalam

suatu kepercayaan

6Esti Verulitasari, Agus Cahyono, 2016, Nilai Budaya dalam

Pertunjukan Rapai Geleng mencerminkan Identitas Budaya Aceh, Journal of

Art Education diakses di: http://jurnal.unnes.ac.id/siu/idex.php/chatarsis pada

23 Desember 2019

Page 117: KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP IDENTITAS BUDAYA SUROBOYOAN DALAM PROGRAM NDORO BEI DI JAWA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51757... · 2020. 8. 11. · Jawa Pos Media

107

Objek:

1. Ikon: Cak Joni memberikan tebakan bahwa induk sapi

adalah semut hitam seperti dalam tembang macapat

2. Indeks: tebakan tersebut dimaksudkan sebagai lawakan

3. Simbol: tembang macapat seringkali dilantunkan dengan

suka cita, namun di balik itu memuat ajaran kehidupan dan

warisan para leluhur.

Interpretant:

1. Rheme: Tembang macapat merupakan bentuk puisi jawa

tradisional yang memiliki aturan-aturan dan patokan sastra

jawa

2. Dicent: Setiap bait macapat mempunyai baris kalimat yang

disebut gatra, dan setiap gatra mempunyai sejumlah suku

kata (guru wilangan) tertentu, dan berakhir pada bunyi

sajak akhir yang disebut guru lagu.7

3. Argument: Dalam kalimatnya yang terstruktur terdapat

pesan yang tersirat. Kalimat Semut Ireng, Anak-anak Sapi

mengisahkan tentang orang biasa yang mungkin juga

tinggal di pelosok desa dan miskin harta serta kurang

pendidikan tetapi bisa melahirkan orang-orang hebat dan

terhormat. Dalam kebudayaan masyarakat Jawa hal tersebut

layaknya orang tua yang tiada henti berdoa dan tirakat agar

anak-anaknya sukses.8

7 Wikipedia Tembung Macapat, diakses pada: 5 Januari 2020 di:

https://id.wikipedia.org/wiki/Macapat 8 Semut Ireng Anak-anak Sapi, diakses pada 10 Januari 2020 di:

http://www.nu-klaten.or.id/2019/08/semut-ireng-anak-anak-sapi-dan-

kondisi.html?m=1

Page 118: KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP IDENTITAS BUDAYA SUROBOYOAN DALAM PROGRAM NDORO BEI DI JAWA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51757... · 2020. 8. 11. · Jawa Pos Media

108

Analisis:

Dalam segmen ini Cak Joni memberikan tebakan tentang

sebutan anak-anak hewan. Ternyata tebakan tersebut hanya

lawakan semata, karena jawaban dari tebakan merupakan syair

dari salah satu tembang macapat. Tembang macapat

merupakan salah satu puisi jawa tradisional. Puisi Jawa

tradisional bisa berupa tembang, parikan, guritan, singir, dan

tembang dolanan anak-anak. Puisi Jawa tradisional memiliki

aturan-aturan atau patokan-patokan sastra jawa. Sedangkan

puisi jawa moderm berupa puisi bebas, yaitu puisi yang tidak

terikat oleh norma-norma ketat seperti yang dijumpai dalam

puisi Jawa tradisional (tembjing).9 Tembang ”Semut Ireng,

Anak-anak Sapi” pernah sangat familiar di telinga masyarakat

Jawa. Tembang tersebut seringkali dilantunkan dengan suka

cita, namun di balik itu memuat berjuta ajaran kehidupan

warisan para leluhur.10

B. Konstruksi Identitas Budaya dalam Tayangan Ndoro Bei

di Jawa Pos Media Televisi

Sesuai dengan padangan konstruksionis, yang

memandang media bukan saluran yang bebas atau netral,

melainkan sebagai subyek yang mengkonstruksi realitas, di

mana para pekerja yang terlibat dalam produksi pesan juga

menyertakan padangan, bias dan keberpihakannya. Karenanya

9 Dhanu Priyo Prabowo, Geguritan Tradisional dalam sastra jawa

(Jakarta; Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2002), H. 7 10

http://www.nu-klaten.or.id/2019/08/semut-ireng-anak-anak-sapi-

dan-kondisi.html?m=1

Page 119: KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP IDENTITAS BUDAYA SUROBOYOAN DALAM PROGRAM NDORO BEI DI JAWA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51757... · 2020. 8. 11. · Jawa Pos Media

109

sangat potensial terjadi peristiwa yang sama dikonstruksi

secara berbeda.11

Teori konstruksi sosial dicetuskan oleh Peter L. Berger

dan Thomas Luckmann. Mereka menggambarkan proses sosial

melalui tindakan dan interaksinya, di mana individu secara

terus menerus menciptakan suatu realitas yang dimiliki dan

dialami bersama secara subjektif. Pemikiran Berger dan

Luckmann secara sosial berasal dari pemikiran aliran

konstruktivisme. Aliran konstruktivisme menghubungkan

pengetahuan yang dimiliki oleh manusia dengan realitas yang

dialami manusia.12

Bagi Berger masyarakat adalah realitas obyektif sekaligus

realitas subyektif. Masyarakat sebagai realitas obektif, artinya

masyarakat berada di luar diri manusia dan berhadap-hadapan

dengannya. Sedangkan masyarakat sebagai realitas subyektif,

individu berada dalam masyarakat itu sebagai bagian yang

tidak terpisahkan. Dengan kata lain, bahwa indvidu adalah

pembentuk masyarakat dan masyarakat adalah pembentuk

individu.

Dalam tayangan Ndoro Bei, penulis telah membedah dan

mengAnalisis beberapa tanda yang mengandung identitas

budaya Suroboyoan. Melalui Analisis Charles Sanders Pierce,

maka dapat diketahui bahasan yang ingin disampaikan oleh

11

Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi dan Politik Media

(Yogyakarta; LkiS, 2002), H. 17 12

Burhan bungin, Konstruksi sosial media massa: kekuatan pengaruh

media massa iklan televisi dan kepuasan konsumen serta kritik terhadap Peter

L. Berger dan Thomas Luckman (Jakarta: Kencana, 2011), h. 13

Page 120: KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP IDENTITAS BUDAYA SUROBOYOAN DALAM PROGRAM NDORO BEI DI JAWA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51757... · 2020. 8. 11. · Jawa Pos Media

110

tayangan ndoro bei adalah mengenai identitas budaya yang

dikemas melalui komedi

Identitas budaya dapat diartikan sebagai rincian

karakteristik atau ciri-ciri sebuah kebudayaan yang dimiliki

oleh sekelompok orang yang kita ketahui batas-batasnya

tatkala dibandingkan dengan karakteristik atau ciri-ciri

kebudayaan orang lain. Dalam masyarakat yang pluralis

identitas budaya sangat diperlukan terlebih dalam

berkomunikasi. Menurut Alo Liliweri terdapat Tiga faktor

pembentuk identitas budaya. Faktor pembentuk identitas

budaya adalah kepercayaan, tingkah laku dan bahasa.

Faktor pertama dalam membentuk identitas budaya adalah

kepercayaan. Kepercayaan merupakan sebuah usaha untuk

menerima sebuah kebenaran tetang sesuatu yang dipelajari

dalam kebudayaan. Dalam hal ini tradisi jawa atau biasa

disebut dengan kejawen juga merupakan sebuah identitas bagi

masyarakat Jawa.

Dalam tayangan Ndoro Bei pada episode Team Work

segmen satu menayangkan tradisi satu suro atau yang biasa

disebut dengan Satu Suro. Satu Suro bertepatan pada tanggal 1

Muharram dalam kalender Hijriah. Tradisi saat malam satu

suro bermacam-macam tergantung dari daerah mana

memandang. Di beberapa daerah di Jawa Tengah dan Jawa

Timur memperingati tradisi satu Suro dengan Tirakatan (tidak

tidur semalam suntuk) dengan tuguran (perenungan diri

sambil berdoa), Pagelaran Wayang Kulit dan Jamasan Pusaka.

Page 121: KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP IDENTITAS BUDAYA SUROBOYOAN DALAM PROGRAM NDORO BEI DI JAWA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51757... · 2020. 8. 11. · Jawa Pos Media

111

Tradisi budaya yang ditampilkan dalam tayangan Ndoro

Bei adalah tradisi Jamasan Pusaka. Tradisi jamasan pusaka

merupakan salah satu cara merawat benda-benda pusaka

seperti keris yang diangggap memiliki tuah. Merujuk pada

Kamus Besar Bahasa Indonesia Jamasan yaitu mencuci keris,

biasanya dilaksanakan setahun sekali pada satu suro,

sedangkan Pusaka yaitu harta benda peninggalan orang yang

telah meninggal. Jamasan pusaka mempunyai makna dan

tujuan luhur karena kegiatan ini termasuk dalam kegiatan

ritual budaya yang dinilai sakral.

Tradisi tersebut ditayangkan dalam program acara Ndoro

Bei yang memang memiliki jenis tayangan komedi, maka

dapat dipastikan tradisi Jamasan Pusaka pun tidak terlalu

serius. Meski demikian maksud dari tayangan tersebut dapat

tersampaikan dengan beberapa adegan seperti yang dilakukan

Probo, yakni dengan membacakan tembang macapat.

Kepercayaan dalam beragama juga turut ditampilkan pada

segmen 2 Episode Tonggo Anyar dan Tolong Menolong. Pada

Episode Tonggo Anyar ditunjukkan pada dialog antara Probo,

Hengki dan Daok. Mereka membicarakan bahwa hidup harus

guyub atau rukun dengan tetangga sebelah. Untuk mencapai

kehidupan yang guyub dan rukun harus disertai dengan

kesabaran. Hengki juga menjelaskan bahwa buah dari

kesabaran bukan hanya bisa rukun dengan tetangga namun

juga menjadi kekasih Tuhan. Ucapan Hengki tersebut berasal

dari ajaran agama yang dipercayai dan dijadikan sebagai

pedoman hidup. Begitu pula pada episode Tolong Menolong

Page 122: KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP IDENTITAS BUDAYA SUROBOYOAN DALAM PROGRAM NDORO BEI DI JAWA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51757... · 2020. 8. 11. · Jawa Pos Media

112

yang membahas tentang perayaan Idhul Adha. Idhul Adha

juga merupakan ajaran dalam agama islam yang hingga kini

dijadikan pedoman dalam perayaannya

Selain kepercayaan, tingkah laku juga merupakan faktor

pembentuk identitas budaya. Mintargo mengatakan bahwa

tingkah laku manusia lebih banyak merupakan hasil dari

kegiatan-kegiatan yang dipelajari daripada yang tidak

dipelajari dan hal tersebut merupakan tradisi. Perilaku manusia

yang dipelajari termasuk kebiasaan-kebiasaan, sikap-sikap

emosi dan semua bentuk aktivitas dan tanggapan-tanggapan

yang didapatkan melalui pengalaman. Tingkah laku

masyarakat Surabaya cenderung Egaliter; menganggap semua

orang memiliki derajat yang sama, Lugas; besifat apa adanya

dan tidak berbelit-belit dalam berbicara, dan spontan;

melakukan sesuatu serta merta, tanpa dipikir atau tanpa

direncanakan terlebih dahulu.

Sikap terbuka juga terlihat pada Episode Tonggo Anyar.

Dalam tayangan tersebut, keluarga Ndoro Bei tidak terima atas

perlakuan tetangga baru dan meminta pertanggungjawaban

secara langsung, meski yang dihadapi adalah tetangga baru

yang belum dikenal secara baik. Dengan mendatanginya

secara langsung, keluarga Ndoro Bei menunjukkan sikap

terbuka terhadap kritik maupun keluhan dari tetangga baru.

Sifat lugas ditunjukkan oleh Probo yang tidak serta merta

percaya kepada Gandhoel dan Coepliz. Ia bahkan terlihat

meragukan informasi yang disampaikan karena begitu

berbelit-belit. Begitu pula dengan Hengki yang cenderung

Page 123: KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP IDENTITAS BUDAYA SUROBOYOAN DALAM PROGRAM NDORO BEI DI JAWA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51757... · 2020. 8. 11. · Jawa Pos Media

113

mengkritik Gandhoel dan Coepliz agar tidak menjadi orang

yang membicarakan keburukan orang lain kepada orang lain.

Kritik-kritik tersebut didasari rasa cinta dan semangat untuk

membangun lingkungan bukan untuk merusak tatanan. Sifat

spontan terlihat saat Probo mengucapkan kata ‘dobol’. Kata

tersebut merupakan kata makian yang biasa diucapkan oleh

masyarakat Surabaya. Meskipun kata tersebut cenderung kasar

bagi masyarakat jawa di Daerah Istimewa Yogyakarta dan

Karisedanan Surakarta, namun bagi masyarakat Surabaya

sendiri dianggap sebagai simbol keakraban.

Faktor pembentuk identitas budaya selanjutnya adalah

bahasa. Bahasa merupakan alat untuk berinteraksi dengan

orang lain juga sebagai alat untuk berpikir. Dalam konteks ini,

bahasa berfungsi sebagai suatu mekanisme untuk

berkomunikasi sekaligus sebagai pedoman untuk melihat

realitas sosial. Bahasa dapat memengaruhi persepsi,

menyalurkan dan membentuk pikiran.13

Selain bahasa Suroboyan yang cenderung kasar bagi

masyarakat jawa di Daerah Istimewa Yogyakarta dan

Karisedanan Surakarta, tayangan Ndoro Bei juga

menampilkan bahasa tradisional jawa seperti tembung entar

dan tembang macapat. Tembung entar merupakan kata kiasan.

Ucapan hengki pada episode Tonggo Anyar megandung

tembung entar. Dalam dialog tersebut Hengki menyampaikan

13

Esti Verulitasari, Agus Cahyono, 2016, Nilai Budaya dalam

Pertunjukan Rapai Geleng mencerminkan Identitas Budaya Aceh, Journal of

Art Education diakses di: http://jurnal.unnes.ac.id/siu/idex.php/chatarsis pada

23 Desember 2019

Page 124: KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP IDENTITAS BUDAYA SUROBOYOAN DALAM PROGRAM NDORO BEI DI JAWA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51757... · 2020. 8. 11. · Jawa Pos Media

114

kepada Gandhoel dan Coepliz, jangan menjadi tumbak

cucukan. Tumbak cucukan berarti orang yang mengadu domba

atau menyampaikan keburukan orang lain kepada orang lain.

Pada episode Tolong menolong Probo sempat membacakan

sebait tembang macapat yakni ”Semut Ireng, Anak-anak

Sapi”. Meski tidak sepenuhnya dibacakan tetapi cukup

menunjukkan bahwa bukan hanya bahasa Suroboyoan saja

yang digunakan dalam tayangan Ndoro Bei.

Seperti yang disampaikan oleh Nugroho Widiyatmoko

Produser tayangan Ndoro Bei, bahwa Ndoro Bei bukan hanya

sebagai tayangan komedi, namun juga menampilkan budaya

Jawa Timur, yang mana dalam memberikan tontonan yang

berdasar pada tatanan juga menggunakan tuntunan sehingga

ada estetika di dalam tayangan tersebut. Budaya Arek atau

Budaya Surboyoan terlihat lebih ditunjukkan, mengingat

jangkauan Jawa Timur Media Televisi adalah masyarakat

Surabaya. Meski terdapat bahasa jawa tradisional, bahasa

Suroboyoan tetap menjadi unggulan dalam dialog antar

pelakon.

Page 125: KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP IDENTITAS BUDAYA SUROBOYOAN DALAM PROGRAM NDORO BEI DI JAWA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51757... · 2020. 8. 11. · Jawa Pos Media

115

BAB VI

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian penulis mengenai konstruksi

media terhadap identitas budaya Suroboyoan dalam

program Ndoro Bei di Jawa Pos Media Televisi (JTV)

Surabaya, penulis dapat menarik kesimpulan sebagai

berikut:

1. Makna dan Tanda dari Tayangan Ndoro Bei

Dengan menggunakan teori semiotika Charles Saders

Pierce, makna dalam tayangan ini dapat dilihat dari

kata dialog yang diucapkan, tingkah laku, simbol,

ekspresi dan lain sebagainya.

a. Representamen dalam tayangan Ndoro Bei di Jawa

Pos Media Televisi adalah keadaan masyarakat

Surabaya dan lingkungan yang ditampilkan.

b. Objek dalam tayangan ini adalah sikap dan

perilaku masyarakat Surabaya. Sikap tersebut

ditunjukkan dalam berbagai ekspresi seperti

terbuka, terus terang, spontan dan lugas, bahasa

pengantar yang digunakan juga bahasa sehari-hari

yang biasa digunakan oleh masyarakat Surabaya

pada umumnya

c. Interpretant dalam tayangan Ndoro Bei pelakon

menunjukkan identitas budaya mulai dari peran

Page 126: KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP IDENTITAS BUDAYA SUROBOYOAN DALAM PROGRAM NDORO BEI DI JAWA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51757... · 2020. 8. 11. · Jawa Pos Media

116

dan kepribadiannya seperti gestur tubuh, gaya

bicara, dan perilakunya terhadap lingkungan sosial

2. Konstruksi identitas Budaya dalam Tayangan Ndoro

Bei di Jawa Pos Media Televisi

Sesuai dengan penjelasan dari Nugraha

Widyatmoko selaku produser program acara Ndoro

Bei bahwa tayangan ini dimaksudkan sebagai

tayangan yang menampilkan budaya Jawa Timur yang

mana dalam memberikan tontonan berdasar pada

tatanan juga menggunakan tuntunan, sehingga

terdapat estetika yang dapat dipetik. Dengan demikian

tuntunan yang dimaksud merupakan bentuk pikiran

dari penulis cerita, sehingga konstruksi yang terjadi

pada tayangan ini adalah konstruksi radikal.

Pegetahuan dan pengalaman penulis cerita memiliki

peran penting dalam mengonstruksi budaya

Suroboyoan. Konstruksi radikal hanya mengakui apa

yang dibetuk oleh pikiran manusia.

Dengan meggunakan teori konstruksi sosial

penulis menyimpulkan bahwa identitas budaya

Suroboyan dalam Program tayangan Ndoro Bei

ditampilkan melalui tokoh-tokoh sebagai lakon cerita.

Tokoh-tokoh yang berperan menunjukkan identitas

budaya masyarakat Suroboyoan dengan berbagai

tingkah laku dan ekspresi, seperti lugas, spontan dan

terbuka. Bahasa suroboyoan yang khas juga tidak

luput dari dialog.

Page 127: KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP IDENTITAS BUDAYA SUROBOYOAN DALAM PROGRAM NDORO BEI DI JAWA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51757... · 2020. 8. 11. · Jawa Pos Media

117

B. Implikasi

Berdasarkan dari hasil peelitian dapat

dikemukakan bahwa implikasi dari penelitian adalah

dorongan untuk menyuarakan identitas budaya yang kini

mulai pudar dalam dunia pertelevisian. Identitas budaya

yang diangkat adalah identitas budaya Suroboyoan atau

budaya Arek. Budaya ini berkembang di daerah Surabaya

dan beberapa daerah sekitar yang sesuai dengan

jangkauan siaran Jawa Pos Media Televisi.

Tayangan ini termasuk tayangan komedi yang

dimaksudkan untuk menghibur pemirsa, namun dalam

tayangan ini juga terdapat nasehat-nasehat yang tersirat

sehingga terdapat pesan yang dapat ditangkap bagi

penontonya.

C. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis memberikan

beberapa saran terkait fakta dan hasil data potongan

adegan dari beberapa episode, antara lain:

1. Sebaiknya Program acara Ndoro Bei dapat

mengangkat identitas kebudayaan lain, khususnya

kebudayaan yang ada di Jawa Timur, mengingat

stasiun Jawa Pos Media Televisi (JTV) memiliki anak

perusahaan di daerah lain.

2. Menambah pemain-pemain baru, khususnya dari

kalangan anak muda, sehingga menambah daya tarik

untuk kalangan pemuda

Page 128: KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP IDENTITAS BUDAYA SUROBOYOAN DALAM PROGRAM NDORO BEI DI JAWA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51757... · 2020. 8. 11. · Jawa Pos Media

118

DAFTAR PUSTAKA

BUKU:

Bungin, Burhan. 2006. Sosiologi Komunikasi, Teori, Paradigma

dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat

Jakarta: Prenada Media

Bungin, Burhan. 2011. Konstruksi sosial media massa: kekuatan

pengaruh media massa iklan televisi dan kepuasan

konsumen serta kritik terhadap Peter L. Berger dan

Thomas Luckman. Jakarta: Kencana

Danesi, Marcel. 2010. Pesan, Tanda, Makna: Buku Teks Dasar

Mengenai Semiotika dan Teori Komunikasi.

Yogyakarta: Jalasutra

Eriyanto. 2007. Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan

Politik Media. Yogyakarta: lkis Yogyakarta

Ibrahim, Idy Subandy. 2011. Kritik Budaya dan Komunikasi;

Budaya, Media dan Gaya Hidup dalam Proses

Demokratisasi di Indonesia. Yogyakarta: Jalasutra

Kisyani. 2004. Bahasa Jawa di Jawa Timur Bagian Utara dan

Blambangan. Jakarta: Pusat Bahasa, Departemen

Pendidikan Nasional

Liliweri, Alo. 2009. Makna Budaya dalam Komuikasi

Antarbudaya. Yogyakarta: lkis Printing Cemerlang

Liliweri, Alo. 2013. Dasar-dasar Komunikasi Antarbudaya.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Nasrullah, Rulli. 2012. Komunikasi Antarbudaya, di Era Budaya

Siber. Jakarta: Prenada media Group

Nurudin. 2003. Pengantar Komunikasi Massa (Jakarta: Raja

Grafindo Persada

Page 129: KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP IDENTITAS BUDAYA SUROBOYOAN DALAM PROGRAM NDORO BEI DI JAWA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51757... · 2020. 8. 11. · Jawa Pos Media

119

Piliang, Yasraf Amir. 2010. Hipersemiotika: Tafsir Cultural

Studies Atas Matinya Makna. Yogyakarta: Jalasutra

Prabowo, Dhanu Priyo. 2002. Geguritan Tradisional dalam

sastra jawa. Jakarta: Pusat Bahasa Departemen

Pendidikan Nasional

Samovar, Larry A. Dkk. 2010. Komuikasi Lintas Budaya.

Jakarta:Salemba Humanika

Sobur, Alex. 2006. Semiotika Komunikasi. Bandung: Remaja

Rosdakarya

Sumarno, Marselli. 2005. Dasar-Dasar Apresiasi Film.

Jakarta:Gramedia Widiasarana Indonesia

Suparno, Paul. 2001. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan.

Yogyakarta: Kaisius

Surokim dan Muhtar Wahyudi. 2013. Televisi Lokal;Strategi Jitu

Memenangkan Persaingan dan Merebut Pemirsa TV.

UTM Press: Madura

Tapsell, Ross. 2019. Kuasa Media di Indonesia:Kaum Oligarki,

Warga dan Revolusi Digital. Tangerang Selatan: CV

Marjin Kiri

Wahuni, Hermin Indah. 2013. Kebijakan “Media Baru” di

Indonesia (Harapan, Dinamika dan Capaian

Kebijakan “Media Baru” di Indonesia). Yogakarta:

Gadjah Mada University Press

Warsiman. 2015. Penguatan Identitas Budaya Lokal Jawa

Timur; Mencari Jejak Kearifan Lokal. Malang:UB

Press

Wibowo. 2013 Indiwan Seto Wahyu. Semiotika Komunikasi.

Jakarta: Mitra Wacana Media

Page 130: KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP IDENTITAS BUDAYA SUROBOYOAN DALAM PROGRAM NDORO BEI DI JAWA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51757... · 2020. 8. 11. · Jawa Pos Media

120

SKRIPSI:

Atirah, Siti, 2015, Konstruksi Media Terhadap Identitas

Muslimah dalam Program Assalamu Alaikum Cantik

Trans TV (Analisis Framing), Universitas Hasanuddin

Makassar, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

Damayanti, Ika. 2008. Penerapan Unsur-unsur Produk

Jurnalistik dalam Infotainment Universitas Negeri

Sebelas Maret, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,

Program Studi Ilmu Komunikasi

Fadillah, Siti, 2016, Konstruksi Perempuan dalam Film

Assalamualaikum Beijing Produksi Maxima

Production. Skripsi. Universitas Islam Negeri Jakarta,

Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi,

Frastyawan, Nyoman. 2014. LKP: Rancang Bangun Sistem

Informasi Bursa Kerja pada PT. Jawa Pos Koran

Surabaya, STIKOM Surabaya, Fakultas Teknologi dan

Informatika

Heris, Alessandra Kusuma, 2017, Tingkat Kesukaan Penonton

Surabaya Mengenai Program Acara “Ndoro Bei” di

Jawa Pos Media Televisi (JTV), Universitas Katolik

Widya Mandala Surabaya,

Putri, Dhea Helyana, 2018, Analisis Kreatif Hiburan Televisi

Lokal dalam Konstruksi Identitas Daerah (Studi

Komparatif pada Riau Televisi dan Riau Channel

Televisi Pekanbaru), Universitas Islam Indonesia,

Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya.

JURNAL:

Ahmad, Amar. 2012. Perkembangan Teknologi Komunikasi dan

Informasi: Akar Revolusi dan Berbagai Standarnya.

Jurnal Dakwah Tabligh: Volum 13 Nomor 1

Page 131: KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP IDENTITAS BUDAYA SUROBOYOAN DALAM PROGRAM NDORO BEI DI JAWA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51757... · 2020. 8. 11. · Jawa Pos Media

121

Goenawan, Nita Anggraeni dkk. 2016. Perancangan Buku

Ilustrasi tentang Fenomena Budaya Arek Suroboyo.

Jurnal Komunikasi Visual Adiwarna.: Volume 1 Nomor

8

Haryati. 2013.Televisi Lokal dalam Representasi Identitas

Budaya. Jurnal Eksistensi Media Lokal di Era

Konvergensi: Balai Pengkajian dan Pengembangan

Komunikasi dan Informatika Bandung (BPPKI)

Kementerian Komunikasi dan Informatika: Volume 11

Nomor 1

Juditha, Christiana. 2015. Televisi lokal dan Konten Kearifan

lokal (Studi Kasus di Sindo TV Kendari). Jurnal

Penelitian Komunikasi dan Pembangunan: Volume 16

Nomor 1

Rastati, Ranny. 2012. Media dan Identitas: Cultur Imperialism

Jepang melalui Cosplay (Study terhadap cosplayer

yang melakukan crossdress). Jurnal Komunikasi

Indonesia. Universitas Indonesia: Volume 1 Nomor 2

Soedarso, dkk. 2013. Dinamika Multikultural Masyarakat Kota

Surabaya. Jurnal Sosial Humaniora. LPPM Institut

Teknologi Sepuluh November: Volume 6 Nomor 1

Surya, Yuyun W.I, 2008, The Construction of Cultural Identity in

Local Television Station’s Programs in Indonesia.

Jurnal Masyarakat, Kebudayaan dan Politik,

Universitas Airlangga Surabaya, Vol. 21 No. 3.

Verulitasari, Esti dan Agus Cahyono, 2016, Nilai Budaya dalam

Pertunjukan Rapai Geleng mencerminkan Identitas

Budaya Aceh, Journal of Art Education. Universitas

Negeri Semarang: Volume 1 Nomor 1

Page 132: KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP IDENTITAS BUDAYA SUROBOYOAN DALAM PROGRAM NDORO BEI DI JAWA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51757... · 2020. 8. 11. · Jawa Pos Media

122

Winiasih, Tri. 2010 Pemertahanan Kasar “Basa Suroboyoan”

dalam acara berita Pojok Kampung di Televisi Lkal

JTV: Balai Bahasa Surabaya, Seminar Nasional

Pemertahanan Bahasa Nusantara, Magister Linguistik

PPs UINDIP Semarang

INTERNET:

AJI Malang, Menyikapi Persoalan Infotainment diakses pada 24

April 2020 dari:

https://malang.aji.or.id/2010/07/29/menyikapi-persoalan-

infotainment/

ATVLI (Asosiasi Televisi Lokal Indonesia) diakses pada 20

Agustus 2019 dari: http://atvli.or.id/

Company Profile Jawa Pos Group diakses pada 15 September

2019 di: https://www.jawapos.co.id/profile/index.php

Company Profile JTV di akses pada: 10 Mei 2019 dari:

https://www.jtv.co.id/profile/index.php

Kominfo Jatim, Jawa Timur Cikal Bakal Lahirnya televisi Lokal

Indonesia diakses pada 9 September 2019 dari:

http://kominfo.jatimprov.go.id/read/umum/jawa-timur-

cikal-bakal-lahirnya-televisi-lokal-di-indonesia

Republika, dampak berita hoax diakses pada 27 Desember 2019

di:

http://www.replubika.co.id/berita/trendtek/internet/17/04

/11/oo7uxj359-begini-dampak-berita-hoax

Semut Ireng Anak-anak Sapi, diakses pada 10 Januari 2020 di:

http://www.nu-klaten.or.id/2019/08/semut-ireng-anak-

anak-sapi-dan-kondisi.html?m=1

Tembung Entar, diakses pada 19 Januari 2020 dari:

https://tanahmemerah.wordpress.com/kasastraa/kawruh-

bahasa-jawa/tembung-entar/

Page 133: KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP IDENTITAS BUDAYA SUROBOYOAN DALAM PROGRAM NDORO BEI DI JAWA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51757... · 2020. 8. 11. · Jawa Pos Media

123

Tri Nugraha Adi, Media dan Identitas Kultural dalam

Masyarakat Pluralis diakses pada 15 September 2019

di:

https://sinaukomunikasi.wordpress.com/2011/08/07/med

ia-dan-identitas-kultural-dalam-masyarakat-pluralis/

UU No 32 tahun 2002 tentang Penyiaran diakses pada 22 Agustus

2019 dari: http://hukum.unsrat.ac.id/uu/uu_32_02.htm

Page 134: KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP IDENTITAS BUDAYA SUROBOYOAN DALAM PROGRAM NDORO BEI DI JAWA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51757... · 2020. 8. 11. · Jawa Pos Media

124

LAMPIRAN

Page 135: KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP IDENTITAS BUDAYA SUROBOYOAN DALAM PROGRAM NDORO BEI DI JAWA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51757... · 2020. 8. 11. · Jawa Pos Media

125

Lampiran 1: Surat Izin Penelitian

Page 136: KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP IDENTITAS BUDAYA SUROBOYOAN DALAM PROGRAM NDORO BEI DI JAWA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51757... · 2020. 8. 11. · Jawa Pos Media

126

Lampiran 2: Hasil Wawancara

Hasil Wawancara Pribadi dengan Nugroho Widiatmoko

Produser Program Acara Ndoro Bei

Gedung JTV, Kompleks Graha Pena, Surabaya. Selasa 13

Agustus 2019

1. Apa maksud dan tujuan dibuatnya program Ndoro Bei?

“yang pertama, JTV (Jawa Pos Media Televisi) adalah

Jawa Pos Media Televisi, yang basic nya adalah Televisi lokal

yang menasional. Kalau berbicara lokal otomatis kita

megangkat unsur-unsur yang ada. Unsur itu dari pelbagai

elemen, entertainment, kebudayaan. Kalau bilang entertainmet

dan kebudayaan juga luas. Jadinya apa yang ada di Jawa

Timur kita angkat. Bukan kita angkat tapi lebih kita beri

wadah, otomatis dengan wadah itu terangkat juga, terangkat

berbagai macam kearifan lokal yang mungkin di zaman

sekarang sudah sangat jarang ditemui, kesenian tradisional

yang bersifat tradisional kayaknya ya JTV yang konsisten

untuk terus mengangkat kebudayaan lokal

2. Siapa target audiens dari Program Ndoro Bei?

Target audiens sebenernya,(karena) Ndoro Bei itukan

komedi ya, jadi tidak dibatasi umur sekian ke atas atau umur

sekian ke bawah, karena komedi ya begitu. Ending sudah pasti

intertaint, kearifan lokal tetap diangkat, nilai-nilai kalau dalam

bahasa jawa kan ada namanya tata krama, tuba sita, kayak gitu

Page 137: KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP IDENTITAS BUDAYA SUROBOYOAN DALAM PROGRAM NDORO BEI DI JAWA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51757... · 2020. 8. 11. · Jawa Pos Media

127

ya karena bentuk pengangkatannya kan dalam sebuah alur

cerita seperti itu

3. Apa keunggulan Program Ndoro Bei dibanding Program lain?

Gak ada keunggulan dalam JTV, semua baik, esensinya

adalah memberikan, perbedaaanya mungkin genre saja. Kalau

stasiun dangdut semua orang pasti pernah denger dangdut dan

sebagainya, kalau Ndoro Bei tidak semua orang megerti dan

paham kayak sindennya seperti itu, ya gak papa, kita

memberikan tontonan yang original Kultur budaya Jawa

Timur di mana setiap kita berbicara tentang kultur budaya, kita

memberikan tontonan yang berdasar pada tatanan juga

meggunakan tuntunan, jadi ada estetika di situ,

4. Apakah program Ndoro Bei menjadi program dengan rating

dan share tertinggi di antara program lain?

Kebetulan kalau Ndoro Bei tayangnya seminggu dua kali,

tidak seperti pojok kampung yang setiap hari, jadi kalau

ngomongin rating dan share masih kalah, otomatis berjarak

agak jauh dengan program stasiun dangdut dan juga pojok

kampung yang mereka tayang setiap hari. Akan tetapi program

Ndoro Bei (memiliki) rating dan share relatif stabil. menurut

analisis AC Nielsen tidak pernah menurun drastis, tidak ada,

beda kalau stasiun dangdut yang kadang rating pertama ketika

jihan audi, sera, mereka kan punya audiens sendiri, itukan

salah satu faktor yang membuat rating tinggi dan itu kan tidak

setiap hari ada.

5. Bagaimana struktur pelaksana dari Program Ndoro Bei?

Page 138: KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP IDENTITAS BUDAYA SUROBOYOAN DALAM PROGRAM NDORO BEI DI JAWA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51757... · 2020. 8. 11. · Jawa Pos Media

128

Itu namanya kerabat kerja, itu buanyak, tapi kalau spesifik

di Ndara Bei, itu ada Produser, Aspro (asisten produser),

mereka akan diskusi tentang apa yang akan dikerjakan, tema-

tema apa yang akan diambil. Di situ ada PD (Program

Diretur), FD(Floor Directur), cameraman, audioman, trus juga

lightingman, make up, semua itu kan nama-nama divisi yang

saling berhubungan, kalau gak ada salah satu ya gak

terlaksana, dekorasi, artistik, tehnik yang berhuungan kamera,

switcher, vuc.

6. Bagaimana proses penentuan tema atau topik tiap episode?

Dan siapa sajakah yang terlibat?

Banyak, yang paling simple adalah kita ngikutin hari-hari

besar. setiap bulan kan ada hari-hari tertentu atau hari besar,

kayak keangkita nasional, trus juga 17 Agustus kan juga ada,

hari ibu gitu, itu kita jadikan tema dari program Ndoro Bei,

terlepas dari itu juga kadang juga diskusi tentang apa yang

sedang viral, sedikit-sedikit kita ngikutin perkembangan saja,

sekarang kan media-media, media sosmed lebih canggih dan

lebih cepat, ada tim juga utuk riset kira-kira apa tema yang

akan kita ambil. Semua tim berdiskusi.

7. Apakah tema yang diangkat berfokus pada budaya

Suroboyoan?

Gak juga, Surabaya yang diangkat pada tema, memang

sedikit banyak Surabaya sering kita bawakan di Ndoro bei,

orang-orang yang kebetulan banyak yang di Surabaya, tidak

menutup kemungkinan, itu teknis saja. Tidak menutup

Page 139: KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP IDENTITAS BUDAYA SUROBOYOAN DALAM PROGRAM NDORO BEI DI JAWA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51757... · 2020. 8. 11. · Jawa Pos Media

129

kemugkinan Ndoro Bei bisa mengangkat daerah lain buka

hanya temana tapi juga pemainya, (juga) lokasinya

Lampiran 3: Dokumentasi