Konservasi Geologi Dan Geowisata

15
KONSERVASI GEOLOGI DAN GEOWISATA : ALTERNATIF PENGEMBANGAN POTENSI SUMBER DAYA GEOLOGI SECARA BERKESINAMBUNGAN Oleh : Dr. Yunus Kusumahbrata, Museum Geologi Bandung, Jl. Diponegoro 57 Bandung Pendahuluan INDONESIA, sejak dahulu kala dikenal sebagai zamrud khatulistiwa, untaian mutiara dari timur karena kekayaan alamnya yang berlimpah, baik di wilayah daratan maupun perairan. Sumber daya alam yang berlimpah tersebut mencakup aneka ragam sumber daya hayati dan nir-hayati yang tersebar luas di seluruh nusantara. Sumber daya alam nir-hayati yang dikenal pula sebagai sumber daya geologi, mempunyai peran sangat penting untuk menunjang berbagai sektor pembangunan. Selain bahan tambang seperti minyak dan gasbumi, batubara, panas bumi, aneka ragam mineral, dan air, sumber daya geologi dapat pula berwujud sebagai fenomena alam geologi yang indah, unik dan langka yang bernilai tinggi. Fenomena geologi tersebut bervariasi bentuknya, mulai dari kawasan yang memiliki keindahan bentang alam (landscape) di permukaan (gunung, lembah, sungai, danau, telaga) (Foto 1, 2, 3, 4) singkapan berbagai jenis batuan langka (Foto 5), singkapan batuan berfosil langka dan fenomena alam spektakuler lainnya di bawah permukaan, seperti gua-gua kars 1

Transcript of Konservasi Geologi Dan Geowisata

Page 1: Konservasi Geologi Dan Geowisata

KONSERVASI GEOLOGI DAN GEOWISATA :ALTERNATIF PENGEMBANGAN POTENSI

SUMBER DAYA GEOLOGI SECARA BERKESINAMBUNGAN

Oleh : Dr. Yunus Kusumahbrata, Museum Geologi Bandung, Jl.

Diponegoro 57 Bandung

Pendahuluan

INDONESIA, sejak dahulu kala dikenal sebagai zamrud khatulistiwa,

untaian mutiara dari timur karena kekayaan alamnya yang berlimpah, baik di

wilayah daratan maupun perairan. Sumber daya alam yang berlimpah tersebut

mencakup aneka ragam sumber daya hayati dan nir-hayati yang tersebar luas di

seluruh nusantara. Sumber daya alam nir-hayati yang dikenal pula sebagai

sumber daya geologi, mempunyai peran sangat penting untuk menunjang

berbagai sektor pembangunan.

Selain bahan tambang seperti minyak dan gasbumi, batubara, panas

bumi, aneka ragam mineral, dan air, sumber daya geologi dapat pula berwujud

sebagai fenomena alam geologi yang indah, unik dan langka yang bernilai tinggi.

Fenomena geologi tersebut bervariasi bentuknya, mulai dari kawasan yang

memiliki keindahan bentang alam (landscape) di permukaan (gunung, lembah,

sungai, danau, telaga) (Foto 1, 2, 3, 4) singkapan berbagai jenis batuan langka

(Foto 5), singkapan batuan berfosil langka dan fenomena alam spektakuler

lainnya di bawah permukaan, seperti gua-gua kars yang dihiasi aneka ragam

ornamen kalsit berupa stalaktit, stalagmit, batu aliran dan sebagainya (Foto 6, 7).

Foto 1 : Kawah Ratu di puncak G. Tangkuban Parahu memperlihatkan kaldera yang dibatasi dinding terjal telah menjadi objek geowisata populer.

1

Page 2: Konservasi Geologi Dan Geowisata

Foto 2 : Ngarai Sianok di Bukittinggi merupakan objek geowisata yang sangat menarik apabila dijelaskan secara geologis. Lembah ini terbentuk akibat dinamika pergerakan Sesar Sumatera.

Foto 3 : Situ Patengan dengan keindahan pemandangan alam spektakuler khas daerah pegunungan beudara sejuk telah menjadi objek wisata alam yang ramai dikunjungi.

Foto 4 : Monumen batuan tufa pasiran (ignimbrite) sisa penambangan di sekitar Lembang yang merupakan bukti terjadinya letusan dahsyat Gunung Sunda perlu dilestarikan sebagai objek geowisata.

2

Page 3: Konservasi Geologi Dan Geowisata

Foto 6 : Fenomena di dalam Gua Petruk berupa pembentukan undak-undak kalsit (gourdam) akibat rekristalisasi larutan jenuh CaCO3. Berbagai jenis ornamen gua di kawasan Kars cukup menarik untuk wisata penjelajahan gua (speleolgy).

Foto 5 : Fenomena geologi yang unik, langka dan bernilai ilmiah tinggi di Tanjung Layar, Banten berupa singkapan batuan Formasi Cimapag memperlihatkan bentuk lipatan, patahan dan longsoran berskala raksasa di bawah laut

3

Page 4: Konservasi Geologi Dan Geowisata

Pembentukan beraneka ragam fenomena alam geologi tersebut dikontrol

oleh serangkaian proses dinamika kebumian yang khas, unik dan cukup

kompleks dalam rentang waktu jutaan tahun. Dari sudut pandang para ahli ilmu

kebumian, wilayah Indonesia merupakan tempat berlangsungnya pertemuan

(interaksi) antara 3 (tiga) mega lempeng dunia, yaitu : Lempeng Asia yang relatif

statis, Lempeng Indo-Australia yang relatif bergerak ke utara dengan kecepatan

sekitar 6-8 cm/tahun menunjam dibawah Lempeng Asia, dan Lempeng Pasifik

yang relatif bergerak ke barat menunjam ke bawah lempeng Asia. Keberadaan

fenomena geologi tersebut seyogyanya dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin

sebagai sumber daya untuk pengembangan ilmu pengetahuan maupun

mendukung pengembangan objek wisata alam beraspek geologi yang lebih

dikenal sebagai geowisata.

Foto 7 : Fenomena geologi yang unik, langka dan bernilai ilmiah tinggi di Pegunungan Jayawijaya memperlihatkan singkapan batuan tua, hamparan gletser tropis, dan danau-danau di lembah yang terbentuk akibat patahan

4

Page 5: Konservasi Geologi Dan Geowisata

Dalam upaya mendukung pelestarian alam, lingkungan hidup, mitigasi

bencana dan konservasi sumber daya alam nir-hayati, Badan Geologi

mempunyai tugas menyediakan berbagai bentuk informasi geologi untuk

kepentingan sektor pembangunan terkait. Selain sektor pertambangan, energi

dan pekerjaan umum, salah satu sektor yang memerlukan informasi geologi

adalah sektor adalah pariwisata, khususnya untuk mendukung pengembangan

wisata alam. Seperti yang dilaporkan World Trade Organization (WTO, 1994),

Getz (1991) dan Lawson, & Bovy, 1997, bahwa sejak awal tahun 1990-an,

paradigma industri kepariwisataan dunia ditandai dengan pesatnya pertumbuhan

minat wisatawan kembali ke alam (back to nature, go green atau greenspeak).

Trend tersebut menunjukan mulai munculnya kesadaran, penghargaan dan

penghayatan wisatawan terhadap alam dan lingkungannya. Tumbuhnya minat

tersebut, membuka peluang terhadap pengembangan sumber daya geologi

kepariwisataan yang ada di daerah

INFORMASI GEOLOGI SEBAGAI BASIS DATA PENGEMBANGAN WISATA KEBUMIAN – GEOWISATA

Selama kurun waktu lebih dari 30 tahun, berbagai survei, penyelidikan dan

penelitian geologi telah dilakukan oleh unit-unit teknis di lingkungan Badan

Geologi dan telah menghasilkan aneka ragam informasi geologi yang sebagian

diantaranya dipublikasikan dalam berbagai bentuk, seperti jurnal, buletin, laporan

penelitian, peta-peta, dan lain sebagainya. Informasi geologi yang telah

terkumpul tersebut merupakan basis informasi dalam mengembangkan suatu

objek wisata alam menjadi objek geowisata.

Mengingat geologi merupakan ilmu yang relatif belum tersosialisasikan dengan

baik untuk masyarakat umum, maka dalam upaya memanfaatkan informasi

geologi untuk pengembangan geowisata perlu ada kesamaan persepsi

mengenai beberapa peristilahan (terminologi) yang mengandung

makna/pengertian khusus, diantaranya adalah :

5

Page 6: Konservasi Geologi Dan Geowisata

a) Geosite adalah situs geologi yang terbentuk secara alami dan

mengandung komponen keragaman geologi tertentu yang unik, langka

dan benilai keilmuan tinggi (Komoo, 2003).

b) Geotope adalah objek atau bagian tertentu yang terbentuk secara alami di

permukaan bumi yang memiliki ciri geologi dan geomorfologi bersifat luar

biasa (outstanding) sehingga perlu dilindungi dari pengaruh-pengaruh

kegiatan manusia (anthropogenic) yang dapat merusak keberadaannya

(Komoo, 2003).

c) Geoheritage adalah warisan geologi yang terbentuk secara alami dan

memiliki nilai tinggi karena merepresentasikan rekaman proses geologi

yang saling berhubungan sehingga secara keilmuan merupakan bagian

penting dari sejarah dinamika bumi (Komoo, 2003).

d) Geopark merupakan konsep pengembangan kawasan yang dipromosikan

UNESCO dimana beberapa sumber daya geoheritage yang terletak

berdekatan di wilayah terbangun dikelola dengan cara mengintegrasikan

prinsip-prinsip konservasi dan rencana tata ruang eksisting dari

pemerintah (Komoo, 1993).

e) Konservasi Geologi adalah suatu upaya untuk mengelola, menjaga,

melindungi, dan melestarikan keberadaan beberapa kawasan di wilayah

Indonesia yang mempunyai keunikan, kelangkaan dan keajaiban

fenomena alam yang bernilai tinggi ditinjau dari aspek geologi.

f) Kawasan Lindung Geologi atau Cagar Alam Geologi adalah suatu

kawasan yang memiliki karakteristik geologi yang khas, unik dan langka

sehingga ditetapkan sebagai kawasan yang dicagar dan dilindungi agar

keberadaan fenomena alam geologi tersebut dapat dilestarikan serta

dimanfaatkan secara berkesinambungan dan berwawasan lingkungan.

g) Geowisata adalah suatu kegiatan wisata alam yang diselenggarakan

secara bertanggung jawab di suatu kawasan yang dilindungi dengan

memanfaatkan informasi geologi beraspek geodiversity untuk

menjelaskan proses pembentukan suatu keindahan, keunikan dan

kelangkaan objek wisata alam. Agar dapat dipahami oleh masyarakat

6

Page 7: Konservasi Geologi Dan Geowisata

umum, maka informasi geologi tersebut hendaknya dapat dikemas secara

sederhana dalam bahasa populer.

h) Ekowisata adalah suatu kegiatan wisata alam dan budaya berbasis

komunitas lokal (community based tourism) yang diselenggarakan secara

bertanggungjawab di suatu kawasan yang dilindungi dengan

memanfaatkan aspek biodiversity, geodiversity dan cultural diversity.

Ekowisata memperlihatkan suatu interaksi harmonis dalam pemanfaatan

potensi alam dan lingkungan secara terbatas dan berkesinambungan

sehingga memberikan kesejahteraan bagi masyarakat disekitar kawasan.

GEOWISATA

Sebagai suatu bentuk kegiatan, di dalam geowisata sendiri dikenal pula

beberapa peristilahan khusus seperti volkanowisata (wisata gunungapi),

speleowisata (wisata penelusuran gua), wisata arung sungai/jeram (white-water

rafting), dan lain sebagainya. Peristilahan tersebut sesungguhnya memiliki

persamaan dalam penggunaan daya tarik keindahan, kelangkaan dan keunikan

fenomena alam sebagai muatan utama berwisata. Perbedaannya adalah dalam

penonjolan ciri khas dalam karakter alami masing-masing kegiatan wisata. Oleh

karena pengembangan geowisata di Indonesia masih berada pada tahapan awal

pencarian bentuk, maka sampai saat ini belum ada referensi yang

menstandarisasi bagaimana kegiatan geowisata harus lilakukan. Informasi

geologi sebagai muatan utama geowisata belum muncul ataupun belum

dimanfaatkan secara optimal untuk menambah bobot penyelenggaraannya.

Namun demikian, berdasarkan hasil analisis data dan informasi objek geowisata

di Indonesia dan pengalaman dalam menginterpretasi suatu objek wisata alam

kebumian, berikut ini adalah kriteria yang diusulkan untuk dapat digunakan

sebagai acuan dasar klasifikasi objek-objek geowisata (Kusumahbrata, 1998):

7

Page 8: Konservasi Geologi Dan Geowisata

a. KeindahanObjek wisata alam harus bersifat indah dipandang, nyaman, mampu memberikan suasana tenang, tenteram, sehingga dapat memanjakan panca indera.

b. KeunikanSecara geologis objek wisata alam mempunyai sejarah proses pembentukan yang khas sehingga bersifat unik.

c. KelangkaanObjek jarang dijumpai di tempat lain

d. TantanganObjek wisata alam memiliki variasi bentang alam tertentu dengan berbagai tingkat kesulitan rintangan penjelajahan.

Objek wisata alam yang memiliki kriteria tersebut di atas dapat diklasifikasikan

sebagai objek geowisata unggulan yang memiliki potensi besar untuk

dikembangkan. Selanjutnya, jika hasil inventarisasi geologis telah menunjukan

keberadaan suatu objek geowisata unggulan, maka objek atau fenomena

geologi tersebut harus secepatnya dilindungi atau dilestarikan (dikonservasi)

dengan mengedepankan pemanfaatannya secara berkesinambungan.

PROSPEK PENGEMBANGAN GEOWISATA DI INDONESIA

Sebagai hasil proses dinamika bumi, tataan geologi Indonesia yang merupakan

busur kepulauan tersebut memiliki bentang alam yang indah dengan berbagai

jenis batuan yang muncul akibat evolusi kerak bumi sehingga menghasilkan :

a. Kawasan yang memiliki bentang alam indah, unik, langka dan berfungsi

sebagai penyeimbang lingkungan

b. Kawasan yang disusun oleh berbagai jenis batuan langka, unik dan khas.

c. Kawasan yang memiliki jenis fosil langka, unik dan khas.

d. Kawasan Kars Kelas 1 yang memiliki jaringan gua dengan berbagai

ornamen kalsit yang indah, unik , langka dan aliran sungai bawah tanah.

PERMASALAHAN

Adalah suatu kenyataan bahwa sampai saat ini banyak fenomena alam

spektakuler yang secara geologis bernilai tinggi karena keindahan, keunikan dan

8

Page 9: Konservasi Geologi Dan Geowisata

kelangkaannya berada dalam keadaan terancam akibat belum optimalnya

arahan pemanfaatan ruang. Sehingga, apabila dibiarkan begitu saja tanpa ada

upaya untuk melindunginya, maka fenomena alam tersebut akan mengalami

kerusakan atau mungkin hancur tanpa bekas. Dampak kerusakan tersebut akan

bersifat permanen karena tidak akan pernah tergantikan lagi dalam skala waktu

kehidupan manusia. Akibatnya, selain tidak dapat dimanfaatkan secara

berkesinambungan untuk mendukung pembangunan, generasi yang akan

datang tidak akan pernah memiliki kesempatan untuk menikmati fenomena alam

spektakuler tersebut. Dengan mempertimbangkan kemungkinan rusak, hancur

ataupun hilangnya suatu fenomena alam geologi yang spektakuler, indah, unik,

langka dan bernilai tinggi, maka diperlukan suatu upaya konservasi untuk

melindungi dan melestarikan keberadaan beberapa kawasan di Indonesia yang

memiliki tatanan geologi seperti tersebut diatas dalam bentuk kawasan Cagar

Alam Geologi atau Kawasan Lindung Geologi.

Bennet & Doyle (1996) telah mengemukaakan pentingnya konservasi

geodiversity karena beberapa alasan, antara lain:

a) Kenyamanan dan kesejahteraan kehidupan manusia sangat terkait erat dengan sumber daya yang dimiliki bumi.

b) Kita membutuhkan sumber daya alam yang dapat bertindak sebagai laboratorium ristek untuk mencerdaskan generasi mendatang

c) Dibutuhkan situs-situs alam yang bernilai keilmuan tinggi untuk referensi nasional dan internasional.

d) Batuan menentukan karakter dan bahkan mengontrol perkembangan bentang alam dan habitat di kawasan tersebut.

e) Informasi geologi sangat berpengaruh terhadap tata ruang dan tata guna lahan, eksploitasi mineral ekonomi, dan lokasi serta karakter arsitektur kawasan perkotaan.

Dengan diterbitkannya UU No. 26 Tahun 2007 tentang Tata Ruang

Nasional, dimana aspek Konservasi Sumber Daya Geodiversity wajib

diperhatikan dalam perencanaan tata ruang, disusul dengan diluncurkannya

Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah

Nasional (RTRWN) yang menegaskan kedudukan Kawasan Lindung Nasional

dalam perencanaan tata ruang (Bagian Kedua, Paragraf 1 dan 2, Pasal 51-62)

maka Geowisata dan Ekowisata di Indonesia akan memasuki era baru yang

9

Page 10: Konservasi Geologi Dan Geowisata

menjanjikan karena mendapat perlindungan payung hukum yang kuat sebagai

landasan pengembangannya di masa datang.

PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI GEOLOGI

Apabila suatu kawasan telah ditetapkan sebagai kawasan konservasi geologi,

maka statusnya dapat ditingkatkan dengan suatu peraturan menjadi Kawasan

Cagar Alam Geologi yang akan dikelola secara bersama-sama oleh lembaga

tertentu dengan maksud dan tujuan sebagai berikut :

a. Melindungi keanekaragaman nirhayati, seperti jenis, wujud, keunikan dan

asal usul proses pembentukannya bagi kepentingan ilmu pengetahuan,

ekosistem, pariwisata, dan sosial ekonomi.

b. Mengidentifikasi dan memahami kemungkinan terjadinya kerusakan di

kawasan konservasi akibat proses pembangunan dan menentukan

tindakan antisipatif untuk mengurangi dampak kerusakan yang telah

terjadi.

c. Memanfaatkan kawasan tersebut sebagai sarana penelitian, pendidikan

dan pelatihan, serta laboratorium kajian permasalahan lingkungan yang

lebih luas untuk pembangunan berkelanjutan.

d. Memanfaatkan keberadaan kawasan konservasi geologi tersebut sebagai

keunggulan komparatif yang mempunyai nilai tambah untuk meningkatkan

kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat secara bijaksana dan

berkelanjutan dengan penerapan konsep pemberdayaan masyarakat.

PENUTUP

Guna mengantisipasi kemungkinan terjadinya kerusakan terhadap fenomena

alam geologi yang khas, indah, unik, langka dan bernilai tinggi perlu dilakukan

langkah tindak sebagai berikut :

1. Melakukan reinventarisasi dan kajian rinci terhadap sebaran kawasan

yang memiliki tatanan geologi yang khas dan bernilai tinggi melalui

10

Page 11: Konservasi Geologi Dan Geowisata

kerjasama dengan pihak-pihak terkait secara multidisiplin dan lintas

sektor.

2. Melakukan kajian rinci untuk mendelineasi batas kawasan konservasi

geologi secara akurat sehingga dapat memunculkan kawasan inti yang

secara teknis benar-benar mewakili. Upaya ini diharapkan dapat

meminimalkan luas kawasan konservasi tanpa mengurangi makna serta

kepentingannya bagi ilmu pengetahuan, pendidikan dan pembangunan

ekonomi masyarakat, serta mengurangi kemungkinan terjadinya benturan

dari berbagai kepentingan.

REFERENSI

Bennet, M.R., & Doyle, P., 1996. In Bennet, M.R., Doyle, P., Larwood, J.G., & Prosser, C.D. (eds), Geology On Your Doorstep, Geological Society, London, p. 3-10.

Getz, D., 1991. Festival, Special Event and Tourism, USA, Van Nostrand Reinhold, 2nd Ed., 204 hal.

Goodal, B., & Asworth, G., 1998. Marking in the Tourism Industry: The Promotion of Destination Regions, London & New York, Routledge, 275 hal.

Kusumahbrata, Y., 1998. Potensi Pengembangan Geowisata, Proceeding Lokakarya Geowisata II, Puslitbang Geologi, Bandung, 112 hal.

Komoo, Ibrahim., 1993. Conservation Geology: Protecting Hidden Treasures of Malaysia, ASM Inaugural Lectures, LESTARI, University Kebangsaan Malaysia, 51 hal.

Lawson, F., and Bovy, B., 1997. Tourism and Recreation Development, CBI Publ. Co., Boston, 207 hal.

WTO, 1994. Global Tourism Forecast to the Year 2000 and Beyond: East Asia and Pacific, Vol. 4, Madrid.

11