Konsep Termoregulasi Pada Lansia

download Konsep Termoregulasi Pada Lansia

of 2

Transcript of Konsep Termoregulasi Pada Lansia

  • 8/10/2019 Konsep Termoregulasi Pada Lansia

    1/2

    Konsep Termoregulasi Pada Lansia

    Dharmastuti Ajeng Hapsari Kusuma Putri, 1006672314

    Judul :Nursing for Wellness in Older Adult

    Pengarang : Carol. A. Miller

    Tahun : 2012

    Termoregulasi memegang peranan penting dalam kehidupan. Fungsi utama termoregulasi adalah

    untuk menjaga kestabilan suhu inti tubuh. pada lansia, sistem termoregulasi mengalami gangguan. Hal ini

    disebabkan karena perubahan terkait dengan usia dan beberapa faktor risiko yang ada. Dalam termoregulasi,

    istilah hipertermia dan hipotermia merupakan istilah yang umum dalam menggambarkan status

    termoregulasi seseorang. Hipertemia merupakan kondisi meningkatnya suhu tubuh seseorang dari batas

    normal suhu tubuh, sedangkan hipotermia merupakan kondisi suhu 25oC atau kurang dari suhu tersebut.

    Dalam merespon suhu yang panas mapun dingin, secara fisiologis tubuh mengatur dengan sedemikian rupa.

    Pada suhu dingin, tubuh menginisiasi mekanisme fisiologis untuk menghilangkan panas tubuh dan

    meningkatkan suhu tubuh. Mekanisme fisiologis tersebut meliputi menggigil, kontraksi otot, peningkatan

    denyut jantung, vasokonstriksi peripheral, dilatasi pembuluh darah di otot dan pelepasan hormon tiroksindan kortikosteroid oleh kelenjar pituitary. Namun, perubahan terkait usia yang dialami oleh lansia

    menggangu mekanisme fisiologis yang seharusnya terjadi. Perubahan tersebut antara lain penurunan curah

    jantung, penurunan masa otot, gangguan sirkulasi perifer, penurunan jaringan subkutan, dan gangguan

    mekanisme menggigil.

    Pada suhu panas, tubuh mengeluarkan keringat untuk evaporasi dan dilatasi pembuluh darah perifer

    untuk memfasilitasi radiasi. Dewasa memiliki kemampuan untuk aklimatisasi yaitu peningkatan secara

    bertahap efisiensi metabolik untuk beradaptasi pada suhu yang lebih tinggi. Namun pada lansia, kemampuan

    untuk aklimatisasi terganggu disebabkan karena perubahan yang terkait usia yang berdampak pada fungsi

    berkeringat dan fungsi kardiovaskuler. Perubahan terkait usia yang terjadi pada kardiovaskular menghambat

    kemampuan untuk aklimatisasi yang disebabkan karena curah jantung harus cukup untuk memproduksivasodilatasi perifer untuk disipasi panas.

    Seseorang dapat dikatakan mengalami demam jika terdapat peningkatan suhu tubuh secara persisten

    1,1 C diatas nilai basal, suhu oral 37,2 C atau lebih dan berulang pada pemeriksaan-pemeriksaan

    selanjutnya, dan suhu rektal sebesar 37,5 C. Faktor yang mempengaruhi suhu tubuh sesorang meliputi

    penurunan produksi panas (inaktivitas, malnutrisi), peningkatan kehilangan panas (vasodilatasi), dan

    gangguan proses normal termoregulasi yang menyebabkan seseorang mengalami hipotermi. Sedangkan

    risiko yang meningkatkan terjadinya hipertermia meliputi gangguan fisiologis yang menyebabkan

    peningkatan produksi panas internal tubuh (hipertiroid dan KAD), gangguan dalam merespon heat stress

    (gangguan kardiovaskular dan keseimbangan cairan), medikasi dan konsumsi alkohol. Selain mekanisme

    fisiologis, terdapat faktor lain yang mempengaruhi suhu tubuh seseorang meliputi pengaruh lingkungan danekonomi, kurang pengetahuan, gangguan respon terhadap panas dan gangguan respon terhadap dingin,

    proses penyakit, gangguan persepsi terhadap suhu lingkungan.

    Pengkajian yang perlu dilakukan untuk megkaji termoregulasi lansia meliputi pengkajian suhu basal.

    Lansia yang tinggal di nursing home sebaiknya melakukan pengukuran suhu tubuh di waktu yang berbeda

    saat lansia berada dalam kondisi sehat. Hal ini ditujukan untuk mengetahui suhu basal tubuh. lansia pada

    umumnya memiliki suhu tubuh yang rendah dan memiliki gangguan respon febris terhadap infeksi. Selain

    mengkaji suhu basal, perawat juga mengkaji faktor risiko yang mengganggu termoregulasi. Hal ini

    dikarenakan banyak faktor yang mempengaruhi suhu tubuh sesorang, contohnya adalah medikasi yang

    digunakan ataupun kondisi lingkungan lansia itu sendiri.

    Hipotermia paling baik dideteksi dengan mengukur suhu inti tubuh dengan thermometer yang berada

    dibawah 35 C . Tanda awal yang dapat terlihat dari apsien yang mengalami hipotermia antara lain

    perbandingan suhu tubuh saat ini dengan suhu tubuh basal.Dalam kondisi yang lebih lanjut, klien dapat

  • 8/10/2019 Konsep Termoregulasi Pada Lansia

    2/2

    mengalami letargi, gangguan bicara, perubahan mental, denyut yang lambat atau irregular, penuruna tekanan

    darah. Pada kondisi suhu tubuh dibawah 32,2 C, klien mungkin tidak akan menggigil.

    Manifestasi dari penyakit yang disebabkan oleh panas dapat berupa sakit kepala ringan sampai

    gangguan kardiovaskular dan respirasi yang mengancam jiwa. Di tahap pertama, klien dapat merasa lemah,

    letargis, mengeluh sakit kepala, mual, kehilangan selera makan, kulitnya kering dan hangat. Klien dengan

    hipertermia yang tidak mengkonsumsi cairan atau status cairan rendah tidak mengeluarkan keringat. Jika

    kondisi ini terus berlanjut, klien akan menunjukkan rasa pusing, dyspnea, takikardu, muntah, diare, kram

    otot, nyeri dada, gangguan mental dan tekanan nadi yang besar. Selain itu, perawat juga harus mengkajiterhadap manifestasi penyakit terhadap sistem termoregulasi.

    Diagnosa keperawatan yang mungkin pada kasus terkait termoregulasi meliputi kesiapan

    peningkatan pengetahuan : pencegahan hipotermia atau hipertermia, risiko hipotermia, risiko hipertermia,

    risiko gangguan keseimbangan suhu tubuh.

    Setelah penentuan diagnosa, rencana keperawatan yang dapat dilakukan terkait termoregulasi antara

    lain promosi kesehatan terkait perilaku, keamanan personal: pengetahuan, pengontrolan risiko, dan

    pengaturan lingkungan rumah yang aman.