KONSEP TAHAPAN PENDIDIKAN ISLAM PERSPEKSTIF HADIS …journal.unisla.ac.id/pdf/13612012/3. Abu Azam,...

15
25 AKADEMIKA, Volume 6, Nomor 1, Juni 2012 KONSEP TAHAPAN PENDIDIKAN ISLAM PERSPEKTIF HADIS TARBAWI Abu Azam Al Hadi 1 Abstract: Children are individuals who have the figure of a limited mind and experience a bit. They live with the mind and the real nature, they can find out with one of the five senses, they have not been able to think of meaningful questions, the abstract questions and general laws. Children were very sensitive to the feelings of a smooth and easy affected. With regard to religious education to be delivered and implanted into the soul of the child, parents should be able to consider the condition in educating children, according to the growth and development. Parents as well as educators should be able to think and pay attention to the stages in providing Islamic education to the children. Stages of Islamic education are inculcated in children in the family environment include the attention, accuracy, and skill. This can only be owned by the child when the parent training, the precision used in children's lives, so they have a sense of responsibility in the sense of awareness in youth so much to give positive meaning to his life. Each child will develop a sense of responsibility in line with the development with children social emotions. The bigger they are, the greater the sense of responsibility both to themselves, to others and the natural surroundings. Stimuli are necessary, especially the provision exercises, habituation, guidance from the parents. Growth and developmental stages in children seen the effort and toil of children to do everything right, be true, according to the demands of parents or family. Keywords: Stages, Concepts, Islamic Education and Tarbawi Hadith Pendahuluan Pendidikan dalam Islam merupakan sebuah rangkaian proses pemberdayaan manusia menuju taklif /kedewasaan, baik secara akal, mental maupun moral, untuk menjalankan fungsi kemanusiaan yang diemban-sebagai seorang hamba di hadapan Khaliq-nya dan sebagai “pemelihara/khalifah” di dunia ini. 2 Dengan demikian, fungsi utama pendidikan adalah mempersiapakn peserta didik atau generasi penerus dengan kemampuan dan keahlian/skill yang diperlukan agar memiliki kemampuan dan kesiapan untuk terjun ke tengah masyarakat dan lingkungan, sebagai tujuan akhir dari pendidikan. Tujuan akhir pendidikan dalam Islam, sebagai proses pembentukan diri peserta didik agar sesuai dengan fitrah keberadaannya. Hal ini meniscayakan adanya kebebasan gerak bagi setiap elemen dalam dunia pendidikan terutama peserta didik untuk mengembangkan diri dan potensi yang dimilikinya secara maksimal. Pada masa kejayaan Islam, pendidikan telah mampu menjalankan perannya sebagai wadah pemberdayaan peserta didik, namun seiring dengan kemunduran dunia Islam, dunia pendidikan Islam pun turut mengalami kemunduran. Bahkan dalam paradigma pun terjadi pergeseran dari paradigma aktif-progresif menjadi pasid-defensif. Akibatnya, pendidikan Islam mengalami proses ‘isolasi diri’ dan termarginalkan dari lingkungan di mana ia berada. 3 Dalam lintasan sejarah peradaban Islam, peran pendidikan ini benar-benar bisa dilaksanakan pada masa-masa kejayaan Islam. Hal ini dapat kita saksikan, di mana pendidikan benar-benar mampu membentuk peradaban sehingga peradaban Islam menjadi peradaban terdepan sekaligus peradaban yang mewarnai sepanjang jazirah Arab, Asia Barat 1 Dosen Fakultas Syari’ah IAIN Sunan Ampel Surabaya 2 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1994), 46. 3 Muhmmad al-Nauquib al-Attas, Konsep Pendidikan dalam Islam, Suatu Rangka Pikir Pembinaan Filsafat Pendidikan Islam (Bandung: Mizan, 1984), 34.

Transcript of KONSEP TAHAPAN PENDIDIKAN ISLAM PERSPEKSTIF HADIS …journal.unisla.ac.id/pdf/13612012/3. Abu Azam,...

Page 1: KONSEP TAHAPAN PENDIDIKAN ISLAM PERSPEKSTIF HADIS …journal.unisla.ac.id/pdf/13612012/3. Abu Azam, Pend. Islam+Hadis (juni...Keywords: Stages, Concepts, Islamic Education and Tarbawi

25

AKADEMIKA, Volume 6, Nomor 1, Juni 2012

KONSEP TAHAPAN PENDIDIKAN ISLAM PERSPEKTIF HADIS TARBAWI Abu Azam Al Hadi1

Abstract: Children are individuals who have the figure of a limited mind and experience a bit. They live with the mind and the real nature, they can find out with one of the five senses, they have not been able to think of meaningful questions, the abstract questions and general laws. Children were very sensitive to the feelings of a smooth and easy affected. With regard to religious education to be delivered and implanted into the soul of the child, parents should be able to consider the condition in educating children, according to the growth and development. Parents as well as educators should be able to think and pay attention to the stages in providing Islamic education to the children. Stages of Islamic education are inculcated in children in the family environment include the attention, accuracy, and skill. This can only be owned by the child when the parent training, the precision used in children's lives, so they have a sense of responsibility in the sense of awareness in youth so much to give positive meaning to his life. Each child will develop a sense of responsibility in line with the development with children social emotions. The bigger they are, the greater the sense of responsibility both to themselves, to others and the natural surroundings. Stimuli are necessary, especially the provision exercises, habituation, guidance from the parents. Growth and developmental stages in children seen the effort and toil of children to do everything right, be true, according to the demands of parents or family. Keywords: Stages, Concepts, Islamic Education and Tarbawi Hadith

Pendahuluan

Pendidikan dalam Islam merupakan sebuah rangkaian proses pemberdayaan manusia menuju taklif /kedewasaan, baik secara akal, mental maupun moral, untuk menjalankan fungsi kemanusiaan yang diemban-sebagai seorang hamba di hadapan Khaliq-nya dan sebagai “pemelihara/khalifah” di dunia ini.2 Dengan demikian, fungsi utama pendidikan adalah mempersiapakn peserta didik atau generasi penerus dengan kemampuan dan keahlian/skill yang diperlukan agar memiliki kemampuan dan kesiapan untuk terjun ke tengah masyarakat dan lingkungan, sebagai tujuan akhir dari pendidikan. Tujuan akhir pendidikan dalam Islam, sebagai proses pembentukan diri peserta didik agar sesuai dengan fitrah keberadaannya.

Hal ini meniscayakan adanya kebebasan gerak bagi setiap elemen dalam dunia pendidikan terutama peserta didik untuk mengembangkan diri dan potensi yang dimilikinya secara maksimal. Pada masa kejayaan Islam, pendidikan telah mampu menjalankan perannya sebagai wadah pemberdayaan peserta didik, namun seiring dengan kemunduran dunia Islam, dunia pendidikan Islam pun turut mengalami kemunduran. Bahkan dalam paradigma pun terjadi pergeseran dari paradigma aktif-progresif menjadi pasid-defensif. Akibatnya, pendidikan Islam mengalami proses ‘isolasi diri’ dan termarginalkan dari lingkungan di mana ia berada.3

Dalam lintasan sejarah peradaban Islam, peran pendidikan ini benar-benar bisa dilaksanakan pada masa-masa kejayaan Islam. Hal ini dapat kita saksikan, di mana pendidikan benar-benar mampu membentuk peradaban sehingga peradaban Islam menjadi peradaban terdepan sekaligus peradaban yang mewarnai sepanjang jazirah Arab, Asia Barat

1Dosen Fakultas Syari’ah IAIN Sunan Ampel Surabaya 2Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1994), 46. 3Muhmmad al-Nauquib al-Attas, Konsep Pendidikan dalam Islam, Suatu Rangka Pikir Pembinaan Filsafat Pendidikan Islam (Bandung: Mizan, 1984), 34.

Page 2: KONSEP TAHAPAN PENDIDIKAN ISLAM PERSPEKSTIF HADIS …journal.unisla.ac.id/pdf/13612012/3. Abu Azam, Pend. Islam+Hadis (juni...Keywords: Stages, Concepts, Islamic Education and Tarbawi

26

AKADEMIKA, Volume 6, Nomor 1, Juni 2012

hingga Eropa Timur. Untuk itu, adanya sebuah pendidikan yang memberdayakan peserta didik merupakan sebuah keniscayaan. Kemajuan peradaban dan kebudayaan Islam pada masa kejayaan sepanjang abad pertengahan, di mana peradaban dan kebudayaan Islam berhasil menguasai jazirah Arab, Asia Barat dan Eropa Timur, tidak dapat dilepaskan dari adanya sistem dan pendidikan yang dilaksanakan-pada-masa-tersebut.4

Unggulnya peradaban dan pemikiran Islam pada masa jayanya, juga merupakan sebuah keterbukaan Islam untuk menerima berbagai peradaban lain yang ada di luar Islam dan kemudian menyelaraskan diri dengan ajaran Islam. Kemajuan Pemikiran Islam telah diwarnai oleh dinamika pemikiran yang tumbuh berkembang menyertai kehadiran Islam. Pemikiran Islam sangat plural dengan disiplin keilmuan yang beragam. Semua mendapat tempat yang mulia dan strategis dalam Islam yang memperkaya khazanah keislaman.

Hal ini dapat dibuktikan ketika mulai pemerintahan Bani Abasiyah sudah ada kecenderungan dan tertarik pada kebudayaan dan filsafat Yunani ini. Perhatian pada filsafat meningkat di zaman Khalifah al Makmun (813-833M), utusan dikirim ke kerajaan Bizantium untuk mencari manuskrip yang kemudian dibawa ke Bagdad untuk diterjemahkan ke dalam bahasa Arab, bahkan beliau mendirikan Bait al-Hikmah sebagai perpustakaan dan institute penerjemahan. Proses pendidikan yang berakar dari kebudayaan yang menerima berbagai peradaban lain yang ada di luar Islam dan kemudian menyelaraskan diri dengan ajaran Islam , berbeda dengan praksis pendidikan yang terjadi dewasa ini yang cenderung mengalienasikan proses pendidikan dari kebudayaan. Kita memerlukan suatu perubahan pendidikan, untuk menghadapi proses globalisasi dan menata kembali kehidupan masyarakat Indonesia.

Pengertian Pendidikan Islam

Sebelum penulis mengemukakan tentang pengertian Pendidikan Agama Islam, terlebih dahulu didefinisikan kata pendidikan. Pendidikan dalam bahasa Inggris disebut dengan “education” yang berarti pengembangan atau bimbingan, sedangkan dalam bahasa Arab sering diterjemahkan dengan “tarbiyah”. Kata tarbiyah lebih luas konotasinya, yaitu mengandung arti “memelihara, membesarkan dan mendidik, sekaligus mengandung makna mengajar (had}anah)”.5 Ramayulis mendefinisikan pendidikan sebagai “bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja terhadap anak didik oleh orang dewasa agar menjadi dewasa”.6 Sedangkan Menurut Ahmad D. Marimba Pendidikan adalah “Bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh sipendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani siterdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama”.7

Dengan demikian pendidikan berarti interaksi dalam diri individu dengan masyarakat sekitarnya baik dilihat dari segi kecerdasan atau kemampuan, minat maupun pengalaman. Mendidik adalah usaha atau tindakan yang dilakukan secara sadar dengan bantuan alat pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan, sehingga terbentuk manusia yang bertanggung jawab. Berdasarkan definisi-definisi tentang pendidikan yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah proses yang terdiri dari usaha yang dilakukan oleh orang dewasa terhadap siterdidik, baik berupa bimbingan, pengarahan, pembinaan, ataupun latihan.

Tujuan yang inggin dicapai adalah membawa siterdidik kearah terbentuknya kepribadian yang utama, baik jasmani maupun rohani bagi perjalanan hidupnya di masa yang akan datang. Pendidikan Islam para ahli mendefinisikannya sebagai berikut: Menurut Ahmad D. Marimba “pendidikan Islam adalah bimbingan jasmani dan rohani yang

4M. Khoirul Anam, From: http://www. pendidikan.net/mk-anam.html,akses: 19/5/2011. 5 Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta : PT. Logos, 2001), 5. 6Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta : Kalam Mulia, 1994), 1. 7Ahamad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam (Bandung : PT. Al-Ma’arif.1986), 19.

Page 3: KONSEP TAHAPAN PENDIDIKAN ISLAM PERSPEKSTIF HADIS …journal.unisla.ac.id/pdf/13612012/3. Abu Azam, Pend. Islam+Hadis (juni...Keywords: Stages, Concepts, Islamic Education and Tarbawi

27

AKADEMIKA, Volume 6, Nomor 1, Juni 2012

berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam”.8 Menurut Zakiyah Darajat, bahwa “pendidikan agama Islam adalah usaha terhadap anak didik agar kelak dapat memahami dan mengamalkan ajaran agama Islam serta menjadikannya sebagai pandangan hidup”.9 Menurut Zuhairini menyatakan, bahwa “Pendidikan Islam adalah usaha yang diarahkan kepada pembentukan kepribadian anak yang sesuai dengan ajaran Islam”.10

Dari pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan agama Islam adalah bimbingan dan asuhan terhadap anak agar nantinya setelah selesai dari pendidikan ia dapat memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam yang telah diyakini secara menyeluruh, serta menjadikan ajaran agama Islam itu sebagai suatu pandangan hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia dan akhirat.

Dasar Pendidikan Islam

Setiap kegiatan untuk mencapai suatu tujuan harus mempunyai landasan atau dasar tempat berpijak yang baik dan kuat. Oleh karena itu pendidikan agama Islam sebagai sebuah kejayaan juga harus mempunyai landasan atau dasar yang sejalan dengan ajaran al-Qur’an dan Hadis. Untuk lebih jelasnya mengenai dasar-dasar pendidikan Islam, penulis akan menguraikan sebagai berikut: a. Al-Qur’an

Kedudukan Al-Qur’an sebagai sumber pokok pendidikan Islam dapat dipahami dari ayat Al-Qur’an itu sendiri, Firman Allah :

11

“Dan Kami tidak menurunkan kepadamu Al-Kitab (Al Quran) ini, melainkan agar kamu dapat menjelaskan kepada mereka apa yang mereka perselisihkan itu dan menjadi petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman”.

Ajaran yang terkandung dalam al-Qur’an itu terdiri dari dua prinsip besar yaitu yang

berhubungan masalah keimanan yang disebut ‘aqi>dah, dan yang berhubungan dengan amal yang disebut shari>‘ah. Ajaran-ajaran yang berkaitan dengan iman tidak banyak dibicarakan dalam al-Qur’an, tidak sebanyak ajaran yang berkenaan dengan amal perbuatan. Ini menunjukkan bahwa amal perbuatan manusia dalam hubungan dengan Allah, dengan dirinya sendiri, dengan manusia sesamanya (masyarakat), dengan alam dan lingkungan, dengan makhluk lainnya, termasuk dalam ruang lingkup amal saleh.

Pendidikan karena termasuk ke dalam usaha atau tindakan untuk membentuk manusia, termasuk ke dalam ruang lingkup mu’amalah. Pendidikan sangat penting karena ia ikut menentukan corak dan bentuk amal dan kehidupan manusia, baik pribadi maupun masyarakat.12 Di dalam al-Qur’an terdapat banyak ajaran yang berisi prinsip-prinsip berkenaan dengan kegiatan atau usaha pendidikan. Sebagai contoh dapat direnungkan kisah Luqman mengajari anaknya. Sebagaimana firman Allah:

13

8 Ibid., 23. 9Zakiyah Darajat, Ilmu Pendidikian Islam (Jakarta : Bumi Askara, 1996), 86. 10Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Askara, 1995), 152. 11Al-Qur’an:16 (al-Nahl): 64. 12 Zakiyah Darajat, Ilmu Pendidikian Islam ,20. 13Al-Qur’an: 31 (Luqman): 13.

Page 4: KONSEP TAHAPAN PENDIDIKAN ISLAM PERSPEKSTIF HADIS …journal.unisla.ac.id/pdf/13612012/3. Abu Azam, Pend. Islam+Hadis (juni...Keywords: Stages, Concepts, Islamic Education and Tarbawi

28

AKADEMIKA, Volume 6, Nomor 1, Juni 2012

Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".

Cerita di atas menggariskan prinsip materi pendidikan yang terdiri dari dari masalah

iman, akhlak, iabadah, sosial dan ilmu pengetahuan. Ayat lain menceritakan tujuan hidup dan tentang nilai sesuatu kegiatan dan amal saleh. Itu berarti bahwa kegiatan pendidikan harus mendukung tujuan hidup tersebut. Oleh karena itu pendidikan Islam harus kembali pada al-Qur’an sebagai sumber utama dalam merumuskan berbagai teori tentang pendidikan Islam. Dengan kata lain, pendidikan Islam harus berdasarkan ayat-ayat al-Qur’an yang penafsirannya dapat dilakukan berdasarkan ijtihad yang disesuaikan dengan perubahan dan pembaharuan.

Di samping itu firman Allah di atas bahwa materi pelajaran Luqman yang diberikan kepada putranya, maka dapatlah dipahami sebagai berikut: 1. Pendidikan ketauhidan , artinya anak-anak harus dibimbing agar bertuhan kepada

Tuhan Yang Maha Esa, dan hal ini mencakup: (a) mensyukuri nikmat, (b) meyakini adanya suatu pembalasan , dan (c) melarang keras syirik. Materi ini merupakan asas utama dalam pendidikan, mendasari pendidikan segi-segi yang lain;

2. Pendidikan akhlak, maksudnya anak-anak itu harus memiliki akhlak terpuji. Dan ini yang mendasari akhlak mereka pada gurunya;

3. Pendidikan salat, artinya anak-anak harus mengerjakan salat sebagai salah satu tanda utama akan kepatuhan kepada Allah, dan salat itu kelak akan menjadi dasar bagi amal-amal saleh lainnya, bila salatnya baik, maka amal-amalnya yang lain akan dengan sendirinya baik;

4. Pendidikan amar ma‘ru>f nahi munkar, artinya anak-anak harus bersifat konstruktif bagi perbaikan kehidupan masyarakat;

5. Pendidikan ketabahan dan kesabaran, aertinya anak-anak itu harus ulet dan sabar, dan keduanya ini merupakan sifat yang tidak dapat dipisahkan. Mencapai hal-hal di atas harus disertai dengan keuletan dan kesabaran. Sebab didalam menggapai cita-cita tidaklah selalu dengan mudah, seringkali problem merintangi. Keuletan dan kesabaran itulah yang betul-betul sangat diperlukan.14

b. As-Sunnah

Dasar kedua pendidikan Islam adalah al-Sunnah yang mempunyai arti segala yang diriwayatkan dari Nabi Muhammad SAW berupa perkataan, perbuatan dan ketetapan yang berkaitan dengan hukum.15 Al-Sunnah berisi pedoman untuk kemaslahatan hidup manusia dalam segala aspeknya, untuk membina umat manusia seutuhnya dan muslim yang bertaqwa. Al-Sunnah merupakan landasan kedua dengan pembinaan pribadi manusia muslim.16 Nabi Muhammad SAW bersabda bahwa menuntut ilmu maka akan mengetahui adanya Dhat Allah dan sifatnya, akan mengetahui bagaimana cara ibadah, mengetahui haram dan halal, dengan ilmu akan mengetahui adanya tingkah laku hati (prilaku hati) seperti akhlaq terpuji (sabar,syukur, dermawan, budi pekerti, jujur, ikhlas), akhlaq tercela (dendam, dengki, takabur, riya, marah dan bermusuhan).

Seperti dalam Hadits Nabi : ماجه ابن رواه. م ل س م ل ك لى ع ة ض ي ر ف م ل لع ا ب ل ط

“Menuntut Ilmu wajib bagi setiap orang Islam”.17

14Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam (Bandung: .Remaja Rosdakarya, 1994), 90. 15Nasroen Haroen, Ushul Fiqh 1 (Jakarta : Logos Waca Ilmu, 2001), 38. 16Zakiyah Darajat, Ilmu Pendidikian Islam ,21. 17Syekh Jamaludin al-Qosimi, Mauidhatul Mu’minin, (T.KP : PT Daru Ihya Al-Kutub Al-Arabiyah), 7-8.

Page 5: KONSEP TAHAPAN PENDIDIKAN ISLAM PERSPEKSTIF HADIS …journal.unisla.ac.id/pdf/13612012/3. Abu Azam, Pend. Islam+Hadis (juni...Keywords: Stages, Concepts, Islamic Education and Tarbawi

29

AKADEMIKA, Volume 6, Nomor 1, Juni 2012

Sesunggunya umat manusia akan kekal karena akhlaq, maka apabila akhlaq mereka hilang maka bangsa akan musna, oleh karena itu yang menolong agama samawi adalah orang Islam. Umat-umat terdahulu selalu tertanamkan urusan yang paling besar adalah akhlaq, oleh karena itu Nabi bersabda :

ت ث ع ب قل خ ل ا م ار ك م م م ت ال

“Sesunggunya aku (Muhammad) di utus hanyalah untuk menyempurnakan akhlaq yang mulia”

Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa dasar pendidikan Islam adalah al-Qur’an

dan al-Sunnah yang memuat dua prinsip dasar yaitu aqidah dan syari’ah. Wilayah syariah mencakup aspek ibadah, muamalah, akhlak dan keilmuan lainnya, sedangkan aqidah mencakup keimanan dan keyakinan, keimanan dengan rukun Iman, Iman kepada Allah, Iman kepada Allah, Iman kepada Malaikat, Iman kepada Kitab-kitab Allah, Iman kepada Rasul, Iman kepada hari akhir, Iman kepada Qadha dan Qadar. Selain Al-Qur’an dan As-Sunnah, yang menjadi sumber pendidikan agama Islam adalah pemahaman para ulama dalam bentuk qiyas syar’i, ijma’ yang diakui, ijtihad dan tafsir yang benar dalam bentuk hasil pengetahuan kemanusiaan dan akhlak, dengan merujuk kepada kedua sumber asal al-Qur’an dan al-Sunnah) sebagai sumber utama.18 Tujuan Pendidikan Islam

Menurut Ibnu Khaldun bahwa pendidikan setiap aktifitas yang direncanakan, pasti mempunyai dasar dan tujuan. Begitu pula pendidikan Islam mempunyai dasar dan tujuan. Tujuan pendidikan itu biasanya dikaitkan dengan pandangan hidup yang diyakini kebenarannya oleh penyusun tujuan tersebut. Pandangan hidup ini berupa agama ataupun aliran filsafat tertentu. Pendidikan hanyalah suatu alat yang digunakan masyarakat, oleh karenanya tujuan pendidikan haruslah individu maupun sebagai masyarakat, Islam mempunyai dua tujuan, yaitu: 1. Tujuan keagamaan, maksudnya ialah beramal untuk akhirat sehingga ia menemui

Tuhannya telah memurnikan hak-hak Allah yang telah diwajibkan atasnya. 2. Tujuan ilmiah yang bersifat kedunian, yaitu apa yang diungkapkan oleh pendidikan

modern dengan tujuan kemanfaatan atau persiapan untuk hidup. Tujuan pendidikan Islam yang paling utama ialah beribadah kepada Allah dan kesempurnaan insani yang tujuannya kebahagiaan dunia akhirat.19

Para pakar pendidikan Islam telah sepakat bahwa tujuan dari pendidikan Islam dan pengajaran bukanlah memenuhi otak anak- didik dengan segala macam ilmu yang belum mereka ketahui, melainkan: a) mendidik akhlak dan jiwa mereka; b) menanamkan rasa keutamaan; c) membiasakan mereka dengan kesopanan yang tinggi d) mempersiapkan mereka untuk suatu kehidupan yang suci seluruhnya dengan penuh

keikhlasan dan kejujuran. Dengan demikian, tujuan pokok pendidikan Islam adalah mendidik budi pekerti dan

pembentukan jiwa. Semua ilmu pengetahuan haruslah mengandung pendidikan akhlak, setiap pendidik haruslah memikirkan akhlak keagamaan sebelum yang lainnya karena akhlak keagamaan adalah akhlak yang tertinggi, sedangkan akhlak yang mulia itu adalah tiang dari pendidikan Islam.

18Jamaludin dan Usman Said, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1996), 37. 19Ramayulius, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta : Kalam Mulia, 1994), 24.

Page 6: KONSEP TAHAPAN PENDIDIKAN ISLAM PERSPEKSTIF HADIS …journal.unisla.ac.id/pdf/13612012/3. Abu Azam, Pend. Islam+Hadis (juni...Keywords: Stages, Concepts, Islamic Education and Tarbawi

30

AKADEMIKA, Volume 6, Nomor 1, Juni 2012

Imam al-Ghazali berpendapat: “Sesungguhnya tujuan dari pendidikan ialah mendekatkan diri kepada Allah, bukan pangkat dan bermegah-megahan , dan hendaknya jangan orang yang mencari ilmu itu belajar untuk mencari pangkat, harta, menipu orang-orang bodoh ataupun bermegah-megahan dengan teman”. Jadi pendidikan itu tidak keluar dari pendidikan akhlak”. Dengan demikian, kita dapat simpulkan bahwa tujuan pokok dan utama dalam pendidikan Islam hanya dalam satu kalimat, yaitu fadilah (keutamaan).20

Di samping itu tujuan pendidikan Islam itu berlaku selama hidup untuk menumbuhkembangkan, memupuk, memelihara dan mempertahankan tujuan pendidikan yang telah dicapai. Orang yang bertaqwa dalam bentuk insan kamil (manusia sempurna), masih diperlukan memperoleh pendidikan dalam rangka pengembangan dan penyempurnaan, sekurang-kurangnya pemeliharaann supaya tidak luntur dan berkurang, meskipun pendidikan oleh diri sendiri dan bukan dalam pendidikan formal.21 Konsep dan Tahapan Pendidikan Islam

Konsep dasar pendidikan Islam adalah konsep atau gambaran umum tentang pendidikan, sebagaimana dapat dipahami atau bersumber dari ajaran Islam, al-Qur’an memang diturunkan oleh Allah kepada umat manusia melalui Nabi Muhammad SAW. Untuk memberikan petunjuk dan penjelasan tentang berbagai hal yang berhubungan dengan permasalahan hidup dan perikehidupan umat manusia di dunia. Sebagai firman Allah:

22

“(dan ingatlah) akan hari (ketika) Kami bangkitkan pada tiap-tiap umat seorang saksi atas mereka dari mereka sendiri dan Kami datangkan kamu (Muhammad) menjadi saksi atas seluruh umat manusia. dan Kami turunkan kepadamu Al kitab (Al Quran) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri”. Di antara permasalahan hidup manusia itu adalah yang berkaitan dengan proses

pendidikan. Sedangkan al-Sunnah, berfungsi untuk memberikan penjelasan secara operasional dan terperinci tentang berbagai permasalahan yang ada dalam al-Qur’an tersebut sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan situasi dan kondisi kehidupan nyata.

Proses pendidikan sebagaimana yang biasa dipahami sebagai “Proses bagi orang tua (generasi tua) berusaha untuk mengasuh dan membimbing anak (generasi muda) agar menjadi dewasa dan menyiapkannya agar mampu melaksanakan tugas-tugas hidupnya”, biasa dilihat dan dipahami sebagai gejala dan proses yang bersifat alami. Dalam arti proses pendidikan tersebut berlangsung secara apa adanya, menurut ketentuan dan kebiasaan yang berlaku, serta tidak terpisahkan dari proses dan gejala alamiah lainnya. Proses dan gejala pendidikan itu pun ada dan berlangsung pada setiap masyarakat di mana dan kapanpun mereka berada.

Menurut ajaran Islam, segala gejala dan proses yang berlangsung secara alami itu sebenarnya berlangsung menurut sunnah Allah, sunnah Allah, yang pengertian dasarnya adalah “Kebiasaan atau hukum ciptaan Allah”. Dengan kata lain, sunnah Allah adalah kebiasaan atau hukum yang duciptakan oleh Allah yang berlaku dalam proses penciptaan alam. Sementara orang biasa menyebutnya dengan “Hukum alam”. Gejala dan proses pendidikan sebenarnya berlangsung menurut hukum-hukum atau kebiasaan yang telah

20Muhammad ‘Athiyah al-Abrasyi, Prinsip-Prinsip Dasar Pendidikan Islam, Maman Abd. DJalil (ed) (Bandung: Pustaka Setia, 2003),13-14. 21Zakiyah Darajat, Ilmu Pendidikian Islam, 31. 22Al-Qur’an:16 (al-Nahl): 89.

Page 7: KONSEP TAHAPAN PENDIDIKAN ISLAM PERSPEKSTIF HADIS …journal.unisla.ac.id/pdf/13612012/3. Abu Azam, Pend. Islam+Hadis (juni...Keywords: Stages, Concepts, Islamic Education and Tarbawi

31

AKADEMIKA, Volume 6, Nomor 1, Juni 2012

ditetapkan oleh Allah dalam proses penciptaan manusia, dan merupakan bagian atau matarantai yang tidak terpisahkan dari keseluruhan sunnah Allah yang berlaku dalam proses penciptaan alam semesta ini. Oleh karena itu untuk memahami hakikat dan konsep dasar pendidikan menurut ajaran Islam, maka kita harus menganalisisnya dengan menggunakan petunjuk ayat-ayat al-Qur’an yang berhubungan dengan proses penciptaan alam semesta dan hubungannya dengan manusia sebagai bagian atau unsur utama.23

Hakekat pendidikan Islam itu tidak lain adalah realisasi fungsi rububiyah Allah (Pendidikan Islam) terhadap manusia dalam rangka menyiapkan dan membimbing serta mengarahkannya, agar nantinya mampu melaksanakan tugas kekhalifahan di muka bumi dengan sebaik-baiknya. Proses rububiyah Allah terhadap manusia itu pun berlangsung secara berangsung-angsur dan bertahap sampai mencapai tahap kesempurnaan. Proses tersebut sebagaimana disyaratkan dalam al-Qur’an, secara global melalui tahap-tahap sebagai berikut: 1. Tahap takhliq (penciptaan/konsepsi). Pada tahap ini, fungsi pendidikan Islam ialah mempersiapkan segala sesuatu yang

memungkinkan dan diperlukan untuk terbentuk atau terciptanya anak/generasi baru yang sehat dan memiliki potensi fitrah yang murni dan kuat. Untuk itu fungsi pendidikan tersebut adalah menjaga dan mengarahkan agar proses penciptaan/konsespsi generasi baru tersebut berlangsung secara alami (sunnah Allah) dan tidak menyimpang atau melanggar batas-batas dan ketentuan yang telah ditetapkan Allah. Dalam hal ini paling tidak berhubungan dengan dua ketentuan hukum yang harus diperhatikan, yaitu: (1) hukum yang berkaitan dengan makanan, sebagai pembentuk sel tubuh dan sel benih, dan (2) hukum, yang berkaitan dengan pernikahan yang melegalisasi proses pembentukan janin. Fungsi pendidikan dalam hal ini adalah mempersiapkan terbentuknya sel-tubuh dan sel benih dengan jalan selalu memakan yang halal dan sehat, dan menjaga agar proses konsepsi/pembentukan janin tidak terjadi kecuali dalam ikatan pernikahan yang sah.24

2. Tahap taswiyah (penyempurnaan ciptaan), yaitu proses proses bertumbuhkembangnya potensi fitran anak secara bertahap dan berangsung-angsur sampai sempurna. Proses ini sebenarnya merupakan kelanjutan dan penyempurnaan dari proses penciptaan/konsepsi yang berlangsung sebelumnya dalam kandungan.

Dalam tahap ini, secara umum fungsi pendidikan Islam adalah mempersiapkan kondisi dan situasi serta memberikan perlakuan dan tindakan yang diperlukan agar seluruh potensi dasar/fitrah anak bisa bertumbuhkembang dan aktual secara fungsional, sehingga anak mampu hidup dan menyesuaikan diri dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya. Untuk itu fungsi pendidikan paling tidak harus mencakup fungsi-fungsi: (1) pemberian dan pemenuhan segala kebutuhan hidup anak, baik fisik (makan, gerak, istirahat dan sebagainya), maupun psikis (rasa aman, kasih sayang dan sebagainya), agar pertumbuhan dan perkembangan fisik dan psikis anak berlangsung secara wajar dan normal, tanpa mengalami gangguan dan hambatan apapun. Fungsi ini sebenarnya merupakan fungsi alami orang tua terhadap anaknya, (2) pemberian kesempatan dan fasilitas yang seluas-luasnya kepada anak untuk secara intesif mengenal, berkomunikasi, baik fisik, psikis anak baik kognitif, afektif, maupun psikomotoriknya bertumbuhkembang secara fungsional dan mampu menyesuaikan diri dengan kehidupan sosial budaya masyarakatnya dengan baik. Fungsi ini hakekatnya merupakan realisasi dari pertumbuhan dan perkembangan serta fungsionalisasi dari alat-alat potensial, yang berupa pendengaran, penglihatan dan hati nurani.

23Muhaimin, et all, Ilmu Pendidikan Islam (Surabaya: Karya Abditama, t.tp), 59. 24Nashr al-Din, Khalifah, The Qur’an and the world Today (Lahore: Tzharsons, t.t), 55.

Page 8: KONSEP TAHAPAN PENDIDIKAN ISLAM PERSPEKSTIF HADIS …journal.unisla.ac.id/pdf/13612012/3. Abu Azam, Pend. Islam+Hadis (juni...Keywords: Stages, Concepts, Islamic Education and Tarbawi

32

AKADEMIKA, Volume 6, Nomor 1, Juni 2012

3. Tahap taqdir (tahap penentuan) yaitu tahap/proses tumbuhkembangnya potensi individual yang akan menetukan kapasitas dan kapablititas serta kualitas masing-masing, yang sekaligus menunjukkan dan menentukan pembagian bidang tugas, kewenangan dan tanggungjawab masing-masing dalam kehidupan masyarakatnya. Tahap atau proses penentuan itu pada dasarnya merupakan kelanjutan dan optimalisasi serta spesialisasi dari tahap sebelumnya. Kalau pada tahap sebelumnya menekankan pada pengembangan potensi dasar umum yang ada pada setiap anak, maka pada tahap penentuan ini penekanannya pada pengembangan potensi, bakat, dan minat masing-masing secara individual, dan optimal, sehingga tampak perbedaan kapasitas, kapabilitas dan kualitas masing-masing.

Pada tahap ini, fungsi pendidikan Islam adalah mempersiapkan segala kondisi dan situasi serta memberikan perlakuan dan tindakan yang diperlukan agar semua potensi bakat dan minat individual yang ada pada setiap anak bisa tumbuhkembang secara optimal, dan mengarahkannya secara fungsional dalam bidang tugas dan lapangan kerja yang sesuai dengan kapasitas, kapabilitas dan kualitas masing-masing. Dengan demikian fungsi pendidikan pada tahap ini menghendaki berlangsungnya pendidikan yang bersifat kejuruan dan keahlian serta profesionalisme dalam semua bidang kehidupan. Di samping itu fungsi pendidikan Islam juga harus berusaha meningkatkan kualitas dan efektivitas bidang tugas dan lapangan kerja/pengabdian masing-masing.

4. Tahap hidayah, .25yaitu proses pengarahan dan bimbingan agar setiap orang mampu melaksanakan tugas-tugas hidupnya sesuai dengan bidang tugas/pengabdiannya masing-masing secara efektif dan mengarahkan serta mendayagunakannya untuk merealisasi tugas dan fungsi kekhalifahan manusia di muka bumi ini. Tahap ini pada dasarnya merupakan proses mewarisi dan mengembangkan kualitas sistem kehidupan sosial budaya dan lingkungan yang telah dicapai oleh generasi sebelumnya, dan mengelola serta mengaturnya sesuai dngan aturan-aturan yang ditetapkan Allah, sehingga menjadi sistem kehidupan sosial budaya dan lingkungan yang Islami dan kondusif terhadap pelaksanaan tugas kekhalifahan manusia di muka bumi ini.

Fungsi pendidikan Islam pada tahap ini menekankan pada pendidikan yang bersifat individual, yaitu dalam bentuk pengarahan, pembiasaan dan pelatihan agar: (1) setiap orang mampu melaksanakan tugas-tugas hidupnya dengan sebaik-baiknya dengan dan menjadikan bidang tugas atau lapangan kerjanya sebagai sarana dan media ibadah kepada Allah, (2) setiap orang mampu memberikan sumbangan dan partisipasi secara aktif dan kreatif dalam membangun kehidupan bersama yang adil dan sejahtera, (3) setiap orang mampu mewujudkan dalam perilaku dirinya perilaku atau akhlak mulia dan memelihara jalur komunikasi yang harmonis dengan masyarakat dan lingkungan, (4) setiap orang mampu mengevaluasi dan memperbaiki diri dalam sumbangan dan partsipasinya terhadap pelaksanaan tugas dan fungsi kekhalifahan manusia di muka bumi

Keempat tahapan dan fungsi pendidikan Islam di atas secara bertahap dalam kenyataannya bukanlah merupakan tahapan yang terpilah, melainkan tahapn yang saling tumpang tindih. Artinya tumbuh dan berkembangnya tahap berikutnya tidaklah harus menunggu tuntasnya tahap sebelumnya, tetapi kenyataannya suatu tahap sudah mulai tumbuh, sementara tahap sebelumya belum berkembang dengan sempurna.

Sementara Syaikh Muhammad Musthafa al-Maraghi dalam tafsirnya menerangkan bahwa Allah telah memberikan tarbiyah (pendidikan) kepada manusia melalui dua tahap, walaupun secara teoritis bisa dibedakan , namun dalam kenyataannya merupakan satu kesatuan yang padu, yaitu:

25

Ibid., 56.

Page 9: KONSEP TAHAPAN PENDIDIKAN ISLAM PERSPEKSTIF HADIS …journal.unisla.ac.id/pdf/13612012/3. Abu Azam, Pend. Islam+Hadis (juni...Keywords: Stages, Concepts, Islamic Education and Tarbawi

33

AKADEMIKA, Volume 6, Nomor 1, Juni 2012

1. Tarbiyah khalqiyah, yaitu tarbiyah yang diberikan oleh Allah kepada manusia melalui dan sepanjang proses penciptannya, yang berlangsung secara bertahap dan berangsung-angsur sampai sempurna. Pertama-tama Allah menciptakan manusia dalam bentuk, struktur dan kelengakapan serta potensi dasar ciptaan yang sebaik-baiknya, yang biasa dikenal dengan sebutan fitrah. Fitrah adalah merupakan kerangka dasar ciptaan, yang disebut juga sebagai rancang bangun atau atau blue-print dari proses penciptaan manusia. Di dalamnya terkandung tenaga terpendam atau kekuatan potensial untuk tumbuh sempurna, dan mengarahkannya pada tujuan penciptaanya. Aktualisasi adalah bahwa manusia mengalami proses tumbuh dan berkembang sepanjang kehidupannya secara bertahap dan berangsung-angsur, sehingga manusia memiliki berbagai kelengkapan dan kemampuan serta kecakapan yang diperlukan untuk hidup, memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya, dan mengatur serta mengembangkan perikehidupannya secara budaya di muka bumi ini.26

2. Tarbiyah tahdhibiyah diniyah, adalah pendidikan yang diberikan Allah melalui proses bimbingan dan petunjuk keagamaan sepanjang sejarah kehidupan manusia di muka bumi. Fungsinya adalah untuk memberikan intervensi dan mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan sistem dan lingkungan kehidupan sosial budaya, manusia di dunia, agar tidak menyimpang dari kerangka dasar tujuan penciptaannya. Realisasinya adalah Allah telah mengutus rasul-rasul-Nya sepanjang sejarah untuk menyampaikan ajaran agama dan tugas hidup manusia di dunia. Mereka mamasukkan ajaran agama yang dibawanya dan mengimplementasikannya ke dalam sistem dan lingkungan kehidupan sosial budaya bangsanya masing-masing. Dan mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan agar sesuai dengan tugas dan tujuan hidup manusia.

Dengan demikian tarbiyah tahdhibiyah diniyah yang diberikan oleh Allah melalui rasul-rasul-Nya tersebut disampaikan secara terpadu dengan proses tarbiyah khalqiyah dan merupakan rangkaian kesatuan. Rasul-rasul tersebut tidak hanya menyampaikan ajaran-ajaran yang berkaitan dengan cara berbudidaya untuk mengembangkan kehidupan social budaya dan lingkungan yang baik, adil dan makmur sejahtera.

Tahapan Pendidikan Islam Perspektif Hadis Tarbawi

Tahapan pendidikan orang tua terhadap anak-anaknya adalah bagian terpenting dalam mengantarkan keberhasilan meraih jenjang dalam pendidikan Islam. Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak-anak mereka. Dengan demikian bentuk pertama dari pendidikan terdapat dalam kehidupan keluarga.

Pada umumnya tahapan pendidikan dalam rumah tangga itu bukan berpangkal tolak dari kesadaran dan pengertian yang lahir dari pengetahuan mendidik, melainkan karena kodrati suasana dan strukturnya memberikan kemungkinan alami membangun situasi pendidikan. Tahapn situasi pendidikan itu terwujud berkat adanya pergaulan dan hubungan pengaruh memperngaruhi secara timbal balik antara orang tua dengan anak.

Bahkan orang tua pada umumnya merasa bertanggung jawab atas segala tahapan dari kelangsungan hidup anak-anak mereka. Karenanya tidaklah diragukan bahwa tahapan tanggungjawab pendidikan secara mendasar terpikul kepada orang tua. Apakah tanggungjawab pendidikan itu diakuinya secara sadar atau tidak, diterima dengan sepenuh hatinya atau tidak, hal itu adalah merupakan fitrah yang telah dikehendaki Allah kepada setiap orang tua. Mereka tidak bisa melepaskan dari tanggung jawab itu, karena merupakan amanah Allah yang dibebabnkan kepada orang tua.27

26Muhammad Musthafa al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi, vol. 1 (Beirut: Mustafa al-Babi al-Halabi wa Awladih, 1966), 16. 27Zakiyah Darajat, Ilmu Pendidikian Islam, 37.

Page 10: KONSEP TAHAPAN PENDIDIKAN ISLAM PERSPEKSTIF HADIS …journal.unisla.ac.id/pdf/13612012/3. Abu Azam, Pend. Islam+Hadis (juni...Keywords: Stages, Concepts, Islamic Education and Tarbawi

34

AKADEMIKA, Volume 6, Nomor 1, Juni 2012

Di samping itu pentingnya tahapan ketentraman dan kedamaian hidup terletak dalam keluarga, maka Islam memandang keluarga bukan hanya sebagai persekutuan hidup terkecil saja, malainkan lebih dari itu, yakni sebagai lembaga hidup manusia yang memberi peluang kepada para anggotanya untuk hidup celaka atau bahagia dunia dan akhirat. Pertama yang diperintahkan Allah kepada Nabi Muhammad dalam mengembangkan tahapan pendidikan agama Islam adalah untuk mengajarkan agama itu kepada keluarganya terlebih dahulu, baru kemudian kepada masyarakat luas. Hal itu berarti di dalamnya terkandung makna bahwa keselamatan keluarga harus diprioritaskan daripada keselamatan masyarakat. Karena keselamatan masyarakat bertumpu pada keselamatan keluarga. Seperti firman Allah:

28

“Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat”.

.29

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka”.

Mengenai tahapan kewajiban dan tanggung jawab orang tua untuk mendidik perkembangan anak-anaknya dalam hadis tarbawi (pendidikan), sebagaimana disampaikan pada sabda Nabi Muhammad SAW.:

ن ي ن س ت س غ ل اب ذ إ ىف ذ ل ا ه ن ع اط م ي ىو م س ي و ع اب الس م و ي ه ن ع ق ع ي م ل لغ ا :م ل س و ه ي ل ع ىللا ل ص ي ب الن ال ق ه ن ع للا ى ض ر س ن أ ال ق

ك ت ب د أ د ق :ال ق و ه د ي ب ذ خ أ م ث ه و ب أ ه ج و ز ر ش ع ة ت س غ ل اب ذ إ ف ة ل الص ب ب ر ض ر ش ع ة ث ل ث غ ل اب ذ إ ف ه اش ر ف ل ز ع ن ي ن س ع س ت غ ل اب ذ إ ف ب د أ

30 .بنحبانرواها.ة ر خ ل ىا ف ك اب ذ ع او ي ن ىالد ف ك ت ن ت ف ن م الل ب ذ و ع أ ك ت ح ك ن أ و ك ت م ل ع و

“Anas berkata: Rasulullah SAW bersabda: Anak itu pada hari ketujuh dari kelahirannya diaqiqahi, diberi nama, dihilangkan dari segala kotoran. Jika sudah berumur 6 tahun ia dididik, bila sudah berumur 9 tahun, maka ia dipisahkan dari tempat tidur, bila sudah berumur 13 tahun, maka ia boleh dipukul agar mau bersembahyang (keharusan), bila ia sudah berumur 16 tahun boleh dinikahkan. Setelah itu ayah berjabatangan dengannya dan mengatakan: “Saya telah mendidik, mengajar, dan menikahkan kamu, saya mohon perlindungan kepada Allah dari fitnah/cobaan bagimu di dunia dan siksaanmu di akhirat”. Dilihat dari hubungan dan tanggungjawab orang tua terhadap anak, maka tahapan

tanggungjawab pendidikan itu pada dasarnya tidak bisa dibebankan kepada orang lain , sebab guru dan pemimpin umat umpamanya, dalam memikul tahapan pendidikan hanyalah merupakan keikutsertaan. Dengan kata lain, tahapan tanggungjawab pendidikan yang dibebankan oleh para pendidik selain orang tua adalah merupakan pelimpahan dari tanggungjawab orang tua yang dengan sebab lain tidak mungkin melaksanakan pendidikan anaknya secara sempurna.

Konsep tahapan tanggungjawab pendidikan Islam perspektif hadis tarbawi (pendidikan) di atas secara umum yang menjadi beban orang tua sekurang-kurangnya harus dilaksanakan dalam rangka: 1. Memelihara dan membesarkan anak. Ini adalah bentuk yang paling sederhana dari

tanggungjawab setiap orang tua dan merupakan dorongan alami untuk mempertahankan kelangsungan hidup manusia.

28Al-Qur’an:26 (al-Syu‘ara’): 213. 29Ibid, 66 (al-Tahrim): 6. 30Al-Ghazali, Ihya’ ‘Ulum al-Din, vol 2 (T.kp: Dar al-Ihya’ al-Kutub al-‘Ilmiyah,t.t), 217.

Page 11: KONSEP TAHAPAN PENDIDIKAN ISLAM PERSPEKSTIF HADIS …journal.unisla.ac.id/pdf/13612012/3. Abu Azam, Pend. Islam+Hadis (juni...Keywords: Stages, Concepts, Islamic Education and Tarbawi

35

AKADEMIKA, Volume 6, Nomor 1, Juni 2012

2. Melindungi dan menjamin keamanan, baik jasmani maupun rohaniah, dari berbagai gangguan penyakit dan dari penyelewengan kehidupan dari tujuan hidup yang sesuai dengan falsafah hidup dan agama yang dianutnya.

3. Memberi pengajaran dalam arti yang luas sehingga anak memperoleh peluang untuk memiliki pengetahuan dan kecapakan seluas dan setinggi mungkin yang dapat dicapainya.

4. Membahagiakan anak, baik di dunia maupun di akhirat, sesuai dengan pandangan dan tujuan hidup muslim.31

Melihat lingkup konsep tahapan tanggungjawab pendidikan Islam yang meliputi kehidupan dunia dan akhirat dalam arti yang luas dapatlah diperkirakan bahwa orang tua tidak mungkin dapat memikulnya sendiri secara “sempurna”, lebih-lebih dalam masyarakat yang senantiasa maju dan berkembang. Hal ini bukanlah merupakan “aib” karena tanggungjawab tersebut tidaklah harus sepenuhnya dipikul orang tua secara sendiri-sendiri, sebab mereka sebagai manusia mempunyai keterbatasan-keterbatsan. Namun demikian patutlah diingat bahwa setiap orang tua tidak dapat terlepas tanggungjawab itu. Artinya, pada akhirnya tahapan pendidikan Islam itu berada dan kembali kepada orang tua juga.

Di samping konsep tahapan tanggungjawab pendidikan Islam perspektif hadis tarbawi (pendidikan) di atas dipaparkan secara umum, namun secara khusus pemahaman hadis di atas dapat dirinci sebagai berikut: 1. Anak pada hari ketujuh dari kelahirannya diaqiqahi

Dimaksud aqiqah dalam hadis di atas adalah menyembelih hewan pada hari ketujuh dari hari kelahiran anak laki-laki atau perempuan. Tahapan pendidikan dalam hal ini merupakan rangkaian sabda Nabi Muhammad yang menganjurkan kepada anak-anak yang baru lahir adanya agunan/tanggungan yang dibebankan kepada orang tuanya, jika anak tersebut sudah sampai pada umur tujuh hari, atau kalau orang tua belum mampu aqiqah bisa dilaksanakan pada usia anak-anak, dan asal anak belum sampai umur baligh.

2. Memberi nama Penamaan terhadap anak yang baru lahir merupakan perintah Nabi Muhammad yang diriwayatkan Ahmad dan Tirmidhi. Pemberian nama terhadap anak diupayakan nama Islami dan mengadung arti yang baik terhadap perilaku anak itu sendiri. Jangan memberi nama kepada anak dengan nama yang tidak baik, sebab memberi nama kepada anak yang baik dan tidak baik akan membawa pengaruh terhadap teman-temanya dan lingkungan msyarakat. Pemberian nama yang terhadap anak-anak itu bisa menggunakan nama-nama Allah yang sembilan puluh sembilan, tapi dengan syarat di muka nama-nama itu diawali dengan kata “Abdul”. Atau dengan nama-nama lain yang baik secara Islami.

3. Dihilangkan kotoran yang menempel/dicukur Menghilangkan kotoran yang menempel pada anak dimaksud adalah dicukur. Hal tersebut didasarkan hadis Nabi Muhammad riwayat Ahmad dan Tirmidhi “Bahwa anak yang dilahirkan hendaklah dicukur rambutnya”. Menurut penulis anjuran mencukur rambut setelah dilahirkan pada usia tujuh hari atau lebih, memberi gambaran bahwa kelak di kemudian hari anak tersebut rambutnya menjadi tumbuh subur dan tidak timbul penyakit kulit pada rambut anak-anak ketika masih usia dini.

4. Pada usia 6 tahun ditanamkan pendidikan Pada masa ini perkembangan usia dini anak-anak memerlukan dorongan dan rangsangan sebagaimana pohon memerlukan air dan pupuk. Minat dan cita-cita anak perlu ditumbuhkembangkan ke arah yang baik dan terpuji melalui pendidikan. Cara memberikan perkembangan psikologis anak didik. Oleh karena itu dibutuhkan pendidik

31Zakiyah Darajat, Ilmu Pendidikian Islam, 38.

Page 12: KONSEP TAHAPAN PENDIDIKAN ISLAM PERSPEKSTIF HADIS …journal.unisla.ac.id/pdf/13612012/3. Abu Azam, Pend. Islam+Hadis (juni...Keywords: Stages, Concepts, Islamic Education and Tarbawi

36

AKADEMIKA, Volume 6, Nomor 1, Juni 2012

yang memiliki jiwa pendidik dan agama, supaya segala gerak-geriknya menjadi teladandan cermin bagi murid-muridnya.32 Pendidikan atau pengajaran agama haruslah sesuai dengan tingkat usia kanak-kanak merupakan kesempatan pertama yang sangat baik bagi pendidik untuk membina kepribadian anak yang akan menentukan masa depan mereka. Penanaman nila-nilai agama sebaikya dilaksanakan kepada anak pada usia pra-sekolah, sebelum mereka dapat berpikir secara logis dan memahami hal-hal yang abstrak serta belum dapat membedakan hal yang baik dan buruk. Agar semenjak kecil sudah terbiasa dengan nilai-nilai kebaikan dan dapat mengenal Tuhannya yaitu Allah SWT. Anak didik pada usia kanak-kanak masih sangat terbatas kemampuannya. Pada umur ini kepribadiannya mulai terbentuk dan ia sangat peka terhadap tindakan-tindakan orang di sekelilingnya. Pendidikan agama diperlukan untuk menanamkan memulai pekerjaan seperti do’a mau makan dan minum, do’a naik kendaraan, do’a mau pulang, dan lain-lain yang biasa di terapkan dalam kehidupannya sehari-hari. Di samping itu memperkenalkan Tuhan yang Maha Esa secara sederhana, sesuai dengan kemampuannya.33 Anak-anak merupakan sosok individu yang mempunyai pikiran yang terbatas dan pengalaman yang sedikit. Mereka hidup dengan akal pikiran dan alam yang nyata, mereka dapat mengetahui dengan salah satu pancaindra, mereka belum dapat memikirkan soal-soal maknawi, soal-soal yang abstrak dan hukum-hukum umum. Anak-anak itu sangat perasa dengan perasaan yang halus dan mudah terpengaruh. Berkenaan dengan pendidikan agama yang akan diberikan dan ditanamkan ke dalam jiwa anak, orang tua harus dapat memperhatikan kondisi anak di dalam mendidiknya, sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangannya. Orang tua juga sebagai pendidik harus dapat memikirkan dan memperhatikan tahapan-tahapan di dalam memberikan pendidikan agama pada anaknya. Menurut Zakiyah Darajat “Anak pada usia pra-sekolah tertarik kepada cerita-cerita pendek seperti cerpen yang berkisah tentang peristiwa yang sering dialaminya atau dekat dengan kehidupannya, terlebih lagi cenderung akan memilih suatu permainan yang bertujuan mendorong anak untuk tertarik dan kagum kepada agama Islam”.34

5. Pada usia 9 tahun dipisahkan dari tempat tidur (di didik mandiri) Bimbingan dan bantuan pada anak dalam lingkungan keluarga dilakukan oleh orang tua

pada prinsipnya terikat oleh adanya kewajiban sekaligus sebagai penanggungjawab pertama dan utama sejak anak itu lahir ke dunia sampai anak itu dewasa. Untuk itu sebaiknya pihak orang tua memahami, mengetahui, sekalipun hanya sedikit mengenai apa, dan bagaimana pendidikan dalam rumah tangga, sehingga dengan pengetahuan diharapkan dapat menjadi penuntun, rambu-rambu bagi orang tua dalam melaksanakan tugas kewajiban membimbing anak dimana tujuan pendidikan dalam rumah tangga tersebut prinsipnya adalah: “…agar anak mampu berkembang secara maksimal, meliputi seluruh aspek perkembangan anak, yaitu aspek jasmani, akal, dan rohani. Di samping itu juga membantu sekolah atau lembaga kursus dalam mengembangkan pribadi anak sebagai anak didik; sedangkan sebagai pendidiknya ialah ayah dan ibu, atau orang tua yang merasa tanggungjawab terhadap perkembangan anak itu sebagai anak didik, dan memegang kejijakan tetap berada pada pihak orang tua”.35 Bila disimak secara cermat tanggugnjawab keluarga dari ungkapan di atas namapak bahwa pendidikan yang dilakukan orang tua secara konseptual harus proporsional dalam arti sesuai status dan keberadaan orang tua sebagai pendidik pertama dan utama. Orang

32Zakiah Daradjat, Kesehatan Mental ( Jakarta: Gunung Agung, 2001), 127. 33Ibid., 127. 34Zakiyah Daradjat, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah (Jakarta : CV Ruhama, 1995), 78. 35Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, 155.

Page 13: KONSEP TAHAPAN PENDIDIKAN ISLAM PERSPEKSTIF HADIS …journal.unisla.ac.id/pdf/13612012/3. Abu Azam, Pend. Islam+Hadis (juni...Keywords: Stages, Concepts, Islamic Education and Tarbawi

37

AKADEMIKA, Volume 6, Nomor 1, Juni 2012

tua dalam tugasnya: “Harus memperhatikan perkembangan jasmani anak menyangkut kesehatan dan kekuatan badan serta keterampilan otot. Orang tua menanamkan dan membiasakan hidup sehat, dengan cara memberi contoh hidup sehat, keteraturan dalam kehidupan. Dalam hal ini harus dilakukan sedini mungkin. Pembiasaan , ketrampilan,, penanam sikap pada anak agar anak dapat menghargai keterampilan serta kegunaannya dalam kehidupan, demi kesempurnaan hidupnya di kemudian hari nantinya”.36 Tanggungjawab orang tua dalam keluarga berkaitan dengan uraian di atas tidak terlepas kaita hubungannya dengan tanggungjawab yang dilandasi oleh aturan agama Islam. Dengan aturan tersebut diharapkan anak itu dikemudian hari tidak papa hidupnya, tidak menederita akibat tidak memiliki pengetahuan, tidak memiliki ketrampilan yang berkaitan, yang berakibat tidak memilki peluang dalam mencari rejki di atas bumi Allah. Sikap tanggungjawab yang ditanamkan pada anak dalam lingkungan keluarga mencakup sifat memperhatikan, ketelitian, dan kecakapan. Hal ini hanya bisa dimiliki oleh anak bilamana orang tua melatih, ketelitian membiasakan dalam diri kehidupan anak, sehingga mereka memiliki rasa tanggungjawab dalam arti kesadaran dalam diri anak sehingga banyak memberikan makna positif bagi kehidupannya. Setiap anak akan mengembangkan rasa tanggungjawab tersebut seiring dengan perkembangan dengan emosi sosial anak. Semakin besar mereka semakin besar pula rasa tanggungjawabnya baik kepada diri mereka, pada orang lain maupun pada alam sekitarnya. Rangsangan-rangsangan sangat dibutuhkan, terutama pemberian latihan-latihan, pembiasaan, bimbingan dari pihak orang tua. Pertumbuhan dan perkembangan tanggungjawab pada anak terlihat adanya usaha serta jerih payah dari anak untuk melakukan segala sesuatu secara tepat, baik benar, sesuai dengan tuntutan dari orang tua atau keluarga.37

6. Pada usia 13 tahun dipukul (di didik) agar melaksanakan salat Tanggung jawab pendidikan orang tua terhadap anaknya adalah menanamkan

kedisiplinan, dan hal ini sangat penting karena dalam lingkungan keluarga yang menanamkan kedisiplinan dalam berbagai hak kebutuhan mereka, dengan sendirinya membuat anak berikhtiar untuk memenuhinya. Namun aturan, petunjuk haruslah tetap diberikan oleh orang tua, agar tingkah laku perbuatan mereka tidak bertentangan norma yang berlaku dalam lingkungan keluarga maupun lingkungan masyarakat. Disiplin dalam menerima aturan-aturan, petiunjuk, pedoman dalam diri anak maka anak secara sadar akan memiliki tanggungjawab untuk menyaring sekaligus menghindari perbuatan-perbuatnnya, tingkah laku yang dilarang, dan ada kecenderungan untuk berbuat yang baik dan terpuji.38 Situasi dan kondisi cermin dari ungkapan di atas jelas sekali kaitannya dengan dasar dari agama Islam. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW:

39.رواهابوداود.ع اج ض لم ىا ف م ه ن ي اب و ق ر ف او ر ش اع و غ ل اب ذ اإ ه ي ل ع م اه و ب ر اض او ع ب اس و غ ل اب ذ إ ة ل الص ب م ك د ل و واأ ر م

“Serulah anak-anakmu mengerjakan salat bila mereka telah berumur tujuh tahun, dan pukullah mereka jika meninggalkan salat bila mereka telah berumur sepuluh tahun, dan pisahkanlah mereka dari tempat tidur”. Kedisiplinan yang dituangkan di atas melalui perintah salat pada hakekatnya adalah untuk menjaga dan memelihara keluarga itu dari kehancuran, kerusakan . Hal ini tegas sekali sehingga disiplin serta pembiasaan dengan hal-hal yang baik menjadi kebutuhan bagi diri anak dalam hidup dan kehidupan mereka nanti di kemudian hari.

7. Pada usia 16 boleh dinikahkan

36Ibid., 156. 37Muhaimin, et all, Ilmu Pendidikan Islam, 184. 38Ibid., 185. 39Abu Dawud, Sunan Abi Dawud (Surabaya: al-Hidayah, t.t), 113.

Page 14: KONSEP TAHAPAN PENDIDIKAN ISLAM PERSPEKSTIF HADIS …journal.unisla.ac.id/pdf/13612012/3. Abu Azam, Pend. Islam+Hadis (juni...Keywords: Stages, Concepts, Islamic Education and Tarbawi

38

AKADEMIKA, Volume 6, Nomor 1, Juni 2012

Pernikahan adalah satu asas pokok hidup yang terutama dalam pergaulan atau masyarakat yang sempurna, bukan saja pernikahan itu saja cara yang amat mulia untuk mengatur kehidupan rumah tangga dan keturunan, tetapi pernikahan itu dapat dipandang sebagai satu cara menuju pintu perkenalan antara satu kaum dengan yang lain. Di samping perkenalan itu akan menjadi cara untuk menyampaikan kepada tolong-menlong antara satu dengan lainnya.

Sebenarnya hubungan nikah adalah hubungan yang sebenar-benarnya dalam hidup dan kehidupan manusia, bukan sekedar antara suami isteri dan keturunannya bahkan antara keduanya akan terjalin saling kekeluargaan. Sebab dengan pergaulan antara suami isteri, kasih sayang, akan berpindah kebaikan kepada semua keluarga dari kedua belah pihak, sehingga mereka menjadi satu dalam segala urusan tolong-menolong sesamanya dalam nemnjalankan kebaikan dan menjaga segala kejahatan. Di samping itu, dengan pernikahan seseorang akan terpelihara dari hawa nafsunya.

Penutup

Tahapan pendidikan orang tua terhadap anak-anaknya adalah bagian terpenting dalam mengantarkan keberhasilan meraih jenjang dalam pendidikan Islam. Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak-anak mereka. Dengan demikian bentuk pertama dari pendidikan itu terdapat dalam kehidupan keluarga.Tahap pendidikan Islam yang bersifat individual pada umumnya, terdiri dari bentuk pengarahan, pembiasaan dan pelatihan agar: (1) setiap orang mampu melaksanakan tugas-tugas hidupnya dengan sebaik-baiknya dengan menjadikan bidang tugas atau lapangan kerjanya sebagai sarana dan media ibadah kepada Allah, (2) setiap orang mampu memberikan sumbangan dan partisipasi secara aktif dan kreatif dalam membangun kehidupan bersama yang adil dan sejahtera, (3) setiap orang mampu mewujudkan dalam perilaku dirinya perilaku atau akhlak mulia dan memelihara jalur komunikasi yang harmonis dengan masyarakat dan lingkungan, (4) setiap orang mampu mengevaluasi dan memperbaiki diri dalam sumbangan dan partsipasinya terhadap pelaksanaan tugas dan fungsi kekhalifahan manusia di muka bumi. Keempat tahapan dan fungsi pendidikan Islam di atas secara bertahap dalam kenyataannya bukanlah merupakan tahapan yang terpilah, melainkan tahapan yang saling tumpang tindih. Artinya tumbuh dan berkembangnya tahap berikutnya tidaklah harus menunggu tuntasnya tahap sebelumnya, tetapi kenyataannya suatu tahap sudah mulai tumbuh, sementara tahap sebelumya belum berkembang dengan sempurna.

Sedangkan tahapan pendidikan anak secara khusus yang terdapat dalam hadis tarbawi (pendidikan) secara berurutan mencakup: (1) anak itu pada hari ketujuh dari kelahirannya diaqiqahi, (2) diberi nama, (3) dihilangkan dari segala kotoran, (4) bila sudah berumur 6 tahun ia dididik, (5) pada usia 9 tahun, maka ia dipisahkan dari tempat tidur, (6) pada usia 13 tahun, maka ia boleh dipukul agar mau bersembahyang (keharusan), (7) bila ia sudah berumur 16 tahun boleh dinikahkan. Daftar Rujukan Al-Ghazali, Ihya’ ‘Ulum al-Din, vol 2. T.kp: Dar al-Ihya’ al-Kutub al-‘Ilmiyah,t.t. al-Attas, Muhmmad al-Nauqib. Konsep Pendidikan dalam Islam, Suatu Rangka Pikir Pembinaan

Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: Mizan, 198434. al-Abrasyi, Muhammad ‘Athiyah. Prinsip-prinsip Dasar Pendidikan Islam, Maman Abd. Djalil

(ed). Bandung: Pustaka Setia, 2003. al-Din, Nashr. Khalifah, The Qur’an and the world Today. Lahore: Tzharsons, t.t. al-Maraghi, Muhammad Musthafa. Tafsir al-Maraghi, vol. 1. Beirut: Mustafa al-Babi al-Halabi

wa Awladih, 1966. al-Qosimi, Syekh Jamaludin. Mauidhatul Mu’minin, (T.kp: Daru Ihya al-Kutub al-Arabiyah. Anam, M. Khoirul. From: http://www. pendidikan.net/mk-anam.html,akses: 19/5/2011.

Page 15: KONSEP TAHAPAN PENDIDIKAN ISLAM PERSPEKSTIF HADIS …journal.unisla.ac.id/pdf/13612012/3. Abu Azam, Pend. Islam+Hadis (juni...Keywords: Stages, Concepts, Islamic Education and Tarbawi

39

AKADEMIKA, Volume 6, Nomor 1, Juni 2012

Darajat, Zakiyah. Ilmu Pendidikian Islam. Jakarta : Bumi Askara, 1996. ---------. Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah. Jakarta: Ruhama, 1995. ---------. Kesehatan Mental. Jakarta: Gunung Agung, 2001. Dawud, Abu. Sunan Abi Dawud. Surabaya: al-Hidayah, t.t. Haroen, Nasroen. Ushul Fiqh 1. Jakarta: Logos Waca Ilmu, 2001. Jamaludin dan Usman Said, Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996. Marimba, Ahamad D, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: Al-Ma’arif.1986. Muhaimin, et all. Ilmu Pendidikan Islam. Surabaya: Karya Abditama, t.tp. Nata, Abudin. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta : Logos, 2001. Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta : Kalam Mulia, 1994. Tafsir, Ahmad. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya, 1994. Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Askara, 1995.