KONSEP NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUKU KARYA...
Transcript of KONSEP NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUKU KARYA...
KONSEP NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM
DALAM BUKU PLAYING “GOD” KARYA RULLY ROESLI
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
Oleh:
Nonik Handayani
NIM. 111-14-310
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2019
ii
KONSEP NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM
DALAM BUKU PLAYING “GOD” KARYA RULLY ROESLI
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
Oleh:
Nonik Handayani
NIM. 111-14-310
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2019
iii
iv
v
vi
HALAMAN MOTTO
„ ‟,
. .
. ,
, ‟ .
“Semua orang akan bertemu dengan „perempatan‟-nya, di mana kamu harus memutuskan
sesuatu yang akan mempengaruhi kehidupanmu.
Hasil yang berbeda akan keluar dari setiap langkah yang kau ambil.
Hati-hati dengan pilihanmu karena ketika sudah selesai, tidak ada jalan untuk kembali.”
( )
vii
PERSEMBAHAN
Skripsi yang berjudul KONSEP NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM
DALAM BUKU PLAYING “GOD” KARYA RULLY ROESLI peneliti
persembahkan untuk:
1. Kedua orang tuaku tercinta, Bapak Sabarno dan Ibu Ngadiyem yang telah
merawatku dengan penuh cinta dan kerja keras, selalu mendukung dan
membimbing setiap langkahku
2. Ketiga kakakku, yang pertama Ruri Ihsan yang telah mengenalkan ku dengan
indahnya seni menggambar. Kakak keduaku, Arif Susilo yang telah menjadi
sahabat tempat ku berkeluh, sahabat berdiskusi, dan wali selama masa sekolah.
Kakak ketigaku, Tri Mujoko Raharjo yang dibalik sikap jailnya selalu
perhatian dan mendukung pendidikanku.
3. Seluruh keluargaku yang telah memberikan do‟a dan restunya untuk
kelancaran pendidikanku.
4. Sahabat-sahabatku yang selalu memberi semangat Nurriska, Woro, Anggun,
dan Ninda. Sahabat yang menjadi kawan canda dan tawa Anis, Atik, Desi,
Putri, Hani‟ah, dan Nafi‟ah. Sahabat seperjuangan Munawaroh, serta sahabat
yang mengajar banyak hal baru Krisfinoy.
5. Segenap keluarga besar Gerakan Jum‟at Berbagi FTIK IAIN Salatiga dan
Gerakan Jum‟at Berbagi Salatiga.
viii
KATA PENGANTAR
Segala Puji bagi Allah Swt atas karunia-Nya sehingga penulis dapat
meyelesaikan skripsi yang berjudul “KONSEP NILAI-NILAI PENDIDIKAN
ISLAM DALAM BUKU PLAYING “GOD” KARYA RULLY ROESLI”.
Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad saw.
Peneliti menyadari dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan
baik dalam metode penulisan maupun dalam pembahasan materi. Hal tersebut
karena keterbatasan kemampuan pribadi peneliti. Terselesaikannya skripsi ini
berkat motivasi, bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, sehingga pada
kesempatan ini dengan segala kerendahan hati dan penuh rasa hormat, penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya bagi semua pihak yang telah
memberikan bantuan baik langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan
skripsi ini. Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. Rahmat Haryadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.
3. Ibu Hj. Siti Rukhayati, M.Ag., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Agama Islam, sekaligus Pembimbing Akademik.
4. Bapak Imam Mas Arum, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing Skripsi
5. Bapak dan ibu dosen yang telah mendidik dan memberikan ilmu dan
pengalaman dengan penuh kesabaran, serta bagian akademik IAIN Salatiga
yang telah memberikan layanan dan bantuannya kepada peneliti.
ix
x
ABSTRAK
Handayani, Nonik. 2019. Konsep Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Buku
Playing “God” Karya Rully Roesli. Skripsi, Salatiga: Program Studi
Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Institut
Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Imam Mas Arum, M.Pd.
Kata Kunci: Konsep Pendidikan Islam; Nilai-Nilai Pendidikan Islam;
Playing “God” Karya Rully Roesli.
Diantara metode-metode terpenting, agung dan nyata yang ditempuh oleh
Rasulullah dalam proses pengajaran adalah teladan dan akhlak (budi pekerti yang
baik. Pengaruh metode pengajaran dengan memberikan contoh perbuatan akan
lebih kuat bersemayam di dalam hati dan memudahkan pemahaman serta ingatan.
Maka peneliti memilih buku Playing “God” karya Rully Roesli fokus utama
penelitian karena dalam buku tersebut memaparkan nilai pendidikan Islam
melalui kisah keteladanan yang seimbangan dalam aspek fisik dan psikis.
Tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
nilai-nilai pendidikan Islam yang ada di dalam buku Playing “God” karya Rully
Roesli dan relevansinya dengan kehidupan sehari-hari sehingga nantinya hasil
penelitian ini dapat dimanfatkan dalam proses pembelajaran dan kehidupan
bermasyarakat. Jenis penelitian ini adalah library research dengan menggunakan
metode pendekatan content analysis sebagai metode untuk mengkaji konsep nilai
keadilan yang terdapat dalam buku Playing “God” dan metode wawancara
melalui e-mail kepada penulis Rully Roesli sebagai sumber utama dan fokus
pertama penelitian. Sementara sumber sekunder diambil dari buku, artikel, jurnal,
dan data-data pendukung yang berkaitan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertama konsep nilai-nilai
pendidikan Islam memiliki dua bentuk, yaitu nilai ilahiyah meliputi iman, Islam,
ihsan, taqwa, ikhlas, tawakal, syukur, dan sabar; dan nilai insaniyah yang terdiri
dari kasih sayang, persaudaraan, adil, berprasangka baik, rendah hati, lapang dada,
menjaga harga diri, serta dermawan. Kedua, Nilai-nilai ilahiyah dan insaniyah
dalam buku Playing “God” karya Rully Roesli relevan: 1) Diterapkan di
kehidupan bermasyarakat untuk meningkatkan kualitas hidup sebagai Muslim di
lingkungan masyarakat. Nilai-nilai ilahiyah turut mempengaruhi nilai-nilai
insaniyah dalam kaitannya interaksi sosial di lingkungan keluarga, lembaga dan
masyarakat sehingga menjadi lebih harmonis. 2) Dalam dunia pendidikan nilai-
nilai tersebut sesuai untuk mengembangkan fungsi manusia sebagai khalifah dan
hamba Allah Swt. dan baik ditanamkan untuk menumbuhkan sikap keagamaan
yang selaras dengan pendidikan Islam dan pendidikan multikultural dalam
kaitannya dengan masyarakat Indonesia yang majemuk.
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN BERLOGO ....................................................................................... i
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................ iii
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iv
HALAMAN PERNYATAAN ............................................................................... v
HALAMAN MOTTO .......................................................................................... vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................... vii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii
ABSTRAK ............................................................................................................. x
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 5
E. Metode Penelitian ........................................................................................ 6
F. Kajian Pustaka ........................................................................................... 10
G. Sistematika Penulisan Skripsi ................................................................... 12
BAB II BIOGRAFI NASKAH ........................................................................... 13
A. Gambaran Umum Buku ............................................................................ 13
B. Sinopsis Buku ............................................................................................ 15
C. Kelebihan Buku ......................................................................................... 19
xii
D. Kelemahan Buku ....................................................................................... 21
E. Biografi Rully Roesli ................................................................................ 21
F. Karya-karya Rully Roesli .......................................................................... 25
BAB III DESKRIPSI ANATOMI MUATAN NASKAH ................................ 27
A. Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Buku Playing “God”....................... 27
B. Keadaan Subyektifitas Pengarang ............................................................. 47
BAB IV PEMBAHASAN .................................................................................... 50
A. Konsep Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Buku Playing “God” ......... 50
B. Relevansi Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Buku Playing “God” Pada
Kehidupan Sehari-hari ............................................................................. 101
BAB V PENUTUP ............................................................................................. 106
A. Kesimpulan .............................................................................................. 106
B. Saran ........................................................................................................ 107
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 108
DAFTAR LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan Islam ialah pendidikan yang bertujuan untuk membentuk
pribadi Muslim seutuhnya, mengembangkan seluruh potensi manusia baik
yang berbentuk jasmaniah maupun rohaniah, menumbuhsuburkan hubungan
yang harmonis setiap pribadi dengan Allah Swt., manusia, dan alam semesta
(Daulay; Nurgaya, 2012:3).
Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) pasti ada di pendidikan
formal, dari tingkat taman kanak-kanak sampai sekolah menengah atas atau
kejuruan pendidikan. Setiap pembelajaran diberikan materi-materi keislaman
dengan tujuan satu, yaitu mendidik anak didik agar menjadi Muslim taat
terhadap syariat Islam, insan kamil. Dengan harapan apa yang diajarkan tidak
berhenti di bangku sekolah tetapi juga diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Allah Swt. telah berfirman dalam Qs. An-Nahl [16]: 90 yang berbunyi,
حس عن الفحشآء وي ن هى ذى القرب ن وإيتآى ان الله يأمر بالعدل وال يعظكم لعلكم تذكرون والمنكر والبغى
Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) Berlaku adil dan berbuat
kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari
perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi
pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.”
(Imani, 2005:637)
Surah An-Nahl ayat 90 di atas, menjelaskan bahwa Allah Swt.
memerintahkan manusia agar menegakkan keadilan dan berbuat kebajikan,
bermurah hati dan memberikan hak-hak kepada keluarga dan sanak saudara.
2
Dijelaskan pula mengenai tiga hal yang harus dijauhi manusia, yaitu perbuatan
keji (fakhsya), perbuatan menjijikan (munkar) dan keangkuhan (baghy) (Imani,
2005:637). Perintah dan larangan itu diberikan beserta dengan pengajarannya,
maka pendidikan Islam-lah jalan keluar untuk mengetahuinya.
Pendidikan moral atau sosial mungkin dapat membentuk pribadi yang
baik dalam berinteraksi tetapi hanya pada hubungan antara sesama manusia
dan makhluk hidup lainnya. Sedangkan kaitannya dengan Allah Swt.
diperlukan pendidikan lebih dari sekedar tata karma atau norma, yaitu
pendidikan agama Islam.
Problematika di dunia pendidikan tidak akan ada habisnya, menurut
KOMPAS.com (02/05/2018),
Banyak kasus pelanggaran HAM dalam pendidikan Indonesia. Jumlah
tindakan pelanggaran HAM di sekolah dan perguruan tinggi dari tahun ke
tahun terus meningkat. …. Data Badan Persatuan Bangsa-Bangsa untuk
Anak (UNICEF) menyebutkan 1 dari 3 anak perempuan dan 1 dari 4 anak
laki-laki di Indonesia mengalami kekerasan. …. Data Komnas HAM, kasus
dugaan pelanggaran HAM terkait isu pendidikan cenderung meningkat.
Pada 2017 terdapat 19 kasus, sedangkan 2018 sampai bulan April 2018
sudah ada 11 kasus. Hak-hak yang dilanggar antara lain hak atas pendidikan,
hak memperoleh keadilan, hak mengembangkan diri, hak dan kesejahteraan,
dan hak atas hidup. …. Menurut catatan Indonesia Corruption Watch (ICW)
pada rentang waktu 2005-2016 terdapat 425 kasus korupsi terkait anggaran
pendidikan dengan kerugian Negara mencapai Rp 1,3 triliun dan nilai suap
Rp 55 miliar. …. Objek yang dikorupsi terkait dengan Dana Alokasi Khusus
(DAK), sarana dan prasarana sekolah, dana BOS, dana buku dan
infrastruktur sekolah. (Nadlir)
Penanaman nilai pendidikan Islam dalam pendidikan agama yang baik dapat
menjadi solusi untuk mencegah dan mengatasi problem, misalnya seperti
tindakan bullying yang marak terjadi pada tingkat pelajar, dikutip dari
SINDOnews.com (24/07/2017)
3
Pendidikan agama ternyata adalah kunci untuk mengantisipasi anak menjadi
pelaku dan korban bullying yang marak belakangan. Orang tua dan guru
harus memberikan pendidikan agama yang baik sehingga anak memandang
orang lain sebagai individu atau makhluk sosial yang perlu disayangi. Pakar
pendidikan UIN Jakarta Nuraini Ahmad mengatakan, kasus bullying yang
terjadi di Thamrin City, Jakarta Pusat sejatinya tak lepas dari minimnya
pengawasan orang tua dan kurangnya pendidikan agama kepada anak.
Sebab, pendidikan utamanya tanggung jawab orang tua, lalu guru saat di
sekolah. … Menurutnya, bila pendidikan agama itu ditanamkan dengan baik
sejak dini, tumbuh kembang anak pun akan menjadi baik. Baik orang tua
maupun guru, harus memandang anak sebagai anak yang wajib dihargai
sebagai anak pula, menghargai kemampuannya, dan mendidiknya secara
humanis. (Murti)
Pendidikan islam yang baik akan membentuk generasi bangsa yang religious
dan berbudi pekerti luhur.
Berdasarkan hasil Konferensi Pendidikan Islam se-Dunia yang dikutip
oleh Daulay dan Nurgaya (2012:6), Education should aim at the balanced
growth of the total personality of Man through Man‟s spirit, intellect, the
rational self, feelings and bodily sense. Education should therefor cater for the
growth of Man and all aspects: spiritual, intelektual, imaginative, pshisical,
scientific, linguistic both individually and collectively and motivate all these
aspects towards goodnees and the attainment of perfection. The ultimate aim of
Muslim education lies in realization of complete submission to Allah on the
level of individual, the community and humanity at large. Manusia yang
dilahirkan oleh pendidikan Islam adalah manusia yang memiliki keseimbangan
fisik dan psikis, berkeseimbangan antara ilmu dan akhlak, kecerdasan
intelektual dan emosional serta spiritual, individu dan masyarakat.
Penelitian ini mengangkat konsep nilai-nilai pendidikan Islam untuk
mengkaji nilai atau karakter yang perlu ditanamkan pada anak didik. Pada
4
umumnya materi disampaikan melalui teori tentang suatu bab, dijelaskan
definisinya seperti apa. Hal tersebut baik untuk sebagai dasar pengetahuan.
Namun akan lebih baik lagi apabila dikuatkan dengan contoh agar lebih mudah
dipahami. Maka peneliti memilih buku Playing “God” karya Rully Roesli
sebagai bahan rujukan untuk mengkaji nilai pendidikan Islam karena buku ini
berisi kisah-kisah inspiratif yang sesuai dengan konsep pendidikan Islam, yaitu
tentang keseimbangan perilaku jasmani dan ruhani manusia.
Buku tersebut menggambarkan bagaimana manusia biasa dapat menjadi
sosok yang sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup nya sendiri dan
orang lain layaknya Tuhan. Manusia biasa yang diberkahi oleh Allah Swt.
kemampuan fisik dan psikis untuk menentukan nasib melaui tindakan dan
keputusan yang diambilnya, bagaimana tindakan setiap individu berpotensi
untuk turut andil besar dalam menegakkan nilai-nilai kebajikan. Hikmah yang
ada di dalamnya mudah diselami oleh pembaca sebagai teladan kehidupan.
Diantara metode-metode terpenting, agung dan nyata yang ditempuh
oleh Rasulullah dalam proses pengajaran adalah teladan dan akhlak (budi
pekerti yang baik. Tidak dapat disangsikan lagi bahwa pengaruh metode
pengajaran dengan meberikan contoh perbuatan akan lebih kuat bersemayam di
dalam hati dan memudahkan pemahaman serta ingatan (Ghuddah, 2005:59).
Pernyataan tersebut memperkuat peneliti memilih buku Playing “God” karya
Prof. Roesli sebagai fokus utama penelitian guna mencari kandungan nilai
yang sesuai dengan konsep pendidikan Islam, dengan harapan nantinya hasil
5
penelitian ini dapat dimanfatkan dalam proses pembelajaran dan kehidupan
bermasyarakat.
Latar belakang di atas menjadi dasar-dasar pertimbangan peneliti untuk
mengambil judul KONSEP NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM
BUKU PLAYING “GOD” KARYA RULLY ROESLI.
B. Rumusan Masalah
Mengacu dari uraian di atas, maka peneliti merumuskan beberapa
pokok permasalahan yang akan dibahas lebih lanjut yaitu:
1. Bagaimana konsep nilai-nilai pendidikan Islam dalam buku Playing “God”
karya Rully Roesli?
2. Bagaimana relevansi nilai-nilai pendidikan Islam pada buku Playing “God”
karya Rully Roesli dengan kehidupan sehari-hari?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang hendak dicapai melalui penelitian studi
kepustakaan ini adalah:
1. Untuk mengetahui konsep nilai-nilai pendidikan Islam dalam buku Playing
“God” karya Rully Roesli.
2. Untuk mengetahui relevansi nilai pendidikan Islam dalam buku Playing
“God” karya Rully Roesli dengan nilai keadilan pada kehidupan sehari-hari.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis
yang akan berguna dalam perkembangan dan kemajuan dunia pendidikan,
6
khususnya menjadi salah satu kontribusi dalam materi pembelajaran konsep
nilai keadilan pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi peneliti
Peneitian ini memberi kesempatan kepada peneliti untuk lebih
menambah wawasan dan mendalami konsep nilai pendidikan Islam, serta
memberikan pedoman kepada peneliti untuk lebih berhati-hati dalam
bertindak dan mengambil keputusan yang berkaitan dengan orang lain,
terlebih kepada peserta didik kelak.
b. Bagi Lembaga Pendidikan
Memberikan kontribusi pemikiran kepada pihak-pihak yang
berperan penting dalam dunia pendidikan untuk lebih bijaksana ketika
mengambil keputusan, menentukan kebijakan untuk memberikan solusi
atas problematika yang berkaitan dengan anak didik dan demi kemajuan
lembaga serta perkembangan pendidikan Islam.
c. Bagi Masyarakat
Memberikan awarness kepada khalayak agar lebih memperhati-
kan, ikut serta mengawasi dan melaksanakan pendidikan Islam kapanpun,
dimanapun dan dalam situasi apapun.
E. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian riset kepustakaan (library
research) yaitu serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode
7
pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat serta mengolah bahan
penelitian (Zed, 2008:3). Penelusuran pustaka tidak hanya dimaksudkan
sebagai langkah awal untuk menyiapkan kerangka penelitian dan proposal
guna memperoleh informasi penelitian sejenis, memperdalam kajian teoritis
atau mempertajam metodologi, tetapi sekaligus memanfaatkan sumber
kepustakaan untuk memperoleh data penelitiannya. Tegasnya riset
kepustakaan membatasi kegiatannya hanya pada bahan-bahan koleksi
perpustakaan tanpa memerlukan riset lapangan (Zed, 2008:1-2). Jadi,
penelitian library research adalah penelitian yang memanfaatkan data-data
pustaka sebagai sumber utama dalam proses penelitian, dari tahap awal
sampai akhir.
Penelitian ini menggunakan metode pendekatan analisis isi (content
analysis) yaitu metodologi yang memanfaatkan seperangkat prosedur untuk
menarik kesimpulan yang sahih dari sebuah buku atau dokumen (Soejono,
2005:13). Metode analisis isi dipakai untuk meneliti dokumen yang berupa
teks, gambar, symbol dan sebagainya untuk memahami budaya dari suatu
konteks sosial tertentu. Analisis ini merujuk pada metode analisis yang
integratif dan konseptual untuk menemukan, mengidentifikasi, mengolah,
dan menganalisis dokumen untuk memahami makna, signifikansi dan
relevansinya (Bungin, 2001:203).
Penelitian ini juga menggunakan teknik wawancara sebagai metode
untuk mengumpulkan data penelitian berupa biografi penulis buku dan
8
infomasi tentang buku Playing “God” yang meliputi unsur ekstrinsik.
Menurut Umar (2011:51),
Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang
pelaksanaanya dapat dilakukan secara langsung berhadapan dengan yang
diwawancarai, tetapi dapat juga secara tidak langsung seperti
memberikan daftar pertanyaan untuk dijawab pada kesempatan lain.
Instrumen dapat berupa pedoman wawancara maupun checklist.
Jenis penelitian ini adalah library research dengan menggunakan
metode pendekatan content analysis sebagai metode untuk mengkaji konsep
nilai pendidikan Islam yang terdapat dalam buku Playing “God” dan
metode wawancara melalui e-mail kepada penulis Rully Roesli sebagai
sumber utama dan fokus pertama penelitian.
2. Sumber Data
Data-data dalam penelitian riset kepustakaan dapat berupa bahan cetak
atau karya grafis berupa buku, jurnal, majalah, koran berbagai laporan dan
dokumen, baik yg sudah diterbitkan atau belum. Ada juga bahan non-cetak
seperti hasil rekaman audio misalnya kaset, dan video film seperti mikrofilm,
mikrofis dan bahan elektronik lainnya seperti disket (pita magnetik) dan
kelongsong elektronik (catridge) yang berhubungan dengan teknologi
komputer (Zed, 2008:6). Adapun sumber data digunakan oleh peneliti
adalah:
a. Sumber Data Primer
Sumber data primer yang menjadi acuan utama dalam penelitian
adalah buku Playing “God” karya Rully Roesli yang diterbitkan pada
tahun 2012 sebagai data primer pertama, kemudian buku Pendidikan
9
Islam dalam Mencerdaskan Bangsa karya Haidar Putra Daulay dan
Nurgaya Pasa Tahun 2012 dan buku Pendidikan Karakter Perspektif
Islam karya Abdul Majid dan Dian Andayani tahun 2013 sebagai
pedoman dasar peneliti dalam memahami tentang hakikat konsep
pendidikan Islam dan nilai pendidikan Islam.
b. Sumber Data Sekunder
Studi dokumen adalah pengumpulan data yang dicari di dalam
dokumen atau sumber pustaka. Data tersebut adalah data sekunder yang
telah tertulis atau diolah oleh orang lain (Wirartha, 2006:36). Berikut ini
beberapa macam data sekunder, yaitu:
1) Buku-buku referensi, buku yang memuat informasi spesifik dan paling
umum, misalnya kamus, ensiklopedia, buku indeks, jurnal, artikel,
buku bibliografi, buku tahunan, atlas, buku direktori, kamus boigrafi,
koleksi khusus seperti naskah lama, kliping, pamflet, kaset, video, dsb
(Zed, 2008:10). Peneliti menggunakan yaitu jurnal Pendidikan Agama
Islam (Nilai-Nilai Dasar Pendidikan Islam) oleh Sarjono Volume 2 No.
2 tahun 2005, dan jurnal Kajian Pendidikan Islam (Pendidikan Islam
Berwawasan Multikultural; Sebuah Upaya Membangun Pemahaman
Keberagamaan Inklusif pada Umat Muslim) oleh Muhammad Aji
Nugroho Volume 8 No. 1 tahun 2016.
2) Bibliografi buku-buku teks, buku standar atau buku rujukan di bidang
disiplin ilmu tertentu (Zed, 2008:11). Untuk menuntun peneliti dalam
menyusun hasil studi kepustakaan ini peneliti merujuk pada buku
10
Metode Penelitian Kepustakaan karya Mestika Zed yang diterbitkan
pada tahun 2008 dan Pedoman Penulisan Skripsi FTIK IAIN Salatiga
tahun 2017.
3. Teknik Pengumpulan Data
Data-data penelitian ini diperoleh dengan menggunakan teknik
dokumentasi. Teknik dokumentasi adalah cara pengumpulan data melalui
peninggalan tertulis berupa arsip-arsip termasuk buku tentang pendapat teori,
dalil-dalil atau buku-buku yang berkenaan dengan masalah-masalah
penyelidikan (Nawawi, 1991:133). Teknik ini peneliti gunakan untuk
mengumpulkan data-data yang diperlukan dalam penelitian dengan cara
membaca dan menelaah buku-buku yang berkaitan dengan judul
pembahasan. Untuk kemudian data-data tersebut dianalisis kandungannya
guna menyelesaikan problematika dalam penelitian.
F. Kajian Pustaka
Penelitian terdahulu yang relevan dengan tema konsep nilai keadilan
yang peneliti kaji menjadi paparan yang memberikan acuan dalam
melaksanakan penelitian. Dengan melihat aspek-aspek perbedaan dan
kesamaan diantara masing-masing judul. Berikut ini beberapa tinjauan pustaka
yang berkaitan dengan penelitian ini:
Pertama, penelitian yang berjudul Analisis Nilai-Nilai Pendidikan
Islam Pada Novel “Negeri 5 Menara” Karya Ahmad Fuadi, yang diteliti oleh
Vinastria Sefriana dari jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah
dan Ilmu Keguruan, UIN Maulana Malik Ibrahim Malang tahun 2015. Hasil
11
dari penelitian tersebut adalah nilai pendidikan Islam meliputi 3 aspek yaitu:
nilai pendidikan aqidah (tauhid), nilai pendidikan syariah (ibadah), nilai
pendidikan Akhlak.
Kedua, Penelitian yang berjudul Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam
Karya Yusuf Mansur Oleh Istiqomah Tri Wijayanti dari jurusan Pendidikan
Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Universitas
Muhammadiyah Surakarta tahun 2017. Hasil dari penelitiannya adalah 6 nilai
pendidikan Islam yaitu: pendidikan aqidah, pendidikan ibadah, pendidikan
akhlak, pendidikan muamalah, pendidikan fikih, pendidikan al-Quran.
Ketiga, penelitian yang berjudul Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam
Kisah Umar Bin Khattab yang dikaji oleh Alvianita Eka Fatimah, dari jurusan
Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Universitas
Muhammadiyah Surakarta tahun 2014. Hasil penelitiannya merupakan 3 nilai
pendidikan terdiri dari nilai pendidikan aqidah, ibadah dan akhlak.
Beberapa tinjauan kepustakaan di atas memiliki kesamaan yaitu fokus
mengkaji aspek keadilan, menggunakan jenis penelitian library research.
Masing-masing penelitian terdapat perbedaan yaitu ruang lingkup atau cakupan
nilai pendidikan Islam. Ketiga penelitian mengkaji 3 nilai pendidikan utama
terdiri dari aqidah, ibadah dan akhlak. Sementara perbedaan pada penelitian
penelitian yang berjudul Konsep Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Buku
Playing “God” Karya Rully Roesli adalah lebih fokus kepada 2 aspek nilai
dasar pendidikan islam yaitu nilai ilahiyah dan insaniyah.
12
G. Sistematika Penulisan Skripsi
Untuk mempermudah dalam penyusunan penelitian ini maka diperlukan
kerangka sistematis yang dibagi dalam beberapa bab dan sub bab dengan
sistematika berikut ini:
Pada halaman pembuka mencakup halaman berlogo, halaman judul,
halaman persetujuan, halaman pengesahan, halaman pernyataan, halaman
motto, halaman persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi.
Bab I adalah Pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kajian pustaka, metode
penelitian dan sistematika penulisan skripsi.
Bab II berupa biografi naskah, yang mencakup biografi Rully Roesli,
karya-karya Rully Roesli, gambaran umum buku, sinopsis buku, kelebihan dan
kekurangan buku.
Bab III yaitu deskripsi anatomi muatan naskah yang meliputi nilai-nilai
pendidikan Islam yang ada di dalam buku dan subyektifitas pengarang buku.
Bab IV adalah pembahasan yang terdiri dari konsep nilai-nilai
pendidikan Islam dalam buku dan relevansi antara nilai pendidikan Islam
dalam buku dan kehidupan sehari-hari.
Bab V berupa halaman penutup yang terdiri dari kesimpulan, saran dan
sebagai akhir penelitian pada halaman selanjutnya disertakan daftar pustaka,
daftar riwayat hidup, dan daftar lampiran.
13
BAB II
BIOGRAFI NASKAH
A. Gambaran Umum Buku
Buku Playing “God” karya Rully Roesli memiliki sistematika tidak
jauh berbeda dengan buku pada umumnya yang terdiri dari judul buku, kata
pengantar, daftar isi, isi buku yang terbagi menjadi beberapa bab dan diakhiri
dengan riwayat hidup penulis, akan tetapi pembaca dapat melihat perbedaan
buku ini dengan buku lainnya.
Pada halaman pertama disajikan sebuah penggalan kalimat yang
diucapkan oleh kakak-kakak Prof. Rully, sebuah nasihat bijak yang
mengingatkan bahwa manusia memiliki kesempatan untuk berusaha demi
kebaikan hidupnya tetapi hasilnya akan kembali kepada ketetapan Allah
(Roesli, 2012:1),
“… kamu jangan takabur seolah kamu bisa menentukan nasib orang.
Jangankan cuma kamu. Ada seratus dokter atau lebih pun yang mencoba
menyelamatkan Harry, kalau Allah sudah berkehendak pasti akan terjadi.”
Halaman berikutnya merupakan judul buku dan profil buku. Kemudian
selanjutnya adalah halaman endorsement. Pada halaman ini terdapat empat
komentar singkat setelah membaca naskah Playing “God” oleh Samuel Mulia
seorang pengamat gaya hidup; Dr. Aam Amiruddin, M.Si. seorang intelektual
Muslim, narasumber program religi di sejumlah televisi; Amir Karamoy yaitu
ketua Dewan Pengurus Yayasan Peduli Ginjal (Yadugi); dan Prof. Dr. Med.
Tri Hanggono Achmad, Dekan FK Unpad.
14
Halaman berikutnya adalah persembahan oleh penulis dan dilanjutkan
dengan halaman daftar isi buku. Berbeda dengan buku lainnya, halaman
pengantar ditempatkan setelah daftar isi yang terdiri atas dua pengantar yaitu
pengantar oleh Hernowo Hasim yang diberi judul Kisah-Kisah Berharga
Seorang Dokter dan Pengantar oleh Budi Prayitno yang diberi judul Kata
Pengantar Playing “God”. Halaman selanjutnya merupakan halaman yang
mengenang sosok ibu dari penulis. Pembaca dapat mengenal mendiang
Eddhyana Roesli yang menjadi inspirator bagi penulis. Meskipun halaman-
halaman tersebut bukan termasuk pembahasan utama dari buku Playing “God”
namun halaman tersebut tidak bisa dilewatkan untuk dibaca karena memiliki
kesan mendalam dan nilai-nilai yang bisa diambil sebagai hikmah.
Pembahasan utama buku Playing “God” terdiri dari 5 bagian dengan
masing-masing topik:
1. Menentukan Nasib Orang Lain
Topik ini memperlihatkan bagaimana playing God saat seseorang
membuat keputusan penting yang bisa mempengaruhi kehidupan orang lain.
2. Menghakimi Diri Sendiri
Topik ini memperlihatkan playing “God” saat seseorang membuat
keputusan penting yang bisa mempengaruhi kehidupan dirinya sendiri.
3. Tuhan Bertindak dengan Cara yang Misterius
Topik ini memperlihatkan bagaimana playing God saat Tuhan telah
mengambil kembali hak prerogative seseorang untuk mengambil keputusan
penting yang bisa mempengaruhi kehidupan orang lain atau dirinya sendiri.
15
4. Mengenal Sosok Seorang Dokter
Topik ini memperlihatkan playing God dengan mengenal bagaimana
sebenarnya sosok dokter yang dianggap sebagai penolong kehidupan. Sosok
yang dikatakan mampu mempengaruhi hidup-mati pasien-pasiennya juga
merupakan makhluk yang tunduk kepada ketetapan Tuhan.
5. Saat Menghadapi Akhir Kehidupan Kita
Topik ini memperlihatkan bagaimana playing God saat menghadapi
akhir kehidupan yang digambarkan melalui kisah adik penulis sendiri yaitu
Harry Roesli (alm.) dan kisah-kisah lain.
Halaman terakhir tentu memuat biografi singkat penulis agar pembaca
bisa lebih mengenal penulis. Halaman ini memuat profil Rully Roesli dan
keluarga, pendidikan, karir, bahkan sedikit hobi yang ditekuni oleh penulis.
B. Sinopsis Buku
Buku Playing “God” berisi pengalaman penulis selama kariernya
sebagai seorang dokter, dosen, kakak, dan anak dari kedua orang tuanya. Ia
telah melalui banyak kejadian dimana beliau dituntut untuk mengambil sebuah
keputusan besar yang mempengaruhi hidupnya dan orang lain. Dari kejadian-
kejadian tersebut banyak hikmah dan nilai moral yang dapat diambil.
Buku ini tidak hanya memuat pengalaman pribadi penulis tetapi juga
mengisahkan peristiwa-peristiwa yang dialami orang-orang sekitarnya.
Menampilkan hikmah dari setiap kejadian. Ada beragam nilai pendidikan yang
dapat diambil hikmah dan dijadikan pelajaran karena sangat relevan dengan
kehidupan dan relevan apabila disampaikan untuk pembelajaran materi
16
pendidikan agama Islam di kelas. Penulis berharap dengan hadirnya buku ini
dapat menjadikan pengalamannya bermanfaat tidak hanya untuk dirinya sendiri
tetapi bermanfaat bagi orang banyak. Menampilkan hikmah dari setiap
kejadian. Ada beragam nilai pendidikan yang dapat diambil hikmah dan
dijadikan pelajaran karena sangat relevan dengan kehidupan dan relevan
apabila disampaikan untuk pembelajaran materi pendidikan agama Islam di
kelas.
Isi buku Playing “God” menggambarkan kekhawatiran yang dialami
oleh Prof. Rully ketika harus menentukan suatu keputusan menyangkut hidup
orang lain. Rasa putus asa para pasien yang tidak kuat menerima keaadaan,
pasien yang semangat, pantang menyerah untuk mendapat kesembuhan dengan
mengusahakan berbagai macam cara. Ada pula suasana yang mengejutkan
ketika sesuatu yang sebelumnya tidak diprediksi tiba-tiba terjadi tanpa ada
peringatan.
Setiap hari jum‟at, Prof. Rully dan para staf mengadakan rapat untuk
menentukan pasien mana yang akan mendapat pembebasan biaya cuci darah.
Seperti gladiator di Roma, mereka menentukan hidup dan mati pasien.
Keputusan akhir didasarkan pada banyaknya suara yang diberikan oleh anggota
rapat, untuk selanjutnya akan mendapatkan bantuan. Bila tidak? Mungkin
pasien tersebut akan meninggal karena kehabisan biaya pengobatan.
Itu adalah salah satu kegundahan Rully Roesli, seorang dokter ahli
ginjal yang prihatin melihat susahnya jadi orang sakit di zaman sekarang.
Betapa mahalnya biaya kesehatan dan terbatasnya subsidi. Dulu dia bercita-cita
17
menjadi dokter semata dilandasi kepedulian terhadap sesama. Dia tidak pernah
menyangka bahwa kondisi mengharuskannya terjebak dalam perang batin.
Bertindak seolah “Tuhan” dengan menentukan siapa yang bisa mendapatkan
subsidi cuci darah dan siapa yang harus menyerah untuk mati karena tidak
mendapat bantuan biaya pengobatan gagal ginjal. Memang miris, pelayanan
kesehatan di Indonesia masih amburadul dan tidak memihak rakyat. Bahkan,
kemudian muncul istilah seperti “Sadikin” sakit jadi miskin, dan euthanasikon,
menyerah pada penyakit karena kondisi keuangan tidak memungkinkan.
Di buku ini, Rully Roesli menyuarakan keprihatinannya sebagai dokter
ke dalam 5 pokok pembahasan yang menarik. Membicarakan bagaimana
kekuasaan manusia atas dirinya dan orang di sekelilingnya, serta keagungan
ketetapan Allah dalam mengatur makhluk-Nya ke dalam kisah-kisah inspiratif.
Menceritakan bagaimana suatu playing God sebenarnya merupakan sesuatu
yang selalu terjadi dalam kehidupan baik itu melalui tangan-tangan manusia
dan Tuhan secara misterius.
Dua bagian pertama menjelaskan bahwa manusia memiliki kekuatan
yang sangat besar untuk mempengaruhi hidupnya dan hidup orang lain. Setiap
tindakan secara sadar dan tidak mampu mengubah jalan kehidupan. Meskipun
setting dari kisah-kisah yang disajikan oleh penulis berputar pada kehidupan
dokter dan pasien tetapi penjelasan yang di berikan mampu menyadarkan
bahwa hal tersebut bermakna sangat luas. Setiap profesi, kedudukan, status
sosial tidak ada pengecualian.
18
Pembahasan yang ketiga membicarakan tentang ketetapan Allah kepada
makhluk-Nya. Pada bagian ini penulis berhasil mengangkat hakikat manusia.
Bahwa sekuat-kuatnya manusia ternyata ada kekuatan lain yang lebih berkuasa
yaitu Allah Swt. sebagai pencipta dan pemilik alam semesta. Seringkali
manusia dibutakan oleh kekuasaan yang dimilikinya, sehingga merasa bisa
berlaku sewenang-wenang. Meskipun sudah ada ketetapan dari Allah Swt.
tidak semuanya multak karena ada ketetapan yang dapat diubah dengan jalan
usaha. Manusia diberikan kesempatan untuk mengubah nasib yang telah
tertulis. Seperti pesan di dalam buku harian mendiang ibu Prof. Rully (Roesli,
2012:37),
“Tuhan berilah anakku kepasrahan untuk menerima suatu keadaan yang
tidak dapat diubahnya. Keberanian untuk melakukan perubahan untuk
keadaan yang bisa diubahnya. Kebijaksanaan untuk membedakan
keduanya.”
Bagian keempat penulis berusaha memperlihatkan sosok dokter
sesungguhnya. Dokter yang hanyalah manusia biasa yang bisa melakukan
kesalahan dan juga bisa sakit. Dokter juga bukan indigo yang bisa tahu semua
hal. Dokter tidak serta merta tahu keadaan pasiennya, diperlukan pemeriksaan
dan diagnosis. Meskipun tujuan dan tugas dokter adalah mengobati pasien,
sesungguhnya tekad pasien itu sendiri juga mempengaruhi kesehatannya.
Diperlukan kerjasama antara dokter dan si pasien. Dokter juga terikat dengan
banyak aturan baik itu kode etik, disiplin dan undang-undang.
Pokok pembahasan terakhir penulis mengisahkan tentang menghadapi
sakaratul maut. Bahwa siapapun, dimanapun, kapanpun dan bagaimanapun
pasti menghadapi kematian. Tinggal bagaimana nanti kita mempersiapkan
19
bekal yang terbaik untuk menghadapinya. Kematian adalah takdir yang tidak
dapat diubah ketika sudah tiba masanya tidak ada cara untuk menghindarinya.
Pada pembahasan ini penulis mengisahkan adiknya sendiri, Harry Roesli.
Suatu saat orang-orang yang kita kasihi pasti akan pergi atau bahkan diri kita
yang terlebih dahulu meninggalkan orang-orang yang kita kasihi. Kesedihan
tentu akan menghinggapi siapa saja yang ditinggalkan tetapi kita tidak boleh
terus larut karena kehidupan masih berlanjut dan tidak boleh takabur merasa
mampu menyelamatkan orang dari kematian.
Amanat pengarang yang tersirat dalam isi buku Playing “God” adalah
nasihat agar berusaha untuk selalu berrhati-hati dalam mengambil setiap
keputusan atau tindakan karena sedikit banyak hal tersebut tidak hanya
mempengaruhi hidup diri sendiri tetapi orang lain yang ada di sekeliling kita.
C. Kelebihan Buku
Buku Playing “God” karya Rully Roesli bukanlah satu-satunya buku
yang mengangkat tentang isu keadilan. Akan tetapi konten di dalam buku ini
memiliki keistimewaan yang perlu diperhitungkan sebagai buku pembelajaran
yang efektif, antara lain:
1. Menggunakan kisah sebagai metode pembelajaran sehingga mempermudah
pembaca untuk memahami teori adil. Kisah yang tertuang di dalam buku ini
merupakan pengalaman yang diibaratkan sebagai potret lama. Setiap potret
memiliki makna, dengan melihat kembali potret tersebut maka dapat
mengingat kenangan di dalamnya.
20
2. Setiap pembahasan selalu disisipkan kata-kata bijak yang mengandung
hikmah untuk diteladani. Pemilihan kata yang tepat adalah hal yang penting
untuk menyampaikan pesan. Dalam buku ini penulis menggunakah kata-
kata yang mudah dan penjelasan terhadap istilah yang digunakan cukup
untuk dipahami oleh pembaca awan sekalipun. Sehingga dari halaman
pertama sampai akhir sangat sayang untuk dilewatkan.
3. Pokok utama kandungan buku ini adalah nilai adil yang mengangkat tiga
keadilan yaitu keadilan dari manusia untuk diri sendiri, keadilan dari
manusia untuk orang lain, keadilan dari Allah Swt untuk makhluk-Nya. Jadi,
setiap kisah akan membawa pembaca melihat realita dari pengimplementasi-
an nilai adil yang dilakukan oleh manusia dan nilai adil oleh Allah Swt.
kepada makhluk-Nya.
Komentar-komentar terhadap buku Playing “God” karya Rully Roesli
ini pun positif, beberapa di antaranya:
a. Samuel Mulia, seorang pengamat gaya hidup berpendapat (Roesli, 2012:5),
Buku ini mampu membuat saya menambah daftar permohonan doa:
“Jadikan aku pasien yang bernurani dan berhati bijak, bukan yang bermulut
menjerit dan berperilaku seperti dewa. Berikan pengertian kepadaku bahwa
tubuhku adalah rumah-Mu. Sehingga aku bisa berpikir bahwa menjadikan
pasien sehat itu bukan pekerjaan utama dokter. Tetap aku yang mencintai-
Mu.”
b. Dr. Aam Amiruddin, M.Si., seorang intelektual Muslim dan narasumber
program religi di sejumlah televise memberikan komentar (Roeli, 2012:5),
Sangat inspiratif! Itulah yang tebersit dalam pikiran saya saat membaca
lembar demi lembar buku yang ditulis Prof. Rully Roesli. Tulisan dalam
buku ini dibingkai dengan logika ilmiah yang mudah dicerna, dipupuk
dengan nilai-nilai spiritual yang dalam, dihias dengan kearifan penulisnya
yang tajam.
21
c. Prof. Dr. Med. Tri Hanggono Achmad, Dekan di Fakultas Kedokteran
Universitas Padjadjaran mengatakan (Roesli, 2012:6),
Dengan gaya bertuturnya yang sangat lugas dan menyentuh, melalui buku
Playing “God”, Prof. Rully mengajak pembacanya untuk berkontemplasi
tentang batas-batas kewenangan dalam relasi antara Tuhan dan manusia.
Buku ini dapat menjadi sumber hikmah dan inspirasi tidak saja bagi
sejawatnya, anak didiknya, tetapi juga masyarakat pada umumnya agar
mengenal lebih dalam profesi dokter.
D. Kelemahan Buku
Buku Playing “God” ini memiliki beberapa kelemahan jika dilihat dari
unsur-unsur instrinsik buku, yaitu:
1. Detail latar waktu kurang spesisfik sehingga pada beberapa bagian kurang
dapat diketahui kapan lebih tepatnya kejadian berlangsung. Karena dari
awal penulisan sampai akhir tidak semuanya berurutan sesuai kronologi.
2. Minimnya penggambaran setiap karakter yang ada di dalam kisah. Karena
buku Playing “God” terdiri dari kumpulan kisah, ada lebih dari 15 peristiwa
yang ditulis di dalam buku dan setiap kisah hanya menggunakan sedikit
penjelasan penokohan.
3. Kedua unsur instinsik di atas berdampak pada kesulitan menentukan jenis
plot yang digunakan. Alur keseluruhan buku akan menjadi rancu jika
dijelaskan dengan langkah-langkah plot antara pengenalan, pemunculan
konflik, konflik memuncak, konflik menurun, penyelesaian.
E. Biografi Rully Roesli
Rully Marsis Amirullah Roesli adalah seorang dokter ahli ginjal yang
suka menulis. Cucu dari sastrawan Marah Roesli dan kakak dari musikus Harry
Roesli (alm.), ini sudah sering menulis di majalah dan jurnal. Buku Playing
22
“God” adalah kumpulan tulisan dan perenungan yang terinspirasi kisah nyata
dari pengalamannya sehari-hari sebagai dokter.
Rully lahir di Solo, 23 Juli 1948. Ayahnya, Rushan Roesli (alm.) adalah
seorang tentara (pensiunan mayor jenderal) dan ibunya, Eddhyana Roesli
(alm.) adalah seorang dokter anak. Rully merupakan anak ke-3 dari empat
bersaudara. Kakak tertua, Ratwini Sumarso-Roesli adalah seorang dokter THT
yang berpraktik di Jakarta. Kakak kedua, Utami Roesli adalah sseorang dokter
anak yang aktif dalam kampanye penggunaan ASI di seluruh Indonesia.
Adiknya, Harry Roesli (alm.) dikenal sebagai pemusik Bengal dari Bandung.
Kakeknya, Marah Roesli dikenal sebagai pengarang buku Siti Nurbaya. Rully
dikaruniai 2 putra dan 4 cucu.
Sosok ibu bagi Rully adalah inspirator untuk menjadi dokter yang baik.
Eddhyana sudah menjadi dokter pada tahun 1941. Beliau adalah lulusan GH
(Geneeskunde Hogeschool) pada zaman penjajahan Belanda. GH merupakan
cikal bakal Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, di Jalan Salemba,
Jakarta. Masa penjajahan Belanda yang diikuti oleh penjajahan Jepang dan
kemudian perang revolusi kemerdekaan, menjadikan dokter memiliki banyak
tuntutan karena pada masa itu minim fasilitas dan peralatan. Sementara
ayahnya tidak dapat mendampingi karena harus bergerilya di hutan-hutan
melawan penjajah Belanda dan Jepang. Dahulu ibu dan kakak perempuannya
pernah berjalan kaki, long march dari Semarang sampai Solo tanpa membawa
harta benda selain baju yang dipakai (Roesli, 2012:32). Mereka lari dari
kejaran tentara Jepang yang mencari ayahnya. Di Solo, ibunya memulai
23
karirnya sebagai dokter dari nol. Membuka praktik dan bersosialisasi dengan
masyarakat. Sampai beliau menjadi dokter istana Kerajaan Mangkunegara.
Beberapa tahun kemudian keluarganya pindah ke Bandung mengikuti ayahnya,
perwira di Divisi Siliwangi, yang pasukannya hijrah ke Jawa Barat. Ibunya
selalu mencontohkan peristiwa ini kepada anak-anaknya “Nah itulah jangan
mengandalkan harta. Dalam sekejap bisa lenyap. Andalkanlah ilmu. Dengan
ilmu kamu bisa mencari harta lagi.” Masa-masa sulit itu ternyata membuat
kedua orangtuanya menjadi pribadi yang tegar dengan prinsip yang tegas.
Sesuatu yang ingin mereka wariskan kepada anak-anaknya (Roesli, 2012:33).
Satu nasihat dari orang tuanya ketika Rully lulus menjadi dokter
“Jadilah dokter yang baik, jangan jadikan harta sebagai tujuanmu. Jika kamu
menjadi dokter yang baik, pasien akan mencarimu dan harta akan
menghampirimu dengan sendirinya.” Nasihat tersebut telah dibuktikan sendiri
oleh ibunya. Beliau pernah menjadi dokter paling laris di Bandung. Karena
tirai jendela ruang tunggu pasien berwarna hijau tua, tempat praktiknya sering
disebut Klinik Layar Hejo. Pasiennya ratusan per hari dari kalangan yang
bervariasi, mulai wali Kota Bandung sampai penarik becak. Sebagian
diantaranya digratiskan, sebagian lagi malah diberi uang untuk membeli obat.
Meskipun demikian kehidupan keluarganya tidak pernah kekurangan walaupun
tidak mewah (Roesli, 2012:34).
Rully menghabiskan masa kecilnya di Bandung dan kuliah di Fakultas
Kedokteran Universitas Padjadjaran (FK Unpad). Setelah lulus, Rully
melanjutkan spesialisasi pendidikan ilmu penyakit dalam di FK Unpad. Setelah
24
itu, dia mendapat pelatihan untuk menjadi konsultan (ahli) Ginjal dan
Hipertensi di Groningen, Belanda (1986-1987) dan Universitas Klinik Essen,
Jerman (1988). Pendidikan S3 ditempuhnya di Universitas Antwerpen, Belgia
(1992-1996). Rully menyandang gelar Guru Besar (profesor) dalam bidang
Kedokteran sejak 2006.
Sampai saat ini Rully masih tercatat sebagai staf pengajar di FK Unpad
dari RS Hasan Sadikin, Bandung. Rully pernah menjabat sebagai Kepala
Bagian Ilmu Penyakit Dalam (2001-2009), Ketua Komite Medik RS Hasan
Sadikin (2006-2009), dan Sekertaris Senat FK Unpad (2006-2009).
Hobi utamanya adalah berselancar di internet. Terkadang Rully
menyanyi untuk melepas stress, meski hanya di kalangan terbatas karena takut
yang mendengar nyanyiannya menjadi stres. Rully tidak mempunyai hobi
olahraga mengingat kaki kirinya terserang polio sejak usia 5 tahun tetapi dia
sedikit mahir bermain tenis meja dan golf (Roesli, 2012:197-198).
Ada kisah tentang polio yang menyerang Rully. Sebenarnya kedua
kakinya terkena polio. Berkat kegigihan kedua orang tuanya yang tidak henti
mengusahakan pengobatan dari berbagai dokter dan terapi alternative akhirnya
kaki kanan Rully sembuh.
Mengetahui kondisi kaki kiri Rully yang tidak bisa diselamatkan lantas
orang tuanya menjaga perkembangan mentalnya agar tidak terpuruk ke dalam
kesedihan atau putus asa. Mereka menjaga tanpa memanjakan sehingga Rully
mampu menghadapi fase kehidupan tanpa merasa rendah diri atas apa yang
menimpanya. Dalam buku harian mendiang ibunya menuliskan pesan untuk
25
anak-anaknya, pesan untuk Rully berbunyi, “Tuhan berilah anakku kepasrahan
untuk menerima suatu keadaan tang tidak dapat diubahnya. Keberanian untuk
melakukan perubahan unuk keadaan yang bisa diubahnya. Kebijaksanaan
untuk dapat membedakan keduanya.” (Roesli, 2012:35-37).
Hernowo hasim, pengarang buku Mengikat Makna adalah sosok yang
menjadi sahabat sekaligus guru dalam hal menulis. Awalnya ia tidak tahu
banyak tentang sosok Rully Roesli. Hernowo lebih akrab dengan adikya, Harry
Roesli (alm.) dan kakeknya Marah Roesli (alm.). Hernowo dan Prof Rully
dikenalkan oleh seorang dokter yang juga penulis buku. Dari pertemuan
pertama diketahui bahwa Prof Rully banyak menulis karya ilmiah dan
berkeinginan menulis hal popular yang dapat dinikmati oleh banyak orang.
Selebihnya komunikasi dilakukan secara online terutama lewat facebook
(Roesli, 2012:15-17).
F. Karya-karya Rully Roesli
Prof. Rully berkarya dalam bidang medis dan kisah nyata yaitu
beberapa pengalaman beliau dan orang-orang di sekitarnya yang mengisahkan
peristiwa-peristiwa dalam dunia medis berkaitan dengan unsur keagamaan.
Karya-karya beliau antara lain:
1. Diagnosis dan Pengelolaan Gangguan Ginjal Akut (2011)
Buku karya Prof. Rully ini merupakan buku farmakologi yang
mengangkat kajian tentang penyakit ginjal. Buku yang bertujuan untuk
memajukan perkembanngan dunia kesehatan terutama dalam spesialis ginjal.
Buku ini membantu pembaca untuk lebih mengenali tanda-tanda gangguan
26
ginjal sehingga dapat mengetahui diagnosis dan cara yang tepat untuk
menangani gangguan ginjal yang dialami.
2. Playying “God” (2012)
Buku yang memuat berbagai kisah inspiratif dari pengalaman hidup
Prof. Rully dan pengalaman orang lain. Memiliki fokus utama pembahasan
tentang playing God “berperan sebagai Tuhan”, yang diperankan oleh
manusia dan Allah Swt. Memperlihatkan bagaimana hebatnya manusia bisa
mempengaruhi hidup orang lain dan kekuasaan Allah Swt. terhadap
makhluk-Nya. Mengajak para pembacanya untuk lebih berhati-hati dalam
melakukan segala sesuatu.
3. Change Your Destiny (2018)
Berbeda dengan buku Playing “God”, buku ini menceritakan kisah
inspiratif dari berbagai tokoh hebat. Fokus utama buku Change Your
Destiny adalah semangat juang untuk memperbaiki nasib, semangat untuk
berusaha ketika keadaan sulit. Mengajak pembacanya untuk lebih mengenal
dirinya dan memaksimalkan potensi yang dimiliki.
Buku-buku beliau yang telah di terbitkan merupakan karya yang isinya
lebih banyak tentang pengalamannya selama berkecimpung di dunia
kedokteran. Beliau ingin berbagi pengalaman kepada para pembaca. Berbagi
cerita tentang orang-orang, tentang peristiwa. Pengalaman-pengalaman ini
diibaratkan sebagai potret yang merekam pernak-pernik di balik peristiwa.
Beliau juga mencoba mengkaitkan peristiwa dengan penggalan dalil yang
bersumber dari kitab suci Al-Qur‟an sehingga menambah nuansa religious.
27
BAB III
DESKRIPSI ANATOMI MUATAN NASKAH
A. Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Buku Playing “God”
Buku Playing “God” memiliki pembahasan yang ditulis berdasarkan
berbagai kisah hidup yang mengandung beragam nilai. Nilai-nilai tersebut
dapat dikelompokkan menjadi dua nilai, nilai ilahiyah dan nilai insaniyah.
1. Nilai Ilahiyah
Nilai ilahiyah adalah nilai-nilai keagamaan pribadi yang harus
ditanamkan kepada setiap anak didik, nilai ini merupakan wujud nyata dari
jiwa ketuhanan dan menjadi inti kegiatan pendidikan (Majid; Dian,
2013:93). Dari hasil analisis terhadap isi buku Playing “God”, peneliti
berhasil menemukan nilai-nilai ilahiyah, sebagai berikut:
a. Iman
Iman adalah sikap penuh kepercayaan kepada Allah Swt. Jadi
tidak cukup kita hanya percaya adanya Allah, melainkan harus
meningkat menjadi sikap mempercayai kepada adanya Tuhan dan
menaruh kepercayaan kepada-Nya (Majid; Dian, 2013:93). Adapun
contoh-contoh sikap atau perilaku yang menunjukkan nilai iman pada
buku Playing “God” antara lain:
1) Menunjukkan adanya nilai iman terhadap takdir Allah Swt. (Roesli,
2012:36-37),
Pesan untukku beliau tulis bulan Agustus tahun 1987, jika
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia mungkin akan berarti
sebagai berikut: “Tuhan berilah anakku kepasrahan untuk
menerima suatu keadaan yang tidak dapat diubahnya. Keberanian
28
untuk melakukan perubahan untuk keadaan yang bisa diubahnya.
Kebijaksanaan untuk dapat membedakan keduanya.”
Salah satu organisasi politik dewasa ini melakukan kampanye dan
menggunakan jargon “Perubahan adalah pilihan”. Tampaknya
ibuku lebih bijaksana karena beliau juga menambahkan bahwa
harus diketahui mana yang bisa diubah dan mana yang tidak.
Berusaha mengubah sesuatu yang tidak mungkin dirombak hanya
akan membuahkan kekecewaan (Roesli, 2012:36-37).
2) Yakin akan datangnya hari akhir (Roesli, 2012:45), “Untuk
menghindari beban batin, aku mengajak stafku turut menentukan.
Sebenarnya, aku bisa menggunakan semacam hak veto. Apakah aku
bisa dibilang pengecut? Takut mempertanggungjawabkan perbuatanku
di hadapan Allah Swt. nanti?”
3) Mempercayai bahwa Allah Swt., yang menciptakan semua yang ada
di alam semesta termasuk penyakit dan obat (Roesli, 2012:123-124),
Sebagai seorang Muslim, kita yakin bahwa kesembuhan hanyalah
milik-Nya. Peran dokter sebagai penyebabnya tersurat pada dialog
antara Ibrahim a.s. dan Allah. Pada suatu saat, dia bertanya kepada
Allah, “Wahai Tuhanku! Dari manakah asalnya penyakit?” Allah
menjawab, “Dari Aku.” Ibrahim a.s. bertanya lagi, “Dari manakah
datangnya obat?” Allah menjawab, “Dari Aku.” Ibrahim a.s. masih
bertanya, “Jika demikian, apa peran dokter?” Allah menjawab,
“Dia adalah orang yang aku kirim dan di tangannya terletak
penyebab kesembuhan.”
b. Islam
Yaitu sikap pasrah kepada-Nya dengan meyakini apapun yang
datang dari Allah mengandung hikmah kebaikan yang tidak mungkin
diketahui seluruh wujudnya oleh kita yang dhaif (Majid; Dian, 2013:93).
Nilai Islam dapat diteladani dari beberapa kutipan pada buku Playing
“God‟ menunjukkan berbagai hikmah yaitu:
29
1) Husnudzon kepada Allah Swt. terdapat pada kutipan berikut (Roesli,
2012:8),
Kita telah meminta “jalan yang kurus” dan yakinlah bahwa Allah
Swt. akan menganugerahkannya. Tetapi jalan lurus yang diberikan,
belum tentu mudah. Walaupun demikian, tetap harus kita lalui
karena itu adalah jalan yang telah ditunjukkan kepada kita masing-
masing. Jangan sekali-kali menyimpang. Kita akan tersesat!
Percayalah bahwa itu jalan yang paling lurus dalam perjalanan
hidup menuju kenikmatan haribaan Ilahi.
2) Yakin bahwa setip do‟a memiliki manfaat (Roesli, 2012:122),
Apa pengaruh doa terhadap kesembuhan? Inilah yang dipelajari Dr.
Dhiyak Al-Haj Husen, seorang pakar kesehatan bidang rematik di
Inggris. .… Dia melakukan penelitian terhadap penderita penyakit
punggung lebih dari tiga bulan. Para pasien tersebut dibagi menjadi
dua kelompok. Kelompok pertama dengan menggunakan sinar
laser ringan saja di 40 titik akupuntur. Kelompok kedua melakukan
hal yang sama, ditambah dengan doa yang diajarkan Rasul saw.:
“Aku memohon kepada Allah Ya Maha Agung, Tuhan pencipta
singgasana yang agung agar berkenan menyembuhkan.” Doa
tersebut dibaca sebanyak tujuh kali di setiap titik akupuntur saat
menggunakan laser. Penilaian tingkat rasa sakit dan sejauh mana
kemampuan pasien untuk membungkuk (ruku‟) dilakukan langsung
setelah selesai terapi, kemudian setelah 4 pekan, 8 pekan, 12 pekan,
dan setelah 6 bulan. Hasilnya sangat mengagumkan. Kelompok
yang juga menggunakan doa ternyata sudah mengalami proses
kesembuhan secara signifikan sejak selesai terapi dan terus
meningkat kesembuhannya sampai setelah enam bulan berikutnya.
Sedangkan yang tidak menggunakan doa hanya mengalami sedikit
perubahan sejak selesai terapi dan setelah beberapa pekan saja.
Setelah dua bulan, rasa sakit datang kembali.
c. Ihsan
Yaitu kesadaran sedalam-dalamnya bahwa Allah selalu bersama
kita dimanapun kita berada, sehingga mendorong untuk berbuat sebaik
mungkin dan penuh rasa tanggung jawab dan menjaga diri dari segala
sesuatu yang tidak diridhainya (Majid; Dian, 2013:93). Nilai ini dapat
diteladani dari berbagai kisah dalam buku Playing “God”, yaitu:
30
1) Senantiasa mengingat bahwa kemewahan hidup di dunia adalah
pemberian dari Allah Swt. (Rully, 2012:23-24),
Sehebat-hebatnya manusia selalu memiliki keterbatasan, … di atas
segala keahlian dan kepakaran serta kekuasaan manusia, ada
Kemahakuasaan Ilahi yang tak bisa dicegah. …. Teringat saya pada
sebait lagu Bimbo yyang berjudul “Barang Titipan”:
Sebenarnya kita tak punya apa-apa
Semua ini titipan saja …
Badan kita, nyawa kita, istri kita, suami kita …
Anak kita, harta kita, jabatan, tabungan tanah dan rumah
Semua ini titipan saja …
Suatu hari barang titipan,
Harus dikembalikan yang punya tak bilang kapan
Kita saja yang rapi menyiapkan
Malam ini … seminggu lagi … tahun depan harus rapi
dikembalikan
2) Kesadaran bahwa setiap tindakan selalu dilihat dan dicatat oleh
malaikat Allah Swt. (Roesli, 2012:155-156),
Almarhumah ibuku seorang dokter yang lulus pada tahun 1941 dan
berpraktik sampai tahun 2005. Pada zamannya, tidak dikenal
Undang-Undang Praktik Kedokteran ataupun Komisi Etik dan
Disiplin. Menurut beliau pada zamannya, hubungan yang terjadi
adalah antara pasien, dokter, dan Tuhan. Karena tanggung jawab
dokter lebih banyak kepada Tuhan. Hampir tanpa pengawasan
pihak lain. Oleh karena itu, beliau mempunyai moto yang
dituliskannya dalam bahasa inggris, dengan terjemahan kira-kira
seperti ini: Ya Tuhanku, pandulah aku dalam membuat keputusan
yang menyangkut pasienku. Kumohon diberikan rasa percaya diri
dan kebijaksanaan. Aku tahu bahwa ilmu yang kupunyai saat ini,
adalah atas ridho-Mu. Hanya Engkau dan Engkau sajalah yang
Terpuji atas semua yang aku lakukan.
d. Taqwa
Yaitu berusaha hanya berbuat apa yang diridhai dan menjaga diri
dari segala sesuatu yang tidak diridhai-Nya (Majid; Dian, 2013:93). Pada
buku Playing “God”, hal tersebut ditunjukkan oleh point-point berikut:
31
1) Menjaga pelaksanaan dan pengelolaan zakat (Roesli, 2012:62-63),
Indonesia adalah Negara dengan penduduk beragama Islam
terbanyak di dunia. Asian Development Bank (ADB) dan Badan
Amil Zakat Nasional (Baznas) membuat kajian bahwa potensi
pengumpulan zakat di Indonesia dapat mencapai Rp217 triliun.
Dana zakat yang terkumpul pada 2007 adalah 850 miliar.
Meningkat dari tahun-tahun sebelumnya, tetapi masih jauh dari
potensi sebenarnya.
Indonesia memiliki UU No. 38 Tahun 1999 yang disempurnakan
dengan UU No. 17 Tahun 2000 tentang pengelolaan zakat. Namun
faktanya, belum mampu menggugah kesadaran masyarakat mampu
untuk berzakat. Berbeda dengan Malaysia yang meski belum
memiliki UU untuk mengatur masalah zakat, mereka telah mampu
memanfaatkan zakat sebagai sumber dana untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Anggota masyarakat di sana yang belum
memiliki gaji tetap, memperoleh gaji tetap dari dana zakat yang
terkumpul. Khalifah Umar bin Khatab (12-22 H) di Yaman dan
Khalifah Umar bi Abdul Aziz (99-101 H) di Mesir, berhasil
menaggulangi kemiskinan dengan pengumpulan zakat.
Apakah anda sudah membayar zakat dengan benar? Apakah saya
sudah membayar zakat dengan benar? Apakah kita semua telah
membayar zakat dengan benar? Bukankah kita semua diwajibkan
membayar zakat, seperti anjuran dalam Al-Qur‟an.
2) Menjaga amal shaleh (Roesli, 2012:184-186),
“Dan sesungguhnya (ukuran) semua amal perbuatan itu ialah
penutupnya.” …. Akhir hidup yang baik sulit didapat jika kita
sehari-harinya tidak taat kepada Allah dan taat kepada Rasul. Oleh
karena itu supaya akhir hidup kita menjadi baik (khusnul khatimah),
maka mulai sekarang harus menjadi orang yang taat kepada Allah,
taat kepada Rasul dan selalu beramal saleh. Orang yang doanya
akan dikabulkan oleh Allah adalah mereka yang beriman, taat,
mengamalkan sunnah Rasul, banyak beramal saleh, berjasa kepada
orang lain, dan menjauhi dosa dan maksiat.
Kutipan (Roesli, 2012:186),
Dokter Purwa baru usai memeriksa pasien, kemudian permisi
menunaikan ibadah shalat Maghrib. Beliau shalat di kamar ganti
perawat yang letaknya tidak jauh dari tempat perawat yang
letaknya tidak jauh dari tempat perawat mengawasi pasien-pasien
kritis. Di tengah-tengah shalat, tiba-tiba dr. Purwa terkulai. Para
perawat kaget dan bertanya, “Kenapa, Dok?” Saat diperiksa,
ternyata denyut janung dan tekanan darah tidak teraba lagi. Mereka
32
berusaha melakukan RJP dan memanggil dokter ahli jantung, tapi
tidak berhasil. Beliau sudah meninggal.
Semasa kuliah, beliau dikenal sangat rajin dan aktif dalam kegiatan
masjid kampus. Saat menjadi dokter pun kepribadiannya tidak
tercela. Beliau disayang oleh teman sejawat dan para perawat
karena tutur sapanya yang sopan. Aku juga baru tahu kemudian
bahwa dr. Purwa mempunyai banyak sekali anak asuh yang sekolah
atas biaya beliau. Dokter Purwa tidak pernah mengeluh atau
dikenal mengidap penyakit apapun. Kematiannya terjadi sangat
mendadak. Apakah ini tanda-tanda meninggal dengan husnul
khatimah? Wallahu a‟lam.
e. Ikhlas
Yaitu sikap murni dalam segala tingkah laku semata-mata demi
memperoleh ridha Allah, bebas dari pamrih lahir dan batin, tertutup
maupun terbuka (Majid; Dian, 2013:94). Hal ini digambarkan oleh Prof.
Rully dalam kutipan buku Playing “God” (Roesli, 2012:34) berikut,
Satu nasihat pada saat aku lulus menjadi dokter adalah: “Jadilah
dokter yang baik, jangan jadikan harta sebagai tujuanmu. Jika kamu
menjadi dokter yang baik, pasien akan mencarimu dan harta akan
menghampirimu dengan sendirinya.” Menurutku, nasihat ini sangat
filosofis dan rasional. Bohong kalau seorang dokter tidak memerlukan
harta, tetapi menjadi dokter yang baiklah yang seharusnya menjadi
ujuan utama. Tentunya kita tidak boleh menolak rezeki yang
dilimpahkan Allah Swt. melalui profesi sebagai dokter.
Kemudian pada kutipan (Roesli, 2012:88-89),
Bagaimana beratnya perjalanan hidup yang dihadapi, seseorang harus
menjalaninya dengan ikhlas dan tidak berputus asa. Secara tegas Al-
Qur‟an menyatakan … sesungguhnya yang berputus asa dari rahmat
Allah, hanyalah orang-orang yang kafir (QS Yusuf [12]:87). Stephen
Hawking, penderita ALS, semula diprediksi hanya akan hidup 2 atau 3
tahun. Ternyata, beliau masih hidup sampai kini. Sudah lebih dari 30
tahun.
33
Keikhlasan digambarkan pula oleh pribadi Arie Ardian, seorang pasien
gagal ginjal (Roesli, 2012:89-90),
.… Dan kini sudah hampir 13 tahun saya menjalani cuci darah. Tidak
ada yang bisa saya lakukan lagi selain menjaga supaya saya selalu
“sehat”. Beberapa orang bilang kondisi saya bagus, semua ini karena
ada Mamah yang selalu mendukung saya, juga karena usia saya yang
masih muda, dan masih memiliki cita-cita yang belum terwujud dan
saya selalu memandang bahwa apa yang saya alami tidaklah terlalu
buruk dibandingkan dengan orang lain. …. Saya tidak menganggap
keharusan cuci darah ini sebagai suatu beban, tapi saya anggap
sebagai bagian dari perjuangan hidup. Saya lebih memilih memikirkan
keinginan dan harapan yang belum tercapai dan cara untuk bisa
meraihnya.
f. Tawakal
Yaitu senantiasa bersandar kepada Allah, dengan penuh harapan
dan keyakinan kepada-Nya bahwa Ia akan menolong dalam mencari dan
menemukan jalan terbaik (Majid; Dian, 2013:94). Tawakal kepada Allah
Swt. dapat mendatangkan keutamaan bagi pelakunya, yaitu:
1) Ketenangan jiwa dan kepuasan batin, Sama halnya seperti yang terjadi
kepada dokter Ahmad (Roesli, 2012:68-70),
Dokter Ahmad sudah menjalani pendidikan selama 6 semester,
IPK-nya hanya 2,85. Jika dia melanjutkan juga, kami khawatir
bahwa dia harus DO juga nantinya. Secara perhitungan matematika,
dia harus DO. Ini sudah menjadi keputusan rapat staf pendidikan
yang dikepalai oleh KPS. …. Setelah beberapa saat bicara ngalor-
ngidul, yang sebenarnya mencari pembenaran dari keputusan kami,
aku menjatuhkan vonis, …. Di luar dugaanku, dia sama sekali tidak
protes, hanya berkata, “Saya mengerti dan bisa menerima
keputusan ini. Saya pasrah.” …. Aku tahu bahwa sebelumnya di
bertugas di puskesmas terpencil, kemudian menjadi dokter di
rumah sakit kabupaten tempatnya mengabdi sebagai PTT di
Departemen Kesehatan. …. Kemudian dr. Ahmad memboyong istri
dan anaknya ke Bandung. Dia ingin memperbaiki hidup dan karier
dengan menjadi Spesialis Penyakit Dalam. Ruapanya jalan hidup
berkata lain, dr. Ahmad belum bisa menyesuaikan pola hidup yang
keras dan disiplin selama mengikuti pendidikan. …. Belum lagi
34
kondisi ekonomi yang pasti jauh menurun karena seorang residen
tidak diizinkan untuk menjalankan praktik pribadi pada tahun
pertama agar konsentrasi belajar.
2) Mendapatkan kecukupan hidup, keutamaan ini sesuai dengan kutipan
berikut (Roesli, 2012:34),
Beliau penah menjadi dokter paling laris di Bandung. Pasiennya
bahkan ratusan per hari. …. Pasien ibuku bervariasi, dari wali kota
Bandung sampai penarik becak. Sebagian di antaranya digratiskan,
sebagian lagi malah diberi uang untuk membeli obat. Hidup kami
tidak pernah kekurangan, walaupun tidak mewah. Itulah ibuku.
Sebagai dokter, menurutku, dia sukses mengamalkan ilmu. Sebagai
orangtua, beliau sukses dapat memenuhi kebutuhan anak-anaknya.
Di tengah kesibukannya yang sangat banyak, beliau selalu ada bagi
kami.
3) Mendatangkan pertolongan Allah Swt., keutamaan ini ditunjukkan
dengan pengobatan Agus yang hampir terhenti (Roesli, 2012:109),
… tanpa cuci darah, sudah dipastikan umur Agus tidak panjang lagi.
Tapi, perusahaan tempat ayah Agus bekerja tidak akan mengganti
biayanya lagi, dan aku tahu keluarga Agus tidak akan mampu
memayar cuci darah yang harus dilakukan dua kali per minngu,
sepanjang hidupnya. Tapi manusia tidak boleh pasrah, ia harus
berusaha … jadi, aku dan ayah Agus berusaha mencari jalan keluar.
…. Setelah Agus mendapat kartu mahasiswa, maka BUMN tadi
membiayai cuci darahnya hingga dia berusia 25 tahun. Saat Agus
berusia 25 tahun, kebetulan Rumah Sakit Khusus Ginjal R.A.
Habibie sudah berdiri. Rumah sakit ini membebaskan biaya suci
darah bagi beberapa pasiennya, termasuk Agus. Sebenarnya, sangat
banyak orang yang tidak dapat membayar cuci darah selain Agus.
Tetapi, tampaknya tangan Tuhan telah menjangkau Agus. Dia
masih tetap cuci darah selama sekitar 15 tahun setelah peristiwa ini.
Subhanallah.
Kisah lain adalah pengobatan Ibu Nina (Roesli, 2012:115-117),
Saat itu pasien yang mengalami serangan gagal ginjal di luar jam
kerja harus diatasi dengan dialisis peritoneal akut, … prosedur yang
hanya boleh dilakukan satu atau dua kali untuk keadaan emergency,
jika terlalu sering akan menjadi tidak efektif lagi. Malam itu entah
ke berapa kali Ibu Nina datang ke rumah sakit dalam keadaan
emergency. Aku memberanikan diri mengambil keputusan untuk
35
datang besok pagi, tapi gagal setelah mendengar betapa berat dan
sesaknya nafas Ibu Nina. Malam itu juga aku lakukan dialisis
peritoneal akut, mengabaikan permintaan jangan ditolong dari Ibu
Nina … aku tahu bahwa Ibu Nina masih banyak berutang ke rumah
sakit … pada hari itu aku bersedih karena tidak tahu apa yang
selanjutnya harus kulakukan. …. Ya Allah, terima kasih engkau
telah membukakan mataku bahwa Engkaulah yang berhak
menentukan hidup-matinya seseorang. Ya Allah, Engkau telah
membuka hatiku bahwa pertolongan-Mu bisa datang dari arah
mana pun. Termasuk dari orang Belanda (non-Muslim), yang
semula ku anggap kikir. Sekali lagi Allah Swt., telah menunjukkan
kekuasaan-Nya padaku. Dia telah menyelamat-kan nyawa Ibu Nina.
g. Syukur
Yaitu sikap penuh rasa terima kasih dan penghargaan terhadap
segala nikmat dan karunia yang tidak terbilang banyaknya yang
dianugerahkan Allah Swt. kepada kita. Sikap syukur kepada Allah Swt.
sebenarnya sikap optimis kepada Allah Swt., karena itu sikap bersyukur
kepada Allah adalah sikap bersyukur kepada diri sendiri (Majid; Dian,
2013:94). Berikut ini bentuk-bentuk bersyukur yang ada di dalam buku
“Playing God”:
1) Syukur dengan ucapan (Roesli, 2012:32),
Pada saat kalimat tahlil azan dikumandangkan terakhir kali, la
ilaha illallah, rekaman jantung ibuku lambat laun menjadi datar.
Beliau telah meninggalkan kami semua menghadap Khalik-Nya.
Suatu cara meninggal yang diidamkan oleh semua orang.
Meninggal pada hari Jumat diantar suara azan dengan tenang.
Tidak ada erangan. Tidak ada keluhan. Subhanallah. Dan kami,
anak-anaknya, keluarganya bersyukur! Kami bersyukur telah
memiliki beliau sebagai pembimbing. Beliau adalah seorang ibu,
nenek, nenek-buyut, dokter, dan pribadi yang luar biasa.
Setidaknya, bagi kami keluarganya.”
36
Kemudian nilai syukur ditunjukkan pula dalam ungkapan Prof. Rully
berikut (Roesli, 2012:36),
Berbagai fase dalam hidupku telah aku lalui dalam bimbingan
beliau. Alhamdulillah, aku dapat menjadi seperti saat ini. Sebagian
besar Karena dorongan ibuku.
2) Syukur dengan anggota tubuh. Salah satunya adalah Stephen William
Hawking (Roesli, 2012:86),
Meskipun cacat jasmani luar biasa dan mengalami tetraplegia
(kelumpuhan) karena motor neuron disease (penyakit saraf
motorik), karier ilmiahnya terus berlanjut selama lebih dari empat
puluh tahun. Buku-buku dan penampilanpubliknya menjadikan dia
sebagai seorang selebritis akademik dan teoritikus fisika yang
termasyhur di dunia. Penyakit saraf ini menyerang pada umur 28
tahun. Sekarang, Prof. Hawking mengalami penyakit ALS
(sklerosis lateral amiotrofik), sebuah sindrom yang menyerang
system motoric tubuh, seperti tak mampu berjalan dan berbicara.
Namun, dia tetap bersemangat seperti yang diungkapkan berikut,
“Saya seorang yang paling beruntung di dunia, kecacatan fisik saya
menyebabkan orang terpesona dan membuat saya terkenal. Mereka
heran sebab kehebatan alam semesta dibicarakan oleh seorang yang
memiliki kemampuan fisik yang sangat terbatas, seperti saya.”
Profesor Spethen Hawkin memang cacat fisik tetapi beliau
berlebihan dalam kecerdasan intelektual dan emosional sehingga
mampu membuat karya-karya ilmiah yang mengagumkan semua
orang.
3) Syukur dengan harta benda, seperti yang dilakukan oleh dokter Purwa
(Roesli, 2012:186), “Aku juga baru tahu kemudian bahwa dr. Purwa
mempunyai banyak sekali anak asuh yang sekolah atas biaya beliau.”
Ada pula yang membantu dengan memberikan keringanan biaya
berobat seperti yang dilakukan oleh Dr. Oen Bin Ing di Solo, Jawa
Tengah (Roesli, 2012:138), “Beliau tidak menarik bayaran dari para
pasiennya. Mereka menyumbang semampunya saja, dimasukkan ke
dalam kaleng yang tersedia. Tidak membayar pun tidak apa-apa.”
37
h. Sabar
Yaitu sikap tabah menghadapi segala kepahitan hidup, besar dan
kecil, lahir dan batin, fisiologis maupun psikologis, karena keyakinan
yang tak tergoyahkan bahwa kita semua berasal dari Allah Swt. dan akan
kembali kepada-Nya (Majid; Dian, 2013:94). Nilai sabar diperlihatkan
oleh Prof. Rully melalui kisah kedua orang tuanya (Roesli, 2012:32-33),
… Pada zaman itu, tidak banyak yang menjadi wanita yang menjadi
dokter. Apalagi masa penjajahan Belanda yang diikuti penjajahan
Jepang dan kemudian perang revolusi kemerdekaan. Banyak
tuntutannya, miskin fasilitas dan peralatan. Betul-betul harus
menggunakan keterampilan. Justru pada masa-masa yang sulit itu
ayahku tidak dapat mendampingi beliau. Ayahku seorang tentara,
beliau harus bergerilya di hutan hutan melawan penjajahan Jepang dan
Belanda. Menurut ibuku, beliau dengan kakak wanitaku pernah
berjalan kaki dari Semarang hingga Solo. Harta yang terbawa
hanyalah baju yang melekat di badan. Mereka melarikan diri dari
kejaran tentara Jepang yang mencari-cari ayahku. Padahal, saat itu
ibuku sudah menjadi dokter yang terkenal di Semarang. Mempunyai
rumah yang cukup nyaman dan harta yang tidak kurang. Semua harus
ditinggalkan. Semua harus direlakan. .… Di Solo, ibuku harus mulai
dari nol lagi hingga kemudian menjadi dokter istana Kerajaan
Mangkunegara, … sering pula beliau contohkan peristiwa ini kepada
anak-anaknya. Masa-masa sulit ini ternyata membuat kedua orang
tuaku menjadi orang yang tegar dengan prinsip-prinsip yang tegas.
Sesuatu yang ingin mereka wariskan kepada kami, anak-anaknya.
Nilai sabar terdapat pula dalam diri seorang Adi Cahyadi yang
pantang menyerah meskipun mendapat musibah (Roesli, 2012:90-91),
Adi Cahyadi (19 tahun) …. Dulunya, Adi pemain barongsai. Mahir
memainkan gerakan-gerakan atraktif yang menantang. Tumor yang
tumbuh di kakinya terus membesar dan membengkak. Akhirya, para
dokter melakukan amputasi. Tapi, Adi tidak berputus asa. Dia berhasil
menyelesaikan sekolahnya di SMA. Untuk mengisi hari-harinya, Adi
membuat miniatur berbagai jenis pesawat terbang dari Koran bekas
dicampur lem. Desainnya detail dan sangat persis dengan pesawat
aslinya. Adi berharap dengan kreasinya, dia dapat membantu ibunya
mencari penghasilan, “Ayah kan sudah meninggal. Walaupun keadaan
begini, saya pantang menyerah,” tuturnya saat diwawancarai.
38
Kisah Ibu Dibyo menjadi salah satu contoh tabah menghadapi
ujian (Roesi, 2012:60-61),
Kasus Ibu Dibyo, berusia 57 tahun, menderita kencing manis sejak 15
tahun yang lalu. 10 tahun belakangan, tekanan darahnya sering
meningkat. Kontrol ke poliklinik tidak teratur. Suaminya telah
meninggal sejak 20 tahun silam. Beliau bekerja keras untuk
membesarkan tiga anaknya. Rumah peninggalan suaminya dijadikan
tempat kos dan membuka warung kecil-kecilan, dari usaha tersebut
Ibu Dibyo membiayai anak-anaknya sampai jenjang kuliah bahkan
uang yang disisihkan untuk membeli obat sering kali ikut terpakai.
Kepada anaknya, beliau selalu mengatakan merasa sehat dan teratur
minum obat. …. Saat anak-anaknya mulai mandiri, penyakit datang
bertubi-tubi. Sudah 10 hari Ibu Dibyo dirawat karena serangan stroke.
Beliau juga menderita gagal jantung sebagai komplikasi dari kencing
manis. Akibatnya beliau mengalami kesulitan bernapas dan harus
menggunakan alat bantu (ventilator). Akibat gabungan kelainan-
kelainan ini, ginjalnya turut bermasalah dan beliau harus cuci darah
untuk mempertahankan hidupnya.
2. Nilai Insaniyah
Nilai insaniyah adalah nilai-nilai kemanusiaan berupa bentuk nyata
dalam tingkah laku dan budi pekerti sehari-hari yang akan melahirkan budi
luhur atau al-akhlaq al-karimah (Majid; Dian, 2013:95). Adapun nilai-nilai
insaniyah dalam isi buku Playing “God” adalah:
a. Sillat al-rahmi (Kasih Sayang)
Yaitu pertalian rasa cinta kasih antara sesama manusia, khususnya
antara saudara, kerabat, handai taulan, tetangga dan seterusnya (Majid;
Dian, 2013:95). Buku Playing “God” menunjukkan beragam bentuk
nilai kasih sayang (Roesli, 2012:31),
Sejak awal, beliau berpesan kepada kami, anak-anaknya, yang
kebetulan ketiganya adalah dokter. Beliau tidak mau dirawat di rumah
sakit, apalagi di ruang intensif. Kami anak-anaknya, bersepakat untuk
menuruti kehendak beliau. Kami rawat beliau di rumah, dengan segala
perawatan yang mungkin dilakukan di rumah.
39
Nilai ini ditunjukkan pula oleh sosok orang tua Prof. Rully
(Roesli, 2012:35-36),
Secara khusus, aku sangat beruntung memiliki beliau sebagai seorang
ibu. Pada saat berusia lima tahun, aku terserang penyakit polio yang
menyerang kedua kakiku. Beliau bersama ayahku tentunya, tak henti-
hentinya mengusahakan pengobatan. Berbagai dokter dan terapi
alternative telah didatangi. Aku diberi latihan-latihan khusus. Kaki
kananku terselamatkan, tetapi kaki kiriku lumpuh menetap, sampai
kini. Setelah itu beliau menjaga perkembangan mentalku agar tidak
terpuruk ke dalam kesedihan atau putus asa. Beliau menjaga tanpa
memanjakan. Berbagai fase dalam hidupku telah aku lalui dalam
bimbingan beliau. Alhamdulillah, aku dapat menjadi seperti saat ini.
Sebagian besar Karena dorongan ibuku.
Kemudian silaturrahim ditunjukkan pula dengan hubungan
persaudaraan antara Prof. Rully dengan adik dan kakak-kakaknya (Roesli,
2012:165),
“S‟rul, punggungku sakit dan aku agak sesak napas,” keluh seseorang
melalui HP-nya. “Ya, nanti abis praktik, aku ke rumahmu.” Aku tahu
itu suara adikku. Tidak ada orang lain di dunia ini yang memanggilku
S‟rul (kependekan dari Mas Rully). Sapaan semacam ini sudah dia
gunakan sejak kami masih kecil.
c. Al-ukhuwah (Persaudaraan)
Yaitu semangat persaudaraan, lebih-lebih kepada sesama orang
yang beriman (Majid; Dian, 2013: 96). Nilai ini ditunjukkan dibuktikan
dari kutipan berikut (Roesli, 2012:176),
… aku pernah bertanya kepadanya, “Har, kenapa anak buahmu,
murid-muridmu banyak yang udah kaya, sedangkan kamu tidak?” dia
menjawab dengan santai, “Itu kan kalau kamu menilai kekayaan
dengan uang.” Pada saat acara pemakaman adikku, baru aku paham.
Harry Roesli, adikku, memang sangat kaya. Pemakamannya dihadiri
oleh ribuan orang. Oleh berbagai kalangan. Ada mantan dan calon
presiden RI saat itu. Ada juga anak-anak pengamen jalanan. Ada
pemuka agama Islam. Ada pula pastor dan biksu. Ada beberapa
pengurus partai politik, ada juga tokoh-tokoh oposisi. Ada kaum
seniman, pelukis, penyanyi, sastrawan. Ada juga kaum pendidik.
40
Beberapa rektor universitas, sejumlah dekan turut hadir. Seperti
halnya Gus Dur, adikku memang tokoh pluralisme. Pergaulannya
sangat luas. Rumah yang merangkap padepokannya di Jalan
Supratman, Bandung, selalu terbuka untuk siapa saja. Itulah makna
kekayaan yang tidak bisa dinilai dengan uang!
d. Al-a‟adalah (Adil)
Yaitu wawasan yang seimbang atau balance dalam memandang,
menilai atau menyikapi sesuatu atau seseorang. Tidak menunjukkan
sikap positif atau negatif. Sikap didasarkan setelah mempertimbangkan
segala sesuatu atau seseorang tersebut secara jujur dan seimbang dengan
penuh itikad baik dan bebas prasangka (Majid; Dian, 2013:96).
Nilai ini dapat diteladani dari sikap Prof. Rully dan para stafnya
dalam menentukan pasien penerima subsidi cuci darah, yaitu dengan
menilai secara netral dan mempetimbangkan latar belakang setiap calon
penerima bantuan (Roesli, 2012:42-43),
Atas prakarsa pemilik RSKG, biaya cuci darah beberapa pasien dapat
dibebaskan. Sistemnya dengan subsidi silang. Yang lebih kaya
membantu si miskin. Tapi jumlah bantuannya terbatas. Jika salah satu
seorang pasien penerima bantuan berhenti cuci darah karena
meninggal atau sebab lain, tempatnya bisa diisi orang lain.
Masalahnya daftar tunggu sangat panjang. Jadi, kami harus memilih.
Pada rapat setiap hari Jumat, semua data pasien diajukan. Mulai dari
usia, status kesehatan, jumlah keperluan obat, status ekonomi, dan
berbagai data lain.
Keadilan tidak dapat terlepas dari hukum. Saat ini dikatakan adil
apabila sesuai dengan hukum yang telah disepakati. Menurut Prof. Rully
(Roesli, 2012:73) karena hidup dalam ruang lingkup masyarakat yang
setiap individunya memiliki pemikiran berbeda-beda, dan untuk
menyamakan persepsi dibentuk kesepakatan bersama. Maka hadirlah
41
pranata sosial berupa norma, adat, peraturan, dan hukum yang mengikat
pihak yang terkait. Dikatakan bahwa “keadilan dan hukum seperti dua
sisi mata uang, bagian kanan dan kiri. Mereka dekat, tapi tidak pernah
bersatu. Jika salah satu tidak ada dinamakan tidak sempurna. Tetapi jika
keduanya bersatu dinamakan kelainan.” Hal ini ditunjukkan dalam
kutipan berikut (Roesli, 2012:107-109),
Aku ingat peraturan BUMN tempat ayahnya bekerja, seorang anak
karyawan hanya diganti biaya pengobatannya sampai usia 21 tahun,
bisa menjadi 25 tahun jika anak itu masih kuliah. Padahal, Agus tidak
menyelesaikan SMA-nya. …. Setelah kutaruh tas kerjaku, aku segera
menelpon ketua yayasan kesehatan BUMN yang mengurusi biaya
kesehatan karyawan dan keluarganya. Dan menceritakan masalah
Agus. Kutanyakan apakah untuk kasus Agus dapat diberikan
pengecualian? Jawabannya tidak. Aku bersikeras! Peraturan (bodoh)
ini akan menyebabkan Agus tidak bisa cuci darah dan meninggal!
Jawaban dari ujung telepon: tetap TIDAK! Kemudian aku bergegas
menghadap direktur keuangan rumah sakit. … jawabannya: TIDAK!
…. Setelah Agus mendapat kartu mahasiswa, maka BUMN
membiayai cuci darahnya hingga dia berusia 25 tahun.
Baik Ketua yayasan kesehatan BUMN dan direktur keuangan rumah
sakit hanya menjalankan tugas mengikuti peraturan yang ada, meskipun
sejatinya mampu memberikan bantuan tetapi mereka terikat dengan
peraturan, ada syarat-syarat yang harus dipenuhi, tidak mungkin
memberikan pengecualian kepada satu pihak karena sudah ada ketentuan
yang berlaku untuk semua orang. Maka dikatakan apabila keadilan dan
hukum bersatu yang terjadi adalah kelainan. Sedangkan, apabila tanpa
ada peraturan maka tolak ukur adil akal menjadi kabur dan sulit untuk
diketahui batasannya.
42
e. Husnu al-adzan (Berprasangka Baik)
Yaitu berbaik sangka kepada sesama manusia, berdasarkan ajaran
agama bahwa manusia itu pada asal dan hakikatnya adalah baik, karena
diciptakan Allah dan dilahirkan atas fitrah kejadian asal yang suci
(Majid; Dian, 2013:96-97). Berikut contoh menjaga pikiran baik kepada
orang lain dalam buku Playing “God” (Roesli, 2012:115-116),
Izinkan aku bercerita mengenai kedua tamuku ini. Suaminya seorang
akuntan, adik kawan baikku ketika aku bersekolah di Negeri Belanda.
Istrinya adalah seorang dokter, ahli anastesi. Mereka baru saja
menikah dan merencanakan untuk berbulan madu ke Bandung, Yogya,
Bali kemudian Toraja. Sebenarnya, siang hari sebelumnya, aku agak
kesal dengan pasangan ini. Masalahnya, si istri sangat gemar menawar
harga barang (di Belanda tidak ada istilah menawar harga barang).
Untuk harga yang berbeda Rp500,00 saja aku harus kembali dari Jalan
Braga ke Pasar Baru yang parkirnya sulit, karena di sana harganya
Rp500,00 lebih murah. Dalam hatiku, mendingan aku saja yang
nombokin Rp500,00 daripada bersusah payah mencari tempat parkir.
Dasar Belanda kikir, umpatku dalam hati. … keesokan harinya, hari
Senin, mereka akan berangkat ke Yogya kemudian ke Bali. Ketika
sarapan pagi, si istri menyerahkan amplop berisi uang 2.000 Gulden
kepadaku. Mereka memutuskan untuk tidak jadi ke Toraja dan
biayanya mereka serahkan untuk pengobatan Ibu Nina. Aku sangat
terkejut! Orang yang aku anggap sangat kikir ini ternyata rela
menyerahkan uang sebanyak itu untuk seseorang yang sama sekali
tidak dikenalnya! Subhanallah!
Kisah lainnya terdapat pada kutipan berikut (Roesli, 2012:52-55),
Aku mendengar keributan di depan pintu kamar praktikku. Tiba-tiba,
tiga orang berbadan besar menghambur masuk. Suster yang berjaga di
luar tidak kuasa mencegah seseorang di antara mereka, yang tampak
paling tua, menggebrak mejaku, “Dokter tidak berperikemanusiaan!”
hardiknya. “Mengapa dokter membiarkan anakku pulang tanpa cuci
darah?” tambahnya lagi. Matanya melotot, seakan-akan ingin
menelanku bula-bulat. Kedua orang lainnya, tampaknya anak-anak
bapak ini berkacak pinggang di belakangnya. Suara mereka saling
bersautan. “Dokter payah.” “Brengsek.” … “sabar dulu, Pak. Apa
masalahnya?” tanyaku. “Anakku dirawat di rumah sakit ini. Tapi
dokter tadi pagi malah memaksanya pulang tanpa cuci darah,”
jelasnya.
43
Setelahnya diketahui bahwa anak dari bapak Togar, menderita gagal
ginjal terminal. Aku menjelaskan kepada ibunya, bahwa penyakit
putranya hanya ada dua pilihan pengobatan, cuci darah seumur hidup
atau cangkok ginjal dengan pengobatan pasca operasi seumur hidup
pula, padahal usia putranya baru sekitar 20 tahun. …. Si ibu
memutuskan membawa pulang anaknya karena kedua pilihan
pengobatan itu tidak akan mampu ditanggung oleh keluarganya.
Ketentuan rumah sakit jika pasian pulang atas permintaan sendiri
harus menandatangani surat yang dinamakan surat pulang-paksa. Si
ibu mungkin menandatanganinya tanpa diskusi dengan suaminya.
Aku berusaha menjelaskan masalah ini kepada pak Togar. Semula
masih di selingi oleh suara keras dan galaknya. “Saya akan berbuat
apa pun untuk anak bungsu saya. Kalau perlu, saya akan menjual
oplet (angkot) saya,” Lalu saya menjelaskan dengan hati-hati kepada
beliau bahwa menjual oplet hanya akan dapat membiayai cuci darah
selama 2-3 bulan. Bagaimana dengan pengobatan? Bagaimana dengan
nasib keuarganya? Bagaimana biaya kuliah anak sulungnya?
Bukankah dengan menjual oplet maka mata pencaharian mereka telah
hilang? Setelahnya Pak Togar tertunduk lunglai, menangis terbata-
bata. Anak-anaknya pun demikian. Pak togar harus menentukan
pilihan menjual oplet untuk memperpanjang hidup anak bungsunya
selama 3 bulan atau merelakannya.
f. Al-tawadlu (Rendah Hati)
Yaitu sikap rendah hati, sikap yang tumbuh karena keinsafan
bahwa segala kemuliaan hanya milik Allah Swt., maka tidak sepantasnya
manusia mengklaim kemuliaan itu kecuali dengan pikiran yang baik dan
perbuatan yang baik (Majid; Dian, 2013:97). Rendah hati dapat dilihat
dari kutipan berikut (Roesli, 2012:118),
Alkisah ada orang yang sangat beriman. Katakanlah namanya Mat
Iman. Dia selalu berdoa melebihi seharusnya, sebagai cara
medekatkan diri kepada Tuhan. Dia pun merasa Tuhan sangat sayang
padanya. Suatu hari terjadi banjir di kampungnya. Airnya meningkat,
makin lama makin tinggi. Orang sekampung berusaha menyelamatkan
diri dengan mengungsi ke atap rumah. Pertolongan mulai datang.
Perahu karet diluncurkan untuk menyelamatkan penduduk. Semua
menyelamatkan diri, kecuali Mat Iman. Dia berkata, “Pergilah kalian,
biar Tuhan yang akan menyelamatkan aku.” Air makin tinggi
mencapai atap rumah, kemudian helikopter datang, mengangkut
penduduk yang tersisa. Semua warga menyelamatkan diri. Tinggal
44
satu orang yang tinggal, Mat Iman. Dia berkata, “Kalian pergilah.
Akan datang pertolongan Tuhan untuk menyelamatkan aku.”
Akhirnya, Mat Iman pun tenggelam dan meninggal. Di akhirat, dia
protes kepada Tuhan, “Mengapa Dikau tidak menyelamatkan aku?
Lalu Tuhan menjawab, “Bukankah aku sudah mengirim perahu karet
dan kemudian helikopter untuk menyelamatkanmu?”
Selanjutnya ada pada anekdot berikut (Roesli, 2012:130-131),
Aku sering menanyakan sebuah anekdot kepada mahasiswa
bimbinganku. .… Mengapa manusia dikaruniai dua buah mata, dua
buah telinga, dua buah lubang hidung, tetapi mulutnya hanya satu?
Jawabannya selalu beragam. Ada yang berdasarkan ilmu anatomi,
fisiologi, patofisiologi, filosofis, agama atau secara diplomatis. Tidak
ada yang bisa menerangkannya dengan jelas pertanyaan tadi. Apakah
anda bisa? Aku tidak! Karena aku juga tidak tahu jawaban yang tepat.
Oleh karena itu, sebaiknya kita tidak merasa sombong dan takabur
dengan ilmu yang telah kita miliki. Kita merasa “tahu” semua, padahal
tidak. Kita merasa “bisa” semua, padahal tidak. Menimba ilmu tidak
ada batasnya. Ia harus terus dicari. Harus terus ditambah.
g. Insyirah (Lapang Dada)
Yaitu sikap lapang dada, sikap penuh kesediaan menghargai
orang lain dengan pendapat dan padangannya. Sikap terbuka dan toleran
serta kesediaan bermusyawarah terkait erat sekali dengan lapang dada ini
(Majid; Dian, 2013:97). Nilai ini muncul pada beberapa peristiwa di
dalam buku Playing “God” berikut (Roesli, 2012:11),
Selama lebih dari empat puluh tahun, istri saya, Sandra, telah
mendengar ratusan presentasi saya, dan hampir pasti, dalam
memberikan umpan balik, dia selalu menasihatkan agar saya
menggunakan lebih banyak kisah, lebih banyak memberikan contoh-
contoh yang mengilustrasikan prinsip-prinsip serta teori-teori yang
saya ajarkan. Dia suka bilang kepada saya, “Jangan terlalu berat.
Gunakanlah kisah-kisah yang bisa diselami orang” Istri saya selalu
punya naluri untuk hal-hal semacam itu dan untungnya tidak pernah
ragu mengungkapkannya.
45
Nilai lapang dada juga diperlihatkan pada kutipan ini (Roesli, 2012:42),
Setiap hari Jumat, aku mengumpulkan stafku. Mereka terdiri dari
perawat, dokter, apoteker, pekerja sosial, bagian keuangan, dan wakil
dari yayasan (kebetulan seorang sarjana hukum). Pada rapat itu,
ditentukan pasien cuci darah mana yang akan mendapat bantuan,
dibebaskan dari biaya. Caranya mirip seperti cerita gladiator. Jika lebih
banyak yang menyatakan setuju, pasien akan dibebaskan biaya cuci
darahnya. Jika lebih banyak yang tidak setuju, batuan akan diberikan
kepada pasien lain.
h. Iffah (Menjaga Harga Diri)
Sikap penuh harga diri namun tidak sombong, tetap rendah hati
dan tidak mudah menunjukkan sikap memelas atau iba dengan maksud
mengundang belas kasih dan mengharap pertolongan (Majid; Dian,
2013:97). Nilai menjaga kehormatan diri ini digambarkan melalui tokoh
yang hebat, di antaranya (Roesli, 2012:48),
Banyak di antara mereka yang tabah, bahkan lebih berprestasi
daripada masyarakat yang „sehat‟. Bukankah almarhum Gus dur
adalah salah satu dari mereka? Gus Dur menderita penyakit kronis,
kebutaan akibat gangguan mata, bahkan menjalani cuci darah. Tapi,
bukankah Gus Dur memperlihatkan keteladanan yang luar biasa,
tokoh pluralisme yang tidak ada tandingannya? Tidak pernah
sekalipun Gus Dur membangga-banggakan diri. Bahkan, kita pernah
memakzulkannya saat dia menjadi presiden. Tapi sekarang, bukankan
kita ingin mengusulkan beliau sebagai “Bapak Bangsa”?
dan sosok Marah Roesli (Roesli, 2012:187-188),
Aku memiliki kenangan yang indah dengan kakekku ini. Tubuhnya
tinggi besar, sangat tampan, mirip-mirip keturunan Arab dan hatinya
sangat lembut. Menurutku, beliau adalah orang yang tutur sapanya
paling santun yang pernah ku kenal. Aku tidak pernah sekali pun
mendengar beliau berkata-kata keras atau kasar kepada siapa pun
jangankan kepada kami cucu-cucunya, pembantu-pembantu di
rumahnya saja tidak, padahal beliau adalah keturunan ningrat. Rumah
beliau di Bogor adalah tempat kami berlibur saat kecil. …. Sering kali
ketika aku terbangun pada malam hari, kulihat kakekku sedang shalat
atau berzikir. Kadang-kadang membaca Al-Qur‟an. Bacaannya sangat
fasih dengan alunan suara yang sangat merdu. Dalam kariernya
46
sebagai dokter hewan, dia termasuk sangat terpandang. Banyak
melalukan berbagai penelitian dalam masalah kesehatan hewan. ….
Dia meninggalkan banyak kenangan bagi kami. Kenangan cara
bagaimana seharusnya bertindak sebagai seorang peneliti, seorang
akademis, dan seorang pendidik. Tidak pernah sekali pun aku
mendengar nada sombong baik dalam kata maupun perilakunya.
Beliau juga telah memperkaya dunia kesusastraan Indonesia, dengan
karyanya yang klasik buku roman Siti Nurbaya.
i. Al-Munfiqun (Dermawan)
Memiliki kesedian yang besar untuk menolong sesama manusia,
terutama kepada yang kurang beruntung (fakir miskin, terbelenggu
perbudakan dan kesulitan hidup lainnya) dengan mendermakan sebagian
harta benda yang dikaruniakan kepada mereka (Majid; Dian, 2013:98).
Adapun kutipan yang mencontohkan nilai dermawan yaitu
(Roesli, 2012:34), “Pasien ibuku bervariasi, dari wali kota Bandung
sampai penarik becak. Sebagian di antaranya digratiskan, sebagian lagi
malah diberi uang untuk membeli obat.”
Contoh lainnya adalah (Roesli, 2012:48),
Orang yang berpenyakit kronis menjalani kehidupannya lambat-
lambat, sunyi senyap dalam dirinya sendiri. …. Suara mereka lirih,
hampir tidak terdengar oleh kita masyarakat yang sehat. Mereka tidak
minta dikasihani, mereka hanya tidak ingin disisihkan dari kita.
Mereka hanya ingin dijadikan bagian dari kita, bagian dari seluruh
masalah kita. Tapi seringkali, mereka tidak berdaya. Lebih sering lagi
kita yang lupa! Bukankah sebenarnya Negara kita harus lebih berperan
untuk memperhatikan mereka? Bukankah yang dianugerahi kekayaan
lebih, harus memperhatikan mereka?
Kutipan berikutnya (Roesli, 2012:51),
Bukankah sebenarnya manusia memiliki kewajiban yang terperinci
terhadap sesamanya dan Tuhan? Qs. An-Nisa [4]:36 yang
terjemahannya berbunyi, “Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu
mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Dan berbuat baiklah
kepada kedua orang tua, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-
47
orang miskin, tetangga dekat dan tetangga jauh, teman sejawat, ibnu
sabil, dan hamba sahaya yang kamu miliki. Sungguh, Allah tidak
menyukai orang yang sombong dan membanggakan diri.”
Kutipan lainnya dari buku Playing “God” (Roesli, 2012:116),
Ketika sarapan pagi, si Istri menyerahkan amplop berisi uang 2.000
Gulden (saat itu mata uang Belanda masih Gulden, bukan Euro)
kepadaku. Mereka memutuskan untuk tidak ke Toraja dan biayanya
mereka serahkan untuk pengobatan Ibu Nina.… Untuk seseorang yang
sama sekali tidak dikenalnya! Subhanallah!
B. Keadaan Subyektifitas Pengarang
Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti ajukan kepada penulis buku
Playing “God”, Rully Roesli melalui e-mail (03/10/2018), diketahui bahwa
Prof. Rully tumbuh besar di Kota Bandung. Sejak tahun 1950 sampai saat ini
beliau telah tinggal di Bandung. Beliau belajar tentang keagamaan dari guru-
guru privat dan masyarakat. Bagi Prof. Rully tugas seorang guru bukan hanya
mengajar tapi adalah mendidik, artinya tugas guru bukan hanya menyampaikan
ilmu pengetahuan kepada murid-muridnya, akan tetapi membimbing dan
menjadi suri tauladan bagi anak-anak didiknya agar menjadi pribadi yang baik.
Ada idiom yang mengatakan GURU adalah singkatan dari digugu dan ditiru.
Seperti itulah seharusnya seorang guru.
Prof. Rully memiliki pandangan bahwa kehidupan harus dijalani Stand
like mountain. Flows like water “Berdiri tegak seperti gunung. Mengalir seperti
air”. Menjadi pribadi yang tabah dalam menghadapi ujian dan menjalaninya
mengikuti arus takdir, tidak mudah mengeluh tanpa mencoba melakukan usaha
untuk memperbaikinya. Moto hidup Prof. Rully adalah Make the Best of
Everything. Beliau yakin bahwa orang yang bahagia bukanlah orang yang
48
memiliki semua hal yang terbaik tetapi ia yang berusaha sungguh-sungguh
untuk membuat apa pun yang ada padanya menjadi yang terbaik.
Sudah sejak lama ide untuk menulis buku Playing “God” muncul di
dalam benak Pror. Rully, yaitu sejak beliau menyadari bahwa banyak masalah
kedokteran di Indonesia yang belum diketahui oleh masyarakat umum. Prof.
Rully menyelesaikan penulisan naskah buku Playing “God” selama 3-6 bulan,
saat memiliki waktu luang di sela-sela kesibukan menjadi pengajar dan dokter.
Beliau menulisnya secara retrospektif (mengingat-ingat masa lalu) seperti
membuka kembali album lama. Melalui buku ini beliau berbagi pengalaman
hidup kepada para pembaca. Menyampaikan pesan bahwa hidup tidak selalu
mudah. Berbagai ujian akan dihadapi. Diakhir nanti manusia akan mendapat
hasil akhir ujian, husnul khotimah atau Tidak.
Prof. Rully menyetujui opini bahwa adil di mata manusia tidak selalu
sama dengan adil di mata Tuhan. Keadilan ala manusia, sudah dicari dan
didefinisikan sejak ahli filsafat Yunani, misalnya Plato dan Aristotes,
kemudian diikuti oleh banyak ahli filsafat modern. Diterapkan dalam kaidah
sosiologi maupun hukum ala manusia. Bagaimana nilai adil dimata Tuhan?
Apakah sebenarnya Allah Swt., itu adil? Mengapa ada orang miskin dan kaya?
Mengapa ada orang sakit dan sehat?
Menurut Prof. Rully, keadilan dimata Tuhan adalah dalam bentuk
keseimbangan antara manusia, mikrokosmos dan makrokosmos (tujuh langit
berlapis-lapis). Keadilan (al-adl) harus dimaknai sebagai kesimbangan (al-
mizan) antara penciptaan manusia (mikrokosmos) dan alam semesta
49
(makrokosmos). Manusia sudah diberi peringatan untuk berlaku adil dan
menjaga keseimbangan, tetapi seringkali tidak menyadarinya. Dalam buku
Playing “God” beliau menjelaskan adil dengan contoh konkret, sedangkan
dalam bukunya yang berjudul Change Your Destiny beliau lebih menjelaskan
mengenai adil dan keseimbangan melalui sudut pandang teori.
Semua sudah diatur melalui takdir yang dikehendaki oleh Allah Swt.
dalam bentuk keseimbangan sebagaimana firman-Nya pada Qs. Al-Mulk [67]:
3 yang artinya: Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis, kamu
sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu
yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat
sesuatu yang tidak seimbang? (Roesli, 2018:24).
Bila seseorang ditakdirkan miskin, atau sakit, atau kurang beruntung,
pastilah dia dianugerahi hal lain yang berharga. Kita harus mempercayai dan
mencarinya (Roesli, 2018:36). Seseorang yang telah dilahirkan dengan kondisi
yang “kurang beruntung”, sebenarnya diberi kesempatan untuk mengubah
nasibnya. Inilah yang disebut keseimbangan. Keseimbangan seharusnya tidak
dilihat di dalam dirinya saja, tetapi bagaimana seharusnya interaksi sosial antar
manusia di masyarakat. Keseimbangan juga harus terjadi dengan alam semesta.
Beliau mempercayai bahwa itu adalah keseimbangan. Dan pada akhirnya akan
dapat dirasakan bahwa Allah Maha Adil (Roesli, 2018:35)
50
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Buku Playing “God”
Pendidikan yang dijalankan atas dasar Islam mempunyai dua orientasi.
Pertama ketuhanan, yaitu penanaman rasa taqwa dan pasrah kepada Allah
sebagai Pencipta yang tercermin dari kesalehan ritual atau nilai sebagai hamba
Allah Swt. Kedua kemanusiaan, menyangkut tata hubungan dengan sesama
manusia, lingkungan dan makhluk hidup yang lain berkaitan dengan status
manusia sebagai khalifahtullah fi al ardh (Sarjono, 2005:137).
Manusia memiliki fungsi sebagai khalifah yang diberi amanah untuk
memelihara, merawat, memanfaatkan serta melestarikan bumi dan sebagai
makhluk Allah Swt. yang ditugasi menyembah serta mengabdi kepada-Nya.
Untuk mewujudkan kedua fungsi tersebut yang terintergrasi dalam diri pribadi
Muslim, diperlukan konsep pendidikan yang komprehensif dengan tujuan yang
hendak dicapai. Semua potensi lahir dan batin yang telah diberikan Allah Swt.
harus dirawat, dididik, ditumbuhkan dan dikembangkan semaksimal mungkin
(Daulay; Nurgaya, 2012:3-5).
Aspek-aspek pendidikan yang perlu ditanamkan kepada manusia
menurut konsep pendidikan Islam adalah pendidikan ketuhanan, akhlak, akal
dan ilmu pengetahuan serta keterampilan, fisik, kejiwaan, keindahan (seni),
sosial kemasyarakatan. (Daulay; Nurgaya, 2012:18).
Buku Playing “God” memiliki konsep nilai pendidikan Islam yang
dikelompokkan menjadi dua nilai, nilai ilahiyah dan nilai insaniyah. Aspek
51
pendidikan ketuhanan diwakilkan melalui nilai ilahiyah. Sedangkan aspek nilai
insaniyah ini mewakili aspek akhlak, kejiwaan, dan sosial kemasyarakatan.
Berikut ini analisis terhadap kandungan isi buku tersebut:
1. Nilai Ilahiyah
a. Iman
Pendidikan Islam harus dapat menjadi wahana bagi peningkatan
iman dan taqwa anak didik. Nilai dasar ini bertujuan mengantarkan anak
didik pada kesadaran dan eksistensinya di hadapan Allah Swt. serta
menyadari kewajiban-kewajibannya (Sarjono, 2005:140).
Sebagai bukti seseorang itu beriman tidak diukur ke dalam
hatinya melainkan diukur dari amalnya karena yang tahu urusan hati
hanyalah Allah dan orang itu sendiri. Iman itu terwujud dalam perilaku
proaktif dan dinamis dalam kehidupan sehari-hari, mulai dari adanya rasa
malu berbuat kejahatan, memberi salam, menyingkirkan duri dari jalan,
berbicara yang baik-baik, menghormati tetangga, memuliakan tamu, dan
lain sebagainya, semuanya termasuk dalam wujud atau bukti nyata dari
adanya iman seseorang (Assegaf, 2005:44). Adapun contoh-contoh sikap
atau perilaku yang menunjukkan nilai iman pada buku Playing “God”
antara lain:
1) Iman kepada takdir Allah Swt., salah satu bentuk iman adalah
meyakini adanya ketetapan Allah Swt. untuk hambanya yang disebut
sebagai takdir. Takdir yang bisa diubah melalui usaha dan takdir yang
52
tidak dapat diubah. Kutipan berikut ini menunjukkan adanya nilai
iman terhadap takdir Allah Swt. (Roesli, 2012:36-37),
“Tuhan berilah anakku kepasrahan untuk menerima suatu keadaan
yang tidak dapat diubahnya. Keberanian untuk melakukan
perubahan untuk keadaan yang bisa diubahnya. Kebijaksanaan
untuk dapat membedakan keduanya.”
2) Yakin akan datangnya hari akhir. Iman ini diperlihatkan dengan
mempercayai bahwa segala perbuatan di dunia akan dimintakan
pertangungjawaban kelak di hadapan Allah Swt. (Roesli, 2012:45),
“Untuk menghindari beban batin, aku mengajak stafku turut
menentukan. ... Apakah aku bisa dibilang pengecut? Takut
mempertanggungjawabkan perbuatanku di hadapan Allah Swt. nanti?”
3) Iman kepada Allah Swt., nilai iman ditunjukkan pula dengan sikap
mempercayai bahwa Allah Swt., yang menciptakan semua yang ada di
alam semesta, baik makhluk hidup maupun mati, tidak terkecuali
penyakit dan obat. Hal tersebut dapat dilihat pada kutipan berikut
(Roesli, 2012:123-124),
Sebagai seorang Muslim, kita yakin bahwa kesembuhan hanyalah
milik-Nya. … tersurat pada dialog antara Ibrahim a.s. dan Allah.
Pada suatu saat, dia bertanya kepada Allah, “Wahai Tuhanku! Dari
manakah asalnya penyakit?” Allah menjawab, “Dari Aku.” Ibrahim
a.s. bertanya lagi, “Dari manakah datangnya obat?” Allah
menjawab, “Dari Aku.”
b. Islam
Nilai Islam dapat diteladani dari beberapa kutipan pada buku
Playing “God‟ yang menunjukkan berbagai hikmah kebaikan dari setiap
peristiwa yang ada, yaitu:
53
1) Husnudzon kepada Allah Swt., yaitu memiliki prasangka yang baik
kepada Allah Swt., seorang Muslim dianjurkan mengawali dan
mengakhiri suatu urusan dengan do‟a dengan harapan semua
terlaksana dengan baik, namun apabila mendapati kesulitan atau
hambatan sebaiknya tetap berprasangka baik bahwa apa yang terjadi
adalah yang terbaik dan pasti mengandung hikmah. Husnudzon
kepada Allah Swt. terdapat pada kutipan berikut (Roesli, 2012:8),
Kita telah meminta “jalan yang kurus” dan yakinlah bahwa Allah
Swt. akan menganugerahkannya. Tetapi jalan lurus yang diberikan,
belum tentu mudah. … Percayalah bahwa itu jalan yang paling
lurus dalam perjalanan hidup menuju kenikmatan haribaan Ilahi.
2) Yakin bahwa setip do‟a memiliki manfaat. Do‟a merupakan bentuk
sikap pasrah seorang hamba kepada Allah Swt. yang pasti akan
dikabulkan. Sebab Allah Swt. menjawab do‟a dari hamba-Nya dengan
tiga jalan yaitu: seketika itu dikabulkan seperti apa yang diinginkan,
tidak dikabulkan melainkan diganti dengan yang lebih baik, dan
ditunda untuk hal yang paling baik. Tidak ada do‟a yang sia-sia karena
setiap do‟a yang dipanjatkan kepada Allah Swt. dengan sungguh-
sungguh pasti mengandung kebaikan meskipun tidak dapat terbaca
dengan jelas oleh mata manusia. Sedikit manfaat do‟a ada pada
kutipan tentang proses kesembuhan berikut ini (Roesli, 2012:122),
… Dia melakukan penelitian terhadap penderita penyakit punggung
lebih dari tiga bulan. Para pasien tersebut dibagi menjadi dua
kelompok. Kelompok pertama dengan menggunakan sinar laser
ringan saja di 40 titik akupuntur. Kelompok kedua melakukan hal
yang sama, ditambah dengan doa yang diajarkan Rasul saw.: “Aku
memohon kepada Allah Ya Maha Agung, Tuhan pencipta
singgasana yang agung agar berkenan menyembuhkan.” Doa
54
tersebut dibaca sebanyak tujuh kali di setiap titik akupuntur saat
menggunakan laser. … Hasilnya sangat mengagumkan. Kelompok
yang juga menggunakan doa ternyata sudah mengalami proses
kesembuhan secara signifikan sejak selesai terapi dan terus
meningkat kesembuhannya sampai setelah enam bulan berikutnya.
c. Ihsan
Nilai ini dapat diteladani dari berbagai kisah dalam buku Playing
“God”, yaitu:
1) Senantiasa berusaha mengingat Allah Swt. dengan kesadaran bahwa
kemewahan hidup di dunia adalah pemberian dari Allah Swt. dan
sifatnya hanya sementara, maka harus menabung amal baik sebanyak-
banyaknya sebagai bekal di akhirat kelak (Roesli, 2012:23-24),
Badan kita, nyawa kita, istri kita, suami kita …
Anak kita, harta kita, jabatan, tabungan tanah dan rumah
Semua ini titipan saja …
Suatu hari barang titipan,
Harus dikembalikan yang punya tak bilang kapan
Kita saja yang rapi menyiapkan
Malam ini … seminggu lagi … tahun depan harus rapi
dikembalikan
2) Kesadaran bahwa setiap tindakan selalu dilihat dan dicatat oleh
malaikat yang kelak akan dimintai pertanggungjawabannya oleh Allah
Swt., almarhumah ibu dari Prof. Rully menjalankan tugasnya sebagai
dokter dengan penuh kesadaran akan tanggung jawabnya terhadap
pasien karena Allah Swt., hal tersebut pada kutipan berikut (Roesli,
2012:155-156),
Menurut beliau pada zamannya, hubungan yang terjadi adalah
antara pasien, dokter, dan Tuhan. Karena tanggung jawab dokter
lebih banyak kepada Tuhan. Hampir tanpa pengawasan pihak lain.
Oleh karena itu, beliau mempunyai moto yang dituliskannya …
55
Hanya Engkau dan Engkau sajalah yang Terpuji atas semua yang
aku lakukan.
Kutipan di atas menunjukkan bahwa ketika dalam menjalankan tugas
pun harus mengingat bahwa ada Allah Swt. yang akan senantiasa
mengawasi semua yang dilakukan umatnya. Maka sebagai umat
Muslim harus sadar untuk menjaga diri dari perbuatan tercela.
d. Taqwa
Taqwa adalah takut kepada Tuhan yang Maha Mulia. Seorang
Muslim yang bertaqwa akan memberi jarak antara dirinya dengan hal-hal
yang dikhawatirkan akan menimbulkan kemarahan Tuhannya,
kemurkaan dan siksa-Nya. Bila seseorang mengerjakan ketaatan kepada
Allah, maka itulah taqwa (Sya‟roni, 2010:4).
Wujud ketaqwaan seorang hamba kepada Allah Swt. adalah
dengan beribadah dan tentunya melaksanakan syari‟at Islam. Pada buku
Playing “God”, hal tersebut ditunjukkan oleh point-point berikut:
1) Menjaga pelaksanaan dan pengelolaan zakat. Setiap Muslim memiliki
kewajiban untuk mengeluarkan zakat sebagai sarana membersihkan
diri dan harta benda. Maka perlu diperhatikan dengan benar
pengaplikasiannya karena bisa jadi kesadaran tersebut masih kurang
atau bahkan belum ada (Roesli, 2012:62-63),
Malaysia yang meski belum memiliki UU untuk mengatur masalah
zakat, mereka telah mampu memanfaatkan zakat sebagai sumber
dana untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Anggota
masyarakat di sana yang belum memiliki gaji tetap, memperoleh
gaji tetap dari dana zakat yang terkumpul. … Apakah anda sudah
membayar zakat dengan benar? Apakah saya sudah membayar
zakat dengan benar? Apakah kita semua telah membayar zakat
56
dengan benar? Bukankah kita semua diwajibkan membayar zakat,
seperti anjuran dalam Al-Qur‟an.
2) Menjaga amal shaleh. Nilai taqwa ditunjukan pula dalam penjelasan
tentang upaya mendapatkan husnul khatimah, yaitu harus berusaha
berbuat shaleh, menjalankan perintah Allah Swt., dan menjauhi
larangan-Nya sampai akhir hayatnya (Roesli, 2012:184-186),
Maka mulai sekarang harus menjadi orang yang taat kepada Allah,
taat kepada Rasul dan selalu beramal saleh. Orang yang doanya
akan dikabulkan oleh Allah adalah mereka yang beriman, taat,
mengamalkan sunnah Rasul, banyak beramal saleh, berjasa kepada
orang lain, dan menjauhi dosa dan maksiat.
InsyaAllah nilai taqwa dapat diteladani dari almarhum Dokter Purwa
(Roesli, 2012:186),
Dokter Purwa baru usai memeriksa pasien, kemudian permisi
menunaikan ibadah shalat Maghrib. … Di tengah-tengah shalat,
tiba-tiba dr. Purwa terkulai. … Saat diperiksa, ternyata denyut
jantung dan tekanan darah tidak teraba lagi. … Beliau sudah
meninggal.
Semasa kuliah, beliau dikenal sangat rajin dan aktif dalam kegiatan
masjid kampus. Saat menjadi dokter pun kepribadiannya tidak
tercela. … tutur sapanya yang sopan. Aku juga baru tahu kemudian
bahwa dr. Purwa mempunyai banyak sekali anak asuh yang sekolah
atas biaya beliau. Dokter Purwa tidak pernah mengeluh atau
dikenal mengidap penyakit apapun. Kematiannya terjadi sangat
mendadak. Apakah ini tanda-tanda meninggal dengan husnul
khatimah? Wallahu a‟lam.
e. Ikhlas
Ikhlas itu tidak pernah memandang, menghitung-hitung apa yang
telah diperbuat, tidak mengharap balasan, tidak mencari keuntungan,
pujian, popularitas, apalagi isi tas (Sya‟roni, 2010:88-89). Pernyataan ini
disetujui pula oleh Prof. Rully terlihat dalam kutipan berikut (Roesli,
2012:151), “Begitu mulia akhlak seorang pemimpin yang memberikan
57
sesuatu kepada orang miskin dan cacat tanpa mengharapkan balasan apa
pun.”
Ikhlas merupakan hakikat agama Islam sekaligus kunci
diterimanya suatu amal. Ikhlas terletak pada niat di hati dan niat
merupakan pengikat suatu amal, maka murnikan niat hanya untuk Allah
Swt. (Syukur, 2017:174-175). benar adanya bahwa cara untuk ikhlas
adalah meluruskan niat. Jangan sampai dalam melakukan sesuatu
diniatkan untuk memperoleh kenikmatan dunia semata. hal ini
digambarkan oleh Prof. Rully dalam kutipan buku Playing “God”
(Roesli, 2012:34) berikut,
Satu nasihat pada saat aku lulus menjadi dokter adalah: “Jadilah
dokter yang baik, jangan jadikan harta sebagai tujuanmu. … menjadi
dokter yang baiklah yang seharusnya menjadi ujuan utama. Tentunya
kita tidak boleh menolak rezeki yang dilimpahkan Allah Swt. melalui
profesi sebagai dokter.
Prof. Rully memperlihatkan bahwa dalam menjalani kehidupan
harus ikhlas meskipun dalam keadaan yang sulit (Roesli, 2012:88-89),
Bagaimana beratnya perjalanan hidup yang dihadapi, seseorang harus
menjalaninya dengan ikhlas dan tidak berputus asa. … Stephen
Hawking, penderita ALS, semula diprediksi hanya akan hidup 2 atau 3
tahun. Ternyata, beliau masih hidup sampai kini. Sudah lebih dari 30
tahun.
Keikhlasan untuk menerima penyakit gagal ginjal dan pengobatan cuci
darah digambarkan pula pada pribadi Arie Ardian (Roesli, 2012:89-90),
.… Dan kini sudah hampir 13 tahun saya menjalani cuci darah. Tidak
ada yang bisa saya lakukan lagi selain menjaga supaya saya selalu
“sehat”. …. Saya tidak menganggap keharusan cuci darah ini sebagai
suatu beban, tapi saya anggap sebagai bagian dari perjuangan hidup.
Saya lebih memilih memikirkan keinginan dan harapan yang belum
tercapai dan cara untuk bisa meraihnya.
58
f. Tawakal
Tawakal kepada Allah Swt. dapat mendatangkan keutamaan bagi
pelakunya, yaitu:
1) Ketenangan Jiwa dan Kepuasan Batin
Orang yang mampu bersikap tawakal tidak akan dihantui oleh
kekhawatiran yang berlebihan dalam menjalani hidup di dunia. Ia
hanya berusaha dan menerima hasil usahanya sesuai dengan ketentuan
Allah Swt., maka selalu hadir perasaan tenang dan puas apapun yang
didapat setelah berikhtiar (Syukur, 2017:154).
Keutamaan ini memberikan ketenangan jiwa dan bersikap
tenang dan tetap bersyukur atas kehidupan yang dimilikinya, karena
telah menjalankan tugasnya yaitu berusaha sebaik mungkin sedang
semua hasilnya dikembalikan kepada Allah Swt. Sama halnya seperti
yang terjadi kepada dokter Ahmad (Roesli, 2012:68-70), “Di luar
dugaanku, dia sama sekali tidak protes, hanya berkata, „Saya mengerti
dan bisa menerima keputusan ini. Saya pasrah.‟”
2) Mendapatkan kecukupan Hidup
Tawakal akan memunculkan rasa cukup dalam diri seseorang,
namun rasa cukup ini tidak serta merta menyebabkan diri menjadi
berdiam diri tanpa berusaha. Dunia adalah jembatan menuju akhirat.
Keduanya sama-sama penting. Kita tidak boleh meninggalkan
kehidupan dunia demi mementingkan kehidupan akhirat, dan berlaku
sebaliknya. Keduanya harus seimbang. Salah satu kunci kesuksesan di
59
dunia sekaligus di akhirat adalah bertawakal (Syukur, 2017:155).
Keutamaan ini sesuai dengan kutipan berikut (Roesli, 2012:34),
“Pasien ibuku bervariasi, dari wali kota Bandung sampai penarik
becak. Sebagian di antaranya digratiskan, sebagian lagi malah diberi
uang untuk membeli obat. Hidup kami tidak pernah kekurangan,
walaupun tidak mewah.”
Nilai tawakal dalam diri sesorang akan menuntun hidup yang lebih
bermakna, karena perasaan cukup terhadap apa yang diperoleh
menjadikan seseorang tidak segan untuk selalu bersyukur, membantu
orang lain.
3) Mendatangkan Pertolongan Allah Swt.
Manusia adalah makhluk yang mudah terombang-ambing oleh
keadaan, serta mudah putus asa. Tanpa bantuan dan pertolongan Allah
Swt. manusia sungguh tidak memiliki daya apa-apa. Dan salah satu
cara untuk mendapatkan pertolongan adalah dengan memohon
sepenuh hati dan pasrah kepada Allah Rabbul „Alamin (Syukur,
2017:161).
Keutamaan ini ditunjukkan dengan kisah pengobatan pasien-
pasien yang tanpa diduga. Kisah pertama adalah pengobatan Agus
yang hampir terhenti (Roesli, 2012:109),
… tanpa cuci darah, sudah dipastikan umur Agus tidak panjang lagi.
…. Setelah Agus mendapat kartu mahasiswa, maka BUMN tadi
membiayai cuci darahnya hingga dia berusia 25 tahun. Saat Agus
berusia 25 tahun, kebetulan Rumah Sakit Khusus Ginjal R.A.
Habibie sudah berdiri. Rumah sakit ini membebaskan biaya suci
darah bagi beberapa pasiennya, termasuk Agus. Sebenarnya, sangat
60
banyak orang yang tidak dapat membayar cuci darah selain Agus.
Tetapi, tampaknya tangan Tuhan telah menjangkau Agus. Dia
masih tetap cuci darah selama sekitar 15 tahun setelah peristiwa ini.
Subhanallah.
Kisah lain adalah pengobatan Ibu Nina yang penuh lika-liku.
Prof. Rully yang hampir meyerah dan berniat menuruti permintaan Ibu
Nina untuk tidak menolongnya dan membiarkan dia meninggal. Tapi
Allah menunjukkan jalan yang lain (Roesli, 2012:115),
Malam itu juga aku lakukan dialisis peritoneal akut, mengabaikan
permintaan jangan ditolong dari Ibu Nina … aku tahu bahwa Ibu
Nina masih banyak berutang ke rumah sakit … pada hari itu aku
bersedih karena tidak tahu apa yang selanjutnya harus kulakukan.
Allah Swt. menunjukkan kekuasaan-Nya melalui sumbangan uang
yang diberikan oleh tamu Prof. Rully yang sedang menginap di
rumahnya (Roesli, 2012:117),
Ya Allah, terima kasih engkau telah membukakan mataku bahwa
Engkaulah yang berhak menentukan hidup-matinya seseorang. Ya
Allah, Engkau telah membuka hatiku bahwa pertolongan-Mu bisa
datang dari arah mana pun. Termasuk dari orang Belanda (non-
Muslim), yang semula ku anggap kikir. Sekali lagi Allah Swt.,
telah menunjukkan kekuasaan-Nya padaku. Dia telah menyelamat-
kan nyawa Ibu Nina.
g. Syukur
Bersyukur tidak hanya di dalam hati dan mengalunkan ucapan
hamdalah, perbuatan pun harus serentak turut bersyukur (Syukur,
2017:39). Berikut ini bentuk-bentuk bersyukur yang ada di dalam buku
“Playing God”:
61
4) Syukur dengan Ucapan
Mengakui dengan ucapan bahwa nikmat yang kita rasakan
merupakan karunia Allah Swt., sambil memuji-Nya dengan kalimat
tahmid yaitu lafadz Alhamdulillah “segala puji bagi Allah”, tiada yang
dipuja dan dipuji walaupun cobaan menimpa kecuali Allah Swt.
semata (Syukur, 2017:42-43). Contoh dari bentuk syukur ini dapat
dilihat pada ungkapan Prof. Rully (Roesli, 2012:32), “Dan kami,
anak-anaknya, keluarganya bersyukur! Kami bersyukur telah memiliki
beliau sebagai pembimbing. Beliau adalah seorang ibu, nenek, nenek-
buyut, dokter, dan pribadi yang luar biasa. Setidaknya, bagi kami
keluarganya.” Meskipun dalam kutipan tersebut tidak ada kalimat
tahmid. Namun Prof. Rully menunjukkan betapa besar rasa syukur
kepada Allah Swt. yang telah memberikan anugerah luar biasa, yaitu
ibu. Bentuk nilai syukur ditunjukkan pula dalam ungkapan Prof. Rully
berikut (Roesli, 2012:36), “Berbagai fase dalam hidupku telah aku
lalui dalam bimbingan beliau. Alhamdulillah, aku dapat menjadi
seperti saat ini. Sebagian besar Karena dorongan ibuku.”
5) Syukur dengan Anggota Tubuh
Rasa syukur yang diungkapkan melalui perbuatan dengan
memanfaatkan anugerah yang diperoleh, yaitu anggota tubuh, sesuai
dengan tujuan penciptaannya (Syukur, 2017:46).
62
Nilai ini ditunjukkan melalui orang-orang yang menerima
kekurangannya dan menghargai dirinya, salah satunya adalah Stephen
William Hawking (Roesli, 2012:86),
Meskipun cacat jasmani luar biasa dan mengalami tetraplegia
(kelumpuhan) karena motor neuron disease (penyakit saraf
motorik), karier ilmiahnya terus berlanjut selama lebih dari empat
puluh tahun. … Profesor Spethen Hawkin memang cacat fisik
tetapi beliau berlebihan dalam kecerdasan intelektual dan
emosional sehingga mampu membuat karya-karya ilmiah yang
mengagumkan semua orang.
6) Syukur dengan Harta Benda
Syukur dengan hati, ucapan, dan seluruh anggota tubuh dapat
dilanjutkan dengan syukur menggunakan harta benda. Ditunjukkan
dengan cara membantu orang yang membutuhkan pertolongan
finansial dan membangun fasilitas umum demi kepentingan umat
(Syukur, 2017:74-75).
Ada berbagai cara untuk membantu orang lain yang sedang
mengalami kesulitan, misalnya dengan membiayai sekolah seperti
yang dilakukan oleh dokter Purwa (Roesli, 2012:186), “… dr. Purwa
mempunyai banyak sekali anak asuh yang sekolah atas biaya beliau.”
Ada pula yang membantu dengan memberikan keringanan biaya
berobat seperti yang dilakukan oleh Dr. Oen Bin Ing di Solo, Jawa
Tengah (Roesli, 2012:138), “Beliau tidak menarik bayaran dari para
pasiennya.”
63
h. Sabar
Menurut sebagian ulama yang dikutip oleh Syukur (2017:27)
mengatakan, “Sesungguhnya, sabar terbagi tiga, yaitu sabar dalam
berbuat taat, sabar dalam menahan diri dari maksiat, dan tatkala
menerima takdir Allah Swt. yang terasa menyakitkan.”
Nilai sabar diperlihatkan oleh Prof. Rully melalui kisah
perjuangan kedua orang tuanya (Roesli, 2012:32-33),
… Menurut ibuku, beliau dengan kakak wanitaku pernah berjalan kaki
dari Semarang hingga Solo. Harta yang terbawa hanyalah baju yang
melekat di badan. Mereka melarikan diri dari kejaran tentara Jepang
yang mencari-cari ayahku. Padahal, saat itu ibuku sudah menjadi
dokter yang terkenal di Semarang. Mempunyai rumah yang cukup
nyaman dan harta yang tidak kurang. Semua harus ditinggalkan.
Semua harus direlakan. .… Di Solo, ibuku harus mulai dari nol lagi
hingga kemudian menjadi dokter istana Kerajaan Mangkunegara,
Nilai sabar terdapat pula dalam diri seorang Adi Cahyadi yang
pantang menyerah meskipun mendapat musibah (Roesli, 2012:90-91),
Akhirya, para dokter melakukan amputasi. Tapi, Adi tidak berputus
asa. Dia berhasil menyelesaikan sekolahnya di SMA. Untuk mengisi
hari-harinya, Adi membuat miniatur berbagai jenis pesawat terbang
dari Koran bekas dicampur lem. Desainnya detail dan sangat persis
dengan pesawat aslinya. Adi berharap dengan kreasinya, dia dapat
membantu ibunya mencari penghasilan, “Ayah kan sudah meninggal.
Walaupun keadaan begini, saya pantang menyerah,” tuturnya saat
diwawancarai.
Nilai sabar tiada batasnya, ketika kesulitan datang silih berganti
maka tabah adalah kunci untuk menghadapinya sampai akhir hayatnya.
Kisah Ibu Dibyo menjadi salah satu contoh tabah menghadapi ujian
(Roesli, 2012:60-61),
Kasus Ibu Dibyo, berusia 57 tahun, menderita kencing manis sejak 15
tahun yang lalu. 10 tahun belakangan, tekanan darahnya sering
64
meningkat. Kontrol ke poliklinik tidak teratur. Suaminya telah
meninggal sejak 20 tahun silam. Beliau bekerja keras untuk
membesarkan tiga anaknya. …. Saat anak-anaknya mulai mandiri,
penyakit datang bertubi-tubi. Sudah 10 hari Ibu Dibyo dirawat karena
serangan stroke. Beliau juga menderita gagal jantung sebagai
komplikasi dari kencing manis. Akibatnya beliau mengalami kesulitan
bernapas dan harus menggunakan alat bantu (ventilator). Akibat
gabungan kelainan-kelainan ini, ginjalnya turut bermasalah dan beliau
harus cuci darah untuk mempertahankan hidupnya.
2. Nilai Insaniyah
a. Sillat al-rahmi (Kasih Sayang)
Cinta adalah jiwa keimanan, kedudukan, dan semua amalan.
Manakala semua itu kosong dari cinta, maka kedudukannya sama dengan
tubuh yang tidak ada ruhnya (Sya‟roni, 2010:25).
Salah satu bukti seorang Muslim beriman adalah memiliki rasa
kasih sayang untuk sesamanya seperti mencintai dirinya sendiri. Ketaatan,
ketundukan, ketakutan, malu, sedih, perhatian adalah sedikit wujud rasa
cinta. Buku Playing “God” menunjukkan beragam bentuk nilai tersebut.
Beberapa bentuk silaturrahim adalah:
1) Cinta antara anak kepada orang tua, ibu, yaitu dengan menuruti
permintaan ibu dan merawatnya dikala sakit (Roesli, 2012:31), “Kami
anak-anaknya, bersepakat untuk menuruti kehendak beliau. Kami
rawat beliau di rumah, dengan segala perawatan yang mungkin
dilakukan di rumah.”
2) Kasih sayang orang tua kepada anaknya. Ditunjukkan oleh sosok
orang tua Prof. Rully yang selalu menjaga perkembangan anaknya
(Roesli, 2012:35-36),
65
Pada saat berusia lima tahun, aku terserang penyakit polio yang
menyerang kedua kakiku. Beliau bersama ayahku tentunya, tak
henti-hentinya mengusahakan pengobatan. Berbagai dokter dan
terapi alternative telah didatangi. … Setelah itu beliau menjaga
perkembangan mentalku agar tidak terpuruk ke dalam kesedihan
atau putus asa. Beliau menjaga tanpa memanjakan.
Kasih sayang seorang ibu kepada anaknya juga diperlihatkan
oleh Ibu Asep yang selalu ada untuk Asep dan berdo‟a demi
kesembuhan anaknya (Roesli, 2012:121), “Ibu Asep memang kulihat
sangat rajin berdo‟a. selalu berada di samping anaknya, siang-malam,
serta berdoa dan berzikir.”
3) Kasih sayang antar keluarga yaitu kepada sanak saudara. Bentuk
silaturrahim ini ditunjukkan oleh hubungan erat antara Prof. Rully
dengan adik dan kakak-kakaknya yang selalu ada untuk saudaranya
yang lain (Roesli, 2012:165), “S‟rul, punggungku sakit dan aku agak
sesak napas,” keluh seseorang melalui HP-nya. “Ya, nanti abis praktik,
aku ke rumahmu.” Pada kutipan lainnya diperlihatkan hubungan
antara adik dan kakak yang harmonis (Roesli, 2012:177), “Selama ini
aku selalu bertintak sebagai big brother untuk Harry. Sejak kecil, aku
selalu menjadi tempatnya bertanya atau berlindung.”
Kasih sayang kepada saudara ditunjukkan pula dengan cara
memperhatikan kesehatan saudaranya, memberikan nasihat dan selalu
mengingatkan untuk meninggalkan kebiasaan buruk yang dapat
mengganggu kesehatan (Roesli, 2012:166), “Sejak lama aku sudah
memintanya untuk menghentikan kebiasaan merokok.” Serta berusaha
untuk menguatkan dan mengingatkan saudaranya yang sedang
66
terpuruk, hal ini dilakukan oleh kakak-kakak Prof. Rully ketika
menyesali meninggalnya sang adik, Harry Roesli (Roesli, 2012:177),
Akhirnya kakak-kakakku menyadarkanku. “Mengapa kamu
bersedih, itu kan sudah kehendak Allah? Kamu jangan takabur
seolah kamu bisa menentukan nasib orang. Jangankan cuma kamu.
Ada seratus dokter atau lebih yang mencoba menyelamatkan Harry,
kalau Allah sudah berkehendak, ajal pasti akan terjadi.”
Bentuk lain kasih sayang adalah keingginan untuk menghibur
orang yang disayangi, ini ditunjukkan oleh Harry (Roesli, 2012:172)
Tiba-tiba adikku nyeletuk. “ini kita kayak naik badkuip (bak mandi)
terbang ya.” Kami semua berusaha tersenyum mendengar
candaannya. Mungkin dia melihat wajah-wajah kami yang begitu
tegang. Dia berusaha mencairkan suasana dengan bergurau. Ya,
memang begitulah sifat adikku, selalu berusaha menghibur orang
lain.
Perasaan sedih ketika mengetahui saudaranya sakit, kesulitan
atau terkena musibah merupakan salah satu bentuk kasih sayang
(Roesli, 2012:174),
Kedua kakakku begitu terharu sampai hampir menangis. Aku injak
kaki mereka. Aku tidak mau kami terlihat pesimistis di hadapan
adikku. Kami harus tetap terlihat tegar. Begitu keluar dari kamar
perawatan adikku, mereka menangis sejadi-jadinya. Aku pun
sebenarnya begitu. Tapi aku pura-pura batuk, menutup mukaku
dengan saputangan.
b. Al-ukhuwah (Persaudaraan)
Nilai ini ditunjukkan melalui sikap almarhum Harry Roesli yang
menjaga hubungan baik dengan orang-orang dari berbagai kalangan
semasa hidupnya, dibuktikan dari kutipan berikut (Roesli, 2012:176),
Pemakamannya dihadiri oleh ribuan orang. Oleh berbagai kalangan.
… Seperti halnya Gus Dur, adikku memang tokoh pluralisme.
Pergaulannya sangat luas. Rumah yang merangkap padepokannya di
67
Jalan Supratman, Bandung, selalu terbuka untuk siapa saja. Itulah
makna kekayaan yang tidak bisa dinilai dengan uang!
Dengan nilai persaudaraan maka dapat membangun rasa saling memiliki
dan saling melengkapi warna perbedaan, sehingga adanya kemajemukan
masyarakat dalam kaitannya etnis, ras, agama dan budaya tidak akan
menumbuhkan konflik karena perasaan berbeda kelompok.
c. Al-a‟adalah (Adil)
Keadilan merupakan segala upaya untuk menempatkan segala
sesuatu pada posisinya sesuai proporsi yang seimbang dan sepadan
setelah mempertimbangkan segala sesuatu atau seseorang tersebut.
Mengutamakan sikap jujur dan toleransi dengan penuh itikad baik dan
bebas prasangka, tidak menunjukkan sikap pro atau kontra kepada salah
satu pihak tertentu sampai keputusan akhir yang tepat diperoleh.
Keadilan bertujuan untuk menghindari tindakan yang dapat
menguntungkan atau merugikan pihak yang tidak seharusnya.
Prof. Rully menjelaskan definisi adil di dalam bukunya yang
berjudul Playing “God” (Roesli, 2012:64),
Kata adil berasal dari bahasa Arab „adl mengandung arti “sama” atau
memperlakukan secara sama, tidak berpihak kecuali atas dasar prinsip
kebenaran dan kepantasan. Keadilan senantiasa disimbolkan dengan
keseimbangan neraca yang berarti seimbang. Karena itu, keadilan
seharusnya mendatangkan harmoni karena segala sesuatu
diperlakukan atau ditempatkan sesuai dengan semestinya.
Makna harfiah kata „adl merupakan suatu gabungan nilai-nilai
moral dan sosial yang menunjukkan kejujuran, keseimbangan,
kesederhanaan dan keterusterangan. Menurut hukum logika, keadilan
68
Ilahi seharusnya menjadi suatu sintesis dari seluruh nilai dan kebajikan
(Khadduri, 1999:11).
Keadilan menurut Prof. Rully dimiliki oleh Allah Swt. dan
manusia. Secara garis besar konsep keadilan yang dituangkan pada buku
Playing “God” merujuk kepada keadilan rasional yang mayoritas nilai-
nilainya sesuai dengan pernyataan al-Kindi (Khadduri, 1999:117), bahwa
“Keadilan memiliki konsep rasional yang selaras dan seimbang dengan
keadilan Ilahi.”
Akal budi merupakan suatu instrument yang dapat mengantar
manusia memahami kebenaran, akan tetapi berbeda untuk agama,
terdapat jalan lain yang disebut wahyu. Kebenaran terakhir itu tunggal,
baik yang termaktub dalam wahyu atau diperoleh melalui akal budi,
kedua jalan harus selaras dan seimbang (Khadduri, 1999:118).
Prof. Rully berusaha menunjukkan keseimbangan dari keadilan
dengan memaparkan contoh-contoh konkret dalam bentuk kisah-kisah
yang banyak dicuplikkan dari pengalaman pribadi dan orang lain, serta
beberapa kisah anekdot. Ada 2 bentuk keadilan dengan memiliki ciri-ciri
sebagai berikut:
1) Keadilan Allah Yang Maha Adil
Pada hakikatnya pengetahuan manusia akan kebenaran sangat
terbatas. Suatu waktu pasti melakukan kesalahan. Seringkali terdengar
kalimat “sulit menegakkan suatu keadilan, bahkan mustahil seseorang
mampu berbuat adil.” Lalu mampukah manusia berbuat adil? Oleh
69
sebab itu, suatu masyarakat yang di dalamnya terbina standar keadilan
membutuhkan otoritas Ilahi untuk menyediakan sumber-sumber
maupun prinsip dasar dari suatu tatanan publik (Khadduri, 1999:2).
Allah Swt. memiliki 99 asma al-husna dan satu diantaranya
adalah Al-„Adl yaitu “Maha Adil”. Allah Swt. memiliki sifat adil. Prof.
Rully menunjukkan keadilaan Allah Swt. melalui misteriusnya takdir.
Dimana manusia sebagai makhluk Allah telah ditentukan takdirnya
sejak lahir hingga tutup usia kelak. Maka dalam buku Playing “God”
Prof. Rully menyampaikan bagaimana cara mengimani takdir dari
Allah Swt.
Sosok ibu telah mengenalkan dan mengajari Prof. Rully
tentang takdir dengan sangat bijak. Harus diketahui mana takdir yang
tidak dapat diubah (takdir mubram atau qada) dan takdir yang masih
dapat diubah (takdir muallaq atau qadar). Melalui pesan yang ditulis
dalam buku harian, almarhumah ibu Prof. Rully berdoa “Tuhan
berilah anakku kepasrahan untuk menerima suatu keadaan yang tidak
dapat diubahnya. Keberanian untuk melakukan perubahan untuk
keadaan yang bisa diubahnya. Kebijaksanaan untuk dapat
membedakan keduanya.” (Roesli, 2012:37).
Prof. Rully menunjukkan keadilan ini dengan mendeskripsikan
kehendak Allah Swt. yang misterius. Tidak ada yang tahu pasti dan
tidak ada yang bisa menjamin. Tidak pula terasa kecuali bagi orang-
orang yang mau memikirkan hikmah di setiap peristiwa.
70
Kisah-kisah berikut ini adalah bentuk keadilan Allah Swt. yang
ada di dalam buku Playing “God”:
a) Keadilan Allah Swt. adalah keseimbangan
Keadilan Allah Swt terlihat pada keseimbangan makhluk
ciptaan-Nya. Allah swt. berfirman dalam surah al-Mulk [67]: 3,
yang berbunyi:
ن من لرح اف خلق ى ما ت ر ت طباقاو س ع سب خلق لذى ا من فطور بصر هل ت رى وت فارجع ال ت ف
Artinya: “Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. kamu
sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan yang Maha
Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah
berulang-ulang, Adakah kamu Lihat sesuatu yang tidak
seimbang?” (Roesli, 2018:24)
Prof. Rully menjelaskan lebih lanjut mengenai adil terdapat
pada penyataan berikut (Roesli, 2018:35),
Di sinilah letak keadilan Illahi sebenarnya. Keseimbangan itu
harus diartikan bahwa Allah Swt. telah memberikan keadilan
yang hakiki pada setiap manusia. Keseimbangan yang
seharusnya terjadi di dalam diri seorang manusia dengan
memanfaatkan seluruh potensi yang ada. Semua makhluk-Nya
mendapat perlakuan yang sama dan seimbang. Seseorang yang
diberi kekurangan di salah satu sisi akan diberi kelebihan di sisi
lainnya.
Keseimbangan seharusnya tidak dilihat di dalam dirinya saja,
tetapi bagaimana seharusnya interaksi dan hubungan sosial antar
manusia di masyarakat yang lebih luas. Keseimbangan juga
harus terjadi dengan alam semesta. Pada akhirnya, anda akan
merasakan bahwa Allah Swt. Maha Adil.
Prof. Rully menujukkan apa yang dimaksud keseimbangan
kekurangan dan kelebihan melalui tokoh hebat seperti Stephen
William Hawking (Roesli, 2012:86), “… Profesor Spethen
71
Hawking memang cacat fisik tetapi beliau berlebihan dalam
kecerdasan intelektual dan emosional sehingga mampu membuat
karya-karya ilmiah yang mengagumkan semua orang.” Bahkan
memperlihatkan bagaimana kekurangan Prof. Rully sendiri
diseimbangkan dengan kelebihan berupa keluarga luar biasa yang
selalu menjaga perkembangannya (Roesli, 2012:35-36),
Beliau bersama ayahku tentunya, tak henti-hentinya mengusaha-
kan pengobatan. Berbagai dokter dan terapi alternative telah
didatangi. … Setelah itu beliau menjaga perkembangan
mentalku agar tidak terpuruk ke dalam kesedihan atau putus asa.
Beliau menjaga tanpa memanjakan. Berbagai fase dalam
hidupku telah aku lalui dalam bimbingan beliau. Alhamdulillah,
aku dapat menjadi seperti saat ini. Sebagian besar karena
dorongan ibuku.
b) Semua hasil akhir di Tangan Allah Yang Maha Adil
Prof. Rullly menegaskan bahwa manusia bisa berusaha
untuk memperbaiki kehidupannya tetapi semua hasil dari
pencapain itu akan kembali lagi kepada kehendak Allah Sang
Pemilik Kehidupan. Boleh jadi manusia telah berusaha berbuat adil,
meskipun nantinya ia tidak berhasil maka yang perlu dilakukan
adalah percaya bahwa akan ada perantara lain yang menegakkan
keadilan karena Allah Maha Adil. Dalam hal ini Prof. Rully
memberikan sebuah perumpaan (Roesli, 2012:27),
Seandainya suatu waktu Anda berkendaraan kemudian salah
memilih jalan. ... Anda bisa saja kehilangan waktu karena salah
jalan. … tiba-tiba ada polisi yang melarang Anda ke kiri dan
harus kembali ke kanan, ke arah yang benar. Ibarat siapakah
polisi ini? Dia telah mengambil kembali wewenang Anda untuk
membuat keputusan. Dia telah menunjukkan jalan yang
72
seharusnya Anda ambil. Apakah mungkin dia adalah Tuhan,
berperan sebagai Dirinya sendiri? Wallahu a‟alam.
Kutipan di atas menunjukkan bahwa manusia diberi
kemampuan untuk berbuat apa yang diinginkannya, memiliki
wewenang untuk menentukan apa yang hendak dipilih. Di lain sisi,
suatu waktu Allah Swt. dapat mengambil kembali wewenang itu
dan menempatkan kembali kekuasaan-Nya. Allah Swt. berfirman
dalam surah Ali Imran [3]: 26 yang bunyinya,
الملك ء وتنزع لك الملك ت ؤتى الملك من تشا اللهم م ل ق ر إ ء بيدك ذل من تشا ء وت عز من تشا ء وت من تشا نك الي
كل شىء قدير على Artinya: “Katakanlah: „Wahai Tuhan yang mempunyai kerajaan,
Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau
kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang
Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau
kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau
kehendaki. di tangan Engkaulah segala kebajikan.
Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.‟”
(Pustaka Al-Mubin, 2013:53)
Satu kisah yang ada di buku Playing “God” menceritakan
bahwa pada awal 1990-an Prof. Rully memiliki pasien cuci darah
bernama Agus yang melakukan cuci darah dua kali seminggu
dengan biaya penuh dari BUMN tempat ayahnya bekerja. Saat
mencapai usia 21 tahun pihak BUMN berhenti mengganti biaya
Agus karena telah mencapai batas persyaratan kecuali jika si anak
masih kuliah maka batas usia asuransi kesehatan adalah 25 tahun,
73
padahal Agus tidak menyelesaikan SMAnya. Berbagai macam cara
telah coba ditempuh agar cuci darah tetap berjalan. Prof Rully
mencoba menghubungi ketua yayasan kesehatan BUMN dan
menghadap direktur keuangan rumah sakit namun hasilnya nihil.
Dengan bantuan pamannya, Agus masuk kusus computer yang
mengeluarkan kartu mahasiswa. Akhirnya asuransi BUMN
berlanjut. Setelah berusia 25 tahun pun Agus masih bisa
melanjutkan cuci darah karena terpilih sebagai penerima cuci darah
gratis di Rumah Sakit Khusus Ginjal R.A Habibie (Roesli,
2012:107-109).
Dari kisah Agus dapat dilihat Allah memberikan
kesempatan kepada umatnya, yaitu Prof. Rully, ketua yayasan,
direktur keuangan, keluaga Agus, dan pihak RSKG R.A Habibie
untuk berusaha mengambil suatu keputusan untuk mempertahankan
hidup Agus. Tidak ada yang mengetahui pasti sampai kapan Agus
dapat bertahan kecuali Allah Swt. (Roesli, 2012:107-109),
“Sebenarnya, sangat banyak orang yang tidak dapat membayar cuci
darah selain Agus. Tetapi, tampaknya tangan Tuhan telah
menjangkau Agus. Dia masih tetap cuci darah selama sekitar 15
tahun setelah peristiwa ini. Subhanallah.”
Kisah lain terjadi kepada Nyonya Nauli, 33 tahun yang
hampir mengalami euthanasia. Beliau tergolek tidak berdaya
karena koma selama 2 bulan (Roesli, 2012:58),
74
Suaminya tidak tahan melihatnya dan juga kehabisan biaya.
Karena dianggap tidak ada harapan secara medis, dia mengaju-
kan permintaan melakukan euthanasia ke Pengadilan Negeri
Jakarta. … pengadilan menolak. Di Indonesia, melakukan
euthanasia adalah melanggar hukum. Untung pengadilan
menolak karena kondisi Nyonya Nauli ternyata beberapa bulan
kemudian membaik.
Kisah berikutnya datang dari Ibu Nina, didiagosis gagal
ginjal tahap akhir sehingga memerlukan terapi cuci darah dua kali
seminggu. Prof. Rully hampir mengabulkan permintaan dari Ibu
Nina untuk tidak menolongnya lagi jika ia datang ke rumah sakit
dalam keadaan darurat (Roesli, 2012:114),
Hari Sabtu malam, sekitar 23.00, aku ditelepon oleh perawat
dari bagian gawat darurat rumah sakit. Perawat tersebut melapor,
“Dok, Ibu Nina datang lagi, sesak napas lagi, Dok.” Aku
menjawab berlawanan dengan hati nuraniku, “Baiklah, besok
aku akan datang.” Aku tahu seharusnya aku datang malam itu
juga. …. Aku tahu bahwa jika aku datang besok pagi, Ibu Nina
tidak akan tertolong. Sebetulnya itu yang pernah dia katakan
kepadaku. Jika dia datang dalam keadaan sesak napas lagi,
jangan ditolong, biarkan agar dia meninggal.
Ibu Nina menghakimi dirinya sendiri dengan meminta dokter Rully
tidak mengobatinya, lalu Prof. Rully berniat melakukan playing
“God” terhadap Ibu Nina dengan memenuhi permohonannya.
Namun di sisi lain perawat juga berusaha playing “God”
mempertahankan Ibu Nina (Roesli, 2012:114-115),
… Sekitar pukul 24, perawat rumah sakit menelpon kembali …
aku bersikukuh, “Aku akan datang besok pagi …” tetapi
pikiranku sudah tidak terkonsentrasi pada tamuku karena
terakhir perawat menghubungi, rupanya dia menelpon di dekat
tempat tidur Ibu Nina, sehingga aku bisa mendengar betapa
berat dan sesak napasnya. Aku tidak tahan lagi … malam itu aku
mengabaikan permintaan Ibu Nina. Dia tidak bisa menolak
75
karena kesadarannya sudah menurun. Singkat kata, nyawa Ibu
Nina malam itu terselamatkan.
Ketika manusia mulai kehilangan arah tanpa diduga-diduga
pertolongan Allah Swt. datang melalui tangan asing yaitu tamu
Prof. Rully dan memberikan pasangan hidup yang turut menopang
kesulitan Ibu Nina (Roesli, 2012:115-117),
Aku tahu bahwa Ibu Nina masih banyak berutang biaya
pengobatan sebelumnya ke rumah sakit. Bagiku benar-benar
suatu kisah sedih di hari Minggu … pada hari itu aku bersedih
karena tidak tahu apa yang selanjutnya harus kulakukan pada
Ibu Nina.
Kedua tamu yang menginap di rumahku bertanya tentang yang
terjadi tadi malam dan kuceritakan semuanya. …. Hari Senin, …
Ketika sarapan pagi si istri menyerahkan amplop berisi uang
2.000 Gulden kepadaku. Mereka memutuskan untuk tidak jadi
ke Toraja dan biayanya mereka serahkan untuk pengobatan Ibu
Nina. Aku sangat terkejut …uang itu didepositkan dan dapat
digunakanoleh Ibu Nina untuk membayar hutang dan menjalani
cuci darah secara teratur. Kurang lebih 6 bulan setelah itu, Ibu
Nina menikah dengan seorang pembawa berita … sebagai
istrinya, Ibu Nina mendapat biaya pengobatan cuci darah dari
PT Akses.
Memperlihatkan betapa besar kuasa Ilahi terhadap hidup-mati
hamba-Nya. Apabila Allah Swt. telah berkehendak maka dari arah
manapun melalui tangan siapa pun tidak ada yang bisa
menghalanginya. Hal tersebut ditegaskan pula oleh Prof. Rully
melalui nasihat bijak yang diberikan oleh saudaranya (Roesli,
2012:177-178),
Akhirnya kakak-kakakku menyadarkanku. “Mengapa kamu
bersedih, itu, kan sudah kehendak Allah? Kamu jangan takabur
seolah kamu bisa menentukan nasib orang. Jangankan cuma
kamu. Ada seratus dokter atau lebih yang mencoba
menyelamatkan Harry, kalau Allah sudah berkehendak, ajal
76
pasti akan terjadi.” Aku tidak bisa playing “God” menentukan
hidup-mati seseorang, termasuk adikku.
Keadilan Allah Yang Maha Adil di sini mengingatkan kembali
manusia bahwa sejauh apapun manusia bisa berbuat adil semua itu
atas izin Allah Swt. karena di atas keadilan manusia masih ada adil
Allah Swt.
2) Keadilan Manusia
Sa‟id Ibnu Jubayr (Khadduri, 1999:10-11) berkata “Keadilan
mengambil empat bentuk: keadilan dalam mebuat keputusan yang
sesuai dengan firman Allah, keadilan dalam perkataan yang sesuai
dengan firman-Nya, keadilan dalam mencari keselamatan, keadilan
dalam pengertian mempersekutukan Allah Swt.
Keadilan manusia merupakan keadilan yang diusahakan oleh
manusia sebagai wakil Allah Swt. di dunia. Prof. Rully menyebutnya
dengan istilah Playing “God” yang diartikan “bertindak seolah Tuhan,
yang dampaknya sangat besar” (Roesli, 2012:26). Menurut beliau
setiap orang berperan menjadi perantara Allah Swt. di dunia, baik
dalam skala besar atau kecil, secara langsung atau tidak turut
mempengaruhi kelangsungan hidup orang lain bahkan menjadi pihak
yang menerima dampak dari Playing “God”. Beliau mengatakan
(Roesli, 2012:26),
Mengapa aku, Anda, atau kita semua terkadang seolah-olah diberi
wewenang untuk itu? Mengendalikan hidup-mati seseorang,
menentukan nasib orang lain? Seorang dokter ahli bedah harus
memilih satu dari dua bayi kembar siam yang harus diselamatkan.
Seorang hakim adakalanya harus menjatuhkan vonis hukuman mati
77
kepada terpidana. Seorang petugas pemadam kebakaran harus
menentukan korban yang diselamatkan terlebih dahulu. Pada saat
bencana alam, juga perlu diputuskan daerah mana yang mendapat
bantuan makanan terlebih dahulu. Demikian pula jika Anda
memecat pembantu rumah tangga. Anda mempengaruhi kehidupan
sang PRT, istri atau suaminya, dan anak-anaknya.
Ketika seorang manusia memiliki kekuasaan di atas orang lain,
ia berpotensi lebih untuk mempengaruhi kehidupan yang lebih lemah.
Dampak negatifnya bisa terjadi tindak ketidakadilan. Tidak ada yang
bersedia diperlakukan secara tidak adil, terlebih jika ketidakadilan itu
merenggut waktu yang berharga atau bahkan sampai merugikan
kehidupan seseorang, misalnya seperti salah memberikan vonis
hukuman mati, hal ini tentu sangat fatal (Roesli, 2012:66),
Amerika serikat, yang membanggakan diri sebagai Negara paling
demokratis mempunyai catatan yang panjang tentang kasus salah
hukum. Berdasarkan pengakuan seorang terpidana mati, Alon
Patterson, dilakukan penelitian oleh kejaksaan Agung Wilayah
akibat tekanan dari surat kabar Chicago Herald Tribune. Alon
Patterson menyatakan bahwa pengakuannya diajukan karena
siksaan selama pemeriksaan. Sejak tahun 1973, ada 99 kasus
terpidana mati, yang kemudian salah hukum. Mereka telah
mendekam di penjara selama rata-rata 8 tahun. Mengalami
perlakuan buruk di penjara dan dibayangi hukuman mati yang akan
dihadapi. Di Chicago, ada 247 kasus yang diragukan kebenarannya.
Manusia selalu berusaha merealisasikan keadilan Ilahi di bumi,
akan tetapi demikian itu hanya dapat dilakukan melalui sarana akal
budi, suatu tingkat keadilan yang merupakan perkiraan dan refleksi
dari keadilan Ilahi dan diterjemahkan ke dalam perbuatan-perbuatan
dengan ikhtiar bebas dimana manusia akan bertanggung jawab
(Khadduri, 1999:61).
78
Mudahnya orang-orang menyebut sesuatu itu adil apabila
sudah sesuai dengan peraturan yang berlaku. Akan tetapi perlu
diketahui bahwa keadilan memiliki beragam tolak ukur atau standar.
Letak geografis, soaial-budaya yang berbeda menghasilkan tolak ukur
yang berbeda pula. Semua itu adalah bentuk dari upaya manusia untuk
menegakkan keadilan.
Islam mengajarkan untuk selalu berikhtiar dengan cara
berpegang teguh kepada syariat Islam dan menggunakan akal pikiran
serta hati nurani. Maka kewajiban manusia adalah optimis dengan
selalu berusaha menegakkan keadilan dan bertawakal untuk hasil
akhirnya, yaitu dengan berdoa dan berpasrah diri kepada Allah Swt.
atas hasil yang akan didapatkan setelah melakukan usaha tersebut.
Adapun ciri-ciri keadilan manusia dalam buku Playing “God”
karya Rully Roesli berkaitan dengan nilai-nilai berikut:
a) Bertanggung Jawab
Orang yang telah dididik pada lembaga pendidikan Islam,
semestinya akan memiliki kesadaran dan tanggung jawab yang
menyangkut masyarakat luas. Dari sini akan muncul perilaku
posistif dan mendedikasikan ilmunya untuk kepentingan orang
banyak (Sarjono, 2005:143).
Beriman kepada Allah Yang Maha Adil dapat diikhtiarkan
dengan sikap bertangung jawab, jika segala sesuatu dikerjakan
dengan dilandasi rasa tanggung jawab kepada Allah Swt. maka
79
kesadaran untuk berbuat adil akan selalu tumbuh di dalam diri, baik
ketika ada atau tidak adanya suatu pengawasan.
Kegiatan muamalat tidak pernah lepas dari nilai tauhid.
Dengan demikian, manusia memiliki tanggung jawab kepada
masyarakat, tanggung jawab kepada pihak kedua, tanggung jawab
kepada diri sendiri, dan tanggung jawab kepada Allah Swt.
akibatnya manusia tidak akan berbuat sekehendak hatinya, karena
segala perbuatannya akan mendapat balasan (Dewi, 2006:31). Rasa
tanggung jawab yang hadir karena sadar bahwa setiap perbuatan
dimintai pertanggungjawaban selaras dengan Firman Allah Swt.
dalam surah Al-Baqarah [2]: 123 yang berbunyi,
ها ي وما ل تزى ن فس عن ن فس شيئا ول ي قبل من ت قوا ٱو عة ول هم ينصرون ها شف ع ف نت عدل ول
Artinya: “Dan takutlah kamu kepada suatu hari di waktu
seseorang tidak dapat menggantikan seseorang lain
sedikitpun dan tidak akan diterima suatu tebusan
daripadanya dan tidak akan memberi manfaat sesuatu
syafa'at kepadanya dan tidak (pula) mereka akan
ditolong.” (Khadduri, 1999:10-11).
Menurut al-Kindi manusia yang paling adil adalah orang
yang menancapkan kebenaran dan tidak pernah ingkar darinya,
serta tidak segan-segan berbuat sesuai dengan kewajiban yang
dibebankan padanya; manusia yang paling tenang adalah orang
yang mempertahankan keseimbangan yang adil terhadap
80
syahwatnya sebagai penjagaan dirinya sendiri (Khadduri,
1999:120).
Tanggung jawab adalah sikap dan perilaku yang
melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagaimana yang
seharusnya dilakukan (Koesoema, 2015:188). Tanggung jawab
digambarkan oleh Prof. Rully dalam pribadi almarhumah ibunya
yang seorang dokter sejak tahun 1941-2005 (Roesli, 2012:155-157),
Pada zamannya, tidak dikenal Undang-Undang Praktik
Kedokteran ataupun Komisi Etik dan Disiplin. Menurut beliau,
pada zamannya, hubungan yang terjadi adalah antara pasien,
dokter, dan Tuhan. Karena tanggung jawab dokter lebih banyak
kepada Tuhan. Hampir tanpa pengawasan pihak lain. …. Beliau
tidak pernah menolak pasien yang datang, walaupun pasiennya
tidak mampu membayar. Alhamdulillah selama kariernya lebih
dari 50 tahun berpraktik, tidak penah sekalipun beliau dituntut
oleh pasien.
Adil sangat bergantung terhadap kesadaran dari pribadi
masing-masing untuk mempertanggungjawabkan kepentingan
bersama. Tanpa adanya kesadaran diri atas tanggung jawab sulit
seseorang untuk berbuat adil. Benar adanya bahwa orang bekerja
dengan baik dan giat untuk memperoleh uang demi memenuhi
kebutuhan hidup, namun akibatnya manusia cenderung bersikap
acuh dan sesuka hati karena ia hanya memikirkan kepentingan
pribadi. Berbeda jika di dalam diri ditanamkan rasa tanggung jawab
kepada Allah Swt., tentu ia akan lebih berhati-hati, berupaya untuk
menghindari sesuatu yang jelas dilarang oleh Allah Swt.,
81
ketidakadilan, dan berupaya untuk melakukan hal yang baik untuk
semua, yaitu adil, agar tidak merugikan orang lain.
Prof. Rully memperlihat sisi tanggung jawab yang
professional dari pengalamannya ketika menjadi dokter muda
(Roesli, 2012:150),
Saat pertama kali menghadapi pasien meninggal di tanganku,
selama tiga hari aku bersedih-murung dan tidak mau makan.
Kemudian, ibuku menasihati. “Kalau kamu selama tiga hari
terus murung saja, kamu tidak bertanggung jawab kepada pasien
yang lain. Sudahlah, kamu sudah mengerjakan apa yang kamu
bisa. Kematian seseorang tetap di tangan Tuhan.”
Tanggung jawab manusia adalah berusaha sebaik mungkin untuk
membatu orang yang membutuhkan pertolongan, sedangkan urusan
nyawa dan kematian ada di tangan Allah Swt. maka tanggung
jawab dokter selanjutnya adalah mengasah dan meningkatkan
keahliannya untuk membantu pasien yang lainnya.
Prof. Rully menunjukkan bahwa tanggung jawab
mendorong kesedihan membawa dampak positif (Roesli, 2012:178),
“Kematian adikku membawa berkah kepada pasien-pasienku.
Bagaimana mungkin? Sejak itu, aku mencoba mencari cara untuk
melakukan cuci darah pada orang dengan tekanan darah yang
rendah. Hal yang selama ini dianggap tidak mungkin.”
Sikap tegar Prof. Rully ketika menghadapi sebuah musibah
dengan memikirkan pengobatan untuk kebaikan orang lain adalah
bentuk rasa tanggung jawab itu sendiri. Tanggung jawab yang
82
menjadikan lebih menyadari bahwa tujuan utama suatu profesi
adalah memenuhi tugas.
Memiliki rasa tanggung jawab kepada Allah Swt. di sisi lain
menarik seseorang untuk lebih menghargai diri sendiri. Perilaku
tersebut digambarkan oleh Prof. Rully dalam diri Arie Ardian yang
kisahnya dikutip dari Bulletin RSKG (Roesli, 2012:89-90), Arie
telah menjalani cuci darah sejak SMA. Rasa tanggung jawab
terhadap dirinya mendorong Arie selalu menjaga kesehatan
tubuhnya agar tetap dalam keadaan baik yaitu dengan melakukan
terapi secara teratur. Ia tidak pernah menganggap cuci darah
sebagai suatu beban melainkan dianggapnya sebagai perjuangan
hidup.
Apa yang dilakukan Arie menunjukkan kesadaran bahwa ia
lah yang bertanggung jawab terhadap kebaikan jasmani. Dirinya
tahu bahwa fisiknya membutuhkan terapi agar dia bisa tetap
beraktifitas maka dia menjalaninya dengan ikhlas. Apabila
seseorang tidak memiliki rasa tanggung jawab dia bisa melakukan
tindakan yang menyakiti diri sendiri. Contohnya dengan melakukan
bunuh diri (Roesli, 2012:79-80), kasus bunuh diri terjadi karena
berbagai alasan entah itu karena masalah ekonomi, frustasi atau
karena tidak tahan menderita sakit menahun. Mereka bertindak
seolah Tuhan (playing “God”) dengan menghakimi diri sendiri.
83
Kisah tentang menghakimi diri sendiri selanjutnya berasal
dari Andrew, seorang transgender. Dia menuturkan penyesalan
terdalamnya karena merubah kelamin yang sejatinya pria menjadi
wanita. Dia merasa terlahir dalam tubuh yang salah, kemudian dia
memeriksakan diri dan semakin yakin karena mendengar
psikiaternya berkata, “Jiwamu adalah wanita. Operasi ganti
kelamin adalah jalan keluarnya.” Sampai akhirnya dia melakukan
serangkaian operasi dan terapi untuk menjadi wanita seperti yang
diinginkan. Setelah 20 tahun kemudian, Andrew ditemani pacarnya
yang seorang wanita datang kembali ke rumah sakit tempatnya
melakukan operasi untuk mencari pertolongan. Ia menyadari bahwa
telah melakukan kesalahan, jiwanya memberontak. Dia telah
mencoba hidup sebagai wanita tetapi tidak berhasil karena jauh di
lubuk hatinya tetap merasa sebagai laki-laki (Roesli, 2012:99-100).
Baik perbuatan bunuh diri atau mengubah kelamin adalah
contoh dari sekian perbuatan yang diharamkan Allah Swt., mereka
menghakimi diri sendiri dengan mengikuti hawa nafsu yang
menggebu.
b) Netral
John Raws (1995:15) mengatakan “Salah satu bentuk
keadilan sebagai fairness adalah memandang berbagai pihak dalam
situasi awal sebagai rasional dan sama-sama netral.” Dasar
penilaian kepada orang lain harusnya netral. Misalnya saja seorang
84
terdakwa memilki hak praduga tak bersalah, hal itu berkaitan agar
hakim mampu menjalankan tugasnya sebagai penegak keadilan.
Hakim harus memiliki pandangan yang netral kepada terdakwa
sampai keputusan pengadilan yang memiliki kekutatan hukum
tetap menyatakan kesalahannya.
Allah Swt. telah memerintahkan untuk menegakkan
kebenaran dan berlaku adil tanpa dicemari oleh kebencian terhadap
suatu kelompok dalam firman-Nya surah Al-Maidah [5]: 8 yang
terjemahannya berbunyi,
“Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu Jadi
orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah,
menjadi saksi dengan adil. dan janganlah sekali-kali kebencianmu
terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk Berlaku tidak adil.
Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. dan
bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui
apa yang kamu kerjakan.” (Roesli, 2012:76).
Netral yaitu tidak memihak satu sisi atau kelompok tertentu
dan tidak memberatkan sisi yang lain. Untuk bersikap adil maka
rasa benci, sungkan atau cinta harus dikesampingkan. Bukan berarti
sama sekali menghapus rasa kasih sayang akan tetapi dalam
mengambil suatu tindakan yang adil harusnya tidak dilandasi
dengan perasaan pribadi entah, itu terhadap sanak keluarga atau
kepada musuh.
Prof. Rully mengatakan (Roesli, 2012:75), “Rasa keadilan
dan hati nurani kadang-kadang dikelabuhi oleh kebencian terhadap
satu golongan yang dianggap tidak sejalan dengan kita.” Beliau
85
juga memaparkan bahwa empati dapat mempengaruhi keputusan
seseorang (Roesli, 2012:150), “Jangan sampai emosi atau empati
kepada pasien mengacaukan pertimbangan medis. Ini bisa
menimbulkan keputusan yang salah. Oleh karena itu, kebanyakan
dokter tidak mau menangani keluarganya sendiri, terutama jika
sedang dalam keadaan gawat darurat.” Pernyataan tersebut
membuktikan betapa sikap netral sangat diperlukan dalam
mengambil suatu kebijakan, terlebih dalam hal keadilan yang harus
seimbang.
Menurut Rawls (2011:72) setiap orang mempuyai hak yang
sama atas kebebasan dasar yang paling luas. Nilai ini ditandai
dengan adanya prinsip persamaan, yaitu memandang semua orang
setara. Tidak ada diskriminasi atas hak dan kewajiban. Prinsip ini
ditunjukkan oleh pernyataan Prof. Rully tentang harapan adanya
perlakuan yang sama terhadap orang yang sakit (Roseli, 2012:48),
Suara mereka lirih, hampir tidak terdengar oleh kita, masyarakat
yang sehat. Mereka tidak minta dikasihani. Mereka hanya ingin
tetap dijadikan bagian dari kita, bagian dari seluruh masalah kita.
Tapi sering kali, mereka tidak berdaya. Lebih sering lagi, kita
yang lupa!
Prinsip ini diperlihatkan pula dengan adanya kesempatan
kepada semua orang untuk mendaftarkan diri sebagai calon
penerima bantuan subsidi cuci darah dalam kutipan buku Playing
“God” (Roesli, 2012:42-43),
Setiap hari Jum‟at, RS Khusus Ginjal (RSKG) R.A. Habibie,
Bandung memberikan bantuan cuci darah gratis kepada pasien
86
yang terpilih. Pasien dipilih melalui rapat yang dihadiri oleh
perawat, dokter, apoteker, pekerja sosial, bagian keuangan, dan
wakil dari yayasan. Keputusan diambil berdasarkan hasil voting
antara yang lebih banyak yang setuju atau tidak untuk
mebebaskan biaya. Pada rapat tersebut semua data pasien
diajukan untuk menjadi pertimbangan ketika voting tiba, mulai
dari usia, status kesehatan, jumlah keperluan obat, status
ekonomi, dan berbagai data lain.
Persamaan ini juga diperlihatkan oleh Prof. Rully dengan kisah
residen dokter Ahmad (Roesli, 2012:68-69),
Saat Prof Roesli menjadi kepala bagian Ilmu penyakit dalam di
Fakultas Kedokteran bersama Ketua Program Studi harus
mengambil keputusan Drop Out kepada residen dr. Ahmad.
Syarat seorang residen adalah melakukan pelatihan resmi 8
semester (4 tahun), apabila selama tahun pertama IPK tidak
mencapai 3 atau telah menjalani pendidikan lebih dari 12
semester maka residen harus berhenti atau di drop out. Sesuai
syarat tersebut Dr. Ahmad memenuhi untuk DO karena setelah 6
semester IPK-nya 2,85. Jika tetap dilanjutkan dikhawatirkan DO
juga pada akhirnya. Keputusan tersebut bukan keputusan
sepihak melainkan sudah melalui perhitungan baik secara
matematika dan rapat staf pendidikan.
Peraturan berlaku untuk semua residen, termasuk dr. Ahmad
(Roesli, 2012:71), “Dokter Ahmad tetap dikeluarkan. Peraturan
pendidikan secara tegas menyatakan hal itu. Aku dan KPS, sebagai
kepala pendidikan, … harus memastikan bahwa peraturan
dijalankan.”
Seseorang yang terlibat dalam institusi tahu apa yang
dituntut aturan kepadanya dan orang lain. Ia juga tahu bahwa orang
lain mengetahui hal ini dan mereka tahu bahwa ia tahu hal ini
(Rawls, 1995:67). Begitu pula yang terjadi antara dokter Ahmad,
87
kepala bagian dan KPS sama-sama mengetahui ketentuan dan
tuntutan yang berlaku.
Prinsip keadilan yang diterapkan pada tatanan sosial
dianggap bersifat publik. Publisitas aturan institusi menjamin
bahwa mereka yang terlibat di dalamnya tahu tentang pembatasan
seperti apa yang bisa diharapkan dari orang lain dan jenis tindakan
apa yang diperbolehkan (Rawls, 1995:67). Seperti apa yang
dilakukan oleh ketua yayasan kesehatan BUMN dan direktur
keuangan rumah sakit yang menolak adanya pengecualian (Roesli,
2012:108),
Setelah kutaruh tas kerjaku, aku segera menelepon ketua
yayasan kesehatan BUMN yang mengurusi biaya kesehatan
karyawan dan keluarganya, dan menceritakan masalah Agus.
Kutanyakan apakah untuk kasus Agus dapat diberikan
kekecualian? Jawabannya tidak. Saya bersikeras! Peraturan
(bodoh) ini akan menyebabkan Agus tidak bisa cuci darah dan
meninggal! Jawaban dari ujung telepon: Tetap TIDAK!
Kemudian, aku bergegas menghadap direktur keuangan rumah
sakit. Aku ceritakan masalah Agus dan bertanya apakah dia
dapat diberi kekecualian dan tetap dapat menjalankan cuci
darah? Jawabannya: TIDAK! …. Setelah Agus mendapat kartu
mahasiswa, maka BUMN membiayai cuci darahnya hingga dia
berusia 25 tahun.
Ketua yayasan kesehatan BUMN dan direktur keuangan rumah
sakit berusaha menjalankan tugas mengikuti peraturan yang ada,
meskipun sejatinya mampu memberikan bantuan tetapi mereka
terikat dengan peraturan, ada syarat-syarat yang harus dipenuhi,
tidak mungkin memberikan pengecualian kepada satu pihak karena
sudah ada ketentuan yang berlaku untuk semua orang.
88
Menurut Prof. Rully (Roesli, 2012:73), “keadilan dan
hukum seperti dua sisi mata uang, bagian kanan dan kiri. Mereka
dekat, tapi tidak pernah bersatu. Jika salah satu tidak ada
dinamakan tidak sempurna. Tetapi jika keduanya bersatu
dinamakan kelainan.” Dari ungkapan tersebut peneliti
menyimpulkan “keadilan dan hukum bersatu dikatakan kelainan”
karena hukum membantu mewujudkan keadilan tetapi jika menaati
hukum dampaknya bisa menghambat bahkan menghalangi bantuan
untuk orang yang membutuhkan tetapi tidak memenuhi persyaratan.
Sedangkan maksud “jika salah satu tidak ada dinamakan tidak
sempurna” adalah tanpa ada hukum maka tolak ukur adil menjadi
kabur, sulit untuk diketahui batasan adil. Ketika hukum tidak
dilandasi nilai adil maka yang terjadi adalah ketidakadilan karena
peraturan ada di atas kepentingan pihak tertentu.
c) Kehati-hatian
Yaitu mengambil keputusan dengan mempertimbangkan
segala sesuatu dengan matang, melihat bukti dengan cermat,
mengkaji situasi dan kondisi dari berbagai sudut pandang karena
menyadari benar bahwa waktu tidak akan terulang. Satu langkah
akan membawa kepada masa depan, baik atau buruk. Oleh sebab
itu, untuk bersikap adil hendaknya bertindak secara berhati-hati
agar tidak merugikan orang yang tidak tepat dan berakhir menjadi
perbuatan yang tidak adil.
89
Nilai ini dapat dipetik hikmah dari tragedi Sengkon dan
Karta (Roesli, 2012:65) berikut,
Pada 1977, Sengkon dan Karta didakwa melakukan perampokan
dan pembunuhan terhadap pasangan suami-istri Sulaiman-Siti
Haya di Pondok Gede, Bekasi. Pengadilan menjatuhkan vonis
12 tahun (Sengkon) dan 7 tahun (Karta). Setelah 5 tahun
menghuni LP Cipinang, Sengkon kritis akibat penyakit TBC
yang dideritanya. Gunel, narapidana lain karena merasa iba dan
berdosa kepada Sengkon akhirnya meminta maaf dan mengaku
kepada pihak berwajib bahwa dia dan teman-temannya lah yang
sebenarnya merampok dan membunuh Sulaiman-Siti Haya.
Akibat dari salah dakwa ini kehidupan Sengkon dan Karta
beserta keluarga yang dipertaruhkan. Sengkon meninggal dunia
oleh TBC sedangkan keluarga Karta kocar-kacir menjual semua
sawah dan tanah untuk membiayai kasus dan hidup mereka.
Bahkan Karta juga meninggal tidak lama setelah bebas dari
penjara karena kecelakaan.
Sebelum seorang terpidana dijatuhi vonis hukuman tentu
sudah dilakukan serangkain pemeriksaan untuk mendapatkan bukti-
bukti yang kuat apakah seorang terdakwa itu terbukti bersalah atau
tidak. Sikap yang berhati-hati diharapkan mampu mencegah adanya
kesalahan vonis seperti yang terjadi kepada Sengkon dan Karta.
Kasus lain yang serupa adalah sebuah dakwaan pembunuhan anak
kandung oleh pasangan suami istri (Roesli, 2012:65-66),
Pasangan suami-istri Risman Lakoro-Rostin Mahaji di dakwa
membunuh anak kandungnya, Alta Lakoro. Setelah mereka
mendekam di LP selama 3 tahun, ternyata ada seorang napi di
LP Gorontalo yang mengaku bernama Alta Lakoro. Napi ini
dipenjara karena kasus pencurian. Ternyata Alta, yang diduga
dibunuh oleh orangtuanya sendiri, masih hidup. Dia selama ini
mengganti identitas karena diiming-imingi sejumlah uang dan
sepeda motor.
Kedua kasus di atas menunjukkan betapa ketelitian sangat
diperlukan untuk mendapatkan suatu kebijakan yang tepat.
90
Terburu-buru atau sikap gegabah yang sampai merugikan
kehidupan orang lain tentu merupakan sesuatu yang ingin dihindari
oleh semua orang. Ketika ada orang yang berbuat kesalahan dengan
tidak sengaja umumnya akan memperoleh pemakluman tetapi
apabila dampak yang terjadi begitu buruk maka apa yang terjadi?
(Roesli, 2012:66-67),
Di kabupaten demak, jawa tengah, seorang pria (35 tahun) yang
dituding mencuri uang sebesar Rp 15.000,00 tewas ditembak
polisi. Pria ini ditangkap oleh dua orang polisi di tempat
kerjanya di Tlogosari, Semarang. Dibawa ke polsek dan
digelandang ke Pantai Moro, Demak. Menurut polisi, dia
berusaha melarikan diri. Dia ditembak kakinya, tapi yang
terkena kepalanya. Pria ini tewas seketika! Bukankah ini suatu
bentuk playing “God”? yang menurutku agak keterlaluan!
Tindakan apa yang perlu dilakukan? Membebaskannya dari sanksi
atau tidak? Harus disadari benar bahwa waktu tidak akan terulang.
Masa yang terampas atas suatu keputusan tidak dapat tergantikan.
Maka sangat perlu bersikap berhati-hati untuk meminimalisir
tindakan tidak adil. Umat Muslim mengimani takdir Allah Swt.,
termasuk hidup-mati manusia yang sudah ada masanya, tetapi
bagaimana dengan caranya? Apabila benar telah ditentukan bahwa
takdir seseorang dibunuh, apakah lantas si pembunuh terhindar dari
dosa dan hukuman? Tidak, wallahu a‟lam.
Tujuan suatu agama adalah mendidik manusia supaya
mampu mengendalikan diri, sehingga hidup menjadi lebih
terkontrol, terarah, tahu kapan waktu untuk mengegas dan
mengerem diri (Nadjib, 2016:82). Seseorang yang bisa
91
mengendalikan diri akan berhati-hati dalam setiap langkah yang
diambil. Dampaknya hasil yang diperoleh akan sesuai dengan
tempatnya, tepat pada proporsi yang semestinya. Ketika salah
berada di tempat yang salah dan ketika benar berada di sisi yang
benar.
d) Sepadan
Yaitu berhubungan dengan proporsi yang selayaknya. Jika
dikaitkan dengan ukuran yang seimbang, maka layak yang
dimaksud disini bukan berarti takaran sama rata, akan tetapi
disesuaikan dengan upaya dan kebutuhan masing-masing.
Nilai ini erat kaitannya dengan kesetaraan dan kehati-hatian.
Nilai sepadan diperlukan untuk membantu menentukan
kecenderungan yang harus diambil untuk berlaku adil. Sepadan
menunjukkan bahwa adil juga bisa dinamis. Suatu waktu adil harus
tegas sesuai aturan yang ada tapi tidak menutup kemungkinan
adanya perubahan apabila situasi dan kondisi tidak pas dengan
peraturan yang berlaku.
Adil pada lingkungan formal tentu diatur oleh peraturan
atau persyaratan tertentu yang mengikat tindakan pihak-pihak yang
ada di dalam lingkupannya. Untuk kondisi ini maka adil lebih statis.
Seperti yang terjadi pada kisah Agus (Roesli, 2012:107-108),
Aku ingat peraturan BUMN tempat ayahnya bekerja, seorang
anak karyawan hanya akan diganti biaya pengobatannya sampai
usia 21 tahun, bisa menjadi 25 tahun jka anak itu masih
kuliah. .… Aku segera menelpon ketua yayasan kesehatan
92
BUMN … kutanyakan apakah untuk kasus Agus dapat
diberikan kekecualian ? jawabannya tidak. …. Setelah Agus
mendapat kartu mahasiswa, maka BUMN tadi membiayai cuci
darahnya hingga dia berusia 25 tahun.
Kisah di atas menunjukkan bagaiman nilai sepadan yang di
dasarkan pada peraturan, yaitu pemenuhan syarat sebagai tolak
ukurnya.
Di sisi lain adil menjadi lebih dinamis pada lingkup pribadi
atau nonformal. Prof. Rully menunjukkan nilai sepadan ini pada
kisah-kisah dokter yang menangani pasiennya (Roesli, 2012:34),
“Pasien ibuku bervariasi, dari wali kota Bandung sampai penarik
becak. Sebagian di antaranya digratiskan, sebagian lagi malah
diberi uang untuk membeli obat.” Jika kata adil hanya didefinisikan
dalam kata sama rata maka kisah tersebut dapat disebut sebagai
ketidakadilan karena dokter Edhiyana (alm.) memberikan tarif
berobat yang berbeda kepada pasiennya. Namun apa yang terjadi
adalah pasien-pasiennya mengalami ketimpangan sosial dan
ekonomi.
Ketimpangan sosial dan ekonomi harus diatur dengan baik
sehingga diharapkan memberi keuntungan semua orang dan semua
posisi terbuka bagi semua orang. Prinsip ini terdiri dari dua bagian
yaitu prinsip perbedaan dan prinsip persamaan yang adil atas
kesempatan (Rawls, 2011:72). Prinsip tersebut memandang
keadilan sebagai stabilitor yang menyeimbangkan ketimpangan
atas ketidaksamaan peluang seseorang untuk mendapat
93
kesejahteraan (Rawls, 2011:92). Maka dapat dilihat bahwa apa
yang dilakukan dokter Edhiyana terhadap pasien-pasiennya adalah
adil yang sepadan karena beliau mengatasai perbedaan peluang
berobat dengan memberikan pelayanan kesehatan
mempertimbangkan kondisi pasiennya.
Keadilan yang sepadan adalah keadilan yang
memperlihatkan bahwa prinsip persamaan tidak selalu berkaitan
dengan hal yang benar-benar sama persis melainkan ada pada hal
yang berbeda pula, selama perbedaan tersebut memiliki proporsi
yang selayaknya yaitu seimbang.
e) Hati Nurani
Telah dijelaskan sebelumnya bahwa rasa empati yang
berlebihan dapat merusak suatu kebijakan. Tetapi bukan berarti
tidak menggunakan hati nurani sama sekali karena empati
diperlukan untuk mengimbangi kerasnya akal. Membantu
menghadirkan rasa kepedulian demi kebaikan bersama.
Sesuai dengan akal budi, terdapat suatu perasaan mendalam
(hati nurani), kewajiban moral yang mendorong manusia untuk
menyampai-kan kebenaran daripada kebohongan (Khadduri,
1999:75). Adanya hati nurani akan membawa diri lebih memahami
prinsip tanggung jawab, kesetaraan, kehati-hatian dan sepadan.
Melengkapi konsep keadilan manusia. Menjadikan keadilan lebih
manusiawi.
94
Setiap taraf hidup memiliki kebutuhan namun tidak semua
orang dapat memenuhinya. Di sini lah hati nurani ikut berperan
menyeimbang-kan kehidupan. Contoh dalam mengambil suatu
keputusan hati nurani akan ikut mempertimbangan apakah yang
selayaknya dipilih “a” atau “b” (Roesli, 2012:70),
Terjadi konflik di hatiku. Nuraniku mengatakan orang ini sudah
banyak berkorban! Mengapa sekarang harus dikeluarkan? Sisi
hatiku yang lain, pihak keadilan, juga berargumen. Orang ini
tidak memenuhi standar pendidikan! Dia bisa menjadi seorang
spesialis penyakit dalam ayang kurang bermutu! Apalagi, kalau
dia tidak memperbaiki prestasi-nya, mungkin nanti setelah 12
semester harus dikeluarkan juga!
Prof. Rully mengatakan sisi nurani dan sisi keadilan sebagai
pihak yang pro dan kontra untuk mencari kecenderungan keputusan
yang menurutnya adil. Contoh lainnya ketika Prof. Rully harus
mengambil keputusan untuk sopirnya (Roesli, 2012:71-72),
Pada saat membuat naskah buku ini aku sedang berencana mem-
PHK sopirku. Aku tidak puas dengan kinerjanya. Sulit mengerti
kalau di beri instruksi, terutama yang agak rumit … lalu aku
berpikir kembali apakah jika memutuskan PHK, aku akan
playing “God” kepada sopirku dan keluarganya? Nurani dan
keadilan di dalam diriku berdebat. .… Mungkinkah aku
mengharapkan terlalu banyak dari sopirku ini? Dia hanya
bersekolah sampai kelas 2 SD … bagaimana orang seperti ini
bisa mengerti apabila aku memberikan instruksi yang sulit? …
sebenarnya dia sudah mulai berubah.
Sisi hati nurani akan menuntun untuk tidak bersikap egois dan
mengutamakan kepentingan sendiri melainkan mempertimbang-
kan secara matang baik buruknya suatu tindakan untuk semua
orang.
95
Dasar pemikiran (rasional) berpendapat bahwa akal budi
harus kembali merujuk kepada wahyu (Khadduri, 1999:82). Maka
dengan empati dapat menempatkan suatu keadilan yang sepadan
dan dinamis mengikuti situasi jika diperlukan (Roesli, 2012:72-73),
… lalu aku berubah pikiran. ... Aku berikan selembar kertas
berisi apa yang aku inginkan dan apa yang aku tidak senangi.
Membacakan dengan jelas dan menanyakan apa dia mengerti.
… Kalau kamu tetap tidak berubah, setuju jika saya PHK?” dia
menyanggupi. Nah aku mendapat solusi. Aku memberikan
kesempatan untuk memperbaiki diri, jika dalam dua bulan dia
tidak berubah dia akan playing “God” untuk dirinya sendiri dan
keluarganya. Adil kan? Bentuk keadilan ala manusia.
Keadilan manusia yang diperlihatkan oleh Prof. Rully
merupakan suatu keadilan yang didasarkan pada akal dan perasaan.
Jika Allah Swt memberikan manusia akal untuk berpikir dan
menalar sendiri mana perbuatan yang baik dan buruk. Maka dengan
perantara hati, Allah Swt. mengarahkan manusia kepada kehendak-
Nya karena Dia lah yang menggenggam hati manusia. Satu-satunya
yang memiliki kuasa untuk membolak-balik kan hati manusia.
Kaum Sufi menempatkan tiga saluran komunikasi spiritual
yaitu: hati yang mengetahui Allah Swt., ruh yang mencintai Allah
Swt., dan rahasia batin yang merenungkan-Nya. Sarana tersebut
bersifat samar dan tidak dapat diraba (Khadduri, 1999:104). Akan
indah ketika suatu keadilan dibimbing oleh hati nurani yang selalu
terpaut kepada Allah Swt.
96
d. Husnu al-adzan (Berprasangka Baik)
Nilai ini dapat diteladani dari kisah-kisah Prof. Rully yang
menunjukkan bahwa tidak baik berburuk sangka kepada orang lain.
Sebab boleh jadi apa yang yang terlihat baik ternyata buruk atau yang
dikira buruk ternyata baik. Seringkali seseorang menilai segala sesuatu
hanya berdasarkan yang dilihat atau didengar padahal sesungguhnya
yang ketahui hanya sekian persen dari kebenarannya. Ada hal lain yang
tersembunyi, yang hanya diketahui oleh pihat terkait dan Allah Swt.
Berikut ini contoh kisah inspiratif dalam buku Playing “God” yang dapat
diteladani agar senantiasan menjaga pikiran baik kepada orang lain:
1) Ingatlah bahwa yang kau lihat dan nilai adalah perilakunya bukan
hatinya, sementara tidak ada yang mengetahui benar hati orang lain
(Roesli, 2012:115-116),
… siang hari sebelumnya, aku agak kesal dengan pasangan ini.
Masalahnya, si istri sangat gemar menawar harga barang (di
Belanda tidak ada istilah menawar harga barang). Untuk harga
yang berbeda Rp500,00 saja aku harus kembali dari Jalan Braga ke
Pasar Baru yang parkirnya sulit, karena di sana harganya Rp500,00
lebih murah. Dalam hatiku, mendingan aku saja yang nombokin
Rp500,00 daripada bersusah payah mencari tempat parkir. Dasar
Belanda kikir, umpatku dalam hati. … keesokan harinya, hari Senin,
mereka akan berangkat ke Yogya kemudian ke Bali. Ketika sarapan
pagi, si istri menyerahkan amplop berisi uang 2.000 Gulden
kepadaku. Mereka memutuskan untuk tidak jadi ke Toraja dan
biayanya mereka serahkan untuk pengobatan Ibu Nina. Aku sangat
terkejut! Orang yang aku anggap sangat kikir ini ternyata rela
menyerahkan uang sebanyak itu untuk seseorang yang sama sekali
tidak dikenalnya! Subhanallah!
97
2) Ingatlah bahwa yang kau dengar itu hanya berdasarkan sudut pandang
seseorang. Telaahlah perlahan dan hati-hati agar tidak mudah terbawa
arus emosi (Roesli, 2012:52-55),
Tiba-tiba, tiga orang berbadan besar menghambur masuk. …
seseorang di antara mereka, yang tampak paling tua, menggebrak
mejaku, “Dokter tidak berperikemanusiaan!” hardiknya. “Mengapa
dokter membiarkan anakku pulang tanpa cuci darah?” tambahnya
lagi. … Kedua orang lainnya, tampaknya anak-anak bapak ini
berkacak pinggang di belakangnya. Suara mereka saling bersautan.
“Dokter payah.” “Brengsek.” … “sabar dulu, Pak. Apa
masalahnya?” tanyaku. “Anakku dirawat di rumah sakit ini. Tapi
dokter tadi pagi malah memaksanya pulang tanpa cuci darah,”
jelasnya.
Setelahnya diketahui bahwa anak dari bapak Togar, menderita
gagal ginjal terminal. Aku menjelaskan kepada ibunya, bahwa
penyakit putranya hanya ada dua pilihan pengobatan, cuci darah
seumur hidup atau cangkok ginjal dengan pengobatan pasca operasi
seumur hidup pula, padahal usia putranya baru sekitar 20 tahun. ….
Si ibu memutuskan membawa pulang anaknya karena kedua
pilihan pengobatan itu tidak akan mampu ditanggung oleh
keluarganya. Ketentuan rumah sakit jika pasian pulang atas
permintaan sendiri harus menandatangani surat yang dinamakan
surat pulang-paksa. Si ibu mungkin menandatanganinya tanpa
diskusi dengan suaminya.
e. Al-tawadlu (Rendah Hati)
Yaitu sikap rendah hati, sikap yang tumbuh karena keinsafan
bahwa segala kemuliaan hanya milik Allah Swt., maka tidak sepantasnya
manusia mengklaim kemuliaan itu kecuali dengan pikiran yang baik dan
perbuatan yang baik (Majid; Dian, 2013:97).
Prof. Rully berhasil mengangkat nilai ini dengan sebuah anekdot
Mat Iman yang mengingatkan manusia untuk selalu bersikap rendah hati
(Roesli, 2012:118),
Alkisah ada orang yang sangat beriman. … Dia selalu berdoa melebihi
seharusnya, sebagai cara medekatkan diri kepada Tuhan. Dia pun
98
merasa Tuhan sangat sayang padanya. Suatu hari terjadi banjir di
kampungnya. Airnya meningkat, makin lama makin tinggi. Orang
sekampung berusaha menyelamatkan diri dengan mengungsi ke atap
rumah. Pertolongan mulai datang. … Semua menyelamatkan diri,
kecuali Mat Iman. Dia berkata, “Pergilah kalian, biar Tuhan yang akan
menyelamatkan aku.” … Akhirnya, Mat Iman pun tenggelam dan
meninggal. Di akhirat, dia protes kepada Tuhan, “Mengapa Dikau
tidak menyelamatkan aku? Lalu Tuhan menjawab, “Bukankah aku
sudah mengirim perahu karet dan kemudian helikopter untuk
menyelamatkanmu?”
Kisah lainnya menunjukkan sikap rendah hati atas ilmu yang
diperolehnya (Roesli, 2012:130-131),
Aku sering menanyakan sebuah anekdot kepada mahasiswa
bimbinganku. .… Mengapa manusia dikaruniai dua buah mata, dua
buah telinga, dua buah lubang hidung, tetapi mulutnya hanya satu?
Jawabannya selalu beragam. … Tidak ada yang bisa menerangkannya
dengan jelas pertanyaan tadi. Apakah anda bisa? Aku tidak! Karena
aku juga tidak tahu jawaban yang tepat. Oleh karena itu, sebaiknya
kita tidak merasa sombong dan takabur dengan ilmu yang telah kita
miliki. Kita merasa “tahu” semua, padahal tidak. Kita merasa “bisa”
semua, padahal tidak. Menimba ilmu tidak ada batasnya. Ia harus
terus dicari. Harus terus ditambah.
Dua anekdot tersebut mengingatkan bahwa kemuliaan hanya
milik Allah Swt., seberapa tinggi ilmu, keindahan, atau kebaikan dalam
diri seorang hamba hadir atas seizin-Nya dan hanya merupakan sedikit
bagian dari kemulian-Nya.
f. Insyirah (Lapang Dada)
Nilai ini muncul pada beberapa peristiwa di dalam buku Playing
“God”, antara lain:
1) Menghargai nasihat orang lain, seperti yang terjadi antara Stephen R.
Covey dan istrinya, Sandra (Roesli, 2012:11),
Selama lebih dari empat puluh tahun, istri saya, Sandra, telah
mendengar ratusan presentasi saya, dan hampir pasti, dalam
99
memberikan umpan balik, dia selalu menasihatkan agar saya
menggunakan lebih banyak kisah, lebih banyak memberikan
contoh-contoh yang mengilustrasikan prinsip-prinsip serta teori-
teori yang saya ajarkan.
2) Musyawarah, ketika Prof. Rully beserta staf bersama-sama memilih
pasien yang dibebaskan dari biaya cuci darah (Roesli, 2012:42),
Pada rapat itu, ditentukan pasien cuci darah mana yang akan
mendapat bantuan, dibebaskan dari biaya. Caranya mirip seperti
cerita gladiator. Jika lebih banyak yang menyatakan setuju, pasien
akan dibebaskan biaya cuci darahnya. Jika lebih banyak yang tidak
setuju, batuan akan diberikan kepada pasien lain.
g. Iffah (Menjaga Harga Diri)
Nilai menjaga kehormatan diri ini digambarkan melalui sosok
almarhum Gus Dur, meskipun dalam keadaan sakit ia tidak lantas
meminta belas kasih dari orang lain, ia bahkan mampu menjadi pribadi
yang hebat, teladan bagi banyak orang (Roesli, 2012:48),
Gus Dur menderita penyakit kronis, kebutaan akibat gangguan mata,
bahkan menjalani cuci darah. Tapi, bukankah Gus Dur
memperlihatkan keteladanan yang luar biasa, tokoh pluralisme yang
tidak ada tandingannya? Tidak pernah sekalipun Gus Dur
membangga-banggakan diri. Bahkan, kita pernah memakzulkannya
saat dia menjadi presiden. Tapi sekarang, bukankan kita ingin
mengusulkan beliau sebagai “Bapak Bangsa”?
Nilai iffah juga digambarkan Prof. Rully dalam pribadi kakeknya,
Marah Roesli. Beliau menjaga kehormatan dengan rendah hati, menjaga
diri dari sikap angkuh dengan statusnya yang sebagai keturunan ningrat,
dokter hewan terpandang, sastrawan terkenal (Roesli, 2012:187-188),
Menurutku, beliau adalah orang yang tutur sapanya paling santun
yang pernah ku kenal. Aku tidak pernah sekali pun mendengar beliau
berkata-kata keras atau kasar kepada siapa pun jangankan kepada
kami cucu-cucunya, pembantu-pembantu di rumahnya saja tidak,
padahal beliau adalah keturunan ningrat. …. Dalam kariernya sebagai
100
dokter hewan, dia banyak melalukan berbagai penelitian dalam
masalah kesehatan hewan. …. Dia meninggalkan banyak kenangan
bagi kami. Kenangan cara bagaimana seharusnya bertindak sebagai
seorang peneliti, seorang akademis, dan seorang pendidik. Tidak
pernah sekali pun aku mendengar nada sombong baik dalam kata
maupun perilakunya.
h. Al-Munfiqun (Dermawan)
Prof. Rully berhasil menyampaikan nilai al-munfiqun melalui
sosok-sosok yang luar biasa. Mereka memiliki jiwa sosial yang tinggi.
Memiliki rasa empati yang besar terhadap kesulitan orang lain. Sosok
mendiang ibu Prof. Rully sendiri mewujudkan sikap dermawan dalam
profesinya sebagai dokter (Roesli, 2012:34), “Pasien ibuku bervariasi,
dari wali kota Bandung sampai penarik becak. Sebagian di antaranya
digratiskan, sebagian lagi malah diberi uang untuk membeli obat.”
Mememberikan sesuatu tanpa harus diminta adalah karakteristik
seorang yang dermawan. Ia bisa merasakan apa yang dibutuhkan orang
lain. Selanjutnya ia berusaha memenuhi kebutuhan tersebut dengan
memberikan apa yang dimiliki. Karena ia yakin bahwa harta yang ada
padanya adalah titipan Allah Swt. Dan di setiap harta ada hak orang lain
(Sya‟roni, 2010:79-80). Maka, sudah sewajarnya bagi orang yang
memiliki kelebihan materi untuk memperhatikan dan membantu
sesamanya yang tengah kesulitan (Roesli, 2012:48),
Orang yang berpenyakit kronis menjalani kehidupannya lambat-
lambat, sunyi senyap dalam dirinya sendiri. …. Tapi seringkali,
mereka tidak berdaya. Lebih sering lagi kita yang lupa! Bukankah
sebenarnya Negara kita harus lebih berperan untuk memperhatikan
mereka? Bukankah yang dianugerahi kekayaan lebih, harus
memperhatikan mereka?
101
Berusaha menjadikan kebiasaan untuk berbuat baik kepada sesama
sebagai salah satu kewajiban yang harus dilaksanakan selaras dengan
firman Allah Swt. dalam kutipan berikut (Roesli, 2012:51),
Bukankah sebenarnya manusia memiliki kewajiban yang terperinci
terhadap sesamanya dan Tuhan? Qs. An-Nisa [4]:36 yang
terjemahannya berbunyi, “... Dan berbuat baiklah kepada kedua
orang tua, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin,
tetangga dekat dan tetangga jauh, teman sejawat, ibnu sabil, dan
hamba sahaya yang kamu miliki. Sungguh, Allah tidak menyukai
orang yang sombong dan membanggakan diri.”
Kepedulian terhadap kesulitan sesama juga digambarkan melalui
kebaikan pasangan suami istri Belanda yang mendermakan sebagian
hartanya untuk pengobatan Ibu Nina, dikutip dari buku Playing “God”
(Roesli, 2012:116),
Ketika sarapan pagi, si Istri menyerahkan amplop berisi uang 2.000
Gulden (saat itu mata uang Belanda masih Gulden, bukan Euro)
kepadaku. Mereka memutuskan untuk tidak ke Toraja dan biayanya
mereka serahkan untuk pengobatan Ibu Nina.… Untuk seseorang yang
sama sekali tidak dikenalnya! Subhanallah!
B. Relevansi Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Buku Playing “God” Pada
Kehidupan Sehari-hari
Sasaran pendidikan agama adalah membentuk sikap yang mencintai
nilai-nilai baik dan menjauhi nilai jahat untuk selanjutnya diaplikasikan dalam
aktivitas kehidupan sehari-hari. Pendidikan agama yang digolongkan berhasil
apabila peserta didik telah merealisasikan dan menghayati kehidupan beragama
dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik (Daulay; Nurgaya, 2012:26).
Implikasi positif dari nilai iman dan taqwa sekalipun guru memiliki
hak-hak tertentu sebab posisinya sebagai pengajar pada yang saat harus tetap
102
ingat bahwa tugas mengajar juga merupakan kewajiban agama dalam rangka
ibadah. Nilai kejujuran, tawadlu‟, tanggung jawab dan sebagainya adalah
prinsip-prinsip yang harus dipegang oleh para praktisi pendidikan Islam
(Sarjono, 2005:140). Dengan demikian nilai-nilai yang baik amat sangat
dianjurkan untuk dijadikan pedoman dalam kehidupan, tidak hanya terbatas
pada proses pendidikan melainkan juga secara universal. Dalam penelitian ini
nilai-nilai tersebut telah ada pada nilai ilahiyah dan insaniyah.
Relevansi nilai-nilai insaniyah dengan kehidupan sehari-hari ada pada
interaksi sesama manusia. Baik nilai al-a‟adalah (adil), sillat al-rahmi (kasih
sayang), al-ukhuwah (persaudaraan), husnu al-adzan (berprasangka baik), al-
tawadlu (rendah hati), iffah (menjaga harga diri), insyirah (lapang dada), al-
munfiqun (dermawan) sangat diperlukan di kehidupan sosial bermasyarakat
untuk membina kerukunan dan keharmonisan. Dapat dibayangkan apabila
semua nilai tersebut dapat terealisasikan di kehidupan. Maka hidup bertetangga
akan tentram, bekerja dengan penuh tanggung jawab dan puas akan hasil yang
didapatkan karena sikap adil yang ditegakkan, bergaul juga menjadi lebih
bermakna karena dapat saling menghormati dan mengahargai status sosial
masing-masing.
Adapun nilai-nilai ilahiyah yang berkaitan dengan penghambaan
manusia kepada Allah Swt., meskipun lebih bersifat pribadi tetapi secara tidak
langsung juga berpengaruh terhadap hubungan antara sesama manusia. Karena
nilai-nilai tersebut terwujud dalam perilaku dalam kehidupan sehari-hari,
contoh saja adanya rasa malu berbuat kejahatan, memberi salam,
103
menyingkirkan duri dari jalan, berbicara yang baik-baik, menghormati tetangga,
memuliakan tamu, dan lain sebagainya, semuanya termasuk dalam wujud atau
bukti nyata dari adanya iman seseorang.
Di lingkungan pendidikan, konsep nilai-nilai pendidikan Islam dalam
buku Playing “God” juga relevan dengan materi mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam. Seperti yang telah dijelaskan pada sebelumnya bahwa tujuan
utama dari pendidikan Islam adalah membetuk pribadi Muslim yang utuh
sebagai khalifah dan hamba Allah Swt. sesuai syariat. Namun tidak dapat
dipungkiri bahwa hidup di Indonesia berarti hidup dalam masyarakat yang
memiliki beragam etnis, suku, agama dan budaya. Maka nilai pendidikan Islam
seharusnya juga selaras dengan pendidikan multikultural. Menurut Zamroni
yang dikutip oleh Nugroho (2016:42), pendidikan multikultural bertujuan
untuk memberikan kesempatan yang setara kepada siswa tanpa memandang
latar belakangnya. Sehingga semua siswa dapat meningkatkan kemampuan
secara optimal sesuai ketertarikan minat dan bakat yang dimiliki.
Dengan menanamkan nilai-nilai pendidikan Islam kepada anak didik
juga mengajarkan misi Islam tentang rahmatan lil „alamin melalui agama dan
pendidikan multikultural dapat terealisasikan dan berjalan harmonis di tengah-
tengah masyarakat yang majemuk. Sehingga dapat menemukan kedamaian
yang selaras dengan tuntutan agama (Nugroho, 2016:46).
Sementara nilai-nilai keadilan yang menjadi nilai dominan di dalam
buku Playing “God” sangat relevan apabila bisa dimulai dan diterapkan
kepada diri sendiri. Yang menjadi faktor adalah orang tersebut bersedia atau
104
tidak. Pada kenyataannya, di Indonesia KKN merupakan salah satu faktor
penghambat keadilan yang sangat sulit dihilangkan. Mungkin secara pribadi
seseorang sudah berusaha menjalankan kelima nilai tersebut tetapi sampai saat
ini di masyarakat untuk mendapat suatu kedudukan atau pekerjaan banyak
yang mengandalkan koneksi dan hubungan kekerabatan. Apabila koneksi
digunakan hanya sebatas memberikan informasi lowongan pekerjaan tanpa
mempengaruhi hasil seleksi penerimaan maka masih dapat dikatakan bukan
tindakan yang menyimpang dari nilai adil, tetapi menjadi berbeda apabila
koneksi tersebut menjadi penghalang kesempatan bagi calon pekerja lain.
Prinsip kehatian-hatian sangat relevan untuk menghadapi problematika.
Dengan mengetahui bahwa setiap tindakan mempengaruhi masa depan orang
apakah akan berakhir ke arah yang lebih baik atau buruk maka orang mampu
mengendalikan diri dan memperhitungkan segala tindakan. Orang tidak akan
dengan mudah menilai baik-buruk atau benar-salah pada sesuatu yang tidak
benar-benar diketahui. Juga tidak akan dengan gegabah mengambil suatu
keputusan tanpa melihat baik buruk dampak yang ditimbulkan.
Sementara untuk prinsip hati nurani membawa manusia adil dengan
kepedulian sosial kepada sesama. Masyarakat terdiri dari berbagai lapisan
kelompok. Meskipun setiap manusia memiliki kesempatan yang sama untuk
memperoleh kesejahteraan tetapi karena berbagai faktor kesetaraan tersebut
terhalang bahkan tidak tercapai. Hati nurani mampu menumbuhkan kepekaan
dari orang-orang atau kelompok-kelompok yang memiliki kelebihan untuk
membantu lapisan lemah agar mendapatkan kesetaraan. Contoh yang ada pada
105
pemimpin atau penguasa dengan kekuasaannya mengelola harta negara bisa
menyokong kesejahteraan masyarakatnya. Banyak pula orang-orang yang
mendermakan barang dan jasa yang dimiliki dengan memberi sedekah atau
melakukan pelayanan sosial secara sukarela.
Uraian di atas menunjukkan bahwa konsep nilai-nilai pendidikan Islam
dalam buku Playing “God” relevan apabila diaplikasikan pada kehidupan
sehari-hari, baik di lingkungan keluarga, masyarakat, dan pendidikan.
106
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan data yang telah dikumpulkan dan analisis yang dilakukan
peneliti terhadap buku Playing “God” karya Rully Roesli pada bab-bab
sebelumnya, maka peneliti dapat menarik kesimpulan untuk menjawab dua
rumusan masalah penelitian:
1. Konsep nilai pendidikan Islam di dalam buku tersebut memiliki dua bentuk,
yaitu nilai ilahiyah dan insaniyah. Nilai ilahiyah digambarkan dengan nilai-
nilai dasar meliputi pendidikan iman, Islam, ihsan, taqwa, tawakal, ikhlas,
syukur, serta sabar. Sedangkan nilai insaniyah ditunjukkan dengan nilai
sillat al-rahmi (kasih sayang), al-ukhuwah (persaudaraan), al-a‟adalah
(adil), husnu al-adzan (berprasangka baik), al-tawadlu (rendah hati), iffah
(menjaga harga diri), insyirah (lapang dada), al-munfiqun (dermawan).
2. Nilai-nilai pendidikan Islam dalam buku Playing “God” karya Rully Roesli
sangat relevan dengan tujuan pendidikan agama Islam dan prinsip-prinsip
bermasyarakat. Terlebih sesuai dengan prinsip kesetaraan yaitu persamaan
hak dan kewajiban sebagai warga Negara Indonesia. Di dalam dunia
pendidikan nilai-nilai tersebut sesuai untuk mengembangkan fungsi manusia
sebagai khalifah dan hamba Allah Swt. dan baik ditanamkan untuk
menumbuhkan sikap keagamaan yang selaras dengan pendidikan Islam dan
pendidikan multikultural dalam kaitannya dengan masyarakat Indonesia
yang majemuk.
107
B. Saran
Penelitian ini mengambil sudut pandang konsep pendidikan Islam dan
nilai dasar pendidikan Islam untuk membantu menganalisis konsep nilai
pendidikan Islam dalam buku Playing “God” karya Rully Roesli yang peneliti
fokuskan pada fungsi manusia sebagai hamba Allah Swt. dan sebagai khalifah
didasarkan kisah-kisah kehidupan. Bagi para pembaca yang berkeinginan
melakukan penelitian dengan tema nilai pendidikan Islam dapat mengkaji lebih
spesifik seperti mengkomparasikan dengan materi pendidikan agama Islam
atau difokuskan kepada salah satu nilai pendidikan Islam.
108
DAFTAR PUSTAKA
Assegaf, Abd. Rachman. 2005. Studi Islam Kontekstual. Yogyakarta: Gama
Media.
Alvianita, Eka Fatimah. 2014. Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Kisah Umar
Bin Khattab. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan
Ilmu Keguruan. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Bungin, Burhan. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT. Raja
Grapindo Persada.
Daulay, Haidar Putra dan Nurgaya Pasa. 2012. Pendidikan Islam dalam
Mencerdaskan Bangsa. Jakarta: Rineka Cipta.
Dewi, Gemala. 2006. Hukum Perikatan Islam Di Indonesia. Cet. II. Jakarta:
Kencana.
Ghuddah, Abd Al-Fattah Abu. 2005. Ar-Rasul Al-Mu‟allim S.a.w. wa Asalibuhu
Fi Al-Ta‟lim. Terjemahan oleh Sumedi dan R. Umi Baroroh. Yogyakarta:
Tiara Wacana.
Imani, Faqih dan Allamah Kamal. 2005. Tafsir Nurul Qur‟an: Sebuah Tafsir
Sederhana Menuju Cahaya Al Qur‟an. Jakarta: Al Huda.
Khadduri, Majid. 1999. Teologi Keadilan Perspektif Islam. Surabaya: Risalah
Gusti.
Koesoema, Doni. 2015. Pendidikan Karakter Utuh dan Menyeluruh. Yogyakarta:
Kanisius.
Majid, Abdul dan Dian Andayani. 2013. Pendidikan Karakter Perspektif Islam.
Cet. 3. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Murti, Ari Sandita. “Pendidikan Agama Ternyata Ampuh Untuk Antisipasi Aksi
Bullying”. SINDOnews.com. 24 Juli 2017. 22 Juli 2018
<https://pendidikan.id/main/forum/diskusi-pendidikan/artikel-berita/7291
-pendidikan-agama-ternyata-ampuh-untuk-antisipasi-aksi-bullying;
Nadjib, Emha Ainun. 2016. Hidup Itu Harus Pintar Ngegas dan Ngerem. Cet. VI.
Jakarta: Noura.
Nadlir, Moh. “Komnas HAM Catat 4 Kondisi Darurat Pendidikan Indonesia”,
Krisiandi (Ed.). KOMPAS.com. 02 Mei 2018. 06 Juli 2018
109
<https://nasional.kompas.com/read/2018/05/02/12581141/komnas-ham-
catat-4-kondisi-darurat-pendidikan-indonesia;
Nawawi, Hadari. 1991. Metodologi Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: UGM
Press.
Nugroho, Muhammad Aji. 2016. Pendidikan Islam Berwawasan Multikultural;
Sebuah Upaya Membangun Pemahaman Keberagamaan Inklusif pada
Umat Muslim. Kajian Pendidikan Islam, (Online), Vol. 8, No. 1,
(http://mudarrisa.iainsalatiga.ac.id/index.php/mudarrisa/article/view/489/
450, diakses pada 05 April 2019).
Pustaka Al-Mubin. 2013. Al-Qur‟an dan Terjemahannya. Jakarta: Pustaka Al-
Mubin.
Rawls, John. 2011. A Theory of Justice. Terjemahan oleh Uzair Fauzan dan Heru
Prasetyo. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Roesli, Rully. 2012. Playing “God”. Cet. I. Bandung: Qanita.
___________ 2018. Change Your Destiny: Kisah Seorang Dokter Ahli Ginjal
Meluruskan Takdir. Cet. I. Bandung: Qanita.
Sarjono. 2005. Nilai-Nilai Dasar Pendidikan Islam. Pendidikan Agama Islam,
(Online),Vol. 2, No. 2, (http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/8694,
diakses pada 05 April 2019).
Sefriana, Vinastria. 2015. Analisis Nilai-Nilai Pendidikan Islam Pada Novel
“Negeri 5 Menara” Karya Ahmad Fuadi. Jurusan Pendidikan Agama
Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. UIN Maulana Malik
Ibrahim Malang.
Soejono dan Abdurrahman. 2005. Metode Penelitian Suatu pemikiran dan
Penerapan. Jakarta: PT. Bina Adiaksara.
Sya‟roni, Irham. 2010. Motivasi Islam Dosis Tinggi. Cet. 2. Yogyakarta: Citra
Risalah.
Syukur, Abdul. 2017. Dahsyatnya Sabar, Syukur, Ikhlas, dan Tawakkal.
Yogyakarta: Safirah.
Umar, Husein. 2004. Metode Riset Ilmu Administrasi. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
110
Wirartha, I Made. 2006. Pedoman Penulisan Usulan Penelitian, Skripsi dan Tesis
Dilengkapi Contoh-Contoh dan Analisis Data. Yogyakarta: Andi.
Wijayanti, Istiqomah Tri. 2017. Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Karya Yusuf
Mansur. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Zed, Mestika. 2008. Metode Penelitian Kepustakaan, Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia.
111
INSTRUMEN WAWANCARA
Narasumber : Rully Marsis Amirullah Roesli
Waktu : 03 Oktober 2018 s/d 09 Oktober 2018
A. Mengenal Lebih Dekat Rully Roesli
1. Anda terlahir di kota Solo, berapa lama anda tinggal di sana?
Saya lahir di Solo tanggal 23 Juli 1948. Saat itu ibu saya menyertai
Ayah (perwira militer Divisi Siliwangi) bertugas di Jawa Tengah. Walau
proklamasi kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945, seperti
diceritakan dalam sejarah,sebelum pengakuan Kedaulatan pada tahun 1949,
fihak Belanda melakukan Agresi Militer I ( 21 Juli 1947- 4 Agustus 1947)
dan Agresi Militer Belanda II ( 19 Desember 1948- 20 Desember 1948).
Ayah saya ikut bergerilya melawan Belanda, sehingga ayah tidak
mendampingi ibu saat saya dilahirkan. Kamipun jarang bertemu
ayah,karena beliau bergerilya dihutan-hutan melawan Belanda, sampai
pengakuan kemerdekaan tahun 1949. Pada tahun 1950,kami mengikuti
Ayah untuk pindah ke Bandung. Saat itu Divisi Siliwangi (tempat Ayah
bertugas) hijrah kembali ke Jawa Barat.
2. Bagaimana kehidupan anda selama di Solo?
Seperti diceritakan saya tidak berkesempatan merasakan tinggal di
Solo, karena saat saya berusia 1 tahun sudah pindah ke Bandung.
3. Bagaimana lingkungan tempat tinggal anda di Bandung?
Saya tinggal di Bandung sejak tahun 1950 sampai saat ini.
Sehingga dapat dikatakan saya mengikuti perkembangan kota Bandung
112
4. Bagaimana sosok ayah bagi anda?
Ayah adalah seorang perwira militer. Dari beliau kami belajar
bersikap disiplin, tegas dan berkomitmen terhadap yang kita kerjakan.
5. Bagaimana sosok ibu bagi anda?
Ibu adalah seorang dokter. Dari beliau kami belajar humanity
(kemanusiaan), rasa sosial dan kebijaksanaan
6. Bagaimana sosok kakak bagi anda?
Kakak dan adik adalah teman dan sahabat paling lama dan erat
hubungannya. Karena kita mengenal mereka sejak awal dilahirkan didunia.
Bermain bersama, bergembira dan bersedih bersama. Kita juga menjadi
dewasa bersama. Menghadapi bahtera kehidupan bersama walau berbeda-
beda. Jangan pernah mencoba merubah hubungan itu. Itu yang selalu
diajarkan oleh orangtua kami.
7. Bagaimana sosok adik bagi anda?
Adik saya (almarhum) adalah seorang seniman (Harry Roesli).
Saya selalu berusaha menjadi kakak (big brother) untuknya. Tetapi saya
juga banyak belajar mengenai falsafah kehidupan dari beliau.
8. Bagaimana sosok anak-anak bagi anda?
Anak-anak adalah titipan Tuhan. Orang tua ditugaskan
membesarkan dan mendidik mereka sebaik-baiknya. Orangtua diwajibkan
mencukupi segala kebutuhan mereka baik fisik, pendidikan maupun
spiritual. Setelah dewasa dan menikah, lepaskanlah mereka. Karena
113
sekarang mereka mempunyai kewajiban yang sama terhadap isteri/suami
dan anak-anaknya.
9. Bagaimana sosok istri bagi anda?
Seorang isteri harus menjadi pasangan, teman dan sahabat bagi
suaminya. Menjadi seorang pembimbing bagi anak-anaknya. Menerima
suami, anak, keluarganya seperti apa adanya.
10. Dimana anda menyelesaikan pendidikan sekolah dasar sampai sekolah
menengah atas?
Saya menempuh pendidikan SD sampai SMA di Kota Bandung.
SD Banjarsari, SMP N 2 Bandung, dan SMA N 2 Bandung.
11. Di mana anda belajar tentang agama selain di sekolah?
Dari guru-guru privat dan masyarakat
12. Bagaimana sosok guru bagi anda?
Guru tugasnya bukan hanya mengajar tapi mendidik. Ada idiom
yang mengatakan GURU = Digugu dan ditiru. Seperti itulah seharusnya
seorang guru.
13. Bagaimana sosok sahabat bagi anda?
Sahabat adalah teman akrab, artinya yang saling membantu,
bersama mencari makna kehidupan, memberi dan menerima nasehat.
14. Jenis music apa yang anda sukai?
Semua jenis musik. Terutama jenis Jazz dan Bossa
15. Buku atau bacaan seperti apa yang anda sukai?
Riwayat orang-orang sukses
114
16. Apakah kesibukan anda saat ini?
Saya seorang dokter dan dosen. Jadi kesibukan saya adalah
memeriksa pasien dan mengajar.
17. Sejak kapan anda tertarik untuk menulis?
Sejak lama, tapi karena kesibukan jadi tidak tersalurkan
18. Siapa pengarang yang menjadi panutan anda dalam menulis buku?
Kakek saya : Marah Roesli (almarhum)
19. Bagaimana pandangan anda tentang kehidupan?
Ada quotes tentang kehidupan yang sangat saya senangi : “Stand
like mountain. Flows like water”
20. Apa moto hidup anda?
“Make the Best of Everything”
B. Wawancara Terkait Buku Playing “God” Karya Rully Roesli
1. Kapan ide buku Playing “God” muncul pertama kali di benak anda?
Sejak lama, sejak saya menyadari bahwa banyak masalah
kedokteran di Indonesia yang belum diketahui oleh masyarakat umum
2. Apa yang melatar belakangi anda menulis buku Playing “God”?
Berbagi pengalaman hidup
3. Berapa lama waktu yang anda butuhkan untuk menulis buku Playing
“God”?
3-6 bulan
115
4. Bagaimana proses penulisan dari setiap kisah di dalam Playing “God”?
apakah ditulis step by step setelah anda mengalaminya atau anda
menulisnya dengan cara mengingat-ingat masa lalu tersebut?
Secara retrospektif (mengingat-ingat masa lalu). Seperti membuka
kembali album lama
5. Apa tujuan anda menulis buku Playing “God”?
Berbagi pengalaman hidup
6. Apa pesan yang ingin anda sampaikan kepada para pembaca dan
masyarakat umum melalui buku Playing “God”?
Bahwa hidup tidak selalu mudah. Berbagai ujian akan dihadapi.
Diakhir nanti anda akan mendapat hasil akhir ujian: Husnul Khotimah atau
Tidak.
7. Kesulitan apa saja yang anda alami selama proses menulis Playing
“God”?
Nyaris tidak ada, kecuali luangnya waktu.
8. Menurut anda bagaimana adil yang ideal? Nilai adil seperti apa yang ingin
anda sampaikan kepada para pembaca buku Playing “God”? Untuk siapa
nilai keadilan di dalam buku Playing “God” ditujukan? Mengapa dia?
Adil dimata manusia tidak selalu sama dengan Adil dimata Tuhan!
Keadilan ala manusia, sudah dicari dan didefinisikan sejak ahli filsafat
Yunani, misalnya Plato dan Aristotes, kemudian diikuti diikuti oleh
banyak ahli filsafat modern. Diterapkan dalam kaidah sosiologi maupun
hukum ala manusia.
116
Bagaimana nilai adil dimata Tuhan ? Apakah sebenarnya Allah Swt.
itu adil? PASTI! Mengapa ada orang miskin dan kaya? Mengapa ada
orang sehat dan sakit?
Menurut hemat saya keadilan dimata Tuhan adalah dalam bentuk
keseimbangan antara manusia, mikrokosmos dan makrokosmos (tujuh
langit berlapis-lapis). Keadilan (al-adl) harus dimaknai sebagai
kesimbangan (al-mizan) antara penciptaan manusia (mikrokosmos) dan
alam semesta (makrokosmos)
Sebenarnya kita sudah diberi peringatan untuk berlaku adil dan
menjaga keseimbangan, tetapi seringkali tidak menyadari (Al Baqarah,
11-12) yang artinya:
Dan bila dikatakan kepada mereka, "Janganlah kalian membuat
kerusakan di muka bumi:" Mereka menjawab, "Sesungguhnya kami orang-
orang yang mengadakan perbaikan." Ingatlah, sesungguhnya mereka
itulah orang-orang yang membuat kerusakan tetapi mereka tidak
menyadarinya.
Buku : “Change Your Destiny” hal 24,
Kita mengatakan ini semua sudah diatur oleh takdir Allah Swt. dalam
bentuk keseimbangan.
Bukankan Allah Swt. telah berfirman dalam Surah al-Mulk (67): 3,
yang artinya: yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis, kamu
sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah
sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah
kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang?
Buku : “Change Your Destiny” hal 36, “Kita harus percaya bahwa
semua itu adalah keseimbangan. Bila seseorang ditakdirkan miskin, atau
sakit, atau kurang beruntung, pastilah dia dia dianugrahi hal yang
berharga. Kita harus mempercayai dan mencarinya.”
117
Buku : “Change Your Destiny” hal 35,
Sesesorang yang telah dilahirkan dengan kondisi yang “kurang
beruntung” sebenarnya diberi kesempatan untuk mengubah nasibnya.
Ini yang disebut keseimbangan.
Keseimbangan seharusnya tidak dilihat dalam dirinya saja, tetapi
bagaimana seharusnya interaksi antar manusia, hubungan sosial
antarmanusia di masyarakat yang lebih luas. Kesimbangan juga harus
terjadi dengan alam semesta. Pada akhirnya, anda akan merasakan
bahwa Allah Swt. Maha Adil.
9. Apa yang anda dapatkan dengan diterbitkannya buku Playing “God”?
Kepuasan batin, bahwa saya sudah menyampaikan apa yang ingin
saya sampaikan.
10. Bagaimana respon keluarga dan sahabat anda tentang buku Playing
“God”?
Baik dan positif.
11. Apa yang anda lakukan setelah buku Playing “God” berhasil dirilis?
Meneruskan kegiatan sebagai dokter dan dosen.
12. Apa pendapat anda tentang buku Playing “God”?
Jawabannya berupa Pertanyaan: Apa pendapat Anda tentang buku
ini. Mengapa anda ingin menjadikannya sebagai judul Skripsi?
13. Adakah buku anda lainnya yang dikembangkan atau berhubungan dengan
konten buku Playing God”?
Jika adil pada buku Playing “God” saya mengambil nilai adil dari
pengalaman hidup. Pada buku saya yang berjudul Change Your Destiny:
Kisah Seorang Dokter Ahli Ginjal Meluruskan Takdir, nilai adil lebih saya
kembangkan melalui teori.
118
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Nonik Handayani
Tempat, Tanggal Lahir : Karanganyar, 21 November 1996
NIM : 111-14-310
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Alamat
: Dsn. Karang Mendeng RT 002 RW 012, Desa
Gebyog, Kec. Mojogedang, Kab. Karanganyar
Nama Orang Tua:
Ayah
Ibu
Pekerjaan Orang Tua:
Ayah
Ibu
: Sutarto Sabarno
: Ngadiyem
: Pedagang
: Ibu Rumah Tangga
Pendidikan:
SD : SD N 2 Gebyog Lulus 2008
SLTP : SMP N 1 Mojogedang Lulus 2011
SLTA : SMA N 1 Karanganyar Lulus 2014
Perguruan Tinggi : IAIN SALATIGA 2014 s/d Sekarang
119
SAMPUL BUKU
120
COVER DALAM
121
FOTO RULLY ROESLI
122
DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS
Nama : Rully Marsis Amirullah Roesli
TTL : Solo, 23 Juli 1948
Pekerjaan 1. 1. Dokter di Rumah Sakit Hasan Sadikin, Bandung
2. Dosen di Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran
Alamat /Email : Kota Bandung ([email protected])
Ayah
Ibu
Istri
Anak
:
:
:
:
Rushan Roesli (alm.)
Eddhyana Roesli (alm.)
Sassas Saraswati Untung
2 Anak
SD : SD Banjarsari
SLTP : SMP N 2 Bandung
SLTA : SMA N 2 Bandung
Perguruan Tinggi
: 1. S-1 Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran
2. S-2 Spesialisasi Pendidikan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Universitas Padjadjaran
3. Pelatihan Konsultan Ginjal dan Hipertensi di Groningen,
Belanda dan Universitas Klinik Essen, Jerman
4. S-3 Universitas Antwerpen, Belgia
Track Record : 1. Kepala Bagian Ilmu Penyakit Dalam (2001-2009)
2. Ketua Komite Medik RS Hasan Sadikin (2006-2009)
3. Sekertaris Senat FK Unpad (2006-2009)
4. Guru Besar FK Unpad (2006-2018)
123
124
125
126
127
128
129
130