KONSEP KHALIFAH MENURUT M. QURAISH SHIHAB DAN...

110
KONSEP KHALIFAH MENURUT M. QURAISH SHIHAB DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PENDIDIKAN ISLAM Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd. I) Jenjang Pendidikan Strata Satu (S-1) Disusun oleh: Khoirunnisa Fadliah 109011000079 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435H/2014 M

Transcript of KONSEP KHALIFAH MENURUT M. QURAISH SHIHAB DAN...

Page 1: KONSEP KHALIFAH MENURUT M. QURAISH SHIHAB DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24794/1... · Quraish Shihab tentang konsep khalifah. Adapun metode yang digunakan

KONSEP KHALIFAH

MENURUT M. QURAISH SHIHAB DAN IMPLIKASINYA

TERHADAP PENDIDIKAN ISLAM

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi

Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd. I)

Jenjang Pendidikan Strata Satu (S-1)

Disusun oleh:

Khoirunnisa Fadliah

109011000079

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1435H/2014 M

Page 2: KONSEP KHALIFAH MENURUT M. QURAISH SHIHAB DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24794/1... · Quraish Shihab tentang konsep khalifah. Adapun metode yang digunakan

PERSEMBAHAN

Skripsi ini aku persembahkan untuk kedua orang tuaku tercinta

(Ayahanda Drs. H. Baihaki, M.Pd.I dan Ibunda Hj. Nurlaili) dan

seluruh keluargaku yang tak pernah lelah dalam memberikan kasih

sayangnya kepadaku serta tulus dalam mendo’akanku hingga

tercapainya sebuah kesuksesan dalam penyusunan sekripsi di UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan

umumnya bagi semua orang yang membacanya.. Aamiin.

Page 3: KONSEP KHALIFAH MENURUT M. QURAISH SHIHAB DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24794/1... · Quraish Shihab tentang konsep khalifah. Adapun metode yang digunakan
Page 4: KONSEP KHALIFAH MENURUT M. QURAISH SHIHAB DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24794/1... · Quraish Shihab tentang konsep khalifah. Adapun metode yang digunakan

i

Page 5: KONSEP KHALIFAH MENURUT M. QURAISH SHIHAB DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24794/1... · Quraish Shihab tentang konsep khalifah. Adapun metode yang digunakan

ii

Page 6: KONSEP KHALIFAH MENURUT M. QURAISH SHIHAB DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24794/1... · Quraish Shihab tentang konsep khalifah. Adapun metode yang digunakan

iii

Page 7: KONSEP KHALIFAH MENURUT M. QURAISH SHIHAB DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24794/1... · Quraish Shihab tentang konsep khalifah. Adapun metode yang digunakan

iv

ABSTRACT

Khoirunnisa Fadliah ( NIM : 109011000079) . The concept of Caliph

According to M. Quraish Shihab and Implications of Islamic Education .

This thesis examines and identifies the concept of the caliphate by M.

Quraish Shihab, and implications for Islamic education.

The purpose of this study is intended to determine M. Quraish Shihab thinking

about the concept of the caliphate .

The method used in this paper is the literature ( library research ) , by

searching , collecting , reading , and analyzing books . While the data collection

was done by using a literature review by making books by M. Quraish Shihab as

the primary data , and literature pertaining to the object of this study ( such as

supporting books , articles , journals , theses ) as secondary data . Then the data

were analyzed using content analysis which , by way of sifting through data

collected and analyzed in accordance with the required contents so that a

conclusion can be drawn .

The results showed that include : 1 ) The word caliph by M. Quraish

Shihab roots of the word Khulafa ' which originally meant " behind " , and from

here the word caliph is often interpreted as a "replacement " ( because it has

always been that replaces or comes back , after which it replaces ) . So that the

caliph was functioning as a fiduciary to replace God in His will enforce and

implement the provisions of his to manage the earth with all its potential . 2 )

Within the meaning of the caliphate in the singular , contained in QS . Al -

Baqarah verse 30 and verse . Shad paragraph 26 . In QS . Al - Baqarah verse 30

indicates that the Caliphate is composed of the authority granted by Allah SWT to

Adam along with his descendants to manage the whole earth at the beginning of

the history of humanity . The QS . Shad paragraph 26 , that the caliphate is

bestowed upon David aces. related to power manage a particular area ( Palestine )

, which deals with political power , which is where the people involved with the

appointment . 3 ) Islamic Education related to the concept of the caliphate , which

must pay more attention to a system and a curriculum that emphasizes the values

of the Divine , which is rooted in the Qur'an and Sunnah as guidance in

implementing Islamic education . So that will achieve the objectives of Islamic

education , the perfect man ( Insan Kamil ) .

Page 8: KONSEP KHALIFAH MENURUT M. QURAISH SHIHAB DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24794/1... · Quraish Shihab tentang konsep khalifah. Adapun metode yang digunakan

v

ABSTRAK

Khoirunnisa Fadliah (NIM: 109011000079). Konsep Khalifah Menurut M.

Quraish Shihab dan Implikasinya terhadap Pendidikan Islam.

Skripsi ini mengkaji sekaligus menjelaskan konsep khalifah menurut M.

Quraish Shihab, dan implikasinya terhadap pendidikan Islam.

Tujuan penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui pemikiran M.

Quraish Shihab tentang konsep khalifah.

Adapun metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah

kepustakaan (library reserach), dengan cara mencari, mengumpulkan, membaca,

dan menganalisa buku-buku. Sedangkan pengumpulan datanya dilakukan dengan

menggunakan teknik kajian literatur dengan menjadikan buku-buku karya M.

Quraish Shihab sebagai data primer, dan literatur-literatur yang berkaitan dengan

obyek penelitian ini (seperti buku penunjang, artikel, jurnal, skripsi) sebagai data

sekundernya. Kemudian data-data yang terkumpul dianalisa dengan menggunakan

content analysis yakni, dengan cara memilah-milah data yang terkumpul untuk

dianalisa isinya sesuai dengan yang dibutuhkan sehingga dapat diambil suatu

kesimpulan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa diantaranya : 1) Kata khalifah

menurut M. Quraish Shihab berakar dari kata khulafa’ yang pada mulanya berarti

“di belakang”, dan dari sini kata khalifah seringkali diartikan sebagai “pengganti”

(karena yang menggantikan selalu berada atau datang di belakang, sesudah yang

digantikannya). Sehingga khalifah itu berfungsi sebagai pemegang amanah untuk

menggantikan Allah dalam menegakkan kehendak-Nya dan menerapkan

ketetapan-ketetapan-Nya untuk mengelola bumi dengan segenap potensi yang

dimilikinya. 2) Dalam pemaknaan khalifah dalam bentuk tunggal, terdapat dalam

QS. Al-Baqarah ayat 30 dan QS. Shad ayat 26. Dalam QS. Al-Baqarah ayat 30 ini

menunjukkan bahwa kekhalifahan terdiri dari wewenang yang dianugerahkan

Allah SWT untuk Adam beserta anak cucunya untuk mengelola bumi

keseluruhannya pada awal masa sejarah kemanusiaan. Adapun QS. Shad ayat 26,

bahwa kekhalifahan yang dianugerahkan kepada Daud As. bertalian dengan

kekuasaan mengelola wilayah tertentu (Palestina), yang berkaitan dengan

kekuasaan politik, yang di mana yang terlibat dengan masyarakat dalam

pengangkatannya. 3) Pendidikan Islam yang terkait dengan konsep khalifah ini,

yaitu harus lebih memperhatikan suatu sistem dan kurikulum yang menekankan

kepada nilai-nilai Ilahiah, yang bersumber pada al-Qur’an dan As-Sunnah sebagai

pedoman dalam melaksanakan pendidikan Islam. Sehingga akan tercapainya

tujuan pendidikan Islam, yaitu manusia yang sempurna (Insan Kamil).

Page 9: KONSEP KHALIFAH MENURUT M. QURAISH SHIHAB DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24794/1... · Quraish Shihab tentang konsep khalifah. Adapun metode yang digunakan

vi

KATA PENGANTAR

بسم اهلل الرحن الر حيم

Penulis, memulai skripsi ini dengan menyebut Asma Allah Yang Maha

Pengasih Lagi Maha Penyayang. Segala puji dan sanjung selayaknya kami

persembahkan ke hadirat Allah SWT Zat yang menciptakan, mengatur,

memelihara dan menguasai alam. Kepada-Nya segala puji disanjungkan dan

kepada-Nya pula kita meminta. Dialah tempat menggantungkan segala harapan

dan dialah muara dari segala permohonan. Tidak ada keberhasilan melainkan atas

kehendak-Nya, tak ada kebaikan melainkan atas kuasa-Nya, dan juga yang telah

melimpahkan berbagai nikmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

ini, sebagai syarat akhir dalam menyelesaikan program sarjana UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Tidak terlimpahkan Shalawat dan Salam semoga tercurahkan kepada

penyelamat umat di dunia, yaitu baginda Nabi Besar Muhammad SAW, juga bagi

keluarga dan para sahabatnya serta siapa saja yang beriman dari zaman ke zaman.

Melalui segenap usaha, doa dan penantian panjang, Alhamdulillah, penulis

telah dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang sederhana ini berkat bantuan

dari berbagai pihak, baik materil maupun moril, penulis berterima kasih kepada

semua pihak pada saat penulis menyelesaikan studi maupun saat menyelesaikan

penulisan skripsi ini.

Untuk itu penulis sampaikan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-

tingginya kepada:

1. Prof. Dr. Komarudin Hidayat, MA. Sebagai Rektor yang senantiasa

berjuang dengan penuh ketulusan dan tanpa kenal lelah demi kemajuan

Universitas Islam Negeri Jakarta.

2. Nurlena Rifa’I Ph.D. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Drs. H. Abd. Madjid Khon, MA. Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 10: KONSEP KHALIFAH MENURUT M. QURAISH SHIHAB DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24794/1... · Quraish Shihab tentang konsep khalifah. Adapun metode yang digunakan

vii

4. Marhamah Saleh, Lc. MA. Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Drs. Ahmad Basuni, MA. Sebagai dosen pembimbing yang dengan penuh

keikhlasan dan kesabaran telah memberikan arahan serta bimbingan

kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Pimpinan Perpustakaan dan staf perpustakaan Universitas Islam Negeri

Jakarta Hidayatullah Jakarta, Perpustakaan Utama dan Perpustakaan

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Perpustakaan Iman Jama’,

Perpustakaan Pusat Studi al-Qur’an dan perpustakaan lainnya di Jakarta,

yang telah membantu dalam pelayanan fasilitas buku-buku demi

selesainya skripsi ini.

7. Segenap dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan ilmunya

kepada penulis, yang semoga ilmu tersebut dapat dimanfaatkan dengan

sebaik mungkin.

8. Kedua orang tuaku, ayahanda tercinta bapak Drs. H. Baihaki M.Pdi.

Beserta ibunda tersayang Hj. Nurlaili yang telah banyak berjasa mendidik,

membimbing, mengasuh, memberikan kasih sayang yang tak pernah putus

dalam membesarkan putrinya, adik-adikku tersayang (Syawalia

Turrohmah, Abdul Halim, Abdul Kafi), nenekku (Hj. Ma’anih), serta para

encang dan encingku yang tercinta (Neneng Husnah, Mujahid Amrillah,

DAI Asyiik Tashil Amani’), yang senantiasa memberikan kasih sayang

dan dorongan berupa moril maupun materiil kepada penulis sehingga

meraih gelar Sarjana S1 di UIN Syarif Hidayatullah.

9. Kepada semua sahabat baikku kelas B PAI angkatan 2009 Jurusan

Pendidikan Agama Islam (Cintia, Sinta, Mufliha, Mimin, Dhowi, Adnan,

Rachmat, Yoga, Safrul), terima kasih atas segala masukan, motivasi dan

dukungan kalian semua.

10. Kepada kakandaku tercinta Ali Umar, yang sangat baik, sabar untuk

membantu, dan menemani penulis dalam segala hal serta memotivasi

penulis untuk terus maju.

Page 11: KONSEP KHALIFAH MENURUT M. QURAISH SHIHAB DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24794/1... · Quraish Shihab tentang konsep khalifah. Adapun metode yang digunakan

viii

11. Kepada kakak-kakakku (Ka Zainurrahman, Ka Iswahyudi, Ka Shiuby)

yang telah memberikan masukan-masukan dan nasehat-nasehatnya.

12. Teman-teman seperjuangan khususnya yang di PAI Kelas B angkatan

2009 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

13. Kepada Kepala Sekolah, Guru-guru dan Siswa-siswi SDN KLU 01 Pagi

Keb. Lama, yang selalu memberikan semangat kepada penulis dalam

penyelesaian skripsi ini.

14. Kepada para murid-muridku di TPQ Usratun Nisa’, yang selalu

memberikan keceriaan dan semangat kepada penulis.

Semoga Allah SWT., yang Maha Pengasih dan Penyayang berkenan

membalas semua amal ibadah mereka. Amin.

Jakarta, 25 Februari 2014

Penulis

Page 12: KONSEP KHALIFAH MENURUT M. QURAISH SHIHAB DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24794/1... · Quraish Shihab tentang konsep khalifah. Adapun metode yang digunakan

ix

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN KARYA SENDIRI .................................................. i

LEMBAR PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ...................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI ..................................... iii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN MUNAQASAH ........................ iv

ABSTRAK ............................................................................................................. v

KATA PENGANTAR ........................................................................................... vi

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ..................................................................................... 7

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah........................................................... 8

D. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian .................................................. 8

BAB II KAJIAN TEORITIK

A. Kajian Teori ............................................................................................. 10

1. Konsep Khalifatullah .......................................................................... 10

a. Pengertian Khalifah ...................................................................... 10

b. Manusia dalam Perspektif Kekhalifahan ..................................... 12

c. Peran dan Fungsi Kekhalifahan Manusia di Bumi ....................... 18

2. Pendidikan Islam ................................................................................. 23

a. Pengertian Pendidikan Islam ........................................................ 23

b. Dasar-dasar Pendidikan Islam ...................................................... 27

c. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Islam ........................................... 33

B. Hasil Penelitian yang Relevan ................................................................. 38

Page 13: KONSEP KHALIFAH MENURUT M. QURAISH SHIHAB DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24794/1... · Quraish Shihab tentang konsep khalifah. Adapun metode yang digunakan

x

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Fokus dan Waktu Penelitian .................................................................... 41

B. Metode Penelitian ..................................................................................... 42

C. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data ......................................... 43

D. Pemeriksaan atau Pengecekan Keabsahan Data ...................................... 44

E. Analisi Data ............................................................................................. 44

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Data .......................................................................................... 46

1. Riwayat Hidup dan Karier M. Quraish Shihab .................................. 46

2. Karya-karya M. Quraish Shihab ....................................................... 49

B. Pembahasan .............................................................................................. 52

1. Konsep Khalifatullah Menurut M. Quraish Shihab ........................... 52

a Pengertian Khalifatullah ................................................................ 52

b Makna Kekhalifahan Manusia di Bumi ........................................ 58

c Karakteristik Khalifatullah Menurut M. Quraish Shihab .............. 64

d Tugas-tugas Khalifah Menurut M. Quraish Shihab ...................... 69

2. Implikasi Konsep Khalifatullah Terhadap Pendidikan Islam ............ 70

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................................... 79

B. Implikasi .................................................................................................. 80

C. Saran-saran ............................................................................................... 81

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 82

Page 14: KONSEP KHALIFAH MENURUT M. QURAISH SHIHAB DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24794/1... · Quraish Shihab tentang konsep khalifah. Adapun metode yang digunakan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Secara kategorial, al-Qur‟an mendudukkan manusia ke dalam dua fungsi

pokok, yaitu sebagai hamba („abd) Allah (QS. 51: 56) dan khalifatullah (QS. 2:

30).1

Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka

mengabdi kepada-Ku.” (QS. Adz Dzariyat : 56)2

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: „Sesungguhnya

aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. Mereka berkata:

“Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang

akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal Kami

Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?”

Tuhan berfirman: “Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu

ketahui”. (QS. Al-Baqarah : 30)3

Dengan penyebutan kedua fungsi ini, al-Qur‟an ingin menekankan muatan

fungsional yang harus diemban oleh manusia dalam melaksanakan tugas-tugas

kesejarahan dalam kehidupannya di muka bumi.

Pertama, manusia sebagai hamba („abd), dituntut untuk sukses menjalin

hubungan secara vertikal dengan Tuhan. Konsep „abd mengacu pada tugas-tugas

1 Tedi Priatna, Reaktualisasi Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Bani Quraisy,

2004), h. 89.

2 Departemen Agama RI, al-Qur‟an dan Terjemahannya (Jakarta: Proyek Pengadaan Kitab

Suci Al-Qur‟an Dept. Agama RI, 1982), h. 862.

3 Ibid., h. 14.

Page 15: KONSEP KHALIFAH MENURUT M. QURAISH SHIHAB DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24794/1... · Quraish Shihab tentang konsep khalifah. Adapun metode yang digunakan

2

individual manusia sebagai hamba Allah dan tugas ini diwujudkan dalam bentuk

pangabdian ritual kepada Allah SWT4; Kedua, manusia sebagai khalifah, dituntut

untuk sukses menjalin hubungan secara horizontal dengan sesama makhluk. Tidak

sukses sebagai hamba, jika seseorang gagal dalam menjalani tugasnya sebagai

khalifatullah. Begitu sebaliknya, tidak sukses sebagai khalifah, jika seseorang

gagal menjalin hubungan sebagai hamba dengan Tuhan. Manusia yang paripurna

atau manusia seutuhnya (insan kamil) adalah orang yang sukses sebagai hamba

juga sebagai khalifah.

Dalam pembahasan mengenai manusia kita dapat menemukan kajian yang

membahas tentang kedudukan manusia di alam semesta ini, selalu bahasan itu

dihubungkan dengan konsep kekhalifahan manusia di muka bumi, dan konsep

ibadah sebagai bentuk manifestasi tugas kekhalifahannya.

Secara filosofis kata khalifah ditafsirkan ke dalam tiga definisi, yaitu :

a. Manusia sebagai species telah menggantikan species lain yang sejak itu

manusia bertempat tinggal di muka bumi. Karena diakui, bahwa jin

mendahului manusia, maka manusia sebagai pengganti jin.

b. Kata khalifah secara sederhana menunjuk kepada sekelompok masyarakat

yang menggantikan kelompok lainnya. Yang termuat dalam QS. An-Naml

: 62 yang artinya : “Dia menjadikan engkau pewaris-pewaris di muka

bumi”.

c. Dinyatakan bahwa khalifah tidak secara sederhana menggantikan yang

lainnya, yang secara nyata memang benar-benar khalifah Allah. Allah

pertama kali menjadikan khalifah yang berjalan dan bertingkah laku

mengikuti ajaran Allah.

Dari uraian penafsiran di atas, penekanan kata khalifah yang dimaksudkan

khalifah Allah adalah hubungan yang dibangun antara manusia dengan Allah,

bukannya secara sederhana antara manusia dengan sesamanya atau hubungan

antara manusia dengan jin, tetapi khalifah yang disebutkan itu ialah sebagai

khalifah Allah. Dimana seorang khalifah Allah tidak hanya memikirkan

4 Al-Rasyidin, Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam; Pendekatan Historis, Teoritis dan

Praktis, (Jakarta: PT. Ciputat Press, 2005), Cet. II, h. 19.

Page 16: KONSEP KHALIFAH MENURUT M. QURAISH SHIHAB DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24794/1... · Quraish Shihab tentang konsep khalifah. Adapun metode yang digunakan

3

kepentingan diri sendiri, kelompok, atau bangsa, dan jenisnya saja. Akan tetapi

manusia sebagai khalifatullah itu harus berpikir dan bersikap demi kemaslahatan

semua pihak sesuai dengan kehendak Allah.

Sedangkan menurut Ahmad Musthafa Al-Maraghi, kata khalifah memiliki

dua makna. Pertama, adalah pengganti, yaitu pengganti Allah SWT untuk

melaksanakan titah-Nya di muka bumi. Kedua, manusia adalah pemimpin yang

kepadanya diserahi tugas untuk memimpin diri dan makhluk lainnya serta

memakmurkan dan mendayagunakan alam semesta bagi kepentingan manusia

secara keseluruhan.5

Dari gambaran di atas, dapat dipahami bahwa tugas manusia di muka bumi

ini adalah sebagai khalifah yang diartikan sebagai pengganti Allah dan juga

diartikan sebagai pemimpin.

Manusia dikatakan pengganti Allah adalah dimana manusia diberi tangung

jawab pengelolaan alam semesta untuk kesejahteraan umat manusia itu sendiri,

karena alam semesta memang diciptakan Allah untuk manusia. Pada dasarnya,

akhlak yang diajarkan al-Qur‟an terhadap lingkungan bersumber dari fungsi

manusia sebagai khalifah, yang sebagaimana Allah SWT telah memberikan

mandat kepada manusia menjadi penguasa untuk mengatur bumi dan segala

isinya. Kesemua ini merupakan “kekuasaan” dan wewenang yang bersifat umum

yang diberikan Allah kepadanya sebagai khalifah untuk memakmurkan kehidupan

di bumi. Oleh karenanya, tanggung jawab moral manusia untuk mengolah dan

memanfaatkan seluruh sumber-sumber yang tersedia di alam ini guna memenuhi

keperluan hidupnya. Namun, kewenangan manusia untuk memanfaatkan alam

semesta harus didasarkan kepada garis yang telah ditetapkan Allah SWT dan tidak

boleh menyalahinya.6

Sedangkan kata khalifah yang diartikan sebagai pemimpin, dituntut

adanya interaksi antara manusia dengan sesamanya, dan jika kita menyadari diri

kita sebagai khalifah Allah, sebenarnya tidak ada satu manusia pun di atas dunia

ini yang tidak mempunyai “kedudukan” ataupun “jabatan”. Jabatan-jabatan lain

5 Al-Rasyidin, Samsul Nizar, op. cit., h. 18.

6 Ibid.

Page 17: KONSEP KHALIFAH MENURUT M. QURAISH SHIHAB DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24794/1... · Quraish Shihab tentang konsep khalifah. Adapun metode yang digunakan

4

yang bersifat keduniaan sebenarnya merupakan penjabaran dari jabatan pokok

sebagai khalifatullah. Jika seseorang menyadari bahwa jabatan keduniawiannya

itu merupakan penjabaran dari jabatannya sebagai khalifatullah, maka tidak ada

satu manusia pun yang akan menyelewengkan jabatannya. Sehingga tidak ada

satu manusia pun yang akan melakukan penyimpangan-penyimpangan selama dia

menjabat. Karena kekhalifahan yang dimaksud, yaitu yang mengandung arti

pengayoman, pemeliharaan, serta pembimbingan, agar setiap makhluk mencapai

tujuan penciptaannya. Dan manusia juga diberi otoritas ketuhanan; menyebarkan

rahmat Tuhan, menegakkan kebenaran, membasmi kebatilan, dan menegakkan

keadilan. Karena, manusia sebagai (hamba) adalah kecil dihadapan Allah SWT,

tetapi sebagai (khalifah Allah) manusia memiliki fungsi yang sangat besar dalam

menegakkan sendi-sendi kehidupan di muka bumi.

Sehingga pengertian abdullah apabila dihubungkan dengan khalifah,

diperoleh pemahaman bahwa kedudukan sebagai khalifah adalah sebagai

pengganti, ia menjadi pemegang kepemimpinan dan kekuasaan yang ada. Oleh

karena itu, esensi seorang khalifah adalah kreativitas. Sedangkan kedudukan

seorang „abd adalah pengabdi, yang pengabdiannya itu hanya layak diberikan

pada Tuhan. Oleh karena itu, esensi seorang hamba adalah ketaatan dan

kepatuhan. Dengan demikian, kedudukan manusia di alam raya ini di samping

sebagai khalifah yang memiliki kekuasan untuk mengolah alam dengan

menggunakan segenap daya potensi yang dimilikinya, juga sekaligus sebagai

hamba yang keseluruhan usaha dan kreativitasnya itu harus dilaksanakan dalam

rangka ibadah kepada Allah.

Agar manusia mampu menjadi khalifah atau sebagai „abd Allah terhadap

alam semesta, maka Allah telah menciptakan manusia dan menyiapkannya serta

memberinya kelengkapan dan sarana yang diperlukan dengan sebaik-baiknya.

Allah telah menciptakan manusia dengan struktur yang sebaik-baiknya. Sesuai

dengan firman Allah:7

7 Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam; Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam

di Sekolah, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), Cet. III, h. 28.

Page 18: KONSEP KHALIFAH MENURUT M. QURAISH SHIHAB DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24794/1... · Quraish Shihab tentang konsep khalifah. Adapun metode yang digunakan

5

Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik

baiknya . (QS. At-Tin : 4).8

Menurut HAMKA, pada diri setiap anak (manusia), terdapat tiga unsur utama

yang dapat menopang tugasnya sebagai khalifah fi al-ardh maupun „abd

Allah. Ketiga unsur utama tersebut adalah akal, hati atau qalbu (roh), dan

pancaindra (penglihatan dan pendengaran) yang terdapat pada jasadnya. Akal

kreatif manusia (potensi akal) dan rasa ekspresinya (potensi qalbu) yang

menjadikan dia mampu mempertahankan eksistensinya sebagai pembawa

amanat “ibadah” dan sekaligus “khilafah” di tengah-tengah posisinya yang

menonjol dalam hubungannya dengan Tuhan.9

Dan dalam usaha manusia menyiapkan dirinya dan mengembangkan

potensinya agar sampai pada kedudukan sebagai “pembawa amanah” yang

berhasil, tidak dapat bekerja sendiri tanpa memanfaatkan bimbingan Tuhan,

mencari hidayah-Nya, menggapai rahmat-Nya memegang teguh fitrah yang

diberikannya, baik “fitrah mukhalaqoh” (fitrah yang dibekalkan kepada manusia

sejak diciptakan) maupun “fitrah munazzalah” (doktrin kehidupan yang diberikan

oleh Allah sebagai acuan bagi manusia dalam menyusuri perjalanan hidupnya

yang penuh tantangan).10

Sehingga perpaduan tiga unsur tersebut membantu

manusia untuk memperoleh ilmu pengetahuan dan membangun peradabannya,

memahami fungsi kekhalifahannya, serta menangkap tanda-tanda kebesaran

Allah. Dan manusia yang telah diberi kelengkapan kemampuan jasmaniah

(fisiologis) dan rohaniah (mental psikologis) tersebut dapat ditumbuhkembangkan

seoptimal mungkin, sehingga menjadi alat yang berdaya guna dalam ikhtiar

kemanusiaannya untuk melaksanakan tugas pokok kehidupannya di dunia.

Untuk mengembangkan atau menumbuhkan kemampuan dasar jasmaniah dan

rohaniah itu, pendidikan merupakan sarana (alat) yang menentukan sampai di

mana titik optimal kemampuan-kemampuan tersebut dapat dicapai. Melalui

pendidikan, manusia akan memperoleh ilmu pengetahuan yang dapat

8 Departemen Agama RI, op. cit., h. 1076.

9 Samsul Nizar, Memperbincangkan Dinamika Intelektual dan Pemikiran HAMKA tentang

Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2008), h. 121.

10 Muhammad Tholhah Hasan, Islam dan Masalah Sumber Daya Manusia, (Jakarta:

Lantabora Press, 2004), Cet. III , h. 84.

Page 19: KONSEP KHALIFAH MENURUT M. QURAISH SHIHAB DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24794/1... · Quraish Shihab tentang konsep khalifah. Adapun metode yang digunakan

6

dipergunakannya memilah nilai baik dan buruk, serta menciptakan berbagai

kebudayaan yang berfungsi mempermudah dan memperindah kehidupannya.

Pendidikan merupakan proses menumbuhkembangkan eksistensi manusia

yang bermasyarakat dan berbudaya dalam tata kehidupan yang berdimensi lokal,

nasional, dan global. Dan penidikan juga bukan sekedar proses transfer of

knowledge, akan tetapi merupakan petunjuk dan penangkal berbagai fenomena

sosial, berikut ekses yang dibawanya.11

Dalam pandangan Ibnu Khaldun

bahwasannya pendidikan berusaha untuk melahirkan masyarakat yang

berkebudayaan serta berusaha untuk melestarikan eksistensi masyarakat

selanjutnya. Pendidikan diarahkan kepada pengembangan sumber daya manusia

yang berkualitas.

Konsepsi pendidikan menurut pandangan Ibnu Khaldun untuk menghadapi

masa depan yang lebih baik, yaitu untuk melahirkan masyarakat yang

berkebudayaan serta berusaha untuk melestarikan, meningkatkan, dan

mempertahankan eksistensinya. Tujuan pendidikan diarahkan untuk membantu

individu agar dapat hidup lebih baik dalam masyarakat yang berkualitas, yang

dapat hidup layak dalam dunia yang sedang maju, dan mampu mempertahankan

eksistensinya dalam masyarakat modern.12

Dan apabila berbicara tentang Pendidikan Islam, kita tidak bisa melepaskan

dari struktur bangunan Islam dilandaskan pada nilai-nilai yang terkandung dalam

kitab suci al-Qur‟an. Karena al-Qur‟an mampu mengantar dan mengarahkan

manusia bersifat dinamis dan kreatif, serta mampu mencapai esensi nilai-nilai

„ubudiyah pada Khaliqnya.13

Karena pada dasarnya, pendidikan Islam merupakan proses mentransfer

sejumlah ilmu dan sekaligus membentuk watak pribadi manusia, sesuai dengan

nilai-nilai ajaran Islam. Melalui ilmu yang dibalut dengan akhlak, manusia dapat

menciptakan berbagai bentuk kebudayaan (teknologi) yang bermanfaat bagi

seluruh alam semesta. Di sinilah letak fungsi kekhalifahan manusia sebagai

11 Samsul Nizar, op. cit., h. 127.

12 Nurhamzah, “Media Pendidikan; Nilai-nilai Tujuan Pendidikan Islam Menurut Ibnu

Khaldun”, Jurnal Pendidikan Keagamaan, Vol. XXIV, 2009, h. 47.

13 Soleha, Rada, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: PT. Alfabeta, 2011), Cet. I, h. 26-27.

Page 20: KONSEP KHALIFAH MENURUT M. QURAISH SHIHAB DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24794/1... · Quraish Shihab tentang konsep khalifah. Adapun metode yang digunakan

7

rahmatan li al-„alamin. Dengan pendidikan manusia dapat menata

kebudayaannya secara proporsional. Oleh karena itu, tidak berlebihan jika

Gazalba memberikan batasan, bahwa maju mundurnya peradaban manusia, sangat

ditentukan oleh dinamika manusia untuk mengembangkannya. Tumbuhnya

dinamika intelektual umat manusia, sangat tergantung pada pola pendidikan yang

ditawarkannya. Di sini terlihat, bagaimana sesungguhnya pendidikan memiliki

hubungan simbiosis mutualis dengan berbagai aspek kemanusiaan.14

Pendidikan

Islam dijadikan sebagai sarana yang kondusif bagi proses transformasi ilmu

pengetahuan dan budaya Islam dari satu generasi kepada generasi berikutnya.15

Maka pendidikan Islam harus merupakan upaya yang ditujukan ke arah

pengembangan potensi yang dimiliki manusia secara maksimal, sehingga dapat

diwujudkan dalam bentuk konkrit, dalam arti berkemampuan menciptakan sesuatu

yang bermanfaat bagi diri, masyarakat dan lingkungannya sebagai realisasi fungsi

dan tujuan penciptaannya, baik sebagai khalifah maupun „abd.

Dengan mencermati secara mendalam urgensi konsep khalifatullah yang

dalam kaitannya dengan pendidikan Islam, memberikan inspirasi penulis untuk

lebih jauh mengungkap konsep khalifah dan implikasinya terhadap pendidikan

Islam menurut M. Quraish Shihab, yang sebagai salah seorang ilmuan yang

menjadikan Al-Quran sebagai obyek kajiannya. Sehingga penulis memberi judul

penulisan ini dengan judul “Konsep Khalifah Menurut M. Quraish Shihab dan

Implikasinya terhadap Pendidikan Islam”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis

mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan judul yang akan dibahas

dalam tulisan ini, yaitu :

1. Kurangnya pemahaman manusia (sebagai pemimpin) terhadap makna

kekhalifahan manusia di bumi.

14 Samsul Nizar, op. cit,. h. 133.

15 Al-Rasyidin dan Samsul Nizar, op. cit,. h. 22.

Page 21: KONSEP KHALIFAH MENURUT M. QURAISH SHIHAB DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24794/1... · Quraish Shihab tentang konsep khalifah. Adapun metode yang digunakan

8

2. Belum maksimalnya peran manusia dalam melaksanakan amanat sebagai

khalifah di muka bumi

3. Kurang diperhatikannya pendidikan Islam oleh manusia sebagai alat untuk

menunjang potensi manusia sebagai khalifah

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian identifikasi masalah diatas, untuk lebih memperjelas dan

memberi arah yang tepat dalam pembahasan skripsi ini, maka diberikan batasan

yang berkaitan dan sesuai judul yang ada. Penulis hanya akan membahas fokus

masalah yang diteliti sebagai berikut :

1. Pendapat M. Quraish Shihab tentang konsep khalifah di bumi

2. Implikasi konsep khalifah menurut M. Quraish Shihab terhadap

pendidikan Islam

Bertolak dari pembatasan di atas, maka masalah penelitian dapat di rumuskan

sebagai berikut:

1. Bagaimana pendapat M.Quraish Shihab tentang konsep khalifah ?

2. Bagaimana implikasi konsep khalifah menurut M. Quraish Shihab

terhadap pendidikan Islam ?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan dari dilaksanakannya penelitian ini adalah :

a) Untuk mengetahui konsep khalifah menurut M. Quraish Shihab.

b) Untuk mengetahui konsep pendidikan Islam.

c) Untuk mengetahui konsep khalifah menurut M. Quraish Shihab dan

implikasinya terhadap pendidikan Islam.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penulis berkaitan dengan

penulisan skripsi ini, antara lain adalah :

Page 22: KONSEP KHALIFAH MENURUT M. QURAISH SHIHAB DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24794/1... · Quraish Shihab tentang konsep khalifah. Adapun metode yang digunakan

9

1. Kajian di dalam skripsi ini bermaksud memberikan sumbangsih

pemikiran dan dapat memperkaya wawasan dan khazanah pengetahuan

kita tentang bagaimana konsep Khalifah menurut M. Quraish Shihab

dan implikasinya terhadap pendidikan Islam

2. Sebagai bahan informasi bagi masyarakat luas, khususnya para

pendidik dan perguruan tinggi bahwa konsep khalifah mempunyai

implikasi terhadap pendidikan Islam.

3. Sebagai bahan referensi penelitian selanjutnya yang sesuai dengan

masalah ini.

Page 23: KONSEP KHALIFAH MENURUT M. QURAISH SHIHAB DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24794/1... · Quraish Shihab tentang konsep khalifah. Adapun metode yang digunakan

10

BAB II

KAJIAN TEORITIS

A. Kajian Teori

1. Konsep Khalifah

a. Pengertian Khalifah

Kata khalifah berasal dari kata kholafa-yakhlifu/yakhlufu-khalfan-wa

khilafatan yang berarti menggantikan, menempati tempatnya. Sedangkan

kata khalafu diartikan orang yang datang kemudian atau ganti, pengganti.

Dan kata al khaalifatu mempunyai pengertian umat pengganti, yang

berbeda pengertiannya dengan alkhaliifatu yang bentuk jama‘nya khulafa‟

dan Khalaaif yang berarti khalifah.1

Ibrahim al-Quraibi mengartikan kata khalifah sebagaimana

disebutkan dalam al-Qamus artinya adalah ―umat yang melanjutkan

generasi umat terdahulu‖. Sedangkan al-khalaif artinya ―orang yang duduk

setelahmu‖.2

Adapun Dawam Raharjo memberikan pengertian khalifah dalam al-

Quran diantaranya: ―mereka yang datang kemudian, sesudah kamu, yang

diperselisihkan, silih berganti, berselisih dan pengganti‖.3

Sedangkan menurut terminologi, para ahli tafsir dan para ilmuan lain

memberikan definisinya tentang khalifah. Seperti yang diartikan oleh

Musthafa al-Maraghi bahwa khalifah adalah ―makhluk yang diciptakan

oleh Allah sebagai pengganti dari makhluk sebelumnya untuk

melaksanakan perintah Allah terhadap umat manusia‖.4 Sedangkan Ibnu

Katsir mengartikan khalifah sebagai ―orang yang dapat memutuskan

berbagai masalah pertengkaran yang terjadi dan membela orang yang

1 Ahmad Warson Munawwir, Al munawwir, Kamus Arab - Indonesia, (Surabaya: Pustaka

Progressif, 1997), Cet. XIV, h. 361-363.

2 Ibrahim al-Quraibi, Tarikh Khulafa, (Jakarta: Qisthi Press, 2009), Cet. I, h. 13. 3 M. Dawam Raharjo, Ensiklopedia Al-Quran (Jakarta: Paramadina, 1996), h. 353.

4 Ahmad Musthafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi (Terj), Juz XVII, (Semarang: Thoha Putra,

1989), , h. 130-131.

Page 24: KONSEP KHALIFAH MENURUT M. QURAISH SHIHAB DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24794/1... · Quraish Shihab tentang konsep khalifah. Adapun metode yang digunakan

11

beraniaya dan menegakkan hukum segala perbuatan yang keji dan

munkar‖.5

Sayyid Qutb mendefinisikan khalifah dengan: ―makhluk yang

diciptakan oleh Allah untuk mengendalikan bumi dan memberikannya

banyak potensi untuk mengelola bumi dan potensi tersebut harmonis

antara undang-undang yang mengatur bumi dengan undang-undang yang

mengatur makhluk (manusia) dengan segala kekuatan potensinya.‖6

Adapun Hasan Langgulung membagi pengertian khalifah

berdasarkan siapa menggantikan siapa dalam kata khalifah menjadi

tiga pendapat. Pertama, mengatakan bahwa umat manusia sebagai

makhluk yang menggantikan makhluk yang lain yang telah menepati

bumi ini. Dipercayai bahwa makhluk itu adalah jin. Kedua, khalifah

hanya bermakna mana-mana kumpulan manusia menggantikan yang

lain. Ketiga, Khalifah tidak sekadar seorang menggantikan orang

lain, tapi ia (manusia) adalah pengganti Allah. Allah datang dulu,

khalifah bertindak dan berbuat sesuai dengan perintah Allah.7

Pengertian khalifah adalah kedudukan manusia sebagai pengganti

Allah. Yang mana kedudukan manusia sebagai pengganti Allah itu

mempunyai tiga makna sebagaimana yang yang dikemukakan oleh

Dawam Raharjo, yaitu :

1. Khalifah adalah Adam. Karena Adam simbol bagi seluruh manusia,

maka manusia adalah khalifah.

2. Khalifah adalah suatu generasi penerus atau pengganti, yaitu khalifah

diemban secara kolektif oleh suatu generasi.

3. Khalifah adalah kepala negara atau kepala pemerintahan.8

Sehingga secara umum khalifah didefinisikan sebagai makhluk yang

diciptakan oleh Allah sebagai pengganti Allah yang diberikan amanat

untuk menjaga dan mengatur seisi alam dengan berbagai potensi yang

dianugerahi oleh Allah dengan sebaik mungkin, sehingga akan terciptanya

kemakmuran dan kesejahteraan di bumi maupun di akhirat kelak.

5 Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir, (Surabaya: Bina Ilmu, 1987), h. 369.

6 Sayyid Quthb, Tafsir Fizilali Qur‟an, Di Bawah Naungan Al-Qur‟an, (Jakarta: Gema Insani

Press, 2003), Cet. III, h. 95.

7 Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan, Suatu Analisa Psikologi dan Pendidikan

(Jakarta: Pustaka Al Husna, 1989), hlm. 75.

8 M. Dawam Raharjo, op. cit., h. 357.

Page 25: KONSEP KHALIFAH MENURUT M. QURAISH SHIHAB DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24794/1... · Quraish Shihab tentang konsep khalifah. Adapun metode yang digunakan

12

b. Manusia dalam Perspektif Kekhalifahan

Awal mula penciptaan manusia merupakan pengetahuan pertama

yang diperoleh Adam a.s. sehingga ia mendapatkan keistimewaan

dibanding dengan semua Makhluk ciptaan Allah.9 Keistimewaan ini bisa

dilihat dari sisi penciptaan fisik maupun personalitas karakternya. Karena

keistimewaannya itu, manusia memiliki tugas dan kewajiban yang berbeda

dengan makhluk yang lain. Keistimewaan dan kelebihan manusia,

diantaranya berbentuk daya dan bakat sebagai potensi yang memiliki

peluang begitu besar untuk dikembangkan. Dalam kaitannya dengan

pertumbuhan fisiknya, manusia dilengkapi dengan potensi berupa

kekuatan fisik, fungsi organ tubuh dan panca indera. Kemudian dari aspek

mental, manusia dilengkapi dengan potensi akal, bakat, fantasi maupun

gagasan. Di luar itu manusia juga dilengkapi unsur lain, yaitu kalbu.

Dengan kalbunya ini terbuka kemungkinan manusia untuk menjadi dirinya

sebagai makhluk bermoral, merasakan keindahan, kenikmatan beriman

dan kehadiran Ilahi secara spiritual.10

Dalam paham dualisme, bahwa manusia sebagai makhluk adalah

integritas antara unsur jasmaniah dan rohaniah. Manusia ditempatkan

sebagai makhuk yang memiliki peluang untuk dikembangkan pada kedua

unsur tersebut. Seperti Al-Ghazali dan Al-Farabi menyatakan, bahwa

manusia terdiri atas unsur jasad (badan) dan roh atau jiwa. Dengan jasad

manusia dapat bergerak dan merasa, sedangkan dengan roh manusia dapat

berpikir mengetahui dan sebagainya. Dalam pandangan ini tercermin akan

adanya hubungan yang terintegrasi antara kedua unsur dimaksud.

Hal yang sama juga dikemukakan oleh M. Qutb bahwa dalam

perspektif Islam eksistensi manusia yang merupakan perpaduan antara

ketiga unsur tersebut merupakan satu kesatuan yang terpadu dan saling

berkaitan, badan yang bersifat materi tidak bisa dipisahkan dengan akal

dan ruh yang bersifat immateri. Masing-masing dari ketiga unsur tersebut

9 Abbas Mahmud Al-Aqqad, Manusia Diungkap Qur‟an, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1993),

Cet. III, h. 13.

10 Jalaludin, Teologi Pendidikan, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2002), Cet. II, h. 13-14.

Page 26: KONSEP KHALIFAH MENURUT M. QURAISH SHIHAB DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24794/1... · Quraish Shihab tentang konsep khalifah. Adapun metode yang digunakan

13

memiliki daya atau potensi yang saling mendukung dan melengkapi dalam

perjalanan hidup manusia.11

Menurut Harun Nasution, ―unsur materi manusia mempunyai daya

fisik seperti mendengar, melihat, merasa, meraba, mencium dan daya

gerak‖. Sementara itu unsur immateri mempunyai dua daya, yaitu daya

berfikir yang disebut akal dan daya rasa yang berpusat di kalbu. Untuk

membangun daya fisik perlu dibina melalui latihan-latihan ketrampilan

dan panca indera. Sedangkan untuk melatih daya akal dapat dipertajam

melalui proses penalaran dan berfikir. Sedangkan untuk mengembangkan

daya rasa dapat dipertajam melalui ibadah seperti shalat, puasa dan lain-

lain, karena intisari ibadah dalam Islam adalah taqarrub ilallah,

mendekatkan diri kepada Allah. Yang Maha Suci hanya dapat didekati

melalui ruh yang suci dan ibadah adalah sarana latihan strategis untuk

mensucikan ruh atau jiwa.12

Uraian di atas memberi gambaran bahwa Islam memiliki cara

pandang yang utuh terhadap diri atau eksistensi manusia, yang mana

dalam pandangan Islam eksistensi manusia itu ada tiga unsur penting,

diantaranya yaitu ruh, akal dan badan. Islam menolak pandangan yang

parsial sebagaimana yang telah dilakukan materialisme dan spiritualisme

yang hanya menonjolkan satu aspek unsur manusia.

Sehingga dapat kita lihat dalam surat al-Baqarah ayat 30-33 yang

memaparkan proses kejadian manusia dan pengangkatannya sebagai

khalifah.

11 M. Qutb, Sistem Pendidikan Islam (terj. Salman Harun), (Bandung: Al-Maarif, 1993), h.

127.

12 Harun Nasution, Islam Rasional, (Bandung: Mizan, 1995), h. 37.

Page 27: KONSEP KHALIFAH MENURUT M. QURAISH SHIHAB DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24794/1... · Quraish Shihab tentang konsep khalifah. Adapun metode yang digunakan

14

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat:

"Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka

bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan

(khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya

dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih

dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan

berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu

ketahui” (30). Dan dia mengajarkan kepada Adam nama-nama

(benda-benda) seluruhnya, Kemudian mengemukakannya kepada

para malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama

benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang

benar!" (31). Mereka menjawab: "Maha Suci Engkau, tidak ada

yang kami ketahui selain dari apa yang Telah Engkau ajarkan

kepada Kami; Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mengetahui lagi

Maha Bijaksana" (32). Allah berfirman: "Hai Adam, beritahukanlah

kepada mereka nama-nama benda ini." Maka setelah

diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu, Allah

berfirman: "Bukankah sudah Ku katakan kepadamu, bahwa

Sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan

mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu

sembunyikan?" (33). (Q.S. Al-Baqarah ayat 30-33).13

13 Departemen Agama RI, al-Qur‟an dan Terjemahannya, (Jakarta: Proyek Pengadaan Kitab

Suci Al-Qur‘an Dept. Agama RI, 1982), h. 14.

Page 28: KONSEP KHALIFAH MENURUT M. QURAISH SHIHAB DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24794/1... · Quraish Shihab tentang konsep khalifah. Adapun metode yang digunakan

15

Proses kejadian inilah yang dapat memberikan pengertian kedudukan

manusia sebagai khalaifatullah dalam alam semesta. Sebagaimana

diungkapkan beberapa penafsir berikut:

1) Musthafa Al-Maraghi

Menurut Musthafa Al-Maraghi Q.S. Al-Baqarah ayat 30-33

menceritakan tentang kisah kejadian umat manusia. Menurutnya dalam

kisah penciptaan Adam yang terdapat dalam ayat tersebut mengandung

hikmah dan rahasia yang oleh Allah diungkap dalam bentuk dialog antara

Allah dengan malaikat.

Berdasarkan tersebut, maka ayat di atas merupakan tamsil atau

perumpamaan dari Allah agar mudah dipahami oleh manusia, khususnya

mengenai proses kejadian Adam dan keistimewaannya. Untuk maksud

tersebut Allah memberi tahu kepada malaikat tentang akan diciptakannya

seorang khalifah di bumi. Mendengar keputusan ini para malaikat terkejut

kemudian mereka bertanya kepada Allah dengan cara dialog. Pernyataan

malaikat tersebut seakan-akan mengatakan kenapa Tuhan menciptakan

makhluk jenis ini dengan bekal iradah dan ikhtiyar yang tak terbatas.

Sebab dalam pengertian malaikat, sangat mungkin manusia dengan potensi

tersebut ia akan membuat kerusakan dan menumpahkan darah di muka

bumi.

Untuk menjawab pertanyaan para malaikat ini, Allah memberi

pengertian kepada mereka dengan cara ilham agar mereka tunduk dan taat

kepada Allah Yang Maha Mengetahui segala sesuatu. Jawaban seperti ini

sudah cukup jelas dan tegas, bahwa ada rahasia dan hikmah yang tidak

diketahui oleh para malaikat yang terkandung dalam penciptaan Adam

(manusia) sebagai khalifah di bumi.

Dijelaskan ayat di atas bahwa Allah mengajarkan nama-nama

kepada Adam, kemudian nama-nama itu ditunjukkan Adam kepada

malaikat atas perintah Allah, akan tetapi malaikat tidak bisa menyebutkan

kembali nama-nama yang telah ditunjukkan Adam kepada mereka.

Page 29: KONSEP KHALIFAH MENURUT M. QURAISH SHIHAB DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24794/1... · Quraish Shihab tentang konsep khalifah. Adapun metode yang digunakan

16

Kejadian itu menyadarkan malaikat bahwa secara fitrah manusia

mempunyai isti‟dad (bakat) untuk mengetahui hal-hal yang belum mereka

ketahui. Ringkasnya manusia dengan kekuatan akal, ilmu dan daya

tangkap, ia bisa berbuat mengelola alam semesta dengan penuh kebebasan.

Manusia dapat berkreasi, mengolah pertambangan dan tumbuh-tumbuhan,

dapat menyelidiki lautan, daratan dan udara serta dapat merubah wajah

bumi, yang tandus bisa menjadi subur, dan bukit-bukit terjal bisa menjadi

dataran atau lembah yang sangat subur. Dengan kemampuan akalnya

manusia dapat pula merubah jenis tanaman baru sebagai hasil cangkok

sehingga tumbuh pohon yang sebelumnya belum pernah ada. Semuanya

ini diciptakan Allah untuk kepentingan manusia. Hal di atas merupakan

bukti yang jelas hikmah menjadikan manusia sebagai khalifah di bumi.

Dengan kemampuan yang ia miliki ia dapat mengungkapkan keajaiban-

keajaiban ciptaan Allah dan rahasia-rahasia makhluknya. Al-Maraghi

menambahkan, dalam ayat di atas memberikan gambaran bahwa Allah

telah melebihkan manusia dari makhluk yang lain. Karena pada diri

manusia telah disediakan ―alat‖ yang dengannya manusia bisa meraih

kematangan secara sempurna di bidang ilmu pengetahuan, lebih jauh

jangkauannya dibanding makhluk lain termasuk malaikat. Berdasarkan

inilah manusia lebih diutamakan menjadi khalifah di bumi di banding

malaikat.14

2) Ibnu Katsir

Berikut ini penjelasan beliau terhadap Q.S. Al-Baqarah ayat 30-33:

Dalam ayat Allah memberitahukan karunia-Nya yang besar kepada anak

Adam, sebab menyebut keadaan mereka sebelum diciptanya di hadapan

para Malaikat.

Di sini Allah menyebut kemuliaan kedudukan Nabi Adam a.s.

karena Allah memberinya ilmu nama dari segala benda dan itu terjadi

sesudah sujudnya para Malikat kepada Adam, dan didahului pasal ini

14 Ahmad Musthafa Al-Maraghi, op. cit., h. 130-144.

Page 30: KONSEP KHALIFAH MENURUT M. QURAISH SHIHAB DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24794/1... · Quraish Shihab tentang konsep khalifah. Adapun metode yang digunakan

17

sesuai dengan pertanyaan para malaikat tentang hikmat pengangkatan

khalifah di bumi yang langsung bahwa Allah mengetahui apa yang tidak

mereka ketahui. Juga untuk menerangkan kelebihan Adam dengan

ilmunya itu.

Para malaikat telah mengetahui bahwa mereka akan melakukan

kerusakan di muka bumi, maka mereka bertanya, ―Mengapa Engkau

hendak menjadikan (khalifah) di bumi ini orang yang akan membuat

kerusakan padanya dan menumpahkan darah.‖ Pertanyaan itu hanya

dimaksudkan untuk meminta penjelasan dan keterangan tentang hikmah

yang terdapat di dalamnya. Maka untuk memberikan jawaban atas

pertanyaan para malaikat itu, Allah berfirman “Sesungguhnya Aku

mengethui apa yang tidak kamu ketahui.” Artinya, Aku (Allah) menetahui

dalam penciptaan golongan ini (manusia) terdapat kemaslahatan yang

lebih besar daripada kerusakan yang kalian khawatirkan, dan kalian tidak

mengetahui, bahwa Aku akan menjadikan di antara mereka para Nabi dan

Rasul yang diutus ke tengah-tengah mereka. Dan di antara mereka juga

terdapat para shiddiqun, syuhada‘, orang-orang shalih, orang-orang yang

ulama, orang-orang yang khusyu‘, dan orang-orang yang cinta kepada-

Nya, serta orang-orang yang mengikuti para Rasul-Nya.

Sehingga yang benar, Allah mengajari Adam nama segala macam

benda itu, baik dzat, sifat, maupun af‟al (perbuatannya) yang besar dan

yang kecil.15

3) H. Abdul Malik Karim Amrullah (HAMKA)

Dalam menafsirkan Q.S. Al-Baqarah ayat 30-33, Hamka mengambil

kesimpulan bahwa dalam penciptaan manusia sebagai khalifah, Allah telah

melengkapinya dengan potensi yang dapat digunakan untuk menunjang

fungsi kekhalifahannya itu. Adapun potensi yang dimaksud dalam ayat ini

adalah potensi yang berupa ilmu atau pengetahuan.

15Ibnu Katsir, op. cit., h. 80-86.

Page 31: KONSEP KHALIFAH MENURUT M. QURAISH SHIHAB DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24794/1... · Quraish Shihab tentang konsep khalifah. Adapun metode yang digunakan

18

Menurut penjelasannya, manusia di samping diberi potensi-potensi

sebagaimana makhluk lain, ia telah dianugerahi potensi yang tidak dimiliki

oleh makhluk lain, yaitu akal. Akal inilah yang menjadi pembeda manusia

dari makhluk lain termasuk malaikat.

Dengan akalnya itu manusia bisa mengembangkan ilmunya dan

menciptakan teknologi bahkan dengan akalnya itu manusia bisa menguak

rahasia-rahasia alam dengan seizin Allah.

Sebagai bukti bahwa manusia memiliki potensi akal dalam konteks

ayat ini bisa dilihat ketika Adam mampu menyebutkan kembali nama-

nama yang telah diajarkan oleh Allah kepadanya. Hal ini menunjukkan

bahwa Adam (manusia) memang memiliki kelebihan atau keistimewaan

yang tidak diberikan kepada makhluk yang lain termasuk malaikat.

Keistimewaan yang diberikan Allah kepada manusia itu merupakan

cara Allah memuliakan manusia. Sehinga dalam kata penutupnya Hamka

mengatakan bahwa manusia dengan kelebihan yang diberikan kepadanya,

tidak layak manakala ia mengabaikan karunia itu.

Sebaliknya dia harus senantiasa mensyukurinya dengan cara

menggunakan potensinya seoptimal mungkin dalam kerangka kebaikan

dan kemanfaatan.16

c. Peran dan Fungsi Kekhalifahan Manusia di Bumi

Manusia dipilih sebagai khalifatullah, sebagaimana diuraikan di atas,

karena kelebihan yang dianugerahkan Allah kepada manusia berupa ilmu

pengetahuan, yang tidak diberikan kepada makhluk Allah yang lain

termasuk malaikat.

Ayat-ayat di atas yang menyampaikan tentang pengajaran Allah

kepada manusia memberikan pengertian bahwa untuk dapat menjalankan

fungsi dan peran kekhalifahan diperlukan modal atau syarat yaitu ilmu.

Para ahli tafsir menafsirkan kelebihan daripada makhluk lainnya

ialah kelebihan akal pada manusia sehingga ia disebut hewan berakal

16 Hamka, Tafsir Al-Azhar (juz. I), (Jakarta: Pustaka Panji Mas, 2005), h. 207-211.

Page 32: KONSEP KHALIFAH MENURUT M. QURAISH SHIHAB DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24794/1... · Quraish Shihab tentang konsep khalifah. Adapun metode yang digunakan

19

(hayawan an-nathiq). Anugerah akal dan keindahan fisik dalam rangka

untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia dipersiapkan untuk

menerima amanat menjadi khalifah dan sekaligus sebagai mukallaf

(penerima agama, nilai, dan beban hukum).

Sejak awal pembaiatan kepada Nabi Adam a.s. yang mengemban

tugas sebagai khalifah pertama di muka bumi, langsung diberikan beban

mengemban tugas atas kekhalifahannya untuk mengenali dan menghafal

seluruh (kullaha) nama-nama komponen alam sebagai ekosistemnya.

Kewajiban berikutnya ia harus mengajarkan kepada para malaikat tentang

apa yang pernah diperolehnya dari Allah.17

Kemudian kemampuan Adam menyebutkan nama-nama menurut Ali

dalam The Glorias Qur‟an sebagaimana telah dikutip oleh Machasin,

dapat diartikan sebagai kemampuan untuk berinisiatif. Dalam hal ini

manusia diberi kemampuan untuk memberikan nama-nama benda, yakni

membentuk konsep-konsep tentang benda-benda itu. Membentuk konsep

berarti menguasainya. Jadi sifat pengetahuan manusia adalah konseptual.

Berinisiatif menurutnya juga berarti bahwa manusia di samping memiliki

potensi merusak ia juga memiliki potensi untuk berbuat baik. Menurutnya

ini menunjukkan sifat kreatif manusia. Potensi kreatif ini hanya

dianugerahkan kepada manusia, dan tidak kepada malaikat maupun

makhluk yang lain. Menurut Machasin, Adam atau manusia yang

mempunyai kemampuan untuk berbuat patuh dan durhaka, di dalamnya

terkandung unsur kreativitas.18

Senada dengan pendapat di atas, Abdur Rahman Shalih Abdullah

menyatakan bahwa kemampuan manusia menyebutkan nama dapat

diartikan sebagai kemampuan merumuskan konsep. Dalam penjelasan

selanjutnya, ia menuturkan bahwa rumusan konsep memiliki dua faedah.

17 Sofyan Anwar Mufid, Islam dan Ekologi Manusia: Paradigma Baru, Komitmen dan

Integritas Manusia dalam Ekosistemnya, Refleksi Jawaban atas Tantangan Pemanasan Global

(Dimensi Intelektual, Emosional dan Spiritual), (Bandung: NUANSA, 2010), Cet. I, h. 112-113.

18 Machasin, Menyelami Kebebasan Manusia, (Yogyakarta: INHIS-Pustaka Pelajar, 1996), h.

8-10.

Page 33: KONSEP KHALIFAH MENURUT M. QURAISH SHIHAB DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24794/1... · Quraish Shihab tentang konsep khalifah. Adapun metode yang digunakan

20

Pertama, ia memberikan fasilitas berfikir. Mengapa demikian?

Menurutnya konsep memungkinkan manusia melakukan analisa dan

sintesa terhadap apa yang dipikirkan. Berbeda dengan binatang maka

manusia memiliki kemampuan merumuskan pengetahuan konseptualnya

ketika menghadapi permasalahan. Faedah kedua, dari pengetahuan

konseptual adalah bahwa ia memungkinkan manusia ingat terhadap

peristiwa-peristiwa lampau. Manusia mencatat sejarahnya, kemampuan

untuk membaca sejarah menjadikan manusia mempunyai kemampuan

tertinggi pada aspek-aspek tertentu. Binatang tidak dapat mengingat

peristiwa-peristiwa yang pernah dialaminya. Tidak mengherankan, al-

Quran menganggap sejarah sebagai ayat-ayat-Nya, yang merangsang

praktek berfikir. Kenyataan-kenyataan sejarah tidak disebut sebagai

memorisasi, namun kontemplasi.19

Selanjutnya Ali Syari‘ati juga memberikan rumusan tentang filsafat

manusia sebagai berikut: Pertama, manusia tidak saja sama, tetapi

bersaudara. Perbedaan antara persamaan dan persaudaraan adalah jelas.

Persamaan menunjuk pada istilah hukum, sedang persaudaraan menunjuk

pada esensi yang identik dalam diri seluruh umat manusia terlepas dari

latar belakang ras, jenis kelamin dan warna kulit. Persaudaraan berarti

seluruh umat manusia berasal dari asal usul yang sama. Kedua, terdapat

persamaan antara pria dan wanita, karena mereka berasal dari sumber asal

yang sama, yakni dari Tuhan, kendatipun dalam beberapa aspek terdapat

perbedaan-perbedaan (karena kodratnya atau karena bawaan sejak lahir).

Ketiga, manusia mempunyai derajat lebih tinggi dengan malaikat karena

pengetahuan yang dimilikinya. Yang dimaksud adalah pengetahuannya

dengan nama-nama pada manusia, dan dengan demikian manusia memberi

nama pada (benda) di dunianya menyebutkan segala sesuatu dengan tepat.

Tuhanlah yang menjadi guru pertama manusia, dan pendidikan manusia

pertama bermula dengan menyebutkan nama-nama. Dengan kemampuan

19 Abdur Rahman Shalih Abdullah, Landasan dan Tujuan Pendidikan menurut Al Quran serta

Implementasinya, (Bandung: Diponegoro, 1991), h. 132-133.

Page 34: KONSEP KHALIFAH MENURUT M. QURAISH SHIHAB DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24794/1... · Quraish Shihab tentang konsep khalifah. Adapun metode yang digunakan

21

nama-nama itu dan dengan keberhasilan manusia menjawab pertanyaan

Tuhan terbukti bahwa manusia lebih unggul dari malaikat dan dari ciptaan

Tuhan lainnya.20

Sehingga dapat disimpulkan manusia dalam kedudukannya sebagai

khalifah pada dasarnya mengemban tugas pokok, yaitu untuk mewujudkan

kemakmuran di bumi agar tercipta kondisi kehidupan yang sejahtera,

aman, tenteram dan bahagia sebagi tugas rangkap. Sejalan dengan tugas

pengabdian itu maka manusia diberikan status terhormat, yaitu sebagai

khalifah Allah di muka bumi lengkap dengan kerangka dan program

kerjanya yang secara simbolis digambarkan melalui proses penciptaan

Adam As. Oleh karena itu, manusia menduduki peran yang penting dan

strategis di alam raya ini. Manusia bukan hanya merupakan salah satu

bagian dari alam ataupun hanya sebagai makhluk yang diberi kesempatan

untuk menggunakan serta memanfaatkan alam, melainkan juga untuk

memelihara dan mengayomi seluruh makhluk guna mencapai tujuan

penciptaannya masing-masing.21

Dari kutipan di atas, dapat dipahami bahwa dalam melaksanakan

amanat yang diberikan Allah SWT manusia harus menggunakan akalnya

bagi kemaslahatan manusia itu sendiri serta makhluk Allah lainnya secara

serasi dan seimbang. Untuk itu manusia senantiasa dimotivasi untuk lebih

banyak menyingkap rahasia alam semesta --dengan kekuatan akalnya--

untuk mendapatkan nilai kebaikan. Untuk merealisasikan tugas dan

fungsinya itu, dapat ditempuh manusia lewat pendidikan. Dengan media

ini, diharapkan manusia mampu mengembangkan akal yang diberikan

Allah SWT. secara optimal, bagi kepentingan seluruh alam semesta, baik

untuk jangka pendek yaitu untuk kehidupan manusia di dunia maupun

jangka panjang yaitu kehidupan di akhirat.

20 Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada,

2008), h. 25.

21 Jalaluddin, op.cit,. h. 234-235.

Page 35: KONSEP KHALIFAH MENURUT M. QURAISH SHIHAB DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24794/1... · Quraish Shihab tentang konsep khalifah. Adapun metode yang digunakan

22

Berangkat dari uraian tersebut, Ahmad Hasan Firhat, membedakan

kedudukan kekhalifahan manusia pada dua bentuk, yaitu khalifah kauniyat

dan khalifah syar‟iyat.

Pertama, khalifah kauniyat. Dimensi ini mencakup wewenang

manusia --secara umum-- yang telah dianugerahkan Allah SWT. untuk

mengatur dan memanfaatkan alam semesta beserta isinya bagi

kelangsungan kehidupan umat manusia di muka bumi. Pemberian

wewenang Allah SWT. kepada manusia dalam konteks ini, meliputi

pemaknaan yang bersifat umum, tanpa dibatasi oleh agama apa yang

mereka yakini. Artinya, lebel kekhalifahan yang dimaksud diberikan

kepada semua manusia sebagai penguasa alam semesta.

Bila dimensi ini dijadikan standar dalam melihat predikat manusia

sebagai khalifah fi al-ardh, maka akan berdampak negatif bagi

kelangsungan manusia dan alam semesta. Manusia –dengan

kekuatannya—akan mempergunakan alam semesta –sebagai konsekuensi

kekhalifahannya—tanpa kontrol dan melakukan penyimpangan-

penyimpangan dari nilai Ilahiah. Akibatnya, keberadaannya di muka bumi

bukan lagi sebagai pembawa kemakmuran, namun cenderung berbuat

mafsadah dan cenderung merugikan makhluk Allah lainnya. Ketiadaan

nilai kontrol inilah yang dikhawatirkan malaikat tatkala Allah

mengutarakan keinginan-Nya menciptakan makhluk yang bernama

manusia.

Kedua, khalifah syar‟iyat. Dimensi ini meliputi wewenang Allah

yang diberikan kepada manusia untuk memakmurkan alam semesta.

Hanya saja, untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawab ini, predikat

khalifah, secara khusus ditujukan kepada orang-orang mukmin. Hal ini

dimaksudkan, agar dengan keimanan yang dimilikinya, mampu menjadi

pilar dan kontrol dalam mengatur mekanisme alam semesta, sesuai dengan

nilai-nilai Ilahiah yang telah digariskan Alllah lewat ajaran-Nya. Dengan

prinsip ini, manusia akan senantiasa berbuat kebaikan dan memanfaatkan

alam semesta demi kemaslahatan umat manusia.

Page 36: KONSEP KHALIFAH MENURUT M. QURAISH SHIHAB DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24794/1... · Quraish Shihab tentang konsep khalifah. Adapun metode yang digunakan

23

Bila dimensi ini dikembangkan dalam kajian pendidikan Islam, maka

dalam proses mempersiapkan generasi penerus estafet kekhalifahan yang

sesuai dengan nilai-nilai Ilahiah, pendidikan yang ditawarkan harus

mampu memberikan dan membentuk pribadi peserta didiknya dengan

acuan nilai-nilai Ilaihiah. Dengan penanaman ini, akan menjadi panduan

baginya dalam melaksanakan amanat Allah di muka bumi.22

2. Pendidikan Islam

a. Pengertian Pendidikan Islam

Pendidikan sebagai salah satu usaha untuk membina dan

mengembangkan seluruh aspek kepribadian manusia jasmani dan rohani

agar menjadi manusia yang berkepribadian harus berlangsung secara

bertahap. Dengan kata lain, terbentuknya kepribadian yang bulat dan utuh

sebagai individu, sosial dan sebagai manusia bertuhan hanya dapat

tercapai apabila berlangsung melalui proses menuju ke arah akhir

pertumbuhan dan perkembangannya sampai pada titik optimal

kemampuannya.

Pengertian pendidikan secara umum mengacu pada dua sumber

pendidikan Islam, yaitu al-Qur‘an dan Al-Hadits yang memuat kata-kata

rabba dari kata tarbiyah, „alama kata kerja dari ta‟lim, dan addaba dari

kata kerja ta‟dib. Ketiga istilah itu mengandung makna amat mendalam

karena pendidikan adalah tindakan yang dilakukan secara sadar dengan

tujuan memelihara dan mengembangkan fitrah serta potensi (sumber daya)

insani menuju terbentuknya manusia seutuhnya (insan kamil).23

Sedangkan secara terminologi istilah kegiatan ini juga telah

menghasilkan banyak definisi dari para akademisi sesuai dengan disiplin

ilmu yang mereka anut. Seperti Ngalim Purwanto, menjelaskan bahwa

―pendidikan adalah segala usaha orang dewasa dalam pergaulan dengan

22 Samsul Nizar, Pengantar Dasar-dasar Pemikiran Pendidikan Islam, (Jakarta: Gaya Media

Pratama, 2001), Cet. I, h. 69-70.

23 Muhammad Takdir Ilahi, Revitalisasi Pendidikan Berbasis Moral, (Yogyakarta: Ar-Ruzz

Media, 2012), Cet. I, h. 25.

Page 37: KONSEP KHALIFAH MENURUT M. QURAISH SHIHAB DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24794/1... · Quraish Shihab tentang konsep khalifah. Adapun metode yang digunakan

24

anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah

kedewasaan‖.24

Menurut Ki Hajar Dewantara ―pendidikan adalah tuntutan

di dalam hidup tumbuhnya anak-anak. Yaitu menuntun segala kekuatan

kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka sebagai manusia dan sebagai

anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang

setinggi-tingginya‖.25

Lebih jauh, Azumardi Azra mengemukakan ―pendidikan merupakan

suatu proses penyiapan generasi muda untuk menjalankan kehidupan dan

memenuhi tujuan hidupnya secara lebih efektif dan efisien‖26

. Pendidikan

lebih sekedar pengajaran yang terakhir ini dapat dikatakan sebagai suatu

proses transfer ilmu belaka, bukan transformasi nilai dan pembentukan

kepribadian dengan segala aspek yang dicakupnya.

Sedangkan menurut UU No. 20 Tahun 2003 pendidikan adalah

usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan belajar dan proses

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.27

Dengan demikian, pengajaran hanya sekedar proses pemberian

materi pelajaran kepada anak didik yang hanya akan membentuk para

spesialis, yang terkurung pada bidangnya saja. Sedangkan pendidikan,

lebih dari itu, di samping proses transfer ilmu dan keahlian, juga lebih

menekankan pembentukan kesadaran dan kepribadian anak didik,

sehingga menjadikan mereka dapat menyongsong kehidupannya di masa

yang akan datang dengan lebih efektif dan efisien.

24 Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 1993), Cet. VI, h. 11.

25 Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006), h. 2-

4. 26 Azyumardi Azra, Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi di Tengah Tantangan

Milenium III, (Jakarta: KENCANA, 2012), Cet. I, h. 4.

27 Anwar Arifin, Memahami Paradigma Baru Pendidikan Nasional dalam Undang-Undang

SISDIKNAS, (Jakarta: Detjen Kelembagaan Agama Islam Depag, 2003), Cet. II, h. 34.

Page 38: KONSEP KHALIFAH MENURUT M. QURAISH SHIHAB DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24794/1... · Quraish Shihab tentang konsep khalifah. Adapun metode yang digunakan

25

Mereka semua memiliki definisi tentang pendidikan yang berbeda-

beda bahkan sebagian dari mereka ada yang mendefinisikan pendidikan

dengan mengintegrasikan dalam perspektif agama yang dianut seperti

Ahmad D. Marimba dalam bukunya Pengantar Filsafat Pendidikan Islam

bahwa :

Pendidikan merupakan Bimbingan jasmani, rohani berdasarkan

hukum-hukum agama Islam menuju kepada terbentuknya

kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam. Dengan

pengertian yang lain sering kali beliau mengatakan kepribadian

yang memiliki nalai-nilai agama Islam, memilih dan memutuskan

serta berbuat berdasarkan nilai-nilai Islam, dan bertanggung jawab

sesuai dengan nilai-nilai Islam.28

Pendidikan Islam menurut Prof. H. Muzayyin Arifin, M.Ed. adalah

―usaha yang diarahkan kepada pembentukan kepribadian anak yang sesuai

dengan ajaran Islam atau suatu upaya dengan ajaran Islam, memikir,

memutuskan dan berbuat berdasarkan nilai-nilai Islam, serta bertanggung

jawab sesuai dengan nilai-nilai Islam.‖29

Ahmad Tafsir mendefinisikan bahwa pendidikan Islam adalah

―bimbingan yang diberikan oleh seseorang kepada seseorang agar ia

berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam‖. Dan bila

disimgkat pendidikan Islam menurutnya yaitu ―bimbingan terhadap

seseorang agar ia menjadi Muslim semaksimal mungkin‖.30

Kemudian, Armai Arief mengartikan ―Pendidikan Islam adalah

sebuah proses dalam membentuk manusia-manusia muslim yang mampu

mengembangkan potensi yang dimilikinya untuk mewujudkan dan

merealisasikan tugas dan fungsinya sebagai khalifah Allah SWT baik

kepada Tuhannya, sesama manusia, dan sesama makhluk lainnnya‖.31

28 Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung : Al-Ma‘arif, 1962),

h. 23.

29 Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), Cet. VI, h. 152.

30 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya

Offset, 1994), Cet. II, h. 32. 31 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press,

2002), Cet. I, h. 40-41.

Page 39: KONSEP KHALIFAH MENURUT M. QURAISH SHIHAB DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24794/1... · Quraish Shihab tentang konsep khalifah. Adapun metode yang digunakan

26

Sedangkan Zakiah Daradjat menjelaskan bahwa ―Pendidikan Islam

adalah pembentukan kepribadian, pendidikan Islam ini telah banyak

ditujukan kepada perbaikan sikap mental yang akan terwujud dalam

amal perbuatan sesuai dengan petunjuk ajaran Islam, karena itu

pendidikan Islam tidak hanya bersifat teoritis tetapi juga bersifat

praktis atau pendidikan Islam adalah sekaligus pendidikan iman dan

pendidikan amal‖.32

Berangkat dari perbedaan definisi yang dikemukakan oleh para

ilmuan dan praktisi pendidikan, dapat ditemukan sebuah kesamaan yang

merupakan kesimpulan awal yang bersifat universal. Diungkapkan oleh

Muhammad Natsir dalam tulisan ―ideology pendidikan Islam‖ bahwa yang

dinamakan pendidikan ialah “suatu pimpinan jasmani dan rohani menuju

kesempurnaan dan kelengkapan atau kemanusiaan dengan arti

sesungguhnya”.33

Dari beberapa definisi tentang pendidikan Islam di atas, maka dapat

diambil beberapa pengertian tentang pendidikan Islam, yaitu :

a) Pendidikan Islam sebagai usaha bimbingan ditujukan untuk

mencapai keseimbangan pertumbuhan jasmani dan rohani menurut

ajaran Islam.

b) Pendidikan Islam sebagai suatu usaha sadar untuk mengarahkan dan

mengubah tingkah laku individu untuk mencapai pertumbuhan

kepribadian yang sesuai dengan ajaran Islam dalam proses

kependidikan melalui latihan-latihan akal pikiran (kecerdasan),

kejiwaan, keyakinan, kemauan dan perasaan, serta pancaindera

dalam seluruh aspek kehidupan manusia.

c) Pendidikan Islam sebagai bimbingan secara sadar dan terus-menerus

yang sesuai dengan kemampuan dasar (fitrah) dan kemampuan

ajarnya (pengaruh dari luar), secara individual maupun kelompok,

sehingga manusia mampu memahami, menghayati dan mengamalkan

ajaran Islam secara utuh dan benar.

32 M. Alisuf Sabri, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), Cet. I, h.

150. 33 Azyumardi Azra, op. cit,. h. 4.

Page 40: KONSEP KHALIFAH MENURUT M. QURAISH SHIHAB DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24794/1... · Quraish Shihab tentang konsep khalifah. Adapun metode yang digunakan

27

b. Dasar-dasar Pendidikan Islam

Setiap usaha, kegiatan dan tindakan yang disengaja untuk mencapai

suatu tujuan harus mempunyai landasan tempat berpijak yang baik dan

kuat.34

Agar pendidikan dapat melaksanakan fungsinya sebagai agent of

culture dan bermanfaat bagi manusia itu sendiri, maka perlu acuan pokok

yang mendasarinya. Karena pendidikan merupakan bagian yang terpenting

dari kehidupan manusia, yang secara kodrati adalah insane pedagogic

maka acuan yang menjadi acuan dasar bagi pendidikan adalah nilai yang

tertinggi dari acuan hidup suatu masyarakat di mana pendidikan itu

dilaksanakan. Oleh karena itu, pendidikan Islam sebagai usaha membentuk

manusia, harus mempunyai landasan kemana semua kegiatan dan semua

perumusan tujuan pendidikan Islam itu dihubungkan.

Dalam menetapkan sumber/landasan pendidikan Islam, para pemikir

Islam berbeda pendapat, diantaranya Abdul Fattah Jalal yang membagi

sumber pendidikan Islam menjadi dua macam, yaitu : 1) Sumber Ilahi (al-

Qur‘an) dan Al-Hadits; 2) Sumber Insaniyah, yaitu lewat proses ijtihad

manusia.35

Sedangkan menurut Zakiah Daradjat, landasan itu terdiri dari al-

Qur‘an dan Sunnah Nabi Muhammad SAW yang dapat dikembangkan

dengan ijtihad, al-Maslahah al-Mursalah, Istishan, Qiyas, dan

sebagainya.36

1) al-Qur‟an

Penurunan al-Qur‘an diawali dengan ayat-ayat yang mengandung

konsep pendidikan, dapat menunjukkan bahwa tujuan al-Qur‘an yang

terpenting adalah mendidik manusia melalui metode yang bernalar serta

sarat dengan kegiatan meneliti, membaca, mempelajari, dan observasi

34 Zakiah Daradjat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), Cet. XII, h.19.

35 Abdul Fattah Jalal, Azaz-azaz Pendidikan Islam, (Bandung: CV. Diponegoro, 1988), h. 86-

87.

36 Zakiah Daradjat, dkk, loc.cit.

Page 41: KONSEP KHALIFAH MENURUT M. QURAISH SHIHAB DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24794/1... · Quraish Shihab tentang konsep khalifah. Adapun metode yang digunakan

28

ilmiah terhadap manusia sejak manusia masih dalam bentuk segumpal

darah dalam rahim ibu. Sebagaimana firman Allah:

. .

. .

.

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan.

Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan

Tuhanmulah yang Maha Mulia. Yang mengajar (manusia) dengan

perantaran pena. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak

diketahuinya.” (QS. Al-‗Alaq: 1-5).37

Dasar pelaksanaan pendidikan Islam, Allah berfirman:

Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Al Quran)

dengan perintah kami. sebelumnya kamu tidaklah mengetahui

Apakah Al kitab (Al Quran) dan tidak pula mengetahui Apakah iman

itu, tetapi Kami menjadikan Al Quran itu cahaya, yang Kami tunjuki

dengan Dia siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba

kami. dan Sesungguhnya kamu benar- benar memberi petunjuk

kepada jalan yang lurus. (QS. Asy-Syura: 52).

Ayat ini menjelaskan bahwa al-Qur‘an diturunkan kepada umat

manusia untuk memberi petunjuk ke arah jalan hidup yang lurus dalam arti

memberi bimbingan dan petunjuk ke arah jalan yang diridhai Allah

SWT.38

37 Departemen Agama RI, op. cit., h. 597.

38 Zuhairini, dkk, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), Cet. V, h. 154.

Page 42: KONSEP KHALIFAH MENURUT M. QURAISH SHIHAB DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24794/1... · Quraish Shihab tentang konsep khalifah. Adapun metode yang digunakan

29

Al-Qur‘an adalah firman Allah berupa wahyu yang disampaikan

oleh Jibril kepada Nabi Muhammad SAW. Di dalamnya terkandung ajaran

pokok yang dapat dikembangkan untuk keperluan seluruh aspek yang

dapat dikembangkan untuk keperluan seluruh aspek kehidupan melalui

ijtihad. Ajaran yang terkandung di dalamnya terdiri dari dua prinsip besar,

yaitu yang berhubungan dengan masalah keimanan yang disebut dengan

akidah dan yang berhubungan dengan aktivitas manusia yang disebut

dengan syari‘ah. Ajaran-ajaran yang berkenaan dengan iman dalam al-

Qur‘an tidak sebanyak ajaran yang berkenaan dengan amal perbuatan. Hal

ini menunjukkan amal itulah yang paling banyak dilaksanakan, sebab

semua amal perbuatan manusia dalam hubungan kepada Allah, dengan

dirinya sendiri, dengan masyarakat, serta dengan alam lingkungannya

termasuk dalam lingkup aktivitas manusia.

Istilah-istilah yang sering digunakan dalam membicarakan tentang

syari‘ah adalah ibadah yaitu perbuatan yang berhubungan langsung

dengan Allah; muamalah yaitu perbuatan yang berhubungan langsung

dengan selain Allah; dan akhlak yaitu untuk tindakan yang menyangkut

etika dan budi pekerti dalam pergaulan.

Dengan demikian al-Qur‘an sebagai kitab suci agama Islam harus

dijadikan landasan dan sumber utama pendidikan Islam. Sehingga terlihat

bahwa seluruh dimensi yang terkandung dalam al-Qur‘an memiliki misi

dan implikasi kependidikan yang bergaya imperatif, motivatif, dan

persuasif, dinamis, sebagai suatu sistem pendidikan yang utuh dan

demokratis lewat proses manusiawi. Proses kependidikan tersebut

bertumpu pada kemampuan rohaniah dan jasmaniah masing-masing

peserta didik, secara bertahap dan berkesinambungan, tanpa melakukan

perkembangan zaman dan nilai-nilai Ilahiah. Semua proses pendidikan

Islam tersebut merupakan proses konservasi dan transformasi, serta

internalisasi nilai-nilai dalam kehidupan manusia sebagaimana yang

diinginkan oleh ajaran Islam. Dengan upaya ini, diharapkan peserta didik

Page 43: KONSEP KHALIFAH MENURUT M. QURAISH SHIHAB DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24794/1... · Quraish Shihab tentang konsep khalifah. Adapun metode yang digunakan

30

mampu hidup secara serasi dan seimbang, baik dalam kehidupan di dunia

maupun di akhirat.39

2) Hadits (As-Sunnah)

Sunnah menurut bahasa banyak artinya, antara lain adalah: suatu

perjalanan yang diikuti, baik dinilai perjalanan baik atau perjalanan buruk.

Dan makna sunnah yang lain adalah: tradisi yang kontinu,40

misalnya

firman Allah:

Sebagai suatu sunnatullah yang telah berlaku sejak dahulu, kamu

sekali-kali tiada akan menemukan peubahan bagi sunnatullah itu.

(QS. Al-Fath: 23).41

Sedangkan sunnah menurut istilah, terjadi perbedaan pendapat di

kalangan para ulama, di antaranya sebagai berikut:

a. Menurut ulama ahli hadits (Muhaditsin), sunnah adalah segala

perkataan Nabi, perbuatannya, dan segala tingkah lakunya.

b. Menurut ulama Ushul Fikih (Ushuliyun), sunnah adalah segala

sesuatu yang diriwayatkan dari Nabi baik yang bukan dari al-Qur‘an

baik berupa segala perkataan, perbuatan, dan pengakuan yang patut

dijadikan dalil hukum syara‘.

c. Menurut ulama Fikih (Fuqaha), sunnah adalah sesuatu ketetapan

yang datang dari Rasulullah dan tidak termasuk kategori fardlu dan

wajib, maka ia menurut mereka adalah sifat syara‘ yang menuntut

pekerjaan tapi tidak wajib dan tidak disiksa bagi yang

meninggalkannya.

d. Menurut ulama maw‘izhah („Ulama Al-Wa‟zhi wa Al-Irsyad),

sunnah adalah segala sesuatu yang datang dari Nabi dan sahabat.42

39 Soleha dan Rada, Ilmu Pendidikan Islam, ( Bandung: Alfabeta, 2011), Cet. I, h. 27-29.

40 Abdul Majid Khon, Ulumul Hadits, (Jakarta: Amzah, 2009), Cet. II, h. 5.

41 Departemen Agama RI, op. cit., h. 513.

42 Abdul Majid Khon, op. cit., h. 5-8.

Page 44: KONSEP KHALIFAH MENURUT M. QURAISH SHIHAB DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24794/1... · Quraish Shihab tentang konsep khalifah. Adapun metode yang digunakan

31

Contoh yang diberikan oleh beliau dapat dibagi kepada tiga bagian.

Pertama, hadits qauliyah yaitu yang berisikan ucapan, pernyataan, dan

persetujuan Nabi Muhammad SAW. Kedua, hadits fi‟liyah yaitu yang

berisi tindakan dan perbuatan yang pernah dilakukan Nabi. Ketiga, hadis

taqririyah yaitu yang merupakan persetujuan Nabi atas tindakan dan

peristiwa yang terjadi.43

Sehingga dalam pendidikan Islam, sunnah Rasul mempunyai dua

fungsi, yaitu : (1) menjelaskan sistem pendidikan Islam terdapat dalam al-

Qur‘an dan menjelaskan hal-hal yang tidak terdapat di dalamnya; (2)

menyimpulkan metode pendidikan dari kehidupan Rasulullah bersama

sahabat, perlakuannya terhadap anak-anak, dan pendidikan keimanan yang

pernah dilakukannya.44

3) Ijtihad

Landasan berikutnya yang lebih bersifat praktis dan aplikatif adalah

ijtihad para ulama.45

Ijtihad berakar dari kata jahda yang berarti al-

masyaqqah (yang sulit) dan badzl al-wus‟i wa thaqati (pengarahan

kesanggupan dan kekuatan). Sa‘id al-Taftany memberikan arti ijtihad

dengan tahmil al-juhdi (ke arah yang membutuhkan kesungguhan), yaitu

pengarahan segala kesanggupan dan kekuatan untuk memperoleh apa yang

dituju sampai pada batas puncaknya.46

Sehingga secara etimologi ijtihad berarti usaha keras dan sungguh-

sungguh (gigih), yang dilakukan oleh para ulama untuk menetapkan

hukum suatu perkara atau suatu ketetapan atas persoalan tertentu.

Sedangkan secara terminologi ijtihad adalah ungkapan atas kesepakatan

dari sejumlah ulil amri dari umat Muhammad SAW dalam suatu masa,

untuk menetapkan hukum syari‘ah terhadap berbagai peristiwa yang

43 Samsul Nizar, op. cit., h. 95-97.

44 Al-Rasyidin, Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan islam; Pendekatan Historis, Teoritis dan

Praktis, (Jakarta: Ciputat Press, 2005), Cet. II, h. 35.

45 Soleha dan Rada, op. cit., h. 33.

46 Abdul Mujib, Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: KENCANA, 2008), Cet.

II, h. 43.

Page 45: KONSEP KHALIFAH MENURUT M. QURAISH SHIHAB DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24794/1... · Quraish Shihab tentang konsep khalifah. Adapun metode yang digunakan

32

terjadi (batasan yang dikembangkan oleh al-Amidy). Menurut Abu

Zahrah, ijtihad adalah produk ijma‟ (kesepakatan) para mujtahid muslim,

pada suatu periode terhadap berbagai persoalan yang terjadi setelaah

wafatnya Nabi Muhammad SAW, untuk menetapkan hukum syara‘ atas

berbagai persoalan umat yang bersifat amaly.47

Dapat disimpulkan ijtihad adalah istilah para fuqaha yaitu berfikir

dengan menggunakan seluruh ilmu yang dimiliki oleh ilmuwan syari‘at

Islam mengenai hal-hal yang belum ditegaskan hukumnya oleh al-Qur‘an

dan al-Sunnah. Dan dalam pelaksanaannya ijtihad ini harus mengikuti

kaidah-kaidah yang telah diatur oleh para mujtahid dan harus berpedoman

serta tidak bertentangan dengan isi yang ada pada al-Qur‘an dan al-

Sunnah.48

Ijtihad menjadi penting dalam pendidikan Islam ketika suasana

pendidikan mengalami status quo, jumud, dan stagnan. Tujuan dilakukan

ijtihad dalam pendidikan adalah untuk dinamisasi, inovasi dan modernisasi

pendidikan agar diperoleh masa depan pendidikan yang lebih

berkualitas.49

Ijtihad di bidang pendidikan, utamanya pendidikan Islam sangat

perlu dilakukan, karena media pendidikan merupakan sarana utama untuk

membangun pranata kehidupan sosial dan kebudayaan manusia untuk

mencapai kebudayaan yang berkembang secara dinamis, hal ini ditentukan

oleh sistem pendidikan yang dilaksanakan dan senantiasa merupakan

pencerminan dan penjelmaan dari nilai-nilai serta prinsip pokok al-Qur‘an

dan Hadits. Proses ini akan mampu mengontrol manusia dalam seluruh

aspek kehidupannya, sekaligus sebagai sarana untuk mendekatkan diri

kepada Tuhan.50

47 Samsul Nizar, op. cit., h. 100.

48 M. Alisuf Sabri, op. cit., h. 156.

49 Abdul Mujib, Jusuf Mudzakkir, loc. cit.

50 Samsul Nizar, Memperbincangkan Dinamika Intelektual dan Pemikiran Hamka tentang

Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2008), Cet. Ke-I, h. 116.

Page 46: KONSEP KHALIFAH MENURUT M. QURAISH SHIHAB DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24794/1... · Quraish Shihab tentang konsep khalifah. Adapun metode yang digunakan

33

c. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Islam

Tujuan merupakan sesuatu yang esensial bagi kehidupan manusia.

Dengan adanyan tujuan, semua aktivitas dan gerak manusia menjadi lebih

dinamis, terarah dan bermakna.51

Suatu kegiatan akan berakhir, bila tujuannya sudah tercapai. Kalau

tujuan itu bukan tujuan akhir, kegiatan berikutnya akan segera dimulai

untuk mencapai tujuan selanjutnya dan terus begitu sampai kepada tujuan

akhir.

Bila pendidikan kita pandang sebagai suatu proses maka proses

tersebut akan berakhir pada tercapainya tujuan akhir pendidikan. Suatu

tujuan yang hendak dicapai oleh pendidikan pada hakikatnya adalah suatu

perwujudan dari nilai-nilai ideal yang terbentuk dalam pribadi manusia

yang diinginkan.52

Secara umum, tujuan pendidikan Islam terbagi kepada: tujuan

umum, tujuan sementara, tujuan akhir dan tujuan operasional. Tujuan

umum adalah tujuan yang akan dicapai dengan semua kegiatan pendidikan

baik dengan pengajaran atau dengan cara lain. Tujuan sementara adalah

tujuan yang akan dicapai setelah anak didik diberi sejumlah pengalaman

tertentu yang direncanakan dalam sebuah kurikulum. Tujuan akhir adalah

tujuan yang dikehendaki agar peserta didik menjadi manusia-manusia

sempurna (insan kamil) setelah ia menghabisi sisa umurnya. Sementara

tujuan operasional adalah tujuan praktis yang akan dicapai dengan

sejumlah kegiatan pendidikan tertentu.53

Pada hakikatnya tujuan pendidikan Islam adalah mencerdaskan akal

dan membentuk jiwa yang islami, sehingga akan terwujud sosok pribadi

Muslim sejati yang berakal pengetahuan dalam segala aspek kehidupan.54

51Ibid.

52 Muzayyin Arifin, loc. cit., hlm. 108.

53 Armai Arief, op. cit., h. 19.

54 Abdurrahman Al-Baghdadi, Sistem Pendidikan di Masa Khilafah Islam, (Surabaya: Al-

Izzah, 1996), Cet. I, h. 30.

Page 47: KONSEP KHALIFAH MENURUT M. QURAISH SHIHAB DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24794/1... · Quraish Shihab tentang konsep khalifah. Adapun metode yang digunakan

34

Namun demikian agar tujuan-tujuan yang dimaksud lebih dipahami,

berikut ini akan diuraikan tujuan pendidikan Islam dalam perspektif para

ulama muslim, antara lain adalah :

Abdurrahman Saleh Abdullah mengatakan dalam bukunya

―Educational Theory a Qur‟anic Outlook”, bahwa pendidikan Islam

bertujuan untuk membentuk kepribadian sebagai khalifah Allah SWT. atau

sekurang-kurangnya mempersiapkan ke jalan yang mengacu kepada tujuan

akhir. Tujuan utama khalifah Allah adalah beriman kepada Allah dan

tunduk serta patuh secara total kepada-Nya.55

Selanjutnya tujuan pendidikan Islam menurutnya dibangun atas tiga

komponen sifat dasar manusia sebagai berikut: 1) Tujuan pendidikan

jasmaniah (ahdaf al-Jismiyah), yaitu mempersiapkan diri manusia sebagai

pengemban tugas khalifah di bumi, melalui pelatihan keterampilan-

keterampilan fisik; 2) Tujuan pendidikan rohaniah (ahdaf al-Ruhaniyah),

yaitu untuk meningkatkan jiwa dan kesetiaan yang hanya kepada Allah

semata dan berupaya untuk memurnikan serta menyucikan diri manusia

secara individual dari sikap negatif; 3) Tujuan pendidikan akal (ahdaf al-

„Aqliyah), yaitu pengarahan intelegensi untuk menentukan kebenaran dan

sebab-sebabnya dengan telaah tanda-tanda kekuasaan Allah dan

menemukan pesan-pesan ayat-ayat-Nya yang membawa iman kepada

Sang Pencipta.56

Fazlur Rahman mengklasifikasikan tujuan pendidikan ke dalam

empat ketegori, yaitu : Pertama, tujuan pendidikan jasmani:

mempersiapkan diri manusia sebagai pengemban tugas khalifah di bumi

melalui pelatihan keterampilan-keterampilan fisik. Kedua, tujuan

pendidikan rohani: meningkatkan jiwa kesetiaan hanya kepada Allah

semata dan melaksanakan moralitas Islami yang diteladani Nabi SAW

dengan berdasarkan cita-cita ideal yang terdapat di dalam al-Qur‘an.

Ketiga, tujuan pendidikan akal: mengarahkan intelegensi untuk

55 Armai Arief, loc. cit.

56 Abdurahman Saleh Abdullah, Teori-teori Pendidikan Berdasarkan Al-Qur‟an, (Jakarta:

Rineka Cipta, 1994), h. 119-126.

Page 48: KONSEP KHALIFAH MENURUT M. QURAISH SHIHAB DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24794/1... · Quraish Shihab tentang konsep khalifah. Adapun metode yang digunakan

35

menemukan kebenaran dan sebab-sebabnya dengan menelaah tanda-tanda

kekuasaan Allah dan menemukan pesan-pesan ayat-Nya yang membawa

iman kepada Sang Pencipta. Keempat, tujuan pendidikan sosial:

membentuk kepribadian yang utuh dari ruh, tubuh dan akal. Identitas

individu di sini tercermin sebagai ―al-Nas‖ yang hidup pada masyarakat

yang plural atau majemuk.57

Sehingga tujuan pendidikan Islam adalah membina umat manusia

agar menjadi hamba yang senantiasa beribadah kepada Allah SWT,

dengan mendekatkan diri kepada Allah, melaksanakan perintah dan

menjauhi larangan-Nya, baik ibadah yang telah ditentukan aturan dan

tatacaranya oleh Allah dan Rasul-Nya (Ibadah Makhdah), maupun yang

belum ditentukan. Rumusan tujuan ini diilhami oleh firman Allah58

:

) : ٦٥الذارىات(

Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya

mereka mengabdi kepada-Ku. (QS. Al-Dzariyat: 56)59

Tujuan tertinggi pendidikan Islam menurut al-Syaibani adalah

mempersiapkan kehidupan dunia dan akhirat.60

Sesuai dengan firman

Allah:

Dan di antara mereka ada orang yang bendoa: “Ya Tuhan Kami,

berilah Kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan

peliharalah Kami dari siksa neraka.” (QS. Al-Baqarah: 201).61

57 Muhaimin, Kontroversi Pemikiran Fazlur Rahman, Studi Kritis Pembaharuan Pendidikan

Islam, (Cirebon: Pustaka DINAMIKA, 1999), Cet. I, h. 103-104.

58 Abuddin Nata, Pendidikan dalam Perspektif al-Qur‟an, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005),

h. 173.

59 Departemen Agama RI, op. cit., h. 523.

60 Omar Mohammad al-Toumy al-Syaibany, Falsafah Pendidikan Islam, Terj. Dari Falsafatut

Tarbiyyah al-Islamiyah oleh Hasan Langgulung, (Jakarta: Bulan Bintang, 1979), Cet. I, h. 406. 61 Departemen Agama RI, op. cit., h. 31.

Page 49: KONSEP KHALIFAH MENURUT M. QURAISH SHIHAB DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24794/1... · Quraish Shihab tentang konsep khalifah. Adapun metode yang digunakan

36

Sementara tujuan akhir yang akan dicapai adalah mengembangkan

fitrah peserta didik, baik ruh, fisik, kemauan, dan akalnya secara dinamis,

sehingga terbentuk pribadi yang utuh dan mendukung bagi pelaksanaan

fungsinya sebagai khalifah fil ardh.62

Dalam buku Metedologi Pengajaran Agama Islam karya Dr. Zakiah

Daradjat, dikatakan bahwa : “tujuan pendidikan Islam ialah kepribadiaan

muslim, yaitu suatu kepribadian yang seluruh aspeknya dijiwai oleh

ajaran Islam”.63

Dalam pandangan HAMKA, tujuan pendidikan Islam adalah

―mengenal dan mencari keridhaan Allah, membangun budi pekerti untuk

berakhlak mulia, serta mempersiapkan peserta didik untuk hidup secara

layak dan berguna di tengah-tengah komunitas sosialnya‖.64

Menurut Muhammad Fadhil al-Jamaly, tujuan pendidikan Islam

menurut al-Qur‘an meliputi: 1) menjelaskan posisi peserta didik

sebagai manusia di antara makhluk Allah lainnya dan tanggung

jawabnya dalam kehidupan ini, 2) menjelaskan hubungan sebagai

makhluk sosial dan tanggungjawabnya dalam tatanan kehidupan

bermasyarakat, 3) menjelaskan hubungan manusia dengan alam dan

tugasnya untuk mengetahui hikmah penciptaan dengan cara

memakmurkan alam semesta, 4) menjelaskan hubungannya dengan

Khaliq sebagai pencipta alam semesta.65

Muhammad Athiyah al-Abrasyi, mengatakan bahwa tujuan

pendidikan Islam terdiri atas 5 sasaran, yaitu: 1) membentuk akhlak mulia,

2) mempersiapkan kehidupan dunia dan akhirat, 3) persiapan untuk

mencari rizki dan memelihara dari kemanfaatannya, 4) menumbuhkan

semangat ilmiah di kalangan peserta didik, 5) mempersiapkan tenaga

profesional yang terampil.66

Dan Ibnu Khaldun mengemukakan tujuan pendidikan sebagai

berikut : 1) Pembinaan pemikiran yang baik; 2) Pengembangan kemahiran

62 Hasan Langgulung, op. cit, h. 67.

63 Zakiah Daradjat dkk, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996),

Cet. I, h. 72.

64 Samsul Nizar, op. cit, h. 117.

65 Al-Rasyidin dan Samsul Nizar, op. cit, h. 36-37.

66 Omar Mohammad al-Toumy al-Syaibany, op. cit., h. 416-417.

Page 50: KONSEP KHALIFAH MENURUT M. QURAISH SHIHAB DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24794/1... · Quraish Shihab tentang konsep khalifah. Adapun metode yang digunakan

37

(al-Malakah atau skill) dalam bidang tertentu; dan 3) Penguasaan

keterampilan profesional sesuai dengan tuntutan zaman (link and match).67

Dari beberapa definisi di atas, terlihat bahwa tujuan pendidikan

Islam lebih berorientasi kepada nilai-nilai luhur dari Tuhan yang harus

diinternalisasikan ke dalam diri individu anak didik lewat proses

pendidikan. Dengan penanaman nilai ini, diharapkan pendidikan Islam

mampu mengantarkan, membimbing dan mengarahkan anak didik

(manusia) untuk melaksanakan fungsinya sebagai „abd dan khalifah, guna

membangun dan memakmurkan alam ini sesuai dengan konsep-konsep

yang telah ditetapkan Allah. Perwujudan ini tidak terlepas dari pribadi

insan kamil yang bertakwa dan berkualitas intelektual.68

Sehingga dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan Islam

merupakan usaha dalam membangun manusia yang utuh dalam rangka

pembentukan kepribadian, moralitas, sikap ilmiah dan keilmuan,

kemampuan berkarya, profesionalisasi sehingga mampu menunjukkan

iman dan amal shaleh sesuai dengan nilai-nilai keagamaan dan kehidupan.

Fungsi pendidikan Islam meliputi tiga hal sebagai berikut:

1. Menumbuhkembangkan peserta didik ke tingkat yang normatif yang

lebih baik, dengan kata lain, fungsi pendidikan Islam merupakan

kristalisasi dari nilai-nilai yang terkandung dalam landasan dasar

pendidikan Islam tersebut.

2. Melestarikan ajaran Islam dalam berbagai aspek, dalam hal ini

berarti ajaran Islam itu dijadikan tetap tidak berubah dibiarkan murni

seperti keadaan semula, sekaligus dijaga, dipertahankan

kelangsungan eksistensinya hingga waktu yang tak terbatas. Hal ini

khususnya yang menyangkut tekstual al-Qur‘an dan Hadits. Adapun

mengenai interpretasi dan pemahaman harus senantiasa dinamis

disesuaikan dengan tuntutan zaman dan kondisi masyarakat.

67 Nurhamzah, ―Media Pendidikan; Nilai-nilai Tujuan Pendidikan Islam Menurut Ibnu

Khaldun‖, Jurnal Pendidikan Keagamaan, Vol. XXIV, 2009, h. 48.

68 Samsul Nizar, op. cit., h. 106.

Page 51: KONSEP KHALIFAH MENURUT M. QURAISH SHIHAB DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24794/1... · Quraish Shihab tentang konsep khalifah. Adapun metode yang digunakan

38

3. Melestarikan kebudayaan dan peradaban Islam, dalam arti buah budi

dan kemajuan yang dicapai umat Islam secara keseluruhannya

mencakup pengetahuan, kepercayaan, moral, hukum, adat serta

prestasi yang mereka capai.69

Fungsi pendidikan menurut Khursdi Ahmad sebagaimana yang

dikutip oleh Abdul Majid dan Jusuf Mudzakkir dalam buku Ilmu

Pendidikan Islam, adalah sebagai berikut:

1. Alat untuk memelihara, memperluas dan menghubungkan tingkat-

tingkat kebudayaan, nilai-nilai tradisi dan sosial, serta ide-ide

masyarakat dan bangsa.

2. Alat untuk mengadakan perubahan, inovasi dan perkembangan yang

secara garis besarnya melalui pengetahuan dan skill yang baru

ditemukan, dan melatih tenaga-tenaga manusia yang produktif untuk

menemukan perimbangan perubahan sosial dan ekonomi.70

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Ada beberapa penelitian sejenis yang pernah dilakukan sebelumnya,

namun dalam hal ini tentu pasti ada perbedaannya. Penelitian yang pernah

dilakukan sebelumnya baik dalam jurnal maupun skripsi, tesis, dan disertasi

sangat penting diungkapkan karena dapat dipakai sebagai sumber informasi

dan bahan acuan yang sangat berguna bagi penulis. Penelitian terdahulu

mengenai konsep khalifah diantaranya sebagai berikut :

Dalam skripsi Hilwah Fakultas Tarbiyah UIN Syarif Hidayatullah, yang

berjudul : ―Éksistensi manusia sebagai khalifah dan implikasinya terhadap

taklif syari‘ah‖. Skripsi ini membahas tentang rumusan eksistensi manusia

sebagai khalifah, serta impikasinya terhadapat taklif syari‘ah. Persamaan dari

penelitian ini adalah sama meneliti eksistensi manusia sebagai khalifah.

Perbedaan dari skripsi ini adalah skripsi ini ditekankan pada eksistensi

manusia sebagai khalifah yang diberikannya hukum taklifi. Sedangkan

69 Soleha dan Rada, op. cit., h. 45-46.

70 Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, op. cit., h. 69.

Page 52: KONSEP KHALIFAH MENURUT M. QURAISH SHIHAB DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24794/1... · Quraish Shihab tentang konsep khalifah. Adapun metode yang digunakan

39

penelitian ini difokuskan pada konsep manusia sebagai khalifah yang

dikaitkan dengan pendidikan Islam.71

Skripsi lain yang juga terkait dengan konsep khalifatullah dan

implikasinya dalam pendidikan Islam adalah Muhammad Safinun Naja yang

skripsinya itu berjudul : ―Konsep Khalifatullah dalam Persepktif M. Quraish

Shihab Sebagai Kepemimpinan Pengembangan Pendidikan Islam‖. Dalam

skripsinya ini mempunyai persamaan dengan penelitian yang penulis teliti,

yaitu sama-sama meneliti bagaimana konsep khalifatullah menurut M.

Quraish Shihab. Sedangkan perbedaannya yaitu, skripsi ini lebih menjurus

bagaiman konsep khalifatullah itu dikaitkan dengan krisisnya kepemimpinan

dalam lembaga-lembaga pendidikan Islam, kepemimpinan yang bisa

disesuaikan dengan konsep khalifatullah menurut M. Quraish Shihab.

Sedangkan penelitian ini lebih dikaitkan dengan implikasinya konsep

khalifatullah terhadap pendidikan Islam, yang dilihat dari kurikulum

pendidikannya.72

Skripsi lain juga yang terkait dengan penelitian ini adalah skripsi karya

Badawi yang berjudul : ―Konsep Manusia dan Implikasinya Terhadap

Pendidikan Islam (Telaah Lafadz ―al-Insan‖ dalam Al-Qur‘an). Skripsi ini

membahas tentang konsep manusia yang diambil dari lafadz al-Insan dalam

Al-Qur‘an. Persamaan skripsi ini dengan penelitian ini yaitu tinjauan

permasalahan penciptaan manusia yang telah diberikan fitrah kepada Allah

berupa fitrah jasmani dan rohani untuk dimanfaatkan ke dalam pendidikan

Islam. Perbedaan skripsi ini adalah skripsi ini lebih ditekankan pada kata

manusia menurut lafadz al-Insan dan hubungannya dengan pendidikan Islam.

Serta implikasinya terhadap dasar pendidikan Islam, tujuan, dan materi atau

kurikulum pendidikan Islam. Sedangkan penelitian ini difokuskan pada

konsep khalifatullah menurut M. Quraish Shihab, di mana seorang khalifah

71 Hilwah, Eksistensi Manusia Sebagai Khalifah dan Implikasinya terhadap Taklif Syari‟ah,

(Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2003), tidak dipublikasikan.

72 Muhammad Safinun Naja, Konsep Khalifatullah dalam Perspektif M. Quraish Shihab

Sebagai Kepemimpinan Pengembangan Pendidikan Islam, (Malang: Universitas Islam Negeri

Malang, 2007), h. 114-116, tidak dipublikasikan.

Page 53: KONSEP KHALIFAH MENURUT M. QURAISH SHIHAB DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24794/1... · Quraish Shihab tentang konsep khalifah. Adapun metode yang digunakan

40

itu sebagai pengemban amanat di alam semesta, yaitu untuk menjaga dan

melestarikan bumi, dan juga diberikannya keistimewaan dibandingkan

dengan makhluk-makhluk Allah yang lain, yaitu dengan diberikannya akal.

Serta implikasinya terhadap pendidikan Islam, dasar-dasar pendidikan Islam,

dan fungsi serta tujuan pendidikan Islam.73

73 Badawi, Konsep Manusia dan Implikasinya terhadap Pendidikan Islam (Telaah Lafadz „al-

Insan” dalam Al-Qur‟an), (Semarang: Institut Agama Islam Negeri Walisongo, 2008), h. 85-86,

tidak dipublikasikan.

Page 54: KONSEP KHALIFAH MENURUT M. QURAISH SHIHAB DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24794/1... · Quraish Shihab tentang konsep khalifah. Adapun metode yang digunakan

41

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Fokus dan Waktu Penelitian

Fokus penelitian adalah pemusatan konsentrasi terhadap tujuan

penelitian yang sedang dilakukan. Spardley dalam Sanapiah Faisal (1988)

mengemukakan empat alternatif untuk menetapka fokus yaitu: 1) Menetapka

fokus pada permasalahan yang diasarnkan informan; 2) Menetapkan fokus

berdasarkan domain-domain tertentu; 3) Menetapkan fokus yang memiliki

nilai temuan untuk pengembangan iptek; 4) Menetapka fokus berdasarkan

permasalah yang terkait denga teori-teori yang telah ada. Penelitian ini

bersifat pengembangan, yaitu ingin melengkapi dan memperluas teori yang

telah ada.1

Sedangkan waktu penelitian berisi penjelasan kapan penelitian

dilakukan (semester, tahun pelajaran) dan lamanya penelitian dilakukan.

Dalam penelitian kualitatif tempat penelitian biasa disebut latar atau setting

penelitian. Latar berisi penjelasan secara rinci situasi sosial meliputi: lokasi,

tempat, aktivitas atau tokoh saat diteliti.2

Penelitian yang berjudul “Konsep Khalifatullah dan Implikasinya

terhadap Pendidikan Islam Menurut M. Quraish Shihab” ini dilaksanakan

dalam waktu beberapa bulan, yaitu pada awal bulan Januari 2013 yang

digunakan untuk tahap revisi proposal skripsi, kemudian dilanjut pada bulan

September 2013 sampai bulan Februari 2014 pengumpulan data yang

mengenai sumber-sumber tertulis yang diperoleh dari teks book yang ada di

perpustakaan, serta sumber lain yang mendukung penelitian, terutama yang

berkaitan dengan konsep khalifah, dan juga yang berkaitan dengan

pendidikan Islam dari beberapa sumber sebagai sumber primer. Dan tahap

1 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan; Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,

(Bandung: ALFABETA, 2010), Cet. XI, h. 288.

2 Pedoman Penulisan Skripsi (Jakarta: FITK UIN Syarif Hidayatullah, 2013), h. 61.

Page 55: KONSEP KHALIFAH MENURUT M. QURAISH SHIHAB DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24794/1... · Quraish Shihab tentang konsep khalifah. Adapun metode yang digunakan

42

akhir menyusun data dalam bentuk hasil penelitian (laporan) dari sumber-

sumber yang telah ditemukan.

Penelitian ini lebih difokuskan pada buku-buku karya M. Quraish

Shihab, khususnya dalam bukunya yang berjudul Membumikan Al-Qur’an;

Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat.

B. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif.

Menurut Nana Syaodih Sukmadinata, “Penelitian kualitatif adalah suatu

pendekatan penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan

menganalisis fenomena, peristiwa, aktifitas sosial, sikap, kepercayaan,

persepsi, pemikiran orang secara individual maupun kelompok.3

Dalam memperoleh data, fakta dan informasi yang akan

melengkapkan dan menjelaskan permasalahan dalam penulisan skripsi,

penulis menggunakan metode deskriptif yang didukung oleh data yang

diperoleh melalui penelitian kepustakaan (library research).

Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berupa data yang

dikumpulkan berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka. Dengan

demikian, laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk

memberi gambaran penyajian laporan tersebut. Data tersebut, berasal dari

naskan wawancara, catatan lapangan, foto, videotape, dokumen pribadi,

catatan atau memo, dan dokumen resmi lainnya.4

Mengenai penulisan skripsi ini, dalam membahas masalah-masalah

yang dikemukakan di atas, maka metode yang digunakan adalah library

research yaitu suatu metode yang menggunakan cara penelitian dengan

membaca literatur dan tulisan-tulisan yang ada kaitannya dengan maslah

yang sedang diteliti.

3 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2007), Cet. III, h. 60.

4 Basrowi & Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2008),

Cet. I, h. 28.

Page 56: KONSEP KHALIFAH MENURUT M. QURAISH SHIHAB DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24794/1... · Quraish Shihab tentang konsep khalifah. Adapun metode yang digunakan

43

C. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data

Prosedur pengumpulan data dan pengolahan data terdiri dari :

Pertama, mengumpulkan data penelitian. Dalam proses

pengumpulan data ini, penulis menggunakan teknik metode dokumentasi.

Pemeriksaan dokumentasi (studi dokumentasi), dilakukan dengan

meneliti bahan dokumentasi yang ada dan mempunyai relevansi dengan

tujuan penelitian.5

Dengan menggunakan studi dokumentasi, penelitian dapat

mengumpulkan data tertulis mengenai hal-hal yang berkaitan dengan

masalah yang berupa buku yang ada di perpustakaan dan juga di PSQ (Pusat

Studi al-Qur’an).

Untuk memperoleh data dan informasi yang berhubungan dengan

tujuan penelitian, maka sumber data yang digunakan adalah data primer dan

data sekunder. Sumber data primer penelitian ini adalah buku-buku

karangan Prof M. Quraish Shihab yang dijadikan objek studi.antara lain :

1) Mu’jizat Al-Qur’an Ditinjau dari Aspek Kebahasaan, Isyarat Ilmiah dan

Pemberitaan Gaib (Bandung: Mizan, 2001).

2) Membumikan Al-Qur’an; Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan

Masyarakat (Bandung: Mizan, 2009), Cet. III.

3) Tafsir Al-Misbah; Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, (Jakarta:

Lentera Hati, 2007), Vol. I, Cet. X.

4) Secercah Cahaya Ilahi; Hidup Bersama Al-Qur’an, (Bandung: Mizan,

2007), Cet. I.

5) Lentera Hati; Kisah dan Hikmah Kehidupan, (Bandung: Mizan, 1995),

Cet. IV.

Adapun sumber data sekunder penelitian ini meliputi buku

penunjang, catatan atau dokumen, jurnal, internet, majalah, dan bahan-bahan

yang dapat diambil sesuai dengan pokok bahasan.

5 Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008), h.

30.

Page 57: KONSEP KHALIFAH MENURUT M. QURAISH SHIHAB DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24794/1... · Quraish Shihab tentang konsep khalifah. Adapun metode yang digunakan

44

Kedua, data-data yang telah dikumpulkan kemudian digabungkan

dan dilakukan kajian mendalam terhadap data-data tersebut dengan

menyeleksi dan menganalisanya.

Ketiga, menuangkan hasil analisis data terhadap seluruh data yang

terseleksi dalam bentuk deskriptif.

Keempat, setelah data-data terkumpul kemudian diseleksi dan

selanjutnya disajikan, maka langkah yang terakhir adalah menarik

kesimpulan atau verifikasi.

D. Pemeriksaan atau Pengecekan Keabsahan Data

Pemeriksaan keabsahan data penelitian ini menggunakan teknik

Credibility dan transferability atau validitas desain menunjukkan tingkat

kejelasan fenomena hasil penelitian sesuai dengan kenyataan.

Menurut Sukmadinata, “validitas desain kualitatif menunjukkan

sejauh mana tingkat intrepetasi dan konsep-konsep yang diperoleh memiliki

makna yang sesuai antara partisipan dengan peneliti.”

Sedangkan menurut Millan dan Schumacher, “validitas desain

kualitatif adalah tingkat di mana interpretasi dan konsep memiliki makna

yang sama (mutual meanings) antara peneliti dan partisipan. Peneliti dan

partisipan sepakat tentang deskripsi dan komposisi sebuah kegiatan,

utamanya makna kegiatan tersebut.”

E. Analisis Data

Dalam menganalisis data, penulis menggunakan metode deskriptif

analisis, yaitu memaparkan masalah-masalah sebagaimana adanya, disertai

argumen-argumen. Penulis menggunakan analisis isi (Content Analysis)

ditujukan untuk menghmpun dan menganalisis dokumen-dokumen resmi,

dokumen yang validitas dan keabsahannya terjamin, baik dokumen

perundangan dan kebijakan maupun hasil-hasil penelitian. Analisis juga dapat

dilakukan terhadap buku-buku teks, baik yang bersifat teoritis maupun

empiris. Kegiatan analisis ditujukan untuk mengetahui makna, kedudukan

Page 58: KONSEP KHALIFAH MENURUT M. QURAISH SHIHAB DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24794/1... · Quraish Shihab tentang konsep khalifah. Adapun metode yang digunakan

45

dan hubungan antara berbagai konsep, kebijakan program, kegiatan, peristiwa

yang ada atau yang terjadi, untuk selanjutnya mengetaui manfaat, hasil atau

dampak dari hal-hal tersebut.6

Dan content analysis ini adalah metode yang sifatnya

mendreskripsikan, membahas dan mengkritik gagasan primer yang

selanjutnya dikonfromasikan dengan gagasan primer yang lain dalam upaya

studi perbandingan, hubungan dan pengembangan model. Untuk mendukung

dalam penjelasan melalui analisis isi, maka peneliti mengunakan kerangka

berpikir yang bersifat deduksi, yaitu pembahasan dengan cara menyajikan

kenyataan-kenyataan yang bersifat umum kemudian diambil kesimpulan

yang bersifat khusus. Dan juga kerangka berfikir yang bersifat induksi, yaitu

metode pengambilan keputusan yang diletakkan atas dasar-dasar khusus

kemudian digeneralisasikan kepada hal-hal yang bersifat umum.

6 Nana Syaodih Sukmadinata, op. cit., h. 81-82.

Page 59: KONSEP KHALIFAH MENURUT M. QURAISH SHIHAB DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24794/1... · Quraish Shihab tentang konsep khalifah. Adapun metode yang digunakan

46

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

1. Riwayat Hidup dan Karier M. Quraish Shihab

H. M. Quraish Shihab lahir tanggal 16 Februari 1944 di Rapang,

Sulawesi Selatan. Ayahnya bernama Abdurrahman Shihab adalah keturunan

Arab yang terpelajar, dan menjadi ulama sekaligus guru besar tafsir di IAIN

Alauddin, Ujung Pandang. Sebagai seorang yang berfikiran maju,

Abdurrahman percaya bahwa pendidikan adalah merupakan agen perubahan.

Sikap dan pandangannya yang demikian maju itu dapat dilihat dari latar

belakang pendidikannya, yaitu Jami’atul Khair. Dan Jami’atul Khair itu

adalah sebuah lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia. Murid-murid

yang belajar di lembaga ini diajari tentang gagasan-gagasan pembaruan

gerakan dan pemikiran Islam. Hal ini terjadi karena lembaga ini memiliki

hubungan yang erat dengan sumber-sumber pembaruan di Timur Tengah

seperti Hadramaut, Haramain dan Mesir. Banyak guru-guru didatangkan ke

lembaga tersebut, diantaranya Syaikh Ahmad Soorkati yang berasal dari

Sudan, Afrika.1

Quraish Shihab menyelesaikan sekolah dasarnya di kota Ujung

Pandang. Ia kemudian melanjutkan sekolah menengahnya di kota Malang

sambil belajar agama di Pesantren Dar al-Hadist al-Fiqhiyah. Pada tahun

1958, ketika berusia 14 tahun, ia berangkat ke Kairo, Mesir untuk

melanjutkan studi, dan diterima di kelas II Tsanawiyah Al-Azhar.

Selanjutnya pada tahun 1967, pada usia 23 tahun, ia berhasil

mengambil gelar Lc (Lince) atau setingkat dengan Sarjana Strata Satu, pada

Fakultas Ushuluddin Jurusan Tafsir dan Hadits Universitas al-Azhar Kairo,

dan kemudian melanjutkan studinya pada fakultas yang sama. Dua tahun

berikutnya, ia berhasil meraih gelar M.A (Master of Art) dalam spesialisasi

1 Abuddin Nata, Tokoh-Tokoh Pembaharuan Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: PT

RajaGrafindo Persada , 2005), h. 362.

Page 60: KONSEP KHALIFAH MENURUT M. QURAISH SHIHAB DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24794/1... · Quraish Shihab tentang konsep khalifah. Adapun metode yang digunakan

47

pada bidang Tafsir al-Qur’an, dengan tesis berjudul ”al-I‟jaz al-Tasyri Li al-

Qur‟an Al-Karim”. Pilihan untuk menulis tesis kemu’jizat al-Qur’an ini

bukanlah suatu kebetulan, tetapi didasarkan pada pengamatannya terhadap

realitas masyarakat muslim. Menurutnya, gagasan tentang kemu’jizatan al-

Qur’an di kalangan masyarakat muslim telah berkembang sedemikian rupa

sehingga sudah tidak jelas lagi, apa itu mu’jizat dan apa itu keistimewaan al-

Qur’an. Mu’jizat dan keistimewaan al-Qur’an menurut Quraish Shihab

merupakan dua hal yang berbeda, tetapi keduanya masih sering

dicampuradukkan bahkan oleh kalangan ahli tafsir sekalipun.2

Setelah menyelesaikan studinya dengan gelar M.A tersebut, untuk

sementara ia kembali ke Ujung Pandang. Dalam kurun waktu lebih sebelas

tahun (1969-1980) ia terjun ke berbagai aktivitas sambil menimba

pengalaman empirik, baik dalam bidang kegiatan akademik di IAIN

Alauddin maupun di berbagai institusi pemerintah setempat. Dalam masa

menimba pengalaman dan karier ini, ia terpilih sebagai Pembantu Rektor III

IAIN Ujung Pandang. Selain itu ia juga terlibat dalam pengembangan

pendidikan perguruan tinggi swasta wilayah Timur Indonesia dan diserahi

tugas sebagai koordinator wilayah, dan juga aktif di luar kampus seperti

Pembantu Pimpinan Kepolisian Indonesia Timur dalam bidang pembinaan

mental.3 Di tengah-tengah kesibukannya itu, ia juga aktif melakukan

kegiatan ilmiah yang berbasis kesarjanaannya.4

Selama masa karirnya sebagai dosen pada periode pertama di IAIN

Alauddin Ujung Pandang, Quraish Shihab telah melakukan beberapa

penelitian, antara lain penelitian tentang “Penerapan Kerukunan Hidup

Beragama di Indonesia Timur” (1975) dan “Masalah Wakaf Sulawesi

Selatan” (1978).5 Selama periode pertama tugasnya sebagai staf pengajar di

2 M. Quraish Shihab, Mu‟jizat Al-Qur‟an Ditinjau dari Aspek Kebahasaan, Isyarat Ilmiah dan

Pemberitaan Gaib, (Bandung: Mizan, 2001), h. 2.

3 M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur‟an; Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan

Masyarakat, (Bandung: Mizan, 1997), Cet. XV

4 Abuddin Nata, op. cit,. h. 363.

5 M. Quraish Shihab, op. cit,.

Page 61: KONSEP KHALIFAH MENURUT M. QURAISH SHIHAB DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24794/1... · Quraish Shihab tentang konsep khalifah. Adapun metode yang digunakan

48

IAIN Alauddin Ujung Pandang, Quraish Shihab belum menunjukkan

produktivitas yang tinggi dalam melahirkan karya tulis.

Pada tahun 1980, H.M. Quraish Shihab kembali ke Mesir untuk

melanjutkan studinya di Program Pascasarjana Fakultas Ushuluddin

Jurusan Tafsir Hadist, Universitas Al-Azhar. Pada 1982, dengan disertasi

berjudul Nazhm Al-Durar li Al-Biqa‟iy, Tahqiq wa Dirasah, dia berhasil

meraih gelar doktor dalam ilmu-ilmu Al-Qur’an dengan yudisium Summa

Cum Laude disertasi penghargaan tingkat I (Mumtaz ma‟a Martabat al-

Syaraf al-„Ula).6

Tahun 1984 adalah babak baru tahap kedua bagi H.M.Quraish

Shihab untuk melanjutkan kariernya. Untuk itu ia pindah tugas dari IAIN

Ujung Pandang ke Fakultas Ushuluddin di IAIN Jakarta. Di sini ia aktif

mengajar bidang Tafsir dan Ulum al-Qur’an di Program S1, S2 dan S3

sampai tahun 1998. Di samping melaksanakan tugas-tugas pokoknya

sebagai dosen, ia juga dipercaya menduduki jabatan sebagai Rektor IAIN

Jakarta pada tahun 1992-1998, setelah itu ia dipercaya menduduki jabatan

sebagai menteri Agama selama kurang lebih dua bulan di awal tahun 1998,

hingga kemudian diangkat sebagai Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa

Penuh Republik Indonesia untuk Negeri Republik Mesir merangkap

Negara Republik Djibouti berkedudukan di Kairo.

Semenjak kehadiran H.M. Quraish Shihab di Ibukota Jakarta telah

memberikan suasana baru dan disambut hangat oleh masyarakat. Hal ini

terbukti dengan adanya berbagai aktivitas yang dijalankannya di tengah-

tengah masyarakat. Di samping mengajar ia juga dipercaya untuk

menduduki sejumlah jabatan. Diantaranya adalah sebagai Ketua Majelis

Ulama Indonesia (MUI) Pusat (sejak 1984), anggota Lajnah Pentashih al-

Qur’an Departemen Agama (sejak 1989). Dia juga terlibat dalam beberapa

organisasi profesional; antara lain: Ilmu-ilmu Syari’ah; Pengurus

Konsorium Ilmu-ilmu Agama Departemen Pendidikan Asisten Ketua

6 Ibid.

Page 62: KONSEP KHALIFAH MENURUT M. QURAISH SHIHAB DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24794/1... · Quraish Shihab tentang konsep khalifah. Adapun metode yang digunakan

49

Umum Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI).7 Aktifitas

lainnya yang ia lakukan sebagai Dewan Redaksi Studi Islamika: Indonesia

Journal for Islamic Studies, Ulumul Qur‟an, Mimbar Ulama, dan Refleksi

Jurnal Kajian Agama dan Filsafat. Semua penerbitan ini berada di

Jakarta.8 Dan aktivitas utama sekarang adalah Dosen (Guru Besar)

Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta dan Direktur Pusat

Studi al-Qur’an (PSQ) Jakarta.9

Di samping kegiatan tersebut di atas, H.M. Quraish Shihab juga

dikenal sebagai penulis dan penceramah yang handal. Berdasar pada latar

belakang keilmuan yang kokoh yang ia tempuh melalui pendidikan formal

serta ditopang oleh kemampuannya menyampaikan pendapat dan gagasan

dengan bahasa yang sederhana, tetapi lugas, rasional dan kecenderungan

pemikiran yang moderat, ia tampil sebagai penceramah dan penulis yang

bisa diterima oleh semua lapisan masyarakat.

Dari latar belakang karir dan pendidikan seperti ini, nampak bahwa

hal inilah yang menjadikannya seseorang yang mempunyai kompetensi

yang cukup menonjol dan mendalam di bidang tafsir di Indonesia.

2. Karya-karya M. Quraish Shihab

Dalam aktivitas di bidang akademik dan non akademik, Quraish

Shihab juga sebagai penulis yang produktif yang banyak menulis di media

massa maupun menulis buku. Di harian Pelita, ia mengasuh rubrik “Tafsir

Al-Amanah”. Ia juga menjadi dewan redaksi majalah Ulumul Qur‟an dan

Mimbar Ulama.10

Quraish Shihab sebenarnya sudah mulai aktif menyajikan sejumlah

makalah pada berbagai diskusi dan seminar sejak tahun 1970-an, dan

keaktifannya itu semakin tinggi frekuensinya sepulangnya ia dari

7Ibid.

8 Saiful Amin Ghofur, Profil Para Mufassir Al-Qur‟an, (Yogyakarta: Pustaka Insan Madani,

2007), h. 368.

9 M. Quraish Shihab, Membumikan al-Qur‟an; Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan

Masyarakat, (Bandung: Mizan, 2009), Cet. III, h.8

10 Saiful Amin Ghofur, op. cit., h. 238.

Page 63: KONSEP KHALIFAH MENURUT M. QURAISH SHIHAB DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24794/1... · Quraish Shihab tentang konsep khalifah. Adapun metode yang digunakan

50

menyelesaikan studi doktornya di Universitas al-Azhar, Mesir, tahun 1982.

Namun demikian, pada awal tahun 1990-an tulisan-tulisannya

dipublikasikan dalam bentuk buku untuk menjadi bacaan yang khalayak

umum.

Dalam banyak karyanya, Quraish selalu merujuk pada ayat al-Qur’an

dalam mengatasi suatu persoalan yang dibahasnya. Hal ini tidaklah

mengherankan karena ia dikenal sebagai pakar tafsir al-Qur’an. Karya-

karyanya tidaklah terbatas pada bidang tafsir saja, oleh karena ia seorang

pakar tafsir al-Qur’an, secara tidak langsung, ia juga menguasai berbagai

disiplin ilmu-ilmu Islam lainnya. Dari karya-karyanya terlihat bahwa betapa

luas wawasannya dalam berbagai disiplin ilmu pengetahuan secara umum.

Tulisan-tulisannya tidak hanya ditemukan dalam bentuk buku yang

sudah beredar, tetapi juga tersebar di berbagai jurnal ilmiah dan media

massa. Quraish merupakan seorang pemikir muslim yang berhasil

mengkomunikasikan ide-idenya dengan khalayak pembaca. Banyak dari

karya-karyanya telah dicetak ulang, dan menjadi karya “best seller”. Ini

menunjukkan perhatian masyarakat terhadap karya-karyanya yang cukup

besar. Karyanya Membumikan al-Qur‟an: Fungsi Wahyu dalam Kehidupan

Masyarakat (Bandung: Mizan, 1992) telah mengalami cetak ulang

kedelapan belas sejak pertama diterbitkan tahun 1992 sampai 1998.

Demikian pula karyanya Lentera Hati: Kisah dan Hikmah Kehidupan

(Bandung: Mizan, 2000), Wawasan al-Qur‟an: Tafsir Maudhu‟i atas

Pelbagai Persoalan Umat (Bandung: Mizan, 1996), masing-masing telah

mengalami cetak ulang dua puluh kali (antara 1994-2000), dan tiga belas

kali (1996-2003). Howard M. Federspiel menggambarkan bahwa buku

pertama dari tiga karya Quraish di atas adalah “memberikan ikhtisar nilai-

nilai agama yang baru”, buku kedua “meletakkan dasar bagi kepercayaan

dan praktik Islam yang benar”, sementara buku ketiga memberikan wawasan

tentang “perilaku al-Qur’an”.11

Merujuk kepada ketiga karyanya itu, setting

11 Howard M. Federspiel, Kajian al-Qur‟an di Indonesia dari Mahmud Yunus Hingga Quraish

Shihab, Ter. Tajul Arifin, (Bandung: Mizan, 1996), h. 296-298.

Page 64: KONSEP KHALIFAH MENURUT M. QURAISH SHIHAB DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24794/1... · Quraish Shihab tentang konsep khalifah. Adapun metode yang digunakan

51

sosial karya Quraish mencakup atau untuk dikonsumsi masyarakat awam,

tetapi sebenarnya ia ditujukan kepada pembaca yang cukup terpelajar.12

Tidak hanya itu, karya-karya Quraish yang sudah diterbitkan dan

beredar di antaranya: Tafsir al-Manar; Keistimewaan dan Kelemahannya

(IAIN Alauddin Ujung Pandang, 1984), Pesona Al-Fatihah (Jakarta:

Untagma, 1986), Filsafat Hukum Islam (Jakarta: Departemen Agama, 1987),

Studi Kritis Tafsir al-Manar Karya Muhammad Abduh dan Rasyid Ridha

(Bandung: Pustaka Hidayah, 1994), Tafsir al-Qur‟an al-Karim: Tafsir

Surat-surat Pendek Berdasarkan Urutan Turunnya Wahyu (Bandung:

Pustaka Hidayah, 1997), Mukjizat al-Qur‟an Ditinjau dari Aspek

Kebahasaan, Isyarat Ilmiah dan Pemberitaan Gaib (Bandung: Mizan 1997),

Sahur Bersama Quraish Shihab di RCTI (Bandung: Mizan 1997),

Menyingkap Tabir Ilahi: Asma al-Husna dalam Perspektif al-Qur‟an

(Jakarta: Lentera, 1998), Haji Bersama M. Quraish Shihab: Panduan

Praktis Menuju Haji Mabrur (Bandung; Mizan, 1998), Yang Tersembunyi:

Jin, Iblis, Setan dan Malaikat dalam al-Qur‟an dan as-Sunnah serta

Wacana Pemikiran Ulama Masa Lalu dan Masa Kini (Jakarta: Lentera Hati,

1999), Untaian Permata buat Anakku: Pesan al-Qur‟an untuk Mempelai

(Bandung: al-Bayan, 1999), Sejarah dan Ulum al-Qur‟an (Jakarta: Pustaka

Firdaus, 1999), Fatwa-fatwa Seputar Ibadah Mahdah (Bandung: Mizan,

1999), Fatwa-fatwa Seputar Ibadah dan Mu‟amalah (Bandung: Mizan,

1999), Fatwa-fatwa Seputar Wawasan Agama (Bandung: Mizan, 1999),

Fatwa-fatwa Seputar al-Qur‟an dan Hadis (Bandung: Mizan, 1999), Fatwa-

fatwa Seputar Tafsir al-Qur‟an (Bandung: Mizan, 2001), Tafsir Al-Misbah:

Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur‟an (Jakarta: Lentera Hati 2000), dan

Perjalanan Menuju Keabadian: Kematian, Surga dan Ayart-ayat Tahlil

(Jakarta: Lentera Hati, 2001).13

12 Howard M. Federspiel, op. cit., h. 298.

13 Saiful Amin Ghofur, loc. cit.

Page 65: KONSEP KHALIFAH MENURUT M. QURAISH SHIHAB DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24794/1... · Quraish Shihab tentang konsep khalifah. Adapun metode yang digunakan

52

B. Pembahasan

1. Konsep Khalifah Menurut M. Quraish Shihab

a. Pengertian Khalifah

Dalam kajian peneliti, bahwa M. Quraish Shihab menemukan dalam

al-Qur’an kata khalifah yang terbagi dalam bentuk tunggal dan bentuk

plural. Dalam bentuk tunggal terulang dua kali dalam al-Qur’an, yaitu dalam

Al-Baqarah ayat 30 dan Shad ayat 26.

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat:

“Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.”

mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi

itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan

darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan

mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui

apa yang tidak kamu ketahui.” (QS. Al-Baqarah: 30)

Hai Daud, Sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah

(penguasa) di muka bumi, Maka berilah keputusan (perkara) di antara

manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia

akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang

sesat darin jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka

melupakan hari perhitungan.

Ada dua bentuk plural yang digunakan oleh al-Qur’an, yaitu :

1) Khalaif yang terulang sebanyak empat kali, yakni pada surah Al-An’am

ayat 165, Yunus ayat 14 dan ayat 73, dan Fathir ayat 39.

Page 66: KONSEP KHALIFAH MENURUT M. QURAISH SHIHAB DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24794/1... · Quraish Shihab tentang konsep khalifah. Adapun metode yang digunakan

53

“Dan Dia lah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi

dan Dia meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain)

beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya

kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu Amat cepat siksaan-Nya dan

Sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-

An’am: 165).

“Kemudian Kami jadikan kamu pengganti-pengganti (mereka) di

muka bumi sesudah mereka, supaya Kami memperhatikan bagaimana kamu

berbuat.” (QS. Yunus: 14).

“Lalu mereka mendustakan Nuh, Maka Kami selamatkan Dia dan

orang-orang yang bersamanya di dalam bahtera, dan Kami jadikan mereka

itu pemegang kekuasaan dan Kami tenggelamkan orang-orang yang

mendustakan ayat-ayat kami. Maka perhatikanlah bagaimana kesesudahan

orang-orang yang diberi peringatan itu.” (QS. Yunus: 73).

“Dia-lah yang menjadikan kamu khalifah-khalifah di muka bumi.

Barangsiapa yang kafir, Maka (akibat) kekafirannya menimpa dirinya

sendiri. dan kekafiran orang-orang yang kafir itu tidak lain hanyalah akan

menambah kemurkaan pada sisi Tuhannya dan kekafiran orang-orang yang

kafir itu tidak lain hanyalah akan menambah kerugian mereka belaka.”

(QS. Fathir: 39).

Page 67: KONSEP KHALIFAH MENURUT M. QURAISH SHIHAB DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24794/1... · Quraish Shihab tentang konsep khalifah. Adapun metode yang digunakan

54

2) Khulafa terulang sebanyak tiga kali pada surah-surah Al-A’raf (7) ayat

69 dan ayat 74, dan Al-Naml (27) ayat 62.14

“Apakah kamu (tidak percaya) dan heran bahwa datang kepadamu

peringatan dari Tuhanmu yang dibawa oleh seorang laki-laki di antaramu

untuk memberi peringatan kepadamu? dan ingatlah oleh kamu sekalian di

waktu Allah menjadikan kamu sebagai pengganti-pengganti (yang

berkuasa) sesudah lenyapnya kaum Nuh, dan Tuhan telah melebihkan

kekuatan tubuh dan perawakanmu (daripada kaum Nuh itu). Maka ingatlah

nikmat-nikmat Allah supaya kamu mendapat keberuntungan.” (QS. Al-

A’raf: 69).

“Dan ingatlah olehmu di waktu Tuhan menjadikam kamu pengganti-

pengganti (yang berkuasa) sesudah kaum 'Aad dan memberikan tempat

bagimu di bumi. kamu dirikan istana-istana di tanah-tanahnya yang datar

dan kamu pahat gunung-gunungnya untuk dijadikan rumah; Maka ingatlah

nikmat-nikmat Allah dan janganlah kamu merajalela di muka bumi

membuat kerusakan.” (QS. Al-A’raf: 74).

“Atau siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang dalam

kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya, dan yang menghilangkan

kesusahan dan yang menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah di bumi?

14 M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur‟an; Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan

Masyarakat, (Bandung: Mizan, 2009), Cet. III, h. 243.

Page 68: KONSEP KHALIFAH MENURUT M. QURAISH SHIHAB DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24794/1... · Quraish Shihab tentang konsep khalifah. Adapun metode yang digunakan

55

Apakah disamping Allah ada Tuhan (yang lain)? Amat sedikitlah kamu

mengingati (Nya).” (QS. An-Naml: 62)

M. Quraish Shihab menganalisis bahwa keseluruhan kata tersebut

berakar dari kata khulafa‟ yang pada mulanya berarti “di belakang”. Dari

sini, kata khalifah seringkali diartikan sebagai “pengganti” (karena yang

menggantikan selalu berada atau datang di belakang, sesudah yang

digantikannya).15

Dan dalam tafsirannya di tafsir Al-Misbah, M. Quraish Shihab

menjelaskan bahwa QS. Al-Baqarah ayat 30 itu merupakan kelompok ayat

yang dimulai dengan penyampaian keputusan Allah kepada para malaikat

tentang rencana-Nya menciptakan manusia di bumi. Di dalam dialog antara

Allah dengan malaikat, yaitu Sesungguhnya Aku akan menjadikan khalifah

di dunia, demikian itu merupakan penyampaian Allah swt. Penyampian ini

bisa jadi setelah proses penciptaan alam raya dan kesiapannya untuk dihuni

manusia pertama (Adam) dengan nyaman. Mendengar rencana tersebut para

malaikat bertanya tentang makna penciptaan tersebut. Mereka menduga

bahwa khalifah ini akan merusak dan menumpahkan darah. Dugaan itu

mungkin berdasarkan pengalaman mereka sebelum terciptanya manusia, di

mana ada makhluk yang berlaku demikian, atau bisa juga berdasar asumsi

bahwa karena yang akan ditugaskan menjadi khalifah bukan malaikat, maka

pasti makhluk itu berbeda dengan malaikat yang selalu bertasbih

menyucikan Allah SWT. Pertanyaan mereka itu juga bisa lahir dari

penamaan Allah terhadap makhluk yang dicipta itu dengan khalifah. Dan

kata khalifah pada mulanya berarti yang menggantikan atau yang datang

sesudah siapa yang datang sebelumnya. Akan tetapi atas dasar ini, ada yang

memahami kata khalifah di sini dalam arti yang menggantikan Allah dalam

menegakkan kehendak-Nya dan menerapkan ketetapan-ketetapan-Nya,

tetapi bukan karena Allah tidak mampu atau menjadikan manusia

berkedudukan sebagai Tuhan. Allah bermaksud dengan pengangkatan itu

untuk menguji manusia dan memberinya penghormatan. Namun ada juga

15

Ibid.

Page 69: KONSEP KHALIFAH MENURUT M. QURAISH SHIHAB DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24794/1... · Quraish Shihab tentang konsep khalifah. Adapun metode yang digunakan

56

yang memahami dalam arti yang menggantikan makhluk lain dalam

penghuni bumi ini.16

Betapapun, ayat 30 surat Al-Baqarah ini menunjukkan bahwa

kekhalifahan terdiri dari wewenang yang dianugerahkan Allah SWT.,

makhluk yang diserahi tugas, yakni Adam as. Dan anak cucunya, serta

wilayah tempat bertugas, yakni bumi yang terhampar ini.

Jika demikian, kekhalifahan mengharuskan makhluk yang diserahi

tugas itu melaksanakan tugasnya sesuai dengan petunjuk Allah yang

memberinya tugas dan wewenang. Kebijaksanaan yang tidak sesuai dengan

kehendak-Nya adalah pelanggaran terhadap makna dan tugas kekhalifahan.17

Mengutip Al-Raghib Al-Isfahani, dalam Mufradat fi Gharib Al-

Qur‟an, M. Quraish Shihab menjelaskan bahwa menggantikan yang lain

berarti melaksanakan sesuatu atas nama yang digantikan, baik bersama yang

digantikannya maupun sesudahnya. Kekhalifahan tersebut dapat terlaksana

akibat ketiadaan di tempat, kematian, atau ketidakmampuan orang yang

digantikan, dan dapat juga akibat penghormatan yang diberikan kepada yang

menggantikan.

Tidak dapat disangkal oleh para mufasir bahwa perbedaan bentuk-

bentuk di atas (khalifah, khalaif, khulafa‟) masing-masing mempunyai

konteks makna tersendiri, yang sedikit atau banyak berbeda dengan yang

lain.

Sedangkan merujuk kepada al-Qur’an untuk mengetahui kandungan

makna kata khalifah (karena ayat al-Qur’an berfungsi pula sebagai penjelas

terhadap ayat-ayat lainnya), maka dari kata khalifah yang hanya terulang

dua kali serta konteks-konteks pembicaraannya, M. Quraish Shihab menarik

beberapa kesimpulan makna, khususnya dengan memperhatikan ayat-ayat

surah Shad yang menguraikan sebagian dari sejarah kehidupan Nabi Daud.18

16 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah; Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur‟an, (Jakarta:

Lentera Hati, 2007), Vol. I, Cet. X, h. 140.

17 M. Quraish Shihab, loc cit.

18 M. Quraish Shihab, op. cit., h. 244.

Page 70: KONSEP KHALIFAH MENURUT M. QURAISH SHIHAB DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24794/1... · Quraish Shihab tentang konsep khalifah. Adapun metode yang digunakan

57

Dari surah Shad tersebut, kekhalifahan yang dianugerahkan kepada

Daud a.s. bertalian dengan kekuasaan mengelola wilayah tertentu. Hal ini

diperolehnya berkat anugerah Allah yang mengajarkan kepadanya al-hikmah

dan ilmu pengetahuan. Makna “pengelolaan wilayah tertentu” berkaitan

dengan kekuasaan politik, dipahami pula pada ayat-ayat yang menggunakan

bentuk khulafa‟. Hal ini, berbeda dengan kata khala‟if, yang tidak

mengesankan adanya kekuasaan semacam itu, sehingga akhirnya kita dapat

berkata bahwa sejumlah orang yang tidak memiliki kekuasaan politik

dinamai oleh al-Qur’an dengan khala‟if tanpa menggunakan bentuk mufrad

(tunggal). Tidak digunakannya bentuk mufrad untuk makna tersebut

agaknya mengisyaratkan bahwa kekhalifahan yang diemban oleh setiap

orang tidak dapat terlaksana tanpa bantuan orang lain, berbeda dengan

khalifah yang bermakna penguasa dalam bidang politik itu. Hal ini dapat

mewujud dalam diri pribadi seseorang atau diwujudkannya dalam bentuk

otoriter atau diktator.19

Apabila kembali merujuk kepada surah Al-Baqarah ayat 30, yang

menggunakan kata khalifah untuk Adam a.s., maka ditemukan persamaan-

persamaan dalam redaksi maupun dalam makna dan konteks uraian.

Sehingga dalam analisisnya M. Quraish Shihab mengambil

kesimpulan, yaitu :

1) Kata khalifah digunakan oleh al-Qur’an untuk siapa yang diberi

kekuasaan mengelola wilayah, baik luas maupun terbatas. Dalam hal ini,

Daud (947-1000 S.M.) mengelola wilayah Palestina. Sedangkan Adam

secara potensial atau aktual diberi tugas mengelola bumi keseluruhannya

pada awal masa sejarah kemanusiaan.

2) Bahwa seorang khalifah berpotensi, bahkan secara aktual, dapat

melakukan kekeliruan dan kesalahan akibat mengikuti hawa nafsu.

Karena itu baik Adam maupun Daud diberi peringatan agar tidak

mengikuti hawa nafsu.20

19Ibid, h. 244-245.

20 M. Quraish Shihab, loc. cit.

Page 71: KONSEP KHALIFAH MENURUT M. QURAISH SHIHAB DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24794/1... · Quraish Shihab tentang konsep khalifah. Adapun metode yang digunakan

58

Jadi dari penjelasan di atas, terlihatlah bahwasannya di dalam QS.

Al-Baqarah ayat 30 dan QS. Shad ayat 26, terdapat perbedaan di dalam

kedua surat tersebut. Di dalam QS. Al-Baqarah, Allah menggunakan kata

“Aku” dalam merencanakan adanya khalifah/pemimpin di muka bumi, yang

di mana berarti hanya Allah saja yang berperan dalam pengangkatan

khalifah tersebut. Sedangkan di dalam QS. Shad ayat 26, dijelaskan

bahwasannya Allah menggunakan kata “Kami” ketika mengangkat seorang

khalifah/pemimpin, maka hal itu menunjukkan bahwa ada keterlibatan peran

makhluk selain Allah sendiri. Sehingga ketika Nabi Daud diangkat menjadi

pemimpin maka ketika itu, Allah dan manusia di lingkungan Nabi Daud

telah mengangkat Nabi Daud sebagai pemimpin buat umat/rakyatnya.

b. Makna Kekhalifahan Manusia di Bumi

Mengutip Muhammad Baqir Al-Shadr, dalam bukunya, Al-Sunan Al-

Tarikhiyah fi al-Qur‟an, M. Quraish Shihab mengemukakan bahwa

kekhalifahan mempunyai tiga unsur yang saling terkait. Kemudian,

ditambahkannya unsur keempat yang berada di luar, namun amat

menentukan arti kekhalifahan dalam pandangan al-Qur’an. Ketiga unsur

pertama adalah :

1) Manusia, yang dalam hal ini dinamai khalifah

2) Alam Raya, yang ditunjuk oleh ayat Al-Baqarah sebagai ardh

3) Hubungan antara manusia dan alam dan segala isinya, termasuk dengan

manusia.

Sedangkan unsur keempat yang berada di luar adalah yang memberi

penugasan, yakni Allah SWT. Dia lah yang memberi penugasan itu dan

dengan demikian yang ditugasi harus memperhatikan kehendak yang

menugasinya.21

M. Quraish Shihab membandingkan bahwa pengangkatan Adam

sebagai khalifah dijelaskan oleh Allah dalam bentuk tunggal inni

(sesungguhnya Aku) dan dengan kata ja‟il yang berarti akan mengangkat.

21 M. Quraish Shihab, op. cit., h. 246.

Page 72: KONSEP KHALIFAH MENURUT M. QURAISH SHIHAB DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24794/1... · Quraish Shihab tentang konsep khalifah. Adapun metode yang digunakan

59

Sedangkan pengangkatan Daud dijelaskan dengan menggunakan kata inna

(Sesungguhnya Kami) dan dengan bentuk kata kerja masa lampau ja‟alnaka

(Kami telah menjadikan kamu).

Dalam analisisnya, M. Quraish Shihab menyatakan bahwa

penggunaan bentuk plural untuk menunjuk kepada Allah mengandung

makna keterlibatan pihak lain bersama Allah dalam pekerjaan yang

ditunjuk-Nya, maka ini berarti bahwa dalam pengangkatan Daud sebagai

khalifah dapat keterlibatan pihak lain selain Allah, yakni masyarakat

(pengikut-pengikutnya). Adapun Adam, pengangkatannya dilukiskan dalam

bentuk tunggal, bukan saja disebabkan ketika itu kekhalifahan yang

dimaksud baru berupa rencana (Aku akan mengangkat), tetapi juga karena

ketika peristiwa ini terjadi tidak ada pihak lain bersama Allah yang terlibat

dalam pengangkatan tersebut.

Dapat disimpulkan bahwa Daud (dan semua khalifah) yang terlibat

dalam dengan masyarakat dalam pengangkatannya, dituntut untuk

memperhatikan kehendak masyarakat tersebut, karena mereka itu termasuk

pula sebagai mustakhlif. Sehingga tidak dikhawatirkan adanya perlakuan

sewenang-wenang dari khalifah yang diangkat Tuhan itu, selama ia benar-

benar menyadari arti kekhalifahannya. Karena, Tuhan sendiri

memerintahkan kepada para khalifah-Nya untuk selalu bermusyawarah serta

berlaku adil.22

Hubungan antara manusia dan alam atau hubungan manusia dengan

sesamanya, bukan merupakan hubungan antara Penakluk dan yang

ditaklukan, atau antara tuan dan hamba, tetapi hubungan kebersamaan

manusia mampu mengelola (menguasai), hal tersebut bukan akibat kekuatan

yang dimilikinya, tetapi akibat Tuhan menundukannya untuk manusia. Ini

tergambar antara lain dalam firman-Nya, pada Surah Ibrahim ayat 32 dan

Az-Zukhruf ayat 13.

Demikian itu, sehingga kekhalifahan menuntut adanya interaksi

antara manusia dan sesamanya dengan manusia dan alam sesuai dengan

22Ibid., h. 247.

Page 73: KONSEP KHALIFAH MENURUT M. QURAISH SHIHAB DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24794/1... · Quraish Shihab tentang konsep khalifah. Adapun metode yang digunakan

60

petunjuk-petunjuk Ilahi yang tertera dalam wahyu-wahyu-Nya. Semua itu

harus ditemukan kandungannya oleh manusia sambil memperhatikan

perkembangan dan situasi lingkungannya.

Dalam ayat 32 Surah Az-Zukhruf ditegaskan bahwa :

Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kami telah

menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia,

dan Kami telah meninggikan sebahagian mereka atas sebagian yang lain

beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian

yang lain. dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka

kumpulkan.23

M. Quraish Shihab memahami arti Sukhriya sebagai menundukkan.

Tetapi, hubungan satu sama lain adalah hubungan al-Taskhir, dalam arti

semua dalam kedudukan yang sama dan yang membedakan mereka

hanyalah partisipasi dan kemampuan masing-masing. Adalah logis apabila

yang “kuat” lebih mampu memperoleh bagian yang melebihi perolehan yang

lemah. Sehingga keistimewaan tidak dimonopoli oleh suatu lapisan atau

bahwa ada lapisan masyarakat yang ditundukkan oleh lapisan yang lain.

Karena, jika demikian maknanya, maka ayat tersebut di atas tidak akan

menyatakan agar mereka dapat saling mempergunakan.

Inilah prinsip pokok yang merupakan landasan interaksi antar-

sesama manusia dan keharmonisan hubungan itu pula-lah yang menjadi

tujuan dari segala etika agama. Keharmonisan hubungan inilah yang

menghasilkan etika itsar, sehingga etika agama tidak mengenal prinsip

“Ánda boleh melakukan apa saja selama tidak melanggar hak orang lain”,

tetapi memperkenalkan “Mereka mendahulukan pihak lain atas diri mereka

walaupun mereka sendiri dalam kebutuhan”.

23Ibid., h. 248.

Page 74: KONSEP KHALIFAH MENURUT M. QURAISH SHIHAB DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24794/1... · Quraish Shihab tentang konsep khalifah. Adapun metode yang digunakan

61

Di atas juga telah dikemukakan bahwa hanya kemampuan (kekuatan)

yang dapat membedakan seseorang dari yang lain, dan dari keistimewaan

inilah segala sifat terpuji dapat lahir.24

Kesabaran dan ketabahan merupakan etika atau sikap terpuji, karena

ia adalah kekuatan, yaitu kekuatan seseorang dalam menanggung beban atau

menahan gejolak keinginan negatif. Keberanian merupakan kekuatan karena

pemiliknya mampu melawan dan menundukkan kejahatan. Dan kasih

sayang dan uluran tangan adalah juga kekuatan; bukankah ia ditunjukkan

kepada orang-orang yang membutuhkan dan lemah.

Dalam hubungan manusia dengan alam raya, M. Quraish Shihab

menyatakan bahwa semakin kokoh hubungan manusia dengan alam raya dan

semakin dalam pengenalannya terhadapnya, akan semakin banyak yang

dapat diperolehnya melalui alam itu. Namun, bila hubungan itu sampai di

situ, pastilah hasil lain yang dicapai hanyalah penderitaan dan penindasan

manusia atas manusia. Inilah antara lain kandungan pesan Tuhan yang

diletakkan dalam rangkaian wahyu pertama.

Sebaliknya, semakin baik interaksi manusia dengan manusia, dan

interaksi manusia dengan Tuhan, serta interaksinya dengan alam, pasti akan

semakin banyak yang dapat dimanfaatkan dari alam raya ini. Karena, ketika

itu mereka semua akan saling membantu dan bekerja sama dan Tuhan di

atas mereka akan merestui. Hal ini terungkap antara lain melalui Surah Al-

Jin ayat 16 :

ان تقا و قة علىامو لواس ري قي الط هم ن لس ءغدقا

“Dan bahwasannya jikalau mereka tetap berjalan lurus di atas jalan

itu (agama Islam), benar-benar Kami akan memberi minum kepada mereka

air yang segar (rezeki yang banyak)”.

Demikian itu dua dari hukum-hukum kemasyarakatan

(kekhalifahan) dari sekian banyak hukum kemasyarakatan yang

24Ibid., h. 249.

Page 75: KONSEP KHALIFAH MENURUT M. QURAISH SHIHAB DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24794/1... · Quraish Shihab tentang konsep khalifah. Adapun metode yang digunakan

62

dikemukakan al-Qur’an sebagai petunjuk pelaksanaan fungsi kekhalifahan,

yang sekaligus menjadi etika pembangunan.

Keharmonisan hubungan melahirkan kemajuan dan perkembangan

masyarakat, demikian kandungan ayat di atas. Perkembangan inilah yang

merupakan arah yang dituju oleh masyarakat religius yang Islami.

Keharmonisan tidak mungkin tercipta kecuali jika dilandasi oleh rasa aman.

Karena itu pula, setiap aktivitas istikhlaf (pembangunan) baru dapat dinilai

sesuai dengan etika agama apabila rasa aman dan sejahtera menghiasi setiap

anggota masyarakat. Dengan kata lain, pembangunan yang dihiasi oleh etika

agama adalah “yang mengantar manusia menjadi lebih bebas dari

penderitaan dan rasa takut”.25

Kalau hal ini dikaitkan dengan kisah kejadian manusia, maka dapat

pula dikaitkan bahwa keberhasilan pembangunan dalam pandangan agama

adalah pada saat manusia berhasil mewujudkan bayang-bayang surga di

persada bumi ini.

Arah yang dituju oleh istikhlaf adalah kebebasan manusia dari rasa

takut, baik dalam kehidupan dunia atau yang berkaitan dengan persoalan

sandang, pangan dan papan, maupun ketakutan-ketakutan lainnya yang

berkaitan dengan masa depannya yang dekat atau yang jauh di akhirat kelak.

Ayat-ayat yang berbicara tentang la khawf „alayhim wa la hum yahzanun

tidak harus selalu dikaitkan dengan ketakutan dan kesedihan di akhirat,

tetapi dapat pula mencakup ketakutan dan kesedihan dalam kehidupan dunia

ini.

Mengutip Prof. Mubyarto, M. Quraish Shihab mengemukakan lima

hal pokok untuk mencapai hal tersebut :

1) Kebutuhan dasar setiap masyarakat harus terpenuhi dan ia harus bebas

dari ancaman dan bahan pemerkosaan.

2) Manusia terjamin dalam mencari nafkah, tanpa harus keterlaluan

menghabiskan tenaganya.

25Ibid., h. 250-251.

Page 76: KONSEP KHALIFAH MENURUT M. QURAISH SHIHAB DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24794/1... · Quraish Shihab tentang konsep khalifah. Adapun metode yang digunakan

63

3) Manusia bebas untuk memilih bagaimana mewujudkan hidupnya sesuai

dengan cita-citanya.

4) Ada kemungkinan untuk mengembangkan bakat-bakat dan

kemampuannya.

5) Partisipasi dalam kehidupan sosial politik, sehingga seseorang tidak

semata-mata menjadi objek penentu orang lain.

Dari lima unsur yang telah dijelaskan di atas, unsur keempat

sekaligus unsur ekstern, yang menurut M. Quraish shihab digambarkan oleh

Al-Qur’an dalam dua bentuk :

1) Penganugerahan dari Allah (Inni jail fi al-ardh khalifah)

2) Penawaran dari-Nya yang disambut dengan penerimaan dari manusia,

sebagaimana yang tergambar dalam surat Al-Ahzab ayat 72 :

Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit,

bumi dan gunung-gunung, Maka semuanya enggan untuk memikul amanat

itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu

oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh.

M. Quraish Shihab menafsirkan kecaman di atas itu untuk sebagian

manusia. Sehingga beliau menyimpulkan bahwa dalam tugas kekhalifahan

ada yang berhasil dengan baik dan ada pula yang gagal. Kesimpulan ini

diperkuat pula oleh isyarat yang tersirat dari jawaban Allah atas pertanyaan

malaikat: Apakah engkau akan menjadikan di sana (bumi) siapa yang

merusak dan menumpahkan darah sedang kami bertasbih dan memuji

Engkau? Tuhan berfirman (menjawab): “Aku tahu apa yang kalian tidak

ketahui”. (QS. Al-Baqarah: 30).

Oleh karena itu, bila manusia sebagai khalifah menyadari arti

kekhalifahannya sebagai yang ditugasi oleh Allah swt, maka tidak perlu

adanya kekhawatiran terhadap perlakuan sewenang-wenang dari khalifah

Page 77: KONSEP KHALIFAH MENURUT M. QURAISH SHIHAB DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24794/1... · Quraish Shihab tentang konsep khalifah. Adapun metode yang digunakan

64

yang diangkat Tuhan itu. Karena, Tuhan sendiri memerintahkan kepada para

khalifah-Nya untuk selalu bermusyawarah serta berlaku adil.

Selain itu, kedudukan manusia sebagai khalifah dituntut untuk

mempertanggungjawabkan segala aktifitasnya kepada yang digantikan, yang

diwakili dan yang memberikan mandataris, dalam hal ini Allah SWT.

Karena itu manusia sepanjang hidupnya harus mengimplementasikan dirinya

sebagai makhluk yang bertugas menciptakan bumi sesuai dengan keinginan

Allah.

Dan manusia yang dipilih sebagai khalifah, karena kelebihan yang

dianugerahkan Allah kepada manusia yaitu berupa ilmu pengetahuan, yang

mana Allah tidak memberikan kepada makhluk Allah yang lain termasuk

malaikat. Karena dengan ilmu ini manusia mampu menjalankan fungsi dan

perannya sebagai pengelola bumi.

Sehingga, kedudukan khalifah yang melekat otomatis kepada

manusia membuat semua manusia mendapat predikat yang sama sebagai

khalifah. Namun hanya kualifikasinya saja yang berbeda. Dan yang dalam

hal kedudukan ini pula yang menjadi modal awal (potensi) manusia dalam

kepemimpinan.

c. Karakteristik Khalifah Menurut M. Quraish Shihab

M. Quraish Shihab memetakan karakteristik khalifatullah dengan

menganalisis tafsir milik Al-Tabrasi yang dikemukakan di dalamnya bahwa

kata Imam mempunyai makna yang sama dengan khalifah. Hanya saja, kata

Imam digunakan untuk keteladanan, karena ia terambil dari kata yang

mengandung arti “depan” yang berbeda dengan khalifah yang terambil dari

kata “belakang”.26

Ini berarti bahwa kita dapat memperoleh informasi tentang sifat-sifat

terpuji dari seorang khalifah dengan menelusuri ayat-ayat yang

menggunakan kata Imam. Dalam al-Qur’an kata Imam terulang sebanyak

tujuh kali dengan makna yang berbeda-beda. Namun, kesemuanya bertumpu

26Ibid., h. 254.

Page 78: KONSEP KHALIFAH MENURUT M. QURAISH SHIHAB DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24794/1... · Quraish Shihab tentang konsep khalifah. Adapun metode yang digunakan

65

pada arti “sesuatu yang dituju dan atau diteladani”. Di antara kata imam

tersebut yang paling tepat adalah : Pemimpin dalam kebajikan, yaitu pada

Surah Al-Baqarah ayat 124 dan Surah Al-Furqan ayat 74.

Surah Al-Baqarah ayat 124 yang berbunyi :

Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa

kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Allah

berfirman: "Sesungguhnya aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh

manusia". Ibrahim berkata: "(Dan saya mohon juga) dari keturunanku".

Allah berfirman: "Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang yang zalim".

Dan Surah Al-Furqan ayat 74, yang berbunyi :

Dan orang orang yang berkata: "Ya Tuhan Kami, anugrahkanlah

kepada Kami isteri-isteri Kami dan keturunan Kami sebagai penyenang hati

(Kami), dan Jadikanlah Kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.

Pada ayat tersebut, Nabi Ibrahim a.s. dijanjikan Allah untuk

dijadikan Imam (Inni Ja‟iluka li al-nas Imama), dan ketika beliau bermohon

agar kehormatan ini diperoleh pula oleh anak cucunya, Allah SWT

menggarisbawahi suatu syarat, yaitu la yanalu „ahdiya al-zhalimin (Janji-Ku

ini tidak diperoleh oleh orang-orang yang berlaku aniaya).27

Keadilan adalah lawan dari penganiayaan. Dengan demikian, dari

ayat di atas dapat ditarik satu sifat, yaitu sifat adil, baik terhadap diri,

keluarga, manusia dan lingkungan, maupun terhadap Allah.

Karakter yang perlu dibangun juga terdapat dalam Surah Shaad ayat

22 dan ayat 26 yang merupakan “penganiayaan” yang dilakukan oleh Daud

kepada dua orang yang bertikai dan meminta putusan.

27Ibid.

Page 79: KONSEP KHALIFAH MENURUT M. QURAISH SHIHAB DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24794/1... · Quraish Shihab tentang konsep khalifah. Adapun metode yang digunakan

66

Ketika mereka masuk (menemui) Daud lalu ia terkejut karena

kedatangan) mereka. mereka berkata: "Janganlah kamu merasa takut;

(Kami) adalah dua orang yang berperkara yang salah seorang dari Kami

berbuat zalim kepada yang lain; Maka berilah keputusan antara Kami

dengan adil dan janganlah kamu menyimpang dari kebenaran dan

tunjukilah Kami ke jalan yang lurus. (QS. Shaad : 22)

Hai Daud, Sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah

(penguasa) di muka bumi, Maka berilah keputusan (perkara) di antara

manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia

akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang

sesat darin jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka

melupakan hari perhitungan. (QS. Shaad : 26).

Memberi keputusan yang adil saja dan tidak mengikuti hawa nafsu,

belum memadai bagi seorang khalifah. Tetapi, ia harus mampu pula untuk

merealisasikan kandungan permintaan kedua kedua orang yang berselisih

itu, yakni Wa ihdina ila sawa‟ al-shirath.

M. Quraish Shihab memahami penggalan ayat ini, dalam kaitannya

dengan sifat-sifat terpuji seorang khalifah, baru akan menjadi jelas bila

dikaitkan dengan ayat-ayat yang berbicara tentang Imam/aimmah, dalam

kaitannya dengan pemimpin-pemimpin yang menjadi teladan dalam

kebaikan.

Kata aimmah yang terdapat dalam Surat Al-Anbiya’ ayat 73 dan

Surat Al-Sajdah ayat 24.

Page 80: KONSEP KHALIFAH MENURUT M. QURAISH SHIHAB DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24794/1... · Quraish Shihab tentang konsep khalifah. Adapun metode yang digunakan

67

“Kami telah menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin

yang memberi petunjuk dengan perintah Kami dan telah Kami wahyukan

kepada, mereka mengerjakan kebajikan, mendirikan sembahyang,

menunaikan zakat, dan hanya kepada kamilah mereka selalu menyembah.”

(QS. Al-Anbiya’: 73).

“Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang

memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar. dan adalah

mereka meyakini ayat-ayat kami.” (QS. As-Sajdah: 24).

Ada lima sifat pemimpin terpuji yang diinformasikan oleh gabungan

kedua ayat tersebut, yaitu :

1) Yahduna bi amrina, mengantar (masyarakatnya) ketujuan yang sesuai

dengan petunjuk Kami (Allah).

2) Wa awhayna ilayhim fi‟la al-khayrat, (telah membudaya pada diri

mereka kebajikan).

3) „Abidin (termasuk Iqam Al-Shalat dan Ita‟ Al-Zakat)

4) Yuqinun, (penuh keyakinan).

5) Shabaru (kesabaran dan ketabahan), Kami jadikan mereka pemimpin-

pemimpin ketika mereka tabah/sabar.28

Dari kelima sifat tersebutlah al-shabr (ketekunan dan ketabahan),

dijadikan Tuhan sebagai konsideran pengangkatan Wa ja‟alnahum aimmat

lamma shabaru. Seakan-akan inilah sifat yang amat pokok bagi seorang

khalifah, sedangkan sifat-sifat lainnya menggambarkan sifat mental yang

melekat pada diri mereka dan sifat-sifat yang mereka peragakan dalam

kenyataan.

28 M. Quraish Shihab, Secercah Cahaya Ilahi; Hidup Bersama Al-Qur‟an, (Bandung: Mizan,

2007), Cet. I, h. 69.

Page 81: KONSEP KHALIFAH MENURUT M. QURAISH SHIHAB DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24794/1... · Quraish Shihab tentang konsep khalifah. Adapun metode yang digunakan

68

Di atas telah dijanjikan Allah untuk membicarakan arti wa ihdina ila

sawa al-shirath (QS 38:22), yang merupakan salah satu sikap yang dituntut

dari seorang khalifah, setelah memperhatikan kandungan ayat-ayat yang

berbicara tentang a'immat. Dalam surah Shad tersebut, redaksinya berbunyi

Wa ihdina ila, sedang dalam ayat-ayat yang berbicara tentang a'immat yang

dikutip di atas, redaksinya berbunyi Yahduna bi amrina. Salah satu

perbedaan pokoknya adalah pada kata yahdi. Yang pertama menggunakan

huruf ila, sedang yang kedua tanpa ila. Al-Raghib Al-Isfahani menjelaskan

bahwa kata hidayat apabila menggunakan ila, maka ia berarti sekadar

memberi petunjuk; sedang bila tanpa ila, maka maknanya lebih dalam lagi,

yakni "memberi petunjuk dan mengantar sekuat kemampuan menuju apa

yang dikehendaki oleh yang diberi petunjuk". Ini berarti bahwa seorang

khalifah minimal mampu menunjukkan jalan kebahagiaan kepada umatnya

dan yang lebih terpuji adalah mereka yang dapat mengantarkan umatnya ke

pintu gerbang kebahagiaan. Atau, dengan kata lain, seorang khalifah tidak

sekadar menunjukkan tetapi mampu pula memberi contoh sosialisasinya.

Hal ini mereka capai karena kebajikan telah mendarah daging dalam diri

mereka. Atau, dengan kata lain, mereka memiliki akhlak luhur sebagaimana

yang dapat dipahami dari sifat kedua yang disebutkan di atas, yakni Wa

awhayna ilayhim fi'la al-khayrat. 29

Dari uraian di atas, M. Quraish Shihab menyimpulkan bahwa

seorang khalifah yang ideal haruslah memiliki sifat-sifat luhur yang telah

membudaya pada dirinya. Yuqinun dan 'abidin merupakan dua sifat yang

berbeda. Yang pertama menggambarkan tingkat keimanan yang bersemi di

dalam dada mereka, sedangkan yang kedua menggambarkan keadaan nyata

mereka.30

29 M. Quraish Shihab, op. cit., h. 257.

30Ibid., h. 258.

Page 82: KONSEP KHALIFAH MENURUT M. QURAISH SHIHAB DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24794/1... · Quraish Shihab tentang konsep khalifah. Adapun metode yang digunakan

69

d. Tugas-tugas Khalifah Menurut M. Quraish Shihab

Tugas manusia adalah memelihara amanah yang Allah pikulkan

kepadanya, setelah langit, bumi dan gunung enggan memikul nya.

Sebagaimana yang terdapat dalam QS. Al-Ahzab ayat 72 :

Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit,

bumi dan gunung-gunung, Maka semuanya enggan untuk memikul amanat

itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu

oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu Amat zalim dan Amat bodoh.

Amanat Allah itu adalah berupa tanggung jawab memakmurkan

bumi dengan melaksanakan hukum Nya, dalam kehidupan manusia di bumi

ini.

Sebagaimana M. Quraish Shihab juga telah menjelaskan bahwa

seorang khalifah adalah siapa yang diberi kekuasaan mengelola suatu

wilayah, baik besar atau kecil. Cukup banyak ayat yang menggambarkan

tugas-tugas seorang khalifah. Namun, ada suatu ayat yang bersifat umum

dan dianggap dapat mewakili sebagian besar ayat lain yang berbicara

tentang hal di atas, yaitu :31

(yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di

muka bumi niscaya mereka mendirikan sembahyang, menunaikan zakat,

menyuruh berbuat ma'ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan

kepada Allah-lah kembali segala urusan. (QS. Al-Hajj: 41).

Mendirikan shalat merupakan gambaran dari hubungan yang baik

dengan Allah, sedangkan menunaikan zakat merupakan gambaran dari

keharmonisan hubungan dengan sesama manusia. Ma‟ruf adalah suatu

31 M. Quraish Shihab, op cit., h. 258.

Page 83: KONSEP KHALIFAH MENURUT M. QURAISH SHIHAB DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24794/1... · Quraish Shihab tentang konsep khalifah. Adapun metode yang digunakan

70

istilah yang berkaitan dengan segala sesuatu yang dianggap baik oleh

agama, akal dan budaya, dan sebaliknya dari munkar.

Dari gabungan itu semua, seseorang diberi kedudukan oleh Allah

untuk mengelola suatu wilayah, ia berkewajiban untuk menciptakan suatu

masyarakat yang hubungannya dengan Allah baik, kehidupan

masyarakatnya harmonis, dan agama, akal dan budayanya terpelihara.32

Maka setidaknya ada beberapa perilaku positif yang harus dimiliki

seorang khalifah, yaitu tidak membuat kerusakan di muka bumi. Kerusakan

ini meliputi seluruh keburukan yang diperbuat oleh manusia, seperti

melakukan kerusakan terhadap lingkungannya (melakukan pembabatan

hutan secara illegal dan perbuatan buruk lainnya yang sejenis), atau

menjerumuskan diri sendiri dan orang lain ke dalam kubangan narkoba dan

pergaulan bebas. Seorang khalifah juga tidak akan menumpahkan darah

sesama manusia dengan sangat mudah. Ini juga memiliki pengertian

membunuh karakter saudara kita yang lain dengan melakukan fitnah dan

adu domba di antara sesama manusia. Dan tentunya seorang khalifah juga

mertupakan seorang manusia yang rajin beribadah kepada Allah SWT dan

selalu mengekalkan kebaikan di sepanjang hidupnya. Jika seorang khalifah

mampu bertindak seperti disebutkan di atas, kehidupan di bumi dapat

berlangsung penuh kebahagiaan dan kedamaian. Namun kenyataannya

manusia yang diberikan amanat tersebut, masih banyak melakukan

penyimpangan-penyimpangan, karena mereka lebih mengikuti hawa

nafsunya dibandingkan dengan tugas yang diamanatkan oleh Allah.

Sehingga dapat dikatakan, manusia yang berperan sebagai khalifah tersebut

masih belum bisa mempertanggung jawabkan amanat yang Allah berikan

kepada mereka.

2. Implikasi Konsep Khalifah terhadap Pendidikan Islam

Khalifah merupakan “pengganti”, yang dalam artian “yang

menggantikan atau yang datang sesudah siapa yang datang sebelumnya”.

32 Ibid., h. 258-259.

Page 84: KONSEP KHALIFAH MENURUT M. QURAISH SHIHAB DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24794/1... · Quraish Shihab tentang konsep khalifah. Adapun metode yang digunakan

71

Yang berfungsi sebagai pemegang amanah Allah untuk menggantikan Allah

dalam menegakkan kehendak-Nya dan menerapkan ketetapan-ketetapan-

Nya untuk mengelola bumi dengan segenap potensi yang diberikan oleh

Allah SWT.33

Dengan peranannya manusia sebagai khalifah itu, manusia

menerima amanah dari Allah SWT. sebagai pemakmur alam semesta. Untuk

itu, dalam pelaksanaan peran dan tugasnya, manusia dituntut untuk aktif,

kreatif, dan dinamis. Sehingga dapat dipahami bahwa dalam melaksanakan

amanah yang diberikan Allah SWT. manusia harus menggunakan akalnya

bagi kemaslahatan manusia itu sendiri serta makhluk Allah lainnya secara

serasi dan seimbang. Untuk merealisasikan tugas dan fungsinya itu, dapat

ditempuh manusia lewat pendidikan. Dengan media ini, diharapkan manusia

mampu mengembangkan akal yang diberikan Allah SWT. secara optimal,

bagi kepentingan seluruh alam semesta, baik untuk jangka pendek yaitu

untuk kehidupan manusia di dunia, maupun jangka panjang yaitu untuk

kehidupan ukhrawi.

Sehingga pendidikan yang ditawarkan harus mampu memberikan

dan membentuk pribadi manusia dengan acuan nilai-nilai Ilahiah. Dengan

penanaman ini, akan menjadi panduan baginya dalam melaksanakan amanah

Allah di muka bumi.34

Pendidikan itu adalah proses pengubahan sikap atau tata laku

seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia

melalui upaya pengajaran dan pelatihan, yang melibatkan jasmani dan

rohani menuju kesempurnaan dan kelengkapan arti kemanusiaan dengan arti

sesungguhnya.

Kemudian pendidikan Islam sendiri merupakan sebuah proses dalam

membentuk manusia-manusia muslim yang mampu mengembangkan

potensi yang dimilikinya untuk mewujudkan dan merealisasikan tugas dan

33 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah; Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur‟an, (Jakarta:

Lentera Hati, 2007), Vol. I, Cet. X, h. 140.

34 Samsul Nizar, Pengantar Dasar-dasar Pemikiran Pendidikan Islam, (Jakarta: Gaya Media

Pratama, 2001), h. 69-70.

Page 85: KONSEP KHALIFAH MENURUT M. QURAISH SHIHAB DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24794/1... · Quraish Shihab tentang konsep khalifah. Adapun metode yang digunakan

72

fungsinya sebagai khalifah Allah SWT, baik kepada Tuhannya, sesama

muslim, dan sesama makhluk lainnya.35

Selain itu, di dalam sebuah kekhalifahan mengharuskan empat sisi

yang saling berkaitan, yaitu :

1) Pemberi tugas, dalam hal ini Allah SWT

2) Penerima tugas, dalam hal ini manusia, perseorangan maupun

perkelompok

3) Tempat atau lingkungan, di mana manusia berada

4) Materi-materi penugasan yang harus mereka laksanakan.36

Tugas kekhalifahan tersebut tidak akan dinilai berhasil apabila

materi penugasan tidak dilaksanakan atau apabila kaitan antara penerima

tugas dengan lingkungannya tidak diperhatikan. Khusus menyangkut kaitan

antara penerima tugas dan lingkungannya, harus digarisbawahi bahwa corak

hubungan tersebut dapat berbeda antara satu masyarakat dengan masyarakat

lain. Dan karena itu, penjabaran tugas kekhalifahan harus sejalan dan

diangkat dari dalam masyarakat itu masing-masing. Atas dasar ini,

disepakati oleh seluruh ahli pendidikan bahwa sistem serta tujuan

pendidikan bagi suatu masyarakat atau negara tidak dapat diimpor atau

diekspor dari atau ke suatu negara atau masyarakat. Ia harus timbul dari

dalam masyarakat itu sendiri. Ia adalah “pakaian” yang harus diukur dan

dijahit sesuai dengan bentuk dan ukuran pemakaiannya, berdasarkan

identitas, pandangan hidup, serta nilai-nilai yang yang terdapat dalam

masyarakat atau negara tersebut.37

Sehingga pendidikan itu yang harus diperhatikan adalah dalam

penyusunan rancangan program pendidikan yang dijabarkan dalam

kurikulum. Pengertian kurikulum adalah segala kegiatan dan pengalaman

pendidikan yang dirancang dan diselenggarakannya oleh lembaga

35 Armai Arief, Pengantar dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 2002),

Cet. I, h. 40-41.

36 M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur‟an; Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan

Masyarakat, (Bandung: Mizan, 2009), Cet. III, h. 269-270.

37Ibid., h. 270.

Page 86: KONSEP KHALIFAH MENURUT M. QURAISH SHIHAB DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24794/1... · Quraish Shihab tentang konsep khalifah. Adapun metode yang digunakan

73

pendidikan bagi peserta didiknya, baik di dalam maupun di luar sekolah

dengan maksud untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.

Berpedoman ruang lingkup pendidikan Islam yang ingin dicapai,

maka kurikulum pendidikan Islam itu berorientasi kepada tiga hal, yaitu:

1. Tercapainya tujuan hablum minallah (hubungan dengan Allah)

Pendidikan Islam berkepentingan untuk mengarahkan manusia (anak

didik) agar memiliki kesadaran ketuhanan dan kedekatan hubungan

dengan Tuhan – ranah afektif yang selama ini kurang mendapat

perhatian dalam pengajaran agama. Suatu hubungan yang akan berakhir

dengan kesadaran bahwa Allah lah satu-satunya referensi pokok dan

dasar dari segala yang ada, sumber nilai, sumber energy dan pusat

seluruh orientasi. Untuk bisa mencapai kesadaran ini, jelas pengajaran

agama yang hanya menekankan materi yang bersifat verbal, kognitif,

ritualistic dan terbatas di kelas tidak bisa dipertahankan. Kesadaran

ketuhanan sebagai buah dari praktek keberagaman mensyaratkan adanya

pengalaman, pengamalan, dan penghayatan akan ke dalam makna yang

secara terus menerus perlu dilatih dan dibiasakan (riyadlah).38

2. Tercapainya tujuan hablum minannas (hubungan dengan manusia)

Pendidikan Islam sangat berkepentingan mengarahkan manusia,

melalui proses pendidikan seumur hidup, agar memiliki kesadaran

kemanusiaan sejati dengan menyeimbangkan porsi antara keberagaman

dan kebersamaan. Caranya dengan memberikan perspektif dan

pengayaan materi-materi agama dengan realitas kehidupan sosial yang

perlu dibangun, dijaga, dan dilestarikan bersama manusia-manusia lain.

Kesadaran yang akan membawanya memiliki apresiasi dan empati yang

tinggi terhadap nilai hidup manusia. Logikanya, kalau sikap mengingkari

kehidupan binatang saja membawa kesengasaraan, apalagi pengingkaran

terhadap hak-hak asasi manusia yang merupakan “puncak penciptaan”

38 Mohammad Irfan, Teologi Pendidikan; Tauhid Sebagai Paradigma Pendidikan Islam,

(Jakarta: Friska Agung Insani, 2000), h. 115-116.

Page 87: KONSEP KHALIFAH MENURUT M. QURAISH SHIHAB DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24794/1... · Quraish Shihab tentang konsep khalifah. Adapun metode yang digunakan

74

Tuhan. Pada titik ini perlu upaya-upaya serius mengembangkan

pendidikan yang berwawasan kemanusiaan.39

3. Tercapainya tujuan hablum minal‟alam (hubungan dengan alam).

Hubungan manusia dengan alam pada hakikatnya adalah hubungan

sebagai sesama ciptaan (kemitraan). Antara alam dan manusia ada dalam

posisi yang sama sebagai ciptaan (makhluk) Tuhan. Konsep yang

terkenal mengenai pola hubungan ini adalah takhsir, yaitu alam

disediakan dan ditundukkan untuk manusia. Dan hubungan manusia

dengan alam adalah hubungan mengelola, memakmurkan, melestarikan,

dan memanfaatkan sebaik-baiknya. Hubungan ini mengaharuskan

pengetahuan yang memadai sehingga alam ini memberikan kontribusi

terhadap pemenuhan kebutuhan manusia. Dalam konteks inilah, manusia

diperintahkan untuk bertindak sesuai dengan aturan moral, bahwa alam

ini bukan sesuatu yang siap pakai (ready for use), suatu yang terlebih

dahulu dipersiapkan untuk menusia. Sebaliknya, pemanfaatan alam di

samping untuk kepentingan jangka panjang, juga membutuhkan

pengetahuan mengenai cara kerja dan aturan-aturan yang ada di

dalamnya. Di sinilah peran sains menjadi penting. Mengambil ide

kesatuan penciptaan ini, sains Islam telah meletakkan suatu landasan

yang kokoh. Tujuan fundamental sains Islam adalah untuk

memperagakan ketunggalan ciptaan Tuhan, mengetahui keteraturan dan

keharmonisan-Nya sebagaimana tercermin dalam hukum-hukum-Nya

(taqdir/sunnatullah), yang sesungguhnya merupakan penegasan akan

prinsip ke-Esaan Tuhan. Peran dan fungsi sains dalam Islam diarahkan

pada dua kepentingan. Pertama, membantu manusia memenuhi

kebutuhan intelektual dan spiritualnya. Yang paling penting diantaranya

adalah untuk memperoleh kepastian dalam pengetahuannya tentang

Tuhan. Akan tetapi, sebagai makhluk bumi, manusia juga memiliki

kebutuhan fisik dan materil untuk dipenuhi. Maka, peran dan fungsi

sains yang kedua adalah untuk membantu manusia memenuhi

39

Ibid, h. 125.

Page 88: KONSEP KHALIFAH MENURUT M. QURAISH SHIHAB DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24794/1... · Quraish Shihab tentang konsep khalifah. Adapun metode yang digunakan

75

kebutuhan-kebutuhan tersebut pada tingkat individual, keluarga dan

masyarakat.40

4. Hubungan manusia dengan dirinya sendiri (berakhlak dengan diri

sendiri)

Penghargaan orang lain terhadap diri kita, sangat tergantung kepada

sejauh mana kita menghargai atau dengan kata lain berakhlak kepada diri

sendiri.

Keempat hubungan tersebut diatas, tercakup dalam Isi/materi

kurikulum PAI yang tersusun dalam beberapa mata pelajaran, yaitu:

1. Mata pelajaran akidah akhlak,

2. Mata pelajaran ibadah syariah (fiqh),

3. Mata pelajaran Al-Qur’an hadits

4. Mata pelajaran sejarah dan kebudayaan Islam (SKI), dan

5. Mata pelajaran bahasa arab

Mata-mata pelajaran tersebut yang merupakan scope atau ruang

lingkup kurikulum PAI yang disajikan pada sekolah-sekolah yang berciri

khas Islam atau madrasah, sementara ruang lingkup kurikulum PAI pada

sekolah-sekolah umum adalah mata pelajaran pendidikan agama Islam yang

bentuk kurikulumnya Broad Field atau in one system.

Ruang lingkup kurikulum PAI dilembaga pondok-pondok pesantren

tentu lebih banyak lagi mata pelajaran, umumnya kurikulum PAI pada

pondok pesantren terdiri dari mata pelajaran yang terpisah-pisah (separated

subject curriculum), seperti: tauhid, tajwid, fiqih, ushul fiqih, ilmu hadits,

tarikh, dan lain-lain.41

Pendidikan Islam itu juga harus memperhatikan sasaran pendidikan

Islam yang meliputi empat aspek, yaitu : (1) aspek akidah (yatlu alaihim

ayatihi); (2) aspek pembersihan dan pembentukan tingkah laku dengan

40

Ibid, h. 126-128.

41 Zainal Arifin, Komponen dan Organisasi Kurikulum, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

2011), h. 88.

Page 89: KONSEP KHALIFAH MENURUT M. QURAISH SHIHAB DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24794/1... · Quraish Shihab tentang konsep khalifah. Adapun metode yang digunakan

76

akhlak al-karimah (wa yuzakkihim); (3) aspek rasionalitas dan transformasi

ilmu pengetahuan (wa yu‟allimuhum al-kitab); dan (4) aspek psikomotorik

(wa al-hikmah).42

Oleh karena itu pendidikan Islam tidak hanya menekankan pada

pengajaran di mana orientasinya hanya kepada intelektualisasi penalaran,

tetapi lebih menekankan pada pendidikan di mana sasarannya adalah

pembentukan kepribadian yang utuh dan bulat, maka Islam pada hakikatnya

adalah berpaham perfeksionalisme, yaitu menghendaki kesempurnaan

kehidupan yang tuntas sesuai dengan firman Allah :

…..

“Wahai orang-orang yang beriman, masuklah ke dalam Islam

secara keseluruhan, dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan.”

(QS. Al-Baqarah : 208).

Dengan demikian, proses pendidikan Islam demi mencapai tujuan

yang total, menyeluruh, dan meliputi segenap aspek kemampuan manusia

diperlukan landasan falsafah pendidikan yang menjangkau pengembangan

bakat dan harkat biologis dan kemanusiaannya. Falsafah pendidikan yang

demikian itu bercorak menyeluruh di mana iman mendasarinya, sehingga

proses kependidikan yang berwatak keagamaan mampu mengarahkan

kepada pembentukan manusia yang mukmin.43

Sehingga, bagi umat Islam tidak boleh ada keraguan lagi untuk

mendasarkan dan melaksanakan pendidikan menurut Islam yang bersumber

kepada al-Qur’an dan As-Sunnah Rasulullah SAW. Yang mana al-Qur’an

itu banyak terdapat ajaran yang berisi prinsip-prinsip yang berkaitan dengan

kegiatan atau usaha pendidikan. Dan As-Sunnah sebagai sumber ajaran

Islam yang kedua sesudah al-Qur’an berfungsi sebagai pelaksanaan dari

ketentuan-ketentuan yang digariskan dalam al-Qur’an. Di dalamnya berisi

petunjuk/pedoman untuk kemaslahatan hidup manusia dalam segala

42 Samsul Nizar, Memperbincangkan Dinamika Intelektual dan Pemikiran HAMKA tentang

Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2008), Cet. I, h. 128.

43Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2010), Cet. V, h.

147-148.

Page 90: KONSEP KHALIFAH MENURUT M. QURAISH SHIHAB DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24794/1... · Quraish Shihab tentang konsep khalifah. Adapun metode yang digunakan

77

aspeknya, termasuk untuk membentuk/membina umat untuk menjadi

manusia seutuhnya atau menjadi muslim yang bertakwa. Oleh karena itu,

sunnah Rasulullah SAW harus menjadi dasar/landasan dalam pelaksanaan

pendidikan Islam guna mewujudkan pribadi muslim seutuhnya itu.44

Dan yang pada hakikatnya tujuan akhir dari pendidikan Islam itu

adalah membentuk kepribadian muslim atau insan kamil dengan pola takwa

yaitu terbentuknya pribadi yang beriman, berakhlak, berilmu dan

berketerampilan yang senantiasa berupaya mewujudkan dirinya dengan baik

secara maksimal guna memperoleh kesempurnaan hidup karena didorong

oleh sikap ketakwaan dan penyerahan dirinya kepada Allah SWT agar

memperoleh ridha-Nya.

Salain itu, orang yang sudah bertakwa dalam bentuk Insan Kamil,

masih perlu mendapatkan pendidikan dalam rangka pengembangan dan

penyempurnaan, sekurang-kurangnya pemeliharaan supaya tidak luntur dan

berkurang, meskipun pendidikan oleh diri sendiri dan bukan dalam

pendidikan formal. Tujuan akhir pendidikan Islam itu dapat dipahami dalam

firman Allah SWT:

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah

sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati

melainkan dalam Keadaan beragama Islam.” (QS. Al-Imran: 102).

Tujuan akhir pendidikan Islam tersebut akan dicapai secara bertahap

melalui pencapaian tujuan sementara, tujuan perantara dan tujuan khusus

yang diupayakan di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.45

Sehingga pendidikan keagamaan yang berlandaskan kepada al-

Qur’an dan As-Sunnah akan membentuk manusia kepada tujuan akhir

pendidikan Islam yaitu manusia yang sempurna (insan kamil). Dengan

44 M. Alisuf Sabri, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), Cet. I, h.

155.

45 Ibid., h. 160.

Page 91: KONSEP KHALIFAH MENURUT M. QURAISH SHIHAB DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24794/1... · Quraish Shihab tentang konsep khalifah. Adapun metode yang digunakan

78

begitu, manusia yang telah diamanatkan oleh Allah sebagai khalifah dalam

memakmurkan bumi dapat berjalan dengan baik.

Dengan pemahaman tujuan pendidikan Islam itu adalah manusia

yang sempurna (Insan Kamil), di mana manusia yang berfungsi sebagai

khalifah adalah manusia yang mampu menjalankan tugasnya dalam

mengelola bumi, serta beribadah kepada Allah dan menjaga keharmonisan

terhadap sesama makhluk Allah di bumi.

Page 92: KONSEP KHALIFAH MENURUT M. QURAISH SHIHAB DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24794/1... · Quraish Shihab tentang konsep khalifah. Adapun metode yang digunakan

79

BAB V

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian ini tentang Konsep Khalifatullah Menurut M.

Quraish Shihab dan Implikasinya terhadap Pendidikan Islam, maka penulis

menarik kesimpulan sebagai berikut :

1.Khalifah menurut M. Quraish Shihab terbagi dalam bentuk tunggal dan

bentuk plural. Dalam bentuk tunggal terulang dua kali dalam al-Qur‟an,

yaitu dalam Al-Baqarah ayat 30 dan Shad ayat 26. Dan bentuk plural itu

terdapat dalam dua bentuk, yaitu khala‟if dan khulafa‟. Namun,

keseluruhan kata tersebut berakar dari kata khulafa’ yang pada mulanya

berarti “di belakang”. Dari sini, kata khalifah seringkali diartikan sebagai

“pengganti” (karena yang menggantikan selalu berada atau datang di

belakang, sesudah yang digantikannya). Dalam Surat Al-Baqarah ayat 30

yang menjelaskan kisah Adam yang secara langsung diangkat menjadi

khalifah untuk mengatur bumi, dan Surat Shad ayat 26 menguraikan

sebagian sejarah kehidupan Nabi Daud yang diangkat menjadi khalifah

oleh Allah dan dilibatkannya masyarakat dalam pengangkatannya untuk

mengelola wilayah Palestina. Jadi, kekhalifahan (Adam) sebagai khalifah

adalah wewenang yang yang dianugerahkan Allah SWT., makhluk yang

diserahi tugas, yakni Adam as. Dan anak cucunya, serta wilayah tempat

bertugas, yakni bumi yang terhampar ini. Sedangkan kekhalifahan (Daud),

yaitu kekhalifahan yang dianugerahkan kepada Daud As. bertalian dengan

kekuasaan mengelola wilayah tertentu (Palestina), yang berkaitan dengan

kekuasaan politik, yang di mana yang terlibat dengan masyarakat dalam

pengangkatannya.

2. Implikasi dari konsep khalifatullah menurut M. Quraish Shihab terhadap

pendidikan Islam yaitu pendidikan Islam harus lebih memperhatikan

penyusunan rancangan program pendidikan yang dijabarkan dalam

Page 93: KONSEP KHALIFAH MENURUT M. QURAISH SHIHAB DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24794/1... · Quraish Shihab tentang konsep khalifah. Adapun metode yang digunakan

80

kurikulum. Di mana dalam sebuah kurikulum berpedoman dalam ruang

lingkup yang berorientasi pada tiga hal, yaitu : (1) Tercapainya tujuan

hablum minallah (hubungan dengan Allah); (2) Tercapainya tujuan

hablum minannas (hubungan dengan manusia); dan (3) Tercapainya tujuan

hablum minal „alam (hubungan dengan alam). Di mana kurikulum juga

harus memperhatikan sasaran pendidikan Islam yang meliputi empat

aspek, yaitu : (1) aspek akidah (yatlu alaihim ayatihi); (2) aspek

pembersihan dan pembentukan tingkah laku dengan akhlak al-karimah

(wa yuzakkihim); (3) aspek rasionalitas dan transformasi ilmu pengetahuan

(wa yu’allimuhum al-kitab); dan (4) aspek psikomotorik (wa al-hikmah).

3. Implikasi Konsep khalifatullah menurut M. Quraish Shihab terhadap

dasar-dasar dan tujuan pendidikan Islam. Yaitu bahwasannya konsep

khalifatullah juga harus mendasarkan dan melaksanakan pendidikan

menurut Islam yang bersumber kepada al-Qur‟an dan As-Sunnah

Rasulullah SAW. guna mewujudkan pribadi muslim seutuhnya. Yang pada

hakikatnya tujuan akhir dari pendidikan Islam itu adalah membentuk

kepribadian muslim atau insan kamil dengan pola takwa yaitu

terbentuknya pribadi yang beriman, berakhlak, berilmu dan

berketerampilan yang senantiasa berupaya mewujudkan dirinya dengan

baik secara maksimal guna memperoleh kesempurnaan hidup karena

didorong oleh sikap ketakwaan dan penyerahan dirinya kepada Allah SWT

agar memperoleh ridha-Nya.

B. Implikasi

1. Pentingnya memahami konsep khalifatullah dalam diri manusia (sebagai

pemegang amanah Allah) untuk mengelola bumi.

2. Konsep khalifatullah mempunyai banyak makna dalam tafsiran M.

Quraish Shihab.

3. Konsep khalifatullah mempunyai implikasi terhadap pendidikan Islam,

yaitu yang melibatkan pendidikan Islam dalam menekankan kurikulum

pendidikan lebih kepada nilai-nilai Ilahiah.

Page 94: KONSEP KHALIFAH MENURUT M. QURAISH SHIHAB DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24794/1... · Quraish Shihab tentang konsep khalifah. Adapun metode yang digunakan

81

4. Lebih mengenal bagaimana pemikiran M. Quraish Shihab terhadap

konsep khalifah.

C. Saran-saran

Dalam penulisan skripsi ini, perlu kiranya penulis menyampaikan

saran kepada berbagai pihak, utamanya para lembaga atau institute

pendidikan, praktisi pendidikan, dan masyarakat, sebagai berikut:

1. Kepada para lembaga atau institute pendidikan, bahwasannya dalam

menentukan suatu sistem pendidikan atau kurikulum pendidikan,

sebaiknya lebih memperhatikan kepada nilai-nilai Ilahiah, seperti nilai-

nilai akidah dan akhlak. Sehingga akan terciptanya manusia yang

berkepribadian sempurna dengan mendekatkan diri kepada Allah, di

mana juga manusia itu merupakan khalifatullah yang berfungsi sebagai

pemegang amanah untuk mengelola bumi.

2. Kepada praktisi pendidikan (guru, staf pengajar, ustadz, dll), hendaknya

menanamkan nilai-nilai akhlak, yang merupakan sebagai contoh kepada

para peserta didik khususnya dan masyarakat umum. Guna akan

terpeliharanya hubungan yang baik antara manusia dengan manusia,

hubungan manusia terhadap Allah, dan juga hubungan manusia dengan

Alam.

3. Kepada masyarakat, bahwasannya setiap manusia itu mempunyai amanat

untuk memelihara dan menjaga bumi yang diberikan oleh Allah.

Sehingga kita sebagai makhluk Allah, harus bisa menjaga keharmonisan

antar sesama makhluk ciptaan Allah, dengan cara saling menghormati

dan menghargai sesama.

Page 95: KONSEP KHALIFAH MENURUT M. QURAISH SHIHAB DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24794/1... · Quraish Shihab tentang konsep khalifah. Adapun metode yang digunakan

82

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Abdur Rahman Shalih, Landasan dan Tujuan Pendidikan menurut Al

Quran serta Implementasinya, Bandung: Diponegoro, 1991.

Abdullah, Abdurahman Saleh, Teori-teori Pendidikan Berdasarkan Al-Qur’an,

Jakarta: Rineka Cipta, 1994.

Ali, Mohammad Daud, Pendidikan Agama Islam, Jakarta: PT. RajaGrafindo

Persada, 2008.

Al-Aqqad, Abbas Mahmud, Manusia Diungkap Qur’an, Jakarta: Pustaka Firdaus,

1993.

Al-Baghdadi, Abdurrahman, Sistem Pendidikan di Masa Khilafah Islam,

Surabaya: Al-Izzah, 1996.

Al-Maraghi, Ahmad Musthafa, Tafsir Al-Maraghi (Terj), Semarang: Thoha Putra,

1989.

Al-Quraibi, Ibrahim, Tarikh Khulafa, Jakarta: Qisthi Press, 2009.

Al-Rasyidin &Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam; Pendekatan Historis,

Teoritis dan Praktis, Jakarta: PT. Ciputat Press, 2005.

Al-Syaibany, Omar Mohammad al-Toumy, Falsafah Pendidikan Islam, Terj. Dari

Falsafatut Tarbiyyah al-Islamiyah oleh Hasan Langgulung, Jakarta: Bulan

Bintang, 1979.

Arief, Armai, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Wahana Kardofa, 2010.

, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat

Press, 2002.

Page 96: KONSEP KHALIFAH MENURUT M. QURAISH SHIHAB DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24794/1... · Quraish Shihab tentang konsep khalifah. Adapun metode yang digunakan

83

Arifin, Anwar, Memahami Paradigma Baru Pendidikan Nasional dalam Undang-

Undang SISDIKNAS, Jakarta: Detjen Kelembagaan Agama Islam Depag,

2003.

Arifin, Muzayyin, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2010.

Azra, Azyumardi, Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium

Baru, Jakarta: Ogos Wacana Ilmu, 2002.

Badawi, Konsep Manusia dan Implikasinya terhadap Pendidikan Islam (Telaah

Lafadz ‘al-Insan” dalam Al-Qur’an), Semarang: Institut Agama Islam

Negeri Walisongo, 2008. tidak dipublikasikan.

Daradjat, Zakiah, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1996.

, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Bumi Aksara,

1996.

Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahannya, Jakarta: Proyek

Pengadaan Kitab Suci Al-Qur’an Dept. Agama RI, 1982.

Federspiel, Howard M., Kajian al-Qur’an di Indonesia dari Mahmud Yunus

Hingga Quraish Shihab, Ter. Tajul Arifin, Bandung: Mizan, 1996.

Ghofur, Saiful Amin, Profil Para Mufassir Al-Qur’an, Yogyakarta: Pustaka Insan

Madani, 2007.

Hamka, Tafsir Al-Azhar (juz. I), Jakarta: Pustaka Panji Mas, 1982.

Hasan, Muhammad Tholhah, Islam dan Masalah Sumber Daya Manusia, Jakarta:

Lantabora Press, 2004.

Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

2006.

Page 97: KONSEP KHALIFAH MENURUT M. QURAISH SHIHAB DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24794/1... · Quraish Shihab tentang konsep khalifah. Adapun metode yang digunakan

84

Hilwah, Eksistensi Manusia Sebagai Khalifah dan Implikasinya terhadap Taklif

Syari’ah, Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2003. tidak

dipublikasikan.

Ilahi, Muhammad Takdir, Revitalisasi Pendidikan Berbasis Moral, Yogyakarta:

Ar-Ruzz Media, 2012.

Irfan, Mohammad, Teologi Pendidikan; Tauhid Sebagai Paradigma Pendidikan

Islam, Jakarta: Friska Agung Insani, 2000.

Jalaludin, Teologi Pendidikan, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2002.

Jalal, Abdul Fattah, Azaz-azaz Pendidikan Islam, Bandung: CV. Diponegoro,

1988.

Katsir, Ibnu, Tafsir Ibnu Katrsir, (terj), Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1987.

Khon, Abdul Majid, Ulumul Hadits, Jakarta: Amzah, 2009.

Langgulung, Hasan, Manusia dan Pendidikan, Suatu Analisa Psikologi dan

Pendidikan, Jakarta: Pustaka Al Husna, 1989

Machasin, Menyelami Kebebasan Manusia, Yogyakarta: INHIS-Pustaka Pelajar,

1996.

Marimba, Ahmad D., Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: Al-Ma’arif,

1962.

Mastuhu, Teologi Pendidikan, Friska Agung Insani, 2000.

Mufid, Sofyan Anwar, Islam dan Ekologi Manusia: Paradigma Baru, Komitmen

dan Integritas Manusia dalam Ekosistemnya, Refleksi Jawaban atas

Tantangan Pemanasan Global (Dimensi Intelektual, Emosional dan

Spiritual), Bandung: NUANSA, 2010.

Muhaimin, Kontroversi Pemikiran Fazlur Rahman, Studi Kritis Pembaharuan

Pendidikan Islam, Cirebon: Pustaka DINAMIKA, 1999.

Page 98: KONSEP KHALIFAH MENURUT M. QURAISH SHIHAB DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24794/1... · Quraish Shihab tentang konsep khalifah. Adapun metode yang digunakan

85

, Paradigma Pendidikan Islam; Upaya Mengefektifkan Pendidikan

Agama Islam di Sekolah, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004.

Mujib, Abdul & Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: KENCANA,

2008.

Munawwir, Ahmad Warson, Al munawwir, Kamus Arab - Indonesia, Surabaya:

Pustaka Progressif, 1997.

Naja, Muhammad Safinun, Konsep Khalifatullah dalam Perspektif M. Quraish

Shihab Sebagai Kepemimpinan Pengembangan Pendidikan Islam,

Malang: Universitas Islam Negeri Malang, 2007. tidak dipublikasikan.

Narbuko, Chalid & Abu Achmadi, Metododlogi Penelitian, Jakarta: Bumi Aksara,

2009.

Nasution, Harun, Islam Rasional, Bandung: Mizan, 1995.

Nata, Abuddin, Pendidikan dalam Perspektif al-Qur’an, Jakarta: UIN Jakarta

Press, 2005.

, Tokoh-Tokoh Pembaharuan Pendidikan Islam di Indonesia,

Jakarta: PT RajaGrafindo Persada , 2005.

Nizar, Samsul, Memperbincangkan Dinamika Intelektual dan Pemikiran HAMKA

tentang Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana, 2008.

, Pengantar Dasar-dasar Pemikiran Pendidikan Islam, Jakarta: Gaya

Media Pratama, 2001.

Nurhamzah, “Media Pendidikan; Nilai-nilai Tujuan Pendidikan Islam Menurut

Ibnu Khaldun”, Jurnal Pendidikan Keagamaan, Vol. XXIV, 2009.

Pedoman Penulisan Skripsi, Jakarta: FITK UIN Syarif Hidayatullah, 2013.

Priatna, Tedi, Reaktualisasi Paradigma Pendidikan Islam, Bandung: Pustaka Bani

Quraisy, 2004.

Page 99: KONSEP KHALIFAH MENURUT M. QURAISH SHIHAB DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24794/1... · Quraish Shihab tentang konsep khalifah. Adapun metode yang digunakan

86

Purwanto, Ngalim, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 1993.

Qutb, M., Sistem Pendidikan Islam (terj. Salman Harun ), Bandung: Al-Maarif,

1993.

Quthb, Sayyid, Tafsir Fizilali Qur’an, Di Bawah Naungan Al-Qur’an, Jakarta:

Gema Insani Press, 2003.

Raharjo, M. Dawam, Ensiklopedia Al-Quran, Jakarta: Paramadina, 1996.

Sabri, M. Alisuf , Pengantar Ilmu Pendidikan, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005.

Shihab, M. Quraish, Tafsir Al-Misbah; Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an,

Jakarta: Lentera Hati, 2007.

, Membumikan Al-Qur’an; Fungsi dan Peran Wahyu dalam

Kehidupan Masyarakat, Bandung: Mizan, 1997.

, Mu’jizat Al-Qur’an Ditinjau dari Aspek Kebahasaan, Isyarat

Ilmiah dan Pemberitaan Gaib, Bandung: Mizan, 2001.

, Secercah Cahaya Ilahi; Hidup Bersama Al-Qur’an, Bandung:

Mizan, 2007.

Soleha & Rada, Ilmu Pendidikan Islam, Bandung: PT. Alfabeta, 2011.

Sudjiono, Anas, Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada,

2008.

Sukmadinata, Nana Syaodih, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya, 2007.

Zuhairini, dkk, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2009.

Page 100: KONSEP KHALIFAH MENURUT M. QURAISH SHIHAB DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24794/1... · Quraish Shihab tentang konsep khalifah. Adapun metode yang digunakan
Page 101: KONSEP KHALIFAH MENURUT M. QURAISH SHIHAB DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24794/1... · Quraish Shihab tentang konsep khalifah. Adapun metode yang digunakan
Page 102: KONSEP KHALIFAH MENURUT M. QURAISH SHIHAB DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24794/1... · Quraish Shihab tentang konsep khalifah. Adapun metode yang digunakan
Page 103: KONSEP KHALIFAH MENURUT M. QURAISH SHIHAB DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24794/1... · Quraish Shihab tentang konsep khalifah. Adapun metode yang digunakan
Page 104: KONSEP KHALIFAH MENURUT M. QURAISH SHIHAB DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24794/1... · Quraish Shihab tentang konsep khalifah. Adapun metode yang digunakan
Page 105: KONSEP KHALIFAH MENURUT M. QURAISH SHIHAB DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24794/1... · Quraish Shihab tentang konsep khalifah. Adapun metode yang digunakan
Page 106: KONSEP KHALIFAH MENURUT M. QURAISH SHIHAB DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24794/1... · Quraish Shihab tentang konsep khalifah. Adapun metode yang digunakan
Page 107: KONSEP KHALIFAH MENURUT M. QURAISH SHIHAB DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24794/1... · Quraish Shihab tentang konsep khalifah. Adapun metode yang digunakan
Page 108: KONSEP KHALIFAH MENURUT M. QURAISH SHIHAB DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24794/1... · Quraish Shihab tentang konsep khalifah. Adapun metode yang digunakan
Page 109: KONSEP KHALIFAH MENURUT M. QURAISH SHIHAB DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24794/1... · Quraish Shihab tentang konsep khalifah. Adapun metode yang digunakan
Page 110: KONSEP KHALIFAH MENURUT M. QURAISH SHIHAB DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24794/1... · Quraish Shihab tentang konsep khalifah. Adapun metode yang digunakan

TENTANG PENULIS

Nama Lengkap Khoirunnisa Fadliah. Lahir di jl. SMP 87

Rt. 001 Rw. 012 No. 20 A, Pondok Pinang Keb. Lama,

Jakarta Selatan. Adalah seorang Mahasiswi pada Fakultas

Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Ia anak Perempuan pertama dari pasangan suami istri,

ayahnya bernama Drs. H. Baihaki Madani M. Pd.I dan

ibunya bernama Hj. Nurlaili. Pekerjaan ayahnya sebagai

PNS (Kepala Sekolah) di Sekolah Dasar Negeri, sedangkan

ibunya sebagai ibu rumah tangga.

Ia menamatkan Sekolah Dasar pada tahun 2003 di MI Nurussalam, kemudian

melanjutkan pendidikan di MTs. Nurussalam dan tamat pada tahun 2006, setelah

itu melanjutkan pendidikan di MAN 4 Model Jakarta dan tamat pada tahun

2009. Kemudian melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi di

Fakultas Tarbiyah jurusan Pendidikan Agama Islam di Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta, dan mendapatkan gelar S1 pada tahun 2014.