Konsep Kehilangan Dan Berduka

45
KONSEP KEHILANGAN DAN BERDUKA

description

Keperawatan

Transcript of Konsep Kehilangan Dan Berduka

Konsep Kehilangan dan Berduka

Konsep Kehilangan dan BerdukaLatar belakangKelahiran, kehilangan, kematiankejadian universal yg terjadi pada setiap individuKehilangan & kematianperasaan tidak nyaman, sedih, marah, kecewamelibatkan emosi yg bersangkutan atau sekitarnyaKelahiran, kehilangan, kematianindividu mencari bantuan (dukungan moral, spiritual, harta benda) pd orang lainPerawat bekerja sama dgn klien yg mengalami berbagai tipe kehilanganMekanisme koping mempengaruhi kemampuan seseorang dlm menghadapi & menerima kelahiran, kehilangan & kematianPerasaan, nilai dan pengalaman pribadi mempengaruhi kemampuan perawat dlm mendikung klien & keluarga selama kehilangan & kematian (Potter & Perry, 2005)1. DefinisiKehilangan adlh suatu kondisi yg terputus atau terpisah atau memulai sesuatu tanpa hal yg berarti sejak kejadian tsb.Kehilangan adlh suatu keadaan individu yg terpisah dgn sesuatu yg sblmnya ada, kmdn menjadi tdk ada, baik terjadi sebagian atau keseluruhan (Lambert & Lambert, 1985)Kehilangan: kondisi dimana individu mengalami suatu kekurangan atau tidak ada dari sesuatu yg dulunya pernah ada/dimiliki2. Faktor-faktor yg mempengaruhi kehilangan Arti dari kehilanganSosial budayaKepercayaan / spiritualPeran genderStatus sosial ekonomiKondisi fisik & psikologi individu3. Tipe Kehilangan1. Aktual atau nyatamudah dikenal atau di identifikasi oleh orang lain. Misal kehilangan orang yg berarti, amputasi, kematian, kehilangan benda berharga2. Persepsihanya dialami oleh seseorang & sulit dibuktikan. Cth seseorg yg di PHK bisa menimbulkan perasaan kemandirian atau perasaan menurun 4. Jenis-jenis kehilanganKehilangan seseorang yg dicintaikehilangan sso yg sgt berarti, bermaknamembuat stres & mengganggu kehidupan pribadi seseorangcontoh kematian org yg dicintaikeintiman hubungan, ketergantungan, jalinan yg ada hilangmembawa dampak emosional yg luar biasa & tdk dpt ditutupi 2) Kehilangan yg ada pd diri sendiri (loss of self) adlh kehilangan diri atau anggapan mental seseorg, meliputi perasaan keatraktifan diri sendiri, kemampuan fisik & mental, peran dlm kehidupan serta dampaknya.Dampaknya bisa sementara atau menetap, sebagian atau komplitmisal kehilangan pendengaran, ingatan, fungsi tubuh

3) Kehilangan objek eksternalKehilangan objek eksternal misalnya kehilangan milik sendiri atau bersama-sama, perhiasan, uang atau pekerjaan. Kedalaman berduka yang dirasakan seseorang terhadap benda yang hilang tergantung pada arti dan kegunaan benda tersebut.

4) Kehilangan lingkungan yg sgt dikenalKehilangan diartikan dengan terpisah dari lingkungan yang sangat dikenal termasuk kehidupan latar belakang keluarga dalam waktu satu periode atau bergantian secara permanen. Misalnya pindah ke kota lain, maka akan memiliki tetangga yang baru dan proses penyesuaian baru.

5) Kehilangan kehidupan / meninggalSeseorang dapat mengalami mati baik secara perasaan, pikiran dan respon pada kegiatan dan orang disekitarnya, sampai pada kematian yang sesungguhnya. Sebagian orang berespon berbeda tentang kematian.

5. Rentang respon kehilangan

Fase Denial / penolakanReaksi pertama adalah syok, tidak mempercayai kenyataaVerbalisasi; itu tidak mungkin, saya tidak percaya itu terjadi .Perubahan fisik; letih, lemah, pucat, mual, diare, gangguan pernafasan, detak jantung cepat, menangis, gelisah.

Fase Anger/marahMulai sadar akan kenyataanMarah diproyeksikan pada orang lainReaksi fisik; muka merah, nadi cepat, gelisah, susah tidur, tangan mengepal.Perilaku agresif.Fase bargaining / tawar menawara. Verbalisasi; kenapa harus terjadi pada saya ? kalau saja yang sakit bukan saya seandainya saya hati-hati .

Fase DepresiMenunjukan sikap menarik diri, tidak mau bicara atau putus asa.Gejala ; menolak makan, susah tidur, letih, dorongan libido menurun.

Fase Acceptance / penerimaanPikiran pada objek yang hilang berkurang.Verbalisasi ; apa yang dapat saya lakukan agar saya cepat sembuh, yah, akhirnya saya harus operasi

Berduka DefinisiBerduka adalah respon emosi yang diekspresikan terhadap kehilangan yang dimanifestasikan dgn adanya perasaan sedih, gelisah, cemas, sesak nafas, susah tidur, dan lain-lain.Berduka merupakan respon normal pada semua kejadian kehilangan

Tipe berduka menurut NANDABerduka diantisipasiBerduka disfungsional

Berduka diantisipasi merupakan pengalaman individu dalam merespon kehilangan yang aktual ataupun yang dirasakan seseorang, hubungan/ kedekatan, objek atau ketidakmampuan fungsional sblm terjadinya kehilangan. Tipe ini masih dalam batas normal.

Berduka disfungsional adalah pengalaman individu yang responnya dibesar-besarkan saat individu kehilangan secara aktual maupun potensial, hubungan, objek dan ketidakmampuan fungsional. Tipe ini kadang-kadang menjurus ke tipikal, abnormal, atau kesalahan/kekacauan.

Teori dari Proses BerdukaTeori Engels (1964) Proses berduka mempunyai beberapa fase yang dapat diaplikasikan pada seseorang yang sedang berduka maupun menjelang ajal, yaitu:Fase I (shock dan tdk percaya)Seseorang menolak kenyataan atau kehilangan , mungkin menarik diri, duduk, malas, atau pergi tanpa tujuan. Reaksi secara fisik : pingsan, diaporesis, mual, diare, detak jantung cepat, tidak bisa istirahat, insomnia dan kelelahan.

2) Fase II (berkembangnya kesadaran)Seseoarang mulai merasakan kehilangan secara nyata/akut dan mungkin mengalami putus asa. Kemarahan, perasaan bersalah, frustasi, depresi, dan kekosongan jiwa tiba-tiba terjadi.3) Fase III (restitusi)Berusaha mencoba untuk berdamai dengan perasaan yg hampa/kosong, krn kehilangan, msh blm dapat menerima perhatian yang baru dari seseorang yang bertujuan untuk mengalihkan kehilangan seseorang.

4) Fase IVMenekan seluruh perasaan negatif dan bermusuhan terhadap almarhum. Bisa merasa bersalah dan sangat menyesal tentang kurang perhatiannya di masa lalu terhadap almarhum.5) Fase VKehilangan yang tak dapat dihindari harus mulai diketahui/disadari. Sehingga pada fase ini diharapkan seseorang sudah dapat menerima kondisinya. Kesadaran baru telah berkembang.

Teori Kubler-Rossberorientasi pada perilaku, dengan 5 tahapan:a) Penyangkalan (Denial)Individu bertindak seperti seolah tidak terjadi apa-apa dan dapat menolak untuk mempercayai bahwa telah terjadi kehilangan. Pernyataan seperti Tidak, tidak mungkin seperti itu, atau Tidak akan terjadi pada saya! umum dilontarkan klien.

b) Kemarahan (Anger)Individu mempertahankan kehilangan dan mungkin bertindak lebih pada setiap orang dan segala sesuatu yang b/d lingkungan. Pada fase ini orang akan lebih sensitif sehingga mudah sekali tersinggung dan marah. Hal ini merupakan koping individu untuk menutupi rasa kecewa dan merupakan menifestasi dari kecemasannya menghadapi kehilangan.

c) Penawaran (Bargaining)Individu berupaya untuk membuat perjanjian dengan cara yang halus atau jelas untuk mencegah kehilangan. Pada tahap ini, klien sering kali mencari pendapat orang lain.d)Depresi (Depression)Terjadi ketika kehilangan disadari dan timbul dampak nyata dari makna kehilangan tersebut. Tahap depresi ini memberi kesempatan untuk berupaya melewati kehilangan dan mulai memecahkan masalah.

e)Penerimaan (Acceptance)Reaksi fisiologi menurun dan interaksi sosial berlanjut. Kubler-Ross mendefinisikan sikap penerimaan ada bila seseorang mampu menghadapi kenyataan dari pada hanya menyerah pada pengunduran diri atau berputus asa.

Rando (1993) mendefinisikan respon berduka menjadi 3 katagori:a. PenghindaranPada tahap ini terjadi shock, menyangkal dan tidak percaya.b. KonfrontasiTerjadi luapan emosi yang sangat tinggi ketika klien secara berulang-ulang melawan kehilangandan kedukaan paling dalam dan dirasakan paling akut.c. AkomodasiTerjadi secara bertahap penurunan kedukaan akut dan mulai memasuki kembali secara emosional dan sosial dunia sehari-hari dimana klien belajar untuk menjalani hidup dengan kehidupan mereka.

Askep BerdukaPengkajianData yang dapat dikumpulkan adalah:a. Perasaan sedih, menangis.b. Perasaan putus asa, kesepianc. Mengingkari kehilangand. Kesulitan mengekspresikan perasaane. Konsentrasi menurunf. Kemarahan yang berlebihang. Tidak berminat dalam berinteraksi dengan orang lain.h. Merenungkan perasaan bersalah secara berlebihan.i. Reaksi emosional yang lambatj. Adanya perubahan dalam kebiasaan makan, pola tidur, tingkat aktivitas 1) Diagnosa Keperawatan: berduka disfungsionalAdalah: sesuatu respon terhadap kehilangan yang nyata maupun yang dirasakan, dimana individu tetap terfiksasi dalam satu tahap proses berduka untuk suatu periode waktu yang terlalu lama, atau gejala berduka yang normal menjadi berlebih-lebihan yang mengganggu fungsi kehidupan.

Kemungkinan Etiologi (yang berhubungan dengan): a. Kehilangan yang nyata atau dirasakan dari beberapa konsep nilai untuk individub. Kehilangan yang terlalu berat (penumpukan rasa berduka dari kehilangan multiple yang belum terselesaikan)c. Menghalangi respon berduka terhadap suatu kehilangand. Tidak adanya antisipasi proses berdukae. Perasaan bersalah yang disebabkan oleh hubungan ambivalen dengan konsep kehilanganBatasan Karakteristik (dibuktikan dengan)a. Idealisasi kehilangan (konsep)b. Mengingkari kehilanganc. Kemarahan yg berlebihan, diekspresikan secara tidak tepatd. Obsesi-obsesi pengalaman-pengalaman masa lampaue. Merenungkan perasaan nersalah secara berlebihan dan dibesar-basarkan tidak sesuai dengan ukuran situasi.f. Regresi perkembangang. Gangguan dalam konsentrasih. Kesulitan dalam mengekspresikan kehilangani. Afek yang labilj. Kelainan dalam kebiasaan makan, pola tidur, pola mimpi, tingkat aktivitas, libido.

TujuanJangka pendekPasien akan mengekspresikan kemarahan terhadap konsep kehilangan dalam 1 minggu.Jangka panjangPasien mampu menyatakan secara verbal perilaku-perilaku yang berhubungan dengan tahap-tahap berduka yang normal. Pasien akan mampu mengakui posisinya sendiri dalam proses berduka sehingga ia mampu dengan langkahnya sendiri terhadap pemecahan masalah.

Intervensi dengan Rasional Tertentu

1. Tentukan pada tahap berduka mana pasian terfiksasi. Identifikasi perilaku-perilaku yang berhubungan dengan tahap ini.RasionalPengkajian data dasar yang akurat adalah penting untuk perencanaan keperawatan yang efektif bagi pasien yang berduka.

2. Kembangkan hub saling percaya dgn pasen. Perlihatkan empati dan perhatian. Jujur dan tepati semua janjiRasionalRasa percaya merupakan dasar unutk suatu kebutuhan yang terapeutik.3. Perlihatkan sikap menerima dan membolehkan pasien untuk mengekspresikan perasaannya secara terbukaRasionalSikap menerima menunjukkan kepada pasien bahwa anda yakin bahwa ia merupakan seseorang pribadi yang bermakna. Rasa percaya meningkat.

4. Dorong pasien untuk mengekspresikan rasa marah. Jangan menjadi defensif jika permulaan ekspresi kemarahan dipindahkan kepada perawat atau terapis. Bantu pasien untuk mengeksplorasikan perasaan marah sehingga pasien dapat mengungkapkan secara langsung kepada objek atau orang/pribadi yang dimaksud.RasionalPengungkapan secara verbal perasaan dalam suatu lingkungan yang tidak mengancam dapat membantu pasien sampai kepada hubungan dengan persoalan-persoalan yang belum terpecahkan.

5. Bantu pasien untuk mengeluarkan kemarahan yang terpendam dengan berpartisipasi dalam aktivitas-aktivitas motorik kasar (mis, joging, bola voli,dll)RasionalLatihan fisik memberikan suatu metode yang aman dan efektif untuk mengeluarkan kemarahan yang terpendam.

6. Ajarkan tentang tahap-tahap berduka yang normal dan perilaku yang b/dsetiap tahap. Bantu pasien utk mengerti bhw perasaan spt rasa bersalah &marah thdp konsep kehilangan adalah perasaan yg wajar & dapat diterima selama proses berduka.RasionalPengetahuan tentang perasaan-perasaan yang wajar yang b/d berduka yang normal dapat menolong mengurangi beberapa perasaan bersalah menyebabkan timbulnya respon-respon ini.

7. Dorong pasien untuk meninjau hubungan dengan konsep kehilangan. Dengan dukungan dan sensitivitas, menunjukkan realita situasi dalam area-area dimana kesalahan presentasi diekspresikan.RasionalPasien harus menghentikan persepsi idealisnya dan mampu menerima baik aspek positif maupun negatif dari konsep kehilangan sebelum proses berduka selesai seluruhnya.

8. Komunikasikan kepada pasien bahwa menangis merupakan hal yang dapat diterima. Menggunakan sentuhan merupakan hal yang terapeutik dan tepat untuk kebanyakan pasien.9. Bantu pasien dalam memecahkan masalahnya sebagai usaha untuk menentukan metoda-metoda koping yang lebih adaptif terhadap pengalaman kehilangan. Berikan umpan balik positif untuk identifikasi strategi dan membuat keputusan.RasionalUmpan balik positif meningkatkan harga diri dan mendorong pengulangan perilaku yang diharapkan.

10. Dorong pasien untuk menjangkau dukungan spiritual selama waktu ini dalam bentuk apapun yang diinginkannya. Kaji kebutukan-kebutuhan spiritual pasien dan bantu sesuai kebutuhan dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan itu.

Hasil Pasien yang Diharapkan/Kriteria Pulang

Pasien mampu menyatakan secara verbal tahap-tahap proses berduka yang normal dan perilaku yang berhubungan dengan tiap tahapan.Pasien mampu mengidentifikasi posisinya sendiri dalam proses berduka dan mengekspresikan perasaan-perasaannya yang berhubungan denga konsep kehilangan secara jujur.Pasien tidak terlalu lama mengekspresikan emosi-emosi dan perilaku-perilaku yang berlebihan yang berhubungan dengan disfungsi berduka dan mampu melaksanakan aktifitas-aktifitas hidup sehari-hari secara mandiri.

2) Diagnosa Keperawatan : Berduka Suatu keadaan dimana individu atau keluarga mengalami respons manusia alami yang melibatkan reaksi psikososial dan fisiologik pada kehilangan actual atau dirasakan (orang, objek, fungsi, status, hubungan)3) Diagnosa keperawatan : Berduka, antisipasiKeadaan dimana seorang individu/kelompok mengalami reaksi-reaksi dalam berespons terhadap kehilangan bermakna yang diperkirakan.

EvaluasiPerawatan klien menjelang ajal mengharuskan perawat mengevaluasi tingkat kenyamanan klien dengan penyakit dan kwalitas hidupnya. Keberhasilan evaluasi tergantung sebagian pada ikatan yg terbentuk dgn klien kecuali klien mempercayai perawat, pengekspresian dari perasaan dan kekuatiran yang sebenarnya tidak mungkin terjadi. Tingkat kenyamanan klien di evaluasi dgn dasar hasil seperti penurunan nyeri, control gejala, pemeliharaan fungsi system tubuh, penyelesaian tugas yang belum terselesaikan dan ketenangan emosional.