KONSEP KAFAAH DALAM HUKUM ISLAM DAN URGENSINYA … MULYONO-FSH.pdfKomando Resimen Mahasiswa “WIRA...

123
KONSEP KAFAAH DALAM HUKUM ISLAM DAN URGENSINYA TERHADAP KEUTUHAN RUMAH TANGGA SAKINAH Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI) Oleh : Ahmad Mulyono NIM. 104044101386 K O N S E N T R A S I P E R A D I L A N A G A M A PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYAH FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A 1430 H / 2009 M

Transcript of KONSEP KAFAAH DALAM HUKUM ISLAM DAN URGENSINYA … MULYONO-FSH.pdfKomando Resimen Mahasiswa “WIRA...

Page 1: KONSEP KAFAAH DALAM HUKUM ISLAM DAN URGENSINYA … MULYONO-FSH.pdfKomando Resimen Mahasiswa “WIRA DHARMA”, dan Perguruan Kungfu Shaolin “Lan She Lung”, di mana penulis mendapatkan

KONSEP KAFAAH DALAM HUKUM ISLAM DAN

URGENSINYA TERHADAP KEUTUHAN

RUMAH TANGGA SAKINAH

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)

Oleh :

Ahmad Mulyono

NIM. 104044101386

K O N S E N T R A S I P E R A D I L A N A G A M A

PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A

1430 H / 2009 M

Page 2: KONSEP KAFAAH DALAM HUKUM ISLAM DAN URGENSINYA … MULYONO-FSH.pdfKomando Resimen Mahasiswa “WIRA DHARMA”, dan Perguruan Kungfu Shaolin “Lan She Lung”, di mana penulis mendapatkan

KONSEP KAFAAH DALAM HUKUM ISLAM DAN

URGENSINYA TERHADAP KEUTUHAN

RUMAH TANGGA SAKINAH

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum

untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)

Oleh :

Ahmad Mulyono

NIM. 104044101386

Di Bawah Bimbingan :

DR. Mamat Slamet Burhanuddin, MA Kamarusdiana, S.Ag., MH

NIP. 150 289 199 NIP. 150 285 972

K O N S E N T R A S I P E R A D I L A N A G A M A

PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A

1430 H / 2009 M

Page 3: KONSEP KAFAAH DALAM HUKUM ISLAM DAN URGENSINYA … MULYONO-FSH.pdfKomando Resimen Mahasiswa “WIRA DHARMA”, dan Perguruan Kungfu Shaolin “Lan She Lung”, di mana penulis mendapatkan

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul KONSEP KAFAAH DALAM HUKUM ISLAM DAN

URGENSINYA TERHADAP KEUTUHAN RUMAH TANGGA SAKINAH telah

diujikan dalam Sidang Munaqasah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 09 Januari 2009. Skripsi ini

telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Hukum Islam

(SHI) pada Program Studi Ahwal al-Syakhshiyah (Peradilan Agama).

Jakarta, 09 Januari 2009

Mengesahkan,

Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

Prof. DR. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM

NIP. 150 210 422

PANITIA UJIAN

1. Ketua : Drs. H.A. Basiq Djalil, SH, MA (………...……………)

NIP. 150 169 102

2. Sekretaris : Kamarusdiana, S.Ag., MH (……...………………)

NIP. 150 285 972

3. Pembimbing I : DR. Mamat Slamet Burhanuddin, MA (…………………..…)

NIP. 150 289 199

4. Pembimbing II : Kamarusdiana, S.Ag., MH (…..…………….……)

NIP. 150 285 972

5. Penguji I : Prof.DR.H.M.Amin Suma,SH,MA,MM (…..………….……....)

NIP. 150 210 422

6. Penguji II : Drs. H.A. Basiq Djalil, SH, MA (……..…………….....)

NIP. 150 169 102

Page 4: KONSEP KAFAAH DALAM HUKUM ISLAM DAN URGENSINYA … MULYONO-FSH.pdfKomando Resimen Mahasiswa “WIRA DHARMA”, dan Perguruan Kungfu Shaolin “Lan She Lung”, di mana penulis mendapatkan

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil asli karya saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 09 Januari 2009

Ahmad Mulyono

Page 5: KONSEP KAFAAH DALAM HUKUM ISLAM DAN URGENSINYA … MULYONO-FSH.pdfKomando Resimen Mahasiswa “WIRA DHARMA”, dan Perguruan Kungfu Shaolin “Lan She Lung”, di mana penulis mendapatkan

MOTTO

“Maka sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan,

Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.

Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan

sungguh-sungguh (urusan) yang lain,

Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.”

(QS.al-Insyirah, 94: 5-8)

Salam hormat buat pagi hari

Lihatlah siang hari mulai merekah

Itulah kehidupan, kehidupan yang sesungguhnya

Dalam waktu yang singkat engkau akan menjumpai

Berbagai macam hakekat keberadaanmu

Yaitu nikmat pertumbuhan, karya yang mulia dan kesuksesan yang cemerlang

Karena hari kemarin tiada lain hanyalah mimpi

Hari esok tiada lain hanyalah fantasi

Tapi hari yang kau jalani dengan seutuhnya akan mengubah

Hari kemarin menjadi mimpi yang indah

Dan tiap hari esok akan menjadi penuh dengan harapan

Maka lihatlah dengan baik hari ini

(Kalidasha)

Skripsi ini saya persembahkan untuk :

Kedua Orang Tua tercinta (Ayahanda Sunarto dan Ibunda Mujiati),

Kakek (alm) dan Nenek,

Ibunda Siti Fatimah sekeluarga serta

Kakak (almh) dan adikku tersayang.

Page 6: KONSEP KAFAAH DALAM HUKUM ISLAM DAN URGENSINYA … MULYONO-FSH.pdfKomando Resimen Mahasiswa “WIRA DHARMA”, dan Perguruan Kungfu Shaolin “Lan She Lung”, di mana penulis mendapatkan

KATA PENGANTAR

Ahamdulillah, Puji dan syukur penulis panjatkan kehadhirat Allah SWT yang

telah melimpahkan nikmat, rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulisan skripsi

dapat diselesaikan dengan baik. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan

kepada Rasululllah SAW. beserta keluarga dan sahabatnya, yang telah menunjukkan

jalan kebenaran kepada kita baik di dunia maupun di akhirat.

Skripsi ini dengan judul “Konsep Kafaah dalam Hukum Islam dan

Urgensinya terhadap Keutuhan Rumah Tangga Sakinah” diajukan kepada Fakultas

Syariah dan Hukum untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Hukum

Islam (SHI) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Munculnya berbagai hambatan dan kesulitan seolah terasa ringan berkat

bantuan dan dorongan berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis berkenan

mengucapkan terima kasih kepada beberapa pihak tertentu, tanpa mengurangi rasa

hormat penulis bagi pihak-pihak yang tidak mungkin disebutkan satu-persatu dalam

pengantar yang singkat ini.

Ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya, penulis

sampaikan kepada:

1. Prof. DR. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM, Dekan Fakultas Syariah

dan Hukum, beserta para Pembantu Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 7: KONSEP KAFAAH DALAM HUKUM ISLAM DAN URGENSINYA … MULYONO-FSH.pdfKomando Resimen Mahasiswa “WIRA DHARMA”, dan Perguruan Kungfu Shaolin “Lan She Lung”, di mana penulis mendapatkan

2. Drs. H. A. Basiq Djalil, SH, MA, Ketua Program Studi Ahwal al-Syakhshiyah,

dan Kamarusdiana, S.Ag, MH, Sekretaris Program Studi Ahwal al-Syakhshiyah,

serta seluruh Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

3. DR. Mamat Slamet Burhanuddin, MA dan Kamarusdiana, S.Ag, MH, yang telah

meluangkan waktu di sela-sela kesibukannya untuk membimbing dan

mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Pimpinan dan segenap karyawan Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas

Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta serta Perpustakaan Iman

Jama’ yang telah memberikan fasilitas untuk mengadakan studi perpustakaan.

5. Ayahanda Sunarto dan Ibunda Mujiati yang selalu memberikan dukungan baik

moril maupun materil, perhatian, kasih sayang dan doa yang tak pernah henti-

hentinya diberikan kepada Ananda. ‘Semoga Allah mengampuni dosaku dan dosa

kedua orang tuaku dan semoga Allah mengasihi keduanya sebagaimana mereka

mengasihiku sewaktu masih kecil’.

6. Atase Agama, Atase Promosi Pendidikan, khususnya kepada Atase Pendidikan

Kedutaan Besar Malaysia di Jakarta, Bapak Rosli bin Sakimin sekeluarga yang

telah membantu menyediakan fasilitas dalam penulisan skripsi ini.

7. Keluarga Besar Ikatan Alumni Madrasah Raudlatul Ulum (IKAMARU),

Komando Resimen Mahasiswa “WIRA DHARMA”, dan Perguruan Kungfu

Shaolin “Lan She Lung”, di mana penulis mendapatkan tambahan bekal ilmu dan

pengalaman yang sangat berharga dalam menghadapi tantangan masa depan.

Page 8: KONSEP KAFAAH DALAM HUKUM ISLAM DAN URGENSINYA … MULYONO-FSH.pdfKomando Resimen Mahasiswa “WIRA DHARMA”, dan Perguruan Kungfu Shaolin “Lan She Lung”, di mana penulis mendapatkan

8. Teman-teman senasib dan seperjuangan: Amien, Omen, Said, Nurul, Ragil,

Nu’ma, Hanifah, Amiq (almh), dkk. Teman-teman PTIQ: Mahasin, Ruba’I,

Ashari, dkk. Teman-teman Malaysia: Norman, Izrul, Fahmi, Jamilah dan tidak

lupa Ummu Hajar. Serta teman-teman kelas PA baik reguler maupun ekstensi.

Semoga pertemuan dan persahabatan ini dirahmati oleh Allah serta tetap terjalin

indah selamanya.

9. The last but not least, untuk semua pihak yang telah berjasa dalam proses

penyusunan skripsi ini.

Mudah-mudahan jasa dan amal baik tersebut mendapatkan balasan yang

berlipat-ganda dari Allah SWT dan termasuk sebagai amal yang saleh.

Akhirnya, semoga skripsi yang sederhana ini dapat memenuhi harapan dalam

ikut serta membantu kemajuan pendidikan, khususnya masalah pembinaan keluarga

sakinah dalam kehidupan sehari-hari. Mudah-mudahan tulisan ini bermanfaat bagi

orang banyak dan membawa keberkahan di dunia dan akhirat. Semoga Allah SWT

memberikan petunjuk ke jalan yang benar dan mencurahkan taufik serta hidayah-Nya

kepada kita sekalian. Amin ya Robb al-‘Alamin.

Jakarta, 12 Muharram 1430 H

09 Januari 2009 M

Penulis

Page 9: KONSEP KAFAAH DALAM HUKUM ISLAM DAN URGENSINYA … MULYONO-FSH.pdfKomando Resimen Mahasiswa “WIRA DHARMA”, dan Perguruan Kungfu Shaolin “Lan She Lung”, di mana penulis mendapatkan

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i

DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah............................................................ 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ........................................ 4

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian.................................................. 5

D. Kajian Pustaka .......................................................................... 6

E. Metode Penelitian ..................................................................... 10

F. Sistematika Penulisan................................................................ 12

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG RUMAH TANGGA SAKINAH

A. Konsep Pernikahan dalam Islam................................................ 13

1. Pengertian Pernikahan ........................................................ 13

2. Hukum dan Prinsip Pernikahan ........................................... 17

3. Tujuan dan Hikmah Pernikahan........................................... 19

B. Ajaran Islam untuk Mencari dan Memilih Pasangan Hidup ...... 21

1. Kriteria Calon Suami........................................................... 21

2. Kriteria Calon Isteri............................................................. 28

C. Konsep Keluarga Sakinah Mawaddah Warahmah .................... 45

Page 10: KONSEP KAFAAH DALAM HUKUM ISLAM DAN URGENSINYA … MULYONO-FSH.pdfKomando Resimen Mahasiswa “WIRA DHARMA”, dan Perguruan Kungfu Shaolin “Lan She Lung”, di mana penulis mendapatkan

BAB III KAFAAH DALAM ISLAM

A. Pengertian Kafaah dan Dasar Hukumnya .................................. 55

B. Pendapat Ulama tentang Kafaah................................................ 57

C. Kafaah dalam Pernikahan.......................................................... 68

BAB IV URGENSI KAFAAH TERHADAP KEUTUHAN KELUARGA

A. Permasalahan dalam Pernikahan ............................................... 76

1. Halangan Pernikahan........................................................... 76

2. Krisis Rumah Tangga.......................................................... 82

B. Upaya untuk Menjaga Keutuhan Keluarga ............................... 85

C. Urgensi Kafaah terhadap Keutuhan Keluarga ............................ 94

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan .............................................................................103

B. Saran .......................................................................................105

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Page 11: KONSEP KAFAAH DALAM HUKUM ISLAM DAN URGENSINYA … MULYONO-FSH.pdfKomando Resimen Mahasiswa “WIRA DHARMA”, dan Perguruan Kungfu Shaolin “Lan She Lung”, di mana penulis mendapatkan

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Hidup berpasang-pasangan, hidup berjodoh-jodohan adalah naluri segala

makhluk Allah, termasuk manusia. Dari makhluk yang diciptakan berpasang-

pasangan inilah, Allah SWT menciptakan manusia menjadi berkembang biak dan

berlangsung dari generasi ke generasi berikutnya. Islam mengatur manusia dalam

hidup berjodoh-jodohan itu melalui jenjang pernikahan.1

Pernikahan adalah salah satu asas pokok hidup yang paling utama dalam

pergaulan atau masyarakat yang sempurna. Pernikahan itu bukan saja merupakan

satu jalan yang sangat mulia untuk mengatur kehidupan rumah tangga dan

keturunan, tetapi dapat juga dipandang sebagai satu jalan menuju pintu

perkenalan antara suatu kaum dengan kaum yang lain, dan perkenalan itu akan

menjadi jalan untuk menyampaikan pertolongan antara satu dengan yang lainnya.

Sebenarnya pertalian nikah adalah pertalian yang seteguh-teguhnya dalam

hidup dan kehidupan manusia, bukan saja antara suami-istri dan keturunannya,

melainkan antara dua keluarga. Dari baiknya pergaulan antara suami dengan

istrinya, akan berpindahlah kebaikan itu kepada semua keluarga dari kedua belah

1 Abd. Rahman Ghazaly, Fiqh Munakahat, cet.ke-1, (Bogor: Kencana, 2003), h. 12.

Page 12: KONSEP KAFAAH DALAM HUKUM ISLAM DAN URGENSINYA … MULYONO-FSH.pdfKomando Resimen Mahasiswa “WIRA DHARMA”, dan Perguruan Kungfu Shaolin “Lan She Lung”, di mana penulis mendapatkan

pihak, sehingga mereka menjadi satu dalam segala urusan tolong-menolong

sesamanya dalam menjalankan kebaikan dan mencegah segala kejahatan.2

Secara umum, pernikahan dianggap sebagai aktifitas penyatuan dua jiwa

ke dalam sebuah ikatan yang sakral, menciptakan rumah tangga sakinah dan

menurunkan generasi demi generasi. Oleh sebab itu, syariat Islam menetapkan

beberapa peraturan untuk menjaga keselamatan pernikahan ini. Begitu teliti Islam

mengatur sendi-sendi kehidupan manusia sehingga menyentuh bagian dasar yang

dianggap non-prinsipil tetapi sebenarnya adalah prinsipil, seperti menikah dengan

pasangan yang sekufu-sepadan, baik dari segi sosial, harkat dan martabat,

keturunan, pengetahuan, wawasan, suku, ras, agama, dan lain sebagainya.

Tidak dapat dipungkiri bahwa secara naluriah setiap manusia ingin

mendapatkan pasangan hidup yang sepadan, bahkan yang lebih baik dari dirinya.

Sewajarnya mereka membutuhkan adanya keserasian dalam pernikahan.

Kesepadanan dalam pernikahan berarti kecocokan yang diperlukan untuk

membentuk keluarga sakinah. Sebaliknya, ketidaksepadanan dalam pernikahan

dapat mengakibatkan ketimpangan yang menimbulkan kesenjangan sosial dalam

rumah tangga.

Memperhatikan terlebih dahulu kafaah adalah salah satu faktor penting

yang sebaiknya dipertimbangkan oleh calon suami/istri maupun orang tua wali

sebelum memasuki gerbang pernikahan. Karena mengetahui cocok atau tidaknya

calon pasangan hidup sebelum pernikahan itu jauh lebih baik daripada

2 Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, cet.ke-29, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 1996), h. 374.

Page 13: KONSEP KAFAAH DALAM HUKUM ISLAM DAN URGENSINYA … MULYONO-FSH.pdfKomando Resimen Mahasiswa “WIRA DHARMA”, dan Perguruan Kungfu Shaolin “Lan She Lung”, di mana penulis mendapatkan

mengetahuinya setelah berumah tangga. Selain itu, menerapkan kafaah bisa

mengurangi tingkat kesenjangan antara suami-isteri serta mencegah seringnya

pertengkaran dan keributan dalam rumah tangga.

Namun, sebagian para calon pasangan pengantin tidak terlalu

memusingkan masalah kafaah ini. Mereka berpikir bahwa keutuhan rumah tangga

bisa terwujud hanya dilandasi oleh cinta. Kemurnian cinta bisa mengalahkan

segala-galanya, ‘Love is Blind’, cinta itu buta. Kekuatannya begitu dahsyat

sehingga sanggup menerjang segala hambatan yang menghadang. Jika cinta sudah

bicara, apa yang tidak bisa dilakukan? Adat-istiadat akan didobrak, kafaah akan

dilabrak, bahkan tidak jarang ajaran agama dan hukum negara pun akan

dilanggar. Tidak peduli apakah itu halal atau haram, tidak peduli itu dosa dan

berujung dengan ganjaran menginap di penjara. Semua itu tidak berarti apa-apa

bagi insan yang sedang kerasukan cinta dan dilanda mabuk asmara. Namun ketika

cinta memasuki bahtera rumah tangga dan mengarungi samudera kehidupan,

ketika prahara mengguncang dan mengancam keutuhan bahtera itu, mereka baru

sadar bahwa cinta itu tidak menjamin segalanya menjadi lebih baik.

Kafaah dalam pernikahan merupakan salah satu faktor yang dapat

mendorong terciptanya kebahagiaan suami-isteri dan lebih menjamin keselamatan

perempuan dari kegagalan atau kegoncangan rumah tangga. Kafaah dianjurkan

oleh Islam dalam memilih calon suami/isteri, tetapi tidak menentukan sah atau

tidaknya pernikahan. Karena pernikahan yang tidak seimbang serta banyaknya

perbedaan antara suami-istri akan menimbulkan problema berkelanjutan yang

Page 14: KONSEP KAFAAH DALAM HUKUM ISLAM DAN URGENSINYA … MULYONO-FSH.pdfKomando Resimen Mahasiswa “WIRA DHARMA”, dan Perguruan Kungfu Shaolin “Lan She Lung”, di mana penulis mendapatkan

mengancam keutuhan rumah tangga dan besar kemungkinan menyebabkan

terjadinya perceraian.

Itulah beberapa permasalahan yang melatarbelakangi penulis untuk

mengadakan pembahasan dan penelitian masalah tersebut dengan

menuangkannya dalam sebuah karya ilmiah (skripsi) berjudul: “Konsep Kafaah

dalam Hukum Islam dan Urgensinya terhadap Keutuhan Rumah Tangga

Sakinah.”

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Berdasarkan pada masalah yang telah diuraikan pada latar belakang di

atas, maka pembatasan pokok masalah yang hendak dibahas melalui skripsi

ini adalah bagaimana pandangan Islam, baik yang berupa pendapat ulama

dalam kitab-kitab fiqh maupun dalam hukum positif Indonesia tentang konsep

keluarga sakinah mawaddah warahmah dan kafaah dalam pernikahan. Juga

membahas tentang permasalahan yang muncul dalam bahtera rumah tangga

dan upaya untuk menjaga keutuhan keluarga serta urgensi kafaah dalam

membina rumah tangga yang sakinah.

2. Perumusan Masalah

Pada umumnya, setiap orang menginginkan kehidupan keluarga yang

bahagia, sakinah mawaddah warahmah. Rumah tangga sakinah memang

tidak hanya didasari oleh satu sebab saja tapi ada banyak hal yang bisa

Page 15: KONSEP KAFAAH DALAM HUKUM ISLAM DAN URGENSINYA … MULYONO-FSH.pdfKomando Resimen Mahasiswa “WIRA DHARMA”, dan Perguruan Kungfu Shaolin “Lan She Lung”, di mana penulis mendapatkan

menciptakan surga dalam rumah tangga, ‘Baiti Jannati’. Demikian juga,

banyak hal yang bisa menyebabkan kebahagiaan, sebanyak itu pula yang bisa

menjadikan kehancurannya. Perceraian merupakan salah satu akibat dari

berbagai hal yang menyebabkan kegoncangan dalam rumah tangga dan

mengancam keutuhan keluarga, diantaranya adalah ketidakcocokan antara

suami-isteri sehingga sering bertengkar. Dalam Islam, ketidakcocokan ini

sama artinya dengan tidak sekufu.

Agar lebih mudah dipahami, maka masalah ini dirumuskan dalam bentuk

pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimana rumusan konsep tentang pembinaan keluarga sakinah mawaddah

warahmah dalam hukum Islam?

2. Bagaimana konsep kafaah dalam Islam yang dapat menciptakan kebahagiaan

dalam rumah tangga umat Islam dan masyarakat pada umumnya?

3. Bagaimana urgensi kafaah terhadap keutuhan keluarga dalam menghadapi

berbagai permasalahan rumah tangga?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Untuk memperjelas sasaran yang akan dicapai melalui penelitian sesuai

dengan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan penulisan

skripsi ini adalah :

1. Memperoleh gambaran, pengetahuan dan pemahaman tentang konsep

pembinaan keluarga sakinah mawaddah warahmah dalam hukum Islam;

Page 16: KONSEP KAFAAH DALAM HUKUM ISLAM DAN URGENSINYA … MULYONO-FSH.pdfKomando Resimen Mahasiswa “WIRA DHARMA”, dan Perguruan Kungfu Shaolin “Lan She Lung”, di mana penulis mendapatkan

2. Dapat mengetahui konsep kafaah dalam Islam untuk menciptakan kebahagian

rumah tangga dalam mengarungi bahtera kehidupan;

3. Dapat mengetahui urgensi kafaah terhadap keutuhan keluarga dalam

menghadapi berbagai permasalahan rumah tangga.

Adapun manfaat penelitian ini adalah :

1. Bagi dunia keilmuan, menjadi bahan kajian atau referensi ilmiah kritis dalam

memperkaya khazanah ilmu pengetahuan dan mengisi perubahan kehidupan

bangsa dan negara;

2. Bagi masyarakat, menjadi bahan pertimbangan dalam memilih calon pasangan

hidup dalam membina rumah tangga sakinah;

3. Dapat mendorong kemajuan pola pikir umat Islam Indonesia dari stagnasi

pemahaman hukum.

D. Kajian Pustaka

Pertama, dalam tulisan Nurhayati tentang Konsep Keluarga Sakinah KH.

Abdullah Gymnastiar (‘Aa Gym)3, dijelaskan bahwa ada tiga pola pembinaan

keluarga sakinah ‘Aa Gym yaitu pembinaan ekonomi, pembinaan pendidikan dan

pembinaan keluarga dalam bermasyarakat.

Perekonomian keluarga ‘Aa Gym didirikan atas dasar sikap pertengahan,

yaitu tidak berlebihan dan tidak pula terlalu hemat sehingga terkesan kikir, serta

3 Nurhayati, “Konsep Keluarga Sakinah KH. Abdullah Gymnastiar; Study Tokoh Pimpinan

Pondok Pesantren Darut Tauhid Bandung”, (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, 2004), h. 37-40.

Page 17: KONSEP KAFAAH DALAM HUKUM ISLAM DAN URGENSINYA … MULYONO-FSH.pdfKomando Resimen Mahasiswa “WIRA DHARMA”, dan Perguruan Kungfu Shaolin “Lan She Lung”, di mana penulis mendapatkan

diupayakan adanya keseimbangan antara pemenuhan kebutuhan duniawi dan

kebutuhan ukhrawi. Selain itu, dalam keluarganya diterapkan sifat sabar dan

qana’ah (menerima apa adanya) atas rizki yang diperoleh dari hasil ikhtiar, dan

dalam mengelola keuangan keluarga memakai prinsip mengutamakan kebutuhan

primer, kemudian kebutuhan sekunder dan setelah itu baru pemenuhan kebutuhan

pelengkap (tersier). Pola pembinaan selanjutnya adalah melatih sikap zuhud

(menjadikan dunia sebagai sarana, bukan tujuan utama), dan wara’ (hati-hati

dalam menjalani hidup). Kemudian juga melatih jiwa wiraswasta agar mampu

menggunakan pikiran dan potensi secara tepat, kreatif, efektif, dan efisien.

Pembinaan terhadap keluarga, terutama istri sangat diperlukan untuk

menjadi sosok yang diteladani oleh anak-anak, karena istri (ibu) adalah seorang

pendidik pertama dan utama bagi anak-anak dalam keluarga. Pada ibu-lah beban

digantungkan, sebagaimana digambarkan bahwa surga terletak di bawah telapak

kaki ibu. Adapun pola pembinaan yang dilakukan ‘Aa Gym terhadap istri dan

anak-anaknya di antaranya yaitu: menyamakan visi dan misi, memberi teladan

dan pendidikan, membuat dan menetapkan peraturan yang adil serta istiqamah.

Sedangkan pembinaan keluarga dalam masyarakat, bahwa semua keluarga

muslim terikat dalam satu kesatuan kokoh yang mempunyai keserasian dalam

hak, kewajiban dan tanggung jawab dalam melaksanakan amanat Allah SWT

yang diwujudkan dalam perilaku bermasyarakat berdasarkan prinsip tauhid,

Page 18: KONSEP KAFAAH DALAM HUKUM ISLAM DAN URGENSINYA … MULYONO-FSH.pdfKomando Resimen Mahasiswa “WIRA DHARMA”, dan Perguruan Kungfu Shaolin “Lan She Lung”, di mana penulis mendapatkan

ukhuwah, musawwah, musyawarah, ta’awun, tahafulul ijtima’, fastabiqul khairat,

tasamuh, amal shalih, dan istiqamah.4

Dalam tulisannya ini, Nurhayati menitikberatkan pembahasannya tentang

keluarga sakinah secara umum dan konsep ‘Aa Gym dalam membina keluarganya

menjadi keluarga sakinah mawaddah warahmah.

Kedua, Umar, dalam tulisannya tentang Eksistensi Ahlul Bait dan

Kafaahnya dalam Pandangan Islam5, menyatakan bahwa kafaah berlaku untuk

Ahlul Bait Nabi SAW dan keturunannya, Alawiyyin, baik itu laki-laki (syarif)

maupun perempuan (syarifah). Hal ini disebabkan agar hubungan tali kekerabatan

dengan Nabi SAW tidak terputus. Kafaah adalah bagian dari syariat pernikahan,

Rasulullah SAW sendiri yang mengatur prosesi pernikahan anak-cucunya.

Penerapan kafaah semestiya dipahami dan dihayati oleh semua pihak,

khususnya pihak yang bersangkutan, yaitu syarifah itu sendiri. Adapun walinya,

keluarga, kerabat atau teman-temannya harus mendukung penerapan kafaah.

Sementara, orang-orang selain Alawiyyin hendaknya ikut melestarikan populasi

keturunan Rasulullah SAW dengan cara menjaga substansi kafaah. Karena

terwujudnya silsilah mulia mereka bukan berdasarkan permintaan, melainkan

anugerah Ilahi. Maka, bagi Alawiyyin seyogyanya mensyukuri nikmat itu.6

4 Ibid., h. 53. 5 Umar, “Eksistensi Ahlul Bait dan Kafaahnya dalam Pandangan Islam”, (Skripsi S1 Fakultas

Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2004), h. 49-51. 6 Ibid., h. 60.

Page 19: KONSEP KAFAAH DALAM HUKUM ISLAM DAN URGENSINYA … MULYONO-FSH.pdfKomando Resimen Mahasiswa “WIRA DHARMA”, dan Perguruan Kungfu Shaolin “Lan She Lung”, di mana penulis mendapatkan

Demikianlah, dalam tulisannya ini, penulis menggambarkan tentang Ahlul

Bait dan keutamaannya dibandingkan dengan umat Islam yang lain serta

kafaahnya dalam pernikahan.

Ketiga, Abdullah Zahir, dalam tulisannya tentang Menyingkap

Perkawinan Kaum Alawiyyin Indonesia Perspektif Hukum Islam7, menyatakan

bahwa dalam hal perkawinan, kaum Alawiyyin yang ada di Indonesia memiliki

beberapa tahap dalam menyelenggarakan perkawinannya, di antaranya yaitu:

1. Meminta dengan mengadakan pertemuan antara kedua belah pihak orang tua.

Istilah untuk tahap ini adalah “baca fatihah.”

2. Tunangan. Setelah adanya kesepakatan antara kedua belah pihak untuk

melanjutkan hubungan yang lebih serius. Istilahnya “tukar cincin.”

3. Lamaran. Sebelum menikah, pihak laki-laki memberikan hadiah kepada pihak

perempuan. Hukum lamaran tidak wajib dan berbeda-beda menurut adat

masing-masing.

4. Akad Nikah.

Para ulama Alawiyyin mewajibkan pernikahan sekufu bertujuan agar

kemuliaan dan keutamaan mereka sebagai keturunan Rasulullah SAW yang

ditetapkan dalam al-Qur’an dan al-Hadis tetap berada dalam diri mereka.

Penulis memperoleh hasil tentang perkawinan senasab di kalangan

Alawiyyin sebanyak 84% yang menjalani konsep kafaah nasab tersebut dengan

7 Abdullah Zahir, “Menyingkap Perkawinan Kaum Alawiyyin Indonesia Perspektif Islam;

Studi Yayasan Rabithah Alawiyyah”, (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, 2005), h. 73-87.

Page 20: KONSEP KAFAAH DALAM HUKUM ISLAM DAN URGENSINYA … MULYONO-FSH.pdfKomando Resimen Mahasiswa “WIRA DHARMA”, dan Perguruan Kungfu Shaolin “Lan She Lung”, di mana penulis mendapatkan

baik, sedangkan sebanyak 16% tidak menjalankan konsep kafaah nasab dalam

pernikahannya disertai dengan alasan masing-masing.8

Pelaksanaan kafaah yang dilakukan oleh golongan Alawiyyin didasari oleh

perbuatan Rasulullah SAW yang dicontohkannya dalam menikahkan putrinya,

Fatimah dengan Ali. Hal itu pula yang mendasari para keluarga Alawiyyin

menjaga anak putrinya untuk tetap menikah dengan laki-laki yang sekufu sampai

saat ini.9

Berbeda dengan tulisan kedua tentang Ahlul Bait dan Kafaahnya yang

dijelaskan secara umum, Penulis kali ini menitikberatkan pada perkawinan Ahlul

Bait (Alawiyyin) di Indonesia dan kafaahnya serta dilampirkan juga prosentase

yang menikah dengan menerapkan kafaah nasab dan yang tidak

melaksanakannya.

E. Metode Penelitian

1. Pendekatan Masalah

Pendekatan masalah dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif

yaitu dengan melakukan analisa isi, menganalisa dengan cara menguraikan

dan mendeskripsikan isi dari kajian pustaka yang telah Penulis dapatkan dari

beberapa literatur kepustakaan, kemudian menghubungkan dengan masalah

yang diajukan sehingga ditemukan kesimpulan yang obyektif, logis, konsisten

8 Ibid., h. 77. 9 Ibid., h. 87.

Page 21: KONSEP KAFAAH DALAM HUKUM ISLAM DAN URGENSINYA … MULYONO-FSH.pdfKomando Resimen Mahasiswa “WIRA DHARMA”, dan Perguruan Kungfu Shaolin “Lan She Lung”, di mana penulis mendapatkan

dan sistematis sesuai dengan tujuan yang dikehendaki penulis dalam skripsi

ini.

2. Jenis Penelitian

Dalam skripsi ini, penulis menggunakan jenis penelitian kepustakaan

(library research). Kajian pustaka meliputi pengidentifikasian, penemuan dan

analisis dokumen-dokumen yang memuat informasi yang berkaitan dengan

masalah penelitian.

3. Sumber Data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan

data sekuder, yaitu :

b. Data Primer

Data yang diperoleh dengan jalan mengadakan studi kepustakaan atas

dokumen-dokumen yang berhubungan dengan masalah yang diajukan.

Adapun dokumen yang dimaksud adalah :

Al-Qur’an, Hadis, Kitab-kitab Fiqh klasik, Undang-undang Nomor 1

Tahun 1974 tentang Perkawinan, Undang-undang Nomor 9 Tahun 1975

tentang Pelaksanaan UU No. 1/1974, dan Kompilasi Hukum Islam.

c. Data Sekunder

Meliputi : Majalah, Bulletin, Koran, Internet dan lain-lain yang

berhubungan dengan masalah yang sedang dikaji.

Page 22: KONSEP KAFAAH DALAM HUKUM ISLAM DAN URGENSINYA … MULYONO-FSH.pdfKomando Resimen Mahasiswa “WIRA DHARMA”, dan Perguruan Kungfu Shaolin “Lan She Lung”, di mana penulis mendapatkan

Kemudian kedua data tersebut dianalisis dengan cara menguraikan dan

menghubungkannya dengan masalah yang diteliti.

F. Sistematika Penulisan

Adapun laporan hasil penelitian ini dituangkan ini dalam bentuk karya

tulis skripsi dengan sistematika penulisan sebagaimana berikut :

Bab pertama, Pendahuluan. Pembahasan ini mencakup latar belakang

masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,

kajian pustaka, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab kedua, Tinjauan Umum Rumah Tangga Sakinah. Pembahasan ini

mencakup konsep pernikahan dalam Islam, ajaran Islam untuk mencari dan

memilih pasangan hidup, dan konsep keluarga sakinah mawaddah warahmah.

Bab ketiga, Kafaah dalam Islam. Pembahasan ini mencakup pengertian

kafaah, pendapat ulama tentang kafaah, dan hukum kafaah dalam pernikahan.

Bab keempat, Urgensi Kafaah terhadap Keutuhan Keluarga. Pembahasan

ini mencakup permasalahan dalam pernikahan, upaya untuk menjaga keutuhan

keluarga, dan urgensi kafaah terhadap keutuhan keluarga.

Bab kelima, Penutup. Pembahasan ini mencakup kesimpulan dan saran.

Page 23: KONSEP KAFAAH DALAM HUKUM ISLAM DAN URGENSINYA … MULYONO-FSH.pdfKomando Resimen Mahasiswa “WIRA DHARMA”, dan Perguruan Kungfu Shaolin “Lan She Lung”, di mana penulis mendapatkan

BAB II

TINJAUAN UMUM

TENTANG RUMAH TANGGA SAKINAH

A. Konsep Pernikahan dalam Islam

4. Pengertian Pernikahan

Dalam bahasa Indonesia, pernikahan berasal dari kata “nikah”, yang

menurut bahasa artinya mengumpulkan, saling memasukkan, dan digunakan

untuk arti bersetubuh (wathi).10

Sedangkan menurut istilah, nikah berarti suatu

akad yang menghalalkan pergaulan antara seorang laki-laki dan perempuan

yang bukan muhrim.11

Akad ini menimbulkan hak dan kewajiban antara

keduanya. Itu merupakan suatu ikatan lahir antara dua orang laki-laki dan

perempuan untuk hidup bersama dalam suatu rumah tangga dan memiliki

keturunan yang dilangsungkan menurut ketentuan syariat Islam. Kata nikah

sendiri sering dipergunakan untuk arti persetubuhan (coitus). Pernikahan

disebut juga perkawinan, berasal dari kata “kawin” yang menurut bahasa

artinya membentuk keluarga dengan lawan jenis; melakukan hubungan

kelamin atau bersetubuh.12

10 Muhammad bin Ismail al-Kahlaniy al-Shan’aniy, Subul as-Salam Syarh Bulugh al-Maram

min Adillah al-Ahkam, jil.III, (Bandung: Dahlan, tth.), h. 109. 11 M. Abdul Mujieb, dkk, Kamus Istilah Fiqh, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2002), h. 249. 12 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, ed.II, cet.II,

(Jakarta: Balai Pustaka, 1994), h.456.

Page 24: KONSEP KAFAAH DALAM HUKUM ISLAM DAN URGENSINYA … MULYONO-FSH.pdfKomando Resimen Mahasiswa “WIRA DHARMA”, dan Perguruan Kungfu Shaolin “Lan She Lung”, di mana penulis mendapatkan

Menurut istilah hukum Islam, terdapat beberapa definisi, di antaranya

adalah:

� �ع�ر ا������ و�� ��� ه�� اجو��ا�� �ع#$# ا"&�* وةاء�$�� '&% ا����ع#$# ا"! ��

. &%���� 'ةاء�$ا�

Artinya: “Perkawinan menurut syara’ yaitu akad yang ditetapkan syara’

untuk membolehkan bersenang-senang antara laki-laki dengan

perempuan dan menghalalkan bersenang-senangnya perempuan

dengan laki-laki.”13

Muhammad Ali Ibn Muhammad al-Syaukani mendefinisikan:

�4 ا���و%�4 ی2&1 '� ا��طء�� ��� ه�� �ح.�-,ا'

Artinya: “Nikah menurut istilah syara’ ialah akad yang menghalalkan

hubungan seksual antara suami-istri.”14

Dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI), pengertian perkawinan dan

tujuannya dinyatakan dalam pasal 2 dan 3 sebagai berikut:

Pasal 2: Perkawinan menurut hukum Islam adalah pernikahan, yaitu

akad yang sangat kuat atau mitsaqan ghalidzan untuk mentaati

perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah.

Pasal 3: Perkawinan bertujuan untuk mewujudkan kehidupan rumah

tangga yang sakinah, mawaddah, dan rahmah.15

Adapun yang dimaksud dengan perkawinan sebagaimana dijelaskan

dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 (UU No.1/1974) pasal 1 bahwa:

“Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang

13 Wahbah al-Zuhaili, al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu, juz-7, cet.III, (Beirut: Dar al-Fikr,

1989), h. 29. 14 Muhammad Ali Ibn Muhammad al-Syaukani, Nail al-Authar, juz-5, (Kairo: Maktabah al-

Iman, t.th.), h. 110. 15 Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, cet.II, (Jakarta: CV Akademika

Pressindo, 2005), h. 114.

Page 25: KONSEP KAFAAH DALAM HUKUM ISLAM DAN URGENSINYA … MULYONO-FSH.pdfKomando Resimen Mahasiswa “WIRA DHARMA”, dan Perguruan Kungfu Shaolin “Lan She Lung”, di mana penulis mendapatkan

wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah

tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”.

Oleh karena itu, pengertian perkawinan dalam ajaran agama Islam

mempunyai nilai ibadah, sehingga pasal 2 KHI menegaskan bahwa

perkawinan adalah akad yang sangat kuat (mitsaqan ghalidhan) untuk

menaati perintah Allah, dan melaksanakannya merupakan ibadah.

Apabila Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan

menggunakan istilah yang bersifat umum, maka KHI menggunakan istilah

khusus yang tercantum dalam al-Qur’an. Misalnya, mitsaqan galidzan,

ibadah, sakinah, mawaddah, dan rahmah.16

Kedua pengertian perkawinan tersebut dari sudut kebahasaan dan

istilah, dapatlah dipahami bahwa nikah merupakan suatu ikatan perjanjian

yang sakral dan kekal antara seorang laki-laki (calon suami) dengan seorang

perempuan (calon istri) untuk bersama-sama sepakat saling mengikat di antara

keduanya, hidup bersama dalam membentuk lembaga keluarga (rumah

tangga) agar memperoleh kedamaian hati, ketenteraman jiwa dan cinta kasih.

Sebagaimana dijelaskan oleh Allah SWT dalam surat ar-Rum ayat 21

sebagai berikut:

������ ������ ��� ���� ������ ����� ����� ����� !�"��

#☯���&'�� (�)*,�� �.�/� 0�1&2��34 56�7�8�� �!9�,�:��

16 Zainuddin Ali, Hukum Perdata Islam di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2006), h. 7-8.

Page 26: KONSEP KAFAAH DALAM HUKUM ISLAM DAN URGENSINYA … MULYONO-FSH.pdfKomando Resimen Mahasiswa “WIRA DHARMA”, dan Perguruan Kungfu Shaolin “Lan She Lung”, di mana penulis mendapatkan

,;<2�*<� =�☺��?�� @ <�34 A3B �C���D EF�� G� HI�*�4�/�

���JK�⌧��� MNOP Artinya: “Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan

pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu

cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di

antaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada yang demikian itu

benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum

yang berfikir.” (QS. Ar-Rum, 30:21)

Dasar disyariatkannya nikah ialah firman Allah SWT dalam surat an-

Nisa ayat 3 :

... (�*���"00�R 0�� ST0�U ����� S���� ��V0W ��X�0� @Y;8�Z��

�[���7\�� �]���^?�� ( ��3_�R \.&��S ab�� (�*���c�7�

e;�c���*�R ... Artinya: “…, maka nikahilah perempuan (lain) yang kamu senangi: dua, tiga

atau empat. Tetapi jika kamu khawatir tidak akan mampu berlaku

adil, maka (nikahilah) seorang saja,...” (QS. An-Nisa’, 4:3)

Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW bersabda:

���� �ی: �6ل ر"�ل ا7 ? �< ا7 � �� و" �=: 4� ا'4 �;��د ر8� ا7 �-� 6�ل

= 4�� وج�� G4�*ا و�E1F� @G ا�ن�� Cجو��#� Cة�ء@ ا�=.- ��عB# ا"4 ��ب@ا���

� � BHC#;ی�' �G���مC �ء% و� ��ن�� .)�� � K�#�(17

Artinya: “Dari Ibnu Mas’ud r.a. berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda:

Wahai para pemuda, barangsiapa diantara kalian mampu

(mempunyai biaya), maka hendaklah ia menikah, karena

sesungguhnya nikah dapat menundukkan mata dan dapat menjaga

kemaluan (kehormatan). Barangsiapa yang belum mampu menikah,

maka hendaklah berpuasa, karena puasa merupakan perisai

baginya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

17 Abu Abdillah Muhammad Ibn Ismail al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, juz-3, (Beirut: al-

Maktabah al-Ashriyyah, 1997), h. 1632.

Page 27: KONSEP KAFAAH DALAM HUKUM ISLAM DAN URGENSINYA … MULYONO-FSH.pdfKomando Resimen Mahasiswa “WIRA DHARMA”, dan Perguruan Kungfu Shaolin “Lan She Lung”, di mana penulis mendapatkan

5. Hukum dan Prinsip Pernikahan

Hukum pernikahan menurut para ulama bermacam-macam, yaitu

berdasarkan situasi dan kondisi. Akan tetapi, Islam sangat menganjurkan

umatnya yang sudah mampu untuk menikah karena banyak hikmah yang

terkandung di dalamnya. Hukum pernikahan berdasarkan situasi dan kondisi

ini terbagi menjadi lima, yaitu:18

a. Sunah,19

artinya nikah itu sunah bagi orang yang telah mampu dan

berkehendak untuk menikah.

b. Wajib,20

artinya nikah itu wajib dilaksanakan bagi mereka yang telah

mampu menikah dan jika tidak menikah ia akan terjatuh ke dalam

perzinaan.

c. Mubah,21

artinya nikah itu mubah bagi orang yang tidak terdesak oleh hal-

hal yang mengharuskan atau mengharamkan nikah.

d. Makruh,22

artinya nikah itu makruh bagi orang yang tidak mampu untuk

nikah, yakni tidak mampu baik biaya maupun mental.

18 As-Sayyid Sabiq, Fiqh as-Sunnah, Jil.II, (Beirut: Dar al-Kitab al-‘Arabiy, 1983), h. 12-14. 19 Pernikahan yang hukumnya sunnat berarti pernikahan itu lebih baik dilakukan daripada

ditinggalkan, jika dilakukan mendapat pahala dan jika ditinggalkan tidak berdosa. 20 Pernikahan yang hukumnya wajib berarti pernikahan itu harus dilakukan, jika dilakukan

mendapat pahala dan jika ditinggalkan berdosa. 21 Pernikahan yang hukumnya mubah (boleh) berarti pernikahan itu boleh dilaksanakan dan

boleh tidak dilaksanakan, jika dilaksanakan tidak ada sanksi apa-apa, yakni tidak mendapat pahala dan

tidak berdosa. 22 Pernikahan yang hukumnya makruh berarti pernikahan itu lebih baik ditinggalkan daripada

dilakukan, apabila ditinggalkan mendapat pahala dan jika dilakukan tidak berdosa.

Page 28: KONSEP KAFAAH DALAM HUKUM ISLAM DAN URGENSINYA … MULYONO-FSH.pdfKomando Resimen Mahasiswa “WIRA DHARMA”, dan Perguruan Kungfu Shaolin “Lan She Lung”, di mana penulis mendapatkan

e. Haram,23

artinya nikah itu haram hukumnya bagi orang yang berkeinginan

nikah dengan niat menyakiti atau berbuat aniaya.

Prinsip-prinsip hukum pernikahan yang bersumber dari al-Qur’an dan

Hadis, yang kemudian dituangkan dalam garis-garis hukum melalui Undang-

Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan Kompilasi Hukum

Islam mengandung 7 asas atau kaidah hukum, yaitu sebagai berikut:

a. Asas membentuk keluarga yang bahagia dan kekal. Suami dan istri perlu

saling membantu dan melengkapi agar masing-masing dapat

mengembangkan kepribadiannya untuk mencapai kesejahteraan spiritual

dan material.

b. Asas keabsahan pernikahan didasarkan pada hukum agama dan

kepercayaan bagi pihak yang melaksanakan pernikahan, dan harus dicatat

oleh petugas yang berwenang.

c. Asas monogami24

terbuka.

d. Asas calon suami dan calon istri telah matang jiwa dan raganya dapat

melangsungkan pernikahan, agar mewujudkan tujuan pernikahan secara

baik dan mendapat keturunan yang baik dan sehat, sehingga tidak berpikir

kepada perceraian.

23 Pernikahan yang hukumnya haram berarti pernikahan itu dilarang keras dilakukan, jika

dilakukan berdosa dan jika tidak dilakukan mendapat pahala. 24 Perkawinan diartikan seorang perempuan hanya memiliki seorang suami dan seorang laki-

laki hanya memiliki seorang istri. (KUH Perdata ps. 27)

Page 29: KONSEP KAFAAH DALAM HUKUM ISLAM DAN URGENSINYA … MULYONO-FSH.pdfKomando Resimen Mahasiswa “WIRA DHARMA”, dan Perguruan Kungfu Shaolin “Lan She Lung”, di mana penulis mendapatkan

e. Asas mempersulit terjadinya perceraian.

f. Asas keseimbangan hak dan kewajiban antara suami dan istri, baik dalam

kehidupan rumah tangga maupun dalam pergaulan masyarakat. Oleh

karena itu, segala sesuatu dalam keluarga dapat dimusyawarahkan dan

diputuskan bersama oleh suami-istri.

g. Asas pencatatan pernikahan. Pencatatan pernikahan mempermudah

mengetahui orang-orang yang sudah menikah atau melakukan ikatan

perkawinan.25

6. Tujuan dan Hikmah Pernikahan

Nikah dalam Islam sebagai landasan pokok dalam pembentukan

keluarga untuk mencapai tujuan syariat yaitu kemaslahatan dalam kehidupan.

Adapun secara rinci, tujuan-tujuan dari pelaksanaan pernikahan dalam

rangka membentuk lembaga keluarga (rumah tangga), yakni sebagai berikut:

a. Menurut al-Quran

1) Dalam surat al-A’raf ayat 189, menyatakan bahwa tujuan pernikahan

itu adalah untuk bersenang-senang.

2) Dalam surat ar-Rum ayat 21, menyatakan bahwa tujuan pernikahan

adalah: litaskunu ilaiha (ketenangan), mawaddah (cinta), dan rahmah

(kasih sayang).26

25 Amiur Nuruddin dan Azhari Akmal Tarijan, Hukum Perdata Islam di Indonesia; Studi

Kritis Perkembangan Hukum Islam dari Fiqh, UU no. 1/1974 sampai KHI, ed.I, cet.III, (Jakarta:

Kencana, 2006), h. 54.

Page 30: KONSEP KAFAAH DALAM HUKUM ISLAM DAN URGENSINYA … MULYONO-FSH.pdfKomando Resimen Mahasiswa “WIRA DHARMA”, dan Perguruan Kungfu Shaolin “Lan She Lung”, di mana penulis mendapatkan

b. Menurut Hadis

1) Untuk menundukkan pandangan dan menjaga kehormatan

2) Sebagai kebanggaan Nabi SAW di hari kiamat.27

c. Menurut Akal

1) Meningkatkan jumlah manusia

2) Mewujudkan keteraturan nasab

3) Menertibkan masalah kewarisan.28

Sedangkan hikmah yang terkandung dalam pernikahan itu antara lain:

a. Pernikahan sesuai dengan fitrah manusia untuk berkembang biak dan

melampiaskan syahwat.

b. Upaya Menghindarkan diri dari perbuatan maksiat (zina).

c. Untuk mendapatkan keturunan yang baik dan jelas nasabnya..

d. Memperkokoh tali persaudaraan dalam masyarakat, terutama antar

keluarga.

e. Terwujudnya kehidupan yang tenang dan tenteram dengan adanya cinta

dan kasih saying antara sesama.29

26 A. Basiq Djalil, Tebaran Pemikiran Ke-Islaman di Tanah Gayo; Topik-topik Pemikiran

Aktual Diskusi, Pengajian, Ceramah, Khutbah, dan Kuliah Shubuh di Tanah Gayo Tahun 2006, ed.I,

(t.t.: Qalbun Salim, 2007), h. 86.

27 Ibid., h. 88. 28 Ibid., h. 89.

29 Asrorun Ni’am Sholeh, Fatwa-Fatwa Masalah Pernikahan dan Keluarga, cet.II, (Jakarta:

eLSAS, 2008), h. 12.

Page 31: KONSEP KAFAAH DALAM HUKUM ISLAM DAN URGENSINYA … MULYONO-FSH.pdfKomando Resimen Mahasiswa “WIRA DHARMA”, dan Perguruan Kungfu Shaolin “Lan She Lung”, di mana penulis mendapatkan

B. Ajaran Islam untuk Mencari dan Memilih Pasangan Hidup

Agama Islam memberikan kebebasan, baik kepada laki-laki maupun

perempuan untuk mencari pasangan hidupnya menurut selera dan perasaan

cintanya masing-masing. Meskipun demikian, bukan berarti Islam memberikan

kebebasan secara mutlak dalam hal mencari dan memilih pasangan hidup tanpa

mengindahkan kaidah-kaidah hukum agama, nilai-nilai, dan norma-norma yang

berlaku dalam masyarakat. Islam dengan jelas dan tegas mengharamkan cara

mencari dan memilih pasangan hidup melalui hubungan bebas (free love),

melakukan hubungan seks di luar pernikahan (free sex), karena dalam hukum

Islam disebut zina.

Sebagaimana dijelaskan secara tegas dalam al-Qur’an surat al-Isra’ ayat 32:

5b�� (�*��J&4� �A;fghi�0� ( jk"34 ��#⌧l ,=�m����R ��V0�n�� Z⌧o39�n MgNP

Artinya: “Dan janganlah kamu mendekati zina; (zina) itu sungguh suatu

perbuatan keji, dan suatu jalan yang buruk.” (QS. Al-Isra’, 17:32)

Dengan demikian, jelaslah bahwa Islam sangat mengharamkan hubungan

bebas di luar pernikahan secara resmi antara laki-laki dengan perempuan atau

sebaliknya, karena perbuatan itu termasuk zina yang kotor dan keji. Islam sangat

menghargai kehormatan dan kemuliaan manusia.

1. Kriteria Calon Suami

Page 32: KONSEP KAFAAH DALAM HUKUM ISLAM DAN URGENSINYA … MULYONO-FSH.pdfKomando Resimen Mahasiswa “WIRA DHARMA”, dan Perguruan Kungfu Shaolin “Lan She Lung”, di mana penulis mendapatkan

Kriteria calon suami harus diketahui oleh pihak perempuan yang

bersangkutan yang hendak menjalankan rumah tangga dan juga harus

diketahui oleh orang tua perempuan sebagai penanggungjawabnya.30

Hal ini

karena pihak perempuan sangat bergantung kepada suaminya dalam

membentuk dan membina rumah tangganya.

Sebagaimana dijelaskan dalam ayat al-Qur’an berikut ini:

p#��ghJ�0� qr*�s*�# A�� ��V0W ��X�0� 0�☺3� 56at�R uV0�

\15t�7�� @A�� vw�7�� V0�☺3��� (�*!4⌧�"�� ����

��31���*&��� @ Artinya: “Laki-laki (suami) itu pelindung bagi perempuan (istri), karena

Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian

yang lain (perempuan), dan karena mereka (laki-laki) telah

memberikan nafkah dari hartanya... “ (QS. An-Nisa’, 4:34)

Sesuai dengan fungsinya sebagai suami yang mengendalikan biduk

rumah tangga secara fitrah, fisiologis dan psikologis, maka suami berhak

untuk memimpin, membimbing dan menjaga keluarganya secara lahir dan

batin. Adapun kriteria-kriteria yang harus dimiliki seorang laki-laki sebagai

calon suami adalah sebagai berikut:

a. Laki-laki yang seagama

Dalam hal memilih calon suami, pihak perempuan dan

keluarganya wajib untuk memilih laki-laki yang seagama.31

Dalam ajaran

Islam, seorang perempuan muslimah diharamkan menikah dengan seorang

30 Abdul Azhim bin Badawi al-Khalafi, al-Wajiz fi Fiqh al-Sunnah wa al-Kitab al-Aziz.

Penerjemah Ma’ruf Abdul Jalil, cet.I, (Jakarta: Pustaka al-Sunnah, 2006), h. 537. 31 Muhammad Zakariyya al-Kandahlawi, Aujar al-Masalik ila Muwatha’ Malik, (Beirut: Dar

al-Fikr, 1974), h.391.

Page 33: KONSEP KAFAAH DALAM HUKUM ISLAM DAN URGENSINYA … MULYONO-FSH.pdfKomando Resimen Mahasiswa “WIRA DHARMA”, dan Perguruan Kungfu Shaolin “Lan She Lung”, di mana penulis mendapatkan

laki-laki non-muslim. Sebagaimana ditegaskan Allah SWT dalam ayat al-

Qur’an berikut ini:

���ت ��� �����ه�� إ� ا ���ر � ه�� ..����ه�� ���"ن � . .. ه# +*�(�ن $�� و�'&% $#

Artinya: “…jika kamu telah mengetahui bahwa mereka (benar-benar)

beriman maka janganlah kamu kembalikan mereka kepada

orang-orang kafir (suami-suami mereka). Mereka tidak halal

bagi orang-orang kafir itu dan orang-orang kafir itu tidak halal

bagi mereka. ..” (QS. Al-Mumtahanah, 60:10)

5b�� (�*���,� �F�⌧l3y�z☺&�0� @Y{|�

}����� @ =������ �=;X������ y�J�S ���� C=⌧l3y�z�� �*����

������9����� � 5b�� (�*���,7 �B��l3y�z☺&�0� @Y{|�

(�*,���� @ Yc�C�7���� ������� y�J�S ���� C�3y�z�� �*���� �����9����� �

�C�k������� ��*�c� A�v34 ?0<,�0� ( uV0��� (�)*�c� A�v34 �=<X��&�0�

;�J��&�☺&�0��� ���"&D3_3� ( B3���C �� ����� ��� <0<X��� ��1k��7�� ���JKl⌧o��

MNNOP Artinya: “Dan janganlah kamu nikahi perempuan musyrik, sebelum

mereka beriman. Sungguh, hamba sahaya perempuan yang

beriman lebih baik daripada perempuan musyrik meskipun dia

menarik hatimu. Dan janganlah kamu nikahkan orang (laki-laki)

musyrik (dengan perempuan yang beriman) sebelum mereka

beriman. Sungguh, hamba sahaya laki-laki yang beriman lebih

baik daripada laki-laki musyrik meskipun dia menarik hatimu.

Mereka mengajak ke neraka, sedangkan Allah mengajak ke

surga dan ampunan dengan izin-Nya. (Allah) menerangkan ayat-

ayat-Nya kepada manusia agar mereka mengambil pelajaran.”

(QS. Al-Baqarah / 2:221)

b. Laki-laki yang kuat agamanya

Kaum perempuan yang beragama Islam hendaklah memilih dan

menentukan calon suami yang kuat agamanya (keimanan dan

Page 34: KONSEP KAFAAH DALAM HUKUM ISLAM DAN URGENSINYA … MULYONO-FSH.pdfKomando Resimen Mahasiswa “WIRA DHARMA”, dan Perguruan Kungfu Shaolin “Lan She Lung”, di mana penulis mendapatkan

ketakwaannya) melebihi dirinya sendiri. Hal ini dikarenakan suami itu

sebagai pemimpin keluarga yang bertanggung jawab membawa istri ke

jalan benar atau salah, baik di dunia maupun di akhirat kelak.32

Kuat

beragama di sini adalah kuat dalam pengakuan dan kuat dalam

menjalankan agama Islam, bukan hanya kuat dalam pengakuan tetapi

lemah dalam menjalankannya.

Seorang suami wajib menjaga keluarganya dari api neraka, artinya

kebahagiaan dan keselamatan keluarganya di dunia dan di akhirat adalah

tanggung jawab seorang suami sebagai kepala rumah tangga.

Sebagaimana dijelaskan dalam ayat al-Qur’an berikut ini:

0=�qc��k�� �B��#KV0� (�*,����� (�)*7#

����W !�"�� ����o3������� �X?0�" ...

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan

keluargamu dari api neraka…” (QS. At-Tahrim, 66:6)

Rasulullah SAW menjelaskan dalam sebuah hadis:

اع ر=. 1آ :� ر�< اM-� 7$� �6ل ا�-�@18 ? �< ا7 � �� و" �=4� �@� ا7 ا'4 �$

لوO; ��ه و� ه< ا �اع ر&%ا��� ولوO; ��هو اع ر����ا� ون��وO; �=. 1آو

�ا� رةء�$ا�وQ� ' >�Rو ز%M8ه� و� ;O�وQ �اع ر�@�ا� و�ل< �" ,��TC .1 .=

��(. لوO; �=. 1آ واعر � K�#�(33

Artinya: “Dari Abdullah Ibnu Umar r.a. berkata bahwa Rasulullah SAW

bersabda: Kamu semua adalah pemimpin dan kamu akan

ditanya tentang apa yang dipimpinnya. Para penguasa adalah

pemimpin dan ia akan ditanya tentang kepemimpinannya. Orang

laki-laki adalah pemimpin di rumahnya (keluarganya), dia juga

akan ditanya tentang kepemimpinannya. Istri adalah pemimpin

32 Haya Binti Mubarak al-Barik, Ensiklopedi Wanita Muslimah. Penerjemah Amir Hamzah

Fachrudin, cet.I, (Jakarta: Darul Falah, 1998), h. 101. 33 al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, h. 1668

Page 35: KONSEP KAFAAH DALAM HUKUM ISLAM DAN URGENSINYA … MULYONO-FSH.pdfKomando Resimen Mahasiswa “WIRA DHARMA”, dan Perguruan Kungfu Shaolin “Lan She Lung”, di mana penulis mendapatkan

di dalam rumah suaminya, dia pun akan ditanya tentang

kepemimpinannya. Pembantu adalah pemimpin harta tuannya,

dia akan ditanya tentang kepemimpinannya. Maka kamu semua

adalah pemimpin dan kamu semua akan ditanya tentang

kepemimpinanmu.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Adapun cara untuk memilih calon suami yang taat dalam

menjalankan semua ajaran Islam, dapat kita lihat dalam kehidupan sehari-

harinya. Dalam hal ini adalah ketaatan terhadap perintah Allah SWT dan

Rasulullah SAW dalam pergaulan sehari-hari, baik dengan orang tuanya,

saudara-saudaranya dan dengan masyarakat lingkungan sekitarnya.

Biasanya, orang yang ahli ibadah itu disenangi, dihormati dan dikagumi

atau menjadi panutan masyarakat.

c. Laki-laki yang berpengetahuan luas

Perempuan yang beragama Islam, hendaklah memperhatikan dan

memprioritaskan calon suami beragama Islam yang memiliki pengetahuan

(intelektual) yang lebih luas atau lebih tinggi dibandingkan dirinya sendiri.

Yang dimaksud pengetahuan di sini adalah memiliki ilmu,

wawasan dan konsep secara menyeluruh, bukan saja mengenai

pengetahuan agama, tetapi juga tentang masalah umum, termasuk seputar

masalah rumah tangga.

Seorang suami memikul tanggung jawab yang sangat berat dalam

membentuk, membina, dan menjaga rumah tangganya. Suami dituntut

bukan saja untuk memberi nafkah lahir dan batin, sandang, pangan dan

papan, tetapi ia juga berkewajiban untuk mendidik istri dan anak-anaknya.

Page 36: KONSEP KAFAAH DALAM HUKUM ISLAM DAN URGENSINYA … MULYONO-FSH.pdfKomando Resimen Mahasiswa “WIRA DHARMA”, dan Perguruan Kungfu Shaolin “Lan She Lung”, di mana penulis mendapatkan

Di sinilah letak peranan suami dalam mendidik istri untuk menjadi

pendidik yang baik dan handal, suami harus memiliki pengetahuan

(intelektual) yang lebih tinggi dan luas. Di samping itu, seorang suami

merupakan tempat berlabuh, bersandar dan mengadu seorang istri dalam

menghadapi masalahnya.

d. Laki-laki yang mampu membiayai hidup

Dalam kehidupan berumah tangga, pasti banyak sekali kebutuhan

yang harus dipenuhi. Suatu kebahagiaan yang tidak ternilai harganya jika

kebutuhan dalam suatu rumah tangga telah terpenuhi walaupun baru

kebutuhan pokok (primer-nya) saja, suasana kehidupan rumah tangga

akan terasa tenang, tenteram, dan nyaman. Sebaliknya, jika suatu rumah

tangga belum dapat memenuhi kebutuhan pokok, maka sulit diharapkan

akan tercipta suasana kehidupan rumah tangga yang tenang, tenteram dan

penuh kebahagiaan.

Itulah sebabnya, Islam melarang kaum laki-laki yang belum

mampu membiayai kebutuhan rumah tangga memaksakan diri untuk

menikah, sebagaimana ditegaskan Allah SWT dalam ayat al-Qur’an

berikut ini:

�����7� �2&��� �B��#KV0� 5b ���c�1�� #��#���" @Y{|�

����y�,& uV0� ��� ���3��t�R �

Page 37: KONSEP KAFAAH DALAM HUKUM ISLAM DAN URGENSINYA … MULYONO-FSH.pdfKomando Resimen Mahasiswa “WIRA DHARMA”, dan Perguruan Kungfu Shaolin “Lan She Lung”, di mana penulis mendapatkan

Artinya: “Dan orang-orang yang tidak mampu menikah hendaklah

menjaga kesucian (dirinya), sampai Allah memberi kemampuan

kepada mereka dengan karunia-Nya...“ (QS. An-Nur, 24:33)

Dengan demikian, bagi seorang suami, memenuhi kebutuhan

rumah tangga itu merupakan suatu kewajiban, karena istri dan anak

termasuk dirinya sendiri memerlukan kebutuhan pokok, seperti makan,

minum, sandang, dan lain-lain yang menyangkut kehidupan sehari-hari

umat manusia. Orang yang hidup serba kekurangan atau belum mampu

memenuhi kebutuhan hidupnya, terkadang kurang khusyu’ dalam

melaksanakan ibadah.

Dengan demikian, jelaslah bahwa seorang laki-laki sebagai kepala

rumah tangga memikul tanggung jawab yang berat, yakni harus memenuhi

kebutuhan hidup sehari-harinya dalam berumah tangga. Sebagaimana

dijelaskan oleh Rasulullah SAW dalam sebuah hadis:

�� �1K *�: = �" و�� �< ا7 � ?�8@ ا�-�ل�ء� " % رن�ا :4� *.�= '4 ���ویQ 4� ا'

< و�� یX�ب ;#ا اآذ� اه�;. ینا و=�ا Wذ� اB�$M ین�ا: �ل؟ 6جو< ا��� �ةء�$ا�

34)رواT ا' 4��Z,@�. )�% و�� یYM�ن ا��� C< ا�@�Rا��%� و�� ی

Artinya: “Dari Hakim Ibnu Muawiyah dari bapaknya bahwa: Seseorang

bertanya kepada Rasulullah SAW, ‘Wahai Rasulullah! Apakah

hak seorang suami terhadap istrinya?’ Beliau bersabda:

‘Hendaklah memberinya makan seperti yang ia makan dan

memberinya pakaian seperti ia berpakaian.” (HR. Ibnu Majah)

34 al-Qazwaini, Sunan Ibn Majah, , h. 593.

Page 38: KONSEP KAFAAH DALAM HUKUM ISLAM DAN URGENSINYA … MULYONO-FSH.pdfKomando Resimen Mahasiswa “WIRA DHARMA”, dan Perguruan Kungfu Shaolin “Lan She Lung”, di mana penulis mendapatkan

Hal yang tak kalah penting yang perlu diperhatikan oleh seorang

perempuan muslimah dan orang tua atau walinya adalah hendaknya

mengetahui sifat dan sikap calon suami tersebut.

Adapun sifat dan sikap seorang laki-laki yang baik untuk menjadi

suami yang baik sesuai dengan pandangan Islam, yakni sebagai berikut:

1) Bertanggung jawab

2) Rajin bekerja

3) Berwibawa

4) Penyabar

5) Memiliki sikap humor

6) Adil dan Bijaksana

7) Jujur dan dapat dipercaya

8) Tidak cemburu berlebihan

9) Dapat membimbing dan mendidik istri

10) Tidak pemarah

11) Tidak kikir namun tidak boros dalam memberikan uang belanja

12) Tidak ringan tangan.35

Apabila telah menemukan kriteria seorang laki-laki yang mempunyai

sifat dan sikap yang demikian, insyaAllah harapan dan tujuan dalam berumah

tangga yang didambakan sesuai selera hati akan tercapai, yakni rumah tangga

yang sakinah mawaddah warahmah.

2. Kriteria Calon Istri

35 Asrorun Ni’am Sholeh, Fatwa-Fatwa Masalah Pernikahan dan Keluarga, h. 27.

Page 39: KONSEP KAFAAH DALAM HUKUM ISLAM DAN URGENSINYA … MULYONO-FSH.pdfKomando Resimen Mahasiswa “WIRA DHARMA”, dan Perguruan Kungfu Shaolin “Lan She Lung”, di mana penulis mendapatkan

Dalam hal memilih calon istri, bagi kaum laki-laki harus memiliki

kriteria tertentu. Membina suatu rumah tangga bukanlah sekadar untuk

pelampiasan nafsu syahwat belaka, bukan untuk sekadar permainan belaka

(kawin-cerai) dan juga bukan untuk sementara waktu (seumur jagung), tetapi

berumah tangga adalah suatu kegiatan yang mengandung nilai-nilai ibadah

yang sakral yang telah diatur tata caranya sedemikian rupa baik oleh agama

dan maupun oleh negara.

Untuk itu, agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan perlu

memperhatikan kriteria-kriteria calon istri sehingga pemilihan calon istri

tersebut merupakan hasil penyeleksian pemikiran yang matang, bukan sekadar

asal-asalan. Hal itu ditujukan untuk memperoleh kebahagian dalam berumah

tangga.

Ada tiga hal yang perlu diperhatikan oleh kaum laki-laki dalam

memilih calon istri, yaitu:

a. Motivasi pernikahan

Pada hakikatnya, dalam hal memilih calon istri itu terdorong oleh

empat faktor, sebagaimana dijelaskan oleh Rasulullah SAW:

ةء�$ اZ�.-ت: �ل 6= �" و�� �< ا7 � ?�8@ ا�-�ن� ا�- � ا87� رة�ی�< ه' ا4�

.اك� یR'� ت4ی ا��,ات[ '���\� MC-ی��� وY$��M�� وM@;2�� وH :�$��M'ر��

)�� � K�#�(36

Artinya: “Dari Abu Hurairah r.a. Sesungguhnya Nabi SAW bersabda:

Perempuan dinikahi karena empat faktor, yaitu karena hartanya,

36 al-Bukhari, Shahih al-Bukhari., h. 1639.

Page 40: KONSEP KAFAAH DALAM HUKUM ISLAM DAN URGENSINYA … MULYONO-FSH.pdfKomando Resimen Mahasiswa “WIRA DHARMA”, dan Perguruan Kungfu Shaolin “Lan She Lung”, di mana penulis mendapatkan

kedudukannya, kecantikannya, dan karena agamanya. Maka

hendaklah engkau memilih yang beragama, karena akan

membawamu pada kebahagiaan.” (HR. Bukhari dan Muslim)

1) Faktor harta kekayaan

Rasulullah SAW berpesan kepada kaum laki-laki dalam hal

memilih calon istri agar bukan karena dorongan faktor kekayaan

sebagaimana dijelaskan dalam sebuah hadis:

�ا %و��� ت�6�ل ر"�ل ا7 ? �< ا7 � �� و" �= : 4� �@� ا7 '4 �$�و �6ل

< ;� M�4Cا���� �4�ه�%و��� ت� وM�4ید� ین اM�4C �;* >;-M�4-;2 ��ء;ا�-,

�B تن اM�4ا���اM�4%�(... 4ی< ا��, �4�ه�%و�� ت4.� و��ا'4 T37)روا

Artinya: “Dari Abdullah Ibnu Amr berkata bahwa Rasulullah SAW

bersabda: Janganlah menikahi seorang wanita semata-mata

karena kecantikannya, jangan-jangan kecantikannya itu

justru menyesatkan. Jangan pula karena hartanya itu karena

dapat membuatnya menjadi sombong dan sewenang-wenang.

Akan tetapi nikahilah wanita karena agamanya...”

(HR. Ibnu Majah)

Oleh karena itu, untuk memperoleh harta kekayaan bukanlah

dengan cara menikahi perempuan kaya, tetapi harus berusaha dengan

sendiri. Karena perkawinan bukanlah jalan untuk memperoleh harta

kekayaan, melainkan suatu ikatan lahir batin antara seorang laki-laki

dan seorang perempuan dengan tujuan membentuk rumah tangga

bahagia sejahtera.

2) Faktor kedudukan

Rasulullah SAW pun berpesan dalam sebuah hadis,

37 al-Qazwaini, Sunan Ibn Majah, h. 584.

Page 41: KONSEP KAFAAH DALAM HUKUM ISLAM DAN URGENSINYA … MULYONO-FSH.pdfKomando Resimen Mahasiswa “WIRA DHARMA”, dan Perguruan Kungfu Shaolin “Lan She Lung”, di mana penulis mendapatkan

4��6ل ر"�ل ا7 ? �< ا7 � �� و" �= : 4� انa ا'4 ���! ر8� ا7 �-� �6ل

38)رواT ا*$�( ...���b ذ�� ا اT7د� ی= � ���,ه�ةا� ا�جو��ت

Artinya: “Dari anas Ibnu Malik r.a. berkata bahwa Rasulullah SAW

bersabda: Barangsiapa menikahi seorang perempuan

karena kebangsawanannya (kedudukan), niscaya Allah

tidak akan menambah kecuali kehinaannya.” (HR. Ahmad)

Dengan demikian, untuk memperoleh status sosial atau

kedudukan yang terhormat, baik dalam lingkungan kerja atau

lingkungan masyarakat, adalah dengan berusaha sendiri, bukan dengan

cara menumpang orang lain, termasuk istri sendiri.

3) Faktor kecantikan

Rasulullah SAW bersabda, “Janganlah menikahi seorang

wanita semata-mata karena kecantikannya, jangan-jangan

kecantikannya itu justru menyesatkan. ...” (HR. Ibnu Majah)

Namun, bila kecantikan istri itu ditunjang oleh kecantikan

rohaninya yakni agamanya, kecantikannya itu bukan saja

menimbulkan rasa cinta bagi suami, tetapi juga akan membawa

ketenteraman dan ketenangan batin suami. Karena suami percaya pada

istrinya yang memiliki agama yang kuat, sehingga tidak mencurigai

istrinya berselingkuh. Hal semacam ini telah dijanjikan Allah SWT

dalam ayat al-Qur’an berikut ini:

�*7� i�#KV0� ����4���� ���� vs&�k" E;�c���� 56�7�8��

38 Ahmad Ibnu Hanbal, al-Musnad, jil.VI, (t.t.: al-Maktabah al-Islamy, t.th.), h. 395.

Page 42: KONSEP KAFAAH DALAM HUKUM ISLAM DAN URGENSINYA … MULYONO-FSH.pdfKomando Resimen Mahasiswa “WIRA DHARMA”, dan Perguruan Kungfu Shaolin “Lan She Lung”, di mana penulis mendapatkan

0=��[�� 0�1�8���' S��� �2�� 0=��y��34 (

Artinya: “Dialah yang menciptakan kamu dari jiwa yang satu (Adam)

dan daripadanya Dia menciptakan pasangannya, agar dia

merasa senang kepadanya. ..” (QS. Al-A’raf, 7:189)

4) Faktor agama

Seorang laki-laki yang menikahi seorang perempuan karena

faktor agama maka ia akan memperoleh kebahagiaan di dunia dan

akhirat, sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah SAW dalam

hadisnya,

4��6ل ر"�ل ا7 ? �< ا7 � �� و" �= : 4� انa ا'4 ���! ر8� ا7 �-� �6ل

� C�-ی د�B< ���ن� ا�� �2QC� ?ةا� ا� ا6�7زر�#K7ا C ا��� >B��6@ ا�> .

) T39)ا*$�روا

Artinya: “Dari Anas Ibnu Malik r.a. berkata bahwa Rasulullah SAW

bersabda: Barangsiapa dikaruniai istri yang shalihah oleh

Allah, berarti ia telah menyelamatkan separuh agamanya.

Maka hendaklah ia bertaqwa kepada Allah dalam

separuhnya lagi.” (HR. Ahmad)

Untuk itu, hendaknya mengutamakan faktor agama dalam

menikahi seorang perempuan, yakni taat (konsisten) dalam melakukan

ajaran-ajaran agama, taat kepada suaminya, menyenangkan hati suami,

dan dapat menjaga dirinya dan harta suami manakala suami bepergian.

b. Status atau keberadaan perempuan untuk dinikahi

39 Ibid., h. 389.

Page 43: KONSEP KAFAAH DALAM HUKUM ISLAM DAN URGENSINYA … MULYONO-FSH.pdfKomando Resimen Mahasiswa “WIRA DHARMA”, dan Perguruan Kungfu Shaolin “Lan She Lung”, di mana penulis mendapatkan

Yang dimaksud dengan status atau kedudukan perempuan di sini

adalah boleh tidaknya seorang perempuan dinikahi berdasarkan hukum

agama Islam, Undang-undang dan Adat/Tradisi setempat.

Dalam ajaran Islam dan Undang-undang Perkawinan yang berlaku

di Indonesia, tidak semua orang boleh dinikahi. Ada orang-orang yang

haram dinikahi untuk selamanya (mahram muabbad), yaitu orang yang

memiliki hubungan darah (nasab), hubungan kerabat semenda

(mushaharah), atau hubungan sepersusuan (radha’ah). Ada pula yang

haram dinikahi untuk sementara waktu (mahram muaqqat).40

Allah SWT berfirman:

5b�� (�*���,� 0�� �⌧���" �!���V0����� q���� ��V0W ��X�0� ab34 0�� �c�#

�����n @ jk"34 ��05� ,=�m����R 0�.&4���� ��V0�n�� e⌧o39�n

MNNP �F��ghJ ��!9&o��� ������1<��� ����70;X����

��!97�*�S���� �����}☺��� ���������S�� �0;X����

N�.�0� �0;X���� �F�SZ�0� �!9.��1<����� BY�|�K�0� ����;X�7WO�?�� �!97�*�S����

q���� �=�7�WOsJ�0� !F��1<����� �����V0W 3�

�!99�k����?�� Y�|�K�0� A3B �!�?*!� ���� ����V0W 3=� Y�|�K�0� \.R��S�2 }�313�

�3_�R ��K� (�*"*��� \.R��S�2

40 Ketentuan ini dimuat dalam UU No. 1 Tahun 1974 pasal 8-9, yang dirinci lagi oleh

Kompilasi Hukum Islam pasal 39-44 dan pasal 54.

Page 44: KONSEP KAFAAH DALAM HUKUM ISLAM DAN URGENSINYA … MULYONO-FSH.pdfKomando Resimen Mahasiswa “WIRA DHARMA”, dan Perguruan Kungfu Shaolin “Lan She Lung”, di mana penulis mendapatkan

��313� 5⌧�R ��0;X8 ��!9&o���� 6�k������ �!9�V0;X����

�B��oK�0� ���� ��!93C������� ����� (�*7�☺��� q�����

PB����SZ�0� ab34 0�� �c�# �����n � ar34 KV0� ��#⌧l

�X?*!�⌧� 0�☺2�s? MNgP _ !F�;XW��☺&�0��� S���

��V0W ��X�0� ab34 0�� �F������ ��!9X��☺� �� (

Artinya: “Dan janganlah kamu kawini wanita-wanita yang Telah dikawini

oleh ayahmu, terkecuali pada masa yang Telah lampau.

Sesungguhnya perbuatan itu amat keji dan dibenci Allah dan

seburuk-buruk jalan (yang ditempuh). Diharamkan atas kamu

(mengawini) ibu-ibumu; anak-anakmu yang perempuan;

saudara-saudaramu yang perempuan, Saudara-saudara

bapakmu yang perempuan; Saudara-saudara ibumu yang

perempuan; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu

yang laki-laki; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu

yang perempuan; ibu-ibumu yang menyusui kamu; saudara

perempuan sepersusuan; ibu-ibu isterimu (mertua); anak-anak

isterimu yang dalam pemeliharaanmu dari isteri yang Telah

kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur dengan isterimu

itu (dan sudah kamu ceraikan), Maka tidak berdosa kamu

mengawininya; (dan diharamkan bagimu) isteri-isteri anak

kandungmu (menantu); dan menghimpunkan (dalam

perkawinan) dua perempuan yang bersaudara, kecuali yang

Telah terjadi pada masa lampau; Sesungguhnya Allah Maha

Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan (diharamkan juga kamu

mengawini) wanita yang bersuami, kecuali budak-budak yang

kamu miliki (Allah Telah menetapkan hukum itu) sebagai

ketetapan-Nya atas kamu.…” (QS. An-Nisa’, 4:22-24)

Dalam hukum adat pun terdapat larangan menikahi orang-orang

tertentu. Dalam adat masyarakat Minang, misalnya, berlaku eksogami

suku yaitu orang yang sesuku di dalam satu desa tidak boleh nikah. Begitu

Page 45: KONSEP KAFAAH DALAM HUKUM ISLAM DAN URGENSINYA … MULYONO-FSH.pdfKomando Resimen Mahasiswa “WIRA DHARMA”, dan Perguruan Kungfu Shaolin “Lan She Lung”, di mana penulis mendapatkan

juga dalam adat masyarakat Batak, berlaku larangan pernikahan

semarga.41

c. Sifat dan sikap calon istri

Ada beberapa sifat pada diri seorang perempuan yang dapat

dijadikan modal atau syarat untuk terciptanya suatu keluarga yang

sakinah, mawaddah, dan rahmah. Sifat-sifat tersebut adalah sebagai

berikut:

1) Shalihah (taat) dalam beragama

Perempuan shalihah adalah perempuan yang benar-benar baik

akidahnya, baik akhlaknya dan baik pula ibadahnya; niscaya akan

menjadi istri yang benar-benar berbakti kepada suami, pandai menjaga

kehormatan diri dan pandai pula menjaga kehormatan saat suami tiada

di sampingnya.42

Allah SWT menjelaskan dalam firman-Nya:

!F���3�����00�R ]F���,��# F��!���� ��&o�R��/�

0�☺3� ⌧���� uV0� @ …

Artinya: “…Maka perempuan-perempuan yang shalihah, adalah

mereka yang taat (kepada Allah) dan menjaga diri ketika

(suaminya) tidak ada, karena Allah telah menjaga

(mereka)…” (QS. An-Nisa’, 4:34)

Istri yang shalihah itu merupakan perhiasan yang paling indah

di dunia serta memiliki nilai yang tinggi dan agung. Shalihahnya

41 A. Sutarmadi dan Mesraini, Administrasi Pernikahan dan Manajemen Keluarga, (Jakarta:

FSH UIN Syarif Hidayatullah, 2006), h. 101. 42 M. Nipan Abdul Halim, Membahagiakan Istri sejak Malam Pertama, cet.II, (Yogyakarta:

Mitra Pustaka, 2000), h. 43.

Page 46: KONSEP KAFAAH DALAM HUKUM ISLAM DAN URGENSINYA … MULYONO-FSH.pdfKomando Resimen Mahasiswa “WIRA DHARMA”, dan Perguruan Kungfu Shaolin “Lan She Lung”, di mana penulis mendapatkan

seorang perempuan bukanlah sebatas pengakuannya saja, tetapi

tercermin dari segala perilaku kehidupan sehari-hari, baik sebelum

berumah tangga maupun sesudah hidup berumah tangga.

Rasulullah SAW bersabda:

�ع#� ��نا��1 : � �� و" �= �6ل 4� �@� ا7 '4 �$�و ان� ر"�ل ا7 ? �< ا7

�cو�� #��M�ةا�$� ا�G�2� ا�Q .) T; =روا�43)

Artinya: “Dari Abdullah Ibnu Amr, Sesungguhnya Rasulullah SAW

bersabda: Dunia adalah hiasan dan sebaik-baik

perhiasannya adalah wanita shalihah.” (HR. Muslim)

Dengan demikian, maka perempuan shalihah itu kelak akan

menjadi istri terbaik di hadapan suaminya. Ia menyenangkan setiap

kali dipandang oleh sang suami, taat apabila diperintah, rela dengan

apa yang diterima dan senantiasa menjaga kehormatan keluarganya.

Hal ini dinyatakan oleh Rasulullah SAW dalam sabdanya:

c��� ات�dا نذ ا4 ��ء; ا�-,�M" ���ا اذا و!ت�ت�Mا �W��#!ا 6ذا و;$R �M� �

�� *R� -M@ا Eذا و!ت��'اd#!C ن >�;Mو ��ا�-;�ئ(. !�� Tروا(

Artinya: “Sebaik-baik istri ialah dia yang jika kau pandangi, ia

menyenangkanmu; jika kau perintah, ia menaatimu; jika kau

beri bagian, ia senang menerimanya dan jika kau tinggalkan,

ia senantiasa menjaga kehormatan dirinya dan hartamu.”

(HR. An-Nasa’i)

Kemanfaatan hidup seorang mukmin yang paling tinggi ialah

bertakwa kepada Allah SWT. Karena dengan bertakwa kepada-Nya,

43 Abu al-Husain Muhammad Ibn al-Hajjaj al-Qusyairy al-Naisabury, Shahih Muslim, juz-5,

(Beirut: Dar Ihya’ al-Turats al-‘Araby, t.th.), h. 1090.

Page 47: KONSEP KAFAAH DALAM HUKUM ISLAM DAN URGENSINYA … MULYONO-FSH.pdfKomando Resimen Mahasiswa “WIRA DHARMA”, dan Perguruan Kungfu Shaolin “Lan She Lung”, di mana penulis mendapatkan

niscaya ia akan meraih kebahagiaan hidup yang sejati, baik di dunia

maupun di akhirat. Namun ada kemanfaatan lain yang juga akan

melengkapi kebahagiaan dunia dan akhirat, yakni kemanfaatan

beristrikan perempuan shalihah. Sebagaimana dijelaskan oleh

Rasulullah SAW dalam sabdanya:

� ��6ل ر"�ل ا7 ? �< ا7 � �� و" �= : 4� ا'< ا���Q ر8� ا7 �-� �6ل

...Q? ��2Q%و ز4 ��ا ���c &�% و�� �ى ا7�� ا�#��� '4�O$ ا��د�#ا"

) T44)ا*$�روا

Artinya: “Dari Abu Umamah r.a. berkata bahwa Rasulullah SAW

bersabda: Tiada kemanfaatan yang lebih baik bagi insan

beriman setelah bertakwa kepada Allah ‘Azza wa Jalla,

selain istri yang shalihah...” (HR. Ahmad)

Itulah kemanfaatan beristrikan perempuan shalihah. Dia

senantiasa menjadi pendukung dan motivator bagi segenap

keluarganya menuju kebahagiaan dunia hingga akhirat. Ia akan

mengingatkan dengan penuh kasih kepada suami dan anak-anaknya

saat mereka melakukan hal-hal yang tidak semestinya dilakukan. Ia

akan senantiasa memberikan dorongan yang dapat membangkitkan

semangat bagi suami dan anak-anak agar menghambakan diri secara

total kepada Allah SWT. Ia akan selalu memberikan semangat kepada

suami agar tekun bekerja dalam rangka memenuhi kebutuhan ekonomi

keluarga dan demi terpenuhinya totalitas penghambaan diri kepada

44 Ibnu Hanbal, al-Musnad, h. 389.

Page 48: KONSEP KAFAAH DALAM HUKUM ISLAM DAN URGENSINYA … MULYONO-FSH.pdfKomando Resimen Mahasiswa “WIRA DHARMA”, dan Perguruan Kungfu Shaolin “Lan She Lung”, di mana penulis mendapatkan

Allah SWT. Sehingga kebahagiaan dunia-akhirat pun akan lebih

dirasakan oleh keluarga yang bersangkutan.45

2) Berasal dari keturunan (nasab) yang baik

Istri ibarat ladang tempat bercocok tanam bagi suami. Maka

ladang yang subur tentunya akan menumbuhkan tanaman yang subur

pula, ladang yang gersang akan menggersangkan tanamannya juga,

dan seterusnya. Allah SWT mengibaratkan hal ini dalam firman-Nya:

���l��V0W 3� Y��J� ����K� …

Artinya: “Istri-istrimu adalah ladang bagimu…”

(QS. Al-Baqarah, 2:223)

Jika para ahli genetika mengatakan bahwa gen-gen akan

memberikan pembawaan tersendiri kepada keturunan generasi

berikutnya secara langsung atau berselang, maka jauh sebelumnya

Rasulullah SAW telah menegaskan hal ini dalam sabdanya:

�6ل ر"�ل ا7 ? �< ا7 � �� و" �= : 4� انa ا'4 ���! ر8� ا7 �-� �6ل

46)رواT ا*$�( ...�س" دق�� ا�ن�� �ZC� ا�2Y��G< ا�ا C�%و��ت

Artinya: “Dari Anas Ibnu Malik r.a. berkata bahwa Rasulullah SAW

bersabda: Kawinlah dengan golongan yang shalih sebab

pengaruh keturunan itu sangat kuat.” (HR. Ahmad)

Sehubungan dengan itu, maka calon istri yang ideal tentulah

perempuan yang bernasab baik-baik, perempuan yang diturunkan dari

alur keluarga yang baik-baik. Dan para remaja muslim seharusnya

45 M. Nipan, Membahagiakan Istri, h. 46. 46 Ibnu Hanbal, al-Musnad, h. 394.

Page 49: KONSEP KAFAAH DALAM HUKUM ISLAM DAN URGENSINYA … MULYONO-FSH.pdfKomando Resimen Mahasiswa “WIRA DHARMA”, dan Perguruan Kungfu Shaolin “Lan She Lung”, di mana penulis mendapatkan

memilih perempuan yang bernasab baik-baik tatkala hendak

menentukan pilihannya. Sehingga diharapkan kelak akan melahirkan

anak-anak yang baik pula.47

Baiknya seorang istri dalam suatu rumah tangga itu merupakan

hasil bimbingan dan didikan kedua orang tuanya. Peran kedua orang

tua dalam membimbing dan mendidik anak-anaknya sangatlah penting

dalam lingkungan keluarga. Keluarga adalah sarana dan wahana yang

pertama dan pokok dalam membimbing dan mendidik anak untuk

membentuk suatu kepribadian, mengenal nilai-nilai dan norma-norma

serta hukum-hukum yang berlaku di masyarakat kelak.

Kaum laki-laki yang menginginkan calon istri yang shalihah,

carilah dari keluarga yang baik. Biasanya dari keturunan yang baik

(agamis), terlahir anak-anaknya yang baik pula. Sebaliknya, suatu

keluarga yang jauh dari agama, terlahir pula anak-anaknya yang jauh

dari agama.

3) Bukan kerabat yang dekat

Kerabat dekat itu adalah kerabat yang memiliki garis keturunan

(kerabat atau saudara) antara calon istri dengan calon suami. Bila

terjadi pernikahan antara seorang perempuan dengan seorang laki-laki

yang masih ada hubungan kekerabatan atau tali persaudaraan

berdasarkan garis keturunan antara keduanya, maka pernikahan itu

47 M. Nipan, Membahagiakan Istri, h. 54.

Page 50: KONSEP KAFAAH DALAM HUKUM ISLAM DAN URGENSINYA … MULYONO-FSH.pdfKomando Resimen Mahasiswa “WIRA DHARMA”, dan Perguruan Kungfu Shaolin “Lan She Lung”, di mana penulis mendapatkan

dapat mengakibatkan lemahnya nafsu syahwat, baik terhadap suami

dan atau istri. Apabila tetap dilangsungkan pernikahan, maka

dikhawatirkan akan lahir anak-anak yang lemah.48

Anak yang lemah di sini ada dua kemungkinan, yakni:

pertama, lemah dalam hal fisik (jasmani), yaitu anak yang lahir cacat

tubuhnya. Kedua, lemah dalam hal rohani (jiwa), yaitu si anak akan

lahir dengan kecerdasan yang kurang bahkan tergolong idiot.

Sehubungan dengan itu, maka sebaiknya para remaja muslim

menghindari pilihan dari perempuan yang masih keluarga dekatnya,

sekalipun ia tidak termasuk perempuan yang haram dinikah. Dengan

demikian, insyaAllah keluarga yang bakal dibentuk akan lebih

mendatangkan kebahagiaan. Anak-anak yang lahir akan lebih sehat

baik fisik maupun mentalnya dan jumlah saudaranya pun akan lebih

besar.

4) Perawan (gadis)

Setiap laki-laki muslim hendaklah memilih calon istri yang

masih gadis (perawan). Hal ini selain erat hubungannya dengan

kesuburan perempuan yang bersangkutan sehingga lebih

memungkinkan akan melahirkan banyak anak, juga banyak

48 Zainuddin bin Abdul Aziz al-Malyabary, Fath al-Mu’in bi Syarh Qurrat al-‘Ain,

(Surabaya: Maktabah Muhammad Ibnu Nabhan wa Auladah, t.th.), h. 99.

Page 51: KONSEP KAFAAH DALAM HUKUM ISLAM DAN URGENSINYA … MULYONO-FSH.pdfKomando Resimen Mahasiswa “WIRA DHARMA”, dan Perguruan Kungfu Shaolin “Lan She Lung”, di mana penulis mendapatkan

keistimewaan yang bakal diperoleh oleh suami. Keistimewaan-

keistimewaan ini dijelaskan oleh Rasulullah SAW dalam sabdanya:

� �6�ل ر"�ل ا7 ? �< ا7 � �� و" �=: 4� %�'� ر8� ا7 �-� �6ل.=

���< '�را� و@c b&61ا� و��*ر اK#نا� واهC� اب[� اM�4ن�� �Cر.'���';�� .

) T49)ا*$�روا

Artinya: “Dari Jabir r.a. berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda:

Hendaklah kalian menikahi wanita yang masih gadis, karena

ia lebih manis tutur katanya, lebih banyak keturunannya,

lebih kecil kemungkinan berkhianatnya dan lebih bisa

menerima pemberian yang sedikit.” (HR. Ahmad)

Dengan demikian, pernikahan antara laki-laki bujangan dengan

perempuan yang berstatus gadis merupakan pernikahan yang ideal.

Karena kedua belah pihak sama-sama memasuki gerbang kehidupan

yang baru dan keduanya pun sama-sama belum memiliki pengalaman.

Rasulullah SAW pernah memberikan anjuran untuk menikahi

perempuan yang masih gadis, sebagaimana yang dijelaskan dalam

hadits:

�؟ @�, iما ا�. 'R%و�� ت��'� %ی: � ��ل 6= �" و�� �< ا7 � ?�8@ ا�-�ن� ا��' 4%�

�,i: �ل6@C ��و��� ت �ه: �ل%R' .�تا ا ��@Mت� و ��@! .)�� � K�#�(50

Artinya: “Dari Jabir, sesungguhnya Rasulullah SAW telah bersabda

kepadanya, ‘Hai Jabir, dengan siapakah engkau menikah,

perawankah atau janda?’ Jawab Jabir, ‘Saya menikah

dengan janda.’ Beliau bersabda, ‘Alangkah baiknya jika

engkau menikah dengan perawan (gadis). Engkau dapat

menjadi hiburannya dan dia pun menjadi hiburan bagimu.”

(HR. Bukhari dan Muslim)

49 Ibnu Hanbal, al-Musnad, h. 394. 50 al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, h. 1639

Page 52: KONSEP KAFAAH DALAM HUKUM ISLAM DAN URGENSINYA … MULYONO-FSH.pdfKomando Resimen Mahasiswa “WIRA DHARMA”, dan Perguruan Kungfu Shaolin “Lan She Lung”, di mana penulis mendapatkan

Dalam pandangan Islam, keperawanan seorang perempuan

adalah masalah sakral. Keperawanan merupakan barometer baik dan

buruknya perempuan tersebut, baik dari segi agama, akhlak,

kepribadian, dan sebagainya. Bahkan pernikahan antara laki-laki

muslim dan perempuan yang telah hilang keperawanannya akibat

hubungan zina itu haram hukumnya. Sebagaimana ditegaskan Allah

SWT dalam ayat al-Qur’an berikut ini:

A3f�<i�0� 5b ⌧��,� ab34 =�2�"��' ���� ,=⌧l3y�z�

7=�o�"�<i�0��� 5b V0�1���,� ab34 p���' ����

 �3y�z� @ �¡ghJ�� �C���D A�� �B��,����☺&�0� MgP

Artinya: “Pezina laki-laki tidak boleh menikah kecuali dengan pezina

perempuan, atau dengan perempuan musyrik; dan pezina

perempuan tidak boleh menikah kecuali dengan pezina laki-

laki atau dengan laki-laki musyrik; dan yang demikian itu

diharamkan bagi orang-orang mukmin.” (QS. An-Nur, 24:3)

5) Subur

Suatu rumah tangga akan terasa hambar dan sepi apabila tidak

ada anak. Apabila telah menjalani kehidupan berumah tangga selama

bertahun-tahun, tetapi belum dikaruniai seorang anak pun, tentunya

hal ini selain menimbulkan kesepian juga sangat menggelisahkan

kedua pasangan suami dan istri tersebut. Dengan demikian kesuburan

Page 53: KONSEP KAFAAH DALAM HUKUM ISLAM DAN URGENSINYA … MULYONO-FSH.pdfKomando Resimen Mahasiswa “WIRA DHARMA”, dan Perguruan Kungfu Shaolin “Lan She Lung”, di mana penulis mendapatkan

rahim seorang perempuan merupakan hal yang sangat penting dalam

membentuk suatu rumah tangga.

Islam mengajarkan kepada para jejaka agar memilih

perempuan-perempuan yang subur. Sehingga kelak akan berbahagia

hidup bersama istri dan anak-anak yang bakal dilahirkannya. Bahkan

lebih baik lagi apabila memilih perempuan dari keturunan yang

banyak anak, agar kelak dari rahimnya akan lahir banyak anak pula.

Hal ini secara tegas diperintahkan oleh Rasulullah SAW dalam

sabdanya:

�6ل ر"�ل ا7 ? �< ا7 � �� و" �=: 4� ���& ا'4 ی;�ر ر8� ا7 �-� �6ل

�� ا�م� ی=�� ا�=. '��i.8 �ن,� Cد��� ا�دود��ا ا�%و��ت��Q .)�$*ا T51)روا

Artinya: “Dari Ma’qal Ibnu Yasar r.a. berkata bahwa Rasulullah SAW

bersabda: Nikahilah calon istri yang subur (banyak anak)

lagi penyayang, karena kelak pada hari kiamat aku akan

membanggakan jumlah kalian yang besar di hadapan umat-

umat yang lain.” (HR. Ahmad)

Untuk mengetahui subur atau tidaknya calon istri, bisa

dilakukan dengan mengamati alur keturunannya dari atas. Jika ternyata

mereka itu rata-rata beranak banyak atau berjumlah cukup dan tidak

ada jalur yang mandul, niscaya lebih bisa diharapkan bahwa

perempuan calon istri tersebut pun memiliki gen (benih keturunan)

yang sama-sama subur.52

51 Ibnu Hanbal, al-Musnad, h. 394 52 M. Nipan, Membahagiakan Istri, h. 49.

Page 54: KONSEP KAFAAH DALAM HUKUM ISLAM DAN URGENSINYA … MULYONO-FSH.pdfKomando Resimen Mahasiswa “WIRA DHARMA”, dan Perguruan Kungfu Shaolin “Lan She Lung”, di mana penulis mendapatkan

Dengan mempunyai istri yang memiliki kesuburan atau tidak

mandul, pasangan suami-istri tinggal menunggu waktu saja akan

kedatangan anak buah hati penguat suatu rumah tangga.

6) Sekufu (sepadan)

Yang dimaksud dengan kafaah di sini adalah kesamaan,

kesepadanan antara calon suami dan calon istri atau antara keluarga

dari calon istri dengan keluarga dari calon suami.53

Untuk keterangan lebih lanjut tentang kafaah ini, akan dibahas

tersendiri.

7) Keringanan mas kawin (mahar)

Rasulullah SAW menegaskan bahwa nilai maskawin yang baik

adalah yang ringan. Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah hadis,

� c= �" و�� �< ا7 � ? ا7ل�" ر�ل6: �ل 6�- � ا7<� ر�س@� 4� ا'4��

54)رواT ا*$�(. �ا6� ?�4ه�;ی ا�ء;ا�-,

Artinya: “Dari Ibnu ‘Abbas r.a. berkata bahwa Rasulullah SAW

bersabda: Sebaik-baik wanita adalah yang paling ringan

mas kawinnya (mahar).” (HR. Ahmad)

Dari hadis tersebut, jelaslah bahwa maskawin (mahar) di

dalam suatu pernikahan tidak harus bernilai tinggi sehingga

memberatkan pihak pelamar (calon suami). Karena mahar bukanlah

merupakan tanda kemuliaan seseorang dan bukan pula jalan untuk

53 Al-Malyabury, Fathul Mu’in, h. 106. 54 Ibnu Hanbal, al-Musnad, h. 494.

Page 55: KONSEP KAFAAH DALAM HUKUM ISLAM DAN URGENSINYA … MULYONO-FSH.pdfKomando Resimen Mahasiswa “WIRA DHARMA”, dan Perguruan Kungfu Shaolin “Lan She Lung”, di mana penulis mendapatkan

menaikkan derajat seseorang, tetapi untuk menyatakan kesungguhan

seorang laki-laki untuk menikahi seorang perempuan. Mahar bukan

merupakan rukun pernikahan, bukan pula sebagai perjanjian jual-beli

atau untuk memperoleh seorang perempuan.

Adapun sikap yang ideal pada diri seorang perempuan untuk

membentuk suatu rumah tangga yang sakinah mawaddah warahmah itu

adalah sebagai berikut:

1) Taat kepada Allah SWT

2) Taat kepada suami dalam hal tidak mendurhakai Allah

3) Pandai mengatur rumah tangga

4) Menerima pemberian suami, baik sedikit maupun banyak

5) Menjaga rahasia suami

6) Menyenangkan suami

7) Selalu meminta izin suami

8) Menjaga kehormatan diri

9) Menjaga harta suami

10) Lemah lembut dalam berbicara

11) Tidak berbicara dengan orang lain (bukan muhrimnya)

12) Tidak boros terhadap nafkah suami

13) Tidak cemburu yang tidak beralasan

14) Tidak berburuk sangka terhadap suami

15) Tidak bersentuhan bukan dengan suami

Page 56: KONSEP KAFAAH DALAM HUKUM ISLAM DAN URGENSINYA … MULYONO-FSH.pdfKomando Resimen Mahasiswa “WIRA DHARMA”, dan Perguruan Kungfu Shaolin “Lan She Lung”, di mana penulis mendapatkan

16) Tidak berwajah muram terhadap suami

17) Tidak mengubah ciptaan Allah.55

C. Konsep Keluarga Sakinah Mawaddah Warahmah

Berangkat dari kesadaran yang utuh bahwa rumah tangga Islami baru akan

terbentuk dari pribadi-pribadi yang Islami, maka sesungguhnya elemen dasar

pembentuk keluarga sakinah harus diwujudkan terlebih dahulu. Adanya proses

perbaikan, pembinaan dan peningkatan kapasitas dan berbagai potensi kaum

muslimin merupakan langkah awal dan paling mendasar dari keseluruhan kerja

panjang ini.56

Rumah tangga Islami senantiasa dilingkupi suasana sakinah, mawaddah

dan rahmah (perasaan tenang, cinta, dan kasih sayang) setiap harinya. Seluruh

anggota keluarga merasakan suasana surga di dalamnya. Baiti jannati!

Hal itu terjadi karena Islam telah mengatur berbagai aspek kehidupan

manusia, baik yang berkaitan dengan individu maupun kelompok, hubungan antar

kelompok masyarakat, bahkan antar negara. Demikian pula, dalam keluarga

terdapat peraturan-peraturan baik yang rinci maupun global, yang mengatur

individu maupun keseluruhannya sebagai satu kesatuan.57

55 M. Fauzil Adhim, Saatnya untuk Menikah, cet.III, (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), h. 45 56 Cahyadi Takariawan, Pernak-pernik Rumah Tangga Islami; Tatanan dan Peranannya

dalam Masyarakat, cet.I, (Solo: Intermedia, 1997), h. 20. 57 Ibid., h. 21.

Page 57: KONSEP KAFAAH DALAM HUKUM ISLAM DAN URGENSINYA … MULYONO-FSH.pdfKomando Resimen Mahasiswa “WIRA DHARMA”, dan Perguruan Kungfu Shaolin “Lan She Lung”, di mana penulis mendapatkan

Adapun yang menjadi konsekuensi bagi tegaknya rumah tangga Islam, di

antaranya yaitu:

1. Didirikan atas landasan ibadah

Rumah tangga Islami harus didirikan dalam rangka beribadah kepada

Allah semata. Artinya, sejak proses memilih jodoh, landasannya haruslah

benar. Memilih pasangan hidup haruslah karena kebaikan agamanya, bukan

sekedar karena kecantikan, harta, maupun karena keturunannya.

Proses pernikahannya pun -sejak akad nikah hingga walimah- tetap

dalam rangka ibadah, dan jauh dari kemaksiatan. Sampai akhirnya, mereka

menempuh bahtera kehidupan dalam suasana ta’abudiyah (peribadahan) yang

jauh dari dominasi hawa nafsu.

0���� !F&4���S }��1&¢0� £s"F£0��� ab34 P��cC�7�o��

M3�P

Artinya: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar

mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. Az-Zariyat, 51:56)

Ketundukan sejak langkah-langkah awal mendirikan rumah tangga

setidaknya menjadi pemicu untuk tetap tunduk dalam langkah-langkah

selanjutnya. Kelak, jika terjadi permasalahan dalam rumah tangga, mereka

akan mudah menyelesaikannya, karena semua telah tunduk kepada peraturan

Allah dan Rasul-Nya.58

2. Terjadi internalisasi nilai-nilai Islam secara kaffah

58 Ibid., h. 22.

Page 58: KONSEP KAFAAH DALAM HUKUM ISLAM DAN URGENSINYA … MULYONO-FSH.pdfKomando Resimen Mahasiswa “WIRA DHARMA”, dan Perguruan Kungfu Shaolin “Lan She Lung”, di mana penulis mendapatkan

Internalisasi nilai-nilai Islam secara kaffah (menyeluruh) harus terjadi

dalam diri setiap anggota keluarga, sehingga mereka senantiasa komit

terhadap adab-adab Islam. Di sinilah peran keluarga sebagai benteng terkuat

dan filter terbaik di era glabalisasi yang mau tak mau harus dihadapi kaum

muslimin.

0�1� ��k�� q���#KV0� (�*,����� (�*7��S�20� A3B �\R��� �0� ,=KRV05� …

Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah ke dalam Islam

secara keseluruhan,..” (QS. Al-Baqarah, 2:208)

Untuk itu, rumah tangga Islami dituntut untuk menyediakan sarana-

sarana tarbiyah Islamiyah yang memadai, agar proses belajar, menyerap nilai

dan ilmu, sampai akhirnya aplikasi dalam kehidupan sehari-hari bisa

diwujudkan. Nilai-nilai internalisasi Islam ini harus berjalan secara terus-

menerus, bertahap, dan berkesinambungan.59

3. Terdapat qudwah yang nyata

Diperlukan qudwah (keteladanan) yang nyata dari sekumpulan adab

Islam yang hendak diterapkan. Dalam hal ini, orang tua memiliki posisi dan

peran yang sangat penting. Sebelum memerintahkan kebaikan atau melarang

kemungkaran kepada anggota keluarga yang lain, pertama kali orang tua harus

memberikan keteladanan.

59 Ibid., h. 23.

Page 59: KONSEP KAFAAH DALAM HUKUM ISLAM DAN URGENSINYA … MULYONO-FSH.pdfKomando Resimen Mahasiswa “WIRA DHARMA”, dan Perguruan Kungfu Shaolin “Lan She Lung”, di mana penulis mendapatkan

�y�5� 0.&4�� �cX� ¤V0� ��� (�*��*!4� 0�� 5b qr*7��7&��

MgP

Artinya : “Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-

apa yang tidak kamu kerjakan.” (QS. As-Shaff, 61:3)

Keteladanan semacam ini sangat diperlukan, sebab proses interaksi

anak-anak dengan orang tuanya dalam keluarga sangat dekat. Anak-anak akan

langsung mengetahui kondisi ideal yang diharapkan. Di sisi lain, pada saat

anak-anak masih belum dewasa, proses penyerapan nilai lebih tertekankan

pada apa yang mereka lihat dan dengar dalam kehidupan sehari-hari.60

4. Penempatan posisi masing-masing anggota keluarga

Islam telah memberikan hak dan kewajiban bagi masing-masing

anggota keluarga secara tepat dan manusiawi. Apabila hal itu ditepati, akan

mengantarkan mereka pada kebaikan dunia dan akhirat.

5b�� (��*<X�☺�� 0�� 56at�R uV0� ��3� ����5t�7�� @A�� vw�7�� @

�p#��ghJ��/� t�2���" 0}☺��� (�*9W ;¥¦�0� ( ��V0W ��X����� t�2���" 0{�O§

�B�RW �&l0� @ (�*7��¤n�� KV0� ��� ����3��t�R � <�34 KV0� qr#5� P§6��3� T�8⌧¤ 0�☺23�� MgNP

Artinya: “Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah

kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain.

(karena) bagi orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang

mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bahagian dari

apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian

60 Ibid., h. 23.

Page 60: KONSEP KAFAAH DALAM HUKUM ISLAM DAN URGENSINYA … MULYONO-FSH.pdfKomando Resimen Mahasiswa “WIRA DHARMA”, dan Perguruan Kungfu Shaolin “Lan She Lung”, di mana penulis mendapatkan

dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala

sesuatu.” (QS. An-Nisa’, 4:32)

Masih banyak keluarga muslim yang belum bisa berbuat sesuai

dengan tuntutan Islam. Sumber bencana banyak yang berawal dari

ketidakharmonisan dalam rumah tangga. Fungsi-fungsi tidak bisa berjalan

dengan normal, karena adanya katub-katub curahan perasaan yang tersumbat,

dan akhirnya meledak dalam bentuk penyimpangan-penyimpangan.61

5. Terbiasa tolong-menolong dalam menegakkan Islam

Berkhidmat dalam kebaikan tidaklah mudah, sangat banyak gangguan

dan godaannya. Jika semua anggota keluarga telah bisa menempatkan diri

secara tepat, maka ta’awun (tolong-menolong) dalam kebaikan ini akan lebih

mungkin terjadi.

(�*"��0�7��� A�� 3hy��&�0� �i�*&4©�0��� ( 5b��

(�*"��0�7� A�� �\&\F£0� P����c7&�0��� @

(�*!4<0��� KV0� ( <�34 KV0� c �c⌧K �T0�4�7&�0� MNP

Artinya: “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan

takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan

pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya

Allah amat berat siksa-Nya.” (QS. Al-Maidah, 5:2)

61 Ibid., h. 24.

Page 61: KONSEP KAFAAH DALAM HUKUM ISLAM DAN URGENSINYA … MULYONO-FSH.pdfKomando Resimen Mahasiswa “WIRA DHARMA”, dan Perguruan Kungfu Shaolin “Lan She Lung”, di mana penulis mendapatkan

6. Rumah harus kondusif bagi terlaksananya peraturan Islam

Rumah tangga Islami adalah rumah yang secara fisik kondusif bagi

terlaksananya hukum Islam. Adab-adab Islam dalam kehidupan rumah tangga

akan sulit diaplikasikan jika struktur bangunan rumah yang dimiliki tidak

mendukung. Adanya sekat antara ruang tidur, ruang tamu, dan dapur bahkan

adanya ruang khusus bagi anak perempuan yang terpisah dengan anak laki-

laki, dapat menghindarkan dari berbagai penyakit rohani dan penyakit sosial

yang merupakan ancaman yang serius.62

7. Tercukupinya kebutuhan materi secara wajar

Demi mewujudkan kebaikan dalam rumah tangga Islami itu, tidak

lepas dari faktor biaya. Memang, materi bukanlah segala-galanya, bukan pula

merupakan tujuan dalam kehidupan rumah tangga tersebut. Akan tetapi, tanpa

materi, banyak hal yang tidak bisa didapatkan.

�����0��� V0�☺o�R qª����� uV0� �?�«0V0� �;�J�S.�0� ( 5b�� q☯X� �C�C2���" q���

0�o�"?c�0� (

Artinya: “Dan carilah pada apa yang Telah dianugerahkan Allah kepadamu

(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan

bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi…” (QS. Al-Qashash, 28:77)

Tindak lanjut dari landasan keenam di atas, dengan amat jelas

menggambarkan betapa keluarga muslim dituntut memiliki materi yang

cukup. Rumah yang luas dan kondusif pun juga dibutuhkan bagi upaya

62 Ibid., h. 25.

Page 62: KONSEP KAFAAH DALAM HUKUM ISLAM DAN URGENSINYA … MULYONO-FSH.pdfKomando Resimen Mahasiswa “WIRA DHARMA”, dan Perguruan Kungfu Shaolin “Lan She Lung”, di mana penulis mendapatkan

terbentuknya suasana Islami. Bahkan untuk sarana berlangsungnya proses

Tarbiyah Islamiyah dalam keluarga pun membutuhkan sejumlah materi.

Membuat perpustakaan kecil di rumah atau menghadirkan sarana-sarana

bermain Islami yang mencerdaskan anak juga memerlukan biaya. Belum lagi

untuk pendidikan yang bermutu. Semua tak bisa dilepaskan dari faktor

materi.63

8. Menghindari hal-hal yang tidak sesuai dengan semangat Islam

Menyingkirkan dan menjauhkan berbagai hal di dalam rumah tangga

yang tidak sesuai dengan semangat ke-Islam-an harus dilakukan. Pada kasus-

kasus tertentu yang dapat ditolerir, benda-benda, hiasan, dan peralatan harus

dibuang atau dibatasi pemanfaatannya.

Berbagai macam benda keramat yang dipercaya bisa memberikan

kemanfaatan dan menolak kemudharatan, akan menjauhkan mereka dari

keridhaan Allah dan bertentangan dengan semangat Islam. Oleh karena itu,

hal itu perlu dihindari dan dibuang jauh-jauh.

Berbagai peralatan elektronik seperti radio, televisi, computer dengan

jaringan internet memiliki manfaat bagi pemiliknya, namun di sisi lain ada

bahaya yang siap mengancam. Maka keluarga harus memiliki pembatasan

yang jelas dan tegas dalam pemanfaatannya.64

0=�qc��k�� �B��#KV0� (�*,����� (�)*7# ����W !�"��

����o3������� �X?0�" …

63 Ibid., h. 25. 64 Ibid., h. 26.

Page 63: KONSEP KAFAAH DALAM HUKUM ISLAM DAN URGENSINYA … MULYONO-FSH.pdfKomando Resimen Mahasiswa “WIRA DHARMA”, dan Perguruan Kungfu Shaolin “Lan She Lung”, di mana penulis mendapatkan

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan

keluargamu dari api neraka…” (QS. At-Tahrim, 66:6)

9. Berperan aktif dalam pembinaan masyarakat

Diperlukan sebuah upaya ishlahul mujtama’ (pembinaan masyarakat)

di sekitarnya menuju pemahaman yang benar tentang nilai-nilai Islam yang

shahih, untuk kemudian berusaha bersama-sama membina diri dan keluarga

sesuai dengan arahan Islam.

��20� @A�v34 P6o39�n �C3���? �=�☺���&¢003�

�=�!��*�☺&�0��� �=�,W =�&¢0� ( \1&��c��8�� Y�|K�003� £?��

�W ��� @

Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah[845]

dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang

baik.” (Qs. An-Nahl, 16:125)

Dalam era globalisasi informasi saat ini, kita tidak bisa hidup sendirian

terpisah dari masyarakat. Betatapun taatnya keluarga kita terhadap norma-

norma ilahiyah, apabila lingkungan tidak mendukung, pelarutan-pelarutan

nilai akan mudah terjadi, lebih-lebih pada anak-anak.65

10. Terbentengi dari pengaruh lingkungan yang buruk

Dalam kondisi keluarga Islami yang tidak mampu memberikan nilai

kebaikan bagi masyarakat sekitar yang terlampau parah kerusakannya, maka

harus dilakukan upaya-upaya serius untuk membentengi anggota keluarga.

65 Ibid., h. 26.

Page 64: KONSEP KAFAAH DALAM HUKUM ISLAM DAN URGENSINYA … MULYONO-FSH.pdfKomando Resimen Mahasiswa “WIRA DHARMA”, dan Perguruan Kungfu Shaolin “Lan She Lung”, di mana penulis mendapatkan

Harus ada penyelamatan internal, agar tidak terlarut dan hanyut dalam suasana

jahili masyarakat di sekitarnya.66

���4�n00�R V0�☺⌧l W��J���� ����� ST0� �C�7�� 5b��

(��*��­� @ jk"34 0�☺3� qr*7��☺�7� yJ���� MOONP 5b��

(�)*,⌧l�J� A�v34 �B��#KV0� (�*☺��� ��� �☺��R ^?0<X�0�

0���� �!9�� ���� P��2 ¤V0� ���� ��V0�2������ �\7\ 5b qr�yWM,7

MOOgP

Artinya: “Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana

diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang Telah Taubat

beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya

dia Maha melihat apa yang kamu kerjakan. Dan janganlah kamu

cenderung kepada orang-orang yang zalim yang menyebabkan kamu

disentuh api neraka, dan sekali-kali kamu tiada mempunyai seorang

penolongpun selain daripada Allah, Kemudian kamu tidak akan

diberi pertolongan.” (QS. Hud, 11:112-113)

Demikianlah beberapa konsekuensi dasar dari sebuah rumah tangga yang

Islami. Apabila sepuluh hal tersebut terdapat dalam suatu rumah tangga, tentu dari

sana akan senantiasa memancar cahaya Islam ke lingkungan sekitarnya.

Setiap insan yang hidup pasti menginginkan dan mendambakan suatu

kehidupan yang bahagia, tentram, sejahtera, penuh dengan keamanan dan

ketenangan atau bisa dikatakan kehidupan yang sakinah, karena memang sifat

dasar manusia adalah senantiasa condong kepada hal-hal yang bisa

66 Ibid., h. 27.

Page 65: KONSEP KAFAAH DALAM HUKUM ISLAM DAN URGENSINYA … MULYONO-FSH.pdfKomando Resimen Mahasiswa “WIRA DHARMA”, dan Perguruan Kungfu Shaolin “Lan She Lung”, di mana penulis mendapatkan

menenteramkan jiwa serta membahagiakan anggota badannya, sehingga berbagai

cara dan usaha ditempuh untuk meraih kehidupan yang sakinah tersebut.67

Sebuah kehidupan yang sakinah, yang dibangun atas rasa cinta dan kasih

sayang, tentu sangat berarti dan bernilai dalam sebuah rumah tangga. Betapa

tidak, bagi seorang pria atau seorang wanita yang akan membangun sebuah rumah

tangga melalui tali pernikahan, pasti berharap dan bercita-cita bisa membentuk

sebuah rumah tangga yang sakinah, ataupun bagi yang telah menjalani kehidupan

berumah tangga senantiasa berupaya untuk meraih kehidupan yang sakinah

tersebut.

Hakikat kehidupan yang sakinah adalah suatu kehidupan yang dilandasi

mawaddah warahmah (cinta dan kasih sayang) dari Allah SWT. Yakni sebuah

kehidupan yang diridhai Allah SWT dengan cara melakukan setiap apa yang

diperintahkan dan meninggalkan segala apa yang dilarang oleh Allah dan Rasul-

Nya. Hakikat sebuah kehidupan rumah tangga yang sakinah adalah terletak pada

realisasi penerapan nilai-nilai agama dalam kehidupan berumah tangga yang

bertujuan mencari ridha Allah SWT. Karena memang hakikat ketenangan jiwa

(sakinah) itu adalah ketenangan yang terbimbing dengan agama dan datang dari

sisi Allah SWT sebagaimana firman-Nya dalam surat al-Fath:

�*7� �i�#KV0� �p�i"�� �=;Xo�� �0� A3B �T*7�7#

�B��,����☺&�0�

67 Ummu Ishaq Zulfa Husein al-Atsariyyah, “Mahabbah Mawaddah dan Rahmah yang

diimpikan”, artikel diakses pada 22 Oktober 2007 dari

http://hikmatun.wordpress.com/2007/10/22/mahabbah-mawaddah-dan-rahmah.html

Page 66: KONSEP KAFAAH DALAM HUKUM ISLAM DAN URGENSINYA … MULYONO-FSH.pdfKomando Resimen Mahasiswa “WIRA DHARMA”, dan Perguruan Kungfu Shaolin “Lan She Lung”, di mana penulis mendapatkan

(���2��2�®SJ�� 0X,��☺ 34 �]<� ���P[��☺ 34 � �V�� 2*,8

���*��☺ �0� M¯�?.�0��� @ ��#⌧l�� uV0� 0e☺o3�� 0�☺o���

MP

Artinya: “Dia-lah yang Telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-

orang mukmin supaya keimanan mereka bertambah di samping

keimanan mereka (yang Telah ada). dan kepunyaan Allah-lah tentara

langit dan bumi[1394] dan adalah Allah Maha mengetahui lagi Maha

Bijaksana,” (QS. Al-Fath, )

Page 67: KONSEP KAFAAH DALAM HUKUM ISLAM DAN URGENSINYA … MULYONO-FSH.pdfKomando Resimen Mahasiswa “WIRA DHARMA”, dan Perguruan Kungfu Shaolin “Lan She Lung”, di mana penulis mendapatkan

BAB III

KAFAAH DALAM ISLAM

A. Pengertian Kafaah

Kafaah atau sekufu, menurut bahasa artinya “setaraf, seimbang, atau

keserasian, serupa, sederajat, atau sebanding.”68

Kata kafaah diambil dari surat al-

Ikhlas ayat 4:

������ ���� j�KV ��*!�!� Cc��� MP

Artinya: “Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia.” (QS. Al-Ikhlas, 112:4)

Yang dimaksud kafaah atau sekufu dalam pernikahan, menurut hukum

Islam yaitu “keseimbangan dan keserasian antara calon istri dan suami sehingga

masing-masing calon tidak merasa berat untuk melangsungkan pernikahan.”69

Atau laki-laki sebanding dengan calon istrinya, sama dalam kedudukan,

sebanding dalam tingkat sosial dan sederajat dalam akhlak serta kekayaan.70

Jadi

tekanan dalam kafaah adalah keseimbangan, keharmonisan dan keserasian,

terutama dalam hal agama, yaitu akhlak dan ibadah. Sebab, menurut pendapat

sebagian ulama, kalau kafaah diartikan persamaan dalam hal harta, atau

kebangsawanan, maka akan berarti terbentuknya kasta, sedangkan dalam Islam

tidak dibenarkan adanya kasta, karena manusia di sisi Allah SWT adalah sama.

68 M. Abdul Mujieb (et.al), Kamus Istilah Fiqih, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1994), h. 147. 69 Djamaan Nur, Fiqh Munakahat, (Semarang: Dina Utama/Toha Putra Group, 1993), h. 76. 70 Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah 7. Penerjemah M. Thalib, (Bandung: al-Ma’arif, 1981), h. 36.

Page 68: KONSEP KAFAAH DALAM HUKUM ISLAM DAN URGENSINYA … MULYONO-FSH.pdfKomando Resimen Mahasiswa “WIRA DHARMA”, dan Perguruan Kungfu Shaolin “Lan She Lung”, di mana penulis mendapatkan

Hanya ketakwaannya-lah yang membedakannya.71

Persamaan kedudukan suami

dan istri akan membawa ke arah rumah tangga yang sejahtera, terhindar dari

ketidakharmonisan dalam kehidupan rumah tangga. Demikian gambaran yang

diberikan oleh kebanyakan ahli fiqh tentang kafaah.72

Mengenai kafaah, Allah SWT tidak menjelaskan secara gamblang

hukumnya. Namun, Dia menyinggung permasalahan ini dalam surat al-Ahzab

ayat 35:

<�34 q���☺3� ☺&�0� �F��☺3� ☺&�0��� q���,����☺&�0��� �F�;X����☺&�0��� �B���,��4&�0���

�F��.�,��4&�0��� ... Artinya: “Sungguh, laki-laki dan perempuan muslim, laki-laki dan perempuan

mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya,…”

(QS. Al-Ahzab, 33:35)

Ayat di atas menyebut laki-laki dan perempuan dalam sifat-sifat yang

sama. Tanda athaf (huruf wau) di sini menunjukkan satu jenis yang berbeda yang

seolah-olah berarti keseluruhan.73

Sebenarnya ayat ini bermaksud menekankan

peranan perempuan. Tetapi jika perempuan yang disebut, maka bisa jadi ada

kesan bahwa mereka tidak sama dengan laki-laki dalam hal keberagamaan. Untuk

menekankan persamaan itu, Allah menyebut juga laki-laki dalam rangkaian ayat

71 Slamet Abidin dan Aminuddin, Fiqh Munakahat, cet.I, jil.I, (Bandung: CV. Pustaka Setia,

1999), h. 50. 72 H.S.A. Alhamdani, Risalah Nikah; Hukum Perkawinan Islam. Penerjemah Agus Salim,

(Jakarta: Pustaka Amani, 1989), h. 15. 73 Abul Qasim Mahmud Ibnu Umar al-Zamakhsyary al-Khawarizmy, al-Kasyaf an Haqaiq al-

Tanzil wa Uyun al-Aqawil fi Wujuh al-Ta’wil, (Kairo: Musthafa al-Baby al-Halby wa Auladah, 1972),

h. 261.

Page 69: KONSEP KAFAAH DALAM HUKUM ISLAM DAN URGENSINYA … MULYONO-FSH.pdfKomando Resimen Mahasiswa “WIRA DHARMA”, dan Perguruan Kungfu Shaolin “Lan She Lung”, di mana penulis mendapatkan

di atas dan mempersamakannya dengan perempuan dalam segala amal

kebajikan.74

Pertimbangan kafaah dalam pernikahan disandarkan pada riwayat dari

Aisyah r.a., bahwasanya Rasulullah SAW bersabda,

Q�j�� 4�R��6 �M-� 7و" �= : ر�< ا ���B-ا �و���kت�6ل ر"�ل ا7 ? �< ا7 � .=

��ا ا2�.نا و�ء�آ��ا ا2�.ناوM= .) T75)ا*$�روا

Artinya: “Dari ‘Aisyah r.a. berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda: Pilih-

pilihlah untuk tempat tumpahnya nuthfah kalian (maksudnya isteri), dan

nikahkanlah orang-orang yang sekufu”. (HR. Ahmad)

Perihal kafaah (sebanding atau sepadan) ini ditujukan untuk menjaga

keselamatan dan kerukunan dalam pernikahan, bukan untuk ke-sah-annya.

Artinya sah atau tidaknya pernikahan tidak bergantung pada kafaah ini.

Pernikahan tetap sah menurut hukum walaupun tidak sekufu antara suami-istri.

Hanya saja, hak bagi wali dan perempuan yang bersangkutan untuk mencari

jodoh yang sepadan. Dengan arti lain, keduanya boleh membatalkan akad nikah

pernikahan itu karena tidak setuju dan boleh menggugurkan haknya.76

B. Pendapat Ulama tentang Kafaah

Islam adalah agama fitrah yang condong kepada kebenaran, Islam tidak

membuat aturan tentang kafaah tetapi manusialah yang menetapkannya. Karena

itulah terdapat perbedaan pendapat tentang hukum kafaah dan pelaksanaannya.

74 M. Quraisy Syihab, Tafsir al-Misbah; Pesan, Kesan dan Keserasian dalam al-Qur’an,

vol.11, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), h. 270. 75 Ahmad Ibnu Hanbal, al-Musnad, jil.VI, (t.t.: al-Maktabah al-Islamy, t.th.), h. 394. 76 Ibnu Mas’ud dan Zainal Abidin S., Fiqh Mazhab Syafi’I, (Bandung: Pustaka Setia, 2000),

h. 261.

Page 70: KONSEP KAFAAH DALAM HUKUM ISLAM DAN URGENSINYA … MULYONO-FSH.pdfKomando Resimen Mahasiswa “WIRA DHARMA”, dan Perguruan Kungfu Shaolin “Lan She Lung”, di mana penulis mendapatkan

Dalam kriteria yang digunakan untuk menentukan kafaah, ulama berbeda

pendapat yang secara lengkap diuraikan oleh al-Jaziriy sebagai berikut:

Menurut ulama mazhab Hanafiyah yang menjadi dasar kafaah adalah:

1. Nasab, yaitu keturunan atau kebangsaan.

2. Islam, yaitu dalam silsilah kerabatnya banyak yang beragama Islam.

3. Hirfah, yaitu status sosial dan profesi dalam kehidupan.

4. Huriyah atau kemerdekaan diri.

5. Diyanah atau tingkat kualitas keberagamaannya dalam Islam.

6. Kekayaan.77

Menurut ulama Malikiyah kriteria kafaah hanyalah dua hal, yaitu:

1. Diyanah atau kualitas keberagamaan.

2. Tidak memiliki kekurangan atau cacat fisik.78

Menurut ulama Syafi’iyyah yang menjadi kriteria kafaah itu adalah:

1. Nasab, yaitu keturunan atau kebangsaan.

2. Din atau kualitas keberagamaan.

3. Huriyah atau kemerdekaan diri; dan

4. Hirfah atau status sosial dan profesi dalam kehidupan.79

Menurut ulama Hanabilah yang menjadi kriteria kafaah itu adalah:

77 Abdur Rahman Ibn Muhammad ‘Audh al-Jaziriy, al-Fiqh ‘ala al-Mazahib al-‘Arba’ah,

Jil.I, Juz 1-5, (Kairo: Dar Ibn al-Haitsimiy, t.th.), h. 842. 78 Ibid., h. 844. 79 Ibid., h. 845.

Page 71: KONSEP KAFAAH DALAM HUKUM ISLAM DAN URGENSINYA … MULYONO-FSH.pdfKomando Resimen Mahasiswa “WIRA DHARMA”, dan Perguruan Kungfu Shaolin “Lan She Lung”, di mana penulis mendapatkan

1. Diyanah, yaitu tingkat kualitas keberagamaannya dalam Islam;

2. Shana’ah, yaitu usaha atau profesi;

3. Kekayaan;

4. Huriyah atau kemerdekaan diri; dan

5. Nasab, yaitu keturunan atau kebangsaan.80

Adapun mengenai hukum kafaah dalam pernikahan, maka para ulama

berbeda pendapat, diantaranya:

Ibnu Hazm berpendapat81

bahwa kafaah tidak harus dipertimbangkan

dalam pernikahan. Beliau mengatakan, “Setiap muslim -sepanjang bukan seorang

pezina- berhak untuk menikahi perempuan muslimah yang manapun juga -

sepanjang perempuan itu bukan seorang pezina-“. Beliau melanjutkan, “Setiap

pemeluk Islam merupakan saudara satu sama lain. Seorang laki-laki yang

nasabnya tidak terpandang tidaklah dilarang menikahi puteri seorang khalifah dari

Bani Hasyim. Dan seorang muslim yang fasiq -sepanjang bukan pezina- adalah

sekufu dengan perempuan muslimah yang juga fasiq -sepanjang perempuan itu

bukan pezina-“. Argumentasinya berdasarkan firman Allah SWT;

... (�*���"00�R 0�� ST0�U ����� S���� ��V0W ��X�0� ...

Artinya: “…maka nikahilah perempuan (lain) yang kamu senangi…”

(QS. An-Nisaa, 4:3)

80 Ibid., h. 846. 81 As-Sayyid Sabiq, Fiqh as-Sunnah, jil.II, (Beirut: Dar al-Kitab al-Araby, t.th.), h. 143.

Page 72: KONSEP KAFAAH DALAM HUKUM ISLAM DAN URGENSINYA … MULYONO-FSH.pdfKomando Resimen Mahasiswa “WIRA DHARMA”, dan Perguruan Kungfu Shaolin “Lan She Lung”, di mana penulis mendapatkan

Rasulullah SAW pernah mengawinkan Zainab -Ummul Mukminin- dengan Zaid

bin Haritsah, bekas pelayan Rasul. Beliau juga pernah mengawinkan al-Miqdad

dengan Dhibaah binti Zubair bin Abdul Muthalib.82

Ulama yang lain mengatakan bahwa kafaah harus dipertimbangkan, tetapi

hanya dalam hal keistiqamahan tadayyun dan akhlaq. Jadi bukanlah kafaah itu

dalam hal nasab, kekayaan, dan sebagainya. Sehingga boleh-boleh saja seorang

laki-laki shalih yang nasabnya tidak terpandang menikahi perempuan yang

nasabnya terpandang, atau seorang laki-laki miskin tetapi shalih dan bertaqwa

menikahi seorang perempuan yang kaya. Dalam hal ini, wali tidak boleh menolak

pernikahan tersebut kalau memang perempuan itu sudah rela dengan pernikahan

tersebut. Adapun seorang laki-laki yang tidak istiqamah dalam beragama, maka

dia tidaklah sekufu dengan seorang perempuan yang shalihah.83

Allah SWT berfirman,

0=�qc��k�� ^<0<,�0� 0k"34 ����;X&4���S ���� �J⌧l�D

@Y��"���� �����;XR��7�8�� 0��*7�K 56�V0�C�#��

(�)*7R�?0�7��� @ <�34 �������J¦��� �cX� ¤V0� ������4&�� @ …

Artinya: “Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang

laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu

berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal.

Sungguh, yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang

yang paling bertakwa. ..” (QS. Al-Hujurat, 49:13)

82 Alhamdani, Risalah Nikah, h. 17. 83 Sabiq, Fiqh as-Sunnah, h. 144.

Page 73: KONSEP KAFAAH DALAM HUKUM ISLAM DAN URGENSINYA … MULYONO-FSH.pdfKomando Resimen Mahasiswa “WIRA DHARMA”, dan Perguruan Kungfu Shaolin “Lan She Lung”, di mana penulis mendapatkan

Rasulullah SAW bersabda,

�-ی دن��� ت4 �=�آتا اذا �6ل ر"�ل ا7 ? �< ا7 � �� و" �=: 4� ا'< *�ت= ا�$�ن,< �6ل

� �Cن آناو: ا7ل�"� را ی��� 6��@ آ�د;C وا��رض< 4C #-QC.ا ت� ��� ت�� ا2�T.�ن c ��Cو�

84)�#��[ىرواT ا( .ات�� ��ث 2�Ti.�ن c ��C و�-ی دن��� ت4 �=آ�ءا %ذا : �ل؟ 6

Artinya: “Dari Abu Hatim al-Muznny berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda:

Apabila datang kepadamu orang yang kamu sukai agama dan budi

pekertinya maka kawinkanlah dia, kalau tidak nanti akan menimbulkan

fitnah dan kerusakan di dunia. Mereka menyela, ‘Ya Rasulullah, apakah

meskipun…(cacat)? Rasulullah SAW menjawab, ‘Apabila datang

kepadamu orang yang engkau ridhai agama dan budi pekertinya, maka

nikahkanlah dia. Beliau mengucapkan demikian sampai tiga kali.” (HR.

at-Tirmizi)

Rasulullah SAW pernah melamar Zainab binti Jahsy untuk beliau

nikahkan dengan Zaid ibn Haritsah. Tetapi, Zainab dan juga saudara laki-lakinya,

Abdullah, menolak lamaran itu, karena merasa nasabnya jauh lebih tinggi

sementara Zaid adalah seorang budak. Maka turunlah firman Allah SWT :

0���� ��#⌧l ������☺�� 5b�� T=�,����� ��D34 YWY�# uV0�

�j�7V*n�?�� ��J&��� ��� ��*��� �1�� �;�ySJ� &¢0� ����

����gJ&��� � ����� P�7� KV0� j��V*n�?�� �c�4�R <6WO Z⌧���WO

0X,:3C�� Mg�P

Artinya: “Dan tidaklah layak bagi seorang mukmin atau mukminah jika Allah dan

Rasul-Nya menetapkan suatu perkara, memiliki pilihan dalam urusan

mereka itu. Barangsiapa bermaksiat kepada Allah dan Rasul-Nya maka

dia telah sesat sesesat-sesatnya”. (QS. Al-Ahzab, 33:36)

Sehingga, Abdullah menyerahkan semuanya kepada Nabi. Maka Nabi pun

menikahkan Zainab dengan Zaid.

84 Abu Isa Muhammad Ibn Isa bin Saurah, Sunan at-Tirmizi, juz-2, (Beirut: Dar al-Fikr,

1994), h. 345

Page 74: KONSEP KAFAAH DALAM HUKUM ISLAM DAN URGENSINYA … MULYONO-FSH.pdfKomando Resimen Mahasiswa “WIRA DHARMA”, dan Perguruan Kungfu Shaolin “Lan She Lung”, di mana penulis mendapatkan

Imam Ali –karramallahu wajhah- pernah ditanya tentang hukum kafaah

dalam pernikahan85

, maka beliau pun berkata,

�F� �'1� '�ء�آ ا=XM� '�س�-�اM=و �Y$1�M=6 �1�ی�M=ه و�1$�M=اا و�$ "ا اذ ا�ا�-.

Artinya: “Manusia itu sebagian kufu bagi lainnya, Arab-nya, ‘Ajam-nya,

Quraisy-nya, dan Hasyimi-nya, apabila mereka telah masuk Islam dan

beriman.”

Di antara golongan ini ialah para ulama Malikiyah. Menurut Malikiyah,

unsur yang sebaiknya sekufu antara suami dan istri adalah al-din atau al-hal saja.

Yang dimaksud dengan al-din adalah ketaatan menjalankan ajaran agama.

Artinya, sekalipun kedua suami-istri sama-sama beragama Islam, tetapi jika salah

satu di antara mereka orang yang taat menjalankan ajaran agama dan yang

satunya lagi orang yang fasiq, maka mereka tidak sekufu. Orang yang shalih

hanya sekufu dengan orang yang shalih pula, dan orang yang fasiq hanya sekufu

dengan orang yang fasiq pula. Sedangkan yang dimaksud dengan al-hal oleh

Malikiyah adalah tidak mempunyai cacat yang menyebabkan masing-masing

suami-istri memiliki hak khiyar dalam pernikahan, seperti: gila, lepra, dan

penyakit kelamin. Orang yang sehat tidak sekufu dengan orang yang cacat

kelamin, orang yang gila maupun orang yang lepra.86

Imam Al-Syaukani berkata, “Yang dimaksudkan oleh Rasulullah SAW

dengan mempertimbangkan kafaah adalah dalam hal din, sehingga seorang

muslimah tidak boleh menikah dengan laki-laki kafir, demikian pula seorang

perempuan yang menjaga diri tidak boleh menikah dengan seorang pendosa. Al-

85 Sabiq, Fiqh al-Sunnah, h. 144. 86 Ibid., h. 145.

Page 75: KONSEP KAFAAH DALAM HUKUM ISLAM DAN URGENSINYA … MULYONO-FSH.pdfKomando Resimen Mahasiswa “WIRA DHARMA”, dan Perguruan Kungfu Shaolin “Lan She Lung”, di mana penulis mendapatkan

Qur’an dan Hadis sama sekali tidak memaksudkan kafaah dengan makna selain

itu. Seorang muslimah dilarang menikah dengan laki-laki pezina dan pendosa,

meskipun laki-laki itu nasabnya terpandang, kaya raya, dan sebagainya. Seorang

bekas budak boleh saja menikahi seorang perempuan yang bernasab terpandang

dan kaya raya, jika laki-laki itu muslim dan bertaqwa. Seorang laki-laki yang

bukan Quraisy boleh saja menikahi perempuan Quraisy. Seorang laki-laki yang

bukan Hasyimi boleh saja menikahi perempuan Hasyimi. Seorang laki-laki yang

miskin juga boleh menikahi perempuan yang kaya raya”.87

Sedangkan sebagian besar fuqaha juga berpendapat sama dengan para

ulama Malikiyah dan lain-lainnya sehingga seorang laki-laki fasiq tidaklah sekufu

dengan perempuan yang menjaga diri. Hanya saja, mereka tidak mencukupkan

kafaah sampai di situ saja, tetapi meluaskan arti dan cakupannya pada hal-hal

yang lain, antara lain :

Pertama, nasab atau keturunan. Maksudnya, orang Arab sekufu dengan

orang Arab yang lainnya. Orang Quraisy sekufu dengan orang Quraisy yang

lainnya. Orang Ajam tidak sekufu dengan orang Arab. Orang Arab umum tidak

sekufu dengan orang Arab Quraisy.88

Rasulullah SAW bersabda,

87 Abu Abdillah Muhammad Ibn Abu Bakar Ibnu al-Qayyim al-Jauziyah, Zaad al-Ma’ad fi

Hadi Khair al-Ibad, juz-4, (Mesir: Musthafa al-Baby al-Halaby, 1970), h. 28. 88 Sabiq, Fiqh as-Sunnah, h. 146.

Page 76: KONSEP KAFAAH DALAM HUKUM ISLAM DAN URGENSINYA … MULYONO-FSH.pdfKomando Resimen Mahasiswa “WIRA DHARMA”, dan Perguruan Kungfu Shaolin “Lan She Lung”, di mana penulis mendapatkan

�ء�آ اب�ا��6�ل ر"�ل ا7 ? �< ا7 � �� و" �= : M-� 7$� �6ل4� ا'4 �$� ر�< ا

'�XM=� @�F6 @� Q� �@� QF�' ء��. ور%& ��%& ا��� *�j! او *��Yم وا�$�ا�< 'MX�= اآ

89)رواT ا*$�(

Artinya: “Dari Ibnu Umar r.a. berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda: Orang

arab satu dengan lainnya sekufu, kabilah satu kufu dengan lainnya,

Mawali (campuran Arab dengan Ajam) sekufu dengan sesama Mawali,

laki-laki yang satu sekufu dengan lainnya, kecuali tukang bekam.”

(HR. Ahmad)

Atsar yang diriwayatkan oleh Daruquthni, dari Umar ibn Al-Khaththab

r.a., beliau berkata,

.���-�4� ت�و�ج ذوات ا��*;�ب ا��� �4 ا��آ��ء

Artinya: “Sungguh aku melarang dihalalkannya kemaluan para wanita yang

terhormat nasabnya, kecuali dengan orang-orang yang sekufu”.

Para ulama Syafi’iyah dan juga Hanafiyah mengakui sahnya

mempertimbangkan nasab dalam masalah kafaah dalam pengertian sebagaimana

tersebut diatas. Hanya saja di antara mereka terdapat perbedaan pendapat tentang

apakah setiap Quraisy sekufu dengan Hasyimi dan Muthallibi. Adapun ulama

Syafi’iyah, mereka berpendapat bahwa tidak setiap laki-laki Quraisy sekufu

dengan perempuan Hasyimi dan Muthallibi.90

Tetapi keutamaan ilmu mengalahkan keutamaan nasab dan segenap

keutamaan yang selainnya. Sehingga, seorang alim adalah sekufu dengan

perempuan yang manapun juga, apapun nasab perempuan itu, meskipun laki-laki

alim itu nasabnya tidak terpandang. Dan juga seorang alim sekufu dengan

perempuan manapun, meskipun perempuan itu kaya sementara laki-lakinya

89 Ibnu Hanbal, al-Musnad, h. 399. 90 Sabiq, Fiqh al-Sunnah, h. 146.

Page 77: KONSEP KAFAAH DALAM HUKUM ISLAM DAN URGENSINYA … MULYONO-FSH.pdfKomando Resimen Mahasiswa “WIRA DHARMA”, dan Perguruan Kungfu Shaolin “Lan She Lung”, di mana penulis mendapatkan

miskin, karena kemuliaan ilmu lebih tinggi daripada kemuliaan kekayaan.

Sesungguhnya Nabi SAW telah menikahkan kedua puterinya dengan Utsman ibn

Affan. Beliau SAW juga telah menikahkan Abu al-Ash ibn al-Rabi’ dengan

Zainab, puteri beliau. Padahal Utsman dan Abu al-Ash adalah keturunan Abdul

Syams. Beliau SAW juga telah menikahkan Umar dengan puterinya, Ummu

Kaltsum, padahal Umar adalah seorang Adawi.91

Firman Allah SWT,

�]�R�J� uV0� �B��#KV0� (�*,����� ����,��

�B��#KV0��� (�*7��� S\R��7&�0� EF��8�?�2 @ ...

Artinya: “Allah akan mengangkat orang-orang yang beriman diantara kalian dan

orang-orang yang dikaruniai ilmu beberapa derajat”.

(QS Al-Mujadalah, 58:11)

Demikian pula Allah SWT berfirman,

... �67# �6�� iP*� ;° �B��#KV0� ��*±�T�7� �B��#KV0��� 5b ��*☺���7� � ...

Artinya: “Katakan : Apakah sama antara orang-orang yang berilmu dan orang-

orang yang tidak berilmu?” (QS. Az-Zumar, 39:9)

Demikianlah pendapat para ulama Syafi’iyah tentang nasab bagi orang-

orang Arab. Adapun bagi orang-orang Ajam, di antara mereka ada yang berkata,

“Kafaah di antara mereka tidaklah diukur dengan nasab”. Tetapi diriwayatkan

dari Imam Syafi’i dan kebanyakan sahabat-sahabatnya bahwa orang-orang Ajam

juga bertingkat-tingkat nasabnya (dan hal itu dipertimbangkan dalam masalah

kafaah), dikiaskan dengan hal yang serupa di kalangan orang-orang Arab.92

91 Ibid., h. 147. 92 Ibid., h. 147.

Page 78: KONSEP KAFAAH DALAM HUKUM ISLAM DAN URGENSINYA … MULYONO-FSH.pdfKomando Resimen Mahasiswa “WIRA DHARMA”, dan Perguruan Kungfu Shaolin “Lan She Lung”, di mana penulis mendapatkan

Kedua, kemerdekaan. Maksudnya, laki-laki budak tidak sekufu dengan

perempuan merdeka. Laki-laki yang pernah menjadi budak tidak sekufu dengan

perempuan yang sama sekali tidak pernah menjadi budak. Demikian seterusnya.93

Ketiga, beragama Islam. Ini hanya berlaku untuk selain orang Arab.

Yakni, apakah seseorang memiliki bapak, kakek, dan seterusnya yang beragama

Islam atau tidak. Adapun orang Arab maka tidak perlu memperhatikan masalah

ini, karena mereka sudah cukup dengan hanya mempertimbangkan masalah

nasab. Yang demikian ini karena mereka hanya berbangga-bangga dengan nasab,

bukan dengan kenyataan bahwa nenek moyangnya muslim atau bukan.

Keempat, profesi atau pekerjaan. Seorang perempuan dari suatu keluarga

yang pekerjaannya terhormat, tidak sekufu dengan laki-laki yang pekerjaannya

kasar. Tetapi kalau pekerjaannya itu hampir sama tingkatnya antara satu dengan

yang lain maka tidaklah dianggap ada perbedaan.94

Kelima, kekayaan. Seorang laki-laki yang fakir tidak sekufu dengan

perempuan yang kaya. Argumentasi yang dipakai ialah hadits riwayat Samrah,

bahwasanya Rasulullah SAW bersabda,

م�.ا� و�ل$ اn�;2�ا�6ل ر"�ل ا7 ? �< ا7 � �� و" �= : 4� "$�ة '4 *-�ب �6ل

95)رواT ا'4 ��%�( .ى��ا�#�

Artinya: “Dari Samrah Ibnu Jundub berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda:

Kedudukan seseorang itu menurut hartanya dan kemuliaan itu

tergantung ketaqwaannya.” (HR. Ibn Majah)

93 Ibid., h. 148. 94 Ibid., h. 149. 95 Abu Abdillah Muhammad Ibn Yazid al-Qazwaini, Sunan Ibn Majah, juz-1, (Beirut: Dar al-

Fikr, 1995), h. 1410.

Page 79: KONSEP KAFAAH DALAM HUKUM ISLAM DAN URGENSINYA … MULYONO-FSH.pdfKomando Resimen Mahasiswa “WIRA DHARMA”, dan Perguruan Kungfu Shaolin “Lan She Lung”, di mana penulis mendapatkan

Tetapi sebagian ulama menentang dipertimbangkannya kekayaan dalam masalah

kafaah, dengan alasan bahwa kekayaan itu semu dan sementara, serta bukan

sesuatu yang dijadikan standar muru’ah.96

Adapun sahabat-sahabat Abu Hanifah, mereka mempertimbangkan kekayaan

tetapi hanya sebatas kemampuan memberikan mahar yang diminta dan nafkah

yang cukup dan pantas. Jika seorang laki-laki tidak bisa memberikan salah satu

dari dua hal itu atau bahkan kedua-duanya, maka ia tidak sekufu dengan

perempuan yang ingin dinikahinya.97

Adapun Abu Yusuf mengartikan kafaah dalam hal kekayaan hanya sebatas

kemampuan memberikan nafkah yang cukup dan pantas, tidak termasuk mahar.

Sebuah riwayat dari Imam Ahmad menyetujui dipertimbangkannya kekayaan

dalam masalah kafaah, karena seorang perempuan dari keluarga kaya akan

menderita hidup bersama laki-laki yang miskin, dan karena manusia menganggap

kemiskinan sebagai kekurangan (artinya orang yang kaya dimuliakan

sebagaimana dimuliakannya orang yang nasabnya terpandang)98

.

Keenam, tidak cacat. Terbebasnya seorang laki-laki dari kekurangan atau

cacat fisik tidaklah termasuk dalam pengertian kafaah, karena para ulama sudah

sepakat akan sahnya pernikahan laki-laki yang memiliki kekurangan atau cacat

fisik. Hanya saja kekurangan atau cacat fisik pada laki-laki menyebabkan adanya

96 Sabiq, Fiqh al-Sunnah, h. 149. 97 Ibid., h. 150. 98 Ibid., h. 150.

Page 80: KONSEP KAFAAH DALAM HUKUM ISLAM DAN URGENSINYA … MULYONO-FSH.pdfKomando Resimen Mahasiswa “WIRA DHARMA”, dan Perguruan Kungfu Shaolin “Lan She Lung”, di mana penulis mendapatkan

hak pilih bagi perempuan (untuk menerima pernikahan atau menolaknya), tidak

bagi wali, karena perempuan sajalah yang akan menanggung masalah ini. Tetapi

wali memiliki hak untuk menolak pernikahan dengan laki-laki yang lumpuh,

berpenyakit lepra, atau gila.

Demikianlah pendapat-pendapat sekitar kafaah dari para ulama mazhab

dalam Islam. Ringkasnya ada tiga pendapat; pendapat yang ekstrim, longgar dan

moderat.

Pendapat pertama, dikemukakan oleh Ibnu Hazm. Beliau mengatakan

bahwa kafaah itu tidak ada.

Pendapat yang kedua, dikemukakan oleh Imam Syafi’i dan pengikutnya,

Hanafiyah dan Hanabilah. Mereka mengatakan bahwa kafaah itu tidak hanya soal

agama tetapi juga menyangkut hal-hal lain seperti yang dijelaskan dimuka. Di

antara mereka bahkan ada yang berlebih-lebihan sampai ada yang menuntut

fasakh meskipun perempuan ridha.

Pendapat ketiga adalah pendapat yang moderat, lebih adil dan sesuai

dengan Islam sebagai agama fitrah, yaitu bahwa kafaah itu hanya pada soal agama

dan akhlak bukan pada soal lainnya.99

C. Kafaah dalam Pernikahan

Kafaah dalam pernikahan hanya dipersyaratkan atas laki-laki. Adapun

seorang perempuan tidaklah dipersyaratkan harus sekufu dengan suaminya.

Rasulullah SAW bersabda,

99 Alhamdani, Risalah Nikah, h. 109.

Page 81: KONSEP KAFAAH DALAM HUKUM ISLAM DAN URGENSINYA … MULYONO-FSH.pdfKomando Resimen Mahasiswa “WIRA DHARMA”, dan Perguruan Kungfu Shaolin “Lan She Lung”, di mana penulis mendapatkan

T�- ��ن آ4� �6ل ر"�ل ا7 ? �< ا7 � �� و" �=: 4� ا'< ��"< ر8� ا7 �-� �6ل

� � ت4;*ا� وQC � $Mی�ر%$Mا4;* او� ا ��Mi ��= �M�#�و�ت وا%MC � �ان�% ا.

100)رواT ا�@�kرى و�; =(

Artinya: “Dari Abu Musa r.a. berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda:

Barangsiapa yang memiliki jariyah, kemudian mengajarinya dengan

pengajaran yang baik, dan bersikap baik kepadanya, kemudian

memerdekakannya lalu menikahinya, maka dia mendapatkan dua

pahala”. (HR Al-Bukhari dan Muslim)

Rasulullah SAW merupakan sosok yang tidak ada seorang pun yang setara

dengannya, tetapi beliau menikahi perempuan bukan Arab, diantaranya Shafiyah

binti Huyay yang awalnya beragama Yahudi tetapi kemudian masuk Islam.

Pada umumnya, seorang perempuan yang tinggi derajatnya akan dijadikan

bahan pembicaraan jika dinikahi oleh laki-laki yang derajatnya lebih rendah.

Tetapi tidak sebaliknya. Jika ada seorang laki-laki yang tinggi derajatnya

kemudian menikahi perempuan yang lebih rendah derajatnya, maka tidak akan

ada yang membicarakannya.101

Jumhur fuqaha berpendapat bahwa kafaah merupakan hak bagi perempuan

dan para wali. Seorang wali tidak boleh menikahkan seorang perempuan dengan

laki-laki yang tidak sekufu, kecuali dengan kerelaan perempuan itu sendiri dan

juga para wali yang lainnya.102

Jika seorang perempuan dinikahkan dengan laki-

laki yang tidak sekufu, maka terdapat dua pendapat. Pendapat pertama

100 Abu Abdillah Muhammad Ibn Ismail al-Bukhari, al-Jami’ as-Shahih al-Mukhtashar, juz-

6, (Beirut: Dar Ibnu Katsir, 1987), h. 899 101 Sabiq, Fiqh al-Sunnah, h. 151. 102 Abu Abdullah Muhammad Ibnu Idris as-Syafi’I, al-Umm, juz-5, (Beirut: Dar al-Fikr,

1983), h.16.

Page 82: KONSEP KAFAAH DALAM HUKUM ISLAM DAN URGENSINYA … MULYONO-FSH.pdfKomando Resimen Mahasiswa “WIRA DHARMA”, dan Perguruan Kungfu Shaolin “Lan She Lung”, di mana penulis mendapatkan

mengatakan bahwa pernikahan itu bathil (tidak sah). Pendapat kedua mengatakan

bahwa pernikahan itu tetap sah tetapi perempuan itu kemudian boleh memilih

antara melanjutkan pernikahan atau menuntut cerai.

Yang paling tepat ialah pendapat yang mengatakan bahwa kafaah tidak

termasuk syarat sahnya akad nikah. Sebab, kafaah merupakan hak bagi seorang

wanita dan juga walinya, sehingga keduanya bisa saja menggugurkannya (tidak

mengambilnya).

Kafaah dinilai pada waktu terjadinya akad nikah. Jika pada saat akad

nikah, seorang laki-laki sudah sekufu tetapi sesudah itu kehilangan sifat-sifat

kafaah nya maka akad nikah tetap sah sebagaimana awalnya, istri ataupun

walinya tidak boleh menuntut cerai suaminya dengan alasan tidak sekufu. Karena

sesungguhnya masa itu berputar, dan manusia itu tidak bisa dijamin selalu dalam

keadaan yang sama. Dalam hal ini hendaknya sang isteri menerima kenyataan,

bersabar, dan bertaqwa, karena yang demikian itu termasuk keutamaan.103

Masalah kafaah dalam hukum positif Indonesia tidak dibahas secara

eksplisit. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan tidak

menyinggung masalah kafaah ini, sedangkan Kompilasi Hukum Islam (KHI)

menyebut kafaah hanya dalam masalah agama saja. Sebagaimana pasal 61 KHI:

“Tidak sekufu tidak dapat dijadikan alasan untuk mencegah perkawinan, kecuali

tidak sekufu karena perbedaan agama atau ikhtilafu al-dien.”

103 Ibid., h. 152.

Page 83: KONSEP KAFAAH DALAM HUKUM ISLAM DAN URGENSINYA … MULYONO-FSH.pdfKomando Resimen Mahasiswa “WIRA DHARMA”, dan Perguruan Kungfu Shaolin “Lan She Lung”, di mana penulis mendapatkan

Meskipun Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan

Kompilasi Hukum Islam tidak membahas masalah kafaah secara tegas, namun

secara umum ada 2 hal yang berkaitan dengan masalah ini, yaitu: perbedaan

agama dan usia pernikahan.

1. Perbedaan Agama

Perkawinan antar pemeluk agama tidak diatur dalam Undang-undang

Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Demikian juga di dalam Peraturan

Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan Undang-undang

Perkawinan. Kompilasi Hukum Islam mengkategorikan perkawinan antar

pemeluk agama –Islam dengan selain Islam- ke dalam bab larangan

perkawinan.

Pasal 40 point (c) Kompilasi Hukum Islam menyebutkan:

Dilarang melangsungkan perkawinan antara seorang pria dengan wanita

karena keadaan tertentu: c. Seorang wanita yang tidak beragama Islam

Juga pasal 44:

Seorang wanita Islam dilarang melangsungkan perkawinan dengan

seorang pria yang tidak beragama Islam.

Di dalam kitab-kitab fiqh umumnya, perkawinan antar pemeluk agama

ini masih dimungkinkan, yaitu antara seorang laki-laki muslim dengan wanita

kitabiyah, yang menurut beberapa pendapat adalah mereka yang beragama

Yahudi dan Nasrani.

Apabila diperhatikan ketentuan hukum dalam pasal 40 (c) dan 44

Kompilasi Hukum Islam, bahwa realitasnya perkawinan antar pemeluk agama

Page 84: KONSEP KAFAAH DALAM HUKUM ISLAM DAN URGENSINYA … MULYONO-FSH.pdfKomando Resimen Mahasiswa “WIRA DHARMA”, dan Perguruan Kungfu Shaolin “Lan She Lung”, di mana penulis mendapatkan

yang berbeda, lebih banyak menimbulkan persoalan, karena terdapat beberapa

hal prinsipil yang berbeda. Memang ada, pasangan perkawinan yang berbeda

agama dapat rukun dan dapat mempertahankan ikatan perkawinannya. Yang

sedikit terakhir ini tentu saja dalam pembinaan hukum belum cukup dijadikan

acuan, kecuali hanya merupakan eksepsi atau pengecualian.104

Para ulama di Indonesia, termasuk di dalamnya Majelis Ulama

Indonesia, tidak memperbolehkan perkawinan antar pemeluk agama. Firman

Allah dalam surat al-Baqarah ayat 21 menyatakan:

5b�� (�*���,� �F�⌧l3y�z☺&�0� @Y{|�

}����� @ =������ �=;X������ y�J�S ���� C=⌧l3y�z�� �*����

������9����� � 5b�� (�*���,7 �B��l3y�z☺&�0� @Y{|�

(�*,���� @ Yc�C�7���� ������� y�J�S ���� C�3y�z�� �*���� �����9����� �

�C�k������� ��*�c� A�v34 ?0<,�0� ( uV0��� (�)*�c�

A�v34 �=<X��&�0� ;�J��&�☺&�0��� ���"&D3_3�

( B3���C �� ����� ��� <0<X��� ��1k��7��

���JKl⌧o�� MNNOP Artinya: “Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik, sebelum

mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih

baik dari wanita musyrik, walaupun dia menarik hatimu. dan

janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-

wanita mukmin) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak

yang mukmin lebih baik dari orang musyrik, walaupun dia menarik

hatimu. mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke

104 Ahmad Rofiq, Hukum Islam di Indonesia, cet.VI, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,

2003), h. 345.

Page 85: KONSEP KAFAAH DALAM HUKUM ISLAM DAN URGENSINYA … MULYONO-FSH.pdfKomando Resimen Mahasiswa “WIRA DHARMA”, dan Perguruan Kungfu Shaolin “Lan She Lung”, di mana penulis mendapatkan

surga dan ampunan dengan izin-Nya. dan Allah menerangkan ayat-

ayat-Nya (perintah-perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka

mengambil pelajaran.” (QS. Al-Baqarah, 2:221)

Dalam melihat pasal 40 (c) dan 44 Kompilasi Hukum Islam yang perlu

diperhatikan adalah bunyi Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

Perkawinan pasal 2 ayat (1) bahwa “Perkawinan adalah sah apabila dilakukan

menurut hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu.” Jadi

kalau Kompilasi Hukum Islam adalah merupakan hasil ijtihad atau inovasi

hukum dalam menafsirkan ketentuan al-Qur’an, yang bersifat kolektif, ia

merupakan hukum yang harus dipedomi bagi umat Islam Indonesia. Walhasil,

perkawinan antar pemeluk agama tidak diperbolehkan secara hukum, karena

termasuk suatu bentuk halangan perkawinan.105

2. Usia Pernikahan

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan pasal 7

ayat (1) menyatakan bahwa “Perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria

sudah mencapai umur 19 tahun dan pihak wanita sudah mencapai umur 16

tahun.” Ketentuan batas umur ini, seperti disebutkan dalam Kompilasi Hukum

Islam pasal 15 ayat (1) didasarkan kepada pertimbangan kemaslahatan

keluarga dan rumah tangga perkawinan. Ini sejalan dengan prinsip yang

diletakkan Undang-Undang Perkawinan, bahwa calon suami-istri harus telah

matang jiwa-raganya, agar dapat mewujudkan tujuan perkawinan secara baik

tanpa berakhir pada perceraian dan mendapat keturunan yang baik dan sehat.

105 Ibid., h. 348.

Page 86: KONSEP KAFAAH DALAM HUKUM ISLAM DAN URGENSINYA … MULYONO-FSH.pdfKomando Resimen Mahasiswa “WIRA DHARMA”, dan Perguruan Kungfu Shaolin “Lan She Lung”, di mana penulis mendapatkan

Untuk itu harus dicegah adanya perkawinan antara calon suami-istri yang

masih di bawah umur.

Masalah penentuan umur dalam Undang-Undang Perkawinan maupun

dalam Kompilasi Hukum Islam, memang bersifat ijtihadiyah, sebagai usaha

pembaharuan pemikiran fiqh masa lalu. Namun demikian, apabila dilacak

referensi syar’inya mempunyai landasan kuat. Misalnya isyarat Allah dalam

surat al-Nisa’ ayat 9:

W��²�o&��� q���#KV0� �*�� (�*�l�J� ���� \31��R��S ,=© h?7D 0e���7�O (�*7R#�� ��31&2���� (�*!4©�oR��R KV0�

(�*��*!4�o&��� ,b�*�# ��c �c�n MtP

Artinya: “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya

meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang

mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu

hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka

mengucapkan perkataan yang benar.” (QS. Al-Nisa’, 4:9)

Ayat tersebut memang bersifat umum, tidak secara langsung

menunjukkan bahwa perkawinan yang dilakukan oleh pasangan usia muda –di

bawah ketentuan yang diatur Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

Perkawinan- akan menghasilkan keturunan yang dikhawatirkan

kesejahteraannya. Akan tetapi berdasarkan pengamatan berbagai pihak,

rendahnya usia kawin, lebih banyak menimbulkan hal-hal yang tidak sejalan

dengan misi dan tujuan perkawinan, yaitu terwujudnya ketenteraman dalam

rumah tangga berdasarkan kasih dan sayang. Tujuan ini tentu akan sulit

Page 87: KONSEP KAFAAH DALAM HUKUM ISLAM DAN URGENSINYA … MULYONO-FSH.pdfKomando Resimen Mahasiswa “WIRA DHARMA”, dan Perguruan Kungfu Shaolin “Lan She Lung”, di mana penulis mendapatkan

terwujud, apabila masing-masing mempelai belum matang jiwa dan raganya.

Kematangan dan integritas pribadi yang stabil akan sangat berpengaruh di

dalam menyelesaikan setiap problem yang muncul dalam menghadapi liku-

liku dan badai rumah tangga.

Secara metodologis, langkah penentuan usia kawin didasarkan kepada

metode maslahah mursalah. Namun demikian karena sifatnya yang ijtihady,

yang kebenarannya yang relatif, ketentuan tersebut tidak bersifat kaku.

Artinya, apabila karena sesuatu dan lain hal perkawinan dari mereka yang

usianya di bawah 21 tahun –atau sekurang-kurangnya 19 tahun untuk pria dan

16 tahun untuk wanita- Undang-undang tetap memberi jalan keluar.106

Pasal 7

ayat (2) menegaskan: “Dalam hal penyimpangan terhadap ayat (1) pasal ini

dapat meminta dispensasi kepada pengadilan atau pejabat lain yang ditunjuk

oleh kedua orang tua pihak pria maupun pihak wanita.”

Di samping itu perkawinan mempunyai hubungan dengan masalah

kependudukan. Ternyata bahwa batas umur yang rendah bagi seorang wanita

untuk kawin, mengakibatkan laju kelahiran lebih tinggi. Berhubungan dengan

itu, maka undang-undang ini menentukan batas umur untuk kawin baik bagi

pria maupun wanita.107

(Penjelasan Umum Undang-Undang Perkawinan

nomor 4 huruf d)

Pertimbangan problem kependudukan, seperti diungkapkan dalam

penjelasan Undang-undang Perkawinan, turut mempengaruhi perumusan

106 Andi Syamsu Alam, Usia Ideal untuk Kawin; Sebuah Ikhtiar mewujudkan Keluarga

Sakinah, cet.II, (Jakarta: Kencana Mas Publishing House, 2006), h. 66 107 Ibid., h. 74.

Page 88: KONSEP KAFAAH DALAM HUKUM ISLAM DAN URGENSINYA … MULYONO-FSH.pdfKomando Resimen Mahasiswa “WIRA DHARMA”, dan Perguruan Kungfu Shaolin “Lan She Lung”, di mana penulis mendapatkan

batas umur calon mempelai tersebut. Ini dimaksudkan untuk menjawab

tantangan dan kebutuhan masyarakat sejalan dengan tujuan hukum Islam itu

sendiri.

Pada prinsipnya, perkawinan di bawah umur itu juga tidak dibenarkan

oleh ajaran agama Islam karena sangat dikhawatirkan akan menyia-nyiakan

tanggung jawab yang cukup besar yaitu masalah rumah tangga, di mana

seorang suami atau istri akan ditanya kelak di hari akhir.108

Sedangkan hubungan usia pernikahan ini dengan masalah kafaah

adalah bahwa kafaah disyaratkan bagi laki-laki, artinya seorang laki-laki harus

sama umurnya atau lebih daripada calon istrinya. Sedangkan dalam hukum

positif diatur batasan minimal usia pernikahan, yaitu 19 tahun untuk laki-laki

dan 16 tahun untuk perempuan, sehingga bisa bisa dikiaskan sebagai unsur

kafaah.

108 Sidi Nazar Bakri, Kunci Keutuhan Rumah Tangga; Keluarga yang Sakinah, cet.I, (Jakarta:

CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1993), h. 15.

Page 89: KONSEP KAFAAH DALAM HUKUM ISLAM DAN URGENSINYA … MULYONO-FSH.pdfKomando Resimen Mahasiswa “WIRA DHARMA”, dan Perguruan Kungfu Shaolin “Lan She Lung”, di mana penulis mendapatkan

BAB IV

URGENSI KAFAAH TERHADAP KEUTUHAN KELUARGA

A. Permasalahan dalam Pernikahan

1. Halangan Pernikahan

Tidak sedikit dari para pemuda dan pemudi yang telah siap berumah

tangga tertunda pernikahannya disebabkan adanya halangan dan rintangan.

Rintangan-rintangan itulah yang mengakibatkan timbulnya masalah

banyaknya laki-laki membujang dan menjadikan perempuan sebagai perawan

tua.

Di antara halangan dan rintangan itu adalah:

a. Mahar yang terlalu tinggi

Hendaklah dipahami bahwa perkawinan itu adalah sunnah Allah

dan Rasul-Nya bukan arena dan medan perniagaan, yang menuntut syarat

dan harga yang terlalu tinggi. Bukan pula mengikuti adat-istiadat yang

berlaku yang menetapkan berbagai bentuk aturan yang tidak diajarkan

oleh syariat Islam. Allah SWT berfirman:

(�*���"���� @?�☺�� .�0� \��,�� �B���3�����0��� ����

���l�20�9� ��!9�V0��34�� @ �34 (�*"*��� ��V��J�47R

�31�X& uV0� ��� ���3��t�R � uV0��� ]]�n�� t\23��� MgNP

Page 90: KONSEP KAFAAH DALAM HUKUM ISLAM DAN URGENSINYA … MULYONO-FSH.pdfKomando Resimen Mahasiswa “WIRA DHARMA”, dan Perguruan Kungfu Shaolin “Lan She Lung”, di mana penulis mendapatkan

Artinya: “Dan nikahkanlah orang-orang yang masih membujang di

antara kamu, dan juga orang-orang yang layak (menikah) dari

hamba-hamba sahayamu yang laki-laki dan perempuan. Jika

mereka miskin, Allah akan memberi kemampuan kepada mereka

dengan karunia-Nya. Dan Allah Mahaluas (pemberian-Nya),

Maha Mengetahui.” (QS. An-Nur, 24:32)

Rasulullah SAW bersabda:

=آ�ء %نا�6ل ر"�ل ا7 ? �< ا7 � �� و" �= : 4� ا'< ه�ی�ة ر8� ا7 �-� �6ل

.Fی� ��د; C وضر�< ا� 4C #-QC.ا ت� ��� ت�� اT�%و�� c ��C و�-ی دن��� ت4�

109)رواT ا�#��[ى(

Artinya: “Dari Abu Hurairah r.a., bersabda Rasulullah SAW : Apabila

datang kepadamu orang yang kamu ridhai agama dan akhlaknya

(untuk meminang), maka terimalah pinangannya. Jika tidak,

maka akan berlakulah fitnah dan kerusakan di muka bumi.”

(HR. Tirmizi)

� c= �" و�� �< ا7 � ? ا7ل�" ر�ل6: �ل 6�- � ا7<� ر�س@� 4� ا'4��

110)رواT ا*$�(. �ا6� ?�4ه�;ی ا�ء;ا�-,

Artinya: “Dari Ibnu ‘Abbas r.a. berkata bahwa Rasulullah SAW

bersabda: Sebaik-baik wanita adalah yang paling ringan mas

kawinnya (mahar).” (HR. Ahmad)

Berdasarkan keterangan di atas, maka seorang muslim hendaknya

mengikuti sunnah Allah dan Rasul-Nya dalam memudahkan dan

meringankan mahar pernikahan serta memilih orang yang beriman serta

shalih dan berakhlak mulia sebagai pasangan hidup.111

109 Abu Isa Muhammad Ibn Isa Ibn Saurah, Sunan al-Tirmizi, juz-2, (Beirut: Dar al-Fikr,

1994), h. 345. 110 Ahmad Ibnu Hanbal, al-Musnad, (t.t.: al-Maktabah al-Islamiyah, t.th.), h. 494. 111 Abu Muhammad Jibril Abdurrahman, Karakteristik Lelaki Shalih, cet.I, (Yogyakarta:

Wihdah Press, 1999), h. 371.

Page 91: KONSEP KAFAAH DALAM HUKUM ISLAM DAN URGENSINYA … MULYONO-FSH.pdfKomando Resimen Mahasiswa “WIRA DHARMA”, dan Perguruan Kungfu Shaolin “Lan She Lung”, di mana penulis mendapatkan

b. Biaya pernikahan terlalu berat

Penghalang pernikahan yang selanjutnya ialah beban pernikahan

itu sendiri yang terlalu besar dan tinggi, berupa biaya-biaya pembelanjaan

majelis akad nikah, kenduri pernikahan, hadiah-hadiah pertunangan,

perlengkapan pengantin, dan lain-lain. Inilah di antara keberatan yang

harus ditanggung pihak laki-laki, sehingga tidak ada calon yang mampu

melaksanakannya melainkan mereka yang memiliki kemampuan saja.

Tidak sedikit dari kalangan pemuda dan pemudi yang berhasrat

menyelamatkan diri dari tergelincir ke lembah kerusakan dan

kemaksiatan, yaitu dengan melaksanakan pernikahan yang sah, sesuai

dengan syariat Allah SWT. Tetapi melihat biaya yang sangat tinggi

menjadikan dinding dan tembok penghalang keinginan mereka untuk

melakukan perbuatan yang mulia, yang diperintahkan oleh Allah dan

Rasul-Nya.

Maka hendaklah disadari bahwa Islam tidak mensyariatkan

pembelanjaan pada waktu melakukan akad dan majelis pernikahan kecuali

memberi mahar (mas kawin) bagi wanita yang dinikahi dan mengadakan

walimah yang sederhana untuk menyambut tamu dan sahabat, tetangga

dan keluarga. Adanya hadiah dan pembelanjaan lain, yang memberatkan

Page 92: KONSEP KAFAAH DALAM HUKUM ISLAM DAN URGENSINYA … MULYONO-FSH.pdfKomando Resimen Mahasiswa “WIRA DHARMA”, dan Perguruan Kungfu Shaolin “Lan She Lung”, di mana penulis mendapatkan

itu bukanlah kewajiban, itu terpulang kepada pihak laki-laki, menurut

kemampuannya.112

c. Halangan studi dan pendidikan

Sebagian besar para pemuda dan pemudi telah menjadikan ini

sebagai alasan untuk tidak melaksanakan pernikahan dahulu. Alasannya

antara lain adalah:

1) Masalah ekonomi dan keuangan

Persoalan rezeki, umur dan jodoh adalah termasuk perkara yang ghaib.

Meskipun demikian, usaha dan ikhtiar mencari rizki adalah

merupakan suatu kewajiban bagi setiap individu, dan takdir itu tidak

meniadakan usaha dan ikhtiar. Sementara itu adalah termasuk ibadah,

apabila sesorang pemuda dan pemudi telah berhasrat melakukan

pernikahan atas dasar iman dan ingin menyelamatkan diri dari tercebur

ke dalam jurang kemaksiatan dan atas dasar takwa, maka segala

persoalan akan dapat teratasi.113

Firman Allah SWT:

����� P�©� KV0� 6�7&1�� j�KV #☯��J& ⌧³ MNP

&#'�J� �� ���� [&o� 5b ­�� �.&��� @ …

Artinya: “…Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan

membukakan jalan keluar baginya. Dan Dia memberinya

rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya...”

112 Ibid., h. 371. 113 Ibid., h. 379.

Page 93: KONSEP KAFAAH DALAM HUKUM ISLAM DAN URGENSINYA … MULYONO-FSH.pdfKomando Resimen Mahasiswa “WIRA DHARMA”, dan Perguruan Kungfu Shaolin “Lan She Lung”, di mana penulis mendapatkan

(QS. At-Thalak, 65:2-3)

2) Masalah status sosial (titel)

Tidak sedikit pemuda-pemudi yang jiwanya telah terbius oleh penyakit

gila titel, kedudukan, dan kehormatan, demikian juga sebagian orang

tua. Mereka menganggap titel adalah segala-galanya yang dapat

memudahkan segala urusan seperti mencari pekerjaan, mengangkat

derajat, dan dihormati orang.

Sesungguhnya nilai seseorang itu bukan terletak pada status dan

titelnya. Bukan pula pada pangkat dan pekerjaannya. Juga bukan pada

kekayaan, kehebatan, dan kepopulerannya. Karena prestasi keduniaan

itu akan sirna dan lenyap suatu saat nanti. 114

3) Masalah pernikahan yang akan mengganggu pendidikan

Alasan ini telah menjadi fenomena yang umum di tengah masyarakat

pada saat ini, bahwa pernikahan itu akan mengganggu studi karena

pendidikan tidak akan sukses bagi mereka yang terpaksa memikirkan

persoalan rumah tangga sekaligus sewaktu belajar. Namun alasan ini

tidak berdasar sekali melainkan pada mereka yang tidak meyakini

akan kemampuan di dalam menyeimbangkan dua tugas ini dalam satu

waktu yang sama. Bahkan pernikahan merupakan faktor yang

114 Ibid., h. 379.

Page 94: KONSEP KAFAAH DALAM HUKUM ISLAM DAN URGENSINYA … MULYONO-FSH.pdfKomando Resimen Mahasiswa “WIRA DHARMA”, dan Perguruan Kungfu Shaolin “Lan She Lung”, di mana penulis mendapatkan

terpenting yang melahirkan suasana yang sesuai bagi seorang pelajar.

Dan juga dapat menyelamatkan dari pemikiran yang sia-sia.115

d. Bujukan hawa nafsu yang bebas

Para pemuda sekarang ini banyak yang tidak berkeinginan untuk

melaksanakan pernikahan, seakan-akan ia tidak pernah memerlukannya

karena dipengaruhi oleh corak kehidupan yang penuh kebebasan.

Bagaimana mungkin para pemuda ini ingin menikah sedangkan mereka

akan mendapatkan dengan mudah sekali tempat untuk menghilangkan

kehausan seks mereka. Bagaimana mungkin para pemuda ini memikirkan

pernikahan sedangkan jalan untuk melakukan perbuatan yang keji

terbentang luas di hadapan mereka.

e. Lemahnya semangat keagamaan

Terbuka lebarnya tempat-tempat kemaksiatan, meluasnya

pergaulan antara pemuda-pemuda dan gadis-gadis, dan merajalelanya

perzinaan yang mana telah memberi peluang bagi kebanyakan pemuda

mendapatkan keinginan nafsunya dan menyalurkan nafsu seksnya.

Keadaan ini menyebabkan mereka memandang tidak perlunya

melaksanakan pernikahan itu. Tetapi mereka tidak akan terjerumus ke

dalam kekejian itu dan tidak menukarkan kesucian dengan kehinaan

melainkan karena pemuda itu telah jauh dari agamanya. Inilah yang

115 Departemen Agama RI, Pedoman Konselor Keluarga Sakinah, (Jakarta: Dirjen Bimmas

dan Haji, 2001), h. 142.

Page 95: KONSEP KAFAAH DALAM HUKUM ISLAM DAN URGENSINYA … MULYONO-FSH.pdfKomando Resimen Mahasiswa “WIRA DHARMA”, dan Perguruan Kungfu Shaolin “Lan She Lung”, di mana penulis mendapatkan

merupakan faktor terpenting yang mendorong sebagian besar dari mereka

memilih cara hidup yang penuh noda dan dosa, terbenam di dalam

kekejian dan kehinaan.116

Sebaliknya, bagi para pemuda yang mempunyai perasaan dan

semangat beragama (keimanan yang mendalam), maka tentulah mereka

tidak akan mendekati perbuatan-perbuatan maksiat itu. Dan mereka akan

senantiasa muraqabah yang berhubungan dengan Allah SWT, dan karena

itulah mereka terdinding dari perbuatan-perbuatan yang merusak dan

menghancurkan.

Inilah faktor yang menyekat para pemuda untuk memiliki

perempuan yang halal di dalam hidup mereka, sebagai penenang jiwanya,

menjadi ibu bagi anak-anaknya, dan yang akan menyelamatkan

akhlaknya. Tetapi bagi para pemuda yang beriman, maka faktor yang

paling berpengaruh dan penghalang baginya untuk melaksanakan

pernikahan adalah karena tingginya mahar, dan biaya pernikahan,

disamping kurang siapnya jiwa mereka yang tidak meyakini akan

kemampuan membimbing sebuah keluarga di dalam rumah tangga.

2. Krisis Rumah Tangga

116 Abu Muhammad, Karakteristik Lelaki Shalih, h. 386.

Page 96: KONSEP KAFAAH DALAM HUKUM ISLAM DAN URGENSINYA … MULYONO-FSH.pdfKomando Resimen Mahasiswa “WIRA DHARMA”, dan Perguruan Kungfu Shaolin “Lan She Lung”, di mana penulis mendapatkan

Banyak rumah tangga yang dibangun kaum muslimin tidak mampu

mempertahankan keharmonisannya. Rumah tangga tak ubahnya seperti

neraka, tempat yang paling tidak menyenangkan bagi penghuninya.

Di antara krisis yang terjadi dalam rumah tangga adalah ketegangan

hubungan atau konflik suami-istri, konflik orang tua dengan anak, atau

konflik dengan mertua, dan bahkan konflik sesama anak. Ketegangan suami-

istri merupakan krisis yang sangat mendasar dan harus segera mendapat

penyelesaian, dan mengupayakan pencegahan sebelum terjadinya konflik.

Adakalanya, suami terlalu sibuk dengan berbagai urusannya di luar

rumah dan tidak mau memberikan empati (perhatian) terhadap kesibukan istri.

Ia hanya ingin memberikan hak-hak istri berupa pemenuhan materi dan

kebutuhan seksual. Ia lupa bahwa yang diperlukan istri lebih dari itu. Bukan

hanya sekedar terpenuhinya materi dan tersalurkannya kebutuhan biologis,

namun lebih dari itu, istri memerlukan perhatian, kasih sayang, dan kemesraan

hubungan.

Adakalanya istri terlalu banyak menuntut. Berbagai pemenuhan

material dimintanya pada suami, sampai di luar batas kemampuan suami

untuk menanggungnya. Istri menjadi uring-uringan dan bersikap tidak hormat

lagi kepada suami. Tak sedikit yang kemudian memiliki sikap “permusuhan”

secara diam-diam atau terang-terangan.117

117 Cahyadi Takariawan, Pernak-pernik Rumah Tangga Islami; Tatanan dan Peranannya

dalam Masyarakat, cet.I, (Solo: Intermedia, 1997), h. 184.

Page 97: KONSEP KAFAAH DALAM HUKUM ISLAM DAN URGENSINYA … MULYONO-FSH.pdfKomando Resimen Mahasiswa “WIRA DHARMA”, dan Perguruan Kungfu Shaolin “Lan She Lung”, di mana penulis mendapatkan

Permasalahan lain yang bisa terjadi dalam sebuah keluarga adalah

konflik antara suami-istri di satu pihak dengan mertua di pihak yang lain.

Kejadian ini lazim terjadi pada keluarga yang tinggal di rumah mertua. Hal ini

memberi peluang munculnya ketidakcocokan dalam berbagai bidang

kehidupan, dari masalah kecil hingga masalah prinsip.118

Sebuah kapal memang tidak bisa dipimpin oleh dua orang nahkoda.

Sebuah rumah tangga seharusnya dikepalai oleh seorang suami. Dalam

kondisi seperti di atas, tentulah mau tidak mau terdapat lebih dari satu kepala

keluarga. Hal ini mengakibatkan tidak jelasnya mekanisme kerja rumah

tangga. Ayah mertua merasa mempunyai hak mengatur seluruh anggota

rumah tangga, demikian pun sang menantu merasa mempunyai kebebasan dan

otoritas.

Konflik yang sering terjadi adalah masalah ekonomi keluarga,

pendidikan anak-anak, pemanfaatan fasilitas, dan bahkan masalah urusan

dapur. Jika tidak segera diselesaikan dengan bijak, ketegangan akan bisa

memuncak menjadi perasaan saling membenci dan memusuhi. Untuk itu,

pilihan tinggal di rumah mertua harus dipertimbangkan dengan masak dan

memperhatikan banyak aspek.119

Modal saling pengertian pada awalnya memang bisa menjauhkan

konflik. Akan tetapi, ini tidak akan bisa diandalkan untuk jangka panjang.

Suami-istri pada sebuah rumah tangga Islami perlu “mengenalkan diri” secara

118 Ibid., h. 185. 119 Ibid., h. 187.

Page 98: KONSEP KAFAAH DALAM HUKUM ISLAM DAN URGENSINYA … MULYONO-FSH.pdfKomando Resimen Mahasiswa “WIRA DHARMA”, dan Perguruan Kungfu Shaolin “Lan She Lung”, di mana penulis mendapatkan

arif pada mertua, meliputi standar hidup, tolok ukur keberhasilan, pola hidup

dan sebagainya. Selain itu, kesepakatan dalam hal-hal yang prinsip perlu

dilakukan sejak awal. Perlu juga adanya pembatasan wilayah kewenangan

yang jelas dan tegas antara dua keluarga tersebut.120

Apabila benih-benih konflik mulai kelihatan, rumah tangga Islami

harus segera mengambil jalan keluar dan langkah antisipatif. Permasalahan

tidak akan selesai dengan dibiarkan bergulir. Lebih baik mengantisipasi dari

awal daripada membiarkan permasalahannya menjadi besar baru diupayakan

penyelesaian. Pengambil inisiatif untuk menyelesaikan permasalahan bisa

datang dari pihak mana pun, baik dari keluarga mertua maupun dari anak dan

menantu. Lebih cepat permasalahan diselesaikan, akan lebih baik hasilnya.121

Oleh karena itu, semua permasalahan yang ada dalam rumah tangga

harus ditanggapi dengan bijaksana sambil terus berusaha mencari jalan keluar

yang terbaik untuk menyelesaikannya.

B. Upaya untuk Menjaga Keutuhan Keluarga

Hampir tidak didapati sebuah keluarga yang terbebas dari segala macam

permasalahan dan perselisihan. Namun, setiap keluarga berbeda-beda persoalan

dan permasalahan yang dihadapi. Islam sangat menganjurkan suami-istri untuk

mengatasi berbagai macam persoalan yang mendera mereka berdua dan

120 Ibid., h. 190. 121 Syaikh Hasan Ayyub, Fiqh Keluarga. Penerjemah M. Abdul Ghoffar, cet.V, (Jakarta:

Pustaka al-Kautsar, 2006), h. 177.

Page 99: KONSEP KAFAAH DALAM HUKUM ISLAM DAN URGENSINYA … MULYONO-FSH.pdfKomando Resimen Mahasiswa “WIRA DHARMA”, dan Perguruan Kungfu Shaolin “Lan She Lung”, di mana penulis mendapatkan

memecahkan segala aral melintang yang menghadang bahtera mereka, dan Islam

juga membimbing masing-masing dari suami-istri agar menempuh solusi terbaik,

sebagaimana juga menganjurkan agar sesegera mungkin menempuh solusi terbaik

bila muncul benih-benih perpecahan dan perbedaan persepsi.122

Berbagai ketegangan dalam kehidupan suami-istri, bisa jadi memang

termasuk bagian dari bumbu kehidupan keluarga. Akan tetapi, bila bumbu itu

berlebihan maka masakan pun tak enak dan bisa jadi malah mengancam keutuhan

keluarga. Oleh karena itu, sekalipun pada beberapa kondisi tertentu ketegangan

masih bisa dinilai sebagai sesuatu yang wajar, tetap harus diwaspadai.

Pengabaian atas sikap memperhatikan masalah-masalah ketegangan

suami-istri semacam itu pada hakekatnya hanyalah menunda klimaks dari konflik

yang terus terbangun. Klimaks dari konflik yang berkepanjangan seringkali tidak

mengenakkan. Ia akan membawa rasa sakit dan trauma pada seluruh pihak:

suami, istri serta anak-anak.

Untuk mencegah munculnya konflik yang berkepanjangan dan mengatasi

berbagai ketegangan dalam kehidupan suami-istri, beberapa hal berikut layak

diperhatikan:

1. Mengembalikan seluruh masalah pada aturan Allah dan Rasul-Nya

Di sinilah letak pentingnya memulai kehidupan keluarga dengan niat

ibadah, berangkat karena perintah serta tuntunan Allah dan Rasul-Nya. Jika

ada masalah, maka kembalinya kepada pihak yang memberi perintah dan

tuntunan. Berbeda dengan mereka yang tidak meniatkan pernikahan sebagai

122 Abdul Azhim, al-Wajiz, h. 607.

Page 100: KONSEP KAFAAH DALAM HUKUM ISLAM DAN URGENSINYA … MULYONO-FSH.pdfKomando Resimen Mahasiswa “WIRA DHARMA”, dan Perguruan Kungfu Shaolin “Lan She Lung”, di mana penulis mendapatkan

ibadah, tetapi sekedar pemuasan nafsu atau sekedar tuntutan kewajaran hidup

belaka. Mereka ini sulit kembali kepada Allah dan Rasul-Nya, karena

berangkatnya tidak dari keduanya.

Allah SWT telah berfirman:

0=�qc��k�� �B��#KV0� (�)*X����� (�*7o�U�� KV0�

(�*7o�U���� �p*nsJ�0� Av������ ´�µ.�0� \��,�� (

�3_�R �|�¶��i��,� A3B ��Y⌧¤ ��2J�R A�v34 ¤V0�

�p*nsJ�0��� �34 �|�¶X�l ��*,����7 ¤V003�

�I�*�o&�0��� gJ�S.�0� ...

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah

Rasul (Muhammad), dan ulil amri (pemegang kekuasaan) di antara

kamu. Kemudian, jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu,

maka kembalikanlah pada Allah (Al-qur’an) dan Rasul (sunnahnya),

jika kamu beriman pada Allah dan hari kemudian...”

(QS. An-Nisa’, 4:59)

Hendaknya keluarga muslim menyadari bahwa permasalahan tidak

bisa selesai hanya dengan pertengkaran dan kekerasan. Cara-cara semacam itu

hanya akan memperuncing dan memanaskan situasi saja. Hanya dengan cara

mengembalikan kepada Allah dan Rasul-Nya, segala permasalahan bisa

diselesaikan secara proporsional.123

2. Mendahulukan menunaikan kewajiban daripada menuntut hak

Salah satu penyebab ketegangan adalah apabila suami dan istri

berlomba menuntut hak masing-masing dengan melalaikan kewajibannya.

123 Cahyadi Takariawan, Pernak-pernik Rumah Tangga Islami, h. 185.

Page 101: KONSEP KAFAAH DALAM HUKUM ISLAM DAN URGENSINYA … MULYONO-FSH.pdfKomando Resimen Mahasiswa “WIRA DHARMA”, dan Perguruan Kungfu Shaolin “Lan She Lung”, di mana penulis mendapatkan

Padahal, saling menuntut hak itu sesungguhnya perbuatan yang tidak

bertanggung jawab.

Sikap menuntut hak semacam itu kadang justru semakin

memperuncing permasalahan suami-istri. Apalagi ketika diberi bumbu-bumbu

egoistis (sikap ingin menang sendiri) dan tak mau bersikap empati pada pihak

lain, maka yang terjadi hanyalah menambah sakit hati dan rasa dendam.

Islam telah menetapkan batas-batas hak serta kewajiban dengan adil

dan bijaksana. Jika semua pihak menetapi kewajiban-kewajibannya, tentu

akan tertunaikan pula hak dengan sendirinya. Apabila suami telah

menunaikan kewajiban terhadap istri dengan sebaik-baiknya, maka hak istri

telah tertunaikan. Demikian juga apabila istri telah menunaikan kewajiban

terhadap suami, maka hak suami pun telah tertunaikan. Suasana harmonis

akan lebih mudah dibangun dalam kondisi seperti ini.124

3. Memperhatikan masalah-masalah yang dianggap kecil

Salah satu bagian kemesraan dalam keluarga, ia dibangun di atas

verbalitas (kata-kata). Istri memerlukan ungkapan verbal atas kasih sayang

dan perhatian suami terhadapnya. Hal semacam ini sering terbaikan oleh para

suami. Suami merasa menunaikan kewajiban dengan baik apabila telah

memberikan kecukupan materi.

Ungkapan kecil, seperti “terima kasih”, “jazakallah”, atau “thank you”

memang sebuah verbalitas dari keinginan menyampaikan penghargaan.

124 Ibid., h. 186.

Page 102: KONSEP KAFAAH DALAM HUKUM ISLAM DAN URGENSINYA … MULYONO-FSH.pdfKomando Resimen Mahasiswa “WIRA DHARMA”, dan Perguruan Kungfu Shaolin “Lan She Lung”, di mana penulis mendapatkan

Tetapi, walaupun verbal kalimat itu penting diucapkan oleh suami maupun

istri. Demikian juga ucapan “maaf”, “afwan”, atau “sorry” dan sejenisnya,

telah dianggap remeh oleh suami-istri. Sebaiknya, suami maupun istri

meringankan lisan untuk mengungkapkan penghargaan terhadap penunaian

kewajiban masing-masing pihak. Hal ini, insyaAllah akan menambah kadar

keinginan untuk berbuat baik lagi.125

Hal kecil lainnya adalah saling memberi hadiah secara berkala, pada

moment-moment tertentu, atau membawakan istri oleh-oleh saat suami datang

dari bepergian jauh. Peristiwa semacam itu sangat menyenangkan istri yang

merasa mendapat perhatian istimewa dari suami.126

4. Berduaan, mengasingkan diri dari rutinitas

Rutinitas pekerjaan sering membuat jenuh. Istri yang banyak berada di

rumah merasa jenuh oleh dunia sempit yang mengurungnya, dari satu ruang

ke ruang yang lain. Demikian juga suami, ia jenuh oleh rutinitas bekerja

mencari kehidupan, sehingga kurang memperhatikan urusan rumah tangga.

Sesekali, suami-istri perlu pergi dari rumah berdua saja, meninggalkan

anak-anak bersama pembantu rumah tangga atau anggota keluarga yang lain

di rumah. Suami-istri bisa saling melakukan evaluasi berduaan terhadap

perjalanan rumah tangga selama ini, tanpa diganggu keributan anak-anak.

Perlu suasana-suasana baru yang sejuk dan nyaman, terbebas dari suasana

125 Ibid., h. 187. 126 Depag RI, Pedoman Konselor, h. 246.

Page 103: KONSEP KAFAAH DALAM HUKUM ISLAM DAN URGENSINYA … MULYONO-FSH.pdfKomando Resimen Mahasiswa “WIRA DHARMA”, dan Perguruan Kungfu Shaolin “Lan She Lung”, di mana penulis mendapatkan

rutinitas yang membosankan. Semua perasaan bisa diungkapkan. Dengan cara

itu diharapkan pula akan terbentuk ingatan masa lalu waktu pengantin baru.

Indahnya malam pertama, masa-masa perkenalan di hari-hari pertama

pernikahan yang mengesankan, ataupun bersama mengingat peristiwa-

peristiwa masa lalu yang membangkitkan kecintaan dan kesenangan.127

Dalam suasana seperti itu, suami-istri akan lebih dingin dalam

menyelesaikan masalah, sehingga jika ada konflik tak akan berkepanjangan.

5. Jangan senantiasa berpikir hitam-putih

Setiap masalah bisa didudukkan secara proporsional. Ada pihak yang

salah dan ada pula pihak yang benar. Akan tetapi, untuk menyelesaikan

perselisihan suami-istri, tidak mesti dilihat dalam konteks benar-salah

semacam itu.

Saling mendahului minta maaf merupakan langkah yang terbaik untuk

meredakan ketegangan, daripada memulai dengan berpikir siapa yang

bersalah. Apabila ada pihak yang merasa dirugikan akibat tudingan kesalahan

tersebut maka akan memperparah sakit hati yang bersangkutan.

Memang, dalam masalah tertentu yang berkaitan dengan hukum perlu

kejelasan yang benar dan yang salah, untuk mendapatkan penyelesaikan

secara tegas. Namun, dalam berbagai masalah keseharian (dalam hidup rumah

tangga), tidak terlalu penting mencari siapa benar dan siapa salah. Saling

127 Cahyadi Takariawan, Pernak-pernik Rumah Tangga Islami, h. 188.

Page 104: KONSEP KAFAAH DALAM HUKUM ISLAM DAN URGENSINYA … MULYONO-FSH.pdfKomando Resimen Mahasiswa “WIRA DHARMA”, dan Perguruan Kungfu Shaolin “Lan She Lung”, di mana penulis mendapatkan

mendahului meminta maaf jauh lebih utama, untuk menjaga keharmonisan

hubungan suami-istri.128

6. Berbohong, jika memang diperlukan untuk ishlah

Pada dasarnya, berbohong adalah perbuatan dosa dan terlarang. Sikap

dasar setiap muslim adalah jujur, terpercaya, dan tidak berdusta. Akan tetapi,

Islam memberikan “peluang” untuk menyimpang dari aturan dasar itu,

sebagaimana sabda Rasulullah SAW:

R��6 �ی�ی R-' و" �=: 4� أ"$�ء ��pی2&1 ا�.[ب إC �p< : �6ل ر"� ل ا7 ? <� ا7 �

�ri :�Mث� ���4 ا�, وا�.[ب C< ا2��ب, ی�2,ث ا���%& ا�� أت� �' Z G� .-��سوا�.[ب �

129)رواT ا�#��[ى(

Artinya : “Dari Asma’ binti Yazid berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda:

‘Tidak halal berdusta kecuali dalam tiga perkara yaitu seorang

bercerita kepada istrinya untuk menyenangkannya, berdusta dalam

peperangan dan berdusta untuk mendamaikan antara orang yang

bertikai.” (HR. at-Tirmizi)

Sekalipun berbohong antara suami dan istri diperbolehkan, tentu saja

itu adalah sikap pengecualian. Nilai kejujuran dan saling percaya harus tetap

dipegang teguh. Bohong hanya diperbolehkan dalam kondisi tertentu, untuk

melakukan ishlah (perbaikan) dan membuat suasana harmonis dalam rumah

tangga, tetapi tidak untuk saling menipu, mendustai, dan mengkhianati.130

7. Mendatangkan pihak ketiga yang dipercaya keduanya

128 Ibid., h. 189. 129 Imam al-Hafiz Abu ‘Isa Muhammad bin ‘Isa bin Surah al-Termizi, Sunan al-Termizi,

Penerjemah Moh. Zuhri, Jil.III, (Semarang : CV Asy Syifa’, 1992), h. 464. 130 Ibid., h. 189.

Page 105: KONSEP KAFAAH DALAM HUKUM ISLAM DAN URGENSINYA … MULYONO-FSH.pdfKomando Resimen Mahasiswa “WIRA DHARMA”, dan Perguruan Kungfu Shaolin “Lan She Lung”, di mana penulis mendapatkan

Apabila ketegangan tak terselesaikan dengan cara-cara persuasif,

bahkan semakin meningkat, maka bisa ditempuh cara menghadirkan

seseorang yang dipercaya. Bahkan jika perlu, suami-istri datang kepada

seseorang yang dipercaya keduanya. Bisa jadi seorang ustadz yang dikenal

kearifannya, atau seorang shalih yang lebih tua dari mereka berdua, yang

dipercaya bisa menyimpan rahasia.

Suami istri mengadukan masalah dan perasaan hatinya masing-

masing, untuk didengarkan dan diselesaikan oleh pihak ketiga tersebut.

Dengan izin Allah, pihak ketiga akan memberikan saran, pandangan, atau

alternatif pemecahan masalah. Sekalipun pihak ketiga ini tidak mampu

menyelesiakan masalah dengan tuntas, tetapi aspek pengaduan amat

diperlukan untuk menumpahkan perasaan hati.131

Demikianlah, beberapa upaya preventif dan sekaligus solusi ringan

dari konflik suami-istri. Namun, dalam kasus nusyuz, di mana pihak istri tidak

berfungsi sebagai istri, tidak patuh atau melawan kebenaran, suami berhak

bertindak dalam tiga tahapan, sebagaimana penjelasan Allah SWT:

Y�|�K�0��� ��*7R0� �� ��7��'*!m7� ��7�*¸!�7�R

}�7��J!���0��� A3B �]�805t�☺&�0�

}�7�*�3y�0��� ( ��3_�R ��!9�,�7�U�� 5⌧�R (�*��C� }���y��� e⌧o39�n � <�34 KV0�

qr#⌧l 0b23�� �,yJ395� MgP

131 Ibid., h. 191.

Page 106: KONSEP KAFAAH DALAM HUKUM ISLAM DAN URGENSINYA … MULYONO-FSH.pdfKomando Resimen Mahasiswa “WIRA DHARMA”, dan Perguruan Kungfu Shaolin “Lan She Lung”, di mana penulis mendapatkan

Artinya: “Perempuan-perempuan yang kamu khawatirkan akan nusyuz,

hendaklah kamu beri nasehat kepada mereka, tinggalkanlah mereka

di tempat tidur (pisah ranjang), dan (kalau perlu) pukullah mereka.

Tetapi jika mereka menaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari

alasan untuk menyusahkannya. Sungguh, Allah Mahatinggi,

Mahabesar.” (QS. An-Nisa’, 4:34)

Ketika istri sudah mulai membandel dan tidak taat, maka suami harus

menempuh kiat-kiat penyelesaian yang telah ditawarkan oleh Islam132

, yaitu:

a. Menasehati istri dengan cara yang baik

b. Berpisah ranjang dengannya

c. Memukulnya dengan tangan atau benda ringan sebagai pelajaran baginya

d. Jika semua ini tidak memberi hasil, maka solusi terakhir adalah

melakukan tahkim, yaitu mengangkat juru damai.

Sebagaimana firman Allah SWT :

��34�� \.&��S �º0�4�K 0�¥�P[�:�� (�*7Z�7��00�R

0�☺��� ����� ���3����� 0�☺����� ����� V0�13�����

�34 V��c gJ 0☯������34 P��/R�* uV0� V0�☺���[&2��

� <�34 KV0� ��#⌧l 0e☺23�� �,yJ3C�S Mg3P

Artinya: “Dan jika kamu khawatirkan ada persengketaan antara

keduanya, Maka kirimlah seorang hakam dari keluarga laki-laki

dan seorang hakam dari keluarga perempuan. jika kedua orang

hakam itu bermaksud mengadakan perbaikan, niscaya Allah

memberi taufik kepada suami-isteri itu. Sesungguhnya Allah

Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. An-Nisa’, 4: 35)

132 Muhammad Ali al-Shabuni, Kawinlah selagi Muda; Cara Sehat Menjaga Kesucian Diri.

Penerjemah: Muhammad Nurdin, cet.I, (Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2000), h. 153-154.

Page 107: KONSEP KAFAAH DALAM HUKUM ISLAM DAN URGENSINYA … MULYONO-FSH.pdfKomando Resimen Mahasiswa “WIRA DHARMA”, dan Perguruan Kungfu Shaolin “Lan She Lung”, di mana penulis mendapatkan

Ayat di atas telah mengingatkan suami agar menasehatinya dengan

baik-baik. Kalau istrinya tidak bisa dinasehati, suami disuruh berpisah

ranjang dengan istrinya- maksudnya, tidak berhubungan intim. Kalau cara

kedua ini tidak membawa hasil, maka suami boleh memukul istrinya

dengan pukulan ringan supaya istri sadar akan kekhilafannya lalu

mengusir godaan dan rayuan setan yang sedang mempermainkannya.

Apabila cara ketiga ini juga tidak berhasil, maka hakim harus meminta

dari masing-masing pihak untuk mengirimkan juru damai atau penengah

yang adil untuk menyelesaikan konflik dan mencari solusi terbaik bagi

pasangan suami-istri itu.133

C. Urgensi Kafaah terhadap Keutuhan Keluarga

Dalam memilih jodoh, memang tidak mungkin mencari orang yang

seratus persen sama. Akan tetapi, menjatuhkan pilihan kepada orang yang lebih

banyak kesamaannya dalam berbagai hal akan jauh lebih baik hasilnya dibanding

menjatuhkan pilihan kepada orang yang terlalu banyak perbedaannya. Semakin

133 Ibid., h. 156.

Page 108: KONSEP KAFAAH DALAM HUKUM ISLAM DAN URGENSINYA … MULYONO-FSH.pdfKomando Resimen Mahasiswa “WIRA DHARMA”, dan Perguruan Kungfu Shaolin “Lan She Lung”, di mana penulis mendapatkan

banyak kesamaan antara suami dan istri, tentu semakin menjamin keharmonisan

pergaulan mereka dalam membina keluarga dan rumah tangga yang bahagia.134

Menurut ilmu psikologi bahwa salah satu alasan bahwa kemiripan dapat

menimbulkan rasa suka adalah bahwa orang yang menghargai pendapat dan

pilihannya sendiri dan senang bergaul dengan mereka yang cocok dengan

pilihannya, mungkin dapat menaikkan harga dirinya.

Baik norma sosial maupun peristiwa situasional dapat menyebabkan kita

bergaul dengan orang-orang seperti kita. Norma kultural mengatur apa yang

dianggap ’dapat diterima’ (acceptable) dalam hal kecocokan ras dan usia.

Peristiwa situasional juga memainkan peranan yang penting. Banyak pasangan

bertemu di perguruan tinggi atau sekolah sehingga menguatkan keyakinan bahwa

mereka akan sama dalam hal tingkatan pendidikan, inteligensi, aspirasi profesi

dan mungkin juga dalam hal usia dan status sosio-ekonomi.135

Kesesuaian sosial

dan ekonomi sangat dianjurkan. Namun apabila kedua calon berbeda dalam

kedudukan sosial dan ekonomi tetapi mampu menerima dan mendamaikan

perbedaan mereka maka tidak ada masalah.136

Beberapa peranan, seperti pekerjaan, merupakan pilihan kita sendiri.

Tetapi peranan semacam itu juga dipola berdasarkan ketentuan budaya. Sebagian

besar budaya mengharapkan perilaku yang berbeda antara pria dan wanita.

134 A. Sutarmadi dan Mesraini, Administrasi Pernikahan dan Manajemen Keluarga, (Jakarta:

FSH UIN Jakarta, 2006), h. 101. 135 Rita L. Atkinson, dkk., Pengantar Psikologi. Penerjemah Nurdjannah Taufiq, ed.VIII, juz-

2, (Jakarta: Erlangga, t.th.), h.385. 136 Abdur Rahim Umran, Islam dan KB. Penerjemah Muhammad Hasyim, cet.I, (Jakarta:

Lentera, 1997), h.27.

Page 109: KONSEP KAFAAH DALAM HUKUM ISLAM DAN URGENSINYA … MULYONO-FSH.pdfKomando Resimen Mahasiswa “WIRA DHARMA”, dan Perguruan Kungfu Shaolin “Lan She Lung”, di mana penulis mendapatkan

Peranan seksual bisa berbeda dari budaya yang satu ke budaya yang lain, tetapi

dalam setiap budaya dianggap hal yang ’wajar’ bila anak laki-laki dan anak

perempuan memiliki kepribadian yang berlainan.137

Pada umumnya, laki-laki ingin agar lebih dominan dari pasangannya. Kita

lihat umumnya laki-laki menginginkan istri yang lebih kecil postur tubuhnya,

yang lebih muda umurnya, yang pendidikan, kedudukan atau prestasinya tidak

melebihinya. Sedangkan sebagian perempuan ingin merasa "terlindung", hingga

mencari sesuatu yang "lebih" pada pasangannya. Lebih umurnya, lebih beraninya,

lebih pengetahuannya, dapat pula lebih tinggi badannya, dan seterusnya.

Misalnya, masalah yang dihadapi seorang perempuan yang berusia 40 tahun yang

mempunyai kedudukan dan pendidikan cukup tinggi (S2) kesulitan mencari

pasangan yang sesuai. Kedudukan dan pendidikan yang cukup tinggi itu

memperkecil populasi laki-laki ideal pilihannya.138

Secara teoritis, semua manusia dapat dianggap sederajat, akan tetapi

selama dalam satu masyarakat ada sesuatu yang dihargai maka dapat

menumbuhkan adanya sistem lapisan dalam masyarakat itu. Sistem lapisan

masyarakat dalam sosiologi dikenal dengan istilah social stratification yang

merupakan pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara

bertingkat. Misalnya, sistem kasta pada masyarakat India, dan perbedaan rasial

pada masyarakat Amerika. Ada pula yang menggunakan sistem kelas berdasarkan

137 Ibid., h.152 138 Leila Ch Budiman, Konsultasi Psikologi, artikel diakses pada Senin, 17 November 2008

dari http://kompascybermedia.com/kesehatan

Page 110: KONSEP KAFAAH DALAM HUKUM ISLAM DAN URGENSINYA … MULYONO-FSH.pdfKomando Resimen Mahasiswa “WIRA DHARMA”, dan Perguruan Kungfu Shaolin “Lan She Lung”, di mana penulis mendapatkan

atas ukuran kekayaan, kekuasaan, kehormatan dan ilmu pengetahuan.139

Sehubungan dengan kriteria tersebut, kelas memberikan fasilitas-fasilitas tertentu

(life-chances) bagi anggotanya. Misalnya, keselamatan atas hidup dan harta

benda, kebebasan, standar hidup yang tinggi dan sebagainya, yang dalam arti-arti

tertentu tidak dimiliki oleh warga kelas-kelas lainnya. Selain daripada itu, kelas

juga mempengaruhi gaya hidup (life-style) dan tingkah laku masing-masing

warganya.

Meskipun demikian, pada umumnya setiap kelompok sosial mengalami

perubahan sebagai akibat proses formasi ataupun reformasi dari pola-pola dalam

masyarakat. Perubahan itu dapat melalui lembaga pendidikan, organisasi politik,

ekonomi, keahlian dan agama. Oleh karena itu, keserasian atau harmonisasi

merupakan keadaan yang menjadi idaman masyarakat.140

Dalam bahasa fiqh munakahat, keserasian atau persamaan ini diistilahkan

dengan “kafaah” atau “sekufu”. Ulama berbeda pendapat dalam menetapkan

ukuran sekufu antara suami dan istri.

Menurut Malikiyah, unsur yang sebaiknya sekufu antara suami dan istri

adalah al-din atau al-hal saja.

Haafiyah berpendapat bahwa suami dan istri sebaiknya sekufu dalam hal-

hal berikut: al-din (ketaatan menjalankan agama), al-Islam, kemerdekaan,

keturunan, kekayaan, dan pekerjaan.

139 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, ed.IV, cet.XXV, (Jakarta: PT

RajaGrafindo Persada, 1998), h. 263. 140 Ibid., h. 367.

Page 111: KONSEP KAFAAH DALAM HUKUM ISLAM DAN URGENSINYA … MULYONO-FSH.pdfKomando Resimen Mahasiswa “WIRA DHARMA”, dan Perguruan Kungfu Shaolin “Lan She Lung”, di mana penulis mendapatkan

Menurut Syafi’iyah, selain al-din dan al-hal seperti pendapat Malikiyah-

suami dan istri juga sebaiknya sekufu dalam hal kemerdekaan, keturunan, dan

pekerjaan.

Hanabilah berpendapat bahwa suami dan istri sebaiknya sekufu dalam

lima hal berikut, yaitu: al-din, kemerdekaan, keturunan, kekayaan, dan

pekerjaan.141

Tentu saja ukuran di atas bukanlah harga mati. Semuanya masih bisa

ditawar tergantung selera dan kerelaan masing-masing calon suami-istri. Namun

demikian, dalam memilih jodoh, kesungguhan masing-masing suami-istri dalam

menjalankan ajaran agama haruslah dijadikan patokan utama, karena hanya itulah

yang akan langgeng. Berbagai unsur yang dapat mendorong seseorang untuk

berumah tangga, ada yang tertarik karena kecantikan, kebangsawanan, kekayaan

dan sebagainya. Hal itu adalah suatu yang wajar, namun perlu diingat bahwa

salah satu unsur yang sangat positif untuk mewujudkan kedamaian dan

kebahagiaan adalah faktor agama. Karena agamalah yang mampu membimbing

jiwa, sehingga ia menjadi kuat dan tabah menghadapi segala persoalan dan

percobaan dalam kehidupan ini.142

Kekayaan seketika dapat lenyap. Kecantikan dan kegagahan seketika

dapat pudar. Keturunan juga tidak menjamin baik-buruknya seseorang. Justru

141 Untuk lebih lengkap tentang perbedaan pendapat fuqaha mengenai ukuran kafaah, baca

Wahbah al-Zuhaily, al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu, h. 6747-6755. 142 Sidi Nazar Bakri, Kunci Keutuhan Rumah Tangga; Keluarga yang Sakinah, cet.I, (Jakarta:

CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1993), h. 7

Page 112: KONSEP KAFAAH DALAM HUKUM ISLAM DAN URGENSINYA … MULYONO-FSH.pdfKomando Resimen Mahasiswa “WIRA DHARMA”, dan Perguruan Kungfu Shaolin “Lan She Lung”, di mana penulis mendapatkan

agamalah yang berperanan penting dalam membentuk sikap seseorang. Semakin

taat seseorang beragama, semakin beradab pulalah akhlak dan perikunya. Suami

atau istri yang sungguh-sungguh taat menjalankan agama pasti akan berusaha

secara maksimal menunaikan semua kewajibannya dalam berkeluarga, dan tentu

mereka akan terpelihara dari perilaku kasar dan aniaya. Dengan demikian,

keluarga sakinah mawaddah warahmah hanya dapat diwujudkan oleh pasangan

suami-istri yang menjalankan ajaran agamanya dengan baik.

Orang yang semata-mata tertarik karena soal-soal material saja, biasanya

kesetiaan dan kebahagiaan yang diperolehnya tidak tahan lama, antara lain karena

dalam kehidupan ini ada pasang naik dan pasang surut, ada masa jaya dan ada

pula masa bangkrut, semuanya itu berbentuk material belaka. Apabila materialnya

hilang, maka kasih sayang yang berdasarkan materi tadi pun akan sirna pula,

begitu juga karena kecantikan belaka suatu saat ia pun akan berubah menjadi

tidak cantik lagi. Kebahagiaan rumah tangga seseorang itu akan bertahan

kendatipun berbagai cobaan dan gangguan datang menimpa, jika dijiwai dengan

faktor agama.

Suatu rumah tangga dapat berantakan karena salah satu pihak suka

membangga-banggakan kekayaannya, dan satu merasa tertekan dan kehilangan

harga diri. Kekayaan semata belum merupakan jaminan mutlak untuk terciptanya

Page 113: KONSEP KAFAAH DALAM HUKUM ISLAM DAN URGENSINYA … MULYONO-FSH.pdfKomando Resimen Mahasiswa “WIRA DHARMA”, dan Perguruan Kungfu Shaolin “Lan She Lung”, di mana penulis mendapatkan

rumah tangga yang baik, sejahtera dan bahagia kecuali jika dijiwai dengan ajaran

agama maka semuanya akan menjadi lebih baik.143

Masalah keturunan tidak terlepas dari karunia Allah karenanya harus

disyukuri setiap saat dan tidak boleh menjadi kebanggaan dalam pergaulan sehari-

hari. Seorang bangsawan jika tidak beragama, ada kemungkinan menimbulkan

hal-hal yang tidak disenangi orang lain, terutama jika sering membanggakan

keturunannya. Apalagi jika suami atau istri tidak sederajat maka dapat terjadi

saling menghina antara satu dengan yang lainnya. Orang yang beragama tidaklah

mau membanggakan keturunannya tetapi akan menghormati sesamanya, ia

menyadari bahwa orang yang sombong itu tidaklah baik dan bertentangan dengan

ajaran agama serta dibenci oleh sesama manusia, khususnya dalam pergaulan

suami-istri. Masalah keturunan, dan kebangsawanan tidak boleh ditonjolkan

dalam kehidupan sehari-hari karena merusak pergaulan.

Islam melarang adanya perbedaan dan klasifikasi manusia berdasarkan

hal-hal yang bersifat materi, seperti kebangsawanan, keturunan, harta kekayaan,

dan sebagainya. Karena semuanya adalah karunia Allah yang harus disyukuri

setiap saat. Ajaran Islam melarang adanya jurang pemisah antara si kaya dan si

miskin, begitu juga antara bangsawan dan lain-lain. Firman Allah SWT dalam

QS. Al-Hujurat ayat 13.

0=�qc��k�� ^<0<,�0� 0k"34 ����;X&4���S ���� �J⌧l�D

143 Ibid., h. 12

Page 114: KONSEP KAFAAH DALAM HUKUM ISLAM DAN URGENSINYA … MULYONO-FSH.pdfKomando Resimen Mahasiswa “WIRA DHARMA”, dan Perguruan Kungfu Shaolin “Lan She Lung”, di mana penulis mendapatkan

@Y��"���� �����;XR��7�8�� 0��*7�K 56�V0�C�#��

(�)*7R�?0�7��� @ <�34 �������J¦��� �cX� ¤V0� ������4&�� @ <�34 KV0� �|]3��

yJ3C�S MOgP

Artinya: “Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang

laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa -

bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.

Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah

orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha

mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Al-Hujurat, 49:13)

Masalah moral agama adalah suatu alat pengendali dalam segala hal.

Dengan mempelajari dan memahami ajaran-ajaran agama, seseorang akan

mengenal hukum agama, seperti: perintah dan larangan serta hal-hal lain

menyangkut aturan rumah tangga yang berhubungan dengan hak dan kewajiban

suami-istri dan sebagainya. Ada sebagian rumah tangga yang kehidupan

ekonominya sangat sederhana namun mereka cukup merasakan kebahagiaan

dalam hidup berumah tangga di mana suami-istri hidup rukun dan damai, saling

mencintai, saling menghargai satu sama lainnya, saling percaya, masing-masing

pihak mengenal dan memahami ajaran-ajaran agama. Pengaruh ajaran agama

dalam kehidupan akan membentuk kepribadian yang mulia baik pada sisi Allah

maupun dalam pandangan manusia.144

Untuk masyarakat Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD ’45,

kehidupan agama sangat diperlukan dan harus dimulai penanaman dan

144 Ibid., h. 13.

Page 115: KONSEP KAFAAH DALAM HUKUM ISLAM DAN URGENSINYA … MULYONO-FSH.pdfKomando Resimen Mahasiswa “WIRA DHARMA”, dan Perguruan Kungfu Shaolin “Lan She Lung”, di mana penulis mendapatkan

pengamalannya dari rumah tangga masing-masing. Secara yuridis (hukum) bahwa

agama itu mutlak diperlukan dan dikembangkan dalam kehidupan baik secara

pribadi maupun di tengah-tengah masyarakat.145

Secara bertahap agama itu telah

menjadi dasar bagi setiap perkawinan seperti disebut dalam Undang-Undang

Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan pasal 2 ayat 1 bahwa: “Perkawinan

adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan

kepercayaannya itu.”

Masalah umur dan pendidikan juga ikut mempengaruhi kehidupan rumah

tangga seseorang, karenanya pemerintah melalui Undang-Undang Nomor 1

Tahun 1974 tentang Perkawinan, tidak membenarkan adanya pernikahan yang

berlangsung di bawah umur, karena dianggap belum dewasa dan belum mampu

memikul beban/resiko dari perkawinan kelak, apalagi untuk menghadapi masalah-

masalah yang cukup berat.146

Membangun sebuah keharmonisan dalam rumah tangga bukanlah hal yang

mudah, karena pernikahan merupakan penyatuan dua pribadi yang berasal dari

latar belakang yang berbeda, baik itu kultur sosial, budaya, ekonomi serta

lingkungan keluarga. Ada kultur keluarga Jawa, Betawi, Sunda, Padang, dan lain-

lainnya. Karenanya, seringkali terdengar meskipun pernikahan sudah dijalani

selama bertahun-tahun, masih saja terkendala dengan hambatan dalam

145 M. Atho’ Muzdhar (ed.), Hukum Keluarga di Dunia Islam Modern; Studi Perbandingan

dan Keberanjakan Undang-undang Modern dari Kitab-Kitab Fiqh, cet.I, (Jakarta: Ciputat Press,

2003), h. 23. 146 Nazar Bakri, Kunci Keutuhan Rumah Tangga, h. 15.

Page 116: KONSEP KAFAAH DALAM HUKUM ISLAM DAN URGENSINYA … MULYONO-FSH.pdfKomando Resimen Mahasiswa “WIRA DHARMA”, dan Perguruan Kungfu Shaolin “Lan She Lung”, di mana penulis mendapatkan

membangun keharmonisan rumah tangga. Memang, banyak penyebab yang

menjadi pemicu pertengkaran dengan pasangan (suami-istri), mulai dari masalah

keuangan, kebiasaan hidup, serta masalah komunikasi suami-istri yang sering

menemui jalan buntu. Kebuntuan komunikasi dari suami-istri memang sering

menjadi penyebab sulitnya pasangan untuk dapat saling mengenali dan

memahami satu sama lainnya. Meskipun setiap individu memiliki perbedaan,

namun sebenarnya tetap bisa diselaraskan dengan baik sepanjang ada kemauan

untuk melakukan keterbukaan antara suami-istri.147

147 Cecep Yusuf Permana, Bangun Keharmonisan Rumah Tangga Karena Landasan Hati,

artikel diakses pada Senin, 22 Oktober 2007 dari www.almanhaj.or.id/22/10/2007

Page 117: KONSEP KAFAAH DALAM HUKUM ISLAM DAN URGENSINYA … MULYONO-FSH.pdfKomando Resimen Mahasiswa “WIRA DHARMA”, dan Perguruan Kungfu Shaolin “Lan She Lung”, di mana penulis mendapatkan

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Setiap insan yang hidup pasti menginginkan dan mendambakan suatu

kehidupan yang bahagia, sejahtera, tenteram, penuh dengan keamanan dan

ketenangan atau bisa dikatakan kehidupan yang sakinah, karena memang sifat

dasar manusia adalah senantiasa condong kepada hal-hal yang bisa

menenteramkan jiwa serta membahagiakan anggota badannya, sehingga

berbagai cara dan usaha ditempuh untuk meraih kehidupan yang sakinah

tersebut. Sesungguhnya hakikat kehidupan yang sakinah adalah suatu

kehidupan yang dilandasi mawaddah warahmah (cinta dan kasih sayang) dari

Allah SWT. Yakni sebuah kehidupan yang diridhai Allah SWT dengan cara

melakukan setiap apa yang diperintahkan dan meninggalkan segala apa yang

dilarang oleh Allah dan Rasul-Nya. Hakikat sebuah kehidupan rumah tangga

yang sakinah adalah terletak pada realisasi penerapan nilai-nilai agama dalam

kehidupan berumah tangga yang bertujuan mencari ridha Allah SWT. Karena

memang hakikat ketenangan jiwa (sakinah) itu adalah ketenangan yang

terbimbing dengan agama dan datang dari Allah SWT.

2. Setiap muslim dan muslimah harus berusaha membina rumah tangga yang

Islami. Ajaran Islam telah memberikan beberapa kriteria tentang calon

Page 118: KONSEP KAFAAH DALAM HUKUM ISLAM DAN URGENSINYA … MULYONO-FSH.pdfKomando Resimen Mahasiswa “WIRA DHARMA”, dan Perguruan Kungfu Shaolin “Lan She Lung”, di mana penulis mendapatkan

pasangan yang ideal, agar terbentuk rumah tangga yang Islami. Di antara

kriteria itu adalah harus kafaah. Sewajarnya, setiap orang membutuhkan

adanya keserasian dalam pernikahan. Kesepadanan dalam pernikahan berarti

kecocokan yang diperlukan untuk membentuk keluarga sakinah. Pada

umumnya, laki-laki ingin agar lebih dominan dari pasangannya. Sedangkan

sebagian perempuan ingin merasa "terlindung", hingga mencari sesuatu yang

"lebih" pada pasangannya. Oleh karena itu, kafaah dalam pernikahan hanya

dipersyaratkan atas laki-laki. Adapun seorang perempuan tidaklah

dipersyaratkan harus sekufu dengan suaminya.

3. Rumah tangga sakinah memang tidak hanya didasari oleh satu sebab saja tapi

ada banyak hal yang bisa menciptakan surga dalam rumah tangga, ‘Baiti

Jannati’. Demikian juga, banyak hal yang bisa menyebabkan kebahagiaan,

sebanyak itu pula yang bisa menjadikan kehancurannya, diantaranya adalah

ketidakcocokan antara suami-isteri sehingga sering bertengkar. Dalam Islam,

ketidakcocokan ini sama artinya dengan tidak sekufu. Menjatuhkan pilihan

kepada orang yang lebih banyak kesamaannya dalam berbagai hal akan jauh

lebih baik hasilnya dibanding menjatuhkan pilihan kepada orang yang terlalu

banyak perbedaannya. Semakin banyak kesamaan antara suami dan istri, tentu

semakin menjamin keharmonisan pergaulan mereka dalam membina keluarga

dan rumah tangga yang bahagia. Namun demikian, dalam memilih jodoh,

kesungguhan masing-masing suami-istri dalam menjalankan ajaran agama

haruslah dijadikan patokan utama, karena hanya itulah yang akan langgeng.

Page 119: KONSEP KAFAAH DALAM HUKUM ISLAM DAN URGENSINYA … MULYONO-FSH.pdfKomando Resimen Mahasiswa “WIRA DHARMA”, dan Perguruan Kungfu Shaolin “Lan She Lung”, di mana penulis mendapatkan

B. Saran

1. Dalam rumah tangga yang Islami, suami-istri harus saling memahami

kekurangan dan kelebihannya, hak dan kewajibannya serta melaksanakan

tugas dan fungsinya masing-masing dengan penuh tanggung jawab.

Bermusyawarah dalam memutuskan apapun dalam keluarga, karena suami-

isteri adalah satu-kesatuan yang utuh. Jadikan pasangan kita sebagai partner

sekaligus sahabat yang hubungannya berlandaskan rasa cinta dan kasih

sayang.

2. Memperhatikan kafaah adalah salah satu aspek penting sebelum memasuki

gerbang pernikahan. Karena mengetahui cocok atau tidaknya calon pasangan

hidup sebelum pernikahan itu jauh lebih baik daripada mengetahuinya setelah

berumah tangga.

3. Dalam memilih jodoh, dianjurkan untuk memilih laki-laki/perempuan yang

sehat jasmani dan rohaninya di samping hal-hal yang lainnya, seperti masalah

keturunannya, ekonominya, dan yang paling penting sekali adalah masalah

agamanya.

4. Masalah kafaah ini hendaknya disosialisakan melalui pelajaran agama di

sekolah-sekolah, baik sekolah dasar maupun sekolah menengah juga di

perguruan tinggi.

Page 120: KONSEP KAFAAH DALAM HUKUM ISLAM DAN URGENSINYA … MULYONO-FSH.pdfKomando Resimen Mahasiswa “WIRA DHARMA”, dan Perguruan Kungfu Shaolin “Lan She Lung”, di mana penulis mendapatkan

DAFTAR PUSTAKA

____________________. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Bandung: PT. Syaamil Cipta

Media, 2005

Abdurrahman, Abu Muhammad Jibril. Karakteristik Lelaki Shalih, cet.ke-1

Yogyakarta: Wihdah Press, 1999.

Abdurrahman. Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, cet.ke-2. Jakarta: CV

Akademika Pressindo, 2005.

Abidin, Slamet dan Aminuddin. Fiqh Munakahat, cet.ke-1, jil.I dan II. Bandung: CV.

Pustaka Setia, 1999.

Adhim, M. Fauzil. Saatnya untuk Menikah, cet.III. Jakarta: Gema Insani Press, 2001.

Ahmad Ibnu Hanbal, al-Musnad, jil.6. t.t.: al-Maktabah al-Islamy, t.th.

Alam, Andi Syamsu. Usia Ideal untuk Kawin; Sebuah Ikhtiar mewujudkan Keluarga

Sakinah, cet.II. Jakarta: Kencana Mas Publishing House, 2006.

Alhamdani, H.S.A. Risalah Nikah; Hukum Perkawinan Islam, alih bahasa oleh Agus

Salim. Jakarta: Pustaka Amani, 1989.

Ali, Zainuddin. Hukum Perdata Islam di Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika, 2006.

Atkinson, Rita L., dkk. Pengantar Psikologi, ed.ke-8, juz II, Penerjemah Nurdjannah

Taufiq. Jakarta: Erlangga, t.th.

Bakri, Sidi Nazar. Kunci Keutuhan Rumah Tangga; Keluarga yang Sakinah, cet.ke-1.

Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya, 1993.

Barik, Haya Binti Mubarak. Ensiklopedi Wanita Muslimah, Penerjemah Amir

Hamzah Fachrudin, cet.1. Jakarta: Darul Falah, 1998.

Budiman, Leila Ch. Konsultasi Psikologi. Artikel diakses pada hari Senin, 17

November 2008 dari http://kompascybermedia.com/kesehatan.

Bukhari, Abu Abdillah Muhammad Ibn Ismail. al-Jami’ as-Shahih al-Mukhtashar,

juz-6. Beirut: Dar Ibnu Katsir, 1987.

____________________. Shahih al-Bukhari, juz-3. Beirut: al-Maktabah al-

‘Ashriyyah, 1997.

Page 121: KONSEP KAFAAH DALAM HUKUM ISLAM DAN URGENSINYA … MULYONO-FSH.pdfKomando Resimen Mahasiswa “WIRA DHARMA”, dan Perguruan Kungfu Shaolin “Lan She Lung”, di mana penulis mendapatkan

Departemen Agama RI. Pedoman Konselor Keluarga Sakinah. Jakarta: Dirjen

Bimmas dan Haji, 2001.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI. Kamus Besar Bahasa Indonesia, cet.ke-

3, ed.ke-2. Jakarta: Balai Pustaka, 1994.

Djalil, A. Basiq. Tebaran Pemikiran Ke-Islaman di Tanah Gayo; Topik-topik

Pemikiran Aktual Diskusi, Pengajian, Ceramah, Khutbah, dan Kuliah Shubuh

di Tanah Gayo Tahun 2006, ed.I. t.t.: Qalbun Salim, 2007.

Ghazaly, Abdur Rahman. Fiqh Munakahat. Bogor: Kencana, 2003

Halim, M. Nipan Abdul. Membahagiakan Istri sejak Malam Pertama, cet.ke-2.

Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2000.

Ibn Saurah, Abu Isa Muhammad Ibn Isa. Sunan at-Tirmizi, juz 2. Beirut: Dar al-Fikr,

1994.

Jauziyah, Abu Abdillah Muhammad Ibn Abu Bakar Ibnu al-Qayyim. Zaad al-Ma’ad

fi Hadi Khair al-Ibad, juz-4. Kairo: Musthafa al-Babi al-Halabi, 1970.

Jaziriy, Abdur Rahman Ibn Muhammad ‘Audh. al-Fiqh ‘ala al-Mazahib al-‘Arba’ah,

Jil.I, Juz 1-5. Kairo: Dar Ibn al-Haitsimiy, t.th.

Kandahlawi, Muhammad Zakariyya. Aujar al-Masalik ila Muwatha’ Malik. Beirut:

Dar al-Fikr, 1974.

Khalafi, Abdul Azhim bin Badawi. al-Wajiz fi Fiqh al-Sunnah wa al-Kitab al-Aziz,

Penerjemah Ma’ruf Abdul Jalil, cet.1. Jakarta: Pustaka al-Sunnah, 2006.

Khawarizmiy, Abul Qasim Mahmud Ibnu Umar al-Zamakhsyary. al-Kasyaf an

Haqaiq al-Tanzil wa Uyun al-Aqawil fi Wujuh al-Ta’wil. Kairo: Musthafa al-

Baby al-Halby wa Auladah, 1972.

Malyabary, Zainuddin Ibnu Abdul Aziz. Fath al-Mu’in bi Syarh Qurrat al-‘Ain.

Surabaya: Maktabah Muhammad Ibnu Nabhan wa Auladah, t.th.

Mas’ud, Ibnu dan Abidin, Zainal S. Fiqh Mazhab Syafi’I. Bandung: Pustaka Setia,

2000.

Mujieb, M. Abdul, dkk. Kamus Istilah Fiqh. Jakarta: Pustaka Firdaus, 2002.

Page 122: KONSEP KAFAAH DALAM HUKUM ISLAM DAN URGENSINYA … MULYONO-FSH.pdfKomando Resimen Mahasiswa “WIRA DHARMA”, dan Perguruan Kungfu Shaolin “Lan She Lung”, di mana penulis mendapatkan

Muzdhar, M. Atho’ (ed.). Hukum Keluarga di Dunia Islam Modern; Studi

Perbandingan dan Keberanjakan Undang-undang Modern dari Kitab-Kitab

Fiqh, cet.I. Jakarta: Ciputat Press, 2003.

Naisabury, Abu al-Husain Muhammad Ibn al-Hajjaj al-Qusyairy. Shahih Muslim, juz-

5. Beirut: Dar Ihya’ al-Turats al-Araby, tth.

Nur, Djamaan. Fiqh Munakahat. Semarang: Dina Utama/Toha Putra Group, 1993.

Nurhayati. “Konsep Keluarga Sakinah KH. Abdullah Gymnastiar; Study Tokoh

Pimpinan Pondok Pesantren Darut Tauhid Bandung”. Skripsi S1 Fakultas

Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2004.

Nuruddin, Amiur dan Tarijan, Azhari Akmal. Hukum Perdata Islam di Indonesia;

Studi Kritis Perkembangan Hukum Islam dari Fiqh, UU no. 1/1974 sampai

KHI, ed.1, cet.ke-3. Jakarta: Kencana, 2006.

Permana, Cecep Yusuf, Bangun Keharmonisan Rumah Tangga Karena Landasan

Hati. Artikel diakses pada hari Senin, 19 Maret 2007 dari www.almanhaj.or.id

Rasjid, Sulaiman. Fiqh Islam. Bandung: Sinar Baru Algensindo, 1996.

Rofiq, Ahmad. Hukum Islam di Indonesia, cet.ke-6. Jakarta: PT RajaGrafindo

Persada, 2003.

Sabiq, As-Sayyid. Fiqh as-Sunnah, Jil.II. Beirut: Dar al-Kitab al-Arabiy, 1983.

____________________. Fiqh Sunnah 7, alih bahasa oleh Drs. M. Thalib. Bandung:

PT. al-Ma’arif, 1981.

Shabuni, Muhammad Ali. Kawinlah selagi Muda; Cara Sehat Menjaga Kesucian

Diri, cet.ke-1, Pent. Muhammad Nurdin. Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2000.

Shan’aniy, Muhammad bin Ismail al-Kahlaniy. Subul as-Salam Syarh Bulugh al-

Maram min Adillah al-Ahkam, jil.III. Bandung: Dahlan, tth.

Sholeh, Asrorun Ni’am. Fatwa-fatwa Masalah Pernikahan dan Keluarga, cet.ke-2.

Jakarta: eLSAS, 2008.

Soekanto, Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar, ed.ke-4, cet.ke-25. Jakarta: PT

RajaGrafindo Persada, 1998.

Sutarmadi, A. dan Mesraini. Administrasi Pernikahan dan Manajemen Keluarga.

Jakarta: FSH UIN Syarif Hidayatullah, 2006.

Page 123: KONSEP KAFAAH DALAM HUKUM ISLAM DAN URGENSINYA … MULYONO-FSH.pdfKomando Resimen Mahasiswa “WIRA DHARMA”, dan Perguruan Kungfu Shaolin “Lan She Lung”, di mana penulis mendapatkan

Syafi’I, Abu Abdullah Muhammad Ibnu Idris. al-Umm, juz.5. Beirut: Dar al-Fikr,

1983.

Syaukani, Muhammad Ali Ibn Muhammad. Nail al-Authar, juz-5. Kairo: Maktabah

al-Iman, tth.

Syihab, M. Quraisy. Tafsir al-Misbah; Pesan, Kesan dan Keserasian dalam al-

Qur’an, vol.11. Jakarta: Lentera Hati, 2002.

Takariawan, Cahyadi. Pernak-pernik Rumah Tangga Islami; Tatanan dan

Peranannya dalam Masyarakat, cet.1. Solo: Intermedia, 1997.

Umar. “Eksistensi Ahlul Bait dan Kafaahnya dalam Pandangan Islam”. Skripsi S1

Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2004.

Umran, Abdur Rahim. Islam dan KB, cet.ke-1, Pent. Muhammad Hasyim. Jakarta:

Lentera, 1997.

Zahir, Abdullah. “Menyingkap Perkawinan Kaum Alawiyyin Indonesia Perspektif

Islam; Studi Yayasan Rabithah Alawiyyah”. Skripsi S1 Fakultas Syariah dan

Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2005.

Zuhaili, Wahbah. al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu, juz-VII, cet.ke-3. Beirut: Dar al-

Fikr, 1989.