Konsep Dasar Penyakit Alzheimer
Transcript of Konsep Dasar Penyakit Alzheimer
Alzheimer merupakan penyakit dengan gangguan degeneratif yang mengenai sel-sel otak dan menyebabkan gangguan fungsi intelektual, penyakit ini timbul pada pria dan wanita dan menurut dokumen terjadi pada orang tertentu pada usia 40 tahun (KMB: jilid 1 hal 1003).
Angka prevalansi berhubungan erat dengan usia. Sekitar 10% populasi diatas 65 tahun menderita penyakit ini
Bagi individu berusia diatas 85 tahun, angka ini meningkat sampai 47,2%
Insiden kasus alzheimer meningkat pesat sehingga menjadi epidemi di Amerika dengan insiden alzheimer sebanyak 187 : 100.000 per tahun dan penderita alzheimer 123 : 100.000 per tahun.
Gejala ringan (lama penyakit 1-3 tahun) Lebih sering bingung dan melupakan
informasi yang baru dipelajari Disorientasi : tersesat di daerah sekitar
yang dikenalnya dengan baik Bermasalah dalam melaksanakan tugas
rutin Mengalami perubahan dalam kepribadian
dan penilaian, misalnya mudah tersinggung, mudah menuduh ada yang mengambil barangnya, bahkan menuduh pasangannya selingkuh
Gejala sedang(lama penyakit 3-10 tahun) Kesulitan dalam mengerjakan aktivitas hidup
sehari-hari seperti makan dan mandi Perubahan tingkah laku, misalnya sedíh dan
emosi Mengalami gangguan tidur Keluyuran Kesulitan mengenali keluarga dan
teman(pertama-tama yang akan sulit untuk dikenali adalah orang-orang yang paling jarang ditemuinya, mulai dari nama hinggá tidak mengenali wajah sama sekali, kemudian bertahap kepada orang-orang yang cukup jarang ditemui)
Gejala berat(lama penyakit 8-12 tahun)
Sulit atau kehilangan kemampuan bicara
Sangat tergantung pada caregiver(pengasuh)
Perubahan perilaku : misalnya mudah curiga, depresi, atau mudah mengamuk
Keadaan UmumKlien dengan penyakit Alzheimer umumnya mengalami penurunan kesadaran sesuai dengan degenerasi neuron kolinergik dan proses senilisme. Adanya perubahan pada tanda vital meliputi bradikardi, hipotensi dan penurunan frekuensi pernapasan.
B1 (breathing)Gangguan fungsi pernapasan berkaitan dengan
hipoventilasi, inaktivasi, aspirasi makanan atau saliva, dan berkurangnya fungsi pembersihan saluran nafas.
Inspeksi : didapatkan klien batuk atau penurunan kemampuan untuk batuk efektif, peningkatan produksi sputum, sesak napas, dan penggunaan otot bantu napas.
Palpasi : taktil premitus seimbang kanan dan kiri Perkusi : adanya suara resonan pada seluruh
lapangan paru.
B2 (blood) Auskultasi : Hipotensi postural berkaitan dengan
efek samping pemberian obat dan juga gangguan pada pengaturan tekanan darah oleh system saraf otonom.
B3 (brain) Pengkajian B3 (Brain) merupakan pemeriksaan fokus
dan lebih lengkap dibandingkan system lainnya. Inspeksi umum didapatkan berbagai manifestasi
akibat perubahan tingkah laku.Tingkat kesadaran Tingkat kesadaran klien biasanya apatis dan juga
bergantung pada perubahan status kognitif klien.
Pemeriksaan Fungsi Serebri Status mental : biasanya status mental klien
mengalami perubahan yang berhubungan dengan penurunan status kognitif, penurunan persepsi, dan penurunan motorik baik jangka pendek maupun memori jangka panjang.
Sistem motorik Inspeksi umum pada tahap lanjut klien akan mengalami
perubahan pada fungsi motorik secara umum. Palpasi :Tonus otot didapatkan meningkat. Inspeksi : Keseimbangan dan koordinasi, didapatkan
mengalami gangguan karena adanya perubahan status kognitif dan ketidakoperatifan klien dengan metode pemeriksaan.
Pemeriksaan saraf krnial Nervus I : biasanya pada klien dengan penyakit Alzheimer tidak ada kelainan dari
fungsi penciuman. Nervus II : hasil tes ketajaman penglihatan mengalami perubahan sesuai tingkat
usia. Klien dengan penyakit alzheimer mengalami penurunan ketajaman penglihatan.
Nervus III,IV,VI : Pada beberapa kasus penyakit Alzheimer biasanya tidak ditemukan adanya kelainan pada nervus ini
Nervus V : Wajah simetris dan tidak ada kelainan pada nervus ini. Nervus VII : Persepsi pengecapan dalam batas normal Nervus VIII : Adanya tuli konduktif dan tuli persepsi berhubungan dengan proses
senilis dan penurunan aliran darah regional Nervus IX dan X : Didapatkan kesulitan dalam menelan makanan yang
berhubungan dengan perubahan status kognitif Nervus XI: Tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapesius Nervus XII: Lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi dan tidak ada faskulasi.
Indra pengecapan normal.
Pemeriksaan Refleks Pada tahap lanjut penyakit Alzheimer, sering didapatkan
bahwa klien kehilangan refleks postural, apabila klien mencoba untuk berdiri klien akan berdiri dengan kepala cenderung ke depan dan berjalan dengan gaya berjalan seperti didorong. Kesulitan dalam berputar dan hilangnya keseimbangan (salah satunya ke depan atau ke belakang) dapat menimbulkan sering jatuh.
Sistem Sensorik Sesuai berlanjutnya usia, klien dengan penyakit Alzheimer
mengalami penurunan terhadap sensasi sensorik secara progresif. Penurunan sensorik yang ada merupakan hasil dari neuropati perifer yang dihubungkan dengan disfungsi kognitif dan persepsi klien secara umum.
B4 (Bladder) Inspeksi : Pada tahap lanjut, beberapa klien
sering berkemih tidak pada tempatnya , biasanya yang berhubungan dengan penurunan status kognitif pada klien Alzheimer. Penurunan refleks kandung kemih yang bersifat progresif dan klien mungkin mengalami inkontinensia urine, ketidakmampuan mengkomunikasikan kebutuhan, dan ketidakmampuan untuk menggunakan urinal karena kerusakan kontrol motorik dan postural. Selama periode ini, dilakukan kateterisasi intermiten dengan teknik steril.
B5 (Bowel) Inspeksi :Pemenuhan nutrisi
berkurang yang berhubungan dengan asupan nutrisi yang kurang karena kelemahan fisik umum dan perubahan status kognitif. Karena penurunan aktivitas umum, klien sering mengalami konstipasi.
B6(Bone) Inspeksi : Pada tahap lanjut biasanya
didapatkan adanya kesulitan untuk beraktivitas karena kelemahan umum dan penurunan status kognitif menyebabkan masalah pada pola aktivitas dan pemenuhan aktivitas sehari-hari. Adanya gangguan keseimbangan dan koordinasi dalam melakukan pergerakan disebabkan karena perubahan pada gaya berjalan dan kaku pada seluruh gerakan akan memberikan risiko pada trauma fisik bila melakukan aktivitas.
NeuropatologiPemeriksaan Neuropsikologik CT Scan dan MRI EEG PET (Positron Emission
Tomography) SPECT (Single Photon Emission
Computed Tomography) Laboratorium Darah
Terdapat beberapa kriteria untuk diagnosa klinis penyakit alzheimer yaitu:
Kriteria diagnosis penyakit alzheimer terdiri dari: Demensia ditegakkan dengan pemeriksaan klinik dan
pemeriksaan status mini mental atau beberapa pemeriksaan serupa, serta dikonfirmasikan dengan test neuropsikologik
Didapatkan gangguan defisit fungsi kognitif >2 Tidak ada gangguan tingkat kesadaran Awitan antara umur 40-90 tahun, atau sering >65
tahun Tidak ada kelainan sistematik atau penyakit otak
lainnya
Diagnosis penyakit alzheimer ditunjang oleh: Perburukan progresif fungsi kognisi spesifik
seperti berbahasa, ketrampilan motorik, dan persepsi
ADL terganggu dan perubahan pola tingkah laku Adanya riwayat keluarga, khususnya kalau
dikonfirmasikan dengan neuropatologi Pada gambaran EEG memberikan gambaran
normal atau perubahan non spesifik seperti peningkatan aktivitas gelombang lambat
Pada pemeriksaan CT Scan didapatkan atropi serebri
Gambaran lain diagnosa penyakit alzheimer setelah dikeluarkan penyebab demensia lainnya terdiri dari:
Gejala yang berhubungan dengan depresi, insomnia, inkontinensia, ilusi, halusinasi, emosi, kelainan seksual, berat badan menurun
Kelainan neurologi lain pada beberapa pasien, khususnya penyakit pada stadium lanjut dan termasuk tanda-tanda motorik seperti peningkatan tonus otot, mioklonus atau gangguan berjalan
Terdapat bangkitan pada stadium lanjut
Gambaran diagnosa penyakit alzheimer yang tidak jelas terdiri dari:
Awitan mendadak Diketemukan gejala neurologik fokal seperti hemiparese,
hipestesia, defisit lapang pandang dan gangguan koordinasi Terdapat bangkitan atau gangguan berjalan pada saat awitanDiagnosa klinik kemungkinan penyakit alzheimer adalah: Sindroma demensia, tidak ada gejala neurologik lain, gejala
psikiatri atau kelainan sistemik yang menyebabkan demensia Adanya kelainan sistemik sekunder atau kelainan otak yang
menyebabkan demensia, defisit kognisi berat secara gradual progresif yang diidentifikasi tidak ada penyebab lainnya
Kriteria diagnosa pasti penyakit alzheimer adalah gabungan dari kriteria klinik tersangka penyakit alzheimer didapatkan gambaran histopatologi dari biopsi atau otopsi.
Penatalaksanaan Medikamentosa1. Inhibitor kolinesterase 2. Thiamin 3. Nootropik 4. Klonidin 5. Haloperiodol 6. Acetyl L-Carnitine (ALC)
Penatalaksanaan Non-Medikamentosa1.Mendukung Fungsi Kognitif.2.Peningkatan Keamanan Fisik3.Mengurangi ansietas dan agitasi4.Meningkatkan Komunikasinya 5.Meningkatkan kemandirian dalam
Proses Perawatan diri6.Menyediakan Kebutuhan sosialisasi dan
keintiman 7.Meningkatkan nutrisi yang adekuat8.Mendukung dan mendidik pemberi
perawatan dalam keluarga