Konsep Dasar Kurikulum (2)

41
KONSEP DASAR KURIKULUM PENDAHULUAN Masa depan bangsa terletak dalam tangan generasi muda. Mutu bangsa di kemudian hari bergantung pada pendidikan yang dikecap oleh anak-anak sekarang, terutama melalui pendidikan formal yang diterima di sekolah. Apa yang akan dicapai di sekolah, ditentukan oleh kurikulum sekolah itu. Jadi barang siapa yang menguasai kurikulum memegang nasib bangsa dan negara. Maka dapat dipahami bahwa kurikulum sebagai alat yang begitu vital bagi perkembangan bangsa dipegang oleh pemerintah suatu negara. Dapat pula dipahami betapa pentingnya usaha mengembangkan kurikulum itu. Oleh sebab setiap guru merupakan kunci utama dalam pelaksanaan kurikulum, maka ia harus pula memahami seluk-beluk kurikulum. Hingga batas tertentu, dalam skala mikro, guru juga seorang pengembang kurikulum bagi kelasnya. Kurikulum memegang kedudukan kunci dalam pendidikan, sebab berkaitan dengan penentuan arah, isi dan proses pendidikan, yang pada akhirnya menentukan macam dan kualifikasi lulusan suatu lembaga pendidikan. Kurikulum menyangkut rencana dan pelaksanaan pendidikan baik dalam lingkup kelas, sekolah, daerah, wilayah maupun nasional. Semua orang berkepentingan dengan kurikulum, sebab kita sebagai orang tua, sebagai warga masyarakat, sebagai pemimpin formal ataupun informal selalu mengharapkan tumbuh dan berkembangnya anak, pemuda, dan generasi muda yang lebih baik, lebih cerdas, lebih berkemampuan. Kurikulum mempunyai andil yang cukup besar dalam melahirkan harapan tersebut.

Transcript of Konsep Dasar Kurikulum (2)

Page 1: Konsep Dasar Kurikulum (2)

KONSEP DASAR KURIKULUM

PENDAHULUAN

Masa depan bangsa terletak dalam tangan generasi muda. Mutu bangsa di kemudian

hari bergantung pada pendidikan yang dikecap oleh anak-anak sekarang, terutama melalui

pendidikan formal yang diterima di sekolah. Apa yang akan dicapai di sekolah, ditentukan

oleh kurikulum sekolah itu. Jadi barang siapa yang menguasai kurikulum memegang nasib

bangsa dan negara. Maka dapat dipahami bahwa kurikulum sebagai alat yang begitu vital

bagi perkembangan bangsa dipegang oleh pemerintah suatu negara. Dapat pula dipahami

betapa pentingnya usaha mengembangkan kurikulum itu. Oleh sebab setiap guru merupakan

kunci utama dalam pelaksanaan kurikulum, maka ia harus pula memahami seluk-beluk

kurikulum. Hingga batas tertentu, dalam skala mikro, guru juga seorang pengembang

kurikulum bagi kelasnya.

Kurikulum memegang kedudukan kunci dalam pendidikan, sebab berkaitan dengan

penentuan arah, isi dan proses pendidikan, yang pada akhirnya menentukan macam dan

kualifikasi lulusan suatu lembaga pendidikan. Kurikulum menyangkut rencana dan

pelaksanaan pendidikan baik dalam lingkup kelas, sekolah, daerah, wilayah maupun nasional.

Semua orang berkepentingan dengan kurikulum, sebab kita sebagai orang tua, sebagai warga

masyarakat, sebagai pemimpin formal ataupun informal selalu mengharapkan tumbuh dan

berkembangnya anak, pemuda, dan generasi muda yang lebih baik, lebih cerdas, lebih

berkemampuan. Kurikulum mempunyai andil yang cukup besar dalam melahirkan harapan

tersebut.

Perubahan paradigma pengembangan kurikulum di Indonesia diawali dengan lahirnya

Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dan kemudian

diikuti oleh Permendiknas No. 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk

Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah dan Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang

Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Pada PP tersebut, khususnya pasal

17 ayat 2 dinyatakan bahwa “Sekolah dan komite sekolah, atau madrasah dan komite

madrasah, mengembangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan dan silabusnya berdasarkan

kerangka dasar kurikulum dan standar kompetensi lulusan, di bawah supervisi dinas

kabupaten/kota yang bertanggungjawab di bidang pendidikan untuk SD, SMP, SMA, dan

SMK, dan departemen yang menangani urusan pemerintahan di bidang agama untuk MI,

MTs, MA, dan MAK”.

Page 2: Konsep Dasar Kurikulum (2)

Adanya kebijakan tersebut mengimplikasikan bahwa kurikulum tidak lagi disusun

oleh pemerintah sebagaimana yang terjadi pada penyusunan kurikulum terdahulu (Kurikulum

1968, Kurikulum 1975, Kurikulum 1984, Kurikulum 1999, KBK, dipilotingkan dan

disosialisasikan), akan tetapi kurikulum dibuat oleh masing-masing satuan pendidikan yang

sekarang dikenal dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Sebagai entry point

untuk mempejari lebih mendalam tentang hal-hal yang berkaitan dengan Kurikulum dan

Pembelajaran, pertanyaan yang dapat diajukan apakah dengan adanya perubahan paradigma

di atas membawa implikasi pada perubahan konsep dasar kurikulum? Jawabannya ada di

bahan belajar mandiri pertama ini.

Bahan belajar mandiri pertama ini diharapkan dapat memberikan gambaran yang jelas

tentang Konsep Dasar Kurikulum dan setelah mempelajari makalah ini mahasiswa

diharapkan dapat :

1. Menjelaskan pengertian kurikulum.

2. Membandingkan pengertian kurikulum dari beberapa ahli kurikulum.

3. Menjelaskan keterkaitan dimensi kurikulum dengan berbagai pengertian kurikulum.

4. Menjelaskan fungsi kurikulum.

5. Menginterpretasikan peranan kurikulum.

Untuk mencapai tujuan tersebut, di dalam makalah ini akan disajikan 2 kegiatan

belajar. Pertama akan memaparkan hal yang berkenaan dengan Pengertian dan Dimensi

Kurikulum, sedangkan kegiatan belajar kedua berkenaan dengan Fungsi dan Peranan

kurikulum.

PENGERTIAN KURIKULUM

Kata kurikulum dikenal sebagai suatu istilah dalam dunia pendidikan sejak kurang

lebih satu abad yang lampau. Perkataan ini belum terdapat dalam kamus Webster tahun 1812

dan baru timbul untuk pertama kalinya dalam kamus tahun 1856. Artinya pada waktu itu

ialah: "1. a race course; a place for running; a chariot. 2. a course in general; applied

particulary to the course of study in a university". Jadi dengan "kurikulum" dimaksud suatu

jarak yang harus ditempuh oleh pelari atau kereta dalam perlombaan, dari awal sampai akhir.

"Kurikulum" juga berarti "chariot," semacam kereta pacu pada zaman dulu, yakni suatu alat

yang membawa seorang dari "start" sampai "finish".

Di samping penggunaan "kurikulum" semula dalam bidang olah raga, kemudian

dipakai dalam bidang pendidikan, yakni sejumlah mata kuliah di perguruan tinggi. Dalam

Page 3: Konsep Dasar Kurikulum (2)

kasus Webster tahun 1955 "kurikulum diberi arti "'a. A course esp. a specified fixed course of

study, as in a school or college, as one leading to a degree. b. The whole body of courses

offered in an educational institution, or departme.nt thereof, -. the usual sense." Di sini

"kurikulum" khusus digunakan dalam pendidikan dan pengajaran, yakni sejumlah mata

pelajaran di sekolah atau mata kuliah di perguruan tinggi, yang harus ditempuh untuk

mencapai suatu ijazah atau tingkat. "Kurikulum" juga berarti keseluruhan pelajaran yang

disajikan oleh suatu lembaga pendidikan.

Di Indonesia istilah "kurikulum" boleh dikatakan baru menjadi populer sejak tahun

lima puluhan, yang dipopulerkan oleh mereka yang ,memperoleh pendidikan di Amerika

Serikat. Kini istilah itu telah dikenal orang di luar pendidikan. Sebelumnya yang lazim

digunakan ialah "rencana pelajaran". Pada hakikatnya kurikulum sama artinya dengan

rencana pelajaran. Hilda Taba dalam bukunya Curriculum Development, Theory and Practice

mengartikan sebagai "a plan for learning", yakni sesuatu yang direncanakan untuk pelajaran

anak.

Dalam makalah ini kami gunakan istilah "kurikulum," karena pengertian kurikulum

banyak mengalami perkembangan, berkat pemikiran yang banyak oleh tokoh-tokoh

pendidikan mengenai kurikulum, sehingga dapat meliputi hal-hal yang tidak direncanakan,

namun turut mengubah kelakuan anak didik. Kurikulum juga bukan lagi sekedar sejumlah

mata pelajaran , akan tetapi mendapat liputan yang jauh lebih luas. Maka karena itu istilah

"rencana pelajaran" rasanya terlampau sempit dan terikat oleh pengertian tradisional, yang

sangat terbatas pada bahan pelajaran dalam buku pelajaran.

Dalam teori, tetapi juga dalam praktik, pengertian kurikulum yang lama sudah banyak

ditinggalkan. Para ahli pendidikan kebanyakan memberi arti dan isi yang lebih luas daripada

semula. Selain itu pengertiannya pun senantiasa dapat berkembang dan mengalami

perubahan. Perubahan itu antara lain terjadi karena orang tak kunjung puas dengan hasil

pendidikan sekolah dan selalu ingin memperbaikinya. Memang tak mungkin disusun suatu

kurikulum yang baik serta mantap sepanjang zaman. Suatu kurikulum hanya mungkin baik

untuk suatu masyarakat tertentu pada masa tertentu. Perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi yang mengubah masyarakat dan dengan sendirinya kurikulum pun tak dapat tiada

harus disesuaikan dengan tuntutan zaman.

Di samping itu banyak timbul pendapat-pendapat baru tentang hakikat dan

perkembangan anak, caranya belajar, tentang masyarakat dan ilmu pengetahuan, dan lain-

lain, yang memaksa diadakannya perubahan dalam kurikulum. Pengembangan kurikulum

adalah proses yang tak henti-hentinya, yang harus dilakukan secara kontinu. Jika tidak, maka

Page 4: Konsep Dasar Kurikulum (2)

kurikulum menjadi usang atau ketinggalan zaman. Makin cepat perubahan dalam masyarakat,

makin sering diperlukan penyesuaian kurikulum.

Namun, mengubah kurikulum bukanlah pekerjaan yang mudah. Praktek pendidikan di

sekolah senantiasa jauh ketinggalan bila dibandingkan dengan teori kurikulum. Bukan

sesuatu yang aneh, bila suatu teori kurikulum baru menjadi kenyataan setelah 50 sampai 75

tahun kemudian. Kelambanan ini terjadi antara lain karena guru-guru banyak yang lebih ingin

berpegang pada yang telah ada, merasa lebih aman dengan praktik-praktik rutin dan

tradisional daripada mencobakan hal-hal baru, yang memerlukan pemikiran dan usaha yang

lebih banyak dan ada kalanya menuntut perubahan pada diri guru itu sendiri. Itu sebabnya

maka kurikulum masih banyak diartikan sebagai sejumlah mata pelajaran yang harus

disampaikan kepada anak.

BEBERAPA DEFINISI KURIKULUM

Seperti telah dikemukakan di atas, perubahan zaman menuntut kurikulum baru dan

sering juga pengertian baru mengenai makna kurikulum itu sendiri. Perubahan zaman

memberi tugas-tugas baru kepada sekolah, di antaranya tugas-tugas yang sediakala dipikul

oleh lembaga-lembaga lain seperti rumah tangga, pemerintah, petugas agama, dan lain-lain.

Misalnya, anak-anak gadis biasanya belajar memasak, menjahit, mengurus rumah, dan

pekerjaan lain dari ibunya. Dunia modern sering mengharuskan ibu-ibu bekerja, dan tidak

sempat lagi mendidik anaknya dalam keterampilan rumah tangga. Maka tugas ibu itu

dipercayakan kepada sekolah dengan memberi pelajaran PKK. Ada pula ibu-ibu yang tak

puas dan merasa bosan hanya terikat oleh rutin rumah tangga dan ingin menentukan karirnya

sendiri. Demikian pula soal kesehatan jasmani anak, keamanan lalu lintas, keterampilan

vokasional, pendidikan seks, pencegahan minum alkohol atau ganja, kepramukaan,

pendidikan, agama, dan hal-hal lain lambat laun digeser tanggung-jawab pendidikannya

kepada sekolah. Dengan demikian kurikulum sekolah tidak hanya meliputi mata pelajaran

tradisional, melainkan berbagai kegiatan lain yang bersifat edukatif, di dalam maupun di luar

sekolah.

Dengan bertambahnya tanggung jawab sekolah timbulah berbagai macam definisi

kurikulum, sehingga semakin sukar memastikan apakah sebenarnya kurikulum itu. Akhirnya

setiap pendidik, setiap guru harus menentukan sendiri apakah kurikulum itu bagi dirinya.

Pengertian yang dianut oleh seseorang akan mempengaruhi kegiatan belajar-mengajar dalam

kelas maupun di luar kelas.

Page 5: Konsep Dasar Kurikulum (2)

Di bawah ini kami berikan sejumlah definisi kurikulum menurut beberapa ahli

kurikulum.

1. J. Galen Saylor dan William M. Alexander dalam buku Curriculum Planning for Better

Teaching and Learning (1956) menjelaskan arti kurikulum sebagai berikut. " The

Curriculum is the sum total of school's efforts to influence learning, whether in the

clasroom, on the playground, or out of school." Jadi segala usaha sekolah untuk

mempengaruhi anak belajar, apakah dalam ruangan kelas, di halaman sekolah atau di luar

sekolah termasuk kurikulum. Kurikulum meliputi juga apa yang disebut kegiatan ekstra-

kurikuler.

2. Harold B. Albertycs. dalam Reorganizing the High-School Curriculum (1965)

memandang kurikulum sebagai "all of the activities that are provided for students by the

school". Seperti halnya dengan definisi Saylor dan Alexander, kurikulum tidak terbatas

pada mata pelajaran, akan tetapi juga meliputi kegiatan-kegiatan lain, di dalam dan luar

kelas, yang berada di bawah tanggung jawab sekolah. Definisi melihat manfaat kegiatan

dan pengalaman siswa di luar mata pelajaran tradisional.

3. B. Othanel Smith, W.O. Stanley, dan J. Harlan Shores memandang kurikulum sebagai "a

sequence of potential experiences set up in the school for the purpose of disciplining

children and youth in group ways of thinking and acting". Mereka melihat kurikulum

sebagai sejumlah pengalaman yang secara potensial dapat diberikan kepada anak dan

pemuda, agar mereka dapat berpikir dan berbuat sesuai dengan masyarakatnya.

4. William B. Ragan, dalam buku Modern Elementary Curriculum (1966) menjelaskan arti

kurikulum sebagai berikut: "The tendency in recent decades has ben to use the term in a

broader sense to refer to the whole life and program of the school. The term is used ... to

include all the experiences of children for which the school accepts responsibility. It

denotes the results of efferorts on the part of the adults of the community, and the nation

to bring to the children the finest, most whole some influences that exist in the culture."

Ragan mengunakan kurikulum dalam arti yang luas, yang meliputi seluruh

program dan kehidupan dalam sekolah, yakni segala pengalaman anak di bawah

tanggung-jawab sekolah. Kurikulum tidak hanya meliputi bahan pelajaran tetapi meliputi

Page 6: Konsep Dasar Kurikulum (2)

seluruh kehidupan dalam kelas. Jadi hubungan sosial antara guru dan murid, metode

mengajar, cara mengevaluasi termasuk kurikulum.

5. J. Lloyd Trump dan Delmas F. Miller dalam buku Secondary School lmprovemant (1973)

juga menganut definisi kurikulum yang luas. Menurut mereka dalam kurikulum juga

termasuk metode mengajar dan belajar, cara mengevaluasi murid dan seluruh program,

perubahan tenaga mengajar, bimbingan dan penyuluhan, supervisi dan administrasi dan

hal-hal struktural mengenai waktu, jumlah ruangan serta kemungkinan memilih mata

pelajaran. Ketiga aspek pokok, program, manusia dan fasilitas sangat erat hubungannya,

sehingga tak mungkin diadakan perbaikan kalau tidak diperhatikan ketiga-tiganya.

6. Alice Miel juga menganut pendirian yang luas mengenai kurikulum. Dalam bukunya

Changing the Curriculum : a Social Process (1946) is mengemukakan bahwa kurikulum

juga meliputi keadaan gedung, suasana sekolah, keinginan, keyakinan, pengetahuan dan

sikap orang-orang melayani dan dilayani sekolah, yakni anak didik, masyarakat, para

pendidik dan personalia (termasuk penjaga sekolah, pegawai administrasi dan orang

lainnya yang ada hubungannya dengan murid-murid ). Jadi kurikulum meliputi segala

pengalaman dan pengaruh yang bercorak pendidikan yang diperoleh anak di sekolah.

Definisi Miel tentang kurikulum sangat luas yang mencakup yang meliputi bukan hanya

pengetahuan, kecakapan, kebiasaan-kebiasaan, sikap, apresiasi, cita-cita serta norma-

norma, melainkan juga pribadi guru, kepala sekolah serta seluruh pegawai sekolah.

Langeveld seorang ahli pendidikan Belanda dalam bukunya Leerboek der Pedagogische

Psychologie membedakan apa yang disebutnya opvoedingsmiddelen dan opvoedingsfaktoren

Istilah pertama berarti alat-alat pendidikan, yaitu segala sesuatu yang dengan sengaja

dilakukan oleh sipendidik terhadap anak-didik guna mempengaruhi kelakuannya, seperti

menjelaskan, menganjurkan, memuji, melarang atau menghukum. Istilah kedua berarti

faktor-faktor pendidikan, meliputi keadaan lingkungan pendidikan seperti kebersihan

ruangan, keramahan pendidik, jadi tidak merupakan tindakan yang disengaja. Kita

lihat bahwa Alice Miel mencakup kedua hal itu dalam pengertian kurikulumnya yakni

alat pendidikan dan faktor pendidikan.

Tak semua ahli kurikulum menganut pendirian yang begitu luas. Hilda Taba

berpendapat bahwa definisi yang terlampau luas mengaburkan pengertian kurikulum

sehingga menghalangi pemikiran dan pengolahan yang tajam tentang kurikulum. Jika

kurikulum dirumuskan sebagai "segala usaha yang dilakukan oleh sekolah untuk

Page 7: Konsep Dasar Kurikulum (2)

memperoleh hasil yang diharapkan dalam situasi di dalam maupun di luar sekolah" atau

sebagai" sejumlah pengalaman yang potensial dapat diberikan oleh sekolah dengan

tujuan agar anak dan pemuda dibiasakan berpikir dan berbuat menurut kelompok atau

masyarakat tempat ia hidup", maka definisi yang luas itu membuatnya tidak fungsional.

Maka Hilda Taba memilih posisi yang tidak terlampau luas dan tidak pula terlampau

sempit, karena definisi yang sempit tidak lagi diterima oleh sekolah modern.

Hilda Taba mengemukakan, bahwa pada hakikatnya tiap kurikulum merupakan

suatu cara untuk mempersiapkan anak agar berparsitipasi sebagai anggota yang produktif

dalam masyrakatnya. Tiap kurikulum, bagaimanapun polanya, selalu mempunyai

komponen-komponen tertentu, yakni pernyataan tentang tujuan dan sasaran, seleksi dan

organisasi bahan dan isi pelajaran, bentuk dan kegiatan belajar dan mengajar, dan

akhirnya evaluasi hasil belajar. Perbedaan kurikulum terletak pada penekanan pada unsur-

unsur tertentu.

7. Edward A. Krug dalam The Secondary School Curriculum (1960) menunjukkan

pendirian yang terbatas tapi realistis tentang kurikulum. Definisinya ialah "A

Curriculum Consists of the means used to achieve or carry out given purposes of

schooling". Kurikulum dilihatnya sebagai cara-cara dan usaha untuk mencapai tujuan

persekolahan. Ia membedakan tugas sekolah mengenai perkembangan anak dan tanggung

jawab lembaga pendidikan lainnya seperti rumah tangga, lembaga agama, masyarakat,

dan lain-lain. Ia dengan sengaja menggunakan istilah "schooling" untuk menjelaskan apa

sebenarnya tugas sekolah. Memborong segala tanggung jawab atas pendidikan anak akan

merupakan beban yang terlampau berat, sehingga tidak mungkin dilakukan dengan baik.

Maka karena itu Krug membatasi kurikulum pada : 1. organized classroom instruction,

yaitu pengajaran di dalam kelas, 2. kegiatan-kegiatan tertentu di luar pengajaran itu, seperti

bimbingan dan penyuluhan, kegiatan pengabdian masyarakat, pengalaman kerja yang

bertalian dengan pelajaran, dan perkemahan sekolah. Akan tetapi kegiatan-kegiatan akhir

masih bersifat kontroversial.

Kurikulum adalah sesuatu yang direncanakan sebagai pegangan guna mencapai tujuan

pendidikan. Apa yang direncanakan biasanya bersifat idea, suatu cita-cita tentang manusia

atau warga negara yang akan dibentuk. Kurikulum ini lazim mengandung harapan-harapan

yang sering berbunyi muluk-muluk.

Page 8: Konsep Dasar Kurikulum (2)

Apa yang dapat diwujudkan dalam kenyataan disebut kurikulum yang real. Karena tak

segala sesuatu yang direncanakan dapat direalisasikan, maka terdapatlah kesenjangan antara

idea dan real curriculum.

Smith dan kawan-kawan memandang kurikulum sebagai rangkaian pengalaman yang

secara potensial dapat diberikan kepada anak, jadi dapat disebut potential curriculum.

Namun apa yang benar-benar dapat diwujudkan pada anak secara individual, misalnya bahan

yang benar-benar diperolehnya, disebut actual curriculum.

Berbagai tafsiran tentang kurikulum dapat kita tinjau dari segi lain, sehingga kita

peroleh penggolongan sebagai sebagai berikut :

1. Kurikulum dapat dilihat sabagai produk, yakni sebagai hasil karya para pengembang

kurikulum, biasanya dalam suatu panitia. Hasilnya dituangkan dalam bentuk buku atau

pedoman kurikulum, yang misalnya berisi sejumlah mata pelajaran yang harus diajarkan.

2. Kurikulum dapat pula dipandang sebagai program, yakni alat yang dilakukan oleh

sekolah untuk mencapai tujuannya. Ini dapat berupa mengajarkan berbagai mata pelajaran

tetapi dapat juga meliputi segala kegiatan yang dianggap dapat mempengaruhi

perkembangan siswa misalnya perkumpulan sekolah, pertandingan, pramuka, warung

sekolah dan lain-lain.

3. Kurikulum dapat pula dipandang sebagai hal-hal yang diharapkan akan dipelajari siswa,

yakni pengetahuan, sikap, keterampilan tertentu. Apa yang diharapkan akan dipelajari

tidak selalu sama dengan apa yang benar-benar dipelajari.

4. Kurikulum sebagi pengalaman siswa. Ketiga pandangan diatas berkenaan dengan

perencanaan kurikulum sedangkan pandangan ini mengenai apa yang secara aktual

menjadi kenyataan pada tiap siswa. Ada kemungkinan, bahwa apa yang diwujudkan pada

diri anak berbeda dengan apa yang diharapkan menurut rencana.

Mengenai masalah kurikulum senantiasa terdapat pendirian yang berbeda-beda,

bahkan sering yang bertentangan. Ketidakpuasan dengan kurikulum yang berlaku adalah

sesuatu yang biasa dan memberi dorongan mencari kurikulum baru. Akan tetapi mengajukan

kurikulum yang ekstrim sering dilakukan dengan mendiskreditkan kurikulum yang lama,

pada hal kurikulum itu pun mengandung kebaikan, sedangkan kurikulum pasti tidak akan

sempurna dan akan tampil kekurangannya setelah berjalan dalam beberapa waktu.

Dalam praktiknya biasanya tidak dapat pertentangan yang begitu tajam seperti yang

digambarkan dalam teorinya. Pada umumnya guru itu konservatif dan cenderung berpegang

pada cara-cara yang lama yang telah dikuasainya dan menurut pengalamannya memberi hasil

Page 9: Konsep Dasar Kurikulum (2)

yang baik. Ia tidak mudah melepaskan yang lama yang sudah terbukti kebaikannya, sebelum

ia yakin bahwa yang baru itu ternyata lebih baik lagi. Juga ada kemungkinan untuk

mengawinkan yang baru dengan yang lama. Maka karena itu jarang akan terdapat bahwa

suatu teori tentang kurikulam dilaksanakan secara murni. Selain itu berbagai jenis kurikulum

dapat hidup bersama tanpa menimbulkan konflik.

Adanya berbagai tafsiran tentang kurikulum tak perlu merisaukan, karena justru dapat

memberi dorongan untuk mengadakan inovasi mencari bentuk -bentuk kurikulum baru.

Pandangan yang berbeda-beda itu memberi dinamika dalam pemikiran tentang kurikulum

secara kontinu tanpa henti-hentinya.

Bila dalam buku ini kami uraikan kurikulum dalam bentuk murninya menurut teori

yang mendasarinya, jadi menonjolkannya dalam bentuk yang ekstrim, perlu kita ketahui

bahwa dalam praktik pendidikan sering terjadi campuran atau adanya berbagai bentuk

kurikulum yang hidup bersama secara damai.

Departemen Pendidikan Nasional dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan

pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai

pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan

tertentu.

Banyak pendapat mengenai arti kurikulum, Namun inti kurikulum sebenarnya adalah

pengalaman belajar yang banyak kaitannya dengan melakukan berbagai kegiatan, interaksi

sosial, di lingkungan sekolah, proses kerja sama dengan kelompok, bahkan interaksi dengan

lingkungan fisik seperti gedung sekolah dan ruang sekolah. Dengan demikian pengalaman itu

bukan sekedar mempelajari mata pelajaran, tetapi yang terpenting adalah pengalaman

kehidupan.

KOMPONEN-KOMPONEN KURIKULUM

Ralph W.Tyler dalam bukunya Basic Principles of Curriculum and Instruction (1949),

salah satu buku yang paling berpengaruh dalam pengembangan kurikulum, mengajukan 4

pertanyaan pokok, yakni :

1. Tujuan apa yang harus dicapai sekolah?

2. Bagaimanakah memilih bahan pelajaran guna mencapai tujuan itu?

3. Bagaimanakah bahan disajikan agar efektif diajarkan?

4. Bagaimanakah efektivitas belajar dapat dinilai?

Page 10: Konsep Dasar Kurikulum (2)

Pola kurikulum yang dikemukakan oleh Tyler ini tampaknya sangat sederhana,

namun dalam kenyataannya lebih kompleks daripada yang diduga. Tak mudah menentukan

tujuan pendidikan atau pelajaran, tak mudah pula menentukan bahan yang tepat guna

mencapai tujuan itu, misalnya bahan untuk mendidik anak agar menjadi manusia pembangun,

jujur, kerja keras, dan sebagainya. Menentukan PBM yang efektif tak kurang sulitnya, karena

keberhaslannya baru diketahui setelah dinilai.

Konsep Tyler tentang komposisi kurikulum tentu mendapat kritik, namun masih

dipertimbangkan hingga sekarang. Jika kita mengikuti pandangan Tyler di atas maka

pengajaran tidak terbatas hanya pada proses pengajaran terhadap satu bahan tertentu saja,

melainkan dapat pula diterapkan dalam pengajaran untuk satu bidang studi atau pengajaran di

suatu sekolah. Demikian pula kurikulum, dapat dikembangkan untuk kurikulum suatu

sekolah, kurikulum bidang studi atau pun kurikulum untuk suatu bahan pelajaran tertentu.

Pengembangan kurikulum haruslah mempunyai landasan berpijak yang kokoh. Ini

dimaksudkan agar kurikulum yang dibuat dapat menuntun murid mencapai tujuan jangka

pendek yang dapat dijadikan alat untuk mencapai tujuan pendidikan jangka panjang.

Pengembangan kurikulumjuga harus berangkat dari kejelasan apa yang dimaksud dengan

kurikulum itu sendiri, dan kejelasan apa fungsi dari kurikulum tersebut.

Berdasarkan pertanyaan itu, maka diperoleh keempat komponen kurikulum yakni, (1)

tujuan, (2) bahan pelajaran, (3) proses belajar-mengajar, (4) evaluasi atau penilaian. Keempat

komponen itu dapat kita gambarkan dalam bagan sebagai berikut:

TUJUAN

EVALUASI BAHAN

PBM

Komponen pokok kurikulum, meliputi;

1. Komponen Tujuan

Kurikulum merupakan suatu program yang dimaksudkan untuk mencapai tujuan

pendidikan. Tujuan itulah yang dijadikan arah atau acuan segala kegiatan pendidikan yang

dijalankan. Berhasil atau tidaknya program pengajaran di sekolah dapat diukur dari seberapa

Page 11: Konsep Dasar Kurikulum (2)

jauh dan banyaknya pencapaian tujuan-tujuan tersebut. Dalam setiap kurikulum lembaga

pendidikan, pasti dicantumkan tujuan- tujuan pendidikan yang akan atau harus dicapai oleh

lembaga pendidikan yang bersangkutan.

Tujuan kurikulum biasanya terbagi atas tiga level atau tingkatan, yaitu;

a.Tujuan Jangka Panjang (aims)

Tujuan ini, menggambarkan tujuan hidup yang diharapkan serta didasarkan pada nilai

yang diambil dari filsafat. Tujuan ini tidak berhubungan langsung dengan tujuan sekolah,

melainkan sebagai target setelah anak didik menyelesaikan sekolah, seperti; self realization,

ethical character, civic responsibility.

b. Tujuan Jangka Menengah (goals)

Tujuan ini merujuk pada tujuan sekolah yang berdasarkan pada jenjangnya, misalnya;

sekolah SD, SMP, SMA dan lain-lainnya.

c. Tujuan Jangka Dekat (objective)

Tujuan yang dikhususkan pada pembelajaran di kelas, misalnya; siswa dapat

mengerjakan perkalian dengan benar, siswa dapat mempraktekkan sholat, dan sebagainya.

2. Komponen Isi/Materi

Isi program kurikulum adalah segala sesuatu yang diberikan kepada anak didik dalam

kegiatan belajar mengajar dalam rangka mencapai tujuan. Isi kurikulum meliputi jenis-jenis

bidang studi yang diajarkan dan isi program masing-masing bidang studi tersebut. Bidang-

bidang studi tersebut disesuaikan dengan jenis, jenjang maupun jalur pendidikan yang ada.

Langkah-langkah yang perlu dilakukan sebelum menentukan isi atau content yang

dibakukan sebagai kurikulum, terlebih dahulu perencana kurikulum harus menyeleksi isi

agar menjadi lebih efektif dan efisien. Berkenaan dengan penentuan materi pembelajaran

dalam Kurikulum, pendidik memiliki wewenang penuh untuk menentukan materi

pembelajaran, sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang hendak dicapai

dari setiap kegiatan pembelajaran. Dalam prakteknya untuk menentukan materi pembelajaran

perlu memperhatikan hal-hal berikut :

Page 12: Konsep Dasar Kurikulum (2)

1. Sahih (valid); dalam arti materi yang dituangkan dalam pembelajaran benar-benar telah teruji kebenaran dan kesahihannya. Di samping itu, juga materi yang diberikan merupakan materi yang aktual, tidak ketinggalan zaman, dan memberikan kontribusi untuk pemahaman ke depan.

2. Tingkat kepentingan; materi yang dipilih benar-benar diperlukan peserta didik. Mengapa dan sejauh mana materi tersebut penting untuk dipelajari.

3. Kebermaknaan; materi yang dipilih dapat memberikan manfaat akademis maupun non akademis. Manfaat akademis yaitu memberikan dasar-dasar pengetahuan dan keterampilan yang akan dikembangkan lebih lanjut pada jenjang pendidikan lebih lanjut. Sedangkan manfaat non akademis dapat mengembangkan kecakapan hidup dan sikap yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari.

4. Layak dipelajari; materi memungkinkan untuk dipelajari, baik dari aspek tingkat kesulitannya (tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sulit) maupun aspek kelayakannya terhadap pemanfaatan materi dan kondisi setempat.

5. Menarik minat; materi yang dipilih hendaknya menarik minat dan dapat memotivasi peserta didik untuk mempelajari lebih lanjut, menumbuhkan rasa ingin tahu sehingga memunculkan dorongan untuk mengembangkan sendiri kemampuan mereka.

3. Komponen Evaluasi

Evaluasi merupakan komponen untuk melihat efektifitas pencapaian tujuan kurikulum. Melalui kegiatan evaluasi dapat ditentukan arti dan nilai kurikulum sehingga dapat dijadikan pertimbangan apakah suatu kurikulum perlu dipertahankan atau tidak. Evaluasi merupakan salah satu komponen kurikulum. Dalam pengertian terbatas, evaluasi kurikulum dimaksudkan untuk memeriksa tingkat ketercapaian tujuan-tujuan pendidikan yang ingin diwujudkan melalui kurikulum yang bersangkutan.

Sedangkan dalam pengertian yang lebih luas, evaluasi kurikulum dimaksudkan untuk memeriksa kinerja kurikulum secara keseluruhan ditinjau dari berbagai kriteria. Indikator kinerja yang dievaluasi tidak hanya terbatas pada efektivitas saja, namun juga relevansi, efisiensi, kelaikan (feasibility) program. Sementara itu, Hilda Taba menjelaskan hal-hal yang dievaluasi dalam kurikulum, yaitu meliputi ; “ objective, it’s scope, the quality of personnel in charger of it, the capacity of students, the relative importance of various subject, the degree to which objectives are implemented, the equipment and materials and so on.”

Pada bagian lain, dikatakan bahwa luas atau tidaknya suatu program evaluasi kurikulum sebenarnya ditentukan oleh tujuan diadakannya evaluasi kurikulum. Apakah evaluasi tersebut ditujukan untuk mengevaluasi keseluruhan sistem kurikulum atau komponen-komponen tertentu saja dalam sistem kurikulum tersebut. Salah satu komponen kurikulum penting yang perlu dievaluasi adalah berkenaan dengan proses dan hasil belajar siswa.

Agar hasil evaluasi kurikulum tetap bermakna diperlukan persyaratan-persyaratan tertentu. Dengan mengutip pemikian Doll, dikemukakan syarat-syarat evaluasi kurikulum yaitu “acknowledge presence of value and valuing, orientation to goals, comprehensiveness, continuity, diagnostics worth and validity and integration.”

Page 13: Konsep Dasar Kurikulum (2)

Evaluasi kurikulum juga bervariasi, bergantung pada dimensi-dimensi yang menjadi fokus evaluasi. Salah satu dimensi yang sering mendapat sorotan adalah dimensi kuantitas dan kualitas. Instrumen yang digunakan untuk mengevaluasi diemensi kuantitaif berbeda dengan dimensi kualitatif. Instrumen yang digunakan untuk mengevaluasi dimensi kuantitatif, seperti tes standar, tes prestasi belajar, tes diagnostik dan lain-lain. Sedangkan, instrumen untuk mengevaluasi dimensi kualitatif dapat digunakan, questionnare, inventori, interview, catatan anekdot dan sebagainya

Evaluasi kurikulum memegang peranan penting, baik untuk penentuan kebijakan pendidikan pada umumnya maupun untuk pengambilan keputusan dalam kurikulum itu sendiri. Hasil-hasil evaluasi kurikulum dapat digunakan oleh para pemegang kebijakan pendidikan dan para pengembang kurikulum dalam memilih dan menetapkan kebijakan pengembangan sistem pendidikan dan pengembangan model kurikulum yang digunakan.

Hasil – hasil evaluasi kurikulum juga dapat digunakan oleh guru-guru, kepala sekolah dan para pelaksana pendidikan lainnya dalam memahami dan membantu perkembangan peserta didik, memilih bahan pelajaran, memilih metode dan alat-alat bantu pelajaran, cara penilaian serta fasilitas pendidikan lainnya. (disarikan dari Nana Syaodih Sukmadinata, 1997)

4. Komponen Proses Belajar Mengajar

Komponen ini sangat penting dalam sistem pengajaran, sebab diharapkan melalui

proses belajar mengajar akan terjadi perubahan-perubahan tingkah laku pada diri peserta

didik. Keberhasilan pelaksanaan proses belajar mengajar merupakan indikator keberhasilan

pelaksanaan kurikulum. Kemampuan guru dalam menciptakan suasana pengajaran yang

kondusif, merupakan indikator kreativitas dan efektifitas guru dalam mengajar. Dan hal

tersebut dapat dicapai bila guru dapat;

a. Memusatkan pada kepribadiannya dalam mengajar.

b. Menerapkan metode mengajarnya.

c. Memusatkan pada proses dan produknya.

d. Memusatkan pada kompetensi yang relevan.

Keempat komponen itu saling berhubungan. Setiap komponen bertalian erat dengan

ketiga komponen lainnya. Tujuan menentukan bahan apa yang akan dipelajari, bagaimana

proses belajarnya, dan apa yang harus dinilai. Demikian pula penilaian dapat mempengaruhi

komponen lainnya. Pada saat dipentingkannya evaluasi dalam bentuk ujian, misalnya

Ebtanas, UMPTN, maka timbul kecenderungan untuk menjadikan bahan ujian sebagai tujuan

kurikulum, proses belajar-mengajar cenderung mengutamakan latihan dan hafalan.

Bila salah satu komponen berubah, misalnya ditonjolkannya tujuan yang baru, atau

proses belajar-mengajar, misalnya metode baru, atau cara penilaian, maka semua komponen

lainnya turut mengalami perubahan. Kalau tujuannya jelas, maka bahan pelajaran, PBM,

maupun evaluasi pun lebih jelas.

Page 14: Konsep Dasar Kurikulum (2)

DIMENSI KURIKULUM

Pengertian kurikulum senantiasa berkembang terus sejalan dengan perkembangan

teori dan praktik pendidikan. Dengan beragamnya pendapat mengenai pengertian kurikulum,

maka secara teoretis kita agak sulit menentukan satu pengertian yang dapat merangkum

semua pendapat. Berdasarkan hasil kajian, diperoleh beberapa dimensi pengertian kurikulum.

R. Ibrahim (2005) mengelompokkan kurikulum menjadi tiga dimensi, yaitu kurikulum sebagi

substansi, kurikulum sebagi sistem, dan kurikulum sebagai bidang studi. Dimensi pertama

memandang kurikulum sebagai rencana kegiatan belajar bagi siswa di sekolah atau sebagai

perangkat tujuan yang ingin dicapai.

Suatu kurikulum dapat juga menunjuk pada suatu dokumen yang berisi rumusan

tentang tujuan, bahan ajar, kegiatan belajar mengajar, jadwal dan evaluasi. Suatu kurikulum

juga dapat digambarkan sebagi dokumen tertulis sebagi hasil persetujuan bersama antara

penyusun kurikulum dan pemegang kebijakan pendidikan dan masyarakat. Dimensi kedua

memandang kurikulum sebagai bagian dari sistem persekolahan, sistem pendidikan dan

bahkan sistem masyarakat. Suatu sistem kurikulum mencakup stuktur personalia dan

prosedur kerja bagaimana cara menyusun kurikulum, melaksanakan, mengevaluasi dan

menyempurnakannya. Hasil dari suatu sistem adalah tersusunnya suatu kurikulum dan fungsi

dari sistem kurikulum adalah memelihara kurikulum agar tetap dinamis. Dimensi ketiga

memandang kurikulum sebagai bidang studi yaitu bidang studi kurikulum. Hal ini merupakan

kajian para ahli kurikulum dan ahli pendidikan dan pengajaran. Mereka yang mendalami

bidang kurikulum mempelajari konsep-konsep dasar tentang kurikulum, melalui studi

kepustakaan dan berbagai kegiatan penelitian dan percobaan, mereka menemukan hal-hal

baru yang dapat memperkaya dan memperkuat bidang studi kurikulum.

Nana Syaodih Sukmadinata (2005) mengemukakan pengertian kurikulum ditinjau dari

tiga dimensi, yaitu sebagai ilmu, sebagai sistem dan sebagai rencana. Kurikulum sebagi ilmu

dikaji konsep, asumsi, teori-teori dan prinsip-prinsip dasar tentang kurikulum. Kurikulum

sebagai sistem dijelaskan kedudukan kurikulum dalam hubungannya dengan sistem-sistem

lain, komponen-komponen kurikulum, kurikulum dalam berbagai jalur, jenjang, jenis

pendidikan, manajemen kurikulum, dan sebagainya. Kurikulum sebagai rencana diungkap

beragam rencana dan rancangan atau desain kurikulum. Rencana bersifat menyeluruh untuk

semua jalur, jenjang dan jenis pendidikan atau khusus untuk jalur, jenjang dan jenis

pendidikan tertentu. Demikian pula dengan rancangan atau desain, terdapat desain

berdasarkan konsep, tujuan, isi, proses, masalah, kebutuhan siswa.

Page 15: Konsep Dasar Kurikulum (2)

S. Hamid Hasan (1988) mengemukakan bahwa pada saat sekarang istilah kurikulum

memiliki empat dimensi pengertian, di mana satu dimensi dengan dimensi lainnya saling

berhubungan. Keempat dimensi kurikulum tersebut yaitu: (1) Kurikulum sebagai suatu

ide/gagasan, (2) Kurikulum sebagai suatu rencana tertulis yang sebenamya merupakan

perwujudan dari kurikulum sebagai suatu ide, (3) Kurikulum sebagai suatu kegiatan yang

sering pula disebut dengan istilah kurikulum sebagai suatu realita atau implementasi

kurikulum. Secara teoretis dimensi kurikulum ini adalah pelaksanaan dari kurikulum sebagai

suatu rencana tertulis. (4) Kurikulum sebagai suatu hasil yang merupakan konsekuensi dari

kurikulum sebagai suatu kegiatan.

Selanjutnya bila kita merujuk pada dimensi pengertian yang terakhir, maka dapat

dengan mudah mengungkap keempat dimensi kurikulum tersebut dikaitkan dengan

pengertian kurikulum.

a. Pengertian kurikulum dihubungkan dengan dimensi ide

Pengertian kurikulum sebagai dimensi yang berkaitan dengan ide pada dasarnya

mengandung makna bahwa kurikulum itu adalah sekumpulan ide yang akan dijadikan

pedoman dalam pengembangan kurikulum selanjutnya. Pengertian-pengertian kurikulum

yang berkaitan dengan dimensi ini, di antaranya:

1) “....the content of instruction without reference to instructional ways or means” (Henry C.

Morrison, 1940).

2) “....curriculum is the substance of the school program. It is the content pupils are expected

to learn” (Donald E.Orlosky and B. Othanel Smith, 1978).

3) “...curriculum it self is a construct or concept, a verbalization of an extremely complex

idea or set of ideas” (Oliva, 1997:12).

b. Pengertian kurikulum dikaitkan dengan dimensi rencana

Makna dari dimensi kurikulum ini adalah sebagai seperangkat rencana dan cara

mengadmistrasikan tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai

pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan Pendidikan

tertentu. Pengertian- pengertian kurikulum yang berkaitan dengan dimensi ini, di antaranya:

1) “.....A curriculum is a plan for learning; therefore, what is known about the learning

process and the development of the individual has bearing on the shaping of curriculum”

(Hilda Taba, 1962).

Page 16: Konsep Dasar Kurikulum (2)

2) “....all planned learning outcomes for which the school is responsible” (W. Popham and

Eva L. Baker, 1970).

3) “....the planned and guided learning experiences and intended learning outcomes,

formulated through the systematic reconstruction of knowledge and experiences of the

school, for learner’s continuous and will full growth in personal-social competence” (Daniel

Tanner and Laurel Tanner, 1975).

c. Pengertian kurikulum dikaitkan dengan dimensi aktifitas

Pengertian kurikulum sebagai dimensi aktifitas memandang kurikulum merupakan

segala aktifitas dari guru dan siswa dalam proses pembelajaran di sekolah. Pengertian-

pengertian kurikulum yang berkaitan dengan dimensi ini, di antaranya:

1) “.....The curriculum [is a design, made] by all of those who are most intimately concerned

with the activities of the life of the children while they are in school...a curriculum must be as

flexible as life and living. It cannot be made beforehand and given to pupils and teachers to

install.[also it/.. represents those learning each child selects, accepts, and incorporates into

himself to act with, in, and upon in subsequent experiences” (L. Thomas Hopkins, 1941).

2) “[the curriculum is] the...stream of guided activities that constitutes the life of young

people and their elders. [in a much earlier book, Rugg disapprovingly spoke of the traditional

curriculum as one...... passing on description of earlier cultures and to perpetuating dead

languages and abstract techniques which were useful to no more than a negligible fraction of

our population” (Harold Rugg, 1947).

3) “All of the activities that are provided for students by the school constituttes its curr

iculum” (Harold Alberty, 1953).

d. Pengertian kurikulum dikaitkan dengan dimensi hasil

Definisi kurikulum sebagai dimensi hasil memandang kurikulum itu sangat

memperhatikan hasil yang akan dicapai oleh siswa agar sesuai dengan apa yang telah

direncanakan dan yang menjadi tujuan dari kurikulum tersebut. Pengertian-pengertian

kurikulum yang berkaitan dengan dimensi ini, di antaranya:

1) “....a structured series of intended learning outcomes “(Mauritz Johnson, Jr., 1967).

2) “Curriculum is defined as a plan for achieving intended learning outcomes: a plan

concerned with purposes, with what is to be learned and with the result of instruction” (Unruh

and Unruh, 1984:96).

Page 17: Konsep Dasar Kurikulum (2)

3) “segala usaha yang dilakukan oleh sekolah untuk memperoleh hasil yang diharapkan

dalam situasi di dalam ataupun di luar sekolah “ (Hilda Taba dalam Nasution, Azas-azas

kurikulum).

Pandangan atau anggapan yang sampai saat ini masih lazim dipakai dalam dunia

pendidikan dan persekolahan di negara kita, yaitu kurikulum sebagai suatu rencana tertulis

yang disusun guna memperlancar proses pembelajaran. Hal ini sesuai dengan rumusan

pengertian kurikulum seperti yang tertera dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional bahwa “kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan

mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman

penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu”.

FUNGSI DAN PERAN KURIKULUM

Apa sebenarnya fungsi kurikulum bagi guru, siswa, kepala sekolah/ pengawas, orang

tua, dan masyarakat? Pada dasarnya kurikulum itu berfungsi sebagai pedoman atau acuan.

Bagi guru, kurikulum itu berfungsi sebagai pedoman dalam melaksanakan proses

pembelajaran. Bagi kepala sekolah dan pengawas, kurikulum itu berfungsi sebagai pedoman

dalam melaksanakan supervisi atau pengawasan. Bagi orang tua, kurikulurn itu berfungsi

sebagai pedoman dalam membimbing anaknya belajar di rumah. Bagi masyarakat, kurikulum

itu berfungsi sebagai pedoman untuk memberikan bantuan bagi terselenggaranya proses

pendidikan di sekolah. Bagi siswa itu sendiri, kurikulum berfungsi sebagai suatu pedoman

belajar. Berkaitan dengan fungsi kurikulum bagi siswa sebagai subjek didik, terdapat enam

fungsi kurikulum, yaitu:

a. Fungsi Penyesuaian (the adjustive or adaptive function)

Fungsi penyesuaian mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan

harus mampu mengarahkan siswa agar memiliki sifat well adjusted yaitu mampu

menyesuaikan dirinya dengan lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial.

Lingkungan itu sendiri senantiasa mengalami perubahan dan bersifat dinamis. Oleh karena

itu, siswa pun harus memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan yang

terjadi di lingkungannya.

b. Fungsi Integrasi (the integrating function)

Fungsi integrasi mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus

mampu menghasilkan pribadi-pribadi yang utuh. Siswa pada dasarnya merupakan anggota

Page 18: Konsep Dasar Kurikulum (2)

dan bagian integral dari masyarakat. Oleh karena itu, siswa harus memiliki kepribadian yang

dibutuhkan untuk dapat hidup dan berintegrasi dengan masyarakatnya.

c. Fungsi Diferensiasi (the differentiating function)

Fungsi diferensiasi mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan

harus mampu memberikan pelayanan terhadap perbedaan individu siswa. Setiap siswa

memiliki perbedaan, baik dari aspek fisik maupun psikis yang harus dihargai dan dilayani

dengan baik.

d. Fungsi Persiapan (the propaedeutic function)

Fungsi persiapan mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus

mampu mempersiapkan siswa untuk melanjutkan studi ke jenjang pendidikan berikutnya.

Selain itu, kurikulum juga diharapkan dapat mempersiapkan siswa untuk dapat hidup dalam

masyarakat seandainya karena sesuatu hal, tidak dapat melanjutkan pendidikannya.

e.Fungsi Pemilihan (the selective function)

Fungsi pemilihan mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan

harus mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk memilih program-program

belajar yang sesuai dengan kemampuan dan minatnya. Fungsi pemilihan ini sangat erat

hubungannya dengan fungsi diferensiasi, karena pengakuan atas adanya perbedaan individual

siswa berarti pula diberinya kesempatan bagi siswa tersebut untuk memilih apa yang sesuai

dengan minat dan kemampuannya. Untuk mewujudkan kedua fungsi tersebut, kurikulum

perlu disusun secara lebih luas dan bersifat fleksibel.

f. Fungsi Diagnostik (the diagnostic function)

Fungsi diagnostik mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan

harus mampu membantu dan mengarahkan siswa untuk dapat memahami dan menerima

kekuatan (potensi) dan kelemahan yang dimilikinya. Apabila siswa sudah mampu memahami

kekuatan- kekuatan dan kelemahan-kelemahan yang ada pada dirinya, maka diharapkan

siswa dapat mengembangkan sendiri potensi kekuatan yang dimilikinya atau memperbaiki

kelemahan- kelemahannya.

Sedangkan fungsi kurikulum ialah sebagai pedoman bagi guru dalam melaksanakan

tugasnya. Selain itu kurikulum berfungsi sebagai:

Page 19: Konsep Dasar Kurikulum (2)

1) Preventif yaitu agar guru terhindar dari melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan

apa yang ditetapkan kurikulum

2) Korektif yaitu sebagai rambu-rambu yang menjadi pedoman dalam membetulkan

pelaksanaan pendidikan yang menyimpng dari yang telah digariskan dalam

kurikulum

3) Konstruktif yaitu memberikan arah yang benar bagi pelaksanaan dan

mengembangkan pelaksanaannya asalkan arah pngembangannya mengacu pada

kurikulum yang berlaku

Menurut Hendyat Soetopo Wasty Soemanto (2006) kurikulum dapat di jelaskan ke

dalam beberapa kepentingan dan fungsi. Fungsi kurikulum dalam mencapai tujuan

pendidikan Kurikulum merupakan sebuah media untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan

yang ingin dicapai. Oleh karena itu, fungsi kurikulum adalah sebagai alat atau media untuk

mencapai tujuan pendidikan.

Fungsi kurikulum bagi perkembangan siswa yaitu sebagai organisasi belajar (learning

organitation) yang tersusun dengan cermat. Kurikulum selalu disiapkan dan dirancang bagi

siswa sebagai salah satu aspek yang akan dikonsumsi siswa. Oleh karena itu, merancang

kurikulum akan amat penting artinya bagi upaya pembentukan dan pembinaan karakter siswa

agar mereka mandiri dan menjadi sosok yang bermanfaat bagi dirinya dan masyarakat.

Bagi pendidik, kurikulum memegang peranan penting yang berfungsi sebagai:

pedoman kerja dalam menyusun dan mengorganisir belajar siswa, pedoman untuk

mengadakan evaluasi terhadap tingkat pengalaman danperkembangan siswa dalam

kerangka menyerap sejumlah pengetahuan sebagai pengalaman bagi mereka, pedoman

dalam mengatur kegiatan pendidikan dan pembelajaran

Fungsi kurikulum bagi pimpinan dan Pembina sekolah sebagai pedoman dalam

mengadakan fungsi supervise yakni memperbaiki situasi belajar agar lebih kondusif, sebagai

pedoman dalam melaksanakan fungsi supervise dalam menciptakan situasi belajar yang

menunjang situasi belajar siswa ke arah yang lebih baik, sebagai pedoman dalam

melaksanakan fungsi supervisi dalam memberikan bantuan pada kepada para guru dalam

menjalankan tugas kependidikan mereka, sebagai seorang administrator maka kurikulum

dapat dijadikan pedoman dalam mengembangkan kurikulum pada tahap selanjutnya, sebagai

acuan bagi pelaksanan evaluasi agar proses belajar mengajar dapat lebih baik.

Kurikulum memiliki fungsi yang amat besar bagi orang tua mereka dapat berperan

serta dalam membantuh sekolah melakukan pembinaan terhadap putra-putri mereka. Dengan

Page 20: Konsep Dasar Kurikulum (2)

mengacuh pada kurikulum sekolah dimana anak-anak mereka dibina, maka orang tua dapat

memantau perkembangan informasi yang diserap anak mereka.

Fungsi kurikulum bagi masyarakat dan stakeholders mengacu pada kurikulum yang

ditetapkan lembaga pendidikan, yakni untuk kepentingan memberikan bantuan guna

memperlancar pelaksanaan program pendidikan yang membutuhkan kerjasama dengan pihak

masyarakat. Masyarakat dapat memberikan kritik dan saran yang konstruktif dalam

penyempurnaan program pendidikan di sekolah agar lebih serasi dengan kebutuhan

masyarakat dan kerja.

2. Peranan Kurikulum

Kurikulum dalam pendidikan formal di sekolah/madrasah memiliki peranan yang

sangat strategis dan menentukan pencapaian tujuan pendidikan. Apabila dirinci secara lebih

mendetail terdapat tiga peranan yang dinilai sangat penting, yaitu peranan konservatif,

peranan kreatif, dan peranan kritis/evaluatif (Oemar Hamalik, 1990).

a. Peranan Konservatif

Peranan konservatif menekankan bahwa kurikulum itu dapat dijadikan sebagai sarana

untuk mentransmisikan nilai-nilai warisan budaya masa lalu yang dianggap masih relevan

dengan masa kini kepada generasi muda, dalam hal ini para siswa. Peranan konservatif ini

pada hakikatnya menempatkan kurikulum yang berorientasi ke masa lampau. Peranan ini

sifatnya menjadi sangat mendasar, disesuaikan dengan kenyataan bahwa pendidikan pada

hakikatnya merupakan proses sosial. Salah satu tugas pendidikan yaitu mempengaruhi dan

membina perilaku siswa sesuai dengan nilai-nilai sosial yang hidup di lingkungan

masyarakatnya.

b.Peranan Kreatif

Perkembangan ilmu pengetahuan dan aspek-aspek lainnya senantiasa terjadi setiap

saat. Peranan kreatif menekankan bahwa kurikulum harus mampu mengembangkan sesuatu

yang baru sesuai dengan perkembangan yang terjadi dan kebutuhan-kebutuhan masyarakat

pada masa sekarang dan masa mendatang. Kurikulum harus mengandung hal-hal yang dapat

membantu setiap siswa mengembangkan semua potensi yang ada pada dirinya untuk

memperoleh pengetahuan-pengetahuan baru, kemampuan-kemampuan baru, serta cara

berpikir baru yang dibutuhkan dalam kehidupannya.

c.Peranan Kritis dan Evaluatif

Page 21: Konsep Dasar Kurikulum (2)

Peranan ini dilatarbelakangi oleh adanya kenyataan bahwa nilai-nilai dan budaya yang

hidup dalam masyarakat senantiasa mengalami perubahan, sehingga pewarisan nilai-nilai dan

budaya masa lalu kepada siswa perlu disesuaikan dengan kondisi yang terjadi pada masa

sekarang. Selain itu, perkernbangan yang terjadi pada masa sekarang dan masa mendatang

belum tentu sesuai dengan apa yang dibutuhkan. Oleh karena itu, peranan kurikulum tidak

hanya mewariskan nilai dan budaya yang ada atau menerapkan hasil perkembangan baru

yang terjadi, melainkan juga memiliki peranan untuk menilai dan memilih nilai dan budaya

serta pengetahuan baru yang akan diwariskan tersebut. Dalam hal ini, kurikulum harus turut

aktif berpartisipasi dalam kontrol atau filter sosial. Nilai-nilai sosial yang tidak sesuai lagi

dengan keadaan dan tuntutan masa kini dihilangkan dan diadakan modifikasi atau

penyempurnaan-penyempurnaan. Ketiga peranan kurikulum di atas tentu saja harus berjalan

secara seimbang dan harmonis agar dapat memenuhi tuntutan keadaan. Jika tidak, akan

terjadi ketimpangan-ketimpangan yang menyebabkan peranan kurikulum persekolahan

menjadi tidak optimal. Menyelaraskan ketiga peranan kurikulum tersebut menjadi tanggung

jawab semua pihak yang terkait dalam proses pendidikan, di antaranya guru, kepala sekolah,

pengawas, orang tua, siswa, dan masyarakat. Dengan demikian, pihak-pihak yang terkait

tersebut idealnya dapat memahami betul apa yang menjadi tujuan dan isi dari kurikulum yang

diterapkan sesuai dengan bidang tugas masing- masing.

Selain itu, perkembangan yang terjadi pada masa sekarang dan masa mendatang

belum tentu sesuai dengan apa yang dibutuhkan. Oleh karena itu, peranan kurikulum tidak

hanya mewariskan nilai dan budaya yang ada atau menerapkan hasil perkembangan baru

yang terjadi, melainkan juga memiliki peranan untuk menilai dan memilih nilai dan budaya

serta pengetahuan baru yang akan diwariskan tersebut. Dalam hal ini, kurikulum harus turut

aktif berpartisipasi dalam kontrol atau filter sosial. Nilai-nilai sosial yang tidak sesuai lagi

dengan keadaan dan tuntutan masa kini dihilangkan dan diadakan modifikasi atau

penyempurnaan-penyempurnaan.Ketiga peranan kurikulum di atas tentu saja harus berjalan

secara seimbang dan harmonis agar dapat memenuhi tuntutan keadaan. Jika tidak, akan

terjadi ketimpangan-ketimpangan yang menyebabkan peranan kurikulum persekolahan

menjadi tidak optimal.

Menyelaraskan ketiga peranan kurikulum tersebut menjadi tanggung jawab semua

pihak yang terkait dalam proses pendidikan, di antaranya guru, kepala sekolah, pengawas,

orang tua, siswa, dan masyarakat. Dengan demikian, pihak-pihak yang terkait idealnya dapat

memahami betul apa yang menjadi tujuan dan isi dari kurikulum yang diterapkan sesuai

dengan bidang tugas masing-masing.

Page 22: Konsep Dasar Kurikulum (2)

RANGKUMAN

1. Kurikulum yang semula berarti jarak yang harus ditempuh, kemudian menjadi sejumlah

mata pelajaran yang harus dilalui untuk mendapat ijazah. Para ahli kurikulum "modern"

cenderung memberikan pengertian yang lebih luas, sehingga meliputi kegiatan di luar

kelas, bahkan juga mencakup segala sesuatu yang dapat mempengaruhi kelakuan siswa,

termasuk kebersihan kelas, pribadi guru, sikap petugas sekolah, dan lain-lain.

2. Kurikulum dapat dipandang dari berbagai segi, yakni, curriculum as a product, as a

program, as intended learnings, as the experiences of the learner. Dapat pula kita

memandangnya sebagai formal curriculum, ideal, real, actual curriculum atau potential

learning experiences.

3. Pengertian kurikulum diorganisir menjadi dua, kurikulum adalah sejumlah rencana

isiyang merupakan sejumlah tahapan belajar yang didesain untuk siswa dengan petunjuk

institusi pendidikan yang isinya berupa proses yang statis ataupun dinamis dan

kompetensi yang harus dimiliki. Selanjutnya kurikulum adalah seluruh pengalaman

dibawah bimbingan dan arahan dari institusi pendidikan yang membawa ke dalam kondisi

belajar.

4. Konsep Kurikulum meliputi sebagai substansi yang dipandang sebagi rencana

pembelajaran bagi siswa atau seperangkat tujuan yang ingin dicapai, sebagai sistem

merupakan bagian dai sitem persekolahan, pendidikan dan bahkan masyarakat, dan

sebagai bidang studi merupakan kajian para ahli kurikulum yang bertujuan untuk

mengembangan ilmu tentang kurikulum dan sistem kurikulum.

5. Istilah kurikulum menunjukan beberapa dimensi pengertian dimana setiap dimensi

tersebut memiliki salaing hubungan satu dengan yang lainnya. Keempat dimensi tersebut

adalah (1) kurikulum sebagai suatu ide, (2) kurikulum sebagi suatu rencana terrtulis yang

sebenarnya merupakan perwujudan dari kurikulum sebagai suatu ide, (3) kurikulum

sebagi aktivitas atau sering disebut juga kurikulum sebagai suatu realita yang secara

teoritis dimensi kurikulum ini adalah pelaksanaan dari kurikulum sebagi rencana tertulis,

(4) kurikulum sebagai hasil yang merupakan konsekuensi dari kurikulum sebagai suatu

kegiatan.

6. Ada kebaikan dan kelemahan pengertian kurikulum yang terlampau luas atau terlampau

sempit. Hilda Taba memandang kurikulum sebagai "a plan for learning".

Page 23: Konsep Dasar Kurikulum (2)

7. Ada kecenderungan pengertian kurikulum meluas, karena banyak tugas yang sedianya

oleh rumah tangga dan lembaga informal lainnya dibebankan kepada sekolah.

8. Kurikulum senantiasa harus diubah karena perubahan masyarakat akibat kemajuan ilmu

pengetahuan dan teknologi. Perubahan kurikulum berjalan kontinu kalau tidak mau

ketinggalan zaman.

9. Karena adanya macam-macam definisi kurikulum, tiap guru harus menentukan

tafsirannya sendiri. Pilihannya itu akan mempengaruhi konsepsinya tentang tugasnya

sebagai pendidik. Ia dapat menganut pendirian yaang tradisional atau progresif.

10. Kurikulum berfungsi sebagai pedoman atau acuan. Bagi guru, kurikulum itu berfungsi

sebagai pedoman dalam melaksanakan proses pembelajaran. Bagi kepala sekolah dan

pengawas, kurikulum itu berfungsi sebagai pedoman dalam melaksanakan supervisi atau

pengawasan. Bagi orang tua, kurikulurn itu berfungsi sebagai pedoman dalam

membimbing anaknya belajar di rumah. Bagi masyarakat, kurikulum itu berfungsi

sebagai pedoman untuk memberikan bantuan bagi terselenggaranya proses pendidikan di

sekolah. Bagi siswa itu sendiri, kurikulum berfungsi sebagai suatu pedoman belajar.

11. Kurikulum berperan dalam pencapaian tujuan pendidikan, yakni memiliki peran (1)

konservatif, (2) kreatif, (3) kritis dan (4) evaluatif.

TES FORMATIF

Untuk menguji pemahaman, Anda diminta untuk menjawab dengan cara memberi tanda

silang (X) pada hurup a, b, c, dan d, sebagai alternatif jawaban yang menurut Anda paling

benar/ tepat.

1. Kebijakan yang menyatakan bahwa kurikulum harus disusun oleh masing-masing satuan

pendidikan atau sekolah terdapat dalam:

a. UU Nomor 22 Tahun 2003.

b. UU Nomor 2 Tahun 2004.

c. PP Nomor 19 Tahun 2005.

d. PP Nomor 22 Tahun 2006.

2. Secara tradisonal, kurikulum itu diartikan sebagai ………

a. Seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran

b. Seluruh aktivitas yang harus dilaksanakan siswa di sekolah

c. Sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh siswa

Page 24: Konsep Dasar Kurikulum (2)

d. Pengalaman belajar selama siswa berada di sekolah

3. Buku Kurikulum yang berisi tentang rencana program pendidikan/ pembelajaran

merupakan …………

a. Kurikulum ideal (Ideal Curriculum)

b. Kurikulum aktual (Actual Curriculum)

c. Kurikulum nyata (Real Curriculum)

d. Kurikulum tersembunyi (Hidden Curriculum)

4. Kurikulum pada hakekatnya merupakan suatu sistem (system) maksudnya ......................

a. Kurikulum terdiri dari beberapa komponen yang saling mempengaruhi

b. Cara atau teknik yang harus digunakan dalam melaksanakan kurikulum

c. Implementasi kurikulum menganut sistim yang sudah ditetapkan sejak awal

d. Penilaian kurikulum dilaksanakan dengan memperhatikan keadaan siswa

5. Hubungan antara kurikulum dan pembelajaran dapat digambarkan pada pernyataan

sebagai berikut :

a. kurikulum dan pembelajaran merupakan suatu konsep yang terpisah satu sama

lainnya.

b. kurikulum dan pembelajaran merupakan satu kesatuan konsep yang tak dapat

dipisahkan.

c. kurikulum sebagai suatu rencana dan pembelajaran sebagai implementasinya.

d. baik dalam kurikulum maupun pembelajaran semuanya ada unsur rencana.

6. Kurikulum harus turut aktif berpartisipasi sebagai kontrol atau filter sosial, termasuk

peranan :

a. Konservatif

b. Kreatif

c. Evaluatif

d. Dinamis

7. Kurikulum harus mampu membantu dan mengarahkan siswa untuk dapat memahami

kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya termasuk fungsi ……..

a. Diferensiasi

Page 25: Konsep Dasar Kurikulum (2)

b. Integrasi

c. Seleksi

d. Diagnostik

8. Fungsi persiapan menempatkan kurikulum sebagai alat pendidikan untuk ………

a. Menghasilkan pribadi-pribadi yang utuh

b. Mempersiapkan siswa melanjutkan studi ke jenjang pendidikan berikutnya

c. Memberi layanan terhadap perbedaan-perbedaan individu siswa

d. Mengarahkan siswa agar mampu menyesuaikan lingkungan dirinya dengan

9. Pada dasarnya pembelajaran adalah proses sebab akibat. Guru sebagai penyebab utama

terjadinya proses belajar siswa diharapkan dapat memberikan dan menurunkan hal-hal

yang positif bagi siswa. Dalam proses pembelajarn tersebut guru bertindak sebagai :

a. Informator

b. transmitter

c. transformator

d. Disseminator

10. Kurikulum harus turut aktif berpartisipasi sebagai kontrol atau filter sosial, termasuk

peranan :

a. Konservatif

b. Kreatif

c. Evaluatif

d. Dinamis