Konsep Dasar Dimensia

22
KONSEP DASAR DIMENSIA A. PENGERTIAN Demensia dapat diartikan sebagai gangguan kognitif dan memori yang dapat mempengaruhi aktifitas sehari-hari. Penderita demensia seringkali menunjukkan beberapa gangguan dan perubahan pada tingkah laku harian (behavioral symptom) yang mengganggu (disruptive) ataupun tidak menganggu (non- disruptive) (Volicer, L., Hurley, A.C., Mahoney, E. 1998). Grayson (2004) menyebutkan bahwa demensia bukanlah sekedar penyakit biasa, melainkan kumpulan gejala yang disebabkan beberapa penyakit atau kondisi tertentu sehingga terjadi perubahan kepribadian dan tingkah laku. Demensia adalah satu penyakit yang melibatkan sel-sel otak yang mati secara abnormal. Hanya satu terminologi yang digunakan untuk menerangkan penyakit otak degeneratif yang progresif. Daya ingatan, pemikiran, tingkah laku dan emosi terjejas bila mengalami demensia. Penyakit ini boleh dialami oleh semua orang dari berbagai latarbelakang pendidikan mahupun kebudayaan. Walaupun tidak terdapat sebarang rawatan untuk demensia, namun rawatan untuk menangani gejala-gejala boleh diperolehi. Demensia adalah penurunan kemampuan mental yang biasanya berkembang secara perlahan, dimana terjadi gangguan ingatan, fikiran, penilaian dan kemampuan untuk memusatkan perhatian, dan bisa terjadi kemunduran kepribadian. Pada usia muda, demensia bisa terjadi secara mendadak jika cedera hebat, penyakit atau zat-zat racun (misalnya karbon monoksida) menyebabkan hancurnya sel-sel otak. Tetapi

description

dimensia

Transcript of Konsep Dasar Dimensia

Page 1: Konsep Dasar Dimensia

KONSEP DASAR DIMENSIA

A.       PENGERTIAN

Demensia dapat diartikan sebagai gangguan kognitif dan memori yang dapat

mempengaruhi aktifitas sehari-hari. Penderita demensia seringkali menunjukkan beberapa

gangguan dan perubahan pada tingkah laku harian (behavioral symptom) yang mengganggu

(disruptive) ataupun tidak menganggu (non-disruptive) (Volicer, L., Hurley, A.C., Mahoney,

E. 1998). Grayson (2004) menyebutkan bahwa demensia bukanlah sekedar penyakit biasa,

melainkan kumpulan gejala yang disebabkan beberapa penyakit atau kondisi tertentu

sehingga terjadi perubahan kepribadian dan tingkah laku.

Demensia adalah satu penyakit yang melibatkan sel-sel otak yang mati secara

abnormal. Hanya satu terminologi yang digunakan untuk menerangkan penyakit otak

degeneratif yang progresif. Daya ingatan, pemikiran, tingkah laku dan emosi terjejas bila

mengalami demensia. Penyakit ini boleh dialami oleh semua orang dari berbagai

latarbelakang pendidikan mahupun kebudayaan. Walaupun tidak terdapat sebarang rawatan

untuk demensia, namun rawatan untuk menangani gejala-gejala boleh diperolehi.

Demensia adalah penurunan kemampuan mental yang biasanya berkembang secara

perlahan, dimana terjadi gangguan ingatan, fikiran, penilaian dan kemampuan untuk

memusatkan perhatian, dan bisa terjadi kemunduran kepribadian.

Pada usia muda, demensia bisa terjadi secara mendadak jika cedera hebat, penyakit

atau zat-zat racun (misalnya karbon monoksida) menyebabkan hancurnya sel-sel otak. Tetapi

demensia biasanya timbul secara perlahan dan menyerang usia diatas 60 tahun. Demensia

bukan merupakan bagian dari proses penuaan yang normal. Sejalan dengan bertambahnya

umur, maka perubahan di dalam otak bisa menyebabkan hilangnya beberapa ingatan

(terutama ingatan jangka pendek) dan penurunan beberapa kemampuan belajar. Perubahan

normal ini tidak mempengaruhi fungsi.

Lupa pada usia lanjut bukan merupakan pertanda dari demensia maupun penyakit

Alzheimer stadium awal. Demensia merupakan penurunan kemampuan mental yang lebih

serius, yang makin lama makin parah. Pada penuaan normal, seseorang bisa lupa akan hal-hal

yang detil; tetapi penderita demensia bisa lupa akan keseluruhan peristiwa yang baru saja

terjadi. 

Page 2: Konsep Dasar Dimensia

B.       EPIDEMIOLOGI

Laporan Departemen Kesehatan tahun 1998, populasi usia lanjut diatas 60 tahun

adalah 7,2 % (populasi usia lanjut kurang lebih 15 juta). peningkatan angka kejadian kasus

demensia berbanding lurus dengan meningkatnya harapan hidup suatu populasi . Kira-kira 5

% usia lanjut 65 – 70 tahun menderita demensia dan meningkat dua kali lipat setiap 5 tahun

mencapai lebih 45 % pada usia diatas 85 tahun. Pada negara industri kasus demensia 0.5 –1.0

% dan di Amerika jumlah demensia pada usia lanjut 10 – 15% atau sekitar 3 – 4 juta orang.

Demensia terbagi menjadi dua yakni Demensia Alzheimer dan Demensia Vaskuler.

Demensia Alzheimer merupakan kasus demensia terbanyak di negara maju Amerika dan

Eropa sekitar 50-70%. Demensia vaskuler penyebab kedua sekitar 15-20% sisanya 15- 35%

disebabkan demensia lainnya. Di Jepang dan Cina demensia vaskuler 50 – 60 % dan 30 – 40

% demensia akibat penyakit Alzheimer

.

C.       KLASIFIKASI

1. Menurut Umur :

Demensia senilis (>65th)

Demensia prasenilis (<65th)

2. Menurut perjalanan penyakit :

Reversibel

Ireversibel (Normal pressure hydrocephalus, subdural hematoma, vit B Defisiensi,

Hipotiroidisma, intoxikasi Pb.

3.      Menurut kerusakan struktur otak :

a.       Tipe Alzheimer

b.      Tipe non-Alzheimer

c.       Demensia vaskular

d.      Demensia Jisim Lewy (Lewy Body dementia)

e.       Demensia Lobus frontal-temporal

f.        Demensia terkait dengan SIDA(HIV-AIDS)

g.       Morbus Parkinson

h.       Morbus Huntington

i.         Morbus Pick

j.        Morbus Jakob-Creutzfeldt

k.      Sindrom Gerstmann-Sträussler-Scheinker

l.         Prion disease

Page 3: Konsep Dasar Dimensia

m.     Palsi Supranuklear progresif

n.       Multiple sklerosis

o.      Neurosifilis

4.      Menurut sifat klinis:

a.       Demensia proprius

b.      Pseudo-demensia

D.      ETIOLOGI

Disebutkan dalam sebuah literatur bahwa penyakit yang dapat menyebabkan

timbulnya gejala demensia ada sejumlah tujuh puluh lima. Beberapa penyakit dapat

disembuhkan sementara sebagian besar tidak dapat disembuhkan (Mace, N.L. & Rabins, P.V.

2006). Sebagian besar peneliti dalam risetnya sepakat bahwa penyebab utama dari gejala

demensia adalah penyakit Alzheimer, penyakit vascular (pembuluh darah), demensia Lewy

body, demensia frontotemporal dan sepuluh persen diantaranya disebabkan oleh penyakit

lain.

Lima puluh sampai enam puluh persen penyebab demensia adalah penyakit

Alzheimer. Alzhaimer adalah kondisi dimana sel syaraf pada otak mati sehingga membuat

signal dari otak tidak dapat di transmisikan sebagaimana mestinya (Grayson, C. 2004).

Penderita Alzheimer mengalami gangguan memori, kemampuan membuat keputusan dan

juga penurunan proses berpikir.

Kemungkinan penyebab demensia

      1.      Demensia Degeneratif

            a.       Penyakit Alzheimer

            b.      Demensia frontotemporal (misalnya; Penyakit Pick)

            c.        Penyakit Parkinson

            d.      Demensia Jisim Lewy

            e.        Ferokalsinosis serebral idiopatik (penyakit Fahr)

            f.         Kelumphan supranuklear yang progresif

      2.      Lain-lain

            a.       Penyakit Huntington

            b.      Penyakit Wilson

            c.       Leukodistrofi metakromatik

Page 4: Konsep Dasar Dimensia

      3.      Trauma

            a .        Dementia pugilistica,posttraumatic dementia

            b.      Subdural hematoma

     4.      Infeksi

         a  .       Penyakit Prion (misalnya penyakit Creutzfeldt-Jakob, bovine spongiform encephalitis,

(Sindrom   Gerstmann Straussler)

                  b.          Acquired immune deficiency syndrome (AIDS)

                  c.            Sifilis

     5.      Kelainan jantung, vaskuler dan

           a.       Neuroakantosistosis

      6.      Kelainan Psikiatrik

            a.        Pseudodemensia pada depresi

            b.      Penurunan fungsi kognitif pada skizofrenia lanjut

    

     7 .      Fisiologis

            a.        Hidrosefalus tekanan normal

      8.      Kelainan Metabolik

            a.       Defisiensi vitamin (misalnya vitamin B12, folat)

            b.      Endokrinopati (e.g.,hipotiroidisme)

            c.       Gangguan metabolisme kronik (contoh : uremia)

      9.      Tumor

           a.       Tumor primer maupun metastase (misalnya meningioma atau tumor metastasis dari

tumor  payudara atau tumor paru)

     10.  anoksia

          a.       Infark serebri (infark tunggak mauapun mulitpel atau infark lakunar)

          b.      Penyakit Binswanger (subcortical arteriosclerotic encephalopathy)

          c.       Insufisiensi hemodinamik (hipoperfusi atau hipoksia)

     11.  Penyakit demielinisasi

          a.        Sklerosis multipel

Page 5: Konsep Dasar Dimensia

     12.  Obat-obatan dan toksin

          a.        Alkohol

          b.       Logam berat

          c.        Radiasi

          d.      Pseudodemensia akibat

          e.       pengobatan (misalnya penggunaan antikolinergik)

          f.        Karbon monoksida.

 Demensia Tipe Alzheimer

Alois Alzheimer pertama kali menggambarkan suatu kondisi yang selanjutnya diberi nama

dengan namanya dalam tahun 1907, saat ia menggambarkan seorang wanita berusia 51 tahun

dengan perjalanan demensia progresif selama 4,5 tahun. Diagnosis akhir Alzheimer

didasarkan

pada pemeriksaan neuropatologi otak; meskipun demikian, demensia Alzheimer biasanya

didiagnosis dalam lingkungan klinis setelah penyebab demensia lain telah disingkirkan dari

pertimbangan diagnostik.2,5

Gambar.2.2 Penyakit Alzheimer. Tampak secara jelas plak senilis disebelah kiri. Beberapa

serabut neuron tampak kusut disebelah kanan. Menjadi catatan tentang adanya

kekacauan hantaran listrik pada sistem kortikal.2

Page 6: Konsep Dasar Dimensia

Gambar.2.3 Sel otak pada Penyakit Alzheimer dibandingkan dengan sel otak normal.7

Faktor Genetik

Walaupun penyebab demensia tipe Alzheimer masih belum diketahui, telah terjadi kemajuan

dalam molekular dari deposit amiloid yang merupakan tanda utama neuropatologi gangguan.

Beberapa peneliti menyatakan bahwa 40 % dari pasien demensia mempunyai riwayat

keluarga menderita demensia tipe Alzheimer, jadi setidaknya pada beberapa kasus, faktor

genetik dianggap berperan dalam perkembangan demensia tipe Alzheimer tersebut.

Dukungan tambahan tentang peranan genetik adalah bahwa terdapat angka persesuaian untuk

kembar monozigotik, dimana angka kejadian demensia tipe Alzheimer lebih tinggi daripada

angka kejadian pada kembar dizigotik. Dalam beberapa kasus yang telah tercatat dengan

baik, gangguan ditransmisikan dalam keluarga melalui satu gen autosomal dominan, walau

transmisi tersebut jarang terjadi.

Protein prekursor amiloid

Gen untuk protein prekusor amiloid terletak pada lengan panjang kromosom 21. Melalui

proses penyambungan diferensial, dihasilkan empat bentuk protein prekusor amiloid. Protein

beta/ A4, yang merupakan konstituen utama dari plak senilis, adalah suatu peptida dengan

42-asam amino yang merupakan hasil pemecahan dari protein prekusor amiloid. Pada kasus

sindrom Down (trisomi kromosom 21) ditemukan tiga cetakan gen protein prekusor amiloid,

dan pada kelainan dengan mutasi yang terjadi pada kodon 717 dalam gen protein prekusor

amiloid, suatu proses patologis yang menghasilkan deposit protein beta/A4 yang berlebihan.

Bagaimana proses yang terjadi pada protein prekusor amiloid dalam perannya sebagai

penyebab utama penyakit Alzheimer masih belum diketahui, akan tetapi banyak kelompok

studi yang meneliti baik proses metabolisme yang normal dari protein prekusor amiloid

maupun proses metabolisme yang terjadi pada pasien dengan demensia tipe Alzheimer untuk

menjawab pertanyaan tersebut.

Gen E4 multipel

Page 7: Konsep Dasar Dimensia

Sebuah penelitian menunjukkan peran gen E4 dalam perjalanan penyakit Alzheimer. Individu

yang memiliki satu kopi gen tersebut memiliki kemungkinan tiga kali lebih besar daripada

individu yang tidak memiliki gen E4 tersebut, dan individu yang memiliki dua kopi gen E4

memiliki kemungkinan delapan kali lebih besar daripada yang tidak memiliki gen tersebut.

Pemeriksaan diagnostik terhadap gen ini tidal direkomendasikan untuk saat ini, karena gen

tersebut ditemukan juga pada individu tanpa demensia dan juga belum tentu ditemukan pada

seluruh penderita demensia.

Neuropatologi

Penelitian neuroanatomi otak klasik pada pasien dengan penyakit Alzheimer menunjukkan

adanya atrofi dengan pendataran sulkus kortikalis dan pelebaran ventrikel serebri. Gambaran

mikroskopis klasik dan patognomonik dari demensia tipe Alzheimer adalah plak senilis,

kekusutan serabut neuron, neuronal loss (biasanya ditemukan pada korteks dan hipokampus),

dan degenerasi granulovaskuler pada sel saraf. Kekusutan serabut neuron (neurofibrillary

tangles) terdiri dari elemen sitoskletal dan protein primer terfosforilasi, meskipun jenis

protein sitoskletal lainnya dapat juga terjadi. Kekusutan serabut neuron tersebut tidak khas

ditemukan pada penyakit Alzheimer, fenomena tersebut juga ditemukan pada sindrom Down,

demensia pugilistika (punch-drunk syndrome) kompleks Parkinson-demensia Guam, penyakit

Hallervon-Spatz, dan otak yang normal pada seseorang dengan usia lanjut. Kekusutan serabut

neuron biasanya ditemukan di daerah korteks, hipokampus, substansia nigra, dan lokus

sereleus Plak senilis (disebut juga plak amiloid), lebih kuat mendukung untuk diagnosis

penyakit Alzheimer meskipun plak senilis tersebut juga ditemukan pada sindrom Down dan

dalam beberapa kasus ditemukan pada proses penuaan yang normal.

Neurotransmiter

Neurotransmiter yang paling berperan dalam patofisiologi dari demensia Alzheimer adalah

asetilkolin dan norepinefrin. Keduanya dihipotesis menjadi hipoaktif pada penyakit

Alzheimer. Beberapa penelitian melaporkan pada penyakit Alzheimer ditemukannya suatu

degenerasi spesifik pada neuron kolinergik pada nukleus basalis meynert. Data lain yang

mendukung adanya defisit kolinergik pada Alzheimer adalah ditemukan konsentrasi

asetilkolin dan asetilkolintransferase menurun.

Penyebab potensial lainnya

Teori kausatif lainnya telah diajukan untuk menjelaskan perkembangan penyakit Alzheimer.

Satu teori adalah bahwa kelainan dalam pengaturan metabolisme fosfolipid membran

menyebabkan membran yang kurang cairan yaitu, lebih kaku dibandingkan dengan membran

Page 8: Konsep Dasar Dimensia

yang normal. Penelitian melalui spektroskopik resonansi molekular (Molecular Resonance

Spectroscopic; MRS) mendapatkan kadar alumunium yang tinggi dalam beberapa otak pasien

dengan penyakit Alzheimer.

Familial Multipel System Taupathy dengan presenile demensia

Baru-baru ini ditemukan demensia tipe baru, yaitu Familial Multipel System Taupathy,

biasanya ditemukan bersamaan dengan kelainan otak yang lain ditemukan pada orang dengan

penyakit Alzheimer. Gen bawaan yang menjadi pencetus adalah kromosom 17. Gejala

penyakit berupa gangguan pada memori jangka pendek dan kesulitan mempertahankan

keseimbangan dan pada saat berjalan. Onset penyakit ini biasanya sekitar 40 – 50 detik, dan

orang dengan penyakit ini hidup rata-rata 11 tahun setelah terjadinya gejala.Seorang pasien

dengan penyakit Alzheimer memiliki protein pada sel neuron dan glial seperti pada Familial

Multipel System Taupathy dimana protein ini membunuh sel-sel otak. Kelainan ini tidak

berhubungan dengan plaq senile pada pasien dengan penyakit Alzheimer.

Demensia vaskuler

Penyebabnya adalah penyakit vaskuler serebral yang multipel yang menimbulkan gejala

berpola demensia. Ditemukan umumnya pada laki-laki, khususnya dengan riwayat hipertensi

dan faktor resiko kardiovaskuler lainnya. Gangguan terutama mengenai pembuluh darah

serebral berukuran kecil dan sedang yang mengalami infark dan menghasilkan lesi parenkhim

multipel yang menyebar luas pada otak (gambar 2.2). Penyebab infark berupa oklusi

pembuluh darah oleh plaq arteriosklerotik atau tromboemboli dari tempat lain( misalnya

katup jantung). Pada pemeriksaan akan ditemukan bruit karotis, hasil funduskopi yang tidak

normal atau pembesaran jantung

Penyakit Binswanger

Dikenal juga sebagai ensefalopati arteriosklerotik subkortikal, ditandai dengan ditemukannya

infark-infark kecil pada subtansia alba yang juga mengenai daerah korteks serebri dan kuat

seperti resonansi magnetik (Magnetic Resonance Imaging; MRI) membuat penemuan

kasus ini menjadi lebih sering.

Penyakit Pick

Penyakit Pick ditandai atrofi yang lebih banyak dalam daerah frontotemporal. Daerah

tersebut mengalami kehilangan neuronal, gliosis dan adanya badan Pick neuronal, yang

merupakan massa elemen sitoskeletal. Badan Pick ditemukan pada beberapa spesimen

postmortem tetapi tidak diperlukan untuk diagnosis. Penyebab dari penyakit Pick tidak

Page 9: Konsep Dasar Dimensia

diketahui. Penyakit Pick berjumlah kira-kira 5% dari semua demensia ireversibel. Penyakit

ini paling sering pada laki-laki, khususnya yang memiliki keluarga derajat pertama dengan

penyakit ini. Penyakit Pick sukar dibedakan dengan demensia Alzheimer. Walaupun stadium

awal penyakit lebih sering ditandai oleh perubahan kepribadian dan perilaku, dengan fungsi

kognitif lain yang relatif bertahan. Gambaran sindrom Kluver-Bucy (contohnya:

hiperseksualitas, flaksiditas, hiperoralitas) lebih sering ditemukan pada penyakit Pick

daripada pada penyakit Alzheimer. yang paling luas pada lobus frontalis serta pada lobus

temporalis dan parietalis .

Penyakit Jisim lewy (Lewy body diseases)

Penyakit Jisim Lewy adalah suatudemensia yang secara klinis mirip dengan penyakit

Alzheimer dan sering ditandai oleh adanya halusinasi, gambaran Parkinsonisme, dan gejala

ekstrapiramidal. Inklusi Jisim Lewy ditemukan di daerah korteks serebri. Insiden yang

sesungguhnya tidak diketahui. Pasien dengan penyakit Jisim Lewy ini menunjukkan efek

yang menyimpang (adverse effect) ketika diberi pengobatan dengan antipsikotik.

Penyakit Huntington

Penyakit Huntington secara klasik dikaitkan dengan perkembangan demensia. Demensia pada

penyakit ini terlihat sebagai demensia tipe subkortikal yang ditandai dengan abnormalitas 

motorik yang lebih menonjol dan gangguan kemampuan berbahasa yang lebih ringan

dibandingkan demensia tipe kortikal. Demensia pada penyakit Huntington menunjukkan

perlambatan psikomotor dan kesulitan dalam mengerjakan pekerjaan yang kompleks, akan

tetapi memori, bahasa, dan tilikan relatif utuh pada stadium awal dan pertengahan penyakit.

Dalam perkembangannya, demensia menjadi lengkap dan gambaran klinis yang

membedakannya dengan demensia tipe Alzheimer adalah tingginya insiden depresi dan

psikosis, selain gangguan pergerakan berupa gambaran koreoatetoid klasik.

Penyakit Parkinson

Sebagaimana pada penyakit Huntington, Parkinsonisme merupakan penyakit pada ganglia

basalis yang biasanya dikaitkan dengan demensia dan depresi. Diperkirakan 20 hingga 30

persen pasien dengan penyakit Parkinson mengalami gangguan kemampuan kognitif.

Gerakan lambat pada pasien dengan penyakit Parkinson sejajar dengan perlambatan berpikir

pada beberapa mpasien, suatu gambaran yang sering disebut oleh para klinis sebagai

bradifrenia.2

Page 10: Konsep Dasar Dimensia

E.       GEJALA KLINIS

Ada dua tipe demensia yang paling banyak ditemukan, yaitu tipe Alzheimer dan

Vaskuler.

1.      Demensia Alzheimer

Gejala klinis demensia Alzheimer merupakan kumpulan gejala demensia akibat

gangguan neuro degenaratif (penuaan saraf) yang berlangsung progresif lambat, dimana

akibat proses degenaratif menyebabkan kematian sel-sel otak yang massif. Kematian sel-sel

otak ini baru menimbulkan gejala klinis dalam kurun waktu 30 tahun. Awalnya ditemukan

gejala mudah lupa (forgetfulness) yang menyebabkan penderita tidak mampu menyebut kata

yang benar, berlanjut dengan kesulitan mengenal benda dan akhirnya tidak mampu

menggunakan barang-barang sekalipun yang termudah. Hal ini disebabkan adanya gangguan

kognitif sehingga timbul gejala neuropsikiatrik seperti, Wahan (curiga, sampai menuduh ada

yang mencuri barangnya), halusinasi pendengaran atau penglihatan, agitasi (gelisah,

mengacau), depresi, gangguan tidur, nafsu makan dan gangguan aktifitas psikomotor,

berkelana.

Stadium demensia Alzheimer terbagi atas 3 stadium, yaitu :

  Stadium I

Berlangsung 2-4 tahun disebut stadium amnestik dengan gejala gangguan memori, berhitung

dan aktifitas spontan menurun. Fungsi memori yang terganggu adalah memori baru atau lupa

hal baru yang dialami.

  Stadium II

Berlangsung selama 2-10 tahun, dan disebutr stadium demensia. Gejalanya, antara lain :

1.      Disorientasi

2.      Gangguan bahasa (afasia)

3.      Penderita mudah bingung

Penurunan fungsi memori lebih berat sehingga penderita tak dapat melakukan kegiatan

sampai selesai, tidak mengenal anggota keluarganya tidak ingat sudah melakukan suatu

tindakan sehingga mengulanginya lagi. Dan ada gangguan visuospasial, menyebabkan

penderita mudah tersesat di lingkungannya, depresi berat prevalensinya 15-20%,”

  Stadium III

Stadium ini dicapai setelah penyakit berlangsung 6-12 tahun. Gejala klinisnya antara lain :

1.      Penderita menjadi vegetatif

Page 11: Konsep Dasar Dimensia

2.      Tidak bergerak dan membisu

3.      Daya intelektual serta memori memburuk sehingga tidak mengenal keluarganya sendiri

4.      Tidak bisa mengendalikan buang air besar/ kecil

5.      Kegiatan sehari-hari membutuhkan bantuan ornag lain

6.      Kematian terjadi akibat infeksi atau trauma

2.      Demensia Vaskuler

Untuk gejala klinis demensia tipe Vaskuler, disebabkan oleh gangguan sirkulasi darah

di otak. “Dan setiap penyebab atau faktor resiko stroke dapat berakibat terjadinya demensia,”.

Depresi bisa disebabkan karena lesi tertentu di otak akibat gangguan sirkulasi darah otak,

sehingga depresi itu dapat didiuga sebagai demensia vaskuler. Gejala depresi lebih sering

dijumpai pada demensia vaskuler daripada Alzheimer. Hal ini disebabkan karena kemampuan

penilaian terhadap diri sendiri dan respos emosi tetap stabil pada demensia vaskuler.

Hal yang menarik dari gejala penderita demensia adalah adanya perubahan

kepribadian dan tingkah laku sehingga mempengaruhi aktivitas sehari-hari.. Penderita yang

dimaksudkan dalam tulisan ini adalah Lansia dengan usia enam puluh lima tahun keatas.

Lansia penderita demensia tidak memperlihatkan gejala yang menonjol pada tahap awal,

mereka sebagaimana Lansia pada umumnya mengalami proses penuaan dan degeneratif.

Kejanggalan awal dirasakan oleh penderita itu sendiri, mereka sulit mengingat nama cucu

mereka atau lupa meletakkan suatu barang.

Mereka sering kali menutup-nutupi hal tersebut dan meyakinkan diri sendiri bahwa itu

adalah hal yang biasa pada usia mereka. Kejanggalan berikutnya mulai dirasakan oleh orang-

orang terdekat yang tinggal bersama, mereka merasa khawatir terhadap penurunan daya ingat

yang semakin menjadi, namun sekali lagi keluarga merasa bahwa mungkin Lansia kelelahan

dan perlu lebih banyak istirahat. Mereka belum mencurigai adanya sebuah masalah besar di

balik penurunan daya ingat yang dialami oleh orang tua mereka.

Gejala demensia berikutnya yang muncul biasanya berupa depresi pada Lansia,

mereka menjaga jarak dengan lingkungan dan lebih sensitif. Kondisi seperti ini dapat saja

diikuti oleh munculnya penyakit lain dan biasanya akan memperparah kondisi Lansia. Pada

saat ini mungkin saja Lansia menjadi sangat ketakutan bahkan sampai berhalusinasi. Di

sinilah keluarga membawa Lansia penderita demensia ke rumah sakit di mana demensia

bukanlah menjadi hal utama fokus pemeriksaan.

Seringkali demensia luput dari pemeriksaan dan tidak terkaji oleh tim kesehatan.

Tidak semua tenaga kesehatan memiliki kemampuan untuk dapat mengkaji dan mengenali

gejala demensia. Mengkaji dan mendiagnosa demensia bukanlah hal yang mudah dan cepat,

Page 12: Konsep Dasar Dimensia

perlu waktu yang panjang sebelum memastikan seseorang positif menderita demensia.

Setidaknya ada lima jenis pemeriksaan penting yang harus dilakukan, mulai dari pengkajian

latar belakang individu, pemeriksaan fisik, pengkajian syaraf, pengkajian status mental dan

sebagai penunjang perlu dilakukan juga tes laboratorium.

Pada tahap lanjut demensia memunculkan perubahan tingkah laku yang semakin

mengkhawatirkan, sehingga perlu sekali bagi keluarga memahami dengan baik perubahan

tingkah laku yang dialami oleh Lansia penderita demensia. Pemahaman perubahan tingkah

laku pada demensia dapat memunculkan sikap empati yang sangat dibutuhkan oleh para

anggota keluarga yang harus dengan sabar merawat mereka. Perubahan tingkah laku

(Behavioral symptom) yang dapat terjadi pada Lansia penderita demensia di antaranya adalah

delusi, halusinasi, depresi, kerusakan fungsi tubuh, cemas, disorientasi spasial,

ketidakmampuan melakukan tindakan yang berarti, tidak dapat melakukan aktivitas sehari-

hari secara mandiri, melawan, marah, agitasi, apatis, dan kabur dari tempat tinggal (Volicer,

L., Hurley, A.C., Mahoney, E. 1998).

Secara umum tanda dan gejala demensia adalah sbb:

a.       Menurunnya daya ingat yang terus terjadi. Pada penderita demensia, “lupa” menjadi bagian

keseharian yang tidak bisa lepas.

b.       Gangguan orientasi waktu dan tempat, misalnya: lupa hari, minggu, bulan, tahun, tempat

penderita demensia berada

c.        Penurunan dan ketidakmampuan menyusun kata menjadi kalimat yang benar, menggunakan

kata yang tidak tepat untuk sebuah kondisi, mengulang kata atau cerita yang sama berkali-

kali

d.       Ekspresi yang berlebihan, misalnya menangis berlebihan saat melihat sebuah drama televisi,

marah besar pada kesalahan kecil yang dilakukan orang lain, rasa takut dan gugup yang tak

beralasan. Penderita demensia kadang tidak mengerti mengapa perasaan-perasaan tersebut

muncul.

e.       Adanya perubahan perilaku, seperti : acuh tak acuh, menarik diri dan gelisah.

F.        PERAN KELUARGA

Keluarga memiliki peran yang sangat penting dalam perawatan lansia penderita

demensia yang tinggal di rumah. Hidup bersama dengan penderita demensia bukan hal yang

mudah, tapi perlu kesiapan khusus baik secara mental maupun lingkungan sekitar. Pada tahap

awal demensia penderita dapat secara aktif dilibatkan dalam proses perawatan dirinya.

Page 13: Konsep Dasar Dimensia

Membuat catatan kegiatan sehari-hari dan minum obat secara teratur. Ini sangat membantu

dalam menekan laju kemunduran kognitif yang akan dialami penderita demensia.

Keluarga tidak berarti harus membantu semua kebutuhan harian Lansia, sehingga

Lansia cenderung diam dan bergantung pada lingkungan. Seluruh anggota keluargapun

diharapkan aktif dalam membantu Lansia agar dapat seoptimal mungkin melakukan aktifitas

sehari-harinya secara mandiri dengan aman. Melakukan aktivitas sehari-hari secara rutin

sebagaimana pada umumnya Lansia tanpa demensia dapat mengurangi depresi yang dialami

Lansia penderita demensia.

Merawat penderita dengan demensia memang penuh dengan dilema, walaupun setiap

hari selama hampir 24 jam kita mengurus mereka, mungkin mereka tidak akan pernah

mengenal dan mengingat siapa kita, bahkan tidak ada ucapan terima kasih setelah apa yang

kita lakukan untuk mereka. Kesabaran adalah sebuah tuntutan dalam merawat anggota

keluarga yang menderita demensia. Tanamkanlah dalam hati bahwa penderita demensia tidak

mengetahui apa yang terjadi pada dirinya. Merekapun berusaha dengan keras untuk melawan

gejala yang muncul akibat demensia.

Saling menguatkan sesama anggota keluarga dan selalu meluangkan waktu untuk diri

sendiri beristirahat dan bersosialisasi dengan teman-teman lain dapat menghindarkan stress

yang dapat dialami oleh anggota keluarga yang merawat Lansia dengan demensia.

Tingkah Laku Lansia

Pada suatu waktu Lansia dengan demensia dapat terbangun dari tidur malamnya dan

panik karena tidak mengetahui berada di mana, berteriak-teriak dan sulit untuk ditenangkan.

Untuk mangatasi hal ini keluarga perlu membuat Lansia rileks dan aman. Yakinkan bahwa

mereka berada di tempat yang aman dan bersama dengan orang-orang yang menyayanginya.

Duduklah bersama dalam jarak yang dekat, genggam tangan Lansia, tunjukkan sikap dewasa

dan menenangkan. Berikan minuman hangat untuk menenangkan dan bantu lansia untuk tidur

kembali.

Lansia dengan demensia melakukan sesuatu yang kadang mereka sendiri tidak

memahaminya. Tindakan tersebut dapat saja membahayakan dirinya sendiri maupun orang

lain. Mereka dapat saja menyalakan kompor dan meninggalkannya begitu saja. Mereka juga

merasa mampu mengemudikan kendaraan dan tersesat atau mungkin mengalami kecelakaan.

Memakai pakaian yang tidak sesuai kondisi atau menggunakan pakaian berlapis-lapis pada

suhu yang panas.

Seperti layaknya anak kecil terkadang Lansia dengan demensia bertanya sesuatu yang

sama berulang kali walaupun sudah kita jawab, tapi terus saja pertanyaan yang sama

Page 14: Konsep Dasar Dimensia

disampaikan. Menciptakan lingkungan yang aman seperti tidak menaruh benda tajam

sembarang tempat, menaruh kunci kendaraan ditempat yang tidak diketahui oleh Lansia,

memberikan pengaman tambahan pada pintu dan jendela untuk menghindari Lansia kabur

adalah hal yang dapat dilakukan keluarga yang merawat Lansia dengan demensia di

rumahnya.

G.      PENCEGAHAN DAN PERAWATAN DEMENSIA

Hal yang dapat kita lakukan untuk menurunkan resiko terjadinya demensia

diantaranya adalah menjaga ketajaman daya ingat dan senantiasa mengoptimalkan fungsi

otak, seperti :

a.       Mencegah masuknya zat-zat yang dapat merusak sel-sel otak seperti alkohol dan zat adiktif

yang berlebihan.

b.             Membaca buku yang merangsang otak untuk berpikir hendaknya dilakukan setiap hari.

c.              Melakukan kegiatan yang dapat membuat mental kita sehat dan aktif.

d.             Kegiatan rohani & memperdalam ilmu agama.

e.              Tetap berinteraksi dengan lingkungan, berkumpul dengan teman yang memiliki persamaan

minat atau hobi.

f.               Mengurangi stress dalam pekerjaan dan berusaha untuk tetap relaks dalam kehidupan sehari-

hari dapat membuat otak kita tetap sehat.