KONSENTRASI ILMU FALAK JURUSAN AHWAL AL...
Transcript of KONSENTRASI ILMU FALAK JURUSAN AHWAL AL...
METODE PENENTUAN AWAL BULAN KAMARIYAH MENURUT
JAMA’AH ANNAZIR
S K R I P S I
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 (S.1)
Oleh :
HESTI YOZEVTA ARDI
NIM : 0 8 2 1 1 1 0 7 3
KONSENTRASI ILMU FALAK
JURUSAN AHWAL AL-SYAKHSIYAH
FAKULTAS SYARI’AH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
S E M A R A N G
2012
ii
iii
iv
v
MOTTO
Artinya : “Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan
ditetapkanNya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan
bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan
(waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan
hak. dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-
orang yang mengetahui”. (QS. Yunus : 5)
Artinya: “Abdullah in Umar r. a. berkata :Rasulullah ketika menyebut
Ramadhan bersabda: jangan puasa sehingga kalian melihat hilal
(bulan sabit) dan jangan berhari raya sehingga melihat hilal, maka
jika tertutup oleh awan maka perkirakanlah. (HR Bukhori, Muslim)
vi
PERSEMBAHAN
Saya persembahkan untuk:
Yang mulia Papa (Muzakir Ardi) dan Mama (Erna Ningsih), motivator dan
inspiratorku dalam hidup, yang telah mengasuhku dengan balutan kasih
sayang, yang tak pernah lelah mengirimkan do’a cintanya, semoga Allah Swt
memberikan kebahagiaan dunia akhirat.
Yang tercinta kakak-kakak dan adekku, Ayuk Henni Suktaria Ardi , Adek
Heziltin Kartika Ardi, Adek Hervan Ardi. Adek Hervin Ardi, Abby Ubaidillah
yang selalu memberikan dukungan lahir dan bathin, semoga Allah Swt
memudahkan jalan menuju kesuksesan dunia akhirat.
Yang tersayang seluruh keluarga dan kerabat dekat, serta para guru yang
telah mengajarkan kebijakan dan kebajikan, semoga selalu berada dalam
perlindungan Allah Swt.
Keluarga Besar PP. Ar-Rahmah (Curup-Bengkulu).
Together.
Umat Islam di seluruh alam, yang Allah Swt telah tautkan hati kita dalam
manisnya iman, semoga tetap istiqamah dalam meniti
jalan cinta-Nya.
vii
DEKLARASI
Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab,
penulis menyatakan bahwa skripsi ini tidak
berisi materi yang pernah ditulis oleh orang
lain atau yang pernah diterbitkan. Demikian
juga skripsi ini tidak berisi karya orang lain
(plagiasi) satu pun, adapun pikiran-pikiran
orang lain hanya dijadikan informasi yang
terdapat dalam referensi dan selanjutnya
dijadikan bahan rujukan.
Semarang, 2 Januari 2012
Deklarator
Hesti Yozevta Ardi
NIM. 082111073
viii
ABSTRAK
Awal bulan Kamariyah adalah sebuah kebutuhan bagi masyarakat muslim
yaitu untuk melaksanankan beberapa ibadah fardhu seperti puasa, zakat, dan haji.
Seharusnya setiap manusia bisa menentukan kapan awal bulan Kamariyah akan
tiba, oleh karena itu mempelajari metodenya merupakan hal yang sangat penting.
Hal yang berbeda ada di metode Jama’ah An-Nadzir, mereka mempunyai metode
yang tersendiri dalam menentukan awal bulan Kamariyahawal bulan Kamariyah,
dan mengamati fenomena alam sebagai tanda-tanda awal bulan Kamariyah sudah
datang. Mereka lebih mengutamakna metode-metode yang berkenaan dengan
fenomena alam. Sekilas bisa kita pahami bahwa mereka adalah sekelompok
muslim yang mempunyai prinsif yang sama dengan ajaran islam, mereka
mempunyai alqur’an dan hadis sebagai pegangan dalam melaksanakan ibadah
mereka, akan tetapi jika diteliti secara mendalam bahwa sesungguhnya mereka
mempunyai fakta yang berbeda dengan muslim lainnya. Mereka mempunyai
ajaran dan idiologi yang berbeda. Diantara perbedaan tersebut yaitu cara
menentukan awal bulan Kamariyah. Mereka mempunyai metode hisab rukyah
tersendiri serta mempunyai keyakinan sendiri bahwa awal bulan Kamariyah
diawali dengan terbitnya bulan melalui fajar kadzib dan perpisahan bulan sudah
terjadi dengan ditandai kilat, hujan, dan pasang air laut tertinggi.
Dalam penelitian ini penulis mengambil dua rumusan masalah yaitu
bagaimana penentuan awal bulan Kamariyan menurut Jama’ah An-Nadzir dan
istinbat dasar hukum penentuan awal bulan Kamariyah menurut Jama’ah An-
Nadzir. Dari dua rumusan masyalah tersebut penulis anggap akan bisa mengetahui
secara mendalam tentang bagaimana penentuan awal bulan Kamariyah An-Nadzir
serta titik awal mereka mempunyai pemikiran tersebut yaitu dalam hal istimbat
dasar hukumnya.
Dalam melakukan penelitian ini, penulis menggunakan metode kualitatif
atau penelitian yang dilakukan dengan cara melakukan penelitian lapangan atau
penelitian masyarakat secara langsung. Sedangkan untuk mengalisis dasar
hukumnya penulis menggunakan metode wawancara atau metode interview
kepada para pembesar Jama’ah An-Nadzir. penulis menggunakan tehnik deskriptif
analitis, yaitu dengan menggambarkan terlebih dahulu metode hisab dan rukyah
awal bulan Kamariyah yang dipakai oleh Jama’ah An-Nadzir. Dalam menjelaskan
dan menganalisis skripsi ini penulis kemudian menggunakan metode komparasi
yaitu dengan metode pemerintah yaitu hisab dan rukyah ephimeris.
Penelitian ini menghasilkan beberapa temuan bahwa metode hisab An-
Nadzir adalah dengan angkah 54 menit untuk menambahkan tenggang waktu
terbit bulan di hari berikutnya. Sedangkan metode rukyahnya adalah dengan
melihat bulan terbit dan tanda-tanda nya seperti kilat, angin, hujan, dan pasang air
laut. Dan mengenai dasar hukum mereka mengedepankan keyakinan bahwa
panglima mereka adalah sang Bani Tamim (pemula Imam Mahdi), dengan
meniadakan atas pemahaman ayat-ayat alqur’an dan hadis yang mengisayaratkan
bagaiman metode penentuan awal bulan Kamariyah yang sesungguhnya.
Key word: awal bulan Kamariyah, An-Nadzir, dan dasar hukum.
ix
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Mengetahui, lagi Maha
Penyayang, penulis panjatkan puji syukur ke hadirat-Nya yang telah
melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
mengerjakan Skripsi ini dengan judul Metode Penentuan Awal Bulan
Kamariyah menurut Jama’ah An-Nadzir sebagai tugas akhir untuk
mendapatkan gelar Sarjana di Fakultas Syari’ah Institut Agama Islam Negeri
(IAIN) Walisongo Semarang dengan tanpa kendala yang berkepanjangan.
Shalawat serta salam tetap tercurahkan kepada Baginda Rasulullah Muhammad
SAW yang telah membukakan pintu gerbang jalan terang bagi kita untuk selalu
berjuang dan tetap melangkah di jalan-Nya.
Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini bukanlah hasil jerih
payah penulis secara pribadi. Tetapi semua itu merupakan wujud akumulasi dari
usaha dan bantuan, pertolongan serta doa dari berbagai pihak yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi tersebut. Oleh karena itu,
penulis sampaikan banyak terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Dr. H. Imam Yahya M. Ag selaku Dekan Fakultas Syari'ah IAIN
Walisongo Semarang beserta para stafnya yang telah memberikan izin
kepada penulis untuk menulis skripsi tersebut dan memberikan fasilitas
belajar hingga kini.
x
2. Bapak Dr. H. Maksun, M. Ag sebagai pembimbing I, yang telah
memberikan bimbingan dan arahab kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini,
3. Tidak lupa juga kepada pembimbing II Bapak Ahmad Syifaul Anam M.
Si yang telah ikut memberikan banyak bantuan dan dukungan kepada
penulis dalam menulis dan hingga menyelesaikan skripsi ini,
4. Bapak Dr. H. Arja Imroni, M. Ag selaku Kepala Program Konsentrasi
Ilmu Falak Fakultas Syaria’h IAIN Walisongo Semarang yang selalu
memberikan motifasi kepada mahasiswanya.
5. Kepada segenap jajaran pengelola Konsentrasi Ilmu Falak (KIF), atas
segala didikan, bantuan dan kerjasamanya yang tiada hentinya,
6. Para Kajur, Sekjur, dosen-dosen dan karyawan Fakultas Syari’ah IAIN
Walisongo Semarang, atas bantuan dan kerjasamanya.
7. Keluarga kami di rumah, terutama Papa Muzakir Ardi, Mama Erna
Ningsih, serta saudara-saudara kami Henni Suktaria Ardi (kakak),
Heziltin Kartika Ardi (adek), Hervan Ardi (adek), Hervin Ardi (adek),
dan saudara-saudara yang lain yang telah membesarkan kami dengan
kasih sayang dan kesabaran sarta teman-teman mahasiswa dan aktifis
kampus yang telah sudi diskusi dengan kami. Dan pihak-pihak yang
talah membantu terselesainya skripsi ini.
8. Ubaidillah (Calon Imam Seumur Hidup) yang telah senentiasa
memberikan semangat dan pengertiannya terhadap penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini
xi
9. PD Pontren Kementerian Agama RI yang telah memberikan beasiswa
dari awal sampai selesai perkuliahan.
10. Terima kasih juga penulispersembahkan kepada bapak Faisal
(Sekretaris Desa Romang Lompoa, Gowa Sulawesi Selatan yang telah
memberikan surat izin penelitian kepada penulis untuk melakukan
penelitian langsung di daerah danau Mawang yaitu di kediaman
Jama’ah An-Nadzir Makasar
11. Aba Rangkah, Abah Juanda, Ustadz Arif Tani, Ustadz Syafi’ Lc,
ustadz Anang sebagai pihak Jama’ah An-Nadzir Makasar dan Bogor
yang telah berlapang hati untuk memberikan berbagai informasi dan
keterangan tentang Jama’ah An-Nadzir khususnya tentang pennetuan
awal bulan Kamariyah Jama’ah An-Nadzir
12. Kepada sagabat ku yang sangat ku sayangi kakak Arlin (mahasiswa
Universitas Muhammadiyah Makasar ) yang telah menemani dan
membrikan berbagai alamat Jama’ah An-Nadzir untuk penulis dalam
melakukan penelitian
13. Abi Ahmad Silahuddin M. Ag dan Umi Amanah, Bapak kadir Ali,
Umi Maya Sopa, dan segenap keluarga besar Pondok Pesantren Ar-
Rahmah Curup Bengkulu yang telah memberikan ilmu sebagai
pengantar penulis untuk mendapatkan Beasiswa di IAIN Walisongo
Semarang
14. Keluarga besar Pondok Pesantren Daarun Najaah, Semarang, yang
telah memberikan dukungan dan fasilitas, khususnya kepada KH.
xii
Sirodj Chudlori dan Dr. KH. Ahmad Izzuddin, M. Ag, selaku
pengasuh yang telah memberikan ilmu-ilmunya, bimbingan dan
arahannya.
15. Temen-temen TOGETHER (mahasiswa beasiswa Konsentrasi Ilmu
Falak 2008) Ade Mukhlas, Ali Maftukhin, Alvian Meydiananda,
Ahmad Silahuddin, Ahmad Fajar Rifa’i, Ahmad Ma’ruf Maghfur,
Asmaul Huda, Asmaul Fauziyah, Aini Nafis, Diyah Zulistio Rini,
Endang ratma Sari, Jauharotun Nafis, Ihwan Muttaqin, Khoirotun
Nikmah, Lukman Hakim, M. Arbi Sora Angkat, M. Chusnul Huda, M.
Aulia Syamsul Reza, M. Harir Afandi, M, Chanif, M. Ali Romdhon, M.
Ramdhani, M. Sadam Naghfir, M. Shofa Mughtanim, Masruroh,
Mutmainnah, Mambaul Hikamah, Nurhidayatullah, Nuraini Latifah,
Purwanto, Purqon Nur Ramdan, Rifki Lutfi, Rizal Mufid, Robiatun
Adawiyah, Roudlotul Firdauz, Siti Kholisoh, Yeyen Erviana, Yadi
Setiadi, dan Zaenuddin Nur Zaman yang menjadi semangat penulis
selama melaksanakan studi di IAIN Walisongo Semarang. Di dalam
dekapan cinta-Nya dan kasih sayang mereka, dan bersama kita
bergandeng tangan mengarungi semesta, menjadi bintang menghiasi
taman langit, mengintip bulan, dan lain sebagainya. Terimakasih atas
persaudaraan yang indah, nyaman, dan atas seluruh kebaikan kalian
penulis ucapkan terimakasih
16. Buat anggota Ponsok Selatan Putri Daarunnajah Until (Masruroh) yang
sok imuth teruz, Mbak Imuth ci Dewasa, Eni ci Centil, Alifa Ben-ben,
xiii
Rini, Hima yang sok baik githuu, Kiki saudra Konsultan ku, Neli cilik,
Ani Diet, Minda bu Guru, Hanik cah cilik, Wahda shoghir, Irfi ci
tinggi, ci Annisa panca putrid, dan Atik gede,,,, heheheheh canda
cemuanya ya yang selalu memberikan bantuan dan dukungan disetiap
saat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini
17. Kelurga besar Comunity Santri Scholars Ministry of Religion Affair
(CSS MoRA) yang terhimpun dari CSS MoRA IAIN Walisongo
khususnya, IAIN Sunan Ampel Surabaya, Universitas Erlangga
(UNAER) Surabaya, Institut Tekhnologi Surabaya (ITS), UIN Sunan
Kalijaga Yogayakarta, Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta,
UIN Sarif Hidayatullah Jakarta, Univesitas Pendidikan Indonesia
(UPI) Bandung, Institut Tekhnologi Bandung (ITB), Institut Pertanian
Bogor (ITB), Universitas Mataram (UNRAM), dan UIN Malik
Ibrohim Malang yang telah memberikan berbagai informasi dan wacana
diskusi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini
18. Kepada temen-iemen KKN posko 20 Desa Nyatnyono Ungaran Barat,
Semarang mama Ruri Bona, papa Aidris Saputro, tante Lulu Atinnisa,
pak dhe Mukhlis, Om Minan, Mak dhe Susanti, Abang Qomaruddin,
Adek Fajri, dan Adek Fajri
19. Dan tidak lupa juga penulis persembahkan kepad semua pihak yang
telah memberikan dukungan.
xiv
Atas semua kebaikannya, penulis hanya mampu berdo’a
semoga Allah Swt menerima sebagai amal kebaikan dan
membalasnya dengan balasan yang lebih baik.
Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan. Semua itu karena keterbatasan kemampuan penulis.
Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari para
pembaca demi sempurnanya skripsi ini.
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi
penulis khususnya dan para pembaca umumnya. Aamiin.
Semarang, 2 Januari 2012
Penulis,
Hesti Yozevta Ardi
NIM. 082111073
xv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
HALAMAN NOTA PEMBIMBING ................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... iii
HALAMAN DEKLARASI ............................................................................... iv
HALAMAN ABSTRAK ................................................................................... v
HALAMAN MOTTO ....................................................................................... vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ....................................................................... vii
HALAMAN KATA PENGANTAR ................................................................. viii
HALAMAN DAFTAR ISI ............................................................................... xi
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ....................................................... 1
B. Rumusan Permasalahan ....................................................... 13
C. Tujuan Penelitian ................................................................. 14
D. Telaah Pustaka ..................................................................... 15
E. Metode Penelitian ................................................................. 18
F. Sistematika Penulisan .......................................................... 21
BAB II : PENENTUAN AWAL BULAN KAMARIYAH
A. Pengertian Awal Bulan Kamariyah ..................................... 22
B. Dalil Syar’i tentang Penentuan Awal Bulan Kamariyah ..... 25
C. Metode Penentuan Awal Bulan Kamariyah ........................ 30
D. Pendapat Ulama’ tentang Penentuan Awal Bulan Kamariyah 51
xvi
BAB III : PEMIKIRAN JAMA’AH AN-NADZIR DALAM
MENENTUKAN AWAL BULAN KAMARIYAH
A. Sejarah Jama’ah An-Nadzir ................................................. 57
1. Sejarah Singkat Jama’ah An-Nadzir .............................. 57
2. Tokoh Pendiri dan Penyampai Ajaran Jama’ah An-Nadzir 69
3. Pemikiran Hisab Rukyah Jama’ah An-Nadzir ............... 80
BAB IV : ANALISIS DINAMIKA PANDANGAN JAMA’AH AN-
NADZIR DALAM MENENTUKAN AWAL BULAN
KAMARIYAH
A. Analisis Metode Penentuan Awal Bulan Kamariyah Jama’ah An-
Nadzir .................................................................................. 91
B. Analisis Istinbat Dasar Hukum Jama’ah An-Nadzir dalam
Menentukan Awal Bulan Kamariyah ................................... 112
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................... 117
B. Saran-Saran ........................................................................... 119
C. Penutup .................................................................................. 119
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Ajaran Jama‟ah An-Nadzir masuk ke Kabupaten Gowa melalui Syekh
Muhammad Al Mahdi Abdullah, dan dipercaya sebagai imam kaum An-
Nadzir pada tahun 1998. Jama‟ah ini berbeda dengan jama‟ah lainnya.
Mereka mengenakan jubah dan sorban berwarna hitam yang dipadukan
dengan ikatan kepala berwarna putih, rambut pirang kekuning-kuningan,
dengan panjang rambut sebatas bahu, mengenakan jubah hitam serta memakai
cadar bagi kaum wanitanya.
Menurut keterangan dari pihak birokrasi Kelurahan Romang
Lompoa(daerah tempat tinggal Jama‟ah An-Nadzir pada saat ini) bahwa
awalnya Jama‟ah An-Nadzir berada di daerah Palopo Sulawesi Selatan,
kemudian pada tahun 1998 mereka mendapat penolakan dari pemerintah
Palopo tersebut, hingga pada tahun itu juga mereka hijrah ke daerah
Kelurahan Romang Lompoa, Bontomarannu, Gowa, Sulawesi Selatan. 1
Salah satu pembesar jama‟ah ini yang bertempat tinngal di Mawang
yaitu Ustadz Arif Tani mengatakan bahwa “Kami selalu konsisten dalam
perintah Allah, kami juga selalu menjalankan sunnah Nabi Muhammad SAW
dengan memakai sorban dan menggunakan senjata seperti pedang dan lain-
1 http:// arowelitenggara. wordpress. com. /2008/08/05/144. diakses pada tanggal 3 agustus
2011 jam 10. 40
2
lain. 2 Hal ini selaras dengan apa yang dipaparkan oleh Ustadz Lukman dalam
khutbahnya ketika Salat id pada hari raya Idul Adha di lapangan danau
Mawang pada tahun 2008 yang lalu. 3
Selain berbeda dalam h al penampilan, Jama‟ah An-Nadzir juga
mempunyai pemikiran yang berbeda dalam hal penentuan awal waktu Salat
dan awal bulan Kamariyah serta ibadah-ibadah lainnya. Mereka mempunyai
lima macam Salat wajib dengan tiga waktu pelaksanaan, waktu-waktu tersebut
adalah sebagai berikut:
Pertama adalah waktu pelaksanaan Salat Magrib dilaksanakan ketika
malam sudah mulai yaitu ketika matahari terbenam. Kedua adalah waktu
pelaksanaan Salat Isya dan Salat Subuh. Kedua Salat ini dilaksanakan di
waktu berdekatan dengan waktu Subuh. Ketiga adalah waktu pelaksanaan
Salat Zuhur dan Salat Asar. Kedua Salat ini dilaksanakan tepatnya pada
waktu yang berdekatan dengan waktu Salat Asar yang kita ketahui selama ini.
4
Dalam meenentukan awal bulan Kamariyah Jama‟ah An-Nadzir
mempunyai tiga metode. Yaitu metode hisab, rukyah dan pengamatan
fenomena alam seperti pasang surut air laut, angin, hujan, dan kilat. 5
2 Hasil wawancara dengan ustadz Arif Tani, 27 Juli 2011 jam 14:12 WITA, pemondokan
Danau Romang Lompoa, Bontomarannu, Gowa, Sulawesi Selatan 3 http:// arowelitenggara. wordpress. com. Loc it . diakses pada tanggal 3 agustus 2011
jam. 10:40. Loc it 4 Pedoman Pelaksanaan Sholat Ahlulbayt, oleh abah syeikh Muhammad Al-Mahdi
Abdullah. Majlis latiful akbar Mawang. Makassar, hlm 1 5 Hasil wawancara dengan ustadz Arif Tani, 27 Juli 2011 jam 14:12 WITA, pemondokan
Danau Romang Lompoa, Bontomarannu, Gowa, Sulawesi Selatan, Op cit., wawancara dengan
ustadz Arif Tani)
3
Metode Hisab Jama‟ah An-Nadzir ini mempunyai model perhitungan
yang berbeda dengan hisab Ephimeris maupun hisab Hakiki yang kita kenal
selama ini, mereka mempunyai satu angkah pedoman untuk memperhitungkan
waktu tempuh perjalanan bulan setiap harinya. Angkah pedoman tersebut
adalah angkah 54 yang digunakan untuk menambahkan tenggang waktu terbit
bulan setiap harinya.6 Angkah 54 mereka pahami ilmu yang langsung
diberikan oleh Allah SWT kepada sang panglima yaitu Syeikh Syamsur
Madjid.
Dalam metode Rukyah mereka menggunakan konsep Rukyah bil qolbi.
Bil qolbi dipahami bahwa rukyah tidak harus dengan mata telanjang ataupun
dengan menggunakan alat tekhnologi seperti teropong. Jama‟ah An-Nadzir
lebih memahami bahwa rukyah itu adalah yakin dan memahami. Mereka
senantiasa yakin dengan pemahaman mereka tentang kapan Bulan akan terbit
melewati batas fajar kadzib, hal ini mereka misalkan dengan keyakinan
mereka tentang hari sekarang dan hari-hari selanjutnya.
Rukyah dengan mata hati mereka yakini lebih bisa dipertanggung
jawabkan daripada rukyah dengan alat tekhnologi. Alat mereka anggap
sebagai pembantu dan acuan alternatif dalam menentukan waktu.
Metode ketiga adalah pengamatan fenomena alam seperti pasang surut
air laut, angin, hujan, dan kilat. Gaya pasang surut akan maksimum bila
resultant gaya Gravitasi antara Bulan, Bumi, dan Matahari terletak pada
6 Hasil wawancara dengan ustadz Syafi‟( salah satu pembesar Jama‟ah An-Nadzir di
makasar )ada
tanggal 29 juli 2011
4
suatu satu garis lurus, dan keadaan ini akan berlangsung saat bulan purnama
dan bulan baru. 7
Naiknya permukaan air laut pada tanggal pertengahan suatu bulan
adalah pasang air laut yang tertinggi kedua dalam kurun waktu satu bulan.
Sedangkahn pasangnya air laut yang tertinggi adalah pasang air laut yang
terjadi ketika terjadinya ijtima’8 atau bulan baru. Gaya pasang surut akan
minimum apabila gaya gravitasi antara Bulan dan Matahari membentuk sudut
90° yang mana posisi ini disebut Bulan Kuartir, yang lebih kurang terjadi
pada saat Bulan berumur 7 hari dan 21 hari. Dan hal inilah yang dipedomani
oleh Jama‟ah An-Nadzir dalam menghitung awal bulan Kamariyah.
Hal lain yang menjadi pertimbangan golongan ini dalam menentukan
awal bulan adalah terjadinya pasang surut air laut tidak hanya dipengaruhi
oleh gaya gravitasi Bulan dan Matahari saja, akan tetapi juga dipengaruhi
oleh keadaan geografi, gesekan pada dasar air laut, kedalaman, relief dasar
laut dan viskositas9 air di lokasi tersebut, dan lain-lain. Semua faktor tersebut
dapat mempercepat dan memperlambat datangnya pasang surut air laut.
Selama ini kita sering menemukan perbedaan pada jatuhnya awal bulan
Ramadhan dan hari raya Idul Fitri dan Idul Adha, hal ini karena adanya
perbedaan metode dan konsep dalam menentukan awal bulan Kamariyah.
7 blog.tp.ac.id/wp.../9133/download-pdf-materi.pdf, bulan sebagai satelit bumi, hlm 3,
diakses pada 7 April 2012 8 Ijtima‟ disebut juga Iqtiran yang artinya “ bersama” atau “berkumpul” yaitu posisi
matahari dan bulan memiliki bujur astronomi yang sama. Dalam istilah astronomi disebut
conjunction atau new Moon. lihat Muhyiddin Khazin, Ilmu Falak dalam Teori dan Praktik, ,
Yogyakarta: Buana Pustaka, 2005, cet III. , hlm 138.
5
Ada tiga bulan, di mana sering terjadi perbedaaan dalam penentuan
awal bulannya yang kemudian menimbulkan fanatisme kelompok, yaitu:
1. Ramadhan, yaitu bulan di mana umat Islam melaksanakan kewajiban
beribadah puasa sebulan penuh.
2. Bulan Syawal, yaitu bulan yang terkait dengan pelaksanaan Idul fitri
sebagai tanda mengakhiri bulan puasa dengan berzakat dan menunaikan
shalat „Id.
3. Bulan Dzulhijjah, bulan ini umta Islam menunaikan serangkaian ibadah
haji, puasa arafah, dan penyembelihan hewan Qurban pada saat Idul
Ahda.
Hal ini disebabkan oleh adanya dua faktor yang melatarbelakangi,
yaitu sifat kehati-hatian masyarakat dan metode yang dipakai pada masing-
masing kelompok sering kali berbeda.
Ketiga pernyataan di atas sudah jelas bahwa salah satu penyebab
perbedaan itu adalah adanya sifat kehati-hatian masyarakat dalam menentukan
waktu pelaksanaan suatu ibadah yang mana apabila dilaksanakan pada waktu
(tanggal atau hari) yang salah maka hukumnya akan bergeser menjadi haram.
10
Pada hakikatnya penentuan awal bulan ini sangatlah berpengaruh pada
waktu-waktu ibadah yang lainnya, seperti salat, puasa, dan haji. Di antara
bukti pengaruhnya yaitu dijelaskan dalam sebuah hadits, yaitu:
10
Tono saksono, Mengkompromikan Rukyat dan Hisab, PT. Amytas Publicita: Jakarta,
2007, hlm. 15.
6
Artinya: “Abdullah in Umar r. a. berkata :Rasulullah ketika menyeut
Ramadhan bersabda:jangan puasa sehingga kalian melihat Hilal
(ulan sabit) dan jangan berhari raya sehingga melihat Hilal, maka
jika tertutup oleh awan maka perkirakanlah. (HR. Bukhori
Muslim)11
Dalam pelaksanaan ibadah haji pada bulan Zulhijjah sangat dibutuhkan
ketegasan dalam penetapan awal bulan Kamariyah, hal ini dikarenakan dalam
bulan ini terdapat pelaksanaan wukuf di Arafah yaitu rukun Haji yang
terpenting dalam ibadah haji. Wukuf dilaksanakan mulai tergelincirnya
Matahari pada tanggal 9 Zulhijjah sampai dengan terbitnya fajar pada tanggal
10 Zulhijjah
Selain sifat kehati-hatian diatas, ada satu hal lagi yang menyebabkan
perbedaan sering muncul dalam masyarakat, yaitu perbedaan metode dalam
menentukan awal bulan Kamariyah.
Secara umum ada dua mazhab12
besar yang berbeda metode dalam
menentukan awal bulan Kamariyah, yaitu mazhab hisab yang dipegang oleh
Muhammadiyah dan mazhab rukyah yang dipegang oleh Nahdlatul Ulama
(NU).
11
Muhammad Abdul Aziz al-Halidi, 1996, Irsyadus Syariy, jilid 4 , Beirut: Darl al-
Kotob al-Alamiyah, hlm. 458. lihat juga Muhyiddin Khazin” Ilmu Falak dalam Tepori dan
praktek” 2005. Buana Pustaka : Yogyakarta. Lih hlm 149 12
Istilah ini sudah pernah dipakai oleh ahmad izuddin dalam menyelesaikan karyanya yang
berjudul Fiqih hisab rukyah. Lihat Ahmad Izzuddin, Fiqh Hisab Rukyah Menyatukan NU &
Muhammadiyah dalam Penentuan Awal Ramadhan, Idul Fitri dan Idul Adha, Jakarta: Erlangga,
2007.
7
Pada awalnya, penentuan awal bulan Kamariyah hanya dengan metode
Rukyah. Salah satu buktinya adalah hadits, yaitu:
Artinya: “Bulan itu dua puluh sembilan hari. Janganlah kamu berpuasa
sehingga kamu melihat bulan. janganlah kamu berbuka, sehingga
kamu melihatnya. kalau tejadi mendung kepada kamu, maka
sempurnakanlah bilangan tiga puluh hari” (HR Muslim dari Ibn
Umar)13
Seiring dengan kemajuan zaman yang semakin berkembang maka
masyarakat mengenal metode-metode lain seperti metode hisab14
. Metode
hisab kemudian berkembang juga menjadi beberapa macam. Seperti metode
hisab hakiki takribi15
, hisab tahkiki16
, dan hisab kontemporer17
.
Banyaknya metode tersebut kemudian menciptakan beberapa
kelompok aliran yang mempunyai konsep khusus penentuan awal bulan
Kamariyah masing-masing. Sebut saja Nauhdlatul Ulama‟ dengan konsep
rukyahnya, Muhammadiyah dengan konsep hisabnya, Hizbu Tahrir yang
13
Imam Abi Husain bin al-Hujjaaj al-Qusyairi An-Nasaburi , Shahih Muslim, juz 1,
Beirut : Daar al-Kitab al-„alamiyyab, hlm 300. lihat juga Al-Imamu Syafi‟i RA “Al_umm”.
diterjemahkan oleh TK. H Ismail Yakub SH. MA. Jil III. hlm 59 14
Dalam bahasa Inggris kata hisab disebut Arithmatic yaitu ilmu pengetahuan yang
membahas tentang seluk beluk perhitungan. Dikutif dari skripsi Anifatul Kiftiyah, prodi Ilmu
Falak, Fakultas Syari‟ah, IAIN Walisongo: Semarang. Lihat Badan Hisab Rukyah Depag RI,
Almanak Hisab Rukyat, Jakarta: Proyek Pembinaan Badan Peradilan Agama Islam, 1981, hlm.
14 15
Hisab Taqribi adalah sebuah sistem hisab yang sudah menggunakan kaidah-kaidah
astronomis dan matematik namun masih menggunakan rumus-rumus sederhana dan dengan data-
data yang masih sederhana, sehingga hasilnyapun kurang teliti. Hasil hisab Taqribi akan sangat
mudah dikenali saat penentuan ijtimak dan tinggi hilal menjelang 1 Ramadan, Syawal dan
Zulhijjah. data yang digunakan seperti data ulughbeck. 16
Hisab Tahqiqi adalah sistem Hisab yang didasarkan pada perhitungan posisi benda-benda
langit dengan berdasarkan gerak-gerak benda langit tersebut dan memperhatikan hal-hal yang
berkenaan dengan nya. 17
Hisab Kontemporer adalah sistem hisab atau perhitungan dengan menggunakan data-data
astronomis seperti data-data ephimeris dan data-data astronomis lainnya.
8
mempunyai konsep rukyah Global, Jama‟ah An-Nadzir dengan metode hisab
dan rukyahnya. 18
Perbedaan ini dapat kita lihat pada perbedaan konsep dalam penentuan
awal bulan Kamariyah yang digunakan oleh mazhab Hisab dan Mazhab
rukyah. Mazhab hisab mempunyai metode hisab yang mana suatu bulan
dinyatakan baru apabila hilal19
sudah diatas ufuk yaitu diperkirakan
berdasarkan hasil perhitungan yang dipakai, dan apabila hilal diperkirakan
masih dibawah ufuk maka hari besok adalah tanggal terakhir pada bulan yang
sedang berjalan20
.
Metode yang serupa ini sering dipakai oleh pemerintah dengan konsep
hilal 2° diatas ufuk21
. Dalam artian apabila Hilal dibawah 2° maka bulan
belum dinyatakan berakhir dan sebaliknya.
Pada metode rukyah, bulan dapat dinyatakan baru apabila Hilal atau
Newmoon dapat terlihat baik dengan mata kepala sendiri maupun dengan
keyakinan dan dengan alat tekhnologi22
.
Ada beberapa konsep yang terdapat dalam metode ini, yaitu:
18
Hasil wawancara dengan ustazd rangkah sebagai panglima Jama‟ah Annazir di Makasar
di pemondokan danau Romang Lompoa tanggal 27 Juli 2011 19
Hilal adalah bulan sabit dalam astronominya dikenal sebagai dengan sebutan nama “
Cresent” yaitu bagian bulan yang tampak terang dari bumi sebagai akibat cahaya matahari yang
dipantulkan olehnya pada hari terjadinya ijtima‟ sesaat setelah matahari terbenam. Lihat
Muhyiddin Khazin „ kamus ilmu falak “ 2005. Buana Pustaka: Yogyakarta. hlm 30 20
Ufuk disebut juga horizon atau Cakrawala yang biasa diterjemahkan dengan
kakilangit. Dalam ilmu falak dikenal ada 3 ufuk yaitu (a) ufuk hakiki atau ufuk asli atau true
horizon (b) ufuk Hissi atau Horison Semu, atau horizon Astronomi dan (c) ufuk Mar‟ih atau ufuk
Kodrat atau Visible Horizon. . Lihat Muhyiddin Khazin, loc, cit lih hlm 85-87 21
Bidang datar yang ditarik dari titik pusat bumi tegak lurus dengan garis vertikal 22
Susiknan Azhari , Ensiklopedi Hisab Rukyah , 2008. Cet II. Pustaka Pelajar:
Yogyakarta, hlm 83
9
Pertama berdasarkan konsep dari pemaknaannya. Dalam hal ini
konsep rukyah dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu rukyah bil qolbi,
rukyah bil fi’li, dan rukyah bil ’Ilmi (ilmu pengetahuan & tekhnologi) atau
kognitif.
Kedua konsep Rukyah jika ditinjau dari matlak . Dalam hal ini konsep
rukyah dapat dibedakan menjdi 2 macam yaitu konsep rukyah Lokal dan
konsep rukyah global yang dipegang oleh MABIMS
Hakikatnya antara dua metode hisab dan rukyah bisa disatukan yaitu
dengan cara memahami bahwa metode hisab dipakai sebagai konsep
perhitungan ilmiah yang digunakan untuk memprediksi kapan hilal bisa dilihat
dan kemudian untuk membuktikan perhitungan tersebut perlu yang namanya
observasi dan konsep rukyah kemudian bisa digunakan sebagai metode
observasinya. Dalam artian bahwa antara konsep hisab dan konsep rukyah
adalah saling membutuhkan. Akan tetapi ironisnya masyarakat sering
menganggap metode merekalah yang shahih23
dan yang lain itu adalah salah.
Konsep penyatuan metode hisab dan metode rukyah juga bisa
membantu untuk melihat hilal, karena mengingat pada saat ini untuk melihat
hilal itu bukanlah hal yang mudah dan gampang hal ini karena beberapa
faktor diantaranya (1) Cuaca yang buruk yang menyebabkan adanya awan
yang menutupi hila (2) Banyaknya polusi udara oleh asap-asap pabrik
23
Tono Saksono” mengkompromikan Rukyah dan Hisab” 2007. Amytas public: Jakarta,
hlm 3
10
sehingga hilal sulit untuk dilihat. (3) Efek cahaya atau Refraksi 24
. Oleh
karena itu metode Hisab sangatlah penting untuk membantu proses rukyah
hilal tersebut.
Kesaksian hilal tidak mutlak kebenarannya. Hal ini disebabkan karena
sebagai makhluk yang tidak sempurna manusia mempunyai penglihatan yang
kebenarannya tidak 100 %, hal yang mungkin terlihat seperti hilal itu bukanlah
hilal akan tetapi benda langit lainnya seperti planet Mars dan lain sebagainya.
Oleh karena itu suatu kesaksian seseorang bahwa dia sudah melihat hilal itu
harus didukung oleh ilmu pengetahuan yang sudah dia miliki atau pengalaman
tentang melihat hilal. dan sekarang disamping dengan sumpah hal yang tidak
kalah pentingnya adalah ilmu pengetahuan yang berdasarkan logis dan empiris
dengan tujuan untuk menyakinkan masyarakat. Hal yang sebaliknya bahwa
hasil hisab itu bisa dipercaya apabila ada proses pembuktian lapangan secara
langsung. Dalam hal ini metode rukyah dapat kita gunakan untuk
melaksanakan observasi lapangan.
Penyatuan konsep rukyah dan konsep hisab ini juga dipahami oleh
Jama‟ah An-Nadzir dengan baik. Mereka mengatakan bahwa konsep rukyah
tanpa hisab merupakan konsep yang tidak sempurnah, dan sebaliknya konsep
hisab tanpa metode rukyah juga akan menjadi konsep yang tidak sempurnah.
Akan tetapi metode hisab dan metode rukyah Jama‟ah An-Nadzir seringnya
tidak sesuai dengan konsep hisab dan konsep rukyah yang dipahami oleh
masyarakat selama ini.
24
Refraksi juga sering dikenal dengan istilah Daqaiqul Ikhtilaf atau pembiasan sianar
antara tinggi suatu benda langit yang terlihat dengan tinggi benda langit yang sebenarnya. Lihat
Muhyiddin Khazin “kamus ilmu Falak” Op cit, hlm 19 & 68.
11
Menurut salah satu pembesar Jama‟ah An-Nadzir (Ustadz Syafi‟)
bahwa perbedaan yang mencolok dalam menentukan awal bulan Kamariyah
pada Jama‟ah An-Nadzir sering kali membuat masyarakat menganggap aliran
ini sebagai aliran yang sesat. Walaupun demikian mereka tetap konsisten
dalam menjalankan pemahaman mereka dengan keyakinan yang teguh. 25
Jama‟ah An-Nadzir untuk wilayah Sulawesi Selatan tersebar di
Makassar, Kabupaten Maros, Kota Palopo, dan Kabupaten Gowa. Selain itu
juga terdapat di Medan (Sumut), Jakarta, Yogyakarta, Bogor, Bengkalis, dan
sebagian kecil di luar negeri. Khususnya Gowa, jama‟ahnya ada sekitar 150
kepala keluarga (KK) dengan rata-rata setiap rumah dihuni lima orang.
Sehingga keseluruhan Jama‟ah An-Nadzir di daerah ini sekitar 1000 orang. 26
Secara umum bahwa masing-masing daerah mempunyai pedoman dan
metode yang sama. Antara Makasar dan yang lainnya mempunyai metode
yang sama, akan tetapi menurut Abah Juanda seorang ustadz besar Jama‟ah
An-Nadzir yang bermukim di Bogor saat diwawancarai pada tanggal 3
Agustus 2011 belakangan ini bahwa secara menyeluruh antara masing-masing
daerah terkadang masih sering terdapat sedikit perbedaan. Secara simpel bisa
dikatakan bahwa Makasar bukanlah sebagai pedoman utama dalam
mengambil suatu keputusan, akan tetapi hanya sebagai sesama komunitas
yang memegang pedoman dan metode yang sama. dan kalaupun akan terjadi
25
Hasil wawancara dengan ustadz Syafi‟ op cit 26
http://wilayyahAll. Blogspot. com/2011/07 diakses pada hari rabu tanggal 03 agustus
201. lihat juga okezone. com. indonesia dan intertainment. omline. diakses pada hari rabu tanggal
03 agustus 2011
12
perbedaan maka mereka akan mengedepankan pendapat mereka masing-
masing. 27
Perkataan yang serupa dikatakan oleh Ustadz Arif seorang pemuka
Jama‟ah An-Nadzir di Makasar “kita mempunyai konsep dan metode yang
sama, akan tetapi apabila ada yang tidak mau dikasih petunjuk ya biarkan
mereka mempercayai pedoman mereka masing-masing. ” ketika diwawancarai
secara langsung bulan Juli 2011.
Keterangan yang berbeda dikatakan oleh Ustadz Rangkah sebagai
panglima Jama‟ah An-Nadzir di Makasar bahwa semua Jama‟ah An-Nadzir di
daerah-daerah lain menginduk kepada keputusan seorang panglima Jama‟ah
An-Nadzir di Romang Lompoa, Gowa Sulawesi Selatan.
Dalam menentukan awal bulan Kamariyah merupakan hal yang sangat
diperhatikan oleh Jama‟ah An-Nadzir, mereka menggunakan metode yang
tersendiri. Fakta menunjukan Jama‟ah An-Nadzir menemui puasa ramadan
dan hari raya yang selalu berbeda dengan pemerintah, NU, ataupun yang
lainnya.
Berangkat dari latar belakang diatas, penulis tertarik untuk mengupas
lebih lanjut secara tuntas tentang metode Jama‟ah An-Nadzir dalam
menentukan awal bulan Kamariyah. Studi tersebut penulis angkah dalam
skripsi yang berjudud: “Metode penentuan awal bulan Kamariyah menurut
Jama‟ah An-Nadzir”.
27
Keterangan ini penulis dapat dari penjelasan ustadz Anang, salah satu pemuka Jama‟ah
Annazir di Bogor dari via telpon. pada hari Rabu tangal 03 agustus 2011 di pondok pesantren
putri selatan Daarunnjah Semarang
13
B. RUMUSAN MASALAH
Dari permasalahan diatas, penulis merumuskannya dalam pertanyaan,
sebagai berikut:
1. Bagaimana penentuan awal bulan Kamariyah menurut Jama‟ah An-Nadzir
?
2. Bagaimana istinbat dasar hukum Jama‟ah An-Nadzir dalam menentukan
awal bulan Kamariyah?
C. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
1. Tujuan penelitian
a. Untuk mengetahui metode penentuan awal bulan Kamariyah menurut
Jama‟ah An-Nadzir
b. Untuk mengetahui bagaimana istinbat dasara hukum Jama‟ah An-
Nadzir dalam penentuan awal bulan Kamariyah
2. Manfaat Peneliatian
Dari berbagai permasalahan yang tertera diatas, dapat diambil
beberapa manfaat penelitian ini, yaitu sebagai berikut:
a. Aspek Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsi dan
wacana pembelajaran khususnya dalam hal penentuan awal bulan
Kamariyah. Dalam artian cara untuk menerapkan metode kepada suatu
14
masyarakat sangat penting untuk diketahui. Selain itu penelitian ini
diharapkan juga sebagai salah satu referensi peneliti selanjutnya.
b. Aspek Praktis
Secara praktis penulis melakukan penelitian yang secara
keseluruhan berhubungan dengan pemahaman yang ada di Jama‟ah
An-Nadzir, khususnya dalam dinamika dan hubungan sesama Jama‟ah
An-Nadzir antar daerah yang berbeda. Selanjutnya hasilnya
diharapkan dapat bermanfaat para peneliti yang khususnya ingin
mendalami fenomena ilmu falak dalam kajian sosiologis maupun
antropologis.
D. TELAAH PUSTAKA
Pada langkah selanjutnya penulis akan melakukan tela‟ah pustaka
(previous finding) terhadap beberapa hasil penelitian sebelumnya yang
berkenaan dengan karya tulis ini. Supaya mendapatkan gambaran-gambaran
hubungan pembahasan antara peneliti sekarang dengan peneliti-peneliti
sebelumnya. Dengan tujuan akhir adalah supaya masalah tersebut dapat
dipecahkan dengan teliti dan tuntas.
Secara persis penulis belum menemukan karya tulis yang serupa
dengan karya tulis ini. Akan tetapi pada pengalaman sebelumnya, sebelum
penulisan penelitian ini, penulis sempat menemukan beberapa karya tulis yang
pembahasannya berhubungan dengan hisab, rukyah, Jama‟ah An-Nadzir dan
penetuan awal bulan Kamariyah. Diantara karya tulis (penelitian) tersebut
adalah:
15
Penelitian Hasni mahasiswa S2 Konsentrasi Ilmu Falak (KIF) IAIN
Walisongo Semarang periode 2009 yang berjudul “Pandangan Jama’ah An-
Nadzir Dalam Menentukan Awal Bulan Qamariyah“ (tidak usah dicetak
tebal)
Secara spesifik bahwa dalam penelitian yang pertama yaitu penelitian
saudara Hasni mempunyai dua rumusan masalah yang diambil yaitu (1).
Bagaimana sistem penentuan 1 Ramadhan, 1 Syawal, dan 10 Zulhijjah
Jama‟ah An-Nadzir. (2). Bagaimana sistem penentuan 1 Ramadhan, 1
Syawal, dan 10 Zulhijjah Jama‟ah An-Nadzir ditinjau dari aspek Astronomi.
Secara detail dalam penelitian ini diterangkah bagaimana metoda
penentuan yang dipakai oleh Jama‟ah An-Nadzir dalam penentuan 1
Ramadhan, 1 Syawal, dan 10 zulhijjah dan selanjutnya dibahas tentang aspek
astronominya.
Hemat penulis bahwa penelitian di atas hanya bergelut pada sistem
penentuannya yang selanjutnya bagaimana apabila dibandingkan dengan
keilmuan Astronomi, dan tidak melihat bagaimana sisi sosiologisnya tentang
bagaimana metode penentuan awal bulan Kamariyah menurut Jama‟ah An-
Nadzir secara menyeluruh serta bagaimana sebenarnya mereka memandang
dasar hukum yang dimiliki oleh ekternal mereka. Maka sangat berbeda dengan
penelitian penulis kelak. Pada penelitian kali ini penulis lebih cenderung pada
bagaimana sisi umum tentang metode penentuan awal bulan Kamariyah
Jama‟ah An-Nadzir dan mengambil analisis dasar titik awal pemikiran mereka
dengan selanjutnya melihat dari sisi dasar hukum yang selama ini penulis
16
anggap memang mewadahi metode hisab dan rukyah yang sesungguhnya.
Sebelumnya penelitian tentang Jama‟ah An-Nadzir pernah dilakukan oleh
salah satu mahasiswi Pasca Sarjana (S2) IAIN Walisongo.28
Karya Susiknan Azhari dalam penelitiannya tentang penentuan Awal
bulan Kamariyah di Saudi Arabiyah, Mesir, Malaysia, dan Singapura. yang
mana menjelaskan tentang” Pembaharuan Pemikiran Hisab di Indonesia”
dengan topik pembahasan sejarah Hisab Rukyah di Indonesia dengan
mengangkat “Sa‟aduddin Djambek” sebagai tokoh.
Dalam tulisannya yang lain juga Susiknan Azhari juga pernah menulis
tentang Hilal dalam tulisannya “ Ilmu Falak Perjumpaan Khazanah Islam &
Sains Modern”, yang mana dalam karya ini Susiknan Azhari mencoba
menemukan keilmuan Islam dengan keilmuan modern pada zaman sekarang.
29
Buku karangan Tono Saksono, ”Mengkompromikan Rukyah Dan
Hisab”. Dalam buku yang diterbitkan pada tahun 2007 ini menjelaskan
tentang hisab & rukyah , metode penentuan awal bulan Kamariyah. 30
Banyaknya karya-karya yang membahas tentang penentuan awal bulan
Kamariyah menjadikan penulis tertarik pada sebuah permasalahan yang telah
penulis ungkapkan dilatar belakang sebelumnya yaitu metode dalam ranah
28
Hasni, Pandangan Jama‟ah Annazir dalam Menentukan Awal Bulan Qamariyah . 2011,
Tesis. Pasca Sarjana, Semarang: Prodi Falak IAIN Walisongo 29
Susiknan Azhari , ilmu Falak Perjumpaan Khazanah Islam & Sains Modern, 2007. Cet ii
. Suara Muhammadiyah : Yogyakarta 30
Tono Saksono, Mengkompromikan Rukyah dan Hisab, Amythas publica: Jakarta, Op
cit, 2007.
17
tinjauan sosial terhadap penentuan awal bulan Kamariyah, khususnya tentang
masalah internalnya.
E. METODOLOGI PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif31
. Penelitian ini
termasuk pada penelitian lapangan. Dalam penelitian ini terjadi secara
alamiah, sederhana, apa adanya, dan dalam situasi yang normal dan
biasa-biasa saja yang mana kecil sekali kemungkinan adanya manipulasi
data. Pengambilan data-data akan dilakukan melalui penelitian yang
wajar, observasi lapangan (culture, activity and human).
Dalam penelitian ini penulis berorientasi pada metode penentuawa
awal bulan Kamariyah menurut Jama‟ah An-Nadzir dan bagaimana titik
awal pemikiran mereka jika kita lihat dari istinbat dasar hukum yang ada .
Sebagaimana telah dijelaskan penulis pada tahap sebelumnya bahwa
penelitian ini adalah bersifat partisifatif, oleh karena itu pendekatan yang
penulis gunakan adalah pendekatan antropologi yaitu yang secara
langsung memahami metode mereka dari sisi kebudayaan dan kebiasaan
mereka sehari-hari. Pendekatan ini dilakukan sebagai salah satu upaya
31
Analisi Kualitatif pada dasarnya lebih menekankan pada proses deduktif dan induktif
serta pada analisis terhadap dinamika antar fenomena yang diamati , dengan menggunakan logika
ilmiah , lihat dalam Saifuddin Azwar , metode penelitian, Pustaka pelajar: Yogyakarta. Cet-I,
ed I, 1998, hlm 5
18
memahami agama dengan cara melihat wujud praktik keagamaan yang
tumbuh dalam masyarakat. 32
2. Metode Pengumpulan Data
a. Subyek Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti menjadikan tokoh-tokoh pembesar
Jama‟ah An-Nadzir dan ahli-ahli falak, serta sebagian masyarakat di
kalangan keilmuan falak sebagai subyek penelitian.
b. Jenis dan Sumber Data
Berdasarkan pada sumber penelitian, data penelitian itu dapat
digolongkan menjadi dua yaitu sumber data primer dan sekunder.
Data primer dalam penelitian ini adalah hasil wawancara pada subyek
penelitian sedangkan sumber data sekunder yang akan digunakan
adalah data-data yang bersumber dari literatur berupa buku, majalah,
atau dokumen lain sebagai pelengkap data primer.
c. Metode Pengumpulan Data
Untuk mencari dan menemukan data-data yang diperlukan,
maka penulis menggunakan beberapa metode dengan tujuan sumber
datanya lebih bisa dipertanggung jawabkan, di antara metode yang
dipakai peneliti adalah:
1) Metode Wawancara (Interview)
32
Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2006,
hlm. 35
19
Metode wawancara adalah salah-satu metode atau cara
untuk mengumpulkan data. Dalam hal ini peneliti mencari dan
mendapatkan keterangan atau informasi secara lisan (langsung)
dari seseorang (responden) tentang suatu permasalahan yang
diangkaht oleh peneliti.
2) Dokumentasi
Pada tahap ini penulis akan mempelajari dokumen-
dokumen yang berkenaan dengan Jama‟ah An-Nadzir, sebagai
tambahan data-data sekunder. dengan tujuan data yang
dipaparkan semakin bagus dan lengkap
Dokumentasi berasal dari asal katanya “dokumen” yang
artinya barang-barang tertulis di dalam melaksanakan metode
dokumentasi penulis bermaksud untuk memperoleh data langsung
di tempat penelitian seperti buku buku yang relevan, peraturan-
peraturan, laporan kegiatan, foto foto, film dokumenter, data
yang relevan dengan penelitian.33
d. Analisis Data
Pada metode penelitian kualitatif, data yang sudah banyak
dikumpulkan secara terus-menerus mengakibatkan variasi data
kemungkinan bisa semakin bermacam-macam34
, oleh karena itu data
33
Kelompok An-Nadzir seringkali mendapat klaim yang buruk dari masyarakat luar,
banyak yang mengatakan bahwa mereka adalah kelompok yang menyimpang dan berbeda dengan
yang lain. Mereka mempunyai pola kehidupan sendiri, mempunyai tempat tinggal yang berbeda
dengan tempat tinggal masyarakat lain. 34
Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2006,
Ibid, hal. 35
20
yang akan didapat cukup banyak dan berjenis kata-kata yang
memerlukan proses penyesuaian dengan kerangka kerja atau fokus
masalah tertentu, maka penulis harus mengambil tehnik analisis data
deskriptif35
, yaitu yang menggambarkan sebuah pemahaman atau
pemikiran Jama‟ah An-Nadzir yang terspesifikasi dalam metode
penentuan awal bulan Kamariyah.
Untuk menjelaskan dan menganalisis data yang ada penulis
kemudian menggunakan metode komparasi, yaitu mengkomparasikan
metode An-Nadzir dengan metode pemerintah di Indonesia
(ephimeris).
F. SISTEMATIKA PENELITIAN
Dalam skripsi ini penulis membagi menjadi beberapa bagian, yaitu:
BAB I : Pendahuluan
Bab ini akan membahas mengenai pendahuluan yang
meliputi judul, latar belakang permasalahan, rumusan masalah,
tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian, serta sistematik
penelitian.
BAB II : Penentuan awal bulan Kamariyah
Pada bab ini akan dibahas mengenai pengertian awal bulan
Kamariyah, dasar hukum penentuan awal bulan Kamariyah,
35
Suatu analisis yang data dengan cara menggambarkan suatu peristiwa atau suatu hal yang
berkenaan dengan data yang diinginkan. lihat Saifuddin Azwar , metode penelitian, Pustaka
pelajar: Yogyakarta. Cet-V 2004. op cit, hlm 5
21
metode penentuan awal bulan Kamariyah, dan pendapat para
ulama‟ tentang awal bulan Kamariyah
BAB III : Pemikiran Jama‟ah An-Nadzir dalam menentukan awal bulan
Kamariyah
Bab ini akan menjelaskan data mentah dari hasil wawancara
dan study lapangan. Yaitu yang meliputi sejarah Jama‟ah An-
Nadzir dan pemikiran Jama‟ah An-Nadzir dalam menentukan
awal bulan Kamariyah serta dinamika penentuan awal bulan
Kamariyah dalam pandangan Jama‟ah An-Nadzir
Bab IV : Analisis Dinamika Pandangan Jama‟ah An-Nadzir dalam
menentukan awal bulan Kamariyah
Pada bab ini akan dipaparkan tentang analisis data-data dari
hasil wawancara dan studi lapangan. Adapun yang akan dibahas
adalah metode penentuan awal bulan Kamariyah menurut
Jama‟ah An-Nadzir dan titik awal pemikiran mereka jika dilihat
dari istinbat dasar hukum yang ada.
Bab V : Penutup
Meliputi kesimpulan, saran, dan penutup.
22
BAB II
PENENTUAN AWAL BULAN KAMARIYAH
A. Pengertian Awal bulan Kamariyah
Untuk mengetahui apa itu bulan baru atau awal bulan Kamariyah, ada
satu sistem penanggalan yang harus kita ketahui. Yaitu penanggalan Hijriyah.
Penanggalan atau yang biasanya disebut juga dengan kalender adalah sebuah
sistem pengorganisasian dari satuan waktu, untuk tujuan penandaan serta
perhitungan waktu dalam jangka panjang. Penanggalan berkaitan erat dengan
peradaban manusia, karena penanggalan mempunyai peran penting dalam
penentuan waktu berburu, bertani, bermigrasi, peribadatan, serta perayaan-
perayaan. Peran penting penanggalan ini lebih dirasakan oleh umat-umat
dahulu. Walaupun demikian, penanggalan tidak kurang penting peranannya
bagi umat sekarang.
Perhitungan penanggalan Islam atau penanggalan Hijriyah adalah
berdasar atas penampakan hilal (Bulan baru atau Bulan sabit pertama setelah
terjadinya ijtima’) sesaat sesudah Matahari terbenam. Alasan utama dipilihnya
bulan Kamariyah, walaupun tidak dijelaskan di dalam hadits maupun al
Qur'an, nampaknya karena adanya kemudahan dalam menentukan awal
bulan Kamariyah, serta kemudahan dalam mengenali tanggal dari perubahan
bentuk (fase) Bulan1. Hal ini berbeda dari penanggalan Syamsiyah yang
1 Sayful Mujab, Studi Analisis Pemikiran KH. Moh. Zubair Abdul Karim Dalam Kitab
Ittifaq Dzatil Bain, Skripsi Fakultas Syari‟ah IAIN Walisongo Semarang, 2007, hlm. 2.
23
menekankan pada konsistensi terhadap perubahan musim, tanpa
memperhatikan tanda perubahan hariannya.
Dalam penanggalan Hijriyah atau Kamariyah hari dimulai sesaat
setelah Matahari terbenam. 2 Sistem penanggalan Hijriyah digolongkan
sebagai sistem Lunar Calander atau sering disebut dengan Kalender
Lunisolar3 yang didasarkan pada siklus penampakan Bulan yang mana awal
bulan ditandai dengan penampakan Bulan sabit di ufuk barat ketika Matahari
tenggelam. 4
Hilal mempunyai posisi penting dalam sistem penanggalan Hijriyah.
Sistem penanggalan Hijriyah didasarkan pada siklus penampakan Bulan yang
lamanya sekitar 29. 53 hari.
Rasululah SAW menentukan awal bulan Kamariyah dengan melihat
hilal. Dan hendaknya hal itulah yang kita gunakan, akan tetapi melihat hilal
tersebut bisa diperhitungkan dengan keberadaan hasil perhitungan juga. Maka
dalam hal bisa dikatakan bahwa awal Bulan bisa dikatakan baru apabila hilal
sudah terlihat atau Bulan diperhitungkan akan bisa terlihat.
Awal bulan Kamariyah adalah ketika terjadinya ijtima‟ antara Bulan,
Bumi, dan Matahari. Setelah terjadinya ijtima‟, maka satu langkah Bulan
bergerak keluar dari Bumi disebut awal bulan Kamariyah.
2 Muhyiddin khazin, Ilmu Falak dalam Teori dan Praktik, Cet III, Yogyakarta: Pustaka
Buanas, 2005, hlm 145. 3 Kalender Lunisolar adalah sistem kalender yang menggunakan peiode bulan megelilingi
bumi untuk satuan bulan, namun untuk penyesuaian dengan musim dilakukan penambahan satu
bulan atau beberapa hari setiap tahunnya. Lihat Ssiknan Azhari, Ensiklopedi Hisab Rukyah, cet
II. 2008, Pustaka Pelajar: Yogayakarta, hlm 119 4 Hendro Setyanto, Membaca Langit , Jakarta: Al-Ghuraba, 2008, hlm 69
25
B. Dalil Syar’i Tentang Penentuan Awal Bulan Kamariyah
Adapun dasar hukum tentang awal bulan Kamariyah, diantaranya
adalah sebagai berikut:
1. Dalil syar‟i dari al-Qur‟an
a. Surat al-Taubah ayat 36
Artinya : Sesungguhnya bilangan Bulan pada sisi Allah adalah dua
belas Bulan, dalam ketetapan Allah di waktu dia
menciptakan langit dan Bumi, (Q. S. al-Taubah: 36)5
b. Surat al-Rahman ayat 5 :
Artinya : “Matahari dan Bulan itu (beredar) menurut perhitungan”
(QS. Al-Rahman : 5)6
c. Surat Yunus ayat 5 :
Artinya : “Dia-lah yang menjadikan Matahari bersinar dan Bulan
bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah
(tempat-tempat) bagi perjalanan Bulan itu, supaya kamu
mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu).
Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan
dengan hak. 7 dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-
5 Depag RI, Al-Quran dan Terjemahan, Mujamma Khadim al-Haramain al-Syafi‟i, tt:
Semarang , hlm. 155. 6 Ibid, hlm. 773.
7 Yang dimaksud dengan: Allah menjadikan semua yang disebutkan itu bukanlah dengan
percuma, melainkan dengan penuh hikmah.
26
Nya) kepada orang-orang yang Mengetahui”. (QS.
Yunus:5) 8
d. Surat al-Baqarah ayat 189 :
Artinya : “Mereka bertanya kepadamu tentang Bulan sabit.
Katakanlah: "Bulan sabit itu adalah tanda-tanda waktu
bagi manusia dan (bagi ibadat) haji; dan bukanlah
kebajikan memasuki rumah-rumah dari belakangnya9,
akan tetapi kebajikan itu ialah kebajikan orang yang
bertakwa. dan masuklah ke rumah-rumah itu dari pintu-
pintunya dan bertakwalah kepada Allah agar kamu
beruntung”. (QS. al-Baqoroh:189)10
e. Surat al-Anbiyaa‟ ayat 33 :
Artinya : “Dan dialah yang Telah menciptakan malam dan siang,
Matahari dan Bulan. masing-masing dari keduanya itu
beredar di dalam garis edarnya”.(QS. al-Anbiyaa’ : 33) 11
f. Surat al-Isra‟ ayat 12
Artinya: Dan Kami jadikan malam dan siang sebagai dua tanda,
lalu Kami hapuskan tanda malam dan Kami jadikan tanda
siang itu terang, agar kamu mencari kurnia dari
8 Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur‟an, op. cit. hlm. 280.
9 Pada masa jahiliyah, orang-orang yang berihram di waktu haji, mereka memasuki rumah
dari belakang bukan dari depan. hal Ini ditanyakan pula oleh para sahabat kepada Rasulullah s. a.
w. , Maka diturunkanlah ayat ini. 10
Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur‟an, op. cit, hlm 36. 11
Ibid, h. 452.
27
Tuhanmu, dan supaya kamu mengetahui bilangan tahun-
tahun dan perhitungan. dan segala sesuatu telah Kami
terangkan dengan jelas. (Q. S. al-Isra: 12)12
g. Surat al-An‟am ayat 96 :
Artinya : “Dia menyingsingkan pagi dan menjadikan malam untuk
beristirahat, dan (menjadikan) Matahari dan Bulan untuk
perhitungan. Itulah ketentuan Allah yang Maha Perkasa
lagi Maha Mengetahui”.
(QS. al-An’am : 96)13
2. Dalil syar‟i dari al-Hadits
a. Hadits Riwayat Muslim dari Yahya bin Yahya
Artinya :”Mengabarkan kepada kami Abu Abdillah al-Hafidz, dan
Abu Zakaria bin Abi Ishaq al-Muzakki, mereka berkata :
bercerita kepada kami Abu Abdillah Muhammad bin
Ya’kub, bercerita kepada kami, Ja’far bin Muhammad,
bercerita kepada kami Yahya, Ismail bin Ja’far
memberitakan, dari Abdullah bin Dinar sesungguhnya
Ibnu Umar berkata : bersabda Rasulullah SAW : Bulan itu
29 malam, janganlah kalian berpuasa hingga melihat
12
Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur‟an, Op cit, hlm 338 13
Ibid, hlm 188. 14
Muhammad Abdul Qadir „Athab, Sunan al-Kubra (Lil Imam Abi Bakar Ahmad bin al-
Husain bin Ali al-Baihaqi), Libanon: Daar al-Kutub al-Ilmiah, juz 4, hlm 345.
28
hilal, dan janganlah kalian berbuka hingga melihat hilal,
kecuali jika awan menutupi (mendung), maka
sempurnakanlah 30 hari. (HR. Muslim, hadits Shahih
dari Yahya bin Yahya)
b. Hadits Riwayat Bukhari dari Abu Bakhoroh
Artinya : ”Bercerita kepada kami Musaddad, bercerita kepada kami
Mu’tamir, ia berkata :”aku mendengar Ishaq ibnu Suwaid,
dari Abdurrahman bin Abi Bakroh dari ayahnya dari Nabi
SAW. dan bercerita pula kepadaku Musaddad, ia berkata
: bercerita kepadaku Mu’tamir dari Khalid al-Khadzdza,
ia berkata : mengabarkan kepadaku Abdurrahman bin Abi
Bakroh dari ayahnya RA dari Nabi SAW bersabda : “Dua
Bulan yang tetap (tidak bisa dikurangi/ditambah), yakni
Bulan Ramadhan dan Dzulhijjah. (HR. Al-Bukhari)
c. Hadits Riwayat Bukhari dari Ibnu Umar
.16
Artinya : ”Bercerita kepadaku Adam, bercerita kepadaku Syu’bah,
bercerita kepadaku Aswad bin Qais, bercerita kepadaku
15
al-Imam Abi Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Mughiroh bin Bardazbah
al-Bukhari al-Ja‟fi, Shahih Al-Bukhari, Libanon : Daar al-Kutub al-Ilmiah , 1992, Juz 1, hlm
589. 16
Ibid.
29
Said bin Amr, dan mendengar ibnu Amr (semoga Allah
meridhai keduanya) dari Nabi SAW bersabda :
“Sesungguhnya kami adalah umat yang ummiy (tidak
membaca dan menulis), kami tidak menulis dan
menghitung, Bulan itu seperti ini dan ini, yakni terkadang
29 hari dan terkadang pula 30 hari. (HR. Al-Bukhari)
d. Hadits Riwayat Bukhari dari Ammar
Artinya :”Berkata Shilah dari Ammar : “Barang siapa berpuasa
pada hari Syak (hari yang diharamkan untuk berpuasa)
sungguh ia telah bermakshiat kepada Abu Qasim (Nabi
SAW). (HR. Al-Bukhari)
30
C. Metode Penentuan Awal bulan Kamariyah
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa secara umum metode
penentuan awal bulan Kamariyah ada dua metode yang masing-masing
dipegang oleh satu mazhab. Yaitu metode Hisab oleh mazhab
Muhammadiyah dan metode Rukyah oleh mazhab NU.
1. Metode Hisab
Kata “hisab” dalam kamus al-Munawwir berarti hitung, علم
yang terdapat dalam mufradat kamus tersebut bermakna Ilmu الحساب
hitung, sedangkan hisabiy ialah ahli hitung17
yang menunjukkan subyek
atau si pekerja. Hisab itu maksudnya “perhitungan”18
. Dalam pengertian
yang luas ilmu pengetahuan yang membahas seluk beluk perhitungan yang
dalam bahasa inggris disebut arithmetic. 19
Dalam pengertiannya yang sempit, Ilmu Hisab adalah sebutan lain
dari ilmu Falak, lebih tepatnya ialah ilmu pengetahuan yang membahas
posisi dan lintasan benda-benda langit, tentang Matahari, Bulan dan
Bumi dari segi perhitungan ruang dan waktu. 20
17
Achmad W arson Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap,
Surabaya : Pustaka Progressif, 1997, cet 14, hlm 262. 18
Muhyiddin Khazin, Kamus Ilmu Falak, Yogyakarta : Buana Pustaka, 2005, hlm 30,
lihat juga Tono Saksono, Mengkompromikan Rukyat & Hisab, Jakarta: Amythas Publicita , 2007,
Op cit, hlm 120. 19
Lajnah Falakiah, Pedoman Rukyat Dan Hisab Nahdlatul Ulama, Lajnah Falakiah
Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, 2006, hlm. 4 – 5 dan h. 47. Lih juga John M. Echols, “
Kamus Inggris Indonesia”, hlm 37 Aritmatik adalah tanggal yang dapat dihitung hanya dengan
cara aritmatika. Secara khusus, tidak perlu untuk membuat pengamatan astronomi atau mengacu
pada pengamatan astronomi, contoh dari perhitungan ini adalah kalender masehi. Lihat
Shofiyullah, Mengenal Kalender Lunisolar di Indonesia, PP. Miftahul Huda: Malang, 2006,
hlm 4. 20
Ibid.
31
Dalam alqur‟an kata hisab banyak digunakan untuk menjelaskan hari
perhitungan (yaum al-hisab). Kata hisab muncul 37 kali yang semuanya
berarti perhitungan dan tidak memiliki ambiguitas arti. 21
Sedangkan
dalam referensi lain kata hisab yang berakar dari kata حسة( ح س ب( ,
sebagai kata benda, kata ini disebut sebanyak 25 kali dalam alqur‟an. 22
Salah satu ayat Alqur‟an yang menunjukkan arti kata hisab bermakna
perhitungan, lebih signifikan lagi pada fokus ilmu falak (ilmu hisab),
yakni tertera pada surat al-Israa ayat 12 sebagaimana yang sudah
dijelaskan di pembahasan sebelumnya.
Kata ’hisab’ secara istilah adalah perhitungan benda-benda langit
untuk mengetahui kedudukan suatu benda yang diinginkan. Dalam
penggunaannya dikhususkan pada hisab waktu atau hisab awal bulan
Kamariah, yang dimaksud adalah untuk menentukan kedudukan Matahari
atau Bulan. Sehingga, kedudukan Matahari dan Bulan tersebut dapat
diketahui pada saat-saat tertentu, seperti pada saat terbenamnya
Matahari.23
Kata hisab dalam alqur‟an yang mempunyai arti ilmu Hisab di
antaranya terdapat dalam surat Yunus ayat 5, yang berbunyi :
21
Tono Saksono, Mengkompromikan Rukyat & Hisab, Jakarta: Amythas Publicita , 2007,
Loc it, hlm 120. 22
Baca selengkapnya Susiknan Azhari, Ilmu Falak (Perjumpaan Khazanah Islam dan
Sains Modern), Yogyakarta : Suara Muhammadiyah, 2007, cet 2, hlm. 98. 23
Maskufa, Ilmu Falak, Jakarta: GP Press, 2009, hlm. 148.
32
Artinya : “Dia-lah yang menjadikan Matahari bersinar dan Bulan
bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-
tempat) bagi perjalanan Bulan itu, supaya kamu mengetahui
bilangan tahun dan perhitungan (waktu)”(Q. S Yunus: 5). 24
Hisab yang menjadi fokus studi ini adalah metode untuk mengetahui
hilal, di mana dalam literatur-literatur klasik ilmu hisab sering disebut
dengan ilmu falak, miqat, rasd dan haiah. Bahkan sering pula disamakan
dengan ilmu Astronomi. 25
Ada beberapa macam konsep hisab, yaitu:
a. Hisab „Urfi
Hitungan hisab „urfi ini berdasarkan hitungan-hitungan
tradisional bahwa Bulan mengelilingi Bumi selama 354 lebih 11/30
hari, yakni dengan cara melakukan perhitungan rata-rata waktu yang
diperlukan oleh Bulan untuk mengorbit Bumi. 26
Konsep hisab ini dipopulerkan oleh Umar Bin Khattab pada
tahun 17 H, sebagai acuan untuk menyusun kalender Islam abadi.
Hisab „urfi ini mengacu pada bilangan hari yang tetap tiap bulannya,
berawal dari Muharrom yang berumur 30 hari, kemudian Shafar 29
hari, dan seterusnya, kecuali pada tahun Kabisat bulan ke 12 berumur
24
Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur‟an, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Surabaya : CV.
Pustaka Agung Harapan, 2006, op cit, hlm. 306. 25
Ibid. 26
Tono Saksono, op.cit, hlm 143. Lihat juga Susiknan Azhari, Ilmu Falak, op. cit. hlm
102.
33
30 hari. 27
sehingga Syakban pada bilangan tetap yakni 29 hari dan
Ramadhan tetap berjumlah 30 hari. 28
Jika diurutkan maka :
1) Muharram = 30 Hari
2) Shafar = 29 Hari
3) Rabi‟ul Awwal = 30 Hari
4) Rabi‟ul Tsani = 29 Hari
5) Jumadil Awwal = 30 Hari
6) Jumadil Tsani = 29 Hari
7) Rajab = 30 Hari
8) Sya‟ban = 29 Hari
9) Ramadan = 30 Hari
10) Syawal = 29 Hari
11) Zulqa‟dah = 30 Hari
12) Zulhijjah = 29 atau 30 Hari
Pada hisab „urfi ini, 1 siklus berdaur 30 tahun, dalam 30 tahun
ini terdapat 11 tahun Kabisat dan 19 tahun Basithah. cara menentukan
tahun Kabisat dilakukan dengan angka tahun dibagi 30, jika sisanya
adalah angka-angka yang terhitung pada tahun ke 2, 5, 7, 10, 13,
15, 18, 21, 24, 26, dan 29, maka tahun tersebut adalah tahun
27
Muhyiddin Khazin, Ilmu Falak (Dalam Teori dan Praktik), Jakarta: Buana Pustaka ,
2004, Op cit, hlm 88 28
Susiknan Azhari, Ilmu Falak, Op. cit. hlm 102-103. Blihat juga Susiknan Azhari,
Pembaharuan Pemikiran Hisab di Indonesia (Studi Atas Pemikiran Saadoeddin Djambek),
Yogyakarta: Pustaka Pelajar , 2002, hlm 23-24.
34
Kabisat. 29
Untuk lebih memudahkan mengingatnya terdapat syair
yang berbunyi:
Huruf yang bertitik berarti terhitung masuk pada tahun Kabisat.30
Patut dicatat hisab „urfi tidak hanya dipakai di Indonesia melainkan
sudah digunakan di seluruh dunia Islam dalam masa yang panjang. 31
Hisab „urfi sangat praktis, perhitungan ini sama sekali tidak
memperhitungkan koreksi berdasarkan keilmuan Astronomis untuk
menggambarkan posisi hilal pada setiap awal bulannya. 32
Hisab „urfi juga disebut sebagai hisab Jawa Islam, karena hisab
ini merupakan perpaduan perhitungan antara hisab Hindu dengan hisab
Hijriah yang dilakukan oleh Sultan Agung Anyokrukusumo pada tahun
1633 M atau 1043 H atau 1555 C (Ceka). 33
Metode Hisab Jawa Islam ini menetapkan satu daur delapan
tahun yang biasa dikenal dengan sebutan windu, setiap 1 windu
ditetapkan 3 tahun Kabisat (wuntu atau panjang yang berumur 355
hari) yaitu tahun ke-2, 4 dan 7, dan sisanya, 5 tahun Basithah (wustu
atau tahun pendek, umurnya 354 hari) yaitu tahun–tahun ke-1, 3, 5,
dan 8. Umur Bulan ditetapkan 30 hari untuk Bulan ganjil dan 29 hari
29
Tono Saksono, op cit. , hlm 143. 30
Ibid. 31
Pada umumnya hisab „urfi digunakan dalam pembuatan kalender Hijriah yang berkaitan
dengan persoalan administrasi, seperti kalender Hijriah yang dikeluarkan oleh Ummul Qura‟
kerajaan Saudi Arabia. Lihat selengkapnya Susiknan Azhari, Ilmu Falak (Perjumpaan Khazanah
Islam dan Sains Modern, op cit. hlm 104. 32
Tono Saksono, loc. cit. 33
Ahmad Izzuddin, s Sullam al-Nayyiroin”, Skripsi Sarjana Hukum Islam, Perpustakaan
IAIN Walisongo: Semarang, 1997, hlm 38.
35
untuk Bulan genap kecuali pada Bulan besar pada tahun Kabisat
berumur 30 hari. pada setiap 120 tahun mengalami pengunduran 1
hari yaitu dengan menghitung Bulan yang besar yang mestinya
berumur 30 hari di hitung 29 hari, nama–nama Bulan dalam hisab
„urfi ini adalah sebagai berikut :
1) Suro
2) Sapar
3) Mulud
4) Bakdo mulud
5) Jumadil awal
6) Jumadil akhir
7) Rajab
8) Ruwah
9) Poso
10) Sawal
11) Zulkangidah
12) Besar
Sedangkan tahun–tahun dalam setiap windu diberi lambang
dengan huruf alif abjadiyah berturut–turut sebagai berikut:
1) Alif (Rabu Wage) jumlahnya 3
2) Ehe (Ahad Pon) jumlahnya 4
3) Jimawal (Jum‟at Pon) jumlahnya 5
4) Ze (Selasa Pahing) jumlahnya 6
36
5) Dal (Sabtu Legi) jumlahnya 7
6) Be (Kamis Legi) jumlahnya 8
7) Wawu (Senin Kliwon) jumlahnya 1
8) Jimakhir (Jum‟at Wage) jumlahnya 2
Hari pasaran dimulai pada Legi (1), Pahing (2), Pon (3), Wage
(4), Kliwon (5).
Contoh perhitungan Hisab Jawa Islam ini adalah sebagai berikut :
Perhitungan tahun 1432 H :
1432 : 8 = 179, (179 x 8 = 1432),
1432 -1432 = 0, sisa 0, maka awal Muharrom 1432 H jatuh pada hari
Be (Kamis Legi).
Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, terbukti bahwa
sistem hisab ini kurang akurat digunakan untuk keperluan penentuan
awal bulan Kamariah, karena perata-rataan peredaran Bulan tidaklah
tepat sesuai dengan penampakkan hilal (newmoon) pada awal Bulan, 34
ketika Bulan telah menempati fase barunya.
Salah satu contoh kitab yang masih menggunakan hisab „urfi
adalah Mukhtasar Awqat fi Ilmi al-Miqat karangan Syekh Muhammad
Salman Jalil Arsyadi al-Banjari.
b. Hisab Hakiki
Hisab hakiki merupakan hisab yang memperhitungkan
perhitungan posisi benda-benda langit serta memperhatikan hal-hal
34
Susiknan Azhari, Ilmu Falak (Perjumpaan Khazanah Islam dan Sains Modern, loc cit.
37
yang terkait dengannya. 35
Namun, tingkat perhitungannya pun
bermacam-macam dari yang masih berupa pendekatan-pendekatan
kasar hingga yang sangat teliti, dari yang masih menggunakan tabel-
tabel dan melakukan hitungan-hitungan interpolasi dan ekstrapolasi
sederhana sampai perhitungan yang kompleks dengan bantuan
komputer berdasarkan perhitungan trigonometri bola (spherical
trigonometry).
Dari prinsip geosentris Astronomi Kuno seperti anggapan filosuf
yunani kuno jaman Aristoteles dan Ptolomeus yang masih
menganggap bahwa Bumi adalah pusat tata surya yang dikelilingi
Matahari, sampai ke pemahaman astronomi mutakhir. 36
Sistem perhitungan hisab hakiki ini tebagi menjadi beberapa
bagian. Yaitu:
1) Hisab Hakiki Bi al-Takrib
Merupakan perhitungan posisi benda-benda langit
berdasarkan gerak rata-rata benda langit itu sendiri, sehingga
hasilnya merupakan perkiraan atau mendekati kebenaran. 37
Dalam
referensi lain menyebutkan bahwa hisab Hakiki bi al-takrib adalah
perhitungan yang sesungguhnya dan seakurat mungkin terhadap
peredaran Bulan dan Bumi dengan menggunakan kaidah-kaidah
ilmu ukur segitiga bola (Spherical Astronomi). Jumlah hari dalam
35
Muhyiddin Khazin, Kamus Ilmu Falak, op. cit, hlm 28, lihat selengkapnya Susiknan
Azhari, Pembaharuan Pemikiran, op. cit, hlm 24-25. 36
Tono Saksono, op. cit. hlm 145. 37
Muhyiddin Khazin, Kamus Ilmu Falak, loc. cit, hlm 24-25
38
tiap bulannya tidak tetap dengan mengacu pada data yang
bersumber dari Ulugh Beik Assamarkandi yang lebih dikenal
dengan sebutan Zaij Ulugh Beik. 38
Ketika melakukan perhitungan
irtifa’ hilal dengan cara (ghurub Matahari - Ijtima‟) : 2 atau waktu
Matahari terbenam–waktu Ijtima‟: 39
Di antara kitab yang termasuk dalam perhitungan ini adalah
hisab kitab Sullam al-Nayyiroin karangan Abu Mansur Hamid al-
Damiri al-Batawi, kitab Fathu Al-Rauf Al-Mannan karangan KH.
Abdul Djalil bin Abdul Hamid al-Kudusi, kitab Sair Al-Kamar
karangan Ust. Ahmad Daerobiy, kitab Syamsu al-Hilal karangan
KH. Noor Ahmad, SS.
2) Hisab Hakiki Bi al-Tahkik
Yakni perhitungan benda-benda langit berdasarkan gerak
benda langit yang sebenarnya, sehingga hasilnya cukup akurat.
Ketika melakukan irtifa’ hilal atau ketinggian hilal memperhatikan
nilai Deklinasi Bulan atau biasa dilambangkan dengan (δ(), Sudut
Waktu Bulan (t(), serta lintang tempat (φX) yang disesuaikan
dengan rumus ilmu ukur segitiga bola atau spherical
trigonometri.40
Salah satu contoh kitab tersebut adalah kitab Nurul Hilal
karangan KH. Noor Ahmad SS, kitab Khulasoh al-Wafiah
karangan KH. Zubaer Umar al-Jaelani, dsb.
38
Susiknan Azhari, Ensiklopedi Hisab Rukyah, op. cit, hlm 9. 39
Muhyiddin Khazin, Kamus Ilmu Falak, loc. cit, hlm 24-25 40
Ibid.
39
3) Hisab Hakiki Kontemporer
Kategori ketiga ini, lebih kontemporer, data-data yang
diperoleh selalu berubah setiap waktunya. Sumber-sumbernya
antara lain dari tabel/buku New Comb, Astronomical al-Manac,
Nautical al-Manac, Islamic Calender, dan lain sebagainya. 41
Contoh perhitungan ini adalah hisab ephemeris yang dipakai
Kemenag RI dalam menentukan awal Bulan kamariah.
Perhitungan astronomis hakiki pada umumnya menetapkan
hilal dianggap wujud (syah) berdasarkan pada kriteria dasar yang
sangat penting. Pada sistem ini, setidaknya terdapat 2 aliran besar
dalam menentukan awal Bulan kamariah, yakni aliran yang
berpegang pada aliran ijtima‟42
semata, dan aliran yang berpegang
pada posisi hilal di atas ufuk. 43
Adapun aliran-aliran ijtimak adalah sebagai berikut:
a). Aliran Ijtima‟ Semata
Aliran ini menetapkan bahwa awal Bulan kamariah
dimulai ketika terjadi ijtima‟ (conjunction). Para pengikut
aliran ini mengemukakan pendapat yang terkenal “ijtima; al-
Nayyiroin ithbatun bayna al-Syahrayni”. Yakni bertemunya
41
Ahmad Izzuddin, “Analisis Kritis Tentang Hisab Awal Bulan Qomariyyah Dalam Kitab
Sullam al-Nayyiroin”, Skripsi Sarjana Hukum Islam, Semarang, Perpustakaan IAIN Walisongo,
1997, hlm 59 42
Yaitu posisi matahari dan bulan berada pada satu bujur astronomi, biasa disebut dengan
conjunction (konjungsi) dalam bahasa arab yakni iqtiraan. Lihat selengkapnya Muhyiddin
Khazin, Kamus Ilmu Falak, op. cit, hlm 32. 43
Susiknan Azhari, Ilmu Falak (Pberjumpaan Khazanah Islam dan Sains Modern), op.
cit. hlm 106.
40
dua benda yang bersinar (Matahari dan Bulan) yang merupakan
pemisah diantara dua Bulan. Kriteria awal bula (Newmoon)
yang ditetapkan oleh aliran ijtima‟ semata ini sama sekali tidak
memperhatikan rukyah artinya tidak mempermasalahkan hilal
dapat terlihat atau tidak. 44
Pada saat menentukan awal bulan Kamariah. Aliran
ini biasanya memadukan saat ijtima‟ tersebut dengan fenomena
alam lain sehingga kriteria tersebut berkembang dan
akomodatif. Fenomena alam yang dihubungkan dengan saat
ijtima‟ itu tidak hanya satu sehingga aliran ijtima‟ semata ini
terbagi lagi menjadi:45
(1) Ijtima‟ Qabla al-Ghurub
Aliran ini memakai konsep ijtima‟ sebelum Matahari
terbenam. Jika ijtimak/konjungsi itu telah terjadi sebelum
Matahari terbenam, maka pada malam hari tersebut sudah
memasuki awal bulan baru (awal bulan berikutnya), namun,
jika ijtima‟ itu terjadi pada malam hari, maka hari besok masih
menjadi hari terakhir bulan tersebut, atau dapat dikatakan awal
bulan terjadi pada lusa/hari berikutnya. Aliran ini tidak
mempersoalkan rukyah dapat terlihat ataupun tidak. 46
44
Susiknan Azhari, Ilmu Falak (Perjumpaan Khazanah Islam dan Sains Modern), op. cit.
hlm 106 - 107. Baca juga Susiknan Azhari, Pembaharuan Pemikiran, op. cit, hlm 25-17. 45
Ibid 46
Susiknan Azhari, Ilmu Falak (Perjumpaan Khazanah Islam dan Sains Modern), op. cit.
hlm 107, baca juga selengkapnya Tono Saksono, op. cit. hlm 145. Lihat juga Susiknan Azhari,
Pembaharuan Pemikiran, op. cit, hlm 27-28.
41
(2) Ijtima‟ Qabla al-Fajr
Alisran ini memiliki metode yang sama dengan
sebelumnya, kondisi rukyah al-hilal dianggap tidak penting
sepanjang persyaratan astronomisnya terpenuhi. Hanya saja,
jika sebelumnya ijtima‟ terjadi sebelum Matahari terbenam,
konsep ini menetapkan awal bulan Kamariah (awal bulan baru)
jika peristiwa ijtima‟ terjadi sebelum terbit fajar. Jika ijtima‟
terjadi setelah terbit fajar, maka hari tersebut masih hari
terakhir pada Bulan tersebut dan awal bulan baru terjadi pada
hari berikutnya, setelah fajar. 47
Aliran ini juga berpendapat
bahwa saat ijtima‟ tidak ada sangkut pautnya dengan terbenam
Matahari. 48
(3) Ijtima‟ dan Terbit Matahari
Kriteria awal bulan menurut aliran ini adalah apabila
ijtima‟ terjadi di siang hari, maka siang itu, yakni sejak terbit
Matahari tersebut maka malamnya sudah termasuk bulan baru.
Akan tetapi sebaliknya, jika ijtimak terjadi di malam hari,
maka awal bulan dimulai pada siang hari berikutnya. 49
(4) Ijtima‟ dan Tengah Hari
Kriteria awal bulan menurut aliran ini adalah apabila
ijima‟ terjadi sebelum tengah hari (zawal), maka hari itu
47
Tono Saksono, op. cit. hlm. 146. Baca juga Susiknan Azhari, Pembaharuan
Pemikiran, op. cit, hlm 28. 48
Susiknan Azhari, Ilmu Falak (Perjumpaan Khazanah Islam dan Sains Modern), op. cit.
hlm 107-108. 49
Susiknan Azhari, Pembaharuan Pemikiran, op. cit, hlm 28-29.
42
sudah termasuk bulan baru. Akan tetapi jika ijtima‟ terjadi
sesudah tengah hari, maka hari itu masih termasuk bulan yang
sedang berlangsung. 50
(5) Ijtima‟ dan Tengah Malam
Aliran ini berpedoman, jika ijtima‟ terjadi sebelum
tengah malam, maka mulai tengah malam itu sudah masuk
awal bulan baru. Akan tetapi jika ijtima‟ terjadi setelah tengah
malam, maka malam tersebut, masih termasuk hari terakhir
pada bulan yang sama, dan awal bulan ditetapkan pada tengah
malam berikutnya. 51
b). Ijtima‟ dan posisi hilal
Kelompok ini menganggap bahwa awal bulan
Kamariah dimulai sejak saat terbenam Matahari setelah terjadi
ijtima‟ dan hilal pada saat itu sudah berada di atas ufuk dan 2
macam tersebut itulah yang menjadi acuan penentu awal bulan
Kamariah. 52
Aliran ijtima‟ dan posisi hilal di atas ufuk ini
kemudian terbagi menjadi tiga bagian. Masing-masing
memberikan interpretasi yang berbeda di atas ufuk. Perbedaan
ini dilandasi 2 masalah, yakni:53
50
Ibid. 51
Susiknan Azhari, Ilmu Falak (Perjumpaan Khazanah Islam dan Sains Modern), loc. cit,
hlm 28-29. 52
Ibid. 53
Susiknan Azhari, Ilmu Falak (Perjumpaan Khazanah Islam dan Sains Modern), op. cit.
hlm 109. Lihat juga Susiknan Azhari, Pembaharuan Pemikiran, op. cit, hlm. 29-30.
43
Ufuk (Horizon) yang dijadikan batas untuk mengukur
apakah hilal sudah berada di atas ufuk atau belum pada
saat terbenam Matahari.
Penampakan hilal yang menjadi ukuran (visibilitas hilal).
Dari 2 hal tersebut, maka lahirlah 4 aliran/kelompok, yakni:
(1) Ijtima‟ dan Ufuk Hakiki
Awal bulan Kamariah dimulai pada saat terbenam
Matahari setelah terjadi ijtima‟ dan pada saat itu, hilal
sudah berada di atas ufuk (true horizon). 54
Aliran ini tidak
mempermasalahkan koreksi-koreksi dengan tinggi tempat
(hx) pengamat, parallax (Ikhtilaf al-mandzor), refraksi
(Daqaiq al-Ikhtilaf), dan jejari Bulan. Singkatnya aliran
ini, memakai kondisi hilal global, minimal untuk separuh
belahan Bumi. Dan ini tidak realistis, karena kecepatan
sudut perjalanan Bulan 0°33‟/jam, lebih lambat dari Bumi
yang berotasi 15°/jam. Dari perbedaan ini jelas tidak
mungkin memberlakukan kriteria rukyah global. 55
Berikut contoh gambar ijtima‟ dan ufuk hakiki
54
Ibid. 55
Tono Saksono, op. cit. hlm 147. Lihat juga Ahmad Izzuddin, “Analisis Kritis Tentang
Hisab Awal Bulan Qomariyyah Dalam Kitab Sullam al-Nayyiroin”, Skripsi Sarjana Hukum
Islam, Semarang, Perpustakaan IAIN Walisongo, 1997, hlm. 43.
44
Gambar : Ijtima’ dan Ufuk Hakiki
(2). Ijtima‟ dan Ufuk Hissi
Mazhab ini menetapkan awal bulan bila hilal telah
wujud di atas ufuk hissi (bidang datar yang melewati mata
si pengamat dan sejajar dengan ufuk hakiki), pada saat
Matahari tenggelam pada akhir Bulan yang sedang
berjalan. Mazhab hilal di atas ufuk hissi ini menggunakan
bidang datar yang sejajar dengan ufuk hakiki yang berada
pada permukaan Bumi di mana pengamat berada. Namun,
mazhab ini tidak terlalu populer dan sedikit yang
menggunakannya. 56
Berikut gambar contoh ijtima‟ dan
ufuk hiss
56
Ahmad Izzuddin, “Analisis Kritis Tentang Hisab Awal Bulan Qomariyyah dalam Kitab
Sullam al-Nayyiroin”, Skripsi Sarjana Hukum Islam, op. cit. hlm. 44.
Ufuk hakiki
Pengamat 2
Sun
nnn
nn
n
Sun
1nn
nnn
nn
Pengamat 2
Pengamat 1 Ufuk hakiki
Pengamat 1
45
Gambar : Ijtima’ dan Ufuk Hissi
(3). Ijtima‟ dan Ufuk Mar‟i
Menetapkan awal bulan terjadi bila hilal telah
wujud pada saat Matahari terbenam, namun, dasar
perhitungannya menggunakan ufuk mar‟I /visible horizon.
Selain itu, diperhitungkan pula beberapa koreksi seperti
refraksi, parallax, dan lain sebagainya. 57
Berikut contoh
gambar ijtima‟ dan ufuk mar’i.
57
Ibid.
Pengamat
Ufuk Hakiki/Horizon Bumi
Ufuk Hissi
Sun
Bumi
46
Gambar : Ijtima’ dan Ufuk Mar’i
(4). Ijtima‟ dan Imkan al-Rukyah
Pada dasarnya sama dengan ijtima‟ dan hilal di
atas ufuk mar‟i, hanya saja, dalam kelompok ini
ditetapkan syarat minimal /criteria ketinggian hilal di atas
ufuk biasanya antara 5-10°. 58
Diantara perbedaan ini, ada
pula yang menambah criteria lain, yakni Angular
Distance (sudut pandang/jarak busur) antara Bulan dan
Matahari. 59
2. Metode Rukyah
Kegiatan merukyat merupakan komponen yang sangat penting pula
dalam perhitungan awal Bulan. Hal ini dikarenakan kegiatan merukyah
merupakan konsep syar‟i yang diajarkan Nabi Muhammad kepada
58
Ibid. 59
Baca selengkapnya Susiknan Azhari, Ilmu Falak (Perjumpaan Khazanah Islam dan
Sains Modern), op. cit. hlm 111.
Pengamat
Ufuk Hakiki /
Horizon Bumi
Bumi
Ufuk Mar‟i
Sun
nn
nn
nn
n
Titik Pusat Bumi
47
umatnya. Kegiatan ini pula merupakan observasi praktis berupa
pengamatan untuk terciptanya hasil yang ingin dicapai dalam kegiatan
perhitungan awal bulan Hijriyah atau Kamariah. Kegiatan ini pula bisa
dijadikan kegiatan untuk mengoreksi perhitungan atau hisab yang
dipakai60
Dalam interpretasi pemaknaan rukyah itu berbeda-beda, maka
timbullah banyak makna yang mengiringinya. Rukyah ditinjau dari segi
epistimologi terkelompokkan menjadi dua pendapat, 61
yaitu :
a. Kata rukyah adalah masdar dari kata ra’a yang secara harfiah diartikan
melihat dengan mata telanjang
b. Kata rukyah adalah masdar yang artinya penglihatan, dalam bahasa
inggris disebut vision yang artinya melihat, baik secara lahiriah
maupun bathiniyah.
c. Kata rukyat merupakan kata isim bentuk masdar dari fi‟il ra’a – yara’
يري –رأي ) ). Kata رأي dan tashrifnya mempunyai banyak arti, antara
lain:62
1) Ra‟a ( رأي ) bermakna أتصر, artinya melihat dengan mata kepala.
Bentuk masdarnya رؤية. Diartikan demikian jika maf‟ul bih
(obyek)nya menunjukkan sesuatu yang tampak/terlihat.
Contoh:
60
Sayful Mujab, op. cit Studi Analisis Pemikiran KH. Moh. Zubair Abdul Karim Dalam
Kitab Ittifaq Dzatil Bain, hlm. 9-10. 61
Burhanuddin Jusuf Habibie, Rukyah dengan Teknologi, Jakarta : Gema Insani Press,
hlm 14. 62
A. Ghozali Masroeri, Rukyatul Hilal, Pengertian dan Aplikasinya, Disampaikan
dalam Musyawarah Kerja dan Evaluasi Hisab Rukyat Tahun 2008 yang diselenggarakan oleh
Badan Hisab Rukyat Departemen Agama RI di Ciawi Bogor, 27-29 Februari 2008, hlm. 1-2.
48
. “apabila kamu melihat hilal…. ” (HR. Muslim)
2) Ra‟a ( رأي ) bermakna أدرك / علم , artinya mengerti, memahami,
mengetahui, memperhatikan, berpendapat dan ada yang
mengatakan melihat dengan akal pikiran. Bentuk masdarnya رأي.
Diartikan demikian jika maf‟ul bih (obyek) nya berbentuk abstrak
atau tidak mempunyai maf‟ul bih (obyek).
Contoh:
Artinya: “Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama?”
(QS. Al-Maun:1)
3) Ra‟a ( رأي ) bermakna حسة / ظن , artinya mengira, menduga,
yakin, dan ada yang mengatakan melihat dengan hati. Bentuk
masdarnya رأي. Dalam kaedah bahasa Arab diartikan demikian
jika mempunyai dua maf‟ul bih (obyek).
Contoh:
Artinya: “Sesungguhnya mereka menduga siksaan itu jauh
(mustahil)” (QS. Al-Ma’arij: 6)
Dengan asal kata rukyah di atas, kata ro-a dapat berubah sesuai
dengan konteksnya menjadi arti ar-rokyu, yang sebetulnya dapat berarti
melihat secara visual, namun disisi lain, juga dapat berarti melihat bukan
49
dengan cara visual, seperti melihat dengan logika, pengetahuan, dan
kognitif. 63
Adapun kata rukyah jika dilihat dari segi terminologis mempunyai
arti melihat terbitnya Bulan baru dengan cara apa pun. 64
Kata rukyah berasal dari kata رأيا و رؤية –يري –رأي yang berarti
melihat, 65
arti yang paling umum adalah melihat dengan mata kepala. 66
Dalam kamus al-Munawwir kata رؤية berarti penglihatan dan تري الهالل
berarti berusaha melihat hilal. 67
Rukyah yang berarti melihat secara visual (melihat dengan mata
kepala), saat ini masih banyak ulama yang menganggap segala macam
perhitungan untuk menentukan hilal dengan mengabaikan pengamatan
secara visual adalah tidak memiliki dasar hukum, bahkan dianggap
merekayasa (bid‟ah). Hal ini, pernah dijadkan suatu fatwa resmi di Mesir
pada masa Fatimiah, saat Jenderal Jawhar memerintah pada tahun 359 H
atau 969 M. 68
Ada pula yang berpendapat bahwa rukyah adalah observasi atau
mengamati benda-benda langit, 69 yang dapat dikatakan sebagai suatu
kegiatan atau usaha untuk melihat hilal atau Bulan sabit di langit (ufuk)
sebelah barat sesaat setelah Matahari terbenam menjelang awal Bulan baru
63
Tono Saksono. loc. cit, hlm 147 64
Ibid. 65
Achmad Warson Munawwir, op. cit, hlm. 460. 66
Susiknan Azhari, Ensiklopedi Hisab Rukyat, cet II , Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008,
hlm. 183. 67
Achmad Warson Munawwir, op. cit, hlm. 461. 68
Tono Saksono, op. cit, hlm. 84 – 85. 69
Muhyiddin Khazin, Kamus Ilmu Falak, op. cit. hlm 69.
50
(khususnya menjelang bulan Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah) untuk
menentukan kapan bulan baru itu dimulai. 70
Istilah rukyah dilihat dari metodenya berati melihat atau mengamati
al-hilal dengan mata ataupun dengan alat bantu seperti teleskop pada saat
Matahari terbenam menjelang bulan baru. 71
Apabila hilal berhasil di lihat
maka malam itu dan keesokan harinya ditetapkan sebagai tanggal satu
untuk Bulan baru. Sedangkan apabila hilal tidak berhasil dilihat karena
gangguan cuaca maka tanggal satu bulan baru ditetapkan pada malam hari
berikutnya atau Bulan diistikmalkan (digenapkan) 30 hari.
Dalam mazhab rukyat sendiri masih terdapat beberapa pertentangan,
di antaranya tentang konsep rukyat lokal dan rukyat global. Karena umat
Islam sekarang ini terkotak-kotak dalam negara yang berbeda-beda
sehingga tidak ada satu keputusan yang mengikat untuk seluruh umat
(mathla‟)72
.
Diketahui pula bahwa perbedaan dalam menentukan awal bulan
Kamariah juga terjadi karena perbedaan memahami konsep permulaan
melihat hilal. Disinilah kemudian muncul berbagai aliran mengenai
penentuan awal bulan Kamariyah
.
70
Muhyiddin Khazin, Ilmu Falak (Dalam Teori dan Praktik), Yogayakarta: Buana
Pustaka, 2004, hlm. 173. 71
Abd. Salam Nawawi, Algoritma Hisab Ephimeris, Semarang: Pendidikan dan Pelatihan
Nasional Pelaksanaan Rukyah Nahdotul Ulama, 2006, hlm. 130. 72
Secara definitif kontekstual mathla‟ berarti batas geografis keberlakuan rukyat. Lihat
Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Dirjen Pendidikan Islam Departmen Agama
RI, Kumpulan Materi Pelatihan Keterampilan Khusus Bidang Hisab Rukyat, Lestarikan Tradisi
Ulama Salaf Kembangkan Keterampilan Hisab Rukyat, Mesjid Agung Jawa Tengah, 2007.
51
D. Pendapat Ulama’ tentang Penentuan Awal bulan Kamariyah
Artinya : ”bercerita kepada kami Adam, bercerita kepada kami Muhammad
bin Ziyad, ia berkata : aku mendengar Abu Hurairah RA berkata :
bersabda Nabi SAW : “berpuasalah kalian karena melihat hilal
dan berbukalah kalian karena melihat hilal,, dan apabila mendung
maka sempurnakanlah Bulan Syakban menjadi 30 hari.
(HR. Al-Bukhari).
Fiqih penentuan awal bulan Kamariyah berawal dari berbedanya
pemahaman terhadap hadits diatas. Dan hal inilah yang menjadi akar lahirnya
mazhab-mazhab dalam penentuan awal bulan Kamariyah.
Hadits diatas dapat kita jadikan sebagai patokan untuk menentuakan
awal bulan Kamariyah. Oleh karena itu apabila hadits diatas dipahami dengan
pemahamn yang berbeda-beda, maka wajar apabila masing-masing
pemahaman melahirkan metode yang berbeda pula.
Dalam hadits diatas digunakan kata kerja perintah (fi‟il amar) “ صىمىا
“ yang artinya “ berpuasalah” dan kata “ وافطروا “ yang artinya “ berbukalah
atau berlebaranlah” dan indikasi (qarinah)-nya “ لرؤ يته“ (karena melihat
Bulan).
73
Ibid.
52
Dalam kajian ushul fiqh “ Melihat Bulan “ disini disebut sebab. dan
kata صىمىا dan اوافطرو ini ditujukan untuk masyarakat banyak74
. Para ulma‟
sepakat bahwa perintah tersebut menunjukan suatu kewajiban. Hal ini sesuai
dengan kaidah :
Artinya:
“Ashal dari perintah itu adalah wajib”75
Hemat penulis bahwa perintah dalam hadits diatas adalah ditujukan
kepada seluruh umat islam di dunia, akan tetapi perintah rukyah atau melihat
hilalnya tidak diwajibkan kepada semua orang.
Ibnu Hajar Asqalani mengatakan bahwa Rasulullah SAW itu tidaklah
mewajibkan rukyah untuk setiap orang yang hendak melaksanakan ibadah
puasa. Akan tetapi hanyalah ditujukan kepada salah seorang atau sebagian
orang yang dianggap mampu melaksakannya. Demikian pendapat menurut
Jumhur Ulama‟. Dan pendapat lain juga mengatakan bahwa dengan dua orang
yang adil. 76
Al-San‟ani mengatakan, bahwa menurut lahiriyah hadits tersebut
mengisyaratkan rukyah adalah untuk semua orang. Akan tetapi apabila sudah
ditetapkan bahwa ijtima‟ telah terjadi dan menentukan bahwa rukyah cukup
74
Abi Ishaq Ibrohim ibn Musa al-Gharnathy al-Syatiby, al-Muwafaqaqat fi Ushul al-
Ahkam , juz II , Beirut :Daar al-Fikr, 1341 H, hlm 211 75
Abdul Hamid Hakim , Mabadiul Awaliyah fi Ushulul Fiqh wal Qowaaidul Fiqhiyah,
Jakarta: Sa‟adiyah Putra, hlm 7 76
Ibnu Hajar al-Asqalani, Fathu al-Bari Syarh Sahih Bukhori , cet I, juz IV, Beirut: Dar
al-Fikr, 1998, hlm 153
53
dicapai oleh seorang atau dua orang yang adil.77
Annawawi juga menerangkan
bahwa rukyah itu cukup dicapai oleh dua orang yang adil ditara kaum
muslimin tidak diisyaratkan setiap orang harus melakukan rukyah. 78
Acuan dalam menentukan waktu dalam islam terutama dalam
penentuan awal bulan Kamariyah adalah hilal. Hilal dijelaskan dalam Al-
qur‟an sebagai berikut:
Artinya : “Mereka bertanya kepadamu tentang Bulan sabit. Katakanlah:
"Bulan sabit itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi
ibadat) haji; dan bukanlah kebajikan memasuki rumah-rumah dari
belakangnya, akan tetapi kebajikan itu ialah kebajikan orang yang
bertakwa. dan masuklah ke rumah-rumah itu dari pintu-pintunya
dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung”. (QS. Al-
Baqoroh:189)79
Dalam memahami ayat diatas, diantaranya ada dua pendapat ulama‟
yang dapat diambil, yaitu:
1. Imam Ibnu Katsir Rahimahullah
Imam ibnu Katsir mengatakan bahwa ayat tersebut menjadi sebuah
ketetapan agama dalam mengetahui waktu „iddah bagi wanita-wanita
waktu haji mereka.
77
As-San‟ani , Subulu as-Salam, hlm 151 78
An-Nawawi, shahi Muslimin bi Syarh an-Nawawi, Beirut: Dar al-Fikr. Juz VII. 1972,
hlm 190 79
Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur‟an, op. cit. hlm. 36.
54
2. Syaikh Islam Ibnu Taimiyah Rahimahullah
Menurut Syaikh Islam Ibnu Taimiyah bahwa Allah telah
menciptakan hilal sebagai tanda waktu bagi manusia pada hukum-hukum
yang ditetapkan dengan syari‟ah seperti puasa, haji, masa iddah, dan
kafarat puasa.
Di lain pihak bahwa Ibnu Taimiyah mengatakan bahwa tanda-
tanda waktu bagi manusia itu dibatasi dengan sesuatu yang tampak dan
jelas. Bermula dari sini kemudian orang mengatakan bahwa dalam
menentukan awal bulan Ramadhan harus berpegang teguh pada Rukyah
hilal, dan bukan pada hisab.
Seperti yang sudah disinggung di pembahasan sebelumnya, bahwa
permasalahan yang lain dalam Mazhab rukyah ini adalah permasalahan
tentang mathla‟80
Menurut Imam Hanafi dan Maliki penanggalan Kamariah harus
sama di dalam satu wilayah hukum suatu negara. Menurut Imam
Hambali, kesamaan tanggal Kamariah ini harus berlaku di seluruh dunia
di bagian malam dan siang yang sama. Sedangkan menurut Imam Syafi‟i,
penanggalan Kamariah ini hanya berlaku di tempat-tempat yang
berdekatan sejauh jarak yang dikatakan satu mathla‟. Dalam prakteknya
batas mathla‟ ini tidak jelas, sehingga muncul Wilayat al-Hukmi. 81
80 Mathla‟ adalah –tempat terbitnya- --benda-benda langit. Secara spesifikasi dalam ilmu
falak Mathla‟ adalah batas daerah berdasarkan jangkauan dilihatnya hilal atau dengan kata lain
mathla‟ adalah batas geografis keberlakuan rukyah. Lihat susiknan Azhari , Ensiklopedi Hisab
Rukyah, op. cit, hlm 139 81
http://osolihin. files. wordpress. com. Diakses pada 9 Desember 2010
55
Indonesia menganut prinsip wilayat al-hukmi yakni bahwa bila
hilal terlihat di manapun dalam wilayah wawasan nusantara, maka
dianggap berlaku di seluruh wilayah Indonesia. Meskipun wilayah
Indonesia dilewati oleh garis penanggalan Islam Internasional yang secara
teknis berarti bahwa wilayah Indonesia terbagi atas dua bagian yang
mempunyai tanggal Hijriah yang berbeda, maka seluruh umat Islam di
Indonesia melaksanakan ibadah puasa dan berhari raya secara serentak.
Selain pendapat diatas, ada dua pendapat lain sebagi berikut:
a. Syaikh Abdul Aziz bin Baz Rahimahullah
Mengatakan bahwa apabila seseorang di Saudi Arabiyah atau di
negara lain memulai puasanya lebih dahulu dari pada negara yang akan
dikunjungi, kemudian sisanya berpuasa di negara yang akan
dikunjunginya tersebut, maka ia harus berbuka bersama penduduk
negara tersebut, meskipun lebih satu hari.
Kemudian beliau mengatakan bahwa apabila seseorang berpuasa
kurang dari 29 hari karena bersafar, maka hendaklah bias
menyempurnakannya. Hal ini karena Bulan tidak ada yang kurang
dari 29 hari. 82
b. Fatwa Syaikh Shalih Al-Fauzan Hafizhahullah
Mengatakan pendapat yang senada dengan pendapat syaikh
Abdul bin Baz, yaitu setiap muslim berpuasa dan berbuka bersama
kaum muslimin di negaranya. Hendaknya kaum muslimin
82
Abu Yusuf al-Atsari , Pilih Hisab atau Rukyah, Solo: Darul Muslim, 135, dikutip dari
kitab , Fatwa Ramadhan, juz I, hlm 145
56
memperhatikan hilal di Negara tempat tinggal mereka, hal ini karena
mathla‟ tersebut berbeda pada masing-masing negara.
c. Syaikh Muhammad Arsyad al_banjari
Mengatakan bahwa apabila seorang dari penduduk negeri yang
melihat hilal pergi ke negeri yang tidak melihat hilal dan kedua negeri
itu berbeda mathla‟nya, maka wajiblah mengikuti mereka dalam
berpuasa pada akhir Bulan sekalipun puasa mereka sudah cukup 30
hari. Hal ini karena dia berpindah ke negeri mereka maka ia menjadi
salah seorang penduduknya. Dan begitu juga sebaliknya apabila
seorang dari penduduk negeri yang tidak melihat hilal berpindah ke
negeri yang melihat hilal, dan antara kedua negara tersebut berbeda
mathla‟ maka wajiblah bagi mereka mengikuti berbuka menurut negeri
yang kedua. Akan tetapi apabila puasanya masih 28 maka dia wajib
mengqadha puasanya sebanyak satu hari, karena bulan tidak ada yang
berjumlah kurang dari 29 hari.
Dari pendapat para ulama diatas dapat disimpulkan bahwa kata
hanya diperuntukkan bagi kaum muslimin yang mathla‟nya صىمىا
adalah sama.
57
BAB III
PEMIKIRAN JAMA’AH ANNAZIR DALAM MENENTUKAN AWAL
BULAN KAMARIYAH
A. Profil Jama’ah Annazir
1. Sejarah Singkat Annazir
Annazir adalah sebuah yayasan yang berlandaskan sebuah agama,
visi, dan misi yang satu. Jama’ah Annazir bukanlah sebuah aliran
ataupun kelompok agama yang sesat. Menurut mereka, mereka
mempunyai ajaran yang senantiasa berdasarkan agama Islam yaitu al
Qur’an dan Hadis. Di daerah Makasar dan sekitarnya Jama’ah Annazir
terkenal sebagai sekelompok muslim yang selalu memegang teguh agama
dan kepercayaan mereka dengan istiqomah.
Lukman (salah seorang pembesar Annazir) mengatakan bahwa
Jama’ah Annazir terdiri atas dua kata, yaitu yayasan dan orang banyak
yang terhimpun dalam sebuah majlis. Sebagaimana yayasan-yayasan yang
lainnya dalam Jama’ah Annazir juga mengenal susunan organisasi seperti
dewan pembina dan badan pengurus, dalam keterangan akta notaris bahwa
Annazir dijelaskan untuk melaksanakan kegiatan keagamaan.
Jama’ah Annazir pertama kali didirikan secara resmi di Jakarta pada
8 Februari 2003 dengan Akta Notaris Hariana Wahab Yusuf SH, dengan
alamat pertama di jalan Bogenvil no-2-16 Kompleks Nyiur Melambai
Jakarta Utara. Yayasan ini berbadan hukum mengarah kepada Undang
58
Undang No 16 tahun 2001, dengan AD dan ART sesuai Akta Notaris
nomor 11 tanggal 8 Februari 20031. Jama’ah Annazir pertama kali
dikenalkan oleh Syeikh Muhammad al-Mahdi Abdullah atau Kyai
Syamsur Madjid pada tahun 1998. Syeikh Madjid dipercayai sebagai
pimpinan Jama’ah Annazir yang pertama oleh mereka. 2
Jama’ah Annazir didirikan oleh Syeikh Syamsur dalam perjalanan
dakwahnya ketika menjadi seorang yang dikenal sang pembangkang di
zaman Soekarno Hatta. Perjalanan Syeikh menyebar di seluruh penjuru
yaitu termasuk Jakarta, Bogor, dan Sulawesi Selatan.
Ada dua sumber yang mengatakan bahwa Jama’ah Annazir adalah
berasal dari daerah Palopo tepatnya di tanah Luwu. Pertama yaitu dari
keterangan pihak Birokrasi Keluruhan Romang Lompoa dimana Jama’ah
Annazir berada, menyatakan bahwa awalnya Jama’ah Annazir berada di
daerah Palopo Sulawesi Selatan, kemudian pada tahun 1998 mereka
mendapat penolakan dari pemerintah Palopo tersebut, hingga pada tahun
1998 mereka hijrah ke daerah Keluruhan Romang Lompoa,
Bontomarannu, Gowa, Sulawesi Selatan3. Kedua
4 yaitu disalah-satu
karya mahasiswa Pasca Sarjana (S2) IAIN Walisongo Semarang
mengatakan bahwa jama’ah ini berawal dari tanah Luwu, kemudiam
1http://akuindonesiana. wordpress. com/2008/08/04/mui-majelis-ulama-indonesia-
menegaskan-bahwa-an-nazir-masih-bebas-dari-sebutan-sesat-dan-menyesatkan. diakses pada 3
oktober 2011 2 Hasni, Pandangan Jama’ah Annazir dalam menentukan awal bulan Qomariyah menurut
tinjauan Astronomi, Tesis, program magister IAIN Walisongo: Semarang. loc cit, hlm 84 3http:// arowelitenggara. wordpress. com. /2008/08/05/144. diakses pada tanggal 3 agustus
2011 jam 10. 40 4Hasni, Pandangan Jama’ah Annazir dalam menentukan awal bulan Qomariyah menurut
tinjauan Astronomi, Tesis, program magister IAIN Walisongo: Semarang, loc. it hlm 91
59
karena adanya stagnasi stagnasi dari pemerintah dan masyarakat di sana
mereka mulai terusir, dan puncaknya ketika Pemerintah Daerah (PEMDA)
memberhentikan semua aktivitas Jama’ah Annazir dengan berbagai
pertimbangan. Hal diatas wajar terjadi mengingat perjalanan Syeikh
Syamsur yang menyebar kemana mana.
Setelah terusir dari Palopo Jama’ah Annazir berpindah ke Mawang,
Gowa, Sulawesi Selatan yaitu tepatnya di tepi danau Mawang di belakang
Sekolah Tinggi Tekhnik Pertanian (STTP) Mawang, Gowa, Makasar.
Jama’ah Annazir di sini teroganisir oleh Abah Rangkah, mereka hanya
sebatas berbeda tentang kepercayaan saja dengan masyarakat sekitar, dan
selain itu seperti kegiatan-kegiatan sosial mereka selalu bersama dengan
masyarakat sekitar.
Keberadaan mereka di Mawang dipercayai sebagai kehendak Tuhan.
Mawang dan gunung Bawa Karaeng merupakan tempat berkumpulnya
para wali, dan sekarang para wali tersebut masih belajar di sekitar sana,
dan juga danau Mawang dipercayai sebagai tempat paling Timur, dan di
belahan Timur inilah yang dipercayai di mana Imam Mahdi akan turun
kembali.
Ajaran Jama’ah Annazir banyak diklaim sebagai ajaran yang sesat
dan juga sering kali dihakimi sebagai aliran yang sesat. Banyak
60
masyarakat yang menganggap jama’ah ini sebagai jama’ah yang
menyalahi ajaran Islam. 5
Hal yang ironis dengan pernyataan di atas bahwa ketika penulis
langsung melakukan penelitian di Makasar di bulan Juli 2011, bahwa
ajaran jama’ah ini sudah menyebar hampir di seluruh nusantara, seperti
Bogor, Jakarta, Yogyakarta, Medan, dan lain sebaginya. Hingga kini
Jama’ah Annazir semakin bertambah di seluruh nusantara, hal ini yang
menjadi kebahagian mereka karena sebagai kaum penegak hokum hakam
Allah di muka Bumi ini. Inilah yang bisa kita jadikan sisi positif dari
jama’ah ini yaitu bisa diterimah oleh beberapa persen masyarakat di
belahan nusantara, dan ini yang perlu kita teliti penyebab dan alas an kau
minoritas ini.
Adapun pada pembahasan ini penulis akan menambahkan sedikit
tentang keberadaan Jama’ah Annazir yang di kota Bogor. Tersebarnya
Jama’ah Annazir ke seluruh penjuru nusantara salah satunya disebabkan
oleh perjalanan dakwah Syeikh Syamsur Madjid yang sangat variasi dan
kota Bogor merupakan salah satu kota yang dilalui sang Imam dalam
menyebarkan ajarannya.
Di Bogor Jama’ah Annazir dipimpin oleh Ir. H. A. Juanda yang
tinggal di sekitar komplek Indraprasta di jalan Sutirangen IX No. 6
Bogor. Abah Juanda mempunyai beberapa pengikut ajaran Jama’ah
5Pendapat ini saya dapat ketika saya mengetahui keberadaan Jama’ah ini pertama kali dari
seorang dosen ilmu falak yaitu Ahmad Izzuddin yang mengatakan banyak pendapat yang
sedemikian.
61
Annazir, akan tetapi mereka belum sebanyak Jama’ah Annazir di Gowa,
Makasar.
Selain itu mereka juga tinggal di sekitar masyarakat lainnya (non
Annazir), dan mereka juga mempunyai hubungan sosial yang tinggi
dengan masyarakat lainnnya, hal ini sebagaimana yang ada di kalangan
Jama’ah Annazir Makasar.
Seperti yang sudah dikatakan sebelumnya bahwa menurut Jama’ah
Annazir bahwa Annazir adalah yayasan dan bukan sebuah aliran
keagamaan, 6Annazir didirikan sebagai yayasan yang terbuka bagi setiap
orang yang ingin mempelajarinya, akan tetapi sebelum memasuki ajaran
ini, setiap orang harus mengikuti pembaitan yang resmi, hal ini karena
menurut Jama’h Annazir bahwa bai’at adalah dasar utama untuk menjadi
seorang muslim yang aman dan siap samikna wa atha’na kepada imam
atau panglimanya. Bai’at merupakan syarat utama bagi setiap orang yang
hendak memasuki ajaran Jama’ah Annazir.
Di dalam ajaran Jama’ah Annazir, ada beberapa hal yang berbeda
dengan ajaran Islam pada umumnya, antara lain:
a. Ajaran
Dalam hal pelaksanaan ibadah fardhu, ada beberapa hal yang
berbeda dengan ajaran Islam pada umumnya, diantaranya tentang
pelaksanaan ibadah puasa yang berhubungan dengan metode
6Dijlesakn oleh ustadz Arif dan panglima Jama’ah Annazir ustadz Rangkah bahwa sebutan
aliran seringnya diberikan kepada sebuah kelompok masyarakat yang menyeleweng dari
ketemtuan umum, dan Annazir tidak seperti itu. Wawancara ustadz Arif dab Ustadz Rangkah
pada 27 Juli 2011 di tepi danau Mawang .
62
penentuan awal bulan Kamariyah dan pelaksanaan Salat yang
berhubungan dengan penentuan awal waktu masing-masing ibadah
Salat.
Pertama mengenai awal bulan Kamariyah. Mereka
mempercayai bahwa awal bulan Kamariyah bisa dilihat dengan mata
batin, dan pengetahuan tentang itu langsung diberikan oleh Allah SWT
kepada sang imam yang diakui sebagai Pemuda Bani Tamim.
Kedua tentang awal waktu Salat. Tentang waktu Salat mereka
memahami bahwa ada 3 waktu pelaksanaan Salat untuk lima macam
Salat fardhu. Yaitu di waktu siang, malam, dan fajar.
b. Ideologi
Dalam hal ideologi ada beberapa hal yang berbeda dengan ideologi
agama Islam secara umumnya, antara lain:
Pertama tentang Bai’at. Di paragraf sebelumnya sudah dijelaskan
bahwa menurut mereka ba’iat adalah satu hal yang sangat penting dan
tidak boleh ditinggalkan bagi setiap orang yang hendak memasuki
serta mempelajari ajaran Jama'ah Annazir. Setelah melaksanakan
prosesi Bai'at, maka seseorang harus mengucapkan dua kalimat
Syahadat, yang bunyinya penulis tidak mengetahui lantaran menurut
mereka syahadat hanya boleh diketahui dan diucapkan oleh orang yang
hendak mempelajari ajaran mereka dan benar-benar mengabdikan diri
dengan setiap imam dan panglima mereka.
63
Kedua kepercayaan tentang kehadiran Imam Mahdi. Mereka
mempercayai bahwa sebelum zahirnya Imam Mahdi maka akan ada
pemula zamannya. Ada seorang Pemuda Bani Tamim atau sering
disebut dengan Pemuda Tamim yang akan memegang bendera-bendera
panji kebajikan Imam Mahdi. Hal ini selaras dengan penjelsan Nabi
Muhammad SAW tentang peristiwa yang akan terjadi di akhir zaman
adalah akan munculnya Bani Tamim beserta jama’ahnya akan
menyiapkan kemunculan Imam Mahdi pada akhir zaman nanti. Bani
Tamim adalah salah satu cabang dan Kabilah Quraisy yakni pemuda
yang dikatakan akan menyerahkan panji-panji Hitam kepada Imam
Mahdi, dengan kata lain perjuangan Pemuda Bani Tamim dan Imam
Mahdi berkaitan erat dan sambung-menyambung. Pemuda Bani
Tamim iBarat switch, sedangkan Imam Mahdi sebagai lampunya.
Apabila switch tidak ditekan maka lampu tidak akan menyala. Artinya
Imam Mahdi belum akan ‘zahir’ bila Pemuda Bani Tamim belum
membuat tapaknya.
Pendapat Ibnu Khaldun tentang Imam Mahdi sebagai berikut:
Kebenaran yang mesti diketahui oleh seseorang ialah tiada tokoh
agama atau kuasa politik yang boleh benar-benar berjaya,
melainkan tokoh atau kumpulan itu merasakan wujudnya
sokongan kepada cita-cita agama dan politik, dan
mempertahankannya daripada orang-orang yang menolaknya.
Juga sehingga Tuhan akan menguruskan hal mereka itu. Kami
telah menyebutkannya sebelum ini, dengan bukti-bukti yang
tepat, yang kami bentangkan kepada pembaca. Kumpulan yang
merasakan sedemikian adalah dari kalangan anak-anak Fatimah
dan Bani Abu Talib, yaitu dari kalangan kaum Quraisy, yang
sudah tiada lagi di mana-mana pun. Pengecualian hanya diberi
64
kepada sisa-sisa keturunan Abu Talib - Hasani, Husaini, dan
Jaafariah di Hijaz, di Makkah, al-Yanbu’, dan Madinah.
Mereka telah berpecah ke serata kawasan dan coba
menguasainya. Mereka kini menjadi golongan Badwi. Mereka
mendiami dan memerintah di tempat-tempat terpencil dan
mengeluarkan fatwa-fatwa yang jauh menyeleweng. Bilangan
mereka mencecah beberapa ribu orang sahaja. Jika benarlah
bahawa Mahdi itu akan zahir, inilah satu-satunya cara
propaganda untuk membuatkannya benar-benar zahir. Dia
mestilah salah seorang dari mereka, dan Allah mestilah
menyatukan mereka untuk menjadi pengikutnya, sehingga dia
mempunyai cukup kekuatan dan kumpulan pengikut untuk
menambahkan kejayaannya, sekali gus menggerakkan rakyat
menyokongnya. Satu cara lain - seperti yang dilakukan oleh Bani
Fatimiah yang menyebarkan fahaman (tentang al-Mahdi) kepada
seluruh rakyat di mana-mana jua, tanpa sokongan daripada
pengikut dan juga kekuasaan, yang amat bergantung
hubungannya dengan Keluarga Nabi Muhammad SAW - tidak
akan diterima atau berjaya, untuk menyatakan sebab-sebab yang
kami sebutkannya terdahulu. 7
Pemuda Bani Tamim merintis jalan kemudian disambung oleh
Imam Mahdi yang akan menegakkan ummat. Perjuangan dua orang
pemimpin ini seperti perjuangan Nabi Harun as. dan Nabi Musa as,
yakni berjuang bersama dalam satu zaman dengan metode yang sama.
Kalau diiBaratkan orang yang sedang membangun rumah maka
Pemuda Bani Tamim adalah orang yang membangunkan pondasi
rumah itu, dan untuk membangun rumah yang kokoh tentulah
pondasinya harus kuat maka Imam Mahdi bertugas membangun rumah
tersebut serta melengkapinya dengan dinding, atap, pintu, jendela,
lantai, dan sebagainya.
7Diambil dari sebuah artikel yang diambil dari sebuah buku, Imam Mahdi , Rahasia
Kegemilangan Umat Islam pada Zaman Modern , Ustadz Hawari bin Abdul Malik., lihat http://
/bani tamim/16962. HTM. diakses pada 9 agustus 2011
65
Nabi Isa as berperan untuk menyempumakan rumah itu, mengisi
dengan perabot, menata, serta menghiasinya dengan seindah
mungkin, demikianlah gambaran peranan tiga orang pemimpin besar
kurun ini.
Mengingat pentingnya peranan Pemuda Bani Tamim, maka sudah
sepatutnya umat Islam berusaha mencarinya agar mendapatkan
kebenaran di dalamnya serta ikut berperan dalam perjuangannya,
dengan tujuan akan mendapat keselamatan dan kejayaan di dunia dan
di akhirat. 8
Menurut Jama'ah Annazir tentunya bahwa Pemuda Bani Tamim
sudah turun sebagai pemula Imam Mahdi yang akan turun di akhir
zaman nanti. Pemuda Bani Tamim turun di belahan dunia yang paling
Timur, tepatnya di tepi danau Mawang Sulawesi Selatan, dan mereka
mempercayai bahwa keberadaan di tepi danau Mawang adalah
kehendak Allah SWT yang sudah memilih tempat special buat
pengabdian para pengikut Bani Tamim.
Ada beberapa sifat Pemuda Tamim yang dijelaskan di salah satu
situs internet yang ditulis pada tanggal 16 Februari 2007 yaitu:9
1) Namanya adalah Syuaib bin Shaleh.
Hal ini sesuai dengan perkataan Ammar bin Yasir RA :
” pembawa panji panji Al-Mahdi adalah Syuaib bin Saleh”
8http://permata-akhirzaman. blogspot. com/2007/01/pemuda-bani-tamim-perintis-jalan-
imam_05. html. diakses pada 3 oktober 2011 9 http://pemudabanitamim-admin.blogspot.com/ yang diakses pada 9 Agustus 2011 di
semarang
66
Nama ini adalah bukan nama asli, namanya diambil karena
dia dari bangsa yang kecil dan dengan akhlak yang salehnya, akan
tetapi sifat pertama ini masih mendapatkan kontroversial.
2) Dia berketurunan dari Bani Tamim
Yaitu suatu Bani Arab Quraisy, dari keturunan Sayidina Ali,
yang hari ini kebanyakan tinggal di Palestina dan Jordania. Tetapi
dia lahir bukan di kedua tempat itu, Bani Tamim itu bukanlah
merupakan suatu golongan atau kaum yang besar. Golongan ini
hanyalah satu bani yang kecil dan tidak ramai.
Bani Tamim yang ini adalah sebagian dari Ahlul Bait karena
Sayidina Ali adalah salah seorang anggota Ahlul Bait10
3) Dia memakai Sorban Biru.
Pernyataan ini bukan datang dari hadis Nabi SAW atau dari
tabiin, tetapi datang dari ramalan Nostradamus (seorang peramal
bangsa Perancis) oleh karena itu ramalan ini boleh dijadikan
sebagai sumber tambahan saja bukan untuk dipercayai, apalagi
untuk diyakini walaupun mungkin benar.
Pernyataan dari Nostradamus tentang pemakaian sorban
berwarna Biru ketika zahirnya Putra Bani Tamim ini berkaitan
dengan mendapat kekuasaan di dunia sebelah Timur, dalam artian
sorban warna Biru itu dipakainya ketika beliau mula-mula
10
Tentang siapakah Ahlul ba’it, masih banyak yang berbeda pendapat. Ada yang
mengatakan bahwa ahlul bait itu adalah keluarga Rasulllah SAW. , ada juga yang mengatakan
ahlul bait adalah semua keturunan Abdu Manaf, ada juga yang mengatakan semua keturunan
Syaidina Ali dengan Fatimah, dan semua keturunan Abdul Muthalib .
67
mendapat kuasa di negeri sebelah Timur, dan mungkin begitulah
yang dimaksudkan sorban Biru oleh Nostradamus
4) yang dipercayai oleh Jama’ah Annazir dia selalu memakai celak
5) Senantiasa menggunakan tongkat
c. Fisik
Dari sisi fisik mereka memakai pakaian dan kostum yang berbeda
dengan umat Islam secara umumnya. Hasil penelitian penulis Juli 2011
belakang ini mereka memakai pakaian yang Hitam dan terkadang ada
jubah berwarna Putih, sorban dengan rambut pirang11
warna Kuning,
dan yang perempuan memakai cadar yang lebar.12
Imam Mahdi dipercayai akan turun pada tahun 2011 sebagai akhir
zaman, dan Pemuda Bani Tamim sudah turun dengan wujud Kahar
Muzakkar sebagai pemula berdirinya Jama'ah Annazir, dan berada di
belahan Bumi paling Timur yaitu di tepi danau Mawang di belakang
STTP Gowa Sulawesi Selatan.
Secara umum Ustadz Syafi’ mengatakan bahwa dalam Jama’ah
Annazir masih banyak perbedaan perbedaan dengan ajaran Islam
biasanya. Adanya beberapa perbedaan dengan ajaran Islam secara
umumnya membuat Jama’ah Annazir diklaim sebagai aliran sesat.
Akan tetapi mereka tetap tidak dikatakan sebagai aliran sesat oleh
11
Hasni, Pandangan Jama’ah Annazir dalam menentukan awal bulan Qomariyah menurut
tinjauan Astronomi, Tesis, program magister IAIN Walisongo: Semarang, op cit, hlm 95 12
Penjelasan ini dikemukakan oleh Aba Rangka ketika menjelaskan kepada penulis di tepi
Danau Mawang bulan juli lalu bahwa Jama’ah Annazir ini adalah kelompok islam yang senantiasa
mengikuti Nabi Muhammad SAW termasuk menggunakan senjata. Seperti pedang dan tongkat.
Demikian beberapa sifat bani Tamim yang dipercayai oleh banyak masyarakat selama ini.
68
MUI, hal ini dengan beberapa alasan diantaranya bahwa mereka tetap
mengakui Allah sebagai pencipta dan Nabi Muhammad sebagai
junjungan mereka.
Beberapa alasan lain yang diungkapkan oleh Ustadz Lukman
didampingi oleh panglimanya Abah Rangkah, diantaranya:
Pertama misi Annazir menegakkan hukum Allah, karena
menurut Lukman pada saat ini hukum Allah dan Rasulullah jarang
sekali ditegakkan, oleh karena itu sudah sepantasnya ajaran Annazir
tidak diklaim sesat.
Kedua Annazir masih mengakui Nabi Muhammad sebagai
Rasulullah
Ketiga Annazir tetap melaksanakan ibadah-ibadah fardu seperti
Salat, Puasa, dan Haji, dan lain sebagainya. 13
Selain diukur dari kriteria diatas, Jama’ah Annazir tidak disebut
sesat dan menyesatkan berdAsarkan 10 kriteria sesat menrut MUI,
yaitu:14
1) Masih melaksanakan rukun iman dan rukun Islam
2) Mempunyai akidah sesuai al Qur’an dan Hadis
3) Meyakini al Qur’an sebagai wahyu terakhir
4) Mengakui autentisitas dan kebenaran al Qur’an
5) Menafsirkan ayat al Qur’an sesuai dengan kaidah-kaidah tafsir
13
Hal ini dijelaskan oleh Lukman, lih akuindonesiana. wordpress. com/2008/08/04 mui-
majlis-ulama-indonesia-menegaskan-bahwa-an-nazir-masih-bebas-dari-sebutan-sesa-dan-
menyesatkan/ 14
Isamujid. wordpress. com/sepuluh-kriria-sesat-mui/
69
6) Mengakui kedudukan Hadis nabi Muhammad sebagai sumber
ajaran Islam
7) Menghormati dan mengakui nabi Muhammad SAW sebagai nabi
akhir
8) Mengakui dan tidak melecehkan nabi dan rasul
9) Mempercayai ajaran Islam dan tidak merubah yang sudah
ditetapkan oleh syari’at
10) Tidak mengkafirkan sesama muslim dengan dalil yang tidak jelas
2. Tokoh-Tokoh Pendiri Dan Penyampai Ajaran Jama’ah Annazir
a. Sang Kahar Muzakkar
Abdul Kahar Muzakkar secara bahasa terdiri dari tiga yaitu
Abdul, Kahar, dan Muzakkar. Abdul artinya hamba , kahar artinya
Tuhan yang gagah perkasa , dan Muzakkar artinya jantan . Jadi,
Abdul Kahar Muzakkar berarti Hamba Tuhan jang bersifat djantan. ”
Kira-kira begitulah watak dan kepribadian Abdul Kahar Muzakkar.
Sebuah pemahaman sekaligus penyerahan diri pada nilai-nilai Islam
yang ditunjukkan oleh seorang pejuang.
Abdul Kahar Muzakkar ada pula yang menuliskannya dengan
nama Abdul Qahhar Mudzakkar lahir di Lanipa, Kabupaten Luwu, 24
Maret 1921 dan meninggal 3 Februari 1965 pada umur 43 tahun; nama
kecilnya Ladomeng adalah seorang figur karismatik dan legendaris
dari tanah Luwu, yang merupakan pendiri Tentara Islam Indonesia di
70
Sulawesi. Dia adalah seorang prajurit Tentara Nasional Indonesia
(TNI) yang terakhir berpangkat Letnan Kolonel atau Overste pada
masa itu. 15
Kahar Muzakkar memiliki seorang istri yang bernama Susana
Corry Van Stenus, dan menikah pada 1947 di Klaten, Jawa Tengah.
Corry akrab dipanggil mami. Mami meninggal pada 1 april 2006 di
kediamannya di jalan Raya Parung Bingung sekitar jam 05:00 WIB
beberapa saat setelah melaksanakan Salat Subuh.
Selama hayatnya, Mami Corry setia mendampingi suaminya
Kahar Muzakkar yang merupakan pimpinan Pemerintahan
Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) di Sulawesi Selatan. Dan
oleh para pengikut Kahar Muzakkar Mami dikenal sebagai Srikandi
dari Sulawesi, hal ini karena Corry sangat berjasa dalam mendampingi
sang suami, dia memimpin Gerakan Wanita Islam (Gerwais) yaitu
salah satu organisasi dibawah naungan PRRI. 16
Seminggu sebelum pemberontakan PRRI berakhir, menurut
kabar bahwa Kahar Muzakkar menceraikan Corry, dia meminta agar
Corry keluar dari hutan menuju ke arah Selatan, sementara Kahar
Muzakkar melanjutkan gerilya menuju tenggara. 17
15
http://id. wikipedia. org/wiki/Abdul_Kahar_Muzakkar. diakses pada 3 oktober 2011 16
http://teguhtimur.com/2006/04/01/sepenggal-kahar-muzakkar-di-parung-bingung.
diakses pada 3 oktober 2011. 17
http://teguhtimur.com/2006/04/01/sepenggal-kahar-muzakkar-di-parung-bingung.
diakses pada 3 oktober 2011, ibid
71
Corry dan empat anak hasil perkawinannya dengan Kahar
Muzakkar mengetahui kabar kematian Kahar dari pamflet yang
disebarkan pemerintah Republik Indonesia.
Selain menyampaikan kabar kematian Kahar Muzakkar, dalam
pamflet yang disebarkan dari udara itu pemerintah Republik Indonesia
juga meminta agar para pengikuti Kahar Muzakkar meletakkan senjata
dan kembali ke pangkuan Republik Indonesia.
Dalam wasiatnya Corry meminta agar jenazahnya digotong saat
menju pemakaman, dan puluhan orang bergantian menggotong jenazah
Corry menuju tempat peristirahatan terakhir yang berada sekitar dua
kilometer dari rumahnya. Liang lahat Corry tertutup bersamaan dengan
alunan azan yang terdengar dari masjid di dekat TPU Parung Bingung.
18
Kahar Muzakar bukanlah sosok asing bagi pemerintahan
Sukarno. Laki-laki kelahiran Palopo yaitu sebuah kota kecil di dekat
Teluk Bone, Sulawesi Selatan itu sebenarnya ikut mengawal
kemerdekaan Republik Indonesia.
Kahar yang sejak usia muda merantau ke Pulau Jawa ikut
mengawal pidato bersejarah Sukarno pada 19 September 1945 di
Lapangan Ikatan Atletik Djakarta (Ikada) yang kini dikenal sebagai
Lapangan Banteng di seberang kompleks Departemen Keuangan.
18
Ibid
72
Kahar Muzakkar juga berperan penting setelah pemerintahan
Republik mundur ke Yogyakarta. Murid Panglima Besar Jenderal
Sudirman ini ikut bertarung mengusir Belanda yang masuk ke
Yogyakarta pada Agresi Militer Pertama (1947) dan Agresi Militer
Kedua (1948), dia juga berperan saat menghadapi pemberontakan
Partai Komunis Indonesia (PKI) di Madiun, September 1948.
Setidaknya ada dua alasan utama mengapa Kahar Muzakkar
angkat senjata dan melawan Soekarno yang sebelumnya dia bela.
Pertama, dia tidak bisa menerima perlakukan pemerintah terhadap
anak buahnya yang tergabung dalam Brigade Hasanuddin, tidak semua
dari mereka diterima sebagai anggota TNI, walaupun telah berjuang
untuk Republik Indonesia. Kedua, yang lebih fundamental adalah
kecenderungan Sukarno menerima ideologi komunis.
Pada 7 Agustus 1953, saat Republik Indonesia masih berusia 8
tahun, Kahar Muzakkar menyatakan bergabung dengan Darul Islam
/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) yang dipimpin Kartosuwiryo di Jawa
Barat, dan 10 tahun kemudian dia mendeklarasikan dirinya sebagai
Khalifah Republik Persatuan Islam Indonesia (RPII).19
Pada tanggal 7 Agustus 1953 dia memproklamirkan Sulawesi
Selatan menjadi bagian dari Negara Islam Indonesia (NII), dan
proklamasi ini adalah awal dari babak baru perjuangan Abdul Kahar
Muzakkar. Gerakan yang diusungnya ini mendapat simpati dari rakyat,
19
Ibid
73
bahkan kemudian, banyak anggota TNI yang disertir dan melarikan
diri masuk hutan dan bergabung bersama NII Sulawesi Selatan.
Pada 1963 Kahar mengutus Corry menemui Sukarno di Jakarta,
dalam perjalanan itu Corry yang ditemani anak bungsu mereka,
Abdullah, membawa sepucuk surat dari Kahar Muzakkar untuk
Sukarno.
Di dalam surat itu Kahar Muzakkar menyatakan dirinya bersedia
menyerah dan kembali ke pangkuan RI dengan dua syarat. Pertama,
Sukarno membubarkan PKI. Kedua Soekarno harus menetapkan
Ketuhanan sebagai asas Negara. Akan tetapi Sukarno memilih tak
memenuhi permintaan itu.
Corry pun kembali ke belantara Sulawesi, dalam perjalanan
pulang dia sempat ditahan Pangdam XIV /Hasanuddin Kolonel
Muhammad Jusuf di Makasar. Hasan putra sulung pasangan Kahar
dan Corry berdiri di samping makam ibunya yang masih merah basah
pada tanggal 1 april 2006 yang lalu mengatakan.
“Ibu kami adalah wanita yang berjasa pada bangsa dan negara, ”
katanya.
Kahar Muzakkar membentuk PRRI pada tahun 1950 karena
ketidak puasannya kepada pemerintah pusat. Pemberontakan yang
terjadi dimana-mana menyusul kesenjangan yang sangat mencolok
antara pusat dengan daerah. Pada saat itu Kahar Muzakkar
membrontak bersama SM Kartosuwiryo yaitu pimpinan Darul Islam
74
(DI) atau Tentara Islam Indonesia (TII), sehingga mereka mengakhiri
pemberontakan mereka dengan kematiannya pada 3 Februari 1965.
Pemberontakan Kahar Muzakkar tumpas di tangan Operasi
Kilat, pada 3 Februari 1965 dan akhirnya dia ditembak mati di tepi
sungai Lasolo, Sulawesi Tenggara. Dalam situs resmi pusat sejarah
TNI disebutkan bahwa sebelum memberontak, pemerintahan Bung
Karno mengutus Letkol Kahar Muzakkar untuk menghadapi Kesatuan
Gerilya Sulawesi Selatan (KGSS) yang terdiri dari bekas laskar yang
ikut berperang sepanjang revolusi fisik. 20
Tetapi Kahar belakangan menuntut agar KGSS dijadikan
Brigade Hasanuddin di bawah pimpinannya, dan tak lama kemudian
dia menyatakan bergabung dengan gerakan Darul Islam /Tentara Islam
Indonesia (DI/TII) yang dipimpin Kartosuwiryo di Jawa Barat.21
Untuk menghentikan gerakan Kahar Muzakkar pemerintah
menempuh dua cara yaitu, Pertama melancarkan operasi milite dan
Kedua, menawarkan Amnesti dan Abolisi kepada anggota DI/TII yang
mau menghentikan pemberontakannya.22
Pada 21 Oktober 1961 Kahar Muzakkar mengirim utusan untuk
bertemu dengan Panglima Kodam XIV/Hasanuddin yaitu Kolonel
Muhammad Jusuf. Tak lama kemudia kedua pihak yang bertikai
menggelar pertemuan di Bonepute, sebelah Selatan Palopo.
Disebutkan bahwa dalam pertemuan itu Kahar Muzakkar
20
Ibid 21
Ibid
22 ibid
75
menyampaikan keikhlasan, keinsyafan dan kepatuhannya terhadap
kebijaksanaan pemerintah dalam masalah penyelesaian keamanan dan
penyaluran anggota DI /TII. Ternyata Kahar Muzakkar mengingkari
janjinya, pertemuan itu tidak lebih dari suatu siasat untuk mencegah
kehancuran DI /TII dengan taktik mengulur-ulur waktu. Begitulah
perjalanan Kahar Muzakkar hingga tahun 2006 dia meningal di
Jakarta.
b. Kyai Syamsur Madjid
Kyai Syamsur Madjid adalah seorang da’i di Malaysia23
, dan
beliau adalah seorang putra dari Pekan Baru tepatnya di daerah Dumai.
Jama’ah Annazir mempercayai Kyai Syamsur Madjid adalah seorang
Khahar Muzakkar. Kyai Syamsur lahir di daerah Lampa Kabupaten
Luwu 24 maret tahun 1921 dan meninggal pada 3 Februari 1965, atau
tepatnya ketika beliau berumur 43 tahun.
Sumber lain mengatakan bahwa KH Syamsuri Madjid atau
sering disebut dengan sebutan Abah Batam alias Syech Muhammad Al
Mahdi Abdullah sebagai Pimpinan pertama Majelis Zikir An-Nadzir
(Annazir) meninggal dunia di Jakarta Sabtu, 12 Agustus 2006 pukul
14:53:55 yaitu di usia 83 tahun dan dimakamkan di Pondok Pesantren
An-Nadzir Dumai24
. Pendapat kedua ini dihubungkan dengan
pemahaman bahwa beliau mempunyai ke Gaiban yang ke tiga. Dan
23
Ibid 24
http://annadzir. blogspot. com/2009/02/mengenal-jamaah-nadzir-ditulis oleh
Arowelitenggara 5 agustus 2008. Di akses pada 3 oktober 2011.
76
tentang perjalanan sang Kyai sebenarnya sudah dijelaskan sekilas di
bab satu sebelumnya.25
Ketika masa kecilnya beliau sering dipanggil Ladomeng, beliau
juga dikenal sebagai seorang figur yang karismatik dan legendaris dari
tanah Luwu. Beliau juga merupakan pendiri Himpunan Tentara Islam
(HTI) di Selawesi Tenggara, selain itu beliau juga seorang Tenaga
Nasional Indonesia (TNI) yang terakhir berpangkat Letnan Kolonel. 26
Pada masa itu beliau dikenal sebagai seorang pembangkang oleh
kabinet pemerintahan Soekarno Hatta dan sering diincar untuk
ditangkap. Setelah keluar dari TNI pada tahun 1950-an beliau
memimpin para bekas Gerilyawan Sulawesi Selatan dan Sulawesi
Tenggara yang kemudian mendirikan Tentara Islam Indonesia (TII)
dan bergabung ke dalam Daarul Islam hingga dikenal dengan nama DI
/ TII di Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara. 27
Pada tanggal 3 Februari 1965 melaui Operasi tentara beliau
tertembak mati dalam pertempuran antara Pasukan TNI, banyak orang
mengatakn bahwa beliau ditembak oleh Kopra 2 Sadeh yaitu salah-
satu anggota Batalyon Kujang 330 / Siliwangi di tepi sungai Lasal
Sulawesi Tengah.
Dalam Tesis Husni dikatakan bahwa makam Kahar Muzakkar
ini berada di KM 1 jalan Raga Kendari, akan tetapi kisah lain
25
Hasni, Pandangan Jama’ah Annazir dalam menentukan awal bulan Qomariyah menurut
tinjauan Astronomi, Tesis, program magister IAIN Walisongo: Semarang, op cit hlm 9 26
Ibid 27
Hasni, Pandangan Jama’ah Annazir dalam menentukan awal bulan Qomariyah menurut
tinjauan Astronomi, Tesis, program magister IAIN Walisongo: Semarang, Loc.It Hlm 84.
77
mengatakan bahwa yang tertembak bukan beliau tapi penjaga kebun
beliau. 28
Pada tahun 1998 beliau melakukan banyak perjalanan dakwa ke
berbagai daerah di Indonesia termasuk Sulawesi Selatan. Khususnya
masyarakat Luwu mengenal Kyai Syamsur Madjid sebagai seorang
pemuda yang pinter dan bijaksana hingga banyak orang yang
membentuk komunitas sebagai pengikutnya yaitu komunitas
komunitas Annazir, dengan praktikum ritualnya bernama Majlis Zikir
an-nazir Latif Akbar. 29
Kyai Syamsur dikenal sebagai pemuda dan Kyai Gaib. Ada
beberapa bukti kegaibannya yaitu30
:
Pertama ketika beliau masih kecil, yang terlahir sebagai bayi
yang kembar, kemudian ketika berumur 5 tahun hilang satu. Dan
dipercaya oleh Jama’ah Annazir bahwa di akhir zaman nanti beliua
akan turun kembali (yang hilang) dengan sosok Imam Mahdi. Kedua
Jama’ah Annazir mempercayai bahwa setelah Syeikh Muhammad al-
Mahdi Abdullah meninggal pada tahun 1965 akan muncul lagi dengan
nama Kahar Muzakkar. Ketiga berumur 40 tahun ada kegaiban yan
muncul kembali yaitu pada tahun 1998 dengan nama Kyai Syamsur
Madjid. Keempat pada tahun 2011 beliau akan muncul lagi dengan
nama al-Mahdi.
28
http://annadzir. blogspot. com/2009/02/mengenal-jamaah-nadzir-ditulis oleh
Arowelitenggara 5 agustus 2008. Di akses pada 3 oktober 2011, loc. It 29
Ibid 30
Ibid
78
Hal keempat tersebut bertepatan dengan adanya pembai’atan di
Makkah yang bertepatan dengan hari Jum’at dan hari Sabtu.
Kemudian dipercayai dengan tanda bahwa kehidupan dunia akan
segera berakhir. Tahun sekarang inilah yang dipercayai bahwa di
belahan bumi Timur ada sesosok Imam Mahdi yang sudah turun
dengan para wali belajar degannya.
Ketika Kyai Syamsur meninggal, kedudukan yang tertinggi
dalam organisasi Jama’ah Annazir disebut Panglima , dan itu adalah
ustadz (Abah) Rangkah. Ustadz Rangkah dipahami sebagai pengganti
Kyai Syamsur karena menurut mereka bahwa itu adalah langsung
ditunjuk oleh Kyai Syamsur dengan kriteria pemberani, periksa,
cerdas, dan bijaksana. Selain itu sebelum wafatnya yaitu ketika sedang
dakwa di hotel Delta beliau berwasiat bahwa Abah Rangkah yang
menggantikannya.31
c. Abah Rangkah
Abah Rangkah sering dipanggil juga dengan sebutan Ustadz
Rangkah atau sering dipanggil dengan panggilan Abah, adalah
seorang pengikut Syeikh Syamsur Madjid yang ketika sepeninggal
beliau ditunjuk sebagai pengganti Syeikh Syamsur Madjid sebagai
pimpinan Jama'ah Annazir dalam melaksanakan tugasnya. Pimpinan
dalam jama'ah Annazir ini sering disebut dengan sebutan panglima.
31
Ibid
79
Selain ditunjuk langsung oleh Syeikh Syamsur, Abah Rangkah
juga dinilai memenuhi kriteria seorang pemimpin bagi Jama'ah
Annazir, yaitu gagah, perkasa, kuat, dan pemberani.
Awalnya Abah Rangkah hanya merupakan salah satu pengikut
yang selalu menta'ati perintah dari sosok Kahar Muzakkar. Hingga
dengan keta'atannya beliau ditunjuk untuk menggantikan Kahar
Muzakkar dalam menjalankan ajaran Islam murni dari jama'ah annazir,
demikianlah yang dikatakan oleh ustadz Arif Tani ketika diwawancarai
bulan Juli 2011 tahun lalu.
Jama’ah Annazir di Makssar mempercayai bahwa Abah
Rangkah merupakan pimpinan Jama'ah Annazir umumnya di seluruh
Nusantara dan khususnya di daerah Mawang dan sekitarnya. Dalam
membuat kebijakan dia lah sebagai patoka pemutus keputusan seperti
dalam hal penentuan awal bulan Kmariyah, awal waktu sholat,
pembai'atan dan lain sebaginya.
Ustadz Rangkah juga pernah menjelaskan bahwa sebelum
mempelajari ajaran Jama'ah Annazir dia juga pernah bergabung
dengan Muhammadiyah. Kemudian dia mempercayai kebenaran sudah
muncul ketika dia masuk ke Majlis Annazir hingga sekarang.
80
d. Ustadz Juanda
Ustadz Juanda adalah seorang pengikut Jama'ah Annazir yang
hingga saat ini mengabdikan dirinya sebagai pemimpin Jama'ah
Annazir di pemukiman di daerah Bogor.
Exisnya Jama'ah Annazir dipimpin oleh Abah Rangkah, akan
tetapi menurut Ustadz Juanda ketika diwawancarai via telpon bulan
Agustus 2011 tahun lalu bahwa antara dia (Abah Juanda) dan Abah
Rangkah adalah sejajar. Dan dalam melaksanakan ajaran Jama'ah
Annazir mereka sealau berbarengan walaupun terkadang ada sedikit
perbedaan yang tidak terlalu prinsipil.
Ustadz Juanda dipercayai oleh Jama'ah Annazir sebagai sesosok
pemimpin dan pemegang keputusan dalam pelaksanaan ibadah bagi
Jama'ah Annazir di Bogor dan seluruh Jama'ah Annazir di Jawa dan di
Sumatra.
3. Pemikiran Hisab Rukyah Jama’h Annazir
a. Penentuan Awal Bulan Kamariyah Menurut Jama’ah Annazir
Dalam penetapan awal bulan Kamariyah Jama’ah Annazir
menggunakan metode hisab dan metode rukyah, yaitu sebagai berikut:
1) Metode Hisab Jama’ah Annazir
Metode hisab jama’ah Annazir sebenarnya cukup
singkat yaitu hanya dengan menggunakan angkah 54
81
menit untuk menambahkan tenggang waktu terbit bulan
setiap harinya.
2) Metode Rukyah Jama’ah Annazir
a) Pengamatan Fase-Fase Bulan
Fase-fase Bulan dalam konsep Jama’ah Annazir sama
dengan konsep Astronomi sebagai keilmuan yang ilmiah. Fase
Bulan terdiri dari Bulan penuh atau Bulan Purnama sampai
dengan Bulan mati atau Bulan tanpa sinar.
Observasi Bulan Purnama kemudian menentukan kapan
konjungsi akan terjadi. Purnama terkait dengan fajar sidik
yang didahului oleh fajar katzib. Ketika pada saat fajar sidik
dan pada saat tersebut terbit juga Bulan Purnama hal ini di
definisikan oleh Ustadz Rangkah sebagai fajar di Barat dan si
Timur32
dalam artian pada saat Bulan Purnama terjadilah dua
fajar, karena pada saat tersebut betepatan dengan
terbenamnya Matahari di Barat dan Bulan di Timur.
Ustadz Syafi' menerangakan bahwa apabila Bulan
mendapati malam yaitu kurang lebih 54 menit, maka keesokan
harinya bulan (dalam penanggalan) penuh habis sampai
malam, akan tetapi apabila Bulan mendapati malam kurang
lebih 27 menit, maka keesokan harinya akan terjadi
32
Husni , Pandangan Jama’ah Annazir dalam menentuakan Awal Bulan Qomariyah,
2011, IAIN Walisongo : Semarang, op cit. hlm 99
82
perpisahan disiang hari, dan begitu juga apabila Bulan
mendapati malam selama kurang lebih 14 menit, maka akan
terjadi perpisahan kurang lebih pada jam 9, maka dengan
keterangan tersebut bahwa wajar mereka terkadang mengakhiri
Puasa mereka di pagi atau siang hari.
Dalam konsep Jama'ah Annazir habisnya fajar khazib
merupakan tempat berpisahnya siang dan malam, dan hitungan
waktu fajar kazib ini ditetapkan pada jam 5:25 (jam lima lewat
dua puluh lima menit). Apabila Bulan terbit diperhitungkan
terbit sebelum jam tersebut, maka keesokan harinya mereka
masih melaksanakan ibadah Puasa sehari penuh, akan tetapi
apabila terbitnya Bulan diperkirakan terjadi setelah jam
tersebut, maka keesokan harinya akan terjadi perpisahan
Bulan, dan mereka akan mengakhiri Ibadah Puasa mereka. 33
Keberadaan bulan pertama adalah tepat ketika umur
Bulan berada dalam pertengahan. Hal ini dipedomani oleh
Jama’ah Annazir atas dasar hukum sebagai berikut:
” Intailah bulan Ramadhan di bulan Sya’ban ”34
Dasar hukum lain diungkapkan oleh Hasni dalam
tesisnya adalah menurut Ustadz Hamzah (salah satu imam
33
Konsep 5:25 tersebut adalah menurut pemahaman mereka, dan bukan angak paten setiap
daerah, akan tetapi selalu diperhitungkan pada posisi daerah tersebutKonsep 5:25 tersebut adalah
menurut pemahaman mereka, dan bukan angak paten setiap daerah, akan tetapi selalu
diperhitungkan pada posisi daerah tersebut. hasil wawancara dengan ustadz Syafi' tanggal 27 Juli
2011 di salah satu pemondokan mereka di tepi danau Mawang belakang STTP Gowa. 34
Mengutif perkataan langsung dari Abah Rangkah ketika wawancara, 26 Juli 2011, Gowa,
Makassar
83
Jama’ah Annazir) ada Hadis lain yang menjadi landasan adalah
Hadis Aisyah ” untuk menentukan awal bulan "Ramadhan
maka hitunglah mulai pertengahan Rajab”
b) Pengamatan Fenomena Alam
Sudah menjadi pengetahuan masyarakat umum bahwa
ciri khas jama’ah ini adalah memakai pakaian Hitam (jubah),
rambut pirang, dan lain sebagainya. Hal tersebut salah-satu
bentuk pemahaman mereka bahwa setiap organ tubuh manusia
adalah sebagai miniatur dari Alam Semesta. Rambut sebagai
miniatur hutan belantara, urat-urat sebagai miniatur sungai
yang mengalir, dan lain sebagainya. 35
Hal tersebut juga diberlakukan pada pemahamn
penentuan awal bulan Kamariyah. Penentuan awal bulan
Kamariyah diumpamakan seperti orang yang hendak buang air
besar, maka ketika seseorang hendak buang air besar maka
ada tanda-tanda seperti sakit perut dan lain sebagainya dan
begitu juga ketika awal bulan Kamariyah akan datasng maka
akan ada tanda-tanda yang mengawalinya seperti pasang
terpuncak air laut, ada hujan yang disertai kilat dan angin, dan
sebagainya. Maka ketika menjelang awal bulan Kamariyah
semua masyarakat Annazir mengadakan pengamatan di pantai.
Mereka biasa menanyakan kepada nelayan untuk mengetahui
35
Pemahaman tersebut dijelaskan dalam tesis Hasni. Panadangan jama'ah Annazir dalam
menetukana awal 1 Ramadan, 1 syawal, 1 Dzulhijjah. 2011. pasca sarjana IAIN Walisongo:
Semarang, hlm 102.
84
kapan puncak tertinggi pasang air laut akan terjadi, dan
menanyakan kebenarannya.
c) Menerawang dengan Kain Hitam
Selain dua metode diatas. Jama’ah Annazir juga
menggunakan alat yaitu Kain Hitam untuk menentukan awal
bulan Kamariyah. Caranya adalah ketika bulan berumur 26
hari dan menjelang 27, terawanglah bulan dengan kain Hitam
tersebut.
Apabila ada garis-garis yang terlihat maka itu
menandakan bahwa Bulan memang sudah tua, kemudian
perhatikan ada berapa garis-garis yang ada pada Bulan
tersebut. Ketika ada garis 3, itu berarti Bulan ini akan berumur
3 malam atau 3 hari lagi dan begitu juga seterusnya.
Dalam Jama’ah Annazir ketinggian Bulan diistilakan
dengan ukuran Tombak. Satu tombak sama dengan tiga meter,
sedangkan ukuran tombak antara perjalanan Bulan dan
Matahari adalah berbeda, dalam perjalanan bulan 1 tombak
adalah 12o sedangkan dalam Matahari 1 tombak adalah 15
o .
85
b. Penentuan Awal Waktu Salat
Dalam surat al-Hud ayat 114 dijelaskan :
Artinya : Dan dirikanlah sholat pada kedua tepi siang (pagi dan
petang) dan pada bagian permulaan malam.”
(QS. Al hud : 114). 36
Tepi siang yang pertama adalah waktu Salat Subuh, tepi siang
yang kedua adalah untuk waktu Salat Zuhur dan Asar, dan bagian dari
permulaan malam adalah untuk waktu Salat Magrib dan Isya.
Ayat lain yaitu di surat al Isra' ayat 78:
Artinya: ”Dirikanlah Salat dari setelah Matahari tergelincir sampai
gelap malam dan (dirikanlah pula Salat) Qur'anul Fajri,
sesungguhnya (Salat) Qur'anul Fajri itu disaksikan ( QS. Al
Isra' : 78)”37
Tergelincirnya Matahari adalah waktu Salat Zuhur dan Asar,
gelap malam adalah waktu Salat Maghrib dan Isya, dan Qur'anul Fajri
adalah Salat Subuh yang senantiasa disaksikan oleh manusia. Ahlul
36
Depag RI, Al-Quran dan Terjemahan, Mujamma Khadim al-Haramain al-Syafi’i,
Semarang, tt , hlm 344s 37
Ibid, hlm 436
86
Bait yaitu Jama'ah annazir mengatakan bahwa yang dimaksud dengan
gelap malam adalah tengah malam.
a. Waktu Zuhur dan Asar
Imam Shadiq (a) berkata: "apabila Matahari tergelincir
maka masuklah waktu Zuhur dan Asar bersama-sama, hanya saja
yang Zuhur sebelum yang Asar. Dan setelah itu kamu berada pada
waktu yang bersamaan yaitu Zuhur dan Asar samapai Matahari
terbenam.38
Apabila Matahari tergelincir maka tibalah waktu salat
Zuhur untuk beberapa saat sepanjang diperkirakan untuk
menunaikan salat empat raka’at.
Apabila waktu itu telah berlalu maka masuklah waktu salat
Zuhur dan Asar, hingga tersisah beberapa saat yang akan cukup
untuk salat empat raka’at untuk salat Asar dan hilanglah waktu
Zuhur hingga Matahari terbenam.
Imam menambahkan bahwa awal waktu Zuhur adalah
ketika bayangan benda sama dengan benda tersebut atau bayangan
kita sama dengan kita. Dan apabila bayangan benda sepanjang dua
kali benda tersebut, maka kerjakanlah salat Asar. Menurut mereka
antara salat Zuhur dan Asar akan ada waktu khusus, dimana antara
keduanya ada waktu umum yang mana boleh melaksanakan salat
Zuhur dan boleh juga melaksanakan salat Asar.
38
Pedoman Pelaksanaan Sholat Ahlulbayt, oleh abah syeikh Muhammad Al-Mahdi
Abdullah. Majlis latiful akbar Mawang . Makasar, loc. it, hal 1
87
b. Waktu Magrib dan Isya
Imam Shadiq mengatakan bahwa waktu Magrib adalah
ketika Mega Merah telah hilang dari ufuk Timur, hal ini karena
ufuk Timur lebih tinggi dari pada ufuk Barat, adapun akhir
waktunya adalah tengah malam.39
Waktu salat Magrib diawali dengan munculnya Mega
Merah dikarenakan suatu alasan dari mereka tentunya yaitu bahwa
hilangnya Bola Matahari atau tenggelamnya Matahari memang
sudah masuk waktu salat Magrib, akan tetapi terbenamnya
Matahari sebenarnya tidak cukup untuk membuktikan bahwa
waktu Magrib sudah ada, akan tetapi mega merah yang sudah
muncul sebenarnya bisa lebih menjelaskan bahwa Matahari
memang benar-benar sudah tenggelam dan sudah terjadinya
perpisahan siang dan bertemunya malam.
Seperti salat Zuhur dan Asar, salat Magrib dan Isya pun
mempunyai dua waktu yaitu waktu khusus dan waktu umum.
Waktu khusus atau waktu utama salat Magrib adalah dari awal
waktu sampai hilangnya Mega Merah di ufuk Barat, sedangkan
waktu utama Isya adalah dari hilangnya Mega Merah tersebut
sampai dengan sepertiga malam.
Apabila seseorang lupa melaksanakan salat Magrib dan
Isya atau tertidur sampai dengan pertengahan malam, maka
39
Ibid, hlm 2
88
hendaklah ia melaksanakan kedua duanya dengan berniat ada'an
atau salat pada waktunya, karena waktu darurat bagi keduanya
adalah sampai terbit fajar. Dan lebih utama lagi melaksanakannya
dengan niat Taqarrub atau mendekatkan diri kepada Allah, dengan
tanpa niat ada'an ataupun qada'.
c. Waktu Subuh
Imam Ja'far Shidiq berpendapat bahwa waktu salat Subuh
adalah antara terbit fajar dan terbitnya Matahari. Awal waktu
Subuh adalah fajar Sadiq. Adapun fajar Kazib disaat itu tidak boleh
melaksanakan salat Subuh, hingga waktu Subuh berakhir ketika
terbitnya Matahari.
Adapun untuk salat-salat sunnah, mereka sependapat
bahwa salat Sunnah sebelum Zuhur adalah dilaksanakan mulai dari
tergelincirnya Matahari, dan salat Sunnah Asar dilaksanakan
dimulai setelah selesai waktu Zuhur, akan tetapi mereka sering
berbeda pendapat tentang akhir salat Sunnah tersebut.
Imam shadiq berkata:
" Apabila seseorang ketiduran dan lupa melakukan Salat Magrib
dan Salat isya , bila ia terbangun sebelum fajar dan masih ada
waktu untuk melaksanakan Salat keduanya, maka hendaklah ia
melakukan keduanya. Dan jika ia khawatir akan kehilangan salah
satu dari keduanya, maka hendaklah ia memulai dengan Salat Isya. 40
Dan apabila ia terbangun setelah fajar, maka hendaklah ia
mengerjakan salat Subuh, kemudian Magrib dan Isya. ”
40
Ibid, hlm 1-4
89
Ada dua ibadah salat yang biasanya dilaksanakan oleh
umat muslim lainnya, yaitu salat Jum'at dan salat taraweh. Salat
Jum'at mereka laksanakan ketika bayangan benda mencapai
setengah dari suatu benda. Adapun salat Taraweh mereka tiadakan,
dengan alasan yang dikemukakan oleh panglimanya Ustadz
Rangkah bahwa ditiadakan karena menghindari Jama'ahnya
menjadikannya sebagai suatu kewajiban. Alasan lain menurut
mereka juga mengikuti Nabi Muhammad SAW yang mana pada
zamannya memang pernah melaksanakan ibadah salat Taraweh
pada malam 23, 25, dan 27. Dan ketika ditanya oleh para sahabat
kenapa berhenti melaksanakannya, lalu Rasulullah menjawab “itu
dilakukan semata karena takut nanti salat Taraweh nanti dijadikan
kewajiban”. Dan menurut Abah Rangkah bahwa mereka cukup
berpuasa saja, lantaran merujuk pada ayat al Qur’an surat al
Baqarah ayat 187. 41
41
http://farel-09. blogspot. com/2011/08/pesantren-nadzir. html. diakses pada 3 oktober
2011
90
BAB IV
ANALISIS METODE PENENTUAN AWAL BULAN KAMARIYAH
MENURUT JAMA'AH ANNAZIR DALAM
Penentuan Awal bulan Kamariyah adalah hal yang krusial khususnya di
Negara Indonesia. Banyaknya metode dan penafsiaran yang berbeda di
masyarakat menjadikan perbedaan semakin marak di Indonesia. Selain banyaknya
metode dan penafsiran ayat yang berbeda. sifat kehati-hatian orang yang juga
menjadikan seringkali timbul banyaknya perbedaan antara aliran dan kelompok
kepercayaan masing-masing.
Pada skripsi ini penulis akan menjelaskan beberapa sisi perbedaan yang ada
di Negara Indonesia, yaitu yang ada di kelompok Jama‟ah Annazir yang ada di
daerah Sulawesi Selatan (Makassar) dan di Jawa Barat (Bogor). PadaJama‟ah
Annazir kita mengenal beberapa metode yang berbeda dengan metode-metode
yang penulis kenal secara umum.
Secara umum kita mengenal metode Hisab dan metode Rukyah yang ada di
kelompok Nahdatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah. Selain itu ada juga metode
Rukyah Global yang dianut oleh kelompok Hizbut Tahrir (HTI) dan lain
sebagainya.
Kelompok Annazir sering kali mendapat klaim yang buruk dari masyarakat
luar, banyak yang mengatakan bahwa mereka adalah kelompok yang menyimpang
dan berbeda dengan yang lain.
91
Mereka mempunyai pola kehidupan sendiri, mempunyai tempat tinggal
yang berbeda dengan tempat tinggal masyarakat lain. Annazir mempunyai mata
pencarian sendiri yaitu dengan bertani di lingkungan tempat tinggal mereka.
Keluarga mereka jarang yang menimbah ilmu di sekolah-sekolah negeri
seperti SMP, SMA, MTS,MA, atau yang lainnya, mereka mempunyai kelompok
belajar sendiri. Hal ini ironis dengan banyaknya para pembesar Jama‟ah Annazir
yang merupakan alumnus dari sebuah universitas. Alasannya hanya mereka tidak
mau kalau anak-anak mereka diejek oleh temen-temennya di sekolah dan mereka
tidak mau bercampur dengan kebijakan pemerintah yang tidak sejelan dengan
mereka.
A. ANALISIS PENENTUAN AWAL BULAN KAMARIYAH MENURUT
JAMA’AH ANNAZIR
Jama‟ah Annazir adalah sekelompok orang yang merupakan murid
dari Syeikh Muhammad al-Mahdi Abdullah atau Kyai Syamsur Madjid.
Beliau adalah seorang ulama yang dipahami oleh Jama'ah Annzir sebagai
seorang guru besar yang mengajari mereka dalam memahami Agama
Islam secara benar.
Dalam mengajarkan ajaran Agama Islam, Syeikh mempunyai
beberapa murid yang patuh dan senantiasa menuruti ajarannya. Diantara
para murid tersebut adalah Ustadz Ir. A. Juanda (panglima Jama‟ah
Annazir di kota Bogor Jawa Barat), Ustadz Rangkah (panglima Jama‟ah
Annazir di Mawang Makasar Sulawesi Selatan), dan pemimpin-pemimpin
Jama‟ah Annazir di daerah-daerah lainnya.
92
Banyak perbedaan ajaran Annazir dengan ajaran Islam secara
umumnya seperti awal waktu Salat, cara melakukan ibadah Salat,
pelaksanaan ibadah Puasa dan lain-lain. Seperti yang sudah dijelaskan
pada bab sebelumnya. 1
Perbedaan yang mencolok adalah dalam menentukan Awal bulan
Kamariyah. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa dalam
menentukan awal bulan Kamariyah mereka mempunyai beberapa metode
yaitu metode hisab, rukyah, dan pengamatan fenomena alam seperti
pasang surut air laut, angin, hujan, dan kilat dan yang terakhir adalah
dengan metode menerawang Bulan dengan kain hitam. 2
Jika penulis bisa menghubungkan dengan penjelasan sebelumnya
bahwa penanggalan hijriyah atau kamariyah ditentukan dengan melihat
pergerakan alam. Maka sungguh hal yang wajar kalau Annazir mempunyai
pemahaman bahwa pasang surut air laut, angin, hujan dan lain
sebagainya sebagai petunjuk pergerakan Bulan.
Pada bab ini penulis tidak banyak menjelaskan tentang metode
penentuan awal bulan Kamariyah oleh Jama‟ah Annazir, akan tetapi lebih
menjelaskan tentang dinamika atau lebih tepat lagi tentang kondisi social
yang ada di Jama‟ah Annazir terutama antara Jama‟ah Annazir di
Makassar dan di Bogor.
1 Hasil wawancara dengan Ustadz Syafi‟I di Mawang, 27 juli 2011
2 Hasil wawancara dengan ustadz Arif Tani seorang pembesar Jama‟ah Annazir di Makasar
pada tanggal 27 Juli 2011 jam 14:12 WITA di pemondokan Danau Romang Lompoa,
Bontomarannu, Gowa, Sulawesi Selatan. op. cit
93
Awalnya Jama‟ah Annazir berada di tempat yang satu yaitu di
Palopo, Sulawesi Selatan. Akan tetapi seiring dengan kebutuhan masing-
masing individu yang membutuhkan kehidupan di daerah-daerah yang
berbeda. Selain itu visi dan misi Jama‟ah ini juga ingin menegakkan
hukum Allah SWT di muka Bumi ini dan selanjutnya diharapkan ajaran
itu dapat berkembang di seluruh nusantara, hal karena mulai pada awal
muncul di muka Bumi ini Annazir sudah diusakan bisa menyebar di
seluruh dunia, hingga pada sekarang ini Jama‟ah Annazir sudah mulai
tersebar di berbagai daerah di muka Bumi ini, dan diantaranya yaitu di
daerah Makassar dan di Bogor. Selain itu pada tahun 2006 mereka sudah
ditinggalkan oleh sang panglima besar yaitu Syeikh Syamsur Madjid
(yang merupakan merekat bagu mereka), maka dari beberapa kondisi ini
menyebabkan mereka harus terpecah di berbagai daerah di nusantara.
Annazir mempunyai berbagai ajaran yang dipedomani sebagai
ajaran yang langsung datangnya dari Allah SWT, seperti yang sudah
dijelaskan di bab sebelumnya bahwa ada ajaran yang semakin terlihat
berbeda dengan ajaran agama Islam secara umum yaitu tentang awal
waktu Salat dan pelaksanaannya, awal bulan Kamariyah, dan lain
sebagainya.
Dalam menentukan awal bulan Kamariyah mereka mempunyai dua
orang sebagai penentu awal bulan Kamariyah. Mereka mempunyai Abah
Juanda untuk memutuskan awal bulan Kamariyah Jama‟ah Annazir di
94
Bogor dan di sekitar Jawa dan Sumatra, Abah Rangkah untuk memutuskan
awal bulan Kamariyah di daerah Makassar dan sekitarnya.
Awalnya ketika Syeikh Syamsur Madjid masih hidup. Pemegang
awal bulan Kamariyah masih diputuskan oleh Syeikh Syamsur Madjid,
akan tetapi setelah wafatnya sang Syeikh, maka Jama‟ah Annazir terbagi
(tersebar) di berbagai daerah dan sedikit banyaknya akan terjadi beberapa
perbedaan yang ada.
Dalam menganalisis bagaimana metode hisab dan metode rukyah
Annazir, penulis mencoba untuk mengkomparasikan metode hisab dan
metode rukyah yang ada di Negara Indonesia yaitu metode Ephimeris.
a. Analisis Hisab Annazir
Secara umum di Indonesia mempunyai berbagai metode Hisab,
diantaranya Hisab Hakiki, Haisab Takribi, dan Hisab Hakiki
Kontemporer. Akan tetapi disini penulis mencoba membendingkannya
dengan metode Hisab Hakiki Kontemporer yaitu metode ephimeris.
Hisab yang ada di Annazir lebih singkat perhitungannya
dibandingkan dengan hisab di ephimeris. Dalam menentukan awal
bulan Kamariyah Annazir memperhitungkan terbit Bulan setiap
harinya. Waktu terbitnya Bulan kemudian akan dilihat dan dibuktikan
ketika fajar menjelang pagi hari, dan mereka mempedomani fajar kazib
juga sebagai pemisah dari malam dan siang. Apabila waktu terbit
95
Bulan sudah melewati fajar kazib maka hari selanjutnya menunjukan
awal bulan Kamariyah sudah terjadi dan sebaliknya.
Dalam memperhitungkan awal bulan Kamariyah, Annazir
mempunyai angkah 54 (derajad / menit) yang digunakan untuk
menghitung waktu terbitnya Bulan. Jika terbit Bulan terjadi di pagi hari,
maka angkah 54 akan digunakan dalam bentuk menit, dan jika pada
sore hari, maka akan digunakan dengan bentuk derajat. 3
Angkah 54 (derajat / menit) dipedomani karena mereka percaya
bahwa angkah tersebut datang dari Allah SWT. Allah memberikan
angkah ini secara langsung dengan sang panglima yang merupakan
pembawa ajaran ini yaitu Syeikh Syamsur madjid yang mereka pahami
sebagai Kahar Mudzakkar atau Bani tamim.
Ketika penulis menanyakan langsung dengan sang Panglima yang
dipahami sebagai pengganti Syeikh Syamsur yaitu Abah Rangkah di
Makassar lalu, mereka mengatakan bahwa dalam metode Hisab mereka
hanya ada angkah 54 yang digunakan sebagai pedoman, dan sangat
jelas bahwa hal ini sebenarnya sangat berbeda dengan metode Hisab
yang dipakai oleh metode Ephimeris.
Metode Ephimeris menggunakan tinggi hilal atau Bulan baru
ketika terbenam Matahari. Apabila tinggi hilal lebih dari 2 derajat dan
sudah bisa dilihat ketika Matahari dalam posisi terbenam, maka malam
hari dan keesokan harinya sudah merupakan bulan baru dan sebaliknya
3 Hasil wawancara dengan Aba Rangkah (panglima Jama‟ah Annazir di Makassar), dan
juga seorang pembesar Jama‟ah Annazir di Makasar pada tanggal 27 Juli 2011 jam 14:12 WITA di
pemondokan Danau Romang Lompoa, Bontomarannu, Gowa, Sulawesi Selatan.
96
apabila tinggi hilal belum 2 derajat atau belum terlihat maka besoknya
masih merupakan hari terakhir di bulan tersebut.
Ephimeris ini adalah sebuah metode perhitungan yang terdapat di
dalam buku Ephimeris Hisab Rukyah yang diterbitkan oleh
Kementerian agama RI setiap tahunnya sejak tahun 2005 yang
ditangani oleh Direktorat Urusan Agama Islam dan pembinaan
Syari‟ah. Buku ini juga memuat beberapa data Astronomis dan dapat
dilihat di Sofware program WinHisab versi 2. 04
Metode Hisab Ephimeris mempunyai berbagai tahapan dan cara.
Ada berbagai data dan rumus yang digunakan untuk mencari kapan
terbenam Matahari di tanggal 29 pada suatu bulan tertentu.
Dalam menentukan awal bulan Kamariyah di metode Ephimeris,
kita memerlukan beberapa data dan rumus dengan cara tertentu, yaitu:
a. Lintang tempat, 5
b. Bujur tempat 6,
c. Data sinar bulan (Fraction Illumination bulan) yang terkecil,
d. Ecliptic Longitude,
e. Ecliptic Latitude,
f. Apprent Declination,
g. Semi Diameter,
4 Muhyiddin Khazin “Ilmu Falak dalam Teori dan Praktik perhitungan arah kiblat, waktu
shalat, awal bulan dan gerhana”Cet III, Jakarta: Buana Pustaka , hlm 153 5 Bisa kita dapatkan di berbagai lampiran di buku-buku falak seperti Mukhyiddin Khazin
“Ilmu Falak dalam Teori dan Praktik perhitungan arah kiblat, waktu shalat, awal bulan dan
gerhana”Cet III, Jakarta: Buana Pustaka , Ibid, hlm 263 – 281 6 Ibid
97
h. Horizontal Parallak,
i. Dan lain sebagainya.
Hampir semua data bisa kita ambil di WinHisab. Ephimeris yang
dimiliki pemerintah Indonesia mempedomani ketinggian hilan di waktu
terbenam Matahari serta terlihatnya hilal sebagai pedoman. Metode
Hisab ini dipegang unggul oleh kelompok Muhammadiyah. Adapun
tahapan perhitungannya adalah sebagai berikut:
a. Menentukan awal bulan apa ( dari konversi) yang akan dihitung,
b. Menentukan lokasi ( terkait dengan koordinat tempat yang akan
dihitung)
c. Siapkan data astronomis dari WinHisab atau sofware lainnya,
d. Melacak FIB yang terkecil atau terredup sinarnya di WinHisab ,
e. Menghitung sabaq Matahari dan bulan,
f. Menghitung Ijtimak,
g. Menghitung posisi bulan dan keadaan hilal akhir suatu bulan ketika
menjelang awal suatu bulan tertentu, seperti menghitung sudut
waktu Matahari, ketinggian Matahari, waktu Matahari terbenam,
asensiorekta, sudut waktu Bulan, interpolasi deklinasi Bulan,
tinggi Bulan Hakiki, tinggi Hilal Mar‟i, Horizontal Parallax, Semi
Diameter Bulan, Parallax, Azimuth Matahari, Azimuth Bulan,
dan letak serta posisi Bulan ketika terbenam Matahari.
98
Setelah menjalani beberapa proses diatas, kemudian kita bisa
mengambil kesimpulan tentang awal bulan tersebut. Apakah tinggi
Bulan mencukupi untuk bisa dilihat dan lain sebagainya.
Dari pemaparan diatas sudah jelas bahwa antara hisab yang
dipedomani oleh Annazir dan hisab dengan ephimeris sangat banyak
perbedaan, diantaranya tentang data yang dipakai dan cara
perhitungannya.
Jika penulis bisa mengatakan bahwa metode yang bisa dikatakan
akurat dan bisa dijadikan pedoman untuk menentukan awal bulan
Kamariyah di tengah-tengah masyarakat muslim itu adalah metode
yang menggunakan metode yang benar-benar yang diajarkan oleh Allah
SWT walaupun itu tersirat.
Perlu penulis tegaskan lagi bahwa walaupun WinHisab itu adalah
sebuah wujud ilmu pengetahuan yang berasal dari pemahaman
pemerintah, akan tetapi bisa kita ambil hikmahnya dari Allah
menciptakannya ilmu pengetahuan tersebut, Allah tidak mungkin
menciptakan hal-hal yang tidak berguna.
Berkenaan dengan angka 54, penulis mencoba mendeskripsikan
hal-hal diatas dengan memaparkan perbandingannya dengan metode
atau konsep secara umum di Ilmu Falak di Indonesia.
Pertama, kalau kita lihat dari sisi Ilmu Falak memang sudah
membahas tentang angka selisih peredaran Bulan setiap harinya, akan
tetapi yang pernah penulis temukan bukan waktu terbit yang dibahas
99
tapi waktu terbenamnya Bulan. Dari buku Pedoman Penentuan Awal
bulan Kamariyah, terbitan dari KEMENAG, mengatakan bahwa
waktu terbenam Bulan pada suatu hari lebih lambat sekitar 50 menitan
dari waktu terbenam hari sebelumnya, ini berbeda dengan waktu
terbenamnya Matahari yang setiap harinya hanya berbeda beberapa
menit saja. Hal ini disebabkan setiap harinya Bulan akan menjauhi
Matahari ke arah Timur sekitar 12 derajad. 7
Di Almanak Nautika digambarkan beberapa tabel tentang waktu
terbitnya bulan, diantaranya sebagai berikut:8
Lintang tempat Matahati terbenam Bulan terbenam
0 derajad 9 10 11 9 10 11
18. 03 18. 03 18. 03 16. 36 17. 32 18. 33
Dari tabel di atas bisa dilihat perbedaan waktu terbenamnya
Bulan dan Matahari setiap harinya. Terbenamnya Matahari dituliskan
sama, hal ini karena setiap harinya Matahari memang terbenam pada
waktu yang tidak banyak perbedaan. Lain halnya dengan terbenamnya
Bulan yang setiap harinya lebih lambat. Jika kita hitung terbenamnya
bila pada tanggal 10 56 menit lebih lambat dari tanggal 9, dan begitu
7 Pedoman Penentuan Awal Bulan Kamariyah, Kementerian Agama RI, 2009, hlm 83
8 Tabel ini diambil dari data tabel Almanak Nautika, AL Jakarta, 2009, hlm 30
100
juga terbenamnya Bulan pada tanggal 11 lebih lambat 61 menit dari
tanggal 10. 9
Angkah perbedaan 56 dan 61 menunjukkan bahwa angkah itu
tidak mutlak dan harus dilihat langsung atau mungkin ada
perhitungannya. Argument ini jelas sangat berbeda dengan pendapat
Annazir yang mengatakan bahwa angkah 54 adalah langsung dari Allah
SWT dan itu adalah harga mutlak, dan terbitnya Bulan setiap harinya
pasti selisih 54 menit.
Hemat penulis bahwa Annazir masih mengedepankan
kepercayaannya yang di pahami dengan tektualitasnya, dengan tanpa
melihat analisis ilmu pengetahuan pada zaman sekarang ini. Dan hemat
penulis bahwa Allah menciptakan segala sesuatu itu dengan segala
kegunaan masing-masing ilmu pengetahuan itu diciptakan untuk
memberikan pengetahuan tambahan kepada makhluknya yaitu manusia
yang senantiasa diberikan akal dan pikiran untuk mencerna ciptaannya.
Jadi untuk menentukan awal bulan Kamariyah alangkah baiknya
kita menggunakan dan memahami ilmu pengetahuan yang dicciptakan
dari Allah SWT.
Kedua pedoman diatas sebenarnya sama-sama kita sandarkan
kepada Allah SWT, hanya saja yang berbeda adalah cara
memahaminya. Annazir memahami bahwa sang Bani Tamim dan
dipercayai sebagai Kahar Muzakkar adalah seorang yang bisa menerima
9Pedoman penentuan awal bulan kamariyah, Kementerian Agama RI, 2009, Op cit, hlm
83
101
ilmu secara langsung dari Allah SWT. Akan tetapi ilmu pengetahuan
adalah dianalisis terlebih dahulu oleh pemikiran manusia untuk
kemudian diajarkan kepada manusia yang lainnya.
Al Qur‟an tidak selalu menurunkan pengetahuan yang jelas dan
langsung bisa dipahami oleh manusia, firman Allah juga memerlukan
penjelas yang lainnya seperti Hadits Nabi Muhammad, pemikiran
Ulama‟, dan lain sebagainya. Kalau boleh penulis katakan bahwa
pengetahuan ini seharusnya kita pahami lagi dengan pemikiran manusia
dengan tanpa menghilangkan kodrat Allah SWT sebagai penciptanya.
Hal ini menurut penulis bahwa angka 54 sebenarnya Allah
turunkan merupakan sebagai suatu pedoman yang bisa digunakan untuk
melihat pergerakan Bulan setiap harinya, adapun kalaupun ada
perbedaan waktu itu sebenarnya Allah ingin makhluknya menggunakan
akal dan pikirannya untuk menganalisa hal tersebut.
Bisa penulis simpulkan bahwa jika kita bandingkan dengan
metode Ephimeris bahwa metode Hisab Annazir ini sebenarnya masih
memerlukan pemahaman yang lebih jelas tentang pedoman angka 54
tersebut. Dan jika kita gunakan untuk menentukan waktu ibadah umat
muslim ini kurang akurat.
b. Analisis Metode Rukyah Annazir
Selain metode Hisab, Annazir juga menggunakan metode Rukyah
sebagai pedoman untuk menentukan awal bulan Kamariyah. Seperti
102
halnya metode Hisab, metode Rukyah juga akan penulis jelaskan
dengan mengkomparasikannya dengan metode yang ada di Indonesia.
Dalam menentukan awal bulan Kamariyah Annazir menggunakan
metode Rukyah yang berbagai macam, yaitu rukyah fase-fase Bulan,
rukyah Fenomena Alam, dan rukyah dengan Kain Hitam.
Rukyah fase-fase Bulan mereka lakukan dengan menerawang
Kain Hitam yaitu sejak Bulan berumur 26 hari hingga Bulan diterawang
yang terlihat garis-garis tipis, dan garis-garis tersebut mereka pahami
sebagai umur Bulan, jika ada garis 2 maka Bulan menunjukan berumur
2 hari lagi dan seterusnya.
Adapun rukyah Fenomena Alam mereka lakukan dengan
merukyah pasang surut air laut, angin, hujan, petir, dan lain
sebagainya. Pasang surut air laut biasanya dilihat dengan para nelayan
yang dipesankan oleh para pembesar Annazir di suatu tempat tertentu.
Akan tetapi kalau rukyah angin, hujan, dan petir itu dirukyah
secara langsung oleh para pemutus awal bulan Kamariyah yaitu Abah
Juanda dan Abah Rangkah. Sejak bulan sebelumnya bahkan beberapa
bulan sebelum bulan yang ditentukan datang mereka sudah melakukan
rukyah pasang surut air laut. Mereka melakukan rukyah diberbagai
tempat dimana para Jama‟ah Annazir berada, yang kemudian akan
dilaporkan kepada para pemutus awal bulan Kamariyah untuk
kemudian diputuskan kapan awal bulan Kamariyah akan datang. Bisa
penulis tegaskan bahwa mereka melakukan rukyah hanya dengan
103
melihat alam ditempat mereka berada. Adapun rukyah pasang surut air
laut utuk yang berada di tempat yang jauh dari laut biasanya mereka
pesankan dengan para nelayan yang selalu berada di pantai atau di laut.
Jika kita bandingkan dengan metode atau tehnik Rukyah yang ada
di pemerintah Negara Indonesia (KEMENAG) yang dilakukan ketika
hasil hisab Imkanurrukyah sudah memungkinkan hilal untuk terlihat
sudah ada. Biasanya rukyah dilakukan dengan membuat “Gawang
Lokasi” yang berfungsi untuk menuntun arah pandang perukyah ke area
penampakan hilal. Cara membuat gawang lokasi adalah sebagai
berikut:
1) Buatlah garis-garis Utara-Selatan dengan panjang garis tertentu di
dataran yang benar-benar datar,
2) Kemudian dari titik U dan S kita tarik ke arah Barat dan Timur, hal
ini karena bulan yang kita rukyah pasti terletak di daerah bagian
barat,
3) Tancapkan tongkat yang lurus pada titik U
4) Tancapkan juga togkat di titik B
5) Diatas tongkat di titik B letakkan gawang (bingkai) persegi panjang
untuk melokalisir pandangan perukyah dari tongkat yang ada di titik
U supaya terfokus pada area penampakan bulan.
Rukyah juga biasanya dibantu dengan alat bantu seperti
Teodholite dan teropong lainnya. Rukyah dengan teodholite biasanya
dilakukan dengan mendirikan teodholite di tepi pantai dengan
104
menghadap ke arah barat (Matahari terbenam), untuk selanjutnya
disentingkan dan diatur sesuai dengan koordinat serta arah hilal yang
akan tampak.
Biasanya rukyah dilakukan oleh sebuah tim, ketika tiba saatnya
Bulan akan terbenam maka salah seorang tim akan melihat di lensa
pembidik teodholite atau teropong sambil memberikan informasi
kepada pencatat yang berada di sebelahnya agar ditulis dalam berita
acara yang sudah disiapkan sebelumnya. 10
Setelah hasil rukyah dicatat di lembaran berita acara yang sudah
disiapkan sebelumnya, maka tim akan segera mengambil kesimpulan
tentang keberhasilan mereka melihat hilal, kemudian orang yang sudah
berhasil melihat hilal kemudian segera menghadap dan melapor ke
Hakim Agama untuk diitsbatkan hasil rukyahnya, kemudian para tim
perukyah baik berhasil ataupun tidak harus melapor kepada pemerintah
yaitu Kementerian Agama RI. 11
Isi laporan yang ditujukan kepada
pemerintah sebenarnya cukup singkat, yaitu terdiri dari nama, jabatan,
tempat pelapor, hilal tampak atau tidak, dan kalau terlihat maka
cantumkan juga siapa saja yang berhasil melihat.
Apabila Bulan krusial, dalam artian sulit untuk dilihat tetapi hasil
perhitungan sudah jelas tinggi dan bisa terlihat maka hasil perhitungan
akan biasanya diambil oleh pemerintah Indonesia, dan apabila ada
seorang yang mengaku melihat hilal akan tetapi Bulan masih berumur
10
Muhyiddin Khazin, “Ilmu Falak dalam Teori dan Prakik” , 2005, Cet III, Yogyakarta:
Pustaka Buana, Op cit hlm 173 – 186 11
Ibid, hlm 182-186
105
nyaris 2 derajat, dan tidak ada orang lain yang melihat maka orang ini
harus disumpah.
Dari penjelasan diatas juga sudah jelas bahwa metode Rukyah
yang dipakai oleh Annazir sangat berbeda dengan rukyah yang dipakai
dengan pemerintah Indonesia atau metode dengan metode yang dipakai
oleh Kementerian Agama.
Mereka senantiasa melihat dengan mata hati atau Rukyah bil
Qolbi, dengan tanpa mempedulikan hasil ilmu pengetahuan oleh
berbagai pihak. Mereka menyakini bahwa hasil rukyah dengan mata
hati akan lebih bisa dipertanggung jawabkan dari pada rukyah dengan
ilmu pengetahuan ataupun yang lainnya.
Konsep rukyah yang mereka miliki adalah rukyah dengan mata
hati dan keyakinan yang dilandasi dengan kepercayaan. Jadi rukyah
yang mereka pahami tidak hanya rukyah dengan keyakinan, akan tetapi
dengan Keyakinan dan kepercayaan , mereka mencontohkan seperti
kita melihat nama-nama hari, bahwa hari ini Senin dan besok pasti
Selasa dan besoknya lagi pasti Rabu dan seterusnya.
Menurut hemat penulis bahwa rukyah yang dilakukan oleh
Annazir itu sebenarnya bisa saja dijadikan pedoman, akan tetapi akan
lebih baik apabila kita landasi dengan sebuah ilmu pengetahuan.
Kepercayaan dan mata batin (hati) seseorang belum tentu benar jikalau
sseseorang itu tidak mempunyai landasan yang kuat untuk
mempercayainya.
106
Batin seseorang bisa mempercayai yang benar jika kita berikan
fakta dan argumen yang benar, dan sebaliknya hati kita bisa
mempercayai yang tidak benar apabila kita kuatkan dengan sesuatu
yang tidak benar. Oleh karena itu suatu hati kita akan lebih bisa
menentukan mana yang akan dipercaya apabila kita landasi dengan
ilmu pengetahuan yang dicerna dengan pemikiran yang jernih.
Konsep rukyah dengan ilmu pengetahuan jelas tersirat di dalam
alqur'an. Allah berfirman:
Artinya : “Dia-lah yang menjadikan Matahari bersinar dan bulan
bercahaya dan ditetapkanNya manzilah-manzilah (tempat-
tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui
bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak
menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. 12
dia
menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-
orang yang mengetahui”. (QS. Yunus:5) 13
Dan dijelaskan juga dalam salah satu Hadits Rasulullah SAW, di
antaranya:
عبذ أخبرواي ابى عبذ اهلل انحافظ, وابى زكريا ابه ابي إسحاق انمسكي, قال : ثىا ابى
, عه اهلل محمذ ابه يعقىب, ثىا جعفر ابه محمذ, ثىا يحي, ابه إسما عيم ابه جعفر
وسهم عهي صه انه سمع ابه عمر قال : قال رسىل انه عبذ اهلل ابه ديىار أو
12
Yang dimaksud dengan: Allah menjadikan semua yang disebutkan itu bukanlah dengan
percuma, melainkan dengan penuh hikmah. 13
Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur‟an, op cit, hlm. 280.
107
ترؤي إال ان يغم ترؤي وال تفطروا حت :انشهر تسع و عشرون نيهة ال تصىمىا حت
. انصحيح عه يحي ابه يحي( عهيكم فإن غم عهيكم فاقذروا ن )رواي مسهم ف
Artinya : ”MengAbahrkan kepada kami Abu Abdillah al-Hafidz, dan
Abu Zakaria bin Abi Ishaq al-Muzakki, mereka berkata :
bercerita kepada kami Abu Abdillah Muhammad bin
Ya’kub, bercerita kepada kami, Ja’far bin Muhammad,
bercerita kepada kami Yahya, Ismail bin Ja’far
memberitakan, dari Abdullah bin Dinar sesungguhnya
Ibnu Umar berkata : bersabda Rasulullah SAW : bulan itu
29 malam, janganlah kalian berpuasa hingga melihat
hilal, dan janganlah kalian berbuka hingga melihat hilal,
kecuali jika awan menutupi (mendung), maka
sempurnakanlah 30 hari. (HR. Muslim, hadits Shahih
dari Yahya bin Yahya)
Secara ilmiah mungkin Annazir juga mempunyai metode yang
hampir serupa dengan keilmuan Astronomi, yaitu pengetahuan tentang
fase-fase Bulan dan melihat pasang surut air laut. Secara ilmiah fase-
fase Bulan ada delapan yang itu selalu keterkaitan dengan penentuan
awal bulan Kamariyah. Dan mengenai pasang surut air laut, dalam
ilmu Astronomi dijelaskan bahwa air laut akan mengalami pasang
maksimal ketika Bulan penuh (Purnama) dan Bulan baru (New Moon).
Hal ini persis dengan konsep Annazir yang menyatakan bahwa Bulan
baru bisa dinyatakan dengan melihat pasang maksimal air laut.
Jika bisa penulis katakan bahwa sebenarnya dua hal tersebut bisa
membuat kita untuk mencoba mengambil hal positif dari metode yang
dimiliki oleh Annazir, dan sesuai dengan pendapat yang diajukan oleh
MUI bahwa kita tidak boleh terus menerus mengatakan Jama‟ah
Annazir sebagai aliran sesat, mereka tidak sepenuhnya menyimpang,
108
mereka masih bisa kita ambil hal positifnya. Dan sebaliknya sebagai
umat beragama yang mempunyai pedoman masing-masing, kita tidak
boleh sembarangan menerima opini orang tentang suatu hukum syari‟ah
Hubungan pasang tertinggi dengan awal bulan Kamariyah
memang ada, bulan akan pasang atau surut maksimal ketika bumi.
Bulan, dan matahari berada pada satu garis lurus astronomi, akan tetapi
pasang atau pun surut air laut itu tidaklah sama persis anatara satu laut
dengan laut lainnya. Masing-masing laut mempunyai tipe pasut masing-
masing. Berikut jenis dan tipe pasut air laut, yaitu:
1. Tipe Pasang Surut Air Laut
Pasut suatu laut ditentukan oleh frekuensi air pasut setiap
harinya, hal ini disebabkan oleh perbedaan respon setiap
lokasi terhadap gaya pembangkit pasut, dan ini menyebabkan
tipe pasut yang berlainan sepanjang pesisir.
a. Pasang surut harian tunggal (diurnal tide)
Yaitu laut yang ada pasang sekali dan surut sekali dalm
seharian (24 jam). Dan ini biasanya terjadi di laut yang
berada disekitar katulistiwa
b. Pasang surut harian ganda
Yaitu apabila dalam sehari terjadi dua kali pasang dan
dua kali surut
c. Pasang surut campuran condong harian tunggal
109
Yaitu laut yang seharinya terkadang terjadi satu kali
pasang dan satu kali surut, akan tetapi terkadang juga
terjadi lebih dri satu kali
d. Pasang surut campuran condong harian ganda
Yaitu laut yang mengalami dua kali pasang dan dua kali
surut akan tetapi terkadang terjadi satu kali pasang dan
satu kali surut
Dari beberapa tipe pasut diatas, dapat kita ambil suatu
pemahaman bahwa setiap laut mempunyai tipe masing-masing, dan
tidak jarang suatu pasut itu akan berubah-ubah setiap waktunya yaitu
dengan dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti faktor geografi (di
daerah mana laut itu berada), dan lain sebagainya.
Maka menurut hemat penulis tidak akan mungkin bisa
menggunakan konsep bahwa pasang surut air laut akan menentukan
kapan awal bulan Kamariyah yaitu di tempat mana saja, mereka
menggunakan pasang tertinggi di satu tempat untuk semua tempat yang
ada jama‟ah Annazirnya, maka bisa penulis sampaikan bahwa metode
Annazir bisa digunakan apabila memperhatikan kriteria dan tipe pasut
masing-masing daerahnya. Selain itu waktu anatara bumi (pasut) dan
angkasa (ijtima‟) tidaklah sama, dipengaruhi oleh beberapa faktor
seperti refraksi. Maka ketika terjadinya ijtima‟ belum tentu langsung
terjadi pasang tertinggi, bahkan bisa berbeda beberapa jam atau bahkan
hari.
110
Awalnya kita hanya mengenal hilal yang menjadi objek rukyah,
akan tetapi dengan hadirnya Jama‟ah Annazir, maka timbil satu objek
lagi yaitu fenomena alam (Pasut), dan ini adalah sangat berbeda oleh
karena itu metode Annazir banyak diragukan oleh masyarakat.
Dan menurut penulis bahwa bisa saja kita menggunakan pasut
sebagai tanda dari awal bulan Kamariyah, akan tetapi tidak bisa
digunakan sebagai tanda yang harus ada, akan tetapi bisa kita jadikan
sebagai kriteria pasti atau hal yang menentukan. Dan metode ephimeris
lah yang lebih mendekati kebenaran dibandingkan metode Annazir.
Untuk lebih jelasnya penulis akan mencantumkan hasil
perhitungan Annazir di Bogor, Makassar, dan Ephimeris. Sebagai
berikut:
1) Perhitungan berdasarkan metode Kontemporer Indonesia
1. Ijtima‟ akhir bulan Sya'ban 1432 H. terjadi pada tanggal 31 Juli 2011
M, pukul 2j 41
m 00. 09
d WITA
2. Terbenam Matahari pukul 18j 05
m 30.35
d WITA
3. Tinggi hilal hakiki = 6° 18’ 40. 65”
4. Tinggi hilal mar‟I = 6° 35‟ 14. 36”
5. Azimuth Matahari = 288° 15‟ 15.36” (UTSB)
6. Azimuth bulan = 284° 32‟ 07” (UTSB)
7. Letak dan posisi hilal berada dibelahan utara dan disebelah utara
Matahari dengan keadaan miring ke selatan.
111
8. Tanggal 1 Ramadhan 1432 H. diperkirakan jatuh pada tanggal 31 Juli
2011 M jatuh pada hari Jum’at Pahing.
Dari kesimpulan diatas penulis mencoba membandingkan dengan
perhitungan oleh Annazir yang menggunakan terbit bulan sebagai pedoman.
2) Perhitungan berdasarkan metode Annazir
sebagai berikut:14
Terbi bulan:
1) Tanggal 27 Juli 2011 = Pukul 2. 45 WITA
2) Tanggal 28 Juli 2011 = Pukul 3. 33 WITA
3) Tanggal 29 Juli 2011 = Pukul 4. 27 WITA
4) Tanggal 30 Juli 2011 = Pukul 5. 21 WITA
5) Fajar kadzib = pukul 5. 25 WITA
6) Fajar sidik = Pukul 5. 40 WITA
Ketika tanggal 30 Juli terbit Bulan diperkirakan sudah melampaui fajar
kazib kurang lebih selama 15 menit, karena pada saat pengamatan
sesungguhnya Bulan sudah lama terbit diatas ufuknya, akan tetapi tempat
pegunungan yang menyebabkan bulan terbit setelah beberapa menit
berikutnya. Dapat diambil kesimpulan bahwa di Makassar Bulan akan terbit
kurang lebih pada pukul 5. 36 dan sudah melewai fajar kazib dan ini adalah
menunjukan Bulan baru sudah datang. Abah Rangkah menyatakan bahwa
14
Hasil ini dijelaskan oleh panglima Annazir di Makassar, Aba Rangkah pada tanggal 27
Juli 2011
112
Bulan dinyatakan melewati siang sebanyak 15 derajat, karena Bulan terbit
ketika Matahari sudah terbit kurang lebih 15 derajat.
Satu hari mereka pahami sebanyak 54 derajat Bulan berputar, maka
dengan demikian pada anggal 30 Juli 2011 mereka menyaakan bahwa terbit
Bulan melewati 15 derajat siang ( terbit terjadi kira kira pada jam 9 pagi).
Maka puasa akan mereka mulai pada pukul 9. 00 pagi.
B. ANALISIS ISTINBAT DASAR HUKUM AWAL BULAN KAMARIYAH
MENURUT JAMA’AH ANNAZIR
Artinya :”Mengabarkan kepada kami Abu Abdillah al-Hafidz, dan
Abu Zakaria bin Abi Ishaq al-Muzakki, mereka berkata :
bercerita kepada kami Abu Abdillah Muhammad bin
Ya’kub, bercerita kepada kami, Ja’far bin Muhammad,
bercerita kepada kami Yahya, Ismail bin Ja’far
memberitakan, dari Abdullah bin Dinar sesungguhnya
Ibnu Umar berkata : bersabda Rasulullah SAW : Bulan itu
29 malam, janganlah kalian berpuasa hingga melihat
hilal, dan janganlah kalian berbuka hingga melihat hilal,
kecuali jika awan menutupi (mendung), maka
15
Muhammad Abdul Qadir „Athab, Sunan al-Kubra (Lil Imam Abi Bakar Ahmad bin al-
Husain bin Ali al-Baihaqi), Libanon: Daar al-Kutub al-Ilmiah, juz 4, hlm 345.
113
sempurnakanlah 30 hari. (HR. Muslim, hadits Shahih
dari Yahya bin Yahya)
Penulis akan memahami pemikiran jama‟ah Annazir dengan ayat
diatas. Hemat penulis bahwa kata dhomir “hu” diatas menunjukan dhomir
“ hilal” dan pendapat ini juga tidak diragukan lagi oleh kebanyakan ahli
falak yang sudah penulis kenal, bahkan ini tidak diragukan lagi di
kalangan masyarakat falak (ahli falak dan mahasiswa falak) di Indonesia
bahwa yang dimaksud di ayat ini adalah hilal dan bukan pasang surut ait
laut.
Pemerintah Indonesia menjelaskan hilal adalah sawal bulan kecil
yang berbentuk sabit kemudian bergeser hingga menempati manzilah-
manzilah hingga akirnya menempati manzilah puncak yaitu pada posisi
purnama dan menempati manzilah terakhir yang kelihatan seperti tanda
kering. 16
Hadits yang selaras dengan hadits diatas adalah :
صه اهلل انه لىسر نا امهىاهلل ع يضر رمع به انهذبع هع عافو هع
ا ورطفا تنو الهها انور تتا حىمىصا تل : ناقف انضمر ركعهي وسهم ر
17 )رواي انبخاري( انورذاقف مكيهع مغ ناف يور تتح
Artinya : “Dari Nafi’ dari Abdillah bin Umar bahwasanya
Rasulullah saw menjelaskan bulan Ramadan kemudian
beliau bersabda: janganlah kamu berpuasa ssampai kamu
16
Kementerian Agama RI, Almanak Hisab Rukyah, cet III, Jakarta: Direktorat Jenderal
Bimbingan Masyarakat Islam Kemenag RI, 2010, hlm 10 17
Muhammad ibn Isma‟il al Bukhari, Shohih Bukhari, Juz III, (Beirut: Dar al Fikr, tt), hlm.
34.yang melengkung.
114
melihat hilal dan (kelak) janganlah kamu berbuak sebelum
melihatnya lagi. Jika tertutup awan maka perkirakanlah
(HR Bukhari)
Di hadits ini telah dijelskan bahwa dhomir “hu” di hadits pertama
berarti “hilal” dan bukan pasut air laut.
Hal yang dipahami oleh Annazir bahwa mereka tidak terlalu
memperhatikan hadits tersebut, karena mereka mereka mempunyai bukti
yang lebih kuat bahwa penentuan awal bulan Kamariyah yang mereka
milik adalah yang paling benar yaitu langsung dari Bani Tamim yaitu
Syeikh Syamsur Madjid.
Mereka memahami bahwa Syeikh Syamsur Madjid adalah Bani
Tamim yang diturunkan oleh Allah untuk mengajari langsung tentang
metode penentuan awal bulan Kamariyah kepada umat di belahan bumi
paling timur. Dan mereka menyakini bahwa tepi Danau Mawang dan
Gunung Baraeng adalah tempat yang timur.
Pasang surut air laut adalah fenomena alam yang bisa saja terjadi
beberapa kali setiap waktu yang tidak bisa ditentukan oleh manusia, bisa
saja dalam sehari akan terjadi pasang dua kali, maka bagaimana bisa
mereka memahami begitu teguh bahwa pasang tertinggi adalah tanda awal
bulan Kamariyah. Bisa saja pasang yang mereka pahami tertinggi adalah
bukan tertinggi, karena seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa
ketika ijtima‟ belum langsung terjadi pasang air laut yang tertinggi, dan
mungkin saja ketika ijtima‟ mungkin saja terjadi pasang air laut, akan
tetapi ini bukan yang tertinggi.
115
Penulis pernah melakukan pengamatan bahwa ketika air lau pasang
dan kemudian berlahan surut itu tidak ketika perpisahan bulan, di hari
kedua penulis menemukan pasang yang lebih rendah lagi, dan air laut pun
bisa saja berpindah posisi di suatu waktu yang begitu cepat. Maka
alangkah baiknya bahwa pasut air laut ini hanya digunakan sebagai tanda
sekunder saja, dan bukan sebagai tanda primer untuk menentukan awal
bulan Kamariyah.
Artinya: “Dan makan minumlah hingga jelas benar bagi kamu
benang putih dan benang hitam, yaitu fajar. kemudian
sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam, (QS.
Al-baqarah: 187)
Ayat diatas diantaranya menjelaskan tentang kapan mulai dan
mengakhiri ibadah puasa yaitu dari fajar hingga malam. Para Ulama‟
sepakat bahwa malam ini adalah ghurub yaitu ketika terbenamnya
matahari. Dan begitu juga dengan Jama‟ah Annazir sepakat dengan
pendapat itu.
Jama‟ah Annazir yang memahami perintah menyegerakan berbuka
dan memperlambat sahur, mereka membatasi waktu sahur sampai jam
116
5.25 yaitu tepat ketika fajar kadzib, sedangkan akhir puasa mereka akhiri
ketika malam yaitu waktu ghurub.
Adapun tentang mereka mengawali puasa ketika terbit bulan yaitu
terkadang pada siang hari misalnya jam 10.00 itu mereka lakukan sebagai
permulaan jiwa untuk menghadapi bulan Ramadhan, dan belum mereka
hitung sebagai puasa hari pertama (pada tanggal 1).
Begitu pula hari raya mereka selalu mengawalinya dengan
berakhirnya puasa Ramadhan di tanggal 29 atau 30 pada jam 10.00 juga
yaitu untuk menutup hari ke 29 atau 30 di bulan Ramadhan, dan untuk
melengkapi hari terakhir puasa mereka.
117
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari Beberapa pembahasan dan pendapat dari berbagai sumber yang
telah penulis utarakan pada bab sebelumnya. Maka dapat disimpulkan dalam
Beberapa point di bawah ini yaitu :
1. Metode Penentuan Awal Bulan Kamariyah Jama’ah Annazir
Jama’ah Annazir mempunyai dua metode dalam menentukan awal
bulan Kamariyah, yaitu metode hisab dan metode rukyah. Metode rukyah
mereka menggunakan angka 54 menit sebagai angkah tambahan terbit
bulan di setiap harinya.
Adapun metode rukyah Jama’ah Annazir menggunakan terbit bulan
dan pasang surut air laut sebagai objek rukyah yang kemudian digunakan
sebagai tanda awal bulan Kamariyah terjadi.
Ada beberapa cara yang mereka lakukan dalam melakukan metode
rukyahnya, yaitu mengamati fenomena alam seperti pasut air laut (tanda
primer), kilat, huja, dan angin (sekunder), meliat fase-fase bulan, dan
menerawang dengan kain hitam.
Dalam metode Hisab dan metode Rukyah Annazir tidak memakai
data koreksi sebagaimana yang dipakai oleh metode Ephimeris ataupun
metode yang lainnya. Adapun mengenai keakuratan metode penentuan
awal bulan Kamariyah menurut Jama’ah Annazir jika dibandingkan dengan
118
metode Ephimeris dan metode modern lainnya, bisa dikatakan kurang
akurat.
Metode penentuan awal bulan Kamariyah khususnya metode Hisab
Annazir lebih singkat dibandingkan dengan metode Ephimeris atau metode
lainnya. Dan begitu juga dengan metode Rukyah Annazir juga lebih simpel
jika dibandingkan dengan metode Rukyah yang lainnya.
Tersebarnya Jama’ah Annazir menjadikan perbedaan diantara
meraka muncul walaupun secara eksistensinya mereka tetap sebagai
kelompok yang bersatu (tanpa perbedaan). Mereka mulai dipengaruhi
faktor geografis, pendidikan, dan lain sebagainya. Hal ini juga terjadi
pada penentuan awal bulan Kamariyah. Berikut akan ada sedikit
kesimpulan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi metode penentuan
awal bulan Kamariyah bagi Jama’ah Annazir:
2. Istinbat dasar hukum metode pennetuan awal bulan
Kamariyah menurut Jama’ah Ananzir
Secara umum mereka memahami bahwa titik awal pemikiran
Jama’ah Annazir adalah dari kepercayaan tentang Bani Tamim yang telah
mengajarkan tentang metode penentuan awal bulan Kamariyah secara
langsung dengan wujud Syeikh Syamsur Madjid yang mengajarkan
langsung dengan Abah Rangkah, Abah Juanda, dan lain-lain.
Mereka tidak begitu memperhatikan tafsiran para mufassir terhadap
ayat-ayat ataupun hadits-hadits tentang awal bulan Kamariyah. Mereka
hanya memegang teguh ajaran panglima mereka.
119
Walaupun demikian kita juga tidak bisa menyalahkan sepenuhnya
tentang metode awal bulan Kamariyah. Bisa saja ini menambahkan
pengetahuan tambahan bagi kita dalam menentukan awal bulan Kamariyah.
B. SARAN-SARAN
1. Dengan adanya hasil penelitian ini, penulis berharap akan ada beberapa
peneliti lainnya yang akan melanjutkan penelitian tentang penentuan awal
bulan Jam’ah An-nazir yang lebih spesifik dari penelitian ini
2. Ajaran semua kelompok muslim di Negara Indonesia hendaknya tidak
selalu dibatasi ataupun dibiarkan oleh pemerintah, hal ini tugas
Kementerian Agama untuk melihat perkembangan mereka. Hal ini
berkenaan dengan kebebasan beragama.
3. Dengan adanya keilmuan yang semakin modern hendaknya menjadikan
kita sebagai ahli falak untuk menjadikannya sebagai pembantu untuk
menemukan hasil yang lebih akurat.
C. PENUTUP
Sebagai manusia biasa, penulis sadar dalam menyelesaikan karya ini
masih banyak kekurangan dan kekhilafan dalam memaparkan data-data
ataupun pendapat-pendapat dari beberapa ulama’ dan ilmuan, dan
pengungkapan masalah juga kurang memuaskan, dengan demikian saran dan
kritik yang membangun dari para pembaca sangat penulis harapakan.
DAFTAR PUSTAKA
Abah, Syeikh Muhammad Al-Mahdi Abdullah, Pedoman Pelaksanaan Sholat
Ahlulbayt, , Makassar: Majlis latiful akbar Mawang, tt
Abdullah, E. Darwan, Jam Hijriyah (Menguak Konsepsi Waktu dalam Islam),
Cet I, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2011,
Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,
2006
Abdul, Muhammad Aziz al-Halidi, Irsyadus Syariy, jil IV, Beirut: Daarul al-
Kotob al-Alamiyah, 1996
Abi, Imam Husain bin al-Hujjaaj al-Qusyairi An-Nasaburi , Shahih Muslim,
juz 1, Beirut: Daar al-Kitab al-„alamiyyab
Anam, Ahmad Syifa'ul, Studi Tentang Hisab Awal Bulan Qomariyah Dalam
Kitab Khulashotul Wafiyah Dengan Metode Haqiqi Bit Tahkik, Skripsi
Fakultas Syariah IAIN Walisongo Semarang, 1997.
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta:
Rineka Cipta, 2007
Ash-Shiddiqiey, Teungku Muhammad Hasbi “ Fiqh Sunnah” , jil 5, Cet II,
Semarang: PT Pustaka Rizki Putra, 1997
Azhari, Susiknan, Ensiklopedi Hisab Rukyah, Yogyakarta : Pustaka Pelajar,
2005.
______________, Ilmu Falak "Perjumpaan Khazanah Islam dan Sains Modern",
Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2007.
______________, Hisab dan Rukyah “Wacana Untuk Membangun Kebersamaan
di Tengah Perbedaan”, cet. I, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2007.
Azwar, Saifuddin, Metode Penelitian, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Cet-5,
2004.
Badan Hisab Dan Rukyah Departemen Agama, Almanak Hisab Rukyah, Jakarta:
Proyek Pembinaan Badan Peradilan Agama Islam, 1981.
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi IV
Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama, 2008.
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Semarang: PT. Karya
Toha Putra, tt.
, Pedoman Perhitungan Awal Bulan Qamariyah, cet II,
Jakarta: Ditbinbapera, 1995.
Direktorat Urusan agama Islam dan Pembinaan syariah Ditjen Bimbingan
Masyarakat Islam Departemen Agama RI, Ephemeris Hisab Rukyat 2010,
Jakarta: Departemen Agama RI, 2010.
Hambali, Slamet, Almanak Sepanjang Masa, Semarang: IAIN Walisongo, tt.
Harun, Yusuf, Pengantar Ilmu Falak, Banda Aceh: Yayasan Pena, 2008
Hasni, Pandangan Jama‟ah Annazir Dalam Menentukan Awal Bulan Qamariyah,
Tesis. Pasca Sarjana, Prodi Falak IAIN Walisongo: Semarang, 2011
Hollander, H. G Den. Ilmu Falak (Untuk Sekolah Menengah di Indonesia),
Djakarta: J. B Wolters Groningen, 1951
Izzuddin, Ahmad, Analisis Kritis Tentang Hisab Awal Bulan Qamariyah Dalam
Kitab Sullamun Nayyirain, Skripsi Sarjana, Seamarang: Fakultas Syari‟ah
IAIN Walisongo, 1997.
_______________, Fiqh Hisab Rukyah Di Indonesia (sebuah upaya penyatuan
madzhab rukyah dengan madzhab hisab), Yogyakarta: Logung Pustaka,
2004.
, Zubaer Umar al-Jaeelany Dalam Sejarah Pemukiran Hisab
Rukyah di Indonesia, Laporan Penelitian Individual, Semarang: Proyek
PTA/IAIN Walisongo , 2002.
, Melacak Pemikiran Hisab Rukyah Syeikh Yasin bin Isa al-
Padangi (Studi Atas Kitab Al-Mukhtasor Al-Muhadzab) , Semarang: IAIN
Walisongo Semarang , 2009
Jamil. A, Ilmu falak (Teori & Aplikasi). Jakarta: Amzah, 2009
Jailany, Zubair Umar, al-Khulasoh al Wafiyah, Surakarta: Melati, tt.
Khazin, Muhyiddin, Kamus Ilmu Falak, Yogyakarta : Buana Pustaka, 2005.
_______________, Ilmu Falak dalam Teori dan Praktik, , Yogyakarta: Buana
Pustaka, 2005
Kiftiyah, Anifatul, posisi penggunaan penanggalan jawa islam Dalam
pelaksanaan ibadah Di keraton ngayogyakarta hadiningrat Skripsi,
Program Studi Konsentrasi Ilmu Falak Jurusan Al- Ahwal Al- Syakhsiyah
Fakultas Syari‟ah IAIN Walisongo Semarang , 20210
Munawwir, Achmad Warson, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap,
cet. I, Yogyakarta: Pustaka Progressif, 1984.
Muslim, Abu Husain bin al Hajjaj, Shohih Muslim, Jilid I, Beirut: Dar al Fikr,
tt,
NN, Pedoman Perhitugan Awal Bulan Qamariyah, Jakarta: Proyek Pembinaan
Administrasi Hukum dan Peradilan Agama, tt.
Rumaningsih, Endang, Mahir Berbahasa Indonesia, cet II, Semarang: RaSAIL,
2006.
Saksono, Tono, Mengkompromikan Rukyat & Hisab” 2007, Jakarta: PT.
Amytas Publicita, 2007
Saifuddin Azwar , metode penelitian, Pustaka pelajar: Yogyakarta. Cet-V 2004
Saifuddin, Endang Anshari, Wawasan Islam (Pokok-pokok pikiran tentang
paradigma dan sistem islam), Cet I, Jakarta: Gema Insani Press, 2004
Shiddiqi, Nourouzzaman, Jeram-jeram Peradaban Muslim, cet I Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 1996.
Siregar , Suryadi ”Benda Keciil dalam Tata Surya”, Bandung: ITB ( institut
Tekhnologi Bandung), 2009
_______________, Gerak dan Posisi Benda Langit, 2003. ITB: Bandung
Simamora, P, Ilmu Falak (Kosmografi) “Teori, Perhitungan, Keterangan, dan
Lukisan”, cet XXX, Jakarta: C. V Pedjuang Bangsa, 1985.
Sugiyono “metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D” , Cet ke-10,
Bandung: Al-Fabeta, 2010
Suprayogi, Suwito, Antara Wukuf dan Arafah “Pengertian dan Aplikasinya”,
Jakarta 26 Pebruari 2008.
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus
Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1989.
Tim Penyusun Pedoman Penulisan Skripsi, Pedoman Penulisan Skripsi,
Semarang: Fakultas Syari‟ah IAIN Walisongo Semarang, 2008.
Yulianto, Diyan dan M. S. Rohman, Sumbangan-sumbangan karya Sains super
dahsyat Islam Abad Pertengahan, Cet I, Jakarta: Diva Press, 2010
Makalah Seminar Nasional, Penentuan Awal Bulan Kamariyah di Indonesia
(Merajut Ukhuwah di Tengah Perbedaan), Yogyakarta, 2008
Wawancara dengan Abah Rangkah (pimpinan / panglima Jama‟ah Annzir di
Makasar), 27 Juli 2011, pemondokan Danau Romang Lompoa,
Bontomarannu, Gowa, Sulawesi Selatan
wawancara dengan ustadz Arif Tani (salah satu pembesar Jama‟ah Annazir di
Makasar), 27 Juli 2011, pemondokan Danau Romang Lompoa,
Bontomarannu, Gowa, Sulawesi Selatan
wawancara dengan ustadz Syafi‟ ( salah-satu pembesar Jama‟ah Anazir di
makasar),
29 juli 2011,
pemondokan Danau Romang Lompoa,
Bontomarannu, Gowa, Sulawesi Selatan
http:// arowelitenggara. wordpress. com. /2008/08/05/144
http:// arowelitenggara. wordpress. com.
http://wilayyahAll. Blogspot. com/2011/07
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Hesti Yozevta Ardi
Tempat/Tanggal Lahir : Lahat, 24 Agustus 1989
Alamat Asal : Desa Tanjung Agung, Kecamatan Ulu Musi,
Kabupaten Empat Lawang, Sumatra Selatan-
31594
Alamat sekarang : PP. Daarun Najaah
JL. Stasiun Jrakah No 275, Jrakah – Tugu
Semarang – Jawa Tengah 50151
Pendidikan Formal :
- SDN. No 46 Talang Jambi : Tahun 1996 - 2002
- MTs Ar-Rahmah Curup Bengkulu : Tahun 2002 – 2005
- MAN. 2 Curup Bengkulu : Tahun 2005- 2008
- MAS Ar-Rahmah Curup Bengkulu : Tahun 2005 - 2008
Pendidikan Non Formal :
- Pon-Pes Ar-Rahmah Curup Bengkulu : Tahun 2002 - 2008
- Kurusus Menjahit, Konveksi Ar-Rahmah : 2006 - 2008
- Ma’had Aliy Daarun Najaah, Semarang : Tahun 2008 – 2012.
- Pendidikan Bahasa Inggris Acces, Pare : Tahun 2009.
- Pendidikan Bahasa Inggris Webster, Pare. : Tahun 2009.
- Pendidikan Bahasa Inggris Baterfly, Pare : Tahun 2009
- Pendidikan TOEFL dan TOAFL IAIN Walisongo. Tahun 2009/2010
Pengalaman Organisasi :
- Bendahara pramuka MTs Ar-Rahmah : Tahun 2003 - 2004
- Anggota Sie. Bahasa OSAR (Organisasi Santri Ar-Rahmah) MTs Er-
Rahmah 2003 - 2004
- Ket. Sie. Bahasa dan Keamanan OSAR (Organisasi Santri Ar-Rahmah)
Mts dan MA Ar-Rahmah 2005 - 2006.
- Ketua OSAR ( Organisasi Santri Ar-Rahmah) tahun 2007 – 2008
- Ketua pembina Pramuka PASKIN (Pasukan Inti) Penegak dan Penggalang
Pon-Pes Ar-Rahmah
- Anggota sie. DEPKOMINFO di Organisasi CSS MoRA (Comunity Santri
of Scholars Ministri of Religion Affairs), IAIN Walisongo, Semarang
tahun 2010 - 2011
- Lurah Asrama Pon-Pes Darunnajah putri selatan, Semarang Jawa Tengah
tahun 2010 – 2011
- Anggota PMII rayon Syari’ah IAIN Walisongo, Semarang tahun 2008-
sekarang.
- Anggota CSS Mora (Community of Santri Scholar of Ministry of
Religious Affair) tahun 2008 – sekarang.
- Ketua Umum KFPI ( Komunitas Falak Perempuan Indonesia), Semarang
Jawa Tengah tahun 2011 – sekarang
Pengalaman prestasi :
- Juara 2 Pidato Bahasa Inggris utusa Pon-Pes Ar-Rahmah di Asrama Haji
Bengkulu tahun 2007.
- Juara Pidato Bahasa Inggris Utusan Pon-Pes Ar-Rahmah di Masjid Al-
Jihad Curup
- Juara Umum lomba Sarhil Qur’an di MTQ se-Kabupaten Rejang Lebong
di Masjid Agung Curup tahun 2007
Demikian riwayat hidup ini penulis buat dengan sebenar-benarnya untuk
menjadi maklum dan periksa adanya.
Semarang, 8 Maret 2012
Hesti Yozevta Ardi
NIM. 082111073
LAMPIRAN
A. PERHITUNGAN AWAL BULAN SYAWAL 1432 H
a) Konversi Tanggal Hijriyah-Masehi
a. Tanggal yang akan dihitung adalah akhir Bulan Sya'ban tahun 1432 H,
yaitu tanggal 29 Sya'ban 1432.
b. Markaz : Makassar
c. Lintang Tempat (φ) : 5°08’
d. Bujur Tempat (λ) : 119° 24’00” BT
e. Tinggi Tempat : 200 meter di atas permukaan laut
f. Konversi tanggal 29 Sya'ban 1432 H
Tahun tam 1431 tahun + 7 Bulan + 29 hari
1431 : 30 = 47 daur + 21 tahun + 7 Bulan + 29 hari
47 daur = 47x 10631 hari = 499657 hari
21 tahun = (21 x 354 hari) +8 = 7442 hari
7 Bulan = 207 hari
29 hari = 29 hari +
Jumlah = 507335 hari
Anggaran Baru Gregorius = 13 hari
Selisih Masehi-hijriyah = 227016 hari +
Jumlah = 734364 hari
734364÷7 = 104909 lebih 1 = jum'at (dihitung mulai jum’at)
734364÷ 5 = 146872 lebih 4 = wage (dihitung mulai legi)
734364 ÷1461 = 502 siklus, lebih 942 hari
502 x 4 tahun = 2008 tahun
942 : 365 = 2 tahun , 212 hari
212 hari: 30 = 6 Bulan, 31 hari
Maka dengan demikian tanggal 1 Ramadhan 1432 H jatuh pada
tanggal 31 Juli 2011 M.
1. Menghitung saat Ijtima’ akhir Bulan Sya'ban 1432 H bertepatan dengan
tanggal 30 Juli 2011 M.
FIB1 terkecil pada tanggal 30 Juli 2011 M adalah 0, 00099 pada pukul 18.
00 GMT.
ELM2 pada pukul 02. 00 GMT = 127° 14’ 19”
ALB3 pada pukul 10. 00 GMT = 127° 16’ 43”
Sabaq Matahari (SM) per jam :
ELM pukul 18. 00 GMT = 127°14’ 19”
ELM pukul 19. 00 GMT = 127° 16’ 43” _
Sabaq Matahari (SM) = -0° 02’ 24”
Sabaq Bulan (SB) per jam :
ALB pukul 18. 00 GMT = 126° 51’ 48”
ALB pukul 19. 00 GMT = 127° 27’ 09” _
Sabaq Bulan = -0° 35’ 21”
Rumus Ijtima’ :
Jam FIB (GMT) + (ELM-ALB) + 08. 00 (WITA)
1 Fraction Illumination Bulan
2 Ecliptic Longitude Matahari
3 Apparent Longitude Bulan
SB - SM
Ijtima’ = 18. 00 + (127° 14’ 19” - 126° 51’09”) + 07. 00 (WIB)
0° 35’ 21”- 0° 02’ 24”
= 18. 00 + (0° 23’ 10”) + 08. 00 (WITA)
0° 32’ 57”
= 26° 41’ 00. 09”………………. tanggal 30 Juli 2011-12-09
= 2j 41
m 00. 09
d………………. . . tanggal 31 Juli 2011
Jadi ijtima’ terjadi pada tanggal 31 Juli 2011 M, terjadi pada pukul
2:42:11. 11 WIB
2. Menghitung posisi dan keadaan hilal akhir Sya'ban 1432 H. menjelang
awal Ramadhan 1432 H.
Ijtima’ akhir Sya'ban 1432 H, terjadi pada tanggal 31 Juli 2011 M pukul
2:42:11. 11 WIB.
Mencari Sudut waktu Matahari (t°) saat terbenam.
Deklinasi Matahari pada jam 18 WITA / 10. 00 GMT = 18° 17’
52”
Equation of time = -0° 6’ 25”
D’ (Dip) = 0° 1, 76’ x √200 = 0° 24’ 53, 41”
Refraksi = 0° 34’ 30”
Semi diameter Matahari = 0° 15’ 45. 28”
Lintang Tempat = 50 08' 00" LS
Bujur Tempat = 1190 51' 00" BT
Koreksi waktu daerah (Kwd) = 119° 24’ - 120° ÷ 15 = -0° 2’ 24”
Rumus tinggi Matahari (ho): h
o = 0° - Sd – Ref – Dip’
h° = 0°- 0° 15’ 45, 28” - 0° 34’ 30” + 0° 2’ 24, 00” = - 1° 15’ 08. 69”
Rumus sudut waktu Matahari (t°) : cos t = - tan φ . tan δ + sin
h/cos φ/cos δ
cos t = cos -1
(-tan -5° 08’ x tan 18° 17’ 52” + sin -1° 15’ 08, 25” ÷ cos
-5° 08’ ÷ cos 18° 17’ 52”) = 89° 37’ 20. 25”
t° = 89° 37’ 20. 25”
t°/15 = 5° 58’ 29. 35”
Mencari Saat Matahari Terbenam
Rumus : 12 – e + t – Kwd
12 + (-)00 6’ 25” + 5° 58’ 29. 35” –(119
0 51’ 00” : 15)
Ghurub = 100
05’ 30.35” (GMT) + 08j
Ghurub = 18j 05
m 30.35
d (WITA)
Mencari Asenciorekta (A. R) Matahari
Rumus : A - (A-B) x C/1
A. R° pukul 10. 00 GMT = 130° 17’ 22”
A. R° pukul 11. 00 GMT = 130° 19’ 48”-
= - 0° 2’ 26”
AR0 = 1300 17' 08.6"
Mencari Asenciorekta Bulan
A. Rc pukul 10. 00 GMT = 137° 32’ 31”
A. Rc pukul 11. 00 GMT = 138° 06’ 49”-
= -0° 34’ 18”
ARc = 1370 29' 22"
Mencari Susut Waktu Bulan (tc)
Rumus tc = A. R° - A. R
c + t
°
tc = 130
0 17' 08.6" - 137
0 29' 22" + 89° 37’ 20. 25”= 82° 12’ 50. 87”
tc = 82° 25’ 06. 7”
Mencari Deklinasi Bulan (δc)
Rumus interpolasi = A - (A-B) x C/1
δc pukul 10. 00 GMT = 11° 58’ 56”
δc pukul 11. 00 GMT = 11° 46’ 34”-
= 0° 12’ 22”
ARc = 12
0 00' 04. 09"
Mencari Tinggi Hilal Hakiki (hc)
Data:
LT Makassar (φ) = -5° 08' LS
Deklinasi Bulan (δc) = 120 00' 04. 09"
Sudut waktu Bulan (tc) = 82° 12’ 50. 87”
Rumus = Sin hc = Sin φ x sin δ + cos x cos δ x cos t
c
Sin hc = sin -5° 08' x sin 12
0 00' 04. 09"+ cos -5° 08’ x cos 12
0 00' 04. 09"”
x cos 82° 25’ 06. 7”
hc = 6° 18’ 40. 65”
Mencari Tinggi Hilal Mar’i
Rumus : A- (A-B) x C/1
Data :
hc = 6° 18’ 40. 65”
dip = 0° 24’ 53, 41”
Hpc :
HPc pukul 10. 00 GMT = 0° 59’ 22”
HPc pukul 11. 00 GMT = 0° 59’ 23”-
= 0° 00’ 01”
HPc = 0° 59’ 21.91”
Sdc :
sdc pukul 10. 00 GMT = 0° 16’ 10. 65”
sdc pukul 11. 00 GMT = 0° 16’ 10. 97”-
= 0° 00’ 00, 32”
sdc = 0° 16’ 10. 62”
Ref :
Ref = 00 34' 30. 00"
Parallax = cos hc x HP
Parallax = cos 6° 18’ 40. 65” x 0° 59’ 22" = 0° 59’ 00. 32”
Tinggi hilal mar'I
Rumus :
h’c = h
c- Par + sd
c + Ref +dip
h’c
= 6° 18’ 40. 65”- 0° 59’ 00. 32”+ 0° 16’ 10. 62” + 00° 34’ 30. 00” +
0° 24’ 53, 41”
= 6° 35’ 14. 36”
Mencari Azimut (Ao) Matahari dan Bulan
Azimut Matahari
Data:
LT Makassar (φ) = -5° 08' LS
Deklinasi Matahari (δo) = 18° 17’ 52”
Sudut waktu Matahari (to) = 89° 37’ 20. 25”
Rumus = Cotan A = -sin φ / tan t° + cos φ tan δ: sin t°
Cotan A = -sin -5° 08' / tan 89° 37’ 20. 25” + cos -05° 08' x tan 18° 17’
52” / sin 89° 37’ 20. 25”) = 71° 44’ 23. 63”
Ao = 71° 44’ 23. 63” (U-B)
= 18° 15’ 36. 37” (B-U)
Azimutnya = 288° 15’ 15.36”
Azimuth Bulan (Ac)
Data:
LT Makassar (φ) = -5° 08' LS
Deklinasi Bulan (δc) = 120 00' 04. 09"
Sudut waktu Bulan (tc) = 82° 12’ 50. 87”
Rumus = Cotan A = - sin φ : tan tc + cos φ tan δ : sin t
c
Cotan A = - sin -05° 08’ / tan 82° 12’ 50. 87” + cos -05° 08' x tan 120
00' 04. 09" / sin 82° 12’ 50. 87” = 75° 27’ 52, 87” (U-B)
= 14° 32’ 07. 13” (B-U)
Azimutnya = 284° 32’ 07”
Letak dan Posisi Bulan
Letak dan posisi Bulan berada di belahan utara dan di sebelah utara
Matahari sejauh
Matahari (+) letaknya bearti di sebelah utara = 18° 15’ 36.37
Bulan (+) letaknya bearti di sebelah utara = 14° 32’ 07. 13”
Ac - A° = 14° 32’ 07. 13”- 18° 15’ 36.37 = 03° 43’ 29. 24”
Kesimpulan
1. Ijtima’ akhir Bulan Sya'ban 1432 H. terjadi pada tanggal 31 Juli 2011
M, pukul 2j 41
m 00. 09
d WITA
2. Terbenam Matahari pukul 18j 05
m 30.35
d WITA
3. Tinggi hilal hakiki = 6° 18’ 40. 65”
4. Tinggi hilal mar’I = 6° 35’ 14. 36”
5. Azimuth Matahari = 288° 15’ 15.36” (UTSB)
6. Azimuth Bulan = 284° 32’ 07” (UTSB)
7. Letak dan posisi hilal berada dibelahan utara dan disebelah utara
Matahari dengan keadaan miring ke selatan.
8. Tanggal 1 Ramadhan 1432 H. diperkirakan jatuh pada tanggal 31 Juli
2011 M jatuh pada hari Jum’at Pahing.
Dari kesimpulan diatas penulis mencoba membandingkan dengan
perhitungan oleh Annazir yang menggunakan terbit Bulan sebagai pedoman.
B. Contoh Perhitungan Jama’ah Annazir
1. Hasil perhitungan Annazir Makassar
Terbit Bulan:
a. Tanggal 27 Juli 2011 = Pukul 2. 45 WITA
b. Tanggal 28 Juli 2011 = Pukul 3. 33 WITA
c. Tanggal 29 Juli 2011 = Pukul 4. 27 WITA
d. Tanggal 30 Juli 2011 = Pukul 5. 21 WITA
e. Fajar kadzib = pukul 5. 25 WITA
f. Fajar sidik = Pukul 5. 40 WITA
Ketika tanggal 30 Juli terbit Bulan diperkirakan sudah melampaui
fajar kadzib kurang lebih selama 15 menit, karena pada saat pengamatan
sesungguhnya Bulan sudah lama terbit diatas ufuknya, akan tetapi tempat
pegunungan yang menyebabkan Bulan terbit setelah beberapa menit
berikutnya. Dapat diambil kesimpulan bahwa di Makassar Bulan akan
erbi kurang lebih pada pukul 5. 36 dan sudah melewai fajar kadzib dan ini
adalah menunjukan Bulan baru sudah datang. Aba Rangkah menyatakan
bahwa Bulan dinyatakan melewati siang sebanyak 15 derajad, karena
Bulan terbit ketika Matahari sudah terbit kurang lebih 15 derajat.
2. Hasil di Bogor
Terbit Bulan:4
a. Tanggal 27 Juli 2011 = Pukul 1. 45 WIB
b. Tanggal 28 Juli 2011 = Pukul 2. 33 WIB
c. Tanggal 29 Juli 2011 = Pukul 3. 27 WIB
d. Tanggal 30 Juli 2011 = Pukul 4. 21 WIB
e. Tanggal 31 Juli 2011 = Pukul 5. 15 WIB
f. Fajar kadzib = pukul 5. 25 WIB
g. Fajar sidik = Pukul 5. 40 WIB
Hasil yang diutarakan oleh Abah Juanda (Panglima Annazir di Bogor)
bahwa berdasarkan fenomena alam yang terjadi bahwa 1 Ramadahan juga
4 Hasil wawancara via telpon dengan aba Juanda (panglima Annazir kota Bogor) pada
tanggal 10 Januari 2012 baru-baru ini. /
terjadi sekitar seperempat siang pada tanggal 31 Juli 2011 (sekitar jam 9.
00).
C. Hasil Wawancara
1. Dengan Abah Rangkah (Panglima Jama’ah Annazir di Makassar)
Makassar, 27 Juli 2011. Pkl 13.26 WITA
Hesti : Assalamualaikum Wr Wb bapak
Abah : Walaikumsalam Wr Wb
Hesti`: Perkenalkan saya mahasiswa Konsentrasi Ilmu Falak IAIN
Walisongo Semarang, saya ingin mewawancari Abah terkait
tentang Jama’ah Annazir
Abah : ya silakan
Hesti : Apa itu Jama’ah Annazir?
Abah : Jama’ah Annazir adalah sebuah yayasan yang beranggotakan
para muslimin dan muslimat ang memegang ajaran teguh, tujuan,
visi dan misi yang satu yaitu menegakkan hukum hakam Allah di
muka Bumi Allah
Hesti : Kapan berdirinya Jama’ah Annazir ini?
Abah : Yayasan ini sebenarnya sudah ada sejak lama yaitu tepatnya
ketika Allah menurunkan Kamahar Muzakkar di muka bumi ini.
Akan tetapi masyarakat mulai meyakini ajaran ini yaitu sejak
tahun 1998 nan. Dan secara resmi didirikan di Jakarta pada 8
Februari 2003 dengan Akta Notaris Hariana Wahab Yusuf SH,
dengan alamat pertama di jalan Bogenvil no-2-16 kompleks nyiur
melambai Jakarta Utara. Yayasan ini berbadan hukum mengarah
kepada Undang Undang No 16 tahun 2001, dengan AD dan ART
sesuai Akta Notaris nomor 11 tanggal 8 Februari 2003.
Hesti : Bagaimana perkembangan ajaran Jama’ah Annazir:
Abah : pada awalnya kami sering dikatakan sebagai aliran sesat oleh
masyarakat luar, akan tetapi pada saat ini sudah banyak orang
yang mengikuti ajaran kami. Jama’ah Annazir sudah tersebar ke
seluruh nusantara diantaranya di Jakarta, Medan, Bogor,
Yogyakarta, dan lain-lain
Hesti : contoh ajarannya?
Abah :Diantaranya tentang Ba’at, Shalat dengan tiga kali pelaksanaan,
awal Bulan kamariyah dan lain-lain
Hesti : saya minta penjelasan tentang berbagai ajaran tersebut?
Abah : Bai’at adalah sebuah ikrar yang harus diucapkan oleh setiap
orang yang akan mengikuti ajaran kami. Ibadah Shalat kami
pahami ada tiga pelaksanaan yaitu siang (Dzuhur dan Ashar),
sore (Mahgrib), dan diujung malam (Isya dan Subuh).
Sedangkan awal Bulan kamariyah kami tentukan dengan berbagai
metode yaitu Hisab, Rukyah, dan pengamatan fenomena alam
Hesti : bagaimana dengan metode Hisab Jama’ah Annazir, apakah ada
model perhitungan tertentu atau sama dengan model perhitungan
yang lainnya?
Abah : kami mempunyai angkah 54 sebagai pedoman dalam
menghitung waktu terbit Bulan. Angkah ini adalah langsung dari
Allah SWT
Hesti : rukyah?
Abah :kami menggunakan Bulan terbit sebagai objek rukyah. Yaitu
kami amati kapan Bulan itu akan terbit, apabila sudah melampaui
fajar Kazdib maka sesungguhnya pada keesokan harinya akan
terjadi perpisahan Bulan yang pertama dengan yang kedua dan
akan tiba awal Bulan selanjutnya
Hesti : pengamatan fenomena alam?
Abah : Ada beberapa cara yang kami gunakan, yaitu melihat feniomena
pasang surut air laut, menerawang dengan kain hitam dan lain-
lain
2. Wawancara dengan Ust. Arif Tani (salah satu pembesar Jama’ah
Annazir di Makassar)
Makassar, 27 Juli 2011. Pukul 14.12 WITA
Hesti : Assalamualaikum Wr Wb bapak,
Ust : Walaikumsalam Wr Wb
Hesti : disini saya akan melanjutkan wawancara dari Abah Rangkah
sebelumnya yaitu tentang Jama’ah Annazir. Siapakah yang
membawa ajaran Jama’ah Annazir ini?
Ust : yang membawa adalah sang bani tamim sebagai pemula Imam
Mahdi. Beliau adalah Kamahr Muzakkar ( Syeikh Syamsur
madjid). Beliau mendapatkan pengetahuan ini langsung dari
Allah SWT dan menhajarkannya kepada setiap orang yang
bersedia menjadi muridnya, yaitu diantaranya Abah Rangkah
Hesti : siapa Bani Tamim itu?
Ust : kamu bisa melihat ayat-ayat yang menerangkan tentang Bani
Tamim di internet ya, dan pelajari!
Hesti : Bagaimana Relasi Syeikh Syamsur Majdid pada saat itu dengan
masyarakat, kenapa sampai pernah ditentang oleh masyarakat?
Ust : sangat baik, akan tetapi watak setiap manusia itu berbeda. Ya
mungkin saja ada yang merasa menentang ajaran beliau pada saat
itu
3. Wawancara dengan Ustad Syafi’ (pengikut Jama’ah Annazir di
Makassar)
Makassar, 29 Jli 2011. Pukul 10.07 WITA
Hesti : ustad, disini saya hanya ingin memperkuat argumen Abah
Rangkah saja tentang penentuan awal Bulan kamariyah
Ust : oh iya silakan
Hesti : konsep penentuan awal Bulan kamariyah?
Ust : sebenarnya hanya satu pedoman mbak, yaitu waktu terbiynya
Bulan sudah melewati waktu fajar kadzib atau belum, kalau
seandainya sudah maka kemungkinan besar awal Bulan baru akan
jatuh disiang hari dan puasa akan kita mulai disiang hari itu juga.
Akan tetapi apabila terbiynya Bulan sebelum fajar kadzib, maka
kemungkinan awal Bulan akan datang keesokan harinya
Hesti : pendapat ustadz terhadap metode penentuan awal Bulan
Kamariyah selain Jama’ah Annazir?
Ust : menerima dengan tanda kutip saya tetap memegang keyakinan
saya. Setiap orang itu mempunyai iman masing-masing mbak,
jadi bagi saya kepercayaan juga berbeda setiap orangnya, oleh
karena itu Lakum Dinukum. . . . . . terima kasih
4. Wawancara dengan Bapak Fadli (Sekretaris Desa Romang Lompoa)
Makassar, 29 Juli 2011. Pukul 14.00 WITA
Hesti : Bapak, bisa saya minta pengetahuan tentang keberadaan
masyarakat Jama’ah Annazir di Kelurahan (Desa) ini ?
Fadlil : oh iya silakan mbak, semampu saya akan membantu
Hesti : kapan mereka mulai disini pak?
Fadlil : kalau saya tidak salah sejak tahun 1998, yaitu setelah mereka
mendapatkan penolakan secara resmi dari pemerintah Palopo
yaitu tempat mereka sebelumnya
Hesti : kalau boleh saya tau, kenapa mereka diusir dari Palopo?
Fadlil : Palopo adalah daerah yang sangat religius dengan sosial sangat
dipentingkan. Jama’ah Annazir dianggap menyalahi kepercayaan
di bidang agama di Palopo
Hesti : terus kenapa Romang Lompoa menerima keberadaan mereka?
Fadlil : secara resmi kita tidak menerima dan juga tidak menolak
keberadaan mereka disini, akan tetapi selama mereka masih
berada disini kita akan selalu mengawasi gerak-gerik mereka
dalam sosialnya. Dan apabila ada sedikit merusak kesejahteraan
masyarakat disini maka secara tegas kami akan mengambil sikaf
yang jelas.
5. Wawancara dengan Abah Juanda ( Panglima Jama’ah Annazir di
Bogor) via Telpon
Semarang, 3 Agustus 2011. Pukul 06.13 WIB
Hesti : Assalamualaikum Wr Wb Abah, ,
Abah : Walaikumsalam Wr Wb
Hesti : tentang Jama’ah Annazir di Bogor abah?
Abah : Jama’ah Annazir di Bogor sesungguhnya sama sumbernya
dengan Jama’ah Annazir yang di Makassar. Akan tetapi kita tidak
saling meniru, saya tidak mau meniru merekja karena saya juga
mempunyai pengetahuan yang sama dengan mereka.
Hesti : dengan pernyataan Abah tersebut, apakah antara Jama’ah
Annazir di masing-masing daerah di nusantara mempunyai
perbedaan yang sangat signifikan?
Abah : tidak, kita memang ada sedikit perbedaan, ya yang namanya
kepala kita berbeda akan tetapi tidak sighnifikan. Bahkan
walaupun kita ada perbedaan akan tetapi kita tetap eksis sebagai
kelompok muslim yang satu. Selain itu antara satu daerah
dengan yang lain itu kan berbeda, banyak faktor yang
mempengaruhi seperti faktor geografis, faktor politik, faktor
kebudayaan dan lain-lain.