Konseling Individual untuk Meningkatkan Daya Tangkap ...

16
Diterima: Oktober 2020. Disetujui: November 2020. Dipublikasikan: Desember 2020 353 Irsyad : Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, Konseling, dan Psikoterapi Islam Volume 8, Nomor 4, 2020, 353-368 ISSN: 2086-4116(Print), 2685-3760(Online) DOI 10.15575/IRSYAD.V8I4.2148 Konseling Individual untuk Meningkatkan Daya Tangkap Disabilitas Fisik dalam Refreshing Up Grading Hanif Sandya Eko Putro 1 , Ummy Habibah 2 , Muhammad Ilyas 3 1 Bimbingan Konseling Islam, Fakultas Dakwah dan Ushuluddin, IAIN Surakarta, Solo. 2 Bimbingan Konseling Pendidikan Islam, STIT Al-kifayah, Pekanbaru. 3 Bimbingan Konseling Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi , UIN Suska, Riau. Email : [email protected] ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas konseling individu dalam meningkatkan kemampuan menjaring penyandang disabilitas fisik dalam program refreshing up grading di Pusat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas Fisik Prof. Dr. Soeharso Surakarta. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen tipe one group post test design. Subjek penelitian ini adalah 5 orang penyandang disabilitas fisik yang mengikuti program refreshing up grading dengan menggunakan teknik total sampling. Teknik pengumpulan data berupa check list observasi, Progressive Standard Test Matrices, dan Minnesota Expose Form Board Test, serta dokumentasi. Analisis data menggunakan Paired Samples Test. Hasil analisis data diketahui bahwa nilai hitung untuk konseling individu sebesar 2,738 dengan probabilitas (Sig.) 0,052 yang berarti tidak ada pengaruh yang signifikan konseling individu terhadap kemampuan menjaring penyandang disabilitas fisik. Kata Kunci: Penyandang Disabilitas Fisik, Konseling Individual, dan Kapabilitas ABSTRACT This study aims to determine the effectiveness of individual counseling in improving the ability to capture persons with physical disabilities in the refreshing up grading program at the Center for Social Rehabilitation of Persons with Physical Disabilities. Dr. Soeharso Surakarta. This study used an experimental method type one group post test design. The subjects of this study were 5 people with physical disabilities who participated in the refreshing up grading program using the total sampling technique. Data collection techniques were in the form of observation check lists, Progressive Standard Test Matrices, and Minnesota Expose Form Board Test, and documentation. Data analysis using Paired Samples Test. The results of the data analysis show that the value for individual counseling is 2.738 with a probability (Sig.) 0.052, which means

Transcript of Konseling Individual untuk Meningkatkan Daya Tangkap ...

Page 1: Konseling Individual untuk Meningkatkan Daya Tangkap ...

Diterima: Oktober 2020. Disetujui: November 2020. Dipublikasikan: Desember 2020 353

Irsyad : Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, Konseling, dan Psikoterapi Islam Volume 8, Nomor 4, 2020, 353-368

ISSN: 2086-4116(Print), 2685-3760(Online) DOI 10.15575/IRSYAD.V8I4.2148

Konseling Individual untuk Meningkatkan Daya Tangkap Disabilitas Fisik dalam Refreshing Up Grading

Hanif Sandya Eko Putro1, Ummy Habibah2, Muhammad Ilyas3 1 Bimbingan Konseling Islam, Fakultas Dakwah dan Ushuluddin, IAIN Surakarta, Solo.

2Bimbingan Konseling Pendidikan Islam, STIT Al-kifayah, Pekanbaru. 3Bimbingan Konseling Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi , UIN Suska, Riau.

Email : [email protected]

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas konseling individu dalam meningkatkan kemampuan menjaring penyandang disabilitas fisik dalam program refreshing up grading di Pusat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas Fisik Prof. Dr. Soeharso Surakarta. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen tipe one group post test design. Subjek penelitian ini adalah 5 orang penyandang disabilitas fisik yang mengikuti program refreshing up grading dengan menggunakan teknik total sampling. Teknik pengumpulan data berupa check list observasi, Progressive Standard Test Matrices, dan Minnesota Expose Form Board Test, serta dokumentasi. Analisis data menggunakan Paired Samples Test. Hasil analisis data diketahui bahwa nilai hitung untuk konseling individu sebesar 2,738 dengan probabilitas (Sig.) 0,052 yang berarti tidak ada pengaruh yang signifikan konseling individu terhadap kemampuan menjaring penyandang disabilitas fisik.

Kata Kunci: Penyandang Disabilitas Fisik, Konseling Individual, dan Kapabilitas ABSTRACT

This study aims to determine the effectiveness of individual counseling in improving the ability to capture persons with physical disabilities in the refreshing up grading program at the Center for Social Rehabilitation of Persons with Physical Disabilities. Dr. Soeharso Surakarta. This study used an experimental method type one group post test design. The subjects of this study were 5 people with physical disabilities who participated in the refreshing up grading program using the total sampling technique. Data collection techniques were in the form of observation check lists, Progressive Standard Test Matrices, and Minnesota Expose Form Board Test, and documentation. Data analysis using Paired Samples Test. The results of the data analysis show that the value for individual counseling is 2.738 with a probability (Sig.) 0.052, which means

Page 2: Konseling Individual untuk Meningkatkan Daya Tangkap ...

H. S. E. Putro, U. Habibah, M. Ilyas

354 Irsyad : Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, Konseling, dan Psikoterapi Islam 8(4) (2020) 353-368

that there is no significant effect of individual counseling on the ability to screen people with physical disabilities. Keywords: Persons with Physical Disabilities, Individual Counseling, and Capabilities

PENDAHULUAN

Manusia terlahir di dunia tidak selalu dengan bentuk fisik yang sempurna. Banyak anak yang terlahir dengan keterbatasan-keterbatasan, baik fisik maupun mental. Keterbatasan-keterbatasan fisik diantaranya adalah tuna daksa, tuna rungu, tuna netra, tuna wicara dan sebagainya. Penyandang disabilitas merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari masyarakat Indonesia. Kata ‘penyandang’ sendiri menjadi predikat untuk seseorang dengan tanda/label negatif yaitu keterbatasan pada keseluruhan pribadinya. Namun, kenyataannya bisa saja seseorang penyandang disabilitas hanya mempunyai kekurangan fisik tertentu dan bukan disabilitas secara keseluruhan.

Dengan peraturan pemerintah No. 43 tahun 1998 tentang upaya peningkatan kesejahteraan sosial penyandang disabilitas mengamanatkan bahwa pemerintah dan masyarakat berkewajiban melakukan upaya kesejahteraan sosial dengan menyelenggarakan rehabilitasi sosial orang dengan disabilitas, sehingga dapat memiliki keterampilan kerja sesuai dengan jenis disabilitas yang dimilikinya, sehingga keterampilan kerja sesuai dengan bakat dan kemampuannya. Salah satu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan penyandang disabilitas fisik adalah membekali difabel dengan keterampilan melalui pelatihan vokasional. Tujuannya adalah mencegah diskrimasi terhadap para penyandang disabilitas dengan meningkatkan kecakapan kerja dan kemampuan kerja mandiri, serta dukungan keuangan mikro dan pemasaran. Program rehabilitasi vokasional mengarahkan peserta pelatihan kepada peningkatan kualitas hidup melalui bantuan-bantuan teknis dan usaha-usaha memperbaiki lingkungan hidup, serta membuka kesempatan agar lebih mampu berperan atau bekerja.

Sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya mengenai “Penyesuaian Diri Penyandang Tunadaksa di Tempat Kerja Studi pada Peserta Pelatihan di BBRVBD Cibinong” yang ditulis oleh Faustine Herisman dan Penny Handayani bahwa disabilitas tidak hanya berkaitan dengan masalah kesehatan, namun berkaitan juga antara kondisi fisik tubuh dengan lingkungan sosial yang mana individu tinggal menyebabkan seseorang dengan disabilitas mengalami keterbatasan untuk berkontribusi dengan masyarakat.

Balai Besar Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas Fisik Prof. Dr. Soeharso Surakarta merupakan sebuah lembaga yang memberikan pelayanan kepada penyandang disabilitas fisik melalui kegiatan rehabilitasi terlengkap, dan merupakan rujukan nasional penyandang disabilitas fisik di Indonesia. Lembaga

Page 3: Konseling Individual untuk Meningkatkan Daya Tangkap ...

Konseling Individual untuk Meningkatkan Daya Tangkap Disabilitas Fisik dalam Refreshing Up Grading

Irsyad : Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, Konseling, dan Psikoterapi Islam 8(4) (2020) 353-368 355

ini bertugas membina, melayani, mengembangkan potensi, serta bakat melalui pengetahuan dan keahlian yang dimiliki, khususnya pembinaan perilaku dan pemikiran intelektual. Di Balai Besar Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas Fisik Prof. Dr. Soeharso Surakarta ada salah satu program yang diperuntukkan bagi penyandang disabilitas fisik sebelum ingin masuk di keterampilan VAK (Visual, Auditori dan Kinestetik) yang diinginkan. Terdapat beberapa persyaratan yang harus dipenuhi jika ingin berpartispan dalam VAK. Ketika persyaratan tersebut tidak terpenuhi maka dilakukan upaya dengan cara ikut dalam program refreshing up grading. Sebelum penyandang disabilitas fisik mendapatkan program ini, tahap yang pertama adalah dilakukan assesment, setelah assesment kemudian memilih hak yang diinginkan kemudian ketika persyaratan yang belum terpenuhi maka penerima manfaat harus melaksanakan program refreshing up grading ini. Dalam program ini penyandang disabilitas daksa akan diberikan materi-materi pembelajaran seperti Matematika, IPA, dan Bahasa Indonesia, selain itu juga diberikan motivasi. Dalam program tersebut ada kendala yaitu kondisi penyandang disabilitas fisik yang berbeda-beda menjadi kendalanya. Seperti kondisi tangan yang tremor sehingga bingung akan dimasukkan di VAK mana karena setiap memegang benda akan jatuh, kemudian kondisi fisik yang menggunakan kursi roda akan membatasi ruang gerak, kondisi kognitif seperti IQ yang juga akan menghambat dalam keterampilan motorik. Ketika penyandang tuna daksa mempunyai IQ yang rendah atau low maka akan mempengaruhi proses belajar di keterampilan VAK, karena mereka tidak bisa memahami atau menangkap isi pesan yang disampaikan oleh instruktur. Menurut Piaget (1977), makin besar hambatan yang dialami anak penyandang tunadaksa dalam berasimilasi dan berkomunikasi dengan lingkungannya, maka makin besar pula hambatan yang dialami anak pada perkembangan kognitifnya. Hal tersebut membuat penyandang disabilitas fisik yang sudah melaksanakan refreshing up grading, tetap saja tidak bisa memasuki keterampilan VAK yang diinginkan.

Apabila penyandang disabilitas fisik tidak bisa masuk VAK yang diinginkan kemudian akan diberikan pemahaman dan motivasi. Dalam hal ini ada aspek-aspek psikologi yang belum terlihat dalam diri penyandang disabilitas fisik, yaitu fungsi kognitif. Menurut Messen, Conger, dan Kagan (1974) sebagaimana yang dikutip Azis fungsi kognitif terbagi menjadi lima yaitu persepsi, memori, permunculan ide-ide, evaluasi, dan penalaran (Safruddin, 2015 : 201). Ketika penyandang disabilitas fisik menginginkan masuk di keterampilan VAK maka aspek kognitif harus diketahui. Terlebih lagi disebabkan setiap VAK pasti membutuhkan jenis fungsi kognitif yang berbeda-beda. Di dalam keterampilan VAK komputer misalnya, membutuhkan pemahaman dan daya tangkap yang cukup. Kemudian di keterampilan VAK fotografi dan handy craft, membutuhkan kemampuan otak kanan dan juga membutuhkan daya tangkap yang cepat. Hal itu

Page 4: Konseling Individual untuk Meningkatkan Daya Tangkap ...

H. S. E. Putro, U. Habibah, M. Ilyas

356 Irsyad : Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, Konseling, dan Psikoterapi Islam 8(4) (2020) 353-368

dikarenakan ketika instruktur memberi pengarahan tentang tata cara membuat suatu kerajinan penyandang disabilitas fisik mampu menerima dan melaksanakan. Di keterampilan VAK pertukangan, bordir, penjahitan membutuhkan ketelitian dan kemampuan analisa dan juga daya tangkap.

Daya tangkap diperlukan, karena ketika instruktur menjelaskan dan memberi contoh, penyandang disabilitas mampu menerima dan melakukan apa yang instruksikan. Oleh karena itu dalam penelitian ini, peneliti ingin melakukan upaya untuk meningkatkan daya tangkap penyandang disabilitas fisik agar ketika mereka melaksanakan program refreshing up grading bisa memaksimalkan hasil pelatihan sehingga bisa masuk di keterampilan VAK yang diinginkan atau ketika masuk di keterampilan VAK yang sudah dipilihkan dapat berlatih dengan baik sehingga menghasilkan sebuah keterampilan bagi dirinya sendiri.

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen yaitu metode percobaan dan observasi sistematis dalam situasi khusus, dimana gejala-gejala yang diamati dan begitu disederhanakan. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan dengan one group posttest design. Sedangkan dalam one group posttest design ini hanya melibatkan satu kelompok yang diberikan manipulasi. Desain digunakan untuk mengetahui apakah dengan memberikan konseling individual akan meningkatkan daya tangkap penyandang disabilitas fisik dalam proses refreshing up grading di BBRSPDF Prof. Dr. Soeharso. Pemberian konseling individual ini dilakukan berdasarkan hasil assessment oleh petugas identifikasi untuk masuk VAK keterampilan. Setelah dilakukan konseling individual kepada sampel yang sudah ditentukan, maka dilakukan tes psikologi untuk mengetahui aspek-aspek psikologi dalam fungsi kognitif dan IQ apakah meningkat atau tetap sama.

Populasi dalam penelitian ini adalah penyandang disabilitas fisik yang mengikuti proses refreshing up grading angkatan 2018 di BBRSPDF Prof. Dr. Soeharso Surakarta. Sedangkan sampel yaitu penyandang disabilitas fisik kelas B yang mengikuti proses refreshing up grading di BBRSPDF Prof. Dr. Soeharso Surakarta. Subyek dalam penelitian ini menggunakan teknik total sampling yaitu pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama dengan populasi (Sugiyono, 2017 : 217). Karakteristik subjek yaitu, responden yang usianya 18-24 tahun, responden mempunyai kemampuan membaca kurang lancar, responden yang mempunyai IQ rata-rata, responden yang belum menikah, mengikuti program refreshing up grading.

LANDASAN TEORITIS

Tunadaksa adalah orang yang memiliki keterbatasan pada anggota tubuh. Hikmawati (Hikmawati dkk, 2015 : 20), penyandang tunadaksa adalah seseorang

Page 5: Konseling Individual untuk Meningkatkan Daya Tangkap ...

Konseling Individual untuk Meningkatkan Daya Tangkap Disabilitas Fisik dalam Refreshing Up Grading

Irsyad : Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, Konseling, dan Psikoterapi Islam 8(4) (2020) 353-368 357

yang mempunyai kelainan pada tubuhnya yaitu pada alat gerak yang meliputi tulang, otot, dan persendian baik dalam struktur atau fungsinya yang dapat mengganggu atau merupakan rintangan dan hambatan baginya untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Menurut Karyana dan Widiati (Himawati dkk, 2011 : 20), tunadaksa didefinisikan sebagai penyandang bentuk kelainan atau kecacatan pada system otot, tulang, dan persendian yang dapat mengakibatkan gangguan koordinasi, komunikasi, adaptasi, mobilisasi, dan gangguan perkembangan kebutuhan pribadi.

Mangunsong menyatakan bahwa tunadaksa secara umum mempunyai pengertian yang luas sebagai ketidakmampuan tubuh secara fisik untuk menjalankan fungsi tubuh seperti dalam keadaan normal. Dalam hal ini yang termasuk gangguan fisik adalah lahir dengan tunadaksa bawaan seperti anggota tubuh yang tidak lengkap, kehilangan anggota badan karena amputasi, terkena gangguan neuro muscular seperti cerebral palsy, terkena gangguan sensomotorik (alat penginderaan) dan atau menderita penyakit kronis (Mangunsong, 2011 : 27)

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tunadaksa adalah individu yang memiliki ketidakmampuan tubuh secara fisik untuk menjalankan fungsi tubuh seperti dalam keadaan yang normal karena terdapatnya gangguan bentuk atau hambatan pada tulang, otot, dan sendi yang dapat disebabkan oleh pembawaan sejak lahir, penyakit, dan kecelakaan sehingga mengakibatkan individu mengalami gangguan dalam hal pendidikan yang memerlukan cara-cara khusus dan pelayanan khusus, tidak bisa berdiri sendiri, dan gangguan dalam melakukan aktivitas sehari-hari lainnya.

Adapun karakteristik tunadaksa dapat dibagi menjadi lima karakteristik yaitu (1) Karakteristik Kognitif, sebagian besar menimbulkan kesulitan belajar dan perkembangan kognitif. Contohnya penderita cerebral palsy yang mengalami kesulitan dalam hal belajar dan perkembangan kognitifnya, dan mereka juga mengalami kesulitan dalam hal persepsi, kesulitan komunikasi, maupun dalam bagian control gerak, beberapa juga mengalami keterbelakangan mental. (2) Karakteristik Intelegensi Anak Tunadaksa, tes tersebut antara lain hausserman test (untuk tunadaksa ringan), dan peabody picture vocabulary test. (Safruddin, 2015 : 81-82). (3) Karakteristik Kepribadian, mereka merasa bahwa dirinya berbeda dengan yang lain atau merasa rendah diri maupun menimbulkan ketidak percayaan diri individu tunadaksa. (4) Karakteristik Fisik, Secara umum perkembangan fisik tunadaksa dapat dinyatakan hampir sama dengan orang normal pada umumnya kecuali pada bagian-bagian tubuh yang mengalami kerusakan atau terpengaruh oleh kerusakan tersebut. (5) Karakteristik Bahasa/Bicara, Setiap manusia memiliki kemampuan untuk berbahasa, kemampuan tersebut akan berkembang menjadi kecakapan berbahasa melalui proses yang berlangsung sejalan dengan kesiapan

Page 6: Konseling Individual untuk Meningkatkan Daya Tangkap ...

H. S. E. Putro, U. Habibah, M. Ilyas

358 Irsyad : Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, Konseling, dan Psikoterapi Islam 8(4) (2020) 353-368

dan kematangan sensori motoriknya. (Safruddin, 2015 : 83-84)).

Permasalahan terkait kecacatan yang dihadapi penyandang tunadaksa (Hikmawati dkk, 2011 : 22). Pertama faktor internal, Menyangkut keadaan jasmani, yang mengakibatkan gangguan kemampuan fisik untuk melakukan sesuatu perbuatan atau gerakan tertentu yang berhubungan dengan kegiatan hidup sehari-hari (activity of daily living). Masalah kejiwaan atau mental seseorang, akibat keterbatasannya seseorang menjadi rendah diri, atau sebaliknya, mudah tersinggung, trauma, tertutup pada orang lain, agresif, pesimis, labil, dan sulit mengambil keputusan. Menyangkut pendidikan, mereka memerlukan perhatian khusus baik dari diri orangtua maupun guru di sekolah. Sebagian besar kesulitan ini juga menyangkut tranportasi antara rumah kediaman ke sekolah. Kesulitan mempergunakan alat-alat sekolah maupun fasilitas umum lainnya. Masalah ekonomi, yang umumnya berada di bawah garis kemiskinan hingga tidak memiliki keterampilan kerja (produksi) serta adanya hambatan di dalam struktur kejiwaan, berakibat pada ketidakmampuan di dalam melaksanakan fungsi sosialnya. Masalah penampilan peranan sosial berupa ketidakmampuan hubungan antar perorangan, berinteraksi sosial, bermasyarakat, dan berpartisipasi di lingkungannya.

Kedua faktor eksternal. Masalah keluarga yaitu timbul rasa malu akibat salah satu anggota keluarganya akibatnya anak menjadi jarang diperhatikan, tidak boleh bergaul dan bermain dengan temam sebayanya, kurang mendapatkan kasih sayang sehingga anak tidak dapat berkembang kemampuan dan kepribadiannya. Masalah masyarakat, akan turut terganggu kehidupannya, selama penyandang tunadaksa ini belum mampu berdiri sendiri dan selalu bergantung pada orang lain. Dan pelayanan umum, ketersediaan sarana prasaranan umum, seperti sekolah, rumah sakit, perkantoran, tempat rekreasi, dan lainnya masih sedikit bahkan jarang sekali yang memiliki aksesibilitas bagi penyandang keterbatasan.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) daya tangkap berasal dari kata daya dan tangkap (KBBI 1990 : 42). Arti dari kata daya adalah kemampuan melakukan sesuatu atau kemampuan bertindak, sedangkan arti kata tangkap adalah kemampuan memahami apa yang ditangkap atau diterima oleh pancaindra, banyak membaca adalah suatu cara untuk melatih daya tangkap anak. Menurut Walgito yang dimaksud daya tangkap adalah kemampuan untuk merespon atau menanggapi dari apa yang diterima oleh pancaindra. Di sini terlibat proses (kognitif) dan kemampuan berbahasa (Walgito, 2010 : 98).

Sehingga dapat ditarik kesimpulan, daya tangkap adalah suatu kemampuan untuk menangkap dan memahami dari apa yang diterima oleh Panca Indra Engkoswara menjelaskan aspek-aspek daya tangkap antara lain: (Tabrani, 1998 : 10) Pertama, Ciri kognitif yaitu perilaku yang menyangkut masalah pengetahuan informasi, dan masalah kecakapan intelektual. Pada perilaku kognitif ini, anak yang

Page 7: Konseling Individual untuk Meningkatkan Daya Tangkap ...

Konseling Individual untuk Meningkatkan Daya Tangkap Disabilitas Fisik dalam Refreshing Up Grading

Irsyad : Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, Konseling, dan Psikoterapi Islam 8(4) (2020) 353-368 359

memiliki kesiapan belajar ditandai dengan: (1) kesiapan pengetahuan yang dapat segera muncul bila diperlukan, (2) komprehensif dalam penafsiran informasi, (3) mengaplikasikan pengetahuan yang diperoleh, (4) mampu mengadakan analisis dan sintesis pengetahuan yang diperoleh. Kedua, Perilaku efektif yaitu perilaku yang berupa sikap dan apresiasi. Pada perilaku ini, anak yang memiliki kesiapan belajar ditandai dengan adanya penerimaan, yaitu tingkat perhatian tertentu. Respon, yaitu keinginan untuk mereaksi bahan yang diajarkan dan mengemukakan suatu pandangan atau pendapat. Ketiga, Perilaku psikomotor, anak yang memiliki kesiapan belajar ditandai dengan adanya gerakan badan yang tepat atau sesuai dengan petunjuk guru, adanya komunikasi non verbal seperti ekspresi muka dan gerakan yang penuh arti.

Menurut Wills, konseling adalah suatu proses yang terjadi dalam hubungan seseorang dengan seseorang yaitu individu yang mengalami masalah yang tak dapat diatasinya, dengan seorang petugas professional yang telah memperoleh latihan dan pengalaman untuk membantu agar klien memecahkan kesulitannya (Willis, 2013 : 18) Menurut American School Counselor Association (ASCA) mengemukakan bahwa konseling adalah hubungan tatap muka yang bersifat rahasia penuh dengan sikap penerimaan dan pemberian kesempatan dari konselor kepada klien, konselor mempergunakan pengetahuan dan keterampilannya untuk membantu kliennya mengatasi masalah-masalahnya.

Dari pengertian konseling di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh konselor atau seorang pembimbing yang terlatih dan berpengalaman kepada konseli atau orang yang membutuhkan bantuan untuk menyelesaikan masalah yang dialaminya dan mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

Tujuan konseling individual supaya individu mampu untuk mengentaskan masalah yang dihadapinya. Dapat dikatakan layanan konseling individu perorangan berfungsi untuk pengentasan dan advokasi (Zaenal, 2010 : 89). Langkah-langkah umum upaya pengentasan masalah melalui konseling individual adalah pengenalan/pemahaman masalah konseli, analisis sebab-sebab timbulnya masalah, aplikasi metode atau teknik khusus, evaluasi serta tindak lanjut. Dalam pelaksanaan konseling individu ada beberapa teknik dalam konseling menurut Willis antara lain sebagai berikut: (1) Perilaku Attending, (2) Empati, (3) Refleksi, (4) Eksplorasi, (5) Paraphrasing. (Willis, 2013 : 160)

Refreshing dalam kamus bahasa Indonesia terjemahan termasuk kata kerja yang berarti menyamakan, menyegarkan, menyejukkan, memperbarui. Refreshing adalah memberikan pengetahuan dasar kepada penerima manfaat yang akan masuk dalam VAK keterampilan tertentu (penyegaran kembali pelajaran yang pernah diterimanya dengan kata lain evaluasi sekaligus follow up). Pendidikan

Page 8: Konseling Individual untuk Meningkatkan Daya Tangkap ...

H. S. E. Putro, U. Habibah, M. Ilyas

360 Irsyad : Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, Konseling, dan Psikoterapi Islam 8(4) (2020) 353-368

Refreshing yaitu menyelenggarakan penyegaran pendidikan yang pernah diterimanya untuk menyesuaikan tingkat pendidikan dalam rangka mengikuti bimbingan keterampilan yang akan diikutinya. Dari pengertian tersebut, maka refreshing adalah suatu kegiatan yang bertujuan menyegarkan, menyamakan, atau untuk menghibur diri yang dilakukan melalui berbagai cara untuk dapat mengembalikan semua inspirasi atau mengingatkan pengetahuan. Sehingga pengetahuan dan pemahaman mengenai keterampilan VAK dapat diasah pada tahap selanjutnya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan di BBRSPDF Prof. Dr. Soeharso Surakarta.yang berlokasi yang beralamat di Jalan Tentara Pelajar Jebres Surakarta. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2019 sampai bulan Maret 2019. Subyek penelitian adalah penyandang disabilitas fisik kelas B yang mengikuti proses refreshing up grading di BBRSPDF Prof. Dr. Soeharso Surakarta yang dipilih dengan teknik total sampling, oleh karena itu subyek yang terpilih yaitu Dh. Bq. M, Sd, N1.

Testing dalam penelitian ini posttest yang dilakukan setelah memberikan perlakuan. Perlakuan tersebut berupa konseling individual yang dilakukan dalam dua tahapan. Tahapan pertama subjek diberikan materi berupa pemutaran film pendek yang mengandung nilai dalam permainan Sembilan Nilai, tahap kedua subjek diberikan materi berupa game SEMAI atau Sembilan Nilai untuk melihat daya tangkap subjek.

Dalam penelitian ini posttest berpedoman pada hasil dari test IQ yang dilakukan sebelum melaksanakan refreshing up grading di BBRSPDF Prof. Dr. Soeharso Surakarta. Tes IQ tersebut dilakukan dengan menggunakan alat tes SPM (Standard Progressive Matrices) yang kemudian dianalisis dengan menggunakan SPSS 20 dengan pengujian dua sampel berpasangan (Paired Sample T Test).

Dalam posttest ini peneliti menggunakan jenis test yaitu SPM (Standard Progressive Matrices) dan ditambah satu tes lagi yaitu Minnesota Papar Form Board Test, tes yang trakhir ini untuk melihat perpsepsi subjek penyandang disabilitas fisik yang mengikuti refreshing up grading. Dalam one group posttest peneliti selain ingin melihat IQ, juga ingin melihat persepsi karena persepsi juga berkaitan dengan daya tangkap penyandang disabilitas fisik.

Daya Tangkap Penyandang Disabilitas Fisik

Observasi pertama ini terkait materi berupa pemutaran film pendek yang di dalamnya mengandung nilai-nilai yang berhubungan dengan sembilan nilai dalam permainan SEMAI (Sembilan Nilai Moral). Observasi ini dilakukan dengan melihat kemampuan subjek dalam memahami film dan menangkap pesan-pesan dalam film termasuk nilai-nilai yang terkandung didalamnya. Ketika menjawab

Page 9: Konseling Individual untuk Meningkatkan Daya Tangkap ...

Konseling Individual untuk Meningkatkan Daya Tangkap Disabilitas Fisik dalam Refreshing Up Grading

Irsyad : Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, Konseling, dan Psikoterapi Islam 8(4) (2020) 353-368 361

pesan dalam film tersebut subjek dibantu dengan memberikan stimulus, sehingga mereka dapat mengutarakan apa yang mereka tangkap dari film tersebut. Dari hasil tersebut juga dapat diketahui bahwa subjek Dh, Bq, dan M lebih mudah menerima materi dengan media audiovisual sedangkan subjek dengan inisial Ni dan Sd lebih mudah menerima materi dengan media visual. Adapun hasil observasi pada tahap pertama ini adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Hasil Observasi Tahap Pertama Konseling Individual Untuk Meningkatkan Daya Tangkap

Nama Kognitif Afektif Psikomotorik

Skor a b c A B

Dh 3 2 3 3 3 2 16

Bq 2 2 3 3 2 3 15

M 2 3 3 2 3 3 15

Sd 3 2 2 1 1 2 11

Ni 1 2 3 1 2 3 12

Observasi kedua pada proses konseling menggunakan permainan SEMAI (Sembilan Nilai). SEMAI berisi sembilan nilai moral yang diharapkan akan menumbuhkan sikap atau perilaku baik dengan contoh perilaku sehari-hari dan cara yang mudah. SEMAI terdiri dari papan permainan, kartu putih yang berisi sebuah situasi atau pertanyaan, dan kartu merah yang berisi satu pernyataan sebagai hukuman ketika seseorang salah menjawab pertanyaan didalam kartu putih. Pertemuan pertama ini dilaksanakan pada hari Selasa, 5 Februari 2019. Dengan 5 orang sebagai subjek penelitian. Proses konseling diawali dengan kegiatan pendahuluan yang meliputi salam, perkenalan, menjelaskan tata cara permainan, dan dilanjutkan dengan materi konseling dengan permainan kartu SEMAI.

Berdasarkan hasil observasi dalam melaksanakan konseling dengan media kartu SEMAI ini, diketahui bahwa terdapat subjek yang salah dan mendapat hukuman, namun ada juga yang 100% benar menjawab pertanyaan. Kesalahan dalam menjawab tersebut dipengaruhi karena subjek mempunyai kemampuan membaca yang rendah sehingga harus dibantu dan diberi stimulus dalam memberikan jawaban pertanyaan. Dari hasil observasi tersebut juga dapat diketahui bahwa subjek dengan inisial Dh, Bq, M, Ni dan Sd mudah menenerima materi dengan media visual. Adapun hasil observasi dalam tahap kedua ini yaitu:

Page 10: Konseling Individual untuk Meningkatkan Daya Tangkap ...

H. S. E. Putro, U. Habibah, M. Ilyas

362 Irsyad : Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, Konseling, dan Psikoterapi Islam 8(4) (2020) 353-368

Tabel 2. Hasil Observasi Tahap Kedua Konseling Individual Untuk Meningkatkan Daya Tangkap

Nama Kognitif Afektif Psikomotorik

Skor a b c A B

Dh 3 3 3 3 3 3 18

Bq 3 2 3 3 2 3 16

M 2 3 3 3 3 3 17

Sd 3 2 2 2 1 2 12

Ni 2 2 3 2 2 3 14

Konseling Individual Terhadap Aspek-Aspek Daya Tangkap

Perilaku attending dapat mempengaruhi dua aspek daya tangkap. Pertama, aspek afektif yaitu antusias ketika mengikuti konseling dan ketika diberikan materi konseling. Kedua yaitu aspek daya tangkap psikomotorik indikator kedua yaitu aktif dalam melakukan konseling. Hasil analisis daya tangkap dalam aspek afektif yaitu antusias ketika mengikuti konseling dan ketika diberikan materi konseling yang menunjukkan daya tangkap seorang subjek. Berikut akan dijabarkan perbandingan subjek dari aspek afektif pertama ini:

Gambar 1. Antusias Ketika Mengikuti Konseling dan Ketika diberikan Materi

Konseling

00,5

11,5

22,5

33,5

Antusias Ketika Mengikuti Konseling, danKetika diberikan Materi Konseling (Afektif 1)

Nama

Dh

Bq

M

Ni

Sd

Page 11: Konseling Individual untuk Meningkatkan Daya Tangkap ...

Konseling Individual untuk Meningkatkan Daya Tangkap Disabilitas Fisik dalam Refreshing Up Grading

Irsyad : Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, Konseling, dan Psikoterapi Islam 8(4) (2020) 353-368 363

Gambar 2. Melakukan Kegiatan Sesuai Dengan Petunjuk Konselor

Dari gambar diatas menjelaskan tentang perbandingan skor subjek yang berkaitan dengan daya tangkap dengan jumlah skor yang diperoleh dari masing-masing indikator. Dari skala 1-3, angka 3 artinya subjek melakukan kegiatan yang sesuai dengan tema dan petunjuk konselor. Angka 2 artinya subjek melakukan kegiatan namun tidak sesuai dengan tema dan petunjuk konselor dan angka 1 artinya subjek sama sekali tidak mau terlibat dalam kegiatan sesuai dengan tema dan petunjuk konselor.

Gambar 4.3 Memperhatikan Kegiatan Pembelajaran Dalam Proses Konseling

Dari gambar diatas menjelaskan tentang perbandingan skor subjek yang berkaitan dengan daya tangkap dengan jumlah skor yang diperoleh dari masing-

0

0,5

1

1,5

2

2,5

3

3,5

Nama Dh Bq M Ni Sd

Axis

Titl

eMelakukan KegiatanSesuai DenganPetunjuk Konselor

0

0,5

1

1,5

2

2,5

3

3,5

Memperhatikan KegiatanPembelajaran Dalam Proses

Konseling (Afektif 2)

Nama

Dh

Bq

M

Ni

Sd

Page 12: Konseling Individual untuk Meningkatkan Daya Tangkap ...

H. S. E. Putro, U. Habibah, M. Ilyas

364 Irsyad : Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, Konseling, dan Psikoterapi Islam 8(4) (2020) 353-368

masing indikator. Dari skala 1-3, angka 3 artinya subjek melihat kearah konselor yang sedang memberikan materi konseling dan perhatiannya terpusat pada konselor. Angka 2 artinya anak memperhatikan selama kegiatan konseling namun tidak intens dan angka 1 artinya subjek kurang memperhatikan selama kegiatan konseling berlangsung.

Gambar 4. Aktif Dalam Melakukan Kegiatan Konseling

Dari gambar diatas menjelaskan tentang perbandingan skor subjek yang berkaitan dengan daya tangkap dengan jumlah skor yang diperoleh dari masing-masing indikator. Dari skala 1-3, angka 3 artinya subjek melakukan kegiatan sesuai dengan tema dan anjuran konselor secara mandiri atau tanpa adanya stimulasi dan dorongan oleh konselor, fokus memperhatikan pembelajaran di awal kegiatan hingga akhir kegiatan. Angka 2 artinya subjek melakukan kegiatan sesuai tema dan anjuran konselor dan angka 1 artinya subjek hanya diam saja tidak melakukan kegiatan sesuai tema dan anjuran konselor meski adanya stimulus dan dorongan oleh konselor.

0

0,5

1

1,5

2

2,5

3

3,5

Nama Dh Bq M Ni Sd

Axis

Titl

e

Aktif Dalam MelakukanKegiatan Konseling

Page 13: Konseling Individual untuk Meningkatkan Daya Tangkap ...

Konseling Individual untuk Meningkatkan Daya Tangkap Disabilitas Fisik dalam Refreshing Up Grading

Irsyad : Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, Konseling, dan Psikoterapi Islam 8(4) (2020) 353-368 365

Gambar 5. Memberikan Respon Verbal

Dari gambar diatas menjelaskan tentang perbandingan skor subjek yang berkaitan dengan daya tangkap dengan jumlah skor yang diperoleh dari masing-masing indikator. Dari skala 1-3, angka 3 artinya subjek mampu memberikan respon verbal sesuai dengan tema tanpa di stimulasi oleh konselor. Angka 2 artinya subjek kurang memberikan respon verbal sesuai dengan tema dan angka 1 artinya subjek tidak memberikan respon verbal sama sekali.

Gambar 6 Menjawab Pertanyaan dari Konselor Dengan Benar

Dari gambar diatas menjelaskan tentang perbandingan skor subjek yang berkaitan dengan daya tangkap dengan jumlah skor yang diperoleh dari masing-masing indikator. Dari skala 1-3. Angka 3 artinya subjek menjawab pertanyaan dengan benar sesuai dengan tema tanpa bantuan konselor. Angka 2 artinya subjek menjawab pertanyaan dari konselor dengan jawaban yang sesuai dengan tema dan

0

0,5

1

1,5

2

2,5

3

3,5

Nama Dh Bq M Ni Sd

Memberikan ResponVerbal

0

0,5

1

1,5

2

2,5

3

3,5

Nama Dh Bq M Ni Sd

MenjawabPertanyaan dariKonselor DenganBenar

Page 14: Konseling Individual untuk Meningkatkan Daya Tangkap ...

H. S. E. Putro, U. Habibah, M. Ilyas

366 Irsyad : Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, Konseling, dan Psikoterapi Islam 8(4) (2020) 353-368

adanya stimulasi atau dorongan oleh konselor dan angka 1 artinya anak hanya diam saja, sama sekali tidak menjawab pertanyaan dari konselor meski sudah diberikan stimulasi dan dorongan oleh konselor.

Pengaruh Konseling Individual Terhadap Daya Tangkap

Pengaruh konseling individual terhadap daya tangkap yang telah dilakukan melalui materi pemutaran film pendek yang di dalamnya mengandung nilai-nilai yang berhubungan dengan sembilan nilai dalam permainan SEMAI (Sembilan Nilai Moral) dapat dihasilkan sebagai berikut.

Tabel 3. Hasil Uji Paired Samples Test

Paired Differences T Df Sig. (2-tailed)

Mean Std. Deviation Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper

Pair 1 pretest – posttest 67.000 54.722 24.472 -.946 134.946 2.738 4 .052

Analisis data menggunakan Paired Sample T Test. Dari tabel diatas dapat diketahui nilai t-hitung untuk konseling individual 2.738 dengan probabilitas (Sig.) .052. Diketahui nilai t-hitung untuk konseling individual terhadap daya tangkap adalah 2.78 dengan probabilitas (Sig.) 0.52 maka artinya tidak ada pengaruh yang signifikan dari konseling individual terhadap daya tangkap penyandang disabilitas fisik.

Table 2. Hasil Minnesota Papar Form Board Test

Nama Skor Keterangan

Dh 55 Kurang

Bq 40 Kurang

M 34 Kurang

Sd 59 Kurang

Nl 82 Sedang

Dari hasil tes tersebut, dapat diketahui hasil persepsi penyandang disabilitas fisik yaitu persepsi kurang dan persepsi sedang. Persepsi yang kurang artinya penyandang disabilitas fisik kurang mempunyai kemampuan untuk membeda-bedakan, merespon, dan memberi makna suatu informasi atau memahami lingkungan sekitar. Begitu juga sebaliknya, persepsi yang sedang artinya

Page 15: Konseling Individual untuk Meningkatkan Daya Tangkap ...

Konseling Individual untuk Meningkatkan Daya Tangkap Disabilitas Fisik dalam Refreshing Up Grading

Irsyad : Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, Konseling, dan Psikoterapi Islam 8(4) (2020) 353-368 367

penyandang disabilitas fisik cukup mampu dalam memberikan respon atau memberikan makna, menafsirkan dan memahami lingkungan sekitarnya.

Berdasarkan tabel 3 hasil analisa didapatkan nilai t-hitung untuk konseling individual 2.738 dengan probabilitas (Sig.) .052 artinya tidak ada pengaruh yang signifikan dari konseling individual terhadap daya tangkap penyandang disabilitas fisik di BBRSPDF Prof. Dr. Soeharso Surakarta. Hal tersebut juga didukung dengan hasil Minnesota Papar Form Board Test pada tabel 4 didapatkan hasil dari tes persepsi tersebut yaitu 55, 40, 34, 59 yang artinya kurang, dan skor 82 yang artinya sedang. Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh proses penginderaan, yaitu pandangan, tanggapan, penilaian dalam mengamati berbagai hal yang ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Jadi hasil pretest dan posttest yang sudah dilakukan dan memperoleh hasil bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan antara konseling individual dengan daya tangkap, hal tersebut didukung dengan hasil test yang menggambarkan persepsi penyandang disabilitas fisik yang rendah dan sedang.

PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti mengenai konseling individual untuk meningkatkan daya tangkap disabilitas fisik dalam refreshing up grading maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan dari konseling individual terhadap daya tangkap disabilitas fisik. Hal ini dapat dilihat dari uji analisis dengan Paired Samples Test yang menghasilkan t-hitung untuk konseling individual 2.738 dengan probabilitas (Sig.) .052. Hasil tersebut didukung dengan hasil dari temuan test MMPI dan observasi check list. Dari hasil tes MMPI diketahui bahwa hasil persepsi penyandang disabilitas fisik rendah dan sedang. Persepsi yang kurang artinya penyandang disabilitas fisik kurang mempunyai kemampuan untuk merespon, dan memberi makna suatu informasi atau memahami lingkungan sekitar. Didukung dengan hasil observasi checklist dari aspek-apek daya tangkap yang menunjukkan bahwa subjek dalam menjawab pertanyaan harus diberikan stimulus untuk mempermudah dalam memahami pertanyaan dalam permainan SEMAI (Sembilan Nilai).

Adapun saran bagi yang ingin terlibat untuk memberikan pelayanan bimbingan dan konseling penyandang disabilitas fisik untuk meningkatkan daya tangkap, peneliti mengharapkan proses bimbingan dan konseling untuk mengembangkan teknik dan media yang lainnya sesuai dengan kebutuhan disabilitas fisik. Mengingat hasil penelitian yang didapat oleh peneliti mengenai konseling individual untuk meningkatkan daya tangkap disabilitas fisik dalam refreshing up

Page 16: Konseling Individual untuk Meningkatkan Daya Tangkap ...

H. S. E. Putro, U. Habibah, M. Ilyas

368 Irsyad : Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, Konseling, dan Psikoterapi Islam 8(4) (2020) 353-368

grading tidak ada pengaruh yang signifikan terhadap daya tangkap disabilitas fisik. Sehingga ini menjadi bahan bagi peneliti lain untuk bisa mengembangkan dari sisi lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Asap, Karyana, and Sri Widati. (2013). Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Tunadaksa. Jakarta: Luxima.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1990). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Indonesia.

Frieda, Mangungsong. (2011). Psikologi Dan Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus. Depok: LPSP3 UI.

Hikmawati, Eni, and Chatarina Rusmiyati. (2011). Kebutuhan Pelayanan Sosial Cacat. Jurnal Sosio Inforna No. 1 (16).

Herisman, Faustine dan Penny Handayani. (2019). Gambaran Penyesuaian diri Penyadang Tunadaksa Di Tempat Kerja Studi Pada Peserta Pelatihan di BBRVBD Cibinong. Jurnal Perkotaan No. 1 (11).

Safrudin, Azis. (2015) Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus. Jurnal Kependidikan No. 2 (2).

Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantiatif, Kualitatif, Dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Tabrani, Rusyan. (1998). Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Rosdakarya.

Walgito, Bimo. (2010). Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi Offset.

Willis, Sofyan. (2013). Konseling Individual. Bandung: Alfabeta.

Zaenal, Abidin. (2010). Dasar-Dasar Bimbingan Dan Konseling. Bandung: Rosdakarya.