DAMPAK PEMUTIHAN KARANG TERHADAP EKOSISTEM TERUMBU KARANG ...
Kondisi Ikan Karang di Pulau Maitara Desa Ake Bay, Kota ...
Transcript of Kondisi Ikan Karang di Pulau Maitara Desa Ake Bay, Kota ...
OPEN ACCES
Vol. 13No. 2: 548-555 Oktober 2020
Peer-Reviewed
AGRIKAN
Jurnal Agribisnis Perikanan (E-ISSN 2598-8298/P-ISSN 1979-6072)
URL: https://ejournal.stipwunaraha.ac.id/index.php/AGRIKAN/
DOI: 10.29239/j.agrikan.13.2.548-555
Kondisi Ikan Karang di Pulau Maitara Desa Ake Bay, Kota Tidore Kepulauan
(Condition of Coral Fish on Maitara Island Ake Bay Village, Kota Tidore
Kepulauan)
Syahnul Sardi Titaheluw1, Armain Naim1, Aisyah Bafagih1 dan Rovina Andriani2
1Staf Pengajar Program Studi Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Maluku
Utara, Ternate - Indonesia, Email: [email protected], [email protected], [email protected]
2 Staf Pengajar Program Studi Budidaya, Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Khairun, Ternate -
Indonesia. Email: [email protected],
Info Artikel:
Diterima : 11 Juni 2020
Disetujui : 17 Juni 2021
Dipublikasi : 24 Juni 2021
Artikel Penelitian
Keyword:
ikan Karang, Kondisi and Pulau
Maitara.
Korespondensi:
Syahnul Sardi Titaheluw
Universitas Muhammadiyah
Maluku Utara, Ternate-
Indonesia
Email: [email protected]
Copyright©
Oktober 2019 AGRIKAN
Abstrak. Pulau maitara memiliki potensi sumberdaya alam yang sangat besar untuk di kembangkan sebagai
satu destinasi wisata. Salah satu potensi yang sangat potensial ialah ekosistem Terumbu Karang. Penelitian ini
bertujuan untuk melihat Kondisi Ikan Karang di Pulau Maitara berdasarkan Indeks Ekologi. Penelitian
dilakukan pada bulan Juni - Juli 2020. Pengambilan data ikan karang menggunakan metode Visual Method
Census meliputi tiga (3) peranan ikan, Yaitu Peranan Ikan Mayor, Indikator dan Target. Analisis data berupa
Kelimpahan, Keaneragaman dan Dominansi. Hasil penelitian mendapatkan, tiga peranan ikan tersebut dengan
total 86 Spesies dari 9 famili. Ikan Mayor sebanyak 51 spesies yang terdiri dari famili Pomacentridae (9
Spesies), Caesoinidae (1 Spesies), scaridae (2 Spesies) dan Labridae (7 Spesies). Peranan Ikan Indikator sebanyak
15 spesies dengan 1 famili (Chaetodontidae), dan Peranan Ikan Target sebanyak 20 Spesies yang terdiri dari 4
Family (Serranidae, Siganudae, Latjunidae dan Acanhuridae). Indeks ekologi (Kelimpahan, Keanekaragaman
dan Dominansi) ikan karang di lokasi penelitian sangat rendah, yang mengindikasikan tingginya tekanan
terhadap terumbu karang dan menyebabkan hilangnya fungsi ekologi serta regositas. Pemanfaatan terumbu
karang yang tidak memperhatikan keberlanjutan, seperti pengambilan batu karang, penambatan jangkar kapal
secara serampangan dan pengeboman yang dilakukan puluhan tahun lalu secara langsung berdampak pada ikan
karang di lokasi penelitian, dimana tingkat kelinpahan ikan pada stasiun pengamatan berada pada nilai 0,03
ind/m2 dan indeks keanekaragaman tidak melebihi 0,5 ind/m2. Kerusakan Terumbu Karang Pulau Maitara lebih
banyak disebabkan oleh kegiatan antropogenik, sehingga upaya rehabilitasi harus segera dilakukan untuk
mengembalikan kondisi ikan karang serta melindungi keberadaan Pulau Maitara dari ancaman Abrasi..
Abstract. Maitara Island has enormous natural resource potential to be developed as a tourist destination.
One of the very potential is the Coral Reef ecosystem. This study aims to see the condition of reef fish on
Maitara Island based on the Ecological Index. The study was carried out in June - July 2020. Data collection
for reef fish using the Visual Method Census method included three (3) roles of fish, namely the role of major
fish, indicators and targets. Data analysis in the form of Abundance, Diversity and Dominance. The results
showed that the three roles of fish with a total of 86 species from 9 families. Major fish as many as 51 species
consisting of families Pomacentridae (9 species), Caesoinidae (1 species), scaridae (2 species) and Labridae (7
species). The role of indicator fish is 15 species with 1 family (Chaetodontidae), and the role of target fish is 20
species consisting of 4 families (Serranidae, Siganudae, Latjunidae and Acanhuridae). The ecological index
(Abundant, Diversity and Dominance) of reef fish at the study site is very low, which indicates high pressure
on coral reefs and causes loss of ecological function and resilience. Utilization of coral reefs that do not pay
attention to sustainability, such as taking coral reefs, haphazardly anchoring ships and bombing carried out
decades ago directly impacted reef fish at the research site, where the abundance of fish at the observation
station was at a value of 0.03 ind/ m2 and the diversity index does not exceed 0.5 ind/m2. The damage to the
coral reefs of Maitara Island is mostly caused by anthropogenic activities, so that rehabilitation efforts must be
carried out immediately to restore the condition of reef fish and protect the existence of Maitara Island from the
threat of abrasion.
I. PENDAHULUAN
Ikan karang merupakan bagian dari
komponen terumbu karang, yaitu komponen
biotik yang dapat dimanfaatkan sebagai
sumberdaya hayati. Ekosistem terumbu karang
merupakan habitat bagi ikan karang untuk
berlindung, memijah dan mencari makan (Utomo
et al, 2013).
Wilayah antara bagian utara dan selatan
Sulawesi hingga ujung barat Papua termasuk
kepulaun Raja Ampat dan Halmahera merupakan
wilayah dengan keanekaragaman hayati laut
Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan (Agrikan UMMU-Ternate) Volume 13 Nomor 2 (Oktober 2020)
549
tertinggi, terutama untuk karang dan ikan karang
(Allen, 2005). Terumbu karang sebagai habitat
utama ikan karang terancam mengalami degradasi
akibat aktivitas penangkapan, terutama aktivitas
penangkapan yang merusak (destructive fishing)
(Campbell et al., 2013).
Salah satu penyebab tingginya
keanekaragaman spesies di ekosistem terumbu
karang adalah karena adanya variasi habitat.
Tingkat adaptasi dan keanekaragaman spesies di
ekosistem terumbu karang dipengaruhi oleh
adanya interaksi yang kompleks antara biota
penyusun ekosistem tersebut (Nybakken, 1992).
Spesies ikan karang (baik nocturnal
maupun diurnal) memiliki kebutuhan yang tinggi
akan tempat bernaung yang kompleks terdiri dari
berbagai substrat, relung, celah, dan goa (Brock
1979 dalam Bowden - Kerby 2003).
Pulau Maitara merupakan salah satu pulau
strategis di Kota Tidore Kepulauan dengan
berbagai macam sumberdaya alam yang potensial.
Eksistensi ekosistem terumbu karang ini sangat
berperan penting dalam melindungi Pulau dari
interaksi dinamika laut serta masyarakat yang
menggantungkan ekonomi dari terumbu
karang. Pola pemanfaatan yang dilakukan oleh
masyarakat di Pulau Maitara selama ini tidak
mengindahkan kaidah-kaidah keberlanjutan,
yang menyebabkan ekosistem terumbu karang
terus mengalami tekanan setiap tahun dan
berdampak pada masyarakat secara ekonomi dan
komunitas ikan secara ekologi serta keberadaan
pulau itu sendiri.
Aktivitas penambangan karang,
penangkapan ikan dengan bahan beracun, bahan
peledak, penggunaan alat tangkap yang tidak
selektif serta pencemaran di laut maupun darat
merupakan masalah utama degradasi. Perubahan
mutu lingkungan akibat pemanfaatan
sumberdaya terumbu karang secara berlebihan
dapat diidentifikasi dengan mengukur indikator
fisika, kimia dan biologi. Titaheluw et al (2019)
menemukan tingkat kerusakan di Pulau Maitara
berada pada kisaran 65-75 % dan karang hidup
sebesar 10-15,3 %. Tingginya tingkat kerusakan
terumbu karang tersebut berdampak pada
keberadaan ikan karang, terutama ikan
Chaetodontidae yang sangat bergantung pada
ekosisitem terumbu karnag sebgai makanan
utama.
Dengan tingginya tingkat kerusakan
terumbu karang di Pulau Maitara, maka akan
berdampak pada komponen biotik, khsusnya
ikan karang yang menjadi kebutuhan masyarakat
nelayan serta penopang ekosisitem terumbu
karang tersebut. Sehinga penelitian ini penting
untuk dilakukan, sehingga bisa menjadi acuan
dalam pengelolaan terumbu karang di Pulau
Maitara. Penelitian ini bertujuan untuk melihat
kondisi ikan karang di Pulau Maitara yang
merupakan dampak dari kerusakan terumbu
karang tersebut.
II. METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
Juni-Juli 2020 di Pulau Maitara. Pengambilan data
ikan karang menggunakan metode Sensus Visual
mengikuti (English et al., 1994). Pencatatan data
ikan dilakukan pada transek garis sepanjang 50
Meter dengan melihat ke kiri sejauh 2,5 m dan 2,5
m ke kanan sehingga luasan pengamatan 250 m2.
Pengamatan ikan karang dilakukan pada
kedalaman 5 meter. Peralatan yang digunakan
adalah peralatan selam (SCUBA), alat tulis bawah
air, Under Water Camera, buku identifikasi ikan
menurut Kuiter and Tonozaka (2001) dan meteran
roll. Pengambilan data perairan seperti suhu,
salinitas, arus, kecerahan dan kedalaman
dilakukan secara insitu dengan pengulangan
sebanyak 3 kali pada setiap stasiun penelitian.
Gambar 1. Lokasi Penelitan
Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan (Agrikan UMMU-Ternate) Volume 13 Nomor 2 (Oktober 2020)
550
Table 1. Peralatan yang digunakan dalam penelitian
Alat dan Bahan Kegunaan
GPS (Global Position System) Untuk menentukan posisi
SCUBA Diving Untuk menyelam
Rol Meter 50 m Pengukuran ikan dan karang
Sabak dan Pensil Alat tulis
Thermometer Untuk mengukur suhu perairan
Handrefraktometer Untuk mengukur salinitas perairan
Sechi-disc Untuk mengukur kecerahan
Drift float Untuk mengukur kecepatan dan arah arus
Kamera/Video underwater Untuk dokumentasi dalam air
Buku identifikasi Ikan dan Karang Untuk identifikasi karang dan ikan
2.1. Analisa Data
2.1.1. Kelimpahan
Kelimpahan jenis didefinisikan sebagai
jumlah individu satu jenis per meter kuadran
dalam setiap stasiun penelitian. Kelimpahan ikan
Chaetodontidae melalui pendataan visual sensus
sepanjang transek 50 meter, lebar 5 meter.
Perhitungan kelimpahan ikan menggunakan
persamaan Odum (1993)
A
ni
N
i
in
Dimana : N = Kelimpahan Ikan (ind/m2), ni =
jumlah individu ikan jenis ke-I, A = luas
area sensus ikan, i = Ulangan
2.1.2. Keanekaragaman
Keanekaragaman ikan menggambarkan
kekayaan jenis dari suatu komunitas ikan yang
dilihatdari jumlah spsesies dalam suatu kawasan
serta jumlah individu dalam setiap spesies.
Perhitungan keanekaragaman jenis menggunakan
persamaan Odum (1998).
i
in
PiLnPiH '
Dimana : H’ = Indeks Keanekaragaman Shanon-
Wiener, Pi = ni/N, ni = jumlah
kehadiaran individu jenis ke-i, N =
jumlah total kehadiran seluruh jenis
individu ke i
2.1.3. Dominansi
Untuk melihat nilai indeks dominansi pada
jenis ikan karang maka digunakan indeks
dominansi Odum (1993) , dengan rumus sebagai
berikut :
S
Ii
PiC )( 2
Keterangan :
C = indeks dominansi Shonnon-Wiener,
S = jumlah spesies ikan karang
Pi = perbandingan jumlah ikan karang
spesies ke-i (n,) terhadap jumlah total
ikan karang
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Ikan Karang
Hasil sensus ikan karang di Pulau Maitara
menunjukan komonitas yang rendah, dimana
jumlah spesies yang ditemukan sedikit (Tabel 2).
Hal ini terlihat dari jumlah Famili yang tersensu
hanya berjumlah 9, dengan jumlah Individu
sebanyak 86 ekor. Hasil sensus juga berbeda
dengan yang ditemukan oleh Nabuchatnezzar
(2018), Najamuddin (2012), Lipi (2012) jumlah
genus yang ditemukan pada tahun 2020 lebih
banyak, namun jumlah spesies sangat rendah.
Rendahnya kehadiran ikan karang ini sangat
berkaitan erat dengan tingkat tutupan karang yang
juga rendah, yang menyebabkan hilangnya tempat
memijah, makan dan pembesaran. Titaheluw
(2019) menemukan tutupan karang di Pulau
Maitara berada dibawah 25% atau masuk dalam
kategori Buruk.
Berdasarkan kelompok peranan, ikan mayor
paling mendominasi (59,3%) di perairan Pulau
Maitara. Tingginya kehadiran kelompok ini
dikarenakan kebiasaan hidup secara bergerombol
dan kelompok mayor tidak menggantungkan
secara penuh siklus hidupnya terhadap terumbu
karang. Dari segi kebiasaan makanan atau food
ikan karang yang muncul merupakan ikan karang
pemakan alga, invertebrate bentik seperti
krustasea, dan moluska, plankton, zooplankton,
dan ikan kecil. Tingginya kelimpahan ikan mayor
sangat beralasan karena jenis ikan ini bukan
menjadi target penangkapan dari nelayan, pada
umummya ikan jenis ini adalah ikan hias yang ada
pada terumbu karang (Hukom dan Syahailatua,
2010).
Rendahnya kehadiran ikan indikator (17,4%)
yang tersensus di Pulau Maitara berkorelasi positif
Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan (Agrikan UMMU-Ternate) Volume 13 Nomor 2 (Oktober 2020)
551
dengan tingkat tutupan karang yang ditemukan
oleh Titaheluw et all (2019) dengan kondisi rusak.
Spesies Indikator yang ditemukan juga tidak
menggantungkan secara penuh siklus hidupnya
terhadap terumbu karang dan masih mempunyai
alternatif makanan bila terjadi kerusakan habitat.
Spesies ini paling baik digunakan diantara spesies
lainnya sebgai indikator terumbu karang.
Titaheluw et all (2015) menemukan, makanan
utama ikan Chaetodontidae ialah Zooxanthelae
lebih dari 60%,. Zooxanthelae hanya ditemukan
pada terumbu karang yang bagus atau hidup.
Selain Zooxanthelae, makanan dari ikan
Chaetodontidae lainnya ialah Detritus, Plankton,
Algae, Bacillariophyliceae, Cyarophyceae dan
tanaman. Khalaf dan Crosby (2005) C. Trifascialis
merupakan indikator penting untuk perubahan
ekosisitem terumbu karang, karena hilang tutupan
karang akan menyebabkan penurunan yang nyata
dalam kelimpahan ikan yang bukan saja pada
Chaetodontidae, tetapi juga pada ikan lainnya
yang menjadikan terumbu karang sebagai tempat
berlindung dan berkembang biak Pratchett et all
(2015); Gerry et all (2017); Titaheluw (2017)
Nurjirana dan Andi Ikbal Burhanuddin (2017),
Rizkie (2019). Ikan target yang ditemukan juga
sangat sedikit dan hanya 1 jenis (E. quoyanus)
yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat Maluku
Utara. Rendahnya kehadiran atau kelimpahan ikan
target juga mengindikasikan tingginya tingkat
eksploitasi di Pulau Maitara. Tingginya tingkat
eksploitasi juga berdampak pada hilang atau
rusaknya terumbu karang di Pulau tersebut.
Tabel 2. Hasil sensus komonitas ikan karang di Pulau Maitara
Peranan Famili Spesies Jumlah
Individu
Ikan Mayor Pomacentridae
abudefduf bengalensis 4
abudefduf lorenzi 2
abudefduf vaigiensis 1
chromis analis 2
chromis atripectoralis 2
pomacentrus bankanensis 4
pomacentrus mullocencis 4
dischistodus melanotus 4
pomacanthus annularis 3
Caesionidae caesionidae lunaris 2
Scaridae clorurus sordidus 1
clorurus troschelii 4
Labridae chellinus fasciatus 1
coris gaimard 2
diproctacanthus xanthurus 3
gomphosus varius 5
halichoeres chrysus 3
labroides dimidiatus 2
thalassoma lunare 2
Indikator Chaetodontidae chaetodon octofasciatus 5
chaetodon kleinii 7
chelmon rostratus 3
Ikan Target Serranidae epinephelus. quoyanus 1
Siganidae siganus doliatus 4
siganus virgatus 2
Lutjanidae lutjanus biguttatus 3
Acanthuridae acanthurus nigricans 3
acanthurus nigrofuscus 4
zebrasoma scopas 2
acanthurus pyroferus 1
Jumlah 86
Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan (Agrikan UMMU-Ternate) Volume 13 Nomor 2 (Oktober 2020)
552
Gambar 2. Persentase kehadiran ikan berdasarkan
Kelompok peranan di Pulau Maitara
dalam persen
3.2. Indeks Ekologi
3.2.1. Kelimpahan
Kelimpahan ikan di Lokasi penelitian
sangat rendah (Gambar 3), nilai kelimpahan
tertinggi hanya 0,03 (C.rostratus) dengan luasan
pengamatan 250 M2. Rendahnya kelimpahan ikan
disebabkan oleh rendahnya tutupan karang yang
ada di Pulau Maitara, bahkan masuk dalam
ketegori buruk yang merupakan dampak dari
aktifitas antropogenik pada beberapa di Pulau
Maitara (Titaheluw et al 2019). Andrim et all (2012)
mengatakan dominansi rendah menunjukkan
sebaran populasi merata dan tidak adanya
pemusatan individu pada jenis tertentu. Hilang
fungsi ekologi seperti tempat menyediakan
sumber makanan, berlindung dan berkembang
biak dari terumbu karang menyebabkan
berkurangnya kelimpahan dan menyebabkan
berkurangnya Rugositas ikan karang di Pulau
Maitara. Rugositas merupakan suatu bentuk
pengukuran sederhana yang biasa digunakan
dalam ekologi kelautan untuk menggambarkan
kekasaran atau bentuk permukaan dasar perairan
(Magno and Villanoy, 2006). Semakin tinggi nilai
rugositas menggambarkan beragamnya bentuk
pertumbuhan karang yang memperbanyak celah
dan lubang pada terumbu karang sebagai suatu
habitat yang baik Muniaha et all (2016), Septyadi
et all (2013).
Gambar 3. Kelimpahan Ikan Karang di Pulau Maitara
3.2.2. Keanekaragaman
Indeks keanekaragaman yang ditemukan
juga sangat rendah (Gambar 4), rata-rata nilai
keanekaragaman ikan yang ditemukan tidak lebih
dari 0,4. Rendahnya tingkat keaneragaman ikan di
Pulau Maitara mengindikasikan telah terjadi
kerusakan pada ekosisitem terumbu karang yang
sangat besar dan menybabkan hilangnya fungsi
ekologis maupun Rugositas, Munah et all 2016,
Crabbe (2010). Tingkat rugositas yang tinggi
berarti menyediakan lebih banyak tempat
persembunyian bagi ikan karang dan
menyediakan tempat untuk melekatnya alga, koral
dan berbagai hewan invertebrata.
Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan (Agrikan UMMU-Ternate) Volume 13 Nomor 2 (Oktober 2020)
553
Gambar 4. Indeks Keaneragaman Ikan Karang di Pulau Maitara
3.2.2. Dominansi
Indeks dominansi menggambarkan dominan
suatu individu terhadap suatu ekosistem, yang
menggambarkan perubahan-perubahan dalam
ekosistem tersebut. Berdasarkan hasil penelitian
yang dilakukan, chaetodon kleini merupakan
spesies yang paling banyak ditemukan pada
stasiun penelitian. Tetapi tingginya kehadiran C.
Kleini tidak menggambarkan dominasi individu
terhadap ekosisitem tersebut. Karena tingginya
kehadiran pada C. kleini ini berkaitan dengan
kebiasaan makannya yang Obligate corralivores
dan tingginya tutupan karang bercabang, Adrim
(2001) dan Saputra et al (2019). Selain itu, lokasi
terumbu karang memiliki daya dukung yang
berbeda untuk kehadiran ikan Chaetodontidae dan
dapat dikatakan sebagai ikan indikator yang
bersifat kosmopolitas karena memiliki
penyebaran yang luas, Rizkie et al (2019); Jonas
Lauren (2011).
Gambar 5. Indeks Dominansi Ikan Karang di Pulau Maitara
IV. PENUTUP
Kondisi ikan karang di Pulau Maitara dalam
kategori rendah, hal ini dibuktikan dengan hasil
analisis indeks ekologi. Rendahnya indeks ekologi
disebabkan oleh tutupan karang hidup di Pulau
Maitara yang masuk dalam kategori rusak,
sehingga hilangnya fungsi ekologi dan regositas.
Indeks keanekaragaman yang ditemukan tidak
melebihi 0,5, yang mengindikasikan tingkat
keanekaragaman ikan di Pulau Maitara sudah
sangat rendah. Selain itu, kondisi tersebut
menyebabkan beberapa spesies menjadi dominan
dalam ekosistem. Upaya pengelolaan atau
perbaikan Ekosistem Terumbu Karang perlu
untuk dilakukan secepat mungkin untuk
mengembalikan kondisi ikan karang, sehingga
pemanfaatan dapat dilakukan dengan lebih baik
dan berkelanjutan.
0.000
0.001
0.002
0.003
0.004
0.005
0.006
0.007
DO
MIN
AN
SI
(in
d/m
²)
SPESIES
Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan (Agrikan UMMU-Ternate) Volume 13 Nomor 2 (Oktober 2020)
554
REFRENSI
Allen, G.R. 2005. Coral Reef Fishes of Southwestern Halmahera, Indonesia. Report of Halmahera Survey,
2005.
Campbell, S.J., Kartawijaya,T., Yulianto,I., Prasetia, R& Clifton, J. (2013). Co-management approaches and
incentives improve management effectiveness in the Karimunjawa National Park, Indonesia.
Marine Policy. 41, 72-79.
Crabbe, M.J.C, 2010. Coral Ecosystem Resilience, Conservation and Management on the Reefs of Jamaica
in the Face of Anthropogenic Activities and Climate Change. Journal Diversity, (2): 881-896.
Adrim M. 2001. Distribusi Spasial Ikan Kepe-Kepe (Suku: Chaetodontidae) Di Wilayah Pesisir Utara
Darin Sulawesi Utara. Bidang Sumberdaya Hayati Laut P2O-LIPI Jakarta. 25-34.
Garry R, Russ. Susannah M. Leahy. 2017. Rapid decline and decadal-scale recovery of corals and
Chaetodon butterflyfish on Philippine coral reefs. Marine Biology. 164 (1): 1.
Hasan Muniaha, Andi Irwan Nur dan Rahmadani. 2016. Studi kelimpahan ikan karang berdasarkan
kondisi terumbu karang di Desa Tanjung Tiram Kabupaten Konawe Selatan. Jurnal
Manajemen Sumber Daya Perairan, 2 (1): 9-19.
Hukom, FD, and Syahailatua A. 1995. Distribusi dan Kelimpahan Relatif Ikan Hias Laut Di Perairan
Pulau Ambon Dan Sekitarnya. Aplikasi Paket Teknologi Pertanian tahap III. Puslitbang
Oseanologi LIPI Ambon. 19.
Jonas Lorwens, 2011. Hubungan antara ikan indikator (chaetodontidae) dan Kondisi karang di pesisir
pulau biak dan Kepulauan padaido. J. Lit. Perikan. Ind. Vol 17 (2). 2011.
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. 2012. Ekosistem Pesisir Ternate, Tidore dan Sekitarnya, Provinsi
Maluku Utara. LIPI ; Pusat Penelitian Oseanografi, Jakarta. 118 Halaman.
Magno, M.and C. Villanoy, 2006. Quantifiying the Complexity of Philippine Coastline for Estimating
Entrainment Potential. Proceedings 10th International Coral Reef Symposium. 1471-1476 pp.
Maroof Khalaf, Michael P Crosby. 2005. Assemblage structure of butterflyfishes and their use as
indicators of Gulf of Aqaba benthic habitat in Jordan. Jurnal Aquatic Conservation. Vol 15 (27-
43).
Muh. Tino Saputra, Baru Sadarun, Rahmadani, Subhan, 2019. Hubungan antara kondisi tutupan karang
hidup dengan Kelimpahan ikan chaetodontidae di perairan lalanu, Kecamatan Soropia,
Kabupaten Konawe. Sapa Laut. Vol 4 (2): 53 – 60.
M. S. Pratchett, N. A. J. Graham, A. J. Cole. 2013. Specialist corallivores dominate butterflyfish
assemblages in coral‐dominated reef habitats. Jurnal of Fish Biology; Vol 82 (4) 1177-1191.
Najamuddin, Samar Ishak, Adityawan Ahmad, 2012. Keragaman ikan karang di perairan Pulau Makian
Provinsi Maluku Utara. Depik. 1 (2); 114-120.
Nebuchadnezzar Akbar, Firdaut Ismail, Rustam E Paembonan, 2018. Struktur komunitas ikan karang di
perairan Pulau Maitara, Kota Tidore Kepulauan. Provinsi Maluku Utara. Jurnal Ilmu Kelautan
Kepualauan, 1 (1); 1-14.
Nurjirana dan Andi Ikbal Burhanuddin, 2017. Kelimpahan dan keragaman jenis ikan family
Chaetodontidae berdasarkan kondisi tutupan karang Hidup di Kepulauan Spermonde
Sulawesi Selatan. Spermonde. 2 (3); 34-42.
Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan (Agrikan UMMU-Ternate) Volume 13 Nomor 2 (Oktober 2020)
555
Pratchett M. S, S. A. Blowes, D. Coker, E. Kubacki J. Nowicki, A. S. Hoey. 2015. Indirect benefits of high
coral cover for non-corallivorous butterflyfishes. Jurnal Coral Reefs. Vol 34 (2): 665-672.
Rizkie Satriya Utama, Isa Nagib Edrus dan Petrus Christianus Makatipu, 2019. Komunitas Ikan Karang di
Pulau Ternate dan Sekitarnya. Oseanologi dan Limnologi Di Indonesia, 4 (1); 53-69.
Septyadi KA, Widyorini N, Ruswahyuni, 2013. Analisis Perbedaan Morfologi dan Kelimpahan Karang
Pada Daerah Tubir (Reef Slope) di Pulau Panjang, Jepara. Journal of Management of Aquatic
Resource 2(3): 258-264.
Syahnul Sardi Titaheluw, M Mukhlis Kamal, Yunizar Ernawati. 2015. Hubungan antara ikan
Chaetodontidae Dengan Bentuk Pertumbuhan Karang. Agrikan, 8: (1), 77-86.
Syahnul Sardi Titaheluw, Rovina Andriani, Armain Naim, Raismin Kotta, 2019. Condition of the Coral
Reef of Maitara Island Based on Chaetodontidae Fish for Coral Reef Improvement in North
Maluku Province. Atlantis Press, Series Advances in Engineering Research, volume 194; 370-376.