KOMUNIKASI KEPERAWATAN jurnal

35
KOMUNIKASI KEPERAWATAN Feb 17, '10 12:23 AM untuk semuanya KOMUNIKASI KEPERAWATAN Oleh: Anes mella Pratama (0906629233) Dini Fitriani (0906629302) Fandiar Nur Isdiaty (0906510810) Mentari Puspa Yuanna (0906629460) Mustafidz (0906629473) Ningsih T. Rajagukguk (0906493382) Raisa Minati R. (0906564196) Rosiana (0906629630) Saras Anindya Nurhafid (0906629656) Makalah Problem Based Learning Mata Ajar Keperawatan Dewasa I Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia Tahun Ajaran 2009/2010

description

jurnal

Transcript of KOMUNIKASI KEPERAWATAN jurnal

Page 1: KOMUNIKASI KEPERAWATAN jurnal

KOMUNIKASI KEPERAWATANFeb 17, '10 12:23 AMuntuk semuanya

KOMUNIKASI KEPERAWATAN 

 

 

Oleh:

Anes mella Pratama (0906629233)

Dini Fitriani (0906629302)

Fandiar Nur Isdiaty (0906510810)

Mentari Puspa Yuanna (0906629460)

Mustafidz (0906629473)

Ningsih T. Rajagukguk (0906493382)

Raisa Minati R. (0906564196)

Rosiana (0906629630)

Saras Anindya Nurhafid (0906629656)

 

 

Makalah Problem Based Learning

Mata Ajar Keperawatan Dewasa I

 

Fakultas Ilmu Keperawatan

Universitas Indonesia

Tahun Ajaran 2009/2010

 

Page 2: KOMUNIKASI KEPERAWATAN jurnal

BAB I

PENDAHULUAN

 

1.1.            LATAR BELAKANG

Perawat A, laki-laki, umur 24 tahun, suku Jawa, bertugas di ruang rawat inap di salah

satu rumah sakit pemerintah di Jakarta. A baru bertugas sebagai perawat selama tiga bulan. Saat

ini A bertugas merawat lima klien post-operasi. Salah satu klien, berinisial Ny.S, baru dua hari

dilakukan mastektomi. Setelah sadar, Ny.S menolak berinteraksi dengan perawat A. Setiap kali

perawat A datang menghampiri, Ny.S diam, dan sering kali memalingkan wajah.

Berdasarkan kejadian tersebut, perawat A melaporkan respon Ny.S kepada kepala ruangan.

Kemudian kepala ruangan menganjurkan perawat A untuk melakukan analisa diri, dengan tujuan

mengetahui apakah teknik dan sikapnya selama ini telah tepat dalam merawat Ny.S. Kepala

ruangan juga meminta perawat A mengidentifikasi bagaimana prinsip-prinsip hubungan

antarmanusia yang telah terjadi antara perawat A dan Ny.S. Mengingat A merupakan perawat

generalis (ners), kepala ruangan juga mengharapkan perawat A perawat A mengaitkan

pengalamannya dengan konsep komunikasi Carl Roger dan komunikasi kesehatan.

Esok harinya, perawat A mendiskusikan hasil analisa dirinya kepada kepala ruangan.

Kepala ruangan memuji perawat A karena telah melakukan analisa diri secara komprehensif

sesuai dengan sarannya. Proses selanjutnya, kepala ruangan meminta perawat A menyusun

strategi komunikasi untuk merencanakan interaksi dengan Ny.S di tahap orientasi, kerja, dan

terminasi. Selesai menyusun strategi komunikasi, perawat A melakukan interaksi sesuai dengan

tahapan komunikasi.

Setelah lima hari dirawat oleh perawat A, Ny.S diperbolehkan pulang. Saat dilakukan

evaluasi subjektif di terminasi akhir, Ny.S mengungkapkan bahwa dirinya puas telah dirawat

dengan baik oleh perawat A. Kemudian hasil evaluasi tersebut dilaporkan kepada kepala

ruangan. Kepala ruangan kembali meminta perawat A melakukan analisa diri sehingga

pengalaman positif ini dapat dijadikan contoh dalam berinteraksi dengan klien di masa datang.

 

Page 3: KOMUNIKASI KEPERAWATAN jurnal

1.2.            RUMUSAN MASALAH

Bagaimana menganilisis komunikasi dalam suatu kasus?

Bagaimana hubungan terapeutik antara perawat dan klien?

Model struktur dan hambatan komunikasi apakah yang ada pada pemicu?

 

1.3.            TUJUAN PENULISAN

Makalah ini memiliki tujuan, antara lain: (1) mahasiswa mampu mendefinisikan konsep

umum komunikasi, (2) mahasiswa mampu mendefinisikan hubungan terapeutik perawat-klien,

(3) mahasiswa dapat mengenal beberapa model struktur komunikasi, dan (4) mahasiswa mampu

mendefinisikan hambatan dalam berkomunikasi.

 

1.4.            METODE PENULISAN

Penyusunan makalah ini menggunakan metode penulusuran ilmiah dan mendapatkan

informasi mengenai pemicu dari sumber-sumber terpercaya.

 

 

 

 

 

 

 

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

 

2.1 KONSEP UMUM KOMUNIKASI

Page 4: KOMUNIKASI KEPERAWATAN jurnal

Dalam bukunya yang berjudul “Fundamentals of Nursing: Concepts, Process, and

Practice”, Potter dan Perry menjelaskan bahwa komunikasi merupakan elemen dasar dari

interaksi manusia yang memungkinkan seseorang untuk menetapkan, mempertahankan, dan

meningkatkan kontak dengan yang lain. Komunikasi merupakan proses interpersonal yang

melibatkan berbagai jenis komunikasi yaitu komunikasi verbal dan nonverbal dari informasi dan

ide. Komunikasi mengacu tidak hanya pada isi, tetapi juga pada perasaan dan emosi dimana

individu menyampaikan hubungan. Kebisuan juga merupakan suatu komunikasi. Seperti

misalnya, seorang perawat yang menyimak kesedihan seorang ibu yang ditinggal mati anaknya,

seorang suami yang di tinggal mati istrinya dsb.

Komunikasi dapat berjalan dengan lancar dan sesuai dengan yang diharapkan atau

sebaliknya. Semua itu tergantung pada faktor-faktor yang memengaruhi komunikasi. Adapun

faktor-faktor yang memengaruhi komunikasi adalah: perkembangan, persepsi, nilai, latar

belakang sosial budaya, emosi, pengetahuan, peran, dan tatanan interaksi.

Komunikasi terjadi pada tingkat intrapersonal, interpersonal, dan publik. Tingkat

intrapersonal adalah komunikasi yang terjadi dalam diri individu, merupakan model bicara

seorang diri yang terjadi secara konstan dan tanpa disadari. Misalnya, seorang perawat yang

melihat pasien dengan ekspresi wajah yang kesakitan. Dia akan berpikir, “Apakah pasien ini

kesakitan? Apa yang harus saya lakukan?“. Komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang

terjadi antar dua orang atau di dalam kelompok kecil. Komunikasi interpersonal yang sehat,

dapat menyelesaikan masalah, berbagi ide, pengambilan keputusan dan perkembangan pribadi.

Komunikasi inilah yang dibutuhkan perawat untuk mengetahui kebutuhan klien. Sedangkan

komunikasi publik adalah komunikasi dengan sekumpulan orang dalam jumlah besar. Misalnya,

seorang dosen yang memberikan penjelasan kepada mahasiswanya di ruang kelas.

Menurut Eric Berne, pada setiap manusia terdapat tiga ego states (kenyataan

"kepribadian"). Hal ini bukan hanya merupakan suatu peran, melainkan kenyataan-kenyataan

psikologis. Ketiga ego states tersebut dikenal dengan nama ego states utama yaitu: anak, dewasa,

dan orang tua.

Ego states sendiri dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mencerminkan dampak

perasaan dan pengalaman seseorang terhadap perilakunya.

Page 5: KOMUNIKASI KEPERAWATAN jurnal

Dari ketiga ego states utama tersebut dapat diidentifikasi karakteristik khas dari anak, dewasa,

orang tua. Jadi melalui transaktional analisis, seseorang menyadari ego state mana yang

sebaiknya diungkapkan sebagai suatu stimulus atau respons sehingga komunikasi berjalan lancar

secara efektif.

a.      Anak

Ada dua jenis anak: anak alamiah dan anak pemberontak/penurut.

Anak alamiah (AA)

Ego state anak alamiah atau wajar ini hadir, jika Anda mengatakan pada orang lain

tentang diri sendiri atau diri yang mengungkapkan apa yang diinginkan dan butuhkan. Hal ini

terungkap melalui kata-kata, nada suara, ekspresi wajah, dan juga tindakan spontan dan kreatif,

misalnya ungkapan seperti "Saya takut!", "Hebat", "Saya gembira", atau "Hore". Jadi ada

luapan emosi dalam pengungkapannya. Dapat juga muncul suatu emosi negatif seperti, marah,

takut atau sedih. Ciri-ciri komunikasi ketika seseorang dalam ego state ini ialah spontanitas.

Perlu diingat bahwa ego state ini berorientasi pada diri sendiri (orientasi aku), maksudnya

padanya terungkapkan apa yang saya rasakan dan apa yang saya inginkan.

 

 

 

Anak yang menyesuaikan diri (AMD)

Jika seseorang berada pada keadaan ego states anak ini, ia memberikan suatu tanggapan

atau penyesuaian terhadap pengaruh ego states orang tua yang dimainkan orang lain. Ia dapat

melakukan apa yang dikehendaki orang lain (Anak Penurut) atau menolak apa yang dikehendaki

orang lain (Anak Pemberontak). Jadi ada 2 jenis: Anak Penurut dan Anak Pemberontak.

Pada Anak Penurut (AP1) seseorang tidak mengungkapkan perasaan sebenarnya. Pada nada

suara, misalnya ada suatu rengekan, pada ekspresi tampak wajah yang tersinggung, dan pada

kata-kata biasanya terungkap kata-kata seperti "mungkin", "saya akan mencoba", "saya tidak

yakin". Seringkali ditandai pula dengan penghindaran kontak mata dan suaranya lirih.

Pada ego state Anak Pemberontak (AP2), misalnya terungkap gerakan-gerakan yang

menunjukkan sikap "saya tidak mau mendengarkan Anda". Kemudian kata-kata yang

Page 6: KOMUNIKASI KEPERAWATAN jurnal

dipergunakan misalnya: "tidak", "bukan", "tidak tahu", atau "masa bodoh". Kata-kata tersebut

biasanya pendek dan negatif, disertai mimik yang merupakan kemarahan.

Beda utama anak alamiah dengan anak penurut atau pemberontak tidak terletak pada

orientasinya. Anak Penurut atau Anak Pemberontak ini merupakan reaksi terhadap orang lain,

sedangkan Anak Alamiah memiliki sikap spontanitas. Meskipun keduanya berorientasi pada diri

sendiri, namun wujudnya jadi berbeda karena perbedaan gambar diri.

b.      Dewasa

Ego state ini mulai dengan kesadaran bahwa data adalah penting dalam komunikasi. Jadi

orientasinya ialah fakta atau informasi. Cirinya orang yang sedang berada pada ego states ini

ialah tekanan pada nalar, tidak emosional, dan komunikasi dua arah. Kata-katanya biasanya

netral, diplomatis, hati-hati, jelas dan tidak tergesa-gesa. Ekspresi wajah tenang, dan nada

suaranya datar. Posisi tubuh seringkali tegak tapi santai.

 

c.       Orang tua

Di dalam ego states orang tua terdapat 2 jenis, yaitu orang tua yang membimbing (OTB)

dan orang tua yang mengkritik (OTK). Kedua jenis ego state orang tua ini terorientsi pada lawan

bicara atau pada orang lain, artinya ia memberikan respon yang menurutnya tepat terhadap

stimulus yang diterima dari orang lain. Respon yang diberikan itu bisa positif atau negatif,

dalam arti bisa merupakan bimbingan atau kritikan.

Orang tua pembimbing (OTB)

Pada saat ego states Orang Tua Pembimbing kita cenderung mau mengerti atau

memahami orang lain. Lebih dari itu ego state Orang Tua Pembimbing bisa memberikan

penilaian yang tegas, bahkan menentukan batas-batas antara yang benar dan salah. Orang Tua

Pembimbing mengungkapkan "Anda OK". Biasanya ditandai dengan nada suara yang lembut,

gerakan tubuh yang gemulai dan penuh perhatian. Kata-kata yang dipakai mengungkapan

"tindakan-tindakan", misalnya "Berjalanlah, anda akan selamat", atau "istirahatlah sebentar

supaya Anda segar kembali".

Orang Tua Pengkritik (OTK)

Page 7: KOMUNIKASI KEPERAWATAN jurnal

Orang Tua Pengkritik cenderung menyampaikan pesan "jangan", dan lebih bersifat

pengungkapan pendapat atau opini (bukan perbuatan), misalnya "Kamu brengsek". Jadi

sikapnya ialah "kamu tidak OK". Nada suara cenderung keras, kasar. Gerakan badan cenderung

menggurui, misalnya menunjuk orang dengan tangan. Kata-kata yang biasa dipakai: harus,

jangan, selalu, keterlaluan, tolol, goblok. Secara umum dapat dikatakan bahwa anak

pemberontak atau anak penurut mendorong orang menjawab dengan Orang Tua Pengkritik

(walaupun mungkin saja anak penurut merangsang respons orang tua pembimbing). Jadi Orang

Tua Pengkritik dapat merangsang respons Anak Pemberontak atau Anak Penurut.

 

2.2 HUBUNGAN TERAPEUTIK PERAWAT-KLIEN

Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan

agar terjalinnya komunikasi yang efektif dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien

dan termasuk komunikasi interpersonal dengan titik tolak saling memberikan pengertian antar

perawat dengan pasien. Sedangkan hubungan terapeutik antara perawat-klien adalah hubungan

kerjasama yang ditandai dengan tukar menukar perilaku, perasaan, pikiran dan pengalaman

dalam membina hubungan intim yang terapeutik (Stuart dan Sundeen, 1987, h.103). Ada dua

persyaratan dasar agar komunikasi menjadi efektif (Stuart dan Sundeen, 1998, h.33), yaitu semua

komunikasi harus ditujukan untuk menjaga harga diri penerima pesan dan komunikasi yang

menciptakan saling pengertian harus dilakukan sebelum memberikan saran, informasi maupun

masukan.

 

2.2.1        Tujuan dan Fungsi Komunikasi Terapeutik

Tujuan komunikasi terapeutik antara lain:

1.   Membantu pasien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran serta

dapat mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang ada bila pasien percaya pada hal

yang diperlukan.

2.   Mengurangi keraguan, membantu dalam hal mengambil tindakan yang efektif dan

mempertahankan kekuatan egonya.

3.   Memengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan dirinya sendiri.

Page 8: KOMUNIKASI KEPERAWATAN jurnal

Fungsi komunikasi terapeutik adalah untuk mendorong dan menganjurkan kerja sama antara

perawat dan pasien melalui hubungan perawat dengan pasien. Proses komunikasi yang baik

dapat memberikan pengertian tingkah laku pasien dan membantu pasien dalam rangka mengatasi

persoalan yang dihadapi pada tahap perawatan. Sedangkan pada tahap preventif kegunaanya

adalah mencegah adanya tindakan yang negatif terhadap pertahanan diri pasien.

 

 

 

2.2.2                 Komponen Terapeutik

1.      Sikap dan Teknik Komunikasi Terapeutik

Sedangkan menurut Kozier dkk, 1991, ada beberapa teknik dalam komunikasi

terapeutik , antara lain:

1.      Attentive Listening (mendengarkan dengan penuh perhatian).

2.      Paraphrasing (Pernyataan ulang).

3.      Mengklarifikasi.

4.      Menggunakan pernyataan dan pertanyaan terbuka, dengan contoh kalimatnya adalah “

saya ingin mendengar tentang…” atau “ceritakan pada saya tentang…”.

5.      Fokus

6.      Being specific, tentative dan informative.

7.      Dengan sentuhan.

8.      Diam.

9.      Providing general leads, dengan pengertian bahwa seorang perawat menganjurkan

kliennya untuk bercerita dan pada waktu yang sama memilih topik percakapan.

Contoh :

klien : “Saya merasa senang kemarin”,

perawat: “Maukah Anda menceritakannya padaku?” atau “Apakah kejadian itu

membantu Anda mengekspresikan perasaan anda?”.

10.  Summarizing (Meringkas). merupakan poin utama setelah sesi percakapan dan diskusi

terjadi. Teknik ini merupakan tahap awal untuk pelaksanaan asuhan yang akan datang.

 

Page 9: KOMUNIKASI KEPERAWATAN jurnal

Egan (dikutip dari Keliat, 1992, halaman 16-17) mengidentifikasi lima sikap atau cara

untuk menghadirkan diri secara fisik yang dapat memfasilitasi komunikasi yang

terapeutik, antara lain:

1.      Berhadapan.

2.      Mempertahankan kontak mata.

3.      Membungkuk kearah klien.

4.      Mempertahankan sikap terbuka dengan tidak melipat kaki atau tangan

5.      Tetap relaks.

 

2.      Analisa diri

Analisa diri perawat sangat diperlukan oleh seorang perawat agar dapat memakai

dirinya secara terapeutik untuk menolong klien tanpa merusak integritas diri. Analisa diri

perawat mencakup antara lain:

a.       Kesadaran diri

Cara meningkatkan kesadaran diri antara lain mempelajari diri sendiri, membuka diri,

dan belajar dari orang lain (menerima umpan balik).

Peningkatan kesadaran diri (Johari’s Window)

 

 

 

 

 

 

b.   Klarifikasi nilai.

c.    Eksplorasi perasaan

d.   Role model

Seorang perawat yang dapat menjadi role model adalah puas akan hidupnya, tidak

didominasi oleh konflik dan stress, mampu mengembangkan kemampuan, dan adaptif.

e.       Altruisme.

Altruisme mengandung pengertian memperhatikan kebutuhan orang lain lebih dari

apa yang kita pikirkan untuk diri sendiri.

Diketahui oleh:

-Diri sendiri

-Orang lain

Diketahui:

  Orang lain

 

Diketahui oleh:

-Diri sendiri

Tidak diketahui

oleh siapapun

Page 10: KOMUNIKASI KEPERAWATAN jurnal

f.    Etik dan tanggung jawab.

 

 

 

3.   Prinsip HAM

Ada 4 hal yang harus diperhatikan dalam membangun prinsip Hubungan Antar Manusia

(HAM), yaitu:

1.      Landasan daya tarik manusia

Berikut ini merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi landasan daya tarik manusia:

         Kedekatan geografis.

         Kemiripan (similarity).

         Situasi.

2.      Karakteristik hubungan

Karakteristik yang dimilki dalam suatu hubungan di antaranya:

         Konteks, meliputi penegasan (konfirmasi) dan diskonfirmasi, sikap mendukung dan

sikap bertahan.

         Waktu.

         Pemilikan bersama atas informasi.

         Kepercayaan.

         Afeksi dan kontrol.

 

3.      Siklus suatu hubungan

Beirkut ini merupakan siklus di dalam suatu hubungan:

         Menuju perpisahan

a.       Pembedaan.

b.      Pembatasan.

c.       Stagnansi.

d.      Penghindaran.

e.       Pemutusan .

 

4.      Pemeliharan hubungan

Page 11: KOMUNIKASI KEPERAWATAN jurnal

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeliharaan suatu hubungan, yaitu:

         Positivitas

         Keterbukaan

         Jaminan

         Jaringan

         Tugas

 

 

2.2.3        Strategi Komunikasi

Dalam hubungan perawat-klien terdiri dari 3 fase, yaitu: fase orientasi, fase kerja, dan fase

terminasi (Purnomo,1994):

         Fase orientasi terdiri dari:

1.         Pengenalan.

2.         Persetujuan komunikasi.

3.         Program orientasi yang meliputi: (penentuan batas hubungan, pengidentifikasian

masalah, mengkaji tingkat kecemasan diri sendiri dan pasien, mengkaji apa yang

diharapkan).

         Fase kerja:

1.         Meningkatkan interaksi sosial dengan cara:

                                   i.         Meningkatkan sikap penerimaan satu sama lain untuk mengatasi

kecemasan.

                                 ii.         Menggunakan teknik komunikasi terapeutik sebagai cara

pemecahan dan dalam mengembangkan hubungan kerja sama.

2.         Meningkatkan faktor fungsional komunikasi terapeutik melalui:

                                   i.         Melanjutkan pengkajian dan evaluasi masalah

                                 ii.         Meningkatkan komunikasi pasien dan mengurangi ketergantungan

pasien pada perawat

                               iii.         Mempertahankan tujuan yang telah disepakati dan mengambil

tindakan berdasarkan masalah yang ada

         Fase terminasi:

Page 12: KOMUNIKASI KEPERAWATAN jurnal

1.         Fase persiapan mental untuk membuat perencanaan tentang kesimpulan pengobatan

yang telah didapatkan dan mempertahankan hubungan yang sudah dijalin.

2.         Mengantisipasi masalah yang akan timbul pada fase ini karena pasien mungkin

menjadi tergantung pada perawat.

3.         Memungkinkan ingatan pasien pada pengalaman perpisahan sebelumnya sehingga

pasien merasa sunyi, menolak, dan depresi. Diskusikan perasaan-perasaan tentang

terminasi.

Terminasi dibagi menjadi terminasi sementara dan terminasi akhir.

  Terminasi sementara

Mengandung pengertian akhir dari tiap pertemuan perawat dan pasien. Pada

terminasi sementara perawat akan bertemu lagi dengan pasien pada waktu yang

telah ditentukan. Misalnya: 1 atau 2 jam berikutnya.

  Terminasi akhir

Terminasi akhir terjadi jika pasien akan pulang dari rumah sakit atau saudara

selesai praktik di rumah sakit.

2.2.4        Analisis Proses Interaksi

API merupakan alat kerja yang dipakai perawatat (mahasiswa) untuk memahami interaksi

yang terjadi antara perawat dan klien. Tujuan API ini antara lain:

Meningkatkan kemampuan mendengar.

Meniingkatkan kemampuan berkomunikasi.

Member dasar belajar, artinya berupa alat untuk mengkaji kemampuan perawat

(mahasiswa) dalam berinteraksi dengan klien dan data bagi pembimbing untuk

member arahan.

Meningkatkan kepekaan perawat terhadap kebutuhan klien, serta mempermudah

perkembangan dan perubahan pendekatan perawat

Membantu perawat merencanakan tindakan keperawatan

 

Pencatatam dan pelaporan merupakan alat komunikasi antar tim keperawatan dan tim

kesehatan lainnya. Ada tiga macam catatan yang telah dikenal, antara lain catatan

perkembangan (proses keperawatan), catatan hubungan perawat-klien, dan catatan resume.

Page 13: KOMUNIKASI KEPERAWATAN jurnal

Catatan hubungan perawat-klien adalah resume interaksi yang terjadi selama perawat

berhubungan secara individual dengan klien, kelompok klien, dan pada terapi modalitas

keperawatan. Catatan hubungan klien yang secara verbaldapat berupa video tape atau tape

recording, catatan secara garis besar, dan catatan interaksi.

Dalam API semestinya ada:

1.      Komunikasi verbal dan non-verbal antara perawat-klien

2.      Analisa dan identifikasi perasaan perawat serta kemungkinan komunikasi yang dapat

dilakukan oleh perawat

3.      Analisa dan identifikasi persepsi perawat terhadap emosi dan komunikasi klien

4.      Analisa makna dan rasional dari komunikasi

5.      Kesan atau evaluasi terhadap efektivitas dari komunikasi berdasarkan data 1 sampai

dengan 4

6.      Rencana lanjutan tindakan keperawatan

 

2.3              MODEL STRUKTUR KOMUNIKASI

Model komunikasi adalah representasi fenomena komunikasi dengan menonjolkan unsur-

unsur terpenting guna memahami suatu proses komunikasi. Model-model dalam komunikasi

dapat dibagi menjadi model komunikasi Carl Roger dan model komunikasi kesehatan.

2.3.1 Model Komunikasi Carl Roger

“Person-Centered Care” merupakan model komunikasi yang dikembangkan oleh Carl

Roger. Pada konsep ini Carl Roger yang mengedepankan penghargaan diri terhadap setiap

individu. Ia percaya bahwa pada dasarnya manusia itu baik, konstruktif dan akan selalu memiliki

oreientasi ke depan yang positif. Selain itu, Rogers mengemukakan bahwa individu memiliki

kemampuan dalam diri untuk mengerti diri, menentukan hidup, dan menangani masalah –

masalah psikisnya asalkan konselor menciptakan kondisi yang dapat mempermudah

perkembangan individu untuk aktualisasi diri. Aktualisasi diri merupakan proses menjadi diri

sendiri dan mengembangkan sifat-sifat dan potensi -potensi psikologis yang unik. Ketika

mencapai usia tertentu (adolensi) seseorang akan mengalami pergeseran aktualisasi diri dari

fisiologis ke psikologis.

Page 14: KOMUNIKASI KEPERAWATAN jurnal

Dalam model ini, perawat dianjurkan untuk berkomunikasi dengan empati, menghargai,

dan membangun. Bagi Roger, empati merupakan proses berkomunikasi dengan klien dimana

perawat merasakan apa yang klien rasakan. Lalu dalam berkomunikasi harus menghargai yang

harus menerima dan menghargai klien tanpa syarat. Menghargai merupakan proses pendukung

komunikasi terhadap klien dalam asuhan dan tidak menghakimi. Dan dalam komunikasi yang

membangun, harus secara sungguh-sungguh dan jujur dengan klien. Perawat harus bersungguh-

sungguh dalam menangani pasien dan tidak menutupi hal-hal yang wajib diketahui klien.

Roger percaya bahwa kondisi mental klien dapat ditingkatkan dengan diberikan suasana

psikoterapeutik yang sesuai. Pusat dari hal tersebut adalah kedekatan hubungan antara klien dan

perawat. Tanda dari metode Roger adalah seorang terapi mencerminkan ucapan klien, yang

menyampaikan rasa menghargai dan memiliki keyakinan bahwa klien memiliki kemampuan

untuk mengatasi masalahnya. Roger menggambarkan terapi ini dapat membuat klien menjadi

lebih mandiri dan kehidupannya lebih terarah.

Model komunikasi menurut Carl Rogers. Prinsip-prinsip komunikasi menurut Carl

Rogers antara lain:

-          perawat harus mengenali dirinya sendiri yang berarti menghayati, memahami dirinya

sendiri, serta nilai yang dianut,

-          komunikasi harus ditandai dengan sikap saling menerima, saling percaya, dan saling

menghargai,

-          perawat harus memahami, menghayati nilai yang dianut pasien,

-          perawat harus menyadari pentingnya kebutuhan pasien baik fisik maupun mental,

-          perawat harus menciptakan suasana yang memungkinkan pasien bebas berkembang

tanpa rasa takut,

-          perawat harus dapat menciptakan suasana yang memungkinkan pasien memiliki

motivasi untuk mengubah dirinya baik sikap, tingkah lakunya sehingga tumbuh

makin matang dan dapat memecahkan masalah-masalah yang dihadapi,

-          perawat harus mampu menguasai perasaan sendiri secara bertahap untuk mengetahui

dan mengatasi perasaan gembira, sedih, marah, keberhasilan, maupun frustasi,

Page 15: KOMUNIKASI KEPERAWATAN jurnal

-          mampu menentukan batas waktu yang sesuai dan dapat mempertahankan

konsistennya,

-          memahami betul arti empati sebagai tindakan yang terapeutik dan sebaliknya simpati

bukan tindakan yang terapeutik,

-          kejujuran dan komunikasi terbuka merupakan dasar dari hubungan terapeutik,

-          mampu berperan sebagai role model agar dapat menunjukkan dan meyakinkan orang

lain tentang kesehatan, oleh karena itu perawat perlu mempertahankan suatu keadaan

sehat fisik mental, spiritual, dan gaya hidup,

-          disarankan untuk mengekspresikan perasaan bila dianggap mengganggu,

-          altruisme mendapatkan kepuasan dengan menolong orang lain secara manusiawi,

-          berpegang pada etika dengan cara berusaha sedapat mungkin mengambil keputusan

berdasarkan prinsip kesejahteraan manusia, dan

-          bertanggung jawab dalam dua dimensi yaitu tanggung jawab terahdap diri sendiri

atas tindakan yang dilakukan dan tanggung jawab terhadap orang lain

(Purwanto,1994).

2.3.2 Model Komunikasi Kesehatan

Komunikasi Kesehatan merupakan proses penyampaian pesan kesehatan oleh

komunikator melalui saluran/media tertentu kepada komunikan dengan tujuan untuk mendorong

perilaku manusia secara individual maupun masyarakat agar tercapai kesejahteraan sebagai

kekuatan yang mengarah kepada keadaan (status) sehat utuh secara fisik, mental (rohani), dan

sosial. Model komunikasi kesehatan berfokus pada komunikasi yang terjadi diberbagai jenis

hubungan dalam bidang keperawatan. Komunikasi kesehatan khususnya mengacu pada

hubungan antara peserta dalam perawatan kesehatan tentang isu-isu yang berhubungan dengan

kesehatan.

Bagi individu, Komunikasi kesehatan secara efektif mampu menigkatkan kesadaran

terhadap risiko kesehatan, memberikan solusi, mensosialisasikan keterampilan yang dibutuhkan

untuk mengurangi risiko ini, membantu manusia menemukan dukungan dari orang lain dalam

situasi, dan mempengaruhi atau memperkuat sikap dengan memberikan motivasi diri.

Komunikasi kesehatan bagi masyarakat, dapat digunakan untuk mempengaruhi agenda publik,

mengadvokasi kebijakan dan program, meningkatkan perubahan positif dalam sosial ekonomi

Page 16: KOMUNIKASI KEPERAWATAN jurnal

dan lingkungan fisik, meningkatkan pemberian kesehatan masyarakat dan pelayanan kesehatan,

dan mendorong norma-norma sosial yang bermanfaat bagi kesehatan dan kualitas hidup.

Komunikasi kesehatan mengilustrasikan tiga faktor utama dalam proses: hubungan,

transaksi, dan konteks.

Hubungan (Relationships)

Menurut perspektif sistem, model komunikasi kesehatan menggambarkan empat jenis

utama hubungan yang ada dalam pengaturan perawatan kesehatan, yaitu: professional dengan

profesional, professional dengan klien, professional dengan profesi penting lainnya, dan klien

dengan profesi penting lainnya. Model ini juga menunjukkan bahwa hubungan interpersonal

dapat mempengaruhi jenis hubungan yang lain dalam pengaturan perawatan kesehatan.

        Transaksi

Transaksi didasarkan pada interaksi kesehatan yang terjadi diantara peserta dalam proses

komunikasi kesehatan. Transaksi kesehatan melibatkan interaksi antar individu tentang informasi

yang berhubungan dengan kesehatan. Transaksi kesehatan meliputi perilaku komunikasi verbal

dan nonverbal. Kedua jenis komunikasi tersebut sama pentingnya. Transaksi kesehatan dikatakan

efektif apabila aspek verbal dan nonverbal dalam pesan yang disampaikan sesuai.

Transaksi kesehatan juga mencakup baik isi dan dimensi hubungan dari sebuah pesan.

Transaksi kesehatan menangani hal yang berhubungan dengan kesehatan, bagaimana cara klien

berusaha untuk mencapai dan menjaga kesehatan selama hidup. Dimensi hubungan transaksi

kesehatan mempengaruhi bagaimana isi pesan yang harus ditafsirkan.

Didalam model komunikasi kesehatan, kesehatan transaksi ini digambarkan dengan

sebuah lingkaran dimana terdapat spiral tanpa akhir yang menggambarkan proses komunikasi

yang sedang berlangsung dan sifat transaksional komunikasi kesehatan. Komunikasi kesehatan

bukan peristiwa yang statis, tetapi sebuah proses interaktif yang terjadi pada berbagai titik waktu

selama hidup seseorang. Hal tersebut mencakup umpan balik yang terus-menerus dan

memungkinkan para peserta untuk menyesuaikan kembali komunikasi mereka. Transaksi

kesehatan terus bergerak ke depan dan menoleh ke belakang untuk membuat perubahan dalam

pesan.

Konteks

Page 17: KOMUNIKASI KEPERAWATAN jurnal

Konteks kesehatan memiliki pengaruh yang besar pada komunikasi antara profesional

kesehatan, klien, anggota keluarga, dan lain-lain yang terlibat dalam proses tersebut.

Komunikasi kesehatan dapat terjadi pada suatu situasi ke situasi yang lain, di kelompok-

kelompok kecil, dan di kelompok individu yang lebih besar. Jumlah orang yang melakukan

komunikasi dalam konteks tertentu juga mempengaruhi interaksi. Kesatuan elemen-elemen

model komunikasi kesehatan, termasuk hubungan, transaksi, dan konteks menyediakan sebuah

perspektif sistem komunikasi dalam perawatan kesehatan. Hal itu merupakan keyakinan bahwa

seluruh perawatan kesehatan terus meningkat, komunikasi kesehatan bisa lebih baik dan

dipahami dari perspektif sistem yang lebih luas.            

 

2.4  HAMBATAN DALAM KOMUNIKASI

2.4.1 Pengertian Hambatan Komunikasi

Hambatan dalam berkomunikasi merupakan segala sesuatu yang menyebabkan komunikasi

menjadi tidak efektif sehingga pesan tidak tersampaikan dengan baik. Mengingat komunikasi

sangat penting bagi perawat, maka seorang perawat harus dapat berkomunikasi dengan baik dan

mampu mengatasi hambatan-hambatan dalam komunikasi karena hambatan-hambatan

komunikasi dapat merusak hubungan dengan klien yang di bangun oleh perawat.

        Hambatan dari pengirim pesan.

        Hambatan dalam penyandian/symbol.

        Hambatan media.

        Hambatan dalam bahasa sandi.

        Hambatan dari penerima pesan.

        Hambatan dalam memberikan balikan.

 

1.     Hambatan Fisik

Hambatan fisik dapat mengganggu komunikasi yang efektif, cuaca gangguan alat

komunikasi, dan lain lain, misalnya: gangguan kesehatan, gangguan alat komunikasi dan

sebagainya.

Page 18: KOMUNIKASI KEPERAWATAN jurnal

2.     Hambatan Semantik.

Kata-kata yang dipergunakan dalam komunikasi kadang-kadang mempunyai arti mendua

yang berbeda, tidak jelas atau berbelit-belit antara pemberi pesan dan penerima

3.     Hambatan Psikologis

Hambatan psikologis dan sosial kadang-kadang mengganggu komunikasi, misalnya;

perbedaan nilai-nilai serta harapan yang berbeda antara pengirim dan penerima pesan.

Selain itu, hambatan juga terjadi jika teknik yang secara umum dapat meningkatkan

komunikasi efektif digunakan secara tidak tepat. Hambatan-hambatan itu antara lain adalah

pemberian pendapat. Jika klien diberi pendapat, klien akan terhalangi untuk mengembangkan

solusi dari permasalahan dan menyebabkan keraguan, sehingga memperlambat proses

penyembuhan. Hambatan yang kedua yaitu perawat sering memberikan penentraman semu.

Penentraman semu akan menghambat proses komunikasi. Sedangkan penentraman yang tulus

akan menetapkan harga diri pasien.

Hambatan komunikasi yang ketiga adalah perawat bersikap defensif. Defensif adalah

respon untuk mengkritik dan menunjukkan bahwa klien tidak memiliki hak untuk memberikan

opini. Jika perawat menghindari sikap defensif, klien akan mengungkapkan apa yang menjadi

persoalan sehingga masalah bisa segera diatasi. Menyatakan persetujuan dan ketidaksetujuan

juga menjadi penghambat komunikasi yang efektif. Ketika klien berbagi masalah dengan

perawat, itu bukan untuk mencari persetujuan atau ketidaksetujuan, tetapi untuk mendiskusikan

apa yang sedang klien rasakan. Persetujuan yang berlebihan dari perawat akan menghalangi

klien untuk bertindak bebas dan mengambil keputusan. Sedangkan ketidak setujuan perawat

akan membuat klien merasa ditolak. Klien akan menghindari interaksi dengan perawat lebih

lanjut dan akan menghambat proses penyembuhan.

Selain hambatan-hambatan tersebut, terdapat hambatan lain yang akan mengganggu

komunikasi, yaitu stereotip. Stereotip adalah kepercayaan umum mengenai seseorang. Selain itu,

perwat juga tidak dianjurkan untuk bertanya “mengapa?”, karena pertanyaan “mengapa” dapat

menyebabkan rasa kebencian, rasa tidak aman, dan tidak percaya. Jika seorang perawat

menginginkan informasi tambahan, terdapat cara-cara lain yang lebih efektif menetapkan

Page 19: KOMUNIKASI KEPERAWATAN jurnal

pertanyaan. Misalnya, daripada bertanya “Mengapa Anda tidak latihan hari ini?” perawat dapat

mengatakan, “Anda tidak melakukan latihan Anda. Apakah ada masalah?”.

Menurut Gordon (1970) hambatan meliputi penilaian, mengirim solusi, dan menghindari

kekhawatiran lain. Hambatan dapat mengurangi harga diri dan memicu pembelaan, perlawanan,

dan kebencian. Hambatan juga dapat mengakibatkan penarikan, ketergantungan dan perasaan

kalah atau tidak mampu, sehingga timbul kemungkinan bahwa klien akan sulit untuk

menemukan solusi masalah.

 

2.4.2        Faktor-Faktor Penghambat Komunikasi Terapeutik

Komunikasi terapeutik dapat mengalami hambatan diantaranya :

1) Pemahaman berbeda;

2) Penafsiran berbeda;

3) Komunikasi yang terjadi satu arah;

4) Kepentingan berbeda;

5) Pemberian jaminan yang tidak mungkin;

6) Bicara hal-hal yang pribadi;

7) Menuntut bukti, penjelasan dan tantangan;

8 ) Mengalihkan topik pembicaran;

9) Memberikan kritik mengenai perasaan pasien;

10) Terlalu banyak bicara;

11) Memperlihatkan sifat jemu dan pesimis.

 

2.4.3        Model-model Hambatan dalam Hubungan Terapeutik

Hambatan kemajuan hubungan perawat dengan pasien terdiri atas tiga jenis utama yaitu:

resistens, transferens, dan kontertransferens.

Resistens adalah upaya pasien untuk tidak meyadari aspek penyebab ansietas yang

dialaminya. Resistens merupakan keengganan alamiah atau penghindaran yang dipelajari

untuk mengungkapkan atau bahkan mengalami aspek yang bermasalah pada diri seseorang.

Bentuk resistens yang dilihatkan pasien adalah:

Page 20: KOMUNIKASI KEPERAWATAN jurnal

1.      Supresi dan represi informasi terkait.

2.      Intensifikasi gejala.

3.      Devaluasi diri dan pandangan keputusasaan tentang masa depan.

4.      Dorongan untuk sehat secara tiba-tiba sehingga sehat yang didapatkan tidak optimal.

5.      Hambatan intelektual.

6.      Perilaku amuk atau tidak rasional.

7.      Pembicaraan yang superfisial.

8.      Pemahaman intelektual.

9.      Muak terhadap normalitas.

10.  Reaksi transferens.

Transferens adalah respon tidak sadar yang didalamnya pasien pengalami perasaan

dan sikap terhadap perawat yang pada dasarnya terkait dengan tokoh penting dikehidupan

masa lalu pasien. Istilah ini merujuk pada sekelompok reaksi yang berupaya mengurangi atau

menghilangkan ansietas. Sifat yang paling menonjol dari transferens adalah ketidak tepatan

respons pasien dalam hal intensitas dan penggunaan mekanisme pertahanan displacement

yang maladaptif.

Kontertransferens yaitu kebuntuan terapeutik yang dibuat oleh perawat bukan oleh

pasien. Kontertransferens adalah transferen yang diterapkan oleh perawat. Reaksi

kontertransferens biasanya berbentuk dari salah satu dari 3 jenis, yaitu reksi mencintai atau

perhatian berlebihan, reaksi sangat bermusuhan atau membenci, dan reaksi sangat cemas.

 

 

 

BAB IV

PEMBAHASAN

 

Page 21: KOMUNIKASI KEPERAWATAN jurnal

Berdasarkan pembahasan di atas, jika dikaitkan dengan pemicu adalah Ny S menolak

berinteraksi dengan perawat A yang ditunjukkan melalui komunikasi non-verbal (diam,

memalingkan muka jika perawat A mendekatinya) menunjukkan adanya hambatan komunikasi

disebabkan karena perawat A adalah seorang laki-laki sehingga Ny S merasa malu untuk

mengemukakan perasaan dan kondisinya setelah post-operasi mastektomi. Selain itu, hambatan

juga terjadi karena sikap perawat A yang segan untuk merawat Ny S karena Ny S seorang

wanita. Hal ini juga di dukung karena perawat A masih tiga bulan bekerja. Dan hambatan ini

juga terjadi karena teknik komunikasi yang efektif tidak digunakan secara tepat.

Hubungan terapeutik antara perawat dan klien digambarkan drngan suatu kondisi yang tidak

baik. Egan (dikutip dari Keliat, 1992, halaman 16-17) mengidentifikasi lima sikap atau cara

untuk menghadirkan diri secara fisik yang dapat memfasilitasi komunikasi yang terapeutik,

antara lain:

1.      Berhadapan.

Klien selalu memalingkan wajahnya apabila perawat A akan memberikan perawatan.

2.      Mempertahankan kontak mata.

Karena tidak salig berhadapan, maka tidak terjadi kontak mata antara klien dan

perawat.

3.      Membungkuk kearah klien.

Klien tidak memberikan respond an tidak menceritakan apa keluhannya, sehingga sikap

ini tidak akan muncul pada perawat.

4.      Mempertahankan sikap terbuka dengan tidak melipat kaki atau tangan.

5.      Tetap rilaks.

Kondisi klien yang tegang karena pasca operasi mastektomi, yang mengakibatkan

perawat juga tegang dan tidak rileks dalam merawat klien.

Berdasarkan kejadian tersebut, Perawat A melakukan analisa terhadap dirinya, pertama

yang di lakukan perawat adalah kesaadaran atas dirinya sendiri. meningkatkan kesadaran diri

antara lain mempelajari diri sendiri, membuka diri, dan belajar dari kepala ruangan. Kemudian

mengklarifikasi nilai artinya perawat a mampu mengidentifikasi konflik, ketidakpuasan klien,

rasa tidak aman, dan keyakinan. Setelah itu mengeksplorasi perasaan. Dan perawat A harus

mampu mengembangkan kemampuan, tidak didominasi oleh konflik dan stress, puas akan

hidupnya, dan adaptif. Selain itu Perawat A harus lebih mementingkan kebutuhan klien daripada

Page 22: KOMUNIKASI KEPERAWATAN jurnal

kebutuhan pribadinya (Altruisme). Segala sesuatu tindakan perawatan oleh Perawat A harus

memenuhi kode etik dan dapat dipertanggungjawabkan.

Perawat A meminta pendapat dari kepala Ruangan, dan kepala ruangan menganjurkan

untuk mengaitkan pengalamannya dengan konsep komunikasi Carl Roger dan komunikasi

kesehatan. Perawat A baru ingat kalau konsep komunikasi Carl Roger mengedepankan

penghargaan diri terhadap individu. Setelah mengingat konsep itu, Perawat A lalu menerapkan

cara berkomunikasinya dengan empati, menghargai, dan membangun. Setelah Perawat A mampu

menerapkan konsep komunikasi Carl Roger, lalu perawat A menerapkan komunikasi kesehatan

yang bertujuan agar kesehatan klien cepat sembuh dan mendapatkan komunikasi yang lebih

efektif.

 

 

 

 

 

BAB IV

PENUTUP

 

4.1  KESIMPULAN

Komunikasi yang sangat sering dilakukan orang-orang pada umumnya ternyata memiliki

peranan yang penting dalam praktik keperawatan. Bentuk komunikasi yang terjadi dalam praktik

keperawatan disebut komunikasi terapeutik. Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi yang

direncanakan secara sadar, bertujuan agar terjalinnya komunikasi yang efektif dan kegiatannya

dipusatkan untuk kesembuhan pasien dan termasuk komunikasi interpersonal dengan titik tolak

saling memberikan pengertian antar perawat dengan pasien. Dalam praktiknya, banyak sekali

hambatan yang mungkin akan ditemui dalam hubungan antara perawat dengan klien. Untuk itu

setiap perawat harus mampu memahami bagaimana teknik, sikap, dan prinsip-prinsip HAM yang

ada dalam hubungan terapeutik. Jika komunikasi antara perawat dan pasien dilakukan sebaik

mungkin, maka hal ini mampu menunjang proses kesembuhan pasien

 

Page 23: KOMUNIKASI KEPERAWATAN jurnal

4.2  SARAN

Diharapkan kepada perawat agar mampu melakukan komunikasi yang efektif guna

menciptakan kondisi yang memungkinkan klien mengubah dirinya ke arah yang lebih baik dan

memiliki motivasi untuk sembuh. Selain itu diharapkan kepada klien turut berperan aktif dalam

komunikasi terapeutik agar perawat mengerti apa keinginan dan keluhan klien sehingga dapat

menetapkan langkah yang tepat ke depannya

 

4.3  UCAPAN TERIMA KASIH

Makalah ini tidak akan terselesaikan tanpa bantuan dari pihak lain. Dimulai dari diskusi

antar anggota kelompok dalam kelas yang sampai akhirnya kami mendiskusikan kepada Ibu

Lestari Sukmarini selaku dosen mata kuliah Keperawatan Dewasa yang selalu memberikan

bimbingannya serta penjelasannya dalam kegiatan belajar mengajar dan penyusunan makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

 

Barba, J.(1981). Comunication Nursing Practice. St. Louis Missouri:Mosby Hein, E.C. (1980). Communication in Nursing Practice (second editon). Little, Brown, and

Company (Inc). Keliat, B. A. (1992). Hubungan Terapeutik Perawat-Klien. Jakarta: EGC Kozier, B., Erb, Olivieri. (1991). Fundamentals of Nursing: Concepts, Process, and Practice. (4th

ed). Canada: Adison-Wesley Publishing Company. Potter&Perry.(2005). Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik. Jakarta:EGC Purwanto, H. (1994). Komunikasi Untuk Perawat. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC Sandra, J.dkk. (1994). Nurse Client Interaction. Missourist Louis: Mosby Sosiawan, Edwie Arief. dwi.dosen.upnyk.ac.id/PSIKOM.12.09.2.doc. (13 Feb. 2010, pkl. 17.03). Stuart, G. W., dan Sundeen, S. J. (1987). Principles and Practice of Psychiatric Nursing. (3rd ed).

St. Louis: The C. V. Mosby Company. Sundeen, dkk. (1985). Nurse-Client Interaction: Implementing the Nursing Process (third

edition). Missouri: C.V Mosby Company. 

Page 24: KOMUNIKASI KEPERAWATAN jurnal

Sosiawan, Edwie Arief. dwi.dosen.upnyk.ac.id/PSIKOM.12.09.2.doc. (13 Feb. 2010, pkl. 17.03). 

  http://mustaf26.multiply.com/journal/item/6?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem