KOMUNIKASI DAN KEPUTUSAN MEMILIH (Studi Tentang Komunikasi ... · PDF file(Studi Tentang...
Transcript of KOMUNIKASI DAN KEPUTUSAN MEMILIH (Studi Tentang Komunikasi ... · PDF file(Studi Tentang...
KOMUNIKASI DAN KEPUTUSAN MEMILIH
(Studi Tentang Komunikasi Interpersonal dan Komunikasi Massa
Berpengaruh Terhadap Keputusan Memilih Di Kalangan Marginal Dalam
Pemilihan Kepala Daerah DKI Jakarta 2012)
Oleh :
Natana El Andi Kurniawan
D0208086
SKRIPSI
Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi
pada Program Studi Ilmu Komunikasi
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
HALAMAN MOTTO
"Verba volant, scripta manent" (Spoken words fly away, but what is written will remain)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
HALAMAN PERSEMBAHAN
Untuk Mama dan Papa, Untuk harapan dan kenangan,
Untuk masa depan yang cerah, Untuk mimpi yang sempurna dan masa lalu ter�n ggal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas anugerah dan berkatnya
yang melimpah serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul Komunikasi dan Keputusan Memilih (Studi Tentang Bagaimana
Komunikasi Interpersonal dan Komunikasi Massa Berpengaruh Terhadap
Keputusan Memilih di Kalangan Marginal Dalam Pemilihan Kepala Daerah DKI
Jakarta 2012).
Alasan Penulis mengambil tema penelitian ini adalah minat penulis
terhadap kajian politik, terutama pemilu. Minat tersebut kemudian penulis
hubungan dengan ilmu komunikasi yang menjadi dasar pendidikan penulis.
Penulis kemudian melihat fenomena Pemilukada DKI 2012 menarik untuk dikaji
dari sudut khalayak sehingga penulis implementasikan dalam penelitian ini. Fokus
penelitian ini adalah studi efek / pengaruh komunikasi terhadap keputusan
memilih yang diambil khalayak, yang pada penelitian ini dikhususkan kepada
masyarakat marginal pada Pemilukada DKI Jakarta 2012.
Penyusunan skripsi ini tidak akan berjalan baik tanpa adanya dukungan
dari berbagai pihak. Dengan segenap kerendahan hati, Penulis mengucapkan
terima kasih kepada Tuhan Yesus atas anugerahnya, terutama dalam memberikan
petunjuk dan perlindungan dalam menyelesaikan skripsi ini. Ucapan terima kasih
juga Penulis ucapkan kepada pihak-pihak yang telah memberikan dukungan,
perhatian, motivasi, dan bimbingan selama masa penulisan skripsi ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
Penulis mengucapkan terima kasih terkhusus kepada Prof. Drs. Pawito,
Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas
Maret Surakarta; selaku Pembimbing Akademik yang sudah membimbing penulis
selama menempuh pendidikan di Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret; selaku Dosen Pembimbing Skripsi
penulis yang dengan penuh kesabaran meluangkan waktunya untuk memberikan
arahan dan masukan dalam penulisan skripsi ini, serta berbagi pengalaman dan
pelajaran hidup yang berharga bagi Penulis di sela-sela bimbingan. Terima kasih
juga Penulis ucapkan kepada Dr. Prahastiwi Utari, Ph.D selaku Ketua Jurusan
Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret
Surakarta, dan Ibu Tanti Hermawati, S.Sos, M.Si selalu Sekretaris Jurusan Ilmu
Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Tidak lupa Penulis mengucapkan terima kasih kepada keluarga penulis
yang tak henti-henti memberikan dukungan moril dan material kepada Penulis
untuk menyelesaikan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada
teman-teman seperjuangan Komunikasi 2008, Magic Production, Lollipop Event
Organizer, dan Mix Advertising atas kerja sama dan kebersamaan selama masa
perkuliahan yang akan menjadi kenangan yang indah bagi penulis.
Penulis juga mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya kepada
mereka yang membantu penelitian ini, informan yang meluangkan waktunya
untuk menjadi narasumber, Koh Agus yang telah membantu akomodasi Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
selama melakukan penelitian di Jakarta, serta orang-orang lain yang penulis tidak
bisa sebutkan satu persatu.
Penulis telah berusaha semaksimal mungkin dalam menyelesaikan
penelitian ini, namun pasti masih ada kekurangan dalam penelitian ini. Penulis
berharap masukan, kritik dan saran demi kemajuan penulis sendiri. Akhirnya,
penulis berdoa supaya skripsi ini dapat bermanfaat bagi orang yang membacanya.
Terima Kasih.
Surakarta, 5 Desember 2012
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PERSETUJUAN ii
HALAMAN PERNYATAAN iii
HALAMAN PENGESAHAN iv
HALAMAN MOTTO v
HALAMAN PERSEMBAHAN vi
KATA PENGANTAR vii
DAFTAR ISI x
DAFTAR GAMBAR xiii
DAFTAR TABEL xiv
ABSTRAK xv
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 7
C. Tujuan Penelitian 7
D. Manfaat Penelitian 7
E. Kerangka Berpikir 8
F. Tinjauan Pustaka
1. Komunikasi 9
2. Komunikasi Interpersonal 12
3. Komunikasi Massa 14
4. Peran Media Massa dalam Pemilu 19
5. Masyarakat Marginal 22
6. Perilaku Memilih 26
G. Metodologi Penelitian
1. Jenis dan Metode Penelitian 31
2. Lokasi Penelitian 32
3. Jenis Data 32
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
4. Teknik Pengumpulan Data 32
5. Teknik Sampling 36
6. Teknik Analisis Data 37
7. Validitas Data 40
BAB II : DESKRIPSI LOKASI
A. Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta
1. Sejarah 41
2. Geografis 43
3. Administrasi 45
4. Potensi dan Permasalahan 47
B. Pemilukada DKI Jakarta 2012
1. Daftar Pemilih Tetap (DPT) 50
2. Kandidat 52
3. Penyelenggaraan 57
BAB III : KOMUNIKASI DAN KEPUTUSAN MEMILIH
A. Komunikasi dan Keputusan Memilih Masyarakat
Marginal Pada Pemilukada DKI Jakarta tahun 2012
1. Komunikasi Interpersonal 64
2. Komunikasi Massa 75
B. Partisipasi Politik dan Perilaku Memilih Masyarakat
Marginal pada Pemilukada DKI Jakarta tahun 2012
1. Partisipasi Politik 91
2. Perilaku Pemilih 97
C. Referensi Memilih Masyarakat Marginal
di Pemilukada DKI Jakarta 2012 111
BAB IV : PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Komunikasi dan Keputusan Memilih Masyarakat
Marginal Pada Pemilukada DKI Jakarta tahun 2012 126
2. Partisipasi Politik dan Perilaku Memilih Masyarakat
Marginal pada Pemilukada DKI Jakarta tahun 2012 127
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
3. Referensi Memilih Masyarakat Marginal
di Pemilukada DKI Jakarta 2012 128
B. Saran 129
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran Penelitian 10
Gambar 1.2 Komponen Analisis Data Model Interaktif -- 39
Gambar 2.1 Peta Administratif DKI Jakarta -- 44
Gambar 2.2 Pasangan Calon Fauzi Bowo Nachrowi Ramli -- 54
Gambar 2.3 Pasangan Calon Hendardji Soepandji Ahmad Riza Patria -- 54
Gambar 2.4 Pasangan Calon Joko Widodo Basuki Tjahaja Purnama -- 55
Gambar 2.5 Pasangan Calon Hidayat Nur Wahid Didik. J. Rachbini -- 56
Gambar 2.6 Pasangan Calon Faisal Basri Biem Benyamin -- 56
Gambar 2.7 Pasangan Calon Alex Noerdin Nono Sampono -- 57
Gambar 2.8 Suasana Hari Pemungutan Suara Putaran Kedua Kamis, 20
September 2012 di TPS 01 Pademangan, Ancol, Jakarta Utara -- 59
Gambar 2.9 Suasana Penghitungan Suara Putaran Kedua Kamis, 20 September
2012 di TPS 01 Pademangan, Ancol, Jakarta Utara -- 59
Gambar 3.1 TV Commerci -- 78
Gambar 3.2 TV Commercia - -- 79
Gambar 3.3 -- 80
Gambar 3.4 Cuplikan -- 81
Gambar 3.5 TV Commercial Hidayat Nur Wahid Didik J. Rachbini -- 82
Gambar 3.6 TV Commercial Alex Noerdin Nono Sampono -- 82
Gambar 3.7 Debat Pemilukada DKI Jakarta 14 September 2012 -- 83
Gambar 3.8 Debat Pemilukada DKI Jakarta 16 September 2012 -- 84
Gambar 3.9 Pemberitaan Media Televisi Mengenai Pemilukada DKI Jakarta
2012 - 87
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Daftar Informan Penelitian -- 37
Tabel 2.1 Pembagian Administratif DKI Jakarta -- 45
Tabel 2.2 Daftar Pemilih Tetap Pemilukada DKI Jakarta Putaran I -- 50
Tabel 2.3 Daftar Pemilih Tetap Pemilukada DKI Jakarta Putaran II -- 51
Tabel 2.4 Daftar Pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur dalam
Pemilukada DKI Jakarta 2012 -- 53
Tabel 2.5 Rekapitulasi Hasil Pemungutan Suara Pemilukada DKI Jakarta
2012 Putaran Pertama -- 60
Tabel 2.6 Rekapitulasi Hasil Pemungutan Suara Pemilukada DKI Jakarta
2012 Putaran Kedua 60
Tabel 3.1 Gambaran Perilaku Memilih Masyarakat Marginal DKI Jakarta
dalam Pemilukada tahun 2012 -- 69
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
ABSTRAK
NATANA EL ANDI KURNIAWAN, D0208086, KOMUNIKASI DAN KEPUTUSAN MEMILIH (Studi Tentang Bagaimana Komunikasi Interpersonal dan Komunikasi Massa Berpengaruh Terhadap Keputusan Memilih Di Kalangan Marginal Dalam Pemilihan Kepala Daerah DKI Jakarta 2012), Skripsi, Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2012. Komunikasi merupakan ciri khas manusia sebagai makhluk sosial. Manusia menggunakan komunikasi dalam setiap aspek kehidupannya, termasuk dalam partisipasi politik seseorang pasti ada proses komunikasi yang terjadi sebelumnya. Proses Komunikasi juga berperan dalam keputusan memilih masyarakat marginal pada Pemilukada DKI Jakarta 2012. Pengaruh / Efek yang timbul dari komunikasi itu sendiri dapat dilihat dari perilaku pemilih pada saat hari pemungutan suara. Berdasarkan uraian diatas, permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimana kecenderungan perilaku pemilih masyarakat marginal pada Pemilukada DKI Jakarta 2012, dan sejauh mana proses komunikasi dapat mempengaruhi keputusan memilih masyarakat marginal pada Pemilukada DKI Jakarta 2012. Metode yang paling tepat untuk menjawab permasalahan tersebut adalah dengan menggunakan metode studi kasus karena fokus penelitian terletak pada fenomena kontemporer yang terjadi hanya sekali. Sementara pengumpulan data menggunakan metode wawancara mendalam, observasi, dan studi literatur yang terkait dengan tema penelitian ini. Penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling yakni memilih sejumlah informan yang memenuhi syarat, sementara validitas data diuji melalui teknik triangulasi sumber (data) dan analisa menggunakan model interaktif Miles dan Huberman. Temuan pada penelitian ini menunjukkan bahwa proses komunikasi, baik interpersonal maupun massa berpengaruh dalam menentukan keputusan memilih masyarakat marginal pada Pemilukada DKI Jakarta 2012. Namun pengaruh yang dihasilkan berbeda-beda pada setiap individu dan memiliki pola yang berbeda-beda. Komunikasi Interpersonal merupakan proses komunikasi yang paling efektif dalam mempengaruhi keputusan memilih tergantung pada tipe pemilih itu sendiri. Sementara Kampanye publik yang menghabiskan banyak uang terbukti tidak efektif dan Media Massa punya pengaruh pada keputusan memilih walaupun dalam kadar yang terbatas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
ABSTRACT
NATANA EL ANDI KURNIAWAN, D0208086, COMMUNICATION AND VOTING DECISION (Study about Interpersonal Communication and Mass
Governor Election 2012), Thesis, Communications Science Majors, Social and Political Science Faculty, Sebelas Maret University, 2012 Communication is characteristic of humans as social beings. People use communication in every aspect of life, including on political participation. Despite of that it must be there is communication occurred during or earlier. Then, Communication also plays a role in the decision that marginal society vote for, on
communication could be seen on voting behavior when the Election Day comes. Based on description above, problems that would be focus on this research
could influence marginal society to decide who will they vote for. The most ideal method to answer these problems is case study methods because the research is focused to contemporary phenomenon that could be only happen once. Collecting data using in-depth interviews, observations, and literature related to the research. This research used purposive sampling which means choosing qualified informant as many as needed, while data validity is tested by data triangulation, and then analysis using Interactive Model of Miles and Huberman. This research found that the process of communication, both of interpersonal communication and mass communication have affected on decide to vote by marginal society on DKI Jakarta Governor Election 2012. However, the effect that may happen doing different on each person and have different pattern so. Interpersonal Communication is the most effective in influencing the vote decision, but also depends on their type of voter. While Public Campaign that spends more money that anything else may the most ineffective to influence people, and the Mass Media is proved can make effect on vote decisions even though not as effective as Interpersonal Communication could do.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dewasa ini media massa telah mengubah kehidupan sosial masyarakat.
Informasi yang diberikan media massa mampu mengubah opini publik mengenai
fakta yang ada. Media massa juga berperan dalam Pemilu, menyebarkan informasi
kepada khalayak baik berupa pemberitaan dan juga iklan politik. Dewasa ini
media massa telah menjadi referensi khalayak untuk bertindak dalam pemilu.
Padahal jenis komunikasi yang paling efektif adalah komunikasi interpersonal.
Komunikasi interpersonal dianggap mampu memberikan pesan persuasif yang
mampu mengubah perilaku seseorang.
Pada tahun 2012 ini, DKI Jakarta menyelenggarakan Pemilukada untuk
memilih gubernur dan wakil gubernur yang baru. Fauzi Bowo maju sebagai
incumbent namun memilih wakil yang berbeda dengan menggandeng tokoh
Betawi lainnya Nachrowi Ramli. Sementara itu perubahan dalam Undang-undang
Nomor 22 tahun 2007 juga memungkinkan calon non-partai atau lebih dikenal
dengan calon independen untuk maju sebagai pasangan calon gubernur dan wakil
gubernur.
Pemilukada DKI Jakarta 2012 berlangsung dalam dua periode setelah pada
periode pertama yang diselenggarakan pada Rabu, 11 Juli 2012 tidak ada satupun
pasangan calon yang memenuhi syarat 50+1, maka ditetapkan dua pasangan calon
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
teratas untuk mengikuti pemilukada putaran kedua yang diselenggarakan pada
Kamis, 20 September 2012.
Pada putaran pertama, pasangan Joko Widodo dan Basuki Tjahaja
Purnama berhasil mengungguli lima pasangan lainnya termasuk pasangan
incumbent Fauzi Bowo dan Nachrowi Ramli. Hasil ini bertolak belakang dengan
hasil survey beberapa lembaga survey yang dilakukan sebelum Pemilukada. Pada
survei-survei tersebut pasangan Fauzi Bowo dan Nachrowi Ramli diunggulkan
diatas lima pasangan calon lainnya.
Pada pemilukada DKI Jakarta tahun 2012 putaran pertama ini juga
terdapat fakta menarik, yaitu keberhasilan pasangan calon independen Faisal Basri
dan Biem Benyamin, untuk mengungguli pasangan calon yang diusung oleh
banyak partai, Alex Noerdin dan Nono Sampono. Fenomena ini menarik karena
dalam pemilukada, calon independen hanya dianggap sebagai pelengkap, karena
tidak memiliki modal politik yang kuat seperti halnya calon yang berasal dari
partai. Bahkan ada anggapan yang menyatakan bahwa calon independen tidak
mungkin menang untuk melawan calon dari partai karena tidak punya uang untuk
membeli massa.
Lain halnya dengan pasangan calon Hidayat Nur Wahid dan Didik J.
Rachbini yang diusung Partai Keadilan Sejahtera yang notabene mempunyai basis
massa yang kuat di Jakarta. Pasangan ini ternyata tidak mendapat suara yang
signifikan dan hanya mampu berada di posisi 3, dibawah pasangan Joko Widodo
Basuki Tjahaja Purnama dan Fauzi Bowo Nachrowi Ramli.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Pada putaran kedua, terjadi komunikasi politik yang intens antara
pasangan calon yang lolos dengan pasangan calon yang tidak lolos bersama partai
yang mendukungnya. Hasilnya, pasangan calon Fauzi Bowo dan Nachrowi Ramli
berhasil mendapat dukungan dari hampir semua calon, kecuali pasangan calon
independen Faisal Basri dan Biem Benjamin yang tidak menyatakan sikap untuk
mendukung siapapun, dan pasangan calon Hendardji Soepandji dan Riza Patria
yang memilih untuk mendukung Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama,
walaupun suaranya tidak signifikan bila dibandingkan suara dari calon lainnya.
Hal ini mengubah pemetaan persaingan antara kedua calon yang lolos, dimana
pasangan calon Fauzi Bowo dan Nachrowi Ramli diunggulkan karena mempunyai
dukungan mayoritas partai, sama seperti Pemilukada DKI Jakarta tahun 2007
yang lalu. Namun dalam beberapa hasil survei yang dirilis sebelum Pemilukada
putaran kedua, masih menunjukkan bahwa pasangan calon Joko Widodo dan
Basuki Tjahaja Purnama masih unggul tipis dibanding kandidat lainnya Fauzi
Bowo dan Nachrowi Ramli.
Kampanye yang berlangsung pada putaran kedua juga berlangsung panas
dan cenderung ke arah yang negatif. Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) sempat
memeriksa Rhoma Irama terkait dakwahnya yang bersifat SARA terhadap calon
wakil gubernur Basuki Tjahaja Purnama. Fakta lain juga menunjukkan bahwa
sering terjadi black campaign untuk menyerang pasangan calon.
Pada putaran kedua yang diselenggarakan pada 20 September 2012, hasil
survey sebelumnya terbukti setelah pasangan Joko Widodo dan Basuki Tjahaja
Purnama mengungguli pasangan Fauzi Bowo dan Nachrowi Ramli. Namun jika
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
dilihat dari perolehan suara, terlihat bahwa penambahan perolehan suara lebih
banyak didapatkan pasangan calon Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli yang naik dari
34,05% menjadi 46,18%, dibandingkan Joko Widodo-Basuki Tjahaja Purnama
yang hanya naik dari 42,60% menjadi 53,82%.
Terpilihnya pasangan calon Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama
menimbulkan banyak fenomena menarik dalam Pemilukada DKI Jakarta tahun
2012 dimana pasangan incumbent kalah dalam dua putaran. Hasil yang juga
berbanding terbalik dengan hasil survei yang dirilis oleh berbagai lembaga survei
yang terpercaya. Fenomena yang menarik juga dapat dilihat dari unggulnya
pasangan calon independen Faisal Basri Biem Benjamin atas pasangan calon
yang didukung oleh banyak partai, Alex Noerdin-Nono Sampono. Fenomena ini
menarik karena pasangan calon independen biasanya tidak popular di Masyarakat
masyarakat. Pasangan calon Faisal Basri-Biem Benjamin menggunakan media
kampanye sosial media yang murah, dibantu oleh volunteer yang mempunyai
sasaran Masyarakat menengah. Hal ini terbukti berhasil menggaet suara sebanyak
4,87%, yang oleh Faisal Basri disebut kemenangan mereka mampu mendapatkan
suara sebanyak itu. Strategi kampanye ini memang berhasil menggaet Masyarakat
menengah, namun dianggap belum efektif karena sebagian besar masyarakat
Jakarta adalah Masyarakat marginal yang tidak mengenal sosial media dan
sebagainya. Namun keberhasilan Faisal Basri dan Biem Benjamin untuk
mendapatkan suara 4,87% dianggap sebagai awal yang baik dimana Masyarakat
menengah yang sebelumnya acuh terhadap pemilu dan pemilukada, pada
pemilukada kali ini lebih aktif untuk menggunakan hak suaranya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
Kemenangan Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama juga berarti
terjadi perubahan arah perilaku pemilih yang memilih bukan berdasarkan partai
yang mengusungnya. Pasangan Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama hanya
diusung dua partai (PDIP dan Gerindra) yang bahkan tidak punya banyak kursi di
DPRD. Sementara pasangan calon Hidayat Nur Wahid dan Didik J. Rachbini
yang didukung oleh Partai Keadilan Sejahtera yang mempunyai basis massa yang
kuat di DKI Jakarta justru perolehan suaranya tidak signifikan. Sementara pada
putaran kedua, pasangan calon Fauzi Bowo dan Nachrowi Ramli yang didukung
oleh mayoritas partai juga akhirnya harus kalah dari pasangan Joko Widodo dan
Basuki Tjahaja Purnama yang tidak memperoleh tambahan dukungan yang
signifikan. Fenomena ini membuktikan bahwa politik partai sudah tidak relevan
lagi di Indonesia.
Pemilukada yang berlangsung dalam dua periode juga berdampak pada
adanya swing voters, yaitu pemilih yang mengubah pilihannya dari pemilukada
putaran pertama ke putaran kedua. Oleh beberapa pakar komunikasi politik, swing
voters dianggap berpengaruh pada perolehan suara pasangan calon.
Fenomena menarik dalam pemilukada ini adalah bagaimana media massa
secara intens memberikan informasi kepada masyarakat mengenai pasangan calon
yang akan bertarung. Baik buruknya pemberitaan media massa berpengaruh pada
kredibilitas pasangan calon tersebut, dan bahkan bisa mempengaruhi pilihan
pemilih. Dalam konteks Pemilukada DKI Jakarta, media massa berperan sangat
aktif baik dalam pemberitaan maupun iklan politik. Hal ini memudahkan calon
pemilih untuk mendapatkan informasi yang sebanyak-banyaknya mengenai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
pasangan calon. Keaktifan media massa bisa dilihat dari naiknya pencitraan Joko
Widodo karena pemberitaan media massa yang cenderung positif mengenai
dirinya.
Sementara itu komunikasi interpersonal masih menjadi ujung tombak
perubahan perilaku seseorang termasuk dalam menentukan pilihan pada
pemilukada DKI Jakarta 2012. Pesan yang disampaikan oleh orang terdekat lebih
dipercayai, dan karena dalam komunikasi interpersonal, seseorang tidak hanya
mengirim pesan melainkan juga menerima pesan. Hal ini mempermudah
pertukaran makna yang mampu berpengaruh terhadap perilaku seseorang
termasuk dalam menentukan keputusan memilih.
Dari fenomena-fenomena yang terjadi pada Pemilukada DKI Jakarta tahun
2012, kemudian timbul pertanyaan, bagaimanakah keputusan untuk memilih
diambil oleh para pemilih yang berasal dari Masyarakat marginal? Berpijak pada
pertanyaan tersebut, maka penulis memilih judul KOMUNIKASI DAN
KEPUTUSAN MEMILIH: Studi Tentang Komunikasi Interpersonal dan
Komunikasi Massa Berpengaruh Terhadap Keputusan Memilih Di Masyarakat
Marginal Dalam Pemilihan Kepala Daerah DKI Jakarta 2012 sebagai judul
penelitian ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang tersebut, penulis dapat merumuskan masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana proses komunikasi interpersonal dan media massa dalam
mempengaruhi keputusan memilih masyarakat dalam pemilukada DKI Jakarta
2012?
2. Bagaimanakah partisipasi politik dan perilaku memilih masyarakat pada
pemilukada DKI Jakarta 2012?
3. Bagaimana referensi dan informasi diperoleh masyarakat dalam pemilukada
DKI Jakarta tahun 2012?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk memperoleh gambaran proses komunikasi interpersonal dan media
massa dalam mempengaruhi keputusan memilih masyarakat dalam
pemilukada DKI Jakarta 2012
2. Untuk memperoleh gambaran partisipasi politik dan perilaku memilih
masyarakat dalam pemilukada DKI Jakarta tahun 2012
3. Untuk memperoleh gambaran referensi dan informasi yang diperoleh
masyarakat dalam pemilukada DKI Jakarta tahun 2012
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini dibuat dengan harapan dapat memberikan manfaat yang
meliputi:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
1. Manfaat Akademis
a. Penelitian ini dianggap dapat menambah dan melengkapi kajian tentang
pemilukada, sekaligus menjadi pembelajaran bagi peneliti dalam
mengaplikasikan teori komunikasi.
b. Penelitian ini dapat membuka cakrawala baru mengenai pola pengaruh
komunikasi interpersonal dan massa dalam membentuk perilaku memilih
pada khususnya
2. Manfaat Praktis
a. Sebagai salah satu prasyarat untuk memenuhi gelar sarjana Ilmu
Komunikasi
b. Sebagai sarana pengembangan ilmu bagi penulis secara pribadi
c. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan bagi masyarakat
mengenai perilaku pemilih dalam pemilu.
E. Kerangka Berpikir
Keputusan seorang pemilih untuk memilih dalam Pemilu didasari oleh
beberapa hal yang bisa dijadikan referensi seperti informasi dari media massa,
kesamaan antara calon dan pemilih, dan juga pengaruh dari orang dekat pemilih.
Dalam keputusan yang diambil oleh pemilih, didasari proses komunikasi yang
terjadi sebelumnya. Dalam hal ini berarti keputusan memilih adalah sebuah efek
yang dihasilkan sebuah proses komunikasi. Penelitian ini akan membuktikan
sejauh mana efek / pengaruh yang dihasilkan proses komunikasi dalam keputusan
memilih yang diambil oleh masyarakat marginal pada Pemilukada DKI Jakarta
2012.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
Adapun kerangka pemikiran proses komunikasi yang berdampak pada
pengambilan keputusan dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran Penelitian
F. Tinjauan Pustaka
1. Komunikasi
Definisi komunikasi menurut Onong Uchjana Effendi adalah proses
penyampaian lambang-lambang yang mengandung makna yang sama oleh
seseorang kepada orang lain, baik agar mengerti maupun agar berubah tingkah
lakunya.
Model Komunikasi terdiri dari empat unsur utama yaitu sumber (the
source), pesan (the message), saluran (the channel) dan penerima (the receiver).
Singkatnya proses komunikasi adalah ketika sumber menyampaikan pesan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
melalui saluran kepada penerima pesan, kemudian muncul efek (effect) dan
umpan balik (feedback).
Communication is the transmission ofmeaning from one person to another or to many people, whether verbally or non-verbally. Communication from one person to another is commonly depicted as a simple triangle consisting of the context, the sender, the massage, and the receiver (Barrett, 2006: 386)
Sementara itu Harold D. Laswell menunjukkan komunikasi dengan
.
Definisi yang disampaikan oleh Schramm dan Laswell mempunyai kesamaan,
yaitu menekankan pada efek yang terjadi pada proses komunikasi. Dari definisi
tersebut juga dapat dimengerti bila saluran dapat mempengaruhi efek yang terjadi
dalam proses komunikasi. Komunikasi selalu mengandung tujuan tertentu entah
itu hanya untuk menginformasikan, mengubah persepsi, opini, dan perilaku.
Sejumlah hambatan dapat memperlambat atau mengacaukan proses
komunikasi, antara lain: Penyaringan, dimana orang cenderung hanya
menyampaikan pesan yang ingin ia sampaikan, padahal ada pesan lain yang
seharusnya disampaikan; Persepsi Selektif, dimana penerima pesan cenderung
menafsirkan pesan sesuai dengan kepentingan dan harapan-harapannya; dan
Emosi, yang akan mempengaruhi bagaimana proses komunikasi itu bisa berjalan
efektif; Bahasa, perbedaan bahasa dapat menghambat proses komunikasi itu
sendiri.
Dalam penelitian ini komunikasi yang terjadi adalah komunikasi politik.
Dan Nimmo memandang komunikasi politik sebagai proses komunikasi yang
bersifat politis atas dasar konsekuensi aktual dan potensial, yang mengatur
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
perbuatan manusia dalam kondisi konflik (Nimmo, 1999:19). Sementara itu
sebagai suatu proses, komunikasi politik melibatkan lima unsur, yakni
komunikator politik, pesan politik, saluran, situasi atau konteks, dan pengaruh
atau efek (Pawito, 2009:6).
Dalam masa pemilihan, baik legislatif, presiden, maupun pemimpin
daerah, komunikasi politik bertujuan untuk menarik simpati khalayak dalam
rangka menggalang suara sebanyak-banyaknya. Dampak komunikasi politik dapat
dilihat dari hasil pemungutan suara.
Kampanye adalah bentuk komunikasi politik dalam pemilu yang bertujuan
mempengaruhi calon pemilih. Kampanye dilakukan oleh partai politik, kandidat,
tim sukses, dan relawan yang bertindak sebagai komunikator politik. Namun
diluar itu ada juga komunikator politik yang tidak berhubungan dengan kandidat.
Dan Nimmo menyatakan komunikasi interpersonal orang terdekat juga mampu
menjadi saluran utama komunikasi politik. Dalam keluarga misalnya, pilihan
sesama anggota keluarga biasanya homogeny. Kelompok sebaya atau teman atau
tetangga juga mampu menjadi komunikator politik. Kesamaan pemikiran
membuat proses komunikasi politik terjadi dengan lancar, pertukaran informasi
dapat terjadi antar sesama teman. Sementara itu bentuk komunikasi politik juga
dapat ditemui dalam media massa, yakni dalam bentuk iklan politik dan juga
pemberitaan media massa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
2. Komunikasi Interpersonal
Komunikasi Interpersonal yang dimaksud adalah komunikasi yang terjadi
antara dua orang atau lebih secara tatap muka. Menurut sifatnya komunikasi
interpersonal terbagi menjadi dua jenis yakni komunikasi diadik (dyadic
communication) yang terdiri hanya dari dua orang dan komunikasi kelompok
kecil (small group communication) (Cengara, 2007:32)
Menurut West & Turner (2009:10) definisi komunikasi interpersonal
adalah proses interaksi antara dua orang untuk membentuk dan mempertahankan
sebuah makna yang dibagi. West & Turner dalam bukunya, Understanding
Interpersonal Communication (2009) membagi komunikasi interpersonal dalam
beberapa elemen penting, yaitu proses dalam komunikasi interpersonal selalu
dinamis berubah-ubah dan terus dilakukan, pertukaran pesan yaitu interaksi antar
pesan nonverbal dan verbal akan dilakukan secara serempak, dan arti pesan yang
merupakan elemen penting karena komunikator harus mengetahui inti pesan
tersebut agar tidak terjadi salah paham.
Komunikasi interpersonal sangat potensial untuk menjalankan fungsi
instrumental sebagai alat untuk mempengaruhi atau membujuk orang lain, karena
kita dapat menggunakan kelima alat indera kita untuk mempertinggi daya bujuk
pesan yang komunikator komunikasikan kepada komunikan. Sebagai komunikasi
yang paling lengkap dan paling sempurna, komunikasi interpersonal berperan
penting hingga kapanpun, selama manusia masih mempunyai emosi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Pengaruh atau efek komunikasi interpersonal dapat diartikan sebagai
proses pertukaran makna antara dua orang yang saling berkomunikasi. Pengertian
proses dalam komunikasi interpersonal adalah tindakan mengirim dan menerima
pesan secara terus menerus. Nurudin mencirikan komunikasi interpersonal
mempunyai struktur jaringan yang tertentu (keluarga, suku, kerabat, dan
sebagainya) yang punya ikatan yang sangat kuat. Keterikatan dari orang-orang
terdekat ini dapat mempengaruhi keberhasilan proses komunikasi itu sendiri.
Kedekatan antar komunikator dan komunikan dapat mempermudah proses
komunikasi itu sendiri karena mereka cenderung mempercayai perkataan orang
terdekat mereka (Nimmo, 2000:10).
Proses komunikasi interpersonal dimulai dari pengirim pesan
(komunikator) kemudian mengirimkan pesan kepada penerima pesan (komunikan)
melalui saluran dan penerima pesan menafsirkan pesan tersebut untuk bertindak
(diharapkan) sesuai yang diinginkan pengirim pesan.
Proses komunikasi berasal dari tindakan, pengalaman, kepribadian,
kebudayaan yang ditafsirkan dalam bentuk pesan kemudian dikirimkan kepada
orang lain yang kemudian menafsirkan pesan tersebut menjadi tindakan,
pengalaman, kepribadian, dan kebudayaan. Proses ini berlangsung berulang-
ulang. Agar proses komunikasi berjalan efektif, yang dibutuhkan adalah perhatian,
pengertian, penerimaan, dan tindakan.
Menurut West & Turner (2009), dalam komunikasi interpersonal ada
beberapa prinsip yang harus diperhatikan, antara lain:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
1. Unavoidable
Komunikasi interpersonal tidak dapat dihindari karena manusia tidak dapat
hidup tanpa berkomunikasi dengan sesamanya.
2. Irreversible
Apa yang sudah diucapkan tidak dapat ditarik lagi
3. Symbolic
Dalam komunikasi interpersonal menggunakan symbol yang sudah diketahui,
disetujui dan dipakai oleh banyak orang karena partisipannya melalui taraf
proses
4. Ruled Governed
Komunikasi interpersonal diatur oleh aturan-aturan baik tertulis maupun tidak
tertulis yang harus ditaati.
5. Has Both Content
Komunikasi interpersonal mengandung pesan dalam setiap proses
komunikasi. Hal ini berarti setiap komunikator juga dapat menjadi
komunikan, dan begitu juga sebaliknya.
6. Relationship Level
Dalam proses komunikasi interpersonal, kedekatan hubungan antara
komunikator dan komunikan berpengaruh dalam penyampaian pesan.
Semakin dekat relasinya, semakin mudah penyampaian pesan dilakukan.
3. Komunikasi Massa
Komunikasi massa didefinisikan sebagai proses komunikasi melalui media
massa dengan tujuan menyampaikan informasi (pesan) kepada khalayak luas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Sementara menurut C. Sardjono dan Pawito dalam komunikasi massa unsur
terpenting adalah media massa yaitu alat-alat yang dapat digunakan komunikator
untuk mencapai jumlah penerima yang banyak dalam waktu yang relatif singkat.
Alat yang dimaksud adalah surat kabar, majalah, radio, televisi, internet dan
sebagainya. Model komunikasi massa pada dasarnya memiliki lima elemen yaitu
masukan dari sumber berita, organisasi media massa, pesan yang disampaikan,
khalayak sebagai penerima pesan, dan pesan balik.
Media massa pada awalnya merupakan teknologi modern yang digunakan
badan usaha atau lembaga pemerintah yang memungkinkan mereka untuk
menyebarluaskan pesan yang sama ke banyak khalayak secara geografis. Pada
awalnya, teknologi ini hanya dalam bentuk cetak yang kemudian berkembang
menjadi televisi dan sekarang internet.
communication technology is its capacity to expand social relations beyond the clan, the tribe, and the local community. While ancient empires were built on military force and the loyalty of a small number of chieftains to a central authority, the typical social unit today covers far more territory and embraces more people than could once have been thought possible. This expansion is not just a matter of size, but also one of density. Individuals different in background, orientation, and skill, clustered in and around urban centers, have become more interdependent, and also, though only indirectly, mor (Kurt Lang, 2009:3)
Dalam proses komunikasi massa, jumlah penerima pesan banyak, tersebar
dalam area geografis yang sangat luas, sifatnya heterogen namun memiliki minat
yang sama terhadap suatu hal. Oleh karena itu peran media massa seperti surat
kabar, televisi, dan internet menjadi sangat vital dalam proses komunikasi massa.
Komunikator dalam komunikasi massa dapat berbentuk institusi atau lembaga,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
pribadi, dan intitusi media massa. Pesannya bersifat umum dan dapat diterima
oleh siapa saja yang mengakses media massa, disampaikan secara serentak dalam
waktu yang bersamaan. Umpan balik dalam komunikasi massa tidak bisa
dilakukan secara langsung, kecuali dalam acara televisi yang menyediakan akses
interaktif melalui media telepon dan internet. Terlepas dari pengecualian tersebut,
umpan balik dalam komunikasi massa bersifat tunda dan malah terkadang tidak
ada. Bahkan untuk mengetahui umpan balik harus dilakukan penelitian atau
survei.
Denis McQuail (1996:7) menyatakan komunikasi massa merupakan proses
komunikasi yang berlangsung dalam tingkat masyarakat luas yang identifikasinya
ditentukan oleh ciri khas institusionalnya (gabungan antara tujuan, organisasi, dan
kegiatan sebenarnya.
Sementara itu, Rodman (2006:8) dalam bukunya Mass Media in A
Changing World menyebutkan perbedaan komunikasi massa dengan jenis
komunikasi lain : (1) Karena sifatnya yang satu arah maka proses umpan balik
berjalan lamban, (2) Mempunyai efek yang besar dan meluas, walaupun efek yang
didapatkan tidak sebesar komunikasi interpersonal, (3) Proses encoding dan
decoding pesan dalam komunikasi massa melalui beberapa tahapan dengan
kemungkinan gangguan yang terjadi, (4) Pesan yang disampaikan mahal
harganya, namun efektif, (5) Komunikan bisa bebas memilih pesan mana yang
ingin ia terima.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
Peran media massa dalam kehidupan sosial bukan hanya sebagai hiburan,
namun informasi didalamnya juga mempunyai peran yang signifikan dalam proses
sosial. Informasi yang disampaikan oleh media massa akan mempengaruhi realitas
subyektif khalayak. Realitas yang dibentuk oleh media massa ini juga akan
mendasari respon dan sikap khalayak untuk bertindak. Oleh karena itu, media
massa dituntut untuk menyampaikan informasi secara aktual dan tepat.
Peran yang dimainkan media massa, selain membentuk citra ke arah yang
dikehendaki media tersebut, juga mempertahankan citra yang sudah dimiliki
khalayak. Media massa mencerminkan citra khalayak dan khalayak
memproyeksikan citranya pada informasi yang disampaikan media massa.
Ada banyak teori mengenai komunikasi massa, dan efeknya kepada
khalayak. Teori Peluru atau Jarum Hipodermik adalah teori yang pertama kali
muncul pada tahun 1970-an. Teori ini mengasumsikan bahwa media mempunyai
kekuatan yang sangat perkasa, komunikan dianggap pasif atau tidak tahu apa-apa.
Asumsi utama teori ini adalah khalayak tidak mampu menolak terpaan media.
Teori ini sesuai dengan model komunikasi satu tahap (One Step Flow
Communication) dimana pesan disampaikan oleh media massa secara langsung
kepada khalayak, namun dalam perkembangannya pesan yang disampaikan tidak
selalu sampai kepada khalayak, dan efek yang ditimbulkan tidak sesuai yang
diharapkan.
Oleh penemunya, Wilbur Schramm, teori ini dicabut olehnya karena
ternyata khalayak tidak pasif. Pernyataan ini kemudian didukung oleh Paul
Lazarsfeld dan Raymond Bauer. Lazarsfeld menyatakan bahwa yang terjadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
setelah khalayak menerima terpaan media tidak selalu sesuai yang diharapkan
komunikator, kadang kala efek yang timbul justru berlawanan dengan yang
diharapkan. Hal ini yang mendasari munculnya teori limited effect yakni efek
yang muncul seringkali terbatas, atau kecil.
Teori Jarum Suntik kemudian dengan tegas dibantah oleh teori baru yakni
teori proses selektif dimana orang cenderung melakukan selective exposure
(terpaan selektif). Dalam teori ini Khalayak berperan aktif dengan cenderung
menolak pesan di media massa yang berbeda dengan apa yang mereka percaya.
Model Komunikasi Dua Tahap (Two Step Flow of Communication) dalam
prosesnya melalui dua tahap, yakni: tahap pertama, dari sumber informasi
melalui media massa ke opinion leader, proses ini disebut proses pengalihan
informasi; tahap kedua adalah proses penyebarluasan pengaruh dari opinion
leaders kepada pengikutnya. Model ini mempunyai kelemahan, yakni: model ini
menganggap khalayak yang aktif mencari informasi hanya opinion leader,
sementara lainnya bersifat pasif padahal media massa dewasa ini sudah
mempunyai kredibilitasnya sendiri, dan khalayak dapat mendapatkan informasi
langsung dari media massa tanpa bantuan dari opinion leader; kritik utama
terhadap model komunikasi ini adalah kenyataannya bahwa proses komunikasi
tidak berjalan sesederhana dua tahap, melainkan banyak tahap.
Kelemahan terhadap model komunikasi dua tahap kemudian membawa
model komunikasi baru yakni model komunikasi banyak tahap (Multi Step Flow
of Communication) yang menyatakan bahwa proses komunikasi yang terjadi
dapat melalui saluran yang berganti-ganti. Artinya, beberapa komunikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
menerima pesan melalui media massa lalu menyebarkannya kepada komunikan
lain. Dalam hal ini bisa keluarga, teman, tetangga, dan orang-orang terdekat.
4. Peran Media Massa Dalam Pemilu
Dalam pemilihan umum, media massa memiliki peran sebagai lembaga
informasi, berperan dalam menyampaikan informasi secara aktual dan tepat
kepada khalayak. Selain itu media massa juga berperan sebagai pengawas
pelaksanaan pemilihan umum itu sendiri. Dalam skala makro, peran media massa
dalam pemilu erat kaitannya dengan agenda elit politik dan partai politik. Dalam
skala mikro, media massa berperan dalam kepentingan masyarakat untuk
menentukan keputusan memilih (Green-Pedersen, 2010:663).
Ketika pemilu, politikus ataupun partai politik yang berlaga akan
menggantungkan citra mereka kepada media massa. Media massa punya kekuatan
untuk membuat khalayak percaya dengan informasi didalamnya. Media massa
jelas berpengaruh pada berhasil atau tidaknya kandidat dan partai politik dalam
pemilu. Perhatian media massa terhadap suatu isu terkait kandidat calon maupun
partai politik dapat berpengaruh besar. Walaupun begitu dapat dipahami apabila
pengaruh yang ditimbulkan media massa hanya sementara.
indicates that the power of the mass media in contemporary politics is more limited than is often assumed. Mass media attention to an issue is a powerful force in contemporary politics, but understanding the conditionality of media power is crucial. In this regard, the fact that this study points to a party political conditionality is central. It has been customary to view political parties and party politics as being of declining relevance for understanding contemporary West European politics. This declining relevance is often related to the increasing power of the mass
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
media, which is commonly perceived as almost being a fact of contemporary politics. This study, however, shows that party politics remains crucial for understanding the dynamics between the mass media
(Green-Pedersen, 2010:677)
Dalam konteks pemilu, media massa punya posisi sentral dalam
peranannya menyebarkan informasi kepada khalayak. Media massa merupakan
saluran komunikasi yang banyak digunakan untuk kepentingan politik karena
sifatnya yang mampu membawa pesan kepada khalayak secara massif. Pada
periode pemilihan, peran media massa sangat vital dan istimewa karena calon
pemilih yang berusaha mencari informasi mengenai pemilihan dan kandidat yang
maju di pemilihan akan menggunakan media massa sebagai sumber informasi
mereka. Media massa dianggap menyediakan sumber informasi yang kompeten,
pandangan dan penilaian mengenai kandidat yang maju dalam pemilihan (Pawito,
2009:173).
Media massa memiliki kekuatan untuk membentuk opini publik. Dalam
konteks pemilihan umum, informasi yang disampaikan media massa dapat
mempengaruhi partisipasi politik khalayak. Dalam pemilihan umum, media massa
seringkali dimanfaatkan oleh peserta pemilu untuk menyampaikan visi, misi, dan
janji politiknya. Dari sini khalayak yang menerima pesan dapat memilih peserta
pemilu sesuai dengan karakteristik yang diinginkannya.
Media massa juga berperan dalam kampanye politik. Roger dan Storey
(Antar Venus, 2004: 7) memberi pengertian kampanye sebagai serangkaian
tindakan komunikasi yang terencana dengan tujuan menciptakan efek tertentu
pada sejumlah besar khalayak yang dilakukan secara berkelanjutan pada kurun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
waktu tertentu. Melalui media massa tujuan kampanye akan sangat mudah
tercapai karena sifat-sifat media massa sesuai dengan karakteristik kampanye.
Media massa dalam memberitakan informasi terkait pemilu harusnya
netral. Namun pada pelaksanaannya media massa seringkali berpihak pada salah
satu peserta. Hal ini tidak bisa dipungkiri karena kepentingan yang terjadi didalam
media massa itu sendiri. Misalnya, pemilik media massa tersebut adalah salah satu
peserta pemilu.
Menurut McQuail, secara umum media massa memiliki berbagai fungsi
bagi khalayaknya yaitu pertama, sebagai pemberi informasi; kedua, pemberian
komentar atau interpretasi yang membantu pemahaman makna informasi; ketiga,
pembentukan kesepakatan; keempat, korelasi bagian-bagian masyarakat dalam
pemberian respon terhadap lingkungan; kelima, transmisi warisan budaya; dan
keenam, ekspresi nilai-nilai dan simbol budaya yang diperlukan untuk
melestarikan identitas dan kesinambungan masyarakat.
Berdasarkan fungsi media massa yang dikemukakan Denis McQuail,
media massa bertanggung jawab untuk menyampaikan informasi yang benar agar
khalayak melihat dengan apa adanya. Media massa seharusnya dilarang untuk
menunjukkan keberpihakan kepada salah satu peserta pemilu sehingga pemilih
tidak terjebak dalam realitas media yang bukan kenyataan yang sebenarnya.
Norton Long mengungkapkan media massa sebagai penggerak utama
dalam menentukan agenda seseorang tentang apa yang dikatakan, atau lakukan
mengenai suatu fakta yang ada. Pemikiran Long ini tidak dapat dipisahkan dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
anggapan Lippmann tentang peranan media massa yang ikut membentuk picture
in our head (Suwardi, 1993:72). Segala pesan yang khalayak terima dari media
massa akan mempengaruhi khalayak dalam berpikir dan bertindak.
Dampak media massa dalam pemilu sudah sejak lama menjadi obyek
penelitian para peneliti di berbagai Negara. Penelitian-penelitian tersebut biasanya
diarahkan pada peran media massa yang berupa perubahan opini, sikap, dan
perilaku yang terjadi segera setelah khalayak menerima pesan dari media massa.
Penelitian ini dilakukan dari masa ke masa untuk menentukan efek dari media
massa. Uniknya, pada satu hasil penelitian menunjukkan efek yang dimunculkan
sangat besar (Powerfull effect), tapi pada penelitian yang lain bisa saja hasilnya
menunjukkan efek sedang (medium effect), dan efek kecil (limited effect).
5. Masyarakat Marginal
Masyarakat marginal identik dengan kemiskinan. Masyarakat marginal
sendiri sering diartikan sebagai kelompok masyarakat yang hidup berada dan
dibawah garis kemisikinan. Pun definisi mengenai kemiskinan sudah mengalami
perluasan, seiring dengan kompleksnya indikatornya. Definisi kemiskinan tidak
lagi hanya kurang secara ekonomi, namun juga sosial, kesehatan, pendidikan, dan
politik. Definisi kemiskinan menurut UNDP adalah ketidakmampuan untuk
memperluas pilihan-pilihan hidup, antara lain dengan memasukkan penilaian tidak
adanya partisipasi dalam pengambilan kebijakan publik. Sementara Biro Pusat
Statistik mendefinisikan kemiskinan sebagai ketidakmampuan seseorang atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
kelompok untuk memenuhi standar minimum kebutuhan dasar yang meliputi
kebutuhan makan maupun non makan.
Kenyataannya di kota besar di Negara berkembang, pertumbuhan
penduduk sangat tinggi, namun tidak diimbangi dengan tingkat pertumbuhan
ekonomi yang tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa lapangan pekerjaan tidak
sebanding jumlahnya dengan penduduk yang terus meningkat. Belum lagi, kota-
kota besar menarik minat kaum urban untuk mengadu nasib, yang menyebabkan
jumlah lapangan pekerjaan dan penduduk kota semakin tidak seimbang.
Pembangunan kota besar yang hanya menekankan pada aspek pertumbuhan
ekonomi secara fisik ternyata dalam banyak hal justru melahirkan orang miskin
baru, masyarakat rentan, dan masyarakat pinggiran di perkotaan yang disebut
dengan masyarakat marginal.
Masyarakat marginal lazimnya hidup di pinggiran perkotaan. Kemiskinan
adalah ciri utama masyarakat marginal, namun masyarakat marginal sebenarnya
lebih dari sekedar fenomena ekonomi. Esensi dari masyarakat marginal adalah
menyangkut kemungkinan orang miskin untuk melangsungkan dan
mengembangkan taraf kehidupannya.
Di kota besar, golongan masyarakat marginal umumnya adalah kaum
urban, yang biasanya bekerja sebagai pedagang kaki lima, buruh, penghuni
pemukiman kumuh, dan pedagang asongan yang umumnya tidak memiliki
pendidikan yang cukup (unskilled labour).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
Ciri utama Masyarakat marginal adalah tidak terjadinya mobilitas sosial
vertical. Orang miskin akan tetap miskin. Faktor utamanya adalah, kemiskinan
mereka menghalangi potensi diri mereka, misalnya karena miskin, mereka tidak
bisa mendapatkan pendidikan yang layak. Padahal pendidikan penting untuk
meningkatkan taraf hidup seseorang.
Masyarakat marginal hidup dalam ketergantungan kepada kelas sosial-
ekonomi diatasnya. Ketergantungan ini berperan besar dalam memerosotkan
kemampuan si miskin untuk melakukan tawar menawar dalam dunia hubungan
sosial yang sudah timpang antara buruh dan majikan. Buruh tidak punya
kemampuan untuk menetapkan upah. Masyarakat marginal tidak bisa berbuat
banyak karena kehidupan mereka ditentukan oleh kelas sosial-ekonomi diatasnya
Definisi Masyarakat marginal sebenarnya sama dengan apa yang disebut
dengan perangkap kemiskinan (deprivation trap) yang terdiri dari lima unsur,
yakni kemiskinan itu sendiri, kelemahan fisik, keterasingan atau kadar isolasi,
kerentanan, ketidakberdayaan. Kelima unsur ini saling terkait dan biasanya
menjadi unsur pembentuk Masyarakat marginal (Chambers, 1987).
Indikator seseorang bisa dikategorikan sebagai Masyarakat marginal,
antara lain:
1. Sosiologis
Kelompok masyarakat yang mendapatkan perlakuan tidak adil atau
diskriminatif karena persoalan gender, seseorang atau kelompok masyarakat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
yang mengalami diskriminasi sosial, dan masyarakat yang hak asasinya
terlanggar
2. Infrastruktur
Individu atau kelompok masyarakat di sebuah wilayah geografis yang
mengalami kesulitan pada akses terhadap air bersih, transportasi dan
komunikasi.
3. Kesehatan
Kelompok masyarakat yang harapan hidupnya rendah, tingkat kematian
bayinya tinggi, mengalami gizi buruk, dan kekurangan gizi
4. Pendidikan
Kelompok masyarakat yang tingkat buta hurufnya tinggi, dan banyak yang
putus sekolah
5. Politik
Kelompok masyarakat yang terhambat ruangnya dalam berpartisipasi di
pemilu. Begitu juga dengan kelompok masyarakat yang tidak mendapatkan
kenyamanan dan selalu merasa terancam keamanannya.
6. Ekonomi
Kelompok masyarakat yang pendapatan perkapitanya rendah, dan masuk
dalam kategori miskin. Begitupun kelompok masyarakat yang menganggur,
dan tidak memiliki pekerjaan tetap.
7. Ekologis
Kelompok masyarakat yang sumber daya alamnya rusak karena dieksploitasi
sehingga mereka tidak dapat memanfaatkannya untuk kehidupan mereka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
8. Indeks Pembangunan
Kelompok masyarakat yang indeks pembangunannya rendah juga dapat
dikategorikan sebagai Masyarakat marginal. Indeks pembangunan meliputi
pertumbuhan ekonomi, tingkat harapan hidup, tingkat melek huruf, dan
tingkat persamaan hak.
Masyarakat marginal yang dimaksud dalam penelitian ini adalah warga
DKI Jakarta yang hidup di wilayah pinggiran kota, yang termasuk dalam
pemukiman kumuh, yang pendapatannya dibawah upah minimum provinsi, atau
tidak punya pendapatan tetap dan bekerja antara lain sebagai buruh, tukang parkir,
sopir, pedagang kaki lima, pedagang asongan, serabutan, tukang tambal ban,
penjaja makanan, penjahit dan lain sebagainya.
6. Perilaku Pemilih (Voting Behavior)
Perilaku memilih (voting behavior) merupakan perilaku seseorang atau
kelompok masyarakat dalam responnya untuk ikut serta dalam kehidupan politik
dengan memilih siapa yang berkuasa dalam lingkungan politik.
Pada perilaku memilih, yang ditekankan adalah kecenderungan pilihan
rakyat dalam pemilihan umum, serta latar belakang mereka melakukan pilihan itu
(Sofiah, 2003:18). Menurut Bone dan Raney (1971:23) perilaku pemilih
dijabarkan sebagai:
Voting behavior is pictured as having the two dimension. Preference, can be to measure his approval or disapproval of Democratic and Republican Parties, their perceived stands on issues, and teha personal quality of their
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
organization contributors, opinion leaders, voters, non voters, and apolitical (Sofiah, 2003:18)
Pemilu sendiri di Indonesia sudah mengalami banyak perubahan sejak
masa reformasi. Sejak tahun 2005, Pemilihan Umum Kepala Daerah dilakukan
secara langsung, artinya rakyat bisa memilih figur pemimpin yang disukainya.
Dengan adanya figur kepala daerah yang dipilih langsung oleh rakyat, faktor
figure calon menjadi yang paling penting diantara faktor-faktor lainnya seperti
partai pengusung dan program kerja calon tersebut. Oleh karena itu pertimbangan
seseorang untuk memilih wakil rakyat semakin banyak faktornya karena mereka
bisa memilih sendiri figur yang mereka inginkan. Dalam Pemilukada langsung
pertimbangan pemilih lebih bersifat emosional, karena memilih calon bukan
berdasarkan kemampuan pribadi seperti kemampuan intelektual, wawasan,
pengalaman, visi, misi, dan program kerja melainkan juga melihat dari garis
keturunan, ideologis, latar belakang, popularitas, dan tampilan fisik. Belakangan
popularitas figur calon secara signifikan mempunyai pengaruh terhadap
kemenangan calon dalam pemilukada.
Untuk memahami perilaku memilih, ada tiga macam pendekatan yang
biasa digunakan, yakni model sosiologi, model psikologi sosial, dan model pilihan
rasional (Dieter Roth, 2008 : 23-54). Afan Gaffar seperti yang dikutip oleh Asfar
(2005:47) menyatakan bahwa penjelasan teoritis mengenai perilaku pemilih
didasarkan pada tiga model pendekatan, yaitu:
1. Pendekatan Sosiologis
Karakteristik sosial dan pengelompokan-pengelompokan sosial
mempunyai pengaruh yang cukup signifikan dalam menentukan perilaku pemilih.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
Pengelompokan sosial seperti umur (tua-muda), jenis kelamin (laki-perempuan),
agama dan semacamnya, dianggap mempunyai peranan yang cukup menentukan
dalam membentuk perilaku pemilih. Untuk itu, pemahaman terhadap
pengelompokan sosial baik secara formal seperti keanggotaan seseorang dalam
organisasi-organisasi keagamaan, organisasi-organisasi profesi, kelompok-
kelompok okupasi dan sebagainya, maupun pengelompokan-pengelompokan
informal seperti keluarga, pertemanan, ataupun kelompok-kelompok kecil lainnya
merupakan sesuatu yang sangat vital dalam memahami perilaku politik, karena
kelompok-kelompok ini mempunyai peranan besar dalam membentuk sikap,
persepsi dan orientasi seseorang.
2. Pendekatan Psikologis
Pendekatan ini menggunakan dan mengembangkan konsep psikologi
terutama konsep sikap dan sosialisasi, untuk menjelaskan perilaku pemilih.
Menurut pendekatan ini pemilih menentukan pilihannya karena pengaruh
kekuatan psikologis yang berkembang dalam dirinya sebagai produk dari proses
sosialisasi. Melalui proses sosialisasi kemudian berkembang ikatan psikologis
yang kuat antara seseorang dengan organisasi kemasyarakatan atau partai politik.
Almond dalam menyatakan bahwa sosialisasi politik menunjuk pada proses
pembentukan sikap-sikap dan pola tingkah laku politik serta merupakan sarana
bagi generasi untuk mewariskan patokan-patokan dan keyakinan politik kepada
generasi sesudahnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
3. Pendekatan Politis Rasional
Pada pendekatan ini isu-isu politik menjadi pertimbangan penting. Para
pemilih akan menentukan pilihan berdasarkan penilainnya terhadap isu-isu politik
dan kandidat yang diajukan. Artinya para pemilih dapat menentukan pilihannya
berdasarkan pertimbangan-pertimbangan rasional. Dalam studi voting behavior,
menurut Ramlan Surbakti dalam Asfar (1999: 52) pemilih rasional yang
diadaptasi dari ilmu ekonomi ini biasanya menggunakan perhitungan untung rugi
dalam menentukan pilihan politiknya. Kalkulasi ini biasanya berkaitan dengan
kandidat mana yang menawarkan program-program sesuai dengan preferensi
politiknya. Perilaku pemilih berdasarkan pertimbangan rasional tidak hanya
berupa memilih alternatif yang paling menguntungkan atau yang mendatangkan
kerugian yang paling sedikit, tetapi juga dalam arti memilih alternatif yang
menimbulkan resiko yang paling kecil, yang penting mendahulukan selamat.
Dengan begitu, diasumsikan bahwa para pemilih mempunyai kemampuan untuk
menilai isu-isu politik yang diajukan, maupun calon (kandidat) yang ditampilkan.
Penilaian rasional terhadap kandidat ini bisa didasarkan pada jabatan, informasi,
pribadi yang popular karena prestasi masing-masing dibidang seni, olah raga,
film, organisasi, politik dan semacamnya.
Dalam konteks pemilih Indonesia, Pawito mengelompokkan perilaku
memilih menjadi empat tipe, yaitu pemilih yang sekedar memberikan suara dalam
pemilihan sebagai wujud partisipasi politik, pemilih partisan, pemilih rasional,
dan golongan tidak memilih (golongan putih atau golput) (Pawito, 2009 : 180).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Tipe pertama yakni pemilih yang hanya sekedar memilih biasanya adalah
mereka yang tidak peduli dengan urusan politik, atau tidak mempunyai referensi
yang cukup mengenai pemilihan. Partisipasi mereka dalam pemilihan biasanya
hanya melakukan apa yang menjadi hak dan kewajiban mereka sebagai warga
negara.
Pemilih Partisan adalah tipe pemilih yang susah untuk dipengaruhi karena
memiliki keberpihakan kuat terhadap golongan tertentu dengan berbagai alasan
yang biasanya berhubungan dengan identitas diri, suku, ideologis, tradisi, agama
dan lain sebagainya.
Pemilih Rasional adalah tipe pemilih yang paling diharapkan dalam
pemilu. Pemilih tipe ini termasuk aktif dalam mengumpulkan segala informasi
dan referensi mengenai pemilihan. Mereka tidak punya keterikatan dengan
golongan tertentu dan membandingkan informasi satu dengan yang lain untuk
menentukan keputusan memilih yang benar-benar mereka inginkan.
Golongan putih (Golput) merupakan istilah yang digunakan untuk
menyebut orang yang tidak mau menggunakan hak pilihnya. Mereka sebenarnya
mempunyai kesadaran politik yang tinggi, dan punya banyak informasi mengenai
pemilihan dan kandidatnya. Tetapi mereka beralasan bahwa mekanisme
pemilihan, kandidat yang maju, partai politik tidak sesuai dengan apa yang
mereka inginkan sehingga mereka memilih untuk golput.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
G. Metodologi Penelitian
1. Jenis dan Metode Penelitian
Jenis Penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Pendekatan kualitatif
digunakan karena penelitian ini berfokus menggambarkan gejala-gejala realitas,
atau fenomena kontemporer serta memberikan pemahaman secara jelas mengenai
bagaimana dan mengapa suatu gejala, realitas dan fenomena tersebut bisa terjadi
(Pawito, 2007:35). Penelitian ini merupakan usaha untuk mengungkapkan sebuah
fenomena yang terjadi sebagaimana adanya bertujuan untuk mengungkap fakta
yang ada dalam fenomena tersebut (fact finding).
Penelitian kualitatif tidak mendasarkan pada bukti empirik, hitungan
matematika, ataupun teknik analisa data statistik, seperti pada metode penelitian
kuantitatif, melainkan lebih mendasarkan pada hal yang bersifat diskursif, seperti
transkrip dokumen, catatan lapangan, hasil wawancara, literatur, dan data
nondiskursif. Pijakan analisis dan penarikan kesimpulan dalam penelitian
kualitatif adalah kategori-kategori substansif dari makna-makna, atau lebih
tepatnya adalah intepretasi terhadap gejala atau fenomena yang diteliti
Metode ini cocok untuk menjawab permasalahan penelitian yang berkenaan
bilamana fokus penelitian terletak pada fenomena kontemporer
(masa kini). Penelitian ini berusaha menggambarkan proses komunikasi
interpersonal dan komunikasi massa dalam mempengaruhi keputusan memilih
masyarakat pada Pemilukada DKI Jakarta 2012. Terlepas dari fokus penelitian ini,
Pemilukada merupakan fenomena kontemporer yang tidak terjadi setiap saat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Daerah Khusus Ibukota Jakarta pada masa
kampanye, hari tenang, dan hari pemilihan Pemilukada DKI Jakarta Putaran Dua.
Dalam penelitian ini, teknik sampling yang digunakan adalah accidental
sampling, maka lokasi penelitian fleksibel sesuai dengan lokasi responden, antara
lain: Rawamangun, Lodan, Harmoni, dan Pademangan.
3. Jenis Data
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan dua jenis data yaitu :
a. Data Primer
Data yang diperoleh secara langsung dari wawancara responden yang
mengetahui dan berkompeten seputar tema penelitian ini serta dari hasil observasi
yang dilakukan di lapangan
b. Data Sekunder
Data yang mendukung data primer dan merupakan sumber data yang
diperoleh melalui studi kepustakaan yaitu dari buku, karya ilmiah, arsip, serta
jurnal atau dokumen resmi yang relevan dengan penelitian yang sedang dilakukan
4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode
sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
a. Wawancara mendalam (indepth interview)
Sumber data yang sangat penting dalam penelitian kualitatif adalah
manusia dlam kapasitas sebagai responden atau informan penelitian. Untuk
mendapatkan informasi dari sumber data ini diperlukan teknik yang disebut
wawancara. Wawancara dibedakan menjadi dua, yaitu wawancara tak tersturktur
dan wawancara terstruktur. Wawancara tak terstruktur sering juga disebut
wawancara mendalam (indepth interview), wawancara intensif, wawancara
kualitatif, wawancara terbuka dan wawancara etnografis. Sedangkan wawancara
terstruktur sering disebut wawancara baku (standardized interview), yang susunan
pertanyaannya sudah ditetapkan sebelumnya dan biasanya tertulis disertai pilihan
jawaban yang sudah disediakan (Mulyana, 2006:180)
Untuk menggali data dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
wawancara mendalam, yaitu suatu cara mengumpulkan data atau informasi
dengan cara bertatap muka secara langsung dengan informan dengan maksud
untuk mendapatkan gambaran lengkap tentang topik yang diteliti (Bungin, 2003:
110). Untuk memudahkan wawancara tersebut peneliti membuat panduan
wawancara yang berisi pertanyaan-pertanyaan dan tersusun dalam bentuk
interview guide. Wawancara dilakukan dengan pertanyaan yang bersifat
menggambarkan fakta yang ada dalam gejala atau fenomena yang diteliti. Melalui
wawancara ini, informasi yang didapat bisa sangat beragam karena pandangan
subjektif informan yang berbeda-beda (H.B. Sutopo, 2002: 59).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Wawancara mendalam yang dilakukan peneliti dengan informan penelitian
berlangsung selama kurang lebih satu minggu pada hari sebelum dan sesudah
Pemilihan Umum Kepala Daerah DKI Jakarta putaran 2, pada Kamis, 20
September 2012.
Wawancara mendalam melibatkan beberapa tahapan yang tidak harus
bersifat linear tetapi memerlukan perhatian karena tidak jarang dilakukan lebih
dari satu kali sesuai dengan kelengkapan data yang diinginkan. Namun karena
keterbatasan peneliti yang lokasinya berjauhan dengan lokasi penelitian, maka
untuk mendapat kelengkapan data, wawancara mendalam bisa dilanjutkan melalui
media telepon. Prosedur wawancara yang dilakukan peneliti adalah sebagai
berikut:
1. Menentukan siapa yang akan diwawancarai
Pada tahap pertama, peneliti menentukan siapa saja informan yang akan
diwawancara untuk mendapatkan data. Mereka adalah masyarakat DKI Jakarta,
yang mempunyai Kartu Tanda Penduduk Indonesia wilayah DKI Jakarta, dan
memiliki hak pilih, dan sudah dan/atau akan mencoblos dalam Pemilihan Umum
Kepala Daerah DKI Jakarta 2012, dan termasuk dalam kategori Masyarakat
marginal. Mereka yang menjadi informan dalam penelitian ini juga yang
dipandang memiliki cukup informasi yang bermanfaat untuk menjawab
pertanyaan penelitian. Tempat dan waktu penelitian disesuaikan dengan informan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
2. Persiapan wawancara
Peneliti menyiapkan draf tertulis mengenai pokok-pokok pertanyaan
sebagai panduan wawancara (interview guide), yang berguna untuk mencegah
agar pembicaraan tidak terlalu melebar.
3. Langkah awal wawancara
Pada awal pertemuan dengan informan, peneliti tidak langsung masuk
tahap penggalian informasi melainkan berusaha terlebih dahulu menjalin
keakraban melalui pembicaraan yang umum. Hal ini dimaksudkan untuk
menciptakan situasi yang nyaman serta untuk membiasakan keberadaan peneliti
sehingga informan dapat dengan nyaman menjawab pertanyaan, dan memberikan
data sebanyak-banyaknya.
b. Observasi
Metode pengumpulan data non verbal dimana data dikumpulkan dengan
cara mengamati dan mencatat fenomena yang diselidiki melalui penglihatan dan
pendengaran. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan observasi tak berperan, di
mana kehadiran peneliti hanya untuk melakukan pengamatan pada objek yang
dikaji, tanpa melakukan peran apapun. Selama pengamatan berlangsung, peneliti
seolah-olah hanya sebagai penonton. Peneliti hanya mengamati tanpa melibatkan
diri secara langsung pada kegiatan di lokasi penelitian, kemudian mencatat apa
saja yang dilihat, didengar, maupun dirasakan peneliti di lokasi penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
c. Dokumentasi
Pengumpulan data ini dengan cara menelaah dan mengkaji bahan bacaan
yang relevan dengan topik yang diteliti. Antara lain dengan menggunakan buku,
majalah, tabloid, bulletin, brosur, dan internet yang memuat berita atau informasi
tentang topik yang sedang diteliti.
5. Teknik Sampling
Dalam penelitian ini digunakan teknik accidental sampling, yaitu memilih
dan menentukan responden secara tidak sengaja bertemu dengan peneliti, dengan
berbagai pertimbangan, dimana responden tersebut dianggap relevan dengan
permasalahan yang diteliti (H.B. Sutopo, 2002:56).
Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan proses komunikasi
interpersonal dan komunikasi massa dalam mempengaruhi keputusan memilih
masyarakat pada pemilukada DKI Jakarta 2012 sehingga informan dalam
penelitian ini dipilih berdasarkan pertimbangan bahwa orang tersebut adalah
pemilih pada Pemilukada DKI Jakarta 2012 yang tercantum dalam Daftar Pemilih
Tetap (DPT), memiliki atau menjadi bagian dari proses komunikasi interpersonal
dan komunikasi massa mengenai Pemilukada DKI Jakarta 2012, baik menjadi
komunikator maupun komunikan, serta mampu memberikan jawaban yang dapat
dijadikan sumber data dalam penelitian ini berkaitan dengan permasalahan
penelitian.
Informan dalam penelitian ini berjumlah 12 orang masyarakat DKI Jakarta
yang sudah memilih setidaknya sekali pada Pemilukada DKI Jakarta 2012, baik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
putaran pertama maupun putaran kedua, dan terlibat dalam proses komunikasi
yang berkenaan dengan pemilukada DKI Jakarta 2012 dan memiliki perilaku
memilih yang berbeda-beda.
Tabel 1.1 Daftar Informan Penelitian
No. Nama Jenis Usia Etnis Pekerjaan
1. Setiawan Laki-laki 31 Jawa Buruh Pabrik
2. Faisal Laki-laki 35 Betawi Tukang Parkir
3. Wasrap Laki-laki 50 Betawi Buruh Bangunan
4. Meg Laki-laki 26 Lampung Serabutan
5. Ipin Laki-laki 30 Betawi Sopir Angkot
6. Ike Perempuan 40 Betawi Pedagang Kaki Lima
7. Mar Perempuan 30 Jawa Penjaja Makanan
8. Dina Perempuan 45 Jawa Buruh
9. Lina Perempuan 27 Jawa Ibu Rumah Tangga
10. Santi Perempuan 30 Jawa Penjahit
11. Suci Perempuan 42 Betawi Buruh
12. Ipeh Perempuan 36 Betawi Pembantu Rumah Tangga
Sumber : Wawancara dengan informan (diolah)
6. Teknik Analisis Data
Analisis data dalam penelitian kualitatif biasanya memberikan makna
terhadap data, mengintepretasikan, dan mengubahnya ke dalam bentuk narasi
yang temuannya mengarah pada proposisi ilmiah yang akhirnya sampai pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
kesimpulan final. Pertanyaan utama yang harus dijawab dalam penelitian
kualitatif adalah how did researcher get to these conclusion from these data?
(bagaimana peneliti sampai pada kesimpulan-kesimpulan dengan bertolak pada
data yang ada?) (Pawito, 2007:101).
Teknik analisis yang digunakan adalah teknik analisis Miles dan Huberman.
Miles dan Huberman dalam Pawito menawarkan sebuah teknik analisis bernama
interactive model. Teknik analisis ini terdiri dari tiga komponen yaitu reduksi data
(data reduction), penyajian data (data display), dan penarikan serta pengujian
kesimpulan (drawing conclussions).
a. Reduksi Data
Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan data yang terkait dengan topik penelitian. Setelah itu, peneliti
dapat membuat memo mengenai data yang berkaitan dengan topik
permasalahan. Memo yang dimaksud disini adalah gagasan-gagasan atau
ungkapan-ungkapan yang mengarah pada teorisasi berkenaan dengan data
yang ditemui. Dalam reduksi data ini, peneliti sering kali menemukan data-
data yang sulit diidentifikasi, atau kurang relevan dengan tujuan penelitian
sehingga data tersebut harus disimpan, atau tidak perlu untuk dianalisis.
b. Penyajian Data
Penyajian data adalah sekumpulan informasi yang tersusun dalam kelompok
data yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan terhadap suatu
gejala yang diteliti. Tahapan ini dimulai dengan proses mengorganisasikan
data, yakni menjalin (kelompok) data satu dengan (kelompok) data yang lain
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
sehingga seluruh data yang dianalisis dapat dilibatkan dalam satu kesatuan
karena dalam penelitian kualitatif biasanya beranekaragam perspektif, maka
penyajian data pada umumnya dityakini sangat membantu proses analisis.
Penyajian data dalam penelitian ini adalah penyampaian perilaku memilih,
referensi, serta pola pengaruh komunikasi interpersonal dan komunikasi massa
terhadap keputusan memilih pada Pemilukada DKI Jakarta 2012.
c. Penarikan dan Pengujian Kesimpulan
Pada tahapan terakhir ini, peneliti mengimplementasikan prinsip induktif, atau
menarik kesimpulan dari data-data yang tersedia pada tahapan penyajian data
dengan mempertimbangkan pola-pola, atau kecenderungan data. Kesimpulan
kemudian diverifikasi, yaitu tinjauan ulang pada catatan-catatan lapangan
dengan peninjauan kembali sebagai upaya untuk menempatkan salinan suatu
temuan dalam seperangkat data yang lain. Singkatnya, makna-makna yang
muncul dari data harus diuji kebenaranya, kekokohannya dan kecocokannya
yakni yang merupakan validitasnya.
Gambar 1.2 Komponen-komponen Analisis Data Model Interaktif Miles dan
Huberman
Sumber : (Miles dan Huberman, 2007 : 20)
Data collecho n
Data display
Data reducho n VeriIy ing
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
7. Validitas Data
Dalam penelitian kualitatif diperlukan validitas data sebagai jaminan bagi
kesimpulan akhir hasil penelitian. Validitas berfungsi untuk membuktikan apakah
hasil penelitian yang dilakukan peneliti sesuai dengan apa yang sesungguhnya
terjadi di lapangan. Teknik validitas data yang peneliti gunakan adalah teknik
triangulasi, yaitu teknik keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu diluar data
sebagai pembanding terhadap data itu, sebelum ditarik kesimpulan akhir (H.B.
Sutopo, 2002:78). Teknik Triangulasi berfungsi untuk menarik kesimpulan yang
mantap, diperlukan tidak hanya dari satu sudut pandang. Dari beberapa sudut
pandang maka pertimbangan fenomena yang muncul yang selanjutnya akan
ditarik kesimpulan akan lebih mantap dan dapat diterima kebenarannya.
Teknik Triangulasi yang digunakan adalah triangulasi sumber dan teori,
yang berarti mengecek keabsahan informasi yang diperoleh melalui waktu dan
alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif. Hal yang dilakukan antara lain:
a. Menggunakan data wawancara satu subyek penelitian dengan data
subyek penelitian yang lain. Semakin banyak kesamaan yang timbul
dari subyek tersebut, maka data akan dapat diterima kebenarannya
b. Menggunakan data hasil wawancara dengan dokumen yang berkenaan
dengan permasalahan penelitian
c. Melakukan member check yaitu melakukan perbaikan jika ada
kekeliruan terhadap data informan sehingga informasi sesuai dengan
apa yang dimaksud oleh informan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
BAB II
DESKRIPSI LOKASI
A. Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta
1. Sejarah
Daerah Khusus Ibukota Jakarta merupakan nama resmi dari ibukota
Republik Indonesia. Jakarta bermula dari sebuah pelabuhan kecil di muara sungai
Ciliwung pada abad 15. Pelabuhan kecil ini kemudian berkembang pesat karena
posisinya yang strategis dan menjadi pusat perdagangan internasional berabad-
abad kemudian. Tanda-tanda atau prasasti mengenai DKI Jakarta sebelum era
kolonialisme bisa dikatakan sangat sedikit.
Penulis Eropa abad ke-16 menyebutkan sebuah kota bernama Kalapa,
yang tampaknya menjadi pelabuhan utama bagi sebuah kerajaan Hindu bernama
Sunda, beribukota Pajajaran, terletak sekitar 40 kilometer di pedalaman, dekat
dengan kota Bogor sekarang. Sunda Kalapa dikenal sebagai pelabuhan lada yang
sibuk. Kapal-kapal asing yang berasal dari Tiongkok, Jepang, India Selatan, dan
Timur Tengah sudah berlabuh di Sunda Kalapa membawa barang-barang seperti
porselen, kopi, kain sutra, wewangian, kuda, anggur, dan zat warna untuk ditukar
dengan rempah-rempah yang menjadi komoditas utama saat itu.
Bangsa Portugis merupakan rombongan besar orang-orang Eropa pertama
yang datang ke Sunda Kalapa. Surawisesa, raja sunda meminta mereka untuk
membuatkan mereka benteng pertahanan karena saat itu mereka akan diserang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
oleh Cirebon. Namun sayang sebelum benteng itu dibuat, Sunda Kelapa sudah
lebih dahulu diserang. Kota ini diserang oleh seorang pemuda bernama Fatahillah
dari Kerajaan Cirebon. Fatahillah mengubah nama Sunda Kalapa menjadi
Jayakarta pada 22 Juni 1527. Tanggal inilah yang
oleh walikota Sudiro ditetapkan jadi hari lahirnya kota Jakarta.
Orang-orang Belanda datang pada akhir abad ke-16 yang pada saat itu
dipimpin oleh Pangean Jayakarta. Pada1619, VOC dipimpin oleh Jan Pieterszoon
Coen menduduki Jayakarta setelah mengalahkan pasukan Kesultanan Banten dan
kemudian mengubah namanya menjadi Batavia. Selama kolonialisasi Belanda,
Batavia berkembang menjadi kota yang besar dan penting.
Penjajahan oleh Jepang dimulai pada tahun 1942 dan mengganti nama
Batavia menjadi Djakarta untuk menarik hati penduduk pada perang Dunia II.
Kota ini juga merupakan tempat dilangsungkannya proklamasi kemerdekaan
Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945 dan diduduki Belanda sampai
pengakuan kedaulatan tahun 1949.
Sebelum tahun 1959, Djakarta merupakan bagian dari Provinsi Jawa Barat.
Pada tahun 1959, status Kota Djakarta mengalami perubahan dari sebuah
kotapraja di bawah walikota ditingkatkan menjadi daerah tingkat satu (Dati I)
yang dipimpin oleh gubernur. Yang menjadi gubernur pertama ialah dr. Sumarno
Sosroatmodjo, seorang dokter tentara. Pengangkatan Gubernur DKI waktu itu
dilakukan langsung oleh Presiden Sukarno. Pada tahun 1961, status Djakarta
diubah dari Daerah Tingkat Satu menjadi Daerah Khusus Ibukota
(DKI).Gubernurnya tetap Sumarno.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Semenjak dinyatakan sebagai ibu kota, penduduk Jakarta melonjak sangat
pesat akibat kebutuhan tenaga kerja pemerintahan yang hampir semua terpusat di
Jakarta. Dalam waktu 5 tahun perkembangan penduduknya mencapai dua kali
lipat.
Laju perkembangan penduduk ini pernah dicoba ditekan oleh gubernur Ali
Sadikin pada awal 1970-an dengan menyatakan Jakarta sebagai "kota tertutup"
bagi pendatang. Kebijakan ini tidak bisa berjalan dan dilupakan pada masa-masa
kepemimpinan gubernur selanjutnya. Hingga saat ini, Jakarta masih harus bergelut
dengan masalah-masalah yang terjadi akibat kepadatan penduduk, seperti
banjir,kemacetan,serta kekurangan alat transportasi umum yang memadai.
2. Geografis
Daerah Istimewa Ibukota (DKI) Jakarta adalah sebuah provinsi khusus di
Indonesia. Secara geografis, Jakarta terletak di pulau Jawa bagian barat. Di
sebelah utara membentang pantai sepanjang 35 km, yang menjadi tempat
bermuaranya 13 buah sungai dan 2 buah kanal. Di sebelah selatan dan timur
berbatasan dengan Kota Depok, Kabupaten Bogor, Kota Bekasi dan Kabupaten
Bekasi, sebelah barat dengan Kota Tangerang dan Kabupaten Tangerang, serta di
sebelah utara dengan Laut Jawa.
Secara geologis, seluruh dataran terdiri dari endapan pleistocene yang
terdapat pada ±50 m di bawah permukaan tanah. Bagian selatan terdiri atas
lapisan alluvial, sedang dataran rendah pantai merentang ke bagian pedalaman
sekitar 10 km. Di bawahnya terdapat lapisan endapan yang lebih tua yang tidak
tampak pada permukaan tanah karena tertimbun seluruhnya oleh endapan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
alluvium. Di wilayah bagian utara baru terdapat pada kedalaman 10-25 m, makin
ke selatan permukaan keras semakin dangkal 8-15 m. Pada bagian tertentu juga
terdapat lapisan permukaan tanah yang keras dengan kedalaman 40 m.
Gambar 2.1 Peta Administratif DKI Jakarta
Keadaan Jakarta umumnya beriklim panas dengan suhu udara maksimum
berkisar 32,7°C - 34,°C pada siang hari, dan suhu udara minimum berkisar 23,8°C
-25,4°C pada malam hari. Rata-rata curah hujan sepanjang tahun 237,96 mm,
selama periode 2002-2006 curah hujan terendah sebesar 122,0 mm terjadi pada
tahun 2002 dan tertinggi sebesar 267,4 mm terjadi pada tahun 2005, dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
tingkat kelembaban udara mencapai 73,0 - 78,0 persen dan kecepatan angin rata-
rata mencapai 2,2 m/detik - 2,5 m/detik.
3. Administrasi
Dalam menjalankan pemerintahannya, DKI Jakarta membagi wilayahnya
berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2007, tentang
Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta sebagai ibu kota Negara
Kesatuan Republik Indonesia. DKI Jakarta dibangi ke dalam lima wilayah
administratif, yakni Kota administrasi Jakarta Pusat dengan luas 47,90 km2,
Jakarta Utara dengan luas 142,20 km2, Jakarta Barat dengan luas 126,15 km2,
Jakarta Selatan dengan luas 145,73 km2, dan Kota administrasi Jakarta Timur
dengan luas 187,73 km2, serta Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu dengan
luas 11,81 km2.
Tabel 2.1
Pembagian Administratif DKI Jakarta
No Kabupaten/Kota Administratif Ibu Kota 1 Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu Pulau Pramuka 2 Kota Administrasi Jakarta Barat Grogol 3 Kota Administrasi Jakarta Pusat Menteng 4 Kota Administrasi Jakarta Selatan Kebayoran Baru 5 Kota Administrasi Jakarta Timur Jatinegara 6 Kota Administrasi Jakarta Utara Koja
Sumber : Jakarta.go.id (diakses pada tanggal 18 Oktober 2012)
Berdasarkan Perda No.1 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah Tahun 2007-2012, Jumlah penduduk dalam periode
2002-2006 terus mengalami peningkatan walaupun pertumbuhannya mengalami
penurunan. Tahun 2002 jumlah penduduk sekitar 8,50 juta jiwa, tahun 2006
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
meningkat menjadi 8,96 juta jiwa, dan dalam lima tahun ke depan jumlahnya
diperkirakan mencapai 9,1 juta orang. Kepadatan penduduk pada tahun 2002
mencapai 12.664 penduduk per km2, tahun 2006 mencapai 13.545 penduduk per
km2 dan diperkirakan dalam lima tahun kedepan mencapai 13.756 penduduk per
km2. Laju pertumbuhan penduduk pada periode tahun 1980-1990 sebesar 2,42%
per tahun, menurun pada periode 1990-2000 dengan laju 0,16%. Pada periode
2000-2005, laju pertumbuhan penduduk sebesar 1,06% per tahun. Sepanjang
periode 2002-2006 angka kematian bayi turun secara signifikan, yaitu dari 19,0
per 1000 kelahiran hidup tahun 2002 menjadi 13,7 per 1000 kelahiran hidup pada
tahun 2006. Dengan penurunan angka kelahiran total dari 1,56 pada tahun 2000
menjadi 1,53 pada tahun 2006, maka terlihat faktor dominan yang mempengaruhi
pertambahan jumlah penduduk adalah turunnya angka kematian bayi disamping
migrasi dalam jumlah yang cukup besar karena pengaruh daya tarik Kota Jakarta
sebagai pusat administrasi pemerintahan, ekonomi, keuangan, dan bisnis.
Jumlah penduduk dan komposisi etnis di Jakarta, selalu berubah dari tahun
ke tahun. Berdasarkan sensus penduduk tahun 2000, tercatat bahwa setidaknya
terdapat tujuh etnis besar yang mendiami Jakarta. Suku Jawa merupakan etnis
terbesar dengan populasi 35,16% penduduk kota. Etnis Betawi berjumlah 27,65%
dari penduduk kota. Pembangunan Jakarta yang cukup pesat sejak awal tahun
1970-an, telah banyak menggusur perkampungan etnis Betawi ke pinggiran kota.
Pada tahun 1961, orang Betawi masih membentuk persentase terbesar di wilayah
pinggiran seperti Cengkareng, Kebon Jeruk, Pasar Minggu, dan Pulo Gadung.
Orang Tionghoa telah hadir di Jakarta sejak abad ke-17. Mereka biasa tinggal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
mengelompok di daerah-daerah pemukiman yang dikenal dengan istilah Pecinan.
Pecinan atau Kampung Cina dapat dijumpai di Glodok, Pinangsia, dan Jatinegara,
juga perumahan-perumahan baru di wilayah Kelapa Gading, Pluit, dan Sunter.
Kebanyakan dari etnis Tionghoa banyak yang berprofesi sebagai pengusaha atau
pedagang. Disamping etnis Tionghoa, etnis Minangkabau juga banyak yang
berdagang, di antaranya perdagangan grosir dan eceran di pasar-pasar tradisional
kota Jakarta. Selain itu juga ada Masyarakat dari Indonesia Timur, terutama etnis
Bugis, Makassar, dan Ambon, terkonsentrasi di wilayah Tanjung Priok. Di
wilayah ini pula, masih banyak terdapat masyarakat keturunan Portugis, serta
orang-orang yang berasal dari Luzon, Filipina.
4. Potensi dan Permasalahan
Kegiatan utama penduduk DKI Jakarta adalah di bidang perdagangan besar,
kecil dan jasa-jasa, kemudian kegiatan di bidang industri termasuk listrik, gas dan air,
dan hanya sebagian kecil yang bekerja pada sektor pertanian. Industri yang ada
terutama ialah industri manufacturing yang bergerak di bidang bahan makanan dan
minuman, tekstil, percetakan dan penerbitan, kayu dan alat rumah tangga, barang-
barang dari karet, kimia, barang logam dan industri asembling. Sebagian besar
industri berat berlokasi di Pulogadung sementara industri ringan di Pluit, Ancol
dan Cengkareng, industri pertanian di Gandaria Selatan, dan jasa pergudangan di
Tanjung Priok. Sektor pertanian terutama sektor perikanan laut/darat terdapat di
teluk Jakarta dan empang dekat pantai, peternakan dan hortikultura di daerah
pinggiran kota terutama di kecamatan Kebon Jeruk, Kebayoran Lama, Pasar
Minggu, Mampang Prapatan, Pasar Rebo, Kramat Jati. Sektor pertanian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
ini diusahakan dengan cara lama, yang semakin lama semakin terdesak dengan
perkembangan-perkembangan industri dan perumahan. Namun demikian bila
diusahakan secara intensif, akan dapat memenuhi sebagian kebutuhan DKI
Jakarta. Selain kegiatan di bidang perekonomian, Jakarta merupakan pusat
kegiatan pemerintah, kegiatan diplomatik dan pusat kebudayaan.
Sekalipun DKI Jakarta tidak memiliki potensi alam yang cukup berarti,
namun sebagai pusat pemerintahan, mempunyai sarana fisik maupun administrasi
yang paling baik untuk berkembangnya sektor industri, sektor jasa dan
perdagangan. Pelabuhan laut dan udara dengan fasilitasnya yang relatif baik,
fasilitas perbankan, dan lain-lain, memungkinkan aktivitas perdagangan
berkembang dengan pesat di Jakarta. Dalam pada itu, tersedianya tenaga kerja
dengan bermacam-macam keahlian dari jumlah penduduk yang besar, merupakan
potensi yang sangat menguntungkan bagi perkembangan kegiatan pembangunan.
Jakarta merupakan kota megapolitan dengan segudang permasalahan.
Permasalahan ini sudah ada sejak berpuluh-puluh tahun dan semakin hari semakin
memprihatinkan.
Tingginya tingkat urbanisasi adalah salah satu masalah yang susah
dikendalikan akibat citra Jakarta di antara masyarakat urban yang seringkali
menganggap Jakarta sebagai kota pengubah nasib. Masyarakat Urban kebanyakan
melihat Jakarta sebagai kota yang menyediakan lapangan pekerjaan yang mampu
mengubah kondisi perekonomian mereka. Urbanisasi yang tidak terkendalikan,
telah menimbulkan berbagai masalah, antara lain timbulnya ketidakseimbangan
antara jumlah kesempatan kerja dan jumlah orang yang mencari pekerjaan, dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
timbulnya ketidakseimbangan antara kebutuhan masyarakat dan sarana yang harus
disediakan dalam berbagai bidang (administrasi, sosial, ekonomi dan fisik).
Ketimpangan sosial yang terjadi akibat urbanisasi inilah yang kemudian
menyebabkan timbulnya masalah sosial lain seperti kejahatan, kemiskinan,
masalah kesehatan, pendidikan, dan transportasi. Dengan kepadatan penduduk
Jakarta yang sekarang jalanan sudah tidak lagi mampu menampung, serta tidak
tersedianya transportasi umum yang memadai sehingga terjadilah kemacetan yang
parah. Masalah lain yang sudah menahun adalah banjir tahunan yang terjadi di
beberapa titik hasil dari sistem tata kota yang buruk, pembangunan yang tidak
memikirkan lingkungan sekitar, serta penurunan tanah akibat eksploitasi air oleh
industri.
B. Pemilukada DKI Jakarta 2012
Sejak tahun 2004, Rakyat Indonesia sudah terbiasa memilih pemimpinnya
sendiri. Hal ini ditandai dengan Pemilihan Umum langsung tahun 2004 untuk
memilih Presiden, dan wakil Presiden. Setelah itu, rakyat Indonesia juga mulai
memilih kepala daerah sejak berlakunya Undang-undang Nomor 34 tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah melalui Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala
Daerah atau yang sering disebut Pilkada.
Sejak berlakunya Undang-undang Nomor 22 tahun 2007 tentang
penyelenggaraan pemilu, pilkada dimasukkan ke dalam rezim pemilu, dan
namanya berubah menjadi Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala
Daerah, atau disingkat Pemilukada. Pemilukada pertama yang diselenggarakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
sejak aturan perundangan yang baru adalah Pemilukada DKI Jakarta 2007, dimana
pasangan Fauzi Bowo dan Prijanto yang diusung mayoritas partai terpilih menjadi
gubenur dan wakil gubernur periode 2007-2012 setelah mengalahkan satu-satunya
pasangan calon lainnya, Adang Daradjatun dan Dani Anwar yang diusung Partai
Keadilan Sejahtera.
Untuk mendukung pelaksanaan pemilukada di tingkat teknis, pemerintah
pusat juga mengeluarkan peraturan berupa Peraturan Pemerintah nomor 25 tahun
2007 tentang pemilihan, pengesahan, pengangkatan, dan pemberhentian kepala
daerah dan wakil kepala daerah.
1. Daftar Pemilih Tetap (DPT)
Daftar Pemilih Tetap (DPT) pada pemilukada DKI Jakarta 2012 putaran
pertama yang tercatat di KPUD DKI Jakarta adalah sebanyak 6.983.692 orang
yang tersebar di 5 kotamadya/kabupaten administratif di 15.059 Tempat
Pemungutan Suara (TPS).
Tabel 2.2
Daftar Pemilih Tetap (DPT) Pemilukada DKI Jakarta Putaran 1
Wilayah Jumlah Pemilih Jumlah TPS
Jakarta Utara 1.165.978 2.587
Jakarta Pusat 791.063 1.713
Jakarta Barat 1.503.434 3.331
Jakarta Selatan 1.511.035 3.223
Jakarta Timur 1.996.747 4.162
Kepulauan Seribu 16.335 43
6.983.692 15.059
Sumber : KPUD Jakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
Pada putaran kedua, pemilih yang tidak terdaftar pada putaran pertama
diberikan kesempatan untuk mendaftar pada 25 Juli 4 Agustus 2012. Dari
pendaftaran tersebut jumlah DPT bertambah 34.603 orang sehingga DPT
Pemilukada DKI Jakarta 2012 Putaran 2 adalah sebanyak 6.996.951 orang yang
tersebar di 15.059 TPS.
Tabel 2.3
Daftar Pemilih Tetap (DPT) Pemilukada DKI Jakarta Putaran 2
Wilayah Jumlah Pemilih Jumlah TPS
Jakarta Utara 1.168.988 2.587
Jakarta Pusat 789.484 1.713
Jakarta Barat 1.510.159 3.331
Jakarta Selatan 1.512.913 3.223
Jakarta Timur 1.999.040 4.162
Kepulauan Seribu 16.367 43
6.983.692 15.059
Sumber : KPUD Jakarta
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 6 tahun 2005 tentang
pemilihan, pengesahan, pengangkatan, dan pemberhentian kepala daerah dan
wakil kepala daerah, syarat yang harus dipenuhi seorang warga negara untuk
dapat menggunakan hak pilihnya antara lain warga negara Indonesia yang pada
hari pemilihan berusia 17 tahun atau sudah pernah kawin, tidak terganggu
jiwanya, tidak sedang dicabut hak pilihnya oleh pengadilan, berdomisili didaerah
pemilihan setidaknya 6 (enam) bulan.
Masalah yang terjadi pada pemilukada DKI Jakarta 2012 adalah mengenai
warga negara yang tidak tercantum dalam DPT walaupun sudah memenuhi syarat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
yang ditentukan, ada juga pemilih ganda akibat pindah rumah atau pemilih yang
masuk DPT padahal sudah tidak berdomisili di DKI Jakarta.
2. Kandidat
Mekanisme pencalonan kepala daerah dan wakilnya adalah partai politik
yang memenuhi persyaratan sekurang-kurangnya 15% dari jumlah kursi DPRD
dan atau gabungan partai politik yang memenuhi persyaratan 15% dari jumlah
kursi DPRD. Selain itu pencalonan dapat pula ditempuh dengan jalur independen
yang jumlah pendukungnya memenuhi syarat dan ditunjukkan dengan KTP.
Selain persyaratan administratif tersebut, calon kepala daerah dan wakil
kepala daerah wajib memenuhi persyararatan antara lain bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, Setia pada Pancasila sebagai dasar negara, UUD 1945, cita-cita
proklamasi 17 Agustus 1945, kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia serta
pemerintah, pendidikan sekurang-kurangnya Sekolah Lanjutan Tingkat Atas atau
sederajat, berusia sekurang-kurangnya 30 tahun saat mendaftar, sehat jasmani dan
rohani, tidak sedang dalam masalah hukum, tidak sedang dicabut hak pilihnya,
mengenal daerah dan dikenal masyarakat di daerahnya, menyerahkan daftar
kekayaan pribadi, tidak sedang dalam masalah ekonomi, tidak pernah melakukan
perbuatan tercela, memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), menyerahkan
daftar riwayat hidup, belum pernah menjabat sebagai kepala daerah atau wakil
daerah selama dua kali dalam jabatan yang sama, dan tidak dalam status pejabat
daerah dan atau mengundurkan diri dari jabatan tersebut.
Pada pemilukada DKI Jakarta 2012, ada 6 (enam) pasangan calon
gubernur dan wakil gubernur yang maju mencalonkan diri yakni pasangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
incumbent Fauzi Bowo Nachrowi Ramli , Alex Noerdin Nono Sampono, Joko
Widodo Basuki Tjahaja Purnama, Hidayat Nur Wahid Didik J. Rachbini,
Faisal Basri Biem Benyamin, dan Hendardji Soepandji Ahmad Riza Patria.
Tabel 2.4
Daftar Pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur dalam
Pemilukada DKI Jakarta 2012
No Pasangan Calon Gubernur-Wakil Gubernur Partai Pengusung
1. Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli Demokrat, PAN, Hanura, PKB, PBB, PMB, dan PKNU
2. Hendardji Soepandji-Ahmad Riza Patria Independen
3. Joko Widodo-Basuki Tjahaja Purnama PDIP dan Gerindra
4. Hidayat Nur Wahid- Didik J. Rachbini PKS
5. Faisal Basri-Biem Benyamin Independen
6. Alex Noerdin-Nono Sampono Golkar, PPP, PDS, PP, PKPB, PKDI, Republikan, PPIB, Partai Buruh, PPNUI, dan PNI Marhaenisme
Sumber : KPUD Jakarta
a. Fauzi Bowo Nachrowi Ramli
Pasangan incumbent Fauzi Bowo Nachrowi Ramli mendapatkan nomor
urut pertama dalam penetapan dan pengundian nomor urut pasangan calon yang
dilakukan oleh KPUD DKI Jakarta, Sabtu, 12 Mei 2012. Fauzi Bowo adalah
gubernur DKI Jakarta periode 2007-2012 yang lahir di Jakarta, 10 April 1948.
Sebelumnya Fauzi Bowo juga sudah menjabat sebagai wakil gubernur DKI
Jakarta bersama gubernur Sutiyoso. Sementara Nachrowi Ramli adalah
purnawirawan TNI Angkatan Darat yang juga Ketua Dewan Pimpinan Daerah
Partai Demokrat DKI Jakarta lahir di Jakarta, 12 Juli 1951.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
Gambar 2.2
Pasangan Calon Fauzi Bowo Nachrowi Ramli
b. Hendardji Soepandji Ahmad Riza Patria
Pasangan nomor urut dua ini adalah pasangan yang berasal dari jalur
independen. Hendardji Soepandji adalah purnawirawan TNI yang juga adik dari
mantan jaksa agung Hendarman Soepandji lahir di Semarang, 10 Februari 1952.
Sementara itu Ahmad Riza Patria yang lahir di Banjarmasin, 17 Desember 1969
adalah politisi yang sebenarnya berada di bawah naungan partai Gerindra namun
bergabung dengan Hendardji Soepandji sebagai calon independen.
Gambar 2.3
Pasangan Calon Hendardji Soepandji Ahmad Riza Patria
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
c. Joko Widodo Basuki Tjahaja Purnama
Pasangan nomor urut tiga adalah pasangan yang diusung oleh PDI
Perjuangan dan Gerindra. Calon Gubernur Joko Widodo yang lahir di Solo, 21
Juni 1961 adalah walikota Solo yang sebenarnya masih menjabat di periode 2010-
2015. Joko Widodo berpasangan dengan anggota DPR RI, Basuki Tjahaja
Purnama yang juga mantan bupati Belitung Timur yang lahir di Manggar,
Belitung Timur, 29 Juni 1966.
Gambar 2.4
Pasangan Calon Joko Widodo Basuki Tjahaja Purnama
d. Hidayat Nur Wahid Didik J. Rachbini
Pasangan nomor urut empat adalah pasangan calon yang diusung oleh
Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Sebagai Partai yang punya basis massa yang
kuat di DKI Jakarta, PKS memilih untuk tidak berkoalisi dengan siapapun dan
memilih mencalonkan sendiri calonnya. Hidayat Nur Wahid adalah mantan Ketua
MPR RI periode 2004-2009 dan mantan Presiden PKS, lahir di Klaten, 8 April
1960. Sementara itu Didik J. Rachbini adalah mantan anggota DPR RI yang juga
politisi Partai Amanat Nasional (PAN) lahir di Pamekasan, 2 September 1960.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Gambar 2.5
Pasangan Calon Hidayat Nur Wahid Didik J. Rachbini
e. Faisal Basri Biem Benyamin
Pasangan nomor urut lima adalah pasangan lain yang berasal dari jalur
independen yang banyak didukung dari kalangan aktivis dan selebritis yang peduli
pada perubahan di Jakarta. Faisal Basri adalah ekonom dan salah seorang pendiri
PAN yang lahir di Bandung, 6 November 1959. Sementara itu Biem Benyamin
adalah putra tokoh legendaris Betawi, Benyamin Sueb yang juga politisi dan
anggota DPD dari Jakarta, lahir di Jakarta 13 Maret 1964.
Gambar 2.6
Pasangan Calon Faisal Basri Biem Benyamin
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
f. Alex Noerdin Nono Sampono
Pasangan nomor urut enam adalah pasangan calon yang diusung banyak
partai antara lain Golkar, PPP, PDS, PP, PKPB, PKDI, RepublikaN, PPIB, Partai
Buruh, PPNUI, PNI Marhaenisme. Alex Noerdin adalah gubernur aktif Sumatera
Selatan yang lahir di Palembang, 9 September 1950. Sementara itu Nono
Sampono adalah mantan Kepala Basarnas Indonesia yang lahir di Bangkalan,
Madura, 1 Maret 1953.
Gambar 2.7
Pasangan Calon Alex Noerdin Nono Sampono
3. Penyelenggaraan
Sebelum hari pemungutan suara, para pasangan calon yang maju dalam
pemilukada DKI Jakarta diberikan kesempatan untuk berkampanye baik melalui
media massa, maupun kampanye terbuka. Pada putaran pertama kampanye
dilakukan pada 24 Juni - 7 Juli 2012. Sementara pada putaran kedua kampanye
dilaksanakan pada tanggal 14-16 September 2012. Hari tenang diadakan sebelum
hari pemungutan suara dilaksanakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
Pemilukada DKI Jakarta 2012 diselenggarakan dalam dua putaran yakni
putaran pertama pada Rabu, 11 Juli 2012 dan putaran kedua pada Kamis, 20
September 2012. Pemungutan suara diselenggarakan mulai pukul 07.00 WIB dan
paling lambat selesai pada pukul 13.00. Sehari sebelumnya, Panitia Pemungutan
Suara mengadakan gladi bersih sekaligus persiapan antara lain menyiapkan kotak
suara, surat suara, bilik pemungutan, serta peralatan lainnya. Semua kegiatan
tersebut dihadiri oleh pasangan calon, panitia pengawas, pemantau independen,
dan masyarakat. Pada akhir gladi resik akan dibuat berita acara yang
ditandatangani oleh dua anggota KPPS dan saksi pasangan calon.
Setelah prosedur tersebut dilakukan maka pemilih dapat memberikan
suaranya kepada calon pilihan mereka melalui mekanisme pencoblosan surat
suara. Prosedurnya adalah pemilih datang membawa kartu pemilih, mendaftarkan
diri, dan kemudian diberi surat suara lalu mencoblos pilihannya di bilik
pemungutan suara. Setelah mencoblos, pemilih wajib mencelupkan jarinya ke
dalam tinta sebagai tanda sudah memberikan suara.
Setelah pencoblosan selesai sekitar pukul 13.00 kemudian dilakukan
penghitungan suara. Penghitungan suara dilakukan secara terbuka di TPS yang
dihadiri oleh para saksi dari masing-masing kandidat calon, panitia pengawas,
pemantau independen, dan juga masyarakat umum. Hasil pemungutan suara
kemudian disampaikan kepada Panitia Pemungutan Suara (PPS) dan diteruskan
kepada Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK) dan KPUD.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
Gambar 2.8
Suasana Hari Pemungutan Suara Putaran Kedua Kamis, 20 September 2012 di TPS 01 Pademangan, Ancol, Jakarta Utara
Sumber : Dokumen Peneliti (20 September 2012)
Gambar 2.9
Suasana Penghitungan Suara Putaran Kedua Kamis, 20 September 2012 di TPS 01 Pademangan, Ancol, Jakarta Utara
Sumber : Dokumen Peneliti (20 September 2012)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
Pada putaran pertama, tidak ada pasangan calon yang memenuhi syarat
50+1 sehingga dua pasangan calon dengan perolehan suara terbanyak harus
mengikuti pemilihan putaran kedua. Yaitu Fauzi Bowo Nachrowi Ramli dan
Joko Widodo Basuki Tjahaja Purnama. Sementara itu pada putaran kedua,
pasangan Joko Widodo Basuki Tjahaja Purnama menjadi gubernur dan wakil
gubernur DKI Jakarta yang baru setelah mengalahkan pasangan Fauzi Bowo
Nachrowi Ramli.
Tabel 2.5 Rekapitulasi Hasil Pemungutan Suara
Pemilukada DKI Jakarta 2012 Putaran Pertama Nomor Pasangan Calon Gubernur-Wakil Gubernur Perolehan Suara
1. Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli 34,05%
2. Hendardji Soepandji-Ahmad Riza Patria 1,98%
3. Joko Widodo-Basuki Tjahaja Purnama 42,60%
4. Hidayat Nur Wahid- Didik J. Rachbini 11,72%
5. Faisal Basri-Biem Benjamin 4,98%
6. Alex Noerdin-Nono Sampono 4,67%
Sumber : KPUD Jakarta
Tabel 2.6 Rekapitulasi Hasil Pemungutan Suara
Pemilukada DKI Jakarta 2012 Putaran Kedua Nomor Pasangan Calon Perolehan Suara
1 Fauzi Bowo Nachrowi Ramli 46,18%
3 Joko Widodo Basuki Tjahaja Purnama 53,82 %
Sumber : KPUD Jakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
BAB III
KOMUNIKASI DAN KEPUTUSAN MEMILIH
Komunikasi memegang peranan penting dalam kehidupan manusia.
Bahkan proses komunikasi yang terjadi dapat mempengaruhi pilihan dan juga
mengubah cara pandang manusia mengenai sesuatu hal. Dalam konteks
pemilukada DKI Jakarta tahun 2012, komunikasi juga mempunyai peran yang
sangat vital sebagai agen penyebaran informasi mengenai pemilu. Komunikasi
hadir dalam berbagai bentuk, mulai dari kampanye pasangan calon gubernur dan
wakil gubernur, berita di media massa, sampai obrolan ringan di dalam keluarga
atau tetangga. Tak pelak komunikasi dianggap sebagai komponen penting dalam
pemilukada DKI Jakarta tahun 2012.
Komunikasi yang terjadi di pemilukada seringkali disebut komunikasi
politik. Komunikasi politik tidak hanya bisa dilakukan oleh elite partai atau calon
yang maju dalam pemilukada tersebut, melainkan juga percakapan dalam lingkup
keluarga yang membicarakan masalah pemilukada sudah dianggap sebagai
komunikasi politik, tentu dengan skala yang lebih kecil. Dalam skala yang lebih
besar, komunikasi politik hadir dalam debat calon yang disiarkan di televisi, juga
kampanye dan iklan di media massa. Komunikator dalam kegiatan-kegiatan
tersebut jelas adalah pasangan calon gubernur dan wakil gubernur yang maju
dalam pemilukada DKI Jakarta tahun 2012. Tujuannya jelas untuk mempengaruhi
calon pemilih untuk memberikan suaranya kepada pasangan calon yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
bersangkutan melalui mekanisme pencoblosan. Namun kadang kala komunikasi
interpersonal antar masyarakat lebih efektif dalam menyampaikan pesan
komunikasi politik, sehingga keputusan memilih akhirnya malahan berdasarkan
diskusi dan masukan dari keluarga dan orang terdekat, bukan berasal dari
kampanye politik yang menghabiskan banyak uang.
Meminjam istilah dari dunia marketing, target pasar dalam pemilukada
DKI Jakarta 2012 adalah masyarakat DKI Jakarta. Pangsa pasar paling banyak
adalah pemilih yang jumlahnya paling besar yakni masyarakat pinggiran yang
disebut masyarakat marginal. Oleh karena itu pasangan calon berlomba untuk
merebut hati masyarakat marginal yang ada di DKI Jakarta. Strategi yang
digunakan pasangan calon untuk merebut hati masyarakat marginal adalah dengan
menunjukkan bahwa mereka pro rakyat kecil dengan harapan masyarakat
marginal akan simpati dan memberikan suaranya kepada mereka.
Pada pemilukada DKI Jakarta tahun 2012 ini fenomena yang muncul
adalah bangkitnya kepedulian politik kelas menengah yang menimbulkan
meningkatnya jumlah undecided voters atau pemilih yang belum menentukan
pilihannya. Walaupun potensial, namun jumlahnya belum terlalu signifikan
apabila dibandingkan dengan masyarakat marginal sehingga belum mampu untuk
mempengaruhi hasil akhir pemilukada. Pendek kata, pasangan calon yang mampu
memenangkan suara dari masyarakat marginal yang jumlahnya setengah dari
warga DKI Jakarta akan memenangkan pemilukada DKI Jakarta tahun 2012 ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
A. Komunikasi dan Keputusan Memilih Masyarakat Marginal Pada
Pemilukada DKI Jakarta tahun 2012
Dalam setiap proses komunikasi, termasuk komunikasi politik bertujuan
untuk mendapatkan efek dari penerima pesan. Efek yang diharapkan adalah pesan
tersebut mempengaruhi penerima pesan sehingga penerima pesan melakukan apa
yang disampaikan komunikator. Stuart dan Jamias menyatakan pengaruh atau
efek adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan, dan dilakukan oleh
penerima sebelum dan sesudah menerima pesan. Pengaruh merupakan elemen
penting dalam proses komunikasi untuk mengetahui berhasil tidaknya proses
komunikasi itu sendiri. Komunikasi dapat dikatakan berhasil apabila perubahan
yang terjadi pada penerima pesan sama dengan tujuan yang diinginkan oleh
komunikator (Cengara, 2009:41). Pawito menyatakan ada tiga efek (pengaruh)
yang mungkin muncul dalam proses komunikasi, yakni pengaruh sesuai yang
diinginkan oleh komunikator, tidak berpengaruh, dan pengaruh lebih buruk atau
bertentangan dengan apa yang diinginkan komunikator (Pawito, 2009:12)
Namun dalam setiap proses komunikasi akan selalu terjadi perubahan
situasi, dari sebelum menerima pesan dan sesudah menerima pesan. Perubahan
dapat terjadi dalam bentuk perubahan pengetahuan (knowledge), perubahan sikap
(attitude) maupun perubahan perilaku (behavior). Pada tahap pengetahuan, akan
terjadi penambahan informasi yang berpengaruh pada perubahan persepsi
seseorang mengenai suatu hal. Perubahan sikap yang dimaksud adalah perubahan
sesorang dalam mengevaluasi suatu objek. Sementara perubahan perilaku yang
diharapkan adalah dalam bentuk tindakan. Tindakan yang dimaksud dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
konteks pemilukada DKI Jakarta adalah keputusan untuk memilih salah satu
pasangan calon.
Dalam konteks pemilukada DKI Jakarta 2012, komunikasi adalah faktor
yang mempengaruhi keputusan pemilih masyarakat, terutama masyarakat
marginal yang menjadi objek penelitian ini. Keputusan memilih pasangan calon
dari proses komunikasi yang seseorang terima sebelumnya dapat dijadikan
parameter apakah pengaruh yang terjadi dalam komunikasi tersebut sesuai yang
diinginkan komunikator atau tidak. Karena penelitian ini merupakan penelitian
kualitatif, parameter tidak ditunjukkan dalam angka melainkan deskripsi
bagaimana komunikasi berperan dalam keputusan memilih yang diambil oleh
masyarakat marginal dalam pemilukada DKI Jakarta.
1. Komunikasi Interpersonal
Komunikasi interpersonal sering kali terbukti menjadi komunkasi yang
paling efektif dibandingkan dengan jenis komunikasi lain. Komunikasi
interpersonal bisa dibilang salah satu referensi informasi utama selain media
massa. Sebagian besar informan menyatakan pernah melakukan proses
komunikasi interpersonal, baik sebagai komunikator maupun penerima pesan
dalam kaitannya dengan pemilukada DKI Jakarta 2012. Terlepas dari peran
mereka sebagai komunikator, dalam peran mereka menjadi penerima pesan,
komunikator yang menyampaikan pesan kepada mereka antara lain keluarga,
teman, tetangga, serta orang yang dianggap punya pengaruh.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
a. Keluarga
Dalam sosiologi keluarga dikenal sebagai lembaga sosial primer. Setiap
anak yang bertumbuh pertama kali bersosialisasi dan berkomunikasi dengan
anggota keluarganya. Oleh karena itu pengaruh keluarga dalam tindakan yang
dilakukan seseorang sangatlah besar termasuk dalam hal politik. Banyak
penelitian di seluruh dunia yang menemukan bahwa ada banyak kesamaan
orientasi politik antara orang tua dan ayahnya (Nimmo, 2000:110).
Orientasi politik orang tua atau anggota keluarga lainnya biasanya menular
ke anggota keluarga yang lain. Di Indonesia, Megawati Soekarnoputri mengikuti
jejak ayahnya sebagai presiden yakni Soekarno. Dewasa ini ada Puan Maharani
dan Eddie Baskoro Yudhoyono yang mengikuti jejak orang tua mereka untuk
menjadi politikus. Dalam konteks politik jelas terlihat bahwa perilaku politik
seseorang dipengaruhi oleh keluarganya.
Peneliti menemukan kesamaan pola hubungan keluarga dengan
pengaruhnya dalam keputusan memilih pada masyarakat marginal di pemilukada
DKI Jakarta 2012. Keluarga merupakan sumber informasi penting, referensi yang
dipercaya oleh calon pemilih untuk menentukan perilaku memilihnya, apakah
memilih salah satu calon atau bisa juga memilih untuk golput. Dalam lingkungan
keluarga yang terbiasa menjadi sumber informasi adalah suami, orang tua, dan
anak. Terkadang keberpihakan salah satu anggota keluarga pada salah satu
pasangan calon (pemilih partisan) dapat mempengaruhi pilihan anggota keluarga
lainnya. Fenomena ini ditemukan pada informan Wasrap (Laki-laki, 50 tahun)
yang anaknya menjadi simpatisan Joko Widodo Basuki Tjahaja Purnama.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
Wasrap mengaku mendapatkan banyak informasi mengenai Joko Widodo
Basuki Tjahaja Purnama dari anaknya sedangkan ia juga menyebut media massa
sebagai sumber informasi lainnya yang meyakinkan dirinya untuk memilih Joko
Widodo Basuki Tjahaja Purnama. Anaknya, merupakan orang yang dekat
dengan kehidupan Wasrap. Oleh karena itu, Wasrap dengan mudah mempercayai
perkataan anaknya, dan akhirnya mengikuti apa yang diinginkan anaknya untuk
memilih pasangan Joko Widodo Basuki Tjahaja Purnama.
-omongin saya tentang Jokowi itu mas, katanya dia tau sendiri jokowi itu kayak gimana. Sama anak buah baik mau kumpul bareng kayak temen-temen aja gitu. Yah anak saya ngomongin banyak lah, tuh saya juga kan sampe dikasi baju kotak kotak ala jokowi. Kata anak saya Jakarta bakal berubah lebih baik lah kalo dipimpin jokowi. Saya ya udah ngikiut aja, kan anak sendiri yang ngomong, masa boong? Udah gitu kalo nonton tv banyak beritanya Jokowi juga sewaktu masih di Solo, ditambah lagi lihat kasus kasus-(Wawancara 19 September 2012)
Sementara itu, Mar (Perempuan, 30 tahun) yang merasa bahwa
pemerintahan gubernur Fauzi Bowo sudah cukup baik berperan secara aktif untuk
menganjurkan kepada keluarganya mencoblos Fauzi Bowo Nachrowi Ramli.
Mar berkilah komunikasi yang ia lakukan hanya sebatas referensi. Setelah
memberikan pandangannya mengapa ia memilih Fauzi Bowo Nachrowi Ramli,
Mar menyerahkan keputusan memilih kepada keluarga yang lain dan tidak turut
campur tangan. Mar sendiri sudah sepakat dengan seluruh keluarga intinya untuk
mencoblos pasangan incumbent tersebut. Terkait hal ini, Mar memberikan
pernyataannya sebagai berikut:
kepengennya milih foke, kan saya udah bilang tadi, saya udah tahu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
janjinya foke, dan kayaknya ditepatin gitu, jadi kasihlah kesempatan lima tahun lagi. Kalo Jokowi kan saya belum tahu. Saya juga ga kepengen pengaruhi orang lain sih, mas, tapi yang saya tau saya certain sama sodara saya ya saya jujur kalo milih Foke. Kalo mereka milih lainnya ya terserah, pilihan orang kan beda-beda ya harus bisa diterima. Kalo saya sekeluarga udah sepakat buat milih Foke mas. Suami, sama orang tua saya milih Foke, kalo yang lainnya gak tau kan ga serumah. Tapi sih kayaknya iya
2012)
Keputusan memilih dalam sebuah keluarga biasanya seragam (homogen)
karena kedekatan personal di dalam keluarga itu sendiri. Nimmo menjelaskan
bahwa semakin personal suatu saluran, semakin efektif dalam mengubah
pandangan seseorang mengenai suatu hal dan bahkan tindakan seseorang. Hal ini
dikarenakan penerima pesan percaya pada informan yang secara psikologis dekat
dengan dirinya, sehingga pesan yang disampaikan oleh informan akan diterima
dan dipercayai sebagai suatu hal yang benar.
Informan Setiawan yang termasuk dalam pemilih rasional mengaku
berkomunikasi dengan kakaknya mengenai pemilukada ini. Setiawan mengaku
hanya sekedar berbincang dan bercanda dengan kakaknya tentang pilihan mereka
di pemilukada. Setiawan tidak mempunyai tujuan untuk mempengaruhi pilihan
kakaknya atau sebaliknya. Perbincangan yang terjadi diantara mereka hanya
sekedar ingin tahu pilihan masing-masing dan alasan mengapa memilih pasangan
calon tersebut seperti pada keterangan Setiawan berikut ini:
ma kakak saya yang juga kerja disini, saya ya cuman bercanda aja nanya, mas kowe dukung sopo ki, aku Jokowi lho, taruhan yo sopo sing menang. Eh ternyata dia juga nyoblos Jokowi katanya, yaudah gak jadi taruhan. Hahahaha. Dia cerita sih milih Jokowi katanya kayaknya cuman Jokowi yang bener, lainnya muka korup semua.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
Keluarga dalam perannya sebagai lembaga sosial primer ternyata berperan
besar menjadi saluran komunikasi politik pada pemilukada DKI Jakarta 2012.
Walaupun begitu pengaruh yang dihasilkan tentu berbeda-beda skalanya. Seperti
yang terjadi pada informan Wasrap yang menjadikan anaknya sebagai sumber
informasi utama dan akhirnya mempengaruhi keputusan memilih yang
diambilnya. Hal itu jelas berbeda dengan yang dialami oleh informan Setiawan
yang hanya berbagi informasi dengan kakaknya tanpa bertujuan untuk
mempengaruhi satu sama lain untuk memilih salah satu pasangan calon.
b. Tetangga
Karakteristik masyarakat perkotaan seringkali diidentifikasi sebagai
masyarakat individualistis yang jarang bersosialisasi dengan lingkungan
sekitarnya. Namun dalam konteks masyarakat marginal yang juga hidup di
perkotaan, sosialisasi dengan tetangga dan lingkungan sekitarnya masih sangat
kental dirasakan. Hal ini dibuktikan dengan data yang didapat dari beberapa
informan yang menunjukkan bahwa komunikasi antar tetangga masih sering dan
erat dilakukan.
Dina (Perempuan, 45 tahun) mengungkapkan ia seringkali terlibat
perbincangan dengan tetangganya membahas pemilukada dan pasangan calon
yang maju. Dina yang pada putaran pertama memilih Joko Widodo Basuki
Tjahaja Purnama kemudian memilih untuk menjadi swing voters dan memilih
Fauzi Bowo Nachrowi Ramli di putaran kedua. Ia menyebut interaksinya
dengan tetangganya menjadi salah satu alasan mengapa ia menjadi swing voters.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
buat milih Foke. Tapi saya bukan enggak suka sama Jokowi, cuman memang kalo sekarang kayaknya Foke lebih bisa mimpin. Nggak tahu deh kalo lima tahun lagi. Kemarin itu aja bu saroh sama bu reno tetangga sebelah sini sambil ngobrolin Jokowi sama Foke. Pada bilangin kalo pada
Sementara itu komunikasi antar tetangga juga diakui oleh Suci
(Perempuan, 42 tahun) yang juga menjadi swing voters setelah melakukan
komunikasi interpersonal dengan tetangganya. Suci mengaku sebelumnya
memilih Joko Widodo Basuki Tjahaja Purnama setelah berkomunikasi dengan
tetangganya ia memilih untuk pindah memilih Fauzi Bowo Nachrowi Ramli.
Suci mengaku perbincangan yang terjadi antara dirinya dan tetangganya bersifat
perbincangan ringan, dan sebenarnya tidak berusaha mengarahkan salah satu
pihak untuk memilih salah satu pasangan calon. Namun ia sendiri tidak
menyangkal bahwa ia terpengaruh dengan perbincangan tersebut dan akhirnya
memilih untuk menjadi swing voters.
-ikutan gituan, juga nggak ngepek sama kehidupan saya mas. Lha tapi waktu nonton tv tuh, sebelum pak Jokowi maju tuh, udah banyak berita-berita dia kan ya? Yang tentang Esemka itu. Trus tau-tau dia malah maju jadi calon gubernur, jadi saya milih dia. Ya gara-gara berita di tipi itu, mas, yang bagus-bagus. Trus habis pemilihan yang pertama itu, di kampung sini kebetulan yang menang pak Foke, mas. Waktu ngobrol bareng ibu-ibu disini, kan pada cerita tuh milih siapa, ternyata pada milih Foke mas. Saya trus dikasih selebaran itu, isinya katanya Jokowi itu gini gini di Solo, ga baek lah pokoknya. Ibu-ibu juga pada bilang kalo harusnya gubernur itu ya yang asli Jakarta. Apalagi kan wakilnya Jokowi tuh si Ahok Cina juga, ya udah akhirnya pindah ke Foke mas. Mereka sih ga nyuruh saya nyoblos Foke, tapi setelah denger cerita mereka saya pindah sendiri m
Komunikasi interpersonal antar tetangga ternyata mampu mempengaruhi
keputusan memilih yang diambil seseorang. Tetangga dianggap sumber informasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
yang benar dan terpercaya sehingga perkataannya dapat dijadikan referensi untuk
memilih. Kedua informan diatas sebelum melakukan komunikasi interpersonal
dengan tetangga sebenarnya memiliki pilihan sendiri, namun setelah melakukan
komunikasi dengan tetangganya pilihan mereka berubah sesuai dengan pilihan
tetangga mereka. Hal ini menunjukkan bahwa komunikasi dengan tetangga
mempunyai peranan kuat dalam menentukan pilihan akhir. Sebelum melakukan
komunikasi dengan tetangganya, Suci merupakan pemilih yang hanya sekedar
memilih kemudian setelah melakukan komunikasi dengan tetangganya Suci
berubah menjadi pemilih partisan karena memilih Fauzi Bowo Nachrowi Ramli
dengan alasan pasangan tersebut berasal dari kalangan betawi.
betawi lho, lebih tau Jakarta. Joko orang jawa mana tahu sini, kesini aja baru karena maju nyalon ini kan? Tetangga saya pada bilang gitu, mas.
Komunikasi interpersonal terutama antar tetangga nampaknya mempunyai
pengaruh yang besar terhadap keputusan memilih masyarakat marginal DKI
Jakarta. Namun hal itu sepertinya hanya bisa terjadi pada pemilih yang hanya
sekedar memilih dan pemilih partisan.
Sementara itu pemilih rasional akan memikirkan faktor-faktor seperti
program kerja yang dikampanyekan dan seperti apa figur kandidat pasangan calon
yang maju sehingga pandangan dari perbincangan dengan orang terdekat
sekalipun akan dikesampingkan. Pemilih rasional tidak akan mengubah keputusan
memilihnya hanya karena perbincangan dengan tetangganya. Lebih dalam lagi,
pemilih rasional akan memikirkan keputusan memilihnya dari banyak aspek. Hal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
ini juga didukung dengan tidak adanya informan tipe pemilih rasional yang
melakukan komunikasi dengan tetangganya sebagai referensi keputusan memilih.
Model Komunikasi banyak tahap sesuai dengan jenis komunikasi yang
dilakukan antar tetangga, dimana seseorang dapat menjadi komunikator dan
komunikan dalam sebuah proses komunikasi. Model komunikasi banyak tahap
menjelaskan bahwa pesan dari media massa yang diterima komunikan kemudian
disampaikan kepada komunikan lainnya, begitu juga selanjutnya. Seseorang
mendapatkan informasi seputar pemilukada dari media massa, kemudian
menyebarkan kepada tetangganya, dan tetangganya mendapat informasi yang lain
kemudian menyebarkan ke tetangganya. Proses ini berlangsung secara terus-
menerus.
c. Teman
Dalam ilmu sosiologi teman adalah lembaga sosial primer setelah
keluarga. Teman sebaya (peer) sebagai sebuah kelompok sosial didefiniskan
sebagai semua orang yang mempunyai persamaan ciri-ciri seperti kesamaan usia
dan status sosial. Lembaga sosial teman seringkali terbentuk ketika seseorang
sudah masuk ke jenjang sekolah. Karena mempunyai kesamaan dalam banyak hal
seringkali komunikasi yang terjadi didalamnya mempengaruhi satu sama lain.
Kelompok teman dapat terbentuk melalui kesamaan, misalnya kesamaan tempat
tinggal (geografis), sekolah, dan tempat kerja.
Setiap orang pada dasarnya memiliki pandangan sendiri terhadap sesuatu
hal, namun keterlibatannnya dalam kelompok sosial teman dapat mengubah
pandangan seseorang mengenai hal tersebut. Teman juga dianggap sebagai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
sumber informasi tentang segala sesuatu. Sebagai contoh anak laki-laki sering
berbincang tentang kesukaan mereka masing-masing terhadap sepak bola.
Dalam konteks pemilukada ternyata komunikasi interpersonal antar teman
juga terjadi di kalangan masyarakat marginal pada pemilukada DKI Jakarta 2012.
Kehadiran teman sebagai salah satu sumber referensi dalam memilih salah satu
pasangan calon dirasakan oleh salah seorang informan, Meg (Laki-laki, 26 tahun).
Ia menyebut teman-temannya di tempat ia biasa nongkrong di sebuah pangkalan
ojek sering berbincang mengenai pemilukada. Meg dengan jelas menyebut bahwa
komunikasi dengan teman-temannya mempengaruhi keputusan memilihnya.
Karena pilihan Meg di putaran pertama tidak lolos ke putaran kedua, Meg harus
menentukan pilihan yang lain apabila tidak ingin golput. Meg menyatakan
referensi dari teman-temannya sangat membantu dirinya dalam mengambil
keputusan memilih.
-temen kebanyakan sih, kalo waktu nongkrong, nungguin ojek temen-temen biasanya suka cerita soal gubernur ini. Saya dengerin aja mereka ngomong apa, pada ngomongin Jokowi lah, saya dapet kabar Foke yang jelek-jelek itu juga dari mereka. Ya bikin males aja nyoblos Foke. Pilihannya Cuma Foke sama Jokowi yaudah jelas Jokowi aja. Kalo anak-anak itu pada nyoblos Jokowi juga kayaknya. Palingan mereka pada nanya
-yang lainnya nanggepi cuman ketawa. Saya mah ya lumayan terbuka lah
mber 2012)
Meg adalah pemilih rasional, oleh karena itu ia mempertimbangkan setiap
informasi yang masuk yang bisa dijadikan referensi untuk memilih. Ia
menyanggah apabila ia disebut memilih Joko Widodo Basuki Tjahaja Purnama
karena teman-temannya juga mencoblos pasangan calon tersebut. Ia menyatakan
bahwa ia mendapatkan banyak informasi mengenai pasangan calon dari teman-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
temannya, mulai dari program kerja sampai kejelekkan dari masing-masing
pasangan calon. Informasi dari teman-temannya itu kemudian ia jadikan bahan
pertimbangan untuk mengambil keputusan memilih.
Dari informan Meg dapat kita tarik kesimpulan bahwa komunikasi yang
terjadi antar teman dapat dijadikan referensi untuk mengambil keputusan memilih
bagi masyarakat marginal pada pemilukada DKI Jakarta 2012. Model Komunikasi
banyak tahap dapat berlaku dalam komunikasi antar teman, dimana pesan dari
media massa didapat oleh seseorang yang kemudian menyebarkan kepada
temannya, yang kemudian menyebarkan lagi kepada temannya yang lain. Lebih
jauh lagi komunikasi antar teman dapat mempengaruhi pilihan seseorang apabila
orang tersebut tidak memiliki referensi yang cukup mengenai pemilukada.
d. Majikan
Komunikasi interpersonal yang terjadi dalam hubungan pekerjaan juga
mampu mempengaruhi atau setidaknya menjadi referensi dalam keputusan
memilih yang diambil seseorang. Stratifikasi sosial vertikal berlaku dalam
pekerjaannya. Bawahan akan mendengarkan apa yang dikatakan atasannya dan
biasanya mempercayai perkataannya karena atasan diangap memiliki pengalaman
dan pengetahuan yang lebih banyak daripada dirinya. Dalam konteks pemilukada
komunikasi yang terjadi antara atasan dan bawahan efektif dalam mempengaruhi
keputusan memilih.
Ipeh (Perempuan, 36 tahun) bekerja sebagai pembantu rumah tangga.
Ketika bekerja ia seringkali berinteraksi dengan pemilik rumah yang menjadi
majikannya. Ipeh adalah tipe pemilih partisan yang pada putaran pertama memilih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
Fauzi Bowo Nachrowi Ramli karena alasan sama-sama berasal dari betawi tanpa
mendapatkan referensi mengenai pasangan calon lainnya. Ipeh kemudian
mendapatkan referensi dari majikannya mengenai pasangan calon lainnya Joko
Widodo Basuki Tjahaja Purnama.
bagus-bagus amat ya kasih satu kesempatan lagi lah. Awalnya cuman gitu sih, siapa sih Jokowi, mendingan Fauzi. Awalnya gitu, sampe pernah itu pagi-pagi waktu lagi belanja, saya dikasih selebaran, saya baca kok isinya gini jelek-jelekkin jokowi semua. Kan trus saya kasih lihat ke Mbak Jessi (majikan) trus dia bilang kalo itu ga bener, Mbak Jessi kan dulu pernah tinggal di Solo lama, ngrasain juga dipimpin pak Jokowi katanya ga gitu mas. Bohong. Wah saya trus ngrasa ga bener, tapi masih gak tau mau milih, malah kepikiran buat ga usah dateng aja. Saya trus banyak denger-denger cerita dari mbak Jessi sambil nonton berita Pak Jokowi itu, saya lihat orangnya kok kayaknya baik, kok difitnah gini ya? Tapi saya juga
Ipeh mengatakan bahwa majikannya tidak mempengaruhi dirinya untuk
memilih salah satu pasangan calon melainkan hanya memberikan dirinya
informasi yang selama ini tidak ia mengerti. Namun karena faktor majikan Ipeh
mempercayai informasi yang disampaikan oleh majikannya dan menjadi swing
voters memilih Joko Widodo Basuki Tjahaja Purnama. Berikut pernyataan Ipeh
mengenai hal itu:
milih Jokowi itu gara-garanya ya saya jadi ngerti kalo Jokowi mimpinnya lebih bagus daripada orang be(Wawancara 4 Oktober 2012)
Komunikasi interpersonal antar atasan dan bawahan ternyata efektif dalam
mempengaruhi keputusan seseorang bahkan bisa mengubah pilihan seseorang.
Faktor kepercayaan bawahan kepada atasannya membuat proses komunikasi
menjadi lebih mudah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
Model Komunikasi dua tahap dimana pesan yang diterima oleh opinion
leader dari media massa dan kemudian disampaikan kepada pengikutnya dapat
dilihat dari pola pengaruh komunikasi dari majikan kepada pembantunya. Majikan
berperan sebagai opinion leader yang mendapatkan informasi seputar pemilukada
dari media massa terutama televisi dan kemudian menyampaikan informasi
kepada pembantunya yang mempercayai segala yang diucapkan oleh majikannya.
Efek yang muncul pada proses komunikasi ini adalah pembantu akhirnya
mengubah pilihannya sesuai yang diharapkan oleh majikan.
2. Komunikasi Massa dan Keputusan Memilih
Penelitian mengenai efek media massa dari masa ke masa selalu
mengalami perubahan. Ada kalanya penelitian menunjukkan bahwa efek media
massa terhadap sangat kuat, namun di penelitian lain menunjukkan hal yang
sebaliknya yang ternyata efek media massa sangatlah lemah. Paul Lazarfeld,
seorang peneliti asal Amerika pernah melakukan penelitian terkait efek media
massa terhadap keputusan memilih di Erie Country, Ohio pada tahun 1940 dan
Elmira, New York tahun 1948. Temuan penelitian Lazarfeld menyatakan bahwa
peranan media massa sangatlah lemah dalam pengambilan keputusan memilih.
Penelitian ini juga menunjukkan bahwa komunikasi interpersonal ternyata lebih
efektif dalam mempengaruhi keputusan memilih yang diambil oleh seseorang.
Pada pemilukada DKI Jakarta 2012 media massa telah melakukan peran
yang luar biasa dalam menyebarkan informasi kepada masyarakat. Perhatian lebih
yang diberikan media massa kepada pemilukada DKI Jakarta 2012 ini telah
menyebabkan banyak masyarakat lebih aware terhadap pemilukada. Masyarakat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
mulai tertarik untuk mencari tahu mengenai pemilukada, tak hanya masyarakat
DKI Jakarta yang punya hak pilih melainkan juga seluruh masyarakat Indonesia.
Pemilukada DKI Jakarta memang mendapat porsi lebih besar di media massa baik
televisi, cetak maupun internet. Media massa ramai-ramai memberitakan dan
bahkan tidak sedikit yang menjadikan pemilukada sebagai liputan khusus.
Perhatian besar media massa terhadap pemilukada DKI Jakarta 2012 memang
beralasan. Gubernur Fauzi Bowo yang maju untuk mempertahankan kekuasaan
incumbent dianggap sudah gagal memimpin DKI Jakarta. Di saat yang bersamaan
popularitas walikota Solo, Joko Widodo sedang naik daun dan dianggap mampu
menjadi solusi permasalahan DKI Jakarta yang rumit. Jauh sebelum masa
pemilihan media massa sudah memberitakan tentang walikota Joko Widodo yang
berprestasi membangun Solo dan mengangkat citra positif kota Solo. Maka sangat
menarik ketika akhirnya Joko Widodo maju menjadi calon gubernur bersama
tokoh anti korupsi lainnya Basuki Tjahaja Purnama sebagai calon wakil gubernur.
Hal seperti ini tentu mendapatkan perhatian besar dari media massa. Dengan tidak
mengecilkan potensi calon gubernur dan calon wakil gubernur lainnya pemilukada
DKI Jakarta memang sudah diprediksi menjadi pertarungan dua kuda pacu antara
pasangan incumbent Fauzi Bowo Nachrowi Ramli dan Joko Widodo Basuki
Tjahaja Purnama.
Masyarakat khususnya mereka yang memiliki hak pilih kemudian mulai
menaruh perhatian pada pemilukada DKI Jakarta 2012 dengan banyak
mengumpulkan informasi seputar pemilihan seperti kandidat yang maju dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
pemilihan, apa saja program kerja yang mereka canangkan, dan bagaimana latar
belakang mereka.
Dalam media massa ada dua macam komunikator, yakni pasangan calon
yang maju dalam pemilihan beriklan atau berkampanye dan institusi media massa
tersebut sendiri dalam memberitakan informasi seputar pemilukada. Dari sudut
pandang pasangan calon, media massa merupakan media paling efektif untuk
mengkampanyekan diri mereka karena media massa memiliki jangkauan khalayak
yang luas dan heterogen.
Pada era globalisasi, arus informasi memegang peranan penting dalam
segala aspek kehidupan manusia dengan media massa sebagai salurannya.
Kekuatan informasi dianggap sangat efektif untuk mempengaruhi kognitif
(pikiran), afektif (sikap) bahkan behavioral (perilaku) masyarakat dalam tingkat
tertentu. Dengan media massa, komunikator dapat menggiring khalayak sesuai
dengan pesan yang diinginkannya (Wijaya, 2009:47).
Dalam konteks pemilu, kandidat calon yang bertindak sebagai
komunikator menyebut peranan media massa sebagai saluran komunikasi
sangatlah besar untuk menyebarkan pesan yang mereka kampanyekan kepada
khalayak. Media massa oleh Severin (1977) diartikan sebagai suatu bentuk
komunikasi yang menggunakan saluran dalam menghubungkan komunikator
dengan komunikan yang bersifat massal, geografisnya luas dan heterogen (Sofiah,
2003:16).
Dan Nimmo (1999:187) menyatakan bahwa iklan politik di media massa
adalah sumber informasi utama khalayak dan berperan dalam pembentukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
persepsi masyarakat (picture of our head). Oleh karena ini tak heran pada
Pemilukada DKI Jakarta 2012, para kandidat berlomba untuk mengiklankan diri
di media massa.
Dalam skala nasional media televisi memang lebih efektif dalam
mengkomunikasikan pesan-pesan kampanye kepada khalayak. Namun dalam
skala regional seperti pemilukada biasanya media cetak dan televisi lokal sudah
cukup. Pemilukada DKI Jakarta mendobrak anggapan tersebut dengan banyaknya
pasangan calon yang maju dalam pemilukada yang beriklan di televisi nasional.
Pasangan incumbent tercatat sebagai salah satu pasangan calon yang paling
banyak beriklan di televisi nasional, bahkan selain itu pasangan ini juga beriklan
di jaringan bioskop nasional Cineplex.
Gambar 3.1 TV
Fauzi Bowo Nachrowi Ramli
Sumber : youtube.com (diakses 22 November 2012)
Dalam TVC berdurasi 30 detik ditampilkan beberapa selebriti (Anji,
JFlow, Cindy Bernadette, Peewee Gaskin) yang memberikan testimonial kepada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
pasangan Fauzi Bowo Nachrowi Ramli. Testimonial berisi kebaikan dan
kemajuan Jakarta selama dipimipin oleh gubernur Fauzi Bowo. TVC ini muncul
hampir di semua stasiun televisi nasional di Indonesia dan bahkan tayang di jam
primetime.
Pasangan calon independen Faisal Basri Biem Benjamin yang notabene
berbudget sangat kecil juga sempat beriklan di televisi nasional walaupun
frekuensinya hanya bisa dihitung dengan jari. Konsep TVC ini hampir sama
dengan TVC milih pasangan Fauzi Bowo Nachrowi Ramli yakni dengan
menjadikan selebriti sebagai endorser mereka. Bedanya, TVC Faisal Basri Biem
Benjamin ini selebritis yang menjadi talent tidak dibayar dan malah membantu
pasangan independen ini dalam berkampanye. TVC ini membawa tagline
pasangan ini yakni Berdaya Bareng-Bareng yang maksudnya adalah mengajak
rakyat Jakarta untuk bekerja bersama membangun Jakarta.
Gambar 3.2
TV Commercial - Biem Benjamin
Sumber : youtube.com (diakses 22 November 2012)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
Berbeda dengan TVC pasangan Fauzi Bowo Nachrowi Ramli yang
menjadikan selebriti sebagai endorser, TVC Joko Widodo Basuki Tjahaja
Purnama menampilkan kehidupan masyarakat Jakarta yang terganggu karena
banyak permasalahan yang belum bisa diselesaikan. Dalam TVC ini juga ada
testimonial dari beberapa rakyat Jakarta yang mengeluhkan permasalahan
disekitar mereka. TVC ini ditutup dengan tagline yang juga program kerja yang
dikampanyekan, yakni Jakarta Baru.
Gambar 3.3
TV Commercial Basuki Tjahaja Purnama
Sumber : youtube.com (diakses 22 November 2012)
Selain TVC berdurasi 30 detik tersebut pasangan ini juga melakukan
inovasi berkampanye dengan merilis sebuah film dokumenter yang ditayangkan
pada stasiun MetroTV pada tanggal 5 Juli 2012. Film dokumenter berjudul
ara eksplisit menggambarkan segala
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
permasalahan yang ada di Jakarta dan solusi yang disiapkan pasangan ini jika
terpilih. Film ini sempat mendapatkan tanggapan dari banyak pihak yang
umumnya positif menyambut keberadaan film ini. Dalam film ini juga terkandung
banyak sekali informasi yang bisa dijadikan pertimbangan calon pemilih dalam
menentukan keputusan memilih.
Gambar 3.4
Sumber : Istimewa
Sementara itu pasangan calon lain Alex Noerdin Nono Sampono dan
Hidayat Nur Wahid Didik J. Rachbini juga beriklan di televisi. TVC kedua
pasangan ini hampir sama isinya yakni mengajak masyarakat Jakarta yang
memiliki hak memilih untuk mencoblos mereka. Sementara itu satu pasangan
calon lain yakni Hendardji Soepandji Riza A. Patria memilih tidak berkampanye
melalui iklan televisi karena minimnya budget yang mereka miliki.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
Gambar 3.5
TVC Hidayat Nur Wahid Didik J. Rachbini
Sumber : youtube.com (diakses pada tanggal 22 November 2012)
Gambar 3.6
TVC Alex Noerdin Nono Sampono
Sumber : youtube.com (diakses pada tanggal 22 November 2012)
Selain iklan di televisi dan media cetak, pasangan calon yang maju dalam
pemilukada DKI Jakarta juga dapat menjadi komunikator untuk
mengkampanyekan diri mereka dalam debat calon gubernur dan wakil gubernur
yang ditayangkan secara langsung oleh sebuah televisi lokal dan televisi nasional.
Acara debat ini diselenggarakan oleh Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD)
DKI Jakarta bekerja sama dengan kedua stasiun televisi tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
Gambar 3.7
Debat Pemilukada DKI Jakarta 14 September 2012
Sumber : youtube.com (diakses pada tanggal 22 November 2012)
Debat pertama diselenggarakan pada tanggal 14 September 2012 yang
ditayangkan stasiun JakTV dan debat kedua diselenggarakan tanggal 16
September 2012 yang ditayangkan stasiun MetroTV. Tujuan KPUD DKI Jakarta
mengadakan debat ini adalah sebagai sarana bagi para pasangan calon untuk
menunjukkan visi, misi, dan program kerja mereka bagi masyarakat DKI Jakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
Gambar 3.8
Debat Pemilukada DKI Jakarta 16 September 2012
Sumber : youtube.com (diakses pada tanggal 22 November 2012)
Dalam debat ini masyarakat Jakarta mempunyai kesempatan untuk menilai
siapa yang terbaik yang ingin mereka pilih, bukan hanya dari sisi program kerja
melainkan juga dari figur kepemimpinan. Dalam dua debat tersebut terlihat jelas
pertentangan karakteristik antar pasangan calon terlihat dari cara mereka
menjawab pertanyaan sama yang ditujukan kepada mereka. Seorang informan
juga mengaku mendapatkan informasi setelah menonton acara debat di televisi.
Dina (Perempuan, 45 tahun) menyatakan bahwa ia dapat menilai masing-masing
pasangan calon dari debat yang ia tonton di televisi mulai dari program kerja
sampai emosinya. Ia juga menyayangkan Cawagub Nachrowi Ramli yang sempat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
menyinggung isu SARA kepada cawagub Basuki Tjahaja Purnama. Berikut
pernyataan Dina tentang acara debat yang ia tonton di televisi:
Jokowi itu kayaknya gak pinter ngomong pinteran Ahoknya. Kalo Foke sama Nara sama-sama pinter. Sebenernya sih pak Faisal itu kayaknya juga bagus, tapi saya kurang yakin dia menang, ga terkenal sih. Yang lain cuman kayak penggembira aja. Paling seru itu waktu Nara kemarin itu SARA, tapi untungnya si Ahok jawabnya tenang aja. Dari debat kita bisa tahu gimana tuh orang- (Wawancara 20 September 2012)
Dalam debat ini media massa hanya berperan sebagai saluran komunikasi
sementara peran komunikator dijalankan oleh para kandidat calon. Para pengamat
menilai debat ini tidak substantif dimana debat selalu melebar keluar konteks yang
dibicarakan. Bahkan debat ini juga dinilai hanya sebagai arena adu saling serang
antar calon gubernur dan wakil gubernur daripada mengemukakan program kerja
yang seharusnya menjadi nilai mereka yang dikampanyekan. Walaupun begitu
debat ini dapat menambah referensi masyarakat yang ingin memilih dan terbatas
pengetahuannya terhadap figur kandidat. Melalui debat ini pemilih dapat
menyimpulkan sendiri apakah figur yang ditampilkan dalam debat tesebut bisa
menjadi pemimpin yang baik bagi mereka.
Media massa sendiri juga menjalankan peran sebagai komunikator dalam
pemilukada DKI Jakarta 2012 dengan menyebarkan pemberitaan seputar
pemilukada mulai dari penyelenggaraan sampai kegiatan para kandidat calon.
Pemberitaan pemilukada DKI Jakarta memang telah menghiasi banyak headline
surat kabar nasional dan hadir di setiap acara berita televisi nasional, belum lagi
portal online yang menyuguhkan berita yang kurang lebih sama hampir setiap satu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
jam selama masa pemilihan. Dengan segala informasi yang diberikan media
massa kepada khalayak maka akan sangat mudah bagi calon pemilih untuk
mencari informasi mengenai pemilihan.
Dalam konteks pemilukada DKI Jakarta 2012, pemberitaan media massa
khususnya televisi memang lebih didominasi oleh dua pasangan, yakni pasangan
incumbent Fauzi Bowo Nachrowi Ramli dan Joko Widodo Basuki Tjahaja
Purnama. Segala kegiatan yang dilakukan oleh kedua pasangan ini selalu menjadi
perhatian media massa. Bedanya Joko Widodo Basuki Tjahaja Purnama
mendapat pemberitaan positif sementara Fauzi Bowo Nachrowi Ramli
kebanyakan mendapat pemberitaan negatif. Hal ini tak terlepas dari beberapa
kontroversi yang dilakukan pasangan ini dan tim suksesnya selama masa
pemilihan.
Pertama, Rhoma Irama, penyanyi dangdut senior Indonesia yang diketahui
juga simpatisan pasangan incumbent tersebut dalam dakwahnya menyatakan
bahwa seharusnya seorang muslim memilih pemimpin yang muslim. Hal itu
diperparah dengan pernyataannya tentang ibu dari calon gubernur Joko Widodo
bukan seorang muslim. Pernyataan tersebut kemudian diralat dikemudian hari
namun sudah terlanjur memberikan persepsi buruk di kalangan masyarakat.
Kedua, blunder yang dilakukan oleh gubernur Fauzi Bowo saat diwawancarai
wartawan dalam beberapa kesempatan ia membuat pernyataan yang menyerang
baik secara implisit dan eksplisit kepada calon gubernur Joko Widodo. Ketiga,
pada debat putaran kedua yang disiarkan langsung di MetroTv, calon wakil
gubernur Nachrowi Ramli menyerang calon wakil gubernur Basuki Tjahaja
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
Purnama dengan kata-kata bernuansa SARA. Ketiga kontroversial ini mendapat
perhatian lebih dari media massa yang memberitakannya secara massif yang
membuat popularitas pasangan ini semakin turun dan rasa simpati justru muncul
ke pasangan Joko Widodo Basuki Tjahaja Purnama.
Gambar 3.9
Pemberitaan media televisi mengenai Pemilukada DKI Jakarta 2012
Sumber : youtube (diakses pada 6 Oktober 2012)
Media massa memang cenderung menjadi sumber informasi yang paling
mudah diakses bagi calon pemilih termasuk masyarakat marginal di Jakarta. Dari
12 informan yang peneliti wawancara semuanya mengaku mendapatkan informasi
baik dari surat kabar maupun televisi walau sebagian besar menyebut televisi
sebagai sumber informasi mereka. Setiawan mengaku banyak mendapat
pengetahuan mengenai kandidat calon dari televisi terutama mengenai calon
gubernur Joko Widodo.
banget beritain Pak Jokowi, dari semasa masih di Solo dulu sampai kampanye disini. Saya udah nonton dari awal pake baju kotak kotak itu sampe kampanye-kampanye ini, blusukan kemana-mana itu juga saya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
Setiawan juga menyebutkan referensi yang ia dapatkan dari televisi
jugalah yang akhirnya membuatnya memilih Joko Widodo Basuki Tjahaja
Purnama. Setiawan terpengaruh pemberitaan media massa yang seringkali
memberitakan hal positif tentang calon gubernur Joko Widodo. Setiawan juga
tidak mengelak hal itu, ia menyatakan bahwa pemberitaan mengenai Joko Widodo
memang lebih positif apalagi bila dibandingkan dengan pemberitaan Fauzi Bowo
yang lebih didominasi berita negatif. Terkait hal itu berikut pernyataan Setiawan:
Beritanya emang lebih banyak soal Pak Jokowi sama Foke. Sama-sama banyak. Bedanya cuman kalo beritanya pak Jokowi yang baik-baik, trus kalo Foke yang jelek-
Sementara itu Faisal (Laki laki, 35 tahun) menyatakan memang
mendapatkan informasi seputar pemilihan dari televisi, namun berbeda dengan
Setiawan, Faisal tidak terpengaruh dengan pemberitaan media massa. Faisal
adalah pemilih partisan yang memilih Fauzi Bowo Nachrowi Ramli. Walaupun
pemberitaan media massa terhadap pasangan calon ini seringkali negatif namun
itu tidak mengubah keputusan memilih Faisal untuk tetap mencoblos pasangan
incumbent ini.
campaign, jelek-jelekkin Jokowi. Katanya SARA juga, Jakarta nggak boleh punya pemimpin Kristen. Trus juga pas debat di tv itu, Si Nara
ga begitu percaya saya. Di tv juga baik-baikkin Jokowi banget, aneh, ga imbang rasanya. Kalo saya sih milih enggak berdasarkan isu-isu gituan mas, saya
2012)
Keppler mengemukakan ada enam jenis pengaruh yang ditimbulkan media
massa. Pertama, media dapat menyebabkan perubahan yang diinginkan. Kedua,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
media juga mampu menyebabkan perubahan yang bertentangan dengan yang
diinginkan. Ketiga, media menyebabkan perubahan kecil. Keempat, media
memperlancar perubahan baik sesuai yang diinginkan maupun sebaliknya.
Kelima, media dapat mencegah perubahan. Keenam, media memperkuat apa yang
sudah ada (McQuail, 1996:231). Jenis pengaruh keenam yakni media memperkuat
apa yang sudah ada terjadi dengan Wasrap (Laki laki, 50 tahun) yang merasa
bahwa informasi yang ia dapatkan dari televisi memperkuat keputusan yang sudah
ia ambil untuk memilih Joko Widodo Basuki Tjahaja Purnama. Ia menyatakan
pemberitaan positif mengenai pasangan tersebut di media massa cukup
memberikan pertimbangan lebih baginya untuk memilih pasangan tersebut.
nonton tv. Nonton TvOne, nyiarin beritanya pak Jokowi. Sebelum maju jadi calon, saya udah tahu pak Jokowi lho, waktu berita soal esemka itu. Dari tv, saya lumayan tahu pak Jokowi. Awalnya saya bingung mas mau milih siapa. Eh tau anak saya ngomong-omongin saya tentang Jokowi itu mas, katanya dia tau sendiri jokowi itu kayak gimana. Udah gitu kalo nonton tv banyak beritanya Jokowi juga sewaktu masih di Solo, ditambah lagi lihat kasus kasus-nya Foke banyak amat, ah ya udah lah milih Jokowi
Cerita lain muncul dari Meg (laki-laki, 26 tahun) yang bingung harus
memilih siapa pada putaran kedua setelah pilihannya pada putaran pertama tidak
lolos. Kemudian ia mendapatkan informasi seputar kandidat calon yang maju
yakni Fauzi Bowo Nachrowi Ramli dan Joko Widodo Basuki Tjahaja
Purnama. Media massa menempatkan dua pasangan ini dalam kubu yang berbeda,
protagonis dan antagonis yang menyebabkan Meg lebih simpati pada pasangan
Joko Widodo Basuki Tjahaja Purnama.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
sampe bosen. Kalo yang saya tahu banyak ya Jokowi itu, sama si Foke kan
Untuk Ike (Perempuan, 40 tahun) media massa adalah sumber informasi
utama. Ia mengaku semua referensinya mengenai pemilukada ia dapatkan dari
membaca koran dan menonton televisi. Ia juga terpengaruh pencitraan positif
pasangan Joko Widodo Basuki Tjahaja Purnama sehingga akhirnya
memutuskan untuk memilih pasangan ini setelah mengetahui figur dan program
kerja mereka di media.
oran kan, mas. Banyak isinya yang bahas pilkada, malahan akhir-akhir ini ada laporan khususnya. Saya emang orangnya suka baca jadinya banyak tahulah. Dari berita itu terus saya tertarik sama Jokowi. Kalo Pak Jokowi sih kelihatannya cocok, udah terbukti di Solo, kelihatannya ga banyak janji tapi bener kasih bukti. Gitu sih kata berita di tv, tapi kayaknya emang bener lihat orangnya di tv
Pengaruh media massa terhadap keputusan memilih memang umumnya
bersifat tidak langsung bertentangan dengan teori peluru dan jarum suntik.
Pengaruh yang dihasilkan media massa tidak langsung karena banyak faktor lain
yang mempengaruhi pilihan seseorang seperti persepsi, karakteristik orang
tersebut, dan nilai dan norma yang dianut orang tersebut. McLuhan dalam
teorinya Sense Extention Theory menyatakan bahwa media massa merupakan alat
perangsang indera yang mampu mengubah persepsi dan pada tahap yang lebih
lanjut mampu mengubah perilaku seseorang (Sofiah, 2003: 16). Seperti yang
terjadi pada Informan Mar yang memilih informasi yang diterimanya dari televisi.
Menurut teori persepsi selektif, seseorang cenderung memilih informasi yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
sesuai dengan apa yang dipercayainya, hal ini yang menjadi salah satu hambatan
dalam proses komunikasi massa.
Kalo itu sih iya, mas, di tv banyak berita soal Jokowi. Soal dia mimpin Solo lah, gimana baiknya, deket sama rakyat. Tapi itu kan di Solo, beda lah sama Jakarta. Apa-apanya beda, mas. Jadi saya ga begitu percaya sih. (Wawancara 19 September 2012)
Dalam penelitian ini peneliti menemukan fakta bahwa media massa dapat
berpengaruh dalam keputusan memilih yang diambil oleh masyarakat marginal
DKI Jakarta 2012 terkecuali tipe pemilih partisan yang tidak memiliki tendensi
terhadap satu pasangan calon tertentu. Peranan media massa dalam menentukan
keputusan memilih dapat sebagai penentu pengambilan keputusan, dan juga
memperkuat keputusan memilih yang telah diambil. Sesuai teori limited effect,
Media massa tidak mempunyai kekuatan yang cukup besar untuk mempengaruhi
secara langsung keputusan memilih seseorang namun media massa mampu
menjadi referensi bagi calon pemilih dalam menentukan keputusan memilihnya
terutama tipe pemilih rasional, dan juga apabila media massa dapat menjadi
sumber informasi bagi opinion leader dan menjadi bentuk komunikasi
interpersonal seperti pada model komunikasi dua tahap, atau model komunikasi
banyak tahap maka pengaruh yang ditimbulkan dapat saja lebih besar.
B. Partisipasi Politik dan Perilaku Memilih Masyarakat Marginal pada
Pemilukada DKI Jakarta tahun 2012
1. Partisipasi Politik
Pemilukada DKI Jakarta tahun 2012 ini boleh dibilang sebagai pemilukada
yang paling banyak mendapat perhatian dari masyarakat, tidak hanya masyarakat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
ibu kota melainkan juga masyarakat Indonesia. Alasannya jelas bahwa Jakarta
sebagai tolak ukur pemilukada di daerah lain, apalagi posisi Jakarta sebagai
ibukota sekaligus kota terbesar di Indonesia yang menimbulkan pendapat
pemilukada di Jakarta adalah pemilu mini Indonesia. Karakteristik kemajemukan
yang berada di Jakarta dianggap mewakili keseluruhan wilayah Indonesia. Oleh
sebab itu menarik bila Pemilukada DKI Jakarta tahun 2012 ini dijadikan acuan
para pengamat politik menuju Pemilu Presiden yang akan diselenggarakan pada
tahun 2014 mendatang.
DKI Jakarta terkenal dengan keberagaman latar belakang baik etnis, suku
bangsa, agama dan pekerjaan. Namun juga masyarakat DKI Jakarta dikenal
sebagai masyarakat yang apatis terhadap politik. Hal ini terbukti pada pemilukada
DKI Jakarta tahun 2007 yang lalu dimana jumlah golongan putih (golput)
mencapai 34,59%. Beberapa faktor yang ditengarai menjadi alasan banyaknya
jumlah golput adalah Daftar Pemilih Tetap yang tidak pasti, sehingga banyak
masyarakat yang tidak tercantum dalam Daftar Pemilih Tetap dan tidak bisa
mengikuti pemilukada, juga keengganan masyarakat DKI Jakarta untuk ikut serta
dalam Pemilukada dan memilih untuk berlibur. Kebanyakan dari mereka
beranggapan bahwa percuma mengikuti pemilukada karena tidak akan bermanfaat
bagi kehidupan mereka.
Masyarakat DKI Jakarta terbagi menjadi 3 kelas, yakni masyarakat
marginal, kelas menengah, dan kelas atas. Masyarakat marginal adalah golongan
masyarakat yang jumlahnya paling banyak di Jakarta sehingga muncul anggapan
bahwa siapapun yang bisa memenangkan suara dari masyarakat marginal akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
memenangkan pemilukada. Anggapan itu tak sepenuhnya salah, memang suara
dari masyarakat marginal sangatlah signifikan, namun kebangkitan partisipasi
politik dari kelas menengah yang biasanya golput berpotensi untuk mengubah
hasil pemilukada.
Partisipasi Politik dalam Pemilukada DKI Jakarta tahun 2012 yang
diharapkan adalah dengan mencoblos pasangan calon gubenur dan wakil
gubernur. Namun kegiatan yang berkaitan dengan pemilukada seperti mengikuti
kampanye, menjadi simpatisan, atau menginformasikan pemilukada kepada orang
lain juga sudah disebut sebagai partisipasi politik.
Dalam pemilukada DKI Jakarta 2012 ini, masyarakat marginal memang
masih menjadi target empuk bagi sebagian besar pasangan calon gubernur dan
wakil gubernur. Pasangan calon independen Faisal Basri Biem Benjamin
menolak anggapan itu, dan memilih kelas menengah sebagai target pasar mereka.
Hasilnya tidak buruk-buruk amat, mereka mendapatkan suara 4,98% dan yang
lebih luar biasa, mereka mencatat sejarah baru sebagai calon independen pertama
yang bisa mengungguli pasangan calon yang diusung banyak partai besar, Alex
Noerdin Nono Sampono. Faisal Basri sendiri pernah menyatakan bahwa hasil
yang ia capai merupakan sebuah kemenangan. Dalam sebuah wawancara dengan
televisi swasta, Faisal Basri menyatakan hasil ini menandai kebangkitan
partisipasi politik dari masyarakat kelas menengah. Artinya Masyarakat kelas
menengah sudah mulai melihat politik sebagai suatu hal yang patut mendapat
perhatian dari mereka, dan walaupun secara tidak langsung akan mempengaruhi
kehidupan mereka.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
Pemilukada DKI Jakarta 2012 diberitakan secara intens oleh media massa
sehingga menimbulkan kesan bahwa pemilukada ini mendapat perhatian khusus
dari masyarakat Indonesia. Hal ini juga ditanggapi positif oleh masyarakat dengan
memberikan suaranya pada hari pemilihan. Dari informan yang peneliti
wawancarai, semua informan mencoblos baik pada pemilukada putaran pertama
dan putaran kedua. Walaupun tidak mewakili populasi masyarakat marginal DKI
Jakarta, fenomena ini bisa menjadi pembelajaran demokrasi yang bagus bagi masa
depan mengenai keputusan memilih dan referensinya.
Setiawan (Laki-laki, 31 tahun, Buruh) menyatakan partisipasinya dalam
pemilukada kali ini adalah karena keinginannya untuk melihat perubahan di
Jakarta. Setiawan yang merupakan pendatang dari Jawa berharap dengan adanya
pemilukada, masa depan Jakarta yang suram bisa berubah menjadi cerah.
en lihat perubahan di kota ini mas. Masa gini-gini aja terus, macet terus, banjir terus. Apalagi denger-denger tuh katanya pemerintahan yang sekarang korup. Trus takut juga kalo nanti saya golput suara saya dipake lagi, daripada gitu mending nyoblos. Toh kan cuman 5 menit untuk 5 tahun gitu
2012)
Senada dengan Setiawan, Santi (Perempuan, 30 tahun) yang kesehariannya
bekerja sebagai penjahit keliling juga menginginkan perubahan bagi Jakarta. Ia
berharap gubernur baru yang akan terpilih mampu menampung aspirasi rakyat dan
membawa perubahan besar bagi DKI Jakarta. Santi juga menyatakan bahwa
partisipasinya pada pemilukada kali ini karena juga pemilukada ini mendapat
perhatian khusus oleh media massa dan masyarakat Indonesia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
baru. Hahaha. Ini pemilu ga kayak yang kemarin mas, pemilu tahun ini gede banget kayaknya apa gara-gara pak Jokowi nyalon ya? Saya juga gak tau deh. Kepingin ikutan di pemilu yang udah digede-gedein ini, asal bukan cuman pemilunya aja yang gede, waktu njabat nanti juga
Sementara itu, beberapa informan menyatakan bahwa partisipasi mereka
dalam pemilukada DKI Jakarta 2012 sebatas karena mereka ingin menjadi warga
negara yang baik. Seperti yang diungkapkan Meg yang baru saja mendapat Kartu
Tanda Penduduk DKI Jakarta, partisipasinya dalam pemilukada adalah semata-
mata karena ia ingin menjadi warga negara yang baik.
DPT yang pertama kemarin nama saya sempet belum ada tuh, saya bingung, untung waktu di TPS saya boleh nyoblos pake KTP, ya saya nyoblos, itung-itung belajar (Wawancara 19 September 2012)
Selain Meg, informan lain yang partisipasinya dalam pemilu karena ingin
menjalankan hak-nya sebagai warga negara adalah Dina (Perempuan, 45 tahun)
yang mencoblos karena pada hari pemilihan pabrik tempatnya bekerja libur, dan
tidak ada acara lain dan juga Mar (Perempuan, 30 tahun) yang memilih menutup
warungnya setengah hari agar bisa mengikuti pemilihan. Berbeda dengan kelas
menengah yang memanfaatkan hari libur pemilihan untuk liburan bersama
keluarga dibandingkan mengikuti pencoblosan, masyarakat marginal yang
kebanyakan tidak mempunyai anggaran liburan lebih memilih untuk mengikuti
pencoblosan.
masih ga mau nyoblos. Hehehe. Saya juga dapet rejeki nyiapin makanan buat yang coblosan itu, mas. Nyoblos kan juga buat kite sendiri sebagai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
warga negara yang baik katenye harus nyoblos biar sedikit yang golput.
2012)
nyoblos gitu. Jadinya ya saya nyoblos. Pemilu gini kan buat masa depan yang lebih baik juga kan, siapa tahu Jakarta kedepannya bisa lebih baik
20 September 2012)
Sementara itu Ipin (Laki-laki, 30 tahun) mengungkapkan bahwa
partisipasinya dalam pemilukada tak lebih karena ia tak ingin suaranya
disalahgunakan oleh pihak yang tidak bertanggungjawab. Ia menganggap hasil
pemilu juga tidak akan berpengaruh pada kehidupannya. Ipin juga merasa apatis
terhadap dunia politik dan semua elite didalamnya. Ia menilai pasti ada
kepentingan yang menguntungkan dibalik orang-orang yang terlibat secara
langsung di pemilukada.
ut gituan. Lebih milih kerja, cari duit. Saya waktu coblosan pertama juga males mas mau nyoblos apa juga bingung ya udah sekenanya aja mas waktu itu saya juga lagi buru-buru mau kerja, sopir kayak saya mah gak ada hari liburnya mas. Tapi ya saya sempetin nyoblos mas, karena udah diingetin juga sama pak RT sama tetangga juga yang jaga TPS, saya bingung kenapa pada mau ya repot-
September 2012)
Partisipasi politik di pemilukada 2012 dilakukan sebagian besar
masyarakat marginal karena mereka menginginkan perubahan yang lebih baik di
DKI Jakarta. Hal ini senada dengan pernyataan Ike (Perempuan, 40 tahun) yang
menginginkan Jakarta yang lebih dibaik di masa depan.
um tahu deh besok mau nyoblos siape, tapi yang pasti saya nyoblos mas, udah dapet suratnya kemarin. Gak enak kalo gak nyoblos, TPS nya didepan rumah saya tuh. Saya ini rakyat kecil cuman pengen diperhatiin, mas. Ya kalo gubernurnya baru siapa tau lebih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
baiSeptember 2012)
Mereka menganggap partisipasi politik yang mereka lakukan dalam
memilih gubernur dan wakil gubernur adalah satu-satunya cara yang bisa mereka
lakukan untuk membawa perubahan di Jakarta.
2. Perilaku Memilih
Perilaku memilih merupakan tindakan warga negara dalam memberikan
suaranya untuk memilih wakilnya di pemilu, baik dalam pemilu legislatif,
presiden dan kepala daerah. Perilaku memilih juga mencakup latar belakang
seseorang dalam memilih dan juga tindakan untuk tidak memilih salah satu
kandidat atau yang sering disebut golongan putih. Dalam pemilukada DKI Jakarta
masyarakat marginal yang jumlahnya paling banyak menarik untuk dilihat
perilaku memilihnya. Berikut ini gambaran perilaku memilih masyarakat marginal
dalam pemilukada DKI Jakarta tahun 2012 yang diwakili informan penelitian.
Tabel 3.1
Gambaran Perilaku Memilih Masyarakat Marginal DKI Jakarta dalam Pemilukada tahun 2012
No. Informan Tipologi Pemilih Kandidat Pilihan
1 Setiawan Pemilih Rasional Joko Widodo Basuki Tjahaja
Purnama
2 Faisal Pemilih Partisan Fauzi Bowo Nachrowi Ramli
3 Wasrap Pemilih Partisan Joko Widodo Basuki Tjahaja
Purnama
4 Meg Pemilih Rasional Alex Nurdin Nono Sampono
Joko Widodo Basuki Tjahaja
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
Purnama
5 Ipin Pemilih Sekedar
Memilih
Fauzi Bowo Nachrowi Ramli
6 Ike Pemilih Rasional Joko Widodo Basuki Tjahaja
Purnama
7 Mar Pemilih Sekedar
Memilih
Fauzi Bowo Nachrowi Ramli
8 Dina Pemilih Partisan Joko Widodo Basuki Tjahaja
Purnama
Fauzi Bowo Nachrowi Ramli
9 Lina Pemilih Partisan Joko Widodo Basuki Tjahaja
Purnama
10 Santi Pemilih Rasional Joko Widodo Basuki Tjahaja
Purnama
11 Suci Pemilih Partisan Joko Widodo Basuki Tjahaja
Purnama
Fauzi Bowo Nachrowi Ramli
12 Ipeh Pemilih Rasional Fauzi Bowo Nachrowi Ramli
Joko Widodo Basuki Tjahaja
Purnama
Sumber: Hasil wawancara peneliti dengan informan (diolah)
Pawito dalam penelitiannya pada pemilu 1999 dan 2004 menggolongkan
perilaku pemilih masyarakat ke dalam empat kelompok, yakni pemilih yang hanya
sekedar memilih, pemilih partisan, pemilih rasional, dan golongan tidak memilih
(golongan putih).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
1. Pemilih Sekedar Memilih
Pemilih yang hanya sekedar memilih dalam pemilu biasanya disebabkan
karena pemilih yang bersangkutan kurang atau tidak mendapatkan informasi yang
cukup mengenai pasangan calon gubernur dan wakil gubernur pada pemilukada
DKI Jakarta tahun 2012. Minimnya informasi biasanya karena keterbatasan akses
terhadap sarana komunikasi. Seharusnya bagi masyarakat perkotaan hal ini sudah
bisa diatasi karena mereka bisa mendapatkan informasi darimana saja. Namun
informasi yang mereka dapatkan belum tentu juga mempengaruhi mereka untuk
memilih salah satu pasangan calon gubernur dan wakil gubernur. Pemilih yang
hanya sekedar memilih karena merasa harus memberikan suaranya daripada
suaranya dipergunakan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Hal ini
diungkapkan oleh Ipin (30 tahun), Warga Mangga Dua yang kesehariannya
bekerja sebagai sopir memilih Fauzi Bowo Nachrowi Ramli pada putaran
pertama dan masih ragu untuk memberikan suaranya pada putaran kedua.
Menurutnya, siapapun gubernurnya tidak akan mengubah Jakarta.
nggak ada yang bener. Kita bingung, kita udah pilih dia, tapi kita dibawah nggak ditengok sama dia. Dia udah naik pangkat, pasti kan beda pembawaannya sama sebelum naik 2012)
Ipin terkesan tidak peduli siapa yang akan menjadi gubernur, akan tetapi ia
lebih memilih Fauzi Bowo Nachrowi Ramli dengan alasan siapapun
gubernurnya tidak akan berpengaruh bagi dirinya. Ia juga apatis pada perubahan
yang diusung pasangan Joko Widodo Basuki Tjahaja Purnama. Menurutnya
Jakarta tidak sesederhana Solo yang sebelumnya dipimpin oleh calon gubernur
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
Joko Widodo, dan seharusnya Jakarta dipimpin oleh gubernur yang mengenal baik
luar dalam Jakarta seperti gubernur Sutiyoso.
nonton di tv. Jokowi katanya bisa ngerubah kota Solo. Lha tapi kota Solo sepadat apa, dibandingin Jakarta. Kayak Sutiyoso tuh yang kenal baik
eptember 2012)
Mar (Perempuan, 30 tahun) juga menyatakan kesediaannya berpartisipasi
dalam pemilukada hanya semata-mata karena ia ingin menggunakan hak-nya
sebagai warga negara. Ia menyatakan memilih Fauzi Bowo Nachrowi Ramli
walaupun tidak tahu program kerja yang dikampanyekan pasangan calon ini. Ia
menilai baik kinerja pemerintahan dibawah gubernur Fauzi Bowo sudah cukup
baik, dan beberapa kebijakan dirasakan olehnya.
nyoblos gitu. Jadinya ya saya nyoblos. Pemilu gini kan buat masa depan yang lebih baik juga kan, siapa tahu Jakarta kedepannya bisa lebih baik lagi? Harapan saya sih gitu. Duh, saya nyoblos Foke, mas. Kayaknya Jakarta aman-aman aja dipimpin ama dia. Lumayanlah, tapi saya juga gak tau dia gimana, trus nanti mimpinnya gimana, kayak gini lagi apa beda saya gak tau. Saya juga kurang tahu programnya apaan. Ya milih aja kan gubernur kalo ganti juga ga bawa dampak buat orang kecil, mas, jadi pilih
eptember 2012)
Pada dasarnya pemilih tipe ini menganggap bahwa pemilukada hanya
hajatan orang besar, dan tidak akan berpengaruh terhadap kehidupannya. Mar juga
menilai siapapun gubernurnya tidak akan mengubah nasibnya. Jadi menurutnya
gubernur yang sekarangpun dipilih lagi tidak akan ada salahnya. Pandangan Mar
memang tidak sepenuhnya salah. Kebijakan yang dibuat pemerintah memang
mungkin tidak dirasakan secara langsung oleh masyarakat, khususnya masyarakat
yang hidup diambang garis kemiskinan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
2. Pemilih Partisan
Pemilih partisan juga dikenal sebagai pemilih fanatik. Pemilih fanatik
mempunyai arti apapun yang terjadi pada pasangan calon favoritnya tidak akan
mempengaruhi pilihannya. Pemilih tipe ini mempunyai pasangan calon gubernur
dan wakil gubernurnya yang difavoritkan. Tim sukses, kader partai, dan keluarga
pasangan calon gubenur dan wakil gubernur termasuk dalam golongan ini. Alasan
seseorang menjadi pemilih partisan adalah adanya kesamaan ideologis, tradisi,
latar belakang, agama, dan etnis. Tak pelak isu-isu SARA seringkali menjadi
bumbu politik dalam setiap pemilu. Begitu pula yang terjadi pada pemilukada
DKI Jakarta tahun 2012 dimana pasangan calon gubernur Joko Widodo Basuki
Tjahaja Purnama yang paling sering menjadi korban isu SARA yang merebak
dikalangan masyarakat DKI Jakarta. Alasan paling jelas adalah latar belakang
calon wakil gubernur Basuki Tjahaja Purnama yang merupakan keturunan etnis
tionghoa.
Salah satu pemilih partisan adalah Wasrap (Laki-laki, 50 tahun, Buruh
Industri) yang memilih pasangan Joko Widodo Basuki Tjahaja Purnama karena
anaknya adalah simpatisan pasangan calon tersebut.
Nyoblos Mas Jokowi itu lho, yang walikota Solo, yang suka pake baju kotak kotak. Saya kemarin dikasih sama anak saya, katanya besok kalo
Fenomena menarik yang bisa didapatkan dari informan Wasrap adalah
kesamaan latar belakang etnis dengan pasangan Fauzi Bowo Nachrowi Ramli
tidak membuat Wasrap memilih mereka melainkan memilih berdasarkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
pengaruh anak yang merupakan simpatisan Joko Widodo Basuki Tjahaja
Purnama.
Jakarta. Buat apa yang milih orang Betawi kalo ga bi sa mimpin.
2012)
Berbeda dengan Wasrap yang memilih pasangan Joko Widodo Basuki
Tjahaja Purnama karena faktor anaknya yang simpatisan pasangan calon tersebut,
Lina (Perempuan, Ibu rumah tangga, 27 tahun) yang berasal dari Solo menyebut
kesamaan suku dan pengalaman pernah dipimpin oleh Joko Widodo menjadi
alasan dirinya mencoblos pasangan Joko Widodo Basuki Tjahaja Purnama
-gara saya orang Solo, jadi nyoblos walikotanya sendiri. Saya juga sempat ngerasain dipimpin Pak Jokowi, dan tahu gimana perubahan yang dibawa beliau. Contohnya pasar klitikan itu, mas pasti tau juga kan? Nah, kalo disini saya kepengen juga Jakarta bisa berubah kayak Solo gitu. Kalo saya mah udah mantep m(Wawancara, 20 September 2012) Lina juga menyebut bahwa kampanye hitam yang ditujukan kepada Joko
Widodo Basuki Tjahaja Purnama tidak mempengaruhi pilihannya, dia akan tetap
memilih mereka. Lina mengungkapkan bahwa kesamaan latar belakang bukan
satu-satunya alasan ia teguh memilih Joko Widodo Basuki Tjahaja Purnama
melainkan karena ia percaya Joko Widodo mampu menjadi solusi atas masalah
yang dihadapi Jakarta.
Deket sama rakyat kecil. Intinya sih Pak Jokowi itu. Dia dengerin apa yang dimau sama rakyat, terus diwujudin deh ama beliau. Janjinya juga ga muluk kan, tapi ditepatin lah. Pak Jokowi itu udah terkenal baik, anti korup, bahkan kan gajinya jadi walikota enggak diambil. Udah cukup bukti lah itu. Kalo pak Jokowi jadi gubernur, saya seneng lah mas, pengen Jakarta bisa kayak di Solo. Saya aja sampe beli baju kotak-kotak ini sama suami saya. (Wawancara 20 September 2012)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
Kesamaan latar belakang juga menjadi alasan yang kuat bagi Dina
(Perempuan, 45 tahun) untuk memilih Fauzi Bowo Nachrowi Ramli. Namun ia
juga menyanggah kalo pilihannya hanya semata-mata karena kesamaan latar
belakang. Ia menyatakan Fauzi Bowo yang sudah bekerja di birokrasi DKI Jakarta
selama puluhan tahun lebih mengenal dengan baik permasalahan yang dihadapi
Jakarta, dan Nachrowi Ramli yang mempunyai latar belakang militer dianggapnya
mempunyai ketegasan untuk memimpin Jakarta. Dina juga menunjukkan
keengganannya memiliki pemimpin non-muslim.
gini ya, emang sih ada solidaritas sesama betawi, tapi benernya gara-gara dia kan udah kenal Jakarta dengan baik gitu, mas. Latar belakangnya juga kan udah kerja di Pemkot lama itu mas. Pak Nara juga kan militer jadi kan tegas gitu. Kalo Jokowi sama Ahok itu kan pada pengusaha ya, jadinya harusnya pinternya dagang kan? Ya emang juga ada ajakan buat milih yang seagama gitu, mas, saya juga agak gimana aja kalo Jakarta dipimpin
Hal yang menarik dari Dina adalah perbedaan pilihan pada putaran
pertama dan kedua. Dina pada awalnya memilih Joko Widodo Basuki Tjahaja
Purnama namun mengganti pilihannya pada putaran kedua. Ia berkilah bahwa
alasannya menjadi swing voters adalah masalah latar belakang agama dan suku.
saya lihatnya Pak Foke itu kan taat beragama, kelihatan, mas, udah gitu kan pak Nara juga ketua forum betawi gitu. Jadinya mereka berdua kayaknya pas mimpin Jakarta, udah ngerti Jakarta banget lah. Kalo Pak Jokowi kan memang masih muda ya, jadinya emang saya lihatnya masih
Pemilih partisan adalah pemilih yang jumlahnya paling banyak diantara
pemilih lainnya. Hal ini masih dimaklumi, terutama di Indonesia yang mempunyai
karakteristik masyarakat yang melakukan sesuatu atas dasar faktor sungkan dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
kesamaan yang ada diantara mereka. Hal menarik dalam pemilukada, terutama
kaitannya dengan pemilih partisan adalah peran partai dalam pemilukada 2012.
Joko Widodo Basuki Tjahaja Purnama yang hanya didukung oleh dua partai
(PDIP dan Gerindra) dan tidak punya banyak kursi di DPRD menang atas
pasangan lainnya yang notabene didukung oleh banyak partai, yang memiliki
massa lebih banyak di Jakarta. Fenomena ini memberikan fakta baru dalam
pemilukada di Indonesia dimana faktor simpatisan partai dan anggota partai kini
tidak signifikan lagi mempengaruhi hasil pemilukada. Hal ini jelas bertolak
belakang dengan pemilukada 2007 dimana saat itu Fauzi Bowo Prijanto menang
karena didukung mayoritas partai. Hasil pemilukada 2012 juga mengingatkan
peneliti pada pemilu presiden 2004 dimana Susilo Bambang Yudhoyono menang
mengalahkan Megawati Soekarnoputri yang saat itu diusung partai terbesar di
Indonesia, PDI Perjuangan.
3. Pemilih Rasional
Dalam pemilu, pemlih rasional adalah yang diharapkan untuk
meningkatkan kualitas pemilu itu sendiri. Walaupun begitu, tidak bisa dipungkiri
bila ada faktor-faktor yang mempengaruhi pilihan seseorang seperti pada tipe
pemilih lainnya. Pemilih rasional adalah tipe pemilih yang mampu mengambil
keputusan yang logis dengan didasari oleh pertimbangan-pertimbangan yang
matang, setelah melakukan analisis mengenai alternatif pilihan yang tersedia.
Pemilih rasional cenderung aktif untuk mencari tahu informasi dan
referensi sebanyak-banyaknya mengenai pemilukada, pasangan calon yang maju,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
program kerja, kampanye, serta tidak punya hubungan apapun dengan pasangan
calon yang maju dalam pemilukada DKI Jakarta 2012 baik dalam hal agama, ras,
ideologis, partai, ikatan keluarga dan pertemanan.
Pilihan yang diambil oleh pemilih rasional cenderung diambil secara sadar
dan sangat memperhatikan alternatif pilihan yang ada. Pemilih rasional
mempunyai karakteristik untuk membandingkan pasangan calon satu dengan yang
lain dalam hal figur dan program kerja yang disampaikan selama kampanye.
Pemilih rasional jelas mampu membedakan mana calon yang lebih baik
menurutnya, dan pilihannya tidak berubah-ubah.
Meg (Laki-laki, 26 tahun) salah satu informan yang mewakili tipe pemilih
rasional. Pemuda yang kesehariannya bekerja serabutan di kawasan Ancol, Jakarta
Utara ini memilih pasangan Alex Noerdin Nono Sampono pada putaran pertama
pemilukada DKI Jakarta 2012 karena kebetulan ia mendapat pekerjaan dalam
kampanye Alex Noerdin Nono Sampono. Namun ia menyanggah apabila itu
adalah alasan utama dirinya memilih pasangan calon tersebut. Ia menyatakan
bahwa Alex Noerdin Nono Sampono adalah satu-satunya pasangan calon yang
ia ketahui program kerjanya.
yang saya tahu programnya juga cuma dia. Jadinya ya dia janji apa, saya denger, kalo misal dia kepilih trus ingkar, ya bisa didemo kan? Kalo menurut saya sih programnya bagus, tapi ya gak tau bisa jalan apa enggak. Orang Jakarta ruwet gini kan ya? Kalo yang lainnya saya mah gak tau. Si Foke saya juga ga kenal, palingan juga Jokowi yang terkenal sering keluar
Pada putaran kedua, Meg terpaksa harus mengubah pilihannya karena
pasangan calon yang ia pilih pada putaran pertama tidak lolos ke putaran kedua.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
Meg tetap akan memberikan suaranya karena ia takut suaranya akan dipergunakan
oleh pihak-pihak tertentu. Ia kemudian memilih pasangan calon Joko Widodo
Basuki Tjahaja Purnama karena ia sering menonton pemberitaan media massa
mengenai pasangan calon tersebut. Ia menyukai program kerja yang
dikampanyekan Joko Widodo yaitu perencanaan pembangunan kampung susun
bagi masyarakat yang tinggal di pemukiman kumuh.
nyoblos. Saya besok nyoblos Jokowi. Denger-denger dia bagus tuh, pengen tahu aja, gimana bagusnya, kok sampe rame banget tv beritain. Programnya banyak yang pro orang kayak saya, mas, katanya mau bikin kampung susun buat yang tinggal di kumuh-kumuh itu. Kalo bener dilakuin sih saya seneng banget. Kalo si Foke kan udah tau gimana jeleknya, buat apa dipilih lagi? Kalo buat saya mah, gubernurnya siapa aja
Meg juga menyatakan ketidaksukaannya kepada gubernur DKI Jakarta
yang lama, yakni Fauzi Bowo. Ia berharap kalau Fauzi Bowo tidak terpilih lagi di
pemilukada tahun 2012 ini. Meg menganggap Fauzi Bowo sudah gagal menjadi
gubernur, dan melakukan money politics untuk bisa menang di pemilukada.
nur gagal. Di tipi aja beritanya jelek semua, bener juga itu. Jakarta tambah basi dipimpin dia. Apalagi ini pemilu ini dia curang kayaknya. Kemarin ini saya baru denger, ada kampung yang dibeli sama dia. Temen saya yang cerita gini, di Jatinegara sana, ada beberapa RT yang didatengi tim suksesnya Foke. Ketua RT-nya mau dikasih duit asal semua warga nyoblos Foke. Nah loh, ada yang mau, ada juga yang ga mau.
September 2012)
Pemilih Rasional biasanya merefleksikan pilihannya terhadap
pemerintahan yang berkuasa di periode yang sebelumnya. Bila calon incumbent
mencalonkan diri lagi, pemilih rasional akan menilai kinerjanya dan memutuskan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
107
pilihannya berdasarkan kinerjanya dimasa lalu. Pemerintahan yang citranya positif
akan diberikan kesempatan untuk berkuasa satu periode lagi, sementara jika tidak,
maka pemilih akan mencari alternatif calon lain yang memberikan solusi atas
permasalahan yang dihadapi. Dalam konteks pemilukada DKI Jakarta tahun 2012,
pasangan incumbent yakni Fauzi Bowo Nachrowi Ramli mendapatkan citra
yang negatif di media massa. Hal ini juga diperparah dengan blunder yang
dilakukan pasangan calon selama masa kampanye berlangsung. Joko Widodo
Basuki Tjahaja Purnama dianggap sebagai alternatif pemimpin yang mampu
membawa perubahan yang baik bagi DKI Jakarta. Hal ini jelas menjadi
pertimbangan bagi Setiawan (Laki-laki, 31 tahun) yang bekerja sebagai buruh.
Setiawan memberikan penilaian negatif kepada gubernur Fauzi Bowo yang
dinilainya tidak mampu menjadi gubernur yang baik dan malah membawa Jakarta
semakin mundur, selain itu Setiawan juga merasa ada yang salah dalam birokrasi
pemerintahan DKI Jakarta.
di Solo, jadi saya sempat tanya-tanya sedikit tentang kepemimpinan Pak Jokowi di Solo. Kemudian, saya semakin yakin buat nyoblos Pak Jokowi ketika nonton tv, mas. Di tv, banyak banget berita yang nunjukin keberhasilan Pak Jokowi, termasuk saya kagum soal Esemka itu mas, masa walikota mau naik mobil bikinan anak sekolahan. Kata saudara saya kalo ga percaya pak Jokowi itu bagus mendingan ke solo lihat langsung aja, tapi saya belum sempet, mas. Saya lihat pak Jokowi itu nggak kayak pejabat lainnya, ya gimana ya, pokoknya saya ngrasanya Jokowi itu pro rakyat. Kalo Ahok itu saya lihat sebagai pemimpin muda yang tegas, mas. Jadinya kalo dibandingin sama Foke ya mereka menang telak. Janji Foke gak ada yang ditepatin, malah tambah buruk daripada jaman Bang Yos dulu. Udah gitu korup lagi, kalo mau tahu mas, bikin KTP itu susah banget lho, mau ketemu orang kelurahan kayak ketemu presiden. Kalo gitu pasti ada yang salah sama atasannya. Foke jelas itu, Pak Priyanto aja sampe ga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
108
kuat kan? Ini kampanye pake jelek-jelekin Jokowi juga kan? Ya gitu deh
Setiawan juga konsisten dengan pilihannya. Ia menyatakan tidak akan
mengganti pilihannya, dengan alasan apapun. Bahkan ia tak termakan isu
kampanye hitam yang menyerang pasangan Joko Widodo Basuki Tjahaja
Purnama. Menurutnya kampanye hitam itu hanya ide dari orang-orang yang tidak
suka Joko Widodo menang dalam pemilukada DKI Jakarta.
aya rasa saya tetap nyoblos Pak Jokowi. Karena saya rasa Pak Jokowi memang lebih baik. Contohnya begini, kemarin saya sempet dapet sms, isinya jelek-jelekin Pak Jokowi di Solo, padahal saya tahu sendiri dari orang Solo kalau Pak Jokowi enggak seperti itu. Jadinya kan kelihatan siapa yang takut kalah. Hehehe. Di kampung dekat rumah saya, pagi-pagi buta, juga pernah ada yang nyebarin selebaran di depan rumah, isinya sama kayak yang di sms itu, tapi saya ga kemakan, mas. Itu akal-akalan-nya orang aja yang pengen jegal langkah Pak Jokowi. Mereka takut aja Jokowi menang disini, mereka bakalan susah, yang pada korup itu. Orang pemkot juga bakalan bingung udah gak bisa bebas ngapa-ngapain lagi.
(Wawancara 19 September 2012)
Citra negatif dari pemerintahan sebelumnya juga memudahkan Ike
(Perempuan, 40 tahun) untuk menentukan pilihannya di pemilukada DKI Jakarta
tahun 2012. Citra merupakan hal yang penting dalam konteks pemilukada. Citra
menjadi gambaran yang pertama kali muncul ketika nama calon disebutkan. Citra
positif mampu mengangkat posisi calon tersebut untuk lebih mudah diterima
masyarakat, sementara citra negatif akan membawa calon tersebut semakin
dijauhi oleh masyarakat. Citra terbentuk oleh informasi dan pengalaman. Dalam
konteks pemilukada DKI Jakarta, gubernur Fauzi Bowo cenderung mempunyai
citra negatif karena kegagalannya menemukan solusi bagi permasalahan yang ada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
109
di Jakarta. Sementara Joko Widodo tampil dengan citra positifnya setelah pelbagai
prestasinya selama menjabat walikota Solo.
sekarang semrawut gini. Kemarin katanya bayaran anak Sekolah gratis, tapi anak aku belum gratis. Padahal ada sebagian yang udah gratis, kok nggak merata gitu ya. Saya orang kecil pengennya sederhana, mas, bisa nyekolahin anak sampe SMA, trus kalo berobat murah gitu. Nah, Pak Jokowi kayaknya bisa ngasih dua-September 2012)
Citra tampaknya telah menjadi parameter bagi seorang pemilih untuk
menentukan pilihannya. Santi (Perempuan, 30 tahun) menilai Jakarta
membutuhkan gubernur baru yang mengayomi rakyat, mau terjun lapangan dan
mendengarkan permasalahan langsung dari rakyat. Santi juga menyatakan
kekecewaannya selama masa pemerintahan gubernur Fauzi Bowo yang tidak
membawa solusi bagi permasalahan Jakarta dan malah menggunakan
kekuasaannya untuk memperkaya diri sendiri.
mendingan orang Jawa tapi becus. Gubernur yang sekarang tuh, kelihatan banget jeleknya kan, di debat di metro kemarin pake bawa ras segala. Jadi gubernur ga becus, ga ada masalah yang bisa dibenerin. Macet tambah macet, tambah parah. Banjir katanya udah ga banjir, ya masih aja kalo hujan deres. Sekolah anak mahal, katanya gratis. Padahal kan katanya uangnya ada, pasti dikorupsi itu mah. Saya yakin banget. Mana mungkin orang kayak gitu dipilih lagi. Kalo Jokowi kan baik tuh kelihatannya, di Solo dia juga rajin masuk kampung, malahan ga pernah ngantor banyakan ke kampung-kampung. Pejabat mana yang mau kayak gitu. Pejabat biasanya maunya dilayani, mana mungkin mau dilayani. Saya harapannya sih cuman sederhana, pengen punya gubernur baru yang paling nggak lah kelihatan mau deket sama rakyat, mau denger apa masalah di rakyat, mau terjun langsung ke lapangan. Gitu aja saya sudah seneng, bagus lagi kalo bisa bawa Jakarta jadi lebih baik. Tapi susah sih ya orang kotanya udah
September 2012)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
110
Pemilih rasional merupakan cerminan demokrasi yang baik. Pawito
mengungkapkan bahwa pemilih rasional adalah pemilih yang bebas (independen)
dari kepentingan golongan dalam mengambil keputusan. Mereka memiliki
loyalitas dan komitmen yang tinggi terhadap pemilukada dan hasilnya
dibandingkan dengan kepentingan golongan.
Dalam tipe pemilih yang dikemukakan Pawito sebenarnya ada satu tipe
pemilih lagi, yakni pemilih yang tidak memilih (golput). Namun dari informan
yang peneliti wawancarai, tidak ada informan yang golput atau tidak mencoblos di
pemilukada DKI Jakarta tahun 2012. Gerakan politik ini dimulai pada tahun 1970-
an yang diprakarsai oleh Arief Tanman sebagai bentuk protes terhadap rezim orde
baru yang dinilai tidak serius menjalankan demokrasi dalam pemilu. Pada
pemilukada DKI Jakarta tahun 2012 putaran pertama jumlah golput sebanyak
36,3%, dan pada putaran kedua jumlah pemilih golput turun menjadi 33,2%.
Lingkaran Survei Indonesia menyebut turunnya presentase pemilih golput
disebabkan oleh media massa yang secara massif memberitakan pemilukada 2012.
Pemilih golput jumlahnya juga belum berubah secara signifikan dibandingkan
pemilukada 2007 yang jumlah pemilih golputnya berkisar pada 34,2%. Angka ini
memberikan gambaran bagaimana partisipasi politik di Indonesia masih sangat
kurang, apalagi bila dibandingkan dengan negara demokrasi lainnya seperti
Amerika Serikat.
Pemilih tipe ini menilai pemilu dan hasilnya tidak akan membawa
perubahan yang berarti. Miriam Tanarjo menyebut fenomena golput sebagai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
111
dampak sistem politik yang yang ada belum mampu menjalankan komunikasi
untuk mempengaruhi pemilih berpartisipasi dalam pemilukada.
C. Referensi Memilih Masyarakat Marginal di Pemilukada DKI Jakarta
2012
Dalam keputusan memilih yang diambil oleh pemilih dalam pemilukada
dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal antara lain
berdasarkan kesamaan antara pemilih dan pasangan calon yang maju di
pemilukada. Faktor eksternal datang dari komunikasi yang terjadi baik dari orang
disekitar seperti keluarga, teman, dan tetangga, lalu dari iklan, kampanye, dan
pemberitaan di media massa.
Referensi yang datang baik dari orang lain dan media massa dapat
mempengaruhi keputusan memilih seseorang. Dari 12 informan dari masyarakat
marginal yang peneliti wawancarai mengenai referensi informasi mereka tentang
pemilukada, peneliti menemukan jawaban yang variatif.
1. Setiawan (Laki-laki, 31 tahun, Buruh Outsorcing)
Latar belakang seseorang mempengaruhi bagaimana orang tersebut
mengambil keputusan untuk memilih. Setiawan adalah seorang buruh outsorcing
di kawasan industri di daerah Ancol, Jakarta Utara. Sebagai pendatang yang
mengadu nasib di Jakarta, Setiawan sudah mengantongi Kartu Tanda Penduduk
DKI Jakarta, sekaligus namanya tercantum dalam Daftar Pemilih Tetap
Pemilukada DKI Jakarta tahun 2012.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
112
Setiawan mengaku referensi mengenai informasi pemilukada, beserta
pasangan calon yang maju dalam pemilukada ia dapatkan dari media massa
terutama dari televisi. Pemberitaan media massa, menurut Setiawan paling banyak
ia dapatkan dari stasiun televisi TvOne dan MetroTv.
banget beritain Pak Jokowi, dari semasa masih di Solo dulu sampai kampanye disini. Saya udah nonton dari awal pake baju kotak kotak itu sampe kampanye-kampanye ini, blusukan kemana-mana itu juga saya
Sementara itu Setiawan menyebut konten pemberitaan yang ia dapatkan
dari media massa kebanyakan berita mengenai calon gubernur Joko Widodo dan
gubernur Fauzi Bowo. Dalam pernyataan Setiawan, juga tersirat fakta bahwa
pemberitaan media massa mengenai calon gubernur seringkali tidak seimbang.
Joko Widodo dan Fauzi Bowo mendapatkan porsi berita yang jauh lebih banyak
daripada calon lainnya seperti Alex Nurdin, Faisal Basri, Hidayat Nur Wahid, dan
Hendardji Soepandji.
-sama banyak. Bedanya cuman kalo beritanya pak Jokowi yang baik-baik, trus kalo Foke yang jelek-jeleknya. Hahahaha. Kalo calon lainnya ya ada sih tapi nggak sebanyak Pak Jokowi. Misalnya pak Alex yang gubernur Sumsel itu, tampangnya ga nyenengin pasti kalo keluar di tipi. Calon independen itu yang Faisal itu ya, juga jarang keluar, iklannya juga gak ada. Trus kalo pak Hidayat kan udah pada kenal, tapi dia juga cuman kadang aja diberitain, palingan waktu kampanye. Oh ya satu lagi siapa ya saya lupa, yang independen juga itu, malahan saya gak tahu orangnya yang
Setiawan juga berkomentar mengenai pemberitaan gubernur Fauzi Bowo
yang kebanyakan bernada negatif. Ia menilai semua calon pemilih yang menonton
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
113
televisi sepertinya tidak akan ada yang memilih Fauzi Bowo kecuali memiliki
faktor pendukung seperti sama-sama orang Betawi.
negatif, jadi yang sering nonton tv mestinya udah pada ga mau milih Pak
(Wawancara 19 September 2012)
2. Faisal (Laki-laki, 35 tahun, Tukang Tambal Ban)
Faisal adalah salah satu pemilih partisan. Ia memilih pasangan Fauzi
Bowo Nachrowi Ramli karena keduanya berasal dari kalangan betawi. Faisal
menyatakan bahwa sebenarnya ia tidak tahu apa program kerja yang
dikampanyekan Fauzi Bowo, atau bagaimana kinerjanya selama menjabat sebagai
gubernur. Faisal menjelaskan bahwa informasi mengenai pemilukada ia dapatkan
dari media massa baik dari surat kabar maupun televisi.
k kenal Foke itu siapa. Dia orang gede, sini cuman orang kecil. Mana bisa ketemu. Jadinya ya saya sebenernya nggak tahu Foke itu kayak gimana. Saya cuman tahu dari media sih mas, kalo baca Koran gini (sambil nunjukkin Koran) sama kalo lagi dirumah nonton berita. Infonya lebih dari cukup, mas, sampe bosen malahan, beritanya itu-
Faisal juga menyebut keaktifannya dalam kegiatan lingkungan juga
menambah pengetahuannya mengenai pemilukada. Faisal juga bertugas sebagai
petugas TPS pada pemilukada DKI Jakarta 2012. Faisal menyatakan dari
kegiatannya tersebut, ia juga mendapat banyak informasi tambahan yang tidak ia
dapatkan dari media massa.
-temen bahas coblosan di kampung tuh banyak ngobrolin juga soal pilkada ini. Banyaklah yang diobrolin, saya juga kadang dapet berita yang tv gak tau, bisa saya denger dari temen-temen di kampung. Misalnya ya soal siapa yang nyebarin pamflet yang isinya jelekin Jokowi itu saya tahu orangnya. Anak sini juga.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
114
Kadang soal kampanye, yang pada dapet duit kalo ikutan kampanye. Banyak itu mas infonya, jadi saya tahu lah siapa yang jelek siapa yang
Faisal juga menilai televisi timpang dalam memberitakan pasangan calon
yang maju dalam pemilukada DKI Jakarta tahun 2012. Pemberitaan kebanyakan
didominasi oleh Joko Widodo dan Fauzi Bowo.
sama siapa tuh gubernur Sumsel, saya nggak tahu (hendardji bahkan nggak disebut). Di tv juga yang diberitain cuman dua calon itu. Dua-duanya beritanya sama-sama banyak, cuman ga adil aja si Jokowi beritanya bagus-bagus, eh, si foke jelek-2012)
3. Wasrap (Laki-laki, 50 tahun, Buruh)
Bagi Wasrap, mengikuti kampanye pemilukada adalah sebagai penampung
informasi sebelum ia memilih salah satu pasangan calon pada hari pencoblosan. Ia
mengaku datang ke kampanye pasangan calon Joko Widodo Basuki Tjahaja di
Senayan. Pria paruh baya yang bekerja sebagai buruh sebuah pabrik di kawasan
industri Ancol ini mengaku kalau dari kampanye tersebut ia mendapatkan
pengetahuan mengenai program kerja yang akan dikerjakan Joko Widodo
Basuki Tjahaja Purnama bila terpilih nanti.
-jauh ke Senayan buat ketemu Jokowi. Saya diajak anak saya, sempat salaman saya mas Jokowi. Orangnya ramah. Emang bener ya kalo orang solo itu ramah-ramah gitu?Waktu kampanye Jokowi nunjukkin noh contoh kartu sehat ama kartu pinter buat orang miskin. Terus juga nerangin gunanya kartu-kartu itu. Lumayan tertarik juga dengan programnya, kan belum pernah ada gituan
(Wawancara 19 September 2012)
Dalam kampanye tersebut Wasrap juga mampu menilai langsung figur
Joko Widodo sebagai seorang pribadi yang rendah hati dan murah senyum. Citra
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
115
positif Joko Widodo selama kampanye ini bahkan ia bandingkan dengan calon
gubernur lainnya yang menurutnya kurang bersahabat dengan rakyat apabila
dibandingkan dengan Joko Widodo. Pribadi Joko Widodo yang ia lihat secara
langsung sewaktu kampanye menimbulkan simpati. Ia juga terkesan dengan aksi
Joko Widodo yang tidak mau menerima gaji selama menjabat walikota Solo.
arin itu senyum terus, beda sama saingannya, apalagi gubernur yang sekarang. Ya, kalo saya sih kalo nonton tv atau baca Koran gitu, banyak beritanya pak Jokowi yang bagus-bagus waktu mimpin solo. Mumpung ada orang solo, saya mau tanya sekalian, emang bener ya pak Jokowi ga ambil gaji? Trus, sama anak saya, juga banyak dikasih tahu kalo pak Jokowi itu programnya bagus buat orang kecil kayak kita. Jadi tambah simpati waktu ketemu
Oktober 2012)
Selain dari kampanye, Wasrap mengaku mendapatkan referensi informasi
mengenai pemilukada dari media massa. Wasrap menilai pemberitaan yang
muncul di media massa sudah lebih dari cukup sebagai referensi informasi
mengenai pemilukada, mulai dari kampanye calon sampai permasalahan teknis
yang ada di pemilukada seperti daftar pemilih tetap.
Dari tv, mas. Saya kalo pulang kerja jam segini itu, biasanya mandi trus nonton tv. Nonton TvOne, nyiarin beritanya pak Jokowi. Sebelum maju jadi calon, saya udah tahu pak Jokowi lho, waktu berita soal esemka itu. Dari tv, saya lumayan tahu pak Jokowi. Soal lainnya saya juga tahu dari media sih, soal kampanye yang gak jelas itu, yang katanya ada selebaran hitam itu saya malah belum pernah lihat, mas, saya tahunya juga waktu nonton tv. Trus berita yang Rhoma ngelarang orang islam buat milih Ahok itu saya juga lihat di tv. Apalagi ya, masalah di pilkada ini, soal yg banyak ga dapet kartu pemilih itu juga, kampanye calon lainnya Jokowi saya juga cuman nonton di tv, udah cukuplah tv itu beritanya. Belum lagi kan
(Wawancara 19 September 2012)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
116
Wasrap juga tidak memungkiri apabila pemberitaan media massa tidak
merata dan lebih condong untuk memberitakan pasangan calon tertentu. Wasrap
menyatakan bahawa kebanyakan berita di media massa, terutama televisi lebih
banyak memberitakan Joko Widodo dan Fauzi Bowo.
tv. Yang ngetop di tv cuman Jokowi sama Foke, mas. Nah, kalo foke kan
(Wawancara 19 September 2012)
4. Meg (Laki-laki, 26 tahun, Serabutan)
Meg yang pekerjaannya serabutan pernah mendapatkan pekerjaan dari
kampanye yang diselenggarakan tim sukses Alex Noerdin Nono Sampono.
Pekerjaan itu mengharuskan Meg untuk mengikuti kampanye Alex Noerdin
Nono Sampono. Pernyataan Meg menunjukkan kalau dari kampanye tersebut ia
mendapat informasi mengenai program kerja Alex Noerdin Nono Sampono bila
terpilih nanti.
kerjaan lumayan tuh waktu itu. Saya bantu-bantu bawain alat kampanye yang gede-gede itu, mas. Jadinya ya mau gak mau kudu ikutan kampanye. Tapi ya dari kampanye itu saya ga cuman dapet duit, mas, lebih lagi saya jadi tahu program kerjanya Alex mau ngapain aja. Kalo menurut saya sih ya janji-janji kampanye biasa, tapi kalo udah denger trus milih nanti bisa didemo kan kalo ga ditepatin. Eh belum apa-apa udah kalah. Hehehehe. Ya
Meg mengaku mendapatkan referensi untuk memilih dalam pemilukada
dari teman-teman di pangkalan ojek yang ia terbiasa nongkrong di daerah Lodan,
Ancol, Jakarta Utara. Dari teman-temannya, Meg mengaku mendapatkan
informasi yang tidak bisa ia dapatkan dari media massa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
117
-temen dari berita juga banyak. Temen-temen kan banyak tuh dapet berita misalnya soal Foke yang beli massa. Kalo calon lainnya dari obrolan temen sih jalannya lurus-lurus aja. Ada juga temen yang disewa buat masang poster, eh, malah gak dibayar sama tim suksesnya kumis. Emang sialan itu orang. Hari-hari ini kalo nongkrong sama temen-temen bahannya gubernur mulu, jadi ya lumayan
eptember 2012) Selain dari teman-temannya, Meg juga mendapat referensi dari media
massa. Ia bahkan menyatakan kebosanannya menonton siaran televisi yang setiap
hari memberitakan pemilukada. Ia juga menambahkan kalau pemberitaan media
massa didominasi oleh pemberitaan Joko Widodo dan Fauzi Bowo.
sampe bosen. Kalo yang saya tahu banyak ya Jokowi itu, sama si Foke kan
5. Ipin (Laki-laki, 30 tahun, Sopir)
Keikutsertaan Ipin dalam pemilukada hanya sebagai pemilih yang sekedar
memilih karena tak ingin suaranya hangus atau dimanfaatkan pihak yang tidak
bertanggungjawab. Ipin mempunyai pendapat kalau pemilukada akan sama saja
dan tidak mengubah apapun, tapi ia masih memilih untuk berpartisipasi daripada
golput. Pemberitaan media massa mengenai pemilukada DKI Jakarta 2012 secara
massif nampaknya juga turut mempengaruhi Ipin. Ipin menyatakan bahwa mau
tidak mau harus tahu informasi seputar pemilukada karena setiap ia menonton
televisi, ia pasti menemukan berita mengenai pemilukada.
tapi setiap nyetel tv yang keluar pasti mukanya Jokowi atau apalah berita soal pilkada. Padahal ini kan ya cuman Jakarta, bukan Indonesia. Kenapa digede-gedein gini. Pilkada di daerah lain aja ga begini. Pasti ada apa-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
118
Menurut Ipin, pemberitaan media massa mengenai Joko Widodo dan Fauzi
Bowo tidak berimbang. Di televisi, Fauzi Bowo cenderung diberitakan negatif
sementara pemberitaan Joko Widodo di media massa lebih banyak positif. Ia juga
menolak untuk terlibat menjadi simpatisan satu pasangan calon dengan dalih tidak
ada untungnya berpartisipasi sebagai simpatisan.
-jelekkin fauzi. Kalo di internet katanya banyak yang jelek-jelekin Jokowi. Kalo di polling sms sih katanya Jokowi yang menang. Orang saya mau dijadiin pengurus, Jokowi atau Foke saja saya nggak mau. Waktu ditanya mau nggak jadi pengurus, saya balik nanya,
Ipin mengakui kalau pemilukada ini memang mengudang perhatian
banyak pihak, bahkan termasuk anak kecil sekalipun. Anak Ipin yang masih
berumur 6 tahun tiba-tiba mendatangi ayahnya dan meminta ayahnya untuk
memilih calon gubernur yang berkumis. Ipin menilai hal ini bisa terjadi karena
pemberitaan pemilukada di televisi yang sangat sering frekuensinya.
6. Ike (Perempuan, 40 tahun, Penjual Jus)
Ike adalah seorang informan yang terlihat mengikuti jalannya pemilukada
dengan seksama. Hal ini jelas karena Ike berharap akan adanya perubahan setelah
pemilukada berakhir. Ike yang termasuk pemilih rasional ini mengumpulkan
banyak referensi dan informasi seputar pemilukada, dan pasangan calon yang
maju. Dari banyak referensi yang ia dapatkan di media massa, Ike tertarik pribadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
119
Joko Widodo yang dicitrakan anti-korup, bersih, dan punya dedikasi pada
pekerjaannya.
isinya yang bahas pilkada, malahan akhir-akhir ini ada laporan khususnya. Saya emang orangnya suka baca jadinya banyak tahulah. Dari berita itu terus saya tertarik sama Jokowi. Pernah waktu saya baca tabloid itu diceritain kisah Jokowi jadi walikota Solo, ada ceritanya dia ga ambil gaji, trus mau banjir-banjiran sama warganya. Wah kelihatan bener kalo kerja
Ike juga membandingkan apa yang dilihatnya di televisi mengenai
gubernur Fauzi Bowo dan Joko Widodo selama menjabat sebagai walikota Solo.
tonton di tv sih Pak Joko selama mimpin di Solo baik, udah terbukti di Solo,masyarakat miskin bener-bener didatengi di rumah sakit. DI Jakarta sih sama aja bohong, tetep aja bayar. Kalo Pak Jokowi sih kelihatannya cocok, udah terbukti di Solo, kelihatannya ga banyak janji tapi bener kasih
Selain media massa, Ike juga mengaku berbagi informasi dengan teman-
temannya sesama pedagang di tempat ia bekerja. Ike mengaku aktif
menginformasikan apapun yang ia baca dan tonton mengenai pemilukada.
-temen disini (sesama pedagang) juga sering ngobrolin, mas, soal siapa yang harusnya jadi gubernur. Udah pada gak suka sama Foke sih ya mas. Tapi tetep juga ada juga yang fanatik pengen gubernur Jakarta itu ya Betawi. Trus dari temen-temen sini pada ngobrolin juga soal Jokowi. Saya juga kadang kasih info yang saya baca di Koran gitu soal Jokowi. Kayaknya pada nyoblos Jokowi juga deh. T19 September 2012)
7. Mar (Perempuan, 30 tahun, Pemilik Warung)
Mar mengaku tidak banyak mengumpulkan referensi dan informasi
mengenai pemilukada DKI Jakarta. Mar mengaku tidak membutuhkan banyak
referensi karena ia sudah tahu pasti siapa yang akan ia pilih. Namun ia tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
120
menyangkal kalau ia tetap mendapatkan informasi mengenai pemilukada yang
kebanyakan berasal dari media massa terutama televisi.
Mar tidak secara sengaja mencari informasi dari televisi, namun ia
menyatakan bahwa seringnya pemberitaan pemilukada di televisi yang
menyebabkan ia mau tak mau mendapatkan informasi dari media massa. Dari
pemberitaan media massa pula lah Mar mengenal sosok Joko Widodo.
Solo lah, gimana baiknya, deket sama rakyat. Tapi itu kan di Solo, beda lah sama Jakarta. Apa-apanya beda, mas. Jadi saya ga begitu percaya sih. Orang-orang yang pada dateng di warteg juga suka cerita Jokowi gitu, mas, kayaknya orang Jakarta banyak simpati sama dia. Kalo saya sih
Mar bahkan tidak mengetahui calon gubernur selain Fauzi Bowo dan Joko
Widodo yang ia kenal melalui televisi. Ia memang tidak berusaha mencari tahu
karena ia tidak akan memilih mereka.
-namanya mas. Orang saya juga ga mau milih mereka, jadi saya ga cari tahu. Tapi mereka juga kurang sosialisasi kayaknya, ga kayak dua calon yang menang ini. Di tv aja juga jarang beritanya, Jokowi terus mas. Sekali(Wawancara 19 September 2012)
Mar menilai kalau media massa tidak adil dalam memberitakan Joko
Widodo dan Fauzi Bowo. Ia menilai kalau media massa lebih sering
memberitakan Joko Widodo dan beritanya cenderung positif, sementara Fauzi
Bowo porsi beritanya lebih sedikit dan kebanyakan isinya bernada negatif.
8. Dina (Perempuan, 45 tahun, Buruh)
Dina adalah informan lain yang secara aktif mengumpulkan referensi dan
informasi seputar pemilukada sebagai bahan pertimbangan siapa yang akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
121
dipilihnya. Dina banyak mengumpulkan informasi dari televisi tentang apa saja
terkait dengan pemilukada.
ga salah milih, mas. Apalagi kalo ada debat gitu saya nonton seru mas. Di tv banyak banget berita tentang calonnya mas, jadinya bisa buat panduan
Dina mengaku mendapatkan banyak tambahan referensi dengan menonton
debat pasangan calon yang disiarkan di televisi. Menurutnya pdari debat tersebut
ia dapat mengenal karakteristik dari masing-masing calon.
Jokowi itu kayaknya gak pinter ngomong pinteran Ahoknya. Kalo Foke sama Nara sama-sama pinter. Sebenernya sih pak Faisal itu kayaknya juga bagus, tapi saya kurang yakin dia menang, ga terkenal sih. Yang lain cuman kayak penggembira aja. Paling seru itu waktu Nara kemarin itu SARA, tapi untungnya si Ahok jawabnya tenang aja. Dari debat kita bisa tahu gimana tuh orang-orang, emosinya juga kelihatan. Dari debatnya aja
(Wawancara 20 Oktober 2012)
Dina juga menambahkan kalau referensi tidak hanya ia dapatkan dari
media massa saja melainkan juga dari komunikasi yang ia lakukan dengan
sekitarnya. Misalnya, melalui obrolan tetangga, Dina juga secara aktif
membagikan informasi dan juga menerima informasi dari tetangganya mengenai
pemilukada. Dina juga menanyakan kepada suaminya yang dianggap lebih tahu
daripada dirinya.
lo itu sih, juga mas, namanya ibu-ibu kan suka ngerumpi. Nah, yang dirumpiin ya calon gubernur itu kalo sore-sore. Kebanyakan yang betawi milih Foke mas, trus yang pendatang belain Jokowi, jadi seru kalo pada debat. Saya juga suka nambahin lah yang saya tahu, soal debat itu, malahan kadang kita yang debat sendiri. Ada yang belain Jokowi ada yang belain Foke. Kalo dari keluarga sih mungkin suami ya mas, kan laki lebih ngerti soal ginian, jadi saya juga sering ngobrol sama dia, tanya yang saya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
122
ga ngerti. Udah deh mas, tiga bulan terakhir ini bahan obrolan juga cuman
9. Lina (Perempuan, 27 tahun, ibu rumah tangga)
Lina menyatakan ia mulai tertarik untuk berpartisipasi dalam pemilu sejak
ia tahu Joko Widodo maju dalam pemilukada DKI Jakarta 2012. Latar belakang
Lina yang berasal dari Solo dan sempat dipimpin oleh Joko Widodo menjadi
alasan Lina tertarik untuk berpartisipasi dalam pemilukada DKI Jakarta 2012.
Referensi memilihnya dalam pemilukada berdasarkan pengalamannya
dipimpin oleh Joko Widodo. Lina merasa selama Solo dipimpin oleh Joko
Widodo banyak perubahan yang terjadi, dan banyak kemajuan yang dialami kota
Solo. Lina menyatakan tidak membutuhkan referensi tambahan untuk mengambil
keputusan memilih.
dipimpin sama pak Jokowi, mas. Sama walikota sebelumnya, beda banget lah. Udah kayak bumi sama langit. Padahal waktu pertama njabat saya juga ga ngira kalo pak Jokowi bisa sukses gini. Tapi emang bener di Solo pak Jokowi bisa ngasih perubahan. PKL Banjarsari yang biasanya mentang-mentang aja bisa takluk loh. Jadinya kenapa kok nggak bisa di Jakarta? Gak ada salahnya dicoba. Kalo saya sih sebenernya ga butuh kampanye atau apa gitu saya udah tau sendiri
Walaupun begitu Lina juga masih mengumpulkan informasi dari media
massa terutama mengenai Joko Widodo. Ia juga mengaku tahu lebih banyak
mengenai gubernur Fauzi Bowo dari pemberitaan media massa. Selain itu
referensinya dalam memilih juga didukung oleh pernyataan dari keluarganya di
Solo yang meminta Lina untuk mendukung Joko Widodo.
nayangin tuh calon calon gubernur, jadi banyak tahu lah mas. Kalo soal Pak Jokowi kan emang udah tahu, tapi dari tv lebih banyak tahu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
123
bobroknya si Foke, mas. Duh, parah banget tuh orang. Jakarta tambah rusak dipimpin sama dia. Saya sih awalnya ga begitu peduli sama pemilukada, tapi begitu tau kalo pak Jokowi maju saya langsung cari informasi di tv. Bener enggak, wah ternyata bener. Saya jadi ikutan nyimak berita di tvone sama metro itu mas. Mulai dari daftar ke KPU sampe kampanye sampe pencoblosan mas. Berita soal pak Jokowi banyak banget, kebanyakan soal waktu masih di Solo. Kalo soal itu kan saya juga
September 2012)
10. Santi (Perempuan, 30 tahun, Penjahit)
Santi adalah informan lain yang mengaku mendapatkan referensi memilih
dari media massa. Santi menyebut ia terbiasa menonton televisi sambil menjahit.
Dari televisi Santi mengumpulkan banyak informasi terkait pemilukada dan
kemudian didiskusikan dengan suaminya. Santi juga mendapatkan informasi dari
suaminya terkait pemilukada yang tidak bisa ia dapatkan dari menonton televisi.
ga infotainment kan saya ya nonton berita, cari tahu gubernur ini. Siapa yang paling pantes. Di tv sih cuman dua yang gede beritanya. Si Foke sama Jokowi. Sebenernya dulu sempet pengen milih Hidayat, tapi kayaknya Jokowi lebih pantes deh. Kan ya? Suami saya itu juga sering ngobrol sama temen-temennya, juga dapet banyak cerita tuh soal Foke sama Jokowi. Mulai dari yang jelek-jelekin Ahok Cina itu, trus Rhoma itu yang katanya orang islam harus milih orang islam. Suami saya untungnya ga kepengaruh kayak gituan. Saya sendiri sempat dapet lho pamflet gituan yang isinya kegagalan Jokowi di Solo. Ah tapi saya ga percaya ah keliatan sih dari kata-
Senada dengan informan lain, Santi juga mengungkapkan pemberitaan
media massa cenderung hanya mengenai Joko Widodo Basuki Tjahaja Purnama
dan Fauzi Bowo Nachrowi Ramli. Frekuensi pemberitaan keduanya jauh lebih
banyak bila dibandingkan dengan pasangan calon lainnya.
11. Suci (Perempuan, 42 tahun, Buruh)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
124
Sebagai swing voters, Suci mengumpulkan referensi dan informasi dari
berbagai sumber yang berbeda yang mempengaruhi keputusannya untuk memilih.
Dari banyak sumber informasi, Suci menyebutkan bahwa informasi mengenai
pemilukada paling banyak ia dapatkan dari interaksi dengan orang-orang
disekitarnya. Salah satunya dari lingkungan sekitar rumah dan tempat kerjanya
yang kebanyakan mereferensikan Fauzi Bowo untuk dipilih oleh Suci. Namun hal
sebaliknya ia temukan saat menonton televisi, dimana pemberitaan Joko Widodo
yang kebanyakan merupakan berita positif.
Dari informan Suci juga didapatkan fakta bahwa ternyata sekarang
kampanye sudah tidak efektif lagi untuk mempengaruhi massa. Calon pemilih
sudah tidak tertarik untuk mengikuti kampanye apalagi yang tidak dibayar dan
memilih untuk mengumpulkan informasi mengenai kandidat dari media massa.
-mana mas. Pertama itu ya yang jelas kayak yang tadi saya omong dari tetangga sini, trus dari temen kerja. Laki saya juga kan banyak tahu, mas. Dia kan serabutan pernah disewa buat bikin panggung kampanyenya Foke itu. Pas kerja itu juga dia tahu kalo yang ikutan kampanye itu dibayar mas. Pantesan rame saya pikir. Trus kalo dari orang sini pan pada bilang Foke itu betawi, ya lebih baiklah dipimpin betawi. Ada lagi kalo dari tipi itu pan lebih banyakan Jokowi ya yang dibaikin, Foke-nya kebagian yang jelek. Ya saya taunya dari situ, mas. Pernah juga Jokowi waktu kampanye kesini ya, tapi sayang saya gak ketemu. Kalo kampanye sih saya ga pernah ikutan jadi gak tau, kata suami saya sih ya
tober 2012)
12. Ipeh (Perempuan, 36 tahun, Pembantu Rumah Tangga)
Ipeh adalah informan lain yang termasuk swing voters. Ipeh menyatakan
bahwa sebenarnya ia tidak tertarik dengan pemilukada. Partisipasinya dalam
pemilukada kali ini hanya karena dorongan dari keluarganya. Ia baru mulai
tertarik dengan pemilukada setelah putaran pertama dimana muncul Joko Widodo
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
125
Basuki Tjahaja Purnama yang unggul atas pasangan incumbent Fauzi Bowo
Nachrowi Ramli. Kemenangan mengejutkan itulah yang akhirnya membawa Ipeh
tertarik untuk mengumpulkan referensi untuk memilih di putaran kedua.
ginian, orang kayak saya gini benernya males mikir ginian kan nggak ada gunanya juga. Tapi trus kan pilkada ini kayaknya beda, saya itu baru mulai tertarik pilkada ini sehabis coblosan yang pertama. Orang pada ngomongin Jokowi. Jokowi pan menang tuh lawan Fauzi. Saya jadi pengen tahu deh siapa Jokowi kok
Ipeh kemudian mengumpulkan informasi dari televisi, dan juga ia
mendapat informasi tambahan dari majikannya di rumah ia bekerja yang ternyata
pernah tinggal di Solo dan merasakan dipimpin oleh Joko Widodo.
denger namanya tapi gak pernah lihat orangnya. Sehabis itu saya juga dikasih tau mbak Jessi itu soal pak Jokowi gini gitu. Ya dapetnya dari si tu
Ipeh mengaku juga pernah menerima pamflet yang berisi kampanye hitam
terhadap Joko Widodo. Kampanye hitam yang seharusnya bertujuan untuk
menjatuhkan Joko Widodo malah berbalik menjadi dukungan untuknya. Ipeh
menilai referensi yang disampaikan oleh majikannya banyak membantunya untuk
memutuskan kandidat yang akan ia pilih.
-pagi waktu lagi belanja, saya dikasih selebaran, saya baca kok isinya gini jelek-jelekkin jokowi semua. Kan trus saya kasih lihat ke Mbak Jessi (majikan) trus dia bilang kalo itu ga bener, Mbak Jessi kan dulu pernah tinggal di Solo lama, ngrasain juga dipimpin pak Jokowi katanya ga gitu mas. Bohong. Wah saya trus ngrasa ga bener, tapi masih gak tau mau milih, malah kepikiran buat ga usah dateng aja. Saya trus banyak denger-denger cerita dari mbak Jessi sambil nonton berita Pak
(Wawancara 4 Oktober 2012)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
126
BAB IV
P E N U T U P
A. Kesimpulan
1. Komunikasi dan Keputusan Memilih
a. Komunikasi Interpersonal dan Keputusan Memilih
Pola pengaruh komunikasi interpersonal juga dipengaruhi oleh media
massa itu sendiri. Keluarga dan Majikan bertindak sebagai opinion leader yang
mendapat informasi dari media massa dan menyampaikan kepada anggota
keluarga atau bawahannya. Pada hal ini berlaku prinsip komunikasi interpersonal
yakni relationship level, faktor hubungan relasi yang mempermudah proses
komunikasi, dan menghasilkan pengaruh yang diharapkan oleh komunikator.
Sementara itu, pada kelompok sebaya (peer) dan tetangga berlaku model
komunikasi banyak tahap, dimana pesan disampaikan media massa kepada
khalayak, yang kemudian membagi pesannya kepada orang disekitarnya. Pada hal
ini berlaku juga prinsip komunikasi, yakni has both content dimana setiap orang
dapat bertindak sebagai komunikator sekaligus komunikan. Masing-masing
mempunyai pesan informasi yang dapat dibagikan.
b. Komunikasi Massa dan Keputusan Memilih
Media massa dapat berpengaruh pada keputusan memilih pada pemilukada
DKI Jakarta 2012 walaupun pengaruhnya terbatas sesuai dengan teori Joseph
Keppler yang menyatakan bahwa pengaruh media itu lemah, apalagi apabila
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
127
dibandingkan dengan komunikasi interpersonal. Walaupun dalam komunikasi
interpersonal itu sendiri terdapat peranan media massa. Iklan politik di televisi
bukan sumber informasi utama, melainkan pemberitaan yang menjadi sumber
informasi di media massa. Informasi yang didapat di media massa berkaitan
dengan figur kandidat, pencitraannya, dan isu yang mengelilinginya adalah yang
paling mendapat perhatian, bukan program kerja.
2. Partisipasi Politik dan Perilaku Memilih Masyarakat Marginal pada
Pemilukada DKI Jakarta tahun 2012
Partisipasi masyarakat pada pemilukada DKI Jakarta 2012 didasari oleh
fakta segala permasalahan yang ada di DKI Jakarta mulai dari banjir, macet,
transportasi sampai pemukiman kumuh sudah semakin rumit, dan masyarakat
menginginkan gubernur baru membawa perubahan di Jakarta. Masyarakat juga
menginginkan pemimpin yang mau dekat dengan meraka, tidak hanya sewaktu
kampanye melainkan setelah menjabat tetap berinteraksi dengan warga.
Masyarakat juga sudah semakin malas mengikuti kampanye publik, karena
menurut mereka semua kampanye sama saja.
Pemilih yang hanya sekedar memilih beralasan bahwa pemilukada dan
gubernur baru yang nanti terpilih tidak akan membawa efek ke dalam
kehidupannya setelah berkaca pada pemilu/pemilukada sebelumnya, namun
keputusan mereka memilih adalah karena mereka tidak ingin suara mereka
dipakai orang yang tidak bertanggungjawab.
Sementara pemilih partisan pada pemilukada cenderung tidak termakan isu
SARA yang selama masa pemilihan menjadi topik yang sering muncul dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
128
pemberitaan media massa. Namun perubahan yang terjadi pada pemilukada DKI
Jakarta 2012 adalah kecenderungan identitas partai yang semakin ditinggalkan,
dan masyarakat lebih tertarik memilih figur yang ditampilkan kandidat calon.
Pemilih Rasional pada pemilukada DKI Jakarta 2012 memiliki
kecenderungan untuk memilih kandidat calon yang ia tahu, dan suka program
kerja, dan figur kandidat calon tersebut. Dalam konteks pemilih rasional, media
massa mempunyai peran yang sangat vital dalam memberikan referensi kepada
pemilih untuk menentukan keputusan memilihnya. Pencitraan, baik positif dan
negatif kandidat calon di media massa juga menjadi pertimbangan mereka dalam
memilih. Pemilih rasional bukanlah tipe swing voters yang mudah dipengaruhi,
namun mempunyai alasan yang jelas untuk memilih kandidat calon.
3. Referensi Memilih Masyarakat Marginal di Pemilukada DKI Jakarta
2012
Dari sebagian besar informan mengungkapkan bahwa informasi mengenai
pemilukada, mulai dari pendaftaran kandidat calon, kampanye, gimmick¸sampai
pada hari pemungutan suara dan penghitungan suara mereka dapatkan dari media
massa khususnya televisiSementara itu kebanyakan pemberitaan di media massa
cenderung hanya memberitakan dua kandidat calon, yakni pasangan Fauzi Bowo
Nachrowi Ramli dan pasangan Joko Widodo Basuki Tjahaja Purnama. Mereka
juga menilai pemberitaan keduanya bertolak belakang, dimana pemberitaan
pasangan Joko Widodo Basuki Tjahaja Purnama cenderung positif, sementara
pemberitaan pasangan Fauzi Bowo Nachrowi Ramli cenderung negatif. Mereka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
129
juga menyebut bahwa pemberitaan kandidat calon lainnya intensitasnya sangat
kurang apabila dibandingkan pemberitaan kedua pasangan calon tersebut.
Sementara itu, referensi mengenai pemilukada juga mereka dapatkan dari
orang-orang disekitar mereka, mulai dari keluarga, tetangga, teman dan majikan.
Mereka mengaku mendapatkan informasi, namun juga memberikan informasi
seputar pemilukada yang mereka tahu kepada orang-orang tersebut.
B. Saran
Berdasarkan penelitian ini, ada beberapa saran yang dapat peneliti
sampaikan agar peneliti yang tertarik dengan tema penelitian seperti ini dapat
lebih baik dari penelitian ini, antara lain:
1. Keterbatasan penelitian ini adalah hasil penelitian tidak dapat
digeneralisasi mewakili populasi namun informasi yang didapat bisa
lebih mendalam. Oleh karena itu, peneliti dapat menggunakan teknik
multiple methods yaitu menggabungkan penelitian kualitatif dan
kuantitatif dengan menggunakan metode survei, wawancara mendalam
dan observasi. Dengan menggunakan metode ini, data yang didapat
bisa saling melengkapi sehingga hasil penelitian ini bisa lebih valid.
2. Dalam penelitian ini, peneliti masih menemukan isu SARA yang
digunakan kandidat calon dalam mempengaruhi calon pemilih yang
tidak mempunyai akses informasi yang cukup terutama pada pemilih
partisan. Fenomena ini menjadi perhatian khusus peneliti dan dapat
dijadikan tema penelitian bagi peneliti yang berminat untuk mengkaji
hubungan antara isu SARA dan perilaku memilih.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user