Komponen-Komponen Dalam Pendidikan Islam
description
Transcript of Komponen-Komponen Dalam Pendidikan Islam
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini pendidikan Agama Islam yang seharusnya mampu
mencetak pribadi serta moral bangsa seolah-olah kehilangan perannya. Hal
itu terbukti dari berbagai kasus kekerasan, asusila, korupsi dan lain-lain yang
muncul di berbagai media. Meskipun evaluasi telah dilakukan di berbagai
aspek, pendidikan agama islam masih saja belum mampu meredam
kerusakan moral bangsa yang justru semakin menjadi-jadi.
Dalam makalah ini penulis akan mencoba menerangkan sekaligus
mengevaluasi Pendidikan Agama Islam dari aspek komponen-komponennya.
Mulai dari kelebihan serta kekurangan komponen-komponen yang ada.
Karena komponen tersebut amatlah sangat penting keberadaanya dalam
mengantarkan tujuan yang diperankan oleh pendidikan Islam.
B. Tujuan Pembahasan
1. Memahami dan mengerti tentang komponen-komponen pokok dalam
pendidikan Islam.
2. Mengerti akan pentingnya komponen-komponen pokok dalam pendidikan
Islam dalam suatu lembaga pendidikan.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. KOMPONEN – KOMPONEN PENDIDIKAN ISLAM
1. Tujuan Pendidikan
Membahas masalah tujuan pendidikan kita harus terlebih dahulu
mengetahui definisi dari kata pendidikan. Pendidikan adalah usaha
mengembangkan seseorang agar terbentuk perkembangan yang maksimal
dan positif.1 Maka jelaslah tujuan pendidikan adalah mengembangkan
seseorang ke arah yang positif dan semaksimal mungkin. Adapun binaan
pendidikan dalam garis besarnya mencakup tiga daerah: (1) daerah
jasmani, (2) daerah akal, dan (3) daerah hati.2
a. Jasmani
Hakikatnya manusia berkembang dipengaruhi oleh
pembawaan dan lingkungannya. Al-Qur’an menjelaskan bahwa
manusia itu mempunyai aspek jasmani, dan itu sungguh-
sungguh. Dalam al-Qur’an surat al-Qashash ayat 77 Allah
berfirman:
Carilah kehidupan akhirat dengan apa yang dikaruniakan Allah
kepadamu dan kamu tidak boleh melupakan urusan duniawi.
Yang dimaksud dunia dalam ayat ini, adalah hal-hal yang
diperlukan oleh jasmani.3 Dalam uraian di atas, maka manusia di
tuntut untuk selalu menjaga kesehatan jasmani melalui berbagai
kegiatan seperti pendidikan dan latihan yang bertujuan untuk
kesehatan dan kekuatan jasmani tentunya. Makan dan minum
juga diperlukan jasmani tetapi dalam ajaran agama Islam tidak
boleh berlebihan karena selama hidup di dunia aspek jasmani
1 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Islami (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012) h. 382 Ibid., h. 363 Ibid., h. 53
2
tidak dapat di dipisahkan dari aspek ruhani. Sebab jasmani yang
baik, sehat dan kuat akan mempunyai indera yang baik untuk
dapat menguasai filsafat dan sains lebih maksimal.
Dalam sejarah peradaban Islam, kesehatan jasmani
kadangkala diperlukan bagi umat muslim untuk
memperjuangkan agama Islam. Hal itu terbukti dari berbagai
peperangan yang telah di lalui umat muslim.
b. Akal
Islam menginginkan pemeluknya cerdas serta pandai.4 Hal
itulah yang juga merupakan tujuan pendidikan akal. Selain umat
muslim di tuntut untuk sehat jasmani melalui pendidikan jasmani
umat muslim juga dituntut untuk cerdas serta pandai. Dengan
demikian umat muslim dapat berfikir logis untuk dapat
menguasai berbagai ilmu dan menciptakan berbagai teori ilmu.
Akal juga dapat menyelesaikan berbagai masalah yang ada,
termasuk masalah filsafat.
c. Hati / Ruhaniah
Seperti telah diuraikan sebelum ini, ruhani yang dimaksud
di sini adalah aspek manusia selain jasmani dan akal. Ruhani itu
samar, ruwet, belum jelas batasannya; manusia tidak memiliki
cukup pengetahuan untuk mengetahui hakikatnya. Kebanyakan
buku tashawwuf dan pendidikan islami menyebutnya alb (kalbu)
saja.
Kekuatan jasmani terbatas pada objek-objek berwujud
materi yang dapat di tangkap oleh indera. Kekuatan akal atau
pikir betul-betul sangat luas, dapat mengetahui obyek yang
abstrak, tetapi sebatas dapat difikirkan secara logis. Kekuatan
rohani (tegasnya kalbu) lebih jauh daripada kekuatan akal.
4 Ibid., h. 60
3
Bahkan ia dapat mengetahui obyek secara tidak terbatas. Karena
itu Islam amat mengistimewakan aspek kalbu. Kalbu dapat
menembus alam gaib, bahkan menembus Tuhan. Kalbu inilah
yang merupakan potensi manusia yang mampu beriman secara
sungguh-sungguh. Bahkan iman itu menurut Al-Quran, tepatnya
dalam kalbu:
Orang-orang arab badui itu berkata, kami telah beriman.
Katakan kepada mereka, kamu sebenarnya belum beriman,
kamu seharusnya mengatakan kami telah tunduk karena
sebenarnya iman itu belum masuk kedalam hati kalian. (Al-
Hujarat: 14)
Dalam ayat ini Tuhan menjelaskan bahwa iman itu ada di
dalam hati.5 Maka jasmani yang sehat, akal yang cerdas serta
panda, dan ruhani (hati) yang beriman, semuanya itu adalah
manusia sempurna menurut pandangan Islam.
2. Pendidik
Jika kita sepakati definisi pendidikan seperti pada bab Tujuan
Pendidikan di atas maka, saya kira pendidik adalah mediator yang
mengantarkan seseorang menuju perkembangan yang maksimal dan
positif.
Kegiatan pendidikan dalam garis besarnya dapat di bagi menjadi
tiga: (1) kegiatan pendidikan oleh diri sendiri, (2) kegiatan pendidikan
oleh lingkungan, (3) kegiatan pendidikan oleh orang lain.6
Kegiatan pendidikan pada poin pertama menurut kami merupakan
suatu hal yang sulit untuk di definisikan dan dijelaskan. Meski terdapat
berbagai metode yang ada, namun tidak seberapa perkembangannya. Pada
5 Ibid., h. 626 Ibid., h. 36
4
poin kedua pendidikan oleh lingkungan juga sulit untuk direncanakan,
karena lingkungan tidak dapat di prediksi dan banyak faktor yang
mempengaruhinya. Sedangkan pada poin terakhir yaitu kegiatan
pendidikan oleh orang lain lebih mudah untuk direncanakan daripada
kedua poin di atas. Seperti halnya guru di sekolah, guru sebagai pendidik
dapat merencanakan jadwal kegiatannya sekaligus komponen-komponen
materinya.
Adapun pemberian bimbingan (pendidikan) ini dilakukan oleh orang
tua di dalam lingkungan rumah tangga, para guru di dalam lingkungan
sekolah dan masyarakat.
a. Orang Tua
Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi
anak-anak mereka, karena dari merekalah anak mula-mula
menerima pendidikan. Dengan demikian bentuk pertama dari
pendidikan terdapat dalam kehidupan keluarga.7
Jadi menurut saya peran keluarga khususnya orang tua
mempunyai peran penting dalam proses pendidikan anak.
Sebelum berlanjut kepada pendidikan yang dilakukan di luar
keluarga, yaitu sekolah dan lingkungan masyarakat, maka
keluarga harus mampu untuk menanamkan dasar kehidupan
yang baik kepada anak. Dengan melalui penuturan yang baik,
tingkah laku yang baik, tindakan serta ucapan orang tua yang
baik kepada anak dengan sengaja maupun tidak diseengaja
seorang anak pasti tertanam semua hal-hal baik tersebut.
Terkecuali jika sebaliknya, ketika orang tua memberikan contoh
yang buruk maka, seorang anak juga akan mengikutinya. Itulah
yang kemudian terdapat istilah, jika menanam hal baik maka
akan menghasilkan hal baik pula.
7 Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 2006) h. 35
5
b. Guru
Guru adalah pendidik profesional, karenanya secara
implisit ia telah merelakan dirinya menerima dan memikul
semua tanggung jawab pendidikan yang terpikul di pundak para
orang tua.8 Seperti pada umumnya setelah seorang anak cukup
umur, para orang tua akan mendidiknya di sekolahan atau
lembaga pendidikan lainnya. Pendidikan disekolah yang
dilakukan oleh para guru profesional seharusnya dapat lebih
maksimal karena pendidikan ini dapat direncanakan.
c. Masyarakat
Masyarakat turut serta memikul tanggung jawab
pendidikan.9 Manusia pada hakikatnya adalah mahluk sosial.
Saling membutuhkan satu sama lainnya. Dari situlah berbagai
komunikasi terjalin, berbagai hal dapat tampak dengan jelas
dalam masyarakat. Maka dari itu lingkungan masyarakat dapat
dikatakan bertanggung jawab atas pendidikan. Karena manusia
selalu ingin tau, maka manusia itu ibarat kotak kosong yang
terisi berbagai hal yang menurutnya baru dan ingin
mengetahuinya entah apapun itu, baik atau tidak itu menurut
manusia itu sendiri.
3. Anak Didik
Faktor anak didik adalah merupakan salah satu faktor pendidikan
yang paling penting, karena tanpa adanya faktor tersebut, maka
pendidikan tidak akan berlangsung. Oleh karena itu, faktor anak didik
tidak dapat digantikan oleh faktor yang lain.
Dalam menjawab problem tentang apakah anak itu dapat dididik,
maka timbul 3 aliran, yakni:
8 Ibid., h. 399 Ibid., h. 44
6
a. Aliran Nativisme: Berpendapat bahwa anak sejak lahir telah
mempunyai pembawaan yang kuat, sehingga tidak dapat menerima
pengaruh dari luar. Aliran ini dikemukakan oleh Schopenhauer dari
Jerman.
b. Aliran Empirisme, yang dipelopori oleh John Locke. Ia mengatakan
bahwa pendidikan mempunyai pengaruh yang tidak terbatas. Anak
bagaikan kertas putih yang masih bersih, sedangkan baik buruknya
anak tergantung kepada pendidikan yang diterimanya.
c. Alliran Convergensi, yang merupakan perpaduan antara dua aliran
tersebut. Aliran ini dipelopori oleh William Stern, yang berpendapat
bahwa perkembangan jiwa anak adalah tergantung pada dasar dan
ajar. Jadi keduanya memiliki perana yang sama penting dalam
mengembangkan pribadi anak.
Sedangkan dalam tinjauan segi Islam dalam Al Qur’an maupun hadits
telah disebutkan sejak lahir manusia telah dibekali oleh Allah dengan
adanya fithrah beragama. Disebutkan dalam Hadits Nabi yang artinya
Tidaklah anak yang dilahirkan itu kecuali telah membawa fithrah
(kecenderungan untuk percaya kepada Allah). Maka kedua orang
tuanyalah yang menjadikan anak tersebut beragama Yahudi, Nasrani
ataupun Majusi.
Dari hadits diatas, jelas bahwa pada dasarnya anak itu telah
membawa fithroh beragama, dan kemudian tergantung kepada pendidikan
selanjutnya. Jika pendidikan agama yang diterima baik, maka mereka
akan menjadi orang yang taat beragama. Tetapi jika sebaliknya, maka
anak itu akan menjadi orang yang tidak beragama ataupun jauh dari
agama.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ajaran Islam tersebut
pararel dengan aliran Convergensi yang mengakui adanya pembawaan
dan perlunya ada pendidikan.
Dalam tinjauan dari segi psikologi dibuktikan bahwa anak-anak semenjak
kecilnya telah membawa benih atau potensi untuk beragama. Potensi
7
tersebut kemudian akan berkembang sesuai dengan pendidikan yang
diterimanya, dan sesuai dengan pengaruh dari lingkungannya.
Disinilah pentingnya pendidikan Agama dilaksanakan semenjak
kecil, agar dengan demikian jiwa agama yang telah mereka miliki dapat
terbina dengan baik.
Secara kodrati anak memerlukan pendidikan atau bimbingan dari
orang dewasa. Dasar kodrati ini dapat dimengerti dari kebutuhan-
kebutuhan dasar yang dimiliki oleh setiap anak yang hidup di dunia ini.10
4. Bahan / Media
a. Pengertian alat/Media Pendidikan
Vernous11 menyebutkan bahwa media pendidikan adalah sumber
belajar dan dapat juga diartikan dengan manusia dan benda atau
peristiwa yang membuat kondisi siswa mungkin memperoleh
pengetahuan, keterampilan atau sikap. Di satu sisi alat kadang-kadang
digolongkan sebagai media, dan di sisi lain media dimasukkan ke
golongan alat.12 Over lapping mungkin saja terjadi karena perbedaan
dalam sudut pandang penggunaannya.
(1) Jenis Alat/Media Pendidikan
Alat pendidikan yang bersifat benda
Menurut Zakiah Daradjat,13 alat pendidikan yang berupa benda
yakni, Pertama: media tulis, deperti al-Qur’an, Hadits, Tauhid,
Fiqh, Sejarah. Kedua: benda-benda alam seperti hewan,
manusia, tumbuh-tumbuhan, dsb. Ketiga: gambar-gambar yang
dirancang seperti grafik. Keempat: gambar yang
diproyeksikan, seperti video, transparan, in-focus. Kelima:
Audio recording seperti kaset, tape radio.
(2) Alat pendidikan yang bukan benda
10 Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam 1 (Bandung: Pustaka Setia, 1997) h. 8511 Vernous dalam, Zakiah Daradjat, op. cit., h. 8012 Oemar Hamatik, op. cit., h. 1113 Zakiah Daradjat , op. cit., h. 81
8
- Keteladanan
- Perintah/larangan
- Ganjaran dan hukuman
b. Pengaruh Alat/Media dalam Pendidikan Islam
Apabila pendidikan Islam memanfaatkan dan mengembangkan
alat/media pengajaran tersebut di dalam pelaksanaan pendidikannya,
maka peserta didik akan memiliki pemahaman yang bagus tentang
materi yang didapatkan, dan juga akan memiliki moral atau akhlak
yang tinggi. Sehingga besar kemungkinan dengan memerhatikan
alat/media pengajaran itu tujuan pendidikan Islam akan tercapai secara
efektif dan efisien.
Sumber Pembelajaran Pendidikan Islam
(1) Pengertian Sumber Pelajaran
Sumber belajar merupakan bahan untuk menambah ilmu
pengertahuan yang mengandung hal-hal baru. Sebab pada
hakikatnya belajar adalah mendapatkan hal-hal yang baru.14
(2) Macam-macam Sumber Belajar
Sumber pokok : Al-Quran dan Hadits.
Sumber tambahan :
a. Manusia sumber (orang, masyarakat)
b. Bahan pengajaran
c. Situasi belajar
d. Mass media
e. Alat dan perlengkapan belajar
f. Aktivis (teknik)
g. Alam lingkungan
h. Perpustakaan
14 Lihat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam (Proyek Prasarana dan Sarana Perguruan Tinggi Agama/ IAIN di Jakarta, Dirjen Bimbaga Islam, 1984/1985.
9
1. Fungsi dan Pemanfaatan Sumber Belajar
a. Fungsi Sumber Belajar
Menurut Zainuddin, HRL, d.k.k,15 fungsi sumber belajar adalah :
1. Meningkatkan produktivitas pendidikan
2. Memberikan kemungkinan pendidika yang sifatnya lebih
individual
3. Memberikan dasar yang lebih ilmiah terhadap pengajaran
4. Lebih memantapkan pelajaran
5. Memungkinkan belajar secara seketika
b. Pemanfaatan Sumber Belajar
Dalam pemanfaatan sumber belajar ada beberapa langkah yang
perlu dilakukan:16
1. Identifikasi kebutuhan sumber daya
2. Mengidentifikasi potensi sumber belajar yang ada dan
dimanfaatkan untuk pembelajaran.
3. Pengelompokan sumber belajar dalam kelompok
4. Mencari dan menganalisis relevansi antara kelompok sumber
belajar degan mata pelajaran yang dimampu guru.
5. Menentukan materi dan kompetensi untuk pembelajaran
6. Pemanfaatan sumber-sumber belajar dalam pembelajaran.
c. Metode
a. Metode Ceramah
15 Zainuddin HRL, d.k.k, Pusat Sumber Belajar, Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Dirjen Dikti, Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan, 1985, h.h 6-7
16 Lihat K.B.K. Kegiatan Pembelajaran Fiqh Madrasah Tsanawiyah, Jakarta. Departemen Agama, Dirjen Kelembagaan Agama Islam Direktorat Madrasah Dan Pendidikan Agama Islam Pada sekolah Umum. 2003, h.h 39-41
10
Metode Ceramah ialah suatu metode di dalam pendidikan dimana
cara menyampaikan pengertian-pengertian materi kepada anak didik
dengan jalan penerangan dan penuturan secara lisan.
(1) Metode ceramah tepat digunakan:
i. Apabila akan menyampaikan materi kebanyak orang
ii. Apabila tidak ada waktu untuk berdiskusi dan materi
yang akan disampaikan banyak
iii. Apabila materi yang akan disampaikan hanya
merupakan keterangan/penjelasan (tidak terdapat
alternative lain yang didiskusikan)
(2) Segi Positif Metode Ceramah:
i. Dalam waktu relative singkat dapat menyampaikan
bahan sebanyak-banyaknya.
ii. Oganisasi kelas lebih sederhana.
iii. Guru dapat menguasai kelas dengan mudah.
iv. Metode ini lebih fleksibel dalam arti jika waktu
terbatas, bahan dapat dipersingkat.
(3) Segi Negativ Metode Ceramah:
i. Guru sukar mengetahui pemahaman anak terhadap
materi yang disampaikan.
ii. Pendengar cenderung menjadi pasif.
iii. Penceramah dapat bersifat melantur-lantur dan
membosankan.
b. Metode Tanya Jawab
11
Metode Tanya jawab adalah penyampaian pelajaran dengan
jalan guru mengajukan pertanyaan dan murid menjawab. Metode ini
dimaksudkan untuk mengenalkan pengetahuan, fakta-fakta tertentu
yang sudah diajarkan untuk merangsang perhatian murid dengan
berbagai cara.
(1) Metode Tanya Jawab tepat Digunakan:
i. Untuk merangsang anak agar perhatiannya terarah k
materi yang disampaikan.
ii. Untuk mengarakan proses berfikir anak.
iii. Sebagai evaluasi pelajaran yang telah diberikan.
iv. Sebagai selingan dalam ceramah.
(2) Segi Positif Metode Tanya Jawab:
i. Situasi kelas akan lebih hidup, karena anak-anak aktif.
ii. Sangat positif karena melatih anak agar berani
mengemukakan pendapatnya.
iii. Timbulnya pendapat akan membawa pada situasi
diskusi.
iv. Mendorong murid lebih aktif dan bersungguh-sungguh.
(3) Segi Negatif Metode Tanya Jawab:
i. Apabila terjadi perbedaan pendapat, akan memakan
banyak waktu untuk menyelesaikan.
ii. Dapat menimbulkan penyimpangan dari pokok
persoalan.
iii. Kurang dapat sevara tepat merangkum materi pelajaran.
c. Metode Diskusi
12
Metode Diskusi ialah suatu m etode di dalam mempelajari
bahan atau menyampaikan bahan dengan jalan mendiskusikannya,
sehingga berakibat menimbulkan pengertian serta perubahan tingkah
laku murid. Metode ini dimaksudkan untuk merangsang murid berfikir
dan mengeluarkan pendapatnya sendiri.
(1) Metode Diskusi Tepat Digunakan:
i. Untuk mencari keputusan atau pendapat bersama
mengenai suatu masalah.
ii. Untuk mengajarkan kepada anak didik agar
merumuskan pikirannya secara teratur dan dapat
diterima oleh orang lain.
iii. Apabila ada soal-soal (masalah) yang sebaiknya
pemecahannya diserahkan kepada murid.
iv. Untuk membiasakan anak didik suka mendengar
pendapat orang lain.
(2) Segi Positif:
i. Suasana kelas lebih hidup, dan partisipasi anak dalam
metode ini lebih baik.
ii. Dapat meningkatkan prestasi kepribadian individu,
seperti: toleransi, sabar, kritis, berpikir dll.
iii. Kesimplan hasil diskusi mudah difahami oleh anak.
iv. Anak-anak dilatih untuk mematuhi peraturan-peraturan
dan tata tertib dalam bermusyawarah.
(3) Segi Negatif:
i. Kemungkinan ada anak yang tidak ikut aktif, sehingga
diskusi merupakan kesempatan untuk melepaskan diri
dari tanggungjawab.
ii. Sulit menduga hasil yang dicapai, karena waktu yang
digunakan untuk diskusi cukup panjang.
13
d. Metode Demonstrasi dan Eksperimen
Metode demonstrasi adalah suatu metode mengajar dimana
seorang guru atau orang lain yang sengaja diminta atau murid sendiri
memperlhatkan pada seluruh kelas tentang suatu proses melakkan
sesuatu. Misalnya: proses cara mengambil air wudlu.
Metode Eksperimen adalah metode pengajaran dimana guru
dan murid bersama-sama mengerjakan sesuatu sebagai latihan praktis
dari apa yang diketahui. Misalnya: eksperimen untuk merawat jenazah.
(1) Metode Demonstrasi dan Eksperimen Tepat Digunakan:
i. Apabila akan memberikan ketrampilan tertentu.
ii. Untuk memudahkan berbagai jenis penjelasan.
iii. Untuk membantu anak dalam memahami dengan jelas
jalannya suatu proses dengan penuh perhatian, sebab
lebih menarik.
(2) Segi Positif:
i. Anak-anak dapat menhayati dengan sepenuh hatinya
mengenai pelajaran yang diberikan.
ii. Member pengalaman praktis yang dapat membentuk
perasaan dan kemauan anak.
iii. Perhatian anak akan terpusat kepada apa yang
didemonstrasikan.
iv. Akan mengurangi kesalahan dalam mengambil
kesimpulan.
(3) Segi Negatif:
14
i. Memerlukan waktu yang banyak.
ii. Membutuhkan sarana peralatan yang memadai.
iii. Sukar dilaksanakan apabila anak belum matang untuk
melaksanakan eksperimen.
e. Metode Pemberian Tugas Belajar (Resitasi)
Metode pemberian tugas belajar sering disebut dengan metode
pekerjaan rumah, adalh metode dimana murid diberi tugas khusus
diluar jam pelajaran.
(1) Metode Resitasi Tepat Digunakan:
i. Apabila guru mengharapkan semua pengetahuan yang
telah diterima murid lebih lengkap.
ii. Untuk mengaktifkan anak-anak mempelajari sendiri
suatu masalah dengan membaca sendiri.
iii. Merangsang anak agar lebih aktif dan rajin.
(2) Segi Positif:
i. Untuk mengisi waktu luang murid.
ii. Memupuk rasa tanggung jawab dalam segala tugas
pekerjaan.
iii. Memberikan kebiasaan anak untuk giat belajar.
iv. Memberkan tgas anak yang bersifat praktis.
(3) Segi Negatif:
i. Seringkali tugas di rumah dikerjakan oleh orang lain.
ii. Sulit untuk memberikan tugas karena perbedaan
individual anak dalam kemampuan dan minat belajar.
iii. Seringkalai anak-anak tidak mengerjakan tugas dengan
baik, cukup hanya menyalin hasil kerjaan temennya.
15
iv. Apabila tugas itu terlalu banyak, akan mengganggu
mental anak.
f. Metode Kerja Kelompok
Metode kerja kelompok adalah kelompok kerja dari kumpulan
beberapa individu yang bersifat paedagogis yang di dalamnya terdapat
hubungan timbal balik antar individu serta saling mempercayai.
(1) Metode Kerja Kelompok tepat Digunakan:
i. Apabila dalam keadaan kekurangan alat/sarana
pendidikan di kelas.
ii. Apabila terdapat perbedaan kemampuan individual
anak-anak.
iii. Apabila minat individual anak-anak berbeda-beda.
iv. Apabila terdapat beberapa buah unit pekerjaan yang
perlu diselesaikan dalm waktu yang bersamaan.
(2) Segi Positif:
i. Ditinjau dari segi pendidikan: kegiatan kelompok
murid-murid akan meningkatkan kualitas kepribadian,
seperti: kerja sama, toleransi, disiplin dls.
ii. Ditinjau dari segi ilmu jiwa: akan timbul persaingan
yang positif karena anak akan lebih giat bekerja dalam
kelompok masing-masing.
iii. Ditinjau dari segi Didaktik: anak-anak yang pandai
dalm kelompoknya dapat membantu teman-temannya
yang kurang pandai, terutama dalam memenangkan
“kompetisi” antara kelompok.
(3) Segi Negatif:
16
i. Metode ini memerlukan persiapan-persiapan yang agak
rumit.
ii. Apabila terjadi persaingan negative, hasil pekerjaan
akan lebih memburuk.
iii. Bagi anak-anak yang malas ada kesempatan tetap pasif
dalm kelompok itu. Sehingga menimbulkan kegagalan
dalam kelompok tersebut.
g. Metode Kisah
Dalam pendidikan islam kisah sebagai metode pendidikan amat
penting. Alasannya karena :
i. Kisah selalu memikat karena mengundang pembaca
atau pendengar untuk mengikuti peristiwanya,
merenungkan maknanya. Selanjutnya, makna-makna
itu akan menimbulkan kesan dalam hati pembaca atau
pendengar tersebut.
ii. Kisah Qur’ani dan Nabawi dapat menyentuh hati
manusia karena kisah itu menampilkan tokoh dalam
konteksnya yang menyeluruh. Karena tokoh cerita
ditampilkan dalam konteks yang menyeluruh, pembac
atau pendengar dapat ikut menghayati atau merasakan
isi kisah itu, seolah-olah ia sendiri yang menjadi
tokohnya.
iii. Kisah Qur’ani mendidik perasaan keimanan dengan
cara:
- Membandingkan berbagai perasaan seperti khauf,
ridha, Dan cinta.
- Mengarahkan seluruh perasaan sehingga
bertumpuk pada suatu puncak, yaitu kesimpulan
kisah.
17
- Melibatkan pembaca atau pendengar ke dalam
kisah itu sehingga ia terlibat secara emosion
iv. Tujuan kisah Qur’ani adalah sebagai beriikut :
- Mengungkapkan kemantapan wahyu dan risalah.
Mewujudkan rasa mantap dalam menerima
Qur’an dan keutusan Rosul-Nya. Kisah itu
menjadi bukti kebenaran wahyu dan kebenaran
Rosul.
- Menjelaskan bahwa secara keseluruhan, ad din itu
datangnya dari Allah.
- Menjelaskan bahwa Allah menolong dan
mencintai Rosul-Nya, menjelaskan bahwa kaum
mukmin adalah umat yang satu dan Allah adalah
Rabb mereka.
- Kisah-kisah itu bertujuan menguatkan keimanan
kaum muslimin, menghibur mereka dari
kesedihan ats musibah yang menimpa.
- Mengingatkan bahwa musuh orang mukmin
adalah setan, menunjukkan permusuhan abadi itu
lewat kisah akan tampak lebih hidup dan jelas.
Bila ditinjau secara mendalam, ternyata kisah Nabawi berisi
rincian yang lebih khusus seperti menjelaskan pentingnya keiklasan dalam
beramal, menganjurkan bersedekah dan mensyukuri nikmat Allah.
h. Metode Amtsal (perumpamaan)
Cara seperti ini dapat juga digunakan oleh guru dalam mengajar.
Pengungkapannya tentu saja sama dengan metode kisah, yaitu dengan
18
berceramah atau membaca texs. Kebaikan metode ini antara lain
adalah sebagai berikut:
(1) Mempermudah siswa memahami konsep abstrak,ini terjadi karena
perempamaan itu mengmbil benda kongkret seperti kelemahan
tuhan orang kafir diumpamakan dengan sarang laba-laba. Sarang
laba-laba memang lemah sekali, disentuh dengan lidi pun dapat
rusak.
(2) Perumpamaan dapat merangsang kesan terhadap makna yang
tersirat dalam perumpamaan tersebut. Dalam hal ini Abduh
menyatakan tatkala penafsiran kata Dharaba dalam surat Al
Baqoroh: 26, “penggunaan kata dlaraba dimaksudkan untuk
mempengaruhi dan membangkitkan kesan, seakan-akan si pembuat
perumpamaan menjewer telinga pembaca dengannya sehingga
pengaruh jeweran itu meresap kedalam kalbu.”
(3) Merupakan pendidikan agar bila menggunakan perumpamaan
haruslah logis, mudah dipahami. Jangan sampai dengan
menggunakan perumpamaan malah pengertiannya kabur atau
hilang sama sekali. Perumpamaan dalam Al Qur’an adalah natijah
(konklusi) silogismenya justru tidak disebutkan konklusi setelah
premis. Konklusi silogisme dari Allah kebanyakan harus ditebak
sendiri oleh pendengar atau pembaca.
(4) Amtsal Qur’ani dan Nabawi memberikan motivasi kepada
pendengarnya untuk berbuat amal baik dan menjauhi kejahatan.
i. Metode Peneladanan
Kita mungkin saja dapat menyusun system pendidikan yang
lengkap, tetapi semua itu masih memerlukan realisasi, dan realisasi itu
dilaksanakan oleh pendidik.Pelaksanaan realisasi itu memerlukan
seperangkat metode, metode itu merupakan pedoman untuk bertindak
dalam merealisasika tujuan pendidikan.Pedoman itu memang
diperlukan karena pendidik tidak dapat bertindak secara alamiah saja
19
agar tindakan pendidikan dapat dilakukan lebih efektif dan lebih
efisien. Disinilah teladan merupakan salah satu pedoman bertindak.
Banyak contoh yang diberikan oleh Nabi yang menelaskan bahwa
orang jangan hannya berbicara, tetapi juga harus memberikan contoh
secara langsung.
Dari uraian diatas ada beberapa konsep yang dapat dipetik.
(1) Metode pendidikan islami berpusat pada keteladanan. Yang
memberikan teladan itu adalah guru, kepala sekolah, dan semua
aparat sekolah. Dalam pendidikan masyarakat, teladan itu adalah
para pemimpin masyarakat, para da’i. konsep ini jelas diajarkan
oleh Rosul SAW seperti uraian diatas.
(2) Teladan untuk guru-guru adalah Rosulullah saw. Guru tidak boleh
mengambil tokoh yang diteladani selain Rosulullah saw. Sebab
Rosul itulah teladan yang terbaik.
Secara psikologis ternyata manusia memang memerlukan
tokoh teladan dalam hidupnya.Ini adalah sifat pembawaan.Taqlid
(meniru) adalah salah satu sifat pembawaan manusia.Peneladanan itu
ada dua macam, yaitu sengaja dan tidak sengaja.Keteladanan tidak
sengaja adalah keteladanan dalam keilmuan, kepemimpinan, sifat
keikhlasan, dan sebangsanya, sedangkan keteladanan disengaja adalah
seperti memberikan contoh membaca yang baik, mengerjakan sholat
yang benar.
j. Metode Pembiasaan
Pembiasaan sebenarnya berintikan pengalaman.Yang dibiasakan
itu adalah sesuatu yang diamalkan.Oleh karena itu, uraian tentang
pembiasaan selalu menjadi satu dengan uraian tentang perlunya
mengamalkan kebaikan yang telah diketahui.
20
Inti pembiasaan adalah pengulangan. Jiks guru setiap masuk kelas
mengucapkan salam, itu telah dapat diartikansebagai usaha
membiasakan. Bila murid masuk kelas tida mengucapkan salam, maka
guru mengingatkan agar bila masuk ruangan mengucapkan salam.
Dalam pembinaan sikap, metode pembiasaan sebenarnya cukup
efektif.Pembiasaan tidak hannya perlu bagi anak-anak yang masih
kecil. Tidak hannya perlu di taman kanak-kanak dan sekolah dasar.
Diperguruan tinggi pun pembiasaan masih diperlukan.Pembiasaan
merupakan metode pendidikan yang jitu, tetapi sayangnya kita tidak
mampu menjelaskan mengapa pembiasaan itu amat besar pengaruhnya
pada pembentukan pribadi seseorang.Ternyata pembiasaan tidak hann
ya mengenai yang batini, tetapi juga lahiri.
Kadang-kadang ada kritik terhadap pendidikan dengan pembiasaan
karena cara ini tidak mendidik siswa untuk menyadari dengan analisis
apa yang dilakukannya. Kelakuannya berlaku secara otomatis tanpa ia
mengetahui baik buruknya. Sekalipun demikian tetap saja medote
pembiasaan sangat baik digunakan karena yang kita biasakan biasanya
adalah yang benar, kita tidak boleh membiasakan anak-anak kita
melakukan atau berperilaku yang buruk. Ini perlu disadari oleh guru
sebab perilaku guru yang berulang-ulang. Karena pembiasaan
berintikan pengulangan, maka metode pembiasaan juga berguna untuk
hafalan.
k. Metode Targhib dan Tarhib
Targhib adalah janji terhadap kesenangan, kenikmatan akhirat
yang disertai bujukan. Tarhib ialah ancaman karena dosa yang
dilakukan. Targhib bertujuan agar orang mematuhi agama Allah. Tarhib
demikian juga. Akan tetapi, tekanannya adalah tarhib agar melakukan
kebaikan, sedangkan tarhib agar menjauhi kejahatan.
Targhib dan tarhib dalam pendidikan islam berbeda dari metode
ganjaran dan hukuman dalam pendidikan barat. Perbedaan utamanya
21
adalah targhib dan tarhib bersandarkan ajaran Allah, sedangkan
ganjaran dan hukuman bersandarkan hukuman dan ganjaran duniawi.
Perbedaan itu mempunyai implikasi yang penting.
(1) targhib dan tarhib mengandung aspek iman, sedangkan metode
hukuman dan ganjaran tidak mengandung aspek iman karena
hannya bersifat duniawi.
(2) Secara operasional targhib dan tarhib lebih mudah
dilaksanakan daripada metode hukuman dan ganjaran karena
materi targhib dan tarhib sudah ada dalam Al qur’an dan
Hadits.
(3) Targhib dan tarhib lebih universal, dapat digunakan pada siapa
saja dan dimana saja sedangkan jenis hukuman dan ganjaran
harus disesuaikan dengan orang dan tempat tertentu.
Dipihak lain, targhub dan tarhib lebih lemah daripada hukuman dan
ganjaran karena hukuman dan ganjaran lebih nyata dan waktu itu juga, sedangkan
targhib dan tarhib pembuktiannya di akhirat nanti.
22
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat kita ambil dari deskripsi di atas adalah, dalam
pendidikan agama islam terdapat beberapa aspek komponen-komponen pokok di
antaranya : (1) tujuan pendidikan yaitu untuk mengembangkan seseorang ke arah
yang positif dan semaksimal mungkin, (2) pendidik adalah mediator yang
mengantarkan ke arah perkembangan belajar yang maksimal dan positif. Dalam
kegiatan pendidikan di bagi menjadi 3 bagian di antaranya : kegiatan pendidikan
oleh diri sendiri, oleh lingkungan dan oleh orang lain, (3) peserta didik / anak
didik adalah faktor atau komponen yang paling penting di dalam proses
pendidikan karena tanpa anak didik, maka pendidikan tidak akan berlangsung, (4)
dan adanya bahan atau media sebagai pendukung terlaksananya proses belajar
pendidikan agamaIslam.
Oleh karena itu pendidikan agama islam memiliki sumber yang sama
dengan agama islam, yakni Al-Qur’an dan Hadist, karena di dalamnya termuat
sejumlah penjelasan tentang nilai penting untuk mengembangkan pendidikan
agama. Terutama mengenai metode-metode yang di butuhkan untuk proses
belajar pendidikan agama islam.
Mengingat betapa pentingnya peranan pendidikan agama islam dalam
kehidupan manusia, dengan itu perlunya kita memahami dan mengerti tentang
komponen-komponen pokok dalam pendidikan agama islam baik di lingkungan
sekitar maupun di suatu lembaga pendidikan. Hal itu di maksudkan agar kita bisa
berkembang secara maksimal dan ke arah yang positif.
23
DAFTAR PUSTAKA
Abd. Chayyi fanany, Ilmu pendidikan islam (Surabaya : taruna media pustaka,
2010)
Daradjat, zakiyah. 2006. Ilmu pendidikan islam. Jakarta : bumi aksara.
Darajat, zakia. 1991. Ilmu pendidikan islam. Jakarta : bumi aksara.
M. Arifin. 1993. Ilmu pendidikan islam. Jakarta : bumi aksara.
Ramayulis. 1998. Ilmu pendidikan islam. Jakarta : kalam mulia.
Rasyid, anwar. 2011. Ilmu pendidikan islam. Surabaya : taruna media pustaka.
Tafsir, ahmad. 2012. Ilmu pendidikan islam. Bandung : remaja rosdakarva offset.
Uhbiyati, nur. 1997. Ilmu pendidikan islam. Bandung : pustaka setia.
Uhbiyati, nur. 1998. Ilmu pendidikan islam. Bandung : pustaka setia.
Zuharini, dkk. 1983. Metode khusus pendidikan agama. Surabaya : usaha
nasional.
24