komplikasi pada PACU
-
Upload
winarsi-taswin -
Category
Documents
-
view
8 -
download
0
description
Transcript of komplikasi pada PACU
INDIKATOR KLINIS DAN KOMPLIKASI LAINNYA DALAM RUANGAN PEMULIHAN
ATAU UNIT PERAWATAN PASCA ANESTESIPeskett, M.J. Clinical Indicators and Other Complications in the
Recovery Room or Postanaesthetic Care Unit. Anaesthesia,1999: 1143-9
Oleh:Winarsi (C111 08 353)
Pembimbing:dr. Tirta Swarga
Supervisor:dr. Abdul Wahab, Sp.An
Dibawakan dalam rangka Kepaniteraan KlinikBagian Ilmu Anestesi, Perawatan Intensif, dan Manajemen Nyeri
Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar2013
MetodeEvaluasi terhadap semua pasien yang
mendapat anestesi umum atau lokal oleh dokter anestesi selama tahun 1995-1997 di ruang pemulihan di Green Lane Hospital.
Jenis pasien secara keseluruhan adalah toraks dan kardiovaskuler (21%), otorinolaringologi, gigi dan respirasi (38%), dan ginekologi (41%).
Evaluasi dilakukan berdasarkan indikator klinis dan komplikasi lainnya yang dicatatkan pada suatu form.
Tabel 1. Indikator klinis pada periode pemulihan dengan persentase dari jumlah
pasien selama periode 1995-19971995 (n=6159)
1996(n=4420)
1997(n=2687)
Tingkat agregasi ACHS* (95% CI), 1997†
Indikator klinis ACHS3.1 Intervensi oleh dokter anestesi untuk mengatasi distress nafas3.2 Semua henti nafas atau henti jantung3.3.Core temperature <35°C3.4 Review oleh dokter anestesi untuk mengatasi nyeri yang hebat3.5 berada di RR > 2 jamIndikator pemulihan lainnya(i) Intervensi oleh dokter anestesi
untuk mengatasi masalah kardiovaskuler
(ii)Sedasi berkepanjangan; tidak berespon dengan suara setelah 45 menit
(iii)Review oleh dokter anestesi untuk mual dan muntah
1
0,021,31,2
3
1,9
0,24
0,24
1
0,091,60,7
1,7
1,6
0,25
0,09
1,5
0,151,81,0
2
1,8
0,3
0,15
0,24 (0,22-0,26)
0,023 (0,018-0,028)
0,76 (0,73-0,79)
0,63 (0,60-0,65)
1,75 (1,71-1,79)
*Australian Council on Healthcare Standards (ACHS) periode 1996/1997, disusun kembali dengan seizin ACHS Care Evaluation Programme
KardiovaskulerHipotensi; penurunan tekanan sistolik >20% dari
pra-operasi selama >15 menit atau >50% untuk sekali pengukuran
Hipertensi; peningkatan tekanan sistolik >20% dari pra-operasi selama >15 menit atau >50% untuk sekali pengukuran
Bradikardia; pulsasi nadi <50x/menit selama >15 menit
Takikardia; pulsasi nadi >120x/menit selama >15 menit
Aritmia; perbedaan irama dari pra-operasi Iskemia, angina atau new ischaemic changes pada
EKGCardiac arrest, asystole atau tanpa CO yang
memerlukan resusitasi
RespirasiDesaturasi arteri; SpO2 <90%Obstruksi jalan nafas, gangguan saluran
nafas bagian atas yang memerlukan intervensi, seperti stridor, laringospasme
Hipoventilasi; RR<8x/menit atau PaCo2 >6,6kPa
Bronkospasme, wheezing saat ekspirasiEdema paru, ronki pada auskultasiPneumothoraksAtelektasisAspirasi jalan nafas
Komplikasi lainnyaHipotermia; core temperature <35°CExcessive pain; nyeri hebat yang dirasakan
setiap saat atau yang membutuhkan analgetik lebih dari biasanya
Sedasi berkepanjangan; tidak berespon dengan suara dalam 45 menit
Alergi, urtikaria dengan atau tanpa hipotensi dan bronkospasme
Kejang, jerking movements, penurunan kesadaran
Hipoglikemia; gula darah <4.0mmol/lGagal ginjal; memerlukan dialisis
Hasil (Indikator Klinis)Edema paru
10%
Hipoventilasi 23%
Aspirasi2%
Bronkospasme25%
Atelektasis2%
Obstruksi saluran nafas bagian atas
37%
Pneumothorax1%
Gambar 1. Subkategori indikator klinis 3.1 Intervensi oleh dokter anestesi untuk mengatasi distress nafas. Sektor tersebut mewakili alasan intervensi dengan persentase dari total intervensi (143) selama periode 1995-1997
(n=13266)
Indikator Klinis 3.1Sebanyak 49% pasien yang
diintervensi mengalami desaturasi arteri
Reintubasi dilakukan pada 0,08% pasien
Dokter anestesi melakukan intervensi terhadap 70% pasien dengan komplikasi respirasi
Sedangkan 30% sisanya dimanage oleh perawat dan digolongkan dalam under complications
Indikator Klinis 3.2Sebanyak 0,02-0,15% pasien
mengalami henti nafas atau henti jantung
Pada tahun 1995, terdapat satu pasien yang mengalami henti nafas
Tahun 1996, ditemukan satu pasien mengalami henti jantung dan dua pasien dengan henti nafas
Sedangkan tahun 1997 terdapat empat pasien dengan henti nafas
Aritmia4,6% Takikardia
5%
Iskemik6%
Bradikardia14%
Hipertensi24%
Hipotensi46%
Henti Jantung 0,4%
Gambar 2. Subkategori indikator klinis (i) intervensi oleh dok-ter anestesi untuk mengatasi masalah kardiovaskuler. Sektor tersebut mewakili alasan intervensi dengan persentase dari total intervensi (238) selama periode 1995-1997 (n=13266)
Komplikasi
Kardiovaskuler Respirasi Hipotermia Excessive pain Sedasi berkepanjan-
gan
Persentase 2.5 1.5 1.5 1.2 0.25
0.25
0.75
1.25
1.75
2.25
2.75
Gambar 3. Komplikasi di ruang pemulihan dengan persen-tase dari total kasus pada periode 1995-1997 (n=13266)
Pers
en
tase
Hipotensi
Hipertensi
Bradikardia
Aritmia Takikar-dia
Iskemik Henti Jantung
Persentase
1.2 0.6 0.4 0.14 0.13 0.12 0.06
0.1
0.3
0.5
0.7
0.9
1.1
1.3
Gambar 4. Komplikasi kardiovaskuler di ruang pemulihan dengan persentase dari total kasus se-
lama periode 1995-1997 (n=13266)P
ers
en
tase
Sebanyak 71% pasien dengan komplikasi kardiovaskuler membutuhkan intervensi oleh dokter anestesi
Sedangkan 29% pasien telah diberikan obat terlebih dahulu atau bahkan tidak mendapatkan intervensi
Desaturasi Obstruksi jalan nafas
Hipoventilasi Bronkospasme
Edema paru Atelektasis Aspirasi Pneumotho-rax
Persentase 0.8 0.6 0.3 0.3 0.1 0.02 0.02 0.00800000000000001
0.05
0.15
0.25
0.35
0.45
0.55
0.65
0.75
0.85
Gambar 5. Komplikasi respirasi di ruang pemulihan sebagai persentase dari total kasus selama periode
1995-1997 (n=13266)P
ers
en
tase
Insidensi mual dan muntah tidak diukur
Komplikasi lainnya seperti alergi (0,05%), kejang (0,03%), gagal ginjal (0,008%), dan hipoglikemia (0,008%)
Diskusi Indikator klinis yang dilaporkan dalm
penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi yang terjadi selama proses pemulihan yang mungkin mengindikasikan kinerja anestesi yang kurang optimal.
Monitoring yang dilakukan menunjukkan adanya persiapan pre-operasi yang kurang optimal, manajemen anestesi yang kurang adekuat, atau manajemen pasien di ruang pemulihan yang kurang, baik oleh dokter anestesi maupun oleh perawat.
Pedoman ANZCA menyatakan bahwa dokter anestesi harus mengawasi pasiennya selama periode pemulihan dan bertanggung jawab atasnya meskipun dokter tersebut bisa mewakilkan kepada dokter anestesi lain atau perawat terlatih di ruang pemulihan.
Taylor membahas bahwa dokter anestesi bertanggung jawab atas perawatan pasien sampai pulih kembali termasuk melakukan pengawasan terhadap setiap staf yang terlibat dalam perawatan pasien.
Berdasarkan penelitian tersebut maka dapat dibuktikan bahwa terdapat hubungan antara komplikasi respirasi di ruang pemulihan dan penurunan kesadaran pada saat pasien dipindahkan ke ruang pemulihan yang tentunya memerlukan perhatian.
Indikator untuk hipotermia dan manajemen nyeri juga penting karena menyebabkan ketidaknyamanan pasien dan meningkatnya morbiditas peri-operatif. Usaha untuk mengurangi insidensi hipotermia pun telah diusahakan. Sementara untuk penanganan nyeri, perlu diperhatikan penggunaan anestesi lokal dan umum, obat-obat anti nyeri selama operasi, dan penggunaan algoritma dan protokol nyeri.
Berada dalam ruang pemulihan untuk waktu yang lama dianggap tidak sah sebagai indikator oleh salah satu penulis karena beberapa alasan yang dianggap bermanfaat untuk pasien itu sendiri atau karena kurangnya tempat tidur dalam ruang ICU.
Indikator tambahan yaitu intervensi terhadap masalah kardiovaskuler dianggap relevan karena tingginya proporsi pasien toraks dan kardiovaskuler. Bahkan komplikasi kardiovaskuler lebih tinggi dibandingkan komplikasi respirasi.
Intervensi terhadap indikator lainnya yakni sedasi berkepanjangan dan mual muntah tergolong rendah, disamping para perawat mampu mengelola komplikasi tersebut dengan anti muntah yang adekuat
Kesimpulan Indikator klinis pada ruang
pemulihan memberikan hasil penilaian yang bermanfaat untuk perawatan pasien dengan mempertimbangkan insidens terjadinya komplikasi anestesi dan beberapa intervensi oleh anestesi.