KOMPETENSI SOSIAL GURU PAI DI SMA NEGERI 1...
Transcript of KOMPETENSI SOSIAL GURU PAI DI SMA NEGERI 1...
KOMPETENSI SOSIAL GURU PAI DI SMA NEGERI 1
CIAMPEA BOGOR
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Agama Islam (S.Pd.I)
Oleh
ALI ZUHDAN
Nim 1111011000112
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2016
LEMBAR PENGESAHAN BIMBINGAN SKRIPSI
Skripsi berjudul *Kompetensi Sosial Guru PAI di SMA Negeri 1 Ciampea Bogor"
disusun oleh Ali Zuhdan, NIM. 1111011000112, Jurusan Pendidikan Agama Islam
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, l-iniversitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiyah yang
berhak untuk diujikan pada sidang munaqosah sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh
fakultas.
Jakarta,20 Apil2016
Yang rnengesahkan,
Pembimbing
+tr1-'--*Dr. Jejen Musfah. M.A
NIP: 19770602 200501 1 004
ruRUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBTYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2016
SURAT PENGESAHAN PENGUJI
Skripsi dengan judul "Kompetensi Sosial Guru PAI di SMA Negeri I CiampeaBogor" di susun oleh Ali Ztthdan, NIM.11l10l'1000112. Di ajukan kepada
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Di nyatakan lulus dalam ujian munaqasah pada tatggal 16 Juni 2016 di depan
Dewan Penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Islam (S.Pd.I).
Jakarta, l6 Juni 2016
Panitia Ujian Munaqasah
Tanggal
Ketua Panitia (Ketua Jurusan PAI)Dr.H. Abd+l Majid Khon. M.AgNIP.19580707 198703 1 005
Sekretaris JurusanMarhamah Shaleh. Lc. MANIP. 19720313 200801 2 010
Penguji IProf. Dr. A,budinNata. MA.NrP. 19s40802 198s03 1 002
Penguji IIDrs. Abdul Haris. M.AgNrP. 19660901 199503 l 001
Dekan Fakultas I
e-o 4
lz -7 - ,e-a 16
lrh.zo""'r"i""""" Iq
203 1 007
KEMENTERIAN AGAMAIIINJAKARTAFITKJl. It. H. .1@da ]b 95 Ctpuw I54D lrdMio
FORM (rR)
No. Dokumen : FITK-FR-AKD-089
Tgl. Te$it : I Maret 2010
No. Revisi: : 0lHd ur
SURAT PERNYATAA}I KARYA SENTDIRI
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama
TempaUtgl lahir
NIM
Jurusan
Angkatan
Alamat
Nama
NIP
AliZldlrdan
Pemalang, 20 htli 1987
r I l 101 10001 12
Pendidikan Agama Islam
20ltJl. Kyai Kart4 Komp. Al-Falatu Gendoang Karanganyar, Rt
09/01 No 383. Kec. Moga, Kab. Pemalang.52354.
MENYATAKAI\I DENGAI\I SESTINGGTIHIYYA
Bahwa Skripsi yang berjudul "Kompetensi Sosial Guru PAI di SMA Negeri I
Ciampea Bogor". Adalah benar hasil karya sendiri dibawah bimbingan dosen:
: Dr. Jejen Musfah, MA.
: 19770602200501 1004
Demikian surat pemyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap
menerima segala konsekuensi apabilaternyata skripsi ini bukan hasil karya sendiri.
Jakart+21 April2016Mahasiswa Ybs.
NrM. l ll/0110001r2
i
ABSTRAK
Ali Zuhdan (NIM : 1111011000112). Kompetensi Sosial Guru Pendidikan
Agama Islam di SMA Negeri 1 Ciampea Bogor
Skripsi ini mengkaji tentang kompetensi sosial guru Pendidikan Agama
Islam di SMA Negeri 1 Ciampea Bogor. Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk
mengetahui kompetensi sosial guru Pendidikan Agama Islam yang berkaitan
dengan kemampuan sosial meliputi kemampuan guru dalam berkomunikasi,
bekerja sama, bergaul simpatik, dan mempunyai jiwa yang menyenangkan, dan
juga dapat berkomunikasi dengan baik secara lisan, tulisan, dan isyarat,
menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional, bergaul
secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang
tua/wali peserta didik dan bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar.
Penelitian pada skripsi ini menggunakan metode penelitian kualitatif yaitu
penelitian yang menggambarkan keadaan sebenarnya dari fenomena objek yang
diteliti dan ditunjang oleh referensi-referensi yang berkaitan dengan tema yang
dibahas pada skripsi ini. Adapun yang menjadi tolok ukur kompetensi sosial guru
Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 1 Ciampea adalah hasil wawancara,
observasi dan dokumentasi yang mengkategorikan guru Pendidikan Agama Islam
berkompetensi sosisal tinggi, sedang atau rendah. Tujuan dari penelitian ini ialah
untuk mendeskripsikan hasil penelitian dan juga mendapatkan data-data yang
akurat mengenai objek yang akan diteliti.
Dari hasil penelitian yang penulis lakukan, maka sampailah kepada
kesimpulan bahwa guru Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 1 Ciampea
Bogor memiliki kompetensi sosial yang cukup baik, dari mulai berkomunikasi,
penggunaan teknologi, bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama
pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik dan bergaul secara
santun dengan masyarakat sekitar, namun masih sangat kurang dalam
berkomunikasi secara tulisan, kemudian upaya yang dilakukan sekolah dalam
mengembangkan kompetensi sosial guru PAI diantaranya yaitu; Mengikuti
MGMP, seminar pendidikan di dalam maupun luar sekolah, pendekatan pada
siswa, mengenal beberapa kepribadian guru, kunjungan ke rumah siswa, guru dan
keluarga besar SMA Negeri 1 Ciampea. Selanjutnya manfaat guru yang
mempunyai kompetensi sosial adalah ia akan diteladani oleh siswa-siswanya.
Sebab selain kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual, siswa juga perlu
diperkenalkan dengan kecerdasan sosial (sosial intellegence). Hal tersebut
bertujuan agar siswa memiliki hati nurani, rasa peduli, empati dan simpati kepada
sesama.
Kata Kunci : Kompetensi Sosial Guru PAI
ii
ABSTRACT
Ali Zuhdan (NIM : 1111011000112). Social Competence of Islamic Education
Teachers of SMA Negeri 1 Ciampea Bogor
This Skripsi examines the social competence of Islamic education teachers of
SMA Negeri 1 Ciampea, Bogor. This Skripsi is intended to know the social
competence of Islamic education teachers related to social skills including the
teachers’ ability to communicate, cooperate, and socialize, their cheerful
character, their ability to communicate well either in oral, writing, or cues using
communications and information technology functionally, and their ability to
interact effectively with students, fellow teachers, staffs, students’ parents /
guardians and interact politely with the society.
The study in this Skripsi uses qualitative research method that describes the
actual state of the object phenomenon studied and that is supported by the
references related to the themes discussed in this Skripsi. As for the measure of
social competence of Islamic education teachers of SMA Negeri 1 Ciampea is the
result of interview, observation and documentation that categorizes Islamic
education teachers into high, medium or low social competence.
From this study, the writer concludes that the Islamic education teachers of SMA
Negeri 1 Ciampea Bogor have quite good social competence, in their way to
communicate, use the technology, interact effectively with students, fellow
educators, staffs, students’ parents / guardians and interact politely with the
society. Hence, they are still lack of the ability to communicate in writing, as it is
proved from all the informants who all said that the Islamic education teachers of
SMA Negeri 1 Ciampea Bogor have never made a published scientific work.
Keyword : Social Competence Of PAI
iii
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirrahim
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan nikmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Kompetensi Sosial Guru PAI di SMA Negeri 1 Ciampea Bogor”. Shalawat dan
salam semoga tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW. yang telah
membawa umatnya dari zaman kebodohan ke zaman yang penuh dengan ilmu
pengetahuan dan teknologi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan
sebagaimana yang diharapkan walaupun waktu, tenaga, dan pikiran telah
diperjuangkan dengan segala keterbatasan yang penulis miliki demi
terselesaikannya skripsi ini agar bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca
pada umumnya.
Terselesaikannya skripsi ini tidak lepas dari partisipasi beberapa pihak yang
telah membantu sehingga tiada kata yang pantas terucap melainkan terimakasih
yang sebesar-besarnya kepada :
1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Abdul Majid Khon, MA., Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam
(PAI) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3. Marhamah Saleh, Lc. MA., Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam
(PAI) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
4. Dr. Jejen Musfah, MA., pembimbing skripsi yang dengan kesabaran dan
keikhlasan meluangkan waktu dan pikiran, perhatian serta arahan untuk
membimbing penyusunan skripsi ini.
5. Dr. Akhmad Sodiq, MA., penasehat akademik yang telah membantu
penulis baik berupa motivasi dan arahan dalam konsultasi kelancaran
perkuliahan.
iv
6. Seluruh Dosen, Staf dan karyawan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah banyak memberikan ilmu
pengetahuan kepada penulis selama perkuliahan.
7. Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Ciampea Bogor Bapak Drs. Arif Setiawan,
MM., Waka kurikulum, Waka kesiswaan, Staf T.U, para dewan guru
Pendidikan Agama Islam yang telah membantu dalam penelitian skripsi
ini (Bapak Drs. Nur Salim dan Bapak Drs. Zaenal Musthafa), serta seluruh
peserta didik SMA Negeri 1 Ciampea Bogor.
8. Pimpinan dan seluruh staf administrasi Perpustakaan Utama, Perpustakaan
FITK yang telah memberikan layanan kepada penulis untuk peminjaman
buku-buku yang penulis butuhkan sebagai referensi yang berkaitan dengan
skripsi ini.
9. Ayah Shonhaji dan Ibu Azarah yang tak henti-hentinya meneteskan air
mata di atas sajadah untuk memohon kepada Sang Pengasih demi
kesuksesan penulis dalam segala hal husunya dalam penulisan skripsi ini,
semoga Allah SWT selalu memberikan kesehatan, umur yang berkah serta
kebahagiaan dunia akhirat.
10. Kakak Drs. Nur Salim, Nur Falah, S.Pd.I, Firqutun Najiah, dan adik Intan
Aenurrohmah, Naelul Authon, Ani Mahbubah, yang telah memberikan
warna-warni kehidupan dan semangat serta inspirasi yang sangat berharga
bagi penulis.
11. Teman-teman seperjuangan PAI khususnya kelas C angkatan 2011
teruntuk anggota CMPS (Abdul Aziz, Ahmad Widadi, Ahmad Syauqi,
Ahmad Irfan, Arvin Syazi, Firman, Wiguna Miharja) yang tidak akan
terlupakan sampai kapanpun kebersamaan kita baik senang, sedih, canda
tawa, haru, marah, bahagia dan yang selalu memberikan motivasi,
masukan serta bersama-sama mengukir kenangan, terimakasih untuk
semua dukungan dan perhatian yang diberikan kepada penulis selama
menyelesaikan skripsi ini. Dan juga kepada teman-temanku yang tidak
bisa penulis sebutkan satu persatu namun tidak mengurangi rasa hormat.
v
12. Teman-teman Ikatan Mahasiswa Pelajar Pemalang (IMPP) Jakarta,
Hadhrah Cafe, Sedulur-sedulur pencak silat PSHT (Persaudaraan Setia
Hati Terate) Komisariat UIN Jakarta, Sahabat-sahabat MATAN
(Mahasiswa Ahlith Thoriqoh Al-Mu’tabaroh An-Nahdliyyah) Cabang
Ciputat dan seluruh kawan-kawan yang penulis tidak bisa sebutkan satu
persatu namanya, semoga kebersamaan kita selalu ada manfaat dan
barokah buat kehidupan kita.
13. Tidak lupa kepada Murobbi Ruuhina KH. Maimoen Zubair (Pengasuh
Ponpes al-Anwar) Sarang - Rembang, Dr. KH. Aufal Marom, M.Pd.I
(Pengasuh Ponpes Nurul Anwar) Sarang – Rembang, Sayyid al-Habib
Sholeh bin Muhammad al-Jufri, SH.I (Pengasuh Ponpes Darul Musthafa)
Solo, Ust. Muhammad Munhanif Ali, S.Pd.I (Pengasuh Ponpes Darus
Sholihin) Solo, berkat bimbingan selama penulis nyantri di pondok
pesantrennya serta motivasi dan do’a-do’a yang dipanjatkan sehingga
penulis bisa melanjutkan dan menyelesaikan pendidikan di perguruan
tinggi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, semoga Allah SWT memberikan
kesehatan dan keberkahan serta kebahagiaan dunia akhirat.
Penulis berharap dan berdo’a kepada Allah SWT agar seluruh
pengorbanan yang telah diberikan akan mendapatkan balasan yang setimpal di
sisi-Nya. Semoga ukiran tinta hitam yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi diri
saya sendiri khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.
jazakumullah khairan katsiran.
Jakarta, 20 April 2106
Ali Zuhdan
vi
DAFTAR ISI
LEMBAR HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAK ............................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ........................................................................ 8
C. Pembatasan Masalah ....................................................................... 8
D. Perumusan Masalah ......................................................................... 9
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................ 9
BAB II KAJIAN TEORI KOMPETENSI SOSIAL GURU PAI
A. Pengertian Kompetensi .................................................................... 11
B. Pengertian Kompetensi Sosial ......................................................... 14
C. Cara Mengembangkan Kompetensi Sosial Guru ............................ 18
D. Fungsi Kompetensi Sosial Guru ...................................................... 26
E. Indikator-Indikator Kompetensi Sosial ........................................... 28
F. Konsep Dasar Guru PAI34
G. Hasil Penelitian yang Relevan ......................................................... 41
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Objek Penelitian .............................................................................. 43
B. Desain Penelitian ............................................................................. 43
C. Sumber Data .................................................................................... 44
vii
D. Metode Penelitian ............................................................................ 45
E. Teknik Pengumpulan Data .............................................................. 46
F. Analisis Data49
G. Pengecekan Keabsahan Data ........................................................... 50
BAB IV HASIL PENELITIAN KOMPETENSI SOSIAL GURU PAI DI SMA
NEGERI 1 CIAMPEA BOGOR
A. Gambaran Umum SMA Negeri 1 Ciampea..................................... 52
1. Sejarah berdirinya SMA Negeri 1 Ciampea .............................. 52
2. Visi dan Misi ............................................................................. 52
3. Tujuan ........................................................................................ 53
4. Sasaran ....................................................................................... 54
5. Data Guru dan Staf TU .............................................................. 55
6. Sarana dan Prasarana ................................................................. 56
7. Struktur Organisasi .................................................................... 57
B. Hasil Pengolahan Data .................................................................... 58
1. Berkomunikasi secara lisan dan tulisan .................................... 60
2. Menggunakan teknologi komunikasi ........................................ 63
3. Bergaul secara efektif ................................................................ 68
4. Bergaul santun dengan masyarakat sekitar ............................... 72
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................................... 77
B. Saran ................................................................................................ 78
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 79
LAMPIRAN – LAMPIRAN
viii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Lampiran Uji Referensi
2. Lampiran Hasil Wawancara
3. Lampiran Hasil Observasi
4. Lampiran Dokumentasi
a. Dokumentasi Sekolah
b. Dokumentasi Kegiatan
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah investasi sumber daya manusia jangka panjang yang
mempunyai nilai strategis bagi kelangsungan peradaban manusia di dunia. Oleh
karena itu, hampir semua negara menempatkan variabel pendidikan sebagai
sesuatu yang penting dan utama dalam konteks pembangunan bangsa dan negara.
Begitu pun juga, Indonesia menempatkan pendidikan sebagai sesuatu yang
penting dan utama. Hal ini dapat dilihat dari isi pembukaan UUD 1945 alenia IV
yang menegaskan bahwa salah satu tujuan nasional bangsa Indonesia adalah
mencerdaskan kehidupan bangsa.1
Pendidikan merupaka icon fundamental dalam rangka membenahi
kehidupan beragama, berbangsa dan bernegara. Dengan pendidikan, manusia akan
memiliki akhlak, moral, ataupun etika yang baik sehingga tercipta kehidupan yang
teratur. Dengan pendidikan yang sesungguhnyalah manusia akan mampu
merekonstruksi pola pikirnya.
Pada dasarnya ada tiga aspek yang ingin dikembangkan dalam sebuah
pendidikan, yaitu pertama aspek kognitif yaitu meliputi pengembangan ilmu
pengetahuan, potensi, daya intelektualisme dan pengembangan keterampilan yang
diperlukan untuk menggunakan pengetahuan tersebut. Kedua aspek afektif yang
meliputi penanaman nilai-nilai moralitas dan religius serta pemupukan sikap
emosionalitas dan sensitivitas. Dan ketiga aspek psikomotorik yang meliputi
peningkatan performan dalam kehidupan berbangsa, pengembangan kemampuan,
adaptasi terhadap perubahan, pemupukan daya sensitivitas terhadap persoalan
sosial kemasyarakatan, pembinaan kapasitas diri dan pengetahuan untuk
1 Kunandar, Guru Profesional; Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) dan Sukses Dalam Sertifikasi Guru, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), h. V.
2
memperluas berbagai pilihan di berbagai bidang pekerjaan, kesehatan, kehidupan
keluarga dan masalah-masalah praktis lainnya.2
Guru merupakan komponen utama dalam meningkatkan mutu pendidikan.
Guru mempunyai tanggung jawab yang utama, karena langsung berinteraksi
dengan peserta didik dalam pelaksanaan proses belajar mengajar. Tugas guru
adalah mentransfer ilmu pengetahuan dan ketrampilan, juga mengantarkan anak
didiknya menjadi manusia yang mandiri, cerdas dan berilmu pengetahuan yang
beriman dan bertakwa kepada Allah SWT, sesuai dengan bakat dan
kemampuannya3. Jadi, guru merupakan komponen paling menentukan dalam
sistem pendidikan secara keseluruhan, yang harus mendapat perhatian sentral,
pertama, dan utama. Figur yang satu ini akan senantiasa menjadi sorotan strategis
ketika berbicara masalah pendidikan, karena guru selalu terkait dengan komponen
manapun dalam sistem pendidikan.
Komunikasi merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia.
Komunikasi tidak saja dibutuhkan dalam dunia bisnis dan ekonomi tapi juga
sangat dibutuhkan dalam dunia pendidikan. Bahkan komunikasi menjadi sesuatu
yang tak dapat dipisahkan dari dunia yang terakhir disebut ini. Kenapa
komunikasi tidak dapat dipisahkan dari dunia pendidikan? Sebab, melalui
komunikasilah seorang guru dapat menyampaikan pesan dan gagasannya kepada
anak didik. Melalui komunikasi pula, sikap dan perasaan siswa dapat dipahami
dan dimengerti.4
Namun demikian, pengamat pendidikan Darmaningtyas mengaku
pesimistis para guru di Indonesia mampu bersaing dengan guru-guru di negara-
negara Asia Tenggara lainnya. “Guru Indonesia nggak mampu menghadapi MEA
karena negara-negara lain itu sudah mulai belajar bahasa Indonesia sehingga guru
dari negara lain dengan mudah bisa masuk ke Indonesia,” ucapnya.5
2 Zakiyah Darajat, dkk., Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi
Aksara, Cet. I, 1995), h. 197. 3Ibid.
4 Imam Tholkhah, Profil Ideal Guru Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Titian Pena, Cet.
I, 2008), h. 85. 5 Heri Ruslan (ed.), “Bersaing di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN”, Harian Umum
Republika, Jakarta, 25 November 2015, h. 24-25.
3
Kekhawatiran yang sama juga diungkapkan dewan Pembina Federasi
Serikat Guru Indonesia (FSGI), Doni Koesoema. Pada era MEA, kata dia,
pekerjaan guru di sektor pendidikan akan banyak terpengaruh karena masih
rendahnya kualitas guru di Indonesia.6
Guru merupakan salah satu faktor keberhasilan dari sebuah proses
pendidikan. Pada dasarnya guru merupakan pendamping dari peserta didik dalam
rangka mengembangkan potensinya dan mencapai tujuan pendidikan yang
diinginkan. Proses pendidikan atau pembelajaran tidak akan berjalan dengan baik
apabila guru tidak mampu berkomunikasi dengan peserta didik. Oleh karena itu,
guru haruslah memiliki sebuah kemampuan dalam bergaul ataupun berkomunikasi
denga peserta didik. Tidak hanya itu, guru juga harus dapat berkomunikasi dengan
sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan
masyarakat sosial, karena faktor hubungan dengan masyarakat serta peran guru
dalam mendukung kegiatan hubungan sekolah dengan masyarakat dapat
meningkatkan pemahaman masyarakat tentang tujuan serta sasaran yang ingin
direalisasikan sekolah.
Menurut Abudin Nata:
Kualitas profesi tenaga pendidik pada umumnya saat ini belum
menggembirakan. Hal ini antara lain terlihat pada masih rendahnya mutu
lulusan pendidikan di Indonesia. Rendahnya kualitas profesi guru tersebut
antara lain dapat dilihat dari masih rendahnya dalam penguasaan proses
belajar mengajar (PBM) dengan berbagai aspeknya, yakni penguasaan
terhadap pencapaian tujuan pengajaran (kognitif, afektif dan
psikomotorik), pendekatan, strategi, metode, teknik dan taktik. Untuk itu
para guru perlu meningkatkan wawasan pengetahuan, keterampilan, dan
pengalamannya dalam rangka meningkatkan mutu lulusan yang dilakukan
antara lain dengan menyediakan waktu untuk merenung, membaca,
meningkatkan perhatian, kesabaran, ketelatenan dalam membimbing
peserta didik yang tertinggal atau yang memiliki motivasi dan kecerdasan
yang tinggi, meningkatkan simpati dan empati terhadap lingkungan sosial,
serta memiliki pergaulan yang luas dengan berbagai kalangan yang
relevan.7
6 Ibid.
7 Abuddin Nata, Menuju Sukses Sertifikasi Guru & Dosen, (Jakarta: Faza Media, Cet. I,
2009), h. 21.
4
Menjadi seorang guru bukanlah pekerjaan yang gampang, seperti yang
dibayangkan sebagian orang, dengan bermodal penguasaan materi dan
menyampaikannya kepada siswa sudah cukup, hal ini belumlah dapat
dikatagorikan sebagai guru yang memiliki pekerjaan profesional, karena guru
yang profesional, mereka harus memiliki berbagai ketrampilan, kemampuan
khusus, mencintai pekerjaanya, menjaga kode etik guru dan lain sebagainya.8
Kemampuan khusus memang sebagaimana cangkul untuk Pak Tani atau
sepeda motor untuk tukang ojek sehingga jika kita tidak mempunyai, pekerjaan
tidak mungkin dilakukan. Oleh karena itulah, perlu adanya kemampuan khusus
pada setiap guru agar dapat melaksanakan tugas pendidikan dan pembelajarannya.
Sebagai seorang profesionalis, guru harus menyiapkan diri dengan berbagai
kemampuan sebelum, selama, dan sesudah melaksanakan kegiatan pendidikan dan
pembelajarannya. Kemampuan sebelum melaksanakan kegiatan sangat penting
sebab inilah modal utamanya. Pada saat melaksanakan proses, tentunya pada saat
itu guru mendapatkan kenyataan adanya kekmampuan yang belum dimilikinya
sehingga guru harus terus mencoba untuk merencanakan peningkatan kualitas
kemampuan dirinya. Setelah melaksanakan kegiatan pendidikan dan pembelajaran
yang harus dilaksanakan guru adalah mewujudkan rencana peningkatan kualitas
kompetensi dirinya.9
Guru di mata masyarakat dan siswa merupakan panutan yang perlu
dicontoh dan merupakan suri tauladan dalam kehidupanya sehari-hari. Guru perlu
memiliki kemampuan sosial dengan masyarakat, dalam rangka pelaksanaan proses
pembelajaran yang efektif. Kemampuan sosial meliputi kemampuan guru dalam
berkomunikasi, bekerja sama, bergaul simpatik, dan mempunyai jiwa yang
menyenangkan. Guru harus dapat berkomunikasi dengan baik secara lisan, tulisan,
dan isyarat, menggunakan teknologi komunikasi dan informasi, bergaul secara
efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang
tua/wali peserta didik dan bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar.
8 Martinis Yamin, Sertifikasi Profesi Keguruan di Indonesia, (Jakarta: Putra Grafika, Cet.
II, 2007), h. 22. 9 Muhammad Saroni, Personal Branding Guru, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, Cet. I,
2011), h. 94.
5
Kualitas pendidikan Indonesia dianggap oleh banyak kalangan masih
rendah, hal tersebut bisa dilihat dari beberapa indikator. Pertama, peringkat
Humam Development Index (HDI) Indonesia yang masih rendah, (tahun 2004
peringkat 111 dari 117 negara dan tahun 2005 peringkat 110 dibawah vietnam
dengan peringkat 108).10
Ketertinggalan bangsa Indonesia dalam bidang IPTEK
dibandingkan dengan negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, dan
Thailand.11
Sebagai individu yang berkecimpung dalam pendidikan dan juga sebagai
anggota masyarakat, guru harus memiliki kepribadian yang mencerminkan
seorang pendidik. Guru harus bisa digugu dan ditiru. Digugu maksudnya bahwa
pesan-pesan yang disampaikan guru bisa dipercaya untuk dilaksanakan dan pola
hidupnya bisa ditiru atau diteladani. Guru sering dijadikan panutan oleh
masyarakat, untuk itu guru harus mengenal nilai-nilai yang dianut dan
berkembang di masyarakat tempat melaksanakan tugas dan bertempat tinggal.
Peran guru sangat penting dalam mengajar dan mendidik siswa, serta
dalam memajukan dunia pendidikan. Mutu siswa dan pendidikan bergantung pada
mutu guru. Karena itu guru harus memiliki kompetensi yang sesuai dengan
standar nasional pendidikan, agar ia dapat menjalankan tugas dan peraturannya
dengan baik dan berhasil.12
Bila guru memiliki kompetensi sosial, maka hal ini akan diteladani oleh
peserta didik. Sebab selain kecerdasan intelektual, emosional dan spiritual, peserta
didik perlu diperkenalkan dengan kecerdasan sosial agar mereka memiliki rasa
perduli, empati dan simpati kepada sesama. Tugas dan fungsi guru tidak hanya
memberikan pendidikan, pengajaran, dan pelatihan saja, akan tetapi tugas yang
melekat pada dirinya bukan sekedar di sekolah, melainkan juga di luar sekolah.
Satu hal yang perlu menjadi perhatian dari guru adalah tugas mendidik, tugas ini
10
Kunandar, Guru Profesional; Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) dan Sukses Dalam Sertifikasi Guru, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), h. 1 11
Ibid., h. 2 12
Jejen Musfah, Peningkatan Kompetensi Guru, (Jakarta: Prenadamedia Group, Cet. III,
2015), h.vii.
6
adalah sangat berat, karena mendidik tidak saja menjadikan seorang anak yang
semula berperilaku tidak terpuji, akan tetapi berubah menjadi seorang anak baik.
Seorang guru harus bisa menjadi suri tauladan bagi peserta didiknya, baik
tingkah lakunya, ucapannya, pergaulan, maupun ketaatannya kepada Allah SWT.
Salah satu keberhasilan Rasulullah Muhammad SAW. Dalam mendidik umatnya
adalah karena diri Rasul sendiri dijadikan suri tauladan seperti apa yang
diajarkannya. Allah SWT. berfirman:
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah. (Q.S. Al-
Ahzab: 21).13
Guru sebagai pendidik profesional mempunyai citra yang baik di
masyarakat apabila dapat menunjukkan kepada masyarakat bahwa ia layak
menjadi panutan atau teladan bagi masyarakat sekelilingnya. Masyarakat terutama
akan melihat bagaimana sikap dan perbuatan guru itu sehari-hari, apakah memang
ada yang patut diteladani atau tidak. Bagaimana guru meningkatkan
pelayanannya, meningkatkan pengetahuannya, memberi arahan dan dorongan
kepada anak didiknya, dan bagaimana cara guru berpakaian dan berbicara serta
cara bergaul baik dengan siswa, teman-temannya serta anggota masyarakat, sering
menjadi perhatian masyarakat luas.14
Berkenaan dengan hal tersebut di atas, guru masih menunjukkan
kelemahannya dalam bergaul terhadap masyarakat, hal ini disampaikan oleh
Siswono Yudo Husodo, menurutnya:
13
Departemen Agama RI., Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: Forum Pelayanan al-
Qur’an, Cet. I, 2013), h. 420. 14
Soetjipto dan Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, ( Jakarta: Rineka Cipta, Cet. II, 2004),
h. 42.
7
Saat ini, di Tanah Air kita, perilaku menyimpang meluas di kalangan
eksekutif, legislatif, yudikatif, dan di masyarakat luas walaupun pada saat
yang sama, sarana-sarana ibadah dipenuhi jamaah. Kondisi kita seperti
Italia, sebuah negeri maju yang sejahtera, yang gereja-gerejanya di hari
Minggu penuh sesak, bersamaan dengan itu banyak politisinya
bermasalah, sistem hukumnya dipengaruhi suap dan ancaman mafia,
penjaranya pun penuh sesak. Berbeda dengan Austria, yang gerejanya tak
penuh, tetapi penjaranya juga kosong. Dengan kondisi negara kita ini,
kalangan pendidik, para guru bisa jadi tempat menggantungkan harapan
akan negara yang lebih baik ke depan.15
Guru tidak hanya dituntut untuk menjadi orang yang baik, tapi dia juga
harus mampu menjadi sosok yang terbaik. Dan seseorang bisa menjadi yang
terbaik apabila dia mampu menjadikan dirinya sebagai sosok yang pantas
diteladani. Saking pentingnya sikap keteladanan, sampai-sampai Al-Qur’an
melukiskan sebuah ancaman bagi mereka yang hanya dapat berkata-kata tanpa
bisa menjalankannya:
Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa
yang tidak kamu kerjakan. (Q.S. Ash-Shaff: 3).16
Murid-murid tidak hanya butuh kepada teori dan nasehat saja, tapi pada
dasarnya mereka lebih butuh kepada sosok yang sikap dan prilakunya dapat
diteladani. Sesungguhnya mereka lebih butuh kepada figur yang mampu
memberikan bimbingan moral. Karena itulah keteladanan menjadi faktor
signifikan dalam rangka menciptakan anak didik yang unggul dan mumpuni.17
Rendahnya kualifikasi akademik dan kompetensi guru terjadi di semua
wilayah Indonesia, termasuk kabupaten bogor yang secara geografis terletak tidak
jauh dari pusat pemerintahan, Ibu Kota Jakarta. Dan menunjukkan bahwa,
“jumlah guru yang belum S-1 sebanyak 2.810 orang di Kota Bogor; Kabupaten
15
Siswono Yudo Husodo, “Guru, “Sing Digugu lan Ditiru””, Harian Umum Kompas,
Jakarta, 25 November 2015, h. 7. 16
Departemen Agama RI., Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: Forum Pelayanan al-
Qur’an, Cet. I, 2013), h. 551. 17
Imam Tholkhah, op. cit., h. 29.
8
Bogor 9.488 orang atau setara dengan 82,58 persen. Sejak dari sebelum otonomi
daerah, sampai tahun 2006 Kabupaten Bogor hampir tidak pernah memberikan
beasiswa kepada guru.”18
(Hardini, 2008: iv). Sementara menurut Disdik
Kabupaten Bogor, Ukah, lulusan madrasah aliyah (MA) dipastikan tidak ada lagi.
(radar-bogor.co.id, 17-10-2010). Menurut Badan Kepegawaian Pendidikan dan
Pelatihan (BKPP) Kabupaten Bogor, “Bogor membutuhkan 22.143 orang guru,
namun pada kenyataanya hanya ada 11.260 orang sehingga dibutuhkan sekitar
10.883 orang. (poskota.co.id, 17-10-2010). Rendahnya kualifikasi akademik guru
secara tidak langsung berhubungan dengan kompetensi guru.19
Dari latar belakang di atas peneliti tertarik untuk meneliti lebih jauh
tentang “Kompetensi Sosial Guru PAI di SMA Negeri 1 Ciampea Bogor”.
B. Identifikasi Masalah
Dilihat dari berbagai aspeknya memungkinkan munculnya berbagai
permasalahan. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, masalah mendasar
yang dapat diidentifikasi terdiri dari permasalahan-permasalahan yaitu:
1. Kurangnya kemampuan guru dalam berkomunikasi secara lisan.
2. Masih minimnya kemampuan guru dalam berkomunikasi secara tulisan.
3. Guru banyak yang belum akrab dengan internet.
4. Kurangnya pergaulan guru dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga
kependidikan, orang tua/wali peserta didik, serta dengan masyarakat
sekitar.
C. Pembatasan Masalah
Dari masalah-masalah yang telah diidentifikasi di atas, nampak bahwa
masalah-masalah tersebut sangat penting untuk dijawab. Namun, permasalahan
tersebut masih sangat luas, maka perlu adanya pembatasan. Masalah-masalah itu
dibatasi pada Kompetensi Sosial Guru Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 1
Ciampea Bogor.
18
Jejen Musfah, op. cit., h. 7. 19
Ibid., h. 8.
9
D. Perumusan Masalah
Dengan memperhatikan latar belakang di atas, maka penulis dapat
merumuskan permasalahan yang akan dibahas dalam penulisan skripsi ini, yaitu:
1. Bagaimana kompetensi sosial guru PAI di SMA Negeri 1 Ciampea Bogor ?
2. Bagaimana upaya sekolah dalam meningkatkan kompetensi sosial guru PAI ?
E. Tujuan dan Manfaat
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui kompetensi sosial yang dilakukan oleh guru PAI di
SMA Negeri 1 Ciampea Bogor.
b. Untuk mengetahui upaya guru PAI dalam meningkatkan kompetensi
sosial di SMA Negeri 1 Ciampea Bogor.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritik
1) Menambah dan memperkaya khazanah keilmuan dunia pendidikan
dalam meningkatkan kualitas pendidikan khususnya Pendidikan
Agama Islam.
2) Sebagai sumbangan data ilmiah di bidang pendidikan dan disiplin
ilmu lainnya, bagi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3) Memberikan sumbangan sebagai bahan pertimbangan dalam
pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di sekolah, sehingga tujuan
Pendidikan Agama Islam dapat tercapai serta pembelajaran di
SMA Negeri 1 Ciampea Bogor dapat terus ditingkatkan.
b. Manfaat Praktis
1) Bagi penulis, memberikan pengalaman yang cukup besar karena
dengan diadakan penelitian secara langsung dapat menambah
wawasan pengetahuan tentang kompetensi sosial guru PAI.
10
2) Sebagai masukan bagi para guru terutama guru Pendidikan Agama
Islam dalam kompetensi sosial guru serta usaha mencapai tujuan
Pendidikan Agama Islam.
3) Memberikan wawasan atau informasi kepada para pembaca tentang
kompetensi sosial guru SMA Negeri 1 Ciampea Bogor.
11
BAB II
KAJIAN TEORI
KOMPETENSI SOSIAL GURU PAI
A. Pengertian Kompetensi
Kompetensi dalam bahasa Indonesia merupakan serapan dari bahasa Inggris,
competence yang berarti kecakapan dan kemampuan. Kompetensi adalah kumpulan
pengetahuan, perilaku, dan keterampilan yang harus dimiliki oleh guru untuk
mencapai tujuan pembelajaran dan pendidikan. Kompetensi diperoleh melalui
pendidikan, pelatihan dan belajar mandiri dengan memanfaatkan sumber belajar.1
Menurut kamus bahasa Indonesia, kompetensi dapat diartikan (kewenangan)
kekuasaan untuk menentukan atau memutuskan suatu hal.2
Dalam perspektif kebijakan nasional, pemerintah telah merumuskan empat
jenis kompetensi guru, sebagaimana tercantum dalam Penjelasan Peraturan
Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, yaitu
kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial dan profesional.3
1. Kompetensi pedagogik adalah kemampuan dalam pengelola peserta didik
yang meliputi: (a) pemahaman wawasan atau landasan kependidikan; (b)
pemahaman tentang peserta didik; (c) pengembangan kurikulum atau
silabus; (d) perancangan pembelajaran; (e) pelaksanaan pembelajaran
yang mendidik dan dialogis; (f) evaluasi haril belajar; dan (g)
pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi
yang dimilikinya.4
1 Jejen Musfah, Peningkatan Kompetensi Guru, (Jakarta: Prenadamedia Group, Cet. III,
2015), h. 27. 2 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, ( Bandung: Remaja Rosyda karya, Cet.
XVII, 2005), h. 14. 3 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005, Tentang Standar Nasional
Pendidikan, (Jakarta: Eko Jaya, 2005), h. 26. 4 Jejen Musfah, op. cit., h. 31.
12
2. Kompetensi kepribadian, yaitu “kemampuan kepribadian yang: (a)
berakhlak mulia; (b) mantap, stabil, dan dewasa; (c) arif dan bijaksana; (d)
menjadi teladan; (e) mengevaluasi kinerja sendiri; (f) mengembangkan
diri; dan (g) religius.”5
3. Kompetensi sosial merupakan kemampuan pendidik sebagai bagian dari
masyarakat untuk: (a) berkomunikasi lisan dan tulisan; (b) menggunakan
teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional; (c) bergaul secara
efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan,
orangtua/wali peserta didik; dan (d) bergaul secara santun dengan
masyarakat sekitar.6
4. Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi
pembelajaran secara luas dan mendalam yang meliputi: (a) konsep,
struktur dan metode keilmuan/teknologi/seni yang menaungi/koheren
dengan materi ajar; (b) materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah; (c)
hubungan konsep antar mata pelajaran terkait; (d) penerapan konsep
keilmuan dalam kehidupan sehari-hari; dan (e) kompetisi secara
profesional dalam konteks global dengan tetap melestarikan nilai dan
budaya nasional.7
Kompetensi merupakan suatu tugas memadai atas kepemilikan pengetahuan,
keterampilan dan kemampuan yang dituntut oleh jabatan seseorang. Kompetensi juga
berarti sebagai pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan
dalam kebiasaan berfikir dan bertindak.8
Kompetensi merupakan peleburan dari pengetahuan (daya pikir), sikap (daya
kalbu), dan keterampilan (daya fisik) yang diwujudkan dalam bentuk perbuatan.
Dengan kata lain, kompetensi merupakan perpaduan dari penguasaan pengetahuan,
5 Ibid., h. 42.
6 Ibid., h. 52.
7 Ibid., h. 54.
8 Kunandar, Guru Profesional; Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
dan Sukses Dalam Sertifikasi Guru, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), h. 52.
13
keterampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan
bertindak dalam melaksanakan tugas atau pekerjaannya. Dapat juga dikatakan bahwa
kompetensi merupakan gabungan dari kemampuan, pengetahuan, kecakapan, sikap,
sifat, pemahaman, apresiasi dan harapan yang mendasari karakteristik seseorang
untuk berunjuk kerja dalam menjalankan tugas atau pekerjaan guna mencapai standar
kualitas dalam pekerjaan nyata. Jadi kompetensi adalah seperangkat pengetahuan,
keterampilan dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati dan dikuasai oleh guru untuk
dapat melaksanakan tugas-tugas profesionalnya.9
Pengertian kompetensi ini, jika digabungkan dengan sebuah profesi yaitu guru
atau tenaga pengajar, maka kompetensi guru mengandung arti kemampuan seorang
guru dalam melaksanakan kewajiban-kewajiban secara bertanggung jawab dan layak
atau kemampuan dan kewenangan guru dalam melaksanakan profesi keguruannya.
Pengertian kompetensi guru adalah seperangkat penguasaan kemampuan yang harus
ada dalam diri guru agar dapat mewujudkan kinerjanya secara tepat dan efektif.10
Menurut E. Mulyasa, “kompetensi guru merupakan perpaduan antara
kemampuan personal, keilmuan, teknologi, sosial, dan spiritual yang secara kafah
membentuk kompetensi standar profesi guru, yang mencakup penguasaan materi,
pemahaman terhadap peserta didik, pembelajaran yang mendidik, pengembangan
pribadi dan profesionalitas”.11
Dari pendapat di atas dapat dipahami bahwa kompetensi guru adalah
seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati,
dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan dengan
tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik.
9 Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan, (Bandung:
Alfabeta, Cet. IV, 2013), h. 23. 10
Kunandar, op. cit., h. 55. 11
E. Mulyasa, Standar Kompetensi & Sertifikasi Guru, (Bandung: Remaja Rosda Karya, Cet.
VI, 2012), h. 26.
14
B. Pengertian Kompetensi Sosial
Dalam proses interaksi belajar mengajar, guru adalah orang yang memberikan
pelajaran dan siswa adalah orang yang menerima pelajaran. Dalam mentransfer
pengetahuan kepada siswa diperlukan kecakapan atau keterampilan sebagai guru.
Tanpa ini semua tidak mungkin proses interaksi belajar mengajar dapat berjalan
secara kondusif. Disinilah kompetensi dalam arti kemampuan mutlak diperlukan guru
dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik.
Kompetensi sosial atau interpersonal skills, yaitu kemampuan membangun
relasi dengan orang lain, secara efektif berupa kecakapan komunikasi, kecakapan
memberikan motivasi, kecakapan bekerja sama, kecakapan memimpin, mempunyai
kharismatik, keterampilan melakukan mediasi.12
Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan pasal 28 ayat 3 butir (d)
dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi sosial adalah kemampuan
guru sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif
dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua atau wali
peserta didik, dan masyarakat sekitar.
Adapun kompetensi sosial merupakan kemampuan guru sebagai bagian dari
masyarakat yang sekurang-kurangnya memiliki kompetensi untuk:13
1. Berkomunikasi secara lisan, tulisan dan isyarat.
2. Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional.
3. Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga
kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan
4. Bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar.
Komunikasi merupakan suatu proses berbagi pengalaman sampai pengalaman
tersebut menjadi milik umum. Proses berbagi pengalaman ini memodifikasi disposisi
kedua belah pihak yang ambil bagian di dalamnya. Dewey mencatat bahwa efek dari
12
Ramayulis, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, Cet. IV, 2015), h. 236. 13
Subijanto, “Sosok Guru Profesional Pasca Undang-Undang Guru dan Dosen”, Jurnal
Pendidikan dan Kebudayaan, 2006, h. 495.
15
komunikasi semacam ini merupakan “peningkatan kualitas pengalaman.” Ia juga
mengatakan bahwa ”dengan komunikasi normal berarti bahwa di dalamnya terdapat
kepentingan bersama, sehingga seseorang ingin memberi dan yang lain menerima.”
Proses ini berbeda dengan menceritakan atau menyatakan sesuatu yang hanya untuk
membuat mereka terpesona satu sama lain, sekedar untuk menguji dia untuk
mengetahui seberapa bnyak ia telah memperoleh dan secara harfiah menghasilkan
kembali.14
a. Berkomunikasi secara lisan, tulisan, dan isyarat.
Made Pidarta dalam bukunya Landasan Kependidikan, menuliskan pengertian
komunikasi adalah proses penyampaian pikiran dan perasaan seseorang kepada orang
lain atau sekelompok orang. Ada sejumlah alat yang dapat dipakai megadakan
komunikasi. Alat dimaksud adalah sebagai berikut:
1) Melalui pembicaraan dengan segala macam nada seperti berbisik-bisik,
halus, kasar, dan keras bergantung kepada tujuan pembicaraan dan sifat
orang yang bicara.
2) Melalui mimik , seperti raut muka, pandangan dan sikap.
3) Dengan lambang, contohya ialah bicara isyarat untuk orang tuna rungu,
menempelkan telunjuk di depan mulut, menggelengkan kepala,
membentuk huruf “O” dengan tujuan, dengan tangan dan sebagainya.
4) Dengan alat-alat seperti alat elektronik dan sejumlah media cetak.15
Dengan adanya komunikasi dalam pelaksanaan proses pembelajaran berarti
bahwa guru memberikan dan membangkitkan kebutuhan sosial siswa. Siswa akan
merasa bahagia karena adanya perhatian yang diberikan guru sehingga dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa.
Bobbi DePorter dalam buku terkenalnya Quantum Teaching menyebutkan
prinsip komunikasi ampuh yakni menimbulkan kesan, mengarahkan atau fokus pada
14
Ishak Abdulhak dan Deni Darmawan, Teknologi Pendidikan, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, Cet. II, 2015), h. 26. 15
Made Pidarto, Landasan Kependidikan; Stimulus Ilmu Kependidikan Bercorak Indonesia,
(Jakarta; PT Runeka Cipta, 2007), h. 156.
16
materi yang disampaikan, dan spesifik. Guru hendaknya kreatif mengoptimalkan
kemampuan kinerja otak sebagai tempat menimbulkan kesan. Maka guru dituntut
mampu menentukan kata-kata yang tepat dalam memberi penjelasan pada siswa.
Oleh karena itu, sebaiknya guru menyusun perkataan yang komunikatif serta santun
untuk pembelajaran yang berkesan dan bermakna.
Pembentukan kesan pertama terhadap orang lain memiliki 3 kunci
utama. Pertama, mendengar tentang kepribadian orang itu sebelumnya. Kedua,
menghubungkan perilaku orang itu dengan cerita-cerita yang pernah
didengar. Ketiga, mengaitkan dengan latar belakang situasi pada waktu itu.16
Jika seorang guru tidak mampu untuk berkomunikasi, maka materi yang harus
disampaikan kepada murid akhirnya tidak jelas tersampaikan yang mengakibatkan
murid kebingungan dan tidak mengerti dengan penjelasan guru.
b. Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi;
Pengertian teknologi pendidikan tidak terlepas dari pengertian teknologi
secara umum. Banyak orang berpikir bahwa teknologi adalah hanya mesin atau alat-
alat, akan tetapi teknologi memiliki makna sebagai proses yang meningkatkan nilai
tambah. Pengertian teknologi sendiri sangat luas dan beragam.17
Pengertian teknologi (termasuk teknologi pendidikan) secara umum adalah:
proses yang meningkatkan nilai tambah, produk yang digunakan dan atau dihasilkan
untuk memudahkan dan meningkatkan kinerja, struktur atau sistem di mana proses
dan produk itu dikembangkan dan digunakan.18
Dalam perkembangan globalisasi yang semakin meningkat, kebutuhan untuk
menguasai teknologi komunikasi dan informasi sangat dibutuhkan, ketika seorang
guru tidak menguasainya, maka dalam hal pembelajaran maupun cara komunikasi
dengan siswa akan ketinggalan zaman, sekarang ini jaringan sosial untuk membangun
komunikasi semakin luas misalnya dengan adanya facebook, twitter, blog, e-mail, e-
16
Made Pidarta, Landasan Kependidikan; Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak
Indonesia, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2007), h. 220 17
Ibid., h. 106. 18
Ibid., h. 108.
17
learning maupun fasilitas internet lainnya yang bisa dijadikan sarana untuk
berkomunikasi dan mencari ilmu pengetahuan selain di kelas. Berikut adalah manfaat
adanya teknologi komunikasi dan informasi:
1) Memperluas kesempatan belajar
2) Meningkatkan efisiensi
3) Meningkatkan kualitas belajar
4) Meningkatkan kualitas mengajar
5) Memfasilitasi pembentukan keterampilan
6) Mendorong belajar sepanjang hayat berkelanjutan
7) Meningkatkan perencanaan kebijakan dan manajemen
8) Mengurangi kesenjangan digital
c. Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga
kependidikan, orang tua/wali peserta didik:
Maksudnya adalah adanya saling menghormati dan menghargai baik itu
dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta
didik.
Menurut Musaheri, bergaul secara efektif mencakup mengembangkan
hubungan secara efektif dengan siswa yang memiliki ciri; mengembangkan hubungan
dengan prinsip saling menghormati, mengembangkan hubungan berasakan asah, asih,
dan asuh. Sedangkan ciri bekerja sama dengan prinsip ketebukaan, saling memberi
dan menerima.19
Dari pernyataan di atas, jelas bahwa dalam pelaksanaan proses pembelajaran,
guru memang harus memperhatikan pergaulan yang efektif dengan siswa. Hal
tersebut dapat memotivasi siswa untuk lebih giat belajar.
d. Bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar dan memperhatikan
aturan yang berlaku dalam masyarakat.
19
Musaheri, ke-PGRI-an, (Jogjakarta, DIVA Press, 2009), h. 203.
18
Sebagai pribadi yang hidup di tengah-tengah masyarakat, guru perlu memiliki
kemampuan untuk berbaur dengan masyarakat misalnya melalui kegiatan olahraga,
keagamaan, dan kepemudaan. Ketika guru tidak memiliki kemampuan pergaulan,
maka pergaulannya akan menjadi kaku dan kurang bisa diterima oleh masyarakat.
Untuk memiliki kemampuan pergaulan, hal-hal yang harus dimiliki guru adalah:
1) Pengetahuan tentang hubungan antar manusia
2) Memiliki keterampilan membina kelompok
3) Keterampilan bekerjasama dalam kelompok
4) Menyelesaikan tugas bersama dalam kelompok.
C. Cara Mengembangkan Kompetensi Sosial Guru
Kemasan pengembangan kompetensi sosial untuk guru, calon guru, dan siswa
tentu berbeda. Kemasan itu harus memperhatikan karakteristik masing-masing, baik
yang berkaitan dengan aspek psikologi maupun sistem yang mendukungnya. Untuk
mengembangkan kompetensi sosial seorang pendidik, kita perlu tahu atau dimensi-
dimensi kompetensi ini.
Beberapa dimensi ini misalnya dapat kita saring dari konsep life skills. Dari
35 life skills atau kecerdasan hidup itu, ada 15 yang dapt dimasukkan kedalam
dimensi kompetensi sosial yaitu:20
1)Kerja tim, 2) Melihat peluang, 3) Peran dalam kegiatan kelompok, 4) Tanggung
jawab sebagai warga, 5) Kepemimpinan, 6) Relawan sosial, 7) Kedewasaan dalam
berelasi, 8) Berbagi, 9) Berempati, 10) Kepedulian terhadap sesama, 11) Toleransi,
12) Solusi konflik, 13) Menerima perbedaan, 14) Kerjasama, 15) Komunikasi
Kelima belas kecerdasan hidup ini dapat dijadikan sebagai pengembang
kompetensi sosial bagi pendidik dan calon pendidik. Topik-topik ini dapat
dikembangkan menjadi materi ajar yang dikaitkan dengan kasus-kasus yang aktual
dan relevan atau kontekstual dengan kehidupan masyarakat.
20
Kompetensi Sosial Guru dalam www.gamadidaktika.com
19
Cara mengembangkan kecerdasan sosial di lingkungan sekolah antara lain: diskusi,
berani menghadapi masalah, bermain peran, kunjungan langsung ke masyarakat dan
lingkungan sosial yang beragam.
Kunci keberhasilan komunikasi antara mentor dan menti adalah saling
percaya, sejalan dengan substansi informasi yang dapat diandalka. Di lain pihak,
perselisihan, disintegrasi dalam komunikasi, ketidakmampuan mentor dan menti
saling percaya ialah sumber utama kegagalan program induksi. Jika pada saat tertentu
menti merasa curiga dengan mentornya, maka proses komunikasi tidak berjalan
dengan baik. Isi komunikasi diantara mereka diterima dalam keadaan tidak utuh.
Kegagalan pada satu pihak berarti kegagalan bagi semuanya, karena komunikasi
merupakan proses yang dinamis.21
Seorang guru harus mempunyai kemampuan dan kepandaian berkomunikasi.
Adanya satu prinsip komunikasi dalam suatu kelas dapat dibedakan menjadi tiga
kategori diantaranya adalah:22
Pertama, Sifat individu. Mempertinggi hubungan yang baik terhadap
siswanya dengan membina sikap yang baik kepada semua siswa. Sikap yang baik dan
kepercayaan yang kaut merupakan hal yang penting jika guru dan siswa dapat
menciptakan suatu komunikasi yang baik dalam situasi belajar. Sifat yang bijaksana
dari guru adalah mampu menjadi seorang pendengar yang aktif. Siswa akan merespon
guru yang dapat mendengarkan dengan baik terhadap apa yang ingin disampaikan
siswa.
Kedua, Penggunaan kepandaian berkomunikasi. Komunikasi akan lebih
efektif ketika guru menggunakan contoh yang berkaitan dengan kehidupan siswanya
seperti cita-cita, pengalaman dan gaya hidup.
21
Ibid, h. 75. 22
Iif Khoiru Ahmadi, dkk., Strategi Pembelajaran Berorientasi KTSP, (Jakarta: Prestasi
Pustakaraya, Cet. I, 2011), h. 49.
20
Ketiga, Pengembangan komunikasi diantara siswa. Komunikasi kelas harus
diarahkan kepada pembelajaran yang berguna. Pinnel dan Jagger (1991) memberikan
penilaian pentingnya pengembangan keterampilan berbicara dan mendengar di kelas.
Kompetensi sosial adalah kemampuan guru yang berhubungan dengan
partisipasi sosialnya dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat, baik di tempat kerja
maupun di tempat tinggalnya. Misalnya kemampuan berkomunikasi dengan
siswanya, sesama teman guru, kepala sekolah, orang tua, pegawai tata usaha, dan
lain-lain, baik secara formal maupun informal. Kompetensi ini temasuk juga
kemampuan berkomunikasi dan berperan serta dalam kegiatan kemasyarakatan di
lingkungan sekitarnya.23
Kompetensi sosial guru berkaitan erat dengan kemampuan guru dalam
berkomunikasi dengan masyarakat, baik yang ada di lingkungan sekolah maupun
yang ada di lingkungan tempat tinggal guru. Dalam bermasyarakat, peran guru dan
cara berkomunikasi tentulah memiliki perbedaan dengan orang lain yang bukan guru.
Guru adalah tokoh dan tipe manusia yang mengemban tugas untuk membina
dan membimbing masyarakat agar memiliki norma yang baik. Itulah sebabnya misi
yang diemban guru sebenarnya adalah misi kemanusiaan.
Berdasarkan pengertian kompetensi sosial diatas, maka dapat disimpulkan
bahwa kompetensi sosial guru berarti kemampuan dan kecakapan seorang guru
dengan kecerdasan sosial yang dimiliki dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan
orang lain yakni siswa secara efektif dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Secara
sederhana kompetensi dapat diartikan sebagai satu kemampuan yang harus dimiliki
oleh seseorang untuk dapat menjalankan tugas yang diembannya. Suatu tugas
pekerjaan yang dilaksanakan dengan baik sebagai tanda telah dimilikinya
kemampuan adalah yang bersangkutan telah terampil menjalankan tugas
pekerjaannya.
23
Sudarwan Danim, Profesionalisasi dan Etika Profesi Guru, (Bandung: Alfabeta, Cet. III,
2013), h. 59.
21
Kompetensi sosial terkait dengan kemampuan guru sebagai makhluk sosial
dalam berinteraksi dengan orang lain. Sebagai makhluk sosial guru berprilaku santun,
mampu berkomunikasi dan berinteraksi dengan lingkungan secara efektif dan
menarik mempunyai rasa empati terhadap orang lain. Kemampuan guru
berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan menarik dengan peserta didik,
sesama pendidik dan tenaga kependidikan, orang tua atau wali peserta didik,
masyarakat sekolah dan dimana pendidik itu tinggal, dan dengan pihak-pihak
berkepentingan dengan sekolah.
Dapat ditarik benang merahnya bahwa komunikasi adalah pendidikan dan
pendidikan adalah komunikasi. Dalam komunikasi ada proses pembelajaran bagi
kedua belah pihak sehingga terjadi kesamaan pemahaman. Demikian pula dalam
proses pendidikan dan pembelajaran, terdapat proses pemahaman terhadap pesan-
pesan dalam berbagai bentuk dan perilaku komunikasi yang ditampilkan baik oleh
peserta didik maupun gurunya.24
Sedikitnya terdapat tujuh kompetensi sosial yang harus dimiliki oleh guru
agar dapat berkomunikasi dan bergaul secara efektif, baik di sekolah maupun di
masyarakat. Ketujuh kompetensi tersebut dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1. Memiliki pengetahuan tentang adat istiadat baik sosial maupun agama
2. Memiliki pengetahuan tentang budaya dan tradisi
3. Memiliki pengetahuan tentang inti demokrasi
4. Memiliki pengetahuan tentang estetika
5. Memiliki apresiasi dan kesadaran sosial
6. Memiliki sikap yang benar terhadap pengetahuan dan pekerjaan
7. Setia terhadap harkat dan martabat manusia.25
Pada kompetensi sosial, masyarakat adalah perangkat perilaku yang
merupakan dasar bagi pemahaman diri dengan bagian yang tidak terpisahkan dari
lingkungan sosial serta tercapainya interaksi sosial secara objektif dan efisien. Ini
24
Ishak Abdulhak dan Deni Darmawan, op. cit., h. 22. 25
E. Mulyasa, op. cit., h. 176.
22
merupakan penghargaan guru di masyarakat, sehingga mereka mendapatkan
kepuasan diri dan menghasilkan kerja yang nyata dan efisien, terutama dalam
pendidikan nasional. Kompetensi sosial mencakup perangkat perilaku yang
menyangkut: Kemampuan interaktif yaitu kemampuan yang menunjang efektivitas
interaksi dengan orang lain seperti keterampilan ekspresi diri, berbicara efektif,
memahami pengaruh orang lain terhadap diri sendiri, menafsirkan motif orang lain,
mencapai rasa aman bersama orang lain; Keterampilan memecahkan masalah
kehidupan seperti mengatur waktu, uang, kehidupan berkeluarga, memahami nilai
kehidupan dan sebagainya. Sedangkan kompetensi spiritual yaitu pemahaman,
penghayatan dan pengamalan kaidah agama dalam berbagai aspek kehidupan.
Dengan demikian indikator kemampuan sosial guru adalah mampu berkomunikasi
dan bergaul dengan peserta didik, sesama pendidik dan tenaga kependidikan, orang
tua dan wali murid, masyarakat dan lingkungan sekitar, dan mampu mengembangkan
jaringan.26
Dengan kompetensi sosial yang dimiliki dan diharapkan guru PAI mampu
untuk mengatasi masalah yang dialami siswa yaitu kurangnya pembentukan karakter
yang baik bagi siswa, dengan melihat indikator-indikator kompetensi sosial guru,
yaitu:
a. Bersikap adil
b. Berlaku sabar
c. Bersifat kasih dan penyayang
d. Berwibawa
e. Menjauhkan diri dari perbuatan yang tercela
f. Memiliki pengetahuan dan keterampilan
g. Medidik dan membimbing
h. Bekerjasama dan demokratis.27
26
Sudarwan Danim, op. cit., h. 39. 27
Akmal Hawi, Kompetensi guru Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2013), h. 95.
23
Pada dasarnya perubahan perilaku yang dapat ditunjukkan oleh peserta didik
harus dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan dan pengalaman yang dimiliki oleh
seorang guru. Atau dengan perkataan lain, guru mempunyai pengaruh terhadap
perubahan perilaku peserta didik.
Untuk itulah guru harus dapat menjadi contoh (suri tauladan) bagi peserta
didik, karena pada dasarnya guru adalah representasi dari sekelompok orang pada
suatu komunitas atau masyarakat yang diharapkan menjadi teladan, yang dapat
digugu dan ditiru.
Seorang guru sangat berpengaruh terhadap hasil belajar yang dapat
ditunjukkan oleh peserta didiknya. Untuk itu, apabila seseorang ingin menjadi
seorang guru profesional maka sudah seharusnya ia dapat selalu meningkatkan
wawasan pengetahuan akademis dan praktis melalui jalur pendidikan berjenjang
ataupun up grading dan atau pelatihan yang bersifat in service training dengan rekan-
rekan sejawatnya.28
Perilaku individu dan masyarkat selalu menjadi ukuran tingkatan moral dan
akhlak. Hilang kendali menjadi salah satu penyebab lemahnya ketahanan bangsa.
Lantaran rusaknya sistem, pola dan politik pendidikan. Hilangnya panutan, lemahnya
peran tokoh dan pemangku adat dalam mengawal budaya, serta pupusnya
kewibawaan keilmuan di dalam mengamalkan syariat agama Islam selama ini, telah
memperlemah daya saing anak negeri. Lemahnya tanggung jawab masyarakat juga
berdampak pada tindak kejahatan secara meluas. Interaksi nilai budaya asing yang
bergerak kencangtelah ikut melumpuhkan kekuatan budaya luhur di negeri ini. Dalam
struktur kekerabatan, terasa pagar adat budaya mulai melemah. Fungsi lembaga
pendidikan mulai bergeser ke budaya bisnis. Generasi mulai malas menambah ilmu.
Hilanglah keseimbangan dan hanya mendatangkan frustasi sosial yang makin parah.29
Berpijak dari pendapat di atas tentu berbeda dengan kompetensi guru dalam
pandangan pendidikan Islam. Secara umum kompetensi yang harus dimiliki untuk
28
Hamzah B. Uno, Profesi Kependidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, Cet. III, 2008), h. 17. 29
Iif Khoiru Ahmadi, dkk., op. cit., h. 80.
24
menjadi guru profesional menurut pandangan islam ialah: Sehat jasmani dan rohani,
bertakwa, berilmu pengetahuan yang luas, berlaku adil, berwibawa, ikhlas,
mempunyai tujuan rabbani, mampu merencanakan dan melaksanakan evaluasi
pendidikan, dan menguasai bidang yang ditekuni.30
Dalam menjalankan tugasnya, guru Pendidikan Agama Islam hendaknya
mampu memikul dan melaksanakan tanggung jawab sebagai guru kepada peserta
didik, orang tua atau wali, masyarakat, bangsa, negara dan agamanya. Tanggung
jawab sosial guru PAI diwujudkan melalui kompetensi sosial guru dalam memahami
dirinya sebagai bagian yang tak terpisahkan dari lingkungan sosial serta memiliki
kemampuan berinteraksi sosial. Tanggung jawab spiritual dan moral diwujudkan
melalui penampilan guru sebagai makhluk beragama yang perilakunya senantiasa
tidak menyimpang dari norma-norma agama dan moral.
Kompetensi merupakan salah satu kualifikasi guru yang terpenting. Bila
kompetensi ini tidak ada pada diri seseorang guru, maka ia tidak akan berkompeten
dalam melakukan tugasnya dan hasilnya juga tidak akan optimal. Dalam syari’at
Islam setiap pekerjaan harus dilakukan secara profesional, dalam artian harus
dilakukan secara baik dan benar. Hal tersebut hanya mungkin dilakukan oleh orang
yang telah ahli. Sebagaimana dalam Hadis Nabi dijelaskan:
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Sinnan berkata, telah menceritakan
kepada kami Fulaih. Dan telah diriwayatkan pula hadis serupa dari jalan lain, yaitu
30
Muhammad Nurdin, Kiat Menjadi Guru Profesional, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media Group,
Cet. III, 2010), h. 130.
25
telah telah menceritakan kepadaku Ibrahim bin Al Munzir berkata, telah
menceritakan kepada kami Muhammad bin Fulaih berkata, telah menceritakan
kepadaku bapakku berkata, telah menceritakan kepadaku Hilal bin Ali dari Atho‟ bin
Yasar dari Abu Hurairah berkata: Ketika Nabi Muhammad SAW berada dalam suatu
majelis membicarakan suatu kaum, tiba-tiba datanglah seorang Arab Badui lalu
bertanya: “Kapan datangnya hari kiamat?” Namun Nabi SAW. Tetap melanjutkan
pembicaraannya. Sementara itu sebagian kaum berkata; “Beliau mendengar
perkataannya akan tetapi beliau tidak menyukai apa yang dikatakannya itu”, dan
ada pula sebagian yang mengatakan; “Bahwa beliau tidak mendengar
perkataannya.” Hingga akhirnya nabi SAW. Menyelesaikan pembicaraannya, seraya
berkata: “Mana orang yang bertanya tentang hari kiamat tadi ?” orang itu berkata:
“Saya wahai Rasulullah!”. Maka Nabi SAW. Bersabda: “Apabila sudah hilang
amanah maka tunggulah terjadinya kiamat”. Orang itu bertanya: “Bagaimana
hilangnya amanah itu?” Nabi SAW. Menjawab: “Jika urusan diserahkan bukan
kepada ahlinya, maka tunggulah terjadinya kiamat (HR Bukhori).31
Pada hadis ini dijelaskan bahwa seseorang yang menduduki suatu jabatan
tertentu, niscaya akan mempunyai ilmu atau keahlian (kompetensi) yang sesuai
dengan kebutuhan jabatan tersebut. Hal ini sejalan dengan pesan kompetensi itu
sendiri yang menuntut adanya profesionalitas dan kecakapan diri. Namun bila
seseorang tidak mempunyai kompetensi di bidangnya (pendidik), maka tunggulah
saat-saat kehancurannya.32
Dari uraian diatas inti dari kompetensi sosial adalah kemampuan guru
melakukan interaksi sosial melalui komunikasi. Guru dituntut berkomunikasi dengan
sesama guru, peserta didik, orang tua atau wali, serta masyarakat sekitar. Dengan
adanya interaksi sosial guru dapat mengetahui berbagai masalah pembelajaran dan
masalah masyarakat yang ada. Tanpa interaksi sosial tidak mungkin terjadi kehidupan
bersama yang terwujud dalam pergaulan.
Komunikasi merupakan keterampilan yang harus dimiliki oleh seorang guru.
Sebab, keterampilan ini sangat relevan dengan kompetensi sosial guru atau
interpersonal skills. Komunikasi sangat berperan dalam menunjang keberhasilan
seorang guru, baik ketika berhadapan dengan peserta didik di kelas, berkomunikasi
dengan sesama kolega guru dan kepala sekolah, serta masyarakat luas. Guru harus
31
Imam Bukhori, Shahih Bukhori, (Jakarta: Wijaya, Cet XIII, 1992), Jilid I, h. 40. 32
Asrorun Niam Sholeh, Membangun Profesionalitas Guru, (Jakarta: elsas, 2006), h. 135.
26
memahami dengan siapa berhadapan, sebab hal ini akan berpengaruh terhadap bahasa
yang digunakan.
D. Fungsi Kompetensi Sosial Guru
Fungsi guru secara umum yaitu motivator bagi siswa, sebagai orang yang
mengajarkan tentang makna pengabdian diri, sebagai orang yang mengajarkan arti
keikhlasan yang sebenarnya.
Interaksi dan komunikasi berperan penting terhadap kelancaran pendidikan.
Karena itu, guru dituntut memiliki kompetensi sosial. Rubin Ali menguraikan
manfaat guru yang berkompetensi sosial dengan mengatakan bahwa bila guru
memiliki kompetensi, maka ia akan diteladani siswa-siswanya. Sebab selain
kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual, siswa juga perlu diperkenalkan
dengan kecerdasan sosial (sosial intellegence). Hal ini bertujuan agar siswa memiliki
hati nurani, rasa peduli, empati dan simpati kepada sesama.33
Suparlan memasukkan puisi tentang guru karya Hatoyo Adangjaya yang
menggambarkan guru sebagai agen sosial sebagi berikut:34
Dari Seorang Guru kepada Muridnya
Apakah yang kupunya anak-anakku,
Selain buku dan sedikit ilmu,
Sumber pengabdian kepadamu
Kalau di hari minggu engkau datang ke rumahku,
Aku tahu anak-anakku,
Kursi tua yang di sana,
Dan meja tulis sederhana,
Dan jendela-jendela yang tak pernah diganti kainnya,
Semua padamu akan bercerita,
Tentang hidupku di rumah tangga,
Ah, tentang ini aku tak pernah bercerita di depan kelas,
Menatap wajahmu remaja,
___ Horizon yang selalu biru bagiku ___
Karena ku tahu anak-anakku,
33
http://www.apb.or.id/?p=188kompetensisosialguru(pdt.RubinAdiAbraham), diakses senin,
30 Maret 2015 34
Suparlan, Guru Sebagai Profesi, (Yogyakarta: Hikayat Publishing, 2005), h. 129-130.
27
Engkau terlalu bersih dari dosa,
Untuk mengenal semua ini.
Dari puisi tersebut, jelas terlihat fungsi guru secara umum yaitu;
1. Motivator bagi siswa.
2. Sebagai orang yang mengajarakan tentang makna pengabdian diri.
3. Sebagai orang yang mengajarkan arti keikhlasan yang sebenarnya.
Interaksi dan komunikasi berperan penting terhadap kelancaran pembelajaran.
Karena itu, guru dituntut memiliki kompetensi sosial. Rubin Ali menguraikan
manfaat guru yang berkompetensi sosial dengan mengatakan bahwa bila guur
memiliki kompetensi, maka ia akan diteladani oleh siswa-siswanya. Sebab selain
kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual, siswa juga perlu diperkenalkan
dengan kecerdasan sosial (sosial intellegence). Hal tersebut bertujuan agar siswa
memiliki hati nurani, rasa peduli, empati dan simpati kepada sesama. Sedangkan
pribadi yang memiliki kecerdasan sosial ditandai adanya hubungan dengan adanya
hubungan yang kuat dengan Allah, memberi manfaat kepada lingkungan, santun,
peduli sesama, jujur, dan bersih dalam berperilaku.35
Nyata dari pernyataan Rubin bahwa manfaat kompetensi sosial guru
mengarahkan siswa untuk memiliki kecerdasan sosial yang dapat diaplikasikan dalam
kehidupan sehari-hari di tengah lingkungan sosial.
E. Indikator-Indikator Kompetensi Sosial
Pendidikan merupakan suatu proses yang bertujuan. Keberhasilan pendidikan
dalam mewujudkan tujuan-tujuan yang diinginkan sangat tergantung pada aktor atau
pelaku pendidikan itu sendiri. Aktor yang dimaksud adalah para guru atau pendidik,
baik di lingkungan formal, informal maupun nonformal. Hal ini menunjukkan bahwa
pendidik mengemban tanggung jawab yang demikian besar terhadap keberhasilan
proses pendidikan yang dilaksanakan. Oleh karena itu, seorang pendidik di
lingkungan formal khususnya, mau tidak mau mesti memiliki sejumlah kompetensi
35
http://www.apb.or.id/?p=188kompetensisosialguru(Pdt.RubinAdiAbraham).
28
atau kemampuan khusus yang mendukung bagi pelaksanaan profesinya sebagai
guru.36
Guru di mata masyarakat pada umumnya dan di mata para siswa merupakan
panutan dan anutan yang perlu dicontoh dan merupakan suri tauladan dalam
kehidupannya sehari-hari.37
Dalam konsepsi Islam, kompetensi sosial religius seorang pendidik
dinyatakan dalam bentuk kepedulian terhadap masalah-masalah sosial yang selaras
dengan Islam. Sikap gotong royong, suka menolong, egalitarian, toleransi dan
sebagainya yang merupakan sikap yang harus dimiliki pendidik yang dapat
diwujudkan dalam proses pendidikan.38
Kepribadian guru terbentuk atas pengaruh kode kelakuan seperti yang
diharapkan oleh masyarakat dan sifat pekerjaannya. Guru harus menjalankan
peranannya menurut kedudukannya dalam berbagai situasi sosial. Kelakuan yang
tidak sesuai dengan peranan itu akan mendapatkan kecaman dan harus dielakannya.
Sebaliknya kelakuan yang sesuai akan dimantapkan dan norma-norma kelakuan akan
diinternalisasikan dan menjadi suatu aspek dari kepribadiannya.39
Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kompetensi
sosial guru tercermin melalui indikator :
1. Hubungan Guru dengan Peserta Didik
Peranan guru terhadap murid-muridnya merupakan peran vital dari sekian
banyak peran yang harus ia jalani. Hal ini dikarenakan komunitas utama yang
menjadi wilayah tugas guru adalah di dalam kelas untuk memberikan keteladanan,
pengalaman serta ilmu pengetahuan kepada mereka. Hubungan guru dengan murid
antara lain:
a. Guru selaku pendidik hendaknya selalu menjadikan dirinya suri tauladan bagi
anak didiknya.
36
Ramayulis, op. cit., h. 233 37
Cece Wijaya dan A. Thabrani Rusyan, op. cit., h. 181. 38
Toto Suharto, Filsafat Pendidikan Islam, (Jogjakarta: Ar-Ruzz, Cet. I, 2006), h. 121. 39
Nasution, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), h. 103.
29
b. Di dalam melaksanakan tugas harus dijiwai dengan kasih sayang, adil serta
menumbuhkannya dengan penuh tanggung jawab.
c. Guru wajib menjunjung tinggi harga diri setiap murid.
d. Guru seyogyanya tidak memberi pelajaran tambahan kepada muridnya sendiri
dengan memungut bayaran.40
Al-Ghazali dalam kitabnya Ihya Ulum al-Din mengungkapkan etika yang
wajib dilakukan oleh seorang guru dalam hubungannya dengan siswa adalah sebagai
berikut :
a. Bersikap lembut dan kasih sayang kepada para pelajar.
b. Seorang guru tidak meminta imbalan atas tugas mengajarnya.
c. Tidak menyembunyikan ilmu yang dimilikinya sedikitpun, ia harus sungguh-
sungguh tampil sebagai penasehat, pembimbing para pelajar ketika pelajar itu
membutuhkannya.
d. Menjauhi akhlak yang buruk dengan cara menghindarinya sedapat mungkin.
e. Tidak mewajibkan kepada para pelajar agar mengikuti guru tertentu dan
kecenderungannya.
f. Memperlakukan murid sesuai dengan kesanggupaannya.
g. Kerja sama dengan para pelajar di dalam membahas dan menjelaskan.
h. Seorang guru harus mengamalkan ilmunya.41
Begitupun peranan guru atas murid-muridnya tadi bisa dibagi menjadi dua
jenis menurut situasi interaksi sosial yang mereka hadapi, yakni situasi formal dalam
proses belajar mengajar di kelas dan dalam situasi informal di luar kelas. Dalam
situasi formal, seorang guru harus bisa menempatkan dirinya sebagai seorang yang
mempunyai kewibawaan dan otoritas tinggi, guru harus bisa menguasai kelas dan
bisa mengontrol anak didiknya. Hubungan guru dengan murid di sekolah tampak
dalam kemampuannya menciptakan situasi belajar siswa yang kondusif dan
40
Akmal Hawi, op. cit, h. 51. 41
Abudin Nata, Perspektif Islam Tentang Pola Hubungan Guru-Murid, (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2001), h. 97.
30
kemampuannya dalam mengorganisasi seluruh unsur serta kegiatan belajar siswa
untuk mencapai tujuan belajarnya. Situasi kelas atau sekolah yang kondusif tersebut
ditandai oleh semangat kerja yang tinggi, terarah, kooperatif, tenggang rasa, etis dan
efektif-efisien.
Di wilayah informal guru bersikap bersahabat dan terampil berkomunikasi
dengan siapapun demi tujuan yang baik. Guru mampu menghayati serta
mengamalkan nilai hidup (termasuk nilai moral dan keimanan). Mengamalkan nilai
hidup berarti guru yang bersangkutan dalam situasi tahu, mau dan melakukan
perbuatan nyata yang baik. Guru mampu berperan sebagai pemimpin, baik di dalam
lingkup sekolah maupun di luar sekolah.
2. Hubungan Guru dengan Sesama Guru/Tenaga Kependidikan
Diantara kode etik hubungan guru dengan sesama guru adalah :
a. Di dalam pergaulan sesama guru, hendaknya bersifat terus terang, jujur, dan
sederajat.
b. Di dalam menunaikan tugas dan memecahkan persoalan bersama hendaknya
saling tolong menolong dan penuh toleransi.
c. Guru hendaknya mencegah pembicaraan yang menyangkut pribadi sesama
guru.42
Guru diharapkan dapat menjadi tempat mengadu oleh sesama teman sekerja,
dapat diajak berbicara mengenai berbagai kesulitan yang dihadapi guru lain baik di
bidang akademis ataupun sosial. Ia selalu siap memberikan bantuan kepada guru-guru
secara individual, sesuai dengan kondisi sosial psikologis guru dan sesuai pula
dengan latar belakang sosial ekonomi dan pendidikannya.
Terbentuknya iklim yang kondusif pada tempat kerja dapat menjadi faktor
penunjang bagi peningkatan kinerja sebab kenyamanan dalam bekerja membuat guru
berpikir dengan tenang dan terkosentrasi hanya pada tugas yang sedang dilaksanakan.
42
Akmal Hawi, op. cit., h. 51.
31
3. Hubungan Guru dengan Orang Tua/Wali Murid
Keterampilan berkomunikasi dengan orang tua siswa, baik melalui bahasa
lisan maupun tertulis, sangat diperlukan oleh guru. penggunaan bahasa lisan dan
tulisan yang baik dan benar diperlukan agar orang tua siswa dapat memahami bahan
yang disampaikan oleh guru, dan lebih dari itu, agar guru dapat menjadi teladan bagi
siswa dan masyarakat dalam menggunakan bahasa Indonesia secara baik dan benar.43
Mengingat siswa dan orang tuanya berasal dari latar belakang pendidikan dan
sosial ekonomi keluarga yang berbeda, guru dituntut untuk mampu menghadapinya
secara individual dan ramah. Ia diharapkan dapat menghayati perasaan siswa dan
orang tua yang dihadapinya sehingga ia dapat berhubungan dengan mereka secara
luwes.44
Adapun kode etik hubungan guru dengan orang tua siswa diantaranya :
a. Guru hendaknya selalu mengadakan hubungan timbal balik dengan orang
tua/wali anak, dalam rangka kerjasama untuk memecahkan persoalan di
sekolah dan pribadi anak.
b. Segala kesalah-pahaman yang terjadi antara guru dan orang tua/wali anak,
hendaknya diselesaikan secara musyawarah mufakat.45
4. Hubungan Guru dengan Masyarakat
Guru profesional tidak dapat melepaskan dirinya dari bidang kehidupan
kemasyarakatan. Di satu pihak dia adalah warga masyarakat dan dilain pihak dia
bertanggung jawab turut serta memajukan kehidupan masyarakat. Guru turut
bertanggung jawab memajukan kesatuan dan persatuan bangsa, dan turut bertanggung
jawab mensukseskan pembangunan sosial umumnya dan tanggung jawab
pembangunan daerah khususnya yang dimulai dari pembangunan daerah yang lebih
kecil ruang lingkupnya dimana ia tinggal.
43
Cece Wijaya dan A. Thabrani Rusyan, op. cit., h. 181. 44
Ibid. 45
Akmal Hawi, op. cit., h. 51.
32
Untuk melaksanakan tanggung jawab turut serta memajukan kesatuan dan
persatuan bangsa, maka guru harus menguasai atau memahami semua hal yang
berkaitan dengan kehidupan nasional misalnya tentang suku bangsa, adat istiadat,
kebiasaan, norma-norma, kebutuhan, kondisi lingkungan, dan sebagainya.
Selanjutnya dia harus mampu bagaimana cara menghargai suku bagsa lainnya,
menghargai agama yang dianut oleh orang lain, menghargai sifat dan kebiasaan suku
lain dan sebagainya.
Diantara kode etik hubungan guru dengan masyarakat:
a. Guru hendaknya selalu berusaha berpartisipasi terhadap masyarakat, lembaga
serta organisasi-organisasi di dalam masyarakat yang berhubungan dengan
usaha pendidikan.
b. Guru hendaknya melayani dan membantu memecahkan masalah-masalah
yang timbul dalam masyarakat sesuai dengan fungsi dan kemampuannya.46
Guru merupakan kunci penting dalam menjalin hubungan antara sekolah
dengan masyarakat. Oleh karena itu, ia harus memiliki kompetensi untuk melakukan
beberapa hal sebagai berikut:47
a. Membantu sekolah dalam melaksanakan tekhnik-tekhnik hubungan sekolah
dan masyarakat.
b. Membuat dirinya lebih baik lagi dalam masyarakat karena pada dasarnya guru
adalah tokoh milik masyarakat.
c. Guru merupakan teladan bagi masyarakat sehingga ia harus melaksanakan
kode etiknya.
` Adapun peran guru di masyarakat dalam kaitannya dengan kompetensi sosial
dapat diuraikan sebagai berikut:
1) Guru sebagai Petugas Kemasyarakatan
Guru memegang peranan sebagai wakil masyarakat yang representatif
sehingga jabatan guru sekaligus merupakan jabatan kemasyarakatan. Guru
46
Akmal Hawi, op. cit., h. 52. 47
E. Mulyasa, op. cit., h. 181.
33
bertugas membina masyarakat agar mereka dapat berpartisipasi dalam
pembangunan.
2) Guru sebagai Teladan di Masyarakat
Dalam kedudukan ini, guru tidak lagi dipandang sebagai pengajar di kelas,
akan tetapi diharapkan pula tampil sebagai pendidik di masyarakat yang
seyogyanya memberikan teladan yang baik kepada masyarakat.
3) Guru Memiliki Tanggungjawab Sosial
Peranan guru di sekolah tidak lagi terbatas untuk memberikan pembelajaran,
akan tetapi harus memikul tanggungjawab yang lebih besar, yakni
bekerjasama dengan pengelola pendidikan lainnya di dalam lingkungan
masyarakat. Untuk itu, guru harus lebih banyak melibatkan diri dalam
kegiatan di luar sekolah.48
Untuk dapat melaksanakan tanggung jawab turut serta mensukseskan
pembangunan dalam masyarakat, maka guru harus kompeten bagaimana cara
memberikan pengabdian terhadap masyarakat, kompeten bagaimana melaksanakan
kegiatan gotong royong di desanya, mampu bertindak turut serta menjaga tata tertib
di desanya, mampu bertindak dan memberikan bantuan kepada orang yang miskin,
pandai bergaul dengan masyarakat sekitarnya, dan sebagainya.
F. Konsep Dasar Guru PAI
1. Pengertian Guru PAI
Dalam pengertian yang sederhana, guru adalah orang yang memberikan ilmu
pengetahuan kepada anak didik. Guru dalam pandangan masyarakat adalah orang
yang melaksanakan pendidikan di tempat-tempat tertentu, tidak mesti di lembaga
pendidikan formal, tetapi bisa juga di masjid, di surau/mushalla, di rumah, dan
sebagainya.49
48
Ibid., h. 184. 49
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2000), h. 31.
34
Guru memang menempati kedudukan yang terhormat di masyarakat.
Kewibawaanlah yang menyebabkan guru dihormati, sehingga masyarakat tidak
meragukan figur guru. Masyarakat yakin bahwa gurulah yang dapat mendidik anak
didik mereka agar menjadi orang yang berkepribadian mulia.
Pendidik adalah orang dewasa yang bertanggung jawab memberi bimbingan
atau bantuan kepada anak didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya agar
mencapai kedewasaannya, mampu melaksanakan tugasnya sebagai makhluk Allah,
khalifah di permukaan bumi, sebagai makhluk sosial dan sebagai individu yang
sanggup berdiri sendiri.50
Dalam literatur kependidikan Islam, seorang guru biasa disebut sebagai
ustadz, mu‟allim, murabby, mursyid, mudarris, dan muaddib. sebagaimana dijelaskan
oleh Muhaimin sebagai berikut:
Kata ustadz biasa digunakan untuk memanggil seorang profesor. Ini
mengandung makna bahwa seorang guru dituntut untuk komitmen terhadap
profesionalisme dalam mengembang tugasnya.51
Seseorang dikatakan profesional, bilamana pada dirinya melekat sikap
dedikatif dan komitmen terhadap mutu proses dan hasil kerja.
Kata mu‟allim berasal dari kata dasar „ilm yang berarti menangkap hakikat
sesuatu. Dalam setiap „ilm terkandung dimensi teoritis dan dimensi amaliah.52
Ini mengandung makna bahwa seorang guru dituntut untuk mampu
menjelaskan hakikat ilmu pengetahuan yang diajarkannya, serta menjelaskan dimensi
teoritis dan praktisnya, dan berusaha membangkitkan siswa untuk mengamalkannya.
Kata murabby berasal dari kata “Rabb”. Tuhan adalah sebagai Rabb
al‟‟alamin yakni yang menciptakan, mengatur, dan memelihara alam seisinya
termasuk manusia. Manusia sebagai khalifah-Nya diberi tugas untuk
menumbuh kembangkan kreativitasnya agar mampu mengkreasi, mengatur,
dan memelihara alam seisinya.53
50
Hamdani Ihsan dan Fuad Ihsan, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung, Pustaka Setia, Cet.
III, 2007), h. 93. 51
Muhaimin, Wacana Pengembangan Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2003), h. 309. 52
Ibid. 53
Ibid.
35
Dilihat dari pengertian ini, maka serang guru adalah orang yang mendidik dan
menyiapkan peserta didik agar mampu berkreasi sekaligus mengatur dan memelihara
hasil kreasinya untuk tidak menimbulkan malapetaka bagi dirinya, masyarakat, dan
alam sekitarnya.
Kata “mursyid” biasa digunakan untuk guru dalam thariqah (tasawuf).
Seorang mursyid berusaha menularkan penghayatan (transinternalisasi)
akhlak dan/atau kepribadiannya kepada peserta didiknya, baik yang berupa
etos ibadahnya, etos kerjanya, etos belajarnya, maupun dedikasinya yang
serba liLlahi Ta‟ala (karena mengharapkan ridla Allah semata).54
Dalam konteks pendidikan mengandung makna bahwa guru merupakan model
atau sentral identifikasi diri, yakni pusat anutan dan teladan bahkan konsultan bagi
peserta didiknya.
Kata mudarris berasal dari akar kata “darasa-yadrusu-darsan wa durusan wa
dirasatan”, yang berarti: terhapus, hilang bekasnya, menghapus, menjadikan
usang, melatih, mempelajari.55
Dilihat dari pengertian ini, maka tugas guru adalah berusaha mencerdaskan
peserta didiknya, menghilangkan ketidaktahuan atau memberantas kebodohan
mereka, serta melatih keterampilan mereka sesuai dengan bakat, minat, dan
kemampuannya.
Sedangkan kata muaddib bearasal dari kata adab, yang berarti moral, etika,
dan adab atau kemajuan (kecerdasan, kebudayaan) lahir dan batin.56
Kata peradaban (Indonesia) juga berasal dari kata dasar adab, sehingga guru
adalah orang yang beradab sekaligus memiliki peran dan fungsi untuk membangun
peradaban yang berkualitas di masa depan.
Pendidik, menurut Noeng Muhadjir, adalah seseorang yang mempribadi
(personifikasi pendidik), yaitu mempribadinya keseluruhan yang diajarkan, bukan
hanya isinya, tapi juga nilainya.57
54
Ibid. 55
Ibid. 56
Ibid. 57
Toto Suharto, op. cit., h. 119.
36
Secara umum, pendidik adalah orang yang memiliki tanggung jawab untuk
mendidik. Sementara secara khusus, pendidik dalam perspektif pendidikan Islam
adalah orang-orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan peserta didik
dengan mengupayakan perkembangan seluruh potensi peserta didik, baik potensi
afektif, kognitif, maupun psikomotorik sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam.58
2. Tugas dan Tanggung Jawab Guru PAI
Jabatan guru memiliki banyak tugas, baik yang terikat oleh dinas maupun di
luar dinas dalam bentuk pengabdian. Tugas guru tidak hanya sebagai suatu profesi,
tetapi juga suatu tugas kemanusiaan dan kemasyarakatan.59
Pendidik selain bertugas
melakukan transfer of knowledge, juga seorang motivator dan fasilitator bagi proses
belajar peserta didiknya. Menurut Hasan Langgulung, dengan paradigma ini, seorang
pendidik harus dapat memotivasi dan memfasilitasi peserta didik agar dapat
mengaktualisasikan sifat-sifat Tuhan yang baik, sebagai potensi yang perlu
dikembangkan.
Guru adalah sebuah profesi. Profesionalitas guru tentunya sangat terkait
dengan unsur-unsur manajemen kerja guru; bagaimana guru membuat perencanaan,
kemudian mengaplikasikannya dengan mengajar di kelas, lalu harus ada evaluasi
tentang kualitas pembelajaran itu hari demi hari. Nah, jika kita punya anggapan
bahwa tidak ada siswa yang bodoh, kita juga harus percaya bahwa tidak ada guru
yang tidak bisa mengajar, masalah yang ada hanyalah kesulitan guru menuju tangga
profesional.60
Dalam melakukan tugas profesinya, pendidik bertanggung jawab sebagai
seorang pengelola belajar (manager of learning), pengarah belajar (director of
learning), dan perencana masa depan masyarakat (plannerof the future society).
Dengan tanggung jawab ini, pendidik memiliki tiga fungsi yaitu (1) Fungsi
instruksional yang bertugas melaksanakan pengajaran; (2) fungsi edukasional yang
58
Al-Rasyidin dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, Cet. II,
2005), h. 41. 59
Syaiful Bahri Djamarah, op. cit., h. 37. 60
Munif Chatib, Gurunya Manusia, (Bandung: Kaifa, Cet. XII, 2013), h. xvii.
37
bertugas mendidik peserta didik agar mencapai tujuan pendidikan; dan (3) fungsi
managerial yang bertugas memimpin dan mengelola proses pendidikan.61
Menurut Ahmad. D. Marimba, tugas pendidik dalam pendidikan Islam adalah:
“membimbing dan mengenal kebutuhan atau kesanggupan peserta didik, menciptakan
situasi yang kondusif bagi berlangsungnya proses pendidikan, menambah dan
mengembangkan pengetahuan yang dimiliki guna ditransformasikan kepada peserta
didik, serta senantiasa membuka diri terhadap seluruh kelemahan atau
kekurangannya”.62
Hujjah al-Islam, Imam al-Ghazali mengemukakan bahwa tugas pendidik yang
utama adalah : “menyempurnakan, membersihkan, mensucikan, serta membawa hati
manusia untuk taqarrub ila Allah. Para pendidik hendaknya mengarahkan peserta
didik untuk mensucikan jiwa peserta didiknya. Hanya dengan melalui jiwa-jiwa yang
suci manusia akan dekat dengan khaliq-Nya”.63
Berkenaan dengan konsep ini, al-Nahlawi menyimpulkan bahwa selain
bertugas mengalihkan berbagai pengetahuan dan keterampilan kepada peserta didik,
tugas utama yang perlu dilakukan pendidik adalah tazkiyah al-nafs, yaitu
mengembangkan, membersihkan, mengangkat jiwa peserta didik kepada khlaiq-Nya,
serta menjauhkannya dari kejahatan, dan menjaganya agar tetap berada pada fitrah-
Nya yang hanif.64
Dalam diskusi pengembangan model pendidikan profesional tenaga
kependidikan yang diselenggarakan oleh PPS IKIP Bandung tahun 1990, dirumuskan
sepuluh ciri suatu profesi, yaitu:
(1) Memiliki fungsi dan signifikansi sosial, (2) Memiliki keahlian dan
keterampilan dengan menggunakan teori dan metode ilmiah, (3) Didasarkan
atas disiplin ilmu yang jelas, (4) Diperoleh dengan pendidikan dalam masa
tertentu yang cukup lama, (5) Aplikasi dan sosialisasi nilai-nilai profesional,
(6) Memiliki kode etik, (7) Kebebasan untuk memberikan keputusan dalam
61
Syaiful Bahri Djamarah, op. cit., h. 121. 62
Al-Rasyidin dan Samsul Nizar, op. cit., h. 44. 63
Ibid. 64
Ibid.
38
memecahkan masalah dalam lingkup kerjanya, (8) Memiliki tanggung jawab
profesional dan otonomi (9) Memperoleh pengakuan dari masyarakat dan (10)
Mendapatkan imbalan atas kerja profesionalnya.65
Ag. Soejono merinci tugas pendidik (termasuk guru) sebagai berikut :
(1) Wajib menemukan pembawaan yang ada pada anak-anak didik dengan
berbagai cara, seperti observasi, wawancara, melalui pergaulan, angket, dan
sebagainya, (2) Berusaha menolong anak didik mengembangkan pembawaan
yang baik dan menekan perkembangan pembawaan yang buruk agar tidak
berkembang. (3) Memperlihatkan kepada anak didik tugas orang dewasa
dengan cara memperkenalkan berbagai bidang keahlian, keterampilan, agar
anak didik memilihnya dengan tepat. (4) Mengadakan evaluasi setiap waktu
untuk mengetahui apakah perkembangan anak didik berjalan dengan baik. (5)
Memberikan bimbingan dan penyuluhan tatkala anak didik menemui kesulitan
dalam mengembangkan potensinya.66
Al-Ghazali menjelaskan tugas pendidik, yaitu:
1. Mengikuti jejak Rasulullah dalam tugas dan kewajibannya.
“Adapun syarat bagi seorang guru, ia layak menjadi ganti Rasulullah saw,
dialah sebenar benarnya „alim (berilmu, intelektual). Tetapi tidak mesti untuk
tiap-tiap orang alim itu layak menempati kedudukan sebagai pengganti
Rasulullah saw itu”.67
Dengan demikian, seorang guru hendaknya menjadi wakil dan
pengganti Rasulullah SAW. yang mewarisi ajaran-ajarannya dan
memperjuangkan dlam kehidupan masyarakat di segala penjuru dunia,
demikian pula harus mencerminkan ajaran-ajarannya sesuai dengan ahlak
Rasulullah.
2. Menjadi teladan bagi anak didik
Al-Ghazali mengatakan :
“Seorang guru itu harus mengamalkan ilmunya, lalu perkataannya jangan
membohongi perbuatannya. Karena sesungguhnya ilmu itu dapat dilihat
dengan mata hati. Sedangkan perbuatan dapat dilihat dengan mata kepala.
Padahal yang mempunyai mata kepala adalah lebih banyak”.68
65
Abudin Nata, op. cit., h. 48. 66
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: Remaja Rosda Karya,
Cet. IX, 2010), h. 79. 67
Khoiron Rosyadi, Pendidikan Profetik. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Cet. I, 2004), h. 180. 68
Ibid.
39
Dengan perkataan tersebut jelaslah bahwa seorang guru hendaklah
mengerjakan apa yang diperintahkan, menjauhi apa yang dilarang dan
mengamalkan segala ilmu pengetahuan yang diajarkannya, karena segala
aktivitas guru akan menjadi teladan bagi anak didik.
3. Menghormati kode etik guru
Al-Ghazali mengatakan :
“Seorang guru yang memegang salah satu mata pelajaran, sebaiknya jangan
menjelek-jelekkan mata pelajaran lainnya”.69
Pandangan Al-Ghazali tersebut dalam dunia pendidikan sekarang
dikembangkan menjadi kode etik pendidikan dalam arti yang luas, misalnya
hubungan guru dengan soal-soal kenegaraan dan hubungan guru dengan
jabatan. Kode etik guru yang telah digariskan oleh al-Ghazali ratusan tahun
yang silam masih mempunyai relevansi dengan teori-teori pendidikan
modern, bahkan dasar-dasar yang telah ditetapkan kini dikembangkan secara
luas dalam lapangan operasional pendidikan Islam.70
Secara singkat, dapat disimpulkan bahwa tugas guru PAI ialah mendidik
siswanya, dengan cara mengajar dan dengan cara-cara lainnya, menuju tercapainya
perkembangan maksimal sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam.
3. Syarat Menjadi Guru PAI
Guru yang diharapkan bagi lulusan jurusan Pendidikan Agama Islam (calon guru
PAI) adalah:
a. Mampu merencanakan program pengajaran bidang studi PAI
b. Mampu mengajar bidang studi PAI di sekolah dan luar sekolah
c. Mampu membimbing peserta didik dalam kehidupan beragama
d. Mampu menganalisis masalah-masalah yang muncul dalam proses belajar
mengajar
69
Ibid. 70
Ibid.
40
e. Mampu mencari alternatif pemecahan masalah yang muncul dalam proses
belajar mengajar
f. Menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat dalam pengamalan ajaran
agama Islam
g. Mampu mengidentifikasi potensi masyarakat untuk digerakkan dalam
meningkatkan pendidikan.71
Sedangkan lulusan program pascasarjana, khususnya IAIN/UIN menurut
Azyumardi Azra harus menguasai beberapa hal, diantaranya: Pertama, penguasaan
terhadap paradigma umum keilmuan Islam. Kedua, penguasaan dan keahlian dalam
bidang tertentu, Ketiga, penguasaan dan kemampuan dalam ilmu-ilmu bantu,
Keempat, penguasaan dan kemampuan dalam melakukan penelitian, dan Kelima,
sebagai tambahan, kemampuan mengabstraksikan dan melakukan teoritisasi bidang
keilmuan, setidak-tidaknya keahlian dalam keilmuan konsentrasinya dalam bentuk
karya-karya akademis.72
Imam Al-Ghazali menasehati para pendidik Islam agar memiliki sifat-sifat
sebagai berikut :
(a) Seorang guru harus menaruh rasa kasih sayang terhadap murid-muridnya
dan memperlakukan mereka seperti perlakuan mereka kepada anaknya
sendiri. (b) Tidak mengharapkan balas jasa ataupun ucapan terima kasih,
tetapi dengan mengajar itu ia bermaksud mencari keridlaan Allah dan
mendekatkan diri kepada-Nya. (c) Hendaklah guru menasehatkan kepada
siswa supaya tidak sibuk dengan ilmu-ilmu yang gaib dan abstrak, sebelum
selesai pelajaran dan pengertiannya dalam ilmu yang jelas, konkret dan ilmu-
ilmu yang pokok. Terangkanlah bahwa niat belajar itu supaya dapat
mendekatkan diri kepada Allah. (d) Mencegah murid dari suatu akhlak yang
tidak baik dengan jalan sindiran jika mungkin, dan jangan dengan terus
terang, dengan jalan halus dan jangan mencela. (e) Memperhatikan tingkat
akal pikiran anak-anak dan jangan menyampaikan sesuatu yang melebihi daya
tangkap siswa agar ia tidak lari dari pelajaran, atau bicaralah dengan bahasa
mereka. (f) Jangan menimbulkan rasa benci pada diri murid pada cabang ilmu
yang lain, tetapi seyogyanga membukakan jalan bagi mereka untuk belajar
71
Akmal Hawi, op. cit,. h. 79. 72
Ibid., h. 84.
41
ilmu tersebut. (g) Seorang guru harus mengamalkan ilmunya, dan jangan
berlainan kata dengan perbuatannya.73
Munir Mursi menyatakan syarat terpenting bagi guru dalam Islam adalah
syarat keagamaan. Dengan demikian, syarat guru dalam Islam adalah sebagai berikut:
a. Umur, harus sudah dewasa.
b. Kesehatan , harus sehat jasmani dan rohani.
c. Keahlian, harus menguasai bidang yang diajarkannya dan menguasai ilmu
mendidik.
d. Harus berkepribadian muslim.74
Al-Abrasyi menyebutkan bahwa guru dalam Islam sebaiknya memiliki sifat-
sifat sebagai berikut ini :
a. Zuhud, Tidak mengutamakan materi, mengajar dilakukan karena mencari
keridaan Allah.
b. Bersih tubuhnya, penampilan lahiriahnya menyenangkan.
c. Bersih jiwanya, tidak mempunyai dosa besar.
d. Tidak memendam rasa dengki dan iri hati.
e. Tidak menyukai permusuhan.
f. Ikhlas dalam melaksanakan tugas.
g. Sesuai perbuatan dengan perkataan.
h. Tidak malu mengakui ketidaktahuan.
i. Bijaksana.
j. Tegas dalam perkataan dan perbuatan, tetapi tidak kasar.
k. Rendah hati (tidak sombong).
l. Lemah lembut.
m. Pemaaf.
n. Tidak merasa rendah diri.
o. Mengetahui karakter murid, mencakup pembawaan. Kebiasaan, perasaan, dan
pemikiran.75
Dalam hal ini. dapat dijelaskan bahwa seorang guru PAI harus memenuhi
persyaratan ahlak dan kepribadian yang terpuji, fisiologis (jasmani) dan psikologis
(rohani) yang sehat, serta wawasan dan keahlian di bidangnya.
73
Hamdani Ihsan dan Fuad Ihsan, op. cit., h. 105. 74
Ahmad Tafsir, op. cit., h. 81. 75
Ibid., h. 82.
42
G. Hasil Penelitian yang Relevan
Dalam penulisan skripsi ini, skripsi-skripsi yang ada sebelumnya memberikan
gambaran skripsi yang ditulis dengan melihat diantara skripsi-skripsi yang telah ada.
Penulis sudah banyak menemukan penulisan skripsi yang berkaitan dengan
kompetensi guru. Akan tetapi, sejauh ini penulis belum menemukan ada penelitian
yang mengkaji khusus mengenai kompetensi sosial guru pendidikan agama islam.
Namun ada beberapa penelitian ilmiah sebelumnya yang relevan dengan penelitian
ini antara lain:
Skripsi yang ditulis oleh Sarya dengan judul Pengembangan Kompetensi
Profesional Guru Pendidikan Guru Agama Islam di Sekolah Menengah Pertama
Islamiyah Ciputat, Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014. Hasil penelitian pada skripsi ini
menyimpulkan bahwa dalam proses kegiatan belajar mengajar PAI, para guru SMP
Islamiyah Ciputat sudah memiliki kompetensi profesional yang baik, dan usaha-usaha
yang dilakukan pihak sekolah dalam hal peningkatan dan pengembangan kompetensi
profesional guru PAI di SMP Islamiyah Ciputat sudah cukup baik.76
Skripsi yang ditulis oleh Sri Wahyuni dari jurusan Pendidikan Agama Islam
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014.
Dengan judul Kompetensi Kepribadian Guru PAI dan Kontribusinya Terhadap
Pembentukan Akhlak Siswa di SMP Kharisma Bangsa Pondok Cabe, hasil
penelitiannya adalah guru Pendidikan Agama Islam memiliki kompetensi kepribadian
yang baik serta mempunyai kontribusi positif terhadap pembentukan akhlak siswa.77
Tesis karya Fauziyah yang berjudul Pengembangan Kompetensi Guru
Sekolah Smart Ekselensia Indonesia Parung Bogor, Jurusan Pendidikan Agama Islam
76
Sarya, Pengembangan Kompetensi Profesional Guru Pendidikan Guru Agama Islam di
Sekolah Menengah Pertama Islamiyah Ciputat, (Jakarta: Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah,
2014). 77
Sri Wahyuni, Kompetensi Kepribadian Guru PAI dan Kontribusinya Terhadap
Pembentukan Akhlak Siswa di SMP Kharisma Bangsa Pondok Cabe, (Jakarta: Perpustakaan UIN
Syarif Hidayatullah, 2014).
43
Fakultas Tarbiyah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa faktor pendukung pengembangan kompetensi guru di sekolah
SEI. Adalah sarana dan prasarana yang cukup lengkap berupa pusat sumber belajar
yang di dalamnya terdapat perpustakaan dan berbagai fasilitas penunjang kreatifitas
guru, serta semangat guru-guru yang tinggi dalam mengikuti pengembangan
kompetensi.78
Berbeda dengan penelitian sebelumnya penelitian ini menjelaskan mengenai
Kompetensi Sosial Guru Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 1 Ciampea Kab.
Bogor.
78
Fauziyah, Pengembangan Kompetensi Guru Sekolah Smart Ekselensia Indonesia Parung
Bogor, (Jakarta: Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah, 2014).
43
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Objek Penelitian
Objek penelitian adalah variabel penelitian, yaitu sesuatu yang merupakan inti
dari problematika penelitian. Objek dalam penelitian ini adalah Kompetensi Sosial
guru PAI. Sedangkan objek sasaran dalam penelitian ini adalah guru Pendidikan
Agama Islam di SMA Negeri 1 Ciampea Bogor Jawa Barat.
Tempat penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 yang beralamatkan di
Jalan Raya Cibadak KM. 15, Desa Cibadak, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor,
Provinsi Jawa Barat, Kode Pos 16620. Waktu penelitian pada bulan Desember 2015-
Januari 2016. Tahun Ajaran 2015/2016.
B. Desain Penelitian
Metode penelitian ini digunakan untuk meneliti pada kondisi yang alamiah
yaitu obyek yang apa adanya, dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik
pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisa data bersifat
induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada
generalisasi.
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif analisis yakni suatu bentuk
penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik
fenomena alamiah maupun fenomena buatan manusia. Fenomena itu bisa berupa
bentuk, aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan, dan perbedaan
antara fenomena yang satu dengan fenomena yang lainnya.1 Penelitian deskriptif
mempunyai karakteristik-karakteristik seperti yang dikemukakan Furchan bahwa :
1 Nana Syaudih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2006), h. 72
44
1. Penelitian deskriptif cenderung menggambarkan suatu fenomena apa
adanya dengan cara menelaah secara teratur-ketat, mengutamakan
obyektifitas, dan dilakukan secara cermat.
2. Tidak adanya perlakuan yang diberikan atau dikendalikan,
3. Tidak adanya uji hipotesis.
C. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua macam, yakni
sumber primer dan skunder.
1. Sumber primer, yaitu sumber yang diperoleh secara langsung dari
informan melalui observasi dan wawancara. Penentuan informan dari
karakteristik tertentu, yaitu orang yang mengetahui informasi dan masalah
secara mendalam serta dapat dipercaya menjadi sumber data yang akurat
dan terlibat langsung dalam kegiatan ini. Oleh karenanya yang menjadi
informan adalah :
a. Kepala Sekolah
Untuk mendapatkan data dan informasi mengenai arah kebijakan
sekolah dalam menerapkan sistem pendidikan kompetensi sosial guru
PAI.
b. Guru PAI
Guru PAI adalah salah satu sumber yang akan memberikan informasi
kepada peneliti menyangkut semua hal yang berkaitan dengan peran
guru dalam bersosial kepada peserta didik, pendidik dan masyarakat
sekitar.
c. Para Guru
Untuk medapatkan informasi dari para guru yang berlainan bidang
mengenai Kompetensi Sosial guru PAI.
d. Peserta didik
45
Untuk mendapatkan respon dari peserta didik mengenai kinerja guru
PAI dalam melaksanakan Kompetensi Sosial.
2. Data skunder, yaitu berbagai catatan dan data Base, Profil Sekolah, buku-
buku, majalah, koran yang sifatnya mendukung data primer. Data yang
bisa diambil berupa kata-kata atau tindakan yang dilakukan untuk
mengetahui kebenaran data yang diperoleh peneliti dari pihak sekolah. Di
sisi lain juga diperoleh dari sumber-sumber yang telah ada, yang berupa
dokumen-dokumen laporan-laporan dan arsip-arsip lain yang relevan
termasuk mengamati fakta-fakta di lapangan.
D. Metode Penelitian
Pendekatan penelitian ini menggunakan data kualitatif yang merupakan suatu
pendekatan dalam melakukan penelitian yang berorientasi pada fenomena atau gejala
yang bersifat alami yang biasa disebut dengan field study atau naturalistic inquiry.2
Pendekatan naturalistik digunakan untuk mencari dan menemukan pengertian atau
pemahaman tentang fenomena apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya
perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll., “secara holistik, dan dengan cara deskripsi
dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan
dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah”.3
Pendekatan ini digunakan dengan menggambarkan secara umum tentang
kompetensi sosial guru PAI di SMA Negeri 1 Ciampea Bogor. Selanjutnya
pendekatan analisis dilakukan supaya penulis mengetahui lebih jauh tentang
bagaimana kompetensi sosial guru PAI di SMA Negeri 1 Ciampea Bogor. Data-data
yang diperoleh dihimpun dalam satu susunan serta diinterpretasikan sehingga
mendapat kesimpulan dari sasaran objek yang diteliti.
2 Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2011), h. 89
3 Lexy J. Maleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2011), h. 89
46
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling penting dalam
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Dalam
usaha pengumpulan data serta keterangan yang diperlukan, penelitian ini
menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikuit:
1. Observasi
Menurut mahmud “observasi merupakan teknik pengamatan dan pencatatan
sistematis dari fenomena-fenomena yang diselidiki. Observasi dilakukan untuk
menemukan data dan informasi dari gejala atau fenomena (kejadian atau peristiwa)
secara sistematis dan didasarkan pada tujuan penyelidikan yang telah dirumuskan”.4
Observasi dilakukan secara langsung (direct observation) yaitu melalui pengamatan
langsung ke lokasi penelitian seraya mencermati hal-hal yang berhubungan dengan
objek penelitian, selain itu dilakukan dengan cara door to door ke dalam kelas untuk
mengetahui gambaran riil melalui pengamatan dengan memperhatikan situasi dan
kondisi.
Selain itu juga mencatat hasil pengamatan yang berkaitan dengan proses
pembelajaran serta sarana pendukung bagi kelancaran pembelajaran agama Islam di
lingkungan SMA Negeri 1 Ciampea Bogor. Observasi dilakukan terhadap guru,
siswa, sarana prasarana, administrasi dan aktifitas belajar mengajar serta perilaku
siswa di luar kelas.
Menurut Abudin Nata observasi dilakukan dalam rangka memahami konteks
dalam keseluruhan situasi sosial, juga memberikan pengalaman langsung sehingga
memungkinkan peneliti menggunakan pendekatan induktif, dapat melihat hal-hal
yang kurang atau tidak diamati orang lain, menemukan hal-hal yang semula tidak
akan diungkapkan oleh responden dalam wawancara, menemukan hal-hal yang
berada di luar persepsi responden, mengumpulkan data yang kaya, kesan-kesan
pribadi serta merasakan suasana situasi sosial yang diteliti.5
4 Mahmud, op. cit., h. 168
5 Abudin Nata, Ilmu Pendidikan Islam dengan Pendekatan Multidisipliner: Normatif
parenalis, sejarah, filsafat, psikologi, sosiologi, manajemen, teknologi, informasi, kebudayaan, politik,
hokum, (Jakarta: Rajawali Press, 2009), h. 367
47
Metode ini digunakan untuk mengamati perilaku guru Pendidikan Agama
Islam di dalam dan luar kelas, antara lain :
a. Kemampuan guru Pendidikan Agama Islam dalam komunikasi secara
lisan dan tulisan
b. Kemampuan guru Pendidikan Agama Islam dalam menggunakan
teknologi komunikasi dan informasi
c. Kemampuan guru Pendidikan Agama Islam dalam bergaul secara efektif
dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/
wali peserta didik
d. Kemampuan bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar.
2. Wawancara
Wawancara dilakukan dengan mendatangi berbagai pihak yang dianggap
mengetahui permasalahan yang hendak dibahas.6 Penggalian data melalui wawancara
ini dilakukan terhadap kepala sekolah, para guru SMA Negeri 1 Ciampea Bogor,
peserta didik serta pegawai sekolah. Berkaitan dengan masalah yang diteliti mengenai
Kompetensi Sosial Guru PAI di SMA Negeri 1 Ciampea Bogor. Penelitian ini
menggunakan teknik wawancara semi struktur. Sebelum melakukan wawancara
peneliti menyusun dan menyiapkan pedoman wawancara. Jenis wawancara ini sudah
termasuk dalam kategori in-depth interview, atau wawancara mendalam dimana
pelaksanaannya lebih bebas bila dibandingkan dengan wawancara berstruktur. Tujuan
dari wawancara jenis ini adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih
terbuka, dimana pihak yang diajak wawancara dimintai pendapat, dan ide-idenya.
Dalam melakukan wawancara, peneliti perlu mendengarkan secara teliti dan mencatat
apa yang dikemukakan oleh informan. Adapun instrumen wawancara yang digunakan
adalah sebagai berikut:
Kisi-kisi instrumen wawancara untuk Guru Pendidikan Agama Islam
6 Husaini usman, Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: Bumi
Aksara, 1996), h. 73
48
Dimensi Indikator No. Item Jml. Item
a. Kompetensi
Sosial Guru
b. Upaya
Peningkatan
Kompetensi
Sosial Guru
- Berkomunikasi secara lisan
dan tulisan
- Menggunakan teknologi
komunikasi dan informasi
- Bergaul secara efektif dengan
peserta didik, pendidik,
tenaga kependidikan, orang
tua/ wali peserta didik
- Begaul secara santun dengan
masyarakat
- Melaksanakan pendidikan
dan pelatihan
- Memenuhi sarana dan
prasarana
3,4,8. 6,7 4,5,9,10,11,12 13,14 1,11,16 1,2,5,15,16
3 2 6 2 3 5
3. Dokumentasi
Sejumlah besar fakta dan data tersimpan dalam bahan yang berbentuk
dokumentasi. Sebagian besar data yang tersedia adalah berbentuk surat-surat, catatan
harian, cendera mata, laporan, artefak, foto dan sebagainya. Sifat utama data ini tak
terbatas pada ruang dan waktu sehingga memberi peluang kepada peneliti untuk
mengetahui hal-hal yang pernah terjadi di waktu silam.7
Metode dokumentasi dimaksudkan untuk mencari data mengenai hal-hal
yang berupa catatan, transkrip, buku, notulen rapat, agenda, dan sebagainya. Studi
dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara
dalam penelitian kualitatif. Dokumen-dokumen yang dapat dikumpulkan melalui
metode ini adalah tentang data sejarah berdirinya sekolah, kondisi dan letak
7 Zaenal Arifin, Penelitian Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, Cet. I, 2011), h. 171
49
geografis, kondisi guru, siswa, karyawan, sarana dan prasarana fisik maupun non
fisik serta struktur organisasi sekolah.
F. Analisis Data
Analisis data merupakan salah satu proses yang dilakukan secara sistematis
untuk mencari, menemukan dan menyusun transkip wawancara, catatan-catatan
lapangan, dan bahan-bahan lainnya yang telah dikumpulkan peneliti dengan teknik-
teknik pengumpulan data lainnya. Peneliti diharapkan dapat meningkatkan
pemahamannya tentang data yang terkumpul dan memungkinkannya menyajikan data
tersebut secara sistematis guna menginterpretasikan dan menarik simpulan.8 Dapat
dipahami bahwa analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis
data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan bahan-bahan lain,
sehingga dapat mudah difahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang
lain. Analisis data ini bertujuan untuk menyampaikan dan membatasi penemuan-
penemuan hingga menjadi suatu data yang teratur, tersusun dan lebih berarti.
Aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan
dilakukan secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh.
Aktivitas dalam analisis data yaitu: data reduction, data display, dan conclution
drawing/ verification.9
1. Reduksi data (data reduction)
Mereduksi data berati merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal penting, mencari pola dan temanya kemudian
membuang pola yang tidak perlu.
2. Paparan data (data display)
Dalam penelitian kualitatif, penyajian data dapat dilakukan dengan bentuk
uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, dan sejenisnya. Dalam hal
8 Ibid.
9 Sugiono, Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung:
Alfabeta, Cet. 8, 2009), h. 246
50
ini Miles dan Huberman yang dikutip oleh Sugiono menyatakan “the most
frequent of display data for kualitative research data in the pas has been
narrative tex” yang paling sering digunakan dalam penyajian data dalam
penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.
3. Penarikan kesimpulan dan verifikasi (Conclusion drawing verification)
Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan
berubah bila data-data atau bukti pengumpulan data berikutnya. Dan
langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan Huberman
yang dikutip oleh Sugiono adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi.10
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini berlandaskan
perspektif kependidikan Islam dan sosial. Analisis data yang peneliti gunakan adalah
triangulasi yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu
yang lain diluar data itu.11
Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan
sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dan teknik.
G. Pengecekan Keabsahan Data
Setiap penelitian membutuhkan uji keabsahan untuk mengetahui validitas dan
realibitasnya. Dalam penelitian ini untuk mendapatkan data yang valid dan reliabel
yang diuji validitas dan realibitasnya adalah datanya. Temuan atau data dapat
dinyatakan valid apabila tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan peneliti dengan
apa yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti. Dalam penelitian ini
pengujian kredibilitas data penelitian dilakukan dengan cara triangulasi.
Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data
dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu. Dengan demikian
terdapat triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data dan waktu. Dalam
penelitian ini hanya digunakan triangulasi sumber sebagai keabsahan data.
10
Ibid., h. 252 11
Lexy J. Maleong, op. cit., h. 178
51
Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek
data yang diperoleh melalui sumber.
Untuk menganalisa data dalam penelitian ini ditempuh prosedur sebagai
berikut.
1. Menelaah seluruh data yang berhasil dikumpulkan yaitu data hasil
pengamatan (observasi, wawancara, dan dokumentasi).
2. Mengadakan reduksi data yakni merangkum, mengumpulkan dan memilih
data yang relevan, dapat diolah dan disimpulkan.
3. Display data yakni berusaha mengorganisasikan dan memaparkan secara
keseluruhan guna memperoleh gambaran yang lengkap dan utuh.
4. Menyimpulkan dan verifikasi yakni melakukan penyempurnaan dengan
mencari data baru yang diperlukan guna mengambil kesimpulan.
52
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum SMA Negeri 1 Ciampea 1
1. Sejarah Singkat Berdirinya SMA Negeri 1 Ciampea Bogor
Berdasarkan dokumentasi yang penulis dapatkan bahwa: SMA
Negeri 1 Ciampea berdiri pada tahun 1996 dan beroperasi pada tahun 1997,
status akreditasi A pada tahun 2008, berlokasi di Desa/ Kelurahan Cibadak
KM. 15. Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor Jawa Barat. Kode Pos
16620. Dengan luas tanah yang dimiliki 6099 m2 serta status tanah yang
tercatat adalah Hak Guna Pakai.
2. Visi dan Misi
a. Visi
”Terbentuknya Warga Sekolah yang Peduli Lingkungan dan
Berprestasi Berlandaskan Iman dan Taqwa”
Indikator Visi:
1) Berprestasi dalam perolehan nilai UN dan US.
2) Berprestasi dalam berbagai lomba mata pelajaran.
3) Berprestasi dalam pelaksanaan kegiatan keagamaan.
4) Berprestasi dalam bidang kewirausahaan.
5) Berdisiplin tinggi sesuai dengan norma yang ada.
6) Menjadi sekolah adiwiyata
b. Misi
1) Mempertinggi keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha
Esa.
2) Melaksanakan pembelajaran yang efektif bagi semua guru dan
peserta didik..
1 Buku Profil Sekolah SMA Negeri 1 Ciampea, 2015.
53
3) Menumbuhkan semangan berprestasi warga sekolah dalam berkarya
sejalan dengan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
ramah lingkungan.
4) Mendorong peserta didik mengenali potensi dirinya untuk
meningkatkan motivasi berprestasi.
5) Mendorong peserta didik untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang
yang lebih tinggi.
6) Menumbuhkan penghayatan dan pengamalan terhadap ajaran
agama yang dianut.
7) Mewujudkan sekolah yang nyaman dan dipercaya sebagai wujud
Wawasan Wiyatamandala dan Wawasan Lingkungan yang prima.
8) Mewujudkan warga sekolah yang bertanggungjawab terhadap
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
3. Tujuan
Pada tahun 2014, SMA Negeri 1 Ciampea Kabupaten Bogor,
diharapakan:
a. Melaksanakan secara efektif Program Sekolah Kategori Mandiri
(SKM/SSN).
b. Memiliki Bahan ajar yang dikembangkan oleh Guru untuk setiap
mata pelajaran.
c. Memiliki Sarana komputer, Jaringan Teknologi Informasi dan
Komunikasi (TIK) dan laboratorium Multimedia untuk menunjang
KBM, administrasi sekolah dan komunikasi internal dan eksternal.
d. Memiliki Lingkungan dan suasana belajar yang kondusif.
e. Memiliki Rata-rata peningkatan nilai Ujian Nasional dan Ujian
Sekolah + 1,00.
f. Menjadi juara KIR, Olimpiade Sains, Komputer dan Sosial
Ekonomi tingkat Kabupaten.
54
g. Lima puluh persen peserta didiknya mampu berkomunikasi dalam
bahasa Inggris.
h. Tim kesenian dan olah raga menjadi finalis di tingkat Kabupaten.
i. Sembilan puluh persen peserta didik mampu melaksanakan ibadah
dengan benar sesuai dengan ajaran agama yang dianut.
j. Enam puluh persen peserta didik memiliki keterampilan dalam
bidang wirausaha.
4. Sasaran
Pada tahun 2014, SMA Negeri 1 Ciampea Kabupaten Bogor mampu
mencapai prestasi sebagai berikut:
a. Rata-rata nilai KKM meningkat + 0,25.
b. Rata-rata nilai Ujian Nasional meningkat + 0,25.
c. Rata-rata nilai Ujian Sekolah meningkat + 0,25.
d. Menjadi juara pada empat kegiatan ekstrakurikuler di tingkat
kabupaten.
e. Meningkatnya 1 dari 2 bidang kesenian yang dikembangkan.
f. Menjadi juara 1 pada 2 cabang seni di tingkat kabupaten.
g. Terdapat peningkatan 5% dari 70% guru menggunbakan variasi
model-model pembelajaran.
h. Terdapat peningkatan 5% dari 60% guru menggunakan alat peraga
dalam pembelajaran.
i. Menjadi juara sekolah sehat di tingkat provinsi.
j. Terdapat peningkatan 20% dari 70% siswa dalam menjalankan
ibadah.
55
5. Data Guru dan Staf TU Tahun 2015
a. Data Guru :
No
Status
Kepega-
Waian
Tingkat Pendidika2
Jml. SLTA D 1 D 2 D 3 S 1 S 2 S 3
1. PNS - - - - 14 7 - 21
2. GBS - - - - - - - -
3. Honorer - - - - 16 - - 16
Jumlah - - - - 30 7 - 37
Data Kelayakan (Ketersesuaian) Guru dengan Mata Pelajaran yang diajarkan :
1) Guru yang mengajar sesuai latar belakang pendidikan : 32 (dua
puluh tujuh) orang.
2) Guru yang mengajar mata pelajar yang serumpun dengan latar
belakang pendidikan: 3 (tiga) orang
3) Guru yang mengajar tidak sesuai dengan latar belakang
pendidikan : 4 (lima) orang
b. Data Staf Tata Usaha (TU) Tahun 2015 :
No. Status
TU
Tingkat Pendidikan Jml.
SD SLTP SLTA D 1 D 2 D 3 S 1
1. PNS - - - - - - - -
2. Honorer 3 2 6 - - 1 1 13
Jumlah 3 2 6 - - 1 1 13
56
6. Sarana dan Prasarana
No
Nama Ruangan Kebutuhan
Ruangan Kondisi Ket.
Ada
(layak)
Ada(tida
k layak)
Kekura-
ngan
1 Ruang Kep. Sek 1 1 - - -
2 Ruang Guru 1 1 - - -
3 Ruang Tata Usaha 1 1 - - -
4 Ruang Kegiatan
Belajar 18 10 8 -
Rehab
Mendesak
5 Ruang
LaboratoriumBahasa 1 1 - - -
6 Ruang Laboratorium
Biologi 1 - 1 -
Rehab
Mendesak
7 Ruang Laboratorium
Fisika 1 - - 1 -
8 Ruang Laboratorium
Kimia 1 1 - - -
9 Ruang Keterampilan 1 - - 1 -
10 Ruang Ibadah 1 - 1 - -
11 Ruang BP 1 - 1 - -
12 Ruang OSIS 1 - 1 - -
13 Ruang UKS 1 1 - - -
14 Toilet siswa 18 6 10 3 Mendesak
15 Toilet Guru 4 3 - 1 Mendesak
16 Ruang Kantin 1 - 1 1 Mendesak
Jumlah 53 44 4 6 -
57
7) Struktur Organisasi Sekolah
Kepala Sekolah
Drs. Arif Setiawan, MM.
Ketua Komite Sekolah
Ir. Aji Asyhari
Kepala Urusan TU
----
Wakasek Urs
Kesiswaan
Trisnani ESP, M. Pd
Wakasek Urs.
Sarana/Prasarna
Dra. Rukmini
Wakasek Urs.
Humas
Sawitri Dewi, S. Pd.
Wakasek Urs.
Kurikulum
Drs. Maryana
Wali Guru Guru Petugas
Kelas MP MP Perpustakaan
Koordinator Guru
BP/BK
Dra. Endang Pusporini
Peserta Didik/Siswa
58
B. Hasil Pengolahan Data
Pendidikan mengacu pada usaha-usaha yang dilakukan oleh orang tua dan
guru pendidikan agama untuk membuat anak memiliki perilaku terpuji dan perilaku
tersebut bersifat tetap dalam diri anak. Ibarat membuat sebuah guci keramik yang
membutuhkan beberapa tahapan agar bisa menghasilkan keramik yang berkualitas
baik. Dimana pengrajin harus memilih kualitas tanah liat yang baik, dicampur air,
kemudian dibentuk dengan kelembutan tangan si pengrajin, kemudian dijemur dan
dibakar lalu diukir seindah mungkin. Begitu pun dengan membentuk perilaku yang
baik pada anak bukanlah hal yang dapat dengan mudah dilakukan. Butuh proses yang
panjang dan tahapan-tahapan yang harus dilalui yang berlangsung secara terus-
menerus dan juga peran dari semua orang yang terkait seperti orang tua, guru, teman,
dan lingkungan sekitar.
Pendidikan adalah suatu proses menanamkan, membentuk, dan
mengembangkan nilai-nilai positif dalam diri mereka. Pendidikan juga suatu proses
yang mengajarkan dan membentuk anak menjadi anak yang berperilaku sesuai
dengan nilai-nilai dan norma yang berlaku serta kemampuan intelektual yang matang.
Nilai-nilai tersebut pertama kali dibentuk dan berkembang di keluarga
kemudian melalui jalur pendidikan yang dinamakan sekolah. Selain untuk menambah
pengetahuan anak juga bertanggung jawab terhadap perkembangan moral dan
perilaku anak. Perkembangan moral dan perilaku pada anak dilakukan dengan
menanamkan nilai-nilai keagamaan pada anak. Sehingga anak berperilaku baik bukan
karena paksaan tapi karena kebiasaan dan ciri khas pada anak.
Kehadiran guru dalam proses pembelajaran merupakan peranan yang penting,
peranan guru itu belum dapat digantikan oleh teknologi seperti radio, televisi,
internet, komputer maupun teknologi yang paling moderen. Banyak unsur-unsur
manusiawi seperti sikap, sistem nilai, perasaan, motivasi kebiasaan dan keteladanan,
yang diharapkan dari hasil proses pembelajaran yang tidak dapat dicapai kecuali
melalui pendidik.
59
Maka untuk itu diperlukan guru-guru yang profesional yang mampu
menanamkan nilai-nilai luhur dan kemampuan intelektual yang baik pada anak. Hal
ini menjadi kebutuhan yang sangat penting disamping untuk menambah ilmu
pengetahuan peserta didik. Untuk mendapatkan guru yang profesional maka
diperlukan uji keprofesionalannya tersebut. Dengan adanya sertifikasi benar-benar
guru yang sudah memenuhi kompetensi-kompetensi sebagai seorang guru.
Kompetensi itu dipandang perlu sebagai bagian atau komponen yang tidak
terpisahkan dari eksistensi guru dalam melaksanakan profesinya sebab pekerjaan guru
tidak gampang dan tidak sembarangan dilaksanakan melainkan harus memenuhi
beberapa persyaratan sebagai pendukung dan penunjang pelaksanaan profesi. Jika
guru tidak mempunyai kompetensi yang dipersyaratkan sangat mustahil akan
terwujud pelaksanaan kegiatan proses pendidikan di sekolah akan menjadi lebih baik
dan terarah. Kompetensi tersebut merupakan modal dasar bagi guru dalam membina
dan mendidik peserta didik sehingga tercapai mutu pendidikan yang akan
menghasilkan peserta didik yang memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan yang
paripurna.
Seorang guru itu layaknya manusia lainnya adalah seorang makhluk sosial,
yang dalam hidupnya berdampingan dengan manusia lainnya. Guru diharapkan
memberi contoh baik terhadap lingkungannya, dengan menjalankan hak dan
kewajiban sebagai bagian dari masyarakat sekitarnya. Guru harus berjiwa sosial
tinggi, mudah bergaul, dan suka menolong, bukan sebalinya, yaitu individu yang
tertutup dan tidak memperdulikan orang-orang di sekitarnya.2
Karena tidak ada manusia yang bisa hidup dalalm kesendirian. Manusia
adalah makhluk yang saling ketergantungan dengan manusia lain. Maka dari itulah
ranah sosoial pun hadir dalam kehidupan manusia. Dan disinilah karakter (watak)
manusia bisa dilihat. Baik atau buruk karakter kepribadian seseorang terlihat dari
kehidupan sosial manusia itu sendiri. Mereka yang memiliki kehidupan sosial yang
2 Jejen Musfah, Peningkatan Kompetensi Guru, (Jakarta: Prenadamedia Group, Cet. III,
2015), h. 52.
60
tinggi ialah mereka yang pasti juga mempunyai kepribadian yang baik seperti pandai
bergaul, berkomunikasi dengan baik serta berperilaku santun dalam diri mereka.
Sebaliknya mereka yang mempunyai kepribadian yang buruk seperti tertutup dengan
masyarakat sekitar, acuh terhadap tetangga dan jarang berkomunikasi dengan
tetangga maka akan berdampak tidak baik pada kehidupan sosial mereka.
1. Berkomunikasi Secara Lisan dan Tulisan
Guru dalam proses pelaksanaan tugasnya perlu memperhatikan hubungan dan
komunikasi baik antara guru dengan kepala sekolah, guru dengan guru, guru dengan
siswa, dan guru dengan personalia lainnya di sekolah. Hubungan dan komunikasi
yang baik membawa konsekwensi terjalinnya interaksi seluruh komponen yang ada
dalam sistem sekolah. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru akan berhasil jika
ada hubungan dan komunikasi yang baik dengan siswa sebagai komponen yang
diajar. Kinerja guru akan meningkat seiring adanya kondisi hubungan dan
komunikasi yang sehat di antara komponen sekolah sebab dengan pola hubungan dan
komunikasi yang lancar dan baik mendorong pribadi seseorang untuk melakukan
tugas dengan baik.
Komunikasi digunakan untuk memahami dan menukarkan pesan verbal
maupun non verbal antara pengirim informasi dengan penerima informasi untuk
mengubah tingkah laku. Hubungan dan komunikasi yang dikembangkan
guru terutama dalam proses pembelajaran dan pada situasi interaksi lain di sekolah
memberi peluang terciptanya situasi yang kondusif untuk dapat memperlancar
pelaksanaan tugas, segala persoalan yang dihadapi guru baik dalam pelaksanaan tugas
utama maupun tugas tambahan dapat diselesaikan melalui penyelesaian secara
bersama dengan rekan guru yang lain, tanpa hubungan dan komunikasi yang baik di
dalam lingkungan sekolah apapun bentuk pekerjaan yang kita lakukan tetap akan
mengalami hambatan dan kurang lancar.
Guru hendaknya kreatif mengoptimalkan kemampuan kinerja otak sebagai
tempat menimbulkan kesan. Maka guru dituntut mampu menentukan kata-kata yang
61
tepat dalam memberi penjelasan pada siswa. Oleh karena itu, sebaiknya guru
menyusun perkataan yang komunikatif serta santun untuk pembelajaran yang
berkesan dan bermakna.
Mengajar di depan kelas merupakan perwujudan interaksi dalam proses
komunikasi. Sedangkan kompetensi sosial guru dianggap sebagai salah satu daya atau
kemampuan guru untuk mempersiapkan siswa menjadi anggota masyarakat yang baik
serta kemampuan untuk mendidik dan membimbing masyarakat dalam menghadapi
masa yang akan datang. Jika seorang guru tidak mampu untuk berkomunikasi, maka
materi yang harus disampaikan kepada peserta didik akhirnya tidak jelas
tersampaikan yang mengakibatkan peserta didik kebingungan dan tidak mengerti
dengan penjelasan guru.
Dari hasil penelitian melalui wawancara terhadap beberapa peserta didik
menunjukkan bahwa guru PAI di SMA Negeri 1 Ciampea baik dalam berkomunikasi.
Hal ini dikatakan oleh 2 dari 3 peserta didik. Vivin Sofianti siswa kelas XI – MIA 3
menjelaskan “Bahasa yang digunakan oleh guru PAI ketika mengajar di kelas sangat
mudah difahami”.3 Kemudian Refina Cahyani siswa kelas XII – MIA 3 juga
mengatakan “ Saat mengajar guru PAI menggunakan bahasa yang mudah difahami
ini terbukti ketika beliau mengajar jarang anak-anak yang bergurau ataupun ngobrol
sendiri-sendiri dibandingkan ketika mata pelajaran lain”.4 Namun beda dengan
Mediana siswa kelas XI – MIA 3 yang mengatakan bahwa “Tidak semua yang
dijelaskan oleh guru PAI menggunakan bahasa yang mudah difahami, mungkin
karena saya baru menjumpai materi tersebut sehingga butuh pemahaman yang sangat
jelas”.5 Selain dari siswa guru PAI (Bapak Zaenal Musthafa) sendiri ketika
diwawancarai keduanya mengatakan bahwa peserta didik sangat antusias ketika
3 Wawancara dengan Vivin Sofianti di ruang tamu SMA Negeri 1 Ciampea pada jum’at 18
Desember 2015. 4 Wawancara dengan Revina Cahyani di ruang tamu SMA Negeri 1 Ciampea pada jum’at 18
Desember 2015. 5 Wawancara dengan Mediana di ruang tamu SMA Negeri 1 Ciampea pada jum’at 18
Desember 2015.
62
menerima pelajaran PAI ini disebabkan karena mereka berasal dari daerah serta
mempunyai latar belakang agama yang sangat kental.6
Bagi guru, kemampuan berkomunikasi merupakan syarat wajib yang harus
dimiliki. Dengan berkomunikasi, maka akan terjadi pertukaran informasi timbal balik
dengan orang tua untuk kepentingan anaknya. Guru harus menerima dengan lapang
dada setiap kritikan orang tua siswa yang bersifat membangun dan mampu memberi
teladan bagi masyarakat dan para siswa dalam menggunakan bahasa sebagai alat
komunikasi secara baik dan benar.
Seorang guru harus memiliki keluwesan dalam bergaul, karena jika seorang
guru tidak memiliki keluwesan bergaul maka pergaulannya akan menjadi kaku dan
akan mnyebabkan orang yang bersangkutan kurang diterima oleh masyarakat. Jika di
dalam lingkungan sekolah seorang guru diamati dan dinilai oleh peserta didik, maka
di lingkungan masyarakat seorang guru akan diamati dan dinilai oleh anggota
masyarakat itu sendiri.
Tidak hanya di dalam kelas ketika mengajar, di luar kelas pun guru PAI
menggunakan bahasa yang baik, hal ini disampaikan oleh Drs. Maryana. Seorang
guru yang menjabat sebagai wakil kepala sekolah bagian kurikulum, beliau
mengatakan “ setiap guru dituntut untuk mempunyai kompetensi sosisal yang baik.
Di SMA Negeri 1 Ciampea, semua guru saya nilai sudah memenuhi kompetensi
sosial yang baik, terlebih guru PAI yang erat kaitannya dengan kompetensi sosial,
Alhamdulillah sampai saat ini telah memenuhi syarat kompetensi sosial”.7 Begitu
juga yang disampaikan oleh Ibu Sri Hartati Mulya, S.Pd. M.Si, menurutnya “Guru
PAI sudah baik dalam mensosialkan ilmu agama terhadap teman-teman guru, kepala
sekolah terutama kepada anak didik bahkan kepada karyawan pun juga demikian”.8
kemudian ditegaskan kembali oleh Ibu Ina Diana yang bertugas sebagai koordinator
6 Wawancara dengan Drs. Zaenal Musthafa (guru PAI) di ruang guru SMA Negeri 1 Ciampea
pada Selasa 22 Desember 2015. 7 Wawancara dengan Drs. Maryana (wakasek. Urs. kurikulum) di ruang guru SMA Negeri 1
Ciampea pada Sabtu 19 Desember 2015. 8 Wawancara dengan Sri Hartati Mulya, S.Pd. M.Si di ruang guru SMA Negeri 1 Ciampea
pada Sabtu 19 Desember 2015.
63
Tata Usaha, dalam wawancaranya beliau menyampaikan “ saya sangat nyaman ketika
ngobrol dengan guru PAI, bahkan saya sendiri sering bertanya masalah agama
mengenai hukum yang sekiranya saya belum tahu, dan beliaupun menjawab/
menerangkan dengan sangat gamblang”.9
Dari keterangan yang diperoleh dari beberapa informan tersebut di atas dapat
disimpulkan bahwa guru PAI di SMA Negeri 1 Ciampea sudah baik dalam
berkomunikasi secara lisan. Namun tidak dalam komunikasi secara tulisan, hal ini
terbukti dari beberapa informan yang peneliti wawancarai hanya kepala sekolah
Bapak Drs. Arif Setiawan, MM. saja yang mengatakan bahwa “Guru PAI (Bapak Nur
Salim) sudah pernah membuat karya ilmiyah, namun sampai saat ini belum di
publikasikan”.10
Selain dari kepala sekolah semua informan mengatakan guru PAI
belum pernah membuat karya ilmiyah atau sejenisnya bahkan Bapak Drs. Zaenal
Musthafa sendiri selaku guru PAI beliau mengatakan “sampai saat ini saya belum
pernah membuat karya ilmiyah atau semisalnya”.11
2. Menggunakan Tekonologi Komunikasi
Guru merupakan salah satu bagian yang terpenting dalam proses belajar
mengajar di kelas, sehingga dibutuhkan sosok guru yang inspiratif, kreatif, inovatif
dan mampu memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam proses
pembelajaran bukan guru yang gagap terhadap teknologi (gaptek).
Perkembangan iptek yang cepat dan mendasar mendorong guru harus bisa
menyesuaikan diri dengan responsive, arif, dan bijaksana. Responsif artinya guru
harus bisa menguasai dengan baik produk iptek, terutama yang berkaitan dengan
dunia pendidikan, seperti pembelajaran dengan menggunakan multimedia.
9 Wawancara dengan Ina Diana di ruang TU. SMA Negeri 1 Ciampea pada Senin 21
Desember 2015. 10
Wawancara dengan Drs. Arif Setiawan, MM. di ruang kepsek SMA Negeri 1 Ciampea pada
Rabu 23 Desember 2015. 11
Wawancara dengan Drs. Zaenal Musthafa (guru PAI) di ruang guru SMA Negeri 1
Ciampea pada Selasa 22 Desember 2015.
64
Dalam menyampaikan materi kebanyakan guru hanya mengandalkan ilmu
yang didapatkannya tanpa mengelaborasikan informasi dari sumber-sumber yang
lain seperti buku yang relevan, internet, koran, majalah, TV dan lain-lain. Dengan
kemampuan elaborasi tersebut guru mampu membuat materi pelajaran yang sulit
menjadi mudah dipahami oleh siswanya, sehingga terciptalah suasana belajar yang
nyaman, senang bagi siswa, dan materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru
mudah dipahami oleh siswanya dengan bantuan teknologi informasi.
Guru dalam menyampaikan materi tidak lagi banyak ceramah atau mencatat
materi pelajaran di papan tulis, tetapi dengan metode/media yang menarik dan
memanfaatkan teknologi informasi. Guru bisa memanfaatkan jejaring internet untuk
browsing informasi yang berkaitan dengan materi pembelajaran dan dalam
menyampaikan materi presentasi dengan microsoft powerpoint yang menarik,
sehingga siswa merasa tidak bosan dan merasa senang serta menimbulkan rasa
keingintahuan siswa terhadap materi yang disampaikan oleh gurunya.
Guru yang profesional adalah guru yang mampu menguasai materi dan
mampu memanfaatkan sumber yang ada termasuk dalam hal ini guru memanfaatkan
teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran. Guru yang memiliki
wawasan luas dan mampu memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk
mengembangkan materi pembelajaran lebih yakin di dalam merumuskan tujuan
belajar mengajar di kelas. Selanjutnya guru yang menguasai materi dengan baik
senantiasa mencoba metode dan media pembelajaran untuk diterapkan sesuai dengan
materi dan perkembangan situasi di kelas. Guru yang menguasai materi pembelajaran
dengan baik akan lebih kreatif dan inovatif dalam menyampaikan materi
pembelajaran.12
Menurut hasil observasi, peneliti melihat guru PAI di SMA Negeri 1 Ciampea
Bogor dalam menyampaikan materi pelajaran tidak monoton dengan menggunakan
metode ceramah, namun sudah menggunakan berbagai metode diantaranya adalah
12
Riyan Hidayat, Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi Oleh Guru Sosiologi
dalam Menyampaikan Materi Pembelajaran di Kelas, diakses 17 Juni 2015, (www.compasiana.com)
65
power point, pada mata pelajaran fikih di kelas XI-MIA peneliti mengamati, guru
PAI sudah baik dalam menggunakan metode power point dan terbukti peserta didik
sangat antusias dalam mengikuti pelajaran tersebut, kemudian di akhir pelajaran
ketika guru PAI melakukan evaluasi 70% peserta didik bisa menjawab soal yang
diberikan oleh guru.13
Selain observasi ketika peneliti melakukan wawancara terhadap beberapa
informan rata-rata mereka menjawab guru PAI sudah baik dalam menggunakan
metode power poin, diantaranya adalah Bapak Ibnu Tri Cahyono, S.Pd, beliau
mengatakan “Guru PAI dalam menyampaiakan materi sudah baik dengan
memanfaatkan berbagai media dan model pembelajaran sehingga peserta didik sangat
antusias dalam kegiatan belajar mengajar, tidak hanya menggunakan metode ceramah
namun juga sering menggunakan beberapa metode lain seperti diskusi, tanya jawab,
power pont, permainan dll.14
Terlepas dari itu semua SMA Negeri 1 Ciampea sudah didukung dengan
adanya proyektor di setiap kelas, hal ini dinyatakan oleh kepala sekolah ketika
peneliti menanyakan apakah sudah tersedia pryoktor di kelas, beliau menjawab
“Alhamdulillah, di SMA Negeri 1 Ciampea sebagian besar tiap kelas sudah
menggunakan proyektor, kurang lebih sekitar 75%”.15
Tidak hanya kepala sekolah
guru PAI juga mengatakan demikian “Rata-rata kami menggunakan proyektor pada
saat kegiatan belajar mengajar mungkin sekitar 80%, apalagi di sekolah ini sudah
menggunakan kurikulum 2013 sehingga kalau tidak menggunakan proyektor
penyampaian materi kepada peserta didik agak sedikit terhambat”.16
Dari segi penggunaan TIK memerlukan perencanaan yang baik dan efisien
agar pembelajaran dapat lebih maksimal kepada setiap siswa. TIK yang digunakan
13
Hasil observasi terhadap guru PAI di ruang kelas pada Selasa 12 Januari 2016 14
Wawancara dengan Drs. Zaenal Musthafa (guru PAI) di ruang guru SMA Negeri 1
Ciampea pada Selasa 22 Desember 2015. 15
Wawancara dengan Drs. Arif Setiawan, MM. di ruang kepsek SMA Negeri 1 Ciampea pada
Rabu 23 Desember 2015. 16
Wawancara dengan Drs. Zaenal Musthafa (guru PAI) di ruang guru SMA Negeri 1
Ciampea pada Selasa 22 Desember 2015.
66
dalam pengajaran dapat membuat metode pembelajaran yang lebih efektif, menarik
dan menyenangkan bagi siswa, selain itu integrasi pengajaran turut membawa
dimensi baru dalam budaya mengajar dan budaya belajar di sekolah. Oleh karena itu
seorang guru seharusnya melengkapi diri dengan berbagai pengetahuan dan
keterampilan yang diperlukan serta terus menerus memperbaharuinya untuk
memenuhi kebutuhan siswa dan lingkungannya saat ini, karena dengan
perkembangan teknologi yang semakin pesat tidak menutup kemungkinan akan
membuat siswa kita lebih mengenal dan telah menggunakan produk teknologi di luar
jam sekolah, misalnya sekarang ini telah banyak siswa SD, SMP dan SMA yang telah
bergabung di media sosial seperti facebook, twitter dan BBM dan sebaginya maka
dibutuhkan pengawasan oleh guru.
Perkembangan teknologi dan informasi yang semakin maju merupakan
tantangan bagi guru, khususnya guru agama islam, sama halnya dengan mata
pelajaran lainnya pendidikan agama islam juga dapat mengintegrasikan TIK dalam
subyek pembelajaran misal penggunaan TIK secara audio, visual dan audio visual.
a. Bahan ajar pandang (visual) terdiri atas bahan bahan cetak (printed) seperti
antara lain : handout, buku, modul, lembar kerja siswa, brosur, leaflet,
waltchart, foto/gambar.
b. Bahan ajar dengar (audio) seperti kaset, radio dan compack disk audio.
c. Bahan ajar pandang dengar (audio visual) seperti video compact disk dan film
d. Bahan ajar multimedia interaktif (interactive teaching material) seperti Bahan
ajar berbasis web.
Beberapa bentuk pemanfaatan ICT dalam pembelajaran PAI adalah :
a. Penggunaan program power point dalam proses pembelajaran PAI di kelas,
melalui program tersebut guru tinggal menulis poin-poin penting materi yang
akan disampaikan. Dalam Microsoft Power Point juga dapat menyisipkan
suara-suara dan animasi serta video pada presentase dalam pembelajaran.
b. Menggunakan e – mail untuk mengumpulkan tugas dari peserta didik.
67
c. Menggunakan web blog untuk pembelajaran di dalam atau di luar kelas,
hubungan dengan pembelajaran guru dapat mengunggah (up load) semua
materi pembelajaran PAI ke Website melalui media ini peserta didik dapat
belajar tanpa dibatasi dengan ruang kelas.
Apabila guru PAI menggunakan ketiga bentuk pemanfaatan TIK diatas, maka
proses pembelajaran secara tidak langsung akan menjadi hidup dalam artian guru dan
siswa akan berperan aktif dalam proses pembelajaran, karena materi pembelajaran
akan bersifat menarik dan menyenangkan bagi siswa. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa penggunaan TIK sebagai media dalam pembelajaran Pendidikan
Agama Islam bukan sekedar upaya dalam membantu guru dalam mengajar, tetapi
lebih dari itu sebagai usaha yang ditujukan untuk memudahkan siswa dalam
mempelajari dan memahami pengajaran agama, namun sekarang ini tidak sedikit guru
PAI dalam pembelajaran dikelas masih monoton dan menggunakan metode
tradisional yaitu ceramah mengajar di depan kelas. Peserta didik mau tidak mau harus
mendengarkannya, sehingga berakibat peserta didik menjadi bosan.17
Di SMA Negeri 1 Ciampea guru PAI juga menggunakan teknologi internet,
disamping sekolah sudah menyediakan fasilitas hotspot guru juga sering memberikan
tugas kepada peserta didik yang hasilnya dikirim melalui e-mail, baik itu tugas
membuat makalah, artikel, dll.18
Dalam hal lain juga demikian, seperti dalam kegiatan
kepramukaan, OSIS, ROKHIS, dikatakan oleh beberapa peserta didik yang aktif
dalam kegiatan tersebut, setiap informasi yang berkaitan dengan kegiatan biasanya
dishare ke dalam grup WhatsApp atapun BBM, karena mayoritas peserta didik sudah
menggunakan Handphone yang sudah memiliki aplikasi tersebut, kemudian
dokumentasi yang berupa foto biasanya di up load ke dalam Facebook.19
17
Bahruddin, Kompetensi Teknologi Informasi Dan Komunikasi Guru Pendidikan Agama
Islam, diakses 29 Juni 2015, (www.disdikbud.sultengprov.go.id) 18
Wawancara dengan Drs. Zaenal Musthafa (guru PAI) di ruang guru SMA Negeri 1
Ciampea pada Selasa 22 Desember 2015. 19
Wawancara dengan Vivin Sofianti dkk. di ruang tamu SMA Negeri 1 Ciampea pada jum’at
18 Desember 2015.
68
Dalam menggunakan alat komunikasi ini, guru memberikan teladan yang
baik. Artinya, komunikasi yang dibangun berisi hal-hal yang positif, menasehati,
motivasi, arahan, dan sejenisnya, bukan hal-hal yang bermuatan negatif, seperti
marah, mencela, menjelekkan, membuka aib orang lain, memfitnah, dan hal-hal yang
dilarang agama dan membuat ketidakharmonisan sosial.
3. Bergaul Secara Efektif
Di sekolah hubungan dapat terjadi antara kepala sekolah dengan guru, antara
guru dengan guru serta guru dengan siswa. Hubungan guru dengan siswa lebih sering
dilakukan dibandingkan dengan hubungan guru dengan guru atau hubungan guru
dengan kepala sekolah. Setiap hari guru harus berhadapan dengan siswa yang
jumlahnya cukup banyak yang terkadang sangat merepotkan tetapi bagi guru interaksi
dengan siswa merupakan hal sangat menarik dan mengasyikkan apalagi dapat
membantu siswa dalam menemukan cara mengatasi kesulitan belajar siswa.
Seorang guru harus memiliki keluwesan dalam bergaul, karena jika seorang
guru tidak memiliki keluwesan bergaul maka pergaulannya akan menjadi kaku dan
akan menyebabkan orang yang bersangkutan kurang diterima oleh masyarakat. Jika
di dalam lingkungan sekolah seorang guru diamati dan dinilai oleh peserta didik,
maka di lingkungan masyarakat seorang guru diamati dan dinilai oleh anggota
masyarakat itu sendiri.
Bergaul secara efektif mencakup mengembangkan hubungan secara efektif
dengan siswa yang memiliki ciri mengembangkan hubungan dengan prinsip saling
menghormati, mengembangkan hubungan berasakan asah, asih, dan asuh. Sedangkan
ciri bekerja sama dengan prinsip keterbukaan, saling memberi dan menerima. Jadi
jelas bahwa dalam pelaksanaan proses pembelajaran, guru memang harus
memperhatikan pergaulan yang efektif dengan siswa. Hal tersebut dapat memotivasi
siswa untuk lebih giat belajar.
Guru di harapkan dapat menjadi tempat mengadu oleh teman sejawat dan
orang tua peserta didik, dapat diajak berbicara mengenai berbagai kesulitan yang
69
dihadapi guru lain atau orang tua berkenaan dengan anaknya, baik di bidang
akademis ataupun sosial. Sebagai ilustrasi kehidupan di sekolah merupakan gambaran
kehidupan di masyarakat yang penuh dinamika. Oleh karena itu, guru dan peserta
didik yang ada di dalamnya memiliki sifat yang berbeda, ada yang pendiam, pemalu,
pemarah, penakut, agresif dan sebagainya. Untuk itu terutama guru harus mampu
menjalin hubungan yang harmonis di antara mereka sendiri dan tidak segan untuk
saling berbagai pengalaman sehingga merupakan satu kesatuan yang utuh dalam
membina pendidikan di sekolah. Sebagai contoh seorang guru yang sedang
mengalami musibah akan merasa ringan dan terbantu karena rekan guru yang lain
memperhatikan dan membantunya dalam mengatasi persoalan yang dihadapi.
Sebagaimana yang dikatakan oleh Bapak Drs. Zaenal Musthafa (Guru PAI)
ketika wawancara yang berkaitan dengan hal ini beliau mengatakan ” ketika anak
didik mempunyai masalah baik pribadi atau sesama teman biasanya tidak sungkan
minta bantuan untuk pemecahan masalahnya baik lewat media online ataupun
langsung bertemu dengan saya”.20
Begitu juga yang disampaikan oleh Bapak Drs.
Nur Salim mengenai keefektifan menjalin hubungan baik kepada peserta didik, teman
sejawat karyawan ataupun orang tua/ wali peserta didik, beliau menuturkan “salah
satu kegiatan yang menunjang adanya hubungan yang efektif adalah kunjungan ke
rumah (home visit) kepada siswa yang memiliki masalah, observasi siswa, perkenalan
diri dengan sesama. Sedangkan untuk sesama guru/teman sejawat adalah mengadakan
arisan keluarga, family gathering, diskusi permasalahan siswa, dan permasalahan
dalam kegiatan pembelajaran”.21
Mengingat peserta didik dan orang tuanya berasal dari latar belakang
pendidikan dan sosial ekonomi keluarga yang berbeda, guru dituntut untuk mampu
menghadapinya secara individual dan ramah. Ia diharapkan dapat menghayati
perasaan peserta didik dan orang tua yang dihadapinya sehingga dapat berhubungan
20
Wawancara dengan Drs. Zaenal Musthafa (guru PAI) di ruang guru SMA Negeri 1
Ciampea pada Selasa 22 Desember 2015. 21
Wawancara dengan Drs. Nur Salim (guru PAI) di ruang guru SMA Negeri 1 Ciampea pada
Selasa 22 Desember 2015.
70
dengan mereka secara luwes. Mereka selalu siap memberikan bantuan kepada guru
secara individual dengan kondisi sosial psikologis guru dan sesuai dengan latar
belakang sosial ekonomi dan pendidikannya.
Menurut hasil wawancara terhadap Bapak Ibnu Tri Cahyono, S.Pd, beliau
menjelaskan “ketika ada permasalahan yang terjadi antara sesama guru, karyawan
ataupun terhadap peserta didik, guru PAI selalu aktif dalam menyelesaikan masalah
tersebut”.22
Selain itu Bapak Drs. Maryana dalam wawancara mengatakan “semua
guru selalu dilibatkan dalam penyelesaian masalah yang terjadi di sekolah ini,
terlebih guru PAI yang ilmu agamanya lebih mumpuni dan tidak jarang beliau selalu
menawarkan ide-ide/ solusi dalam pemecahan masalah tersebut”. 23
Seorang guru hendaknya benar-benar mengajar dari hati, tanpa adanya
keterpaksaan, sehingga membuat siswa lebih nyaman dengan guru tersebut, selain itu
seorang guru selalu berusaha untuk saling terbuka, membangun persaudaraan dimana
guru bukan hanya berperan sebagai seseorang yang mengajar di kelas, tapi juga dapat
berperan sebagai orang tua, kakak, teman ataupun sahabat. Hal ini akan
mempengaruhi karakter dari siswa yang diajarkan oleh guru tersebut, sehingga
mereka akan lebih mudah menerima dan mengikuti apa yang guru sampaikan. Guru
juga harus memupuk semangat kebersamaan dengan adanya diskusi kelompok
sehingga terbentuk ikatan emosional dengan teman-temannya.
Dalam wawancara terhadap peserta didik (Mediana siswi kelas XI-MIA 3)
mengatakan guru PAI selain melakukan diskusi di akhir pelajaran, di awalpun sudah
memulai diskusi, dan itu sangat menyenangkan.24
Jadi ini salah satu dari bentuk
adanya hubungan yang efektif antara guru PAI dengan peserta didik.
22
Wawancara dengan Ibnu Tri Cahyono, S.Pd. di ruang guru SMA Negeri 1 Ciampea pada
Sabtu 19 Desember 2015. 23
Wawancara dengan Drs. Maryana (wakasek. Urs. kurikulum) di ruang guru SMA Negeri 1
Ciampea pada Sabtu 19 Desember 2015. 24
Wawancara dengan Mediana di ruang tamu SMA Negeri 1 Ciampea pada jum’at 18
Desember 2015.
71
Selain dari hasil wawancara, ada juga hasil observasi yang peneliti temukan di
lapangan, ketika itu peneliti sedang ngobrol santai dengan satpam (bapak Irianto) di
ruangan kerjanya, tiba-tiba ada seorang perempuan datang menyerahkan kantong
plastik kepada pak Irianto sambil mengatakan “mohon maaf bapak ini ada titipan dari
Hilmida untuk bapak dan beberapa guru yang lain, sebelumnya saya ucapkan terima
kasih”, kurang lebih seperti itu kalimat yang peneliti pahami, karena peneliti kurang
menegerti bahasa sunda yang dikatakan perempuan tersebut. Setelah dibuka ternyata
isinya undangan pernikahan, ada sekitar 10 buah undangan untuk beberapa guru dan
karyawan termasuk di dalamnya adalah guru PAI (bapak Nur Salim). Dan yang lebih
mengejutkan lagi menurut bapak Irianto mempelai wanita tersebut adalah lulusan
SMA Negeri 1 Ciampea sekitar 6 tahun yang lalu.25
Ini bukti bahwa peserta didik
walaupun sudah lulus dengan waktu yang relatif lama masih menganggap bahwa
SMA Negeri 1 Ciampea adalah keluarga besarnya.
Terbinanya hubungan dan komunikasi di dalam lingkungan sekolah
memungkinkan guru dapat mengembangkan kreativitasnya sebab ada jalan untuk
terjadinya interaksi dan ada respon balik dari komponen lain di sekolah atas
kreativitas dan inovasi tersebut, hal ini menjadi motor penggerak bagi guru untuk
terus meningkatkan daya inovasi dan kreativitasnya yang bukan saja inovasi dalam
tugas utamanya tetapi bisa saja muncul inovasi dalam tugas yang lain yang
diamanatkan sekolah. Ini berarti bahwa pembinaan hubungan dan komunikasi yang
baik di antara komponen dalam sekolah menjadi suatu keharusan dalam menunjang
peningkatan kinerja.
Salah satu penunjang untuk mempererat hubungan antara guru dan peserta
didik adalah melalui organisasi sekolah seperti OSIS, Pramuka, ROHIS dll. Disinilah
peran guru PAI untuk memberikan contoh mengaplikasikan ilmu yang telah didapat,
seperti yang dikatakan bapak Zaenal Musthafa sebagai pembina ROHIS, salah satu
programnya adalah pada setiap hari jum’at seluruh siswa di wajibkan untuk
25
Hasil observasi di pos satpam pada Selasa 12 Januari 2016.
72
mengikuti sholat Dhuha secara berjamaah dan mendengarkan ceramah.26
Begitu pula
dengan bapak Nur Salim yang menjabat sebagai pembina Pramuka, mungkin tidak
asing lagi dalam fikiran kita bagaimana pendidikan yang diajarkan di pramuka seperti
kedisiplinan, tolong-menolong, tanggung jawab dll.27
4. Bergaul santun dengan masyarakat sekitar
Guru menyebarkan dan turut merumuskan program-program pendidikan
kepada masyarakat sekitarnya sehingga sekolah tersebut berfungsi sebagai pusat
pembinaan dan pengembangan kebudayaan di tempat itu. Guru berperan agar dirinya
dan sekolahnya dapat berfungsi sebagai unsur pembaruan bagi kehidupan dan
kemajuan daerahnya. Untuk lebih memahami dunia sekitarnya, guru turut bersama-
sama masyarakat sekitarnya dalam berbagai aktivitas dan mengusahakan terciptanya
kerja sama yang sebaik-baiknya antara sekolah, orang tua dan masyarakat bagi
kesempurnaan usaha pendidikan atas dasar kesadaran bahwa pendidikan merupakan
tanggung jawab bersama antar pemerintah, orang tua peserta didik dan masyarakat.
Guru disamping mampu melakukan tugasnya masing-masing di sekolah,
mereka juga diharapkan dapat dan mampu melakukan tugas-tugas hubungan dengan
masyarakat. Mereka bisa mengetahui aktivitas-aktivitas masyarakatnya, paham akan
adat istiadat, mengerti aspirasinya, mampu membawa diri di tengah-tengah
masyarakat, bisa berkomunikasi dengan mereka dan mewujudkan cita-cita mereka.
Untuk mencapai hal itu diperlukan kompetensi dan perilaku dari guru yang cocok
dengan struktur sosial masyarakat setempat, sebab ketika kompetensi dan perilaku
guru tidak cocok dengan struktur sosial dalam masyarakat maka akan terjadi
benturan.
Sesibuk apapun guru ketika ada masyarakat yang membutuhkan pertolongan
maka harus meluangkan waktunya untuk membantu masyarakat, hal ini membantu
26
Wawancara dengan Drs. Zaenal Musthafa (guru PAI) di ruang guru SMA Negeri 1
Ciampea pada Selasa 22 Desember 2015. 27
Wawancara dengan Drs. Nur Salim (guru PAI) di ruang guru SMA Negeri 1 Ciampea pada
Selasa 22 Desember 2015.
73
guru dalam menyampaikan visi misinya yaitu digugu lan ditiru, karena bagaimanapun
juga ketika masyarakat sudah percaya terhadap guru maka akan mudah guru
menyampaikan ilmunya atau dalam artian nasihat yang disampaikan oleh guru akan
mudah diterima oleh masyarakat, Alhamdulillah, dari kedua guru PAI SMA Negeri 1
Ciampea beliau semua sudah mempunyai posisi di masayrakat.
Bapak Zaenal Musthafa menuturkan beliau dipercaya oleh masyarakat sebagai
ketua DKM (Dewan Kemakmuran Masjid) di tempat tinggalnya, banyak kegiatan
yang beliau lakukan diantaranya adalah mengisi kajian fiqih setelah maghrib pada
malam minggu untuk umum.28
Begitu juga dengan Bapak Nur Salim, beliau juga
mempunyai peran penting di masyarakat yaitu sebagai ketua RT di kampung Pulekan,
Tegal Waru, Ciampea. Beliau menjelaskan akhir-akhir ini di tempat tinggalnya
banyak musibah yang menimpa masyarakat seperti kehilangan sepeda motor yang
sekarang lagi marak terjadi, ataupun masyarakat yang minta bantuan untuk mengurus
surat nikah, dan lain sebagainya.29
Sebagai pribadi yang hidup di tengah-tengah masyarakat, guru perlu memiliki
kemampuan untuk berbaur dengan masyarakat misalnya melalui kegiatan olahraga,
keagamaan, dan kepemudaan. Ketika guru tidak memiliki kemampuan pergaulan,
maka pergaulannya akan menjadi kaku dan kurang bisa diterima oleh masyarakat.
Untuk memiliki kemampuan pergaulan, maka ada beberapa hal yang harus dimiliki
seorang guru diantaranya adalah; pengetahuan tentang hubungan antar manusia,
memiliki keterampilan membina kelompok, keterampilan bekerjasama dalam
kelompok, menyelesaikan tugas bersama dalam kelompok, dsb.
Dari hasil wawancara terhadap guru PAI, mereka berbaur dengan masyarakat
menggunakan pendekatan dengan olahraga, seperti bapak Nur Salim, beliau sering
28
Wawancara dengan Drs. Zaenal Musthafa (guru PAI) di ruang guru SMA Negeri 1
Ciampea pada Selasa 22 Desember 2015. 29
Wawancara dengan Drs. Nur Salim (guru PAI) di ruang guru SMA Negeri 1 Ciampea pada
Selasa 22 Desember 2015.
74
bermain bad minton dengan para pemuda di tempat tinggalnya.30
Sama halnya
dengan bapak Zaenal Musthafa, beliau pun juga aktif bermain sepak bola (futsal).31
Namun intinya adalah mereka melakukan pendekatan tersebut hanya untuk kedekatan
emosional supaya apa yang mereka sampaikan bisa diterima di masyarakat.
Peranan guru dalam masyarakat berbeda-beda tergantung situasi dan kondisi.
Di sekolah guru menjadi pengajar, pembimbing serta teladan bagi murid-muridnya.
Kemudian di masyarakat guru merupakan figur teladan bagi masyarakat di sekitarnya
yang memberikan kontribusi positif dalam norma-norma sosial di masyarakat.
Di dalam masyarakat yang sangat menghargai guru, peranan guru sangat sulit
kalau tidak diimbangi dengan kecakapan dan kompetensi dalam bidangnya. Ia akan
tersisih dengan sendirinya karena persaingan dengan guru-guru yang lebih mumpuni.
Apalagi bila ada guru yang tidak mampu memberikan keteladanan untuk peserta
didiknya, pasti ia akan tersisih karena banyak masyarakat yang menjadikanyan
sebagai bahan pembicaraaan yang tidak baik.
Kedudukan guru sebagai seorang teladan dan fungsi tanggung jawab moral di
masyarakat menjadi tugas yang begitu berat. Mengapa? Karena baik secara langsung
dan tidak langsung guru bertanggung jawab atas generasi bangsa yang dihasilkannya.
Prilaku anak bangsa menjadi salah satu tolak ukur bukti pendidikannya. Namun,
bukan berarti ini menjadi tanggung jawab para guru sepenuhnya. Keterlibatan
keluarga dan masyarakat di sekitarnya pun memiliki andil prilaku tersebut. Apakah
norma dan nilai sosial yang ditanamkan selama pendidikan diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari?
Pelaksanaan tanggung jawab tentulah diiringi dengan penghargaan yang
berlaku. Penghargaan atas peranan guru dapat dibedakan menjadi dua macam. Yang
pertama yaitu penghargaan sosial. Yakni, penghargaaan atas jasa guru dalam bersikap
sosial kepada anggota masyarakat serta penempatan posisi guru dalam stratifikasi
30
Wawancara dengan Drs. Zaenal Musthafa (guru PAI) di ruang guru SMA Negeri 1
Ciampea pada Selasa 22 Desember 2015. 31
Wawancara dengan Drs. Nur Salim (guru PAI) di ruang guru SMA Negeri 1 Ciampea pada
Selasa 22 Desember 2015.
75
sosial masyarakat yang bersangkutan. Hal ini akan mudah kita temui di masyarakat
pedesaan dimana rasa hormat dan santun pada guru sangat ditekankan. Kedua adalah
pengharagaan ekonomik, yaitu penghargaan atas peran guru dalam bidang gaji yang
diterimanya.
Guru adalah bagian dari perangkat komunitas masyarakat yang tidak bisa
dipisahkan segala aktifitas kehidupannya sekalipun tugas pokoknya di lingkungan
sekolah, sebab ia pergi dan pasti kembali ke tengah masyarakat. Semestinya sebagai
guru harus menyadari bahwa ia tidak sekedar menyampaikan teori ilmu pada anak
didiknya namun harus mampu mengaplikasikan nilai ilmu itu sendiri. Dengan
demikian seorang guru akan menjadi panutan yang baik bagi anak didiknya di
sekolah maupun di lingkungan masyarakat dimana ia tinggal.
Dan sebagai pahlawan tanpa tanda jasa, maka jasanya akan selalu dikenang
walaupun masa tugasnya telah habis bahkan sungguh berbahagia bila ia telah tiada
ilmu yang diajarkannya akan menjadi amal jariyah yang tiada putus-putusnya.
Dalam hal ini bisa dikatakan seluruh informan mengatakan bahwa guru PAI di
SMA Negeri 1 Ciampea sudah bisa dikatakan sebagai guru teladan, seperti yang
dikatakan oleh Bapak Irianto yang bertugas sebagai satpam beliau menuturkan bahwa
guru PAI sudah patut dikatakan sebagai guru teladan baik untuk sesama guru peserta
didik dan bahkan masyarakat sekitar karena prilakunya bagus tidak pernah terlibat
kasus dan yang paling saya kagumi adalah guru PAI tidak pernah berkata kasar, itu
yang saya ketahui selama 19 tahun bekerja di sini.32
Bahkan sebagaimana yang telah
di sampaikan Ibu Ina Diana dalam wawancaranya mengatakan “guru PAI harus
menjadi teladan yang baik karena mereka yang lebih mengetahui masalah agama
yang berkaitan dengan budi pekerti, jadi harus lebih baik dari yang lain”.33
Tidak dapat dipungkiri siapapun akan menilai bahwa guru itu adalah mereka
orang yang berilmu, tapi perlu diingat sebenarnya yang menjadi sorotan masyarakat
32
Wawancara dengan Irianto di pos satpam SMA Negeri 1 Ciampea pada Senin 21 Desember
2015. 33
Wawancara dengan Ina Diana di ruang TU. SMA Negeri 1 Ciampea pada Senin 21
Desember 2015.
76
bukanlah tergantung pada kualitas keilmuannya dan kefigurannya, namun yang
terpenting bagaimana seorang guru menempatkan dirinya dalam beradaptasi dengan
lingkungan masyarakatnya, kepekaannya dengan segala hal dan aturan atau kebiasaan
yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat.
Sementara itu, upaya pihak sekolah dalam melakukan pengembangan
kompetensi sosial guru PAI melalui beberapa cara, seperti yang disampaikan oleh
Bapak Drs. Nur Salim “upaya yang saya lakukan dalam meningkatkan kompetensi
sosial adalah dengan pendekatan kepada siswa, mengenal beberapa kepribadian guru,
kunjungan ke rumah siswa, guru dan keluarga besar SMA Negeri 1 Ciampea”.34
Hal
yang sama juga dilakukan oleh Bapak Drs. Zaenal Musthafa, dalam wawancaranya
beliau mengatakan “Saya sering melakukan silaturrahmi kepada siswa ataupun
kepada orang tua siswa, selain itu terkadang saya sengaja mengundang mereka untuk
mengadakan pertemuan dengan siswa ataupun dengan masyarakat”.35
Sedangkan
menurut kepala sekolah SMA Negeri 1 Ciampea Bogor Bapak Drs. Arif Setiawan,
MM. “Upaya sekolah untuk meningkatkan kompetensi sosial adalah, guru PAI
dilibatkan dalam setiap kegiatan yang berhubungan dengan peningkatan kompetensi
seperti MGMP, seminar-seminar, dan sebagainya”.36
34
Wawancara dengan Drs. Nur Salim (guru PAI) di ruang guru SMA Negeri 1 Ciampea pada
Selasa 22 Desember 2015. 35
Wawancara dengan Drs. Zaenal Musthafa (guru PAI) di ruang guru SMA Negeri 1
Ciampea pada Selasa 22 Desember 2015. 36
Wawancara dengan Drs. Arif Setiawan, MM. di ruang kepsek SMA Negeri 1 Ciampea pada
Rabu 23 Desember 2015.
77
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian kompetensi sosial guru PAI di SMA Negeri 1 Ciampea
Bogor Jawa Barat maka dapat dipahami dan disimpulkan sebagai berikut :
1. Kompetensi sosial guru PAI di SMA Negeri 1 Ciampea Bogor Jawa Barat
dilihat dari berkomunikasi secara lisan, berkomunikasi secara efektif dengan
orang tua/wali peserta didik, berkomunikasi secara efektif dengan masyarakat
sekitar, berada dalam kategori baik, namun masih kurang dalam komunikasi
secara tulisan, oleh karena itu diharapkan kepada para guru agar dapat
meningkatkan cara berkomunikasi secara efektif dengan orang tua/wali
peserta didik sehingga orang tua merasa bertanggungjawab terhadap
pendidikan anaknya.
2. Upaya yang dilakukan dalam mengembangkan kompetensi sosial guru PAI
diantaranya; Mengikuti MGMP, seminar pendidikan di dalam maupun luar
sekolah, pendekatan pada siswa, mengenal beberapa kepribadian guru,
kunjungan ke rumah siswa, guru dan keluarga besar SMA Negeri 1 Ciampea.
B. Saran
1. Disarankan kepada PAI di SMA Negeri 1 Ciampea Bogor Jawa Barat agar
dapat mempertahankan cara berkomunikasi secara efektif dengan peserta
didik sehingga proses belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar.
2. Dianjurkan kepada guru PAI untuk lebih aktif dalam mengikuti pelatihan-
pelatihan, diklat atau seminar yang berkaitan dengan pengembangan
komunikasi secara tulis, agar penyampaian ilmu tidak monoton dengan
menggunakan lisan, karena saat ini zaman sudah canggih, rata-rata semua
sudah menggunakan elektronik, jadi lewat tulisan guru bisa menyampaikan
ilmu yang dimilikinya.
78
3. Diharapkan kepada para guru PAI di SMA Negeri 1 Ciampea Bogor Jawa
Barat agar dapat mempertahankan cara berkomunikasi secara efektif dengan
sesama pendidik untuk meningkatkan mutu pendidikan di Kabupaten Bogor.
4. Mempertahankan komunikasi dengan masyarakat yang sudah terjalin cukup
baik kemudian memperbanyak lagi kegiatan-kegiatan kemasayrakatan,
sehingga bisa menyampaikan tujuan dari sabda Nabi Muhammad SAW. Yang
artinya “sampaikanlah apa-apa dariku walaupun satu ayat”. Karena mengajar
tidak harus di dalam kelas di luar kelas pun bisa menyampaikan pelajaran.
79
DAFTAR PUSTAKA
Abdulhak, Ishak dan Deni Darmawan. Teknologi Pendidikan. Bandung: Remaja
Rosdakarya, Cet. II, 2015.
Ahmadi, Iif Khoiru, dkk. Strategi Pembelajaran Berorientasi KTSP. Jakarta: Prestasi
Pustakaraya, Cet. I, 2011.
Al-Rasyidin dan Samsul Nizar. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat Pers, Cet.
II, 2005.
Arifin, Zaenal. Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya, Cet. I, 2011.
B. Uno, Hamzah. Profesi Kependidikan. Jakarta: Bumi Aksara, Cet. III, 2008.
Bahri Djamarah, Syaiful. Guru dan Anak didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta:
Rineka Cipta, 2000.
Bahruddin, Kompetensi Teknologi Informasi Dan Komunikasi Guru Pendidikan
Agama Islam. diakses 29 Juni 2015, (www.disdikbud.sultengprov.go.id)
Bukhori, Imam. Shahih Bukhori. Jakarta: Wijaya, Cet XIII, 1992.
Buku Profil Sekolah SMA Negeri 1 Ciampea, 2015.
Chatib, Munif. Gurunya Manusia. Bandung: Kaifa, Cet. XII, 2013.
Danim, Sudarwan. Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: Kencana Prenada Media,
Cet. II, 2012.
--------. Profesionalisasi dan Etika Profesi Guru. Bandung: Alfabeta, Cet. III, 2013.
Darajat, Zakiyah. dkk. Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam. Jakarta: Bumi
Aksara, Cet. I, 1995.
80
Departemen Agama RI., Al-Qur’an dan Terjemahnya. Jakarta: Forum Pelayanan al-
Qur’an, Cet. I, 2013.
Fauziyah, Pengembangan Kompetensi Guru Sekolah Smart Ekselensia Indonesia
Parung Bogor. Jakarta: Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah, 2014.
Nasution. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, 1995.
Hawi, Akmal. Kompetensi guru Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2013.
Hidayat, Riyan. Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi Oleh Guru
Sosiologi dalam Menyampaikan Materi Pembelajaran di Kelas. diakses 17
Juni 2015, (www.compasiana.com).
http://www.apb.or.id/?p=188kompetensisosialguru(pdt.RubinAdiAbraham), diakses
senin, 30 Maret 2015.
http://www.apb.or.id/?p=188kompetensisosialguru(Pdt.RubinAdiAbraham).
Ihsan, Hamdani dan Fuad Ihsan. Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: Pustaka Setia,
Cet. III, 2007.
Kompetensi Sosial Guru dalam www.gamadidaktika.com
Kunandar. Guru Profesional; Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) dan Sukses Dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2007.
Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Pustaka Setia, 2011.
Maleong, Lexy J., Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2011.
81
Muhaimin. Wacana Pengembangan Pendidikan Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2003.
Mulyasa, E. Standar Kompetensi & Sertifikasi Guru. Bandung: Remaja Rosda Karya,
Cet. VI, 2012.
Musaheri, ke-PGRI-an, Jogjakarta, DIVA Press, 2009.
Musfah, Jejen. Peningkatan Kompetensi Guru. Jakarta: Prenadamedia Group, Cet.
III, 2015.
Nasution. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, 1995.
Nata, Abuddin. Menuju Sukses Sertifikasi Guru & Dosen. Jakarta: Faza Media, Cet. I,
2009.
--------. Perspektif Islam Tentang Pola Hubungan Guru-Murid. Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2001.
--------, Ilmu Pendidikan Islam dengan Pendekatan Multidisipliner: Normatif
parenalis, sejarah, filsafat, psikologi, sosiologi, manajemen, teknologi,
informasi, kebudayaan, politik, hokum, Jakarta: Rajawali Press, 2009.
Nurdin, Muhammad. Kiat Menjadi Guru Profesional. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media
Group, Cet. III, 2010.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005. Tentang Standar
Nasional Pendidikan. Jakarta: Eko Jaya, 2005.
Pidarta, Made. Landasan Kependidikan; Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak
Indonesia, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2007.
Ramayulis. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia, Cet. IV, 2015.
Rosyadi, Khoiron. Pendidikan Profetik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Cet. I, 2004.
82
Ruslan, Heri. (ed.). “Bersaing di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN”, Harian Umum
Republika. Jakarta, 25 November 2015.
Sagala, Syaiful. Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan. Bandung:
Saroni, Muhammad. Personal Branding Guru. Jogjakarta : Ar-Ruzz Media, Cet. I,
2011.
Sarya. Pengembangan Kompetensi Profesional Guru Pendidikan Guru Agama Islam
di Sekolah Menengah Pertama Islamiyah Ciputat. Jakarta: Perpustakaan UIN
Syarif Hidayatullah, 2014.
Sholeh, Asrorun Ni’am. Membangun Profesionalitas Guru. Jakarta: elsas, 2006.
Soetjipto dan Raflis Kosasi. Profesi Keguruan. Jakarta: Rineka Cipta, Cet. II, 2004.
Subijanto. “Sosok Guru Profesional Pasca Undang-Undang Guru dan Dosen”, Jurnal
Pendidikan dan Kebudayaan. 2006.
Sugiono, Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Bandung:
Alfabeta, Cet. 8, 2009.
Suharto, Toto. Filsafat Pendidikan Islam. Jogjakarta: Ar-Ruzz, Cet. I, 2006.
Sukmadinata, Nana Syaudih. Landasan Psikologi Proses Pendidikan, Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2006.
Suparlan, Guru Sebagai Profesi, Yogyakarta: Hikayat Publishing, 2005.
Syukur, Imam Abdul. “Profesionalisme Guru dalam Mengimplementasikan
Teknologi Informasi dan Komunikasi di Kabupaten Nganjuk”, Jurnal
Pendidikan & Kebudayaan. Vol. 3, 1995.
Tafsir, Ahmad. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. Bandung: Remaja Rosda
Karya, Cet. IX, 2010.
83
Tholkhah, Imam. Profil Ideal Guru Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Titian Pena,
Cet. I, 2008.
Usman, Moh. Uzer. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosyda karya, Cet.
XVII, 2005.
Usman, Husaini dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, Jakarta:
Bumi Aksara, 1996.
Wahyuni, Sri. Kompetensi Kepribadian Guru PAI dan Kontribusinya Terhadap
Pembentukan Akhlak Siswa di SMP Kharisma Bangsa Pondok Cabe. Jakarta:
Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah, 2014.
Wijaya, Cece dan, A. Rusyan. Thabrani. Kemampuan Dasar Guru dalam Prosses
Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosda Karya, Cet. IV, 1994.
Yamin, Martinis. Profesionalisasi Guru & Implementasi KTSP. Ciputat: Gaung
Persada Press, Cet. II, 2007.
--------. Sertifikasi Profesi Keguruan di Indonesia. Jakarta: Putra Grafika, Cet. II,
2007.
Yudo Husodo, Siswono. “Guru, “Sing Digugu lan Ditiru””, Harian Umum Kompas.
Jakarta, 25 November 2015.
I. WAWANCARA
1. Nama : Vivin Sofianti
Ttl : Bogor, 21 Desember 1999
Jabatan : Siswa kelas X - MIPA 1
1. Apakah guru PAI pernah membuat karya tulis atau karya ilmiah ?
Jawab: Pernah, seperti tugas membuat makalah.
2. Selain mengajar apakah guru PAI ikut serta dalam kegiatan lain seperti
OSIS, Pramuka, ROHIS, atau yang lain ?
Jawab: Ya, pak Zaenal Arifin sebagai pembina ROHIS dan pak Nur
Salim sebagai pembina Pramuka.
3. Apakah guru PAI menggunakan proyektor saat mengajar ?
Jawab: Ya, sering menggunakan proyektor saat mengajar.
4. Apakah guru PAI pernah terlibat kasus kekerasan dengan
siswa/sesama guru/karyawan sekolah ?
Jawab: Tidak, karena menurut saya guru PAI sangat baik dan sabar.
5. Menurut adik apakah guru PAI dapat dikatakan sebagai guru
panutan/teladan di sekolah ?
Jawab: Ya, karena sangat aktif dalam berorganisasi.
6. Apakah guru PAI menggunakan bahasa yang mudah dipahami dalam
menyampaikan materi ?
Jawab: Ya, sangat mudah difahami.
7. Apakah cara guru PAI mengajar menyenangkan ?
Jawab: Ya, cukup menyenangkan, tapi saat mengajar terkadang
monoton.
8. Apakah guru PAI selalu mengajak diskusi di setiap akhir pelajaran ?
Jawab: Ya, dan itu sangat meyenangkan saat diskusi.
9. Apakah adik merasa paham/mengerti setelah diajarkan oleh guru PAI ?
Jawab: Kadang mudah dipahami namun juga kadang sulit untuk
memahami, karena mungkin itu mata pelajaran baru yang belum
pernah saya ketahui maka butuh waktu untuk memahami.
10. Bagaimana sikap guru PAI saat bertemu dengan adik di luar sekolah ?
Jawab: Sikapnya ramah, beliau tidak sombong karena sering menyapa.
Informan
Vivin Sofianti
2. Nama : Mediana
Ttl : Bogor, 16 Desember 1998
Jabatan : Siswa kelas XI - MIA 3
1. Apakah guru PAI pernah membuat karya tulis atau karya ilmiah ?
Jawab: Setahu saya belum pernah membuat karya ilmiah.
2. Selain mengajar apakah guru PAI ikut serta dalam kegiatan lain seperti
OSIS, Pramuka, ROHIS, atau yang lain ?
Jawab: Tentu saja, dalam kegiatan perlombaan pihak OSIS meminta
bantuan kepada guru untuk menjadi juri dalam perlombaan
keagamaan, untuk ROHIS biasanya beliau menjadi penceramah atau
memimpin saat shalat dalam kegiatan siraman rohani, bila di Pramuka,
guru PAI saya yaitu bapak Nur Salim ia sebagai pembina Pramuka.
3. Apakah guru PAI menggunakan proyektor saat mengajar ?
Jawab: Ya, menggunakan proyektor.
4. Apakah guru PAI pernah terlibat kasus kekerasan dengan
siswa/sesama guru/karyawan sekolah ?
Jawab: Setahu saya tidak pernah, karena seorang guru harus memberi
contoh baik, jika ada masalahpun mungkin di forum mereka tersendiri,
tidak tersebar ke lingkungan sekolah khususnya pada siswa.
5. Menurut adik apakah guru PAI dapat dikatakan sebagai guru
panutan/teladan di sekolah ?
Jawab: Ya, beliau merupakan panutan siswa, bukan hanya beliau guru
lainpun merupakan penutan bagi para siswa.
6. Apakah guru PAI menggunakan bahasa yang mudah dipahami dalam
menyampaikan materi ?
Jawab: Tidak semua yang dijelaskan menggunakan bahasa yang
mudah dipahami.
7. Apakah cara guru PAI mengajar menyenangkan ?
Jawab: Ya, menyenangkan biasanya mengadakan kuis melalui materi
yang disampaikan.
8. Apakah guru PAI selalu mengajak diskusi di setiap akhir pelajaran ?
Jawab: Tidak hanya di akhir pelajaran, di awalpun sudah memulai
diskusi. Dan selanjutnya setiap kelompok menjelaskan materinya
kepada kelompok lain.
9. Apakah adik merasa paham/mengerti setelah diajarkan oleh guru PAI ?
Jawab: Saya mengerti tetapi adakalanya saya tidak mengerti karena
materinya sulit dipahami.
10. Bagaimana sikap guru PAI saat bertemu dengan adik di luar sekolah ?
Jawab: Ramah, bertegur sapa.
Informan
Mediana
3. Nama : Refina Cahyani
Ttl : Bogor, 27 Juni 1998
Jabatan : Siswa kelas XII - MIA 3
1. Apakah guru PAI pernah membuat karya tulis atau karya ilmiah ?
Jawab: Belum pernah
2. Selain mengajar apakah guru PAI ikut serta dalam kegiatan lain seperti
OSIS, Pramuka, ROHIS, atau yang lain ?
Jawab: Ya, guru PAI ikut serta dalam kegiatan Jumsiroh, maulid Nabi,
kegiatan Isra’ Mi’raj, dan lain-lain.
3. Apakah guru PAI menggunakan proyektor saat mengajar ?
Jawab: Ya, selain menggunakan silabus di buku paket guru PAI juga
menggunakan proyektor untuk media sebagai sarana pembelajaran.
4. Apakah guru PAI pernah terlibat kasus kekerasan dengan
siswa/sesama guru/karyawan sekolah ?
Jawab: Tidak pernah.
5. Menurut adik apakah guru PAI dapat dikatakan sebagai guru
panutan/teladan di sekolah ?
Jawab: Ya, karena guru PAI dapat menjadi panutan bagi kita karena
sikap dan perilaku menginspirasi saya untuk menjadi lebih baik.
6. Apakah guru PAI menggunakan bahasa yang mudah dipahami dalam
menyampaikan materi ?
Jawab: Ya, guru PAI menggunakan bahasa yang mudah dipahami
karena tergantung sosialisasi guru tersebut kepada muridnya.
7. Apakah cara guru PAI mengajar menyenangkan ?
Jawab: Terkadang menyenangkan terkadang juga membosankan.
8. Apakah guru PAI selalu mengajak diskusi di setiap akhir pelajaran ?
Jawab: Ya, tetapi tidak setiap akhir pembelajaran.
9. Apakah adik merasa paham/mengerti setelah diajarkan oleh guru PAI ?
Jawab: Ya, paham, karena setiap menyampaikan materi, beliau
menyampaikan dengan jelas.
10. Bagaimana sikap guru PAI saat bertemu dengan adik di luar sekolah ?
Jawab: Ramah dan murah senyum kepada saya.
Informan
Refina Cahyani
4. Nama : Ibnu Tri Cahyono, S.Pd
Ttl : Cilacap, 10 April 1965
Jabatan : Guru
1. Apakah yang bapak/ibu guru ketahui tentang guru PAI baik hubungan
dengan guru-guru, kepala sekolah, karyawan, siswa dan masyarakat ?
Jawab: Guru PAI memiliki hubungan baik dengan sesama guru, kepala
sekolah, karyawan, siswa dan masyarakat dan bahkan sering menjalin
komunikasi dengan berbagai acara atau kegiatan.
2. Menurut bapak/ibu bagaimana cara penyampaian materi guru PAI ?
Jawab: Guru PAI dalam menyampaikan materi sangat baik dengan
memanfaatkan berbagai media dan model pembelajaran sehingga
peserta didik antusias dalam kegiatan belajar mengajar.
3. Apakah guru PAI sudah baik dan bagus dalam penerapan metode
belajar ?
Jawab: Guru PAI sudah baik dalam penggunaan metode belajar, tidak
hanya ceramah namun juga sering menggunakan beberapa metode lain
seperti diskusi, tanya jawab, permainan dll.
4. Apakah guru PAI pernah terlibat kasus kekerasan dengan siswa,
sesama guru/karyawan sekolah ?
Jawab: Guru PAI belum pernah terlibat dalam tindakan atau kasus
kekerasan dengan peserta didik maupun dengan guru-guru atau
karyawan sekolah.
5. Ketika terjadi permasalahan di sekolah baik tentang keluhan dari guru
dalam mengajar, tugas karyawan, siswa yang kurang bersemangat
dalam belajar dan hubungan dengan orang tua wali, apakah guru PAI
selalu merespon dan berusaha mencari solusi bersama dengan guru-
guru lain ?
Jawab: Guru PAI selalu aktif dalam menyelesaikan berbagai
permasalahan yang ada di sekolah baik yang terjadi terhadap guru
maupun peserta didik.
6. Menurut bapak/ibu apakah guru PAI dapat dikatakan sebagai guru
panutan/teladan di sekolah ?
Jawab: Menurut pribadi saya guru PAI sudah bisa dijadikan contoh
yang baik bagi siswa maupun guru-guru yang lain dalam bersikap dan
berperilaku.
7. Apakah guru PAI sudah pernah membuat karya ilmiah ?
Jawab: Belum pernah membuat
Informan
Ibnu Tri Cahyono, S.Pd
5. Nama : Sri Hartati Mulya, S.Pd. M.Si
Ttl : Bogor, 12 September 1967
Jabatan : Guru
1. Apakah yang bapak/ibu guru ketahui tentang guru PAI baik hubungan
dengan guru-guru, kepala sekolah, karyawan, siswa dan masyarakat ?
Jawab: Baik, dapat mensosialisasikan ilmu agama baik dengan guru-
guru, kepala sekolah, karyawan, siswa maupun masyarakat.
2. Menurut bapak/ibu bagaimana cara penyampaian materi guru PAI ?
Jawab: Bagus, guru PAI mampu menyampaikan materi dengan baik.
3. Apakah guru PAI sudah baik dan bagus dalam penerapan metode
belajar ?
Jawab: Sudah bagus, yang saya ketahui guru PAI sudah mampu
menerapkan metode pembelajaran dengan baik.
4. Apakah guru PAI pernah terlibat kasus kekerasan dengan siswa,
sesama guru/karyawan sekolah ?
Jawab: Selama saya mengajar di sini (SMA Negeri 1 Ciampea) belum
pernah mendengar kasus kekerasan, apalagi itu terjadi sama guru PAI.
5. Ketika terjadi permasalahan di sekolah baik tentang keluhan dari guru
dalam mengajar, tugas karyawan, siswa yang kurang bersemangat
dalam belajar dan hubungan dengan orang tua wali, apakah guru PAI
selalu merespon dan berusaha mencari solusi bersama dengan guru-
guru lain ?
Jawab: Ya, apalagi beliau mempunyai latar belakang Pendidikan
Agama Islam, maka ketika ada permasalahan yang kaitannya dengan
siswa beliau selalu tampil dengan memberikan motivasi kepada siswa.
6. Menurut bapak/ibu apakah guru PAI dapat dikatakan sebagai guru
panutan/teladan di sekolah ?
Jawab: Ya, sudah barang tentu sebagai guru agama harus memiliki
perilaku yang baik agar memberi contoh terhadap siswa maupun guru-
guru yang lain, dan sifat itu sudah ada pada guru PAI.
7. Apakah guru PAI sudah pernah membuat karya ilmiah ?
Jawab: Belum pernah membuat
Informan
Sri Hartati Mulya, S.Pd. M.Si
6. Nama : Drs. Maryana
Ttl : Kulon Progo, 01 Januari 1968
Jabatan : Guru / Wakasek Urs. Kurikulum
1. Apakah yang bapak/ibu guru ketahui tentang guru PAI baik hubungan
dengan guru-guru, kepala sekolah, karyawan, siswa dan masyarakat ?
Jawab: Setiap guru dituntut untuk mempunyai kompetensi sosial yang
baik. Di SMA Negeri 1 Ciampea. Semua guru saya nilai telah
memenuhi kompetensi sosial yang baik, apalagi guru PAI yang erat
kaitannya dengan kompetensi sosial, telah memenuhi syarat
kompetensi tersebut.
2. Menurut bapak/ibu bagaimana cara penyampaian materi guru PAI ?
Jawab: Materi PAI banyak berkaitan dengan kehidupan sehari-hari,
sehingga selain menyampaikan materi di kelas, guru PAI juga harus
memberi contoh penerapannya dalam kehidupan sehari-hari, apalagi
SMA Negeri 1 Ciampea telah menggunakan kurikulum 2013, sehingga
observasi di luar kelas juga harus dilaksanakan.
3. Apakah guru PAI sudah baik dan bagus dalam penerapan metode
belajar ?
Jawab: Guru PAI di SMA Negeri 1 Ciampea telah melaksanakan tugas
dengan baik sesuai amanat kurikulum.
4. Apakah guru PAI pernah terlibat kasus kekerasan dengan siswa,
sesama guru/karyawan sekolah ?
Jawab: Belum pernah terjadi.
5. Semua guru selalu dilibatkan dalam penyelesaian masalah yang terjadi
di sekolah ini, terlebih guru PAI yang ilmu agamanya lebih mumpuni
dan tidak jarang beliau selalu menawarkan ide-ide/ solusi dalam
pemecahan masalah tersebut.
6. Ketika terjadi permasalahan di sekolah baik tentang keluhan dari guru
dalam mengajar, tugas karyawan, siswa yang kurang bersemangat
dalam belajar dan hubungan dengan orang tua wali, apakah guru PAI
selalu merespon dan berusaha mencari solusi bersama dengan guru-
guru lain ?
Jawab: Semua guru harus menjadi panutan, tidak hanya guru PAI,
sehingga guru PAI pasti telah berusaha untuk menjadi yang lebih baik.
7. Apakah guru PAI sudah pernah membuat karya ilmiah ?
Jawab: Belum pernah membuat
Informan
Drs. Maryana
7. Nama : Ina Diana
Ttl : Bogor, 10 Maret 1977
Jabatan : Koordinator Tata Usaha
1. Bagaimana hubungan bapak/ibu dengan guru PAI ?
Jawab: Alhamdulillah selama ini sangat baik.
2. Apakah guru PAI pernah terlibat kasus kekerasan dengan
siswa/sesama guru/karyawan sekolah ?
Jawab: Tidak pernah.
3. Apakah guru PAI sering berbagi cerita bersama bapak/ibu ?
Jawab: Sering berbagi pengalaman, diantaranya bercerita seputar
pengalaman sertifikasi karena guru PAI di sini sertifikasinya dari
Depag.
4. Apakah bapak/ibu merasa nyaman ketika bergaul dengan guru PAI ?
Jawab: Ya, sangat nyaman, saya sendiri sering bertanya masalah
agama kepada beliau.
5. Menurut bapak/ibu apakah guru PAI dapat dikatakan sebagai guru
panutan/teladan di sekolah ?
Jawab: Ya, menurut saya harus karena guru PAI yang lebih
mengetahui masalah agama yang berkaitan dengan budi pekerti, jadi
harus lebih baik dari yang lain.
Informan
Ina Diana
8. Nama : Iriyanto
Ttl : Jakarta, 28 Februari 1961
Jabatan : Satpam
1. Bagaimana hubungan bapak/ibu dengan guru PAI ?
Jawab: Sepengetahuan saya sangat baik, tidak pernah ada perselisihan.
2. Apakah guru PAI pernah terlibat kasus kekerasan dengan
siswa/sesama guru/karyawan sekolah ?
Jawab: Tidak pernah.
3. Apakah guru PAI sering berbagi cerita bersama bapak/ibu ?
Jawab: Sesekali pernah.
4. Apakah bapak/ibu merasa nyaman ketika bergaul dengan guru PAI ?
Jawab: Kita di sini seperti keluarga besar, jadi sistem kekeluargaannya
sangat kental.
5. Menurut bapak/ibu apakah guru PAI dapat dikatakan sebagai guru
panutan/teladan di sekolah ?
Jawab:Ya, karena prilakunya bagus tidak pernah terlibat kasus dan
yang paling saya kagumi adalah guru PAI tidak pernah berkata kasar,
itu yang saya ketahui selama 19 tahun saya bekerja di sini.
Informan
Iriyanto
9. Nama : Drs. Nur Salim
Ttl : Pemalang, 31 Oktober 1969
Jabatan : Guru PAI
1. Kegiatan apa yang menunjang kompetensi sosial ?
Jawab:
Kepada siswa :
Kunjungan ke rumah (home visit) kepada siswa yang memiliki
masalah, observasi siswa, perkenalan diri dengan sesama.
Kepada sesama guru/teman sejawat :
Arisan keluarga, family gathering, diskusi permasalahan siswa, dan
permasalahan dalam kegiatan pembelajaran.
2. Apa faktor pendukung dan penghambat kompetensi sosial ?
Jawab: Waktu yang terbatas, banyaknya aktifitas dalam pengerjaan
administrasi pembelajaran.
3. Apakah bapak/ibu pernah menulis opini/ buku/ LKS ?
Jawab: Pernah menulis LKS dan buku panduan pengajaran PAI.
4. Bagaimana hubungan bapak/ ibu dengan siswa, sesama guru, kepala
sekolah dan karyawan ?
Jawab: Hubungan dengan semua itu baik, kompak dan solid. Saling
menghargai sesama teman sejawat. Menghormati atasan dan
menyayangi kepada segenap siswa.
5. Adakah kendala dalam pelaksanaan kompetensi sosial ?
Jawab: Kendalanya antara lain kurang terbukanya beberapa siswa,
beberapa guru yang memiliki sifat agak kurang baik (jaga image).
6. Apakah bapak/ibu menggunakan infokus saat mengajar ?
Jawab: Ya, selalu menggunakan proyektor jika mengajar.
7. Apakah bapak/ibu memanfaatkan teknologi internat dalam
mengembangkan materi pendidikan agama islam ?
Jawab: Ya. Karena itu sangat membantu
8. Bagaimana antusias siswa dalam mengikuti pelajaran PAI ?
Jawab: Sangat antusias.
9. Bagaimana hubungan bapak/ibu dengan siswa baik di dalam maupun
di luar sekolah ?
Jawab: Baik, bersahabat.
10. Selain mengajar, apakah bapak/ibu ikut serta dalam kegiatan lain
seperti OSIS, Pramuka, ROHIS, atau yang lain ?
Jawab: Ya, saya mengikuti kegiatan kepramukaan, kebetulan juga
menjabat sebagai pembina Pramuka.
11. Apakah bapak/ibu selalu mengikuti kegiatan baik di sekolah maupun
di luar sekolah ?
Jawab: Tidak, hanya kadang-kadang jika memang diperlukan dan ada
waktu senggang yang tidak mengganggu aktifitas rutin.
12. Apakah bapak/ibu masuk dalam struktur organisasi sekolah ?
Jawab: Ya, masuk.
13. Apakah peran bapak/ibu di masyarakat ?
Jawab: Sebagai ketua RT.
14. Apakah bapak/ibu terlibat sebagai pengurus DKM ?
Jawab: Ya, DKM di sekolah.
15. Upaya apa yang bapak/ibu lakukan untuk meningkatkan kompetensi
sosial ?
Jawab: Upayanya megenal diri sendiri terlebih dahulu, mencari
permasalahan yang timbul di siswa atau mencari potensi yang dimiliki
siswa dengan wanwancara atau observasi.
16. Bagaimana cara bapak/ibu menerapkan dan mengembangkan
kompetensi sosial ?
Jawab: Dengan pendekatan pada siswa, mengenal beberapa
kepribadian guru, kunjungan ke rumah siswa, guru dan keluarga besar
SMA Negeri 1 Ciampea.
Informan
Drs. Nur Salim
10. Nama : Drs. Zaenal Musthafa
Ttl : Sukabumi, 10 Desember 1966
Jabatan : Guru PAI
1. Kegiatan apa yang menunjang kompetensi sosial ?
Jawab: Pembinaan kesiswaan dan ROHIS, namun yang paling
ditekankan adalah ROHIS, selain di bidang keagamaan pada setiap
hari jum’at seluruh siswa di wajibkan untuk mengikuti sholat Dhuha
secara berjamaah dan mendengarkan ceramah
2. Apa faktor pendukung dan penghambat kompetensi sosial ?
Jawab: Faktor pendukung:
Anak didik berasal dari berbagai daerah dan berbeda-beda latar
belakang yang disiplin lingkungan, pendidikan, pergaulan. Hal inilah
yang menjadi salah satu faktor penyemangat mereka untuk belajar.
Faktor Penghambat:
Anak didik masih mengedepankan ego mereka masing-masing.
3. Apakah bapak/ibu pernah menulis opini/ buku/ LKS ?
Jawab: Belum pernah membuat karya ilmiyah atau semisalnya.
4. Bagaimana hubungan bapak/ ibu dengan siswa, sesama guru, kepala
sekolah dan karyawan ?
Jawab: Sangat baik sekali, mungkin ini bisa ditanyakan kepada siswa
sehingga akurasinya bisa terbukti, di sekolah ini sesama guru atau
karyawan sekolah hubungan kekeluargaannya sangat kental.
5. Adakah kendala dalam pelaksanaan kompetensi sosial ?
Jawab: Ketika mengadakan sosial kepada masyarakat atau siswa
terkendala dengan materi, karena ini berada di daerah jadi masih
terbatas mengenai sumber daya alam (SDA).
6. Apakah bapak/ibu menggunakan infokus saat mengajar ?
Jawab: Rata-rata menggunakan proyektor pada kegiatan belajar
mengajar, mungkin sekitar 80%, apalagi di sini sudah menggunakan
kurikulum 2013 sehingga kalau tidak menggunakan proyektor
penyampaian materi kepada peserta didik agak terhambat.
7. Apakah bapak/ibu memanfaatkan teknologi internat dalam
mengembangkan materi pendidikan agama islam ?
Jawab: Alhamdulillah menggunakan karena di sini juga sudah ada
fasilitas wifi, sehingga ketika ada materi yang memerlukan kepada
internet anak didik tinggal menggali lewat media tersebut.
8. Bagaimana antusias siswa dalam mengikuti pelajaran PAI ?
Jawab: Sangat antusias, karena mereka dari daerah serta mempunyai
latar belakang agama yang kental.
9. Bagaimana hubungan bapak/ibu dengan siswa baik di dalam maupun
di luar sekolah ?
Jawab: Cukup baik, harmonis, kekeluargaan bahkan ketika anak didik
mempunyai masalah baik pribadi atau sesama teman biasanya tidak
sungkan minta bantuan untuk pemecahan masalahnya baik lewat
media online ataupun langsung bertemu dengan saya.
10. Selain mengajar, apakah bapak/ibu ikut serta dalam kegiatan lain
seperti OSIS, Pramuka, ROHIS, atau yang lain ?
Jawab: Saya aktif di ROHIS dan di percaya sebagai pembina.
11. Apakah bapak/ibu selalu mengikuti kegiatan baik di sekolah maupun
di luar sekolah ?
Jawab: Kegiatan di sekolah ini tergantung intruksi dari kepala sekolah,
namun yang sudah berjalan rutin seperti Musyawarah Guru Mata
Pelajaran (MGMP) ataupun pelatihan-pelatihan lain yang sifatnya
insidental.
12. Apakah bapak/ibu masuk dalam struktur organisasi sekolah ?
Jawab: Ya.
13. Apakah peran bapak/ibu di masyarakat ?
Jawab: Hanya sebagai masyarakat biasa.
14. Apakah bapak/ibu terlibat sebagai pengurus DKM ?
Jawab: Ya, sebagai ketua DKM.
15. Upaya apa yang bapak/ibu lakukan untuk meningkatkan kompetensi
sosial ?
Jawab: Saya sering melakukan silaturahim kepada siswa ataupun
kepada orang tua siswa, selain itu terkadang saya sengaja mengundang
mereka untuk mengadakan pertemuan dengan siswa ataupun dengan
masyarakat.
16. Bagaimana cara bapak/ibu menerapkan dan mengembangkan
kompetensi sosial ?
Jawab: Diantaranya memberikan motivasi kepada anak didik bahwa
untuk di bidang agama ini tidak hanya berguna untuk masa depan
namun hingga kebahagiaan akhirat, setidaknya membiasakan untuk
melakukan tiga “S” yaitu salam, sapa dan senyum.
Informan
Drs. Zaenal Musthafa
11. Nama : Drs. Arif Setiawan, MM.
Ttl : Cianjur, 31 Januari 1965
Jabatan : Kepala Sekolah
1. Apakah guru PAI pernah membuat karya tulis atau karya ilmiah ?
Jawab: Guru PAI sudah pernah membuat karya ilmiah, namun sampai
saat ini belum dipublikasikan.
2. Apakah di setiap kelas tersedia proyektor ?
Jawab: Alhamdulillah di sekolah ini sebagian besar tiap kelas sudah
tersedia proyektor, kira-kira sekitar 75%.
3. Apakah guru PAI pernah terlibat kasus kekerasan dengan
siswa/sesama guru/karyawan sekolah ?
Jawab: Sepengetahuan saya di sekolah ini guru PAI tidak pernah
terlibat kasus kekerasan.
4. Menurut bapak apakah guru PAI dapat dikatakan sebagai guru
panutan/teladan di sekolah ?
Jawab: Ya, guru PAI sudah dapat dikatakan sebagai guru teladan.
5. Selain mengajar, apakah guru PAI ikut serta dalam kegiatan lain
seperti OSIS, Pramuka, ROHIS, dsb ?
Jawab: Ya, guru PAI di sekolah kami terlibat dalam kegiatan-kegiatan
OSIS, ROHIS, Pramuka dll. Di sini ada dua guru PAI masing-masing
menjadi pembina, pak Nur Salim sebagai pembina Pramuka dan pak
Zaenal Arifin sebagai pembina ROHIS.
6. Apakah guru PAI sudah memenuhi standar kompetensi sosial ?
Jawab: Menurut saya pribadi beliau-beliau ini sudah memenuhi standar
kompetensi sosial.
7. Bagaimana upaya yang dilakukan pihak sekolah dalam meningkatkan
kompetensi sosial guru ?
Jawab: Upaya sekolah untuk meningkatkan kompetensi sosial adalah,
guru PAI dilibatkan dalam setiap kegiatan yang berhubungan dengan
peningkatan kompetensi seperti MGMP, seminar-seminar, dan
sebagainya.
8. Sarana dan prasarana apa saja yang menjadi faktor pendukung dalam
proses pelaksanaan kompetensi sosial guru ?
Jawab: Yang menjadi faktor pendukungnya adalah workshop dan
pelatihan kompetensi sosial.
9. Apakah pihak sekolah mengadakan workshop dan pelatihan tetang
kompetensi sosial ?
Jawab: Sekolah pernah mengadakan peningkatan kompetensi sosial
melalui kegiatan Out Bond dan sebagainya.
10. Apakah bapak melakukan rapat evaluasi dan koordinasi guna
meningkatkan kompetensi sosial dewan guru khususnya guru PAI ?
Jawab: Ya, setelah pelaksaan, alhamdulillah sering diadakan rapat
evaluasi.
Informan
Drs. Arif Setiawan, MM.
II. OBSERVASI
Lembar Observasi Aktivitas Belajar Mengajar
dan Kompetensi Sosial Guru PAI di SMA Negeri 1 Ciampea Bogor
A. Daftar Nama Guru PAI
1. Nama Guru : Drs. Nur Salim
Hari / Tgl : Senin – Jum’at / 11 - 15
Bulan / Thn : Januari / 2016
Nama Lengkap : Drs. Nur Salim
Tempat, tanggal lahir : Pemalang, 31 Oktober 1969
Alamat : Kp. Pulekan RT 001/002 Desa Tegalwaru
Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor
Riwayat Pendidikan : Madrasah Ibtidaiyah : 1975 – 1982
Madrasah Tsanawiyah : 1982 – 1985
P G A Negeri : 1985 – 1988
IAIN Jakarta (S-1) : 1988 – 1993
UIKA Bogor (S-2) : 2008
Riwayat Mengajar : Madrasah Ibtidaiyah : 1993 – 1995
Madrasah Tsanawiyah : 1993 – 1997
SMA Negeri 1 Ciampea : 1998 – sekarang
No Aspek yang diamati YA TIDAK
1 Berpakaian rapi sesuai kode etik guru PAI √
2 Mengucapkan salam ketika masuk kelas √
3 Berkomunikasi dengan baik secara:
a. Lisan
b. Tulisan
√
√
4 Menggunakan IPTEK √
5 Mengguakan bahasa yang mudah difahami √
6 Bergaul secara baik dengan:
b. Peserta didik
c. Sesama Guru
d. Karyawan Sekolah
e. Masyarakat Sekitar
√
√
√
√
7 Aktif dalam kegiatan sekolah:
a. Pramuka
b. Paskibra
c. OSIS
d. ROHIS
√
√
√
√
8 Terlibat kasus kekerasan terhadap:
a. Sesama guru
b. Peserta didik
c. Karyawan sekolah
√
√
√
9 Bagus dalam menggunakan metode √
10 Sebagai guru panutan (teladan) √
11 Bersikap diskriminatif terhadap:
a. Peserta didik
b. Sesama guru
c. Karyawan sekolah
√
√
√
12 Mengadakan evaluasi di akhir
pembelajaran (KBM)
√
13 Mengarahkan tingkah laku siswa dengan
memberikan teguran, nasihat, dan
bimbingan secara individual.
√
2. Nama Guru : Drs. Zaenal Arifin
Hari / Tgl : Senin – Jum’at / 11 - 15
Bulan / Thn : Januari / 2016
Nama Lengkap : Drs. Zaenal Musthafa
Tempat, tanggal lahir : Sukabumi, 10 Desember 1966
Alamat : Taman Dramaga Permai RT 002/015 Desa Cihideung Udik
Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor
Riwayat Pendidikan : SD : lulus th. 1979
SMP/MTs : lulus th. 1982
SMA : lulus th. 1985
UIKA Bogor (S-1) : lulus th 1991
Riwayat Mengajar : MTs. Tarbiyatul Falah : 1987 – 1994
SMAS Hanura Bogor : 1994 – 2012
SMA Negeri 1 Dramaga : 2008 -2010
SMA Negeri 1 Ciampea : 2004 – sekarang
SMA Negeri 1 Rancabungur : 2012 – sekarang
No Aspek yang diamati YA TIDAK
1 Berpakaian rapi sesuai kode etik guru PAI √
2 Mengucapkan salam ketika masuk kelas √
3 Berkomunikasi dengan baik secara:
c. Lisan
d. Tulisan
√
√
4 Menggunakan IPTEK √
5 Mengguakan bahasa yang mudah difahami √
6 Bergaul secara baik dengan:
f. Peserta didik
g. Sesama Guru
h. Karyawan Sekolah
i. Masyarakat Sekitar
√
√
√
√
7 Aktif dalam kegiatan sekolah:
e. Pramuka
f. Paskibra
g. OSIS
h. ROHIS
√
√
√
√
8 Terlibat kasus kekerasan terhadap:
d. Sesama guru
e. Peserta didik
f. Karyawan sekolah
√
√
√
9 Bagus dalam menggunakan metode √
10 Sebagai guru panutan (teladan) √
11 Bersikap diskriminatif terhadap:
d. Peserta didik
e. Sesama guru
f. Karyawan sekolah
√
√
√
12 Mengadakan evaluasi di akhir
pembelajaran (KBM)
√
13 Mengarahkan tingkah laku siswa dengan
memberikan teguran, nasihat, dan
bimbingan secara individual.
√
III. DOKUMENTASI
A. DOKUMENTASI SEKOLAH
IDENTITAS SEKOLAH
Nama Sekolah : SMA NEGERI 1 CIAMPEA
NSS : 301020215075
NPSN : 20200676
Status Sekolah : Negeri
Status Akreditasi : A
Tahun Akredatsi : 2008
Alamat : Jl. Raya Cibadak KM. 15 Ciampea Kab.
Bogor
Tahun Pendirian : 1996
Tahun Penegerian : 1997
No. telp. : 0251-8628156
e-mail : [email protected]
Website : http//www. sman1ciampea.blogspot.com
Nama Kepala Sekolah : Drs. Arif setiawan, M.M
NIP. Kepala Sekolah : 196501311992031005
Tahun pengangkatan : 2014
Nomor SK : 821.27/229/Kepts-SEKDA/2014
TMT SK : 15 September 2014
B. PROFIL SEKOLAH
1. Nama Sekolah : SMA Negeri 1 Ciampea
NSS : 301020215075
NPSN : 20200676
Status Sekolah : Sekolah Negeri
Status Akreditasi : A
Tahun Akreditasi : 2008
Tahun didirikan : 1996
Tahun beroperasi : 1997
Status Tanah : Hak Guna Pakai
2. Alamat Sekolah
Propinsi : Jawa Barat
Kabupaten : Bogor
Kecamatan : Ciampea
Desa : Cibadak
Jalan : Raya Cibadak KM 15
Kode Pos : 16620
Telepon : (0251)8628156
SMS : 085693100005
e-mail : [email protected]
website :
C. Jumlah Siswa, Lulusan dan Jumlah Rombongan Belajar 3 (tiga) tahun
terakhir:
1. Jumlah Siswa
Kelas Jumlah Siswa
2012/2013 2013/2014 2014/2015 2015/2016
X 272 256 237 337
XI 225 270 242 228
XII 230 239 262 238
Jumlah 747 765 741 803
2. Jumlah Rombongan Belajar :
Kelas Jurusan Jumlah
Rombel Umum IPA IPS
X - 5 4 9
XI - 3 3 6
XII - 3 3 6
Jumlah 9 9 21
3. Data Kelulusan Siswa :
Tahun Jumlah Siswa Persentase
kelulusan Peserta Ujian Yang Lulus
2012/2013 230 Siswa 230 Siswa 100
2013/2014 239 siswa 239 siswa 100
2014/2015 261 siswa 261 Siswa 100
2015/2016 238 Siswa
D. Data Guru dan Staf TU Tahun 2015
1. Data Guru :
No
Status
Kepega-
Waian
Tingkat Pendidika2
Jml. SLTA D 1 D 2 D 3 S 1 S 2 S 3
1. PNS - - - - 14 7 - 21
2. GBS - - - - - - - -
3. Honorer - - - - 16 - - 16
Jumlah - - - - 30 7 - 37
Data Kelayakan (Ketersesuaian) Guru dengan Mata Pelajaran yang diajarkan :
a. Guru yang mengajar sesuai latar belakang pendidikan : 27 (dua puluh
tujuh) orang.
b. Guru yang mengajar mata pelajar yang serumpun dengan latar belakang
pendidikan: 3 (tiga) orang
c. Guru yang mengajar tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan : 5
(lima) orang
2. Data Staf Tata Usaha (TU) Tahun 2015 :
No. Status
TU
Tingkat Pendidikan Jml.
SD SLTP SLTA D 1 D 2 D 3 S 1
1. PNS - - - - - - - -
2. Honorer 3 2 6 - - 1 1 13
Jumlah 3 2 6 - - 1 1 13
E. Jenis Ekstra kurikuler yang diajarkan :
1. Kepramukaan
2. Palang Merah Remaja (PMR )
3. Paskibra
4. Tae kwon do
5. Futsal
6. Bola Voli
7. Bola Basket
8. Sains Club
9. Kerohanian Islam
10. Seni Musik
11. Majalah siswa
12. Bulu tangkis
13. Bimbingan Konseling
14. Majalah dinding.
F. Data Keadaan Bangunan
No
Nama Ruangan Kebutuhan
Ruangan Kondisi Ket.
Ada
(layak)
Ada(tidak
layak)
Kekura-
ngan
1 Ruang Kep. Sek 1 1 - - -
2 Ruang Guru 1 1 - - -
3 Ruang Tata Usaha 1 1 - - -
4 Ruang Kegiatan Belajar 22 19 - 3
5 Ruang LaboratoriumBahasa 1 1 - - -
6 Ruang Laboratorium
Biologi 1 - 1 -
7 Ruang Laboratorium Fisika 1 - - 1 Rehab
Mendesak
8 Ruang Laboratorium Kimia 1 1 - - -
9 Ruang Keterampilan 1 - - 1 -
10 Ruang Ibadah 1 - 1 -
Perlu
dibangun
ulang
11 Ruang BP 1 - 1 1 -
12 Ruang OSIS 1 - 1 - -
13 Ruang UKS 1 - 1 1 -
14 WC siswa 18 6 10 6 Mendesak
15 WC Guru 4 3 - 1
16 Ruang kegiatan/sanggar
kesenian 1 - - 1
Jumlah 57 33 15 15 -
G. Visi, Misi, Strategi, Tujuan Sekolah dan Sasaran
1. Visi SMA Negeri 1 Ciampea :
Terbentuknya Warga Sekolah yang Peduli Lingkungan dan Berprestasi
Berlandaskan Iman dan Taqwa
Indikator Visi:
a. Berprestasi dalam perolehan nilai UN dan US.
b. Berprestasi dalam berbagai lomba mata pelajaran.
c. Berprestasi dalam pelaksanaan kegiatan keagamaan.
d. Berprestasi dalam bidang kewirausahaan.
e. Berdisiplin tinggi sesuai dengan norma yang ada.
f. Menjadi sekolah adiwiyata
2. Misi SMA Negeri 1 Ciampea :
a. Mempertinggi keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha
Esa.
b. Melaksanakan pembelajaran yang efektif bagi semua guru dan peserta
didik..
c. Menumbuhkan semangan berprestasi warga sekolah dalam berkarya
sejalan dengan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi ramah
lingkungan.
d. Mendorong peserta didik mengenali potensi dirinya untuk
meningkatkan motivasi berprestasi.
e. Mendorong peserta didik untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang
yang lebih tinggi.
f. Menumbuhkan penghayatan dan pengamalan terhadap ajaran agama
yang dianut.
g. Mewujudkan sekolah yang nyaman dan dipercaya sebagai wujud
Wawasan Wiyatamandala dan Wawasan Lingkungan yang prima.
h. Mewujudkan warga sekolah yang bertanggungjawab terhadap
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
3. Strategi :
a. Penataan Kelembagaan
b. Peningkatan Kualitas Kegiatan Belajar Mengajar
c. Peningkatan Profesionalisme Guru dan Staf TU.
H. Tujuan Sekolah :
Pada tahun 2014, SMA Negeri 1 Ciampea Kabupaten Bogor, diharapakan:
1. Melaksanakan secara efektif Program Sekolah Kategori Mandiri
(SKM/SSN).
2. Memiliki Bahan ajar yang dikembangkan oleh Guru untuk setiap mata
pelajaran.
3. Memiliki Sarana komputer, Jaringan Teknologi Informasi dan
Komunikasi (TIK) dan laboratorium Multimedia untuk menunjang
KBM, administrasi sekolah dan komunikasi internal dan eksternal.
4. Memiliki Lingkungan dan suasana belajar yang kondusif.
5. Memiliki Rata-rata peningkatan nilai Ujian Nasional dan Ujian
Sekolah + 1,00.
6. Menjadi juara KIR, Olimpiade Sains, Komputer dan Sosial Ekonomi
tingkat Kabupaten.
7. Lima puluh persen peserta didiknya mampu berkomunikasi dalam
bahasa Inggris.
8. Tim kesenian dan olah raga menjadi finalis di tingkat Kabupaten.
9. Sembilan puluh persen peserta didik mampu melaksanakan ibadah
dengan benar sesuai dengan ajaran agama yang dianut.
10. Enam puluh persen peserta didik memiliki keterampilan dalam bidang
wirausaha.
I. Sasaran
Pada tahun 2014, SMA Negeri 1 Ciampea Kabupaten Bogor mampu
mencapai prestasi sebagai berikut:
1. Rata-rata nilai KKM meningkat + 0,25.
2. Rata-rata nilai Ujian Nasional meningkat + 0,25.
3. Rata-rata nilai Ujian Sekolah meningkat + 0,25.
4. Menjadi juara pada empat kegiatan ekstrakurikuler di tingkat
kabupaten.
5. Meningkatnya 1 dari 2 bidang kesenian yang dikembangkan.
6. Menjadi juara 1 pada 2 cabang seni di tingkat kabupaten.
7. Terdapat peningkatan 5% dari 70% guru menggunbakan variasi model-
model pembelajaran.
8. Terdapat peningkatan 5% dari 60% guru menggunakan alat peraga
dalam pembelajaran.
9. Menjadi juara sekolah sehat di tingkat provinsi.
10. Terdapat peningkatan 20% dari 70% siswa dalam menjalankan ibadah
J. Struktur Organisasi
1. Struktur Organisasi Sekolah
Kepala Sekolah
Drs. Arif Setiawan, MM.
Ketua Komite Sekolah
Ir. Aji Asyhari
Kepala Urusan TU
----
Wakasek Urs Kesiswaan
Trisnani ESP, M. Pd
Wakasek Urs. Sarana/Prasarna
Dra. Rukmini
Wakasek Urs. Humas
Sawitri Dewi, S. Pd.
Wakasek Urs. Kurikulum
Drs. Maryana
Wali Guru Guru Petugas
Kelas Mp MP Perpustakaan
Koordinator Guru BP/BK
Dra. Endang Pusporini
Peserta Didik/Siswa
2. Ketenagaan
a. Tenaga Pendidik terdiri dari guru tetap (GT) dan guru tidak tetap (GTT) .
Yang berkelayakan untuk mengajar di SMA sesuai dengan pendidikna dan
tugas mengajar.
No. Mata Pelajaran Kebutuhan GT GTT
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
Pendidikan Agama
Pend. Pancasila & Kewarganegaraan
Bahasa dan Sastra Indonesia
Sejarah Nasional dan Umum
Bahasa Inggris
Matematika
Fisika
Biologi
Kimia
Ekonomi/ Akuntansi
Sosiologi
Geografi
Pendidikan Seni
Pendidikan Jasmani dan Kesehatan
Mulok Bahasa Sunda
Bimbingan Penyuluhan dan
Konseling
Komputer
PLH
2
2
3
2
3
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
3
2
2
2
2
3
1
3
1
1
2
2
-
-
1
-
1
-
2
-
-
-
-
-
1
1
2
1
-
-
2
2
1
2
1
2
-
2
2
b. Latar Belakang Pendidikan Tenaga Pendidikan :
2.1. Magister (S2) : 7 orang
2.2. Sarjana (S1) : 25 orang
2.3. Sarjana Muda : 0 orang
2.4. Diploma III : 0 orang
c. Latar Belakng Pendidikan Tenaga Administrasi dan Pesuruh/Penjaga
3.1. Diploma III : 1 orang
3.2. SLTA : 7 orang
3.3. SLTP : 2 orang
3.4. SD : 0 orang
3. Daftar Tenaga Administrasi dan Pusuruh/Penjaga
No. Nama / NIP Pangkat/Gol Tugas Pokok
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Ina Diana Maulida
Siti Rohayato
Nandang CS.
Ricky
Iryanto
Ade Bahrudin
Hasanudin
Wandi
Dadi
Padma
Dede
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Pelaksana
Pelaksana
Pelaksana
Pelaksana
Keamanan
Pesuruh/Penjaga
Penjaga Kebersihan
Penjaga Kebersihan
Penjaga Kebersihan
Penjaga Kebersihan
Penjaga Kebersihan
4. Sarana dan Prasarana
a. Keadaan Tanah :
1.1. Luas Tanah : 6099 m2
1.2. Status Tanah : Hak Guna Bangunan
1.3. Nomor Sertifikat : -
b. Keadaan Bangunan
2.1. Bangunan : Permanen
2.2. Jumlah Lokal : 18 (delapan belas) RKB
5. Keadaan Sarana dan Prasarana
No
Nama Ruangan Kebutuhan
Ruangan Kondisi Keterangan
Ada
(layak)
Ada(tidak
layak)
Kekura
-ngan
1 Ruang Kep. Sek 1 1 - - -
2 Ruang Guru 1 1 - - -
3 Ruang Tata Usaha 1 1 - - -
4 Ruang Kegiatan
Belajar 18 10 8 -
Rehab
Mendesak
5 Ruang Lb. Bahasa 1 1 - - -
6 Ruang Lb. Biologi 1 - 1 - Rehab
Mendesak
7 Ruang Lb. Fisika 1 - - 1 -
8 Ruang Lb. Kimia 1 1 - - -
9 Ruang Keterampilan 1 - - 1 -
10 Ruang Ibadah 1 - 1 - -
11 Ruang BP 1 - 1 - -
12 Ruang OSIS 1 - 1 - -
13 Ruang UKS 1 1 - - -
14 Toilet siswa 18 6 10 3 Mendesak
15 Toilet Guru 4 3 - 1 Mendesak
16 Ruang Kantin 1 - 1 1 Mendesak
Jumlah 53 44 4 6 -
6. Program Sarana dan Prasarana
a. Pemeliharaan/Perawatan
1) Pemeliharaan kerindangan lingkungan kelas dan sekolah.
2) Pemeliharaan gedung dan sarana prasarana sekolah
b. Pengadaan
1) Pembangunan 2 Ruang Kelas Baru
2) Pembangunan saluran air
3) Pengerasan halaman dan pembuatan tangga lapangan upacara
4) Pengadaan meja kursi siswa
5) Pengadaan mesin tik
6) Pengadaan alat kesenian dan olahraga
7) Pengadaan Komputer Praktek Siswa
8) Pengadaan Pesawat TV
9) Pengadaan Dispenser
7. Hubungan Kerjasama dengan Masyarakat (HUMAS)
a. Rapat Pengurus Komite Sekolah
b. Rapat anggota Komite sekolah
c. Perayaan Hari Ulang Tahun RI
d. Pembinaan Imtaq
e. Isra’ Miraj Nabi Muhammad SAW
f. Pesantren Kilat
g. Nuzulul Qur’an
h. Halal Bil Halal
i. Pelaksanaan sholat Id dan penyembelihan hewan qurban
j. Kegiatan menyambut Tahun Baru Islam
B. DOKUMENTASI KEGIATAN
SMA Negeri 1 Ciampea Bogor
Papan nama SMA Negeri 1 Ciampea Bogor
Wawancara dengan Kepala Sekolah
Wawancara kepada peserta didik
Wawancara kepada peserta didik
Wawancara kepada peserta didik
Wawancara kepada guru PAI
Wawancara kepada guru/teman sejawat
Wawancara kepada guru/teman sejawat
Wawancara kepada karyawan
Wawancara kepada karyawan
Kegiatan Sholat Dhuha berjamaah
Kegiatan Sholat Dhuha berjamaah
Kegiatan Sholat Dhuha berjamaah
Kegiatan pramuka
Kegiatan pramuka
Kegiatan pramuka
Kegiatan pembelajaran
Kegiatan pembelajaran
Kegiatan pembelajaran
Kegiatan pembelajaran
Kegiatan pembelajaran
Kegiatan pembelajaran
Kegiatan pembelajaran
UJI REFERENSI
Nama : Ali Zuhdan
NIM :1111011000112
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Judul Skripsi : Kompetensi Sosial Guru PAI di SMA Negeri I Ciampea Bogor
BAB INo No.
FootnotReferensi Hal.
SkripsiParaf
I I Kunandar, Guru Profesional; Implementasi KurikulumTingkat Satuan Pendidikan 6fSD dan Sukses DalamSertifikasi Guru, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,2007), h.V.
1
2 2 Zakiyah Darajat, dl<k., Metodik Khusus Pengajaran AgamaIslam, (Jakarla: Burni Aksara, Cet. I, 1995), h.197.
2
J 3 Ibid. 2 lt4 4 Imam Tholkhah, Profil ldeal Gurut Pendidikan Agama
Islam, (Jakarla: Titian Pena, Cet. I, 2008), h. 85.
2
5 5 Heri Ruslan (ed.), "Bersaing di Era Masyarakat EkonomiASEAN", Harian Umum Republika, Jakarta,25 November2075,h.24-25.
2
6 6 Ibid. J
7 7 Abuddin Nata, Menuju Sul<ses Sertifikasi Guru & Dosen,(Jakarta: Faza Media, Cet. I, 2009),h.21.
J')
8 8 Martinis Yamin, Sertifikasi Profesi Keguruan di Indonesia,(Jakarta: Putra Grafika, Cet. 1I, 2007), h. 22.
4
9 9 Muhammad Saroni, Personal Branding Guru, (Jogjakarta :
Ar-Ruzz Media, Cet. I, 2011), h.94.4 (
10 10 Imam Abdul Syukor, "Profesionalisme Guru dalamMen gimp I emsntasikan Teknolo gi Informasi dan Komunikasidi Kabupaten Nganjuk", Jurnal Pendidikan & Kebudayaan,Vol. 3, 7995,h.200.
5
11 11 Jejen Musfah, Peningkatan Kompetensi Gttru, (Jakarla:Prenadamedia Group, Cet. III,2015), h.vii.
5 ?
t2 I2 Departemen Agama RI., Al-Qur'an dan Terjemahnya,(Jakarta: Forum Pelayanan al-Our'an. Cet. I. 2013). h.420
5
l3 13 Soetjipto. Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, ( Jakarta: RinekaCipta, Cet. II, 2004),h.42.
65
t4 t4 Siswono Yudo Husodo, "Guru, "Sing Digugu lan Ditiru"",Harian Umum Kompas, Jakarta, 25 November 2015,h.7.
6
15 15 Departemen Agama RL, Al-Qur'an dan Terjemahnya,(Jakarta: Forum Pelayanan al-Our'an. Cet. I. 2013). h. 551.
7
I16 16 Imam Tholkhah, op. cit., h. 29. 7 v
17 l7 Jejen Musfah, op. cit., h. 7 .a
18 18 rbid.,h.8. 8
t,
(Jakarta: Raja Grafindo Persada,20l3), h.95.26 26 Hamzah B. Uno, Profesi Kependidikan, (Jakarta: Bumi
Aksara, Cet. III, 2008), h. i7.22
27 27 Iif Khoiru Ahmadi, dkk., op. cit.,h.80. 2228 '28 Muhammad Nurdin, Kiat Menjadi Guru Profesional,
(Joeiakarta: Ar-Ruzz Media Gror:p. Cet. III. 2010). h. 130.23
29 29 Imam Bukhori, Shahih Bukhori, (Jakarta: Wijaya, Cet XIII,1992), Jilid I, h. 40.
24
30 30 Asrorun Niam Sholeh, Membangun Profesionalitas Guru,(Jakarta: elsas,2006), h. 135.
24
31 31 Hamzah B.IJno, op. cit., h. 18. 2532 32 Martinis Yamin, Profesionalisasi Gtrnt & Implementasi
KTSP, (Ciputat: Gauns Persada Press. Cet. II. 2001. h.47.26
JJ JJ Cece Wijaya dan A. Thabrani Rusyan, Kemampuan DasarGuru dalam Prosses Belajar Mengajar, (Bandung: RemajaRosda Karya, Cet. IV, 1994), h. 181.
27
34 34 BglqeEUq op. cit., h. 233 28 )
35 35 Cece Wijaya dan A. Thabrani Rusyan, op. cit., h. 181 28 ?36 36 Toto Suharto, Filsafat Pendidikan Islam, (Jogjakarta: Ar-
Rrtzz, Cet. I, 2006), h. l2l.28
37 37 Nasution, Sosiologi Pendidikan. (Jakarta: Bumi Aksara,1995), h. 103.
28
38 38 Akmal Hawi, op. cit.h.5L 2939 39 Abudin Nata, Perspektif Islam Tentang Pola Hubungan
Guru-Murid, (Iakafia: Raja Grafindo Persada,200l),h. 97.29 u)
40 40 Akmal Hawi, op. cit.,h.5l 304t 4t Cece Wijaya dan A. Thabrani Rusyan, op. cit., h. 181 31
42 42 Ibid. 31 I
43 43 Akmal Hawi, op. cil.,h.51 31 744 44 A7<nalHawi, op. cit., h. 52. 3245 45 E. Mulyasa, op. cit., h. 181 3246 46 rbid.,h. t84. JJ47 47 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak didik dalam
Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), h. 31.
34
!48 48 Hamdani Ihsan dan Fuad Ihsan, Filsafat Pendidikan Islom,
(Bandung, Pustaka Setia, Cet. III, 2007), h. 93.34
49 49 Muhaimin, Wacana Pengentbangan Pendidikan Islam,(Yogyakarta: Pustaka Pelaiar, 2003), h. 309.
35
50 50 Toto Suharto, op. cit., h. 1 19. 3551 51 Al-Rasyidin dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam,
(Jakarta: Ciputat Pers, Cet. II, 2005), h. 41.36 7
52 52 Syaiful Bahri Djamarah, op. cit., h. 37. JO
53 53 Munif Chatib. Gunmya Manusic4 (Bandung: Kaifa, Cet. XII,2073), h. xvii.
36
54 54 Syaiful Bahri Djamarah, op. cit.,h.l2l 3655 55 Al-Rasyidin dan Samsul Nizar, op. cit.,h.44. a-)t )s6 56 Ibid. 1a)t
\
I
h
57 57 Ibid. 3758 58 Abudin Nata, op. cit., h. 48. 3859 59 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam,
(Bandung: Remaia Rosda Karya, Cet. IX, 2010), h.79.38
60 60 Khoiron Rosyadi, Pendidikan Profetik. (Yogyakarta:Pustaka Pelajar, Cet. I, 2004), h. 180.
39
6t 61 Akmal Halvi, op. cit,.h.79. 3962 62 Ibid.,h.84. 40 )63 63 Hamdani Ihsan dan Fuad Ihsan, op. cit., h. 105. 4064 64 Ahmad Tafsir, op. cit., h. 81. 41
65 65 Ibid.,h.82. 41
66 66 Sarya, Pengembangan Kompetensi Profesional GuruPendidikan Guru Agama Islam di Sekolah MenengahPertama Islamiyah Ciputat, (Jakarta: Perpustakaan UINSyarif Hidayatullah, 20 I 4).
42
67 67 Sri Wahyuni, Kompetensi Kepribadian Guru PAI danKontribusinya Terhadap Pembentukan Akhlak Siswa di SMPKharisma Bangsa Pondok Cabe, (Jakarta: Perpustakaan UINSyarif Hidayatullah, 20 I 4).
42
68 68 Fatziyah, P.engembangan Kompetensi Guru Sekolah SmartElrselensia Indonesia Parung Bogor, (Jakarta: PerpustakaanUIN Svarif Hidavatullah . 20 I 4\.
43 ?
No No.Footnot
Referensi Hal.Skripsi
Paraf
1 1 Emzir, Metodologi Penelitian Pendidikan, (lakarta: RajaGrafindo Persada, 2008), h. 3.
44
2 2 Ibid.,h.28 443 J Nur Aida alkaf, Metodologi Penelitian Pendidikqn,
(Ciputat: Islamic Research Publishine. 2009). h. 35.45 /
4 4 Nusa Putra, Metode Penelitian Kualitatif Pendidikan,(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012), h. 100.
45
5 5 Depaftemen Agama RI., Al-Qur'an dan Terjemahnya,(Jakarta: Forum Pelayanan al-Our'an. Cet. I. 2013). h.420.
46
i6 6 Zaenal Arifin, Penelitian Pendidikan. (Bandung: Remaja
Rosdakarya, Cet. I, 2011), h. 170.41 )
7 7 Ibid. 478 8 Ibid.,h. tll 489 9 rbid. 48
BAB III
BAB IV
No No.Footnot
Referensi Hal.Skripsi
Paraf
1 1 Buku Profil Sekolah SMA Neeeri 1 Ci'ampea,2015. 502 2 Jejen Musfah, Peningkatan Kompetensi Guru, (Jakarta: 57 )
t
I
Prenadamedia Group, Cet. III, 2015),h.52J J Wawancara dengan Vivin Sofianti di ruang tamu SMA
Negeri 1 Ciampea pada jum'at 18 Desenrber 2015.59
L4 4 Wawancara dengan Revina Cahyani di ruang.tamu SMA
Negeri 1 Ciampea pada ium'at 18 Desember 2015.59 (
5 5 Wawancara dengan llediana di ruang tamu SMA Negeri 1
Ciampea Dada ium'at 18 Desember 2015.59
6 6 Wawancara dengan Drs. Zaenal Musthafa (guru PAI) diruang guru SMA Negeri I Ciampea pada Selasa 22Desember 2015.
60
7 7 Wawancara dengan Drs. Maryana (wakasek. Urs.kurikulum) di ruang guru SMA Negeri I Ciampea padaSabtu 19 Desember 2015.
60w
8 8 Wawancara dengan Sri Hartati Mulya, S.Pd. M.Si di ruangguru SMA Negeri 1 Ciampea pada Sabtu 19 Desember20t5.
60
9 9 Wawancara dengan Ina Diana di ruang TU. SMA Negeri 1
Ciampea pada Senin 21 Desember 2015.6t
10 10 Wawancara dengan Drs. Arif Setiawan, MM. di ruangkepsek SMA Negeri I Ciampea pada Rabu 23 Desember2015.
6l 7
11 11 Wawancara dengan Drs. Zaenal Musthafa (guru PAI) diruang guru SMA Negeri 1 Ciampea pada Selasa 22Desember 2015.
6l
t2 t2 Riyan Hidayat, Pemanfaatan Telcnologi Informasi danKomunikasi Oleh Guru Sosiologi dalam MenyampaikanMateri Pembelajaran di Kelas, diakses 17 Juni 2015,(www.compasiana.com)
62 Y
13 13 Hasil observasi terhadap guru PAI di ruang kelas padaSelasa 12 Januai20l6
63
t4 t4 Wawancara dengan Drs. Zaenal Musthafa (guru PAI) diruang guru SMA Negeri I Ciampea pada Selasa 22Desember 2015.
63 Y
15 15 Wawancara dengan Drs. Arif Setiawan, MM. di ruangkepsek SMA Negeri 1 Ciampea pada Rabu 23 Desember2015.
63
t6 t6 Wawancara dengan Drs. Zaenal Musthafa (guru PAI)ruang guru SMA Negeri 1 Ciampea pada SelasaDesember 2015.
di22
63 7
tl t7 Bahruddin, Kompetensi Teknologi Informasi DanKomunikasi Guru Pendidikan Agama Islam, diakses 29 Juni2 0 1 5, (r,r-ww. di s dikbud. sulten gprov. go. id)
65
18 18 Wawancara dengan Drs. Zaenal Musthafa (guru PAI)ruang guru SMA Negeri 1 Ciampea pada SelasaDesember 2015.
di22
65 J
t9 t9 Wawancara dengan Vivin Sollanti dkk. di ruang tamu SMANeeeri 1 Ciampea pada ium'at 1B Desember 2015.
65 I20 20 Wawancara dengan Drs. Zaenal Musthafa (eum PAI) di 67 l
t
ruang guru SMA Negeri 1 Ciampea pada Selasa 22Desember 2015.
21 2t Wawancara dengan Drs. Nur Salim (guru PAI) di ruangguru SMA Negeri 1 Ciampea pada Selasa 22 Desember20t5.
67
22 22 Slawancara Cengan Ibnu Tri Cahyono, S.Pd. di ruang guruSIUA Neeeri 1 Ciampea pada-Sabtu 19 Desemb er 2015.
68
23 L) Wawancara dengan Drs. Maryana (wakasek. Urs.kurikulum) di ruang guru SMA Negeri 1 Ciampea padaSabtu 19 Desember2015.
68
24 24 Wawancara dengan Mediana di ruang tamu SMA Negeri 1
Ciampea pada ium'at 18 Desember 2015.68 ",
25 25 Hasil observasi di pos satpam pada Selasa 12 Januari 2016. 6926 26 Wawancara dengan Drs. Zaenal Musthafa (guru PAD di
ruang guru SMA Negeri 1 Ciampea pada Selasa 22Desember 2015.
70
27 27 Wawancara dengan Drs. Nur Salim (guru PAI) di ruangguru SMA Negeri I Ciampea pada Selasa 22 Desember20t5.
70 ")
28 28 Wawancara dengan Drs. Zaenal Musthafa (guru PAI) diruang guru SMA Negeri 1 Ciampea pada Selasa 22Desember 2015.
71
29 29 Wawancara dengan Drs. Nur Salim (guru PAI) di ruangguru SMA Negeri I Ciampea pada Selasa 22 Desember2015.
71 u)
30 30 Wawancara dengan Drs. Zaenal Musthafa (guru PAI) diruang guru SMA Negeri I Ciampea pada Selasa 22Desember 2015.
72
31 31 Wawancara dengan Drs. Nur Salim (guru PAI) di ruangguru SMA Negeri I Ciampea pada Selasa 22 Desember2015.
72 1
32 32 Wawancara dengan Irianto di pos satpam SMA Negeri 1
Ciampea pada Senin 21 Desember 2015.t)
1.
33 53 Wawancara dengan Ina Diana di ruang TU. SMA Negeri 1
Ciampea pada Senin 21 Desember 2015.73 )
UJI REFERENSI
Seluruh referensi yang digunakan dalam penulisan skripsi yang berjudul
"Kompetensi Sosial Guru PAI di SMA Negeri 1 Ciampea Bogor" yang disusun oleh
Ali Zuhdan dengan NIM I l1 1011000112, Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta, telah diuji kebenarannya oleh dosen pembimbing skripsi pada tanggal 20
Apil201,6.
Jakarta,20 April2016
Dosen Pembimbing Skripsi
+t^ [-Dr. Jeien Musfah. M.A
NIP: 19770602 200501 1 004
KEMENTERIAN AGAMAUIN JAKARTA. I, FITK
, Lt k li. Juarda lJo 95 Ciputal 15412 lndane*a
FORM (FR)
No Dokumen . FITK-FR-AKD-081
Tgl Terbit ; 1 Maret 2010
Itlo- Revisi: 01
111Ha
SURAT BIMBINGAN SKRIPSI
Nomor : Lln.01r'F. t1KNt.01.i1.lLti:1.l201 5
Lamp. : -LIal : Bimbingan Skripsi
Nanra
Ntlt'{
J urusalr
Semester
Judul Skrit",si
Jernbusan:t. Dekan l- li'K2- h.lahasisu,a yhs.
Ali Zuhdan
1 r I 101 10001 13.
Pendidikan Agama lslam
9 (sernbilan)
Kornpeiensi Sosial Cruru FAi di S:'"1A |i':geeri l {- i:rcrpea 8nl':r"
Jakarta, 6 MEi :015
Kepada Yth-
l)r. i.'icrr \lLr-lalr. \l \.PernL:irnbilg SkripsiFakultas lhnu Tarbiyah dan KeguruanU N Slarif F{ida-r'atullahJakarta.
As s ol am u' aluiku nt wr-w b.
Dengan ini diharapkan kesediaan Saudara untuk rnenjadi pernbirnbing Illl(nlateri,itekn is) pen u I i san skri ps i mahas i s tra :
Judui tersebut telah disetujui oleh Jurusan !.ang bersailgkutan pada tanggal 6 Nlei l0l5 .
ahstraksilr.rrrllire terlampir. Saudara dapat melakukan perubahan redaksional pada judul
tersebut- Apabila perubahan substansial dian-egap perlu, rnohon pernbinrbing menghubungi
Junrsan terlebih dahulu,
Bimhingan skripsi ini diharapkarr selesai dalam rvaktu 6 (enant) bulan. dan dapat
diperpanjang selama 6 {enarn) bulan beriktltnYa tanpa surat perpan3angan.
Atas perhatian dan kerja sama Saudara- kami trcapkan terima kasilr.
ll"as s q I unnt' u I a i ku m v' r tt' b.
Islart
KEMENTERIAN AGAMAUIN JAKARTAFITKJl. lr. H. Juan<b No ffi Cipttat 15412Indr.n5ia
FORM (FR)
No. Dokumen : FITK-FR-AKD082Tgl. Terbit : 1 Maret 2010No. Revisi: : 01
Ha 1t1
SURAT PERMOHONAN IZIN PENELITIAN
Nomor : Un.01iF.1iKiv'I 01 3i 2015Lamp. : ........, .......Ha1 : Permohonan Izin Penelitian
Kepada Yth.
Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Ciampea BogordiTernpat
Assalanru' al a i kum wr.wb.
Dengan hormat kami sampaikan bahwa,
Nama
NIMJurusan
Semester
Judul Skripsi
Tembusan:
1. Dekan FITK2. Pembantu Dekan Bidang Akademik3. Mahasisrva yang bersangkutan
JakartA 11 Desember 2015
: Ali Zuhdan
:1111011000112
: Pendidikan Agama Islam (PAI): IX (Sembilan)
: Konrpetensi Sosial Guru PAI di SMA Negeri 1 CiampeaBogor
Adalah benar rnahasiswa,ii Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakartayang sedang menlusun skripsi, dan akan mengadakan penelitian (riset) diinstansi/sekolah/madrasah yang Saudara pimpin. Untuk itu kami mohon Saudaradapat mengizinkan mahasiswa tersebut mel aksanakan penelitian dirnaksud.
Atas perhatian dan kerjasama Saudara, kami ucapkan tenma kasih.
Was sal amu' al a i kum wr.w b.
a.n. DekanKajur Pendidikan Agama Islam
Majid Khon, M.198703 I 005
Dr. H.
PEMERINTAH KABUPATEN BOGORDINAS PENDIDIKAN
S1}4A NEGERI 1 CIAMPEAJL Raya Cibadak Km.15 Ciampea Telp. (0251)8628156 Bogor 16620
SURAT KETERANGAN
Nomor l42l.3l 05r. -TU
Yang bertanda tangan dibawah ini Kepala SMAN i Ciampea Kabupaten Bogor, Sesuai Surat
Pengantar dari UIN Jakarta nomor: Un.01/F.11KM.01.3/2088/2015 tanggal 11 Desember 2015
tentang Permohonan Izin Penelitian dengan ini menerangkan bahwa :
Nama
NIM
Semester
Fakultas
: ALI ZUHDAN
: lll10ll000t12
: IX ( 9 Sembilan )
: Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta
Telah selesai melaksanakan Kegiatan Penelitian mengenai "Kompetensi Sosial Guru PAI di
SMA Negeri 1 Ciampea Bogor" pada Bulan Desember 2015 s.d Pebruari 2016.
Demikian suratKeterangan ini kami buat, agar dapat dipergunakan sebagaimanamestinya.
Pembina, [V/aNIP. I 9650 l3 I 199203 1005
ARIF SETIAWAN, M.M,