KOMENTAR KASUS 4

7
KOMENTAR KASUS 4 LEONARDO BAGUS UTOMO,NIM:A.102.08.038 Pada kasus yang sudah diuraikan di atas, seharusnya pihak bidan yang melakukan atau menangani aborsi yang dilakukan atau atas permintaan oleh novila(21) dan santoso (38) menolak karena pada proses aborsi yang dilakukan akan membahayakan Novila terutama janin, walaupun bidan tersebut sering melakukan aborsi pada pasien lain. Sebaiknya pasien juga jangan melakukan hal yang teerlarang tersebut karena kehamilan tersebut merupakan hubungan terlarang dan hasil dari perselingkuhan karena istri dari santoso bekerja menjadi TKW. Pekerja rumah sakit tersebut memang melakukan tindakan yang cepat dan tepat karena melakukan usaha yang maksimal dan cepat mencari penyebab terjadinya keguguran tersebut,sebaiknya polisi menghukum semaksimal mungkin karena tindakan aborsi tersebut merupakan tindakan menghilangkan nyaw

description

motivasi

Transcript of KOMENTAR KASUS 4

KOMENTAR KASUS 4LEONARDO BAGUS UTOMO,NIM:A.102.08.038

Pada kasus yang sudah diuraikan di atas, seharusnya pihak bidan yang melakukan atau menangani aborsi yang dilakukan atau atas permintaan oleh novila(21) dan santoso (38) menolak karena pada proses aborsi yang dilakukan akan membahayakan Novila terutama janin, walaupun bidan tersebut sering melakukan aborsi pada pasien lain. Sebaiknya pasien juga jangan melakukan hal yang teerlarang tersebut karena kehamilan tersebut merupakan hubungan terlarang dan hasil dari perselingkuhan karena istri dari santoso bekerja menjadi TKW.

Pekerja rumah sakit tersebut memang melakukan tindakan yang cepat dan tepat karena melakukan usaha yang maksimal dan cepat mencari penyebab terjadinya keguguran tersebut,sebaiknya polisi menghukum semaksimal mungkin karena tindakan aborsi tersebut merupakan tindakan menghilangkan nyaw

Rakhel Yeska K/A 102.08.050

Bayi Diculik, YLKI Minta Rumah Sakit Kena Sanksi

TEMPO.CO,Jakarta- Pengurus harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), Tulus Abadi, mendesak Kementerian Kesehatan memberi sanksi kepada pemimpin Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung.

Menurut Tulus, pemimpin rumah sakit melakukan kecerobohan secara manajerial yang berujung pada kasus penculikan bayi Valencia. "Walaupun bayinya sudah diselamatkan, rumah sakit tidak cukup hanya meminta maaf," kata Tulus kepadaTempo, Ahad, 30 Maret 2014.

Tulus mengatakan penculikan bayi Valencia semestinya tidak terjadi. Sebab, bayi tersebut seharusnya berada di tempat yang aman, dijaga ketat, dan tidak bisa dijangkau oleh sembarang orang.

Insiden ini pun mencoreng nama Rumah Sakit Hasan Sadikin sebagai institusi milik pemerintah. Menurut Tulus, kasus penculikan bayi Valencia adalah cerminan manajemen rumah sakit yang kacau. "Ini peristiwa konyol," ujarnya.

Jumat malam, 28 Maret 2014, pukul 20.30 WIB, polisi menemukan bayi Valencia di rumah pasangan Mardika-Desi di Jalan Pasirkaliki 55-65 C, Gang Ento, RT 2 RW 11, Kecamatan Sukajadi, Kota Bandung. Bayi pasangan Toni-Lasmaria ini diduga diculik oleh Desi tiga hari sebelumnya. Desi akhirnya ditangkap polisi setelah sempat kabur dan mencoba bunuh diri dengan terjun dari jembatan layang Pasupati.

Wanda Dyah Irana/A 102.08.063

Gara-Gara Divakum Bocah 3 Tahun Cuma Bisa Nangis

Jakarta - Pulang dan melihat buah hati umumnya menjadi saat yang menggembirakan bagi seorang ibu. Tapi tidak bagi Mesdiwanda. Ibu berumur 35 tahun itu justru selalu menangis jika pulang dan melihat anaknya, Andreas. Andreas, buah hati Mesdiwanda telah berusia 3 tahun 4 bulan. Di usia itu, anak kecil biasanya sudah pintar berlari dan berbicara dengan ceriwis. Namun tidak demikian dengan Andreas. Ia tak ubahnya masih seperti seorang bayi. Hanya bisa tidur dan menangis. Tangan Andreas pun kaku dan tak bisa menggerakkan tubuhnya. Bahkan untuk sekadar menyatakan ingin buang air besar (BAB) atau kecil saja, Andreas tak bisa. "Saya suka sedih kalau sampai di rumah. Saya nggak tega melihat dia belepotan kotoran karena nggak bisa bilang ingin BAB," tutur Mesdiwanda.

Mesdiwanda, Senin (6/9/2004) melaporkan kondisi anaknya itu ke Polda Metro Jaya atas dugaan malpraktek terhadap bidan Herawati di RS Pasar Rebo. Herawati adalah bidan yang membantu kelahiran Andreas pada 21 April 2001 lalu. Ibu yang tinggal Jl. Perintis II Romawi, Cipayung, Jaktim menuturkan, Herawati melakukan vakum sampai 3 kali saat membantu kelahiran Andreas. Akibat vakum itu, kepala Andreas sampai terluka. Dokter Benyamin dari LBH Kesehatan yang mendampingi Mesdiwanda menyatakan, Andreas mengalami kegeseran tempurung kepala akibat vakum sehingga fungsi otaknya terganggu. Cemas dengan kondisi anaknya, Mesdi sempat menemui dokter spesialis anak di RS Pasar Rebo. Dokter itu menganjurkan supaya Andreas dioperasi dan dirujuk ke RSCM.

Namun di RSCM, dirujuk lagi supaya operasi di RSPAD Gatot Subroto. Sayangnya ketika ke RSPAD Gatot Subroto, pasangan Mesdi dengan Vimelson Sinaga sudah kehabisan dana. RSPAD memberitahu harus membayar uang muka Rp 10 juta untuk operasi. Sebagai orang yang kerjanya serabutan, pasangan itu tak memiliki biaya sebesar itu. Akhirnya hingga kini Andreas belum juga dioperasi. Di tengah kebingungan itu, keluarga itu akhirnya mengadu ke LBH Kesehatan dan kemudian menggugat bidan Herawati. "Saya minta pertanggungjawaban RS supaya anak saya diobati. Saya ingin anak saya bisa normal seperti anak lainnya," kata Mesdi sedih. Selain orang tua Andreas, ikut melaporkan malpraktek ke Polda Metro Jaya Maena Nurrochmah (25). Perempuan yang tinggal di Pondok Labu melaporkan dr. Muharyo, dokter bedah dan dokter Hari Syarif di RS Setia Mitra Fatmawati. Maena sejak kecil mengalami kesulitan buang air besar (BAB) karena urat syaraf pada usus besarnya tidak bisa memberi tekanan. Umur 12 tahun, perempuan itu dioprasi di RS Setia Mitra dengan oleh Muharyo. Setelah operasi itu kondisinya Maena membaik. Tapi kemudian umur 23 tahun, kondisinya memburuk, perutnya sering nyeri dan mengeras. Maena kembali ke RS yang sama. Dia kembali ditangani dokter Muharyo. Sang dokter menyatakan Maena menderita kista di rahim. Selain dengan dokter Muharyo, Maena juga bekonsultasi dengan dokter Hari. Sama dengan dokter Muharyo, Hari juga memberi diagnosis yang sama, ada kista di rahim. Bulan Juni, 2002, Maena dioperasi untuk mengangkat kistanya. Tapi saat operasinya berlangsung, dokter Hari menyatakan rahim bersih tak ada kista. Operasi kemudian dibatalkan. Sedangkan dokter Muharyo menyatakan yang bermasalah usus besar Maena. Katanya ada sisa kotoran yang mengendap setelah operasi pertama tahun 1987. Namun sayangnya setelah operasi kedua itu kondisinya Maena justru memburuk. Ia jadi susah buang air dan perutnya kembung. Selain itu di bekas luka operasi ada benang yang tersisa sehingga menimbulkan luka kecil yang kemudian melebar dan berdarah. (iy/)

Nina Novita Rayi S/A 102.08.044

RUMAH SAKIT BELUM BERPIHAK KEPADA PASIEN MISKIN- 67 % pasien miskin keluhkan pelayanan Rumah Sakit -

Rumah sakit (pemerintah dan swasta) belum ramah terhadap warga dan pasien miskin. Hal ini terbukti dengan banyaknya keluhan pasien miskin terutama dari kelompok perempuan terhadap pelayanan rumah sakit. Keluhan tersebut antara lain terkait dengan buruknya pelayanan perawat, sedikitnya kunjungan dokter pada pasien rawat inap, serta lamanya pelayanan oleh tenaga kesehatan (apoteker dan petugas laboratorium). Selain itu, pasien juga mengeluhkan buruknya kualitas toilet, tempat tidur, makanan pasien dan rumitnya pengurusan administrasi serta mahalnya harga obat.

Demikian kesimpulan yang diperoleh melalui survey CRC (Citizen Report Card) ICW pada bulan November 2009. Survey ini mengambil sampel 738 pasien miskin (pasien rawat inap dan jalan yang memegang kartu Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas), Keluarga Miskin (Gakin) dan Surat Keterangan Tidak Mampu(SKTM)) di 23 rumah sakit yang ada di lima daerah (Jakarta Bogor Depok Tanggerang, Bekasi). Dengan jumlah sampel ini diprediksi MOE (Margin of Error) sebesar 3 sampai 4 persen.

Lebih lanjut, pasien miskin menyatakan bahwa pengurusan administrasi rumah sakit masih rumit dan berbelit-belit (28,4 persen) dengan antrian yang panjang (46,9 persen). Pasien rawat inap misalnya mengeluhkan rendahnya kunjungan dan disiplin dokter terhadap mereka. Sedangkan, pasien perempuan rawat inap mengeluhkan sikap perawat yang kurang ramah dan simpatik terhadap mereka (65,4 persen).

Dokter dan Obat Generik

Hasil survey CRC juga menunjukkan masih ada pasien miskin pemegang kartu jaminan kesehatan (jamkesmas, gakin dan sktm) harus membeli obat (22,1) persen. Hal ini dilakukan karena sebagian obat tidak masuk list yang dijamin oleh jaminan kesehatan dan habisnya stok obat rumah sakit.

Obat tersebut dibeli dengan harga yang relatif tinggi dibandingkan dengan pendapatan mereka. Hal ini terjadi lantaran dokter tidak menyampaikan atau memberikan resep obat generik pada pasien miskin. Ditaksir, pasien miskin mengeluarkan biaya berkisar Rp 400 ribu Rp 500 ribu untuk mendapatkan obat tersebut

2B2

Ipak Primashytha D(A 102.08.035)Septiyani Wilda(A 102.08.057)

Karima Putri(A 102.08.036)Siti Uswatun H(A 102.08.058)

Leonardo Bagus U(A 102.08.038)Susanti Handayani(A 102.08.059)

Mey Cahya Dwi H(A 102.08.041)Vackum Dwi M(A 102.08.062)

Murti Aprillia A(A 102.08.042)Wanda Dyah Irana(A 102.08.063)

Nina Novita Rayi S(A 102.08.044)Yosan Valentina A(A 102.08.064)

Novita Berlian P(A 102.08.045)Yuliyaningsih(A 102.08.066)

Pungki Waluyo(A 102.08.047)

Rachmawati A(A 102.08.049)

Rakhel Yeska K(A 102.08.050)

Usai Persalinan Organ Wanita Robek

BAGIAN I

Ipak Primashytha, Kasus Gugatan Malpraktek Atlet Adinda ke Meja Hijau.1

Karima Putri, Kasus Bayi Edwin, RS : Tak Ada Amputasi, Jari Edwin Terkena Nekrosis.3

Leonardo Bagus, Kepala dan Tangan Bayi Putus Saat Dilahirkan, Dua Bidan Kena Sanksi.5

Mey Cahya Dwi, Usai Persalinan Organ Wanita Robek.7

Murti Aprillia, Remaja Aborsi Tewas Usai Disuntik Bidan.9

Nina Novita Rayi, Rumah Sakit Masih belum Berpihak Kepada Orang Miskin. 11

Novita Berlian, Diduga Sebabkan Mata Bayi Buta, RS Omni Diadukan. 13

Pungki Waluyo, Bidan 34 Puskesmas Dikumpulkan. 15

Rachmawati Atikayuza, Bidan Nyambi Aborsi Dibekuk. 17

Rakhel Yeska, Bayi Diculik, YLKI Minta Rumah Sakit Kena Sanksi. 19

Septiyani Wilda, Komnas HAM Selidiki Kasus Dugaan Pembuangan Pasien. 21

Siti Uswatun, RS Yang Menolak Dera, Bisa Dipidanakan Berdasarkan UU Kesehatan. 23

Susanti Handayani, Kasus Raffi Ahmad : Ungkap Kondisi Raffi, dokter bisa kena sanksi!!. 25

Vackum Dwi, Kasus Dokter Ayu cs Bukan Kriminalisasi Tapi Murni Pidana. 27

Wanda Dyah Irana, Gara-Gara Divakum Bocah 3 Tahun Cuma Bisa Nangis. 29

Yosan Valentina, KOMNAS Anak : Sanksi Aborsi 15 Tahun Penjara. 31

Yuliyaningsih, Rumah Sakit Tempat Penculikan Bayi Kena Punishment Hukum ?. 33

BAGIAN II

Pembahasan Artikel oleh Rachmawati Atikayuza.2

Pembahasan Artikel oleh Ipak Primashytha.4

Pembahasan Artikel oleh Karima Putri.6

Pembahasan Artikel oleh Murti Aprillia8

Pembahasan Artikel oleh Leonardo Bagus Utomo. 10

Pembahasan Artikel oleh Novita Berlian. 12

Pembahasan Artikel oleh Siti Usawtun Hasanah. 14

Pembahasan Artikel oleh Mey Cahya Dwi Hutama. 16

Pembahasan Artikel oleh Septiyani Wilda. 18

Pembahasan Artikel oleh Yosan Valentina Andini. 20

Pembahasan Artikel oleh Nina Novita Rayi Saraswati. 22

Pembahasan Artikel oleh Susanti Handayani. 24

Pembahasan Artikel oleh Rakhel Yeska. 26

Pembahasan Artikel oleh Yuliyaningsih. 28

Pembahasan Artikel oleh Pungki Waluyo. 30

Pembahasan Artikel oleh Wanda Dyah Irana. 32

Pembahasan Artikel oleh Vackum Dwi Martiningsih. 34

BAGIAN III

Kesimpulan 35

DAFTAR ISI