Kom 2 Sudah Refisi
-
Upload
vanda-love-djavaneis -
Category
Documents
-
view
262 -
download
8
description
Transcript of Kom 2 Sudah Refisi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat yang menjadi klien
(penerima) asuhan keperawatan. Keluarga perperan dalam menentukan asuhan
keperawatan yang diperlukan oleh anggota keluarga yang sakit. Keberhasilan
keperawatan di rumah sakit akan menjadi sia-sia jika tidak dilanjutkan dengan
perawatan di rumah secara baik dan benar oleh klien atau keluarganya.
Keluarga menempati posisi diantara individu dan masyarakat, sehingga
dengan memberikan pelayanan kesehatan kepada keluarga, perawat mendapat dua
keuntungan sekaligus. Keuntunngan pertama adalah memenuhi kebutuhan
individu, dan keuntungan kedua adalah memenuhi kebutuhan masyarakat. Dalam
memberikan pelayanan kesehatan, ,perawat harus memperhatikan nilai-nilai yang
dianut keluarga, budaya keluarga, serta berbagai aspek yang terkait dengan apa
yang diyakini dalam keluarga tersebut
Menurut Friedman, 1998 Keluarga merupakan kumpulan dua orang atau lebih
yang hidup bersama dengan keterikatan aturan dan emosional dan individu
mempunyai peran masing-masing yang mempunyai peran masing-masing yang
merupakan bagian dari keluarga.
Keluarga sebagai unit pelayanan perawatan adalah keluarga sebagai unit
utama dari masyarakat dan merupakan lembaga yang menyangkut kehidupan
masyarakat, keluarga sebagai kelompok dapat menimbulkan, mencegah,
mengabaikan atau memperbaiki masalah-masalah kesehatan dalam kelompoknya
sendiri, masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan, penyakit pada salah
satu anggota keluarga akan mempengaruhi seluruh keluarga tersebut, keluarga
merupakan perantara yang efektif dan mudah untuk berbagai usaha-usaha
kesehatan masyarakat, keluarga merupakan lingkungan yang serasi untuk
mengembangkan potensi tiap individu dalam keluarga. (Friedman, 1998)
Keluarga menyediakan tempat berlindung, pertumbuhan, sosialisasi, dan
fungsi saling merawat. Awitan kecacatan atau penyakit kronis memberikan stress
pada individu dan keluarga. Stress ini dapat menguji batas keterikatan keluarga
1
yang mengikat keluarga menjadi satu. Tujuan dari riwayat keluarga adalah untuk
mengidentifikasi masalah-masalah genetic, penyakit menular, masalah-masalah
lingkungan, dan data-data interpersonal yang relevan dengan proses yang
rehabilitasi. Perawat menggunakan informasi ini untuk mengidentifikasi masalah-
masalah fungsi keluarga dan untuk mengembangkan intervensi yang
meningkatkan fungsi kesehatan keluarga.
Badan kesehatan sedunia (WHO) memperkirakan sekitar 15 juta orang
terserang stroke seetiap tahunnya. Stroke merupakan penyebab kematian pertama
urutan kedua pada kelompok usia diatas 60 tahun, dan urutan kelima penyebab
kematian pada kelompok usia 15-59 tahun.
Denegara-negara maju, insiden dtroke cenderung mengalami penurunan setiap
tahunnya. Kondisi ini disebabkan oleh pebatasan peredaran rokok melalui
peningkatan bea cukai rokok, serta peningkatan kepatuhan penderita hipertensi
mengontrol tekanan darah. Meskipun demikian, prevalensi penderita stroke terus
bertambah seiring meningkatnya usia harapan hidup di Negara maju.
Sementara itu, di Negara-negara miskin dan berkembang, seperti Indonesia,
insiden stroke cenderung meningkat setiap tahunnya meskipun sulit mendapatkan
data yang akurat. Fenomena stroke terus meningkat setiap tahunnya, seiring
dengan peningkatan usia harapan hidup dan perbaikan tingkat kesejahteraan
masyarakat yang tidak diimbangi oleh perbaikan perilaku dan pola hidup sehat.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah konsep dasar keluarga?
2. Apakah konsep dasar asuhan keperawatan keluarga?
3. Apakah konsep dasar stroke?
1.3 Tujuan
1. Mahasiswa mampu memahami tentang konsep dasar keluarga
2. Mahasiswa mampu memahami tentang konsep dasar Asuhan Keperawatan
keluarga
3. Mahasiswa mampu memahami tentang konsep Stroke
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Dasar Keluarga
A. Pengertian Keluarga
Menurut Departemen Kesehatan RI (1988) yang dikutip oleh Effendy (1998),
keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan
beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat dibawah suatu atap
dalam keadaan saling ketergantungan.
Menurut Friedman (1998), keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih
yang hidup bersama dengan keterikatan aturan dan emosional dan individu
mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga.
Menurut Bailon dan Maglaya (1989) yang dikutip oleh Effendy (1998),
keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena hubungan
darah, hubungan perkawinan, atau pengangkatan dan mereka hidup dalam suatu
rumah tangga, berinteraksi satu sama lain, dan di dalam perannya masing-masing
menciptakan serta mempertahankan kebudayaan.
Berdasarkan ketiga pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa keluarga
adalah suatu unit terkecil yang terdiri dari dua orang atau lebih yang tinggal di
satu tempat/rumah, saling berinteraksi satu sama lain, mempunyai peran
masingmasing dan mempertahankan suatu kebudayaan.
B. Struktur Keluarga
Menurut Effendy ( 1998 ) struktur keluarga terdiri dari bermacam-macam,
diantaranya adalah :
a. Patrilineal : adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah
dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis
ayah.
b. Matrilineal : adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah
dalam beberapa generasi di mana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.
c. Matrilokal : adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah istri.
3
d. Patrilokal : adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah suami.
e. Keluarga Kawinan : adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi
pembinaan keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian
keluarga karena adanya hubungan dengan suami istri.
C. Tipe atau Bentuk Keluarga
Keluarga berdasarkan bentuk keluarga dalam kehidupan manusia
dikelompokkan menjadi beberapa bagian, antara lain:
1. Keluarga Inti
Seperti yang telah disebutkan di atas, tipe keluarga inti merupakan tipe
keluarga kebanyakan dalam kehidupan manusia, oleh karenanya banyak orang
yang mendefinisikan keluarga sebagai keluarga inti. Keluarga inti terdiri atas
ayah, ibu dan anak-anaknya. Dalam keluarga tipe ini, kehadiran anak akan
mempengaruhi waktu dan sumber ekonomi. Ketidakhadiran anak akan
memung kinkan suami dan istri mencari konseling dan pelayanan kesehatan.
Tipe ini biasanya adalah ayah yang menjadi tumpuan ekonomi keluarga dan
ibu mengurus rumah tangga dan keluarga di rumah. Tetapi dewasa ini tak
jarang kedua posisi tersebut terbalik.
2. Keluarga besar
Keluarga ini termasuk kerabat (bibi, paman, kakek, nenek, sepupu) selain
keluarga inti. Keluarga tipe ini dapat memberikan berbagai macam dukungan
berdasarkan kebutuhan anggota keluarga terhadap pelayanan kesehatan.
Makin dekat anggota keluarga pada keluarga besar, makin mempunyai
pengaruh pada pelayanan kesehatan
3. Keluarga dengan Orang Tua Tunggal
Keluarga ini terbentuk karena salah satu orang tua meninggalkan keluarga inti
karena kematian, perceraian, mengabaikan, kelahiran anak tanpa pernikahan
orangtuanya, atau pada saat seseorang yang belum menikah memutuskan
untuk mengadopsi anak. Situasi perpisahan berdampak pada keluarga tipe ini.
Hal ini merupakan akibat yang paling umum dari perceraian pada saat ini.
4
Pengurangan sumber finansial dan emosi mempengaruhi kesehatan keluarga
dengan orang tua tunggal.
4. Keluarga Campuran
Keluarga ini dibentuk pada saat orang tua membawa anak-anak yang tidak
memiliki hubungan dari hubungan yang sebelumnya ke dalam hubungan yang
baru, bergabung dalam situasi kehidupan. Situasi kehidupan alami yang
sebelumnya dari rata-rata adaptasi terhadap perubahan mempengaruhi
kesehatan. Tekanan dari bentuk pola keluarga yang baru dapat mempengaruhi
kesehatan mental anggota keluarga.
5. Keluarga dengan Orang Tua Berkarir
Pada keluarga tipe ini, kedua orang tua adalah pencari nafkah (berkarir).
Biasanya mereka tidak memiliki anak. Keluarga tipe ini semakin meningkat
dewasa ini karena banyaknya kesempatan bekerja pada wanita, keinginan pada
peningkatan kualitas hidup dan desakan ekonomi. Masalah terberat yang
biasanya dihadapi oleh keluarga dengan orang tua berkarir adalah masalah
mengenai penanganan dan pengasuhan anak.
6. Keluarga Regenerasi
Dalam beberapa kebudayaan dan rumah tangga yang berumur panjang, adalah
mungkin jika dua keluarga dalam generasi yang berbeda hidup dalam satu
atap. Anak yang telah menikah dan memiliki anak memungkinkan hidup
bersama dengan orang tuanya, ataupun orangtua yang biasanya menaruh
kepengurusan dan kepedulian anak terhadap kakek atau neneknya, sedangkan
orang tua anak tidak termasuk ke dalam bagian keluarga regenerasi.
7. Orang dewasa yang tinggal sendiri
Merupakan bentuk keluarga dimana seseorang yang dewasa dan telah
menikah hidup dan mengurusi dirinya sendiri. Tipe keluarga ini terbentuk
karena biasanya diakibatkan oleh perceraian, kematian pasangan hidup,
maupun karena pasangan yang telah menikah namun terpisah oleh jarak
5
D. Fungsi Keluarga
Ada beberapa fungsi yang dapat dijalankan keluarga sebagai berikut :
a) Fungsi Biologis
1. Untuk meneruskan keturunan
2. Memelihara dan membesarkan anak.
3. Memenuhi kebutuhan gizi keluarga.
4. Memelihara dan merawat anggota keluarga.
b) Fungsi Psikologis
1. Memberikan kasih sayang dan rasa aman.
2. Memberikan perhatian diantara anggota keluarga.
3. Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga.
4. Memberikan identitas keluarga.
c) Fungsi Sosialisasi
1. Membina sosialisasi pada anak.
2. Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat
perkembangan anak.
3. Meneruskan nilai-nilai budaya keluarga.
d) Fungsi Ekonomi
1. Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan
keluarga.
2. Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan-
kebutuhan keluarga di masa yang akan datang, misalnya pendidikan anak-
anak, jaminan hari tua dan sebagainya.
e) Fungsi Pendidikan
1. Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, keterampilan, dan
membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat, minat yang dimilikinya.
2. Mempersiapkan anak untuk kehidupan semasa yang akan datang dalam
memenuhi peranannya sebagai orang dewasa.
3. Mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangannya.
6
E. Tugas Perkembangan Keluarga
a. Pasangan baru menikah (pasangan baru)
1. Membina hubungan intim yang memuaskan.
2. Menetapkan tujuan bersama.
3. Mengembangkan hubungan dengan keluarga keluarga lain, teman, dan
kelompok sosial.
4. Mendiskusikan rencana memiliki anak.
b. Keluarga dengan menanti kelahiran / bayi baru lahir
1. Mempersiapkan menjadi orang tua.
2. Tugas masing-masing dan tanggung jawab.
3. Persiapan biaya.
4. Adaptasi dengan perubahan adanya anggota keluarga baru, interaksi
keluarga, hubungan seksual dan kegiatan sehari - hari.
5. Pengetahuan tentang kehamilan, persalinan dan menjadi orang tua.
c. Keluarga dengan anak usia prasekolah
1. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga, misal kebutuhan tempat tinggal,
privacy dan rasa aman.
2. Membantu anak untuk bersosialisasi.
3. Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan anak
yangvlain (tua) juga harus terpenuhi.
4. Mempertahankan hubungan yang sehat, baik di dalam atau keluarga
(keluarga lain dan lingkungan sekitar).
5. Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak (biasanya keluarga
mempunyai tingkat kerepotan yang tinggi).
6. Pembagian tanggung jawab anggota keluarga.
7. Merencanakan kegiatan dan waktu untuk menstimulasi pertumbuhan dan
perkembangan anak.
d. Keluarga dengan anak usia sekolah
1. Membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan luar rumah, sekolah dan
lingkungan lebih luas (yang tidak/kurang diperoleh dari sekolah atau
masyarakat).
2. Mempertahankan keintiman pasangan.
7
3. Memenuhi kebutuhan yang meningkat termasuk biaya kehidupan dan
kesehatan anggota keluarga.
e. Keluarga dengan remaja.
1. Memberikan kebebasan yang seimbang dan bertanggungjawab mengingat
remaja adalah seorang dewasa muda dan memiliki otonomi.
2. Mempertahankan hubungan intim dalam keluarga.
3. Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orang tua.
Hindarkan terjadinya perdebatan, kecurigaan dan permusuhan.
4. Mempersiapkan perubahan sistem peran dan peraturan (anggota) keluarga
untuk memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anggota keluarga.
f. Keluarga dengan anak-anak dewasa awal (pelepasan)
1. Memperluas jaringan keluarga dari keluarga inti menjadi keluarga besar.
2. Mempertahankan keintiman pasangan.
3. Membantu anak untuk mandiri sebagai keluarga baru di masyarakat.
g. Keluarga usia pertengahan
1. Mempertahankan kesehatan individu dan pasangan usia pertengahan.
2. Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan.
3. Mempertahankan hubungan yang serasi dan memuaskan dengan
anakanaknya dan sebaya.
4. Meningkatkan keakraban pasangan.
5. Partisipasi aktifitas sosial.
h. Keluarga usia lanjut
1. Mempertahankan suasana kehidupan kehidupan rumah tangga yang saling
menyenangkan pasangannya.
2. Adaptasi dengan perubahan yang akan terjadi ; kehilangan pasangan,
kekuatan fisik dan penghasilan keluarga.
3. Mempertahankan keakraban pasangan dan saling merawat.
4. Mempertahankan kontak dengan anak cucu.
5. Mempertahankan kontak dengan masyarakat.
6. Melakukan life review masa lalu.
8
F. Perawatan Kesehatan Keluarga
Perawatan kesehatan keluarga adalah tingkat perawatan kesehatan masyarakat
yang ditujukan atau dipusatkan pada keluarga sebagai unit atau kesatuan yang
dirawat, dengan sehat sebagai tujuan melalui perawatan sebagai saran/penyalur.
Alasan Keluarga sebagai Unit Pelayanan :
1. Keluarga sebagai unit utama masyarakat dan merupakan lembaga yang
menyangkut kehidupan masyarakat
2. Keluarga sebagai suatu kelompok dapat menimbulkan, mencegah,
mengabaikan atau memperbaiki masalah-masalah kesehatan dalam
kelompoknya
3. Masalah-masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan, dan apabila
salah satu angota keluarga mempunyai masalah kesehatan akan berpengaruh
terhadap anggota keluarga lainnya
4. Dalam memelihara kesehatan anggota keluarga sebagai individu (pasien),
keluarga tetap berperan sebagai pengambil keputusan dalam memelihara
kesehatan para anggotanya
5. Keluarga merupakan perantara yang efektif dan mudah untuk berbagai upaya
kesehatan masyarakat.
G. Tujuan Perawatan Kesehatan Keluarga
Tujuan umum :
1. Meningkatkan kemampuan keluarga dalam memelihara kesehatan keluarga
mereka, sehingga dapat meningkatkan status kesehatan keluarganya
Tujuan khusus :
a) Meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengidentifikasi masalah
kesehatan yang dihadapi oleh keluarga
b) Meningkatkan kemampuan keluarga dalam menanggulangi masalah-masalah
kesehatan dasar dalam keluarga
c) Meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan yang tepat
dalam mengatasi masalah kesehatan para anggotanya
9
d) Meningkatkan kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan keperawatan
terhadap anggota keluarga yang sakit dan dalam mengatasi masalah kesehatan
anggota keluarganya
e) Meningkatkan produktivitas keluarga dalam meningkatkan mutu hidupnya
H. Tugas-tugas Keluarga dalam Bidang Kesehatan
Untuk dapat mencapai tujuan asuhan keperawatan kesehatan keluarga,
keluarga mempunyai tugas dalam pemeliharaan kesehatan para anggotanya dan
saling memelihara. Freeman (1981) :
1. Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggota keluarga
2. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat
3. Memberikan keperawatan kepada anggota keluarganya yang sakit, dan yang
tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu
muda
4. Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan kesehatan dan
perkembangan kepribadian anggota keluarga
5. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga-
lembaga kesehatan, yang menunjukkan pemanfaatan dengan baik fasilitas-
fasilitas kesehatan yang ada.
I. Peran Perawat Keluarga
1. Pendidik
Perawat perlu memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga agar :
a) Keluarga dapat melakukan program asuhan kesehatan keluarga secara
mandiri
b) Bertanggung jawab terhadap masalah kesehatan keluarga
2. Koordinator
Diperlukan pada perawatan berkelanjutan agar pelayanan yang komprehensif
dapat tercapai. Koordinasi juga sangat diperlukan untuk mengatur program
kegiatan atau terapi dari berbagai disiplin ilmu agar tidak terjadi tumpang
tindih dan pengulangan
10
3. Pelaksana
Perawat yang bekerja dengan klien dan keluarga baik di rumah, klinik maupun
di rumah sakit bertanggung jawab dalam memberikan perawatan langsung.
Kontak pertama perawat kepada keluarga melalui anggota keluarga yang sakit.
Perawat dapat mendemonstrasikan kepada keluarga asuhan keperawatan yang
diberikan dengan harapan keluarga nanti dapat melakukan asuhan langsung
kepada anggota keluarga yang sakit
4. Pengawas kesehatan
Sebagai pengawas kesehatan, perawat harus melakukan home visite atau
kunjungan rumah yang teratur untuk mengidentifikasi atau melakukan
pengkajian tentang kesehatan keluarga
5. Konsultan
Perawat sebagai narasumber bagi keluarga di dalam mengatasi masalah
kesehatNn. Agar keluarga mau meminta nasehat kepada perawat, maka
hubungan perawat-keluarga harus dibina dengan baik, perawat harus bersikap
terbuka dan dapat dipercaya
6. Kolaborasi
Perawat komunitas juga harus bekerja dama dengan pelayanan rumah sakit
atau anggota tim kesehatan yang lain untuk mencapai tahap kesehatan
keluarga yang optimal
7. Fasilitator
Membantu keluarga dalam menghadapi kendala untuk meningkatkan derajat
kesehatannya. Agar dapat melaksanakan peran fasilitator dengan baik, maka
perawat komunitas harus mengetahui sistem pelayanan kesehatan (sistem
rujukan, dana sehat, dll)
8. Penemu kasus
Mengidentifikasi masalah kesehatan secara dini, sehingga tidak terjadi
ledakan atau wabah
9. Modifikasi lingkungan
Perawat komunitas juga harus dapat mamodifikasi lingkungan, baik
lingkungan rumah maupun lingkungan masyarakat, agar dapat tercipta
lingkungan yang sehat.
11
J. Prinsip-prinsip Perawatan Keluarga
1. Keluarga sebagai unit atau satu kesatuan dalam pelayanan kesehatan
2. Dalam memberikan asuhan perawatan kesehatan keluarga, sehat sebagai
tujuan utama
3. Asuhan keperawatan yang diberikan sebagai sarana dalam mencapai
peningkatan kesehatan keluarga
4. Dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga, perawat
melibatkan peran serta keluarga dalam mengatasi masalah kesehatannya
5. Lebih mengutamakan kegiatan-kegiatan yang bersifat promotif dan preventif
dengan tidak mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif
6. Dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga memanfaatkan
sumber daya keluarga semaksimal mungkin untuk kepentingan kesehatan
keluarga
7. Sasaran asuhan perawatan kesehatan keluarga adalah keluarga secara
keseluruhan
8. Pendekatan yang digunakan dalam memberikan asuhan keperawatan
kesehatan keluarga adalah pendekatan pemecahan masalah dengan
menggunakan proses keperawatan
9. Kegiatan utama dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga
adalah penyuluhan kesehatan dan asuhan perawatan kesehatan
dasar/perawatan di rumah
10. Diutamakan terhadap keluarga yang termasuk resiko tinggi.
12
2.2 Konsep dasar asuhan keperawatan keluarga
A. Pengkajian ( Assessment )
Pengkajian asuhan keperawatan keluarga menurut teori / model Family Center
Nursing Friedman, meliputi 7 komponen pengkajian yaitu
1. Data Umum
a. Identifikasi kepala keluarga
1. Nama kepala Keluarga ( KK ) :
2. Umur ( KK ) :
3. Pekerjaan Kepala Keluarga ( KK ) :
4. Pendidikan Kepala Keluarga ( KK ) :
5. Alamat dan nomor telpon :
13
Identifikasi keluarga, subsistem keluarga dan masalah
kesehatan individu ( diagnosis keperawatan )
Rencana tindakan:
- Setting tujuan
- Identifikasi sumber daya
- Alternative pendekatan
- Memilih alternative tindakan
- Prioritas masalah
Evaluasi perawatan
Pengkajian individu
- Mental
- Fisik
- Emosi
- Social
- Spiritual
Pengkajian keluarga:
- Identifikasi data sosio kultural
- Data lingkungan
- Struktur keluarga
- Fungsi keluarga
- Strategi koping dan stress keluarga
b. Komposisi anggota keluarga
Nama Umur JK Hub
dengan
KK
Pendidikan pekerjaan Keterangan
c. Genogram :
Genogram harus menyangkut minimal 3 generasi, harus tertera nama,
umur, kondisi kesehatan tiap keterangan gambar. Terdapat keterangan
gambar dengan symbol berbeda ( Friedman, 1998 ) seperti :
Laki-laki :
Perempuan :
Meninggal dunia :
Tinggal serumah : ,,,,,,,,,,,,,
Pasien yang diidentifikasi :
Kawin :
Cerai :
Anak adopsi :
Anak kembar :
Aborsi / keguguran :
14
d. Tipe keluarga :
e. Suku bangsa :
1. Asal suku bangsa keluarga
2. Bahasa yang dipakai keluarga
3. Kebiasaan keluarga yang dipengaruhi suku yang dapat mempengaruhi
kesehatan
f. Agama :
1. Agama yang dianut keluarga
2. Kepercayaan yang mempengaruhi kesehatan
g. Status social ekonomi keluarga :
1. Rata – rata penghasilan seluruh anggota keluarga
2. Jenis pengeluaran keluarga tiap bulan
3. Tabungan khusus kesehatan
4. Barang ( harta benda ) yang dimiliki keluaga ( perabot, transportasi )
h. Aktifitas rekreasi keluarga
2. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
a. Tahap perkembangan keluarga saat ini ( ditentukan dengan anak tertua )
b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
c. Riwayat keluarga inti :
1. Riwayat terbentuknya keluarga inti
2. Penyakit yang diderita keluarga orang tua ( adanya penyakit menular
atau penyakit menular di keluarga )
d. Riwayat keluarga sebelum ( suami istri ) :
1. Riwayat penyakit keturunan dan penyakit menular keluarga
2. Riwayat kebiasaan / gaya hidup yang mempengaruhi kesehatan
3. Lingkungan
a. Karakteristik rumah :
1. Ukuran rumah ( luas tanah )
2. Kondisi dalam dan luar rumah
3. Kebersihan rumah
4. Ventilasi rumah
5. Saluran pembungan air limbah ( SPAL )
15
6. Air bersih
7. Pengelolaan sampah
8. Kepemilikan rumah
9. Kamar mandi / wc
10. Denah rumah
b. Karekteristik tetangga dan komunitas tempat tinggal :
1. Apakah ingin tinggal dengan satu suku saja
2. Aturan dan kesepakatan penduduk setempat
3. Budaya setempat yang mempengaruhi kesehatan
c. Mobilitas geografis keluarga :
1. Apakah keluarga sering pindah rumah
2. Dampak pindah rumah terhadap kondisi keluarga ( apakah menyebabkan
stress )
d. Perkumpulan keluarga dan berinteraksi dengan masyarakat
1. Perkumpulan / organisasi social yang diikuti oleh anggota keluarga
2. Digambarkan dalam ecomap
e. System pendukung keluarga
Termasuk siap saja yang terlibat bila keluarga mengalami masalah
4. Struktur keluarga
a. Pola komunikasi keluarga :
1. Cara dan jenis komunikasi yang dilakukan keluarga
2. Cara keluarga memecah masalah
b. Struktur kekuatan keluarga :
1. Respon keluarga bila ada anggota keluarga yang mengalami masalah
2. Power yang digunakan keluarga
c. Struktur peran ( formal dan informal ) :
1. Peran seluruh anggota keluarga
d. Nilai dan norma keluarga
5. Fungsi keluarga
a. Fungsi afektif
1. Bagaimana cara keluarga mengekspresikan perasaan kasih saying
2. Perasaan yang dimilki
16
3. Dukungan terhadap anggota keluarga
4. Saling menghargai, kehangatan
b. Fungsi sosialisasi
1. Bagaimana memperkenalkan anggota keluarga dengan dunia luar
2. Interaksi dan hubungan dalam keluarga
c. Fungsi keperawatan kesehatan:
1. Kondisi perawatan kesehatan seluruh anggota keluarga ( bukan hanya
kalau sakit diapakan tetapi bagaimana prevensi / promosi )
2. Bila ditemui data maladaptive, langsung lakukan penjajagan tahap II
( bedasarkan 5 tugas keluarga seperti bagaiman keluarga mengenal
masalah, mangambil keputusan, merawat anggota keluarga,
memodifikasi lingkungan dan memanfaatkan fasilitas pelayanan
kesehatan )
6. Stress dan koping keluarga
a. Stressor jangka panjang dan stressor jangka pendek serta kekuatan
keluarga
b. Respon keluarga terhadap stress
c. Strategi adaptasi yang disfungsional:
Adakah cara keluarga mengatasi masalah secara maladaptive
7. Pemeriksaan fisik ( head to toe )
a. Tanggal pemeriksaan fisik dilakukan
b. Pemeriksaan kesehatan dilakukan pada seluruh anggota keluarga
c. Aspek pemeriksaan fisik mulai vital sign, rambut, kepala, mata mulut,
THT, leher, thorax, abdomen, ekstermitas atas dan bawah, system
genitalia.
d. Kesimpulan dari hasil pemeriksaan fisik
8. Harapan keluarga
1. Terhadap maslah kesehatan keluarga
2. Terhadap petugas kesehatan yang ada
17
B. Analisa Data
Setelah dilakukan pengkajian, selanjutnya data dianalisis untuk dapat
dilakukan perumusan diagnosis keperawatNn. Analisis data di buat dalam bentuk
matriks seperti table 2.1 berikut:
No DATA DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1 Data subjektif:
- Keluarga mengatakan anak L
mengalami nyeri haid yang
berlangsung 1-2 hari
- Keluarga mengatakan tidak diobati
apapun tetapi terkadang diberikan
feminax 1 butir sehari bila terasa
nyeri
- Anak L mangatakan bial haid,
badan terasa malas aktivitas, purat
mulas, pegal, merasa lelah dan
ingin marah-marah
- Anak L mengatakan kadang
mendapatkan haid 2x sebulan
- Keluarga mengtakan tidak tahu
penyebab. Akibat, cara perawata
nyeri haid.
Data objektif:
- Anak L tampak lemas
- Nyeri bila ditekan pada abdomen
Gangguan rasa nyanman, nyeri haid
pada keluarga bapak A khusu anak L
berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga merawat
anggota keluarga yang mengalami
nyeri haid
18
C. Diagnosa Keperawatan
Menurut Bailon dan Maglaya (1989) dan modifikasi oleh Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Indonesia (2000), bahwa etialogi diagnosa keperawatan
ada 3 yaitu:
a. Aktual (deficit atau gangguan kesehatan), bila didapatkan data tanda dan
gejala gangguan kesehatan, contoh: ketidakseimbangan antara makanan dan
insulin. Pada keluarga Bapak D berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga merawat anggota keluarga dengan Diabetes Mellitus.
b. Resiko (ancaman kesehatan), sudah ada data yang menunjang namun belum
terjadi gangguan, misalnya : kebiasaan tidak mengontrol makanan yang
banyak mengandung glukosa atau dengan makanan yang berlebihan. Contoh :
Resiko peningkatan kadar glukosa dalam darah pada keluarga Bapak
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga
dengan Diabetes Mellitus.
c. Potensial (keadaan sejahtera atau wellness), kejadian dimana keluarga dalam
keadaan sejahtera sehingga kesehatan keluarga dapat ditingkatkan. Contoh :
potensial terjadi peningkatan kesejahteraan pada ibu hamil atau keluarga.
d. Pada pembuatan diagnosa keluarga ini, etiologi berdasarkan lima fungsi
keperawatan keluarga, dimana apabila ditentukan lebih dari satu fungsi
kesehatan yang terganggu maka yang menjadi etiologi adalah
ketidakmampuan keluarga merawat.
19
D. Perencanaan
1. Penapisan Masalah
Dalam menyusun prioritas masalah keperawatan yang telah teridentifikasi
perlu dilakukan penapisan masalah keperawatan dengan menggunakan kriteria
sebagai berikut :
Kriteria Skor Bobot Pembenaran
Sifat Masalah:
a. Aktual
b. Resiko
c. Potensial
3
2
1
1 Aktual bobot tinggi karena
memerlukan tindakan yang segera,
potensial bobot sedikit karena
perilaku keluarga dalam transisi
dari tingkat kesejahteraan tertentu
ke tingkat kesejahteraan yang lebih
tinggi (Nanda, 1994), dikutip oleh
Carpenito 1998)
Kemungkinan masalah
dapat diubah :
a. Mudah
b. Sebagian
c. Tidak dapat diubah
3
2
1
2
Pengetahuan dan tekhnologi untuk
menangani masalah, sumber daya
keluarga, perawat dan masyarakat.
Potensi Masalah untuk
Dicegah:
a. Tinggi
b. Sedang
c. Rendah
3
2
1
1
Beratnya penyakit, prognosa
penyakit atau kemungkinan untuk
mencegah, lamanya masalah,
adanya kelompok resiko tinggi atau
rawan.
Menonjolnya masalah:
a. Masalah Berat harus
segera ditangani
b. Ada masalah tetapi
tidak perlu ditangani
c. Masalah Tidak
dirasakan
2
1
0
1
Persepsi keluarga melihat masalah.
Jika keluarga menyadari masalah
dan merasa perlu ditangani segera
skornya tinggi.
20
2. Cara Perhitungan Skor
Pertama kita menentukan skor untuk setiap kriteria, kemudian skor yang
diperoleh dibagi dengan skor tertinggi dan dikalikan dengan nilai bobot. Setelah
mendapatkan basil jumlah skor untuk semua kriteria, skor tertinggi adalah 5 sama
dengan jumlah seluruh bobot dan skor tertinggi menjadi prioritas.
3. Perencanaan Keperawatan
Setelah menyusun prioritas masalah maka pada tahap berikutnya adalah
menyusun rencana tindakan keperawatan keluarga. Rencana tindakan
keperawatan keluarga merupakan sekumpulan rencana tindakan yang
direncanakan perawat untuk dilaksanakan, Beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam mengembangkan rencana keperawatan adalah:
a. Rencana keperawatan harus berdasarkan atas analisa secara menyeluruh
tentang masalah situasi keluarga.
b. Rencana keperawatan harus realistis. Artinya dapat dilaksanakan dan dapat
menghasilkan apa yang diharapkan.
c. Rencana keperawatan harus sesuai dengan tujuan dan falsafah instansi
kesehatan, misalnya jika instansi kesehatan yang bersangkutan tidak
memungkinkan pemberian pelayanan secara cuma-cuma, maka perawat harus
mempertimbangkan hal tersebut dalam membuat rencana keperawatan dan
tindakan.
d. Rencana keperawatan harus dibuat bersama keluarga, hal ini sesuai dengan
prinsip bahwa perawat bekerja bersama keluarga dan bukan untuk keluarga.
e. Rencana keperawatan dibuat secara tertulis, hall ini berguna bagi perawat
maupun tim kesehatan lainnya, serta dapat membantu dalam mengawasi
perkembangan masalah keluarga.
Berikut ini adalah tindakan keperawatan yang dilakukan keluarga untuk
mengatasi penyebab masalah keperawatan :
a. Untuk membantu keluarga dalam penerimaan terhadap masalah dilakukan
adalah: perluas dasar sedang dihadapi, Bantu keluarga dan situasi yang ada.
Hubungkan sasaran yang telah ditentukan. menghadapi masalah.
21
b. Untuk membantu keluarga agar dapat menentukan keputusan yang tepat dalam
rangka menyelesaikan masalah, tindakan yang dilakukan adalah: diskusikan
dengan keluarga konsekuensi yang akan timbul jika tidak melakukan tindakan.
Perkenalkan pada keluarga tentang alternatif kemungkinan yang dapat diambil
serta sumber-sumber yang diperlukan untuk melaksanakan alternative tersebut.
Diskusikan dengan keluarga tentang manfaat dan masing-masing alternative
tindakan.
c. Untuk meningkatkan kepercayaan diri keluarga dalam memberikan perawatan
terhadap anggota keluarga yang sakit, perawat dapat melakukan tindakan
antara lain: demonstrasikan tindakan yang diperlukan. Manfaatkan fasilitas
atau sasaran yang ada di rumah keluarga. Hindari hal-hal yang merintangi
keberhasilan keluarga merujuk klien atau mencari pertolongan kepada tim
kesehatan yang ada.
d. Untuk meningkatkan kemampuan keluarga dalam menciptakan lingkungan
yang menunjang kesehatan, perawat dapat melakukan tindakan antara lain:
Bantu keluarga dalam rangka menghindari adanya ancaman dan perkembangan
kepribadian anggota keluarga. Bantu keluarga dalam rangka memperbaiki
fasilitas fisik yang ada. Hindarkan ancaman psikologis dalam keluarga dengan
cara memperbaiki pola, komunikasi keluarga, memperjelas peran masing-
masing keluarga. Kembangkan kesanggupan keluarga dalam rangka
pemenuhan kebutuhan psikososial.
e. Untuk membantu keluarga dalam memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada,
maka perawat harus mempunyai pengetahuan yang luas dan tempat tentang
sumber daya yang ada di masyarakat dan cara memanfaatkannya, seperti
instansi kesehatan, program peningkatan kesehatan, dan organisasi-organisasi
masyarakat.
22
E. Penatalaksanaan (implementasi)
Penatalaksanaan merupakan salah satu proses keperawatan keluarga dimana
perawatan mendapatkan kesempatan untuk meningkatkan minat dan mengadakan
perbaikan ke arah perilaku yang sehat. Perawat harus memperhatikan
ketidakmampuan dan kesulitan keluarga dapat menghadapi masalah
kesehatannya. Diharapkan perawat dapat memperhatikan beberapa prinsip
motivasi yang bermanfaat dalam pemeliharaan kesehatan masyarakat yaitu:
tingkah laku yang berkaitan dengan masalah kesehatan yang dipengaruhi oleh
kemampuan keluarga melihat akibat masalah kesehatan terhadap dirinya
keyakinan keluarga terhadap keberhasilan tindakan dalam menurunkan masalah.
Dorongan yang berhubungan dengan kesehatan tidak selalu menimbulkan tingkah
laku sehat dan sebaliknya.
Dalam melaksanakan tindakan keperawatan ada beberapa faktor penghambat
baik dan keluarga maupun petugas kesehatan. Faktor-faktor penghambat dan
keluarga adalah keluarga kurang memperoleh informasi, keluarga mendapat
informasi yang tidak lengkap sehingga melihat masalah hanya sebagian, keluarga
tidak dapat mengaitkan informasi dengan situasi yang dihadapinya, keluarga tidak
mau menghadapi tekanan sosial atau dan keluarga, keluarga ingin
mempertahankan suatu pola tingkah laku, keluarga gagal mengaitkan tindakan
dengan sasaran keluarga, keluarga tidak percaya dengan tindakan yang diusulkan
oleh perawat. Sedangkan faktor penyulit yang berasal dari petugas adalah petugas
atau perawat cenderung menggunakan satu pola pendekatan (perawat kaku),
petugas kurang memberikan penghargaan atau perhatian terhadap faktor-faktor
sosial budaya. petugas kurang mampu dalam mengambil tindakan dan
menggunakan berbagai macam teknik dalam mengatasi masalah yang rumit.
F. Evaluasi
Dalam perawatan kesehatan keluarga, evaluasi merupakan proses yang
dilakukan dalam menilai keberhasilan dan suatu tindakan keperawatan dan
menentukan sejauh mana tujuan sudah tercapai, bila tujuan tercapai ditentukan
a1aannya apakah tujuan realistis, mungkin tindakan tidak tepat karena mungkin
ada faktor 1inkungan yang tidak dapat teratasi. Tahap pada umumnya, tahap
23
evaluasi dapat dibedakan menjadi dua yaitu: evaluasi kuantitatif dimana evaluasi
ini menekankan pada jumlah pelayanan atau kegiatan yang telah diberikan.
Sedangkan evaluasi kualitatif adalah evaluasi yang difokuskan pada tiga dimensi
yang saling berkaitan yaitu: evaluasi struktur yaitu berhubungan dengan tenaga
atau bahan yang diperlukan dalam suatu kegiatan, evaluasi proses adalah evaluasi
yang dilakukan selama kegiatan berlangsung dan evaluasi basil merupakan basil
dan pemberian asuhan keperawatan.
Adapun metode yang sering dipakai untuk menentukan apakah tujuan dati
tindakan keperawatan yang telah tercapai adalah sebagai berikut :
a. Observasi langsung metode ini merupakan metode yang paling valid untuk
menentukan adanya perubahan yaitu bila interpretasi yang subyektif dan
pengamat dapat dikurangi dan menggunakan instrument yang tepat dan tujuan
yang telah ditetapkan mengenai proses atau hasil.
b. Memeriksa laporan atau record mengenai test diagnostik yang menunjukkan
perubahan dalam status kesehatan klien dapat diperoleh dan kartu penderita.
c. Wawancara untuk menentukan perubahan sikap dan tingkah laku yang rumit,
wawancara dapat disusun dan diberikan kepada keluarga yang berperan
penting.
d. Latihan stimulasi, berguna untuk menentukan perkembangan kesanggupan
untuk mengerti seperti kecakapan dalam membuat keputusan, menanggapi
masalah dan menganalisa masalah.
Untuk menentukan keberhasilan suatu tindakan keperawatan yang diberikan
pada keluarga dengan pedoman SOAP sebagai tuntunan perawat dalam
melakukan evaluasi adalah:
a. Subyektif : Pernyataan atau uraian keluarga, klien atau sumber lain tentang
perubahan yang dirasakan baik kemajuan atau kemunduran setelah diberikan
tindakan keperawatan.
b. Obyektif : Data yang bisa diamati dan diukur memalui teknik observasi,
palpasi, perkusi dan auskultasi, sehingga dapat dilihat kemajuan atau
kemunduran pada sasaran perawatan sebelum dan setelah diberikan tindakan
keperawatan.
24
c. Analisa : Pernyataan yang menunjukkan sejauh mana masalah keperawatan
ditanggulangi.
d. Planning : Rencana yang ada dalam catatan perkembangan merupakan
rencana tindakan hash evaluasi tentang dilanjutkan atau tidak rencana tersebut
sehingga diperlukan inovasi dan modifikasi bagi perawat.
2.3 Konsep Dasar Stroke
A. Definisi Stroke
Stroke adalah penyakit yang ditandai oleh penurunan fungsi otak, yang
disebabkan oleh terhentinya aliran darah ke otak yang berlangsung selama 24 jam
atau lebih atau berakhir dengan kematian (WHO, 1970)
Stroke adalah gangguan fungsi otak, fokal (ataupun global), yang timbul
mendadak, berlangsung selama lebih dari 24 jam (kecuali bila mengalami
tindakan pembedahan atau meninggal sebelum 24 jam), disebabkan oleh kelainan
pembuluh darah otak (WHO Monica Project, 1995).
Stroke adalah bencana atau gangguan peredaran darah diotak. Dalam bahasa
Inggris dinamai juga sebagai Cerebrovascular Accident atau CVA
(Lumbantobing, 2000)
Menurut McCabe dalam Smeltzer & Bare (2002), stroke adalah kehilangan
fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak.
Stroke adalah penyakit serebrovaskular (pembulu darah) yang dirandai dengan
gangguan fungsi otak karena adanya kerusakan atau kematian jaringan otak akibat
berkurang atau tersumbatnya alliran darah dan oksigen ke otak. Aliran darah ke
otak dapat berkurang karena pembulu darah otak mengalami penyempitan,
penyumbatan, atau perdarahan karena pecahnya pembulu darah tersebut.
Stroke bukanlah penyakit yang asing bagi masyarakat Indonesia. Hal ini
disebabkan oleh cukup tingginya insiden kasus stroke yang terjadi dimasyarakat
dan cenderung meningkat setiap tahunnya. Insidensi stroke melintasi batas-batas
sosioekonomi, jenis kelamin, maupun usia.
Peningkatan risiko terjadinya stroke pada masyarakat kelompok ekonomi
menengah kebawah antara lain dipicu oleh pola hidup tidaak sehat, seperti
merokok, tidak teratur mengkonsumsi obat antihipertensi, dan berbagai kronis
25
lainnya. Bisa juga disebabkan oleh kebiasaan mengkonsumsi makanan yang tinggi
kadar garamnya, seperti ikan asin dan mie instan.
Sementara itu, pada kelompok ekonomi menengah ke atas, meningkatnya
risiko stroke terutama disebabkan oleh kebiasaan mengkonsumsi makanan yang
tinnggi kadar lemak, kalori, dan kadar garamnya, seperti makanan cepat saji yang
terkatagori junk food. Selain itu, penyakit hipertensi dan DM, penyakit dan
kelainan irama jantung(aritmia) yang tidak diobati secara teratur juga meningkat
risiko terjadinya stroke pada kelompok ekonomi menengah ke atas.
Stroke dapat dijumpai pada bayi maupun anak-anak. Factor risiko terjadinya
stroke pada kelompok usia bayi atau anak-anak antara lain karena kelainan
bawaan pada pembulu darah seperti arterivenous malformation (AVM) yaitu
pembulu darah menjadi mudah pecah dan menyebabkan stroke.
Pada kelompok usia remaja, factor risiko terjadinya stroke terutama
disebabkan oleh factor kecelakaan lalu lintas dan konsumsi rokok, alkohol dan
narkotika, serta psikotropika dan zat adiktif lainya.
Sedangkan pada usia dewasa stroke terutama dipicu oleh hipertensi mauppin
penyakit kronis lainnya seperti DM atau kelainan irama jantung.juga
dilatarbelakangi oleh ppola makan yang tidak sehat, seperti mengkonsumsi
makanan yang tinggi kalori, garam, dan lemaknya.
B. Etiologi Stroke
Berdasarkan mekanisme penyebabnya stroke dapat diklasifikasikaan menjadi
dua, yaitu:
1. Stroke iskemik atau stroke oklusif
Stroke ini disebabkan oleh penyumbatan pembuluh darah akibat adanya
emboli, aterosklerosis, atau oklusi trombolitik pada pembulu darah otak. Jenis
stroke ini merupakan stroke yang sering ditemui. Stroke iskemi terjadi bila
jaringan dan sel-sel otak mengalami kekurangan oksigen dan nutrisi yang
disebabkan adanya penyempitan atau penyumbatan pembuluh darah.
Pembuluh darah dapat mengalami penyempitan karena aterosklerosis, yakni
pembuluh darah menjadi kaku dan elastis berkurang. Proses aterosklerosis terjadi
akibat timbunan lemak dalam dinding arteri. Timbunan lemak tersebut dapat
26
merusak dinding arteri dan menyebabkan luka yang akan merangsang trombosit
untuk mengeluarkan enzim pembeku darah. Terjadilah penggumpalan darah
setempat yang akan mengurangi diameter arteri sehingga arteri makin menyempit.
Penyempitan ini menyebabkan aliran darah yang membawa nutrisi dan oksigen ke
otak berkurang.
2. Stroke Hemoragik
Stroke yang disebabkan oleh kenaikan tekanan darah yang akut atau penyakit
lain yang menyebabkan melemahnya pembuluh darah. Stroke hemoragik artinya
stroke karena perdarahan, terjadi akibat pembulu darah yang pecah. Pecahnya
pembuluh darah di otak menyebabkan aliran darah ke otak berkurang dan sel-sel
otak dapat mengalami kerusakan bahkan kematian karena kekurangan oksigen
dan nutrisi. Darah yang keluar dari pembuluh darah yang pecah juga dapat
merusak sel-sel otak yang ada disekitarnya. Stroke ini terjadinya lebih jarang
dibandingkan sengan stroke iskemik, tetapi stroke hemoragik mempunyai efek
yang lebih serius dibandingkan stroke iskemik.
Hipertensi merupakan penyebab tersering stroke hemoragik. Hipertensi yang
menahun dapat menyebabkan kelemahan dinnding pembuluh darah sehingga
menjadi rapuh dan mudah pecah.
Menurut letaknya, stroke hemoragik dibedakan atas dua kelompok, yaitu:
a. Perdarahan intraserebral.
Pada stroke jenis ini pembuluh darah pada otak pecah dan darah membasahi
jaringan otak. Darah ini sangat mengiritasi jaringan otak sehingga
menyebabkan spasme atau penyempitan arteri di sekitar tempat perdarahan.
Sel-sel otak yang berada jauh dari tempat perdarahan juga akan mengalami
kerusakan karena aliran darah terganggu
b. Perdarahan subarakhnoid
Perdarahan terjadi di pembulu darah yang terdapat pada selaput otak.
Selanjutnya, darah mengalir keluar mengisi rongga antara tulang terngkorak
dna otak. Sama seperti perdarahan intraserebral, darah yang keluar dapat
menyebabkan spasme arteri sekitar tempat perdarahan, mengiritasi jaringan
sekitar, serta menyebabkan proses desak ruang.
27
C. Patofisiologi
1. Stroke Iskemik
Adanya aterotrombosis atau emboli yang memutuskan aliran darah otak yang
mengakibatkan otak kekurangan oksigen akhirnya terjadi proses fosforilasi
oksidatif terhambat sehingga produksi ATP berkurang, pompa Na-K-ATPase
tidak berfungsi sehingga terjadi depolarisasi membrane sel saraf lalu pembukaan
kanal ion Ca, kenaikan influx Ca secara cepat terjadi gangguan Ca homeostasis,
Ca merupakan signaling molekul yang mengaktivasi berbagai enzim, memicu
proses biokimia yang bersifat eksitotoksik akhirnya terjadi kematian sel saraf
(nekrosis maupun apotosis), gejala yang tibul tergantung pada saraf mana yang
mengalami keruusakan /kematian.
2. Stroke hemoragik
Hemoragi merupakan penyebab ketiga tersering serangan stroke
Penyebab utamanya adalah hipertensi, terjadi jika tekanan darah
meningkat dengan signifikan mengakibatkan pembuluh arteri robek sehingga
menyebabkan perdarahan pada jaringan otak dan membentuk suatu massa
jaringan otak terdesak, bergeser, atau tertekan (displacement of brain tissue)
akhitrnya fungsi otak terganggu. Pasien dengan stroke hemoragik sebagian besar
mengalami ketidaksadaran meninggal
D. Gejala Stroke
Gejala atau tanda stroke sering muncul secara tiba-tiba dan cepat. Oleh
karenanya, penting sekali mengenali tanda-tanda atau gejala stroke. Beberapa
gejala stroke secara umum antara lain sebagai berikut:
1. Nyeri kepala hebat secara tiba-tiba
2. Pusing, yakin merasa benda-benda disekitarnya berputar atau merasa goyang
bila bergerak atau biasanya disertai mual dan muntah.
3. Bingung, terjadi gangguan orientasi ruang, waktu, atau personal.
4. Penglihatan kabur atau ketajaman penglihatan menurut, bisa pada salah satu
mata atau pun keduanya.
5. Kesulitan bicara secara tiba-tiba. Mulut terlihat tertarik ke satu sisi atau ’petot’
6. Kehilangan keseimbangan, limbung atau jatuh
28
7. Rasa kebas, yakni mati rasa, atau kesemutan pada satu sisi tubuh.
8. Kelemahan otot pada satu sisi tubuh
Gejala yang muncul bervariasi tergantung di mana terjadi serangan stroke
iskemia, misalnya:
1. Unilateral weaknesses, biasanya hemiparesis (lumpuh separo)
2. Unilateral sensory complaints, numbness, paresthesia (mati rasa)
3. Aphasi language comprehension
4. Monocular visual loss gangguan penglihatan sebelah
Pada stroke hemoragik:
1. Onset manifestasi kliniknya cepat
2. Gejala fisik neurologis yang muncul tergantung pada tempat perdarahan
dan besarnya perdarahan
3. Mayoritas pasien kehilangan kesadaran, dan banyak yang akhirnya
meninggal tanpa sempat sadar lagi
4. Sebelum pingsan, pasien umumnya akan mengalami sakit kepala dan
dizziness
Berdasarkan gejala dan tanda serta waktu terjadinya serangan, dapat
diperkirakan letak kerusakan jaringan otak serta jenis stroke yang menyerang.
a. Kesemutan atau kelemahann otot pada sisi kanan tubuh menunjukkan terjadi
gangguan pada otak belahan kiri
b. Kehilangann keseimbangan menunjukkan gangguan terjadi dipusat
keseimbangan, yakni antara lain daerah otak kecil (cerrebellum). Serangan
stroke yang terjadi saat penderita sedang istirahat atau tidur umunya adalah
stroke iskemik. Gejala munculnya secara bertahap dan kesadaran umumnya
baik, kecuali iskeminya terjadi karena sumbatan embolus yanng berasal dari
jantung maka gejala muncul mendadak dan sering disertai nyeri kepala
c. Stroke hemoragik biasanya terjadi pada saat penderita sedang beraktivitas atau
emosinnya aktif. Gejala berupa nyeri kepala hebat seperti mau pecah disertai
muntah-muntah, kuduk menjadi kaku, dan kesadaran serinng terganggu.
29
E. Faktor Risiko
Meskipun stroke bisa menyerang segala usia, beberapa penelitian
menunjukkan bahwa beberapa orang lebih rentan terserang penyakit yang
berpotensi mematikan dan menimbulkan kecacatan menetap ini.
Ada beberapa factor risiko yang menyebabkan seseorang lebih rentan
terserang stroke disbanding yang lain. Factor risiko tersebut dapat digolongkan
menjadi dua, yaitu:
1. Factor risiko stroke ang tidak dapat diubah
a. Usia
Risiko mengalami stroke meningkat seiring bertambahnya usia. Risiko
semakin meningkat setelah usia 55 tahun. Usia terbanyak terkena serangan
stroke adalah usia 65 tahun ke atas. Angka kematian stroke yang lebih tinggi
banyak dijumpai pada golongan usia lanjut. Kondisi ini didukung oleh fakta
baha umumnya kematian pada wanita akibat stroke lebih tinggi disbanding
laki-laki Karen umumnya wanita terserang stroke pada usia lebih tua.
b. Jenis kelamin
Stroke lebih banyak dijumpai pada laki-laki. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa laki-laki lebih berisiko terserang stroke dibandingkan
wanita. Namun, kematian akibat stroke lebih banyak dijumpai pada wanita
disbanding laki-laki karena umumnya wanita terserang stroke pada usia yang
lebih tua. Masih belom jelas apakah penyebab kematian akibat stroke pada
wanita yang lebih tinggi dibandingkan laki-laki akibat proses penuaan
(degenerative) atau karena pengaruh hormone akibat pascamenopause.
c. Riwayat keluarga
Factor genetic di dalam keluarga juga merupakan factor risiko stroke beberapa
penyakit seperti DM dan hipertensi diketahui dapat diturunkan secara genetic
dari seseorang kepada keturunannya. Dua penyakit tersebut merupakan factor
risiko stroke yang masih dapat dikontrol dengan pengobatan yang teratur dan
menerapkan pola hidup sehat. Selain itu, pola makan yang tidak sehat dalam
suatu keluarga, seperti kebiasaan mengkonsumsi makanan yang tinggi kadar
kalori, garam, dan lemak diketahui menningkatkan risiko terjadinya stroke.
30
d. Ras atau etnis
Stroke lebih banyak menyerang dan menyebabkan keatian pada ras kulii
thitam, asia dan kepulauan Pasifik, serta Hispanik dibandingkan kulit putih.
Pada kulit hitam diduga karena angka kejadian hipertensi yang tinggi serta
diet tinnggi garam
2. Factor risiko yang dapat dikontrol
Factor risiko adalaha hal-hal yang meningkatkan kecenderungan seseorang
untuk mengalami stroke. Penelusuran factor risiko penting dilakukan agar dapat
menghindari dan mencegah serangan stroke.
a. Hipertensi
Hipertensi merupakan faktir risiko tunggal yang paling penting untuk stroke
iskemik maupun stroke perdarahan. Pada keadaan hipertensi, pembulu darah
mendapat tekanan yang cukup besar. Jika proses tekanan berlangsung lama , dapat
menyebabkan kelemahan pada dinding pembuluh darah sehingga menjadi rapuh
dan mudah pecah. Hipertsi juga dapat menyebabkan aterosklerosis dan
penyempitan diameter pembuluh darah sehingga mengganggu aliran darah ke
jaringan otak.
b. Penyakit jantung
Beberapa penyakit jantung antara lain fibrilasi atrial (salah satu jenis
gangguan irama jantung), penyakit jantung koroner, penyakit jantung rematik, dan
orang yang melakukann pemasangan katub jantung buatan. Kelainan detak
janutng berpotensi menimbulkan suatu bekuan sel trombosit , yang dapat
bermigrasi dari jantung dan menyumbat arteri di otak, menimbulkkan stroke tipe
iskemik tromboemboli.
c. Diabetes mellitus
Seseorang dengan diabetes mellitus rentan untuk menjadi aterosklerosis,
hipertensi, obesitas, dan gangguan lemak darah. Seseorang yang mengidap
diabetes mempunyai risiko serangan stroke 2 kali lipat dibandingkan mereka yang
tidak diabetes.
31
d. Hiperkolesterolemia
Hiperkolesterolemia dapat menyebabkan aterosklerosis. Aterosklerosis
berperan dalam menyebabkan penyakit jantung koroner dan stroke itu sendiri.
e. Merokok
Nikotin dalam rokok membuat jantung bekerja keras Karena frekuensi denyut
jantung dan tekanan darah meningkat. Nikotin juga mengurangi kelenturan arteri
serta dapat menimbulkan aterosklerosis.
f. Gaya hidup tidak sehat
Diet tinggi lemak, aktivitas fisik kurang, serta stress emosional dapat
meningkatkan risiko terkena stroke. Seseornag yang serinng mengkonsumsi
makanan tinggi lemak dan kurang melakukan aktivitas fisik rentan mengalami
obesitas, diabetes mellitus, aterosklerosis, dan penyakit jantung. Seseorang yang
sering mengalami stress emosional juga dapat mempengaruhi kondisi fisiknya.
Stress dapat merangsang tubbuh mengeluarkan hormone-hormon yang
mempengaruhi jantunng dan pembuluh darah sehingga berpotensi meningkatkan
risiko serangan stroke.
Factor-faktor diatas merupakan factor risiko yang dapat dikontrol sehingga
jika ingin mencegah serangan stroke dapat menghindari factor risiko tersebut.
F. Pencegahan
Setiap orang bisa mengurangi risiko terjadinya penyakit ini, yakni dengan
menerapkan pola hidup sehat dan mengobati berbagai penyakit kronis secara
teratur ke dokter.
1. Cek tekanan darah
Hipertensi adalah penyebab utama stroke, apapun jenisnya. Semakin tinggi
tekanan darah semakin besar risiko terkena serangan stroke. Setiap orang
hendaknya mengecek secara teratur berapa tekanan darahnya.
2. Kendalikan diabetes
Diabetes dapat dikendalikan dengan diet rendah karbohidrat terutama dengan
kadar gula tinggi, olehraga serta bila perlu obat antidiabetik. Seseorang
dengan hendaknya memeriksa gula darah secara teratur dan menghindari diet
yang dapat meningkatkan kadar gula darahnya.
32
3. Stop merokok
Hindari dan atau berhenti dari kebiasaan merokok, mengkonsumsi alkohol
dan narkotika (NAPZA). Perlu motivasi yang kuat untuk berhenti merokok.
Ketergantungan pada rokok saat ini dapat diatasi dengan obat-obat yang
sifatnya sebagai terapi pengganti atau ,enghilangkan ketergantungan.
4. Pola makan sehat
Hindari makanan yang mengandung lemak tinggi, terlebih lagi lemak jenuh,
serta kurangi asupan garam. Diet yang mengandung banyak serat, seperti
buah-buahan dan sayuran serta rendah garam terbukti dapat mencegah stroke.
5. Mengurangi stress dan berolahraga
Selalu berfikir posistif adalah salah satu cara mengurangi stress. Olahraga juga
berguna untuk menghindari stress. Berolahraga membuat tubuh menjadi
bugar. Selain itu, unsure rekreasi yang ada pada olahraga membantu
menghilangkan stress. Olahraga bermanfaat bagi setiap orang, terutama yang
tidak ingin terserang stroke juga bagi indivdu pascastroke. Manfaat olahraga
secara teratur yang berhubungan dengan pencegahan dan rehabilitasi stroke
antara lain menjaga kebugaran jantung, mengurangi lemak tubuh dan kadar
gula darah, serta mencegah komplikasi dari kurang gerak yang
berkepanjangan.
G. Penanganan Stroke
a. Penanganan stroke fase akut
Kecepatan dan ketepatan penanganan penderita strke fase akut sangat
menentukan keberhasialn pengobatan.
Penanganan stroke tipe iskemik
Prinsip terapi pada stroke tipe iskemik adalah dengan menghilangkan atau
menghancurkan thrombus atau emboli yang menyumbat aliran darah arteri di
daerah tertentu dengan menggunakan obat-obatan yang dikenal sebagai
trombolitik
33
Dengan menghilangkan sumbatan, diharapkan aliran darah arteri kembali
lancar sehingga pasokan oksigen, glukosa, dan nutrisi jaringan otak kembali
seperti semula. Obat-obatan yang bisa dipakai adalah golongan tissue
plasminogen activator (TPA).
Penderita stroke tipe iskemik juga perlu mendapatkan obat antipembekuan
darah dan obat pengencer darah, demi mencegah terbentuknya kembali thrombus
atau emboli dikemudian hari. Obat-obatan yang kerap dipakai adalah golongan
heparin dan aspirin.
Selain itu unntuk menjaga sel-sel otak di daerah penumbra tetap hidup,
digunakan obat-obatan yang berfungsi untuk meningkatkan daya tahan sel otak
dari dampak negative stroke. Obat-obatan ini disebut neuroprotektif. Beberapa
obat yang sering digunakan, diantaranya obat-obatan golongan barbiturate, obat
penyekat saluran kalsium, obat naloxone, dan antagonis opiod.
Penanganan stroke tipe perdarahan
Pada kasus stroke tipe perdarahan terjadi penyebaran cairan atau bekuan darah
ke beberapa daerah di dalam tengkorak (intracranial). Prinsip penanganan stroke
tipe perdarahan dilakukan dengan beberapa cara, ialah sebagai berikut:
1. Mengurangi dampak negative akibat peningkatan tekanan intracranial, yakni
melalui operasi untuk mengangkat cairan atau bekuan darah.
2. Menurunkan tekanan darah dengan pemberian obat-obatan antihipertensi,
seperti nitrogliserin,
3. Memberikan obat steroid untuk mencegah timbulnya spasme arteri yang
sering munncul pada stroke perdarahan subarachnoid.
b. Penanganan fase pencegahan atau rehabilitasi
Rehablitasi adalah suatu tahapan pada kondisi pascastroke yang harus dilalui.
Rehabilitasi atau pemulihan harus segera dilakukan, secepat mungkin setelah
kondisi umum pasien pascastroke dinyatakan stabil. Tahap rehabilitasi
pascastroke dapat mulai satu hari, satu minggu atau bahkan dua minggu pasca
serangan, berbeda-beda pada tiap orang tergantung pada jenis stroke, letak serta
luasnya kerusakan otak yang dialaminya.
34
Secara umum, problematika pascastroke dapat digolongkan menjadi tiga,
yaitu:
1. Gangguan motorik, berkaitan dengan gerak tubuh
2. Gangguan sensorik, berkaitan dengan fungsi tubuh dalam menerima stimulus
atau rangsangan
3. Gangguan kognitif, berkaitan dengan fungsi berfikir, kecerdasan, emosi,
memori, dan sebagainya.
Masa-masa awal pemulihan pascastroke bisa dikatakan sebagai masa yang
sulit, baik bagi penderita pascastroke maupun keluarga pendampingnya. Pada
masa-masa awal dukungan keluarga sangatlah penting bagi seorang pascastroke
agar mereka dapat pulih optimal. Penting bagi keluarga pendamping penderita
pascastroke untuk meningkatkan perhatian kepada mereka, membantu seperlunya
dalam aktivitas keseharian, dan member mereka kesempatan untuk melakukan
bebarapa hal yang masih bisa mereka lakukan tanpa bantuan agar dapat terpupuk
kepercayaan dirinya. Dalam masa pemulihan, penderita pascastroke perlu
mendapatkan latihan-latihan berikut agar dapat melakukan kegiatan yang rutin,
1. Latihan gerak pasif
Dalam latihan ini penderita stroke tidak bergerak sendiri, melainkan
digerakkan oleh orang lain yang dalam hal ini dapat dilakukan oleh terapis
atau keluarga pendamping. Tujuan latiha gerak pasif adalah untuk menjaga
kelenturan otot, menghindari kekakuan sendi, dan memperlancar peredaran
darah.
2. Latihan gerak active assisted
Latihan gerak ini dilakukan bila penderita sudah mampu bergerak, tetapi
gerakannya masih sangat terbatas karena adanya kelemahan otot sebagai dari
akibat stroke tersebut. Dalam melakukan gerakan ini penderita menggerakkan
anggota tuubh yang dikehendaki semampunya dengan dibantu oelh terapis
atau pendamping.
3. Latihan akti
Latihan aktif dilakukan setelah penderita sudah mampu bergerak secara aktif.
Dalam pelaksanaannya penderita bergerak secara aktif, tanpa dibantu tanpa
dibantu.
35
4. Latihan penguatan
Lathan ini dilakukann jika penderita sudah mampu menggerakkan tubuhnya
secara aktif. Latihan penguatan sangat penting dilakukan karena pada kondisi
pascastroke akan terjadi kondisi kelemahan pada beberapa anggota tubuh,
biasanya satu sisi sebagai akibat dari serangan stroke tersebut. Pada umumnya
bagian tbuh yang perlu diperkuat adalah otot komponen pembentukk potur
tubuh agar tubuh dapat tegak dan seimbang, otot disekitar sendi panggul dan
juga otot pada bahu. Penguatan otot yang disebutkan snagat penting sebagai
syarat awal untuk melakukan latihan dan aktivitas keseharian seperti,
ambulasi, transferdan aktivitas llainnya.
a. Transfer
Transfer, secara harfiah berarti bergeser atau berpindah, dalam hal ini yang
dimaksud transfer adalah suatu gerakan dimana penderita pascastroke melakukan
gerakan, bergeser, tetapi masih dalam satu titik. Contohnya:
1. Berguling ke kanan atau kiri dari posisi berbaring.
2. Bergerak dari posisi berbaring ke posisi duduk.
3. Berpindah dari posisi duduk di tempat tidur ke posisi duduk ditepi tempat
tidur.
Tingkat kemandirian dalam melakukan transfer berbeda-beda tergantung dari
kondisi pasien. Berguling miring ke kiri dan kanan di tempat tidur sangat penting
untuk mencegah timbulnya luka pada tulang ekor (dekubitus) sebaga akibat dari
tirah baring lama. Duduk tegak, baik bersandar atau tidak harus sering dilakukan
untuk mencegah efek buruk dari tirah baring, yaitu munculnya komplikasi paru-
paru yang disebabkan oleh keadaan paru yang tidak dapat mengembang secara
optimalpada saat baring dan turunnya tekanan darah secara tiba-tiba pada posisi
tegak.
b. Ambulasi
Ambulasi berarti berpindah tempat dari satu titik ke titik yang lain. Ambulasi
dapat dilakukan secara mandiri, dengan bantuan orang lain, maupun dengan
bantuan alat yang beragam sesuai dengan kondisi penderita pascastroke, misalnya
dengan menggunakan ongkat, walker, quadripod atau tripod, maupun dengan
menggunakan kursi roda.
36
H. Komplikasi
1. Dekubitus, jika pasien menjadi lumpuh maka harus dipindah dan d gerakkan
secara teratur. Bagian yang biasanya mengalami memear adalah pinggul,
pantat, sendi kaki, dan tumit. Bila memar ini tidak dirawat bisa menjadi
terinfeksi.
2. Bekuan darah, bekuan darah mudah terbentuk dalam kaki yang lumpuh. Selain
dapat menyebabkan menyimpanan cairan yang tidak nyaman dan
pembengkakan yang mengganggu, bekuan darah juuga mengakibatkan
embolisme paru, yaitu suatu bekuan yang terbentuk dalam satu arteri yang
mengalirkan darah ke paru.
3. Pneumonia, sangat diketahui bahwa ketidakmampuan untuk bergerak dapat
menyebabkan pneumonia. Setelah stroke pasien mungkin tidak akan bisa
batuk atau menelan dengan sempurna, menyebabkan cairan berkumpul di paru
dan selanjutnya menimbulkan pneumonia.
4. Otot yang mengerut dan kekakuan sendi, fisioterapi bertujuan untuk mencegah
kekakuan yang nyeri yang sidebabkan oleh kekurangan gerak.
5. Shock, stroke dapat menyebabkan kecemasan dan ketidaknyamanan pada
semua orang yang terlibat.
I. Perawatan dirumah
Untuk perawatan pasien strok dirumah sebaiknya dilakukan menyusunan
lingkungan, penyusunan lingkungan dapat dilakukan dengan:
1. Untuk lebih mudah keluarga mungkin harus memindahkan tempat tidur orang
yang terkena stroke ke lantai dasar jika anda tinggal dirumah bertingkat.
2. Atur posisi tempat tidur itu jauh dari dinding sehingga anda dapat berjalan
disekelilingnya. Hal ini akan lebih memudahkan dalam memindahkan orang
yang terkena stroke, juga dalam merapikan tempat tidur.
3. Jagalah agar selimut dan/atau kain lainnya tidak membebani kaki orang yang
terkena stroke itu, dengan menggunakan sebuah kotak kardus atau sebuah
ayunan untuk menyangga seprai.
4. Kasur yang mantap paling baik, diatas tempat tidur yang tidak memilliki
“penaik” kaki tetapi memiliki penaik kepala, yang akan lebih memudahkan
37
orang itu bagkit dari duduk, dengan disangga bantal. Kadang-kadang sebuah
tambahan kasur yang sudah ada bisa menambah kenyamanan dan membantu
mengurangi risiko luka-luka karena tekanan.
5. Berikan alat penanda untuk memanggil seseorang jika terjadi sesuatu rerhadap
pasien.
6. Pastikan bahwa kamar itu cukup hangat karena pasien sangat mudah
kehilangan panas tubuh bila tidak banyak bergerak.
7. Perhatikan kondisi kamar mandi. Lantai harus tetap kerig dan tidak licin untuk
menghindari resiko terjatuh yang dapat berakibat fatal. Pintu harus cukup
lebar sehingga memungkinkan kursi roda untuk masuk. Pada pintu trap atau
tangga harus diminimalisir agar lebih memudahkan dan mencegah risiko
tersandung atapun terjatuh
Kerusakan otak karena stroke juga dapat menyebabkan kecacatan berupa
kekakuan, kelemahan atau kekakuan otot yang menyulitkan aktifitas sehari-hari.
Kesulitan ini cenderung menyebabkan pasien kurang gerak. Kurang gerak
berkepanjangan akan menimbulkan banyak masalah seperti menurunkan
kebugaran jantung paru, mudah lelah, osteoporosis, dan atrofi otot. Kurang gerak
juga dapat mengganggu peredaran darah tungkai kaki yang dapat menyebabkan
pembentukan thrombus dan luka pada kulit karena kulit tertekan dalam waktu
lama. Berhati-hatilah dengan tanda-tanda bahaya seperti kulit yang merah dan
pecah-pecah. Kadang-kandang selembar kulit domba atau kasur khusus dapat
menolong menyebarkan tekanan tersebut. Bila sedang duduk di kursi, ada bantal-
bantal kecil yang khusus dirancang untuk menghilangkan tekanan pada titik
tertentu. Untuk mencegah luka tekan dapat dilakukan dengan mengganti posisi
secara berkala.
Manual handling
Manual handling (pedoman penanganan) meliputi pedoman bagi penderita
pascastroke dan keluarga atau pendampingnya dalam melakukan aktivitas sehari-
hari pada masa pemulihan.
1. Berbaring
Tirah baring atau bed rest dapat memberi akibat buruk jika dilakukan dalam
kurun waktu yang cukup lama. Akibat yang dapat ditimbulkan antara lain
38
pemendekan dan kelemahan otot akibat tidak pernah digunakan, luka dapa
punggung, pantat, dan tumit akibat tekanan tubuh di tempat tidur, penurunan
fungsi paru-paru dan jantung akibat posisi tubuh horizontal dan inaktivitas. Untuk
mencegahnya, harus diberikan posisi yang benar (positioning) dan perubahan
posisi berbarin(turning/changing position) yang dilakukan minimal dua jam
sekali.
Pada posisi berbaring, kedua bahu harus sama tinggi, begitu pula pada
panggul dan telang belakang lurus. Dibawa lutut dapat diberikan banta agar lebih
nyaman, tetapi tidak boleh diberikan terus menerus untuk mencegah pemendekan
otot paha bagian belakang (hamstring). Posisi yang lain adalah dengan
menempatkan bantal disepanjang betis untuk mengurangi tekanan pada tumit.
Miring kiri atau kanan dapat dilaukan secara mandiri ataupun dengan bantuan.
Langkah-langkah untuk posisi miring adalah bila akan bergerak miring ke kanan
maka lengan kanan rapat ke tubuh, lengan kiri dan kaki kiri bergerak menyilang
tubuh, di mulai dengan lengan, punggung memutar miring ke kanan, panggul,
paha, lalu di ikuti kaki. Hal yang sama dilakukan untuk bergerak miring ke kiri.
Apabila akan bergerak miring kearah tubuh yang sehat, maka dalam gerakan ini
dapat diberikan bantuan dengan cara memberikan dorongan pada punggung, dan
menyilang kaki
Langkah –langkah dalam melakukan gerakan telungkup hampir sama dengan
berbaring miring. Langkah awal yang dilakukan sama, tetapi pada gerakan
telungkup, tubuh diputar lebih jauh hingga posisi badan telungkup. Bantuan
diperlukan untuk member dorongan dan memindahkan lengan yang lemah
tertindih oleh tubuh.
Bergeser dapat dilakukan secara mandiri dengan cara menekuk lutut, kedua
lengan sejajar kesisi tubuh, lalu mengangkat pantat dan menggeser panggul.
Setelah itu, diikuti dengan menggeser tubuh bagian atas, diikuti kedua kaki.
Bergeres dengan bantuan orang lain dapat dilakukan dengan cara menggeser
anggota tubuh bagian atas terlebih dahulu, diikuti panggul, lalu terakhir kedua
kaki
39
2. Duduk
Ada beberapa cara yang dilakukan untuk duduk dari posisi berbaring
terlentang. Cara yang digunakan berbeda-beda, tergantung dari kondisi dan
kelemahan anggota gerak yang diderita oleh penderita pascastroke. Pada beberapa
kondisi dimana penderita pascastroke belum memiliki kemampuan untuk
mempertahankan posisi duduk, dia tidak boleh ditinggalkan dalam posisi duduk
tanpa dijaga untuk menghindari jatuh. Beberapa hal yang harus diperhatikan
dalam posisi duduk adalah tinggi tempat tidur atau tempat duduk diatur
sedemikian rupa dimana posisi sendi panggul, lutut, dan pergelangan kaki
tertekuk 900 dan telapak kaki menyentuh lantai sehingga memudahkan untuk
mengontrol tubuh dalam posisi duduk tegak. Tempat duduk yang terlalu tinggi
berisiko tubuh dapt merosot ke lantai saat telapak kaki berpijak, sedangkan terlalu
rendah akan mempersulit saat akan berdiri. Permukaan tempat duduk tidak boleh
terlalu keras juga tidak boleh terlalu empuk Karena tidak stabil dan memperbesar
risiko jatuh, terutama pada kondisi dimana kemampuan untuk mempertahankan
keseimbangan masih sangat kurang. Tempat duduk harus kuat dan tidak mudah
bergeser. Cara duduk dapat dibagi menjadi beberapa cara sebagai berikut;
a. Jika kedua lengan mempuny akekuatan baik maka dari posisi berbaring,
kepala diangkat, lalu leher ditekuk, sentuhkan dagu kedada tekan siku dan
lengan pada tempat tidur, lalu angkat badan sampai ke posisi duduk. Bantuan
dapat diberikkan dengan cara menarik kedua lengan kea rah posisi duduk.
b. Dalam melatih duduk, tubuh dimiringkan kesisi tubuh yang lemah sebagai
langkah awal. Dalam hal ini sisi tubuh yang lemah harus berada dipinggir
tempat tidur, lalu putar tubuh ke posisi miring kea rah sisi tubuh yang lemah.
Setelah itu tubuh berasa diposisi miring, turunkan kedua kaki lalu dengan
dorongan tangan yang kuat pada tempat tidur angkat badan perlahan hingga
tercapai posisi duduk dengan kaki ongkang-ongkang ditepi tempat tidur.
Bantuan dapat diberikan dengan cara meletakkan satu tangan di leher di
bawah telinga pasien tarik perlahan-lahan hingga ke posisi duduk dan tangan
uang lain pada panggul, tekan perlahann untuk menahan panggul sebagai
sumbu tubuh dari berbarinng miring kea rah duduk
40
c. Cara ketiga, dari posisi berbaring terlentang, kedua kaki digeser hingga berada
diluar tempat tidur. Setelah itu, miringkan bagian atas tubuh dan angkat
dengan bantuan tangan sehingga didapatkan hasil akhir berupa duduk
ongkang-ongkang kaki di tepi tempat tidur. Bantuan dapat diberikan dengan
menarik tubuh, baik dari posisi miring ataupun terlentang. Semua bantuan dan
control gerak yang diberikan akan semakin berkurang, terutama apabila
kekuatan, control dan daya tahan otot perut dan panggul sudah semakin kuat.
3. Berdiri
Kemampuan berdiri walaupun belom dapat dilakukan secara mandiri cukup
penting penderita pascastroke untuk dapat berpindah dari tempat tidur ke kursi
roda. Latihan berdiri dapat dimulai setelah penderita sudah memiliki kekuatan
otot punggung yang cukup, dimana ia mampu duduk dengan tegak, serta dapat
mempertahankan posisinya. Setelah duduk tegak, kedua kaki di posisikan sejajar
dilantai, pastikan lantai tidak licin atau alas lantai tidak bergeser. Penderita
mencondongkan tubuhnya ke depan, instruksikan untuk memindahkan massa
tubuhnyake lutut, terutama dilutut yang sehat. Bantuan dapat diberikan dengan
menempatkan kedua kaki dan lutut disisi luar kaki dan lutut penderita. Bantuan
tangan diberikan dengan meletakkan tangan dibawah pantat penderita dan kedua
tangan penderita memeluk punggung orang yang membantu. Seiring dengan
bertambahnya kekuatan, control, serta daya tahan otot paha dan lutut, otot
sekeliling pantat dan panggul. Serta punggung bantuan orang dapat diminimalisir
dan digantikan dengan alat bantu. Alat bantu bisa berupa tongkat, walker, atau
berpegangan pada perabot yang cukup kokoh. Latihan berdiri ditingkatkan
seoptimal mungkin sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.
4. Menggunakan kursi dan kursi roda
Saat belum memiliki kemampuan untuk berjalan, penderita pascastroke bisa
berpindah tempat (ambulasi) dengan menggunakan kursi roda. Berpindah ke kursi
memiliki cara yang sama dengan berpindah ke kursi roda. Pertama-tama kursii
diletakkan sejajar dengan tempat tidur kurang lebih sejajar dengan bahu dan
dikunci pada bagian rodanya agar tidak bergeser. Pijakan kaki pada kursi roda
diputar. Berpindah diawali dengan posisi duduk lalu berdiri setelah itu badan
41
diputar 900 ke depan kursi roda yang sudah diletakkan sejajar dengan tempat tidur.
Perlahan-lahan pantat di turunkan untuk kemudian duduk di kursi roda.
Bantuan dua orang diperlukan apabila kemampuan unutk duduk dan
menegakkan punggung belum dimiliki. Kursi roda diletakkan sejajar dengan
tempat tidur kurang lebih sejajar panggul. Penderita didudukkan dengan kaki
lurus ke depan. Bantuan orang pertama dilakukan dengan melingkarkan kedua
tangannya dari belakang melalui bawah ketiak, lalu di tautkan ke depan dada
pasien. Orang kedua membantu dengan meletakkan satu tangan di belakang lutut
penderita tangan yang llain di letakkan menyangga pergelangan kaki. Setelah
pegangan dirasakan mantap secara bersama-sama pindahkan ke samping,
langsung dalam keadaan duduk di kursi roda. Unutk lebih memudahkan dapat
diberikan aba-aba seperti “satu”, “dua”, “tiga”, “angkat”.
42
BAB III
APLIKASI TEORI
3. 1 Contoh Kasus
Tn.N adalah seorang kepala keluarga yang berusia 65 tahun. Tn.N tinggal
bersama keluarga di desa Ratu Jaya RT 03 RW 07 surabaya. Istri Tn.N meninggal
1 tahun yang lalu karena kecelakaan, sekarang Tn.N tinggal bersama anak
bungsungya yaitu Tn.D sedangkan 2 anak tertuanya sudah menikah dan memiliki
rumah sendiri-sendiri di luar kota. Tn.D menikah dengan Ny.R dan mempunyai
seorang anak yang berusia 14 tahun. Meskipun yang menjadi kepala keluarga
adalah Tn.N tapi yang menjadi tulang punggung keluarga adalah Tn.D ini
dikarenakan kondisi Tn.N yang mengalami sakit stroke yang disetrtai
kelumpuhan. Tn.D bekerja sebagai buruh pabrik sedangkan istrinya hanya sebagai
ibu rumah tangga. Penghasilkan keluarga Tn.N didapat dari hasil kerja Tn.D dan
terkadang mendapat kiriman dari anaknya yang ada di luar kota.
Keseharian Tn.N hanya tidur dikamar tanpa melakukan aktivitas, anggota
keluarga juga tidak pernah melakukan perpindahan posisi, hanya sesekali Tn. N di
bawah kedepan rumah untuk menghilangkan rasa bosan tapi itu juga sangat
jarang. Kondisi Tn. N saat ini tampak adanya kemerahan dan pecah-pecah di
daerah sekitar punggung bagian bawah, dalam kondisi ini keluarga sudah
memberikan bedak tetapi tidak juga membaik..
Respon keluarga Tn.N ketika anggota keluarga ada yang sakit hanya
dipanggilakan bidan yang ada di desanya. Hanya bila penyakit sudah lebih parah
baru dibawa ke balai pengobatan yang ada dikecamatan. Komunikasi dengan
antar keluarga dilakukan dengan baik. Hubungan keluarga dengan lingkungan
sekitar juga baik, bahkan kadang-kadang apabila semua anggota ada keluarga
sampai malam mereka akan meminta tolong tetangga sebelah untuk menjaga
Tn.N.
43
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
4.1 Pengkajian
Tangggal 27 oktober 2014
1. Data Umum
a. Identitas keluarga
Nama kepala keluarga (KK): Tn. N
Umur : 65 th
Pekerjaan : -
Alamat : Rt 03 RW 07 Kelurahan Ratu Jaya
Suku /Bangsa : Jawa / Indonesia
Agama : Islam
Bahasa sehari-hari : Jawa
Pendidikan : SMP
b. Data Anggota Keluarga
NO. Nama Hub dgn
KK
Umur JK Suku Pekerjaan Pendidikan
terakhir
Ket
1. Ny. R Menantu 34 th P Jawa IRT SMA Sehat
2. Nn. A Cucu 14 th P Jawa Pelajar SMP Sehat
3. Tn. D Anak 38 th L Jawa Buruh
Pabrik
SMA Sehat
44
c. Genogram
d. Tipe Keluarga
Keluarga Tn.N merupakan tipe Keluarga besar (extended family) yang terdiri
dari ayah, anak, menantu, dan cucu.
e. Suku Bangsa
Tn.N menyatakan bahwa keluarganya merupakan suku jawa dan tinggal di
lingkungan orang-orang yang bersuku jawa. Tn.N berkomunikasi dengan
bahasa Jawa dan bahasa Indonesia baik antara anggota keluarga maupun
lingkungan sekitar.
f. Agama
Semua anggota keluarga Tn.N beragama Islam dan menjalankan ibadah sesuai
keyakinan di rumah dan di masjid.
g. Status Social Ekonomi Keluarga
Penghasilan keluarga ± Rp. 4.200.000,- perbulan, yang diperoleh dari hasil
kerja Tn. D sebagai buruh pabrik sebesar Rp. 2.200.000,- dan dari kiriman
anak Tn.N yang berada di luar kota Rp. 2.000.000,- perbulan. Sedangkan Nn.
A dan Tn. N tidak menghasilkan uang karena Nn. A masih pelajar dan Tn. N
sudah lansia disertai menderita stroke
45
Ket :
: laki-laki
: perempuan
: meninggal
: pasien
:Tingggal
serumah
65
3834
14
h. Aktivitas Rekreasi Keluarga
Kegiatan yang dilakukan keluarga setiap hari mereka menonton TV bersama-
sama , dan semua berkumpul menonton TV ketika malam hari kecuali Tn. N
yang hanya sesekali saja berkumpul untuk menonton TV, tetapi anggota
keluarga selalu berkomunikasi dengan baik jika Tn.N mengingkan teman
untuk bicara. Kadang mereka berkumpul bersama tetangga atau saudara dekat
untuk berbincang-bincang bersama.
2. riwayat dan tahapan perkembangan keluarga
a. Tahapan perkembangan keluarga saat ini
Tahap perkembangan keluarga Tn.N saat ini adalah keluarga usia lanjut.
Semua anak Tn.N sudah menikah dan mempunyai tempat tunggal sendiri-
sendiri, hanya anak yang terakhir yang tinggal serumah dengannya dan
mempunyai seorang anak yang berumur 14 tahun.
b. Tahap perkembangan yang belum terpenuhi
Semua tahap perkembangan keluarga sudah terpenuhi, tinggal memenuhi
kebutuhan perkembangan individu sesuai usianya yaitu pada tahapan
perkembangan usia pertengahan pada anak Tn. N belum terpenuhi untuk
mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan karena sulit menjaga
kondisi ketidakstabilan emosi pada keluarga yang harus merawat dan
melayani Tn.N terus menerus dalam waktu yang lama akibat kelumpuhannya.
c. Riwayat kesehatan keluarga inti
1) Tn.N mengatakan kalau mempunyai penyakit keturunan hipertensi, saat ini
Tn.N mengalami stroke hingga mengalami kelumpuhan juga tampak
kemerahan dan pecah-pecah di daerah sekitar punggung bagian bawah.
2) Anak Tn.N (Tn.D) tidak memiliki masalah kesehatan
3) Menantu Tn.N (Ny.R) tidak mempunyai penyakit keturunan dan tidak
memiliki masalah kesehatan.
4) Cucu Tn.N (Nn.A) tidak mempunyai masalah kesehatan
46
d. Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya
Tn.N mengatakan istrinya meninggal dunia karena kecelakaan. Tn.D (anak
Tn.N) mengatakan ayah mertuanya memiliki riwayat DM. keluarga dari pihak
Ny.R saat ini berhubungan baik, tidak ada konflik keluarga
3. Karakteristik Rumah
a. Rumah yang ditempati adalah milik sendiri.
Rumah yang ditempati berukuran 6 x 10 yang terdiri dari satu ruang tamu, tiga
kamar tidur, satu raung TV, satu kamar mandi, satu WC, satu dapur dan satu
tempat sholat. Rumah Tn.N merupakan bangunan permanen, lantai rumah
terbuat dari ubin. Jendela berada dibagian ruang tamu dan satu di ruang TV.
Atap rumah terbuat dari genteng.
b. Denah rumah
c. Karakteristi tetangga dan komunitas
Lingkungan tetangga umumnya berasal dari desa yang sama dan masih ada
hubungan keluarga. Ada beberapa warga yang berasal dari kota lain yang
sudah cukup lama menetap di desa Ratu Jaya yang mempunyai adat dan
kebiasaan yang sama. Warga sering terlihat duduk bersama-sama diwaktu sore
hari. Sekolah, tempat tinggal, dan posyandu tidak jauh dari rumah.
47
R. Sholatk. mandi
& WC
K. Tidur 3 K. Tidur 2
K.Tidur 1
R. TAMU
J
a
l
a
nDapur
R. TV
d. Mobilitas geografis keluarga
Anggota keluarga tinggal di rumah yang sama. Tapi setelah anak-anaknya
menikah, anak-anak Tn. N pindah ke luar kota kecuali anak yang terakhir
tetap tinggal d rumah Tn.N. Untuk berkomunikasi dengan keluarga yang
diluar kota Tn.N menggunakan telepon. Biasanya keluarga pulang ke rumah
menggunakan bus
e. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
o Tn. D sering mengikuti pengajian setiap malam senin
o Ny.R mengikuti arisan dan mengikuti pengajian ritun di rumah warga
secara bergiliran
o Nn. A mengikuti belajar mengaji di TPA dekat rumahnya.
o Sedangkan untuk Tn.N dulu sering mengikuti pengajian dengan bapak-
bapak warga sekitar, hanya saja sejak sakit ia tidak bisa ikut.
f. Sistem pendukung keluarga
Tn.N tinggal bersama anak bungsunya sehingga dapat membantu Tn.N. Tn.N
juga memiliki BPJS. Jika sakit biasanya keluarga Tn.N dibawa ke bidan, dan
jika perlu, rujukan ke balai pengobatan yang berjarak 1,5 km dari rumah
4. Struktur Keluarga
a. pola komunikasi keluarga
Pola komunikasi yang digunakan adalah pola komunikasi terbuka. Setiap
anggota keluarga bebas menyampaikan keluhannya. Bila ada masalah, mereka
selalu mengkomunikasikan bersama. Anggota kelurga bertemu setiap hari
sehingga dapat berkomunikasi setiap hari. Walaupun semua sibuk bekerja,
mereka selalu meluangkan untuk keluarga.
b. Struktur kekuatan keluarga
Pemegang keputusan adalah anak Tn.N (Tn.D). Namun, sebelum mengambil
keputusan selalu didiskusikan dengan Tn.N dan istrinya (Ny.R)
c. Struktur Peran
Peran anak Tn.D dan adalah sebagai yang mencari nafkah dan memperbaiki
rumah. Ny.R berperan sebagai pengatur rumah tangga, seperti memasak,
mengurus anak, dan mengurus ayah mertuanya yang menderita stroke. Nn.A
48
membantu ibunya mengurus rumah dan mengurus kakeknya (Tn.N).
Sedangkan Tn.N berperan sebagai apa-apa karena kondisinya yang sakit.
Meskipun mereka mempunyai peran masing-masing mereka tetap saling
membantu
d. Nilai dan norma budaya
Fungsi nilai dan budaya yang dianut keluarga adalah saling menghormati
antara anggota keluarga satu dengan yang lainnya dan menghormati yang
lebih tua, menyayangi yang lebih muda. Nilai yang ada di keluarga merupakan
gambaran nilai agara yang dianutnya (Islam), idak terlihat adanya konflik
dalam nilai, dan tidak ada yang mempengaruhi status kesehatan keluarga
dalam menggunakan nilai yang diyakini oleh keluarga.
5. Keluarga
a. Fungsi afektif
Keluarga Tn.N mengatakan berusaha memelihara keharmonisan antar anggota
keluarga, saling menyayangi, dan menghormati. Setiap anggota merasa akrab
dengan keluarga lainnya. Cucunya juga tampak senang bermain dengan ayah,
ibu, dan kakeknya.
b. Fungsi sosialisasi
Tn. T mengatakan interaksi antar anggota keluarga dapat berjalan dengan
baik. keluarga Tn. T menganut kebudayaan jawa. Keluarga Tn. T berusaha
untuk tetap memenuhi aturan yang ada keluarga, misalnya saling
menghormati, menghargai dan saling memingatkan jika ada yang salah.
Keluarga juga mengatakan mengikuti norma yang ada di masyarakat sekitar,
sehingga dapat menyesuaikan dan berhubungan baik dengan para tetangga
atau masyarakat sekitar.juga sering mengikuti pengajian di masjid dan
kegiatan kemasyarakatan.
c. Fungsi perawatan kesehatan
Jika ada keluarga yang sakit, mereka terlebih dahulu menggunakan obat
warung, bila tidak kunjung sembuh baru pergi ke bidan dan jika lebih parah
baru mereka akan membawanya ke balai pengobatan. Kemampuan mengenal
masalah kesehatan, keluarga mengatakan mengetahui penyakit dikeluarganya.
49
Keluarga Tn.N mengatakan hanya sedikit mengetahui tentang tanda dan
gejala, serta tidak mengetahui apa saja yang harus dihindari untuk mencegah
terjadinya keparahan atau kekambuhan penyakit pada Tn.N. keluarga juga
mengatakan tidak tahu apa yang menyebabkan punggung bawah Tn.N
menjadi merah-merah keluarga hanya memberinya bedak. Dan karena
kelumpuhannya keluarga melarangnya untuk beraktifitas dan hanya disuruh
istirahat saja.
d. Fungsi reproduksi
Tn. N memiliki 3 orang anak yang semuanya sudah menikah. Tn.D dan Ny.R
memiliki satu orang anak. Ny.R menggunakan alat kontrasepsi berupa pil
untuk mengatur jarak anak selanjutnya.
e. Fungis ekonomi
Keluarga Tn.N termasuk keluarga mampu. Keluarga Tn.N dapat memenuhi
setiap kebutuhan sandang, pangan dan papan walaupun dengan kapasitas
seadanya.
6. Stress dan koping keluarga
a. Stress jangka pendek dan panjang
Stress jangka pendek, keluarga Tn.N mengatakan pernah mengalami stress.
saat Tn.N mengalami stroke. Sekarang menurut keluarga yang perlu diatasi
adalah kemerahan yang tampak di punggung bagian bawah Tn.N yang tak
kunjunng sembuh, padahal sudah diberi bedak.
Stress jangka panjang keluarga mengatakan sulit menjaga kestabilan emosi
karena harus merawat dan melayani Tn.N terus menerus dalam waktu yang
lama akibat kelumpuhannya.
b. Kemampuan keluarga berespons terhadap masalah
Pemecahan masalah dalam keluarga Tn.N biasanya dengan cara musyawarah
antar anggota keluarga, mencari alternative penyelesaian.
c. Strategi adaptasi disfungsional
Koping yang digunakan adalah dengan memecahkan masalah secara bersama-
sama. Apabila tidak menemukan pemecahannya atau mengalami kebuntuan,
keluarga akan minta pendapat kakak Tn.N atau keluarga yang lain.
50
7. Pemeriksaan Fisik
No Komponen Tn.N Tn.D Ny.R Nn.A
1. Kepala Rambut putih, sedikit
kummel
Rambut hitam, bersih
tidak ada kelainan
Rambut panjang hitam,
bersih tidak ada kelainan
Rambut panjang hitam,
bersih tidak ada kelainan
2. Mata Sclera putih, konjungtiva
merah muda, tidak ada
peradangan, visus terjadi
miopi
Sclera putih, konjungtiva
merah muda, tidak ada
peradangan, visus normal
Sclera putih,
konjungtiva merah
muda, tidak ada
peradangan, visus
normal
Sclera putih, konjungtiva
merah muda, tidak ada
peradangan, visus normal
3. Telingah Bersih, tidak ada serumen,
tidak ada luka
Bersih, tidak ada
serumen, tidak ada luka
Bersih, tidak ada
serumen, tidak ada luka
Bersih, tidak ada serumen,
tidak ada luka
4. Hidung Bersih, tidak ada secret,
tidak ada kelainan
Bersih, tidak ada secret,
tidak ada kelainan
Bersih, tidak ada secret,
tidak ada kelainan
Bersih, tidak ada secret,
tidak ada kelainan
5. Mulut Stomatitis tidak ada, gigi
sudah banyak yang lepas.
Stomatitis tidak ada,
terdapat karang gigi
Stomatitis tidak ada,
gigi ggeraham sebelah
kiri berlubang
Stomatitis tidak ada,
keadaan gigi baik.
6. Leher &
tenggoroka
n
Nyeri (-), pembesaran
kelenjar limfe dan tiroid
tdk ada, kesulitan menelan
Nyeri (-), pembesaran
kelenjar limfe dan tiroid
tdk ada, kesulitan
Nyeri (-), pembesaran
kelenjar limfe dan tiroid
tdk ada, kesulitan
Nyeri (-), pembesaran
kelenjar limfe dan tiroid
tdk ada, kesulitan menelan
51
(+) menelan tidak ada menelan tidak ada tidak ada
7. Dada&
paru
Pergerakan dada simetris,
vesikuler sonor seluruh
lapisan paru, tidak ada
suara tambahan dan
penggunaan oto bantu
pernapasan
Pergerakan dada simetris,
vesikuler sonor seluruh
lapisan paru, tidak ada
suara tambahan dan
penggunaan oto bantu
pernapasan
Pergerakan dada
simetris, vesikuler sonor
seluruh lapisan paru,
tidak ada suara
tambahan dan
penggunaan oto bantu
pernapasan
Pergerakan dada simetris,
vesikuler sonor seluruh
lapisan paru, tidak ada
suara tambahan dan
penggunaan oto bantu
pernapasan
8. Jantung BJ I dan II normal BJ I dan II normal BJ I dan II normal BJ I dan II normal
9. Abdomen BU: 21 x/mnt
Datar, tidak ada nyeri
tekan, tidak ada tumor
BU: 16 x/mnt
Datar, tidak ada nyeri
tekan, tidak ada tumor
BU: 14 x/mnt
Datar, tidak ada nyeri
tekan, tidak ada tumor
BU: 12 x/mnt
Datar, tidak ada nyeri
tekan, tidak ada tumor
10. Ekstremita
s
Paraplegi (lumpuh kedua
kaki)
Paresis pada ekstremitas
atas dan tremor.
Tidak ada kelainan,
pergerakan bebas, tidak
ada cidera
Tidak ada kelainan,
pergerakan bebas, tidak
ada cidera
Tidak ada kelainan,
pergerakan bebas, tidak
ada cidera
11. Kulit Kemerahan dan pecah-
pecah di daerah punggung
bawah, tugor kulit buruk
Warna kulit sawo
matang, tidak ada bekas
luka, tugor baik.
Warna kulit sawo
mentah, tidak ada bekas
luka, tugor baik.
Warna kulit sawo mentah,
tidak ada bekas luka,
tugor baik.
52
12. Kuku Pendek
Penebalan kuku
Permukaan kuku kasar
Pendek dan bersih Pendek dan bersih Pendek dan bersih
13. BB 50 kg 61 kg 58 kg 40 kg
14. TB 160 cm 168 cm 158 cm 140 cm
15. TTV TD : 130/90 mmHg
N : 98 x/mnt
RR : 20 x/mnt
S : 37,6 0C
TD : 120/80 mmHg
N : 89 x/mnt
RR : 20 x/mnt
S : 36,8 0C
TD : 110/80 mmHg
N : 80 x/mnt
RR : 18 x/mnt
S : 36,6 0C
TD : 110/70 mmHg
N : 88 x/mnt
RR : 19 x/mnt
S : 36,5 0C
16. Kesimpula
n
Saat dikaji Tn.N dalam
keadaan lemas dan
lumpuh akibat stroke
Saat dikaji Tn.D dalam
keadaan sehat
Saat dikaji Ny.R dalam
keadaan sehat
Saat dikaji Nn.A dalam
keadaan sehat
4.2 Analisa Data
No Data Masalah Keperawatan
53
.
1. DS :Karena keadaannya yang lumpuh, keluarga mengatakan kegiatan Tn.N
hanya tidur saja dikamar dan tidak pernah beraktifitas hanya sesekali
dibawa ke depan rumah unutuk menghilangkan rasa bosan, itu pun hanya
jarang-jarang
Keluarga mengatakan di punggung bagian bawah Tn.N terdapat
kemerahan dan pecah-pecah, sudah diberikan bedak tetapi tidak
kunjunng membaik.
DO : Tn.N tampak lemas dan lumpuh
Tampak kemerahan dan pecah-pecah di daerah punggung bawah, tugor
kulit buruk
Usia : 65 tahun
Dengan riwayat pascastroke
S : 37,6 0C
Terjadinya kerusakan integritas kulit
pada Tn.N
2. Ds :Keluarga Tn.N mengatakan hanya sedikit mengetahui tentang tanda dan
gejala, serta tidak mengetahui apa saja yang harus dihindari untuk
mencegah terjadinya keparahan atau kekambuhan penyakit pada Tn.N.
keluarga juga mengatakan tidak tahu apa yang menyebabkan punggung
Kurangnya pengetahuan pada
keluarga Tn.N tentang masalah
perawatan stroke dan pasca stroke
54
bawah Tn.N menjadi merah-merah keluarga hanya memberinya bedak.
Dan karena kelumpuhannya keluarga melarangnya untuk beraktifitas dan
hanya disuruh istirahat saja.
DO :Saat ditanya keluarga tidak tahu menahu bagaimana cara merawat orang
yang lumpuh.
Keluarga juga tidak mengetahui cara mencegah keparahan dan
pencegahan kekambuhan penyakit Tn.N
Pendidikan terakhir keluarga hanya SMA
Lingkungan jauh dari pelayanan kesehatan
Tidka pernah mendapat informasi mengenai penyakit.
3. DS :Keluarga mengatakan Tn.N, Tn.N mengalami kelumpuhan pada kali dan
kelemahan pada tangan, Tn.N juga mengatakan kalau penglihatannya
sudah mengalmi penurunan.
DO : Tn.N berusia 65 tahun
Dengan riwayat stroke
Mobilitas terbatas, Pusing
TD :130/60 mmHg
Resiko Jatuh pada Tn.N
55
4.3 Skala Prioritas Masalah Kesehatan
1. Terjadinya kerusakan integritas kulit pada Tn.N
No. Kriteria Scor Bobot Hasil Pembenaran
1. Sifat masalah : resiko tinggi 2/3 1 2/3 Masalah berisiko terhadap Tn.N dan jika
tidak segera diatasi akan mengakibatkan
infeksi, seperti dekubitus
2. Kemungkinan masalah dapat diubah :
dengan mudah
2/2 2 2 Keluarga Tn.N mempunyai kemungkinan
dalam merawat Tn.N. karena pencegahan
dapat dilakuka dirumah
3. Potensi masalah untuk mencegah :
tinggi
3/3 1 1 Masalah pada Tn.N tinggi, dan keluarga
ada motivasi yang kuat untuk mengatasi
dan merawat Tn.N
4. Menonjolnya masalah : perlu diatasi 2/2 1 1 Keluarga merasa masalah ini perlu diatasi
karena ditakutkan akan semakin parah dan
mengakibatkan infeksi.
Jumlah 4 2/3
56
2. Kurangnya pengetahuan pada keluarga Tn.N tentang masalah perawatan stroke dan pasca stroke
No. Kriteria Scor Bobot Hasil Pembenaran
1. Sifat masalah : resiko tinggi 2/3 1 2/3 Masalah berisiko jika tidak
deberikan pengetahuan, masalah
akan terus ada.
2. Kemungkinan masalah dapat diubah : sulit 0/2 2 0 Keluarga Tn.N mempunyai
kemauan untuk menerima
informasi tentang pnyakit Tn.N
3. Potensi masalah untuk mencegah : tinggi 3/3 1 1 Masalah ini cukup unuk dicegah
4. Menonjolnya masalah : perlu diatasi ½ 1 1/2 Keluarga masalah ini perlu untuk
diatasi tapi tidak perlu segera
Jumlah 2 1/6
57
3. Resiko Jatuh pada Tn.N
No. Kriteria Scor Bobot Hasil Pembenaran
1. Sifat masalah : resiko tinggi 2/3 1 2/3 Masalah berisiko tinggi, jika tidak
diatasi akan mengakibatkan cidera
2. Kemungkinan masalah dapat diubah : tidak
dapat diubah
0/2 2 0 Keluarga merasa masalah sudah
tidak dapt diatasi karena kondisi
Tn.N yang lumpuh
3. Potensi masalah untuk mencegah : cukup 2/3 1 2/3 Masalah ini cukup unuk dicegah
4. Menonjolnya masalah : perlu diatasi ½ 1 1/2 Keluarga masalah ini perlu untuk
diatasi karena bisa mengakibatkan
cidera tapi tidak perlu segera
untuk diatasi
Jumlah 1 5/6
58
4.4 Diagnosa Keperawatan Keluarga
1. Terjadinya kerusakan integritas kulit pada Tn.N berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga untuk merawat keluarga dengan masalah
kelumpuhan yang terjadi pada separunng tubuh Tn.N akibat stroke yang
berisiko pada dekubitus (luka tekan)
2. Kurangnya pengetahuan pada keluarga Tn.N tentang masalah perawatan
stroke dan pasca stroke berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
mengenal masalah stroke dan kurangnya informasi.
3. Resiko Jatuh pada Tn.N berhubungan ketidakmampuan keluarga untuk
merawat Tn.N dalam masalah gangguan mobilisasi (latihan gerak)
59
4.5 Intervensi Keperawatan Keluarga
Nama perawat keluarga : Ns. Q
Inisial individu/keluarga : Tn.N
Alamat : Rt 03 RW 07 Kelurahan Ratu Jaya
No. Dx keperawatan KeluargaTujuan Kriteria evaluasi
RencanaJangka panjang Jangka pendek Kriteria Standart
1. Terjadinya kerusakan
integritas kulit pada Tn.N
berhubungan dengan
ketidakmampuan
keluarga untuk merawat
keluarga dengan masalah
kelumpuhan yang terjadi
pada separunng tubuh
Tn.N akibat stroke yang
berisiko pada dekubitus
(luka tekan)
Setelah
dilakukan
keperawatan
selama 3 kali
kunjungan
keluarga
mampu
melakukan
perawatan
terhadap Tn.N
agar tentang
masalah stroke
dan tidak
sampai terjadi
Setelah
dilakukan
keperawatan
selama 1 kali
kunjungan
keluarga
mampu
mengetahui
masalah
tentang stroke
dan cara
merawat
pasien dengan
stroke yang di
Repon verbal Keluarga
mampu
menjelaskan
apa yng
berhubungan
dengan stroke
Keluarga
mampu
melakukan
tindakan
pencegahan
agar tidak
terjadi
dekubitus
1. Jelaskan
mengenai stroke,
cara pencegahan,
dan penyebab-
penyebab stroke,
cara merawat
keluarga dengan
stroke
2. Informasikan
tentang
komplikasi –
komplikasi dari
stroke jika
60
dekubitus (luka
teka)
sertai
kelumpuhan,
(mampu
melakukan
mobilisasi
/latihan gerak
pada keluarga
yang sakit)
kurang gerak
3. Ajarkan keluarga
melakukan
mobilisasi
(latihan gerak)
pada anggota
keluarga dengan
pascastroke
61
4.6 Implementasi
Nama kepala keluarga : Tn.N
Umur : 65 tahun
Alamat : Rt 03 RW 07 Kelurahan Ratu Jaya
No. Tanggal Dx Keperawatan Implementasi Paraf
1. 30/10/14 Terjadinya kerusakan
integritas kulit pada
Tn.N berhubungan
dengan
ketidakmampuan
keluarga untuk
merawat keluarga
dengan masalah
kelumpuhan yang
terjadi pada separunng
tubuh Tn.N akibat
stroke yang berisiko
pada dekubitus (luka
tekan)
1. Menjelaskan mengenai stroke, cara pencegahan, dan
penyebab-penyebab stroke, juga cara merawat
keluarga dengan stroke
R/ keluarga mampu menjelaskan ulang saat
diberikan pertanyaan
2. Menginformasikan tentang komplikasi –komplikasi
dari troke jika kurang gerak
R/ keluarga mampu memahami tentang apa yang
disampaikan
3. Mengajarkan keluarga melakukan mobilisasi (latihan
gerak) pada anggota keluarga dengan pascastroke
R/ Keluarga mampu melakukan apa yang diajarkan
oleh perawat
62
4.7 Evaluasi
Nama kepala keluarga : Tn.N
Umur : 65 tahun
Alamat : Rt 03 RW 07 Kelurahan Ratu Jaya
No. Tanggal Dx Keperawatan Evaluasi Paraf
1. 01/11/14 Terjadinya kerusakan
integritas kulit pada
Tn.N berhubungan
dengan
ketidakmampuan
keluarga untuk
merawat keluarga
dengan masalah
kelumpuhan yang
terjadi pada separunng
tubuh Tn.N akibat
stroke yang berisiko
pada dekubitus (luka
tekan)
Setelah dilakukan kunjungan sebanyak 3 x hasil yang
didapat:
S : Tn.N dan keluarga mengatakan sudah lebih
mengetahui tentang stroke dan sudah memahami
bahayanya kurang aktivitas, mereka juga
mengatakan sudah bisa melakukan pergerakan
pemindahan posisi pada Tn.N
O : Keluarga tampak mengerti
Keluarga mampu melakukan mobilisasi (latihan
gerak) pada pada anggota keluarga dengan
pascastroke
A. : Tujuan tercapai
P : Intervensi dipertahankan
63
BAB V
PENUTUP
5. 1 Kesimpulan
Keluarga menyediakan tempat berlindung, pertumbuhan, sosialisasi, dan
fungsi saling merawat. Awitan kecacatan atau penyakit kronis memberikan stress
pada individu dan keluarga. Stress ini dapat menguji batas keterikatan keluarga
yang mengikat keluarga menjadi satu. Tujuan dari riwayat keluarga adalah untuk
mengidentifikasi masalah-masalah genetic, penyakit menular, masalah-masalah
lingkungan, dan data-data interpersonal yang relevan dengan proses yang
rehabilitasi. Perawat menggunakan informasi ini untuk mengidentifikasi masalah-
masalah fungsi keluarga dan untuk mengembangkan intervensi yang
meningkatkan fungsi kesehatan keluarga.
Setelah dilakukan Asuhan keperawatan keluarga dengan masalah stroke pada
Tn.N dengan menggunakan proses keperawatan keluarga mulai dari pengkajian
sampai dengan pembahasan kasus oleh perawatnya, didapatkan masalah utama di
dalam keluarga Tn.N adalah resiko kerusakan integritas kulit yang berhubungan
dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan masalah
kelumpuhan akibat stroke yang berisiko pada dekubitus (luka tekan). Dalam
penyusunan rencana keperawatan Tn.N perawat melibatkan peran keluarga
dengan menekankan pada preventif dan promotif untuk meningkatkan
pengetahuan, kemampuan dan sikap dalam merawat penderita stroke
5.1 Saran
a. Mahasiswa
Kepada mahasiswa agar lebih bisa menerapkan materi yang didapat di
kampus untuk dipraktekkan di lapangan.
b. Akademi
Kepada pihak akademi agar lebih bisa memperhatikan atau memantau kepada
setiap mahasiswa yang ada di lapangan.
64
DAFTAR PUSTAKA
Ayu, Komang. 2010. Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta : Sugeng Seto
Effendi, ferry dan makhfudli. 2013. Keperawatan kesehatan komunitas : Teori
dan praktik dalam keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Hemendra, B. 2008. Care Yourself, Diabetes Mellitus. Jakarta. Penebar plus
Henderson, Leila. 2002. Stroke : Panduan Perawatan. Jakarta : Arcan
Sudiharto. 2007. Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Pendekatan
Keperawatan Transkultural. Jakarta : EGC
Wahyu, Genis G. 2009. Stroke Hanya Menyerang Orang Tua?. Yogyakarta : B
First
65