Kom 1 LP Hipertensi
-
Upload
dedi-cahyadi -
Category
Documents
-
view
229 -
download
0
Transcript of Kom 1 LP Hipertensi
LAPORAN PENDAHULUAN
HIPERTENSI
A. Konsep dasar
1. Pengertian
Hipertensi adalah tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas
140 mmHg dan tekanan diastolic di atas 90 mmHg. Pada populasi manula,
hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolic
90 mmhg(Smeltzer, 2002, hal 896).
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah sistolik lebih dari 120
mmHg dan tekanan diastole lebih dari 80 mmHg( Muttaqin,2009,hal 262 ).
Hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang bersifat abnormal. Seseoarang
dianggap mengalami hipertensi apabila tekanan darahnya lebih tinggi dari 140
mmHg sistolik atau 90 mmHg diastol ( Corwin, hal 356 ).
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa hipertensi adalah
peningkatan tekanan darah yang abnormal dengan sistolik lebih dari 140 mmHg
dan diastolik lebih dari 90 mmHg.
2. Klasifikasi
Menurut The Sevent Report of The Joint National Committe on Prevention
(JNCV) klasifikasi tekanan darah orang dewasa 18 tahun keatas sebagai berikut :
Kategori Sistolik, mmHg Diastolik, mmHg
Normal <130 < 85
Normal tinggi 130 - 139 85 – 89
Hipertensi
Stadium 1 (ringan) 140 - 159 90 – 99
Stadium 2 (sedang) 160 – 179 100 – 109
Stadium 3 (berat) 180 – 209 110 – 119
Stadium 4 (sangat berat) >210 > 120
3. Etiologi
Hipertensi merupakan penyebab utama gagal jantung, stroke dan gagal ginjal.
Disebut juga sebagai “pembunuh diam-diam” karena orang dengan hipertensi
sering tidak menampakkan gejala, penyakit ini lebih banyak menyerang wanita
dari pada pria Penyebab hipertensi yaitu gangguan emosi, obesitas, konsumsi
alcohol yang berlebihan dan rangsangan kopi serta obat-obatan yang merangsang
dapat berperan disini, tetapi penyakit ini sangat dipengaruhi factor
keturunan(Smeltzer, 2002, hal 897).
Hipertensi dibagi menjadi dua menurutTjokroprawiro, 2007, hal 212,yaitu :
a. Hipertensi primer ( essensial ), penyebab hipertensi tidak diketahui (90-95 %
pasien)
b. Hipertensi sekunder, disebabkan oleh :
1) Gangguan ginjal (2-6 % dari seluruh pasien hipertensi ):
- Renal parenchymal disease : penyakit glomeruler, penyakit tubulo
interstisiil kronik, penyakit polikistik, uropati obstruktif
- Renovascular disease : renal artery stenosis ( RAS ) karena
aterosklerosis dan displasia fibromuskuler, arthritis, kompresi arteri
renalis oleh faktor ekstrinsik.
- Lain – lain : tumor yang menghasilkan renin, retensi Na ginjal.
2) Gangguan endokrin
- Kelainan adreno-kortikal : aldosteronisme primer, hiperplasia adrenal
kongenital, sindroma cushing.
- Thyroid disease : hipertiroid, hipotiroid
- Hyperparathyroidisme : hipercalsemia
- Akromegali
- Carcinoid tumor
3) Exogenous medications and drugs
Kontrasepsi oral, simptomimetik, glukokortikoid, mineralokortikoid,
siklosporin, eritropoetin.
4) Kehamilan : pre eklamsia dan eklamsia
5) Gangguan neurologi
6) Faktor psikososial
7) Hipertensi sistolik
- Hilangnya elastisitas aorta dan pembuluh darah besar
- Hyperdynamic cardiac output :
4. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak
di pusat vasomotor, pada medula di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula dari
saraf simpatis, yang berkelanjutan ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari
kolumna medulla spinalis ke ganglia simpatis di thorax dan abdomen. Rangsangan
pusat vasomotor di hantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak kebawah
melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini neuron
preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca
ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreprinefrin
mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan
ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang
vasokonstriktor. Individu dengan hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin,
meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi (Smeltzer
,2002, hal 898).
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpati merangsang pembuluh darah
sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan
tambahan aktifitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang
menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan streroid
lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokostriktor pembuluh darah.
Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan
pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan angiotensin 1 yang kemudian
diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya
merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal (Smeltzer ,2002, hal 898).
Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjsl,
menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung
mencetuskan keadaan hipertensi. Sebagai pertimbangan hipertensi gerontologi
dimana terjadi perubahan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh perifer
bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut.
Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan
penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya
menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah.
Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam
mengakomodasi volume darah yang di pompa oleh jantung (volume sekuncup)
mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan perifer
(Smeltzer ,2002,hal 898).
5. Pathway
6. Manifestasi klinis
Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :
a. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan
tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa.
Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan
arteri tidak terukur.
b. Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi
nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala
terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.
Menurut Rokhaeni ( 2001 ), manifestasi klinis beberapa pasien yang menderita
hipertensi yaitu : Mengeluh sakit kepala, pusing Lemas, kelelahan, Sesak
nafas, Gelisah, Mual Muntah, Epistaksis, Kesadaran menurun
7. Manifestasi klinis pada klien dengan hipertensi adalah :
a. Peningkatan tekanan darah > 140/90 mmHg
b. Sakit kepala
c. Pusing / migraine
d. Rasa berat ditengkuk
e. Penyempitan pembuluh darah
f. Sukar tidur
g. Lemah dan lelah
h. Nokturia
i. Azotemia
j. Sulit bernafas saat beraktivitas
8. Faktor resiko
a. Riwayat keluarga dengan penyakit jantung dan hipertensi
b. Pria usia 35 – 55 tahun dan wanita > 50 tahun atau sesudah menopause
c. Kebanyakan mengkonsumsi garam/natrium
d. Sumbatan pada pembuluh darah (aterosklerosis) disebabkan oleh beberapa hal
seperti merokok, kadar lipid dan kolesterol serum meningkat, caffeine, DM,
dsb.
e. Faktor emosional dan tingkat stress
f. Gaya hidup yang monoton
g. Sensitive terhadap angiotensin
h. Kegemukan
i. Pemakaian kontrasepsi oral, seperti esterogen
9. Komplikasi
Efekpadaorgan :
a. Otak
1) Pemekaranpembuluhdarah
2) Perdarahan
3) Kematianselotak : stroke
b. Ginjal
1) Malambanyakkencing
2) Kerusakanselginjal
3) Gagalginjal
c. Jantung
1) Membesar
2) Sesaknafas (dyspnoe)
3) Cepatlelah
4) Gagaljantung
10. Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan medis pada klien hipertensi adalah mencegah terjadinya
mordibitas dan mortalitas penyerta dengan mencapai dan mempertahankan
tekanan darah di bawah 140/90 mmHg. Efek setiap program ditentukan oleh
derajat hipertensi, komplikasi, biaya perawatan, dan kualitas hidup sehubungan
dengan terapi. Menurut Muttaqin, 2009, hal 117 Pada klien dengan hipertensi
dapat melakukan tindakan pencegahan sebagai berikut:
a. Modifikasi gaya hidup
Dengan pendekatan nonfarmakologi yang dapat mengurangi hipertensi adalah
sebagai berikut :
1) Teknik – teknik mengurangi stress.
2) Penurunan berat badan.
3) Pembatasan natrium, tembakau, dan alkohol.
4) Olah raga/latihan.
5) Relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau teknik yang bertujuan untuk
mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih penderita
untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileks.
b. Terapi farmakologi
Obat – obat antihipertensi dapat dipakai sebagai obat tunggal atau dicampur
dengan obat lain. Obat – obat ini diklasifikasikan menjadi lima kategori, yaitu:
1) Diuretik
Hidroklorotiazid adalah diuretik yang paling sering diresepkan untuk
mengobati hipertensi ringan.
2) Simpatolitik
Penghambat adrenergik alfa, penghambat neuron adrenergik, penekan
simpatetik, penghambat adrenergik beta, resptor beta.
3) Vasodilator arteriol yang bekerja langsung
Obat tahap III yang bekerja dengan merelaksasikan otot –otot polos
pembuluh darah, terutama arteri, sehingga menyebabkan vasodilator.
Dengan terjadinya vasodilator, tekanan darah akan turun dan natrium serta
air akan tertahan, sehingga terjadi edema perifer.
4) Antagonis angiotensin ( ACE Inhibator )
Obat golongan ini menghambat enzim pengubah angiotensin (ACE), yang
nantinya akan menghambat pembentuan angiotensin II ( vasokonstriktor )
dan menghambat pelepasan aldosteron.
5) Penghambat saluran kalsium ( blocker kalsium antagonis )
Obat golongan ini menghambat pemasukan ion kalsium ke dalam sel, serta
menurunkan afterload jantung.
11. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang pada hipertensi bertujuan mendeteksi penyakit yang bisa
diobati (biasanya ginjal), dan menilai fungsi jantung serta ginjal.
Semua pasien memerlukan :
a. EKG untuk menilai ukuran ventrikel kiri,dan jika abnormal periksa rontgen
toraks.
b. Darah ,ureum, dan elektrolit untuk menilai fungsi ginjal dan mencari alkalosis
hipokalemik pada sindrom conn dan cushing ( David Rubensten, D, Wayne,
D, Bradley, J, 2005, hal 318).
B. Konsep keperawatan
1. Pegkajian
a. Aktivitas / istirahat
Gejala :
- Kelemahan
- Letih
- Napas pendek
- Gaya hidup monoton
Tanda :
- Frekuensi jantung meningkat
- Perubahan irama jantung
- Takipnea
b. Sirkulasi
Gejala :
Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner / katup, penyakit
serebrovaskuler
Tanda :
- Kenaikan TD
- Nadi : denyutan jelas
- Frekuensi / irama : takikardia, berbagai disritmia
- Bunyi jantung : murmur
- Distensi vena jugularis
- Ekstermitas
Perubahan warna kulit, suhu dingin ( vasokontriksi perifer ), pengisian
kapiler mungkin lambat
c. Integritas Ego
Gejala:
Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, marah, faktor
stress multiple ( hubungsn, keuangan, pekerjaan )
Tanda :
- Letupan suasana hati
- Gelisah
- Penyempitan kontinue perhatian
- Tangisan yang meledak
- Otot muka tegang ( khususnya sekitar mata )
- Peningkatan pola bicara
d. Eliminasi
Gejala :
Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu ( infeksi, obstruksi, riwayat penyakit
ginjal )
e. Makanan / Cairan
Gejala :
- Makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi garam,
lemak dan kolesterol
- Mual
- Muntah
- Riwayat penggunaan diuretik
Tanda :
- BB normal atau obesitas
- Edema
- Kongesti vena
- Peningkatan JVP
- Glikosuria
f. Neurosensori
Gejala :
- Keluhan pusing / pening, sakit kepala
- Episode kebas
- Kelemahan pada satu sisi tubuh
- Gangguan penglihatan ( penglihatan kabur, diplopia )
- Episode epistaksis
Tanda :
- Perubahan orientasi, pola nafas, isi bicara, afek, proses pikir atau memori
( ingatan )
- Respon motorik : penurunan kekuatan genggaman
- Perubahan retinal optik
g. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala :
- nyeri hilang timbul pada tungkai
- sakit kepala oksipital berat
- nyeri abdomen
h. Pernapasan
Gejala :
- Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas
- Takipnea
- Ortopnea
- Dispnea nocturnal proksimal
- Batuk dengan atau tanpa sputum
- Riwayat merokok
Tanda :
- Distress respirasi/ penggunaan otot aksesoris pernapasan
- Bunyi napas tambahan ( krekles, mengi )
- Sianosis
i. Keamanan
Gejala :
Gangguan koordinasi, cara jalan
Tanda :
Episode parestesia unilateral transien
j. Pembelajaran / Penyuluhan
Gejala :
- Faktor resiko keluarga ; hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung,
DM , penyakit serebrovaskuler, ginjal
- Faktor resiko etnik, penggunaan pil KB atau hormon lain
- Penggunaan obat / alkohol
2. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul
a. Resikotinggiterhadappenurunancurahjantungberhubungan dengan
peningkatanafterload, vasokonstriksi, hipertrofi/rigiditas ventrikuler,
iskemiamiokard
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, ketidakseimbangan
suplai dan kebutuhan oksigen.
c. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral
d. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses
penyakit
3. RencanaKeperawatan
No
.
Dx
DiagnosaKe
perawatanTujuan (NOC) Intervensi (NIC)
1 Resikotinggit
erhadappenu
runancurahja
ntungberhub
ungan
dengan
peningkatana
VitalSign Status
Kriteria Hasil:
- Tanda Vital dalam
rentang normal
(Tekanan darah,
Nadi, respirasi)
- Dapat mentoleransi
Vital Sign Monitoring
- Monitor TD, nadi, suhu, dan
R
- Monitor jumlah dan irama
jantung
- Monitor bunyi jantung
- Monitor suara paru
fterload,
vasokonstrik
si,
hipertrofi/rig
iditas
ventrikuler,
iskemiamiok
ard
aktivitas, tidak ada
kelelahan
- Tidak ada edema
paru, perifer, dan
tidak ada asites
- Tidak ada penurunan
kesadaran
- Monitor pola pernapasan
abnormal
- Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit
- Monitor sianosis perifer
- Monitor adanya cushing triad
(tekanan nadi yang melebar,
bradikardi, peningkatan
sistolik)
- Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign
2 Intoleransi
aktivitas
berhubungan
dengan
kelemahan,
ketidakseimb
angan suplai
dan
kebutuhan
oksigen.
- Energy conservation
- Self Care : ADLs
Kriteria Hasil :
- Berpartisipasi dalam
aktivitas fisik tanpa
disertai peningkatan
tekanan darah, nadi
dan RR
- Mampu melakukan
aktivitas sehari hari
(ADLs) secara
mandiri
Energy Management
- Observasi adanya
pembatasan klien dalam
melakukan aktivitas
- Kaji adanya factor yang
menyebabkan kelelahan
- Monitor nutrisi dan sumber
energi tangadekuat
- Monitor respon kardivaskuler
terhadap aktivitas
- Monitor pola tidur dan
lamanya tidur/istirahat pasien
Activity Therapy
- Kolaborasikan dengan
Tenaga Rehabilitasi Medik
dalammerencanakan progran
terapi yang tepat.
- Bantu klien untuk
mengidentifikasi aktivitas
yang mampu dilakukan
- Bantu untuk memilih
aktivitas konsisten
yangsesuai dengan
kemampuan fisik, psikologi
dan social
- Bantu untuk mengidentifikasi
dan mendapatkan sumber
yang diperlukan untuk
aktivitas yang diinginkan
- Sediakan penguatan positif
bagi yang aktif beraktivitas
- Bantu pasien untuk
mengembangkan motivasi
diri dan penguatan
- Monitor respon fisik, emoi,
social dan spiritual
3 Nyeri akut
berhubungan
dengan
peningkatan
tekanan
vaskuler
serebral
Pain Level,
Pain control,
Comfort level
Kriteria Hasil :
- Mampu mengontrol
nyeri (tahu penyebab
nyeri, mampu
menggunakan tehnik
nonfarmakologi untuk
mengurangi nyeri,
mencari bantuan)
- Melaporkan bahwa
nyeri berkurang
dengan menggunakan
manajemen nyeri
- Mampu mengenali
nyeri (skala,
intensitas, frekuensi
dan tanda nyeri)
- Menyatakan rasa
nyaman setelah nyeri
Pain Management
- Lakukan pengkajian nyeri
secara komprehensif
termasuk lokasi,
karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas dan faktor
presipitasi
- Observasi reaksi nonverbal
dari ketidaknyamanan
- Bantu pasien dan keluarga
untuk mencari dan
menemukan dukungan
- Kontrol lingkungan yang
dapat mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan kebisingan
- Ajarkan tentang teknik non
farmakologi
- Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
berkurang
- Tanda vital dalam
rentang normal
- Tingkatkan istirahat
- Kolaborasikan dengan dokter
jika ada keluhan dan
tindakan nyeri tidak berhasil
4 Kurangpenge
tahuanberhu
bungandenga
nkurangnyai
nformasitent
ang proses
penyakit
- Kowlwdge : disease
process
- Kowledge : health
Behavior
Kriteria Hasil :
- Pasien dan keluarga
menyatakan
pemahaman tentang
penyakit, kondisi,
prognosis dan
program pengobatan
- Pasien dan keluarga
mampu melaksanakan
prosedur yang
dijelaskan secara
benar
- Pasien dan keluarga
mampu menjelaskan
kembali apa yang
dijelaskan
perawat/tim
kesehatan lainnya.
Teaching : disease Process
- Gambarkan tanda dan gejala
yang biasa muncul pada
penyakit, dengan cara yang
tepat
- Gambarkan proses penyakit,
dengan cara yang tepat
- Identifikasi kemungkinan
penyebab, dengna cara yang
tepat
- Sediakan informasi pada
pasien tentang kondisi,
dengan cara yang tepat
- Sediakan bagi keluarga atau
SO informasi tentang
kemajuan pasien dengan cara
yang tepat
- Diskusikan perubahan gaya
hidup yang mungkin
diperlukan untuk mencegah
komplikasi di masa yang
akan datang dan atau proses
pengontrolan penyakit
- Instruksikan pasien mengenai
tanda dan gejala untuk
melaporkan pada pemberi
perawatan kesehatan, dengan
cara yang tepat
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol 2, Jakarta, EGC,Hamzah, : Ensiklopedia Artikel Indonesia, Surabaya
Carpenito, L.J.(2007). Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta : EGC.
Corwin, E.J. (2000). Buku Saku Patofisiologis. Jakarta : EGC.
Doenges, M.E. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan Edisi III. Jakarta : EGC
Goonasekera CDA, Dillon MJ, 2003. The child with hypertension. In: Webb NJA,Postlethwaite RJ, editors. Clinical Paediatric Nephrology. 3rd edition. Oxford:Oxford University Press
Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. NewJersey: Upper Saddle River
Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second Edition.New Jersey: Upper Saddle River
Muttaqin, Arif. (2009). Pengantar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan SistemKardiovaskuler. Jakarta : Salemba Medika.
Rubensten, D, Wayne, D, Bradley,J. (2005). Lecture Notes Kedokteran Klinis EdisiKeenam.Jakarta : Erlangga.
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: PrimaMedika
Smeltzer, S. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8, vol.2. Jakarta : FKUI
Soeparman dkk,2007 Ilmu Penyakit Dalam , Ed 2, Penerbit FKUI, Jakarta
Tjokroprawiro, Askandar.(2007). Ilmu Penyakit Dalam. Surabaya : Airlangga UniversityPers.