Kolesistitis Akut

10
Kolesistitis Akut DEFINISI Kolesistitis Akut adalah peradangan dari dinding kandung empedu, biasanya merupakan akibat dari adanya ba tu empedu di dalam duktus sistikus, yang secara tiba-tiba menyebabkan serangan nyeri yang luar biasa. PENYEBAB Sekitar 95% penderita peradangan kandung empedu akut, memiliki batu empedu. Kadang suatu infeksi bakteri menyebabkan terjadinya pe radangan. Kolesistitis akut tanpa batu merupakan penyakit yang s erius dan cenderung timbul setelah terjadinya: - cedera, - pembedahan - luka bakar - sepsis (infeksi yang menyebar ke seluruh tubuh) - penyakit-penyakit yang parah (terutama penderita yang menerima makanan lewat infus dalam jangka waktu yang lama). Sebelum secsara tiba-tiba merasakan nyeri yang luar biasa di perut bagian atas,  penderita biasanya tidak menunjukan tanda-tanda penyakit kandung empedu. GEJALA Tanda awal dari peradangan kandung empedu biasanya berupa nyeri di perut kanan bagian atas.  Nyeri bertambah hebat bila penderita m enarik nafas dalam dan sering menjalar ke bahu kanan. Biasanya terdapat mual dan muntah. Jika dokter menekan perut kanan sebelah atas, penderita akan merasakan nyeri tajam. Dalam beberapa jam, otot-otot perut sebelah kanan menjadi kaku. Pada mulanya, timbul demam ringan, yang s emakin lama cenderung meninggi. Biasanya serangan nyeri berkurang dalam 2-3 hari dan kemudian menghilang dalam 1 minggu. KOMPLIKASI 

description

kolesititis

Transcript of Kolesistitis Akut

Kolesistitis Akut DEFINISIKolesistitis Akut adalah peradangan dari dinding kandung empedu, biasanya merupakan akibat dari adanya batu empedu di dalam duktus sistikus, yang secara tiba-tiba menyebabkan serangan nyeri yang luar biasa. PENYEBABSekitar 95% penderita peradangan kandung empedu akut, memiliki batu empedu. Kadang suatu infeksi bakteri menyebabkan terjadinya peradangan.

Kolesistitis akut tanpa batu merupakan penyakit yang serius dan cenderung timbul setelah terjadinya: - cedera, - pembedahan - luka bakar - sepsis (infeksi yang menyebar ke seluruh tubuh) - penyakit-penyakit yang parah (terutama penderita yang menerima makanan lewat infus dalam jangka waktu yang lama). Sebelum secsara tiba-tiba merasakan nyeri yang luar biasa di perut bagian atas, penderita biasanya tidak menunjukan tanda-tanda penyakit kandung empedu. GEJALATanda awal dari peradangan kandung empedu biasanya berupa nyeri di perut kanan bagian atas. Nyeri bertambah hebat bila penderita menarik nafas dalam dan sering menjalar ke bahu kanan.

Biasanya terdapat mual dan muntah.

Jika dokter menekan perut kanan sebelah atas, penderita akan merasakan nyeri tajam. Dalam beberapa jam, otot-otot perut sebelah kanan menjadi kaku.

Pada mulanya, timbul demam ringan, yang semakin lama cenderung meninggi.

Biasanya serangan nyeri berkurang dalam 2-3 hari dan kemudian menghilang dalam 1 minggu.

KOMPLIKASI Demam tinggi, menggigil, peningkatan jumlah leukosit dan berhentinya gerakan usus (ileus) dapat menunjukkan terjadinya abses, gangren atau perforasi kandung empedu. Serangan yang disertai jaundice (sakit kuning) atau arus balik dari empedu ke dalam hati menunjukkan bahwa saluran empedu telah tersumbat sebagian oleh batu empedu atau oleh peradangan. Jika pemeriksaan darah menunjukkan peningkatan kadar enzim amilase, mungkin telah terjadi peradangan pankreas (pankreatitis) yang disebabkan oleh penyumbatan batu empedu pada saluran pankreas (duktus pankreatikus).

DIAGNOSADiagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejala dan hasil dari pemeriksaan tertentu.

Pemeriksaan USG bisa membantu memperkuat adanya batu empedu dalam kandung empedu dan bisa menunjukkan penebalan pada dinding kandung empedu.

Diagnosis yang paling akurat diperoleh dari pemeriksaan skintigrafi hepatobilier, yang memberikan gambaran dari hati, saluran empedu, kandung empedu dan bagian atas usus halus. PENGOBATANPenderita dengan kolesistitis akut pada umumnya dirawat di rumah sakit, diberikan cairan dan elektrolit intravena dan tidak diperbolehkan makan maupun minum. Mungkin akan dipasang pipa nasogastrik untuk menjaga agar lambung tetap kosong sehingga mengurangi rangsangan terhadap kandung empedu. Antibiotik diberikan sesegera mungkin jika dicurigai kolesistitis akut.

Jika diagnosis sudah pasti dan resikonya kecil, biasanya dilakukan pembedahan untuk mengangkat kandung empedu pada hari pertama atau kedua. Jika penderita memiliki penyakit lainnya yang meningkatkan resiko pembedahan, operasi ditunda dan dilakukan pengobatan terhadap penyakitnya. Jika serangannya mereda, kandung empedu bisa diangkat 6 minggu kemudian atau lebih.

Jika terdapat komplikasi (misalnya abses, gangren atau perforasi kandung empedu), diperlukan pembedahan segera.

Sebagian kecil penderita akan merasakan episode nyeri yang baru atau berulang, yang menyerupai serangan kandung empedu, meskipun sudah tidak memiliki kandung empedu. Penyebab terjadinya episode ini tidak diketahui, tetapi mungkin merupakan akibat dari fungsi sfingter Oddi yang abnormal. Sfingter Oddi adalah lubang yang mengatur pengaliran empedu ke dalam usus halus. Rasa nyeri ini mungkin terjadi akibat peningkatan tekanan di dalam saluran yang disebabkan oleh penahanan aliran empedu atau sekresi pankreas. Untuk melebarkan sfingter Oddi bisa digunakan endoskopi. Hal ini biasanya akan mengurangi gejala pada penderita yang memiliki kelainan sfingter, tetapi tidak akan membantu penderita yang hanya memiliki nyeri tanpa disertai kelainan pada sfingter.Pemberian obat hanya untuk membantu mengurangi kesakitan dan mencegah komplikasi. Obat-obatan yang dipakai antara lain meliputi anti muntah, analgetik (pereda sakit) dan antibiotik.1. Obat -obatan anti muntah , seperti Promethazine, ProchlorperazineTujuan pemberian obat anti muntah adalah untuk membantu mengurangi keluhan mual dan muntah yang selalu dialami oleh penderita, serta mengurangi gangguan elektrolit dalam tubuh akibat dari muntah yang terus menerus.2. Analgetik (pereda nyeri) , seperti Meperidine, Hydrocodone, Oxycodone morfin sering tidak dipakai karena memiliki efek samping terhadap otot spinkter Oddi, oleh karena itu lebih dipilih meperidine.3. Antibiotik yang dipilih antara lain Golongan kuinolon : Ciprofloxacin, Levofloxacin Golongan beta laktam : Meropenem, Imipenem+cilastatin , Piperacillin+tazobactam , Ampicillin +sulbactam Golongan sefalosporin : Ceftriaxone, Cefotaxime, Ceftazidime Golongan lainnya : Metronidazole, Aztreonam

ABSTRAKKolesistitis akut (radang kandung empedu) adalah reaksi inflamasi akut dinding kandung empedu yang disertai keluhan nyeri perut kanan atas, nyeri tekan, dan demam. Keluhan yang khas untuk serangan kolesistitis akut adalah kolik perut di sebelah kanan atas atau epigastrium dan nyeri tekan serta kenaikan suhu tubuh. Kadang-kadang rasa sakit menjalar ke pundak atau skapula kanan dan dapat berlangsung sampai 60 menit tanpa reda. Pada pemeriksaan fisik teraba masa kandung empedu, nyeri tekan disertai tanda-tanda peritonitis lokal (tanda murray). Ultrasonografi (USG) merupakan salah satu imaging diagnostic (pencitraan diagnostik) untuk pemeriksaan alat-alat tubuh, dimana kita dapat mempelajari bentuk, ukuran, anatomis, gerakan serta hubungan dengan jaringan sekitarnya. Pasien perempuan berusia 54 tahun datang dengan keluhan nyeri perut kanan atas, nyeri pinggang kiri dan kanan. Pasien juga mengalami demam dan gelisah sejak 3 hari yang lalu. Pasien mengalami mual muntah sejak 2 hari yang lalu. Pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 130/90 mmHg, nadi 110 kali/menit, respirasi 28 kali/menit, suhu 38,5oC, nyeri tekan pada abdomen regio hipokondriaka dekstra dan epigastrik. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan peningkatan drastis pada angka leukosit, SGOT dan SGPT. Pemeriksaan USG abdomen memberikan kesan yang mengarah pada kolesistitis dan hepatitis. Pasien dirawatinapkan, dipasang infus, diberikan antibiotik spektrum luas, anti mual, anti nyeri, anti piretik dan direncanakan untuk dilakukan pembedahan untuk mengangkat kandung empedu.Kata kunci : kolesistitis, hepatitis, USG, nyeri perut kanan atasKASUSPasien perempuan berusia 54 tahun datang dengan keluhan nyeri perut kanan atas, nyeri pinggang kiri dan kanan. Pasien juga mengalami demam dan gelisah sejak 3 hari yang lalu. Pasien mengalami mual muntah sejak 2 hari yang lalu. Tidak ada riwayat keluhan yang sama sebelumnya. Anggota keluarga juga tidak ada yang mengalami keluhan yang sama seperti pasien.Pemeriksaan fisik didapatkan pasien nampak gelisah dan kesakitan, tekanan darah 130/90 mmHg, nadi 110 kali/menit, respirasi 28 kali/menit, suhu 38,5oC, nyeri tekan pada abdomen regio hipokondriaka dekstra dan epigastrik. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan peningkatan drastis pada angka leukosit, SGOT dan SGPT. Pemeriksaan USG abdomen memberikan hasil : - Hepar : ukuran dan ekostruktur parenkim menebal, permukaan rata, sudut lancip, tak tampak nodul, v.porta/hepatica masih normal- Vesika Felea : ukuran dalam batas normal, dinding menebal, tak tampak batu, tak tampak gambaran obstruksi bilier- Pancreas : ukuran normal, ekostruktur parenkim homogen, permukaan rata- Lien : ukuran normal, echostructure parenchym homogen, permukaan rata- Renal dextra dan sinistra : ukuran masih dalam batas normal, ekostruktur parenkim dalam batas normal, batas kortikomedular dalam batas normal, PCS tak melebar, tak tampak batu- VU : dinding dalam batas normal, batu (-)Kesan : kolesistitis dan hepatitis.DIAGNOSISBerdasarkan pemeriksaan radiologi, dapat ditegakkan diagnosis kerja kolesistitis dengan komplikasi hepatitis.TERAPIPasien dirawatinapkan, dipasang infus, diberikan antibiotik spektrum luas, anti mual, anti nyeri, anti piretik dan direncanakan untuk dilakukan pembedahan untuk mengangkat kandung empedu.DISKUSIKolesistitis akut (radang kandung empedu) adalah reaksi inflamasi akut dinding kandung empedu yang disertai keluhan nyeri perut kanan atas, nyeri tekan, dan demam. Keluhan yang khas untuk serangan kolesistitis akut adalah kolik perut di sebelah kanan atas atau epigastrium dan nyeri tekan serta kenaikan suhu tubuh. Kadang-kadang rasa sakit menjalar ke pundak atau skapula kanan dan dapat berlangsung sampai 60 menit tanpa reda. Pada pemeriksaan fisik teraba masa kandung empedu, nyeri tekan disertai tanda-tanda peritonitis lokal (tanda murray). Ikterus dijumpai pada 20% kasus, umumnya derajat ringan (bilirubin < 4,0 mg/dl). Apabila kadar bilirubin tinggi, perlu dipikirkan adanya atu di saluran empedu ekstra hepatik.Pemeriksaan fisik didapatkan pasien nampak gelisah dan kesakitan, tekanan darah 130/90 mmHg, nadi 110 kali/menit, respirasi 28 kali/menit, suhu 38,5oC, nyeri tekan pada abdomen regio hipokondriaka dekstra dan epigastrik. Pemeriksaan laboratorium darah rutin menunjukkan peningkatan drastis pada angka leukosit, SGOT dan SGPT yang menjadi indikasi adanya komplikasi pada hepar.Pada pemeriksaan USG, tanda utama pada kolesistitis akut ialah sering ditemukan batu, penebalan dinding kandung empedu, hidrops dan kadang-kadang terlihat eko cairan di sekelilingnya yang menandakan adanya perikolesistitis atau perforasi. Sering diikuti rasa nyeri pada penekanan dengan transduser yang dikenal sebagai Morgan sign positif atau positif transduser sign.Pemeriksaan USG pada pasien ini menunjukkan adanya penebalan pada dinding vesika felea maupun pada sebagian dinding dan parenkim hepar. Sehingga memberikan kesan adanya peradangan pada kandung empedu dan hepar. Perbandingan antara persentase kerusakan pada dua atau lebih organ yang nampak melalui pemeriksaan USG dapat menjadikan dasar untuk menetapkan komplikasi atau penyebaran penyakit, dalam hal ini kerusakan pada vesika felea empat kali lebih berat dibandingkan dengan kerusakan pada hepar, sehingga dapat dikatakan bahwa radang pada vesika felea telah mengenai hepar dan menyebabkan hepatitis kronis karena berlangsung dalam waktu yang lama.Pemeriksaan radiologi untuk kolesistitis dapat berupa USG, foto polos abdomen dan CT scan abdomen. Pada pasien ini dilakukan pencitraan dengan USG karena pemeriksaan ini bersifat non-invasif, tidak menimbulkan rasa sakit pada penderita, dapat dilakukan dengan cepat, aman dan data yang diperoleh mempunyai nilai diagnostik yang tinggi. Pemeriksaann ini tidak mempunyai kontraindikasi, karena pemeriksaan ini sama sekali tidak akan memperburuk penyakit penderita.Jika diagnosis sudah pasti dan resikonya kecil, biasanya dilakukan pembedahan untuk mengangkat kandung empedu pada hari pertama atau kedua. Jika penderita memiliki penyakit lainnya yang meningkatkan resiko pembedahan, operasi ditunda dan dilakukan pengobatan terhadap penyakitnya. Jika serangannya mereda, kandung empedu bisa diangkat 6 minggu kemudian atau lebih. Jika terdapat komplikasi (misalnya abses, gangren atau perforasi kandung empedu), diperlukan pembedahan segera.Pada pasien ini penatalaksanaan meliputi rawat inap, pemasangan infus, pemberian antibiotik spektrum luas, anti mual, anti nyeri, anti piretik dan direncanakan untuk dilakukan pembedahan untuk mengangkat kandung empedu.KESIMPULANKolesistitis akut (radang kandung empedu) adalah reaksi inflamasi akut dinding kandung empedu yang disertai keluhan nyeri perut kanan atas, nyeri tekan, dan demam. Keluhan yang khas untuk serangan kolesistitis akut adalah kolik perut di sebelah kanan atas atau epigastrium dan nyeri tekan serta kenaikan suhu tubuh. Pemeriksaan radiologi untuk kolesistitis dapat berupa USG, foto polos abdomen dan CT scan abdomen. Pemeriksaan dengan USG banyak dipilih karena bersifat non-invasif, tidak menimbulkan rasa sakit, dapat dilakukan dengan cepat, aman dan data yang diperoleh mempunyai nilai diagnostik yang tinggi. Pada pemeriksaan USG, tanda utama pada kolesistitis akut ialah sering ditemukan batu, penebalan dinding kandung empedu, hidrops dan kadang-kadang terlihat eko cairan di sekelilingnya yang menandakan adanya perikolesistitis atau perforasi. Sering diikuti rasa nyeri pada penekanan dengan transduser yang dikenal sebagai Morgan sign positif atau positif transduser sign. Perbandingan antara persentase kerusakan pada dua atau lebih organ yang nampak melalui pemeriksaan USG dapat menjadikan dasar untuk menetapkan komplikasi atau penyebaran penyakit, organ dengan kerusakan yang lebih minimal dikatakan sebagai organ yang terkomplikasi.REFERENSI1. Boer Azwar. 2005. Ultrasonografi dalam Radiologi Diagnostik. Jakarta : FKUI 2. Pridady. 1996. Kolesistitis dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I. Balai Penerbit FK UI Jakarta.3. Abdurrachman SA. 1996. Hepatitis Viral Kronis. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I. Balai Penerbit FK UI Jakarta.4. Hadi S. 2003. Hepatitis Virus Akut. Gastroenterologi Hepatologi. PT. Alumni Bandung.5. Iljas M. 2005. Ultrasonografi Hati dalam Radiologi Diagnostik. Edisi II. Departemen Radiologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta. Page : 467 79PENULISDika Ajun Haryadi, Bagian Ilmu Radiologi, RSUD Tidar Magelang, Jawa Tengah, 2010

Kolesistitis (Radang Kandung Empedu) Kolesistitis adalah proses inflamasi atau peradangan akut pada kandung empedu yang umumnya terjadi akibat penyumbatan pada saluran empedu. Kasus kolesistitis ditemukan pada sekitar 10% populasi. Sekitar 90% kasus berkaitan dengan batu empedu; sedangkan 10% sisanya tidak. Kasus minoritas yang disebut juga dengan istilah acalculous cholecystitis ini, biasanya berkaitan dengan pascabedah umum, cedera berat, sepsis (infeksi berat), puasa berkepanjangan, dan beberapa infeksi pada penderita AIDS.

Individu yang berisiko terkena kolesistitis antara lain adalah jenis kelamin wanita, umur tua, obesitas, obat-obatan, kehamilan, dan suku bangsa tertentu. Untuk memudahkan mengingat faktor-faktor risiko terkena kolesistitis, digunakan akronim 4F dalam bahasa Inggris (female, forty, fat, and fertile). Selain itu, kelompok penderita batu empedu tentu saja lebih berisiko mengalami kolesistitis daripada yang tidak memiliki batu empedu.

Bagaimanakah batu empedu dapat menimbulkan kolesistitis? Batu empedu yang menyumbat saluran empedu akan membuat kandung empedu meregang, sehingga aliran darah dan getah bening akan berubah; terjadilah kekurangan oksigen dan kematian jaringan empedu. Sedangkan pada kasus tanpa batu empedu, kolesistitis lebih disebabkan oleh faktor keracunan empedu (endotoksin) yang membuat garam empedu tidak dapat dikeluarkan dari kandung empedu.

Gejala yang dikeluhkan penderita umumnya berupa nyeri pada perut kanan bagian atas yang menetap lebih dari 6 jam dan sering menjalar sampai belikat kanan. Penderita kadang mengalami demam, mual, dan muntah. Pada orang lanjut usia, demam sering kali tidak begitu nyata dan nyeri lebih terlokalisasi hanya pada perut kanan atas. Dari pemeriksaan dokter dapat ditemukan demam, takikardia (denyut nadi cepat), dan nyeri tekan pada perut kanan atas. Saat dokter meminta penderita menarik napas dalam, sambil meraba daerah bawah iga kanannya (subcosta kanan). Penderita kolesistitis umumnya menunjukkan Murphy's sign positif, di mana gerakan tangan dokter pada kondisi di atas menimbulkan rasa sakit dan sulit bernapas.

Dari pemeriksaan laboratorium, dapat ditemukan peningkatan jumlah sel darah putih (leukositosis) dan peningkatan enzim-enzim hati (SGOT, SGPT, alkali fosfatase, dan bilirubin); namun hasil-hasil pemeriksaan ini tidak dapat memastikan diagnosis. Diagnosis umumnya dipastikan dengan pemeriksaan radiologi. Umumnya dilakukan pemeriksaan foto polos abdomen atau USG. Foto polos hanya dapat memastikan ada atau tidaknya batu. Sedangkan USG, selain dapat memastikan ada tidaknya batu, juga dapat menilai ketebalan dinding empedu dan cairan peradangan di sekitar empedu. ERCP (endoscopic retrograde cholangiopancreatography) juga dapat dilakukan untuk melihat anatomi saluran empedu, sekaligus untuk mengangkat batu apabila memungkinkan.

Tindakan untuk kasus kolesistitis akut yang baru didiagnosis meliputi:1. Mengistirahatkan usus dan memberikan makanan secara parenteral (lewat infus).2. Memberikan obat penghilang rasa nyeri (analgesik) dan antiemetik (antimuntah). Analgesik pilihan adalah meperidine, atau kombinasi paracetamol dengan opioid.3. Memberikan antibiotik parenteral. Antibiotik pilihan antara lain meropenem, piperacillin-tazobactam, ampicillin-sulbactam, dan imipenem-cilastatin.

Jika kemudian ditemukan bahwa kasus kolesistitis ini terkait batu empedu, tindakan pilihan adalah pembedahan. Pertimbangan utamanya adalah karena batu empedu yang dibiarkan, bahkan percobaan peluruhan batu, akan semakin menyumbat saluran empedu dan memperparah peradangan. Umumnya pembedahan dilakukan dalam 72 jam setelah diagnosis ditegakkan oleh dokter. Pembedahan segera hanya dilakukan jika sudah ada tanda-tanda pecahnya kandung empedu (biasanya ditandai nyeri seluruh perut yang sangat hebat). Pilihan tindakan pembedahan juga berbeda; untuk kasus bedah elektif digunakan teknik laparoskopik; sedangkan untuk kasus akut digunakan teknik pembedahan terbuka biasa.

Angka kesembuhan cukup tinggi apabila kolesistitis ditangani sebelum ada penyulit. Adapun penyulit-penyulit yang dapat timbul antara lain: empiema kandung empedu, perluasan sumbatan ke arah usus, sepsis, pankreatitis, dan pecahnya kandung empedu.

Glosarium Empiema kandung empedu: kumpulan nanah yang memenuhi kandung empedu. Laparoskopik: teknik pembedahan invasif minimal; di mana operasi kecil-sedang dikerjakan di dalam rongga perut dengan alat khusus (serat optik) sehingga luka operasi relatif kecil dan penyembuhan lebih cepat. Pankreatitis: peradangan pada organ pankreas.

Referensi

Gladden D, Migala AF. Cholecystitis. Available from: emedicine.medscape.com/viewarticle/171886-print.htm (last updated 2010 May 19, assessed 2010 December 14)Urbano FL, Carroll MB. Murphy's Sign of Cholecystitis. Hospital Physician 2000 (November): 51-52, 70.