Kol. verslag amboina

38
1 Sumber : Koloniaal Verslag over het jaar 1900 Ambon Meskipun di beberapa afdeeling kembali sengketa muncul, yang kadang-kadang mengancam akan mengganggu ketertiban umum, di bidang politik di wilayah ini kondisi tetap tenang pada tahun 1900. Di pulau Haruku (afdeeling Saparua) muncul suatu sengketa antara penduduk negori Haruku dan bupatinya, yang meminta perhatian pemerintah. Sebagian penduduk meninggalkan negori ini sebagai tanda protes dan sebagian lainnya melakukan berbagai gangguan meskipun kekuasaan bupati tetap diakui. Perselisihan terus-menerus terjadi dan bupati yang terluka terpaksa akhirnya melarikan diri. Melalui tindakan pemerintah Eropa, ketenangan bisa dipulihkan dan bupati kembali dibantu merebut kekuasaan dan berdamai dengan mereka yang tidak puas. Antara negori yang sama dan Oma yang berbatasan selanjutnya ada sengketa perbatasan, yang sejak seratus tahun tetap mengambang dan memberikan alasan bagi kerusuhan. Juga sengketa itu diselesaikan melalui perantaraan pemerintah dan batas-batas segera ditetapkan dan dipetakan. Tentang Seram tidak ada peristiwa penting yang perlu disebutkan. Di Seram Barat masih ada perjalanan pemancungan kepala tetapi jauh lebih jarang daripada dahulu. Melalui rapat rutin pemerintahan dicoba untuk menyelesaikan sengketa yang sering disebabkan oleh tindakan pelanggaran dan perlawanan dari penduduk pantai yang dilancarkan terhadap suku-suku pedalaman dan memberikan berbagai alasan bagi pembunuhan, sejauh mungkin menurut adat setempat diselesaikan. Sengketa perbatasan ntara negori Rumahkai (afdeeling Kairatu) dan Latu (afdeeling Amahei) di dekatnya, yang juga melibatkan negori Aboru di pulau Haruku (lihat laporan sebelumnya halaman 40), pada awal tahun 1901 berhasil diselesaikan, sementara usaha dilakukan untuk melakukan perdamaian antara penduduk Rumahkai dan Aboru. Juga di Onderafdeeling Kei Kecil (Afdeeling Aru, Kei, Tanimbar dan kepulauan barat laut) perhatian pemerintah

Transcript of Kol. verslag amboina

Page 1: Kol. verslag amboina

1

Sumber : Koloniaal Verslag over het jaar 1900

Ambon

Meskipun di beberapa afdeeling kembali sengketa muncul, yang kadang-kadang mengancam akan mengganggu ketertiban umum, di bidang politik di wilayah ini kondisi tetap tenang pada tahun 1900. Di pulau Haruku (afdeeling Saparua) muncul suatu sengketa antara penduduk negori Haruku dan bupatinya, yang meminta perhatian pemerintah. Sebagian penduduk meninggalkan negori ini sebagai tanda protes dan sebagian lainnya melakukan berbagai gangguan meskipun kekuasaan bupati tetap diakui. Perselisihan terus-menerus terjadi dan bupati yang terluka terpaksa akhirnya melarikan diri. Melalui tindakan pemerintah Eropa, ketenangan bisa dipulihkan dan bupati kembali dibantu merebut kekuasaan dan berdamai dengan mereka yang tidak puas. Antara negori yang sama dan Oma yang berbatasan selanjutnya ada sengketa perbatasan, yang sejak seratus tahun tetap mengambang dan memberikan alasan bagi kerusuhan. Juga sengketa itu diselesaikan melalui perantaraan pemerintah dan batas-batas segera ditetapkan dan dipetakan.

Tentang Seram tidak ada peristiwa penting yang perlu disebutkan. Di Seram Barat masih ada perjalanan pemancungan kepala tetapi jauh lebih jarang daripada dahulu. Melalui rapat rutin pemerintahan dicoba untuk menyelesaikan sengketa yang sering disebabkan oleh tindakan pelanggaran dan perlawanan dari penduduk pantai yang dilancarkan terhadap suku-suku pedalaman dan memberikan berbagai alasan bagi pembunuhan, sejauh mungkin menurut adat setempat diselesaikan. Sengketa perbatasan ntara negori Rumahkai (afdeeling Kairatu) dan Latu (afdeeling Amahei) di dekatnya, yang juga melibatkan negori Aboru di pulau Haruku (lihat laporan sebelumnya halaman 40), pada awal tahun 1901 berhasil diselesaikan, sementara usaha dilakukan untuk melakukan perdamaian antara penduduk Rumahkai dan Aboru.

Juga di Onderafdeeling Kei Kecil (Afdeeling Aru, Kei, Tanimbar dan kepulauan barat laut) perhatian pemerintah terutama didominasi oleh perselisihan di dan antara berbagai negori yang selain itu di sini saling berkaitan erat dan memberikan alasan bagi kontak antara umat Islam dan Kristen. Hal ini khususnya terjadi dalam perselisihan di antara Tual dan berbagai negori tetangganya, yang alasannya adalah hak-hak yang dahulu diterapkan oleh Tual (penebangan kayu bebas, pengumpulan hasil hutan dan sebagainya), tetapi yang perlahan-lahan terutama hanya terbatas pada kampung-kampung yang masuk Kristen (Tual saat itu masih Islam), dan akhirnya tidak terjadi lagi. Tual mencoba untuk memulihkan kondisi sebelumnya, di mana kampung Kristen menolak dan ketegangan yang muncul sebagai akibatnya membuat orang-orang Kristen dan orang Eropa di Tual tidak merasa aman dan penduduk yang tinggal di sekitarnya tidak berani berdagang di pasar. Untuk mencegah kerusuhan, pada bulan Desemebr 1900 pemerintah merasa perlu untuk memperkuat sarana keamanan di Tual dengan suatu kesatuan pertahanan sipil Ambon. Sementara itu usaha keras dilakukan untuk menyelesaikan semua sengketa yang ada, di mana harapan muncul untuk itu.

Di pulau Wetter di mana pada tahun 1899 menurut laporan sebelumnya (halaman 41) dua warga dari tempat lain dibunuh, tentang keamanan tidak ada lagi keluhan setelah pada bulan Novemebr 1900 pemerintah berhasil menyelesaikan suatu sengketa antara dua

Page 2: Kol. verslag amboina

2

negori. Selain permusuhan yang terjadi di Onderafdeeling Key Kecil antara umat Kristen dan Islam, hubungan yang ada di wilayah ini antara pemeluk kedua agama bisa dianggap memuaskan. Setelah bencana bulan September 1899 yang melanda jemaat Kristen di teluk Elpaputih, mereka perlahan-lahan pulih. Di mana-mana gereja darurat didirikan dan pembangunan sekolah baru dimulai. Pada dasarnya di wilayah ini zending mengalami kemajuan. Juga ada peristiwa yang layak disesalkan bahwa kegemaran mabuk bertambah. Di beberapa bagian wilayah ini, khususnya di pulau Leti, Kiser dan Wetter, penduduk dilanda oleh cacar. Selain itu kondisi kesehatan pada tahun 1900 bisa dianggap menguntungkan. Dalam kondisi perdagangan Eropa tidak ada perubahan yang berarti, sebaliknya perdagangan pribumi berada dalam tahap pertumbuhan. Perdagangan kayu di kepulauan Kei menderita karena kondisi politik di sana. Ekspor kuda dari kepulauan Aru terus mengalami kemajuan.

Page 3: Kol. verslag amboina

3

Sumber : Koloniaal Verslag over het jaar 1901

Residentie Amboina

Sementara gempa bumi (39) yang menghancurkan ibukota Ambon pada tanggal 6 Januari 1898 masih segar dalam ingatan penduduk dan dampak merugikan masih terasa, pada malam tanggal 29-30 September 1899 sebagian wilayah ini dan terutama beberapa daerah pantai Seram Barat dan Tengah kembali dilanda oleh suatu bencana yang disertai dengan korban jiwa dan kehancuran semua harga benda almarhum, tanpa menyebut mereka yang terluka, yang lebih menakutkan daripada peristiwa tahun 1898. Pada malam kira-kira pukul 01.40, penduduk Seram dikejutkan oleh sebuah getaran yang terutama sangat keras di teluk Elpaputih. Kerugian yang disebabkan oleh gempa ini sangat kecil dan hanya sedikit korban manusia jatuh, apabila goncangan (yang menurut penelitian lokal yang dilakukan oleh insinyur pertambangan dr. R.D.M. Verbeek pada bulan Oktober, tidak ada kaitannya dengan gempa di Ambon) tidak diikuti dengan gerakan laut, yang menenggelamkan pantai di banyak tempat dan kampung-kampung yang tergenang menjadi rusak parah. Sebagai akibat dari gerakan itu, di beberapa tempat sebagian pantai tenggelam yang terdiri atas material lepas, dalam laut dan disebabkan oleh gelombang perpindahan air tiba-tiba yang mencapai ketinggian 2-6 atau bahkan 9 meter di pantai. Gelombang ini terjadi bersifat lokal dan hanya di tempat itu sebagian pantai lenyap. Di tempat-tempat lain di mana getaran juga terasa tetapi tidak ada bagian pantai yang tenggelam, tidak ada gelombang itu dan tempat ini hanya digenangi ketika letaknya sehubungan dengan gelombang yang muncul dari tempat lain memungkinkan hal itu. Di pantai utara Seram (dan di sana hanya pada bagian yang terletak di sebelah barat Wahai), sedikit kerugian dialami dan juga sedikit korban jiwa yang jatuh. Di pulau Boano yang terletak di dekat pantai barat laut, juga hampir setiap kerugian materi terjadi tetapi di pantai selatan Seram bencana itu lebih besar. Di sana di sekitar dua negori Peulohi dan Samasuru yang hancur sama sekali karena terletak di sisi barat teluk Elpaputih, juga menurut pendapat dr. Verbeek, pusat getaran harus dicari, dari situ gerakan gelombang laut akan menyebar ke segala sisi, juga ke pulau Saparua di mana tiga kampung yang terletak rendah di pantai timur laut (40) sebagian hancur. Meskipun dari negori-negori di pantai selatan Seram yang tidak segera tenggelam masih banyak orang bisa menyelamatkan diri ke pegunungan, toh penafsiran tentang jumlah orang yang meninggal di sana (di sebelah utara dan pantai barat seluruhnya ditemukan 12 orang meninggal, termasuk beberapa penduduk Boano yang sedang singgah disana) dari jumlah sekitar 4 ribu orang, termasuk kira-kira 200 orang penduduk Saparua yang di Seram sedang sibuk memetik sagu dan menebang kayu, sementara 3800 lainnya tersebar di 19 negori Kristen dan Islam yang seluruhnya hancur dan 4 negori yang sebagian hancur. Di teluk Elpaputih semua negori terlanda gelombang (seluruhnya 18, dengan 2450 orang yang meninggal termasuk semuanya 1550 orang dari Paulohi dan Samasuru serta 350 dari Amahei, tempat kedudukan posthouder di afdeeling tersebut), tetapi dari negori-negori yang terletak di sebelah barat teluk Tuluti seluruhnya 4 hancur. Posthouder ini lolos dari bencana, karena dia sedang dalam perjalanan dinas; posthouder Amahai meskipun ikut terseret oleh gelombang banjir, masih bisa menyelamatkan diri (ini juga terjadi dengan 26 serdadu yang ditempatkan di Amahei di bawah seorang ajudan intara, yang berusaha

Page 4: Kol. verslag amboina

4

berlindung di bawah puing-puing benteng yang roboh). Selain penduduk negori yang masih hidup, banyak yang menderita cacat fisik. Dari situ terbukti bahwa meskipun di beberapa negori Islam penduduk tidak menerima perawatan kedokteran Eropa, antara 3-8 Oktober oleh staf kesehatan yang dikirim dengan kapal uap pemerintah Arendt dari Ambon (seorang perwira kesehatan dan seorang dokter Jawa) di 12 tempat (di Amahei juga oleh dokter Jawa yang ditempatkan di sana dan lolos dari bencana) bantuan kesehataqn diberikan kepada 549 orang seluruhnya yang menderita luka berat dengan beberapa fasilitas yang ada, berkat penugasan mereka dengan kapal pengangkut Gouverneur Generaal Jacob yang disewa untuk selanjutnya membawa mereka ke Saparua dan Ambon. Segera setelah di Ambonb bencana itu terdengar lewat berita dari posthouder di Amahei, sekretaris wilayah, penjabat kepala wilayah (residen sedang nmelakukan inspeksi ke afdeeling lain), dengan kapal Arendt berangkat ke pantai selatan Seram bersama kontrolir Ambon, yang selain staf kesehatan tersebut juga ikut serta komandan militer setempat, pendeta Ambon, perwira klas-1 zeni dan seorang pengawas pengairan, sementara sejauh diperlukan bahan pangan yang dibawa, sarana penerangan dan bahan bangunan dibagikan. Setelah dengan bantuan pendeta pembantu dari Amahei (yang rumahnya masih tetap selamat) dan dokter Jawa di sana, di daerah yang dilanda di pantai selatan semua usaha dilakukan sejauh kondisi memungkinkan (lihat laporan kontrolir yang ringkasannya dimuat dalam Javasche Courant tanggal 17 November 1899), pegawai yang dikirim dari Ambon kembali pada tanggal 10 Oktober dengan kapal Arendt ke sana.

Pada tanggal 9 Oktober residen dengan didampingi perwira kesehatan klas-1 bersama kapal pengangkut Japara yang disewa melakukan kunjungan singkat pada lokasi kerusakan untuk berangkat kembali beberapa hari kemudian dengan kapal Arendt, kini bersama Kontrolir Ambon, dengan tujuan untuk memantau lebih lanjut kondisi ini dan selanjutnya melengkapi penduduk dengan perbekalan yang diperlukan, dengan membantu pakaian, peralatan menangkap ikan, perlengkapan dapur dan pertukangan yang dibeli dari dana yang dikumpulkan oleh panitia sosial yang dibentuk di Ambon (tentang panitia ini dan yang lain di Hindia untuk memberikan bantuan yang diberikan akibat kerugian yang ditimbulkan oleh bencana itu, belum ada laporan umum yang diterima. Lewat campur tangan komisi di negara ini bagi tujuan yang sama, dana sebesar f 21.396,52 ½ disetorkan pada Departemen Koloni dan dari pihak saya di Hindia dibayarkan) diberikan kepada mereka yang paling membutuhkan. Pemberian bahan makanan setelah pembagian yang dilakukan pada hari-hari pertama oleh pemerintah, tidak lagi diperlukan karena mereka yang membutuhkan bisa makan dengan sagu yang mudah dikumpulkan dalam jumlah berlimpah di hutan. Dengan bantuan beberapa pekerja paksa yang dikirimkan ke Seram untuk itu, residen memerintahkan agar mayat-mayat yang belum diambil segera dikuburkan atau dibakar. Kondisi kesehatan umum pada mulanya memuaskan dan mereka yang terluka segera bisa disembuhkan. Kepada para kepala dan penduduk yang masih berada dalam kondisi sedih, sejauh mungkin harus dihibur. Pemikiran yang muncul di antara mereka yang masih hidup bahwa orang-orang pegunungan dalam kondisi demikian berusaha mengulangi kembali perjalanan perangnya ke daerah hilir seperti yang juga dilakukan pada beberap bulan sebelumnya di Seram Barat. Di antara banyak orang yang selamat dari bencana kini mulai menyingkir. Kini mereka mengalami sendiri bahwa penduduk pegunungan yang ditakuti di Seram Barat

Page 5: Kol. verslag amboina

5

telah memberikan bantuan di banyak tempat dengan menyediakan sagu, sayuran dan sebagainya serta tidak berbuat jahat. Dalam laporan wilayah juga perlu diperhatikan bahwa alasan untuk melakukan perjalanan pemancungan kepala tersebut kebanyakan dicari di kalangan penduduk pantai.

Di Amahei residen menjumpai insinyur kepala pertambangan Verbeek yang singgah di Ternate, tiba dari sana untuk membantu ke Ambon dengan kapal pemerintah Zeemeeuw, dengan tujuan mengadakan penelitian tentang sebab-sebab bencana itu (laporan singkat yang disampaikan pada bulan Pebruari lalu tentang penel;itian ini dalam bentuk brosur diterbitkan dalam Javasche Courant tanggal 13 Maret 1900). Karena pengalaman dr. Verbeek tidak memberikan alasan untuk menghindari dipertahankannya Amahei sebagai tempat kedudukan, asalkan negori dan bangunan pemerintah dipindahkan ke lahan yang lebih tinggi, kompleks yang sesuai dengan tuntutan itu bisa ditemukan. Tetapi sebagai tempat kedudukan posthouder Kairatu, sebagai ganti Hatusua yang hancur, ditunjuk negori Piru (terletak di teluk Piru).

Juga dari Jawa ketika diketahui tentang bencana itu bantuan dikirimkan di mana kapal perang uap Sumatra pada tanggal 23 Oktober berlabuh di pelabuhan Ambon. Bersama kapal ini, residen pada tanggal 29 Oktober sampai 2 November kini mengunjungi daerah bencana di pantai selatan Seram untuk ketiga kalinya. Berkat bantuan pemerintah dan swasta yang diberikan, terbukti penduduk kembali tenang dan mereka mengulangi lagi pekerjaannya. Di mana-mana selain di Hatusua, orang sibuk dengan membangun kembali negori-negori yang hancur, tetapi kebanyakan di tempat-tempat lama karena hanya beberapa orang yang berniat untuk memilih lahan yang terletak lebih tinggi. Juga dengan tujuan untuk tidak membuat sekolah roboh, untuk mendorong pendidikan sejauh mungkin dari pihak pemerintah dan di negori-negori Kristen juga oleh para guru pribumi dan guru agama kembali tugas mereka dilaksanakan. Di samping delapan orang bupati bersama keluarganya, mereka yang meninggal termasuk juga 2 guru pribumi dan 3 orang guru agama.

Tentang kondisi politik di wilayah ini selama tahun laporan bisa disampaikan berikut ini. Pada sejumlah negori Kristen di afdeeling Saparua belakangan ini tampak adanya semangat perlawanan fisik. Tujuannya adalah melumpuhkan kekuasaan setiap kepala adat yang masih ada. Tidak ada sarana yang digunakan untuk itu, termasuk desas-desus dan tumbuhnya kecurigaan. Akibatnya adalah berulang kali perkelahian dengan aparat keamanan terjadi. Melalui penangkapan, perlawanan ini kebanyakan bisa diakhiri. Sampai sekarang perkara itu tidak menimbulkan ancaman.

Di afdeeling Kairatu (Seram Barat) pada bulan Maret 1899 terjadi kerusuhan di dekat negori Rumahkai (teluk Piru). Sejak lama ada sengketa tentang dusun-dusun sagu antara negori ini dan negori Latu yang berbatasan tetapi termasuk afdeeling Amahei (salah satu dari empat negori di teluk Elpaputih, yang dalam bencana tanggal 30 September sebagian hancur). Pengadilan negeri menyatakan tidak berwenang untuk membuat keputusan tentang perkara ini atas dasar bahwa di sini menyangkut masalah perbatasan administrasi. Warga Latu mermanfaatkan keputusan ini demi keuntungan mereka dan menyewakan dusun-dusun sagu yang disengketakan kepada negori Aboru, yang terletak di pulau Haruku dekatnya. Ketika seratus penduduk negori Haruku tiba untuk memetik sagu, mereka diserang oleh warga Rumahkai, dengan akibat dua orang dari mereka terbunuh dan banyak yang terluka. Segera setelah berita ini diterima, residen

Page 6: Kol. verslag amboina

6

berangkat ke tempat kejadian dan berhasil menangkap para tokohnya dan memulihkan ketertiban.

Di afdeeling Wahai (41) atau pantai utara Seram pada tahun 1890 tidak ada pembunuhan terjadi. Terhadap wewenang yang diberikan pada akhir tahun 1898 oleh pemerintah Hindia untuk menyuruh pencarian oleh pasukan patrol dengan penduduk Alfur pegunungan, karena berbagai kondisi pelaksanaannya baru saja dimulai. Penambahan jumlah garnisun dan operasi yang dirancang bisa dibenarkan, tetapi menunjukkan bahwa komandan militer di samping gezsaghebber sipil Wahai diberi kesempatan untuk menjalin hubungan dengan berbagai suku-suku negori Islam di sekitar ibukota Wahai. Tetapi tidak bisa dipastikan apakah kondisi yang menguntungkan ini bisa bertahan lama.

Di kepulauan Tanimbar dan Barat Daya tidak ada peristiwa penting terjadi. Saling sengketa dan perkelahian seperti biasanya masih terjadi, tetapi tidak ada orang luar yang ikut campur, kecuali di Wetter di mana dua peristiwa pembunuhan terhadap terhadap warga dari kampong lain. Di Onderafdeeling Kei Kecil, sejaki beberapa saat suatu kondisi tegang melanda, sebagai akibat konflik antara berbagai negori dan usaha para kepala adat Islam terutama dari Kei Tual untuk merampas kekuasaan duniawi atas negori-negori Kristen. Menurut laporan wilayah sebaliknya tidak perlu dikhawwatirkan terjadinya kerusuhan. Sementara itu dengan memperhatikan kerusuhan yang terjadi, sarana keamanan yang diperbantukan pada Kontrolir ditambah. Di Kei Besar kondisi juga kurang baik dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Saling berkonflik antara negori memberikan alasan bagi perkelahian dan saling menghancurkan harta benda. Juga penilaian dari seorang ulama berpengaruh Haji Mohamad Jahja untuk membayar hutang beberapa ribu gulden kepada seorang Cina dari Makasar menyebabkan situasi tegang itu. Ketika pembayaran tidak terjadi dan orang Cina itu mengancam akan menggunakan tekanan, agitasi di kalangan penduduk menjadi semakin besar. Menurut berita dari posthoiuder ada tujuan pada mereka untuk melawan dengan senjata ketika haji tersebut ditangkap. Kreditur dan debitur sebaliknya mencapai kesepakatan sehingga persoalan itu bisa diselesaikan tanpa kerusuhan.

Pada umumnya di Ambon dan Uliaser tentang kunjungan gereja dan katekisasi tidak perlu dikeluhkan dan di sana-sini bisa dianggap lancar. Di berbagai tempat ada usaha untuk memperbaiki dan memperbaharui bangunan gereja. Dari Waai (di Ambon) laporan masuk bahwa negori-negori Islam yang jumlah penduduknya bertanmbah sering memiliki pengaruh buruk pada negori-negori Kristen di dekatnya. Di pantai selatan Seram hasil 20 tahun karya penginjilan hampir lenyap sama sekali karena bencana 30 September 1899 yang disebutkan di atas. Hampir di mana-mana di tempat lain wilayah itu di bidang zending kemajuan dicapai, terutama di Letti dan Leikor. Atas tanggungan berbagai yayasan zending pribumi, juga pada tahun 1899 beberapa guru agama pribumi berkarya demi kepentingan jemaat yang baru didirikan. Di kepulauan Kei misi Katolik yang berpusat di Langgur (Kei Kecil) perlahan-lahan menambah jumlah umatnya di kalangan orang-orang kafir. Selain itu tentang Kei Kecil bisa disebutkan bahwa suatu kehidupan Islam yang dinamis bisa ditemukan. Di Buru Utara kembali beberapa orang kafir bersedia masuk Islam.

Terlepas dari penyakit cacar yang melanda di beberapa tempat Buru Utara dan juga di Seram Tengah, selama tahun 1899 tentang kondisi kesehatan penduduk pada

Page 7: Kol. verslag amboina

7

umumnya di wilayah ini tidak banyak yang dikeluhkan. Berita-berita dari awal tahun 1900 dalam hal ini masih kurang menguntungkan, karena saat itu di berbagai tempat ditemukan korban influenza dan di Seram Selatan demam parah melanda. Di beberapa daerah di Buru dan Seram Tengah penyakit cacar mewabah.

Di ibukota Ambon perdagangan tetap tertekan. Kenaikan nilai pasar atas cengkih yang disebutkan dalam laporan sebelumnya, hanya berlangsung singkat. Suatu penurunan biaya pengangkutan sangat bermanfaat bagi perdagangan kopra. Di Banda, hubungan perdagangan masih sangat disesalkan. Toh harga pala dan fuli masih tetap sangat rendah. Di Kei, perdagangan kayu hampir selalu masih berlangsung. Tetapi material itu semakin lama semakin langka. Pohon yang masih muda dan paling cocok bagi pengangkutan ditebangi dan pemerintah terbukti tidak mampu mendorong penduduk agar pohon-pohon baru ditanam. Tentang kayu kuning (untuk bahan cat) hanya sedikit transaksi yang dilakukan; pasaran komoditi ini telah berlebihan dan baru selama beberapa tahun perbaikan atas kondisi ini bisa diharapkan.

Page 8: Kol. verslag amboina

8

Sumber : Koloniaal Verslag over het jaar 1904

Amboina

Kondisi politik pada tahun 1903 pada umumnya sangat menguntungkan. Di Seram Barat pemerintah terpaksa menjadi perantara dengan adanya perpecahan antara negori Waisamu dan Hukuina di afdeeling Amahei, dekat perbatasan dengan afdeeling Kairatu. Pada tanggal 2 Juli 1903 negori Waisamu ditembakioleh beberapa gerombolan orang Alfur sehingga seorang warga negori itu terbunuh dan dua orang terluka. Tujuan residen untuk mengadakan suatu pembicaraan dengan pihak yang menyerang, yang bagi tujuan ini dia berangkat ke Seram, tidak ditanggapi karena ada kepastian bahwa orang-orang Alfur Hukuina tidakmau mendengar panggilan itu. Pada tanggal 22 Juli, Waisamu kembali ditembaki, tanpa adanya suatu penyerangan untuk itu mengingat para kepala dan penduduk sehari sebelumnya telah melarikan diri ke negori Kaibobo dan Hatusua. Residen kini menganggap perlu pamer kekuatan dan berangkat, dengan komandan militer dan seorang letnan dengan 30 orang serdadu, yang berangkat ke afdeeling Kairatu pada bulan Agustus. Penyebab permusuhan tampaknya adalah bahwa selama pemerintahan bupati Kristen Waisamu sebelumnya, yang karena mabuk dipecat, balileo bahala (rumah ibadah Alfur di negori itu dirubuhkan dan sejak itu tidak dibangun lagi. Orang-orang Alfur Hukuina, yang seperti halnya penduduk Waisamu, termasuk ikatan Tala (Koloniaal Verslag 1903 halaman 93), keburukan ini muncul dan memberitahu bupati bahwa mereka menghendaki penghormatan pada keyakinannya. Kepada bupati Kristen sekarang ini nasehat diberikan untuk mengumpulkan penduduk Hukuina di Waisamu, dengan tujuan untuk mengetahui keluhan penduduk, tetapi dia tidak menanggapinya. Mengingat persoalan ini belum bisa diselesaikan dan rumah ibadah itu belum dibangun lagi, Hukuina mulai menembaki Waisamu dengan bantuan negori-negori Alfur Rumasoal dan Lohi yang terletak di pantai utara Seram dan akhirnya (setelah penduduk pindah) dibakar, di mana gereja Kristen dan 18 rumah lain dibakar habis. Segera setelah residen tiba dengan pasukanmiliter di Kairatu, daerah sekitar Waisamu diselidiki oleh sebuah patroli yang ditembaki oleh orang Alfur, sehingga seorang sersan dan seorang serdadu pribumi terluka. Atas desas-desus bahwa banyak suku Alfur gunung di perbukitan sekitarnya dan Piru, Eti dan Tanunu yang dikumpulkan, juga perbukitan itu mulai dikirimi patroli, tetapi tanpa dijumpai adanya pelaku kejahatan. Anggota militer kembali ke Ambon, tetapi pada bulan Oktober residen bersama para kepala adat Waisamu berangkat ke pantai utara Seram, dengan tujuan mencoba untuk mengetaui aloasan penembakan dan pembakaran negori itu dari orang-orang Alfur lawannya. Mengingat negori Rumasoal dan Hukuina terlalu jauh letaknya dari pantai untuk bisa dicapai, pembicaraan dilakukan dengan para kepala adat Nuniali, yang membawahi negori Rumasoal. Mereka sebaliknya tidak memberikan informasi yang memadai, sehingga residen menyampaikan kepada mereka bahwa mereka memerluklan ganti rugi bagi kerugian yang terutama ditimbulkan oleh orang-orang dari Rumasoal pada Waisamu. Sambil menunggu penetapan besarnya ganti rugi ini, beberapa orang kepala adat suku Alfur yang tinggal di pantai disandera. Mengingat selama pembicaraan terbukti bahwa juga bupati Taniwel terlibat dalam persoalan ini dan umumnya dia dikenal sebagai penghasut dalam sejumlah sengketa Alfur, dia diberhentikan dari dinas dan demi kepentingan ketenangan dan ketertiban di

Page 9: Kol. verslag amboina

9

Karesidenan Ambon, dia dibuang ke kota Padang (Pantai Barat Sumatra) dengan Keputusan tanggal 26 Maret 1904 nomor 24. Peristiwa di Waisamu belum seluruhnya selesai tetapi tampak bahwa permusuhan selalu bersifat lokal dan tidak ditujukan terhadap pemerintah Belanda. Dengan tujuan mencegah terulangnya peristiwa ini; di Piru ditempatkan suatu pasukan pendudukan sementara (Keputusan Pemerintah tanggal 2 Januari 1904 nomor 8).

Karena tindakan permusuhan terhadap orang-orang Alfur dari Pokulawoni (Afdeeling Amahei), kepada negori-negori Rumalait dan Liang suatu denda dijatuhkan. Dengan meninggalnya raja Vaan (Kei Kecil) muncul kesulitan tentang pemilihan seorang pengganti, yang pilihannya ingin ditentukan oleh raja Tual sebagai sosok yang mengaku memiliki hak kekuasaan atas daerah Vaan, tetapi Vaan menolak. Sambil menunggu suatu penyelesaian sengketa, oleh residen untuk sementara pemerintahan diambil alih. Bupati (orangkaya Oheil di Kei Besar) dan saudaranya yang sehubungan dengan sengketa antara negori Ogewaet atas kepemilikan beberapa dusun (laporan kolonial tahun 1903 halaman 93-94) terlibat dalam kasus pembunuhan, dengan keputusan pemerintah tanggal 21 Maret 1903 nomor 37 dibuang ke Amurang (Menado).

Suatu sengketa antara negori Manumbai (Ursiwa) dan Silbatabata (Urlima) di kepulauan Aru atas hilangnya sebuah perahu tanpa bekas, tempat sebelas orang warga negori Manumbai ini tinggal, oleh dewan kepala adat di Dobo diselesaikan. Desas-desus tersebar bahwa warga Silbatabata telah merampok perahu itu, sehingga pembalasan dendam berlangsung. Para terdakwa dijatuhi denda menurut adat. Berbagai persoalan yang terjadi antara negori Onderafdeeling Larat dan Sejra (kepulauan Tanimbar) muncul, oleh residen diselidiki dan diselesaikan. Dalam suatu sengketa antara negori Salwasa-Otemmer dan Latudalem (keduanya di Sejra), berlangsung tentang kepemilikan perairan tripang, tetapi para kepala negori Salwasa Otemmer menolak untuk tunduk pada keputusan residen yang memuat penjatuhan denda , sementara mereka juga tidak mau mendengar panggilan untuk menyampaikan harapannya kepada residen. Dengan adanya hal itu perahu Java dan Ceram yang dimiliki oleh residen menyerang negori yang memberontak itu. Setelah memberi peringatan para kepala adat (tetapi sia-sia) untuk mematuhi kewajiban mereka, oleh suatu kesatuan pendarat enam penduduk negori itu ditangkap (31 Oktober). Setelah itu para kepala adat kembali diperintahkan untuk mengajukan penyerahannya, yang tetap mereka tolak. Negori ini diserang pada tanggal 3 November, sehingga semua kerugian materi terjadi. Keberadaan kapal-kapal perang ini telah digunakan untuk menyelesaikan beberapa sengketa di antara negori-negori lain. Misalnya suatu perdamaian dibuat antara negori Tenim dan Mitak (keduanya di Jamdena), yang sejak tahun 1901 hidup bermusuhan karena suatu pembunuhan yang dilakukan oleh warga Mitak atas orangkaya Tenim dan tujuh penduduk lainnya di negori ini. Suatu denda yang dijatuhkan oleh pemerintah kepada Mitak, yang dahulu ditolak untuk membayarnya, sekarang dibayar. Selanjutnya melalui perantaraan pemerintah perdamaian dibuat antara Ulilit dan Laorang, yang negorinya selama 16 tahun berkonflik (97) atas kepemilikan sebuah kolam tripang. Selama itu mereka berusaha memberikan makan bagi berbagai sekutu di kepulauan Jamdena. Setelah itu negori-negori Anlusi dan Arkilo menerima giliran di pantai timur Jamdena, yang ikut terlibat dalam peperangan, penjarahan dan pembakaran negori-negori yang terletak di dekatnya dan perompakan perahu. Kepada dua negori ini sebuah denda dijatuhkan, sebagai jaminan bagi

Page 10: Kol. verslag amboina

10

pembayarannya sejumlah orang dibawa serta sebagai sandera. Akhirnya masih ada beberapa negori di pulau Luang (Onderafdeeling Babar, Luang dan Sermata), sebagai hukuman bagi pembunuhan beberapa orang nelayan Makasar, dijatuhi denda. Setelah itu kepada beberapa orang kepala adat di kepulauan Tanimbar bendera Belanda diserahkan, ekspedisi ini kembali ke Ambon pada tanggal 19 November.

Di Onderafdeeling Damar, Teun, Nila dan Serua ketenangan tidak terganggu. Swanggi (tukang tenung) tidak lagi dibunuh. Juga di Onderafdeeling Wetar ketenangan tetap terjaga. Tiga orang kepala adat pulau Lirang sebaliknya ditangkap oleh pemerintah karena mereka tidak mau membayar denda yang dijatuhkan kepada penduduk di pulau ini sebagai akibat pembunuhan awak kapal Madura yang kandas. Keamanan orang dan barang di pulau-pulau Ambon yang disebutkan itu dan di kepulauan Banda tidak perlu dikhawatirkan. Di Seram Barat dan di kepulauan Tanimbar sebaliknya sebagai akibat dari peristiwa tersebut situasinya kurang baik. Kondisi kesehatan pada pertengahan kedua tahun ini lebih menguntungkan daripada pertengahan pertama. Di afdeeling Ambon tetapi bukan di antara penduduk pribumi, beri-beri berjangkit sehingga menimbulkan beberapa kasus kematian. Di afdeeling Banda disentri pada bulan-bulan pertama tahun 1903 membawa banyak korban; mungkin mereka dipindahkan dari kepulauan Aru ke Banda, yang sangat parah dilanda (atau penyakit perut yang mirip dengan kolera). Di kepulauan Aru dan di pulau-pulau lain dari Afdeeling Aru, Kei, Tanimbar dan kepulauan barat daya pada awal tahun ini masih banyak orang terkena penyakit ini. Di afdeeling tersebut juga banyak kasus malaria ditemukan dan kepulauan Tanimbar penyakit mata yang menular melanda, sementara di afdeeling Saparua pada pertengahan pertama tahun 1903 beberapa kasus demam dan sakit perut muncul.

Perdagangan Eropa menyebar: perdagangan domestic hampir di mana-mana mengalami pertumbuhan, terutama di afdeeling Kairatu. Hasil-hasil penangkapan ikan sangat menguntungkan. Kondisi perikanan mutiara tetap statis. Zending Kristen tetap berkarya tanpa banyak keberhasilan.

Page 11: Kol. verslag amboina

11

Sumber : Koloniaal Verslag over het jaar 1881

Amboina

Karena sagu merupakan bahan pangan rakyat di karesidenan ini, hanya sedikit padi yang ditanam. Sejauh ada kebutuhan bagi bahan pangan ini, sebagian besar harus didatangkan dari tempat lain. Di ibukota Ambon, ketika sepikul beras berharga f 8-12, impor pada tahun 1880 berjumlah 28.905 pikul dan di Neira (Banda) setelah pengurangan jumlah yang kembali diekspor mencapai 46.285 pikul. Sadu yang berlimpah diperoleh dari Seram dan Buru, di Ambon per tumang (yakni 10 kilogram) berharga f 0,90 dan di hutan sagu mencapai f 0,50. Semakin besar, berkualitas dan usia tua, nilai pohon sagu bisa mencapai f 5 sampai f 20.

Harga buah kelapa di Ambon pada tahun 1880 mencapai f 1,50 sampai f 2 per 100 butir, dan harga minyak f 15-20 per pikul. Di afdeeling Banda harga rata-rata mencapai f 2,50 dan f 12. Dalam berita tanaman yang diterima di negara ini selama tahun 1880, kali ini tentang cengkih tidak disebutkan. Orang hanya bisa menemukan dalam sebuah berita edisi Pebruari yang mencatat bahwa di NUsalaut, salah satu dari empat pulau Ambon tempat pohon cengkih terutama dijumpai, panen yang saat itu berakhir luar biasa menguntungkan. Di Nalahia di pulau tersebut, tenaga disiapkan untuk pengumpulannya. Di Haruku, menurut keterangan yang sama, suatu penyelidikan dilakukan dengan adanya keluhan yang diterima bahwa seorang kepala negori di sana telah memaksa penduduk dengan ancaman akan dibunuh untuk hanya melepaskan cengkihnya kepadanya, dan hanya dengan harga f 20 pe-r pikul, meskipun para pedagang membayar f 65-90 untuk itu.

Tanaman coklat sebagai akibat penyakit yang melanda sejak beberapa tahun atas tanaman ini, mengalami kemunduran. Panen pada tahun 1880 berjumlah kira-kira 142 pikul (198), yang dengan harga f 150 per pikul dijual kepada para pelaut di Manila. Ada tujuan untuk melakukan suatu percobaan dengan tanaman coklat di kepulauan Aru, yang sampai sekarang tidak dijumpai. Tembakau yang dikembangkan di wilayah ini, terutama di Buru dan Seram, berkualitaas baik. Harganya naik dari f 0,70 sampai f 2,50 per kati. Perkebunan tembakau Eropa yang disebutkan dalam laporan sebelumnya di Seram Timur untuk sementara dihapuskan karena kurangnya modal kerja.

Mengenai kebun rempah di kepulauan Banda, terutama hanya laporan tentang produksi yang diperoleh. Jumlah pekerja yang direkrut pada tahun 1880 mencapai 2912 orang. Tentang kualitas orang-orang ini, kebanyakan dicari di Jawa dan Madura dari pemungutan penduduk, banyak keluhan terdengar. Juga pelayanan mereka dan terutama perawatan kesehatan harus perlu dibenahi di beberapa kebun karena pengabaian pemiliknya. Seperti yang telah dikatakan di halaman 57, pertimbangan masih berlaku tentang pembuatan sebuah epraturan yang ada seperti bagi Pantai Timur Sumatra, untuk mengatur hubungan antara para pengusaha di kepulauan Banda dan para pekerja yang didatangkan dari tempat lain. Produksi oleh para pemilik kebun rempah yang diperoleh selama tahun 1880, dengan kata lain pengumpulan dari bulan November sampai Oktober, terbukti dari laporan yang ada.

Buah dalam tempurung menurut perbandingan 3:2 mengarah pada buah dari tempurung itu, orang bisa menetapkan jumlah produksi pala kupas, dengan demikian

Page 12: Kol. verslag amboina

12

tanpa fuli, selama tahun 1879 sebanyak 6535 dan selama tahun 1880 sebanyak 7555 pikul. Pada kedua tahun itu dari Banda diekspor (bobot kelapa dihitung dengan cara yang sama) jumlah berikut ini (termasuk juga produksi tahun-tahun sebelumnya). Rata-rata harga pasar pada tahun 1880 per pikul berjumlah berikut ini : untuk buah dalam tempurung f 92,50, untukbuah dari tempurung f 130 dan untuk fuli f 85 dibandingkan f 85, f 127,50 dan f 80 pada tahun 1879.

Jumlah perkebunan di tanah-tanah yang disewakan kepada pemerintah di kepulauan Banda pada tahun 1880 masih terbatas pada empat, yakni pulau Pisang, bagian utara pulau Rhun, bagian selatannya dan pulau Rozengain. Di Pisang tanahnya hanya cocok bagi tanaman kelapa. Dari 1261 pohon kelapa yang ditanam, 102 masih berbuah. Dua perkebunan di Rhun dan perkebunan di Rozengain terutama dimanfaatkan bagi penanaman pala. Pada perkebunan di bagian utara Rhun pada tahun 1880 kehilangan pohon lebih besar daripada penanaman sampingan. Sementara pada akhir tahun 1879 tanaman milik tiga perkebunan itu terdiri atas 16.488, 11000 dan 12.330 pohon, jumlahnya pada akhir tahun 1880 mencapai 10.780, 17.026 dan 12.807 pohon. Hanya di Rhun utara tampaknya beberapa pohon mulai berbuah. Orang melihat selain itu laporan dalam lampiran CCC.

Page 13: Kol. verslag amboina

13

Sumber : Koloniaal Verslag over het jaar 1880

Selain kerusuhan yang ditindas di Seram pada awal tahun 1880, yang telah dikatakan dalam laporan sebelumnya (karena takut terhadap kerusuhan baru, pasukan yang sementara ini ditempatkan di Paulohi atau Elpaputih masih bertahan di sana sampai akhir bulan Agustus 1880. Kesatuan ini dikembalikan ke Ambon saat itu), kondisi karesidenan Ambon selama tahun itu pada umumnya memuaskan. Di Kamarian (pantai selatan Seram), penduduk sekali lagi secara tak terduga berurusan denganbupatinya, yang segera tidak mereka patuhi dalam tindaknnya (laporan tahun 1870 halaman 26). Kini sejumlah besar kawulanya berangkat ke ibukota Ambon untuk menuduh bupati bahwa dia secara sewenang-wenang menjatuhkan hukuman dan membuat permohonan untuk bisa bermukim di tempat lain. Sejak itu oleh residen di Kamarian suatu penelitian dilakukan yang berakhir tanpa menguntungkan bupati. Juga beberapa negori di Haruku menyerahkan berita tentang pemerasan dan pengusiran bupati mereka. Salah satu bupati atau kepala negori (di Kailolo) dipecat dari dinas negara; kedua yang lain (bupati Aboro dan Pelau) mungkin akan dituntut secara pidana. Juga di sana-sini sejak dahulu pemungutan denda uang karena pelanggaran akan diborongkan kepada penawar tertinggi demi kepentingan kas negori. Sesuai dengan keinginan yang diterima dari pemerintah, dalam suatu publikasi residen tanggal 8 November 1880 kepada para kepala dan penduduk Ambon, Haruku, Saparua dan Nusalaut yang terkait dijelaskan dalam batas-batas mana kekuasaan hukum bupati yang resmi ini dibatasi. Suatu pengawasan layak atas dipatuhinya pengumuman ini bisa mengakhiri kesewenang-wenangan. Juga sehubungan dengan penguasaan atas tenaga kerja penduduk sepanjang tahun ini terungkap beberapa kerusuhan, termasuk yang masih dibahas dalam bab J bagian II § 2.

Tentang kondisi fisik penduduk di kepulauan Ambon sendiri, kali ini berita masih sangat langka. Pada umumnya pertanian meluas atas dorongan pemerintah Eropa. Di semenanjung bagian utara Ambon dalam hal ini banyak kerjasama diperoleh dari pihak par kepala adat. Tentang kepulauan Banda hanya disebutkan bahwa hasil kebun pala dan harga produk ini jauh lebih mengunungkan daripada tahun 1879. Kondisi ini di Seram tampaknya tidak memberikan data bagi keterangan khusus. Baik pantai utara dan pantai timur maupun pantai selatan pulau ini pada tahun 1880 oleh residen dan sebagian juga oleh kontrolir pembantu dikunjungi, yang memeriksa negori-negori di teluk Teluti (pantai selatan), di mana sejak bertahun-tahun tidak ada pejabat Eropa muncul di sana. Beberapa kepala suku Alfur di Seram membuat residen berharap agar suatu ekspedisi militer dikirim terhadap raja Solok pada tahun 1872. Perjumpaan dengan raja-raja di kampung Kristen terutama diuntungkan untuk mencegah mereka melalaikan semua yang bisa mengganggu hubungan baik dengan orang-orang Alfur. Pengalaman toh telah menunjukkan bahwa kerusuhan yang dahulu terjadi di Seram telah disebabkan oleh penindasan dan pemerasan yang dialami oleh penduduk dari pihak penduduk pantai yang Kristen. Kepada kontrolir yang ditempatkan di pantai selatan Seram, di Amahei, para kepala suku Alfur di pedalaman pada saat tertentu dikunjungi dan hubungan teratur dijalin dengan pemerintah Eropa. Di teluk Teluti, seorang pribumi diangkat sebagai utusan (portero), untuk menjalin hubungan dengan sejumlah suku gunung Alfur yang menunjukkan kecenderungan untuk memindahkan pemukiman mereka ke pantai.

Page 14: Kol. verslag amboina

14

Juga banyak penduduk Karesidenan Ambon yang letaknya jauh selama tahun itu dikunjungi oleh kepala pemerintah wilayah. Perjalanan yang dilakukan pada bulan September, Oktober dan November, sebagian dengan kapal perang uap Watergeus (yang besarnya di daerah-daerah itu menciptakan banyak kesan), sebagian dengan kapal uap pemerintah Tagal, meluas sampai kepulauan tenggara (gugusan Seram laut, Goram dan Matabela), sampai kepulauan Kei, Aru dan Tanimbar (demi kepentingan pengejaran kapal layar HIndia Belanda Merapi yang hilang di daerah ini, pada bulan Maret residen sekali lagi dengan kapal Tegal berangkat ke kepulauan Tanimbar dan saat itu kandas karena karang yang telah diketahui dekat Timorlaut dan awaknya di kampung Ulilit dijumpai di jalan masuk timur selat Egeron dalam kondisi letih. Awak kapal yang kandas di sana kira-kira dua belas minggu berlalu dan selama masa ini tidak mengalami gangguan dari penduduk liar, yang mungkin sebelumnya tidak pernah berhubungan dengan orang-orang Erppa, meskipun mereka harus membayar mahal. Baru dalam pengangkutan awaknya yang selamat, yakni 6 orang Eropa dan 78 orang pribumi, salah seorang ahli mesin dua hari sebelumnya meninggal, menuju rakit Tagal, penduduk pribumi muncul untuk melakukan perompakan, mungkin karena mereka memperhitungkan ganti rugi bagi barang-barang yagn disediakan kepada awak kapal. Memang tampaknya nahkoda Merapi telah memberikan wawasan kepada mereka, tetapi saat itu Tagal yang karena cuaca tidak menguntungkan hanya berlayar sesuai kebutuhan di tempat itu, awak yang selamat dinaikkan di atas kapal, nahkoda berada dalam kondisi kecapaian sehingga dia kemudian baru menyadari pengabaian janji ini. Di musim yang baik, orang mencoba sejauh mungkin untuk mendapatkan kembali barang-barang yang dirompak dan juga memberikan ganti rugi yang disanggupi kepada penduduk Olilit. Beberapa kampung lain di Timorlaut, yang penduduknya pasti menghancurkan geladak Merapi karena kepercayaan takhayul juga dikunjungi olehnya) dan mengenai kepulauan barat daya, sampai Serua, Babber, Dawalor, Dawera, Sermatang, Luang, Letti, Kisser, Wetter, Roma dan Damme. Tidak ada niat buruk yang dijumpai di antara penduduk, tetapi di beberapa tempat seperti di selat Egeron (kepulauan Tanimbar) dan di pantai utara Wetter terdapat beberapa sisi gelap atau keterbelakangan. Bersama penduduk kampung Ankuki yang melarikan diri pada tahun 1879 di daerah Dawera tidak ada hubungan, meskipun residen diberitahunoleh orang-orang dari kampung Wateweh dekatnya tentang keberadaan mereka (juga pada bulan Mei sebelumnya, ketika kapal perang uap Batavia selama beberapa hari lamanya berlayar di sepanjang pantai pulau ini, penduduk Ankuki tidak terdengar kabarnya sementara negori-negori lain di Dawera juga melalui pengibaran bendera Belnda bisa membuktikan pandangan baik mereka). Sebaliknya di Vordate (kepulauan Tanimbar) suara-suara bergolak yang dialami pada dua kunjungan sebelumnya (lihat laporan sebelumnya halaman 21) sama sekali lenyap. Toh orang-orang yang saat itu mengadu kepada pejabat yang melakukan inspeksi bahwa mereka dalam perdagangan barter pada tahun 1877 oleh mereka diangkut dengan kapal uap swasta Egeron, dirugikan, kini dicari oleh nahkoda yang berhubungan dengan mereka dan diberi kesempatan untuk ikut berangkat ke Vordate. Penduduk pribumi mengikuti mereka tanpa dendam dan orang-orang yang merasa dirugikan (21), memperoleh sejumlah katun sebagai ganti rugi darinya.

Demi kepentingan kesehatan rakyat dan vaksinasi, perjalanan juga dilakukan sebagian oleh perwira kesehatan yang ditempatkan di Ambon. Di sana-sini penduduk

Page 15: Kol. verslag amboina

15

mengakui bahwa selama masa wabah cacar dan penyakit lain, kematian menjadi sangat tinggi, dan mereka menyatakannya sebagai tindakan pelanggaran ketika (selain kepala sekolah yang juga berangkat ke beberapa tempat) juga dokter Jawa dan petugas vaksin harus dikirim. Sementara itu di sejumlah tempat di mana sebuah sekolah pribumi berada, tidak dijumpai bahwa pendudukan membawa banyak hasil (bandingkan dengan bagian akhir alinea ini). Karena kondisi kesehatan di beberapa tempat perlu dibenahi, dalam jumlah besar sarana pengobatan bisa diberikan kepada penduduk.

Di berbagai tempat, ditemukan alasanuntuk mendorong para kepala adat dan penduduk agar memperbaiki rumahnya dan memperluas pertanian, tanpa terkecuali penanaman kelapa yang ekspornya dalam kondisi kering (seperti kopra di berbagai tempat di kepulauan Hindia mendatangkan banyak keuntungan. Memang banyak pulau yang dibicarakan di sini dianggap bisa terbuka bagi perdagangan besar, juga karena sifat kerajinan penduduk yang selain sibuk dengan perdagangan, pertanian atau penangkapan ikan, dengan hasil baik masih sibuk pada cabang kerajinan rakyat lainnya. Di Luang, Roma, Dame dan Kisser khususnya kaum wanita menjadi tukang tenun yang sangat cakap. Sarung yang dibuat olehnya menemukan banyak penjualan. Di Luang, orang mendapatkan kapas yang diperlukan dari sebagian besar kepulauan barat daya dan selanjutnya dari kepulauan tenggara. Di Eli (pantai timur Kei Besar) oleh kaum wanita tembikar yang sangat indah dibuat dari sejenis tanah merah. Di Wetter banyak orang di samping pertanian sibuk dengan pengumpulan madu dan lilin. Penduduk pantai menyetorkan barang-barnag ini kepada para pedagang dari Makasar dan pedagang asing lainnya sebagai barter dengan manic-manik dan kain. Penduduk pegunungan di Wetter terutama hidup dari berburu dan juga mengelola beberapa pertanian, tetapi jarang datang ke pantai; bisa dikatakan bahwa mereka sangat ditakuti. Di pantai selatan Wetter, residen mengetahui bahwa beberapa orang kaya di pantai barat khususnya di Limera dan Kilair, oleh raja-raja Timor Portugis diminta untuk mengibarkan bendera Portugi tetapi usaha ini tidak berhasil.

Perdagangan di banyak pulau yang dikunjungi sangat penting. Di sana-sini penduduk harus menghadapi kegagalan panen bahan pangan biasa, tetapi tanaman lahan dan pohon di sana siap untuk memenuhi kebutuhan mereka tanpa bantuan pemerintah. Di Seram laut dan kepulauan Goram, orang menjumpai banyak pria, wanita dan anak-anak Papua. Di sana di pulau-pulau ini masih banyak penduduk jahat yang tinggal, muncul keraguan apakah tidak mungkin budak dibeli dari penduduk pantai New Guinea. Raja-raja juga dengan tegas membantah hal ini. Di kepulauan barat daya, yang memiliki hubungan sangat sibuk dengan Timor Portugis, para bupati juga terikngat pada larangan impor budak. Residen di sini juga menerima kepastian yang menenangkan. Dahulu para kepala berkata dari kepulauan Timor budak diperoleh, tetapi belakangan ini tidak lagi dan kebanyakanbudak dibebaskan oleh para pemimpin mereka.

Dalam perjumpaan dengan raja-raja dan para kepala lainnya, juga kekuasaan hukum mereka dibicarakan, dan residen mengingatkan mereka tentang penerapan hukuman rotan untuk dihilangkan. Di Dobo (kepulauan Aru) terbukti diperlukan untuk membuat sebuah aturan mengenai wewenang kepala pedagang asing di sana. Ditetapkan bahwa pimpinan ini yang diberi gelar Kapten Bugis, bisa disamakan dengan raja-raja dari negori sberang lainnya, mengetahui semua sengketa kecil dan perpecahan di kepulauan Aru, dan raja-raja serta kapten dalam kesepakatan ini akan membahas persoalan yang

Page 16: Kol. verslag amboina

16

diajukan bersama-sama menurut kebiasaan setempat, tetapi dengan perkecualian kasus pembunuhan, penyerangan, pembakaran dan perampokan yang tidak bisa diselesaikan tanpa perantaraan residen. Kepada para kepala tersebut juga diperintahkan untuk menyebutkan keputusan dalam sebuah daftar, yang oleh residen dalam kunjungan itu harus ditandatangani.

Di Kisser, suatu kunjungan dilakukan pada keturunan bekas kolonis Erppa lama yang masih tinggal di sana, diduga dari zaman VOC, yang di Kissar memiliki pasukan pendudukan. Banyak orang masih memiliki nama Belanda, tetapi tidak seorangpun yang mempunyai bukti bahwa tentang asal-usulnya telah terungkap. Orang-orang ini tampaknya tidak banyak bercampur dengan penduduk pribumi. Mereka saling menikah dan tipe Eropa disebutkan masih banyak muncul pada mereka. Meskipun masih menyebut dirinya Kristen, tetapi mereka masih kurang berbeda dengan penduduk Kisser lainnya (lihat laporan tahun 1877 halaman 30). Atas keinginan orang-orang ini, seorang pendeta pembantu diangkat di antara mereka, yang keinginannya sejak dahulu juga telah dilontarkan di Roma, pada bulan Mei dipenuhi dengan pemindahan pendeta pembantu yang telah ditempatkan di Leti sampai sekarang. Untuk sementara dia harus menjalankan tugas di tiga pulau. Sekolah-sekolah pribumi yang ada di Kisser dan Roma ditemukan residen dalam kondisi lebih baik daripada di kepulauan Aru, di Leti dan di Luang. Selain itu di daerah ini masih ada sekolah pribumi di Moa, tetapi pulau ini tidak dikunjungi pada tahun 1880.

Page 17: Kol. verslag amboina

17

Sumber : Koloniaal Verslag over het jaar 1920

Ambon

Di Seram Barat, dengan adanya dua pos militer di pedalaman (lihat Laporan kolonial tahun 1919 halaman 75) dan pengiriman patroli, suatu kondisi tenang diperoleh sehingga penduduk di dusun-dusun yang letaknya jauh bisa menggarap ladangnya tanpa gangguan. Ketenangan dan ketertiban belum banyak melanda Onderafdeeling Wahai dan Amahai yang berbatasan dengan daerah itu. Bagi tujuan untuk mengejar para pelaku serangan yang terjadi pada tahun 1919 terhadap polisi besenjata yang sedang berpatroli di Seliha (lihat laporan 1919 halaman 75), dari bulan Maret sampai Juli 1919 oleh empat brigade militer (kemudian menjadi 3 brigade) dan 1 brigade polisi bersenjata patroli terus-menerus dilakukan. Dengan sebagian besar orang yang melarikan diri, baru pada bulan Juni hubungan bisa dijalin ketika kepala gerombolan Hita-Hita terbunuh dan beberapa pelaku pembunuhan tertangkap. Pada penyerangan oleh gerombolan yang masih berlangsung sebagian senjata yang hilang di Seliha (karaben dan klewang) kembali bisa kita peroleh, sampai akhirnya pengejaran ini berhasil menangkap pelaku utama dengan tiga orang rekan, di samping anggota keluarganya dengan senjata yang hilang pada bulan September. Pada bulan Desember 1919 komandan perkemahan Honitetu mengirimkan sebuah patroli di daerah Uwin (Wahai) dan menyita 67 senapan yang tidak terdaftar.

Pada pertengahan kedua 1919 di Onderafdeeling Amahai oleh organisasi “Insulinde” (Sarekat Hindia) suatu propaganda kuat dilancarkan, sebagai akibatnya di sana-sini oleh beberapa orang perintah kerja wajib dan kerja negori yang disahkan secara resmi ditolak; gangguan keamanan yang bersifat serius tidak muncul. Dari ibukota Saparua (afdeeling Ambon), kedudukan pengurus wilayah Nationaal Indische Partij, oleh partai ini propaganda gencar dibuat dan pengaruhnya meluas ke seluruh pantai selatan Onderafdeling Amahai di Afdeeling Seram. Sebagai akibat aksi yang melanda pengurus cabang di semua negori, pada akhir tahun 1919 di Pellauw (pulau Haruku) beberapa kerusuhan terjadi karena anggota negori melakukan perlawanan fisik terhadap perintah kepala mereka dan atas dasar bebagai keluhan tanpa alasan pemecatan bupati mereka menuntut, yang tidak disetujui. Juga di negori-negori lain (terutama Islam) di pulau itu pengaruh menyesatkan dari partai ini tampak jelas; dengan tujuan mencegah gangguan ketenangan, di pulau itu untuk sementara suatu patroli militer dilakukan bagi pamer kekuatan.

Melalui pembukaan pangkalan pemerintah di Boven Digul dan sungai Boven Merauke (lihat laporan tahun 1919 halaman 75) dengan Asike dan Turai sebagai tempat kedudukan bagi pejabat pembantu, lebih banyak hubungan dicapai dengan penduduk hutan di pedalaman yang dalam di sepanjang sungai Digul, Mapi, Bian, Kumbe dan Merauke, yang mengakibatkan bahwa di sana pemancungan kepala dan kebiasaan barbar lainnya tidak lagi berlaku seperti dahulu dan keamanan meningkat. Kaya-Kaya kampung pantai tetap memberikan kerjasama mereka dalam melacak dan menangkap para pekerja wajib yang melarikan diri dan disanggupi untuk melakukan kerja kuli pada proyek umum; juga pelaksanaan kerja wajib berlangsung tanpa kesulitan.

Di afdeeling New Guinea Barat, tiga orang kepala daerah Tanah Merah (teluk Bintuni) yang telah mendorong penduduk untuk kembali bersembunyi ke hutan (127) dan

Page 18: Kol. verslag amboina

18

mengganggu guru dari Yayasan Zending Utrecht dalam menjalankan pelayanannya, dipecat. Pada bulan April berita diterima bahwa di daerah sungai Boven Kais, pelayaran hongi dilakukan dengan dua wanita dan seorang anak yang dipancung. Sebuah patroli yang dikirim ke daerah tersebut sebaliknya sampai sekarang tidak berhasil dalam menangkap para pelaku hongi ini.

Keamanan orang dan barang seperti pada tahun 1918 di bagian yang berada di bawah pengawasan pemerintah rutin di wilayah ini tidak perlu dikhawatirkan. Pada umumnya kondisi kesehatan bisa disebut menguntungkan. Peristiwa tipus dan demam serta cacar air muncul, tetapi kebanyakan pasien sembuh. Selama bulan Januari sampai dengan Maret terutama di kepulauan Seram dan Buru penduduk masih banyak menderita demam Spanyol, yang masih meminta banyak korban. Pada bulan Pebruari 1919 pelabuhan dan ibukota Ambon dinyatakan terlanda oleh kolera, yang kembali pernyataan itu bisa dicabut pada bulan Maret. Juga di Pelauw (pulau haruku), di ibukota afdeeling Tual, di beberapa kampung Kei Kecil dan di Lelinta dan sekitarnya (pulau Misool di Afdeeling New Guinea Barat) beberapa kali kasus kolera muncul.

Penyakit menular tidak terjadi di antara ternak. Kondisi umum perdagangan sangat memuaskan. Ekspor produk naik tajam. Hasil-hasil penangkapan ikan kurang menguntungkan dibandingkan tahun 1918. Zending Protestan di wilayah ini, yang dikuasai oleh Yayasan Zending Utrecht dan gereja Protestan di Hindia Belanda tetap berhasil berkarya; pada dasarnya kira-kira 5 ribu orang (dewasa dan anak-anak) dibabtis. Misi Katolik dari kongregasi Hati Kudus Issoudun, yang berpusat di Langgur di pulau terbesar Kei Kecil, memperluas lahan kerjanya sampai ke New Guinea Selatan. Di afdeeling kepulauan Kei, sebanyak 852 orang kafir masuk Katolik.

Page 19: Kol. verslag amboina

19

Sumber : Koloniaal Verslag over het jaar 1896

Amboina

Kondisi politik di wilayah ini pada umumnya bisa disebut sangat memuaskan. Di Seram pada bulan September 1895 oleh orang-orang Alfur pegunungan dari Rumbia suatu perjalanan pemancungan dilakukan terhadap negori gunung Hunitetu, yang menurut dugaan juga diikuti oleh beberapa orang Kristen dari negori pantai Kamarian. Di sana bisa diduga bahwa penduduk Hunitetu akan melakukan pembalasan dan diperlukan untuk tidak membiarkan posthouder Kairatu tanpa perlindungan, sehingga 40 pucuk senapan dengan amunisi dikirimkan. Sampai sekarang sebaliknya Hunitetu tetap tenang. Selain itu pemerintah kita berhasil menyelesaikan perselisihan penduduk Alfur pegunungan dan penduduk pantai di Seram. Di antara beberapa suku dari pedalaman, kecenderungan tampak untuk menerima agama Kristen dan bermukim di pantai di kampung-kampung teratur.

Di Wetter penduduk Abidai pada bulan November 1895 memancung dua warga negori pantai Derikun. Sambil menanti berita-berita lebih lanjut, yang menyangkut eprsoalan ini dari posthouder di Wetter (afdeeling Aru, Kei, Tanimbar dan kepulauan barat daya), pemerintah wilayah meminta residen Timor dan sekitarnya jika mungkin untuk melakukan pengawasan atas perahu-perahu yang berangkat dari Allor ke Wetter, di sana menduga bahwa Abidai dipasok dengan senapan dan mesiu oleh perahu-perahu yang berasal dari Allor.

Di daerah posthouder di Dammer (afdeeling sebelumnya) di kepulauan Lucipara dan Schildpad yang tidak berpenghuni, yang pada saat-saat tertentu dalam setahun dikunjungi oleh orang-orang Binongko dan penduduk lain dari kepulauan Buton yang termasuk wilayah Celebes dan Sekitarnya, untuk menangkap kerang dan mengumpulkan telur penyu serta untuk menjual barang-barang di Banda atau Ambon, kerusuhan terjadi di antara para pengumpul produk ini. Karena selama bulan-bulan aktivitas usaha tersebut permusuhan berulang kalit erjadi, dan kadang-kadang juga tindak kejahatan dilakukan, dari Dammer hanya sedikit yang diambil tindakannya, pulau-pulau yang tidak berpenghuni itu pada akhir tahun 1895 (Lembaran Negara nomor 230) digabungkan dengan afdeeling Ambon, demi kepentingan pengawasan yang lebih baik atas orang-orang yang tinggal di sana.

Kini sejak 1890 pengawasan atas kepulauan Kei diserahkan kepada seorang kontrolir yang ditempatkan di sana (di Tual di Kei Kecil). Para kepala adat dan penduduk menurut keterangan semakin banyak tunduk pada kehidupan teratur. Saling berperang tidak lagi terjadi. Oleh residen sepanjang tahun kembali dengan kapal uap yang menjadi kewenangannya milik angkatan laut pemerintah, berulang kali perjalanan dilakukan ke berbagai pulau di wilayah itu, baik untuk mengawasi para pejabat yang memerintah maupun untuk tetap memantau kondisi yang dominan dan menyelidiki sengketa lokal yang masih mengambang dan menyelesaikannya. Juga kapal perang uap Borneo yang diserahi untuk mengawasi perikanan mutiara selama sebagian tahun itu melakukan beberapa pelayaran penjelajahan di perairan wilayah ini dan di berbagai tempat untuk mengumpulkan informasi dan pamer bendera, berlabuh. Dari para nelayan mutiara Inggris-Australia tidak ada gangguan lagi yang dialami.

Page 20: Kol. verslag amboina

20

Tentang keamanan orang-orang dan barang-barang di Ambon, Uliaser, Buru dan Seram Timur tidak banyak keluhan dan di kepulauan Banda kondisinya sangat menguntungkan pada tahun 1894. Di kepulauan barat daya dan terutama di kepulauan Babber dan Tanimbar sebaliknya dalam hal ini situasinya kurang menguntungkan, menurut desas-desus yang diketahui kini di dua daerah posthouder kepulauan Tanimbar, tentang perampkan terhadap perahu dagang pribumi dan sebagainya. Meskipun keberadaan Borneo di daerah ini oleh para posthouder dimanfaatkan untuk mencoba menjelaskan tuduhan yang sampai pada mereka, hasilnya sangat sedikit. Di Ridul dan Ritabel (pulau Larat) dua orang Makasar menurut dugaan telah dibunuh, tidak lagi mau berhubungan dengan penduduk, meninggalkan kampung itu. Tetapi di Watidel (juga di Larat) yang kampungnya juga terkena gangguan, penduduk menyerah dan meminta ampun kepada posthouder. Di Olilit dan Kandar (pulau Jamdena) penduduk menduga memiliki hak atas apa yang dirampas dari perahu yang kandas, karena pelautnya telah selamat.

Perluasan Islam hampir tidak kentara, meskipun demikian di Buru Utara didengar berita tentang propaganda Islam di antara orang Alfur. Para haji di wilayah ini tidak begitu berpengaruh pada penduduk. Karya penginjilan di Maluku Selatan pada umumnya membawa hasil baik. Terutama hal ini terjadi pada gugusan kepulauan Dammer di mana di kebanyakan komunitas patung-patung dewa yang sampai sekarang disembah telah lenyao. Komunitas baru didirikan di pulau Roma, Babber dan Nafar. Sebaliknya kemunduran umat Kristen terjadi di Letti, Moa dan Luang. Di kepulauan Aru, atas permohonan penduduk guru agama pribumi yang bekerja di Watulei (lihat laporan sebelujnya halaman 28) tidak berhasil. Dia kini mencoba untuk melakukan pengkristenan di Trangan. Pada berbagai komunitas Kristen di Seram, oleh para guru pribumi dan oleh orang-orang pribumi lain yang tampil sebagai perintis dalam siar agama bekerja dengan penuh semangat. Di sana-sini muncul gereja-gereja baru dan permintaan bagi Injil sangat besar. Kerajinan dan kegigihan para anggota jemaat Kristen di Waiputih di pantai utara Buru sangat dipuji, tetapi kualitas beberapa orang Kristen di Kajeli di pantai barat pulau itu masih perlu dibenahi.

Misi Katolik di pulau Kesewoi (Onderafdeeling Seram Laut dan Goram di afdeling Banda) pada awal tahun 1895 dihapuskan. Sebaliknya jemaat di Bomphia di Seram Timur (Onderafdeeling Waru di afdeeling Banda yang sama) bekerja dengan sukses. Juga karya zending Katolik di Langgur di Kei Kecil masih bisa membawa banyak hasil. Pada umumnya pada tahun 1895 kondisi kesehatan penduduk di wilayah ini bisa disebut menguntungkan. Tentang wabah orang tidak terkena dan beri-beri hanya meminta sedikit sekali korban. Pada pertengahan eprtama tahun ini, di kepulauan Ambon dan Banda masih banyak kasus bronchitis serius muncul, kadang-kadang berakhir dengan kematian.

Sebagai akibat dari rendahnya harga pasar, perdagangan dalam pala dan cengkih masih lebih tertekan daripada tahun 1894. Juga dalam hal kopra hanya kembali sedikit muncul. Di ibukota Ambon, menurut laporan wilayah, nilai impornya kira-kira f 937.000 dan nilai ekspornya kira-kira f 478.000, terutama angka terakhir ini lebih kecil daripada tahun 1893 dan 1894. Bagi Banda kali ini tidak ada informasi.

Page 21: Kol. verslag amboina

21

Sumber : Koloniaal Verslag over het jaar 1887

Ambon

Di bagian-bagian yang paling maju di wilayah ini, yakni di kepulauan Ambon sendiri dan di Banda keamanan dan ketertiban (19) dipertahankan. Di Seram dan Buru, seperti juga di gugusan kepulauan sebelah selatan Ambon yang letaknya jauh, keberadaan posthouder masih belum banyak membantu penegakkan kondisi teratur, tetapi pengawasannya toh memberikan manfaat bahwa residen harus secara rutin memantau apa yang terjadi dan sebagai akibatnya bila diperlukan, bisa menjadi perantara.

Jika dari beberapa daerah khususnya Seram Timur, Seram Laut dan kepulauan Kei terbukti bahwa Islam berkembang pesat, sebaliknya tidak bisa dibantah bahwa juga karya penginjilan oleh para guru jemaat Kristen di antara penduduk kafir tetap membawa hasil. Hal ini disebutkan tentang Seram Barat dan Seram Tengah, Dammer, Wetter dan kepulauan Aru. Sarana kehidupan di antara penduduk pada umumnya memadai. Bagi para pemilik kebun kelapa di Banda, tahun 1887 kurang menguntungkan sebagai akibat dari panen yang sangat kecil; selain itu pada pertengahan pertama tahun ini buah pala dan fuli mencapai harga yang murah.

Ekspor-impor di ibukota Ambon mewakili jumlah yang lebih tinggi daripada tahun 1886. Sementara ketika nilai impor mencapai f 1.078.623 dan nilai ekspor mencapai f 479.816, angka-angka tahun 1887 mencapai f 1.214.226 dan f 708.642. Kondisi kesehatan kurang menguntungkan. Masih ada banyak kasus beri-beri muncul dan sebagian besar wilayah ini dilanda cacar yang untunglah penyakitnya tidak membawa dampak buruk. Kemunculan penyakit cacar di Seram menjelang saat ketika di Tinela di pantai utara diadakan pertemuan resmi besar kedua (saniri tiga aijer) yang diumumkan dalam laporan sebelumnya sehingga semua persiapan dilakukan, menjadi penyebab bahwa pertemuan ini harus ditunda tanpa bisa ditentukan. Sementara itu pada bulan Juni saniri satu aijer berhasil diadakan di Tiula dan dihadiri semua kepala dan penduduk daerah Sapalewa. Tujuan rapat ini adalah untuk menyelesaikan semua perkara menurut kebiasaan setempat yang di wilayah itu terjadi, dan bila diperlukan pelaksanaannya diserahkan kepada keputusan saniri besar pertama yang diadakan pada bulan Maret 1886, sejauh berkaitan di negori Sapalawa. Di pantai selatan Seram pada bulan Januari 1887 juga terjadi perdamaian antara suku-suku Alfur, yang termasuk daerah Talla dan negori Paulohi dan Samasuru yang terletak di teluk Elpaputih. Bupati Makariki dan bupati Sepa, yang dengan selesainya perselisihan tersebut (lihat laporan tahun 1885 halaman 25) telah melakukan kemajuan khusus, dalam hal ini dan juga sebagai imbalan atas kesetiaannya pada umumnya, dianugerahi dengan medali emas. Pada bagian pantai selatan ini, pada tahun 1887 perkembangan baru terjadi di mana juga orang Alfur gunung mengancam akan terlibat. Melalui perantaraan sementara posthouder di Amahei, sebaliknya campur tangan mereka di mana mereka telah meraih kekuasaan besar menolaknya dan membawa pihak-pihak yang bersengketa dalam perdamaian.

Mengenai bebagai kelompok pulau khususnya, masih ada catatan berikut ini. Untuk mengadakan suatu penelitian terhadap kondisi ekonomi kepulauan Kei sekarang ini, yang penelitiannya dikaitkan dengan permohonan sebuah firma Eropa di Batavia yang masih diajukan kepada pemerintah Hindia untuk bisa membangun usaha dagang

Page 22: Kol. verslag amboina

22

atas dasar yang kuat (bandingkan dengan laporan sebelumnya halaman 15 dan 76), sejak dahulu di kepulauan Kei ini seorang asisten residen yang diangkat dalam komisi sementara bagi tujuan ini tinggal. Laporannya pada awal tahun 1888 diterima di Batavia dan dibahas oleh pemerintah Hindia. Kini kepulauan Kei, yang sedang diteliti oleh Yayasan Geografi Belanda, dikunjungi oleh dua tokoh pengetahuan dengan tujuan u8ntuk bisa menyelesaikan berbagai ketidakpastian yang muncul sehubungan dengan geografi kelompok ini. Atas tanggungan pemerintah, sehubungan dengan ekspedisi yang dimaksud, seorang kolektor tanaman pribumi dengan seorang pembantunya dikirim ke Kei, keduanya berdinas pada kebun raya negara di Buitenzorg.

Pada perdagangan di kepulauan Aru, suatu pukulan telak diberikan oleh suatu kebakaran yang menghancurkan hampir seluruh Dobo pada malam tanggal 1-2 Juni 1887. Pelaku kerusuhan Narlaer yang disebutkan dalam laporan sebelumnya, yang bertahan di Balatang di pulau Kobroor (air terjun Aru) pada bulan Mei 1887 ditangkap di sana bersama ayahnya, Sopay, yang juga menjadi kaki tangannya terpenting. Pengangkatan berlangsung tanpa perlawnn berarti dari pihak para pengikutnya oleh postouder afdeeling itu, yang dibantu oleh para pedagang Makasar dan Bugis, yang untuk itu telah menawarkan diri, juga karena sangat penting bagi perdagangan mereka dan pengaruh merugikan dari dua orang tokoh tersebut. Jumlah pengikut Naelaer ditafsirkan kira-kira 7 ribu orang, dan dia menemukan bantuan terbesar pada negori Mariri dan Lola yang terletak di dekat Balatang. Meskipun negori-negori ini pada kesempatan sebelumnya telah bersumpah untuk menangkap Naelaer dan menyerahkannya, kini mereka terbukti menipu kita. Sebagai hukuman bagi tidak dipatuhinya jan ji mereka, orang-orang kaya kedua negori diberhentikan dari jabatannya dan negori Mariri, setelah kesanggupan sebelumnya, dikunjungi oleh kapal perang uap Java, tetapi tidak ada kehidupan manusia yang dijumpai karena penduduk memiliki waktu untuk melarikan diri. Oleh kesatuan pendarat yang diturunkan, bersama dengan kesatuan dari kapal perang uap Samarang, kebun-kebun dan harta kekayaan penduduk Mariri dihancurkan. Negori Lolla tetap selamat dari penghukuman itu karena penduduknya setelah penangkapan Naelaer memberikan perantaraannya untuk menyerahkan kepada residen uang dan benda-benda lain yang telah dirampas oleh Naelaer dari para pengikutnya. Sambil menanti apa yang diputuskan terhadap mereka, kedua orang yang ditangkap ini dibawa ke Ambon, di mana mereka meninggal selama pemeriksaan atas kasusnya.

Dari Luang (afdeeling Babber) keluhan terdengar tentang tindakan sewenang-wenang terhadap penduduk dari pihak orang-orang Makasar dan Bugis yang datang ke sana untuk berdagang. Pemerintah berusaha mencegahnya sesuai kemampuan. Baik di kepulauan Letti maupun di kepulauan Tanimbar sengketa terjadi di antara negori-negori yang sering mengarah pada pertumpahan darah, tetapi kadng-kadang juga melalui perantaraan pemerintah kita yang tiba tepat waktu bisa dicegah. Di kepulauan Tanimbar, dua bencana kapal memerlukan campur tangan residen setempat. Di salah satu kasus ini, sebuah perahu pribumi yang termasuk milik setempat terdampar di pulau Daweloor di afdeeling Babber dekatnya, yang perahunya dijarah setelah kandas oleh orang-orang Selaru (kepulauan Tanimbar), yang juga telah membunuh sebagian besar pelautnya. Empat dari mereka yang lolos berusaha mencapai Babber, agar pembunuhan terhadap rekan-rekannya dihukum oleh pemerintah sementara mereka tidak memberikan alasan bagi tindakan buruk. Residen yang mengunjungi salah satu pulau lain di Tanimbar pada

Page 23: Kol. verslag amboina

23

bulan Juli 1887 dengan kapal uap perang Samarang, di sana mendengar kabar itu. Di pantai utara Selaru oleh penduduk negori Adaud kebenaran itu ditegaskan dan kepadanya disebutkan 7 kampung (Warain dan yang lain) sebagai terlibat dalam tindak kejahatan. Dengan kedatangannya di sana, sebaliknya tidak ada hubungan yang berhasil dijalin dengan penduduk, karena mereka tidak muncul di pantai dan kondisi pantai tidak memungkinkan dengan rakit merapat ke darat. Ketika pada bulan Desember residen kembali berangkat ke Selaru, penelitian baru terjadi. Karena para terdakwa sulit untuk bisa dilacak kembali, residen menetapkan untuk menjatuhkan denda kepada kampung yang bersalah, yang dalam waktu tertentu memenuhi peringatan terhadap para kepala agar naikke kapal. Tetapi mereka tetap bertahan pada janjinya, selain itu pada bulan Maret oleh pemerintah Hindia diperintahkan agar dengan pamer kekuatan yang diperlukan (kekuatan armada yang ada di pangkalan itu, diperkuat dengan kapal perang uap klas-1 van Speyk) masih akan diingatkan tentang pembayaran denda yang dibebankan dan dengna tidak dipenuhinya dalam waktu dua kali akan dilakukan penghukuman. Tindakan tegas tidak sepenuhnya dilupakan tetapi orang menurut berita dari residen di Selaru tanggal 21 April hanya perlu menggunakan cara itu terhadap negori Warain (20). Ole orangkaya Kandar dan Wasieta, denda yang dijatuhkan kepada residen diserahkan di pelabuhan Adaud, tetapi lima kampung lain yang berada di bawah orangkaya Warain menerima semua peringatan. Setelah ultimatum itu diabaikan, juga dengan perlindungan tembakan dari kapal, suatu kesatuan pendarat dikirim merapat yang membakar kampung Warain yang ditinggalkan, dengan semua barang yang bisa diangkut lenyap serta beberapa perahu yang tergeletak di pantai. Setelah itu keesokan harinya di bagian pantai yang letaknya jauh beberapa gubuk yang ditinggalkan sepreti juga sepuluh perahu milik orang Warain dihancurkan oleh rakit bersenjata. Sementara salah satu kapal perang berangkat untuk memantau kondisi lokal menuju empat kampung lain yang bersalah, kesempatan diselidiki untuk berhubungan dengan orang kaya. Sementara itu mereka berlabuh. Dengan dua kepala rendahan, termasuk salah satunya yang bertindak sebagai juru bicara, mereka berangkat ke kapal uap pemerintah Arend, tempat residen berada, menunjukkan sikap terhormat dan meminta maaf atas semua tindakannya, juga atas nama kawula dan penduduknya, yang kemudian diberikan kepadanya oleh residen dengan peringatan yang diperlukan selanjutnya. Tentang penghukuman lebih lanjut tidak ada komentar.

Penyelidikan tentang bencana kapal lainnya di perairan Tanimbar, kandasnya kapal tiga layar Amerika yang mengangkut batubara Hotspur di selatan Vordate, tidak menimbulkan keberatan bagi penduduk. Nahkoda yang tiba dengan beberapa orang yang terkait dengan perahu ke Ambon, telah meninggalkan sebagian besar awaknya di tempat kejadian. Untuk membantu awak kapal dan untuk menyelamatkan kapal dan muatannya sejauh mungkin, residen pada bulan Juli 1887 berangkat dengan Samarang ke Vordate. Hotspur dijumpai tetapi terbukti dengan barang-barang yang masih tersisa di atas kapal dengan membawa serta peralatan laut dan barang-barnagnya sendiri, ditinggalkan dalam kondisi baik. Tidak pernah ada pemikiran untuk membawa kapal itu yang mungkin rusak, kecali nahkoda yang datang bersama residen berpendapat bahwa tidak ada yang tersisa kecuali seperti yang sekarang terletak di sana, akan dijual di Ambon dalam lelang umum. Posthouder afdeeling sementara itu akan mengawasi bahwa tidak ada penjarahan dan residen mengingatkan para kepala Vordate untuk berbuat yang sama. Dengan kembalinya

Page 24: Kol. verslag amboina

24

Samarang ke Ambon, di sana hanya salah satu dari dua rakit di mana awak kapal telah meninggalkan Hotspur. Untuk mengejar perahu lainnya, Samarang berangkat ke Amblauw dan Buru. Di pulau Buru dijumpai mereka yang hilang, yang bersama-sama dikirim ke Ambon dan dari sana bersama rekan-rekannya yang lain berangkat ke Surabaya. Juga pada awak sebuah kapal fregat Inggris yang terdampar karena ombak di dekat Amblauw, Hudson dari Kanada, dimuati dengan minyak bumi dan sebagainya, para pejabat kita menunjukkan jasa-jasa baiknya pada kesempatan ini. Di Kajeli di Buru awak kapal yang kandas menerima perawatan yang baik dan residen yang pada bulan Pebruari 1887 mengunjungu Buru bagi urusan dinas, memberi mereka kesempatan untuk bersamanya melakukan perjalanan pulang ke Ambon.