Klasifikasi Kingdom Plantae
-
Upload
dani-dwi-sucahyono -
Category
Documents
-
view
115 -
download
6
Transcript of Klasifikasi Kingdom Plantae
Klasifikasi Kingdom Plantae / Kerajaan Tumbuhan - Thallophyta, Bryophyta, Pteridophyta dan Spermatophyta - Pelajaran Biologi
Thu, 31/08/2006 - 11:20pm — godam64
Dalam golongan tumbuh-tumbuhan atau pohon-pohonan yang disebut juga kingdom plantae atau kerajaan tumbuh-tumbuhan dapat kita bagi-bagi menjadi beberapa divisi, antara lain adalah :
1. Divisi Thallophyta / Thalopita / ThalophitaDivisi thallophyta adalah tumbukan yang memiliki thalus termasuk diantaranya adalah golongan jamur / fungi, bakteri dan ganggang / alga.
2. Divisi Bryophyta / Briopita / BriophitaDivisi bryophyta meliputi golongan lumut-lumutan
3. Divisi Pteridophyta / Pteridopita / PteridophitaDivisi pteridophyta meliputi golongan paku-pakuan
4. Divisi Spermatophyta / Spermatopita / SpermatophitaDivisi spermatophyta meliputi golongan tumbuhan berbiji baik tumbuhan berbiji keping satu (monokotil) maupun dua (dikotil)
Berdasarkan morfologi atau susunan tubuh tumbuhan bisa dibedakan lagi atas dua jenis kelompok, yakni :
1. ThallophytaDefinisi Thallophyta : Adalah tumbuhan yang belum memiliki daun, akar dan batang yang jelas.
2. Cormophyta / Kormopita / KormophitaDenisisi dan Pengertian Cormophita : Adalah tumbuhan yang batang, akar dan daun sudah jelas yang meliputi tiga divisi selain thalophita yaitu bryophita, pteridophita dan spermatophita.
Tambahan :Anda dapat mencari informasi mengenai monokotil dan dikotil di situs organisasi.org ini dengan menggunakan fitur pencarian / search.
Ini adalah tembolok Google' untuk http://mailplp.blogspot.com/2010/11/laporan-kapang-kamir.html. Gambar ini adalah jepretan laman seperti yang ditampilkan pada tanggal 1 Jul 2011 18:21:02 GMT. Sementara itu, halaman tersebut mungkin telah berubah. Pelajari Selengkapnya
Versi hanya teksBerikut adalah frasa penelusuran yang disorot: klasifikasi kingdom aspergillus niger
mail plp
tuntutlah ilmu demi masa depan
Fish
7 Nov 2010
laporan kapang kamir
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penggunaan jamur (cendawan, kapang, dan khamir) dalam kehidupan kita
sehari-hari bukanlah hal yang baru, apakah itu menyangkut proses fermentasi
sederhana, atau proses fermentasi yang berkembang sampai ke skala industri.
Beribu-ribu tahun lalu, tanpa sadar, manusia sudah memanfaatkan kapang dan
khamir untuk menghasilkan makanan tertentu dan juga untuk mengawetkan aneka
bahan pangan. Contohnya adalah yoghurt, anggur, kefir, aneka tempe, oncom, keju
khusus, dan lain sebagainya. Rasa dan aroma bahan pangan yang ditumbuhi
kapang atau khamir disukai oleh banyak bangsa karena rasanya yang enak dan
aromanya yang khas. Pengalaman membuktikan bahwa makanan fermentasi
tradisional yang berjamur itu tidak racun, sehingga manusia berusaha untuk selalu
membuatnya dengan proses perlakuan yang sama agar produk yang diperolehnya
sama pula. Mereka tidak mengetahui sama sekali bahwa aktivitas jamur dapat
menyebabkan perubahan pada bahan pangan mereka. Apabila timbul suatu bau
yang busuk baru mereka katakan, bahwa pangan tersebut sudah rusak dan tidak
akan mereka konsumsi lagi. Teknologi yang menggunakan khamir misalnya,
merupakan aplikasi sains tertua yang dapat ditelusur dan telah ditemukan kurang
lebih 6000 tahun lalu di Mesir.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana bentuk dan jenis jamur yang terdapat pada suatu sampel?
2. Bagaimana bentuk, morfologi, jenis dan karakter dari jamur murni Aspergillus
niger, Mucos sp, Rhizopus oligosporus dan Penicillium crysogenum dan sampel bolu
berjamur, ikan goring ber jamur, kulit durian berjamur dan biscuit berjamur dengan
menggunakan metode makroskopik
C. Maksud Percobaan
Maksud dari percobaan ini adalah untuk mengetahui dan memahami morfologi kapang dan khamir secara makroskopik., mikroskopik, dan slide culture.
D. Tujuan Percobaan
Untuk mengamati morfologi jamur murni Aspergillus niger, Mucos sp, Rhizopus oligosporus dan Penicillium Crysogenum dan sampel berjamur seperti bolu, ikan goring, kulit durian dan biscuit dengan menggunakan metode mikroskopik langsung, slide cultur dan makroskopik
E. Manfaat Praktikum
Agar dapat mengetahui bentuk morfologi suatu jamur pada suatu sampel dengan menggunakan metode mikroskopik langsung, makroskopik dan slide culture
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Teori Umum
Istilah petumbuhan sebagaimana yang digunakan pada bakteri mengacu
pada perubahan populasi total dan bukannya perubahan dalam suatu organisme
saja. Tambahan pula, pada kondisi pertumbuhan seimbang ada suatu pertambahan
semua komponen selular secara teratur. Akibatnya, pertumbuhan dapat ditentukan
tidak hanya dengan cara mengukur jumlah sel tetapi juga dengan mengukur jumlah
berbagai komponen selular (Pelzar, 2001)
Identifikasi mikroba adalah salah satu tugas yang lazim dilakukan dalam
laboratorium mikrobiologi. Dilaboratorium diagnostik penyakit, isolasi dan perincian
mikroba yang bersal dari penderita penyakit harus dilaksakan dengan cepat dan
tepat sehingga pengobatan dapat diberikan sedini mungkin. Perincian
mikroorganisme yang diisolasi dari makanana atau minuman yang terlibat dalam
pencemaran harus dilakukan secapat mungkin agar wabah keracunan akibat makan
dabn minuman yang tercemar dapat dihentikan (Lay Bibiana, 1994)
Jamur pada umumnya adalah organisme yang berbentuk benang,
multiselluler, tidak berklorofil. Jamur berkembangbiak secara vegetatif dan generatif
dengan berbagai macam spora. Macam spora yang terjadi dengan tiada perkawinan
ialah (Natsir, dkk , 2003).
1. Spora biasa yang terjadi karena protoplasma dalam suatu sel tertentu berkelompok
kecil-kecil, masing-masing mempunyai membran inti sendiri.
2. Konidiospora, yaitu spora yang terjadi karena ujung suatu hife berbelah-belah
seperti tasbih.
3. Pada beberapa spesies, bagian-bagian miselium dapat membesar serta berdinding
tebal; bagian itu merupakan alat pembiak yang disebut klamidiospora.
4. Jika bagian miselium-miselium itu tidak menjadi lebih besar daripada aslinya, maka
bagian-bagian itu disebut artrospora.
Secara umum fungi dapat dibagi menjadi dua kelompok berdasarkan atas tipe selnya yaitu (Pelczar,2001) :
1. Fungi bersifat uniselluler (khamir)
2. Fungi yang bersifat multiselluler (kapang)
Kapang adalah fungi multiseluler yang mempunyai filamen, dan
pertumbuhannya pada makanan mudah dilihat karena penampakannya yang
berserabut seperti kapas. Pertumbuhannya mula-mula akan berwarna putih, tetapi
jika spora telah timbul akan terbentuk berbagai warna tergantung dari jenis kapang.
Kapang terdiri dari suatu thallus (jamak = thalli) yang tersusun dari filamen yang
bercabang yang disebut hifa ( tunggal = hypha, jamak = hyphae). Kumpulan dari
hifa disebut miselium ( tunggal = mycelium, Jamak = mycelia) (Pelczar,2001).
Khamir (“yeast”) adalah fungi bersel satu yang mikroskopik, beberapa
generasi ada yang membentuk miselium dengan percabangan. Khamir hidupnya
sebagian ada yang saprofit dan ada beberapa yang parasitik. Sel khamir
mempunyai ukuran yang bervariasi, yaitu dengan panjang 1-5 μm sampai 20-50
μm, dan lebar 1-10 μm. (Pelczar,2001).
Khamir termasuk fungi tetapi dibedakan dari kapang karena bentuknya yang
bersifat uniseluler. Reproduksi khamir tertutama dengan cara pertunasan. Sebagai
sel tunggal khamir tumbuh dan berkembang biak lebih cepat jika dibandingkan
dengan kapang karena mempunyai perbandingan luas permukaan dengan volume
yang lebih besar. Khamir pada umumnya diklasifikasikan berdasarkan sifat-sifat
fisiologinya dan tidak atas perbedaan morfologinya seperti pada kapang. Beberapa
kapang tidak membentuk spora dan digolongkan ke dalam fungi imperaktif dan
yang lain membentuk spora seksual sehingga digolonggakn ke dalam Ascomycetes
dan Basidiomycetes (Natsir, dkk ; 2003).
B. Uraian Bahan
1. Gliserol 10 % (Dirjen POM,1979)
Nama resmi : Glyserolum
Sinonim : Gliserin
RM / BM : C3H8O3 / 92,10
: Cairan seperti sirup jernih, tidak berwarna, tidak berbau, manis diikuti rasa hangat.
: Gliserol dapat dicampur dengan air dan dengan etanol 95% P
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
: Sebagai zat pemberi kelembaban
2. Asam tartrat (Dirjen POM,1979)
Nama resmi : Tartrat acid
Sinonim : Asam tartrat
RM : C4H6O6
: Hablur tidak berwarna atau serbuk putih , tidak berbau, rasa sangat asam.
: Sangat mudah larut dalam air, mudah larut dalam etanol (95%) P, sukar larut dalam eter P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
: Sebagai zat pemberi suasana asam
3. Air suling (Dirjen POM,1979)
Nama resmi : Aqua destillata
Sinonim : Aquadest, air suling
RM / BM : H2O / 18,02
: Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, Tidak berasa.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
Kegunaan : Sebagai pelarut.
4. Metylen Blue (Paul G.Stecher,1968)
Nama Resmi : Metylen blue
Sinomin : Biru Metil
RM / BM : C37H27N3Na2O9S3 / 799,80
Pemerian : Serbuk biru gelap
Kelarutan : Larut dalam air
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai pewarna.
C. Uraian Mikroba
1. Aspergillus niger (Wikipedia Indonesia)
Klasifikasi
Domain : Eukaryota
Kingdom : Fungi
Phylum : Ascomycota
Subphylum : Pezizomycotina
Class : Eurotiomycetes
Order : Eurotiales
Family : Trichocomaceae
Genus : Aspergillus
Species : Aspergillus niger
Morfologi (wikipedia indonesia)
Aspergillus niger dapat tumbuh optimum pada suhu 35-37ºC, dengan suhu minimum 6-8ºC, dan suhu maksimum 45-47ºC. Selain itu, dalam proses pertumbuhannya kapang ini memerlukan oksigen yang cukup (aerobik). Aspergillus niger memiliki warna dasar berwarna putih atau kuning dengan lapisan konidiospora tebal berwarna coklat gelap sampai hitam. Kepala konidianya berwarna hitam, bulat, cenderung memisah menjadi bagian-bagian yang lebih longgar seiring dengan bertambahnya umur.
2. Rhyzopus sp (Wikipedia Indonesia)
Klasifikasi
Kingdom : Fungi
Class : Zygomycetes
Order : Mucorales
Family : Mucoraceae
Genus : Rhizopus
Spesies : Rhyzopus Oryzae
Morfologi (Dwidjoseputro,1998)
Rhyzopus banyak menyeruopai Mucor hanya miselium Rhyzopus terbagi–bagi atas stolon, yang menghasilkan alat–alat berupa akar (rhyzoida), sporangiofor. Sebagai saprofit pada beberapa spesies dan sebagain sebagaim parasit.
3. Penicillium chrysogenum (Wikipedia Indonesia)
Klasifikasi
Kingdom : Fungi
Division : Ascomycota
Subdivision : Pezizomycotina
Class : Eurotiomycetes
Order : Eurotiales.
Family : Trichocomaceae
Genus : Penicillium
Spesies : Pennicillium chrysogenum
Morfologi (Suriawiria,1986)
Kapang ini memiliki kepala konidium yang khas dan mudah dibedakan. Sama
seperti aspergillus tetapi perbedaan terletak dalam susunan konidianya.
Merupakan penghasil penicillin
4. Mucor sp (Wikipedia Indonesia)
Klasifikasi
Kingdom : Fungi
Division : Zygomycota
Class : Zygomycetes
Order : Mucorales
Family : Mucoraceae
Genus : Mucor
Spesies : Mucor sp
Morfologi (Buchanan, 1974)
Kebanyakan hidup sebagai saprofit pada sisa tumbuhan dan hewan, jarang
sekali hidup sebagai parasit. Kebanyakan memiliki miselium yang bercabang,
sebagian tidak bersekat tetapi untuk golongan tertentu telah memperlihatkan
sekat-sekat. Dinding selnya terdiri atas kitin. Terdapat gametangiogami.
BAB III
KAJIAN PRAKTIKUM
A. Alat Yang Dipakai
Batang V, Botol Semprot, Botol pengencer, Cawan petri steril, Deg Gelas, Hand spayer, Jarum preparat, Kertas saring, Lampu spirtus, Mikroskop, Ose bulat, Objec gelas, Pipet tetes, Spoit.
B. Bahan yang digunakan
Air suling steril, Alkohol 70%, Asam tartrat, Gliserol 10%, Kapas, Kertas label,
Kertas saring, kulit durian berjamur, Medium NA (Natrium Agar), Medium PDA
(Potato Dextrosa Agar), Metilen blue, Penicillin chrysogenum, Tissue,
C. Cara Kerja
1. Pembuatan Medium
Ditimbang medium PDA sebanyak 9,75 gram kemudiaan masukkan dalam
Erlenmeyer lalu tambahkan aquadest sebanyak 250 ml, aduk lalu panaskan sampai
homogen, kemudian sterilkan didalam autoklaf pada suhu 1210C selama 15 menit
2. Peremajaan Jamur
Disiapkan medium PDA miring kemudian dinokulasikan jamur murni secara
aseptis kedalam medium miring lalu digoreskan secara zig-zag.
3. Pengujian Kapang Khamir
a. Secara Makroskopik
1. Metode Tuang
Dimasukkan suspensi biakan jamur bolu ke dalam tabung reaksi steril
sebanyak 1 ml menggunakan ose bulat kemudian tuang kedalam capet steril
kemudian dimasukkan medium PDA sebanayak 10 ml dan ditambahkan Asam tatrat
1-2 tetes kedalam cawan petri yang berisi suspensi sampel bolu berjamur lalu
dihomogenkan membentuk angka delapan dan dibiarkan sampai memadat.
Kemudian diinkubasikan selama 3 x 24 jam pada suhu kamar di enkas, lalu diamati
bentuk permukaan, warna koloni, bau khas, titik pusat permukaan (radial furrow),
daerah pertumbuhan (growing zone), zonation, titik cair-cair pada permukaan
(exudates drops) dan latar belakang warna koloni (reverse of colony), Kemudian
digambar. Dialkukan hal yang sama pada untuk sampel Aspergilus niger.
2. Metode Gores
Dispoit medium PDA sebanyak 10 ml lalu ditambahkan asam tatrat sebanyak 1-2
tetes. Masukkan kedalam cawan petri steril, kemudian di homogenkan dan
dibiarkan memadat. Setelah memadat, diambil 1 ose biakan murni jamur lalu
inokulasikan ke dalam cawan petri, gores dengan cara zig-zag. Lalu inkubasi selama
3 x 24 jam pada suhu kamar di engkas.
B. Secara Mikroskopik Langsung
1. Sampel Bolu
Disiapkan objek glass, kemudian diambil satu ose sampel bolu, ditempatkan di atas objek glass dan kemudian ditetesi dengan metylen blue sebanyak 1 tetes atau safranin 1 tetes. Preparat ditutup dengan dek glass kemudian diamati morfologinya dengan mikroskop dengan dimulai perbesaran terkecil, kemudian digambar bentuk morfologinya. Dilakukan hal yang sama untuk sampel yang lain seperti kulit durian, ikan goreng dan biscuit berjamur.
2. Sampel jamur murni Aspergillus niger
Diambil satu ose sampel jamur murni Aspergillus niger tempatkan di atas
objek glass, kemudian ditetesi dengan metylen blue sebanyak 1 tetes atau safranin
1 tetes. Preparat ditutup dengan dek glass kemudian diamati morfologinya dengan
mikroskop dengan dimulai perbesaran terkecil dan kemudian digambar bentuk
morfologinya. Dilakukan hal yang sama untuk jamur Mucos sp, Rhizopus oligosporus
dan Penicillium Crysogenum.
C. Secara Mikroskopik Tidak Langsung (Slide Culture)
Disiapkan cawan petri, lalu dimasukkan kertas saring ke dalamnya. Di atas kertas saring tersebut diletakkan batang V yang terbuat dari aluminium foil dan kemudian di atas batang V ini diletakkan objek dan dek glass. Selanjutnya disterilkan dalam oven kemudian setelah steril diambil suspensi jamur (Bolu) 1 ose lalu digores pada objek glass dan di tetesi dengan medium PDA lalu di tutup dengan deg glass kemudian dimasukkan Gliserol 10% sebanyak 10 ml sampai membasahi kertas saring. Kemudian cawan petri ditutup dan diinkubasi selama 3 x 24 jam (pada suhu kamar) di enkas dan dilakukan pengamatan pada hari ke-3 kemudian diamati di bawah mikroskop kemudian digambar. Dilakukan hal yang sama untuk sampel yang lain seperti kulit durian, ikan goreng dan biscuit berjamur.
B.Pembahasan
Sifat dari fungi antara lain mempunyai inti sel, memproduksi spora dan tidak
mempunyai klorofil sehingga tidak melakukan fotosintesiss serta dinding selnya
tersusun atas selulosa atau kitin atau keduanya.
Fungi terdiri atas 2 golongan yaitu kapang dan khamir, Fungi mempunyai berbagai macam penampilan tergantung dari spesiesnya. Cendawan terdiri dari kapang dan khamir, kapang ini bersifat filamentis dan multiseluler atau bersel ganda sedangkan khamir biasanya uniseluler atau bersel tunggal. Perbedaan utama dari keduanya adalah khamir merupakan sel tunggal (Uniseluler) sedangkan kapang bersel ganda (Multiseluler). Perbedaan lainnya yaitu kapang mempunyai filamen yang berbentuk benang dan merupakan suatu bentuk pertumbuhan, apabila organisme tersebut merupakan saprofit dalam tanah atau dalam medium lainnya.
Kapang membentuk miselium dan berbagai bentuk spora, kelompok kapang sering dipilih berdasarkan spora aseksualnya, bentuk filamen dari kapang adalah panjang yang disebut sebagai hifa, hifa mempunyai dua struktur yaitu berspekta dan tidak berspekta sedangkan khamir tidak mempunyai filamen dan merupakan suatu bentuk pertumbuhan apabila organisme tersebut hidup sebagai parasit atau patogen dalam jaringan, dan bereproduksi melalui pertunasan atau pembelahan sel, bentuk koloni mirip dengan bakteri.
Pada percobaaan kali ini digunakan medium Medium PDA (Potato Dekstrosa
Agar) berdasarkan susunannya merupakan medium organik semi alamiah atau semi
sintetis sebab terdiri dari bahan alamiah yang ditambah dengan senyawa kimia;
berdasarkan konsistensinya merupakan medium padat karena mengandung agar
yang memadatkan medium; berdasarkan kegunaannya merupakan medium untuk
pertumbuhan jamur. Medium PDA terdiri dari kentang yang berfungsi sebagai
sumber energi, nitrogen organik, karbon dan vitamin, dekstrosa sebagai sumber
karbon, agar sebagai bahan pemadat medium dan aquadest sebagai pelarut untuk
menghomogenkan medium dan sumber O2.
Pada praktikum ini digunakan beberapa larutan kimia, yaitu asam tatrat
digunakan untuk memberikan suasana asam, karena fungi mudah tumbuh pada
suasana asam, sedangkan maksud dari penambahan gliserol pada kertas saring
yaitu untuk memberikan kelembapan dimana fungi ditumbuhkan. Penggunaan
kertas saring agar gliserol yang diberikan dapat tersimpan pada kertas saring,
karena kertas saring dapat menyerap gliserol sehingga kelembapan tetap terjaga.
Digunakan batang V bertujuan agar dek dan objek gelas tidak berhubungan
langsung dengan kertas saring yang telah ditetesi gliserol agar fungi dapat tumbuh
lebih baik.
Adapun metode yang digunakan didalam percobaan kali ini yang terdiri atas
metode slide kultur (untuk mikroskopik langsung) dengan menggunakan sampel
dari biakan murni jamur (penicillium, Aspergillus niger, Mucor sp, dan Rhizopus
chrysogenum), pada metode ini objek gelas diletakan diatas batang v gunanya
untuk menghindari objek gelas dan deg gelas berhubungan langsung dengan kertas
saring yang telah dibasahi dengan gliserol sehingga fungi dapat tumbuh dengan
baik. Dan untuk mikroskopik secara tidak langsung digunakan sampel jamur yang
terdapat pada bahan-bahan makanan seperti Ikan, biscuit, kulit durian, dan kue
bolu.
Pada praktikum morfologi kapang dan khamir dilakukan dengan 3 prosedur
yaitu : makroskopik, slide culture, dan mikroskopik langsung.
Secara makroskopik dilakukan dengan menggunakan sampel Aspergillus
niger, Mucor sp, Penicillin chrysogenum dan Rhisopus sp
1. Aspergillus niger diperoleh hasil :
Bentuk permukaan beludru, warna koloni hijau, berbau khas, memiliki radial
furrow, tidak memiliki growing zone, memiliki zonation, tidak ada exudate drops,
dan reserve of colony berwarna putih
2. Mucor sp secara diperoleh hasil :
Bentuk permukaan beludru, warna koloni hijau, berbau khas, memiliki radial
furrow, tidak memiliki growing zone, memiliki zonation, memiliki exudate drops, dan
reserve of colony berwarna putih
3. Penicillin chrysogenum diperoleh hasil :
Bentuk permukaan beludru, warna koloni hijau, berbau khas, tidak memiliki
radial furrow, terdapat growing zone, memiliki zonation, memiliki exudate drops,
dan tidak memiliki reserve of colony
4. Rhisopus sp diperoleh hasil :
Bentuk permukaan beludru, warna koloni hijau, berbau khas, tidak memiliki
radial furrow, tidak memiliki growing zone, memiliki zonation, tidak memiliki
exudate drops, dan reserve of colony berwarna putih kekuningan
DAFTAR PUSTAKA
Bambang Sutrisno, R. 1998. Taksonomi Spermatophyta Untuk Farmasi edisis I. Fakultas Farmasi Universitas Pancasila: Jakarta.
Bibiana, W, Lay. 1994. Analisis Mikrobiologi di Laboratorium. PT. Raya Grafindo Persada: Jakarta.
Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia edisi III. Depkes RI: Jakarta.
Dwidosaputro, D. 1998. Dasar - Dasar Mikrobiologi edisi 13. Djambatan: Jakarta.
Natrsir. dkk. 2003. Mikrobiologi Farmasi Dasar. Universitas Hasanudin : Makassar
Pelezaer Jr. Michael, ECS Chan. 2001. Dasar-dasar Mikrobiologi. Universitas Indonesia : Jakarta.
Suriawiria, Unus, (1986), ‘Pengantar Mikrobiologi Umum, Angkasa’, Bandung.
Sneath, P. H. A., 1986,”Bergey’s Manual of Systematic Bacteriology”, Volume 1 dan 2, William and Wilkins, Baltioure, USA
Antimikroba (AM) ialah obat pembasmi mikroba, khususnya mikroba yang merugikan manusia. Dalam pembicaan di sini, yang dimaksud dengan mikroba terbatas pada jasad renik yang tidak termasuk kelompok parasit.
Antibiotik ialah zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba, terutama fungi, yang
dapat menghambat atau dapat membasmi mikroba jenis lain. Banyak antibiotik dewasa ini
dibuat secara semisintetik atau sintetik penuh. Namun dalam praktek sehari-hari AM
sintetik yang tidak diturunkan dari produk mikroba (misalnya sulfonamida dan kuinolon)
juga sering digolongkan sebagai antibiotic.
Kegiatan antibiotika untuk pertama kalinya ditemukan oleh sarjana Inggris dr.
Alexander Flemming pada tahun 1928 (penisilin). Tetapi penemuan ini baru
diperkembangkan dan dipergunakan dalam terapi di tahun 1941 oleh dr.Florey (Oxford).
Kemudian banyak zat lain dengan khasita antibiotik diisolir oleh penyelidik-penyelidik di
seluruh dunia, akan tetapi berhubung dengan sifat toksisnya hanya beberapa saja yang dapat
digunakan sebagai obat.
Masa perkembangan kemoterapi antimikroba sekarang dimulai pada tahun 1935,
dengan penemuan sulfonamida. Pada tahun 1940, diperlihatkan bahwa penisilin, yang
ditemukan pada tahun 1929, dapat dibuat menjadi zat kemoterapi yang efektif. Selama 25
tahun berikutnya, penelitian kemoterapi sebagain besar berpusat sekitar zat antimikroba
yang berasal dari mikroorganisme, yang dinamakan antibiotika.
Suatu zat antimikroba yang ideal memiliki toksisitas selektif. Istilah ini berarti
bahwa suatu obat berbahaya bagi parasit tetapi tidak membahayakan inang. Seringkali,
toksisitas selektif lebih bersifat relatif dan bukan absolut; ini berarti bahwa suatu obat yang
pada konsentrasi tertentu dapat ditoleransi oleh inang, dapat merusak parasit. Antibiotika
yang ideal sebagai obat harus memenuhi syarat-syarat berikut:
Mempunyai kemampuan untuk mematikan atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme yang luas (broad spectrum antibiotic)
Tidak menimbulkan terjadinya resistensi dari mikroorganisme pathogen
Tidak menimbulkan pengaruh samping (side effect) yang buruk pada host, seperti reaksi alergi, kerusakan syaraf, iritasi lambung, dan sebagainya
Tidak mengganggu keseimbangan flora yang normal dari host seperti flora usus atau flora kulit.
Kemoterapeutika dapat melakukan aktivitasnya lewat beberapa mekanisme,
terutama dengan penghambatan sintesa materi penting dari bakteri, misalnya:
Dinding sel : sintesanya terganggu sehingga dinding menjadi kurang sempurna dan tidak tahan terhadap tekanan osmotis dari plasma dengan akibat pecah. Contohnya : kelompok penisilin dan sefalosporin.
Membran sel : molekul lipoprotein dari mambran plasma (di dalam dinding sel) dikacaukan sintesanya, hingga menjadi lebih permeable. Hasilnya, zat-zat penting dari isi sel dapat merembas keluar. Contohnya : polipeptida dan polyen (nistatin, amfoterisin) dan imidazol (mikonazol, ketokonazol, dan lain-lain).
Protein sel : sintesanya terganggu, misalnya kloramfenikol, tetrasiklin, aminoglikosida, dan makrolida.
Asam-asam inti (DNA, RNA) : rifampisin (RNA), asam nalidiksat dan kinolon, IDU, dan asiklovir (DNA).
Antagonisme saingan. Obat menyaingi zat-zat yang penting metabolisme kuman hingga pertukaran zatnya terhenti, antara lain sulfonamida, trimetoprim, PAS, dan INH.
Adapun jenis-jenis dari mikroba yang biasa digunakan berupa :
Staphylococcus aureus
Klasifikasi
Kingdom : Protista
Divisio : Protopyta
Kelas : Schzomycetes
Ordo : Eubacteriales
Familia : Enterbacteriaceae
Genus : Staphylococcus
Spesies : Staphylococcus aureus
Morfologi :
Bentuknya bulat atau lonjong (0,8 sampai 0,9), jenis yang tidak bergerak, tidak berspora dan
gram positif. Tersusun dalam kelompok seperti buah anggur. Pembentukan kelompok ini
terjadi karena pembelahan sel terjadi dalam tiga bidang dan sel anaknya cenderung dekat
dengan sel induknya.
Sifat biakan
Bersifat aerob dan tumbuh baik pada pembenihan yang sederhana pada temperatur optimum
37oC dan pH 7,4.
Daya tahan
Merupakan salah satu bakteri yang cukup kebal diantara mikroorganisme yang tidak
berspora tahan panas pada suhu 60oC selama 30 menit, tahan terhadap fenol selama 15
menit.
Salmonella thyposa
Ordo : Eubacteriales
Familia : Entebacteriaceae
Genus : Salmonella
Spesies : Salmonella thyposa
Morfologi
Berbentuk batang, gram negatif berukuran 2 sampai 4 x 0,6 bergerak kecuali Salmonella
galinarum dan Salmonella pullorum. Tidak berspora mempunyai fibria.
Sifat bakteri
Bersifat aerob dan aerob fakultatif, suhu optimum untuk pertumbuhannya 37oC dan pH
optimum 6 sampai 8.
Daya tahan
Kuman ini dapat dibunuh oleh pemanasan pada suhu 60oC selama 15-20 menit,
pasteurisasi, pendidikan serta kionisasi.
Eschericia coli
klasifikasi
Kingdom : Protista
Divisi : Schizophyta
Class : Schyzomycetes
Ordo : Eubacteriales
Familia : Enterobacteriaceae
Genus : Eschericia
Spesies : Eschericia coli
Morfologi
Merupakan suatu golongan bakteri yang menunjukkan sifat sifat yang mendekati fungi /
bakteri. Terdapat dalam tanah maupun dalam udara dan sebagian parasit pada tumbuhan
tingkat tinggi. Koloni berwarna (tergantung substraknya), mempunyai bau tanah, resisten
terhadap penisilin dan streptomisin.
Vibrio cholera
Klasifikasi
Kingdom : Procaryotae
Phylum : Protophyta
Class : Schyzomycetes
Ordo : Eubacteriales
Famili : Eubacteriaceae
Genus : Vibrio
Spesies : Vibrio cholera
Morfologi
Pada pengisolasian berbentuk seperti koma, yang mempunyai panjang kira-kira 2-4
mikrometer dan sangat aktif bergerak oleh satu flagella yang terletak polar. Tidak
membentuk spora. Apabila telah lama dibiakan dalam pembenihan, vibrio dapat menjadi
bentuk batang gram negative lainnya dalam usus. Bersifat aerob, suhu optimum 37o C
dengan pH optimum 8-2.
Steptococcus mutans
Klasifikasi
Kingdom : Procaryotae
Phylum : Protophyta
Class : Schyzomycetes
Ordo : Eubacteriales
Famili : Micrococcus
Genus : Streptococcus
Spesies : Streptococcus mutans
Morfologi
Sel berupa batang, bersifat aerobic, bergerak dengan flagel, membentuk endospora tersebar
luas dalam tanah dan terbawa oleh partikel-partikel debu di udara, mempunyai habitat pada
tanah, air, lingkungan akuatik sel pencernaan hewan maupun pada manusia.
Staphylococcus epidermidis
klasifikasi
Kingdom : Protista
Divisi : Schizophyta
Class : Schyzomycetes
Ordo : Eubacteriales
Famili : Enterobacteriaceae
Genus : Staphylococcus
Spesies : Staphylococcus epidermidis
Morfologi
Merupakan suatu golongan bakteri yang menunjukkan sifat sifat yang mendekati fungi / bakteri.
Terdapat dalam tanah maupun dalam udara dan sebagian parasit pada tumbuhan tingkat
tinggi. Koloni berwarna (tergantung substraknya), mempunyai bau tanah, resisten
terhadap penisilin dan streptomisin.
Candida albicans
Klasifikasi
Regnum : Eucaryotae
Divisio : Thallophyta
Subdivisio : Fungi
Class : Eumycetes
Subclass : Deuteromycetes
Ordo : Cryptococcales
Familia : Cryptococcaceae
Genus : Candida
Spesies : Candida albicans
morfologi
Bentuk selnya bermacam-macam. Menghasilkan banyak pseudomiselium. Dapat
terbentuk miselium sejati dan klamidospra. Blastospora dapat dijumpai pada posisi yang
khas pada masing-masing spesies. Dapat hidup sebagai saprofit pada selaput-selaput
lender mulut, vagina dan saluran pencernaan.
Prosedur Kerja (Lay Bibiana, 1994)
Uji Sensitivitas Antibiotik
Tandai satu lempeng dengan nama, tanggal dan mikroorganisme yang akan diuji.
Celupkan tangkai kapas dalam biakan mikroorganisme kemudian putar bagian kapas ke sisi tabung agar cairan tidak menetes pada bagian kapas.
Sebar mikroorganisme pada seluruh bagian lempengan agar, untuk mendapatkan pertumbuhan yang merata gores secara merata kemudian putar lempengan 90o dan buat goresan kedua putar lempengan 45o dan buat goresan ke tiga.
Biarkan lempengan memadat selama 5 menit kemudian tempatkan cakram kertas yang berisi antibiotik pada permukaan lempeng.
Gunakan 5 – 6 macam antibiotic untuk mengetahui kepekaan antibiotic jarak antara cakram dengan kertas harus cukup luas sehingga wilayah jernih tidak berhimpitan.
Cakram kertas ditekan dengan menggunakan pinset pada permukaan lempengan sehingga terdapat kontak yang baik antara cakram dan lempengan agar. Cakram tidak perlu ditekan kuat-kuat sehingga melukai permukaan agar.
Inkubasi lempengan pada suhu 35o C selama 24 jam.
Uji Aktivitas Antimkroba Bahan Alam
Tanaman yang diambil dilakukan seleksi, mengenai daun, bunga dan batangnya, kemudian dari masing-masing bagian tanaman tersebut dikumpulkan.
Sebagian dari bagian tanaman tersebut dilakukan ekstraksi secara segar atau kering dengan beberapa metode tertentu.
Hasil masing-masing penyarian dibuat variasi konsentrasi tertentu untuk dilakukan pengujian dengan menggunakan mikroba uji yang telah ditentukan.
Dibuat based layer dan seed layer pada cawan Petri, setelah setengan memaadt dimasukkan pencadang, kemudian diisi sampel tanaman tersebut.
Diinkubasi 1 x 24 jam untuk bakteri pada suhu 37o C dan 3 x 24 jam untuk jamur pada suhu kamar.
Setelah diinkubasi, dilakukan pengukuran diameter hambatan.
Sumber :
1. Buchanan. 1974. ‘’ Determinative Bacteriology’’. The William and Wiliks Company.
2. Djide, M. 2003 , ” mikrobiologi farmasi terapan ”, Fakultas MIPA, Jurusan Farmasi, Uninersitas Hasanuddin.Makassar.
3. Entjang, I. 2001, “Mikrobiologi dan Parasitologi”, PT Citra Aditya Bakti,Bandung.
4. Gembong. 2005. ‘’ Anantomi Morfologi’’. Universitas Indonesia, Makassar
5. Pelczar, Michael, J., dan E.C.S. Chan, (1986), “Dasar-dasar Mikrobiologi I”, UI Press, Jakarta.
6. Setiabudi. 1995. ’’ Farmakologi dan Terapi ( Antimikroba)’’. Universitas Indonesia, Jakarta