Klasifikasi Hadist Secara Kuantitas

25
KLASIFIKASI HADIST SECARA KUANTITAS BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Rasulullah SAW memperingatkan para sahabat agar tidak menulis hadis, untuk menjaga kemurnian Al-Qur’an dan agar umat tidak mencampur adukkan Al-Qur’an dan hadist. Khalifah Umar bin Abdul Aziz mengirim surat kepada gubernur dengan maksud dan saran agar dibukukan hadist. Sedangkan orang yang pertama kali membukukan hadist adalah Arrabi bin shabiy dan Said bin Abi Arabah dengan model pengumpulan yang belum terpisah antara hadist yang shahih, dhaif, dan atsar para sahabat. Hadist memiliki banyak segi tinjauan, baik kualitas perawi ataupun kuantitas, peninjauan hadist yang diklasifikasikan hadist secara kuantitas disebut juga dengan peninjauan hadist berdasarkan segi jumlah orang yang meriwayatkan suatu hadist atau dari segi jumlah sanadnya. Jumhur Ulama membagi hadist secara garis besar menjadi 2 macam, yaitu hadist mutawatir dan hadis Ahad Untuk dapat mengkasifikasikan hadist secara kuantitas jumlah perawi, para penulis hadist menggunakan beberapa segi peninjauan yang berbeda. Sebagian melihat tentang pembagian hadist dari segi bagaimana proses penyampaian hadist dan sebagian lagi memilih dari segi jumlah perawinya. Disamping pembagian lain yang diikuti oleh 1

Transcript of Klasifikasi Hadist Secara Kuantitas

KLASIFIKASI HADIST SECARA KUANTITAS

BAB IPENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Rasulullah SAW memperingatkan para sahabat agar tidak menulis hadis, untuk menjaga kemurnian Al-Quran dan agar umat tidak mencampur adukkan Al-Quran dan hadist. Khalifah Umar bin Abdul Aziz mengirim surat kepada gubernur dengan maksud dan saran agar dibukukan hadist. Sedangkan orang yang pertama kali membukukan hadist adalah Arrabi bin shabiy dan Said bin Abi Arabah dengan model pengumpulan yang belum terpisah antara hadist yang shahih, dhaif, dan atsar para sahabat.Hadist memiliki banyak segi tinjauan, baik kualitas perawi ataupun kuantitas, peninjauan hadist yang diklasifikasikan hadist secara kuantitas disebut juga dengan peninjauan hadist berdasarkan segi jumlah orang yang meriwayatkan suatu hadist atau dari segi jumlah sanadnya. Jumhur Ulama membagi hadist secara garis besar menjadi 2 macam, yaitu hadist mutawatir dan hadis AhadUntuk dapat mengkasifikasikan hadist secara kuantitas jumlah perawi, para penulis hadist menggunakan beberapa segi peninjauan yang berbeda. Sebagian melihat tentang pembagian hadist dari segi bagaimana proses penyampaian hadist dan sebagian lagi memilih dari segi jumlah perawinya. Disamping pembagian lain yang diikuti oleh sebagian ulama, yaitu pembagian hadist secara kuantitas ada 3 macam, yaitu hadist Mutawatir, Hadist Masyhur dan hadist ahad. Ada juga ulama yang membagi hadist berdasarkan kuantitasnya menjadi 2 bagian yaitu hadist mutawatir dan hadist ahad.

BAB IIPEMBAHASAN

A. Pengertian Hadist Mutawatir, Ahad, Masyhur dan Pembagiannya1. Hadis Mutawatir.a. Pengertian Hadis Mutawatir Menurut bahasa, kata mutawatir adalah isem fael dari kata At- tawatur yang berarti al Tatabu yang artinya berturut- turut.[footnoteRef:2] Sedangkan menurut istilah Hadis mutawatir berarti: [2: Nawir Yuslem,Ulumul Hadist , Jakarta; Mutiara Sumber Widya, 1998, h. 200 ]

Hadis yang diriwayatkan oleh banyak orang, mustahil secara adat mereka sepakat untuk berdusta (yang diterimanya) dari sejumlah perawi yang sama dengan mereka, dari awal sanad hingga akhir dengan syarat tidak rusak (kurang) jumlah perawinya pada seluruh tingkatan.[footnoteRef:3] [3: Muhammad Ajjaj al-Khatiby, Ujal al-adil, Beirut: Dar al- Fikr, 1981, h. 404.]

Dapat dikatakan bahwa Hadis mutawatir adalah hadis yang diriwayatkan dari Rasulullah Saw yang dapat ditangkap oleh panca indera. Perawinya terdiri dari jumlah yang banyak, sekurang-kurangnya sepuluh orang, tapi ada juga yang berpendapat cukup dengan empat orang. Adapun syarat-syarat suatu hadist dikatakan mutawatir harus dengan memenuhi tiga persyaratan, antara lain yaitu:1. Periwayatan dari para perawi harus berdasarkan tanggapan panca indera, artinya yang mereka sampaikan adalah benar-benar hasil pendengaran atau penglihatan sendiri. Jikalau periwayatannya itu hasil dari pemikiran semata-mata atau hasil rangkuman dari peristiwa-peristiwa itu bukan mutawatir[footnoteRef:4] [4: Fatchur Rahman, Ikhtisar Musththalah Hadist, Bandung; Al-Maarif, 1974, h. 79 ]

2. Jumlah perawinya harus mencapai suatu ketentuan yang tidak memungkinkan mereka untuk bersepakat bohong.[footnoteRef:5] Menurut Abu Thayyib menentukan sekurang-kurangnya 4 orang sebagaimana saksi pada vonis terdakwa, sedangkan menurut Ash-habu,sy-SyafiI menentukan minimal 5 orang karena mengqiyaskan nabi ulul azmi. Sebagian ulama sekurang-kurangnya 20 orang sebagaimana ketentuan Allah dalam surat Al-Anfal ayat 65, tentang sugesti Allah kepada orang mukmin yang tahan uji, yang hanya dengan berjumlah 20 orang saja mengalahkan 200 orang.[footnoteRef:6] [5: Ahmad Muhammad Syakir ,Syarah Alfiyatus Suyuthy. ,h.46; Muh.Mahfudh At-Tarmusy manhaj Dzawin-nadhar., h. 68-69 ] [6: Fatchur Rahman, Ikhtisar Musththalah , h. 79]

.jika ada dua puluh orang yang sabar diantaramu, niscaya mereka akan dapat mengalahkan dua ratus orang musuh (QS. Al-Anfal : 65)

3. Jumlah yang banyak itu berada pada semua tingkatan (thabaqat) sanad.[footnoteRef:7] [7: Syaikh Manna Al-Qaththan, Mabahisu fi ulumil Hadist, terjemahan oleh Mifdhol Abdurrahman, Pengantar Studi Ilmu Hadist, Jakarta; Pustaka Al-Kautsar, 2005,h. 110 ]

b. Klasifikasi hadist mutawatirPada ahli ushul membagi hadist Mutawatir kepada dua bagian. Yakni Mutawatir Lafdhy dan Mutawatir maknawy . 1. Mutawatir lafdhy adalah hadist yang diriwayatkan oleh orang banyak yang susunan redaksi dan maknanya sesuai benar antara riwayat yang satu dengan lainnya. Hadist Mutawatir Lafdhy disebut juga : Hadist yang Mutawatir lafadhnyaContoh hadist Mutawatir lafdhy, antara lain:

: Menurut Abu Bakar Al-Bazzar, hadist tersebut diriwayatkan oleh 40 orang sahabat, dan sebagian ulama mengatakan bahwa hadist tersebut diriwayatkan oleh 62 orang sahabat dengan susunan redaksi dan makna yang sama. Demikian juga hadist: ( )Sungguh Al-Quran ini diturunkan dengan tujuh macam bacaan (qiraat)Hadist ini diriwayatkan oleh berpuluh puluh sahabat dengan redaksi dan makna yang sama.

2. Mutawatir manawy adalah Hadis yang mutawatir yang rawi-rawinya berlainan dalam menyusun redaksi pemberitaan, tetapi berita yang berlainan susunan redaksinya itu terdapat persatuan pad prinsipnya (bersatu pada maknanya saja tidak bersatu pada lafadznya.[footnoteRef:8] [8: Fatchur Rahman, Ikhtisar Musththalah , h. 83]

Atau didefinikan : Yaitu bahwa meriwayatkan sejumlah perawi, yang mustahil mereka bersepakat untuk melakukan dusta, akan beberapa peristiwa yang berbeda namun hakikat permasalahannya adalah sama, maka jadikanlah permasalahan itu Mutawatir.[footnoteRef:9] [9: Nawir Yuslem, Ulumul Hadis,h. 206]

Contoh hadist Mutawatir maknawy tentang mengangkat tangan dikala berdoa: ( )Konon Nabi Muhammad SAW tidak mengangkat kedua tangan beliau dalm doa-doa beliau, selain dalam doa shalat istisqa. Dan beliau mengangkat tangannya , hingga tampak putih-putih kedua ketiaknya. (Riwayat Bukhari Muslim)Hadist yang semacam itu, tidak kurang dari 30 buah dengan redaksi yang berbeda-beda. Antara lain hadist-hadist yang ditakhrijkan oleh Imam Ahmad, Al-Hakim dan Abu Dawud, yang berbunyi: Konon Rasulullah saw, mengangkat tangan, sejajar dengan kedua pundak beliau.[footnoteRef:10] [10: Fatchur Rahman, Ikhtisar Musththalah , h. 83]

3. Hadis Ahada. Pengertian Hadis AhadKata ahad berarti satu. Khabar al-Whid adalah kabar yang diriwayatkan oleh satu orang.[footnoteRef:11] Sedangkan menurut istilah Ilmu Hadis, Hadis Ahad berarti : [11: Mahmud al-Thahhan, Taisir Musthalah al- Hadits ,Beirut: Dr al-Quran al-Karim, 1399 H/1979 M, h. 18.]

.Hadis yang tidak memenuhi syarat mutawatir.

Ajjaj al-Khathib, yang membagi hadis berdasarkan jumlah perawinya kepada tiga, bahwa ia mengatakan defenisi Hadis Ahad sebagai berikut: .Hadis Ahad adalah hadis yang diriwayatkan oleh satu orang perawi, dua atau lebih, selama tidak memenuhi syarat-syarat Hadis Masyhur atau Hadis Mutawatir.Dari definisi Ajjaj al-Khathib di atas dapat dipahami bahwa Hadis Ahad adalah hadis yang jumlah perawinya tidak mencapai jumlah yang terdapat pada Hadis Mutawatir ataupun Hadis Masyhur. Di dalam pembahasan berikut, yang menjadi pedoman penulis adalh definisi yang dikemukakan oleh Jumhur Ulama Hadis, yang mengelompokkan Hadis Masyhur ke dalam kelompok Hadis Ahad.Adapun jenis-jenis Hadis Ahad terbagi kepada tiga macam, yaitu: Masyhur, Aziz dan Gharib.1. Hadis Masyhur.Secara bahasa, kata masyhur adalah isim maful dari Syahara, yang berarti al-zhuhur, yaitu nyata. Sedangkan pengertian Hadis Masyhur menurur istilah Ilmu Hadis adalah: . Hadis yang diriwayatkan oleh tiga orang perawi atau lebih, pada setiap tingkatan sanad, selama tidak sampai kepada tingkat Mutawatir.

Menurut Ibnu Hajar, Hadis Masyhur adalah: . Masyhur adalah Hadis yang memiliki jalan yang terbatas, yaitu lebih dari dua namun tidak sampai ke derajat Mutawatir.Di samping itu juga ada istilah lain yang sering disamakan dengan Masyhur, yaitu al- Mustafidh. Dimana al-Mustafidh secara bahasa adalah isim fail dari istifadha, berasal dari kata fadha, yang berarti melimpah. Para Ulama Hadis berbeda pendapat dalam memberikan definisi al-Mustafidh kepada tiga, antara lain:1. Sama pengertiannya (muradif) dengan Masyhur.2. Lebih khusus pengertiannya dari masyhur, karena pada Mustafidh disyaratkan kedua sisi sanadnya harus sama, sedangkan pada Masyhur tidak disyaratkan demikian.3. Lebih luas dari MasyhurHukum Hadis Masyhur tidak ada hubungannnya dengan shahih atau tidaknya suatu hadis, karena di antara Hadis Masyhur terdapat hadis yang mempunyai status Shahih, Hasan atau Dhaif dan bahkan ada yang Maudhu. Akan tetapi, apabila suatu hadis masyhur tersebut berstatus shahih, maka hadis masyhur tersebut hukumnya lebih kuat daripada Hadis Aziz dan Gharib.[footnoteRef:12] [12: Nawir Yuslem, Ulumul Hadist, h. 207-208]

Selain Hadis Masyhur yang dikenal secara khusus di kalangan Ulama Hadis, sebagaimana yang telah dikemukakan definisinya di atas dan disebut dengan al-Masyhur al-Ishthilahi, juga terdapat Hadis Masyhur yang dikenal di kalangan ulama lain selain ulama Hadis dan di kalangan umat secara umum. Hadis Masyhur dalam bentuk yang terakhir ini disebut dengan al-Masyhur Ghair Ishthilahi yang mencakup hadis-hadis yang sanad-nya terdiri dari satu orang perawi atau lebih pada setiap tingkatannya, atau bahkan yang tidak mempunyai sanad sama sekali.Dengan demikian, Hadis Masyhur dapat dibedakan menjadi enam macam, yaitu:(1). Hadis Masyhur di kalangan ahli hadis, yaitu hadis yang diriwayatkan oleh tiga orang perawi atau lebih. Contohnya hadis yang berasal dari Anas r.a., dia berkata: . ) (Bahwasanya Rasulullah SAW berkunut selama satu buan setelah ruku mendoakan hukuman atas (tindakan kejahatan) penduduk Rilin dan Dzakwan. (HR Bukhari dan Muslim).(2). Hadis Masyhur di kalangan Fugaha, seperti hadis: .) ( Perbuatan halal yang paling dibenci Allah adalah talak. (HR Abu Daud dan Ibn Majjah.(3). Hadis Masyhur di kalangan Ulama Figh, contohnya: .) ( Diangkatkan (dosa/hukuman) dari umatku karena tersalah(tidak disengaja), lupa, dan perbuatan yang dilakukan kerena terpaksa.(HR Ibn Majjah).(4). Hadis Masyhur di kalangan Ulama Hadis, Fugaha, Ulama Ushul Figh dan kalangan awam, seperti: , .( ) Muslim yang sebenarnya itu adalah orang yang selamat menyelamatkan muslim-muslim lainnya dari akibat lidah dan tangannya, dan orang yang berjihad itu adalah orang yang pindah(meninggalkan segala perbuatan yang diharamkan Allah. (HR Bukhari dan Muslim).

(5). Hadis Masyhur di kalangan ahli Nahwu, seperti: . Sebaik-baik hamba adalah Shuhaib

(6). Hadis Masyhur di kalangan awam, seperti: . ) ( Tergesa-gesa itu adalah dari (perbuatan) setan. (HR Tirmidzi). 2. Hadis AzizAziz menurut bahasa adalah shifah musyabbahat dari kata azza ya izzu yang berarti qalla dan nadara, yaitu sedikit dan jarang; atau berasal dari kata azza ya azzu yang berarti qawiya dan isytadda, yaitu kuat dan sangat.[footnoteRef:13] [13: Al- Thahhan, Taisir Musthalah al- Hadits..., h. 25 ]

Menurut istilah Ilmu Hadis, Aziz berarti: .Bahwa tidak kurang perawinya dari dua orang pada seluruh tingkatan sanad.Definisi di atas menjelaskan bahwa Hadis Aziz adalah Hadis yang perawinya tidak boleh kurang dari dua orang pada setiap tingkatan sanad-nya, namun boleh lebih dari dua orang, seperti tiga, empat atau lebih, dengan syarat bahwa salah satu tingkatan sanad harus ada yang perawinya terdiri atas dua orang. Hal ini adalah untuk membedakan dari Hadis Msyhur.Contoh Hadis Aziz adalah: : .Hadis yang diriwayatkan oleh al-Bukhari dari Hadis Abu Hurairah, bahwa Rasulullah SAW bersabda, Tidak beriman salah seorang kamu sehingga aku lebih dicintainya dari orang tuanya dan anaknya.Hadis tersebut di atas diriwayatkan dari Abu Hurairah dan juga Anas, dan dari Anas oleh Qatadah dan Abd al-Aziz ibn Shuhaib, dan diriwayatkan dari Qatadah oleh Syubah dan Said, dan diriwayatkan dari Abd al- Aziz oleh Ismail ibn Aliyah dan Abu al- Waris. Dan diriwayatkan dari masing-masingnya oleh sekelompok (banyak) perawi.3. Hadis GharibMenurut bahasa, kata gharib adalah shifah musyabbahat yang berarti al- munfarid atau al- baid an aqaribihi,[footnoteRef:14] yaitu yang menyendiri atau jauh dari kerabatnya. [14: Al- Thahhan, Taisir Musthalah al- Hadits..., h. 26]

Gharib menurut istilah Ilmu Hadis: .Yaitu: Hadis yang menyendiri seorang perawi dalam periwayatannyaDari definisi di atas dapat disimpulkan, bahwa setiap hadis yang diriwayatkan oleh seorang perawi, baik pada setiap tingkatan sanad atau pada sebagian tingkatan sanad dan bahkan mungin hanya pada satu tingkatan sanad, maka hadis tersebut dinamakan Hadis Gharib.Menurut Ulama Hadis, Hadis Gharib terbagi dua, yaitu: Gharib Muthlaq dan Gharib Nisbi. a. Gharib Muthlaq, yaitu: .Hadis yang menyendiri seorang perawi dalam periwayatannya pada ashal sanad.[footnoteRef:15] Contoh Hadis Gharib Muthlaq, mengenai niat: [15: Asal sanad adalah bagian (tingkatan) sanad yang padanya adalah sahabat. Apabila menyendiri seorang sahabat dalam meriwayatkan suatu hadis, maka hadis tersebut dinamai Gharib Muthlaq. Lihat Thahhan, Taisir, h. 28]

) (Sesungguhnya seluruh amal itu bergantung pada niat.Hadis niat tersebut hanya diriwayatkan oleh Umar ibn al- Khattab sendiri di tingkat sahabat.b. Gharib Nisbi, adalah: . Hadis yang terjadi Gharib di pertengahan sanad-nya. Hadis Gharib Nisbi ini adalah hadis yang diriwayatkan oleh lebih dari seorang perawi pada asal sanad (perawi pada tingkat sahabat), namun dipertengahan sanadnya terdapat tingkat yang perawinya hanya sendiri (satu orang ).Asal sanad adalah bagian (tingkatan) sanad yang padanya adalah sahabat. Apabila menyendiri seorang sahabat dalam meriwayatkan suatu hadis, maka hadis tersebut dinamai Gharib Muthlaq. Contoh Hadis Gharib Nisbi, yaitu: .) ( Hadis yang diriwayatkan oleh Malik dari al- Zuhri dari anas r.a., bahwasanya Nabi SAW memasuki kota Mekkah dan di atas kepalanya terdapat al-mighfar (alat penutup kepala). (HR Bukhari dan Muslim).

B. Konsekuensi Pengingkaran Hadis Mutawatir, Ahad dan MasyhurUmat islam sepakat tentang keshahihan hadist yang termuat dalam shahih Bukhari dan Shahih Muslim dan mereka menerimanya dengan baik. Para ulama juga telah menegaskan kedudukan kedua kitab ini sebagai kitab yang paling shahih setelah Al-Quran. Tidak ada orang yang mengingkarinya kecuali Harun dan yang sehaluan dengannya berdasarkan prinsip bahwa kekuatan hadist sebagai sumber ajaran islam dan tidak sama kekuatannya dengan Al-Quran.[footnoteRef:16] [16: Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, jilid 1, h. 28-30]

Menolak atau mengingkari hadis nabi yang terdiri dari hadist mutawatir, hadis ahad dan hadis masyhur adalah sebagai berikut:a. Menolak atau mengingkari hadis mutawatir adalah kekufuran yang nyata, karena hadist mutawatir pasti shahih dan membuahkan keyakinan (Yufiidul yaqiin). Hadis mutawatir semuanya maqbul, maka dihukumkan kafir bagi orang yang menolaknya.[footnoteRef:17] Penolakan hadis dimulai abad kedua Hijriyah yang berbeda pendapat dari ijma (kesepakatan). Al- Baghdadi menjelaskan dalam bukunya Al-Fard Baina al-Firaq bahwa mereka itu kaum mutazilah. Ia berkata sesungguhnya An-Nazzam (230 H) berkata bahwa hadist mutawatir bisa saja terdapat kedustaan didalamnya.[footnoteRef:18] [17: Nawir Yuslem, Ulumul Hadist, h. 207] [18: Abdul Qadir Bin Thaher al-Baghdadi, Al-Farqu Baina al-Firaq, Tahqiq Muhammad Mahyuddin, Dar al-Marifah, 429 H, h. 132, 143-144 ]

b. Menolak dan mengingkari hadis ahad dan termasuk pula hadist masyhur adalah berdosa menurut Para sahabat , tabiin dan salafi ,baik yang menyatakan hadist ahad itu menunjukkan zhann ataupun yang menyatakan yakin , sepakat atas wajibnya mengamalkan hadis ahad. [footnoteRef:19] Hadis ahad yang diriwayatkan oleh perawi yang berintegritas baik adalah hujjah yang harus diamalkan dalam agama.[footnoteRef:20]Hasil penelitian dari Abu Hamzah A.Hasan Basri pada tahun 1413 di Universitas LIPIA terkait bahasan ini sebagai berikut: pertama; makna qathI dan ilmu dharury, kedua; hadis ahad adalah qatI kesahihannya. [19: Al-Amidi, Al-Ahkam , h.64 ] [20: Ibnu Hazm Al-Andalusi, Al-ihkam fi Ushulul Ahkam, Tahqiq Ahmad Syakir, Beirut: Dar al afaq al-jadidah, cet.pertama, tahun 1400 H, Juz 1.h.119]

Menolak Hadist nabi secara mutlak, baik mutawatir, ahad akan membahayakan diri seseorang, karena tentang kekuatan hadist nabi tersirat dari banyak firman Allah yaitu:Surat an-Najm ayat 3-4 :

Dan Tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Quran) menurut kemauan hawa nafsunya.Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).Surat al-Hasyr ayat 7:

Apa yang diberikan Rasul kepadamu, Maka terimalah. dan apa yang dilarangnya bagimu, Maka tinggalkanlah. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Amat keras hukumannya.C. Perbedaan Pendapat Ulama Tentang Kehujjahan Hadist ahadPermasalahan kehujjahan hadist ahad menghasilkan khilaf dan polemik yang bermacam-macam dikalangan ulama, antara lain:1. Imam SyafiiImam SyafiI berkata: Seandainya diperbolehkan bagi seorang awam untuk mengatakan sesuatu dalam pembahasan ilmu khusus:Kaum muslimin telah bersepakat dulu dan sekarang atas tetapnya khabar wahid (hadis ahad) dan berhenti diatasnya (yaitu menjadikannya sebagai hujjah).[footnoteRef:21] Secara keseluruhan Imam syafi,I berpendapat bahwa hadis ahad bisa dijadikan hujjah baik pada aqidah atau hukum. Berpondasikan firman Allah taala: [21: Asy-SyafiI, Ar-Risalah, Maktabah Sahab, h. 154 ]

Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. dan Barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya Maka sungguhlah Dia telah sesat, sesat yang nyata (QS. Al-Ahzab: 36).

2. Abul-Mudhaffar As-Samany Asy-SyafiIAbul-Mudhaffar berkata: Sesungguhnya hadis , jika benar dari Rasulullah saw dan diriwayatkan oleh para imam yang tsiqah dan orang belakangan mereka menyandarkan kepada orang yang terdahulu mereka hingga keapada rasulullah dan diterima ummat, hadist itu mewajibkan ilmu dalam apa yang berkaitan dengan ilmu. Ini adalah perkataan orang yang menekuni As-sunnah. Sedangkan pendapat yang menyatakan hadis ahad tidak membuahkan ilmu dengan sendirinya adalah pendapat Qadariyah dan Mutazzilah.[footnoteRef:22]Masih banyak nukilan para ulama ahlus sunnah yang senada ( untuk menerima dan mengamalkan hadis ahad dalam perkara aqidah dan keimanan. Baik secara manthuq ataupun secara mafhum seperti Abu Hanifah, Malik bin Anas, Ahmad bin hambal . [22: Risalah Al-Intishaar li- ahlil hadist, yang diringkas oleh as-Suyuthi dalam Shaunul Mantiq wal kalam, h.160-161 ]

3. Kelompok MutazilahKelompok penolak Kehujjahan hadist ahad ialah: mutazilah tidak mau menjadikan hadis ahad sebagai hujjah dalam masalah aqidah. Diantara dalil mutazilah adalah:a. Nabi menolak berita Dzul yadain ketika mengingatkan beliau dalam shalatb. Abu Bakar tidak menerima kabar Muqhirah dalam warisan untuk nenek sebelum ada saksi lain yaitu muhammad bin salamahc. Umar tidak terima hadist Abu Musa tentang izin sebelum ada saksi laind. Aisyah menolsk hadis hukuman siksa bagi orang yang ditangisi keluarganya[footnoteRef:23] [23: Http/tajnash.blogspot.com/2013/09/kehujjahan- hadis- ahad-dalam masalah.html?m=1 ]

Bantahan dari jumhur Ulama secara rinci ialah:a. Sebab Rasulullah tidak menerima kabar Dzul Yadain bukan tidak menerima kabar ahad, diperkirakan tidak mungkin hanya Dzul yadain yang mengetahui kesalahan nabi , sedangkan sangat banyak sahabat lain disanab. Hanya untuk mengetahui adakah orang yang mengatakan tersebutc. Umar hanya melakukan ricek agar para penyampai hadis tidak sembarangand. Aisyah tidak menolak hadis , tetapi menakwilkan maknanya saja bahwa yang dimaksud orang Yahudi bukan orang Islam.[footnoteRef:24] [24: Ibnu Qudamah Al Maqdisi, Raudhah An-Nadhir ala wa junnah Al-Munadhir, ]

D. Kehujjahan Hadist Ahad Dalam Persoalan AqidahKehujjahan Hadis Ahad dalam permasalahan aqidah, yaitu:1. Kelompok Penolak Kehujjahan Hadist AhadPendapat ini bersumber dari mayoritas mutazilah, diantara dalil yang mereka gunakan adalah:a. Firman Allah QS. An-Najm;29:[footnoteRef:25] [25: Ibnu Qudamah Al Maqdisi, Raudhah An-Nadhir ,, ]

Maka berpalinglah (hai Muhammad) dari orang yang berpaling dari peringatan Kami, dan tidak mengingini kecuali kehidupan duniawiMereka menjelaskan ayat ini , Allah melarang kita menjadikan prasangka ( dhann) sebagai hujjah.b. Aqidah adalah sebuah keyakinan , maka untuk menetapkan keyakinan harus dengan dalil yang qatI (yakin)sedangkan hadis ahad hanya berfungsi dhan, tidak yakin.2. Kelompok Pendukung Kehujjahan Hadist AhadIni adalah pendapat Jumhur ulama. Ada beberaaaaaapa dalil kuat yang dijadikan pendapat jumhur ulama, antara lain, sebagai berikut:a. Hadist tentang di utus Muaz ke Yaman. Bahwa Muaz diperintahkan untuk menyampaikan tauhid dulu kemudian baru perkara shalat, zakat dan puasa.Ini sebagai dalil qatI yang me nunjukkan hadis ahad bisa sebagai hujjah.Bila tidak bisa menjadi hujjah maka nabi Muhammad tidak mengutus muaz sendiri.b. Firman Allah QS.al-Maidah: 67:Hai rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.(QS.AL-Maidah:67)[footnoteRef:26] [26: Http/tajnash.blogspot.com/2013/09/kehujjahan- hadis- ahad-dalam masalah.html?m=1]

Adapun Bantahan jumhur ulama terhadap penolakan hadis ahad sebagai hujjah pada aqidah adalah: Banyak ayat lain yang menjelaskan kewajiban menuntut ilmu, meskipun hanya sebagian orang saja yang tersebut dalam QS. At-Taubah 122, juga tentang tidak ada larangan pasti terhadap berita dari orang fasik QS. Al-Hujurat ayat 6, maka dhan pada surah at taubah ayat122 harus ditafsirkan lain seperti wahm.

KESIMPULAN

Dari isi makalah tentang Klasifikasi hadis secara kuantitas dapat disimpulkan bahwa:

1. pembagian lain yang diikuti oleh sebagian ulama, yaitu pembagian hadist secara kuantitas ada 3 macam, yaitu hadist Mutawatir, Hadist Masyhur dan hadist ahad. Ada juga ulama yang membagi hadist berdasarkan kuantitasnya menjadi 2 bagian yaitu hadist mutawatir dan hadist ahad.

2. Menolak hadist mutawatir menyebabkan kafir, menolak hadis ahad berdosa menurut Ulama ahlul sunnah, dan boleh menurut mutazilah

3. Ulama ahlul sunnah mengharuskan kita berhujjah dengan hadis ahad, sedangkan mutazilah tidak membenarkan mengambil hujjah dari hadis ahad secara umum

4. Hadis ahad dapat dijadikan hujjah pada masalah aqidah, sedangkan mutazilah tidak membolehkan dijadikan hujjah untuk aqidah dari hadis ahad.

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Abdurrahman, Pengantar Studi Ilmu Hadist, Jakarta; Pustaka Al-Kautsar, 2005Ahmad Muhammad Syakir ,Syarah Alfiyatus Suyuthy. Muh.Mahfudh At-Tarmusy manhaj Dzawin-nadharAsy-SyafiI, Ar-Risalah, Maktabah Sahab,Abdul Qadir Bin Thaher al-Baghdadi, Al-Farqu Baina al-Firaq, TahqiqFatchur Rahman, Ikhtisar Musththalah Hadist, Bandung; Al-Maarif, 1974Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, jilid 1Ibnu Qudamah Al Maqdisi, Raudhah An-Nadhir ala wa junnah Al-MunadhirIbnu Hazm Al-Andalusi, Al-ihkam fi Ushulul Ahkam, Tahqiq Ahmad Syakir, Beirut: Dar al afaq al-jadidah, cet.pertama, tahun 1400 HHttp/tajnash.blogspot.com/2013/09/kehujjahan- hadis- ahad-dalam masalah.html?m=1Mahmud al-Thahhan, Taisir Musthalah al- Hadits ,Beirut: Dr al-Quran al-Karim, 1399 H/1979 MMuhammad Mahyuddin, Dar al-Marifah, 429 H,Muhammad Ajjaj al-Khatiby, Ujal al-adil, Beirut: Dar al- Fikr, 1981Nawir Yuslem,Ulumul Hadist , Jakarta; Mutiara Sumber Widya, 1998Risalah Al-Intishaar li- ahlil hadist, yang diringkas oleh as-Suyuthi dalam Shaunul Mantiq wal kalamSyaikh Manna Al-Qaththan, Mabahisu fi ulumil Hadist, terjemahan oleh Mifdhol Abdurrahman, Pengantar Studi Ilmu Hadist, Jakarta; Pustaka Al-Kautsar, 2005,

16