31.3.新docx - コピー Word - 31.3.新docx - コピー.docx Created Date 20190320044839Z ...
kjh3.docx
-
Upload
ita-pratiwi -
Category
Documents
-
view
125 -
download
10
Transcript of kjh3.docx
![Page 1: kjh3.docx](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022082317/55cf8e3b550346703b8fe5a5/html5/thumbnails/1.jpg)
DISOSIASI JARINGAN, PENENTUAN JUMLAH DAN VIABILITAS SEL
Oleh :
Nama : Ita Pratiwi KNIM : B1J012042Rombongan : IIKelompok : 3
LAPORAN PRAKTIKUM KULTUR JARINGAN HEWAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGIPURWOKERTO
2014
![Page 2: kjh3.docx](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022082317/55cf8e3b550346703b8fe5a5/html5/thumbnails/2.jpg)
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kultur sel hewan berasal dari eksplan jaringan atau supensi sel sebagai
kultur sel primer yang dapat di subkultur dengan rentang hidup yang terbatas. Sel-
sel mungkin kehilangan beberapa sifat asli mereka karena adanya transformasi.
Banyak cellline yang bersifat aneuploidi dengan materi genetik yang tidak stabil.
Sintesis berbagai bioproduk seperti vaksin, antibody monoklonal, enzim, dan
hormon didapatkan dengan kultur sel sehingga banyak usaha yang dilakukan
untuk mengembangkan dan meningkatkan teknologi kultur sel. Penelitian akan
rmerangsang kemajuan metode kultur sel yang memberikan pemahaman lebih
baik mengenai invasi tumor dan mengungkapkan pentingnya matriks ekstra
seluler untuk pengaturan fisiologis interaksi sel-sel yang tidak dapat diamati
dengan system kultur monolayer atau suspensi. Pengetahuan akan hal ini
membantu untuk meningkatkan aplikasi kultur sel yang digunakan dalam
perawatan klinis seperti halnya untuk penyembuhan luka dengan implantasi
epidermis atau organ cacat seperti hati yang dapat didukung dengan organ
bioartificial yang bersifat sementara (Hülser, 2004).
Kultur Jaringan adalah suatu ungkapan umum yang digunakan untuk
mengisolasi sel, jaringan, atau organ dari hewan dan menempatkan mereka ke
lingkungan buatan untuk pertumbuhannya. Hal ini juga dikenal sebagai teknik
untuk menjaga jaringan hidup dan tumbuh dalam media kultur yang tepat.
Jaringan tumbuh organisme hidup di luar tubuh harus berada dalam media kultur
yang tepat, yang mengandung campuran nutrisi seimbang dalam bentuk padat atau
cair. Kultur sel berasal dari isolasi sel dari hewan atau tumbuhan dan pertumbuhan
![Page 3: kjh3.docx](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022082317/55cf8e3b550346703b8fe5a5/html5/thumbnails/3.jpg)
selanjutnya berada dalam lingkungan buatan yang menguntungkan. Sel-sel dapat
diambil dari jaringan secara langsung dan dipisahkan dengan cara enzimatik atau
mekanis sebelum dikultur (Gibco, 2013).
B. Tujuan
Tujuan dari praktikum disosiasi jaringan, penentuan jumlah dan viabilitas sel
yaitu untuk membekali mahasiswa dengan keterampilan untuk mempersiapkan
kultur primer.
![Page 4: kjh3.docx](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022082317/55cf8e3b550346703b8fe5a5/html5/thumbnails/4.jpg)
![Page 5: kjh3.docx](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022082317/55cf8e3b550346703b8fe5a5/html5/thumbnails/5.jpg)
II. MATERI DAN METODE
A. Materi
Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah alat bedah, cawan
petri, waterbath, tabung sentrifugator, tabung falcon, mikroskop,
haemocytometer, pipet transfer, mikropipet, dan stopwatch.
Bahan–bahan yang digunakan adalah hepar, limfe dan ginjal ikan Nilem,
tripsin-EDTA, alkohol 70%, mediun DMEM, serum, antibiotik, dan Trypan blue.
B. Metode
1. Ikan dilumpuhkan dengan merusak bagian syaraf menggunakan gunting.
Tangan dicuci besih menggunakan sabun hinggga bersih.
2. Bagian abdomen ikan dibersihkan dengan menggunkan tissue yang telah
dibasahi oleh alkohol 70%.
3. Bagian abdomen ikan dibedah dengan menggunakan alat bedah yang telah
disterilisasi, hepar, limfe dan ginjal diangkat dan diletakkan di cawan petri
steril. Handling medium ditambahkan ke dalam cawan petri agar hepar, limfe
dan ginjal tidak mengalami dehidrasi. Proses ini dilakukan dalam kondisi
aseptis di dekat bunsen.
4. Hepar, limfe dan ginjal dipotong hingga berukuran kecil sekitar 1 mm3
kemudian masukan kedalam tabung berisi dissociating medium yang
mengandung 0,025% Tripsin.
5. Tabung dimasukan kedalam waterbath dengan temperatur 37oC selama 15
menit. Setiap 5 menit sekali, tabung diagitasi untuk menghomogenkan.
![Page 6: kjh3.docx](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022082317/55cf8e3b550346703b8fe5a5/html5/thumbnails/6.jpg)
6. Setelah itu tabung disentrifugasi dengan kecepatan 2500 rpm selama 5 menit.
Supernatan dibuang dan tambahkan washing medium yang mengandung
serum kedalam tabung.
7. Natan yang didapat diresuspensi menggunakan washing medium kemudian
sentrifugasi dengan kecepatan 2500 rpm selama 5 menit. Tahap ini diulang
hingga dua kali untuk menghilangkan tripsin.
8. Kepadatan sel dihitung dengan menggunakan haemocytometer.
9. Suspensi sel diambil 9 bagian dan tambahkan 1 bagian trypan blue untuk
mewarnai sel yang mati. Proporsi sel yang hidup dihitung untuk menentukan
viabilitas sel
10. Hasil disosiasi disimpan dalam refrigerator.
![Page 7: kjh3.docx](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022082317/55cf8e3b550346703b8fe5a5/html5/thumbnails/7.jpg)
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Tabel 1. Jumlah dan Viabilitas dari Disosiasi Hepar, Limfe dan Ginjal Ikan Rombongan 1
Jenis Jaringan
Berat Jaringan
(g)
Volume suspensi sel (ml)
Kepadatan (sel/ml)
Jumlah Sel dalam
Suspensi (sel)
Viabilitas (%)
Jumlah sel per gram
Hepar 0,2 1 6,96 x 106 6,96 x 106 38,9 3,48 x 107
Ginjal 0,03 1 2,51 x 106 2,51 x 106 46,215 8,37 x 107
Limfa 0,03 1 1,53 x 106 1,53 x 106 52,77 5,12 x 107
Tabel 1. Jumlah dan Viabilitas dari Disosiasi Hepar, Limfe dan Ginjal Ikan Rombongan 2
Jenis Jaringan
Berat Jaringan
(g)
Volume suspensi sel (ml)
Kepadatan (sel/ml)
Jumlah Sel dalam
Suspensi (sel)
Viabilitas (%)
Jumlah sel per gram
Hepar 0,1 1 2,43 x 107 2,43 x 107 66,46 2,43 x 108
Ginjal 0,03 1 9,75 x 106 9,75 x 106 78 3,25 x 108
Limfa 0,04 1 2,82 x 107 2,82 x 107 70,2 7,05 x 108
Perhitungan :
1. Viabilitas Sel = Jumlah sel hidup/Jumlah sel hidup dan mati X 100 %
= 323/486 x 100 % = 66,46 %
2. Kepadatan Sel = Rata-rata 5 kotak X 2,5.105
= 97,2 x 2,5.105 = 2,43 x 107
3. Sel dalam suspensi = Kepadatan sel x volume suspense
= 2,43 x 107 x 1 mL = 2,43 x 107
4. Jumlah sel per gram jaringan = Jumlah sel/gram jaringan
= 2,43 x 107/0,1 = 2,43 x 108
![Page 8: kjh3.docx](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022082317/55cf8e3b550346703b8fe5a5/html5/thumbnails/8.jpg)
Gambar 1. Jaringan Hepar Hasil Disosiasi
![Page 9: kjh3.docx](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022082317/55cf8e3b550346703b8fe5a5/html5/thumbnails/9.jpg)
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan bahwa rombongan 1 kelompok 1
mendapatkan kepadatan sel 6,96 x 106 dengan viabilitas 38,9 %, kelempok 2
mendapatkan kepadatan sel 2,51 x 106 dengan viabilitas 46,215 %, dan kelempok
3 mendapatkan kepadatan sel 1,53 x 106 dengan viabilitas 52,77 %. Hasil
rombongan 2 kelompok 1 mendapatkan kepadatan sel 2,43 x 107 dengan viabilitas
66,46 %, kelempok 2 mendapatkan kepadatan sel 9,75 x 106 dengan viabilitas 78
%, dan kelempok 3 mendapatkan kepadatan sel 2,82 x 107dengan viabilitas 70,2
%. Viabilitas sel dari semua kelompok tidak sesuai dengan pustaka yaitu viabilitas
sel paling sedikit 95% (Gibco, 2013). Jumlah sel yang didapatkan ketiganya tidak
sesuai dengan pustaka yaitu jumlah sel hasil disosiasi hepar ikan forel yaitu
2,92x106 (Klaunigetal., 1985). Adanya perbedaan antara rombongan 1 dan 2
dimugkikan karena perbedaan medium basal yang digunakan serta septisitas saat
kerja.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Duncan et al. (2010) menyebutkan
hepatosit primer diisolasi dengan dua langkah kolagenase perfusi 11 dan kultur
hepatosit diisolasi dengan tripsinisasi. Protokol rinci dijelaskan untuk
isolasi/analisis populasi ploidi hepatosit dengan sitometri. FACS (fluorescence
activated cell sorting) dimurnikan dari hepatosit tikus tua 3-6 bulan yang diambil
jumlah sel yaitu 1000-2000 sel/cm2. Sel awalnya diinkubasi dalam media kultur
hepatosit mengandung DMEM dengan 4,5g/l glukosa (HyClone), 10% FBS
(HyClone), asam amino nonesensial (Cellgro) dan antibiotic anti mycotic
(Cellgro). Setelah 24 jam, medium kultur diganti dengan medium SUM3
ditambah dengan 0,5% FBS. Sel dikultur untuk interval di definisikan.
![Page 10: kjh3.docx](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022082317/55cf8e3b550346703b8fe5a5/html5/thumbnails/10.jpg)
Media yang digunakan adalah handling medium yang meliputi media dasar
(DMEM) dan antibiotic yang dapat berupa streptomycin atau penicillin. Media
yang digunakan untuk tripsinasi berupa media yang mengandung tripsin.Washing
medium yaitu media dasar (DMEM) yang ditambahkan antiobiotik dan serum
yang biasanya berupa fetal bovine serum (Hülser, 2004). Disosiasi dari jaringan
ke suspense sel tunggal membutuhkan sebuah disosiasi atau penghancuran
matriks ekstra seluler (stroma). Metode yang digunakan bergantung pada
komposisi dari stroma. Parameter-parameter lain, jenis, kualitas, dan kuantitas sel
juga harus diperhatikan. Penggunaan enzim hidrolitik akan mengubah kondisi
ekstraseluler sel (Krause, 1973).
Penghitungan jumlah sel sangat penting dilakukan untuk memonitor
pertumbuhan dalam pengaturan kultur sel dengan jumlah yang diketahui.
Hemositometer merupakan alat yang biasa digunakan dalam perhitungan juumlah
sel dan dalam menentukan viabilitas sel. Hemositometer adalah slide kaca cukup
tebal dengan dua tempat untuk menghitung. Setiap 9 kotak memiliki volume
0,0001mL. Hemositometers sangat baik untuk menentukan viabilitas sel, tetapi
tidak tepat untuk menentukan jumlah sel karena jumlah yang sel yang relative
rendah. Penghitungan otomatis akan menghasilkan data yang paling dapat
diandalkan, terutama bila digunakan dalam kombinasi dengan data viabilitas dari
hemositometer (Freshney, 2011).
Tes viabilitas sel (yaitu penentuan jumlah sel-sel yang hidup dalam
sampel), yang berguna ketika sel yang tidak membelah (seperti sel primer)
terisolasi dan dipelihara dalam kultur, hal ini membantu untuk menentukan
kondisi kultur yang optimal. Metode yang paling berguna dan mudah untuk
![Page 11: kjh3.docx](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022082317/55cf8e3b550346703b8fe5a5/html5/thumbnails/11.jpg)
menentukan jumlah sel yang viable adalah untuk pewarna sel dengan pewarna
seperti Trypan blue dan menghitungnya dengan hemositometer (seperti
hemositometer Neubauer). Pewarna ini memungkinkan untuk membedakan antara
sel-sel hidup dengan tanpa tidak menyerap warna dan yang tidak hidup (berwarna
biru) (Acea, 2013).
Viabilitas tes mengukur jumlah sel yang viable dalam suatu populasi.
Kombinasi viabilitas dengan jumlah sel yang mana jumlah sel yang viable
memberikan indikasi yang akurat tentang sel kultur yang baik. Metode yang
paling umum dan cepat berdasarkan integritas membrane sel sebagai indicator
viabilitas sel. Trypan blue dan erythrosin B tidak diserap oleh sel-sel yang viable
(Freshney, 2011). Menurut Coder (1997), viabilitas sel dapat ditentukan dari
perubahan morfologi atau oleh perubahan pada permeabilitas membrane terhadap
penyerapan zat warna tertentu. Untuk menghitung viabilitas sel dapat dilakukan
dengan bantuan mikroskop dengan cara menandai sel yang tidak viable. Pewarna
yang dapat digunakan adalah typan blue. Sel yang viabel memiliki membran utuh
dan akan melarang baahan pewarna masuk ke dalam sel sehingga sel tidak
terwarnai sedangkan sel yang tidak viabel akan terwarnai oleh zat pewarna.
![Page 12: kjh3.docx](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022082317/55cf8e3b550346703b8fe5a5/html5/thumbnails/12.jpg)
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum disosiasi jaringan, penentuan jumlah dan
viabilitas sel dapat disimpulkan bahwa :
1. Hasil disosiasi jaringan hepar kelompok 3 dengan berat 0,1 gram
mendapatkan kepadatan sel 2,43 x 107 sel/mL dengan viabilitas sel sebesar
66,46 %, jumlah sel dalam suspense adalah 2,43 x 107 sel/mL dan jumlah
sel/gram sebesar 2,43 x 108 sel/gram.
B. Saran
Saat melakukan persiapan kultur primer aseptisitas harus dijaga agar tidak
terjadi kontaminasi dan agar viabiltas sel yang didapatkan pun tinggi sehingga
dapat digunakan untuk kultur. Saat melakukan perhitungan sel yang hidup dan
mati pun harus lebih teliti agar data yang didapatkan lebih akurat.
![Page 13: kjh3.docx](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022082317/55cf8e3b550346703b8fe5a5/html5/thumbnails/13.jpg)
DAFTAR REFERENSI
Acea. 2013. Culture and Monitoring of Animal Cells Basic Techniques.ACEA Biosciences, Inc. USA.
Coder, D.M. 1997. Assessment of Cell Viability. Current Protocols in Cytometry (1997) 9.2.1-9.2.14. Copyright © 1997 by John Wiley & Sons, Inc.
Duncan, W. Andrew, M. H. Taylor, R. D. Hickey, A. E. H. Newell, M. L. Lenzi, S. B. Olson, M. J. Finegold, M.Grompe. 2010. The Ploidy Conveyor of Mature Hepatocytes as A Source of Genetic Variation. Journal of Medical Genetics467(7316): 707–710. DOI:10.1038/nature09414.
Freshney, R. 2011. Animal Cell Culture Basics: Tips and Techniques for Continuous Cell Lines.ATCC.10801 University Blvd. Manassas, Virginia.
Gibco. 2013. Cell Culture Basics. Life Technologies Corporation. Indonesia.
Hülser, F. Dieter. 2004. Brain Tumour Development and Invasion. Int. J. Dev. Biol. 48: 497-508 (2004).
Klaunig, J. E., Ruch R. J., Goldblatt P. J. 1985. Trout Hepatocyte Culture: Isolation and Primary Culture. In Vitro Cell Dev Biol. 1985 Apr;21(4):221-8.
Krause, F. Paul. 1973. Tissue Culture : Methods and Aplications. Academic Press Inc. USA.