Kinetika Reaksi
-
Upload
vina-damayanti-anshori -
Category
Documents
-
view
298 -
download
18
description
Transcript of Kinetika Reaksi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Tidak dipungkiri bahwa disekitar kita banyak terdapat zat-zat kimia. Zat-zat
kimia tersebut terdiri dari berbagai unsur yang memiliki sifat khasnya tersendiri.
Setiap unsur berkoloni membentuk karakteristik dan sifat yang berbeda-beda. Dari
mulai kereaktifan, titik didih, titik beku dan lain sebagainnya. Secara alamiah atau
secara buatan, senyawa- senyawa kimia tersebut bereaksi.
Salah satu cabang Ilmu Kinetika Kimia membahas hubungan senyawa-
senyawa yang bereaksi dari segi laju reaksinya. Kinetika Kimia adalah salah satu
cabang ilmu kimia fisika yang mempelajari laju reaksi dimana seberapa cepat atau
lambat reaksi berlagsung.
Sebagai contoh dilingkungan sekitar, yaitu membahas seberapa cepat reaksi
pemusnahan ozon di atmosfer Bumi, suatu enin berakasi dalam tubuh atau
sebagainnya.Kinetika kimi menjadi sangat penting.
Dalam makalah ini menjelaskan mengenai konsep – konsep kinetika kimia
tersebut.. Kinetika kimia juga membahas tentang konsep – konsep kinetika seperti :
hukum laju,orde reaksi,tetapan kelajuan, kemolekulan , dan faktor yang
menyebabkan laju reaksi.Dalam makalah ini juga menjelaskan persamaan laju
reaksi,persamaan laju reaksi adalah persamaan matematika yang dipegunakan dalam
kinetika kimia yang menghubungkan antara laju reaksi dengan konsentrasi reaktan.
1.2 TUJUAN
Terbentuknya gagasan makalah ini dikarenakan tugas yang diberikan oleh
dosen pembimbing mata kuliah dasar “Kimia Fisika”. Namun, besar harapan penulis
bahwa makalah ini memberikan manfaat yang aplikastif di masyarakat.
1 | K i n e t i k a R e a k s i
BAB II
TEORI DASAR
Kinetika kimia adalah suatu cabang ilmu kimia fisik yakni suatu ilmu yang
membahas tentang laju (kecepatan) dan mekanisme reaksifaktor-faktor yang
mempengaruhinya serta penjelasan hubungannya terhadap mekanisme reaksi. Dalam
prakteknya laju reaksi yang ditentukan adalah laju rata-rata reaksi dari sejumlah
besar molekul. Cepat lambatnya suatu reaksi berlangsung disebut laju reaksi. Laju
reaksi dapat dinyatakan sebagai perubahan konsentrasi pereaksi atau hasil reaksi
persatuan waktu. Kinetika kimia disebut juga dinamika kimia, karena adanya
gerakan molekul, elemen atau ion dalam mekanisme reaksi dan laju reaksi sebagai
fungsi waktu. Syarat untuk terjadinya suatu reaksi kimia bila terjadi penurunan
energi bebas (∆ G < 0).
Laju reaksi dinyatakan sebagai perubahan konsentrasi atau tekanan dari
produk atau reaktan terhadap waktu. Secara kuantitatif, kecepatan reaksi kimia
ditentukan oleh orde reaksi, yaitu jumlah dari eksponen konsentrasi pada persamaan
kecepatan reaksi. Laju menyatakan seberapa cepat atau seberapa lambat suatu proses
berlangsung. Laju juga menyatakan besarnya perubahan yang terjadi dalam satu
satua waktu.
Reaksi kimia adalah proses perubahan zat pereaksi menjadi produk. Seiring
dengan bertambahnya waktu reaksi, maka jumlah zat peraksi semakin sedikit,
sedangkan produk semakin banyak. Laju reaksi dinyatakan sebagai laju
berkurangnya pereaksi atau laju terbentuknya produk.
Termodinamika dapat memberikan informasi mengenai mekanisme reaksi,
sedangkan kinematika kimia banyak digunakan untuk meramalkan dapat atau tidak
reaksi berlangsung atau membuktikan kebenaran dari langkah reaksi dalam bentuk
mekanisme. Sifat-sifat kinetik dapat diramalkan dari teori kinetik yang berdasarkan
teori kuantum dan mekanika statistik. Oleh karena itu kesukaran dalam variasi waktu
menjadi komplek, terutama pada penyebaran energi yang tidak berada dalam
keseimbangan akan mendapat kesukaran yang sangat besar juga pada perkembangan
teori dasar kinetika kimia. Beberapa pendekatan teori mekanisme masih sepenuhnya
tergantung dari hasil kerja percobaan yang dilakukan.
2 | K i n e t i k a R e a k s i
2.1 JENIS REAKSI KIMIA
Sebelum membahas lebih jauh mengenai laju reaksi, terlebih dahulu kita
mengenal macam-macam rekasi kimia guna mempelajari laju yang terjadi
didalamnya.
Beberapa macam penggolongan reaksi:
1. Berdasarkan banyaknya fase yang terlibat dalam sistem reaksi
a. Reaksi homogen
Yakni sistem reaksi dengan fase tunggal.
Berupa reaksi homogen fase gas atau reaksi homogen fase cair.
Reaksi terjadi di seluruh bagian fase
b. Reaksi heterogen
Yakni sistem reaksi yang mengandung lebih dari 1 (satu) fase.
Reaksi terjadi di permukaan antar fase
Contoh: sistem gas-padat, gas-cair, cair-padat, gas-cair-padat
2. Berdasarkan keberadaan atau penggunaan katalis
a. Reaksi katalitik
Yakni sistem reaksi yang menggunakan peran katalis atau katalisator.
Ada 2 macam, yakni reaksi katalitik homogen (jika fase katalis = fase
reaksi) dan reaksi katalitik heterogen (jika fase katalis ≠ fase reaksi).
b. Reaksi non-katalitik
Yakni sistem reaksi yang tidak menggunakan peran katalis.
3. Berdasarkan mekanisme atau kompleksitasnya
a. Reaksi sederhana (reaksi tunggal searah atau ireversibel)
b. Reaksi kompleks (reaksi bolak-balik atau reversibel, reaksi seri atau
konsekutif atau berurutan, reaksi paralel, reaksi seri-paralel, reaksi rantai,
reaksi polimerisasi)
4. Berdasarkan kemolekulan reaksinya
Reaksi unimolekuler, reaksi bimolekuler, reaksi trimolekuler atau termolekuler
5. Berdasarkan orde reaksinya
Reaksi berorde bilangan bulat, reaksi berorde bilangan pecahan
6. Berdasarkan jenis pengoperasian reaktornya
a. Reaksi pada sistem reaktor batch
3 | K i n e t i k a R e a k s i
b. Reaksi pada sistem reaktor alir atau kontinyu (reaktor alir tangki
berpengaduk, reactor alir pipa).
7. Berdasarkan prosesnya (kondisi prosesnya)
a. Reaksi isotermal (pada volume tetap, pada tekanan tetap)
b. Reaksi adiabatik
c. Reaksi non-isotermal non-adiabatik
8. Berdasarkan arah reaksinya
a. Reaksi reversibel (bolak-balik)
Reaksi reversibel merupakan reaksi bolak-balik; dalam hal ini terjadi
kesetimbangan.
b. Reaksi ireversibel (searah)
Reaksi ireversibel merupakan reaksi satu arah; tidak ada keadaan
setimbang, meskipun sesungguhnya tidak ada reaksi kimia yang betul-betul
tidak dapat balik. Banyak kasus kesetimbangan berada sangat jauh di kanan
sedemikian sehingga dianggap ireversibel.
2.2 LAJU REAKSI
Laju reaksi adalah perubahan konsentrasi pereaksi atupun produk dalam
satuan waktu. Laju suatu reaksi dapat dinyatakan sebagai laju berkurangnya
konsentrasi suatu pereaksi atau laju bertambahnya konsentrasi suatu produk.
Konsentrasi biasanya dinyatakan dalam mol per liter, tetapi untuk reaksi fase gas,
satuan tekanan atmosfer, millimeter merkurium, atau pascal, dapat digunakan
sebagai ganti konsentrasi.
2.3 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAJU REAKSI
Ada sejumlah variabel yang mempengaruhi laju reaksi, yang utamanya
adalah sebagai berikut :
4 | K i n e t i k a R e a k s i
2.3.1 Konsentrasi
Paling sedikit ada satu reaktan dalam suatu reaksi. Untuk
terbentuknya suatu produk akibat reaksi katalisis atau autokatalisis. Adakala
suatu produk boleh menghambat suatu reaksi, hal ini tidak diinginkan, karena
reaksi tidak menyajikan hasil yang sempurna.Suatu katalis dapat
mempengaruhi laju reaksi. Salah satunya membuat semua usaha untuk
mengetahui apakah suatu katalis penting adanya. Pengaruh pengotoran tidak
dapat diperhitungkan tanpa pengontrolan percobaan.
2.3.2 Kondisi Fisika
Suhu dan tekanan mempengaruhi laju reaksi.Kedua-duanya biasanya
dijaga konstan.
2.3.3 Intensitas Radiasi
Sinar matahari atau sinar lampu juga dapat mempengaruhi laju reaksi.
Umumnya pengaruh ini sedikit diperhatikan hanya untuk mempelajari
pengaruh fotokimia. Kekuatan sinar di dalam spektrofotometri yang
menggunakan sinar monokromatik tidak diharapkan. Tetapi jika berkas sinar
putih jatuh lurus ke atas sampel seperti didalam dioda spektrofotometer perlu
diperhatikan.
2.3.4 Sifat-Sifat Pelarut
Laju reaksi tergantung dari kepolaran pelarut, viskositas, jumlah
donor elektron, dan sebagainya. Penambahan suatu elektrolit dapat
memperkecil atau menaikkan suatu laju reaksi (pengaruh aram), dan
demikian pula adanya buffer.
2.4 PENETAPAN HUKUM-HUKUM LAJU ATAU TETAPAN LAJU
Suatu persamaan yang memerikan hubungan antara laju reaksi dengan
konsentrasi pereaksi disebut persaman laju atau hukum laju. Tetapan kesebandingan
k dirujuk sebagai tetapan laju untuk suatu reaksi tertentu. Karena konsentrasi
pereaksi berkurang dengan berlangsungnya reaksi. Tetapi tetapan laju k tetap tak
berubah sepanjang perjalanan reaksi. Jadi laju reaksii memberikan suatu ukuran yang
memudahkan bagi kecepatan reaksi. Makin cepat reaksi makin besar harga k, makin
lambat reaksi, makin kecil harga k itu.
5 | K i n e t i k a R e a k s i
2.5 ORDE REAKSI
Orde suatu reaksi ialah jumlah semua eksponen (dari konsentrasi dalam
persamaan laju. Orde reaksi juga menyatakan besarnya pengaruh konsentrasi reaktan
(pereaksi) terhadap laju reaksi. Jika laju suatu reaksi berbanding lurus dengan
pangkat satu konsentrasi dari hanya satu pereaksi.
2.6 METODE PENENTUAN HUKUM LAJU REAKSI
2.6.1 Metode Isolasi
Untuk menentukan reaksi yang melibatkan lebih dari satu reaktan,
kita dapat menentukan laju dengan mengukur ketergantungan laju reaksi
terhadap konsentrasi masing masing reaktan,satu per satu. Kita buat semua
konsentrasi sama kecuali satu reaktan dan kita catat laju reaksi sebagai fungsi
dari konsentrasi tersebut. Jadi dari ketergantungan yang teramati ini kita
mengetahui orde dalam reaktan tersebut. Prosedur yang sama juga berlaku
untuk reaktan berikutnya,dan seterusnya.
2.6.2 Metode Grafik
Bentuk persamaan integrasi dapat diatur dalam bentuk persamaan
garis lurus y = mx + c. Contohnya :
Order Equation
0 x = kt
1
2
3
….
N
Untuk mengetahui orde reaksi, disisi lain ketika membuat plot
terhadap waktu, seharusnya membentuk garis lurus. Dengan demikian sebuah
6 | K i n e t i k a R e a k s i
plot (1/a-x) versus waktu adalah berupa garis lurus, artinya reaksi terjadi pada
orde kedua.Metode ini simple dan akurat dan diterapkan secara umum untuk
pencarian orde reaksi. Metode ini juga sangat bermanfaat, karena tetapan
konstan untuk reaksi dapat dievaluasi dengan slope garis lurus dan jika
konsentrasi awal reaktan tidak diketahui, dapat dijelaskan dengan pertolongan
intercept.
2.6.3 Metode Waktu Paruh
Waktu paruh sangat bergantung pada konsentrasi awal dalam sebuah
reaksi.Secara umum dapat disimpulkan bahwa :
Jika dan adalah konsentrasi awal reaktan dalam dua percobaan
reaksi yang sama dan (t1/2)1 dan (t1/2)2berhubungan dengan waktu paruh,
kemudian
dan
Atau
Persamaan (4.c.5) dapat dinyatakan dalam bentuk logaritma di dua
sisi, sehingga persamaan menjadi
7 | K i n e t i k a R e a k s i
Orde mungkin dihitung dengan bantuan persamaan diatas. Sebuah
plot logaritme rasio waktu paruh versus rasio konsentrasi awal akan menjadi
linear melewati tempat asal dengan sebuah slope sampai (n-1) dan orde reaksi
dapat didapatkan dari slopenya.
2.6.4 Metode Integrasi
Metode ini Integrasi mencocokkan persamaan laju reaksi dengan data
hasil percobaan. Dengan metode integral ini:
Pada sistem konstan volume, persamaan kecepatan reaksi penghilang
reaktan akan mengikut bentuk:
Atau pada kasus yang lebih terbatas dapat dituliskan sebagai
Persamaan diatas disusun ulang menjadi
Kemudian diintegrasikan menjadi
Fungsi konsentrasi proporsional dengan waktu dan diplot sehingga
menghasilkan garis lurus dengan slope k untuk persamaan kecepatan reaksi
yang diuji.
2.7 HUKUM LAJU TERINTEGRASI
2.7.1 Reaksi orde ke-nol
Suatu reaksi kimia dikatakan mempunyai orde nol, jika besarnya laju
reaksi tersebut tidak dipengaruhi oleh konsentrasi pereaksi. Artinya,
seberapapun peningkatan konsentrasi pereaksi tidak akan mempengaruhi
besarnya laju reaksi.
8 | K i n e t i k a R e a k s i
Anggaplah sebuah reaksi : A Produk
Karena laju reaksi tetap sama , maka:
Pada ekspresi integrasi :
Sehingga kita dapatkan :
x = kt+z
Nilai konstanta z bisa kita tetapkan dengan membuat kondisi dimana
x=0 dan t=0, sehingga nilai z itu sendiri menjadi 0. Selanjutnya persamaan
laju menjadi :
x = kt atau k =
yang memberikan satuan tetapan laju sebagai mol dm-3sec-1atau conc(time)-1
2.7.2 Reaksi orde pertama
Suatu reaksi kimia dikatakan mempunyai orde satu, apabila
besarnya laju reaksi berbanding lurus dengan besarnya konsentrasi pereaksi.
Artinya, jika konsentrasi pereaksi dinaikkan dua kali semula, maka laju
reaksi juga akan meningkat besarnya sebanyak 1 atau 2 kali semula
juga. Secara grafik, reaksi orde satu dapat digambarkan seperti terlihat pada
gambar
9 | K i n e t i k a R e a k s i
Hukum laju orde pertama untuk konsumsi reaktan A adalah :
Persamaan ini ditata ulang menjadi :
Yang dapat diintegrasikan secara langsung . Karena awalnya (pada
t=0) konsentrasi A adalah [A]o maka pada waktu t, konsentrasinya adalah [A],
kita menuliskan :
Dan memperoleh :
[A] = [A]o e-kT
Kedua persamaan ini merupakan versi dari hukum laju
terintegrasiyaitu bentuk terintegrasi dari persamaan laju.
2.7.3 Reaksi orde kedua
Jika hukum laju adalah adalah :
Maka integrasi yang diperlukan adalah :
10 | K i n e t i k a R e a k s i
Yang dievaluasikan menjadi:
Dan ditata ulang menjadi :
Persamaan (5.c.26) menunjukkan bahwa untuk menguji reaksi orde
kedua, kita harus mengalurkan 1/[A] terhadap t dan mengharapkan hasilnya
berupa garis lurus. Jika grafik itu garis lurus, maka reaksi itu orde kedua
terhadap A dan kemiringannya sama dengan konstanta laju.
2.7.4 Reaksi orde ke-3
11 | K i n e t i k a R e a k s i
2.7.5 Reaksi Orde Pseudo
Apabila konsentrasi dari satu atau dua zat dalam reaksi terjadi
kelajuan penurunan/pertambahan yang konstan, zat tersebut dapat
dimasukkan pada nilai konstan laju k. Reaksi ini dapat dimasukkan ke reaksi
orde bawahnya. Reaksi ini disebut reaksi orde pseudo ke n, dimana n adalah
jumlah dari eksponen dari konsentrasi yang berubah selama reaksi.
Misalkan reaksi pencampuran aldehid dengan bromide pada larutan
akuades, dimana reaksi ini mengikuti orde kedua :
Br2 + CH3CHO + H2O CH3COOH + 2H+ + 2Br–
Laju reaksi penurunan konsentrasi Br2 adalah
−d [Br2 ]dt
=k2 [CH3CHO ] [Br2 ]
Apabila konsentrasi aldehid (CH3CHO) kelebihan, maka konsentrasi
aldehid konstan sehingga reaksi dianggap sebagai reaksi pseudo orde
pertama. Persamaannya lajunya berubah menjadi
−d [Br2 ]dt
=k1 [Br2 ]
Dimana k 1=k2 [C H3CHO ]
2.8 WAKTU PARUH
Waktu paruh suatu reaksi, t adalah waktu yang diperlukan agar konsentrasi
reaktan turun menjadi setengah dari konsentrasi awalnya.Waktu paruh bergantung
pada konsentrasi awal zat, secara khas untuk reaksi dengan orde yang berlainan.
2.8.1 Orde 0
Waktu paruh pada orde 0 dapat dihitung dengan bantuan persamaan
(..), ambil t=t1/2 dan x=a/2 sehingga
t1/2=
Dengan demikian waktu paruh orde 0 secara langsung proporsional
dengan konsentrasi awal pada reaktan.
12 | K i n e t i k a R e a k s i
2.8.2 Orde 1
Waktu untuk pengurangan [A] dari [Ao] menjadi Ao dalam reaksi
orde pertama dinyatakan dengan
Sehingga
Hal utama yang harus diperhatikan mengenai hasil ini adalah untuk
reaksi orde pertama, waktu paruh reaktan tidak bergantung pada konsentrasi
awal. Jadi, jika konsentrasi A pada suatu tahap sembarang reaksi adalah [A,
maka setelah selang waktu , konsentrasinya akan menurun menjadi ½
A.
2.8.3 Orde 2
Untuk reaksi orde dua, kita dapat menggunakan persamaan untuk
mencari waktu paruhnya, dengan menggantikan t = t dan [A] = ½ [A]o.
Substitusi ini akan menghasilkan
Pada orde ini, waktu paruh sangat bergantung pada konsentrasi awal,
makin besar konsentrasi awal tersebut maka makin sedikit waktu yang
dibutuhkan agar konsentrasinya turun menjadi separuh nilai awalnya. Waktu
untuk pengurangan dari ½ [A]0menjadi 1/4 [A]0, dua kali lebih lama, daripada
waktu untuk pengurangan dari [A]0menjadi 1/2 [A]0.
2.9 PERSAMAAN ARRHENIUS
Ketergantungan konstanta laju reaksi terhadap suhu dapat dinyatakan dengan
persamaan berikut, yang dikenal sebagai persamaan Arhenius :
Dimana Ea adalah energy aktivasi dari reaksi (dalam kilojoule per mol),
Radalah konstanta gas (8,314J/K.mol), T adalah suhu mutlak, dan e adalah basis dari
13 | K i n e t i k a R e a k s i
skala logaritma natural.Besaran A menyatakan frekuensi tumbukan dan dinamakan
factor frekuensi.Faktor ini dapat dianggap sebagai konstanta tertentu dalam kisaran
suhu yang cukup lebar. Persamaan (8.1) menunjukkan bahwa jika konstanta laju
berbanding lurus dengan A dan, dengan begitu, berbanding lurus dengan frekuensi
tumbukan. Selain itu , tanda minus pada eksponen Ea/RT menunjukkan bahwa
konstanta laju menurun dengan meningkatnya suhu. Persamaan ini dapat dinyatakan
dengan dalam bentuk yang lebih baik dengan menghitung logaritma natural dkeidua
sisi :
Persamaan ini dapat diubah ke bentuk persamaan linear :
y = m x + b
Jadi plot ln k terhadap 1/T menghasilkan garis lurus yang kemiringannya m
sama dengan –Ea/R dan titik potong b dengan sumbu y adalah ln A.
Persamaan yang menghubungkan konstanta laju k1dan k2pada suhu T1 dan T2
dapat diguakan untuk menghitung energy aktivasi atau untuk menentukan konstanta
laju pada suhu lain jika energy aktivasinya diketahui. Untuk menurunkan persamaan
seperti itu kita mulai dengan persamaan:
Dengan mengurangkan ln k2 dan ln k1dihasilkan
Tabel Ringkasan dari Kinetika Reaksi Orde Pertama dan Kedua
14 | K i n e t i k a R e a k s i
Orde Hukum LajuHukum Laju
Intergrasi
Waktu
Paruh
Satuan konstanta laju
0 Laju = k [A]t=[A]0-kt mol liter-1 det-1
1 Laju = k[A]ln[A]t=ln[A]0-kt
det-1
2 Laju = k[A]2liter mol-1 det-1
2.10 PERSAMAAN KECEPATAN
2.10.1 Persamaan Kecepatan Reaksi Empiris Orde n
Persamaan kecepatan reaksi pada reaksi irreversible pada volume
konstan adalah :
(−r A )=−d [A ]dt
=k [A ]n
Konsentrasi A awal (A0) dan A setelah reaksi dapat dihitung dengan
persamaan :
[A ]1−n−[ A0 ]1−n= (n−1 ) kt
Apabila diketahui fraksi dari A (XA) maka persamaan diatas dapat
diubah menjadi :
(−r A )= [A0 ]d X Adt
=k [A0 ]n ( 1−X A )n
(1−X A )n−1=k [ A0 ]n−1 (1−n ) t❑
2.10.2 Kecepatan Reaksi Pada Reaksi Irreversibel Bertahap
Jika reaksinya , maka untuk menghitung
kecepatan reaksi apabila volume konstan, dapat menggunakan persamaan
berikut :
(−r A )=−d [A ]dt
=k1 [A ]
(−r B )net=−d [B ]dt
=k2 [B ]−k1 [A ]
(+rC )=d [C ]dt
=k2 [B ]
15 | K i n e t i k a R e a k s i
Apabila digambarkan reaksinya pada grafik maka, konsentrasi A
berkurang dan konsentrasi C bertambah. Sementara itu konsentrasi B
bertambah hingga titik puncaknya lalu berkurang.
Konsentrasi dari A, B, dan C dapat dihitung dengan persamaan :
[A ]=[ A0 ]e−k1 t
[B ]=k1 [ A0 ]k2−k1
(e−k1 t−e−k2 t )
[C ]=[A0 ] {1+k 1
k2−k1
e−k2 t−k2
k2−k1
(e−k1 t )}Konsentrasi B maksimum dapat ditentukan dengan persamaan :
tmaks=
ln( k2
k1)
k 2−k1
[B ]maks=[A0 ]( k1
k2)(
k2
k2−k1)
2.10.3 Kecepatan Reaksi Pada Reaksi Reversibel Orde Pertama
Jika reaksinya , maka untuk menghitung kecepatan reaksi
apabila volume konstan, dapat menggunakan persamaan berikut :
(−r A )=d [A ]dt
=k1 [A ]−k2 [B ]
Konsentrasi A dan B dapat dihitung dengan menggunakan persamaan
[B ]−[B0 ]=[ A0 ]−[A ]
16 | K i n e t i k a R e a k s i
−ln{( k1
k2
+1) [A ]−( [A0 ]−[B0 ] )
( k1
k2[A0 ]+[B0 ]) }=(k 1+k2 )t
Pada kondisi setimbang, kecepatan reaksi nol. Sehingga
k 1 [A ]ek=k2 [B ]ekSehingga persamaan berubah menjadi
−ln{( [B ]ek[A ]ek
+1) [A ]−([ A0 ]−[B0 ] )
( [B ]ek[A ]ek
[A0 ]+[B0 ]) }=(k1+k 2 )t
2.10.4 Kecepatan Reaksi Pada Reaksi Reversibel Orde Kedua
Apabila [A0] = [B0] dan [C0] = [D0] = 0 pada reaksi ,
kecepatan reaksinya pada volume konstan adalah
(−r A )=d [A ]dt
=[A0 ]d X Adt
=k1 [A ]2−k2 [C ]2=k1 [ A0 ]2 (1−X A )2−k2
k1
X A2
Dimana XA = 0 pada t = 0. Pada kondisi setimbang, persamaan
berubah menjadi
ln {X Aek−(2 X Aek−1 ) X AX Aek−X A }=2k1 [A0 ]( 1
X Aek−1)t
Persamaan kecepatan reaksi pada reaksi reversible lainnya dapat dilihat di table
bawah ini
17 | K i n e t i k a R e a k s i
2.10.5 Kecepatan Reaksi Pada Reaksi Reversibel (Umum)
Secara umum kecepatan reaksi pada reaksi reversible dapat
digambarkan pada persamaan berikut :
(−r A )=d [A ]dt
=k1
[A ](1+k2 [A ])
2.10.6 Kecepatan Reaksi Pada Reaksi Ireversibel Simultan
Apabila reaksinya :
Maka persamaan kecepatan reaksinya
(−r A )=−d [A ]dt
=(k1+k 2 ) [ A ]
(+r B )=d [B ]dt
=k1 [ A ]
18 | K i n e t i k a R e a k s i
(+rC )=d [C ]dt
=k2 [A ]
Konsentrasi A, B, dan C dapat ditentukan dengan persamaan :
[A ]=[ A0 ]e−(k1+k2 ) t
[B ]=k1 [ A0 ]k1+k 2
(1−e−(k1+ k2) t )
[C ]=k2 [ A0 ]k1+k2
(1−e−(k1+k2 ) t )
2.11 REAKSI ELEMENTER
2.11.1 Pengertian
Mekanisme reaksi adalah kumpulan dari beberapa langkah reaksi
membentuk reaksi keseluruhan. Kandungan setiap langkah dari mekanisme
kesatuan reaksi disebut reaksi elementer, yang terdiri dari beberapa reaksi
sederhana. Suatu reaksi elementer menyajikan suatu proses pada tingkat
molekul, dapat pula dinyatakan sebagai molekularitas reaksi. Terdiri dari
sejumlah spesi terlibat dalam reaksi yang datang bersamaan membentuk
keadaan kritis, keadaan transisi. Umumnya, reaksi elementer adalah
bermolekul satu atau bermolekul dua, tergantung pada keterlibatannya dalam
reaksi, apakah berspesi satu atau dua. Kadang-kadang terjadi dari tiga
molekul, terutama antara beberapa atom atau molekul kecil dalam fasa gas.
Reaksi larutan dapat terjadi, tetapi sebenarnya adalah reaksi antara dua
molekul.
2.11.2 Molekular Reaksi
Molekularitas dari reaksi elementer adalah sejumlah molekul yang
berkumpul untuk bereaksi dalam reaksi elementer. Dengan demikian,
19 | K i n e t i k a R e a k s i
2.12 LAJU REAKSI ELEMENTER
2.12.1 Hukum laju reaksi dasar unimolecular adalah orde pertama dalam
reaktan
Reaksi unimolecular adalah orde pertama karena jumlah A molekul
yang meluruh dalam interval pendek sebanding dengan jumlah yang tersedia
untuk peluruhan. Oleh karena itu laju dekomposisi A sebanding dengan
konsentrasi molarnya.
2.12.2 Reaksi Bimolekular Elementry memiliki hukum laju orde kedua
Reaksi Bimolekular adalah orde kedua karena laju sebanding dengan
tingkat di mana spesies reaktan bertemu, yang pada akhirnya sebanding
dengan konsentrasinya.
2.13 REAKSI INTERMEDIET
Beberapa reaksi dilanjutkan melalui pembentukan intermediate (I),
seperti dalam reaksi unimolecular berturut-turut:
20 | K i n e t i k a R e a k s i
satu molekul bergetar sendiri terpisah atau atom ke dalam susunan baru, seperti dalam isomerisasi siklopropana ke propena.
UNIMOLEKULAR
sepasang molekul bertabrakan dan energi pertukaran, atom, atau kelompok atom, atau mengalami beberapa perubahan-perubahan lain
BIMOLEKULAR
Terdapat lebih dari dua molekul yang bereaksi
Multi Molekular
(1) Kelajuan unimolekular dekomposisi A adalah :
(2) Ketika A tidak ditambahkan kembali, maka Intermediet I terbentuk dari A
(pada kelajuan Ka[A]) , namun berkurang untuk membentuk P
(3) Produk P DIBENTUK DARI PENGURANGAN UNIMOLEKULAR I
Melalui persamaan ini kita dapat menyimpulkan bahwa (lihat gambar 1.):
1. Konsentrasi reaktan A menurun secara eksponensial dengan waktu;
2. Konsentrasi menengah I naik ke maksimum dan kemudian jatuh ke nol;
3. Konsentrasi produk P naik dari nol terhadap [A] 0.
21 | K i n e t i k a R e a k s i
22 | K i n e t i k a R e a k s i
2.13.1 Reaksi Dasar Beruntun-Variasi Konsentrasi Dengan Waktu
Pendekatan steady state (SSA)
Sebuah alternatif dan lebih umum untuk pendekatan intregration
numerik.Pendekatan steady-state (SSA) mengasumsikan bahwa, setelah periode
induksi awal (yaitu selang selama konsentrasi zat antara, I, meningkat dari nol,
lihat gambar. 2, tingkat perubahan konsentrasi dari semua mencapai intermediet
yang diabaikan kecil, yaitu:
23 | K i n e t i k a R e a k s i
Fig. 2: The basis of the steady-state approximation. It is supposed that the concentrations of intermediates remain small and hardly change during most of the course of the reaction.
SSA tidak selalu valid, kita memerlukan konsentrasi intermediet harus
tetap kecil dan hampir tidak berubah selama jalannya reaksi. Dengan kata
lain,konsentrasi I dalam reaksi harus dijelaskan Oleh Gambar. 2 bukan oleh Gambar.
Secara matematis, kondisi yang diperlukan untuk SSA untuk vaild adalah [I]
<< [A] & [P]. Jadi karena kita memiliki:
Dengan kata lain, reaksi pertama
yang memproduksi antara I harus
relatif lambat terhadap tingkat di
mana antara I bereaksi dan terkuras.
Bahkan, semakin besar perbedaan
antara dua konstanta laju, semakin
akurat SSA.
24 | K i n e t i k a R e a k s i
25 | K i n e t i k a R e a k s i