KIMIA RESMIIIKU
Transcript of KIMIA RESMIIIKU
LAPORAN RESMI
KIMIA DASAR 1
Disusun Oleh:
1. Ana Arum Sari 0907035069
2. Arif Ari Wibowo 09070350
3. Maria Shelvy Tarigan 09070350
4. Tri Wahyu Septiani 09070350
5. Wardian Serdi 0907035064
LABORATORIUM KIMIA ORGANIK DAN BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS MULAWARMAN
2009
1
LEMBAR PENGESAHAN
PRAKTIKUM KIMIA DASAR 1
PERCOBAAN 1. PEMISAHAN DAN PEMURNIAN
2. PEMBUATAN LARUTAN
3. KROMATOGRAFI
4. STOIKIOMETRI
5. LAJU REAKSI
6. SIFAT-SIFAT UNSUR
Disusun Oleh:
1. Ana Arum Sari 0907035069
2. Arif Ari Wibowo 0907035067
3. Maria Selvy Tarigan 09070350
4. Tri Wahyu Septiani 09070350
5. Wardian Serdi 0907035064
Samarinda, Desember 2009
Mengetahui
Kepala Laboratorium Kimia Organik dan Biokimia
FMIPA UNMUL
Drs. Saibun Sitorus, M.Si
NIP. 19661010 191902 1 004
2
LEMBAR PENGESAHAN
PRAKTIKUM KIMIA DASAR 1
PERCOBAAN 1
PEMISAHAN DAN PEMURNIAN
Disusun Oleh:
1. Ana Arum Sari 0907035069
2. Arif Ari Wibowo 09070350
3. Maria Shelvy Tarigan 09070350
4. Tri Wahyu Septiani 09070350
5. Wardian Serdi 0907035064
Samarinda, Desember 2009
Dosen Pembimbing Asisten
Nama: Nama:
NIM. NIM.
3
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Lembar Pengesahan
Daftar Isi
Lembar Pembatas
Lembar pengesahan percobaan
PERCOBAAN 1 PEMISAHAN DAN PEMURNIAN
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Tujuan
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
BAB 3. METODOLOGI PERCOBAAN
3.1. Alat dan Bahan
3.2. Prosedur
BAB 4. Hasil dan Pengamatan
4.1. Hasil Pengamatan
4.2. Pembahasan
BAB 5. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
Daftar Pustaka
Lembar Pembatas
Lembar Pengesahan Percobaan
PERCOBAAN 2 PEMBUATAN LARUTAN
BAB 1. PENDAHULUAN
1.3. Latar Belakang
1.4. Tujuan
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
4
BAB 3. METODOLOGI PERCOBAAN
3.1. Alat dan Bahan
3.2. Prosedur
BAB 4. Hasil dan Pengamatan
4.1. Hasil Pengamatan
4.2. Pembahasan
BAB 5. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
Daftar Pustaka
Lembar Pembatas
Lembar Pengesahan Percobaan
PERCOBAAN 3 KROMATOGRAFI
BAB 1. PENDAHULUAN
1.5. Latar Belakang
1.6. Tujuan
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
BAB 3. METODOLOGI PERCOBAAN
3.1. Alat dan Bahan
3.2. Prosedur
BAB 4. Hasil dan Pengamatan
4.1. Hasil Pengamatan
4.2. Pembahasan
BAB 5. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
Daftar Pustaka
Lembar Pembatas
Lembar Pengesahan Percobaan
5
PERCOBAAN 4 STOIKIOMETRI
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Tujuan
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
BAB 3. METODOLOGI PERCOBAAN
3.1. Alat dan Bahan
3.2. Prosedur
BAB 4. Hasil dan Pengamatan
4.1. Hasil Pengamatan
4.2. Pembahasan
BAB 5. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
Daftar Pustaka
Lembar Pembatas
Lembar Pengesahan Percobaan
PERCOBAAN 5 LAJU REAKSI
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Tujuan
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
BAB 3. METODOLOGI PERCOBAAN
3.1. Alat dan Bahan
3.2. Prosedur
BAB 4. Hasil dan Pengamatan
4.1. Hasil Pengamatan
4.2. Pembahasan
BAB 5. PENUTUP
6
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
Daftar Pustaka
Lembar Pembatas
Lembar Pengesasahan
PERCOBAAN 6 SIFAT-SIFAT UNSUR
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Tujuan
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
BAB 3. METODOLOGI PERCOBAAN
3.1. Alat dan Bahan
3.2. Prosedur
BAB 4. Hasil dan Pengamatan
4.1. Hasil Pengamatan
4.2. Pembahasan
BAB 5. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
Daftar Pustaka
Lembar Pembatas
Lembar Pengesahan Percobaan
7
PERCOBAAN 1
PEMISAHAN DAN PEMURNIAN
8
LEMBAR PENGESAHAN
PRAKTIKUM KIMIA DASAR 1
PERCOBAAN 1
PEMISAHAN DAN PEMURNIAN
Disusun Oleh:
1. ANA ARUM SARI 0907035069
2. ARIF ARI WIBOWO 09070350
3. MARIA SHELVY TARIGAN 09070350
4. TRI WAHYU SEPTIANI 09070350
5. WARDIAN SERDI 0907035064
Samarinda, Desember 2009
Dosen Pembimbing Asisten
Nama: Nama: Marvin H.P
NIM. NIM : 06.55061.02217.08
9
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kimia adalah ilmu yang mengkaji sifat zat dan secara khusus mengkaji mengenai
transformasi suatu zat menjadi zat lain melalui reaksi kimia. Dimana transformasi tersebut
melibatkan dua aspek, yakni analisis dan sistesis yang dapat ditelusuri dari periode awal
ilmu Yunani sampai sekarang. Filsuf Yunani masa lalu mencoba menganalisis penyusun
materi dengan membaginya dalam empat unsur yakni udara, bumi , api, dan air. Dan
sekarang apabila ditemui suatu produk baru dari sumber alam, langkah pertama yang harus
kita lakukan adalah menganalisis produk itu untuk menemukan komposisi dan strukturnya,
lalu kita pasti akan merancang strategi untuk menyintesisnya dari materi awal yang ada.
Kajian mengenai reaksi kimia bisa jadi dianggap sangat rumit, karena itu untuk lebih
memudahkan kita, langkah pertama yang harus kita tempuh dalam mempelajari ilmu kimia
adalah mempelajari bagaimana cara menganalisis dan menggolongkan materi itu untuk
memastikan adanya zat murni, seperti yang sering kita jumpai. Kebanyakan materi yang
terdapat di bumi initidak murni, tetapi berupa campuran dari berbagai komponen. Contohnya
tanah terdiri dari berbagai senyawa dan unsur baik dalam bentuk padat, cair, udara, gas.
Udara yang kita hirup setiap hari mengandung bermacam-macam unsur dan senyawa. Seperti
oksigen, nitrogen, uap air dan sebagainya. Demikian pula air yang kita pakai sehari-hari
bukanlah air murni, melainkan mengandung zat-zat lain dalam bentuk gas, cair atau padatan.
Zat murni yang telah bercampur dapat dipisahkan kembali. Untuk mendapatkan zat murni,
dilakukan suatu sistem yang dapat memisahkan antara zat murni dengan bahan pencemar
lainnya, yakni sistem pemisahan dan pemurnian.
1.2. Tujuan Percobaan
- Untuk mendapatkan zat murni dari suatu zat yang telah tercemar atau telah
tercampur.
- Untuk mengetahui pengertian dan jenis-jenis campuran.
10
- Untuk mengetahui cara pemisahan campuran yang harus digunakan dalam
memisahkan larutan tertentu.
11
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Materi dapat didefinisikan sebagai segala sesuatu yang menempati ruang dan
mempunyai massa. Setiap materi mempunyai sifat yang khas yang membedakan dari materi
lainnya. Namun demikian antara berbagai materi juga terdapat berbagai persamaan sehingga
kita dapat mengelompokkan materi itu yang juga terdapat berbagai persamaan sehingga kita
dapat mengelompokkan materi berdasarkan wujud dan komposisinya.
1. Materi berdasarkan wujudnya
Materi dapat berbentuk padat, cair atau gas. Perbedaan dari ketigaga jenis wujudnya
itu terletak pada struktur dan susunan partikelnya. Dalam padatan partikelnya tersusun rapat
dan diam di tempat, oleh karena itu mempunyai banyak bentuk dan volum yang tetap. Dalam
cairan partikelnya tersusun rapat tetapi dapat bergerak sehingga cairan mempunyai volume
tetap, tetapi bentuknya berubah sesuai dengan wadah cairan tersebut. Dalam gas partikelnya
relatif sangat renggang dan bergerak bebas, di mana bentuk dan volumnya mengikuti
keadaan.
Perubahan wujud materi dapat terjadi karena pemanasan atau pendinginan
seperti: mencair, membeku, menguap, mengembun, menyublim. Perubahan wujud materi
dapat digolongkan menjadi perubahan fisis dan perubahan kimia. Perubahan fisis adalah
perubahan yang tidak menghasilkan zat baru, sedangkan perubahan kimia adalah perubahan
yang menghasilkan zat baru. Materi juga memiliki sifat yang khas yakni sifat fisis dan sifat
kimia. Sifat fisis adalah sifat yang berkaitan dengan penampilan materi sedangkan sifat kimia
adalah sifat yang berkaitan dengan perubahan kimia.
2. Materi berdasarkan komposisinya
Menurut Ilmuwan berdasarkan komposisinya, materi dapat digolongkan menjadi zat
tunggal yang berupa unsur, senyawa dan campuran.
A. Zat tunggal (zat murni)
Zat tunggal adalah zat yang terdiri atas satu jenis materi, contoh air. Zat tunggal
dapat berupa unsur dan senyawa. Unsur adalah zat tunggal yang tidak dapat diuraikan lagi,
12
sedangkan senyawa adalah zat yang dapat diuraikan menjadi dua macam zat atau lebih, yang
kita uraikan secara sederhana, itulah bagian dari zat tunggal.
B. Campuran
Campuran adalah materi yang terdiri dari dua macam zat atau lebih dan masih
memiliki sifat-sifat zat penyusunnya. Berdasarkan sifatnya campuran dibedakan menjadi dua
macam yaitu:
1. Campuran Homogen
Campuran homogen adalah campuran yang tidak dapat dibedakan antara zat
pendispersi (pelarut) dan zat terdispersinya (pelarut). Selain itu campuran homogen
mempunyai yang sama pada setiap bagiannya. Contoh: larutan gula dalam air.
2. Campuran Heterogen
Campuran heterogen adalah campuran yang tidak dapat dibedakan antara zat
pendisversi (pelarut) dan zat terdisversi (terlarut). Contoh: campuran bubuk garam dengan
merica. Campuran heterogen tidak dapat digolongkan sebagai larutan, karena pada campuran
heterogen antara zat yang tercampur terdapat bidang batas yang jelas.
Campuran hetrogen dapat dibagi menjadi dua yakni:
1. Suspensi
Suspensi adalah campuran heterogen yang kasar dan tidak kontinue dengan ukuran
partikel 100 nm. Dimana zat-zat terlarut cukup besar, sehingga dapat dibedakan tanpa
menggunakan alat seperti mikroskop, sehingga zat tersuspensi lambat laun jika didiamkan
akan terpisah. Hal ini terjadi karena adanya gravitasi. Contoh: campuran kapur air, suspensi
biasanya dipisahkan melalui penyaringan.
2. Koloid
Koloid adalah suatu campuran dimana keadaannya antara suatu larutan dan suatu
suspensi. Bila suatu bahan berada dalam keadaan seperti ini, maka bahan tersebut
memperagakan sifat-sifat yang menarik dan yang penting tidak merupakan ciri dari bahan
dalam agreat yang lebih besar. Secara mikroskopis koloid tampak homogen, tetapi jika
diamati dengan mikroskop ultra akan tampak heterogen. Koloid dapat dapat dibedakan dari
larutan berdasarkan sifat cahaya ada tiga bentuk ideal dari materi koloid yaitu: laminar
(lembaran), fibrilar (serat) dan korpuskulur. Dalam beberapa kasus pembentukan koloid tak
13
diinginkan misalnya dalam pengendapan padatan dari larutan. Jika hal ini terjadi maka
padatan yang diendapkan hanya dapat dipisahkan dengan cahaya flokulasi (memaksa
suspensi melewati lembaran) dimana endapan partikel koloid yang akan terbentuk terlihat
sangat kecil.
Pada koloid apabila partikel tersuspensi berada pada gerak yang tetap maka
maka hal ini sesuai dengan gerak brown. Botaniawan Skotlandia yang menggunakan
mikroskop untuk mengambil gerakan partikel yang berisi tepung dan dalam air. Gerk Brown
untuk mengamati gerak partikel tepung dari dalam air gerak brown tersebut terjadi karena
kocokan acak tetap pada partikel oleh molekul pelarut. Jika partikel memang berukuran
koloid maka partikel itu tidak nampak yang terlihat ialah cahaya yang dihamburkan oleh
koloid tersebut. Hamburan tersebut dinamakan efek tyndall ini disebabkan oleh fakta bahwa
partikel kecil menggunakan cahaya dalam segala arah.
Campuran homogen maupun heterogen dapat dipisahkan menjadi zat murni.
Cara pemisahan tersebut digolongkan menjadi.
1. Pemisahan zat padat dari zat cair
Kebanyakan zat padat menjadi lebih banyak larut ke dalam suatu cairan bila
temperaturenya dinaikkan. Namun terdapat beberapa zat padat dapat dimurnikan dengan
memanfaatkan beda kelarutan pada temperature yang berlainan. Untuk kebanyakan zat bila
larutan jenuh panas didinginkan, maka kelebihan zat padat akan mengkristal untuk zat padat
yang tidak larut dalam air, pemisahan dan pemurnian dapat dilakukan dengan cara.
A. Dekantasi (pengendapan)
Partikel yang terdapat dalam suatu suspensi dengan air bila dibiarkan akan
mengendap dengan sendirinya dikarenakan adanya gaya berat, dan kecepatan
pengendapannya bergantung dari besarnya ukuran partikel tersebut. Sedangkan untuk partikel
yang berukuran koloid partikel tersebut tidak akan turun karena gaya berat, tetapi dapat
mengendap bila ada gaya yang ditambahkan yaitu dengan sentrifuge.
Sentrifuge adalah sentrifugasi yang digunakan untuk memisahkan suspensi
yang jumlahnya sedikit. Dalam hal ini suspensi tersebut dimasukkan ke dalam tabung reaksi
kemudian dipasang dimana sentrifugasi yang cepat akan menghasilkan gaya sentrifugal yang
lebih besar sehingga partikel akan tersuspensi dan kemudian mengendap di dasar tabung,
14
sehingga cairan dapat didekantasi agar dapat terpisah dari suatu zat padat yang ada di
bawahnya.
B. Filtrasi (penyaringan)
Penyaringan adalah cara pemisahan campuran berdasarkan ukuran partikel
komponen campuran. Prinsip penyaringan adalah menahan partikel materi yang besar dan
meloloskan partikel yang memiliki materi yang kecil melalui pori-pori lapisan filter.
Contohnya penyaringan suspensi kapur dalam cair. Sedangkan untuk partikel koloid ada yang
bias melalui pori-pori dan kertas saring yang dilalui oleh partikel-partukel suspensi sehingga
filtrasi tidak dapt dilarutkan atau tidak dapat larut. Dengan demikian koloid dapat dipisahkan
dari medium pendisversi, penyaringan ini disebut ultra filtrasi.
Untuk zat padat yang larut dalam air pemisahan dan pemurnian dapat dilarutkan
dengan cara:
A. Penguapan
Penguapan adalah proses dimana larutan dipanaskan sehingga pelarutnya menguap
dan meninggalkan zat terlarut berupa kristal padat. Pemisahan tersebut terjadi karena zat
terlarut mempunyai titik didih lebih tinggi dari pelarutnya. Contoh : pembuatan garam dari
air laut.
B. Kristalisasi
Kristalisasi adalah pemisahan zat padat dari larutan dengan cara menguapkan
pelarutnya sehingga campuran menjadi jenuh dan terbentuk kristal. Kristalisasi dilarutkan
atat dasar perbedaan titik uap dan titik didih. Hal itu terjadi karena kelarutan berkurang ketika
suhu diturunkan. Apabila larutan kurang pekat, maka dipekatkan lebih dulu dengan jalan
penguapan kemudian dilanjutkan dengan pendinginan. Proses kristalisasi pertama-tama
larutan dipanaskan sehingga pelarutnya menguap dan meninggalkan zat terlarut. Setelah
pelarutnya hilang, larutan pekat didinginkan sehingga zat padat yang murni akan mengkristal.
Melalui kristalisasi akan didapatkan zat padat yang lebih murni. Karena komponen larutan
lainnya yang kadarnya lebih kecil tidak ikut mengkristal. Kristal adalah benda padat yang
mempunyai permukaan datar. Contoh: garam.
Untuk zat padat pemisahan dan pmurnian dilakukan dengan cara:
A. Pelarutan yang diikuti dengan penyaringan
15
Dimana zat padat yang akan dipisahkan dan dimurnikan pertama-tama dilarutkan
dulu sehingga kedua padatan larut larut, setelah itu padatan yang telah larut disaring,
sehingga partkel padatan akan mengendap pada kertas saring jika ukurannya besar dan untuk
padatan yang berukuran kecil maka akan mengendap di wadah penyaringan atau dengan kata
lain padatan yang lebih kecil akan diloloskan dari penyaringan.
B. Sublimasi
Penyubliman adalah teknik pemisahan campuran dimana komponen yang dapat
menyublim dan campurannya yang tidak dapat menyublim. Pemisahan dengan sublimasi
dilakukan atas dasar perbadaan titik sublim. Penyubliman ini menyebabkan zat yang
menyublim tersebut berubah dari fase padat ke fase gas, jadi pada saat dipanaskan zat yang
dapat menyublim berubah menjadi uap. Contohnya: pemisahan campuran antara naftalena
dan garam dengan cara dipanaskan sehingga naftalena menguap.
C. Kristalisasi Bertingkat
Teknik pemisahan campuran dimana campuran yang sudah berbentuk kristal ketika
masih panas, kemudian disiram atau ditambahkan aquades maka campuran itu akan mencair
kembali setelah dibiarkan menguap, maka akan terbentuk kristal lagi, hal ini berdasarkan titik
beku.
Untuk pemisahan zat cair dapat digunakan cara:
A. Ekstraksi
Penyaringan (ekstraksi) biasa digunakan untuk memisahkan senyawa-
senyawa organic dari campurannya. Dalam proses pemisahan campuran dengan cara
ekstraksi zat-zat yang akan dipisahkan terbagi ke dalam dua pelarut yang tidak saling
tercampur. Dimana air sering digunakan sebagai pelarut utama, sedangkan pelarut kedua
adalah pelarut organic yang tidak bercampur dengan air. Ekstrksi pelarut dapat merupakan
suatu langkah penting dalam urutan yang menuju ke suatu produk murni.
B. Distilasi
Distilasi adalah suatu proses penguapan yang diikuti dengan pengembunan. Distilasi
dilakukan untuk memisahkan suatu cairan dan campurannya apabila komponen lain tudak
ikut menguap. Distilasi merupakan teknik pemisahan campuran berdasrkan perbedaan titik
didih dua cairan atau lebih. Bila campuran mengandung komponen lebih dari dua, maka
16
penguapan dan pengembunan dilakukan bertahap sesuai dengan jumlah komponen itu dan
dari titik didih yang paling rendah.
17
BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1. Alat dan Bahan
3.1.1. Alat
- Sendok
- Gelas kimia 100 ml -
- Corong pisah
- Cawan penguap
- Batang pengaduk
- Hot plate
- Kertas saring
- Corong kaca
- Pipet tetes
3.1.2. Bahan
- Garam dapur
- Kapur tulis
- Pasir
- Naftalena
- Minyak goring
- CuSO4. 5H2O
- Sirup orange
- Norit
- Aquades
18
3.1.3. Prosedur Kerja
1. Dimasukkan 1 sendok pasir ke beaker glass (gelas kimia) lalu ditambahkan
50 ml aquades kemudian diaduk.
2. Dimasukkan bubuk kapur tulis sebanyak 1 sendok ke beaker glass lalu
ditambahkan aquades. Kemudian diaduk hingga tercampur. Disiapkan
corong dan kertas saring, kemudian lakukan penyaringan.
3. Dimasukkan 1 sendok norit di atas kertas saring di dalam corong kemudian
dialirkan sedikit demi sedikit dengan sirup orange.
4. Dimasukkan 1 sendok garam dalam beaker glass lalu ditambahkan 25 ml
aquades, diaduk hingga larut kemudian panaskan hingga pelarutnya habis.
5. Dicampurkan naftalena dengan garam, kemudian letakkan corong kaca
secara terbalik dengan lubangnya dtutup lalu kemudian dipanaskan.
6. Dimasukkan minyak dalam corong pisah lalu ditambahkan aquades
kemudian dikocok, lalu terakhir dituang fase air dengan membuka keran
corong pisah.
19
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Pengamatan
N
o.
Jenis
Pemisahan
Perlakuan Hasil Pengamatan
1 Dekantasi Dimasukkan 1 sendok pasir
ke beaker glass lalu ditambah
50 ml aquades lalu diaduk
Setelah didiamkan beberapa
menit pasir akan mengendap di
dasar gelas beaker, hal ini
terjadi karena adanya gaya
berat partikel. Dimana partikel
pasir lebih berat dari molekul
air
2 Filtrasi Dimasukkan bubuk kapur
sebanyak 1 sendok ke beaker
glass lalu
ditambah lalu diadukhingga
tercampur, setelah itu siapkan
corong gelas dan kertas saring
lalu lakukan penyaringan
Pada waktu penyaringan
kapur dan air kembali terpisah,
lewair mampu melewati kertas
saring sedangkan kapur tidak.
Ini disebabkan ukuran partikel
air lebih kecil dibandingkan
partkel kapur
3 Adsobsi Dimasukkan 1 sendok norit
di atas kertas saring di dalam
corong, kemudian
dialirkan sedikit demi
sedikit sirup orange
Pada waktu penyaringan
warna sirup sebelum dan
sesudah berbeda karena
disebabkan pada sifat
penyaringan, telah terjadi
penyerapan zat warna pada
sirup tersebut sehingga pada
saat selesai penyaringan,
terlihat sirup tersebut berubah
menjadi lebih muda
20
4 Kristalisas
i
Dimasukkan 1 sendok
garam ke dalam beaker glass
lalu
ditambahkan 25 ml aquades
lalu dipanaskan hingga pelarut
habis
Setelah dipanaskan hingga
mencapai titik didih tertentu air
akan menguap, itu disebabkan
titik didih air lebih rendah dari
garam dan terjadinya
kristalisasi dikarenakan
kelarutan berkurang ketika suhu
diturunkan, lalu dipanaskan
dengan jalan penguapan
kemudian didinginkan hingga
terbentuk kristal
5 Sublimasi
Dicampurkan naftalena
dengan garam lalu diletakkan
corong kaca secara terbalik
dengan lubangnya ditutup
kemudian dipanaskan
Naftalena dan garam
dipanaskan di hot plate, setelah
dipanaskan akan tampak embun
di corong gelas yang tersumbat
ujungnya. Dan hasil
pengamatan ternyata naftalena
lebih cepat menguap karena
memiliki titik didih yang lebih
rendah dari garam. Naftalena
akan tersublimasi atau menguap
menjadi gas, sedangkan garam
tidak, karena naftalena
memiliki kemampuan
menyublim sedangkan garam
tidak
6 Ekstraksi Dimasukkan minyak ke
dalam corong pisah, lalu diberi
(ditambahkan) aquades
kemudian dikocok dan terakhir
dituang fase air dengan
Setelah dikocok maka
terdapat dua fase dari campuran
dimana minyak goreng dan air
tidak bisa bersatu dengan kata
lain minyak goreng berada di
21
membuka keran dengan corong
pisah
atas dan aquades berada di
bawah, ini disebabkan karena
massa jenis air lebih berat
daripada massa jenis minyak
goreng, selain itu minyak itu
bersifat nonpolar sedangkan air
bersifat polar sehingga minyak
dan air tak dapat bersatu
4.2. Pembahasan
Pada prinsipnya pemisahan dilakukan untuk memisahkan dua zat atau lebih yang
saling bercampur untuk mendapatkan zat yang lebih sedaerhana. Sedangkan pada pemurnian,
pada prinsipnya dilakukan untuk mendapatkan zat murni dari suatu zat yang telah tercemar
oleh zat lain. Sehingga prinsip pemisahan dan pemurnian untuk memisahkan dua zat atau
lebih untuk mendapatkan zat murni.
Campuran adalah suatu bahan yang terdiri atas satu atau lebih zat berlainan yang
bergabung menjadi satu yang masih mempunyai sifat zat asalnya. Suspensi adalah campuran
kasar yang bersifat heterogen antar komponennya masih terdapat bidang batas dan sering kali
dapat dibedakan tanpa menggunakan mikroskop dan koloid adalah suatu campuran dimanna
keadaannya antara suatu larutan dan suatu suspensi.
Dekantasi adalah proses pemisahan campuran dari suspensi dengan mengendapkan
komponen padatnya karena ukuran partikelnya cukup besar, atau proses pemisahan damana
suatu zat memiliki berat partikel yang berbeda. Filtrasi merupakan proses pemisahan dengan
cara menyaring partike dengan menggunakan kertas saring dimana partikel yang lebih besar
akan tertahan di atas kertas saring. Adsopsi adalah proses penyerapan molekul (gas atau cair)
oleh permukaan (padatan). Definisi tersebut digunakan untuk menjelaskan terjadinya
akumulasi molekul-molekul gas pada permukaa padatan. Kristalisasi adalah pemisahan zat
padat dari larutan atau campurannya dengan cara menguapkan pelarutnya sehingga menjadi
jenuh dan terbentuk kristal. Kristalisasi dilakukan atas dasar perbedaan titik uap dan titik
didih. Hal ini terjadi karena kelarutan berkurang ketika suhu diturunkan. Ekstraksi biasanya
22
digunakan untuk memisahkan senyawa-senyawa organik dan campurannya. Dalam hal ini
campuran tidak saling melarutkan karena memiliki sifat kepolaran yang berbeda dimana
minyak memiliki sifat nonpolar dan air bersifat polar dan sublimasi adalah pemisahan dua
jenis padatan dengan menyublim dan komponen yang dapat menyublim yaitu senyawa yang
pada pemanasan meleleh kemudian mendidih dan pada pendinginan dari uap langsung
menjadi padatan. Sublimasi juga dapat diartikan sebagai pemisahan campuran berdasarkan
perubahan wujud dari zat padat menjadi gas atau sebaliknya.
Perbedaan antara adsorpsi dan absorpsi adalah pada adsorpsi penyerapan hanya pada
permukaan fasa, sedangkan pada absorpsi penyerapan sampai ke badan/dalam fasa, absorpsi
itu terjadi pada f luida (cair/gas) dan adsorpsi terjadi pada padatan.
Perbedaan antara kristalisasi dan rekristalisasi adalah pada kristalisasi teknik
pemisahan campuran dengan cara menguapkan pelarutnya sehingga campuran menjadi jenuh
dan akan terbentuk kristal. Kristalisasi dilakukan atas dasar perbedaan titik uap dan titik
didih. Hal ini terjadi karena kelarutan berkurang ketika suhu diturunkan, sedangkan
rekristalisasi adalah teknik pemisahan campuran berdasarkan perbedaan titik beku komponen
penyusun campuran, perbedaan itu harus cukup besar dan sebaliknya komponen yang akan
dipisahkan berwujud padat dan yang lainnya cair pada suhu ruangan.
Adapun aplikasi lain yang digunakan dalam pemisahan dan pemurnian adalah
penguapan, destilasi, sentrifugasi, dan suspensi. Penguapan adalah pemisahan suatu zat
campuran dari larutan yang dipanaskan sehingga pelarutnya menguap dan meninggalkan zat
terlarut, karena zat pelarut mempunyai titik didih yang lebih tinggi dari pelarutnya.
Sentrifugasi adalah pemisahan suspensi yang jumlahnya sedikit dengan pemusingan yang
sangar cepat menghasilkan gaya sentrifugal lebih besar dari gaya gravitasi sehingga partikel
tersuspensi menggumpal di dasar tabung reaksi. Destilasi adalah pemisahan pada perbedaan
titik didih dua cairan atau lebih. Jika campuran dipanaskan maka komponen yang titik
didihnya lebih rendah akan menguap terlebih dahulu dan suspensi adalah campuran kasar
yang bersifat heterogen antar komponennya masih terdapat bidang batas dan sering kali dapat
dibedakan tanpa menggunakan mikroskop.
Titik didih larutan pada NaCl yaitu 150 0c, sedangkan titik didih ini harus diketahui
pada saat percobaan pemisahan dan pemurnian ini terutama dalam proses kristalisasi dan
sublimasi.
23
Prinsip like dissolves like adalah suatu larutan yang dapat larut apabila memiliki sifat
larutan yang sama (polar larut dengan polar dan nonpolar larut di dalam nonpolar) , dan
hubungan dengan ekstraksi yaitu pada hasil percobaan kita melihat antara air dan minyak
tidak bisa menyatu, itu karena air dan minyak memiliki sifat kepolaran yang berbeda
sehingga keduanya tidak bisa larut dan menjadi satu, dimana kita melihat minyak berada di
atas dan air berada di bawah. Prinsip inilah yang nenyebabkan keduanya tidak bisa menyatu.
Selain itu, karena minyak memiliki massa jenis yang lebih rendah jika dibandingkan dengan
air, sehingga pada saat kita mengocok corong pisah minyak tersebut akan berada di atas
sedangkan air yang partikelnya memiliki massa yang lebih besar berada di bawah. Selain itu
juga air dan minyak tidak dapat menyatu juga disebabkan oleh viskositas. Seperti yang kita
ketahui bahwa air memiliki kekentalan viskositas yang lebih rendah dibandingkan dengan
minyak, minyak memiliki tingkat kekentalan yang lebih besar. Karena keduanya (air dan
minyak) tidak memiliki sifat kekentalan yang sama mengakibatkan keduanya tidak dapat
menyatu, dimana fluida yang memliki sifat kekentalan yang lebih besar berada di atas
(minyak) dan yang memiliki tingkat kekentalan yang lebih rendah akan berada di bawah
(air).
Gambaran struktur molekul naftalena dan minyak goreng adalah sebagai berikut:
H H
C C
H C C C H
H C C C H
C C
H H
(Struktur molekul naftalena)
24
O
H2C O CO R1
H2C O CO R2
H2C O C R3
(Struktur molekul minyak goreng)
Titik didih naftalena yaitu 78 0c. Naftalena dan NaCl dapat dipisahkan dalam hal ini,
untuk memisahkan naftalena dengan NaCl yaitu dengan memggunakan metode sublimasi
yang kita lihat berdasarkan titik didihnya. Pada saat kita memanaskan naftalena dan NaCl,
maka akan tampak embun pada corong gelas, itu disebabkan karena pada naftalena lebih
cepat menguap karena memiliki titik didih yang lebih rendah dari garam, sehingga itulah
yang menyebabkan naftalena dengan garam berpisah dimana garam masih terdapat pada
corong, sedangkan naftalena telah menguap atau tersublimasi menjadi gas, selain itu juga
karena naftalena mempunyai kemampuan untuk menyublim sedangkan pada garam tidak.
Aplikasi metode pemisahan yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari adalah
misalnya pada kristalisasi yaitu pembuatan garam dapur dari air laut, mula-mula air laut
ditampung dalam satu tambak, kemudian dengan bantuan sinar matahari dibiarkan menguap,
setelah proses penguapan dihasilkan garam dalam bentuk kasar dan masih bercampur dengan
pengotornya, sehingga untuk mendapatkan garam yang bersih diperlukan proses rekristalisasi
(pengkristalan kembali). Contoh lain adalah pembuatan gula putih dari tebu, batang tebu
diperas untuk diambil sarinya, kemudian diuapkan dengan hampa udara sehingga air tebu
tersebut menjadi kental, lewat jenuh dan terjadi pengkristalan gula. Kristal ini kemudian
dikeringkan sehingga diperoleh gula putih dan gula pasir.
25
BAB 5
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Dari beberapa hasil percobaan di atas dapat disimpulkan bahwa suatu campuran bisa
dipisahkan dan dimurnikan untuk mendapatkan zat yang lebih sederhana dan murni dari
suatu zat lainnya.
Adapun cara pemisahan dan pemurnian yaitu:
1. Pengendapan ( dekantasi)
2. Penyaringan (filtrasi)
3. Pengkristalan (kristalisasi)
4. Penyubliman (sublimasi)
5. Pemisahan dengan corong pisah (ekstraksi)
Dan hasil pengamatan didapatkan bermacam campuran dibagi menjadi dua yaitu,
campuran homogen dan heterogen. Campuran homogen dapat dipisahkan dengan penguapan
dan kristalisasi sedangkan heterogen dapat berlangsung/dapat dipisahkan dengan penyaringan
dan dekantasi.
Pemisahan juga dapat dilakukan dengan cara lain yaitu:
1, Adsorpsi
2. Suspensi
3. Distilasi
4. Kromatografi
5. Sentrifugasi
5.2. Saran
Dalam penyediaan bahan-bahan praktikum harus sudah tersedia lengkap alat-alatnya,
selain itu pada saat percobaan jangan hanya proses dekantasi, filtrasi, kristalisasi, sublimasi,
dan ekstraksi saja, tetapi juga dengan proses lain agar kita lebih memahami pemisahan dan
pemrnian ini.
26
DAFTAR PUSTAKA
Keenan, dkk. 1991. Kimia Untuk Universitas Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Oxtoby, dkk. 2003. Prinsip-Prinsip Kimia Modern Edisi Keempat Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Raymond chang. 2004. Kimia Dasar Edisi Ketiga Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
27
PERCOBAAN 2
PEMBUATAN LARUTAN
28
LEMBAR PENGESAHAN
PRAKTIKUM KIMIA DASAR 1
PERCOBAAN 2
PEMBUATAN LARUTAN
Disusun Oleh:
1. Ana Arum Sari 0907035069
2. Arif Ari Wibowo 09070350
3. Maria Shelvy Tarigan 09070350
4. Tri Wahyu Septiani 09070350
5. Wardian Serdi 09070350
Samarinda, Desember 2009
Dosen Pembimbing Asisten
Nama: Nama:
NIM. NIM.
29
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Larutan dapat didefinisikan sebagai campuran homogen antara dua zat atau lebih,
pada larutan terdapat dua komponen yang membentuk larutan, yaitu zat terlarut (solute) dan
zat pelarut (solvent). Misalnya, bila kita masukkan sedikit gula ke dalam air, maka gula akan
pecah dan membentuk molekul-molekulnya hingga diperoleh campuran homogen antara air
dan gula, yaitu larutan gula. Dalam larutan ini yang berperan sebagai zat pelarut adalah air.
Sedangkan gula berperan sebagai zat terlarut. Perbedaan antara zat terlarut dan zat pelarut
sebenarnya relatif. Suatu zat pada suatu saat dapat merupakan solute dan pada saat lain dapat
merupakan solvent. Biasanya kita mengambil zat yang banyaknya kandungan sebagai pelarut
dan zat yang sedikit kandungannya sebagai zat terlarut. Misalnya dalam alkohol 15% maka
alkohol merupakan zat terlarut dalam air dan air merupakan pelarut, atau dalam alkohol 96%
maka alkohol merupakan pelarut. Sedangkan air merupakan zat terlarut. Dalam larutan juga
terdapat 3 fasa, yaitu fasa gas, cair dan padat. Larutan ini terdiri dari 3 jenis larutan, yaitu
larutan gas, cair dan padat. Pada larutan padat terbagi menjadi tiga lagi, yaitu gas terlarut
dalam zat padat, zat cair terlarut dalam zat padat dan zat padat terlarut dalam zat padat
(aliasi). Larutan juga dapat digolongkan berdasarkan sifat hantaran listriknya yang biasa
dikenal dengan larutan elektrolit(larutan yang dapat menghantarkan arus listrik) dan larutan
non elektrolit (larutan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik). Sedangkan larutan yang
digolongkan dari segi kemampuan suatu zat melarut ke dalam sejumlah pelarut pada suhu
tertentu. Yang dikenal dengan larutan tak jenuh ( unsaturated solution), larutan jenuh
(saturated solution) dan larutan lewat jenuh ( supersaturated solution).
Konsentrasi larutan didefinisikan sebagai banyaknya zat terlarut dalam sejumlah pelarut.
Di alam banyak sekali terdapat larutan yang berbahaya, bagi tubuh manusia,
sehingga dari percobaan ini diharapkan dalam mempelajari tentang pembuatan larutan dari
bahan padan maupun cair dengan konsentrasi tertentu. Namn harus diketahui terlebih dahulu.
Apa saja jenis-jenis larutan? Dan apa saja macam-macam dari konsentrasi? Apa saja
perubahan-perubahan yang terjadi selama percobaan?
30
Hal-hal yang berkaitan dengan itulah yang akan dibahas lebih lanjut dalam percobaan
kali ini oleh karena itu percobaan ini dilakukan.
1.2 Tujuan Percobaan
- Mengetahui prinsip dasar pembuatan larutan
- Mengetahui konsep-konsep dasar dalam pengenceran
- Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi larutan dan kesalahan-kesalahan
dalam pembuatan larutan.
31
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Larutan (solution) merupakan campuran homogen antara dua atau lebih zat yang
berbeda jenis. Dalam larutan terdapat dua komponen utama pembentuk larutan, yaitu zat
terlarut (solute) dan pelarut (solvent). Fasa larutan dapat berupa fasa gas, cair atau padat
bergantung pada sifat kedua komponen pembentuk larutan. Apabila fasa larutan dan fasa zat-
zat pembentuknya sama, maka zat yang berada dalam jumlah yang terbanyak umumnya
disebut pelarut ( solvent) dan zat lainnya disebut sebagai zat terlarutnya (solute).
Larutan terbagi menjadi 3 jenis, yaitu:
1. Larutan gas
Larutan gas ini mempunyai zat penyusun campuran antara gas atau uap ( dalam
semua perbandingan).
2. Larutan cair
Larutan cair ini mempunyai zat penyusun zat padat, zat cair atau gas melarut ke
dalam pelarut cair.
3. Larutan padat
Larutan padat dibagi menjadi 3, yaitu :
a. Gas terlarut dalam zat padat
Gas terlarut dalam zat padat ini mempunyai zat penyusun gas H2 dalam
logam paladium, gas N2 dalam logam titanium.
b. Zat cair terlarut dalam zat padat
Zat cair terlarut dalam zat padat ini mempunyai zat penyusun raksa
dalamlogam emas (amalgam).
c. Zat padat terlarut dalam zat padat
Zat padat terlarut dalam zat padat ini mempunyai zat penyusun seng dalam
tembaga (kuningan), karbon dalam besi (baja), timah dalam tembaga (perunggu),
dll.
Larutan ini juga masih bisa dibedakan melalui beberapa penggolongan lain terhadap
larutan, diantaranya yaitu:
32
1. Berdasarkan banyak jenis zat yang menyusun larutan, yaitu:
a. Larutan biner yang tersusun dari dua jenis zat.
b. Larutan turner yang tersusun dari tiga jenis zat.
c. Larutan kuarterner yang tersusun dari empat jenis zat.
2. Berdasarkan sifat hantaran listriknya, yaitu:
a. Larutan elektrolit
Larutan elektrolit adalah larutan yang dapat menghantarkan arus listrik.
b. Larutan non elektrolit
Larutan non elektrolit adalah larutan yang tidak dapat menghantarkan arus
listrik.
3. Berdasarkan komponen suatu zat melarut ke dalam sejumlah pelarut pada suhu
tertentu, yaitu:
a. Larutan tak jenuh (unsaturated solution)
Larutan tak jenuh adalah larutan yang masih bisa dapat melarutkan sejumlah
zat terlarutnya.
b. Larutan Jenuh (saturated solution)
Larutan jenuh adalah larutan yang mengandung zat terlarut dalam jumlah
maksimal pada suhu tertentu.
c. Larutan Lewat Jenuh ( supersaturated solution)
Larutan lewat jenuh adalah larutan yang mengandung zat terlarut melebihi
jumlah maksimalnya. Larutan ini dapat terjadi pada zat padat yang kelarutannya
sangat tinggi seperti Na2CO3.10H2O, Na2S2O3.5H2O atau karena penurunan suhu
yang sangat cepat. Larutan lewat jenuh yang terjadi akibat perunan suhu bersifat
kurang atau tidak stabil ( misalnya oleh guncangan) dan mudah berubah dengan
membentuk larutan jenuhnya kembali sedangkan kelebihan zat terlarutnya
muncul sebagai Kristal zat semula.
Contoh yang dapat kita lakukan yaitu apabila kita larutkan gula dalam sevolume
tertentu, air sedikit demi sedikit akhirnya akan dicapai suatu batas dimana gula tidak dapat
larut lagi. Pada saat inilah diperoleh larutan jenuh, sebelumnya disebut larutan tidak jenuh.
Dalam larutan jenuh terjadi kesetimbangan antara molekul-molekul zat terlarut dalam larutan
dan dalam keadaan murni.
33
Larutan natrium triosulfat dapat membentuk larutan lewat jenuh. Artinya, sejumlah zat
terlarut lebih banyak dari pada dalam larutan jenuh.
Larutan ini dapat diperoleh dengan mendinginkan larutan natrium triosulfat. Banyak
sekali hal-hal yang berkaitan dengan larutan, di antaranya yaitu proses melarut, konsentrasi
larutan, kelarutan zat pH air, pH larutan, serta teknik pelarutan dan pengenceran.
1. Proses melarut
Proses melarut (to dissolve) dapat diartikan sebagai :
- Terdispersinya molekul-molekul zat melarut di dalam molekul-molekul air. Misalnya
gula dalam air. Minyak dalam air dan hal lain seperti CCl4 dalam benzen.
- Berinteraksinya molekul atau ion zat terlarut dengan molekul-molekul air. Interaksi
dengan air ini biasanya disebut dengan hidrasi atau solvasi. Hal ini terjadi pada zat-
zat terlarut yang bersifa polar atau bersifat ionis, seperti HCl, NaCl, KCl dan Na2So4,
dan sebagainya.
- Bereaksinya zat terlarut dengan pelarut (air).
2. Konsentrasi larutan
Konsentrasi larutan didefinisikan sebagai banyaknya zat terlarut dalam sejumlah
pelarut. Konsentrasi larutan dapat dinyatakan dalam beberapa cara, yaitu:
- Persen massa
Simbol satuan:% (b/b)
%massa = massa zat terlarut
(massa terlarut )+(massa pelarut )× 100 %
- Persen volume
Simbol satuan: %(v/v)
%massa = volume zat terlarut
(volume terlarut )+(volume pelarut )×100 %
- Persen milligram
Konsentrasi larutan biologis biasanya dinyatakan dalam persen miligram,
yaitu jumlah miligram zat terlarut tiap 100ml, contohnya larutan darah berisi 29,1 mg
34
nitrogen non protein berarti darah berisi 20,1 mg nitrogen non protein tiap 100ml
darah.
- Molaritas (M)
Molaritas adalah jumlah mol zat terlarut tiap liter larutan. Secara umum
dapat dinyatakan sebagai berikut:
Molaritas zat A =mol zat A
1 L larutan= mmol zat A
1ml larutan
Dan dapat diubah menjadi:
Molaritas zat A =Wa× 1000
Ma ×V
Dimana : Wa : massa zat A (gram)
Ma : Massa molekul relatif zat A (g/mol)
V : volume larutan (ml)
- Molalitas (m)
Molalitas adalah jumlah mol zat terlarut tiap 100gr pelarut. Secara umum
dapat dinyatakan sebagai berikut:
Molalitas zat A =mol zat A
1000 gram pelarut
Bentuk lainnya :
Molalitas zat A =wa× 1000
Ma ×℘
Dimana : Wa : massa zat A (gram)
Ma : Massa molekul relatif A (g/mol)
Wp : Massa pelarut (gr)
- Normalitas
Normalitas adalah jumlah gram ekivalen zat terlarut tiap liter larutan.
Normalitas dan molaritas banyak dipakai untuk menyatakan konsentrasi larutan
dalam kimia analisis.
- Fraksi mol
35
Fraksi mol zat terlarut adalah jumlah mol zat terlarut dibagi dengan jumlah
mol zat terlarut dan pelarut. Secara umum dapat dinyatakan sebagai berikut:
N zat terlarut = n zat terlarut
n zat terlarut ×n pelarut
dimana : N : Fraksi mol
n : jumlah mol
- Bagian Perjuta
Simbol satuan = bpj atau ppm
Secara umum dapat dinyatakan sebagai berikut:
Bpj = bagian zat terlarut
(bagian zat terlarut )+(bagian pelarut )× 106
- Konversi satuan konsentrasi
Secara umum dapat dinyatakan sebagai berikut:
A bpj = (a)(10-a)% atau a% = (a) (10-a)bpj
Dimana: a = harga konsentrasi
3. Kelarutan Zat
Kelarutan (solubility) adalah kemampuan melarut suatu zat di dalam sejumlah
pelarut pada suhu tertentu berbeda-beda antara satu zat dengan lainnya. “Jumlah maksimal
zat terlarut dalam sejumlah pelarut pada suhu tertentu”. Kelarutan ini di bagi menjadi 5
kelarutan, yaitu kelarutan gas, kelarutan elektrolit, kelarutan jenuh, pH air x larutan, serta
pengenceran.
36
PERCOBAAN 3
KROMATOGRAFI
37
LEMBAR PENGESAHAN
PRAKTIKUM KIMIA DASAR 1
PERCOBAAN 3
KROMATOGRAFI
Disusun Oleh:
1. Ana Arum Sari 0907035069
2. Arif Ari Wibowo 09070350
3. Maria Shelvy Tarigan 09070350
4. Tri Wahyu Septiani 09070350
5. Wardian Serdi 09070350
Samarinda, Desember 2009
Dosen Pembimbing Asisten
Nama: Nama:
38
NIM. NIM.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pemisahan campuran menjadi komponen – komponen adalah hal yang
penting dalam semua cabang kimia dan tidak kalah pentingnya dalam banyak bidang
lain dimana taknik – teknik kimia kimia digunakan untuk memecahkan berbagai
macam masalah.Jadi dampak dari suatu teknik pemisahan yang ampuh dan
serbaguna akan dirasakan oleh semua ilmu pengetahuan modern.Dengan
menggunakan kromatografi, dalam banyak kasus pemisahan dituntaskan jauh lebih
cepat dan efektif dari pada sebelumnya.Terobosan yang tak kalah pentingnya yakni
dalam bidang biokimia misalnya tentang pengertian kita akan struktur dan fungsi
enzim dan protein lainnya yang berasal dari penerapan kromatografi ke penilitian
biologi.Dalam semua teknik kromatografi zat – zat terlarut yang dipanaskan akn
dipisahkan bermigrasi – migrasi sepanjang kolom dan tentu saja dasar pemisahan
terletak dalam laju perpindahan yang berbeda untuk larutan yang berbeda
perkembangan kromatografi secara teoritis mampu menjelaskan factor – factor yang
menetukan kinerja kolom. Oleh,karena itu bdang penelitian kromatografi merupakan
kinerja suatu bidang yang maju pesat. Perkaembangan terus berlanjut, beberapa
diantaranya adalah detector – detector yang lebih baik,bahan bahan pengisi kolom
yang baru.Antara muka dangan instrumen lain yang disempurnakan (seperti
spektometer massa) yang bias mengidentifikasikan komponen – komponen yang
terpisah.
39
Selain untuk pemisahan, kromatografi juga bermanfaat untuk analisis
kuantitatif, Memisahkan campuran yang kompleks seperti minyak bumi yang
merupakan campuran dari ratusan senyawa,untuk penilaian pencemaran pada udara
dan air,analisis organik dan biokimia dan teknik yang paling penting dalam
kemajuan bidang penelitian. Namun kita harus mengetahui trlebih dahulu apa yang
dimaksud dengan kromatografi kertas itu?apa manfaat digunakannya kromatografi?
Hal – hal yang yang berkaitan dengan itulah yang akan dibahas lebih lanjut
dalam percobaan ini. Oleh karena itu percobaan ini dilakukan.
1.2 Tujuan Percobaan
Mempelajari cara pemisahan campuran yang didasarkan pada perbedaan
migrasi komponen yang akan dipisahkan diantara 2 fase , yaitu fase diam
dan fase gerak.
Mengetahui sifat dari larutan ekstrak yang ingin diteliti.
Mengetahui teknik yang digunakan dalam kromatografi.
40
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kromatografi adalah taknik pemisahan yang didasarkan pada perbedaan
migrasi komponen – komponen yang dipisahkan diantara dua fase(fase bergerak dan
fase diam). Fase gerak berupa gas yang stabil sedangkan fase diam bisa berupa zat
padat atau cair. Transfer massa antara fase gerak dan fase diam terjadi bila molekul –
molekul campuran terserap pada permukaan partikel atau terserap didalam pori –
pori partikel atau terbagi kedalam sejumlah cairan yang terikat pada permukaan atau
didalam pori. Ini adalah sorpsi(penyerapan). Dalam semua teknik kromatografi zat –
zat terlarut yang diperoleh dapat dipisahkan ketika zat terlarut berimigrasi sepanjang
kolom, dan tentu saja dasar pemisahan terletak pada laju perpindahan yang berbeda
untuk larutan yang berbeda.
Perbedaan yang kecil antara kedua zat terlarut dalam kekuatan adsorpsi dan
dalam interaksinya dengan pelarut yang bergerak menjadi dasar pemisahan bila
molekul – molekul zat terlarut itu berulang kali menyebar diantara dua fase itu
keseluruh panjang kolom. Pemisahan dengan kromatografi didasarkan pada
perbedaan kesetimbangan komponen – komponen campuran diantara fase gerak dan
fase diam. Kesetimbangan ini dapat dijelaskan secara kuantitatif dengan istilah
koefisian partisi, K yaitu : K=CsCm
. Klasifikasi metode kromatografi dapat
dikelompokkan dengan meninjau satu macam sifat artinya kita dapat menyatakan
teknik – teknik kolom seperti destilasi, ekstraksi, pelarut, penukaran ion kedalam satu
kelas tetapi teknik tersebut juga diklasifikasikan berdasarkan metode – metode
41
differential migration. Pada semua metode differential migration pemisahan berbagai
komponen campuran yang bermigrasi pada berbagai medium tergantung karakteristik
laju individual komponen – komponennya,sehingga dapat dikatakan bahwa dalam
klasifikasi sehingga tidak hanya satu sifat fisik saja yang ditinjau tetapi gabungan –
gabungan yang digunakan dalam teknik pemisahan semua metode – metode didasari
pada sifat fisiknya dan pemisahan fasenya dibandingkan dengan metode pemisahan
secara keseluruhan klasifikasi metode kromatografi relatif lebih sederhana. Suatu
deskripsi lengkap dari berbagai metode kromatografi pemisahan akan dibahas berikut
ini untuk mengetahui prinsip – prinsip dasar dan aspek – aspek analiitik masing –
masing metode yaitu :
a) Destilasi : penyerapan zat cair dan kondensasi dari uap kembali ke fase cair
penguapan zat cair sebanding dengan tekanan uapnya dan berbanding terbalik
terhadap titk didih cairannya. Sublimasi juga suatu metode pemisahan yang
baik. Keberhasilan metode ini tergantung pada kemudahan massa transfernya
dilaksanakan jika zat berada dalam fase gas.
b) Ekstraksi pelarut telah dijelaskan terperinci pada percobaan pemisahan dan
pemurnian.
c) Kromatografi : proses melewatkan sampel melalui suatu kolom. Perbedaan
kemampuan adsorpsi terhadap zat – zat yang sangat mirip mempengaruhi
resolusi zat terlarut dan menghasilkan apa yang disebut kromatografi. Prinsip
kromatografi adsorpsi berhubungan juga dengan bidang – bidang lain seperti
kromatografi zat padat. Pemisahan campuran ionic atau bermuatan dengan
differential migration dibawah pengaruh gaya pendorong petensial listrik untuk
dikembangkan. Pertama meliputi migrasi bebas dalam medium homogen dan
migrasi kedua terjadi pada medium pori yang stabil. Pertama disebut elektrofase
dan yang kedua disebut ionoforensis atau elektromatografi.
d) Teknik Ringoven : merupakan taknik yang berkaitan dengan pengujian suatu
tetesan tunggal larutan pada suatu kertas penyaring untuk mengetahui
42
komponen – komponen larutan. Larutan diteteskan satu kali pada pusat kertas
saring(yang berbentuk lingkaran) kemudian satu atau beberapa komponen –
komponen tersebut terlarut dalam pelarut dan dipindahkan dengan pelarut yang
tepat, sehingga bergeser dari pusat sampai bagian tepi. Penguapan pelarut
terjadi dalam zat terlarut akan tertinggal dalam suatu area dalam bentuk cincin –
cincin yang menunjukkan bahwa pemisahan dari bercak tetesan mula – mula.
e) Zona melting : disini dua wilayah tertentu yang meliputi penampang lintang
suatu zat padat yang dilelehkan dan dengan perlahan – lahan digerakkan
sepanjang batang zat padat. Zat terlarut akan dibebaskan pada saat pembekuan
pada bidang batas padat – cair dan terbawa sepanjang wilayah serta akan
mengumpul pada salah satu ujung zat padat. Ini merupakan proses selektif
untuk mengeluarkan pengofon.
f) Penukaran ion : dalam eksklusi ini sifat – sifat fisika materi sintetik baru
memberikan suatu era baru terhadap pemakaian materi – materi tersebut dalam
pemisahan secara difusi.
g) Dialisis osmosis : proses pemisahan berdasarkan proses difusi yang paling
dikenal dan disebabkan aliran spontan suatu pelarut melalui membran dari
larutan yang encer ke larutan yang lebih pekat. Membrannya bersifat
semipermeable terhadap partikel zat terlarut.
h) Prepitasi,kuprespitasi : suatu proses dimana suatu zat terlarut diubah kebentuk
tidak larut yang selanjutnya dapat dipisahkan dari larutannya.
i) Flotasi : senyawa – senyawa dengan kerapatan lebih besar daripada cairan yang
menyelimutinya dapat dikonsentrasikan pada permukaan zat cair. Pengaliran
udara melalui larutan diperlukan dengan metode ini. Suatu partikel dapat
distabilkan pada permukaan seperti bidang batas permukaan gas – cair jika
suatu kontak antara padatan dan cairannya nilainya tertentu. Perbedaan sudut
kontak ini menghasilkan flotasi selektif.
43
Kromatografi dapat dilukiskan dengan beberapa istilah – istialh yang paling
paling sering dijumpai adalah Rf. Juga dikenal sebagai Factor Retardasi atau
dinyatakan juga sebagai volume retensi(V R) atau waktu retensi(tR). Semua ini adalah
besaran yang menyatakan berapa lama fraksi waktu molekul zat terlarut dalam fase
bergerak. Masing – masing senyawa mempunyai nilai R atau V R yang berbeda
dengan berubahnya kombinasi pelarut penyerap, dimana :
R =( tm
tm+ t s), Rf =
Jarak yang ditempuh zat terlarutJarak yang ditempuh fase bergerak
Atau dapat dituliskan sebagai berikut ,
[ Ri−R ]=Cm.Vm
Cs .Vs
Keterangan :
Vm : Volume fase bergerak
Cm : Konsentrasi fase gerak
Vs : Volume fase diam
Cs : Konsentrasi fase diam
Untuk melaksanakan pemisahan secara kromatografi kolom, ada tiga
cara,yaitu :
a) Analisis Frontal
b) Analisis Elusi
c) Pergeseran
Dinamika Kromatografi
Efektifitas pemisahan tergantung pada penguraian komponen – komponen
tersebut berpindah dan kepadatan wilayah yang ditempati komponen – komponen
tersebut. Oleh karena itu ukuran efisiensi kolom dapat dinyatakan oleh jumlah
piringan N = 16 (VRW )
2
, W = lebar puncak elusi.
Kromatografi Cair
44
Dalam GC hanya proses distribusi dalam satu fase yang sejalan yang penting
yang kita artikan dalam kelarutan suatu gas dalam suatu cairan dengan menggunakan
hukum Hendry(kromatografi gas zat padat,GSC yang didasari pada adsorpsi dari
dalam fase uap pada suatu permukaan padat relatif sedikit dimanfaatkan). Sebaliknya
dalam TC, terdapat cara – cara distribusi fase yang tersedia untuk pemisahan –
pemisahan yang menyangkut berbagai kelompok zat terlarut yaitu pertukaran ion dan
partisi cairan kromatografi kertas.
Pemisahan sutu campuran asam amino dengan menggunakan kromatografi
kertas dalam teknik ini sedikit larutan. Contoh diteteskan pada satu ujung pita kertas
saring dan noda itu dibiarkan mengering. Ujung kertas saring itu kemudian
dicelupkan dalam pelarut yang sesuai yang berada dalam bejana dan seluruh sistam
berada dalam bilik tertentu kromatografi lapisan tipis.
Kromatografi lapisan tipis dibandingkan dengan kromatografi kertas lebih
cepat. Prose situ hanya memerlukan waktu sekitar setengah jam sedangkan
pemisahan yang lazim pada kertas memerlukan waktu beberapa jam. Kromatografi
lapis tipis sangat populer dan secara rutin dipergunakan dalam banyak laboratorium
terutama laboratorium kimia. Media pemisahannya adalah lapisan setebal 0.1 sampai
0.3 mm zat padat adsorpben pada lempeng kaca, plastik, atau aluminium. Lempeng
yang paling sering digunakan berukuran 8 × 2 inchi dan zat padat yang umum
digunakan adalah alumina, gel silica, dan selulosa.
Kromatografi Afinitas
Kromatografi afinitas adalah alat yang penting dalam penelitian biomedis.
Teknik ini lebih bersifat preparatif daripada analitis, tetapi pemisahan tetap
pemisahan apapun tujuannya. Interaksi antara sebuah molekul protein dengan
molekul – molekul lain sering kali bersifat nonkovalen. Senyawa kompleks dibentuk
dengan melibatkan gaya tarik elektostatik dari gugus bermuatan ikatan hydrogen,
ikatan hidrofobik, dan gaya van der wals.
45
Penggolongan kromatografi berdasarkan pada teknik yang digunakan dapat dibagi
dua, yakni :
a. Kromatografi kolom, apabila komponen yang akan dilepaskan bergerak
bersama fase gerak melalui sebuah kolom kemudian setiap komponennya
terpisahkan berupa pita – pita.
b. Kromatografi planar, apabila kkomponen yang akan dipisahkan bergerak
bersama fase gerak melalui sebuah bidang datar. Senyawa dapat berupa noda.
Instrumen Kromatografi
1. Gas pembawa berfungsi sebagai pelarut(eluen) untuk kromatografi cair-gas
diganti oleh zat cair yang dipompa supaya bergerak cepat seperti gas.
2. System pemasukan cuplikan yaitu cuplikan yang kita masukkan bisa berupa
cairan padatan atau gas asalkan cuplikan mudah menguap pada suhu ditempat
masukan cuplikan senyawa organik yang sukar menguap dapat diubah
menjadi zat yang mudah menguap dengan mereaksikannya dengan zat lain.
3. Kolom merupakan tempat berlangsungnya pemisahan komponen campuran
kolom berupa tabung gelas atau logam dengan panjang 2 – 3 m dan garis
tengah dalam 2 – 4 mm. Tabung ini biasanya dibentuk melingkar supaya
mudah dimasukkan kedalam thermostat. Fase diam yang berupa cairan sukar
menguap dan stabil secara kimia diletakkan pada partikel zat padat penahan
didalam kolom.
46
BAB III
METOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
Gelas kimia 100 ml
Kertas saring
Mistar
Oven(untuk mengeringkan kertas saring)
Penutup mulut
Pipet tetes
Sarung tangan
3.1.2 Bahan
Aquades
Bunga mawar
Daun pandan
Daun papaya
Dietil eter
Etanol
Tinta biru
Tinta hitam
47
Tinta merah
3.2 Prosedur Percobaan
1. Disiapkan kertas saring, kemudian potong dengan ukuran panjang 13 cm
dan lebar 7cm.
2. Diberi noda (titik) tinta kecil dari batas bawah.
3. Dimasukkan kertas tersebut kedalam gelas kimia yang berisi aquades kira
– kira 20 ml, usahakan agar kertas saring yang berisi tinta tersebut terkena
cairan aquaades.
4. Dibiarkan air merembes naik, setelah selesai kemudian di ukur jarak yang
ditempuh.
5. Setelah diukur kemudian kertas saring tersebut dikeringkan ke dalam
oven.
6. Dihitung Rf dan masing – masing noda.
7. Diulangi lagi hal tersebut untuk tinta yang berbeda warna serta sari atau
ekstrak tumbuhan dengan menggunakan cairan yang berbeda,yaitu dengan
menggunakan etanol dan dietil eter.
48
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Pengamatan
Tinta/
EkstrakNoda
Jarak
Noda
Jarak
PelarutRf
Hitam
1
2
3
0 cm
0 cm
0 cm
5,5 cm
3 cm
5,5 cm
0 cm
0 cm
0 cm
Biru
1
2
3
0 cm
0 cm
0 cm
5,5 cm
3 cm
5,5 cm
0 cm
0 cm
0 cm
Merah
1
2
3
0 cm
2,5 cm
0 cm
5,5 cm
3 cm
5,5 cm
0 cm
0,83 cm
0 cm
Ekstrak
mawar
1
2
3
0 cm
2,5 cm
4,5 cm
5,5 cm
3 cm
5,5 cm
0 cm
0,83 cm
0,81 cm
Ekstrak
Pandan
1
2
3
5 cm
2,5 cm
4,5 cm
5,5 cm
3 cm
5,5 cm
0,9 cm
0,83 cm
0,81 cm
Ekstrak
Pepaya
1
2
3
5 cm
2,5 cm
4,5 cm
5,5 cm
3 cm
5,5 cm
0,9 cm
0,83 cm
0,81 cm
49
Keterangan :
1. Dietil eter
2. Etanol
3. Aquades
4.2 Perhitungan
Rf = jarak yangditempu hkomponen
jarak yang ditempuh pelarut
Harga Rf yang diperoleh dari tinta warna hitam
1. Pada pelarut dietil eter : Rf = jarak yangditempu h komponen
jarak yang ditempuh pelarut
=0cm
5,5 cm = 0 cm
2. Pada pelarut etanol : Rf = jarak yangditempu h komponen
jarak yang ditempuh pelarut
=0 cm3 cm
=0 cm
3. Pada pelarut aquades : Rf = jarak yangditempu h komponen
jarak yang ditempuh pelarut
=0cm
5,5 cm=0cm
Harga Rf yang diperoleh pada tinta warna biru
1. Pada pelarut dietil eter : Rf = jarak yangditempu h komponen
jarak yang ditempuh pelarut
=0cm
5,5 cm=0cm
2. Pada pelarut etanol : Rf = jarak yangditempu h komponen
jarak yang ditempuh pelarut
=0 cm3 cm
=0 cm
3. Pada pelarut aquades : Rf = jarak yangditempu h komponen
jarak yang ditempuh pelarut
50
=0cm
5,5 cm=0cm
Harga Rf yang diperoleh pada tinta warna merah
1. Pada pelarut dietil eter : Rf = jarak yangditempu h komponen
jarak yang ditempuh pelarut
=0cm
5,5 cm=0cm
2. Pada pelarut etanol : Rf = jarak yangditempu h komponen
jarak yang ditempuh pelarut
¿ 2,5 cm3cm
=0,83cm
3. Pada pelarut aquades : Rf = jarak yangditempu h komponen
jarak yang ditempuh pelarut
=0cm
5,5 cm=0cm
Harga Rf yang diperoleh pada ekstrak mawar
1. Pada pelarut dietil eter : Rf = jarak yangditempu hkomponen
jarak yang ditempuh pelarut
=0cm
5,5 cm=0cm
2. Pada pelarut etanol : Rf = jarak yangditempu h komponen
jarak yang ditempuh pelarut
¿ 2,5 cm3 cm
=0,83 cm
3. Pada pelarut aquades : Rf = jarak yangditempu hkomponen
jarak yang ditempuh pelarut
¿ 4,5 cm5,5 cm
=0,81cm
Harga Rf yang diperoleh dari ekstrak pandan
1. Pada pelarut dietil eter : Rf = jarak yangditempu h komponen
jarak yang ditempuh pelarut
=5cm
5,5 cm=0,9 cm
51
2. Pada pelarut etanol : Rf = jarak yangditempu hkomponen
jarak yang ditempuh pelarut
¿ 2,5 cm3 cm
=0,83 cm
3. Pada pelarut aquades : Rf = jarak yangditempu hkomponen
jarak yang ditempuh pelarut
¿ 4,5 cm5,5 cm
=0,81 cm
Harga Rf yang diperoleh dari ekstrak papaya
1. Pada pelarut dietil eter : Rf = jarak yangditempu hkomponen
jarak yang ditempuh pelarut
=5 cm
5,5 cm=0,9 cm
2. Pada pelarut etanol : Rf = jarak yangditempu hkomponen
jarak yang ditempuh pelarut
¿ 2,5 cm3 cm
=0,83 cm
3. Pada pelarut aquades : Rf = jarak yangditempu hkomponen
jarak yang ditempuh pelarut
¿ 4,5 cm5,5 cm
=0,81 cm
4.3 Pembahasan
Kromatografi adalah teknik pemisahan suatu zat yang didasarkan pada
perbedaan migrasi komponen – komponen yang dipisahkan diantara dua fase, yaitu
fase diam dan fase gerak.
Macam – macam kromatografi dibagi atas dua macam, yaitu berdasarkan
jenis fase dan teknik. Jenis – jenis kromatografi yang didasarkan pada jenis fase dapat
dibedakan menjadi :
52
1. Kromatografi gas – cair, bila fase geraknya berupa gas dan fase diamnya
cairan yang dilapiskan pada padatan pendukung yang inert.
2. Kromatografi gass – padat, bila fase geraknya berupa gas dan fase diamnya
berupa padatan yang dapat menyerap atau mengadsorp.
3. Kromatografi cair – cair, bila fase geraknya dan fase diamnya berupa cairan
dimana fase diamnya dilapiskan pada permukaan pendukung yang inert.
4. Kromatografi cair – padat, bila fase geraknya berupa cairan dan fase diamnya
berupa padatan yang amorf yang dapat menyerap.
Kromatografi berdasarkan teknik yang digunakan, yaitu :
a. Kromatografi kolom apabila komponen yang akan dipisahkan bergerak
bersama fase gerak melalui sebuah kolom kemudian setiap komponen
terpisahkan berupa zona – zona pita.
b. Kromatografi planar apabila komponen yang akan dipisahkan bergerak
bersama fase gerak dalam sebuah bidang datar.
Prinsip percobaan yaitu untuk memisahkan suatu zat yang pada percobaan
migrasi komponen yang dipisahkan diantara dua fase yaitu fase gerak dan fase diam,
untuk mengetahui sifat dari tinta maupun ekstrak tersebut apakah bersifat polar
maupun bersifat nonpolar.
Berdasarkan hasil percobaan didapatkan bahwa pada saat menggunakan tinta
dengan pelarut air atau aquades maka jarak noda untuk semua noda tinta bernilai 0
sehingga Rf nya bernilai 0. Hal ini disebabkan karena tinta yang digunakan bersifat
water fulf pada saat menggunakan tinta dengan pelarut etanol diapatkan jarak noda
untuk warna hitam dan biru bernilai 0 dan tinta merah memiliki jarak 2,5 cm, ini
menunjukkan bahwa tinta hitam dan biru bersifat water fulf terhadap etanol
sedangkan tinta merah tidak demikian sebab tinta menyebar dengan sendirinya pada
saat kertas saring dimasukkan kedalam larutan. Begitu pula dengan dietil eter , cara
dietil eter pada tinta sama halnya dengan aquades yang memiliki jarak noda 0
sehingga Rf nya juga 0. Pada saat menggunakan ekstrak tumbuhan dengan pelarut
53
air /aquades didapatkan yakni 0 untuk ekstrak mawar, dan ekstrak pandan dan pepaya
memiliki jarak noda yang sama yaitu 5 cm. Pada saat menggunakan ekstrak
tumbuhan dengan pelarut etanol,maka didapatkan jarak yang berbeda lagi. Ternyata
semua ekstrak bergerak pada jarak yang sama yaitu 2,5 cm. Ini sama halnya dengan
pelarut dieti eter yang memiliki jarak noda yang sama, yaitu 4,5 cm.
Jadi sifat – sifat pelarut tergantung jenis zat terlarut jika zat terlarut waterfulf.
Maka tidak akan ada pengaruh pada percobaan tetapi jika zat terlarut dapat melarut
dengan sempurna pada pelarut maka akan didapatkan jarak pelarut dan zat terlarut
yang kemudian akan menghasilkan harga Rf.
Fungsi perlakuan dimasukkan ekstrak maupun tinta tersebut kedalam dietil
eter, etanol, dan aquades yaitu untuk mengetahui sifat kepolaran dari ekstrak dan tinta
tersebut. Apabila ekstrak tersebut bereaksi dengan air(aquades) maka bersifat polar
dan apabila ekstrak dan tinta tersebut bereaksi dengan dietil eter, maka bersifat
nonpolar.
Larutan dikatakan polar jika terdapat ikatan antara logam dengan dimana
keelktronegatifan salah satu logam lebih besar,sedangkan nonpolar jika terdapat
ikatan antara logam dengan nonlogam dimana keelektronegatifan atom yang satu
dengan yang lain lebih kecil.
Rf adalah merupakan factor retardasi atau dinyatakan sebagai volume retensi
(V R ) atau waktu retensi (tR ). Semua ini adalah besaran yang menyatakan berapa lama
fraksi waktu molekul zat terlarut tinggal dalam fase bergerak. Masing – masing
senyawa mempunyai nilai R atau V R yang berbeda dengan perubahannya kombinasi
pelarut penyerap, dimana
R=( tm
tm+ t s), Rf =
jarak yangditempu h zat terlarutjarak yangditempu h fase bergerak
[ R1+R ] =Cm.Vm
Cs .Vs Ket : Vm = volume fase bergerak
Cm = Konsentrasi fase bergerak
54
Vs = volume fase diam
Cs = konsentrasi fase diam
Prinsip like dissolves like adalah suatu prinsip yang menyatakan bahwa suatu
larutan hanya akan larut pada larutan yang sesuai, dengan kata lain zat yang bersifat
polar akan larut pada pelarut polar dan suatu zat nonpolar pun akan larut pada pelarut
nonpolar.
Pada percobaan kali ini digunakan tiga macam pelarut,yaitu dietil eter, etanol,
dan aquades. Pada dietil eter memiliki sifat kepolaran nonpolar. Pada etanol
semipolar dan pada aquades bersifat polar. Pada percobaan ini didapatkan bahwa
pada tinta memiliki sifat kepolaran nonpolar, sedangkan pada seluruh ekstrak
tanaman memiliki
BAB V
PENUTUP
5.1 Penutup
Berdasarkan hasil percobaan didapatkan bahwa :
Dengan teknik kromatografi kita dapat mengetahui cara pemisahan yang
didasarkan pada perbedaan migrasi komponen – komponen yang akan
dipisahkan diantara dua fase, yaitu fase diam dan fase gerak.
Untuk mengetahui sifat dari larutan pada tinta maupun ekstrak dapat
dicoba dengan menggunakan pelarut dietil eter, etanol, dan aquades.
55
Apabila pada tinta maupun ekstrak tersebut bereaksi(merembes naik ke
atas kertas saring) pada pelarut dietil eter, maka ekstrak maupun tinta
tersebut bersifat nonpolar. Apabila pada tinta maupun ekstrak tersebut
bereaksi pada pelarut etanol, maka ekstrak maupun tinta tersebut bersifat
semipolar, dan apabila ekstrak maupun tinta tersebut bereaksi pada
aquades, maka ekstrak maupun tinta tersebut bersiifat polar. Dan
berdasarkan hasilnya pada ekstrak bersifat polar, karena larut pada
aquades, sedangkan etanol keduanya larut(bereaksi) karena memiliki
sifat kepolaran polar dan nonpolar, dan pada tinta bereaksi dengan dietil
eter karene memiliki sifat nonpolar.
Berdasarkan teknik yang digunakan kromatografi dapat digolongkan
menjadi dua, yaitu :
Kromatografi Kolom
Kromatografi Planar
5.2 Saran
Sebaiknya dilakukan penambahan percobaan kromatografi, bukan hanya
kromatografi planar saja, juga diadakan percobaan kromatografi kolom.
DAFTAR PUSTAKA
Keenan,dkk.1991.Kimia Untuk Universitas Jilid 1.Jakarta : erlangga
Oxtoby,dkk.2003.Prinsip – Prinsip Kimia Modern Edisi Keempat Jilid
1.Jakarta : erlangga
Underwood.1988.Analisis Kimia Kuantitatif.Jakarta : erlangga
56
PERCOBAAN 4
STOIKIOMETRI
57
LEMBAR PENGESAHAN
PRAKTIKUM KIMIA DASAR 1
PERCOBAAN 4
STOIKIOMETRI
Disusun Oleh:
58
1. Ana Arum Sari 0907035069
2. Arif Ari Wibowo 09070350
3. Maria Shelvy Tarigan 09070350
4. Tri Wahyu Septiani 09070350
5. Wardian Serdi 09070350
Samarinda, Desember 2009
Dosen Pembimbing Asisten
Nama: Nama:
NIM. NIM.
BAB 4
HASIL DAN PENGAMATAN
4.1. Hasil Pengamatan
4.1.1. Sistem NaOH-HCl
N
o
Volum
NaOH 1M
Volu
m HCl
1M
Suhu
NaOH
Suhu
HCl
Suhu
Campuran
1 2 ml 6 ml 28 27 30
2 4 ml 4 ml 29 28 31
3 6 ml 2 ml 29 28 30
59
4.1.2. Sistem NaOH-H2SO4
N
o
Volum
NaOH 1M
Volum
H2SO4 1M
Suhu
NaOH
Suhu
H2SO4
Suhu
Campuran
1 2 ml 6 ml 28 29 30
2 4 ml 4 ml 29 29 32
3 6 ml 2 ml 29 28 32
4.2. Reaksi Percobaan
- NaOH + HCl → NaCl + H2O
- 2NaOH + H2SO4 → Na2SO4 + 2H2O
4.3. Perhitungan
4.3.1. Perhitungan Stoikiometri Sistem NaOH-HCl
1. Diketahui V NaOH = 2 ml M NaOH = 1 M
60
PERCOBAAN 5
LAJU REAKSI
LEMBAR PENGESAHAN
PRAKTIKUM KIMIA DASAR 1
PERCOBAAN 5
LAJU REAKSI
61
Disusun Oleh:
1. Ana Arum Sari 0907035069
2. Arif Ari Wibowo 09070350
3. Maria Shelvy Tarigan 09070350
4. Tri Wahyu Septiani 09070350
5. Wardian Serdi 09070350
Samarinda, Desember 2009
Dosen Pembimbing Asisten
Nama: Nama:
NIM. NIM.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
62
Reaksi Kimia berlangung dengan laju yang berbeda-beda. Ada reaksi
yang berlangsung seketika, seperti ledakan dinamit. Ada juga reaksi yang
berlangsung sangat lambat, misalnya pengkaratan besi atau fasilisasi sisa
organisme. Selain itu laju reaksi dipengaruhi oleh beberapa faktor. Seperti
suhu, konsentrasi dan faktor lainnya. Laju reaksi adalah cepat lambatnya suatu
reaksi itu berlangsung atau perubahan konsentrasi pereaksi per satuan waktu.
Laju menyatakan seberapa cepat atau seberapa lambat suatu proses
berlangsung. Laju juga menyatakan besarnya perubahan yang terjadi dalam
satu satuan waktu. Satuan waktu tersebut dapat berupa detik, menit, jam, hari,
atau tahun. Setiap reaksi disertai suatu perubahan fisis yang dapat diamati,
seperti pembentukan endapan, gas, atau perubahan warna. Kelajuan reaksi
tersebut dapat di pelajari dengan mengukur dari salah satu perubahan tersebut.
Reaksi kimia adalah proses perubahan zat pereaksi menjadi produk. Seiring
dengan bertambahnya waktu reaksi, maka jumlah zat pereaksinya akan
semakin sedikit, sedangkan produk semakin banyak. Laju reaksi dinyatakan
sebagai laju berkurangnya pereaksi atau terbentuk produk. Setiap reaksi
disertai suatu perubahan fisis yang diamati, seperti pembentukan endapan, gas
atau perubahan warna. Kelajuan reaksi dapat dipelajari dengan mengukur
salah satu dari perubahan tersebut. Bagi reaksi yang menghasilkan gas, seperti
magnesium dengan asam klorida, maka kelajuan reaksinya dapat ditentukan
dengan mengukur perubahan intensitas warnanya. Bagi reaksi yang
menghasilkan endapan, maka kelajuan reaksinya dapat ditentukan dengan
mengukur waktunya yang diperlukan untuk membentuk sejumlah endapan.
Sebelum kita menghitung dan menganalisis laju reaksi, kita harus memahami
tentang kemolaran, terutama tentang penyediaan larutan dengan kemolaran
tertentu.
Bagaimanakah cara menyatakan laju reaksinya? apakah suatu reaksi
cepat atau lambat dapat diketahui dengan mudah melalui pengamatan
63
sepintas? untuk mengetahui cepatnya laju reaksi kita perlu melakukan
pengukuran. Kita ingat kembali bahwa reaksi kimia adalah proses perubahan
zat pereaksi menjadi produk, seiring dengan bertambahnya waktu reaksi,
maka jumlah zat pereaksi akan semakin sedikit dan produk yang terbentuk
akan semakin banyak. Oleh karena itu laju reaksi dapat dinyatakan sebagai
laju berkurangnya pereaksi atau laju terbentuknya produk.
Hal-hal diataslah yang akan dibahas lebih lanjut dalam perobaan ini.
Oleh karena itu percobaan ini dilakukan.
1.2 Tujuan Percobaan
- Mengetahui Pengertian dari Laju Reaksi
- Mengetahui Faktor-faktor yang mempengaruhi Laju Reaksi
- Membandingkan antara pengaruh suhu dan konsentrasi
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
64
Laju reaksi adalah cepat lambatnya suatu reaksi yang berlangsung.
Laju reaksi dapat dinyatakan sebagai perubahan konsentrasi pereaksi atau hasil reaksi
persatuan waktu konsentrasi biasanya dinyatakan dalam mol per liter, tetapi untuk
reaksi fase gas satuan konsentrasi dapat diganti dengan satuan tekanan seperti
atmosfer (atm) millimeter merkorium (mmhg) atau pascal (pa) satuan waktu dapat
berupa detik, menit, jam, hari, bulan bahkan tahun tergantung pada reaksi itu berjalan
cepat atau lambat. Untuk mengukur laju reaksi perlu menganalisis secara langsung
maupun tak langsung banyaknya produk yang terbentuk atau banyaknya pereaksi
yang tersisa setelah penggal-penggal waktu tertentu.
Teori yang mendasari tentang Laju reaksi dalam teori tumbukan teori
ini menjelaskan bahwa reaksi terjadi karena adanya tumbukan antara partikel-partikel
zat yang bereaksi. Oleh karena itu, sebelum dua atau lebih partikel saling
bertumbukan maka reaksi tidak akan terjadi / bereaksi, tapi tidak semua tumbukan
dapat menghasilkan reaksi karena tumbukan yang terjadi harus mempunyai energi
yang cukup untuk memutuskan ikatan-ikatan zat yang bereaksi. Jadi Laju reaksi akan
bergantung pada hal yaitu : - Frekuensi tumbukan
- Fraksi tumbukan yang melibatkan partikel dengan
energi cukup
- Fraksi partikel dengan energi cukup yang bertumbukan
dengan arah yang tepat
Tumbukan yang dapat menghasilkan reaksi disebut tumbukan efektif
sebelum terjadi tumbukan, partikel-partikel memerlukan suatu energi minimal yang
dikenal sebagai energi pengaktifan atau energi aktifasi (Ea). Energi pengaktifan atau
energi aktifasi adalah energi minimal yang diperlukan untuk berlangsungnya suatu
reaksi. Ketika reaksi sedang berlangsung akan terbentuk zat kompleks teraktifasi. Zat
kompleks teraktifasi berada pula pada puncak energi. Jika reaksi berhasil maka zat
kompleks teraktifasi akan terurai menjadi zat hasil reaksi.
65
Laju reaksi ditentukan melalui sebuah percobaan, yaitu dengan
mengukur banyaknya pereaksi yang dihasilkan atau banyaknya produk yang
dihasilkan pada selang waktu tertentu. Sebagai contoh, laju reaksi antara magnesium
dengan larutan HCl dapat ditentukan dengan mengukur jumlah salah satu produknya
yaitu gas hidrogen. Penentuan laju reaksi juga dapat dilakukan dengan cara fisika
maupun kimia. Dengan cara fisika, penentuan konsentrasinya dilakukan secara tidak
langsung yaitu berdasarkan sifat-sifat fisis campuran yang dipengaruhi oleh
konsentrasi campuran. Misalnya daya hantar listrik, tekanan (untuk reaksi gas),
adsorbs cahaya dan lainnya. Misalnya, daya hantar listrik. Penentuan secara kimia
dapat dilakukan dengan cara menghentikan reaksi secara tiba-tiba (reaksi dibekukan).
Setelang selang waktu tertentu, kemudian konsentrasinya ditentukan dengan metode
analisis kimia. Laju reaksi keseluruhan (dimana pengukurannya diperlukan beberapa
eksperimen) dikontrol oleh laju reaksi yang paling lambat. Langkah reaksi lambat ini
disebut juga dengan langkah penentuan laju reaksi. Sepanjang terdapat beberapa
macam laju yang berbeda langkah-langkahnya. Kita mengukur laju suatu reaksi,
sebenarnya kita mengukur langkah penentuan laju reaksi.
Untuk sistem homogen, laju reaksi umum dinyatakan sebagai laju
pengurangan konsentrasi molar pereaksi atau laju pertambahan konsentrasi molar
produk dalam satu-satuan waktu. Laju reaksi terbagi menjadi 2, yaitu :
1. Laju Rerata
Laju rerata adalah laju untuk selang waktu tertentu. Sebagai contoh jika reaksi
magnesium dengan HCl menghasilkan 10 ml gas. Hidrogen dalam waktu 20
detik, maka laju rerata reaksinya adalah :
V = 10 ml = 0,5 detik
20 ml detik
2. Laju Sesaat
Laju sesaat adalah laju reaksi pada saat tertentu, reaksi berubah dari waktu
ke waktu. Pada umumya, Laju reaksi makin kecil seiring dengan
66
bertambahnya waktu reaksi. Oleh karena itu, plat laju terhadap waktu
berbentuk garis melengkung.
Faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi.
a) Pengaruh konsentrasi
Secara umum konsentrasi pereaksi akan mempengaruhi laju reaksi,
pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi adalah khas untuk setiap reaksi.
Dalam beberapa kasus tertentu. Peningkatan salah satu pereaksi
memungkinkan terjadinya sedikit efek pada laju reaksi. Dari berbagai
percobaan menunjukkan bahwa makin besar konsentrasi, makin banyak zat-
zat yang bereaksi, sehingga makin besar kemungkinan terjadinya tumbukan,
zat yang bereaksi besar mengandung jumlah partikel yang lebih banyak,
sehingga partikel-partikelnya tersusunnya lebih rapat dibanding zat yang
konsentrasinya rendah. Partikel yang susunannya lebih rapat akan lebih sering
bertumbukan dibandingkan dengan partikel yang susunannya renggang,
sehingga kemungkinan terjadinya reaksi makin besar. Dengan ini dapat
disimpulkan bahwa, semakin tinggi konsentrasi suatu zat maka semakin cepat
reaksinya, sehingga makin besar pula laju reaksinya.
b) Pengaruh Luas Permukaan Bidang Sentuh
Suatu zat akan bereaksi apabila bercampur atau bertumbukan. Reaksi
dapat terjadi antara reaktan-reaktan yang fasenya sama, misalnya zat cair
dengan zat cair atau yang fasenya berbeda, misalnya zat cair dan zat padat. Pa
da pencampuran reaktan yang terdiri dari dua fase atau lebih tumbukan terjadi
pada permukaan zat. Suatu reaksi mungkin melibatkan pereaksi dalam bentuk
padat. Luas permukaan zat padat akan bertambah jika ukurannya diperkecil.
Semakin zat padat terbagi-bagi menjadi bagian-bagian kecil, maka semakin
cepat reaksi yang berlangsung. Bubuk zat padat biasanya menghasilkan reaksi
yang lebih cepat dibandingkan sebuah bongkah zat padat dengan massa yang
sama. Bubuk padat memiliki luas permukaan yang lebih besar daripada
67
sebuah bongkah zat padat. Pengaruh luas permukaan ini banyak diterapkan
didalam dunia industri, yaitu dengan menghaluskan terlebih dahulu bahan
yang berupa padatan sebelum direaksikan. Mengunyah makanan juga
merupakan upaya dalam rangk memperluaskan permukaan hingga penguraian
selanjutnya dapat berlangsung dengan lebih cepat. Reaksi kimia dapat
berlangsung jika molukel terlebih dahulu bertumbukan. Jadi dapat
disimpulkan bahwa semakin luas permukaan bidang sentuh, maka semakin
besar laju reaksinya.
c) Pengaruh Temperatur
Setiap partikel selalu bergerak, dengan menaikkan temprature, energi
gerak atau energi kinetik molukel akan bertambah, sehingga tumbukan lebih
sering terjadi. Itulah sebabnya reaksi kimia berlangsung lebih cepat pada
tempratur yang lebih tinggi. Disamping itu, temprature juga memperbesar
energi pontensial dari suatu zat, zat-zat yang energi pontensialnya kecil jika
bertumbukan sukar menghasilkan suatu reaksi karena sukar melampaui
energi pengaktifan. Dengan naiknya temprature energi potensial zat akan
menjadi lebih besar sehingga jika bertumbukan akan menghasilkan reaksi.
Harga tetapan laju reaksi (k) akan berubah bila suhunya berubah. Biasanya
kenaikan suhu sebesar 100o C akan menyebabkan kenaikan laju reaksi dua
atau tiga kali lipat, energi yang diperlukan untuk menghasilkan tabrakan
atau tumbukan yang efektif untuk menghasilkan tabrakan atau untuk
menghasilkan suatu reaksi disebut energi pengaktifan kinetik. Dengan ini
dapat disimpulkn bahwa semakin tinggi temprature, maka semakin besar laju
reaksinya.
d.) Pengaruh Tekanan
Banyak reaksi yang melibatkan pereaksi dalam wujud gas. Kelajuan
dari reaksi seperti itu juga mempengaruhi tekanan. Penambahan tekanan
dengan memperkecil volume akan memperbesar konsentrasi, dengan
68
demikian dapat memperbesar laju reaksi peningkatan tekanan pada reaksi
yang melibatkan gas pereaksi akan meningkatkan laju reaksi. Perubahan
tekanan pada saat pereaksi yang melibatkan hanya zat padat maupun zat cair
tidak memberikan perubahan apapun pada laju reaksi. Dalam proses
pembuatan ammonia dengan proses hober, laju reaksi antara hydrogen dan
nitrogen ditingkatkan dengan menggunakan tekanan yang sangat tinggi.
Alasan utama menggunakan tekanan tinggi adalah untuk meningkatkan
presentase amonia didalam keseimbangan campuran, namun hal ini juga
memberikan perubahan yang berarti pada laju reaksi juga. Industri yang
melibatkan pereaksi berupa gas banyak yang dilangsungkan pada tekanan
tinggi, misalnya pembuatan ammonia yang menggunakan tekanan hingga 400
atm.
e) Pengaruh Katalis
Katalis adalah zat yang dapat memperbesar laju reaksi, tetapi tidak
mengalami perubahan kimia secara permanen (kekal), sehingga pada akhir
reaksi zat tersebut dapat diperoleh kembali. Laju reaksi akan semakin cepat
jika pada reaktan ditambah katalis. Katalis akan menurunkan energi
pengaktifan. Jika energi pengaktifan kecil, maka akan banyak tumbukan yang
berhasil sehingga reaksi lebih cepat terjadi. Jika energi pengaktifan besar,
maka banyak tumbukan yang tidak berhasil karena tidak mempunyai energi
yang cukup untuk terjadinya reaksi sehingga reaksi berlangsung lambat.
Katalis menimbulkan efek nyata pada laju reaksi meskipun dalam jumlah
yang sangat sedikit. Dalam industri kimia banyak dilakukan upaya untuk
menemukan katalis yang akan mempercepat reaksi tertentu tanpa
meningkatkan katalis yang akan mempercepat reaksi tertentu tanpa
meningkatkan timbulnya produk yang tidak diinginkan. Katalis dibagi dalam
2 macam, yaitu :
- Katalis Positif .
69
Katalis Positif adalah memperbesar laju reaksi dengan cara
menemukan energy pengaktifan katalis positif disebut katalisator.
- Katalitas Negatif
Katalitas negatif adalah memperlambat laju reaksi dan disebut
inhibitor.
Katalitas dibagi menjadi beberapa macam berdasarkan wujudnya
a. Katalitas Homogen
Adalah katalitas yang dapat bercampur secara homogen dengan zat
pereaksinya karena mempunyai wujud yang sama.
b. Katalitas Heterogen
Adalah katalis yang tidak dapat bercampur secara homogen dengan
pereaksinya karena wujudnya berbeda. Untuk mengurangi emisi
pencemaran hidrokarbon yang tidak terbakar, karbonmonoksida,dan
nitrogen oksida dapat digunakan katalis. Katalis tersebut dikenal dengan
konventer katalik, yang dirancang sekaligus dapat menoksidasi
hidrokarbon dan karbon monoksida serta dapat merduksi nitrogen oksida.
c. Racun Katalis
Inhibitor yang dalam jumlah sangat sedikit mengurangi atau menghambat
kerja katalis.
d. Autokatalis
Adalah hasil reaksi yang bertindak sebagai katalis
e. Biokatalis
Adalah katalis yang mempercepat reaksi yang terjadi pada makhluk hidup
BAB 3
METEODOLOGI PERCOBAAN
70
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
- Termometer
- Gelas ukur
- Pipet tetes
- Penjepit tabung
- Tisu
- Hot plate
- Gelas kimia 100 ml
- Stopwatch
3.1.2 Bahan
- Larutan Na2S2O3 0.1 M
- Larutan HCl 1M
- Larutan Na2S2O3 0,2 M
- Larutan HCl 2M
- Kertas
3.2 Prosedur Percobaan
1. Pengaruh Konsentrasi pada laju reaksi
- Siapkan 2 gelas kimia dan isi masing-masing 2 ml larutan Na2S2O3 0,1M
dan 3 ml larutan HCl 1M
- Masukkan larutan Na2S2O3 kedalam larutan HCl 1M
- Letakkan campuran larutan tersebut pada kertas yang telah diberi tanda
silang
- Catat waktu yang diperlukan sejak penambahan larutan HCl hingga tanda
silang tidak terlihat lagi
71
- Ulangi langkah yang sama pada larutan Na2S2O3 0,1 M dengan HCl 2M
dan Na2S2O3 0,2M dengan HCl 2M
2. Pengaruh Suhu pada laju reaksi
- Siapkan 2 gelas kimia dan isi masing-masing 2 ml Na2S2O3 larutan 0,1 M
dan 3 ml larutan HCl 1M
- Panaskan larutan Na2S2O3 Pada hotplate hingga suhunya 40oC, dan
letakkan diatas kertas yang diberi tanda silang
- Campurkan larutan HCl 1M tersebut tadi kedalam Na2S2O3 larutan yg
dipanaskan tadi & dihitung waktunya hingga tandanya hilang
- Ulangi langkah yang sama pd larutan Na2S2O3 0,1 M dengan HCl 2M dan
Na2S2O3 0.2M dengan HCl 2M
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
72
4.1 Data Pengamatan
1. Pengaruh Konsentrasi Pada laju reaksi
[Na2S2O3] [HCl] t V0,1 M 1 M 621 s 1,61x10-3
0,1 M 2 M 191 s 5,23x10-3
0,2 M 2 M 70 s 14x10-3
Dik : Na2S2O3 = 2 ml
Hcl = 3 ml
2. Pengaruh Suhu pada laju reaksi (40oC)
Dik : Na2S2O3 = 2 ml
Hcl = 3 ml
4.2 Reaksi
Na2S2O3 + 2HCl 2NaCl + H2O + S + SO2
4.3 Perhitungan
4.3.1 Pengaruh Konsentrasi pada laju reaksi
a. Orde Reaksi
V 3
V 2
=k [Na2 s2O3]
n
k [Na2 s2O3]n
[HCl ]m
[HCl ]m
V 2
V 1
=k [Na2 s2O3]
n
k [Na2 s2O3]n
[HCl ]m
[HCl ]m
73
[Na2S2O3] [HCl] t V0,1 M 1 M 106 s 9,4x10-3
0,1 M 2 M 58 s 17x10-3
0,2 M 2 M 26 s 3x10-2
14 ×10−3
5,23× 10−3 =k [0,2]n
k [0,1]n[2]m
[2]m
5,23× 10−3
1,61× 10−3 =k [0,1]n
k [0,1]n[2]m
[1]m
2,73=2n 3,24=2m
n=2log 2.73 m=2 log3,24
¿ log 2,73log 2
¿ log 2,73log 2
¿ 0,440,3
¿ 0,5100,3
n=1,47 m=1,7
OrdeTotal=n+m
¿1,47+1,7
¿3,17
b. Konsentrasi Laju Reaksi
V1=k [ Na2 S 2O3 ]n [ HCl ]m
k=V 1
[Na2 S2O3 ]n [ HCl ]m
¿ 1,61×10−3
[0,1]1,47[1]1,7
¿ 1, 61 ×10−3
3 , 3×10−2
¿4,8 × 10−2
c. Persamaan Laju Reaksi
V1=k [ Na2 S 2O3 ]n [ HCl ]m
¿4,8 × 10−2 [Na2 S2O3 ]1,47 [ HCl ]1,7
4.3.2 Pengaruh Suhu pada Laju Reaksi
74
a) Orde Reaksi
V 3
V 2
=k [Na2 s2O3]
n
k [Na2 s2O3]n
[HCl]m
[HCl]m
V 2
V 1
=k [Na2 s2O3]
n
k [Na2 s2O3]n
[HCl ]m
[HCl ]m
3×10−2
17 ×10−3 =k [0,2]n
k [0,1]n
[2]m
[2]m
17 ×10−3
9,4 ×10−3 =k [0,1]n
k [0,1]n[2]m
[1]m
2,23=2n 1,83=2m
n=2log 2.23 m=2 log1,83
¿ log 2,73log 2
¿ log 2,73log 2
¿ 0,350,3
¿ 0,260,3
n=1,17 m=0,87
OrdeTotal=n+m
¿1,17+0,87
¿2,04
b. Konsentrasi Laju Reaksi
V1=k [ Na2 S 2O3 ]n [ HCl ]m
k=V 1
[Na2 S2O3 ]n [ HCl ]m
¿ 9 , 4 ×10−3
[0 , 1]1 ,17 [1]0 ,87
¿ 9 , 4 ×10−3
67 , 6 ×10−3
¿13 ×10−3
c. Persamaan Laju Reaksi
V1=k [ Na2 S 2O3 ]n [ HCl ]m
¿13 ×10−3 [ Na2 S2O3 ]1,17 [ HCl ]0,87
75
4.4 Pembahasan
Laju reaksi adalah cepat lambatnya suatu reaksi itu berlangsung atau
perubahan konsentrasi pereaksi per satuan waktu. Laju reaksi menyatakan
berkurangnya konsentrasi pereaksi atau bertambahnya konsentrasi zat hasil reaksi
setiap satuan waktu (detik).
Fungsi bahan yang digunakan yaitu untuk membandingkan
konsentrasi yang mana yang paling cepat berlangsung / bereaksi yaitu pada larutan
yang memiliki konsentrasi yang lebih besar, ini disebabkan karena semakin semakin
besar konsentrasi larutan, maka laju reaksinya akan semakin besar. Sebaliknya,
semakin kecil konsentrasinya, maka laju reaksinya akan semakin kecil. Bahan yang
paling cepat bereaksi yaitu pada larutan Na2S2O3 0,2 M dan HCl 2 M dan yang paling
lambat bereaksi adalah Na2S2O3 0,1 M & HCl 0,1 M.
Fungsi Perlakuan yaitu untuk mendapatkan nilai atau waktu dari
Persamaan laju reaksi. Fungsi dimasukkan cara Na2S2O3 yaitu untuk mengetahui
waktu tempuh pd reaksi, apakah berlangsung cepat atau lambat, sedangkan fungsi
dipanaskan yaitu untuk membandingkan yang mana lebih cepat bereaksi, apakah
lebih cepat setelah dipanaskan atau sebelum dipanaskan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi yaitu :
1) Konsentrasi
Jika konsentrasi suatu zat semakin besar maka laju reaksinya semakin
besar pula dan sebaliknya jika konsentrasi semakin kecil maka laju reaksinya
semakin kecil pula. Untuk beberapa reaksi dapat dinyatakan dengan
persamaan matematik yang dikenal dengan hukum laju reaksi atau persamaan
laju reaksi. Pangkat-pangkat dalam persamaan laju reaksi dinamakan orde
reaksi.
2) Luas Permukaan
76
Reaksi yang berlangsung dalam sistem homogen sangat berbeda
dengan reaksi yang berlangsung dalam sistem heterogen. Pada reaksi yang
homogen, campuran zatnya bercampur seluruhnya, hal ini dapat mempercepat
berlangsungnya reaksi kimia karena molukel-molukel ini dapat bersentuhan
satu sama lainnya. Dalam sistem heterogen, reaksi hanya berlangsung pd
bidang-bidang perbatasan dan pada bidang-bidang yang bersentuhan dari
kedua fase. Reaksi kimia ini dapat berlangsung jika molukel-molukel, atom-
atom, atau ion-ion dari zat-zat yang bereaksi lebih dahulu bertumbukan,
makin halus suatu zat, maka semakin luas permukaannya, sehingga makin
besar kemungkinan bereaksi & cepat berlangsung.
3) Tekanan
Peningkatan tekanan pada reaksi yang melibatkan gas pereaksi akan
meningkatkan laju reaksi. Perubahan tekanan pada suatu reaksi yang
melibatkan hanya padat maupun zat cair tidak memberikan perubahan apapun
pada laju reaksi. Penambahan tekanan yang memperkecil volume akan
memperbesar konsentrasi, dengan demikian dapat memperbesar laju reaksi.
4) Suhu/temperature
Laju reaksi meningkat dengan naiknya suhu. Biasanya kenaikan suhu sebesar
10oC akan menyebabkan kenaikan laju reaksi sebesar dua atau tiga kali.
Kenaikan laju reaksi ini disebabkan dengan kenaikan suhu akan menyebabkan
makin cepatnya molukel-molukel pereaksi bergerak sehingga memperbesar
kemungkinan terjadi tabrakan antar molukel.
5) Katalis
Katalis dapat mempercepat laju reaksi dengan jalan menurunkan energi
pengaktifan suatu reaki. Katalis adalah zat kimia yang dapat meningkatkan
laju reaksi tanpa dirinya mengalami perubahan kimia secara permanen.
77
Orde reaksi adalah bilangan pangkat (eksponen) yg menyatakan
bertambahnya laju reaksi akibat naiknya konsentrasi larutan. Orde nol adalah apabila
konsentrasi pereaksi yang tidak mempengaruhi laju reaksinya. Orde negatif yaitu
apabila Laju Reaksi berbanding terbalik dengan Konsentrasi Pereaksinya atau
konsentrasi reaktan. Orde satu yaitu apabila laju reaksinya berbanding lurus terhadap
konsentrasi pereaksinya dan orde dua yaitu apabila laju pereaksinya merupakan
pangkat dua dari konsentrasi pereaksinya.
Tujuan dipanaskan 40oC yaitu karena pada suhu 40oC dekat dengan
suhu ruangan umumnya yaitu sekitar 28-30oC dengan dipanaskan pada suhu tersebut
memudahkan kita membandingkan antara suhu yang dipanaskan dengan konsentrasi
atau suhu ruangan. Karena memiliki suhu yang tidak terlalu jauh, sedangkan apabila
kita mengambil suhu diatas 40oC maka kita akan kesulitan dalam membandingkan
konsentrasi tersebut. Pada percobaan larutan Na2S2O3 dipanaskan hingga 40oC, hal ini
didasarkan pada kenaikan suhu setiap 10oC, maka laju reaksi akan berlangsung dua
atau tiga kali lipat. Dalam percobaan suhu ruangan dianggap 20oC, dan mengalami
kenaikan suhu 10oC, maka suhu dinaikan menjadi 40oC, sehingga laju reaksi
berlangsung lebih cepat.
Berdasarkan hasil percobaan maka kita sudah dapat menentukan
persamaan laju reaksi antara konsentrasi dengan suhu yang telah dipanaskan.
1) Konsentrasi terhadap laju reaksi
a) Orde reaksi
V 3
V 2
=k [Na2 s2O3]
n
k [Na2 s2O3]n
[HCl]m
[HCl]m
V 2
V 1
=k [Na2 s2O3]
n
k [Na2 s2O3]n
[HCl ]m
[HCl ]m
14 ×10−3
5,23× 10−3 =k [0,2]n
k [0,1]n[2]m
[2]m
5,23× 10−3
1,61× 10−3 =k [0,1]n
k [0,1]n[2]m
[1]m
2,73=2n 3,24=2m
78
n¿log 2,73
log 2m= log 3,24
log2
¿ 0,440,3
¿ 0,5100,3
n=1,47 m=1,7
OrdeTotal=n+m
¿1,47+1,7
¿3,17
b. Konsentrasi Laju Reaksi
V1=k [ Na2 S 2O3 ]n [ HCl ]m
k=V 1
[Na2 S2O3 ]n [ HCl ]m
¿1,61 ×10−3
[0,1]1,47[1]1,7
¿4,8 × 10−2
c. Persamaan Laju Reaksi
V1=k [ Na2 S 2O3 ]n [ HCl ]m
¿4,8 × 10−2 [Na2 S2O3 ]1,47 [ HCl ]1,7
2) Pengaruh Suhu pada Laju Reaksi
a) Orde Reaksi
V 3
V 2
=k [Na2 s2O3]
n
k [Na2 s2O3]n
[HCl]m
[HCl]m
V 2
V 1
=k [Na2 s2O3]
n
k [Na2 s2O3]n
[HCl ]m
[HCl ]m
79
3×10−2
17 ×10−3 =k [0,2]n
k [0,1]n
[2]m
[2]m
17 ×10−3
9,4 ×10−3 =k [0,1]n
k [0,1]n[2]m
[1]m
2,23=2n 1,83=2m
n ¿log 2,23
log 2m= log 1,83
log 2
¿ 0,350,3
¿ 0,260,3
n=1,17 m=0,87
Ordetotal=n+m
¿1,17+0,87
¿2,04
b) Konsentrasi Laju Reaksi
V1=k [ Na2 S 2O3 ]n [ HCl ]m
k=V 1
[Na2 S2O3 ]n [ HCl ]m
¿9 , 4 ×10−3
[0 , 1]1 ,17 [1]0 ,87
¿ 9 , 4 ×10−3
67 , 6 ×10−3
¿13 ×10−3
c) Persamaan Laju Reaksi
V1=k [ Na2 S 2O3 ]n [ HCl ]m
¿13 ×10−3 [ Na2 S2O3 ]1,17 [ HCl ]0,87
Teori Tumbukan ini didasarkan atas teori Kinetik gas yang
mengamati tentang bagaimana suatu reaksi kimia dapat terjadi. Menurut teori tersebut
kecepatan reaksi antara 2 jenis molukel A dan B sama dengan jumlah tumbukan yang
terjadi per satuan waktu sebanding dengan konsentrasi A dan konsentrasi B. Jadi
semakin besar konsentrasi A dan konsentrasi B akan semakin besar pula jumlah
tumbukan yang terjadi.
80
Berdasarkan hasil yang didapat, terlihat jelas bahwa pada suhu
dipanaskan akan lebih cepat laju reaksinya jika kita bandingkan dengan konsentrasi
atau suhu ruangan, ini disebabkan karena energi gerak atau energi kinetik molukel
akan bertambah ketika dipanaskan sehingga tumbukan lebih sering terjadi.
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan maka dapat
disimpulkan bahwa :
- Laju reaksi adalah cepat lambatnya suatu reaksi itu berlangsung atau
perubahan konsentrasi perubahan konsentrasi pereaksi per satuan waktu.
Laju menyatakan seberapa cepat atau seberapa lambat suatu proses
berlangsung, laju juga menyatakan besarnya perubahan yang terjadi dalam
satuan waktu.
81
- Faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi adalah :
a) Konsentrasi
b) Suhu
c) Tekanan
d) Luas Permukaan
e) Katalis
Tetapi dalam percobaan ini factor-faktor yang mempengaruhi yaitu
faktor suhu dan faktor konsentrasi.
- Laju reaksi yang dipengaruhi oleh suhu dan konsentrasi mengalami
perbedaan, suhu dapat memperbesar laju reaksi lebih cepat dari pada
pengaruh konsentrasi. Karena energi gerak atau energi kinetik molukel
akan bertambah ketika suhu dinaikan sehingga tumbukan lebih sering
terjadi, disamping itu, suhu juga memperbesar energi potensial dari suatu
zat-zat yang energi potensialnya kecil jika bertumbukan sukar
menghasilkan suatu reaksi karena sukar melampaui energi pengaktifan,
- energi potensial zat akan menjadi lebih besar sehingga jika bertumbukan
akan menghasilkan energi.
5.2 Saran
Sebaiknya dalam percobaan ini pemanas yang digunakan ditambah
jumlahnya, agar setiap kelompok mendapatkan 1 pemanas, selain itu pada percobaan
ini jangan suhu dan konsentrasi saja yang mempengaruhinya, tetapi juga factor-faktor
lain yang mempengaruhi laju reaksi.
82
DAFTAR PUSTAKA
Keenan, Kleinfelter. 1964. Kimia Universitas Jilid 1. Jakarta : Erlangga
Sukaryo. 1989. Kimia Fisika. Jakarta : Bhineka Cipta
Wood, Charles. 1996. Ilmu Kimia Untuk Universitas. Jakarta : Erlangga
83
84
PERCOBAAN 6
SIFAT-SIFAT UNSUR
LEMBAR PENGESAHAN
PRAKTIKUM KIMIA DASAR 1
PERCOBAAN 6
SIFAT-SIFAT UNSUR
85
Disusun Oleh:
1. Ana Arum Sari 0907035069
2. Arif Ari Wibowo 09070350
3. Maria Shelvy Tarigan 09070350
4. Tri Wahyu Septiani 09070350
5. Wardian Serdi 09070350
Samarinda, Desember 2009
Dosen Pembimbing Asisten
Nama: Nama:
NIM. NIM.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Unsur merupakan zat tunggal yang tidak dapat diuraikan menjadi zat lain
yang jauh lebih sederhana. Jenis-jenis unsur tidaklah terlalu banyak. Hal ini dapat
dilihat dari keberadaan unsure ddi ala mini yang hanya terdapat 90 jenis unsur.
Unsur-unsur dapat digolongkan menjadi 2 jenis, yaitu unsur yang bersifat non logam
dan bersifat logam. Pada praktikum kali ini, jenis unsure yang akan dibahas adalah
unsur yang bersifat logam. Dalam sistem periodik, unsur-unsur yang bersifat logam
digolongkan pada golongan IA dan golongan IIA.
86
Unsur-unsur pada golongan IA ( kecuali hidrogen ), merupakan logam-logam
alkali. Kata alkali berasal dari bahasa arab yang berarti abu, Air abu bersifat basa,
sebab, logam alkali jika bereaksi dengan air membentuk suatu basa, khususnya basa
kuat maka dari itu disebut logam alkali.
Unsur-unsur pada golongan IIA merupakan logam-logam alkali tanah. Logam
alkali tanah juga membentuk basa, tetapi lemah dari golongan alkali. Berbeda dengan
golongan IA, senyawa dari logam IIA banyak yang sukar larut dalam air. Unsur-
unsur golongan IIA umumnya ditemukan dalam tanah berupa senyawa tak larut. Oleh
karena itu disebut logam Alkali Tanah.
Golongan IA dan golongan IIA bersifat elektropositif dan merupakan
reduktor. Golongan alkali dan alkali tanah mempunyai elektron valensi 1 dan valensi
2. yaitu dengan konfigurasi ns1 dan ns2. sehingga untuk mencapai konfigurasi stabil
(gas mulia) golongan alkali dan alkali tanah melepaskan elektron valensinya, masing-
masing membentuk +1 dan +2.
Dalam percobaan kali ini, akan dibahas beberapa sifat- sifat unsur golongan.
Disini akan dilihat bagaimana perbedaan kereaktifan golongan IA dan golongan IIA,
dan bagaimana menentukan kelarutan garam sulfat dan garam hidroksida dari
endapan yang terbentuk. Hal-hal itulah yang akan dibahas dalam laporan ini. Oleh
karena itu percobaan laju reaksi ini dilakukan.
1.2 Tujuan Percobaan
- Mempelajari beberapa sifat unsur
- Mempelajari kereaktifan unsur-unsur
- Mempelajari perbedaan kelarutan garam antara garam sulfat dan garam
hidroksida
87
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Golongan IA
Nama lain dari golongan IA adalah alkali. Unsur-unsur yang terdapat pada
golongan IA adalah lithium (Li), Natrium (Na), Kalium (K), Rubidium (Rb), Cesium
(Cs) ,dan Fransium (Fr). Susunan elektron valensi logam alkali tanah adalah ns1.
logam alkali nmerupakan reduktor kuat karena mudah melepaskan 1 elektron pada
kulit terluarnya. Reaktifitas unsur-unsur ini akan bertambahdari atas kebawah.
Karena sangat reaktif, sehingga tidak terdapat dalam keadaan bebas di alam, tetapi
dalam bentuk senyawa. Oleh karena itu logam ini sangat reaktif, mudah bereaksi
88
dengan air dan oksigen, maka biasanya llogam ini disimpan dalam bentuk minyak
tanah atau parafin. Lithium, unsur yang berada paling atas, bereaksi lambat dengan
air. Sedangkan yang lainnya bereaksi cepat dan eksoterm.
2M + 2H2O 2MOH + H2
Karena reaksi ini sangat eksotermik dan alkali sangat reaktif terhadap air,
maka gas H2 dihasilkan akan segera terbakar dan menyala disertai nyala api. Dan
larutan yang terbentuk akan bersifat basa dan berubah warna larutannya menjadi
merah saat di tetesi indikator PP. Warna merah menggambarkan bahwa basa yang
terbentuk merupakan basa kuat.
Setiap golongan pada sistem periodik kimia mempunyai sifat fisika dan sifat
kimia tersendiri yang membedakan dengan golongan yang lai. Adapun sifat fisika
dari logam alkali akan dibentuk dan digolongkan sebagai berikut :
- Jari-jari atom besar
- Energi ionisasi, afinitas elektron dan keelektronegatifan yang rendah
- Reduksi yang hebat
- Bereaksi hebat dengan air,hidrogen,oksigen dan halogen
- Penghantar panas dan listrik yang baik
- Logam yang lunak
Sedangkan beberapa sifat kimiawi yang dimiliki logam alkali akan
dijabarkan sebagai berikut
- Mudah bereaksi dengan udara membentuk oksida dan garam karbonat
- Berekasi dengan beberapa unsur non halogen, misalnya dengan oksigen
menghasilkan oksida
Reaksi : 2 Na + ½ O2 NaO
- Bereaksi dengan asam klorida, menghasilkan gas hidrogen
Reaksi : 2Na + 2HCL 2NaCl + H2
Alkali mempunyai warna khas dan dapat dibuat melalui proses elektrolisis.
Sifat-sifat logam alkali berubah sesuai dengan perubahan nomornya. Kereaktifan
89
logam alkali, berkaitan dengan elektron valensi yang hanya satu serta jari-jari atom
yang besar. Logam alkali yang berbentuk senyawa banyak dimanfaatkan dalam
kehidupan sehari-hari. Beberapa kegunaan logam dan senyawa alkali akan
dijabarkan sebagai berikut :
- Logam natrium digunakan dalam pembuatan centra etil yaitu suatu bahan
untuk meninggalkan bilangan oktan
- Logam lithium digunakan sebagail anode pada baterai
- Logam Cs dan Rb digunakan sebagai Katode pada lampu elektronik
- NaHCO3 ( Natrium Hidrogen Karbonat ) atau lebih dikenal dengan soda
kue
- KNO3 ( Kalium Nitrat ) digunakan sebgai bahan peledak
Telah dijelaskan sebelumnya, bahwa golongan IA terdapat di alam dalam
bentuk senyawa. Oleh karena itu, terdapat beberapa cara memperoleh logam alkali.
Hal tersebut akan dijelaskan sebagai berikut :
- Logam Na diperoleh dengan cara elektrolisis NaCl cair pada tempratur
600oC dengan elektroda besi
- Logam K iperoleh dengan cara mengalirkan uap natrium dalam larutan
KCl dan menggunakan prinsip Le chatelier.
- Lagam Rb dan Cs diperoleh dengan prinsip Le chatelier menggunakan
logam Ca sebagai agen pereduksi.
Golongan IIA
Nama lain dari golongan IIA adalah alkali tanah. Unsur-unsur yang terdapat
pada golongan IIA adalah Berilium (Be), Magnsium (Mg), Calsium (Ca), Stronsium
(Sr), Barium (Ba) dan Radium (Ra). Susunan elektron valensi logam alkali adalah ns2
sama halnya dengan logam alkali , logam alkali tanah juga bersifat reduktor. Karena
mampu melepaskan 2 elektron pada kulit terluarnya. Namun jika dibandingkan
dengan logam alkali, daya reduksi logam alkali tanah lebih lemah. Reaktifitasnya
90
bertambah dari atas kebawah. Logam alkali tanah dengan mudah bereaksi dengan
unsur non logam dan air, membentuk basa dan nitrogen. Berilium tidak bereaksi
dengan air maupun uap air. Magnesium bereaksi dengan air panas, sedangkan
kalsium, stronsium, dan barium bereaksi dengan air dingin.
M + 2H2O M(OH)2 + H2O
Sifat-sifat logam alkali tanah bermiripan dengan logam alkali. Tetapi yang
telah disebutkan di atas, logam alkali tanah kurang reaktif dibandingkan dengan
logam alkali superiode. Be kurang reaktif jika dibandingkan Li, Mg kurang bereaktif
jika dibandingkan Na, dan seterusnya. Hal ini disebabkan jari-jari atom logam alkali
tanah lebih kecil dari pada logam alkali. Larutan yang bersifat basa yang bereaksi
akan menghasilkan warna lembayung muda saat ditetesi indikator fenolftalien (PP).
Warna ini menggambarkan bahwa basa yang terbentuk berupa basa lemah.
Sama halnya dengan logam alkali, logam alkali tanah juga memiliki sifat
fisika dan sifat kimiawi. Adapun sifat fisika dari logam alkali tanah akan dijabarkan
sebagai berikut :
- Jari-jari atom lebih kecil dari pada logam alkali seperiode
- Energi Ionisasi, Afinitas elektron dan Keelektronegatifan lebih besar dari
pada logam alkali seperiode
- Reduktor yang baik (daya reduktor lebih lemah dibandingkan llogam
alkali)
- Lgam alkali tanah kurang reaktif jika dibandingakn logam alkali
seperiode.
- Garam logam alkali tanah menghasilkan nyala dengan warna-warna
tertentu
- Titki cair dan kekerasan melebihi logam alkali
Sedangkan beberapa sifat kimiawi juga dimiliki logam alkali tanah. Akan
dijabarkan sebagai berikut :
91
- Magnesium terbakar diudara dengan nyala terang menghasilkan MgO
yang berupa serbuk putih.
Reaksi : 2Mg + O2 2MgO
- Berekasi dengan asam menghasilkan gas hidrogen.
Reaksi : Ca + 2HCl CaCl2 + H2
- Bereaksi dengan air (kecuali Be) membentuk hidroksida dan gas hidrogen
Reaksi : Ba + 2H2O Ba(OH)2 + H2
Golongan IIA umumnya ditemukan berupa senyawa tak larut. Bebrapa
kegunaan logam dan senyawa alkali tanah akan dijabarkan sebagai berikut :
- Logam berilium untuk membuat logam campuran atau jendela sinar X
- Magnesium dan senyawanya digunakan untuk membuat logam campuran,
kembang api, serta bahan obat maag.
- CaCO3 (Kalsium Karbonat) digunakan sebagai bahan pembuat kaca
- CaO (Kalsium Oksida) digunakan sebagai bahan bangunan
- Ca(OH)2 (Kalsium Hidroksida) digunakan untuk pengolahan air limbah
- Ca3 (PO4)2 (Kalsium Fusfet) digunakan untuk membuat pupuk
- Sr (NO3)2 (Stronsium Nitrat) digunakan untuk membuat kembang api
- BaSO4 (Barium Sulfat) digunakan sebagi bahan pemutih. Untuk cat putih,
pengisi karet utnuk menambah kekuatan dan untuk mengisi kertas agar
tinta tidak tembus.
Telah dijelaskan sebelumnya, bahwa golongan IIA terdapat dialam dalam
bentuk senyawa. Oleh karean itu, terdapat beberapa cara memperoleh logam alkali
tanah. Hal tersebut akan dijelaskan sebagai berikut.
- Berilium diperoleh melalui elektrolisis lelehan berilium klorida dengan
penambahan.
- Magnesium diperoleh dari ekstrak karnalit dan ddolomit
Sifat – Sifat Periodik Unsur
92
Sifat periodik adalah sifat berubah secara beraturan sesuai dengan kenaikan
nomor atom. Yaitu dari kiri kekanan dalam satu periode, atau dari atas kebawah
dalam satu golongan. Sifat-sifat periodik yang akan dibahas meliputi jari-jari atom,
energi ionisasi, afinitas elektron, keelektronegatifan, titik cair dan titk didih.
1. Jari-jari Atom
Jari-jari atom menyatakan jarak dari inti atom hingga kulit elektron terluar.
a. Dalam satu golongan, dari atas kebawah. Jari-jari atom bertambah besar
b. Dalam satu periode, dari kanan kekiri, jari-jari atom bertambah besar
2. Energi Ionisasi
Energi ionisasi adalah energi yang menyertai suatu zat dalam mengion
keperiodikan energi ionisasi dinyatakan sebagai berikut :
a. Dalam satu golongan, dari bawah keatas , energi ionisasi bertambah
besar.
b. Dalam setu periode, dari kiri kekanan energi ionisasi bertambah besar
3. Afinitas Elektron
Afinitas elektron adalah energi yang menyertai proses penambahan 1 elektron
pada 1 atom netral dalam wujud gas, sehingga terbentuk ion bermuatan -1.
keperiodikan afinitas dinyatakan sebagai berikut :
a. Dalam satu golongan, dari atas kebawah , afinitas elektron bertambah
besar
b. Dalam satu periode, dai kiri kekanan, afinitas elektron bertambah besar
4. Keelektronegatifan
Keelektronegatifan merupakan suatu bilangan yang menyatakan
kecenderungan relatif dari suatu unsur untuk menarik elektron ke pihaknya
dalam ikatan kimia. Keperiodikan keelektronegatifan dinyatakan sebagai
berikut :
a. Dalam satu golongan, dari bawah ke atas, keelektronegatifan bertambah
besar
93
b. Dalam satu periode,dari kiri kekanan keelektronegatifan bertambah besar
5. Titik Cair dan Titik Didih
a. Dalam satu golongan,a da dua jenis kecenderungan
- IA dan IIA, dari atas kebawah, bertambah kecil
- VA dan VIIIA, dari atas kebawah, bertambah besar
b. Dalam satu periode, dari kiri kekanan, titik cair dan titik didih naik
sampai golongan IVA. Kemudian turun
Kelarutan garam sulfat dalam satu golongan dari atas kebawah semakin
kecil, sedangkan garam hidroksida, dalam satu golongan semaikin besar. Ksp adalah
tetapan hasil kali kelarutan dalam suatu senyawa. Ksp garam sulfat golongan IIA
yaitu : CaSO4 9,1 x 10-6 , SrSO4 7,6 x 10-1, BaSO4 1,1 x 10-10, Ksp garam hidroksida
golongan IIA yaitu : Be(OH)2 2 x 10-18 , Mg(OH)2 1,8 x 10-11 , Ca(OH)2 5,5 x 10-6 ,
Sr(OH)2 3,2 x 10-4 dan Ba(OH)2 5 x 10-3
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
- Gelas Kimia
- Alat Pemanas
- Pinset
- Pipet Tetes
- Tabung Reaksi
- Tissu
94
3.1.2 Bahan
- Pita Mg
- Logam K
- Indikator PP
- Aquades
- Larutan CaCl2 0,1 M
- Larutan BaCl2 0,1 M
- Larutan H2SO4 0,1 M
- Larutan NaOH 0,5 M
3.2 Prosedur Percobaan
3.2.1 Kelarutan Garam Sulfat
a. Larutan BaCl + Larutan H2SO4
- Diisi larutan BaCl2 0,1 M sebanyak 1 ml kedalam tabung reaksi
- Dicampurkan larutan H2SO4 0,1 M sebanyak 1 ml
- Diperhatikan Endapan yang terbentuk
b. Larutan CaCl2 + Larutan H2SO4
- Diisi larutan CaCl2 0,1 M sebanyak 1 ml kedalam tabung reaksi
- Dicampurkan larutan H2SO4 0,1 M sebanyak 1 ml
- Diamati endapan yang terbentuk
3.2.2 Kelarutan Garam Hidroksida
a. Larutan BaCl + Larutan NaOH
- Diisi larutan BaCl2 0,1 M sebanyak 1 ml kedalam tabung reaksi
- Dicampurkan larutan NaOH 0,5 M sebanyak 1 ml
- Diperhatikan Endapan yang terbentuk
b. Larutan CaCl2 + Larutan H2SO4
- Diisi larutan CaCl2 0,1 M sebanyak 1 ml kedalam tabung reaksi
95
- Dicampurkan larutan H2SO4 0,5 M sebanyak 1 ml
- Diamati endapan yang terbentuk
3.2.3 Kereaktifan Unsur
a. Logam K + H2O + Indikator PP
- Dimasukkan 2 ml H2O kedalam gelas kimia
- Diambil Logam K dari tempat penyimpanan dengan menggunakan pinset
- Dimasukkan logam K kedalam gelas kimia
- Diamati reaksi yang terjadi
- Ditambahkan 2 tetes indikator PP
- Diamati perubahan warna yang terjadi
b. Pita Mg + H2O + Indikator PP
- Dipanaskan Aquades yang terdapat di dalam gelas kimia dengan alat
pemanas
- Dimasukkan beberapa potong pita Mg
- Diamati reaksi yang terjadi
- Ditambahkan 2 tetes indikator PP
- Diamati perubahan yang terjadi
96
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
N
o
Percobaan Pengamatan
1 Larutan Garam Hidroksida
a. Larutan BaCl2 + Larutan NaOH
- BaCl 1 ml 0,1 M dicampurkan 1
ml NaOH 0,5 M
b. Larutan CaCl2 + Larutan NaOH
- Larutan Keruh dan Endapan
Sedikit
97
- CaCl2 1 ml 0,1 M dicampurkan 1
ml NaOH 0.5 M
- Larutan Keruh dan Endapan
Banyak
2 Larutan Garam Sulfat
a. Larutan BaCl2 + Larutan H2SO4
- BaCl 1 ml 0,1 M dicampurkan
dengan 1 ml H2SO4 0,1 M
b. Larutan CaCl2 + Larutan H2SO4
- CaCl2 1 ml 0,1 M dicampurkan
dengan 1 ml H2SO4 0,1 M
- Larutan Keruh dan Endapan
Banyak
- Larutan Keruh dan Endapan
Sedikit
3 Kereaktifan Unsur
a. Logam K + H2O + Indikator
PP
- Dicampurkan logam K dan H2O
didalam gelas kimia
- Ditambah 2 tetes indikator PP
b. Pita Mg + H2O + Indikator PP
- Dipanaskan campuran antara pita
Mg dengan H2O
- Ditambahkan 2 tetes indikator PP
- Percikan / ledakan kecil gas H2, dan
warnanya menjadi merah lembayung
- Percikan gas H2 dan warnya berubah
menjadi merah lembayung muda
4.2 Reaksi
4.2.1 Garam Hidroksida
98
- BaCl2 + 2NaOH Ba(OH)2 + 2NaCl
- CaCl2 + 2NaOH Ca(OH)2 + 2NaCl
4.2.2 Garam Sulfat
- BaCl2 + H2SO4 BaSO4 + 2HCl
- CaCl2 + H2SO4 CaSO4 + 2HCl
4.2.3 Kereaktifan Unsur
- Mg + 2H2O Mg(OH)2 + H2
- 2K + 2H2O 2KOH + H2
- Mg(OH)2 + Indikator PP Larutan menjadi warna lembayung muda
4.3 Pembahasan
Reaksi fisika dan kimia dari golongan IA dan golongan IIA dapat dijelaskan
sebagai berikut :
a. Golongan IA
Adapun sifat-sifat fisika dari logam alkali yaitu sebagai berikut :
- Jari-jari atom besar
- Energi Ionisasi, Afinitas elektron, dan keelektronegatifan rendah
- Logam yang lunak
- Reduktor yang hebat
- Spektraemisi dengan warna yang menyala
Li : Merah
Na : Kuning
K : Ungu
99
- Pengaruh panas dan listrik yang baik
- Bereaksi hebat dengan air, hidrogen, oksigen dan halogen
Sedangkan sifat kimianya adalah :
- Mudah bereaksi dengan udara membentuk oksida dan garam karbonat
- Berekasi dengan beberapa unsur non halogen, misalnya dengan oksigen
menghasilkan oksida
Reaksi : 2 Na + ½ O2 NaO
- Bereaksi dengan asam klorida, menghasilkan gas hidrogen
Reaksi : 2Na + 2HCL 2NaCl + H2
b. Golongan IIA
Adapun sifat fisika dari logam alkali tanah, yaitu :
- Energi Ionisasi, Afinitas Elektron, dan Keelektronegatifan lebih besar dari
pada logam alkali seperiode
- Jari-jari atom lebih kecil dari pada logam alkali seperiode
- Titik cair dan kekerasan melebihi logam alkali
- Reduktor yang baik
- Garam logam alkali tanah menghasilkan warna
Ca2+ : Merah Bata (Jingga Merah)
Sr2+ : Merah Anggur
Ra2+ : Hijau
- Logam alkali kurang reaktif dibandingkan logam seperiode.
Sedangkan beberapa sifat kimiawi juga memiliki logam alkali tanah
yang dijabarkan sebagai berikut :
- Magnesium terbakar diudara dengan nyala terang menghasilkan MgO
yang berupa serbuk putih.
Reaksi : 2Mg + O2 2MgO
- Berekasi dengan asam menghasilkan gas hidrogen.
100
Reaksi : Ca + 2HCl CaCl2 + H2
- Bereaksi dengan air (kecuali Be) membentuk hidroksida dan gas hidrogen
Reaksi : Ba + 2H2O Ba(OH)2 + H2
Apabila kita membandingkan kereaktifan antara golongan IA dan
golongan IIA, maka akan didapatkan bahwa golongan IA lebih reaktif jika
dibandingkan dengan golongan IIA. Ini dikarenakan pada golongan IA memiliki jari-
jari atom yang lebih besar di bandingkan dengan golongan IIA. Selain itu karena
golongan IA melepas elektron yang relatif lebih sedikit sehingga daya reaktifnya
semakin kuat. Sedangkan pada golongan IIA jumlah elektron yang dilepaskan lebih
banyak jika dibandingkan dengan golongan IA yang melepaskan sebanyak 2 elektron.
Itulah sebabnya solongan IA itu lebih reaktif dibandingkan dengan golongan IIA
Fungsi dipanaskan air terlebih dahulu, karena pada golongan IIA memiliki
kereaktifan yang tergolong lemah, oleh karena itu agar pita Mg tersubut bisa bereaksi
harus dipanaskan terlebih dahulu. Berbeda dengan golongan IA, karena memiliki
kereaktifan yang hebat, maka tanpa dipanaskan logam K juga dapat bereaksi. Fungsi
ditetesi indikator PP yaitu untuk melihat perubahan warna larutan basa yang
terbentuk yang mengindikasikan tingkat kebasaan larutan tersebut. Dimana fungsi
indikator PP sendiri adalah untuk mengidentifikasikan ion OH- pada larutan. Dimana
hal ini menggambarkan semakin tua warna larutan, maka akan semakin kuat
kebasaan larutan tersebut.
Fungsi reagen sendiri yaitu, pada percobaan pertama dicampurkan larutan
BaCl2 dan CaCl2 masing-masing dengan larutan H2SO4. Akan dilihat kelarutan garam
sulfat dari endapan yang terbentuk masing-masing karena ingin mengetahui kelarutan
garam sulfat, maka digunakan larutan H2SO4. larutan H2SO4 akan menyediakan ion
SO42-
, sehingga kelarutan garam sulfat dapat diketahui. Pada percobaan kedua,
dicampurkan larutan BaCl2 dengan NaOH serta CaCl2 dengan NaOH. Akan dilihat
kelarutan garam hidroksida dari endapan yang terbentuk. Karena ingin mengetahui
larutan garam hidroksida, maka digunakan larutan NaOH. Larutan NaaOH akan
101
menyediakan ion OH- sehingga kelarutan garam hidroksida dapat dipenuhi. Pada
percobaan ketiga, direaksikan masing-masing logam K dan Mg dengan air. Lalu
terbentuk suatu basa dan gas hodrogen. Larutan yang terbentuk ditetesi indikator PP.
Alasan di reaksikan dengan air adalah untuk melihat perbedaan kereaktifan antara
logam K dan Mg terhadap air. Dengan alasan ditetesi indikator PP adalah akan dilihat
perubahan warna larutan basa yang terbentuk yang mengindikasikan tingkat kebasaan
larutan tersebut.
Indikator PP digunakan untuk mengindikasikan ion OH- pada larutan,
dimana hal ini menggambarkan semakin tua warna larutan,maka semakin kuat
kebasaan larutan tersebut.
Dalam larutan garam sulfat golongan IIA memiliki sifat kelarutan yang
kecil,dimana kealrutan garam sulfat dari atas kebawah dalam satu golongan semakin
kecil, sebaliknya pada larutan garam hidroksida memiliki sidat kelarutan garam yang
besar,dimana semakin kebawah dalam satu golongan maka akan semakin besar.
Berdasarkan hasil percobaan didapatkan bahwa pada percobaan pertama
bahwa apabila BaCl2 + H2SO4 didapatkan endapan yang banyak dan apabila CaCl2 +
H2SO4 didapatkan endapan yang sedikit. Perlu diketahui sebelumnya, bahwa semakin
kecil endapan,maka semakin besar kelarutan garam tersebut, sehingga dapat diambil
kesimpulan bahwa garam sulfat dari atas kebawah dalam satu golongan semakin
kecil. Pada percobaan kedua didapatkan bahwa BaCl2 + NaOH dihasilkan endapan
yang sedikit dan larutan CaCl2 + NaOH dihasilkan endapan yang banyak. Dengan
kata lain semain kebawah dalam satu golongan, maka garam hidroksida akan semakin
besar. Dan pada percobaan ketiga didapatkan bahwa apabila logam K + H2O +
Indikator PP dihasilkan warna merah lembayung, ini artinya tingkat kebasaannya
lemah, karena semakin tua warna larutan, maka tingkat kebasaan larutan tersebut
akan semakin besar.
102
Ksp adalah tetapan hasil kali kelarutan dalam suatu senyawa. Ksp
garam sulfat golongan IIA yaitu : CaSO4 9,1 x 10-6 , SrSO4 7,6 x 10-1, BaSO4 1,1 x 10-
10, Ksp garam hidroksida golongan IIA yaitu : Be(OH)2 2 x 10-18 , Mg(OH)2 1,8 x 10-11
, Ca(OH)2 5,5 x 10-6 , Sr(OH)2 3,2 x 10-4 dan Ba(OH)2 5 x 10-3
Tujuan digunakan indikator PP karena pada indikator PP memiliki
sifat asam basa, sehingga kita bisa mengetahui sifat larutan tersebut. Yaitu pada saat
menggunakan indikator PP maka akan terjadi suatu reaksi dan terjadi perubahan
warna. Dan mengapa digunakan indikator PP bukan yang lain karena untuk
menentukan sifat basanya suatu larutan hanya bisa digunakan dan ditentukan dengan
indikator PP, karena dengan indikator PP ini hanya bisa bereaksi pada larutan garam
yang bersifat basa, dan PH larutan sesuai dengan trayek PH indikator PP yaitu 8,3 –
10,00.
Karena pada garam hidroksida, semakin kebawah dalam satu golongan
semakin besar, maka senyawa alkali tanah dengan garam hidroksida akan
menghasilkan nilai hasil kali kelarutan (Ksp) akan semakin besar dan garam yang
terbentuk akan makin mudah larut (sukar mengendap), sebaliknya, karena pada
garam sulfat semakin kebawah dalam satu golongan maka akan semakin kecil, maka
senyawa alkali tanah dengan garam sulfat menghasilkan nilai hasil kali kelarutan
(Ksp) semakin kecil dan garam yang terbentuk sukar larut dan menghasilkan banyak
endapan (mudah mengendap).
103
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan, maka kita dapat menyimpulkan bahwa :
- sifat-sifat unsur dari percobaan di bedakan menjadi dua, yakni sifat kimia
dan fisis Dimana pada sifat kimia dijelaskan bagaimana reaksi kimia
berlangsung pada campuran tersebut. Sedangkan pada sifat fisis unsur
dijelaskan mengenai nomor atom,konfigurasi elektron,jari-jari atom,jari-
jari ion, titik cair, titik didih, rapatan,energi pengionan,keelektronegatifan,
kekerasan,daya hantar listrik dan potensial reduksi standar
- kereaktifan untuk unsur logam alkali dan logam alkali tanah semua sama,
yaitu kereaktiffan dari unsur-unsurnya bertambah dari atas kebawah dan
104
pada dasarnya kereaktifan logam alkali dan logam alkali tanah berkaitan
dengan energi ionisasinya yang rendah,sehingga mudah melepas elektron
- kelarutan garam sulfat dalam satu golongan dari atas kebawah semakin
kecil. Sedangkan kelarutan garam hidroksida, dalam satu golongan dari
atas ke bawah semakin besar.
5.2 Saran
Sebaiknya dilakukan penambahan sifat-sifat unsur yang akan diteliti
seperti afnitas elektron, keelektronegatifan,dan sebagainya. Sehingga menambah
konsep yang dimiliki.
DAFTAR PUSTAKA
Keenan, kleinfelter. 1964. kimia universitas jilid I Jakartam: Elangga
Sukaryo. 1989. kimia fisika. Jakarta : Bhineka Cipta
Wood, Charles. 1996. ilmu kimia untuk universitas. Jakarta : Elangga
105
106