KHAIRUL UMAM

44
PEMINDAHAN TANAH MEKANIS PRODUKTIVITAS ALAT BERAT Bore Machine OLEH : KHAIRUL UMAM 1107114143 PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL S1 FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS RIAU PEKANBARU

description

fdf

Transcript of KHAIRUL UMAM

PEMINDAHAN TANAH MEKANIS

PRODUKTIVITAS ALAT BERAT

Bore Machine

OLEH :

KHAIRUL UMAM

1107114143

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL S1

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS RIAU

PEKANBARU

2015

Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya,

sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas Pemindahan tanah mekanis tentang Pembiayaan alat

berat ini dengan baik.

Tugas pemindahan tanah mekanis tentang pembiayaan alat berat ini merupakan

pemantapan dari dasar teori yang penulis dapatkan pada mata kuliah pemindahan tanah mekanis,

serta merupakan tugas penting untuk lulus dalam mata kuliah pemindahan tanah mekanis pada

program studi Teknik Sipil S1 Universitas Riau.

Rasa terima kasih penulis ucapkan kepada bapak Hendra Taufik, S.T M.Sc sebagai dosen

pengampu mata kuliah Pemindahan tanah mekanis dan sebagai dosen pembimbing dalam

penyelesaian tugas Pemindahan tanah mekanis tentang Produktivitas alat bore machine ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tugas pemindahan tanah mekanis tentang

pembiayaan alat berat masih terdapat banyak kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, kritik

dan saran yang membangun sangat membantu penulis dalam menyelesaikan tugas ini dengan

lebih baik lagi. Penulis mengharapkan semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi rekan-rekan

mahasiswa Program Studi Teknik Sipil S1 Fakultas Teknik Universitas Riau.

Pekanbaru, April 2015

Penulis

i

i

i

ii

iii

BAB I

PENDAHULUAN

3.1 PENDAHULUAN

Pekerjaan pondasi merupakan pekerjaan awal yang dilaksanakan dalam suatu proyek

konstruksi. Pondasi adalah suatu bagian dari konstruksi bangunan yang berfungsi untuk

meletakkan bangunan serta menyalurkan beban bangunan atas (upper structure/super structure)

ke dasar tanah yang cukup kuat untuk mendukungnya. Untuk tujuan itu pondasi bangunan harus

diperhitungkan dapat menjamin kestabilan bangunan terhadap berat sendiri dan gaya-gaya yang

bekerja pada bangunan. Pondasi juga harus didesain sedemikian rupa agar tidak mengalami

penurunan sehingga membahayakan pengguna bangunan.

Pondasi dalam yang sering digunakan ada dua jenis yaitu pondasi tiang pancang dan

pondasi bored pile. Pondasi tiang pancang adalah jenis displacement pile yang mendesak tanah-

tanah di sekitarnya, sedangkan pondasi bored pile adalah jenis undisplacement pile yang tidak

mendesak tanah-tanah di sekitarnya.

Pondasi tiang pancang sering dipakai pada lahan yang masih luas dan kosong, dimana

getaran yang ditimbulkan pada saat aktivitas pemancangan berlangsung tidak mengganggu

lingkungan sekitarnya. Selain itu pondasi tiang pancang mendesak tanah di sekitarnya. Namun

jika bangunan tersebut didirikan di lokasi yang telah padat penduduknya, maka getaran dan

desakan tanah yang ditimbulkan akan menimbulkan masalah karena sangat mengganggu dan

dapat merusak bangunan di sekitarnya. Untuk itu pemakaian pondasi yang tepat untuk bangunan

tinggi di daerah yang padat penduduk adalah pondasi bored pile karena pada proses

penggaliannya menghasilkan getaran yang minimal dan lebih tidak menimbulkan suara bising

dibandingkan pondasi tiang pancang.

Pengukuran produktivitas harus dilakukan di setiap proyek konstruksi karena sangat

berpengaruh baik dari segi waktu (rencana jadwal pelaksanaan proyek) maupun biaya. Dari segi

waktu produktivitas mempengaruhi lamanya durasi suatu pekerjaan, dimana jika produktivitas

rendah maka pekerjaan yang dilakukan akan cenderung terlambat. Keterlambatan proyek akan

1

berdampak pada biaya yang lebih besar yang harus dikeluarkan kontraktor sehingga dapat

menyebabkan kerugian.

Penelitian ini akan berfokus pada pengukuran produktivitas pekerjaan bored pile,

diharapkan setelah mengetahui besarnya produktivitas beserta faktor-faktor yang

mempengaruhinya, kontraktor dapat meningkatkan efisiensi baik dari segi waktu maupun segi

biaya.

3.2 TUJUAN

untuk mengetahui pengertian ,menghitung produktifitas, serta menghitung biaya produksi alat berat bored machine.

3.3 METODE PENULISAN

Metode penulisan ini berdasarkan studi pustaka dari buku-buku dan

literatur yang berhubungan dengan pembahasan dan internet.

2

BAB II

TEORI

Dalam proses pengeboran yang baik dan menunjang pencapaian target produksi, maka

perlu adanya pengetahuan dasar mendukung kelancaran proses pemboran tersebut.

4.1 Sistem Pemboran Secara Mekanik (Mechanical Drilling)

Mechanical Drilling merupakan operasi pemboran yang peralatan pemborannya

digerakkan secara mekanis sehingga operator pemboran dapat mengendalikan semua parameter

pemboran lebih mudah. Peralatan pemboran ini disangga diatas rigs dan menggunakan roda atau

ban rantai. Komponen utama pada mechanical drilling adalah, Mesin (sumber energi mekanik)

a. Batang Bor (mentransmisi energi mekanik)

b. Mata Bor (menggunakan energi mekanik untuk menembus batuan)

c. Flushing (membersihkan lubang bor dari cuttings)

Mechanical drilling terbagi menjadi tiga macam berdasarkan cara penetrasi terhadap

batuan, yaitu: rotary drilling, percussive drilling, dan rotary-percussive drilling.

2.1.1 Metode Pemboran Rotary Drilling

Rotary Drilling adalah metode pemboran yang menggunakan aksi putaran untuk

melakukan penetrasi terhadap batuan. Pada metode ini ada dua jenis mata bor, yaitu tricone bit

dengan hasil penetrasinya berupa gerusan dan drag bit dengan hasil penetrasinya berupa

potongan (cutting).

3

Gambar 2. 1 Sistem Pemboran Rotary

2.1.2 Metode Pemboran Percussive Drilling

Percussive Drill adalah metode pemboran yang menggunakan aksi tumbukan untuk

melakukan penetrasi terhadap batuan. Komponen utama Percussive drilling adalah piston. Energi

tumbukan piston diteruskan ke batang bor dan mata bor dalam bentuk gelombang kejut yang

bergerak sepanjang batang bor untuk meremukkan permukaan batuan.

Gambar 2. 2 Sistem Pemboran percussive

4

2.1.3 Metode Pemboran Rotary – Percussive Drilling

Rotary-Percussive Drilling adalah metode pemboran yang menggunakan aksi tumbukan

yang dikombinasikan dengan aksi putaran, sehingga terjadi proses peremukan dan penggerusan

batuan. Metode ini terbagi menjadi dua :

a. Top Hammer

Pada metode ini, aksi putaran dan tumbukan dihasilkan diluar lubang bor yang kemudian

ditransmisikan melalui batang bor yang menuju mata bor.

b. Down The Hole Hammer

Pada metode ini, aksi tumbukan dihasilkan didalam lubang bor yang dialirkan langsung

ke mata bor, sedangkan aksi putarannya dihasilkan diluar mata bor yang kemudian

ditransmisikan melalui batang bor menuju mata bor.

Gambar 2. 3 Sistem Pemboran Rotary-percussive

4.2 Perlengkapan Metode Pemboran Rotary-Percussive

Batang bor yang digunakan pada pemboran rotary-percussive ada dua macam, yaitu

integral drill steel dan extention drill Steel.

2.3.1 Integral Drill Steel

Integral drill steel tidak memerlukan couplings karena mata bor dan batang bornya

menjadi satu. Batang bor ini biasanya digunakan untuk jenjang yang relative rendah atau

kedalaman pemboran relative dangkal dan diameter lubang bor antara 22-41 mm.

5

Gambar 2. 4 Komponen Batang Bor Jenis Integral

2.3.2 Extension Drill Steel

Berbeda dengan Integral drill, extension drill memerlukan coupling untuk

menghubungkan shank rod dengan extension rods. Selain itu, batang bor jenis extension dapat

dipakai untuk mendapatkan kedalaman pemboran yang diinginkan.

6

Gambar 2. 5 Komponen batang extension

Perlengkapan pemboran pada alat bor rotary-percussive drilling dengan menggunakan extension

drill steel adalah :

1) Threads

Drill Steel threads berfungsi menghubungkan, shank, coupling sleeve, rod dan bits selama

operasi pemboran. Threads terdiri dari 4 macam, yaitu:

a) R – Thread

R – thread digunakan pada lubang berdiameter kecil (22-38 mm), R-thread memiliki

sebuah pitch berukuran 12,77 mm dan mempunyai profil sudut yang besar.

7

Gambar 2. 6 Jenis R, T, C, GD-Thread

b) T – Thread

Dapat digunakan pada semua kondisi pemboran dengan batang bor berukuran 38 – 51

mm. T-thread memiliki ukuran pitch yang lebih besar dan sudut yang lebih kecil sehingga

pelepasan koplingnya lebih mudah daripada R – thread. Umur pakai thread tipe ini lebih

panjang.

c) C – Threads

C – thread didesain untuk batang berukuran 51 mm atau lebih. Pitch pada thread ini

berukuran besar dan slope angle mirip dengan T- thread. GD or HL – Thread Thread ini

mempunyai karakteristik diantara R- thread dan T – thread. Thread ini mempunyai

asymmetrical ‘sawtooth’ profil dan digunakan pada batang bor berukuran 25 – 57 mm.

2) Shank Adaptor

Shank adaptor merupakan komponen mesin bor yang pertama yang menstransmisikan energi

pukulan dari piston ke batang bor. Shank adaptor ini terletak didalam mesin bor dan

dihubungkan dengan couplings ke batang bor pertama

8

Gambar 2. 7 Jenis Shank adaptor

3) Batang Bor

Batang bor berguna untuk meneruskan energi putaran dan energi pukulan dari shank adaptor

ke mata bor. Pada pemboran dengan top hammer batang bor merupakan komponen setelah

drill chuck dan dapat berbentuk hexagonal maupun round cross – section.

9

Gambar 2. 8 Tipe Batang bor

4) Couplings

Coupling berguna untuk menyambungkan batang bor yang satu dengan batang bor lainnya.

Tujuan penggunaan coupling untuk memperoleh kedalaman yang diinginkan. (Gambar 2.9)

5) Mata bor

10

Mata bor berguna untuk meneruskan energi putaran dan tumbukan dari batang bor ke batuan.

Alat bor rotary-percussive drill terdiri dari 2 jenis mata bor, yaitu:

a. Button Bit

Button bit berbentuk silinder. Pada bagian permukaan button bit terbesar tungstan

carbide dalam berbagai bentuk dengan diameter antara 50 mm – 251 mm. button bit ini

lebih cocok digunakan pada rotary-percusive drilling, mempunyai kecepatan yang lebih

tinggi daripada insert bit, lebih resisten terhadap pengerutan dan cold-pressing, dan

mampu meneruskan energy dari batang bor secara lebih efektif. (Gambar 2.9)

Gambar 2. 9 Jenis Coupling

b. Insert Bit

Insert bit ini terdiri dari dua bentuk yaitu cross bits dan X-bits. Cross bits terdiri dari

empat buah tungsten carbide yang saling membentuk sudut 90o sedangkan X-bits terdiri

dari empat buah tungsten carbide yang saling membentuk sudut 75o dan 105o. Insert

bits memiliki ukuran diameter mulai dari 35 mm sampai 57 mm untuk cross bits dan 64

mm untuk Xbits. (Gambar 3.10)

4.3 Kegiatan Dasar pada Pemboran Rotary-Percussive

2.3.1 Percussion

Energi pukulan dihasilkan dari shock wave yang menggerakkan piston secara berulang-

ulang kemudian ditransmisikan dari hammer ke mata bor melalui batang bor.

11

Gambar 2. 10 Jenis-jenis Mata bor

2.3.2 Rotation

Gerakan putaran yang menghasilkan perputaran mata bor diantara energi pukulan

berulang-ulang. Gerakan ini mengakibatkan terjadinya tumbukan mata bor batuan dengan posisi

yang berbeda-beda. Gambar. Metode Pemboran di Permukaan dan Pemakaiannya

2.3.3 Feed, or Thrust Load

Trhust Load adalah energi yang dihasilkan oleh pull down motor untuk menggerakkan

hammer dan kemudian diteruskan ke mata bor sehingga terjadi kontak permanen dengan batuan.

Feed adalah komponen dari rotary-percussive rock drill yang menggerakkan pneumatic maupun

hydraulic hammers maju mundur. Feed juga menyediakan thrust load yang diperlukan pada

operasi pemboran.

2.3.4 Flushing

Flushing adalah semburan udara, air, atau busa ke dalam lubang bor untuk mengeluarkan

cutting dari dalam lubang bor serta bertujuan untuk membersihkan lubang bor.

12

13

BAB III

PRODUKTIVITAS

3.1 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Pemboran

Kinerja suatu mesin bor dipengaruhi oleh faktor-faktor sifat batuan yang dibor, rock

drillability, geometri pemboran, umur dan kondisi mesin bor, dan ketrampilan operator.

3.1.1 Sifat Batuan

Sifat batuan yang berpengaruh pada penetrasi dan sebagai konsekuensi pada pemilihan

metode pemboran yaitu : kekerasan, kekuatan, elastisitas, plastisitas, abrasivitas, tekstur,

struktur, dan karakteristik pembongkaran.

1. Kekerasan

Kekerasan adalah daya tahan permukaan batuan terhadap goresan. Batuan yang keras akan

memerlukan energy yang besar untuk menghancurkanya. Pada umumnya batuan yang

keras mempunyai kekuatan yang besar pula (Lihat tabel 3.1). Kekerasan batuan

diklasifikasikan dengan skala Fredrich Van Mohs (1882).

2. Kekuatan (strength)

Kekuatan mekanik suatu batuan merupakan daya tahan batuan terhadap gaya dari luar, baik

bersifat static maupun dinamik. Kekuatan batuan dipengaruhi oleh komposisi mineralnya,

terutama kandungan kuarsa. Batuan yang kuat memerlukan energi yang besar untuk

menghancurkanya.

14

Tabel 3. 1 Kekerasan dan Kekuatan

3. Bobot isi / Berat jenis

Bobot isi (density) batuan merupakan berat batuan per satuan volume. Batuan dengan

bobot isi yang besar untuk membongkarnya memerlukan energy yang besar pula.

4. Kecepatan Rambat Gelombang Seismik

Batuan yang masif mempunyai kecepatan rambat gelombang yang besar. Pada umumnya

batuan yang mempunyai kecepatan rambat gelombang yang besar akan mempunyai bobot

isi dan kekuatan yang besar pula sehingga sangat mempengaruhi pemboran.

5. Abrasivitas

Abrasivitas adalah sifat batuan yang dapat digores oleh batuan lain yang lebih keras. Sifat

ini dipengaruhi oleh kekerasan butiran batuan, bentuk butir, ukuran butir, porositas

batuan, dan sifat heterogenitas batuan.

6. Tekstur

Tekstur batuan dipengaruhi oleh struktur butiran mineral yang menyusun batuan tersebut.

kuran butir mempunyai pengaruh yang sama dengan bentuk batuan, porositas batuan, dan

sifat-sifat batuan lainya. Semua aspek ini berpengaruh dalam keberhasilan operasi

pemboran.

7. Elastisitas

Sifat elastisitas batuan dinyatakan dengan modulus elastisitas atau modulus Young (E).

Modulus elastisitas batuan bergantung pada komposisi mineral dan porositasnya.

Umumnya batuan dengan elastisitas yang tinggi memerlukan energi yang besar untuk

menghancurkanya.

15

8. Plastisitas

Plastisitas batuan merupakan perilaku batuan yang menyebabkan deformasi permanen

setelah tegangan dikembalikan ke kondisi awal, dimana batuan tersebut belum hancur.

Sifat ini sangat dipengaruhi oleh komposisi mineral penyusunya, terutama kuarsa. Batuan

yang plastisitasnya tinggi memerlukan energi yang besar untuk menghancurkannya.

9. Struktur Geologi

Struktur geologi seperti sesar, kekar, dan bidang perlapisan akan berpengaruh terhadap

peledakan batuan. Adanya rekaha-rekahan dan rongga-rongga di dalam massa batuan

akan menyebabkan terganggunya perambatan gelombang energy akibat peledakan.

Namun adanya rekahan-rekahan tersebut juga sangat menguntungkan untuk mengetahui

bidang lemahnya, sehingga pemboran akan dilakukan berlawanan arah dengan bidang

lemahnya.

3.1.2 Drilabilitas Batuan (Drillability of Rock)

Drilabilitas batuan adalah kecepatan penetrasi rata-rata mata bor terhadap batuan. Nilai

drilabilitas ini diperoleh dari hasil pengujian terhadap toughness berbagai tipe batuan oleh

Sievers dan Furby. Hasil pengujian mereka memperlihatkan kesamaan nilai penetration speed

dan net penetration rate untuk tipe batuan yang sejenis.

Tabel 3.2 Nilai Faktor Drilabilitas dan Abrasivitas berbagai batuan

16

Tabel 3. 2 Nilai Faktor Drilabilitas dan Abrasivitas berbagai batuan

3.1.3 Umur dan Kondisi Mesin Bor

Alat yang sudah lama digunakan biasanya dalam kegiatan pemboran, kemampuan mesin

bor akan menurun sehingga sangat berpengaruh pada kecepatan pemboran. Umur mata bor dan

batang bor ditentukan oleh meter kedalaman yang dicapai dalam melakukan pemboran. Untuk

menilai kondisi suatu alat dapat dilakukan dengan mengetahui empat tingkat ketersediaan alat,

yaitu:

a. Ketersediaan Mekanik (Mechanical Availability, MA)

Ketersediaan mekanik adalah suatu cara untuk mengetahui kondisi mekanik yang

sesungguhnya dari alat yang digunakan. Kesediaan mekanik (MA) menunjukkan

17

ketersediaan alat secara nyata karena adanya waktu akibat masalah mekanik. Persamaan dari

ketersediaan mekanik adalah

MA= W(W +R)

x100 % ........................................................................................................ (3.1)

Keterangan:

W = Jumlah jam kerja alat, yaitu waktu yang dipergunakan oleh operator ntuk melakukan

kegiatan pemboran.

R = Jumlah jam perbaikan, yaitu waktu yang dipergunakan untuk perbaikan dan waktu yang

hilang akibat menunggu saat perbaikan termasuk juga waktu penyediaan suku cadang

serta waktu perawatan.

b. Ketersediaan Fisik (Physical Availability, PA)

Ketersediaan fisik menunjukkan kesiapan alat untuk beroperasi didalam seluruh waktu kerja

yang tersedia. Persamaan dari ketersediaan fisik adalah :

PA= W +S(W +R+S)

x 100 % ......................................................................................................(3.2)

Keterangan:

S = Jumlah jam siap yaitu jumlah jam alat yang tidak dipergunakan padahal alat tersebut siap

beroperasi

(W+R+S) = jumlah jam tersedia, yaitu jumlah seluruh jam jalanmatau jumlah jam kerja yang

tersedia dimana alat dijadwalkan untuk beroperasi.

c. Penggunaan Efektif

Penggunaan efektif menunjukkan berapa persen waktu yang dipergunakan oleh alat untuk

beroperasi pada saat alat tersebut dapat digunakan. Penggunaan efektif sebenarnya sama

dengan pengertian efisiensi kerja. Persamaan dari kesediaan penggunaan efektif adalah:

EU= W(W +R+S)

x100 %.................................................................................................... (3.3)

18

d. Pemakaian Ketersediaan (Use of Availability, UA)

Ketersediaan Penggunaan menunjukkan berapa persen waktu yang dipergunakan oleh alat

untuk beroperasi pada saat alat tersebut dapat digunakan. Penggunaan efektif EU sebenarnya

sama dengan pengertian efisiensi kerja. Persamaan dari ketersediaan penggunaan adalah:

UA= W(W +S)

x100 %.......................................................................................................... (3.4)

Penilaian Ketersediaan alat bor dilakukan untuk mengetahui kondisi dan kemampuan alat bor

untuk menyediakan lubang ledak. Kesediaan alat dikatakan sangat baik jika persen ≥90%,

dikatakan sedang jika berkisar antara 70%-80%, dikatakan buruk (kecil) jika persen

kesediaan alat ≤70%.

3.1.4 Geometri Pemboran

1. Diameter Lubang ledak

Faktor-faktor yang mempengaruhi penentuan diameter lubang ledak adalah :

a. Volume batuan yang dibongkar

b. Tinggi jenjang dan konfigurasi isian

c. Tingkat Fragmentasi yang diinginkan

d. Mesin bor yang tersedia

e. Kapasitas alat muat yang akan menangani material hasil peledakan.

19

2. Arah Lubang ledak

Pada kegiatan pemboran ada dua macam arah lubang ledak yaitu arah tegak dan arah

miring. Pada tinggi jenjang yang sama, kedalaman lubang ledak miring > dari pemboran

tegak selain itu pemboran miring penempatan posisi awal lebih sulit karena harus

menyesuaikan dengan kemiringan lubang ledak yang direncanakan.

3. Kedalaman Lubang ledak

Penentuan kedalaman lubang ledak disesuaikan dengan tinggi jenjang, dimana kedalaman

lubang ledak>tinggi jenjang. Kelebihan kedalaman lubang bor (subdrilling) dimaksudkan

untuk memperoleh jenjang yang rata.

3.2 Estimasi Produksi Mesin Bor

3.2.1 Waktu Edar (Cycle Time)

Waktu edar yang dibutuhkan untuk membuat satu lubang.

Ct = Bt + St + At + Pt + D.............................................................................................(3.5)

Keterangan :

Ct = Waktu edar (menit)

Bt = Waktu pemboran (menit)

St = Waktu menyambung batang bor (menit)

At = Waktu melepas batang bor (menit)

Dt = Waktu untuk mengatasi hambatan (menit)

Pt = Waktu pindah ke lubang yang lain, dan mempersiapkan alat bor hingga siap untuk melakukan pemboran (menit)

3.2.2 Kecepatan Pemboran Rata-rata ( Drilling Speeds)

Kecepatan pemboran terdiri dari beberapa definisi :

1) Drilling Rate

Drilling Rate merupakan perbandingan kedalaman lubang bor yang dicapai terhadap

waktu yang diperlukan untuk membuat 1 atau lebih lubang bor, tanpa memperhitungkan

waktu untuk mengatasi hambatan (delay time).

Dr 1= H(Ct−Dt )

..............................................................................................................(3.6)

20

Keterangan :

Dr1 : Kecepatan pemboran bersih (meter/menit)

H : Kedalaman lubang tembak (meter)

Ct – Dt : Waktu edar pemboran tanpa hambatan (menit)

2) Gross Driling Rate

Gross Drilling Rate merupakan perbandingan kedalaman lubang bor yang dicapai

terhadap waktu yang tersedia.

GDR= HCt

......................................................................................................................(3.7)

Keterangan:

GDR = Kecepatan pemboran (m/menit)

H = Kedalaman Lubang Tembak (meter)

Ct = waktu edar pemboran (menit)

3.2.3 Efisiensi Kerja Pemboran

Efisiensi kerja pemboran adalah perbandingan antara waktu kerja produktif dengan waktu

kerja yang terjadwal dan dinyatakan dalam persen. Waktu produktif adalah waktu yang

digunakan untuk kerja pemboran. Jadi efisiensinkerja dapat dinyatakan:

EK= ℘WT

100 %............................................................................................................. (3.8)

Keterangan:

EK = Efisiensi kerja pemboran (%)

WP = waktu kerja produktif (jam)

WT = waktu kerja yang tersedia (jam)

3.2.4 Volume Setara

Volume setara (Equivalent volume, Veq) menyatakan volume batuan yang diharapkan

terbongkar untuk setiap meter kedalaman lubang ledak yang dinyatakan dalam m3/m. Volume

setara dapat dihitung denga persamaan:

21

Veq= V(n x H )

................................................................................................(3.9)

Keterangan :

Veq = volume setara (m3/m)

V = volume batuan yang diledakkan (m3)

n = jumlah lubang tembak

H = kedalaman lubang tembak (m)

3.2.5 Produksi Pemboran

Produksi pemboran tergantung kecepatan pemboran mesin bor, volume setara dan

penggunaan efektif mesin bor. Produksi tersebut dinyatakan dalam m3/jam. Maka persamaan

produksi pemboran adalah:

P = Veq x GDR x EK x 60................................................................................................ (3.10)

Keterangan :

P = produksi alat bor (m3/jam/alat)

60 = konversi dari menit ke jam

3.3 Perhitungan Produktivitas Alat Bored Machine

Perhitungan produktivitas bored machine hanya dapat dilakukan berdasarkan pengamatan

langsung dilapangan terhadap waktu dan kapasitas kemampuan alat. Hal ini terjadi karena banyak faktor

yang berpengaruh terhadap produktifitas dan tidak dapat dipastikan. Contoh perhitungan produktifitas

bored machine berdasarkan pengamatan dilapangan. Contoh hitungan ini berdasarkan tugas akhir Laura

Puspita Sari (Universitas Pembangunan Nasional “VETERAN”)

Pemboran dilakukan dengan menggunakan mesin bor jenis Leg drill. Mesin bor ini

menggunakan pusher leg sebagai kaki untuk menyangga drill pada saat melakukan pekerjaan

pemboran. Drill digerakkan dengan menggunakan udara bertekanan yang berasal dari

compresor. Jenis batang bor yang digunakan adalah jenis batang bor extension R22 sandvick

yang memiliki tiga bagian dan satu bit Tiga bagian tersebut yaitu extension rod, coupling sleeve,

dan shank adapter.

Metode pemboran yang digunakan adalah top hammer drilling. Metode Top Hammer

drilling terdiri empat komponen utama yaitu percussion, feed, rotation dan flushing. Aktivitas

22

putar dan tumbuk dihasilkan dari luar lubang bor dan ditransmisikan ke mata bor melalui shank

adaptor dan batang bor.

Hal- hal yang diamati dilapangan adalah sebagai berikut:

1. Laju Penetrasi Bersih Nyata

Laju penetrasi bersih nyata adalah laju penetrasi nyata pemboran pada setiap saat tanpa

memperhitungkan hambatan. Laju penetrasi bersih nyata diperoleh dari hasil pengamatan dan

pengolahan data terhadap waktu edar. Laju penetrasi bersih Nyata mesin bor Leg drill

Shenyang-YT29A adalah 0,21 m/menit

2. Drilling rate

Drilling rate merupakan kecepatan pemboran dalam feet (meter) per satuan waktu.

Drilling rate meliputi satu atau lebih lubang bor yang dibuat dalam operasi pemboran secara

keseluruhan tanpa memperhitungkan delay. Drilling Rate mesin bor Leg drill Shenyang-

YT29A adalah 0,24 m/menit.

3. Gross Drilling rate

Gross Drilling rate merupakan kecepatan pemboran dalam feet (meter) per satuan waktu,

termasuk hambatan secara keseluruhan dalam satu seri pemboran. Gross drilling Rate mesin

bor Leg drill Shenyang-YT29A adalah 0,21 m/menit.

4. Efisiensi Kerja Pemboran

Efisiensi kerja meliputi Efisiensi kerja alat dan efisiensi manajemen kerja. Efisiensi kerja

alat yang dimaksud disini adalah efisiensi kerja dari mesin bor yang merupakan penggunaan

efektif dari mesin bor tersebut, sedangkan efisiensi manajemen kerja merupakan efisiensi

kerja pemboran yang merupakan manajemen kerja dari kegiatan pemboran tersebut.

Tabel 3. 3 Efisiensi kerja Pemboran

23

Efisiensi kerja pemboran diperoleh dari perbandingan waktu kerja efektif dengan waktu kerja teoritis per hari yang dinyatakan dalam persen. Perhitungan efisiensi kerja pemboran ialah waktu kerja efektif dibanding dengan waktu kerja teoritis perhari. (dilihat pada Tabel 3.3)

5. Volume Setara

Volume setara merupakan volume batuan rata-rata yang berhasil dibongkar untuk setiap

meter kedalaman pemboran. Dimana volume setara dihasilkan dari luas lubang bukaan dikali

dengan kemajuan lubang bukaan sekali peledakan berbanding dengan jumlah lubang ledak

dan kedalaman lubang ledak. Volume setara yang diperoleh adalah sebesar 0,311

m3/menit/shift.

Poduktivitas pemboran sangat dipengaruhi oleh kecepatan pemboran, volume setara dan

efesiensi kerja pemboran. Kecepatan pemboran sangat dipengaruhi oleh waktu hambatan,

jika waktu hambatan pada waktu edarnya kecil maka kecepatan pemborannya akan lebih

besar dan produktivitas pemboran meningkat. Volume setara sangat dipengaruhi oleh

kemajuan peledakannya, semakin baik hasil dari sekali peledakan maka akan mempengaruhi

produktivitas pemborannya. Efisiensi kerja pemboran sangat dipengaruhi oleh waktu kerja

efektif yang digunakan dibanding dengan waktu kerja teoritisnya.

Produktivitas Pemboran = kecepatan pemboran x volume setara x eff.kerja x 60 x 11

= 0,21 m/menit x 0,311 m3/menit x 0,5321 x 60 x 11

= 22,93 m3/shift/alat bor atau 2,08 m3/jam/alat bor

24

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian dari bab- bab sebelumnya maka dapat diambil beberapa kesimpulan

dan saran sebagai berikut:

1. Efisiensi kerja pemboran selama pengamatan di lapangan didapatkan 53,21%. Efisiensi

pemboran tersebut termasuk kurang baik karena dibawah 70%. Sehingga produktivitas alat

tidak maksimal.

2. Pengukuran produktivitas harus dilakukan di setiap proyek konstruksi karena sangat

berpengaruh baik dari segi waktu (rencana jadwal pelaksanaan proyek) maupun biaya. Dari

segi waktu produktivitas mempengaruhi lamanya durasi suatu pekerjaan, dimana jika

produktivitas rendah maka pekerjaan yang dilakukan akan cenderung terlambat.

Keterlambatan proyek akan berdampak pada biaya yang lebih besar yang harus dikeluarkan

kontraktor sehingga dapat menyebabkan kerugian.

3. Produktivitas alat bor dengan jenis yang sama akan menghasilkan produktifitas yang berbeda pada

lokasi yang berbeda, hal ini karena produktifitas alat sangan dipengaruhi oleh medan penggalian dan

tingkat kesulitas yang berbeda-beda bergantung kondisi tanah.

4.2 Saran

Setiap alat berat yang dioperasikan harus diusahakan menghasilkan produktifitas alat yang

besar, sehingga biaya pengeluaran akibat operasi alat dapat berkurang. Upaya peningkatan

produktifitas alat dilakukan dengan cara mereduksi waktu hambatan yang dapat dihindari

sehingga memperkecil waktu kerja tidak efektif. Upaya itu dilakukan dengan cara menurunkan

waktu kegiatan yang dapat ditekan.

4.3

25

26