KETOKSIKAN AKUT SARI WORTEL (Daucus carota L.) KAJIAN ... · KAJIAN TERHADAP HISTOLOGI GINJAL DAN...

162
KETOKSIKAN AKUT SARI WORTEL (Daucus carota L.) KAJIAN TERHADAP HISTOLOGI GINJAL DAN KADAR KREATININ SERTA UREUM SERUM PADA TIKUS BETINA GALUR WISTAR SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.) Program Studi Ilmu Farmasi Oleh : Rocha Ifahyana Siagian NIM : 068114106 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2010

Transcript of KETOKSIKAN AKUT SARI WORTEL (Daucus carota L.) KAJIAN ... · KAJIAN TERHADAP HISTOLOGI GINJAL DAN...

Page 1: KETOKSIKAN AKUT SARI WORTEL (Daucus carota L.) KAJIAN ... · KAJIAN TERHADAP HISTOLOGI GINJAL DAN KADAR KREATININ SERTA UREUM SERUM PADA TIKUS BETINA GALUR WISTAR SKRIPSI Diajukan

KETOKSIKAN AKUT SARI WORTEL (Daucus carota L.)KAJIAN TERHADAP HISTOLOGI GINJAL DAN KADAR KREATININ

SERTA UREUM SERUM PADA TIKUS BETINA GALUR WISTAR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)

Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh :

Rocha Ifahyana Siagian

NIM : 068114106

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA2010

Page 2: KETOKSIKAN AKUT SARI WORTEL (Daucus carota L.) KAJIAN ... · KAJIAN TERHADAP HISTOLOGI GINJAL DAN KADAR KREATININ SERTA UREUM SERUM PADA TIKUS BETINA GALUR WISTAR SKRIPSI Diajukan

ii

ACUTE TOXICITY OF CARROT JUICE (Daucus carota L.)CONCERNING ABOUT KIDNEY HISTOLOGY AND CONCENTRATION

CREATININ WITH UREUM SERUM OF STRAIN WISTAR FEMALE RATS

SKRIPSI

Presented as partitial fulfilment of the requirement To obtain Sarjana Farmasi (S.Farm)

In Faculty of Pharmacy

By :

Rocha Ifahyana Siagian

NIM : 068114106

FACULTY OF PHARMACYSANATA DHARMA UNIVERSITY

YOGYAKARTA2010

Page 3: KETOKSIKAN AKUT SARI WORTEL (Daucus carota L.) KAJIAN ... · KAJIAN TERHADAP HISTOLOGI GINJAL DAN KADAR KREATININ SERTA UREUM SERUM PADA TIKUS BETINA GALUR WISTAR SKRIPSI Diajukan

iii

Page 4: KETOKSIKAN AKUT SARI WORTEL (Daucus carota L.) KAJIAN ... · KAJIAN TERHADAP HISTOLOGI GINJAL DAN KADAR KREATININ SERTA UREUM SERUM PADA TIKUS BETINA GALUR WISTAR SKRIPSI Diajukan

iv

Page 5: KETOKSIKAN AKUT SARI WORTEL (Daucus carota L.) KAJIAN ... · KAJIAN TERHADAP HISTOLOGI GINJAL DAN KADAR KREATININ SERTA UREUM SERUM PADA TIKUS BETINA GALUR WISTAR SKRIPSI Diajukan

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

”Ketika kumohon kekuatan, Allah memberiku kesulitan agar aku menjadi kuat”

”Ketika kumohon kebijaksanaan, Allah memberiku masalah untuk kupecahkan”

”Ketika kumohon kesejahteraan, Allah memberikan aku akal untuk berpikir”

”Ketika kumohon keberanian, Allah memberiku kondisi bahaya untuk kuatasi”

”Ketika kumohon sebuah cinta, Allah memberiku orang-orang bermasalah untuk kutolong”

”Ketika kumohon bantuan, Allah memberiku kesempatan”

” Aku tidak pernah menerima apa yang kupinta, tetapi aku menerima segala yang kubutuhkan” (Mazmur)

Kupersembahkan karyaku ini untuk :

Tuhan Yesusku, Bapa yang selalu menopangku saat ku tak mampu dan

mengangkatku saat kuterjatuh serta memberiku kekuatan.

Papi dan mamiku untuk segala doa, cinta dan perhatiannya.

Kakak-kakakku dan adikku yang selalu memberikan semangat.

Almamaterku.

Page 6: KETOKSIKAN AKUT SARI WORTEL (Daucus carota L.) KAJIAN ... · KAJIAN TERHADAP HISTOLOGI GINJAL DAN KADAR KREATININ SERTA UREUM SERUM PADA TIKUS BETINA GALUR WISTAR SKRIPSI Diajukan

vi

Page 7: KETOKSIKAN AKUT SARI WORTEL (Daucus carota L.) KAJIAN ... · KAJIAN TERHADAP HISTOLOGI GINJAL DAN KADAR KREATININ SERTA UREUM SERUM PADA TIKUS BETINA GALUR WISTAR SKRIPSI Diajukan

vii

PRAKATA

Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat rahmat-Nya

kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

”Ketoksikan Akut Sari Wortel (Daucus carota L.) Kajian terhadap Histologi

Ginjal dan Kadar Kreatinin serta Ureum Serum pada Tikus Betina Galur Wistar”

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S. Farm) di

Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Kesuksesan penyusunan ini tidak lepas dari dukungan dan bantuan dari

banyak pihak, baik berupa materiil, moral, tenaga, maupun doa. Penulis

mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Yosef Wijoyo, M.Si., Apt. selaku dosen pembimbing yang telah

menyediakan waktu dan tenaga untuk memberikan bimbingan, masukan, dan

perhatiannya yang besar serta saran dalam penyusunan skripsi ini.

2. Ibu Phebe Hendra, Msi., PhD., Apt. selaku dosen penguji skripsi yang telah

menyediakan waktu untuk memberikan saran dan masukan demi

kesempurnaan skripsi ini.

3. Bapak Ipang Djunarko, S.Si., Apt. selaku dosen penguji skripsi yang telah

menyediakan waktu untuk memberikan saran dan masukan demi

kesempurnaan skripsi ini.

4. Bapak Ig. Aris Dwiatmoko, M.Sc yang menyempatkan waktu untuk

membantu saya memahami mengenai analisis data penelitian dengan uji

statistik dan metode penelitian ini.

Page 8: KETOKSIKAN AKUT SARI WORTEL (Daucus carota L.) KAJIAN ... · KAJIAN TERHADAP HISTOLOGI GINJAL DAN KADAR KREATININ SERTA UREUM SERUM PADA TIKUS BETINA GALUR WISTAR SKRIPSI Diajukan

viii

5. Romo Drs. P. Sunu Hardiyanto, S.J., M.Sc. yang menyempatkan waktu untuk

membantu saya memahami uji statistik yang saya gunakan dalam penelitian

ini.

6. Ibu Prof. Drh. Kurniasih, MVSc., PhD. selaku dosen yang mengamati hasil

pemeriksaan histopatologi organ ginjal dari penelitian ini.

7. Para karyawan dan laboran Laboratorium Farmakologi-Toksikologi (Pak

Heru, Pak Parjiman, dan Mas Kayat), yang telah banyak membantu selama

penelitian ini.

8. Kedua orang tuaku yaitu Bapak Haden Siagian dan Ibu Murniati Sitorus yang

telah memberikan kasih sayang yang besar dan memberikan dukungan dalam

doa dan perhatian sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

9. Saudara-saudara kandungku yaitu kakak Yenny, abang Denny, kakak Putri,

adikku Nina, dan adikku Indra, serta seluruh keluarga besarku atas semua

perhatian, dukungan, serta doa yang tiada hentinya selama penelitian dan

penyusunan skripsi ini.

10. Abang Renyus, sebagai kekasih saya yang turut memberikan dukungan dan

perhatian, sehingga saya dapat menyelesaikan penelitian ini dengan baik.

11. Kakak mitra yang memberikan semangat setiap hari melalui alat komunikasi

sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini.

12. Abang Kris yang memberikan dukungan dengan meminjamkan printer

sehingga dapat terselesaikan skripsi ini.

13. Sahabat dan teman-teman terkasih Reni, Shiela, Manik, Gesi, Angga, Rio,

Tito, Anis, Melki, serta teman-teman kost Muria dan mbak Niken. Terima

Page 9: KETOKSIKAN AKUT SARI WORTEL (Daucus carota L.) KAJIAN ... · KAJIAN TERHADAP HISTOLOGI GINJAL DAN KADAR KREATININ SERTA UREUM SERUM PADA TIKUS BETINA GALUR WISTAR SKRIPSI Diajukan

ix

Page 10: KETOKSIKAN AKUT SARI WORTEL (Daucus carota L.) KAJIAN ... · KAJIAN TERHADAP HISTOLOGI GINJAL DAN KADAR KREATININ SERTA UREUM SERUM PADA TIKUS BETINA GALUR WISTAR SKRIPSI Diajukan

x

Page 11: KETOKSIKAN AKUT SARI WORTEL (Daucus carota L.) KAJIAN ... · KAJIAN TERHADAP HISTOLOGI GINJAL DAN KADAR KREATININ SERTA UREUM SERUM PADA TIKUS BETINA GALUR WISTAR SKRIPSI Diajukan

xi

INTISARI

Ketoksikan akut adalah tingkat efek toksik suatu senyawa pada hewan uji tertentu, yang terjadi dalam waktu 24 jam setelah pemberiannya pada dosis tunggal. Penelitian ini bertujuan untuk menetapkan potensi toksisitas akut berdasarkan harga LD50, menilai gejala toksik, spektrum efek toksik yang timbul, dan pengaruh dosis pemberian sari wortel (Daucus carota L.) terhadap wujud efek toksik yang ditimbulkan ditinjau dari histologi ginjal dan parameter biokimia seperti kadar kreatinin dan ureum serum.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental murni acak lengkap pola searah. Penelitian ini menggunakan 30 subyek uji. Hewan uji dibagi dalam 5 kelompok yang terdiri dari kelompok kontrol dan kelompok perlakuan. Tiap kelompok terdiri atas 6 ekor hewan uji. Kelompok I adalah kelompok kontrol yang tidak diberikan perlakuan apapun, kelompok II sampai V adalah kelompok yang diberikan sari wortel sekali pemejanan dengan dosis masing-masing 66,55g/kg BB; 79,86 g/kgBB; 95,83 g/kg BB; 115 g/kg BB. Analisis statistik menggunakan Shapiro-Wilk, Uji One-Way ANOVA, General Linear Model Multivariate, serta Paired T-Test.

Berdasarkan hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa pemberian sari wortel tidak menunjukkan gejala efek toksik. Potensi ketoksikan akut sari wortel pada tikus betina galur Wistar yang diperoleh berupa harga LD50 semu yaitu >115 g/kg BB. Berdasarkan analisis histopatologi organ ginjal menunjukkan bahwa tidak ada kerusakan jaringan ginjal. Selain itu, berdasarkan analisis statistik menunjukkan tidak ada pengaruh pemberian sari wortel terhadap kadar kreatinindan ureum serum pada waktu 24 jam dan hari ke-14 setelah pemberian sari wortel mulai dari dosis 66,55 g/kg BB hingga 115 g/kg BB.

Kata kunci : ketoksikan akut, histopatologi ginjal, sari wortel, kadar kreatinin dan ureum serum

Page 12: KETOKSIKAN AKUT SARI WORTEL (Daucus carota L.) KAJIAN ... · KAJIAN TERHADAP HISTOLOGI GINJAL DAN KADAR KREATININ SERTA UREUM SERUM PADA TIKUS BETINA GALUR WISTAR SKRIPSI Diajukan

xii

ABSTRACT

Acute Toxicant is a combination toxic effect level of a specific tested animal, that happens in 24 for hours after the giving on a sole dosage. This research aims to establish acute toxical potency based on LD50 value, to estimate toxic symptom, emerged toxical effect spectrum, and the dosage effect of giving carrot juice (Daucus carota L.) to the emerged toxical effect shape, observed from kidney histology and biochemistry parameter i.e. kreatinin degree and ureumserum.

This is such a same-direction system complete random pure experimental research, that uses 30 experimental subjects. The experiment animals are divided into 5 groups, consisted of control group and treatment group. Every group consists of 6 experimental animals. The first group is the group in which no treatment is given, while the second until the fifth group are the groups given carrot juice for every exposure with 66,55 g/kg BB; 79,86 g/kg BB; 95,83 g/kgBB; 115 g/kg BB dosage per each. The statistical analysis uses Shapiro-Wilk, One-Way ANOVA examination, General Linear Model Multivariate, and Paired T-Test.

Based on result retrieved, it is shown that the giving of carrot juice does not point out the toxic effect symptom. The potential gotten of the carrot juice acute toxicant of strain Wistar female rats is mien LD50, i.e. >115 g/kg BB. By reffering to the kidney organ histopatology analysis, it is shown that there is no kidney network damage. Besides, based on the analysis, the statistic shows that there is no effect of the giving the carrot juice of kreatinin and serum ureum degree in 24 hours and the 14th day after carrot juice is exposured starting from 66,55 g/kg BB to 115 g/kg BB dosage.

Keywords: acute toxic, kidney histology, carrot juice, kreatinin degree and ureumserum

Page 13: KETOKSIKAN AKUT SARI WORTEL (Daucus carota L.) KAJIAN ... · KAJIAN TERHADAP HISTOLOGI GINJAL DAN KADAR KREATININ SERTA UREUM SERUM PADA TIKUS BETINA GALUR WISTAR SKRIPSI Diajukan

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................ iii

HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ........................ vi

PRAKATA ..................................................................................................... vii

PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ............................................... x

INTISARI ...................................................................................................... xi

ABSTRACT ..................................................................................................... xii

DAFTAR ISI .................................................................................................. xiii

DAFTAR TABEL .......................................................................................... xviii

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xxi

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xxiv

BAB I. PENGANTAR

A. Latar Belakang ............................................................................ 1

1. Permasalahan ......................................................................... 3

2. Keaslian penelitian ................................................................ 4

3. Manfaat penelitian ................................................................ 7

B. Tujuan Penelitian ......................................................................... 8

1. Tujuan umum ......................................................................... 8

2. Tujuan khusus ....................................................................... 9

Page 14: KETOKSIKAN AKUT SARI WORTEL (Daucus carota L.) KAJIAN ... · KAJIAN TERHADAP HISTOLOGI GINJAL DAN KADAR KREATININ SERTA UREUM SERUM PADA TIKUS BETINA GALUR WISTAR SKRIPSI Diajukan

xiv

BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA

A. Sistematika Tanaman Wortel (Daucus carota L.) ........................ 10

1. Taksonomi tanaman ............................................................... 10

2. Morfologi ............................................................................... 10

3. Kandungan kimia ................................................................... 11

4. Kegunaan di masyarakat ........................................................ 12

B. Beta Karoten ................................................................................. 12

C. Toksikologi ................................................................................... 15

1. Definisi toksikologi ............................................................... 15

2. Asas umum toksikologi ......................................................... 16

a. Kondisi efek toksik ........................................................... 16

b. Mekanisme efek toksik ..................................................... 17

c. Wujud efek toksik ............................................................. 18

d. Sifat efek toksik ................................................................ 19

3. Jenis uji toksikologi ............................................................... 20

a. Uji ketoksikan tak khas .................................................... 20

b. Uji ketoksikan khas .......................................................... 21

D. Uji Toksisitas Akut ....................................................................... 21

E. Median Lethal Dosage (LD50) ...................................................... 23

F. Anatomi dan Fisiologi Ginjal ....................................................... 25

Page 15: KETOKSIKAN AKUT SARI WORTEL (Daucus carota L.) KAJIAN ... · KAJIAN TERHADAP HISTOLOGI GINJAL DAN KADAR KREATININ SERTA UREUM SERUM PADA TIKUS BETINA GALUR WISTAR SKRIPSI Diajukan

xv

G. Nefropati Toksik ........................................................................... 27

1. Glumerulonefropati ................................................................ 28

2. Nefropati tubulus proksimal .................................................. 28

3. Nefropati tubulus distal .......................................................... 29

H. Kreatinin dan Ureum Serum ......................................................... 29

1. Kreatinin serum ........................................................................ 29

2. Ureum serum ............................................................................ 30

I. Landasan Teori ............................................................................. 31

J. Hipotesis ....................................................................................... 32

BAB III. METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian .................................................... 33

B. Variabel dan Definisi Operasional ............................................... 33

1. Variabel utama ........................................................................ 33

2. Variabel pengacau ................................................................... 34

3. Definisi Operasional ............................................................... 35

C. Alat dan Bahan Penelitian ............................................................ 36

1. Alat ........................................................................................ 36

2. Bahan .................................................................................... 36

D. Tata Cara Penelitian ...................................................................... 37

1. Penyiapan hewan uji .............................................................. 37

2. Pengelompokkan hewan uji .................................................. 37

3. Pengumpulan bahan ............................................................... 38

4. Determinasi tanaman ............................................................. 38

Page 16: KETOKSIKAN AKUT SARI WORTEL (Daucus carota L.) KAJIAN ... · KAJIAN TERHADAP HISTOLOGI GINJAL DAN KADAR KREATININ SERTA UREUM SERUM PADA TIKUS BETINA GALUR WISTAR SKRIPSI Diajukan

xvi

5. Pembuatan larutan sampel ..................................................... 38

6. Penentuan dosis ..................................................................... 39

7. Pengamatan ........................................................................... 40

8. Uji toksisitas .......................................................................... 41

9. Pengambilan darah dan pemeriksaan kadar kreatinin dan

ureum serum ......................................................................... 42

a. Pengambilan darah sebelum pemejanan sari wortel ........ 42

b. Pengambilan darah setelah pemejanan sari wortel ........... 43

10. Pembuatan dan pemeriksaan preparat histopatologi ............ 43

E. Tata Cara Analisis Hasil .............................................................. 44

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Determinasi Tanaman .................................................................... 46

B. Jalan Penelitian .............................................................................. 46

C. Uji Toksisitas Akut ........................................................................ 48

D. Pengamatan Makroskopis dan Mikroskopis Organ Ginjal ............ 50

E. Pemeriksaan Kadar Kreatinin dan Ureum Serum .......................... 58

1. Pemeriksaan kadar kreatinin serum ........................................ 60

2. Pemeriksaan kadar ureum serum ............................................ 66

F. Analisis Berat Organ Ginjal Relatif ............................................... 73

G. Analisis Berat Badan ..................................................................... 77

H. Rangkuman Pembahasan ............................................................... 81

Page 17: KETOKSIKAN AKUT SARI WORTEL (Daucus carota L.) KAJIAN ... · KAJIAN TERHADAP HISTOLOGI GINJAL DAN KADAR KREATININ SERTA UREUM SERUM PADA TIKUS BETINA GALUR WISTAR SKRIPSI Diajukan

xvii

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ................................................................................... 87

B. Saran ............................................................................................. 88

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 89

LAMPIRAN ................................................................................................... 94

BIOGRAFI PENULIS ..................................................................................... 137

Page 18: KETOKSIKAN AKUT SARI WORTEL (Daucus carota L.) KAJIAN ... · KAJIAN TERHADAP HISTOLOGI GINJAL DAN KADAR KREATININ SERTA UREUM SERUM PADA TIKUS BETINA GALUR WISTAR SKRIPSI Diajukan

xviii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel I. Klasifikasi potensi ketoksikan suatu senyawa ...................... 25

Tabel II. Hasil pengamatan secara kualitatif gejala-gejala efek toksik

tikus betina galur Wistar pada kelompok kontrol dan

kelompok perlakuan pemberian sari wortel selama waktu

pengamatan mulai dari 3 jam setelah pemberian sari wortel

hingga hari ke-14 ................................................................... 48

Tabel III. Jumlah kematian tikus betina galur Wistar pada waktu

pengamatan 24 jam setelah pemberian sari wortel (Daucus

carota L.) ............................................................................... 49

Tabel IV. Hasil pemeriksaan histopatologi organ ginjal tikus betina

galur Wistar akibat pemberian sari wortel 1x dengan waktu

pengamatan 24 jam setelah pemejanan .................................. 52

Tabel V. Hasil pemeriksaan histopatologi organ ginjal tikus betina

galur Wistar akibat pemberian sari wortel 1x dengan waktu

pengamatan pada hari ke-14 setelah pemejanan .................... 54

Tabel VI. Purata kadar kreatinin serum ± SE tikus betina galur Wistar

sebelum pemberian sari wortel (Daucus carota L.) .............. 61

Tabel VII. Purata kadar kreatinin serum ± SE tikus betina galur Wistar

pada waktu 24 jam setelah pemberian sari wortel (Daucus

carota L.) ............................................................................... 61

Page 19: KETOKSIKAN AKUT SARI WORTEL (Daucus carota L.) KAJIAN ... · KAJIAN TERHADAP HISTOLOGI GINJAL DAN KADAR KREATININ SERTA UREUM SERUM PADA TIKUS BETINA GALUR WISTAR SKRIPSI Diajukan

xix

Tabel VIII. Purata kadar kreatinin serum ± SE pada tikus betina galur

Wistar sebelum pemberian sari wortel dan 24 jam setelah

pemberian sari wortel (Daucus carota L.) ............................. 62

Tabel IX. Purata kadar kreatinin serum ± SE tikus betina galur Wistar

pada waktu pengamatan hari ke-14 setelah pemejanan sari

wortel (Daucus carota L.) ..................................................... 64

Tabel X. Purata kadar kreatinin serum ± SE pada tikus betina galur

Wistar sebelum pemberian sari wortel dan hari ke-14

setelah pemberian sari wortel (Daucus carota L.) ................. 65

Tabel XI. Purata kadar ureum serum ± SE pada tikus betina galur

Wistar pada waktu sebelum pemberian sari wortel (Daucus

carota L.) ............................................................................... 67

Tabel XII. Purata kadar ureum serum ± SE tikus betina galur Wistar

pada waktu 24 jam setelah pemberian sari wortel (Daucus

carota L.) ............................................................................... 67

Tabel XIII. Purata kadar ureum serum ± SE pada tikus betina galur

Wistar sebelum pemberian sari wortel dan 24 jam setelah

pemberian sari wortel (Daucus carota L.) ............................. 69

Tabel XIV. Purata kadar ureum serum ± SE tikus betina galur Wistar

pada hari ke-14 setelah pemberian sari wortel (Daucus

carota L.) ............................................................................... 70

Page 20: KETOKSIKAN AKUT SARI WORTEL (Daucus carota L.) KAJIAN ... · KAJIAN TERHADAP HISTOLOGI GINJAL DAN KADAR KREATININ SERTA UREUM SERUM PADA TIKUS BETINA GALUR WISTAR SKRIPSI Diajukan

xx

Tabel XV. Purata kadar ureum serum ± SE pada tikus betina galur

Wistar sebelum pemberian sari wortel dan hari ke-14

setelah pemberian sari wortel (Daucus carota L.) ................. 71

Tabel XVI. Rata-rata berat organ ginjal relatif akibat 1x pemberian sari

wortel pada pengamatan 24 jam setelah pemejanan .............. 75

Tabel XVII. Rata-rata berat organ ginjal relatif akibat 1x pemberian sari

wortel pada pengamatan hari ke-14 setelah pemejanan ......... 75

Tabel XVIII. Rata-rata berat badan hari ke-0, ke-7, dan ke-14 tikus betina

galur Wistar akibat 1x pemberian sari wortel (Daucus

carota L.) ............................................................................... 79

Page 21: KETOKSIKAN AKUT SARI WORTEL (Daucus carota L.) KAJIAN ... · KAJIAN TERHADAP HISTOLOGI GINJAL DAN KADAR KREATININ SERTA UREUM SERUM PADA TIKUS BETINA GALUR WISTAR SKRIPSI Diajukan

xxi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Struktur kimia beta karoten ............................................ ............13

Gambar 2. Anatomi ginjal ................................................................. ...........26

Gambar 3. Irisan melintang jaringan organ ginjal tikus betina galur

Wistar pada kelompok kontrol (tidak diberikan perlakuan

apapun) dengan perbesaran 200x menggunakan

pengecatan hematoksilin-eosin ...................................................53

Gambar 4. Irisan melintang jaringan organ ginjal tikus betina galur

Wistar pada kelompok perlakuan yang diberikan sari

wortel (dosis 66,55 g/kg sampai 115 g/kg BB) dengan

perbesaran 200x menggunakan pengecatan hematoksilin-

eosin.............................................................................................53

Gambar 5. Irisan melintang jaringan organ ginjal tikus betina galur

Wistar pada kelompok kontrol (tidak diberikan apapun)

dengan perbesaran 400x menggunakan pengecatan

hematoksilin-eosin.......................................................................54

Gambar 6. Irisan melintang jaringan organ ginjal tikus betina galur

Wistar akibat pemberian sari wortel dosis 66,55 g/kg BB

dengan perbesaran 400x menggunakan pengecatan

hematoksilin-eosin ......................................................................55

Page 22: KETOKSIKAN AKUT SARI WORTEL (Daucus carota L.) KAJIAN ... · KAJIAN TERHADAP HISTOLOGI GINJAL DAN KADAR KREATININ SERTA UREUM SERUM PADA TIKUS BETINA GALUR WISTAR SKRIPSI Diajukan

xxii

Gambar 7. Irisan melintang jaringan organ ginjal tikus betina galur

Wistar akibat pemberian sari wortel dosis 79,86 g/kg BB

dengan perbesaran 400x menggunakan pengecatan

hematoksilin-Eosin .....................................................................55

Gambar 8. Irisan melintang jaringan organ ginjal tikus betina galur

Wistar akibat pemberian sari wortel dosis 95,83 g/kg BB

dengan perbesaran 400x menggunakan pengecatan

hematoksilin-Eosin ......................................................................56

Gambar 9. Irisan melintang jaringan organ ginjal tikus betina galur

Wistar akibat pemberian sari wortel dosis 115 g/kg BB

dengan perbesaran 400x menggunakan pengecatan

hematoksilin-Eosin ......................................................................56

Gambar 10. Diagram batang purata kadar kreatinin serum sebelum

pemberian sari wortel dan 24 jam setelah pemberian sari

wortel (Daucus carota L.) pada tikus betina galur Wistar ..........63

Gambar 11. Diagram batang purata kadar kreatinin serum sebelum

pemberian sari wortel dan hari ke-14 setelah pemberian

sari wortel (Daucus carota L.) pada tikus betina galur

Wistar ..........................................................................................65

Gambar 12. Diagram batang purata kadar ureum serum sebelum

pemberian sari wortel dan 24 jam setelah pemberian sari

wortel (Daucus carota L.) pada tikus betina galur Wistar ..........68

Page 23: KETOKSIKAN AKUT SARI WORTEL (Daucus carota L.) KAJIAN ... · KAJIAN TERHADAP HISTOLOGI GINJAL DAN KADAR KREATININ SERTA UREUM SERUM PADA TIKUS BETINA GALUR WISTAR SKRIPSI Diajukan

xxiii

Gambar 13. Diagram batang purata kadar ureum serum sebelum

pemberian sari wortel dan hari ke-14 setelah pemberian

sari wortel (Daucus carota L.) pada tikus betina galur

Wistar ..........................................................................................71

Gambar 14. Diagram persentase purata berat organ ginjal pada tikus

betina galur Wistar pada waktu 24 jam setelah pemberian

sari wortel (Daucus carota L.) ....................................................75

Gambar 15. Diagram persentase purata berat organ ginjal pada tikus

betina galur Wistar pada hari ke-14 setelah pemberian sari

wortel (Daucus carota L.) ........................................................... 76

Gambar 16. Grafik purata berat badan tikus betina galur Wistar pada

hari ke-0, 7, dan 14 hari setelah pembe-rian sari wortel

(Daucus carota L.) ......................................................................80

Page 24: KETOKSIKAN AKUT SARI WORTEL (Daucus carota L.) KAJIAN ... · KAJIAN TERHADAP HISTOLOGI GINJAL DAN KADAR KREATININ SERTA UREUM SERUM PADA TIKUS BETINA GALUR WISTAR SKRIPSI Diajukan

xxiv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Surat determinasi tanaman wortel ....................................... 94

Lampiran 2. Surat pembelian tikus putih betina galur Wistar sebanyak

30 ekor di LPPT, Universitas Gadjah Mada ....................... 95

Lampiran 3. Hasil pemeriksaan histopatolgi organ ginjal tikus betina

galur Wistar pada pengamatan 24 jam setelah pemberian

sari wortel ............................................................................ 97

Lampiran 4. Hasil pemeriksaan histopatolgi organ ginjal tikus betina

galur Wistar pada pengamatan hari ke-14 setelah

pemberian sari wortel .......................................................... 98

Lampiran 5. Surat hasil pemeriksaan kadar kreatinin dan ureum serum

sebelum pemberian sari wortel yang dilakukan oleh LPPT-

UGM ................................................................................... 99

Lampiran 6. Surat hasil pemeriksaan kadar kreatinin dan ureum serum

24 jam setelah pemberian sari wortel yang dilakukan oleh

LPPT-UGM ......................................................................... 101

Lampiran 7. Surat hasil pemeriksaan kadar kreatinin dan ureum serum

14 hari setelah pemberian sari wortel yang dilakukan oleh

LPPT-UGM ......................................................................... 102

Lampiran 8. Data penimbangan berat organ ginjal relatif tikus betina

galur Wistar.......................................................................... 103

Page 25: KETOKSIKAN AKUT SARI WORTEL (Daucus carota L.) KAJIAN ... · KAJIAN TERHADAP HISTOLOGI GINJAL DAN KADAR KREATININ SERTA UREUM SERUM PADA TIKUS BETINA GALUR WISTAR SKRIPSI Diajukan

xxv

Lampiran 9. Data penimbangan berat badan tikus betina galur

Wistar................................................................................... 103

Lampiran 10. Skema proses penomoran hewan uji dengan cara random... 103

Lampiran 11. Gambar umbi wortel ........................................................... 104

Lampiran 12. Gambar Juice Extractor ..................................................... 104

Lampiran 13. Tikus putih betina galur Wistar dan foto timbangan .......... 104

Lampiran 14. Sari wortel yang diperoleh dengan menggunakan Juice

Extractor ............................................................................. 105

Lampiran 15. Sari wortel disaring menggunakan saringan teh biasa

(penyaringan 1) .................................................................... 105

Lampiran 16. Penyaringan sari wortel menggunakan kertas saring

(penyaringan 2) .................................................................... 106

Lampiran 17. Sari wortel yang diperoleh dari hasil penyaringan ke-2 ...... 106

Lampiran 18. Pemberian sari wortel pada tikus betina galur Wistar ....... 107

Lampiran 19. Gambar makroskopis organ ginjal pada kelompok kontrol

dan perlakuan....................................................................... 107

Lampiran 20. Data berat organ ginjal relatif ............................................. 108

Lampiran 21. Data berat badan pada hari ke-0, ke-7, dan ke-14 .............. 114

Lampiran 22. Data kadar kreatinin serum.................................................. 118

Lampiran 23. Data kadar ureum serum...................................................... 125

Lampiran 24. Perhitungan LD50 sari wortel ke manusia ........................... 130

Lampiran 25. Perhitungan dosis sari wortel .............................................. 133

Page 26: KETOKSIKAN AKUT SARI WORTEL (Daucus carota L.) KAJIAN ... · KAJIAN TERHADAP HISTOLOGI GINJAL DAN KADAR KREATININ SERTA UREUM SERUM PADA TIKUS BETINA GALUR WISTAR SKRIPSI Diajukan

xxvi

Lampiran 26. Hasil pemeriksaan kualitatif gejala toksik tikus betina

kelompok kontrol yang tidak diberi sediaan uji................... 135

Lampiran 27. Hasil pemeriksaan kualitatif gejala toksik tikus betina

kelompok perlakuan (dosis 66,55 g/kgBB sampai 115

g/kgBB) yang diberi sediaan uji .......................................... 136

Page 27: KETOKSIKAN AKUT SARI WORTEL (Daucus carota L.) KAJIAN ... · KAJIAN TERHADAP HISTOLOGI GINJAL DAN KADAR KREATININ SERTA UREUM SERUM PADA TIKUS BETINA GALUR WISTAR SKRIPSI Diajukan

1

BAB I

PENGANTAR

A. Latar Belakang

Obat tradisional merupakan obat yang dibuat dari bahan atau paduan

bahan-bahan yang diperoleh dari tanaman, hewan atau yang belum berupa zat

murni dan digunakan secara turun-temurun (Soesilo, 1992). Pemanfaatan tanaman

obat sebagai sumber obat tradisional telah banyak digunakan dan diupayakan

adanya pemeliharaan atau peningkatan taraf kesehatan. Hal ini diduga karena

bahan alami yang digunakan lebih aman dibandingkan obat-obat kimia atau

sintetik. Selain itu, obat tradisional juga memiliki berbagai kelebihan yaitu mudah

diperoleh, harga relatif murah karena bisa ditanam sendiri dan relatif tanpa efek

samping (Muhlisah, 2003).

Salah satu tanaman obat tradisional yang dikenal adalah wortel. Wortel

merupakan tanaman yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat baik sebagai

sayuran (Pitojo, 2004) maupun sebagai obat (Rukmana, 1995). Bagian dari wortel

yang berkhasiat salah satunya adalah umbi wortel. Beberapa penelitian

membuktikan bahwa umbi wortel memiliki khasiat sebagai anti-inflamasi dan

anti-ulserogenik (Wehbe, Mroueh, and Daher, 2009), anti-analgesik (Putra, 2003),

hepatoprotektif (Nuraeni, 2003), menurunkan kolesterol, anti-kanker, anti-stroke

(Afriansyah, 2007), berkhasiat sebagai diuretik (Dalimartha, 2007), busung lapar,

penyakit gagal ginjal, diare kronik, disentri kronik (Perry and Metzger, 1980).

Dengan demikian, banyak masyarakat yang lebih menyukai penggunaan obat-obat

Page 28: KETOKSIKAN AKUT SARI WORTEL (Daucus carota L.) KAJIAN ... · KAJIAN TERHADAP HISTOLOGI GINJAL DAN KADAR KREATININ SERTA UREUM SERUM PADA TIKUS BETINA GALUR WISTAR SKRIPSI Diajukan

2

tradisional dibandingkan obat-obat kimia. Namun, tetap perlu hati-hati dalam

menggunakan obat-obat tradisional karena penggunaan secara berlebihan (dosis

berlebih) dapat bersifat toksik di dalam tubuh (Koeman, 1987). Dalam wortel

terkandung senyawa beta karoten yang akan dikonversi oleh tubuh menjadi

vitamin A (Rukmana, 1995). Vitamin A yang ditemukan dalam wortel dinamakan

karotenoid provitamin A. Bila mengkonsumsi karotenoid provitamin A dalam

dosis tinggi dapat menyebabkan hiperavitaminosis A yang dapat berlangsung akut

maupun kronis (Pitojo, 2004). Selain itu, beta karoten dapat berperan sebagai

prooksidan, dimana bila aktivitas prooksidan terjadi dalam sel normal maka dapat

menyebabkan kerusakan oksidatif yang menekan integritas sel dan menginduksi

transformasi neoplastik (Masotti, Casali, and Galeotti, 1988). Dengan demikian,

perlu dilakukan uji praklinik pada obat-obat tradisional untuk dapat menentukan

keamanan melalui uji toksisitas dan uji farmakologi (Anonim, 2000). Karena

penelitian mengenai keamanan penggunaan wortel masih kurang terkait dengan

uji toksisitas wortel, maka perlu dilakukan penelitian mengenai ketoksikan akut

sari wortel (Daucus carota L.).

Uji ketoksikan akut merupakan suatu pengujian untuk menetapkan potensi

ketoksikan akut dari suatu zat dalam jangka waktu 24 jam melalui nilai LD50

(Median Lethal Dosage), menilai berbagai gejala toksik, melihat berbagai

spektrum efek toksik, mengetahui mekanisme kematian dari hewan uji (Anonim,

2000). Uji ketoksikan akut memiliki spektrum yang luas yang mencakup semua

organ, namun pada penelitian ini lebih dikhususkan terhadap organ ginjal karena

ginjal merupakan sasaran utama dari efek toksik dan sebagai organ ekskresi (Lu,

Page 29: KETOKSIKAN AKUT SARI WORTEL (Daucus carota L.) KAJIAN ... · KAJIAN TERHADAP HISTOLOGI GINJAL DAN KADAR KREATININ SERTA UREUM SERUM PADA TIKUS BETINA GALUR WISTAR SKRIPSI Diajukan

3

2006), sehingga peneliti tertarik ingin meneliti apakah sari wortel bersifat toksik

terhadap organ ginjal dengan melihat adanya perubahan struktural (histopatologi)

yang dilakukan secara mikroskopis, serta melakukan pemeriksaan terhadap kadar

kreatinin dan ureum serum yang merupakan parameter biokimia untuk melihat

adanya perubahan biokimia dalam tubuh setelah diberikan sari wortel. Dari hal

diatas, maka peneliti melakukan penelitian tentang ketoksikan akut sari wortel

(Daucus carota L.) kajian terhadap histologi organ ginjal dan kadar kreatinin serta

ureum serum pada tikus betina galur Wistar. Sepanjang pengetahuan peneliti,

penelitian ini belum pernah dilakukan sebelumnya.

1. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan

sebagai berikut:

a. Apa saja gejala ketoksikan yang timbul akibat pemejanan akut sari

wortel (Daucus carota L.) pada tikus betina galur Wistar?

b. Berapa besar potensi ketoksikan akut sari wortel (Daucus carota L.)

pada tikus betina galur Wistar yang dinyatakan dengan Median Lethal

Dosage (LD50)?

c. Apakah pemberian sari wortel (Daucus carota L.) dapat menyebabkan

efek toksik ditinjau dari histopatologi organ ginjal?

d. Bagaimana pengaruh pemberian sari wortel (Daucus carota L.)

ditinjau dari kadar kreatinin dan ureum serum (perubahan biokimia)?

Page 30: KETOKSIKAN AKUT SARI WORTEL (Daucus carota L.) KAJIAN ... · KAJIAN TERHADAP HISTOLOGI GINJAL DAN KADAR KREATININ SERTA UREUM SERUM PADA TIKUS BETINA GALUR WISTAR SKRIPSI Diajukan

4

2. Keaslian penelitian

Beberapa penelitian mengenai khasiat dan keamanan tanaman wortel

adalah sebagai berikut :

a. The Potential Role of Daucus carota L. Aqueous and Methanolic Extracts

on Inflammation and Gastric Ulcers in Rats (Wehbe, dkk., 2009).

Ekstrak aquadest dan metanol dari Daucus carota L. memberikan aktivitas

antiinflamasi pada dosis dari 400 dan 140 mg/kgBB dengan masing-

masing sebesar 90,9 dan 58,6%. Sedangkan pada inflamasi kronis,

menunjukkan bahwa dengan dosis 400 dan 140 mg/kgBB memberikan

aktivitas antiinflamasi sebesar 58 dan 44,1%. Ekstrak aquadest dan

metanol Daucus carota L. signifikan menunjukkan perlindungan terhadap

ulkus lambung yang diinduksi etanol dengan rasio masing-masing 46,8

kuratif dan 68,7% dengan dosis 250 mg/kgBB.

b. Efek Analgesik Air Perasan Umbi Wortel (Daucus carota L.) pada Mencit

Putih Betina Galur Wistar (Putra, 2003).

Air perasan umbi wortel memiliki efek analgesik pada mencit putih betina

yang ditunjukkan dengan adanya penurunan persen geliat. Persen proteksi

geliat pada masing-masing dosis yaitu: dosis 1,25 ml/kg BB; 2,5 ml/kgBB;

10 ml/kgBB; 20 ml/kgBB sebesar 29,72%; 43,68%; 67,36%; 60,74%; 31,

18%.

Page 31: KETOKSIKAN AKUT SARI WORTEL (Daucus carota L.) KAJIAN ... · KAJIAN TERHADAP HISTOLOGI GINJAL DAN KADAR KREATININ SERTA UREUM SERUM PADA TIKUS BETINA GALUR WISTAR SKRIPSI Diajukan

5

c. Efek Hepatoprotektif Air Perasan Umbi Wortel (Daucus carota L.)

Terhadap Mencit Jantan Terinduksi CCl4 (Nuraeni, 2003).

Air perasan umbi wortel (Daucus carota L.) mempunyai efek

hepatoprotektif terhadap mencit jantan terinduksi CCl4 dosis 3,92

ml/kgBB. Efek hepatoprotektif ditandai dengan menurunnya aktivitas

GPT-serum dan menurunnya derajat kerusakan sel hati mencit akibat

hepatotoksikan CCl4. Efek hepatoprotektif air perasan umbi wortel dosis

0,14; 0,392; 1,162; 3,50; 10,50 dan 31,50 ml/kgBB berturut-turut sebesar

10,53%; 12,83%; 18,87%; 28,26%; 35,70%; dan 77,12%. Dosis efektif

(ED50) air perasan umbi wortel pada mencit 20 gram terinduksi CCl4

sebesar 12,189 ml/kgBB.

d. Purple Carrot (Daucus carota L.) Polyacetylenes Decrease

Lipopolysaccharide-Induced Expression of Inflammatory Proteins in

Macrophage and Endothelial Cells (Metzger, Barnes, dan Reed, 2008).

Kandungan poliasetilen yang terdapat dalam wortel memiliki efek

antiinflamasi yang tinggi yang ditunjukkan dengan sekresi protein IL-6

dan TNF- R turun menjadi 77 and 66% dalam sel endotelial dengan dosis

pemberian 6,6 and 13,3 µg/mL dari fraksi LH-20. Poliasetilen diisolasi dan

menurunkan NO dalam sel makrofag sebanyak 65% tanpa sitotoksik.

e. Pengaruh Pemberian Wortel (Daucus carota L.) terhadap Jumlah Sel

Radang Limfosit Submukosa Bronkiolus Tikus (Rattus norvegicus) Strain

Wistar yang Dipapar Asap Rokok Kretek Subkronik (Khairani, 2008).

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah sel radang

Page 32: KETOKSIKAN AKUT SARI WORTEL (Daucus carota L.) KAJIAN ... · KAJIAN TERHADAP HISTOLOGI GINJAL DAN KADAR KREATININ SERTA UREUM SERUM PADA TIKUS BETINA GALUR WISTAR SKRIPSI Diajukan

6

limfosit meningkat secara signifikan (p=0,000, uji Posthoc) pada

kelompok yang dipapar asap rokok (sel limfosit = 609 ± 30,65942 sel)

dibanding kontrol negatif (sel limfosit 61,75 ± 6,60177 sel), dan menurun

secara bermakna pada kelompok 250 mg/hari (p=0,011 dengan sel

limfosit= 499,25 ± 40,72162 sel), kelompok 500 mg/hari (p=0,000 dengan

sel limfosit = 237 ± 59,40258 sel, serta kelompok 750 mg/hari (p = 0,037

dengan sel limfosit = 440,75 ± 43,78261 sel) dibandingkan dengan

kelompok kontrol positif.

f. Toksisitas Akut Sari Wortel (Daucus carota L.) Kajian terhadap Organ

Lambung, Ginjal, Hati pada Mencit Putih Betina Galur Balb/c (Karlina,

2009).

LD50 semu yang diperoleh >16,7 ml/kgBB. Pemberian sari wortel

menyebabkan perubahan sikap, beringas, dan takikardi. Hasil histopatologi

menunjukkan radang pada organ lambung, dan ginjal yang bersifat

terbalikkan, serta nekrosis pada organ hati (24 jam setelah pemberian).

Peningkatan aktivitas SGPT terjadi secara bermakna melalui uji statistik

dengan tingkat kepercayaan 95%, tetapi tidak menyebabkan peningkatan

kadar kreatinin serum secara signifikan.

g. Pengaruh Pemberian Akut Jus Wortel (Daucus carota L.) pada Tikus

Jantan Wistar : Kajian terhadap Organ Ginjal dan Kadar Kreatinin Serum

(Thejo, 2009).

Jus wortel memiliki efek toksik pada ginjal ditunjukkan dengan adanya

hemorrhage, nekrosis tubulus dan glomerulus, namun tidak ada hewan uji

Page 33: KETOKSIKAN AKUT SARI WORTEL (Daucus carota L.) KAJIAN ... · KAJIAN TERHADAP HISTOLOGI GINJAL DAN KADAR KREATININ SERTA UREUM SERUM PADA TIKUS BETINA GALUR WISTAR SKRIPSI Diajukan

7

yang mati (LD50 semu > 8,750 g/kgBB). Efek toksik bersifat terbalikkan.

Tidak ada perbedaan signifikan antara kadar kreatinin serum perlakuan jus

wortel dengan kontrol negatif. Kadar kreatinin serum pada penelitian ini

tidak berkorelasi dengan kondisi ginjal.

h. Pengaruh Pemberian Akut Jus Wortel (Daucus carota L.) pada Tikus

Jantan Wistar : Kajian terhadap Organ Hati dan Kadar SGPT (Novianti,

2009).

Jus wortel tidak menyebabkan kematian hewan uji (LD50 semu > 8,750

g/kgBB). Pemberian jus wortel tidak menimbulkan gejala toksik.

Pengamatan histopatologi menunjukkan bahwa jus wortel menyebabkan

perubahan struktural sel hati seperti hemorrhage, nekrosis, degenerasi

hidrofik, dan pembentukan jaringan fibroblast yang bersifat terbalikkan.

Jus wortel tidak mempengaruhi aktivitas SGPT.

Sejauh ini, penelitian tentang ketoksikan akut sari wortel (Daucus carota

L.) kajian histologi organ ginjal dan kadar kreatinin serta ureum serum pada tikus

betina galur Wistar belum pernah dilakukan.

3. Manfaat penelitian

Penelitian ketoksikan akut sari wortel (Daucus carota L.) kajian histologi

organ ginjal dan kadar kreatinin serta ureum serum pada tikus betina galur Wistar,

diharapkan mempunyai manfaat :

a. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dalam

bidang ilmu kefarmasian tentang ketoksikan akut sari wortel (Daucus

Page 34: KETOKSIKAN AKUT SARI WORTEL (Daucus carota L.) KAJIAN ... · KAJIAN TERHADAP HISTOLOGI GINJAL DAN KADAR KREATININ SERTA UREUM SERUM PADA TIKUS BETINA GALUR WISTAR SKRIPSI Diajukan

8

carota L.) pada tikus betina galur Wistar serta melihat pengaruh

ketoksikan pada fungsi organ ginjal. Selain itu dapat juga bermanfaat bagi

pengembangan penelitian toksikologi terhadap tanaman/bahan alam.

b. Manfaat praktis

Memberikan informasi kepada masyarakat tentang toksisitas akut

sari wortel dan pengaruh ketoksikan akut sari wortel terhadap fungsi organ

ginjal.

B. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum :

a. Mengetahui gejala ketoksikan yang timbul akibat pemejanan tunggal sari

wortel (Daucus carota L.) pada tikus betina galur Wistar.

b. Mengetahui besar potensi ketoksikan akut sari wortel (Daucus carota L.)

pada tikus betina galur Wistar yang dinyatakan dengan Median Lethal

Dosage (LD50).

c. Mengetahui pemberian sari wortel (Daucus carota L.) dapat menyebabkan

efek toksik ditinjau dari histopatologi organ ginjal.

d. Mengetahui pengaruh pemberian sari wortel (Daucus carota L.) ditinjau

dari kadar kreatinin dan ureum serum yang merupakan parameter biokimia

terhadap adanya gangguan fungsi ginjal.

Page 35: KETOKSIKAN AKUT SARI WORTEL (Daucus carota L.) KAJIAN ... · KAJIAN TERHADAP HISTOLOGI GINJAL DAN KADAR KREATININ SERTA UREUM SERUM PADA TIKUS BETINA GALUR WISTAR SKRIPSI Diajukan

9

2. Tujuan khusus :

1. Mengetahui hubungan antara dosis sari wortel dengan gambaran

histopatologi organ ginjal pada tikus betina galur Wistar setelah

pemejanan sari wortel.

2. Mengetahui hubungan antara dosis pemberian sediaan uji dengan kadar

kreatinin dan ureum serum.

3. Mengetahui hubungan antara hasil histopatologi organ ginjal dengan kadar

kreatinin dan ureum serum.

4. Mengevaluasi sifat efek toksik yang terjadi.

Page 36: KETOKSIKAN AKUT SARI WORTEL (Daucus carota L.) KAJIAN ... · KAJIAN TERHADAP HISTOLOGI GINJAL DAN KADAR KREATININ SERTA UREUM SERUM PADA TIKUS BETINA GALUR WISTAR SKRIPSI Diajukan

10

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Sistematika Tanaman

1. Taksonomi tanaman

Divisio : Spermatophyta

Sub-divisio : Angiospermae

Classis : Dicotyledonae

Ordo : Umbelliferales

Familia : Apiaceae

Genus : Daucus

Spesies : Daucus carota L. (Backer and Van Den Brink, 1968)

2. Morfologi

Wortel termasuk jenis tanaman sayuran umbi semusim, berbentuk

semak (perdu) yang tumbuh tegak dengan ketinggian antara 30-100 cm atau

lebih, tergantung jenis atau varietasnya. Tanaman wortel berumur pendek

yaitu berkisar antara 70-120 hari, tergantung dari varietasnya (Cahyono,

2002).

Wortel terdiri atas daun dan umbi seperti batang, dan akar. Sifat dari

daun wortel adalah majemuk menyirip ganda dua atau tiga, dan anak-anak

daunnya berbentuk lancet atau garis dengan bagian pinggirnya bercangap

melekat pada tangkai daun yang ukurannya agak panjang. Sedangkan

Page 37: KETOKSIKAN AKUT SARI WORTEL (Daucus carota L.) KAJIAN ... · KAJIAN TERHADAP HISTOLOGI GINJAL DAN KADAR KREATININ SERTA UREUM SERUM PADA TIKUS BETINA GALUR WISTAR SKRIPSI Diajukan

11

batangnya berbentuk umbi yang dikonsumsi oleh manusia. Bentuk umbi

wortel bermacam-macam dan bervariasi, tergantung varietas dan kultivarnya.

Bentuk umbi wortel yang dikenal ada 3 macam, yaitu berbentuk bulat panjang

dengan ujung runcing, bulat panjang dengan ujung tumpul, dan bentuk

kombinasi dari keduanya. Selain itu ada juga yang berbentuk percabangan.

Umbi wortel berwarna kuning atau jingga (Cahyono, 2002).

Akar umbi wortel adalah akar tunggang yang berubah fungsinya

sebagai tempat penyimpanan cadangan makanan (misalnya karbohidrat,

protein, lemak, vitamin, mineral, dan air). Kulit umbi wortel adalah tipis dan

berwarna kuning kemerahan atau jingga karena kandungan karoten yang

tinggi. Daging umbi wortel bertekstur renyah, serta rasanya manis (Cahyono,

2002).

3. Kandungan kimia

Dalam setiap 100 g umbi wortel segar mengandung 42,00 kalori;

protein 1,20 g; lemak 0,30 g; karbohidrat 9,30 g; kalsium 39,00 mg; fosfor

37,00 mg; zat besi 0,30 g; vitamin A 12.000,00 SI; vitamin B1 0,06 mg;

vitamin C 6,00 mg; air 88,20 g, bagian yang dapat dicerna 88,00 g (Rukmana,

1995). Kandungan lain yang telah diketahui antara lain pyrrolidine, daucine,

daucosterne, minyak yang penting adalah imonene, pinene, cineole. Di dalam

benih berisi asam tiglat, asaran, bisabol (Perry and Metzger, 1980). Wortel

juga mengandung karotenoid, fenolik, poliasetilene, isokumarin,

sesquiterpenes, dan antosianin (Metzger, dkk., 2008). Kandungan lainnya

adalah -karoten (Rukmana, 1995).

Page 38: KETOKSIKAN AKUT SARI WORTEL (Daucus carota L.) KAJIAN ... · KAJIAN TERHADAP HISTOLOGI GINJAL DAN KADAR KREATININ SERTA UREUM SERUM PADA TIKUS BETINA GALUR WISTAR SKRIPSI Diajukan

12

4. Kegunaan di masyarakat

Bagian dari wortel yang dikonsumsi oleh masyarakat di dunia ini

adalah bagian umbinya. Masyarakat menggunakan umbi wortel sebagai

pengobatan dan bahan makanan. Hal ini karena dalam wortel terkandung

vitamin A yang berasal dari -karoten. Di dalam tubuh, -karoten diubah

menjadi vitamin A. Sebagai pengobatan, umbi wortel digunakan untuk

penyakit seperti diuretik, busung lapar, penyakit gagal ginjal, diare kronik,

disentri kronik, nutrisi makanan, obat kuat, gangguan pencernaan, karminatif

dan sedatif untuk semua organ (Perry and Metzger, 1980). Selain itu, khasiat

wortel juga dimanfaatkan untuk mengobati kejang jantung, eksim, cacing

kremi, mata minus, tekanan darah tinggi, dan radang lambung (Pitojo, 2004).

Umbi wortel juga dapat digunakan sebagai pencegahan rabun senja,

antibakteri dalam rongga mulut, mencegah pembentukan asam urat dengan

mengunyah umbi yang telah dikupas atau hasil perasannya (Rukmana, 1995).

Menurut hasil penelitian National Cancer Institute tahun 1991, wortel

mengandung senyawa beta-karoten. Senyawa ini dapat mencegah benzopiren

penyebab kanker paru-paru (Rukmana, 1995).

B. Beta Karoten

Karotenoid merupakan senyawa isoprenoid dan tetraterpenoid C40

yang terdapat dalam plastida jaringan tanaman, baik yang melakukan

fotosintesis maupun tidak. Dalam kloroplas, karotenoid berperan sebagai

pigmen aksesoris dalam pengambilan cahaya (Krinsky, 1989). Beta karoten

termasuk dalam golongan karotenoid dan telah diidentifikasi lebih dari 600

Page 39: KETOKSIKAN AKUT SARI WORTEL (Daucus carota L.) KAJIAN ... · KAJIAN TERHADAP HISTOLOGI GINJAL DAN KADAR KREATININ SERTA UREUM SERUM PADA TIKUS BETINA GALUR WISTAR SKRIPSI Diajukan

13

jenis karoten yang berbeda, antara lain: karoten, lutein, dan lycopen. Beta

karoten yang terdapat pada wortel, pepaya, sayur mayur yang berwarna

kemerahan dan minyak kelapa sawit berpotensi sebagai antioksidan (Anonim,

2003).

Beta karoten berkhasiat sebagai antioksidan spesifik untuk

menetralkan oksigen singlet reaktif dan mencegah pembentukan radikal

peroxyl akibat peroksidasi lipida (Tjay dan Rahardja, 2002). Beta karoten

menghambat proses peroksidasi lipid dalam membran, tetapi hanya pada

konsentrasi singlet oxygen yang rendah. Beta karoten biasanya digunakan

sebagai suplemen nutrisi maupun prekursor vitamin A. Namun, beta karoten

lebih berperan sebagai detoksifikasi berbagai bentuk oksigen (Krinsky, 1989).

Gambar 1. Struktur kimia beta karoten (Anonim, 1979).

Beta karoten dapat berperan sebagai antioksidan dan prooksidan.

Senyawa kimia dan reaksi yang dapat menghasilkan spesies oksigen yang

potensial bersifat toksik dinamakan prooksidan. Sebaliknya, senyawa dan

reaksi yang mengeluarkan spesies oksigen tersebut, menekan pembentukannya

atau melawan kerjanya disebut antioksidan. Dalam sebuah sel normal terdapat

keseimbangan oksidan dan antioksidan yang tepat. Meskipun demikian,

keseimbangan ini dapat bergeser ke arah prooksidan ketika produksi spesies

Page 40: KETOKSIKAN AKUT SARI WORTEL (Daucus carota L.) KAJIAN ... · KAJIAN TERHADAP HISTOLOGI GINJAL DAN KADAR KREATININ SERTA UREUM SERUM PADA TIKUS BETINA GALUR WISTAR SKRIPSI Diajukan

14

oksigen tersebut sangat meningkat atau ketika kadar antioksidan menurun.

Keadaan ini dinamakan ”stress oksidatif” dan dapat mengakibatkan kerusakan

sel yang berat jika stress tersebut masif atau berlangsung lama (Tjay dan

Rahardja, 2002).

Ketika aktivitas prooksidan terjadi dalam sel yang telah mengalami

transformasi (perubahan), senyawa tersebut akan berpotensi sebagai

antioksidan. Namun, ketika aktivitas prooksidan beta karoten terjadi dalam sel

normal, maka akan dihasilkan kerusakan oksidatif yang menekan integritas sel

dan menginduksi transformasi neoplastik (Masotti, dkk., 1988).

Beta karoten pada kadar oksigen yang tinggi dapat mengalami

autooksidasi (Null, 2000). Menurut Murata dan Kawanishi (2000), anion

radikal superoksida yang dibentuk akibat proses autooksidasi beta karoten

yang kemudian didismutasi dengan H2O2 yang dapat merusak DNA. Dengan

terjadinya kerusakan DNA maka terjadi gangguan dalam biosintesis protein.

Bila tidak segera dinetralkan oleh tokoferol (vitamin E) dan asam askorbat

(viatmin C), dapat menginisiasi kerusakan sel seperti neoplasma. Salah satu

produk oksidasi dari beta karoten adalah beta apo-8’-karotenal (Null, 2000).

Studi in vitro menunjukkan bahwa retinal dan apo karotenal memiliki

toksisitas yang tinggi. Reaksi antara produk oksidatif dengan asam amino

mengakibatkan penurunan jumlah asam amino bebas dalam sel. Hal ini akan

menyebabkan kegagalan translokasi nukleotida adenin, meningkatkan stres

oksidatif dalam mitokondria (Siems, et al, 2002).

Page 41: KETOKSIKAN AKUT SARI WORTEL (Daucus carota L.) KAJIAN ... · KAJIAN TERHADAP HISTOLOGI GINJAL DAN KADAR KREATININ SERTA UREUM SERUM PADA TIKUS BETINA GALUR WISTAR SKRIPSI Diajukan

15

Beta karoten yang berperan sebagai prooksidan akan dimodulasi oleh

Fe dalam jaringan. Pada penelitian yang dilakukan oleh Garcia (1998),

pemberian beta karoten pada tikus yang telah diberi canthacanthin (suplemen

yang mengandung Fe) dapat menyebabkan penyerapan Fe meningkat sehingga

akan menyebabkan pembentukan kompleks karotenoid dengan Fe yang dapat

larut dalam lumen usus, kemudian mencegah efek penghambatan polifenol

pada absorpsi Fe. Ada keuntungan yang diperoleh dari sifat beta karoten

sebagai agen oksidatif yang selektif terhadap sel tumor (Null, 2000).

C. Toksikologi

1. Definisi toksikologi

Menurut Loomis (1978), pengertian toksikologi adalah ilmu yang

mempelajari aksi berbahaya dari zat kimia atas sistem biologi. Loomis

menjelaskan lebih jauh bahwa toksikologi merupakan suatu sifat relatif yang

digunakan dalam membandingkan senyawa yang satu dengan senyawa lain

dengan menunjuk ke suatu efek berbahaya atas jaringan biologi tertentu. Selain

Loomis, menurut Lu (2006), toksikologi merupakan kajian tentang hakikat dan

mekanisme efek toksik berbagai bahan terhadap makhluk hidup dan sistem

biologi, dimana toksikologi juga membahas penilaian kuantitatif tentang berat dan

kekerapan efek toksik tersebut dengan terpejannya makhluk hidup tersebut. Doull

dan Bruce (1986) juga mendefinisikan hal yang sama tentang toksikologi. Mereka

mendefinisikan toksikologi sebagai ilmu yang mempelajari pengaruh zat kimia

yang merugikan atas sistem biologis. Sedangkan definisi ketoksikan atau

Page 42: KETOKSIKAN AKUT SARI WORTEL (Daucus carota L.) KAJIAN ... · KAJIAN TERHADAP HISTOLOGI GINJAL DAN KADAR KREATININ SERTA UREUM SERUM PADA TIKUS BETINA GALUR WISTAR SKRIPSI Diajukan

16

toksisitas adalah kapasitas suatu zat kimia atau bahan beracun untuk menimbulkan

efek toksik tertentu pada makhluk hidup (Priyanto, 2007).

Timbulnya efek toksik dalam suatu organisme dapat disebabkan karena

adanya pengaruh dari suatu zat yang tergantung pada banyaknya zat tersebut

terakumulasi di dalam tubuh organisme tersebut. Banyaknya zat tersebut berkaitan

dengan seberapa besar ukuran keracunan dari suatu zat. Menurut Koeman (1987)

ukuran keracunan ditentukan oleh dosis pada waktu tejadi keracunan. Paracelcus

(1443-1541) juga menyatakan bahwa pada dasarnya antara obat dan racun adalah

sama, namun yang membedakannya adalah dosis. Sehingga yang menjadi

perhatian adalah pengaruh kuantitatif zat kimia atas sistem biologis, yang pusat

perhatiannya terletak pada aksi berbahaya zat kimia itu (Donatus, 2001).

Dari pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa dengan adanya racun

potensial pada organisme belum tentu menimbulkan keracunan (Mutschler, 2000)

dan ketoksikan suatu zat kimia ditentukan oleh dosis senyawa tersebut.

Berdasarkan atas alur timbulnya efek toksik suatu senyawa maka ada

empat asas utama yang perlu dipahami dalam toksikologi yaitu meliputi kondisi

pemejanan dan kondisi makhluk hidup, mekanisme aksi, wujud, dan sifat efek

toksik atau pengaruh racun berbahaya (Donatus, 2001).

2. Asas umum toksikologi

a. Kondisi efek toksik

Berbagai keadaan atau faktor yang dapat mempengaruhi keefektifan

absorpsi, distribusi, dan eliminasi zat beracun di dalam tubuh, sehingga

menentukan keberadaan zat kimia utuh atau metabolitnya dalam sel sasaran serta

Page 43: KETOKSIKAN AKUT SARI WORTEL (Daucus carota L.) KAJIAN ... · KAJIAN TERHADAP HISTOLOGI GINJAL DAN KADAR KREATININ SERTA UREUM SERUM PADA TIKUS BETINA GALUR WISTAR SKRIPSI Diajukan

17

toksisitasnya atau keefektifan antaraksinya dengan sel sasaran disebut kondisi

efek toksik. Kondisi efek toksik antara lain kondisi pemejanan yang meliputi jenis

pemejanan (akut, subkronis, kronis), jalur pemejanan (intravaskular dan

ekstravaskular), lama dan kekerapan pemejanan, saat pemejanan, dan takaran atau

dosis pemejanan (Loomis, 1978).

Kondisi makhluk hidup meliputi keadaan normal (misalnya berat badan,

umur, suhu tubuh, kecepatan pengosongan lambung, kecepatan aliran darah,

status gizi, kehamilan, genetika, jenis kelamin, ritme sirkadian, ritme diurenal)

dan keadaan tak normal (misalnya penyakit saluran cerna, kardiovaskuler, hati,

dan ginjal) (Donatus, 2001).

b. Mekanisme efek toksik

Berdasarkan sifat dan tempat kejadiannya, mekanisme aksi efek toksik zat

kimia dibagi menjadi dua yaitu mekanisme luka intrasel dan mekanisme luka

ekstrasel. Mekanisme luka intrasel adalah luka sel yang diawali oleh aksi racun

pada tempat aksi di dalam sel sasaran. Mekanisme ini sering disebut mekanisme

langsung atau primer. Pada mekanisme luka intrasel, racun mungkin berada dalam

bentuk zat kimia induk atau metabolit reaktif (produk metabolisme), sebelum

berada di sel sasaran (Glaister, 1986).

Setelah masuk dalam sel sasaran salah satu atau kedua bentuk senyawa

tersebut kemungkinan akan berantaraksi dengan sel sasaran molekuler yang khas

atau tak khas, melalui salah satu dari beberapa mekanisme reaksi kimia yang

mungkin (reaksi pendesakkan, ikatan kovalen, substitusi, peroksidasi) dan lain

sebagainya (Donatus, 2001). Timbulnya respon toksik pada mekanisme luka

Page 44: KETOKSIKAN AKUT SARI WORTEL (Daucus carota L.) KAJIAN ... · KAJIAN TERHADAP HISTOLOGI GINJAL DAN KADAR KREATININ SERTA UREUM SERUM PADA TIKUS BETINA GALUR WISTAR SKRIPSI Diajukan

18

intrasel pada dasarnya sebagai perubahan atau kekacauan biokimia, fungsional,

atau struktural (Glaister, 1986).

Sedangkan luka ekstrasel adalah luka sel yang terjadi secara tidak

langsung, dimana aksi racun dari suatu zat terjadi di lingkungan luar sel.

Mekanisme ini sering disebut mekanisme tak langsung atau sekunder (Donatus,

1990). Bila racun berada di lingkungan ekstrasel, maka akan mengganggu sistem

mekanisme metabolik dan pengaturan aktivitas sel sehingga menimbulkan

perubahan struktur atau fungsi sel (Glaister, 1986).

c. Wujud efek toksik

Perubahan biokimia, fungsional, dan struktur pada dasarnya merupakan

wujud efek toksik. Namun tidak berarti bahwa efek toksik zat beracun sepenuhnya

dapat terpisah dengan tegas ke dalam tiga jenis wujud dasar efek toksik itu,

melainkan sering merupakan campuran, karena ketiganya merupakan proses yang

saling berkaitan (Donatus, 2001).

Jenis efek toksik berdasarkan perubahan biokimiawi, meliputi jenis wujud

efek toksik yang berkaitan dengan respon dan perubahan atau kekacauan biokimia

terhadap luka sel, akibat antaraksi antara zat beracun dan tempat aksi tertentu,

yang sifatnya terbalikkan. Termasuk dalam jenis wujud efek toksik ini antara lain

penghambatan respirasi sel, perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit, dan

gangguan pasok energi (Donatus, 2001).

Jenis efek toksik berdasarkan perubahan fungsional meliputi jenis efek

toksik yang berkaitan dengan antaraksi zat beracun dengan reseptor atau tempat

aktif enzim yang sifatnya terbalikkan sehingga dapat mempengaruhi fungsi

Page 45: KETOKSIKAN AKUT SARI WORTEL (Daucus carota L.) KAJIAN ... · KAJIAN TERHADAP HISTOLOGI GINJAL DAN KADAR KREATININ SERTA UREUM SERUM PADA TIKUS BETINA GALUR WISTAR SKRIPSI Diajukan

19

homeostatis tertentu. Jenis wujud efek toksik ini diantaranya anoksia, gangguan

pernafasan, gangguan sistem saraf pusat, hipertensi, atau hipotensi, hiperglikemia

atau hipoglikemia, perubahan keseimbangan cairan atau elektrolit, perubahan

kontraksi atau relaksasi otot dan hipotermi atau hipertermi (Loomis, 1978).

Efek toksik berdasarkan perubahan struktural, meliputi jenis wujud efek

toksik yang berkaitan dengan perubahan morfologi sel yang akhirnya terwujud

sebagai kekacauan struktural. Sehubungan dengan masalah ini, terdapat respon

histopatologi dasar sebagai tanggapan terhadap adanya luka sel, yakni degenerasi,

proliferasi, dan inflamasi atau perbaikan. Jenis wujud efek toksik ini berkaitan

dengan respon dan perubahan atau kekacauan biokimia terhadap luka sel, akibat

antaraksi zat racun dan sel sasaran yang sifatnya terbalikkan (Glaister, 1986).

d. Sifat efek toksik

Pada dasarnya hanya terdapat dua jenis sifat efek toksik zat beracun, yaitu

terbalikkan dan tak terbalikkan. Ciri khas dari wujud efek toksik yang terbalikkan

antara lain bila kadar racun yang ada dalam tempat aksi atau reseptor tertentu

telah habis, maka reseptor tersebut akan kembali ke kedudukan semula; efek tokik

yang ditimbulkan akan cepat kembali ke kedudukan semula; efek toksik yang

ditimbulkan akan kembali normal; dan ketoksikan beracun tergantung pada

takaran serta kecepatan absorpsi, distribusi, dan eliminasi racunnya (Lu, 1995).

Ciri khas dari wujud efek toksik yang bersifat tak terbalikkan antara lain

kerusakan yang terjadi sifatnya menetap; pemejanan berikutnya dengan racun

menimbulkan kerusakan yang sifatnya sama sehingga memungkinkan terjadinya

penumpukkan efek toksik; dan pemejanan dengan takaran yang sangat kecil

Page 46: KETOKSIKAN AKUT SARI WORTEL (Daucus carota L.) KAJIAN ... · KAJIAN TERHADAP HISTOLOGI GINJAL DAN KADAR KREATININ SERTA UREUM SERUM PADA TIKUS BETINA GALUR WISTAR SKRIPSI Diajukan

20

dalam jangka panjang akan menimbulkan efek toksik yang seefektif dengan yang

ditimbulkan oleh pemejanan racun dengan takaran besar dalam jangka pendek

(Donatus, 2001).

3. Jenis uji toksikologi

Pada umumnya, jenis uji toksikologi dapat dibagi menjadi 2 golongan,

yaitu uji ketoksikan tak khas dan uji ketoksikan khas.

a. Uji ketoksikan tak khas, yaitu uji toksikologi yang dirancang untuk

mengevaluasi keseluruhan atau spektrum efek toksik suatu senyawa pada

aneka ragam jenis hewan uji. Termasuk dalam uji ini adalah : (1) uji

ketoksikan akut; (2) uji ketoksikan subkronis; (3) uji ketoksikan kronis

(Donatus, 2001).

1) Uji toksisitas akut, dilakukan dengan memberikan zat kimia yang

sedang diuji sebanyak satu kali, atau beberapa kali dalam jangka waktu 24

jam (Lu, 1995).

2) Uji toksisitas jangka panjang, (juga dikenal dengan uji subakut atau

uji subkronis) dilakukan dengan memberikan bahan tersebut berulang-

ulang, biasanya setiap hari atau lima kali seminggu, selama jangka waktu

kurang lebih 10 % dari masa hidup hewan, yaitu tiga bulan untuk tikus dan

satu atau dua tahun untuk anjing (Lu, 1995).

3) Uji toksisitas jangka panjang, dilakukan dengan memberikan zat

kimia berulag-ulang selama masa hidup hewan coba atau sekurang-

kurangnya sebagian besar masa hidupnya, misalnya 18 bulan untuk

Page 47: KETOKSIKAN AKUT SARI WORTEL (Daucus carota L.) KAJIAN ... · KAJIAN TERHADAP HISTOLOGI GINJAL DAN KADAR KREATININ SERTA UREUM SERUM PADA TIKUS BETINA GALUR WISTAR SKRIPSI Diajukan

21

mencit, 24 bulan untuk tikus, dan 7-10 tahun untuk anjing dan monyet (Lu,

1995).

b. Uji ketoksikan khas, yaitu uji toksikologi yang dirancang untuk

mengevaluasi secara rinci efek yang khas suatu senyawa pada aneka ragam

jenis hewan uji (Donatus, 2001). Termasuk dalam uji ketoksikan khas adalah:

uji potensiasi, kekarsinogenikan, kemutagenikan, keratogenitikan, reproduksi,

kulit dan mata, serta perilaku (Loomis, 1978).

D. Uji Toksisitas Akut

Uji toksisitas akut merupakan uji yang termasuk dalam uji ketoksikan tak

khas, dimana uji ini merupakan uji ketoksikan suatu senyawa yang dilakukan

pertama kali dalam rangkaian uji toksikologi. Salah satu definsi uji toksisitas akut

yang didefinsikan oleh Donatus (2001) sebagai suatu uji yang dirancang untuk

menentukan efek toksik dari suatu senyawa yang akan terjadi dalam jangka waktu

24 jam setelah pemejanan dalam takaran (dosis/konsentrasi) tertentu. Jangka

waktu pengamatan harus cukup panjang sehingga efek yang muncul lambat

termasuk kematian, tidak luput dari pengamatan. Jangka waktu pengamatan

biasanya dilakukan 7 sampai 14 hari (Donatus, 2001).

Takaran dosis yang dianjurkan minimal terdiri dari empat peringkat dosis,

berkisar dari dosis terendah yang tidak atau hampir tidak mematikan seluruh

hewan uji sampai dosis tertinggi yang dapat mematikan seluruh atau hampir

seluruh hewan uji. Pemberian senyawa uji diberikan berdasarkan jalur

penggunaan pada manusia atau jalur yang memungkinkan manusia terpejani.

Page 48: KETOKSIKAN AKUT SARI WORTEL (Daucus carota L.) KAJIAN ... · KAJIAN TERHADAP HISTOLOGI GINJAL DAN KADAR KREATININ SERTA UREUM SERUM PADA TIKUS BETINA GALUR WISTAR SKRIPSI Diajukan

22

Untuk pengamatan dilakukan selama 24 jam, kecuali kasus tertentu selama 7-14

hari, dimana pengamatan dilakukan terhadap gejala-gejala klinis, jumlah hewan

yang mati dan histopatologi organ (Donatus, 2001).

Dari uji toksisitas akut akan diperoleh data kualitatif dan kuantitatif. Data

kualitatif yaitu penampakan klinis dan morfologi efek toksik senyawa uji yang

dapat digunakan untuk menentukan potensi ketoksikan akut senyawa relatif

terhadap senyawa lain dan data kuantitatifnya digunakan untuk memperkirakan

dosis pada uji lain.

Hodgson dan Lewi (2000), menyatakan bahwa dalam uji ketoksikan akut

senyawa yang diberikan dapat diabsorpsi dengan cepat sehingga menghasilkan

efek toksik segera tetapi dapat juga menghasilkan efek toksik yang tertunda. Efek

toksik segera ini ditunjukkan dari pengamatan 24 jam dari saat pemejanan

sedangkan untuk efek toksik tertunda ditunjukkan setelah hari ke-14.

Hewan uji yang biasa digunakan untuk penelitian uji toksikologi ini

disarankan paling tidak satu jenis hewan dewasa sehat, baik jantan maupun betina.

Menurut Donatus (2001), WHO menyarankan bahwa pemilihan hewan uji

didasarkan pada bukti yang diperoleh dari uji ketoksikan akut dan uji metabolik.

Pemilihan ini didasarkan pada ukurannya yang sesuai, kemudahan mendapatkan,

dan banyaknya informasi toksikologi dari berbagai zat kimia pada hewan-hewan

tersebut. Salah satu hewan uji yang digunakan adalah tikus putih. Menurut

Setiabudy (2007) tikus putih yang digunakan biasanya yang berumur 2-3 bulan

dengan berat badan 180-200 gram. Setiabudy (2007) juga mengatakan bahwa bila

dalam penelitian ingin menggunakan 2 jenis hewan uji yang dibedakan

Page 49: KETOKSIKAN AKUT SARI WORTEL (Daucus carota L.) KAJIAN ... · KAJIAN TERHADAP HISTOLOGI GINJAL DAN KADAR KREATININ SERTA UREUM SERUM PADA TIKUS BETINA GALUR WISTAR SKRIPSI Diajukan

23

berdasarkan jenis kelamin yaitu tikus putih jantan dan betina maka sebaiknya

dilakukan evaluasi terpisah karena respon dari keduanya berbeda.

Setelah suatu senyawa yang bersifat toksik diberikan, maka dilakukan

penilaian terhadap jumlah hewan uji yang mati dan dilakukan juga pengamatan

terhadap waktu kematiannya untuk dapat memperkirakan Median Lethal Dosage

(LD50). LD50 yang diperoleh adalah sebagai data kuantitatif. Sedangkan data

kualitatifnya berupa spektrum efek toksik yaitu dengan mengamati gejala-gejala

efek toksik setelah pemejanan dari suatu senyawa.

E. Median Lethal Dosage (LD50)

Seperti penjelasan sebelumnya, telah dikatakan bahwa dalam mengukur

tingkat ketoksikan dari hasil uji toksikologi akut, maka dapat diukur secara

kualitatif (berdasarkan spektrum efek toksik) dan kuantitatif (berdasarkan LD50).

LD50 didefinisikan sebagai dosis tunggal suatu zat yang secara stasistik

diharapkan akan membunuh 50% hewan coba. Pengujian ini juga dapat

menunjukkan organ sasaran yang mungkin dirusak dan efek toksik spesifiknya,

serta memberikan petunjuk tentang dosis yang sebaiknya digunakan dalam

pengujian yang lebih lama (Lu, 2006). Namun, terkadang sangat sulit untuk

menentukan LD50 bila tingkat toksisitasnya terlalu rendah. Untuk menentukan

LD50 secara tepat dipilih suatu dosis yang akan membunuh sekitar separuh jumlah

hewan-hewan itu, dosis lain yang akan membunuh lebih dari separuh (kalau bisa

kurang dari 90%), dan dosis ketiga yang akan membunuh kurang dari separuh

(kalau bisa lebih dari 10%) dari hewan-hewan itu. Sering digunakan empat dosis

Page 50: KETOKSIKAN AKUT SARI WORTEL (Daucus carota L.) KAJIAN ... · KAJIAN TERHADAP HISTOLOGI GINJAL DAN KADAR KREATININ SERTA UREUM SERUM PADA TIKUS BETINA GALUR WISTAR SKRIPSI Diajukan

24

atau lebih dengan harapan bahwa sekurang-kurangnya tiga diantaranya akan

berada dalam rentang dosis yang dikehendaki (Lu, 2006).

LD50 akan lebih tepat bila digunakan lebih banyak hewan untuk tiap dosis

dan bila rasio antara dosis yang berurutan lebih kecil. Banyak peneliti

menggunakan 40-50 hewan per LD50 dan memilih rasio 1,2-1,5. Lu mengatakan

bahwa kadang untuk menentukan LD50 yang lebih tepat, maka rasio antara dosis-

dosis yang berurutan harus lebih kecil. Untuk dapat menunjukkan tiadanya variasi

yang berarti dan tiadanya perbedaan yang besar dalam toksisitas (Lu, 2006).

Dengan demikian, rasio yang digunakan tergantung dari penelitian, tetapi

dengan harapan dapat menggambarkan LD50 yang tepat sehingga tidak terlalu

menunjukkan variasi yang berarti. Selain itu, rasio yang digunakan terhadap

peringkat dosis haruslah sama. Terdapat tiga metode yang paling sering

digunakan untuk menghitung harga LD50 yakni metode grafik Lithfield and

Wilcoxon, metode kertas grafik probit logaritma Miller dan Tainter, dan metode

rata-rata bergerak Thompson-Well, yang pada dasarnya didasarkan pada

kekerabatan antara peringkat dosis dan % hewan yang menunjukkan respons. Dari

harga LD50 yang diperoleh, selanjutnya klasifikasi zat kimia sesuai dengan

toksisitas relatifnya. Klasifikasi lazim adalah sebagai berikut :

Page 51: KETOKSIKAN AKUT SARI WORTEL (Daucus carota L.) KAJIAN ... · KAJIAN TERHADAP HISTOLOGI GINJAL DAN KADAR KREATININ SERTA UREUM SERUM PADA TIKUS BETINA GALUR WISTAR SKRIPSI Diajukan

25

Tabel. I. Klasifikasi potensi ketoksikan suatu senyawa (Loomis, 1978)

Kategori LD50

Luar biasa toksik 5 mg/kg atau kurang

Sangat toksik 5-50 mg/kg

Cukup toksik 50-500 mg/kg

Sedikit toksik 0,5-5 g/kg

Praktis tidak toksik 5-15 g/kg

Relatif kurang berbahaya

>15 g/kg

F. Anatomi dan Fisiologi Ginjal

Ginjal berfungsi untuk mengekskresi cairan (termasuk xenobiotik yang

larut dan konjugatnya) dari darah melalui urin dan meregulasi air dan garam

dalam tubuh seperti kalium dan natrium. Disamping itu, hormon dan enzim yang

diproduksi oleh ginjal penting dalam mengatur tekanan darah, pH, metabolisme

kalsium, dan produksi sel darah merah (Stine and Brown, 1996).

Ginjal merupakan organ yang berbentuk seperti kacang, terletak di kedua

sisi kolumna vertebralis. Ginjal kanan sedikit lebih rendah dibandingkan dengan

ginjal kiri karena tertekan ke bawah oleh hati. Kutup atas ginjal kiri terletak

setinggi kosta sebelas. Ginjal terletak didekat daerah abdominal dekat dengan

dinding posterior, diluar rongga peritoneum. Sisi medial setiap ginjal merupakan

daerah lekukan yang disebut hilum tempat lewatnya arteri dan vena renalis, cairan

limfatik, suplai saraf, dan ureter yang membawa urin akhir dari ginjal ke kandung

kemih dimana merupakan tersimpannya urin hingga dikosongkan. Jika ginjal

dibagi dua secara melintang, dua daerah yang dapat digambarkan adalah korteks

Page 52: KETOKSIKAN AKUT SARI WORTEL (Daucus carota L.) KAJIAN ... · KAJIAN TERHADAP HISTOLOGI GINJAL DAN KADAR KREATININ SERTA UREUM SERUM PADA TIKUS BETINA GALUR WISTAR SKRIPSI Diajukan

26

dibagian luar dan medula dibagian dalam. Medula ginjal terbagi menjadi beberapa

massa jaringan yang disebut piramida ginjal (Guyton and Hall, 1997).

Gambar 2. Anatomi ginjal (Sukmarini, 2008)

Ginjal dikelilingi oleh pelindung lemak dan terletak di luar rongga

peritoneal sekitar seperempat (1300 ml dara per menit) bersirkulasi melalui ginjal.

Darah memasuki hilum dari masing-masing ginjal melalui arteri renalis. Sebagian

difilter, dan diproses untuk membentuk urin. Darah meninggalkan ginjal melalui

vena renalis. Urin dikumpulkan di dalam pelvis ginjal, meninggalkan ginjal

melalui ureter, disimpan di dalam kandung kemih dan dikeluarkan melalui uretra

(Lu, 1995). Struktur yang menonjol dalam ginjal adalah nefron, kira-kira

berjumlah 1,3 x 106. Setiap nefron tersusun dari glomerulus yang dikelilingi oleh

struktur yang disebut kapsula Bowman, tubulus proximal, tubulus distal, dan

kumpulan pembuluh darah yang ada disekitarnya (Stine and Brown, 1996),

Page 53: KETOKSIKAN AKUT SARI WORTEL (Daucus carota L.) KAJIAN ... · KAJIAN TERHADAP HISTOLOGI GINJAL DAN KADAR KREATININ SERTA UREUM SERUM PADA TIKUS BETINA GALUR WISTAR SKRIPSI Diajukan

27

lengkung Henle yang mengosongkan diri ke duktus koligen (Price dan Wilson,

1985). Tiap nefron terdiri atas glomerulus dan serangkaian tubulus. Glomerulus

didarahi oleh sistem kapiler bertekanan tinggi yang menghasilkan ultrafiltrat dari

plasma. Filtrat yang terkumpul dalam kapsul Bowman mengalir melalui tubulus

berkelok proksimal, ansa Henle, dan tubulus distal, dan kemudian mengalir lewat

kumpulan tubulus ke dalam piala ginjal dan dibuang sebagai urin (Lu, 1995).

Selain fungsi ginjal di atas, ginjal juga dapat berperan penting dalam

mempertahankan homeostasis air dan elektrolit dalam tubuh. Ginjal dikenal juga

sebagai pembuang bahan-bahan sampah tubuh dari hasil pencernaan atau yang

diproduksi oleh metabolik, serta sebagai pengontrol volume dan komposisi cairan

tubuh, air, serta semua elektrolit dalam tubuh. Keseimbangan antara asupan

(akibat pencernaan atau produksi metabolik) dan keluaran (akibat ekskresi atau

konsumsi metabolik) sebagian besar dipertahankan oleh ginjal (Stine and Brown,

1996).

G. Nefropati Toksik

Ginjal sangat rentan terhadap efek toksik obat-obatan dan bahan-bahan

kimia, karena ginjal menerima 25 % darah dari curah jantung, sehingga sering

kontak dengan zat kimia dalam jumlah besar. Selain itu ginjal merupakan jalur

ekskresi untuk kebanyakan obat, sehingga terjadi insufisiensi ginjal yang

mengakibatkan penimbunan obat dan meningkatkan konsentrasi dalam cairan

tubulus ginjal (Price dan Wilson, 1995). Efek toksik zat beracun dari ginjal dapat

diklasifikasikan berdasarkan lokasi dan sifat dasarnya seperti berikut :

Page 54: KETOKSIKAN AKUT SARI WORTEL (Daucus carota L.) KAJIAN ... · KAJIAN TERHADAP HISTOLOGI GINJAL DAN KADAR KREATININ SERTA UREUM SERUM PADA TIKUS BETINA GALUR WISTAR SKRIPSI Diajukan

28

1. Glumerulonefropati

Glumerulus merupakan organ target yang jarang dipengaruhi oleh bahan

beracun. Organ ini dapat dipengaruhi oleh bahan beracun baik secara langsung

maupun tidak langsung. Salah satu perubahan glumerulus adalah perubahan

permeabilitasnya terhadap protein-protein plasma (Glaister, 1986). Perubahan

yang ditunjukkan dengan meningkatkan permeabilitas glumerulus yang

disebabkan oleh protein-protein uria, kebocoran glumerulus karena protein-

protein yang bermolekul besar, sampai ke urin. Hal ini disebut proteinuria.

Beberapa toksikan juga dapat menurunkan fungsi membran glumerulus dan dapat

mengeluarkan anion-anion yang banyak (Stine and Brown, 1996).

2. Nefropati tubulus proksimal

Nefrotoksisitas biasanya terjadi di bagian tubulus proximal. Hal ini

dikarenakan pada tubulus proksimal terjadi absorpsi dan sekresi aktif tubulus

proksimal, sehingga kadar ketoksikan pada tubulus proksimal sering lebih tinggi.

Dengan demikian tempat ini sering merupakan sasaran efek toksik (Lu, 1995).

Biasanya kondisi ini mengandung beberapa tipe degenerasi, kadang-kadang

disertai dengan reaksi inflamasi dan perbaikan tergantung dari tempat dan luasnya

luka. Kelainan tubulus proksimal dapat berupa hidrofobik (vakuola), inklusi, dan

nekrosis. Hidrofobik terjadi dengan meningkatnya cairan dibagian sel sitoplasma

di tubulus proksimal. Ini merupakan tahap awal hingga terjadinya nekrosis.

Inklusi dapat terjadi pada nukleus dan sitoplasma yang lain. Inklusi sitoplasma

sering disebabkan karena keracunan dari bahan-bahan kimia. Nekrosis sering

terjadi pada bagian sel epitelium tubulus proksimal (Glaister, 1986).

Page 55: KETOKSIKAN AKUT SARI WORTEL (Daucus carota L.) KAJIAN ... · KAJIAN TERHADAP HISTOLOGI GINJAL DAN KADAR KREATININ SERTA UREUM SERUM PADA TIKUS BETINA GALUR WISTAR SKRIPSI Diajukan

29

3. Nefropati tubulus distal

Efek toksik yang sering ditemui pada tubulus distal adalah kristaluria, dan

nekrosis papila ginjal. Hal tersebut berhubungan dengan fungsi tubulus distal

dalam mengatur keseimbangan air, elektrolit, dan asam-basa (Glaister, 1986).

H. Kreatinin dan Ureum Serum

Kreatinin dan ureum serum merupakan beberapa tes fungsi ginjal yang

digunakan untuk menggambarkan adanya gangguan fungsi ginjal. Menurut Baron

(1990), tes fungsi ginjal memiliki dua tujuan utama yaitu dapat mendeteksi

kemungkinan terjadinya kerusakan ginjal dan menentukan derajat kerusakan

fungsi ginjal. Sekali kerusakan ginjal terdeteksi, maka tes-tes fungsi ginjal

memperlihatkan kelainan, dan kegagalan ginjal berkembang bila ada

ketidakmampuan ginjal dalam mempertahankan keseimbangan. Tes fungsi ginjal

yang dilakukan dapat melalui uji diagnostik yang digunakan untuk dapat

mendeteksi adanya penyakit ginjal karena banyak penyakit ginjal serius yang

tidak menimbulkan gejala sampai fungsi ginjal sudah terganggu. Kedua

pemeriksaan ini hanyalah sebagian kecil dari tes pemeriksaan fungsi ginjal

lainnya sebagai indikasi adanya gangguan fungsi pada organ ginjal (Baron, 1990).

1. Kreatinin serum

Kreatinin adalah hasil perombakan kreatine, semacam senyawa berisi

nitrogen yang terutama ada dalam otot. Enzim kreatinin fosfokinase (CPK,

creatine phosphokinase) melakukan fosforilasi kreatine menjadi suatu senyawa

fosfat yang kaya akan energi yang ikut serta dalam reaksi-reaksi yang

Page 56: KETOKSIKAN AKUT SARI WORTEL (Daucus carota L.) KAJIAN ... · KAJIAN TERHADAP HISTOLOGI GINJAL DAN KADAR KREATININ SERTA UREUM SERUM PADA TIKUS BETINA GALUR WISTAR SKRIPSI Diajukan

30

memerlukan energi (Widmann, 1995). Kreatinin disintesis di hati dan ditemukan

juga dalam otot rangka dan darah, dan diekskresikan dalam urin (Sutedjo, 2006).

Jumlah kreatinin dalam darah dapat digunakan untuk mendiagnosis adanya

kegagalan ginjal yaitu dengan mengukur laju filtrasi glomerolus (Glomerular

filtration rate=GFR). Peningkatan kreatinin dalam darah tidak dipengaruhi diet

dan masukan cairan. Peningkatan kreatinin dalam darah menunjukkan adanya

penurunan fungsi ginjal dan penyusutan massa otot rangka. Peningkatan kadar

kreatinin darah cenderung tetap / tidak banyak berubah dibandingkan kadar ureum

(Sutedjo, 2006).

Dalam mengukur nilai GFR juga dipengaruhi oleh nilai kreatinin, ureum,

dan volume urin 24 jam. Bila GFR turun, maka kreatinin plasma meningkat.

Kreatinin plasma merupakan indeks GFR yang lebih cermat karena kecepatan

produksinya terutama merupakan fungsi dari massa otot yang sedikit sekali

mengalami perubahan. Konsentrasi kreatinin plasma normal besarnya 0,7 sampai

1,5 mg per 100 ml (Price and Wilson, 2006). Sedangkan menurut Cockroft and

Gault (1976), kreatinin plasma normal berkisar antara 0,7 sampai 1,2 mg/dl.

2. Ureum serum

Ureum merupakan senyawa yang berasal dari metabolisme asam amino

yang diubah oleh hati menjadi ureum. Ureum bermolekul kecil mudah berdifusi

ke cairan ekstrasel, dipekatkan dan dieksresikan melalui urin lebih kurang 25

g/hari. Konsentrasi ureum dalam darah bukan untuk mengukur fungsi glomerulus

yang ideal, karena peningkatannya dalam darah dipengaruhi oleh banyak faktor di

luar ginjal (Sutedjo, 2006). Namun menurut Widmann (1995), banyaknya ureum

Page 57: KETOKSIKAN AKUT SARI WORTEL (Daucus carota L.) KAJIAN ... · KAJIAN TERHADAP HISTOLOGI GINJAL DAN KADAR KREATININ SERTA UREUM SERUM PADA TIKUS BETINA GALUR WISTAR SKRIPSI Diajukan

31

dapat menggambarkan semua jalur metabolisme protein yang banyak ragamnya.

Bila mekanisme ekskresi ginjal terganggu, maka penetapan kadar ureum yang

meningkat dalam darah lebih mudah dilakukan daripada mengukur turunnya

ekskresi ureum. Meningkatnya kadar ureum dalam darah dinamai uremia.

Keadaan itu paling sering disebabkan oleh ekskresi ureum yang terhambat oleh

kegagalan fungsi ginjal.

I. Landasan Teori

Umbi wortel telah digunakan sebagai diuretik, pengobatan busung lapar,

penyakit gagal ginjal, diare kronik, nutrisi makanan, obat kuat, gangguan

pencernaan, karminatif, dan sedatif untuk semua organ tubuh (Perry dan Metzger,

1980), kejang-kejang, jantung, eksim, cacing kremi, mata minus, tekanan darah

tinggi, dan radang lambung (Pitojo, 2004). Selain itu, umbi wortel dapat juga

digunakan sebagai pencegahan rabun senja, antibakteri dalam rongga mulut

mencegah pembentukan asam urat dengan mengunyah umbi yang telah dikupas

atau hasil perasaannya (Rukmana, 1995).

Ginjal merupakan organ sasaran utama dari efek toksik (Lu, 1995). Ginjal

sangat rentan terhadap efek toksik obat-obatan dan bahan-bahan kimia, karena

ginjal menerima 25% darah dari curah jantung, sehingga sering kontak dengan zat

kimia dalam jumlah besar. Selain itu ginjal merupakan jalur ekskresi untuk

kebanyakan obat, sehingga bila terjadi kerusakan ginjal dapat mengakibatkan

penimbunan obat dan meningkatkan konsentrasi cairan pada tubulus ginjal (Price

dan Wilson, 1995). Kerusakan ginjal dapat diidentifikasi melalui kreatinin dan

Page 58: KETOKSIKAN AKUT SARI WORTEL (Daucus carota L.) KAJIAN ... · KAJIAN TERHADAP HISTOLOGI GINJAL DAN KADAR KREATININ SERTA UREUM SERUM PADA TIKUS BETINA GALUR WISTAR SKRIPSI Diajukan

32

ureum serum yang merupakan parameter biokimia yang digunakan untuk

mengetahui adanya gangguan fungsi ginjal. Sekali kerusakan ginjal terdeteksi,

maka tes-tes fungsi ginjal memperlihatkan kelainan, dan kegagalan ginjal

berkembang bila ada ketidakmampuan ginjal dalam mempertahankan

keseimbangan (Baron, 1990). Peningkatan kreatinin dalam darah menunjukkan

adanya penurunan fungsi ginjal dan penyusutan massa otot rangka. Peningkatan

kadar kreatinin darah cenderung tetap / tidak banyak berubah dibandingkan kadar

ureum (Sutedjo, 2006). Bila mekanisme ekskresi ginjal terganggu, maka

penetapan kadar ureum yang meningkat dalam darah lebih mudah dilakukan

daripada mengukur turunnya ekskresi ureum. Meningkatnya kadar ureum dalam

darah dinamai uremia. Keadaan itu paling sering disebabkan oleh ekskresi ureum

yang terhambat oleh kegagalan fungsi ginjal (Widmann, 1995).

J. Hipotesis

Pemberian sari wortel (Daucus carota L.) dapat menyebabkan efek toksik

yang ditunjukkan dengan kerusakan organ ginjal (histopatologi) dan perubahan

fungsi organ ginjal (kadar kreatinin dan ureum serum) pada tikus betina galur

Wistar.

Page 59: KETOKSIKAN AKUT SARI WORTEL (Daucus carota L.) KAJIAN ... · KAJIAN TERHADAP HISTOLOGI GINJAL DAN KADAR KREATININ SERTA UREUM SERUM PADA TIKUS BETINA GALUR WISTAR SKRIPSI Diajukan

33

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian eksperimental murni dengan

menggunakan rancangan acak lengkap pola searah. Pada penelitian ini subjek uji

berjumlah 30 ekor yang terbagi dalam 5 kelompok yang terdiri dari 1 kontrol dan

4 perlakuan yang diberi sari wortel (Daucus carota L.) menurut peringkat dosis

yang ditentukan dari hasil orientasi. Tiap kelompok masing-masing terdiri dari 6

ekor hewan uji.

B. Variabel dan Definisi Operasional

1. Variabel utama

a. Variabel bebas

Dosis sari wortel merupakan sejumlah (gram) sari wortel tiap satuan kg

berat badan subyek uji. Dosis sari wortel terbagi dalam 4 peringkat dosis.

Peringkat dosis sari wortel yang dibuat dalam 4 peringkat dosis yaitu :

1) Peringkat dosis I : 66,55 g/kg BB

2) Peringkat dosis II : 79,86 g/kg BB

3) Peringkat dosis III : 95,83 g/kg BB

4) Peringkat dosis IV : 115 g/kg BB

Page 60: KETOKSIKAN AKUT SARI WORTEL (Daucus carota L.) KAJIAN ... · KAJIAN TERHADAP HISTOLOGI GINJAL DAN KADAR KREATININ SERTA UREUM SERUM PADA TIKUS BETINA GALUR WISTAR SKRIPSI Diajukan

34

b. Variabel tergantung : jumlah kematian hewan uji (LD50), gejala efek toksik,

sifat efek toksik, wujud efek toksik, dan perubahan fungsi ginjal (ditunjukkan

dengan hasil pemeriksaan kadar kreatinin dan ureum dalam darah).

2. Variabel pengacau

a. Variabel pengacau terkendali

1) Bahan uji : umbi wortel yang diperoleh dari warung sayur-sayuran dekat

Instiper dimana warung tersebut memperolehnya dari daerah

Tawangmangu pada tanggal 4 September 2009.

2) Hewan uji : tikus putih yang berjumlah 30 ekor.

3) Berat badan hewan uji: 150-200 gram (dengan variasi yang

diperbolehkan sebesar kurang lebih 10%) yang diadaptasikan selama 1

minggu.

4) Jenis kelamin: Betina.

5) Galur hewan uji: Wistar.

6) Umur hewan uji : 2 – 3 bulan.

7) Zat gizi dalam pakan : hewan uji diberikan makanan 10% dari berat

badannya.

8) Kualitas udara : hewan uji dibuat dengan kondisi yang sama mulai dari

pemeliharaan sampai pada percobaan penelitian dengan suhu ruangan

yang sama yaitu 28oC.

b. Variabel pengacau tak terkendali

Kondisi patologis tikus : meski keadaan fisik berstatus sehat, belum dapat

menjamin keadaan ginjal berstatus sehat.

Page 61: KETOKSIKAN AKUT SARI WORTEL (Daucus carota L.) KAJIAN ... · KAJIAN TERHADAP HISTOLOGI GINJAL DAN KADAR KREATININ SERTA UREUM SERUM PADA TIKUS BETINA GALUR WISTAR SKRIPSI Diajukan

35

3. Definisi operasional

a. Sari wortel adalah sejumlah cairan yang diperoleh dari umbi wortel dengan

menggunakan juice extractor yang kemudian disaring dengan penyaring

biasa untuk memisahkan sari dan ampas kasar (berukuran besar), kemudian

dilanjutkan dengan menggunakan kertas saring untuk memisahkan sari dari

ampas (berukuran kecil) agar tidak menyumbat di dalam syringe dan mudah

diinjeksikan secara oral ke hewan uji.

b. Uji toksisitas akut adalah tingkat efek toksik suatu senyawa yang terjadi

dalam waktu 24 jam setelah pemberian sari wortel dengan dosis tunggal

pada tikus betina galur Wistar yang bertujuan untuk menetapkan potensi

toksisitas akut melalui Median Lethal Dosage (LD50), menilai gejala toksik,

wujud efek toksik, spektrum efek toksik yang timbul akibat pemberian sari

wortel (Daucus carota L.).

c. Harga Median Lethal Dosage (LD50) adalah dosis tunggal yang dapat

menyebabkan 50 % kematian hewan uji akibat pemberian akut sari wortel

(Daucus carota L.).

d. Pemeriksaan kadar kreatinin dan ureum dalam darah merupakan dua dari

beberapa parameter biokimia yang digunakan untuk mengetahui terjadinya

gangguan fungsi ginjal setelah pemberian akut sari wortel (Daucus carota

L.).

Page 62: KETOKSIKAN AKUT SARI WORTEL (Daucus carota L.) KAJIAN ... · KAJIAN TERHADAP HISTOLOGI GINJAL DAN KADAR KREATININ SERTA UREUM SERUM PADA TIKUS BETINA GALUR WISTAR SKRIPSI Diajukan

36

C. Alat dan Bahan Penelitian

1. Alat

a. Alat-alat gelas seperti : labu ukur, pipet tetes, corong pisah, gelas ukur

b. Microtube

c. Juice extractor

d. Kamera Hp

e. Kandang tikus (menggunakan ember yang sedang)

f. Kertas saring

g. Mikropipet

h. Pot unguenta

i. Seperangkat alat bedah (gunting, jarum pentul, pinset)

j. Spuit injeksi oral

k. Stop watch

l. Timbangan (analyitical balance)

m. Timbangan tikus

2. Bahan

a. Subyek uji yang digunakan adalah tikus putih betina galur Wistar dengan

berat badan 150-200 gram, umur berkisar antara 2-3 bulan, dan berjumlah

30 ekor yang diperoleh dari Fakultas Kedokteran Hewan LPPT Universitas

Gadjah Mada, Yogyakarta.

b. Umbi wortel segar diperoleh dari warung sayur di daerah Instiper,

Maguwoharjo, Yogyakarta, dimana warung tersebut memperolehnya dari

daerah Tawangmangu.

Page 63: KETOKSIKAN AKUT SARI WORTEL (Daucus carota L.) KAJIAN ... · KAJIAN TERHADAP HISTOLOGI GINJAL DAN KADAR KREATININ SERTA UREUM SERUM PADA TIKUS BETINA GALUR WISTAR SKRIPSI Diajukan

37

c. NaCl 0,9% fisiologis, digunakan untuk membilas organ ginjal sebelum

dilakukan penimbangan organ ginjal. NaCl diperoleh dari Laboratorium

Biofarmasetika Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

d. Pakan merk AD 5 dan minum merk Agua.

e. Formalin 10%, yang digunakan untuk mengawetkan organ ginjal yang

diperoleh dari Laboratorium Biofarmasetika Univeritas Sanata Dharma,

Yogyakarta.

D. Tata Cara Penelitian

1. Penyiapan hewan uji

Hewan uji yang digunakan berjumlah 30 ekor tikus putih betina galur

Wistar. Sebelum perlakukan, tikus tersebut diadaptasikan atau dikarantinakan

sesuai dengan lingkungan Laboratorium Imono selama 10 hari. Selama adaptasi

tersebut tikus diberi pakan pelet dan diberi minum ad libitium. Pakan yang

diberikan disesuaikan dengan berat badan dari tikus yaitu 10% BB per hari.

Sedangkan minum yang diberikan adalah aqua galon sebanyak 240 ml per hari.

2. Pengelompokkan hewan uji

Penelitian ini menggunakan hewan uji berjumlah 30 ekor tikus betina yang

akan dikelompokkan ke dalam lima kelompok secara random. Pengelompokan

hewan uji dilakukan secara random menggunakan proses penomoran pada hewan

uji, kemudian dilanjutkan dengan pengundian. Masing–masing tikus diberi kode

nomor uji, dan pada sangkar diberi etiket. Pada proses ini hewan uji dibagi ke

dalam 5 kelompok yaitu satu kelompok sebagai kelompok kontrol (tidak diberikan

Page 64: KETOKSIKAN AKUT SARI WORTEL (Daucus carota L.) KAJIAN ... · KAJIAN TERHADAP HISTOLOGI GINJAL DAN KADAR KREATININ SERTA UREUM SERUM PADA TIKUS BETINA GALUR WISTAR SKRIPSI Diajukan

38

perlakuan apapun) dan empat kelompok yang lain sebagai kelompok perlakuan

yang diberikan sari wortel menurut peringkat dosis. Tiap kelompok masing-

masing terdiri dari 6 ekor hewan uji. Perwakilan satu hewan uji dari masing-

masing kelompok dipelihara dalam satu kandang. Pada penelitian ini dilakukan

replikasi sebanyak 3 kali untuk masing-masing kelompok pada pengamatan yaitu

3 kali replikasi pada waktu pengamatan 24 jam setelah pemberian sari wortel dan

3 kali replikasi pada hari ke-14 setelah pemberian sari wortel.

3. Pengumpulan bahan

Bahan uji yang digunakan adalah umbi wortel yang diambil sarinya. Umbi

wortel (Daucus carota L.) diperoleh dari warung sayur didekat Instiper,

Maguwoharjo, Yogyakarta, dimana warung tersebut memperoleh wortel dari

daerah Tawangmangu pada tanggal 4 September 2009. Wortel tersebut dipilih

dengan melihat warna yang orange, segar, bersih, dan tidak busuk.

4. Determinasi tanaman

Tanaman Wortel (Daucus carota L.) yang akan digunakan dalam

penelitian ini dideterminasi di bagian Biologi Farmasi Universitas Gadjah Mada,

Yogyakarta.

5. Pembuatan larutan sampel

Umbi wortel dipilih tanpa adanya luka pada umbinya, dikupas, ditimbang

beratnya sebanyak 400,4 g dan dicuci bersih kemudian dipotong agak kecil.

Setelah itu potongan wortel dimasukkan ke dalam juice extractor dan hasilnya

disaring dengan menggunakan penyaring biasa (saringan teh) untuk memisahkan

Page 65: KETOKSIKAN AKUT SARI WORTEL (Daucus carota L.) KAJIAN ... · KAJIAN TERHADAP HISTOLOGI GINJAL DAN KADAR KREATININ SERTA UREUM SERUM PADA TIKUS BETINA GALUR WISTAR SKRIPSI Diajukan

39

sari dari ampas kasar yang berukuran besar, kemudian dilanjutkan dengan

menggunakan kertas saring untuk memisahkan sari dari ampas yang berukuran

kecil, sehingga akan diperoleh sari wortel (sari wortel yang diperoleh adalah 174

ml). sari wortel yang diperoleh diharapkan tidak menyumbat di syringe dan dapat

diberikan pada hewan uji secara oral. Pembuatan sari wortel harus selalu dibuat

baru.

Skema kerja:

Umbi wortel dikupas

Ditimbang, cuci bersih

Dipotong agak kecil, masukkan dalam juice extractor

Ambil sarinya, saring dengan penyaringan biasa kemudian dilanjutkan

dengan menggunakan kertas saring

Sari wortel (siap diberikan pada hewan uji)

6. Penentuan dosis

Pada orientasi digunakan dosis tertinggi yang secara teknis masih bisa

diberikan dan tidak melebihi volume maksimum yang masih boleh diberikan

kepada hewan uji (5,0 ml/100g BB). Dari hasil orientasi didapatkan dosis

tertingginya yaitu: 115 g/kg BB dan diharapkan mematikan seluruh hewan uji.

Dari dosis tertinggi kemudian dibuat peringkat dosis dengan faktor perkalian tetap

yaitu 1,2. Maka dari faktor perkalian tersebut peringkat dosisi yang akan

diberikan kepada hewan uji diperoleh peringkat dosis I yaitu 66,55 g/kg BB,

Page 66: KETOKSIKAN AKUT SARI WORTEL (Daucus carota L.) KAJIAN ... · KAJIAN TERHADAP HISTOLOGI GINJAL DAN KADAR KREATININ SERTA UREUM SERUM PADA TIKUS BETINA GALUR WISTAR SKRIPSI Diajukan

40

peringkat dosis II yaitu 79,86 g/kg BB, peringkat dosis III yaitu 95,83 g/kg BB,

peringkat dosis IV yaitu 115 g/kg BB, dan kelompok kontrol tidak diberikan

perlakuan apapun. Berikut adalah data perhitungan dosis.

Penimbangan Wortel = 400,4 g

Sari yang diperoleh = 174 ml

Csari wortel = 2,3 g/ml

= 2300 mg/ml

Volume maksimum pemberian pada tikus = 5 ml/100 g BB

C1 x V = BB x D

2300 mg/ml x 5 ml = 100 g x D

D = 115 mg/g BB

D = 115 g/kg BB (sebagai peringkat dosis IV)

Faktor pengali yang digunakan sebesar 1,2, maka:

Peringkat dosis III = 115 g/kg1,2 = 95,83 g/kg BBPeringkat dosis II = 95,83 g/kg1,2 = 79,86 g/kg BBPeringkat dosis I = 79,86 g/kg1,2 = 66,55 g/kg BB

7. Pengamatan

Pengamatan yang dilakukan pada penelitian ini meliputi :

a. Pengamatan fisik terhadap gejala–gejala toksik, wujud efek toksik, serta

sifat efek toksik. Pengamatan dilakukan terutama 3 jam setelah

Page 67: KETOKSIKAN AKUT SARI WORTEL (Daucus carota L.) KAJIAN ... · KAJIAN TERHADAP HISTOLOGI GINJAL DAN KADAR KREATININ SERTA UREUM SERUM PADA TIKUS BETINA GALUR WISTAR SKRIPSI Diajukan

41

pemberian sediaan uji, 24 jam pertama setelah pemberian sediaan uji

dan sekali sehari selama pengamatan sampai hari ke-14.

b. Kematian hewan uji pada masing – masing kelompok yang diamati 3

jam pertama sampai pada waktu 24 jam setelah pemberian sari wortel.

c. Pemeriksaan histopatologi organ ginjal yang dilakukan pada waktu 24

jam dan 14 hari setelah pemberian sari wortel.

d. Penimbangan berat badan dilakukan mulai hari ke-0 (saat pemejanan

sari wortel) hingga hari ke-14.

e. Penimbangan berat organ ginjal dilakukan setelah hewan uji dibedah

pada waktu pengamatan 24 jam dan hari ke-14 setelah pemberian sari

wortel.

f. Pemeriksaan kadar kreatinin dan ureum serum dengan mengambil darah

pada hewan uji dilakukan 3 hari sebelum pemberian sari wortel (Daucus

carota L.), 24 jam dan hari ke-14 setelah pemberian sari wortel.

8. Uji toksisitas

Sari wortel yang telah disiapkan, diinjeksikan secara oral kepada tikus, dan

kemudian dilakukan pengamatan terhadap perilaku tikus selama 3 jam pertama

(dengan membandingkan antara perilaku tikus yang mendapatkan perlakuan sari

wortel dengan perilaku tikus sebagai kontrol), dan dicatat pada blanko data.

Pengamatan fisik gejala-gejala pada seluruh tikus betina tiap kelompok

dilakukan terus menerus selama 3 jam pertama serta sesering mungkin selama 24

jam pertama setelah pemberian sari wortel. Apabila saat pengamatan langsung

terdapat hewan uji yang mati, maka langsung dilakukan pembedahan dan

Page 68: KETOKSIKAN AKUT SARI WORTEL (Daucus carota L.) KAJIAN ... · KAJIAN TERHADAP HISTOLOGI GINJAL DAN KADAR KREATININ SERTA UREUM SERUM PADA TIKUS BETINA GALUR WISTAR SKRIPSI Diajukan

42

pengambilan organ ginjal dari masing-masing tikus betina. Apabila tidak ada

hewan uji yang mati pada masa akhir 24 jam setelah pemberian sari wortel, hewan

uji dikorbankan secara fisik dengan dislokasi leher, kemudian dilakukan

pembedahan pada bagian perut secara melintang dari 3 ekor tikus betina dari

masing-masing tingkatan dosis, dan kontrol. Kemudian sisa tikus betina lainnya

yang masih hidup pada masing-masing kelompok dibiarkan sampai 14 hari.

Dalam rentang waktu 14 hari tersebut tetap dilakukan pengamatan dan

penimbangan berat badan.

9. Pengambilan darah dan pemeriksaan kadar kreatinin dan ureum serum

a. Pengambilan darah sebelum pemejanan sari wortel

Pengambilan darah sebelum pemejanan dilakukan tiga hari sebelum

pemejanan, dimana semua hewan uji diambil sampel darahnya melalui vena

orbitalis. Kemudian sampel darah segera diukur agar tidak terjadi lisis.

Sebelum pengambilan darah, seluruh hewan uji terlebih dahulu dipuasakan

sehari sebelumnya. Pengambilan darah pada waktu sebelum pemberian sari

wortel diasumsikan sebagai nilai normal kadar kreatinin dan ureum serum

yang akan dibandingkan dengan kadar kreatinin dan ureum serum setelah

pemejanan sari wortel. Hal ini dikarenakan tidak ditemukan literature yang

jelas yang digunakan sebagai acuan nilai normal kadar kreatinin dan ureum

serum pada tikus betina galur Wistar. Pemeriksaan kadar kreatinin dan ureum

dalam darah digunakan sebagai parameter biokimia untuk menentukan

adanya gangguan fungsi ginjal. Pemeriksaan kadar kreatinin dan ureum

dalam darah dianalisis di LPPT Unit I Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Page 69: KETOKSIKAN AKUT SARI WORTEL (Daucus carota L.) KAJIAN ... · KAJIAN TERHADAP HISTOLOGI GINJAL DAN KADAR KREATININ SERTA UREUM SERUM PADA TIKUS BETINA GALUR WISTAR SKRIPSI Diajukan

43

b. Pengambilan darah setelah pemejanan sari wortel

Setelah 24 jam pemejanan sari wortel, tiga ekor hewan uji dari tiap

kelompok perlakuan dan kontrol diambil sampel darahnya melalui vena

orbitalis. Kemudian darah segera diukur untuk mencegah terjadinya lisis. Sisa

hewan uji lainnya akan diambil sampel darahnya setelah hari ke-14 dengan

perlakuan yang sama. Pemeriksaan kadar kreatinin dan ureum dalam darah

pada waktu 24 jam dan hari ke-14, dianalisis di LPPT Unit I Universitas

Gadjah Mada, Yogyakarta.

10. Pembuatan dan pemeriksaan preparat histopatologi

Setelah hewan uji diambil darahnya, kemudian hewan uji dinekropsi lalu

dibedah untuk mengambil organ tubuhnya. Pada penelitian ini, hewan uji dibedah

dengan menggunakan seperangkat alat-alat bedah untuk mengambil organ ginjal

dari tiap masing-masing kelompok perlakuan dan kontrol. Organ ginjal yang telah

diambil, diamati secara makroskopis. Setelah itu, dicuci dengan NaCl fisiologis,

kemudian ditimbang dan difiksasi menggunakan formalin 10% untuk diawetkan.

Pada proses ini juga dilakukan hal yang sama terhadap tikus betina yang masih

hidup sampai pada hari ke-14 setelah pemberian sari wortel yang akan dibedah.

Pembuatan preparat histopatologi organ ginjal dilakukan di Laboratorium Patologi

Anatomi Fakultas Kedokteran Umum Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

dengan pengecatan Hematoksilin–Eosin. Sedangkan untuk pemeriksaan preparat

histopatologi organ ginjal diinterpretasikan oleh Prof. drh. Kurniasih, MVSc.,

PhD., Fakultas Kedoteran Hewan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Page 70: KETOKSIKAN AKUT SARI WORTEL (Daucus carota L.) KAJIAN ... · KAJIAN TERHADAP HISTOLOGI GINJAL DAN KADAR KREATININ SERTA UREUM SERUM PADA TIKUS BETINA GALUR WISTAR SKRIPSI Diajukan

44

Pemeriksaan dilakukan dengan cara membandingkan antara kelompok perlakuan

dan kontrol di bawah mikroskop cahaya.

E. Tata Cara Analisis Hasil

Data yang didapat dari penelitian yaitu LD50, spektrum efek toksik, data

histopatologi dan kadar kreatinin dan ureum serum.

1. Data kematian hewan uji digunakan untuk mengetahui harga LD50 yang

kemudian dapat ditentukan potensi ketoksikannya. Harga LD50 dihitung dari

jumlah hewan uji yang mati pada masing–masing kelompok, menggunakan

metode kertas grafik logaritma Miller dan Tainter dan secara kuantitatif

digunakan untuk menentukan potensi ketoksikan akut mengikuti ketentuan

Loomis (1978). Jika sampai batas volume maksimal yang boleh diberikan

tidak menimbulkan kematian hewan uji, maka peringkat dosis tertinggi

sebagai LD50 semu.

2. Gejala ketoksikan dapat dilakukan dengan mengamati tingkah laku hewan uji

selama percobaan, lalu membandingkan tingkah laku kelompok kontrol

dengan kelompok perlakuan yang dipejankan sari wortel. Pengamatan tingkah

laku hewan uji yang dilakukan dapat dilihat pada lampiran 9.

3. Histopatologi dilakukan dengan membandingkan histopatologi organ ginjal

pada kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan dari masing–masing

peringkat dosis sari wortel pada waktu 24 jam dan hari ke-14 setelah

pemejanan sari wortel.

4. Dilakukan uji distribusi normal terlebih dulu dengan menggunakan Shapiro

Wilk, karena subyek uji penelitian yang digunakan < 50. Sedangkan bila > 50,

Page 71: KETOKSIKAN AKUT SARI WORTEL (Daucus carota L.) KAJIAN ... · KAJIAN TERHADAP HISTOLOGI GINJAL DAN KADAR KREATININ SERTA UREUM SERUM PADA TIKUS BETINA GALUR WISTAR SKRIPSI Diajukan

45

uji distribusi normal dilakukan menggunakan Kolmogorrov-Smirnov. Data

dikatakan terdistribsui normal bila p>0,05 (menggunakan taraf kepercayaan

95%).

5. Kadar kreatinin dan ureum serum dianalisis dengan analisis statistik yaitu One

Way ANOVA (bila data berdistribusi normal) atau Uji Friedmann (bila data

tidak berdistribusi normal) digunakan untuk melihat ada tidaknya perbedaan

pada setiap waktu pemeriksaan darah dan bila ada perbedaan (p<0,05) maka

dilanjutkan dengan Post Hoc Test, Scheffe untuk melihat perbedaannya antar

kelompok perlakuan terhadap kontrol. Setelah itu, dilanjutkan dengan uji

Paired T-Test untuk melihat adanya perbedaan antar kelompok perlakuan dan

kontrol dengan membandingkan antara kadar kreatinin dan ureum serum pada

waktu sebelum perlakuan dengan setelah perlakuan untuk mengetahui ada

tidaknya perubahan selama perlakuan (syaratnya subyek uji yang digunakan

sama).

6. Berat badan hewan uji dari hari ke-0, hari ke-7, dan hari ke-14 dianalisis

dengan General Linear Model, Multivariate, kemudian dilanjutkan dengan uji

Post Hoc Tets, Scheffe.

7. Berat organ ginjal relatif dari masing–masing kelompok perlakuan dianalisis

dengan One-Way ANOVA yang dilanjutkan dengan Post Hoc Tets, Scheffe.

Page 72: KETOKSIKAN AKUT SARI WORTEL (Daucus carota L.) KAJIAN ... · KAJIAN TERHADAP HISTOLOGI GINJAL DAN KADAR KREATININ SERTA UREUM SERUM PADA TIKUS BETINA GALUR WISTAR SKRIPSI Diajukan

46

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian yang dilakukan tentang ketoksikan akut pemberian sari wortel

(Daucus carota L.) dengan kajian histologi ginjal dan kadar kreatinin serta ureum

serum pada tikus betina galur Wistar meliputi: determinasi tanaman wortel;

jalannya penelitian; hasil uji toksisitas sari wortel (Daucus carota L.) berupa

harga LD50, gejala toksik, wujud efek toksik, sifat efek toksik; pemeriksaan

histopatologi ginjal (cacat mikroskopik); pemeriksaan kadar kreatinin dan ureum

serum yang berfungsi untuk mengetahui adanya gangguan fungsi ginjal;

penimbangan berat organ ginjal relatif (kelainan makroskopik); penimbangan

berat badan tikus pada hari ke-0, ke-7, dan hari ke-14.

A. Determinasi Tanaman

Penelitian ini dimulai dengan melakukan pemeriksaan terhadap tanaman

wortel melalui proses determinasi yang dilakukan oleh LPPT Unit I Biologi

Farmasi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta yang dapat dilihat pada lampiran

I. Berdasarkan hasil determinasi menunjukkan bahwa tanaman yang digunakan

dalam penelitian ini adalah tanaman wortel (Daucus carota L.).

B. Jalan Penelitian

Penelitian ini menggunakan subyek uji sebanyak 30 ekor tikus betina galur

Wistar yang terbagi secara acak menjadi 5 kelompok yang terdiri dari kelompok

kontrol (tidak diberikan perlakuan apapun) dan kelompok perlakuan dengan 4

Page 73: KETOKSIKAN AKUT SARI WORTEL (Daucus carota L.) KAJIAN ... · KAJIAN TERHADAP HISTOLOGI GINJAL DAN KADAR KREATININ SERTA UREUM SERUM PADA TIKUS BETINA GALUR WISTAR SKRIPSI Diajukan

47

peringkat dosis (diberikan sari wortel sesuai peringkat dosis). Tiap kelompok

terdiri atas 6 ekor hewan uji. Penentuan pemilihan subyek uji dilakukan dengan

metode random yaitu dengan cara penomoran terhadap subyek uji. Penomoran

dilakukan dengan menandai bagian tubuh dari subyek uji dengan angka yang

dimulai dari angka 1 hingga 30. Setelah itu dilakukan pengundian nomor dengan

menggunakan potongan kertas sebanyak 30 potongan yang mewakili nomor dari

masing-masing subyek uji. Hasil pengundian yang dilakukan dengan penomoran

hewan uji dapat dilihat pada lampiran 10. Pada penelitian ini dilakukan replikasi

sebanyak 3 kali untuk masing-masing kelompok perlakuan dan kontrol yang akan

dibagi dalam dua waktu pengamatan yaitu 24 jam dan hari ke-14 setelah

pemejanan sari wortel. Setelah itu setiap hewan uji pada kelompok perlakuan

dipejankan sari wortel. Sedangkan hewan uji yang termasuk kelompok kontrol

tidak diberikan perlakuan apapun. Namun, seharusnya untuk kelompok kontrol

dapat diberikan aquadest dengan dosis maksimum seperti pada kelompok

perlakuan yaitu 115 g/kg BB. Penggunaan aquadest pada kelompok kontrol

digunakan sebagai pembanding terhadap kelompok perlakuan yang diberikan sari

wortel. Pada kelompok perlakuan dibagi dalam 4 peringkat dosis dengan

peringkat dosis masing-masing sebesar 66,55; 79,86; 95,83; 115 g/kg BB. Pada

dosis terendah yaitu 66,55 g/kg BB, diperkirakan tidak menimbulkan efek toksik

sama sekali dan pada dosis tertinggi yaitu 115 g/kg BB dimaksudkan dapat

menyebabkan kematian pada seluruh hewan uji.

Page 74: KETOKSIKAN AKUT SARI WORTEL (Daucus carota L.) KAJIAN ... · KAJIAN TERHADAP HISTOLOGI GINJAL DAN KADAR KREATININ SERTA UREUM SERUM PADA TIKUS BETINA GALUR WISTAR SKRIPSI Diajukan

48

C. Uji Toksisitas Akut

Uji toksisitas akut merupakan suatu pengujian yang dilakukan untuk

menetapkan potensi toksisitas akut pemberian sari wortel pada tikus betina

berdasarkan LD50, serta mengamati gejala-gejala toksik setelah pemberian sari

wortel.

Pengamatan terhadap gejala-gejala toksik dilakukan dengan melihat tanda

munculnya efek toksik secara kualitatif yang diamati pada 3 jam pertama,

kemudian dilanjutkan pengamatan 24 jam. Setelah itu, pengamatan dilakukan

setiap hari berikutnya pada waktu yang lebih kurang sama hingga hari ke-14.

Pengamatan gejala toksik yang diamati dapat dilihat pada lampiran 24. Data

pengamatan gejala toksik dapat disajikan dalam tabel II.

Tabel II. Hasil pengamatan secara kualitatif gejala-gejala efek toksik tikus betina galur Wistar pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuanpemberian sari wortel selama waktu pengamatan mulai dari 3 jam setelah pemberian sari wortel hingga hari ke-14.

Kelompok Perlakuan N Gejala Toksik

Kontrol Tidak diberikan apapun 6 -

Dosis I Sari wortel, dosis 66,55 g/kg BB 6 -

Dosis II Sari wortel, dosis 79,86 g/kg BB 6 -

Dosis III Sari wortel, dosis 95,83 g/kg BB 6 -

Dosis IV Sari wortel, dosis 115 g/kg BB 6 -

Keterangan : (-) tidak menunjukkan gejala toksik

Berdasarkan tabel II, yang merupakan hasil pengamatan secara kualitatif

terhadap gejala-gejala toksik menunjukkan bahwa tidak ada gejala-gejala toksik

yang ditimbulkan oleh seluruh hewan uji pada kelompok kontrol dan kelompok

perlakuan setelah pemberian sari wortel. Hal ini berarti pemberian sari wortel

secara oral dengan peringkat dosis mulai dari dosis 66,55 g/kg BB; dosis 79,86

Page 75: KETOKSIKAN AKUT SARI WORTEL (Daucus carota L.) KAJIAN ... · KAJIAN TERHADAP HISTOLOGI GINJAL DAN KADAR KREATININ SERTA UREUM SERUM PADA TIKUS BETINA GALUR WISTAR SKRIPSI Diajukan

49

g/kg BB; dosis 95,83 g/kg BB; dosis 115 g/kg BB pada tikus betina galur Wistar

tidak menunjukkan adanya gejala efek toksik.

Penelitian ini dilanjutkan dengan melakukan pengamatan secara kuantitatif

terhadap jumlah kematian hewan uji yang dinyatakan dengan harga Median

Lethal Dosage (LD50). Harga LD50 menggambarkan bahwa dengan pemberian

dosis tunggal dari senyawa uji yang digunakan (sari wortel) diharapkan dapat

membunuh 50% hewan uji. Namun, saat pengamatan 24 jam setelah pemberian

sari wortel tidak ditemukan satupun hewan uji yang mati.

Oleh karena itu, dalam penelitian ini potensi ketoksikan tidak dapat

ditentukan berdasarkan data jumlah kematian hewan uji akibat pemberian sari

wortel. Hal ini dikarenakan, pada dosis tertinggi yang diharapkan mampu

membunuh semua hewan uji tidak mengakibatkan kematian pada hewan uji. Data

dapat dilihat pada tabel III.

Tabel III. Jumlah kematian tikus betina galur Wistar pada waktu pengamatan 24 jam setelah pemberian sari wortel (Daucus carota L.)

Kelompok Perlakuan N Jumlah tikus yang mati

Respon(%)

LD50 semu

Kontrol Tidak diberikan apapun

6 0 0

˃ dosis tertinggi 115

g/kg BB

Dosis I Sari wortel, dosis 66,55 g/kg BB

6 0 0

Dosis II Sari wortel, dosis 79,86 g/kg BB

6 0 0

Dosis III Sari wortel, dosis 95,83 g/kg BB

6 0 0

Dosis IV Sari wortel, dosis 115 g/kg BB

6 0 0

Berdasarkan data tabel III, harga LD50 tidak dapat ditentukan dengan

menggunakan analisis probit (Miller Tainter Methode) sebab tidak ada hewan uji

yang mati (harga % respon adalah 0) pada kelompok perlakuan mulai dari dosis

Page 76: KETOKSIKAN AKUT SARI WORTEL (Daucus carota L.) KAJIAN ... · KAJIAN TERHADAP HISTOLOGI GINJAL DAN KADAR KREATININ SERTA UREUM SERUM PADA TIKUS BETINA GALUR WISTAR SKRIPSI Diajukan

50

terendah yaitu 66,55 g/kg BB hingga dosis tertinggi yaitu 115 g/kg BB. Harga LD50

baru dapat dihitung bila ada dosis yang mampu mematikan seluruh hewan uji.

Maka, potensi toksisitas yang diperoleh merupakan harga LD50 semu. LD50 semu

merupakan dosis tertinggi dari suatu senyawa (sari wortel) yang masih dapat

dipejankan atau diberikan kepada hewan uji. Dengan demikian, harga LD50 semu

sari wortel untuk tikus betina galur Wistar adalah >115 g/kg BB. Jika

dikonversikan ke manusia maka dosis 115 g/kg BB pada tikus betina galur Wistar

setara dengan 18,4 g/kg BB pada manusia. Hasil tersebut mempunyai makna

toksikologi bahwa potensi ketoksikan akut pemberian sari wortel menurut kriteria

Loomis (1978) termasuk dalam kategori relatif kurang berbahaya. Data LD50

semu sari wortel yang diperoleh dapat digunakan untuk mengetahui indeks terapi

yang merupakan parameter keamanan dari suatu senyawa bila ED50 sari wortel

terhadap organ ginjal diketahui. Namun, sepanjang pengetahuan peneliti, nilai

ED50 sari wortel terhadap ginjal terkait khasiatnya sebagai diuretik, penyakit gagal

ginjal, dan batu ginjal belum diketahui. Dengan demikian, tidak dapat diketahui

indeks terapi sari wortel terhadap organ ginjal.

D. Pengamatan Makroskopis dan Mikroskopis Organ Ginjal

Pemeriksaan organ ginjal dilakukan melalui pengamatan makroskopis dan

pengamatan mikroskopis. Pengamatan makroskopis dilakukan dengan mengamati

kondisi organ ginjal secara langsung dengan dilihat warnanya, dibandingkan

ukurannya, dan diraba sebelum dibuat preparat histopatologi. Bila terjadi

kerusakan maka penampakkan organ ginjal akan terlihat berbeda dengan organ

ginjal yang normal. Pada waktu 24 jam setelah pemejanan sari wortel, tiga ekor

Page 77: KETOKSIKAN AKUT SARI WORTEL (Daucus carota L.) KAJIAN ... · KAJIAN TERHADAP HISTOLOGI GINJAL DAN KADAR KREATININ SERTA UREUM SERUM PADA TIKUS BETINA GALUR WISTAR SKRIPSI Diajukan

51

tikus betina dari setiap kelompok perlakuan dan kontrol dinekropsi kemudian

dibedah dan diambil organ ginjalnya. Kemudian sisanya tetap dipelihara sampai

hari ke-14 tanpa pemejanan sari wortel. Hasil pengamatan tersebut menunjukkan

bahwa organ ginjal tikus betina galur Wistar yang diambil pada waktu 24 jam dan

14 hari setelah pemberian sari wortel masih dalam kondisi normal, karena antara

kelompok kontrol dan perlakuan tidak menunjukkan perbedaan, yaitu konsistensi

kenyal, warna merah agak tua, tidak ada pembengkakan, atau kelainan lainnya.

Gambar dapat dilihat pada lampiran 19.

Setelah itu dilakukan pengamatan mikroskopis dengan menggunakan

mikroskop atau disebut dengan pemeriksaan histopatologi. Pengamatan

histopatologi yang dilakukan bertujuan untuk melihat adanya kerusakan jaringan

organ dalam ginjal serta spektrum efek toksik sari wortel terhadap organ ginjal.

Pada pembuatan preparat histopatologi organ ginjal dilakukan dengan

menggunakan pengecatan HE (Hematoxylin-Eosin), dimana hematoxylin

berfungsi untuk memberikan warna biru pada inti sel, dan eosin berfungsi untuk

memberikan warna merah pada sitoplasma, jaringan ikat, dan lainnya. Pengecatan

HE berfungsi agar dapat mengamati jaringan hingga intisel dari organ ginjal

dengan menggunakan mikroskop. Pemeriksaan histopatologi organ ginjal

dilakukan pada waktu 24 jam dan hari ke-14 setelah pemejanan sari wortel pada

kelompok perlakuan berdasarkan tingkatan dosis. Hal ini dapat dilihat pada tabel

IV serta gambar hasil analisis histopatologi dengan mikroskop.

Page 78: KETOKSIKAN AKUT SARI WORTEL (Daucus carota L.) KAJIAN ... · KAJIAN TERHADAP HISTOLOGI GINJAL DAN KADAR KREATININ SERTA UREUM SERUM PADA TIKUS BETINA GALUR WISTAR SKRIPSI Diajukan

52

Tabel IV. Hasil pemeriksaan histopatologi organ ginjal tikus betina galur Wistarakibat pemberian sari wortel 1x dengan waktu pengamatan 24 jam setelah pemejanan

Replikasi Kelompok Perlakuan (Dosis dalam g/kg BB)Kontrol PSW

Dosis I PSW

Dosis II PSW

Dosis III PSW

Dosis IV 1 - - - - -2 - - - - -3 - - - - -

Keterangan : PSW = pemberian sari wortel - = normal I = sari wortel dosis 66,55 g/kg BBII = sari wortel dosis 79,86 g/kg BBIII = sari wortel dosis 95,83 g/kg BBIV = sari wortel dosis 115 g/kg BBKontrol = tidak diberikan apapun

Berdasarkan data tabel IV, dapat dilihat pada kelompok kontrol dan

kelompok perlakuan menunjukkan hasil pemeriksaan histopatologi yang diperoleh

normal, yaitu tidak ada kerusakan jaringan organ ginjal. Hal ini juga dapat

diperjelas pada gambar 3 (kelompok kontrol) dan gambar 4 (kelompok perlakuan)

yang merupakan gambar irisan melintang organ ginjal secara mikroskop.

Berdasarkan hasil pemeriksaan histopatologi menunjukkan bahwa tubulus dan

glomerulus masih dalam keadaan normal. Penyajian hasil pemeriksaan

histopatologi pada kelompok perlakuan hanya ditampilkan satu gambar yang

mewakili kelompok perlakuan karena pada kelompok perlakuan untuk semua

peringkat dosis mulai dari dosis 66,55 g/kg BB; dosis 79,86 g/kg BB; dosis 95,83

g/kg BB; dosis 115 g/kg BB pemberian sari wortel menunjukkan hasil yang

normal atau tidak ada kerusakan jaringan organ ginjal.

Page 79: KETOKSIKAN AKUT SARI WORTEL (Daucus carota L.) KAJIAN ... · KAJIAN TERHADAP HISTOLOGI GINJAL DAN KADAR KREATININ SERTA UREUM SERUM PADA TIKUS BETINA GALUR WISTAR SKRIPSI Diajukan

53

Gambar 3. Irisan melintang jaringan organ ginjal tikus betina galur Wistar pada kelompok kontrol (tidak diberikan perlakuan apapun) dengan perbesaran 200x menggunakan pengecatan hematoksilin-eosin.a. Glomerulus b. Tubulus

Gambar 4. Irisan melintang jaringan organ ginjal tikus betina galur Wistar pada kelompok perlakuan yang diberikan sari wortel (dosis 66,55 g/kgsampai 115 g/kg BB) dengan perbesaran 200x menggunakan pengecatan hematoksilin-eosin.a. Glomerulus b. Tubulus

Pemeriksaan histopatologi dengan menggunakan mikroskop dilanjutkan

dengan mengamati jaringan organ ginjal pada hari ke-14 setelah pemberian sari

Page 80: KETOKSIKAN AKUT SARI WORTEL (Daucus carota L.) KAJIAN ... · KAJIAN TERHADAP HISTOLOGI GINJAL DAN KADAR KREATININ SERTA UREUM SERUM PADA TIKUS BETINA GALUR WISTAR SKRIPSI Diajukan

54

wortel. Hal ini dapat ditunjukkan pada tabel V, dan gambar histopatologi ke-5, 6,

7, 8, 9.

Tabel V. Hasil pemeriksaan histopatologi organ ginjal tikus betina galur Wistarakibat pemberian sari wortel 1x dengan waktu pengamatan pada hari ke-14 setelah pemejanan.

Replikasi Kelompok Perlakuan (Dosis dalam g/kg BB)Kontrol PSW

Dosis IPSW

Dosis IIPSW

Dosis III PSW

Dosis IV 1 - - - - -2 - - - Degenerasi

vakuoler-

3 - - - Degenerasi vakuoler

Degenerasi vakuoler

Keterangan : PSW = pemberian sari wortel - = normal I = sari wortel dosis 66,55 g/kg BBII = sari wortel dosis 79,86 g/kg BBIII = sari wortel dosis 95,83 g/kg BBIV = sari wortel dosis 115 g/kg BBKontrol = tidak diberikan apapun

Gambar 5. Irisan melintang jaringan organ ginjal tikus betina galur Wistar pada kelompok kontrol (tidak diberikan apapun) dengan perbesaran 400x menggunakan pengecatan hematoksilin-eosin.a. Glomerulus b. Tubulus

Page 81: KETOKSIKAN AKUT SARI WORTEL (Daucus carota L.) KAJIAN ... · KAJIAN TERHADAP HISTOLOGI GINJAL DAN KADAR KREATININ SERTA UREUM SERUM PADA TIKUS BETINA GALUR WISTAR SKRIPSI Diajukan

55

Gambar 6. Irisan melintang jaringan organ ginjal tikus betina galur Wistar akibat pemberian sari wortel dosis 66,55 g/kg BB dengan perbesaran 400x menggunakan pengecatan hematoksilin-eosin.

a. Glomerulus b. Tubulus

Gambar 7. Irisan melintang jaringan organ ginjal tikus betina galur Wistar akibat pemberian sari wortel dosis 79,86 g/kg BB dengan perbesaran 400x menggunakan pengecatan hematoksilin-Eosin.

a. Glomerulus b. Tubulus

Page 82: KETOKSIKAN AKUT SARI WORTEL (Daucus carota L.) KAJIAN ... · KAJIAN TERHADAP HISTOLOGI GINJAL DAN KADAR KREATININ SERTA UREUM SERUM PADA TIKUS BETINA GALUR WISTAR SKRIPSI Diajukan

56

Gambar 8. Irisan melintang jaringan organ ginjal tikus betina galur Wistar akibat pemberian sari wortel dosis 95,83 g/kg BB dengan perbesaran 400xmenggunakan pengecatan hematoksilin-Eosin.a. Glomerulus b. Tubulus distal c. Degenerasi vakuoler

Gambar 9. Irisan melintang jaringan organ ginjal tikus betina galur Wistar akibat pemberian sari wortel dosis 115 g/kg BB dengan perbesaran 400xmenggunakan pengecatan hematoksilin-Eosin.a. Glomerulus b. Tubulus distal c. Degenerasi vakuoler

Berdasarkan hasil pemeriksaan histopatologi pada hewan uji ditemukan

adanya kerusakan jaringan organ ginjal berupa degenerasi vakuoler pada dosis III

(95,83 g/kg BB) replikasi II, III; dosis IV (115 g/kg BB) replikasi III. Degenerasi

Page 83: KETOKSIKAN AKUT SARI WORTEL (Daucus carota L.) KAJIAN ... · KAJIAN TERHADAP HISTOLOGI GINJAL DAN KADAR KREATININ SERTA UREUM SERUM PADA TIKUS BETINA GALUR WISTAR SKRIPSI Diajukan

57

merupakan perubahan morfologi akibat jejas-jejas non-fatal, sehingga

mengakibatkan gangguan dalam metabolisme protein, karbohidrat, dan lemak

pada sel. Degenerasi vakuola ini ditunjukkan dengan inti yang tampak membesar

dan bergelembung serta kromatinnya jarang dan tidak eosinofilik. Degenerasi

vakuola secara mikroskopik tampak membentuk vakuola-vakuola yang jernih,

yang tersebar dalam sitoplasma, kadang-kadang vakuola kecil-kecil bersatu

membentuk vakuola lebih besar sehingga inti sel terdesak ke pinggir dan

akibatnya sel ginjal mengalami gangguan yang dapat menyebabkan

hilang/luruhnya sel ginjal (Himawan, 1992). Kerusakan jaringan organ ginjal

berupa degenerasi vakuola pada penelitian ini tidak diketahui penyebabnya karena

hanya ditemukan pada dosis III (95,83 g/kg BB) pada replikasi II, III; dan dosis

IV (115 g/kg BB) pada replikasi III. Sehingga hal ini tidak dapat menunjukkan

bahwa kerusakan jaringan organ ginjal yang terjadi dikarenakan pemberian sari

wortel terhadap hewan uji. Dengan demikian, kerusakan jaringan organ ginjal

yang diperoleh setelah hari ke-14 pemberian sari wortel pada dosis 95,83 g/kg BB

dan dosis 115 g/kg BB, dapat disebabkan karena kondisi patologis dari hewan uji

yang tidak dapat dikendalikan.

Terkait dengan pemeriksaan histopatologi dilakukan evaluasi terhadap

spektrum efek toksik. Hal ini bertujuan untuk mengevaluasi sifat terbalikkan

(reversibilitas) atau keberpulihan spektrum efek toksik yang terjadi. Suatu

spektrum efek toksik dikatakan reversible bila setelah zat uji berhenti dipejankan

maka kerusakan sel-sel akan berhenti dan tidak bertambah parah, kemudian

berangsur-angsur akan terjadi pemulihan kembali ke keadaan normalnya.

Page 84: KETOKSIKAN AKUT SARI WORTEL (Daucus carota L.) KAJIAN ... · KAJIAN TERHADAP HISTOLOGI GINJAL DAN KADAR KREATININ SERTA UREUM SERUM PADA TIKUS BETINA GALUR WISTAR SKRIPSI Diajukan

58

Berdasarkan hasil pemeriksaan histopatologi jaringan organ ginjal, maka tidak

dapat menunjukkan adanya reversibilitas (terbalikkan) maupun irreversibilitas

(tak terbalikkan). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pemberian sari wortel

mulai dari dosis 66,55 g/kg BB; dosis 79,86 g/kg BB; dosis 95,83 g/kg BB; dosis

115 g/kg BB tidak mempengaruhi histopatologi organ ginjal.

E. Pemeriksaan Kadar Kreatinin dan Ureum Serum

Ginjal merupakan salah satu organ vital yang mempunyai beberapa fungsi

utama yaitu menyaring produk hasil metabolisme yang tidak berguna bagi tubuh,

menjaga keseimbangan cairan tubuh, dan mempertahankan pH cairan tubuh.

Dalam menjalankan fungsinya banyak kondisi yang dapat mempengaruhi fungsi

kerja ginjal baik secara akut maupun secara kronis. Ada beberapa pemeriksaan

laboratorium klinik yang merupakan parameter biokimia yang digunakan untuk

mengetahui adanya gangguan fungsi ginjal. Pada penelitian ini, pemeriksaan

parameter biokimia yang dilakukan adalah mengukur kadar kreatinin dan ureum

dalam darah. Kedua parameter ini diharapkan dapat membantu menemukan

penyebab adanya gangguan fungsi ginjal dan menunjukkan tingkat kerusakan

ginjal setelah diberikan sari wortel (Daucus carota L.).

Kreatinin disintesis terutama dalam otot skelet dan sebagian kecil

disintesis di hati, pankreas, dan ginjal. Sintesis kreatinin relatif konstan tetapi

dapat terjadi peningkatan kreatinin bila terjadi kerusakan otot. Sebagian kecil

kreatinin juga disintesis di tubulus. Bila terjadi kegagalan ginjal, kreatinin ditahan

bersama unsur nitrogen nonprotein (NPN) darah lainnya. Kreatinin secara umum

diproduksi tubuh dalam jumlah yang tetap dan dilepaskan ke dalam darah. Jika

Page 85: KETOKSIKAN AKUT SARI WORTEL (Daucus carota L.) KAJIAN ... · KAJIAN TERHADAP HISTOLOGI GINJAL DAN KADAR KREATININ SERTA UREUM SERUM PADA TIKUS BETINA GALUR WISTAR SKRIPSI Diajukan

59

terdapat gangguan pada fungsi filtrasi ginjal maka kadar kreatinin dalam darah

akan meningkat dan kenaikan ini dapat digunakan sebagai indikator gangguan

fungsi ginjal.

Pada analisis kadar ureum dalam darah, kerusakan ginjal terjadi jika kadar

ureum meningkat dalam darah, dan bukan penurunan ureum dalam darah.

Beberapa hal yang dapat menyebabkan peningkatan kadar ureum dalam darah

adalah masukan protein yang tinggi, perdarahan saluran cerna, dan peningkatan

katabolisme protein seperti infeksi, luka bakar, dan pemberian kortikosteroid.

Sedangkan terjadi penurunan ureum dalam darah dapat disebabkan oleh masukan

protein yang berkurang, diet, penyakit hati, dan malnutrisi berat (Sutedjo, 2006).

Pada penelitian ini, pemeriksaan darah hewan uji dilakukan sebelum

pemberian sari wortel, 24 jam setelah pemberian sari wortel, dan 14 hari setelah

pemberian sari wortel. Pemeriksaan darah sebelum pemberian sari wortel

bertujuan agar mengetahui kadar kreatinin dan ureum serum yang dapat

diasumsikan sebagai nilai normal kreatinin dan ureum serum sebelum dipejankan

sari wortel. Hal ini dikarenakan sampai sekarang nilai kreatinin dan ureum serum

pada tikus normal tidak ditemukan dalam literature yang tersedia. Sedangkan

pemeriksaan kadar kreatinin dan ureum serum pada waktu pengamatan 24 jam

setelah pemberian sari wortel bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya perubahan

kadar kreatinin dan ureum serum setelah dipejankan sari wortel sebagai petunjuk

adanya gangguan fungsi ginjal. Sedangkan pemeriksaan kadar kreatinin dan

ureum serum pada waktu pengamatan hari ke-14 setelah pemberian sari wortel,

dilakukan untuk melihat sifat reversibilitas (terbalikkan) kadar kreatinin dan

Page 86: KETOKSIKAN AKUT SARI WORTEL (Daucus carota L.) KAJIAN ... · KAJIAN TERHADAP HISTOLOGI GINJAL DAN KADAR KREATININ SERTA UREUM SERUM PADA TIKUS BETINA GALUR WISTAR SKRIPSI Diajukan

60

ureum serum. Data kadar kreatinin dan ureum serum dianalisis dengan

menggunakan Shapiro-Wilk untuk mengetahui data yang diperoleh terdistribusi

normal. Analisis statistik Shapiro-Wilk digunakan karena subyek uji berjumlah

kurang dari 50. Setelah itu, bila data terdistribusi normal, dilanjutkan dengan

menggunakan One-Way ANOVA dan Post Hoc Test, Scheffe untuk menganalisis

kadar kreatinin dan ureum serum antar kelompok perlakuan dibandingkan dengan

kontrol pada masing-masing waktu pemeriksaan. Setelah itu, analisis dilanjutkan

dengan Paired T-Test untuk mengetahui adanya perubahan kadar kreatinin atau

ureum serum setelah pemejanan sari wortel dengan membandingkan kadar

kreatinin atau ureum serum yang diukur secara berulang yaitu membandingkan

kadar kreatinin atau ureum serum pada waktu sebelum perlakuan dan 24 jam

setelah perlakuan; kemudian membandingkan kadar kreatinin atau ureum serum

pada waktu sebelum perlakuan dan hari ke-14 setelah perlakuan dengan syarat

subyek uji yang digunakan sama antara sebelum dan setelah pemberian sari

wortel. Berikut akan dibahas masing-masing parameter biokimia yang digunakan

dalam penelitian ini.

1. Pemeriksaan kadar kreatinin serum

Pada penelitian ini, pemeriksaan kadar kreatinin serum sebelum

perlakuan dilakukan terhadap semua hewan uji. Berikut data kadar kreatinin

serum sebelum pemberian sari wortel.

Page 87: KETOKSIKAN AKUT SARI WORTEL (Daucus carota L.) KAJIAN ... · KAJIAN TERHADAP HISTOLOGI GINJAL DAN KADAR KREATININ SERTA UREUM SERUM PADA TIKUS BETINA GALUR WISTAR SKRIPSI Diajukan

61

Tabel VI. Purata kadar kreatinin serum ± SE tikus betina galur Wistar sebelum pemberian sari wortel (Daucus carota L.)

Kelompok N Mean Kadar Kreatinin Serum (mg/dl) ± SE

Kontrol (tidak diberikan perlakuan apapun) 6 0,43 ± 0,03

Dosis I (66,55 g/kg BB) 6 0,42 ± 0,03 tb

Dosis II (79,86 g/kg BB) 6 0,40 ± 0,04 tb

Dosis III (95,83 g/kg BB) 6 0,40 ± 0,05 tb

Dosis IV (115 g/kg BB) 6 0,37 ± 0,06 tb

Keterangan :

tb = perbedaan tidak bermakna terhadap kontrol (p>0,05)

Berdasarkan analisis statistik dengan One Way ANOVA, diketahui bahwa

kadar kreatinin serum antar kelompok perlakuan dan kontrol sebelum

pemejanan berbeda tidak bermakna dengan nilai signifikansi (p) sebesar 0,853

(p>0,05) (tabel VI). Kemudian setelah pemejanan sari wortel, 24 jam

kemudian tiga hewan uji dari masing-masing kelompok dilakukan

pemeriksaan terhadap kadar kreatinin serum untuk melihat ada atau tidaknya

perbedaan kadar kreatinin serum antar perlakuan terhadap kontrol. Sisa hewan

uji lainnya diperiksa kadar kreatinin serumnya setelah hari ke-14. Berikut data

kadar kreatinin serum pada waktu 24 jam setelah pemejanan.

Tabel VII. Purata kadar kreatinin serum ± SE tikus betina galur Wistar pada waktu 24 jam setelah pemberian sari wortel (Daucus carota L.)

Kelompok N Mean Kadar Kreatinin Serum (mg/dl) ± SE

Kontrol (tidak diberikan perlakuan apapun) 3 0,43 ± 0,09Dosis I (66,55 g/kg BB) 3 0,53 ± 0,03 tb

Dosis II (79,86 g/kg BB) 3 0,57 ± 0,03 tb

Dosis III (95,83 g/kg BB) 3 0,57 ± 0,06 tb

Dosis IV (115 g/kg BB) 3 0,47 ± 0,03 tb

Keterangan : tb = perbedaan tidak bermakna terhadap kontrol (p>0,05)

Dari hasil analisis statistik dengan One Way ANOVA, kadar kreatinin

serum antar kelompok perlakuan dan kontrol pada waktu 24 jam setelah

Page 88: KETOKSIKAN AKUT SARI WORTEL (Daucus carota L.) KAJIAN ... · KAJIAN TERHADAP HISTOLOGI GINJAL DAN KADAR KREATININ SERTA UREUM SERUM PADA TIKUS BETINA GALUR WISTAR SKRIPSI Diajukan

62

perlakuan berbeda tidak bermakna dengan nilai signifikansi (p)=0,377

(p>0,05) (tabel VII).

Kemudian analisis dilanjutkan dengan menggunakan Paired T-Test

untuk mengetahui adanya pengaruh pemberian sari wortel terhadap perubahan

kadar kreatinin serum. Bila setelah diuji dengan statistik menunjukkan

perbedaan secara bermakna, maka dilanjutkan dengan membandingkan kadar

kreatinin serum antar kelompok perlakuan dan kontrol pada waktu sebelum

perlakuan dan 24 jam setelah perlakuan. Berikut data kadar kreatinin serum.

Tabel VIII. Purata kadar kreatinin serum ± SE pada tikus betina galur Wistarsebelum pemberian sari wortel dan 24 jam setelah pemberian sari wortel (Daucus carota L.)

Kelompok N Mean Kadar Kreatinin Serum (mg/dl) ± SESebelum pemberian sari wortel 24 jam setelah pemberian sari

wortelKontrol 3 0,47 ± 0,07 0,43 ± 0,08 tb

Dosis I 3 0,43 ± 0,03 0,53 ± 0,03 tb

Dosis II 3 0,43 ± 0,03 0,57 ± 0,03 tb

Dosis III 3 0,47 ± 0,03 0,57 ± 0,07 tb

Dosis IV 3 0,43 ± 0,03 0,47 ± 0,03 tb

Keterangan : tb = perbedaan tidak bermakna terhadap kadar kreatinin serum pada waktu

sebelum pemberian sari wortel (p>0,05)Kontrol = tidak diberikan apapunI = sari wortel dosis 66,55 g/kg BBII = sari wortel dosis 79,86 g/kg BBIII = sari wortel dosis 95,83 g/kg BBIV = sari wortel dosis 115 g/kg BB

Page 89: KETOKSIKAN AKUT SARI WORTEL (Daucus carota L.) KAJIAN ... · KAJIAN TERHADAP HISTOLOGI GINJAL DAN KADAR KREATININ SERTA UREUM SERUM PADA TIKUS BETINA GALUR WISTAR SKRIPSI Diajukan

63

Gambar 10. Diagram batang purata kadar kreatinin serum sebelum pemberian sari wortel dan 24 jam setelah pemberian sari wortel (Daucus carota L.) pada tikus betina galur Wistar

Berdasarkan hasil analisis statistik, kadar kreatinin serum sebelum

perlakuan dan 24 jam setelah perlakuan didapatkan nilai signifikansi (p)

sebesar 0,012. Nilai p<0,05 menunjukkan berbeda bermakna. Kemudian

dilanjutkan analisis statistik terhadap antar kelompok perlakuan dan kontrol

pada waktu sebelum perlakuan dan 24 jam setelah perlakuan untuk

mengetahui adanya perbedaan bermakna tersebut. Dari hasil analisis tersebut,

kadar kreatinin serum antar kelompok perlakuan dan kontrol pada waktu

sebelum perlakuan dan 24 jam setelah perlakuan menunjukkan perbedaan

tidak bermakna (p>0,05) (tabel VIII). Walaupun terlihat pada gambar 10 yang

menunjukkan bahwa purata pada dosis 66,55 g/kg BB dan 79,86 g/kg BB

menunjukkan adanya perbedaan kadar kreatinin serum sebelum perlakuam

Page 90: KETOKSIKAN AKUT SARI WORTEL (Daucus carota L.) KAJIAN ... · KAJIAN TERHADAP HISTOLOGI GINJAL DAN KADAR KREATININ SERTA UREUM SERUM PADA TIKUS BETINA GALUR WISTAR SKRIPSI Diajukan

64

dan 24 jam setelah perlakuan, tetapi secara statistik dikatakan berbeda tidak

bermakna.

Setelah itu, pemeriksaan kadar kreatinin serum dilanjutkan pada sisa

hewan uji yang masih hidup sampai hari ke-14. Analisis data dilakukan

dengan One Way ANOVA. Berikut data kadar kreatinin serum setelah hari ke-

14.

Tabel IX. Purata kadar kreatinin serum ± SE pada tikus betina galur Wistarpada waktu pengamatan hari ke-14 setelah pemejanan sari wortel(Daucus carota L.)

Kelompok N Mean Kadar Kreatinin Serum (mg/dl) ± SE

Kontrol (tidak diberikan perlakuan apapun) 3 0,43 ± 0,03

Dosis I (66,55 g/kg BB) 3 0,30 ± 0,06 tb

Dosis II (79,86 g/kg BB) 3 0,37 ± 0,03 tb

Dosis III (95,83 g/kg BB) 3 0,33 ± 0,03 tb

Dosis IV (115 g/kg BB) 3 0,30 ± 0,00 tb

Keterangan : tb = perbedaan tidak bermakna terhadap kontrol (p>0,05)

Berdasarkan hasil statistik, kadar kreatinin serum antar kelompok

perlakuan dan kontrol pada waktu pengamatan hari ke-14 setelah pemejanan

menunjukkan perbedaan tidak bermakna dengan nilai signifikansi (p) sebesar

0,126 (p>0,05) (tabel IX). Kemudian analisis kadar kreatinin serum

dilanjutkan dengan membandingkan kadar kreatinin serum pada waktu

sebelum perlakuan dan hari ke-14 setelah perlakuan. Dari hasil analisis

statistik menggunakan Paired T-Test menunjukkan perbedaan tidak bermakna

dengan nilai signifikansi (p) sebesar 1,000 (p>0,05). Kemudian dilanjutkan

analisis terhadap antar kelompok perlakuan dan kontrol pada waktu sebelum

perlakuan dan hari ke-14 setelah perlakuan. Dari hasil uji statistik yang

Page 91: KETOKSIKAN AKUT SARI WORTEL (Daucus carota L.) KAJIAN ... · KAJIAN TERHADAP HISTOLOGI GINJAL DAN KADAR KREATININ SERTA UREUM SERUM PADA TIKUS BETINA GALUR WISTAR SKRIPSI Diajukan

65

diperoleh menunjukkan berbeda tidak bermakna (p>0,05) (tabel X). Artinya

kadar kreatinin serum sebelum pemberian sari wortel dan 14 hari setelah

pemberian sari wortel sama. Hal ini juga dapat dilihat pada gambar 13.

Tabel X. Purata kadar kreatinin serum ± SE pada tikus betina galur Wistarsebelum pemberian sari wortel dan hari ke-14 setelah pemberian sari wortel (Daucus carota L.)

Kelompok N Mean Kadar Kreatinin Serum (mg/dl) ± SESebelum pemberian sari wortel 14 hari setelah pemberian sari wortel

Kontrol 3 0,40 ± 0 0,43 ± 0,03Dosis I 3 0,40 ± 0,06 0,30 ± 0,06 tb

Dosis II 3 0,37 ± 0,07 0,37 ± 0,03 tb

Dosis III 3 0,33 ± 0,09 0,33 ± 0,03 tb

Dosis IV 3 0,30 ± 0,10 0,30 ± 0 tb

Keterangan : tb = perbedaan tidak bermakna terhadap kadar kreatinin serum pada waktu

sebelum pemberian sari wortel (p>0,05)Kontrol = tidak diberikan apapunI = sari wortel dosis 66,55 g/kg BBII = sari wortel dosis 79,86 g/kg BBIII = sari wortel dosis 95,83 g/kg BBIV = sari wortel dosis 115 g/kg BB

Gambar 11. Diagram batang purata kadar kreatinin serum sebelum pemberian sari wortel dan hari ke-14 setelah pemberian sari wortel (Daucus carota L.) pada tikus betina galur Wistar

Page 92: KETOKSIKAN AKUT SARI WORTEL (Daucus carota L.) KAJIAN ... · KAJIAN TERHADAP HISTOLOGI GINJAL DAN KADAR KREATININ SERTA UREUM SERUM PADA TIKUS BETINA GALUR WISTAR SKRIPSI Diajukan

66

Dengan demikian, pemberian sari wortel tidak mempengaruhi kadar

kreatinin serum mulai dari dosis terendah yaitu 66,55 g/kg BB sampai dosis

tertinggi yaitu 115 g/kg BB. Berdasarkan data yang diperoleh dengan uji

statistik yang digunakan, menunjukkan bahwa pada pemeriksaan kadar

kreatinin serum tidak dapat menentukan sifat reversibilitas, karena sari wortel

yang dipejankan tidak mempengaruhi kadar kreatinin pada waktu 24 jam

setelah perlakuan.

Pemeriksaan kadar kreatinin serum dapat dihubungkan dengan hasil

pemeriksaan histopatologi ginjal yang menunjukkan bahwa pemberian sari

wortel tidak menyebabkan kerusakan organ ginjal dan tidak mempengaruhi

kadar kreatinin serum pada kelompok perlakuan mulai dari dosis terendah

yaitu 66,55 g/kg BB sampai dosis tertinggi yaitu 115 g/kg BB pada waktu 24

jam setelah perlakuan.

2. Pemeriksaan kadar ureum serum

Pada penelitian ini, juga dilakukan pemeriksaan kadar ureum serum

dengan tujuan yang sama yaitu sebagai parameter biokimia untuk mengetahui

ada atau tidak adanya gangguan fungsi ginjal setelah dipejankan sari wortel.

Pemeriksaan kadar ureum juga dilakukan sebanyak tiga kali seperti pada

pemeriksaan kadar kreatinin serum yaitu sebelum pemberian sari wortel, 24

jam dan 14 hari setelah pemberian sari wortel. Pemeriksaan kadar ureum

serum pada waktu sebelum perlakuan dilakukan pada seluruh hewan uji.

Analisis statistik dilakukan dengan One Way ANOVA. Berikut data kadar

ureum serum sebelum pemberian sari wortel.

Page 93: KETOKSIKAN AKUT SARI WORTEL (Daucus carota L.) KAJIAN ... · KAJIAN TERHADAP HISTOLOGI GINJAL DAN KADAR KREATININ SERTA UREUM SERUM PADA TIKUS BETINA GALUR WISTAR SKRIPSI Diajukan

67

Tabel XI. Purata kadar ureum serum ± SE tikus betina galur Wistar pada waktu sebelum pemberian sari wortel (Daucus carota L.)

Kelompok N Mean Kadar Ureum Serum (mg/dl) ± SE

Kontrol (tidak diberikan perlakuan apapun) 6 52,90 ± 3,81Dosis I (66,55 g/kg BB) 6 50,30 ± 2,37 tb

Dosis II (79,86 g/kg BB) 6 50,35 ± 2,52 tb

Dosis III (95,83 g/kg BB) 6 46,13 ± 3,88 tb

Dosis IV (115 g/kg BB) 6 49,07 ± 3,61 tb

Keterangan : tb = perbedaan tidak bermakna terhadap kontrol (p>0,05)

Berdasarkan analisis statistik, kadar ureum serum antar kelompok

perlakuan dan kontrol pada waktu sebelum pemberian sari wortel

menunjukkan berbeda tidak bermakna dengan nilai signifikansi (p) sebesar

0,698 (p>0,05). Kemudian setelah pemejanan sari wortel, pada waktu

pengamatan 24 jam dilakukan pemeriksaan kadar ureum serum terhadap tiga

hewan uji pada masing-masing kelompok, dan sisa hewan uji lainnya

diperiksa setelah hari ke-14. Berikut data kadar ureum serum pada waktu 24

jam setelah perlakuan.

Tabel XII. Purata kadar ureum serum ± SE tikus betina galur Wistar pada waktu 24 jam setelah pemberian sari wortel (Daucus carota L.)

Kelompok N Mean Kadar Ureum Serum (mg/dl) ± SE

Kontrol (tidak diberikan perlakuan apapun) 3 21,53 ± 2,17Dosis I (66,55 g/kg BB) 3 21,97 ± 3,32 tb

Dosis II (79,86 g/kg BB) 3 19,70 ± 1,46 tb

Dosis III (95,83 g/kg BB) 3 21,30 ± 4,99 tb

Dosis IV (115 g/kg BB) 3 16,77 ± 0,49 tb

Keterangan : tb = perbedaan tidak bermakna terhadap kontrol (p>0,05)

Berdasarkan hasil analisis statistik, kadar ureum serum antar kelompok

perlakuan dan kontrol pada waktu 24 jam setelah perlakuan menunjukkan

berbeda tidak bermakna dengan nilai signifikansi (p) sebesar 0,719 (p>0,05).

Page 94: KETOKSIKAN AKUT SARI WORTEL (Daucus carota L.) KAJIAN ... · KAJIAN TERHADAP HISTOLOGI GINJAL DAN KADAR KREATININ SERTA UREUM SERUM PADA TIKUS BETINA GALUR WISTAR SKRIPSI Diajukan

68

Namun, saat dilakukan uji statistik dengan Paired T-Test untuk mengetahui

ada atau tidaknya perubahan kadar ureum serum setelah pemejanan yang

dibandingkan dengan kadar ureum serum pada waktu sebelum perlakuan,

maka diperoleh nilai signifikansi (p) sebesar 0,000 (p<0,05). Hal ini berarti

berbeda bermakna. Artinya kadar ureum serum sebelum pemberian sari

wortel dan 24 jam setelah pemberian sari wortel tidak sama. Analisis ini

dapat diperjelas pada gambar 12, yang menunjukkan bahwa purata kadar

ureum serum pada waktu 24 jam setelah perlakuan menunjukkan terjadinya

penurunan dibandingkan kadar ureum serum sebelum pemberian sari wortel.

Penurunann kadar ureum serum ini terjadi pada kelompok kontrol maupun

kelompok perlakuan.

Gambar 12. Diagram batang purata kadar ureum serum sebelum pemberian sari wortel dan 24 jam setelah pemberian sari wortel (Daucus carotaL.) pada tikus betina galur Wistar

Page 95: KETOKSIKAN AKUT SARI WORTEL (Daucus carota L.) KAJIAN ... · KAJIAN TERHADAP HISTOLOGI GINJAL DAN KADAR KREATININ SERTA UREUM SERUM PADA TIKUS BETINA GALUR WISTAR SKRIPSI Diajukan

69

Kemudian dilanjutkan analisis antar kelompok perlakuan dan kontrol

pada waktu sebelum pemberian dan 24 jam setelah perlakuan. Data kadar

ureum serum dapat dilihat pada tabel VIII.

Tabel XIII. Purata kadar ureum serum ± SE pada tikus betina galur Wistarsebelum pemberian sari wortel dan 24 jam setelah pemberian sari wortel (Daucus carota L.)

Kelompok N Mean Kadar Ureum Serum (mg/dl) ± SESebelum pemberian sari

wortel 24 jam setelah pemberian sari

wortel

Kontrol 3 54,20 ± 7,89 21,53 ± 2,17 bb

Dosis I 3 53,90 ± 2,93 21,97 ± 3,32 bb

Dosis II 3 48,17 ± 4,08 19,70 ± 1,46 bb

Dosis III 3 44,70 ± 3,87 21,30 ± 4,99 bb

Dosis IV 3 42,53 ± 3,18 16,77 ± 0,49 bb

Keterangan : bb = berbeda bermakna terhadap kadar ureum serum pada waktu sebelum

pemberian sari wortel (p>0,05)Kontrol = tidak diberikan apapunI = sari wortel dosis 66,55 g/kg BBII = sari wortel dosis 79,86 g/kg BBIII = sari wortel dosis 95,83 g/kg BBIV = sari wortel dosis 115 g/kg BB

Berdasarkan hasil analisis statistik yang diperoleh menunjukkan

perbedaan bermakna (p<0,05) pada kelompok kontrol maupun pada

kelompok perlakuan (tabel XIII). Namun, penurunan kadar ureum serum

yang terjadi pada kelompok perlakuan dan kontrol tidak mengindikasikan

terjadinya gangguan ginjal, karena pada kelompok kontrol (tidak diberikan

apapun) juga mengalami penurunan kadar ureum serum. Hal ini menunjukkan

bahwa penurunan kadar ureum serum ini tidak dapat dikatakan karena

pengaruh pemberian sari wortel. Penurunan kadar ureum serum yang terjadi

dapat disebabkan karena kondisi patologis dari hewan uji.

Page 96: KETOKSIKAN AKUT SARI WORTEL (Daucus carota L.) KAJIAN ... · KAJIAN TERHADAP HISTOLOGI GINJAL DAN KADAR KREATININ SERTA UREUM SERUM PADA TIKUS BETINA GALUR WISTAR SKRIPSI Diajukan

70

Pemeriksaan kadar ureum serum dilanjutkan pada pengamatan hari ke-

14 untuk melihat adanya reversibilitas. Analisis statistik dilakukan dengan

One Way ANOVA. Berikut data kadar ureum serum setelah hari ke-14.

Tabel XIV. Purata kadar ureum serum ± SE tikus betina galur Wistar pada hari ke-14 setelah pemberian sari wortel (Daucus carota L.)

Kelompok N Mean Kadar Ureum Serum (mg/dl) ± SE

Kontrol (tidak diberikan perlakuan apapun) 3 43,27 ± 4,09Dosis I (66,55 g/kg BB) 3 39,70 ± 5,66 tb

Dosis II (79,86 g/kg BB) 3 44,30 ± 2,76 tb

Dosis III (95,83 g/kg BB) 3 42,63 ± 1,77 tb

Dosis IV (115 g/kg BB) 3 44,03 ± 0,75 tb

Keterangan : tb = perbedaan tidak bermakna terhadap kontrol (p>0,05)

Berdasarkan analisis statistik, kadar ureum serum antar kelompok

perlakuan dan kontrol pada hari ke-14 setelah perlakuan menunjukkan

berbeda tidak bermakna dengan nilai signifikansi (p) sebesar 0,882 (p>0,05).

Kemudian, dilanjutkan analisis statistik kadar ureum serum sebelum

perlakuan dan hari ke-14 setelah perlakuan dengan uji statistik Paired T-Test

yang membandingkan kadar ureum pada waktu sebelum perlakuan dan hari

ke-14 setelah perlakuan. Data dapat dilihat pada tabel XV.

Page 97: KETOKSIKAN AKUT SARI WORTEL (Daucus carota L.) KAJIAN ... · KAJIAN TERHADAP HISTOLOGI GINJAL DAN KADAR KREATININ SERTA UREUM SERUM PADA TIKUS BETINA GALUR WISTAR SKRIPSI Diajukan

71

Tabel XV. Purata kadar ureum serum ± SE pada tikus betina galur Wistar sebelum pemberian sari wortel dan hari ke-14 setelah pemberian sari wortel (Daucus carota L.)

Kelompok N Mean Kadar Ureum Serum (mg/dl) ± SESebelum pemberian sari

wortel 14 hari setelah pemberian sari

wortel

Kontrol 3 51,60 ± 2,93 43,27 ± 4,09 tb

Dosis I 3 46,70 ± 2,54 39,70 ± 5,66 tb

Dosis II 3 52,53 ± 3,21 44,30 ± 2,76 tb

Dosis III 3 47,57 ± 7,62 42,63 ± 1,77 tb

Dosis IV 3 55,60 ± 3,49 44,03 ± 0,75 tb

Keterangan : tb = perbedaan tidak bermakna terhadap kadar ureum serum pada waktu sebelum

pemberian sari wortel (p>0,05)Kontrol = tidak diberikan apapunI = sari wortel dosis 66,55 g/kg BBII = sari wortel dosis 79,86 g/kg BBIII = sari wortel dosis 95,83 g/kg BBIV = sari wortel dosis 115 g/kg BB

Gambar 13. Diagram batang purata kadar ureum serum sebelum pemberian sari wortel dan hari ke-14 setelah pemberian sari wortel (Daucus carotaL.) pada tikus betina galur Wistar

Berdasarkan hasil analisis statistik, kadar ureum serum sebelum

perlakuan terhadap kadar ureum serum pada hari ke-14 setelah perlakuan

diperoleh nilai signifikansi (p) sebesar 0,001. Nilai p lebih kecil dari 0,05

Page 98: KETOKSIKAN AKUT SARI WORTEL (Daucus carota L.) KAJIAN ... · KAJIAN TERHADAP HISTOLOGI GINJAL DAN KADAR KREATININ SERTA UREUM SERUM PADA TIKUS BETINA GALUR WISTAR SKRIPSI Diajukan

72

menunjukkan bahwa berbeda bermakna. Artinya kadar ureum sebelum

pemberian sari wortel dan 14 hari setelah pemberian sari wortel tidak sama.

Bila dilihat pada gambar 13, menunjukkan adanya perbedaan kadar ureum

serum pada kelompok kontrol, dosis II (79,86 g/kg BB), dan dosis IV (115

g/kg BB) pada waktu sebelum perlakuan dan 14 hari setelah perlakuan.

Namun, setelah dianalisis secara statistik menggunakan Paired T-Test, kadar

ureum serum antara kelompok perlakuan dan kontrol pada waktu sebelum

perlakuan dan 14 hari setelah perlakuan menunjukkan berbeda tidak

bermakna (p>0,05) (tabel XV). Dengan demikian, menunjukkan bahwa

pemberian sari wortel dari dosis terendah yaitu 66,55 g/kg BB hingga dosis

tertinggi yaitu 115 g/kg BB tidak mempengaruhi kadar ureum pada hari ke-14

setelah pemberian sari wortel, dan dapat menunjukkan adanya reversibilitas

kadar ureum serum dari hewan uji bila dibandingkan dengan kadar ureum

serum pada waktu 24 jam setelah pemberian sari wortel. Pemeriksaan kadar

ureum serum menunjukkan adanya hubungan dengan hasil pemeriksaan

histopatologi organ ginjal pada waktu 24 jam setelah perlakuan. Hal ini

ditunjukkan bahwa setelah pemberian sari wortel tidak menyebabkan

kerusakan jaringan organ ginjal dan tidak mempengaruhi kadar ureum serum

karena penurunan kadar ureum serum juga terjadi pada kelompok kontrol

sehingga dapat dikatakan penurunan yang terjadi karena kondisi patologis

dari hewan uji.

Berdasarkan pemeriksaan darah melalui dua parameter biokimia yaitu

kadar kreatinin dan ureum serum yang digunakan untuk mengidentifikasi

Page 99: KETOKSIKAN AKUT SARI WORTEL (Daucus carota L.) KAJIAN ... · KAJIAN TERHADAP HISTOLOGI GINJAL DAN KADAR KREATININ SERTA UREUM SERUM PADA TIKUS BETINA GALUR WISTAR SKRIPSI Diajukan

73

adanya gangguan fungsi ginjal menunjukkan bahwa pemberian sari wortel

tidak mempengaruhi kadar kreatinin dan ureum serum. Menurut Rubenstein,

et al., (2003) bahwa kreatinin serum bukan merupakan indikator sensitif

untuk menunjukkan kerusakan ginjal gejala ringan sampai sedang. Sedangkan

ureum serum kurang efektif dalam menggambarkan adanya gangguan fungsi

ginjal dikarenakan ureum serum dapat dipengaruhi oleh banyak faktor di luar

ginjal, seperti gangguan hati, diet, berkurangnya masukan protein, dll

(Sutedjo, 2006).

Berdasarkan hasil pemeriksaan kadar kreatinin dan ureum serum pada

penelitian ini, ada beberapa kekurangan yang menyebabkan data yang

diperoleh berfluktuatif, yaitu:

1. Pengambilan darah sebelum perlakuan berjarak tiga hari dari pemejanan

sari wortel sehingga tidak dapat mengetahui kondisi patologis dari hewan

uji sehari sebelum pemejanan sari wortel.

2. Pengambilan darah pada waktu 24 jam setelah pemejanan hanya dilakukan

pada 50% dari seluruh jumlah hewan uji pada tiap kelompok masing-

masing sehingga kemungkinan fluktuasi data yang diperoleh menjadi

besar.

3. Kemungkinan sampel darah yang diukur mengalami lisis.

F. Analisis Berat Organ Ginjal Relatif

Penimbangan berat organ ginjal relatif terhadap berat tubuh hewan uji

merupakan suatu data yang berguna untuk mengidentifikasi kemungkinan organ

ginjal tersebut sebagai sasaran kerusakan organ setelah pemberian sari wortel.

Page 100: KETOKSIKAN AKUT SARI WORTEL (Daucus carota L.) KAJIAN ... · KAJIAN TERHADAP HISTOLOGI GINJAL DAN KADAR KREATININ SERTA UREUM SERUM PADA TIKUS BETINA GALUR WISTAR SKRIPSI Diajukan

74

Penelitian ini dilakukan dengan penimbangan berat organ ginjal relatif setelah

pemeriksaan secara makroskopis. Analisis berat organ ginjal relatif dilakukan

dengan cara menghitung berat organ sebagai persentase berat badan total (saat

dinekropsi). Berdasarkan pernyataan yang dinyatakan oleh Gad (2001), maka

pada penelitian ini berat organ ginjal relatif diperoleh dari hasil bagi antara berat

organ ginjal akhir (saat dinekropsi) dengan berat tubuh total akhir hewan uji

sebelum dinekropsi.

Perhitungan berat organ ginjal relatif ini dimaksudkan untuk mengetahui

apakah ada perbedaan antara berat ginjal relatif hewan uji pada masing-masing

kelompok perlakuan dibandingkan dengan kelompok kontrol. Apabila terdapat

perbedaan bermakna berat organ ginjal relatif, maka perbedaan tersebut dapat

dijadikan indikator adanya kerusakan organ ginjal secara makroskopis. Data organ

ginjal relatif dianalisis menggunakan One-Way ANOVA, untuk melihat perbedaan

berat organ ginjal relatif antar kelompok perlakuan yang diberi sari wortel dengan

kelompok kontrol yang tidak diberikan apapun dengan data terdistribusi normal.

Analisis yang dilakukan untuk mengetahui data terdistribusi normal dilakukan

dengan menggunakan Shapiro-Wilk karena subyek uji yang digunakan berjumlah

kurang dari 50, dimana subyek uji penelitian yang digunakan berjumlah 30 ekor.

Hasil analisis berat organ ginjal relatif tikus betina galur Wistar dapat dilihat pada

tabel XVI dan XVII serta gambar 14 dan 15.

Page 101: KETOKSIKAN AKUT SARI WORTEL (Daucus carota L.) KAJIAN ... · KAJIAN TERHADAP HISTOLOGI GINJAL DAN KADAR KREATININ SERTA UREUM SERUM PADA TIKUS BETINA GALUR WISTAR SKRIPSI Diajukan

75

Tabel XVI. Rata-rata berat organ ginjal relatif akibat 1x pemberian sari wortelpada pengamatan 24 jam setelah pemejanan

Kelompok N Purata berat organ ginjal (%) ± SE(standard error)

Signifikansi

Kontrol 3 0,73 ± 0,04 -I 3 0,79 ± 0,01 tbII 3 0,82 ± 0,03 tbIII 3 0,80 ± 0,05 tbIV 3 0,73 ± 0,01 tb

Keterangan : tb = perbedaan tidak bermakna terhadap kontrol (p > 0,05)I = sari wortel dosis 66,55 g/kg BBII = sari wortel dosis 79,86 g/kg BBIII = sari wortel dosis 95,83 g/kg BBIV = sari wortel dosis 115 g/kg BBKontrol = tidak diberikan apapun

Tabel XVII. Rata-rata berat organ ginjal relatif akibat 1x pemberian sari wortel pada pengamatan hari ke-14 setelah pemejanan

Kelompok N Purata berat organ ginjal (%) ± SE (standard error)

Signifikansi

Kontrol 3 0,82 ± 0,02 -I 3 0,77 ± 0,07 tbII 3 0,79 ± 0,03 tbIII 3 0,79 ± 0,01 tbIV 3 0,76 ± 0,03 tb

Keterangan : tb = perbedaan tidak bermakna terhadap kontrol (p > 0,05)I = sari wortel dosis 66,55 g/kg BBII = sari wortel dosis 79,86 g/kg BBIII = sari wortel dosis 95,83 g/kg BBIV = sari wortel dosis 115 g/kg BBKontrol = tidak diberikan apapun

Gambar 14. Diagram persentase purata berat organ ginjal pada tikus betina galur Wistar pada waktu 24 jam setelah pemberian sari wortel (Daucus carota L.)

Page 102: KETOKSIKAN AKUT SARI WORTEL (Daucus carota L.) KAJIAN ... · KAJIAN TERHADAP HISTOLOGI GINJAL DAN KADAR KREATININ SERTA UREUM SERUM PADA TIKUS BETINA GALUR WISTAR SKRIPSI Diajukan

76

Gambar 15. Diagram persentase purata berat organ ginjal pada tikus betina galur Wistar pada hari ke-14 setelah pemberian sari wortel (Daucus carota L.)

Berdasarkan data yang didapat dari gambar 9 dan 10, menunjukkan bahwa

pada pengamatan 24 jam dan hari ke-14 setelah pemberian sari wortel, purata

berat organ ginjal relatif bila dibandingkan antar kelompok perlakuan dan

kelompok kontrol tidak dapat menggambarkan kerusakan organ ginjal karena

purata berat organ ginjal relatif menunjukkan tidak ada perbedaan. Hal ini

diperjelas pada tabel XVI dan XVII.

Berdasarkan tabel XVI dan XVII, setelah dilakukan analisis menggunakan

One-Way ANOVA, menunjukkan bahwa pada kelompok perlakuan yang

dibandingkan dengan kelompok kontrol untuk waktu pengamatan 24 jam

diperoleh nilai signifikansi (p) sebesar 0,246. Nilai p lebih besar dari 0,05

menunjukkan bahwa antara kelompok kontrol (tidak diberikan apapun) dengan

kelompok perlakuan (diberikan sari wortel) berbeda tidak bermakna. Demikian

halnya dengan hari ke-14 setelah pemberian sari wortel, diperoleh nilai

Page 103: KETOKSIKAN AKUT SARI WORTEL (Daucus carota L.) KAJIAN ... · KAJIAN TERHADAP HISTOLOGI GINJAL DAN KADAR KREATININ SERTA UREUM SERUM PADA TIKUS BETINA GALUR WISTAR SKRIPSI Diajukan

77

signifikansi (p) sebesar 0,790. Nilai p lebih besar dari 0,05 menunjukkaan bahwa

antar kelompok kontrol (tidak diberikan apapun) dengan kelompok perlakuan

(diberikan sari wortel) berbeda tidak bermakna. Dari kedua hasil analisis statistik

dengan dua waktu pengamatan yang berbeda menunjukkan bahwa berat organ

ginjal relatif pada kelompok kontrol dan perlakuan sama. Hal ini berarti

pemberian sari wortel tidak mempengaruhi berat organ ginjal relatif yang

merupakan salah satu pemeriksaan secara makroskopis yang menunjukkan adanya

kerusakan organ ginjal.

G. Analisis Berat Badan

Perubahan berat badan hewan uji berkaitan erat dengan kondisi fisik

hewan tersebut. Perubahan tersebut dapat meningkat dan menurun tergantung

kecukupan gizi yang terkandung dalam pakan. Gad (2001) menyebutkan bahwa

berat badan sering digunakan sebagai indikasi sensitif adanya efek merugikan.

Berat badan hendaknya dipantau setidaknya seminggu sekali, dan berguna untuk

memantau perkembangan fisik hewan uji dan mengawasi kemungkinan adanya

pengaruh senyawa uji terhadap kondisi fisik hewan uji tersebut.

Pada penelitian ini, penimbangan hewan uji dilakukan setiap hari mulai

dari hewan uji tersebut diadaptasikan untuk dapat melihat pertumbuhan dari

hewan uji yaitu dengan bertambah besar ukuran tubuh akibat berkembangnya sel

yang ditandai dengan adanya kenaikan berat badan. Namun, pada analisis data

statistik yang digunakan pada hari ke-0, ke-7, dan ke-14 yang bertujuan agar dapat

mengamati secara jelas adanya kenaikan atau penurunan berat badan setiap

minggunya sampai hari ke-14.

Page 104: KETOKSIKAN AKUT SARI WORTEL (Daucus carota L.) KAJIAN ... · KAJIAN TERHADAP HISTOLOGI GINJAL DAN KADAR KREATININ SERTA UREUM SERUM PADA TIKUS BETINA GALUR WISTAR SKRIPSI Diajukan

78

Penimbangan berat badan hewan uji yang dianalisis pada hari ke-0

berguna untuk menghitung volume pemberian senyawa uji yaitu sari wortel.

Sedangkan berat badan hari ke-7 dan hari ke-14 berguna untuk dapat menghitung

kenaikan berat badan hewan uji, apakah selama seminggu tersebut terjadi

kenaikan berat badan yang cukup signifikan dari tiap-tiap kelompok perlakuan

bila dibandingkan dengan kelompok kontrol.

Perubahan berat badan masing-masing kelompok hewan uji dianalisis

secara statistik dengan menggunakan metode yang sesuai yaitu menggunakan

General Linear Model (Two-Way ANOVA) dan dilanjutkan dengan Multivariate

Scheffe, Post Hoc Test yang bertujuan untuk mengetahui perbedaan pada masing-

masing kelompok baik kelompok perlakuan yang dibandingkan dengan kelompok

kontrol, serta melihat perubahan berat badan dari hewan uji pada hari ke-0, hari

ke-7, dan hari ke-14. Perubahan berat badan dapat digunakan sebagai salah satu

tanda umum suatu kondisi fisik dari hewan uji. Perubahan berat badan dapat

disebabkan karena jumlah asupan makanan yang dikonsumsi atau karena adanya

suatu penyakit yang menyerang tubuh. Bila adanya suatu penyakit dapat

menyebabkan kurangnya nafsu makan yang berdampak penurunan berat badan

karena konsumsi makanan yang tidak cukup. Data perubahan berat badan dapat

dilihat pada tabel VIII.

Page 105: KETOKSIKAN AKUT SARI WORTEL (Daucus carota L.) KAJIAN ... · KAJIAN TERHADAP HISTOLOGI GINJAL DAN KADAR KREATININ SERTA UREUM SERUM PADA TIKUS BETINA GALUR WISTAR SKRIPSI Diajukan

79

Tabel XVIII. Rata-rata berat badan hari ke-0, ke-7, dan ke-14 tikus betina galur Wistar akibat 1x pemberian sari wortel (Daucus carota L.)

Kelompok Berat badan rata-rata tikus betina (gram) ± SE Signifikansi

Hari ke-0 Hari ke-7 Hari ke-14

Kontrol 145,933 ± 4,905 151,267 ± 1,338 154,067 ± 3,060 -

I 153,733 ± 2,603 160,133 ± 1,507 163,333 ± 4,221 tb

II 144,000 ± 2,802 151,067 ± 4,697 152,467 ± 5,640 tb

III 143,400 ± 5,557 151,533 ± 3,003 154,667 ± 4,067 tb

IV 147,667 ± 2,831 158,33 3 ± 1,659 162,467 ± 2,096 tb

Keterangan : tb = perbedaan tidak bermakna terhadap kontrol (p > 0,05)I = sari wortel dosis 66,55 g/kg BBII = sari wortel dosis 79,86 g/kg BBIII = sari wortel dosis 95,83 g/kg BBIV = sari wortel dosis 115 g/kg BBKontrol = tidak diberikan apapun

Berdasarkan data yang ada, menunjukkan bahwa berat badan hewan uji

pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan mulai dari dosis terendah 66,55

g/kg BB hingga dosis tertinggi 115 g/kg BB setelah hari ke-7 dan hari ke-14

terjadi peningkatan berat badan. Selain itu, bila dibandingkan berat badan hewan

uji pada kelompok kontrol dan perlakuan menunjukan bahwa pada dosis 66,55

g/kg BB dan dosis 115 g/kg BB purata berat badan hewan uji berada diatas purata

berat badan kelompok kontrol. Sedangkan pada dosis 79,86 g/kg BB; dosis 95,83

g/kg BB; dan dosis 115 g/kg BB menunjukkan bahwa purata berat badan hewan

uji berada didekat puarata berat badan kelompok kontrol. Hal ini dapat dilihat

pada grafik perubahan berat badan pada gambar 16.

Page 106: KETOKSIKAN AKUT SARI WORTEL (Daucus carota L.) KAJIAN ... · KAJIAN TERHADAP HISTOLOGI GINJAL DAN KADAR KREATININ SERTA UREUM SERUM PADA TIKUS BETINA GALUR WISTAR SKRIPSI Diajukan

80

Gambar 16. Grafik purata berat badan tikus betina galur Wistar pada hari ke-0, 7, dan 14 hari setelah pemberian sari wortel (Daucus carota L.)

Berdasarkan analisis statistik menggunakan General Linear Model, berat

badan hewan uji pada pengamatan hari ke-0, ke-7, dan ke-14, diperoleh nilai

signifikansi (p) sebesar 0,372; 0,104; 0,329. Nilai p lebih besar dari 0,05

menunjukkan berat badan pada hari ke-0, ke-7, dan ke-14 berbeda tidak

bermakna. Hal ini berarti berat badan hewan uji pada hari ke-0, hari ke-7, dan hari

ke-14 sama. Selain itu, berdasarkan uji analsis statistik dengan General Linear

Model berat badan antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan diperoleh

nilai signifikansi (p) > 0,05. Nilai p lebih besar dari 0,05 menunjukkan berbeda

tidak bermakna. Dengan demikian, pemberian sari wortel pada dosis 66,55 g/kg

BB hingga dosis 115 g/kg BB tidak mempengaruhi berat badan dari hewan uji.

Page 107: KETOKSIKAN AKUT SARI WORTEL (Daucus carota L.) KAJIAN ... · KAJIAN TERHADAP HISTOLOGI GINJAL DAN KADAR KREATININ SERTA UREUM SERUM PADA TIKUS BETINA GALUR WISTAR SKRIPSI Diajukan

81

H. Rangkuman Pembahasan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian sari wortel

terhadap wujud efek toksik yang ditimbulkan setelah pemberian sari wortel

(Daucus carota L.) dengan kajian histologi organ ginjal dan kadar kreatinin serta

ureum serum. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengevaluasi sifat reversibilitas

efek toksik yang ditimbulkan akibat pemberian sari wortel secara akut.

Berdasarkan hasil pengamatan secara kualitatif terhadap gejala-gejala

toksik selama waktu pengamatan mulai dari 3 jam dan sampai pada hari ke-14

setelah pemberian sari wortel menunjukkan bahwa tidak ada gejala-gejala toksik

yang ditimbulkan oleh hewan uji pada kelompok kontrol dan semua kelompok

perlakuan yang diberikan sari wortel. Setelah itu, dilakukan pengamatan secara

kuantitatif terhadap jumlah kematian dari hewan uji yang dinyatakan dengan

harga LD50. Harga LD50 yang diperoleh berupa LD50 semu yaitu >115 g/kg BB.

Jika dikonversikan ke manusia maka dosis 115 g/kg BB pada tikus betina galur

Wistar setara dengan 18,4 g/kg BB pada manusia. Hasil tersebut mempunyai

makna toksikologi bahwa potensi ketoksikan akut pemberian sari wortel menurut

kriteria Loomis (1978) termasuk dalam kategori relatif kurang berbahaya.

Pada penelitian ini dilakukan pengamatan makroskopis dengan mengamati

kondisi organ ginjal secara langsung. Berdasarkan hasil pengamatan pada waktu

24 jam dan hari ke-14 setelah pemberian sari wortel menunjukkan bahwa organ

ginjal tikus betina galur Wistar masih dalam kondisi normal, karena antara

kelompok kontrol dan perlakuan tidak menunjukkan perbedaan, yaitu konsistensi

kenyal, warna merah agak tua, tidak ada pembengkakan, atau kelainan lainnya.

Page 108: KETOKSIKAN AKUT SARI WORTEL (Daucus carota L.) KAJIAN ... · KAJIAN TERHADAP HISTOLOGI GINJAL DAN KADAR KREATININ SERTA UREUM SERUM PADA TIKUS BETINA GALUR WISTAR SKRIPSI Diajukan

82

Kemudian dilanjutkan pengamatan secara mikroskopik untuk melihat adanya

kerusakan jaringan organ dalam ginjal.

Berdasarkan hasil pemeriksaan histopatologi organ ginjal pada waktu

pengamatan 24 jam setelah pemberian sari wortel menunjukkan hasil yang

normal, yaitu tidak adanya kerusakan organ ginjal. Sedangkan hasil analisis

histopatologi pada hari ke-14 setelah pemberian sari wortel, menunjukkan adanya

kerusakan organ ginjal yaitu degenerasi vakuoler pada dosis III (95,83 g/kg BB);

dosis IV (115 g/kg BB). Kerusakan jaringan organ ginjal berupa degenerasi

vakuola pada penelitian ini tidak diketahui penyebabnya karena hanya ditemukan

pada dosis III (95,83 g/kg BB) pada replikasi II, III; dan dosis IV (115 g/kg BB)

pada replikasi III. Sehingga kerusakan jaringan organ ginjal yang terjadi tidak

dikarenakan pemberian sari wortel terhadap hewan uji. Dengan demikian,

kerusakan jaringan organ ginjal yang diperoleh setelah hari ke-14 pemberian sari

wortel pada dosis 95,83 g/kg BB dan dosis 115 g/kg BB, dapat disebabkan karena

kondisi patologis dari hewan uji yang tidak dapat dikendalikan. Terkait dengan

pemeriksaan histopatologi, maka tidak dapat menentukan sifat reversibilitas

(terbalikkan) maupun irreversibilitas (tak terbalikkan). Dengan demikian dapat

dikatakan bahwa pemberian sari wortel mulai dari dosis 66,55 g/kg BB; dosis

79,86 g/kg BB; dosis 95,83 g/kg BB; dosis 115 g/kg BB tidak mempengaruhi

histopatologi organ ginjal.

Pada penelitian ini dilakukan pemeriksaan darah terhadap kadar kreatinin

dan ureum serum untuk mengetahui adanya gangguan fungsi ginjal. Berdasarkan

analisis statistik, kadar kreatinin serum pada waktu sebelum perlakuan dan 24 jam

Page 109: KETOKSIKAN AKUT SARI WORTEL (Daucus carota L.) KAJIAN ... · KAJIAN TERHADAP HISTOLOGI GINJAL DAN KADAR KREATININ SERTA UREUM SERUM PADA TIKUS BETINA GALUR WISTAR SKRIPSI Diajukan

83

setelah perlakuan menunjukkan berbeda bermakna dengan nilai signifikansi (p)

sebesar 0,012 (p<0,05). Kemudian dilanjutkan analisis statistik terhadap antar

kelompok perlakuan dan kontrol pada waktu sebelum perlakuan dan 24 jam

setelah perlakuan untuk mengetahui adanya perbedaan bermakna tersebut. Dari

hasil analisis, kadar kreatinin serum antar kelompok perlakuan dan kontrol pada

waktu sebelum perlakuan dan 24 jam setelah perlakuan menunjukkan perbedaan

tidak bermakna (p>0,05). Walaupun terlihat pada purata kadar kreatinin serum

yang menunjukkan bahwa pada dosis 66,55 g/kg BB dan 79,86 g/kg BB adanya

perbedaan kadar kreatinin serum sebelum perlakuam dan 24 jam setelah

perlakuan, tetapi secara statistik dikatakan berbeda tidak bermakna.

Kemudian analisis kadar kreatinin serum dilanjutkan dengan

membandingkan kadar kreatinin serum pada waktu sebelum perlakuan dan hari

ke-14 setelah perlakuan. Dari hasil analisis statistik menunjukkan perbedaan tidak

bermakna dengan nilai signifikansi (p)=1,000 (p>0,05). Kemudian dilanjutkan

analisis terhadap antar kelompok perlakuan dan kontrol pada waktu sebelum

perlakuan dan hari ke-14 setelah perlakuan. Dari hasil uji statistik yang diperoleh

menunjukkan berbeda tidak bermakna (p>0,05).

Dengan demikian, pemberian sari wortel tidak mempengaruhi kadar

kreatinin serum mulai dari dosis terendah yaitu 66,55 g/kg BB sampai dosis

tertinggi yaitu 115 g/kg BB. Berdasarkan data yang diperoleh dengan uji statistik

yang digunakan, menunjukkan bahwa pada pemeriksaan kadar kreatinin serum

tidak dapat menentukan sifat reversibilitas, karena secara statistik setelah sari

Page 110: KETOKSIKAN AKUT SARI WORTEL (Daucus carota L.) KAJIAN ... · KAJIAN TERHADAP HISTOLOGI GINJAL DAN KADAR KREATININ SERTA UREUM SERUM PADA TIKUS BETINA GALUR WISTAR SKRIPSI Diajukan

84

wortel dipejankan tidak mempengaruhi kadar kreatinin pada waktu 24 jam setelah

perlakuan.

Selain pemeriksaan kadar kreatinin serum juga dilakukan pemeriksaan

terhadap kadar ureum serum. Berdasarkan hasil analisis statistik menunjukkan

kadar ureum serum pada waktu sebelum perlakuan dan 24 jam setelah perlakuan

diperoleh nilai signifikansi (p)=0,000 (p<0,05). Hal ini berarti berbeda bermakna.

Demikian halnya analisis terhadap antar kelompok perlakuan dan kontrol pada

waktu sebelum perlakuan dan 24 jam setelah perlakuan yang menunjukkan

perbedaan bermakna. Analisis ini dapat diperjelas pada gambar 14, yang

menunjukkan bahwa purata kadar ureum serum pada waktu 24 jam setelah

perlakuan terjadi penurunan dibandingkan kadar ureum serum sebelum pemberian

sari wortel. Penurunann kadar ureum serum ini terjadi pada kelompok kontrol

maupun kelompok perlakuan. Namun, hal ini tidak mengindikasikan terjadinya

gangguan ginjal, karena pada kelompok kontrol (tidak diberikan apapun) juga

mengalami penurunan kadar ureum serum. Dengan demikian, penurunan kadar

ureum serum tidak dapat dikatakan karena pengaruh pemberian sari wortel.

Penurunan kadar ureum serum yang terjadi dapat disebabkan karena kondisi

patologis dari hewan uji.

Pemeriksaan kadar ureum serum dilanjutkan pada pengamatan hari ke-14

untuk melihat adanya sifat reversibilitas. Berdasarkan hasil analisis statistik, kadar

ureum serum sebelum perlakuan terhadap kadar ureum serum pada hari ke-14

setelah perlakuan diperoleh nilai signifikansi (p) sebesar 0,001. Nilai p lebih kecil

dari 0,05 menunjukkan bahwa berbeda bermakna. Namun, setelah dianalisis

Page 111: KETOKSIKAN AKUT SARI WORTEL (Daucus carota L.) KAJIAN ... · KAJIAN TERHADAP HISTOLOGI GINJAL DAN KADAR KREATININ SERTA UREUM SERUM PADA TIKUS BETINA GALUR WISTAR SKRIPSI Diajukan

85

secara statistik menunjukkan kadar ureum serum antara kelompok perlakuan dan

kontrol pada waktu sebelum perlakuan dan 14 hari setelah perlakuan berbeda

tidak bermakna (p>0,05). Dengan demikian, pemberian sari wortel dari dosis

terendah yaitu 66,55 g/kg BB hingga dosis tertinggi yaitu 115 g/kg BB tidak

mempengaruhi kadar ureum pada hari ke-14 setelah pemberian sari wortel, dan

dapat menunjukkan sifat reversibilitas kadar ureum serum dari hewan uji bila

dibandingkan dengan kadar ureum serum pada waktu 24 jam setelah pemberian

sari wortel.

Berat organ ginjal relatif merupakan indikator terjadinya kerusakan ginjal

secara makroskopik. Berdasarkan analisis statistik, menunjukkan bahwa pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan untuk waktu pengamatan 24 jam

diperoleh nilai signifikansi (p) sebesar 0,246 (p>0,05). Demikian halnya dengan

hari ke-14 setelah pemberian sari wortel, diperoleh nilai signikansi (p) sebesar

0,790 (p>0,05). Hal ini berarti pemberian sari wortel tidak mempengaruhi berat

organ ginjal relatif yang merupakan salah satu pemeriksaan secara makroskopis

yang menunjukkan adanya gangguan organ ginjal.

Berat badan sering digunakan sebagai indikasi sensitif adanya efek

merugikan. Perubahan berat badan hewan uji berkaitan erat dengan kondisi fisik

hewan tersebut. Berdasarkan data yang ada, menunjukkan bahwa berat badan

hewan uji pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan mulai dari dosis

terendah 66,55 g/kg BB hingga dosis tertinggi 115 g/kg BB setelah hari ke-7 dan

hari ke-14 terjadi peningkatan berat badan. Berdasarkan data analisis statistik,

berat badan hewan uji pada pengamatan hari ke-0, ke-7, dan ke-14, diperoleh nilai

Page 112: KETOKSIKAN AKUT SARI WORTEL (Daucus carota L.) KAJIAN ... · KAJIAN TERHADAP HISTOLOGI GINJAL DAN KADAR KREATININ SERTA UREUM SERUM PADA TIKUS BETINA GALUR WISTAR SKRIPSI Diajukan

86

signifikansi (p) sebesar 0,372; 0,104; 0,329. Nilai p lebih besar dari 0,05

menunjukkan berat badan pada hari ke-0, ke-7, dan ke-14 berbeda tidak

bermakna. Dengan demikian, pemberian sari wortel pada dosis 66,55 g/kg BB

hingga dosis 115 g/kg BB tidak mempengaruhi berat badan dari hewan uji.

Bila penelitian ini dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Thejo (2009) tentang Pengaruh Pemberian Akut Jus Wortel (Daucus carota L.)

pada Tikus Jantan Wistar: Kajian terhadap Organ Ginjal dan Kadar Kreatinin

Serum, diperoleh nilai LD50 semu jus wortel lebih besar dari 8,750 g/kg BB

dengan efek toksik pada organ ginjal yang ditimbulkan setelah 24 jam berupa

hemorrhagic, nekrosis tubulus dan glomerulus mulai pada kelompok kontrol (25

ml/kg BB), kelompok perlakuan dari dosis I (1,094 g/kg BB) hingga dosis IV

(8,750 g/kg BB). Sedangkan pada penelitian ini LD50 semu sari wortel yang

diperoleh lebih besar dari 115 g/kg BB dan tidak menunjukkan efek toksik pada

waktu 24 jam setelah pemberian sari wortel. Berdasarkan perbandingan LD50

semu dan hasil histopatologi organ ginjal setelah diberikan wortel dalam bentuk

jus dan sari, maka kemungkinan efek toksik jus wortel lebih besar dibandingkan

dengan sari wortel. Hal ini diduga jumlah kandungan senyawa yang terdapat pada

jus wortel berbeda dengan sari wortel.

Namun, pemberian jus wortel maupun sari wortel tidak menunjukkan

adanya gejala-gejala klinis, tidak mempengaruhi berat organ ginjal relatif, berat

badan hewan uji, serta kadar kreatinin serum yang secara statistik yaitu berbeda

tidak bermakna (p>0,05) pada kelompok perlakuan terhadap kontrol.

Page 113: KETOKSIKAN AKUT SARI WORTEL (Daucus carota L.) KAJIAN ... · KAJIAN TERHADAP HISTOLOGI GINJAL DAN KADAR KREATININ SERTA UREUM SERUM PADA TIKUS BETINA GALUR WISTAR SKRIPSI Diajukan

87

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data yang dilakukan dapat ditarik beberapa

kesimpulan yaitu:

1. Tidak ada gejala toksik yang ditunjukkan oleh hewan uji setelah

pemejanan sari wortel (Daucus carota L.) dari dosis terendah 66,55 g/kg

BB hingga dosis tertinggi 115 g/kg BB.

2. Potensi efek toksik yang diperoleh dinyatakan dengan harga LD50 semu

yaitu >115 g/kg BB.

3. Pemberian sari wortel (Daucus carota L.) tidak menyebabkan efek

toksik berdasarkan pemeriksaan histopatologi organ ginjal secara

mikroskopis pada tikus betina galur Wistar. Selan itu, tidak dapat

menentukan sifat terbalikkan dan tidak terbalikkan pada pemeriksaan

histopatologis.

4. Pemberian sari wortel (Daucus carota L.) terhadap tikus betina galur

Wistar tidak mempengaruhi kadar kreatinin serum sehingga tidak dapat

menentukan sifat reversibilitas. Demikian halnya dengan kadar ureum

serum. Namun, pada pemeriksaan kadar ureum serum dapat menentukan

sifat reversibilitas terkait penurunan kadar ureum serum yang

disebabkan kondisi patologis hewan uji.

Page 114: KETOKSIKAN AKUT SARI WORTEL (Daucus carota L.) KAJIAN ... · KAJIAN TERHADAP HISTOLOGI GINJAL DAN KADAR KREATININ SERTA UREUM SERUM PADA TIKUS BETINA GALUR WISTAR SKRIPSI Diajukan

88

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka peneliti menyarankan :

1. Perlu dilakukan penelitian tentang uji farmakologi untuk mengetahui

ED50 sari wortel (Daucus carota L.) terkait khasiatnya sebagai diuretik,

gagal ginjal, dan batu ginjal.

2. Perlu dilakukan identifikasi senyawa yang terkandung pada jus wortel

dan sari wortel (Daucus carota L.) secara kualitatif dan kuantitatif.

3. Perlu dilakukan uji toksisitas akut sari wortel (Daucus carota L.) kajian

terhadap histologi ginjal, kadar kreatinin serta ureum serum dengan

pengambilan darah praperlakuan sehari sebelum pemejanan sari wortel,

dan pengambilan darah terhadap seluruh hewan uji pada waktu

pengamatan 24 jam setelah pemejanan sari wortel (Daucus carota L.).

Page 115: KETOKSIKAN AKUT SARI WORTEL (Daucus carota L.) KAJIAN ... · KAJIAN TERHADAP HISTOLOGI GINJAL DAN KADAR KREATININ SERTA UREUM SERUM PADA TIKUS BETINA GALUR WISTAR SKRIPSI Diajukan

89

DAFTAR PUSTAKA

Afriansyah, N., 2007, Wortel : Antioksidan, Penurun Kolesterol, dan Risiko Stroke, http://www.kompas.com, diakses tanggal 25 Sepstember 2009.

Anonim, 1979, The Merck Index An Encyclopedia of Chemical and Drugs, 9th edition, 313-314, Merck and Co, INC, USA.

Anonim, 2000, Pedoman Pelaksanaan Uji Klinik Obat Tradisional, 15-20, DepKes RI, DitJen POM Direktorat Pengawasan Obat Tradisional, Jakarta.

Anonim, 2003, Beta Karoten, http://www.nusaindah.tripod.com, diakses tanggal 15 Desember 2009.

Backer, C.A., & van den Brink, R.C.B., 1968, Flora of Java, Volume I, 3-9, 11, N.V.P., Noordroff, Goningen, Netherlands.

Backer, C.A., & van den Brink, R.C.B., 1968, Flora of Java, Volume III, 171-172, 178, N.V.P., Noordroff, Goningen, Netherlands.

Baron, D. N., 1990, Kapita Selekta Patologi Klinik, edisi ke-4, diterjemahkan oleh Andrianto P dan Gunawan J, Terjemahan dari: A Short Textbook of Chemical Pathology, 113-231, EGC, Jakarta.

Cahyono, B., 2002, Wortel, Teknik Budidaya dan Analisis, 15-20, 27-31, Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Cockroft, D. W., and Gault, M. H. 1976, Prediction Creatinine Clearence from Serum Creatinine, Nephron, 31-34, Atlanta, USA.

Dahlan, M.S., 2001, Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan, edisi 3, Penerbit Salemba Medika, Jakarta.

Dalimartha, S., 2007, Atlas Tumbuhan Obat Indonesia, jilid 2, 197-199, Trubus Agriwidya, Jakarta.

Donatus, I. A., 1990, Toksikologi Dasar, 95-100; 125-132; 163-168, Laboratorium Farmakologi dan Toksikologi, Fakultas Farmasi, UGM, Yogyakarta.

Page 116: KETOKSIKAN AKUT SARI WORTEL (Daucus carota L.) KAJIAN ... · KAJIAN TERHADAP HISTOLOGI GINJAL DAN KADAR KREATININ SERTA UREUM SERUM PADA TIKUS BETINA GALUR WISTAR SKRIPSI Diajukan

90

Donatus, I. A., 2001, Toksikologi Dasar, 1-5, 200-211, Laboratorium Farmakologi dan Toksikologi, Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Doull and Bruce, 1986, The Basic Science of Poisons, 3rd edition, 11-15; 35-39, Elmwood Avenue & Rochester, New York.

Gad, S.C., 2001, Statistics for Toxicologists, in Hayes, A. W., (Ed), Principles and Methods of Toxicology, 4th edition, 349, Francis and Taylor, Philadelphia.

Garcia, M.N., 1998, Vitamin A and β-Carotene Can Improve Nonheme Iron Absorption From Rice, Wheat and Corn by Humans, Journal of Nutrition, 128, 646-650.

Ghozali, I., 2008, Desain Penelitian Eksperimen, Teori, Konsep, dan Analisis Data dengan SPSS 16.0, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.

Glaister, J. R., 1986, Priciples of Toxicologycal Pathology, 95-103, Francis and Taylor, London.

Guyton, A. C. and Hall, J. E., 1997, Textbook of Medical physiology, 9nd

edition, 287-294, diterjemahkan oleh Irawati Setiawan, Alex Santoso, Ken Ariata Tengadi, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Himawan S, 1992, Kumpulan Kuliah Patologi, 12-34, UI Press, Jakarta.

Hodgson, E., and Levi, P.P., 2000, A Text Book of Modern Toxicology, 161, Toxicology Program North Carolina State University Raleigh, Mc. Graw Higher Education, North Carolina.

Karlina, 2009, Toksisitas Akut Sari Wortel (Daucus carota L.) Kajian terhadap Organ Lambung, Ginjal, Hati pada Mencit Putih Betina Galur Balb/c, Skripsi, Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma.

Khairani, M., 2008, Pengaruh Pemberian Larutan Wortel (Daucus carota)Terhadap Jumlah Sel Radang Limfosit Submukosa Bronkiolus Tikus (Rattus norv), Skripsi, Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya, Malang.

Page 117: KETOKSIKAN AKUT SARI WORTEL (Daucus carota L.) KAJIAN ... · KAJIAN TERHADAP HISTOLOGI GINJAL DAN KADAR KREATININ SERTA UREUM SERUM PADA TIKUS BETINA GALUR WISTAR SKRIPSI Diajukan

91

Koeman, J.H., 1987, Pengantar Umum Toksikologi, diterjemahkan oleh Yudono, R.H., 60, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Krinsky, N. I., 1989, Antioxidant Functions of Carotenoids, Free Radical Biol. Med., 7, 617-635.

Loomis, 1978, Toksikologi Dasar, diterjemahkan oleh Imono Argo Donatus, edisi 3, 3; 16; 22; 228-230, IKIP Semarang Press, Semarang.

Lu, F. C., 1995, Basic Toxicology Fundamental Target Organ, and Risk Assesment, Toksikologi Dasar, 85-97, edisi 2, alih bahasa oleh : Edi Nugroho, UI Press, Jakarta.

Lu, F.C., 2006, Toksikologi Dasar, Organ Sasaran dan Penilaian Resiko, Edisi II, 86-88, UI-Press, Jakarta.

Masotti, L., Casali, E., Galeotti, T., 1988, Lipid Peroxidation in Tumor Cells, Free Radical Biol. Med., 4, 377-386.

Metzger, B.T., Barnes, D.M., Reed, J.D., 2008, Purple Carrot (Daucus carota L.) Polyacetylenes Decrease Lipopolysaccharide-Induced Expression of Inflammatory Proteins in Macrophage and Endothelial Cells, Journal of Agricultural and Food Chemistry, 56, 3554-3560.

Muhlisah, F., 1999, Temu-Temuan dan Empon-empon Budidaya dan Manfaatnya, 11, Kanisius, Yogyakarta.

Murata, M., and Kawanishi, 2000, Oxidative DNA Damage by Vitamin A and Its Derivate Via Superoxide Generation, J. Boil Chem, 275, 2003-2008.

Mutschler, E, 2000, Arzneimittelwirkungen, diterjemahkan oleh Widianto, M. B, dan Ranti, A. S, Dinamika Obat, edisi 5, 177-178, Penerbit ITB, Bandung.

Novianti, 2009, Pengaruh Pemberian Akut Jus Wortel (Daucus carota L.) pada Tikus Jantan Wistar : Kajian terhadap Organ Hati dan Kadar SGPT, Skripsi, Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma.

Null, G., 2000, Beta Carotene, New England Journal Medicine, www.Garynul.com/document/beta_carotene.htm, diakses tanggal 17 Desember 2009.

Page 118: KETOKSIKAN AKUT SARI WORTEL (Daucus carota L.) KAJIAN ... · KAJIAN TERHADAP HISTOLOGI GINJAL DAN KADAR KREATININ SERTA UREUM SERUM PADA TIKUS BETINA GALUR WISTAR SKRIPSI Diajukan

92

Nuraeni, E., 2003, Efek Hepatoprotektif Air Perasan Umbi Wortel (Daucus carota L.) Pada Mencit Jantan Terinduksi Parasetamol, Skripsi, Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Perry and Metzger, 1980, Clinical Manifestations of Human Vitamin and Mineral Disorders: A Resume Williams and Wilkins, Modern Nutrition in Health and Disease, 9th edition, A Waverly Company, Baltimore.

Pitojo, S., 2004, Benih Wortel, 12, 33 – 36, Kanisius, Yogyakarta.

Price, C.A., and Wilson, L.M., 1985, Patofisiologi, Konsep Klinik Proses –Proses Penyakit, edisi ke- 2, bagian 1 EGC, Jakarta.

Price, C.A., dan Wilson, L.M., 2006, Pathophisiology, Clinical Concepts of Disease Processes, diterjemahkan oleh Peter Anugrah, edisi IV, 426, C.V. EGC, Jakarta.

Priyanto, 2007, Toksisitas Obat, Zat Kimia dan Terapi Antidotum,1, 65, Lenkofi, Jakarta.

Putra, A. D. K., 2003, Efek Analgesik Air Perasan Umbi Wortel (Daucus carota L.) pada Mencit Putih Betina, Skripsi, Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Rubenstein, D., Wayne, D., Bradley, J., 2003, Lecture Notes on Clinical Medicine, Lecture Notes Kedokteran Klinis, 6th ed., 229, alih bahasa oleh dr. Annisa Rahmalia, Erlangga, Yogyakarta.

Rukmana, R., 1995, Bertanam Wortel, 14-17; 27, Kanisius, Yogyakarta.

Setiabudy, R., 2007, Farmakologi dan Terapi, edisi V, 820-842, Universitas Indonesia, Jakarta.

Siems, W., Sammerburg, O., Schild, I., Augustin, W., Langhans, C. D., and Wiswedel, I., 2002, Beta Carotene Cleavage Product Induce Oxidative Stress In Vitro by Impairing Mitochondria Respiration, FASEB J, 10, 1096.

Soesilo, S., 1992, Peranan Jamu dan Obat Tradisional dalam Pelayanan Kesehatan Masyarakat dalam Antropologi Kesehatan Indonesia, edis II, 1-11, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Page 119: KETOKSIKAN AKUT SARI WORTEL (Daucus carota L.) KAJIAN ... · KAJIAN TERHADAP HISTOLOGI GINJAL DAN KADAR KREATININ SERTA UREUM SERUM PADA TIKUS BETINA GALUR WISTAR SKRIPSI Diajukan

93

Stine, K. B., and Brown, T. M., 1996, Priciples of Toxicology, 74-80, Lewis Publishers, CRC Press. Inc, USA.

Sukmarini, 2008, Nefrologi Klinik, 2nd edition, 68, Penerbit ITB, Bandung.

Sutedjo, A. Y., 2006, Mengenal Penyakit Melalui Hasil Pemeriksaan Laboratorium, 77-82, Amara Books, Yogyakarta.

Thejo, D., 2009, Pengaruh Pemberian Akut Jus Wortel (Daucus carota L.) pada Tikus Jantan Wistar : Kajian terhadap Organ Ginjal dan Kadar Kreatinin Serum, Skripsi, Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma.

Tjay, T.H., dan Rahardja, K., 2002, Obat-Obat Penting, edisi V, 295-298, PT Elex Media Komputindo, Jakarta.

Wehbe, Mroueh, and Daher, 2009, The Potential Role of Daucus carota Aqueous and Methanolic Extracts on Inflammation and Gastric Ulcers in Rats, Journal of Complementary and Integrative Medicine, 6 , 1553-3840.

Widmann, F. K.,1995, Tinjauan Klinis atas Hasil Pemeriksaan Laboratorium, edisi 9, diterjemahkan oleh Siti B. K., R. Gandasubrata., J. Latu., Penerbit Buku Kedokteran EGC, 254-257, Jakarta.

Page 120: KETOKSIKAN AKUT SARI WORTEL (Daucus carota L.) KAJIAN ... · KAJIAN TERHADAP HISTOLOGI GINJAL DAN KADAR KREATININ SERTA UREUM SERUM PADA TIKUS BETINA GALUR WISTAR SKRIPSI Diajukan

94

LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat determinasi tanaman wortel

Page 121: KETOKSIKAN AKUT SARI WORTEL (Daucus carota L.) KAJIAN ... · KAJIAN TERHADAP HISTOLOGI GINJAL DAN KADAR KREATININ SERTA UREUM SERUM PADA TIKUS BETINA GALUR WISTAR SKRIPSI Diajukan

95

Lampiran 2. Surat pembelian tikus putih betina galur Wistar sebanyak 30

ekor di LPPT, Universitas Gadjah Mada

Page 122: KETOKSIKAN AKUT SARI WORTEL (Daucus carota L.) KAJIAN ... · KAJIAN TERHADAP HISTOLOGI GINJAL DAN KADAR KREATININ SERTA UREUM SERUM PADA TIKUS BETINA GALUR WISTAR SKRIPSI Diajukan

96

Page 123: KETOKSIKAN AKUT SARI WORTEL (Daucus carota L.) KAJIAN ... · KAJIAN TERHADAP HISTOLOGI GINJAL DAN KADAR KREATININ SERTA UREUM SERUM PADA TIKUS BETINA GALUR WISTAR SKRIPSI Diajukan

97

Lampiran 3. Hasil pemeriksaan histopatolgi organ ginjal tikus betina galur

Wistar pada pengamatan 24 jam setelah pemberian sari wortel

Page 124: KETOKSIKAN AKUT SARI WORTEL (Daucus carota L.) KAJIAN ... · KAJIAN TERHADAP HISTOLOGI GINJAL DAN KADAR KREATININ SERTA UREUM SERUM PADA TIKUS BETINA GALUR WISTAR SKRIPSI Diajukan

98

Lampiran 4. Hasil pemeriksaan histopatolgi organ ginjal tikus betina galur

Wistar pada pengamatan hari ke-14 setelah pemberian sari

wortel

Page 125: KETOKSIKAN AKUT SARI WORTEL (Daucus carota L.) KAJIAN ... · KAJIAN TERHADAP HISTOLOGI GINJAL DAN KADAR KREATININ SERTA UREUM SERUM PADA TIKUS BETINA GALUR WISTAR SKRIPSI Diajukan

99

Lampiran 5. Surat hasil pemeriksaan kadar kreatinin dan ureum serum

sebelum pemberian sari wortel yang dilakukan oleh LPPT-Unit

I-UGM

Page 126: KETOKSIKAN AKUT SARI WORTEL (Daucus carota L.) KAJIAN ... · KAJIAN TERHADAP HISTOLOGI GINJAL DAN KADAR KREATININ SERTA UREUM SERUM PADA TIKUS BETINA GALUR WISTAR SKRIPSI Diajukan

100

Page 127: KETOKSIKAN AKUT SARI WORTEL (Daucus carota L.) KAJIAN ... · KAJIAN TERHADAP HISTOLOGI GINJAL DAN KADAR KREATININ SERTA UREUM SERUM PADA TIKUS BETINA GALUR WISTAR SKRIPSI Diajukan

101

Lampiran 6. Surat hasil pemeriksaan kadar kreatinin dan ureum serum 24

jam setelah pemberian sari wortel yang dilakukan oleh LPPT-

UGM

Page 128: KETOKSIKAN AKUT SARI WORTEL (Daucus carota L.) KAJIAN ... · KAJIAN TERHADAP HISTOLOGI GINJAL DAN KADAR KREATININ SERTA UREUM SERUM PADA TIKUS BETINA GALUR WISTAR SKRIPSI Diajukan

102

Lampiran 7. Surat hasil pemeriksaan kadar kreatinin dan ureum serum 14

hari setelah pemberian sari wortel yang dilakukan oleh LPPT-

UGM

Page 129: KETOKSIKAN AKUT SARI WORTEL (Daucus carota L.) KAJIAN ... · KAJIAN TERHADAP HISTOLOGI GINJAL DAN KADAR KREATININ SERTA UREUM SERUM PADA TIKUS BETINA GALUR WISTAR SKRIPSI Diajukan

Lampiran 8. Data penimbangan berat organ ginjal relatif tikus betina galur Wistar

Lampiran 9. Data penimbangan berat badan tikus

Kel Hari keRep I Rep II

Kontrol 147,4 153,6

Dosis I 158,4 153,4Dosis II 145,4 138,6

Dosis III 134,2 153,4Dosis IV 144,4 149,2

Lampiran 10. Skema proses penomoran hewan uji dengan cara random

kontrol

18

3

14

29

10

2

dosis I

1

4

Rep.24 jam setelah pemberian sari wortel

KontrolDosis

I

I 0,77 0,77II 0,76 0,80III 0,66 0,81

Data penimbangan berat organ ginjal relatif tikus betina galur istar

. Data penimbangan berat badan tikus betina galur Penimbangan berat badan (gram)

Hari ke-0 Hari ke-7Rep II Rep III Rep I Rep II Rep III Rep I153,6 142,0 153,4 148,8 151,6 167,4

153,4 149,6 160,4 162,6 157,4 177,6138,6 146,6 144,6 148,8 160,2 155,8

153,4 143,2 156,8 146,4 151,4 174,8149,2 148,2 161,6 156,2 157,2 178,0

Lampiran 10. Skema proses penomoran hewan uji dengan cara random

subyek uji (30 ekor)

Randomisasi

dosis I

15

9

8

25

dosis II

6

5

27

13

19

16

dosis III

7

12

26

11

28

24

dosis IV

Penimbangan berat organ ginjal relatif (%)

jam setelah pemberian sari wortel 14 hari setelah pemberian sari wortelDosis Dosis

IIDosis

IIIDosis

IVKontrol

Dosis I

Dosis

0,77 0,76 0,86 0,72 0,85 0,91 0,750,80 0,81 0,85 0,72 0,79 0,69 0,840,81 0,88 0,70 0,75 0,82 0,71 0,79

103

Data penimbangan berat organ ginjal relatif tikus betina galur

betina galur Wistar

Hari ke-14Rep II Rep III

163,4 164,0

184,6 166,6163,2 176,6

159,2 168,4170,0 169,8

Lampiran 10. Skema proses penomoran hewan uji dengan cara random

28

24

dosis IV

30

17

23

21

20

22

14 hari setelah pemberian sari wortelDosis

IIDosis

IIIDosis

IV

0,75 0,80 0,710,84 0,81 0,790,79 0,78 0,78

Page 130: KETOKSIKAN AKUT SARI WORTEL (Daucus carota L.) KAJIAN ... · KAJIAN TERHADAP HISTOLOGI GINJAL DAN KADAR KREATININ SERTA UREUM SERUM PADA TIKUS BETINA GALUR WISTAR SKRIPSI Diajukan

104

Lampiran 11. Gambar umbi wortel

Lampiran 12. GambarJuice Extractor

Lampiran 13. Tikus putih betina galur Wistar dan foto timbangan

Foto tiks putih betina galur wistar

Page 131: KETOKSIKAN AKUT SARI WORTEL (Daucus carota L.) KAJIAN ... · KAJIAN TERHADAP HISTOLOGI GINJAL DAN KADAR KREATININ SERTA UREUM SERUM PADA TIKUS BETINA GALUR WISTAR SKRIPSI Diajukan

105

Foto timbangan

Lampiran 14. Sari wortel yang diperoleh dengan menggunakan Juice

Extractor

Lampiran 15. Sari wortel disaring menggunakan saringan teh biasa

(penyaringan 1)

Page 132: KETOKSIKAN AKUT SARI WORTEL (Daucus carota L.) KAJIAN ... · KAJIAN TERHADAP HISTOLOGI GINJAL DAN KADAR KREATININ SERTA UREUM SERUM PADA TIKUS BETINA GALUR WISTAR SKRIPSI Diajukan

106

Lampiran 16. Penyaringan sari wortel menggunakan kertas saring

(penyaringan 2)

Lampiran 17. Sari wortel yang diperoleh dari hasil penyaringan ke-2

Page 133: KETOKSIKAN AKUT SARI WORTEL (Daucus carota L.) KAJIAN ... · KAJIAN TERHADAP HISTOLOGI GINJAL DAN KADAR KREATININ SERTA UREUM SERUM PADA TIKUS BETINA GALUR WISTAR SKRIPSI Diajukan

107

Lampiran 18. Pemberian sari wortel pada tikus betina galur Wistar

Lampiran 19. Gambar makroskopis organ ginjal pada kelompok kontrol dan perlakuan

Pada pengamatan 24 jam setelah pemberian sari wortel

kontrol dosis 66,55 g/kgBB dosis 95,83 g/kgBB

dosis 79,86 g/kg BB dosis 115 g/kgBB

Page 134: KETOKSIKAN AKUT SARI WORTEL (Daucus carota L.) KAJIAN ... · KAJIAN TERHADAP HISTOLOGI GINJAL DAN KADAR KREATININ SERTA UREUM SERUM PADA TIKUS BETINA GALUR WISTAR SKRIPSI Diajukan

108

Pada pengamatan 14 hari setelah pemberian sari wortel

Kontrol dosis 66,55 g/kgBB dosis 95,83 g/kgBB

dosis 79,86 g/kg BB dosis 115 g/kgBB

Lampiran 20. Data berat organ ginjal relatif

Uji Distribusi Normal

Case Processing Summary

3 100.0% 0 .0% 3 100.0%

3 100.0% 0 .0% 3 100.0%

3 100.0% 0 .0% 3 100.0%

3 100.0% 0 .0% 3 100.0%

3 100.0% 0 .0% 3 100.0%

3 100.0% 0 .0% 3 100.0%

3 100.0% 0 .0% 3 100.0%

3 100.0% 0 .0% 3 100.0%

3 100.0% 0 .0% 3 100.0%

3 100.0% 0 .0% 3 100.0%

KELOMPOKkontrol

Dosis I

Dosis II

Dosis III

Dosis IV

kontrol

Dosis I

Dosis II

Dosis III

Dosis IV

sehari (24jam) setelahpemberian sariwortel

14 hari setelahpemberian sariwortel

N Percent N Percent N Percent

Valid Missing Total

Cases

Page 135: KETOKSIKAN AKUT SARI WORTEL (Daucus carota L.) KAJIAN ... · KAJIAN TERHADAP HISTOLOGI GINJAL DAN KADAR KREATININ SERTA UREUM SERUM PADA TIKUS BETINA GALUR WISTAR SKRIPSI Diajukan

109

a. Pengamatan berat organ ginjal yang dilakukan pada 24 jam setelah pemberian sari wortelExploreKelompok

Descriptives

3 .7300 .06083 .03512 .5789 .8811 .66 .77

3 .7933 .02082 .01202 .7416 .8450 .77 .81

3 .8167 .06028 .03480 .6669 .9664 .76 .88

3 .8033 .08963 .05175 .5807 1.0260 .70 .86

3 .7300 .01732 .01000 .6870 .7730 .72 .75

15 .7747 .06151 .01588 .7406 .8087 .66 .88

3 .8200 .03000 .01732 .7455 .8945 .79 .85

3 .7700 .12166 .07024 .4678 1.0722 .69 .91

3 .7933 .04509 .02603 .6813 .9053 .75 .84

3 .7967 .01528 .00882 .7587 .8346 .78 .81

3 .7600 .04359 .02517 .6517 .8683 .71 .79

15 .7880 .05759 .01487 .7561 .8199 .69 .91

kontrol

Dosis I

Dosis II

Dosis III

Dosis IV

Total

kontrol

Dosis I

Dosis II

Dosis III

Dosis IV

Total

sehari (24jam) setelahpemberian sariwortel

14 hari setelahpemberian sariwortel

N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound

95% Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Tests of Normality

.356 3 . .818 3 .157

.292 3 . .923 3 .463

.211 3 . .991 3 .817

.365 3 . .797 3 .107

.385 3 . .750 3 ,728

.175 3 . 1.000 3 1.000

.356 3 . .818 3 .157

.196 3 . .996 3 .878

.253 3 . .964 3 .637

.343 3 . .842 3 .220

KELOMPOKkontrol

Dosis I

Dosis II

Dosis III

Dosis IV

kontrol

Dosis I

Dosis II

Dosis III

Dosis IV

sehari (24jam) setelahpemberian sariwortel

14 hari setelahpemberian sariwortel

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Kolmogorov-Smirnova

Shapiro-Wilk

Lilliefors Significance Correctiona.

Page 136: KETOKSIKAN AKUT SARI WORTEL (Daucus carota L.) KAJIAN ... · KAJIAN TERHADAP HISTOLOGI GINJAL DAN KADAR KREATININ SERTA UREUM SERUM PADA TIKUS BETINA GALUR WISTAR SKRIPSI Diajukan

110

Descriptives

.7300 .03512

.5789

.8811

.

.7600

.004

.06083

.66

.77

.11

.

-1.680 1.225

. .

.7933 .01202

.7416

.8450

.

.8000

.000

.02082

.77

.81

.04

.

-1.293 1.225

. .

.8167 .03480

.6669

.9664

.

.8100

.004

.06028

.76

.88

.12

.

.492 1.225

. .

.8033 .05175

.5807

1.0260

.

.8500

.008

.08963

.70

.86

.16

.

-1.708 1.225

. .

.7300 .01000

.6870

.7730

.

.7200

.000

.01732

.72

.75

.03

.

1.732 1.225

. .

Mean

Lower Bound

Upper Bound

95% ConfidenceInterval for Mean

5% Trimmed Mean

Median

Variance

Std. Deviation

Minimum

Maximum

Range

Interquartile Range

Skewness

Kurtosis

Mean

Lower Bound

Upper Bound

95% ConfidenceInterval for Mean

5% Trimmed Mean

Median

Variance

Std. Deviation

Minimum

Maximum

Range

Interquartile Range

Skewness

Kurtosis

Mean

Lower Bound

Upper Bound

95% ConfidenceInterval for Mean

5% Trimmed Mean

Median

Variance

Std. Deviation

Minimum

Maximum

Range

Interquartile Range

Skewness

Kurtosis

Mean

Lower Bound

Upper Bound

95% ConfidenceInterval for Mean

5% Trimmed Mean

Median

Variance

Std. Deviation

Minimum

Maximum

Range

Interquartile Range

Skewness

Kurtosis

Mean

Lower Bound

Upper Bound

95% ConfidenceInterval for Mean

5% Trimmed Mean

Median

Variance

Std. Deviation

Minimum

Maximum

Range

Interquartile Range

Skewness

Kurtosis

Kelompokkontrol

dosis I

dosis II

dosis III

dosis IV

24 jam setelahpemberian sari wortel

Statistic Std. Error

Page 137: KETOKSIKAN AKUT SARI WORTEL (Daucus carota L.) KAJIAN ... · KAJIAN TERHADAP HISTOLOGI GINJAL DAN KADAR KREATININ SERTA UREUM SERUM PADA TIKUS BETINA GALUR WISTAR SKRIPSI Diajukan

111

One way

Post Hoc Test

Descriptives

24 jam setelah pemberian sari wortel

3 .7300 .06083 .03512 .5789 .8811 .66 .77

3 .7933 .02082 .01202 .7416 .8450 .77 .81

3 .8167 .06028 .03480 .6669 .9664 .76 .88

3 .8033 .08963 .05175 .5807 1.0260 .70 .86

3 .7300 .01732 .01000 .6870 .7730 .72 .75

15 .7747 .06151 .01588 .7406 .8087 .66 .88

kontrol

dosis I

dosis II

dosis III

dosis IV

Total

N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound

95% Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

ANOVA

24 jam setelah pemberian sari wortel

.021 4 .005 1.613 .246

.032 10 .003

.053 14

Between Groups

Within Groups

Total

Sum ofSquares df Mean Square F Sig.

Multiple Comparisons

Dependent Variable: Berat Organ Ginjal Relatif 24 jam setelah pemberian sari wortel

Scheffe

-,06333 ,04633 ,759 -,2361 ,1095

-,08667 ,04633 ,512 -,2595 ,0861

-,07333 ,04633 ,655 -,2461 ,0995

,00000 ,04633 1,000 -,1728 ,1728

,06333 ,04633 ,759 -,1095 ,2361

-,02333 ,04633 ,991 -,1961 ,1495

-,01000 ,04633 1,000 -,1828 ,1628

,06333 ,04633 ,759 -,1095 ,2361

,08667 ,04633 ,512 -,0861 ,2595

,02333 ,04633 ,991 -,1495 ,1961

,01333 ,04633 ,999 -,1595 ,1861

,08667 ,04633 ,512 -,0861 ,2595

,07333 ,04633 ,655 -,0995 ,2461

,01000 ,04633 1,000 -,1628 ,1828

-,01333 ,04633 ,999 -,1861 ,1595

,07333 ,04633 ,655 -,0995 ,2461

,00000 ,04633 1,000 -,1728 ,1728

-,06333 ,04633 ,759 -,2361 ,1095

-,08667 ,04633 ,512 -,2595 ,0861

-,07333 ,04633 ,655 -,2461 ,0995

(J) kelompokdosis I

dosis II

dosis III

dosis IV

kontrol

dosis II

dosis III

dosis IV

kontrol

dosis I

dosis III

dosis IV

kontrol

dosis I

dosis II

dosis IV

kontrol

dosis I

dosis II

dosis III

(I) kelompokkontrol

dosis I

dosis II

dosis III

dosis IV

MeanDifference

(I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound

95% Confidence Interval

Page 138: KETOKSIKAN AKUT SARI WORTEL (Daucus carota L.) KAJIAN ... · KAJIAN TERHADAP HISTOLOGI GINJAL DAN KADAR KREATININ SERTA UREUM SERUM PADA TIKUS BETINA GALUR WISTAR SKRIPSI Diajukan

112

b. Pengamatan berat organ ginjal yang dilakukan pada hari ke-14 setelah pemberian sari wortelExplore Kelompok

Descriptives

.8200 .01732

.7455

.8945

.

.8200

.001

.03000

.79

.85

.06

.

.000 1.225

. .

.7700 .07024

.4678

1.0722

.

.7100

.015

.12166

.69

.91

.22

.

1.680 1.225

. .

.7933 .02603

.6813

.9053

.

.7900

.002

.04509

.75

.84

.09

.

.331 1.225

. .

.7967 .00882

.7587

.8346

.

.8000

.000

.01528

.78

.81

.03

.

-.935 1.225

. .

.7600 .02517

.6517

.8683

.

.7800

.002

.04359

.71

.79

.08

.

-1.630 1.225

. .

Mean

Lower Bound

Upper Bound

95% ConfidenceInterval for Mean

5% Trimmed Mean

Median

Variance

Std. Deviation

Minimum

Maximum

Range

Interquartile Range

Skewness

Kurtosis

Mean

Lower Bound

Upper Bound

95% ConfidenceInterval for Mean

5% Trimmed Mean

Median

Variance

Std. Deviation

Minimum

Maximum

Range

Interquartile Range

Skewness

Kurtosis

Mean

Lower Bound

Upper Bound

95% ConfidenceInterval for Mean

5% Trimmed Mean

Median

Variance

Std. Deviation

Minimum

Maximum

Range

Interquartile Range

Skewness

Kurtosis

Mean

Lower Bound

Upper Bound

95% ConfidenceInterval for Mean

5% Trimmed Mean

Median

Variance

Std. Deviation

Minimum

Maximum

Range

Interquartile Range

Skewness

Kurtosis

Mean

Lower Bound

Upper Bound

95% ConfidenceInterval for Mean

5% Trimmed Mean

Median

Variance

Std. Deviation

Minimum

Maximum

Range

Interquartile Range

Skewness

Kurtosis

Kelompokkontrol

dosis I

dosis II

dosis III

dosis IV

14 hari setelahpemberian sari wortel

Statistic Std. Error

Page 139: KETOKSIKAN AKUT SARI WORTEL (Daucus carota L.) KAJIAN ... · KAJIAN TERHADAP HISTOLOGI GINJAL DAN KADAR KREATININ SERTA UREUM SERUM PADA TIKUS BETINA GALUR WISTAR SKRIPSI Diajukan

113

One way

Post Hoc Tests

Descriptives

14 hari setelah pemberian sari wortel

3 .8200 .03000 .01732 .7455 .8945 .79 .85

3 .7700 .12166 .07024 .4678 1.0722 .69 .91

3 .7933 .04509 .02603 .6813 .9053 .75 .84

3 .7967 .01528 .00882 .7587 .8346 .78 .81

3 .7600 .04359 .02517 .6517 .8683 .71 .79

15 .7880 .05759 .01487 .7561 .8199 .69 .91

kontrol

dosis I

dosis II

dosis III

dosis IV

Total

N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound

95% Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

ANOVA

14 hari setelah pemberian sari wortel

.007 4 .002 .422 .790

.040 10 .004

.046 14

Between Groups

Within Groups

Total

Sum ofSquares df Mean Square F Sig.

Multiple Comparisons

Dependent Variable: Berat Organ Ginjal Relatif 14 hari setelah pemberian sari wortel

Scheffe

,05000 ,05147 ,912 -,1420 ,2420

,02667 ,05147 ,990 -,1653 ,2186

,02333 ,05147 ,994 -,1686 ,2153

,06000 ,05147 ,845 -,1320 ,2520

-,05000 ,05147 ,912 -,2420 ,1420

-,02333 ,05147 ,994 -,2153 ,1686

-,02667 ,05147 ,990 -,2186 ,1653

,01000 ,05147 1,000 -,1820 ,2020

-,02667 ,05147 ,990 -,2186 ,1653

,02333 ,05147 ,994 -,1686 ,2153

-,00333 ,05147 1,000 -,1953 ,1886

,03333 ,05147 ,978 -,1586 ,2253

-,02333 ,05147 ,994 -,2153 ,1686

,02667 ,05147 ,990 -,1653 ,2186

,00333 ,05147 1,000 -,1886 ,1953

,03667 ,05147 ,969 -,1553 ,2286

-,06000 ,05147 ,845 -,2520 ,1320

-,01000 ,05147 1,000 -,2020 ,1820

-,03333 ,05147 ,978 -,2253 ,1586

-,03667 ,05147 ,969 -,2286 ,1553

(J) kelompokdosis I

dosis II

dosis III

dosis IV

kontrol

dosis II

dosis III

dosis IV

kontrol

dosis I

dosis III

dosis IV

kontrol

dosis I

dosis II

dosis IV

kontrol

dosis I

dosis II

dosis III

(I) kelompokkontrol

dosis I

dosis II

dosis III

dosis IV

MeanDifference

(I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound

95% Confidence Interval

Page 140: KETOKSIKAN AKUT SARI WORTEL (Daucus carota L.) KAJIAN ... · KAJIAN TERHADAP HISTOLOGI GINJAL DAN KADAR KREATININ SERTA UREUM SERUM PADA TIKUS BETINA GALUR WISTAR SKRIPSI Diajukan

114

Lampiran 21. Data berat badan pada hari ke-0, ke-7, dan ke-14

Uji Distribusi Normal

General Linear Model

Case Processing Summary

3 100,0% 0 ,0% 3 100,0%

3 100,0% 0 ,0% 3 100,0%

3 100,0% 0 ,0% 3 100,0%

3 100,0% 0 ,0% 3 100,0%

3 100,0% 0 ,0% 3 100,0%

3 100,0% 0 ,0% 3 100,0%

3 100,0% 0 ,0% 3 100,0%

3 100,0% 0 ,0% 3 100,0%

3 100,0% 0 ,0% 3 100,0%

3 100,0% 0 ,0% 3 100,0%

3 100,0% 0 ,0% 3 100,0%

3 100,0% 0 ,0% 3 100,0%

3 100,0% 0 ,0% 3 100,0%

3 100,0% 0 ,0% 3 100,0%

3 100,0% 0 ,0% 3 100,0%

kelompok perlakuankontrol

dosis I

dosis II

dosis III

dosis IV

kontrol

dosis I

dosis II

dosis III

dosis IV

kontrol

dosis I

dosis II

dosis III

dosis IV

berat badan hari ke-0

berat badan hari ke-7

berat badan hari ke-14

N Percent N Percent N Percent

Valid Missing Total

Cases

Descriptives

3 145.933 8.4955 4.9049 124.829 167.037 136.8 153.6

3 153.733 4.5092 2.6034 142.532 164.935 149.4 158.4

3 144.000 4.8539 2.8024 131.942 156.058 138.6 148.0

3 143.400 9.6250 5.5570 119.490 167.310 134.2 153.4

3 147.667 2.8308 1.6344 140.635 154.699 144.4 149.4

15 146.947 6.7614 1.7458 143.202 150.691 134.2 158.4

3 151.267 2.3180 1.3383 145.508 157.025 148.8 153.4

3 160.133 2.6102 1.5070 153.649 166.618 157.4 162.6

3 151.067 8.1347 4.6966 130.859 171.274 144.6 160.2

3 151.533 5.2013 3.0030 138.613 164.454 146.4 156.8

3 158.333 2.8729 1.6586 151.197 165.470 156.2 161.6

15 154.467 5.7305 1.4796 151.293 157.640 144.6 162.6

3 154.067 5.3003 3.0601 140.900 167.233 148.8 159.4

3 163.333 7.3112 4.2211 145.171 181.495 155.4 169.8

3 152.467 9.7680 5.6395 128.202 176.732 144.6 163.4

3 154.667 7.0437 4.0667 137.169 172.164 146.6 159.6

3 162.467 3.6295 2.0955 153.450 171.483 159.8 166.6

15 157.400 7.5161 1.9406 153.238 161.562 144.6 169.8

kontrol

Dosis I

Dosis II

Dosis III

Dosis IV

Total

kontrol

Dosis I

Dosis II

Dosis III

Dosis IV

Total

kontrol

Dosis I

Dosis II

Dosis III

Dosis IV

Total

Berat Badan Hari Ke-0

Berat Badan Hari Ke-7

Berat Badan Hari Ke-14

N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound

95% Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Subjects Factors

kontrol 3

dosis I 3

dosis II 3

dosis III 3

dosis IV 3

1

2

3

4

5

KelompokValue Label N

Page 141: KETOKSIKAN AKUT SARI WORTEL (Daucus carota L.) KAJIAN ... · KAJIAN TERHADAP HISTOLOGI GINJAL DAN KADAR KREATININ SERTA UREUM SERUM PADA TIKUS BETINA GALUR WISTAR SKRIPSI Diajukan

115

Tests of Normality

,235 3 . ,978 3 ,713

,196 3 . ,996 3 ,878

,280 3 . ,938 3 ,518

,200 3 . ,995 3 ,862

,373 3 . ,780 3 ,067

,224 3 . ,984 3 ,762

,207 3 . ,992 3 ,831

,295 3 . ,919 3 ,450

,178 3 . 1,000 3 ,958

,320 3 . ,883 3 ,334

,334 3 . ,860 3 ,266

,225 3 . ,984 3 ,756

,242 3 . ,973 3 ,685

,214 3 . ,989 3 ,803

,378 3 . ,768 3 ,051

kelompok perlakuankontrol

dosis I

dosis II

dosis III

dosis IV

kontrol

dosis I

dosis II

dosis III

dosis IV

kontrol

dosis I

dosis II

dosis III

dosis IV

berat badan hari ke-0

berat badan hari ke-7

berat badan hari ke-14

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Kolmogorov-Smirnova

Shapiro-Wilk

Lilliefors Significance Correctiona.

Descriptive Statistics

145.933 8.4955 3

153.733 4.5092 3

144.000 4.8539 3

143.400 9.6250 3

147.667 2.8308 3

146.947 6.7614 15

151.267 2.3180 3

160.133 2.6102 3

151.067 8.1347 3

151.533 5.2013 3

158.333 2.8729 3

154.467 5.7305 15

164.933 2.1572 3

176.267 9.0738 3

165.200 10.5432 3

167.467 7.8418 3

172.600 4.6776 3

169.293 7.8332 15

Kelompokkontrol

dosis I

dosis II

dosis III

dosis IV

Total

kontrol

dosis I

dosis II

dosis III

dosis IV

Total

kontrol

dosis I

dosis II

dosis III

dosis IV

Total

BB hari ke-0

BB hari ke-7

BB hari ke-14

Mean Std. Deviation N

Levene's Test of Equality of Error Variancesa

1.068 4 10 .421

2.193 4 10 .143

1.317 4 10 .328

BB hari ke-0

BB hari ke-7

BB hari ke-14

F df1 df2 Sig.

Tests the null hypothesis that the error variance of the dependentvariable is equal across groups.

Design: Intercept+Kelompoka.

Univariate Tests

206.597 4 51.649 1.192 .372 .323 4.766 .251

433.440 10 43.344

232.400 4 58.100 2.556 .104 .506 10.223 .508

227.333 10 22.733

295.989 4 73.997 1.314 .329 .345 5.257 .275

563.040 10 56.304

Contrast

Error

Contrast

Error

Contrast

Error

Dependent VariableBB hari ke-0

BB hari ke-7

BB hari ke-14

Sum ofSquares df Mean Square F Sig.

Partial EtaSquared

Noncent.Parameter

ObservedPower

a

The F tests the effect of Kelompok. This test is based on the linearly independent pairwise comparisons among the estimated marginal means.

Computed using alpha = .05a.

Page 142: KETOKSIKAN AKUT SARI WORTEL (Daucus carota L.) KAJIAN ... · KAJIAN TERHADAP HISTOLOGI GINJAL DAN KADAR KREATININ SERTA UREUM SERUM PADA TIKUS BETINA GALUR WISTAR SKRIPSI Diajukan

116

Pairwise Comparisons

-7.800 5.375 .177 -19.777 4.177

1.933 5.375 .727 -10.044 13.911

2.533 5.375 .648 -9.444 14.511

-1.733 5.375 .754 -13.711 10.244

7.800 5.375 .177 -4.177 19.777

9.733 5.375 .100 -2.244 21.711

10.333 5.375 .083 -1.644 22.311

6.067 5.375 .285 -5.911 18.044

-1.933 5.375 .727 -13.911 10.044

-9.733 5.375 .100 -21.711 2.244

.600 5.375 .913 -11.377 12.577

-3.667 5.375 .511 -15.644 8.311

-2.533 5.375 .648 -14.511 9.444

-10.333 5.375 .083 -22.311 1.644

-.600 5.375 .913 -12.577 11.377

-4.267 5.375 .446 -16.244 7.711

1.733 5.375 .754 -10.244 13.711

-6.067 5.375 .285 -18.044 5.911

3.667 5.375 .511 -8.311 15.644

4.267 5.375 .446 -7.711 16.244

-8.867* 3.893 .046 -17.541 -.192

.200 3.893 .960 -8.474 8.874

-.267 3.893 .947 -8.941 8.408

-7.067 3.893 .100 -15.741 1.608

8.867* 3.893 .046 .192 17.541

9.067* 3.893 .042 .392 17.741

8.600 3.893 .052 -.074 17.274

1.800 3.893 .654 -6.874 10.474

-.200 3.893 .960 -8.874 8.474

-9.067* 3.893 .042 -17.741 -.392

-.467 3.893 .907 -9.141 8.208

-7.267 3.893 .092 -15.941 1.408

.267 3.893 .947 -8.408 8.941

-8.600 3.893 .052 -17.274 .074

.467 3.893 .907 -8.208 9.141

-6.800 3.893 .111 -15.474 1.874

7.067 3.893 .100 -1.608 15.741

-1.800 3.893 .654 -10.474 6.874

7.267 3.893 .092 -1.408 15.941

6.800 3.893 .111 -1.874 15.474

-11.333 6.127 .094 -24.984 2.318

-.267 6.127 .966 -13.918 13.384

-2.533 6.127 .688 -16.184 11.118

-7.667 6.127 .239 -21.318 5.984

11.333 6.127 .094 -2.318 24.984

11.067 6.127 .101 -2.584 24.718

8.800 6.127 .181 -4.851 22.451

3.667 6.127 .563 -9.984 17.318

.267 6.127 .966 -13.384 13.918

-11.067 6.127 .101 -24.718 2.584

-2.267 6.127 .719 -15.918 11.384

-7.400 6.127 .255 -21.051 6.251

2.533 6.127 .688 -11.118 16.184

-8.800 6.127 .181 -22.451 4.851

2.267 6.127 .719 -11.384 15.918

-5.133 6.127 .422 -18.784 8.518

7.667 6.127 .239 -5.984 21.318

-3.667 6.127 .563 -17.318 9.984

7.400 6.127 .255 -6.251 21.051

5.133 6.127 .422 -8.518 18.784

(J) Kelompokdosis I

dosis II

dosis III

dosis IV

kontrol

dosis II

dosis III

dosis IV

kontrol

dosis I

dosis III

dosis IV

kontrol

dosis I

dosis II

dosis IV

kontrol

dosis I

dosis II

dosis III

dosis I

dosis II

dosis III

dosis IV

kontrol

dosis II

dosis III

dosis IV

kontrol

dosis I

dosis III

dosis IV

kontrol

dosis I

dosis II

dosis IV

kontrol

dosis I

dosis II

dosis III

dosis I

dosis II

dosis III

dosis IV

kontrol

dosis II

dosis III

dosis IV

kontrol

dosis I

dosis III

dosis IV

kontrol

dosis I

dosis II

dosis IV

kontrol

dosis I

dosis II

dosis III

(I) Kelompokkontrol

dosis I

dosis II

dosis III

dosis IV

kontrol

dosis I

dosis II

dosis III

dosis IV

kontrol

dosis I

dosis II

dosis III

dosis IV

Dependent VariableBB hari ke-0

BB hari ke-7

BB hari ke-14

MeanDifference

(I-J) Std. Error Sig.a

Lower Bound Upper Bound

95% Confidence Interval forDifference a

Based on estimated marginal means

The mean difference is significant at the .05 level.*.

Adjustment for multiple comparisons: Least Significant Difference (equivalent to no adjustments).a.

Page 143: KETOKSIKAN AKUT SARI WORTEL (Daucus carota L.) KAJIAN ... · KAJIAN TERHADAP HISTOLOGI GINJAL DAN KADAR KREATININ SERTA UREUM SERUM PADA TIKUS BETINA GALUR WISTAR SKRIPSI Diajukan

117

Post Hoc TestsKelompok

Multiple Comparisons

Scheffe

-6,133 4,7677 ,795 -23,916 11,650

4,133 4,7677 ,939 -13,650 21,916

4,067 4,7677 ,943 -13,716 21,850

,400 4,7677 1,000 -17,383 18,183

6,133 4,7677 ,795 -11,650 23,916

10,267 4,7677 ,385 -7,516 28,050

10,200 4,7677 ,390 -7,583 27,983

6,533 4,7677 ,757 -11,250 24,316

-4,133 4,7677 ,939 -21,916 13,650

-10,267 4,7677 ,385 -28,050 7,516

-,067 4,7677 1,000 -17,850 17,716

-3,733 4,7677 ,957 -21,516 14,050

-4,067 4,7677 ,943 -21,850 13,716

-10,200 4,7677 ,390 -27,983 7,583

,067 4,7677 1,000 -17,716 17,850

-3,667 4,7677 ,960 -21,450 14,116

-,400 4,7677 1,000 -18,183 17,383

-6,533 4,7677 ,757 -24,316 11,250

3,733 4,7677 ,957 -14,050 21,516

3,667 4,7677 ,960 -14,116 21,450

-8,867 3,8756 ,331 -23,322 5,589

,067 3,8756 1,000 -14,389 14,522

-,267 3,8756 1,000 -14,722 14,189

-7,067 3,8756 ,535 -21,522 7,389

8,867 3,8756 ,331 -5,589 23,322

8,933 3,8756 ,325 -5,522 23,389

8,600 3,8756 ,358 -5,856 23,056

1,800 3,8756 ,994 -12,656 16,256

-,067 3,8756 1,000 -14,522 14,389

-8,933 3,8756 ,325 -23,389 5,522

-,333 3,8756 1,000 -14,789 14,122

-7,133 3,8756 ,527 -21,589 7,322

,267 3,8756 1,000 -14,189 14,722

-8,600 3,8756 ,358 -23,056 5,856

,333 3,8756 1,000 -14,122 14,789

-6,800 3,8756 ,569 -21,256 7,656

7,067 3,8756 ,535 -7,389 21,522

-1,800 3,8756 ,994 -16,256 12,656

7,133 3,8756 ,527 -7,322 21,589

6,800 3,8756 ,569 -7,656 21,256

-11,333 6,1267 ,522 -34,185 11,519

-,267 6,1267 1,000 -23,119 22,585

-2,533 6,1267 ,996 -25,385 20,319

-7,667 6,1267 ,810 -30,519 15,185

11,333 6,1267 ,522 -11,519 34,185

11,067 6,1267 ,543 -11,785 33,919

8,800 6,1267 ,726 -14,052 31,652

3,667 6,1267 ,984 -19,185 26,519

,267 6,1267 1,000 -22,585 23,119

-11,067 6,1267 ,543 -33,919 11,785

-2,267 6,1267 ,997 -25,119 20,585

-7,400 6,1267 ,828 -30,252 15,452

2,533 6,1267 ,996 -20,319 25,385

-8,800 6,1267 ,726 -31,652 14,052

2,267 6,1267 ,997 -20,585 25,119

-5,133 6,1267 ,946 -27,985 17,719

7,667 6,1267 ,810 -15,185 30,519

-3,667 6,1267 ,984 -26,519 19,185

7,400 6,1267 ,828 -15,452 30,252

5,133 6,1267 ,946 -17,719 27,985

(J) kelompok perlakuandosis I

dosis II

dosis III

dosis IV

kontrol

dosis II

dosis III

dosis IV

kontrol

dosis I

dosis III

dosis IV

kontrol

dosis I

dosis II

dosis IV

kontrol

dosis I

dosis II

dosis III

dosis I

dosis II

dosis III

dosis IV

kontrol

dosis II

dosis III

dosis IV

kontrol

dosis I

dosis III

dosis IV

kontrol

dosis I

dosis II

dosis IV

kontrol

dosis I

dosis II

dosis III

dosis I

dosis II

dosis III

dosis IV

kontrol

dosis II

dosis III

dosis IV

kontrol

dosis I

dosis III

dosis IV

kontrol

dosis I

dosis II

dosis IV

kontrol

dosis I

dosis II

dosis III

(I) kelompok perlakuankontrol

dosis I

dosis II

dosis III

dosis IV

kontrol

dosis I

dosis II

dosis III

dosis IV

kontrol

dosis I

dosis II

dosis III

dosis IV

Dependent VariableBerat badan hari ke-0

Berat badan hari ke-7

Berat badan hari ke-14

MeanDifference

(I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound

95% Confidence Interval

Based on observed means.

Page 144: KETOKSIKAN AKUT SARI WORTEL (Daucus carota L.) KAJIAN ... · KAJIAN TERHADAP HISTOLOGI GINJAL DAN KADAR KREATININ SERTA UREUM SERUM PADA TIKUS BETINA GALUR WISTAR SKRIPSI Diajukan

118

Lampiran 22. Data kadar kreatinin serum

1. Kadar kreatinin serum sebelum pemberian sari wortel dengan menggunakan

uji One Way ANOVA.

Descriptives

kadar kreatinin serum (mg/dl)

6 ,433 ,0816 ,0333 ,348 ,519 ,4 ,6

6 ,417 ,0753 ,0307 ,338 ,496 ,3 ,5

6 ,400 ,0894 ,0365 ,306 ,494 ,3 ,5

6 ,400 ,1265 ,0516 ,267 ,533 ,2 ,5

6 ,367 ,1366 ,0558 ,223 ,510 ,1 ,5

30 ,403 ,0999 ,0182 ,366 ,441 ,1 ,6

kontrol

dosis I (66550,9mg/kg BB)

dosis II (79861,1mg/kg BB)

dosis III (95833,3mg/kg BB)

dosis IV (115000mg/kg BB)

Total

N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound

95% Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

kadar kreatinin serum (mg/dl)

,588 4 25 ,674

LeveneStatistic df1 df2 Sig.

ANOVA

kadar kreatinin serum (mg/dl)

,015 4 ,004 ,333 ,853

,275 25 ,011

,290 29

Between Groups

Within Groups

Total

Sum ofSquares df Mean Square F Sig.

kadar kreatinin serum (mg/dl)

Scheffea

6 ,367

6 ,400

6 ,400

6 ,417

6 ,433

,873

kelompok perlakuandosis IV (115000mg/kg BB)

dosis II (79861,1mg/kg BB)

dosis III (95833,3mg/kg BB)

dosis I (66550,9mg/kg BB)

kontrol

Sig.

N 1

Subsetfor alpha

= .05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Uses Harmonic Mean Sample Size = 6,000.a.

Page 145: KETOKSIKAN AKUT SARI WORTEL (Daucus carota L.) KAJIAN ... · KAJIAN TERHADAP HISTOLOGI GINJAL DAN KADAR KREATININ SERTA UREUM SERUM PADA TIKUS BETINA GALUR WISTAR SKRIPSI Diajukan

119

Post Hoc Tests

2. Kadar kreatinin serum pada waktu 24 jam setelah pemberian sari wortel

dengan menggunakan uji One Way ANOVA.

Multiple Comparisons

Dependent Variable: kadar kreatinin serum (mg/dl)

Scheffe

,0167 ,0606 ,999 -,184 ,218

,0333 ,0606 ,989 -,168 ,234

,0333 ,0606 ,989 -,168 ,234

,0667 ,0606 ,873 -,134 ,268

-,0167 ,0606 ,999 -,218 ,184

,0167 ,0606 ,999 -,184 ,218

,0167 ,0606 ,999 -,184 ,218

,0500 ,0606 ,951 -,151 ,251

-,0333 ,0606 ,989 -,234 ,168

-,0167 ,0606 ,999 -,218 ,184

,0000 ,0606 1,000 -,201 ,201

,0333 ,0606 ,989 -,168 ,234

-,0333 ,0606 ,989 -,234 ,168

-,0167 ,0606 ,999 -,218 ,184

,0000 ,0606 1,000 -,201 ,201

,0333 ,0606 ,989 -,168 ,234

-,0667 ,0606 ,873 -,268 ,134

-,0500 ,0606 ,951 -,251 ,151

-,0333 ,0606 ,989 -,234 ,168

-,0333 ,0606 ,989 -,234 ,168

(J) kelompok perlakuandosis I (66550,9 mg/kgBB)

dosis II (79861,1 mg/kgBB)

dosis III (95833,3mg/kg BB)

dosis IV (115000 mg/kgBB)

kontrol

dosis II (79861,1 mg/kgBB)

dosis III (95833,3mg/kg BB)

dosis IV (115000 mg/kgBB)

kontrol

dosis I (66550,9 mg/kgBB)

dosis III (95833,3mg/kg BB)

dosis IV (115000 mg/kgBB)

kontrol

dosis I (66550,9 mg/kgBB)

dosis II (79861,1 mg/kgBB)

dosis IV (115000 mg/kgBB)

kontrol

dosis I (66550,9 mg/kgBB)

dosis II (79861,1 mg/kgBB)

dosis III (95833,3mg/kg BB)

(I) kelompok perlakuankontrol

dosis I (66550,9 mg/kgBB)

dosis II (79861,1mg/kg BB)

dosis III (95833,3mg/kg BB)

dosis IV (115000mg/kg BB)

MeanDifference

(I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound

95% Confidence Interval

Test of Homogeneity of Variances

kadar kreatinin serum (mg/dl)

2,000 4 10 ,171

LeveneStatistic df1 df2 Sig.

Page 146: KETOKSIKAN AKUT SARI WORTEL (Daucus carota L.) KAJIAN ... · KAJIAN TERHADAP HISTOLOGI GINJAL DAN KADAR KREATININ SERTA UREUM SERUM PADA TIKUS BETINA GALUR WISTAR SKRIPSI Diajukan

120

Descriptives

kadar kreatinin serum (mg/dl)

3 ,433 ,1528 ,0882 ,054 ,813 ,3 ,6

3 ,533 ,0577 ,0333 ,390 ,677 ,5 ,6

3 ,567 ,0577 ,0333 ,423 ,710 ,5 ,6

3 ,567 ,1155 ,0667 ,280 ,854 ,5 ,7

3 ,467 ,0577 ,0333 ,323 ,610 ,4 ,5

15 ,513 ,0990 ,0256 ,458 ,568 ,3 ,7

kontrol

dosis I (66550,9mg/kg BB)

dosis II (79861,1mg/kg BB)

dosis III (95833,3mg/kg BB)

dosis IV (115000mg/kg BB)

Total

N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound

95% Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

ANOVA

kadar kreatinin serum (mg/dl)

,044 4 ,011 1,179 ,377

,093 10 ,009

,137 14

Between Groups

Within Groups

Total

Sum ofSquares df Mean Square F Sig.

kadar kreatinin serum (mg/dl)

Scheffea

3 ,433

3 ,467

3 ,533

3 ,567

3 ,567

,601

kelompok perlakuankontrol

dosis IV (115000mg/kg BB)

dosis I (66550,9mg/kg BB)

dosis III (95833,3mg/kg BB)

dosis II (79861,1mg/kg BB)

Sig.

N 1

Subsetfor alpha

= .05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.a.

Page 147: KETOKSIKAN AKUT SARI WORTEL (Daucus carota L.) KAJIAN ... · KAJIAN TERHADAP HISTOLOGI GINJAL DAN KADAR KREATININ SERTA UREUM SERUM PADA TIKUS BETINA GALUR WISTAR SKRIPSI Diajukan

121

Post Hoc Tests

3. Kadar kreatinin serum pada hari ke-14 setelah pemberian sari wortel

Multiple Comparisons

Dependent Variable: kadar kreatinin serum (mg/dl)

Scheffe

-,1000 ,0789 ,803 -,394 ,194

-,1333 ,0789 ,601 -,428 ,161

-,1333 ,0789 ,601 -,428 ,161

-,0333 ,0789 ,996 -,328 ,261

,1000 ,0789 ,803 -,194 ,394

-,0333 ,0789 ,996 -,328 ,261

-,0333 ,0789 ,996 -,328 ,261

,0667 ,0789 ,944 -,228 ,361

,1333 ,0789 ,601 -,161 ,428

,0333 ,0789 ,996 -,261 ,328

,0000 ,0789 1,000 -,294 ,294

,1000 ,0789 ,803 -,194 ,394

,1333 ,0789 ,601 -,161 ,428

,0333 ,0789 ,996 -,261 ,328

,0000 ,0789 1,000 -,294 ,294

,1000 ,0789 ,803 -,194 ,394

,0333 ,0789 ,996 -,261 ,328

-,0667 ,0789 ,944 -,361 ,228

-,1000 ,0789 ,803 -,394 ,194

-,1000 ,0789 ,803 -,394 ,194

(J) kelompok perlakuandosis I (66550,9 mg/kgBB)

dosis II (79861,1 mg/kgBB)

dosis III (95833,3mg/kg BB)

dosis IV (115000 mg/kgBB)

kontrol

dosis II (79861,1 mg/kgBB)

dosis III (95833,3mg/kg BB)

dosis IV (115000 mg/kgBB)

kontrol

dosis I (66550,9 mg/kgBB)

dosis III (95833,3mg/kg BB)

dosis IV (115000 mg/kgBB)

kontrol

dosis I (66550,9 mg/kgBB)

dosis II (79861,1 mg/kgBB)

dosis IV (115000 mg/kgBB)

kontrol

dosis I (66550,9 mg/kgBB)

dosis II (79861,1 mg/kgBB)

dosis III (95833,3mg/kg BB)

(I) kelompok perlakuankontrol

dosis I (66550,9 mg/kgBB)

dosis II (79861,1mg/kg BB)

dosis III (95833,3mg/kg BB)

dosis IV (115000mg/kg BB)

MeanDifference

(I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound

95% Confidence Interval

Descriptives

kadar kreatinin serum (mg/dl)

3 ,433 ,0577 ,0333 ,290 ,577 ,4 ,5

3 ,300 ,1000 ,0577 ,052 ,548 ,2 ,4

3 ,367 ,0577 ,0333 ,223 ,510 ,3 ,4

3 ,333 ,0577 ,0333 ,190 ,477 ,3 ,4

3 ,300 ,0000 ,0000 ,300 ,300 ,3 ,3

15 ,347 ,0743 ,0192 ,306 ,388 ,2 ,5

kontrol

dosis I (66550,9mg/kg BB)

dosis II (79861,1mg/kg BB)

dosis III (95833,3mg/kg BB)

dosis IV (115000mg/kg BB)

Total

N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound

95% Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Page 148: KETOKSIKAN AKUT SARI WORTEL (Daucus carota L.) KAJIAN ... · KAJIAN TERHADAP HISTOLOGI GINJAL DAN KADAR KREATININ SERTA UREUM SERUM PADA TIKUS BETINA GALUR WISTAR SKRIPSI Diajukan

122

Post Hoc Tests

Multiple Comparisons

Dependent Variable: kadar kreatinin serum (mg/dl)

Scheffe

,1333 ,0516 ,233 -,059 ,326

,0667 ,0516 ,793 -,126 ,259

,1000 ,0516 ,481 -,093 ,293

,1333 ,0516 ,233 -,059 ,326

-,1333 ,0516 ,233 -,326 ,059

-,0667 ,0516 ,793 -,259 ,126

-,0333 ,0516 ,978 -,226 ,159

,0000 ,0516 1,000 -,193 ,193

-,0667 ,0516 ,793 -,259 ,126

,0667 ,0516 ,793 -,126 ,259

,0333 ,0516 ,978 -,159 ,226

,0667 ,0516 ,793 -,126 ,259

-,1000 ,0516 ,481 -,293 ,093

,0333 ,0516 ,978 -,159 ,226

-,0333 ,0516 ,978 -,226 ,159

,0333 ,0516 ,978 -,159 ,226

-,1333 ,0516 ,233 -,326 ,059

,0000 ,0516 1,000 -,193 ,193

-,0667 ,0516 ,793 -,259 ,126

-,0333 ,0516 ,978 -,226 ,159

(J) kelompok perlakuandosis I (66550,9 mg/kgBB)

dosis II (79861,1 mg/kgBB)

dosis III (95833,3mg/kg BB)

dosis IV (115000 mg/kgBB)

kontrol

dosis II (79861,1 mg/kgBB)

dosis III (95833,3mg/kg BB)

dosis IV (115000 mg/kgBB)

kontrol

dosis I (66550,9 mg/kgBB)

dosis III (95833,3mg/kg BB)

dosis IV (115000 mg/kgBB)

kontrol

dosis I (66550,9 mg/kgBB)

dosis II (79861,1 mg/kgBB)

dosis IV (115000 mg/kgBB)

kontrol

dosis I (66550,9 mg/kgBB)

dosis II (79861,1 mg/kgBB)

dosis III (95833,3mg/kg BB)

(I) kelompok perlakuankontrol

dosis I (66550,9 mg/kgBB)

dosis II (79861,1mg/kg BB)

dosis III (95833,3mg/kg BB)

dosis IV (115000mg/kg BB)

MeanDifference

(I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound

95% Confidence Interval

Test of Homogeneity of Variances

kadar kreatinin serum (mg/dl)

2,000 4 10 ,171

LeveneStatistic df1 df2 Sig.

ANOVA

kadar kreatinin serum (mg/dl)

,037 4 ,009 2,333 ,126

,040 10 ,004

,077 14

Between Groups

Within Groups

Total

Sum ofSquares df Mean Square F Sig.

Page 149: KETOKSIKAN AKUT SARI WORTEL (Daucus carota L.) KAJIAN ... · KAJIAN TERHADAP HISTOLOGI GINJAL DAN KADAR KREATININ SERTA UREUM SERUM PADA TIKUS BETINA GALUR WISTAR SKRIPSI Diajukan

123

4. Data kadar kreatinin serum dengan menggunakan uji Paired T-Test

a. Kadar kreatinin serum sebelum perlakuan dan 24 jam setelah pemejanan

1) kontrol

2) dosis I (66,55 g/kg BB)

3) dosis II (79,86 g/kg BB)

kadar kreatinin serum (mg/dl)

Scheffe a

3 ,300

3 ,300

3 ,333

3 ,367

3 ,433

,233

kelompok perlakuandosis I (66550,9mg/kg BB)

dosis IV (115000mg/kg BB)

dosis III (95833,3mg/kg BB)

dosis II (79861,1mg/kg BB)

kontrol

Sig.

N 1

Subsetfor alpha

= .05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.a.

Paired Samples Test

,0333 ,0577 ,0333 -,1101 ,1768 1,000 2 ,423

kadar kreatinin (mg/dl)sebelum pemberian sariwortel - kadar kreatinin(mg/dl) 24 jam setelahpemberian sari wortel

Pair1

Mean Std. DeviationStd. Error

Mean Lower Upper

95% ConfidenceInterval of the

Difference

Paired Differences

t df Sig. (2-tailed)

Paired Samples Test

-,0667 ,0900 ,0232 -,1165 -,0168 -2,870 14 ,055

kadar kreatinin (mg/dl)sebelum pemberian sariwortel - kadar kreatinin(mg/dl) 24 jam setelahpemberian sari wortel

Pair1

Mean Std. DeviationStd. Error

Mean Lower Upper

95% ConfidenceInterval of the

Difference

Paired Differences

t df Sig. (2-tailed)

Paired Samples Test

-,1333 ,0577 ,0333 -,2768 ,0101 -4,000 2 ,057

kadar kreatinin (mg/dl)sebelum pemberian sariwortel - kadar kreatinin(mg/dl) 24 jam setelahpemberian sari wortel

Pair1

Mean Std. DeviationStd. Error

Mean Lower Upper

95% ConfidenceInterval of the

Difference

Paired Differences

t df Sig. (2-tailed)

Page 150: KETOKSIKAN AKUT SARI WORTEL (Daucus carota L.) KAJIAN ... · KAJIAN TERHADAP HISTOLOGI GINJAL DAN KADAR KREATININ SERTA UREUM SERUM PADA TIKUS BETINA GALUR WISTAR SKRIPSI Diajukan

124

4) dosis III (95,83 g/kg BB)

5) dosis IV (115 g/kg BB)

b. kadar kreatinin serum sebelum perlakuan dan hari ke-14 setelah pemejanan

1) kontrol

2) dosis I (66,55 g/kg BB)

3) dosis II (79,86 g/kg BB)

Paired Samples Test

-,1000 ,1000 ,0577 -,3484 ,1484 -1,732 2 ,225

kadar kreatinin (mg/dl)sebelum pemberian sariwortel - kadar kreatinin(mg/dl) 24 jam setelahpemberian sari wortel

Pair1

Mean Std. DeviationStd. Error

Mean Lower Upper

95% ConfidenceInterval of the

Difference

Paired Differences

t df Sig. (2-tailed)

Paired Samples Test

-,0333 ,1155 ,0667 -,3202 ,2535 -,500 2 ,667

kadar kreatinin (mg/dl)sebelum pemberian sariwortel - kadar kreatinin(mg/dl) 24 jam setelahpemberian sari wortel

Pair1

Mean Std. DeviationStd. Error

Mean Lower Upper

95% ConfidenceInterval of the

Difference

Paired Differences

t df Sig. (2-tailed)

Paired Samples Test

-,0333 ,0577 ,0333 -,1768 ,1101 -1,000 2 ,423

kadar kreatinin (mg/dl)sebelum pemberian sariwortel - kadar kreatinin(mg/dl) 14 hari setelahpemberian sari wortel

Pair1

Mean Std. DeviationStd. Error

Mean Lower Upper

95% ConfidenceInterval of the

Difference

Paired Differences

t df Sig. (2-tailed)

Paired Samples Test

,1000 ,1000 ,0577 -,1484 ,3484 1,732 2 ,225

kadar kreatinin (mg/dl)sebelum pemberian sariwortel - kadar kreatinin(mg/dl) 14 hari setelahpemberian sari wortel

Pair1

Mean Std. DeviationStd. Error

Mean Lower Upper

95% ConfidenceInterval of the

Difference

Paired Differences

t df Sig. (2-tailed)

Paired Samples Test

,0000 ,1000 ,0577 -,2484 ,2484 ,000 2 1,000

kadar kreatinin (mg/dl)sebelum pemberian sariwortel - kadar kreatinin(mg/dl) 14 hari setelahpemberian sari wortel

Pair1

Mean Std. DeviationStd. Error

Mean Lower Upper

95% ConfidenceInterval of the

Difference

Paired Differences

t df Sig. (2-tailed)

Page 151: KETOKSIKAN AKUT SARI WORTEL (Daucus carota L.) KAJIAN ... · KAJIAN TERHADAP HISTOLOGI GINJAL DAN KADAR KREATININ SERTA UREUM SERUM PADA TIKUS BETINA GALUR WISTAR SKRIPSI Diajukan

125

4) dosis III (95,83 g/kg BB)

5) dosis IV (115 g/kg BB)

Lampiran 23. Data kadar ureum serum

1. kadar ureum serum sebelum pemberian sari wortel

Paired Samples Test

,0000 ,2000 ,1155 -,4968 ,4968 ,000 2 1,000

kadar kreatinin (mg/dl)sebelum pemberian sariwortel - kadar kreatinin(mg/dl) 14 hari setelahpemberian sari wortel

Pair1

Mean Std. DeviationStd. Error

Mean Lower Upper

95% ConfidenceInterval of the

Difference

Paired Differences

t df Sig. (2-tailed)

Paired Samples Test

,0000 ,1732 ,1000 -,4303 ,4303 ,000 2 1,000

kadar kreatinin (mg/dl)sebelum pemberian sariwortel - kadar kreatinin(mg/dl) 14 hari setelahpemberian sari wortel

Pair1

Mean Std. DeviationStd. Error

Mean Lower Upper

95% ConfidenceInterval of the

Difference

Paired Differences

t df Sig. (2-tailed)

Descriptives

kadar ureum (mg/dl) sebelum perlakuan

6 52,900 9,3336 3,8104 43,105 62,695 42,9 69,4

6 50,300 5,7952 2,3659 44,218 56,382 42,4 57,9

6 50,350 6,1724 2,5199 43,872 56,828 40,0 57,9

6 46,133 9,4935 3,8757 36,171 56,096 37,1 62,4

6 49,067 8,8315 3,6054 39,799 58,335 38,5 61,8

30 49,750 7,8332 1,4301 46,825 52,675 37,1 69,4

kontrol

dosis I (66,55 g/kg BB)

dosis II (79,86 g/kg BB)

dosis III (95,83 g/kg BB)

dosis IV (115 g/kg BB)

Total

N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound

95% Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

kadar ureum (mg/dl) sebelum perlakuan

,482 4 25 ,748

LeveneStatistic df1 df2 Sig.

ANOVA

kadar ureum (mg/dl) sebelum perlakuan

144,793 4 36,198 ,554 ,698

1634,602 25 65,384

1779,395 29

Between Groups

Within Groups

Total

Sum ofSquares df Mean Square F Sig.

Page 152: KETOKSIKAN AKUT SARI WORTEL (Daucus carota L.) KAJIAN ... · KAJIAN TERHADAP HISTOLOGI GINJAL DAN KADAR KREATININ SERTA UREUM SERUM PADA TIKUS BETINA GALUR WISTAR SKRIPSI Diajukan

126

Post Hoc Tests

2. kadar ureum serum pada waktu 24 jam setelah pemberian sari wortel

Multiple Comparisons

Dependent Variable: kadar ureum (mg/dl) sebelum perlakuan

Scheffe

2,6000 4,6685 ,988 -12,908 18,108

2,5500 4,6685 ,989 -12,958 18,058

6,7667 4,6685 ,718 -8,741 22,275

3,8333 4,6685 ,952 -11,675 19,341

-2,6000 4,6685 ,988 -18,108 12,908

-,0500 4,6685 1,000 -15,558 15,458

4,1667 4,6685 ,936 -11,341 19,675

1,2333 4,6685 ,999 -14,275 16,741

-2,5500 4,6685 ,989 -18,058 12,958

,0500 4,6685 1,000 -15,458 15,558

4,2167 4,6685 ,934 -11,291 19,725

1,2833 4,6685 ,999 -14,225 16,791

-6,7667 4,6685 ,718 -22,275 8,741

-4,1667 4,6685 ,936 -19,675 11,341

-4,2167 4,6685 ,934 -19,725 11,291

-2,9333 4,6685 ,982 -18,441 12,575

-3,8333 4,6685 ,952 -19,341 11,675

-1,2333 4,6685 ,999 -16,741 14,275

-1,2833 4,6685 ,999 -16,791 14,225

2,9333 4,6685 ,982 -12,575 18,441

(J) kelompok perlakuandosis I (66,55 g/kg BB)

dosis II (79,86 g/kg BB)

dosis III (95,83 g/kg BB)

dosis IV (115 g/kg BB)

kontrol

dosis II (79,86 g/kg BB)

dosis III (95,83 g/kg BB)

dosis IV (115 g/kg BB)

kontrol

dosis I (66,55 g/kg BB)

dosis III (95,83 g/kg BB)

dosis IV (115 g/kg BB)

kontrol

dosis I (66,55 g/kg BB)

dosis II (79,86 g/kg BB)

dosis IV (115 g/kg BB)

kontrol

dosis I (66,55 g/kg BB)

dosis II (79,86 g/kg BB)

dosis III (95,83 g/kg BB)

(I) kelompok perlakuankontrol

dosis I (66,55 g/kg BB)

dosis II (79,86 g/kg BB)

dosis III (95,83 g/kg BB)

dosis IV (115 g/kg BB)

MeanDifference

(I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound

95% Confidence Interval

Descriptives

kadar ureum (mg/dl) pada waktu 24 jam setelah perlakuan

3 21,533 3,7608 2,1713 12,191 30,876 18,7 25,8

3 21,967 5,7501 3,3198 7,683 36,251 18,4 28,6

3 19,700 2,5239 1,4572 13,430 25,970 17,0 22,0

3 21,300 8,6504 4,9943 -,189 42,789 12,6 29,9

3 16,767 ,8505 ,4910 14,654 18,879 15,9 17,6

15 20,253 4,7257 1,2202 17,636 22,870 12,6 29,9

kontrol

dosis I (66,55 g/kg BB)

dosis II (79,86 g/kg BB)

dosis III (95,83 g/kg BB)

dosis IV (115 g/kg BB)

Total

N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound

95% Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

kadar ureum (mg/dl) pada waktu 24 jam setelah perlakuan

2,020 4 10 ,167

LeveneStatistic df1 df2 Sig.

ANOVA

kadar ureum (mg/dl) pada waktu 24 jam setelah perlakuan

54,397 4 13,599 ,527 ,719

258,260 10 25,826

312,657 14

Between Groups

Within Groups

Total

Sum ofSquares df Mean Square F Sig.

Page 153: KETOKSIKAN AKUT SARI WORTEL (Daucus carota L.) KAJIAN ... · KAJIAN TERHADAP HISTOLOGI GINJAL DAN KADAR KREATININ SERTA UREUM SERUM PADA TIKUS BETINA GALUR WISTAR SKRIPSI Diajukan

127

Post hoc tests

3. kadar ureum serum pada hari ke-14 setelah pemberian sari wortel

Multiple Comparisons

Dependent Variable: kadar ureum (mg/dl) pada waktu 24 jam setelah perlakuan

Scheffe

-,4333 4,1494 1,000 -15,910 15,043

1,8333 4,1494 ,995 -13,643 17,310

,2333 4,1494 1,000 -15,243 15,710

4,7667 4,1494 ,852 -10,710 20,243

,4333 4,1494 1,000 -15,043 15,910

2,2667 4,1494 ,988 -13,210 17,743

,6667 4,1494 1,000 -14,810 16,143

5,2000 4,1494 ,809 -10,277 20,677

-1,8333 4,1494 ,995 -17,310 13,643

-2,2667 4,1494 ,988 -17,743 13,210

-1,6000 4,1494 ,997 -17,077 13,877

2,9333 4,1494 ,970 -12,543 18,410

-,2333 4,1494 1,000 -15,710 15,243

-,6667 4,1494 1,000 -16,143 14,810

1,6000 4,1494 ,997 -13,877 17,077

4,5333 4,1494 ,872 -10,943 20,010

-4,7667 4,1494 ,852 -20,243 10,710

-5,2000 4,1494 ,809 -20,677 10,277

-2,9333 4,1494 ,970 -18,410 12,543

-4,5333 4,1494 ,872 -20,010 10,943

(J) kelompok perlakuandosis I (66,55 g/kg BB)

dosis II (79,86 g/kg BB)

dosis III (95,83 g/kg BB)

dosis IV (115 g/kg BB)

kontrol

dosis II (79,86 g/kg BB)

dosis III (95,83 g/kg BB)

dosis IV (115 g/kg BB)

kontrol

dosis I (66,55 g/kg BB)

dosis III (95,83 g/kg BB)

dosis IV (115 g/kg BB)

kontrol

dosis I (66,55 g/kg BB)

dosis II (79,86 g/kg BB)

dosis IV (115 g/kg BB)

kontrol

dosis I (66,55 g/kg BB)

dosis II (79,86 g/kg BB)

dosis III (95,83 g/kg BB)

(I) kelompok perlakuankontrol

dosis I (66,55 g/kg BB)

dosis II (79,86 g/kg BB)

dosis III (95,83 g/kg BB)

dosis IV (115 g/kg BB)

MeanDifference

(I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound

95% Confidence Interval

Descriptives

kadar ureum (mg/dl) pada hari ke-14 setelah perlakuan

3 43,267 7,0784 4,0867 25,683 60,850 38,5 51,4

3 39,700 9,8046 5,6607 15,344 64,056 31,6 50,6

3 44,300 4,7885 2,7647 32,405 56,195 39,9 49,4

3 42,633 3,0746 1,7751 34,996 50,271 39,1 44,7

3 44,033 1,3051 ,7535 40,791 47,275 43,0 45,5

15 42,787 5,3554 1,3827 39,821 45,752 31,6 51,4

kontrol

dosis I (66,55 g/kg BB)

dosis II (79,86 g/kg BB)

dosis III (95,83 g/kg BB)

dosis IV (115 g/kg BB)

Total

N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound

95% Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

kadar ureum (mg/dl) pada hari ke-14 setelah perlakuan

3,112 4 10 ,066

LeveneStatistic df1 df2 Sig.

ANOVA

kadar ureum (mg/dl) pada hari ke-14 setelah perlakuan

40,877 4 10,219 ,283 ,882

360,640 10 36,064

401,517 14

Between Groups

Within Groups

Total

Sum ofSquares df Mean Square F Sig.

Page 154: KETOKSIKAN AKUT SARI WORTEL (Daucus carota L.) KAJIAN ... · KAJIAN TERHADAP HISTOLOGI GINJAL DAN KADAR KREATININ SERTA UREUM SERUM PADA TIKUS BETINA GALUR WISTAR SKRIPSI Diajukan

128

Post hoc tests

4. data kadar ureum serum dengan Paired T-Test

a. kadar ureum serum sebelum perlakuan dan 24 jam setelah perlakuan

1). Kontrol

2). Dosis I (66,55 g/kg BB)

Multiple Comparisons

Dependent Variable: kadar ureum (mg/dl) pada hari ke-14 setelah perlakuan

Scheffe

3,5667 4,9033 ,967 -14,722 21,856

-1,0333 4,9033 1,000 -19,322 17,256

,6333 4,9033 1,000 -17,656 18,922

-,7667 4,9033 1,000 -19,056 17,522

-3,5667 4,9033 ,967 -21,856 14,722

-4,6000 4,9033 ,921 -22,889 13,689

-2,9333 4,9033 ,984 -21,222 15,356

-4,3333 4,9033 ,935 -22,622 13,956

1,0333 4,9033 1,000 -17,256 19,322

4,6000 4,9033 ,921 -13,689 22,889

1,6667 4,9033 ,998 -16,622 19,956

,2667 4,9033 1,000 -18,022 18,556

-,6333 4,9033 1,000 -18,922 17,656

2,9333 4,9033 ,984 -15,356 21,222

-1,6667 4,9033 ,998 -19,956 16,622

-1,4000 4,9033 ,999 -19,689 16,889

,7667 4,9033 1,000 -17,522 19,056

4,3333 4,9033 ,935 -13,956 22,622

-,2667 4,9033 1,000 -18,556 18,022

1,4000 4,9033 ,999 -16,889 19,689

(J) kelompok perlakuandosis I (66,55 g/kg BB)

dosis II (79,86 g/kg BB)

dosis III (95,83 g/kg BB)

dosis IV (115 g/kg BB)

kontrol

dosis II (79,86 g/kg BB)

dosis III (95,83 g/kg BB)

dosis IV (115 g/kg BB)

kontrol

dosis I (66,55 g/kg BB)

dosis III (95,83 g/kg BB)

dosis IV (115 g/kg BB)

kontrol

dosis I (66,55 g/kg BB)

dosis II (79,86 g/kg BB)

dosis IV (115 g/kg BB)

kontrol

dosis I (66,55 g/kg BB)

dosis II (79,86 g/kg BB)

dosis III (95,83 g/kg BB)

(I) kelompok perlakuankontrol

dosis I (66,55 g/kg BB)

dosis II (79,86 g/kg BB)

dosis III (95,83 g/kg BB)

dosis IV (115 g/kg BB)

MeanDifference

(I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound

95% Confidence Interval

Paired Samples Test

8,3333 2,5106 1,4495 2,0965 14,5701 5,749 2 ,029

kadar ureum (mg/dl)sebelum pemberian sariwortel - kadar ureum(mg/dl) 14 hari setelahpemberian sari wortel

Pair1

Mean Std. DeviationStd. Error

Mean Lower Upper

95% ConfidenceInterval of the

Difference

Paired Differences

t df Sig. (2-tailed)

Paired Samples Test

31,9333 6,2780 3,6246 16,3379 47,5288 8,810 2 ,013

kadar ureum (mg/dl)sebelum pemberian sariwortel - kadar ureum(mg/dl) 24 jam setelahpemberian sari wortel

Pair1

Mean Std. DeviationStd. Error

Mean Lower Upper

95% ConfidenceInterval of the

Difference

Paired Differences

t df Sig. (2-tailed)

Page 155: KETOKSIKAN AKUT SARI WORTEL (Daucus carota L.) KAJIAN ... · KAJIAN TERHADAP HISTOLOGI GINJAL DAN KADAR KREATININ SERTA UREUM SERUM PADA TIKUS BETINA GALUR WISTAR SKRIPSI Diajukan

129

3). Dosis II (79,86 g/kg BB)

4). Dosis III (95,83 g/kg BB)

5). Dosis IV (115 g/kg BB)

b. kadar ureum serum sebelum perlakuan dan 14 hari setelah perlakuan

1). kontrol

2). dosis I (66,55 g/kg BB)

Paired Samples Test

28,4667 7,7822 4,4931 9,1345 47,7988 6,336 2 ,024

kadar ureum (mg/dl)sebelum pemberian sariwortel - kadar ureum(mg/dl) 24 jam setelahpemberian sari wortel

Pair1

Mean Std. DeviationStd. Error

Mean Lower Upper

95% ConfidenceInterval of the

Difference

Paired Differences

t df Sig. (2-tailed)

Paired Samples Test

23,4000 2,1794 1,2583 17,9859 28,8141 18,596 2 ,003

kadar ureum (mg/dl)sebelum pemberian sariwortel - kadar ureum(mg/dl) 24 jam setelahpemberian sari wortel

Pair1

Mean Std. DeviationStd. Error

Mean Lower Upper

95% ConfidenceInterval of the

Difference

Paired Differences

t df Sig. (2-tailed)

Paired Samples Test

25,7667 4,8952 2,8263 13,6062 37,9271 9,117 2 ,012

kadar ureum (mg/dl)sebelum pemberian sariwortel - kadar ureum(mg/dl) 24 jam setelahpemberian sari wortel

Pair1

Mean Std. DeviationStd. Error

Mean Lower Upper

95% ConfidenceInterval of the

Difference

Paired Differences

t df Sig. (2-tailed)

Paired Samples Test

32,6667 15,6404 9,0300 -6,1863 71,5197 3,618 2 ,069

kadar ureum (mg/dl)sebelum pemberian sariwortel - kadar ureum(mg/dl) 24 jam setelahpemberian sari wortel

Pair1

Mean Std. DeviationStd. Error

Mean Lower Upper

95% ConfidenceInterval of the

Difference

Paired Differences

t df Sig. (2-tailed)

Paired Samples Test

7,0000 9,7709 5,6412 -17,2722 31,2722 1,241 2 ,340

kadar ureum (mg/dl)sebelum pemberian sariwortel - kadar ureum(mg/dl) 14 hari setelahpemberian sari wortel

Pair1

Mean Std. DeviationStd. Error

Mean Lower Upper

95% ConfidenceInterval of the

Difference

Paired Differences

t df Sig. (2-tailed)

Page 156: KETOKSIKAN AKUT SARI WORTEL (Daucus carota L.) KAJIAN ... · KAJIAN TERHADAP HISTOLOGI GINJAL DAN KADAR KREATININ SERTA UREUM SERUM PADA TIKUS BETINA GALUR WISTAR SKRIPSI Diajukan

130

3). dosis II (79,86 g/kg BB)

4). dosis III (95,83 g/kg BB)

5). dosis IV (115 g/kg BB)

Lampiran 24. Perhitungan LD50 sari wortel ke manusia

LD50 semu sari wortel pada tikus betina adalah 115 g/kg BB

Konversi LD50 semu sari wortel dari tikus (200g) ke manusia (70 kg) dengan nilai

konversi = 56,0, maka:

LD50 semu sari wortel manusia = x 200 g x 56,0 = 1288 g/70 kg BB

= 18,4 g/kg BB

Lampiran 25. Perhitungan Dosis sari wortel

- Penimbangan wortel = 400,4 g

- Volume sari yang diperoleh = 174 ml

- Konsentrasi sari wortel = 2,3 g/ml = 2300 mg/ml

Volume maksimum yang boleh diberikan pada tikus = 5 ml/ 100 g BB

Paired Samples Test

8,2333 5,5221 3,1882 -5,4843 21,9509 2,582 2 ,123

kadar ureum (mg/dl)sebelum pemberian sariwortel - kadar ureum(mg/dl) 14 hari setelahpemberian sari wortel

Pair1

Mean Std. DeviationStd. Error

Mean Lower Upper

95% ConfidenceInterval of the

Difference

Paired Differences

t df Sig. (2-tailed)

Paired Samples Test

4,9333 11,0699 6,3912 -22,5659 32,4326 ,772 2 ,521

kadar ureum (mg/dl)sebelum pemberian sariwortel - kadar ureum(mg/dl) 14 hari setelahpemberian sari wortel

Pair1

Mean Std. DeviationStd. Error

Mean Lower Upper

95% ConfidenceInterval of the

Difference

Paired Differences

t df Sig. (2-tailed)

Paired Samples Test

11,5667 7,0288 4,0581 -5,8937 29,0271 2,850 2 ,104

kadar ureum (mg/dl)sebelum pemberian sariwortel - kadar ureum(mg/dl) 14 hari setelahpemberian sari wortel

Pair1

Mean Std. DeviationStd. Error

Mean Lower Upper

95% ConfidenceInterval of the

Difference

Paired Differences

t df Sig. (2-tailed)

Page 157: KETOKSIKAN AKUT SARI WORTEL (Daucus carota L.) KAJIAN ... · KAJIAN TERHADAP HISTOLOGI GINJAL DAN KADAR KREATININ SERTA UREUM SERUM PADA TIKUS BETINA GALUR WISTAR SKRIPSI Diajukan

131

C1 . V1 = BB . D

2300 mg/ml . 5 ml = 100 g . D

D = 115 mg/g BB

D = 115 g/kg BB (Peringkat IV)

Peringkat Dosis IV = 115 g/kg BB (:1,2)

Peringkat Dosis III = 95,83 g/kg BB (:1,2)

Peringkat Dosis II = 79,86 g/kg BB (:1,2)

Peringkat Dosis I = 66,55 g/kg BB

a. BOX I

C1 . V1 = BB . D

2300 mg/ml . V1 = 153,6 g . (66,55 mg/g)

V1 = 4,4 ml

C1 . V1 = BB . D

2300 mg/ml . V1 = 157,8 g . (79,86 mg/g)

V1 = 5,5 ml

C1 . V1 = BB . D

2300 mg/ml . V1 = 148,2 g . (95,83 mg/g)

V1 = 6,2 ml

C1 . V1 = BB . D

2300 mg/ml . V1 = 156,4 g . (115 mg/g)

V1 = 7,8 ml

b. BOX II

C1 . V1 = BB . D

2300 mg/ml . V1 = 153,8 g . (66,55 mg/g)

V1 = 4,4 ml

C1 . V1 = BB . D

2300 mg/ml . V1 = 151, 6 g . (79,86 mg/g)

V1 = 5,3 ml

C1 . V1 = BB . D

2300 mg/ml . V1 = 154,4 g . (95,83 mg/g)

V1 = 6,4 ml

C1 . V1 = BB . D

2300 mg/ml . V1 = 154,0 g . (115 mg/g)

V1= 7,7 ml

Page 158: KETOKSIKAN AKUT SARI WORTEL (Daucus carota L.) KAJIAN ... · KAJIAN TERHADAP HISTOLOGI GINJAL DAN KADAR KREATININ SERTA UREUM SERUM PADA TIKUS BETINA GALUR WISTAR SKRIPSI Diajukan

132

c. BOX III

C1 . V1 = BB . D

2300 mg/ml . V1 = 153,4 g . (66,55 mg/g)

V1 = 4,4 ml

C1 . V1 = BB . D

2300 mg/ml . V1 = 138,6 g . (79,86 mg/g)

V1 = 4,8 ml

C1 . V1 = BB . D

2300 mg/ml . V1 = 153,4 g . (95,83 mg/g)

V1 = 6,4 ml

C1 . V1 = BB . D

2300 mg/ml . V1 = 149,2 g . (115 mg/g)

V1 = 7,5 ml

d. BOX IV

C1 . V1 = BB . D

2300 mg/ml . V1 = 139,4 g . (66,55 mg/g)

V1 = 4,0 ml

C1 . V1 = BB . D

2300 mg/ml . V1 = 147,8 g . (79,86 mg/g)

V1 = 5,1 ml

C1 . V1 = BB . D

2300 mg/ml . V1 = 148,6 g . (95,83 mg/g)

V1 = 6,2 ml

C1 . V1 = BB . D

2300 mg/ml . V1 = 149,6 g . (115 mg/g)

V1 = 7,5 ml

e. BOX V

C1 . V1 = BB . D

2300 mg/ml . V1 = 158,4 g . (66,55 mg/g)

V1 = 4,6 ml

C1 . V1 = BB . D

230 0 mg/ml . V1 = 145,4 g . (79,86 mg/g)

V1 = 5,0 ml

Page 159: KETOKSIKAN AKUT SARI WORTEL (Daucus carota L.) KAJIAN ... · KAJIAN TERHADAP HISTOLOGI GINJAL DAN KADAR KREATININ SERTA UREUM SERUM PADA TIKUS BETINA GALUR WISTAR SKRIPSI Diajukan

133

C1 . V1 = BB . D

2300 mg/ml . V1 = 134,2g . (95,83 mg/g)

V1 = 5,6 ml

C1 . V1 = BB . D

2300 mg/ml . V1 = 144,4 g . (115 mg/g)

V1 = 7,2 ml

Page 160: KETOKSIKAN AKUT SARI WORTEL (Daucus carota L.) KAJIAN ... · KAJIAN TERHADAP HISTOLOGI GINJAL DAN KADAR KREATININ SERTA UREUM SERUM PADA TIKUS BETINA GALUR WISTAR SKRIPSI Diajukan

134

Lampiran 25. Hasil pemeriksaan kualitatif gejala toksik tikus betina kelompok kontrol yang tidak diberi sediaan ujiPerilaku Pengamatan Hari ke-

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14Perilaku Perub. Sikap - - - - - - - - - - - - - - -

Vokalisasi - - - - - - - - - - - - - - -Gelisah - - - - - - - - - - - - - - -Menjilat - - - - - - - - - - - - - - -

Gerakan Menggaruk - - - - - - - - - - - - - - -Kedutan - - - - - - - - - - - - - - -Tremor - - - - - - - - - - - - - - -Menggeliat - - - - - - - - - - - - - - -Ataksia - - - - - - - - - - - - - - -

Paralisis - - - - - - - - - - - - - - -Konvulsi - - - - - - - - - - - - - - -Keterpaksaan gerak - - - - - - - - - - - - - - -

Kereaktifan terhadap rangsangan Keberangasan - - - - - - - - - - - - - - -Kepasifan - - - - - - - - - - - - - - -Anestesia - - - - - - - - - - - - - - -Hiperestesia - - - - - - - - - - - - - - -

Refleks Serebral dan spinal Lemah /tidak ada - - - - - - - - - - - - - - -Ukuran pupil Miosis - - - - - - - - - - - - - - -

Midriasis - - - - - - - - - - - - - - -Sekresi Salivasi - - - - - - - - - - - - - - -

Lakrimasi - - - - - - - - - - - - - - -Nafas Bradipnea - - - - - - - - - - - - - - -

Dipsnea - - - - - - - - - - - - - - -Palpitasi kardiak Bradikardia - - - - - - - - - - - - - - -

Takikardia - - - - - - - - - - - - - - -Aritmia - - - - - - - - - - - - - - -

Pucat - - - - - - - - - - - - - - -Kulit Kemerahan - - - - - - - - - - - - - - -

Eritema - - - - - - - - - - - - - - -

Oedem - - - - - - - - - - - - - - -Melepuh - - - - - - - - - - - - - - -

Rambut Rontok - - - - - - - - - - - - - - -Kondisi Umum Berat badan (*) - - - - - - - - - - - - - - -

Tidak makan - - - - - - - - - - - - - - -Kematian - - - - - - - - - - - - - - -

Keterangan : (+) : Hewan uji menampakkan gejala toksik (-) : Hewan uji tidak menampakkan gejala toksik (*) : Data berat badan tikus terlampir

Page 161: KETOKSIKAN AKUT SARI WORTEL (Daucus carota L.) KAJIAN ... · KAJIAN TERHADAP HISTOLOGI GINJAL DAN KADAR KREATININ SERTA UREUM SERUM PADA TIKUS BETINA GALUR WISTAR SKRIPSI Diajukan

135

Lampiran 27. Hasil pemeriksaan kualitatif gejala toksik tikus betina kelompok perlakuan (dosis 66,55 g/kgBB sampai 115 g/kgBB)yang tidak diberi sediaan uji

Perilaku Pengamatan Hari ke-0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

Perilaku Perub. Sikap - - - - - - - - - - - - - - -Vokalisasi - - - - - - - - - - - - - - -Gelisah - - - - - - - - - - - - - - -Menjilat - - - - - - - - - - - - - - -

Gerakan Menggaruk - - - - - - - - - - - - - - -Kedutan - - - - - - - - - - - - - - -Tremor - - - - - - - - - - - - - - -Menggeliat - - - - - - - - - - - - - - -Ataksia - - - - - - - - - - - - - - -

Paralisis - - - - - - - - - - - - - - -Konvulsi - - - - - - - - - - - - - - -Keterpaksaan gerak - - - - - - - - - - - - - - -

Kereaktifan terhadap rangsangan Keberangasan - - - - - - - - - - - - - - -Kepasifan - - - - - - - - - - - - - - -Anestesia - - - - - - - - - - - - - - -Hiperestesia - - - - - - - - - - - - - - -

Refleks Serebral dan spinal Lemah /tidak ada - - - - - - - - - - - - - - -Ukuran pupil Miosis - - - - - - - - - - - - - - -

Midriasis - - - - - - - - - - - - - - -Sekresi Salivasi - - - - - - - - - - - - - - -

Lakrimasi - - - - - - - - - - - - - - -Nafas Bradipnea - - - - - - - - - - - - - - -

Dipsnea - - - - - - - - - - - - - - -Palpitasi kardiak Bradikardia - - - - - - - - - - - - - - -

Takikardia - - - - - - - - - - - - - - -Aritmia - - - - - - - - - - - - - - -

Pucat - - - - - - - - - - - - - - -Kulit Kemerahan - - - - - - - - - - - - - - -

Eritema - - - - - - - - - - - - - - -

Oedem - - - - - - - - - - - - - - -Melepuh - - - - - - - - - - - - - - -

Rambut Rontok - - - - - - - - - - - - - - -Kondisi Umum Berat badan (*) - - - - - - - - - - - - - - -

Tidak makan - - - - - - - - - - - - - - -Kematian - - - - - - - - - - - - - - -

Keterangan : (+) : Hewan uji menampakkan gejala toksik (-) : Hewan uji tidak menampakkan gejala toksik (*) : Data berat badan tikus terlampir

Page 162: KETOKSIKAN AKUT SARI WORTEL (Daucus carota L.) KAJIAN ... · KAJIAN TERHADAP HISTOLOGI GINJAL DAN KADAR KREATININ SERTA UREUM SERUM PADA TIKUS BETINA GALUR WISTAR SKRIPSI Diajukan

136

BIOGRAFI PENULIS

Rocha Ifahyana Siagian adalah anak ke-4 dari lima

bersaudara dari pasangan bapak Haden Siagian dan

ibu Murniati Sitorus. Lahir di Nabire-Papua pada

tanggal 9 September 1988. Pendidikan awal dimulai di

Taman Kanak-kanak Pertiwi pada tahun 1992-1994.

Kemudian melanjutkan ke tingkat Sekolah Dasar

Inpres Kota Baru Nabire pada tahun 1994-2000.

Dilanjutkan ke jenjang pendidikan Sekolah Lanjutan

Tingkat Pertama Negeri 01 Nabire pada tahun 2000-

2003. Tahun 2003-2006 penulis melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Atas

Adhi Luhur Le Cocq Darmanville Nabire, kemudian menempuh pendidikan di

Fakultas Farmasi Sanata Dharma Yogyakarta pada tahun 2006. Selama

menempuh kuliah, penulis aktif dalam kegiatan fakultas, antara lain : mengikuti

Program Kreativitas Mahasiswa pada tahun 2009, pernah menjadi asisten dosen

praktikum Kimia Analisis, Farmasi Fisika, dan Toksikologi Dasar. Selain itu,

penulis pernah mengikuti kegiatan Pengabdian Masyarakat tentang HIV/ AIDS.