KETIDAKSESUAIAN PEMANFAATAN RUANG DENGAN...

69
KETIDAKSESUAIAN PEMANFAATAN RUANG DENGAN RENCANA POLA RUANG DAN PROYEKSI PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DI KECAMATAN BAROMBONG KABUPATEN GOWA ANDI NURSYAFITRI AMALIA G11112330 DEPARTEMEN ILMU TANAH FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2017

Transcript of KETIDAKSESUAIAN PEMANFAATAN RUANG DENGAN...

Page 1: KETIDAKSESUAIAN PEMANFAATAN RUANG DENGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Proyeksi perubahan penggunaan lahan dilakukan untuk melihat perubahan

KETIDAKSESUAIAN PEMANFAATAN RUANG DENGAN RENCANA

POLA RUANG DAN PROYEKSI PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DI

KECAMATAN BAROMBONG KABUPATEN GOWA

ANDI NURSYAFITRI AMALIA

G11112330

DEPARTEMEN ILMU TANAH

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2017

Page 2: KETIDAKSESUAIAN PEMANFAATAN RUANG DENGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Proyeksi perubahan penggunaan lahan dilakukan untuk melihat perubahan
Page 3: KETIDAKSESUAIAN PEMANFAATAN RUANG DENGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Proyeksi perubahan penggunaan lahan dilakukan untuk melihat perubahan

ii

Page 4: KETIDAKSESUAIAN PEMANFAATAN RUANG DENGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Proyeksi perubahan penggunaan lahan dilakukan untuk melihat perubahan

iii

KETIDAKSESUAIAN PEMANFAATAN RUANG DENGAN RENCANA

POLA RUANG DAN PROYEKSI PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN

DI KECAMATAN BAROMBONG KABUPATEN GOWA

Andi Nursyafitri Amalia, Andi Ramlan, Muchtar Salam Solle

Email: [email protected]

ABSTRAK

Daerah pinggiran merupakan wilayah yang banyak mengalami perubahan penggunaan lahan terutama perubahan penggunaan lahan pertanian menjadi non

pertanian yang disebabkan adanya pengaruh perkembangan kota di dekatnya.

Proyeksi perubahan penggunaan lahan dilakukan untuk melihat perubahan

penggunaan lahan di masa yang akan datang, juga dipergunakan untuk melihat

seberapa jauh pengendalian pemanfaatan ruang diterapkan dari nilai konsistensi

terhadap rencana peruntukannya. Cellular Automata Markov, model ini dapat

memproyeksi kecenderungan arah perubahan penggunaan lahan di suatu wilayah

secara spasial. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa perubahan penggunaan

lahan tahun 2005-2015 menggunakan citra satelit resolusi tinggi, menganalisa

ketidaksesuaian antara penggunaan lahan aktual Kecamatan Barombong dengan

rencana pola ruang menurut RTRW Kabupaten Gowa, dan memproyeksikan

kecenderungan arah perubahan penggunaan lahan 10 tahun mendatang. Metode

yang digunakan dalam klasifikasi penggunaan lahan yaitu digitasi manual pada

layar. Perubahan penggunaan lahan didapatkan dari hasil tumpang susun peta

penggunaan lahan tahun 2005 dan tahun 2015 disajikan dalam bentuk tabulasi

silang. Hasil uji akurasi dengan nilai overall accuracy sebesar 95,79 % dan nilai

akurasi Kappa sebesar 0,95. Penelitian ini menunjukkan bahwa terjadi penurunan

luas penggunaan lahan sawah dan kebun masing-masing berkurang seluas 145,44

ha atau 5,02 % dan 30,28 ha atau 1,04 % dari total luas Kecamatan Barombong

diikuti peningkatan luas permukiman sebanyak 180,89 ha atau 6,25 % dari total

luas Kecamatan Barombong. Penggunaan lahan aktual yang tidak sesuai dengan

rencana pola ruang yaitu permukiman seluas 60,24 ha. Hasil proyeksi 10 tahun

mendatang di Kecamatan Barombong menunjukkan bahwa penggunaan lahan

sawah cenderung berubah menjadi permukiman. Hasil proyeksi dinyatakan valid

dengan indeks Kappa sebesar 0,84 atau 84 %.

Kata kunci: perubahan penggunaan lahan, rencana pola ruang, Cellular Automata

Markov, Kecamatan Barombong.

Page 5: KETIDAKSESUAIAN PEMANFAATAN RUANG DENGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Proyeksi perubahan penggunaan lahan dilakukan untuk melihat perubahan

iv

DISCREPANCY IN SPACE USE WITH THE SPACE PATTERN PLAN

AND PROJECTION OF LAND USE CHANGE

IN BAROMBONG SUBDISTRICT, GOWA REGENCY

Andi Nursyafitri Amalia, Andi Ramlan, Muchtar Salam Solle

Email: [email protected]

ABSTRACT

The suburb is a region that experiences numerous changes in land use, particularly

changes in agricultural land use into non-agricultural due to the influence of the

development of nearby cities. The projection of land use change is carried out to

get a deep insight in future land use change and to see how far the control of space

utilization is applied from the consistency value to its designation plan. The model

of Cellular Automata Markov can project the tendency toward the direction of

land use change in a region spatially. This research aims to analyze land use

change in 2005-2015 using high-resolution satellite imagery, analyze the

discrepancy between actual land use of Barombong sub-district with space pattern

plan of RTRW Gowa Regency, and to project the tendency of land use change in

a decade. The method used to classify the land use is manual digitization on the

screen. The land use change is derived from the result of overlay land use map in

2005 and 2015 presented in cross-tabulation form. The result of accuracy test

exposes overall accuracy value of 95.75 % and kappa accuracy of 0.95 %. This

study shows the decrease of rice field and plantation area of 145.44 hectares or

5.02 % and 30.28 hectares or 1.04 % followed by increase of settlement area as

much as 180.89 hectares or 6.25 % of the total area of Barombong sub-district.

The actual land use that is not accordance with the plan of spatial pattern is the

settlement area of 60.24 hectares. A decade projection in Barombong sub-district

shows that the use of rice fields tends to change into settlement area. The

projection result is valid with the Kappa index of 0.8 or 84 %.

Keywords: Land use change, space pattern plan, Cellular Automata Markov,

Barombong sub-district.

Page 6: KETIDAKSESUAIAN PEMANFAATAN RUANG DENGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Proyeksi perubahan penggunaan lahan dilakukan untuk melihat perubahan

v

PERSANTUNAN

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena

telah memberikan anugerah dan nikmat yang tak terhingga sehingga sampai saat

ini masih dapat terus belajar serta dapat merampungkan skripsi ini. Skripsi ini

berjudul Ketidaksesuaian Pemanfaatan Ruang dengan Rencana Pola Ruang dan

Proyeksi Perubahan Penggunaan Lahan di Kecamatan Barombong Kabupaten

Gowa.

Pada saat melakukan penelitian dan penulisan skripsi, penulis

mendapatkan banyak sekali bantuan, dukungan, dan nasihat dari berbagai pihak.

Maka dari itu, penulis ingin menyampaikan penghargaan dan terima kasih yang

sangat dalam kepada Bapak Andi Ramlan, S.P., M.Si dan Bapak Prof. Dr. Ir. H.

Muchtar Salam Solle, PGD., M.Sc atas bimbingan, saran, dan arahan yang

diberikan.

Penulis juga mengucapkan terima kasih dan rasa syukur yang sangat besar

kepada kedua orang tua Andi Untung Surya dan Andi Masdaliha karena dengan

sabar dan penuh kasih sayang mendidik penulis hingga menjadi seperti sekarang

ini serta kepada Kakak-Kakak Andi Dewi, Andi Kumala, dan Andi Nila yang

terus menagih kapan penulis sarjana.

Kepada pembimbing ketiga Magfirah Djamaluddin dan keempat Arsandi

yang tidak pernah lelah, tidak pernah marah, dan selalu ikhlas menyisihkan

waktunya saat penulis memiliki banyak kebingungan dan pertanyaan. Kepada

sahabat-sahabat terdekat saya si galau tapi manis Irristianti Pangestu, si cengeng

dan cempreng Siti Mudrika, si cuek tukang balap Nur Syahira, si suara merdu

Page 7: KETIDAKSESUAIAN PEMANFAATAN RUANG DENGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Proyeksi perubahan penggunaan lahan dilakukan untuk melihat perubahan

vi

yang suka gombal Ella Yunisriani, si obakachan yang lolos beasiswa keren

Indryani Bali terima kasih atas dukungan, gosip, celaan, dan canda tawanya.

Kepada saudara Nur Isra terima kasih banyak atas dukungan, semangat,

kesabaran, dan waktu berharganya.

Kepada sahabat Sitti Mahdiah Yusuf, Andi Nurul Azizah, dan Audrey

Gabriela terima kasih atas dukungan dan persaudaraannya dari SMA sampai saat

ini. Kepada teman-teman Ilmu Tanah angkatan 2012 Abbas, Ulil, Tama, Aman,

Yapet, Muhlis, Rara, Gazali, Isbah, Maya, Eta, Momo terima kasih atas kisah-

kisah selama kuliah. Kepada teman-teman SUIJI-SLP 2015 Arsya, Kak Imam,

Opi, Mita, Ilmi, Ute, Excelsia, Daniel, Fiqhi, Ama, Maria dan Anca terima kasih

atas pengalaman dan pelajaran tak terlupakan. Kepada staf administrasi

Departemen Ilmu Tanah Pak Dominggus, Kak Hilma, Ibu Ida, dan Pak Wahid

terima kasih juga atas bantuan selama kuliah.

Penulis berharap skripsi ini dapat membawa manfaat bagi yang membaca

walaupun masih banyak kekurangan dan tentu saja kritik dan saran masih sangat

dibutuhkan untuk lebih memperbaiki skripsi ini. Wassalam.

Makassar, 9 November 2017

Andi Nursyafitri Amalia

Page 8: KETIDAKSESUAIAN PEMANFAATAN RUANG DENGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Proyeksi perubahan penggunaan lahan dilakukan untuk melihat perubahan

vii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... ii

ABSTRAK ......................................................................................................... iii

PERSANTUNAN................................................................................................. v

DAFTAR ISI ..................................................................................................... vii

DAFTAR TABEL................................................................................................ ix

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... x

I. PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

1.1. Latar belakang ......................................................................................... 1

1.2. Tujuan penelitian ......................................................................................... 3

1.3. Kegunaan penelitian ................................................................................ 4

II. TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. 5

2.1. Tutupan lahan dan penggunaan lahan ..................................................... 5

2.2. Perubahan penggunaan lahan .................................................................. 6

2.3. Penataan ruang ........................................................................................ 9

2.4. Citra satelit resolusi tinggi ........................................................................ 12

2.5. Proyeksi perubahan penggunaan lahan dengan CA-Markov ..................... 13

III. METODOLOGI .......................................................................................... 20

3.1. Tempat dan waktu ................................................................................... 20

3.2. Jenis data dan sumber data ...................................................................... 20

3.3. Perangkat analisis ................................................................................... 20

3.4. Metode penelitian ...................................................................................... 20

3.4.1. Tahap persiapan dan pengumpulan data ...................................... 20

3.4.2. Tahap pengolahan citra ................................................................. 21

3.4.3. Klasifikasi penggunaan lahan ........................................................ 21

3.4.4. Tahap pengecekan lapangan .......................................................... 22

3.4.5. Uji akurasi ...................................................................................... 22

Page 9: KETIDAKSESUAIAN PEMANFAATAN RUANG DENGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Proyeksi perubahan penggunaan lahan dilakukan untuk melihat perubahan

viii

3.4.6. Analisis perubahan penggunaan lahan dan ketidaksesuaian antara

penggunaan lahan aktual dengan rencana pola ruang Kecamatan

Barombong ..................................................................................... 24

3.4.7. Analisis proyeksi perubahan penggunaan lahan dengan CA-Markov

dan ketidaksesuaian antara rencana pola ruang Kecamatan

Barombong dengan hasil proyeksi ................................................. 24

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................... 27

4.1. Hasil pengolahan citra ............................................................................. 27

4.2. Klasifikasi penggunaan lahan ................................................................. 28

4.3. Pengecekan lapangan dan uji akurasi hasil klasifikasi citra ................... 33

4.4. Analisis perubahan penggunaan lahan dan ketidaksesuaian antara

penggunaan lahan aktual dengan rencana pola ruang ........................... 37

4.5. Analisis proyeksi perubahan penggunaan lahan dengan CA-Markov dan

ketidaksesuaian antara rencana pola ruang Kecamatan Barombong dengan

hasil proyeksi ............................................................................................. 44

V. KESIMPULAN ............................................................................................ 52

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 53

LAMPIRAN ........................................................................................................ 56

Page 10: KETIDAKSESUAIAN PEMANFAATAN RUANG DENGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Proyeksi perubahan penggunaan lahan dilakukan untuk melihat perubahan

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Data yang digunakan dan sumber data ..................................... 20

Tabel 2. Matriks konfusi ........................................................................ 24

Tabel 3. Nilai Root Mean Square Error pada tiap titik........................ 27

Tabel 4. Luas kelas penggunaan lahan Kecamatan Barombong tahun

2005 dan 2015 .......................................................................... 30

Tabel 5. Matriks konfusi hasil cek lapangan .......................................... 34

Tabel 6. Tabulasi silang penggunaan lahan Kecamatan Barombong

tahun 2005 dan 2015 ................................................................ 37

Tabel 7. Luas perubahan penggunaan lahan Kecamatan Barombong

tahun 2005 dan 2015 ................................................................ 39

Tabel 8. Ketidaksesuaian antara rencana pola ruang Kecamatan

Barombong dengan penggunaan lahan aktual tahun 2015 ....... 41

Tabel 9. Matriks transisi area tahun 2025 di Kecamatan Barombong ... 46

Tabel 10. Matriks probabilitas transisi proyeksi tahun 2025 di

Kecamatan Barombong ............................................................ 46

Tabel 11. Perbandingan luasan penggunaan lahan tahun 2015 dengan

tahun 2025 hasil proyeksi di Kecamatan Barombong .............. 48

Tabel 12. Tabulasi silang antara rencana pola ruang Kecamatan

Barombong dan proyeksi penggunaan lahan tahun 2025 ......... 50

Page 11: KETIDAKSESUAIAN PEMANFAATAN RUANG DENGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Proyeksi perubahan penggunaan lahan dilakukan untuk melihat perubahan

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Rantai Markov ....................................................................... 15

Gambar 2. Matriks transisi Markov ........................................................ 16

Gambar 3. Ukuran filter ketetanggaan menurut Von Neumann dan

Moore .................................................................................... 18

Gambar 4. Peta penggunaan lahan tahun 2005 ....................................... 31

Gambar 5. Peta penggunaan lahan tahun 2015 ....................................... 32

Gambar 6. Peta sebaran titik sampel pengecekan lapangan .................... 36

Gambar 7. Peta ketidaksesuaian antara penggunaan lahan aktual tahun

2015 dengan rencana pola ruang Kecamatan Barombong .... 43

Gambar 8. Hasil validasi proyeksi penggunaan lahan tahun 2015 dan

penggunaan lahan aktual tahun 2015 .................................... 44

Gambar 9. Peta hasil proyeksi penggunaan lahan tahun 2025 ................ 49

Gambar 10. Peta ketidaksesuaian antara rencana pola ruang Kecamatan

Barombong tahun 2012-2032 dengan hasil proyeksi

penggunaan lahan tahun 2025 ............................................... 51

Page 12: KETIDAKSESUAIAN PEMANFAATAN RUANG DENGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Proyeksi perubahan penggunaan lahan dilakukan untuk melihat perubahan

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Perubahan penggunaan lahan pada dasarnya tidak dapat dihindarkan dalam

pelaksanaan pembangunan (Lisdiyono, 2004 dikutip dari Eko dan Rahayu, 2012).

Pertumbuhan penduduk yang pesat serta bertambahnya tuntutan kebutuhan

masyarakat akan lahan, seringkali mengakibatkan benturan kepentingan atas

penggunaan lahan serta terjadinya ketidaksesuaian antara penggunaan lahan dengan

rencana peruntukannya (Khadiyanto, 2005 dikutip dari Eko dan Rahayu, 2012).

Lahan bersifat terbatas dan tidak bisa ditambah kecuali dengan kegiatan reklamasi.

Keterbatasan lahan di perkotaan juga menyebabkan kota berkembang secara fisik ke

arah pinggiran kota.

Menurut Eko dan Rahayu (2012), daerah pinggiran merupakan wilayah yang

banyak mengalami perubahan penggunaan lahan terutama perubahan penggunaan lahan

pertanian menjadi non pertanian yang disebabkan adanya pengaruh perkembangan kota

di dekatnya. Dalam penelitian Kurnianti (2015), perubahan penggunaan lahan di kawasan

Jabodetabek didominasi oleh konversi penggunaan lahan pertanian menjadi non

pertanian yaitu permukiman.

Kabupaten Gowa yang sebagian wilayahnya merupakan wilayah pinggiran

Kota Makassar tidak bisa terhindar dari dampak perkembangan fisik kawasan

perkotaan. Dampak yang terjadi yaitu banyak lahan pertanian yang beralih fungsi

menjadi lahan non pertanian. Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten

Gowa tahun 2012-2032, alokasi peruntukan ruang di wilayah Kecamatan Barombong

Page 13: KETIDAKSESUAIAN PEMANFAATAN RUANG DENGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Proyeksi perubahan penggunaan lahan dilakukan untuk melihat perubahan

2

adalah, kawasan peruntukan budidaya pertanian lahan basah seluas 1.162,42 ha,

kawasan peruntukan budidaya pertanian lahan kering seluas 1,23 ha, kawasan

peruntukan perairan seluas 130,39 ha, dan kawasan peruntukan permukiman seluas

1.598,03 ha. Salah satu tujuan Rencana Tata Ruang Wilayah dibuat yaitu untuk

meningkatkan keseimbangan dan keserasian perkembangan antar wilayah serta

keserasian antar sektor melalui pemanfaatan ruang kawasan secara serasi, selaras, dan

seimbang serta berkelanjutan.

Perubahan penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan rencana

peruntukannya mengindikasikan masyarakat kurang patuh sebagai pengguna lahan

serta kurangnya kontrol dari pemerintah itu sendiri. Hal ini berakibat pada

penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang yang dikhawatirkan

akan membawa dampak negatif di masa yang akan datang. Hal tersebut disebabkan

karena aspek kesesuaian/kemampuan lahan dalam menentukan alokasi keruangan

tidak dimasukkan (Kurnianti, 2015).

Menurut Nurwanda (2016), perubahan penggunaan lahan yang terus terjadi

apabila dimodelkan secara spasial berdasarkan pola perubahannya, maka akan mudah

meraih informasi untuk merencanakan suatu lanskap dan proyeksi perubahan lahan di

masa yang akan datang. Dengan demikian antisipasi pencegahan terhadap penurunan

kualitas lingkungan dan diversitas dapat dilakukan dengan tepat sesuai permasalahan

yang telah diprediksi sebelumnya. Proyeksi perubahan penggunaan lahan dilakukan

untuk melihat perubahan penggunaan lahan di masa yang akan datang, juga

Page 14: KETIDAKSESUAIAN PEMANFAATAN RUANG DENGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Proyeksi perubahan penggunaan lahan dilakukan untuk melihat perubahan

3

dipergunakan untuk melihat seberapa jauh pengendalian pemanfaatan ruang

diterapkan dari nilai konsistensi terhadap rencana peruntukannya.

Pemodelan dengan pendekatan sistem dinamis memiliki sifat dinamik dalam

waktu, sehingga dapat memproyeksi kondisi waktu yang akan datang. Pemodelan

yang berbasis spasial dan bersifat dinamik, dapat dilakukan dengan pendekatan

Cellular Automata Markov. Model ini dapat memproyeksi kecenderungan arah

perubahan penggunaan lahan di suatu wilayah secara spasial (Xin et al., 2012).

Cellular Automata adalah model sederhana dari proses terdistribusi spasial dalam GIS.

Data terdiri dari susunan sel-sel dan masing-masing diatur sedemikian rupa sehingga

hanya diperbolehkan berada di salah satu dari beberapa keadaan (Tiur et al., 2012).

Berdasarkan uraian di atas maka penelitian ini dilakukan untuk menganalisa

perubahan penggunaan lahan pada tahun 2005 dan 2015, mengetahui ketidaksesuaian

penggunaan lahan aktual dengan peruntukan ruang menurut RTRW Kabupaten Gowa

serta memproyeksikan perubahan penggunaan lahan 10 tahun mendatang di

Kecamatan Barombong.

1.2 Tujuan penelitian

1. Menganalisa perubahan penggunaan lahan pada tahun 2005 dan 2015 di

Kecamatan Barombong.

2. Menganalisa ketidaksesuaian antara penggunaan lahan aktual Kecamatan

Barombong dengan rencana pola ruang menurut RTRW Kabupaten Gowa.

3. Memproyeksikan kecenderungan arah perubahan penggunaan lahan 10 tahun

mendatang (2015-2025) di Kecamatan Barombong.

Page 15: KETIDAKSESUAIAN PEMANFAATAN RUANG DENGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Proyeksi perubahan penggunaan lahan dilakukan untuk melihat perubahan

4

1.3 Kegunaan penelitian

Kegunaan penelitian ini yaitu sebagai bahan informasi untuk masyarakat dan

pemerintah setempat dalam merencanakan dan melaksanakan rencana tata ruang

wilayah pada masa sekarang dan masa yang akan datang.

Page 16: KETIDAKSESUAIAN PEMANFAATAN RUANG DENGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Proyeksi perubahan penggunaan lahan dilakukan untuk melihat perubahan

5

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tutupan lahan dan penggunaan lahan

Menurut Hardjowigeno (2001) dikutip dari Hakim (2014), lahan adalah suatu

lingkungan fisik yang meliputi tanah, iklim, relief, hidrologi, dan vegetasi di mana

faktor-faktor tersebut memengaruhi potensi penggunaannya. Termasuk di dalamnya

adalah akibat-akibat kegiatan manusia baik pada masa lalu maupun sekarang, seperti

reklamasi daerah pantai, penebangan hutan, dan akibat-akibat yang merugikan seperti

erosi dan akumulasi garam. Lahan memiliki arti yang bermacam-macam, yaitu

sebagai ruang, alam, faktor produksi, barang konsumsi, milik, dan modal. Menurut

Arsyad (2006), penggunaan lahan dibedakan ke dalam dua kelompok, yaitu

penggunaan lahan pertanian dan penggunaan lahan non pertanian. Penggunaan lahan

pertanian meliputi hutan, sawah, ladang, dan perkebunan. Penggunaan lahan non

pertanian seperti permukiman, industri, dan perkantoran.

Menurut Lillesand (1997) dikutip dari Hakim (2014), penutupan lahan

berkaitan dengan jenis kenampakan yang ada di permukaan bumi sedangkan

penggunaan lahan berkaitan dengan kegiatan manusia pada obyek tersebut.

Penutupan lahan merupakan atribut biofisik dari permukaan bumi seperti lahan

pertanian, pegunungan, padang rumput, dan hutan serta daerah terbangun. Jadi

penutupan lahan digunakan untuk menyebut kuantitas dan tipe vegetasi atau struktur

bangunan yang menutupi areal permukaan tanah tertentu termasuk aspek lingkungan

fisik seperti tanah, biodiversitas, air permukaan, dan air dalam tanah. Penggunaan

Page 17: KETIDAKSESUAIAN PEMANFAATAN RUANG DENGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Proyeksi perubahan penggunaan lahan dilakukan untuk melihat perubahan

6

lahan mencakup semua aktivitas manusia dalam memanfaatkan lahan yang ada.

Dalam hal ini lahan dapat dipandang dalam dua pengertian, yaitu sumberdaya dan

ruang. Lahan sebagai sumberdaya berarti penggunaan lahan sebagai bahan baku yang

diperlukan untuk keberlangsungan aktivitas manusia.

2.2 Perubahan penggunaan lahan

Fenomena konversi lahan menjelaskan beralihnya bentuk dan fungsi penutupan lahan

atau penggunaan lahan yang disebabkan oleh aktivitas manusia. Ada dua sifat dari

konversi lahan, yaitu bersifat permanen dan sementara. Permanen apabila

penggunaan lahan pertanian dikonversi ke penggunaan lahan permukiman atau

kawasan industri. Apabila perubahan penggunaan lahan dari jenis pertanian satu ke

jenis pertanian lainnya, maka dikatakan bersifat sementara. Selain masalah alih fungsi

lahan, masalah tumpang tindih penggunaan dalam pemanfaatan lahan juga menjadi

isu nasional. Tumpang tindih penggunaan lahan baru dapat menimbulkan dampak

negatif apabila antar sektor yang memanfaatkannya tidak saling mendukung (Karim

dan Rahayu, 2014).

Menurut Rustiadi (2001), konversi lahan pertanian merupakan konsekuensi

perluasan kota yang membutuhkan lahan untuk pertumbuhan ekonomi kota. Lahan

pertanian meskipun lebih lestari kemampuannya dalam menjamin kehidupan petani

tetapi hanya dapat memberikan sedikit keuntungan materi atau finansial dibanding

sektor industri. Sesuai dengan hukum ekonomi bahwa lahan akan digunakan sesuai

dengan nilai ekonomi (landrent) yang dapat memberikan nilai tertinggi, maka

konversi lahan pertanian ke penggunaan lainnya tidak dapat dicegah. Irawan (2005)

Page 18: KETIDAKSESUAIAN PEMANFAATAN RUANG DENGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Proyeksi perubahan penggunaan lahan dilakukan untuk melihat perubahan

7

mengemukakan bahwa, konversi lahan pertanian pada dasarnya terjadi akibat adanya

persaingan dalam pemanfaatan lahan antar sektor pertanian dan sektor non pertanian.

Adapun persaingan dalam pemanfaatan lahan tersebut muncul akibat tiga fenomena

ekonomi dan sosial yaitu, keterbatasan sumberdaya lahan, pertumbuhan penduduk,

dan pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi cenderung mendorong permintaan

lahan untuk kegiatan non pertanian pada tingkat yang lebih tinggi dibandingkan

permintaan lahan untuk kegiatan pertanian. Ini disebabkan karena permintaan produk

non pertanian lebih elastis terhadap pendapatan. Meningkatnya kelangkaan lahan

(akibat pertumbuhan penduduk) yang menyebabkan meningkatnya permintaan lahan

untuk kegiatan non pertanian (akibat pertumbuhan penduduk) mendorong terjadinya

konversi lahan pertanian.

Dalam penelitian Alkaf et al. (2014), studi kasus Taman Nasional Gunung

Merbabu dengan menggunakan citra Landsat-7, nilai overall classification accuracy

hasil interpretasi citra landsat yang didapatkan adalah sebesar 88,0 % dan kappa

accuracy sebesar 84,2 %. Perubahan hutan menjadi semak belukar dan perubahan

perkebunan campuran menjadi ladang adalah distribusi perubahan yang paling besar

terjadi. Penggunaan lahan permukiman adalah penggunaan lahan yang paling stabil

karena tidak berubah menjadi jenis penggunaan lain. Pengurangan terbesar adalah

pada zona rehabilitasi, yaitu mencapai > 500 ha. Zona inti dan rimba juga tidak luput

dari penyusutan tutupan hutan. Hal ini mengindikasikan terjadinya degradasi hutan

pada kawasan TNGMb. Berkurangnya penggunaan lahan hutan pada seluruh zona

Page 19: KETIDAKSESUAIAN PEMANFAATAN RUANG DENGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Proyeksi perubahan penggunaan lahan dilakukan untuk melihat perubahan

8

adalah seluas 1.307 ha, diimbangi dengan meningkatnya luas penggunaan lahan

berupa semak belukar seluas 1.258 ha.

Dalam penelitian Junaedi (2008) di Kabupaten Sumedang dengan

menggunakan citra Landsat-7, hasil analisis citra menghasilkan informasi

penggunaan lahan tahun 2002 dan 2006, selanjutnya dipadukan dan dikompilasi

dengan RTRW, hasil survei lapang dan data Kabupaten Sumedang dalam Angka

sehingga diperoleh informasi pemanfaatan ruang tahun 2002 dan 2006. Dengan

membandingkan pemanfaatan ruang tahun 2002 dengan 2006, diketahui perubahan

pemanfaatan ruang selama periode 2002-2006. Pada periode 2002-2006 terjadi

perubahan pemanfaatan ruang di Kabupaten Sumedang, terutama penurunan luas

hutan lindung seluas 4.389 ha (2,88 %) dan penurunan luas pertanian lahan basah

seluas 819 ha (0,54 %). Sementara areal pemukiman bertambah 1.724 ha (1,13 %).

Dalam penelitian Hakim (2014) di Kawasan Jabodetabek menggunakan citra

Landsat, penggunaan lahan di Jabodetabek pada tahun 1990, 1995, dan 2005

didominasi oleh penggunaan lahan berupa sawah yang memiliki luasan masing-

masing sebesar 256.757 ha (37,7 %), 258.638 ha (37,9 %), dan 254.670 ha (37,4 %).

Penambahan penggunaan lahan terbangun di wilayah Jabodetabek dalam kurun waktu

tahun 1990 hingga 2005 merupakan penambahan tertinggi dan lahan sawah

merupakan penggunaan lahan yang mengalami konversi terbanyak di setiap

tahunnya. Dalam rentang waktu dari tahun 1990 hingga 2005, pola perubahan

penggunaan lahan hutan cenderung dikonversi menjadi lahan berupa pertanian non

sawah dengan luas konversi sebesar 63.716 ha. Pola perubahan ke arah lahan

Page 20: KETIDAKSESUAIAN PEMANFAATAN RUANG DENGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Proyeksi perubahan penggunaan lahan dilakukan untuk melihat perubahan

9

terbangun terus berlangsung terutama berasal dari hasil konversi lahan sawah dan

pertanian non sawah.

2.3 Penataan ruang

Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan

ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang sebagai suatu proses yang ketiganya

tersebut merupakan satu kesatuan sistem yang tidak dapat dipisahkan satu dengan

lainnya (UU No. 26 tahun 2007). Bila pemanfaatan ruang tidak diatur dengan baik,

kemungkinan besar terjadi inefisiensi dalam pemanfaatan ruang dan penurunan

kualitas ruang serta dapat mendorong ke arah adanya ketidakseimbangan

pembangunan antar wilayah serta kelestarian lingkungan hidup. Oleh karena itu

diperlukan penataan ruang untuk mengatur pemanfaatannya berdasarkan besaran

kegiatan, jenis kegiatan, fungsi lokasi, kualitas ruang, dan estetika lingkungan. Oleh

karena pengelolaan sub sistem yang satu akan berpengaruh pada sub sistem yang lain,

pada akhirnya akan memengaruhi sistem ruang secara keseluruhan, pengaturan ruang

menuntut dikembangkannya suatu sistem keterpaduan sebagai ciri utamanya. Seiring

dengan maksud tersebut, maka pelaksanaan pembangunan, baik di tingkat pusat

maupun tingkat daerah harus sesuai dengan rencana tata ruang yang telah ditetapkan.

Dengan demikian pemanfaatan ruang tidak bertentangan dengan rencana tata ruang

yang sudah ditetapkan (Junaedi, 2008).

Dalam konteks pembangunan wilayah, perencanaan penataan ruang

dipandang sebagai salah satu bentuk intervensi atau upaya pemerintah untuk menuju

keterpaduan pembangunan melalui kegiatan perencanaan, pemanfaatan, dan

Page 21: KETIDAKSESUAIAN PEMANFAATAN RUANG DENGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Proyeksi perubahan penggunaan lahan dilakukan untuk melihat perubahan

10

pengendalian pemanfaatan ruang guna menstimulasi sekaligus mengendalikan

pertumbuhan dan perkembangan pemanfaatan ruang suatu wilayah. Hal ini dipandang

strategis mengingat bahwa kondisi aktual pemanfaatan ruang di suatu wilayah pada

dasarnya merupakan gambaran hasil akhir dari interaksi antara aktivitas kehidupan

manusia dengan alam lingkungannya, baik direncanakan maupun tidak direncanakan.

Jika tidak direncanakan, maka sejalan dengan pertumbuhan pembangunan, laju

pertumbuhan penduduk, serta aktivitas masyarakat yang semakin dinamis,

pemanfaatan sumber daya akan cenderung mengikuti suatu mekanisme yang secara

alamiah akan mengejar maksimalisasi ekonomi, namun eksploitatif dalam

pemanfaatan sumber daya yang ada. Mekanisme tersebut menciptakan iklim

kompetisi yang pada akhirnya akan menggeser aktivitas yang intensitas pemanfaatan

ruangnya lebih rendah dengan aktivitas lain yang lebih produktif. Meskipun

mekanisme alamiah tersebut dapat menciptakan efisiensi secara ekonomi, namun

belum tentu sejalan dengan pencapaian tujuan dari pembangunan. Belum lagi jika

harus dikaitkan dengan masalah polarisasi kemampuan yang berkembang di

masyarakat dalam menikmati pemerataan manfaat pembangunan (Junaedi, 2008).

Dalam penelitian Kurnianti (2015) studi kasus Kawasan Jabodetabek dengan

menggunakan citra Landsat, proyeksi penggunaan lahan tahun 2028 dibuat selain

untuk melihat penggunaan lahan di masa yang akan datang, juga dipergunakan untuk

melihat seberapa jauh pengendalian pemanfaatan ruang diterapkan dari nilai

konsistensi. Proyeksi penggunaan lahan tahun 2028 dibuat dalam dua skenario yaitu

tanpa kontrol kebijakan dan dengan kontrol kebijakan. Hasil dari kedua skenario

Page 22: KETIDAKSESUAIAN PEMANFAATAN RUANG DENGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Proyeksi perubahan penggunaan lahan dilakukan untuk melihat perubahan

11

tersebut dipergunakan untuk melihat potensi inkonsistensi yang diperlukan sebagai

salah satu masukan dalam pengendalian pemanfaatan ruang di kawasan ini. Proyeksi

penggunaan lahan tanpa kontrol kebijakan memperlihatkan bahwa pada tahun 2028

terjadi peningkatan lahan permukiman sebesar 41,3 % dan penurunan lahan hutan

sebesar 49,5 %, sedangkan proyeksi penggunaan lahan dengan kontrol kebijakan

menunjukkan bahwa pada tahun 2028 permukiman sudah melebihi harapan

pengaturan ruang kawasan sebesar 11,3 % dan hutan dibutuhkan penambahan sebesar

53,5 % dari kondisi aktual tahun 2012.

Kontrol dari proyeksi penggunaan lahan tahun 2028 dilihat dari nilai

konsistensi penggunaan lahan terhadap RTR. Nilai konsistensi ini menunjukan

tingkat kepatuhan penggunaan lahan terhadap pengaturan pemanfaatan ruang dalam

RTR. Nilai konsistensi penggunaan lahan aktual tahun 2012 adalah sebesar 95,8 %

sedangkan nilai konsistensi pada proyeksi penggunaan lahan tahun 2028 dengan

skenario 1 turun menjadi 93,9 % dan pada skenario 2 naik menjadi 97,4 %. Hal ini

menunjukkan bahwa ketika penggunaan lahan hanya mengikuti tren perubahan

penggunaan lahan tanpa kontrol atau kendali dari kebijakan akan menurunkan nilai

konsistensi penggunaan lahan terhadap rencana tata ruang dan sebaliknya ketika

penggunaan lahan mendapatkan kontrol atau kendali dari kebijakan akan

meningkatkan nilai konsistensi dan dengan demikian upaya untuk mencapai tujuan

penataan ruang yaitu konservasi lingkungan dan keberlanjutan sumberdaya di

kawasan ini dapat lebih tercapai.

Page 23: KETIDAKSESUAIAN PEMANFAATAN RUANG DENGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Proyeksi perubahan penggunaan lahan dilakukan untuk melihat perubahan

12

2.4 Citra satelit resolusi tinggi

Manfaat utama citra satelit resolusi tinggi yaitu bersifat komprehensif, gambar atau

citra permukaan dengan ketajaman tinggi dapat memberi gambaran keruangan yang

menyeluruh dalam area yang luas. Citra satelit resolusi tinggi juga dapat diperoleh

dalam waktu yang relatif singkat. Efisiensi dalam pemanfaatannya karena tidak

diperlukan perizinan khusus, standar harga yang rasional, dan berlaku internasional

serta pengolahan yang tidak banyak membutuhkan waktu. Citra beresolusi tinggi

adalah citra-citra satelit yang memiliki resolusi spasial 0,4 sampai 4 m. Sebagai

contoh, citra-citra dari satelit GeoEye-1, WorldView-2, WorldView-1, QuickBird,

IKONOS, FORMOSAT-2, dan SPOT-5 adalah citra beresolusi tinggi.

Dalam penelitian ini, citra satelit yang digunakan yaitu citra dengan resolusi

spasial tinggi sebesar 0,6 m. Quickbird adalah satelit resolusi tinggi milik Digital

Globe yang berhasil diluncurkan pada tanggal 18 Oktober 2001 di Vandenberg Air

Force Base, California, USA. Quickbird menggunakan sensor BGIS 2000, sensor

dengan derajat kedetilan resolusi hingga 0,61 m untuk moda pankromatik (hitam

putih) dan 2,4 m untuk moda multispektral (berwarna 4 band). Jangkauan liputan

satelit resolusi Quickbird sempit (kurang dari 20 km) karena beresolusi tinggi dan

posisi orbitnya rendah, 400-600 km di atas permukaan bumi. Semua sistem

menghasilkan dua macam data yaitu multispektral pada empat saluran spektral (Red,

Green, Blue, dan Near Infra Red), serta pankromatik (PAN) yang beroperasi di

wilayah gelombang tampak.

Page 24: KETIDAKSESUAIAN PEMANFAATAN RUANG DENGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Proyeksi perubahan penggunaan lahan dilakukan untuk melihat perubahan

13

Citra satelit ini merupakan sumber yang sangat baik dalam pemanfaatannya

untuk studi lingkungan dan analisis perubahan penggunaan lahan, pertanian, dan

kehutanan. Dalam bidang perindustrian, citra satelit ini dapat dimanfaatkan untuk

eksplorasi dan produksi minyak/gas, teknik konstruksi, dan studi lingkungan. Dengan

resolusi spasial yang tinggi, citra satelit Quickbird mampu menyajikan penampakan

obyek cukup detil dan bisa menampilkan obyek hingga skala 1 : 2.500.

2.5 Proyeksi perubahan penggunaan lahan dengan CA-Markov

Teknik pemodelan Markov telah diaplikasikan dalam berbagai penelitian termasuk

perubahan penggunaan lahan. Model ini adalah metode yang memproses perubahan

penggunaan lahan dalam beberapa titik waktu yang menghasilkan matriks

probabilitas transisi (Eastman, 2012). Trisasongko et al. (2009) dikutip dari

Yudarwati (2016) menyatakan bahwa persamaan Markov dibangun menggunakan

distribusi penggunaan lahan pada awal dan akhir masa pengamatan yang

terepresentasikan dalam suatu vektor (matriks satu kolom), serta sebuah matriks

transisi. Selain itu, model ini tidak dapat menjelaskan kenapa perubahan dapat terjadi.

Lambin (1997) dikutip dari Yudarwati (2016) mengatakan model ini hanya dapat

mejelaskan kapan dan tipe penggunaan lahan yang mana yang akan berubah.

CA-Markov merupakan gabungan metode markov dan cellular automata.

Rantai Markov adalah suatu teknik matematika yang biasa digunakan untuk

melakukan pemodelan bermacam-macam sistem dan proses bisnis. Teknik ini dapat

digunakan untuk memperkirakan perubahan-perubahan di waktu yang akan datang

dalam variabel-variabel dinamis atas dasar perubahan-perubahan dari variabel-

Page 25: KETIDAKSESUAIAN PEMANFAATAN RUANG DENGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Proyeksi perubahan penggunaan lahan dilakukan untuk melihat perubahan

14

variabel dinamis tersebut di waktu yang lalu. Teknik ini dapat digunakan juga untuk

menganalisis kejadian-kejadian di waktu-waktu mendatang secara matematis

(Kurnianti, 2015).

Model Rantai Markov ditemukan oleh seorang ahli Rusia yang bernama AA

Markov pada tahun 1906, yaitu: “Untuk setiap waktu t, ketika kejadian adalah Kt dan

seluruh kejadian sebelumnya adalah Kt(j), ..., Kt (j-n) yang terjadi dari proses yang

diketahui, probabilitas seluruh kejadian yang akan datang Kt (j) hanya bergantung

pada kejadian Kt (j-1) dan tidak bergantung pada kejadian-kejadian sebelumnya

yaitu Kt (j-2), Kt (j-3), ..., Kt (j-n)”. Gambaran mengenai Rantai Markov ini kemudian

dituangkan dalam Gambar 1 di mana gerakan-gerakan dari beberapa variabel di masa

yang akan datang bisa diproyeksi berdasarkan gerakan-gerakan variabel tersebut pada

masa lalu. Kt 4 dipengaruhi oleh kejadian Kt 3, Kt 3 dipengaruhi oleh kejadian Kt 2

dan demikian seterusnya di mana perubahan ini terjadi karena peranan probabilitas

transisi. Kejadian Kt 2 misalnya, tidak akan memengaruhi kejadian Kt 4. Metode ini

merupakan sistem dinamis yang beroperasi dengan ruang dalam data raster di mana

nilai data raster tersebut dapat didefinisikan ke dalam data binari atau diskrit dan

perilakunya dipengaruhi oleh ketetanggaan (Kurnianti, 2015).

Page 26: KETIDAKSESUAIAN PEMANFAATAN RUANG DENGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Proyeksi perubahan penggunaan lahan dilakukan untuk melihat perubahan

15

Gambar 1. Rantai Markov

Menurut Kurnianti (2015), Rantai Markov menjelaskan gerakan-gerakan

beberapa variabel dalam satu periode waktu di masa yang akan datang berdasarkan

pada gerakan-gerakan variabel tersebut di masa kini. Secara matematis dapat ditulis:

Kt (j) = P x Kt (j-1)

Di mana, Kt (j) = peluang kejadian pada t (j)

P = probabilitas transisional

t (j) = waktu ke-j

Konsep dasar analisis Markov adalah transisi, di mana transisi adalah apabila

diketahui proses berada dalam suatu keadaan tertentu, maka peluang berkembangnya

proses di masa mendatang hanya tergantung pada keadaan saat ini dan tidak

tergantung pada keadaan sebelumnya atau dengan kata lain Rantai Markov adalah

rangkaian proses kejadian di mana peluang bersyarat kejadian yang akan datang

Page 27: KETIDAKSESUAIAN PEMANFAATAN RUANG DENGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Proyeksi perubahan penggunaan lahan dilakukan untuk melihat perubahan

16

tergantung pada kejadian sekarang. Matriks transisi Markov disajikan pada Gambar

2.

Gambar 2. Matriks transisi Markov

N adalah jumlah keadaan dalam proses dan pij adalah kemungkinan transisi dari

keadaan saat i ke keadaan j. Jika saat ini berada pada keadaan i maka baris i dari tabel

di atas berisi angka-angka pi1, pi2, …, pin merupakan kemungkinan berubah ke

keadaan berikutnya. Angka tersebut melambangkan kemungkinan sehingga

semuanya melupakan bilangan non negatif dan tidak lebih dari satu. Secara

matematis:

0 < pij < 1 i = 1, 2, ..., n

Σ pij = 1 i = 1, 2, ..., n

Menurut Kurnianti (2015), Cellular Automata (CA) merupakan pemodelan

yang berbasis sel, di mana sel-sel inti tersebut berinteraksi dengan sel-sel tetangga.

Setiap sel mempunyai satu dari beberapa kemungkinan perubahan di mana aturan

perubahan dari setiap sel dapat berupa rumus sederhana, stokastik, dan deterministik.

Aturan perubahan tersebut dapat berupa kondisi abiotik, interaksi biotik, dan

Page 28: KETIDAKSESUAIAN PEMANFAATAN RUANG DENGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Proyeksi perubahan penggunaan lahan dilakukan untuk melihat perubahan

17

gangguan yang terjadi di alam. CA merupakan metode umum untuk interaksi spasial

yang digunakan dalam pembuatan model penggunaan lahan untuk mensimulasikan

beberapa tipe penggunaan lahan. CA menghitung bentuk piksel berdasarkan bobot

dari piksel-piksel yang mengelilinginya. Salah satu metode ketetanggaan yang

digunakan CA adalah The Von-Neumann Neighbourhood, di mana nilai sel piksel

dipengaruhi oleh nilai sel piksel-piksel yang mengelilinginya. CA merupakan metode

sederhana yang dapat menunjukkan simulasi yang realistis dalam pola penggunaan

lahan dan struktur spasial lainnya. Studi terakhir menunjukkan bahwa standar raster

berbasis model CA sensitif dalam skala spasial terutama untuk ukuran sel dan

konfigurasi ketetanggaan yang digunakan untuk membuat model. CA mengatur

obyek untuk berubah berdasarkan pengaruh dari tetangga terdekatnya.

Dalam Yudarwati (2016), model perubahan penggunaan lahan dengan

menggunakan metode CA-Markov merupakan model sederhana yang cukup besar

validitasnya karena metode tersebut merupakan penggabungan dari analisis

matematis dan juga spasial. Markov memperhitungkan perubahan penggunaan lahan

secara matematis yaitu penghitungan probabilitas perubahan penggunaan lahan

sedangkan Cellular Automata membantu pengaturan perubahan penggunaan lahan

secara spasial. Komponen utama dalam Cellular Automata antara lain:

1) Ruang Sel

Ruang sel tersusun atas sel individu. Meskipun sel tersebut terdiri dari berbagai

bentuk geometrik, kebanyakan CA mengadopsi grid regular (berbentuk persegi)

Page 29: KETIDAKSESUAIAN PEMANFAATAN RUANG DENGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Proyeksi perubahan penggunaan lahan dilakukan untuk melihat perubahan

18

untuk merepresentasikan ruangnya yang membuat CA sangat mirip dengan struktur

cellular pada data bertipe raster dalam SIG.

2) State Sel

State pada tiap sel mungkin merepresentasikan berbagai variabel spasial, contohnya

berbagai variasi tipe penggunaan lahan. Transisi state dari CA didefinisikan dengan

keterkaitan yang mengikutinya.

3) Aturan Transisi

Sebagai sebuah aturan transisi dan merupakan kontrol simulasi dinamik dari CA.

Pada CA klasik, aturan transisi merupakan suatu model deterministik dan tidak

berubah selama waktu simulasi. Akan tetapi, aturan transisi dapat dimodifikasi ke

dalam model stokastik dan metode logika samar yang terkontrol.

4) Ketetanggaan

Hal ini didefinisikan dari ketetanggaan lokal dari tiap sel. Pada model CA dua

dimensi terdapat dua model ketetanggan, yaitu Von Neumann dengan empat tetangga

sel dan Moore dengan delapan tetangga sel.

3 x 3 5 x 5 3 x 3 5 x 5

Von Neumann Moore

Gambar 3. Ukuran filter ketetanggaan menurut Von Neumann dan Moore

Page 30: KETIDAKSESUAIAN PEMANFAATAN RUANG DENGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Proyeksi perubahan penggunaan lahan dilakukan untuk melihat perubahan

19

Metode ini memiliki karakteristik spasial berdasarkan sel yang perubahannya

tergantung pada sel-sel tetangganya. Sel-sel tersebut akan hidup jika tiga atau lebih

dari sel tetangganya hidup dan akan mati atau berubah jika tiga atau lebih sel

tetangganya juga mati/berubah. Terdapat lima karakteristik model Cellular Automata

yaitu:

1. Jumlah dimensi spasial (n).

2. Jarak dua sisi dari komposisi sel (W). Wj adalah jarak dari sisi ke j dilihat dari

komposisi sel, di mana j = 1, 2, 3, …, n (jumlah sel).

3. Jarak dari sel tetangga terdekat (d), di mana dj adalah jarak tetangga terdekat

sepanjang sisi j dari j komposisi sel tiap kondisi sel Cellular Automata.

4. Aturan Cellular Automata sebagai fungsi F sembarang.

5. Kondisi sel X pada waktu t = 1, dihitung berdasarkan F di mana F merupakan

fungsi dari kondisi sel X pada waktu (t) diketahui dengan aturan sebagai

transisi perubahan.

Deskripsi dari dua dimensi Cellular Automata (n = 2), dengan jarak tetangga terdekat

d1 = 3 dan d2 = 3

Page 31: KETIDAKSESUAIAN PEMANFAATAN RUANG DENGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Proyeksi perubahan penggunaan lahan dilakukan untuk melihat perubahan

20

III. METODOLOGI

3.1 Tempat dan waktu

Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Barombong, Kabupaten Gowa, Sulawesi

Selatan. Penelitian ini berlangsung dari November 2016 sampai Juli 2017.

3.2 Jenis data dan sumber data

Tabel 1. Data yang digunakan dan sumber data

No. Data Sumber data Tahun Skala/resolusi

1. Citra satelit resolusi

tinggi

Google Earth

(Digital Globe)

2005 dan

2015 0,6 m x 0,6 m

2. Peta administrasi

Kecamatan Barombong

BAPPEDA

Kabupaten Gowa 2012 1 : 50.000

3. Peta RTRW Kabupaten

Gowa

BAPPEDA

Kabupaten Gowa 2012-2032 1 : 50.000

4. Data demografi

Kecamatan Barombong

BPS Kabupaten

Gowa 2005-2016 -

3.3 Perangkat analisis

Perangkat analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu aplikasi ArcGis 10.3,

IDRISI Selva 17.00, Envi 5.1, Global Mapper 15, Microsoft Excel, GPS dan kamera.

3.4 Metode penelitian

Penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahap yaitu, tahap persiapan dan

pengumpulan data, tahap pengolahan citra, tahap pengecekan lapang, tahap uji

akurasi, dan tahap analisis data.

3.4.1 Tahap persiapan dan pengumpulan data

Persiapan dilakukan dengan penetapan tujuan penelitian dari analisis masalah, studi

pustaka, serta pemilihan metode. Data yang dikumpulkan yaitu data sekunder berupa

Page 32: KETIDAKSESUAIAN PEMANFAATAN RUANG DENGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Proyeksi perubahan penggunaan lahan dilakukan untuk melihat perubahan

21

peta administrasi Kecamatan Barombong, peta RTRW Kabupaten Gowa periode

2012-2032, peta pola ruang Mamminasata dan data primer berupa citra satelit resolusi

tinggi tahun 2005 dan 2015 serta data pengamatan langsung di lapangan.

3.4.2 Tahap pengolahan citra

Lokasi penelitian yang berada di Kecamatan, areanya tidak terlalu luas maka

digunakan citra dengan resolusi spasial tinggi yaitu 0,6 m. Untuk mengolah citra

dilakukan tahap pra-pengolahan sebagai berikut:

1) Koreksi geometrik

Tujuan dari koreksi geometrik adalah memperbaiki distorsi posisi dengan

meletakkan elemen citra pada posisi planimetrik (x dan y) yang seharusnya,

sehingga citra mempunyai kenampakan yang lebih sesuai dengan keadaan

sebenarnya di permukaan bumi sehingga dapat digunakan sebagai peta. Tingkat

ketelitian citra hasil koreksi dapat dilihat dari besarnya nilai RMS error setiap titik

kontrol yang dibuat. Dalam penelitian ini, nilai RMS error yang digunakan adalah

< 0,5 piksel (Jensen, 2005 dikutip dari Yudarwati, 2016).

2) Pemotongan citra

Bertujuan untuk memotong citra sesuai dengan batas administrasi daerah

penelitian, digunakan area of interest. Batas administrasi mengacu pada peta

administrasi Kecamatan Barombong.

3.4.3 Klasifikasi penggunaan lahan

Klasifikasi penggunaan lahan yaitu mengidentifikasi objek yang nampak pada citra.

Klasifikasi citra resolusi tinggi dilakukan dengan digitasi secara manual. Jumlah

Page 33: KETIDAKSESUAIAN PEMANFAATAN RUANG DENGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Proyeksi perubahan penggunaan lahan dilakukan untuk melihat perubahan

22

kelas penggunaan lahan yang diklasifikasi yaitu lima kelas, permukiman, badan air,

sawah, kebun, dan jalan.

3.4.4 Tahap pengecekan lapangan

Pengecekan lapangan dilakukan untuk mengetahui kebenaran klasifikasi citra dengan

kondisi nyata di lapangan berupa pengambilan sampel untuk mendapatkan data

primer dengan cara stratified random sampling. Pemilihan metode ini mengacu pada

kelebihannya, di mana setiap strata/kelas penggunaan lahan mempunyai alokasi

sampel untuk evaluasi akurasi, walau proporsi kelas tersebut kecil dalam daerah

penelitian (Jensen, 2005 dikutip dari Yudarwati, 2016). Terdapat dua tahapan dalam

metode ini yaitu pembagian strata berdasar kelas penggunaan lahan hasil klasifikasi

citra hasil fusi, serta pendistribusian lokasi sampel secara acak pada setiap strata.

Jumlah titik sampel untuk setiap kategori kelas penggunaan lahan adalah 50 titik

sampel. Jumlah sampel dalam penelitian ini mengacu pada Congalton (1991) dikutip

dari Hidayati (2013) dan Green et al. (2000) yaitu 50 sampel dalam setiap kelas

penggunaan lahan. Di setiap titik cek lapangan yang dicatat adalah tipe kelas

penggunaan lahan, koordinat, foto, dan keterangan yang menjelaskan kondisi nyata di

lapangan.

3.4.5 Uji akurasi

Akurasi sering dianalisis dengan metode matriks konfusi, akurasi dilakukan untuk

menguji tingkat keakuratan data dari hasil klasifikasi. Akurasi klasifikasi biasanya

diukur berdasarkan persentase jumlah piksel yang dikelaskan secara benar dibagi

dengan jumlah total piksel yang digunakan (jumlah piksel yang terdapat di dalam

Page 34: KETIDAKSESUAIAN PEMANFAATAN RUANG DENGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Proyeksi perubahan penggunaan lahan dilakukan untuk melihat perubahan

23

diagonal matrik dengan jumlah seluruh piksel yang digunakan). Uji akurasi dengan

metode penghitungan akurasi keseluruhan (overall accuracy) dengan terlebih dahulu

menghitung nilai producer’s accuracy (PA), user’s accuracy (UA) dan kemudian

menghitung nilai kappa accuracy. Nilai akurasi keseluruhan (OA) dan nilai Kappa

yang bisa diterima yaitu 85%. Persamaan yang digunakan yaitu:

a) User accuracy

b) Producer accuracy

c) Persamaan overall accuracy

d) Persamaan Kappa accuracy

Keterangan:

K :Koefisien akurasi

r :Jumlah baris dalam matriks

Xi+ :Jumlah piksel seluruh kolom pada baris yang sama

Xii :Jumlah piksel pada diagonal utama

N :Jumlah piksel secara keseluruhan

X+i :Jumlah piksel seluruh baris pada kolom yang sama

Metode matriks konfusi untuk mengolah nilai akurasi keseluruhan, user accuracy,

producer accuracy tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.

Page 35: KETIDAKSESUAIAN PEMANFAATAN RUANG DENGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Proyeksi perubahan penggunaan lahan dilakukan untuk melihat perubahan

24

Tabel 2. Matriks konfusi

Data referensi Data lapangan Total Xi+ User

accuracy

Citra

klasifikasi

X11 X12 X1r X1+ X11/ X1+

X21 X22 X2r X2+ X22/ X2+

Xr1 Xr2 Xrr Xr+ Xrr/ Xr+

Total X+i X+1 X+2 X+r Overall

accuracy Producer

accuracy X11 / X+1 X22 / X+2 Xrr/ X+r

3.4.6 Analisis perubahan penggunaan lahan dan ketidaksesuaian antara

penggunaan lahan aktual dengan rencana pola ruang Kecamatan Barombong

Menganalisa perubahan penggunaan lahan pada tahun 2005 dan 2015 melalui proses

tumpang susun antara peta penggunaan lahan tahun 2005 dengan tahun 2015.

Perubahan penggunaan lahan dianalisa dengan cara tabulasi silang antara peta

penggunaan lahan tahun 2005 dan 2015, dengan maksud untuk memperlihatkan

sebaran, jenis, dan 1uas perubahan penggunaan lahan selama 10 tahun terakhir.

Analisis ketidaksesuaian pemanfaatan ruang dengan rencana pola ruang

dilakukan dengan proses tumpang susun peta penggunaan lahan aktual tahun 2015

Kecamatan Barombong dengan peta RTRW Kecamatan Barombong tahun 2012-2032

dan peta administrasi Kecamatan Barombong yang akan menghasilkan peta

ketidaksesuaian.

3.4.7 Analisis proyeksi perubahan penggunaan lahan dengan CA-Markov dan

ketidaksesuaian antara rencana pola ruang dengan hasil proyeksi

Dalam Kurnianti (2015) CA-Markov chain merupakan gabungan metode markov dan

cellular automata. Teknik ini dapat digunakan untuk memperkirakan perubahan-

perubahan di waktu yang akan datang dalam variabel-variabel dinamis atas dasar

Page 36: KETIDAKSESUAIAN PEMANFAATAN RUANG DENGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Proyeksi perubahan penggunaan lahan dilakukan untuk melihat perubahan

25

perubahan-perubahan dari variabel-variabel dinamis tersebut di waktu yang lalu.

Teknik ini dapat digunakan juga untuk menganalisis kejadian-kejadian di waktu-

waktu mendatang secara matematis. Konsep dasar analisis Markov adalah transisi, di

mana transisi adalah apabila diketahui proses berada dalam suatu keadaan tertentu.

Cellular Automata (CA) merupakan pemodelan yang berbasis sel, di mana sel-sel inti

tersebut berinteraksi dengan sel-sel tetangga. Setiap sel mempunyai satu dari

beberapa kemungkinan perubahan di mana aturan perubahan dari setiap sel dapat

berupa rumus sederhana, stokastik, dan deterministik. CA merupakan metode umum

untuk interaksi spasial yang digunakan dalam pembuatan model penggunaan lahan

untuk mensimulasikan beberapa tipe penggunaan lahan. CA menghitung bentuk

piksel berdasarkan bobot dari piksel-piksel yang mengelilinginya. Metode

ketetanggaan yang digunakan adalah The Von-Neumann Neighbourhood (5x5).

Dua peta penggunaan lahan dari tahun yang berbeda dibaca sebagai dua ruang

sel. Markov digunakan untuk memproyeksikan matriks transisi area perubahan

penggunaan lahan. Kemudian database dan matriks transisi area diintegrasikan ke

dalam model CA untuk mensimulasikan pola penggunaan lahan dengan peta

penggunaan lahan yang aktual. Aturan transisi lokal dengan beberapa variabel spasial

ditemukan oleh CA. Aturan transisi merupakan kontrol simulasi dinamik dari CA.

Matriks transisi area diproyeksi pada modul Markov dalam Idrisi. Kemudian peta

penggunaan lahan di masa yang akan datang dapat disimulasikan oleh simulation tool

(Xin et al., 2011).

Page 37: KETIDAKSESUAIAN PEMANFAATAN RUANG DENGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Proyeksi perubahan penggunaan lahan dilakukan untuk melihat perubahan

26

Untuk uji akurasi proyeksi tutupan lahan, maka ditentukan nilai indeks Kappa

dengan menggunakan modul Validate pada Idrisi Selva. Validate menghasilkan

tingkat akurasi data pada keseluruhan peta dan bukan pada kelompok transisi tertentu.

Validate menggunakan tabulasi silang tiga arah antara peta penggunaan lahan, peta

proyeksi penggunaan lahan, dan peta penggunaan lahan aktual. Nilai Kappa 0,80 atau

80 % adalah nilai yang baik untuk menunjukkan tingkat keakuratan data (Eastman,

2012).

Untuk mengetahui ketidaksesuaian antara rencana pola ruang Kecamatan

Barombong dengan hasil proyeksi penggunaan lahan tahun 2025 maka dilakukan

proses tumpang susun. Proses ini dapat menunjukkan letak penggunaan lahan mana

yang tidak sesuai serta luasannya.

Page 38: KETIDAKSESUAIAN PEMANFAATAN RUANG DENGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Proyeksi perubahan penggunaan lahan dilakukan untuk melihat perubahan

27

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil pengolahan citra

Pada masing-masing citra ditentukan beberapa titik kontrol untuk melakukan proses

registrasi. Titik kontrol yang ditentukan yaitu empat sampai lima titik untuk

mendapatkan ketelitian hasil koreksi yang baik. Tingkat ketelitian citra hasil koreksi

dapat dilihat dari besarnya nilai RMS error setiap titik kontrol yang dibuat. Dalam

penelitian ini, nilai RMS error yang digunakan adalah < 0,5 piksel (Jensen, 2005

dikutip dari Yudarwati, 2016).

Nilai RMS error yang didapatkan dalam penelitian ini yaitu 0,0003 (Tabel 3).

Besarnya nilai RMS error dinyatakan baik karena tidak melewati batas nilai yang

digunakan yaitu < 0,5. Setelah proses koreksi geometrik dilakukan, maka proses

selanjutnya yaitu memotong citra sesuai dengan batas administrasi daerah penelitian

untuk memudahkan peneliti dalam pengklasifikasian.

Tabel 3. Nilai Root Mean Square Error pada tiap titik

Titik

Koordinat titik pada citra

acuan

Koordinat titik pada citra

yang akan dikoreksi

Root mean

square

error x’

y’

X y

1 6290,75 3224,50 6290,7495 3224,50 0,0005

2 9523,00 12786,00 9523 12786,00 0,0000

3 5195,00 7680,00 5195,0005 7680,00 0,0005

4 5025,50 15342,50 5025,4998 15342,50 0,0002

5 8180,92 5250,41 8180,9202 5250,41 0,0002

Rata-rata 0,0003

Page 39: KETIDAKSESUAIAN PEMANFAATAN RUANG DENGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Proyeksi perubahan penggunaan lahan dilakukan untuk melihat perubahan

28

4.2 Klasifikasi penggunaan lahan

Klasifikasi penggunaan lahan yaitu mengidentifikasi objek yang nampak pada citra.

Klasifikasi citra resolusi tinggi dilakukan dengan digitasi secara manual (on screen)

berdasarkan kenampakan citra pada layar komputer. Jumlah kelas penggunaan lahan

yang diklasifikasikan yaitu lima kelas penggunaan lahan, permukiman, badan air,

sawah, kebun, dan jalan. Masing-masing penggunaan lahan dijabarkan peneliti

sebagai berikut:

1) Permukiman

Areal atau lahan yang digunakan sebagai lingkungan tempat tinggal (lahan

terbangun) atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung

kehidupan. Permukiman pada citra resolusi 0,6 meter terlihat jelas dari rona atap

bangunan yang lebih terang atau cerah dari obyek sekelilingnya dan nampak

berbentuk seperti kumpulan kotak-kotak kecil pada citra serta berasosiasi dengan

jalan.

2) Badan air

Semua kenampakan perairan termasuk danau, embung, tambak ikan, rawa,

sungai, saluran irigasi adalah badan air. Rona badan air pada citra gelap dan

nampak berwarna biru kehitaman jika dibandingkan dengan obyek

disekelilingnya.

Page 40: KETIDAKSESUAIAN PEMANFAATAN RUANG DENGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Proyeksi perubahan penggunaan lahan dilakukan untuk melihat perubahan

29

3) Sawah

Areal yang ditanami padi baik itu sawah irigasi maupun sawah tadah hujan.

Kenampakan sawah pada citra berwarna kuning, coklat, hijau, rona yang cerah,

tekstur yang lebih halus dan memiliki pematang sehingga terlihat batas yang jelas.

4) Kebun

Kebun adalah lahan yang dimanfaatkan masyarakat dengan menanam berbagai

macam tanaman seperti kacang-kacangan, umbi-umbian, pare, pepaya, nangka,

sukun, mangga, jeruk, rambutan. Letaknya tidak terlalu jauh dari area

permukiman. Pada citra nampak berwarna hijau dengan rona yang lebih gelap

dari sawah serta teksturnya lebih kasar.

5) Jalan

Jaringan prasarana transportasi untuk lalu lintas kendaraan mencakup jalan arteri,

jalan kolektor, jalan lokal. Kenampakan jalan pada citra berwarna abu-abu yang

cerah sampai tua dan terlihat jelas menghubungkan permukiman.

Pada tahun 2005 ada lima kelas penggunaan lahan yang diklasifikasikan oleh

peneliti. Luas penggunaan lahan tahun 2005 yang paling tinggi yaitu sawah sebesar

2.191,30 ha dengan nilai 75,72 % dari total luas Kecamatan Barombong. Pada tahun

2015 terjadi perubahan luas dari setiap penggunaan lahan, ada yang meningkat seperti

permukiman dengan luas 539,83 ha (18,65 %) dan menurun seperti sawah dengan

luas 2.045,86 ha (70,70 %) dan kebun dengan luas 140,83 ha (4,87 %).

Page 41: KETIDAKSESUAIAN PEMANFAATAN RUANG DENGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Proyeksi perubahan penggunaan lahan dilakukan untuk melihat perubahan

30

Tabel 4. Luas kelas penggunaan lahan Kecamatan Barombong tahun 2005 dan 2015

Kelas Penggunaan Lahan Luas

Tahun 2005 Tahun 2015

ha

Badan Air 143,77 137,66

Jalan 28,78 29,72

Kebun 171,11 140,83

Permukiman 358,94 539,83

Sawah 2.191,30 2.045,86

Total 2.893,90 2.893,90

Page 42: KETIDAKSESUAIAN PEMANFAATAN RUANG DENGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Proyeksi perubahan penggunaan lahan dilakukan untuk melihat perubahan

31

Gambar 4. Peta penggunaan lahan tahun 2005

Page 43: KETIDAKSESUAIAN PEMANFAATAN RUANG DENGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Proyeksi perubahan penggunaan lahan dilakukan untuk melihat perubahan

32

Gambar 5. Peta penggunaan lahan tahun 2015

Page 44: KETIDAKSESUAIAN PEMANFAATAN RUANG DENGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Proyeksi perubahan penggunaan lahan dilakukan untuk melihat perubahan

33

4.3 Pengecekan lapangan dan uji akurasi hasil klasifikasi citra

Pengecekan lapangan dilakukan untuk mengetahui kebenaran hasil klasifikasi citra

dengan kondisi nyata di lapangan. Pengambilan sampel dilakukan untuk

mendapatkan data primer dengan cara stratified random sampling. Pemilihan metode

ini mengacu pada kelebihannya, di mana setiap kelas penggunaan lahan mempunyai

alokasi sampel untuk uji akurasi, walau proporsi kelas tersebut kecil dalam daerah

penelitian (Jensen, 2005 dikutip dari Yudarwati, 2016). Jumlah titik sampel untuk

setiap kategori penggunaan lahan adalah 50 titik yang tersebar merata di seluruh

daerah penelitian. Jumlah sampel dalam penelitian ini mengacu pada Congalton

(1991) dikutip dari Hidayati (2013) dan Green et al. (2000) yaitu 50 sampel dalam

setiap penggunaan lahan. Jumlah titik sampel yaitu 250 titik, 50 titik untuk kelas

badan air (BA), kelas jalan (J), kelas kebun (K), kelas permukiman (P), kelas sawah

(Sw). Pada setiap titik cek lapang peneliti mendokumentasikan gambar dan

mengambil keterangan yang menjelaskan kondisi nyata di lapangan dengan

mewawancarai warga setempat.

Uji akurasi merupakan tahap yang penting dalam pengolahan data

penginderaan jauh. Uji akurasi dilakukan dengan menggunakan data cek lapangan

untuk mempertimbangkan kebenaran hasil klasifikasi terutama pada titik-titik yang

dianggap meragukan. Uji akurasi dianalisis dengan tabel matriks konfusi. Uji akurasi

dengan metode penghitungan akurasi keseluruhan dengan terlebih dahulu menghitung

nilai producer’s accuracy (PA), user’s accuracy (UA) dan kemudian menghitung

nilai kappa accuracy. Hasil uji akurasi dijabarkan pada Tabel 5.

Page 45: KETIDAKSESUAIAN PEMANFAATAN RUANG DENGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Proyeksi perubahan penggunaan lahan dilakukan untuk melihat perubahan

34

Tabel 5. Matriks konfusi hasil cek lapangan Data

Klasifikasi

Citra

Data Lapangan Total

User

Accuracy

(%) BA J K P Sw Sm LT

Badan Air 50 0 0 0 2 0 0 52 96,15

Jalan 0 50 0 0 0 0 0 50 100,00

Kebun 0 0 50 0 0 4 0 54 92,59

Pemukiman 0 0 0 50 0 0 0 50 100,00

Sawah 1 0 0 0 50 2 2 55 90,91

Semak 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Lahan Terbuka 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Total 51 50 50 50 52 6 2 Overall

Accuracy

(%)

95,79 Producer

Accuracy (%) 98,04 100,00 100,00 100,00 96,15 0,00 0,00

Kelas penggunaan lahan yang terklasifikasi dengan benar sebesar 100 % yaitu

jalan dan permukiman. Hal ini dikarenakan kenampakan jalan dan permukiman pada

citra memang sangat jelas terlihat dan tidak membuat peneliti ragu dalam melakukan

klasifikasi citra. Berbeda dengan dengan kelas kebun yang hanya memiliki nilai UA

sebesar 92,59 % disebabkan karena pada saat melakukan cek lapangan ternyata ada

beberapa titik yang merupakan semak. Kelas sawah juga tidak 100 % terklasifikasi

dengan benar, nilai UA yang didapatkan hanya 90,91 % karena pada saat melakukan

cek lapangan ada satu titik yang ternyata merupakan badan air. Peneliti

mengklasifikannya sebagai sawah karena pada citra memang nampak berwarna hijau

dan ternyata kondisi di lapangan titik tersebut adalah badan air yang tertutupi oleh

vegetasi. Beberapa titik yang awalnya diklasifikasikan sebagai sawah, ternyata

kondisi di lapangan titik tersebut merupakan semak dan lahan terbuka. Kelas badan

air memiliki nilai UA 96,15 %, karena hasil klasifikasi awal berbeda dengan kondisi

Page 46: KETIDAKSESUAIAN PEMANFAATAN RUANG DENGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Proyeksi perubahan penggunaan lahan dilakukan untuk melihat perubahan

35

di lapangan. Pada beberapa titik peneliti mengklasifikasikan sawah yang tergenang

menjadi badan air.

Kelas penggunaan lahan semak dan lahan terbuka memiliki nilai PA dan UA

0 % karena pada saat peneliti melakukan klasifikasi citra tahun 2005 dan 2015, hanya

lima kelas yang akan diklasifikasikan yaitu badan air, kebun, sawah, permukiman,

dan jalan. Namun, pada saat melakukan cek lapangan ada beberapa titik yang tidak

terklasifikasi dengan benar. Hal ini disebabkan karena peneliti ragu dalam

menentukan klasifikasi awal dan tidak melakukan observasi pada lokasi penelitian

terlebih dahulu sebelum melakukan tahap klasifikasi.

Berdasarkan hasil uji akurasi dengan metode matriks konfusi, sebanyak 239

dari 250 titik sampel yang terklasifikasi dengan benar sehingga didapatkan nilai

overall accuracy sebesar 95,79 %. Hasil perhitungan kappa accuracy dengan nilai

0,95 atau 95 %. Nilai tersebut menunjukkan bahwa akurasi yang didapatkan cukup

baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Jensen (2005) dikutip dari Yudarwati (2016),

bahwa overall accuracy hanya mempertimbangkan commission (diagonal) sedangkan

kappa accuracy sudah mempertimbangkan commission dan omission. Hal ini

menyebabkan nilai overall accuracy memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan

dengan kappa accuracy. Pengujian hasil interpretasi diharapkan mendapatkan nilai

overall accuracy di atas 85%.

Page 47: KETIDAKSESUAIAN PEMANFAATAN RUANG DENGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Proyeksi perubahan penggunaan lahan dilakukan untuk melihat perubahan

36

Gambar 6. Peta sebaran titik sampel pengecekan lapangan

Page 48: KETIDAKSESUAIAN PEMANFAATAN RUANG DENGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Proyeksi perubahan penggunaan lahan dilakukan untuk melihat perubahan

37

4.4 Analisis perubahan penggunaan lahan dan ketidaksesuaian antara

penggunaan lahan aktual dengan rencana pola ruang Kecamatan Barombong

Analisis perubahan penggunaan lahan dari tahun 2005 dan 2015 dilakukan melalui

proses tumpang susun antara penggunaan lahan tahun 2005 dengan tahun 2015.

Penggunaan lahan dianalisa dengan cara tabulasi silang antara penggunaan lahan

tahun 2005 dan 2015, dengan maksud untuk memperlihatkan sebaran, jenis, dan 1uas

perubahan penggunaan lahan. Tabel 6 menunjukkan hasil tabulasi silang antara

penggunaan lahan tahun 2005 dan 2015.

Tabel 6. Tabulasi silang penggunaan lahan Kecamatan Barombong tahun 2005 dan

2015

Pengggunaan

Lahan

Tahun 2005

(ha)

Penggunaan Lahan Tahun 2015 (ha)

Badan

Air Jalan Kebun Permukiman Sawah Total

Badan Air 142,77 1,14 0,13 144,04

Jalan 26,42 26,42

Kebun 131,90 57,70 189,60

Permukiman 356,73 356,73

Sawah 8,98 122,38 2.045,75 2.177,11

Total 142,77 26,42 140,88 537,95 2.045,88 2.893,90

Berdasarkan hasil tabulasi silang antara penggunaan lahan tahun 2005 dan

2015, ada beberapa penggunaan lahan yang berubah menjadi penggunaan lahan lain.

Pada tahun 2015 pengggunaan lahan badan air berubah menjadi permukiman seluas

1,14 ha, hal ini disebabkan area yang dekat dengan infrastruktur dan kebutuhan lahan

terus bertambah sehingga masyarakat menimbun area tersebut. Penggunaan lahan

kebun berubah menjadi permukiman seluas 57,70 ha. Hal ini disebabkan karena

kebun-kebun yang tidak produktif dan tidak memberikan nilai ekonomi yang tinggi

Page 49: KETIDAKSESUAIAN PEMANFAATAN RUANG DENGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Proyeksi perubahan penggunaan lahan dilakukan untuk melihat perubahan

38

dikonversi menjadi permukiman. Penggunaan lahan sawah menjadi kebun seluas 8,98

ha. Sistem pola tanam yang digunakan oleh masyarakat setempat yang memanfaatkan

lahan sawah setelah panen untuk ditanami jagung, kacang tanah, ubi jalar, dan

singkong. Hal ini menyebabkan lahan sawah yang nampak pada citra terklasifikasi

menjadi kebun.

Penggunaan lahan sawah yang berubah menjadi permukiman yaitu seluas

122,38 ha (4,23 %) dari total luas Kecamatan Barombong. Hal ini disebabkan karena

kebutuhan akan lahan meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk.

Berdasarkan data BPS Kabupaten Gowa (2013), jumlah penduduk Kecamatan

Barombong tahun 2013 sebanyak 36.555 jiwa, tahun 2014 sebanyak 37.933 jiwa,

tahun 2015 sebanyak 38.734 jiwa dan proyeksi jumlah penduduk sampai tahun 2020

akan terus meningkat. Peningkatan jumlah penduduk berdampak pada kebutuhan

ruang yang semakin meningkat. Faktor ekonomi juga menjadi salah satu penyebab

terjadinya perubahan penggunaan lahan sawah menjadi permukiman. Masyarakat

setempat lebih memilih menjual lahannya dibanding mempertahankannya sebagai

modal untuk membuat usaha lain yang dapat menunjang kebutuhan anggota keluarga.

Lahan sawah yang terjual kemudian dijadikan permukiman oleh pemerintah atau

developer dan tidak ada campur tangan pemerintah setempat dalam hal jual beli

tanah, semua tergantung pada pemilik tanah. Hal ini sejalan dengan pendapat Rustiadi

(2001), bahwa lahan akan digunakan sesuai dengan nilai ekonomi (landrent) yang

dapat memberikan nilai tertinggi, maka konversi lahan pertanian ke penggunaan

lainnya tidak dapat dicegah. Irawan (2005) juga mengemukakan bahwa, konversi

Page 50: KETIDAKSESUAIAN PEMANFAATAN RUANG DENGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Proyeksi perubahan penggunaan lahan dilakukan untuk melihat perubahan

39

lahan pertanian pada dasarnya terjadi akibat adanya persaingan dalam pemanfaatan

lahan antar sektor pertanian dan sektor non pertanian. Adapun persaingan dalam

pemanfaatan lahan tersebut muncul akibat tiga fenomena ekonomi dan sosial yaitu

keterbatasan sumberdaya lahan, pertumbuhan penduduk, dan pertumbuhan ekonomi.

Pertumbuhan ekonomi cenderung mendorong permintaan lahan untuk kegiatan non

pertanian pada tingkat yang lebih tinggi dibandingkan permintaan lahan untuk

kegiatan pertanian.

Tabel 7. Luas perubahan penggunaan lahan Kecamatan Barombong tahun 2005 dan

2015

Penggunaan Lahan Luas

Luas Perubahan Tahun 2005 Tahun 2015

ha

Badan Air 143,77 137,66 (-) 6,11

Jalan 28,78 29,72 (+) 0,94

Kebun 171,11 140,83 (-) 30,28

Permukiman 358,94 539,83 (+) 180,89

Sawah 2.191,30 2.045,86 (-) 145,44

Total 2.893,90 2.893,90

Kelas penggunaan lahan yang mengalami penurunan luas yaitu lahan sawah

berkurang sebanyak 145,44 ha atau 5,02 % dari total luas Kecamatan Barombong.

Pada tahun 2005 lahan sawah memiliki luas 2.191,30 ha dan pada tahun 2015

berkurang menjadi 2.045,86 ha. Luas kelas kebun juga berkurang sebesar 30,28 ha

atau 1,04 %. Permukiman mengalami peningkatan luas sebesar 180,89 ha atau 6,25 %

dari total luas Kecamatan Barombong. Hal ini menunjukkan bahwa luas sawah dan

Page 51: KETIDAKSESUAIAN PEMANFAATAN RUANG DENGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Proyeksi perubahan penggunaan lahan dilakukan untuk melihat perubahan

40

kebun yang mengalami penurunan cenderung dikonversi menjadi kawasan

permukiman. Kecamatan Barombong yang berbatasan langsung dengan Kota

Makassar akan terus mengalami dampak pengembangan dan pembangunan perkotaan

yang terus-menerus terjadi sehingga konversi lahan tidak dapat dihindari.

Rencana pola ruang Kecamatan Barombong berdasarkan RTRW Kabupaten

Gowa tahun 2012-2032 yaitu kawasan peruntukan budidaya pertanian lahan basah

seluas 1.162,42 ha, kawasan peruntukan budidaya pertanian lahan kering seluas 1,23

ha, kawasan peruntukan permukiman seluas 1.598,03 ha, dan kawasan perairan seluas

130,39 ha. Hal ini menunjukkan bahwa sebanyak 40,23 % dari total luas Kecamatan

Barombong diperuntukan menjadi kawasan budidaya pertanian dan sebanyak 55,25

% diperuntukan menjadi kawasan permukiman. Dalam pelaksanaan rencana pola

ruang masih terjadi penyimpangan dan ketidaksesuaian dengan kondisi nyata di

lapangan. Untuk mengetahui ketidaksesuaian antara penggunaan lahan aktual dengan

rencana pola ruang Kecamatan Barombong maka dilakukan proses tumpang susun

sehingga dapat diketahui penggunaan lahan apa yang tidak sesuai (Tabel 8).

Page 52: KETIDAKSESUAIAN PEMANFAATAN RUANG DENGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Proyeksi perubahan penggunaan lahan dilakukan untuk melihat perubahan

41

Tabel 8. Ketidaksesuaian antara rencana pola ruang Kecamatan Barombong dengan

penggunaan lahan aktual tahun 2015

Penggunaan

Lahan

Kawasan

Budidaya

Pertanian

Lahan Basah

(ha)

Kawasan

Budidaya

Pertanian

Lahan Kering

(ha)

Kawasan

Perairan (ha)

Kawasan

Permukiman

(ha)

Total (ha)

Badan Air 7 - 127,39 20,61 155

Jalan 6,07 - 0,12 23,51 29,70

Kebun 18,97 - - 120,28 139,25

Permukiman 59,89 0,35 - 480,35 540,59

Sawah 1.081,60 0,87 - 946,89 2.029,36

Total (ha) 1.173,30 1,22 127,51 1.591,64 2.893,90

Terdapat penggunaan lahan aktual di Kecamatan Barombong yang sesuai dan

tidak sesuai rencana pola ruang. Kelas jalan tidak dijabarkan karena peta RTRW

Kabupaten Gowa tidak menyediakan data jalan dalam bentuk poligon hanya dalam

bentuk garis sedangkan peneliti mengklasifikasikan kelas jalan menggunakan bentuk

poligon. Penggunaan lahan aktual yang sesuai dengan rencana pola ruang yaitu badan

air seluas 127,39 ha (4,40 %) dan direncanakan menjadi kawasan permukiman seluas

20,61 ha atau 0,72 % dari total luas Kecamatan Barombong. Penggunaan lahan kebun

direncanakan menjadi kawasan pertanian lahan basah seluas 18,97 ha dan menjadi

kawasan permukiman seluas 120,28 ha. Penggunaan lahan permukiman yang masih

sesuai dengan rencana pola ruang yaitu seluas 480,35 ha atau 16,59 % dari total luas

Kecamatan Barombong. Penggunaan lahan sawah yang sesuai dengan rencana pola

ruang yaitu seluas 1.081,60 ha atau 37,37 % dari total luas Kecamatan Barombong

dan direncanakan menjadi kawasan permukiman seluas 946,89 ha sekitar 32,72 %.

Page 53: KETIDAKSESUAIAN PEMANFAATAN RUANG DENGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Proyeksi perubahan penggunaan lahan dilakukan untuk melihat perubahan

42

Penggunaan lahan aktual yang tidak sesuai dengan rencana pola ruang

Kecamatan Barombong yaitu permukiman. Penggunaan lahan permukiman yang

tidak sesuai memiliki luas 60,24 ha atau 2,08 %. Dalam rencana pola ruang, area

tersebut diperuntukan untuk kawasan budidaya pertanian lahan basah dan kawasan

budidaya pertanian lahan kering. Penduduk di Kecamatan Barombong yang

meningkat setiap tahun memengaruhi pemanfaatan ruang di wilayah ini. Hal ini

sesuai dengan hasil studi Junaedi (2008) yang menyatakan bahwa jumlah dan laju

pertumbuhan penduduk yang telah jauh melampaui prediksi, dipastikan akan

memengaruhi pelaksanaan RTRW sehingga memengaruhi perubahan pemanfaatan

ruang seperti peningkatan luas permukiman maupun penurunan luas lahan pertanian.

Pemerintah perlu melakukan upaya untuk mencegah dan menghentikan

penurunan ataupun peningkatan luas yang tidak sesuai dengan RTRW dengan

mematuhi kebijakan atau peraturan daerah yang mengatur tentang konversi lahan

pertanian ke non pertanian dan menetapkan syarat-syarat melakukan konversi

sehingga laju penurunan lahan pertanian bisa dihambat. Selain dengan mengeluarkan

peraturan perlu juga ditunjang dengan kemauan dan kesungguhan dari pemerintah

daerah untuk melakukan sosialisasi RTRW kepada masyarakat agar pemerintah dan

masyarakat dapat bekerja sama untuk melaksanakan RTRW.

Page 54: KETIDAKSESUAIAN PEMANFAATAN RUANG DENGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Proyeksi perubahan penggunaan lahan dilakukan untuk melihat perubahan

43

Gambar 7. Peta ketidaksesuaian antara penggunaan lahan aktual tahun 2015 dengan rencana pola ruang Kecamatan Barombong

Page 55: KETIDAKSESUAIAN PEMANFAATAN RUANG DENGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Proyeksi perubahan penggunaan lahan dilakukan untuk melihat perubahan

44

4.5 Analisis proyeksi perubahan penggunaan lahan dengan CA-Markov dan

ketidaksesuaian antara rencana pola ruang Kecamatan Baromong dengan hasil

proyeksi

Dilakukan uji analisis data spasial penggunaan lahan tahun 2005 hingga tahun 2012

untuk proyeksi tahun 2015. Uji ini berfungsi agar peta hasil proyeksi tahun 2015

dapat diakurasikan dengan peta penggunaan lahan aktual tahun 2015. Jika hasil

proyeksi akurat, maka akan dilanjutkan dengan proyeksi penggunaan lahan tahun

2025 di Kecamatan Barombong. Untuk uji akurasi proyeksi tutupan lahan, maka

ditentukan nilai indeks Kappa dengan menggunakan modul Validate pada Idrisi

Selva. Validate menghasilkan tingkat akurasi data pada keseluruhan peta dan bukan

pada kelompok transisi tertentu. Pada penelitian ini nilai Kappa yang didapatkan

yaitu 0,84 atau 84 % (Gambar 4). Nilai tersebut telah memenuhi standar sesuai

dengan pendapat Eastman (2012) bahwa, nilai Kappa 0,80 atau 80 % adalah nilai

yang baik untuk menunjukkan tingkat keakuratan data.

Gambar 8. Hasil validasi proyeksi penggunaan lahan tahun 2015 dengan penggunaan

lahan aktual tahun 2015

Page 56: KETIDAKSESUAIAN PEMANFAATAN RUANG DENGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Proyeksi perubahan penggunaan lahan dilakukan untuk melihat perubahan

45

Data yang telah dianalisis dinyatakan akurat, maka proses proyeksi dapat

dilanjutkan ke tahap berikutnya. Proyeksi penggunaan lahan tahun 2025 dilakukan

dengan menjadikan peta penggunaan lahan tahun 2005 menjadi dasar dan tahun 2015

sebagai tahun kedua dengan jumlah iterasi sebanyak 10, dapat dilihat pada matriks

probabilitas dan matriks transisi area (Tabel 9 dan Tabel 10). Semakin tinggi nilai

diagonal yang ditunjukkan pada matriks probabilitas maka peluang perubahan

penggunaan lahan yang mungkin terjadi semakin rendah atau tidak mudah berubah

menjadi penggunaan lahan lain, namun jika semakin rendah nilainya maka peluang

perubahan akan semakin besar. Selain itu, nilai 0 menunjukkan bahwa tidak ada

peluang perubahan menjadi penggunaan lahan lain. Hal ini sesuai dengan pendapat

Kubangun et al. (2016) bahwa nilai 0-1 menunjukkan peluang besarnya perubahan,

jika nilainya lebih dari 0,00 atau kurang dari 1,00 sebaliknya nilai 0,00 atau 1,00

berarti lahan tersebut tetap atau tidak berubah.

Hasil analisis Rantai Markov untuk Kecamatan Barombong disajikan pada

Tabel 9 dan Tabel 10. Berdasarkan transisi area dan nilai probabilitas terjadinya

perubahan penggunaan lahan pada tahun 2015 menunjukkan bahwa penggunaan

lahan kebun memiliki peluang berubah menjadi permukiman sebanyak 0,4295 setara

668 piksel, peluang menjadi sawah sebanyak 0,4295 setara 42 piksel. Hal ini

disebabkan karena penggunaan lahan tersebut bersifat dapat balik tergantung kondisi

ekonomi masyarakat serta tidak memiliki peluang berubah menjadi badan air karena

nilainya 0. Penggunaan lahan badan air memiliki peluang berubah menjadi

permukiman sebanyak 0,0581 setara 88 piksel. Penggunaan lahan permukiman

Page 57: KETIDAKSESUAIAN PEMANFAATAN RUANG DENGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Proyeksi perubahan penggunaan lahan dilakukan untuk melihat perubahan

46

memiliki peluang berubah menjadi sawah sebanyak 0,0581 setara 304 piksel.

Penggunaan lahan sawah memiliki kecenderungan tetap menjadi lahan sawah 0,7885

setara 17.937 piksel, namun berpeluang menjadi permukiman sebanyak 0,1612 setara

3666 piksel.

Tabel 9. Matriks transisi area tahun 2025 di Kecamatan Barombong

Jumlah Sel

Tahun 2005

Jumlah Sel Tahun 2015

Kelas 1 Kelas 2 Kelas 3 Kelas 4 Kelas 5

Kelas 1 1.217 7 18 88 183

Kelas 2 3 196 1 93 51

Kelas 3 0 2 843 668 42

Kelas 4 10 480 235 4.943 304

Kelas 5 30 221 893 3.666 17.937

Keterangan: (1) Badan air (2) Jalan (3) Kebun (4) Permukiman (5) Sawah

Tabel 10. Matriks probabilitas transisi proyeksi tahun 2025 di Kecamatan Barombong

Jumlah Sel

Tahun 2005

Jumlah Sel Tahun 2015

Kelas 1 Kelas 2 Kelas 3 Kelas 4 Kelas 5

Kelas 1 0,8049 0,0046 0,0116 0,0581 0,1208

Kelas 2 0,0083 0,5685 0,0041 0,2697 0,1494

Kelas 3 0,0000 0,0013 0,5422 0,4295 0,0269

Kelas 4 0,0016 0,0804 0,0394 0,8277 0,0509

Kelas 5 0,0013 0,0097 0,0393 0,1612 0,7885

Keterangan: (1) Badan air (2) Jalan (3) Kebun (4) Permukiman (5) Sawah

Proyeksi penurunan luasan penggunaan lahan sawah di Kecamatan Barombong pada

tahun 2025 yaitu 12,34 % dari total luas Kecamatan Barombong atau setara 357,16

ha. Penurunan luas juga terjadi pada penggunaan lahan kebun yaitu sebanyak 26,33

ha. Proyeksi peningkatan luasan terjadi pada penggunaan lahan jalan 32,69 ha dan

penggunaan lahan permukiman seluas 321,60 ha atau 11,11 % dari total luas

Kecamatan Barombong (Tabel 11). Faktor kebijakan belum dimasukkan dalam

Page 58: KETIDAKSESUAIAN PEMANFAATAN RUANG DENGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Proyeksi perubahan penggunaan lahan dilakukan untuk melihat perubahan

47

perubahan penggunaan lahan ini serta proyeksinya dan belum ada campur tangan

pemerintah dalam upaya mengendalikan penggunaan lahan berdasarkan rencana

peruntukannya. Hal ini akan menyebabkan dampak yang buruk jika tidak ada upaya

pengendalian.

Proyeksi yang dilakukan menunjukkan jalan dan permukiman cenderung

bertambah diikuti dengan penurunan luas sawah sebanyak 12,34 %. Sesuai dengan

pendapat Kubangun et al. (2016), jalan merupakan faktor pendorong perubahan dari

segi ekonomi, daerah yang memiliki banyak akses jalan cenderung akan mendorong

perubahan lahan ke arah yang tidak dapat balik karena fasilitas jalan merupakan

sarana aksesibilitas yang sangat mendukung bagi perkembangan suatu wilayah. Hal

ini tentu disebabkan karena daerah yang dekat dengan jalan memiliki land rent yang

tinggi. Jalan atau infrastruktur merupakan salah satu faktor pendorong adanya

permukiman atau lahan terbangun dibuktikan dengan sebaran lokasi proyeksi

permukiman yang bertambah cenderung dekat dengan jalan, permukiman, dan

infrastuktur yang sudah ada sebelumnya. Proporsi jumlah penduduk juga menjadi

pendorong terjadinya perubahan penggunaan lahan. Hal ini didukung oleh data BPS

yang menunjukkan bahwa laju pertumbuhan penduduk di Kecamatan Barombong

dalam kurun waktu enam tahun terakhir sebesar 2,22 % per tahun.

Page 59: KETIDAKSESUAIAN PEMANFAATAN RUANG DENGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Proyeksi perubahan penggunaan lahan dilakukan untuk melihat perubahan

48

Tabel 11. Perbandingan luasan penggunaan lahan tahun 2015 dengan penggunaan

lahan hasil proyeksi tahun 2025 di Kecamatan Barombong

Penggunaan Lahan Luas

Luas Perubahan Tahun 2015 Tahun 2025

ha

Badan Air 137,66 111,33 (-) 26,33

Jalan 29,72 62,41 (+) 32,69

Kebun 140,83 172,21 (+) 31,38

Permukiman 539,83 861,43 (+) 321,60

Sawah 2.045,86 1.688,70 (-) 357,16

Total 2.893,90 2.893,90

Page 60: KETIDAKSESUAIAN PEMANFAATAN RUANG DENGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Proyeksi perubahan penggunaan lahan dilakukan untuk melihat perubahan

49

Gambar 9. Peta hasil proyeksi penggunaan lahan tahun 2025

Page 61: KETIDAKSESUAIAN PEMANFAATAN RUANG DENGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Proyeksi perubahan penggunaan lahan dilakukan untuk melihat perubahan

50

Tabel 12. Tabulasi silang antara rencana pola ruang Kecamatan Barombong dan

proyeksi penggunaan lahan tahun 2025

Penggunaan Lahan Badan

Air (ha)

Jalan

(ha)

Kebun

(ha)

Permukiman

(ha)

Sawah

(ha) Total (ha)

Kawasan Budidaya

Pertanian Lahan

Basah 2,92 8,50 34,87 136,02 981,22 1.163,53

Kawasan Budidaya

Pertanian Lahan

Kering 0,96 0,23 1,19

Kawasan Perairan 117,79 0,24 0,98 7,85 126,86

Kawasan

Permukiman 6,55 53,39 135,17 713,13 681,34 1.589,58

Total (ha) 127,26 62,13 171,02 857,96 1.662,79 2.893,90

Rencana pola ruang peruntukan kawasan budidaya pertanian lahan basah tahun 2012-

2032 diproyeksikan akan berubah menjadi permukiman sebesar 136,02 ha atau 4,7 %

pada tahun 2025. Hal ini mengindikasikan akan terjadi ketidaksesuaian antara hasil

proyeksi dengan rencana pola ruang. Pada rencana pola ruang menurut RTRW tahun

2012-2032 seluas 681, 34 ha direncanakan menjadi kawasan permukiman tetapi hasil

proyeksi tahun 2025 kawasan tersebut masih tetap menjadi pertanian lahan basah.

Kawasan peruntukan perairan berubah jadi permukiman karena ketidaksesuaian

antara skala RTRW dengan skala digitasi yang peneliti gunakan. Rencana pola ruang

peruntukan kawasan permukiman, pada tahun 2025 tetap jadi badan air karena

posisinya berada di bantaran sungai. Untuk kelas jalan pada RTRW tidak ada data

poligon hanya data garis sedangkan peneliti menggunakan data poligon dalam

penelitian ini.

Page 62: KETIDAKSESUAIAN PEMANFAATAN RUANG DENGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Proyeksi perubahan penggunaan lahan dilakukan untuk melihat perubahan

51

Gambar 10. Peta ketidaksesuaian antara hasil proyeksi penggunaan lahan tahun 2025 dengan rencana pola ruang tahun

2012-2032

Page 63: KETIDAKSESUAIAN PEMANFAATAN RUANG DENGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Proyeksi perubahan penggunaan lahan dilakukan untuk melihat perubahan

52

V. KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:

1. Penggunaan lahan badan air berubah menjadi permukiman seluas 1,14 ha,

penggunaan lahan kebun berubah menjadi permukiman seluas 57,70 ha. Luas

penggunaan lahan sawah tahun 2005 di Kecamatan Barombong yaitu 2.191,30 ha

atau 75,72 % dari total luas Kecamatan Barombong dan menurun pada tahun

2015 menjadi 2.045,86 ha. Penggunaan lahan yang mengalami peningkatan luas

yaitu permukiman, sebelumnya hanya 358,94 ha pada tahun 2005 dan meningkat

menjadi 539,83 ha atau 18,65 % dari total luas Kecamatan Barombong. Data

hasil klasifikasi citra dengan metode digitasi manual cukup akurat dengan nilai

akurasi keseluruhan sebesar 95,79 % dan nilai Kappa sebesar 0,95.

2. Penggunaan lahan aktual yang sesuai dengan rencana pola ruang yaitu badan air,

sawah, dan kebun sedangkan penggunaan lahan yang tidak sesuai yaitu

permukiman seluas 60,24 ha atau 2,08 % dari total luas Kecamatan Barombong.

3. Hasil proyeksi 10 tahun mendatang (2015-2025) di Kecamatan Barombong

penggunaan lahan sawah cenderung berubah menjadi permukiman. Hasil

proyeksi dinyatakan valid dengan indeks Kappa sebesar 0,84 atau 84 %.

Berdasarkan kesimpulan tersebut, peneliti menyarankan untuk dijadikan bahan

pertimbangan kepada pemerintah dan masyarakat untuk melakukan upaya

pengendalian terhadap pelaksanaan RTRW agar tidak terjadi penyimpangan di

masa yang akan datang.

Page 64: KETIDAKSESUAIAN PEMANFAATAN RUANG DENGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Proyeksi perubahan penggunaan lahan dilakukan untuk melihat perubahan

53

DAFTAR PUSTAKA

Alkaf, M., Munibah, K., dan Rusdiana, O. 2014. Model Spasial Perubahan

Penggunaan Lahan di Taman Nasional Gunung Merbabu dan Daerah

Penyangganya. Globe. 16 (1): 43-50.

Badan Pusat Statistik. 2015. Proyeksi Penduduk Kecamatan Kabupaten Gowa 2010-

2020. Kabupaten Gowa: BPS.

Badan Pusat Statistik. 2015. Kecamatan Barombong Dalam Angka. Kabupaten

Gowa: BPS.

Badan Pusat Statistik. 2015. Kabupaten Gowa Dalam Angka.Kabupaten Gowa: BPS.

Congalton, R. G. 1991. A Review of Assessing the Accuracy of Classifications of

Remotely Sensed Data. Remote Sense Environmental. 46: 35-37.

Eastman, J. R. 2012. Idrisi Selva Tutorial Manual version 17. Massachusetts: Clark

University.

Eko, T. dan Rahayu, S. 2012. Perubahan Penggunaan Lahan dan Kesesuaiannya

Terhadap RDTR di Wilayah Peri-Urban Studi Kasus: Kecamatan Mlati.

Jurnal Pembangunan Wilayah dan Kota. 8 (4): 330‐340.

Green, E. P., Mumby, P. J., Edwards, A. J., Clark, C. D. 2000. Remote Sensing

Handbook for Tropical Coastal Management. Paris: United Nations

Educational, Scientific and Cultural Organization.

Hakim, G. L. E. 2014. Perubahan Penggunaan/Tutupan Lahan Tahun 1990-2005

dan Proyeksi Perubahan Tahun 2020-2035 di Kawasan Jabodetabek. Skripsi.

Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Institut Pertanian Bogor.

Hidayati, I. N. 2013. Pengaruh Ketinggian dalam Analisis Kemasuk-akalan

(Plausibility Function) untuk Optimalisasi Klasifikasi Penggunaan Lahan.

Globe. 15 (1): 1-11.

Irawan, B. 2005. Konversi Lahan Sawah: Potensi Dampak, Pola Pemanfaatannya

dan Faktor Determinan. Agro Ekonomi. 23 (1): 1-18.

Junaedi, A. 2008. Analisis Pola Perubahan Pemanfaatan Ruang dan Implikasinya

Terhadap Pelaksanaan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sumedang.

Tesis. Perencanaan Wilayah, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Page 65: KETIDAKSESUAIAN PEMANFAATAN RUANG DENGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Proyeksi perubahan penggunaan lahan dilakukan untuk melihat perubahan

54

Karim, M. L. S. dan Rahayu, S. 2014. Kajian Kesesuaian Konversi Lahan Pertanian

ke Non Pertanian Terhadap Rencana Detail Tata Ruang Kota

(RDTRK).Geoplanning. 1 (1): 44-55.

Kubangun, S.H., Oteng, H., Komarsa, G. 2016. Model Perubahan

Penutupan/Penggunaan Lahan untuk Identifikasi Lahan Kritis. Globe. 18 (1):

21-32.

Kurnianti, D. N. 2015. Proyeksi Penggunaan Lahan untuk Konsistensi Tata Ruang di

Kawasan Jabodetabek. Tesis. Ilmu Perencanaan Wilayah, Sekolah

Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Liu, H. dan Zhou, Q. 2005. Developing Urban Growth Predictions From Spatial

Indicators Based on Multi-Temporal Images. Elsevier Computers,

Environment and Urban Systems. 29: 580-594.

Nurbaya, A. 2015. Distribusi Tipologi Kepemilikan RTH DKI Jakarta Menggunakan

Teknik Remote Sensing Citra Satelit Resolusi Tinggi. Tesis. Arsitektur

Lanskap, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Nurwanda, A. 2016. Proyeksi Perubahan Tutupan Lahan dan Dampaknya Terhadap

Diversitas Lanskap di Kabupaten Batanghari Provinsi Jambi. Tesis.

Arsitektur Lanskap, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Rusdi, M. 2005. Perbandingan Klasifikasi Maximum Likelihood dan Object Oriented

pada Pemetaan Penutupan/Penggunaan Lahan. Tesis. Departemen Tanah,

Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Rustiadi, E. 2001. Alih Fungsi Lahan Dalam Perspektif Lingkungan Perdesaan.

Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Sub Direktorat Basis Data Lahan, Direktorat Perluasan dan Pengelolaan Lahan. 2014.

Kajian Hasil Inventarisasi LP2B Kabupaten Gowa Provinsi Sulawesi Selatan.

Tiur, V. D. P., Arief, S., dan Sakka. 2012. Model Perubahan Penggunaan Lahan

Menggunakan Cellular Automata-Markov Chain di Kawasan Mamminasata. Program Studi Geofisika Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin

Xin, Y., Zheng, X. Q., Lv, L. N. 2011. A Spatiotemporal Model of Land Use Change

Based on Ant Colony Optimization, Markov Chain and Cellular Automata.

Elsevier Ecological Modelling. 233: 11-19.

Page 66: KETIDAKSESUAIAN PEMANFAATAN RUANG DENGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Proyeksi perubahan penggunaan lahan dilakukan untuk melihat perubahan

55

Yudarwati, R. 2016. Perubahan Penggunaan Lahan dan Arahan Pengendaliannya di

Kabupaten Bogor dan Cianjur. Tesis. Ilmu Perencanaan Wilayah, Sekolah

Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Page 67: KETIDAKSESUAIAN PEMANFAATAN RUANG DENGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Proyeksi perubahan penggunaan lahan dilakukan untuk melihat perubahan

56

LAMPIRAN

Penggunaan lahan sawah (hasil interpretasi sesuai dengan kondisi aktual)

Koordinat 119° 25' 31,857" E 5° 14' 15,927" S

Permukiman (hasil interpretasi sesuai dengan kondisi aktual)

Koordinat 119° 25' 8,243" E 5° 13' 48,357" S

Page 68: KETIDAKSESUAIAN PEMANFAATAN RUANG DENGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Proyeksi perubahan penggunaan lahan dilakukan untuk melihat perubahan

57

Kebun (hasil interpretasi tidak sesuai dengan kondisi aktual yang ternyata semak)

Koordinat 119° 25' 18,828" E 5° 14' 1,148" S

Badan Air (hasil interpretasi sesuai dengan kondisi aktual)

Koordinat 119° 25' 10,669" E 5° 13' 7,592" S

Page 69: KETIDAKSESUAIAN PEMANFAATAN RUANG DENGAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Proyeksi perubahan penggunaan lahan dilakukan untuk melihat perubahan

58

Jalan (hasil interpretasi sesuai dengan kondisi aktual)

Koordinat 119° 25' 8,447" E 5° 13' 20,995" S